file · Web viewSehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada...
Transcript of file · Web viewSehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada...
PERKEMBANGAN PERADABAN MANUSIA DARI MASA KE MASA
DISUSUN OLEH:
NAMA : SURYANI KATMASKELAS : 1 BSEMESTER : I
YAYASAN PENDIDIKAN ALI-ILHAM AKADEMIK KEBIDANAN BUTON RAYA
TAHUN 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “Perkembangan Peradaban
Manusia dari Masa ke Masa”.
Kami menyadari makalah ini tidak luput dari segala. Harapan kami,
semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing atas
bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami.
Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan tidak
lupa kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Baubau, Desember 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN2.1 Pengertian Peradaban........................................................... 3
a). Wujud dan Perkembangan Peradaban........................... 6
b). Evolusi Budaya dan Tahapan Peradaban....................... 7
2.2 Peradaban Klasik Kuno......................................................... 7
2.3 Gugus Peradaban Dunia....................................................... 8
2.4 Peradaban dan Identitas Budaya........................................... 13
2.5 Peradaban dan Teori Sistem................................................. 14
2.6 Masa Depan Peradaban........................................................ 16
2.7 Runtuhnya Peradaban........................................................... 18
2.8 Modernisasi............................................................................ 21
2.9 Globalisasi............................................................................. 24
2.10 Komunikasi Antar Budaya.................................................... 28
2.11 Mengendalikan Globalisasi.................................................. 28
BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan............................................................................ 32
3.2 SARAN................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan
rohani. Melalui akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan
akalnya untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya manusia
dituntut untuk menggunakan fisik / jasmaninya melakukan sesuatu yang
sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia dituntut
untuk senantiasa dapat mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat
erat karena diantara keduanya saling mendukung untuk menciptakan
suatu kehidupan yang sesuai kodratnya. Suatu peradaban timbul karena
ada yang menciptakannya yaitu diantaranya factor manusianya yang
melaksanakan peradaban tersebut.
Suatu peradaban mempunyai wujud, tahapan dan dapat
berevolusi / berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dari
peradaban pula dapat mengakibatkan suatu perubahan pada kehidupan
social. Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh modernisasi
yang terjadi di masyarakat.
1
Perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu
memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan
peradaban manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut
kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bias digantikan oleh
perangkat mesin-mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi -
formulasi baru kapasitas computer, seolah sudah mampu menggeser
posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai ilmu dan aktifitas
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana Hakekat Manusia dan Peradaban?
2. Bagaimana Wujud dan Perkembangan Peradaban?
3. Apa perbedaan antara kebudayaan dan peradaban?
1.3 Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini, tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Mengetahui Hakekat Manusia dan Peradaban.
2. Mengetahui Wujud dan Perkembangan Peradaban.
3. Mengetahui perbedaan antara kebudayaan dan peradaban.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peradaban
Peradaban adalah suatu bentuk masyarakat atau kelompok
budaya yang kompleks, dicirikan oleh ketergantungannya pada
pertanian,perdagangan jarak jauh, pemerintahan berbentuk negara,
adanya spesialisasi pekerjaan, kependudukan, dan stratifikasi kelas.
“Peradaban” sering disama artikan dengan “budaya”, tetapi dalam
definisi yang lebih banyak digunakan, istilah “peradaban” adalah sebuah
istilah deskriptif untuk pertanian dan budaya perkotaan yang kompleks.
Pengertian “peradaban” diartikan juga sebagai prilaku normatif
dalam konteks masyarakat di mana cara hidup di perkotaan dianggap
lebih unggul dari cara hidup “liar” atau “barbar”. Konsep “peradaban”
digunakan sebagai sinonim untuk superioritas kelompok “budaya” (dan
sering etis) tertentu.
Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan
penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Definisi peradaban
menurut Koentjaraningrat menyatakan bahwa peradaban merupakan
bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti
misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan,
kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang
3
mempunyai sistem teknologi dan masyarakat kota yang maju dan
kompleks.
Dalam bahasa Inggris, istilah “peradaban” disebut civilization yang
berarti penyempurnaan pemikiran,tata krama, atau rasa”, (refinement of
thought, manners, or taste”). Kata ini mulai dikenal sejak kaisar Romawi,
Justinian, pada abad ke-6, memimpin konsolidasi hukum sipil Romawi dan
menghasilkan kumpulan tulisan yang disebut Corpus Juris Civilis. Istilah
ini dimunculkan kembali pada abad ke-11 di Eropa Barat,dan sejak itu
pengaruhnya mulai terasa di Eropa.
Albert Schweitzer, dalam The Philosophy of Civilization,
menemukan dua jenis pemikiran tentang peradaban dalam masyarakat.
Pertama menyangkut peradaban yang murni materi dan kedua
menyangkut etika dan material. Ia memahami “peradaban” sebagai
totalitas dari semua kemajuan yang dibuat oleh manusia di setiap wilayah
tindakan dan dari setiap sudut pandang sejauh kemajuan tersebut
mendukung penyempurnaan spritual individu sebagai kemajuan dari
semua kemajuan.
Dalam bahasa Indonesia, kata “peradaban” berasal dari kata “adab”
yang berati akhlak atau kesopanan,dan kehalusan budi pekerti.
Seseorang dikatakan beradab adalah apabila dia dapat menunjukkan
perilaku sopan dan mematuhi norma-norma yang berlaku di dalam
kehidupan bermasyarakat.
4
Dari sisi pandang ilmu sosial, V.Gordon Childe,1942, peradaban
dibedakan atas sarana subsistensi mereka, jenis mata pencaharian, pola
pemukiman, bentuk pemerintahan, stratifikasi sosial, sistem ekonomi,
literasi, dan ciri-ciri budaya lainnya. Untuk subsistensinya, semua
peradaban manusia bergantung pada pertanian. Pertumbuhan makanan
pada hasil pertanian menghasilkan surplus pangan, terutama setelah
menggunakan teknik pertanian intensif seperti irigasi dan pergiliran
tanaman. Surplus pangan juga membuat pembagian kerja dan aktivitas
manusia semakin beragam dan kemudian menentukan sifat peradaban.
Peradaban jelas berbeda dari pola hidup masyarakat lain.
Dibandingkan dengan pola hidup masyarakat lain, “peradaban”
mempunyai struktur politik yang lebih kompleks, yaitu negara. Masyarakat
negara lebih berlapis dari masyarakat lain; ada perbedaan besar antara
kelas - kelas sosial.
Morton Fried, seorang ahli teori konflik, dan Elman Service,
seorang teoritisi integrasi, telah mengklasifikasikan kebudayayan manusia
dengan basis sistem politik dan kesenjangan sosial dalam empat
kategori : Pertama, kelompok (band) pemburu-pengumpul yang biasanya
egaliter, kedua kategori masyarakat hortikultural/pastoral, ketiga
masyarakat dengan beberapa struktur bertingkat dengan mewarisi kelas
sosial : raja, bangsawan, merdeka, dan budak, dan kategori keempat
dengan hierarki sosial yang kompleks dan terorganisir berupa
kelembagaan pemerintah.
5
Ditinjau dari sisi ekonomi, peradaban menampilkan pola
kepemilikan dan pertukaran yang lebih kompleks daripada masyarakat
yang kurang terorganisir. Pada peradaban awal diciptakan uang sebagai
alat tukar untuk transaksi yang semakin kompleks ini.
Peradaban tulis menulis dikembangkan pertama kali oleh orang-
orang di Sumeria. Hal ini dianggap sebagai salah satu ciri peradaban yang
mengiringi munculnya kompleks birokrasi atau administrasi negara
penaklukan.
a) Wujud dan Perkembangan Peradaban
a. Wujud Peradaban
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya
berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan,
luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut
dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh
faktor:
a. Pendidikan,
b. Kemajuan teknologi dan
c. Ilmu pengetahuan.
Wujud dari peradaban dapat berupa :
1. Moral : nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan
kesusilaan.
6
2. Norma : aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam
menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau buruk.
3. Etika : nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk
yang menjadi pegangan dalam megatur tingkah laku manusia. Bisa
juga diartikan sebagai etiket, sopan santun.
4. Estetika : berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam
keindahan, mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan
kebalikan (contrast).
b). Evolusi Budaya dan Tahapan Peradaban
a. Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana
dimulai kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam.
(revolusi agraris)
b. Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan
mesin uap, energi listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang.
(revolusi industri)
c. Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi.
Penemuan TI dan komunikasi dengan computer atau alat
komunikasi digital.
2.2 Peradaban Klasik Kuno
Peradaban kuno sangat dipengaruhi oleh zaman pada periode
anatara 600 SM – 400 SM di mana serangkaian orang bijak, nabi, agama
7
dan filsuf reformis, dari Cina, India, Iran, Israel dan Yunani, mengubah
arah peradaban selamanya. Julian Jaynes menghubungkannya dengan
“runtuhnya pikiran bikameral”, di mana ide-ide bawah sadar hanya diakui
sebagai subjektif, bukannya sebagai suara dari roh-roh. William H. McNeill
mengkajinya dari periode sejarah sebagai salah satu budaya di mana
kontak anatara peradaban sebelumnya terpisah dengan melihat
“penutupan oecumene”, dan menyebabkan perubahan sosial dipercepat
dari Cina ke Mediterania, berhubungan dengan penyebaran mata
uang,kerajaan yang lebih besar dan agama-agama baru. Pandangan ini
baru-baru ini telah diperjuangkan oleh Christopher Chase-Dunn dan ahli
teori sistem dunia lainnya.
2.3 Gugus Peradaban Dunia
Untuk mengenali gugus peradaban dunia lebih spesifik, peradaban dunia
sepanjang masa dikelompokkan dalam beberapa gugus, yaitu :
a. Peradaban Mediterania, meliputi : peradaban Yunani Kuno dan
Hellenic, Phoenicia, kekaisaran Romawi, Illyria, serta peradaban La
Tene Celtic.
b. Peradaban Timur Tengah, meliputi : peradaban Persia, Phoenix, dan
Islam.
c. Peradaban India, Hindu dan Buddha , meliputi : peradaban Post -
Maurya India, Kemaharajaan Gupta di India Utara, Kerajaan Chola di
India Selatan, dan peradaban Ceylon kuno.
8
d. Peradaban Asia Timur, meliputi : peradaban Cina, Korea, Vietnam,
dan peradaban Jepang.
e. Peradaban Asia Tenggara, meliputi : peradaban Funan dan Chen-la,
Angkor Kamboja, Sriwijaya, Singhasari dan Majapahit serta peradaban
Burma, Thai dan Laos.
f. Peradaban Asia Tengah, meliputi : peradaban Tibet, Turki, dan
Mongol.
g. Peradaban Eropa, meliputi : peradaban Georgia dan Armenia,
peradaban Kristen Barat, Byzantium, Kristen Ortodoks Timur dan
peradaban Russian; dan
h. Peradaban Meso-Amerika, meliputi: peradaban Aztec dan peradaban
Maya. (Wikipedia free encyclopedia, 27 September 2009).
Berikut akan dijelaskan salah satu contoh peradaban, yakni :
Peradaban Maya
Suku Maya mendiami daerah Meksiko Selatan dan bagian-bagian
Amerika Tengah lainnya. Pusat kebudayaannya terdapat di Semenanjung
Yukatan. Kota paling awal berdirinya diperkirakan pada abad ke-3 di hutan
Guatemala yang lebat dan yang terakhir diperkirakan dibangun pada abad
ke-10 dan abad ke-11 pada sebuah dataran di Yukatan bagian Utara.
Kota-kota ini merupakan peninggalan orang-orang Maya yang memiliki
tingkat kebudayaan yang tinggi dengan catatan arsitektur paling beraneka
ragam dan paling maju. Kebudayaan suku Maya ini berkembang dari abad
ke-1 S M sampai mulainya penggalan Masehi.
9
Kebudayaan Maya berpusat pada kehidupan agraris. Mereka
menanam jagung, merica dan buah-buahan. Mereka memelihara kalkun
dan anjing serta menangkap ikan di sepanjang pantai. Mereka juga
memintal kapas dan menjualnya ke tempat lain. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa orang-orang Maya melakukan kegiatan perdagangan
selain bertani. Mereka membawa barang dagangannya langsung pada
pembeli yang jaraknya sangat jauh di Amerika Tengah.
Organisasi sosial yang dimiliki oleh suku bangsa Maya ini ditandai
dengan berkuasanya golongan elit yang kaya, yang juga melakukan
perdagangan, golongan elit juga berfungsi sebagai pemimpin upacara
ritual dalam kepercayaan mereka. Mereka juga termasuk golongan
terdidik yang mempunyai hak istimewa untuk mempelajari ilmu
pengetahuan. Di luar golongan itu, ada para petani dan budak yang
memiliki oleh golongan lain. Bangsa Maya telah memiliki sistem tulisan
yang mirip dengan Hierogliyph. Tulisan ini digunakan untuk mencatat
peristiwa penting. Tulisan yang mereka kembangkan berfungsi pula
sebagai sejarah pencatat kelahiran, perkawinan, dan kematian raja-raja
Maya.
Dengan berkembangnya tulisan, ilmu pengetahuan pun
berkembang, bangsa ini telah mengenal kalender dengan tahunnya
berjumlah 18 bulan yang tiap bulannya berjumlah 20 hari, dan ada yang
satu bulan berjumlah 5 hari. Sehingga pertahun ada 365 hari. Mereka juga
10
telah mengembangkan matematika. Selain itu, astronomi ialah salah satu
ilmu yang mereka kembangkan.
Bangsa Maya kuno membangun sebuah monumen dan mendirikan
kota batu megah untuk para dewa. Sedikitnya ada 80 situs penting
peninggalan orang-orang Maya bertebaran di Amerika Tengah. Beberapa
situs kuil bertinggi lebih dari 60 meter.
Kebudayaan Maya berkembang dengan subur terutama di
Guatemala dan Yukatan. Walau demikian, kebudayaan itu dipengaruhi
kuatnya kebudayaan Teotihuakan dari Meksiko bagian tengah. Sebagai
salah satu kota terbesar di dunia, kota Teotihuakan pada masa puncaknya
dihuni oleh sekitar 100.000 penduduk yang tinggal di dalam Adobe atau
rumah-rumah dari bata mentah dan memuja dewa di piramid besar dari
batu yang sampai kini masih banyak ditemukan di dekat kota Meksiko.
Dari abad ke-4 sampai abad ke-8 pengaruhnya menyebar di Amerika
Tengah. Para arsitek serta tukang mencontoh pola bangunan dan pola
hiasannya. Bahkan setelah Toetihuakan jatuh ke tangan orang-orang
yang belum beradab pada tahun 700, wibawanya masih tetap hidup.
Sebagian besar bangunan yang berjumlah lebih dari 200 di
Kaminaluyu sebagai tempat peninggalan purbakala suku bangsa Maya di
pinggir batar daya kota Guatemala yang dibangun pada masa itu. Yang
terbesar di antaranya adalah batu berbentuk piramid yang tingginya lebih
dari 26 meter dengan dua ruang makam di dalamnya. Tubuh raja
diletakkan di atas panggung kayu di pusat salah satu ruang makam.
11
Mayat ini dikitari tubuh-tubuh lain yang diduga jenazah orang-orang yang
dikurbankan untuk mengawal rajanya menempuh perjalanan ke dunia lain.
Di dalam ruangan ini juga ditemukan hiasan dari batu-batu berharga,
tulang dan kulit kerang, serta berang pecah belah yang menunjukan
kekayaan kebudayaan tersebut.
Reruntuhan Uaxactun adalah peninggalan di daerah Maya bagian
tengah yang umurnya lebih muda. Salah satu bangunan yang berupa
pelataran bekas kaki kuil berbentuk piramid bertangga terpancang dengan
tampak muka berhias. Bangunan ini didirikan sekitar tahun 250 Masehi.
Peninggalan semacam ini ditemukan ini juga di daerah Maya bagian
utara.
Pada jaman Klasik, tahun 300-500, kebudayaan suku bangsa Maya
di daerah tengah mengalami puncak kejayaan. Arsitekturnya berkembang
dengan adanya peningkatan mutu bangunan. Salah satu cirinya adalah
dikembangkannya bangunan batu yang sebagian besar merupakan
bangunan suci seperti kuil atau biara. Kuil di Tikal yang tingginya
mencapai sekitar 888 meter adalah kuil tertinggi. Biara dalam kebudayaan
Maya kadang-kadang mencakup area yang sangat luas sehingga
menyerupai kota, lebih cocok disebut tempat pusat upacara keagamaan
dilangsungkan. Namun antara tahun 800 sampai 950, pusat kegamaan
tersebut satu-persatu dilupakan dan ditinggalkan orang. Bangsa Maya
mengalami keruntuhan karena penaklukan pasukan Hernando Cortez
pada tahun 1521.
12
2.4 Peradaban dan Identitas Budaya
“Peradaban” dapat juga menggambarkan identitas budaya dari
suatu masyarakat yang kompleks. Setiap masyarakat, baik yang
dikatakan beradab maupun yang tidak beradab, memiliki ide yang spesifik,
adat istiadat, item tertentu dan seni, yang membuatnya unik. Dalam hal
seperti ini, peradaban lebih rumit dari budaya. Sastra, seni profesional,
arsitektur, agama, adat istiadat dan kompleks terkait dengan para elite
termasuk dalam peradaban ini. Peradaban senantiasa menyebar, untuk
memiliki lebih banyak, dan memperluas sarana yang digunakan untuk
melaksanakannya.
Namun sampai hari ini (2009), beberapa suku atau orang-orang
tetap tidak beradab dan budayanya disebut oleh beberapa orang sebagai
budaya “primitif”, tetapi bagi sebagian orang istilah “primitif” ini
mengandung arti merendahkan. Istilah “Primitif” berasal dari bahasa Latin
“primus” yang berarti budaya “pertama”. Sebagai ganti istilah “primitif”
banyak antropolog menggunakan istilah “non-melek” (buta huruf) untuk
menggambarkan orang-orang seperti ini. (Wikipedia free encyclopedia, 27
September 2009).
Alkitab, misalnya, sementara masyarakat lain menjadi beradab
dengan budaya, orang Yahudi telah beradab dengan standar “kesopanan”
Bibel, sementara sebagian besar sentimen Roma terfokus pada upaya
memperoleh keadilan yang dilakukan dengan cara “sipil”. Pada prinsipnya
Alkitab Ibrani atau pendekatan terhadap keadilan orang Yahudi, tidak
13
pernah terbatas pada subjektivitas atau sekedar penampilan, tetapi yang
lebih penting, keadilan harus didasarkan atas prinsip-prinsip objektif.
“Pada akhirnya, tidak ada kebenaran atau “peradaban”abadi bagi setiap
manusia dalam ketiadaan moral yang tenang” (Ultimately, there is no true
or lasting “civility” for any man in the absence of moral composure).
Banyak sejarawan telah berfokus pada lingkup budaya yang luas
ini dan memperlakukan peradaban sebagai unit tunggal. “Salah satu
contohnya adalah pada awal abad kedua puluh filsuf Oswald Spengler,
1911, meskipun menggunakan kata Jerman “Kultur”, “culture” untuk yang
kita sebut “peradaban”, mengatakan bahwa koherensi peradaban
didasarkan pada satu simbol budaya utama. Siklus pengalaman
peradaban dari kelahiran, kehidupan, kemunduran dan kematian,
seringkali digantikan oleh peradaban baru dengan potensi budaya baru
yang terbentuk di sekitar dan menarik simbol budaya baru.
2.5 Peradaban dan Teori Sistem
Dengan menggunakan teori sistem, kelompok teoritis lain melihat
peradaban sebagai suatu sistem yang kompleks, yaitu sebuah kerangka
di mana sekelompok objek yang dapat dianalisis bekerja sama untuk
menghasilkan beberapa hasil. Peradaban dapat dilihat sebagai jaringan
kota-kota yang muncul dari budaya pra-perkotaan, dan didefinisikan oleh
ekonomi, militer, diplomatik, dan budaya interaksi di antara mereka. Setiap
organisasi adalah suatu kompleks sistem sosial, dan peradaban adalah
14
sebuah organisasi besar. Teori sistem membantu menjaga melawan yang
supersifial tetapi menyesatkan analog dalam studi dan deskripsi
peradaban.
Sebagai contoh, seorang “ahli perkotaan” (Urbanist), Jane Jacobs
mendefinisikan kota sebagai mesin ekonomi yang bekerja untuk
menciptakan jaringan besar masyarakat. Menurut pendapatnya, proses
utama yang menciptakan jaringan kota tersebut adalah “pemindahan
impor” (“import replacement”). Perpindahan impor adalah proses di mana
“kelengkapan” (peripheral) kota-kota mulai menggantikan barang dan jasa
yang sebelumnya diimpor dari kota-kota yang lebih maju. Perpindahan
impor berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi di kota-kota pinggiran
tersebut, dan memungkinkan kota ini untuk kemudian mengekspor
barang-barang mereka, kuang berkembang kota-kota di daerah-daerah
pedalaman menciptakan jaringan ekonomi baru. Jacobs
mengeksplorasikan pembangunan ekonomi di seluruh jaringan luas,
bukan memperlakukan setiap masyarakat sebagai lingkup budaya yang
terisolasi.
Sebagai contoh, sampai abad kesembilan belas jaringan
perdagangan jauh lebih besar daripada jaringan lingkup budaya atau
politik. Rute perdagangan yang luas, termasuk Sutera melalui Asia
Tengah dan Samudera Hindia menghubungkan rute laut Kekaisaran
Romawi, Kekaisaran Persia, India, dan China, yang juga didirikan 2000
tahun yang lalu, ketika peradaban tersebut hampir sama dengan politik,
15
diplomatik, militer, atau hubungan budaya. Bukti pertama seperti
pedagangan jarak jauh dalam dunia kuno. Selama fase Uruk, Guillermo
Algaze (2004) berpendapat bahwa hubungan perdagangan yang
menghubungkan Mesir Mesopotamia, Iran dan Afghanistan). Resin
ditemukan kemudian di makam-makam kerajaan Ur yang diperkirakan
diperdagangkan dari Mozambik ke utara.
2.6 Masa Depan Peradaban
Ilmuwan politik Samuel P. Huntington mendefenisikan peradaban
sebagai budaya tertinggi kelompok masyarakat dan tingkat terluas dari
identitas budaya yang membedakan manusia dari spesies lain (the
hihghest cultural groupingof people and the broadest level of cultural
identity people have short of that which distinguishes humans from other
species). Ia mengemukakan wacana “Benturan Peradaban” yang akan
terjadi pada abad ke -21. Menurut pendapatnya, konflik antara peradaban
akan menggantikan konflik antara negara-bangsa dan konflik ideologi
yang menjadi ciri abad ke-19 dan abad ke-20. (Huntington, dalam Simon
& Schuster, 1996).
Beberapa ilmuwan lingkungan melihat dunia memasuki fase
peradaban Planetary, yang dicirikan oleh pergeseran independent dari
terputusnya negara-negara untuk peningkatan konektivitas dunia global
dengan lembaga-lembaga di seluruh, tantangan lingkungan, sistem
ekonomi, dan kesadaran. (Orion, 2008).
16
Untuk lebih memahami apa yang dimaksudkannya Planetary Fase
peradaban dapat dilihat dalam dilihat dalam konteks penurunan sumber
daya alam dan meningkatnya konsumsi, skenario kelompok global yang
menggunakan skenario analisis untuk sampai pada tiga pola dasar
berjangka yaitu :
(1) Barbarisasi yang mengakibatkan meningkatnya konflik baik dunia
atau menyelesaikan merosotnya (breakdown) benteng masyarakat;
(2) Konvensional semesta alam, di mana kekuatan-kekuatan pasar atau
reformasi kebijakan perlahan-lahan mengendapkan endapan praktek
yang lebih berkelanjutan dan,
(3) Transisi Besar, di mana jumlah gerakan Eco-komunalisme yang
terfragmentasi bertambah sehingga dunia yang berkelanjutan atau
usaha terkoordinasi secara global dan inisiatif menghasilkan
keberlanjutan paradigma baru.
Skala peradaban Kardashev mengklasifikasikannya berdasarkan tingkat
kemajuan teknologi, terutama diukur oleh jumlah energi suatu peradaban
yang mampu dimanfaatkan dan membuat ketentuan bagi peradaban yang
jauh lebih berteknologi maju daripada yang diketahui saat ini.
Skala ini bersifat teoretis dan sangat spekulatif. Pengukuran ini
digagas oleh astronom Uni Soviet Nikolai Kardashev pada tahun 1964.
Dalam skala Kardashev, terdapat tiga pengelompokan, yaitu Tipe I, II, dan
III. Pengelompokan tersebut didasarkan pada penggunaan energi suatu
peradaban. Peradaban Tipe I telah mampu menguasai energi planetnya,
17
Tipe II tata suryanya, dan Tipe III galaksinya. Peradaban manusia pada
tahun 2010 diperkirakan baru mencapai tipe 0,72. Diperkirakan umat
manusia baru akan mencapai Tipe I dalam waktu seratus hingga dua
ratus tahun lagi. Tipe II baru bisa dijangkau sekitar beberapa ribu tahun
lagi, dan Tipe III dalam waktu 100.000 hingga jutaan tahun.
Peradaban Tipe IV sempat diusulkan. Zoltan Galantai mendefinisikannya
sebagai peradaban yang mengendalikan seluruh energi di alam semesta.
Peradaban semacam itu ada di luar batas ilmiah saat ini. Sementara itu,
dalam bukunya yang bertajuk Parallel Worlds, Dr. Michio Kaku
membincangkan peradaban tipe IV sebagai mereka yang mampu
memanfaatkan sumber-sumber energi "luar galaksi" seperti energi hitam.
Kritik yang muncul, adalah bahwa kita tidak dapat memahami peradaban
yang lebih maju. Kita tak mampu memperkirakan perilaku mereka,
sehingga penggambaran Kardashev mungkin tidak menunjukkan apa
yang sebenarnya akan terjadi pada peradaban maju di masa depan.
Argumen ini dapat ditemui pada buku Evolving the Alien: The Science of
Extraterrestrial Life.
2.7 Runtuhnya Peradaban
Peradaban tidak langsung langgeng dan maju atau meningkat dari
waktu ke waktu. Dalam sejarah dunia sering terjadi suatu peradaban
besar runtuh dan diganti peradaban baru yang dimulai lagi dari awal,
khususnya peradaban yang bersifat materil. Banyak pendapat yang telah
18
diajukan tentang keruntuhan peradaban (The fall of civilizations). Edward
Gibbon dalam The Decline and Fall Kekaisaran Romawi mulai tertarik
pada tema Keruntuhan Peradaban, yang dimulai dengan divisi historis dari
Petrarch antara periode klasik Yunani Kuno dan Roma, sampai abad
pertengahan dan masa Renaissance. (Artsi, 2001.
http://www.artsci.Isu.edu/voegelin/EVS/Panel72001.html/Petrarch)
Gibbon berpendapat bahwa keruntuhan Roma adalah wajar dan
tidak terelakkan karena efek kebesarannya yang tidak wajar. Menurut
pendapatnya, kemakmuran mematangkan prinsip pembusukan; penyebab
kehancuran yang disebabkan tingkat penaklukan dan, segera setelah
kecelakaan menhapus dukungan artificial dan menyerah kepada tekanan
dari beratnya sendiri. Hal ini cukup mengejutkan karena peradaban
tersebut telah subsisted begitu lama. (Gibbon, 2nd ed., vol. 4, ed. 4).
Gibbon menyatakan bahwa tindakan akhir keruntuhan Roma adalah
jatuhnya Konstantinopel ke Turki Utsmani pada tahun 1453 Masehi.
Berbeda dengan Gibbon, Oswald Spengler, dalam “Decline of the
West” menolak divisi kronologis Petrarch dan mengatakan bahwa
pertumbuhan budaya cenderung berkembang ke arah peradaban
imperialistis yang akhirnya runtuh, dengan bentuk-bentuk pemerintahan
demokratis yang mengantarkan peradaban ke dalam plutokrasi dan
akhirnya imperialisme.
19
Jared Diamond dalam bukunya “Collapse: How Societies Choose
to Fail or Succeed” menunjukkan lima alasan utama keruntuhan 41 studi
budaya :
(1) Kerusakan lingkungan, seperti penggundulan hutan dan erosi tanah;
(2) Perubahan iklim;
(3) Ketergantungan pada perdagangan jarak jauh untuk memerlukan
sumber daya;
(4) Semakin tingginya tingkat kekerasan internal dan eksternal, perang
atau invasi dan
(5) Tanggapan masyarakat pada masalah-masalah lingkungan.
Peters Turchin dalam Historical Dynamics dan Andrey Korotayev et al.
dalam Introduction to Social Macrodynamics, Secular Cycles, and
Millennial Trends berpendapat bahwa sejumlah model matematika agraria
menggambarkan runtuhnya peradaban. Sebagai contoh, model logika
dasar “fiskal-demografis” Turchin yang diuraikan sebagai berikut : selama
fase awal dari siklus sociodemographic kita mengamati tingkat produksi
dan konsumsi yang relatif tinggi per kapita, yang bukan hanya mengarah
untuk tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, tetapi juga relatif
tingginya tingkat surplus produksi. Pada tahap ini penduduk mampu
membayar pajak, mengumpulkan aneka pajak sangat mudah, dan
pertumbuhan penduduk disertai dengan pertumbuhan pendapatan
negara.
20
Peter Heather dalam The Fall of the Roman Empire: A New History
of Rome and the Barbarians berpendapat bahwa peradaban tidak berakhir
karena alasan moral atau ekonomi, tetapi karena kontak berabad-abad
dengan barbar di seberang perbatasan yang mengasilkan musuh sendiri
dengan membuat mereka jauh lebih canggih dan lawan berbahaya. Fakta
bahwa Roma membutuhkan pendapatan lebih besar untuk membekali dan
memperlengkapi tentara yang berulang kali kalah di lapangan,
menyebabkan kemunduran Kekaisaran.
2.8 Modernisasi
Asal kata modo artinya cara dan ernus artinya periode waktu masa kini.
Modernisasi sering dilawankan dengan tradisi, menjadi modern adalah
merubah tradisi (to be modern is to breaks tradition) dan “meninggalkan
masa lampau”, berarti meninggalkan cara-cara hidup masa lalu dan
berusaha mencari kesadaran baru dengan bentuk-bentuk ekspresif.
Pengertian menurut beberapa ahli :
Koentjaraningrat menyatakan modernisasi sebagai usaha untuk hidup
sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.
Ogburn dan Nimkoff, modernisasi harus mengarahkan masyarakat agar
dapat memproyeksikan diri ke masa depan yang nyata dan bukan angan-
angan semu.
21
Bentuk Perubahan Dalam Modernisasi :
· Aspek Sosial Demografi
· Proses perubahan unsur Sosial
· Ekonomi dan Psikologi masyarakat
Ciri Manusia Modern:
· Sikap menerima hal baru,
· Memiliki keberanian untuk berpendapat,
· Menghargai waktu dan berorientasi ke masa depan,
· Memiliki perencanaan,
· Percaya diri,
· Perhitungan,
· Menghargai harkat martabat orang lain,
· Percaya pada iptek,
· Imbalan harus sesuai dengan prestasi.
Syarat Modernisasi :
· Cara berpikir ilmiah yang telah tertanam,
· Sistem administrasi negara yang baik,
· Sistem pengumpulan data baik dan terpusat,
· Iklim yang kondusif terutama media,
· Tingkat organisasi dan disiplin yang tinggi,
· Desentralisasi wewenang
Gejala Modernisasi :
22
Bidang budaya : ditandai dengan makin terdesaknya budaya tradisional
oleh budaya asing
Bidang politik : semakin banyak negara yang lepas dari jajahannya
Bidang ekonomi : semakin kompleks kebutuhan hidup manusia
Bidang sosial : semakin banyak kelompok baru
Dampak Modernisasi :
Dampak positif modernisasi adalah :
· Tercapainya kemajuan kebudayaan bangsa
· Meningkatnya industri yang memungkinkan masyarakat lebih
sejahtera (lapangan kerja, barang konsumsi, volume ekspor dan lain-
lain)
· Meningkatnya efesiensi dan efektifitas kerja, transportasi dan
komunikasi
· Meningkatnya sector ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kualitas
sumber daya manusia.
Dampak negatif modernisasi antara lain :
· Pudarnya pengetahuan tradisional
· Pudarnya sistem kepercayaan atau religi tradisional
· Bergesernya nilai budaya akibat kemajuan di bidang teknologi dan
pengetahuan
23
· Melemahnya etos kerja tradisional
· Meningkatnya angka kriminalitas dan kenakalan remaja
· Meningkatnya tingkat pencemaran lingkungan
· Menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi
2. 9 Globalisasi
Banyak teori berpendapat bahwa seluruh dunia telah terintegrasi ke
dalam satu system dunia,sebuah proses yang dikenal sebagai globalisasi
yang berkaitan dengan peningkatan keterkaitan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya popular dan bentuk interaksi lainnya.
Menurut beberapa ahli, yaitu :
Ø Wilkinson(2001), menjelaskan latar belakang glpbalisasi dari
Mesopotania dan Mesir yang disebut sebagai “Peradapan Tengah”, yang
diciptakanoleh ekonomi militer dan integrasi diplomatic dari Mesopotania
dan Mesir sekitar tahun 1500 SM.
Ø Lewis dan Harris(1992) mendefinisikan globalisasi sebagai
“konvergensi ekonomi dan difusi inovasi”. Ini menyiratkan bahwapraktik-
praktik ekonomi dan motivasi dari berbagai Negara akan menjadi lebih
mirip satu sama lain dan pengetahuan lanjutan akan mengalir dari
Negara-negara naju ke Negara yang ekonominya dianggab kurang maju.
24
Ø Robert A.Sirico(2009), dari sisi kerohanian menjelaskan bahwa
globalisasi sebagai paradigm baru untuk menggambarkan cara dimana
keluarga manusia dapat berhubungan satu sama lain. Globalisasi
meningkatkan keterkaitan antara semua bangsa dimuka bumi ini.
Proses Globalisasi
1. Bangkitnya perekonomian internasional, ditandai dimulai dengan
adanya perdagangan
internasional (adanya jalur dagang sutra Cina 1000 - 1500 SM )
2. Dominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika
3. Eksplorasi dunia oleh negara-negara Eropa
4. Munculnya perusahaan - perusahaan multinasional
5. Runtuhnya komunisme dan menyebarnya kapitalisme
6. Pasar bebas
Dampak positif globalisasi
a. Masuknya nilai – nilai positif (disiplin, etos kerja, pentingnya
pendidikan).
b. Mempercepat proses pembangunan karena perkembangan iptek.
c. Menumbuhkan dinamika terbuka dan tanggap terhadap unsur –unsur
pembaruan.
Dampak negatif globalisasi
a. Terjadinya cultural shock, yaitu masyarakat mengalami disorientasi
dan frustasi karena tidak siap menerima kenyataan perubahan akibat
globalisasi.
25
b. Terjadinya cultural lag yaitu unsur – unsur globalisasi tidak
berlangsung secara serempak.
c. Anomi, yaitu keadaan tanpa nilai karena nilai dan norma lama telah
ditinggalkan sedang nilai dan norma baru belum terbentuk.
Pengaruh globalisasi pada masyarakat membagi (shared)
gagasan dan moralitas bersama manusia, juga dapat menjadi positif yang
tidak pernah tidak pernah terjadi dalam sejarah masyarakat yag memiliki
ide – ide dan karakteristik budaya yang begitu mudah untuk dibagi.
Disamping itu, globalisasi juga berpotensi besar meningkatkan
pelanggaran – pelanggaran martabat manusia. Pembangunan ekonomi
yang lebih besar berarti membutuhkan tambahan modal yang lebih besar.
Bisnis atau Negara dapat meningkatkan modal melalui pinjaman atau ‘’
investasi asing lansung .‘’ korupsi, ketidakmampuan, atau keadaan dapat
menyebabkan bisnis atau pendapatan Negara lebih rendah daripada
yang diharapkan dan mengakibatkan krisis pembayaran utang yang dapat
mengakibatkan penghematan langkah – langkah yang tidak professional
yang menguntungkan kreditur dan menyakiti orang miskin.
Globalisasi juga menimbulkan tantangan besar jangka panjang
untuk budaya yang munculnya keraguan yang meluas kepada adanya
kebenaran universal dan abadi dan keraguan terhadap penyalahgunaan
kebebasan budaya. Pihak yang lemah tampaknya hanya memiliki sedikit
kekuatan untuk menawarkan budaya orang miskin, orang yang belum
lahir, orang tua, dan penyandang cacat yang menjadi beban harus
26
terpikirkan, terbatas, dan bahkan menghancurkan dan tidak diakui sebagai
orang –orang yang patut dihormati dan soladaritas.
Hal-hal yang dapat ditawarkan oleh proses globalisasi antara lain
adalah agar globalisasi dapat menjadi salah satu sumber daya besar yang
membawa misi globalisasi universalitas untuk memastikan pelayanan
kepada manusia. Dengan ini manusia dapat saling melengkapi dengan
manusia di seluruh dunia. Bahwa kebenaran dan masyarakat disekitarnya
memberanikan kita untuk menyatakan secara tegas dan mutlak martabat
setiap setiap pribadi manusia. Tantangan didepan kita sekarang adalah
menggunakan informasi dan jaringan secara efektif untuk
mengembangkan apologetika positif yang akan mempengaruhi pembawa
budaya hari ini . (Robert A. sirico, 2009, action institute)
Globalisasi dapat didefenisikan sebagai modal
‘’mengantarbangsakan’’ (transnationalization) produksi dan
mengantarbangsakan standardisasi dan homogenisasi selera konsumen.
Hal ini merupakan perluasan prinsip – prinsip, kebijakan, dan praktek
kapitalisme skala global yang dibantu oleh sarana riset modern, produksi,
distribusi, dan aliran uang yang cepat melalui sarana elektronik
terkomputerisasi. Sekarang globalisasi sangat ditentukan oleh Negara
Negara dan kelompok – kelompok yang kuat secara financial.(balasuriya,
2009),
http://www.religion-online.org/showhapter.asp? Title =1449&c=1277)
27
2.10 Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya memiliki banyak defenisi namun pada
dasarnya adalah orang-orang dari berbeda latar belakang budaya
berusaha untuk berkomunikasi atau bekerja bersama sama. Tujuan
komunikasi antar budaya adalah untuk membangun dan memahami
bagaimana orang –orang dari yang berbeda berperilaku dan berpikir dan
orang mengatasi perbedaaan perbedaaan antar – budaya dan membuat
yng lebih baik.
Dalam konteks global atau organisasi bisnis, komunikasi antar
budaya melihat bagaimana orang berkomunikasi (verbal dan nonverbal),
mengelola, bekerja sama, bernegosiasi beertemu, menyapa, menbangun
hubungan dan sebagainya, topik – topik ini sekarang menjadi jauh lebih
relavan dibidang bisnis dengan kerjasama masyarakat antar budaya dan
untuk bisnis perdagangan luar negeri. Lebih memahami perbedaan
komunikasi antar budaya, tata krama, etiket, protokol dan gaya
komunikasi tentu mengarah pada probabilitas yang jauh lebih tinggi untuk
mencapai tujuan bisnis. Akhirnya komunikasi antar budaya dewasa ini
berarti mendapatkan keunggulan dalam bisnis yang sangat kompetitif dan
cepat berubah dewasa ini.
2.11 Mengendalikan Globalisasi
G20 pada dasarnya adalah usaha yang teroganisir untuk
mengendalikan proses globalisasi yang mempengaruhi setiap individu
28
negara temasuk Indonesia , kita perlu memiliki pehamaman yang lebih
mendalam tentang bagaimana globalisasi yang menimbulkan resiko yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Kehadiran Indonesia dalam pertemuan
G20 baru – baru ini diadakan di London telah meningkatkan pengaruh
negara di dunia. Ini adalah langkah strategis mengingat kegagalan
pemerintah Indonesia masa lalu peluang dalam memainkan peran lebih
besar dalam ekonomi politk global.
Para pemikir social amerika seperti MaLuhan, Daniel bell, dan
Alvin Toffer pada dasarnya membayangkan globalisasi sebagai suatu
ramalan. Globalisasi bukanlah kenyataan yang didorong oleh kekuatan
kekuatan alam, tetapi dibangun oleh sebuah wacana intelektual yang
kemudian membimbing gerakan ekonomi politik dunia. Selama empat
puluh tahun, globalisasi telah merambah hampir kesetiap sudut dunia.
Dalam in defense of globalitization, jagdish bhagwati berusaha
untuk menyoroti efek positing dari proses globalisasi dan perspektif
ekonomi international. Bhagwati berpendapat bahwa globalisasi
memainkan peran positif dalm meningkatkan kehidupan orang orang
dunia ketiga, dia merujuk ke india dimana globalisasi telah melakukan
banyak kebijakan dalam mengurangi pekerja anak, buta huruf dan
perempuan kemiskinan. Hal ini sejalan dengan argument yang dibuat oleh
beberapa ekonom Indonesia yang menekankan manfaat dari arus global
ke Negara. Bhagwati dan sarjana pro- globalisasi lainnya mungkin benar.
Namun demikian setiap ilmuan social sangat menyadari bahwa setiap
29
perubahan dalam masyarakat selalu datang dengan konsekuensi yang
tidak diinginkan. Globalisasi tidak bebas dari aksioma ini. Seperti telah
diuraikan dalam ‘’ world risk society ‘’, Ulrich bekc berpendapat bahwa
globalisasi tidak hanya menghasilkan resiko merusak secara fisik tetapi
juga resiko social ekonomi yang didistribusikan diseluruh bangsa.
Untuk memahami bagaimana hal ini mungkin, suatu kerangka
imajinatif dari sosiolog Manuel Castell membantu menjelaskan globalisasi
sebagai proses integrasi dari setiap individu dan kelompok mengelilingi
bumi menjadi sebuah jaringan raksasa yang ditengahi melalui infrstruktur
informasi. Dia merujuk pada ‘’jaringan ‘’ (web) kompleks ini sebagai
jaringan masyarakat. Konsep ini berguna untuk mengungkapkan
bagaimana globalisasi di bangun secara acak membawa resiko jaringan
masyarakat yang fatal. Seperti globalisasi yang di bentuk oleh jaringan
sistem lokal yang memfasilitasi pertukaran informasi, barang, modal, dan
tenaga kerja, yang sangat berstruktur jaringan, rentan terhadap dampak
parah akibat dinamika sosial-politik dari sistem lokal. Kerusakan di setiap
sudut jaringan ini akan mudah menyebar menciptakan kerusakan pada
seluruh sistem. Risiko seperti ini juga lazim terjadi pada sistem keuangan
global yang di bentuk oleh jaringan lokal lembaga keuangan independen.
Jika salah satu lembaga lokal mengalami kerusakan, selurun jaringan
akan terkena risiko fatal. Ini adalah risiko globalisasi. Tapi yang lebih
penting risiko sistem keuangan global, seperti yang telah di amati Boiden
Deidre, tidak terletak pada sirkulasi modal, tetapi dalam sirkulasi
30
kepercayaan setiap aktor mencurahkannya ke sistem. Jika sirkulasi
kepercayaan tumbuh tipis, maka seluruh sistem keuangan global akan
mengalami krisis kemudian mungkin runtuh.
Pelajaran yang didapat Indonesia adalah belajar dari risiko
globalisasi. Ini adalah usaha yang relevan sebagai bangsa yang berada
dalam proses memilih pemimpin untuk lima tahun mendatang, suatu
periode di mana struktur globalisasi akan difigurasikan kembali. Siapa pun
mendapat kesempatan untuk memimpin negara perlu berhati-hati dalam
menghadapi globalisasi ini, tetapi tentu saja dengan mengisolasi negara
dari ekonomi global bukanlah arah yang bijaksana. Kebutuhan krusial
negara adalah mekanisme perlindungan untuk membatasi dampak negatif
dari proses globalisasi terhadap perekonomian nasional dan stabilitas
sosial.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peradaban adalah budaya tertinggi dari kelompok masyarakat dan
tingkat terluas dari identitas budaya yang membedakan manusia dari
spesies lain. Peradaban kuno berlangsung antara 600 SM-400SM di
mana serangkaian orang bijak, nabi, agama dan filsuf reformis, dari Cina,
Irian, Israel dan Yunani, mengubah arah peradaban selamanya.
Peradaban dunia sepanjang masa di kelompokkan dalam beberapa gugus
yaitu peradaban Mediterania, Peradaban Timur Tengah, Peradaban India
Hindu Budha, Peradaban Asia Timur, Asia Tengah, Asia Tenggara,
Kristen Barat, dan peradaban Meso-Amerika
Penganut teori sistem melihat peradaban sebagai jaringan kota-
kota yang muncul dari budaya pra-perkotaan, dan didefinisikan oleh
ekonomi, politik, militer, diplomatik, dan budaya interaksi di antara mereka.
Ciri khas dari abad ke-21 terjadinya benturan peradaban. Konflik antara
peradaban akan menggantikan konflik antara negara-bangsa dan konflik
ideologi yang menjadi ciri abad ke-19 dan abad ke-20. Kesusakan
lingkungan, seperti penggundulan hutan dan erosi tanah, perubahan iklim;
ketergantungan pada perdagangan jarak jauh untuk memerlukan sumber
daya; semakin tingginya tingkat kekerasan internal dan eksternal, perang
atau invasi dan tanggapan masyarakat pada masalah-masalah
lingkungan, akan mengakibatkan keruntuhan peradaban.
32
Konflik teori dalam ilmu sosial juga memandang bentuk peradaban
sekarang sebagai peradaban yang didasarkan pada dominasi beberapa
orang oleh orang lain, tetapi tidak menilai masalah moral.
3.2 SARAN
Benturan Peradaban pada masa lalu hingga sekarang tentunya
memiliki konflik baik kecil maupun besar dan tentu akan mengakibatkan
runtuhnya Peradaban. Oleh karena itu, bagaimana kita menjaga
perdamaian sehingga kekerasan internal dan eksternal, perang serta
masalah-masalah lingkungan tidak terjadi lagi.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar kami dapat memperbaiki dan memperbaharui
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Gibbon, 1909, Decline and Fall of the Roman Empire, 2nd Edition, Vol. 4
ed. by JB Bury (London, 1909), pp. Oleh JB Bury , hlm. 173 – 174, dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Civilization#Derfinition 22 – 09 – 2009.
Huntington, Samuel P.,1996, The Clash of Civilizations abd the Remaking
of World Order, (Simon & Schuster)
Tim Dosen ISBD, 2012, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Medan : UPT –
MKU Universitas Negeri Medan
http://www.action .org/publications/randl/rl_articel_483.php
http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Kardashev
http://luwesagustina.blogspot.com/2010/10/ringkasan-modernisasi-
globalisasi.html
http://mohat.blogdetik.com/2010/05/23/sejarah-peradaban-bangsa-aztec-
inca-dan-maya/
http://www.artsci.Isu.edu/voegelin/EVS/Panel72001.html/Petrarch
http://www.gtinitiative.org/documents/Great_Transitions.pdf
34