Case Report TMD Astri

download Case Report TMD Astri

of 29

Transcript of Case Report TMD Astri

CASE REPORT

TUMOR MAMMAE DEKSTRA Diajukan untuk Memenuhi PersyaratanPendidikan Program Profesi Dokter Stase BedahFakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :dr. Haryono, Sp. B

Diajukan Oleh:

Astri Khaerunisa Putri, S.KedJ 500100045

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2014

CASE REPORT

TUMOR MAMMAE DEKSTRA

Diajukan Oleh :

Astri Khaerunisa Putri, S.kedJ500100045

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari , Mei 2014

Pembimbing :dr. Haryono Sp. B (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :dr. Dona Dewi Nirlawati(.................................)

LAPORAN KASUS

A. IDENTITASNama: Nn. AUmur: 17 tahun Jenis Kelamin: Perempuan Pekerjaan: SiswiAgama: Islam Suku: Jawa Alamat: Suruh Tani, JatenTanggal MRS: 26 April 2014No. RM: 3052xx

B. ANAMNESIS1. Keluhan UtamaBenjolan pada payudara kanan

2. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke RSUD dengan keluhan utama terdapat benjolan pada payudara sebelah kanan. Keluhan dirasakan sejak 4 hari yang lalu, yang sebelumnya tidak disadari oleh pasien. Benjolan sebesar kelereng, dapat digerakkan, dan benjolan tidak terasa nyeri. Riwayat keluar cairan dan darah dari puting susu tidak ditemukan. Keluhan tidak disertai dengan demam, batuk, sesak, sakit kepala hebat, dan tidak disertai dengan bengkak pada lengan. Riwayat datang bulan pertama pada usia 13 tahun, siklus 30 hari, teratur.

3. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat Penyakit Serupa: disangkalb. Riwayat operasi di payudara: disangkalc. Riwayat Trauma pada daerah dada: disangkald. Riwayat Hipertensi: disangkale. Riwayat Alergiobat: disangkalf. Riwayat DM: disangkalg. Riwayat Penyakit Jantung: disangkalh. Riwayat menstruasi tidak teratur: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluargaa. Riwayat Penyakit Serupa: diakuib. Riwayat hipertensi: disangkalc. Riwayat DM: disangkal

5. Riwayat pribadi dan sosialPasien belum pernah menikah. Pasien sebagai siswi.

6. Keluhan Sistemika. Neuro:Intoleransi panas (-), intoleransi dingin (-), tangan bergetar (-), sulit tidur (-), mengantuk yang berlebihan (-)b. Cardio:Nyeri dada kambuh-kambuhan (-), dada berdebar-debar (-)c. Pulmo :Sesak napas (-), batuk (-), batuk berdahak (-)d. Abdomen : Diare (-), kembung (-), sulit BAB (-)e. Urologi :BAK lancarf. Musculoskeletal :Nyeri Otot (-), Nyeri sendi (-)

C. Pemeriksaan FisiK1. Status Generalisa. Keadaan Umum : Baikb. Kesadaran: Compos Mentisc. Vital SignTekanan Darah: 110/70 mmHgNadi: 85x/menitRespirasi: 20x/menitSuhu: 36oc

2. Status Internaa. Pemeriksaan KepalaNormocephalPupil isokhorKonjungtiva anemis (-/-)Sklera ikhterik (-/-)b. Pemeriksaan LeherKGB: tidak ada pembesaranJVP: tidak ada peningkatanc. Pemeriksaan Thorax Paru Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerakan tertinggal (-), retraksi intercostae (-) PalpasiDepanBelakang

----

----

----

FremitusDepanBelakang

NNNN

NNNN

NNNN

PerkusiDepanBelakang

SonorSonorSonorSonor

SonorRedupSonorSonor

SonorRedupSonorSonor

Auskultasi Suara dasar vesikuler

SDV DepanSDV Belakang

NNNN

NNNN

NNNN

Suara

TambahanRonkhi (-/-)

Wheezing (-/-)

Jantung Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak, tidak nampak massa Palpasi: Ictus cordis tidak kuat angkat di SIC V LMC sinistra Perkusi: Batas jantung atas SIC II LPS sinistra, batas jantung kanan, SIC IV LPS dextra, batas jantung kiri SIC IV LMC sinistra Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni, reguler, bising jantung (-)

d. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi: Permukaan perut rata, distended (-), massa (-), bekas luka operasi (-) Auskultasi: Peristaltik (+) normal Perkusi : Suara tympani Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muskuler (-)e. Pemeriksaan Ekstremitas Superior: Tidak ada kelainan Inferior : Tidak ada kelainal Akral: Hangat

3. Status LokalisPemeriksaan/RegioMammae SinistraMammae Dekstra

InspeksiWarna kulit mammae sama seperti warna kulit sekitarnya, penebalan kulit mammae tidak ada, kedua payudara tampak simetris, tak tampak adanya massa, cekungan atau dimpling mammae tidak ada, retraksi atau cekungan papilla mammae tidak ada, arah papilla mammae menunjuk, pengeluaran discharge secara spontan tidak ada.

PalpasiTidak teraba massa, papilla mamae : pengeluaran discharge tidak ada.Pembesaran KGB aksilla (-)Teraba sebuah massa disamping kanan papilla mammae, bentuk bulat, diameter 2 cm, permukaan licin, konsistensi kenyal padat, mobile, berbatas tegas, nyeri tekan (-).Papilla mammae : pengeluaran discharge tidak ada, pembesaran KGB aksila (-).

D. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Darah Rutin

E. RESUMENn. A, usia 17 tahun, mengeluh terdapat benjolan pada payudara kanan dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Konsistensi kenyal padat, mudah digerakkan, tidak nyeri tekan. Dari pemeriksaaan fisik, didapatkan adanya 1 buah massa pada payudara sebelah kanan. Massa terletak di samping kanan papilla mammae dengan bentuk bulat, diameter 2 cm, permukaan licin, konsistensi kenyal padat, mobile, berbatas jelas, nyeri tekan (-), papilla mamae normal, pembesaran KGB aksila tidak ada.

F. DIAGNOSIS KERJATumor mamme dekstra suspect Fibroadenoma Mammae dekstra

G. DIAGNOSIS BANDINGCa mammae dekstra

H. PENATALAKSAANEkstirpasi

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi PayudaraMammae terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, lemak, pembuluh darah, saraf, saluran getah bening, otot dan fascia. Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya dan bermuara pada puting susu. Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 asini grup. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari mammae (Schwartzs, 2006).

Gambar 1. Milky line(Schwartzs, 2006)

Jaringan ikat subcutis yang membungkus kelenjar mammae membentuk septa diantara kelenjar dan berfungsi sebagai struktur penunjang dari kelenjar mammae. Mammae dibungkus oleh fascia pectoralis superficialis dimana permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang berfungsi sebagai penyangga (Schwartzs, 2006).Setengah bagian atas mammae, terutama quadran lateral atas mengandung lebih banyak komponen kelenjar dibandingkan dengan bagian lainnya. Mammae terletak diantara fascia superficialis dinding thorax anterior dan fascia profunda (pectoralis), antara mammae dan dinding thorax terdapat bursa retromammaria yang merupakan ruang antara fascia superficialis dengan fascia profunda (pectoralis), dengan adanya bursa ini menjamin mobilitas mammae terhadap dinding thorax (Schwartzs, 2006).

Gambar 2. Potongan sagital mammae(Skandalakis)

Pada pria, mammae tetap rudimenter dengan komponen kelenjar mammae berkembang tidak sempurna, dimana acini berkembang tidak sempurna dengan ductus yang pendek, serta terjadi defisiensi perkembangan papilla mammae, areola dan parenkhimnya (Schwartzs, 2006).Pada wanita, mammae berkembang menjadi susunan yang kompleks. Pada wanita dewasa, mammae terletak di anterior dinding thorax setinggi costa 2 atau 3 sampai dengan costa ke 6 atau ke 7, dan terbentang antara linea parasternalis sampai dengan linea axillaris anterior atau media. Mammae pada wanita dewasa berbentuk hemisphere yang khas dengan ukuran, kontur, konsistensi dan densitas yang sangat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor-faktor hormonal, genetic dan diet (Schwartzs, 2006).Diameter rata-rata mammae sekitar 10-12 cm dan tebalnya antara 5-7 cm. Berat mammae bervariasi yaitu antara 150-225 gram pada mammae nonlaktasi, namun dapat mecapai 500 gram pada mammae laktasi (Schwartzs, 2006).

Gambar 3. Mammae tampak anterior(Sobotta)

Jaringan payudara terletak diantara jaringan lemak subcutaneous dan fascia pectoralis mayor dan otot-otot seratus anterior. cabang-cabang kelenjar bening dan pembuluh darah melewati ruang retromammary diantara permukaan posterior jaringan payudara dan fascia M.pectoralis mayor; oleh karena itu, tindakan mastectomy total yang benar adalah dilakukan di bawah fascia M. pectoralis. Dari dermis sampai fascia yang terdalam terdapat ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk payudara. Oleh karena itu, jika terdapat tumor pada payudara yang melibatkan ligamentum Cooper dapat menyebabkan penyusutan (penarikan) pada kulit dan retraksi kulit (Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2005).Lebih dalam lagi dari M. pectoralis mayor terdapat M. pectoralis minor. M. pectoralis minor dilapisi oleh fascia clavipectoral yang menyatu dengan fascia axilla. Vaskularisasi mammae terdiri dari arteri dan vena yaitu: 1. Arteria. Cabang-cabang perforantes A. mammaria interna (A. thoracica interna)b. Cabang lateral dari A. intercostalis posteriorc. Cabang-cabang dari A. axillarisd. A. thoracodorsalis yang merupakan cabang A. subscapularis2. Venaa. Cabang-cabang perforantes V. thoracica internab. Cabang-cabang V. axillaris yang terdiri dari V. thoraco-acromialis, V. thoracica lateralis dan V thoraco dorsalisc. Vena-vena kecil yang bermuara pada V. IntercostalisPersarafan kulit mammae bersifat segmental dan berasal dari segmen dermatom T2 sampai T6. Jaringan kelenjar mammae sendiri diurus oleh sistem saraf otonom. Pada prinsipnya inervasi mammae berasal dari N. intercostalis IV, V, VI dan cabang dari plexus cervicalis (Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong, 2011).Pengetahuan mengenai lokasi struktur saraf utama pada axilla sangatlah penting guna mengenal komplikasi dari diseksi pada daerah axilla. Saraf N. thoracalis berada di sepanjang dinding thorax pada sisi medial dari axilla. Nervus ini mempersarafi M. serratus anterior dan fiksasi scapula pada dinding dada saat melakukan ekstensi lengan. Cedera pada N. thoracalis ini dapat menyebabkan deformitas pada scapula. N. thoracodorsal mempersarafi M. latissimusdorsi. Cedera pada saraf ini dapat menyebabkan ketidakmampuan lengan untuk melakukan abduksi dan rotasi eksterna. Di daerah ruang axilla terdapat Nervus sensoris intercostobrachialis (N. Cutaneous brachialis), dimana cedera pada saraf ini dapat mengakibatkan mati rasa atau dysesthesia di sepanjang permukaan medial dan posterior lengan, juga mati rasa pada kulit axilla di sepanjang dinding dada yang dipersarafinya. Pada diseksi axilla saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa pasca bedah (Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2005).

B. Epidemiologi Tumor PayudaraC. Etiologi dan Faktor Risiko Tumor Payudara

D. Klasifikasi Tumor PayudaraBerdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor diklasifikasikan sebagai berikut:Tabel Klasifikasi Histologi Tumor Payudara

1.Non-invasif

a. Intraduktal

b. Lobular karsinoma in situ

2.Invasif

a. Karsinoma invasif duktal

b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen

intraduktal yang predominant

c. Karsinoma invasif lobular

d. Karsinoma mucinous

e. Karsinoma medullary

f. Karsinoma papillary

g. Karsinoma tubular

h. Karsinoma adenoid cystic

i.Karsinoma sekretori (juvenile)

j.Karsinoma apocrine

k. Karsinoma dengan metaplasia

i.Tipe squamous

ii. Tipe spindle-cell

iii. Tipe cartilaginous dan osseous

iv.Mixed type

l.Lain-Lain

3.Pagets disease of

the nipple

E. Staging Ca Mammae TNM StagingTxTumor primer tidak dapat ditentukanT0Tidak terbukti adanya tumorTisCarcinoma in situ: Ca intraductal, Ca lobular in situ, atau Pagets disease pada nipple tanpa tumorT1Ukuran terbesar tumor 2 cmT1a Ukuran terbesar tumor 0,5 cmT1b Ukuran terbesar tumor 0,5 cm tetapi tidak melebihi 1 cmT1c Ukuran terbesar tumor 1 cm tetapi tidak melebihi 2 cmT2Ukuran terbesar tumor 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cmT3Ukuran terbesar tumor 5 cmT4Tumor dengan ukuran berapapun dengan ekstensi langsung terhadap dinding dada atau kulit T4aEkstensi ke dinding dadaT4bEdema (termasuk Peau dorange) atau ulserasi kulit mammae atausatelit KGB kulit teraba pada mammae yang samaT4cT4a dan T4b T4dInflamatory carcinoma

KGB Regional (N)NxKGB regional tidak dapat dinilaiN0Tidak ada metastasis ke KGBN1Metastasis ke KGB axillaris ipsilateral, dapat digerakanN2Metastasis ke KGB axillaris ipsilateral, melekat terhadap KGB atau struktur lainN3Metastasis ke KGB mammae internal, ipsilateral

Metastasis jauh (M)MxAdanya metastasis jauh tidak dapat diperkirakan M0Tidak ada metastasis jauhM1Ada metastasis jauh (metastasis ke KGB supraclavicular ipsilateral)

Stage GroupingStage 0TisN0M0

Stage IT1N0M0

Stage IIAT0T1T2N1N1*N0M0M0M0

Stage IIBT2T3N1N0M0M0

Stage IIIAT0T1T2T3T3N2N2N2N1N2M0M0M0M0M0

Stage IIIBT4T berapapunN berapapunN3M0M0

Stage IVT berapapunN berapapunM1

Histopatologic gradeGX: Grade cannot be assessedG1: Well-differentiatedG2: Moderately differentiatedG3: Poorly differentiatedG4: Undifferentiated(Harris J.R, Lippman M.E, Morrow M, Osborne K, 2000., Morris J.P, Wood W.C, 2000).

F. Diagnosis1. InspeksiAhli bedah akan melakukan inspeksi pada payudara wanita. Simetri, ukuran dan bentuk payudara dinilai, adanya edema (peau dorange), retraksi papilla mammae, eritema (Schwartzs, 2006).

Gambar 5. Inspeksi dan Palpasi mammae(Schwartz, 2006)

2. Palpasi Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara dipalpasi secara hati-hati. Pemeriksaan pasien dalam posisi berbaring merupakan posisi yang terbaik. Ahli bedah akan melakukan palpasi secara lembut dari sisi ipsilateral, memeriksa seluruh kuadran payudara dari sternum bagian lateral sampai m. Latissimus dorsi, dan dari clavicula inferior sampai rectus bagian atas. Secara sistematis mencari pembesaran KGB (Schwartz, 2006).

3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Pada penyakit yang terlokalisasi tidak didapatkan kelainan hasil pemeriksaan laboratorium. Kenaikan kadar alkali fosfatase serum dapat menujukkan adanya metastasis pada hepar. Pada keganasan yang lanjut dapat terjadi hiperkalemia. Pemeriksaan laboratorium lain meliputi: Kadar CEA (Carcino Embryonic Antigen) MCA (Mucinoid-like Carcino Antigen) CA 15-3 (Carbohydrat Antigen), Antigen dari globulus lemak susu BRCA1 pada kromosom 17q (tahun 1990 oleh Mary Claire King- didukung ole The Breast Cancer Linkage Consortium) dari BRCA2 dari kromosom 13 (tahun 1994 oleh Michael Stratton dan college-Sutton, dipetakan secara lengkap tahun 1996) Gen AM (ataxia-telangiectasia) : ditemukan gen ini pada pasien bias sebagai predisposisi timbulnya Ca mammae

Radiologi X-foto thorax dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi adanya metastase ke paru-paru

MammografiDapat membantu menegakkan diagnosis apakah lesi tersebut ganas atau tidak. Dengan mammografi dapat melihat massa yang kecil sekalipun yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologis dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vascularisasi, perubahan posisi papilla dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah tunika dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi jaringan lunak belakang mammae dan adanya metastasis ke kelenjar.

USG (Ultrasonografi)Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga dapat membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca mammae yang klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat, batas ireguler, tekstur tidak homogen. Posterior dari tumor ganas mammae terdapat suatu Shadowing. Selain itu USG juga dapat membantu staging tumor ganas mammae dengan mencari dan mendeteksi penyebaran lokal (infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara lain ke KGB regional atau ke organ lainnya (misalnya hepar).

Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)FNAB dilanjutkan dengan FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology) merupakan teknik pmeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil punksi jarum terhadap lesi dengan maupun tanpa guiding USG. FNAB sekarang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cutting needle biopsy karena cara ini lebih tidak nyeri, kurang traumatic, tidak menimbulkan hematoma dan lebih cepat menghasilkan diagnosis. Cara pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif pada pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah keganasan sehingga biopsy eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil negative tersebut (Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y., 2006).

G. Terapi1. Terapi untuk Kelainan dan Penyakit Mammae JinakKista: investigasi awal dari massa yang terpalpasi adalah biopsi jarum, yang dapat mendiagnosis kista sejak awal. Sebuah 21-gauge needle dengan syringe 10 mL ditusukkan secara langsung ke massa, yang difiksasi dengan tangan yang tidak dominant. Volume dari kista tipikal adalah 5-10 mL, tapi dapat mencapai 75 mL atau lebih. Jika cairan yang teraspirasi tidak mengandung darah, makan dilakukan aspirasi hingga kering, lalu jarum ditarik, lalu dilakukan pemeriksaan sitologi. Setelah aspirasi, mammae dipalpasi lagi untuk menentukan adanya massa residual. Jika ada, dilakukan USG untuk menyingkirkan adanya kista persisten, dan dapat dilakukan reaspirasi. Bila masa solid, dilakukan pengambilang spesimen jaringan. Bila pada aspirasi ditemukan darah, makan diambil 2 mL untuk dilakukan pemeriksaan sitologi. Massa kemudian dilihat dengan USG dan adanya area solid pada dinding kista dilakukan biopsi jarum. Adanya darah biasanya dapat terlihat jelas, tetapi kista dengan cairan yang gelap perlu dilakukan occult blood test atau pemeriksaan mikroskopis untuk memastikan. Dua aturan kardinal dari aspirasi kista yang aman, yaitu (1) massa harus hilang secara komplit setelah aspirasi, (2) cairan harusnya tidak mengandung darah. Jika salah satu dari ketentuan tersebut tidak ditemukan, makan USG, biopsi jarum, dan mungkin biopsi eksisi direkomendasikan.Fibroadenoma: pengangkatan seluruh fibroadenoma telah dianjurkan terlepas dari usia pasien atau pertimbangan lainnya, fibroadenoma soliter pada wanita muda biasanya diangkat untuk menghilangkan kecemasan pasien. Walaupun begitu, kebanyakan fibroadenoma bersifat self-limitting dan banyak yang tidak terdiagnosis, sehingga pendekatan konservatif lebih digunakan. Pemeriksaan USG dan core-needle biopsy dapat memberikan diagnosis yang akurat. Kemudian, pasien dijelaskan mengenai hasil biopsi, dan eksisi fibroadenoma dapat dihindari.Sclerosing disorder: klinis dari sclerosing adenosis mirip dengan carcinoma. Oleh karena itu kelainan ini dapat disalahartikan sebagai carcinoma pada pemeriksaan fisik, mammography, dan pemeriksaan patologi makroskopis. Biopsi eksisi dan pemeriksaan histology seringkali diperlukan untuk menyingkirikan diagnosis carcinoma.Periductal mastitis: massa yang nyeri dibelakang areola mammae diaspirasi dengan 21-gauge needle yang melekat ke syringe 10 mL. Adanya cairan yang terambil dilakukan pemeriksaan sitologi dan untuk kultur digunaka medium transport yang sesuai untuk deteksi bakteri anaerob. Pasien diberi antibiotik mulai dari Metronidazol dan Dicloxacillin sambil menunggu hasil kultur. Kebanyakan kasus berrespon dengan baik, tetapi bila ditemukan pus, maka tindakan operatif harus dilakukan. Abses subareolar biasanya unilocular dan sering mengenai satu sistem duktus. USG preoperative dapat membantu menentukan daerah perluasannya. Ahli bedah dapat mengambil tindakan simple drainage (ada risiko problem berulang lagi) atau pembedahan definitive. Pada wanita child-bearing age, simple drainage lebih dipilih, tetapi bila ada infeksi anaerob, infeksi berulang sering terjadi. Abses berulang dengan fistula merupakan masalah yang sulit dan diterapi dengan fistulectomy atau major duct excision (tergantung keadaan). Bila abses periareolar yang terlokalisasi berulang pada daerah yang sama dan terbentuk fistula, tindakan yang lebih dipilih adalah fistulectomy. Di lain pihak, bila subareolar sepsis difus, lebih dari 1 segmen atau lebih dari 1 fistula, makan total duct excision lebih dipilih. Terapi antibiotik bermanfaat untuk infeksi berulang setalh eksisi fistulasi, dan dikonsumsi 2-4 minggu direkomendasikan sebelum total duct excision.Nipple inversion: lebih banyak wanita yang meminta koreksi dari congenital nipple inversion daripada nipple inversion sekunder dari duct ectasia. Walaupun biasanya hasilnya memuaskan, wanita yang melakukannya untuk alasan kosmetik harus selalu diberitahukan mengenai komplikasi operasi yaitu perubahan sensasi puting, nekrosis puting, dan fibrosis postoperative dengan retraksi puting. Oleh karena nipple inversion disebabkan oleh pemendekan duktus subareolar, pemisahan komplit dari duktus-duktus ini cukup untuk memberikan koreksi permanen dari kelainan ini.

2. Terapi untuk carcinoma mammae Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif. Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.

Gambar 7. Macam-macam operasi carcinoma mammae

Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan sitostatika adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV pengobatan primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.

a) Modified radical mastectomyKanker yang besar dan residual setelah adjuvant terapi (khususnya pada payudara yang kecil), kanker multisentris, dan pasien dengan komplikasi terapi radiasi merupakan indikasi dilakukannya operasi ini (Zollinger Atlas of Surgical Operation)Prosedur ini paling banyak digunakan, terdapat 2 bentuk prosedur yang biasa digunakan oleh para ahli bedah. Prosedur Patey dan modifikasi dari ScanlonM. pectoralis mayor tetap dipertahankan sedangkan M. pectoralis minor dan kelenjar limfe level I, II dan III pada axilla diangkat. Scanlon memodifikasi prosedur Patey dengan memisahkan tetapi tidak mengangkat M. pectoralis minor, sehingga kelenjar limfe apical (level III) dapat diangkat dan saraf pectoral lateral dari otot mayor dipertahankan. Prosedur yang dibuat oleh AuchinclossBerbeda dari prosedur Patey, yaitu dengan tidak mengangkat atau memisahkan M. Pectoralis minor. Modifikasi ini membatasi pengangkatan komplit dari kelenjar limfe paling atas, Auchincloss menerangkan bahwa hanya 2 % dari pasien yang memperoleh manfaat dengan adanya pengangkatan kelenjar limfe sampai level tertinggi. Ini yang membuat prosedur Auchincloss menjadi prosedur yang paling populer untuk Ca mammae di Amerika Serikat.

b) Total MastectomyTotal mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang mencakup operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia pectoralis. Total mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi dengan terapi radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB merupakan sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan seharusnya tidak diangkat, juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan dapat menahan penyebaran sel-sel ganas sebagai akibat trauma operasi (Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y, 2006)

c) Segmental MastectomyBerdasarkan cara operasinya, prosedur ini dibagi dalam 3 cara: Eksisi terbatas hanya mengangkat seluruh tumornya saja. Cara ini tidak dianjurkan untuk Ca mammae Eksisi seluruh tumor beserta jaringan mammae yang melekat pada tumor untuk meyakinkan batas jaringan bebas tumor. Eksisi seluruh tumor beserta seluruh quadrant mammae yang mengandung tumor dan kulit yang menutupinya (quadranectomy).Sebagian besar ahli bedah membatasi segmental mastectomy pada pasien-pasien dengan tumor yang kecil (