CAIRAN INTRAVENA : KRISTALOID

2
CAIRAN INTRAVENA : KRISTALOID Kristaloid harus dianggap sebagai cairan resusitasi awal pada pasien dengan syok hemoragik dan septik, pada pasien luka bakar, pada pasien dengan cedera kepala untuk menjaga tekanan perfusi serebral, dan pada pasien yang menjalani reseksi plasmapheresis maupun hati. Jika 3-4 L kristaloid telah diberikan dan respon hemodinamik tidak memadai, maka dapat ditambahkan cairan koloid . [2] Cairan infus dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang digantikan. Untuk kehilangan cairan tubuh, terutama yang melibatkan air saja, penggantiannya adalah dengan cairan infus hipotonik, atau disebut juga cairan infus jenis rumatan (maintenance-type solution). Jika kehilangan cairan tubuh melibatkan air maupun elektrolit, penggantiannya adalah dengan cairan infus elektrolit isotonik, atau disebut juga cairan infus jenis pengganti (replacement-type solution). Glukosa disediakan pada beberapa cairan infus untuk mempertahankan tonisitas atau untuk mencegah ketosis maupun hipoglikemia karena puasa. Anak-anak rentan untuk mengalami hipoglikemia (<50 mg/dL) hanya dengan 4-8 jam puasa. Wanita juga lebih mudah untuk mengalami hipoglikemia dengan puasa lama (> 24 jam) daripada pria.[2] Karena kebanyakan hilang cairan intraoperatif adalah isotonik, maka umumnya digunakan cairan infus jenis pengganti. Cairan yang paling umum digunakan adalah cairan Ringer laktat. Meskipun sedikit hipotonik, cairan infus ini menyediakan sekitar 100 mL air bebas per liter dan cenderung untuk menurunkan natrium serum menjadi 130 mEq/L, Ringer laktat

description

Kedokteran

Transcript of CAIRAN INTRAVENA : KRISTALOID

Page 1: CAIRAN INTRAVENA : KRISTALOID

CAIRAN INTRAVENA : KRISTALOID

Kristaloid harus dianggap sebagai cairan resusitasi awal pada pasien dengan syok

hemoragik dan septik, pada pasien luka bakar, pada pasien dengan cedera kepala untuk

menjaga tekanan perfusi serebral, dan pada pasien yang menjalani reseksi

plasmapheresis maupun hati. Jika 3-4 L kristaloid telah diberikan dan respon

hemodinamik tidak memadai, maka dapat ditambahkan cairan koloid.[2]

Cairan infus dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang digantikan. Untuk

kehilangan cairan tubuh, terutama yang melibatkan air saja, penggantiannya adalah

dengan cairan infus hipotonik, atau disebut juga cairan infus jenis rumatan

(maintenance-type solution). Jika kehilangan cairan tubuh melibatkan air maupun

elektrolit, penggantiannya adalah dengan cairan infus elektrolit isotonik, atau disebut

juga cairan infus jenis pengganti (replacement-type solution). Glukosa disediakan pada

beberapa cairan infus untuk mempertahankan tonisitas atau untuk mencegah ketosis

maupun hipoglikemia karena puasa. Anak-anak rentan untuk mengalami hipoglikemia

(<50 mg/dL) hanya dengan 4-8 jam puasa. Wanita juga lebih mudah untuk mengalami

hipoglikemia dengan puasa lama (> 24 jam) daripada pria.[2]

Karena kebanyakan hilang cairan intraoperatif adalah isotonik, maka umumnya

digunakan cairan infus jenis pengganti. Cairan yang paling umum digunakan adalah

cairan Ringer laktat. Meskipun sedikit hipotonik, cairan infus ini menyediakan sekitar

100 mL air bebas per liter dan cenderung untuk menurunkan natrium serum menjadi

130 mEq/L, Ringer laktat umumnya memiliki efek setidaknya pada komposisi cairan

ekstraselular dan tampaknya menjadi cairan infus yang paling fisiologis ketika

diperlukan pemberian volume besar. Laktat dalam cairan ini diubah oleh hati menjadi

bikarbonat. Ketika diberikan dalam volume besar, salin normal menimbulkan asidosis

hiperkloremik dilusional karena kandungan natrium dan klorida yang tinggi (154

mEq/L) dimana konsentrasi bikarbonat plasma menurun dengan meningkatnya

konsentrasi klorida. Normal saline adalah cairan infus yang lebih disukai untuk alkalosis

metabolik hipokloremik dan untuk melarutkan packed red blood cells sebelum

transfusi. Lima persen dekstrosa dalam air (D5W) digunakan untuk penggantian defisit

air murni dan sebagai cairan rumatan untuk pasien dengan restriksi natrium. Cairan

salin (garam) hipertonik 3% digunakan dalam terapi untuk hiponatremia simtomatik

yang parah. Cairan salin 3% sampai 7,5% dianjurkan untuk resusitasi pasien dengan

Page 2: CAIRAN INTRAVENA : KRISTALOID

syok hipovolemik. Cairan infus ini harus diberikan perlahan-lahan (sebaiknya melalui

kateter vena sentral) karena mudah menyebabkan hemolisis.[2]