Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

download Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

of 52

description

case

Transcript of Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    1/52

    1

    CASE REPORT

    SEORANG WANITA USIA 33 TAHUN

    DENGAN DIARE PERSISTEN DAN HIV POSITIF

    Oleh:

    Wahyu Tiara Dewiyanti J 500 080 048

    Pembimbing:

    dr. Asna Rosida, Sp. PD

    KEPANITERAAN KLINIK SMF/BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    2/52

    2

    2012

    CASE REPORT

    SEORANG WANITA USIA 33 TAHUN

    DENGAN DIARE PERSISTEN DAN HIV POSITIF

    Yang diajukan Oleh :

    Wahyu Tiara Dewiyanti J 500 080 048

    Tugasi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan Program Profesi Dokter

    Pada hari ......., tanggal ........ Oktober 2012

    Pembimbing

    dr. Asna Rosida, Sp. PD ( )

    Dipresentasikan dihadapan

    dr. Asna Rosida, Sp. PD ( )

    Disahkan Ka Profesi FK UMS

    dr. Yuni Prasetyo K, M.MKes ( )

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    3/52

    3

    STATUS PASIEN

    I. IDENTITAS PASIENNama Pasien : Ny. R

    Umur : 33 tahun

    Jenis Kelamin : Wanita

    Alamat : Maron, Kauman

    Status Perkawinan : Menikah

    Agama : Islam

    Suku : Jawa

    Tanggal Masuk RS : 5 Oktober 2012

    Tanggal Pemeriksaan : 6 Oktober 2012

    II. ANAMNESISRiwayat penyakit pasien diperoleh secara autoanamnesis dilakukan

    pada tanggal : 6 Oktober 2012.

    A. Keluhan UtamaMencret

    B. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke IGD RSUD Ponorogo pada tanggal 5 Oktober 2012

    kemudian dikirim ke bangsal Mawar dengan keluhan mencret sejak 3 hari

    SMRS. BAB cair berwarna kuning dengan frekuensi 6-10x/hari tidak ada

    lendir dan tidak ada darah. Keluhan mencret dirasakan kumat-kumatan 2

    bulan terakhir. BAK warna jernih kekuningan normal.Tidak ada mual,

    muntah, demam, batuk, pilek, sesak ataupun sakit kepala.

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    4/52

    4

    Pasien mengaku akhir-akhir ini nafsu makan menurun dan berat badan

    juga turun dalam 1 tahun terakhir sebanyak 12 kg. Pasien juga

    mengeluhkan jamur yang tumbuh di rongga mulut sejak 1 tahun terakhir

    dan berobat rutin ke dokter umum, dan mendapatkan ketokonazol oral.

    Pasien juga menyatakan pernah bekerja di luar negeri menjadi TKI di

    Malaysia selama 1 tahun (2004-2005).

    Untuk keluhan mencretnya pasien juga sudah bolak balik berobat ke

    klinik dokter umum di dekat rumahnya, namun begitu obat habis mencret

    kembali kumat tanpa sebab yang jelas. Karena khawatir akn kondisi istrinya

    yang tampak lemah, suami pasien membawa pasien ke IGD RSUD

    DR.HARJONO Ponorogo.

    C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit (+) kumat-kumatan dalam 2 bulan terakhir

    Riwayat Hipertensi disangkal

    Diabetes Mellitus disangkal

    Riwayat Penyakit jantung disangkal

    Alergi Obat dan makanan disangkal

    Riwayat Asma disangkal

    Riwayat Operasi disangkal

    Riwayat Trauma disangkal

    Riawayat Opname (+) demam tifoid 3 hari di Malaysia

    D.Riwayat Keluarga Riwayat Penyakit serupa dalam keluarga disangkal

    Riwayat Hipertensi disangkal

    Riwayat Diabetes melitus disangkal

    Riwayat Penyakit Jantung disangkal

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    5/52

    5

    Riwayat Asma disangkal

    E. Riwayat Kebiasaan Riwayat minum jamu: disangkal

    Riwayat minum alkhohol: disangkal

    Riwayat NSAID: disangkal

    Riwayat merokok:disangkal

    III. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum :baik

    Kesadaran : compos mentis, GCS: E4V5M6

    Vital signs

    Tekanan darah : 130/70 mmHg

    Nadi : 80x/menit, reguler, kuat, isi cukup

    Respirasi rate : 20x/menit

    Suhu : 37C

    Pemeriksaan fisik

    1. Kepala : konjungtiva palpebra anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-), sianosis (-). Pupil isokor (3 mm/ 3mm). Mulut

    (jamur +) di palatum molle, gigi keropos.

    2. Leher : leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), JVP R0, pembesaran kelenjar limfe (-).

    3. Thorax :Inspeksi: atrophy musculus pectoralis (-), spider nevi (-), rontok bulu

    ketiak (-)

    a. Paru-paru

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    6/52

    6

    Inspeksi : gerakan pernafasan simetris kanan kiri, retraksi

    intercostae(-).

    Palpasi :

    - Ketinggalan gerak

    Depan Belakang

    - - - -

    - - - -

    - - - -

    - Fremitus

    Depan Belakang

    N N N N

    N N N N

    N N N N

    Perkusi :

    Depan Belakang

    S S S S

    S S S S

    S S S S

    S : sonor

    Auskultasi :

    - Suara dasar vesikuler

    Depan Belakang

    + + + ++ + + +

    + + + +

    - Suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    7/52

    7

    b.Jantung Inspeksi : ictus cordis tak tampak.

    Palpasi : ictus kordis teraba kuat angkat pada SIC V

    linea midclavicula sinistra.

    Perkusi : batas jantung.

    Batas kiri jantung :

    - Atas : SIC II di sisi lateral linea parasternalis

    sinistra.

    - Bawah : SIC V linea midclavicula sinistra .

    Batas kanan jantung

    - Atas : SIC II linea parasternalis dextra

    - Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

    4. Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, bising(-)5. Abdomen :

    Inspeksi : dinding perut lebih rendah dari dinding dada,

    distended (-), umbilikus tampak dan tidak ada inflamasi, kaput

    medusa (-). Auskultasi : peristaltik (+) normal.

    Perkusi : timpani, ascites (-), shifting dullnes (-)

    Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (+), lien tidak

    teraba, hepar tidak teraba,ginjal tidak teraba, nyeri ketok

    costovertebrae (-)

    6. Ekstremitas : clubbing finger tidak ditemukan, palmar eritema (-/-),terdapat edema pada ekstremitas inferior (-/-), pitting oedem (-/-), akral

    hangat.

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah lengkap (tanggal 5 Oktober 2012)

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    8/52

    8

    Pemeriksaan Hasil Interpretasi N

    Hb 7,4 gr/dl 11,0-16,0

    Eritrosit 3,93.106uL N 3,505,50

    Hematokrit 26,0 % 37-50

    Indeks Eritrosit

    MCV

    MCH

    MCHC

    66,3 Pf

    18,8 Pg

    28,4 %

    82,5-92,0

    27-31

    32-36

    Leukosit 5,1.10 uL N 5,0-10,0

    Trombosit 161.10 uL N 100-300

    Limph

    Mid

    Gran

    0,7.10 uL

    0,4.103uL

    4,0.103uL

    N

    N

    0,8-4

    0,1-0,9

    2-7

    Ureum 12,49mg/dl N 10-50

    Creat 0,89 mg/dl N 0,7-1,4

    Gula Darah Sewaktu 112 mg/dl N 60-115

    SGOT 65,9 U/I 0-38

    SGPT 65,9 U/I 0-40

    ALP 358 U/I 98-279

    Gama GT 14,6 U/I N 8-34

    TBIL 0,45 mg/dl 0-0,35

    DBIL 0,18 mg/dl N 0,2-1,2

    Chol 66 mg/dl 140-200

    TG 108 mg/dl N 36-165HDL 18 mg/dl 45-150

    LDL 26 mg/dl N 0-190

    Pemeriksaan feses lengkap (6 Oktober 2012)

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    9/52

    9

    Pemeriksaan Hasil Nilai normal

    Makroskopis

    Warna Kuning

    Konsistensi Lembek

    Darah +

    Lendir -

    Mikroskopis

    Eritrosit 2-3

    Leukosit 1-2

    Amoeba 4-5

    Kista -

    Telur cacing -

    Sisa makanan -

    Benzidin tes +

    Pemeriksaan Blood Smear (6 Oktober 2012)

    Pemeriksaan Hasil Nilai normal

    Eritrosit Hypochrom anisositosis

    terdapat ovalosit, cigaret cell,

    target cell, tear drop cell.

    Leucosit Kesan jumlah: normal

    Morfologi: normal

    Trombosit Kesan jumlah: normal

    Morfologi: normal

    Pemeriksaan HIV (6 Oktober 2012)

    Pemeriksaan Hasil Nilai normal

    R1. SD BIOLINE HIV 1/23 REAKTIF NON REAKTIF

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    10/52

    10

    R2. INTEC ONE STOP 1&2 REAKTIF NON REAKTIF

    ONCO PROBE 1&2 REAKTIF NON REAKTIF

    Pemeriksaan HIV terhadap suami pasien (6 Oktober 2012)

    Pemeriksaan Hasil Nilai normal

    HIV NON REAKTIF NON REAKTIF

    Pemeriksaan EKG (5 Oktober 2012)

    Irama: Sinus, Reguler

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    11/52

    11

    HR: 100x/menit

    : 6

    Hipertrofi: (-)

    Ischemic/infarc: (-) Kesan EKG: dalam batas normal

    V. RESUME/ DAFTAR MASALAH (yang ditemukan positif)A. Anamnesis

    1. Mencret cair warna kuning 6-10x/hari kumat-kumatan sudah 2

    bulan terakhir.

    2. Penurunan berat badan sebanyak 12 kg pada 1 tahun terakhir tanpa

    sebab yang jelas.

    3. Jamur di mulut yang tidak sembuh sudah walaupun sudah di obati

    ketokonazol rutin dalam 1 tahun

    4. Riwayat TKI 1 tahun (2004-2005) di Malaysia, dan pernah di

    opname 3 hari di Malaysia dengan diagnosa Demam Tyfoid.

    B. Pemeriksaan Fisik1. Vital sign: TD 130/70 mmHg2.

    Kepala: Rongga mulut: candidiasis oral (+), gigi (+) keropos

    Candidiasis

    oral

    Gigi

    keropos

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    12/52

    12

    C. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan darah lengkap

    Hb 7,4 g/dl ()

    HT 26, % ()

    MCV 66,3 Pf ()

    MCH 18,8 Pg ()

    MCHC 28,4 % ()

    Lymfosit 0,7.103uL ()

    GOT 65,9 U/I ()

    GPT 65,9 U/I ()

    LP 358 U/I ()

    TBIL ,45 g/d ()

    Chol 66 mg/dl ()

    HDL 18 mg/dl ()

    2. Pemeriksaan feses lengkap

    Darah (+)

    Benzidin tes (+)

    3. Pemeriksaan HIV

    Pasien: REAKTIF

    Suami Pasien: NON REAKTIF

    Anemia Microcytic Hypochrom

    Gangguan LFT

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    13/52

    13

    VI. ASSESMENT/ DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDINGHIV

    VII. POMR (Problem Or iented Medical Record)Problem

    AssessmentP.

    DiagnosisP. Terapi

    P.

    Monitoring

    Mencret cair warna

    kuning 6-10x/hari

    kumat-kumatan dalam

    2 bulan terakhir.

    Berat badan turun

    sebanyak 12kg dalam

    1 tahn terakhir tanpa

    sebab yang jelas

    Riwayat bekerja di luar

    negeri/ TKI selama

    1tahun (2004-2005)

    Jamur di mulut 1

    tahun tidak kunjung

    sembuh walaupun sudah

    berobat ketokonazol

    rutin.

    HIV Uji

    serologi

    istirahat

    infus RL 20 tpm

    Inj Ranitidin

    2x1 Amp

    Inj.Ondancentro

    n 3x1 Amp

    Diatab 3x1 tab

    Loperamid 3x1tab

    Nystatin drop 3

    gtt II

    Klinis

    vital sign

    Hb 7,4 g/dl ()

    HT 26, % ()

    MCV 66,3 Pf ()

    Anemia

    microcytic

    Hypochrom

    Anemia

    Darah

    Lengkap

    Feses

    Lengkap

    Infus PZ 16 tpm

    Transfusi PRC

    II kolf/hari smp

    Vital sign

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    14/52

    14

    MCH 18,8 Pg ()

    MCHC 28,4 %

    ()

    defisiensi

    besi

    Anemia

    penyakt

    kronis

    Benzidin

    tes

    Urin

    lengkap

    Pmx

    Kimia

    darah:

    Serum

    Iron,

    TIBC,

    feritin,

    protofor

    firin

    Hb 1 g/d

    vit.c 2x500mg

    inj.Ca.gluconas

    1x1gr (post

    PRC 4 Kolf)

    Inj. Ranitidin 2x

    1 amp

    Diet kaya

    kalori, protein

    dan zat besi

    VIII. FOLLOW UPTanggal Monitoring Bangsal Terapi

    05/10/12 S : mencret 6-10x hari, lemas

    O : TD : 130/70 N : 80 x/ menit

    S : 36,90C RR : 20 x/menit

    Candidiasis oral (+).

    Hb 7,4 g/dl ()

    HT 26, % ()

    MCV 66,3 Pf ()

    MCH 18,8 Pg ()

    MCHC 28,4 % ()

    Lymfosit 0,7.103uL ()

    infus RL 20 tpm

    Inj Ranitidin 2x1 Amp

    Inj.Ondancentron 3x1

    Amp

    Diatab 3x1 tab

    Loperamid 3x1 tab

    Nystatin drop 3 gtt II

    06/10/12 S : mencret berkurang 5x/hari

    O : TD : 110/80 N : 70 x/menit

    infus RL 20 tpm

    Inj Ranitidin 2x1 Amp

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    15/52

    15

    RR : 20 x/menit S : 36oC Inj.Ondancentron 3x1

    Amp

    Diatab 3x1 tab

    Loperamid 3x1 tab

    Nystatin drop 3 gtt II

    07/10/12 S : sudah tidak mencret, BAB masih

    lembek

    O : TD : 110/80 N : 70 x/menit

    RR : 20 x/menit S : 36oC

    infus RL 20 tpm

    Inj Ranitidin 2x1 Amp

    Inj.Ondancentron 3x1

    Amp

    Diatab 3x1 tab

    Loperamid 3x1 tab

    Nystatin drop 3 gtt II

    08/10/12 S : mencret berkurang 5x/hari

    O : TD : 110/80 N : 70 x/menit

    RR : 20 x/menit S : 36oC

    infus RL 20 tpm

    Inj Ranitidin 2x1 Amp

    Inj.Ondancentron 3x1

    Amp

    Diatab 3x1 tab

    Loperamid 3x1 tab

    Nystatin drop 3 gtt II

    Transfudi 1 kolf

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    16/52

    16

    BAB II

    DISKUSI

    A. HIV/AIDS1. Definisi

    HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang

    menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan

    AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). AIDS dapat diartikan sebagai

    kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan

    tubuh akibat infeksi HIV. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

    HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas

    menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki

    CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sellimfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan

    berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan

    dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan

    sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan

    pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang

    terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada

    beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).

    Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.

    Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada

    enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk

    manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri

    dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    17/52

    17

    berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat

    mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak

    menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1

    (Zein, 2006).

    AIDS adalah singkatan dariAcquired Immuno Deficiency Syndrome, yang

    berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh

    yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan

    untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit.

    AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga

    akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

    HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam

    sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam

    kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini

    ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit

    maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik

    (Zein, 2006).

    2.

    EpidemiologiKasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April

    tahun 1987. Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal

    di RSUP Sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan

    akhir tahun 1990, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat

    (Muninjaya, 1998).

    Sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat

    penggunaaan narkotika suntik. Fakta yang mengkhawatirkan adalah

    pengguna narkotika ini sebagian besar adalah remaja dan dewasa muda yang

    merupakan kelompok usia produktif. Pada akhir Maret 2005 tercatat 6789

    kasus HIV/AIDS yang dilaporkan (Djauzi dan Djoerban, 2007).

    Sampai akhir Desember 2008, jumlah kasus sudah mencapai 16.110 kasus

    AIDS dan 6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    18/52

    18

    tercatat sudah mencapai 3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut,

    12.061 penderita adalah laki-laki dengan penyebaran tertinggi melalui

    hubungan seks (Depkes RI, 2008).

    3. EtiologiVirus HIV yang termasuk dalam famili retrovirus genus lentivirus

    diketemukan oleh Luc Montagnier, seorang ilmuwan Perancis (Institute

    Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan

    gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy

    Associated Virus(LAV).

    Gallo (national Institute of Health, USA 1984) menemukan Virus HTLV-

    III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada

    penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga

    berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of

    Viruses (1986) WHO memberi nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di Afrika

    ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS, disebut HIV-2,

    dan berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic. HIV-2 dianggapkurang pathogen dibandingkan dengan HIV-1. Untuk memudahkan, kedua

    virus itu disebut sebagai HIV saja.

    4. Cara PenularanHIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang

    berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina

    dan air susu ibu (KPA, 2007c).

    Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual,

    kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa

    kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006)

    a. Seksual

    Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan

    dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    19/52

    19

    terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki

    dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi

    vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi

    adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang

    terinfeksi HIV.

    b. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan

    virus HIV.

    c. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau

    tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti

    jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa

    juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi

    sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.

    d. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya

    dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda

    tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.

    e. Melalui transplantasi organ pengidap HIV

    f.

    Penularan dari ibu ke anakKebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia

    dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.

    g. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas

    laboratorium

    Menurut WHO, terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat

    ditularkan antara lain:

    a. Kontak fisik

    Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS,

    bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu

    ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    20/52

    20

    maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak

    akan menyebabkan seseorang tertular.

    b. Memakai milik penderita

    Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun

    peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.

    c. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.

    d. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.

    5. PatogenesisHIV adalah retrovirus yang menggunakan RNA sebagai genom. Untuk

    masuk ke dalam sel, virus ini berikatan dengan receptor (CD4) yang ada di

    permukaan sel. Artinya, virus ini hanya akan menginfeksi sel yang memiliki

    receptor CD4 pada permukaannya. Karena biasanya yang diserang adalah sel

    T lymphosit (sel yang berperan dalam sistem imun tubuh), maka sel yang

    diinfeksi oleh HIV adalah sel T yang mengekspresikan CD4 di

    permukaannya (CD4+ T cell).Setelah berikatan dengan receptor, virus berfusi dengan sel (fusion)

    dan kemudian melepaskan genomnya ke dalam sel. Di dalam sel, RNA

    mengalami proses reverse transcription, yaitu proses perubahan RNA menjadi

    DNA. Proses ini dilakukan oleh enzim reverse transcriptase.

    Proses sampai step ini hampir sama dengan beberapa virus RNA

    lainnya. Yang menjadi ciri khas dari retrovirus ini adalah DNA yang

    terbentuk kemudian bergabung dengan DNA genom dari sel yang

    diinfeksinya. Proses ini dinamakan integrasi (integration). Proses ini

    dilakukan oleh enzim integrase yang dimiliki oleh virus itu sendiri. DNA

    virus yang terintegrasi ke dalam genom sel dinamakan provirus.

    Dalam kondisi provirus, genom virus akan stabil dan mengalami

    proses replikasi sebagaimana DNA sel itu sendiri. Akibatnya, setiap DNA sel

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    21/52

    21

    menjalankan proses replikasi secara otomatis genom virus akan ikut

    bereplikasi. Dalam kondisi ini virus bisa memproteksi diri dari serangan

    sistem imun tubuh dan sekaligus memungkinkan manusia terinfeksi virus

    seumur hidup (a life long infection).

    Spesifikasi HIV terhadap CD4+ T cell ini membuat virus ini bisa

    digunakan sebagai vektor untuk pengobatan gen (gene therapy) yang efisien

    bagi pasien HIV/AIDS. Soalnya, vektor HIV yang membawa gen anti-HIV

    hanya akan masuk ke dalam sel yang sudah dan akan diinfeksi oleh virus HIV

    itu sendiri.

    Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus

    mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+

    berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting.

    Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang

    progresif.

    Kejadian infeksi HIV primer dapat dipelajari pada model infeksi akut

    Simian Immunodeficiency Virus ( SIV ). SIV dapat menginfeksi limfosit

    CD4+ dan monosit pada mukosa vagina.Virus dibawa oleh antigenpresenting cells ke kelenjar getah bening regional. Pada model ini, virus

    dideteksi pada kelenjar getah bening dalam 5 hari setelah inokulasi. Sel

    individual di kelenjar getah bening yang mengekspresikan SIV dapat di

    deteksi dengan hibridisasi in situ dalam 7- 14 hari setelah inokulasi. Viremia

    SIV dideteksi 7-21 hari setelah infeksi . Puncak jumlah sel yang

    mengekspresikan SIV di kelenjar getah bening berhubungan dengan puncak

    antigenemia p26 SIV. Jumlah sel yang mengekspresikan virus di jaringan

    limfoid kemudian menurun secara cepat dan di hubungkan sementara dengan

    pembentukan respon imun spesifik. Koinsiden dengan menghilangnya

    viremia adalah peningkatan sel limfosit CD8. Walaupun demikian tidak dapat

    dikatakan bahwa respon sel limfosi CD8+ menyebabkan kontrol optimal

    terhadap replikasi HIV. Replikasi HIV berada pada keadaan steady-state

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    22/52

    22

    beberapa bulan setelah infeksi . Kondisi ini bertahan relatif stabil selam

    beberapa tahun, namun lamanya sangat bervariasi. Faktor yang

    mempengaruhi tingkat replikasi HIV tersebut, dengan demikian juga

    perjalanan kekebalan tubuh pejamu, adalah heterogeneitas kapasitas replikatif

    virus dan heterogeneitas intrinsik pejamu.

    Antibodi muncul di sirkulasi dalm beberapa minggu setelah infeksi,

    namun secara umum dapat dideteksi pertama kali setelah replikasi virus telah

    nuun p steady state. Walaupun antibodi ini umumnya

    memiliki aktifitas netralisasi yang kuat melawan infeksi virus, namun

    ternyata tidak dapat mematikan virus.

    Patofisiologis

    Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien,

    sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap

    terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV sebagian berkembang

    masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi pasien

    AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang

    terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal.Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis,

    sesuai dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh yang juga bertahap.

    Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala

    tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut,

    3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri

    menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk.

    Setelah infeksi akut, di mulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala).

    Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada

    sekelompok kecil orang yang perjalanan penyakitnya amat cepat, dapat hanya

    sekitar 2 tahun, dan ada pula yang perjalanannya lambat (non-pogresor).

    Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, odha mulai

    menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    23/52

    23

    menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare,

    tuberculosis, infeksi jamur, herpes, dll.

    Tanpa pengobatan ARV, walaupun selama beberapa tahu tidak

    menunjukkan gejala, secara bertahap sistem kekebalan tubuh orang yang

    terinfeksi HIV akan memburuk, dan akhirnya pasien menunjukkan gejala

    klinik yang makin berat, pasien masuk tahap AIDS. Jadi yang disebut laten

    secara klinik (tanpa gejala), sebetulnya bukan laten bila ditinjau dari sudut

    penyakit HIV. Manifetasi dari awal dari kerusakan sistem kekebalan tubuh

    adalah kerusakan mikro arsitektur folikel kelenjar getah bening dan infeksi

    HIV yang luas di jaringan limfoid, yang dapat dilihat dengan pemeriksaan

    hibridisasi in situ.Sebagian besar replikasi HIV terjadi di kelenjar getah

    bening, bukan di peredaran darah tepi.

    Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak

    menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10

    partikel setiap hari. Replikasi yang cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan

    seleksi, muncul HIV yang resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadikehancuran limfosit CD4 yang tinggi, untungnya tubuh masih bias

    mengkompensasi dengan memproduksi limfosit CD4 sekitar 109 sel setiap

    hari.

    Perjalanan penyakit lebih progresif pada pengguna narkotika. Lebih

    dari 80% pengguna narkotika terinfeksi virus hepatitis C. Infeksi pada katup

    jantung juga adalah penyakit yang dijumpai pada odha pengguna narkotika

    dan biasanya tidak ditemukan pada odha yang tertular dengan cara lain.

    Lamanya penggunaan jarum suntik berbanding lurus dengan infeksi

    pneumonia dan tuberkulosis. Makin lama seseorang menggunakan narkotika

    suntik , makin mudah terkena pneumonia dan tuberkulosis. Infeksi secara

    bersamaan ini akan menimbulkan efek yang buruk. Infeksi oleh kuman

    penyakit lain akan menyebabkan virus HIV membelah dengan lebih cepat

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    24/52

    24

    sehingga jumlahnya akan meningkat pesat. Selain itu juga dapat

    menyebabkan reaktivasi virus di dalam limfosit T. Akibatnya perjalanan

    penyakitnya biasanya lebih progresif (Fauzi, 2005).

    6. Manifestasi KlinikMenurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor

    (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):

    Gejala mayor:

    a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

    b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

    c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    25/52

    25

    d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

    e. Demensia/ HIV ensefalopati

    Gejala minor:

    a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

    b. Dermatitis generalisata

    c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang

    d. Kandidias orofaringeal

    e.

    Herpes simpleks kronis progresif

    f. Limfadenopati generalisata

    g. Retinitis virus Sitomegalo

    Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER)

    (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase:

    a. Fase awal

    Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda

    infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam,

    sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah

    bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS

    dapat menularkan virus kepada orang lain.

    b. Fase lanjut

    Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau

    lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel

    imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala

    yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan

    gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan

    pernafasan pendek.

    c. Fase akhir

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    26/52

    26

    Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih

    setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut

    akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

    Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul

    gejala AIDS:

    Tahapan HIV-AIDS

    a. Tahap 1: Periode Jendela HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap

    HIV dalam darah

    Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan

    merasa sehat

    Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini

    Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6

    bulan

    b. Tahap 2: HIV Positif(tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:

    http://klikhealthy.com/http://klikhealthy.com/http://klikhealthy.com/
  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    27/52

    27

    HIV berkembang biak dalam tubuh

    Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan

    merasa sehat

    Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah

    terbentuk antibody terhadap HIV

    Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya

    tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih

    pendek)

    c. Tahap 3: HIV Positif(muncul gejala)

    Sistem kekebalan tubuh semakin turun

    Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan

    kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll

    Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya

    tahan tubuhnya

    d. Tahap 4: AIDS Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

    Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

    7. DiagnosisTes darah

    Tes untuk mengetahui antibodi HIV pertama tersedia pada 1985. Baru

    setelah tes dapat diperoleh, muncul berbagai pertanyaan tentang bagaimana

    cara memakai tes tersebut. Umumnya, orang dapat dibagi dalam dua kubu:

    mereka yang setuju dengan tes secara sukarela dan mereka yang

    mengusulkan tes wajib.

    Gagasan wajib melakukan tes ditolak oleh sebagian besar negara

    akibat biaya dan masalah logistik yang terkait.3 Tiga negara yang

    mewajibkan tes adalah Kuba (75 persen warga dites), Bulgaria (45 persen

    dites) dan bekas Uni Soviet (30 persen). Karena HIV tidak ditularkan

    melalui hubungan biasa sehari-hari (yaitu, bukan virus yang diangkut udara)

    http://openstory%28%27pmdbn2da.htm/#Ref2803');http://openstory%28%27pmdbn2da.htm/#Ref2803');http://openstory%28%27pmdbn2da.htm/#Ref2803');http://openstory%28%27pmdbn2da.htm/#Ref2803');
  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    28/52

    28

    tetapi melalui perilaku tertentu, tes wajib untuk seluruh penduduk dilihat

    sangat mahal, secara ilmiah tidak dapat dibenarkan, dan dapat menimbulkan

    perlakuan tidak adil.

    Di negara lain, kelompok tertentu dijadikan sasaran, sering kali tanpa

    persetujuan dari yang bersangkutan. Kelompok ini mencakup narapidana,

    pekerja seks, pengguna narkoba dalam tempat pemulihan, dan wanita hamil.

    Penolakan terhadap tes HIV berarti program harus mengembangkan

    strategi untuk membujuk orang yang berisiko terinfeksi HIV untuk

    melakukan tes HIV karena akan bermanfaat untuk mereka.

    Orang yang mengusulkan tes sukarela secara luas menganggap bahwa

    jika seseorang mengetahui apakah ia terinfeksi HIV atau tidak akan menjadi

    unsur penting dalam mendorong terjadinya perubahan. Berarti, orang

    dengan HIV akan menerapkan penggunaan narkoba atau hubungan seks

    yang lebih aman untuk melindungi pasangannya, dan orang yang memakai

    narkoba bersamanya. Untuk mereka yang HIV-negatif, akan mendorong

    perubahan perilaku agar meyakinkan bahwa mereka tidak tertular HIV di

    masa yang akan datang.Sebaliknya, ada yang menganggap bahwa setiap orang yang

    menggunakan narkoba dengan jarum suntik dan melakukan seks yang tidak

    aman harus mengubah perilakunya, terlepas apakah mereka HIV-positif atau

    tidak. Karena pesannya sama, tes tidak dibutuhkan dan dapat meningkatkan

    perlakuan tidak adil, stigmatisasi dan pengucilan. Daripada melakukan tes

    secara massal, mereka mengusulkan program pendidikan massal sebagai

    gantinya. Banyak negara di Asia melakukan gabungan antara tes wajib, tes

    sukarela dan surveilans sentinel.

    Bagaimanakah tes HIV dipakai?

    Umumnya tes HIV dipakai dalam dua cara: untuk surveilans

    masyarakat (surveilans sentinel) dan untuk diagnosis perorangan. Surveilans

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    29/52

    29

    masyarakat biasanya dilakukan dengan melakukan tes intensif (skrining)

    terhadap kelompok kunci dalam masyarakat agar mengetahui luasnya

    penyebaran infeksi HIV. Ini dapat dilakukan dengan mengadakan skrining

    HIV pada perempuan hamil atau pasien IMS, agar mengetahui berapa yang

    terinfeksi HIV pada waktu tertentu: skrining ulangan di kemudian hari dapat

    menunjukkan cepatnya HIV menyebar dalam masyarakat tertentu itu. Orang

    yang dites dengan cara ini tidak diberitahukan hasil tesnya dan hasilnya juga

    anonim (tanpa nama).

    Tes perorangan adalah untuk mereka yang merasa mungkin telah

    terpajan oleh HIV melalui praktek penyuntikan, seks yang berisiko, atau dari

    transfusi darah. Tes seperti ini harus mencakup konseling prates dan

    pascates (untuk informasi lebih lanjut lihat ini). Melakukan tes

    memungkinkan orang untuk mengubah perilakunya sehingga mereka tidak

    menularkan virus itu (jika hasil tesnya positif) atau, jika hasil tes mereka

    negatif, untuk meyakinkan mereka supaya tidak tertular virus ini di masa

    mendatang. Tes juga bisa berarti bahwa orang mungkin mendapatkan saran-

    saran berkaitan dengan kesehatan mereka, pengobatan untuk infeksioportunistik seperti TB, dan informasi tentang bagaimana mengurangi

    kemungkinan menularkan virus pada bayinya yang belum lahir, saat

    melahirkan atau ketika menyusui.

    8. Pencegahan dan PengobatanPencegahan

    Gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru setiap kali akan

    melakukan penyuntikan atau proses lain yang mengakibatkan

    terjadinya luka

    Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman (artinya :

    hubungan seks yang tidak memungkinkan tercampurnya cairan

    kelamin, karena hal ini memungkinkan penularan HIV)

    http://www1.rad.net.id/aids/pmdbn/pmdbn283.htm#T283.4http://www1.rad.net.id/aids/pmdbn/pmdbn283.htm#T283.4
  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    30/52

    30

    Bila ibu hamil dalam keadaan HIV positif sebaiknya diberitahu

    tentang semua resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang akan

    terjadi pada dirinya sendiri dan bayinya, sehingga keputusan untuk

    menyusui bayi dengan ASI sendiri bisa dipertimbangkan.

    Ada tiga cara PSK:

    Puasa (atau abstinensi, tidak melakukan hubungan seks)

    Setia (Melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti-ganti pasangan

    dan saling setia kepada pasangannya)

    Kondom (Untuk yang melakukan hubungan seksual yang mengandung

    risiko, dianjurkan melakukan seks aman termasuk menggunakan

    kondom)

    Ada dua hal yang perlu diperhatikan:

    Semua alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato,

    atau pisau cukur) harus disterilisasi dengan benar

    Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian

    dengan orang lain

    PengobatanBerbagai pengobatan telah diterapkan untuk penyembuhan AIDS.

    Yang banyak dipraktikkan sampai saat ini adalah pengobatan dengan obat

    kimia (chemotherapy). Obat-obat ini biasanya adalah inhibitor enzim yang

    diperlukan untuk replikasi virus, seperti inhibitor reverse transcriptase dan

    protease.

    Zidovudin-lebih dikenal dengan AZT-adalah obat AIDS yang pertama

    kali digunakan. Obat yang merupakan inhibitor enzim reverse transciptase ini

    mulai digunakan sejak tahun 1987. Setelah itu dikembangkan inhibitor

    protease seperti indinavir, ritonavir, dan nelfinavir. Sampai saat ini Food and

    Drug Administration (FDA) Amerika telah mengizinkan penggunaan sekitar

    20 jenis obat-obatan.

    Pada umumnya, pemakaian obat-obat ini adalah dengan kombinasi

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    31/52

    31

    satu sama lainnya karena pemakaian obat tunggal tidak menyembuhkan dan

    bisa memicu munculnya virus yang resisten terhadap obat tersebut.

    Pemakaian obat kombinasi menjadi standar pengobatan AIDS saat ini, yang

    disebut highly active antiretroviral threrapy (HAART). Walaupun demikian,

    cara ini juga masih belum efektif.

    Zidovudin (ZDV) : Merupakan analog nukleosida, dan bekerja pada

    enzim reverse transcriptase. CDC telah menyarankan pemakaian obat ini

    untuk infeksi HIV. Dosis: 500-600 mg/hari, pemberian setiap 4 jam @

    100 mg,

    Didanosin (DDI) : Belum ada rekomendasi pemberian DDI sebagai terapi

    pertama, melainkan dipakai bila penderita tidak toleran terhadap ZDV,

    atau sebagai pengganti ZDV dimana ZDV sudah amat lama dipakai, atau

    bila pengobatan dengan ZDV tidak mendapatkan hasil. Dosis: 2x100 mg,

    setiap 12 jam (BB60 Kg)

    Dideoxycytidine (DDC, Zalcitabine): Diberikan sebagai kombinasi

    dengan ZDV, tetapi belum cukup pengalaman untuk pemakaian tersebut.

    Dosis: 0,03 mg/KgBB, diberikan setiap 4 jam. Obat-obat lain: Berbagai jenis obat antiretroviral dikembangkan namun

    masih dalam taraf penelitian. Yang cukup menjanjikan ialah derivat HEPT

    dan TIBO, yang menghambat HIV-1 secara sangat spesifik, namun tidak

    HIV-2. Senyawa ini bekerja pada enzim reverse transcriptase. Vaksin

    untuk mencegah penularan HIV sampai saat ini belum diketemukan.

    Terapi kombinasi : Banyak ahli cenderung mempergunakan terapi

    kombinasi ZDV dengan obat antiretroviral lain, misalnya: Triple:

    Saquinavir 1800 mg/hari (Ro.31-8959), ZDV 600 mg/hari, DDC 2,5

    mg/hari. Double: DDC+ZDV, DDC+saquinavir. Terapi kombinasi

    terbukti memberikan hasil lebih baik dan mengurangi kemungkinan

    timbulnya resistensi virus terhadap obat-obat antiretroviral tersebut.

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    32/52

    32

    Terapi gen

    Pendekatan lain yang dilakukan adalah terapi gen. Artinya,

    pengobatan dilakukan dengan mengintroduksikan gen anti-HIV ke dalam sel

    yang terinfeksi HIV. Gen ini bisa berupa antisense dari dari salah satu enzim

    yang diperlukan untuk replikasi virus tersebut atau ribozyme yang berupa

    antisense RNA dengan kemampuan untuk menguraikan RNA target.

    Antisense yang diintroduksikan dengan vektor akan menjalani proses

    transkripsi menjadi RNA bersamaan dengan messenger RNA virus (mRNA).

    Setelah itu, RNA antisense ini akan berinteraksi dengan mRNA dari enzim

    tersebut dan mengganggu translasi mRNA sehingga tidak menjadi protein.

    Karena enzim yang diperlukan untuk replikasi tidak berhasil diproduksi,

    otomatis HIV tidak akan berkembang biak di dalam sel. Sama halnya dengan

    antisense, ribozyme juga menghalangi produksi suatu protein tapi dengan

    cara menguraikan mRNA-nya

    Pendekatan yang dilakukan dengan fokus RNA ini juga bagus dilihat

    dari segi imunologi karena tidak mengakibatkan respons imun yang tidak

    diinginkan. Hal ini berbeda dengan pendekatan melalui protein yang

    menyebabkan timbulnya respons imun di dalam tubuh.

    Untuk keperluan terapi gen seperti ini, dibutuhkan sistem pengiriman

    gen yang efisien yang akan membawa gen hanya kepada sel yang telah dan

    akan diinfeksi oleh HIV. Selain itu, sistem harus bisa mengekspresikan genyang dimasukkan (gen asing) dan tidak mengakibatkan efek yang berasal dari

    virus itu sendiri. Untuk memenuhi syarat ini, HIV itu sendiri penjadi pilihan

    utama.

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    33/52

    33

    HIV sebagai vector

    Pemikiran untuk memanfaatkan virus HIV sebagai vektor dalam

    proses transfer gen asing ini diwujudkan pertama kali pada tahun 1991 oleh

    Poznansky dan kawan-kawan dari Dana-Farber Cancer Institute Amerika.

    Setelah itu penelitian tentang penggunaan HIV sebagai vektor untuk terapi

    gen berkembang pesat.

    Wenzhe Ho dari The Children Hospital of Philadelphia bekerja sama

    dengan Julianna Lisziewicz dari National Cancer Institute berhasil

    menghambat replikasi HIV di dalam sel dengan menggunakan anti-tat, yaitu

    antisense tat protein (enzim yang esensial untuk replikasi HIV). Sementara

    itu, beberapa grup juga berhasil menghambat perkembangbiakan HIV dengan

    menggunakan ribozyme.

    Hal yang penting lagi dalam sistem ini adalah tingkat ekspresi gen

    yang stabil. Dari hasil percobaan dengan tikus, sampai saat ini telah berhasil

    dibuat vektor yang bisa mengekspresikan gen asing dengan stabil dalam

    jangka waktu yang lama pada organ, seperti otak, retina, hati, dan otot.

    Walaupun belum sampai pada aplikasi secara klinis, aplikasi vektor HIV

    untuk terapi gen bisa diharapkan.

    Hal ini lebih didukung lagi dengan penemuan small interfering RNA

    (siRNA) yang berfungsi menghambat ekspresi gen secara spesifik. Prinsipnya

    sama dengan antisense dan ribozyme, tapi siRNA lebih spesifik dan hanyadiperlukan sekitar 20 bp (base pair) sehingga lebih mudah digunakan.

    Baru-baru ini David Baltimore dari University of California Los

    Angeles (UCLA) berhasil menekan infeksi HIV terhadap human T cell

    dengan menggunakan siRNA terhadap protein CCR5 yang merupakan co-

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    34/52

    34

    receptor HIV. Dalam penelitian ini, HIV digunakan sebagai sistem

    pengiriman gen.

    Semoga metode ini dapat segera digunakan untuk pengobatan AIDS di

    seluruh dunia.

    Penatalaksanaan stadium lanjut

    Pada stadium lanjut, tingkat imunitas penderita sudah sangat menurun

    dan banyak komplikasi dapat terjadi, umunya berupa infeksi oportunistik

    yang mengancam jiwa penderita.

    Zidovudin (ZDV)Pada stadium lanjut ZDV juga cukup banyak memberikan manfaat.

    Pada keadaan penyakit yang berat dosis ZDV diperlukan lebih tinggi, agar

    dapat menembus ke susunan syaraf pusat (SSP). Dosis dan pemberian belum

    ada kesepakatan, tetapi sebagai dosis awal pada penderita dengan berat badan

    70 Kg, diberikan ZDV 1000 mg, dalam 4-5 kali pemberian.

    Pengobatan infeksi oportunistik

    Infeksi HIV merupakan infeksi kronis yang kompleks sehingga

    memerlukan perawatan multidisipliner, para spesialis, konselor dan

    kelompok-kelompok pendukung lainnya. Umumnya pada stadium yang lebih

    lanjut lanjut, bila sekali muncul infeksi maka jarang bersifat tunggal tetapi

    beberapa macam infeksi bersamaan. Keadaan ini memerlukan pengobatan

    yang rumit. Bila sudah timbul keadaan yang demikian maka sebaiknya

    penanganan penderita dilakukan oleh sebuah tim.

    Perawatan fase terminalSampai saat ini dapat dinyatakan bahwa AIDS adalah penyakit fatal,

    belum dapat disembuhkan. Oleh karena itu penderita yang kita rawat

    akhirnya akan sampai pada fase terminal sebelum datangnya kematian.

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    35/52

    35

    Pada fase terminal, dimana penyakit sudah tak teratasi, pengobatan

    yang diberikan hanyalah bersifat simptomatik dengan tujuan agar penderita

    merasa cukup enak, bebas dari rasa mual, sesak, mengatasi infeksi yang ada

    dan mengurangi rasa cemas.

    Tabel beberapa jenis infeksi oportunistik dan keganasan serta obat-

    obatannya.

    Infeksi oportunistik dan keganasan Obat yang dipakai

    Pneumocystis carinii (PCP) Trimethoprim+sulfamethoksasol+dapson

    Toxoplasma gondii Pyrimetamin+sulfadiazine

    Candidiasis Flukonazol atau Amphotericine B IV

    Cryptococcus Neoformans Amphotericine B IV

    Histoplasmosis Amphotericine B

    Coccidioidomycosis Amphotericine B

    Mycobacterium tuberculosis Triple drug sekurangnya 9 bulan. Bila

    dengan double drug (tanpa isoniazid atau

    rifampisin) pengobatan harus diberikan

    minimal 18 bulan.

    Herpes virus Aksiklovir

    Cytomegalo virus Ganciclovir, Foscarnet

    Cryptoccocc sporidiosis Somastitatin analogues

    Isosporiasis Trimethoprim+Sulfamethoksazol

    Multifocl leukoenselopati progresif Aksiklovir, Sitarabin

    Kanker oportunistik:Kaposi

    Sitostatik sistemik/lokal, radio terapi

    Limfoma Non Hodgkin Sitostatik dalam regimen CHOP

    B. Diare

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    36/52

    36

    1. DefinisiDefinisi diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan kosistensi

    lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali

    dalam 24 jam. Diare umumnya dibagi menjadi diare akut dan diare yang

    berkepanjangan (kronis dan/atau persisten). Diare kronis dan diare

    persisten sering kali dianggap suatu kondisi yang sama. Ghishan

    menyebutkan diare kronis sebagai suatu episode diare lebih dari 2

    minggu, sedangkan kondisi serupa yang disertai berat badan menurun

    atau sukar naik oleh Walker-Smith et al, didefinisikan sebagai diare

    persisten. Di lain pihak, dasar etiologi diare kronis yang berbeda

    diungkapkan oleh Bhutta dan oleh The American Gastroenterological

    Association. Definisi diare kronis menurut Bhutta adalah episode diare

    lebih dari dua minggu, sebagian besar disebabkan diare akut

    bekepanjangan akibat infeksi (Soenarto, 2010).

    Menurut WHO, diare yang berlangsung >14 hari dibagi

    menjadi diare kronik dan diare persisten. Disebut diare kronik bila diare

    berlangsung >14 hari namun tidak disebabkan oleh infeksi; sedangkandiare persisten adalah bila diare berlangsung >14hari dan disebabkan oleh

    infeksi. Dalam beberapa literatur juga disebutkan istilah-istilah lain yang

    termasuk diare kronik antara lain protracted diarrhea, diare intraktabel,

    prolonged diarrhea, dan chronic non spesific diarrhea. Protracted

    diarrhea adalah diare yang berlangsung >14 hari dengan tinja cair dan

    fun 4 kali per hari. Diare intraktabel adalah diare yang timbul

    berulang kali dalam waktu singkat misalnya 1-3bulan. Prolonged

    diarrhea adalah diare yang berlangsung >7 hari. Chronic nonspesific

    diarrhea adalah diare yang berlangsung >3 minggu tetapi tidak disertai

    gangguan pertumbuhan dan tidak disertai tanda-tanda infeksi maupun

    malabsorpsi.

    2. Epidemiologi

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    37/52

    37

    Insiden diare persisten di beberapa negara berkembang berkisar

    antara 7-15% setiap tahun dan menyebabkan kematian sebesar 36-54%

    dari keseluruhan kematian akibat diare. Meskipun penelitian

    epidemiologis mengenai diare persisten masih terbatas, sebuah studi

    komunitas di Bangladesh menunjukan bahwa secara keseluruhan angka

    kejadian diare persisten masih belum menurun secara bermakna dalam

    rentang tahun 1980-1992. Di Indonesia, prevalensi diare persisten/kronis

    sebesar 0,1% dengan angka kejadian tertinggi pada anak-anak berusia 6-

    11 bulan (Walker, 2002).

    3. EtiologiDiare kronik dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun

    sering tidak ditemukan penyebab spesifiknya. Diare kronik pada masa

    bayi dapat disebabkan oleh sindrom malabsorpsi pasca gastroenteritis,

    intoleransi susu sapi/protein kedelai, defisiensi disakaridase sekunder,

    atau fibrosis kistik. Pada masa kanak-kanak, etiologi diare kronik antara

    lain diare kronik non spesifik, defisiensi disakaridase sekunder,

    giardiasis, sindrom malabsorpsi gastroenteritis, penyakit celiac (gluten-sensitive enteropathy), atau fibrosis kistik. Pada masa adolesen, etiologi

    diare kronik antara lain irritable bowel syndrome, inflammatory bowel

    disease, giardiasis, ataupun intoleransi laktosa.

    Klasifikasi penyebab diare kronik (Sujono Hadi, 2002):

    1. Kelainan di saluran makan

    a. kelainan di lambung atau gastrogenous dapat disebabkan oleh

    tumor, pasca gastrektomi, vagotomi.

    b. kelainan di usus halus atau enterogenous seperti enteristis

    regionalis dan enterokolitis, gangguan absorpsi, divertikulus

    c. kelainan di usus besar seperti kolitis ulserosa kronik

    2. Karena penyakit infeksi

    a. infeksi parasit (amoba, Balantidium koli)

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    38/52

    38

    b. infeksi bakteri ( Sigela, Salmonela, E. coli)

    c. infeksi virus: entero virus, HIV

    d. infeksi jamur: monilia

    3. Kelainan di luar saluran makan

    2. PatogenesisPathogenesis diare kronis melibatkan berbagai faktor yang sangat

    kompleks. Pertemuan Commonwealth Association of Pediatric

    Gastrointestinal and Nutrition (CAPGAN) menghasilkan suatu konsep

    patogenesis diare kronis yang menjelaskan bahwa paparan berbagai

    faktor predisposisi, baik infeksi maupun non-infeksi akan menyebabkan

    rangkaian proses yang pada akhirnya memicu kerusakan mukosa usus

    dan mengakibatkan diare kronis. Seringkali diare kronis dan diare

    persisten tidak dapat dipisahkan, sehingga beberapa referensi hanya

    mengunakan salah satu istilah untuk menerangkan kedua jenis diare

    tersebut. Meskipun sebenarnya definisi diare persisten dan diare kronis

    berbeda, namun kedua jenis diare tersebut lebih sering dianggap sebagaidiare oleh karena infeksi (Ghishan, 2007).

    Malnutrisi sejak awal Pengobatan diare yang tidak optimal

    dan terlambat

    Defisiensi imun

    Infeksi diare yang berulangMalnutrisi mikronutrien

    (mis. Zinc dan vit A)

    Diare Infeksius

    Diare berke an an an

    Diare persisten dan enteropati

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    39/52

    39

    Gambar 1. Alur perjalanan diare akut menjadi diare persisten. Sumber: Bhutta

    Gambar 1 menunjukan perjalanan diare akut menjadi diare

    persisten. Dijelaskan bahwa faktor seperti malnutrisi, defisiensi imun,

    defisiensi mikronutrien, dan ketidaktepatan terapi terapi diare menjadi

    faktor risiko terjadinya diare berkepanjangan (prolonged diarrhea). Pada

    akhirnyaprolonged diarrheaakan menjadi diare persisten yang memiliki

    konsekuensi enteropati dan malabsorbsi nutrisi lebih lanjut.

    Dua faktor utama mekanisme diare kronis adalah faktor

    intralumen dan faktor mukosal. Faktor intralumen berkaitan dengan

    proses pencernaan dalam lumen, termasuk gangguan pankreas, hepar,

    dan brush border membrane. Faktor mukosal adalah faktor yang

    mempengaruhi pencernaan dan penyerapan, sehingga berhubungan

    dengan segala proses yang mengakibatkan perubahan integritas membran

    mukosa usus, ataupun gangguan pada fungsi transport protein. (Walker,

    2002).

    Secara umum patofisiologi diare kronis/persisten digambarkan

    secara jelas oleh Ghishan, dengan membagi menjadi 5 mekanisme:

    sekretoris, osmotik, mutasi protein transport membran apikal,

    pengurangan luas permukaan anatomi, dan perubahan motilitas usus.

    a. SekretorisPada diare sekretoris, terjadi peningkatan sekresi Cl

    -secara aktif

    dari sel kripta akibat mediator intraseluler seperti cAMP, cGMP, dan

    Ca2+

    . Mediator tersebut juga mencegah terjadinya perangkaian antara

    Na+ dan Cl

    - pada sel villi usus. Hal ini berakibat cairan tidak dapat

    terserap dan terjadi pengeluaran cairan secara massif ke lumen usus.

    Diare dengan mekanisme ini memiliki tanda khas yaitu volume tinja

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    40/52

    40

    yang banyak (> 200 ml/24 jam), konsistensi tinja yang sangat cair,

    konsentrasi ion Na+ dan Cl

    - >70 mEq, dan tidak berespon terhadap

    penghentian makanan. Contoh penyebab diare sekretoris adalah Vibrio

    cholera dimana bakteri mengeluarkan toksin yang mengaktivasi cAMP

    dengan mekanisme yang telah disebutkan sebelumnya.

    b. OsmotikDiare dengan mekanisme osmotik bermanifestasi ketika terjadi

    kegagalan proses pencernaan dan/atau penyerapan nutrient dalam usus

    halus sehingga zat tersebut akan langsung memasuki colon. Hal ini

    mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik di lumen usus sehinga

    menarik cairan ke dalam lumen usus. Contoh klasik dari jenis diare ini

    adalah diare akibat intoleransi laktosa. Absennya enzim laktase karena

    berbagai sebab baik infeksi maupun non-infeksi yang didapat (sekunder)

    maupun bawaan (primer), menyebabkan latosa terbawa ke usus besar

    dalam keadaan tidak terserap. Karbohidrat yang tidak terserap ini

    kemungkinan akan dimanifestasi oleh mikroflora sehingga terbentuk

    laktat dan asam laktat. Kondisi ini menimbulkan tanda dan gejala khasyaitu pH

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    41/52

    41

    Oleh karena berbagai gangguan pada usus, pada kondisi-kondisi

    tertentu seperti necrotizing enterocolitis, volvulus, atresia intestinal,

    penyakit Crohn, dan lain-lain, diperlukan pembedahan, bahkan

    pemotongan bagian usus yang kemudian menyebabkan short bowel

    syndrome. Diare dengan patogenesis ini ditandai dengan kehilangan

    cairan dan elektrolit yang massif, serta malabsorbsi makro dan

    mikronutrien.

    e. Perubahan Pada Gerakan UsusPerubahan usus akibat berbagai kondisi seperti malnutrisi,

    skleroderma, obstruksi usus dan diabetes mellitus, mengakibatkan

    pertumbuhan bakteri berlebih di usus. Pertumbuhan bakteri yang

    berlebihan menyebabkan dekonjugasi garam empedu yang berdampak

    meningkatnya jumlah cAMP intraseluler, seperti pada mekanisme diare

    sekretorik. Perubahan gerakan usus pada diabetes mellitus terjadi akibat

    neuropati saraf otonom, misalnya saraf adrenergik yang pada kondisi

    normal berperan sebagai antisekretori dan/atau proabsorbtif cairan usus,

    sehingga gangguan pada fungsi saraf ini memicu terjadinya diare.Patogenesis terjadinya proses diare kronik sangat kompleks

    dan multipel. Patogenesis utama pada diare kronik adalah kerusakan

    mukosa usus, yang menyebabkan gangguan digesti dan transportasi

    nutrien melalui mukosa.

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    42/52

    42

    Defisiensi Imun Infeksi & over rowth bakteri

    Kerusakan epitel usus

    Laktase Protease

    Malnutrisi

    Hepar

    dekonjugasi &dehidroksilasi asamempedu

    Atrofi mukosa

    lambung & villi ususGastrin, HCl, pepsin,sekretin

    Pankreas

    Pankreozimin &polipeptida pankreas

    ATP-ase Maldigesti/malabsorpsi

    nutrien

    Sekresi &motilitas

    Absorpsi

    protein asing

    Tekanan osmotik

    koloid

    Alergisensitisasi

    Diare Kronik

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    43/52

    43

    3. DiagnosisEvaluasi pada pasien dengan diare kronis/persisten meliputi:

    a. Anamnesa

    Anamnesis harus dapat menggali secara jelas perjalanan penyakit

    diare, antra lain berapa lama diare sudah berlangsung dan frekuensi

    berak. Selain itu anamnesis juga bertujuan untuk mengetahui faktor-

    faktor risiko penyebab diare, antara lain riwayat pemberian makanan

    atau susu, ada tidaknya darah dalam tinja anak, riwayat pemberian

    obat dan adanya penyakit sistemik. Anamnesis pada diare kronik

    sangat penting bukan saja untuk mengetahui lamanya diare tetapi juga

    untuk mengungkap etiologi diare kronik, derajat beratnya malabsorpsi,

    menemukan penyakit yang mendasari terjadinya diare kronik,

    menentukan derajat malnutrisi, dan failure to thrive. Status nutrisipenderita harusdiidentifikasi melalui anamnesis makanan dalam tiga

    hari terakhir. Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain onset dan

    durasi diare; gambaran feses dan faktor-faktor yang

    memperberat/memperingan; kualitas feses (warna, bau,

    konsistensi,volume, adanya darah/lendir/makanan yang tidak dicerna);

    adanya demam atau gejala-gejala lain yang berhubungan; riwayat

    gastroenteritis, konstipasi, riwayat pneumonia sebelum onset diare

    kronik; riwayat perjalanan atau paparan infeksi; riwayat pengobatan;

    atau riwayat keluarga. Penderita juga dianamnesis tentang jumlah dan

    jenis cairan yang diminum setiap hari. Diare non spesifik kronik perlu

    dicurigai pada penderita yang banyak minum cairan berkarbonat atau

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    44/52

    44

    jus buah-buahan >150 mL/kg/24 jam dan tidak disertai gangguan

    pertumbuhan dan parameter tinggi badan.

    b. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik pada diare kronis/persisten harus mencakup

    perhatian khusus pada penilaian status dehidrasi, status gizi, dan status

    perkembangan anak. Pada pemeriksaan fisik perlu dievaluasi status

    hidrasi penderita, berat badan, tinggi badan, indikator pertumbuhan;

    kulit apakah disertai edema, ikterus, pucat, rash kemerahan, jari tabuh;

    paru-paru apakah disertai mengi atau crackles; abdomen apakah nyeri,

    adanya massa (feses, abses, tumor, organomegali); dan rektum apakah

    disertai tanda-tanda penyakit perianal, prolaps rekti, hirschprung ,atau

    konstipasi.

    c. Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Darah

    Pemeriksaan darah standar meliputi pemeriksaan hitung darah

    lengkap, elektrolit, ureum darah, tes fungsi hati, vitamin B12, folat,

    kalsium, ferritin, laju endap darah, dan protein C-reaktif. Pemeriksaan Tinja

    Pemeriksaan tinja spesifik antara lain meliputi tes enzim

    pankreas, seperti tes fecal elatase, untuk kasus yang diduga sebagai

    insufisiensi pankreas. pH tinja

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    45/52

    45

    diperiksa adalah cairan yang terkandung dalam feses. Spesimen

    feses harus disimpan dalam kulkas sebelum dilakukan

    pemeriksaan. Untuk pemeriksaan kultur feses dianjurkan

    menggunakan specimen feses segar. Adanya darah dalam

    pemeriksaan makroskopis feses menandakan inflamasi kolon.

    Warna feses sangat penting dianalisis kecuali disertai darah. Occult

    testing bermanfaat untuk mengetahui adanya perdarahan

    mikroskopik. Pada pemeriksaan mikroskopik juga perlu diperiksa

    adanya leukosit, telur/parasite seperti Giardia, amuba, atau

    kriptosporidia

    Sweat chloride test, deteksi malabsorpsi lemak, elektrolit feses,

    osmolalitas feses; pemeriksaan phenophthalein, magnesium sulfat,

    fosfat feses; breath hydrogen test. Sweat chloride test bermanfaat

    untuk menyingkirkan fibrosis kistik. Pengumpulan feses selama 72

    jam merupakan syarat untuk mengetahui adanyamalabsorpsi

    lemak bila sweat chloride test negatif. Pemeriksaan

    phenolphthalein, magnesium sulfat, dan fosfat berguna untukmengetahui apakah diare akibatpenggunaan yang salah laksatif

    (diare factitia). Breath hydrogen test berguna untuk menentukan

    malabsorpsi karbohidrat. Breath hydrogen test untuk glukosa atau

    laktulosa bermanfaat untuk diagnosis pertumbuhan bakteri.

    Hidrogen dihasilkan dari fermentasi bakteri dari

    karbohidrat;hidrogen akan meningkat pada pertumbuhan bakteri

    dan intolerans laktosa. Breath hydrogen test akan mencapai

    puncaknya dua jam setelah pertumbuhan bakteridan 3-6 jam pada

    pasien dengan defisiensi laktasa atau insufisiensi pancreas.

    Membedakan defisiensi laktosa dan insufisiensi pancreas adalah

    dengan pemberian enzim pancreas; metode ini akan

    menurunkanbreath hydrogen

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    46/52

    46

    4. TerapiPenatalaksanaan diare kronik terutama difokuskan pada

    penyakit yang mendasarinya. Menurut Suraatmaja, penatalaksanaan diare

    kronik meliputi tiga langkah sebagai berikut:

    1) Rehidrasi enteral/parenterala.

    a. Tanpa malnutrisi

    Penderita diare kronik yang mengalami dehidrasi

    ringan/sedang tetap diupayakan memberikan terapi rehidrasi oral,

    bila perlu cairan diberikan melalui pipa nasogastrik sampai anak

    bisa minum per oral secara adekuat. Oralit efektif untuk sebagian

    besar penderita diare kronik. Pada sebagian kecil penderita

    mungkin terjadi gangguan absorpsi monosakarida (glukosa)

    sehingga diare menjadi berat. Pada kasus demikian perlu dilakukan

    rehidrasi intravena. Cara pemberian rehidrasi intravena sama

    dengan pemberian pada diare akut.

    b.

    Dengan malnutrisiCairan yang diberikan adalah resomal, bila perlu dengan

    sonde. Infus hanya diberikan dalam keadaan dehidrasi berat/syok

    dan muntah yang tidak terkendali. Cairan infus yang digunakan

    untuk penderita diare kronik dengan malnutrisi adalah DG 10%

    (banyak mengandung kalium). Pantau ketat untuk mencegah

    kelebihan cairan dengan perhatian khusus pada tanda-tanda edema

    dan produksi urin.

    2) Terapi nutrisi

    Tujuan terapi nutrisi pada penderita diare kronik adalah agar

    pertumbuhan dan perkembangan tetap berlangsung optimal. Nutrisi

    sedapat mungkin diberikan per oral karena lebih murah, efek samping

    minimal, dan rehabilitasi mukosa jauh lebih cepat dan sempurna bila

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    47/52

    47

    diberikan nutrisi intraluminal. Nutrisi yang diberikan harus lengkap,

    berkualitas tinggi, dan mudah dicerna mengingat adanya

    maldigesti/malabsorpsi yang kemungkinan dialami penderita.

    Makanan yang diberikan sedikit-sedikit tapi sering.

    .

    3) Medikamentosa.

    a. Antibiotika

    Antibiotika pada umumnya tidak dianjurkan bahkan berbahaya

    karena dapat mengubah atau menimbulkan overgrowthflora usus

    sehingga diare bertambah berat. Jika diperlukan, berikan sesuai

    dengan hasil biakan dan tes resistensi. Pengalaman selama 25

    tahun di Brazil menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik

    dan/atau obat-obat lain secara rutin pada diare kronik

    (diarepersisten) tidak bermanfaat untuk mengontrol diare.

    b. Obat antidiare

    1) Adsorben

    Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal,cholesteramine). Obat ini untuk pengobatan diare atas dasar

    kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin

    bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta

    dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus.

    2) Antimotilitas

    Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan

    atropine, tincture opiii, paregoric, codein). Obat-obatan ini

    dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa akan

    tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu

    dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal

    atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat

    eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    48/52

    48

    sedative pada dosis normal. Tidak satupun dari obat-obatan

    ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare.

    3) Bismuth subsalicylate

    Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi

    keluaran tinja pada anak dngan diare akut sebanya 30% akan

    tetapi, cara ini jarang digunakan.

    5. Diare Kronis Pada Kondisi Khusua. Diare kronis pada Infeksi HIV

    Diare kronis merupakan salah satu manifestasi klinis yang banyak

    dijumpai pada penderita HIV. Studi Zaire menunjukan bahwa

    insidensi diare persisten lima kali lebih tinggi pada anak-anak dengan

    status HIV seropositif. Faktor penting yang meningkatkan kerentanan

    anak-anak dengan HIV terhadap kejadian diare persisten adalah

    jumlah episode diare akut sebelumnya. Setiap episode diare akut pada

    pasien HIV meningkatkan risiko 1,5 kali untuk terjadinya diare

    persisten. Parthasarathy (2006) mengemukakan bahwa skrining yangdilkukan di India menunukan 4,1% anak dengan diare persisten

    berstatus HIV seropositif.

    Meskipun patogenesis virus HIV dalam menyebabkan diare belum

    diketahui secara jelas, diduga kejadian diare persisten pada kasus

    HIV terkait dengan perubahan status imunitas. Pada infeksi HIV,

    terjadi penurunan kadar CD4, IgA sekretorik, dan peningkatan CD8

    lamina propria. Perubahan keadaan ini memacu pertumbuhan bakteri.

    Berbagai patogen dari kelompok virus, bakteri, dan parasit dapat

    menyebabkan diare persisten pada HIV. Attili et al (2006)

    menyebutkan bahwa parasit yang terbanyak dijumpai pada penderita

    HIV dengan diare persisten adalah Entamoeba histolytica (17,1%).

    Insidensi infeksi oportunistik ini meningkat pada keadaan kadar CD4

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    49/52

    49

    yang rendah. Schmidt (1997) mengemukakan bahwa microsporodia

    adalah parasit terbanyak penyebab diare perssiten pada HIV. Parasit

    ini menyebabkan pemendekan dan pengurangan luas permukaan villi

    usus, meskipun kondisi ini juga didapatkan pada pasien-pasien HIV

    tanpa gejala diare persisten. Selain itu, insidensi defisiensi laktase

    lebih tinggi pada pasien HIV dengan infeksi microsporidiasis.

    Grohmann et al (1993) menyatakan bahwa Astrovirus,

    Picobirnavirus, Calicivirus, dan Adenovirus adalah enterovirus

    terbanyak pada HIV dengan diare.

    b.

    Diare Kronis pada keganasan

    Beberapa tumor yang dapat menghasilkan hormon yang secara

    langsung menstimulasi sekresi usus dan menyebabkan diare. Ada

    pula tumor yang dapat menyebabkan gangguan pada absorpsi nutrien

    dan berdampak pada diare. Pada pancreatic cholera, terbentuk

    neoplasma sel endokrin pada pankreas yang menghasilkan suatu

    neurotransmitter dan memicu terjadinya sekresi berlebihan di usus.

    Pada sindrom carcinoid, terbentuk tumor carcinoid yang mensekresiserotonin, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang

    kesemuanya menstimulus proses sekresi di usus. Karsinoma meduller

    tiroid menghasilkan kalsitonin yang menstimulus sekresi di usus,

    menyebabkan sekitar 30% penderita karsinoma tersebut mengalami

    diare. Diare pada keganasan juga berhubungan dengan efek samping

    kemoterapi. Kemoterapi menyebabkan peradangan membran mukosa

    traktus gastrointestinal (mukositis). Agen-agen kemoterapi yangs

    erring berkaitan dengan diare adalah 5-Fluorouracil dan Irinotecan. 5-

    Fluorouracil menginduksi diare melalui peningkatan rasio jumlah

    kripta terhadap villi, sehingga meningkatkan sekresi cairan ke lumen

    usus.

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    50/52

    50

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Brooks, Geo. F., Butel, Janet S., dan Morse, Stephen A., 2005. AIDS dan

    Lentivirus. Dalam: Sjabana, Dripa, ed. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:

    Salemba Medika; 292-300.

    2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.HIV/AIDS Ancaman Serius

    Bagi Indonesia. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral Departemen

    Kesehatan.

    3. Kelompok Kerja HIV-AIDS, 2007. Remaja Dinilai Rentan Tertular HIV.

    Jakarta: Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. Diperoleh

    dari:http://www.aids-rpiss.com

    4. Yatim, Danny Irawan, 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT Gramedia

    Widiasarana Indonesia; 5

    5. Muninjaya, A.A. Gde, 1999. Tiga Cara Untuk Pencegahan AIDS. Dalam:

    AIDS di Indonesia: Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC; 29-32.

    6.

    Djoerban, Zubairi dan Djauzi, Samsuridjal, 2006. HIV/AIDS di Indonesia.

    Dalam: Sudoyo, Aru. W, dkk., ed.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV jilid

    II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1803-

    1807.

    7. Fauci, Anthony S., dan Lane, H. Clifford, 2005. Human Immunodeficiency

    Virus Disease: AIDS and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed.

    Harrisons Principles of Internal Medicin 16th edition. United States of

    America: Mc Graw Hill;1076, 2372-2390.8. Zein, Umar, dkk., 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda

    Ketahui. Medan: USU press; 1-44.

    http://www.aids-rpiss.com/http://www.aids-rpiss.com/http://www.aids-rpiss.com/http://www.aids-rpiss.com/
  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    51/52

    51

    9. Soenarto, Yati. Diare kronis dan Diare Persisten. Buku Ajar Gastroenterologi-

    HepatologiIkatan Dokter Anak Indonesia. Cetakan kedua. 2010. Jakarta:

    Badan Penerbit IDAI. Hlm: 121-133.

    10.Moh I. Indonesia: Demographic and Health Survey. Jakarta: Government of

    Indonesia. 2003.

    11.Ghishan RE. Chronic Diarrhea. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th

    Edition.

    WB Saunders, Philadelphia. 2007.

    12.Walker-Smith J, Barnard , Bhutta Z et al. Chronic Diarrhea and

    Malabsorption: Working Group Report of the First World Congress of

    Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition. Journal of Pediatric

    Gastroenterology and Nutrition. 2002; 33.

    13.Bhutta ZA. Persistent Diarrhea in Deveoping Countries. Ann Nestle. 2006;

    64: 39-47

    14.Thomas ED, Fortes A, Green C. Guideline For The Investigation of Chronic

    Diarrhea. 2nd

    edition. GAD. 2003; 52: V1-V15.

    15.Budiwiarti, TE. Pengaruh Pemberian Bubur Refeeding Tempe Terhadap Diare

    pada Anak Diare Akut usia 6-24 bulan si RS Dr. Cipto Mangkusumo, FKUGM. 2005

    16.Badruddin SH, Hendricks KM, Bhuttha ZA, Snyder JD. Dietary risk factors

    associated with acute and persistent diarrhea in children in Karachi, Pakistan.

    Am J Clint Nutr. 2000; 54: 745-749.

  • 5/24/2018 Case - Diare Persisten Dan Hiv Positif

    52/52

    52

    LAMPIRAN

    http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:HIV-budding-Color.jpghttp://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:HIV-budding-Color.jpghttp://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:HIV-budding-Color.jpg