Capital Budgeting
-
Upload
hmjm-fe-unsoed -
Category
Economy & Finance
-
view
3.563 -
download
3
description
Transcript of Capital Budgeting
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Seorang manajer perusahaan memiliki keinginan agar perusahaannya memiliki nama
baik. Nama baik sebuah perusahaan diperoleh dari banyaknya konsumen yang menjadi
pelanggan tetap perusahaan itu. Nama baik juga merupakan keadaan yang diperoleh jika nilai
saham perusahaan tersebut baik atau meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya nilai saham
sangat dipengaruhi oleh faktor keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga nantinya
keuntungan tersebut dapat dibagikan kepada pemegang saham. Keuntungan-keuntungan yang
diperoleh perusahaan tidak terlepas dari bagaimana perusahaan itu menjalankan proses
bisnisnya. Untuk menjalankan proses bisnis yang baik, pastinya ada keputusan-keputusan
yang harus diambil oleh semua anggota perusahaan tersebut baik tingkat eksekutif sampai
karyawan. Keputusan dalam sebuah bisnis dimana seorang manajer akan mengambil suatu
proyek untuk dijalankan merupakan hal yang sangat penting yang harus dipikirkan matang-
matang.
Dalam mengambil sebuah keputusan, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
oleh sebuah perusahaan. Metode-metode tersebut nantinya sangat berpengaruh terhadap
pengeluaran atau investasi yang sering disebut sebagai modal. Penganggaran modal atau
dalam istilah asing disebut sebagai capital budgeting adalah proses yang memiliki efek
jangka panjang. Efek jangka panjang tersebut berhubungan dengan risiko untung atau rugi
yang mungkin akan dihadapi, dimana pada akhirnya mencerminkan keadaan suatu
perusahaan apakah proyek bisnis yang dijalankan merupakan keputusan yang benar atau
tidak dan apakah proyek tersebut akan dilanjutkan atau dihentikan.
Metode-metode dalam membuat keputusan untuk mengambil suatu proyek atau tidak
akan dijelaskan dalam makalah ini. Metode-metode tersebut antara lain : Payback Period,
Profitability Index, Net Present Value dan Internal Rate of Return. Metode pengambilan
keputusan tersebut dijelaskan dengan contoh perhitungan dan penjelasan mengapa suatu
proyek harus diambil atau ditolak untuk dilanjutkan. Makalah ini juga berisi tentang beberapa
kelemahan dan keunggulan suatu metode serta perbedaan mengenai Net Present Value
dengan Internal Rate of Return.
1
I.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari penganggaran modal (Capital Budgeting)?
2. Mengapa keputusan-keputusan dalam penganggaran modal merupakan hal penting
bagi perusahaan?
3. Apa perbedaan antara payback period dan discounted payback period?
4. Bagaimana kriteria pengambilan keputusan dalam metode Profitability Index, Net
Present Value, dan Internal Rate of Return?
5. Manakah metode yang lebih baik digunakan, apakah Net Present Value atau Internal
Rate of Return?
I.3 TUJUAN PENULISAN
1. Memberikan pengertian tentang penganggaran modal.
2. Menunjukkan perbedaan metode payback period dan discounted payback period
dengan contoh soal.
3. Menjelaskan kriteria penerimaan sebuah proyek dalam beberapa metode.
4. Menjelaskan mengapa Net Present Value adalah keputusan yang baik.
2
BAB II
ISI
Modal adalah aktiva-aktiva jangka panjang yang digunakan dalam produksi.
Anggaran (budget) adalah sebuah rencana yang memerinci proyeksi-proyeksi arus kas masuk
dan keluar selama suatu periode tertentu di masa mendatang. Jadi, anggaran modal adalah
suatu uraian investasi yang teah direncanakan pada aktiva tetap, sedangkan penganggaran
modal adalah keseluruhan proses menganalisis proyek dan memutuskan proyek mana yang
akan dimasukkan di dalam anggaran modal.
Dengan penganggaran modal, berarti menentukan apakah suatu investasi atau proyek
yang direncanakan akan berharga lebih, begitu ia telah siap, daripada biaya perolehannya.
Keputusan-keputusan penganggaran modal sangat penting karena :
1. Implikasi dari keputusan tersebut akan berlangsung terus hingga suatu periode yang
cukup lama atau memiliki konsekuensi jangka panjang.
2. Menentukan bentuk-bentuk aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan
menanamkan terlalu banyak aktiva tetap, perusahaan akan menanggung beban berat
yang tidak perlu. Jika yang ditanamkan tidak cukup, perusahaan akan mempunyai
kapasitas yang tidak memadai dan dapat kehilangan sebagian pangsa pasarnya untuk
direbut perusahaan-perusahaan saingan.
3. Melibatkan pengeluaran yang besar.
Ada beberapa keputusan dalam menentukan penganggaran modal, diantaranya :
Pembayaran kembali (payback period)
Indeks profitabilitas
Net Present Value
Internal Rate of Return
Pembayaran Kembali (Payback Period)
Pembayaran kembali (Payback period) adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi awal.
Rumus untuk menghitung payback period adalah :
3
Tahun sebelum pengembalian penuh + Biaya yang belum dikembalikan pada awal tahunarus kas selama tahun berjalan
Contoh :
Sebuah invenstasi membutuhkan dana sebesar $1000. Aliran kas yang diharapkan
pada tahun I sebesar $200, tahun II sebesar $500 dan tahun III sebesar $400. Hitung payback
periodnya!
Tahun
Perkiraan arus kas bersih setelah
pajak
Arus kas
kumulatif
0 (1000) (1000)
1 200 (800)
2 500 (300)
3 400 100
Payback period pada akhhir tahun ke 2, atau lebih tepatnya :
2 tahun + 300400
=2, 75 tahun atau 2 tahun 9 bulan
Kelebihan metode ini : Mudah dihitung dan dimengerti, memberikan informasi
mengenai risiko dan likuiditas proyek. Proyek yang payback periodnya pendek memiliki
risiko yang lebih kecil dan likuiditas yang lebih baik.
Kelemahan metode ini : 1) mengabaikan arus kas setelah payback period dan 2) nilai
waktu uang.
Contoh 1) :
Tahun Perkiraan arus kas proyek A
Arus kas proyek
B
0 ($1000) ($1000)
1 1000 500
2 100 1000
3 - 2000
4 - 1000
4
Payback period A = 1 tahun
Payback period B = 1,5 tahun
Menurut metoda payback period, proyek A lebih baik. Tapi sebenarnya proyak B
lebih menguntungkan karena pada tahun ke 3 dan 4, proyek B asih menghasilkan arus kas
sebesar 3 juta sementara proyek A sudah berhenti memberikan pemasukan.
Contoh 2) :
Tahun Proyek X Proyek Y
0 ($250) ($250)
1 100 100
2 100 200
3 100 0
4 100 0
Payback Period X = 2+ 50100
=2,5 tahun.
Payback Period Y = 1+ 50200
=1,75 tahun.
Dalam hal ini, maka investasi yang diterima adalah proyek Y. Ketika kita
menginginkan imbal hasil 15%, maka NPV dari kedua proyek tersebut adalah :
Project X : ∑t=0
n CFt
(1+k )t =
-250(1+0,15 )0
+ 100(1+0,15 )1
+ 100(1+0,15 )2
+ 100(1+0,15 )3
+ 100(1+0,15 )4
= $35,50
Project Y : ∑t=0
n CFt
(1+k )t= −250
(1+0,15 )0+ 100
(1+0,15 )1+ 200
(1+0,15 )2 = -$11,81
NPV dari investasi proyek Y adalah negatif, jika mengambil proyek tersebut maka
akan menurunkan nilai dari ekuitas pemegang saham. Dalam hal ini terbukti bahwa Payback
period mengabaikan nilai waktu dari uang.
Periode Pembayaran Kembali Terdiskonto (Discounted Payback Period)
5
Discounted Payback Period adalah rentang waktu yang dibutuhkan oleh arus kas
sebuah investasi, yang didiskontokan dengan biaya modal, untuk mengembalikan kembali
biayanya.
Tahun
Arus
Kas PVIF 10% Nilai Sekarang Nilai Sekarang Kumulatif
0 ($1500) 1 ($1500) ($1500)
1 300 0,909 272,7 -1227,3
2 450 0,826 371,7 -855,6
3 750 0,751 563,25 -292,35
4 750 0,683 512,25 219,9
5 900 0,621 558,9 778,8
Discounted payback period = 3 tahun+ 292,35512,25
=3+0,57=± 3 tahun6 bulan.
Perbedaan Payback period dan Discounted payback period : payback period tidak
memperhitungkan biaya modal (biaya dari utang atau ekuitas yang digunakan untuk
melaksanakan proyek), sedangkan discounted payback period memperhitungkan biaya modal
(pembayaran ini menunjukkan tahun impas setelah mengembalikan utang dan biaya ekuitas).
Indeks Profitabilitas (Profitability Index)
Indeks profitabilitas adalah nilai sekarang dari arus kas masa depan dibagi dengan
investasi awal atau bisa juga didefinisikan sebagai rasio antara present value penerimaan arus
kas dan present value pengeluaran arus kas.
Rumus untuk menghitung indeks probitabilitas :
PI : PV cas h inflows
PV cas h outflows=∑t=0
n CIFt
(1+k)t
∑t=0
n COF t
(1+k)t
6
Dimana :
CIF t = Cash inflows pada periode t
COF t= Cash outflows pada periode t
k = biaya modal proyek
t = periode waktu
Kriteria penerimaan proyek : suatu proyek diterima jika PI proyek adalah sama
dengan atau lebih besar dari 1. Jika PI proyek sama dengan atau lebih besar dari 1, artinya PV
penerimaan sama dengan atau lebih besar dari PV pengeluaran. Untuk proyek mutually
exclusive, proyek dengan PI lebih besar yang dipilih, dengan catatan PI ≥ 1.
Contoh :
Tahun Arus Kas Proyek
0 (1000)
1 200
2 500
3 400
Jika biaya modal proyeknya 10%, berapakah profitability index nya?
PI =
200
(1+0,1 )1+ 500
(1+0,1 )2+ 400
(1+0,1 )3
1000
(1+0,1 )0 = 0,896.
Dengan melihat kriteria penerimaan, maka seharusnya proyek tersebut tidak diambil karena
PI nya bernilai >1.
Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value)
Nilai sekarang bersih adalah suatu ukuran mengenai berapa besar nilai yang diciptakan atau
ditambahkan hari ini dengan melakukan suatu investasi.
Rumus NPV :
∑t=0
n CFt
(1+k )t
Dimana :
7
CFt= Cash flow atatu arus kas pada waktu t
k = Biaya modal proyek (project cost of capital)
t = Periode waktu
n : usia proyek
Jika NPV nol atau positif, yang berarti present value dari arus kas masuk sama dengan
atau lebih besar dari present value dari arus kas keluar. Dengan demikian, jika NPV negatif
maka proyek tersebut harus ditolak. Jika 2 proyek bersifat “mutually exclusive” maka proyek
yang memiliki NPV positif yang terbesar yang dipilih.
NPV sebesar nol menunjukkan bahwa arus kas proyek tepat cukup untuk membayar
kembali modal yang diinvestasikan dan menyediakan tingkat keuntungan yang disyaratkan
pada modal (biaya modal proyek). Jika NPV adalah positif, arus kas proyek menghasilkan
suatu sisa keuntungan yang akan dinikmati oleh para pemegang saham. Jadi jika perusahaan
mengambil proyek dengan NPV positif, nilai perusahaan akan naik yang berarti kesejahteraan
pemegang saham naik. Jika perusahaan mengambil proyek dengan NPV = 0. Harga saham
tidak berubah karena proyek hanya menghasilkan keuntungan sebesar yang disyaratkan.
Contoh soal :
Seorang analisis keuangan akan menganalisis 2 proposal investasi modal, proyek Y
dan Z. Setiap proyek memerlukan biaya sebesar $1000 dan biaya modal untuk kedua proyek
tersebut adalah 12%. Arus kas bersih yang diharapkan pada kedua proyek tersebut adalah
sebagai berikut :
TahunPerkiraan arus kas bersih
Proyek Y Proyek Z0 ($1000) ($1000)1 650 3502 300 3503 300 3504 100 350
Berapakah Net Present Value dari kedua proyek tersebut? Bagaimana keputusan yang harus
diambil?
Proyek Y
Tahun Arus Kas PVIF (12%)Nilai
Sekarang0 ($1000) 1 ($1000)1 650 0,893 580,45
8
2 300 0,797 239,13 300 0,712 213,64 100 0,636 63,6
NPV 96,75
Proyek Z
Tahun Arus Kas PVIFA (12%)Nilai
Sekarang0 ($1000) 1 ($1000)1 350 0,893 312,552 350 1,690 591,53 350 2,402 840,74 350 3,037 1062,95
NPV 1807,7
Berdasarkan tabel dari kedua proyek tersebut, nilai NPV yang berasal dari arus kas
yang didiskontokan dengan tingkat biaya modal sebesar 12% tersebut sama-sama bernilai
positif. Dalam hal ini, seorang analisis tersebut bisa mengambil kedua proyek tersebut. Akan
tetapi, jika seorang analisis tersebut hanya akan mengambil satu proyek, maka proyek yang
diambil adalah proyek Z karena nilai NPV nya lebih besar. Dengan nilai NPV sebesar 1807,7
pada proyek Z berarti bahwa nilai saham akan bertambah sebesar 1807,7 per lembarnya.
Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return)
Tingkat pengembalian internal adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai
sekarang dari ekspektasi arus kas masuk suatu proyek ke nilai sekarang dari biaya proyek.
Tingkat pengembalian internal juga bisa dikatakan sebagai tingkat diskonto yang membuat
NPV = 0.
Rumus IRR :
NPV = ∑t=0
n CFt
(1+k )t = 0
Dapat dilihat bahwa rumus IRR sama dengan rumus NPV, hanya saja pada metode
NPV tingkat diskonto (k) ditentukan oleh biaya kesempayan dari modal yang ditentukan oleh
pasar sedangkan pada metode IRR yang dicari adalah IRRnya yang membuat NPV sama
dengan nol.
Atau bisa juga dengan rumus :
9
k 1+NPV 1
NPV 1−NPV 2
x¿)
Rumus di atas dapat dicari dengan cara coba-coba dengan mencoba beberapa tingkat
diskonto. Jika nilai sekarang lebih besar dari biaya investasi, maka dicoba lagi dengan suku
bunga yang lebih tinggi. Jika nilai sekarang arus kas lebih lecil daripada biaya investasi,
gunakan suku bunga yang lebih rendah dan proses demikian diulang lagi. Proses coba-coba
tersebut diulang hingga nilai sekarang arus kas dari investasi sama dengan biaya investasinya.
Atau bisa juga dengan menggunakan tabel present value interest factor (PVIF) untuk arus kas
tidak konstan dan tabel present value interest factor of an (ordinary) annuity (PVIFA) untuk
arus kas konstan.
Kriteria penerimaan proyek :
Jika IRR lebih besar atau sama dengan biaya modal maka proyek sebaiknya diterima.
Karena jika IRR lebih besar dari biaya modal artinya proyek tersebut dapat membayar biaya
modal proyek dan tetap menghasilkan keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham.
Dengan demikian, mengambil proyek yang IRR nya lebih besar dari biaya modal proyek
akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Dengan contoh soal NPV diatas, berapakah nilai IRRnya pada proyek Y? Bagaimana
keputusan yang diambil?
Proyek Y
Tahun
Perkiraan arus kas
DF 12% Nilai sekarang
DF 19% Nilai sekarang
0 ($1000) 1 ($1000) 1 ($1000)1 650 0,893 580,45 0,84 5462 300 0,797 239,1 0,706 211,83 300 0,712 213,6 0,593 177,94 100 0,636 63,6 0,499 49,9
NPV 96,75 -14,4
IRR = 12 %+ 96,7596,75−(−14,4 )
x¿) = 18,09%
Kesimpulan : karena nilai IRR lebih besar dari biaya modalnya (12%), berarti bahwa
proyek tersebut dapat membayar biaya modal investasi dan tetap menghasilkan keuntungan
yang dinikmati pemegang saham. Maka keputusan yang diambil adalah mengambil proyek
tersebut.
Perbandingan Metode NPV dan IRR
10
Secara matematis, metode NPV dan IRR selalu memberikan rekomendasi yang sama
untuk menerima atau menolak proyek-proyek yang independen.
Jika suatu proyek memiliki NPV = 0, maka IRR = biaya modal.
Metode NPV dan IRR dapat memberikan keputusan yang berbeda satu sama lain
pada proyek-proyek yang mutually exclusive.
Contoh :
Tahun Perkiraan arus kas proyek X arus kas proyek Y0 -1000000 -10000001 500000 1000002 400000 3000003 300000 4000004 100000 600000
Jika kedua proyek tersebut bersifat mutually exclusive dengan biaya modal sebesar
5%, bagaimanakan keputusan yang diambil jika menggunakan metode NPV dan IRR?
Proyek X
Tahun Arus Kas PVIF (5%)Nilai
Sekarang0 -1000000 1 -10000001 500000 0,952 4760002 400000 0,907 3628003 300000 0,864 2592004 100000 0,823 82300
NPV 180300
Proyek Y
Tahun Arus Kas PVIF (5%)Nilai
Sekarang0 -1000000 1 -10000001 100000 0,952 952002 300000 0,907 2721003 400000 0,864 3456004 600000 0,823 493800
NPV 206700
Dengan metode NPV, maka proyek yang sebaiknya diambil adalah proyek Y karena
nilai NPV nya lebih besar.
11
Proyek X
Tahun Perkiraan arus kas DF 5%Nilai
sekarangDF
16% Nilai sekarang0 -1000000 1 -1000000 1 -10000001 500000 0,952 476000 0,862 4310002 400000 0,907 362800 0,743 2972003 300000 0,864 259200 0,641 1923004 100000 0,823 82300 0,552 55200
NPV 180300 -24300
IRR = 5 %+ 180300180300−(−24300)
x ¿) = 14,69%
Proyek Y
IRR = 5 %+ 206700206700−(−103300)
x ¿) = 12,33%
Menurut metode IRR, proyek yang dipilih adalah proyek X karena memiliki tingkat
IRR yang lebih besar.
Contoh soal diatas menjawab perbandingan NPV dan IRR dalam hal proyek yang
bersifat mutually exclusive.
Jika harus memilih, maka yang digunakan sebaiknya metode NPV. Karena
opportunity cost dari arus kas suatu proyek adalah biaya modal proyek tersebut. Jika kita
menanamkan uang pada suatu proyek, maka kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan dari proyek lain.
12
Tahun Perkiraan arus kas DF 5% Nilai sekarangDF
16%Nilai
Sekarang0 -1000000 1 -1000000 1 -10000001 100000 0,952 95200 0,862 862002 300000 0,907 272100 0,743 2229003 400000 0,864 345600 0,641 2564004 600000 0,823 493800 0,552 331200
NPV 206700 -103300
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Keputusan penganggaran modal (capital budgeting) merupakan hal yang sangat
penting bagi perusahaan. Beberapa metode diciptakan untuk dijadikan patokan bagi sebuah
perusahaan untuk mengambil atau menolak suatu proyek. Pemilihan metode tersebut
tergantung bagaimana tipe sebuah perusahaan apakah lebih memilih pengembalian investasi
yang lebih cepat dalam bentuk tahun seperti yang dijelaskan dalam payback period,
prosentasi present value arus kas penerimaan seperti dalam profitability index, atau dengan
melihat nilai tambah yang dihasilkan nantinya dalam sebuah proyek, baik dalam bentuk
nominal maupun prosentase sesuai penjelasan NPV dan IRR.
Keputusan untuk menggunakan metode manapun haruslah merupakan hasil pemikiran
matang agar nantinya perusahaan tidak mengalami kerugian dan dapat memiliki nama baik
dengan keuntungan dan nilai saham yang meningkat yang nantinya saham tersebut dapat
dibagikan kepada pemegang saham dan/atau dapat menambah kekayaan perusahaan.
13
III.2 DAFTAR PUSTAKA
1. Ross, Stephen A., RandolphW. Westerfield, dan Bradford D. Jordan. 2008. Pengantar
Keuangan Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat.
2. Weston, J. Fred. dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Jakarta :
Binarupa Aksara.
3. Brigham and Houston. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 10. Jakarta :
Salemba Empat.
4. Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktek Manajemen Keuangan. Yogyakarta :
ANDI OFFSET.
5. Keown, Arthur J. dkk. 2008. Manajemen Keuangan Prinsip dan Penerapan, Edisi
Kesepuluh, Jilid 1. INDEKS.
6. Hanafi, Mamduh M. 2012. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE.
14