Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

17
BAB I STATUS PASIEN 1. Identitas Pasien Nama : Ny. S Jenis kelamin : Perempuan Umur : 61 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status pernikahan : Menikah Alamat : Perumahan Bumi Jaya 2. Anamnesis Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2012 Keluhan Utama : Gelembung – Gelembung di kaki kiri Keluhan tambahan : Tidak ada Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh panas dan kemerahan pada kaki kiri pasien. Keluhan tersebut diakibatkan karena pasien sering menggunakan minyak gosok untuk memijat kaki dan lutut kiri yang sering bengkak dan nyeri pada saat berjalan. Karena rasa panas dan kemerahan tersebut pasienpun berhenti menggunakan minyak gosok. Dermatitis kontak alergen Page 1

Transcript of Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

Page 1: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

BAB I

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 61 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status pernikahan : Menikah

Alamat : Perumahan Bumi Jaya

2. Anamnesis

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2012

Keluhan Utama :

Gelembung – Gelembung di kaki kiri

Keluhan tambahan :

Tidak ada

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh panas dan kemerahan pada kaki kiri pasien.

Keluhan tersebut diakibatkan karena pasien sering menggunakan minyak gosok untuk

memijat kaki dan lutut kiri yang sering bengkak dan nyeri pada saat berjalan. Karena

rasa panas dan kemerahan tersebut pasienpun berhenti menggunakan minyak gosok.

1 minggu SMRS kaki dan lutut kiri pasien pun kembali bengkak dan terasa sakit

untuk digerakkan,pasien meminta anaknya untuk memijat kakinya dengan minyak

gosok. Keesokan harinya timbul gelembung – gelembung pada daerah kaki kiri.

Gelembung tersebut terasa perih jika ditekan.

Dermatitis kontak alergen Page 1

Page 2: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

Riwayat Penyakit Dahulu :

Alergi terhadap debu dan makanan laut : ( + )

Asma : (-)

Alergi obat : (-)

DM : ( +)

Atritis : (+)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Asma : (-)

Alergi obat : (+) anak pasien

3. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Gizi : Baik

Tanda Vital :

Tekanan Darah : Tidak diperiksa

Nadi : 88 x/menit

Suhu : Afebris

Pernafasan : 16 x/menit

Kepala : Normocefal

Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera Ikterik -/-

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax : Vesikuler +/+, BJ I – II regular, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen : Supel, datar, bising usus (+)

Ekstremitas : Akral hangat, Edema (+) pada lutut kiri

Dermatitis kontak alergen Page 2

Page 3: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

4. Status Dermatologikus

Lokasi : Regio Cruris Sinistra

Tampak Bulla dinding kendur berbatas tegas

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada.

6. RESUME

Pasien perempuan, usia 60 tahun datang dengan keluhan utama timbul gelembung

gelembung pada kaki kiri yang terasa perih jika ditekan sejak 1 minggu SMRS.

1bulan sebelumnya pasien juga mengalami panas dan nyeri serta kemerahan di kaki

kiri pasien. Keluhan dialami pasien setelah menggunakan minyak gosok pada kaki

dan lutut kiri. Pasien punya riwayat alergi terhadap debu dan makanan laut. Dari

pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Pada status dermatologikus

didapatkan hasil, pada regio cruris sinistra tampak bula berdinding kendur berbatas

tegas.

Gambar 1.

Gambar 2.

7. DIAGNOSIS

Dermatitis kontak alergen Page 3

Page 4: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

Dermatitis kontak alergika

8. DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis kontak iritan.

9. PEMERIKSAAN ANJURAN

Tes tempel (patch test).

10. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

Prednison 3x10 mg/hari selama 7 hari kemudian kembali kontrol.

Asam fusidat 20 mg/gr ( fuson ) cream 2 x sehari

Non-medikamentosa

Menghindari kontak dengan alergen pencetus (minyak gosok).

Minum dan menggunakan obat sesuai aturan pakai.

Bila gatal sebaiknya tidak digaruk sehingga bulanya tidak pecah dan

menimbulkan infeksi sekunder

11. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam.

Quo ad functionam : bonam.

Quo ad sanationam : bonam.

BAB II

Dermatitis kontak alergen Page 4

Page 5: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

TINJAUAN PUSTAKA

DERMATITIS KONTAK ALERGIKA

PENDAHULUAN

Perkembangan aneka industri yang menggunakan berbagai macam bahan kimia di

Indonesia kini kian pesat. Hal ini sangat berpotensi sebagai faktor penyebab meningkatnya

insiden dermatitis kontak di tengah masyarakat. Dermatitis kontak adalah dermatitis yang

disebabkan oleh bahan-bahan dan luar tubuh yang berkontak langsung dengan kulit yang

bersifat toksik, alergi maupun immunologis.1 Dermatitis kontak adalah peradangan yang

disebabkan oleh kontak dengan suatu zat tertentu; ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan

seringkali memiliki batas yang tegas.2

ETIOPATOGENESIS

Dermatitis Kontak Alergika (DKA) adalah epidermodermatitis yang subyektif

memberi keluhan pruritus dan obyektif mempunyai efloresensi polimorfik disebabkan kontak

ulang dengan bahan dan luar yang sebelumnya telah tersensitisasi.1

Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya

rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat

lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis

di bawahnya (sel hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA misalnya

potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi,

suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu misalnya

keadaan kulit pada lokasi kontak, status imunologik.3

Pengetahuan tentang penyebab umum DKA akan sangat membantu dalam

menegakkan diagnosis. Bahan-bahan yang menyebabkan DKA adalah bahan kimia yang

asing bagi tubuh.

Bahan-bahan tersebut mempunyai berat molekul rendah (5001000 dalton), dapat berdifusi

melalui epidermis, berkaitan dengan protein jaringan, dan membentuk molekul yang beratnya

lebih dari 5.000 dalton. Bahan-bahan tersebut antara lain: plastik, kosmetik, tanaman, krom,

nikel, obat-obatan.1

Dermatitis kontak alergen Page 5

Page 6: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

Alergen-alergen ini biasanya tidak menyebabkan perubahan kulit yang nyata pada

kontak pertama, akan tetapi menyebabkan perubahan-perubahan yang spesifik setelah lima

sampai tujuh hari atau lebih. Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada

bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan dermatitis.1

Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersensitivitas tipe lambat.

Patogenesisnya melalui 2 fase ialah fase induksi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase

induksi adalah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan

memberi respons, memerlukan waktu 2 – 3 minggu. Fase elisitasi adalah saat terjadi pajanan

ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.4

Patogenesis DKA dapat dirangkum sebagai berikut:

Prinsipnya reaksi imunologik tipe IV

1. Fase sensitasi.

Hapten protein kulit (antigen) 18-24 jam sel Langerhans epidermis sel limfosit T

(kelenjar getah bening) (belum tersensitasi) sel limfosit T efektor (tersensitisasi) 14-21

hari 4 hari.

2. Fase elisitasi

Sel limfosit T efektor darah kulit (DKA).

TANDA DAN GEJALA

Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan

seringkali hebat (sangat gatal). DKA biasanya ditandai dengan adanya lesi eksematosa berupa

eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula; gambaran ini menunjukkan

aktivitas tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah

akan mengeluarkan cairan yang mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya

terbatas pada tempat kontak dengan alergen, sehingga corak dan distribusinya sering dapat

meiiunjukkan kausanya, misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan

shampo atau cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena wajahnya dapat curiga

dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis kosmetik lainnya yang mereka pakai. Pada

kasus yang hebat, dermatitis menyebar luas ke seluruh tubuh.

Ciri khas DKA adalah radang yang secara perlahan meluas, batas peradangan tidak

jelas (difus), rasa sakit dan panas tidak sehebat pada DKI (Dermatitis Kontak Iritan).

Perjalanan DKA dapat akut, sub-akut, ataupun kronis.1

Dermatitis kontak alergen Page 6

Page 7: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

DKA akut ditandai dengan erupsi eksematosa dengan eritem, udem, papula, vesikula

dan biasanya bula, serta patch berbatas tegas, single, ataupun multiple dengan berbagai

bentuk dan ukuran, akan tetapi umumnya diskoid. Erupsi umumnya dapat saling

berpengaruh, sehingga daerah yang terkena dapat meluas. Intensitas dermatitis dapat

memberat pada hari ke empat sampai hari ke tujuh, jika tidak diberi pengobatan dan sudah

tidak ada kontak dengan alergen. Penyembuhan biasanya terjadi pada satu sampai dua

minggu hingga satu bulan.

Dermatitis sub-akut ditandai dengan eritem, udem yang minimal, vesikula dan krusta.

Dermatitis kronik tampak sebagai patch kering yang mengalami likhenifikasi dan berskuama

serta fisura. Fase kronik sangat sulit dibedakan dengan DKI, baik secara klinis maupun

histopatologis, karena pada keduanya sama-sama ditemukan eritema, penebalan, deskuamasi,

fisura dan gatal.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Anamnesis berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Anamnesis harus

dilakukan dengan teliti, karena sangat menentukan terapi maupun follow-up-nya, yaitu untuk

sedapat mungkin mencegah kekambuhan. Pada anamnesis perlu ditanyakan pekerjaan, hobi,

riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya tentang pemakaian kosmetik,

pakaian baru, pemakaian jam tangan atau perhiasan. Selain itu, perlu ditanyakan juga perihal

riwayat atopi serta pengobatan yang pernah diberikan, baik oleh dokter maupun yang

dilakukan sendiri.1

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya ritema, udema, papula dan vesikulayang

jika pecah akan membentuk dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak,

tidak berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam membantu

penegakan diagnosis dikenal istilah regional diagnosis. Bagian-bagian tubuh tertentu sangat

mudah tersensitisasi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, misalnya: kelopak mata,

leher dan genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit terjadi DKA,

seperti telapak tangan, telapak kaki dan kulit kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu,

maka daerah yang berbatasan yang kulitnya tipislah yang mengalami dermatitis.1

Dermatitis kontak alergen Page 7

Page 8: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

Kelopak mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik (maskara), obat

(tetes mata), air borne alergen (hairspray, debu, serbuk sari) atau terhadap alergen yang

terbawa oleh jari tangan (cat kuku). Untuk leher, penyebab umum DKA adalah kosmetik,

parfum, perhiasan (kalung) yang mengandung nikel yang menyebabkan coin shape

dermatitis. Dermatitis dan air borne alergen dan photo sensitizer akan berbatas tegas atau

menggambarkan

segi tiga di fossa supra sternal.Untuk daerah genital, baik pada laki-laki maupun perempuan

akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama udem dan gatal. Sensitizing-agent dapat

dibawa ke genital ofeh tangan. Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium, pakaian

serta obat-obat topikal merupakan causative agent yang sering ditemukan.1

Bagian-bagian tubuh lain yang juga sering merupakan tempat terjadinya dermatitis,

walaupun kurang sensitif (reaktif), adalah, pertama, lengan dan tangan; hampir 2/3 kasus

dermatitis melibatkan tangan. Pada kasus dermatitis karena pekerjaan erupsi pertama muncul

di tangan, kemudian menyebar ke lengan bawah. Cairan biasanya berefek di interdigital

space; housewives contact dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja

yang menggunakan karet pelindung, dermatitis biasanya muncul pada sisi atas karet

pelindung. Kedua, muka; daerah yang paling sering terkena setelah lengan dan tangan.

Biasanya dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat. Juga oleh respon terhadap suatu

kontak dan

daerah sekitarnya, terutama dan kelopak mata. Ketiga, bibir dan daerah perioral; biasanya

disebabkan oleh lipstick dan bermanifestasi bibir kering dan pecah. Keempat, paha dan

tungkai bawah; clothing dermatitis dapat mempengaruhi bagian dalam dan bagian belakang

paha, biasanya dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa poplitea. Kelima kaki; kaus

kaki merupakan penyebab paling banyak dermatitis pada kaki.1,3

Pemeriksaan Pembantu

Pemeriksaan pembantu yang dilakukan adalah pemeriksaan patch test (uji tempel) dan

test DMG (dimetilglioksim). Patch test bertujuan untuk mencani tahu dan membuktikan

penyebab DKA. Untuk itu perlu adanya hubungan antara riwayat penyakit dan hasil

pemeriksaan. Ada tiga jenis patch test yang dilaksana kan, yaitu patch test tertutup, patch test

terbuka, dan photo patch test. Biasanya, yang dimaksud dengan patch test adalah patch test

tertutup.

Dermatitis kontak alergen Page 8

Page 9: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

Indikasi test ini adalah DKA yang penyebabnya belum jelas atau masih dicurigai.

Kontra indikasi test ini adalah dermatitis yang masih aktif. Teknik patch test yang dilakukan

adalah bahan yang ditest ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup selama dua hari.

Setelah dua hari, penutup dilepas dan dibiarkan selama 15 sampai 25 menit, lalu dibaca

kelainan-kelainan yang ada. Pada tempat itu mungkin terjadi eritema, udema, papula,

vesikula, dan kadang-kadang bisa terjadi bula dan nekrosis. Pembacaan patch test menurut

Fisher adalah:1

0 : tidak ada reaksi.

+ : eritema.

++ : eritema dan papula.

+++ : eritema, papula dan vesikula.

++++ : udema yang jelas dan vesikula.

Test DMG (percobaan bercorak dimetilglioksim) ditemukan oleh Fleigl. Cara test ini

adalah: beberapa tetes dan 1% larutan alkohol dan DMG ditambah dengan beberapa tetes

larutan amonia. Larutan ini diteteskan pada logam dan kulit akan menghasilkan warna

strawberry red dan garam yang tidak larut jika ada logam nikel. Test ini berguna khusus

untuk mengetahui apakah penyebab dermatitis itu logam yang mengandung nikel.1

DIAGNOSIS BANDING

Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas,

dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik atau psoriasis.

Diagnosis banding yang terutama adalah dengan DKI. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji

tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut merupakan

kontak alergi.3

PENATALAKSANAAN

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya

pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan

Dermatitis kontak alergen Page 9

Page 10: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

kulit yang timbul.3

Kortikosteroid dapat dierikan dalam jangka waktu pendek untuk mengatasi peradangan pada

DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau bula, serta eksudatif

(madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah

beberapa hari. Sedangkan kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal atau

larutan air salisil 1:1000.3

Untuk DKA ringan atau DKA akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan

kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus

atau tacrolimus) secara topikal.3

Adapun terapi non-farmakologi DKA meliputi:5

1. Membersihkan bagian yang teriritasi

Dilakukan dengan cara mengompres kulit yang teriritasi dengan air hangat

(32,2oC) atau lebih dingin. Namun, farmasis harus mengingatkan agar tidak menggunakan

air panas 40,5oC atau lebih sebab akan memperparah luka, dan bahkan dapat

menyebabkan luka bakar tingkat kedua.

2. Mencegah terjadinya ruam

Apabila terpapar agen alergen maka untuk mencegah terjdinya ruam-ruam di

kulit adalah dengan:

a. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis kontak

alergi.

b. Menghindari substansi alergen.

c. Mengganti semua pakaian yang terkena alergen.

d. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada sabun

bilas dengan air.

e. Menghindari air bekas cucian/bilasan kulit yang terpapar alergen.

f. Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan pakaian lain.

g. Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar alergen.

h. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang berisiko

terhadap paparan alergen.

PROGNOSIS

Umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik

dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis

Dermatitis kontak alergen Page 10

Page 11: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

atopi, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau terpajan oleh alergen yang tidak mungkin

dihindari misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di lingkungan

penderita.3

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Dermatitis kontak alergen Page 11

Page 12: Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw

1. Christijani, Reviana. Diagnosis Dermatitis Kontak Alergika. Cermin Dunia

Kedokteran. 1997;117:38-39.

2. http:// http://www.indonesiaindonesia.com/f/f63/dermatitis-kontak. Diunduh pada

tanggal 04 November 2010, pukul 20.00.

3. Dermatitis Kontak Alergik (DKA). In: Djuanda, Adhi, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2007;133 – 138.

4. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius FKUI. Jakarta, 2000;86

– 89.

5. http://pharma-c.blogspot.com.pdf. Diunduh pada tanggal 04 November 2010, pukul

20.00.

Dermatitis kontak alergen Page 12