c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
Transcript of c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
1/24
•
PEMERINTAH KABUPATEN KUPANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT
Jl. Timor Raya KM. 37 Oelamasi
Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang
E-mail :[email protected], Telp. (0380) 8562376, 8562377
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
NAIBONAT
KELAS C KABUPATEN KUPANG
NOMOR :.............../PERDIR/ RSUDN/BULAN/TAHUN
TENTANG
PANDUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN KARYAWAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT,
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
2/24
Menimbang: a.Bahwa pelaksanaan pemeliharaan kesehatan
karyawan dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas kerja karyawan dengan tubuh yang
sehat agar dapat meningkatkan kinerja
karyawan.
b. Bahwa Untuk kepentingan tersebut di atas,
perlu diterbitkan Peraturan Diretur tentang
Panduan pemeliharaan kesehatan karyawan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat
Mengingat : 1. Undang – Undang No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1045/PER/MENKES/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
4. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2008.
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
3/24
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN
PEMELIHARAAN KESEHATAN KERYWAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
PERATURAN DIREKTUR TANTANG PANDUANPEMELIHARAAN
KESEHATAN KARYAWAN
Pasal 1
(1) Panduan Kesehatan Karyawan sebagaimana tercantum
dalam lampiranPeraturan ini.
(2)Perubahan Panduan harus di bahas sekurang-kurangnyasetiap (tiga) tahun sekali dan apabila diperlukan, sewaktu-
waktu akan dilakukan perubahan sesuai perkembangan
yang ada.
(3)Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kesalahan
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
4/24
DITETAPKAN DI : OELAMASI
PADA TANGGAL :
RSUD NAIBONAT
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
5/24
Lampiran I
Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat
Nomor
Tentang
Panduan Pemeliharaan Kesehatan Karyawan
PANDUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN KARYAWAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang harus dipenuhi dalam usaha mewujudkan suatu
tingkat kehidupan masyarakat secara optimal. Setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajatkesehatan yang optimal, mendapatkan pelayanan yang baik
dari instansi pelayanan kesehatan dan sebagainya. Untuk
dapat melaksanakan hal tersebut maka diperlukan
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
6/24
pembangunan kesehatan dan penyelenggaraan upaya
pemeliharaan kesehatan ke arah yang lebih baik.
Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspek-aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara tak terpisah-
pisah. Namun demikian, khusus untuk Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan bagi tenaga kerja lebih ditekankan pada aspek
kuratif dan rehabilitatif tanpa mengabaikan dua aspek lain.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan untuk menjamin
kesehatan bagi seluruh karyawan yang bekerja di Rumah
Sakit Umum Daerah Naibonat.
Mengapa kita perlu melakukan pemeriksaan kesehatan
terhadap calon karyawan?
Pemeriksaan kesehatan terhadap calon karyawan adalah
pemeriksaan kesehatan sebelum calon karyawan tersebut
diterima bekerja.Sehingga perusahaan mengetahui riwayat
kesehatan calon karyawan tersebut.Apakah sebelumnya
pernah menderita Tuberculosis Paru, Gagal Ginjal, Hepatitis,
Hipertensi, Gagal Jantung, dan sebagainya.Hal ini sangatlah
penting karena ketika rumah sakit menerima seseorang
menjadi karyawan maka rumah sakit akan bertanggung
jawab terhadap kesehatannya selama yang bersangkutan
melakukan pekerjaan di rumah sakit.Hal ini akan
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
7/24
berhubungan dengan tuntutan karyawan terhadap rumah
sakit dikemudian hari.
Misalnya, seorang karyawan yang baru bekerja 3 (tiga)
bulan didiagnosa mengalami penyakit Paru lalu karyawan
tersebut menyalahkan perusahaan, tempat ia bekerja karena
setelah bekerja di sana ia menderita penyakit tersebut.
Perusahaan tidak bisa mengelak karena tidak memiliki record
kesehatan karyawan tersebut sebelum ia bekerja. Tetapi jika
sebelum bekerja karyawan tersebut melakukan pemeriksaankesehatan maka perusahaan dapat mengetahui record
kesehatan apakah memang karyawan tersebut sudah terkena
penyakit Paru sebelumnya dan tidak diobati.
B.TUJUAN
1.Meningkatkan kualitas kerja karyawan, dengan tubuh yang
sehat tentu kinerja karyawan tersebut akan lebih maksimal
sehingga produktivitas juga lebih baik
2.Bagi calon karyawan untuk mengetahui catatan kesehatan
calon karyawan, sehingga yang memiliki penyakit menular
dapat diobati terlebih dahulu sebelum bekerja. Dengan
maksud penyakit tersebut tidak menular ke karyawan
lainnya.
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
8/24
3.Menghindari tuntutan karyawan dikemudian hari,
mengenai penyakit yang ia dapat setelah tidak bekerja lagi
di rumah sakit.
4.Mengetahuirecord kesehatan para pekerja per tahun dan
dapat mengetahui lebih dini penyakit yang ditimbulkan
akibat kerja. Penyakit Akibat Kerja bukanlah penyakit biasa
yang layaknya dialami orang.
5.Menindaklanjuti karyawan yang terpapar penyakit
infeksius sesuai dengan kasus yang dijumpai. Apabila
dijumpai hasil pemeriksaan yang abnormal, maka
karyawan akan dikirim ke dokter spesialis untuk
mendapatkan perawatan sesuai dengan kasusnya.
C.PENGERTAN
1. Pemeriksaan kesehatan calon karyawan adalah
pemeriksaan kesehatan terhadap calon karyawan yangdilaksanakan di Poli Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Naibonat yang meliputi pemeriksaan fisik dan
laboratorium.
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
9/24
2. Pemeriksaan kesehatan untuk pengangkatan adalah
pemeriksaan kesehatan calon pegawai yang telah selesai
masa percobaan, di Poliklinik yang meliputi pemeriksaan
fisik dan penunjang.
3. Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan
terhadap kesehatan seluruh karyawan tetap Rumah Sakit
Umum Daerah Naibonat selama setahun sekali di Poliklinik
yang meliputi pemeriksaan fisik, penunjang dan gigi,
pemeriksaan kesehatan berkala juga dapat mengetahui
lebih dini penyakit yang ditimbulkan akibat kerja.
Pemeriksaan kesehatan berkala seyogianya dilaksanakan
dengan selang waktu teratur setelah pemeriksaan awal
sebelum penempatan. Pada pemeriksaan kesehatan rutin
tidak selalu diperlukan pemeriksaan medis lengkap,terutama bila tidak ada indikasi yang jelas.Cakupan dan
keberkalaan pemeriksaan kesehatan tersebut hendaknya
didasarkan pada sifat dan luasnya risiko yang terlibat.
Pemeriksaan ini juga harus difokuskan pada organ dan
sistem tubuh yang memungkinkan terpengaruh bahan-
bahan berbahaya di tempat kerja, sebagai contoh,
audiometri adalah uji yang sangat penting bagi tenaga
kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang bising.
Sedangkan pemeriksaan radiologis dada (foto thorax)
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
10/24
penting untuk mendeteksi tenaga kerja yang berisiko
menderita pneumokoniosis, karena lingkungan kerja
tercemar debu.
4.Penyakit Akibat Kerja adalah Risiko penyakit yang mungkin
timbul akibat pekerjaan dan lingkungan kerja yang
dilakukan di sebuah tempat kerja baik pabrik maupun
kantor. Penyakit Akibat Kerja bukanlah penyakit biasa
yang layaknya dialami orang.
5.Pemeriksaan Kesehatan Khusus adalah pemeriksaan yang
dilakukan pada karyawan yang bekerja pada tempat-
tempat berisiko tinggi kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja seperti Instalasi Laboratorium,
Instalasi Radiologi dan Instalasi Kamar Operasi.
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
11/24
BAB IV
TATA LAKSANA
Tata laksana Pemeriksaan Berkala :
1.Subbag Kepegawaian dan PSDM membuat jadwal
pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan Rumah Sakit
Panti Nirmala menurut Instalasi/Unit/Sub Bagian terkait dan
berkoordinasi dengan dokter yang akan melakukan
pemeriksaan.
2.Karyawan yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala datang ke Poliklinik sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
3.Dokter Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat melakukan
pemeriksaan fisik sesuai dengan prosedur yang berlaku.
4.Jika ada kelainan kesehatan maka dilakukan pemeriksaanpenunjang medis di Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi
yang dibutuhkan sesuai penyakitnya dan akan
dikonsultasikan kepada dokter spesialis.
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
12/24
5.Dokter pemeriksa menulis catatan medis setiap karyawan di
buku pemeriksaan
6.Hasil pemeriksaan kesehatan berkala seluruh karyawan
untuk selanjutnya dilaporkan ke Direktur.
Tata laksana Pemeriksaan Khusus :
1.Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
2.Dokter pemeriksan membuat surat pengantar pemeriksaan
penujang medis sesuai dengan keperluan.
3.Karyawan yang akan diperiksa datang ke tempat pemeriksaan
khusus untuk dilakukan pemeriksaan.
4.Hasil pemeriksaan diserahkan kepada dokter pemeriksan
5.Dokter menulis catatan medis di lembar rekam medis
6.Apabila memerlukan penanganan lebih lanjut maka dokter
pemeriksa akan mengirim ke dokter spesialis.
7.Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis dan
diberikan surat jawaban maka surat jawaban dari dokter
spesialis diserahkan kembali ke dokter Poli Umum untuk
ditindaklanjuti.
8.Apabila hasil pemeriksaan baik maka dilakukan pemberian
vaksinasi sesuai dengan kebutuhan.
Tata laksana pemberian vaksinasi untuk karyawan yang
bertugas di unit khusus :
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
13/24
1.Subbag Kepegawaian dan PSDM membuat janji dengan dokter
poliklinik untuk penjadwalan pemeriksaan dan pemberian
imunisasi
2.Karyawan yang akan periksa mengambil surat pengantar di
Subbag Kepegawaian dan PSDM.
3.Karyawan datang ke tempat pemeriksaan.
4.Dokter pemeriksa melihat hasil pemeriksaan apabila hasil
baik maka dilakukan pemberian imunisasi atau vaksinasi
Perlindungan terhadap Petugas Kesehatan
• Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus
mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan
penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
• Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus
diberikan penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
• Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit
menular melalui udara harus menjaga fungsi saluran
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
14/24
pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik
dan menjaga kebersihan tangan setiap saat dan:
o Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai
munculnya gejala pernapasan terutama batuk
o Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami.
Catatan tidak boleh dibawa ke dalam area isolasi
o Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri
dari area umum. Segera lapor kepada Tim Pencegahan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Tim
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
(K3) dan dokter poliklinik rumah sakit, adanya
kemungkinan terinfeksi penyakit menular yang sedang
ditangani.
Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
Untuk penyakit menular melalui udara (droplet, airborne),
misalnya Avian Influenza, SARS.
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
15/24
• Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam
tatanan pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan
APD yang sesuai untuk kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara
kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran
penyakit.
• Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan
tentang gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.
• Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu
harus dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan
ditentukan apakah perlu dipindahtugaskan dari kontak
langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di
Instalasi Perawatan Intensif (IPI), ruang anak, ruang bayi.
• Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau
gangguan pernapasan dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
hari setelah terpajan penyakit menular melalui udara,
maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
• Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau
gangguan pernapasan tidak perlu dibebastugaskan namun
harus melaporkan pajanan yang dialami segera kepada Tim
PPIRS.
• Surveilan aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan
gangguan pernapasan setiap hari kepada petugas
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
16/24
kesehatan yang terpajan. Petugas diinstruksikan untuk
mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasn dan
atau peradangan konjungtiva selama 10 (sepuluh) hari
setelah terpajan dengan penyakit menular melalui udara.
Tata Laksana Pajanan
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti
tertusuk jarum suntik bekas pasien, atau terpercik bahan
infeksius, maka perlu pengelolaan yang cermat, tepat serta efektif
untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya infeksi
nosokomial yang tidak diinginkan.
Yang paling penting adalah segera mencucinya dengan air
mengalir dan sabun antiseptik, dan usahakan meminimalkan
kuman yang masuk ke dalam aliran darah dengan menekan luka
sehingga darah keluar.
Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur
dengan air beberapa kali, bila mengenai mata, cucilah mata dengan
air mengalir (irigasi) atau garam fisiologis, bila percikan mengenai
hidung, hembuskan keluar hidung, dan bersihkan dengan air.
Tata laksana Pajanan di tempat kerja
Penatalaksanaan pajanan darah di tempat kerja dan
pemberian Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) disesuaikan dengan
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
17/24
sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Naibonat
Panduan terpapar adalah sebagai berikut:
Langkah 1 : CUCI tangan
• Tindakan darurat pada bagian yang terpajan seperti di atas
• Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan dalam 24 (dua puluh
empat) jam kepada atasan langsung dan tim PPIRS serta tim
K3. Laporan ini sangat penting untuk menentukan langkah
selanjutnya. Memulai PPP setelah 72 (tujuh puluh dua) jam
tidak dianjurkan karena tidak efektif.
Langkah 2 : TELAAH PAJANAN
Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi:
• Perlukaan kulit
• Pajanan pada selaput mukosa
• Pajanan melalui kulit yang luka
• Gigitan yang berdarah
Bahan pajanan yang memberikan risiko penularan infeksi adalah:
• Darah
• Cairan bercampur darah yang kasat mata
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
18/24
• Cairan yang berpotensial terinfeksi: semen, cairan vagina,
cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan perikardial, cairan
amnion, cairan peritoneal
• Virus yang terkonsentrasi
Status Infeksi: tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum
diketahui)
• HbsAg positif
• HCV positif
• HIV positif
• Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan risiko
yang tinggi atas 3 (tiga) infeksi di atas
• Jangan melakukan pemeriksaan (laborat) jarum bekas
Kerentanan : tentukan kerentanan orang yang terpajan:
• Pernahkah mendapatkan vaksinasi Hepatitis B
• Status serologi terhadap HBV bila pernah mendapatkan
vaksin
• Anti HCV dan ALT
• Antibodi HIV
Langkah 3 : Berikan PPP kepada terpajan berisiko tinggi infeksi:
• HBV : lihat tabel
o Berikan PPP sesegera mungkin, lebih utama dalam 24
jam I
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
19/24
o PPP boleh diberikan pada ibu hamil
• HCV : PPP tidak dianjurkan
• HIV :
o Mulai PPP dalam beberapa jam setelah pajanan, berupa
pemberian (Anti Retro Viral) ARV jangka pendek untuk
menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV pasca pajanan
o PPP merupakan bagian dari pelaksanaan paket
kewaspadaan Standar yang meminimalkan risiko
pajanan terhadap bahan infeksius di tempat kerja
Perlu diingat bahwa Pencegahan pajanan yang tidak diinginkan
adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi risiko penularan
HIV pada petugas kesehatan. Prioritas utama adalah meningkatkan
pemahaman petugas kesehatan tentang kewaspadaan standar dan
isolasi dan menyediakan sarana pencegahan yang memadai.
Petugas kesehatan diharapkan memiliki pemahaman tentang risiko
mendapatkan infeksi HIV secara hubungan seks, tahu manfaat dan
mudah mendapatkan kondom, serta pelayanan pengobatan yang
bersifat rahasia.
Pemberian Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) dengan ARV
PPP dimulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam
waktu 2 (dua) - 4(empat) jam. Pengobatan kombinasi dianjurkan
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
20/24
karena lebih efektif daripada pengobatan tunggal. Pengobatan dua
atau tiga jenis obat sangat dianjurkan.
Pengobatan didasarkan atas riwayat pengobatan sebelumnya pada
pasien sumber dan kemungkinan adanya resistensi silang dengan
obat yang berbeda, juga didasarkan atas tingkat keseriusan
pajanan dan ketersediaan Anti Retro Viral (ARV). Kombinasi dan
dosis yang direkomendasikan tanpa adanya resistensi terhadap
Zidovudinen (AZT) atau Lamivudin (3TC) pada pasien sumber
adalah:
ZDV 250 – 300mg 2 x / hari
Lamivudine 150 mg 2 x / hari
Obat ketiga yang ditambahkan:
Indinavir 800 mg 3 x /hari atau Efavirenz 600 mg hanyasekali sehari (tidak dianjurkan untuk wanita hamil)
Sebaiknya pemberian ARV diasarkan pada protokol yang ada, dapat
juga disediakan satu ”kit” yang berisis ARV yang
direkomendasikan, atau berdasar konsultasi dengan dokter ahli.
Konsultasi dengan dokter ahli ini sangat penting jika diduga ada
resistensi terhadap ARV. Penting sekali untuk menyediakan ARV
dalam jumlah yang cukup untuk pemberian satu bulan penuh
sejak awal pemberian PPP. Pengobatan dianjurkan diberikan
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
21/24
dalam jangka waktu minimal 2 (dua) minggu dan paling lama
sampai 4 (empat) minggu.
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
22/24
BAB VII
PENUTUP
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
23/24
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pemeliharaan
kesehatan karyawan sesuai prosedur di Rumah Sakit Umum
Daerah Naibonat. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada tim penyusun demi
kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya. Semoga
panduan ini berguna bagi tim penulis pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.
-
8/17/2019 c. Kebijakan Kesehatan Karyawan
24/24