Case Report - Nisrina Karima Lisdianingtyas (1102010208).doc

10
GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU SEBAGAI DAMPAK PENYALAHGUNAAN GANJA DAN EKSTASI Abstrak Pendahuluan : Ganja dan ekstasi merupakan jenis narkoba yang paling sering disalahgunakan. Keduanya merupakan barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susuanan syaraf yang bisa merubah kepribadian seseorang menjadi buruk. Presentasi kasus : Tn.P menggunakan narkoba, terutama ganja dan ekstasi selama kurang lebih 30 tahun, telah di rehabilitasi, namun masih harus mengkonsumsi obat anti depressan karena susah tidur dan rasa paranoidnya terhadap suara keras atau bentakan. Diskusi : Ganja dan ekstasi akan memberikan efek stimulan yang membuat penggunanya merasa lebih relaks, bahagia, dan lebih percaya diri. Namun, ketika seseorang mengkonsumsi kedua zat tersebut terkadang juga dapat timbul rasa ketakutan, kecemasan, panik atau paranoid, sehingga ia bertindak agresif. Tapi, pada kebanyakan orang, setelah efek obat hilang, perilaku mereka akan membaik secara bertahap. Penggunaan ekstasi dan ganja dalam waktu yang lama dapat menyebabkan dysphoria, depresi, kecemasan, serangan panik, paranoid, perilaku obsesi, permusuhan, gangguan tidur, gangguan kontrol impuls, dan gangguan makan. Kesimpulan : Penyalahgunaan ganja dan ekstasi akan meninggalkan suatu efek residu yang akan menyebabkan seseorang menjadi susah tidur, cemas, takut, panik atau paranoid, sehingga melakukan tindakan agresif, selain itu juga dapat membuat orang menjadi depresi, oleh karenanya ia akan meminta obat anti depressan kepada dokter. Saat ini, dapat dilakukan terapi psikologis yaitu dengan cognitive behavioural therapy (CBT) yang terbukti efektif dalam mengatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Keyword : drug abuse, emotional and behavioural disorder Pendahuluan Narkoba terus mengancam Indonesia. Catatan Badan Narkotika Nasional (BNN) 1,5 persen populasi penduduk Indonesia atau sekitar 2,9 juta sampai 3,2 juta orang melakukan penyalahgunaan narkoba. Bahkan sekitar 15 ribu jiwa harus meninggal sia-sia tiap tahun karena barang haram tersebut. BNN juga mencatat bahwa jumlah tindak pidana narkotika dan psikotropika terus meningkat. Tahun 1997 hanya terjadi 622 kasus Narkoba. Memasuki tahun 2000-an, terjadi lebih dari 3 ribu kasus. Di atas tahun 2005, kasus Narkoba mencapai puluhan ribu. Tahun 2011, kasus Narkoba yang terungkap sebanyak 29.713 kasus dengan jumlah tersangka sebanyak 36.589 orang. Case Report – Gangguan Emosi dan Perilaku Sebagai Dampak Penyalahgunaan Ganja dan Ekstasi | 1

description

Case Report Blok Elektif

Transcript of Case Report - Nisrina Karima Lisdianingtyas (1102010208).doc

GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU SEBAGAI DAMPAK PENYALAHGUNAAN GANJA DAN EKSTASIAbstrak

Pendahuluan : Ganja dan ekstasi merupakan jenis narkoba yang paling sering disalahgunakan. Keduanya merupakan barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susuanan syaraf yang bisa merubah kepribadian seseorang menjadi buruk. Presentasi kasus : Tn.P menggunakan narkoba, terutama ganja dan ekstasi selama kurang lebih 30 tahun, telah di rehabilitasi, namun masih harus mengkonsumsi obat anti depressan karena susah tidur dan rasa paranoidnya terhadap suara keras atau bentakan.Diskusi : Ganja dan ekstasi akan memberikan efek stimulan yang membuat penggunanya merasa lebih relaks, bahagia, dan lebih percaya diri. Namun, ketika seseorang mengkonsumsi kedua zat tersebut terkadang juga dapat timbul rasa ketakutan, kecemasan, panik atau paranoid, sehingga ia bertindak agresif. Tapi, pada kebanyakan orang, setelah efek obat hilang, perilaku mereka akan membaik secara bertahap. Penggunaan ekstasi dan ganja dalam waktu yang lama dapat menyebabkan dysphoria, depresi, kecemasan, serangan panik, paranoid, perilaku obsesi, permusuhan, gangguan tidur, gangguan kontrol impuls, dan gangguan makan. Kesimpulan : Penyalahgunaan ganja dan ekstasi akan meninggalkan suatu efek residu yang akan menyebabkan seseorang menjadi susah tidur, cemas, takut, panik atau paranoid, sehingga melakukan tindakan agresif, selain itu juga dapat membuat orang menjadi depresi, oleh karenanya ia akan meminta obat anti depressan kepada dokter. Saat ini, dapat dilakukan terapi psikologis yaitu dengan cognitive behavioural therapy (CBT) yang terbukti efektif dalam mengatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi.Keyword : drug abuse, emotional and behavioural disorderPendahuluanNarkoba terus mengancam Indonesia. Catatan Badan Narkotika Nasional (BNN) 1,5 persen populasi penduduk Indonesia atau sekitar 2,9 juta sampai 3,2 juta orang melakukan penyalahgunaan narkoba. Bahkan sekitar 15 ribu jiwa harus meninggal sia-sia tiap tahun karena barang haram tersebut. BNN juga mencatat bahwa jumlah tindak pidana narkotika dan psikotropika terus meningkat. Tahun 1997 hanya terjadi 622 kasus Narkoba. Memasuki tahun 2000-an, terjadi lebih dari 3 ribu kasus. Di atas tahun 2005, kasus Narkoba mencapai puluhan ribu. Tahun 2011, kasus Narkoba yang terungkap sebanyak 29.713 kasus dengan jumlah tersangka sebanyak 36.589 orang.Ganja dan ekstasi merupakan jenis narkoba yang paling sering disalahgunakan. Dari hasil survey yang dilakukan UNODC (2005) didapatkan hasil bahwa jumlah pengguna ganja di dunia mencapai 80% dari 200 juta orang yang mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Di negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, lebih dari 30% populasinya telah menggunakan ganja. Ekstasi dianggap sebagai obat-obatan terlarang kedua yang paling umum digunakan setelah ganja. UN World Drug Report (2004) memperkirakan bahwa lebih dari 8,3 juta orang di seluruh dunia telah mengkonsumsi ekstasi. Ekstasi digemari karena efek stimulannya terhadap tubuh yang membuat seseorang menjadi merasa tenang, rasa capek hilang, tidak mengantuk dan meningkatkan rasa percaya diri, serta cara mengkonsumsinya yang mudah yaitu tinggal diminum.

Padahal, keduanya merupakan barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf yang bisa merubah kepribadian seseorang menjadi buruk. Penyalahgunaan keduanya dapat menimbulkan akibat atau resiko, secara psikososial penyalahgunaan ganja dan ekstasi akan mengubah seseorang menjadi pemurung, pemarah, pencemas, depresi, paranoid, dan mengalami gangguan jiwa, menimbulkan sikap masa bodoh, tidak peduli dengan norma masyarakat, hukum, dan agama, serta dapat mendorong melakukan tindak kriminal, seperti: mencuri, berkelahi, dan lain-lain.Deskripsi kasus Tn. P, 49 tahun, telah menikah dan memiliki 4 orang anak, bekerja di Production House, sedang menjalani rawat jalan di RSKO Jakarta, sebelumnya telah menjalani program detoksifikasi selama 3 bulan dan rehabilitasi selama 12 bulan.

Pasien mengenal narkoba, terutama ganja, sejak kelas 3 SMP karena dibawakan oleh saudaranya yang tinggal di Aceh. Karena rasa ingin tahunya, ia pun mencoba dan terus menggunakannya selama kurang lebih 30 tahun. Pasien terus mengkonsumsi narkoba karena keadaan lingkungannya yang juga mendukung, sehingga ia mudah mendapatkan barang tersebut. Pasien mengaku telah mecoba semua jenis narkoba, namun yang sering ia konsumsi adalah ganja dan ekstasi.

Pasien tidak memiliki masalah, baik itu dengan orangtua maupun keluarganya. Pasien mengaku orangtua dan keluarganya tidak ada yang menggunakan narkoba dan mengetahui jika ia mengkonsumsi narkoba, namun tidak melarangnya, hanya saja istri pasien mengingatkan agar ia tidak mengunnakannya di depan anak-anak.

Pasien telah mengkonsumsi narkoba dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga walaupun telah direhabilitasi, pasien harus terus mengkonsumsi obat anti depressan, karena ia masih susah tidur dan sering bertindak agresif karena rasa paranoidnya terhadap suara keras atau bentakan.Setelah direhabilitasi, pasien bertekad untuk tidak mengkonsumsi narkoba lagi karena takut dengan ancaman penjara yang ada saat ini.DiskusiGangguan emosi dan perilaku adalah keadaan emosi yang menyebabkan gangguan pada diri seseorang, sehingga melakukan suatu tindakan tertentu, baik karena emosi yang timbul terlalu kuat atau emosi yang tidak hadir. Pada umumnya, gangguan ini berkisar pada persoalan takut dan kecemasan. Takut sebagai reaksi terhadap situasi yang dirasa berbahaya atau mengancam dirinya dan cemas sebagai antisipasi dari rasa takut. Selain itu, gangguan ini juga dapat berupa rasa panik, depresi, dsb.

Dalam kasus ini, pasien mengaku bahwa ia telah mengalami ketergantungan terhadap narkoba selama kurang lebih 30 tahun, terutama pada ganja dan ekstasi, sehingga walaupun telah menjalani program rehabilitasi, pasien masih harus terus minum obat anti depresi karena sampai saat ini ia masih susah tidur dan sering bertindak agresif karena rasa paranoidnya terhadap suara keras atau bentakan.

Ganja atau marijuana merupakan salah satu narkotika alami yang diperoleh dari tanaman perdu Cannabis sativa. Ganja (marijuana) akan memberikan efek stimulan yang membuat penggunanya merasa lebih relaks, bahagia, dan lebih banyak bicara, serta dapat meningkatkan nafsu makan. Namun, ketika seseorang menggunakan ganja terkadang juga dapat timbul rasa ketakutan, kecemasan, panik atau paranoid, sehingga ia bertindak agresif. Tapi, pada kebanyakan orang, setelah efek obat hilang, perilaku mereka akan membaik secara bertahap. Ganja mengandung suatu zat aktif yang bersifat addiktif yaitu delta-9-THC, biasa disebut THC. Saat seseorang mengkonsumsi ganja, THC akan diserap di dalam aliran darah, lalu menyeberangi BBB (blood brain barrier) dan bekerja pada susunan syaraf pusat atau otak, menimbulkan efek stimulan yang diharapkan.Ketika seseorang mengkonsumsi ganja secara teratur, biasanya akan terjadi suatu toleransi, sehingga mereka harus mengkonsumsinya dalam dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama seperti saat mereka pertama kali menggunakannya. Jika seseorang mengalami ketergantungan dan tiba-tiba berhenti menggunakannya, mereka biasanya akan mengalami gejala penarikan withdrawl. Gejala withdrawl ini dapat berupa: mejadi cepat marah, cemas dan gelisah, agresif atau bertindak kasar, tidak nafsu makan, keringat berlebih (terutama pada malam hari), dan susah tidur.Studi yang dilakukan oleh NCPIC (2008) menunjukkan bahwa kekerasan dapat terjadi lebih sering di antara orang-orang yang menggunakan ganja secara teratur, daripada mereka yang menggunakannya sesekali atau tidak sama sekali.Mengapa demikian? Saat menggunakan ganja, perilaku seseorang akan menjadi aneh dan menimbulkan reaksi dari orang-orang yang berada disekitarnya. Karena reaksi tersebut, pengguna ganja mungkin mengalami hal-hal berikut: (1) Kebingungan - mereka salah memahami apa yang sedang terjadi atau apa yang sedang orang lain katakan dan lakukan, (2) Paranoid - mereka mendengar suara-suara atau berpikir bahwa orang-orang disekitarnya ada untuk mendapatkan mereka, sehingga (3) mereka menjadi merasa terancam atau takut. Sedangkan, saat orang berhenti menggunakan ganja mereka akan mengalami berbagai gejala penarikan diri seperti: gangguan tidur, gampang marah, nafsu makan menurun, gugup, gelisah, dan berkeringat.

Hal-hal yang dialami tersebut akan membuat ia marah, yang merupakan respon emosional terhadap perasaan terancam atau frustrasi. Kemarahan ini berkisar dari iritasi ringan sampai marah dengan tindakan kekerasan. Beberapa orang dapat mengekspresikan kemarahan mereka dengan cara yang terkontrol dan konstruktif sementara yang lain menyerang secara agresif, tidak terkendali.

Ekstasi juga bersifat stimulant, namun obat ini merupakan suatu psikotropika. Seseorang biasanya menggunakan ekstasi untuk meningkatkan moodnya, namun obat ini tidak akan meninggalkan pemakainya begitu saja. Setelah menggunakan ekstasi biasanya suasana hati orang tersebut akan memburuk dan berlangsung selama beberapa hari, hal ini dikenal sebagai midweek blues. Selain itu, beberapa studi juga menunjukkan bahwa peningkatan agresi dan kemarahan dapat terjadi setelah mengkonsumsi ekstasi.

Cara kerja ekstasi (MDMA) adalah berikatan dengan transporter serotonin otak, mencegah serotonin reuptake, dan meningkatkan aktivasi reseptor serotonin. Serotonin berhubungan dengan regulasi beberapa domain perilaku di otak, termasuk diantaranya suasana hati, kontrol perilaku, dan kewaspadaan. Ekstasi memiliki potensi untuk menyebabkan efek neurotoksik. Penggunaan ekstasi secara reguler biasanya akan dikaitkan dengan gejala suasana hati meningkat, seperti kecemasan, depresi, dan disfungsi eksekutif. Jika telah digunakan dalam waktu yang lama, ekstasi dapat menyebabkan dysphoria, depresi, kecemasan, serangan panik, paranoid, perilaku obsesi, permusuhan, gangguan tidur, gangguan kontrol impuls, dan gangguan makan. Bukti bahwa pengguna MDMA rentan mengalami kecemasan dan depresi telah tercermin pada tikus, dimana perilaku kecemasan terus bertahan sampai tiga bulan setelah mengkonsumsi MDMA. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam reseptor dan tingkat transporter mungkin cukup untuk menghasilkan efek perilaku jangka panjang.

Suatu studi dilakukan dan didapatkan hasil bahwa penggunaan keduanya (ganja dan ekstasi) secara reguler akan meningkatkan kemungkinan masalah kesehatan mental, khususnya berkaitan dengan paranoid. Hal ini disebabkan karena keduanya memiliki pengaruh independent pada proses neurotransmitter otak yang relevan dengan disfungsi dalam gangguan kejiwaan, dimana ganja akan merangsang reseptor cannabioid dan ekstasi mengaktivasi reseptor serotonin.Efek residual yang ditinggalkan oleh kedua obat tersebut membuat pasien sampai dengan saat ini masih mengkonsumsi obat anti depressan. Padahal, penggunaan bersamaan antara ekstasi dan anti depressan memiliki potensi untuk menyebabkan toksisitas serotonin. Oleh karenanya, dapat dilakukan terapi psikologis yang kemungkinan menimbulkan resikonya lebih kecil, salah satunya dengan cognitive behavioural therapy (CBT).Cognitive behavioural therapy (CBT) merupakan salah satu pendekatan psikoterapi yang paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. CBT merupakan terapi bicara yang dapat membantu seseorang mengelola masalahnya dengan mengubah cara ia berpikir dan berperilaku.

CBT tidak dapat menghapus masalah seseorang, tetapi dapat membantunya mengelola masalah tersebut dengan cara yang lebih positif, sehingga kehidupannya dapat berjalan dengan lebih baik. CBT membantu menghentikan pikiran-pikiran negatif, yang bertujuan untuk memecah faktor yang membuat orang tersebut merasa buruk, cemas, atau takut sehingga lebih mudah untuk mereka manage dan kendalikan. Dalam pandangan Islam tidak disebutkan bahwa penggunaan narkoba itu hukumnya haram, akan tetapi melihat dampak penyalahgunaan dari narkoba itu sangat membahayakan, lebih banyak madharatnya dari pada manfaatnya, maka Islam memutuskan bahwa narkoba itu hukumnya haram.

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. (QS. Al-Baqarah: 219)Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan hukumnya haram, sedangkan narkoba lebih berbahaya dari khamr, tidak hanya membuat orang menjadi mabuk (kehilangan akal), tetapi juga dapat membuat orang yang menyalahgunakan menjadi mati. Melihat bahaya narkoba tersebut, maka hukum penggunaannya adalah haram.

Narkoba tidak hanya sekedar membuat mabuk, tetapi narkoba juga merusak saraf. Oleh karena itu narkoba harus dijauhi dengan sejauh-jauhnya. Melihat bahaya narkoba yang sangat besar, maka Allah SWT memerintahkan agar sesuatu yang dapat membahayakan seperti minuman keras, narkoba dan lain-lainnya itu supaya dijauhi. Sebagaimana firman Allah :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah: 90)

Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal ibnu Abbas bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda: Malaikat Jibril datang kepadaku lalu berkata: Hai Muhammad, Allah melaknat minuman keras, yang memerasnya, yang meminumnya, orang yang menerima penyimpanannya, orang yang menjualnya, orang yang membelinya, orang yang menyuguhkannya dan orang-orang yang mau disuguhi.

Hadits ini menganalaogikan narkoba kepada khamr, oleh karena narkoba mempunyai sifat merusak melebihi khamr, sehingga pengguna (ganja, putaw, ekstasi, kokain dan sejenisnya) yang meracik, penanam, pemproses, penyimpan, penjual, pembeli bahkan yang menyuguhkan serta orang-orang yang mau disuguhi, semua dilaknat Allah, mendapat murka Allah dan dosa.

Merujuk kepada ayat dan hadits di atas, Islam memandang penggunaan narkoba adalah haram hukumnya, memang ada manfaatnya tetapi ada juga mudharatnya, namun kerugian dan mudharatnya lebih besar dari manfaatnya, sehingga sebisa mungkin jauhkan diri kita dari menggunakan narkoba.KESIMPULAN

Penggunaan ganja dan ekstasi yang merupakan suatu narkoba diharamkan dalam Islam, karena kerugian dan mudharatnya lebih besar dari manfaatnya.Penyalahgunaan ganja dan ekstasi dapat menyebabkan gangguan mental dan perilaku, karena keduanya akan mengganggu system neurotransmitter di dalam susunan syaraf pusat (otak). Efek residu yang ditinggalkan oleh kedua obat tersebut akan menyebabkan seseorang menjadi susah tidur, cemas, takut, panik atau paranoid, sehingga melakukan tindakan agresif, selain itu juga dapat membuat orang menjadi depresi, oleh karenanya ia akan meminta obat anti depressan kepada dokter.Saat ini, dapat dilakukan terapi psikologis yaitu dengan cognitive behavioural therapy (CBT) yang terbukti efektif dalam mengatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. CBT tidak menghapus masalah seseorang, tetapi membantunya mengelola masalah tersebut dengan cara yang lebih positif.

SARAN

Untuk mengatasi rasa paranoid pasien terhadap suara keras atau bentakan, sebaiknya pasien dikenalkan dengan terapi psikologis: CBT (cognitive behavior therapy), yang akan membuat pasien dapat mengelola impuls yang diterimanya (bentakan yang didengar) sebagai suatu pikiran positif bahwa orang tersebut tidak sedang meneriaki dirinya, sehingga ia dapat mengendalikan tindakannya dan menjalani kehidupan dengan lebih baik.UCAPAN TERIMA KASIH Saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang atas nikmat dan rahmatnya saya bisa menyelesaikan case report ini. Terima kasih juga kepada RSKO Jakarta dan dr.Intan selaku Kepala Instalasi Rehabilitasi dan Detoksifikasi RSKO Jakarta. Saya juga berterima kasih kepada Tn.P yang sudah menceritakan kasusnya yang saya tulis di dalam case report ini. Saya berterima kasih kepada pembimbing tutor yaitu dr.Siti Resmi Kartini yang membimbing blok kepeminatan Drug Abuse kelompok 5 sehingga case report dapat dibuat dengan hasil yang memuaskan. Kepada semua anggota kelompok 5 Drug Abuse, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.

DAFTAR PUSTAKAAdam, S. 2012. Dampak Narkotika Pada Psikologi dan Kesehatan Masyarakat. http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/article/view/862/804. 16 November 2013 (07:52)Badan Narkotika Nasional. 2012. Data Tindak Pidana Narkoba di Indonesia 2007-2011. http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/31/20120531153207-10234.pdf. 15 November 2013 (10.15)Gono, J.N.S. 2011. Narkoba: Bahaya Penyalahgunaan dan Pencegahannya. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/forum/article/download/3162/2838. 15 November 2013 (10.30) Morton, J. 2005. Ecstasy: Pharmacology and Neurotoxicity. Current Opinion in Pharmacology 15(1): 79-86.National Cannabis Prevention and Information Center. 2008. Cannabis and Aggression. http://ncpic.org.au/ncpic/publications/factsheets/article/cannabis-and-aggression. 16 November 2013 (11.48)National Cannabis Prevention and Information Center. 2008. Marijuana or Cannabis. http://www.health.gov.au/internet/drugs/publishing.nsf/content/marijuana/$file/Marijuana%20or%20cannabis.pdf. 18 November 2013 (20.16)NHS. 2012. Cognitive Behavioural Therapy. http://www.nhs.uk/conditions/Cognitive-behavioural-therapy/Pages/Introduction.aspx. 16 November 2013 (22.21)Refeiater, U.H. 2011. Penyalahgunaan Narkoba. http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/article/view/65/60. 16 November 2013 (08:53) Scott L.A., R. Amanda, B. Raimondo, M. Allison, dan B. Lucy. 2012. The Impact of Comorbid Cannabis and Methamphetamine Use on Mental Health among Regular Ecstasy Users. Addictive Behaviors 37 (9): 1058-1062.Tuasikal, M.A. 2012. Narkoba dalam Pandangan Islam. http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/narkoba-dalam-pandangan-islam.html. 16 November 2013 (23:16)Case Report Gangguan Emosi dan Perilaku Sebagai Dampak Penyalahgunaan Ganja dan Ekstasi | 1

Case Report Gangguan Emosi dan Perilaku Sebagai Dampak Penyalahgunaan Ganja dan Ekstasi | 6