Case Report Ileus Obstruktif

61
LAPORAN KASUS ILEUS OBSTRUCTIVE Penyusun : Anasti Putri. P Ayu Rizkiyah Monica Olivine Pembimbing : dr. Endang Marsiti, Sp. B Selasa, 17 Februari 2015 Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah Sub Departement Bedah Umum Rumah Sakit Umum Bekasi Periode 5 Januari – 14 Maret 2015

description

please, use it wisely..

Transcript of Case Report Ileus Obstruktif

  • LAPORAN KASUS

    ILEUS OBSTRUCTIVE

    Penyusun : Anasti Putri. P

    Ayu Rizkiyah

    Monica Olivine

    Pembimbing : dr. Endang Marsiti, Sp. B

    Selasa, 17 Februari 2015

    Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

    Sub Departement Bedah Umum

    Rumah Sakit Umum Bekasi

    Periode 5 Januari 14 Maret 2015

  • LAPORAN KASUS

  • LAPORAN KASUS

    Identitas

    Anamnesis

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan Penunjang

    Diagnosis dan Diagnosis Banding

    Penatalaksanaan

    Komplikasi

    Rencana Penjajakan

    Prognosis

  • IDENTITAS PASIEN

  • IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. AR

    Usia : 38 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Pendidikan Terakhir : D3

    Pekerjaan : Supir di perusahaan Asing

    Status : Menikah

    Alamat : Jln. Dewi Sartika

    RT03/RW06 Bekasi

    Suku Bangsa / Agama : Jawa / Islam

    No. Rekam Medis : 00.55.45.51

    Tanggal Masuk : 2 Februari 2015

  • ANAMNESIS

  • ANAMNESIS

    Anamnesis dilakukan di bangsal Tulip pada hari Selasa, 3 Februari 2015

    pukul 06.30 WIB, secara allo dan auto anamnesis.

    Tidak dapat buang angin 12 hari yang lalu

    Keluhan Utama

    OS datang ke IGD RSU Bekasi pada tanggal 2 Februari 2015 dengan keluhan tidak dapat buang angin sejak 12 hari SMRS.

    OS juga mengaku sejak 12 hari SMRS nyeri perut dirasakan terus menerus, di selurh perut. Dan OS mengatakan perut terlihat semakin membuncit.

    Mual (+), muntah (+), sejak 10 hari SMRS, berisi makanan, 1-2 jam pasca makan.

    OS mengaku terdapat penurunan nafsu makan, dan cepat terasa kenyang sejak kurang lebih 3 bulan SMRS.

    BAB dirasakan OS lancar, walaupun sedikit. Terakhir BAB kemarin pagi, isi sedikit, berlendir, darah (-).

    Demam (-)

    Riwayat Penyakit Sekarang

  • ANAMNESIS (2)

    OS telah dirawat di RS RL sejak tanggal 25 Januari 2 Februari 2015, dengan keluhan yang sama.

    Sekitar awal bulan Desember, OS mengaku pernah datang ke IGD di RS AM karena keluhan perut terasa begah dan sulit BAB, namun setelah diberi pencahar supp, OS dapat kembali BAB. Namun keluhan perut terasa begah tetap dirasakan

    OS mengaku tidak memiliki keganasan, ataupun sedang melakukan kemoterapi.

    Riwayat pengobatan TB (-)

    Riwayat operasi sebelumnya (-)

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Keganasan (-)

    Riwayat Penyakit Keluarga

    OS merokok sudah lebih dari 10 tahun, 3 bungkus perhari.

    OS mengaku tidak suka makan sayur.

    Riwayat Kebiasaan

  • ANAMNESIS (2)

    3 bulan yang lalu

    Perut terasa begah;

    Pernah datang ke di RS AM karena perut terasa begah dan sulit BAB.

    Keluhan perut terasa begah, dan penurunan nafsu makan; bila makan cepat terasa kenyang.

    10 yang lalu

    Tidak bisa buang angin,

    mual (+) dan muntah (+), 2-3 jam pasca makan, isi makanan.

    25 Januari 2015

    Masuk RS RL

    Dengan keluhan sama, dan muntah yang semakin hebat.

    2 Februari 2015

    Keluar dari RS RL dengan alasan masalah penanggungan biaya jaminan kesehatan. Dan datang ke IGD RSU Bekasi.

  • PEMERIKSAAN FISIK

  • PEMERKSAAN FISIK

    Composmentis

    Tampak sakit sedang

    Keadaan Umum

    BP : 150/100 mmHg

    HR : 88 kali/menit

    RR : 25 kali/menit

    Temp : 37,3oC

    Tanda Vital

    Pemeriksaan fisik dilakukan di bangsal Tulip pada hari Selasa, 3 Februari

    2014 pukul 06.30 WIB.

  • PEMERIKSAAN FISIK (2)

    KA -/-; SI -/-; oedema palpebra -/-

    Kepala

    KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba masa; Distensi vena leher (-);; JVP 5cmHg

    Leher

    Pulmo : vesikuler +/+; wheezing -/-; rhonki -/-

    Cor : S1S2 regular; Murmur (-); Gallop (-)

    Thorax

    Tampak membuncit; dam contour (-); dam stable (-); venektasi (-)

    BU 1 kali per menit, metallic sound (-)

    Nyeri tekan pada seluruh kuadran, organomegali tidak dapat diperiksa

    Timpani, Shifting dullnes (-)

    Abdomen

    Hangat: atas +/+; bawah +/+

    Pitting oedema: atas -/-; bawah -/-

    Ekstremitas

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Lab. Darah

    Lengkap

    Protein lengkap, Elektrolit

    Foto Abdomen 3 posisi

  • HASIL PEMERIKSAAN DARAH (25 JANUARI 2015)

    Parameter Hasil Nilai Rujukan

    Seri DHF

    Hemoglobin 17.1 13,2-17,4 g/dl

    Leukosit 13.8 3,80-10,60 x103/

    Eritrosit 4,27 4,50-6,50 x106/

    Trombosit 332 150-440 x103/

    Hematokrit 51 % 40,0-52,0 %

    Glukosa

    Glukosa Darah Sewaktu 116 < 140 mg/dl

    Elektrolit

    Natrium 141 135-147 mEg/L

    Kalium 3.95 3.5-5 mEg/L

    Calsium 101 95-111 mEg/L

  • HASIL PEMERIKSAAN DARAH (2 FEBRUARI 2015)

    Parameter Hasil Nilai Rujukan

    KIMIA KLINIK

    Protein Total 7.5 6.6-8.0 g/dl

    Albumin 3.38 3.5-4.5g/dl

    Globulin 4.12 1.5-3.0 g/dl

    FUNGSI HATI

    AST 24

  • RONTGEN ABDOMEN 3 POSISI

  • RONTGEN ABDOMEN 3 POSISI (2)

  • RONTGEN ABDOMEN 3 POSISI (3)

  • DIAGNOSIS KERJA

  • DIAGNOSIS

    Ileus obstructive et cause tumor intra abdominal

    Hipoalbuminemia

    Electrolyte imbalance

    Diagnosis Kerja

  • PENATALAKSANAAN

  • PENATALAKSANAAN

    Non per oral intake

    Pasang IV line

    Pasang NGT

    Pasang DC

    Non-Medika Mentosa

    IVFD RL 1000ml/24jam

    Ceftriaxon 2x1gr

    Pumpitor 1x1gr

    Anjuran: extra albumin; koreksi Natrium dan Clorida

    Medika Mentosa

    Terapi lanjut

    Rencana laparotomi eksplorasi

    Konsul Sp.B

  • LAPORAN OPERASI (3 FEBRUARI 2015)

    Ileus obstruktif et cause susp. Tumor Colon

    Dx. Pre-Operative

    Ileus obstruktif et cause tumor colon sigmoid

    Dx. Post-Operative

    Laparatomi eksplorasi

    Reseksi colon sigmoid

    Anastomosis end to end

    Apendiktomi

    Tindakan Operasi

    Colon desenden dan sigmoid

    Apendiks

    Jaringan yang Dieksisi/Insisi

  • KOMPLIKASI

  • KOMPILASI

    Ileus Obstructive

    Intra abdominal abses

    Sepsis

    Multi organ failure

    Pasca Laparotomy

    Electrolyte imbalance

    Asidosis/alkalosis metabolik

    Sepsis

    Wound dehiscence

    Ileus paralitik

    Hernia insisional

  • RENCANA PENJAJAKAN

  • RENCANA PENJAJAKAN

    Pemantauan tanda vital, NGT dan drain secara rutin

    Pemeriksaan PA

    Pemeriksaan CT-Scan

    Leukosit

    Protein total, Albumin dan Globulin

    Elektrolit darah

    Pemeriksaan Lab secara berkala

  • PROGNOSIS

  • PROGNOSIS

    Ad Vitam : in dubia

    Ad Sanationam : in dubia

    Ad Functionam : in dubia

  • TINJAUAN PUSTAKA

  • DEFINISI

  • DEFINISI

    Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi

    karena adanya daya mekanik yang bekerja atau

    mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan

    penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal

    tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.

    Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai

    kegagalan isi intestinal untuk melanjutkan

    perjalanannya menuju ke anus.

    Obstruksi intestinal ini merujuk pada adanya sumbatan

    mekanik atau nonmekanik parsial atau total dari usus

    besar dan usus halus.

  • ETIOLOGI

  • ETIOLOGI

  • KLASIFIKASI

  • KLASIFIKASI

    Klasifikasi

    Penyebab

    Letak

    Jenis

    Klinis

  • KLASIFIKASI (1)

    Lesi intraluminal, seperti fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu

    Lesi intramural, seperti malignansi atau inflamasi.

    Lesi ekstramural, seperti adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.

    Berdasarkan Penyebab (Yates, 2004)

    Letak tinggi: Duodenum-Jejunum

    Letak tengah: Ileum Terminal

    Letak rendah: Colon-Sigmoid-rectum

    Berdasarkan Lokasi

  • KLASIFIKASI (3)

    Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005):

    a. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.

    b. Ileus obstruktif strangulasi, adanya penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren

    c. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.

    Untuk keperluan klinis dan berdasarkan letak sumbatan, ileus obstruktif dibagi dua (Ullah et al., 2009):

    a. Ileus obstruktif usus halus, yaitu obstruksi letak tinggi dimana mengenai duodenum, jejunum dan ileum

    b. Ileus obstruktif usus besar, yaitu obstruksi letak rendah yang mengenai kolon, sigmoid dan rectum.

  • PATOFISIOLOGI

  • PATOFISIOLOGI

    Ileus obstruktif mengakibatkan akumulasi cairan intestinal di proksimal daerah obstruksi disebabkan karena adanya gangguan mekanisme absorbsi normal proksimal daerah obstruksi serta kegagalan isi lumen untuk mencapai daerah distal dari obstruksi.

    Akumulasi cairan intralumen proksimal daerah obstruksi terjadi dalam beberapa jam dan akibat beberapa faktor. Asupan cairan dan sekresi lumen yang terus bertambah terkumpul dalam intestinal.

    Aliran darah meningkat ke daerah intestinal segera setelah terjadinya obstruksi, terutama di daerah proksimal lesi, yang akhirnya akan meningkatkan sekresi intestinal.

    Hal ini bertujuan untuk menurunkan kepekaan vasa splanknik pada daerah obstruksi terhadap mediator vasoaktif. Pengguyuran cairan intravena juga meningkatkan volume cairan intralumen.

    Sekresi cairan ke dalam lumen terjadi karena kerusakan mekanisme absorpsi dan sekresi normal. Distensi lumen menyebabkan terjadinya kongestif vena, edema intralumen, dan iskemia.

  • PATOFISIOLOGI (2)

    Peningkatan volume intralumen menyebabkan terjadinya

    distensi intestinal di bagian proksimal obstruksi, yang

    bermanifestasi pada mual dan muntah. Proses obstruksi

    yang berlanjut, kerusakan progresif dari proses absorbsi dan

    sekresi semakin ke proksimal. Selanjutnya, obstruksi

    mekanik ini mengarah pada peningkatan defisit cairan

    intravaskular yang disebabkan oleh terjadinya muntah,

    akumulasi cairan intralumen, edema intramural, dan

    transudasi cairan intraperitoneal. Pemasangan nasogastric

    tube malah memperparah terjadinya defisit cairan melalui

    external loss. Hipokalemia, hipokhloremia, alkalosis

    metabolik merupakan komplikasi yang sering dari obstruksi

    letak tinggi. Hipovolemia yang tak dikoreksi dapat

    mengakibatkan terjadinya insufisiensi renal, syok, dan

    kematian.

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Lab

    Pemeriksaan radiologi Dilatasi usus halus (diameter > 3 cm), adanya air-fluid level pada posisi

    foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon.

    Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:

    1)Distensi usus bagian proksimal obstruksi

    2)Kolaps pada usus bagian distal obstruksi

    3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels

    4)Posisi supine dapat ditemukan :

    a)distensi usus

    b)step-ladder sign

    5)String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet

    6)Coffee-bean sign gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang oedem

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG (2)

    Enteroclysis : mendeteksi adanya obstruksi dan juga

    untuk membedakan obstruksi parsial dan total. Cara

    ini berguna jika pada foto polos abdomen

    memperlihatkan gambaran normal namun dengan

    klinis menunjukkan adanya obstruksi atau jika

    penemuan foto polos abdomen tidak spesifik.

    USG

    CT Scan:

    CT Scan ileus obstruksi akibat intususepsi :

    tampak distensi usus halus

  • ANAMNESIS

  • MANIFESTASI KLINIS

    Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :

    Nyeri abdomen

    Muntah

    Distensi

    Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).

    Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung

    kepada:

    Lokasi obstruksi

    Lamanya obstruksi

    Penyebabnya

    Ada atau tidaknya iskemia usus (Ullah et al., 2009)

  • PEMERIKSAAN FISIK

    Inspeksi

    Tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup

    kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering.

    Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen,

    hernia dan massa abdomen.

    Inspeksi pada penderita yang kurus/sedang juga dapat

    ditemukan darm contour (gambaran kontur usus) maupun

    darm steifung (gambaran gerakan usus), biasanya nampak

    jelas pada saat penderita mendapat serangan kolik yang

    disertai mual dan muntah dan juga pada ileus obstruksi yang

    berat.

    Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan

    kolik.

  • PEMERIKSAAN FISIK (2)

    Palpasi dan Perkusi

    Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi

    Hipertympani yang menandakan adanya obstruksi.

    Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi

    peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup

    defance muscular involunter atau rebound dan

    pembengkakan atau massa yang abnormal.

  • PEMERIKSAAN FISIK (3)

    Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif strangulata.

  • DIAGNOSIS BANDING

  • DIAGNOSIS BANDING

    Diagnosis banding dari ileus obstruktif, yaitu:

    Ileus paralitik

    Appensicitis akut

    Kolesistitis, koleliathiasis, dan kolik bilier

    Konstipasi

  • PENATALAKSANAAN

  • PENATALAKSANAAN

    Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi dan kekurangan Natrium, Khlorida dan Kalium yang membutuhkan penggantian cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer Laktat.

    Urin harus di monitor dengan pemasangan Foley Kateter.

    Setelah urin adekuat, KCl harus ditambahkan pada cairan intravena bila diperlukan.

    Antibiotik spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas dasar temuan adanya translokasi bakteri pada ostruksi intestinal. (Evers, 2004)

  • PENATALAKSANAAN (2)

    Tindakan Operatif

    Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.

    Koreksi sederhana (simple correction): tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

    Tindakan operatif by-pass: Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

    Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.

    Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan sebagainya.

  • KOMPLIKASI

  • KOMPLIKASI

    Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat

    meliputi:

    gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan,

    iskemia dan perforasi usus yang dapat menyebabkan

    peritonitis, sepsis, dan kematian

  • PROGNOSIS

  • PROGNOSIS

    Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5%

    sampai 8% asalkan operasi dapat segera dilakukan.

    Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau

    jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan

    meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau

    40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan

    dilakukan dengan cepat (Nobie, 2009).

  • TERIMA KASIH