Buuku aPPe eggaan nggann PPennddaammppiingg · PDF fileIdentifikasi dan seleksi untuk...
Transcript of Buuku aPPe eggaan nggann PPennddaammppiingg · PDF fileIdentifikasi dan seleksi untuk...
i
BBuukkuu PPeeggaannggaann PPeennddaammppiinngg PPrrooggrraamm RRSSBBKK
BBBBRRSSBBGG KKaarrttiinnii TTeemmaanngggguunngg
BBAALLAAII BBEESSAARR RREEHHAABBIILLIITTAASSII SSOOSSIIAALL BBIINNAA GGRRAAHHIITTAA KKAARRTTIINNII TTEEMMAANNGGGGUUNNGG
JJll.. KKaarrttiinnii 11--22 TTeemmaanngggguunngg
KKooddee PPooss 5566221177 TTeellpp.. ((00229933)) 449911113388 –– 449911662233 FFaaxx ((00229933 )) 449911113388 EE-- mmaaiill :: bbbbrrssbbgg@@ddeeppssooss..ggoo..iidd ISO 9001
Mengantar Menuju Kemandirian
MENDAMPINGI ORANG TUA
DAN PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL
DI LINGKUNGAN KELUARGA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA
”KARTINI” TEMANGGUNG
Jalan Kartini no 1-2 Temanggung, Jawa Tengah-Indonesia-56217
BUKU PEGANGAN PENDAMPING PROGRAM RSBK
BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG
NNOO.. DDOOKKUUMMEENN :: LLAAMMPP..0044.. PM/BBRSBG/WMM-06
22001166
Kepala Ketua Tim
Drs. Ruh Sanyoto, MP Dra. Restyaningsih, MM
Plt. Kepala BBRSBG Kartini Temanggung Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial
Tanggal 29 Maret 2016 Tanggal: 28 Maret 2016
BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA
iii
KATA PENGANTAR
Keluarga memegang peranan terpenting dalam pemenuhan kebutuhan tumbuh
kembang penyandang disabilitas intelektual dalam mencapai kemandirian. Proses
pembimbingan dan pembiasaan anak di dalam keluarga memberikan cukup waktu dan tempat
untuk proses hidup mandiri yang dalam jangka panjang akan membentuk kemandirian.
Pemahaman, sikap dan keterampilan orang tua dalam memberikan bimbingan merupakan
modal utama untuk mengembangkan kemampuan penyandang disabilitas intelektual. Melalui
pemahaman, sikap dan perlakuan yang sesuai dengan karaktertitik anak akan memungkinkan
terciptanya kondisi promotif bagi penumbuhan dan pengembangan kemandirian anak di dalam
keluarga.
Salah satu upaya membantu orang tua dalam memahami, bersikap dan meningkatkan
kemampuan melakukan bimbingan terhadap penyandang disabilitas intelektual dalam
keluarga, dilakukan melalui pendampingan dalam program Rehabilitasi Sosial Berbasis
Keluarga (RSBK). Tujuannya adalah pendamping dapat membimbing dan mendampingi orang
tua secara lebih optimal agar mereka mampu berperan sebagai pembimbing, instruktur,
pendamping dan fasilitator bagi anaknya.
Buku pegangan pendamping program RSBK ini disusun sebagai pegangan pendamping
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas
membimbing dan mendampingi orang tua penyandang disabilitas intelektual. Buku ini berisikan
gambaran program RSBK, informasi seputar disabilitas intelektual dan cara-cara praktis
membimbing penyandang disabilitas intelektual dalam keluarga yang disusun dengan bahasa
sederhana, aplikatif, dilengkapai dengan contoh-contoh dan langkah-langkah praktis
pembimbingan, sehingga mudah dipahami dan dipraktikkan di dalam keluarga.
Dengan tersusunnya buku pegangan pendamping ini semoga dapat memberikan manfaat
bagi pendamping dan keluarga dalam memberikan bimbingan terhadap penyandang disabilitas
intelektual dan memperkaya referensi bagi berbagai pihak dalam rangka mengembangkan
kemandirian penyandang disabilitas intelektual.
Temanggung, 29 Maret 2016
Plt. Kepala
Ruh Sanyoto
iv
DDAAFFTTAARR IISSII
LEMBAR COVER ............................................................................................ ............... i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................. 1
C. Ruang Lingkup........................................................................................ 1
D. Pengertian......................................................................................... 1
BAB II PROGRAM REHABILITASI SOSIAL BERBASIS KELUARGA (RSBK).. 3
A. Deskripsi Program................................................................................... 3
B. Bentuk Pelayanan.................................................................................... 3
C. Kriteria Penerima Manfaat..................................................................... 4
D. Tahapan Pelayanan.................................................................................. 4
BAB III INFORMASI SEPUTAR DISABILITAS INTELEKTUAL........................... 12
BAB IV PENDAMPING, TUGAS DAN PENDAMPING DALAM RSBK................ 12
A. Pendamping dan Pendampingan ............................................................ 12
B. Prinsip Dasar Pendampingan.................................................................. 12
C. Peran Pendamping.................................................................................. 14
D. Tugas Pendamping ................................................................................. 14
BAB V CARA PRAKTIS MENDAMPINGI ORANG TUA DALAM
MEMBIMBING PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL
DI LINGKUNGAN KELUARGA.......................................................... 16
A. Latar Belakang........................................................................................ 16
B. Teknik dan Tahapan Bimbingan............................................................. 16
C. Prinsip Bimbingan.................................................................................. 17
D. Contoh Cara Praktis Mendampingi Orangtua dalam Membimbing
Penyandang Disabilitas Intelektual di Lingkungan Keluarga................ 17
LAMPIRAN........................................................................................................... 31
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat atau keluarga penyandang disabilitas seringkali kurang memahami permasalahan
dan potensi penyandang disabilitas intelektual, sehingga tidak mampu menciptakan kondisi
yang promotif bagi tumbuhkembangnya kemandirian penyandang disabilitas intelektual. Oleh
karenanya, mereka membutuhkan uluran tangan dari pihak lain yang berkompeten dalam
rangka membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengantar
kemandirian penyandang disabilitas intelektual.
BBRSBG Kartini Temanggung sebagai lembaga berkompeten dan pelopor program RSBK
mempunyai keterbatasan untuk memberikan bimbingan serta fasilitasi kepada keluarga dan
penyandang disabilitas intelektual secara intensif dan terus menerus disebabkan oleh
persebaran populasi disabilitas intelektual dalam jangkauan wilayah yang luas. Pendampingan
oleh kader pendamping dari unsur masyarakat setempat merupakan langkah strategis yang
memungkinkan proses rehabilitasi sosial penyandang disabilitas intelektual di dalam keluarga
dapat dilaksanakan secara lebih optimal.
B. Maksud dan Tujuan
Buku pegangan ini merupakan sarana membekali pengetahuan pendamping program RSBK
melalui berbagai informasi praktis tentang pendampingan penyandang disabilitas intelektual
dengan tujuan:
1. Meningkatkan pengetahuan praktis tentang cara pendampingan orang tua dan penyandang
disabilitas intelektual dan peran-peran yang diperlukan oleh pendamping.
2. Memberikan acuan bagi pendamping RSBK dalam melaksanakan tugas.
3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan dan pencapaian program RSBK.
C. Ruang Lingkup
Buku pegangan pendamping priogram RSBK ini berisikan informasi tentang:
1. Program Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga (RSBK)
2. Informasi seputar disabilitas intelektual
3. Pendampingan dalam program RSBK
4. Cara praktis mendampingi orang tua/keluarga.
D. Pengertian
Dalam buku ini, yang dimaksud dengan:
1. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.
2. Rehabilitasi sosial penyandang disabilitas intelektual adalah proses refungsionalisasi dan
pengembangan fisik, mental, sosial dan keterampilan untuk memungkinkan penyandang
2
disabilitas intelektual mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat.
3. Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga adalah rehabilitasi sosial yang dilaksanakan melalui
peran aktif keluarga dengan mendayagunakan secara optimal sumber daya, prakarsa dan
potensi keluarga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara kemandirian penyandang
disabilitas sesuai potensi yang dimiliki.
4. Keluarga adalah keluarga yang memiliki anggota menyandang disabilitas intelektual.
5. Penyandang disabilitas adalah mereka yang memiliki kelainan fisik, mental, intelektual,
atau sensorik dalam jangka waktu lama dan menghambat mereka dalam berinteraksi dan
berpartisipasi dalam masyarakat.
6. Penyandang disabilitas Intelektual adalah seseorang yang mengalami hambatan fungsi
intelektual bersamaan dengan terhambatnya penyesuaian perilaku yang dimanifestasikan
selama periode perkembangan.
7. Pendampingan sosial adalah interaksi terus menerus antara pendamping dengan yang
didampingi agar terjadi proses pembelajaran serta perubahan kreatif, sehingga yang
didampingi dapat berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
8. Pendamping adalah pekerja sosial dan tenaga sukarela dari unsur masyarakat yang telah
diberikan pelatihan untuk mendampingi penyandang disabilitas intelektual dan keluarga
dalam pelaksanaan program RSBK.
3
BAB II
PROGRAM REHABILITASI SOSIAL
BERBASIS KELUARGA (RSBK)
A. Deskripsi Program
Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga (RSBK) merupakan bentuk pelayanan penjangkauan
BBRSBG Kartini Temanggung untuk melayani penyandang disabilitas intelektual di dalam
keluarga. RSBK adalah rehabilitasi sosial yang dilaksanakan melalui peran aktif keluarga
dengan mendayagunakan secara optimal sumber daya, prakarsa dan potensi keluarga sebagai
pengupaya, penilai dan pemelihara kemandirian penyandang disabilitas sesuai potensi yang
dimiliki. RSBK berisikan aktivitas refungsionalisasi dan pengembangan kemampuan fisik,
mental, sosial dan keterampilan penyandang disabilitas intelektual yang dilakukan oleh
keluarga dengan melibatkan kader pendamping.
RSBK ditujukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan orang tua/keluarga sebagai
pendidik, pembimbing, pelatih dan pendamping penyandang disabilitas intelektual di dalam
keluarga, sehingga pada giliranya mereka dapat mengembangkan kemandirian penyandang
disabilitas intelektual sesuai potensi yang dimiliki. Untuk mengarahkan dan mendampingi
keluarga dalam mendidik, membimbing dan melatih penyandang disabilitas intelektual
diberikan asistensi berupa pandampingan oleh tenaga pendamping dari unsur masyarakat
yang telah diberikan pelatihan dan secara berkala dilakukan supervisi oleh pekerja sosial
BBRSBG Kartini Temanggung.
B. Bentuk Pelayanan
Bentuk pelayanan RSBK terdiri dari:
1. Bimbingan orang tua (Parents Training)
Bimbingan orang tua diberikan dalam bentuk pelatihan teknik membimbing penyandang
disabilitas intelektual kepada orang tua dengan tujuan menguatkan peran orang tua
sebagai fasilitator, pembimbing, pendidik, instruktur, pendamping dan terapis di
lingkungan keluarga agar penyandang disabilitas intelektual mencapai kemandirian sesuai
dengan potensinya.
Bimbingan orang tua dilakukan oleh kader pendamping dan secara berkala di supervisi
oleh pekerja sosial BBRSBG Kartini Temanggung
2. Konseling keluarga
Konseling keluarga diberikan terhadap keluarga yang mengalami kesulitan atau masalah
berkaitan dengan keberadaan Penyandang disabilitas intelektual di dalam keluarga.
Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah.
Konseling dilaksanakan di dalam keluarga atau keluarga datang ke BBRSBG Kartini
Temanggung. Konseling keluarga di lakukan oleh pekerja sosial BBRSBG Kartini
Temanggung.
3. Pendampingan sosial.
Pendampingan diberikan dalam bentuk asistensi oleh tenaga pendamping dari masyarakat
yang telah dididik dan dilatih untuk mendampingi keluarga dalam memberikan bimbingan
kesehatan, terapi, bimbingan mental, sosial serta bimbingan keterampilan dan
kewirausahaan di dalam keluarga.
4
4. Fasilitasi bahan dan perlengkapan bimbingan dalam bentuk:
a. Bahan dan perlengkapan bimbingan perawatan dan pemeliharaan kebersihan/
kesehatan: sabun mandi, pasta gigi, sampho, sikat gigi dan lain-lain.
b. Bahan dan perlengkapan bimbingan mental, sosial dan ADL, seperti: pakaian, bedak,
sabun cuci, sapu, buku, pensil, peraga, dan sebagainya.
c. Peralatan keterampilan, seperti: sabit, caping, keranjang, batu asah, tempat telor,
tempat minum, tempat makan ayam, dan sebagainya.
5. Supervisi berkala
Supervisi dilakukan oleh pekerja sosial dari BBRSBG Kartini Temanggung dan
dilaksanakan untuk mengarahkan /memperkuat pelaksanaan pendampingan serta
pelaksanaan bimbingan oleh orang tua yang membutuhkan tindakan profesional.
6. Bimbingan keterampilan dan Bantuan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif
Bimbingan keterampilan diberikan sesuai kondisi penerima manfaat potensi atau sumber
yang tersedia. Sementara bantuan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) diberikan
dalam bentuk bantuan modal usaha sebagai rangsangan dan memberikan kesempatan
penyandang disabilitas intelektual untuk melakukan usaha ekonomis produktif dan
mengembangkan usahanya di dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.
C. Kriteria Penerima Manfaat
Kriteria penerima layanan RSBK:
1. Penyandang disabilitas intelektual
2. Mampu didik dan atau mampu latih
3. Usia produktif (15 s/d 40 tahun)
4. Diutamakan untuk penyandang disabilitas yang memiliki potensi mampu melakukan
keterampilan kerja/ usaha produktif baik secara mandiri maupun dalam pengawasan
keluarga.
5. Tidak membutuhkan pelayanan medis atau terapi khusus secara terus menerus.
6. Tidak sedang mengikuti program pelayanan sosial dalam panti maupun luar panti dari
lembaga lain.
D. Tahapan Pelayanan
Tahapan pelaksanaan rehabilitasi sosial berbasis keluarga sebagai berikut:
1. Pemetaan sosial untuk identifikasi populasi dan penyebaran penyandang disabilitas
intelektual, mengetahui data lengkap (by name dan by address) penyandang disabilitas
intelektual, menentukan calon penerima layanan dan lokasi pelaksanaan RSBK.
2. Sosialisasi dan motivasi untuk mengenalkan program, menumbuhkan kesadaran keluarga
tentang permasalahan, kebutuhan dan hak-hak penyandang disabilitas intelektual serta
menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan kemandirian penyandang disabilitas
intelektual.
3. Identifikasi dan seleksi untuk mengetahui kondisi aspek-aspek dari penyandang disabilitas
intelektual dan keluarga yang didasarkan pada kriteria spesifik yang telah ditentukan guna
menentukan sasaran yang tepat sesuai dengan eligibilitas pelayanan.
5
4. Penyiapan tenaga/ kader pendamping, melalui rekruitmen kader pendamping pada lokasi
terdekat dengan penerima layanan dengan perbandingan 1: 4 atau 5 (satu kader
mendampingi 4 atau 5 keluarga). Selanjutnya kader pendamping ini diberikan pelatihan
tentang teknik-teknik memberikan bimbingan terhadap penyandang disabilitas intelektual
dan teknik-teknik mendampingi orang tua dalam membimbing penyandang disabilitas
intelektual dalam keluarga.
5. Asesmen dan Perumusan Rencana Pelayanan
Asesmen merupakan proses kajian aspek fisik, mental, sosial dan vokasional penyandang
disabilitas intelektual dan kondisi keluarga serta lingkungan sosialnya untuk merumuskan
masalah/kebutuhan, potensi, sumberdaya dan peluang yang dapat dimanfaatkan dengan
melibatkan peran aktif keluarga. Dalam asesmen ini, kebutuhan keluarga, hambatan-
hambatan dan sumberdaya didasarkan pada perspektif keluarga dan lingkungannya.
Perumusan rencana pelayanan disusun bersama dengan keluarga penyandang disabilitas
intelektual. Dalam proses ini, keluarga diberikan peranan dalam menentukan prioritas
masalah/ kebutuhan, penyusunan rencana tindakan dan penilaian terhadap kelayakan
tindakan. Penilaian kelayakan mencakup berbagai dimensi antara lain: ekonomi, sosial,
budaya, norma masyarakat dan operasional.
6. Tahap Pelaksanaan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Tahap ini merupakan implementasi pelayanan RSBK untuk mewujudkan keswadayaan
keluarga dalam melakukan bimbingan dan pendampingan terhadap penyandang disabilitas
intelektual di lingkungan keluarga, meliputi pelaksanaan bimbingan orang tua, konseling
keluarga, fasilitasi bahan dan peralatan, pendampingan sosial, supervisi, bimbingan
keterampilan dan bantuan stimulan usaha ekonomi produktif.
7. Pengakhiran dan tindak lanjut
Pengakhiran pelayanan dilakukan setelah batas waktu rehabilitasi selesai sesuai kontrak
pelayanan. Dalam pengakhiran pelayanan, BBRSBG Kartini Temanggung berkoordinasi
dengan intansi dan pihak-pihak terkait, membuat rekomendasi dan menumbuhkan
komitmen untuk menindaklanjuti pelayanan dalam rangka memelihara dan
mengembangkan kemandirian yang telah dicapai.
E. Mekanisme Kerja
Orang tua sebagai
pendidik, pembimbing,
Penyandang disabilitas
mandiri
Orang tua sebagai
pendidik,
Orang tua sebagai
pendidik, pembimbing,
intsruktur bagi penyandang disabilitas
PENDAMPING
ORANG TUA PD INTELEKTUAL:
1. Bimbingan orang tua
2. Konseling
3. Fasilitasi bahan bimbingan
4. Pendampingan.
5. Bantuan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif
6. Monitoring dan Supervisi
BBRSBG
BBRSBG Kartini
Dinas Sosial
Organisasi sosial
RT, RW, Kelurahan
Orang tua sebagai pendidik,
pembimbing, intsruktur bagi
PD Intelektual
PD Intelektual
mandiri
6
BAB III
INFORMASI SEPUTAR DISABILITAS INTELEKTUAL
1. Pengertian disabilitas intelektual
a. Disabilitas intelektual adalah kata lain dari cacat mental, terbelakang mental, mental
retardasi, lemah ingatan atau lembek ingatan.
b. Disabilitas intelektual merupakan keadaan fungsi intelektual seseorang berada dibawah
normal, yang terjadi sejak lahir atau pada masa awal anak-anak, sehingga mereka
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c. Disabilitas intelektual bukan merupakan penyakit, tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat
ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan, pelatihan dan perlakuan khusus,
diantaranya melalui rehabilitasi sosial.
2. Penyandang disabilitas intelektual berbeda dengan orang sakit jiwa atau gila
Penyandang disabilitas intelektual sangat berbeda dengan sakit jiwa atau gila. Kalau gila
penyandangnya pernah normal dan bisa terjadi kapan saja bahkan kebanyakan setelah dewasa.
Sementara penyandang disabilitas intelektual terjadi sejak dalam kandungan, pada saat lahir
atau pada masa anak-anak. Sakit jiwa bisa disembuhkan dengan pengobatan tertentu karena
merupakan penyakit atau terjadi kelainan pada syaraf tertentu. Penyembuhannya di Rumah
Sakit Jiwa (RSJ). Penyandang disabilitas intelektual tidak bisa disembuhkan karena bukan
penyakit dan bersifat permanen atau selamanya.
3. Ciri-ciri yang mudah dikenali dari penyandang disabilitas intelektual
a. Tidak mampu menempuh pendidikan formal di sekolah biasa. Jika mereka ikut sekolah di
SD nilainya akan selalu ketinggalan dari teman-temannya, sering tidak naik kelas atau jika
naik kelas karena belas kasihan dari gurunya.
b. Ada ketidaksesuaian/keterlambatan antara usia mental dengan usia fisiknya, misalnya secara
fisik usianya 25 tahun, tetapi secara mental (pola pikirnya) seperti anak-anak usia 6 tahun.
Berikut usia mental penyandang disabilitas intelektual berdasarkan pendapat ahli:
Klasifikasi/ Tingkatan Kisaran IQ Umur Intelektual Bila Dewasa
Mild 50-70 9-12 tahun
Moderate 35-50 6-9 tahun
Severe 20-35 3-6 tahun
Profound < 20 < 3 tahun
c. Pada kecacatan sedang/ berat, seringkali di sertai dengan bentuk fisik yang khas, seperti
down syndrome, bibir tebal, mata sipit, kepala besar, kepala kecil, mutut terbuka dan
mengeluarkan air liur (bhs jawa: ngeces)
d. Pada kecacatan sedang/ berat sering mengalami kesulitan berkomunikasi, kurang mampu
menerima atau menyampaikan pesan, bicara cadel, tidak jelas.
e. Mudah lupa, sehingga untuk melakukan pekerjaan sederhana sering membutuhkan waktu
lama dan berulang-ulang.
7
4. Yang menjadi ukuran disabilitas intelektual
Yang menjadi ukuran seseorang sebagai penyandang disabilitas intelektual adalah kecerdasan
atau intelelegensi yang biasanya dinyatakan dalam istilah IQ (Intelegence Quation). Anak yang
memiliki kecerdasan dibawah orang normal disebut cacat mental atau penyandang disabilitas
intelektual .
5. Tingkat kecerdasan (IQ) penyandang disabilitas intelektual
Ada beberapa perbedaan dari para ahli yang menilai kecerdasan seseorang sebagai penyandang
disabilitas intelektual . Agung Yuwono misalnya menyatakan bahwa kecerdasan penyandang
disabilitas intelektual itu sama atau kurang dari 70. Ada juga Chaplin menganggap bahwa
kecerdasan penyandang disabilitas intelektual sama atau kurang dari 80.
6. Klasifikasi penyandang disabilitas intelektual
Berdasarkan kecerdasan ini, beberapa ahli mengklasifikasikan atau menggolongkan
penyandang disabilitas intelektual menjadi tiga golongan dan ada juga yang empat golongan.
Agung Yuwono menggolongkan Penyandang disabilitas intelektual menjadi tiga golongan,
yaitu:
Klasifikasi Kecerdasan
Idiot < 25
Embisil 25 – 50
Debil 50 – 70
Chaplin mengklasifikasikan Penyandang disabilitas intelektual menjadi empat golongan,yaitu:
Klasifikasi Kecerdasan
Borderline 70 - 80
Morons 50 - 69
Imbicilles 20 – 49
Idiot < 20
7. Karakteristik (ciri-ciri) setiap klasifikasi disabilitas intelektual
Ciri-ciri Penyandang disabilitas intelektual berdasarkan klasifikasinya sebagai berikut:
a. Ambang batas (Borderline)
Kondisi dan perkembangan jasmani tidak berbeda dengan anak normal. Mereka berada di
ambang batas normal. Hanya lambat belajar, sehingga perkembangan proses berpikir agak
terlambat.
b. Ringan (Debil)
Keadaan fisik anak hampir sama dengan anak normal, tetapi perkembangan intelegensinya
terlambat. Keadaan emosional tidak stabil, seperti mudah marah, cemburuan, dan cepat
putus asa. Kontrol diri kurang, sehingga kurang dapat menilai baik dan buruk. Kategori ini
pada umumnya mampu didik, mereka berpotensi dapat membaca, menulis, berhitung
sederhana. Kecerdasan mereka umumnya berkisar antara 50 sampai dengan 70.
c. Sedang (Imbisil)
Keadaan fisik sering berbeda dengan anak normal. Perkembangan psikologis sangat
terlambat dan sering kesulitan dalam berorientasi sosial. Kategori ini biasanya mampu latih,
mereka kesulitan atau bahkan tidak mampu membaca, menulis atau berhitung. Mereka
8
dapat dilatih dalam beberapa macam kegunaan praktis sederhana. Mereka mempunyai
kecerdasan 25 s.d. 50.
d. Berat (Idiot)
Pada klasifikasi ini, anak hanya perlu dirawat. Mereka mengalami kesulitan untuk
melakukan aktivitas bantu diri yang sederhana sekalipun dan cenderung hanya terlentang di
tempat tidur. Pada anak idiot ringan masih mempunyai insting primitif seperti merasa lapar,
haus, dingin, dan sebagainya. Mereka tidak dapat berbicara atau dapat berbicara tetapi tidak
jelas, mulut sering terbuka dan mengeluarkan air liur. Kecerdasan mereka dibawah 20 atau
25.
8. Penyebab disabilitas intelektual
a. Faktor sebelum lahir (pranatal)
Ketika ibu hamil sakit sakitan terus, alkoholis, perokok berat, terkena radiasi, kurang gizi,
kurang hormon, kecelakaan, percobaan pengguguran, perawatan kehamilan yang buruk
dan lain-lain
b. Faktor ketika lahir (natal)
Pada proses kelahiran tidak lancar, kekurangan oksigen, lahir yang belum waktunya
(premature), salah penanganan, kelahiran yang tidak ditangani oleh petugas yang
semestinya dan sebagainya.
c. Faktor setelah lahir (postnatal)
Pada masa bayi atau balita anak sakit dengan suhu tinggi, kejang-kejang yang tidak segera
dirawat, jatuh, kecelakaan yang merusak saraf otak, kuang gizi yang berat atau gangguan
lain yang dapat menimbulkan kerusakkan pada syaraf, seperti peradangan selaput otak.
9. Ada wajah atau bentuk tubuh penyandang disabilitas intelektual yang mirip
Tidak semua penyandang penyandang disabilitas intelektual mirip. Pada Penyandang
disabilitas intelektual ringan, bentuk fisik seperti anak normal. Namun untuk tipologi
tertentu ada yang nampak mirip. Itu disebut tipologi klinis. Salah satunya adalah Down Syndrome. Cirinya mata sipit, bibir tebal, rambut lurus, dahi pendek, jari jemari pendek,
ada yang kepala kecil, kepala besar atau kepala gepeng. Menurut para ahli, Down Syndrome banyak dilahirkan oleh ibu usia diatas 35 tahun dan berkali-kali melahirkan atau
ibu terlalu muda. Makin tua umur ibu, resiko untuk melahirkan anak dengan Down Syndrome makin besar.
10. Kapan disabilitas intelektual pada anak dapat diketahui?
Disabilitas intelektual anak dapat diketahui sejak masih kecil. Semakin berat tingkat
kecacatan akan semakin mudah dikenali dari bentuk fisiknya. Pada tingkat sedang biasanya
tampak ketika anak-anak (balita), seperti lambat perkembangan bicaranya atau lambat
berjalan disbanding anak seusianya yang normal. Pada tingkat ringan mungkin baru
diketahui setelah anak masuk sekolah, dimana prestasi belajar anak ketinggalan dari teman-
temannya atau bahkan tidak dapat meneruskan pelajaran di SD biasa.
9
11. Alasan orang tua perlu mengetahui tentang penyandang disabilitas intelektual.
a. Agar dapat memahami dan menerima dengan wajar, tidak salah duga, tidak salah harap
dan salah tanggap serta tidak saling salah menyalahkan diantara suami, isteri dan anggota
keluarga.
b. Agar orang tua dapat melakukan tindakan untuk mendukung kemajuan dan perkembangan
anak.
c. Agar dapat membantu tetangga atau warga masyarakat lain yang juga mempunyai anak
penyandang disabilitas intelektual, seperti memberi keterangan dan petunjuk, tukar
pengalaman atau hal lain yang diperlukan.
12. Pengaruh disabilitas terhadap penyandangnya
Keterbatasan intelegensi penyandang disabilitas intelektual akan mempengaruhi kemampuan
aspek kehidupannya, baik fisik, psikologis, sosial maupun vokasionalnya.
a. Dari aspek fisik, penyandang disabilitas intelektual terutama yang berat sering disertai
kemampuan motorik dan kemampuan bicara rendah, sehingga gerakannya lambat, mudah
jatuh, tidak lincah, keseimbangan gerakan kurang, bicara tidak jelas (cadel).
b. Dari aspek psikologis, Penyandang disabilitas intelektual sering kurang mampu
mengendalikan diri, mudah marah, menyendiri, diam saja, minder, dan sebagainya.
10
c. Dari aspek sosial, mereka sering kurang mampu mengurus dirinya sendiri, mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dan bergaul dengan teman atau orang lain, kurang mampu
memahami dan melaksanakan nilai atau norma masyarakat.
d. Dari aspek vokasional (keterampilan), mereka kurang mampu untuk melakukan tugas
yang relatif sulit, bekerja atau mencari nafkah. Bahkan untuk katergori sedang dan berat
mereka tidak mampu bekerja atau mencari nafkah.
13. Penyandang disabilitas intelektual mempunyai dorongan seksual seperti lainnya
Seperti anak normal, penyandang disabilitas intelektual mempunyai dorongan seksual dan
juga tertarik dengan lawan jenis. Hanya saja tidak semua menampakkan gejala yang mudah
diamati. Ada yang seolah-olah tidak tertarik, ada yang agresif dan ada yang seperti anak
biasa. Karena Penyandang disabilitas intelektual sering mengalami keterbatasan dalam
memahami nilai dan norma dan kurang dalam pengendalian dirinya, maka orang tua perlu
memberikan bimbingan dan pengawasan anak ketika berhubungan dengan lawan jenisnya.
14. Penyandang disabilitas intelektual boleh kawin atau tidak?.
Perkawinan memang hak asasi manusia. Di Indonesia, tidak ada aturan atau larangan bahwa
Penyandang disabilitas intelektual itu boleh kawin atau tidak. Tergantung kondisi masing-
masing. Kalau kondisi mereka ringan, mereka dapat mencari nafkah dan bertanggung jawab
di dalam keluarga boleh saja mereka kawin. Tapi kalau mengurus dirinya saja kesulitan atau
bahkan tidak bisa, bagaimana mereka akan mengurus keluarga. Jadi perlu juga
dipertimbangkan kemungkinan akan menemui masalah di kemudian hari.
Disamping itu, ada ahli menyatakan bahwa faktor penyebab Penyandang disabilitas
intelektual diantarannya adalah faktor genetika (bawaan). Penyandang disabilitas intelektual
ada kemungkinan akan menurunkan anak Penyandang disabilitas intelektual pula. Jadi
alangkah baiknya orang tua/wali berkonsultasi dengan ahli tentang kondisi anaknya sebelum
memutuskan perkawinan anak.
15. Masalah-masalah yang biasa terjadi pada orang tua yang mempunyai anak disabilitas
intelektual
Masalah yang banyak dialami oleh orang tua bila anaknya mengalami disabilitas intelektual
adalah khawatir tentang masa depan anak. Hal ini dimaklumi karena banyak anak dengan
disabilitas intelektual, apalagi kalau derajat kecacatannya cukup berat akan selalu bergantung
pada orang lain. Kekhawatiran orang tua biasanya diungkapkan “ kalau kami sudah tiada,
siapa yang akan mengurus anak kami kelak?”. Masalah lain yang juga dialami orang tua
adalah merasa kecewa, marah-marah, merasa bersalah ada juga masalah finansial, kesulitan
dalam menentukan pendidikan, kejiwaan, hubungan dengan keluarga lain terganggu, bahkan
tidak sedikit orang tua yang salah tanggap dan salah harap terhadap anaknya yang mengalami
disabilitas intelektual.
16. Penyandang disabilitas intelektual mempunyai potensi untuk mandiri
Penyandang disabilitas intelektual mempunyai potensi untuk mandiri kecuali yang klasifikasi
berat (idiot). Kemandirian yang dicapai tergantung dari kondisi anak. Ada yang dapat mandiri
dan dapat mencari nafkah untuk kehidupannya, ada yang dapat mandiri dengan sedikit
bantuan orang lain dan ada pula yang hanya dapat mandiri dalam mengurus dirinya sendiri.
Untuk klasifikasi berat (idiot) mereka tidak dapat mandiri dalam segala hal dan akan selalu
membutuhkan perawatan terus menerus dari orang lain.
11
Potensi-potensi yang ada pada penyandang disabilitas intelektual akan berguna bagi dirinya
apabila diberdayakan melalui pelatihan dan pengawasan secara terus menerus.
Berikut ini gambaran kemandirian Penyandang disabilitas intelektual apabila diberikan
pelatihan dan pengawasan secara terus menerus:
a. Imbisil (tingkat retardasi sedang ):
1) Mampu melakukan tugas-tugas kerumahtanggaan atau tugas lain seperti mengantar
pesanan, mengepel lantai, memberi makan ternak, dan memelihara tanaman secara
sederhana.
2) Dapat melakukan pertanian sederhana, memelihara ternak kecil-kecilan, mencuci dan
seterika, menjemur pakaian, dan mengerjakan tugas-tugas dapur.
3) Dapat mengerjakan pekerjaan kerumahtanggaan dan keterampilan sederhana.
b. Debil (tingkat retardasi ringan):
1) Dapat melakukan tugas-tugas kerumahtanggaan, mencuci dan menyeterika pakaian,
menata meja, loper koran, membersihkan rumput halaman dan memelihara ternak.
2) Dapat melakukan tugas pekerjaan yang lebih komplek seperti pertanian, memelihara
ternak, mengoperasikan beberapa mesin (mesin cuci, televisi, alat-alat bermesin, dan
lain-lain) serta pekerjaan lain.
3) Dapat melakukan tugas kerumahtanggaan yang lebih sulit, seperti memasak,
mencuci, seterika dan menjemur pakaian, menjahit, dan pekerjaan rutin rumah
tangga.
Informasi lebih lanjut tentang penyandang disabilitas intelektual dapat menghubungi
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita Kartini Temanggung
Alamat Jl Kartini 1-2 Temanggung. Telepon/ Fax (0293) 491138 atau Email [email protected].
12
BAB IV
PENDAMPINGAN, TUGAS DAN PERAN PENDAMPING
DALAM PROGRAM RSBK
A. Pendampingan dan Pendamping
Pendampingan dalam RSBK merupakan interaksi (hubungan) yang terus menerus antara
pendamping dengan yang didampingi untuk membantu keluarga dan penyandang disabilitas
intelektual dengan berangkat dari kebutuhan dan kemampuan keluarga melalui proses
pembelajaran dalam rangka menumbuhkan kesadaran, sehingga dapat berperan dalam
kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pendampingan diarahkan
untuk menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan, masyarakat, keluarga untuk membantu
Penyandang Disabilitas (PD) Intelektual agar dapat hidup secara mandiri. Kegiatan
pendampingan merupakan aktivitas untuk memfasilitasi masyarakat, keluarga dan PD
Intelektual agar terjadi proses pembelajaran sehingga terwujud kemampuan untuk mengenali
masalah/kebutuhan, merencanakan kehidupan penyandang disabilitas yang lebih baik dan
kemampuan memecahkan masalah/ memenuhi kebutuhannya. Perubahan perilaku
masyarakat, keluarga dan PD Intelektual untuk mandiri dan dapat mengembangkan
keterampilan/usaha merupakan fokus program pendampingan.
Dalam pendampingan ada pendamping dan yang didampingi. Pendamping adalah orang yang
mendampingi keluarga dan PD Intelektual. Mendampingi berarti yang melakukan pemecahan
masalah bukan hanya pendamping. Pendamping berperan memfasilitasi agarkeluarga dapat
memecahkan masalah, mulai dari tahap mengidentifikasi permasalahan, mencari alternatif
pemecahan masalah, sampai pada penerapannya.
Dalam RSBK, pendamping adalah relawan yang diberikan pendidikan/ pelatihan. Sebagai
pendamping, mereka dinilai mempunyai kelebihan baik dalam pengetahuan, pengalaman
maupun kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah.
Kriteria pendamping adalam program RSBK dan Kampung Peduli adalah:
1. Tenaga sukarela
2. Kader TKS/RBM atau orang yang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat
3. Mempunyai kepedulian dan komitmen terhadap pemecahan masalah PMKS penyandang
disabilitas
4. Telah mengikuti pelatihan/bimtek sebagai pendamping.
B. Prinsip Dasar Pendampingan
1. Memberdayakan keluarga untuk mengantar kemandirian PD intelektual
Adalah fakta bahwa banyak PD Intelektual berlatar belakang keluarga dari golongan
sosial ekonomi kelas bawah. Mereka perlu didampingi agar mampu mengatasi
permasalahan atau memenuhi kebutuhan mandiri. Dengan kata lain mereka membutuhkan
bantuan pihak lain. Namun demikian, dalam mendampingi keluarga bukan berarti
mendikte mereka untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan pendamping, melainkan
saling berbagi, memfasilitasi bagaimana memecahkan masalah secara bersama-sama,
mulai dari tahap mengidentifikasi permasalahan, menggali dan memanfaatkan
13
sumberdaya, mencari alternatif pemecahan masalah, sampai pada penerapannya. Dalam
pendampingan, peran pendamping lebih banyak memberikan alternatif-alternatif
sementara keluarga dapat memilih alternatif mana yang sesuai untuk diambil.
Pendamping adalah fasilitator yang bersama sama keluarga dan masyarakat mencari solusi
terbaik dalam membantu PD intelektual agar mandiri. Berikan peran yang lebih besar
kepada keluarga/ masyarakat agar mereka dapat membimbing dan mengusahakan
kemandirian penyandang disabilitas intelektual melalui proses pembelajaran sehingga
keluarga dapat mengenali masalah/kebutuhan dan merencanakan kehidupan penyandang
disabilitas yang lebih baik.
Hubungan yang perlu dibangun antara pendamping dan keluarga yang didampingi adalah
hubungan konsultatif dan partisipatif. Konsultatif berarti berbagi dan bertukar informasi
dalam rangka memastikan keluarga PD Intelektual mengetahui lebih dalam tentang
langkah atau bimbingan yang perlu dilakukan dalam memandirikan anak. Partisipatif
berarti memberikan kesempatan kepada keluarga PD Intelektual untuk menentukan
pilihanya sesuai kemampuan dan potensi yang ada.
2. Membangkitkan kepercayaan diri
· Keluarga terkadang kurang percaya diri dalam menghadapi situasi dan kondisi yang
bukan merupakan tradisi mereka atau ketika akan melakukan perubahan. Pendamping
harus dapat meyakinkan dan menumbuhkan kepercayaan diri keluarga dalam melakukan
perubahan demi kepentingan anak.
3. Berpusat pada potensi dan kepentingan PD intelektual serta keluarganya.
Penyandang disabilitas intelektual sebagai penerima manfaat merupakan fokus utama
yang akan dikembangkan kompetensinya agar dapat mencapai kamandirian. Karena itu,
orientasi bimbingan kepada keluarga diarahkan agar mereka mampu mengembangkan
kemampuan anak sesuai potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan anak.
4. Keragaman
Pendampingan dilaksanakan dengan memperhatikan keragaman kondisi keluarga, PD
intelektual, kondisi lingkungan serta dilandasi dengan penghargaan terhadap perbedaan
agama, status sosial ekonomi, dan jender.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Bagi penyandang disabilitas intelektual, proses bimbingan harus mencakup seluruh ranah
potensi, tidak hanya menyentuh pemahaman saja, tetapi melibatkan penghayatan serta penerapan
keterampilan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari melalui pembiasaan. Karena itu,
bimbingan keluarga harus diarahkan agar dapat melakukan dan menerapkan bimbingan
secara terus menerus.
6. Prinsip santai dan informal
Pendampingan dilaksanakan dalam suasana kekeluargaan, keakraban, santai dan tidak
formal.
7. Prinsip orientasi praktis
Alternatif kegiatan dan pengembangannya dapat terapkan oleh keluarga sendiri.
14
8. Belajar dari kesalahan.
Melakukan kesalahan adalah wajar, tetapi harus belajar dari kekurangan untuk berbuat
lebih baik.
C. Peran Pendamping
Peran pokok pendamping dalam program RSBK adalah:
1. Pembimbing/ Instruktur
Memberikan bimbingan kepada orang tua/ keluarga tentang cara-cara membimbing PD
intelektual serta cara menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangannya.
2. Motivator
Menyadarkan dan mendorong keluarga dengan memberian masukan positif untuk
membangkitkan kesadaran, menumbuhkembangkan sikap dan perilaku produktif,
mengenali potensi dan kemampuan serta menggunakan sumberdaya yang ada untuk
memecahkan permasalahan atau memenuhi kebutuhan.
3. Peran Fasilitator
Memberikan kemudahan, alternatif jalan keluar dari masalah, memberikan berbagai
informasi yang berguna untuk menciptakan dan mengkondisikan suasana yang
mendukung anak dapat berkembang.
4. Mediator
Melakukan aktivitas sebagai penghubung ketika keluarga membutuhkan lembaga/ pihak
lain yang dapat membantu memecahkan masalahsecara lebih baik atau ketika
membutuhkan lembaga/ pihak lain untuk memecahkan masalah/ mengembangkan
kemandiriannya.
D. Tugas Pendamping
1. Mensosialisasikan program RSBK kepada keluarga dan masyarakat.
2. Memberikan informasi tentang disabilitas intelektual, permasalahan dan potensinya
kepada keluarga.
3. Memberikan motivasi kepada keluarga PD intelektual untuk melakukan perubahan
dalam memberikan perlakuan kepada anak agar mencapai kemandirian.
4. Mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
upaya memandirikan PD intelektual.
5. Bersama- sama keluarga menyusun rencana kegiatan, menentukan alternatif-alternatif
untuk mengembangkan kemampuan PD intelektual.
6. Mengunjungi dan memberikan bimbingan kepada orang tua/ keluarga tentang cara-cara
membimbing dan mendampingi penyandang disabilitas intelektual di lingkungan
keluarga.
7. Mengarahkan dan memonitor orang tua/ keluarga dalam memanfaatkan bahan
bimbingan.
8. Mengarahkan dan memonitor orang tua/ keluarga dan memastikan bahwa orang tua/
keluarga melakukan bimbingan kepada anaknya yang menyandang disabilitas
intelektual.
15
9. Membantu keluarga dalam menentukan jenis keterampilan/usaha ekonomi produktif
yang cocok untuk anaknya yang menyandang disabilitas intelektual
10. Membantu keluarga dalam menyusun rencana pemanfaatan bantuan Stimulan Usaha
Ekonomi Produktif (SUEP).
11. Mendampingi PD intelektual/ keluarga dalam pembuatan rekening tabungan di Bank
untuk menyalurkan bantuan SUEP,
12. Mengarahkan dan memonitor pemanfaatan bantuan SUEP.
13. Mendampingi keluarga ketika membutuhkan lembaga/ pihak lain yang dapat membantu
memecahkan masalah atau ketika membutuhkan lembaga/ pihak lain untuk
mengembangkan kemandiriannya.
14. Mengevaluasi dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan dan perkembangan
anak/ keluarga kepada supervisor BBRSBG Kartini Temanggung setiap bulan.
15. Memberikan informasi yang diperlukan apabila diminta.
Peran-peran dan tugas pendamping dapat dilaksanakan secara maksimal jika pendamping
memahami keluarga dan PD intelektual yang didampingi. Karena itu pendamping harus:
hadir di tengah mereka, belajar dari apa yang mereka miliki, mengajar dari apa yang mereka ketahui, bekerja sambil belajar.
16
BAB V
CARA PRAKTIS MENDAMPING ORANG TUA
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan lembaga utama dalam pengembangan kemandirian penyandang
disabilitas intelektual. Proses pembimbingan di dalam keluarga akan memberikan waktu dan
tempat untuk proses pembiasaan hidup mandiri. Pengurusan pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
pemeliharaan kebersihan diri dan lingkungan serta aktivitas kehidupan sehari-hari lainnya yang
secara rutin dilakukan di dalam keluarga merupakan proses pembiasaan untuk hidup mandiri yang
dalam jangka panjang akan membentuk kemandirian.
Tujuan pembimbingan disabilitas intelektual adalah kemandirian anak sesuai potensi yang dimiliki.
Pengembangan kemandirian memerlukan proses yang melibatkan potensi penerima manfaat secara
utuh, tidak hanya terbatas pada pengetahuan dan pemahaman , tetapi melibatkan penghayatan dan
penyadaran serta penerapan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya, kemandirian
tidak hanya cukup dibentuk melalui proses pembelajaran, melainkan juga melalui internalisasi dan
pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga.
Penyandang disabilitas intelektual mempunyai karakteristik yang khusus. Guna membantu mereka
dalam mengembangkan kemandirian, diperlukan sentuhan atau perlakuan yang khusus yang
berbeda dari anak umumnya. Berikut disajikan cara praktis membimbing disabilitas intelektual di
dalam keluarga dengan harapan dapat dipahami oleh pendamping untuk membantu orang tua dalam
memberikan bimbingan kepada penyandang disabilitas disabilitas intelektual di lingkungan
keluarga.
B. Teknik dan Tahapan Bimbingan
Sesuai karakteristik disabilitas intelektual yang memiliki perkembangan umur mental lebih
lambat daripada umur fisik, kelambatan dalam proses belajar dan keterbatasan daya inisiatif
dan kreatifitas, maka untuk membimbing penyandang tuna membutuhkan cara-cara yang
praktis dan mudah dilakukan anak. Secara prinsip, ada lima cara dan tahapan praktis
membimbing disabilitas intelektual , yaitu:
1. Penjelasan sederhana dan penumbuhan motivasi
Disabilitas intelektual mempunyai daya berpikir lambat, sehingga kesulitan untuk
menangkap pesan atau perintah yang relatif kompleks. Untuk menanamkan pemahaman,
berikan penjelasan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan bahasa
sederhana, mudah dipahami, dan aplikatif atau mudah dipraktikkan. Agar anak dapat
mengikuti bimbingan dengan baik, berikan motivasi dengan pemberian harapan-harapan
yang sederhana dan suasana yang menyenangkan.
2. Pemberian contoh
Kelambatan dalam proses berpikir dan keterbatasan inisiatif dan kreatifitas menyebabkan
penyandang disabilitas intelektual kesulitan untuk menterjemahkan pesan atau perintah
dalam tindakan sesuai yang diharapkan. Agar anak mengerti apa dan bagaimana cara
melakukan aktivitas, diberikan model, contoh-contoh atau peragaan untuk melakukan
aktivitas yang akan dilakukan secara sederhana dan mudah dilakukan anak mulai tahap
yang paling mudah.
17
3. Pemberian tugas
Setelah anak diberikan bagaimana melakukan aktivitas yang diharapkan, tugaskan anak
untuk meniru seperti yang diperagakan. Tugas diberikan dari yang paling mudah sampai
anak dapat melakukannya sendiri.
4. Pendampingan dan pengawasan
Cobalah anak untuk melakukan tugas melakukan aktivitas sendiri. Bantulah anak apabila
mereka mengalami kesulitan dengan mengulang langkah satu sampai tiga.
5. Pembiasaan
Pembiasaan merupakan cara menerapkan kemampuan anak melakukan aktivitas secara
rutin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pembiasaan anak akan menguasi aktivitas yang
diharapkan dengan baik. Usahakan pembiasaan ini secara teratur baik waktu maupun cara-
cara yang dilakukan.
Secara ringkas, tahapan praktis membimbing disabilitas intelektual digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
C. Prinsip dalam Pembimbingan
Hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam membimbing disabilitas intelektual agar
mencapai hasil yang diharapkan:
1. Yakinlah bahwa dengan ketekunan dan kesabaran setahap demi setahap anak dapat
melakukan aktivitas yang diharapkan.
2. Sediakan perlengkapan atau fasilitas yang diperlukan untuk melakukan aktivitas yang
diharapkan.
3. Janganlah bosan untuk memberikan bimbingan secara berulang-ulang.
4. Berikan kesempatan anak untuk ikut membantu orang tua dalam menyelesaikan tugas atau
pekerjaan di rumah.
5. Biasakanlah anak melakukan tugas tertentu secara rutin.
6. Tegakkan aturan kepada anak secara proporsional.
D. Contoh Cara Praktis Mendampingi Orangtua dalam Membimbing Penyandang Disabilitas
Intelektual dalam Lingkungan Keluarga
1. Bimbingan Bantu Diri Umum
a. Materi Bimbingan
1) Berbelanja di warung atau pasar.
2) Cara membersihkan rumah/ruangan
3) Cara membersihkan halaman
4) Cara mengerjakan tugas-tugas kerumahtanggaan lainnya.
b. Cara mendampingi orang tua
1) Yakinkan orang tua bahwa dengan ketekunan dalam membimbing setahap demi
dan setahap anak dapat melakukan sendiri.
LANGKAH 1 JELASKAN
LANGKAH 2 PERAGAKAN
LANGKAH 3 TUGASKAN
LANGKAH 4 DAMPINGI
LANGKAH 5
BIASAKAN
18
2) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk menciptakan suasana
bimbingan yang menarik.
3) Berikan penjelasan kepada orang tua tentang jenis bimbingan bantu diri umum
yang akan dilakukan.
4) Arahkan orang tua untuk menyediakan perlengkapan yang diperlukan seperti alat
alat kebersihan (sapu, sulak, erok, pel, tempat sampah dsb), ternak kecil-kecilan
(seperti ayam beberapa ekor, kelinci, kolam ikan dsb), tanaman dan pot pot bunga
dilingkungan sekitarnya.
5) Berikan penjelasan, pengarahan dan dorongan kepada orang tua untuk:
a) Memberikan bimbingan berbelanja dengan cara:
- Memberi penjelasan kepada anak tentang cara berbelanja dengan bahasa
sederhana.
- Memperagakan cara belanja kepada anak.
- Menugaskan anak untuk mencoba belanja dengan di dampingi. Lakukan
sampai anak dapat dapat melakukan sendiri.
- Menugaskan anak tanpa didampingi untuk berbelanja keperluannya yang
sederhana dan tidak banyak macam barang yang dibelanjakan, misalnya
hanya membeli sabun saja. Apabila perlu tuliskan pada kertas dan anak
disuruh menyampaikan kepada pemilik warung. Setelah berhasil lalu dicoba
tidak memakai tulisan dalam kertas dengan jenis barang terbatas.
- Membiasakan anak untuk belanja keperluannya sendiri.
b) Memberikan bimbingan membersihkan rumah/ ruangan dengan cara:
- Memberi penjelasan cara menyapu atau mengepel ruangan
- Memperagakan cara mengepel atau menyapu ruangan dengan cara yang
mudah.
- Menugakan anak untuk meniru gerakan menyapu atau mengepel.
- Mengusahakan dalam mengepel lantai atau menyapu dengan gerakan tetap.
Berilah aba-aba, misalnya kanan-kiri. Aba-aba kanan untuk gerakan ke
kanan dan kiri untuk gerakan ke kiri. Atau maju- mundur untuk gerakan
mengepel dengan stikpel maju dan mundur.
- Mendampingi anak dalam melakukan cara menyapu dan mengepel sampai
anak dapat melakukan sendiri.
- Membiasakan anak untuk mengepel dan menyapu secara rutin.
c) Memberikan bimbingan menyapu halaman dengan cara:
- Memberi penjelasan cara menyapu halaman secara sederhana
- Memperagakan cara memegang sapu lidi dan menggerakkan sapu.
- Menugaskan anak untuk meniru gerakan menyapu halaman.
- Mendampingi anak dalam melakukan cara menyapu denga benar.
- Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang sampai anak bisa menyapu
halaman sendiri
6) Memberi kesempatan anak untuk ikut membantu orang tua menyelesaikan tugas
kerumahtanggaan.
19
7) Membiasakan anak anak melakukan tugas tertentu secara rutin, misalnya setiap
pagi menyapu halaman, mengepel ruangan, menyiram bunga, dll
8) Menegakkan aturan untuk membagi tugas. Misalnya anak mempunyai tugas
menyapu lantai setiap pagi maka setiap pagi Ia harus menyapu dengan
memberikan hadiah atau pujian apabila anak dapat mentaati aturan dan berilah
sanksi atau teguran apabila tidak mentaati aturan.
9) Konsultasi dengan supervisor atau petugas dari BBRSBG Kartini Temanggung
apabila mengalami kesulitan dalam memberikan pendampingan kepada orang tua.
2. Bimbingan Bina Diri
a. Materi Bimbingan
1) Cara berhias diri
2) Cara menghindari bahaya fisik.
b. Cara praktis mendampingi orang tua
1) Yakinkan orang tua bahwa dengan ketekunan dalam membimbing setahap demi
dan setahap anak dapat melakukan sendiri.
2) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk menciptakan suasana
bimbingan yang menarik.
3) Berikan penjelasan, arahkan, dan bantulah orang tua dalam melakukan bimbingan
bina diri sesuai lima tahapan praktis membimbing disabilitas intelektual .
4) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk tidak bosan memberikan
bimbingan secara berulang-ulang
5) Berikan penjelasan, pengarahan dan dorongan kepada orang tua untuk:
a) Memberikan bimbingan berhias diri, dengan cara:
- Ciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak untuk menerima materi,
misalnya ajaklah bermain, menggambar, melihat gambar bercerita.
- Memberikan penjelasan kepada anak tentang cara menyisir rambut, memakai
bedak, memakai handbody, merapikan pakaian, dan sebagainya. Sampaikan
dengan bahasa sederhana.
- Memperagakan cara menyisir rambut, memakai bedak, memakai handbody,
merapikan pakaian, dan sebagainya. Kemudian tugaskan anak untuk meniru.
- Melakukan berulang-ulang sampai anak mampu melakukannya sendiri.
- Mendampingi anak saat berhias. Frekuensi pendampingan dan pengawasan
dapat dikurangi perlahan-lahan sesuai kemampuan anak.
- Biasakanlah anak untuk selalu berhias diri secara teratur, misalnya setiap pagi
harus menyisir rambutnya.
b) Memberikan bimbingan menghindari bahaya, dengan cara:
- Memberi penjelasan tentang bahaya listrik, api, air kotor, air hujan, pisau,
binatang dan sebagainya. Jelaskan akibat-akibatnya apabila menggunakan
listrik, bemain korek api, air kotor, air hujan, pisau dan mengganggu binatang.
- Memperagakan cara menggunakan listrik atau pisau, misalnya menghidupkan
lampu, memasang seterika, menghidupkan televisi, mengupas buah, dsb.
20
- Mendampingi anak ketika melakukan pemasangan stopkontak listrik atau
menggunakan pisau.
6) Memastikan instalasi listrik dirumah dalam keadaan aman, meletakkan pisau, korek
api, dan benda bahaya lain pada tempatnya.
7) Menegakkan aturan dengan jelas untuk tidak bermain listrik, api, mengganggu
binatang, pisau, tidak memanjat pohon, dsb.
8) Konsultasi dengan supervisor atau petugas dari BBRSBG Kartini Temanggung
apabila mengalami kesulitan dalam memberikan pendampingan kepada orang tua.
3. Bimbingan Sopan Santun
a. Materi Bimbingan
1) Perilaku sopan santun
2) Cara sopan santun
b. Cara praktis mendampingi orang tua
1) Yakinkan orang tua bahwa dengan ketekunan dalam membimbing setahap demi
dan setahap anak dapat melakukan sendiri.
2) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk menciptakan suasana
bimbingan yang menarik.
3) Berikan penjelasan, arahkan, dan bantulah orang tua dalam melakukan bimbingan
sopan santun sesuai lima tahapan praktis membimbing disabilitas intelektual .
4) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk tidak bosan memberikan
bimbingan secara berulang-ulang
5) Berikan penjelasan, pengarahan dan dorongan kepada orang tua untuk:
- Memberikan penjelasan tentang perbuatan yang baik dan buruk. Berilah
penekanan bahwa anak harus berperilaku yang baik.
- Memberikan penjelasan tentang sopan santun, misalnya bagaimana cara
memanggil bapak/ibu, bagaimana cara meminta sesuatu, bagaimana berbahasa
halus, bagaimana berjabat tangan, bagaimana perilaku apabila di depan orang
tua, dan sebagainya.
- Memperagakan sopan santun dirumah, seperti memanggil bapak/ibu dengan
sopan, berbahasa halus, berjabat tangan, mengatakan permisi ketika lewat di
depan orang tua, dsb. Tugaskan anak untuk meniru dan lakukan kegiatan
berulang-ulang.
- Membiasakan anak untuk berbuat hal sama pada kejadian yang sama. Misalnya
setiap melewati orang tua harus bilang permisi sambil membungkukkan badan,
setiap mau pergi harus pamit dan berjabat tangan.
6) Mengakkan aturan sopan santun di dalam keluarga. Keluarga harus tegas tentang
perbuatan baik dan buruk. Berilah teguran apabila anak berbuat tidak baik dan
pujian apabila anak berbuat baik.
7) Konsultasi dengan supervisor atau petugas dari BBRSBG Kartini Temanggung
apabila mengalami kesulitan dalam memberikan pendampingan kepada orang tua.
21
4. Bimbingan Keterampilan/ Usaha Ekonomi Produktif dan Pemanfaatan Bantuan SUEP
a. Memilih Jenis Keterampilan/Usaha Anak
1) Berilah penjelasan kepada orang tua tentang kriteria bimbingan keterampilan yang
mudah dilaksanakan didalam keluarga, yaitu:
a) Tidak membutuhkan pemikiran atau perhitungan yang sulit. Kelemahan
penyandang disabilitas intelektual adalah berhitung, sehingga keterampilan
yang perlu pengukuran cermat relatif sulit. Apabila keterampilan ini diberikan,
maka sebaiknya anak hanya mengerjakan bagian tertentu saja. Misalnya
menjahit, anak cukup bisa menjahit, sedangkan polanya mengikuti pola yang
ada atau dibuatkan pola.
b) Tidak membutuhkan atau menggunakan peralatan sulit. Keterampilan yang
membutuhkan peralatan canggih akan menyulitkan anak, membutuhkan biaya
pemeliharaan yang tinggi atau bahkan membahayakan anak apabila kurang
pengawasan. Misalnya peralatan mesin gergaji cyrcle atau router bisa
membahayakan keselamatan anak apabila tanpa pendampingan intensif.
c) Bahan mudah diperoleh agar keterampilan/usaha dapat dilakukan secara terus
menerus.
d) Sebaiknya dipilih yang menggunakan gerakan tetap, sederhana, tidak banyak
variasi. Misalnya ternak kambing, ayam, kelinci, membuat sapu, keset,
anyaman, dan sebagainya.
2) Berilah penjelasan, pengarahan dan pendampingan keluarga dalam memilih jenis
keterampilan/usaha mempertimbangkan:
a) Kondisi dan potensi anak yang dapat dilihat dari aktivitas atau pekerjaan sehari-
hari yang dilakukan anak. Misalnya anak sering sering membantu orang tua
mencari rumput dan hasilnya cukup baik, maka ia mepunyai potensi untuk
memelihara kambing atau sapi, anak sering membantu memelihara ayam dan
dapat melakukannya dengan cukup baik, maka ia mempunyai potensi untuk
memelihara ayam sendiri.
b) Keterampilan atau usaha yang akan dilakukan hendaknya yang dapat dilakukan
atau mudah dikuasai orang tua.
c) Potensi lingkungan, misalnya :
- Tempat tinggal di daerah pedesaan, banyak air maka potensial apabila anak
diberikan ternak bebek.
- Tempat tinggal didaerah pedesaan, mempunyai pekarangan, banyak rumput,
maka dapat diberikan usaha ternak kambing atau kelinci.
- Lingkungan sekitar banyak pohon kelapa, ada toko/ orang yang menampung
hasil kerajinan, maka anak dapat diberikan keterampilan membuat sapu lidi.
- Keluarga mempunyai sawah/ladang, maka anak dapat diberikan
keterampilan pertanian, dan sebagainya.
b. Membimbing Keterampilan/Usaha Anak
1) Yakinkan orang tua bahwa dengan ketekunan dalam membimbing setahap demi
dan setahap anak anak mampu melakukan jenis keterampilan tertentu.
22
2) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk menciptakan suasana
bimbingan yang menarik.
3) Berikan penjelasan, arahkan, dan bantulah orang tua dalam melakukan bimbingan
keterampilan sesuai lima tahapan praktis membimbing disabilitas intelektual ,
yaitu:
a) Menjelaskan kepada anak tentang keterampilan/usaha yang akan diberikan/
dilakukan. Berikan harapan yang realistis untuk menumbuhkan motivasi anak.
Contoh: Apabila nanti berhasil memelihara ayam, maka bisa makan dengan lauk
telor setiap hari. Kalau nanti ayamnya banyak, bisa dijual untuk membeli baju,
membeli televisi, membeli sandal, dan sebagainya.
b) Menjelaskan tentang tugas/pekerjaan harus dilakukan anak yaitu:
- Jelaskan tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan anak dengan cara
memberikan pengertian, menunjukkan contoh pekerjaan dan hasil yang dicapai.
Misalnya ajak anak melihat kandang kambing, berilah pengertian bahwa nanti
anak akan memelihara seperti itu, tugasnya mencari rumput satu keranjang
setiap hari, memberi makan kambing setiap pagi atau sore hari, dan
membersihkan kandang setiap satu bulan sekali.
- Jelaskan kepada anak setahap demi setahap bagaimana cara melakukan tugas.
Contoh bagaimana mencari rumput, bagaimana memberi makan kambing,
bagaimana cara membersihkan kandang, dan seterusnya. Usahakan anak dapat
mengamati secara langsung orang yang sedang melakukan pekerjaan dengan
cara mengajak melihat orang mencari rumput, memberi makan kambing atau
sedang membersihkan kandang.
c) Memperagakan cara melakukan tugas serta menggunakan peralatan dan lakukan
setahap demi setahap. Misalnya diawal kegiatan orang tua memberi contoh
mencari rumput tanpa menggunakan sabit, lalu di lanjutkan dengan menggunakan
sabit.
d) Memberikan tugas kepada anak untuk meniru cara yang diberikan orang tua.
Tugaskankan berulang-ulang secara bertahap dari yang paling mudah sampai
anak dapat melakukannya.
Contoh Orang tua memperagakan cara mencari rumput tanpa menggunakan sabit.
Tugaskan anak untuk meniru gerakan dan lakukan berulang-ulang sampai anak
dapat melakukannya. Kemudian setelah dapat melakukan, tugaskan untuk meniru
cara mencari rumput menggunakan sabit. Lakukan berulang-ulang sampai anak
dapat memegang dan menggunakan sabit dengan benar.
e) Mendampingi dan mengawasi anak dalam melakukan pekerjaannya dan
membantu anak hanya apabila kesulitan atau salah dalam mengerjakan.
Contoh: setelah anak dapat memegang dan menggunakan sabit dengan benar,
tugaskan Ia untuk mencari rumput sendiri. Orang tua mendampingi dan
mengawasi bagaimana anak dalam mencari rumput. Bantulah Ia apabila tidak
mengerti atau kesulitan, misalnya tidak mengerti jenis-jenis rumput atau
tumbuhan yang tidak boleh untuk makan ternak, tidak mengerti berapa banyak
rumput yang harus diambil. Bantulah dengan memberikan penjelasan misalnya
daun ketela karet tidak boleh diambil karena nanti kambing bisa mati, daun
23
kleresede tidak boleh diambil karena nanti kambingnya tidak mau makan, kalau
keranjang sudah penuh berarti sudah cukup, dan sebagainya.
f) Membiasakan anak untuk melakukan tugas secara rutin
4) Menegakkan aturan untuk melaksanakan tugas rutinnya. Berilah hadiah atau pujian
apabila anak dapat mentaati aturan dan berilah sanksi atau teguran apabila tidak
mentaati aturan. Tetapi ingat sanksi harus lihat kondisi anak.
c. Memanfaatkan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif
1) Berikan keyakinan bahwa stimulan usaha ekonomi produktif yang diberikan akan
memberikan manfaat bagi kehidupan anak dan akan berhasil apabila dilakukan
dengan sungguh-sungguh.
2) Berikan penjelasan tentang ketentuan pemanfaatan stimulan usaha ekonomi
produktif, yaitu:
a) Stimulan usaha ekonomi produktif merupakan stimulan atau rangsangan untuk
mengembangkan usaha.
b) Stimulan usaha ekonomi produktif digunakan untuk operasional bimbingan
keterampilan/ usaha anak
c) Stimulan usaha ekonomi produktif diberikan sesuai ketentuan yang berlaku.
d) Stimulan usaha ekonomi produktif dapat dimanfaatkan untuk bahan dan
peralatan. Misalnya untuk membeli kambing , sabit dan keranjangnya, membeli
ayam dan makanan ayam.
e) Stimulan usaha ekonomi produktif diberikan sesuai dengan keterampilan/jenis
usaha yang akan dilakukan anak.
f) Orang tua bertanggungjawab untuk mengarahkan anak dan menggunakan
stimulan usaha ekonomi produktif sesuai peruntukannya.
g) Penerima stimulan usaha ekonomi produktif tidak berkewajiban untuk
mengembalikan tetapi berkewajiban untuk mengembangkan usahanya.
h) Pemanfaatan stimulan usaha ekonomi produktif akan dimonitoring petugas dan
diperiksa oleh auditor.
3) Awasi, arahkan dan dampingi orang tua dalam memanfaatkan stimulan usaha
ekonomi produktif agar dapat dimanfaatkan secara baik.
4) Konsultasi dengan supervisor atau petugas dari BBRSBG Kartini Temanggung
apabila mengalami kesulitan dalam memberikan pendampingan kepada oran