CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif...

27
CAMELS VS ANGELS : ANALISIS KINERJA KEUANGAN YANG SESUAI BAGI PERBANKAN SYARIAH DALAM PERSPEKTIF SYARIAH ENTERPRISE THEORY (Studi Empiris Pada Perbankan syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia) Oleh Rahmat Hidayat 1 Abstrak Pengukuran tingkat kesehatan bank telah diatur berdasarkan ketentuan Bank Indonesia dengan mengeluarkan SK No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang metode penilaian tingkat kesehatan bank yang meliputi aspek-aspek Capital Adequacy Ratio (Permodalan), Assets Quality (Kualitas Aktiva Produktif), Management Risk (Resiko Manajemen), Earnings (Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas) yang mana aspek-aspek tersebut biasa dikenal dengan metode CAMEL. Analisis tersebut berlaku pada perbankan konvensional dan juga dapat digunakan pada perbankan syariah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah penggunaan rasio CAMEL yang selama ini dipakai untuk mengukur kinerja keuangan perbankan syariah sesuai dalam perspektif syariah enterprise theory, ataukah perlu menggunakan alternatif pengukuran kinerja keuangan yang lain yang sesuai bagi bank syariah seperti ANGELS, mengingat adanya perbedaan prinsip pertanggungjawaban antara bank konvensional dan bank syariah. 1 Mahasiswa Akuntansi Universitas Trunojoyo Madura 1

Transcript of CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif...

Page 1: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

CAMELS VS ANGELS : ANALISIS KINERJA KEUANGAN YANG

SESUAI BAGI PERBANKAN SYARIAH DALAM PERSPEKTIF

SYARIAH ENTERPRISE THEORY

(Studi Empiris Pada Perbankan syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia)

Oleh

Rahmat Hidayat1

Abstrak

Pengukuran tingkat kesehatan bank telah diatur berdasarkan ketentuan Bank

Indonesia dengan mengeluarkan SK No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang

metode penilaian tingkat kesehatan bank yang meliputi aspek-aspek Capital Adequacy Ratio

(Permodalan), Assets Quality (Kualitas Aktiva Produktif), Management Risk (Resiko

Manajemen), Earnings (Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas) yang mana aspek-aspek

tersebut biasa dikenal dengan metode CAMEL. Analisis tersebut berlaku pada perbankan

konvensional dan juga dapat digunakan pada perbankan syariah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah penggunaan rasio CAMEL

yang selama ini dipakai untuk mengukur kinerja keuangan perbankan syariah sesuai dalam

perspektif syariah enterprise theory, ataukah perlu menggunakan alternatif pengukuran

kinerja keuangan yang lain yang sesuai bagi bank syariah seperti ANGELS, mengingat

adanya perbedaan prinsip pertanggungjawaban antara bank konvensional dan bank syariah.

Key words : CAMEL, ANGELS, syariah enterprise theory, prinsip pertanggungjawaban.

1 Mahasiswa Akuntansi Universitas Trunojoyo Madura

1

Page 2: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengukuran tingkat kesehatan bank telah diatur berdasarkan ketentuan Bank

Indonesia dengan mengeluarkan SK No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang

metode penilaian tingkat kesehatan bank yang meliputi aspek-aspek Capital Adequacy

Ratio (Permodalan), Assets Quality (Kualitas Aktiva Produktif), Management Risk

(Resiko Manajemen), Earnings (Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas) yang mana

aspek-aspek tersebut biasa dikenal dengan metode CAMEL. Analisis tersebut berlaku

pada perbankan konvensional dan juga dapat digunakan pada perbankan syariah.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal

30 April 1997 tentang cara penilaian tingkat kesehatan Bank Umum, pasal 2 dijelaskan

bahwa :

- Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif atas

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank.

- Pendekatan kualitatif sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan penilaian

terhadap faktor-faktor seperti; permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,

rentabilitas dan likuiditas.

Sedangkan Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip

Syariah terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari

2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip

Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 31, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4699), yang menyebutkan bahwa Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor faktor yang terdiri dari:

1) Permodalan (Capital)

2) Kualitas aset (Asset quality)

3) Manajemen (Management)

4) Rentabilitas (Earnings)

5) Likuiditas (Liquidity)

2

Page 3: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

6) Sensitivitas atas resiko pasar (Sensitivity to market risk)

Dari berbagai regulasi yang ada, tidak ada perbedaan dalam pengukuran tingkat

kesehatan antara bank syariah dan bank konvensional. Hal ini bertolak belakang dengan

konsep teoritis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan yang dijadikan

sebagai acuan penilaian tingkat kesehatan bank tersebut.

Konsep akuntansi yang dipakai bank konvensional sama halnya dengan konsep

akuntansi konvensional, yaitu entity theory. Berdasarkan teori tersebut prinsip

pertanggung jawabannya hanya pada stockholders, Sifat yang melekat pada entity theory

akan sulit mendukung akuntansi syari’ah yang bertujuan ”membangkitkan kesadaran

keTuhanan para penggunanya (Triyuwono : 2007). Sedangkan konsep akuntansi syariah

yang mendasari penyusunan laporan keuangan bank syariah menggunakan konsep syariah

enterprise theory, syariah enterprise theory memiliki cakupan akuntabilitas yang lebih

luas dibandingkan dengan entity theory. Akuntabilitas yang dimaksud adalah

akuntabilitas kepada Tuhan, manusia, dan alam (Triyuwono 2006a).

Penelitian terdahulu berfokus pada perbandingan kinerja keuangan perbankan

konvensional dengan perbankan syariah (Abustan, 2009), atau perbandingan kinerja

keuangan antara perbankan syariah dengan perbankan syariah lainnya (Nur Aeni

Wahyuni, 2009) dengan menggunakan rasio CAMELS. Tetapi belum ada yang menguji

ketepatan penggunaan rasio CAMELS berdasarkan perbedaan prinsip

pertanggungjawaban yang melekat pada bank syariah dan bank konvensional.

Kajian mengenai sistem penilaian tingkat kesehatan Perbankan syariah dilakukan

oleh Iwan Triyuwono dengan gagasannya yang disebut dengan ANGELS2 yang

merupakan singkatan dari Amanah management, Non-economic wealth, Give out,

Earnings, capital and assets, Liquidity and sensitivity to market, dan socio economic

wealth. Konsep ANGELS walaupun masih dalam taraf pemikiran awal dan belum bisa

dipraktikkan dalam dunia nyata, menawarkan kelebihan-kelebihan dalam mengukur

tingkat kesehatan bank syariah berdasarkan prinsip pertanggungjawabannya yang

meliputi tuhan, manusia, dan alam.

1.2. Identifikasi Masalah

2 Triyuwono, Angels: sistem penilaian tingkat kesehatan bank syariah (2011: vol 2)

3

Page 4: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah pengukuran tingkat kesehatan bank syariah yang selama ini dilakukan

dengan menggunakan rasio CAMELS mampu menyajikan nilai yang sesuai

berdasarkan prinsip pertanggungjawaban yang melekat pada bank syariah ?

2. Apakah ANGELS mampu menggantikan fungsi CAMELS yang sudah biasa

digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank syariah ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah berdasarkan prinsip pertanggungjawaban yang melekat

pada bank syariah, rasio CAMELS sesuai jika digunakan untuk mengukur tingkat

kesehatan bank syariah.

2. Untuk mengetahui apakah ANGELS yang muncul sebagai sistem penilaian

tingkat kesehatan bank syariah mampu menggantikan fungsi CAMELS yang

sudah biasa digunakan sebagai pengukur tingkat kesehatan bank syariah.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan terutama

dalam ilmu akuntansi (khususnya akuntansi syariah).

2. Memberikan masukan mengenai penggunaan rasio yang sesuai bagi bank syariah

3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti-

peneliti selanjutnya.

BAB II

4

Page 5: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bank

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana

tersebut ke masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta

memberikan jasa Bank lainnya.

Pengertian bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10

November 1998 tentang Perbankan adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga

kegiatan utama, yaitu:

1) Menghimpun dana

2) Menyalurkan dana

3) Memberikan jasa bank lainnya

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok

perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan

pendukung dari kedua kegiatan diatas.

2.1.1. Kesehatan Bank

Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai

“kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara

normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara

yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”.

Pengukuran tingkat kesehatan bank telah diatur berdasarkan ketentuan Bank

Indonesia dengan mengeluarkan SK No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997

tentang metode penilaian tingkat kesehatan bank yang meliputi aspek-aspek yang

biasa disebut dengan CAMELS, yaitu :

5

Page 6: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

a) Capital (Permodalan)

b) Asset Quality (Kualitas Aset)

c) Management (Manajemen)

d) Earnings (Rentabilitas)

e) Liquidity (Likuiditas)

f) Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas terhadap Risiko Pasar)

2.2. Rasio Keuangan (CAMELS)

Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat laporan

keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga sekaligus

menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut (Kasmir, 2004). Di dalam laporan

keuangan terdapat hasil analisis dari rasio keuangan. Analisis rasio keuangan

menunjukkan hubungan di antara pos-pos yang terpilih dari data laporan keuangan.

Rasio memperlihatkan hubungan matematis di antara satu kuantitas dengan

kuantitas lainnya. Hubungan ini dinyatakan dalam presentase, tingkat, maupun proporsi

tunggal (Gamayuni, 2006). Rasio keuangan yang biasa digunakan dalam menilai tingkat

kesehatan bank untuk menentukan suatu bank bermasalah atau tidak adalah rasio

keuangan CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity dan

Sensitivibility). Beberapa rasio CAMEL yang paling sering digunakan adalah rasio CAR,

NPL, ROA, ROE, NIM, BOP, dan LDR.

2.2.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR merupakan salah satu indikator kesehatan permodalan bank. Penilaian

permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover

eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko dimasa mendatang. CAR

memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko

(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal

sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (Almilia

dan Herdiningtyas, 2005).

CAR =Modal Bank

x 100%Total ATMR

6

Page 7: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai CAR

menunjukkan semakin sehat bank tersebut.

2.2.2. Non Performing Loans (NPL)

NPL merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. NPL yang

digunakan adalah NPL neto yaitu NPL yang telah disesuaikan. Kuncoro (dalam

Mulyaningrum, 2008) mengatakan penilaian kualitas aset merupakan penilaian

terhadap kondisi aset Bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Kredit dalam hal

ini adalah kredit bermasalah.Kredit bermasalah digolongkan menjadi kredit dengan

kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Almilia dan Herdiningtyas (2005) menyatakan bahwa semakin buruk kualitas

kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka

kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Rasio ini

dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31

Mei 2004) :

NPL =Kredit Bermasalah

x 100%Total Kredit

2.2.3. Return On Asset (ROA)

Rasio ini merupakan salah satu dari rasio yang digunakan untuk menilai aspek

earning. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset

bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005)

Riyadi (dalam Mulyaningrum, 2008) menyatakan semakin besar ROA,

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan

suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

ROA = Laba Sebelum Pajak x 100%

7

Page 8: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

Rata-Rata Total Aset

2.2.4. Return On Equity (ROE)

Menurut Riyadi (dalam Mulyaningrum, 2008), Return on Equity adalah rasio

profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan

modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat

dihasilkan. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai

bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil

(Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat

Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

ROE =Laba Setelah Pajak

x 100%Rata-Rata Total Ekuitas

2.2.5. Net Interest Margin (NIM)

NIM merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-

rata aktiva produktif. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga

dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif

yang menghasilkan bunga (interest bearing assets) (Prasnanugraha, 2007).

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

NIM =Pendapatan Bunga Bersih

x 100%Aktiva Produktif

2.2.6. Biaya Operasi dibanding dengan Pendapatan Operasi (BOPO)

8

Page 9: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap

pendapatan operasional (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka

menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya pemasaran, biaya

tenaga kerja dan biaya operasi lainnya Sedangkan pendapatan operasi merupakan

pendapatan utama bank yaitu pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana dalam

bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya (Prasnanugraha, 2007).

Riyadi (dalam Mulyaningrum, 2008) mengatakan semakin rendah rasio BOPO

berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam

menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

BOPO =Biaya Operasional

x 100%Pendapatan Operasional

2.2.7. Loans to Deposit Ratio (LDR)

Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara

membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Kredit

yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak

ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito (Almilia dan

Herdiningtyas, 2005).

Santoso (1996) mengatakan bahwa semakin tinggi rasio LDR maka semakin

tinggi probabilitas dari sebuah bank mengalami kebangkrutan. Rasio ini dirumuskan

sebagai berikut (SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

LDR = Total Kredit x 100%

9

Page 10: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

Total DPK

2.3. Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah (ANGELS)

ANGELS adalah suatu bentuk sistem penilaian tingkat kesehatan bank syariah

yang diajukan oleh Iwan Triyuwono (2011 : 1-118). Sistem penilaian ini mencakup nilai,

proses, hasil, dan stakeholders. Nilai yang dimaksud disini adalah nilai etika syariah.

Nilai ini mendasari konstruksi sistem penilaian tingkat kesehatan bank syariah.

Sedangkan proses, hasil, dan stakeholders merupakan struktur komponen dari tujuan

filosofis bank syariah. Ketiga struktur ini tetap melekat pada sistem penilaian tingkat

kesehatan bank syariah agar bank syariah tidak kehilangan jati dirinya dalam melakukan

bisnisnya. Sistem penilaian tingkat kesehatan bank syariah yang dimaksud disini adalah

ANGELS (Triyuwono : 2011).

Sistem penilaian tingkat kesehatan bank syariah tidak semerta-merta begitu saja

dibuat. Tetapi sistem ini dibuat dengan tujuan yang sangat jelas, yaitu (Triyuwono : 2011)

:

1) Memastikan tercapainya tujuan bank syariah

2) Mendorong implementasi strategic management system berbasis etika syariah

3) Memicu implementasi praktik etika syariah dalam operasi sehari-hari bank

syariah

4) Mengendalikan dinamika pertumbuhan dan pengembangan bank syariah

5) Menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah

ANGELS merupakan singkatan dari Amanah management, Non-economic wealth,

Give out, Earnings, capital and assets, Liquidity and sensitivity to market, dan socio

economic wealth.

2.3.1. Amanah Management

Amanah management adalah faktor utama dari ANGELS, merupakan faktor

penilaian yang sangat penting. Dikatakan penting, karena amanah management

merupakan bentuk konkrit dari penerapan etika syariah dalam bisnis perbankan.

Penerapan etika syariah tidak dapat diartikan secara sempit dalam pengertian bahwa

bank syariah mengeluarkan produk-produk yang sesuai dengan syariah, seperi

10

Page 11: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

mudharabah, musyarakah, murabahah, dan lain-lainnya. Tetapi lebih fundamental

adalah penerapan syariah dalam bentuk syariah strategic management system.

Syariah strategic management system merupakan sistem manajemen yang

secara sistematis dan fleksibel megnarahkan tercapainya tujuan bank syariah, yang

sekaligus menjamin dipraktikkannya etika syariah. Dengan penerapan syariah

strategic management system, etika syariah tidak saja tampak pada simbol, tetapi juga

yang lebih penting adalah substansi yang membumi dalam praktik. Jika demikian,

maka corporate culture bank yang berdasarkan pada etika syariah menjadi berbentuk

dan hidup dinamis dalam operasi bank sehari-hari.

Disamping itu, dalam amanah management dituntut adanya inovasi. Inovasi

dalam pengertian ini tidak terbataas pada inovasi produk, tetapi juga meliputi inovasi

pada sistem manajemen secara keseluruhan, misalnya inovasi pada manajemen

pelayanan, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, dan lain-lainnya. Inovasi ini

diperlukan karena dua alasan penting, yaitu persaingan dan perubahan lingkungan.

Inovasi merupakan sebuah tuntutan dari syariah, karena dengan inovasi tersebut

sebuah perubahan dapat dilakukan. Oleh karena itu inovasi menjadi sebuah

keniscayaan bagi bank syariah untuk merespon lingkungannya dan untuk melakukan

perubahan.

Bagian lain yang tidak kalah pentingnya dengan inovasi adalah akuntabilitas

(accountability). Dengan sistem profit loss sharing, sebenarnya bank syariah dituntut

lebih transparan dibandingkan dengan bank konvensional. Akuntabilitas dalam

konteks ini meliputi tiga macam, yaitu : akuntabilitas kepada tuhan, akuntabilitas

kepada stakeholders, dan akuntabilitas terhadap alam.

Amanah management adalah bagian yang sangat penting dan fundamental dari

model sistem penilaian ini. Karena pada dasarnya keberhasilan sebuah bank sangat

bergantung pada best management practice nya. Amanah management adalah

“proses”.

2.3.2. Non-Economic Wealth

Non-economic wealth adalah faktor kedua dari ANGELS. Faktor ini adalah

faktor yang perlu diperhitungkan sebagai salah satu bagian yang tidak bisa

ditinggalkan un tu menilai tingkaat kesehatan bank syariah. Ketiadaan faktor ini

11

Page 12: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

mengindikasikan kurang sempurnanya sistem penilaian. Kesehatan bank tidak akan

terdeteksi secara baik dan utuh jika faktor ini tidak ada.

Faktor ini muncul dan harus ada dalam model sebagai konsekuensi

menjadikan etika syariah sebagai basis nilai dari perbankan syariah. Tanpa dasar nilai

etika ini, faktor non-economic wealth tidak akan pernah ada, sebagaimana misalnya

terlihat pada CAMELS atau model laiinya.

Non-economic wealth dalam hal ini terdiri dari kesejahteraan mental dan

kesejahteraan spiritual. Untuk menciptakan jenis kesejahteraan ini diperlukan daya

“akal” mental dan spiritual yang kuat dari manajemen bank syariah

Dengan faktor ini manajemen bank syariah dituntut untuk menciptakan

kesejateraan mental dan spiritual. Kesejahteraan ini merupakan salah satu “hasil” dari

“proses” praktik amanah management.

2.3.3. Give Out

Faktor ketiga adalah give out. Faktor ini erat kaitannya dengan distribusi

kesejahteraan yang telah berhasil diciptakan oleh bank syariah. Faktor give out, dalam

model sistem penilaian bank konvensional (CAMELS), tidak muncul (sebagaimana

juga non-economic wealth), karena dasar nilai model pada bank konvensional tidak

menaruh perhatian pada distribusi kesejahteraan selain kepada shareholders.

Sebaliknya, etika syariah memberikan perhatian yang cukup besar pada aspek

distribusi kesejahteraan (Mannan 1986, 113-42). Etika syariah tidak menghendaki

bahwa kekayaan (kesejahteraan) hanya beredar dari golongan tertentu saja.

Kemampuan bank syariah mendistribusikan kesejahteraan (yang berhasil

diciptakannya) merupakan indikator bahwa bank syariah telah memiliki “organ” yang

baik untuk menunjang tingkat kesehatannya.

Kesejahteraan menurut perspektif syariah harus didistribusikan kepada pihak

yang berhak menerimanya. Pihak yang menerima adalah pihak yang lebih luas

dibandingkan dengan yang konvensional yaitu direct participants, indirect participant,

dan alam. Dengan distribusi yang lebih luas ini diharapkan akan mampu memberikan

multiplier effects yang jauh lebih besar bila dibanding dengan distribusi kepada

shareholders saja.

12

Page 13: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

2.3.4. Earnings, Capital, and Assets Quality

Faktor keempat adalah earnings, capital, and assets quality. Faktor ini adalah

faktor “hasil”, yaitu hasil dalam pengertian kesejahteraan materi. Meskipun istilahnya

sama dengan istilah yang ada di CAMELS, tetapi esensinya berbeda. Earnings dalam

versi ANGELS lebih cenderung pada pengertian nilai tambah (value-added),

sedangkan earnings dalam versi CAMELS lebih cenderung pada pengertian profit.

Kecenderungan ANGELS pada nilai tambah disebabkam karena perbankan syariah

berorientasi pada distribusi kesejahteraan kepada stakeholders yang lebih luas.

Sementara itu, profit selalu berkonotasi pada hak yang hanya dimiliki oleh

shareholders atas kesejahteraan yang diciptakan perusahaan.

Tentang assets quality, ditinjau dari akuntansi syariah secara ideal assets

dinilai dengan menggunakan current cost accounting. Salah satu alasan mengapa

akuntansi syariah cenderung menggunakan current cost accounting adalah agar

informasi tentang zakat yang menjadi kewajiban bank menunjukkan informasi yang

lebih aktual. Implikasinya adalah bahwa akuntansi syariah menyajikan informasi

yang lebih aktual dibanding dengan akuntansi konvensional yang menggunakan

historical cost accounting.

Jadi dengan menggunakan informasi yang berdasarkan pada current cost

accounting, informasi tentang assets quality menjadi lebih baik. Demikian juga

informasi lainnya. Pada akhirnya, informasi tingkat kesehatan bank syariah juga lebih

nyata.

2.3.5. Liquidity and Sensitivity to Market

faktor kelima adalah liquidity and sensitivity to market. Faktor ini juga

termasuk faktor “hasil” dalam pengetian kesejahteraan materi. Liquidity merupakan

aspek penting bagi perbankan, baik bank konvensional maupun bank syariah.

Likuiditas yang rendah akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank.

Sensitivity to market juga merupakan bagian yang sangat penting. Bagian ini

menunjukkan kedinamisan bank dalam merespon perubahan pasar yang ada di

sekelilingnya. Dalam kaitannya dengan bank syariah, mungkin akan terlihat berbeda

aspek liquidity to market nya dengan bank konvensional terutama karena bank syariah

menggunakan profit loss sharing.

13

Page 14: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

2.3.6. Socio-Economic Wealth

Faktor yang keenam adalah socio-economic wealth. Faktor ini termasuk

“hasil” khusunya pada tingkat kesejahteraan materi. Perbedaan dengan faktor

keempat dan kelima adalah bahwa kesejahteraan materi ini tidak semata-mata bersifat

ekonomi, tetapi juga bersifat sosial. Contoh konkrit dari faktor keenam ini adalah

dana infaq, zakat, dan shadaqah serta pendistribusiannya dalam bentuk al-qardhul

hasan kepada indirect participants.

Kesejahteraan ini bersifat sosial dan ekonomi pada dasarnya kesejahteraan ini

diberikan kepada indirect participants, diman indirect participants disini sebenarnya

tidak memberikan kontribusi ekonomi pada bank syariah, tetapi sebaliknya bank

memiliki kewajiban untuk memberikan hak ekonomi mereka, karena bank syariah

beroperasi berdasarkan pada etika syariah. Tindakan mendistribusikan kesejahteraan

ini merupakan fitrahnya sebagai penyebar rahmat.

Karena sebuah fitrah, maka proses menciptakan dan menyebarkan socio-

economic wealth ini secara alami melekat pada diri bank syariah. Meniadakan socio-

economic ini berarti menghilangkan jati diri bank syariah.

2.4. Entity Theory

Entity merupakan turunan dari teori kepemilikan, teori ini sudah mengasumsikan

terjadinya pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik ekuitas (owners) dengan entitas

bisnisnya (perusahaan). Pendekatan ini kemudian yang paling banyak dirujuk oleh

praktik-praktik bisnis secara umum. Dalam entity theory, kesejahteraan hanya semata-

mata dikonsentrasikan pada stockholders (Kam 1990, 315). Teori ini didasarkan pada

persamaan :

Aktiva – Kewajiban = Modal

2.5. Syariah Enterprise Theory

Shari’ah Enterprise Theory (SET) (Triyuwono 2006a, 350-56 ) yang

dikembangkan berdasarkan pada metafora zakat pada dasarnya memiliki karakter

14

Page 15: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

keseimbangan. Konsekuensi dari nilai keseimbangan ini menyebabkan SET tidak hanya

peduli pada kepentingan individu (dalam hal ini pemegang saham), tetapi juga pihak-

pihak lainnya. Oleh karena itu, SET memiliki kepedulian yang besar pada stakeholders

yang luas. Menurut SET, stakeholders meliputi Tuhan, manusia, dan alam.

2.5.1. Tuhan

Tuhan merupakan pihak paling tinggi dan menjadi satu-satunya tujuan hidup

manusia. Dengan menempatkan Tuhan sebagai stakeholder tertinggi, maka tali

penghubung agar akuntansi syari’ah tetap bertujuan pada “membangkitkan kesadaran

keTuhanan” para penggunanya tetap terjamin. Konsekuensi menetapkan Tuhan

sebagai stakeholder tertinggi adalah digunakannya sunnatuLlah sebagai basis bagi

konstruksi akuntansi syari’ah. Intinya adalah bahwa dengan sunnatuLlah ini,

akuntansi syari’ah hanya dibangun berdasarkan pada tata-aturan atau hukum-hukum

Tuhan.

2.5.2. Manusia

Stakeholder kedua dari SET adalah manusia. Di sini dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu direct-stakeholders dan indirect–stakeholders. Direct-stakeholders

adalah pihak-pihak yang secara langsung memberikan kontribusi pada perusahaan,

baik dalam bentuk kontribusi keuangan (financial contribution) maupun non-

keuangan (non-financial contribution). Karena mereka telah memberikan kontribusi

kepada perusahaan, maka mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kesejahteraan

dari perusahaan. Sementara, yang dimaksud dengan indirect-stakeholders adalah

pihak-pihak yang sama sekali tidak memberikan kontribusi kepada perusahaan (baik

secara keuangan maupun non-keuangan), tetapi secara syari’ah mereka adalah pihak

yang memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan.

2.5.3. Alam

Golongan stakeholder terakhir dari SET adalah alam. Alam adalah pihak yang

memberikan kontribusi bagi mati-hidupnya perusahaan sebagaimana pihak Tuhan dan

manusia. Perusahaan eksis secara fisik karena didirikan di atas bumi, menggunakan

energi yang tersebar di alam, memproduksi dengan menggunakan bahan baku dari

alam, memberikan jasa kepada pihak lain dengan menggunakan energi yang tersedia

di alam, dan lain-lainnya. Namun demikian, alam tidak menghendaki distribusi

15

Page 16: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

kesejahteraan dari perusahaan dalam bentuk uang sebagaimana yang diinginkan

manusia. Wujud distribusi kesejahteraan berupa kepedulian perusahaan terhadap

kelestarian alam, pencegahan pencemaran, dan lain-lainnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

16

Page 17: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian

3.1.1. Jenis Data

Data yang dipergunakan untuk penelitian ini merupakan data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau merupakan data

keuangan yang telah dipublikasikan. Data yang digunakan untuk penelitian ini terdiri

atas :

1) Laporan tahunan 2010 PT. Bank Muamalat Indonesia

2) Laporan tahunan 2010 PT. Bank Syariah Mandiri

3.1.2. Sumber Data

Data yang diperlukan untuk diolah dalam penelitian ini diambil dari website

resmi PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri, yaitu:

1) www.bankmuamalat.com

2) www.bsm.co.id

3.2. Metode Pengumpulan Data

3.2.1. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan data laporan tahunan (annual report) dari masing masing

perbankan syariah yang dipublikasikan, untuk mengetahui rasio keuangan dari

masing-masing perbankan tersebut.

3.2.2. Metode Kepustakaan

Metode penelitian yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku, referensi,

laporan-laporan, peraturan-peraturan, catatan-catatan kuliah, jurnal dan sumber

lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan terutama dalam

pembahasan dan untuk membandingkan dengan permasalahan yang sebenarnya

sehingga penulis memiliki landasan teori yang cukup kuat dalam menarik kesimpulan.

17

Page 18: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Pada dasarnya obyek penelitian ini adalah laporan tahunan yang

dipublikasikan oleh perbankan syariah, dengan demikian populasi dalam penelitian ini

adalah laporan tahunan (annual report) perbankan syariah yang sudah terdaftar di

Bank Indonesia (selaku otoritas perbankan syariah).

3.3.2. Sampel

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode

pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1) Laporan tahunan (annual report) perbankan syariah yang dipublikasikan tahun

2011.

2) Perbankan syariah (sebagaimana poin pertama) yang sudah terdaftar di Bank

Indonesia

3) Perbankan syariah yang memiliki track record tingkat kesehatan bank yang

baik.

Berdasarkan kriteria di atas, maka diperoleh dua perbankan syariah sebagai

sampel dari lima perbankan syariah populasinya.

3.4. Metode Analisis Data

3.3.1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif yaitu suatu cara untuk menghitung yang digambarkan

dengan angka dan jumlah tertentu atau dengan perhitungan angka yang diproses.

Dalam penelitian ini analisis dilakukan pada :

1) Rasio CAMELS

2) ANGELS (sistem penilaian tingkat kesehatan bank syariah)

3.3.2. Analisis Deskriptif

18

Page 19: CAMELS vs ANGELS _ Analisis Kinerja Keuangan Yang Sesuai Bagi Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory_2

Metode analisis deskriptif adalah suatu cara analisis langsung melalui

penyajian tabel, grafik, dan diagram dengan memanfaatkan data-data yang tersedia

seperti persentase, rata-rata, dan ukuran statistik lainnya. Analisis deskriptif yang

digunakan dalam penelitian ini untuk memberikan gambaran umum tentang kinerja

keuangan perbanakan syariah dengan menggunakan pendekatan CAMELS dan

ANGELS.

19