Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw
Transcript of Case Dermatitis Kontak Alergen Punya Gw
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 61 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Perumahan Bumi Jaya
2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2012
Keluhan Utama :
Gelembung – Gelembung di kaki kiri
Keluhan tambahan :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh panas dan kemerahan pada kaki kiri pasien.
Keluhan tersebut diakibatkan karena pasien sering menggunakan minyak gosok untuk
memijat kaki dan lutut kiri yang sering bengkak dan nyeri pada saat berjalan. Karena
rasa panas dan kemerahan tersebut pasienpun berhenti menggunakan minyak gosok.
1 minggu SMRS kaki dan lutut kiri pasien pun kembali bengkak dan terasa sakit
untuk digerakkan,pasien meminta anaknya untuk memijat kakinya dengan minyak
gosok. Keesokan harinya timbul gelembung – gelembung pada daerah kaki kiri.
Gelembung tersebut terasa perih jika ditekan.
Dermatitis kontak alergen Page 1
Riwayat Penyakit Dahulu :
Alergi terhadap debu dan makanan laut : ( + )
Asma : (-)
Alergi obat : (-)
DM : ( +)
Atritis : (+)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Asma : (-)
Alergi obat : (+) anak pasien
3. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Baik
Tanda Vital :
Tekanan Darah : Tidak diperiksa
Nadi : 88 x/menit
Suhu : Afebris
Pernafasan : 16 x/menit
Kepala : Normocefal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Vesikuler +/+, BJ I – II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Supel, datar, bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (+) pada lutut kiri
Dermatitis kontak alergen Page 2
4. Status Dermatologikus
Lokasi : Regio Cruris Sinistra
Tampak Bulla dinding kendur berbatas tegas
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada.
6. RESUME
Pasien perempuan, usia 60 tahun datang dengan keluhan utama timbul gelembung
gelembung pada kaki kiri yang terasa perih jika ditekan sejak 1 minggu SMRS.
1bulan sebelumnya pasien juga mengalami panas dan nyeri serta kemerahan di kaki
kiri pasien. Keluhan dialami pasien setelah menggunakan minyak gosok pada kaki
dan lutut kiri. Pasien punya riwayat alergi terhadap debu dan makanan laut. Dari
pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Pada status dermatologikus
didapatkan hasil, pada regio cruris sinistra tampak bula berdinding kendur berbatas
tegas.
Gambar 1.
Gambar 2.
7. DIAGNOSIS
Dermatitis kontak alergen Page 3
Dermatitis kontak alergika
8. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis kontak iritan.
9. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tes tempel (patch test).
10. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Prednison 3x10 mg/hari selama 7 hari kemudian kembali kontrol.
Asam fusidat 20 mg/gr ( fuson ) cream 2 x sehari
Non-medikamentosa
Menghindari kontak dengan alergen pencetus (minyak gosok).
Minum dan menggunakan obat sesuai aturan pakai.
Bila gatal sebaiknya tidak digaruk sehingga bulanya tidak pecah dan
menimbulkan infeksi sekunder
11. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam.
Quo ad functionam : bonam.
Quo ad sanationam : bonam.
BAB II
Dermatitis kontak alergen Page 4
TINJAUAN PUSTAKA
DERMATITIS KONTAK ALERGIKA
PENDAHULUAN
Perkembangan aneka industri yang menggunakan berbagai macam bahan kimia di
Indonesia kini kian pesat. Hal ini sangat berpotensi sebagai faktor penyebab meningkatnya
insiden dermatitis kontak di tengah masyarakat. Dermatitis kontak adalah dermatitis yang
disebabkan oleh bahan-bahan dan luar tubuh yang berkontak langsung dengan kulit yang
bersifat toksik, alergi maupun immunologis.1 Dermatitis kontak adalah peradangan yang
disebabkan oleh kontak dengan suatu zat tertentu; ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan
seringkali memiliki batas yang tegas.2
ETIOPATOGENESIS
Dermatitis Kontak Alergika (DKA) adalah epidermodermatitis yang subyektif
memberi keluhan pruritus dan obyektif mempunyai efloresensi polimorfik disebabkan kontak
ulang dengan bahan dan luar yang sebelumnya telah tersensitisasi.1
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya
rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat
lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis
di bawahnya (sel hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA misalnya
potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi,
suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu misalnya
keadaan kulit pada lokasi kontak, status imunologik.3
Pengetahuan tentang penyebab umum DKA akan sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis. Bahan-bahan yang menyebabkan DKA adalah bahan kimia yang
asing bagi tubuh.
Bahan-bahan tersebut mempunyai berat molekul rendah (5001000 dalton), dapat berdifusi
melalui epidermis, berkaitan dengan protein jaringan, dan membentuk molekul yang beratnya
lebih dari 5.000 dalton. Bahan-bahan tersebut antara lain: plastik, kosmetik, tanaman, krom,
nikel, obat-obatan.1
Dermatitis kontak alergen Page 5
Alergen-alergen ini biasanya tidak menyebabkan perubahan kulit yang nyata pada
kontak pertama, akan tetapi menyebabkan perubahan-perubahan yang spesifik setelah lima
sampai tujuh hari atau lebih. Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada
bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan dermatitis.1
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersensitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui 2 fase ialah fase induksi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase
induksi adalah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberi respons, memerlukan waktu 2 – 3 minggu. Fase elisitasi adalah saat terjadi pajanan
ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.4
Patogenesis DKA dapat dirangkum sebagai berikut:
Prinsipnya reaksi imunologik tipe IV
1. Fase sensitasi.
Hapten protein kulit (antigen) 18-24 jam sel Langerhans epidermis sel limfosit T
(kelenjar getah bening) (belum tersensitasi) sel limfosit T efektor (tersensitisasi) 14-21
hari 4 hari.
2. Fase elisitasi
Sel limfosit T efektor darah kulit (DKA).
TANDA DAN GEJALA
Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan
seringkali hebat (sangat gatal). DKA biasanya ditandai dengan adanya lesi eksematosa berupa
eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula; gambaran ini menunjukkan
aktivitas tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah
akan mengeluarkan cairan yang mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya
terbatas pada tempat kontak dengan alergen, sehingga corak dan distribusinya sering dapat
meiiunjukkan kausanya, misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan
shampo atau cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena wajahnya dapat curiga
dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis kosmetik lainnya yang mereka pakai. Pada
kasus yang hebat, dermatitis menyebar luas ke seluruh tubuh.
Ciri khas DKA adalah radang yang secara perlahan meluas, batas peradangan tidak
jelas (difus), rasa sakit dan panas tidak sehebat pada DKI (Dermatitis Kontak Iritan).
Perjalanan DKA dapat akut, sub-akut, ataupun kronis.1
Dermatitis kontak alergen Page 6
DKA akut ditandai dengan erupsi eksematosa dengan eritem, udem, papula, vesikula
dan biasanya bula, serta patch berbatas tegas, single, ataupun multiple dengan berbagai
bentuk dan ukuran, akan tetapi umumnya diskoid. Erupsi umumnya dapat saling
berpengaruh, sehingga daerah yang terkena dapat meluas. Intensitas dermatitis dapat
memberat pada hari ke empat sampai hari ke tujuh, jika tidak diberi pengobatan dan sudah
tidak ada kontak dengan alergen. Penyembuhan biasanya terjadi pada satu sampai dua
minggu hingga satu bulan.
Dermatitis sub-akut ditandai dengan eritem, udem yang minimal, vesikula dan krusta.
Dermatitis kronik tampak sebagai patch kering yang mengalami likhenifikasi dan berskuama
serta fisura. Fase kronik sangat sulit dibedakan dengan DKI, baik secara klinis maupun
histopatologis, karena pada keduanya sama-sama ditemukan eritema, penebalan, deskuamasi,
fisura dan gatal.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Anamnesis harus
dilakukan dengan teliti, karena sangat menentukan terapi maupun follow-up-nya, yaitu untuk
sedapat mungkin mencegah kekambuhan. Pada anamnesis perlu ditanyakan pekerjaan, hobi,
riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya tentang pemakaian kosmetik,
pakaian baru, pemakaian jam tangan atau perhiasan. Selain itu, perlu ditanyakan juga perihal
riwayat atopi serta pengobatan yang pernah diberikan, baik oleh dokter maupun yang
dilakukan sendiri.1
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya ritema, udema, papula dan vesikulayang
jika pecah akan membentuk dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak,
tidak berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam membantu
penegakan diagnosis dikenal istilah regional diagnosis. Bagian-bagian tubuh tertentu sangat
mudah tersensitisasi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, misalnya: kelopak mata,
leher dan genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit terjadi DKA,
seperti telapak tangan, telapak kaki dan kulit kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu,
maka daerah yang berbatasan yang kulitnya tipislah yang mengalami dermatitis.1
Dermatitis kontak alergen Page 7
Kelopak mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik (maskara), obat
(tetes mata), air borne alergen (hairspray, debu, serbuk sari) atau terhadap alergen yang
terbawa oleh jari tangan (cat kuku). Untuk leher, penyebab umum DKA adalah kosmetik,
parfum, perhiasan (kalung) yang mengandung nikel yang menyebabkan coin shape
dermatitis. Dermatitis dan air borne alergen dan photo sensitizer akan berbatas tegas atau
menggambarkan
segi tiga di fossa supra sternal.Untuk daerah genital, baik pada laki-laki maupun perempuan
akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama udem dan gatal. Sensitizing-agent dapat
dibawa ke genital ofeh tangan. Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium, pakaian
serta obat-obat topikal merupakan causative agent yang sering ditemukan.1
Bagian-bagian tubuh lain yang juga sering merupakan tempat terjadinya dermatitis,
walaupun kurang sensitif (reaktif), adalah, pertama, lengan dan tangan; hampir 2/3 kasus
dermatitis melibatkan tangan. Pada kasus dermatitis karena pekerjaan erupsi pertama muncul
di tangan, kemudian menyebar ke lengan bawah. Cairan biasanya berefek di interdigital
space; housewives contact dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja
yang menggunakan karet pelindung, dermatitis biasanya muncul pada sisi atas karet
pelindung. Kedua, muka; daerah yang paling sering terkena setelah lengan dan tangan.
Biasanya dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat. Juga oleh respon terhadap suatu
kontak dan
daerah sekitarnya, terutama dan kelopak mata. Ketiga, bibir dan daerah perioral; biasanya
disebabkan oleh lipstick dan bermanifestasi bibir kering dan pecah. Keempat, paha dan
tungkai bawah; clothing dermatitis dapat mempengaruhi bagian dalam dan bagian belakang
paha, biasanya dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa poplitea. Kelima kaki; kaus
kaki merupakan penyebab paling banyak dermatitis pada kaki.1,3
Pemeriksaan Pembantu
Pemeriksaan pembantu yang dilakukan adalah pemeriksaan patch test (uji tempel) dan
test DMG (dimetilglioksim). Patch test bertujuan untuk mencani tahu dan membuktikan
penyebab DKA. Untuk itu perlu adanya hubungan antara riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan. Ada tiga jenis patch test yang dilaksana kan, yaitu patch test tertutup, patch test
terbuka, dan photo patch test. Biasanya, yang dimaksud dengan patch test adalah patch test
tertutup.
Dermatitis kontak alergen Page 8
Indikasi test ini adalah DKA yang penyebabnya belum jelas atau masih dicurigai.
Kontra indikasi test ini adalah dermatitis yang masih aktif. Teknik patch test yang dilakukan
adalah bahan yang ditest ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup selama dua hari.
Setelah dua hari, penutup dilepas dan dibiarkan selama 15 sampai 25 menit, lalu dibaca
kelainan-kelainan yang ada. Pada tempat itu mungkin terjadi eritema, udema, papula,
vesikula, dan kadang-kadang bisa terjadi bula dan nekrosis. Pembacaan patch test menurut
Fisher adalah:1
0 : tidak ada reaksi.
+ : eritema.
++ : eritema dan papula.
+++ : eritema, papula dan vesikula.
++++ : udema yang jelas dan vesikula.
Test DMG (percobaan bercorak dimetilglioksim) ditemukan oleh Fleigl. Cara test ini
adalah: beberapa tetes dan 1% larutan alkohol dan DMG ditambah dengan beberapa tetes
larutan amonia. Larutan ini diteteskan pada logam dan kulit akan menghasilkan warna
strawberry red dan garam yang tidak larut jika ada logam nikel. Test ini berguna khusus
untuk mengetahui apakah penyebab dermatitis itu logam yang mengandung nikel.1
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas,
dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik atau psoriasis.
Diagnosis banding yang terutama adalah dengan DKI. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji
tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut merupakan
kontak alergi.3
PENATALAKSANAAN
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya
pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan
Dermatitis kontak alergen Page 9
kulit yang timbul.3
Kortikosteroid dapat dierikan dalam jangka waktu pendek untuk mengatasi peradangan pada
DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau bula, serta eksudatif
(madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah
beberapa hari. Sedangkan kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal atau
larutan air salisil 1:1000.3
Untuk DKA ringan atau DKA akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan
kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus
atau tacrolimus) secara topikal.3
Adapun terapi non-farmakologi DKA meliputi:5
1. Membersihkan bagian yang teriritasi
Dilakukan dengan cara mengompres kulit yang teriritasi dengan air hangat
(32,2oC) atau lebih dingin. Namun, farmasis harus mengingatkan agar tidak menggunakan
air panas 40,5oC atau lebih sebab akan memperparah luka, dan bahkan dapat
menyebabkan luka bakar tingkat kedua.
2. Mencegah terjadinya ruam
Apabila terpapar agen alergen maka untuk mencegah terjdinya ruam-ruam di
kulit adalah dengan:
a. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis kontak
alergi.
b. Menghindari substansi alergen.
c. Mengganti semua pakaian yang terkena alergen.
d. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada sabun
bilas dengan air.
e. Menghindari air bekas cucian/bilasan kulit yang terpapar alergen.
f. Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan pakaian lain.
g. Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar alergen.
h. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang berisiko
terhadap paparan alergen.
PROGNOSIS
Umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik
dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis
Dermatitis kontak alergen Page 10
atopi, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau terpajan oleh alergen yang tidak mungkin
dihindari misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di lingkungan
penderita.3
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Dermatitis kontak alergen Page 11
1. Christijani, Reviana. Diagnosis Dermatitis Kontak Alergika. Cermin Dunia
Kedokteran. 1997;117:38-39.
2. http:// http://www.indonesiaindonesia.com/f/f63/dermatitis-kontak. Diunduh pada
tanggal 04 November 2010, pukul 20.00.
3. Dermatitis Kontak Alergik (DKA). In: Djuanda, Adhi, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2007;133 – 138.
4. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius FKUI. Jakarta, 2000;86
– 89.
5. http://pharma-c.blogspot.com.pdf. Diunduh pada tanggal 04 November 2010, pukul
20.00.
Dermatitis kontak alergen Page 12