Case Sulit Aloysia Putr

download Case Sulit Aloysia Putr

of 21

Transcript of Case Sulit Aloysia Putr

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    1/21

    KEPANITERAAN KLINIK

    STATUS ILMU PENYAKIT MATA

    RS MATA Dr. YAP, YOGYAKARTA

    Nama : Aloysia Putri

    NIM : 112012016

    I. IDENTITASNama : Tn.K

    Umur : 32 tahun

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Petani

    Alamat : Jalan Durenasih Triharjo Sleman

    Tanggal pemeriksaan : 17 Februari 2014

    Tanggal masuk RS : 12 Februari 2014

    II. ANAMNESISAutoanamnesis dengan pasien pada tanggal 17 Februari 2014

    Keluhan Utama:

    Mata kiri terasa gelap dan nyeri sejak 1 bulan SMRS.

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    1 bulan sebelum masuk rumah sakit, penglihatan mata kiri pasien secara mendadak

    gelap dan terasa nyeri. Sebelumnya mata kiri pasien kelilipan saat sedang bersepeda.

    Kemudian mata menjadi nyeri, sulit dibuka, kelopak mata bengkak, dan pandangan terasa

    gelap. Pasien tidak langsung ke dokter, ia hanya membasuh dengan air mengalir. 2 hari

    kemudian gejala tidak berkurang, saat itu pasien merasa badan meriang. Ia kemudian di bawa

    ke dokter umum dan dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito. 1 minggu setelah perawatan kondisi

    pasien membaik. Mata kiri tidak lagi nyeri namun penglihatan masih gelap.

    10 hari kemudian mata kiri pasien kembali nyeri disertai bengkak di kelopak mata,

    pandangan menjadi gelap. Ia kemudian di bawa ke RSM dr.YAP,

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    2/21

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Umum

    Hipertensi : Tidak ada

    DM : Tidak ada Asma : Tidak ada Gastritis : Tidak ada Alergi : Tidak ada Rematik : Tidak ada

    a) Mata

    Riwayat pemakaian kaca mata: Tidak ada Riwayat operasi mata: Tidak ada Riwayat miopia tinggi: Tidak ada Riwayat katarak: Tidak ada Riwayat glaukoma: Tidak ada Riwayat keluarga dengan gejala yang sama: Tidak ada

    Riwayat Penyakit Keluarga:a. Umum

    Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Asma : Tidak ada Gastritis : Tidak ada

    b.

    Mata Riwayat pemakaian kaca mata: Tidak ada Riwayat operasi mata: Tidak ada Riwayat miopia tinggi: Tidak ada Riwayat katarak: Tidak ada Riwayat glaukoma: Tidak ada Riwayat keluarga dengan gejala yang sama: Tidak ada

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    3/21

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    A. STATUS GENERALISKeadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis

    Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 80 kali/menit

    Respirasi : 16 kali/menit

    Suhu : 37,5C

    Kepala : Normocephali, rambut hitam sedikit beruban, distribusi

    merata

    THT : T1-T1tenang tidak hiperemis, MAE lapang, tidak ada deviasi

    septum hidung

    Thoraks (Jantung) : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-) gallop (-)

    Thoraks (Paru) : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-) wheezing (-/-)

    Abdomen : Supel, datar, bising usus (+) normal

    Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis atau edema

    KGB : Tidak teraba pembesaran.

    B. STATUS OFTALMOLOGIKUS

    KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD)OKULO SINISTRA (OS)

    1. VISUSTajam Penglihatan 6/9 1/~

    Axis Visus Tidak ada Tidak ada

    Koreksi Perbaikan Tidak terdapat perbaikan

    Addisi Tidak ada Tidak ada

    Kacamata Lama Tidak ada Tidak ada

    2. KEDUDUKAN BOLA MATAEksoftalmos Tidak ada Tidak ada

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    4/21

    Enoftalmos Tidak ada Tidak ada

    Deviasi Tidak ada Tidak ada

    Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Tidak dapat dilakukan

    3. SUPERSILIAWarna Hitam Hitam

    Simetris Simetris Simetris

    4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOREdema Tidak ada Ada

    Nyeri tekan Tidak ada Ada

    Ektropion Tidak ada Tidak ada

    Entropion Tidak ada Tidak ada

    Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

    Trikiasis Tidak ada Tidak ada

    Sikatriks Tidak ada Tidak ada

    Fissura palpebral Tidak ada Tidak ada

    Ptosis Tidak ada Tidak ada

    Hordeolum Tidak ada Tidak ada

    Kalazion Tidak ada Tidak ada

    5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIORHiperemis Tidak ada Ada

    Kista Tidak Ada Tidak ada

    Folikel/Papil Tidak ada Tidak ada

    Sikatriks Tidak ada Tidak ada

    Anemis Tidak ada Tidak ada

    Kemosis Tidak ada Ada

    6. KONJUNGTIVA BULBISekret Tidak ada Tidak ada

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    5/21

    Injeksi Konjungtiva Tidak Ada Ada

    Injeksi Siliar Tidak ada Ada

    Injeksi

    Subkonjungtiva

    Tidak ada Tidak ada

    Pterigium Tidak ada Tidak ada

    Pinguekula Tidak ada Tidak ada

    Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada

    Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

    7. SISTEM LAKRIMALISPunctum Lakrimalis Normal Normal

    Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    8. SKLERAWarna Putih Putih

    Ikterik Tidak ada Tidak ada

    Nyeri Tekan Tidak ada Ada

    9. KORNEAKejernihan Jernih Keruh

    Permukaan Licin Tidak rata

    Ukuran 12mm 12mm

    Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Infiltrat Tidak ada Tidak ada

    Keratik

    Presipitat

    Tidak ada Tidak ada

    Sikatriks Tidak ada Tidak ada

    Ulkus Tidak ada Tidak ada

    Perforasi Tidak ada Tidak ada

    Arkus

    Senilis

    Tidak ada Tidak ada

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    6/21

    Edema Tidak ada Ada

    10.BILIK MATA DEPANKedalaman Normal DangkalKejernihan Jernih Keruh

    Hipopion Tidak ada Ada

    11.IRISWarna Coklat kehitaman Keruh

    Edema Tidak ada Ada

    Koloboma Tidak ada Tidak ada

    12.PUPILLetak Di tengah Di tengah

    Bentuk Bulat, reguler Membayang bulat

    Ukuran 3mm 3mm

    Refleks Cahaya

    Langsung

    Positif Positif lambat

    Refleks Cahaya Tak

    Langsung

    Positif Negatif

    13.LENSAKejernihan Jernih Keruh

    Letak Di tengah Di tengah

    Shadow Test Negatif Negatif

    14.BADAN KACAKejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    15.FUNDUS OKULIBatas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    7/21

    Rasio Arteri :

    Vena

    Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukanRetina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    16.PALPASINyeri Tekan Tidak ada Ada

    Massa

    Tumor

    Tidak ada Tidak ada

    Tensi Okuli Normal per palpasi Normal per palpasi

    Tonometri

    Schiotz

    Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan visus2. Slit lamp3. Pemeriksaan Tekanan Intra Okular4. Funduscopy5. USG biometri6. Kultur cairan vitreus

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    8/21

    V. RESUMESubjektif

    Pasien laki-laki berusia 32 tahun, 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, penglihatan mata

    kiri pasien secara mendadak gelap dan terasa nyeri. Sebelumnya mata kiri pasien kelilipan

    saat sedang bersepeda. Kemudian mata menjadi nyeri, sulit dibuka, kelopak mata bengkak,

    dan pandangan terasa gelap. Pasien tidak langsung ke dokter, ia hanya membasuh dengan air

    mengalir. 2 hari kemudian gejala tidak berkurang, saat itu pasien merasa badan meriang. Ia

    kemudian di bawa ke dokter umum dan dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito. 1 minggu setelah

    perawatan kondisi pasien membaik. Mata kiri tidak lagi nyeri namun penglihatan masih

    gelap.

    10 hari kemudian mata kiri pasien kembali nyeri disertai bengkak di kelopak mata,

    pandangan menjadi gelap. Ia kemudian di bawa ke RSM dr.YAP,

    Objektif

    Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan semua dalam batas normal.

    OD

    - Visus: 6/9

    OS

    - Visus: 1/~- Palpebra :

    Edema (+) Hiperemi (+)

    - Konjungtiva : Hiperemi (+) Kemosis (+) Injeksi Konjungtiva (+) Injeksi siliar (+)

    - Kornea :

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    9/21

    Keruh (+) Edema (+) Infiltrasi (+)

    - Bilik mata depan : Dangkal (+) Keruh (+) Hipopion (+)

    - Iris : Keruh (+) Edema (+)

    - Pupil : Cahaya langsung : positif lambat Cahaya tidak langsung : Negatif

    - Palpasi : Nyeri tekan (+)

    VI.

    DIAGNOSIS KERJA

    OD : Miopia

    OS : Endoftalmitis pasca trauma

    VII. DIAGNOSIS BANDING

    OD :

    - HipermetropiOS :

    - Endoftalmitis endogen- Reaksi inflamasi dari benda asing intra okuler

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    10/21

    VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

    1. Pemeriksaan visus2. Slit lamp3. USG biometri4. Funduskopi5. Pemeriksaan Tekanan Intra Okular6. Kultur cairan vitreus7. Pemeriksaan focus infeksi ditempat lain, untuk deteksi awal endoftalmitis

    endogen seperti : pemeriksaan gigi dan feces.

    IX. PENATALAKSANAAN ( untuk OS)1. Medika Mentosa- Sulfas Atropin 1% tiap 2 jam- Cendo Tobroson tiap 1 jam- Cendo Noncort tiap 30 menit- Giflok tiap 2 jam

    2. Non Medika Mentosa :- Operasi OS injeksi intravitreal vancomicin + amikacin

    X. PROGNOSISOKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

    Ad Vitam : Bonam Malam

    Ad Fungsionam : Bonam Malam

    Ad Sanationam : Bonam Malam

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    11/21

    ENDOFTALMITIS

    Anatomi dan Fisiologi Vitreous Humour

    Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini

    merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan

    molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit

    sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk

    meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya

    pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan

    memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi (Hanscom TA, 2004).

    Gambar 1 anatomi penampang sagital bola mata

    Definisi Endoftalmitis

    Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler, disertai

    dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan lanjut yangmengenai ketiga dinding bola mata, maka keadaan ini disebut panoftalmitis (Ilyas S. 1998;

    Vaughan and Asbury T, 1994)

    Pasien terlihat sakit disertai dengan demam, dan pada mata timbul gejala berupa mata

    sakit, merah, kelopak bengkak, edema kornea, keratik presipitat, disertai hipopion, refleks

    fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca. Tajam penglihatan sangat menurun.

    Tekanan bola mata sangat merendah dan kadang-kadang meninggi akibat massa supuratif

    yang tertumpuk di dalam bola mata (Ilyas S. 1998).

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    12/21

    Etiologi Endoftalmitis

    Penyebab peradangan ini adalah :

    - Endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik lainnya- Eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan penyulit infeksi

    pada pembedahan.

    Kuman penyebab biasanya disebabkan oleh Staphylococcus albus, Staphylococcus aureus,

    proteusdanpseudomonasdengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila endoftalmitis terjadi dalam

    2 minggu setelah trauma, maka keadaan ini mungkin disebabkan karena infeksi bakteri,

    sedangkan bila gejala terlambat mungkin infeksi disebabkan oleh jamur (Ilyas, 1998).

    Epidemiologi Endoftalmitis

    Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua kasus

    endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang dirawat.

    Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi sebagai mata kiri,

    mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk mengarahkan aliran darah ke arteri

    karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi Candida dilaporkan pada pengguna narkoba suntik

    telah meningkat. Jumlah orang yang beresiko mungkin meningkat karena penyebaran AIDS,

    sering menggunakan obat imunosupresif, dan lebih banyak prosedur invasif (misalnya,

    transplantasi sumsum tulang).

    Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah operasi

    intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi, endophthalmitis biasanya

    dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat, endophthalmitis

    postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi

    menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.

    Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap

    tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih tinggi.

    Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi okular.

    Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi pada bola mata di

    pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Keterlambatan dalam

    perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan peningkatan resiko

    berkembangnya endophthalmitis. Kejadian endophthalmitis yang disebabkan oleh benda

    asing intraokular adalah 7-31%.

    Patofisiologi Endoftalmitis

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    13/21

    Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan ketahanan

    alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis endogen,

    mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh invasi langsung

    (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan

    oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga

    disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari

    respon kekebalan.

    Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau

    koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada

    eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke

    jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat

    menyebabkan endophthalmitis eksogen (Hatch WV, et al., 2009; Miller JJ, et al., 2004; Smith

    MA, et al., 1997).

    Gejala dan Tanda Endoftalmitis

    Gejala

    Severe ocular pain Mata merah Lakrimasi Penurunan visus Fotofobia

    Tanda

    Kelopak mata bengkak dan eritema Konjungtiva tampak chemosis Kornea edema, keruh, tampak infiltrate Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang anterior) Iris odem dan keruh Pupil tampak yellow reflek Eksudat pada vitreus TIO meningkat atau menurun

    Jenis-Jenis Endoftalmitis

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    14/21

    Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

    Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu disebabkan

    oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu sampai dengan

    enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di minggu pertama pasca

    operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram

    positif, dimana yang paling sering adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus

    dan Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi

    silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan

    visus dan kekeruhan vitreus (Cooper Ba, et al., 2003; Smith SR, et al., 2007)

    Gambar 2 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

    Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

    Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu hingga enam

    minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda mata merah, penurunan

    ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang dapat ditemui yaitu

    adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat diamati, dihubungkan dengan

    adanya hipopion dan tanda-tanda moderat dari kekeruhan dan opacity dalam vitreous body

    ( Callegan MC, et al., 2002; Trofa D, et al., 2008)

    Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya plak kapsul putih

    dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous yang lebih rendah dibandingkan

    dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab endoftalmitis pseudofaki

    kronik adalah adanya beberapa bakteri yang memiliki virulensi rendah, dengan tanda-tanda

    inflammation yang berjalan lambat. Frekuensi paling sering yang menjadi penyebab dari

    chronic endiphthalmitis adalah Propionibacterium acnes dan Corynebacterium species (Trofa

    D, et al., 2008).

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    15/21

    Gambar 3 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

    Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma

    Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca operasi

    filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total jumlah kasus dengan

    operasi filtrasi antiglaukoma, endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama seperti di

    Katarak (0,1%). Trabeculectomydan trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang tersering,

    membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan cairan ke ruang bawah konjungtiva. Akumulasi

    cairan ini memungkinkan menjadi tempat peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi

    bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi. Tanda-tanda

    endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19% pasien, atau bahkan kemudian

    dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi.

    Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan

    tanda-tanda kumpulan pus di tempat akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera

    sebagai konsekuensi dari efek toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis

    Streptococcus dan Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus influenza juga

    menjadi salah satu penyebabnya (Wejde G, et al., 2005; Maguire JI, 2008; Benz MS, et al.,

    2004; Prajna NV, et al., 1998).

    Endoftalmitis Pasca Trauma

    Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi (20%),

    terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular. Dengan temuan klinis

    berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda infeksi biasanya

    berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh reaksi post-traumatic jaringan

    mata yang rusak. Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien

    berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    16/21

    diikuti oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan.

    (11%). Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit, hiperemi ciliary,

    gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam kasus endoftalmitis pasca-

    trauma, agen causative paling umum adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan

    Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik, khususnya dengan masuknya benda

    asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang

    benda asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat (Mistlberger A, et al., 1997;

    Sherwood, et al., 1989).

    Endoftalmitis Endogen

    Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma mata.

    Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan

    mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial terjadinya infeksi.

    Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya septicaemia, pasien dengan imunitas

    lemah, penggunaan catethers dan Kanula intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya

    menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan

    spesies Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis endogen

    adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%), dan gram negatif bakteri dalam 5% dari

    kasus (Sherwood, et al., 1989; (Lunstrom M, 2007).

    Gambar 4 Endoftalmitis Endogen

    Fungal Endoftalmitis

    Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah beberapa

    trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior atau vitreous body,

    atau transmisi secara hematogen dalam bentuk candidemia. Tidak seperti fungal

    chorioretinitis yang disebabkan oleh kandidiasis, yang disertai dengan tanda peradangan

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    17/21

    minimal pada vitreous body, fungal endoftalmitis merupakan penyakit serius dengan

    karakteristik tanda-tanda endoftalmitis akut (Hatch WV, et al., 2009).

    Gambar 5 Fungal Endoftalmitis

    Diagnosa Banding

    Endophthalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit untuk

    dibedakan dengan peradangan intraocular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa

    endopthalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada sebelumnya

    dan keratitis, diabetes, terapi glaukoma, dan bedah sebelumnya. Toxic anterior segment

    syndrome(TASS) juga termasuk dalam diagnosis diferensial endoftalmitis. TASS disebabkan

    oleh pengenalan substansi zat beracun selama operasi yang umumnya disebabkan oleh

    instrumen, cairan, atau lensa intraokular. Keratitis dan infeksi pasca operasi sering disertai

    dengan hipopion tanpa infeksi intraokular. lt ini penting untuk menghindari memperkenalkan

    infeksi eksternal (seperti dalam kasus keratitis bakteri) ke mata dengan melakukan

    paracentesis yang tidak perlu. Sel tumor dari limfoma mungkin menumpuk di vitreous, atau

    sel retinoblastoma dapat terakumulasi di ruang depan, simulasi peradangan intraocular. Pada

    retinoblastoma intraokular biopsi merupakan kontraindikasi. karakteristik yang paling

    membantu untuk membedakan endophthalmitis yang benar adalah bahwa vitritis ini progresif

    dan keluar dari proporsi lain temuan segmen anterior. Jika ragu, dokter harus menangani

    kondisi ini sebagai suatu proses infeksi (Smith MA, et al., 1997).

    Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    18/21

    Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk ditelitimikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.

    Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber infeksiStudi Imaging

    B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini jugapenting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting

    dalam pengelolaan dan prognosis.

    Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi

    Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)

    Periksa visus Slit lamp Tekanan intraokular Melebar funduscopy ultrasonografi

    Terapi

    Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis. Hasil akhir ini

    sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu. Tujuan dari terapi

    endophthalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi kerusakan jaringan dari

    produk bakteri dan peradangan, dan mempertahankan penglihatan. Dalam kebanyakan kasus

    terapi yang diberikan adalah antimikroba intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan

    dalam kasus yang parah, dilakukan vitrectomy. antibiotik di endophthalmitis (Gordon Y,

    2001).

    Non Farmakologi

    1. Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yangmengancam bola mata dan nyawa apabila tidak tertangani.

    2. Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga perludilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda inflamasi pada mata

    seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam penglihatan, kotoran pada mata untuk

    segera untuk diperiksakan ke dokter mata.

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    19/21

    3. Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan yangketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi

    hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi yang dapat menyerang

    mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal jika menyebar ke otak.

    4. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang memungkinkanmenjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.

    Farmakologi

    1. Antibiotik

    Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua kemungkinan

    patogen dalam konteks pengaturan klinis.

    I ntravitreal antibiotik

    Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg dalam 0.1ml

    Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml

    Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1 ml

    Antibiotik topikal

    Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)Antibiotik sistemik (jarang).

    Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti500 mg oral BD selama 6-7 hari, atau

    Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam2. Terapi steroid

    Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 57 hari Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50 mg, 40

    mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.

    3. Terapi suportif

    Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 23 harisekali.

    Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekananintraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    20/21

    Operatif

    Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah debridemen rongga

    vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat beracun lainnya untuk

    memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous yang dapat menyebabkan

    ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study

    (EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan

    lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam

    pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa (Gan IM, et

    al., 2005)

    Pencegahan

    1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi (blepharitis,kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif)

    2. Persiapan operasi, termasuk : Pov. Iodine 5-10% Sarung tangan steril Profilaksis topikal / perikoular antibiotik Profilaksis intravitreal (pada kasuskasus trauma)

    Prognosis

    Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis, jangka waktu

    infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari trauma. Diagnosa yang

    tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu meningkatkan angka

    kesembuhan endoftalmi (Gan IM, et al., 2005).

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr

    21/21

    Bannerman Tl, Rhoden D, McAllister SK, Miller JM, Wilson LA. The source of coagulase

    negative staphylococciin the Endophtalmitis Vitrectomy Study. A comparasion of eylid

    and intraocular isolates using pulsed field gel electrophoresis. Arch Ophtalmol1997;

    115: 357-61.

    Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic sensitivites: A 6 years

    review of culture proven cases. Am J Ophtalmol 2004; 137:1:38-42.

    Callegan MC, Elenbert M, Parke DW. Bacterial endophthalmitis: Epidemiology,

    therapeutics, and bacterialhost interactions. Clin Microbiol Rev 2002;15:1:111-24.

    Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of

    endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J

    Ophtalmol 2003; 136: 300-5.

    Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are ophtalmologists the

    villains ? The heroes? Am J Ophtalmol 2001; 131:3:371-6.

    Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M et al. Intravitreal

    dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative endophthalmitis:a

    prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol.2005;243(12):1200-5.