Cakalang

11
1. Deskripsi Cakalang Deskripsi morfologi dan karakteristik ikan cakalang dari berbagai samudera menunjukan bahwa hanya ada satu species cakalang yang terbesar di seluruh dunia, yaitu Katsuwonus pelamis. Bentuk tubuh cakalang memanjang seperti torpedo dan padat dengan penampang melintang yang membulat. Bagian bawah gurat sisi memiliki 4 - 6 garis - garis hitam tebal yang membujur seperti pita. Bagian bawah punggung dan perut berwarna keperak – perakan. Punggung berwarna biru keungu – unguan. Tubuh tidak bersisik kecuali pada bagian gurat sisi dan depan sirip punggung pertama. Cakalang mempunyai 7 – 9 sirip dubur tambahan dan terdapat tiga tonjolan pada batang ekor. 2. Aspek biologi cakalang (Katsuwonus pelamis) Cakalang sering disebut skipjack tuna dengan nama lokal cakalang, adapun klasifikasi cakalang menurut Matsumoto, et al (1984) adalah sebagai berikut : Phylum : Vertebrata Sub phylum : Craniati Superclass : Gnathostomata Series : Pisces Class : Telestoid Subclass : Actinopterygii Ordo : Perciformes Subordo : Scombridei

Transcript of Cakalang

Page 1: Cakalang

1. Deskripsi Cakalang

Deskripsi morfologi dan karakteristik ikan cakalang dari berbagai samudera

menunjukan bahwa hanya ada satu species cakalang yang terbesar di seluruh

dunia, yaitu Katsuwonus pelamis. Bentuk tubuh cakalang memanjang seperti

torpedo dan padat dengan penampang melintang yang membulat. Bagian bawah

gurat sisi memiliki 4 - 6 garis - garis hitam tebal yang membujur seperti pita.

Bagian bawah punggung dan perut berwarna keperak – perakan. Punggung

berwarna biru keungu – unguan. Tubuh tidak bersisik kecuali pada bagian gurat

sisi dan depan sirip punggung pertama. Cakalang mempunyai 7 – 9 sirip dubur

tambahan dan terdapat tiga tonjolan pada batang ekor.

2. Aspek biologi cakalang (Katsuwonus pelamis)

Cakalang sering disebut skipjack tuna dengan nama lokal cakalang, adapun

klasifikasi cakalang menurut Matsumoto, et al (1984) adalah sebagai berikut :

Phylum : Vertebrata

Sub phylum : Craniati

Superclass : Gnathostomata

Series : Pisces

Class : Telestoid

Subclass : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Subordo : Scombridei

Family : Scombridae

Subfamily : Scombrinae

Tribe : Thunini

Genus : Katsuwonus

Spesies : Katsuwonus pelamis

3. Daerah Penyebaran

Menurut Gunarso (1985), suhu yang ideal untuk ikan cakalang antara 260C –

320C, dan suhu yang ideal untuk melakukan pemijahan 280C – 290C dengan

Page 2: Cakalang

salinitas 33% . Sedangkan menurut Jones dan Silas (1962) cakalang hidup pada

temperature antara 160C – 300C dengan temperature optimum 280C.

Ikan cakalang menyebar luas diseluruh perairan tropis dan sub tropis pada

lautan Atlantik, Hindia dan Pasifik, kecuali laut Mediterania. Penyebaran ini dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu penyebaran horizontal atau penyebaran

menurut letak geografis perairan dan penyebaran vertikal atau penyebaran

menurut kedalaman perairan. Penyebaran Tuna dan Cakalang sering mengikuti

penyebaran atau sirkulasi arus garis konvergensi diantara arus dingin dan arus

panas merupakan daerah yang kaya akan organisme dan diduga daerah tersebut

merupakan fishing ground yang sangat baik untuk perikanan Tuna dan Cakalang.

Penyebaran cakalang di perairan Samudra Hindia meliputi daerah tropis dan

sub tropis, penyebaran cakalang ini terus berlangsung secara teratur di Samudra

Hindia di mulai dari Pantai Barat Australia, sebelah selatan Kepulauan Nusa

Tenggara, sebelah selatan Pulau Jawa, Sebelah Barat Sumatra, Laut Andaman,

diluar pantai Bombay, diluar pantai Ceylon, sebelah Barat Hindia, Teluk Aden,

Samudra Hindia yang berbatasan dengan Pantai Sobali, Pantai Timur dan selatan

Afrika.

Penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi Samudra Hindia

(perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan Indonesia

bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat

Makassar) dan Samudra Fasifik (perairan Utara Irian Jaya).

4. Faktor oseanografi yang mempengaruhi penyebaran cakalang

Penyebaran ikan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyebaran

horizontal atau penyebaran menurut letak geografis perairan dan penyebaran

vertikal atau penyebaran menurut kedalaman perairan. Ikan cakalang menyebar

luas di perairan tropis dan sub tropis seperti di lautan Atlantik, Samudera Hindia

dan Pasifik. Penyebaran ikan tersebut di perairan Indonesia sebagian besar

terdapat di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Stok yang terdapat di perairan KTI

ini diduga berasal dari Samudera Pasifik bagian barat yang beruaya dari sebelah

timur Philipina dan sebelum utara Papua Nugini. Ikan tersebut selanjutnya

Page 3: Cakalang

beruaya dari perairan KTI ke Samudra Pasifik bagian barat, yaitu ke perairan

Zamboanga dan sebelum utara Papua Nugini.

Ikan cakalang secara vertikal dapat menyebar sampai dengan ratusan meter di

bawah permukaan air, bahkan banyak terdapat pada kedalaman renang 20 – 200

meter. Penyebaran ikan di perairan tropis sangat dipengaruhi oleh lapisan

termoklim. Ikan cakalang umumnya ditemukan di atas lapisan termoklim

(Laevastu and Hela, 1970).

Ikan cakalang merupakan ikan pelagis yang membentuk kelompok

(schooling). Individu cakalang dalam suatu schooling mempunyai ukuran (size)

yang relatif sama. Ikan – ikan yang berukuran lebih besar biasanya berada pada

lapisan yang lebih dalam dengan schooling yang lebih kecil. Ikan – ikan yang

lebih kecil biasanya berada dekat permukaan perairan dengan schooling yang

lebih besar. Tingkah laku tersebut umumnya dimanfaatkan oleh para nelayan

untuk memudahkan penangkapan.

Ikan cakalang melakukan migrasi karena (1) adanya perubahan beberapa

faktor lingkungan seperti suhu, salinitas dan arus, (2) usaha mencari daerah

perairan yang mengandung bahan makanan yang cukup dan (3) usaha mencari

daerah pemijahan. Hal ini sesuai dengan pendapatan Laevastu and Hayes, (1981)

yang menyatakan bahwa pola kehidupan ikan, termasuk cakalang tidak bisa

dipisahkan dari pengaruh faktor – faktor oseanografi. Fluktuasi faktor – faktor

oseanografi seperti suhu, salinitas, arus permukaan, oksigen terlarut mempunyai

pengaruh yang besar terhadap periode migrasi musiman serta terdapatnya ikan di

suatu lokasi perairan.

4.1 Suhu perairan

Suhu perairan secara langsung berpengaruh terhadap derajat metabolisme dan

siklus reproduksi ikan. Suhu perairan secara tidak langsung berpengaruh terhadap

daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Perubahan suhu

perairan akan berpengaruh terhadap rangsangan syaraf, perubahan proses

metabolisme dan aktivitas tubuh ikan (Laevastus and Hela, 1970).

Kedalaman renang dari kelompok ikan pelagis, termasuk cakalang banyak

ditentukan oleh distribusi suhu perairan secara vertikal. Cakalang akan berenang

Page 4: Cakalang

menghindari suhu perairan yang lebih tinggi atau yang lebih rendah dari biasanya

dan menuju ke lapisan perairan tertentu di mana ikan tersebut lebih mudah

beradaptasi. Distribusi vertikal ikan cakalang di perairan tropis sangat dipengaruhi

oleh lapisan termoklin. Adapun kisaran suhu penyebaran dan penangkapan serta

lapisan renang dari cakalang dan beberapa jenis tuna disajikan pada Table 2

(Laevastu and Hela, 1970).

Table 1. Kisaran suhu penyebaran dan penangkapan serta lapisan renang ikan

cakalang dan beberapa jenis tuna (Laevastu and Hela, 1970).

Jenis IkanKisaran Suhu (0C) Lapisan Renang

Penyebaran Penangkapan (meter)

Cakalang 17 - 28 19 - 23 0 - 40

Bluefin 12 - 25 15 - 22 50 - 300

Mata besar 11 - 28 18 - 22 50 - 400

Madidihang 18 - 31 20 - 28 0 - 200

Albacore 14 - 23 15 - 21 20 - 300

Kisaran suhu penyebaran dan penangkapan cakalang umumnya bervariasi

sesuai dengan wilayah perairan. Ikan cakalang di Samudera Pasifik bagian timur

ditemukan pada kisaran suhu permukaan laut (SPL) 170C – 300C dengan suhu

optimum 200C – 280C (Blackburn, 1965). Gunarso, (1985) menyatakan bahwa

suhu perairan optimum untuk penangkapan cakalang di perairan Indonesia adalah

280C – 290C. Adapun kisaran suhu yang optimum untuk penangkapan cakalang

dan tuna pada berbagai perairan disajikan pada Table 2.

Table 2. Kisaran suhu perairan untuk penangkapan cakalang dan tuna menurut

wilayah perairan

No. Wilayah PerairanSuhu

Sumber KeteranganOptimum (0C)

1 Pasifik Timur Laut 20 - 26Blackburn, 1965

Cakalang & Tuna

2 Pasifik Tenggara 20 - 28Blackburn, 1965

Cakalang & Tuna

3 Pasifik Barat Laut 20 - 28 Blackburn, Cakalang &

Page 5: Cakalang

1965 Tuna

4 New Zeland 17 - 23Blackburn, 1965

Cakalang & Tuna

5 Papua New Guinea 28 - 30Blackburn, 1965

Cakalang & Tuna

6 Indonesia 28 - 29Blackburn, 1965 Cakalang

4.2 Salinitas perairan

Salinitas perairan merupakan parameter oseanografi yang dapat digunakan

untuk memperkirakan daerah penyebaran ikan cakalang di suatu perairan. Kisaran

salinitas yang menjadikan daerah penyebaran cakalang umumnya bervariasi

menurut wilayah perairan. Cakalang sering terkonsentrasi pada permukaan

perairan dengan kisaran salinitas 23%0 - 35%0 (Blackburn, 1965).

Ikan cakalang mempunyai sifat sensitif terhadap perubahan salinitas. Hal ini

terbukti dengan banyaknya ikan cakalang yang ditemukan di perairan ujung timur

Selat Sunda ketika salinitas perairannya tinggi. Di lain pihak, ikan cakalang tidak

ditemukan sama sekali ketika salinitas.

4.3 Arus perairan

Penyebaran ikan pelagis sering mengikuti sirkulasi arus dan kepadatannya

sangat berhubungan dengan kondisi arus. Berdasarkan pengamatan yang

dilakukan di Selat Makassar, terdapat indikasi bahwa penyebaran berbagi jenis

tuna terdapat di sepanjang poros arus. Sepanjang daerah penyebaran tersebut,

kelimpahan ikan cenderung lebih banyak pada lapisan renang yang lebih dalam.

Ikan cakalang sangat menyenangi daerah pertemuan arus (konvergensi) yang

umumnya dijumpai pada wilayah yang memiliki banyak pulau. Turbulansi yang

terjadi di perairan sekeliling pulau – pulau atau benua berperan merangsang

pertumbuhan plankton. Sebagai konsekuensi logisnya, perairan tersebut relatif

lebih subur dan menjadi daerah penyebaran yang baik bagi cakalang untuk

mencari makan, seperti halnya di daerah upwelling.

Ikan cakalang sering ditemukan pada perbatasan dua massa air yang berbeda

dimana terjadi pertemuan antara massa air panas dan dingin. Daerah ini diduga

memiliki berbagai macam organisme dan merupakan daerah penangkapan

cakalang yang baik (Laevastu and Hela, 1970).

Page 6: Cakalang

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Cakalang

Blackburn, M. 1965. “Oceanography and The Ecology of Tunas”. In H. Barnes

(editor), Oceanography Marine Biology Ann. Rev. 3. George Allen and

Unwin Ltd. London. p.299-322.

Gunarso, W. 1985. ‘Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan

Teknik Penangkapan”. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 149 hal

Hela I dan T. Laevastu. 1970. “Fisheries Oceanography”. Fishing News (Books)

Ltd. London. hlm. 123.

http//www.fishbase.org

LAMPIRAN

Page 8: Cakalang

Gambar 1 : Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) (http//www.fishbase.org)