Case Sulit - Perforasi Kornea

26
Laporan Kasus Perforasi Kornea Pembimbing : Dr. Rinanto Prabowo, Sp.M, M.Sc Disusun oleh: Muhamad Syaiful Bin Samingan 11.2013.194 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA, RSM DR. YAP 1

description

perforasi kornea

Transcript of Case Sulit - Perforasi Kornea

Page 1: Case Sulit - Perforasi Kornea

Laporan Kasus

Perforasi Kornea

Pembimbing :

Dr. Rinanto Prabowo, Sp.M, M.Sc

Disusun oleh:

Muhamad Syaiful Bin Samingan

11.2013.194

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA, RSM DR. YAP

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

29 Juni 2014 – 01 Agustus 2015

YOGYAKARTA

1

Page 2: Case Sulit - Perforasi Kornea

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

STATUS ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT MATA DR YAP

Nama : Muhamad Syaiful Bin Samingan

NIM : 11.2013.194

Dr. Pembimbing : Dr. Rinanto Prabowo, Sp.M, M.Sc

Fak. Kedokteran : UKRIDA

I. IDENTITAS

Nama : Bp. H

Umur : 57 tahun

Jenis Kelamin : Lelaki

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Status perkawinan : Menikah

Alamat : Pingit Jt 1/244A

Masuk RS : 21 Julai 2015

II. ANAMNESIS

Dilakukan Auto-Anamnesis pada tanggal 23 Julai 2015 Jam 13.00

Keluhan Utama:

Mata kiri selalu keluar air mata berterusan.

Riwayat Penyakit Sekarang:

1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh mata kiri terkena

serpihan batu saat melakukan kerja. Setelah itu pasien merasa pandangan menjadi

kabur seperti ada benda yang menghalangi dan timbul mata merah. Pasien sudah

berobat di daerah tempat tinggal setempat tetapi keluhan belum sepenuhnya membaik.

2

Page 3: Case Sulit - Perforasi Kornea

Pasien masih mengalami penglihatan kabur pada mata kirinya walaupun keluhan mata

merahnya sudah berkurang.

1 hari sebelum pasien datang ke RS Mata dr Yap dengan keluhan mata kiri

selalu keluar air mata berterusan dan terasa seperti menonjol. Selain itu mata kiri juga

sudah mampu melihat lagi kecuali hanya bisa melihat cahaya.

Pasien menyangkal adanya penggunaan obat-obat seperti jamu dan steroid.

Pasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus tetapi menyangkal adanya

riwayat penyakit hipertensi, asma, alergi dan hepatitis.

Riwayat Penyakit Dahulu:

a. Umum :

- Diabetes Mellitus : ada

- Hipertensi : tidak ada

- Hepatitis : tidak ada

- Alergi obat : tidak ada

b. Mata :

- Riwayat penggunaan kacamata (-)

- Riwayat operasi mata disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada

Status Gizi:

Berat badan : 60 kg

Tinggi badan : 170 cm

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis (GCS : 15)

Tanda Vital : Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 79 x/menit

Pernafasan : 18 x/menit

3

Page 4: Case Sulit - Perforasi Kornea

Suhu : 37°C

Kepala : normocephali, rambut hitam dengan distribusi merata

Mata : Status oftalmikus

THT : septum deviasi (-), MAE lapang, T0-T0 tidak hiperemis

Thoraks : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-), BJ I-II murni

reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

KGB : tidak teraba pembesaran KGB

B. STATUS OFTALMOLOGIS

KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

1. VISUS

Tajam Penglihatan 6/6 1/∞

Axis Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Distansia Pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kacamata Lama Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada

Enoftalmos Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah

3. SUPERSILIA

Warna Hitam Hitam

Simetris Simetris Simetris

4

Page 5: Case Sulit - Perforasi Kornea

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fissura palpebra Tidak ada Tidakada

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis Tidak ada Ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemis Tidak ada Tidak ada

Kemosis Tidak ada Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret Tidak ada Tidak ada

Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada

Injeksi

Subkonjungtiva

Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

5

Page 6: Case Sulit - Perforasi Kornea

Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

7. SISTEM LAKRIMALIS

Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. SKLERA

Warna Putih Putih

Ikterik Tidak ada Tidak ada

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

9. KORNEA

Kejernihan Jernih Keruh

Permukaan Licin Tidak rata

Ukuran 12mm 12mm

Sensibilitas Baik Baik

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Dalam Dangkal

Kejernihan Jernih Keruh

6

Page 7: Case Sulit - Perforasi Kornea

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndall Tidak ada Tidak ada

11. IRIS

Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman

Kripte Jelas Jelas

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

12. PUPIL

Letak Di tengah Tidak di tengah

Bentuk Bulat Tidak sekata

Ukuran 2,5 mm 2,5 mm

Refleks Cahaya

Langsung

Positif Positif

Refleks Cahaya Tak

Langsung

Positif Positif

13. LENSA

Kejernihan Jernih Sulit dinilai

Letak Di tengah Di tengah

Shadow Test Negatif Negatif

14. BADAN KACA

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. FUNDUS OKULI

7

Page 8: Case Sulit - Perforasi Kornea

Batas Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Warna Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Ekskavasio Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Rasio Arteri:Vena Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

C/D Ratio Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Makula Lutea Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Retina Tdak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Eksudat Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Perdarahan Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

Sikatriks Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinlai

Ablasio Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

16. PALPASI

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi Okuli Normal perpalpasi Normal perpalpasi

Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

17. KAMPUS VISI

Tes Konfrontasi Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Hb: 11.4 g/dL

Ht: 35.9 %

Leukosit: 7.9 103/mm3

Trombosit: 91 µm3

GDS: 195 mg/ dL

V. RESUME

Telah diperiksa seorang lelaki berusia 57 tahun dengan keluhan 1 bulan

sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh mata kiri terkena serpihan batu saat

melakukan kerja. Setelah itu pasien merasa pandangan menjadi kabur seperti ada

8

Page 9: Case Sulit - Perforasi Kornea

benda yang menghalangi dan timbul mata merah. Pasien sudah berobat di daerah

tempat tinggal setempat tetapi keluhan belum sepenuhnya membaik. Pasien masih

mengalami penglihatan kabur pada mata kirinya walaupun keluhan mata merahnya

sudah berkurang. 1 hari sebelum pasien datang ke RS Mata dr Yap dengan keluhan

mata kiri selalu keluar air mata berterusan dan terasa seperti menonjol. Selain itu mata

kiri juga sudah mampu melihat lagi kecuali hanya bisa melihat cahaya.

Pasien menyangkal adanya penggunaan obat-obat seperti jamu dan steroid.

Pasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus tetapi menyangkal adanya

riwayat penyakit hipertensi, asma, alergi dan hepatitis. Pada pemeriksaan OS

ditemukan tajam penglihatan 1/∞. Kornea; keruh, tepi tidak rata, Pupil tidak di

tengah, bentuk tidak sekata, Lensa; sulit dinilai.

VI. DIAGNOSIS KERJA

OS : Perforasi Kornea

VII. DIAGNOSIS BANDING

1. Trauma tumpul pada kornea

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. Slit lamp

2. Tes fluoresein

3. Pemeriksaan tonometri

4. Pemeriksaan fundus

5. Tes Seidel

6. Pemeriksaan CT-scan dan USG B-scan

7. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam.

8. Electroretinography (ERG)

IX. PENATALAKSANAAN

Pro operasi: OS Enukleasi

Asam Mefenamat 3x1

Diflucan /2 jam OS

Natacen /2 jam OS

9

Page 10: Case Sulit - Perforasi Kornea

Levocin /2 jam OS

X. PROGNOSIS

OKULO SINISTRA (OS)

Ad Vitam : dubia ad malam

Ad Fungsionam : dubia ad malam

Ad Sanationam : dubia ad malam

XI. EDUKASI

Mata jangan terlalu sering terpapar sinar matahari ataupun debu. Disarankan

menggunakan kacamata saat berada diluar ruangan.

Jangan sering mengucek mata jika mata gatal.

Menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum memegang daerah sekitar

mata.

10

Page 11: Case Sulit - Perforasi Kornea

TINJAUAN PUSTAKA

TRAUMA PERFORASI KORNEA

A. Definisi

Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda berukuran kecil

dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera. Trauma tajam mata dapat di

klasifikasikan atas luka tajam tanpa perforasi dan luka tajam dengan perforasi yang

meliputi perforasi tanpa benda asing intra okuler dan perforasi benda asing intra okuler.2,5

Trauma tembus mata (luka akibat benda tajam), dimana struktur okular mangalami

kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular dan juga dapat tertahan atau

menetap dalam mata. Baik trauma tajam yang penetratif atau trauma tumpul yang

mengakibatkan tekanan kontusif dapat menyebabkan ruptur bola mata. Benda tajam atau

benda dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan perforasi langsung. Benda asing dapat

mempenetrasi mata dan tetap berada di bola mata.6,7

Trauma akibat partikel kecil dengan kecepatan tinggi misalnya yang ditimbulkan

dari proses penggilingan atau pemahatan dapat memberikan manifestasi berupa nyeri

ringan atau penurunan visus. Kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, bilik mata depan

dangkal dengan atau tanpa pupil ekstrinsik, hifema, atau perdarahan vitreous juga dapat

terjadi. Tekanan intraokuler dapat rendah, normal atau sedikit meningkat. 7

Reaksi yang timbul tergantung jenis benda tersebut, apakah benda tersebut inert atau

reaktif. Bentuk reaksinya tergantung pada macam serta letak benda asing tersebut di dalam

mata. Dikenal 2 macam reaksi jaringan, yakni siderosis dan kalkosis. Siderosis merupakan

reaksi jaringan mata akibat penyebaran ion besi ke seluruh mata dengan konsentrasi

terbanyak pada jaringan yang mengandung epitel, yaitu epitel kornea, epitel pigmen iris,

epitel kapsul lensa, epitel pigmen retina. Sedangkan kalkalosis merupakan reaksi jaringan

11

Page 12: Case Sulit - Perforasi Kornea

mata akibat pengendapan ion tembaga di dalam jaringan terutama jaringan yang

mengandung membrane seperti membrane descemet kapsul anterior lensa, iris, badan

kaca, dan permukaan retina.

B. Etiologi

Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan berolahraga.

Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi, kecepatan saat impaksi,

dan komposisi benda tersebut, benda tajam seperti pisau akan menyebabkan laserasi

berbatas tegas pada bola mata.7

Luas cedera yang disebabkan oleh benda asing yang terbang ditentukan oleh energi

kinetiknya. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang jelas pada

bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang, beratnya

kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimilikinya. Contohnya pada peluru pistol

angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki energi kinetik

yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup parah. Kontras dengan pecahan

benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan

laserasi dengan batas tegas dan beratnya kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan

akibat peluru pistol angin.1

12

Page 13: Case Sulit - Perforasi Kornea

C. Manifestasi Klinis

Trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata,

maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti tajam penglihatan yang menurun,

laserasi kornea, tekanan bola mata rendah, bilik mata dangkal, bentuk dan letak pupil yang

berubah, terlihat ruptur pada kornea atau sklera, terdapat jaringan yang prolaps seperti

cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina, katarak traumatik, dan konjungtiva

kemosis.10

Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna kebiru-biruan,

karena jaringan ikat palpebra halus. Ekimosis yang tampak setelah trauma menunjukkan

bahwa traumanya kuat, sehingga harus dilakukan pemeriksaan dari bagian-bagian yang

lebih dalam dari mata, juga perlu dibuat foto rontgen kepala. Perdarahan yang timbul 24

jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktur dari dasar tengkorak. Sebagian besar

cedera tembus menyebabkan penurunan penglihatan yang mencolok, tetapi cedera akibat

partikel kecil berkecepatan tinggi yang dihasilkan oleh tindakan menggerinda atau

memalu mungkin hanya menimbulkan nyeri ringan dan kekaburan penglihatan. Tanda-

tanda lainnya adalah kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, kamera anterior yang

dangkal dengan atau tanpa dilatasi pupil yang eksentrik, hifema, atau perdarahan korpus

vitreus. Tekanan intraokuler mungkin rendah, normal, atau yang jarang sedikit meninggi.11

D. Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus

Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti berikut:

1. Trauma tembus pada palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika mengenai levator apaneurosis dapat

menyebabkan suatu ptosis yang permanen.12

2. Trauma tembus pada saluran lakrimalis

Trauma ini dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai

ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.12

3. Trauma tembus pada Orbita

Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf

optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga menimbulkan

paralisis dari otot dan diplopia. Selain itu juga bisa menyebabkan infeksi, menimbulkan

13

Page 14: Case Sulit - Perforasi Kornea

selulitis orbita, karena adanya benda asing atau adanya hubungan terbuka dengan

rongga-rongga di sekitar orbita.

4. Trauma tembus pada Kongjungtiva

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. Bila robekan

konjungtiva ini kecil atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan.

Bila robekan lebih dari 1 cm perlu dilakukan penjahitan untuk mencegah granuloma.

Pada setiap robekan conjungtiva perlu diperhatikan juga robekan sklera yang biasa

disertai robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian antibiotik juga perlu diberikan

untuk mencegah infeksi \sekunder.12

5. Trauma tembus pada Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola mata dan

kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola

mata, sehingga bisa menyebabkan infeksi dari bagian dalam bola mata.12

6. Trauma tembus pada Kornea

Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan fungsi

penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus

kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini

dapat menurunkan visus.12

Tes fluoresia (+). Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga menyebabkan

timbulnya ulkus atau herpes pada kornea. Lakukan pemberian antibiotika atau

kemoterapeutika yang berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea

diangkat, setelah diberi anastesi lokal dengan pantokain. Kalau mulai ada

neovaskularisasi dari limbus, berikanlah kortison lokal atau subkonjungtiva. Tetapi

jangan diberikan kortison pada luka yang baru atau bila ada herpes kornea.12

Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang

berdekatan, kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap konjungtiva).

Bila luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian ditutup dengan flap

konjingtiva. Jika luka di kornea itu disertai prolaps iris, iris yang keluar harus dipotong

dan sisanya di repossisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva.

Kalau luka telah berlangsung beberapa jam, sebaiknya bilik mata depan dibilas terlebih

dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc, sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai

seluruhnya, berikan antibiotika dengan spektrum luas dan sistemik, juga

subkonjungtiva.12

14

Page 15: Case Sulit - Perforasi Kornea

7. Trauma tembus pada Uvea

Bila terdapat luka pada uvea maka dapat menyebabkan pengaturan banyaknya

cahaya yang masuk sehingga muncul fotofobia atau penglihatan kabur.12

8. Trauma tembus pada Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga

menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya

akomodasi tidak adekuat.12

9. Trauma tembus pada Retina

Trauma ini dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga

badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca.12

10. Trauma tembus pada corpus siliar

Luka pada corpus siliar mempunyai prognosis yang buruk, karena

kemungkinan besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang berakhir

dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma. Sedangkan pada mata yang sehat

dapat timbul oftalmia simpatika. Oleh karena itu, bila lukanya besar, disertai prolaps

dari isi bola mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya di

enukleasi bulbi, supaya mata yang sehat tetap menjadi baik.12

E. Diagnosis

Diagnosis trauma tajam okuli dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa, informasi yang diperoleh dapat berupa

mekanisme dan onset terjadinya trauma, bahan/benda penyebab trauma dan pekerjaan

untuk mengetahui penyebabnya. Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman

penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan

penglihatan bersifat progresif lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya

benda asing intraokuler apabila terdapat kegiatan memahat, mengasah atau adanya

ledakan. Cedera pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang di derita,

harus dicurigai adanya penganiayaan pada anak. Riwayat kejadian harus diarah secara

khusus pada detail terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat

penyakit sebelumnya dan energi.3

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman

penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya,

15

Page 16: Case Sulit - Perforasi Kornea

diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil aferan. Periksa motilitas mata dan sensasi

kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek ada bagian tepi tulang orbita.3,6,9

Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di segmen

anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga

cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk mnegetahui

tekanan bola mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek

penting untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler. Bila benda

asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel untuk mengetahui adanya

cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata

yang akan di periksa, kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan

slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat

perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata. 3,6

Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan digunakan untuk mengetahui posisi benda

asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam.

Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi pada retina

dan sering digunakan pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan pemeriksa. Bila

dalam inspeksi terlihat ruptur bola mata, atau adanya kecenderungan ruptur bola mata,

maka tidak dilakukan pemeriksaan lagi. Mata dilindungi dengan pelindung tanpa bebat,

kemudian dirujuk ke spesialis mata.6,10

F. Penatalaksanaan Trauma Tembus

Penatalaksanaan pasien dengan trauma tajam mata adalah 2,12,13

1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit:

- Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.

- Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.

- Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.

- Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.

2. Penatalaksanaan di rumah sakit:

- Pemberian antibiotik spektrum luas.

- Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi.

16

Page 17: Case Sulit - Perforasi Kornea

- Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.

- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata intak).

- Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan harus

segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti infeksi,

Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika.

Pada setiap tindakan harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola mata bila

masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi penglihatan. Bila terdapat

benda asing, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan banda asing

tersebut.1,6,12

Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari

sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat

siklopegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraokular

yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung FOX

pada mata. Analgetik, antimiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan,

serta gizi atau nutrisi yang baik. Sebelum dirujuk mata tidak boleh diberi salep, karena

salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberikan steroid lokal, dan bebat

yang diberikan pada mata tidak menekan bola mata.13

Pada penutupan luka segmen anterior, harus digunakan teknik-teknik bedah mikro.

Laserasi kornea diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk menghasilkan penutupan yang

kedap air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari 24

jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik atau dengan memasukkan

suatu spatula siklodialisis melalui insisi tusuk di limbus dan menyapu jaringan keluar dari

luka. Apabila hal ini tidak dapat dilakukan, apabila jaringan telah terpajan lebih dari 24

jam, atau apabila jaringan tersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat, maka jaringan

yang prolaps harus dieksisi setinggi bibir luka. Setiap jaringan yang dipotong harus

dikirim ke laboratorium patologik untuk diperiksa. Dilakukan pembiakan untuk

memeriksa kemungkinan infeksi bakteri atau jamur. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkan

dengan aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi. Reformasi kamera anterior selama

tindakan perbaikan dapat dicapai dengan cairan intraokuler fisiologis, udara atau

viskoelastik.13

17

Page 18: Case Sulit - Perforasi Kornea

Luka sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interupted yang tidak dapat diserap.

Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar tindakan lebih

mudah dilakukan. Luka keluar di bagian posterior sklera pada cedera tembus ganda dapat

sembuh sendiri, dan biasanya tidak dilakukan usaha penutupan.13

Bedah vitreoretinal, bila ada luka kornea yang besar, dapat dilakukan melalui

keratoprostesis Landers Foulks temporer sebelum melakukan penanaman kornea.

Enukleasi dan eviserasi primer hanya boleh dipikirkan bila bola mata mengalami

kerusakan total. Mata sebelah rentan terhadap oftalmika simpatetik bila terjadi trauma

tembus mata terutama bila ada kerusakan di jaringan uvea. Untungnya, komplikasi ini

jarang terjadi.12,13

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah terjadinya trauma tembus adalah

endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan oftalmia simpatika.7,8

Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam beberapa minggu

tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat berlanjut menjadi

panoftalmitis.7 

Oftalmia simpatika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang tidak cedera dalam

jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90% terjadi dalam 1 tahun.8 Diduga

akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena cedera, keadaan ini menimbulkan

nyeri, penurunan ketajaman penglihatan mendadak, dan fotofobia yang dapat membaik

dengan enukleasi mata yang cedera.7,13

H. Prognosis

Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal, tipe dan luasnya

luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda asing. Secara umum, semakin

posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur, prognosis semakin buruk.

Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan laserasi kornea tapi

menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang tidak luka mempunyai prognosis

penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror.

Trauma tembus akibat benda asing yg bersifat inert pun mempunyai prognosis yang baik.

18

Page 19: Case Sulit - Perforasi Kornea

Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnya reaktif magnetik lebih mudah

dikeluarkan dan prognosisnya lebih baik. Pada luka penetrasi, 50-75% mata akan

mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik. 3,13

19

Page 20: Case Sulit - Perforasi Kornea

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury, Taylor. Trauma Mata. Dalam: Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi XVII. Jakarta:

Widya Medika. 2008; 373-80.

2. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: EGC. 1993; 312-26.

3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta: 2004; 192-8.

4. Peate, W. F, Work Related Eye Injuries And Illness. Available at: www.aafp.org.

Diunduh pada 30 Juli 2012.

5. Soeroso, A. Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Ruda Paksa.

www.portalkalbe.com. Diunduh pada 30 Juli 2012.

6. Chew, Chris. Trauma. Dalam : James. Lecture Notes : Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.

2006; 176 – 85.

7. Indiana University. Traumatic Cataract. Available at:

http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07. July 30, 2012.

8. Edward SH Eye Institute. Digital Reference of Ophthalmology-Traumatic Cataract.

Available at: http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb. July 30, 2012.

9. Webmaster. Traumatic Cataract. Available at

:http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/ophthalmology. July 30, 2012.

10. Berson, FG. Ocular and Orbital Injuries. In : Basic Ophtalmology. 6th ed. American

Academy of Ophtalmology. 1993; 82-87.

11. Khun Frenc, Piramici J Dante. In : Emergensi Management Of Trauma Ocular,.

Department of OphthalmologyUniversity of Pécs. Hungary. 2002; 71-86.

12. Rodriguez, Jorge. Prevention And Treatment Of Common Eye Injuries In Sport.

Available at: www.aafp.org. July 30, 2012.

13. Rappon, Joseph M. Primary Care Ocular Trauma Management. Available at:

www.pacificu.edu/optometry. June 16, 2010.

20