C08mbs
-
Upload
soni-andriawan -
Category
Documents
-
view
129 -
download
7
Transcript of C08mbs
PENGARUH RASIO ENERGI - PROTEIN YANG BERBEDA PADA KADAR PROTEIN PAKAN 30% TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pnngasius hypophthnlmus)
Oleh: Mas Bayu Syamsunarno
C14103060
PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
MAS BAYU SYAMSUNAFWO. Pengaruh Rasio Energi-Protein yang Berbeda pada Kadar Protein Pakan 30% terhadap Kinerja Benih Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). Dibimbing oleh Prof. Dr. ING MOKOGINTA dan Dr. DEDI JUSADI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan rasio energi-protein pakan pada kadar protein pakan 30% yang terbaik untuk kinerja pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius hypophthalmus). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuannya adalah rasio energi-protein pakan yaitu 8,5, 9,0, 9 3 , 10,O dan 10,5 kkal DEIg protein. Masing-masing perlakuan mempunyai 3 ulangan. Kadar protein pakan sama yaitu 30%. Benih patin berukuran 1,84*0,02 g diambil dari petani di daerah Cibanteng, Bogor, ditebar ke 15 akuarium masing- masing berulturan 50x40~35 cm dengan kepadatan 20 ekor per wadah. Wadah ditutup plastik agar ikan tidak melompat. Sistem resirkulasi digunakan dalarn penelitian ini. Ikan diberi pakan secara a t satiation (sekenyangnya) selama 40 hari pada pukul08.00-09.00 dan 17.00-18.00 WIB selama 40 hari. Penimbangan bobot biomasa dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsurnsi pakan, retensi protein, dan pertumbuhan relatif tertinggi dihasilltan oleh rasio energi-protein 9,O ltkal DE/g protein, sedangkan retensi lemak tertinggi dihasilltan pada rasio energi-protein 8,5 kkal DE/g protein dan untuk efisiensi pakan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Kadar protein tubuh dan daging tertinggi juga dihasilkan oleh pakan dengan rasio energi-protein 9,O kkal DEIg protein. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada kadar protein 30%, rasio energi-protein terbaik adalah 9,O kkal DE/g protein .
PENGARUH RASIO ENERGI - PROTEIN YANG BERBEDA PADA KADAR PROTEIN PAKAN 30% TERHADAP KKNERJA
PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangnsius hypoplzthalmz~s)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Mas Bayu Syamsunaruo C14103060
PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Nama NRP
Pembimbing I
: PENGARUH RASIO ENERGI-PROTEIN YANG BERBEDA PADA KADAR PROTEIN PAKAN 30% TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pnrzgnsius lzypophthnlmrcs)
: Mas Bayu Syamsunarno : C14103060
Prof. Dr. Ing Mokoginta NIP. 131 284 821
Menyetujui,
Pembimbing I1
\ Dr. Dedi Jusadi NIP. 131 788 590
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
PENGARUH RASIO ENERGI-PROTEIN YANG BERBEDA PADA IL4DAR PROTEIN PAKAN 30% TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pni~gasius lzypoplrtlznltnus)
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2008
Mas Bayu Syamsunarno C 14103060
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan segenap
rahmat dan karunia-NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pengaruh Rasio Energi - Protein Yang Berbeda Pada Kadar Protein
Pakan 30% Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Patin (Pangasir~s
l~ypophtl~almus). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Faltultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ing Mokoginta selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan memberi masukan selama pembuatan proposal, pelaksanaan
penelitian hingga penulisan skripsi.
2. Dr. Dedi Jusadi selaku Pembimbiug I1 yang telah memberi arahan, masukan
dan membimbing selama pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian hingga
penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati selaku dosen penguji yang telah memberi
masukan dan arahannya untuk perbaikan skripsi ini.
4. Kedua orang tua dan abang, Dr. Ir. H. Mas Tri Djoko Sunarno, MS (ayah) dan
IT. Syamsuwirda, MS (ibu) dan dr. Mas Rizky Anggun Adipurna
Syamsunarno yang telah memberikan dukungan moral dan kasih sayang
selama penulis melakukan penelitian dan menjalani masa kuliah.
5. Keluarga besar Eyang Sukarman yang telah memberikan dukungan dan
membantu penulis selama melakukan penelitian.
6. Anak-anak nutrisi atas dan bawah (Wika, Rosi, Wina, Tutut, Padel, Ichan,
F_ajar,_dan Budi) yang telah membantu dan memberikan masukkan pada
penulis selama melakukan penelitian.
7. An&-anak Cempaka: Giri, Ichan, Epank, Penkti, Anthon, Fitri dan Fajar atas
kuliah kehidupan, persahabatan dan kebersamaan yang paling terindah serta
dukungan selama penulis menyelesaikan studi dan skripsi.
8. Deti Roslani yang telah banyak membantu dan memberi semangat selta
doanya pada penulis selama menyelesaian penenlitian ini.
9. Dewi Yulianti "Ntur" yang telah banyak membantu dan memberi masukan
serta memberi semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
10. Kakak-kakak kelas BDP'39, BDP'38 dan BDP'37 atas kesediannya membagi
ilmu maupun pengalaman sel-ta masultan dalam proses penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan BDP'40, adik kelas BDP 41 dan 42 atas
persahabatan, dukungan dan bantuan yang diberikan selama penulis
menyelesaikan studi.
12. Mbak Yuli, Asep dan spesial buat Pak Mar yang telah bersedia menjadi
tempat curhat dan membantu penulis selama melaltsanakan studi perkuliahan
dan penyusunan skripsi ini.
13. Pak Jajang, Kang Abe, Pak Wasjan, dan Pak Ranta yang telah membantu dan
memberi masukan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi
ini.
14. Bang Yosi dan Mas Yanto yang telah sangat membantu penulis selama
melakukan penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kelemahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan guna perbaikan skripsi
ini.
Bogor, Januari 2008
Penyusun
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi, pada tanggal 28 Juli 1985 sebagai anak kedua
dari dua bersaudara, dari Ayah bernama Dr. Ir. H. Mas Tri Djoko Sunarno, MS
dan Ibu bernama Ir. Syamsuwirda, MS.
Pendidikan penulis dimulai dengan bersekolah di TK Islam Al-Falah
Jambi pada tahun 1990, dan kemudian dilanjutkan di SD Islam Al-Falah Jambi
(1991-1997). Pada tahun 1997-2000 penulis menempuh pendidikan lanjutan
pertama di SLTPN 7 Jambi, dan pada tahun 2000-2003 melanjutkan di SMUN 5
Jambi. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2003 dan memilih program
studi Teknologi Manajemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor.
Selama di IPB, penulis aktif di Himpro HIMAKUA (Himpunan
Mahasiswa Akuakultur) sebagai anggota Divisi Infoimasi dan Komunikasi
periode tahun 200512006. Pada tahun 2006, penulis mengikuti Pratek Kerja
Lapang di Unit Pembenihan Abalone (Haliotis assinina) dan Pembesaran Kerapu
Bebek (Cronzileptes altivelis) Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok, Dirjen
Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan. Penulis juga menjadi
Asisten Mata Kuliah Nutrisi Ikan dan Teknik Pembuatan Pakan Ikan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB pada tahun 2007-2008.
Untuk menyelesaikan studi di IPB, penulis melakukan penelitian dengan
judul skripsi Pengaruh Rasio Energi-Protein Yang Berbeda Pada Kadar
Protein Pakan 30% Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Patin
(Paizgasi~ts izypophtlzalmus), dibawah bimbingan Prof. Dr. Ing Mokoginta dan
Dr. Dedi Jusadi.
viii
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................ x
........................................................................... DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii
I . PENDAHULUAN .................................................................... 1 .................................................................... 1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan penelitian ................................................................ 2
I1 . TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 3 2.1 Kebutuhan Protein ............................................................ 3 2.2 Hubungan Energi-Protein ................................................. 5
111 . BAHAN DAN METODE ........................................................... 9 3.1 Waktu dan Tempat .............................................................. . . 9 3.2 Pakan Uji ............................................................................. 9 3.3 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data ........................ . .
11 3.4 Analisa Kimia ................................................................. . . 12 3.5 Analisa Statistlk .................................................................. 13
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 15 .................................................................................... 4.1. Hasil 15
4.2 Pembahasan ........................................................................ 18
V . KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 21 5.1 Kesimpulan ........................................................................ 21 5.2 Saran ................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 22
LAMPIRAN LAMPIRAN .................................................................. 25
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan protein pakan (semi ptlrjfied) untuk pertumbuhan . . . . berbaga~ jenis ~ k a n ................................................................. 4
2. Komposisi bahan pakan uji untuk ikan patin dengan rasio .............................. energi-protein yang berbeda (gI100 g pakan) 10
3. Komposisi proksimat, energi dan rasio energi-protein pakan uji ............................................. untuk ikan patin (% bobot kering) 10
4. Kinerja pertumbuhan benih ikan patin yang diberi pakan uji ............................................... selama 40 hari masa pemeliharaan 16
5 . Komposisi proksimat tubuh dan daging (% bobot ltering) benih .......................................... iltan patin ................................. .. 17
DAPTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema tata letak wadah perlakuan (a) dan situasi penelitian ikan patin (b) ........................................................................................ 11
2. Berat rata-rata ikan patin pada awal dan akhir penelitian ............ 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lam piran Halaman
1. Prosedur analisis kadar protein dengan metode semi mikro Kjedahl untuk bahan yang digunakan dalam penelitian (Takeuchi, 1988) .......................................................................... 26
2. Prosedur analisis kadar lemak untuk bahan yang digunakan dalam penelitian (Takeuchi, 1988) ................................ .. ......... 27
3. Prosedur analisis kadar abu untuk bahan yang digunakan dalam penelitian (Takeuchi, 1988) ....................................................... 28
4. Prosedur analisis kadar air untuk bahan yang digunakan dalam penelitian (Takeuchi, 1988) ........................................................ 29
5. Prosedur analisis kadar serat kasar untuk bahan yang digunakan dalarn penelitian (Takeuchi, 1988) .............................................. 30
6. Hasil analisis proksimat bahan pakan yang digunakan dalam penelitian (% bobot kering) .......................................................... 3 1
7. Biomasa awal dan akhir, konsumsi pakan, efisiensi pakan dan pertumbuhan mutlak dan relatif pada benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan ..................... 32
8. Retensi protein dan lemak benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan ............................................. 33
9. Komposisi proksimat daging benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan ........................................ 34
10. ANOVA dan uji Duncan pertumbuhan relatif (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan ..... 3 5
11. ANOVA dan uji Duncan ltonsumsi paltan (g) benih ikan patin ............. yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan 3 6
12. ANOVA dan uji Duncan efisiensi pakan (%) benih ikan patin ............. yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan 37
13. ANOVA dan uji Duncan retensi protein dalam tubuh (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa
.............................................. pemeliharaan ............................ ... 3 8
14. ANOVA dan uji Duncan retensi lemak dalam tubuh (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan ............................................................................... 3 9
15. ANOVA dan uji Duncan kadar air dalam tubuh (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan .... 40
16. ANOVA dan uji Duncan kadar protein dalam tubuh (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan ................................................................................. 4 1
17. ANOVA dan uji Duncan kadar lemak dalam tubuh (%) benih ilcan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan ................................................................................ 42
18. ANOVA dan uji Duncan kadar air dalam daging (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan .... 43
19. ANOVA dan uji Duncan kadar protein dalam daging (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa
.................................................................................. pemeliharaan 44
20. ANOVA dan uji Duncan kadar lemak dalam daging (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan .................................................................................. 45
xiii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intensifikasi usaha budidaya patin membutuhkan jaminan kesinambungan
benih sesuai dengan permintaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi
benih ikan adalah ketersediaan pakan bermutu tinggi untuk jenis komoditas yang
dibudidayakan tersebut. Salah satu aspek yang terpenting adalah rasio energi-
protein pakan. Penentuan rasio energi dan protein pakan optimum dibutuhkan
untuk mendapatkan pertumbuhan ikan maltsimum. Hal ini disebabkan
pertumbuhan hanya dapat terjadi jika kebutuhan energi untuk pe~neliharaan
proses-proses hidup dan fungsi-hngsi lainnya telah terpenuhi (Brett dan Grovers,
1979). Jika kandungan energi pakan rendah, maka protein pakan akan digunakan
sebagai sumber energi. Sebaliknya, kelebihan energi akan menyebabkan napsu
makan ikan akan berkurang sehingga pertumbuhan ikan akan menurun. Jadi pakan
hams mempunyai rasio energi-protein tertentu, yang dapat menyediakan energi
non protein dalam jumlah yang cukup agar protein pakan sebagian besar
digunakan untuk pertumbuhan.
Informasi mengenai rasio energi-protein pakan untuk jenis ikan patin
(Pangasius sp) dan kelompok catfish lainnya telah tersedia. Benih ikan patin
jambal (P. djambal) ukuran 7,6 g yang diberi pakan dengan kadar protein 35%,
lemak 6,25% dan karbohidrat 36,14% serta rasio energi-protein 7,s kkallg protein
dapat tumbuh secara optimum (Suhenda dkk., 2003). Benih ikan baung (Mystus
nemuuz~s) ukuran 0,28 g membutuhkan pakan yang mengandung protein 35%,
lemak 12,91% dan karbohidrat 32,99% dengan rasio energi-protein 8,11 kkallg
protein untuk mencapai pertumbuhan optimumnya (Suryanti dkk., 2003). Kumia
(2002) menyatakan bahwa benih ikan baung (M nemurus) ukuran 5,3g
mengalami pertumbuhan terbaik pada tingkat protein pakan 29% (lemak 6,3% dan
karbohidrat 49,79%) dengan rasio energi protein 11,47 kkallg protein. Menurut
Rebegnatar dan Hidayat (1992), benih ikan lele dengan bobot rata-rata 1,22-136 g
membutuhkan rasio energi-protein dibawah 9,23-9,83 kkall mg protein dengan
kadar protein 30,99%. NRC (1982) berpendapat bahwa rasio energi-protein 8-9
kkallg protein memberikan pertumbuhan maksimum pada benih channel catfsh
ukuran sejari. Love11 (1989) menambahkan bahwa rasio optimum digestible
energi (DE)-protein untuk tingkat pertumbuhan maksimum channel catfish
berukuran 3-250 g adalah 10-1 1 kkallg protein. Subamia dkk. (2003) menyatakan
bahwa pakan yang mengandung protein 35,4%, lemak 4%, dan karbohidrat
43,86% dengan rasio energi-protein pakan 8.43 kkallg protein menghasilkan
pertumbuhan optimum benih jambal Siam (P. hypophthalmus) ukuran 1,52 g.
Mengingat protein pakan mempunyai harga yang lebih mahal, perlu
kiranya menurunkan kadar protein di bawah 35% yang mampu menghasilkan
pertumbuhan relatif sama. Oleh karena itu, suatu penelitian perlu dirancang untuk
benih ikan patin (P. hypophthalnzus) dengan menggunakan kadar protein yang
sama (30%) dan rasio energi-protein berbeda.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk lnenentukan rasio energi-protein pakan pada
kadar protein pakan 30% yang terbaik untuk benih ikan patin (P. hypophthalmus).
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Protein
Protein diperlukan ikan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh,
pembentukan enzim dan beberapa hormon serta antibodi dalam tubuhnya (Halver,
1988). Jumlah dan kualitas protein yang diberikan akan mempengaruhi
penyimpanan protein tubuh dan selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Menurut Jobling (1983) dan Cho dkk. (1985), rasio energi dan protein dalam
pakan perlu ditentukan untuk mendapatkan efisiensi pakan yang baik. Hastings
(1976) menambahkan bahwa pertumbuhan optimal pada ikan dapat tercapai bila
terdapat keseimbangan yang tepat antara protein dan energi dalam ransum.
Kebutuhan setiap spesies ikan akan protein dan energi berbeda. Hal ini
dipengan~hi oleh jenis dan ukuran ikan, lingkungan, kualitas protein dan daya
cerna pakan (Cho dkk., 1985). Menurut Sunarno (1988), untuk mempelajari
kebutuhan protein bagi pertumbuhan ikan digunakan pakan yang mengandung
beberapa tingkatan protein yang berkualitas tinggi.
Kisaran kebutuhan protein dalam pakan berkisar antara 35-50% (Hepher,
1988). Menurut Aizarn dkk. (1983), ikan patin (P. hypophthalmus) yang diberi
berbagai tingltat protein 20-35% mempunyai pertumbuhan berbeda dan yang
terbailc pada lcadar protein 30%. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Suhenda
dan Yanti (2003) bahwa kadar protein pakan untuk mendukung pertumbuhan dan
kelangsungan hidup patin jambal (P. djambal) adalah 30-40%. Berbeda yang
dikemukan oleh Chuaphoehuk dan Pothisoong (1985) bahwa ikan patin (P.
sutchi) ukuran 0,2 g mencapai pertumbuhan yang optimum pada kadar protein
pakan sebesar 25%.
Kebutuhan optimum protein beberapa spesies ikan adalah berbeda. Ikan
lele (Clarias batrachus) memerlukan kadar protein 30% (Chuapoehuk, 1987
dalam Harun 2007) dan African catfish (C. gariepinz~s) membutuhkan kadar
protein berkisar 45-49% (Henken dkk., 1986). Love11 (1989) menambahkan
bahwa total pengambilan protein untuk pel-tumbuhan optimum bagi benih
Channel catfish berkisar 25-36%. Pada ikan baung (M nenzurus) berukuran 5,; g,
pertumbuhan optimum terjadi pada pemberian pakan dengan kadar protein 29%
(Kurnia, 2002). Secara umum, Yamada (1983) mengemukakan bahwa umumnya
kebutuhan protein pada ikan omnivora yaitu sekitar 30-36%.
Hasil penelitian mengenai kandungan protein optimum untuk beberapa
jenis ikan bukan catjish (kelompok carps dan Tilapia) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 memperlihatkan bahwa kandungan protein pakan yang optimum
dipengaruhi oleh jenis ikan dan kandungan energi.
Tabel 1. Kandungan protein pakan (semi puriJied diet) untuk pertumbuhan berbagai jenis ikan
Jellis ikan Bobot Protein Rasio P-E SGR EPP ikan (g) pakan (%) (mglkkal) (%/liari) (%)
Cyprinus carpio 6 8 3 8 84 2,68 - Ctenopharyngodon idella 0,15-0,20 41 -43 93 2,94 - Tilapia aurea 0,016 34-56 106-130 7,80 Tilapia zilli 1,80 3 5 96 3,07 83,33 Sarotherodon n?ossambicus 1,s 40 93 3,85 68,49
Sumber: Sunarno (1988). Keterangan: SGR (laju pertumbuhan harian spesifik); P-E (Protein-Energi, GE) ; EPP
(efisiensi pernberian pakan).
Bila pakan tidak dilengkapi dengan protein yang cukup maka terjadi
penurunan secara cepat bobot tubuh ikan karena hewan menarik kembali protein
dalam berbagai jaringan untuk mempertahankan fungsi jaringan yang lebih
penting. Sebaliknya, jika ketersediaan protein terlalu banyak atau kurang
berimbang, maka protein akan digunakan untuk membuat protein baru dan sisanya
akan dikatabolisme untuk menghasilkan energi (NRC, 1982).
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan ikan terhadap
protein. Hastings (1976) dalam Kurnia (2002) menemukan bahwa pada suhu
dibawah 24 OC, ikan channel catfish tidak tumbuh lebih baik pada protein 35%
dibanding kandungan protein 25%, tetapi jika suhu air di atas 24 OC, maka ikan
akan tumbuh baik pada kadar protein pakan 30 dan 35%.
Jumlah protein yang diperlukan dalam pakan secara langsung dipengaruhi
oleh komposisi asam amino pakan. Ikan seperti hewan lain, tidak memiliki
kebutuhan protein yang mutlak tetapi memerlukan suatu campuran yang seimbang
antara asam amino esensial dan non-esensial. Menurut NRC (1982) kekurangan
asam amino esensial akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Suprayudi
dkk. (1999) menambahkan retensi protein yang rendah disebabltan oleh tingginya
perbedaan komposisi asam amino esensial dalam protein dibandingkan dengan
komposisi asam amino esensial tubuh ikan.
Di dalam pakan terdapat dua jenis protein yaitu, protein hewani dan nabati.
Sumber protein hewani seperti tepung ikan sangat berperan dalani penyusunan
pakan karena susunan asam aminonya mirip dengan ikan. Protein nabati yang
biasanya miskin asam amino metionin dan lysin disarankan untuk ditambahkan
dalam pakan guna menekan biaya pakan.
Tepung ikan sebagai sumber protein utama pakan lcaya altan asam amino
esensial, memiliki kecernaan protein dan energi yang tinggi serta palatabilitas
yang tinggi (Lovell, 1989). Tepung kedelai sebagai sumber protein nabati
memiliki ketersediaan asam amino esensial yang cukup bagi kebutuhan ikan
namun kekurangan lisin dan metionin (Furuichi, 1988).
Suprayudi dkk. (1999) menyatakan baliwa protein tepung kedelai memiliki
koinposisi asam amino yang kaya di antara protein nabati lainnya untult
pemenuhan kebutuhan asam amino esensial bagi ikan. Namun tepung kedelai juga
memiliki keterbatasan nutrisi yang terkait dengan rendahnya kecernaan dan
energi, defisiensi mineral, kandungan oligosakarida yang tidak tercerna dan faktor
anti-nutrisi (Fitat) yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ikan.
2.2 Hubungan Energi-protein
Dari total energi pakan yang diterima, hampir 60%nya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pokok, sedangkan . sisanya (40%) untuk pertumbuban
(Yamada, 1983). Menurut Cho dkk. (1985) menyataban bahwa 10-40% dari total
energi yang dikonsumsi hilang melalui feses. Brett dan Grovers (1979)
menyarankan untuk mengurangi kehilangan energi dalam feses dengan
memperhatikan komponen bahan pakan yang dicerna.
Pemberian energi pakan secara optimum sangatlah penting karena
kelebihan atau kekurangan energi dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan.
Oleh karena itu, energi dibutuhkan untuk pemeliharaan dan aktivitas bagi hewan
harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum energi digunakan untuk pertumbuhan.
Perturnbullan ikan sangat bergantung lcepada energi yang tersedia dalam pakan
dan pembelanjaan energi tersebut. Menurut Lovell (1989) menyatakan bahwa
kebutuhan energi untuk pemeliharaan (maintenance) harus terpenuhi terlebih
dahulu dan apabila berlebih maka akan digunakan untuk pertumbuhan. Energi
untuk seluruh aktivitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari nutrien non
protein (lemak dan karbohidrat). Apabila sumbangan energi dari bahan non
protein tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi
sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangunan jaringan tubuh akan
berkurang. Dengan kata lain, penambahan nutrien non protein sebagai penghasil
energi dapat menurunkan penggunaan protein sebagai sumber energi sehingga
dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang pertumbuhan ikan (Kurnia,
2002).
Dalam penyusunan ransum ikan perlu pula diperhatikan keseimbangan
antara protein dan energinya. Pakan yang kandungan energinya rendah dapat
menyebabkan ikan menggunakan sebagian besar protein sebagai sumber energi
untuk keperluan rnetabolisme sehingga bagian protein untuk pertumbuhan
menjadi berkurang. Sebaliknya, jika kandungan energi pakan tinggi dapat
membatasi pakan yang dimakan. Keadaan ini dapat membatasi jumlah protein
yang dimakan ikan. Alcibatnya pertumbuhan ikan menjadi relatif rendah (Lovell,
1989).
Elliot (1979) menyatakan bahwa perubahan kandungan energi tubuh ikan
dapat bertambah atau berkurang. Apabila energi harian yang dikonsumsi lebih
kecil daripada yang dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh maka kandungan energi
total ikan tersebut akan berkurang karena adanya sejumlah protein yang diuraikan
bergantung pada jumlah energi yang dikonsumsi dan besarnya cadangan protein
serta lemak yang ada. Sebaliknya bila energi yang dikonsumsi lebih banyak
daripada yang dibutuhkan maka kandungan energi total ikan bertambah. Bahkan
kelebihan energi pakan yang mengandung sumber energi non protein, khususnya
lemak akan disimpan dalam bent~~k lemak tubuh (Sunarno. 1988).
Pertambahan bobot, kandungan protein, lemak, air dan tingkat
kelangsungan hidup ikan pada umurnnya terkait dengan rasio energi dan protein
pakan. Nilai rasio yang terlalu tinggi akan mengurangi jumlah pakan yang
dimakan karena kebutuhan energi metabolismenya segera terpenuhi dan akan
meningkatkan laju penimbunan lemak dalam jaringan tubuh yang selanjutnya
akan ~nenurunkan laju pertumbuhan ikan, menurunkan protein dan meningkatkan
lemak tubuh (Rebegnatar dan Hidayat, 1992). Lovell (1989) menambahkan, bila
nilai perbandingannya terlalu rendah, laju pembentukan protein tubuh akan
menurun karena sebagian besar protein pakan akan digunakan untuk energi
metabolisme. Hal ini akan menghasilkan peningkatan kandungan air tubuh ikan
dan penurunan kandungan lemak tubuh. Protein pakan yang dicerna dimanfaatkan
secara maksimal untuk pertumbuhan. Lemak dan karbohidrat pakan yang tercerna
dimanfaatkan untuk energi pendukung berbagai proses dan kegiatan fisik bagi
kehidupan ikan.
Lemak mempunyai peranan penting bagi ikan karena berfungsi sebagai
sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan fimgsi membran
atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam
penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk mempertabankan daya
apung tubuh (NRC, 1982). Kebutuhan ikan akan asam-asam lemak esensial
berbeda untuk setiap spesies ikan (Furuichi, 1988). Perbedaan kebutuhan ini
teiutama dihubungkan dengan habitatnya. Ikan yang hidup di laut lebih
memerlukan n-3, sedangkan ikan yang hidup di air tawar ada yang hanya
membutnhkan asam lemak n-6 atau kombinasi n-3 dan n-6 (Hepher, 1988).
Hasting (1976) mengemukakan bahwa ransum ikan yang baik adalah yang
mengandung lemak 4-18%. Faktor pembatas dalam penggunaan lemak yaitu
lemak mengandung kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi, mudah
teroksidasi dan membentuk senyawa peroksida yang bersifat racun dan akan
menurunkan fungsi normal ikan. Rebegnatar dan Hidayat (1992) menambabkan
bahwa kandungan lemak yang tinggi dalam pakan juga cenderung meningkatkan
kandungan lemak dalam hati dan menggangu fungsi hati sehingga mengganggu
kesehatan dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada ikan.
Peningltatan lemak pakan menyebabltan penurunan konsumsi makan ikan
sehingga akan membatasi jumlah nutrien yang masuk ke dalam tubuh yang
selanjutnya menyebabkan penurunan pertumbuhan. Apabila kekurangan lemak,
maka protein akan digunakan sebagai sumber energi untuk metabolisme.
Sehingga kekurangan atau kelebihan energi dari lemak dapat menurunkan atau
nieniiigkatltan bobot ikan (Suhenda dan Yanti, 2003).
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi ikan. Hastings (1976)
menyatakan bahwa karbohidrat dalam ransum ikan tropis yang dimanfaatkan
secara baik adalah 30%. Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi
untuk proses kehidupan normal. Sumber energi utama untuk semua sel adalah
glukosa (Church dan Pond, 1988). Peranan karbohidrat, selain sebagai sumber
energi, juga sebagai precursor berbagai hasil metabolit intermedier yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan, misalnya untuk biosintesa berbagai asam amino
non esensial dan asam nukleat. Manfaat lain karbohidrat, termasuk lemak dalam
pakan adalah dapat mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi yang
dikenal sebagai protein sparing effect. Terjadinya protein sparing effect oleh
karbohidrat dan lemak dapat menurunkan biaya produksi (pakan) dan mengurangi
pengeluaran limbah nitrogen ke lingkungan (Peres dan Teles, 1999).
Keberadaan tingkat energi pakan yang optimum sangat penting sebab
kelebihan atau kekurangan energi akan mengakibatkan penurunan laju
pertumbuhan. Ikan berukuran kecil memerlukan energi yang lebih tinggi untuk
fungsi pemeliharaan dibandingkan ikan besar, meskipun proses reproduksi
meningkatkan kebutuhan energi bagi hewan dewasa (NRC, 1982).
Kebutuhan setiap spesies ikan akan protein dan energi berbeda yang
dipengaruhi oleh umur dan ukuran ikan. Kurnia (2003) menyatakan bahwa benih
ikan baung (M. nemurus) berukuran 5,3 g mengalami pertumbuhan terbaik pada
pemberian pakan dengan Itandungan protein 29% dengan rasio energi (digestible
energy) dan protein 11,47 kkal DEIg protein. NRC (1982) berpendapat bahwa
rasio energi dan protein sebesar 8-9 kkallg protein memberikan pertumbuhan
maksimal pada benih channel catfish ukuran sejari. Hasil penelitian Rebegnatar
dan Hidayat (1992) menunjukkan bahwa benih ikan lele dengan bobot rata-rata
1,22-1,56 g membutuhkan rasio energi-protein dibawah 9,23-9,83 kkallg protein
dengan kandungan protein 30,99%. Subamia dkk. (2003) menyatakan bahwa
benih ikan patin jambal Siam (P. hypophthalmus) ukuran 1,52 g mengalami
pertumbuhan optimal bila diberi pakan pada kandungan protein 35,41% dengan
rasio energi-protein 8,43 kkallg protein. Love11 (1989) menambahkan bahwa rasio
optimum digestible energy (DE) dan protein untuk tingkat protein maksimum
pada ikan Channel catfish berukuran 3-250 g adalah 10-1 1 kkallg protein.
111. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober hingga November 2007.
Analisis proksimat, pembuatan pakan dan pemeliharaan ikan dilakukan di
Laboratorium Nutrisi Ikan. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium
Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
3.2 Pakan Uji
Palcan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang
mengandung protein yang sama yaitu sebesar 30%. Perbedaannya adalah rasio
digestible energy (DE)-protein pakan, yaitu 8,5, 9,0, 9 3 , 10,O dan 10,5 kkallg
protein. Nilai DE yang digunakan adalah protein = 3,O kkallg protein, lemak = 8,l
kkallg protein dan karbohidrat = 2,5 kkallg protein (Furuichi, 1988)
Pakan uji tersusun atas tepung ikan dan tepung kedelai sebagai sumber
protein utama. Minyak jagung dan minyak ikan digunakan sebagai sulnber energi
dengan rasio 2:l. Pengatwan rasio digestible energy dan protein pakan sesuai
dengan rancangan penelitian adalah dengan menambahkan minyak. Bahan pakan
lain yang digunakan adalah tepung pollard, tepung terigu, vitamin mix, mineral
mix, vitamin C, Ca(PO&, choline chloride, metionin dan lisin. Rasio protein
hewani dan nabati pakan diatur sebesar 1 :l. Komposisi pakan uji yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 2.
Bahan pakan uji yang telah ditetapkan diproses menjadi pakan berbentuk
pelet berdiameter 2 mm. Pakan dikeringkan dalam oven dan setelah itu pakan
tersebut disimpan dalam refrigerator. Pakan yang sudali dibuat kemudian
dianalisis kandungan nutriennya. Hasil analisis proksimat pakan uji tercantum
pada Tabel 3.
Tabel 2. Komposisi bahan pakan uji untuk ikan patin dengan rasio energi-protein yang berbeda (gI100 g pakan)
Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Bahan Baku
8,5 9 8 9,5 10,O 10,5
Tepung ikan 22,OO 19,69 19,69 19,69 19,75 Kacang kedele 27,50 32,OO 32,50 33,OO 33,50
Terigu 15,OO 15,OO 15,OO 15,OO 15,OO
Pollard 33,82 28,83 25,73 22,83 19,57
Vitamin mix 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13
Mineral mix 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
Vit C 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Ca(P04)2 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 Minyak ikan 0,OO 1,OO 1,80 2,60 3,40 Minyak jagung 0,20 2,OO 3,80 5,40 7,30
Metionin 0,lO 0,lO 0,lO 0,lO 0,lO Lysin 0,lO 0,lO 0,lO 0,lO 0,lO
Choline Chloride 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Total 100,OO 100,OO 100,OO 100,OO 100,OO Keterangan: Kandungan protein (berat kering) tepung ikan 67,04%, tepung bungkil kedelai
40,45%, tepung terigu 11,58%, dan tepung pollard 6,71%.
Tabel 3. Komposisi proksimat, energi dan rasio energi-protein pakan u.ji untuk iltan patin (% bobot kering)
Komposisi Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Proksi~nat (%)
8,5 9 8 9,5 10,O 10,5
Protein 29,9 29,6 29,7 29,s 29,8 Le~nak 4,s 7,7 9,3 11,3 15,5 Abu 7.5 8,2 7,1 5.6 8,8 Serat Kasar 6 7 7,2 5,7 5.5 6.3 BETN' 51,l 47,3 48,2 47,8 39,6 Total energi (kka11100g 256,l 269,l 285,l 300,3 314,4 protein) Rasio DE-P (kkallg 8,6 9,l 9,6 10,l 10,6
Keterangan: 'BETN: Bahan ekstrak tanpa nitrogen. DE: Digestable Energy. P : Protein.
**DE Protein = 3,O kkallg protein, DE Lemak = 8,l kkallg protein, DE karhohidrat = 2,5 KkaVg protein (Furuichi, 1988).
3.3 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan patin yang
mempunyai bobot awal rata-rata 1,84*0,02 g. Ikan uji diambil dari petani di
daerah Cibanteng, Bogor. Jumlah benih ikan patin yang dibawa adalah 400 ekor.
Ikan uji tersebut dipelihara secara acak ke dalam 15 buah akuarium masing-
masing berukuran 50x40~35 cm yang diisi air sampai ketinggian 30 cm dengan
kepadatan 20 ekorlakuarium. Masing-masing akuarium dilengkapi dengan sistem
resirkulasi dan diberikan penutup plastik agar ikan tidak keluar dari wadah
pemeliharaan. Ikan uji tersebut kemudian diadaptasikan terhadap pakan uji, media
hidup dan wadah pemeliharaan selama 2 (dua) hari. Setelah dilakukan
aklimatisasi, ikan uji dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan sisa pakan
dalam saluran pencemaan ikan. Skema dan tata letak wadah perlakuan dapat
diliiat pada Gambar 1.
I FILTER I
(b) Gambar 1. Skema tata letak wadah perlakuan (a) dan situasi penelitian ikan patin
(b).
Air yang digunakan untuk pemeliharaan terlebih dahulu diendapkan dan
diaerasi minimal selama 24 jam dalam bak penampungan. Selama masa
pemeliiaraan berlangsnng, dilakukan penyiponan setiap sekali dua hari pada tiap
akuarium, yaitu pada pagi sebelum dilakukan pemberian pakan. Air yang terbuang
sebanyak 25-50% dari total volume akuarium. Parameter kualitas air yang diamati
adalah suhu dan pH. Pengamatan terhadap kandungan oksigen terlarut (DO),
alkalinitas, dan ammonia-N (NH3-N) dilakukan pada awal dan pertengahan
penelitian. Data kualitas air yang diperoleh selama penelitian adalah suhu air
berkisar antara 29-31 OC, pH 6-7, DO 6, 25-6,47 mg/L, alkalinitas 2,33 mg/L dan
ammonia-N @H3-N) 0,001 mgIL.
Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 40 hari. Ikan tersebut diberi pakan
uji secara at satiation (sekenyangnya) dengan frekuensi pemberian pakan
sebanyalc 2 kali yakni pukul 08.00-09.00 dan 17.00-18.00 WIB. Jumlah pakan
harian yang diberikan pada ikan selama penelitian dicatat untuk rnengetahui
tingkat konsumsi pakan sebagai dasar menghitung efisiensi pakan, retensi protein
dan retensi lemak.
Penimbangan bobot dilakuka pada awal dan akhir penelitian. Bobot yang
diukur adalah biomasa ikan. Sebelum dilakukan penimbangan, ikan terlebih
dahulu dipuasakan selama 24 jam. Pengukuran bobot bertujuan untuk mengetahui
tingkat peitumbuhan. Sedangkan ikan yang mati selama periode pengamatan
dihitung dan ditimbang, selanjutnya digunakan dalam penghitungan keefisiensi
penggunaan pakan.
Pada awal dan akhir penelitian, masing-masing sebanyak 10 dan 8 ekor
ikan pada setiap akuarium dikorbankan. Caranya adalah dengan memingsankan
ikan. Selanjutnya, ikan tersebut digunakan sebagai bahan analisis proksimat.
3.4 Analisis Kimia
Analisis proksimat terdiri atas protein, lemak, serat kasar, abu, Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN), dan kadar air dari masing-masing bahan antara
lain: bahan pakan uji, pakan uji, tubuh ikan serta daging. Metoda analisis
proksimat mengikuti prosedur sesuai dengan Takeuchi (1988). Kandungan kadar
protein ditentukan dengan metoda Kjedahl, lemak dengan metoda ekstraksi
dengan alat Sokhlet dan Folch, kadar abu melalui pemanasan sampel dalam tanur
pada suhu 400-600 OC, kadar serat kasar dengan metoda pelarutan sampel dalam
asam dan basa kuat serta pemanasan dan kadar air dengan metoda pemanasan
dalam oven pada suhu 105-1 10 OC.
Analisis proksimat bahan penyusun pakan dan pakan uji dilakukan pada
awal penelitian. Analisis proksimat tubuh ikan dilakukan pada awal dan akhir
penelitian. Pada awal penelitian, 10 ekor ikan diambil secara acak dari stok dan
pada althir penelitian diambil 8 ekor ikan pada setiap perlakuan dan ulangan.
Prosedur analisis terhadap bahan baku pakan, pakan uji, daging dan tubuh ikan
disajikan pada Lampiran 1-5.
3.5 Analisis Statistilta
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Untuk nlengetahui pengaruh
perlakuan terhadap tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan relatif, retensi
protein, retensi lemak dan efisiensi pakan digunakan analisis sidik ragam (uji F)
pada tingkat lcepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji lanjut uji Duncan
menggunaltan program SPPS ver 11.5. Cara perhitungan paramater yang diuji
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tingkat Kelangsungan Hidup (Survivnl Rate, SR)
jumlah total ikan akhir (ekor) SR(%) =
jumlah total ikan awal (ekor) x 100%
Pertumbuhan Relatif (PR)
Notasi : W, = biomasa akhir pemeliharaan (g) Wo = biomasa awal pemeliharaan (g) PR = pertumbuhan relatif (%)
Retensi Proten (RP)
Notasi : F = jumlah protein tubuh pada akhir pemeliharaan (g) I = jumlah protein tubuh pada awal pemeliharaan (g) P = jumlah protein pakan yang dikonsumsi ikan (g)
- Retensi Lemak (RL)
Notasi : F = jumlah lemak tubuh pada akhir pemeliharaan I = jumlah lemak tubuh pada awal pemeliharaan L = jumlah lemak pakan yang dikonsumsi ikan
Efisiensi Pakan (EP)
Notasi : W, = bobot total ikan pada akhir pemeliharaan (g) Wo = bobot total ikan pada awal pemeliharaan (g) Wd = bobot total ikan yang mati selama pemeliharaan (g) F = jumlah pakan yang diberikan (g)
IV. HASZC DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan pemberian pakan dengan rasio energi-protein pakan
yang berbeda pada ikan patin yang dipelihara dalam 15 akuarium masing-masing
dengan kepadatan 20 ekor per akuarium selama 40 hari menunjukkan bahwa berat
rata-rata ikan meningkat dari awal hiigga akhii pemeliharaan (Gambar 2).
Sedangkan data biomasa rata-rata ikan pada setiap rasio energi-protein dan
ulangan selama penelitian dapat diiihat pada Lampiran 7.
18.00
- 16.00 9 14.00 e
12.00 .- _m 10.00
8.00 n Akh~r
?! 6.00 .d
4.00
2.00
8,s 9.0 9.5 10,O 105
Rasio energi-protein (kkallg protein)
Gambar 2. Berat rata-rata ikan patin pada awal dan akhii penelitian.
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa berat rata-rata ikan
tertinggi terjadi pada rasio 9,O kkaWg protein yakni sebesar 16,6 dan diikuti pada
rasio 8,5 kkaVg protein sebesar 15,2 g, rasio 9,5 kkaVg protein sebesar 14,5 g,
rasio 10,O kkaVg protein sebesar 14,O g, dan terendah pada rasio 10,5 kkaWg
protein protein protein sebesar 13,2 g. Selama masa pemeliharaan, kematian ikan
tidak ditemukan.
Pemberian pakan dengan rasio energi-protein yang berbeda dalam pakan
dapat mempengaruhi tingkat konsumsi pakan, pertumbuhan relatif, retensi protein,
retensi lemak dan efisiensi pakan, sedangkan pada tingkat kelangsungan hidup
tidak berpengaruh. Data mengenai kinerja pertumbuhau disajikan pada Tabel 4
dan Lampiran 7 dan 8.
Tabel 4. Kinerja pertumbuhan benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Rasio Energi-protein (kkallg protein) Parameter
8,5 9,O 9,5 10,o 10,s 1. SR (%) 100,o" 100,Oa 100,Oa 1 OO,Oa 10O,Oa
2.KP(g) 335,7+10,7~ 366,3+6,6' 303,0+10,5' 305,4+9,6a 289,316,4' 3. RP (%) 56,72~2,9~ 65,5+2,2b 60,3+5,Ia 50,0+2,4"3,7*5,7"
4. R L (%) 124,1+7,3~ 92,4*6,7' 78,5+1,9"3,9+9,3~~ 66,4*1,3"
5. PR(%) 724,7*18,6~ 800,0+28,5C 653,8*17,6a 666,4+35,4" 616,2+3 1,s"
6. EP (%) 79,7=2,9' 80,4t2:2" 80,6=4,2" -- 79,8+2,0"8,4=2,3" Kctcrangan: I-luruf dibelakan: srandar dcviasi yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan
~ -
perbedaan yang nyata (PC 0,05) (Lampiran 9-13); SR (Tingkat Kelangsungan Hidup); I<P (Konsumsi Pakan); RP (Retensi Protein); RL (Retensi Lemak); PR (Pertumbuhan Relatif); EP (Efisiensi Pakan).
Konsumsi pakan pada ikan patin tertinggi dicapai pada pakan 9,O kkaltg
protein, kemudian diikuti oleh 8,5. Namun konsumsi pakan pada 8,5 Wiallg
protein lebih tinggi dari perlakuan 9,5-10,5.
Adanya perbedaan jumlah pakan yang dikonsumsi sebagai akibat
perbedaan rasio energi-protein pakan memberi pola kepada penyimpanan nutrien
dalam tubuh ikan patin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terlihat perbedaan
nilai retensi protein pada ikan patin yang diberi pakan dengan rasio energiprotein
yang berbeda. Retensi protein tertinggi diamati pada pakan 9,O kkallg protein
(65,5%), sedangkan nilai retensi protein perlakuan lainnya tidak berbeda yakni
berkisar 50,O-60,3%.
Untuk retensi lemak, terjadi penurunan nilainya seiring dengan
meningkatnya rasio energi-protein pakan. Retensi lemak tertinggi pada rasio
energi-protein 8,5 yaitu sebesar 124,1%. Pemberian pakan dengan rasio energi-
protein 9,O menghasilkan retensi lemak lebih tinggi daripada 9,5-10,5 kkallg
protein.
Perbedaan rasio energi-protein dalam pakan memberikan pei'mmbuhan
relatif yang berbeda pada ikan patin. Data menunjukkan bahwa pertuinbuhan
relatif tei-tinggi terjadi pada pakan yang mengandung 9,O kkallg protein, kemudian
diikuti dengan 8,5. Namun pertumbuhan relatif pada 8,5 kkallg protein lebih
tinggi dari perlakuan 9,5-10,5. Tabel 5 menyajikan komposisi proksimat tubuh
dan daging ikan patin.
Tabel 5. Komposisi proksimat tubuh dau daging (% bobot kering) benih ikan oatin
Rasio Energi-Protein Komposisi proksimat (kkallg protein) Air Protein Lemak
Tubuh 79.93 16.04 3.46
Tubuli 8,s 8 I ,53 i 0,6 1 19,16 i 0,4Tb 6,42 * 0,43" akhir
9,o 79,17 i 0,20"2,37 i 1,56' 7,54 * 0,38"
9,s 81,75 * O,9Oc 19,99 * 036" 7,78 i 0,21b
10,O 78,09 i 0,3Pb 17,20 *0,42a 10,07 f0,94C
10,5 77,93 * 0,73" 18,50 i 1,41ab 10,99 * 0,27C Daging 8,5 81,19i 0,76" 16,89 3,OSa 4,99 i 0,24" akhir
9,O 81,14 i 0,48" 8,68 * 4 , 0 4 9 , 3 5 * 0 ,34~
9,s 81,l 1 i 0 , 5 3 7 6 , 4 9 i 0,90" 7,70 * 0 , 2 8 ~ 10,O 79,05i3,30a 16,17i0,77' 8 ,18 i1 ,3 jb
10,s 80,48 i 0,71" 14,72 * 2,06a 4,57 * 0,09a Keterangan: Huruf dibelakang standar deviasi yang berbeda dalam baris yang sama menunjukan
perbedaan yang nyata (P< 0,05) (Lampiran 15 - 20).
Komposisi proksimat tubuh ikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa
pemberian pakan dengan rasio energi-protein yang berbeda memberikan
kecendrungan penurunan kandungan air tubuh dengan naiknya rasio energi-
protein pakan. Demikian juga pada kandungan protein tubuh naik sampai pada
rasio energi-protein 9,O kkallg protein tetapi selanjutnya menurun kembali.
Kandungan lemak tubuh ikan mengalami peningkatan sejalan dengan naiknya
rasio energi-protein pada pakan. Pada kandungan air daging menunjukkan nilai
yang hampir sama pada rasio 8,5-9,5 kkallg protein namun mengalami penurunan
pada rasio 10,O dan 10,5 kkallg protein. Sedangkan kandungan protein daging
mengalami peningkatan sampai rasio 9,O kkallg protein namun selanjutnya
menurun kembali. Kandungan lemak daging terjadi peningkatan sampai rasio
energi-protein 10,O kkal/g protein tetapi pada rasio energi-protein 10,5 kkal/g
protein mengalami penurunan kandungan lemak daging. Data lengkap setiap rasio
dan ulangan hasil proksimat tubuh dan daging benih ikan patin disajikan pada
(Lampiran 8 dan 9).
4.2 Pembahasan
Dalanl penelitian ini digunakan kadar protein pakan 30% dengan kadar
rasio energi-protein yang berbeda, yaitu 8,5,9,0,9,5, 10,O dan 10,5 kkallg protein.
Dari hasil pemeliharaan benih ikan selama 40 hari, menunjukkan bahwa
pemberian pakan dengan peningkatan rasio energi-protein yang berbeda
mempengaruhi jumlah konsumsi pakan benih ikan patin akibat energi yang
berbeda didalam pakan. Pada rasio 8,5 dan 9,O kkallg protein memiliki energi
antara 2560,5-2691,3 kkal DE /kg pakan, sedangkan pada rasio 9,5-10,5 kkallg
protein memiliki energi berkisar 2851,l-3143,7 kkal DE /kg pakan (Tabel 3).
Kedua kelompok energi ini bila dibandingkan terlihat bahwa konsumsi pakan
rasio 9,5-10,5 Itkallg protein lebih rendah dibandingkan dengan rasio 8,5 dan 9,O
kkallg protein Hal ini terjadi karena tingginya kadar lemak didalam pakan yang
mengakibatkan energi tinggi sehingga ikan mengkonsumsi pakan rendah. NRC
(1982) menyatakan bahwa pakan yang memiliki kelebihan energi dapat
membatasi jumlah pakan yang dikonsumsi termasuk protein dan lemak sel-ta
nutrien lainnya yang dibutuhkan oleh ikan. Rendahnya kons~imsi pakail
menyebabkan rendalmya nutrien-nutrien pakan seperti protein dan lemak yang
diserap oleh ikan. Terbukti dengan retensi protein dan lemak pada rasio 9,5-10,5
kkallg protein relatif lebih rendah dibandingkan pada rasio 8,5 dan 9,O kkallg
protein. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan relatif rendah. Hal ini berbeda
dari penelitian yang dikemukakan oleh Subamia dkk. (2003) bahwa pakan dengan
kadar protein 35% dengan energi sebesar 2987,5 kkallkg protein memberikan
kinerja pertumbuhan optimum pada benih ikan patin jambal siam.
Keseimbangan energi dan protein dalam pakan sangat berperan dalam
menunjang pertumbuhan benih ikan patin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh energi yang berbeda di dalam pakan mengakibatkan adanya perbedaan
retensi protein. Pada rasio 8,5 kkallg protein menunjukkan nilai retensi protein
yang lebih rendah dibandingkan pada rasio 9,O kkallg protein. Hal ini
menunjukkan bahwa kebutuhan energi yang terkandung dalam pakan telah
mencukupi kebutuhan energi ikan untuk rnainrenance tetapi energi untuk
pertumbuhan masih lebih rendah dari rasio 9,O kkallg protein. Ini dapat terlihat
bahwa kadar protein yang tersimpan dalam daging ikan dimana kadar proteilmya
lebih rendab dibandingkan pada kadar protein daging pada rasio 9,O kkallg
protein. Tingginya retensi protein pada rasio 9,O kkallg protein diduga akibat
benih ikan patin dapat menggunakan energi non protein (lemak dan karbohidrat)
lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan metabolisme standar (bemapas dan
bergerak) sehingga sebagian besar protein yang ada dapat disimpan untuk
membangun jaringan tubuh.
Sementara itu pakan dengan rasio 10 dan 10,s kkallg protein menunjukkan
nilai retensi protein yang lebih rendah dibandingkan dengan rasio energi-protein
laimya. Hal ini diduga karena kadar energi yang tinggi di dalam pakan akibat
tingginya kadar lemak (11,3 dan 15,5%) sehingga membatasi konsumsi pakan
yang mengakibatkan jumlah protein yang dikonsumsi juga berkurang. Ini dapat
dibuktikan dengan kadar protein tubuh pada rasio 10,O dan 10,5 kkallg protein
lebih rendah. Akibatnya, retensi protein juga lebih rendah begitu juga dengan
kadar protein dalam daging yang menghasilkan pe~tumbuhan relatif rendah.
Kadar lemak tubuh dan daging ikan patin pada pakan dengan rasio energi-
protein 8,s kkallg protein adalah rendah, namun retensi lemaknya tertinggi di atas
100% (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa kandugan lemak pakan pada rasio
tersebut belum memenuhi kebutuhan ikan sehingga diduga terjadinya sintesis
lemak dari bahan non lemak (karbohidrat dan protein). Pada rasio energi-protein
9,O kkallg protein, kadar lemak tubuh dan daging mengalami peningkatan, namun
retensi lemalc pada rasio tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengall
pakan dengan rasio energi-protein 8,5 kkallg protein. Sedangkan untuk rasio
energi protein di atas 9,O kkallg protein, kadar lemak tubuh dan daging serta
retensi lemak lebih rendah. Keadaan ini menunjukkan bahwa benih ikan patin
dapat memanfaatkan energi yang berasal dari lemak daripada karbohidrat.
Adanya kadar protein tubuh dan daging serta retensi protein tertinggi pada
rasio energi-protein 9,O kkallg protein menyebabkan pertumbuhan relatif yang
tinggi, yaitu 800rt28,5%. Sedangkan pada rasio 9,s-10,5 kkal/g protein, walaupun
ikan memanfaatkan lemak pakan lebih efisien tetapi karena terbatasnya jumlah
pakan yang dikonsumsi malca pada rasio energi-protein tersebut menghasilkan
kadar protein tnbuh dan daging serta retensi protein yang lebih rendah dan
sebaliknya kadar lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan rasio energi-protein
9,O kkallg protein. Selanjutnya, rasio energi-protein tersebut akan menghasilkan
pertumbuhan relatif yang rendah. Dari hasil penelitian Subamia dkk. (2003),
pakan yang mengandung 35% protein, 4% lemak dan 43,86% karborhidrat
menghasilkan pertumbuhan relatif sebesar 320,4% pada benih patin berukuran
1,52 g dengan masa pemeliharaan 6 minggu. Bila dibandingkan dengan
perturnbuhan relatif hasil penilitian ini, benih ikan patin berukuran 1,84 g
didapatkan pertumbuhan relatif lebih tinggi (800,0*28,5%) dibandingkan
penelitian tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar protein pakan dapat
diturunkan apabila rasio energi-protein yang terkandung dalam pakan
ditingkatkan.
Konsumsi pakan yang tinggi pada pakan dengan rasio energi-protein 9,O
Ickallg protein diimbangi oleh pertumbuhan yang tinggi pula. Pada rasio energi-
protein yang lain, konsumsi pakan yang lebih rendah dan diimbangi dengan
pertumbuhan yang rendah pula. Dengan demikian menyebabkan efisiensi pakan
yang relatif hampir sama antar rasio energi-protein (Tabel 4).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada kadar
protein pakan 30% dengan rasio energi-protein 9,O kkal DE/g protein dapat
menghasilkan ltinerja pertumbuhan optimum bagi benih ikan patin.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan produksi benih ikan disarankan memberikan pakan
dengan lcadar protein 30% dan rasio 9,O kkal DE/g protein dengan teknik
pemberian pakan sekenyangnya pada pagi dan sore hari.
DAFTAR PUSTAKA
Aizam, Z., A.S. Che Roos and H.A. Shaar. 1983. The growth of ikan patin (Pangasius sutchi) fingerlings fed with varying dietary protein levels. Fac. Fisher. Mar. Sci. University Pertanian Malasyia, 6pp.
Brett, J.R. and D.D. Grovers. 1979. Physiological energetic, p. 279-351. In W.S. Hoar. D. J. Randall and J. R. Breet (Eds). Fish physiology Vol. VIII. Acad. Press. New York.
Chuapoehuk, W. 1987. Protein requirements of walking catfish (Clarias batrachus) (Linneus) fry. Aquaculture, 63:215-219.
Chuapoehuk, W and T. Pothsoong. 1985. Protein requirement of catfish fiy, Pangasius sutchi Flower, p. 103-106. In Cho, C.Y. Cowey C.B. and Watanabe T. 1985. Finfish nutrition in Asia. Methodological approaches to research and development. IDRC. Ottawa.
Church, D.C. and W.G. Pond. 1988. Basic animal nutrition and feeding. Third Edition. Jhon Wiley and Son. New York, p. 105-120.
Cho, C.Y., C.B. Cowey and T. Watanabe. 1985. Finfish Nutrition in Asia. Methodological Approaches to Research and Development. IDRC. Ottawa, 154pp.
Elliot, J.M. 1979. Energetics of freshwater teleosts, p. 29-62. In D.J. Miller (Ed). Fish phenology: Anabolic adaptiveness in teleost. Acad. Press. London.
Furuichi, M. 1988. Dietary requirement, p. 8-78. In Watanabe. T. (Ed.). Fish nutrition and mariculture. Department of Aquatic Bioscience. University of Fisheries. JICA. Tokyo.
Harun, 2007. Pengauh kadar protein dan nisbah energi protein pakan berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan batak (Labeobarbus soro). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 36pp.
Halver, J.E. 1988. Fish nutrition. Academic Press Inc., London, 798pp.
Hastings, W.H. 1976. Fish nutrition and fish feed manufacture. Rep. From FAO. FIR: AQlConfl761R. 73. Rome. Italy, 13pp.
Henken, A.M, M.A.M. Machiels, W. Dekker and H. Hogendorn. 1986. The effect of dietary protein and energy content on growth rate and feed utilization of The African Catfish Clarias gariepiewus (Burchell. 1982). Aquaculture, 58:55-74.
Hepher, B. 1988. Nutrition of pond fishes. University Press. Cambridge, New York, 388pp.
Jobling, M. 1983. A short review and critique of methodology used in fish growth and nutrition studies. J. Fish Biol. 23: 685-703.
Kurnia, A. 2002. Pengaruh pakan dengan kandungan protein dan rasio energi protein yang berbeda terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan benih ikan Baung (Mystus nemurus CV.). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertania Bogor. Bogor. Bogor, 54pp.
Lovell, R.T. 1989. Nutrition and feeding of fish. New York Van Nostrand Reinhold, 2 17pp
NRC. 1982. Nutrient requirement of warmwater fishes and shellfishes (Rev. Ed). Acad. Press. Washington D.C., 86pp.
Peres, H. and A.O. Teles. 1999. Effect of dietary lipid level on growth performance and feed utilization by European sea bass juvenil (Dicentrarchus labrax). Aquaculture, 179: 325-334.
Rabegnatar, I.N.S. dan W. Hidayat. 1992. Estimasi perbandingan optimal energi dan protein dalam pakan buatan untuk pembesaran benih ikan lele (Clarias bratachus) dalam keramba jaring apung, p. 19-28. Pros. Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Balai Penenlitian Perikanan Air Tawar. Bogor.
Subamia, LW., N. Suhenda, dan E. Tahapari. 2003. Pengaruh pemberian pakan buatan dengan kadar lemak yang berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan jambal Siam (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Pen. Perik. Indonesia 9(1): 37-42.
Suhenda, N. dan S. Yanti. 2003. Penentuan kebutuhan nutrien @rotein dan lemak) benih ikan patin jambal (Pangasius hypophthalmus), p.1-15. Pros. Seminar Hasil Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor.
Suhenda, N., L. Setijaningsih, dan Y. Suryanti. 2003. Penentuan rasio antara kandungan karbohidrat dan lemak pada pakan benih ikan patin jambal (Pangasizrs sutchi). Jurnal Pen. Perik. Indonesia, 9(1): 21-29.
Suryanti, Y., A. Priyadi, dan H. Mundriyanto. 2003. Pengaruh rasio energi dan protein yang berbeda terhadap efisiensi pemanfaatan protein pada benih baung (Mystus nemurus C.V.). Jurnal Pen. Perik. Indonesia 9 (1): 31-36.
Sunarno, M.T.D. 1988. Pengaruh berbagai kandungan protein pakan isokalori terhadap pertumbuhan benih ikan jelawat (Leplobarbus hoaveni Blkr.). Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 69pp.
Suprayudi, M.A., M. Bintang, T. Takeuchi, I. Mokoginta and T. Sutardi. 1999. Defatted soybean meal as an alternative source to substitute fish meal in the feed of giant gouramy (Osphronemus gournniy Lac.). Sanzoshoku, 47(4): 551-557.
Takeuchi, T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition, p. 179-229. In Watanabe T. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo: Kanagawa International Fisheries Training Center.
Yamada, R. 1983. Pond production system: Feed and feeding practice in warmwater fish pond, p. 117-144. In J.E. Lannan. R.O. Smitherman and G. Tchobanoglous (Eds). Principles and practices of pond aquaculture: A state of the art reviews. Oregon State Univ. Oregon.
Lampiran 1. Prosedur analisis kadar protein dengan metode semi mikro Kjedahl untuk bahan yang digunakan dalam penelitian (Takeuchi, 1988).
1. Sampel ditimbang sebanyak 0,s gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan salah satu labu digunakan sebagai blanko dimana labu tidak dimasukkan sampel
2. Ke dalam labu no 1 ditambahkan 3 gram katalis (KzS04+CuS04.5H20) dengan rasio 9: 1 dan ditambahkan 10 ml HzS04.
3. Labu no. 2 dipanaskan 3-4 jam sampai cairan dalam labu berwarna hijau bening.
4. Larutan didinginkan, lalu ditambahkan air destilasi 30 ml, kemudian larutan no. 2 dimasukkan ke labu taka dan ditambahkan larutan destilasi sampai volume larutan menjadi 100 ml.
5. Dilakukan proses destilasi untuk membebaskan kembali NH3 yang berasal dari proses destruksi pada no. 4.
6. Erlenmeyer diisi 10 ml H2S04 0,OS N dan ditambahkan 2 tetes indikator methyl red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.
7. Sebanyak 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong, kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30%, lalu dimasuklcan melalui corong tersebut dan ditutup.
8. Pemanasan dengan uap terhadap labu destilasi dilakukan minimal 10 menit setelah kondensasi uap terlihat pada kondensor.
9. Larutan hasil destilasi ditritasi dengan larutan NaOH 0,05 N.
10. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko.
0,0007 * x(Vb - Vs)xFx6,25 * *x20 * * * Kadar Protein (%) =
S
Keterangan : Vb =Volume hasil titrasi blanko (ml) Vs =Volume hasil titrasi sampel (ml) S = Bobot salnpel (grain) * = Setiap ml0,OS NaOH ekivalen dengan 0.0007 gram Nitrogen ** = Faktor Nitrogen
Lampiran 2. Prosedur analisis kadar lemak untuk bahan yang digunakan dalarn penelitian (Takeuchi, 1988)
Metode ekstraksi solchlet (analisa lemak untuk bahan pakan dan pakan uji)
1. Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu llO°C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu tersebut (XI)
2. Sekitar 3-5 gram sampel ditimbang (A), dimasukkan ke dalam selongsong tabung filter dan kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet dan pemberat diletakkan di atasnya.
3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.
4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath sampai cairan yang merendam sampel dalam soxhlet berwarna bening.
5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap.
6. Labu dall lemak yang tersisa dipanakan dalam oven selama 15-60 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15-30 menit dan ditimbang (X2).
Metode Folch (analisa lemak untuk tubuh dan daging ikan uji)
1. Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 110°C selama 1 jam, didinginkan dalam desikaotr selalna 30 menit kemudian ditimbang (XI).
2. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas homogenize dan ditambahkan larutan kloroform/methanol (20xA), sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.
3. Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disraing dengan vacuum PLlI7ql.
4. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalam labu pemisah yang telah diberi larutan MgCI2 0,03 N (0.2 x C), kemudian dikocok dengan kuat minimal selama 1 menit kemudian ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 1 malam.
5. Lapisan bawa yang terdapat dalam labu pemisah disaring ke dalaln labu silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroformlmethanol yang terdpat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacuum setelah itu ditimbang (X2).
x2 - X I % lemak = x 100%
A
Lampiran 3. Prosedur analisis kadar abu untuk bahan yang digunakan dalam penelitian (Takeuchi, 1988)
1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100°C selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (XI).
2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A).
3. Cawan dan bahan dipanaskan ke dalam tanur pada suhu 600°C sampai menjadi abu kemudian dimasukkan dalam desikator selam 30 menit dan ditimbang (X2).
x2 - XI % abu = x 100%
A
Lampiran 4. Prosedur analisis kadar air untuk bahan yang digunaltan dalam penelitian (Takeuchi, 1988)
1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100 OC selama 1 jam dan kemudian dimasultkan dalam dessikator selama 30 menit dan ditimbang (XI).
2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A).
3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 110 OC selama 4 jam kemudian dimasukkan dalam desikator selam 30 menit dan ditimbang (Xl).
Kadar Air (%) = ( X 2 + A ) - X l x lOO%
A
Lampiran 5. Prosedur analisis kadar serat kasar untuk ballan yang digunakan dalam penelitian (Takeuchi, 1988)
1 . Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110 OC, setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (XI).
2. Sebanyak 0,5 gram sampel ditimbang (A) dan dimasukkan ke dalanl erlenmeyer 250 ml.
3. HzS04 0,3 N sebanyak 50 ml ditambahkan ke dalam erlenmeyer, kemudian dipanaskan di atas pembakar Bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam erlenmeyer dan dipanaskan kembali selama 30 menit.
4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong Buchner dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat proses filtrasi.
5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudian dibilas secara berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml HzS04 0,; N, 50 ml air panas, dan 25 1x1 asetone.
6. Kei-tas saring dan isinya dimasukkan dalam cawan porselin, lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105-110 OC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 5-15 menit dan ditimbang (XI).
7. Setelah itu dipanaskan dalam tanur 600 OC hingga berwarna putih atau menjadi abu (i 4 jam). ICemudian dimasukkan dalam oven 105-1 10 OC selama 15 menit, didinginkan dalam desikator selama 5-15 menit dan ditimbang (X3).
Kadar Serat Kasar (%) = X 2 - X 1 - X 3 x loo% A
Lampiran 6. Hasil analisis proksimat ballan palcan yang digunakan dalam penelitian (% bobot kering)
Komposisi Bahan Pakan
Nutrien (%) Tepung Ikan Bungkil Kedelai Tepung Tepung Terigu Pollard
Protein 67,04 40,45 11,58 6,71 Lemak 10,74 1,22 1.44 4,78 Serat lcasar 0.43 8,76 0,44 11,18 Kadar abu 13.68 7.16 0.69 0.44 BETN s , i i 4i,41 8535 7$,89 Total 100,OO 100,OO 100,OO 100,OO
Lampiran 7. Biomasa awal dan akhir, konsumsi pakan, efisiensi pakan dan pertumbuhan rnutlak dan relatif pada benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Parameter Ulangan
8,50 9,OO 9,50 10,OO 10,50
Biomasa Awal 1 36,72 36,93 36,52 36,07 37,09 (8) 2 37,23 36,40 37,94 36,49 36,75
3 36,73 37,13 37,42 37,20 36,62 Rata-rata 36,89*0,29 36,82*0,38 37,29*0,72 36,59*0,57 36,82+0,24
Biomasa Akhir 1 306,46 329,92 282,lO 290,93 261,83 (9) 2 299,02 339,OO 285,06 274,73 253,98
3 307,16 325,05 275,99 275,18 275,23 Rata-rata 304,21+4,51 33 1,32*7,08 281,05+4,63 280,28*9,23 263,68+10,75
Konsumsi Pakan 1 345,66 358,65 304,76 314,04 291,19 (9) 2 335,94 370,44 291,71 295,12 282,08
3 325,60 369,89 312,38 307,02 294,50 Rata-rata 335,73*10,03 366,33*6,65 302,95*10,45 305,39*9,56 289,26+6,43
Pertumbuhan 1 269,74 292,99 245,58 254,86 224,74 Mutlak Biomasa 2 261,79 302,60 247,12 238,24 217,23 (g) 3 270,43 287,92 238,57 237,98 238,61
Rata-rata 267,32*4,80 294,50*7,46 243,76+4,56 243,69*9,67 226,86+10,85 Pertumbuhan 1 734,59 793,37 672,45 706,57 605,93 relatif (%/hari) 2 703.17 831.32 651,34 652,89 591,lO
3 736i26 775i44 637,55 639,73 651,58 Rata-rata 724,67*18,64 800,04*28,53 653,78117,58 666,40+35,4 1 616,21+3 1,52
Efisiensi Pakan 1 78,04 8 1,69 80,58 81,16 77,18 (%) 2 77,93 8 1,69 84,71 80,73 77,Ol
3 83,06 77,84 76,37 77,51 81,02 Rata-rata 79,67*2,93 80,41*2,22 80,56*4,17 79,8&1,99 78,40*2,27
Lampiran 8. Retensi protein dan le~nak benih ikan patin (yang diberi pakan ~rji sela~na 40 hari masa perneliharaan
Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Parameter Ulangan 8,50 9,OO 9,50 10,OO 10,50
Protein Pakan (%) 27,52 27,04 27,54 27,73 27,61 Lemak Pakan (%) 4,38 7,OO 8,65 10,53 14,41 Protein Tubuh I%) . .
Awal 16,04 16,04 16,04 16,04 16,04 Akhir 1 19,52 22,09 20,83 17,14 16,91
2 18,62 19.58 20,Ol 17,64 18,99 3 19,33 22,44 19,12 16,81 19,59
Rata-rata 19,1650,47 21,37*1,56 19,99*0,86 17,2050,42 18,50*1,41 Lemak Tubuh (%) ~.
Awal 3,46 3,46 3,46 3.46 3.46 Akhir I 6,92 7,97 7,84 9,50 10,89
2 6.20 7.37 7.55 11.15 11,29 3 6,14 7,27 7,96 9,56 10,78
Rata-rata 6,4250,43 7,54+0,38 7,78*0,21 10,0710,94 10,99+0,27
Konsumsi 1 95,13 96,99 83,92 87,lO 80,39 n--L-:.. ,-\ 2 92,45 100,18 80,33 81,85 7738
nonsLlmsl lelnak (g) 2 14,71 25,94 25,24 3 1,07 40,66
3 14,26 25,90 27,03 32,32 42,45 Rata-rata 14,70*0,44 25,65*0,47 26,21+0,90 32,1551,Ol 41,6950,93
Protein 1 53,94 66,95 52,90 44,08 38,33 n:.; ........ ,-, 2 49,72 60,54 50,94 42,6 1 42,33
Retensi 1 56,71 69,02 63,04 50,61 47,67 n . . I n , x 2 53,78 60.43 63,42 52.06 54,36
Lampiran 9. Komposisi proksimat daging benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Rasio Energi-Protein Ulangan Nutrien daging (% berat Basah) (kkallg protein) Air Protein Lemak
1 81.70 19.86 5.14
Lampiran 10. ANOVA dan uji Duncan pertumbuhan relatif (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Grouos 61806.3 1 4 15451.58 20.78 0.00 Within ~roup's 7435,67 10 743,57
Total 69241,98 14
Rasio Energi-Protein Subset for alpha = 0,05 Ulangan
(kkallg protein) 1 2 3 10.5 3 616.20 9,5 3 653178 10,O 3 666,40 8,5 3 724,67 9,0 3 800,04 Sig. 0,06 1,OO 1,OO
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 11. ANOVA dan uji Duncan konsumsi pakan (g) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa peineliharaan
Sum of Squares df Mean Square F sig, Between Grouvs 11528.65 4 2882.16 37.24 0.00 Within ~ r o u k 774,04 10 77,40
Total 12302,69 14
Rasio Energi-Protein Ulangan
Subset for alpha = 0,05 (kkallg protein) 1 2 3
10,s 3 289.26
Sig. 0,06 I ,00 1,OO Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lainpiran 12. ANOVA dan uji Duncan efisiensi pakan (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa peineliharaan
Sum of Squares d f Mean Square F Sig. Between Groups 8,69 4 2,17 0,27 0,89 Within ~ r o u i s 80,OS 10 8,Ol
Total 88,77 14
Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Ulangan Subset for alpha = 0,05 1
Sig. 0,41 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 13. ANOVA dan uji Duncan retensi protein dalam tubuh (%) benih ikan patin yang diberi paltan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Grouos 492.66 4 123,16 8,37 0,OO Within Groups 147;15 10 14,72
Total 639,81 14
Rasio Energi-Protein Subset for alpha = 0,05 Ulangan
(kkallg protein) 1 2 9.5 3 50,OO I 0,o 3 50,oo 10,5 3 53,7 1 8,5 3 56,72 9,0 3 65,47 Sig. 0,07 1 ,00
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 14. ANOVA dan uji Duncan retensi lemak dalam tubuh (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 5673,23 4 1418,31 3735 0,OO Within ~ r o u p s 377,74 10 37,77
Total 6050,97 14
Rasio Energi-Protein Subset for alpha = 0,05 Ulangan
(kkallg protein) 1 2 3 4 10,5 3 66,40 9 s 3 78,54 10,O 3 83,93 83,93 9,0 3 92,44 8,5 3 124,12 Sig. 1,OO 0,31 0,12 1,OO
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 15. ANOVA dan uji Duncan kadar air dalatn tubuh (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Sum of Squares d f Mean Square F Sig, Between Groups 40,82 4 10.21 27.14 0.00 Within ~ r o u i s 3,76 10 0,38
Total 44,58 14
Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Ulangan Subset for alpha = ,05 1 1 1
0,06 0,67
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 16. ANOVA dan uji Duncan kadar protein dalam tubuh (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Sum of Squares d f Mean Square F Sig, Between Groups 29,49 4 7,37 6,65 0,Ol Within Groups 1 1,09 10 1,11
Total 40,57 14
Subset for alpha = ,05 Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Ulangan
I 2 3 10,O 3 1720 10,5 3 18,50 18,50 8,s 3 19,16 19,16 9 s 3 19,99 19,99 9,0 3 21,37 Sig. 0,05 0,13 0,14
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 17. ANOVA dan uji Duncan kadar lemak dalam tubuh (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pe~neliharaan
Sum of Squares df Mean Square F Sig, Between Grouvs 43.20 4 10,80 40,79 0,OO Within ~ r o u i s 2,65 10 0,26
Total 45,84 14
Subset for alpha = ,05 Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Ulangan 1 7 '7 - <
8,5 3 6,42 9,o 3 7 3 4 9,5 3 7,78 10,O 3 10,07 10,5 3 10,99 Sig. 1 ,00 0,57 0,05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 18. ANOVA dan uji Duncan kadar air dalam daging (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Sum of Squares df Mean Square F Sig Between Groups 9,98 4 2,49 1 ,00 0,45 Within Groups 24,90 10 2,49
Total 34,88 14
Subset for alpha = ,05 Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Ulangan 1 ,oo
10.0 3 79,05
sig. 0,16 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 19. ANOVA dan uji Duncan kadar protein dalam daging (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Sum of Squares df Mean Square F Sig, Between Groups 24,40 4 6,lO 0,98 0,46 Within ~ r o u p s 62,56 10 6,26
Total 86,96 14
Subset for alpha = ,05 Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Ulangan
1
Sig. O,I I Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmo~iic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 20. ANOVA dan uji Duncan kadar lemak dalam daging (%) benih ikan patin yang diberi pakan uji selama 40 hari masa pemeliharaan
Within Groups 4,; 9 10 0:42 Total 37,l I 14
Subset for alpha = ,05 Rasio Energi-Protein (kkallg protein) Ulangan 1 9
Sig. 0,45 0,17 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.