Case Gin CA Ovarium

50
BAB I PENDAHULUAN Kanker ovarium merupakan salah satu keganasan yang paling sering ditemukan pada alat genitalia perempuan dan menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Dari seluruh kanker keganasan ginekologi pada wanita ternyata kanker ovarium mempunyai permasalahan yang paling besar dan angka kematiannya hampir separuh dari angka kematian seluruh keganasan ginekologik. Hal ini disebabkan karena kanker ovarium tidak mempunyai gejala klinis yang khas pada stadium awal sehingga penderita kanker ovarium datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Diperkirakan 70-80% kanker ovarium baru ditemukan setelah menyebar luas atau telah bermetastasis jauh sehingga hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan. Parameter tingkat keberhasilan pengobatan kanker termasuk kanker ovarium adalah angka ketahanan hidup 5 tahun (five-year survival rate) setelah pengobatan. 1 Kanker ovarium jarang ditemukan pada usia di bawah 40 tahun. Angka kejadian meningkat dengan makin tuanya usia; dari 15 – 16 per 100.000 pada usia 40 – 44 tahun menjadi paling tinggi dengan angka 57 per 100.000 pada usia 70 – 74 tahun. Penelitian Fadlan di Medan (1981-1990) menyatakan bahwa insidensi kanker ovarium tertinggi pada kelompok usia 41-50 tahun. 2,3 Mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial, tetapi kanker ovarium dapat juga berasal dari sel lain yang terdapat di ovarium. Akan tetapi, angka kejadian tumor ovarium 1

description

ca ovarium

Transcript of Case Gin CA Ovarium

BAB IPENDAHULUANKanker ovarium merupakan salah satu keganasan yang paling sering ditemukan pada alat genitalia perempuan dan menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Dari seluruh kanker keganasan ginekologi pada wanita ternyata kanker ovarium mempunyai permasalahan yang paling besar dan angka kematiannya hampir separuh dari angka kematian seluruh keganasan ginekologik. Hal ini disebabkan karena kanker ovarium tidak mempunyai gejala klinis yang khas pada stadium awal sehingga penderita kanker ovarium datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Diperkirakan 70-80% kanker ovarium baru ditemukan setelah menyebar luas atau telah bermetastasis jauh sehingga hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan. Parameter tingkat keberhasilan pengobatan kanker termasuk kanker ovarium adalah angka ketahanan hidup 5 tahun (five-year survival rate) setelah pengobatan.1Kanker ovarium jarang ditemukan pada usia di bawah 40 tahun. Angka kejadian meningkat dengan makin tuanya usia; dari 15 16 per 100.000 pada usia 40 44 tahun menjadi paling tinggi dengan angka 57 per 100.000 pada usia 70 74 tahun. Penelitian Fadlan di Medan (1981-1990) menyatakan bahwa insidensi kanker ovarium tertinggi pada kelompok usia 41-50 tahun.2,3Mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial, tetapi kanker ovarium dapat juga berasal dari sel lain yang terdapat di ovarium. Akan tetapi, angka kejadian tumor ovarium nonepitelial kecil sekali sehingga angka kejadian tumor ovarium epitelial dianggap angka kejadian seluruh kanker ovarium. Pada penelitian Iqbal (2002-2006) di Medan, ditemukan 105 kasus kanker ovarium, yaitu 84 kasus (80%) kanker ovarium jenis epitel dan 21 kasus (20%) kanker ovarium nonepitel.2,3,5Sebagian besar pasien tidak merasa ada keluhan dan keluhan-keluhan yang timbul tidak spesifik seperti perut membesar sehingga ada perasaan menyesak, dispareunia, berat badan meningkat karena ada asites atau massa. Tanda yang paling sering timbul adalah adanya pembesaran abdomen, yang disebabkan oleh akumulasi cairan.1 Ascites pada keganasan merupakan masalah umum dalam perkembangan neoplasma dan terutama berkaitan dengan kanker payudara, paru, ovarium, abdomen, pankreas dan kolorectal. Sekitar 20% dari semua pasien dengan ascites pada keganasan menderita tumor yang tidak diketahui penyebabnya. Onset dan perkembangan ascites pada keganasan berhubungan dengan menurunnya kualitas hidup dan prognosis yang buruk.3BAB IIILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PENDERITANama: Ny. YUsia: 51 tahunPendidikan: SDPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAgama: IslamAlamat: Bukit Lipai- Indragiri HuluNo. MR: 862384

II. ANAMNESISPasien masuk via Poli Kebidanan RSUD Arifin Achmad pada tanggal 17 Agustus 2014 WIB kiriman RSUD Indrasari Rengat dengan susp. Ca Ovarium (Cystadenocarcinoma ovarii serosum papilliferum): Keluhan Utama: perut membesar Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengaku perut terasa membesar sejak 3 bulan SMRS, perut dirasakan semakin membesar. Keluhan disertai dengan mual (+), muntah (+), kurang nafsu makan (+) dan penurunan berat badan. Keluhan keluar darah dari jalan lahir disangkal, nyeri diperut disangkal. Kemudian pasien berobat ke RSUD Rengat dan dirawat dibagian penyakit dalam dengan gastritis kemudian dikonsul kebagian obgyn, dilakukan pemeriksaan USG, didiagnosis dengan susp.Ca Ovarium kemudian dirujuk ke RSAA. Riwayat Penyakit Dahulu:HT(+), DM(-), P.Jantung(-), Asma(-) Riwayat Penyakit keluarga: HT(-), DM(-), P.Jantung(-), Asma(-) Riwayat Haid: Menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur 1 kali/bulan, lama haid 5-6 hari, tiap hari ganti duk 2-3 kali/hari, nyeri haid (-). Riwayat Perkawinan: 1 kali, sejak usia 15 tahun Riwayat hamil/keguguran/persalinan: Hamil pertama, lahir tahun 1983, perempuan, BB lahir lupa, dukun, dirumah, sehat Hamil kedua, tahun 1985, keguguran, tidak dikuret Hamil ketiga, tahun 2010, hamil anggur, dioperasi (histerektomi), RSUD Rengat. Riwayat Kontrasepsi: pasien menggunakan spiral, pemakaian selama 2 tahun, terakhir 1985

III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: tampak sakit ringanKesadaran: komposmentisVital signTekanan darah: 140/100 mmHgNadi: 82x /menitFrekuensi napas: 18x /menitSuhu: 36,50CKepala: konjungtiva anemis -/-, edema palpebra -/-Leher : pembesaran KGB -/-Dada: Inspeksi : gerakan nafas simetris Palpasi : fremitus kanan = kiri Perkusi : sonor kedua lapangan paru Auskultasi : bronkovesikuler +/+, Ro -/-, Wh -/-Abdomen: status ginekologiGenitalia: status ginekologiEkstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik,edema tungkai -/-

Status GinekologiAbdomen Inspeksi: perut membuncit seperti hamil, scar(-), distensiAuskultasi : BU (+)Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), undulasi (+), shifting dullnes (+). LP=90 cmPerkusi: redup

Genitalia Inspeksi : vulva uretra tenang, perdarahan aktif pervaginam (-) Inspekulo :portio licin, OUE menutup, fluksus (-), flour albus (+), putih susu, sondase tidak bisa dilakukan karena tidak bisa masuk. VT : terasa massa besar diatas portio, terfiksisr, nyeri goyang portio (-), parametrium lemas, CD tidak menonjol. RT :sphincter ani kuat, mukosa licin, ampula tidak membesar, terdapat massa didepan mukosa anterior, berbenjol-benjol, immobile.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan darah lengkap (17-08-2014) : Hb : 13,2 g/dl Leukosit : 13.400 /ul Trombosit : 800.000/mm3 Hematokrit : 43,7 %

V. DIAGNOSIS KERJAP1A2H1 dengan Neoplasma kistik intraabdomen suspek ca ovarium dan asites + gastritis + hipertensi kronik.

VI. PENATALAKSANAANHemodinamik stabil : observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, serta tanda-tanda dehidrasi.Rencana USG, cek CA 125 dan konsul penyakit dalam.

Hasil pemeriksaan USG : Suspek tumor ovarium maligna

VII. PROGNOSISDubia ad Malam

Follow Up

Hari/tanggalPerjalanan PenyakitTerapi

19/08/201407.00S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 140/100mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 93 x/mnt Conjunctiva anemis -/-Abdomen: -Ins: perut tampak membuncit-Aus: BU (+) normal-Pal: NT (-), NL (-),distensi (+)-Genital: pendarahan (-)

Hasil lab : CEA = 1,72 ng/ml Ca 125 = 474,19 U/ml Alb : 2.58 TP1 : 5.77AST : 52ALT : 29Ure : 38Cre : 0.81Glu : 85A: P1A2H1 Suspek Tumor Ovarium Maligna

-hemodinamik ibu stabil (Obs KU,TTV,perdarahan )-CT scan abdomen-USG

20/08/201407.00

S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 82 x/mntStatus generalis: dalam batas normal

status ginekologisAbdomenIns: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup

Hasil USG: asites (+), uterus sulit dinilai, terdapat massa kistik bersepta kesan neoplasma ovarium susp maligna.

A: P1A2H1 Ca ovarium

hemodinamik ibu stabil (ObsKU,TTV,perdarahan )

21/08/201407.00

S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 120/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 84 x/mnts.generalis: dalam batas normals.ginekologis:Abdomen Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redupA: P1A2H1 Ca Ovarium

-hemodinamik ibu stabil (Obs KU,TTV,perdarahan )-rencana CT-Scan abdomen dengan kontras-rencana laparatomi debulking - persiapan operasi-konsul penyakit dalam dan anestesi

22/8/201407.00S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 21x/mnt T = 36,8 0C N = 85 x/mnts.generalis: dalam batas normal

s.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup

Hasil lab :Hb : 12,1Ht : 39,2Leu :15500Plt : 796000A: P1A2H1 Ca Ovarium

-Persiapan operasi-konsul penyakit dalam.

23/8/2014S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 82 x/mnts.generalis: dalam batas normals.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup

Hasil CT-Scan abdomen:Kesan: tumor adat campuran (padat dan kistik) bersepta septa pada cavum pelvis suspect malignant ec. Susp Ca ovarium, Asites.

A:. P1A2H1 Ca Ovarium

Persiapan operasi

24/8/2014S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 82 x/mnts.generalis: dalam batas normals.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup.A: P1A2H1 Ca Ovarium

Persiapan operasi

25/8/2014S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 82 x/mnts.generalis: dalam batas normals.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup

A:P1A2H1 Ca Ovarium

Persiapan operasiKonsul bedah

24/8/2014S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 82 x/mnts.generalis: dalam batas normals.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup.A:P1A2H1 Ca OvariumPersiapan operasi

26/8/2014S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 82 x/mnts.generalis: dalam batas normals.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup.A:P1A2H1 Ca Ovarium

Persiapan operasi

27/8/2014S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 82 x/mnts.generalis: dalam batas normals.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup.A: P1A2H1 Ca Ovarium

Persiapan operasiKonsul anestesi

28/8/2014S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 82 x/mnts.generalis: dalam batas normals.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup.A: P1A2H1 Ca Ovarium

Persiapan operasiKonsul bedah

29/8/2014S: perut membesarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 130/80mmhg RR = 20x/mnt T = 36,8 0C N = 82 x/mnts.generalis: dalam batas normals.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (-), NL (-),undulasi (+), shifting dullnes (+).Perkusi: redup.A: P1A2H1 Ca Ovarium

Operasi hari ini.

Laporan operasi (28 september 2014)tampak usus lengket ke peritoneum parietal massa kista omental cake (+), asites (+) memenuhi seluruh cavum abdomenusus, hepar, omentum terdapat adhesisuspek ca ovarium stadium IIIBdilakukan kistektomi, adhesiolisis, omentektomiuterus tidak dapat diidentifikasidebulking = sitoreduksi suboptimal

Lanjutan Follow Up 01/09/2014S: perut membesar, terasa menyesakO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 150/100mmhg RR = 22x/mnt T = 36,8 0C N = 90 x/mnts.generalis: konjuntiva anemis (+)s.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (+), NL (+),undulasi (+), LP : 87 cmPerkusi: redupA: P1A2H1 post debulking suboptimal pada neoplasma ovarium kistik maligna hari ke 3

Pemeriksaan USG konfirmatif asites Cek Hb

02/09/2014S: perut membesar, terasa menyesakO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 140/100mmhg RR = 21x/mnt T = 36,8 0C N = 88 x/mnts.generalis: konjuntiva anemis (+)s.ginekologis:Abdomen: Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)Aus: BU (+) normalPal:NT (+), NL (+),undulasi (+), LP : 87 cmPerkusi: redup

. A: P1A2H1 post debulking suboptimal pada neoplasma ovarium kistik maligna hari ke 4Transfusi PRC 3 labuCek Hb post transfusiJika KU membaik, pro parasintesis asites

03/09/2014S: perut terasa menyesak, BAK lancarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 140/100mmhg RR = 22x/mnt T = 36,5 0C N = 80 x/mnts.generalis: abdomen : tampak cembung, distensi (+) BU (+) undulasi (+)ekstremitas : edema (+) pada kedua tungkai.s.ginekologis:I : v/u tenangLaboratorium :Hb : 13,8Ht : 45,2Leukosit : 11000Platelet : 572000A: P1A2H1 post debulking suboptimal pada neoplasma ovarium kistik maligna hari ke 5P : -Hemodinamik stabil (observasi KU, TV, tanda-tanda syok, balance cairan) Cegah infeksi : ceftriaxon 1 gr/12 jam Atasi nyeri : ketorolac amp/8jam Atasi kembung : ranitidin amp/8 jam dan alinamin F / 6 jam Pro parasintesis asites

04/09/2014S: perut terasa menyesak, BAK lancarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 140/100mmhg RR = 22x/mnt T = 36,5 0C N = 80 x/mnts.generalis: abdomen : tampak cembung, distensi (+) BU (+) undulasi (+)ekstremitas : edema (+) pada kedua tungkai.s.ginekologis:I : v/u tenang

Dilakukan parasintesis asites. Jumlah cairan yang dikeluarkan 2500 cc. Kemudian dipasang drain.A: P1A2H1 post debulking suboptimal pada neoplasma ovarium kistik maligna hari ke 6

P : -Hemodinamik stabil (observasi KU, TV, tanda-tanda syok, balance cairan, volume cairan drain asites) Cegah infeksi : ceftriaxon 1 gr/12 jam Atasi nyeri : ketorolac amp/8jam Atasi kembung : ranitidin amp/8 jam dan alinamin F / 6 jam

05/09/2014S: perut terasa menyesak, BAK lancarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 140/100mmhg RR = 22x/mnt T = 36,5 0C N = 80 x/mnts.generalis: abdomen : tampak cembung, distensi (+) BU (+) undulasi (+)ekstremitas : edema (+) pada kedua tungkai.s.ginekologis:I : v/u tenang

Jumlah cairan drain 500 cc.A: P1A2H1 post debulking suboptimal pada neoplasma ovarium kistik maligna hari ke 7

P : -Hemodinamik stabil (observasi KU, TV, tanda-tanda syok, balance cairan, volume cairan drain asites) Cegah infeksi : ceftriaxon 1 gr/12 jam Atasi nyeri : ketorolac amp/8jam Atasi kembung : ranitidin amp/8 jam dan alinamin F / 6 jam

06/09/2014S: perut terasa menyesak, BAK lancarO: KU = tampak sakit sedang Kesadaran = komposmentis TD = 140/100mmhg RR = 22x/mnt T = 36,5 0C N = 80 x/mnts.generalis: abdomen : tampak cembung, distensi (+) BU (+) undulasi (+)ekstremitas : edema (+) pada kedua tungkai.s.ginekologis:I : v/u tenang

Jumlah cairan drain dalam 24 jam terakhir 20ccA: P1A2H1 post debulking suboptimal pada neoplasma ovarium kistik maligna hari ke 8P : -Hemodinamik stabil (observasi KU, TV, tanda-tanda syok, balance cairan, volume cairan drain asites) Cegah infeksi : ceftriaxon 1 gr/12 jam Atasi nyeri : ketorolac amp/8jam Atasi kembung : ranitidin amp/8 jam dan alinamin F / 6 jam Drain asites ditutup. Pasien meminta pulang sambil menunggu hasil pemeriksaan histopatologi.

08/09/2014Hasil pemeriksaan PatologiAnatomi :

Biopsi jaringan gambaran histologik sesuai dengan adenokarsinoma ovariumPemeriksaan sitologi cairan asites dengan kesimpulan gambaran sitologi menunjukkan anak sebar adenocarsinoma pada peritoneum yang dapat berasal dari ovarium.

Rencana Kemoterapi

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 KANKER OVARIUM3.1.1 DEFINISIKanker ovarium adalah tumor ganas padaovarium(organ yang berfungsi dalam produksi sel telur). Kanker ini merupakan 3 4 % dari seluruh jenis kanker pada wanita. Secara umum, kanker ovarium adalah penyakit pada wanitapost-menopause, dengan angka kejadian tertinggi pada usia 65 74 tahun.

3.1.2 EPIDEMIOLOGIKanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut. Umumnya secara histologis hampir seluruh kanker ovarium berasal dari epitel, yaitu menempati sekitar 8590% dari seluruh kanker ovarium.

27

Gambar 1. Kejadian kanker ovarium3.1.3 ETIOLOGIMenurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:1) Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.2) Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

3.1.4 PATOFISIOLOGITumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites.Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.1) Akibat PertumbuhanAdanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.2) Akibat aktivitas hormonalPada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.

3) Akibat Komplikasia. Perdarahan ke dalam kista: Perdarahan biasanya sedikit, namun jika dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.b. Torsi: Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa nyeri.c. Infeksi pada tumor: Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikulitis, atau salpingitis akutd. Robekan dinding kista: Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus.e. Perubahan keganasan: Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke organ-organ yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak. Obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium.

3.1.5 MANIFESTASI KLINISAnamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap sangat penting. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan besar massa intraabdomen. Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif.Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause.Penentuan stadium neoplasma ovarium yang paling luas digunakan adalah menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Ingatlah bahwa penentuan stadium kanker ovarium mencakup semua penemuan saat operasi, berlawanan dengan kanker serviks dan vulva yang penentuan stadiumnya didasarkan atas temuan klinis non operatif.

Gambar 1. Gejala awal kanker ovariumBarber (1982) mengingatkan perlunya perhatian khusus, bila dalam pemeriksaan dijumpai hal-hal sebagai berikut:1) Adanya massa tumor di daerah ovarium2) Gerakan tumor terbatas3) Permukaan tumor irreguler4) Adanya tumor di daerah cul de sac5) Massa tumor bilateral6) Tumor daerah panggul yang membesar dalam observasi7) Adanya asites8) Adanya omental cake atau hepatomegali9) Tumor di daerah panggul setelah menopauseDisaia (1989) mengamati perbedaan-perbedaan antara tumor jinak dan ganas ovarium, baik pada pemeriksaan panggul maupun pada saat pembedahan; sehingga kewaspadaan terhadap adanya keganasan tersebut dapat lebih terarah lagi.Table 1. Penemuan pada pemeriksaan panggul (Disaia, 1989)Temuan klinisTumor JinakTumor Ganas

SifatKonsistensiGerakanPermukaanAsitesBenjolan di daerah cul de sacPertumbuhanunilateralkistikbebaslicinsedikit/tidak adatidak adalambatbilateralpadatterbatastidak licinbanyakadacepat

Table 2. Penemuan pada saat pembedahan (Disaia, 1989)Temuan pada pembedahanTumor JinakTumor Ganas

Permukaan papilerIntrakistik papilerKonsistensi padatBilateralPerlengketanAsitesNekrosisImplantasi pada peritoneumKapsel utuhKonsistensi kistikjarangjarangjarangjarangjarangjarangjarangjarangseringseringsangat seringsangat seringsangat seringseringseringseringserngseringjarangjarang

Sedangkan Sudaryanto (1989) mengemukakan penggunaan suatu indeks untuk melakukan diagnosis keganasan ovarium prabedah, dengan 8 variabel yang masing-masing diberi bobot dengan skor dan nilai pisah untuk indeks ini adalah 3. Skor 3-5 menunjukkan kecurigaan keganasan, sedangkan skor 6 atau lebih dapat dikatakan ganasTable 3. Indeks keganasan ovarium (Sudaryanto, 1989)No.Petunjuk DiagnosisVariabelSkor

1

2

3

4

5

6

7

8Lamanya pembesaran perut atau tumor

Keadaan umum

Tingkat kekurusan

Konsistensi tumor

Permukaan tumor

Gerakan tumor

Ascites

LED 1 jama. Lambat (lebih dari 16 bulan atau tak ada pembesaran)b. Cepat (16 bulan atau kurang)a. Baikb. Kurang/tidak baika. Normal/gemukb. Kurusa. Kistik homogenb. Solid homogenc. Macam-macama. Rata/licinb. Berbenjol/tidak teratura. Bebasb. Tak bebasa. Tak adab. Adaa. Rendah (60 mm atau kurang)b. Tinggi (lebih dari 60 mm)0

1010101201010101

3.1.6 DIAGNOSISMelihat topografi ovarium hampir tidak memungkinkan untuk melakukan deteksi dini tumor ganas ovarium oleh karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang lanjut, yaitu:2,14,15 1) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke jaringan sekitar.2) Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi adanya asites. 3) Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi, atau hiperestrogenisme; intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita. Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau massa di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dari massa yang kistik sampai yang padat.14,15 Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinik. Pemakaian USG dan CT-scan dapat memberi informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum pembedahan. Laparatomi eksploratif disertai biopsi potong beku (frozen section) masih tetap merupakan prosedur diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnya mengenai tumor dan perluasannya serta menentukan strategi penanganan selanjutnya. Diagnosis tergantung penilaian klinis, laboratorium dan pembedahan yang tepat.

Pemeriksaan laboratoriumEvaluasi perioperatif untuk kecurigaan kanker ovarium meliputi pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis, kimia darah, urinalisis, sitologi serviks dan vagina, pemeriksaan radiologi dada dan perut, pielografi intravena, barium enema dan mungkin uji fungsi hati, profil koagulasi, pemeriksaan gastrointestinal serial. Akhirnya, antigen tumor berupa Ca125 atau CEA dapat membantu dalam mengevaluasi keganasan. Pemeriksaan Penunjang1) UltrasonografiMerupakan cara pemeriksaan noninvasif yang relatif murah. Pemakaian USG dapat membedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian-bagian padat (ekogenik) persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya, pada tumor kistik tanpa ekointernal (anekogenik) kemungkinan keganasan menurun.2 Pemakaian USG Color Doppler dapat membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas. Modalitas ini didasarkan kepada analisis gelombang suara Doppler (RI, PI, dan Velocity) dari pembuluh-pembuluh darah tumor yang menunjukkan peningkatan arus darah diastolik dan perbedaan kecepatan arus darah sistolik dan diastolik.22) Computed Tomography Scan (CT-scan)Pemakaian CT-scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan CT-scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut.2 CT-scan kurang disenangi karena (1) risiko radiasi, (2) risiko reaksi alergi terhadap zat kontras, (3) kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, dan (4) biaya mahal.23) Magnetic Resonance Imaging (MRI)Jika dibandingkan dengan CT-scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik, menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen atau pelvis.24) Pemeriksaan Tumor Marker CA 125CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom (sel mesotelial pleura, pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran muller (tuba, endometrium dan endoserviks). Permukaan epitel ovarium dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan kapiler. Kadar normal paling tinggi yang disepakati untuk CA 125 adalah 35 U/ml. Pemeriksaan kadar CA 125 ini mempunyai spesifisitas dan positive predictive value yang rendah. Hal ini karena pada kanker lain seperti kanker pankreas, kanker mammae, kanker kandung kemih, kanker liver, dan kanker paru, kadar CA 125 juga meningkat. Di samping itu, pada keadaan bukan kanker seperti mioma uteri, endometriosis, kista jinak ovarium, abses tuboovarian, sindroma hiperstimulasi ovarium, kehamilan ektopik, kehamilan, dan menstruasi, kadar CA 125 juga meningkat.2,16

3.1.7 KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi yaitu :1) AsitesKanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.2) Efusi PleuraDari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju pleura.

3.1.8 PENATALAKSANAANPada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 sentimeter merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk mengalami komplikasi. Apabila tumor ovarium tidak memberikan gejala dan diameternya kurang dari 5 sentimeter, biasanya merupakan kista folikel atau kista lutein.Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical staging). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.a) OperasiTerapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH), salpingoooforektomi bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional). Nodus retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak mungkin tumor (untuk memperkecil) harus diangkat untuk mengurangi keseluruhan massa tumor. Namun pembedahan lebih radikal belum terbukti menambah manfaat.Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi. Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomi total, adneksektomi dan omentektomi, pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya sebanyak mungkin tumor diangkat untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi dan terapi radiasi). Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara debulking (cytoreductive) pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam batas aman. Dengan debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih efektif.b) KemoradiasiRadiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa. Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2 yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.c) KemoterapiKemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi radiasi mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah mendapatkan radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor. Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau kemoterapi, lazim dilakukan laparotomi kedua (second-look laparotomi), bahkan kadang sampai ketiga (third-look laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit, hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.

3.2 Asites Pada Ca Ovarium3.2.1 DefinisiAsites adalah suatu keadaan akumulasi cairan serous dalam cavum peritoneal. Ada banyak penyakit atau keadaan yang diketahui dapat menyebabkan terbentuknya cairan bebas dalam cavum peritoneal. Pada dasarnya penyebab ascites bisa dari proses patologi di peritoneum dan tidak langsung mengenai peritoneum.Ascites pada keganasan merupakan masalah umum dalam perkembangan neoplasma dan terutama berkaitan dengan kanker payudara, paru, ovarium, abdomen, pankreas dan kolorectal. Sekitar 20% dari semua pasien dengan asites pada keganasan menderita tumor yang tidak diketahui penyebabnya, biasanya asites terjadi setelah mencapai stadium II C. Onset dan perkembangan ascites pada keganasan berhubungan dengan menurunnya kualitas hidup dan prognosis yang buruk.Secara keseluruhan kelangsungan hidup pasien terutama ditentukan oleh asal dari kanker primer. Pasien dengan kanker ovarium memiliki prognosis yang lebih baik sementara pasien dengan ascites pada keganasan yang berasal dari gastrointestinal atau penyebab yang tidak diketahui memiliki prognosis yang buruk.Dalam jumlah yang besar ascites dapat menyebabkan peningkatan tekanan abdomen dan menyebabkan ketidaknyamanan dengan gejala seperti nyeri perut, mual, anoreksia, muntah, kelelahan, dispneu dan rasa penuh di perut. Terutama pada pengobatan penyakit stadium akhir yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mencapai pemulihan gejala dengan teknik invasif minimal yang memiliki risiko terendah untuk terjadinya komplikasi.

3.2.2 PatofisiologiPatofisiologi ascites pada keganasan adalah multifaktorial dan belum sepenuhnya dimengerti. Selain penurunan drainase limfatik dan mekanisme hormonal sitokin yang dimediasi peningkatan permeabilitas kapiler juga memegang peranan penting, karena ascites pada keganasan biasanya kaya protein. Mediator seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), interleukin-6 dan tumor necrosis factor mungkin berperan juga. Dalam kasus-kasus individu hipoalbuminemia akibat gangguan fungsi hati sekunder pada metastasis hati atau hipertensi portal disebabkan oleh tumor hati yang besar menyumbat vena portal atau vena hepatika dapat menyebabkan ascites juga.

3.2.3 DiagnosisDiagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Setelah diagnosis dengan pemeriksaan fisik dan pencitraan ascites pada keganasan biasanya dikonfirmasi dengan paracentesis diagnostik. Analisis sitologi adalah tes yang paling spesifik untuk menunjukkan ascites pada keganasan. Sekitar 97% sensitif dengan carcinomatosis peritoneal, tetapi sensitifitas yang rendah dalam mendeteksi jenis lain dari ascites pada keganasan. Hitung sel berguna dalam diagnosis dengan dugaan peritonitis bakteri, terutama jika jumlah neutrofil lebih besar dari 250 sel/mL, namun carcinomatosis peritoneal dapat menyerupai spontaneous bacterial peritonitis.Jika dicurigai infeksi, pewarnaan Gram dan kultur harus dilakukan. Gradien Serum albumin asites (SAAG) dianjurkan untuk menyingkirkan diferensial diagnosis dan pengelolaan ascites. SAAG dihitung dengan mengurangkan tingkat albumin cairan asites dari tingkat serum yang diperoleh pada hari yang sama. Gradien yang lebih dari 1,1 g/dL menunjukkan adanya hipertensi portal, gradien yang menurun (1,1 g/dL (kongruen dengan asites jinak karena cirrhoses hati), sedangkan asites pada keganasan dengan SAAG 50%) yang lebih baik dibandingkan dengan kanker gastrointestinal (10-15%). Efek samping yang dilaporkan termasuk edema paru atau emboli, subklinis serta koagulasi intravaskular dilaporkan namun dalam angka yang rendah. Komplikasi ini didapatkan pada sekitar 6% dari total pasien.Namun, shunting bukanlah prosedur yang ditetapkan dalam mengelola ascites ganas di Eropa, mungkin karena pertimbangan efektivitas dan resiko yang ditimbulkan.d. Kemoterapi Intraperitoneal dan Operasi CytoreduktifTujuan dari terapi intraperitoneal pada asites akibat keganasan biasanya paliatif, sedangkan tujuan dari operasi Cytoreduktif dalam kombinasi dengan Hypertermic Intraperitoneal Cemoterapi(HIPEC) adalah untuk menghilangkan semua tumor makroskopik setelah eksplorasi perut dan hanya menyisakan tumor mikroskopis untuk meningkatkan penetrasi jaringan tumor dengan HIPEC. Pendekatan multimodal ini telah terbukti untuk meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dan terutama diterapkan untuk pasien dengan metastastic kanker appendix atau kolorektal yang terbatas pada peritoneum.

BAB IVPEMBAHASAN

Telah disampaikan sebuah ilustrasi kasus seorang perempuan 51 tahun dengan Neoplasma Ovarium dan komplikasi ascites.Permasalahan yang dibahas yaitu:1. Apakah diagnosis sudah memenuhi kaidah obstetri dan ginekologi?2. Apakah penatalaksanaan Neoplasma Ovarium pada pasien ini sudah tepat?3. Apakah penatalaksanaan neoplasma ovarium dengan distensi abdomen karena asites pada pasien ini sudah tepat?4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

1. Apakah diagnosis sudah memenuhi kaidah obstetri dan ginekologi?Diagnosis masuk pasien ini yaitu P1A2H1 dengan tumor intraabdomen suspek tumor ovarium suspek ganas dan asites + gastritis + hipertensi kronik..Diagnosis P1A2H1 dengan tumor intraabdomen suspek tumor ovarium suspek ganas dan asites + gastritis + hipertensi kronik sudah tepat berdasarkan kaidah penulisan diagnosis obstetri dan ginekologi dengan mencantumkan paritas serta diagnosis penyakit. Dari anamnesis riwayat obstetrik didapatkan bahwa pasien pernah melahirkan anak sebanyak tiga kali, pernah mengalami abortus satu kali dan kehamilan anggur satu kali, dan saat ini pasien memiliki satu orang anak. Diagnosis suspek tumor ovarium pada pasien ini diperoleh dari rujukan sebuah rumah sakit daerah yang menegakkan diagnosis tersebut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik. Pada pasien ini dilakukan kembali anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut ditegakkan diagnosis kerja P1A2H1 dengan tumor intraabdomen suspek tumor ovarium suspek ganas dan asites + gastritis + hipertensi kronik. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang berupa USG abdomen dan CT-Scan abdomen dengan kontras dengan kesan Tumor Ovarium Maligna, sehingga diagnosis berubah menjadi P1A2H1 dengan Ca Ovarium dan asites. Dari laporan operasi ditemukan saat operasi tampak perlengketan usus ke peritoneum parietale, tampak massa kista gambaran omental cake, asites memenuhi seluruh cavitas abdomen, terdapat adhesi pada usus, omentum dan hepar dengan kesan Ca Ovarium stadium IIIB.2. Apakah penatalaksanaan Ca Ovarium pada pasien ini sudah tepat?Pasien telah didiagnosa dengan Ca Ovarium, dan dari temuan operasi pasien berada pada stadium IIIB. Pada pasien telah dilakukan operasi debulking sitoreduksi suboptimal, dan dilakukan biopsi jaringan. Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi biopsi jaringan, didapatkan gambaran adenokarsinoma ovarium. Pasien direncanakan menjalani kemoterapi.Pada stadium ini, setiap usaha harus dilakukan untuk mengeluarkan massa tumor (bulk) termasuk dengan operasi usus mayor termasuk omentum yang cukup luas setelah dilakukan TAH-BSO. Studi retrospektif menyebutkan bahwa angka survival pasien dengan penyakit stadium III berhubungan dengan jumlah residu tumor pasca operasi yang lebih sedikit memiliki prognosis yang lebik baik dengan terapi ajuvan. Pasien dengan stadium III harus diterapi dengan kemoterapi. Sebagian besar pusat kanker kini memilih kemoterapi agen multipel yang berbasis platinum seperti carboplatin dan paclitaxel, karena kelompok pasien yang mendapatkan kemoterapi ini memiliki angka respon yang lebih baik.Durasi terapi agen multipel biasanya 6-8 siklus. Bila pasien selamat selama periode waktu ini dan tidak menunjukkan bukti klinis adanya penyakit, biasanya dipertimbangkan untuk melakukan prosedur operasi kedua. Namun kemudian hal ini, mengalami transisi dimana banyak peneliti tidak menganjurkan untuk melakukan laparotomi kedua kecuali pasien masuk dalam suatu penelitian. Saat ini, beberapa penelitian menunjukkan tidak terdapat manfaat pada hasil akhir dengan melakukan operasi kedua. Namun, laparotomi kedua merupakan suatu alat diagnostik sehingga mungkin bermanfaat bagi pasien yang sebelumnya belum mendapat intervensi pembedahan yang adekuat. 3. Apakah penatalaksanaan neoplasma ovarium dengan distensi abdomen karena asites pada pasien ini sudah tepat?

Pasien telah didiagnosa Ca Ovarium dengan asites dan penatalaksanaan yang telah dilakukan terhadap pasien telah tepat karena pada pasien telah dilakukan parasentesis dan pemeriksaan sitologi cairan asites didapatkan kesimpulan cairan asites merupakan anak sebar adenocarsinoma pada peritoneum yang dapat berasal dari ovarium. Pasien direncanakan menjalani kemoterapi.Asites yang terjadi karena keganasan dilakukan tatalaksana terhadap keganasan yang menjadi penyebab dari asites tersebut dan yang paling sering yaitu kanker ovarium. Umumnya pasien dengan asites pada kasus keganasan harus dilakukan parasentesis terapeutik untuk mengurangi gejala. Pintasan peritovena dengan pembedahan (shunt LeVeen) jarang dilakukan. Sekitar 90% pasien dengan paracentesis terapeutik memberikan hasil yang baik, meskipun kesembuhan dari gejala bersifat sementara. Komplikasi dilaporkan jarang terjadi yaitu mencakup hipotensi, emboli paru, peritonitis sekunder dan perforasi. Tujuan dari terapi intraperitoneal pada asites akibat keganasan biasanya paliatif, sedangkan tujuan dari operasi Cytoreduktif dalam kombinasi dengan HIPEC adalah untuk menghilangkan semua tumor makroskopik setelah eksplorasi perut dan hanya menyisakan tumor mikroskopis untuk meningkatkan penetrasi jaringan tumor dengan HIPEC. Pendekatan multimodal ini telah terbukti untuk meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dan terutama diterapkan untuk pasien dengan metastastic kanker appendix atau kolorektal yang terbatas pada peritoneum.

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

Angka harapan hidup pasien dengan neoplasma ovarium dibedakan dengan melihat angka harapan hidup pasien lainnya dengan neoplasma ovarium selama lima tahun kedepan. Angka harapan hidup selama 5 tahun pada keseluruhan pasien neoplasma ovarium adalah 44%. Pasien yang didiagnosis berumur dibawah 65 tahun memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan wanita yang didiagnosis diatas umur 65 tahun. Menurut beberapa penelitian, prognosis juga berhubungan dengan karakteristik penderita, status kebidanan, serta keadaan penyakit seperti stadium klinik dan jenis pengobatan yang diberikan. Pada pasien dengan stadium III, angka ketahanan hidup 5 tahunnya adalah 24,64%.. pasien yang memperoleh pengobatan kombinasi operasi dan kemoterapi memiliki angka ketahanan hidup 5 tahun 44,11%. Pada pasien dengan asites memiliki angka ketahanan hidup 5 tahun lebih rendah yaitu 33,5% dibandingkan tidak asites yaitu 52,07%..

BAB VPENUTUP

5.1 Simpulan1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat dan memenuhi kaidah obstetri dan ginekologi.2. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat, yaitu meliputi penatalaksanaan operatif dikombinasikan dengan kemoterapi berdasarkan stadium neoplasma ovarium pada pasien.3. Prognosis pada pasien ini berdasarkan stadiumnya yaitu neoplasma ovarium stadium III, memiliki angka harapan hidup 5 tahun sebesar 24,64%.

5.2 Saran1. Perlu dilakukan lebih banyak edukasi dan penyuluhan kepada wanita tentang kanker ovarium, agar dapat mengetahui tentang faktor resiko penyakit sehingga dapat menghindarinya.2. Perlu dilakukannya skrining dan deteksi dini terhadap seluruh wanita yang memiliki resiko tinggi terhadap kanker ovarium, dimana hal ini dapat dilakukan di pusat pelayanan kesehatan lini pertama yaitu Puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005.2. Busmar, B. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Editor: M.F. Azis, Andrijono, dan A.B. Saifuddin. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006: hal. 468-257.3. De Jong, W. Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2003:729-730.4. Kumar V, Cotran RS, and Robbins SL. Robbins Basic Pathology 7th ed. New York: W.B. Saunders Company. 2003.5. Lubis, AA. Sensitivitas dan spesifisitas Nilai resistance index dan pulsatility index Dalam diagnosis kanker ovarium. Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU, Medan. 2011.6. Military Obstetrics & Gynecology. The Brookside Associates, Ltd; 2009 [cited 2012 21 Desember]; Available from: http://www.brooksidepress.org/Products/Military_OBGYN/Textbook/Problems/OvarianNeoplasm.htm.7. Vivien W. Chen PD, Bernardo Ruiz MDPD, Jeffrey L.K. MD, Timothy R. Cotey MD, M.P.H., Xiaou Cheng Wu MD, MPH, C.T.R., Catherine N.C. PD. Pathology and Classification of Ovarian Tumors. 2003 15 May;97 (North American Association of Central Cancer Registries).