C-panel

139
Prosiding Asistensi Teknis Kajian Lingkungan Huidup Strategis (KLHS) terhadap 9 Provinsi Jakarta, 9-11 Februari 2011 Asisten Deputi Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup 2011

description

C-panel

Transcript of C-panel

  • Prosiding

    Asistensi Teknis Kajian Lingkungan Huidup Strategis (KLHS) terhadap 9 Provinsi

    Jakarta, 9-11 Februari 2011

    Asisten Deputi Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup

    2011

  • - 2 - | P a g e

    Prosiding Asistensi Teknis Kajian Lingkungan Hidup

    Strategis (KLHS) terhadap 9 Provinsi Jakarta, 9-11 Februari 2011

    Deputi Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup

    2011

    Jl. DI. Panjaitan Kav. 24 Kebon Nanas, Jakarta Timur (021) 86906676

  • - 3 - | P a g e

    Kata Pengantar Dalam Rangka memberikan dukungan kepada Pemerintah Daerah untuk

    pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), maka Kementerian

    Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri

    menyelenggarakan Asistensi Teknis KLHS terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah

    Provinsi. Asistensi teknis ini diselenggarakan pada tanggal 89 Pebruari 2011 di

    Bidakara Jakarta. Peserta asistensi teknis adalah provinsi yang telah menyusun

    RTRW Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta,

    Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur dan

    Gorontalo. Pelaksanaan asistensi teknis ini melibatkan stakeholders/SKPD yang

    bertanggung-jawab dalam penyusunan RTRW dan perencanaan pembangunan

    daerah, yaitu Bapeda, BLH, Dinas PU cq Tata Ruang dan Dinas Kehutanan serta

    beberapa perwakilan anggota kelompok masyarakat, dibawah bimbingan para

    pakar yang yang memiliki keahlian yang relevan dalam pelaksanaan KLHS dari

    perguruan tinggi serta dalam arahan Kemendagri dan KLH.

    Pelaksanaan Asistensi teknis KLHS terhadap RTRW 9 (Sembilan) provinsi

    didasarkan pada Surat Edaran Bersama antara Menteri Dalam Negeri dan

    Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 660/5113/SJ dan Nomor

    04/MENLH/12/2010 tentang Pelaksanaan KLHS dalam RTRW dan RPJMD Provinsi

    dan Kabupaten/Kota. Mengingat bahwa RTRW Provinsi telah sampai pada tahap

    pembahasan substansi di BKPRN, maka pelaksanaan KLHS didasarkan pada

    pedoman yang terdapat dalam SEB tersebut dengan menggunakan metode

    instrumen cepat (quick appraisal).

    Hasil dari asistensi teknis KLHS ini adalah tersusunnya draf awal laporan KLHS

    yang selanjutnya akan disempurnakan prosesnya ketika sampai di provinsi

    masing-masing. Hasil draf laporan KLHS tersebut kami rangkum menjadi satu

    dalam prosiding ini. Meskipun belum sempurna, draf laporan tersebut kami

    harapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pembelanjaran mengenai

    pelaksanaan KLHS terhadap RTRW Provinsi. Di samping itu, dalam prosiding itu

    terdapat materi pemaparan tentang KLHS serta perangkat peraturan yang

    relevan. Kami menyadari bahwa prosiding ini masih banyak kekurangan. Saran

    dan masukan yang konstruktif sangat kami harapkan dalam rangka mencapai

    hasil yang optimal.

    Terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada para peserta yang telah

    berperan aktif dalam asistensi teknis ini. Selain itu, terima kasih kami

    sampaikan juga kepada para pakar yang telah mencurahkan waktu dan tenaga

    demi terlaksananya asistensi teknis ini.

    Demikian gambaran umum prosiding ini, semoga bermanfaat.

    Tim Penyusun

  • - 4 - | P a g e

    Sambutan Deputi Bidang Tata Lingkungan,

    Kementerian Lingkungan Hidup

    Pada Acara Asistensi Teknis KLHS RTRW 9 Provinsi

    Jakarta, 8 Februari 2011

    Yang saya hormati :

    Sdr. Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Direktur Fasilitasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

    Para Anggota BKPRN

    Perwakilan Pemerintah Daerah dari Provinsi Gorontalo, Jatim, Bengkulu,

    Banten, Kalsel, Kalteng, DKI, Sumbar, NTT,

    Para Narasumber, serta

    Hadirin yang berbahagia

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Momentum penyelenggaraan pertemuan ini adalah sangat penting, mengingat

    bahwa Undang-Undang (UU) No. 26/2007 tentang Penataan Ruang

    mengamanatkan untuk RTRW provinsi harus disesuaikan dengan ketentuan

    ketentuan yang ditetapkan undang-undang tersebut dalam jangka waktu 2

    tahun sejak peraturan tersebut diundangkan, sedangkan untuk pemerintah

    daerah kabupaten/kota diberi jangka waktu penyesuaian 3 tahun. Dengan

    demikian penyusunan RTRW provinsi seharusnya sudah selesai pada tahun 2009

    yang lalu.

    Namun pada kenyataannya hingga saat ini, dari 33 provinsi di Indonesia, baru

    16 provinsi yang telah mendapat persetujuan subtansi teknis dari Kementerian

    PU. Dari jumlah tersebut 7 provinsi sudah menetapkan RTRW-nya dalam perda.

    Tujuh provinsi tersebut yaitu, Sulawesi Selatan, Bali, Lampung, DIY, Nusa

    Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat. Sisanya 9 provinsi dalam proses

    persetujuan Raperda di Departemen Dalam Negeri, sedangkan sejumlah 17

    provinsi masih dalam tahapan penyusunan dokumen rencana tata ruang

    didaerah masing masing.

    Dengan ditetapkannya Undang-undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan hidup (UU PPLH) maka RTRW merupakan unsur

    Kebijakan Rencana dan Program (KRP) yang wajib melaksanakan Kajian

  • - 5 - | P a g e

    Lingkungan Hidup Strategis. Pasal 15 ayat 1 menegaskan Pemerintah dan

    Pemerintah Daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip

    pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

    pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

    Dengan demikian tujuan penerapan KLHS adalah untuk memperbaiki Rancangan

    RTRW dengan mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan prinsip-prinsip

    pembangunan berkelanjutan.

    Sebagai instrumen baru, belum banyak pemerintah daerah yang menyusun

    KLHS, padahal bagi Propinsi dan Kabupaten/Kota yang belum menyelesaikan

    RTRW-nya terkena kewajiban melaksanakan KLHS. Dalam berbagai kesempatan

    pertemuan dengan Pemerintah Daerah, baik yang diselenggarakan dalam rangka

    sosialisasi KLHS, ataupun proses persetujuan subtansi teknis RTRW Provinsi dan

    Kabupaten/Kota di BKPRN, beberapa Pemerintah Daerah menyampaikan bahwa

    Pemerintah Daerah sulit menyusun KLHS karena tidak adanya format dalam

    penyusunan KLHS.

    Saudara Hadirn yang kami hormati,

    Sebenarnya tata cara penyelenggaraan KLHS akan dikeluarkan dalam bentuk

    Peraturan Pemerintah diharapkan dapat menjadi panduan yang bersifat lebih

    operasional dalam penyelenggraan KLHS. Peraturan Pemerintah tersebut saat

    ini dalam tahapan pembahasan bersama para pakar, dan diharapkan dalam

    bulan Pebruari mendatang pembahasan dapat dilaksanakan dengan instansi

    terkait. Kami berharap proses legalisasi Peraturan Pemerintah tersebut dapat

    diselesaikan dalam tahun anggaran 2011 ini. Sementara Peraturan Pemerintah

    tersebut dalam proses pembahasan, untuk mengisi kebutuhan akan adanya

    pedoman penyelenggaraan KLHS, maka Kementerian Lingkungan Hidup

    bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri untuk menyusun pedoman

    sementara sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang

    Penyelenggraan KLHS. Pedoman sementera tersebut dibakukan dalam bentuk

    Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Lingkungan Hidup

    tentang Pelaksanaan KLHS Dalam RTRW dan RPJMD Provinsi dan

    Kabupaten/Kota. Karena bersifat sementara, maka pedoman pelaksanaan KLHS

    yang terdapat dalam SEB tersebut otomatis gugur apabila PP tentang

    Penyelenggraaan KLHS dan peraturan turunannya ditetapkan.

    Acara Asistensi Teknis pelaksanaan KLHS cara cepat diperuntukan bagi 9 Provinsi

    yang saat ini sudah menjalani proses persetujuan Subtansi Teknis di

    Kementerian Pekerjaan Umum. Diharapkan setelah manjalani asistensi teknis

    selama tiga hari ke 9 Provinsi tersebut dapat menyelesaikan kewajibannya

    dalam menyusun KLHS, sehingga proses penyusunan RTRW dari 9 Provinsi dapat

    dilanjutkan ke proses berikutnya yaitu evlauasi rancangan Perda di Kementerian

    Dalam Negeri.

  • - 6 - | P a g e

    Akhirnya semoga apa yang diamanahkan oleh UUPPLH dapat menjadi tolak ukur

    untuk pencapaian lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan dan dengan

    adanya kewajiban untuk membuat KLHS ini, setiap kebijakan, rencana maupun

    program dalam pembangunan daerah dapat menghindari konflik-konflik

    lingkungan yang sering terjadi belakangan ini.

    Terima kasih,

    Wassalamu'alaikum Wr. wb.

    Jakarta, 8 Pebruari 2011

    Deputi Bidang Tata Lingkungan

    Kementerian Negara Lingkungan Hidup

    Imam Hendargo Abu Ismoyo

  • - 7 - | P a g e

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ......................................................................................... - 3 -

    Sambutan Deputi Bidang Tata Lingkungan, ................................................ - 4 -

    DAFTAR ISI .............................................................................................. - 7 -

    Pendahuluan ............................................................................................ - 9 -

    Status RTRW dan KLHS Provinsi sebelum Pelaksanaan Asistensi Teknis KLHS - 11 -

    Materi Asistensi Teknis ............................................................................ - 13 -

    Pengantar Konsep Kajian Lingkungan Hidup Strategis ............................. - 13 -

    Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metode Cepat untuk RTRW dan RPJM Provinsi/Kabupaten/Kota .......................... - 18 -

    Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 660/5113/SJ dan Nomor 04/MENLH/12/2010 tentang tentang Pelaksanaan KLHS dalam RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota - 21 -

    Hasil Simulasi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis oleh Masing-masing Provinsi ........................................................................................... 30

    Draf Laporan KLHS terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah .......................... 30

    Provinsi Sumatera Barat ............................................................................ 30

    Draf LAporan KLHS terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu .............................................................................................................. 45

    Draf Laporan KLHS terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah .......................... 48

    Provinsi DKI Jakarta ................................................................................. 48

    Draf Laporan KLHS Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten ................ 58

    Draf Laporan KLHS terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah .......................... 61

    Provinsi Jawa Timur .................................................................................. 61

  • - 8 - | P a g e

    Asistensi Teknis KLHS

  • - 9 - | P a g e

    Pendahuluan Pembangunan di Indonesia yang pada awalnya cenderung bertumpu pada

    pertumbuhan ekonomi menimbulkan terjadinya degradasi lingkungan hidup. Hal

    tersebut karena banyak kebijakan, rencana dan/atau program yang belum

    mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan hidup. Seiring dengan semakin

    meningkatnya kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, maka

    terjadi pula perubahan prespektif dalam melaksanakan pembangunan, yaitu

    dengan dicetuskannya paradigma baru untuk menerapkan prinsip pembangunan

    berkelanjutan.

    Sejalan dengan itu, maka muncul instrumen pencegahan pencemaran dan/atau

    kerusakan lingkungan hidup yang salah psatunya adalah Kajian Lingkungan

    Hidup Strategis (KLHS). Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengamanahkan kepada

    Pemerintah dan Pemerintah Daerah agar wajib membuat KLHS untuk

    memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar

    dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan,

    rencana dan/atau program. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib

    melaksanakan KLHS ke dalam penyusunan atau evaluasi terhadap Rencana Tata

    Ruang Wilayah beserta rencana rincinya, Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah baik di tingkat nasional,

    provinsi, dan kabupaten/kota; dan terhadap kebijakan, rencana, dan/atau

    program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan

    hidup.

  • - 10 - | P a g e

    Kementerian Lingkungan Hidup, sebagai salah satu institusi yang diberi amanah

    untuk mengembangkan dan memastikan terlaksananya KLHS dalam

    perencanaan pembangunan di Indonesia berkewajiban untuk mendukung

    Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan KLHS. Bentuk

    dukungan tersebut berupa penyusunan dan penyiapan perangkat hukum dan

    pedoman pelaksanaan KLHS, disamping itu, KLH bersama Kementerian Dalam

    Negeri memfasilitasi pelaksanaan asistensi teknis KLHS terhadap RTRW

    pemerintah provinsi. Dalam rangka memenuhi ketentuan Inpres nomor 1 Tahun

    2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, pada

    tanggal 8 9 Pebruari 2011 di Bidakara Jakarta, KLH bersama Kemendagri

    melaksanakan asistensi teknis KLHS terhadap RTRW 9 (Sembilan) Provinsi yang

    telah menyusun RTRW Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu,

    Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,

    Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo.

    Pedoman Pelaksanaan Asistensi teknis KLHS terhadap RTRW 9 (Sembilan)

    provinsi berdasarkan Surat Edaran Bersama antara Menteri Dalam Negeri dan

    Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 660/5113/SJ dan Nomor

    04/MENLH/12/2010 tentang Pelaksanaan KLHS dalam RTRW dan RPJMD Provinsi

    dan Kabupaten/Kota. Karena RTRW Provinsi telah sampai pada tahap

    pembahasan substansi di BKPRN, maka pelaksanaan KLHS didasarkan pada

    pedoman yang terdapat dalam SEB tersebut dengan menggunakan metode

    instrumen cepat (quick appraisal) dalam rangka membantu pemerintah daerah

    dalam menyelesaikan penyusunan RTRW-nya.

    Pelaksanaan asistensi teknis ini melibatkan stakeholders/SKPD terbatas yang

    bertanggung-jawab dalam penyusunan RTRW dan perencanaan pembangunan

    daerah, yaitu Bapeda, BLH, Dinas PU cq Tata Ruang dan Dinas Kehutanan serta

    beberapa perwakilan anggota kelompok masyarakat, dibawah bimbingan para

    pakar yang yang memiliki keahlian yang relevan dalam pelaksanaan KLHS dari

    perguruan tinggi serta dalam arahan Kemendagri dan KLH. Maksud dari terbatas

    ini adalah terbatasnya jumlah stakeholders yang terlibat, terbatas waktu

    penyusunan, dan terbatas cakupan isu berkaitan dengan KRPnya.Hasil dari

    asistensi teknis KLHS ini adalah tersusunnya draf awal laporan KLHS.

    Bappeda sebagai SKPD yang bertanggung-jawab dalam penyusunan RTRW

    diminta untuk menyelenggarakan forum FGD dan melibatkan stakeholders yang

    lebih luas untuk mempertajam cakupan isu dan mengintegrasikan rekomendasi

    KLHS ke dalam RTRW. Laporan yang telah disempurnakan tersebut selanjutnya

    akan menjadi bahan pertimbangan Kemendagri untuk melakukan evaluasi RTRW

    provinsi untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Perda.

  • - 11 - | P a g e

    Status RTRW dan KLHS Provinsi sebelum Pelaksanaan Asistensi Teknis KLHS Status Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi peserta asistensi KLHS beragam, namun sebagian besar belum sampai pada pengesahan Raperda RTRW. Jika dilihat dari status Raperda RTRW-nya, maka Nusa Tenggara Timur dan Banten mendesak untuk segera dilakukan proses pelaksanaan KLHS karena Raperda RTRW-nya sudah sampai pada tahap evaluasi di Kementerian Dalam Negeri. Sementara itu, provinsi lain sedang dalam proses persetujuan di DPRD yang rata-rata karena menunggu hasil alih fungsi hutan. Status RTRW serta pelaksanaan KLHS pada masing-masing Provinsi secara lebih lengkap disajikan pada Tabel 1. Selain Provinsi DKI Jakarta, provinsi lain belum selesai melakukan KLHS terhadap RTRW Provinsi. Sedangkan Provinsi Sumatera Barat telah melakukan KLHS terhadap RPJMD Provinsi. Melihat kondisi tersebut maka asistensi teknis ini menjadi perlu dan mendesak untuk dilakukan terutama terhadap provinsi-provinsi yang segera akan mengesahkan Raperda RTRW-nya.

    Tabel 1.Status RTRW Provinsi dan KLHS sebelum Pelaksanaan Asistensi Teknis

    No Provinsi Status RTRW Provinsi

    1. Sumbar Status RTRW: Menunggu keputusan DPR untuk memperjelas isu kehutanan KLHS: sudah dilakukan terhadap RPJMD Sumbar

    2. Bengkulu Substansi lengkap Status RTRW: Menunggu kajian alih fungsi hutan

  • - 12 - | P a g e

    KLHS: belum dilakukan

    3. DKI Jakarta Status RTRW: Proses di DPRD KLHS: sudah dilakukan

    4. Banten Status RTRW: Selesai di BKPRN, sedang proses di Kemendagri KLHS: belum dilakukan

    5. Jawa Timur Status RTRW: Pembahasan RTRW di Pansus DPRD KLHS: Tahap 1 : identifikasi isu melalui FGD sudah dilakukan persetujuan substansi BKPRN dan dengar pendapat DPR Tahap 2 : sudah dilakukan

    6. Kalsel Status RTRW: Penyelesaian permasalahan kehutanan KLHS: belum disusun

    7. Kalteng Status RTRW: Penyelesaian permasalahan kehutanan KLHS: belum dilakukan

    8. NTT Status RTRW: Final di daerah, Proses di Kemendagri KLHS: belum dilakukan

    9. Gorontalo Status RTRW: Proses DPRD KLHS: sudah dilakukan (sistematika belum sesuai, identifikasi pemangku kepentingan belum ada, identifikasi isu strategis belum)

  • - 13 - | P a g e

    Materi Asistensi Teknis

    Pengantar Konsep Kajian Lingkungan Hidup Strategis

    Materi Pokok: Apa itu KLHS? Perbedaan antara KLHS dan AMDAL Proses KLHS Manfaat KLHS Aktor utama KLHS

    Apa itu KLHS Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. (UU PPLH Pasal 1 angka 10) Kebijakan, rencana, dan atau program yang dimaksud disini adalah KRP

    yang merupakan produk yang legalised: PP, Perpres, Keppres, Inpres, Perda, Permen.

    Perbedaan Posisi KLHS & AMDAL

  • - 14 - | P a g e

    Perbedaan KLHS dan AMDAL

    Tabel 2. Perbedaan KLHS dan AMDAL

    Atribut AMDAL KLHS

    Aras Keputusan Proyek Kebijakan, Rencana & Program

    Karakter/Sifat Segera, operasional

    Strategik, visioner, konseptual

    Output Rinci/detil Umum/garis besar

  • - 15 - | P a g e

    Alternatif Alternatif lokasi, disain, konstruksi, dan operasi

    Alternatif regulasi, teknologi, fiskal, atau kebijakan ekonomi

    Dimensi Waktu Jangka pendek sampai dengan menengah

    Jangka menengah sd panjang

    Dampak Mikro, terlokalisir Makro, kumulatif

    Sumber Data Hasil survey lapang, analisis sampel

    Pembangunan berkelanjutan, Neraca Lingkungan Hidup

    Kedalaman Kajian Sempit, dalam, dan rinci

    Lebar, tidak terlampau dalam

    Tipe Data Lebih banyak yang kuantitatif

    Lebih banyak yang bersifat kualitatif

    Akurasi kajian Lebih akurat Ketidak-pastian lebih tinggi

    Fokus Kajian dampak penting, pengelo-laan & pemantauan dampak lingkungan

    Agenda keberlanjutan, bergerak pada sumber persoalan dampak lingkungan

    Tabel 3. Berbagai Macam KLHS

    TEMATIK MACAM KLHS

    Tata Ruang RTRW Nasional RTR Pulau RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota

    Rencana Pembangunan RPJP Nasional RPJM Nasional RPJP Daerah RPJM Daerah

    Pembangunan Sektor Kebijakan & Program Pembangunan Sistem Transportasi

    Kebijakan & Program Pengelolaan Sumberdaya Air

    Pengembangan Wilayah Kebijakan & Program Pengembangan DAS

    Kebijakan Pengembangan JABODETABEK

    Pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan KLHS

    Pemerintah dan Pemerintah Daerah

  • - 16 - | P a g e

    Aktor KLHS Instansi yang bertugas menyusun K/R/P (mis, Bappeda) Tim yang bertugas menyelenggarakan KLHS Lembaga yang memberi persetujuan atas KRP Lembaga-lembaga terkait, seperti misal, KLH, Dinas, perguruan tinggi Pemangku kepentingan (publik, pebisnis).

    Filosofi KLHS

    Hindari KLHS agar jangan bias teknokratik KLHS harus diarahkan agar dapat dihasilkan KRP yang bercorak:

    Holistik/Keterkaitan Mencegah kerusakan/pencemaran Mendorong keadilan

    KLHS alat Pendukung Perencanaan Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. UU PPLH Pasal 15 ayat (1) KLHS yang wajib dilaksanakan: Adalah terhadap penyusunan atau evaluasi :

    a. RTRW (Rencana tata ruang wilayah) beserta rencana rincinya. b. RPJP, RPJM Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota. c. Kebijakan, rencana, dan atau program yang berpotensi menimbulkan

    dampak dan / atau risiko lingkungan. Kapan KLHS dilaksanakan

    Kajian dalam KLHS KLHS memuat kajian antara lain UU PPLH Pasal 16:

  • - 17 - | P a g e

    a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;

    b. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; c. Kinerja layanan/jasa ekosistem; d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam; e. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

    dan a. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

    KLHS dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan. Nilai dan Mutu KLHS Nilai KLHS (konteks Indonesia)

    Keterkaitan Keseimbangan Keadilan

    Proses KLHS KLHS dilaksanakan dengan mekanisme:

    a. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;

    b. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan

    c. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

    KLHS harus mendorong lahirnya alternatifalternatif baru Kebijakan, Rencana, & Program (KRP) melalui:

    Identifikasi isu-isu lingkungan strategis atau pembangunan berkelanjutan

    Analisis dampak setiap alternatif KRP, khususnya yg terkait dgn isu-isu lingkungan strategik yang relevan.

    Mengkaji dampak kumulatif dari KRP dan memberi masukan untuk optimalisasi.

    Memaparkan proses KLHS, kesimpulan dan usulan rekomendasi kepada para pengambil keputusan.

    Isu Strategis dan Prioritas Faktor penentu isu strategis:

    Menyangkut hajat hidup orang banyak Lintas sektor Lintas wilayah Sedang berlangsung atau dipercaya akan terjadi Berdampak negatif jangka panjang jika tidak diselesaikan Potensi mengganggu pelaksanaan pembangunan berkelanjutan Potensi dampak kumulatif dan efek berganda

    Penyusunan RPP KLHS

    Sebagai tindaklanjut dari UU32/2009, maka dalam pasal 18 ayat 2 mengenai KLHS dinyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan KLHS diatur dalam Peraturan Pemerintah.

  • - 18 - | P a g e

    Pada saat ini RPP KLHS sedang disusun

    Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metode Cepat untuk RTRW dan RPJM Provinsi/Kabupaten/Kota

    Lampiran Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 660/5113/SJ dan No 04/MENLH/12/2010

    Tanggal 29 Desember 2010

    Maksud dan Tujuan Pedoman ini dimaksudkan untuk memandu penyelenggaraan KLHS bagi

    RTRW dan RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota yang berada pada kondisi dimana Raperda RTRW dan draft RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota sedang dalam proses penetapan.

    Tujuan utama pedoman ini adalah untuk mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam RTRW dan RPJMD Provinsi/ Kabupaten/Kota.

    Sasaran: Diperolehnya hasil kajian pengaruh kebijakan, rencana dan/atau

    program Raperda RTRW dan draft RPJMD terhadap pembangunan berkelanjutan di wilayah provinsi/kabupaten/kota; dan

  • - 19 - | P a g e

    Tersusunnya rumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program Raperda RTRWdan draft RPJMD yang telah mengintegrasikan pertimbangan pembangunan berkelanjutan di wilayah provinsi/kabupaten/kota.

    Kaidah-kaidah penting: Dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah Daerah yang memprakarsai

    penyusunan RTRW dan RPJMD dan dapat difasilitasi oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Lingkungan Hidup;

    Diselesaikan tanpa menghambat proses penetapan RTRW & RPJMD dengan tetap memperhatikan mekanisme utama KLHS (Pasal 15 ayat 3 UU No 32 Tahun 2009), yaitu: pengkajian pengaruh kebijakan, rencana dan/atau program

    terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah (Tahap 1) perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana

    dan/atau program (Tahap 2) rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan (Tahap 3).

    Tahap Pelaksanaan KLHS dengan menggunakan Metode Cepat Tahap 1. Mengkaji pengaruh atau dampak K/R/P terhadap kondisi lingkungan hidup

    a. Rumuskan tujuan KLHS yang hendak dicapai. Tujuan KLHS dimasukkan dalam Bab 1, Format 1.

    b. Tetapkan pemangku kepentingan yang terkait (SKPD, akademisi, LSM dan/atau tokoh masyarakat). Daftar pemangku kepentingan terkait dimasukkan dalam Bab 1, Format 1.

    c. Identifikasi dan sepakati beberapa isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, kesehatan & lingkungan hidup melalui diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD). Isu-isu dimaksud dimasukkan dalam Bab 2, sub-Bab a.

    d. Lakukan kajian pengaruh K/R/P terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan

    - Untuk setiap isu pembangunan berkelanjutan, hitung frekuensi dampak positif (tanda +) dan frekuensi dampak negatif (tanda -) yang timbul (perhitungan dilakukan menurut kolom matriks). Isu pembangunan berkelanjutan yang paling tinggi frekuensinya terkena dampak positif atau negatif, dipandang sebagai isu yang strategis atau prioritas untuk dikaji.

    e. Dengan merujuk pada matriks Tabel 1 (berikut contoh isian matriks Tabel 2), deskripsikan dampak dari K/R/P yang dianggap paling penting atau prioritas. Deskripsi meliputi intensitas, persebaran, atau lama berlangsungnya pengaruh serta akumulasi dampak yg timbul. Hasil dituangkan dalam Bab 3, Format 1.

    Tahap 2 Merumuskan alternatif K/R/P Raperda RTRW atau draft RPJMD a. Berdasarkan deskripsi hasil kajian pada tahap 1 huruf f, kembangkan

    upaya mencegah, mengendalikan dan memitigasi dampak serta upaya mendorong pembangunan berkelanjutan.

    b. Rumuskan alternatif K/R/P Raperda RTRW atau draft RPJMD:

  • - 20 - | P a g e

    1) merumuskan ulang atau memodifikasi ukuran, skala, dan lokasi usulan K/R/P Raperda RTRW atau Draft RPJMD untuk meminimalkan karakter dampak yang timbul (intensitas, persebaran, lokasi, lamanya berlangsung, akumulasi),

    2) Menyarankan penundaan atau perbaikan sekuen/rangkaian usulan K/R/P dalam Raperda RTRW atau Draft RPJMD

    3) mengusulkan alternatif K/R/P baru. 4) Mengusulkan rumusan alternatif K/R/P dimaksud pada

    butir b dalam Bab 4, Format 1. Tahap 3. Merekomendasikan K/R/P terbaik yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

    a. Menuliskan dan mendokumentasikan seluruh proses Tahap 1 sampai dengan Tahap 3 ke dalam suatu sistimatika laporan sebagaimana tertuang dalam Format 1.

    b. Memaparkan hasil kegiatan pada angka 2 kepada Kepala Daerah yang bersangkutan dalam rangka pengambilan keputusan terhadap rekomendasi KLHS.

    Format 1 Laporan KLHS Raperda RTRW atau Draft RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota Bab 1. Pendahuluan dan Tujuan Diisi dengan tujuan KLHS dan daftar pemangku kepentingan terkait. Bab 2. Lingkup Kajian a. Hasil identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan, berdasarkan hasil

    kegiatan Tahap 1, huruf c b. K/R/P pada Raperda RTRW atau draft RPJMD yang disepakati ditelaah

    berdasarkan kegiatan Tahap 1, huruf d Bab 3. Pengaruh K/R/P terhadap Pembangunan Berkelanjutan Diisi dengan deskripsi dampak yang akan timbul yang merupakan hasil kegiatan Tahap 1 huruf f. Bab 4. Alternatif K/R/P Diisi dengan hasil kegiatan Tahap 3. Bab 5. Rekomendasi a. Merekomendasikan alternatif K/R/P yang terbaik yang mengintegrasikan

    prinsip-prinsip pembangunan bekelanjutan b. Rekomendasi terpilih diintegrasikan ke dalam Raperda RTRW atau draft

    RPJMD.

    Tabel 4. Matriks Pengaruh K/R/P terhadap Pembangunan Berkelanjutan

  • - 21 - | P a g e

    Kebijakan/ Program

    Isu Pembangunan Berkelanjutan

    Frekuensi Dampak

    +

    Frekuensi Dampak

    _ Isu 1

    Isu 2

    Isu 3

    Isu n

    Program 1

    Program 2

    Program 3

    Program n

    Frekuensi Dampak +

    Frekuensi Dampak -

    Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 660/5113/SJ dan Nomor 04/MENLH/12/2010 tentang tentang Pelaksanaan KLHS dalam RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota

    SURAT EDARAN BERSAMA

    Nomor : 660/5113/SJ

    Nomor : 04/MENLH/12/2010

  • - 22 - | P a g e

    MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN

    MENTERI NEGARA LlNGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA

    Jakarta, 29 Desember 2010

    Sifat

    :

    Penting

    Kepada,

    Yth. 1. Sdr. Gubernur;

    Lampiran : 1 (satu) berkas 2. Sdr. Bupati/Walikota;

    Hal : Pelaksanaan KLHS dalam

    RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

    Di

    Seluruh Indonesia

    SURAT EDARAN BERSAMA

    Dalam rangka mendukung pelaksanaan ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, Pasal 18 ayat (2), dan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, diminta kepada Saudara: 1. Melaksanakan KLHS dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

    (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) provinsi dan/atau kabupaten/kota agar prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah;

    2. Melaksanakan KLHS terhadap Raperda RTRW provinsi dan/atau kabupaten/kota yang pada saat SEB ini ditetapkan sedang dalam proses penyusunan, dengan menugaskan Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang di dalam Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) sesuai Permendagri No. 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah atau menugaskan instansi yang berwenang menyusun RTRW bagi daerah yang belum membentuk BKPRD;

    3. Melaksanakan KLHS sejalan dengan proses konsultasi bagi RTRW provinsi dan/atau kabupaten/kota yang telah diajukan untuk memperoleh persetujuan substansi dari BKPRN sesuai lampiran SEB;

    4. Melaksanakan KLHS: a. terhadap RTRW provinsi dan/atau kabupaten/kota yang

    telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah pada saat peninjauan kembali RTRW dan/atau;

    b. pada saat penyusunan rencana rinci tata ruang Provinsi dan/atau kabupaten/kota;

    5. Melaksanakan KLHS terhadap draft RPJMD Provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sedang dalam proses penyusunan, dengan menugaskan Bappeda provinsi dan/atau

  • - 23 - | P a g e

    kabupaten/kota untuk mengkoordinasikannya sesuai lampiran SEB;

    6. Mempedomani Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 27 Tahun 2009 untuk KLHS sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 4.

    Demikian untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.

    Menteri Dalam Negeri,

    ttd

    Gamawan Fauzi

    Menteri Negara Lingkungan Hidup,

    ttd

    Gusti Muhammad Hatta

    Tembusan disampaikan kepada Yth.:

    1. Menteri Perekonomian sebagai Ketua BKPRN;

    2. Para Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen anggota BKPRN;

    3. Ketua DPRD Provinsi;

    4. Ketua DPRD Kabupaten/Kota.

    LAMPIRAN: SURAT EDARAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR : 660/5113/SJ DAN NOMOR : 04/MENLH/12/2010 TANGGAL : 29 Desember 2010

    PEDOMAN PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

    METODE CEPAT UNTUK RTRW DAN RPJMD PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

    A. MAKSUD DAN TUJUAN Pedoman ini dimaksudkan untuk memandu penyelenggaraan KLHS bagi RTRW dan RPJMD yang berada pada kondisi dimana Raperda RTRW dan draft RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota sedang dalam proses penetapan. Tujuan utama pedoman ini adalah untuk mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam RTRW dan RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota. Sasaran utama pedoman ini adalah:

  • - 24 - | P a g e

    a. Diperolehnya hasil kajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program Raperda RTRW dan draft RPJMD terhadap pembangunan berkelanjutan di wilayah provinsi/ kabupaten/kota; dan

    b. Tersusunnya rumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program Raperda RTRW dan draft RPJMD yang telah mengintegrasikan pertimbangan pembangunan berkelanjutan di wilayah provinsi/kabupaten/kota.

    B. PEDOMAN PENYELENGGARAAN KLHS METODE CEPAT

    1. Kaedah-kaedah Penting KLHS diselenggarakan dengan kaedah-kaedah sebagai berikut:

    a. Dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah Daerah yang memprakarsai penyusunan RTRW dan RPJMD dapat difasilitasi oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Lingkungan Hidup;

    b. Diselesaikan tanpa menghambat proses penetapan RTRW dan RPJMD dengan tetap memperhatikan mekanisme utama KLHS (Pasal 15 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2009), yaitu:

    (1) pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;

    (2) perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan

    (3) rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

    2. Tahapan Penyelenggaraan KLHS

    KLHS dengan Metode Cepat diselenggarakan dalam tahapan dan kegiatan sebagai berikut: Tahap 1: Mengkaji pengaruh atau dampak kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Rumuskan tujuan KLHS yang hendak dicapai. Tujuan KLHS dimasukkan dalam Bab 1, Format 1.

    b. Tetapkan pemangku kepentingan yang terkait. (SKPD, akademisi, LSM, dan/atau tokoh masyarakat). Daftar pemangku kepentingan terkait dimasukkan dalam Bab 1, Format 1.

    c. Identifikasi dan sepakati beberapa isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan hidup melalui diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD). Isu-isu dimaksud dimasukkan dalam Bab 2, sub Bab a.

    d. Identifikasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang tertuang dalam Raperda RTRW atau draft RPJMD yang berpotensi

  • - 25 - | P a g e

    menimbulkan dampak lingkungan untuk ditelaah. Kebijakan, rencana, dan/atau program dimaksud kemudian dimasukkan dalam Bab 2, sub Bab b.

    e. Lakukan kajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan.

    1) Cantumkan hasil kegiatan pada huruf c dan d ke dalam Tabel 1. Hasil kegiatan pada huruf c dimasukkan dalam kolom dari matriks, sementara hasil kegiatan pada huruf d dimasukkan dalam baris dari matriks. Untuk contoh pengisian lihat Tabel 2.

    2) Beri tanda + (positif) atau - (negatif) untuk setiap isu pembangunan berkelanjutan yang berpotensi terkena pengaruh/dampak positif atau negatif dari kebijakan, rencana, dan/atau program Raperda RTRW atau draft RPJMD. (Sebagai contoh lihat Tabel 2).

    3) Untuk setiap kebijakan, rencana, dan/atau program, hitung frekuensi dampak positif (tanda +) dan frekuensi dampak negatif (tanda -) yang timbul (perhitungan dilakukan menurut baris matriks). Kebijakan yang menimbulkan frekuensi dampak positif atau negatif yang paling tinggi, dipandang sebagai kebijakan yang paling penting atau prioritas untuk dikaji.

    4) Untuk setiap isu pembangunan berkelanjutan, hitung frekuensi dampak positif (tanda +) dan frekuensi dampak negatif (tanda -) yang timbul (perhitungan dilakukan menurut kolom matriks). Isu pembangunan berkelanjutan yang paling tinggi frekuensinya terkena dampak positif atau negatif, dipandang sebagai isu yang strategis atau prioritas untuk dikaji.

    f. Dengan merujuk pada matriks Tabel 1 (berikut contoh isian matriks Tabel 2), deskripsikan dampak dari kebijakan, rencana, dan/atau program yang dianggap paling penting atau prioritas. Deskripsi meliputi intensitas, persebaran, atau lama berlangsungnya pengaruh serta akumulasi dampak yang timbul. Deskripsi dimaksud dituangkan dalam Bab 3, Format 1.

    Tahap 2: Merumuskan alternatif kebijakan, rencana, dan/atau program Raperda RTRW atau draft RPJMD. Alternatif dapat dirumuskan secara partisipatif bersama para pemangku kepentingan.

    a. Berdasarkan deskripsi hasil kajian pada Tahap 1 huruf f, kembangkan pemikiran atau upaya untuk mencegah, mengendalikan dan memitigasi dampak serta upaya untuk mendorong pembangunan berkelanjutan.

    b. Rumuskan alternatif kebijakan, rencana, dan/atau program Raperda RTRW atau draft RPJMD antara lain dengan cara:

    1) merumuskan ulang atau memodifikasi ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau Raperda RTRW atau draft RPJMD untuk meminimalkan karakter dampak yang timbul (intensitas, persebaran, lokasi, lamanya berlangsung, akumulasi);

  • - 26 - | P a g e

    2) menyarankan penundaan atau perbaikan sekuen/rangkaian usulan kebijakan, rencana, dan/atau program dalam Raperda RTRW atau draft RPJMD;

    3) mengusulkan kebijakan, rencana, dan/atau program baru.

    c. Deskripsikan rumusan alternatif kebijakan, rencana, dan/atau program dimaksud pada huruf b di atas dalam Bab 4, Format 1.

    Tahap 3: Merekomendasikan alternatif kebijakan, rencana, dan/atau program terbaik yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Rekomendasi dimaksud diintegrasikan ke dalam Raperda RTRW atau draft RPJMD.

    3. Penyusunan dan Pemaparan Laporan KLHS

    a. Menuliskan dan mendokumentasikan seluruh proses Tahap 1

    sampai dengan Tahap 3 ke dalam suatu sistimatika laporan sebagaimana tertuang dalam Format 1.

    b. Memaparkan hasil kegiatan pada angka 2 kepada Kepala Daerah yang bersangkutan dalam rangka pengambilan keputusan terhadap rekomendasi KLHS.

  • 27 | P a g e

    Tabel 1

    MATRIKS PENGARUH KEBIJAKAN, RENCANA DAN/ATAU PROGRAM TERHADAP ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

    Isu 1 Isu 2 Isu 3 Isu 4... Isu n Frekuensi Dampak

    +

    Frekuensi Dampak

    -

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (n) (n+1) (n+2)

    1.

    2.

    n.

    Frekuensi Dampak +

    Frekuensi Dampak -

    Isu Pembangunan

    berkelanjutan yang Berpotensi terkena

    pengaruh/dampak (n=contoh)

    Kebijakan Perencanaan Ruang sebagaimana

    tertuang dalam

    Raperda RTRW (n=contoh)

  • 28 | P a g e

    Format 1

    FORMAT LAPORAN KLHS RAPERDA RTRW ATAU DRAFT RPJMD PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

    Bab 1 Pendahuluan dan Tujuan

    Diisi dengan tujuan KLHS dan daftar pemangku kepentingan terkait

    Bab 2 Lingkup Kajian

    a. Hasil identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan yang disepakati berdasarkan kegiatan Tahap 1, huruf c.

    b. Kebijakan, rencana, dan/ atau program pada Raperda RTRW atau draft

    RPJMD yang disepakati untuk ditelaah berdasarkan kegiatan Tahap 1, huruf d.

    Bab 3 Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap Pembangunan Berkelanjutan

    Diisi dengan deskripsi mengenai intensitas, persebaran, atau lama berlangsungnya pengaruh serta akumulasi dampak yang timbul berdasarkan hasil kegiatan Tahap 1, huruf f.

    Bab 4 Alternatif Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

    a. Cantumkan hasil-hasil pemikiran atau upaya untuk mencegah, mengendalikan dan memitigasi dampak serta upaya untuk mendorong pembangunan berkelanjutan.

    b. Rumuskan alternatif kebijakan, rencana, dan/atau program Raperda RTRW atau draft RPJMD antara lain dengan cara:

    (1) merumuskan ulang atau memodifikasi ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau Raperda RTRW atau draft RPJMD,

    (2) menyarankan penundaan atau perbaikan sekuen/rangkaian usulan kebijakan, rencana, dan/atau program dalam Raperda RTRW atau draft RPJMD,

    (3) mengusulkan kebijakan, rencana, dan/atau program baru.

    Bab 5 Rekomendasi

    a. Merekomendasikan alternatif kebijakan, rencana, dan/atau program terbaik yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

    b. Rekomendasi diintegrasikan ke dalam Raperda RTRW atau draft RPJMD.

  • - 29 - | P a g e

    Tabel 2 CONTOH MATRIKS KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN, RENCANA DAN/ATAU PROGRAM

    TERHADAP ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

    + : Kebijakan, Rencana, dan/atau Program menimbulkan dampak positif terhadap lingkungan hidup - : Kebijakan, Rencana, dan/atau Program menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup Sel matriks yang kosong menunjukkan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.

    Demikian untuk dipedomani

    Delbj

    Degradasi & alih fungsi kawasan

    hutan

    Konversi/alih fungsi lahan pertanian produktif

    Kualitas air sungai-sungai

    utama

    Potensi banjir di dataran rendah

    Taraf hidup masyarakat

    n

    Frekuensi Dampak

    +

    Frekuensi Dampak

    -

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (n) (n+1) (n+2)

    1. Pengurangan kesenjangan pembangunan & perkembangan wilayah Utara-Selatan Provinsi

    1a.Pengembangan interaksi kawasan utk peningkatan perkembangan ekonomi kawasan dg pengembangan jalan arteri primer & sarana pendukung

    - -

    - + 1 3

    1b.Peningkatan sarana dan prasarana pendukung berupa pengembangan fasilitas bongkar muat dan sarana pelabuhan perikanan di PKN, PKW dan PKWp

    - + 1 1

    8. Peningkatan fungsi Kota ABCD menjadi kota metropolitan

    8a.Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan perkotaan metropolitan dg memperhatikan kawasan RTH minimal 30 %, prasarana pejalan kaki dan pedagang informal.

    + 1 1

    8b.Pengembangan dan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana transportasi laut dan udara dalam rangka menunjang kegiatan koleksi dan distribusi barang/ penumpang

    - - + 1 2

    n. dst

    Frekuensi Dampak + 0 0 0 0 4 0

    Frekuensi Dampak - 2 3 1 1 0 0

    Menteri Dalam Negeri, ttd

    Gamawan Fauzi

    Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd

    Gusti Muhammad Hatta

    Isu Pembangunan berkelanjutan yang Berpotensi terkena pengaruh/dampak

    (n=contoh)

    Kebijakan Perencanaan Ruang sebagaimana tertuang dalam Raperda RTRW (n=contoh)

    -

  • 30

    Hasil Simulasi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis oleh Masing-masing Provinsi

    Draf Laporan KLHS terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah

    Provinsi Sumatera Barat

    BAB I Pendahuluan dan Tujuan

    1.1. Latar Belakang

    Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat sebagai

    sebuah dokumen perencanaan yang menyangkut aspek keruangan perlu

    diberikan muatan pertimbangan aspek lingkungan hidup yang

    berkelanjutan agar proses dan manfaat dari pembangunan dapat

    terlaksana seara optimal dan lestari. Hal ini sejalan dengan ketentuan

    Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, Pasal 18 ayat (2), dan Pasal 19 ayat

    (1) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengamanatkan perlunya Kajian

    Lingkungan Hidup Startegis (KLHS) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

    (RTRW) Provinsi dan/atau kabupaten/kota agar prinsip-prinsip

    pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam

    pembangunan suatu wilayah.

    RTRW Provinsi Sumatera Barat saat ini telah mendapat persetujuan DPRD

    Provinsi Sumatara Barat dengan pola ruang kehutanan yang masih

    menunggu persetujuan dari DPR. Sejalan dengan hal tersebut sesuai

    dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara

    Lingkungan Hidup Nomor: 660/5113/SJ dan Nomor: 04/MENLH/12/2010

    maka penyusunan RTRW Provinsi Sumatera Barat mengakomodasikan

    Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

    1.2. Tujuan

    Menyempurnakan RTRW Sumatera Barat dengan memberi muatan

    pertimbangan aspek lingkungan hidup dan keberlanjutan, serta

    mempertimbangkan program-program pembangunan Kabupaten dan

    Kota.

    Membangun sinergitas kebijakan, rencana dan program antara RTRW

    Prov dan RTRW Kab/kota sekaigus menjadi landasan atau platform

    bagi RTRW Kabupaten/ Kota di Sumatera Barat

    1.3. Pemangku Kepentingan Terkait

    Pengambil Keputusan : Gubernur Sumatera Barat

    Pemrakarsa : Bappeda Provinsi Sumatera Barat

    Instansi yang terlibat dalam penyusunan :

    a. Wakil Pemerintah Pusat yang Terkait

  • 31

    o BPDAS Agam Kuantan

    o BKSDA

    o Kanwil BPN

    o Balai Wilayah Sungai Sumatera V

    o Bangda Kementerian Dalam Negeri

    o Kementerian Lingkungan Hidup

    b. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

    o BAPPEDA

    o BAPEDALDA (BLHD)

    o Dinas Prasarana Jalan dan Tarkim

    o Dinas PSDA

    o Dinas Kehutanan

    o Dinas Pertanian Tanaman Pangan

    o Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral

    o Dinas Pariwisata

    o Badan Penanggulangan Bencana Daerah

    o Pemerintah Kabupaten/Kota

    c. Wakil Pemerintah Kab/Kota

    o BAPPEDA

    o BLHD

    d. Wakil Masyarakat

    o LKAAM

    o Bundo Kanduang

    o LSM

    e. Akademisi

    Bab 2. Lingkup Kajian

    2.1. Isu-isu pembangunan berkelanjutan

    Hasil identifikasi K/R/P dalam RTRW Provinsi Sumatera Barat, maka

    teridentifikasi beberapa isu yang memberikan dampak negatif dan posistif

    sebagai berikut :

    Isu yang memberikan dampak negatif :

    o Perubahan penutupan hutan

    o Ancaman keanekaragamanhayati

    o Penurunan kualitas air

    o Terganggunya keseimbangan tata air

    o Ancaman bencana lingkungan (Potensi banjir, longsor dan abrasi)

    Isu yang memberikan dampak posistif :

    o Peningkatan taraf hidup

    o Peningkatan pertumbuhan ekonomi

    o Peningkatan peluang kerja

    2.2. Kebijakan, rencana, dan/atau program RTRW yang disepakati

    untuk ditelaah

  • 32

    Kebijakan yang banyak menimbulkan konsekuensi negatif antara

    lain:

    Kebijakan 1: Pengurangan kesenjangan pembangunan dan perkembangan

    wilayah Utara-Selatan Provinsi Sumatera Barat

    Rencana 1.a. Pengembangan interaksi kawasan untuk Peningkatan

    perkembangan ekonomi kawasan dengan pengembangan jalan arteri

    primer dan sarana pendukungnya

    Rencana 1.b. Peningkatan akses kawasan budidaya ke sistem jaringan

    transportasi melalui peningkatan jalan kolektor primer

    Rencana 1.c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung untuk

    menunjang pengembangan pusat-pusat primer dan sekunder berupa

    pengembangan fasilitas bongkar muat dan sarana pelabuhan perikanan di

    PKN, PKW dan PKWp

    Kebijakan 2: pada RTRW yaitu Pengembangan ekonomi sektor primer,

    sekunder dan tersier sesuai daya dukung wilayah dengan rencana :

    Rencana 2.e. yaitu pengembangan kegiatan sektor unggulan pada

    kawasan andalan antara lain pertanian, perkebunan, pertambangan,

    industri, perikanan dan pariwisata

    Kebijakan 3: Penetapan pusat-pusat kegiatan untuk mendukung

    pelayanan sosial/ekonomi dan pengembangan wilayah dengan rencana:

    Rencana 3.a. Pemantapan pengembangan PKN Kota Padang sebagai pusat

    orientasi wilayah menuju Metropolitan Padang dan sekitarnya, serta PKW

    yang terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota

    Solok dan Muara Siberut sesuai arahan RTRWN

    Kebijakan 4: Peningkatan fungsi Kota Padang menjadi kota metropolitan

    Rencana 4c: Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan

    perkotaan metropolitan sesuai hirarki pelayanan dan tetap

    memperhatikan kaidah lingkungan, terutama kawasan RTH minimal 30 %,

    prasarana pejalan kaki dan pedagang informal.

    Kebijakan 5 : Penetapan dan Peningkatan Kota Payakumbuh, Pulau

    Punjung, Tapan, dan Simpang Empat menjadi Pusat Kegiatan Wilayah

    yang dipromosikan provinsi (PKWp) untuk melayani kegiatan skala provinsi

    atau beberapa kabupaten/kota, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu

    Painan, Lubuk Alung, Parik Malintang, Lubuk Basung, Lubuk Sikaping,

    Sarilamak, Kota Padang Panjang, Batusangkar, Muaro Sijunjung, Aro Suka,

    Padang Aro, dan Tuapejat untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota

    atau beberapa kecamatan dengan rencana :

    Rencana 5.a. Pengembangan fungsi pusat-pusat sesuai dengan potensi

    kegiatan wilayah

  • 33

    Rencana 5.b. Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan fungsi

    pusat kegiatan baik internal maupun eksternal

    Kebijakan 6 : Pendorongan terbentuknya aksesibilitas jaringan

    transportasi dalam rangka menunjang perkembangan wilayah dengan

    rencana:

    Rencana 6.a. Perwujudan dan peningkatan hubungan lintas barat, tengah

    dan timur Sumatera melalui pengembangan jaringan jalan arteri primer

    dan kolektor primer

    Rencana 6.b. Peningkatan akses wilayah-wilayah di Sumatera Barat yang

    belum berkembang melalui pengembangan/ pembangunan jaringan jalan

    kolektor primer 2, dan pelayanan kapal perintis ke daerah-daerah terisolir

    di Pantai Barat Sumatera dan Kepulauan Mentawai.

    Kebijakan yang banyak menimbulkan konsekuensi positif

    Kebijakan 7: Penetapan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian

    sumberdaya alam secara terpadu dengan provinsi berbatasan Penetapan

    kawasan lindung untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam secara

    terpadu dengan provinsi berbatasan dengan rencana:

    Rencana 7.a. Pemantapan fungsi kawasan lindung

    Rencana 7.b. Prioritas penyelesaian konflik penggunaan ruang

    berdasarkan aspek hukum dan mempertimbangkan kondisi sosial

    masyarakat

    Rencana 7.c. Sinkronisasi fungsi kawasan lindung dengan provinsi yang

    berbatasan

    Kebijakan 8: Peningkatan Pemanfaatan kawasan budidaya untuk

    mendukung pengembangan ekonomi daerah dengan rencana:

    Rencana 8.b. Pemanfaatan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas

    daya dukung lingkungan

    Bab 3 Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

    terhadap Pembangunan Berkelanjutan

    K/R/P yang dilakukan kajian adalah K/R/P yang memberikan

    konsekwensi negatif kepada pembangunan berkelanjutan.

    Kebijakan 1 : Berpengaruh dominan terhadap isu air berupa :

    Peningkatan air larian (run off) akibat pembangunan system jaringan

    transportasi dan sarana prasarana (dampak sesaat) (Rencana 1.b)

    Kebijakan 2: Berpengaruh dominan terhadap isu terkait Hutan dan

    Air berupa:

  • 34

    a. peningkatan kebutuhan air dan pencemaran akibat aktivitas

    intensifikasi dan ekstensifikasi kegiatan pertanian, kehutanan dan

    perkebunan (Rencana 2.a)

    b. peningkatan kebutuhan air dan pencemaran akibat kegiatan

    pengembangan kawasan agropolitan (Rencana 2.b)

    c. peningkatan kebutuhan air dan pencemaran akibat pengembangan

    industry berbasis pertanian (Rencana 2.c)

    d. peningkatan kebutuhan air dan pencemaran akibat kegiatan jasa dan

    perdagangan di kawasan metropolitan (Rencana 2.d)

    e. Extensifikasi pertanian dan perkebunan (Rencana 2.e)

    f. Pengurangan luas tutupan hutan dan peningkatan kebutuhan air dan

    pencemaran akibat Pengembangan kegiatan sektor unggulan pada

    kawasan andalan antara lain pertanian, perkebunan akibat

    Kebijakan 3 : Berpengaruh dominan terhadap isu Hutan dan Air berupa

    :

    a. Pengembangan wilayah akan memerlukan lahan dan memicu

    pembukaan lahan baru yang berkemungkinan juga akan merambah

    ke kawasan hutan yaitu Pemantapan pengembangan PKN Kota

    Padang sebagai pusat orientasi wilayah menuju Metropolitan Padang

    dan sekitarnya, serta PKW yang terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota

    Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota Solok dan Muara Siberut sesuai

    arahan RTRWN (rencana 3a)

    b. peningkatan limbah cair perkotaan/domistik air dan kebutuhan air

    akibat pengembangan PKN (kota Padang) dan PKW (Kota Bukittinggi,

    Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota Solok dan Muara Siberut ),

    penetapan pusat-pusat kegiatan lingkungan, dan pembangunan yang

    terkait dengan kegiatan dan akses dalam kawasan agropolitan berupa

    pengembangan jalan kolektor primer ke pusat pengembangan

    agropolitan (Renc. 3.a, 3.b dan 3.c)

    Kebijakan 4 : Berpengaruh dominan terhadap isu air berupa :

    Peningkatan air larian (run off) dan banjir dapat terjadi akabat kegiatan

    peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan perkotaan

    metropolitan sesuai hirarki pelayanan dan tetap memperhatikan kaidah

    lingkungan, terutama kawasan RTH minimal 30 %, prasarana pejalan kaki

    dan pedagang informal (Renc. 4.c).

    Kebijakan 5. : Berpengaruh dominan terhadap isu Hutan dan Air berupa :

    Pengurangan luas kawasan hutan akibat proses aglomerasi dan

    pemusatan kegiatan serta peningkatan air tercemar, air larian (run off)

    sebagai akibat pengembangan fungsi pusat-pusat kagiatan wilayah sesuai

    dengan potensi kegiatan wilayah dan pengembangan sarana dan

    prasarana sesuai dengan fungsi pusat kegiatan baik internal maupun

    eksternal (Renc 5.a, dan 5.b).

  • 35

    Kebijakan 6. : Berpengaruh dominan terhadap isu Hutan dan air berupa :

    Terbentuknya aksesibilitas jaringan transportasi dalam rangka menunjang

    perkembangan wilayah, membawa dampak pada penurunan luas

    penutupan hutan dan penurunan luas lahan pertanian produktif serta

    peningkatan sedimentasi dan run off terutama pada saat pembangunan

    jaringan transportasi (dampak sesaat) (Renc 6.a dan 6.b).

    Kebijakan : Berpengaruh dominan terhadap isu air

    Pengembangan kawasan andalan sesuai dengan potensi unggulan, yang

    meliputi Kawasan Padang Pariaman dan sekitarnya, Agam-Bukittinggi

    (PLTA Kota Panjang), Mentawai dan sekitarnya, Solok dan sekitarnya

    (Danau Kembar- PIP Danau Singkarak-Lubuk Alung-Ketaping dan Kawasan

    Andalan Laut Mentawai-Siberut dan Sekitarnya). berdampak pada

    kualitas air dan kebencanaan (rencana 8.a)

    Kebijakan XX (mengenai kebencanaan) : kebijakan kebencanaan harus

    dituangkan dalam RTRW secara khusus karena berdasarkan identifikasi

    Kebencanaan merupakan isu strategis yang berpangaruh pada

    pembangunan berkenajutan Sumatera Barat, berupa :

    Potensi bencana longsor akibat Kebijakan dan Rencana pada :

    a. Pengembangan interaksi kawasan untuk Peningkatan perkembangan

    ekonomi kawasan dengan pengembangan jalan arteri primer dan

    sarana pendukungnya (Renc 1.a);

    b. Peningkatan akses kawasan budidaya ke sistem jaringan transportasi

    melalui peningkatan jalan kolektor primer (Renc. 1.b);

    c. Peningkatan kegiatan pertanian, kehutanan dan perkebunan melalui

    pola intensifikasi dan ekstensifikasi dengan tetap mempertahankan

    ekosistem lingkungan. (Renc 2.a);

    d. Pengembangan kegiatan sektor unggulan pada kawasan andalan antara

    lain pertanian, perkebunan, pertambangan, industri, perikanan dan

    pariwisata (Renc 2.e);

    e. Pemantapan pengembangan PKN Kota Padang sebagai pusat orientasi

    wilayah menuju Metropolitan Padang dan sekitarnya, serta PKW yang

    terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota

    Solok dan Muara Siberut sesuai arahan RTRWN, (Renc 3.a);

    f. Penetapan pusat-pusat kegiatan lingkungan (lokal) dalam rangka

    meningkatkan pelayanan intra wilayah di 19 kabupaten/kota di

    Provinsi Sumatera Barat. (Renc 3.b);

    g. Pembangunan yang terkait dengan kegiatan dan akses dalam kawasan

    agropolitan berupa pengembangan jalan kolektor primer ke pusat

    pengembangan agropolitan (Renc 3.c);

    h. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan perkotaan

    metropolitan sesuai hirarki pelayanan dan tetap memperhatikan

    kaidah lingkungan, terutama kawasan RTH minimal 30 %, prasarana

    pejalan kaki dan pedagang informal (Renc 4.c);

  • 36

    i. Pengembangan fungsi pusat-pusat sesuai dengan potensi kegiatan

    wilayah (Renc 5.a);

    j. Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan fungsi pusat

    kegiatan baik internal maupun eksternal (Renc. 5.b);

    k. Perwujudan dan peningkatan hubungan lintas barat, tengah dan timur

    Sumatera melalui pengembangan jaringan jalan arteri primer dan

    kolektor primer (Renc 6.a);

    l. Peningkatan akses wilayah-wilayah di Sumatera Barat yang belum

    berkembang melalui pengembangan/ pembangunan jaringan jalan

    kolektor primer 2, dan pelayanan kapal perintis ke daerah-daerah

    terisolir di Pantai Barat Sumatera dan Kepulauan Mentawai (Renc 6.b);

    m. Pengembangan sistem transportasi Kereta Api di Sumatera Barat dalam

    rangka menunjang jaringan transportasi Kereta api Pulau Sumatera

    (Renc 6.c);

    n. Pengembangan kawasan andalan sesuai dengan potensi unggulan, yang

    meliputi Kawasan Padang Pariaman dan sekitarnya, Agam-Bukittinggi

    (PLTA Kota Panjang), Mentawai dan sekitarnya, Solok dan sekitarnya

    (Danau Kembar- PIP Danau Singkarak-Lubuk Alung-Ketaping dan

    Kawasan Andalan Laut Mentawai-Siberut dan Sekitarnya)(Renc 8.a).

    Potensi bencana banjir akibat pembukaan lahan dari kebijakan dan

    Rencana dibawah ini, kecuali point g :

    a. Peningkatan kegiatan pertanian, kehutanan dan perkebunan melalui

    pola intensifikasi dan ekstensifikasi dengan tetap mempertahankan

    ekosistem lingkungan. (Renc 2.a) .

    b Peningkatan pengembangan kegiatan jasa perdagangan untuk

    mendukung kegiatan primer dan sekunder, serta menciptakan

    lapangan kerja perkotaan terutama di kawasan metropolitan. (Renc

    2.d)

    c. Pengembangan kegiatan sektor unggulan pada kawasan andalan antara

    lain pertanian, perkebunan, pertambangan, industri, perikanan dan

    pariwisata (Renc 2.e)

    d. Pemantapan pengembangan PKN Kota Padang sebagai pusat orientasi

    wilayah menuju Metropolitan Padang dan sekitarnya, serta PKW yang

    terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota

    Solok dan Muara Siberut sesuai arahan RTRWN, (Renc 3.a)

    e. Penetapan pusat-pusat kegiatan lingkungan (lokal) dalam rangka

    meningkatkan pelayanan intra wilayah di 19 kabupaten/kota di

    Provinsi Sumatera Barat. (Renc 3.b)

    f. Pembangunan yang terkait dengan kegiatan dan akses dalam kawasan

    agropolitan berupa pengembangan jalan kolektor primer ke pusat

    pengembangan agropolitan (Renc 3.c)

    g. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan perkotaan

    metropolitan sesuai hirarki pelayanan dan tetap memperhatikan

    kaidah lingkungan, terutama kawasan RTH minimal 30 %, prasarana

  • 37

    pejalan kaki dan pedagang informal. Banjir yang ditimbulkan lebih

    kepada sstim dan tata bangunan yang kurang baik(Renc 4.c)

    h. Pengembangan fungsi pusat-pusat sesuai dengan potensi kegiatan

    wilayah (Renc 5.a)

    i. Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan fungsi pusat

    kegiatan baik internal maupun eksterna (Renc. 5.b)

    j. Perwujudan dan peningkatan hubungan lintas barat, tengah dan timur

    Sumatera melalui pengembangan jaringan jalan arteri primer dan

    kolektor primer (Renc 6.a)

    k. Peningkatan akses wilayah-wilayah di Sumatera Barat yang belum

    berkembang melalui pengembangan/ pembangunan jaringan jalan

    kolektor primer 2, dan pelayanan kapal perintis ke daerah-daerah

    terisolir di Pantai Barat Sumatera dan Kepulauan Mentawai (Renc 6.b)

    l. Pengembangan kawasan andalan sesuai dengan potensi unggulan, yang

    meliputi Kawasan Padang Pariaman dan sekitarnya, Agam-Bukittinggi

    (PLTA Kota Panjang), Mentawai dan sekitarnya, Solok dan sekitarnya

    (Danau Kembar- PIP Danau Singkarak-Lubuk Alung-Ketaping dan

    Kawasan Andalan Laut Mentawai-Siberut dan Sekitarnya). (Renc 8.a)

    Potensi Bencana Abrasi akibat kebijakan dan Rencana pada :

    a. Pengembangan interaksi kawasan untuk peningkatan perkembangan

    ekonomi kawasan dengan pengembangan jalan arteri primer dan

    sarana pendukungnya (Renc 1.a);

    b. Pengembangan kegiatan sektor unggulan pada kawasan andalan antara

    lain pertanian, perkebunan, pertambangan, industri, perikanan dan

    pariwisata (Renc 2.e);

    Pemantapan pengembangan PKN Kota Padang sebagai pusat

    c. orientasi wilayah menuju Metropolitan Padang dan sekitarnya, serta

    PKW yang terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota

    Sawahlunto, Kota Solok dan Muara Siberut sesuai arahan RTRWN (Renc

    3.a);

    d. Penetapan pusat-pusat kegiatan lingkungan (lokal) dalam rangka

    meningkatkan pelayanan intra wilayah di 19 kabupaten/kota di

    Provinsi Sumatera Barat (Renc 3.b);

    e. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan perkotaan

    metropolitan sesuai hirarki pelayanan dan tetap memperhatikan

    kaidah lingkungan, terutama kawasan RTH minimal 30 %, prasarana

    pejalan kaki dan pedagang informal. (Renc 4.c);

    f. Pengembangan fungsi pusat-pusat sesuai dengan potensi kegiatan

    wilayah (Renc 5.a);

    g. Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan fungsi pusat

    kegiatan baik internal maupun eksterna (Renc. 5.b);

    h. Perwujudan dan peningkatan hubungan lintas barat, tengah dan timur

    Sumatera melalui pengembangan jaringan jalan arteri primer dan

    kolektor primer (Renc 6.a);

  • 38

    i. Peningkatan akses wilayah-wilayah di Sumatera Barat yang belum

    berkembang melalui pengembangan/ pembangunan jaringan jalan

    kolektor primer 2, dan pelayanan kapal perintis ke daerah-daerah

    terisolir di Pantai Barat Sumatera dan Kepulauan Mentawai (Renc 6.b);

    j. Pengembangan kawasan andalan sesuai dengan potensi unggulan, yang

    meliputi Kawasan Padang Pariaman dan sekitarnya, Agam-Bukittinggi

    (PLTA Kota Panjang), Mentawai dan sekitarnya, Solok dan sekitarnya

    (Danau Kembar- PIP Danau Singkarak-Lubuk Alung-Ketaping dan

    Kawasan Andalan Laut Mentawai-Siberut dan Sekitarnya) (Renc 8.a).

    Bab 4 Alternatif Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

    Kebijakan 1 : Pengurangan kesenjangan pembangunan dan

    perkembangan wilayah Utara-Selatan Provinsi Sumatera Barat dengan

    rencana pengembangan sistim transortasi dan sarana prasana untuk

    pengembangan interaksi kawasan, peningkatan akses kawasan budidaya

    dan pengembangan pusat-pusat di PKKN, PKW dan PKWP (Rencana 1a,

    1b, 1c) menimbulkan dampak sesaat berupa meningkatnya run off (air

    larian) dan longsor.

    Untuk mengatasi dampak tersebut, artenatif K/R/P tidak perlu

    dilakukan karena merupakan dampak sesaat dan cukup dengan

    penekanan dan pengendalian teknis pada fase proyek sejak dari kajian

    feasibility study, AMDAL/UKL-UPL serta pengawasan pengendalian guna

    meminimalkan dampak.

    Kebijakan 2: Pengembangan kegiatan sektor unggulan pada kawasan

    andalan antara lain pertanian, perkebunan, pertambangan, industri,

    perikanan dan pariwisata yang berdampak pada Pengurangan luas

    tutupan hutan, peningkatan kebutuhan air dan penurunan kualitas air

    serta bencana (longsor dan banjir) sebagai akibat dari Extensifikasi

    pertanian, perkebunan dan pertambangan serta pembangunan dan

    pengembangan prasarana transportasi (rencana 2b, 2c, 2d dan

    2e)diusulkan alternatif Rencana sebagai berikut.

    Untuk mengatasi dampak perubaha tutupan hutan yang signifikan,

    peningkatan kebutuhan air dan masalah bencana (longsor dan banjir)

    maka Kebijakan dan Program Pengembangan kegiatan sektor unggulan

    pada kawasan andalan agar tetap mempertahankan Kawasan hutan

    dan Ruang Terbuka Hijau minimun mencapai 30% dari total luas

    kawasan total luas kawasan, untuk kawasan pertambangan

    dialokasikan pada Areal Pengunaan Lain (APL) jika alokasi pada

    kawasan hutan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan

    segera diikuti dengan kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca

    penambangan serta melakukan pengembangan

    embung/telaga/sumuresapan/biopori (perbaikan program

    perwujudan sistem prasarana SD air)

  • 39

    Untuk mengatasi masalah penurunan kualitas air khusus akibat

    pengembangan pertanian dan perkembunanan makan perlu ditambahkan

    pada Program Perwujudan Pemantapan Kawasan Budidaya dengan

    Kegiatan pengembangan pertanian organik (Lampiran 3)

    Kebijakan 3: Pemantapan pengembangan PKN Kota Padang sebagai

    pusat orientasi wilayah menuju Metropolitan Padang dan sekitarnya,

    serta PKW yang terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota

    Sawahlunto, Kota Solok dan Muara Siberut sesuai arahan RTRWN akan

    memerlukan lahan dan memicu pembukaan lahan baru yang

    berkemungkinan juga akan merambah kawasan hutan, meningkatkan

    kebutuhan, peningkatan limbah cair domestik. serta bencana

    (longsor, banjir, abrasi ( Rencana 3a, 3b dan 3c)

    Untuk mengatasi dampak tersebut maka kebijakan 3 dan Program

    diusulkan diperbaiki sebagai berikut

    a. Penekanan daya dukung dan daya tampung pada penetapan

    pusat-pusat kegiatan untuk mendukung pelayanan sosial/ekonomi

    dan pengembangan wilayah

    b. Perbaikan kegiatan pada program 3 (Pengembangan dan

    Penataraan PKN ( kota Padang dan Sekitarnya) dan 4

    (Pengembangan PKW) pada lampiran 3 dengan menambahkan

    peningkatan dan pengembangan pengelolaan limbah cair

    perkotaan dengan pipanisasi dan pembangunan IPAL (Instalasi

    Pengelolahan Air Limbah)

    Kebijakan 4: Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan

    perkotaan Pemantapan pengembangan PKN Kota Padang sebagai pusat

    orientasi wilayah menuju Metropolitan Padang dan sekitarnya, serta

    PKW yang terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto,

    Kota Solok dan Muara Siberut walaupun sesuai arahan RTRWN dengan

    memperhatikan kaidah lingkungan, terutama kawasan RTH minimal 30%,

    prasana penjalan kaki dan pedagangan berdampak peningkatan run off

    dan banjir (Rencana 4.c).

    Perbaikan untuk kebijakan 4 :

    Untuk dampak run off tidak perlu perbaikan K/R/P karena sifatnya

    sesaat dan dapat diantisipasi secara teknis pada pengendalian pada

    tahan proyek.

    Untuk masalah banjir kota Padang tidak hanya diantisipasi pada

    kegiatan pengendalian banjir dengan irigasi saluran skunder dan tersier

    pada program perwujudan Prasarana dan Irigasi tetapi juga harus

    diantisipasi pada Program Perwujudan Sistim Prasarana Perumahan dan

  • 40

    Pemukiman dengan menambahkan kegiatan Penataan Bangunan dan

    Sistim Drainase (lampiran 3)

    Kebijakan 5

    Penetapan dan Peningkatan Kota Payakumbuh, Pulau Punjung, Tapan,

    dan Simpang Empat menjadi Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan

    provinsi (PKWp) untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa

    kabupaten/kota, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu Painan, Lubuk

    Alung, Parik Malintang, Lubuk Basung, Lubuk Sikaping, Sarilamak, Kota

    Padang Panjang, Batusangkar, Muaro Sijunjung, Aro Suka, Padang Aro,

    dan Tuapejat untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau

    beberapa kecamatan berdampak pada pengurangan tutupan hutan,

    peningkatan kebutuhan air, peningkatan Run off, pencemaran air dan

    potensi bencana (banjir dan longsor dan abrasi) (rencana 5a, 5b)

    Perbaikan/alternatif yang perlu dilakukan :

    o Masalah run off banjir diatasi perbaikan sistim drainase

    perkotaan (tidak hanya kota pada) pada Program Perwujudan

    Sistim Prasarana Perumahan dan Pemukiman dengan

    menambahkan kegiatan Penataan Bangunan dan Sistim

    Drainase (lampiran 3)

    o Masalah run off kebutuhan air diatasi dengan program

    pengembangan embung, telaga, sumur resan dan biopori

    pada Program perwujudan Sisitim Prasarana Sumberdaya Air,

    dan menambah jumlah lokasi kegiatan (tidak hanya 15 lokasi,

    untuk 7 kab/kota) Lampiran 3.

    o Masalah pencemaran air diatasi dengan pembangunan IPAL

    Perkotaan dan pipanisasi pada pengembangan PK W dan PKL

    tidak hanya di PKN (kota Padang)

    o Masalah Abrasi sudah ada program pengendalian abrasi pada

    program perwujudan sistem prasarana sumberdaya air

    o Pengurangan tutupan hutan sudah diatasi pada program

    pemantapan kawasan lindung (lampiran 3)

    Kebijakan 6

    Pendorongan terbentuknya aksesibilitas jaringan transportasi dalam

    rangka menunjang perkembangan wilayah dengan Perwujudan dan

    peningkatan hubungan lintas barat, tengah dan timur Sumatera dan

    Peningkatan akses wilayah-wilayah di Sumatera Barat yang belum

    berkembang dapat menimbulkan penurunan luas penutupan hutan dan

    penurunan luas lahan pertanian produktif serta peningkatan

    sedimentasi dan run off terutama pada saat pembangunan jaringan

    transportasi

    Usulan perbaikan/alternatif :

  • 41

    Alternatif K/R/P tidak perlu dilakukan karena merupakan dampak saat

    run off dan sedimintasi, cukup dengan penekanan dan pengendalian

    teknis pada fase proyek sejak dari kajian feasibility study, AMDAL/UKL-

    UPL serta pengawasan pengendalian guna meminimalkan dampak.

    - Untuk penurunan penutupan hutan sudah diatasi pada program

    pemantapan kawasan lindung (lampiran 3)

    Kebijakan 8

    Peningkatan pemanfaatan kawasan budidaya untuk mendukung

    pengembangan ekonomi daerah, terutama Pengembangan kawasan

    andalan sesuai dengan potensi unggulan (rencana 8a ), berdampak pada

    kualitas air dan kebencanaan

    Usulan perbaikan/alternatif :

    Kebijakan diperbaiki menjadi Peningkatan pemanfaatan kawasan

    budidaya untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah dengan

    mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan

    Masalah air sudah diatasi dengan pembangunan IPAL perkotaan.

    Kebijakan XX : Kebencanaan

    Kebijakan kebencanaan dalam RTRW sudah terakomendir pada arahan

    kebijakan pola ruang dan program perwujudan pola ruang kawasan

    rawan bencana. Namun dari kegiatan pada program tersebut, masih

    perlu perbaikan dan penambahan kegiatan. Disamping itu penambahan

    kegiatan juga perlu ditambahkan pada program terkait yaitu program

    pembangunan prasarana transportasi dan program perwujudan sistem

    prasaran perumahan dan pemukiman, untuk mengansipasi dan

    menanggulangi dampak kebencanaan yang ditimbulkan baik secara alami

    ataupun akibat pembangunan

    Perbaikan/usulan yang perlu dilakukan :

    o Penambahan kegiatan pada program perwujudan sistem prasaran

    transportasi kegiatan C (Peningkatan Jaringan Jalan Kolektor

    Primer) dengan Peningkatan Jalan untuk Evalkuasi

    o Penambahan kegiatan Pembangunan Shelter (bangunan evakuasi

    gempa pada Program Perwujudan sistem prasaran perumahan

    dan pemukimam

    o Penambahan kegiatan pada program pola ruang kawasan Rawan

    Bencana Alam pada kegiatan Pembangunan Sistem Peringatan

    Dini Tsunami dengan ditambahkan pengembangan sistem

    bangunan tahan gempa, pemantapan tebing rawan longsor.

    Bab 5 Rekomendasi

    Beberapa kebijakan dapat menimbulkan dampak yang sama.

    Antsipasinya dapat berupa perbaikan kebijakan namun dapat juga

    berupa perbaikan rencana dan program. Antisipasi juga dapat dilakukan

  • 42

    pada program dari kebijakan yang lain. Berikut ini rekomendasi

    perbaikan RTRW Sumatera Barat.

    5.1. Rekomendasi Perbaikan Kebijakan/Rencana

    Kebijakan 1 : Tidak ada perbaikan

    Kebijakan 2 :

    Rencana 2e

    Pengembangan kegiatan sektor unggulan pada kawasan andalan antara

    lain pertanian, perkebunan, pertambangan, industri, perikanan dan

    pariwisata

    Perbaikan :

    Pengembangan kegiatan sektor unggulan pada kawasan andalan antara

    lain pertanian, perkebunan, pertambangan, industri, perikanan dan

    pariwisat dengan tetap mempertahankan Kawasan hutan dan Ruang

    Terbuka Hijau minimun mencapai 30% dari total luas kawasan

    Kebijakan 3 :

    Rencana 3.a : Pemantapan pengembangan PKN Kota Padang sebagai

    pusat orientasi wilayah menuju Metropolitan Padang dan sekitarnya,

    serta PKW yang terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota

    Sawahlunto, Kota Solok dan Muara Siberut sesuai arahan RTRWN

    Perbaikan

    Pemantapan pengembangan PKN Kota Padang sebagai pusat orientasi

    wilayah menuju Metropolitan Padang dan sekitarnya, serta PKW yang

    terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota

    Solok dan Muara Siberut sesuai arahan RTRWN dengan

    mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan

    Kebijakan 8 :

    Peningkatan pemanfaatan kawasan budidaya untuk mendukung

    pengembangan ekonomi daerah

    Perbaikan :

    Peningkatan pemanfaatan kawasan budidaya untuk mendukung

    pengembangan ekonomi daerah dengan mempertimbangkan daya

    dukung dan daya tampung lingkungan.

    5.2. Perbaikan Program/Kegiatan (lampiran 3)

    5.2.1. Program Perwujudan Pusat Kegiatan di Provinsi Sumatera Barat

    a.1.3. Pengembangan dan Penataan PKN (Kota Padang)

    Kegiatan : Peningkatan dan Pengembangan sistim pengelolaan

    limbah terpadu melalui pipanisasi

    Perbaikan Kegiatan :

  • 43

    Peningkatan dan Pengembangan sistim pengelolaan limbah cair

    perkotaan secara terpadu melalui pipanisasi dan pembangunan

    IPAL

    a.1.5. Pengembangan PKW Kota Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota

    Sawahlunto, Muara Siberut, Kota Solok PKWp Kota Payakumbuh,

    Pulau Punjung

    Kegiatan : -

    Tambahan Kegiatan :

    Pembangunan sistim pengelolaan limbah cair perkotaan secara terpadu

    melalui pipanisasi dan pembangunan IPAL

    a.2. Program Perwujudan Sistem Prasarana

    a.2.1. Perwujudan sistem prasarana transportasi

    Kegiatan : C Peningkatan Jaringan Jalan Kolektor Primer

    Tambahan rincian kegiatan B dengan:

    Peningkatan Jalan untuk Evakuasi

    a.2.2. Perwujudan Sisim Prasaranan Sumberdaya Air dan Irigasi

    Kegiatan : Pengembangan embung/bendung untukpenyediaan air baku

    sebanyak 15 lokasi

    Perbaikan kegiatan :

    Pengembangan embung/bendung/telaga untuk cadangan air

    Catatan : Lokasi selain 7 kab/kota yang telah disebutkan tambahkan untuk

    di Kab/kota yang ditetapkan sebagai PKN, PKW.

    a.2.4. Perwujudan Sistem Prasarana Perumahan dan Permukiman

    Kegiatan : belum ada

    Diusulkan tambahan kegiatan :

    - Penataan Banguan dan Sistim Drainase

    - Pembangunan dan pengembangan sumur resapan dan biopori.

    - Penerapan sistim bangunan tahan gempa dan pembangan Shelter

    (bangunan evakuasi gempa)

    Tabel B. Program Perwujudan Pola Ruang

    B.1. Program Perwujudan Pengelolaan Kawasan Lindung

    B.1.4. Kawasan Rawan Bencana Alam

    Kegiatan : Pembangungan sistem peringatan dini tsunami

    Perbaikan Kegiatan :

    Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami dan pemantapan tebing

    kawasan rawan longsor

    B.2. Program Perwujudan Pemantapan Kawasan Budidaya

    B.2.2. Pengembangan Kawasan Pertanian

    Kegiatan : belum ada

  • 44

    Diusulkan Tambahan Kegiatan : Pengembangan Komiditas pertanian

    organik

    Rekomendasi Kebijakan/Rencana/Program di atas tidak otomatis harus

    merevisi RTRW yang saat ini sedang dalam proses pengusulan ke Kemendagri,

    dampak tersebut di atas sudah diakomodir dalam K/R/P RPJMD Provisi

    Sumatera Barat Tahun 2011-2015.yang sudah di KLHS.

  • 45

    Draf LAporan KLHS terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu

    BAB 1 Tujuan KLHS Provinsi Bengkulu Meningkatkan Kualitas Tata Ruang melalui pembangunan berkelanjutan dalam penyusunan RTRW Provinsi Bengkulu tahun 2010-2030. BAB 2 Lingkup Kajian

    Isu strategis agar diseleksi lagi (Tidak dimasukan semua)

    Isu Keselamatan Kawasan Sabuk Hijau Pantai Barat Provinsi Bengkulu

    Isu Menurunnya kualitas DAS

    Isu Kesejahteraan masyarakat

    Isu Kesenjangan (Pemerataan, kesejahteraan/pendapatan masyarakat)

    Isu Dampak Tambang terhadap masyarakat (Ekonomi, Air Bersih dan hilangnya kesuburan tanah)

    BAB 3 Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana dan Program

    KEBIJAKAN

    1. Meningkatkan aksesibilitas dan pemerataan pelayanan sosial ekonomi dan budaya

    keseluruh wilayah Provinsi (Rekomendasi Tim tetap / tidak berubah).

    2. Memelihara dan mewujudkan kelestarian lingkungan hidup, serta mengurangi

    resiko bencana alam (Rekomendasi Tim tetap / tidak berubah).

    3. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan budidaya sesuai dengan daya

    dukung dan daya tampung lingkungan (Rekomendasi Tim tetap / tidak berubah).

    4. Meningkatkan produktifitas sektor-sektor unggulan sesuai dengan daya dukung

    lahan (Rekomendasi Tim tetap / tidak berubah).

    5. Membuka peluang investasi dalam rangka meningkatkan perekonomian wilayah,

    Rekomendasi Tim :

    Membuka peluang investasi yang layak dalam rangka meningkatkan perekonomian

    wilayah dengan mengutamakan kepentingan masyarakat dan kelestarian

    lingkungan.

    6. Mengentaskan kemiskinan di kawasan tertinggal

    7. Mendukung fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan ke dalam kawasan

    strategis Provinsi.

    Rekomendasi Tim :

    Mendukung fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan di kawasan strategis

    Provinsi.

    Strategi penataan ruang wilayah Provinsi Bengkulu:

    a. Strategi meningkatkan aksesibilitas, pemerataan pelayanan sosial ekonomi, dan budaya keseluruh wilayah provinsi, meliputi:

    1) membangun, meningkatkan, dan memelihara kualitas jaringan transportasi ke seluruh bagian wilayah provinsi; Rekomendasi Tim : Membangun, meningkatkan dan memelihara kualitas jaringan transportasi ke seluruh bagian wilayah Provinsi, dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan.

  • 46

    2) mengembangkan pembangkit tenaga listrik dan memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan yang tersedia serta memperluas jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik; (Rekomendasi Tim Tetap).

    3) menyediakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan, air bersih, pasar, olahraga, pemerintahan, dan sebagainya); (Rekomendasi Tim Tetap), dan

    4) melestarikan situs warisan budaya bangsa (Rekomendasi Tim Tetap).

    b. memelihara dan mewujudkan kelestarian lingkungan hidup serta mengurangi resiko bencana alam, meliputi:

    1) mempertahankan kurang lebih 40% luasan kawasan hutan di Provinsi Bengkulu dari luas Provinsi Bengkulu (Rekomendasi Tim Tetap);

    2) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun kualitasnya (Rekomendasi Tim Tetap). ;

    3) mencegah perusakan lingkungan hidup lebih lanjut melalui penerapan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang secara sistematis (Rekomendasi Tim Tetap).

    4) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup serta mengurangi resiko bencana (Rekomendasi Tim Tetap).

    c. mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, meliputi:

    1) membatasi konversi lahan pertanian irigasi teknis untuk kegiatan budidaya lainnya (Rekomendasi Tim Tetap);

    2) mengoptimalkan pemanfaatan lahan-lahan tidur untuk kegiatan produktif (Rekomendasi Tim Tetap) ;

    3) mengembangkan kawasan budidaya pertanian sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya (Rekomendasi Tim Tetap);

    4) mengoptimalkan pemanfaatan kawasan budidaya pesisir dan pulau-pulau kecil untuk meningkatkan daya saing dan perekonomian masyarakat (Rekomendasi Tim Tetap).

    d. meningkatkan produktifitas sektor-sektor unggulan sesuai dengan daya dukung lahan, meliputi:

    1) memperluas jaringan irigasi dan mempertahankan pertanian irigasi teknis(Rekomendasi Tim Tetap). ;

    2) diversifikasi komoditi pertanian untuk mendukung pengembangan sektor sekunder (Rekomendasi Tim Tetap);

    3) meningkatkan produktivitas subsektor peternakan ;

    Rekomendasi Tim : meningkatkan secara optimal produktivitas subsektor peternakan ;

    4) meningkatkan produktivitas subsektor perikanan di sepanjang wilayah pantai Provinsi Bengkulu; Rekomendasi Tim : meningkatkan secara optimal produktivitas subsektor perikanan di sepanjang wilayah pantai Provinsi Bengkulu;

  • 47

    5) mengembangkan kawasan agropolitan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Rekomendasi Tim : mengembangkan secara optimal kawasan agropolitan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

    e. membuka peluang investasi dalam rangka meningkatkan perekonomian wilayah, meliputi:

    1) mempermudah mekanisme perizinan dan birokrasi iklim usaha;

    Rekomendasi Tim : Mempermudah mekanisme perizinan dan birokrasi iklim usaha yang berwawasan lingkungan disertai peningkatan fungsi pengawasan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.

    2) menyediakan informasi, sarana, dan prasarana penunjang investasi; Rekomendasi Tim : Menyediakan informasi yang lengkap termasuk aspek-aspek lingkungan, sarana dan prasarana penunjang investasi yang mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memberdayakan masyarakat setempat.

    3) meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan (Rekomendasi Tim Tetap).

    f. mengentaskan kemiskinan di kawasan tertinggal, meliputi:

    1) memanfaatkan sumberdaya alam (sektor potensial) secara optimal dan berkelanjutan (Rekomendasi Tim Tetap) ;

    2) membuka dan meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal ke pusat pertumbuhan.

    Rekomendasi Tim : Membuka dan meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal ke pusat pertumbuhan yang berwawasan lingkunganyang sesuai dengan daya dukung lingkungan dengan mengembangkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya kelestarian lingkungan, Pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya serta memperluas alternatif usaha.

    3) mengembangkan sarana dan prasarana produksi untuk menunjang kegiatan ekonomi (Rekomendasi Tim Tetap).

    g. mendukung fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan, meliputi:

    1) melakukan penetapan dan konsistensi dalam penjagaan batas wilayah yang ada di pulau-pulau kecil terluar (Rekomendasi Tim Tetap) ;

    2) mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan. Rekomendasi Tim : Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam Kawasan Strategis Nasional (Pulau - pulau terluar Provinsi Bengkulu) dan di sekitar Kawasan Strategis Nasional (Kawasan TNKS dan TNBBS) untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan.

    3) mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar Kawasan Strategis Nasional sebagai Zona Penyangga yang memisahkan Kawasan Strategis Nasional dengan kawasan budidaya terbangun (Rekomendasi Tim Tetap) ; dan

    4) turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan (Rekomendasi Tim Tetap) .

  • 48

    Draf Laporan KLHS terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah

    Provinsi DKI Jakarta

    Tujuan KLHS: Memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030 Pemangku Kepentingan Terkait:

    1. Pemerintah Pusat 2. DPRD Provinsi DKI Jakarta 3. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 4. Asosiasi Profesi dan Bisnis 5. Akademisi & Pakar 6. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Kelompok Masyarakat 7. Media Massa

    Identifikasi dan Penyepakatan Isu Pembangunan Berkelanjutan

    1. Pencemaran sampah & limbah cair; 2. Banjir dan genangan air; 3. Land Subsidence; 4. Resilience kota terhadap Gejala Perubahan Iklim; 5. Kemacetan; 6. Penyediaan Air Bersih; 7. Pengendalian jumlah dan persebaran penduduk; 8. Kesenjangan penyediaan sarana sosial ; 9. Dampak Sosial Ekonomi Kawasan Kumuh; 10. Biaya Eksternalitas; 11. Biaya Eksternalitas; 12. Aktivitas Sektor Informal.

    Matriks Kajian Pengaruh KRP terhadap Isu Pembangunan Berkelanjutan (Tahap1, d f : Matriks 1) Variabel yang dimasukkan kedalam matriks kajian KRP adalah rumusan arahan

    rencana dalam Raperda RTRW DKI Jakarta 2030 Perumusan Alternatif Rencana Pencemaran Sampah dan Limbah Cair Pasal 49 ayat (2) Pengembangan sarana dan prasarana sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diarahkan pada peningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan dan menjaga kualitas lingkungan, dengan cara sebagai berikut: a.meningkatkan peran serta masyarakat yang dilaksanakan melalui program 3R sejak dari sumbernya; dan b.mengembangkan prasarana sarana pengolahan sampah dengan teknologi ramah lingkungan. Pasal 50 ayat (1) Pengembangan sarana dan prasarana sampah lingkungan dan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf a, ditujukan menampung memilah sampah yang berasal dari kegiatan masyarakat di kawasan permukiman, pusat perkantoran,

  • 49

    perdagangan dan jasa, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas lain, dan di kawasan lindung. Pasal 51 ayat (1) Pengembangan sarana dan prasarana TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf b, ditujukan sebagai tempat penampungan sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST). Pasal 52 ayat (2) Pengembangan sarana dan prasarana TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. dapat berupa Intermediate Treatment Facility (ITF); b. dilengkapi dengan teknologi tinggi, ramah lingkungan, dan hemat lahan; c. dilengkapi dengan fasilitas pengolah limbah; d. dapat diintegrasikan dengan daerah sekitarnya (Bodetabek); e. dapat melibatkan peran swasta dalam penyediaan dan/atau pengoperasian; f. memperhatikan rencana tata ruang provinsi, tata ruang kota administrasi,

    dan kabupaten administrasi; g. memperhatikan aspek geologi tata lingkungan lokasi dan sekitar; h. memperhatikan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar; i. memaksimalkan kegiatan pengolahan dan/atau 3R (reduce, reuse, recycle)

    sampah yang menghasilkan revenue; j. memperhatikan aspek kelayakan pembiayaan; k. memperhatikan jarak pencapaian dan ketersediaan fasilitas yang ada; dan l. memperhatikan kecukupan ketersediaan l