campur

download campur

of 22

description

bm

Transcript of campur

MACAM OBAT ANESTESILOKALPosted bybelindchin medicineand tagged withkedokteran gigi24 Desember 20101. KokainHanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4% untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2-30 menit.Contoh: Fentanil* Farmakodinamik: Kokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari daun erythroxylon coca. Efek kokain yang paling penting yaitu menghambat hantaran saraf, bila digunakan secara lokal. Efek sistemik yang paling mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat.* Efek anestetik lokal: Efek lokal kokain yang terpenting yaitu kemampuannya untuk memblokade konduksi saraf. Atas dasar efek ini, pada suatu masa kokain pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang oftalmologi, tetapi kokain ini dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas atas. Kokain sering menyebabkan keracunan akut. Diperkirakan besarnya dosis fatal adalah 1,2 gram. Sekarang ini, kokain dalam bentuk larutan kokain hidroklorida digunakan terutama sebagai anestetik topikal, dapat diabsorbsi dari segala tempat, termasuk selaput lendir. Pada pemberian oral kokain tidak efektif karena di dalam usus sebagian besar mengalami hidrolisis.2. Prokain (novokain)Untuk infiltrasi: larutan 0,25-0,5%Blok saraf: 1-2%Dosis 15 mg/kg BB dan lama kerja 30-60 menitProkain disintesis dan diperkenalkan dengan nama dagang novokain. Sebagai anestetik lokal, prokain pernah digunakan untuk anestesi infiltrasi, anestesi blok saraf, anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Namun karena potensinya rendah, mula kerja lambat, serta masa kerja pendek maka penggunaannya sekarang hanya terbatas pada anestesi infiltrasi dan kadang- kadang untuk anestesi blok saraf. Di dalam tubuh prokain akan dihidrolisis menjadi PABA yang dapat menghambat kerja sulfonamik.3. Kloroprokain (nesakin)Derivat protein dengan masa kerja lebih pendek.4. Lidokain (lignokain, xylokain, lidones)Konsentrasi efektif minimal 0,25%. Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan,1-1,5% untuk blok perifer0,25-0,5% + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi0,5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik1,0% untuk blok motorik dan sensorik2,0% untuk blok motorik pasien berotot (muskular)4,0% atau 10% untuk topikal semprot di faring-laring (pump spray)5,0% bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakea5,0% lidokain dicampur5,0% prilokain untuk topikal kulit5,0% hiperbarik untuk analgesia intratekal (subaraknoid, subdural,)Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih ekstensif daripada yang ditunjukkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetik lokal golongan amida.Larutan Lidokain 0,5% digunakan untuk anestesi infiltrasi, sedangkan larutan 1-2% untuk anestesia blok dan topikal. Anestetik ini lebih efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap anestetik lokal golongan ester. Sediaan berupa larutan 0,5-5% dengan atau tanpa epinefrin (1:50000 sampai 1:200000).Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing, parastesia, kedutan otot, gangguan mental, koma, dan bangkitan. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung. Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf, anestesia spinal, anestesia epidural ataupun anestesia kaudal, dan secara setempat untuk anestesia selaput lendir.5. Bupivakain (markain)Konsentrasi efektif minimal 0,125%. Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain tetapi lama kerja sampai 8 jam.Prosedur Konsentrasi % VolumeInfiltrasi 0,25-0,50 5-60 mlBlok minor perifer 0,25-0,50 5-60 mlBlok mayor perifer 0,25-0,50 20-40 mlBlok interkostal 0,25-0,50 3-8 mlLumbal 0,50 15-20 mlKaudal 0,25-0,50 5-60 mlAnalgesi postop 0,50 4-8 ml/4-8 jam (intermitten) 0,125 15 ml/jam (kontinyu)Spinal intratekal 0,50 2-4 mlStruktur bupivakain mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin adalah butil piperidin. Merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja yang panjang, dengan efek blokade terhadap sensorik lebih besar daripada motorik. Karena efek ini bupivakain lebih populer digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pasca pembedahan. Pada dosis efektif yang sebanding, bupivakain lebih kardiotoksik daripada lidokain.Larutan bupivakain hidroklorida tersedia dalam konsentrasi 0,25% untuk anestesia infiltrasi dan 0,5% untuk suntikan paravertebra. Tanpa epinefrin, dosis maksimum untuk anestesia infiltrasi adalah 2mg/kgBB.6. EMLA (Eutectic Mixture of Local Anesthetic)Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain masing-masing 2,5% atau masing-masing 5%. EMLA dioleskan dikulit intak 1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi pada vena atau arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu halus atau buang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.7. Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)Mirip dengan bupivakain dan mempunyai indikasi yang sama dalam kegunaanya, yaitu ketika anastesi dengan durasi panjang dibutuhkan. Seperti bupivakain, ropivakain disimpan dalam sediaan botol kecil. Kedua obat tersebut merupakan isomer bagian kiri dari bupivakain. Keuntungannya dibandingkan dengan bupivakain adalah zat ini lebih rendah kardiotoksisitas. Zat ini tersedia dalam beberapa formulasi. Konsentrasi 0,5% (dengan atau tanpa epineprin), 0,75% , dan 1% telah digunakan pada bidang kedokteran gigi.Ketika digunakan pada praktek medis khasiat dari ropivakain sama-sama efektif, baik menggunakan epineprin maupun tidak. Pada dunia kedokteran gigi penambahan epineprin meningkatkan efek anestesia dari ropivakain.Konsentrasi efektif minimal 0.25%.8. AmethokainAmetokain tidak diadministrasikan melalui injeksi karena memiliki efek toksik. Zat ini diedarkan dengan sediaan topikal berkadar 4% untuk kulit, dan dapat digunakan sebagai sedasi intravena (premedikasi) atau pada anestesi general.9. FelipresinFelipresin adalah oktapeptid sintetik, yang sangat mirip dengan hormon pituitari vasopresin. Zat ini ditambahkan pada anestesi lokal pada kedokteran gigi dalam konsentrasi 0,03 IU/mL (0,54g/mL). Felipresin penggunaanya tidak sebagus vasokonstriktor epineprin, karena tidak bisa mengontrol hemoragi secara efektif.10. DibukainDerivat kuinolin merupakan anestetik lokal yang paling kuat, paling toksik dan mempunyai masa kerja panjang. Dibandingkan dengan prokain, dibukain kira-kira 15x lebih kuat dan toksik dengan masa kerja 3x lebih panjang. Sebagai preparat suntik, dibukain sudah tidak ditemukan lagi, kecuali untuk anestesia spinal. Umumnya tersedia dalam bentuk krim 0,5% atau salep 1%.11. Mepivakain HCLAnestetik lokal golongan amida ini sifat farmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain ini digunakan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf regional dan anestesia spinal. Sediaan untuk suntikan berupa larutan 1 ; 1,5 dan 2%. Mepivakain lebih toksik terhadap neonatus dan karenanya tidak digunakan untuk anestesia obstetrik. Pada orang dewasa indeks terapinya lebih tinggi daripada lidokain. Mula kerjanya hampir sama dengan lidokain, tetapi lama kerjanya lebih panjang sekitar 20%. Mepivakain tidak efektif sebagai anestetik topikal.12. TetrakainTetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Pada pemberian intravena, zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik daripada prokain. Obat ini digunakan untuk segala macam anestesia, untuk pemakaian topilak pada mata digunakan larutan tetrakain 0.5%, untuk hidung dan tenggorok larutan 2%. Pada anestesia spinal, dosis total 10-20mg. Tetrakain memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat, dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik. Namun bila diperlukan masa kerja yang panjang anestesia spinal, digunakan tetrakain.13. Prilokain HClAnestetik lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih kecil daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap SSP lebih ringan, penggunaan intravena blokade regional lebih aman. Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti lidokain. Sifat toksik yang unik dari prilokain HCl yaitu dapat menimbulkan methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh kedua metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin. Methemoglobinemia ini umum terjadi pada pemberian dosis total melebihi 8 mg/kgBB. Efek ini membatasi penggunaannya pada neonatus dan anestesia obstetrik. Anestetik ini digunakan untuk berbagai macam anestesia suntikan dengan sediaan berkadar 1,0; 2,0; dan 3,0%.14. BenzokainAbsorbsi lambat karena sukar larut dalam air sehingga relatif tidak toksik. Benzokain dapat digunakan langsung pada luka dengan ulserasi secara topikal dan menimbulkan anestesia yang cukup lama. Sediaannya berupa salep dan supposutoria.DAFTAR PUSTAKAMalamed SF. 2004. Handbook of Local Anesthesia, Fifth Edition. Missouri: Elsevier Mosby.Meechan JG. 2002. Practical Dental Local Anaesthesia. London: Quintessence Publishing Co. Ltd.Ritiasa K. 1993. ISO Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.Syarif A. 2007.Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: FK-UI.Tjay TH. dan Raharja K. 2005. Obat-obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Dry Socket: Etiologi, Pencegahan, danPenatalaksanaanPosted on14 Januari 2015byrizkadnt1. PendahuluanEkstraksi gigi dilakukan apabila gigi tersebut telah mengalami kerusakan yang tidak dapat dirawat dengan perawatan konservatif atau mengalami penyakit periodontal. Tindakan ekstraksi gigi dapat menyebabkan beberapa komplikasi, salah satunya adalahdry socket.Dry socketmerupakan komplikasi pasca-ekstraksi atau bedah pencabutan gigi yang paling umum ditemukan, disertai nyeri yang berhubungan dengan perubahan inflamasi pada dinding soket yang terbuka diikuti dengan hilangnya bekuan darah dalam soket setelah ekstraksi.1,2Dry socketdikenal juga dengan istilahalveolar osteitis,localized osteitis,alveolalgia,alveolitis sicca dolorosa,necrotic alveolitis,localized osteomylitis, danfibrinolytic alveolitis.1Tingkat insidensidry socketberkisar antara 0,6%-5,6% pada ekstraksi intra-alveolar dan terjadi 24,7% pada ekstraksi trans-alveolar.2Gambaran klinisdry socketberupa adanya nekrosis atau disintegrasi dari pembentukan bekuan darah, halitosis, dan nyeri dengan intensitas bervariasi dari soket ekstraksi, yang biasanya terjadi 2-4 hari setelah ekstraksi gigi dan dapat berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu.1Diagnosisdrysocket meliputi adanya nyeri sedang hingga berat pada gigi, inflamasi margin gingiva di sekitar soket bekas pencabutan, terbukanya tulang alveolar di dalam soket, disertai dengan sebagian atau seluruh bekuan darah yang hancur dan debris makanan yang terdapat di dalam soket.3Selain itu juga pasien merasa sakit berdenyut terus-menerus yang menyebar ke telinga, daerah temporal dan leher.4Secara mikroskopis,dry socketditandai dengan adanya infiltrasi sel inflamasi, yaitu sejumlah sel fagosit dan sel raksasa (giant cell) pada bekuan darah yang tersisa. Sel tersebut berhubungan dengan adanya bakteri dan nekrosis pada lamina dura. Pada gambaran histopatologi, terlihat adanya degradasi bekuan darah yang berhubungan dengan disolusi eritrosit dan fibrinolisis, deposit hemosiderin, dan tidak adanya jaringan granulasi.52. KlasifikasiHermeschet aldalam Cardosoet almengelompokkan komplikasi ini menjadi 3 jenis:51. Superficial alveolitis marginal. Mukosa perialveolar meradang dan sebagian tertutup oleh jaringan granulomatosa dan terasa menyakitkan selama pengunyahan.2. Suppurative alveolitis. Bekuan terinfeksi dan ditutupi oleh membran hijau keabu-abuan dan dapat berisi fragmen gigi atausequestrumtulang. Hal ini menyebabkan nyeri dengan intensitas sedang, dan dapat juga terjadi demam.3. Dry socket. Dinding tulang alveolar terbuka, dengan hilangnya seluruh atau sebagian bekuan darah, warna gelap, dan berbau busuk. Nyeri yang sangat kuat dan berlanjut serta menyebar dan tidak berkurang meskipun dengan pemakaian analgesik. Hipertermia lokal dan limfadenopati juga dapat terjadi pada jenis alveolitis ini.Oikarinen dalam Cardosoet almengklasifikasikan sebagai:51. Real alveolitis. Gejala khas soket kering dan membutuhkan tindak lanjut yang profesional.2. Nonspecific alveolitis.Onset3 sampai 4 hari setelah ekstraksi, lebih umum dan tidak memerlukan perawatan profesional meskipun ada gejala nyeri.3.EtiologiSoket setelah pencabutan gigi sembuh dengan terbentuknya bekuan darah sebagai hasil dari pertumbuhan sel fibroblas dan jaringan kapiler baru dari tulang dan tepi jaringan lunak.Dry socketmenyebabkan penyembuhan socket setelah ekstraksi tertunda.3Gambar 1. A. Terbentuk bekuan darah. B. Tidak terbentuk bekuan darah7Beberapa peneliti percaya bahwadry socketdisebabkan oleh tingginya tingkat aktivitas fibrinolitik dalam soket bekas ekstraksi. Fibrinolitik ini dapat menyebabkan lisis pada bekuan darah dan paparan selanjutnya pada tulang. Namun, proses fibrinolitik ini bisa juga karena infeksi subklinis, inflamasi ruang sumsum tulang atau faktor lainnya.3Insidensidry socketyang tinggi ditemukan diantara pasien yang tidak taat dengan instrusksi post-ekstraksi.2Etiologi definitifdry socketbelum dapat diterima secara umum, tetapi umumnya diduga akibat dariclot fibrinolysissebagai hasil dari invasi bakteri. Beberapa faktor yang berkontribusi telah dilaporkan dalam berbagai literatur yang berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinyadry socket. Hal-hal tersebut termasuk traumatik ekstraksi, infeksi pra-operasi, merokok, jenis kelamin, defisiensi nutrisi, letak ekstraksi, penggunaan kontrasepsi oral, penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor, irigasi pasca-operasi yang tidak adekuat, dan rendahnya tingkat pengalaman operator. Meningkatnya usia dan kondisi sistemik, seperti diabetes melitus dan penurunan imun juga dihubungkan dengan peningkatan risiko terjadinyadry socket.1Analisis multivarian pada penelitian yang dilakukan oleh Agrawal,et almenunjukkan pengalaman operator, fraktur pasca-bedah, penyakit periodontal, gigi posterior, penggunaan obat kesehatan mental menjadi faktor risiko yang independent dan signifikan dalam perkembangan terjadinya alvolar osteitis. Faktor lain yang juga berperan yaitu seringnya mengubah tekanan kasa untukdressing, sering berkumur, adanya infeksi, merokok, trauma ketika bedah dan penggunaan obat anestesi lokal yang berlebihan.6Gambar 2. Distribusi jenis kelamin pada pasiendry socket1Penelitian yang dilakukan oleh Khitabetal di Pakistan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa presentasi terjadinyadrysocket pada laki-laki (53%) lebih tinggi dari pada perempuan (47%). Hal ini disebabkan laki-laki lebih banyak yang menjadi perokok, sementara tidak ada perempuan yang merokok pada penelitian ini. Penjelasan lain yang mungkin dalam kebanyakan studi melaporkan insidendry socketyang lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki, disebabkan persentasi yang tinggi pada penggunaan kontrasepsi oral pada wanita.1Tabel 1. Distribusi usia pasiendry socket1Pada penelitian yang sama, ditemukan bahwa rentang usia 31-40 tahun merupakan usia yang paling banyak mengalamidry socket. Alasan hubungan usia ini masih belum jelas secara ilmiah, namun tulang alveolar yang telah berkembang dengan baik dan penyakit periodontal yang relatif jarang terjadi pada usia ini membuat pencabutan gigi lebih sulit. Selain itu ekstraksi biasanya dilakukan pada kelompok usia ini, sehingga dapat meningkatkan angka kejadiandry socket.1Gambar 3. Distribusidry socketpada maksila dan mandibula1Khitabet almenemukan bahwa tingkat risikodry socketlebih tinggi pada mandibula dibandingkan maksila. Hal ini disebabkan oleh densitas tulang yang lebih tinggi, penurunan vaskularisasi dan berkurangnya kapasitas produksi jaringan granulasi pada mandibula, sementara vaskularisasi maksila lebih baik daripada mandibula.1,3Tabel 2. Distribusidry socketmenurut lokasi ekstraksi2Selain itu, ditemukan bahwa presentasidry socketpaling tinggi terjadi pada molar ketiga mandibula, disusul molar pertama dan molar kedua mandibula. Pada molar ketiga, hal ini mungkin terjadi karena presentasi yang besar pada bedah ekstraksi molar ketiga rahang bawah, yang menggambarkan adanya pengaruh trauma bedah pada daerah ini selama ekstraksi. Sementara presentasi yang tinggi pada molar pertama dan kedua mandibula, disebabkan oleh tingginya frekuensi ekstraksi gigi tersebut.1Pada soket molar terdapat ruang yang lebih luas dan lebih banyak menghasilkan bekuan darah daripada di daerah lain, yang mana memungkinkan bekuan darah terpapar dan meningkatkan aktivitas fibrinolitik.3Penurunan insidensidry sockettelah dilaporkan pada pasien dengan kebersihan mulut yang baik, operator yang menghindari trauma iatrogenik pada gigi, dan pasien menghindari tindakan pembedahan di hari ke-1 dan ke-22 siklus menstruasi pada wanita non-menopause.2Dari penjelasan di atas, didapatkan penyebabdry socketdapat dihubungkan dengan tiga faktor utama, yaitu:81. Kondisi gigi dan jaringan periodontal sebelum ekstraksi gigi. Kondisi perikoronitis merupakan faktor penting dalam perkembangan infeksi tulang alveolar yang mana perlu dipertimbangkan sebelum operasi.2. Teknik bedah yang digunakan. Hasil trauma kompresi tulang lapisan soket begitu juga kemungkinan terjadinya trombosis pada pembuluh darah di bawahnya, mengurangi perfusi darah. Trauma juga dapat dihubungkan dengan menurunnya ketahanan jaringan dan infeksi luka akibat bakteri anaerob. Birn menemukan kerusakan yang berhubungan dengan sel dan tulang alveolar sehingga melepaskan aktivator jaringan aktivitas fibrinolitik (faktor XII atau faktor Hageman, urokinase dari darah, jaringan, dan aktivator plasmonigin endotel) yang mempengaruhi integritas bekuan darah.3. Faktor pasien, misalnya kondisi umum pasien (usia, jenis kelamin, kondisi medis), kebiasaan buruk (merokok), dan riwayat pemberian obat dan kepatuhan terhadap instruksi pasca-ekstraksi.4. PencegahanSebuah penelitian menunjukkan hasil penurunan yang signifikan mengenai insidensidry socketyang diobservasi pada pasien yang patuh. Pemberian instruksi pada pasien dapat dilakukan sehingga pasien patuh terhadap instruksi pasca-pencabutan gigi. Laporan terbaru menunjukkan kepatuhan yang secara signifikan lebih baik pada pasien yang diberi instruksi secara lisan daripada pasien dengan instruksi tertulis dalam hal penggunaan obat kumur salin hangat setelah posedur bedah. Namun penggunaan instruksi baik lisan maupun tertulis pasca-bedah, keduanya dilaporkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien.2Pencegahandry socketdi masa lalu melibatkan dua pendekatan yaitu farmakologis dan bedah. Metode farmakologis yang digunakan dalam pencegahandry socketmeliputi penggunaan antibiotik yang ditempatkan pada soket setelah ekstraksi dan obat kumur antiseptik.8Pendekatan bedah dilakukan dengan penggunaan desainflapuntuk meminimalkan trauma dan risikodry socket.1Pembedahan ini dilakukan untuk ekstraksi molar ketiga.Beberapa cara telah dianjurkan untuk mengurangi tingkat insidensidry socketpada pasien. Upaya pencegahan tersebut meliputi penggunaan obat kumur antiseptik (saline hangat, hidrogen peroksida, klorheksidin), agen antifibronolytic, antibiotik (tetrasiklin, amoxicilin/asam klavulanat, klindamisin, metronidazol), agen pendukung pembekuan dandressingintra-alveolar. Dengan pencegahan tersebut, dilaporkan terjadi penurunan insidensidry socketpasca-ekstraksi gigi.1,2Irigasi soket ekstraksi dengan menambah jumlah salin fisiologis akan semakin menurunkan insidensidry socket. Antibiotik mencegah terjadinya dry socket disebabkan efek antimikrobial untuk melawan bakteri yang terlibat dalam patogenesisdry socket.2Metode lain adalah dengan menggunakan OCF (Oxidized Cellulose Foam). Dalam banyak kasus OCF ditempatkan di soket gigi setelah pencabutan gigi untuk meningkatkan dan mencapai hemostasis. OCF adalah salah satu bahanbiodegradableyang paling umum digunakan untuk memfasilitasi terjadinya hemostasis dan kontrol perdarahan. Material yang menyebabkan hemostatis dapat melalui berbagai mekanisme seperti penyerapan darah, interaksi permukaan protein dan trombosit, aktivasi jalur instrinsik dan ekstrinsik, sifat bakteriostatik disebabkan pH yang rendah sertahypoallergenicity. OCF memiliki sifat bakteriostatik sehingga dapat menghambat/mencegah kaskade fibrinolitik yang dipicu oleh infeksi yang membawanya (Hipotesis BIRN), mekanisme lainnya kemungkinan disebabkan stabilitas bekuan darah yang lebih baik sehingga mencegah pelepasan bekuan darah yang disebabkan gesekan yang dapat melepaskan saat terjadinya perubahan tekanandressingdan berkumur yang terlalu sering.65. PenatalaksanaanPenatalaksanaandry socketkurang kontroversial dibandingkan dengan etiologi dan pencegahannya. Dalam metode perawatan tradisional, tujuan utama dari perawatandry socketseperti yang diindikasikan oleh Fazakerley, merupakan kontrol nyeri sampai permulaan penyembuhan normal, dan dalam kebanyakan kasus merupakan tindakan yang memuaskan.3Penatalaksanaan terbarudry socketmeliputi irigasi dengan salin normal, penggunaan pasta intra-alveolar (terdiri dari benzocain,balsum of Perudan eugenol), dan intervensi bedah.2Nyeri dikontrol dengan pemberian analgesik yang potensial.1Metode perkembangan penatalaksanaandry socketdapat dibedakan menjadi menjadi tiga, yaitu:11. Irigasi soket dengan normal salin dan pemberian anlgesik yang potensial telah digunakan dalam penatalaksanaandry socket. Pemeliharaan kebersihan rongga mulut yang baik dan berkumur dengan salin hangat membantu dalam penyembuhan soket. Irigasi soket dengan normal salin, membuang fragment gigi dan tulang, membuang jaringan nekrotik dan debris makanan. Nyeri dapat dikontrol dengan pemberian anlgesik yang potensial.1Selama beberapa tahun, irigasi soket ekstraksi dengan normal salin atau larutan hidrogen peroksida dandressingdengan obat-obatan telah menjadi perkembangan metode perawatan soket setelah ekstraksi gigi yang didiagnosa sebagidry socket. Metode pengobatan ini telah terbukti efektif dalam merawatdry socketdengan kondisi nyeri. Hidrogen peroksida menjadi agen pengoksidasi yang menyediakan kondisi aerobik dalam soket ekstraksi. Pembentukan kembali bekuan darah dan perlindungan bekuan darah ini dengan menggunakan amoksisilin, metronidazol, dan ibuprofen meningkatkan proses penyembuhan. Hal ini mengakibatkan pengurangan lamanya perawatan, ketidaknyamanan pasien dan morbiditas.32. Penempatan obat-obatan yang meliputidressingantibakteri,dressingobtudent,dressinganestesi topikal, dan kombinasinya. Penempatan obat dalam literatur merupakan suatu kontroversial, disebabkan dapat menimbulkan komplikasi lokal di soket ekstraksi.1Beberapa penulis juga mendorong penggunaandressingyang mengandung eugenol untuk perawatan dan pencegahandry socket. Namun, eugenol memiliki efek iritan lokal dan perlambatan penyembuhan luka pada soket.3Produk topikal lain yang telah dilaporkan dan memiliki efek yang menguntungkan dalam perawatan dan pencegahandry socket, meliputi 0,12% klorheksidin glukonat, obat kumur betadin, benzokain, antimikroba topikal (iodoform), plasma kaya trombosit, antibiotik topikal seperti tetrasiklin, klindamisin atau kombinasi bacitracin, neomycin dan tetrasiklin.33. Intervensi bedah dalam bentuk pemberian anestesi, kuretase dan irigasi soket untuk membersihkan dari tulang nekrotik, fragmen gigi, penyebab pendarahan, dan penutup primer denganadvancement flap, untuk melindungi bekuan darah dan meningkatkan penyembuhan merupkan tujuan utamanya. Prosedur ini dapat memberikan peredaan nyeri dengan cepat dan mendorong proses penyembuhan.1REFERENSI1. Khitab, Umar, Ahmad Khan, dan S. Maqbool Shah. Clinical Characteristics and Treatment of Dry Socket a Study. Pakistan Oral & Dental Journal Vol 32, No. 2 (August 2012).2. Akpata, Osagie, Osawe Felix Omoregie, dan Foluso Owotade. Alveolar Osteitis: Patients compliance to post-extraction instructions following extraction of molar teeth. Niger Med J. 2013 Sep-Oct; 54(5): 335338.3. Anyanechi, Charles Ezechukwu. Management of Alveolar Osteitis: A Comparative Study of Two-Treatment Techniques. Journal of Contemporary Dentistry, Januari-April 2013;3(1):11-14.4. B, Daly,et al. Local interventions for the management of alveolar osteitis (dry socket) (Review). JohnWiley & Sons, Ltd.. 2012.5. Cardosoet al. Clinical Concepts of Dry Socket. J Oral Maxillofac Surg 68:1922-1932, 2010.6. Agrawal, Amiya, Neeraj Singh, dan Ankita Singhal. Oxidized Cellulose Foam in Prevention of Alveolar Osteitis. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (JDMS). Volume 22, Issue 22 (Nov.- Dec. 2012), PP 26-28.7. Marcano, Luis. Emergencies: Dry Socket. 2014 (http://drluismarcano.com/2014/01/30/emergencies-dry-socket/diakses pada 19 Desember 2014 pukul 22.00 WIB).8. Hawramy, Falah A, dan Ibrahim S. Gataa. Evaluation of Different Drugs for Prevention of Dry Socket after Extraction of Lower Wisdom Teeth. Tikrit Journal for Dental Sciences 1(2012)76-80.

Fase Penyembuhan LukaFase Penyembuhan Luka.Lukaadalah hilang atau pun rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Keadaan luka ini banyak faktor penyebabnya. Diantarapenyebab dari lukaadalah dapat trauma benda tajam atau tumpul, ledakan, zat kimia, perubahan suhu, sengatan listrik, atau pun gigitan hewan. Demikian kurang lebih daripengertian luka. Nah kali ini Blog Keperawatan akan mencoba sharing sedikit mengenai berbagaifase penyembuhan lukadan semoga dengan kita mengenal akanfase / tahap penyembuhan lukaini akan bisa memberikan manfaat.

Allah Ta'ala telah memberikan nikmat kepada kita dengannikmat sehat. Dan Allah pun telah memberikan dalam tubuh yang sehat tersebut akan memiliki kemampuan alami dalam hal melindungi dan juga memulihkan dirinya dari luka. Diantara mekanisme tersebut adalah dengan adanya peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan.Proses penyembuhan lukaterjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh dalam proses perawatan yaitu dengan melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan dan hal ini tentunya akan sangat membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan yang telah rusak atau mengalami luka.

Fase penyembuhan lukadalam sebuah proses luka adalah melalui 3 fase atau 3tahap penyembuhan lukayaitu :1. Fase InflamasiFase inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinyalukasampai kira kira hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka yang diderita tersebut akan menyebabkan perdarahan dan tubuh dalam hal ini akan berusaha menghentikannya dengan cara vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.

2. Fase Proliferasi.Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.

Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul. Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.

Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.

3. Fase Penyudahan (Remodelling).Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Odema dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.- See more at: http://askep-net.blogspot.com/2012/06/fase-penyembuhan-luka.html#sthash.XfGjEiQn.d

Langkah - Langkah Penatalaksanaan Syok Anafilaktik

Algoritma Penatalaksanaan Syok Anafilaktik

Gejala dan Tanda Syok Anafilaktik

A.Penanganan Utama dan segera :=1.Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.2.Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala.3.BerikanAdrenalin1 : 1000 ( 1 mg/ml )Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan dosis 0,3 0,5 ml (anak : 0,01 ml/kgbb), dapat diulang tiap lima menit,pada tempat suntikan atau sengatan dapat diberikan 0,1 0,3 mlPemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada respon pada pemberian secara IM, atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok, dengan dosis ( dewasa) : 0,5 ml adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg / ml ) diencerkan dalam 10 ml larutan garam faali dan diberikan selama 10 menit.4.Bebaskan jalan napasdanawasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi ) sampai syok teratasi.5.Pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah systole kurang dari 100 mmHg.6.Pemberian oksigen 5-10 L/menit7.Bila diperlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan tenaga medis.

B.Penanganan Tambahan :

1.Pemberian Antihistamin :Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila timbul urtikaria.2.Pemberian Kortikosteroid :Hydrokortison inj 7 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg / kg BB setiap 6 jam atau deksametason 2-6 mg/kgbb. untuk mencegah reaksi berulang.Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk mengatasi syok anafilaktik.3.Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20 menit bila terjadi tanda tanda bronkospasme, dapat diikuti dengan infuse 0,6 mg /kgbb/jam, atau brokodilatator aerosol (terbutalin, salbutamo ).

C.Penanganan penunjang :

1.Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan pemanasan.2.Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada jam pertama.

Patofisiologi Reaksi Anafilaktik