Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

20
KENALI, PAHAMI, HADAPI AUDIENSMU Created by : Ahmad Madu

Transcript of Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

Page 1: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

KENALI, PAHAMI, HADAPI AUDIENSMU

Created by :

Ahmad Madu

Page 2: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

Banyak sekali karakter orang yang akan Anda jumpai sebagai audiens. Apapun latar belakang mereka, Anda harus dapat bera-daptasi. Kegiatan public speaking Anda akan lebih mudah bila berha-dapan dengan audiens yang antu-sias dan menanggapi keberdaaan Anda dengan positif. Namun tern-yata, tidak selamanya seperti itu. Beberapa audiens kadang dapat membuat berkeringat dingin bah-kan sampai Anda mati rasa (gak

kan tampil didepan lagi maksudnya hehe..). Nah, supaya emosi kemara-han Anda tidak terpancing karena ulah audiens, mari kita bahas lebih lanjut mengenai tipe audiens dan cara menghadapinya. Untuk memu-lai penjelasan mengenai tipe audi-ens, saya akan mengajak Anda un-tuk menyimak cerita berikut ini.

1

Page 3: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

BUTUH ORANG YANG MEN-GERTISeorang atlit juara renang di berba-gai cabang olahraga renang untuk para penyandang cacat (Paralym-pic) mengadakan konferensi pers. Hal itu dilakukan karena selama ke-juaraan dunia tersebut, si atlit luar biasa ini berkali-kali memecahkan rekor dunia. Para wartawan pun mengerubunginya dan berbagai pertanyaan diajukan kepadanya. Pada waktu interview tersebut, ada sebuah kisah yang luar biasa diceri-takan olehnya.

Sejak kecil rupanya si atlit ini dibe-sarkan di rumah yatim piatu. Seba-gai anak yang cacat, setiap hari ia hanya berdia agar ada orang tua yang bersedia mengangkatnya menjadi anak.

Setiap minggu malam, semua anak-anak yatim piatu ini akan ber-dandan rapi karena aka nada ban-yak pasangan suami istri yang da-tang untuk melihat-melihat anak-anak seperti melihat barang dagan-gan. Kalau merasa cocok, maka anak itupun akan mereka adopsi menjadi anak. Sementara anak yang tidak dipilih, hanya menunduk dan mencoba menghibur diri mereka sendir i berharap di minggu berikutnya merekalah yang akan diadopsi. “Begitulah kisah yang saya alami setiap hari selama belasan tahun di panti asuhan”, kata si atlit tersebut. “Namun waktu terus berlalu. Sementara satu demi satu teman-teman main-nya diadopsi oleh orang tua angkat mereka, tidak ada satupun yang mau mengadopsi saya lantaran kaki saya yang lumpuh dan cacat”. “Sampai-sampai, aku merasa su-dah sangat putus asa hingga suatu hari suatu kejadian luar biasa men-gubah hidupku”, kata si atlit itu den-gan mata yang berkaca-kaca.

“Saya tidak pernah lupa hari itu. Minggu malam yang cerah, namun tidak secerah hatiku karena sudah kubekukan agar tidak merasakan apapun, termasuk perasaan sedih,

2

Page 4: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

jika aku tidak diadopsi oleh pasan-gan yang datang”.

“Hari itu, ada sepasang suami istri. Mereka melihat ke arahku dan mengajakku berbicara. Aku menyu-kai mereka dan ngobrol dengan mereka. Tetapi, sedikitpun tidak punya harapan karena aku tahu mereka seringkali mengamati diam-diam, kakiku yang cacat ini. Obrolanku dengan pasangan itu-pun selesai dan ke-mudian aku lihat mereka masuk ke ruang pimpinan panti. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi inilah yang kemudian diceri-takan kepadaku…”

Rupanya, diluar perkiraan si anak tersebut, sepasang suami istri ter-sebut bicara dengan pimpinan panti asuhan bahwa mereka ter-tarik untuk mengadopsi anak cacat tersebut. Si pimpinan panti asuhan dengan mata terkejut berkata, “Ibu dan Bapak, mohon maaf. Saya harap Anda ngerti siapa yang ka-lian pilih. Yang kalian akan adopsi adalah anak yang jelas-jelas cacat dan akan butuh bantuan Anda seu-mur hidup. Anak seperti ini, jelas ti-

dak seperti anak-anak normal lain-nya. Merek abutuh perawatan ek-stra. Kalian paham?”Itulah yang diu-capkan pimpinan panti karena su-dah tak terhitung lagi pasangan yang mencoba mengadopsi anak yang cacat, tapi belakangan dikem-balikan karena ternyata mereka tak sanggup merawatnya.

“Saya mengerti Pak! Justru anak ini membutuhkan orang yang me-

mahaminya, yakni orang yang seperti saya”. Dan tanpa ragu-ragu, si laki-lak i dar i pasangan suami istri itu kemudian mengangkat celana pan-jang yang menutup kaki-

nya sejak tadi dan tampaklah se-buah kaki palsu!

Sekali lagi, dengan mantap si laki-laki itu berkata, “Anak ini justru membutuhkan orang seperti saya yang mengerti betul keadannya”

Dan, sejak itulah si anak cacat ini pun diadopsi, dibesarkan dan dila-tih oleh keluarga ini. Bahkan, diluar dugaan dengan segala kasih say-ang serta keyakinan yang diberikan kepada anak ini, akhirnya anak ini bisa berlatih dalam cabang olah-

3

Page 5: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

raga yang bisa mengharumkan bangsanya yakni melalui renang.

“Dan hari ini” kata si atlit cacat ter-sebut, “adalah setahun ayah saya dipanggil oleh Tuhan”. “Hari ini se-mua medali saya persembahkan untuknya. Untuk seorang yang te-lah mengubah hidupku, dari sam-pah menjadi berkah!”

Semua wartawan, semua mata yang hadir di situ ikut berkaca-kaca mendengar kisahnya yang luar bi-asa ini.

INSPIRATION FROM THE STORYKalimat kunci yang ingin saya uta-rakan disini adalah “Anak ini, justru membutuhkan orang seperti saya yang mengerti betul kedaannya”. Tentunya kalimat ini akan menjadi sangat dahsyat jika kita masukkan ke dalam konteks public speaking. Hal yang luar biasa adalah tatkala seorang pembicara bisa mengerti karakter audiens yang hadir.Banyak para pembicara yang tidak melakukan analisa siapa saja audi-ens yang hadir. Kalau pun ada pal-ing hanya menanyakan berapa jum-lah audiens yang hadir kepada pani-tia. Tidak sampai mengetahui benar-benar apa yang dibutuhkan oleh audiens. Memang ada panitia

atau penanggung jawab acara yang memberikan profil audiens tanpa kita minta. Tapi percayalah bahwa itu jarang! Dari sinilah awal mula hal yang mengerikan terjadi bagi pembicara, yaitu pembicara sulit mengajak audiens nya untuk memperhatikan dirinya. Sedangkan waktu yang diberikan panitia san-gat terbatas. Bisa-bisa Anda sibuk menjalin kedekatan dengan audi-ens pada saat itu agar mereka mau untuk mendengarkan anda.

Pembicara harus mengerti kebutu-han audiens nya agar bisa sukses dalam menyampaikan isi materi-nya. Seperti yang dilakukan sepas-ang suami istri yang datang ke panti asuhan dan akhirnya menga-dopsi anak cacat karena mereka

mengerti keadaanya.

Fondasi utama yang akan menjadi penentu dari kesuksesan Anda adalah memahami audiens. Urutan ke dua dari kumpulan inti-sari strategi Sun tzu mengatakan “kenalilah musuhmu, kenalilah

4

Page 6: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

dirimu sendiri. Maka kau bisa ber-juang dalam 100 pertempuran tanpa resiko kalah”. Sebagai se-orang pembicara, musuh disini dii-baratkan adalah audiens. Maka para pembicara harus memahami betul siapa saja yang akan menjadi audiens saat akan menyampaikan materi.

PEMAHAMAN AUDIENSBerkaitan dengan audiens, Suzy Siddons pernah menyampaikan pernyataan menarik. Ia berkata, “Semakin banyak Anda mengetahui tentang audiens, materi yang disampaikan menjadi lebih menarik dan relevan. Sebab, ketidaktahuan terhadap audiens berarti sama saja Anda melakukan percobaan bunuh diri!

Saya sepakat dengan pendapat ter-sebut. Sebab, tidak mungkin Anda dapat menyampaikan materi se-cara tepat jika tidak mengenal audi-ens dengan baik. Mengenal audi-e n s a k a n m e m b a n t u A n d a menyiapkan materi yang efektif se-suai kebutuhan mereka. Selain itu, Anda juga dapat menentukan me-dia dan pendekatan yang paling se-suai dengan karakteristik audiens.

Hal-hal yang harus dianalisa dari Audiens adalah..

Aspek DemografisTujuan dari analisa aspek demo-grafis adalah untuk mengetahui siapa yang Anda ajak bicara. Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda analisa dari aspek de-mografis.Contohnya:Apa latar belakang pekerjaan mereka?Apa latar belakang pendidikan mereka?Apa posisi mereka dalam organ-isasi?Apa latar belakang agama, ras, suku dan budaya mereka?

Aspek PsikologisTujuan dari analisa aspek psikolo-gis adalah untuk mengetahui apa

5

Page 7: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

yang dipahami dan yakini oleh audi-ens sebelum mendengarkan Anda. Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda analisa dari aspek psik-ologis.Contohnya :Apa masalah mereka?Apa yang ingin mereka dengar?Sejauh mana tingkat pengetahuan mereka terhadap topik yang akan disampaikan?Mengapa mereka perlu menden-garkan topik yang akan disampai-kan?

Aspek KontekstualTujuan dari analisis kontekstual adalah untuk mengetahui bagai-mana situasi yang Anda hadapi. Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda analisa dari aspek kon-tekstual.Contohnya :Apakah mereka hadir sukarela atau karena kewajiban ?Dimana kegiatan dilakukan?Bagaimana kondisi ruangan dan peralatan yang akan digunakan?Berapa lama waktu yang diberi-kan?

Itulah tiga aspek penting yang ha-rus Anda ketahui dari audiens. Den-gan demikian Anda akan tahu ba-gaimana menentukan pendekatan

yang paling sesuai dengan karak-teristik dan kebutuhan audiens.

Cara Melakukan Analisis

Sekarang Anda sudah tahu aspek-aspek penting yang harus Anda analisa. Selanjutnya Anda bisa me-mulai menganalisa. Namun ini bu-tuh proses dan butuh strategi yang tepat supaya semua berjalan se-suai dengan harapan.

Terkait dengan analisa ini, ada em-pat strategi yang bisa Anda kem-bangkan.

Pertama, melakukan analisis pribadi

Langkah ini adalah titik awal untuk analisis audiens Anda. Anda harus dapat memperkirakan sendiri ten-tang audiens Anda. Di sini Anda dapat memulainya dengan ber-tanya mengapa Anda diminta un-

6

Page 8: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

tuk membawakan topik tersebut. Karena biasanya orang-orang yang hadir adalah orang-orang yang ada keterkaitan dengan kegiatan terse-but. Jika dalam analisa ini muncul kesenjangan, artinya ada beberapa hal yang belum Anda ketahui. Ini da-pat menjadi target sisa kegiatan analisa audiens Anda. Jadi kegi-atan analisa Anda akan jauh lebih efektif dan efisien.

Kedua, wawancara dengan pani-tia penyelenggara

Wawancara dengan panitia penye-lenggara dapat Anda lakukan apa-bila Anda menjadi pembicara yang diundang untuk berbicara dalam sebuah kegiatan. Misalnya kegi-atan seminar, pelatihan, kuliah umum atau yang lain. Untuk melak-sanakan wawancara Anda bisa membuat janji untuk bertemu den-gan panitia, jika mungkin. Atau bisa juga menghubungi mereka melalui telepon atau melalui chat di sosial media.

Ketiga, wawancara dengan audi-ens

Jika Anda memiliki akses untuk ber-komunikasi dengan beberapa audi-ens, Anda dapat memanfaatkan ini

untuk menggali informasi tentang diri mereka . Tidak harus semua audiens, cukup 2 atau tiga orang dari audiens Anda. Meskipun ini ti-dak dapat memberikan keterangan tentang semua audiens yang akan hadir. Namun ini tetap akan ber-guna untuk mempersiapkan diri Anda saat menjadi pembicara.

Jika wawancara ini tidak mungkin untuk Anda lakukan jauh hari sebe-lum waktu diminta untuk berbicara di depan umum , Anda bisa me-manfaatkan waktu menjelang atau ketika kegiatan penyampaian ma-teri dari Anda akan dilakukan. Da-lam hal ini Anda memang tidak da-pat membuat perubahan besar un-tuk konten Anda. tetapi Anda dapat menggunakan beberapa kata kunci atau frase untuk beradaptasi den-gan audiens Anda.

Supaya dapat memanfaatkan den-gan baik, sebaiknya Anda datang lebih awal, sehingga Anda punya waktu untuk menyapa audiens serta berinteraksi dengan mereka. Berbincang-bincang den-gan sebagian dari mereka meru-pakan awal yang baik saat anda akan menjadi seorang pembicara.

7

Page 9: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

Keempat, lakukan pengamatan selama Anda Tampil

Strategi ini dapat Anda lakukan se-lama proses Anda menyampaikan materi. Ini memang tidak akan merubah apapun dari penampilan Anda, namun ini akan membantu Anda untuk menjadi pembicara pada sesi berikutnya.

Sebagai contoh, dalam setiap kelas training yang saya bawakan, saya selalu mencatat pertanyaan-pertanyaan spesifik dari audiens. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu saya mengetahui bagian mana dari materi yang perlu saya tambah, saya kurangi dan saya tekankan. Kemudian dari pengetahuan ini saya dapat men-ingkatkan kualitas saya untuk train-ing selanjutnya. Anda pun bisa me-lakukan saat menjadi pembicara, meskipun audiens Anda akan ber-beda, namun jika topik yang Anda sampaikan masih sama cara ini akan memberikan sesuatu yang berharga untuk kualitas penampi-lan Anda selanjutnya.

Demikianlah empat strategi yang dapat Anda lakukan untuk menga-nalisa audiens. Namun, saya ingin mengingatkan bahwa setiap situasi

pada saat Anda menyampaikan pe-san melalui pidato, atau memberi-kan pelatihan memiliki kebutuhan yang berbeda.

Jika Anda diminta untuk berbicara di depan umum secara dadakan baik pidato atau presentasi (dada-kan adalah kegalauan yang paling sering saya dengar di kelas train-ing) misalnya, analisa audiens hanya bisa Anda lakukan dengan mengamati sesaat sebelum anda menyampaikan materi . Jadi Anda tidak perlu terlalu sibuk melakukan analisa audiens secara mendalam. Anda hanya perlu tahu kecenderun-gan umum dari audiens sehingga dengan cepat Anda mengetahui apa yang ingin mereka dengarkan.

Untuk kondisi di ke-las saat mengajar seperti pelatihan in-ternal misalnya atau presentasi rutin da-lam departemen Anda, analisa audi-ens dapat Anda laku-kan 15-30 menit di

awal persiapan.

Jadi Anda hanya perlu menganal-isa apa yang ingin mereka dengar saat itu terkait dengan topik yang

8

Page 10: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

Anda sampaikan. Untuk sebuah acara penting, di mana Anda bertu-gas sebagai pembicara yang diun-dang, analisa audiens dapat me-makan waktu beberapa hari dan memerlukan bantuan dari orang lain. Sehingga kebutuhan dan hara-pan dari audiens bisa dipenuhi dan percayalah Anda akan mendapat-kan tanggapan yang luar biasa dari audiens dan pihak yang mengun-dang anda. Dan sudah dipastikan, anda akan di undang kembali seba-gai pembicara.

Menganalisa audiens merupakan hal yang sangat penting yang ha-rus Anda lakukan sebagai standar persiapan anda sebelum berbicara di depan umum.

Saya punya cer-ita dari salah s a t u p e s e r t a training, sebut sa ja namanya Mawar (Bukan nama dari setiap kasus korban ke-j a h a t a n ya..hehehe). Ma-war adalah seorang mahasiswi yang sering melakukan sosialisasi akan pentingnya penerapan ke-luarga berencana d i jaman

sekarang. Panas, hujan bukan men-jadi penghalang Mawar untuk men-datangi tiap-tiap SMA dan kampus (diiringi lagu sedih amat kayanya… hehe). Dia pun sudah melakukan analisa audiens agar materi yang dia sampaikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan audiens dengan melakukan wawancara kepada guru disana.

Mawar pun yakin bahwa penampi-lan dia dimanapun pasti sukses karena sudah tahu kebutuhan audi-ens. Dan ternyata.. eng ing eng.. Pada saat mawar menyampaikan materi tiba-tiba mawar melihat audiens nya ada yang terus menerus berceloteh, ada juga yang menatap tajam, ada juga yang tanpa ekspresi, ada yang tidur se-lama mendengarkan materi dan terakhir ada yang selalu menyang-kal setiap mawar menyampaikan materi.

Dari kejadian yang mengerikan tadi, akhirnya mawar mendapat-kan pengalaman yang luar biasa, bahwa ternyata menganalisa audi-ens sebelum tampil saja tidak cu-kup untuk memberikan dampak luar biasa bagi kesuksesannya. Dia butuh mengenali dan memahami juga audiens yang berada di dalam

9

Page 11: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

ruangan tersebut dan bagaimana cara menghadapinya.

Nah dari cerita mawar yang bera-khir dengan kegelisahan, mari kita bahas tipe-tipe audiens yang mung-kin Anda temui selama Anda men-yampaikan materi.

Tipe-Tipe Audiens bagi Pem-bicara

PembelajarTipe ini adalah sosok audiens yang diharapkan oleh pembicara selu-ruh dunia. Karena tipe ini sangat memperhatikan topik materi Anda. Mereka sangat antusias dengan materi yang Anda sampaikan. Dan mereka akan membantu Anda jika ada audiens lain yang mulai menyudutkan Anda sebagai pembi-cara.

Jika ruangan Anda di penuhi den-gan si pembelajar, Anda akan merasa menjadi orang penting.

Mereka selalu menantikan perka-taan yang akan keluar dari mulut Anda. Jangan khawatir dengan kon-tak mata, jika kontak mata Anda terbatas, ini di karenakan keban-yakan dari tipe pembelajar sedang sibuk mencatat apa yang Anda sampaikan.

Bagaimana menangani tipe pembe-lajar? Bawalah para tipe yang lain menjadi si pembelajar dengan memberikan gambaran mengenai siapa Anda dan apa yang akan mereka peroleh dari Anda. Pasti-kan mereka tetap mempercayai Anda dengan terus menunjukan pe-mahaman Anda terhadap topik yang di bahas. Si pembelajar akan menjauhi Anda saat mereka merasa Anda tidak kompoten den-gan topik tersebut.

PelancongPelancong menyukai berinteraksi secara sosial. Mereka cerewet dan

10

Page 12: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

seringkali mananyakan pertanyaan atau memberikan komentar hanya untuk menghibur audiens dari pada mendukung si pembicara. Pe-lancong menyukai diskusi dan tugas-tugas yang butuh interaksi dan sering menjadi pemimpin dida-lam kelompok. Jika ditangani den-gan baik, pelancong akan menjadi fokus apalagi jika mereka melihat para peserta yang lain juga serius.Pelancong mudah dimotivasi hanya dengan memberikan mereka se-dikit perhatian. Jika ruangan Anda di penuhi dengan si pelancong, ru-angan Anda akan ”hidup” , disini Anda akan temui banyak humor, dan bahasan yang keluar dari topik. Ini bisa menjadi situasi yang akan membuat para peserta fun atau terganggu, tergantung bagai-mana Anda menangani si pelan-cong.

Bagaimana menangani tipe pelan-cong? Pertama, gunakan kemam-puan bersosialisasi mereka untuk latihan yang butuh diskusi dan in-teraksi dalam grup, akan tetapi pastikan bahwa pelancong tetap berada pada jalur Anda dengan menanyakan pertanyaan yang jelas serta tidak menanggapi pern-yataan yang tidak ada hubungan-nya dengan topik Anda. Kedua, hin-

dari untuk terlalu serius dengan mereka atau menjadi arogan. Ter-tawalah jika mereka mengutarakan sebuah guyonan, bawa para pe-serta lain untuk menikmati hal itu dan segera bawa fokus mereka kembali kepada topik Anda.

TerorisTeroris biasanya memulai dengan sebuah sikap permusuhan dan sinis terhadap Anda atau topik Anda. Mereka akan selalu mena-ruh perhatian dan mendengarkan apa yang Anda sampaikan, kemu-dian mencari kesempatan yang te-pat untuk memberikan kritik /seke-dar menunjukan keahlian mereka di ruangan itu. Si teroris mendapat-kan perhatian yang lebih dari para audiens yang lain dan dapat meng-gunakannya dengan baik untuk diskusi dimana analisa yang kritis menjadi hal yang penting. Audiens

11

Page 13: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

tipe ini wajib Anda waspadai dalam sesi tanya jawab.

Apabila ruangan Anda di penuhi dengan teror is , Anda akan merasakan sebuah suasana yang penuh persaingan dan agresif. Setiap pribadi ingin menjadi peme-nang dan mau menunjukan bahwa mereka lebih pintar di bandingkan dengan orang lain. Persiapan yang mantap dan rasa percaya diri san-gat penting dalam menghadapi orang-orang tipe ini. Karena jika ti-dak, peluru si teroris bisa mem-berikan tembakan kepada Anda un-tuk memicu emosi kemarahan Anda datang saat anda menyam-paikan materi. Dan jika itu terjadi, sudah dipastikan anda akan seperti kurcaci di depan audiens.

Bagaimana menangani tipe ter-oris? Pertama, tunjukan keahlian Anda, karena Anda berdiri sebagai pembicara diruangan tersebut, ten-tunya dengan suatu alasan ter-tentu. Kedua, Harus percaya diri, teroris hanya menjadi masalah bagi Anda jika Anda tidak percaya diri. Ingatlah, mereka sebetulnya hanya menginginkan jawaban dari pertanyaan yang mereka tanyakan dan pengakuan terhadap dirinya. Ketiga, salah satu cara terbaik un-

tuk menghindari tembakan si ter-oris yang mengarah kepada Anda adalah melalui diskusi, sehingga jawaban yang ada bukan hanya dari sudut pandang Anda saja tetapi Audiens juga.

Si MantanAudiens seperti ini biasanya cuek bebek dan tidak peduli, bahkan ka-dang menunjukkan sikap bermusu-han. Baginya seakan-akan Anda ti-dak ada dan materi Anda hanya menyusahkan saja. Mungkin dia hadir dalam kegiatan Anda karena terpaksa, misalnya karena diperin-tahkan atasan. Tidak peduli berapa sering Anda berbicara kepada tipe si mantan, mereka tidak memberi-kan respon.

Mereka secara pribadi sebetulnya ingin berhubungan dekat dengan Anda, tetapi dalam pikiran mereka

12

Page 14: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

pembicara terlihat sebagai sosok yang lebih penting dibandingkan dengan mereka. Sehingga muncul perasaan takut.Para tipe audiens mantan biasanya d i temukan pada peker jaan -pekerjaan yang membutuhkan ke-mampuan teknik yang spesifik di-mana kontak dengan orang lain ti-dak sering dilakukan.

Jika ruangan Anda di penuhi den-gan tipe mantan, Anda akan mem-peroleh kesulitan untuk mempero-leh respon dari mereka dan teknik fasilitasi dan diskusi sangat sulit di-lakukan.

Bagaimana menangani tipe man-tan? Pertama, jangan mengabai-kan tipe si mantan. Seperti yang se-lalu di sampaikan oleh para pembi-cara handal, bahwa penting untuk memastikan bahwa semua audi-ens memperoleh perhatian dari Anda. Lakukan ini dengan cara tersenyum pada mereka, hampiri mereka, buatlah kontak mata. Cip-takan suasana yang hangat dan ak-rab. Kedua, berikan sentuhan moti-vasi kepadanya sambil menatap mata mereka. Ini merupakan se-buah kode agar mereka mau ber-partisipasi dalam kegiatan anda. Ketiga, lakukan kegiatan diskusi

kelompok sehingga tipe ini mau ber-sosialisasi dan berdamai dengan Anda sebagai pembicara.

Si pikiran negatifMereka memiliki karakteristik den-gan bahasa tubuh yang negatif, misalkan saja mengkerutkan ken-ing, tatapan mata yang tidak fokus atau melipat tangan. Hati-hati da-lam menilai bahasa tubuh sese-orang, karena mengkerutkan ken-ing bagi sebagian orang bisa ber-arti ia sementara sedang berpikir keras. Mereka memberikan tanda bahwa hal yang Anda bahas tidak mungkin untuk dilakukan, mereka menyimpulkan bahwa terlalu rumit, membosankan, tidak realistis atau tidak relevan. Mungkin saja sudah pernah mendengarkan hal yang Anda bahas walaupun hanya se-dikit akan tetapi meraka menyim-pulkan bahwa tidak menyukai pem-bahasan Anda.

13

Page 15: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

Bahayanya tipe audiens yang lain bisa saja berubah menjadi tipe piki-ran negatif, jika mereka menden-garkan seorang pembicara yang tidak menarik, mereka juga akan mudah merasa bosan dan lelah. Dan menganggap ini hanya buang-buang waktu saja. Apabila ruangan Anda di penuhi dengan si pikiran negatif, Anda akan merasakan en-ergi negatif, bahasa tubuh yang loyo dan tidak ada respon dari apa yang Anda katakan. Mata mereka terlihat sayu dan cenderung pesi-mis, hm…lama-lama berubah jadi zombie kali ya.

Cara menangani Si pikiran negatif, Mulailah dengan menjelaskan bahwa metode yang Anda gunakan berbeda, jika ruangan Anda dipe-nuhi oleh si pikiran negatif peroleh-lah energi positif dengan membuat mereka bergerak atau berdiskusi asalkan Anda harus menjelaskan mengapa penting bagi mereka un-tuk melakukannya. Misalkan, kita akan membahas sebuah topik yang menarik hari ini, namun pertama-tama alangkah baiknya kita saling mengenal. Dan ini akan dilakukan dengan sebuah permainan.

Dengan Anda menunjukan extra an-tusias terhadap topik yang Anda

bawakan, itu merupakan cahaya terang untuk meminimalkan si pemikir negatif berada dalam ruan-gan Anda. Jika energi positif Anda turun, maka para audiens akan mu-l a i m e r a s a j e n u h , p e s i m i s menghampiri kembali dan saat meninggalkan ruangan wajah mereka kembali dengan wajah yang frustrasi, karena berangga-pan bahwa kegiatan ini tidak akan membuat perubahan.

Si MasterMereka adalah orang dengan ke-percayaan diri yang tinggi tetapi mereka kurang memperoleh perha-tian dari lingkungannya. Mereka seringkali mencoba untuk menam-bahkan pengetahuan atau pemba-hasan dengan mengajarkan ke-pada audiens lain mengenai penga-laman dia. Dan ini terkadang disen-gaja untuk memperoleh perhatian lebih dari para audiens yang lain. Mereka seringkali menjadi yang

14

Page 16: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

pertama menjawab pertanyaan dari pembicara dengan penjelasan yang sangat panjang melebihi yang semestinya. Dimata para audiens lain, ada yang merasa sikapnya menjengkelkan, ambisius dan mengganggu. Ingin jadi pusat perhatian lah atau ingin menjadi yang paling aktif. Namun tak jarang ada juga audiens lainnya yang berterima kasih atas kehadi-ran “Si master ” itu. Menurutnya, mereka tidak harus aktif menjawab pertanyaan dari pembicara. Con-toh waktu kuliah deh… beberapa ada yang senang jika ada orang yang bisa jadi penyelamat saat kita tidak bisa jawab pertanyaan dari dosen.

Apabila ruangan Anda di penuhi dengan si master, biasanya hanya akan ada sepasang “master” dida-lam ruangan Anda, sebab jika ter-dapat lebih maka materi Anda pun akan di luar kontrol, dimana orang-orang akan berlomba-lomba untuk menceritakan kisah dan pengala-man mereka dengan tujuan untuk menarik perhatian.

Mereka akan menimbulkan ge-sekan dengan audiens yang lain yang datang untuk mendengarkan Anda menyampaikan materi . Hm..tentunya semua terletak di pundak Anda untuk mengurangi gangguan yang terjadi.

Cara menangani tipe master ada-lah dengan membangun kesepaka-tan diawal dengan menggunakan teknik “Frame”. Pembingkaian dila-kukan agar Anda bisa menjalin komitmen dengan para audiens. Seperti aturan selama Anda tampil, silahkan Anda sampaikan di awal agar audiens memahami ja-lan “permainan” yang Anda tawar-kan.

Anda bisa mengkondisikan para audiens dengan mengatakan “mari kita mulai kegiatan ini dengan ber-pikir terbuka, dimana kita akan bersama-sama berbagi informasi mengenai topik yang saya akan sampaikan. Bagi yang sudah tahu dan pernah belajar, ijinkan kegiatan ini sebagai ajang untuk mengingat kembali atas pengetahuan yang su-dah di dapat. Bagi yang belum, mari bersama-sama kita belajar melalui diskusi dan bertukar penga-

15

Page 17: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

laman. Sehingga setelah kegiatan ini selesai, kita semua mendapat-kan manfaat”.

Sahabat, inti dari pembahasan ini adalah, sebagai pembicara harus lebih peka terhadap kondisi audi-ens nya. Dengan menganalisa audi-ens sebelum Anda tampil menyam-paikan materi dan memahami tipe-tipe audiens selama Anda menyam-paikan materi, akan mempermu-dah Anda terhubung dengan mereka. Bagi saya, fondasi utama jika Anda ingin menjadi pembicara handal, Anda harus bisa masuk ke-dunia audiens dan mengajak audi-ens untuk masuk kedunia Anda. Anda harus bisa berbaur dengan audiens tetapi jangan sampai ter-bawa arus karena Anda harus mempunyai ketegasan untuk men-gajak audiens fokus kembali ke-pada topik yang Anda sampaikan. Seperti kata-kata “Kembali ke Lap..Top!” milik Tukul Arwana.

Empat jurus Melibatkan Audiens

Harus diakui bahwa audiens ada-lah partner selama Anda berbicara di depan umum. Namun, melibat-kan audiens bukanlah perkara mu-dah. Terlebih, jika materi Anda memiliki durasi cukup lama dan membosankan. Untuk mengatasi kegaluan hal itu, Anda harus benar-benar melibatkan audiens secara aktif dalam kegiatan Anda.

Berikut ini beberapa jurus jitu yang dapat menjadi rekomendasi bagi Anda yang sampai saat ini sulit mengajak audiens untuk terlibat.

Pertama, EnergizerSuasana dalam kegiatan public speaking tidak selalu penuh den-g a n s e m a n g a t . T e r k a d a n g suasana menjadi dingin mencekam karena tidak ada respon dari audi-ens. So, mari pecahkah kebekuan dengan jurus energizer. Teknik ini sebernarnya bisa di lakukan tidak hanya di awal saja. Jika di pertenga-han Anda melihat wajah audiens berubah seperti zombie, segeralah gunakan jurus ini. Contoh, Anda meminta kepada audiens untuk “memukul meja pelan-pelan kemu-dian mulai keras, sambil berkata “ A y o s e m a n g a t … j a n g a n ngantuk..jangan ngantuk!” kemu-

16

Page 18: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

dian Anda mengajak audiens untuk memperhatikan Anda kembali.

Kedua, Ajak Audiens Dalam Se-buah DiskusiDengan mengadakan diskusi, ber-arti Anda memberikan kesem-patan kepada audiens untuk ber-pikir kristis dan semakin aktif. Den-gan diskusi juga, masing-masing audiens memiliki kesempatan yang sama untuk mengutarakan penda-patnya. Hal ini jelas menjadikan suasa public speaking Anda lebih menyenangkan. Untuk memulai diskusi sangatlah mudah. Anda dapat membagi audi-ens menjadi beberapa kelompok dan memberikan topik masalah un-tuk di pecahkan bersama. Anda se-bagai pembicara wajib mengham-piri semua kelompok agar tidak adanya debat kusir yang akhirnya dapat membuat suasana menjadi mengerikan kembali.

Ketiga, HumorDalam setiap kegiatan public speak-ing, humor selalu memberikan suasana hangat tersendiri bagi audiens. Dan menurut survey, ban-yak audiens dalam kegiatan public speaking yang mengharapkan pem-bicaranya bisa mengeluarkan hu-mor yang segar. Ya, sebenarnya humor yang tepat, bisa saja mem-berikan efek “wow” pada audiens. Namun perlu hati-hati untuk “porsi” humornya. Jangan sampai Anda terjebak dalam humor yang justru menjadi boomerang.

Nah.. jika Anda ingin menyisipkan humor untuk mengajak audiens tetap connect kepada Anda, be-berapa petunjuk berikut ini harus Anda perhatikan. Pertama, jangan pernah menggunakan humor yang menyinggung SARA. Kedua, Jan-gan berlebihan. Tujuan Anda ada-lah untuk memecahkan kebuntuan hubungan dengan audiens bukan untuk jadi pelawak. Ketiga, Anda ha-rus sadar akan keterbatasan yang Anda miliki. Jika secara alami tidak lucu, Anda tidak perlu mencoba me-maksakan diri untuk melucu. Aki-batnya bisa jadi Anda terlihat aneh di mata audiens. Keempat, Anda harus memilih humor yang sesuai dengan topik yang sedang Anda

17

Page 19: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

sampaikan. Jika tidak bisa, sebai-knya Anda mampu mengemas hu-mor diluar topik materi sebagai pe-narik perhatian untuk mencairkan ketegangan.

Keempat, Metode GamifikasiGamifikasi adalah penerapan tek-nik dan strategi dari sebuah per-mainan ke dalam konteks non per-mainan untuk menyelesaikan suatu masalah. Metode ini bekerja den-gan cara membuat materi menjadi lebih menarik dengan mendorong audiens untuk ikut terlibat dalam kegiatan Anda. Tujuannya yaitu un-tuk meningkatkan partisipasi, moti-vasi, dan prestasi audiens.

Meski awalnya banyak digunakan untuk marketing, gamifikasi kini banyak diterapkan dalam dunia pendidikan. Metode pembelajaran gamifikasi berarti menerapkan prin-sip kerja sebuah permainan ke da-lam proses pembelajaran, dengan tujuan untuk menumbuhkan moti-

vasi belajar dan mengubah perilaku siswa. Bagi anda seorang pembi-cara atau guru, teknik ini sangat co-cok untuk membuat audiens men-jadi aktif. Bisa juga jika anda seba-gai leader, teknik ini biasa digu-nakan untuk mencari solusi terha-dap suatu masalah atau hanya se-kedar memberikan ide. Gamifikasi kental dengan kompetisi. Selalu dis-ediakan tantangan yang harus dile-wati oleh para pesertanya. Namun pada saat sudah dilewati, mereka layak untuk mendapatkan apresiasi dari Anda.

Contoh pada saat memberikan pe-latihan di salah satu perusahaan otomotif, saya membagikan bin-tang sebagai poin karena peserta sudah berani bertanya dan menja-wab pertanyaan dari saya sebagai trainer. Di akhir sesi, poin tersebut di hitung, barang siapa yang paling banyak akan mendapatkan hadiah, tentunya yang mendidik ya.

18

1 2

Page 20: Kenali, pahami dan hadapi audiensmu

Demikian penjelasan mengenai tipe audiens dan cara bagaimana ter-hubung dengan mereka. Saat Anda melibatkan audiens, sudah dipastikan kegi-atan public speaking Anda akan menyenangkan, berkesan serta membuat mereka betah mendengarkan Anda. Teruslah berlatih untuk mengenali pola dari karakter audiens Anda. Semakin Anda menambah jam terbang, semakin mudah juga Anda akan terhubung dengan audiens dari spesies apapun.

19

Created by :

Ahmad Madu