Case Morbili

26
A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. M.A.A Usia : 3 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Papringin 06/01, Kaliwungu Suku : Jawa Agama : Islam Pendidikan : TK Masuk RS : 2 Agustus 2015 Dirawat ruang : Bougenville 2 Kelas : 3 Status : Umum Keluar tanggal : 5 Agustus 2015 No. Rekam medis : 714 636 B. ANAMESIS Dilakukan alloanamnesis kepada ibu pasien pada tanggal 3 Agustus 2015 jam 13.30 WIB. Keluhan Utama Demam Keluhan tambahan Batuk, pilek, mual, kedua mata merah, bintik putih di gusi, bercak merah di sekujur tubuh

description

campak

Transcript of Case Morbili

Page 1: Case Morbili

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. M.A.A

Usia : 3 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Papringin 06/01, Kaliwungu

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : TK

Masuk RS : 2 Agustus 2015

Dirawat ruang : Bougenville 2

Kelas : 3

Status : Umum

Keluar tanggal : 5 Agustus 2015

No. Rekam medis : 714 636

B. ANAMESIS

Dilakukan alloanamnesis kepada ibu pasien pada tanggal 3 Agustus 2015 jam

13.30 WIB.

Keluhan Utama

Demam

Keluhan tambahan

Batuk, pilek, mual, kedua mata merah, bintik putih di gusi, bercak merah di

sekujur tubuh

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 8 hari sebelum masuk rumah

sakit, demam dirasakan naik turun dan paling tinggi terutama di malam hari. Ibu

pasien juga mengeluh muncul bercak – bercak kemerahan yang gatal di sekujur

Page 2: Case Morbili

tubuh, yang dimulai dari muka lalu menjalar ke tubuh dan tangan kaki pasien

sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Selain itu, muncul bintik keputihan di

bagian gusi gigi depan sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga

mengalami mual (+), muntah (-), batuk berdahak (+) dan pilek (+) dengan ingus

berwarna jernih dan encer sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien

menyadari kedua mata anaknya merah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,

tanpa disertai belek maupun mata bengkak. Ibu pasien mengaku nafsu makan dan

minum pasien mengalami penurunan sejak sakit. Buang air kecil dan buang air

besar lancar dan dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat

penyakit jantung, penyakit paru, alergi, dan asma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang mengalami penyakit serupa di keluarga pasien.

Riwayat Lingkungan

Tidak ada yang mengalami penyakit serupa di lingkungan tempat tinggal

maupun di sekolah.

Riwayat Makan dan Minum

Pasien masih meminum ASI hingga sekarang dan memakan menu

keluarga 3 kali sehari dengan porsi cukup.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

o Kehamilan

Page 3: Case Morbili

Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan, tidak

mengalami gangguan atau kelainan selama proses kehamilan.

o Kelahiran

Tempat kelahiran : Rumah

Penolong persalinan : Bidan

Cara persalinan : Spontan

Masa gestasi : Cukup bulan (39 minggu)

o Keadaan bayi

Berat badan lahir : 3900 gram

Panjang badan lahir : Tidak ingat

Lingkar kepala : Tidak ingat

Langsung menangis : Iya

Kelainan bawaan : (-)

Riwayat Tumbuh Kembang

o Pertumbuhan

Ibu pasien tidak memeriksakan pasien ke posyandu, namun menurut

ibu pasien, berat badan dan tinggi badan pasien terus bertambah

seiring usia.

Berat badan sekarang 12 kg, tinggi badan sekarang 94 cm, lingkar

kepala sekarang 49 cm

IMT : 13,49 kg/m2

Status gizi

BB/U 0 s/d -2 normal

BB/TB -1 s/d -2 normal

LK/U 0 s/d -1 normal

TB/U 0 s/d -2 normal

o Perkembangan

Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan

Psikomotor :

o Tengkurap : Tidak ingat

Page 4: Case Morbili

o Duduk : 6 bulan

o Merangkak : Tidak ingat

o Berdiri : 12 bulan

o Berjalan : 15 bulan

o Berbicara : Tidak ingat

Di usia 3 tahun ini, pasien telah dapat bercerita singkat,

berlari, melompat, bermain sepeda, menggambar lingkaran,

memakai baju kaos tanpa dibantu.

Gangguan perkembangan mental dan emosi : -

Page 5: Case Morbili
Page 6: Case Morbili

Riwayat Imunisasi

Pasien tidak mendapat imunisasi yang lengkap di bidan.

BCG : (+) 1x, pada usia 2 bulan

Hepatitis B : (+) 1x, pada usia 4 bulan

DPT : (-)

Hib : (-)

Polio : (+) 1x, tidak ingat

Campak : (-)

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama ayah dan ibu. Ayah pasien bekerja sebagai buruh

bangunan dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Biaya RS ditanggung pribadi.

C. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 3 Agustus 2015 jam 13.30 WIB)

Page 7: Case Morbili

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Antropometri

-BB : 12.0 kg

-TB : 94 cm

-LK : 49 cm

-IMT :13,49 kg/m2

Tanda vital

-Nadi : 110 x/ menit, teratur, isi cukup

-Suhu : 37,6 0C (saat di IGD: 37,50 C)

-Pernafasan : 24 x/ menit, reguler, abdominalthorakal

-SpO2 : 99%

Kepala : Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan,

rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut,

kulit kepala tidak ada kelainan, ubun-ubun besar sudah

menutup

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-

pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya +/+,

injeksi konjungtiva +/+

Telinga : bentuk normal, nyeri tekan tragus -/-, nyeri tarik aurikula

-/-, pembesaran KGB retroaurikula -/-, liang telinga

lapang dextra et sinistra, serumen -/-, sekret -/-

Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret +/+, mimisan (-

Mulut : mukosa bibir merah muda, tidak kering, gusi berdarah (-)

Page 8: Case Morbili

Tonsil: T1-T1, hiperemis -/-, detritus -/-, mukosa faring

tidak hiperemis, koplik’s spot tidak jelas terlihat.

Leher : Trachea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,

kelenjar getah bening submandibular dan supra-

infraclavicular tidak teraba membesar.

Jantung

Inspeksi : pulsasi ictus cordis tak tampak

Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V, di midclavicula line

sinistra

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur -, gallop -

Pulmo

Inspeksi : bentuk dada normal, saat inspirasi dan ekspirasi simetris,

tidak ada sisi yang tertinggal, retraksi otot pernafasan -

Palpasi : pengembangan dada simetris kanan dan kiri, krepitasi –

nyeri tekan –

Perkusi : sonor +/+

Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Perut datar

Palpasi : Nyeri tekan (-) , hepar tidak teraba, spleen tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas atas : akral hangat-/-, sianosis -/-, capillary refill time < 2

detik, kekuatan 5/5

Page 9: Case Morbili

Ekstremitas bawah : akral hangat-/-, sianosis -/-, capillary refill time < 2

detik, kekuatan 5/5

Kulit : sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik, CRT < 2 detik,

petekie (-), tampak ruam makulopapular di seluruh tubuh

D. FOLLOW UP

Tanggal 3/8/2015

(HR 1, HS 9)

4/8/2015

(HR 2, HS 10)

5/8/2015

(HR 3, HS 11)

S: Demam (+), Bercak

merah berkurang,

gatal (+), batuk (+),

pilek (+), mual (+)

Demam (-), Bercak

merah berkurang,

gatal (+), batuk (+),

pilek (+), mual (+)

Demam (-), Bercak

merah berkurang,

gatal (-), batuk (-),

pilek (-), mual (-)

O: KU TSS TSR Baik

Kesadaran Compos mentis Compos mentis Compos mentis

Nadi 110 116 114

Suhu 37,6 37,0 36,7

RR 24 22 22

Mata CA -/- , SI -/-

Injeksi konjungtiva

+/+

CA -/- , SI -/-

Injeksi konjungtiva

-/-

CA -/- , SI -/-

Injeksi konjungtiva

-/-

Cor Bunyi jantung S1-S2

reguler, murmur (-),

gallop (-)

Bunyi jantung S1-S2

reguler, murmur (-),

gallop (-)

Bunyi jantung S1-S2

reguler, murmur (-),

gallop (-)

Pulmonal Suara vesikuler di

seluruh lapang paru,

ronkhi -/-, wheezing

-/-

Suara vesikuler di

seluruh lapang paru,

ronkhi -/-, wheezing

-/-

Suara vesikuler di

seluruh lapang paru,

ronkhi -/-, wheezing

-/-

Abdomen Flat, supel, BU (+). Flat, supel, BU (+). Flat, supel, BU (+).

Page 10: Case Morbili

NT (-) NT (-) NT (-)

Kulit Turgor baik.

Petechiae (-), Bercak

kemerahan (+) di

seluruh tubuh

Turgor baik.

Petechiae (-), Bercak

kemerahan (+) di

seluruh tubuh

Turgor baik.

Petechiae (-), Bercak

kemerahan (+) di

seluruh tubuh

Ekstremitas Akral hangat,

Oedema -/-

Akral hangat,

Oedema-/-

Akral hangat,

Oedema-/-

A: Morbili Morbili Morbili

P: Infus RL 16 tpm

Ceftriaxon 2x 300mg

Pamol 3 x II cth

Infus RL 16 tpm

Ceftriaxon2x 300mg

Pamol 3 x II cth

CTM 3x1/2 tablet

Boleh Pulang

Obat Pulang:

Cefadroxil 2x1 cth

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

3 Agustus 2015 4 Agustus 2015 Nilai Rujukan

Hemoglobin 11.7 10.5 (L) 11.3 - 14.1

Eritrosit 4.53 3.86 (L) 4.1 - 5.3

Hematokrit 36,4 30.5 (L) 33 - 41

Trombosit 194 180 150 - 400

Lekosit 3 (L) 4.0 (L) 6.0 – 17.5

Netrofil 30.1 (L) 23.1 (L) 50-70

Limfosit 47 (H) 68.3 (H) 25 - 40

Monosit 18.3 (H) 8.6 (H) 2 – 8

Eosinofil 4.0 3.8 2 – 4

Basofil 0.3 0.5 0 – 1

MCH 25.8 (L) 27.3 27.0 – 31.0

MCHC 32.1 (L) 34.5 33.0 – 37.0

MCV 80.4 79.0 79.0 – 99.0

F. DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja : Morbili

Page 11: Case Morbili

DD : Rubella, Eksantema subitum

G. PENATALAKSANAAN

Farmakologi

- Infus RL 16 tpm

- Ceftriaxone 2 x 300 mg IV

- Pamol syr 3 x II Cth

- CTM 3 x ½ tablet

Non Farmokologi

- Pasien harus dirawat di ruang Isolasi

- Istirahat

- Menjaga kebersihan pribadi

- Pisahkan dari keluarga yang belum pernah terkena

- Penjelasan kemungkinan adanya komplikasi

H. PROGNOSIS

-ad vitam : bonam

-ad functionam : bonam

-ad sanationam : bonam

TINJAUAN PUSTAKA

MORBILI

Definisi

Campak, morbili, measles, atau rubeola adalah penyakit akut yang sangat

menular, disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak. Penyakit ini

sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari

setelah munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.

Epidemiologi

Page 12: Case Morbili

Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak

menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan

tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun (0,77%).

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak-anak

pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala orang

dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk

menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau belum

mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung

terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan memiliki

imunitas seumur hidup.

Etiologi

Virus campak berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama

masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif

minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal

4 minggu disimpan dalam temperatur 35°C, dan beberapa hari pada suhu 0°C. Virus tidak

aktif pada pH rendah.

Bentuk Virus

Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi

yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari

lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong,

terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA) - yang merupakan

struktur heliks nukleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar seringkali terdapat

tonjolan pendek. Salah satu protein yang berada di selubung luar berfungsi sebagai

hemaglutinin.

Page 13: Case Morbili

Ketahanan Virus

Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi. Apabila

berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Pada temperatur kamar ia akan

kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari, pada suhu 37°C waktu paruh

usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 56°C hanya 1 jam. Sebaliknya virus ini mampu

bertahan dalam keadaan dingin. Pada suhu -70°C dengan media protein ia dapat hidup

selama 5,5 tahun, sedangkan dalam Iemari pendingin dengan suhu 4-6°C, dapat hidup

selama 5 bulan. Tetapi bila tanpa media protein, virus ini hanya mampu bertahan selama

2 minggu, dan dapat dengan mudah dihancurkan oleh sinar ultraviolet.

Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka virus campak termasuk

mikroorganisme yang bersifat ether labile. Pada suhu kamar, virus ini akan mati dalam

20% ether setelah 10 menit dan dalam 50% aseton setelah 30 menit. Virus campak juga

sensitif terhadap 0,01% betapropiacetone - pada suhu 37°C dalam 2 jam, ia akan

kehilangan sifat infektivitasnya namun tetap memiliki antigenitas penuh. Sedangkan

dalam formalin 1/4.000, virus ini menjadi tidak efektif setelah 5 hari, tetapi tetap tidak

kehilangan antigenitasnya. Penambahan tripsin akan mempercepat hilangnya potensi

antigenik.

Struktur antigenik

Virus campak menunjukkan antigenitas yang homogen, berdasarkan penemuan

laboratorik dan epidemiologic. Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukan

neutralizing antibody, complement fixing antibody dan haemaglutinine inhibition

antibody. Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak, muncul

bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi setelah 21

hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal tidak terbatas dan

jumlahnya terus terukur. Keberadaan imunoglobulin kelas IgM menunjukkan pertanda

baru terkena infeksi atau baru mendapatkan vaksinasi, sedangkan IgG menunjukkan

Page 14: Case Morbili

bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Antibodi IgA sekretori dapat

dideteksi dari sekret nasal dan terdapat di seluruh saluran nafas. Daya efektivitas vaksin

virus campak yang hidup dibandingkan dengan virus campak yang mati adalah adanya

IgA sekretori yang hanya dapat ditimbulkan oleh vaksin virus campak hidup.

Seluruh virion penting untuk infeksi, tetapi antibodi protektif sudah dapat

terbentuk dengan penyuntikan antigen hemaglutinin murni. Bila lebih dari satu bagian

virus muncul, dapat menyebabkan hemaglutinasi pada sel darah merah kera dan baboon.

Antigen ini dapat dipisahkan dari antigen lainnya yang terbawa bersama virus, dengan

membubuhkan Tween 80 ether. Dengan pemberian Tween 80 ether, terlepaslah inti

kapsul yang bertanggungjawab terhadap terbentuknya complement fixing antibody.

Hemolisin mungkin berasal dari selubung luar yang dapat menyebabkan perubahan

sitopatik, namun tidak ditularkan.

Patogenesis

Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum

timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi,

penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke

dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear, kemudian

mencapai kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak diri dengan sangat

perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel

mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel

Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-supressor dan T-helper) yang rentan

terhadap infeksi, turut aktif membelah.

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara

lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus

masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,

konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.

Pada hari ke-9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan

konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada

saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan

manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai

Page 15: Case Morbili

selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses

peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis

berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada

mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang dapat tanda pasti untuk menegakkan

diagnosis.

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed

hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-14

sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit.

Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.

Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara

mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan

imunofluoresens dan histologik menunjukkan adanya antigen campak dan diduga terjadi

suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan

memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media

dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selain itu campak

dapat menyebabkan gizi kurang.

Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang

sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk, nyeri menelan, fotofobia

dan demam tinggi terus menerus (38,5oC atau lebih) dalam berapa hari, diikuti timbulnya

ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke

muka, dada, tubuh, lengan dan kaki. Gejala-gejala tersebut seringkali diikuti diare. Pada

stadium prodromal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang merupakan tanda

patognomonis campak (bercak Koplik). Ruam kulit timbul pada hari ke 4-5 demam,

didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini, anak dapat

mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah

Page 16: Case Morbili

sehingga anak mengalami sesak napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan

bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan.

Gejala klinis pada campak terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari 3 stadium:

1. Stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, ditandai demam yang diikuti

dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan

konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema (erupsi selaput

lendir) mukosa pipi di depan molar 3 disebut bercak Koplik.

2. Stadium erupsi: timbulnya ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6

hari. timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian

menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas.

3. Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari ruam berangsur-angsur

menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan

mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.

Dalam menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua

kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang,

ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien sulah meninggal

sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan.

Pemeriksaan Penunjang

Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis,

sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar membantu; seperti pada pemeriksaan

sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, dan pada

pemerikaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak khas

disebut campak atipikal.

Page 17: Case Morbili

Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah leukosit dapat normal atau meningkat

apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Jika terjadi komplikasi, perlu dilakukan

pemeriksaan tambahan, antara lain:

1. Pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah, dan analisa gas

darah pada ensefalopati

2. Pemeriksaan feses lengkap pada enteritis

3. Pemeriksaan foto dada dan analisa gas darah pada bronkopneumonia

Pengobatan

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup

cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian

antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Untuk

konjungtivitis ringan dengan cairan mata jernih, tidak diperlukan pengobatan. Jika mata

bernanah, bersihkan mata dengan kain katun yang telah direbus dalam air mendidih, atau

lap bersih yang direndam dalam air bersih. Oleskan salep mata kloramfenikol/tetrasiklin,

3 kali sehari selama 7 hari. jangan menggunakan salep steroid. Kebersihan mulut juga

harus selalu dijaga. Beri obat kumur antiseptic bila pasien dapat berkumur.

Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah

sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan

keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai.

Perlu ditanyakan apakah anak sudah mendapat vitamin A pada bulan Agustus dan

Februari. Jika belum, berikan 50.000 IU (untuk anak <6 bulan), 100.000 IU (6-11 bulan),

atau 200.000 IU (12 bulan-5 tahun). Untuk pasien gizi buruk berikan vitamin A tiga kali,

yaitu pada hari 1, 2, dan 2-4 minggu setelah dosis kedua (WHO, 2009).

Indikasi rawat (di ruang isolasi) pada campak adalah sebagai berikut:

1. Hiperpireksia (suhu >39oC)

2. Dehidrasi

3. Kejang

4. Asupan oral sulit

Page 18: Case Morbili

5. Adanya komplikasi

Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit

yang timbul, yaitu:

• Bronkopneumonia

Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena

dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis,

selama 7-10 hari, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per

oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda. Diberikan juga oksigen

sebanyak 2 liter/menit untuk mengurangi sesak. Apabila dicurigai infeksi spesifik,

maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian)

oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif (anergi) pada saat anak menderita

campak. Gangguan reaksi delayed hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T

yang terganggu fungsinya.

Luka pada mulut

Mintalah ibu untuk membersihkan mulut anak dengan air bersih yang diberi sedikit

garam, minimal 4 kali sehari. Berikan gentian violet 0,25% pada luka di mulut

setelah dibersihkan. Jika luka di mulut menyebabkan berkurangnya asupan

makanan, anak mungkin memerlukan makanan melalui NGT.

• Enteritis

Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena

dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.

• Otitis media

Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan

antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/ kgBB/hari dibagi dalam 2

dosis)

• Ensefalopati

Diberikan antibiotik berupa kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100

mg/kgBB/hari selama 7-10 hari. Selain itu, perlu dilakukan reduksi jumlah

pemberian cairan hingga 3/4 kebutuhan untuk mengurangi edema otak, di samping

pemberian kortikosteroid. Kortikosteroid yang digunakan adalah deksametason 1

mg/kgBB/hari sebagai dosis awal, dilanjutkan 0,5 g/kgBB/hari dibagi dalam 3

Page 19: Case Morbili

dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan

tapering off). Perlu juga dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.