Carlos Wly

30
Judul “ kondisi karakteristik wilayah kelurahan nunbaun dela kota kupang terhadap konsep pembangunannya” laporan ini berisikan pemaparan tentang konsep pengembangan wilayah kelurahan nunbaun dela kecamatan kota lama, kota kupang dan penataan ruang secara umum di Indonesia, yang didasarkan atas pengayaan atas aspek teoritis dan aspek pengalaman empiris. Pada bagian selanjutnya dipaparkan kondisi wilayah kelurahan Air mata Pada bagian akhir konsep pembangunan kelurahan nunbaun dela kotakupang yang akan di rencanakan dalam upaya mewujudkan tujuan dan sasaran pengembangan wilayah, sekaligus mengatasi berbagai permasalahan aktual pembangunan. Kelurahan nunbaun dela Terletak pada 10°36’14”-10°39’58” LS dan 123°32’23”–123°37’01”BT dan 123°34'43"E .Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola lingkungan akan menentukan pola dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah. Pertambahan penduduk identik dengan peningkatan kebutuhan. Hal ini akan menyebabkan bertambah besarnya tekanan kepada sumber daya lahan dan perubahan penggunaan lahan. Perencanaan kota adalah profesi yang menawarkan berbagai peluang bagi orang – oang yang memiliki banyak bakat dan aspirasi yang berbeda. Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola lingkungan akan menentukan pola dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah. Pertambahan penduduk identik

description

ile

Transcript of Carlos Wly

Page 1: Carlos Wly

Judul

“ kondisi karakteristik wilayah kelurahan nunbaun dela kota kupang terhadap konsep

pembangunannya”

laporan ini berisikan pemaparan tentang konsep pengembangan wilayah kelurahan

nunbaun dela kecamatan kota lama, kota kupang dan penataan ruang secara umum di

Indonesia, yang didasarkan atas pengayaan atas aspek teoritis dan aspek pengalaman

empiris. Pada bagian selanjutnya dipaparkan kondisi wilayah kelurahan Air mata Pada

bagian akhir konsep pembangunan kelurahan nunbaun dela kotakupang yang akan di

rencanakan dalam upaya mewujudkan tujuan dan sasaran pengembangan

wilayah, sekaligus mengatasi berbagai permasalahan aktual pembangunan. Kelurahan

nunbaun dela Terletak pada 10°36’14”-10°39’58” LS dan 123°32’23”–

123°37’01”BT dan 123°34'43"E .Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola

lingkungan akan menentukan pola dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah.

Pertambahan penduduk identik dengan peningkatan kebutuhan. Hal ini akan

menyebabkan bertambah besarnya tekanan kepada sumber daya lahan dan perubahan

penggunaan lahan. Perencanaan kota adalah profesi yang menawarkan berbagai

peluang bagi orang – oang yang memiliki banyak bakat dan aspirasi yang berbeda.

Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola lingkungan akan menentukan pola

dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah. Pertambahan penduduk identik

dengan peningkatan kebutuhan. Hal ini akan menyebabkan bertambah besarnya

tekanan kepada sumberdaya lahan dan perubahan penggunaan lahan ini juga dijumpai

di kawasan lindung. Daerah berbukit dan terjal yang merupakan kawasan lindung

digunakan penduduk menjadi areal pertanian tanpa menggunakan masukan

agroteknologi yang sesuai Perencana kota merencanakan masa depan perkotaan, lebih

tepatnya memastikan bahwa kota telah tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang

dibutuhkanPembangunan daerah permukiman baru selain bertujuan untuk mempercep

at pertumbuhan suatu kawasan juga mengatasi permintaan dan jumlah penghuni

rumah tangga di perkotaan yang cenderung terus meningkat. Bertambahnya jumlah

permintaan dan penghuni rumah tangga menimbulkan berbagai persoalan sosial

dan ekonomi seperti: kemacetan lalu lintas, penyempitan ruang dan lapangan kerja

serta berkurangnya daya dukung sarana dan prasarana fasilitas Kota

Page 2: Carlos Wly

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola lingkungan akan menentukan pola

dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah. Pertambahan penduduk identik dengan

peningkatan kebutuhan. Hal ini akan menyebabkan bertambah besarnya tekanan kepada

sumberdaya lahan dan perubahan penggunaan lahan ini juga dijumpai di kawasan lindung.

Daerah berbukit dan terjal yang merupakan kawasan lindung digunakan penduduk menjadi

areal pertanian tanpa menggunakan masukan agroteknologi yang sesuai.

Kepedulian manusia terhadap lingkungan bukanlah persoalan yang sama sekali baru,

karena sejak asal mula manusia, keberadaanya sangat bergantung pada alam sehingga sikap

dan perilakunya ramah terhadapa alam. Sejarah kehidupan manusia berawal dari kehidupan

di gua – gua batu, kemudian mengembara dan tidak bermukim di suatu tempat secara tetap,

motivasinya adalah untuk keamanan dan mendapat sumber kehidupan terutama sandang dan

pangan.

Sampai sekarang komunitas itu masih ada, namun telah mengalami perubahan seperti

pada suku – suku di pedalamn papuan dan sumatera. Lukisan kehudupan seperti itu,

dimana saling ketergantungan terhadapa alam sangat dominan dan sistem pengelolaan

lingkungan dan sumberdaya alam untuk menunjang kehidupan yang sanat sesuai dengan

ekosistem. Sistem yang mungkin dianggap sebagai tradisi seperti di kenal sebagai kearifan

lokal atau lokal genius.

Kearifan lokal sarat akan nilai yang mengarahkan manusia untuk memperlakukan

lingkunga secara bijaksana dan bertanggung jawab dalam kehidupan yang inklusif dengan

alam. Pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam di masa mendatang demi lestarinya

llingkungan sangat relevan jika mengbambil model tradisionaln yang memilki kerifan lokal.

Tekanan yang diakibatkan oleh populasi yang terus bertambah, lingkungan menjadi

rusak, hancur, degradasi kualitas yang diakibatkan oleh pencemaran dan perusakan oleh

menusia. Di samping kerusakan oleh ulah manusia, kerusakan juga ditimbulkan oleh bencana

yang diakibatkan oleh alam itu sendiri.

Dengan berbagai persoalan diatas, lebih khusus pada laju pertumbuhan penduduk

yang dapat mempengaruhi penataan ruang dalam mengembangkan wilayah perkotaan

lingkungan yang terjadi di Kelurahan Nunbaun Dela kota kupang.

Page 3: Carlos Wly

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pembahasan masalah

lebih difokuskan pada:

kondisi karakteristik kawasan kelurahan air mata berdasarkan 8 elemen, yaitu :

1.1.1 Land Use ( Tata Guna Lahan)

1.1.2 Bentuk dan Masa Bangunan ( Building Form And Massing)

1.1.3 Sirkulasi dan Perparkiran

1.1.4 Ruang Terbuka ( Open Space)

1.1.5 Pedestrian

1.1.6 Perpapanan ( Signages)

1.1.7 Pendukung Kegiatan

1.1.8 Preservasi

Konsep pembangunan kelurahan Nunbaun Dela kota kupang

1.2 TUJUAN

Memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengembangan Wilayah Perkotaan dan Menjelaskan

keadaan fisik pemukiman kelurahan Nunbaun Dela kota kupang yang berhubungan dengan 8

elemen wilayah perkotaan.

1.3 MANFAAT

Manfaat yang diperoleh dari observasi ini yaitu:

1. Sebagai tahap belajar untuk mengembangkan pengetahuan

2. Mendapatkan gambaran yang jelas tentang dampak penurunan kualitas

lingkungan di pemukiman Nunbaun Dela

Page 4: Carlos Wly

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONDISI KARAKTERISTIK KAWASAN

Sebelum terbentuknya kelurahan Nunbahun Delha, tempat ini masih berupa hutan dan

batu karang. Sekitar tahun 1911 ada beberapa orang yang berasal dari rote Delha yakni

Nggeo Dola, Geni Nalle danLomba Delas datang bekerja di kupang (Kerja Rodi ) untuk

membayar pajak atau bea mereka kepada Pemerintah Hindia Belanda. Mereka datang dan

berlindung (membuat tenda) di tempat ini yakni di bawah pohon nunuk besar dekat gedung

gereja Baith El Nunhila, kelurahan Nunbahun Delha sekarang. Tempat tersebut juga menjadi

tempat tinggal tetap mereka. Disamping bekerja mencari uang, mereka juga berkebun. Tiap

tahun berkebun  berpindah – pindah di sekitar Nunbahun Delha. Dengan demikian hutan

Disekitar Nunbahun Delha menjadi semakin berkurang dan makin berdatangan orang- orang

dari rote Yaitu nunuk, bahasa Indonesianya Beringin, Baun artinya besar dan Delha adalah

nama tempat asal orang yang menghuninya dari Rote Delha. Jadi Nunbahun Delha adalah

tempat tinggal Orang Delha.

Sekitar tahun 1928 tempat ini Menjadi semakin ramai dan banyak penduduk. Lalu

terbentuklah suatu Kampung yang terdaftar Oleh pemerintah Swapraja yang dikepalai oleh

seorang kepala Kampung Yang di sebut TEMUKUNG. Temukung pertama kampung

Nunbahun Delha adalah Petrus Rissi dan status Wilayah Selama Indonesia masih di jajah

Oleh Belanda adalah KAMPUNG.

Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah Indonesia mengubah status kampung dan

temukung Menjadi DESA. Dan akhirnya pada tahun 1981 ditingkatkan statusnya menjadi

KELURAHAN.

Kelurahan Nunbaun Delha adalah salah satu kelurahan yang terletak di wilayah

Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Letaknya :

1.  Sebelah Utara berbatasan dengan Laut/Teluk Kupang

2. Sebelah Selatan berbatasan Dengan Kelurahan Manutapen

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Nunhila

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Nunbaun Sabu

Page 5: Carlos Wly

Kondisi karakteristik wilayah kelurahan air mata kota kupang ditinjau dari 8 elemen

fisik perancangan kota, menurut teori Hamid Shirvani

2.1.1 Land Use ( Tata Guna Lahan)

prinsip Land Use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan

yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga kawasan tersebut berfungsi

dengan seharusnya.

Land use atau tata guna lahan adalah pengaturan mengenai penggunaan lahan dimana

memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Terdiri dari lahan terbangun

(urban solid) dan lahan terbuka (urban void).

Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang terbentuk, tata

guna lahan perlu mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan umum dan pertimbangan

pejalan kaki (street level) yang akan menciptakan ruang yang manusiawi.

Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan masalah-masalah

yang terkait, bagaimana seharusnya daerah zona dikembangkan, Shirvany mengatakan

bahwa zoning ordinace merupakan suatu mekanisme pengendalian yang praktis dan

bermanfaat dalam urban design, penekanan utama terletak pada masalah tiga dimensi yaitu

hubungan keserasin antar bangunan dan kualitas lingkungan.

Jika kita melihat dilokasi penelitian bisa dilihat dari zona mitigasi tiap-tiap wilayah

kaitanya dalam menyiapkan daerah yang masuk dalam wilayah bencana alam siap

menghadapinya dan juga membentuk kualitas hidup lingkungan dan bersifat kawasan

yang manusiawi.

Tata guna lahan pada kecamatan kota lama, kelurahan air mata memiliki kondisi

lahan yang tidak begitu di fungsikan dengan baik, di mana disekitar area pemukiman

warga terdapat industri batako, industri pasir, perbengkelan.

Tata guna lahan (Land Use) terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

a) Kawasan terbangun, meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,

fasilitas peribadatan, fasilitas perumahan fasilitas perkantoran, fasilitas rekreasi

dan olah raga, fasilitas perdagangan dan jasa serta fasilitas umum.

Pada kelurahan air mata terdapat beberapa kawasan terbangun diantaranya :

Page 6: Carlos Wly

Fasilitas Pendidikan

Tingkat pengangguran penduduk menunjukkan kapabilitas penduduk

dalam mencari pekerjaan.salah satu faktor penyebab berkurangnya kapabilitas

penduduk dalam mencari kerja karena rendahnya tingkat pendidikan anggota

keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah

kapabilitas dalam memperolah pekerjaan atau semkin tinggi pendidikan

semakin kecil peluang anggota penduduk untuk menganggur.

b) Kawasan terbuka/tak terbangun,

RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah ruang dalam kota atau wilayah

yang lebih luas baik dalam bentuk areal memanjang/ jalur maupun dalam

bentuk lain, dimana dalam penggunaanya lebih bersifat terbuka yang pada

dasarnya tanpa bangunan dan pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau

tanaman atau tumbuhan.

Daerah konservasi adalah daerah yang mengandung arti perlindungan

sumberdaya alam dan tanah tebuka serta pelestarian daerah perkotaan.

Kawasan lindung diatur dalam keppres RI Nomor 32 tahun 1990.

Pada kelurahan Nunbaun Dela tidak terdapat ruang terbuka hijau karena

pembangunan yang tidak teratur dan jumlah penduduk yang tidak terkontrol

Sehingga terjadi kepadatan penduduk.

2.1.2 Bentuk Dan Masa Bangunan ( Building Form and Massing)

Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang meliputi

ketinggian, besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan, pemunduran (setback) dari

garis jalan, style bangunan, skala proporsi, bahan, tekstur dan warna agar menghasilkan

bangunan yang berhubungan secara harmonis dengan bangunan-bangunan lain

disekitarnya.

Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa

bangunan meliputi :

1) Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi dan dimensi

bangunan sekitar.

Page 7: Carlos Wly

2) Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas dan tipe-tipe

ruang.

3) Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang

yang dapat tersusun untuk membentuk urban space dan pola aktifitas dalam

skala besar dan kecil.

Bentuk dan tata massa bangunan pada awalnya menyangkut aspek-aspek bentuk fisik

oleh rona spesifik atas ketinggian, pengaturan muka bangunan (setback) dan penutupan

(coverage). Kemudian lebih luas menyangkut masalah penampilan dan konfigurasi

bangunan. Disamping ketinggian dan kepejalan. Penampilan (appearence) dipengaruhi

oleh warna, material, tekstur dan fasade, style, skala, dsb.

Spreiregen (1965) menyatakan isu-isu kritis yang berhubungan dengan bentuk

bangunan dan massa. Pertama adalah ‘skala’, yang berhubungan aspek visual manusia

(human vision), sirkulasi, bangunan pada lingkungan tempat tinggal dan ukuran

lingkungan tempat tinggal. Selanjutnya adalah ruang perkotaan sebagai sebuah elemen

utama dari rancang kota dan pentingnya penekanan pada bentuk, skala dan rasa

keterlingkupan (sense of enclosure) dan jenis-jenis dari ruang perkotaan.

Dan yang terakhir adalah urban mass atau massa perkotaan yang termasuk bangunan-

bangunan, permukaan tanah, dan segala objek yang disusun untuk membentuk ruang

perkotaan dan membentuk pola-pola kegiatan.

Peruntukan lahan juga berperan dalam pengaturan tata massa dan bentuk bangunan

seperti penerapan pada peruntukan campuran pusat kota yang diarahkan pada ketinggian

yang lebih dari peruntukan lainnya. Peruntukan lahan komersil atau retail pada lantai dasar

menjadi pertimbangan pengaturan pemunduran bangunan yang diletakan pada garis

kavling atau zero setback untuk mendekatkan dengan kegiatan alur pejalan kaki.

Peletakan tersebut dapat memberikan keuntungan pada kedua sisi, memudahkan

pengenalan produk retail dan memudahkan pencapaian transaksi dari fungsi retail pada

bangunan kepada pejalan kaki dan memberikan keberlangsungan pejalan kaki dalam

pergerakan dan mampu menarik perhatian pejalan kaki untuk berbelanja pada fungsi

tersebut.

Aspek visual disamping pengaturan pemunduran lantai bawah juga dicapai dengan

pengaturan pemunduran lantai atasnya dimana arah pencahayaan alami menjadi aspek

yang sangat penting dalam aspek visual tersebut Kesan harmonis dan tidak monoton

(diverse) dicapai dengan pengaturan muka bangunan (façade) dengan pewarnaan, tekstur,

Page 8: Carlos Wly

keseimbangan lebar muka bangunan terhadap lebar jalan, gaya (style), dan ketinggian.

Ketegasan tepi bangunan dan vista koridor jalan juga dapat dibentuk dengan pengaturan

massa bangunan, setback, ketinggian sehingga ruang jalan memberikan arahan dan

kenyaman pengguna jalan. Konfigurasi bangunan sangat mempengaruhi kualitas visual

dan berhubungan erat dengan elemen sirkulasi yaitu jalan dan elemen ruang terbuka.

Keterlingkupan (enclosure) dapat dibentuk dari konfigurasi bangunan tersebut.

Roger Trancik (1986) menekankan keterlingkupan berdasarkan bangunan arsitektural

sebagai ‘ruang keras’ atau hard space. Carmona, et al. (2000) memaparkan keterlingkupan

merupakan ruang positif , ruang luar memiliki bentuk yang pasti, tersendiri. Bentuknya

yang paling penting adalah keberadaan bangunan yang memilikinya. Keterlingkupan yang

di bentuk oleh tata bangunan memiliki skala yang dapat dirasakan secara visual oleh

manusia.

Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan

bangunan, yaitu : 

a) Ketinggian Bangunan 

Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang manusia, baik yang

berada dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan kaki (luar

bangunan). Ketinggian bangunan pada suatu kawasan membentuk sebuah garis

horizon (skyline). Ketinggian bangunan di tiap fungsi ruang perkotaan akan

berbeda, tergantung dari tata guna lahan. Bangunan yang berada di kelurahan

air mata memiliki ketinggian yang hampir sama tetapi karena keadaan

topografi yang sedikit curam sehingga ketinggiannya berbeda antara bangunan

yang satu dengan bangunan yang lain.

b) Kepejalan Bangunan 

Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam konteks kota.

Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh perbandingan tinggi : luas : lebar :

panjang, olahan massa (desain bentuk), dan variasi penggunaan material. 

c) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 

Koefisien Lantai Bangunan adalah jumlah luas lantai bangunan berbanding

luas tapak (jika KLB=200%, maka di tapak seluas 100m2, dapat dibangun

bangunan dengan luas lantai 200m2 - lantai banyak). Koefisien Lantai

Page 9: Carlos Wly

Bangunan dipengaruhi oleh daya dukung tanah, daya dukung lingkungan, nilai

harga tanah, dan faktor-faktor khusus tertentu sesuai dengan peraturan atau

kepercayaan daerah setempat. 

d) Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage) 

Adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas tapak keseluruhan.

Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan untuk menyediakan area terbuka

yang cukup di kawasan perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan

bangunan. Hal ini dimaksudkan agar daur lingkungan tidak terhambat

terhambat, terutama penyerapan air ke dalam tanah. 

e) Garis Sempadan Bangunan (GSB) 

Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bangunan terhadap as jalan. Garis

ini sangat penting dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan kota.

Selain itu juga berfungsi sebagai jarak keselamatan pengguna jalan,

terutama jika terjadi kecelakaan.

ada kelurahan air mata kota kupang bangunan hunian seperti rumah terletak

disamping jalan,sehingga jarak antara jalan dengan rumah sangat berdekatan,

dan jalan tersebut ukurannya sangat kecil dan tidak sesuai dengan peraturan

pembangunan jalan,akibatnya sering terjadi kecelaka

f) Skala 

Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau

bangunan dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang

dapat membangkitkan daya hidup dan kedinamisan. 

g) Material 

Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan.

Komposisi yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antar elemen visual. 

h) Tekstur 

Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat

dari jarak tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek

tekstur. 

Page 10: Carlos Wly

i) Warna 

Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna), dapat

memperluas kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan.

Menurut Spreegen (1965), prinsip dasar perancangan kota mensintesa

berbagai hal penting berkaitan bentuk dan massa bangunan, meliputi berbagai

hal sebagai berikut : 

Skala, dalam hubungannya dengan sudut pandang manusia, sirkulasi,

bangunan disekitarnya dan ukuran kawasan.

Ruang kota, yang merupakan elemen dasar dalam perencanaan kota

yang harus memperhatikan bentuk (urban form), skala, sense of

enclosure dan tipe urban space. 

Massa kota (urban mass), yang di dalamnya meliputi bangunan,

permukaan tanah, objek-objek yang membentuk ruang kota dan pola

aktivitas. 

2.1.3 sirkulasi dan perparkiran

Sirkulasi merupakan bagian terpenting dari elemen rancang kota. Ia dapat membentuk

mengarahkan dan mengontrol pola-pola kegiatan dan pola-pola pembangunan di dalam

kota, sebagaimana sistem transportasi dari jalan-jalan umum, jalur-jalur pejalan kaki dan

sistem transit menghubungkan dan mengutamakan pada pergerakan. Sirkulasi juga dapat

menjadi suatu prinsip yang menstrukturkan menegaskan dan memberikan karakteristik

pada bentuk-bentuk fisik perkotaan seperti pembedaan suatu daerah, kegiatan suatu

tempat, dsb

Dalam rancang kota jenis alur sirkulasi menekankan pada bentuk street yang

membedakan dengan bentuk road. Pengertian road adalah alur sirkulasi kendaraan

bermotor. Sedangkan pengertian street dalam Public Place-Urban Space (Carmona, 2003)

dan menurut Roger Trancik (1986) adalah suatu bentu alur sirkulasi yang memfasilitasi

pemisahan pergerakan kendaraan dan pejalan kaki . Dari fungsi yang ada tidak sekedar

sebagai alur pergerakan tetapi sebagai tempat kegiatan sosial maupun pemegang peranan

penting dalam aspek visual suatu kota. Dengan demikian, alur sirkulasi yang memegang

peranan penting dalam rancang kota adalah yang memiliki pengertian tersebut.

Jalan sebagai bentuk sirkulasi memegang peranan penting dalam suatu kota, pertama

orang mengenali suatu kota melalui jalannya, ketika orang ingin mencari suatu tempat di

suatu kota, jalan merupakan hal pertama yang di pelajarinya, seperti ditulis oleh Jane

Page 11: Carlos Wly

Jacob (1961): ‘Pikirkan suatu kota, dan apa yang terlintas di dalam pikiran? Itu adalah

jalan-jalannya. Apabila jalan suatu kota terlihat penting, maka kota tersebut menjadi

penting dan apabila ia terlihat gersang maka kota tersebut menjadi gersang.

Kebutuhan luas tempat parkir tak terlepas dengan peningkatan jumlah kendaraan

bermotor dan kondisi fasilitas angkutan umum kota. Keberadaan parkir itu sendiri saat ini

juga tak terlepas dari kegiatan komersial pusat kota dimana mobil sebagai simbol gaya

hidup kota terutama golongan menegah ke atas tak terlepas dari hubungannya dengan gaya

hidup konsumtif yang mengarah pada akses ke lokasi perbelanjaan yang memfasilitasinya.

2.1.4 Ruang Terbuka ( Open Space)

Menurut Shirvani (1985) ruang terbuka ditegaskan dalam arti semua landscape,

hardscape (jalan, jalur pejalan kaki, dan sebebagainya), taman maupun ruang-ruang

rekreasi di dalam ruang perkotaan. Kantong-kantong kosong sebagai lubang yang besar

dalam ruang perkotaan tidak dikategorikan dalam ruang terbuka. Disini ruang terbuka

yang dimaksud tidak hanya sebagai sekedar area kosong tetapi lebih ditekankan pada nilai

yang dimilikinya.

Ruang terbuka umum/publik menurut Rustam Hakim (1987) adalah bentuk dasar dari

ruang terbuka di luar bangunan, dapat digunakan oleh publik (setiap orang) dan

memberikan bermacam-macam kegiatan.

Fungsi ruang terbuka dapat dijabarkan sebagai berikut:

Fungsi umum:

Tempat bersantai.

Pada lokasi penelitian tidak terdapat tempat bersantai atau lahan untuk

berekreasi karena pemukiman yang sangat padat sehingga tidak

terdapat ruang terbuka hijau.

Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan

lingkungan.

Sebagai pembatas atau jarak diantara massa bangunan

Fungsi ekologis:

Penyegaran udara.

Penyerapan air hujan.

Pengendalian banjir.

Memelihara ekosistem tertentu.

Page 12: Carlos Wly

Pelembut arsitektur bangunan

2.1.5 Pedestrian

Sistem jalur pejalan kaki yang baik dapat mengurangi ketergantungan dengan

kendaraan bermotor, meningkatkan perjalan dalam pusat kota , mempertinggi aspek

lingkungan hidup dengan memperkenalkan sistem skala manusia, menciptakan kegiatan

perbelanjaan dan pada akhirnya membantu perbaikan kualitas udara.

Kegiatan perbelanjaan atau retail berperan sangat besat terhadap keberlangsungan

pejalan kaki. Menurut Amos Rapoport (1977) : dilihat dari kecepatan rendah pejalan kaki,

terdapat keuntungan karena dapat mengamati lingkungan sekitar dan mengamati obyek

secara detail serta mudah menyadari lingkungan sekitar. Dari kondisi pejalan kaki tersebut

keberadan fungsi retail sangat mendukung keberlangsungan pejalan kaki pada jalur

pergerakannya. Secara psikologis pengalihan arah visual dalam mengamati lingkungan

sekitar yang tidak monoton dan atraktif dapat menurunkan tingkat kebosanan dalam

melakukan pergerakan dengan jalan kaki.

Sarana dan prasarana yang kurang mendukung mengakibatkan tidak adanya fasilitas

untuk pejalan kaki ( trotoar ) pada kelurahan air mata kota kupang.

2.1.6 perpapanan ( signages)

Tata informasi menjadi elemen visual yang penting dalam ruang kota. Keberadaanya

mempengaruhi pengguna jalan baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan dengan

memberikan bentuk untuk dikenali menjadi tujuan utama dari tata informasi tersebut.

Bentuk-bentuk tata informasi dapat berupa papan reklame komersial, penunjuk jalan,

tanda-tanda lalulintas atau informasi umum bagi pengguna jalan setempat.

2.1.7 pendukung kegiatan

Pendukung kegiatan merupakan suatu elemen kota yang mendukung dua atau lebih

pusat kegiatan umum yang berada di kawasan pusat kota yang mempunyai konsentrasi

pelayanan yang cukup besar. Keberadaannya tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan utama

pada suatu lokasi yang dapat menghubungkan kegiatan utama tersebut.

Pendukung kegiatan tidak hanya bersifat horizontal pada ruang luar akan tetapi juga

berada pada kegiatan vertikal pada suatu ruang dalam atau bangunan seperti peruntukan

lahan campuran (mixed use).

Page 13: Carlos Wly

2.1.8 Preservasi

Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat

tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada dan

mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah.

Manfaat dari adanya preservasi antara lain: 

Peningkatan nilai lahan 

Peningkatan nilai lingkungan 

Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial 

Menjaga identitas kawasan perkotaan

Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi

2.2 KONSEP PENGEMBANGAN

Konsep pengembangan yang di upayakan agar harus dilakukan pada kelurahan Air

Mata Kota kupang dalam rangka mengembangkan kota kupang pada umumnya dan

kelurahan Air Mata pada khususnya maka perlu di lakukan kebijakan – kebijakan dalam

pengembangan kota, diantaranya :

a) Kebijakan umum

1) Pembangunan permukiman rakyat dalam rangka pembangunan sosial ekonomi

nasional diselenggarakan sesuai dengan strategi pengembangan wilayah

yangberimbang.

2) Perlu disusun dan dibina sistem yang terarah dan terpadu dalam bidang permukiman

dalam rangka peningkatan mutu kehidupan rakyat dan terwujud nya

lingkungan hidup yang sehat serta perkembangan kota dan desa yang

tertib,efisien dan serasi dengan pembangunan daerah.

3) Dalam rangka meningkatkan pembangunan permukiman rakyat berbagai sistem

pengadaan permukiman perlu dimantapkan dan disempurnakan, untuk itu harus

diadakan monitoring dan evaluasi yang intensif dan terus menerus dalam berbagai

kegiatan

Page 14: Carlos Wly

4) Perlu adanya peningkatan kerjasama dan koordinasi yang sesuai antara

berbagai pihak yang terlibat dalam upaya pembangunan permukiman baik pemerintah,

swasta maupun masyarakat sendiri.

5) Pengikutsertaan sektor usaha swasta dan masyarakat perorangan

ditingkatkan dengan membina dan mengarahkan badan- badan pembangunan

permukiman swasta. Mengembangkan organisasi yang tidak mencari keuntungan

koperasidan sebagainya dengan mengusuhakan fasilitas- fasilitas yang

diperlukan

6) Penanaman dan peningkatan pengertian serta kesadaran masyarakat akan

pentingnya permukiman dan lingkungan yang sehat dan disertai dengan usaha

penyempurnaan peningkatan prasarana pendukung lingkungan permukimannya.

b) Kebijakan khusus

1) Pembangunan permukiman rakyat didaerah perkotaan ditujukan pada berbagai

golongan pendapatan, namun mengutamakan golongan masyarakat berpendapatan

rendah dan tidak tetap dengan mengikut sertakan sebanyak mungkin sektor usaha

swasta dan masyarakat.

2) Pengembangan permukiman rakyat didaerah perkotaan dapat dilakukan ditempat

semula dan dapat pula di tempat yang baru.

3) Pembangunan di tempat semula untuk mengatasi masalah kepadatan

yangtinggi antara lain dengan menyempurnakan prasarana pendukung lingkungan.

Page 15: Carlos Wly

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang penting untuk dikemukakan berdasarkan uraian diatas

adalah

Dalam era otonomi daerah dewasa ini, maka penataan ruang memiliki

peran penting dalam menjawab berbagai isu dan tantangan nyata dalam

pembangunan, seperti konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas

wilayah, degradasi kualitas lingkungan, kesenjangan tingkat

perkembangan antar wilayah serta antar-kawasan (perkotaan dan

perdesaan, serta antar-kota dalam wilayah pulau), serta lemahnya

koordinasi dan pengendalian pembangunan

Penataan ruang merupakan instrumen legal untuk mewujudkan tujuan dan

sasaran pengembangan wilayah melalui pemanfaatan sumberdaya secara

efektif, efisien, dan terpadu, sekaligus mewujudkan ruang yang berkualitas

Dengan memanfaatkan berbagai teori dan konsep pengembangan wilayah

penataan ruang merupakan instrumen yang digunakan untuk memahami

interaksi antara 4 (empat) unsur utama pembentuk ruang (sumberdaya

alam, manusia, buatan, dan sistem aktivitas) secara komprehensif.

Penataan ruang merupakan instrumen untuk mengkaji keterkaitan antar

fenomena tersebut serta untuk merumuskan tujuan dan strategi

pengembangan wilayah terpadu sebagai landasan pengembangan kebijakan

pembangunan sektoral dan daerah, termasuk sebagai landasan

pengembangan sistem kota-kota yang efisien sesuai dengan fungsi-fungsi

yang telah ditetapkan.

Dalam perkembangannya, kini penataan ruang memiliki peran yang

strategis dalam konteks pembangunan nasional karena diarahkan sebagai

landasan untuk mempertahankan integritas wilayah Negara Kesatuan

Page 16: Carlos Wly

Republik Indonesia

Untuk mendukung peran-perannya tersebut secara efektif dan konsisten,

maka

penyelenggaraan penataan ruang akan berpijak pada 2 (dua) pokok : yakni

(1) PENGATURAN PENATAAN RUANG NASIONAL (2) penguatan

peran daerah dalam penataan ruang, khususnya melalui penguatan peran

Gubernur dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peningkatan kerjasama

antar-daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang serta penguatan

kelembagaan penataan ruang di daerah (TKPRD).

3.2 SARAN

Sedangkan saran-saran untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan ruang

nasional dan daerah, sekaligus untuk meletakkan landasan bagi pembangunan pada

masa mendatang adalah melalui:

Peningkatan kesadaran dan peranserta masyarakat dalam penataan ruang baik

secara pasif maupun secara aktif, yang ditempuh melalui sosialisasi informasi

pemanfaatan ruang secara kontinu dan sistematis

Penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten terhadap penyimpangan

pemanfaatan rencana tata ruang

Penyelenggaraan prinsip-prinsip good governance dalam bidang penataan

ruang,

seperti transparansi, akuntabilitas, efisiensi, keadilan, keberlanjutan

pembangunan,

dan pelayanan publik (misalnya mekanisme perizinan pemanfaatan ruang)

Penyiapan Norma, Standar, Prosedur dan Manual (NSPM) untuk per-cepatan

desentralisasi bidang penataan ruang ke daerah;

peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia serta pemantapan

Page 17: Carlos Wly

format

dan mekanisme kelembagaan penataan ruang,

pengintensifan sosialisasi produk-produk penataan ruang kepada masyarakat

melalui public campaign dan public services

penyiapan dukungan sistem informasi penataan ruang.

Peningkatan penyelenggaraan Bantuan Teknis bagi daerah-daerah dalam

penataan

ruang.

3.3 REKOMENDASI TERHADAP REGULASI

Menurut UU 4/1992 tentang Perumahan & permukiman, Pasal 27 ayat (2)

menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas

permukiman meliputi upaya melalui perbaikan atau pemugaran, peremajaan serta

pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan.

Peremajaan diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas melalui kegiatan

perombakan dengan perubahan yang mendasar dan penataan yang menyeluruh terhadap

kawasan hunian yang tidak layak huni.

Perubahan yang dilakukan terhadap pemukiman Airmata hanya berupa perubahan

sedang yang berupa peningkatan kualitas lingkungan yang terdiri dari :

a. Melakukan Redevolopment terhadap bangunan yang kondisi fisiknya sudah

tidak layak dihuni yaitu Penataan dan pembangunan rumah yang tidak layak

dihuni dengan pemanfaatan program perumahan swadaya masyarakat yang

diberikan pemerintah kelurahan setempat.

b. Peningkatan infrastruktur, dengan menitik beratkan pada perbaikan saluran

drainase. Dalam hal ini pelebaran saluran drainase yang mana pada saat musim

hujan sering mengalami luapan akibat tersumbatnya saluran drainase.

c. Melakukan perubahan sedang berupa renovasi pada rumah yang tidak layak

huni untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Page 18: Carlos Wly

d. Pembagunan pagar tembok pada bagian belakang sekolah,untuk mengantisipasi

siswa-siswi jatuh kedalam kali(sungai).

e. Pembuatan pagar rumah pada bagian rumah yang letaknya dekat as jalan untuk

menghindari kecelakaan lalulintas

f. Rumah yang berdempetan yang tepat berada di daerah belakang ( daerah utara)

di bongkar untuk di bangun rumah susun yang layak. Hal ini dilakukan karena

kondisinya sangat berdempetan. Dalam program ini keterlibatan pemerintah

dan masyarakat sangat dibutuhkan

Page 19: Carlos Wly

DAFTAR PUSTAKA

Akil, Sjarifuddin., Tinjauan Umum Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang,

Draft-3, Sumbangan Tulisan untuk Sejarah Tata Ruang Indonesia

1950 – 2000, Jakarta, 25 Maret 2003.

Dirjen Penataan Ruang – Depkimpraswil, Perencanaan Tata Ruang Wilayah dalam

Era Otonomi dan Desentralisasi,

Dirjen Penataan Ruang – Depkimpraswil, Kebijakan, Strategi dan Program Direktorat

Jenderal Penataan Ruang, Pertemuan dengan Para Widyaiswara

Depkimpraswil, Jakarta,19 Agustus 2003.

Effendi, J. 2013. Analisis Permukiman Perkotaan: karakteristik, perubahan

bentuk dan pola penanganannya. Pohon Cahaya. Yogyakarta.

Effendi, J. 2012. Pengembangan Wilayah Perkotaan. Pohon Cahaya. Yogyakarta.

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf

http://fariable.blogspot.com/2013/01/elemen-perancangan-kota-hamid-shirvani.html

Page 20: Carlos Wly

LAMPIRAN FOTO