Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

12
Cara menutup botol winkler harus diperhatikan dengan baik, supaya botol dapat tertutup dengan rapat, sehingga tidak ada udara yang masuk. dalam pengukuran BOD ini, praktikan mengusahakan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol winkler. Setelah itu, untuk hari yang pertama, praktikan hanya mengukur botol winkler hari ke- 0, sedangkan kelima botol lainnya dimasukkan ke dalam lemasri pengeram yang bersuhu 20 0 C. Tujuan dimasukkannya botol winkler ke dalam lemari pengeram bersuhu 20 0 C adalah untuk tetap menjaga kondisi air sampel dalam botol winkler seperti suhu di alam. Langkah kedua raktikan akan melakukan praktikum dengan air sampel di dalam botol winkler hari ke-0. Praktikan memasukan 1 ml MnSO 4 dengan tujuan untuk mengikat O 2 dalam sampel sehingga membentuk MnO 2 . setelah itu, menambahkan 1 ml alkali iodida azida. Alkali iodide azida terdiri dari NaOH/KOH, sodium thiosulfat, Na iodida/KI yang bertujuan untuk membebaskan iodium dan menghilangkan senyawa reduktor atau oksidator (nitrit). Lalu air sampel dalam botol winkler dihomogenkan hingga menjadi gumpalan dan diamkan gumpalan hingga mengendap di dasar winkler selama 5 sampai 10 menit. Gumpalan yang mengendap merupakan zat-zat organik yang terkandung dalam air sampel. Endapan memiliki warna yang menunjukkan banyaknya oksigen dalam sampel, semakin cokelat warna endapan, maka semakin banyak pula oksigen yang diikat dalam bentuk MnO 2 . Setelah itu, ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 pekat yang bertujuan untuk membebaskan I 2 yang ekivalen dengan O 2 terlarut. ketika penambahan H 2 SO 4 , terjadi gumpalan- gumpalan zat organik, kemudian botol winkler dikocok hingga gumpalan zat organik tersebut hilang. Praktikan menyiapkan labu erlenmeyer, bilas dahulu dengan air suling, supaya tidak ada zat yang terkandung dalam labu erlenmeyer yang akan mempengaruhi hasil paktikum atau hasil titrasi. Dengan menggunakan pipet volume, praktikan mengambil 50 ml air sampel dari botol winkler. Setelah dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, ditambahkan amilum 2-3 tetes sampai berubah warna menjadi

Transcript of Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

Page 1: Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

Cara menutup botol winkler harus diperhatikan dengan baik, supaya botol dapat tertutup dengan rapat, sehingga tidak ada udara yang masuk. dalam pengukuran BOD ini, praktikan mengusahakan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol winkler. Setelah itu, untuk hari yang pertama, praktikan hanya mengukur botol winkler hari ke-0, sedangkan kelima botol lainnya dimasukkan ke dalam lemasri pengeram yang bersuhu 200C. Tujuan dimasukkannya botol winkler ke dalam lemari pengeram bersuhu 200C adalah untuk tetap menjaga kondisi air sampel dalam botol winkler seperti suhu di alam.

Langkah kedua raktikan akan melakukan praktikum dengan air sampel di dalam botol winkler hari ke-0. Praktikan memasukan 1 ml MnSO4 dengan tujuan untuk mengikat O2 dalam sampel sehingga membentuk MnO2. setelah itu, menambahkan 1 ml alkali iodida azida. Alkali iodide azida terdiri dari NaOH/KOH, sodium thiosulfat, Na iodida/KI yang bertujuan untuk membebaskan iodium dan menghilangkan senyawa reduktor atau oksidator (nitrit). Lalu air sampel dalam botol winkler dihomogenkan hingga menjadi gumpalan dan diamkan gumpalan hingga mengendap di dasar winkler selama 5 sampai 10 menit. Gumpalan yang mengendap merupakan zat-zat organik yang terkandung dalam air sampel. Endapan memiliki warna yang menunjukkan banyaknya oksigen dalam sampel, semakin cokelat warna endapan, maka semakin banyak pula oksigen yang diikat dalam bentuk MnO2.

Setelah itu, ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat yang bertujuan untuk membebaskan I2 yang ekivalen dengan O2 terlarut. ketika penambahan H2SO4, terjadi gumpalan-gumpalan zat organik, kemudian botol winkler dikocok hingga gumpalan zat organik tersebut hilang.

Praktikan menyiapkan labu erlenmeyer, bilas dahulu dengan air suling, supaya tidak ada zat yang terkandung dalam labu erlenmeyer yang akan mempengaruhi hasil paktikum atau hasil titrasi. Dengan menggunakan pipet volume, praktikan mengambil 50 ml air sampel dari botol winkler. Setelah dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, ditambahkan amilum 2-3 tetes sampai berubah warna menjadi biru. Amilum merupakan indikator dalam titrasi. Lalu, 50 ml air sampel dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3 sampai warna biru hilang. Penggunaan Na2S2O3 dicatat.

Langkah pertama yang dilakukan praktikan yaitu mengencerkan 500 ml sampel dengan menggunakan air suling teraerasi hingga empat kalinya (pengenceran). Adapun penggunaan air suling yang teraerasi dimaksudkan agar kondisi air tetap jenuh, banyak mengandung oksigen terlarut sehingga bakteri-bakteri mampu hidup dalam waktu yang relatif lama. Pengeraman akan dilakukan selama 6 hari oleh sebab itu oksigen dalam jumlah berlebih dibutuhkan untuk hidup bakteri sehingga nilai DO pada hari terakhir dapat diketahui. Pada air sample pun dilakukan pengenceran, hal ini dilakukan untuk memperoleh sample air dengan pengenceran sebanyak empat kali sehingga volume awal sampel menjadi 2000 ml. Pengenceran sampel yang pekat dilakukan agar laju reaksi yang terjadi lebih cepat. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan air suling teraerasi agar kadar O2 di dalam sampel yang telah disimpan selama 3 hari bertamba dari sebelumnya. Setelah itu, praktikan membagi volume air sample sebanyak 2000 ml sampel ke dalam 6 botol Winkler yang masing-masing bervolume 300 ml hingga penuh kemudian dengan rapat menutupnya hingga tidak ada gelembung udara yang tampak pada botol tersebut.

Page 2: Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

Volume sampel yang tersisa kemudian dibuang. Praktikan kemudian memberi label pada ke enam botol tersebut dengan 0,1,2,5,6,dan 7 karena kadar DO yang akan diperiksa pada larutan tersebut akan berlangsung selama 6 hari. Botol Winkler yang telah diberi label kemudian dimasukkan ke dalam inkubator yang bersuhu 200 C., kecuali botol yang diberi label bernomor 0 karena akan diuji nilai DO pada saat itu.

Kemudian praktikan mengambil contoh sampel air pada botol Winkler bernomor 0 yang telah disiapkan, menambahkan 1 mL MnSO4 dan 1 mL alkali iodida azida menggunakan kedalam larutan dengan menggunakan pipet ukur. Setelah itu, praktikan menutup dengan rapat air sample yang berada pada botol Winkler tersebut ditutup kemudian mengocok larutan tersebut hingga homogen dan terbentuk seperti gumpalan. Setelah terbentuk gumpalan berwarna cokelat muda, praktikan kemudian mendiamkan larutan tersebut menggumpalan dan mengendapkannya selama kurang lebig 5 menit sampai dengan 10 menit.

Setelah kurang lebih 10 menit laturan didiamkan, langkah selanjutnya adalah menambahkan 1 mL H2SO4 pekat yang terdapat pada ruang asam kemudian menutup dengan rapat larutan tersebut. Ketika perlahan 1 mL H2SO4 di masukkan kedalam larutan tersebut maka pada laturan timbul seperti gumpalan yang pecah menjadi pertikel-partikel kecil berwarna cokelat tua, oleh karena itu praktikan kemudian menghomogenkan laturan tersebut hingga endapan larut sempurna. Kemudian setelah itu, praktikan memipet 50 mL larutan tadi, dan memasukkan ke dalam erlenmeyer 150 mL, menambahkan indikator amilum/kanji pada larutan tersebut kurang lebih sebanyak 2 tetes, lalu menitrasinya dengan Na2S2O3 dengan sebelumnya sampai warna biru tepat hilang. Setelah warna bitu pada sample tepat hilang, praktikan mencatat volume Na2S2O3 yang digunakan untuk proses titrasi dengan melihat penurunan volume larutan baku Na2S2O3 pada buret yang terpasang pada statif ketika titrasi dilaksanakan sebagai nilai DO pada hari kenol. Dalam praktikum ini, pengukuran DO selama 6 hari berturut sehingga praktikan dapat mengetahui nilai BOD dari air sample tersebut pada hari kelima.

Pada praktikum ini praktikan menggunakan metode winkler yang menggunakan metode titrasi iodometri.

Langkah pertama percobaan ini adalah menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan, terutama sampel. Sampel yang digunakan adalah sampel yang sama dengan sampel yang digunakan pada percobaan oksigen terlarut, berasal dari danau di sebelah MUI. Pengujian yang dilakukan adalah dengan melakukan titrasi. Pertama-tama sampel yang telah diambil dan dimasukkan ke dalam botol winkler. Yang membedakan percobaan BOD dan akosigen terlarut adalah, pada percobaan ini digunakan aerasi untuk pengenceran sampel. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan hidup bakteri yang bekerja pada saat penguraian organik secara biologis sedang berlangsung. Pada metode titrasi iodometri, sampel air diberi MnSO4 dan alkali iodida azida sehingga oksigen terlarut dalam air akan bereaksi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi hidroksida mangan,

Page 3: Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

(MnOH)2 dengan valensi yang lebih tinggi Mn (IV) dan akan terbentuk endapan MnO2. Reaksi yang terbentuk karena penambahan MnSO4 dan alkali iodida azida adalah :

Sampel + (MnSO4+NaOH) Mn(OH)2 + Na2SO4

Setelah itu botol winkler segera ditutup dan homogenkan sampel dengan cara mengocok botol hingga semuanya tercampur dan terbentuk gumpalan sempurna, kemudian diamkan sampel selama 5-10 menit hingga semua gumpalannya mengendap. Pastikan saat menutup botol winkler, tidak ada lagi gelembung udara yang tertinggal di dalam botol. Setelah gumpalan mengendap, sampel diberikan 1 mL H2SO4 pekat, sehingga ion iodida (I) berada dalam suasana asam. Dengan adanya ion iodide (I) dalam suasana asam menyebabkan ion mangan (IV) akan kembali menjadi ion mangan (II) dengan membebaskan iodin (I2) yang setara dengan oksigen terlarut dan endapan yang sebelumnya terjadi larut kembali. Kemudian botol kembali ditutup dan dihomogenkan dengan cara dikocok. Selanjutnya, adalah proses titrasi. Untuk titrasi, ambil sampel sebanyak 50 ml menggunakan pipet volume dan dituangkan ke dalam erlenmeyer 150 ml. Sebelum dititrasi, sampel diberikan indikator amilum beberapa tetes, kemudian dihomogenkan hingga berwarna kebiruan. Setelah itu dititrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru pada larutan tersebut tepat hilang. Kemudian volume yang terpakai pada titrasi inilah yang digunakan untuk menghitung kadar DO.

Praktikan melakukan percobaan ini selama tujuh hari, tapi percobaan yang sebenanrya hanya dilakukan pada hari 0,1,2,5,6,7. Setiap hari dilakukan pengecekan kadar DO sampel, pada jam yang sama dan dengan prosedur yang sama seperti pada pengecekan DO hari ke-0. Selanjutnya kadar DO yang sudah diketahui digunakan untuk mencari data BOD.

. Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini adalah mengencerkan air sample

sebanyak 500 mL dengan 1500 mL air suling yang telah diaerasi, ke dalam gelas ukur 2000 mL. Perlakuan aerasi bertujuan untuk menambah kadar oksigen dalam air, sehingga pada hari kelima saat pengujian, kadar oksigen tidak nol. Larutan tersebut keudian dimasukkan ke dalam 6 botol winkler, masing-masing ± 300 mL, kemudian ditetapkan botol untuk DO-0, DO-1, DO-2, DO-3, DO-4, dan DO-5. Botol DO-1 hingga DO-5 dimasukkan ke dalam lemari pengeram dengan suhu 20˚C dan pada keadaan gelap. Tujuannya adalah agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen dan dalam suhu yang tetap selama lima hari, diharapkan hanya terjadi dekomposisi oleh mikroorganisme, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen dan oksigen yang tersisa ditera sebagai DO5.

Untuk DO-0 (yang menyatakan hari ke-0), sample diuji dengan menambahkan 1 mL MnSO4 dan 1 mL alkali iodida azida. Kemudian, larutan tersebut dikocok agar membentuk gumpalan berwarna kecoklatan. Bila gumpalan sudah terbentuk, sample tersebut dibiarkan sekitar 5-10 menit agar gumpalan tersebut mengendap yang merupakan endapan MnO2.

Page 4: Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

Setelah terbentuk endapan, larutan tersebut ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat dan kemudian dikocok agar homogen. Pengocokan dilakukan hingga larutan berwarna kuning bening. Pada saat pengocokan, endapan MnO2 akan larut kembali dan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan jumlah oksigen terlarut.

Kemudian, 50 mL dari larutan tersebut diambil dengan menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator amilum hingga berwarna biru. Setelah itu, larutan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga warna biru dari larutan tepat hilang. Dengan demikian, akan diperoleh volume Na2S2O3

yang digunakan untuk menitrasi larutan tersebut. Prosedur yang sama, dilakukan untuk menguji botol DO-1 hingga DO-5 (pada praktikum ini botol yang diuji adalah DO-1, DO-2, DO-5, DO-6, dan DO-7) sehingga diperoleh nilai volume Na2S2O3 dari tiap-tiap sample.

Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah mengambil 500 mL sampel dan 1500 air suling dalam gelas ukur 2000 mL. Kemudian ditambahkan buffer fosfat, MgSO4, FeCl3, dan CaCl2 masing-masing sebanyak 1 mL. Lalu larutan tersebut diaerasi selama kurang lebih 30 menit. Setelah diaerasi, larutan dimasukkan ke dalam botol winkler hingga penuh, dan diberi label yang menunjukkan hari pengukuran DO botol tersebut. Botol winkler disimpan dalam inkubator dengan suhu 20oC.

Pengukuran DO dilakukan dengan cara menambah MgSO4 sebanyak 1 mL, kemudian botol winkler ditutup dan dikocok hingga terbentuk endapan, kemudian didiamkan selama 5-10 menit. Selanjutnya, larutan ditambah H2SO4 pekat sebanyak 1 mL. Setelah itu, botol winkler ditutup dan dikocok hingga larutan menjadi homogen. Larutan kemudian diambil sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Lalu ditambah 1 tetes amilum, dan dititrasi dengan Na2S2O3. Volume natrium thiosulfat yang terpakai dicatat untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data hingga mendapatkan nilai BOD.

Prosedur pengukuran DO yang sama dilakukan untuk setiap pengukuran di hari-hari selanjutnya.

Lalu larutan tersebut diaerasi selama kurang lebih 30 menit. Proses aerasi dilakukan dengan memberikan gelembung-gelembung udara ke dalam air sampel sehingga air sampel mengandung lebih banyak oksigen. Setelah diaerasi, larutan dimasukkan ke dalam botol winkler hingga penuh agar tidak ada kontaminasi dari oksigen yang terdapat di udara luar. Kemudian botol diberi label yang menunjukkan hari pengukuran DO botol tersebut. Botol winkler disimpan dalam inkubator dengan suhu 20oC. Temperatur 20°C merupakan nilai rata-rata temperatur sungai beraliran lambat di daerah beriklim sedang dimana teori BOD berasal.

user, 07/05/13,
Mengapa ditambah beberapa larutan tersebut?
user, 07/05/13,
Tambahkan persamaan reaksi kimianya
user, 07/05/13,
Tambahkan reaksi kimianya
user, 07/05/13,
Endapan apa yang terbentuk?
user, 07/05/13,
Mengapa suhu inkubasi yang dipakai 200C?
user, 07/05/13,
Menapa harus diisi penuh?
user, 07/05/13,
Mengapa diaerasi?
Page 5: Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

Pengukuran DO dilakukan dengan cara menambah MgSO4 sebanyak 1 mL, kemudian botol winkler ditutup dan dikocok hingga terbentuk endapan MnO2, kemudian didiamkan selama 5-10 menit. Selanjutnya, larutan ditambah H2SO4 pekat sebanyak 1 mL. Setelah itu, botol winkler ditutup dan dikocok hingga larutan menjadi homogen. Larutan kemudian diambil sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Lalu ditambah 1 tetes amilum, dan dititrasi dengan Na2S2O3. Volume natrium thiosulfat yang terpakai dicatat untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data hingga mendapatkan nilai BOD. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :

MnSO4 + 2KOH → Mn(OH)2 + K2SO4

Mn(OH)2 + ½O2 → MnO2 + H2O

MnO2 + KI + 2 H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH

I2  + 2S2O32- → S4O6

- + 2I-

Prosedur pengukuran DO yang sama dilakukan untuk setiap pengukuran di hari-hari selanjutnya.

Praktikum Biochemical Oxygen Demand (BOD) bertujuan untuk mengukur serta memperoleh kadar BOD yang terkandung dalam air. Praktikum ini merupakan rangkaian dari Dissolve Oxygen (DO) yang dilakukan selama 5 hari dengan memperhitungkan DO-0, DO-1, DO-2, DO-3, DO-4, dan DO-7, serta DO-0 dan DO-7 seeding sebagai blanko dalam perhitungan BOD-7. Praktikum ini lazimnya memperhitungkan nilai DO selama lima hari berturut-turut, sampai DO-5. Namum, dikarenakan praktikum diadakan hari Senin dan DO-5 jatuh pada hari Sabtu, dimana tidak ada kegiatan lab berlangsung, maka sesuai kesepakatan, praktikan memperhitungkan DO-7 sebagai panggantinya.

Pertama-tama praktikan menyiapkan air suling sebanyak 2000 mL yang kemudian ditambahkan seeding, 2 ml MgSO4, 2 ml CaCl2, 2 ml FeCl3 dan buffer fosfat. Setelah itu di aerasi selama 30 menit. Kemudian ambil 500 mL larutan yang telah diaerasi tersebut kedalam botol winkler untuk dijadikan blanko hari ke-7. Blanko hari ke-0 telah dipersiapkan oleh praktikan lain yang berbeda kelompok. Setelah itu, praktikan mengencerkan sample sebanyak 500 mL ke dalam 1500 mL air suling yang telah diaerasi dan diberi makanan. Aerasi bertujuan untuk menambah kadar oksigen dalam air, sehingga pada hari kelima saat pengujian, kadar oksigen tidak nol. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam 6 botol winkler, masing-masing ± 300 mL, usahakan tak ada udara yang tersimpan pada botol. Kemudian tetapkan botol untuk DO-0, DO-1, DO-2, DO-3, DO-4, dan DO-7. Botol DO-1 hingga DO-7 dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 20˚C dan pada keadaan gelap dengan tujuan agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen dan dalam suhu yang tetap selama lima hari dan hanya terjadi dekomposisi oleh mikroorganisme, dengan harapan hanya terjadi penggunaan oksigen.

Selanjutnya, untuk DO-0 diberikan 1 mL MnSO4 dan 1 mL alkali iodida azida. Kemudian, larutan dihomogenkan dengan cara dikocok sampai membentuk gumpalan berwarna kecoklatan. Bila gumpalan sudah terbentuk biarkan sekitar 5-10 menit agar

Page 6: Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

gumpalan tersebut mengendap (endapan MnO2). Setelah itu, tambahkan 1 mL H2SO4 pekat ke dalam botol winkler dan kemudian dikocok hingga flok-flok dari gumpalan hilang dan sample menjadi bening. Pada saat pengocokan, endapan MnO2 akan larut kembali dan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan jumlah oksigen terlarut.

Kemudian, ambil 50 mL dari larutan tersebut diambil dengan menggunakan pipet volume untuk dititrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N ke dalam labu erlenmeyer. Tambahkan 2 tetes indikator amilum hingga berwarna biru. Setelah itu, larutan dititrasi hingga warna biru tepat hilang. Setelah itu, catat volume Na2S2O3 yang digunakan. Ulangi prosedur untuk sample berikutnya sampai sample hari ke-7 (DO-7)

Pada percobaan X Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD) dimaksudkan untuk mengukur kebutuhan Oksigen Biokimiawi (KOB/BOD) dalam air sehingga dapat memperoleh kadar (mg/L) KOB/COD dalam air. Tentunya percobaan ini dilakukan dengan prinsip praktikum Dissolved Oxygen pada waktu bersamaan. Metode pengukuran yang digunakan dengan menggunakan titrasi iodometri dimulai pada hari ke -0 hingga ke -7.

Pada metode titrasi iodometri, dimulai dari pemberian seeding pada sampel kemungkinan diambil dari bakteri-bakteri yang terdapat pada danau UI, yaitu di kenanga, agatis, mahoni, puspa, ulin ataupun salam. Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan air sampel sebanyak 500 mL sebagai media kehidupan bakteri. Bakteri dimasukan ke dalam larutan seeding sebanyak 1,5 mL lalu diencerkan dengan menggunakan air suling sebanyak 1500 mL. Inti dilakukan pengenceran agar komponen bakteri di dalamnya mendapat oksigen yang cukup dengan anggapan perbandingan 1:1000 oksigen terlarut. Sebelum sampel tersebut digunakan, praktikan memberikan aerasi sebanyak 30 menit tujuannya yaitu memperkaya air dengan oksigen untuk bakteri di dalamnya sebab sampel berada dalam kondisi tertutup tanpa adanya sirkulasi udara dari luar. Yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan.

Setelah dirasa cukup, diberikan pemberian makanan tertentu agar bakteri tetap dapat hidup dalam kurun waktu tertentu, yaitu larutan MgSO4, CaCl2, FeCl3 dan larutan buffer fosfat yang nantinya akan dihomogenkan. Tujuan penambahan seeding adalah mempermudah bakteri untuk mendekomposisi makanan tersebut menjadi lebih kecil. Kemudian membagi larutan berisi bakteri ke 6 botol wingkler, diperlukan metode khusus dalam penanganannya yaitu mengisi penuh botol kemudian menutupnya. Hal ini menghindari adanya gelembungnya oksigen yang memicu grafik kehidupan pertumbuhan bakteri.

Di tiap-tiap botol tersebut diberikan label agar mempermudah kita dalam menguji larutan dengan metode titrasi. Botol-botol tersebut disimpan dalam inkubator dengan suhu tertentu. Pengoptimalan perkembang biakan bakteri pada inkubator, diinkubasi

Page 7: Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

dengan suhu temperatur 200C dalam inkubasi juga merupakan temperatur standard. Temperatur 200C adalah nilai rata-rata temperatur sungai beraliran lambat di daerah beriklim sedang (Metcalf & Eddy, 1991) dimana teori BOD ini berasal. Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam penentuan BOD. Bisa saja BOD ditentukan dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda, asalkan dengan menyebutkan lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan (misal BOD7, BOD10) agar tidak salah dalam interpretasi atau memperbandingkan. Setelah dirasa sesuai dengan waktu pengujiannya, mengambil kembali botol winkler yang kemudian akan dilakukan persiapan pengukuran DO.

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode winkler dengan modifikasi azida. Pertama-tama botol winkler pada hari 0 diuji terlebih dahulu kandungan DO di dalamnya. Tentunya pengujian ini berlaku untuk semua botol winkler. Larutan yang dipakai untuk pengujian adalah MnSO4, H2SO4, alkali azida, Na2S2O3, dan indikator amilum. Praktikan memasukan MnSO4 sebanyak 1 mL diikuti penambahan alkali iodida azida 1 mL. setelah itu di kocok hingga homogen sempurna. Setelah pengendapan 5 – 10 menit terbentuk endapan hasil dari reaksi berikut :

MnSO4+2 KOH → Mn(OH )2+K 2 SO4

Teroksidasi menjadi :4 Mn(OH )2+O2+2 H 2O → 4 Mn (OH )3

Menambahkan 1 mL H2SO4, kemudian homogenkan kembali hingga endapan melebur menjadi larutan sempurna dengan reaksi kimia berikut

2 Mn(OH )3+3 H 2 SO 4→ Mn2(SO4)3+6 H 2OSetelah larut sempurna, ambil 50 mL larutan kemudian masukan ke dalam

erlenmeyer, kemudian menambah 1 atau 2 tetes indikator amilum sehingga warnanya menjadi biru tua. Untuk menghilangkan warna yang ada di dalam larutan dititrasi dengan natrium thiosulfat N a2 S2O3 sehingga terjadi reaksi sebagai berikut :

Mn2(SO4)3+2 KI →2 MnSO4+ K2 SO4+ I 2

Praktikan menghitung jumlah volume yang digunakan untuk menghilangkan warna agar sesuai dengan warna pada titar.

\

Apabila semua larutan tersebut telah dimasukkan, barulah ditambahkan seeding ke dalam air tersebut. Larutan-larutan di atas dimasukkan terlebih dahulu karena larutan tersebut diperlukan oleh seeding untuk bisa hidup di dalam air. Selanjutnya dilakukan stirrer terhadap campuran itu 30 menit. Setelah selesai 30 menit, maka larutan tersebut dituang ke dalam dua botol winkler untuk digunakan sebagai blanko. Agar tak terrtukar, maka pada kedua botol tersebut diberi label ‘Blanko DO0’ dan ‘Blanko DO5’. Lalu botol DO5 dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu terjaga 20oC untuk nanti diukur jumlah oksigen terlarutnya pada hari kelima. Selanjutnya, diambil 14 ml sampel dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Lalu sampel tersebut diencerkan hingga 700 ml. Setelah itu, dituang ke dalam empat botol winkler yang kemudian dinamai dengan DO0, DO4, DO5, DO6. Sampel DO4,

Page 8: Cara Menutup Botol Winkler Harus Diperhatikan Dengan Baik

DO5, DO6 juga dimasukkan ke dalam inkubator seperti blanko DO5. Sedangkan untuk DO0 blanko dan sampel akan dilakukan pengujian DO pada hari itu juga.

Untuk pengujian DO, pada kedua botol DO0 tersebut ditambahkan masing – masing 1 mL MnSO4 yang memiliki fungsi untuk mengikat oksigen sehingga akan terjadi endapan. Setelah itu, ditambahkan pula 1 mL iodida azida. Setelah ditambahkan kedua larutan tersebut, wrinkler ditutup dan dihomogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna. Apabila sudah terbentuk gumpalan, maka akan dibiarkan mengendap. Apabila semua gumpalan telah mengendap, maka akan ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat yang berfungsi untuk melepaskan ion iodida yang jumlahnya setara dengan jumlah oksigen dan larutan di dalam winkler dihomogenkan lagi. Lalu, dari larutan tersebut, diambil sebanyak 50 mL ke dalam erlenmeyer dan selanjutnya akan dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3. Sebelum dititrasi, ditambahkan beberapa tetes amilum sebagai indikator hingga larutan berubah menjadi warna biru. Indikator yang digunakan adalah amilum karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod, di mana titrasi yang dilakukan menggunakan metode iodometri. Setelah itu larutan tersebut dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3 hingga warna birunya hilang dan volume Na2S2O3

yang digunakan dicatat. Na2S2O3 digunakan karena zat tersebut bersifat pengoksidasi dalam larutan asam dan akan membebaskan I2, di mana I2 yang dibebaskan ini adalah sebanding dengan oksigen terlarut di dalam air.

Langkah-langkah di atas juga digunakan untuk pengukuran nilai DO untuk hari keempat, kelima, dan keenam. Hal yang penting dari pengukuran ini adalah menjaga suhu inkubator pada suhu stabil 20oC agar tak terjadi kesalahan. Untuk hari kelima, selain mengukur DO sample, dilakukan juga pengukuran DO untuk blanko.