Cara Praktis Pahami Standar Akreditasi Rs
-
Upload
yusuf-arrazi-dokter -
Category
Documents
-
view
19 -
download
2
description
Transcript of Cara Praktis Pahami Standar Akreditasi Rs
CARA PRAKTIS PAHAMI STANDAR AKREDITASI RS
Oleh: Eko Suseno, S.Kep., Ns.
Apa yang akan anda lakukan jika anda “terpaksa” masuk
tim akreditasi rumah sakit? Anda diminta bekerja ekstra,
jauh dari zona nyaman anda. Tentunya akan memangkas
banyak waktu luang anda dan tuntutan loyalitas yang
luar biasa. Mau nggak mau, siap atau tidak, anda harus
terlibat ketika anda bekerja di instansi rumah sakit.
Karena proses akreditasi hukumnya wajib bagi setiap
rumah sakit. Apakah anda akan mengatakan “maaf saya
nggak bisa dan nggak mampu,” atau “maaf IQ saya
nggak nyampe untuk mikir gituan.” Tentu akan lebih
membantu jika ada sebuah cara praktis pahami standar
akreditasi RS.
Satu hal yang mungkin perlu anda pertimbangkan baik-
baik. Ketika anda diminta terlibat akreditasi maka anda
sudah berada satu langkah untuk masa depan rumah
sakit. Bayangkan jika semua karyawan enggan terlibat
dalam proses akreditasi. Rumah sakit tidak terakreditasi,
kemudian kesulitan dalam proses perpanjangan ijin
operasional. Yang akibatnya gulung tikar dan anda
kehilangan sumber penghasilan. Semoga tidak terjadi,
ya.
Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi
dan perijinan rumah sakit. Dalam bab VI pasal 76 ayat 2
disebutkan bahwa Registrasi dan akreditasi merupakan
persyaratan untuk perpanjangan Izin Operasional dan
perubahan kelas. Ayat tersebut menunjukkan betapa
pentingnya akreditasi hingga dapat berpengaruh pada
perpanjangan ijin operasional suatu rumah sakit.
Lalu apa manfaatnya jika anda dan rekan kerja karyawan
berkomitmen baik menjalankan proses akreditasi? Yang
anda dan rumah sakit dapatkan adalah perbaikan system
pelayanan. Kenapa bisa demikian? Karena standar
akreditasi KARS versi 2012 atau JCI menitikberatkan pada
standar proses sehingga seluruh regulasi dituntut untuk
di implementasikan. Untuk itu diperlukan dokumen
regulasi yang dapat di implementasikan dan pelaksanaan
implementasi regulasi yang dikawal terus menerus.
Kenyataan yang ada di rumah sakit menunjukkan bahwa
dokumen regulasi sebenarnya sudah ada, namun belum
terlihat bentuk implementasinya. Meskipun tidak sedikit
pula pelayanan yang di jalankan di rumah sakit namun
belum memiliki regulasi sebagai acuan yang sah. Dengan
adanya proses akreditasi KARS versi 2012 ini perbaikan
system pelayanan dapat diperoleh dengan mengetahui
1
regulasi apa saja yang harus ada dan implementasi
seperti apa yang diharapkan.
Dari pengalaman sharing dengan beberapa rumah sakit
di Yogyakarta maupun dari luar Yogyakarta tentang
akreditasi, ada beberapa hal yang mungkin perlu
diklarifikasi. Sebagian besar menganggap bahwa di
standar akreditasi KARS versi 2012 yang terpenting
adalah IMPLEMENTASI sehingga terkesan menafikkan
regulasi. Pendapat ini sebenarnya tidak salah, namun
perlu disempurnakan bahwa REGULASI dan
IMPLEMENTASI memiliki posisi yang sama penting dalam
standar akreditasi KARS versi 2012. Karena setiap
implementasi harus berdasarkan regulasi, sebagaimana
yang pernah disampaikan oleh dr. Sutoto, M.Kes. bahwa
“penyiapan dokumen sebagai regulasi merupakan HAL
POKOK dalam akreditasi rumah sakit, karena merupakan
acuan dalam pelayanan rumah sakit.”
Namun yang jadi masalah adalah tidak semua SDM
rumah sakit –dalam hal ini terutama manajer, dapat
memahami standar akreditasi atau menyusun regulasi
dengan baik. Yang dimaksud baik disini adalah regulasi
yang sesuai dengan standar akreditasi sekaligus dapat
diimplementasikan. Bukan hanya baik namun tidak dapat
diimplementasikan, sehingga hanya menjadi macan
kertas atau semacam kembang penghias rak dokumen
rumah sakit belaka.
Ada banyak cara untuk memahami standar akreditasi
rumah sakit Antara lain adalah membaca dan memahami
buku standar akreditasi sebagai acuannya, mengikuti
sosialisasi atau bimbingan akreditasi dari KARS,
membentuk forum diskusi antar rumah sakit, dan study
banding ke rumah sakit yang sudah terakreditasi KARS
versi 2012.
Yang akan saya sampaikan dalam artikel ini adalah cara
praktis yang pernah kami pelajari bersama selama proses
menyiapkan dokumen akreditasi dan setelah mengikuti
proses akreditasi. Hingga rumah sakit kami dinobatkan
sebagai rumah sakit tipe D pertama di Indonesia yang
terakreditasi KARS versi 2012. Alhamdulillah sampai saat
ini komitmen kami masih kuat dan selalu dijaga untuk
melakukan proses perbaikan terus menerus
menyesuaikan layanan terhadap standar akreditasi KARS
versi 2012.
Kunci suksesnya adalah penuhi semua ELEMEN
PENILAIAN dalam STANDAR AKREDITASI, jika
menargetkan untuk lulus paripurna. Setiap rumah sakit
berhak menentukan target kelulusan, mengingat
perbedaan kemampuan dalam memenuhi setiap elemen
2
penilaian. Oleh karena itu diperlukan kemampuan dalam
memahami setiap standar, sehingga harapannya setiap
rumah sakit dapat mengidentifikasi di elemen mana saja
bisa lulus. Dari identifikasi inilah target kelulusan bisa
ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan
masing-masing rumah sakit. Hal ini akan dapat
meminimalkan upaya yang sia-sia ketika mencoba
memenuhi elemen penilaian yang sebenarnya memang
tidak mampu dipenuhi.
Lalu cara praktisnya bagaimana? Tentunya sangat
membosankan bagi manajer yang nggak suka baca tapi
disuruh mempelajari buku standar akreditasi yang 237
halaman itu. Tentunya juga akan sangat sulit merubah
kebiasaan orang-orang di pelayanan yang selama ini
bekerja dan sudah menjadi rutinitas sehari-hari ketika
ada regulasi baru.
Cara praktis ini hanya dapat berhasil dengan baik jika
telah terjalin komitmen kuat dalam diri karyawan untuk
terlibat dalam proses akreditasi. Jadi tugas pertama
adalah bangun komitmen terlebih dahulu. Siapkan tim
kerja, bekali motivasi, ilmu dan buku standar akreditasi.
Baru kemudian terapkan cara praktis pahami standar
akreditasi RS.
Cara praktis yang kami maksud adalah:
1. Identifikasi standar dan jumlah elemen penilaian di
setiap bab standar akreditasi.
2. Baca gambaran umum setiap bab dalam standar
akreditasi hingga mampu menyimpulkan ruang
lingkupnya.
3. Pahami maksud dan tujuan perstandar.
4. Pahami setiap elemen penilaian.
5. Identifikasi jenis regulasi dan bukti implementasi yang
dibutuhkan dalam setiap elemen penilaian.
Jika setiap manajer menguasai cara praktis diatas, maka
mereka bisa dikatakan berada pada jalur yang benar
dalam memahami standar akreditasi. Meskipun berkali-
kali mengikuti sosialisai dan bimbingan akreditasi, tapi
jika mereka tidak melakukan cara praktis ini sampai
kapanpun tidak akan paham standar akreditasi secara
utuh. Karena cara praktis ini merupakan kemampuan
dasar yang wajib dimiliki oleh seorang koseptor dokumen
akreditasi.
Jika anda masih ragu-ragu atau perlu bukti terkait
efektifitas cara praktis ini, anda bisa study banding ke
rumah sakit kami dan sharing tentang akreditasi. Sejak
rumah sakit kami tersertifikasi akreditasi KARS versi
2012 dan menjadi rumah sakit tipe D pertama di
Indonesia yang terakreditasi, sampai saat ini sudah ada
3
rumah sakit yang pernah study banding dan sharing
tentang akreditasi dengan rumah sakit kami. Baik yang
datang ke rumah sakit kami maupun yang
mendatangkan tim akreditasi rumah sakit kami untuk
sharing.
Semoga informasi ini bermanfaat dan menjadi motivasi
bersama untuk terus meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di Indonesia. Meski sebagian besar pasien di
rumah sakit adalah pasien dengan jaminan kesehatan,
bukan berarti kita sebagai pemberi pelayanan
mengabaikan mutu dan keselamatan pasien. Mari
bersama-sama wujudkan Indonesia sehat melalui upaya
perbaikan layanan kesehatan.
Salam Indonesia sehat!!
4