Carlos Wly
-
Upload
richard-nggelu -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
description
Transcript of Carlos Wly
Judul
“ kondisi karakteristik wilayah kelurahan nunbaun dela kota kupang terhadap konsep
pembangunannya”
laporan ini berisikan pemaparan tentang konsep pengembangan wilayah kelurahan
nunbaun dela kecamatan kota lama, kota kupang dan penataan ruang secara umum di
Indonesia, yang didasarkan atas pengayaan atas aspek teoritis dan aspek pengalaman
empiris. Pada bagian selanjutnya dipaparkan kondisi wilayah kelurahan Air mata Pada
bagian akhir konsep pembangunan kelurahan nunbaun dela kotakupang yang akan di
rencanakan dalam upaya mewujudkan tujuan dan sasaran pengembangan
wilayah, sekaligus mengatasi berbagai permasalahan aktual pembangunan. Kelurahan
nunbaun dela Terletak pada 10°36’14”-10°39’58” LS dan 123°32’23”–
123°37’01”BT dan 123°34'43"E .Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola
lingkungan akan menentukan pola dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah.
Pertambahan penduduk identik dengan peningkatan kebutuhan. Hal ini akan
menyebabkan bertambah besarnya tekanan kepada sumber daya lahan dan perubahan
penggunaan lahan. Perencanaan kota adalah profesi yang menawarkan berbagai
peluang bagi orang – oang yang memiliki banyak bakat dan aspirasi yang berbeda.
Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola lingkungan akan menentukan pola
dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah. Pertambahan penduduk identik
dengan peningkatan kebutuhan. Hal ini akan menyebabkan bertambah besarnya
tekanan kepada sumberdaya lahan dan perubahan penggunaan lahan ini juga dijumpai
di kawasan lindung. Daerah berbukit dan terjal yang merupakan kawasan lindung
digunakan penduduk menjadi areal pertanian tanpa menggunakan masukan
agroteknologi yang sesuai Perencana kota merencanakan masa depan perkotaan, lebih
tepatnya memastikan bahwa kota telah tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang
dibutuhkanPembangunan daerah permukiman baru selain bertujuan untuk mempercep
at pertumbuhan suatu kawasan juga mengatasi permintaan dan jumlah penghuni
rumah tangga di perkotaan yang cenderung terus meningkat. Bertambahnya jumlah
permintaan dan penghuni rumah tangga menimbulkan berbagai persoalan sosial
dan ekonomi seperti: kemacetan lalu lintas, penyempitan ruang dan lapangan kerja
serta berkurangnya daya dukung sarana dan prasarana fasilitas Kota
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola lingkungan akan menentukan pola
dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah. Pertambahan penduduk identik dengan
peningkatan kebutuhan. Hal ini akan menyebabkan bertambah besarnya tekanan kepada
sumberdaya lahan dan perubahan penggunaan lahan ini juga dijumpai di kawasan lindung.
Daerah berbukit dan terjal yang merupakan kawasan lindung digunakan penduduk menjadi
areal pertanian tanpa menggunakan masukan agroteknologi yang sesuai.
Kepedulian manusia terhadap lingkungan bukanlah persoalan yang sama sekali baru,
karena sejak asal mula manusia, keberadaanya sangat bergantung pada alam sehingga sikap
dan perilakunya ramah terhadapa alam. Sejarah kehidupan manusia berawal dari kehidupan
di gua – gua batu, kemudian mengembara dan tidak bermukim di suatu tempat secara tetap,
motivasinya adalah untuk keamanan dan mendapat sumber kehidupan terutama sandang dan
pangan.
Sampai sekarang komunitas itu masih ada, namun telah mengalami perubahan seperti
pada suku – suku di pedalamn papuan dan sumatera. Lukisan kehudupan seperti itu,
dimana saling ketergantungan terhadapa alam sangat dominan dan sistem pengelolaan
lingkungan dan sumberdaya alam untuk menunjang kehidupan yang sanat sesuai dengan
ekosistem. Sistem yang mungkin dianggap sebagai tradisi seperti di kenal sebagai kearifan
lokal atau lokal genius.
Kearifan lokal sarat akan nilai yang mengarahkan manusia untuk memperlakukan
lingkunga secara bijaksana dan bertanggung jawab dalam kehidupan yang inklusif dengan
alam. Pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam di masa mendatang demi lestarinya
llingkungan sangat relevan jika mengbambil model tradisionaln yang memilki kerifan lokal.
Tekanan yang diakibatkan oleh populasi yang terus bertambah, lingkungan menjadi
rusak, hancur, degradasi kualitas yang diakibatkan oleh pencemaran dan perusakan oleh
menusia. Di samping kerusakan oleh ulah manusia, kerusakan juga ditimbulkan oleh bencana
yang diakibatkan oleh alam itu sendiri.
Dengan berbagai persoalan diatas, lebih khusus pada laju pertumbuhan penduduk
yang dapat mempengaruhi penataan ruang dalam mengembangkan wilayah perkotaan
lingkungan yang terjadi di Kelurahan Nunbaun Dela kota kupang.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pembahasan masalah
lebih difokuskan pada:
kondisi karakteristik kawasan kelurahan air mata berdasarkan 8 elemen, yaitu :
1.1.1 Land Use ( Tata Guna Lahan)
1.1.2 Bentuk dan Masa Bangunan ( Building Form And Massing)
1.1.3 Sirkulasi dan Perparkiran
1.1.4 Ruang Terbuka ( Open Space)
1.1.5 Pedestrian
1.1.6 Perpapanan ( Signages)
1.1.7 Pendukung Kegiatan
1.1.8 Preservasi
Konsep pembangunan kelurahan Nunbaun Dela kota kupang
1.2 TUJUAN
Memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengembangan Wilayah Perkotaan dan Menjelaskan
keadaan fisik pemukiman kelurahan Nunbaun Dela kota kupang yang berhubungan dengan 8
elemen wilayah perkotaan.
1.3 MANFAAT
Manfaat yang diperoleh dari observasi ini yaitu:
1. Sebagai tahap belajar untuk mengembangkan pengetahuan
2. Mendapatkan gambaran yang jelas tentang dampak penurunan kualitas
lingkungan di pemukiman Nunbaun Dela
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONDISI KARAKTERISTIK KAWASAN
Sebelum terbentuknya kelurahan Nunbahun Delha, tempat ini masih berupa hutan dan
batu karang. Sekitar tahun 1911 ada beberapa orang yang berasal dari rote Delha yakni
Nggeo Dola, Geni Nalle danLomba Delas datang bekerja di kupang (Kerja Rodi ) untuk
membayar pajak atau bea mereka kepada Pemerintah Hindia Belanda. Mereka datang dan
berlindung (membuat tenda) di tempat ini yakni di bawah pohon nunuk besar dekat gedung
gereja Baith El Nunhila, kelurahan Nunbahun Delha sekarang. Tempat tersebut juga menjadi
tempat tinggal tetap mereka. Disamping bekerja mencari uang, mereka juga berkebun. Tiap
tahun berkebun berpindah – pindah di sekitar Nunbahun Delha. Dengan demikian hutan
Disekitar Nunbahun Delha menjadi semakin berkurang dan makin berdatangan orang- orang
dari rote Yaitu nunuk, bahasa Indonesianya Beringin, Baun artinya besar dan Delha adalah
nama tempat asal orang yang menghuninya dari Rote Delha. Jadi Nunbahun Delha adalah
tempat tinggal Orang Delha.
Sekitar tahun 1928 tempat ini Menjadi semakin ramai dan banyak penduduk. Lalu
terbentuklah suatu Kampung yang terdaftar Oleh pemerintah Swapraja yang dikepalai oleh
seorang kepala Kampung Yang di sebut TEMUKUNG. Temukung pertama kampung
Nunbahun Delha adalah Petrus Rissi dan status Wilayah Selama Indonesia masih di jajah
Oleh Belanda adalah KAMPUNG.
Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah Indonesia mengubah status kampung dan
temukung Menjadi DESA. Dan akhirnya pada tahun 1981 ditingkatkan statusnya menjadi
KELURAHAN.
Kelurahan Nunbaun Delha adalah salah satu kelurahan yang terletak di wilayah
Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Letaknya :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut/Teluk Kupang
2. Sebelah Selatan berbatasan Dengan Kelurahan Manutapen
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Nunhila
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Nunbaun Sabu
Kondisi karakteristik wilayah kelurahan air mata kota kupang ditinjau dari 8 elemen
fisik perancangan kota, menurut teori Hamid Shirvani
2.1.1 Land Use ( Tata Guna Lahan)
prinsip Land Use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan
yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga kawasan tersebut berfungsi
dengan seharusnya.
Land use atau tata guna lahan adalah pengaturan mengenai penggunaan lahan dimana
memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Terdiri dari lahan terbangun
(urban solid) dan lahan terbuka (urban void).
Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang terbentuk, tata
guna lahan perlu mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan umum dan pertimbangan
pejalan kaki (street level) yang akan menciptakan ruang yang manusiawi.
Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan masalah-masalah
yang terkait, bagaimana seharusnya daerah zona dikembangkan, Shirvany mengatakan
bahwa zoning ordinace merupakan suatu mekanisme pengendalian yang praktis dan
bermanfaat dalam urban design, penekanan utama terletak pada masalah tiga dimensi yaitu
hubungan keserasin antar bangunan dan kualitas lingkungan.
Jika kita melihat dilokasi penelitian bisa dilihat dari zona mitigasi tiap-tiap wilayah
kaitanya dalam menyiapkan daerah yang masuk dalam wilayah bencana alam siap
menghadapinya dan juga membentuk kualitas hidup lingkungan dan bersifat kawasan
yang manusiawi.
Tata guna lahan pada kecamatan kota lama, kelurahan air mata memiliki kondisi
lahan yang tidak begitu di fungsikan dengan baik, di mana disekitar area pemukiman
warga terdapat industri batako, industri pasir, perbengkelan.
Tata guna lahan (Land Use) terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a) Kawasan terbangun, meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,
fasilitas peribadatan, fasilitas perumahan fasilitas perkantoran, fasilitas rekreasi
dan olah raga, fasilitas perdagangan dan jasa serta fasilitas umum.
Pada kelurahan air mata terdapat beberapa kawasan terbangun diantaranya :
Fasilitas Pendidikan
Tingkat pengangguran penduduk menunjukkan kapabilitas penduduk
dalam mencari pekerjaan.salah satu faktor penyebab berkurangnya kapabilitas
penduduk dalam mencari kerja karena rendahnya tingkat pendidikan anggota
keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah
kapabilitas dalam memperolah pekerjaan atau semkin tinggi pendidikan
semakin kecil peluang anggota penduduk untuk menganggur.
b) Kawasan terbuka/tak terbangun,
RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah ruang dalam kota atau wilayah
yang lebih luas baik dalam bentuk areal memanjang/ jalur maupun dalam
bentuk lain, dimana dalam penggunaanya lebih bersifat terbuka yang pada
dasarnya tanpa bangunan dan pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau
tanaman atau tumbuhan.
Daerah konservasi adalah daerah yang mengandung arti perlindungan
sumberdaya alam dan tanah tebuka serta pelestarian daerah perkotaan.
Kawasan lindung diatur dalam keppres RI Nomor 32 tahun 1990.
Pada kelurahan Nunbaun Dela tidak terdapat ruang terbuka hijau karena
pembangunan yang tidak teratur dan jumlah penduduk yang tidak terkontrol
Sehingga terjadi kepadatan penduduk.
2.1.2 Bentuk Dan Masa Bangunan ( Building Form and Massing)
Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang meliputi
ketinggian, besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan, pemunduran (setback) dari
garis jalan, style bangunan, skala proporsi, bahan, tekstur dan warna agar menghasilkan
bangunan yang berhubungan secara harmonis dengan bangunan-bangunan lain
disekitarnya.
Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa
bangunan meliputi :
1) Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi dan dimensi
bangunan sekitar.
2) Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas dan tipe-tipe
ruang.
3) Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang
yang dapat tersusun untuk membentuk urban space dan pola aktifitas dalam
skala besar dan kecil.
Bentuk dan tata massa bangunan pada awalnya menyangkut aspek-aspek bentuk fisik
oleh rona spesifik atas ketinggian, pengaturan muka bangunan (setback) dan penutupan
(coverage). Kemudian lebih luas menyangkut masalah penampilan dan konfigurasi
bangunan. Disamping ketinggian dan kepejalan. Penampilan (appearence) dipengaruhi
oleh warna, material, tekstur dan fasade, style, skala, dsb.
Spreiregen (1965) menyatakan isu-isu kritis yang berhubungan dengan bentuk
bangunan dan massa. Pertama adalah ‘skala’, yang berhubungan aspek visual manusia
(human vision), sirkulasi, bangunan pada lingkungan tempat tinggal dan ukuran
lingkungan tempat tinggal. Selanjutnya adalah ruang perkotaan sebagai sebuah elemen
utama dari rancang kota dan pentingnya penekanan pada bentuk, skala dan rasa
keterlingkupan (sense of enclosure) dan jenis-jenis dari ruang perkotaan.
Dan yang terakhir adalah urban mass atau massa perkotaan yang termasuk bangunan-
bangunan, permukaan tanah, dan segala objek yang disusun untuk membentuk ruang
perkotaan dan membentuk pola-pola kegiatan.
Peruntukan lahan juga berperan dalam pengaturan tata massa dan bentuk bangunan
seperti penerapan pada peruntukan campuran pusat kota yang diarahkan pada ketinggian
yang lebih dari peruntukan lainnya. Peruntukan lahan komersil atau retail pada lantai dasar
menjadi pertimbangan pengaturan pemunduran bangunan yang diletakan pada garis
kavling atau zero setback untuk mendekatkan dengan kegiatan alur pejalan kaki.
Peletakan tersebut dapat memberikan keuntungan pada kedua sisi, memudahkan
pengenalan produk retail dan memudahkan pencapaian transaksi dari fungsi retail pada
bangunan kepada pejalan kaki dan memberikan keberlangsungan pejalan kaki dalam
pergerakan dan mampu menarik perhatian pejalan kaki untuk berbelanja pada fungsi
tersebut.
Aspek visual disamping pengaturan pemunduran lantai bawah juga dicapai dengan
pengaturan pemunduran lantai atasnya dimana arah pencahayaan alami menjadi aspek
yang sangat penting dalam aspek visual tersebut Kesan harmonis dan tidak monoton
(diverse) dicapai dengan pengaturan muka bangunan (façade) dengan pewarnaan, tekstur,
keseimbangan lebar muka bangunan terhadap lebar jalan, gaya (style), dan ketinggian.
Ketegasan tepi bangunan dan vista koridor jalan juga dapat dibentuk dengan pengaturan
massa bangunan, setback, ketinggian sehingga ruang jalan memberikan arahan dan
kenyaman pengguna jalan. Konfigurasi bangunan sangat mempengaruhi kualitas visual
dan berhubungan erat dengan elemen sirkulasi yaitu jalan dan elemen ruang terbuka.
Keterlingkupan (enclosure) dapat dibentuk dari konfigurasi bangunan tersebut.
Roger Trancik (1986) menekankan keterlingkupan berdasarkan bangunan arsitektural
sebagai ‘ruang keras’ atau hard space. Carmona, et al. (2000) memaparkan keterlingkupan
merupakan ruang positif , ruang luar memiliki bentuk yang pasti, tersendiri. Bentuknya
yang paling penting adalah keberadaan bangunan yang memilikinya. Keterlingkupan yang
di bentuk oleh tata bangunan memiliki skala yang dapat dirasakan secara visual oleh
manusia.
Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan
bangunan, yaitu :
a) Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang manusia, baik yang
berada dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan kaki (luar
bangunan). Ketinggian bangunan pada suatu kawasan membentuk sebuah garis
horizon (skyline). Ketinggian bangunan di tiap fungsi ruang perkotaan akan
berbeda, tergantung dari tata guna lahan. Bangunan yang berada di kelurahan
air mata memiliki ketinggian yang hampir sama tetapi karena keadaan
topografi yang sedikit curam sehingga ketinggiannya berbeda antara bangunan
yang satu dengan bangunan yang lain.
b) Kepejalan Bangunan
Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam konteks kota.
Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh perbandingan tinggi : luas : lebar :
panjang, olahan massa (desain bentuk), dan variasi penggunaan material.
c) Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Lantai Bangunan adalah jumlah luas lantai bangunan berbanding
luas tapak (jika KLB=200%, maka di tapak seluas 100m2, dapat dibangun
bangunan dengan luas lantai 200m2 - lantai banyak). Koefisien Lantai
Bangunan dipengaruhi oleh daya dukung tanah, daya dukung lingkungan, nilai
harga tanah, dan faktor-faktor khusus tertentu sesuai dengan peraturan atau
kepercayaan daerah setempat.
d) Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)
Adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas tapak keseluruhan.
Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan untuk menyediakan area terbuka
yang cukup di kawasan perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan
bangunan. Hal ini dimaksudkan agar daur lingkungan tidak terhambat
terhambat, terutama penyerapan air ke dalam tanah.
e) Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bangunan terhadap as jalan. Garis
ini sangat penting dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan kota.
Selain itu juga berfungsi sebagai jarak keselamatan pengguna jalan,
terutama jika terjadi kecelakaan.
ada kelurahan air mata kota kupang bangunan hunian seperti rumah terletak
disamping jalan,sehingga jarak antara jalan dengan rumah sangat berdekatan,
dan jalan tersebut ukurannya sangat kecil dan tidak sesuai dengan peraturan
pembangunan jalan,akibatnya sering terjadi kecelaka
f) Skala
Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau
bangunan dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang
dapat membangkitkan daya hidup dan kedinamisan.
g) Material
Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan.
Komposisi yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antar elemen visual.
h) Tekstur
Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat
dari jarak tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek
tekstur.
i) Warna
Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna), dapat
memperluas kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan.
Menurut Spreegen (1965), prinsip dasar perancangan kota mensintesa
berbagai hal penting berkaitan bentuk dan massa bangunan, meliputi berbagai
hal sebagai berikut :
Skala, dalam hubungannya dengan sudut pandang manusia, sirkulasi,
bangunan disekitarnya dan ukuran kawasan.
Ruang kota, yang merupakan elemen dasar dalam perencanaan kota
yang harus memperhatikan bentuk (urban form), skala, sense of
enclosure dan tipe urban space.
Massa kota (urban mass), yang di dalamnya meliputi bangunan,
permukaan tanah, objek-objek yang membentuk ruang kota dan pola
aktivitas.
2.1.3 sirkulasi dan perparkiran
Sirkulasi merupakan bagian terpenting dari elemen rancang kota. Ia dapat membentuk
mengarahkan dan mengontrol pola-pola kegiatan dan pola-pola pembangunan di dalam
kota, sebagaimana sistem transportasi dari jalan-jalan umum, jalur-jalur pejalan kaki dan
sistem transit menghubungkan dan mengutamakan pada pergerakan. Sirkulasi juga dapat
menjadi suatu prinsip yang menstrukturkan menegaskan dan memberikan karakteristik
pada bentuk-bentuk fisik perkotaan seperti pembedaan suatu daerah, kegiatan suatu
tempat, dsb
Dalam rancang kota jenis alur sirkulasi menekankan pada bentuk street yang
membedakan dengan bentuk road. Pengertian road adalah alur sirkulasi kendaraan
bermotor. Sedangkan pengertian street dalam Public Place-Urban Space (Carmona, 2003)
dan menurut Roger Trancik (1986) adalah suatu bentu alur sirkulasi yang memfasilitasi
pemisahan pergerakan kendaraan dan pejalan kaki . Dari fungsi yang ada tidak sekedar
sebagai alur pergerakan tetapi sebagai tempat kegiatan sosial maupun pemegang peranan
penting dalam aspek visual suatu kota. Dengan demikian, alur sirkulasi yang memegang
peranan penting dalam rancang kota adalah yang memiliki pengertian tersebut.
Jalan sebagai bentuk sirkulasi memegang peranan penting dalam suatu kota, pertama
orang mengenali suatu kota melalui jalannya, ketika orang ingin mencari suatu tempat di
suatu kota, jalan merupakan hal pertama yang di pelajarinya, seperti ditulis oleh Jane
Jacob (1961): ‘Pikirkan suatu kota, dan apa yang terlintas di dalam pikiran? Itu adalah
jalan-jalannya. Apabila jalan suatu kota terlihat penting, maka kota tersebut menjadi
penting dan apabila ia terlihat gersang maka kota tersebut menjadi gersang.
Kebutuhan luas tempat parkir tak terlepas dengan peningkatan jumlah kendaraan
bermotor dan kondisi fasilitas angkutan umum kota. Keberadaan parkir itu sendiri saat ini
juga tak terlepas dari kegiatan komersial pusat kota dimana mobil sebagai simbol gaya
hidup kota terutama golongan menegah ke atas tak terlepas dari hubungannya dengan gaya
hidup konsumtif yang mengarah pada akses ke lokasi perbelanjaan yang memfasilitasinya.
2.1.4 Ruang Terbuka ( Open Space)
Menurut Shirvani (1985) ruang terbuka ditegaskan dalam arti semua landscape,
hardscape (jalan, jalur pejalan kaki, dan sebebagainya), taman maupun ruang-ruang
rekreasi di dalam ruang perkotaan. Kantong-kantong kosong sebagai lubang yang besar
dalam ruang perkotaan tidak dikategorikan dalam ruang terbuka. Disini ruang terbuka
yang dimaksud tidak hanya sebagai sekedar area kosong tetapi lebih ditekankan pada nilai
yang dimilikinya.
Ruang terbuka umum/publik menurut Rustam Hakim (1987) adalah bentuk dasar dari
ruang terbuka di luar bangunan, dapat digunakan oleh publik (setiap orang) dan
memberikan bermacam-macam kegiatan.
Fungsi ruang terbuka dapat dijabarkan sebagai berikut:
Fungsi umum:
Tempat bersantai.
Pada lokasi penelitian tidak terdapat tempat bersantai atau lahan untuk
berekreasi karena pemukiman yang sangat padat sehingga tidak
terdapat ruang terbuka hijau.
Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan
lingkungan.
Sebagai pembatas atau jarak diantara massa bangunan
Fungsi ekologis:
Penyegaran udara.
Penyerapan air hujan.
Pengendalian banjir.
Memelihara ekosistem tertentu.
Pelembut arsitektur bangunan
2.1.5 Pedestrian
Sistem jalur pejalan kaki yang baik dapat mengurangi ketergantungan dengan
kendaraan bermotor, meningkatkan perjalan dalam pusat kota , mempertinggi aspek
lingkungan hidup dengan memperkenalkan sistem skala manusia, menciptakan kegiatan
perbelanjaan dan pada akhirnya membantu perbaikan kualitas udara.
Kegiatan perbelanjaan atau retail berperan sangat besat terhadap keberlangsungan
pejalan kaki. Menurut Amos Rapoport (1977) : dilihat dari kecepatan rendah pejalan kaki,
terdapat keuntungan karena dapat mengamati lingkungan sekitar dan mengamati obyek
secara detail serta mudah menyadari lingkungan sekitar. Dari kondisi pejalan kaki tersebut
keberadan fungsi retail sangat mendukung keberlangsungan pejalan kaki pada jalur
pergerakannya. Secara psikologis pengalihan arah visual dalam mengamati lingkungan
sekitar yang tidak monoton dan atraktif dapat menurunkan tingkat kebosanan dalam
melakukan pergerakan dengan jalan kaki.
Sarana dan prasarana yang kurang mendukung mengakibatkan tidak adanya fasilitas
untuk pejalan kaki ( trotoar ) pada kelurahan air mata kota kupang.
2.1.6 perpapanan ( signages)
Tata informasi menjadi elemen visual yang penting dalam ruang kota. Keberadaanya
mempengaruhi pengguna jalan baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan dengan
memberikan bentuk untuk dikenali menjadi tujuan utama dari tata informasi tersebut.
Bentuk-bentuk tata informasi dapat berupa papan reklame komersial, penunjuk jalan,
tanda-tanda lalulintas atau informasi umum bagi pengguna jalan setempat.
2.1.7 pendukung kegiatan
Pendukung kegiatan merupakan suatu elemen kota yang mendukung dua atau lebih
pusat kegiatan umum yang berada di kawasan pusat kota yang mempunyai konsentrasi
pelayanan yang cukup besar. Keberadaannya tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan utama
pada suatu lokasi yang dapat menghubungkan kegiatan utama tersebut.
Pendukung kegiatan tidak hanya bersifat horizontal pada ruang luar akan tetapi juga
berada pada kegiatan vertikal pada suatu ruang dalam atau bangunan seperti peruntukan
lahan campuran (mixed use).
2.1.8 Preservasi
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat
tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada dan
mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah.
Manfaat dari adanya preservasi antara lain:
Peningkatan nilai lahan
Peningkatan nilai lingkungan
Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial
Menjaga identitas kawasan perkotaan
Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi
2.2 KONSEP PENGEMBANGAN
Konsep pengembangan yang di upayakan agar harus dilakukan pada kelurahan Air
Mata Kota kupang dalam rangka mengembangkan kota kupang pada umumnya dan
kelurahan Air Mata pada khususnya maka perlu di lakukan kebijakan – kebijakan dalam
pengembangan kota, diantaranya :
a) Kebijakan umum
1) Pembangunan permukiman rakyat dalam rangka pembangunan sosial ekonomi
nasional diselenggarakan sesuai dengan strategi pengembangan wilayah
yangberimbang.
2) Perlu disusun dan dibina sistem yang terarah dan terpadu dalam bidang permukiman
dalam rangka peningkatan mutu kehidupan rakyat dan terwujud nya
lingkungan hidup yang sehat serta perkembangan kota dan desa yang
tertib,efisien dan serasi dengan pembangunan daerah.
3) Dalam rangka meningkatkan pembangunan permukiman rakyat berbagai sistem
pengadaan permukiman perlu dimantapkan dan disempurnakan, untuk itu harus
diadakan monitoring dan evaluasi yang intensif dan terus menerus dalam berbagai
kegiatan
4) Perlu adanya peningkatan kerjasama dan koordinasi yang sesuai antara
berbagai pihak yang terlibat dalam upaya pembangunan permukiman baik pemerintah,
swasta maupun masyarakat sendiri.
5) Pengikutsertaan sektor usaha swasta dan masyarakat perorangan
ditingkatkan dengan membina dan mengarahkan badan- badan pembangunan
permukiman swasta. Mengembangkan organisasi yang tidak mencari keuntungan
koperasidan sebagainya dengan mengusuhakan fasilitas- fasilitas yang
diperlukan
6) Penanaman dan peningkatan pengertian serta kesadaran masyarakat akan
pentingnya permukiman dan lingkungan yang sehat dan disertai dengan usaha
penyempurnaan peningkatan prasarana pendukung lingkungan permukimannya.
b) Kebijakan khusus
1) Pembangunan permukiman rakyat didaerah perkotaan ditujukan pada berbagai
golongan pendapatan, namun mengutamakan golongan masyarakat berpendapatan
rendah dan tidak tetap dengan mengikut sertakan sebanyak mungkin sektor usaha
swasta dan masyarakat.
2) Pengembangan permukiman rakyat didaerah perkotaan dapat dilakukan ditempat
semula dan dapat pula di tempat yang baru.
3) Pembangunan di tempat semula untuk mengatasi masalah kepadatan
yangtinggi antara lain dengan menyempurnakan prasarana pendukung lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang penting untuk dikemukakan berdasarkan uraian diatas
adalah
Dalam era otonomi daerah dewasa ini, maka penataan ruang memiliki
peran penting dalam menjawab berbagai isu dan tantangan nyata dalam
pembangunan, seperti konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas
wilayah, degradasi kualitas lingkungan, kesenjangan tingkat
perkembangan antar wilayah serta antar-kawasan (perkotaan dan
perdesaan, serta antar-kota dalam wilayah pulau), serta lemahnya
koordinasi dan pengendalian pembangunan
Penataan ruang merupakan instrumen legal untuk mewujudkan tujuan dan
sasaran pengembangan wilayah melalui pemanfaatan sumberdaya secara
efektif, efisien, dan terpadu, sekaligus mewujudkan ruang yang berkualitas
Dengan memanfaatkan berbagai teori dan konsep pengembangan wilayah
penataan ruang merupakan instrumen yang digunakan untuk memahami
interaksi antara 4 (empat) unsur utama pembentuk ruang (sumberdaya
alam, manusia, buatan, dan sistem aktivitas) secara komprehensif.
Penataan ruang merupakan instrumen untuk mengkaji keterkaitan antar
fenomena tersebut serta untuk merumuskan tujuan dan strategi
pengembangan wilayah terpadu sebagai landasan pengembangan kebijakan
pembangunan sektoral dan daerah, termasuk sebagai landasan
pengembangan sistem kota-kota yang efisien sesuai dengan fungsi-fungsi
yang telah ditetapkan.
Dalam perkembangannya, kini penataan ruang memiliki peran yang
strategis dalam konteks pembangunan nasional karena diarahkan sebagai
landasan untuk mempertahankan integritas wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Untuk mendukung peran-perannya tersebut secara efektif dan konsisten,
maka
penyelenggaraan penataan ruang akan berpijak pada 2 (dua) pokok : yakni
(1) PENGATURAN PENATAAN RUANG NASIONAL (2) penguatan
peran daerah dalam penataan ruang, khususnya melalui penguatan peran
Gubernur dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peningkatan kerjasama
antar-daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang serta penguatan
kelembagaan penataan ruang di daerah (TKPRD).
3.2 SARAN
Sedangkan saran-saran untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan ruang
nasional dan daerah, sekaligus untuk meletakkan landasan bagi pembangunan pada
masa mendatang adalah melalui:
Peningkatan kesadaran dan peranserta masyarakat dalam penataan ruang baik
secara pasif maupun secara aktif, yang ditempuh melalui sosialisasi informasi
pemanfaatan ruang secara kontinu dan sistematis
Penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten terhadap penyimpangan
pemanfaatan rencana tata ruang
Penyelenggaraan prinsip-prinsip good governance dalam bidang penataan
ruang,
seperti transparansi, akuntabilitas, efisiensi, keadilan, keberlanjutan
pembangunan,
dan pelayanan publik (misalnya mekanisme perizinan pemanfaatan ruang)
Penyiapan Norma, Standar, Prosedur dan Manual (NSPM) untuk per-cepatan
desentralisasi bidang penataan ruang ke daerah;
peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia serta pemantapan
format
dan mekanisme kelembagaan penataan ruang,
pengintensifan sosialisasi produk-produk penataan ruang kepada masyarakat
melalui public campaign dan public services
penyiapan dukungan sistem informasi penataan ruang.
Peningkatan penyelenggaraan Bantuan Teknis bagi daerah-daerah dalam
penataan
ruang.
3.3 REKOMENDASI TERHADAP REGULASI
Menurut UU 4/1992 tentang Perumahan & permukiman, Pasal 27 ayat (2)
menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas
permukiman meliputi upaya melalui perbaikan atau pemugaran, peremajaan serta
pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan.
Peremajaan diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas melalui kegiatan
perombakan dengan perubahan yang mendasar dan penataan yang menyeluruh terhadap
kawasan hunian yang tidak layak huni.
Perubahan yang dilakukan terhadap pemukiman Airmata hanya berupa perubahan
sedang yang berupa peningkatan kualitas lingkungan yang terdiri dari :
a. Melakukan Redevolopment terhadap bangunan yang kondisi fisiknya sudah
tidak layak dihuni yaitu Penataan dan pembangunan rumah yang tidak layak
dihuni dengan pemanfaatan program perumahan swadaya masyarakat yang
diberikan pemerintah kelurahan setempat.
b. Peningkatan infrastruktur, dengan menitik beratkan pada perbaikan saluran
drainase. Dalam hal ini pelebaran saluran drainase yang mana pada saat musim
hujan sering mengalami luapan akibat tersumbatnya saluran drainase.
c. Melakukan perubahan sedang berupa renovasi pada rumah yang tidak layak
huni untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
d. Pembagunan pagar tembok pada bagian belakang sekolah,untuk mengantisipasi
siswa-siswi jatuh kedalam kali(sungai).
e. Pembuatan pagar rumah pada bagian rumah yang letaknya dekat as jalan untuk
menghindari kecelakaan lalulintas
f. Rumah yang berdempetan yang tepat berada di daerah belakang ( daerah utara)
di bongkar untuk di bangun rumah susun yang layak. Hal ini dilakukan karena
kondisinya sangat berdempetan. Dalam program ini keterlibatan pemerintah
dan masyarakat sangat dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Akil, Sjarifuddin., Tinjauan Umum Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang,
Draft-3, Sumbangan Tulisan untuk Sejarah Tata Ruang Indonesia
1950 – 2000, Jakarta, 25 Maret 2003.
Dirjen Penataan Ruang – Depkimpraswil, Perencanaan Tata Ruang Wilayah dalam
Era Otonomi dan Desentralisasi,
Dirjen Penataan Ruang – Depkimpraswil, Kebijakan, Strategi dan Program Direktorat
Jenderal Penataan Ruang, Pertemuan dengan Para Widyaiswara
Depkimpraswil, Jakarta,19 Agustus 2003.
Effendi, J. 2013. Analisis Permukiman Perkotaan: karakteristik, perubahan
bentuk dan pola penanganannya. Pohon Cahaya. Yogyakarta.
Effendi, J. 2012. Pengembangan Wilayah Perkotaan. Pohon Cahaya. Yogyakarta.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf
http://fariable.blogspot.com/2013/01/elemen-perancangan-kota-hamid-shirvani.html
LAMPIRAN FOTO