CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR...

11
Hlm. 1 dari 11 hlm. CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR WANPRESTASI DALAM SENGKETA EKONOMI SYARIAH oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H.(Hakim PTA Mataram) A. Pendahuluan: Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang kemudian perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka Pengadilan Agama berwenang mengadili sengketa ekonomi syariah yang meliputi kegiatan ekonomi umat Islam atau masyarakat yang menundukan diri pada ekonomi syariah bersengketa dengan perbankan syariah atau Lembaga Keuangan syariah. Telah banyak Pengadilan Agama yang telah menerima mengadili memutus serta menyelesaikan sengketa ekonomi syariah antara lain Pengadilan Agama Purbalingga (wilayah PTA Semarang), Pengadilan Agama Situbondo(wilayah PTA Jawa Timur), Pengadilan Agama Bengkulu dan Pengadilan Agama Manna (wilayah PTA Bengkulu) serta Pengadilan Agama Muara Enim (wilayah PTA Palembang dan masih banyak Pengadilan Agama yang lain yang telah menerima, memutus serta menyelesaikan perkara sengketa ekonomi syariah, dan ternyata para Hakim Pengadilan Agama mampu memutus dan menyelesaikan dengan baik. Kemampuan para Hakim Pengadilan Agama dapat menepis anggapan bahwa penempatan sengketa ekonomi syariah menjadi wewenang mengadili Pengadilan Agama akan memperlambat pertumbuhan bisnis syariah, karena ada kesan bahwa Pengadilan Agama hanya pengadilan bagi masyarakat yang beragama Islam (asas personalitas), sedangkan banyak masyarakat non muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah. Sebagai bukti bahwa Perbankan syariah hingga bulan Oktober 2014 pertumbuhannya sangat pesat dan tercatat 12 Bank Umum syariah, 22 Unit Usaha Syariah dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan jaringan kanto sebanyak 2.950 buah (menurut Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Edy Setiadi tanggal 7 Januari 2015).

Transcript of CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR...

Page 1: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 1 dari 11 hlm.

CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR WANPRESTASI

DALAM SENGKETA EKONOMI SYARIAH oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H.(Hakim PTA Mataram)

A. Pendahuluan:

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang kemudian

perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka

Pengadilan Agama berwenang mengadili sengketa ekonomi syariah yang meliputi

kegiatan ekonomi umat Islam atau masyarakat yang menundukan diri pada

ekonomi syariah bersengketa dengan perbankan syariah atau Lembaga

Keuangan syariah.

Telah banyak Pengadilan Agama yang telah menerima mengadili memutus

serta menyelesaikan sengketa ekonomi syariah antara lain Pengadilan Agama

Purbalingga (wilayah PTA Semarang), Pengadilan Agama Situbondo(wilayah PTA

Jawa Timur), Pengadilan Agama Bengkulu dan Pengadilan Agama Manna

(wilayah PTA Bengkulu) serta Pengadilan Agama Muara Enim (wilayah PTA

Palembang dan masih banyak Pengadilan Agama yang lain yang telah menerima,

memutus serta menyelesaikan perkara sengketa ekonomi syariah, dan ternyata

para Hakim Pengadilan Agama mampu memutus dan menyelesaikan dengan

baik.

Kemampuan para Hakim Pengadilan Agama dapat menepis anggapan

bahwa penempatan sengketa ekonomi syariah menjadi wewenang mengadili

Pengadilan Agama akan memperlambat pertumbuhan bisnis syariah, karena ada

kesan bahwa Pengadilan Agama hanya pengadilan bagi masyarakat yang

beragama Islam (asas personalitas), sedangkan banyak masyarakat non muslim

yang menggunakan jasa perbankan syariah.

Sebagai bukti bahwa Perbankan syariah hingga bulan Oktober 2014

pertumbuhannya sangat pesat dan tercatat 12 Bank Umum syariah, 22 Unit

Usaha Syariah dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan jaringan kanto

sebanyak 2.950 buah (menurut Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Edy

Setiadi tanggal 7 Januari 2015).

Page 2: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 2 dari 11 hlm.

Tentang kewenangan Pengadilan Agama untuk menyelesaikan sengketa

ekonomi syariah telah jelas dan tegas tercantum dalam Pasal 55 Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, dan ditegaskan lagi dengan

putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012, tanggal 29 Agustus 2013

Tentang Pembatalan Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 Tentang PerbankanSyariah yang amarnya menyatakan bahwa

Penjelasan Pasal 55 ayat (2) tersebut tidak mengikat, intinya apabila kedua belah

pihak tidak tercapai kesepakatan untuk damai atau penyelesaian non litigasi,

maka kedua belah pihak harus kembali menyelesaikan secara litigasi di

Pengadilan Agama bukan di Pengadilan Umum.

Judul tulisan ini berkenaan dengan “Cara penyelesaian perkara Debitor

wanprestasi dalam sengketa ekonomi syariah”, maksud tulisan ini sekedar

menambah kajian bagi para Hakim Agama yang tengah menyelesaikan sengketa

ekonomi syariah dibatasi pembahasannya tentang Debitor wanprestasi,

sedangkan Pihak piutang/Kreditor menuntut Debitor harus memenuhi

kewajibannya membayar utang sesuai yang telah disepakati dalam perjanjian.

Dalam utang piutang sudah sering dilakukan dalam kehidupan masyarakat

kita terutama dalam bidang usaha atau membeli suatu barang dengan cara

kredit/mengansur, untuk mendapatkan dana melalui kredit dengan mengadakan

perjanjian utang piutang yang secara umum diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata dan secara khusus diatur dalam undang-undang perbankan serta

dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Masyarakat sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan dalam bidang

ekonomi khususnya, untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga sangat

memerlukan dana untuk modal usaha, sedangkan Pemerintah sebagai penggerak

pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata berkewajiban mengarahkan serta

menciptakan suasana usaha yang memberikan kemudahan bagi masyarakat

melalui perkreditan.

Sebagian masyarakat ingin berusaha atau membeli sebuah rumah/mobil

tetapi tidak cukup memiliki uang tunai/modal, sehingga untuk mendapatkan modal

harus melalui pinjam/kredit pada Bank, tentu dalam perjanjian kredit pada Bank

harus ada jaminan hal ini guna menghindari resiko pada Bank ketika Debitor

wanprestasi.

Page 3: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 3 dari 11 hlm.

Disatu sisi pihak Bank/Kreditor telah memberikan kemudahan pada Debitor

untuk meminjam uang dengan jaminan, tetapi sering terjadi Debitor

menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh Kreditor, bahkan Debitor

melarikan diri sebelum melunasi hutangnya, namun disisi lain ada sebagian

petugas dari Bank yang sengaja mencari nasabah supaya mengajukan

kredit/pembiayaan guna memenuhi target yang telah ditentukan dari pihak Bank

sehingga Debitor yang didapat bukan yang berprilaku baik, padahal untuk

memberikan pinjaman kepada calon Debitor pihak Bank harus menilai tentang

kelayakan seorang nasabah untuk mendapatkan pinjaman.

Bagaimana jika Debitor wanprestasi?, hal inilah yang akan menjadi

pembahasan dalam tulisan ini.

B. Pembahasan :

Dalam pembahasan judul tulisan ini penulis akan membahas cara

penyelesaian perkara Debitor wanprestasi yang tidak memenuhi

prestasi/janjinya sesuai kesepakatan yang telah diperjanjikan oleh Debitor dan

Kreditor. Adapun kata kunci yang akan dibahas ini adalah : debitur, kreditur,

akad, agunan, margin dan wanprestasi. Untuk mendapatkan gambaran apa

yang akan dibahas ini, maka perlu terlebih dahulu diketahui arti kata kunci

tersebut.

Debitor/nasabah penerima fasilitas yang memperoleh fasilitas dana atau

yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.(Pasal 1 angka

19 UU No.21 Tahun 2008).

Kreditor ialah Bank atau lembaga keuangan yang menyediakan dana untuk

kepentingan Debitor diikat dengan perjanjian tertentu.

Akad adalah kesepakatan dalam suatu pejanjian antara dua pihak atau lebih

untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu (Pasal

20 Perma No.2 Tahun 2008 Tentang KHES).

Agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun

benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan kepada Bank

syariah guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima

fasilitas/Debitor (Pasal 1 angka 26 UU No.21 Tahun 2008).

Margin adalah keuntungan yang didapat atas usaha Debitor kemudian

dibagikan kepada Kreditor sesuai perjanjian yang telah ditentukan.

Page 4: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 4 dari 11 hlm.

Wanprestasi adalah tidak terpenuhinya kewajiban Debitor terhadap

seseorang yang lain yaitu kreditur, namun wanprestasi itu tidak dengan

sendirinya ada melainkan harus dinyatakan dahulu bahwa Debitor lalai..

Pernyataan lalai itu diikuti dengan somasi, yaitu pemberitahuan atau

pernyataan dari Kreditor kepada Debitor yang berisi ketentuan bahwa

Kreditor menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam jangka

waktu seperti yang ditentukan dalam waktu pemberitahuan itu

(Subekti,1984:147).

Cara penyelesaian perkara Debitor wanprestasi menurut penulis setidaknya

ada 3 (tiga) cara yaitu :

1. Penyelesaian melalui gugatan ke Pengadilan Agama;

a. Kreditor mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama untuk dinyatakan

bahwa Debitor wanprestasi;

b. Debitor mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama dengan alasan bahwa

proses pelelangan tidak sesuai dengan peraturan harus dibatalkan;

2. Penyelesaian melalui permohonan bantuan eksekusi ke Pengadilan

Agama;

3. Penyelesaian eksekusi lelang melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

dan Lelang (KPKNL).

Ad.1. Penyelesaian melalui gugatan ke Pengadilan Agama;

a. Kreditor sebagai Penggugat :

Pihak kreditor/Bank sebagai penyedia/pemberi fasilitas dana pembiayaan

terhadap Debitor mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama apabila

Debitor wanprestasi atau tidak memenuhi isi perjanjian yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak baik sebagian atau keseluruhan,

umpamanya Debitor tidak membayar ansuran kreditnya terhadap Kreditor.

Kapan Debitor dinyatakan wanprestasi?.

Debitor dapat dinyatakan wanprestasi apabila sudah ada teguran/somasi

dari Kreditor, bahwa Debitor telah lalai membayar kewajibannya dan

supaya segera memenuhi kewajibannya. Jadi kendatipun Debitor telah

nyata-nyata menunggak atau tidak membayar ansurannya, selama belum

ada teguran/somasi dari Kreditor maka belum dapat dikatakan bahwa

Debitor wanprestasi.

Page 5: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 5 dari 11 hlm.

Berapa kali Kreditor menyampaikan teguran/somasi kepada Debitor?,

Penyampaian teguran kepada Debitor sebaikya dilaksanakan 3 kali dengan

harapan memberi waktu dan kesempatan kepada Debitor untuk berusaha

memenuhi kewajibannya tersebut.

Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan

patut, resmi artinya teguran disampaikan langsung oleh petugas pihak

Kreditor/kuasanya kepada Debitor, sedangkan patut artinya teguran itu

disampaikan di tempat Debitor berdomisili.

Bagaimana bentuk atau contoh gugatan ke Pengadilan Agama ?.

Contoh gugatan wanprestasi:

1) Dasar gugatan, adalah menguraikan tentang adanya

kesepakatan/perjanjian Kreditor memberikan pinjaman/kredit kepada

Debitor sejumlah uang dalam jangka waktu berapa lama, dengan

margin/keuntungan berapa jumlahnya, dengan menyebutkan akad

Nomor, tanggal, untuk jenis usaha apa, dengan jaminan surat

pernyataan pelepasan hak atas tanah Nomor, tanggal, atas nama siapa,

sebidang tanah berapa luas dan terletak di mana dengan menyebutkan

batas-batas tanah tersebut.

2) Bahwa dari konsekwensi lahirnya akad/perjanjian antara Kreditor dan

Debitor tersebut, maka Debitor/Tergugat diwajibkan mengansur kredit

setiap bulan dan dibayarnya pada setiap tanggal………..sampai dengan

tanggal………………dengan perincian sebagai berikut :

Ansuran pokok dan margin/keuntungan Rp…………………………..;

3) Keterlambatan …….…% setiap tahun…………Rp……………….dari

jumlah ansuran yang tertunggak (sesuai akad Grosse Akta /Pengakuan

utang) ;

4) Bahwa terhitung tanggal……………sampai dengan tanggal

..………… Debitor /Tergugat tidak melaksanakan membayar ansuran

kredit;

5) Bahwa Kreditor/ Penggugat telah menegur/ mengingatkan Debitor/

Tergugat, pertama tanggal …………. kedua tanggal………… ketiga

tanggal……….

Yang intinya : Tunggakan ansuran pokok…… .Rp………….…………….;

Margin/keuntungan……………. Rp………………………..;

Page 6: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 6 dari 11 hlm.

Jumlah…………………………… Rp……………………..…;

6) Bahwa Penggugat/Kreditur kawatir tanah jaminan kredit tersebut akan

dipindahtangankan kepada orang lain maka mohon Ketua Pengadilan

Agama berkenan meletakan sita atas sebidang tanah luas……….M2

yang terletak di…………………. dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara dengan …………..……………………………………..;

Sebelah Selatan dengan…………………..………………………… ;

Sebelah Barat dengan ………………………….….………………….. ;

Sebelah Timur dengan…………………………………….……………;

6). Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas Kreditor/Penggugat mohon

kepada Majelis Hakim menjatuhan putusan sebagai berikut :

a). Mengabulkan gugatan Penggugat;

b). Menyatakan sita sah dan berharga ;

c). Menyatakan Tergugat/Debitor wanprestasi;

d).Menghukum Tergugat/Debitor membayar ansuran pokok dan

margin/keuntungan………………..…………………..Rp………………;

Sisa pokok pinjaman…….…………………………….Rp……………….;

Jumlah ………………………………………………… Rp……………….;

e). Menghukum Tergugat/Debitor membayar biaya perkara;

f). Dapat ditambah petitum lainnya sesuai kebutuhan;

Bagaimana bentuk putusan hakim tentang perkara wanprestasi?

Putusan perkara wanprestasi tidak berbeda dengan putusan perkara lainnya

dengan sistimatika sebagai berikut :

a) Kepala putusan;

Meliputi Judul Putusan, Nomor Putusan, Kalimat Basmallah dan Kalimat

Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;

b) Identitas para pihak dan kedudukannya;

c) Duduk Perkara;

Meliputi dasar/alasan gugatan, Jawaban, Replik, duplik, pembuktian dan

kesimpulan;

d) Pertimbangan Hukum;

Page 7: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 7 dari 11 hlm.

Pertimbangan hakim tentang kewenangan Pengadilan Agama

Mengadili perkara ekonomi syariah dengan mengetengahkan dasar

hukum peraturan perundang-undangan;

Pertimbangan hakim tentang upaya damai melalui mediasi;

Pertimbangan dasar adanya perikatan/perjanjian atau akad

pembiayaan;

Pertimbangan perlunya meletakan sita;

Pertimbangan alat bukti dari kedua belah pihak;

Pertimbangan tentang adanya surat teguran/ somasi/ pemeberitahuan

bahwa Tergugat/debitur telah menunggak membayar ansuran;

Pertimbangan tentang adanya surat pernyataan pelepasan hak atas

tanah;

Pertimbangan Grosse Akta/Surat pengakuan utang;

Pertimbangan tentang perbuatan wanprestasi;

Pertimbangan tentang jumlah kewajiban Tergugat/debitur harus

membayar ansuran dan jumlah pokok utang;

Pertimbangan dasar-dasar hukum yang dijadikan menetapkan hukum;

Pertimbangan-pertimbangan lain yang dianggap perlu;

Pertimbangan tentang biaya perkara;

d). Amar putusan:

Apakah gugatan dikabulkan/ditolak/tidak diterima;

Apabila gugatan dikabulkan maka sita dinyatakan sah dan berharga,

jika ditolak maka memerintahkan sita supaya diangkat;

Apabila terbukti Tergugat /Debitor wanprestasi harus dinyatakan

dengan tegas bahwa Debitor wanprestasi, jika tidak terbukti juga harus

dinyatakan bahwa gugatan Penggugat ditolak, jika gugatan Penggugat

tidak berdasar hukum, maka gugatan Penggugat tidak diterima;

Menghukum Tergugat/Debitor membayar sejumlah uang sebagai

pelunasan utang;

Membuat amar sesuai yang diperlukan;

Menghukum Tergugat/Debitor membayar biaya perkara;

b. Debitor sebagai Penggugat :

Debitor/Kuasanya dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama:

Page 8: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 8 dari 11 hlm.

Apabila pihak kreditor melalui KPKNL dalam melaksanakan proses

pelelangan terhadap agunan/hak tanggungan berupa harta benda yang

diagunkan oleh Bank/kreditor ternyata tidak sesuai prosedur sebagaimana

ketentuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.

Bagaimana proses penyelesaian perkara di Pengadilan Agama atas

gugatan tersebut?.

Debitor/kuasanya mengajukan gugatan dengan alasan bahwa pelaksanaan

lelang atas benda hak tanggungan atau benda yang menjadi jaminan atas

utang terhadap kreditor tidak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku antara lain :

Debitor belum dinyatakan wanprestasi, karena debitor belum pernah

ada teguran/somasi dari Kreditor;

Dalam pelaksanaan lelang Debitor tidak pernah diberitahukan tentang

akan adanya lelang atau tidak diberi kesempatan sebagai peserta

lelang;

Debitor dapat meminta Pengadilan Agama supaya Lelang yang

dilaksanakan KPKNL tersebut dibatalkan.

Bagaimana tahapan persidangan di Pengadilan Agama?.

Tahapan persidangan di Pengadilan Agama sebagaimana perkara- perkara

lainnya yakni diawali dengan proses perdamaian melalui mediasi dengan

mediator ( Pasal 130 HIR/154 R.Bg.Jo.Perma Nomor 1 Tahun 2008).

Kemudian jika terjadi kesepakatan perdamaian akan terdapat dua

kemungkinan yakni Debitor sebagai Penggugat akan mencabut gugatanya

atau Majelis Hakim akan menjatuhkan putusan yang isinya memerintahkan

kepada kedua belah pihak untuk mentaati isi perdamaian.

Jika perdamaian tidak tercapai, maka proses pemeriksaan dilanjutkan dan

apabila gugatan terbukti bahwa pelelangan tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang belaku maka gugatan Penggugat dikabulkan

dengan membatalkan pelaksanaan lelang yang telah dilaksanakan oleh

KPKNL, dan jika gugatan tidak terbukti, maka gugatan ditolak. Dan dengan

demikian pelaksanaan lelang oleh KPKNL dinyakan sah.

Page 9: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 9 dari 11 hlm.

Ad.2 Penyelesaian melalui permohonan bantuan eksekusi ke Pengadilan

Agama:

Apabila Debitor telah nyata-nyata melakukan wanprestasi, antara lain

pihak Kreditor/Bank telah 3 kali menyampaikan teguran dan Debitor tetap

tidak memenuhi kewajibannya, maka Kreditor/Bank dapat mengajukan

permohonan bantuan eksekusi agunan berupa hak tanggungan ke

Pengadilan Agama, tanpa proses persidangan, karena pada dasarnya

agunan sebagai hak tanggungan telah didaftarkan di PPAT dan didaftarkan

di Kantor Pertanahan dengan sertipikat hak tanggungan dengan irah-irah

Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sertipikat tersebut

sebagai pengganti Grosse Akta sebagaimana Pasal 14 ayat (1), ayat (2)

dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan

Tanah, dan juga berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang tersebut di atas

sebagai berikut :

(1) “Apabila Debitur wanprestasi maka berdasarkan :

a. Hak Pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak

Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 UU. No.4 Tahun

1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda

Yang Berkaitan Dengan Tanah;

b. Titel eksekutorial dalam sertipikat Hak Tanggungan, objek Hak

Tanggungan dijual melalui pelelangan umum untuk pelunasan

piutang pemegang Hak Tanggungan”.

Ad.3 Kreditur dapat langsung memohon bantuan ke KPKNL untuk

melaksanakan eksekusi lelang atas Agunan/hak tanggungan:

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan Dengan

Tanah adalah menjamin Hak Kreditor dari etikat buruk Debitor untuk

memenuhi prestasinya dengan membayar utang dan bunganya,

keuntungannya dengan memberi hak Kreditor untuk mengeksekusi menjual

lelang benda jaminan tanpa melalui pengadilan, hal ini sebagai trobosan

penghematan waktu dan biaya apabila harus melalui proses pengadilan;

Page 10: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 10 dari 11 hlm.

Adapun prosesnya sebagaimana diatur dalam Pasal 20 Undang-Undang

No.4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-

Benda yang Berkaitan Dengan Tanah sebagai berikut :

(1) Apabila Debitor cidera janji, maka berdasarkan :

a. Hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak

Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau

b. Title eksekutorial yang terdapat dalam sertipikat Hak Tanggungan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), objek Hak

Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan

piutang pemegang Hak Tanggungan dengan Hak mendahulukan

daripada Kreditor-Kreditor lainnya;

(2) Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan

objek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika

dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang

menguntungkan semua pihak;

(3) Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud ayat (2) hanya dapat

dilaksanakan setelah lewat waktu 1(satu) bulan sejak diberitahukan

secara tertulis oleh pemberi dan/atau pemegang Hak Tanggungan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya

dalam 2(dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan

dan/atau media massa setempat serta tidak ada pihak yang

menyatakan keberatan.

(4) Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi Hak Tanggungan dengan

cara yang bertentangan dengan ketentuan pada ayat (1),ayat (2), dan

ayat (3) batal demi hukum.

(5) Sampai saat pengumuman untuk lelang dikeluarkan, penjualan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihindarkan dengan

pelunasan utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu beserta

biaya-biaya eksekusi yang telah dikeluarkan.

C. Kesimpulan :

1. Penyelesaian perkara wanprestasi diajukan ke Pengadilan Agama ada

beberapa keuntungan antara lain dapat tercapai perdamaian win-win solotion,

Page 11: CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR …arsip.pta-mataram.go.id/sys-content/uploads/file/eDoc/Artikel/... · Teguran/somasi kepada Debitor supaya dilaksanakan secara resmi dan patut,

Hlm. 11 dari 11 hlm.

atau jika tidak tercapai perdamaian, Kreditor dapat menuntut ganti rugi dan

dwangsom atas keterlambatan pelunasan;

2. Penyelesaian melalui permohonan bantuan eksekusi ke Pengadilan Agama

ada beberapa keuntungan antara lain tidak memerlukan waktu lama,

perdamaian dimungkinkan ketika pada tahap aan maning;

3. Penyelesaian langsung dari Kreditor ke KPKNL, dapat menghemat waktu

tetapi tidak dimungkinkan adanya perdamaian, dan berakhir putusnya

hubungan / kemitraan bisnis antara Kreditor dengan Debitor;

D. Harapan

Para Hakim Agama hendaknya menghargai atas kepercayaan para pihak

selaku pelaku/ usaha ekonomi syariah yang memilih Pengadilan Agama sebagai

tempat menyelesaikan permasalahannya, maka hendaknya memutus perkara

secara profesional, cepat, sederhana dan biaya ringan akan lebih menumbuhkan

kepercayaan masyarakat khususnya pelaku usaha ekonomi syariah.

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam,

Mataram, Januari 2016,

H. SARWOHADI, S.H.,M.H.