Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai...

150

Transcript of Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai...

Page 1: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya
Page 2: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

KATA PENGANTAR

Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan, Perjanjian Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN). Laporan Kinerja merupakan pertanggungjawaban kinerja suatu instansi/organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Beberapa aturan yang mendasari Laporan Kinerja yaitu Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pertanian Republik

Indonesia Nomor 50 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian dan Peraturan MenPAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan target Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah: 1) terhadap rata-rata pertumbuhan produksi tanaman tebu, mengalami penurunan sebesar (-11,01%) dari target sebesar 10,03% atau baru mencapai 88,99% (2,222 juta ton dari target 2,749 juta ton GKP) ; 2) terhadap rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya, mencapai 1,36% dari target 2,45%. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan beberapa Tahun sebelumnya adalah: 1) terhadap Kinerja Tahun 2014 rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 80,00% dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 94,75%; 2) terhadap kinerja Tahun 2015, rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 89,58% dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 99,25%. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan target Renstra Ditjen Perkebunan Tahun 2015-2019 adalah: 1) produksi tebu mencapai 61,63% dan 2) produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 76,14%. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2016 sebesar Rp.1.042.696.281.803,- atau mencapai 87,44% dari total pagu anggaran sebesar Rp.1. 192.418.283.000,- atau 90,00% jika dibandingkan dengan pagu setelah self-bloking Rp. 1.086.118283.000,- dengan realisasi fisik 97,73%. Pelaksanaan Pembangunan perkebunan tidak terlepas dari permasalahan, hambatan dan kendala, namun dengan upaya percepatan dan penanganan serta langkah-langkah strategis permasalahan tersebut dapat diminimalisir dampaknya bagi pembangunan perkebunan. Dokumen Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan.

i Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 3: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ini dibuat

dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan

Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 43 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian bahwa Direktorat

Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian

Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal dan bertanggung jawab

kepada Menteri Pertanian.

Laporan ini disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun

2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan

dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Per Men-PAN

& RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah.

Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan

dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan

kondisi perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilir dapat

diklasifikasikan yaitu:

1. Ketersediaan benih dan sarana produksi

2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan

pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan

ii

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 4: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan

pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan)

4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua

dan tanaman dengan produktivitas rendah)

5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan

berkelanjutan yang berwawasan

6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi

reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah)

7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan,

kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi)

Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang menjadi tugas dan fungsi

Direktorat Jenderal Perkebunan adalah mewujudkan kemandirian

ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik

melalui peningkatan kedaulatan pangan dengan sasaran produksi gula

Tahun 2019 mencapai 3,8 juta ton. Selain itu agenda prioritas terkait

akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan

agroindustri berbasis komoditas perkebunan dengan sasaran produksi

Tahun 2019 untuk komoditas kelapa sawit sebesar 36,42 juta ton CPO;

komoditas karet sebesar 3,81 juta ton karet kering; komoditas kakao

sebesar 961 ribu ton biji kering; komoditas teh sebesar 162,7 ribu ton

daun kering; komoditas kopi sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan

komoditas kelapa sebesar 3,49 juta ton setara kopra.

Sesuai hasil analisis terhadap potensi, permasalahan, peluang dan

tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program

pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung

jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi

iii

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 5: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan". Adapun

proyeksi Indikator Kinerja Program Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-

2019, disajikan sebagaiu berikut:

2015 2016 2017 2018 2019

1. Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78

2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49

Target IKP per tahunNo. Indikator Rata- rata

Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan terhadap indikator

makro, selama lima tahun terakhir (2011-2015) mengalami peningkatan

pada semua indikaor khususnya PDB berdasarkan harga berlaku

mencapai 11,27% dan berdasarkan harga konstan Tahun 2011 juga

menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, Keterlibatan tenaga kerja

di sektor perkebunan yang diperkirakan untuk Tahun 2016 berjumlah

23,38 juta orang mengalami peningkatan sebesar 3,24%. Neraca

perdagangan untuk komoditi perkebunan Tahun 2016 mencapai US$

20,72 milyar, mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,59% sejak

Tahun 2011. Pada Tahun 2011-2015 hasil ekspor perkebunan mengalami

penurunan rata-rata sebesar 0,51% setiap tahun, sedangkan Nilai Tukar

Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator

kesejahteraan petani pada bulan Januari 2016 sebesar 104,41 dan pada

bulan September 2016 mencapai 107,85 dan mengalami kenaikan

sebesar 3,57% dibandingkan dengan Tahun 2013 sebesar 104,13.

Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 6 tahun

(2011–2016) mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan produksi

rata-rata sebesar 3,51% per tahun, secara berurutan yaitu sagu

(42,37%), cengkeh (14,75%), pala (9,26%), kelapa sawit (7,58%), jambu

iv

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 6: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

mete (2,71%), karet (1,15%), tembakau (0,83%) dan kopi (0,11%).

Namun sebaliknya beberapa komoditas mengalami penurunan produksi

yang cukup serius yaitu kemiri sunan (-20,00%), kapas (-14,47%), nilam

(-7,03%), kelapa (-1,84%), lada (-1,08%), kakao (-1,10%), teh (-0,58%)

dan tebu (-0,07%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari

keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat

menstimulasi peningkatan produksi tanaman melalui penerapan IPTEK

dan 4-ASI (intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi),

yang didukung dengan sistem penyuluhan, pengawalan, pendampingan

yang intensif dan keterkaitan antara seluruh aspek budidaya dan

penyiapan benih, perlindungan tanaman, pasca panen, pengolahan dan

pemasaran hasil perkebunan serta aspek penelitian dan pengembangan

sehingga teknologi mudah diakses. Sedangkan terjadi penurunan

produksi secara umum disebabkan oleh anomali iklim dan terjadinya

penurunan luas areal tanaman. Khusus untuk kemiri sunan produksi

sangat minim karena sebagian besar tidak dipanen akibat belum

tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya.

Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

dibandingkan dengan target Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah: 1)

terhadap rata-rata pertumbuhan produksi tanaman tebu, mencapai

88,99% atau (-11,01% dari target 10,03%; 2) terhadap rata pertumbuhan

produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya, mencapai 1,36% dari

target 2,45%.

Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

dibandingkan dengan beberapa Tahun sebelumnya adalah: 1) terhadap

Kinerja Tahun 2014 rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 80%

v

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 7: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan

lainnya mencapai 98,84%; 2) terhadap kinerja Tahun 2015, rata-rata

pertumbuhan produksi tebu mencapai 89,58% dan rata-rata peningkatan

produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 103,54%.

Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

dibandingkan dengan target Renstra Ditjen Perkebunan Tahun 2015-

2019 adalah: 1) produksi tebu mencapai 61,63% dan 2) produksi

tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 76,14%.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja realisasi penyerapan anggaran

pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman

Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2016 sebesar

Rp.1.042.696.281.803,- atau mencapai 87,44% dari total pagu anggaran

sebesar Rp.1. 192.418.283.000,- atau 90,00% jika dibandingkan dengan

pagu setelah self-bloking Rp. 1.086.118283.000,- dengan realisasi fisik

97,73%.

Pelaksanaan Pembangunan perkebunan tidak terlepas dari

permasalahan, hambatan dan kendala, namun dengan upaya

percepatan dan penanganan serta langkah-langkah strategis

permasalahan tersebut dapat diminimalisir dampaknya bagi

pembangunan perkebunan.

vi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 8: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ....................................................... i IKHTISAR EKSEKUTIF...................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................. vii DAFTAR TABEL ............................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1 1.1. Latar Belakang .......................................... 1 1.2. Organisasi ................................................ 4 1.3. Aspek Strategis Organisasi.............................. 16

1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Global ................. 17 1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian ..... 18 1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perke- bunan ............................................ 19

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA .................. 21 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal

Perkebunan Tahun 2015 – 2019 ....................... 21 2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun 2015-2019 ............................... 24 2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun 2015-2019 ............................... 24 2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun 2015-2019 ............................... 25 2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perke-

bunan Tahun 2015-2019 ....................... 28 2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perke-

Bunan ........................................... 30 2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun 2015-2019 ............................... 34

vii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 9: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015- 2019 .............................................. 37

2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 ............................... 40

2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2015- 2019 .............................................. 41

2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 ....... 48 2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Per-

kebunan Tahun 2016 ........................... 48 2.3. Perjanjian Kinerja ...................................... 53

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ..................................... 57

3.1. Pengukuran Kinerja .................................... 57 3.2. Kriteria Ukuran Keberhasilan ......................... 57 3.3. Pencapaian Kinerja .................................... 59

3.3.1. Pencapaian Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) ........................... 59 3.3.1.1. Pencapaian Kinerja terhadap

Sasaran Program Tahun Ini ....... 61 3.3.1.2. Pencapaian Kinerja terhadap

Pencapaian Kinerja Beberapa Tahun Terakhir ............................. 87

3.3.1.3. Pencapaian Kinerja terhadap sasaran Renstra .............................. 90

3.3.2. Capaian Kinerja Lainnya ...................... 91 3.3.2.1. Pencapaian Kinerja Indikator

Makro ................................ 91 3.3.2.2. Pencapaian Indikator Mikro ....... 93 3.3.2.3. Produksi ............................. 93 3.3.2.4. Produktivitas ........................ 94 3.3.2.5. Luas .................................. 95

3.4. Serapan Anggaran Program Direktorat Jenderal Perkebunan ............................................. 96

viii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 10: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3.4.1 Serapan Anggaran Berdasarkan Kegiatan Utama ............................................ 98

3.4.2. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja .......................................... 99

3.4.3 Penyerapan Anggaran Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen Perkebunan ................. 100 3.4.3.1. Pengembangan Tanaman Rempah

dan Penyegar ...................... 101 3.4.3.2. Pengembangan Tanaman Semusim ....................................... 101 3.4.3.3. Pengembangan Tanaman Tahunan

dan Penyegar ...................... 101 3.4.3.4. Penanganan Pasca Panen dan

Pengembangan Usaha ............. 102 3.4.3.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan

........................................ 103 3.4.3.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya ........ 103 3.4.3.7. Dukungan Pengujian dan

Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan ............. 104

3.4.3.8. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah ............ 105 3.4.3.9. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan .... 106 3.4.3.10. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan ......................... 106

3.4.4. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen Perkebunan .................... 106

3.4.4.1. Permasalahan Umum dan Isu Strategis Tahun 2016 .............. 110

BAB IV PENUTUP ....................................................... 114

4.1. Kesimpulan............................................... 114 4.2. Saran Rekomendasi ..................................... 120

ix Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 11: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produk-

si dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelan-

jutan Tahun 2015-2019 .................................... 36

Tabel 2 : Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ................................... 55

Tabel 3 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Dilihat Dari Rata-rata Pertumbuhan Produksi ..................................... 61

Tabel 4 : Analisis Pencapaian Kinerja Sasaran Program Komoditas Strategis Ditjen Perkebunan Tahun 2016… 62

Tabel 5 : Rekomendasi Solusi Akar Permasalahan Produksi Gula Tebu ................................................... 66

Tabel 6 : Kegiatan Dukungan Pencapaian Target Peningkatan Produksi Gula APBN Ditjen Perkebunan Tahun 2016. ................................................................ 68

Tabel 7 : Rekomendasi Akar Permasalahan Komoitas Perkebunan Unggulan Lainnya ............................ 73

Tabel 8 : Kegiatan Pengembangan Tanaman Kakao Tahun 2016... ....................................................... 74

Tabel 9 : Kegiatan Pengembangan Teh Tahun 2016... ........... 72

Tabel 10 : Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit Tahun 2016… . 74

Tabel 11 : Rekomendasi Akar Permasalahan Komoditas Perkebunan Unggulan Lainnya ........................... 77

Tabel 12 : Kegiatan Pengembangan Karet Tahun 2016 ............ 78

Tabel 13 : Kegiatan Pengembangan Kelapa Tahun 2016 ........... 79

Tabel 14 : Pengembangan Tanaman Kopi Tahun 2016 ............. 80

x Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 12: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 15 : Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun 2016 .... 81

Tabel 16 : Pengembangan Tanaman Kapas Tahun 2016 ........... 81

Tabel 17 : Pengembangan Tanaman Nilam Tahun 2016 ........... 82

Tabel 18 : Pengembangan Tanaman Tembakau Tahun 2016……… 83 Tabel 19 : Pengembangan Tanaman Lada Tahun 2016 ............. 84 Tabel 20 : Pengembangan Tanaman Pala Tahun 2016 ............. 85 Tabel 21 : Pengembangan Tanaman Cengkeh Tahun 2016 ........ 86 Tabel 22 : Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan Tahun 2016 ... 87 Tabel 23 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan

Terhadap Pencapaian Kinerja Tahun 2014 dan Tahun 2015 .......................................................... 87

Tabel 24 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Tahun

2015 Dan Tahun 2014 per Komoditas .................... 89 Tabel 25 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Sasaran

Renstra Tahun 2015-2019 Per Komoditas ............... 90 Tabel 26 : Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan

Tahun 2011-2015 ........................................... 92 Tabel 27 : Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan

Tahun 2010 – 2015 .......................................... 94

Tabel 28 : Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2011-2016 ................................................... 95

Tabel 29 : Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2011 – 2016 ........................................ 96

xi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 13: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 30 : Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Kegiatan Utama ........................................................ 98

Tabel 31 : Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja .. 100

Tabel 32 : Daftar Capaian Efisiensi Satker Provinsi Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016 ………………………………………………………………………. 108

Tabel 33 : Daftar Capaian Efisiensi Satker Kabupaten Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016 .................................................. 109

Tabel 34 : Capaian Efisiensi Satker Ditjen Perkebunan dan Satker UPT Pusat Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah Tahun 2016 ..................................... 110

xii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 14: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Perjanjian Kinerja Tahun 2016 .................... 121

Lampiran 2 : Realisasi Peroutput Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 ............................ 127

Lampiran 3 : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Ditjen Perkebunan Tahun 2016 .................. 129

Lampiran 4 : Analisis Permasalahan Indikator Kinerja Program (IKP) Ditjen Perkebunan Tahun 2016 . 130

Lampiran 5 : Analisis Permasalahan Program/Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2016 .......... 132

xiii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 15: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan

pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi

strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya

pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar

bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke-gen

erasi. Pada Tahun 2015-2019, sub sektor perkebunan masih menjadi sub

sektor penting dalam peningkatan perekonomian nasional. Peran

strategis sub sektor perkebunan baik secara ekonomis, ekologis maupun

sosial budaya ini digambarkan melalui kontribusinya dalam penyumbang

PDB; nilai investasi yang tinggi dalam membangun perekonomian

nasional; berkontribusi dalam menyeimbangkan neraca perdagangan

komoditas pertanian nasional; sumber devisa negara dari komoditas

ekspor; berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara dari cukai,

pajak ekspor dan bea keluar; penyediaan bahan pangan dan bahan baku

industri; penyerap tenaga kerja; sumber utama pendapatan masyarakat

pedesaan, daerah perbatasan dan daerah tertinggal; pengentasan

kemiskinan; penyedia bahan bakar nabati dan bioenergy yang bersifat

terbarukan, berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca

serta berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan

hidup dengan mengikuti kaidah-kaidah konservasi. Sejalan dengan 1

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 16: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

berbagai kontribusi sub sektor perkebunan tersebut maka segala bentuk

usaha budidaya perkebunan harus mengedepankan keseimbangan

pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan alat/sarana

prasarana input produksi melalui kegiatan penyelenggaraan perkebunan

yang memenuhi kaidah pelestarian lingkungan hidup. Hal tersebut

dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang

Perkebunan.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014, juga menyatakan bahwa

perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam,

sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya,

panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan.

Dengan pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan

mengemban amanat yang berat dalam mendukung pembangunan

nasional. Amanat tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan

ditujukan untuk (1) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan

lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan produksi,

produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5)

meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku

industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha

perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan

sumber daya perkebunan secara optimal, bertanggung jawab dan

lestari, dan (8) meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan.

2 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 17: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal perencanaan dan

penganggaran diamanatkan mengikuti pembagian kewenangan pusat

dan daerah sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kewenangan dan

tanggung jawab masing-masing dalam pembangunan.

Undang-undang tersebut memasukkan bidang-bidang terkait sub sektor

perkebunan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah seperti

tenaga kerja, statistik, pemberdayaan masyarakat dan desa, pangan,

lingkungan hidup dan pertanahan sebagai urusan wajib yang tidak

terkait pelayanan. lmplikasi penetapan urusan pertanian sebagai urusan

pemerintah bersifat pilihan khususnya sub sektor perkebunan yang

memiliki kekhasan komoditas sesuai potensi unggulan daerah adalah

akan membuka peluang negosiasi antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah untuk menentukan pembagian kewenangan sub

sektor perkebunan yang tepat dan disesuaikan dengan kebijakan

program, anggaran dan regulasi yang efektif dan efisien.

Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan

sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah,

diwujudkan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) yang memadai. SAKIP yang memadai harus mengandung unsur

Perencanaan Kinerja (Renstra, RKT, PK), Pengukuran Kinerja, Laporan

Kinerja dan Evaluasi Pemanfaatan Informasi Kinerja. Hal ini tertuang di

dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

3 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 18: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Laporan Kinerja (LAKIN) sebagai salah satu unsur penting dalam SAKIP

disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014

tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata

Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dengan Format

yang terdiri dari: 1) Ikhtisar Eksekutif; 2) Bab I Pendahuluan; 3) Bab II

Perencanaan Kinerja; 4) Bab III Akuntabilitas Kinerja yang meliputi: (a)

Capaian Kinerja Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja

organisasi dengan melakukan analisis capaian kinerja; (b) Realisasi

Anggaran yang digunakan dan telah digunakan sesuai dengan dokumen

Perjanjian Kinerja; 5) Bab IV Penutup dan Lampiran. Didalam Bab III

diwajibkan membahas 1) capaian terhadap target tahun ini; 2) capaian

kinerja dibandingkan dengan tahun lalu/beberapa tahun sebelumnya; 3)

capaian kinerja terhadap Rentra dan PK; 4) membandingkan capaian

kinerja dengan standar Nasional; 5) analisis keberhasilan dan penyebab

kegagalan; analisis atas efesiensi penggunaan sumberdaya; 7) analisis

program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja.

1.2. Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian terkait nomenklatur

organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan, dalam melaksanakan

tugasnya, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas

4 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 19: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

“perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi

dan produktivitas tebu dan tanaman perkebunan standarisasi teknis di

bidang perkebunan”. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat

Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya,

perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,

pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan

usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama

penyakit dan perlindungan perkebunan;

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya,

perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,

pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan

usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama

penyakit dan perlindungan perkebunan;

3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang

perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan,

pengolahan, pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio

energi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, serta

pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan;

4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan,

budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,

pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan

usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama

penyakit dan perlindungan perkebunan;

5 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 20: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan;

6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri

Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari

Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perbenihan, Direktorat

Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Tanaman Tahunan dan

Penyegar, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan

fungsi dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:

1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas

memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit

organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam

melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal

Perkebunan menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran, serta

kerjasama di bidang perkebunan;

b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;

c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana,

pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan

peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan hubungan

masyarakat serta informasi publik;

d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan serta pemberian

layanan rekomendasi di bidang perkebunan;

6 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 21: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal

Perkebunan.

2) Direktorat Perbenihan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

peningkatan penyediaan benih tebu dan tanaman perkebunan lain.

Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Perbenihan Perkebunan

menyelenggarakan fungsi:

a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian varietas dan

pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih

tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar

serta penguatan kelembagaan benih;

b) Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian varietas dan

pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih

tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar,

serta penguatan lembaga benih;

c) Menyusun norma, standar, prosedur, dan kreteria di bidang

penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan

penyediaan benih tanaman semusim dan rempah, tanaman

tahunan dan penyegar, serta penguatan lembaga benih;

d) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penilaian

varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan

benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan

penyegar, serta penguatan lembaga benih;

e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penilaian

varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan

7 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 22: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan

penyegar, serta penguatan lembaga benih;

f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan

Perkebunan.

3) Direktorat Tanaman Semusim dan rempah, mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan

dibidang peningkatan produksi tanaman tebu, semusim dan rempah

lain. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman

Semusim menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi,

tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala

dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;

b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan produksi, tanaman

tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala dan

cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang

peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat

dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim

lainnya;

d. Pengembangan bahan baku bio energi tanaman tebu;

e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan

produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri,

lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;

8 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 23: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat

dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim

lainnya; dan

g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim dan

rempah.

4) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan

dan Penyegar menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi

tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa

sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman

karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa sawit,

tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang

peningkatan produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain,

tanaman kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta

tanaman penyegar;

d. Pengembangan bahan baku bio energi kelapa sawit;

e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan

produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman

9 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 24: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman

penyegar;

f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan dan

Penyegar.

5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan

Perkebunan menyelenggarakan fungsi :

a. Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu

tumbuhan;

b. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan;

c. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian

organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah,

tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan

usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;

d. Pelaksanan kebijakan di bidang pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman

tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha,

dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang

pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman

semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta

10 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 25: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan

pencegahan kebakaran;

f. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian

organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah,

tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan

usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;

g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan dibidang

pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman

semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta

penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan

pencegahan kebakaran;

h. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan

Perkebunan.

6) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan,

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen,

pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Dalam melaksanakan

tugas tersebut, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pasca

panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan

pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;

11 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 26: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen,

pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan

pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan

standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil

perkebunan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan

pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar

mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan

standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil

perkebunan;

f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan

standar mutu di bidang perkebunan; dan

g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan.

7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 08,09,10,11/Permentan

/OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBPPTP Surabaya,

BBPPTP Medan, dan BBPPTP Ambon. yang statusnya setara Eselon

II.b dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a.

12 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 27: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Perkebunan (BBPPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis

Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis

bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim

dan rempah, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, dan bidang

proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan.

Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah

sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal

Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur

Perlindungan Perkebunan.

Tugas pokok BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah

melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih,

dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman

perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem

manajemen mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak

mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis teknis dan

pengembangan proteksi tanaman perkebunan.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas,

BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut:

a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;

13 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 28: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks

impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika;

c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan

dalam rangka pelepasan varietas;

d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih

perkebunan dalam rangka penarikan varietas;

e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan

dalam rangka pemberian sertifikat layak edar;

f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar

lintas provinsi;

g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu

benih perkebunan dan uji acuan (referee fest);

h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan

(OPT) perkebunan;

i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi

OPT serta faktor yang mempengaruhi;

j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan

dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;

k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting;

l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model

peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian

OPT perkebunan;

m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT

perkebunan;

14 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 29: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan , penilaian

kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;

o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT

perkebunan;

p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan

yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama

terpadu;

q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida;

r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi

tanaman perkebunan;

s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan

proteksi tanaman perkebunan;

t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen

mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi

tanaman perkebunan;

u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama

laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;

v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan

rumah tangga Balai Besar.

Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya,

menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan

(OPT) perkebunan;

b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi

OPT serta faktor yang mempengaruhi;

15 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 30: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan

dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;

d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan

pelepasan agens hayati OPT perkebunan;

e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model

peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian

OPT perkebunan;

f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT

perkebunan;

g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian

kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;

h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan

yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama

terpadu;

i. Pelaksanaan pengujian dan pemanfaatan pestisida nabati;

j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan

pengembangan proteksi tanaman perkebunan;

k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan

pengembangan proteksi tanaman perkebunan;

l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama

laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;

m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan

rumah tangga Balai.

1.3. Aspek Strategis Organisasi

Mencermati isu-isu strategis sebagaimana diungkapkan dalam

Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 yang meliputi bidang 16

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 31: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

ekonomi, sumber daya alam dan lingkungan hidup, kesejahteraan

rakyat, kewilayahan dan kedaerahan serta bidang politik, hukum,

pertahanan dan keamanan, maka tantangan ke depan yang akan

dihadapi dalam membangun perkebunan secara garis besar

dikelompokkan menjadi 1) tantangan pembangunan perkebunan dalam

ruang lingkup global; 2) tantangan pembangunan perkebunan dalam

ruang lingkup sektor pertanian dan 3) tantangan pembangunan

perkebunan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan.

1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup

Global

Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan

dalam ruang lingkup global terutama berkaitan dengan liberalisasi pasar

global yang dapat diklasifikasikan yaitu:

1. Liberalisasi perdagangan global (implikasi pertemuan WTO, APEC,

G20 dan kerjasama bilateral/multilateral/regional lainnya);

2. Kondisi perekonomian global yang menimbulkan gejolak harga

dunia (implikasi negatif era pasar bebas ASEAN/AEC 2015);

3. Tuntutan terhadap atribut mutu/kualitas produk (implikasi dari

tuntutan daya saing komoditas);

4. Perubahan iklim akibat pemanasan global (implikasi terhadap

munculnya bencana alam dan peningkatan serangan 0PT);

5. Dukungan terhadap optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan hidup (implikasi terhadap pembangunan perkebunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan); 17

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 32: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

6. Tingginya tingkat permintaan akibat ledakan jumlah penduduk dan

urbanisasi (implikasi terhadap ketersediaan bahan baku);

7. Aspek distribusi/pengangkutan dan pemasaran (implikasi dari

globalisasi produksi dan pasar)

1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup

Sektor Pertanian

Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan

dalam ruang lingkup sektor pertanian terutama berkaitan dengan

kondisi pertanian secara umum dapat diklasifikasikan yaitu:

1. Kondisi keberlangsungan kelembagaan petani/pekebun (implikasi

lemahnya posisi tawar lembaga petani/pekebun);

2. Penurunan minat generasi muda terhadap budidaya pertanian/

perkebunan (implikasi terbatasnya sumber daya insani (SOl)

pertanian/perkebunan);

3. Kondisi permodalan dan akses kredit usaha (implikasi

pengembangan usaha agribisnis pertanian/ perkebunan);

4. Dukungan ketersediaan infrastruktur dan sarana prasarana

pertanian/ perkebunan (implikasi terhadap daya dukung usaha

agribisnis pertanian/ perkebunan);

5. Penurunan kehilangan hasil (implikasi penanganan pascapanen

yang baik);

6. Kecukupan pangan bergantung impor (implikasi kebijakan

ketahanan dan kedaulatan pangan);

18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 33: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

7. Desentralisasi pengembangan pertanian/ perkebunan (implikasi dari

pemusatan pembangunan pertanian/ perkebunan di Pulau Jawa);

8. Tuntutan atas penerapan otonomi daerah (implikasi terhadap

pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat,

pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah

kabupaten/kota);

9. Ketidaksinambungan kebijakan/ regulasi serta koordinasi lintas

sektoral dan daerah (implikasi tumpang tindih kebijakan/ regulasi

lintas sektor).

1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup

Sub Sektor Perkebunan

Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan

dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan

kondisi perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilir dapat

diklasifikasikan yaitu:

1. Ketersediaan benih dan sarana produksi (implikasi peningkatan

produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan);

2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan

pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan (implikasi

permasalahan umum sumber daya lahan berkelanjutan);

3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan

pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan);

4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua

dan tanaman dengan produktivitas rendah); 19

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 34: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (implikasi dari

pemberlakuan ISPO);

6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi

reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah);

7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan,

kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi).

20 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 35: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun 2015-2019

Rencana Strategis (Renstra) Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019

disusun dengan mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan

nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 sesuai

amanat Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Arah

kebijakan umum pembangunan nasional Tahun 2015-2019 adalah 1)

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan;

2) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam yang

berkelanjutan; 3) mempercepat pembangunan infrastruktur untuk

pertumbuhan dan pemerataan; 4) meningkatkan kualitas lingkungan

hidup, mitigasi bencana alam dan penanganan perubahan iklim; 5)

penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang

berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan

daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan 9

Agenda Prioritas NAWACITA sebagai jalan perubahan menuju Indonesia

yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan

berkepribadian dalam kebudayaan.

Amanat pembangunan nasional dalam 9 Agenda Prioritas NAWACITA

yang wajib dilaksanakan Ditjen. Perkebunan dalam pengembangan

21 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 36: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

perkebunan Tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam RPJMN

2015-2019 mencakup 2 agenda prioritas diantaranya 1) meningkatkan

produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub

agenda prioritas akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui

peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan; dan 2)

mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik dengan sub agenda peningkatan kedaulatan

pangan. Selain itu agenda prioritas terkait membangun Indonesia dari

pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah (perbatasan, daerah

tertinggal dan daerah kawasan timur Indonesia) dan desa dalam

kerangka negara kesatuan menjadi salah satu arah kebijakan yang akan

diprioritaskan Ditjen. Perkebunan melalui kegiatan sistematik.

Sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan agroindustry adalah

peningkatan produksi komoditas andalan dan prospektif ekspor

perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, teh, kopi dan kelapa

serta mendorong berkembangnya agroindustri di perdesaan. Sedangkan

sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan

adalah tercapainya peningkatan ketersediaan pangan dari tebu yang

bersumber dari produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi gula

rumah tangga dan industri rumah tangga.

Secara umum pengembangan komoditas perkebunan difokuskan pada 16

komoditas unggulan yaitu Tebu, Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Kakao,

Kopi, Lada, Teh, Pala, Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan,

Kapas, Tembakau dan Nilam. Penentuan komoditas tersebut sesuai

dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 22

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 37: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

tentang jenis komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal

Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat

Jenderal Hortikultura serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor

3399/Kpts/PD.310/10/2009 tentang perubahan lampiran I dari

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Arah

pengembangan komoditas-komoditas tersebut dicapai melalui program

peningkatan produksi dan produktivitas dengan implementasi kegiatan

seperti rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang

didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan pekebun dan

penguatan kelembagaan, pembangunan dan pemeliharaan kebun

sumber benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha, pengolahan

produksi, pemasaran produksi dan perlindungan perkebunan serta

pemberian pelayanan berkualitas di bidang manajemen dan

kesekretariatan. Komoditas-komoditas unggulan perkebunan yang masih

dalam tahap inisiasi tetap dikembangkan dan difasilitasi Ditjen.

Perkebunan yang diarahkan untuk pemenuhan standar pelayanan

minimum (SPM) yang meliputi penyediaan benih/ varietas unggul,

pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih (demplot, kebun

induk, kebun entres dan lain-lain), pengendalian OPT, pasca panen,

pengolahan dan pemasaran, pemberdayaan pekebun, peningkatan

kapasitas sumber daya insani (SDI) dan penguatan kelembagaan.

Sasaran strategis Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019 yang selaras

dengan kebijakan Kementerian Pertanian sebagaimana tertuang dalam

Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 adalah mendukung: 1)

peningkatan produksi gula; 2) pengembangan komoditas bernilai

23 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 38: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

tambah; 3) penyediaan bahan baku bioindustri dan bio energi; 4)

peningkatan sumberdaya insani; 5) peningkatan kualitas aparatur dan

layanan kelembagaan pertanian; 6) peningkatan akuntabilitas kinerja

Kementerian Pertanian; 7) peningkatan pendapatan petani.

2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019

Dalam rangka mendukung Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015- 2019

yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong" dan Visi Kementerian

Pertanian Tahun 2015-2019 yaitu terwujudnya kedaulatan pangan dan

kesejahteraan petani maka Direktorat Jenderal Perkebunan

menetapkan Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu

"Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan

peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara

optimal, berdaya saing dan bernilai tambah tinggi untuk kesejahteraan

pekebun”.

2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019

Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian

maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut:

1) Mewujudkan peningkatan produksi tanaman perkebunan secara

berkelanjutan.

2) Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas dibidang manajemen

dan kesekretariatan.

24 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 39: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3) Mewujudkan peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pasca

panen dan pengolahan hasil perkebunan secara berkelanjutan.

4) Menyediakan fasilitas pembinaan dan penanganan usaha perkebunan

berkelanjutan serta penanganan gangguan usaha dan konflik

perkebunan.

5) Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan

dampak perubahan iklim yang terpadu, terintegrasi dan

berkelanjutan.

6) Mewujudkan integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman

perkebunan dengan pendekatan kawasan.

7) Mendorong upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan

kelembagaan petani.

8) Mendorong upaya penerapan budidaya tanaman perkebunan

dengan baik dan berwawasan lingkungan.

9) Mewujudkan sistem pertanian bio-industry berbasis pengembangan

komoditas perkebunan.

10)Mendorong pengembangan produk perkebunan di tataran domestik

dan internasional yang berkualitas dan berdaya saing.

2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019

Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta

mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang

akan dihadapi bangsa Indonesia kedepan, maka tujuan pembangunan

nasional diimplementasikan ke dalam arah kebijakan umum untuk

mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan

25 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 40: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

pembangunan pertanian pada periode jangka menengah Tahun 2015-

2019, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan

Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan

Tahun 2015-2019 yang akan dicapai sesuai dengan penetapan Visi, Misi

serta tugas dan fungsi organisasi sebagai berikut :

1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan

melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi

yang didukung oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan

bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin

pertanian/pengolahan/pascapanen serta pembangunan kebun

sumber benih tanaman perkebunan.

2) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama

teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana,

kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi

pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang

berkualitas.

3) Memfasilitasi penyediaan/ pengadaan alat pascapanen dan alat

pengolahan tanaman semusim dan rempah, serta tanaman tahunan

dan penyegar yang spesifik lokasi dan fungsi yang didukung

penyediaan teknologi berkualitas dan aplikatif bagi pekebun.

4) Melakukan upaya strategis dalam mempfasilitasi penerapan

pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan, usaha

perkebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi,

identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik

perkebunan. 26

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 41: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

5) Memfasilitasi ketersediaan teknologi perlindungan pekebunan,

pengamatan, Pemantauan dan pengendalian organisme pengangu

tanaman (OPT), pencegahan kebakaran lahan/kebun dan

penanganan dampak perubahan iklim.

6) Melakukan pengembangan komoditas unggulan perkebunan pada

lahan-lahan eksisting dan lahan bukaan baru sesuai potensi kearifan

lokal, kebutuhan pengembangan kawasan dan kesiapan daerah

pengembangan melalui pendekatan kawasan yang terintegrasi antar

sektor dan memperhatikan kelayakan ekonomi, agroekosistem,

sosial, pasar dan pengembangan/ potensi berkelanjutan.

7) Memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan pekebun dan

penguatan kelembagaan kelompok petani tanaman semusim dan

rempah, tanaman tahunan dan penyegar melalui pelatihan

penumbuhan kebersamaan/dinamika kelompok, pelatihan penguatan

kelembagaan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem

dan sarana prasarana budidaya, dukungan penyediaan fasilitasi

pembiayaan dan permodalan serta kemudahan akses ilmu

pengetahuan dan teknologi informasi.

8) Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada

pekebun dalam mendorong usaha agribisnis perkebunan

dibudidayakan melalui sistem budidaya perkebunan yang baik,

berkelanjutan dan memperhatikan isu-isu lingkungan terutama

dalam penggunaan benih dan sarana produksi (pupuk dan pestisida).

9) Melakukan upaya pengembangan komoditas perkebunan sumber bio-

energy, sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi

27 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 42: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

tanaman perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem

pertanian bio-industry melalui pendekatan zero waste management.

10)Melakukan upaya dalam memfasilitasi pengembangan pemasaran

produk unggulan perkebunan yang meliputi bidang informasi,

pemantauan dan stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar,

jaringan pemasaran, analisis dan pengembangan ekspor, pemasaran

bilateral/regional/multilateral dan kerjasama komoditas.

2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-

2019

Arah kebijakan Pembangunan Perkebunan ditetapkan Dalam rangka

mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019

dan kebijakan Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Arah kebijakan

Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 sebagai dasar

pelaksanaan strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal

Perkebunan Tahun 2015-2019 ditetapkan menjadi Arah Kebijakan

Umum dan Arah Kebijakan Khusus.

Arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka mendukung program

Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu peningkatan

produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, Arah

kebijakan umum Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu:

1. Pengembangan komoditas perkebunan strategis

a. Kebijakan pengembangan komoditas unggulan perkebunan

berdasarkan fungsi

b. Kebijakan penerapan budidaya yang abaik (GAP)

28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 43: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

c. Kebijakan perkaretan Internasional (ITRC)

d. Kebijakan sinergitas BPDP kelapa sawit dan peremajaan kelapa

sawit rakyat

e. Kebijakan moratorium Alih Fungsi Hutan Alam dikonversi

menjadi lahan perkenbunan kelapa sawit

f. Kebijakan penanganan standarisasi mutu dan pembinaan usaha

perkebunan.

2. Pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan

Arah kebijakan ini dimaksudkan sebagai implementasi dari

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/OT.140/8/2012 tentang

Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian yang mengamatkan

penetapan kawasan pertanian nasional termasuk kawasan

perkebunan.

Arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan

perkebunan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dalam rangka mendukung

pencapaian sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019

yaitu:

1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan

produksi gula nasional.

2. Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan

berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor

perkebunan.

3. Pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan

fondasi sistem pertanian bio-industry.

4. Pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan.

29 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 44: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

5. Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan.

6. Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintahan yang baik.

7. Peningkatan pendapatan keluarga pekebun.

2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

Dalam RPJMN Tahun 2015-2019 ditetapkan 9 agenda prioritas

NAWACITA yang menunjukkan sasaran prioritas pembangunan nasional

dalam mewujudkan jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat

secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian

dalam kebudayaan. Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang

menjadi tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perkebunan adalah

mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor

strategis ekonomi domestik melalui peningkatan kedaulatan pangan

dengan sasaran produksi gula Tahun 2019 mencapai 3,8 juta ton. Selain

itu agenda prioritas terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional

melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan

dengan sasaran produksi Tahun 2019 untuk komoditas kelapa sawit

sebesar 36,42 juta ton CPO; komoditas karet sebesar 3,81 juta ton

karet kering; komoditas kakao sebesar 961 ribu ton biji kering;

komoditas teh sebesar 162,7 ribu ton daun kering; komoditas kopi

sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan komoditas kelapa sebesar 3,49

juta ton setara kopra.

Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis nasional dan sasaran

strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019, sesuai tugas dan

fungsinya, Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan sasaran 30

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 45: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

strategisnya untuk periode 2015-2019 yang difokuskan pada

peningkatan produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis

yang menjadi unggulan nasional perkebunan. Implementasi dukungan

Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 dalam pencapaian 7

sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 yaitu:

a. Sasaran Startegis Utama meliputi: 1) pemenuhan penyediaan bahan

baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2)

peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan

berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor

perkebunan yang difokuskan pada pengembangan produk segar dan

olahan dari 16 komoditas unggulan perkebunan; 3) pemenuhan

penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi

sistem pertanian bio-industry dengan fokus

pengembangankomoditas kelapa sawit baik melalui kegiatan

budidaya dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas

maupun kegiatan integrasi tanaman perkebunan dengan ternak dan

tumpangsari dengan komoditas pertanian lainnya serta penyediaan

benih kemiri sunan.

b. Sasaran Strategis pendukung meliputi: 1) peningkatan kualitas

sumberdaya insani perkebunan; 2) penguatan kelembagaan pekebun

dan kemitraan usaha perkebunan; 3) Akuntabilitas kinerja aparatur

pemerintah yang bauk dengan menerapkan prinsip keterbukaan,

akuntabiitas, efektifitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan,

integrasi/komitmen kejujuran, konsistensi dan bebas KKN

dilingkungan organisasi Ditjen Perkebunan; 4) peningkatan

31 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 46: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

pendapatan keluarga pekebun yang merupakan resultan dari

pencapaian sasaran strategis.

Strategi pelaksanaan program dan kegiatan terhadap pencapaian arah

dan kebijakan pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang

ditetapkan Direktorat Jenderal Perkebunan. Strategi pembangunan

perkebunan 5 tahun mendatang dapat dibagi menjadi Strategi Umum

dan Strategi Khusus.

8. Strategi umum dirumuskan dalam rangka mendukung program

Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu peningkatan

produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan,

sedangkan strategi khusus adalah strategi pembangunan perkebunan

Tahun 2015-2019 yang dirumuskan dalam rangka mendukung

pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-

2019. Strategi Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019 dalam

pencapaian 7 sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-

2019 diantaranya meliputi: 1) strategi pemenuhan penyediaan

bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional;

2) strategi Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan

berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor

perkebunan; 3) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-

energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 4)

Strategi pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan; 5)

Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha

perkebunan; 6) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur

32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 47: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

pemerintahan yang baik; 7) Strategi peningkatan pendapatan

keluarga pekebun.

Strategi umum pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah:

1) Strategi pengembangan komoditas perkebunan strategis;

2) Strategi pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan

unggulan nasional;

3) Strategi pengembangan dann penguatan sistem pembiayaan

perkebunan;

4) Strategi pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur

pendukung usaha perkebunan;

5) Strategi perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan

lingkungan hidup;

6) Strategi peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan

iklim dan perlindungan perkebunan;

7) Strategi peningkatan penerapan dan penanganan pascapanen,

pengolahan dan fasilitasi pemasaran komoditas perkebunan

8) Strategi dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik

pembangunan perkebunan;

9) Strategi penguatan tata ketota kepemerintahan yang baik dan

reformasi birokrasi sebagai dasar petayanan prima;

Strategi khusus pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah:

1) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka

peningkatan produksi gula nasional;

33 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 48: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

2) Strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan

berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing komoditas

perkebunan;

3) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan

pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry;

4) Strategi pengembangan sumberdaya insani pekebunan (SDI);

5) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha

perkebunan;

6) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik;

7) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun.

2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019

Pembangunan perkebunan saat ini dan di masa yang akan datang

menghadapi tantangan yang cukup berat baik dalam tataran liberalisasi

perdagangan global maupun lingkup regional. terutama memasuki era

AEC (Asean Economic Community) Tahun 2015. Tuntutan pembangunan

perkebunan di era AEC adalah bagaimana strategi pengembangan

komoditas perkebunan yang berkelanjutan, berdaya saing baik

kuantitas maupun kualitas dan ramah lingkungan serta mampu

memecahkan masalah kesenjangan ekonomi (kemiskinan dan

pengangguran). Selain itu bagaimana masalah pemerataan

pembangunan perkebunan dan kesejahteraan pekebun perlu benar-

benar menjadi prioritas program dan kegiatan Direktorat Jenderal

Perkebunan Tahun 2015-2019. Keberhasilan pembangunan perkebunan

di era AEC yang penuh persaingan ini tidak hanya memerlukan

"keterpaduan" seluruh potensi sumber daya (SDI dan SDA) yang ada

34 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 49: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan tetapi yang justru

lebih penting adalah bagaimana "kebersamaan dan keterbukaan" dari

para stakeholder Pusat-Daerah dan masyarakat pekebun dalam menjaga

"kedaulatan dan kemandirian" NKRI di tengah serbuan investasi asing

dan produk-produk negara lain sehingga diperlukan pengamanan pasar

domestik yang "berefisiensi keadilan" dan berbasis "kearifan lokal"

untuk meningkatkan daya saing dan penguatan ekspor komoditas

perkebunan agar mampu mencapai tujuan "kebermanfatan dan

keberlanjutan" bagi perekonomian nasional dan "kelestarian

lingkungan hidup".

Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat

edaran bersama Menteri Keuangan Nomor SE-1848/MK/2009 dan

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor

0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I

mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang

bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung

jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator

kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II

adalah output.

Sesuai hasil analisis terhadap potensi, permasalahan, peluang dan

tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program

pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung

jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi

dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan" dengan 2

Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu 1) laju peningkatan produksi 35

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 50: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

tanaman tebu dan 2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan

perkebunan lainnya. Adapun proyeksi Indikator Kinerja Program Ditjen.

Perkebunan Tahun 2015-2019, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan tahun 2015-2019

2015 2016 2017 2018 2019

1. Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78

2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49

Target IKP per tahunNo. Indikator Rata- rata

Sumber: Ditjen. Perkebunan, 2016.

Pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa rata-rata proyeksi IKP laju

peningkatan produksi tanaman tebu diproyeksikan selama Tahun 2015-

2019 sebesar 7,78%, sedangkan rata-rata proyeksi IKP laju peningkatan

produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya diproyeksikan selama

Tahun 2015-2019 sebesar 5,49%. Untuk mencapai proyeksi tersebut,

program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 lebih

diprioritaskan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman

unggulan perkebunan melalui intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi

dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu,

pemberdayaan petani dan penguatan kelembagaan, pembangunan/

pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen,

pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan serta pemberian

pelayanan berkualitas.

Fasilitasi dan pembinaan baik dukungan kegiatan, pembinaan/

pengawalan/pendampingan, regulasi dan pendanaan di daerah perlu

36 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 51: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

didukung oleh Pemerintah Daerah setempat melalui SKPD yang

membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten/kota terhadap

komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing masing selain

dukungan terhadap pengembangan 16 komoditas unggulan perkebunan

yang ditetapkan dalam Renstra ini yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa,

Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Tebu dan Cengkeh, Jambu Mete, Sagu,

Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam.

2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015-2019

NAWACITA sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019

mengamanatkan Kementerian Pertanian untuk berkewajiban dan

bertanggungjawab terhadap pencapaian sasaran pokok sub agenda

prioritas peningkatan kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri

Tahun 2015-2019.

Dari Agenda Prioritas NAWACITA sebagaimana diketahui yang dijabarkan

lebih lanjut kedalam kegiatan prioritas dimana Ditjen. Perkebunan

mendapat amanat untuk melaksanakan kegiatan prioritas Tahun 2015-

2019 sebagai berikut:

1) Pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas

perkebunan

Sasaran kegiatan prioritas ini adalah tercapainya 150 desa pertanian

pertanian organik berbasis komoditas perkebunan yang berhasil

tersertifikasi sampai dengan Tahun 2019 oleh Lembaga Sertifikasi

Organik yang terakreditasi. Berdasarkan hal tersebut, mulai Tahun

2016, Ditjen. Perkebunan memprioritaskan kegiatan desa organik ini 37

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 52: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

pada tahap awal dengan melakukan pembinaan pada kelompok tani

tentang bagaimana melakukan budidaya tanaman perkebunan organik

sampai dengan fasilitasi sertifikasi organik berbasis kelompok tani pada

lahan perkebunan tertentu.

2) Perluasan areal perkebunan 150.000 hektar di lahan kering

Perluasan areal perkebunan di lahan kering bertujuan untuk

mengembangkan komoditas perkebunan di lahan-lahan bukaan baru

yang sesuai dengan agroekosistemnya dan dilahan-lahan sub optimal.

Komoditas perkebunan yang diproyeksikan sampai dengan tahun 2019

seluas 150.000 hektar adalah komoditas cengkeh, kakao, kopi, lada,

pala, tebu, jambu mete, karet, kelapa, kelapa sawit dan kemiri sunan.

3) Pengembangan food estate

Pengembangan food estate bertujuan untuk menciptakan pusat-pusat

pertumbuhan/sentra pangan berbasis komoditas pertanian dalam

rangka mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa

dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara

berdaulat. Pengembangan food estate dilaksanakan di daerah yang

belum dapat dikategorikan sebagai daerah lumbung-lumbung pangan

dan belum secara mandiri memenuhi pangan masyarakatnya.

Pelaksanaan food estate bersamaan dalam mendukung kegiatan

pengembangan 1 juta hektar kawasan pangan Merauke dan

pengembangan rice estate dengan di Provinsi Kalimantan Barat (8

Kabupaten/Kota) seluas 120.000 hektar; Provinsi Kalimantan Tengah

(14 Kabupaten/Kota) seluas 180.000 hektar; Provinsi Kalimantan Utara

38 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 53: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

(Kabupaten Bulungan) seluas 10.000 hektar dan Provinsi Maluku (Kab.

Kepulauan Aru) seluas 190.000 hektar.

4) Pengembangan kelapa sawit di wilayah perbatasan

Sasaran kegiatan ini adalah pengembangan perkebunan kelapa sawit

rakyat pada areal eksisting dan perluasan areal perkebunan kelapa

sawit seluas 1 juta hektar di perbatasan negara terutama di Provinsi

Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur melalui pola

PIR (perkebunan inti rakyat). Diharapkan melalui kegiatan ini dapat

menarik investor untuk membangun industri hilir kelapa sawit di daerah

perbatasan.

5) Pengembangan tebu dan inisiasi pembangunan pabrik gula baru

Pengembangan tebu dimaksudkan dalam mendukung pemenuhan bahan

baku tebu untuk peningkatan produksi gula nasional 3,82 juta ton pada

Tahun 2019 (pemenuhan gula Kristal putih/ GKP) melalui perluasan

areal tebu 500.000 hektar di Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan

kegiatan inisiasi pembangunan pabrik gula baru dilakukan dengan

merekomendasikan Kementerian/Lembaga terkait (BUMN, Kementerian

Perindustrian dan Kementerian Perdagangan) dalam hal pemanfaatan

lahan pengembangan tebu yang belum dilengkapi pabrik gula dengan

target membangun/rehabilitasi 14 PG baru di Jawa & Luar Jawa.

6) lntegrasi tanaman perkebunan dengan ternak sapi di lahan

perkebunan kelapa sawit dan integrasi tanaman pangan di lahan

perkebunan kelapa sawit

39 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 54: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019

Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup

Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan

demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 9

(sembilan) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri

Pertanian Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu:

(1) Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah dengan kegiatan pengembangan tanaman semusim dan rempah;

(2) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan kegiatan pengembangan tanaman tahunan dan penyegar;

(3) Direktorat Perbenihan Perkebunan dengan kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan;

(4) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran hasil Perkebunan dengan kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan;

(5) Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan kegiatan dukungan perlindungan perkebunan;

(6) Sekretariat Ditjen. Perkebunan dengan kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya;

(7) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan dengan kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan;

(8) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan;

(9) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan.

40 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 55: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan

Perkebunan Tahun 2015-2019

Kaitan antara kegiatan pembangunan perkebunan yang menjadi

tanggung jawab masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal

Perkebunan dengan fokus kegiatan yang ditetapkan tercantum dalam

Renstra Eselon II Lingkup Ditjen Perkebunan sebagai berikut:

A. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah

Prioritas pengembangan tanaman semusim dan rempah difokuskan pada

7 komoditas unggulan perkebunan yaitu Tebu, Lada, Pala, Cengkeh,

Kapas, Tembakau dan Nilam. Selain itu difasilitasi pengembangan

komoditas spesifik lokal seperti tanaman pemanis lain, tanaman serat,

tanaman atsiri, tanaman rempah dan semusim lainnya. Sasaran

peningkatan produksi tanaman semusim dan rempah adalah

terlaksananya pengembangan tanaman semusim dan rempah dengan

fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:

1) Pengembangan areal produktif tanaman tebu, yang menjadi tugas

pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan Pemanis

Lain;

2) Pengembangan areal produktif tanaman rempah (Lada, Pala,

Cengkeh, tanaman rempah dan tanaman atsiri lainnya), yang

menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala

dan Cengkeh; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;

dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.

41 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 56: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3) Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya (kapas,

tembakau, nilam, tanaman pemanis lain, tanaman serat dan

semusim lain); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat

Tanaman Tebu dan Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah

dan Semusim Lain; dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.

4) Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering; yang

menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan

Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;

Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; dan Sub

Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.

5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah, yang

menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan

Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;

Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Sub Direktorat

Tanaman Serat dan Atsiri; dan Sub Bagian Tata Usaha serta

kelompok jabatan fungsional.

B. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar

Prioritas pengembangan tanaman tahunan dan penyegar difokuskan

pada 9 komoditas unggulan perkebunan yaitu kelapa sawit, karet,

kelapa, jambu mete, kemiri sunan, sagu, kakao, kopi dan teh. Selain itu

difasilitasi pengembangan komoditas spesifik lokal seperti tanaman

palma lain, tanaman penyegar lain dan tanaman tahunan lainnya.

Sasaran peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar adalah

42 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 57: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

terlaksananya pengembangan tanaman tahunan penyegar dengan

fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:

1) Pengembangan areal produktif tanaman kakao; yang menjadi tugas

dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Penyegar.

2) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan (Kelapa Sawit,

Karet, Kelapa, Jambu Mete, Kemiri sunan dan Sagu); yang menjadi

tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan Tanaman

Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit; dan Sub

Direktorat Tanaman Kelapa dan Palma lain.

3) Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya (Kopi dan

Teh); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman

Penyegar.

4) Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering; yang

menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan

Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit;

Sub Direktorat Tanaman Penyegar dan Sub Direktorat Tanaman

Kelapa dan Palma lain.

5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar,

yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet

dan Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa

Sawit; Sub Direktorat Tanaman Penyegar; Sub Direktorat Tanaman

Kelapa dan Palma lain; Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok

Jabatan Fungsional.

43 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 58: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

C. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan

Sasaran kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan adalah

terlaksananya penyediaan benih unggul tanaman perkebunan dengan

fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah;

1) Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan, yang

menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman

Semusim dan Rempah; dan Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan

dan Penyegar.

2) Pengawasan mutu benih tanaman perkebunan, yang menjadi tugas

dan fungsi dari Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan

Mutu Benih.

3) Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman Perkebunan,

yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Kelembagaan

Benih.

4) Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan, yang

menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman

Semusim dan Rempah; Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan dan

Penyegar; Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu

Benih; Sub Direktorat Kelembagaan Benih, Sub Bagian Tata Usaha

dan Kelompok Jabatan Fungsional.

D. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

Sasaran kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan

adalah terlaksananya pengembangan pengolahan dan pemasaran

44 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 59: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

hasil perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-

2019 adalah:

1) Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan, yang menjadi

tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pascapanen.

2) Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, yang menjadi tugas

dan fungsi dari Sub Direktorat Pengolahan.

3) Pembinaan usaha perkebunan, yang menjadi tugas pokok dan fungsi

dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha.

4) Pembinaan penerapan standar dan sistem jaminan mutu keamanan

pangan bagi pelaku usaha perkebunan, yang menjadi tugas dan

fungsi dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha.

5) Pengembangan pemasaran hasil perkebunan, yang menjadi tugas

pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Pemasaran Hasil.

6) Fasilitasi Teknis Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat

Pascapanen; Sub Direktorat Pengolahan; Sub Direktorat

Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha; Sub Direktorat Pemasaran

Hasil; Sub Bagian Tata Usaha dan kelompok jabatan fungsional.

E. Dukungan Perlindungan Perkebunan

Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah

Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya

Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak

Perubahan Iklim dan Gangguan/ Konflik Usaha Perkebunan dengan

fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:

45 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 60: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

1) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) perkebunan;

yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pengendalian OPT

Tanaman Semusim dan Rempah; dan Sub Direktorat Pengendalian

OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar.

2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan; yang menjadi

tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan

Pengendalian OPT.

3) Antisipasi dampak perubahan iklim; yang menjadi tugas dan fungsi

dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan

Pencegahan Kebakaran.

4) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun, yang

menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha,

Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran.

5) SL-PHT tanaman perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari

Sub Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT.

6) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis

komoditas perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub

Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT.

7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan, yang menjadi

tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak

Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran.

8) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan, yang menjadi

tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan

Pengendalian OPT; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman

Semusim dan Rempah; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman

46 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 61: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tahunan dan Penyegar; Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak

Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran; Sub bagian Tata Usaha

dan kelompok jabatan fungsional.

F. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya

adalah Terlaksananya Pelayanan Teknis dan Administrasi Seluruh

Unit Organisasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan

dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:

1) Jumlah Dokumen Perencanaan, Keuangan dan Perlengkapan, Umum,

serta Evaluasi dan Layanan Rekomendasi, yang menjadi tugas dan

fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan Perlengkapan;

Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan Bagian Umum.

2) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya, yang menjadi

tugas dan fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan

Perlengkapan; Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan

Bagian Umum.

G. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta

Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP)

Medan, Surabaya dan Ambon

Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta

penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP) Medan,

Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian

mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi

tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun

2015-2019 adalah:

47 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 62: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

1) Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan;

2) Pembangunan kebun contoh, uji dempot dan uji koleksi tanaman

perkebunan;

3) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan;

4) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia

pengendali hayati tanaman perkebunan;

5) Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian mutu benih

dan teknologi proteksi tanaman perkebunan.

Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi

tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananya

penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus

kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah 1) rakitan teknologi

spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan; dan 2) eksplorasi,

pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati

tanaman perkebunan.

2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016

Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 merupakan bagian

dari program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu:

“Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan

berkelanjutan”.

2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 adalah

Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman 48

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 63: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

perkebunan secara optimal serta pengembangan sistem pertanian

bioindustry berkelanjutan. Dalam mengukur kinerja Ditjen Perkebunan

ada 2 (dua) indikator yang dipergunakan yaitu: (1) Laju peningkatan

produksi tanaman tebu sebesar 10,03%; (2) Laju peningkatan produksi

tanaman unggulan perkebunan lainnya sebesar 2,45%.

Sedangkan sasaran kegiatan pada unit kerja Eselon II lingkup Direktorat

Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ditetapkan sesuai dengan Renstra

Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yang diterbitkan

bulan Oktober 2016 adalah:

1) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim

dan rempah adalah terlaksananya pengembangan tanaman

semusim dan rempah dengan fokus kegiatan pengembangan dan

indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:

a) Pengembangan areal produktif tanaman tebu seluas 31.161 ha;

b) Pengembangan areal produktif tanaman rempah seluas 5.935 ha;

c) Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya seluas

2.451 ha;

d) Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering seluas

6.825 ha;

e) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah

selama 12 bulan.

2) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan

dan penyegar adalah terlaksananya pengembangan tanaman

49 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 64: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

tahunan dan penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan dan

indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:

a) Pengembangan areal produktif tanaman kakao seluas 81.970 ha;

b) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan seluas 16.434

ha;

c) Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya seluas

15.475 ha;

d) Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering seluas

11.009 ha;

e) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar

selama 12 bulan.

3) Sasaran Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan adalah

terlaksananya pengembangan tanaman tahunan dengan fokus

kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:

a) Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan seluas

2.489 ha;

b) Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan selama 12

bulan.

4) Sasaran kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil

perkebunan adalah meningkatnya penerapan pascapanen dan

pembinaan usaha dengan fokus kegiatan pengembangan dan

indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:

a) Pengembangan pascapanen komoditas perkebunan sebanyak 190

KT;

50 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 65: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

b) Pengembangan pengolahan hasil perkebunan sebanyak 56 Unit;

c) Pembinaan usaha perkebunan sebanyak 32 provinsi;

d) Pembinaan penerapan standar dan sistem jaminan mutu

keamanan pangan bagi pelaku usaha perkebunan sebanyak 53

kegiatan;

e) Pengembangan pemasaran hasil perkebunan sebanyak 197

provinsi;

f) Fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil

perkebunan selama 12 bulan.

5) Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah

menurunkan luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya

pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam serta

dampak perubahan iklim dengan fokus kegiatan pengembangan dan

indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:

a) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan

seluas 11.459 ha;

b) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan sebanyak 77

Unit;

c) Antisipasi dampak perubahan iklim sebanyak 94 KT;

d) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun sebanyak

26 Dokumen;

e) SL-PHT Perkebunan sebanyak 93 KT;

f) Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan 42 kasus;

g) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis

komoditas perkebunan sebanyak 150 desa;

51 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 66: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

h) Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan selama 12

bulan.

6) Sasaran dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya adalah

terlaksananya pelayanan teknis dan administrasi seluruh unit

organisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan dengan

fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK)

adalah:

a) Jumlah Dokumen Perencanaan, Keuangan dan Perlengkapan,

Umum, serta Evaluasi dan dan Layanan Rekomendasi sebanyak 12

Dokumen.

b) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya selama 12

Bulan.

7) Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih

serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBPPTP)

Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan

pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan

teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan

pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah:

a) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 147,74 Juta

batang;

b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak

16 Unit;

c) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan

sebanyak 27 Paket Teknologi;

52 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 67: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

d) Eksplorasi pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia

pengendali hayati sebanyak 13 Jenis;

e) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi

tanaman perkebunan sebanyak 12 Dokumen.

Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi

tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananya

penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus

kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah:

a) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan

sebanyak 45 Paket Teknologi;

b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak

7 Unit;

c) Fasilitasi teknis penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan

selama 12 bulan.

2.3. Perjanjian Kinerja

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen

pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/penetapan kinerja antara

atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja

pembangunan dari sumber daya alam yang tersedia melalui target

kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan

pencapaiannya yang berupa hasil (outcomes) maupun keluaran

(output).

Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 disusun setelah

53 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 68: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2016

dan telah mengikuti Pedoman Permen-PAN dan RB Nomor 53 Tahun

2014. PK Direktorat Jenderal Perkebunan ditandatangani oleh Direktur

Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian pada bulan Januari 2016.

PK tersebut berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam dimensi

produksi tanaman perkebunan.

Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi

dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (Maret

2016) sebesar Rp. 1.917.993.750.000,- mengalami refokusing pada

bulan April, sehingga menjadi Rp. 1.759.314.989.000,-. Kemudian pada

bulan Agustus 2016 sesuai kebijakan Pemerintah sehingga terjadi

penghematan sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi

1.192.418.283.000,-. Kemudian pada bulan November sesuai kebijakan

Pemerintah dilakukan selfbloking sebesar Rp. 106.300.000.000,-,

sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp. 1.086.118.283,-.

Self-Bloking adalah salah satu upaya membatasi terealisasinya anggaran

melalui pemblokiran sendiri sehingga secara pelaporan keuangan masih

harus dipertanggungjawabkan. Dengan adanya penghematan anggaran

maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang harus

dipertanggungjawabkan dalam perjanjian kinerja, sehingga kinerja

(capaian fisik) yang dipertangungjawabkan adalah penggunaan anggaran

dalam PK setelah self-bloking.

Anggaran tersebut terdiri dari dana Dekonsentrasi, dana Tugas

Pembantuan (TP) Provinsi dan Tugas Pembantuan (TP) Kabupaten untuk

melaksanakan kegiatan utama pembangunan perkebunan yang tersebar 54

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 69: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

di 84 satker yang meliputi 1 satker pusat, 4 satker UPT pusat, 33 satker

Provinsi dan 46 satker Kabupaten/Kota.

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun

dalam Format Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Sasaran program dan kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2016

yang ditetapkan dalam DIPA/POK dan selanjutnya menjadi Perjanjian

Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 untuk

55 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 70: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama dengan total anggaran sebesar

Rp. 1.192.418.283,- dengan rincian sebagai berikut:

(1) Kegiatan pengembangan tanaman semusim dan Rempah dengan

alokasi anggaran sebesar Rp. 120.187.650.000,-

(2) Kegiatan pengembangan tanaman tahunan dan penyegar dengan

alokasi anggaran sebesar Rp. 606.753.828.000,-

(3) Kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan dengan

alokasi anggaran sebesar Rp. 31.788.397.000,-

(4) Kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan

dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 84.474.114.000,-

(5) Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan dengan alokasi

anggaran sebesar Rp. 110.231.426.000,-

(6) Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya

dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 151.802.940.000,-

(7) Kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta

penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan

alokasi anggaran sebesar Rp. 87.179.928.000,-

56 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 71: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Pengukuran Kinerja

Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah

pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dalam rangka

menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan

meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan

outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan

terwujudnya organisasi yang akuntabel. Setiap akhir Tahun Anggaran

dan berakhirnya kegiatan, instansi harus melakukan Pengukuran Kinerja

untuk mengetahui pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam

dokumen Perjanjian Kinerja. Hal ini sesuai yang diamanatkan dalam

permen-PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014.

3.2. Kriteria Ukuran Keberhasilan

Secara nasional ukuran Keberhasilan unit instansi Pemerintah bisa

diukur dengan mengunakan kriteria keberhasilan Sub Sektor tertentu.

Ditjen perkebunan dalam hal ini menggunakan indikator makro dan

indikator mikro. Tingkat kinerja ini, tidak bisa di klaim sebagai

keberhasilan secara substantif karena banyak pihak yang turut berperan

dalam pencapaiannya. Namun demikian Ditjen Perkebunan memiliki

peran yang sangat besar dalam pencapaian indikator tersebut

khususnya sub sektor perkebunan.

57 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 72: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Sesuai tugas dan fungsinya, Kriteria ukuran keberhasilan Ditjen

perkebunan ditentukan oleh pencapaian terhadap target indikator

kinerja Program yang diukur terhadap Perjanjian Kinerja (PK),

dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir dan dibandingkan dengan

target yang tertuang dalam Renstra Ditjen Perkebunan. Pengukuran

kinerja tersebut akan mengacu pada sasaran program (outcomes)

sebagai berikut:

1. Indikator kinerja rata-rata pertumbuhan produksi tebu Tahun 2016

sebasar 10,03%.

2. Indikator kinerja rata-rata pertumbuhan produksi tanaman

perkebunan unggulan lainnya Tahun 2016 sebasar 2,45.

Pengukuran kinerja tersebut disertai analisis penyebab

keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja; efesiensi

penggunaan sumberdaya dan analisis program/kegiatan yang

menunjang keberhasilan/kegagalan.

Untuk mengukur efisiensi (E) di gunakan formula berdasarkan PMK 249

Tahun 2011, sebagai berikut:

Sedangkan untuk mengukur nilai efisiensi (NE) digunakan formula

berikut :

58 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 73: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Dari formula tersebut berarti suatu kegiatan di katakan efisien jika

memiliki nilai efisiensi lebih besar sama dengan 50% dan jika lebih besar

dari 100% dikatakan efisien tetapi perlu penjelasan lebih lanjut karena

dianggap anomali.

3.3. Pencapaian Kinerja

3.3.1. Pencapaian Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes)

Sasaran program (Outcomes) diwujudkan dalam bentuk produksi

tanaman perkebunan. Hal tersebut sampai dengan saat ini masih

menjadi perdebatan simpul kritis sebagai berikut: (1) Mengingat

tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi

tanaman baru dapat dihitung minimal 4 (empat) tahun ke depan; (2)

Sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan

perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar

2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai

dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional

sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah

membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan

rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, dan

pendampingan, serta kebijakan maupun dukungan manajemen dan

adminsitrasi.

Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun

berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung

produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai

59 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 74: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

ketentuan yang berlaku maka produksinya (outcomes) adalah nol (tidak

ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun

berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang

tahun tanamnya minimal 4 (empat) tahun yang lalu. Berkenaan dengan

kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar,

Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi dan

produktivitas pada tahun berjalan ditetapkan sebagai outcomes dengan

menggunakan target dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat

Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019

sebagai acuannya.

Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, perjanjian kinerja antara

Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes

yang dimanifestasikan dalam produksi. Dan berdasarkan Peraturan

Presiden (Perpres) Nomor 45 Tahun 2015 dengan Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Pertanian dan Renstra Direktorat Jenderal

Perkebunan bahwa Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu: (1) laju

peningkatan produksi tanaman tebu; dan (2) laju peningkatan produksi

tanaman unggulan perkebunan lainnya. Adapun proyeksi IKP Ditjen

Perkebunan Tahun 2016 adalah 1) laju peningkatan produksi tanaman

tebu yang ditargetkan sebesar 10,03% dan 2) laju peningkatan

produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya dengan target

sebesar 2,45%.

60 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 75: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Dalam upaya terwujudnya laju peningkatan produksi tanaman tebu dan

tanaman unggulan perkebunan lainnya tersebut, pada Tahun 2016

diakukan melalui pengembangan tanaman semusim dan rempah,

tanaman tahunan dan penyegar dengan dukungan penanganan

pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan, penyediaan benih unggul

bermutu tanaman perkebunan, perlindungan perkebunan serta

dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya. Adapun indikator

yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas 16

komoditas unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas,

tembakau, nilam, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, jambu

mete, lada, cengkeh, teh, pala, sagu dan kemiri sunan.

3.3.1.1. Pencapaian Kinerja terhadap Sasaran Program Tahun Ini

Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perkebuan pada Tahun 2016 jika

dihitung berdasarkan sasaran program Tahun 2016 sesuai dengan

perjanjian kinerja Dirjen Perkebunan dengan Menteri Pertanian seperti

pada tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Dilihat Dari Rata-rata Pertumbuhan Produksi

Indikator Kinerja Program Target PK Realisasi 2016

Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu (%)

10,03 (-11.01)

Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya (%)

2,45 1,36

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017 (Diolah)

61 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 76: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 4 diperoleh dari analisis pencapaian target PK yang dikonversikan

ke dalam produksi 16 komoditas strategis Direktorat Jenderal

Perkebunan pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis Pencapaian Kinerja Sasaran Program Komoditas Strategis Ditjen Perkebunan Tahun 2016

2015 2016 % Pertbhn (%) Produksi (Ton)1 2 3 4 4:3x100% 5 6 7A Komoditas Tebu 88,99 10,03 80,88

1 Tebu 2.497.997 2.222.971 88,99 10,03 2.748.546,10 80,88

B Komoditas Perkebunan Unggulan Lainya

101,36 2,45 98,94

2 Kakao 593.331 656.817 110,70 2,45 607.867,61 108,05 3 Teh 132.615 144.015 108,60 2,45 135.864,07 106,00 4 Kelapa Sawit 31.070.015 33.229.381 106,95 2,45 31.831.230,37 104,39 5 Sagu 423.946 440.516 103,91 2,45 434.332,68 101,42 6 Pala 33.711 34.408 102,07 2,45 34.536,92 99,63 7 Tembakau 193.790 196.154 101,22 2,45 198.537,86 98,80 8 Lada 81.501 82.167 100,82 2,45 83.497,77 98,41 9 Karet 3.145.398 3.157.780 100,39 2,45 3.222.460,25 97,99

10 Kopi 639.412 639.305 99,98 2,45 655.077,59 97,59 11 Cengkeh 139.641 139.522 99,91 2,45 143.062,20 97,53 12 Kemiri Sunan 1.135 1.132 99,74 2,45 1.162,81 97,35 13 Kelapa 2.920.665 2.890.735 98,98 2,45 2.992.221,29 96,61 14 Nilam 1.986 1.954 98,39 2,45 2.034,66 96,04 15 Jambu Mete 137.580 130.072 94,54 2,45 140.950,71 92,28 16 Kapas 759 715 94,20 2,45 777,60 91,95

No KomoditasProduksi (Ton) Target PK Capaian

Kinerja (%)

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 3 dan 4 dapat dijelaslan sebagai berikut:

A. Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu (GKP)

Dibanding dengan target Tahun 2016 capaian pertumbuhan produksi

tebu mencapai 80,88% atau mengalami penurunan sebesar (-11,01%)

dari target yang diharapkan dalam PK sebesar 10,03%. Capaian ini

berarti dengan target rata-rata pertumbuhan produksi tebu sebesar

10,01% (250.549 ton GKP) atau 2,749 juta ton GKP pada Tahun 2016

baru mencapai 88,99% (2,222 juta ton GKP), produktivitas rata-rata

sebesar 5,004 ton/ha hablur (gula) dengan luas areal sebesar 445.510

ha.

62 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 77: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Akar permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu dikelompokkan

ke dalam 10 (sepuluh) domain permasalahan, yaitu perubahan iklim

atau anomali ilkim, Inovasi teknologi budidaya terbarukan belum

optimal, terbatasnya varietas unggul baru yang adatif di lahan kering,

dukungan pengolahan belum optimal, petani meragukan transparansi

rendemen, dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, distabilitas

Harga petani, minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, Sumber

Daya Alam (SDA) terbatas untuk tebu, Minimnya investasi terhadap

industri gula berbasis tebu.

1. Perubahan iklim atau anomali ilkim, menyebabkan petani tidak

memiliki pola tanam yang tetap berakibat pada masa tanam,

pemeliharaan dan panen tidak sesuai standar teknis, pertumbuhan

tebu stagnan dan kering. Hal ini terjadi karena usaha tani tebu

mayoritas (90%) di lahan kering sulit pengairan sehingga waktu

tanam, pemeliharaan dan panen tidak sesuai dengan pola tanam

yang direkomendasikan.

2. Inovasi teknologi budidaya tebu terbarukan belum optimal,

menyebabkan sebagian besar petani masih menggunakan teknologi

yang belum tepatguna (rendemen dan produktivitas masih rendah),

akibatnya penerapan inovasi teknologi budidaya tebu belum

optimal, pengelolaan lahan tebu sempit dan terpencar, dan

modernisasi melalui mekanisasi pertanian belum diterapkan secara

optimal.

63 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 78: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3. Terbatasnya varietas unggul baru yang adatif di lahan kering,

menyebabkan produktivitas tebu dan rendemen rendah. Akibatnya

petani menanam tebu dengan varietas asalan atau varietas unggul

yang tidak sesuai spesifikasi lokasi.

4. Dukungan Pengolahan belum Optimal, menyebabkan sistem pasar

belum berjalan dengan baik, kehilangan produksi karena rendahnya

efisiensi industri pengolahan, persaingan industri kurang sehat dan

lain-lain. Hal ini disebabkan kondisi PG di Indonesia rata-rata sudah

berumur tua, dengan kapasitas giling kecil di bawah 3.000 TCD,

sehingga berdampak pada kinerja PG untuk menghasilkan

rendemen gula tidak optimal.

5. Petani meragukan transparansi rendemen, menyebabkan minat

petani untuk meningkatkan rendemen lebih kecil dan lebih besar

kemungkinan berminat meningkatkan berat tebu, hal ini berakibat

pada sistem budidaya yang kurang spesifik meningkatkan

produktivitas.

6. Dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, menyebabkan alih

fungsi lahan tebu ke lahan marginal/lahan kering, tanpa dukungan

kebijakan lanjutan khusus tebu, kebijakan harga masih belum

menguntungkan petani, stakeholders gula tebu sangat heterogen.

7. Distabilitas Harga petani disebabkan sistem pasar gula misalnya

dengan beredarnya gula kristal putih impor, distorsi gula rafinasi di

pasaran, harga Patokan Petani (HPP) yang ditentukan oleh

64 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 79: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Kementerian Perdagangan masih di bawah Biaya Pokok Produksi

(BPP) yang ditentukan Kementerian Pertanian. Hal ini

menyebabkan kurang menariknya pengembangan tebu, sehingga

existing tanaman tebu tidak bertambah bahkan sebaliknya. Jika hal

ini dibiarkan maka luasan areal tebu akan semakin berkurang.

8. Minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, menyebabkan

sulitnya memperoleh tenaga kerja baik petani/pengusaha tebu,

penyuluh/pembina pertebuan dan SDM lainnya yang menangani

langsung gula berbasis tebu di Indonesia hal ini tercermin dari

pengelolaan pertanian di daerah dilakukan secara desentralisasi,

banyak petugas teknis pertanian yang ditugaskan tidak sesuai

dengan bidang teknis keahliannya dan kurangnya jumlah petugas

penyuluh tanaman tebu, sehingga menyebabkan budidaya tebu

tidak sesuai standar teknis.

9. Sumber Daya Alam (SDA) terbatas untuk tebu, karena tebu sangat

cocok di daerah berpengairan yang cukup maka alam yang sesuai

adalah iklim yang stabil, daerah cukup air dan atau daerah

berpengairan modern. Hal ini sulit di temukan jika dilakukan oleh

petani secara spot-spot dan harus di lahan hamparan yang sudah

sulit ditemukan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh persaingan

komoditas, ketersediaan lahan dan minat petani/pengusaha itu

sendiri.

10. Minimnya investasi terhadap industri gula berbasis tebu,

menyebabkan pengembangan tebu tidak konsisten. Hal ini 65

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 80: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

tercermin dari banyaknya rencana pengembangan industri gula

berbasis tebu oleh investor yang mengalami kesulitan bahkan

mengakhiri niatnya tanpa hasil, padahal kunci pengembangan tebu

adalah tersedianya pabrik Gula (PG). Hal ini disebabkan investasi di

industri gula berbasis tebu relatif besar sementara dukungan

regulasi, sarana infrastruktur dan sosial ekonomi kemasyarakatan

masih sangat kurang.

Permasalahan tersebut di atas sangat berpengaruh besar terhadap

eksistabilitas pergulaan nasional. Oleh karena solusi dan

rekomendasinya adalah terselesaikannya permasalahan yang sangat

komplek tersebut.

Berdasarkan analisis akar permasalahan yang telah dilakukan terkait

permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu, maka rekomendasi

solusi perbaikan kinerja yang diberikan berdasarkan akar permasalahan

tersebut secara ringkas disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekomendasi Solusi Akar Permasalahan Produksi Gula Tebu No Akar masalah Rekomendasi solusi 1 Pengembangan Tebu

90% di lahan Kering/marginal

1. Penyediaan sumur dalam, embung, sumur dangkal, permukaan

2 Sistem Budidaya belum Optimal

2. Meningkatkan pembinaan, pendampingan dan penyuluhan 3. Rehabilitasi Tanaman melalui bongkar ratoon dan rawat

ratoon 4. Adopsi inovasi terbarukan dari studi banding, penelitian

dan percontohan atau demplot. 3 Sulitnya memperoleh

benih unggul 5. Koordinasi dan kerjasama dengan lembaga penelitian dan

sumber benih 6. Pembangunan benih unggul secara berjenjang dan

terencana 4 Rendemen tidak

Optimal 7. Revitalisasi PG 8. Mengggunakan varietas unggul 9. Sistem budidaya sesuai rekomendasi teknis

66 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 81: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

No Akar masalah Rekomendasi solusi 5 Transparansi rendemen 10. Fasilitasi pengawas rendemen

11. Membentuk Tim Transparansi Rendemen 12. Pengawalan rendemen melibatkan petani, dinas terkait,

Perguruan tinggi dan PG 13. Pengukuran rendemen individu menggunakan Core

Sampler 14. melakukan managemen tebang muat angkut yang benar

6 Sulit melakukan perluasan areal tebu

15. Meningkatkan Koordinasi dengan K/L terkait dengan pembebasan lahan

16. Melatih petani baru 17. Perluasan di lahan pengembangan

7 Lahan sempit dan terpencar

18. Melakukan regrouping lahan minimal 10 ha, bekerja sama dengan pemda dan BPN

8 Transparansi rendemen 19. Pengawalan rendemen melibatkan petani, dinas terkait, Perguruan tinggi dan PG

9 Harga Gula tidak Stabil 20. Menekan biaya produksi dengan full mekanisasi, regrouping lahan, manajemen tebang muat angkut, subsidi pupuk, insentif produksi gula tebu dan profesionalitas petani tebu

21. Membentuk Tim pengawasan pasar gula 22. Penguatan lembaga pemasaran bentukkan petani/klp tani

tebu 10 Minimnya kuantitas dan

kualitas SDM pertebuan 23. Melatih tenaga kerja pertebuan 24. Meningkatan kapabilitas SDM petugas teknis dan penyuluh

dan petani tebu melalui pelatihan/traning

25. Profesionalisasi kelembagaan petani melalui pelatihan dan training

26. Asosiasi tebu Indonesia di optimalkan 11 Terbatasnya SDA 27. Optimalisasi lahan

28. Optimalisasi penggunaan sumber daya air 29. Memanfaatkan iklim sebagai sumberdaya yang efisien 30. Menggunakan sarana dan prasarana yang mendukung

12 Dukungan lembaga riset pengembangan tebu kurang

31. Pemberdayaan lembaga riset tebu yang sudah ada secara optimal

13 Minimnya investasi 32. Sosialisasi dan koordinasi dengan investor 33. Meningkatkan koordinasi sinergi dengan pihak-pihak terkait 34. Memfasilitasi investor baik secara administrasi maupun

insfrastruktur Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017 (Diolah)

Secara keseluruhan terdapat 10 akar masalah yang perlu diselesaikan

secara sinergisitas baik lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, lingkup

Kementerian Pertanian dan Kementerian/Lembaga terkait. Hal ini

disebabkan produksi gula tebu sangat terkait dengan stakeholders

67 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 82: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

pergulaan secara luas. Masing-masing akar permasalahan telah

dirumuskan rekomendasi solusi yang sesuai dan relevan dengan konteks

akar masalah yang dihadapi, dimana dihasilkan 34 rekomendasi solusi

tindak lanjut upaya perbaikan kinerja ke depan.

Dalam upaya pencapaian target kinerja, Direktorat Jenderal

Perkebunan melakukan kegiatan pembinaan, koordinasi dan

pengembangan tanaman tebu yang tersentral di 9 provinsi yaitu Jawa

Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah,Jawa Timur, Sumatera Utara,

Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo.

Sedangkan rencana pengembangan ada di provinsi Aceh, Jambi,

Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Papua.

Pada Tahun 2016, untuk mendukung kinerja pencapaian target PK

Ditjen Perkebunan dilakukan kegiatan utama peningkatan produksi dan

produktivitas tanaman semusin dan rempah melalui kegiatan

pengembangan tebu seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Kegiatan Dukungan Pencapaian Target Peningkatan Produksi Gula APBN Ditjen Perkebunan Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Bongkar Ratoon 755.888 100 Ha 722.949 95,64 100 Ha 100,00 60,89 3 Prov. 3 Kab.2 Rawat Ratoon 20.493.573 6.499 Ha 19.425.531 94,79 6.471 Ha 99,57 62,00 9 Prov. 18 Kab.3 Perluasan tebu dilahan kering 9.672.763 770 Ha 9.472.275 97,93 750 Ha 97,40 48,65 5 Prov. 5 Kab.4 Pembangunan KBD 10.059.100 370 Ha 9.307.424 92,53 310 Ha 83,84 24,10 5 Prov. 5 Kab.

5Operasional Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Petugas Lapangan Pembantu TKP (PLP-TKP)

18.708.387 556 Org 16.718.478 89,36 556 Org 100,00 76,59 15 Provinsi

6 Pengembangan Database Tebu Sistem Online

1.121.124 9 Keg 677.356 60,42 9 Keg 100,00 148,96 9 Provinsi

7 Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen tebu

1.584.088 6 Keg 1.331.286 84,04 6 Keg 100,00 89,90 6 Provinsi

8 Penguatan Kelembagaan Petani 1.447.259 660 Org 1.438.339 99,38 660 Pkt 100,00 51,54 10 Provinsi

9 Monev Tebu dan Pengawalan di daerah 4.427.162 14 Keg 3.674.368 83,00 14 Keg 100,00 92,51 14 Provinsi

10 Bantuan Peralatan 8.286.429 155 Unit 7.747.425 93,50 150 Unit 96,77 54,51 15 Provinsi Pompa Air 2.157.540 108 Unit 2.157.539 100,00 108 Unit 100,00 50,00 4 Provinsi Fertilizer Aplikator 3.337.025 44 Unit 2.802.025 83,97 39 Unit 88,64 63,17 3 Provinsi Grab Loader 2.791.864 3 Unit 2.787.861 99,86 3 Unit 100,00 50,36 15 Provinsi

11 Pemberian Penghargaan Petani/Klp Tani Berprestasi

396.945 11 Keg 396.900 93,24 11 Unit 100,00 50,03 1 Provinsi

12 Pengendalian OPT Tebu 1.863.215 1.199 Ha 1.811.169 97,21 1.199 Ha 100,00 56,98 9 Provinsi

13 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan di Pusat

1.717.968 8 Keg 1.709.771 99,52 8 Prov 93,99 51,19 15 Provinsi

TOTAL/RATA-RATA 80.533.901 74.433.271 92,42 66,76

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%) NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017

68 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 83: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan pengembangan tebu Tahun 2016 di atas, dapat

dijelaskan nilai efisiensi per kegiatan diperoleh nilai efisiensi sebesar

66,76%, dengan rincian pencapaian kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan bongkar ratoon seluas 100 ha (100%) dengan penyerapan

anggaran sebesar 95,64% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi

sebesar 60,89% (efisien).

2. Kegiatan rawat ratoon seluas 6.471 ha (99,57%) dengan penyerapan

anggaran sebesar 94,79% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi

sebesar 48,65% (kurang efisien), ini berarti serapan anggaran lebih

tinggi dari realisasi fisik disebabkan adanya self-bloking anggaran.

3. Kegiatan perluasan tebu di lahan kering seluas 750 ha (94,40%)

dengan penyerapan anggaran sebesar 97,93% dari pagu anggaran,

dengan nilai efisiensi sebesar 24,10% (kurang efisien), ini berarti

serapan anggaran lebih tinggi dari realisasi fisik disebabkan adanya

self-bloking anggaran.

4. Kegiatan pembangunan Kebun Bibit Datar (KBD) seluas 310 ha

(83,84% dengan penyerapan anggaran sebesar 92,53% dari pagu

anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 24,10% (kurang efisien), ini

berarti serapan anggaran lebih tinggi dari realisasi fisik disebabkan

adanya self-bloking anggaran.

5. Operasional TKP dan PL-TKP sebanyak 556 Orang (100%) dengan

penyerapan anggaran sebesar 89,36% dari pagu anggaran dengan

nilai efisiensi sebesar 76,59% (efisien).

69 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 84: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

6. Kegiatan pengembangan data base tebu system on line 9 Kegiatan

(100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 60,42% dari pagu

anggaran. dengan nilai efisiensi sebesar 148,96% (efisien tetapi

anomali). Hal ini berarti dengan serapan anggaran lebih kecil dari

80% dapat mencapai target fisik 100%. Hal ini disebabkan adanya

self-bloking anggaran dalam target satuan fisik yang sama.

7. Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen Tebu 6 Kegiatan

(100%) dengan penyerapan sebesar 84% dari pagu anggaran dengan

nilai efisiensi sebesar 89,90% (efisien).

8. Penguatan kelembagaan petani 660 Orang petani (100%) dengan

penyerapan anggaran sebesar 99,38% dari pagu anggaran dengan

nilai efisiensi sebesar 51,54% (efisien).

9. Monev tebu dan pengawalan di daerah 14 kegiatan (100%) dengan

penyerapan anggaran sebesar 83,00% dari pagu anggaran dengan

nilai efisiensi sebesar 92,51% (efisien).

10. Bantuan peralatan 150 unit (96,77%) dengan penyerapan anggaran

sebesar 93,50% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar

54,51% (efisien).

11. Pemberian penghargaan petani 100 kegiatan (100%) dengan

penyerapan anggaran sebesar 93,24% dari pagu anggaran dengan

nilai efisiensi sebesar 50,03% (efisien).

12. Pengendalian OPT tebu 1.199 ha (100%) dengan penyerapan

anggaran sebesar 97,21% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi

sebesar 56,98% (efisien).

70 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 85: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

13. Fasilitasi, pembinaan, pengawalan kegiatan pengembangan tebu di

pusat 8 keg (100%) dengan penggunaan anggaran sebesar 93,99%

dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 51,19% (efisien).

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengembangan tebu tahun

2016, adalah sebagai berikut:

1. Keragunan dalam pelaksanaan kontrak karena isu revisi dan

pemotongan anggaran menyebabkan pelaksanaan kegiatan

terlambat.

2. Perubahan pola tanam menyesuaikan anomali iklim, menyebabkan

pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara hati-hati karena di

khawatirkan gagal tanam.

3. Perubahan CP/CL yang disebabkan minat petani menurun sehingga

untuk menanan tebu berkurang.

4. Terlambatnya penerbitan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis sehingga mengganggu proses pengadaan barang jasa.

5. Keterlambatan penyediaan benih, pupuk dan peralatan sehingga

kegiatan pengembangan tebu tertunda.

6. Keterbatasan penyedia parasitoid untuk kegiatan demfarm

pengendalian OPT tebu menyebabkan pelaksaanaan kegiatan

tertunda.

7. Harga gula yang kurang stabil menyebabkan minat petani di areal

pengembangan baru kurang antusias dalam mengembangkan tebu.

B. Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan

Lainnya

71 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 86: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Beberapa komoditas unggulan perkebunan lainnya yaitu Nilam,

tembakau, kapas, kakao, kopi cengkeh, teh, karet, kelapa sawit,

kelapa, pala, lada, jambu mete, sagu dan kemiri sunan.

Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya

mencapai sebesar 1,36% atau 98,94% jika dibandingkan target PK Tahun

2016 sebesar 2,45%. Komoditas perkebunan unggulan lainnya yang

mengalami peningkatan, khususnya komoditas strategis Kementerian

Pertanian (kakao, teh, kelapa sawit, karet dan kopi). Pencapaian

terbesar adalah komoditas kakao sebesar 108,05%, diikuti oleh

komoditas teh (106%), kelapa sawit (104,39%) dan sagu (101,42%).

Sedangkan capaian kinerja komoditas lainnya antara 91,95 % sampai

99,63%. Beberapa Permasalahan yang dihadapi komoditas perkebunan

unggulan lainnya yaitu:

a. Anomali iklim sebagai permasalahan umum terhadap tumbuh

kembangnya tanaman perkebunaan unggulan dan khususnya sulitnya

tanaman untuk menyesuaikan dengan perubahan alam.

b. Dukungan teknologi belum optimal khususnya komoditas yang

dikembangkan di daerah tertentu.

c. Harga kurang stabil misalnya karena tidak adanya jaminan

pemasaran, sistem pemasaran yang rumit dan lain-lain.

d. Minimnya dukungan Industri hilir misalnya tidak ada pabrik

pengolahan, industri peningkatan nilai tambah belum optimal.

e. Minimnya dukungan industri hulu misalnya pupuk relatif mahal,

ketersediaan mekanisasi kurang mendukung pengembangan

komoditas strategis;

72 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 87: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Berdasarkan analisis akar permasalahan yang telah dilakukan terkait

permasalahan tidak tercapainya target pertumbuhan komoditas

perkebunan unggulan lainnya, maka rekomendasi solusi perbaikan

kinerja yang diberikan berdasarkan akar permasalahan tersebut secara

ringkas disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rekomendasi Akar Permasalahan Komoitas Perkebunan Unggulan Lainnya

Sumber: Ditjen Perkebunan, 2016

No Akar masalah Rekomendasi solusi

1

Menurunnya produktivitas

1. Penerapan teknologi budidaya (Intensifikasi, Rehabilitasi dan pemanenan)

2. Perbaikan pasca panen 3. Menanam benih unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim 4. Intensifitas penanganan OPT

2 Harga yang tidak stabil

1. Menciptakan kepastian pasar 2. Perbaikan sistem pemasaran 3. Menciptakan peluang dengan menfasilitasi industri pengolahan di

Indonesia 4. Membatasi impor produk turunan 5. Memperkuat kelmbagaan petani untuk pemasaran 6. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait untuk pengturan

sistem pemasaran 7. Memanfaatkan peluang ekspor dengan penguatan kelembagaan

petani 3 Industri

pengolahan masih kurang

1. Melatih petani untuk meningkatkan nilai tambah melalui pasca panen dan pengolahan produk teh

4 SDM masih lemah 1. Pembinaan dan Pelatihan petugas lapangan 2. Pembinaan dan Pelatihan petani 3. Koordinasi dan konsultasi terkait pengembangan teh dengan

perusahaan 5 Lemahnya inovasi

teknologi 1. Pembinaan dan pelatihan terhadap tenaga teknis dilapangan dan

petani untuk memperbaiki pola budidaya, pasca panen dan pemasaran

2. Penyediaan benih unggul yang adaptif 6 Minimnya industri

pengolahan produk kakao

1. Pembinaan, pelatihan, Studi banding kepada kelompok tani 2. Mengundang investor untuk pengolahan produk kakao di

Indonesia 7 Lemahnya Modal

Petani 1. Pembinaan, pengawalan suvervisi dan sosialisasi pemanfaatan

bantuan pemerintah 2. Memanfaakan fasilitas kredit yang di sediakan oleh perbankan

dan lembaga lain 3. Mendorong perbankan dan lembaga keuangan lain untuk

memberikan fasilias kredit kepada petani

73 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 88: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Dalam upaya mendukung pertumbuhan produksi tanaman perkebunan

unggulan lainnya dilakukan kegiatan Pengembangan Tanaman unggulan

perkebunan lainnya melalui alokasi APBN Tahun 2016, Kegiatan Ditjen

Perkebunan yang mendukung upaya meningkatkan produksi tanaman

unggulan perkebunan lainnya tersebut sebagaimana dijelaskan pada

kegiatan pendukung pengembangan komoditas perkebunan berikut ini.

1. Kegiatan Pengembangan Kakao

Kegiatan Pengembangan Kakao dilaksanakan di 22 provinsi dan

lebih dari 100 kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kegiatan yang dilakukan antara lain intensifikasi kakao seluas

62.945 ha di 17 provinsi dan 66 kabupaten, peremajaan kakao

seluas 7.350 ha di 8 provinsi dan 24 kabupaten, perluasan kakao

seluas 1.420 ha di 7 provinsi, Pembangunan kebun induk dan entres

seluas 43 ha dan 11 kabupaten dan kegiatan dukungan lainnya

dengan menggunakan angaran sebesar 40,328 milyar. Pelaksanaan

kegiatan pengembangan kakao tersebut seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Kegiatan Pengembangan Kakao Tahun 2016 VOLUME SAT VOLUME SAT %

1 Intensifikasi Tanaman Kakao 236.336.000 62.470 Ha 235.090.000 99,47 62.470 Ha 100,00 51,32 2 Peremajaan Tanaman Kakao 62.079.171 7.350 Ha 61.107.925 98,44 7.350 Ha 100,00 53,91 3 Perluasan Tanaman Kakao 16.578.247 1.520 Ha 11.731.389 70,76 1.420 Ha 93,42 110,63 4 Pembanguan Kebun Induk dan

Entres1.359.267 43 Ha 1.299.828 95,63 43 Ha 100,00 60,93

5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

41.765.608 40.646.941 97,32 56,79

Pengawalan dan pendampingan tananan kako

13.421.920 101 Paket 12.955.727 96,53 101 Paket 100,00 58,68

TKP dan PL-TKP 10.084.490 500 Org 9.936.390 98,53 500 Org 100,00 53,67 Penaggungjawab pelaksanaan kegiatan kakao

584.840 1.557 565.937 96,77 1.507 OB 96,79 50,05

Pengembangan desa kakao 787.514 1 Keg 785.174 99,70 1 Keg 100,00 50,74 Integrasi tanaman kakao-ternak 3.992.470 8 KT 3.987.572 99,88 8 KT 100,00 50,31 Pengawalan dan pendampingan integrasi tanaman kakao-ternak

307.910 4 Keg 276.921 89,94 4 Keg 100,00 75,16

Operasional Substantion 1.283.032 4 Keg 1.178.374 91,84 4 Keg 100,00 70,39 Pelatihan penumbuhan kebersamaan petani kakao

1.656.304 1.374 Org 1.605.784 96,95 1.374 Org 100,00 57,63

Pelatihan penguatan kelembagaan petani kakao

399.555 90 Org 388.447 97,22 90 Org 100,00 56,95

Pelatihan penguatan kelembagaan lanjutan petani kakao

9.044.273 1.410 Org 8.763.342 96,89 1.410 Org 100,00 57,77

Pengawalan dan pendampingan kelembagaan petani

44.200 1 Keg 44.173 99,94 1 Keg 100,00 50,15

Peningkatan mutu kakao 159.100 1 Keg 159.100 100,00 1 Keg 100,00 50,00 6 Pengendalian OPT Kakao 5.784.455 2.610 Ha 5.685.749 98,29 2.610 Ha 100,00 54,27 7 SL-PHT Tan. Perkebunan (Kakao) 4.819.078 87 KT 4.309.329 89,42 87 KT 100,00 76,44

8 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan Kopi, Teh, Kakao di Pusat

387.760.691 55 Keg 375.197.624 96,76 55 Keg 100,00 58,10

TOTAL 755.123.250 733.768.957 97,17 65,30

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%)

Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 74

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 89: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi (0%-100%)

bahwa kegiatan pengembangan kakao mencapai nilai efisiensi

sebesar 65,30% (efisien). Kegiatan yang anomali adalah kegiatan

perluasan tanaman kakao (nilai efisiensi 110,63%) dengan serapan

sebesar 70,76% dan realisasi fisik sebesar 93,42%.

2. Kegiatan Pengembangan Teh

Kegiatan Pengembangan teh dilaksanakan di 4 provinsi dan 6

kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi teh seluas

2.245 ha, rehabilitasi tanaman teh seluas 650 ha dan kegiatan

dukungan lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman

teh pada Tahun 2016 tersebut seperti pada Tabel 9.

Tabel 9. Kegiatan Pengembangan Tanaman Teh Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Intensifikasi Tanaman Teh 3.792.800 1.845 Ha 3.035.387 80,03 1.845 Ha 100,00 99,92 4 Prov. 6 Kab.2 Rehabilitasi Tanaman Teh 10.227.761 650 Ha 10.127.750 99,02 650 Ha 100,00 52,44 4 Prov. 6 Kab.3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan) 1.908.632 1.541.751 80,78 95,32

Pengawalan dan pendampingan tananan teh 1.482.632 15 Paket 1.184.540 79,89 15 Paket 100,00 100,26 1 Prov. 1 KabOperasional Pendamping Teh 426.000 2 OB 357.211 83,85 2 OB 100,00 90,37 1 Prov. 2 Kab

TOTAL 15.929.193 14.704.888 92,31 82,56

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%)

FISIK NILAI EFISIENSI (%)

Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi (0%-100%),

nilai efesiensi kegiatan pengembangan teh adalah 82,56% (efisien).

Terjadi anomali pada kegiatan pengawalan dan pendampingan

dengan nilai efisiensi sebesar 100,26% disebabkan realisasi

75 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 90: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

anggaran sangat rendah (79,89%) sedangkan realisasi fisik 100%

dikarenakan adanya self-bloking pada item pekerjaan dalam satuan

volume yang sama.

3. Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit

Kegiatan Pengembangan kelapa sawit dilaksanakan di 24 provinsi

dan 82 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu perluasan

tanaman kelapa sawit seluas 820 ha dan kegiatan pendukung

lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kelapa sawit

tersebut seperti pada tabel 10.

Tabel 10. Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Perluasan Tanaman Kelapa Sawit 11.912.956 820 Ha 11.757.751 98,70 820 Ha 100,00 53,26 3 Prov. 4 Kab.2 Kegiatan Pendukung Lainnya

(Satuan)10.729.252 8.980.159 83,70 84,13

Operasinal TKP dan PL-TKP untuk K. sawit, Kakao dan Karet

7.631.560 343 Ha 6.675.255 87,47 343 Ha 100,00 81,33 24 Provinsi

Pembinaan dan Pengawalan program revitalisasi perkebunan (K. sawit, Kakao dan Karet)

1.407.660 75 Keg 1.146.818 81,47 75 Keg 100,00 96,33 24 Prov. 82 K.

Penilaian Kebun Revitalisasi Perkebunan

955.727 13 Keg 538.837 56,38 10 Keg 76,92 116,77 11 Provinsi

Pengawalan Perluasan Kelapa Sawit 526.305 7 Keg 412.247 78,33 7 Keg 100,00 104,18 3 Prov. 7 Kab.

Pengembangan Kelembagaan dan Usaha Petani Kelapa Sawit

208.000 175 Org 207.000 99,52 175 Pkt 100,00 51,20 1 Prov. 1 Kab.

Fasilitasi Pertemuan dan Koordinasi Penetapan Harga TBS

523.100 14 Keg 512.677 98,01 14 Keg 100,00 54,98 14 Prov. 14 k.

3 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan di Pusat

925.965 5 Keg 925.965 100,00 5 keg 100,00 50,00 Pusat

TOTAL 23.568.173 21.663.875 91,92 62,46

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK NILAI

EFISIENSI (%)

NO KEGIATANTARGET REALISASI

Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi (0%-100%),

nilai efisiensi kegiatan pengembangan kelapa sawit adalah 62,46%

(efisien) kegiatan yang anomali antara lain penilaian kebun

revitalisasi 116,77% dan pengawalan perluasan kelapa sawit

76 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 91: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

104,18%. Hal ini disebabkan realisasi penggunaan anggaran jauh

lebih kecil dari realisasi fisik dikarenakan adanya pengurangan

biaya terhadap item pekerjaan dalam satuan volume yang sama.

4. Kegiatan Pengembangan Tanaman Sagu

Kegiatan Pengembangan tanaman sagu dilaksanakan di 3 provinsi

dan 12 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu perluasan

tanaman sagu seluas 300 ha, penataan tanaman sagu seluas 1.410

ha, pembangunan kebun sumber benih sagu dan kegiatan

pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan sagu

tersebut seperti pada Tabel 11.

Tabel 11. Kegiatan Pengembangan Sagu Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Perluasan Tanaman Sagu 2.892.000 300 Ha 2.729.337 94 300 Ha 100,00 64,06 1 Provinsi2 Penataan Tanaman Sagu 6.856.448 1.410 Ha 6.861.608 100 1.410 Ha 100,00 49,81 3 Prov. 9 Kab.3 Pembangunan Kebun Suber Benih

sagu237.140 5 Ha 205.366 87 5 Ha 100,00 83,50 3 Prov. 9 Kab.

4 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

1.989.250 1.915.512 96 60,77

Pengawalan perluasan tanaman sagu 141.500 2 Keg 135.350 96 2 Keg 100,00 60,87 1 Prov. 2 KabPengawalan penataan varietas sagu 788.450 12 Keg 720.862 91 12 Keg 100,00 71,43 3 Prov. 12 KabPelatihaan penumbuhan kebersamaan petani sagu

1.059.300 900 Org 1.059.300 100 900 Keg 100,00 50,00 4 Prov. 4 Kab

TOTAL 11.974.838 11.711.823 98 64,53

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%)

Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan pada Tabel 11, dapat dijelaskan bahwa nilai

efisiensi kegiatan pengembangan sagu adalah sebesar 64,53%

(efisien).

77 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 92: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

5. Kegiatan Pengembangan Tanaman Karet

Kegiatan Pengembangan tanaman karet dilaksanakan di 10 provinsi

dan 18 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu peremajaan

tanaman karet seluas 3.469 ha, perluasan tanaman karet seluas

450 ha, pembangunan sumber benih karet seluas 21 ha dan

kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan

karet tersebut seperti pada Tabel 12.

Tabel 12. Kegiatan Pengembangan Karet Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Peremajaan Tanaman Karet 25.939.090 3.469 Ha 25.286.409 97,48 3.469 Ha 100,00 56,29 10 Prov.18 Kab2 Perluasan Tanaman Karet 5.822.000 450 Ha 5.793.862 99,52 450 Ha 100,00 51,21 3 Prov 3 Kab3 Pembangunan Sumber Benih Karet 3.598.187 24 Ha 3.008.056 83,60 21 Ha 87,50 61,15 10 Prov.18 Kab4 Kegiatan Pendukung Lainnya

(Satuan)3.864.734 3.402.393 88,04 71,03

Pengawalan peremajaan karet 2.234.644 28 Keg 1.859.196 83,20 28 Keg 100,00 92,00 10 Prov18 KabPengawalan perluasan karet 393.600 5 Keg 356.718 90,63 5 Keg 100,00 73,43 5 Prov 5 KabPelatihan penumbuhan kebersamaan petani karet

818.700 657 Org 792.021 96,74 657 Paket 100,00 58,15 6 Prov. 7 Kab

Pengembangan kelembagaan dan usahatani karet

233.000 30 Org 233.000 100,00 30 Org 100,00 50,00 1 Prov. 1 Kab

Pembinaan dan pengawalan pemberdayaan kelembagaan petani

184.790 6 Keg 161.458 87,37 6 Keg 100,00 81,57 6 Prov 6 Kab

5 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan (Karet, Kelapa dll) di Pusat

799.716 3 Keg 776.655 97,12 3 keg 100,00 57,21 Pusat

TOTAL 40.023.727 38.267.375 95,61 59,38

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%) NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan pengembangan karet, dapat dijelaskan bahwa

nilai efesiensi kegiatan pengembangan karet adalah sebesar 59,38%

(efisien).

6. Kegiatan Pengembangan Tanaman Kelapa

Kegiatan Pengembangan tanaman kelapa dilaksanakan di 15

provinsi dan 61 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu

peremajaan tanaman kelapa seluas 9.630 ha, perluasan tanaman

78 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 93: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

kelapa seluas 3.750 ha, pembangunan kebun benih kelapa seluas

232 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan

pengembangan karet tersebut seperti pada Tabel 13.

Tabel 13. Kegiatan Pengembangan Kelapa Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Peremajaan Tanaman Kelapa 34.468.876 9.630 Ha 32.259.864 94 9.630 Ha 100,00 66,02 12 Prov. 39 Kab.2 Perluasan Tanaman Kelapa 13.321.302 3.750 Ha 12.759.484 96 3.750 Ha 100,00 60,54 7 Prov. 19 Kab.3 Pembangunan Kebun Sumber

Benih Kelapa3.028.246 232 Ha 2.514.574 83 232 Ha 100,00 92,41 7 Prov. 19 Kab.

4 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

7.931.502 7.265.107 92 74,91

Pengawalan peremajaan tanaman karet

3.426.225 61 Keg 2.902.245 85 61 Keg 100,00 88,23 15 Prov. 61 Kab

Pelatihan penumbuhan keberhasilan kebersamaan petani kelapa

581.090 626 Org 562.042 97 626 Org 100,00 58,19 15 Prov. 61 Kab

Pembinaan dan pengawalan pemberdayaan kelembagaan petani kelapa

188.500 4 Keg 152.813 81 4 Keg 100,00 97,33 4 Prov. 4 Kab

Pengawalan perluasan kelapa 3.735.687 24 Keg 3.648.007 98 24 Keg 100,00 55,87 7 Prov. 19 Kab.TOTAL 58.749.926 54.799.029 93 73,47

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%)

Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan pengembangan kelapa, dapat dijelaskan bahwa

nilai efisiensi kegiatan pengembangan kelapa adalah sebesar

73,47% (efisien).

7. Kegiatan Pengembangan Tanaman Kopi

Kegiatan Pengembangan tanaman kopi dilaksanakan di 4 provinsi

dan 6 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi kopi

arabika seluas 4.650 ha dan intensifikasi tanaman kopi robusta

seluas 2.300 ha, perluasan Tanaman kopi seluas 80 ha,

pembangunan kebun induk kopi dan kegiatan pendukung lainnya.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kopi tersebut

seperti pada Tabel 14.

79 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 94: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 14. Pengembangan Tanaman Kopi Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Intensifikasi Tanaman Kopi arabika 10.174.376 4.400 Ha 10.140.616 99,67 4.400 Ha 100,00 50,83 7 Prov. 15 Kab.2 Intensifikasi Tanaman Kopi robusta 10.868.119 2.100 Ha 10.837.231 99,72 2.100 Ha 100,00 50,71 8 Prov. 11 Kab.3 Perluasan Tanaman Kopi 820.000 100 Ha 615.623 75,08 80 Ha 80,00 65,39 1 Prov. 1 Kab4 Peembangunan Kebun Induk Kopi 542.605 21 Ha 502.897 92,68 19 Ha 90,48 43,91 8 Prov. 11 Kab.5 Kegiatan Pendukung Lainnya

(Satuan)9.096.878 6.958.601 76,49 99,64

Pengawalan dan pendampingan tananan kopi

3.113.106 36 Paket 2.642.615 84,89 36 Paket 100,00 87,78 12 Pro. 17 Kab

Penaggungjawab pelaksanaan kegiatan kopi

181.800 504 173.100 95,21 504 OB 100,00 61,96 9 Pro. 15 Kab

Pelatihan penumbuhan kebersamaan petani kopi

3.677.050 2.494 Org 2.533.480 68,90 2.494 Org 100,00 127,75 1 Pro. 3 Kab

Pelatihan penguatan kelembagaan petani kopi

1.853.500 300 Org 1.403.050 75,70 300 Org 100,00 110,76 1 Pro. 2 Kab

IG Tanaman kopi 271.422 5 Org 206.356 76,03 5 Org 100,00 109,93 3 Prov. 5 kabTOTAL 31.501.978 29.054.968 92,23 62,09

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%)

Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan pengembangan kopi, dapat dijelaskan bahwa nilai

efisiensi kegiatan pengembangan kopi adalah sebesar 62,09%

(efisien).

8. Kegiatan Pengembangan Tanaman Jambu Mete

Kegiatan Pengembangan tanaman jambu mete dilaksanakan di 3

provinsi dan 14 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu

perluasan tanaman jambu mete seluas 2.325 ha, pembangunan

kebun benih jambu mete seluas 26 ha dan kegiatan pendukung

lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan jambu mete tersebut

seperti pada tabel 15.

80 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 95: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 15. Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Perluasan Tanaman Jambu

Mete13.537.495 2.325 Ha 13.214.591 97,61 2.325 Ha 100,00 55,96 3 Prov 11 Kab

2 Pembangunan Kebun Sumber Benih Jambu Mete

677.746 26 Ha 498.818 73,60 26 Ha 100,00 116,00 3 Prov 11 Kab

3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

953.128 14 Keg 890.443 93,42 66,44

Pengawalan perluasan tanaman jambu mete

953.128 14 Keg 890.443 93,42 14 Keg 100,00 66,44 3 Prov 14 Kab

TOTAL/RATA-RATA 15.168.369 14.603.852 96,28 79,47

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%)

Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan pengembangan jambu mete, dapat dijelaskan

bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan jambu mete adalah

sebesar 79,47% (efisien).

9. Kegiatan Pengembangan Tanaman Kapas

Kegiatan Pengembangan tanaman kapas dilaksanakan di 4 provinsi

dan 20 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman

tanaman kapas seluas 450 ha dan kegiatan pendukung lainnya.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan kapas tersebut seperti dalam

Tabel 16.

Tabel 16. Pengembangan Tanaman Kapas Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Penanaman Kapas 968.400 450 Ha 949.518 98,05 450 Ha 100,00 54,87

2 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

3.421.277 3.132.652 91,56 50,98

Pemberdayaan petani kapas 225.760 420 Org 221.350 98,05 340 Ha 80,95 (2,79)

Monitoring Evaluasi dan Pelaporan 437.697 20 Keg 375.327 85,75 20 Org 100,00 85,62

TKP dan PLP-TKP Kapas 2.757.820 89 Keg 2.535.975 91,96 89 Keg 100,00 70,11

TOTAL/RATA-RATA 4.389.677 4.082.170 92,99 52,93

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%)

81 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 96: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan pengembangan kapas, dapat dijelaskan bahwa

nilai efisiensi kegiatan pengembangan kapas adalah sebesar 52,93%

(efisien).

10. Kegiatan Pengembangan Tanaman Nilam

Kegiatan Pengembangan tanaman nilam dilaksanakan di 9 provinsi

dan 22 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman nilam

seluas 25 ha, pembangunan kebun benih sebar nilam seluas 20 ha

dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan

pengembangan nilam tersebut seperti pada Tabel 17.

Tabel 17. Pengembangan Tanaman Nilam Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Penanaman Nilam 583.640 106 Ha 569.890 97,64 86 Ha 81,13 (0,88) 9 Prov. 22 Kab.

2 Pembangunan Kebun Benih Sebar Nilam

1.675.126 22 Ha 1.401.962 83,69 20 Ha 90,91 69,84 9 Prov. 22 Kab.

3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

598.609 538.427 89,95 20,58

Pemberdayaan Petani Nilam 304.480 480 Org 303.032 99,52 450 Ha 93,75 34,60 6 Prov. 14 Kab.

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

294.129 22 Keg 235.395 80,03 15 Org 68,18 6,55 8 Prov. 16 Kab.

TOTAL/RATA-RATA 2.857.375 2.510.279 87,85 29,85

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%)

FISIK NILAI

EFISIENSI (%)

Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan pengembangan nilam, dapat dijelaskan bahwa

nilai efisiensi kegiatan pengembangan nilam adalah sebesar 29,85%

(efisien).

82 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 97: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

11. Kegiatan Pengembangan Tanaman Tembakau

Kegiatan Pengembangan tanaman tembakau dilaksanakan di 8

provinsi dan 16 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu

penanaman tembakau seluas 195 ha dan kegiatan pendukung

lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan tembakau tersebut

seperti pada Tabel 18.

Tabel 18. Pengembangan Tanaman Tembakau Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Penanaman Tembakau 1.103.490 195 Ha 1.005.308 91,10 195 Ha 100,00 72,24 7 Prov. 11 Kab.2 Kegiatan Pendukung Lainnya

(Satuan)397.009 261.290 65,81 62,41

Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan

46.410 100 Org 43.699 94,16 100 Org 100,00 64,60 3 Provinsi

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

350.599 17 Keg 217.591 62,06 11 Keg 64,71 60,21 8 Prov. 16 Kab.

TOTAL/RATA-RATA 1.500.499 1.266.598 84,41 67,33

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%)

Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan pengembangan tembakau, dapat dijelaskan bahwa

nilai efisiensi kegiatan pengembangan tembakau adalah sebesar

67,33 (efisien). Keadaan anomali terjadi pada kegiatan monitoring

dan pelaporan kegiatan disebabkan karena terjadi self-bloking

pada satuan volume kegiatan yang sama.

12. Kegiatan Pengembangan Tanaman Lada

Kegiatan Pengembangan tanaman lada dilaksanakan di 4 provinsi

dan 13 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi

tanaman lada seluas 1.845 ha, pembangunan kebun induk tanaman

83 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 98: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

lada seluas 11 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan

kegiatan pengembangan lada tersebut seperti pada Tabel 19.

Tabel 19. Pengembangan Tanaman Lada Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Intensifikasi Tanaman Lada 2.974.405 1.850 Ha 2.855.675 96,01 1.845 Ha 99,73 59,33 4 Prov. 9 Kab.2 Pembangunan Kebun Induk

Lada735.167 14 697.936 94,94 13 Ha 92,86 44,40 4 Prov. 9 Kab.

3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

1.034.900 940.976 90,92 127,09

Perencanaan 46.400 1 Paket 21.000 45,26 1 Paket 100,00 186,85 1 Provinsi

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

b l d

988.500 13 Keg 919.976 93,07 13 Keg 100,00 67,33 4 Prov. 13 Kab.

TOTAL/RATA-RATA 4.744.472 4.494.587 94,73 76,94

NO KEGIATANTARGET REALISASI NILAI

EFISIENSI (%)

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi

kegiatan pengembangan lada adalah sebesar 76,94% (efisien).

Terjadi anomali pada kegiatan perencanaan pengembangan

tanaman lada karena terjadi self-bloking pada paket kegiatan.

13. Kegiatan Pengembangan Tamanan Pala

Kegiatan Pengembangan tanaman pada dilaksanakan di 5 provinsi

dan 12 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi

tanaman pala seluas 1.170 ha, rehabilitasi tanaman pala seluas 200

ha, perluasan tanaman pala di lahan kering seluas 700 ha,

Pemeliharaan kebun induk pala seluas 6 ha dan kegiatan

pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan pala

tersebut seperti pada Tabel 20.

84 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 99: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 20. Pengembangan Tanaman Pala Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Intensifikasi Tanaman Pala 5.815.018 1.220 Ha 5.461.196 93,92 1.170 Ha 95,90 55,18 4 Prov. 6 Kab.2 Rehabilitasi Tanaman Pala 1.281.000 200 Ha 1.281.000 100,00 200 Ha 100,00 50,00 1 Prov. 1 Kab3 Perluasan Pala di Lahan Kering 2.870.000 700 Ha 2.849.000 99,27 700 Ha 100,00 51,83 1 Prov. 1 Kab4 Pemeliharaan Kebun Induk Pala 44.720 6 Ha 41.720 93,29 6 Ha 100,00 66,77 1 Prov. 1 Kab5 Kegiatan Pendukung Lainnya

(Satuan)1.221.548 871.570 71,35 77,36

Penilaian BlokPenghasil Tinggi Pala 48.500 1 Paket 48.000 98,97 1 Paket 100,00 52,58 1 Prov. 1 Kab

Indikasi Geografis Tanaman Pala 225.000 2 Paket 225.000 100,00 2 Paket 100,00 50,00 1 Prov. 1 Kab

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan lada

948.048 12 Keg 646.570 68,20 12 Keg 100,00 129,50 5 Prov 12 Kab

TOTAL/RATA-RATA 11.232.286 10.504.486 93,52 60,23

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%)

Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi

kegiatan pengembangan pala adalah sebesar 60,23% (efisien).

14. Kegiatan Pengembangan Tanaman Cengkeh

Kegiatan Pengembangan tanaman cengkeh dilaksanakan di 6

provinsi dan 16 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu

rehabilitasi tanaman cengkeh seluas 1.665 ha, perluasan tanaman

cengkeh dilahan kering seluas 200 ha, intensifikasi tanaman

cengkeh seluas 1.000 ha, pemeliharaan kebun induk cengkeh seluas

8 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan

pengembangan tanaman cengkeh tersebut seperti pada Tabel 21.

85 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 100: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 21. Pengembangan Tanaman Cengkeh Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Rehabilitasi Tanaman Cengkeh 3.334.607 1.665 Ha 2.272.544 68,15 1.665 Ha 100,00 129,62 4 Prov. 5 Kab2 Perluasan Cengkeh di Lahan

Kering601.000 200 Ha 538.792 89,65 200 Ha 100,00 75,88 1 Prov. 1 Kab

3 Intensifikasi Cengkeh 5.078.000 1.000 Ha 5.043.421 99,32 1.000 Ha 100,00 51,70 2 Prov. 4 Kab4 Pemeliharaan Kebun Induk

Cengkeh88.830 8 Ha 82.765 8 Ha 100,00 67,07 2 Prov. 4 Kab

5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

1.501.006 1.055.234 70,30 93,57

Penilaian Blok Penghasil Tinggi Cengkeh

80.220 3 Paket 77.260 96,31 3 Paket 100,00 59,22 2 Prov. 4 Kab

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan lada

1.420.786 16 Keg 977.974 68,83 16 Keg 100,00 127,92 6 Prov 15 Kab

TOTAL/RATA-RATA 10.603.443 8.992.756 84,81 83,57

NO KEGIATANTARGET REALISASI

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%)

Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efIsiensi

kegiatan pengembangan tanaman cengkeh adalah sebesar 83,57%

(efisien). Terjadi anomali terhadap kegiatan rehabilitasi tanaman

cengkeh dengan nilai efisiensi sebesar 129,62% disebabkan ada

self-bloking beberapa spesifikasi kegiatan dalam paket kegiatan

yang sama. Sedangkan terjadi anomali pada kegiatan monitoring,

evaluasi dan pelaporan pengembangan lada (127,92%) disebabkan

adanya self-bloking pada kegiatan tersebut namun target fisik

tetap sama.

15. Kegiatan Pengembangan Kemiri Sunan

Kegiatan Pengembangan tanaman kemiri sunan dilaksanakan di 3

provinsi dan 3 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu

pengembangan tanaman kemiri sunan seluas 15 ha, pemeliharaan

kebun induk kemiri sunan seluas 5 ha dan kegiatan pendukung

86 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 101: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kemiri sunan

tersebut seperti pada Tabel 22.

Tabel 22. Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan Tahun 2016

VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Pengembangan Tanaman

Kemiri Sunan833.720 150 Ha 768.009 92,12 150 Ha 100,00 69,70 3 Prov 3 Kab

2 Pemeliharaan Kebun Sumber Benih Kemiri Sunan

40.217 5 Ha 40.217 100,00 5 Ha 100,00 50,00 3 Prov 3 Kab

3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

160.850 1 Keg 118.750 73,83 1 Keg 100,00 115,43

Pengawalan pengembangan tanaman keniri sunan

160.850 3 Keg 118.750 73,83 3 Keg 100,00 115,43 2 Prov 2 Kab

TOTAL/RATA-RATA 1.034.787 926.976 89,58 78,38

KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK

NILAI EFISIENSI

(%) NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

Sumber: Statistik Ditjen Perkebunan, 2017 (diolah)

Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian

kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi

kegiatan pengembangan kemiri sunan adalah sebesar 78,38%

(efisien).

3.3.1.2. Pencapaian Kinerja terhadap Pencapaian Kinerja Beberapa Tahun Terakhir

Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan terhadap pencapaian

kinerja Tahun 2014 dan Tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 23.

Tabel 23. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan Terhadap Pencapaian Kinerja Tahun 2014 dan Tahun 2015

Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %

Rata-rata Pertumbuhanproduksi tanaman tebu(%)

100,00 101,10 101,10 112,91 101,94 90,28 110,03 88,99 80,88 80,00 89,58

Rata-rata Pertumbuhanproduksi tanamanperkebunan unggulanlainnya (%)

100,00 104,32 104,32 105,89 105,45 99,58 102,45 101,36 98,84 94,75 99,25

Indikator Kinerja Program Capaian Kinerja 2014 (%) Capaian Kinerja 2015 (5) Capaian Kinerja 2016 (%) 2016 dibanding 2014 (%)

2016 dibanding 2015 (%)

Sumber: Statistik Ditjen Perkebunan, 2017 (diolah)

87 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 102: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Berdasarkan Tabel 23 di atas dapat dijelaskan bahwa:

1. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman tebu Tahun 2016

dibanding rata-rata pertumbuhan produksi Tahun 2015 dan Tahun

2014 sebagai berikut:

a. Kinerja Tahun 2016 adalah sebesar 80,88% atau turun sebesar

(-20,00%) atau 80,00% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun

2014 sebesar 101,10%.

b. Kinerja Tahun 2016 adalah 80,88% atau turun sebesar (-10,42%)

atau 89,58% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun 2015

sebesar 90,28%.

2. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan

lainnya Tahun 2016 dibanding rata-rata pertumbuhan produksi

Tahun 2015 dan Tahun 2014 sebagai berikut:

a. Kinerja Tahun 2016 adalah sebesar 98,84% atau turun sebesar

(-5,25%) atau 94,75% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun

2014 sebesar 104,32%.

b. Kinerja Tahun 2016 adalah 98,84% atau turun sebesar (-0,75)%

atau 99,25% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun 2015

sebesar 99,58%.

Perbandingan kinerja Tahun 2016 dan kinerja Tahun 2015 dan

kinerja Tahun 2014 per komoditas perkebunan unggulan lainnya

dapat disajikan pada Tabel 24.

88 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 103: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 24. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Tahun 2015 Dan Tahun 2014 per Komoditas

2014

Kinerja (%) Target (%) Kinerja (%) Target (%) Kinerja (%)

1 Kakao 101,05 116,35 70,01 102,45 108,05 106,93 154,34 2 Teh 106,12 116,35 73,84 102,45 106,00 99,88 143,56 3 Kelapa Sawit 105,39 116,35 91,21 102,45 104,39 99,06 114,46 4 Sagu 200,34 116,35 117,29 102,45 101,42 50,62 86,47 5 Pala 116,20 116,35 88,53 102,45 99,63 85,74 112,54 6 Tembakau 120,59 116,35 83,99 102,45 98,80 81,93 117,63 7 Lada 96,06 116,35 80,10 102,45 98,41 102,45 122,85 8 Karet 97,40 116,35 85,74 102,45 97,99 100,61 114,30 9 Kopi 95,26 116,35 85,35 102,45 97,59 102,45 114,34

10 Cengkeh 111,34 116,35 98,27 102,45 97,53 87,59 99,24 11 Kemiri Sunan 300,00 116,35 325,17 102,45 97,35 32,45 29,94

12 Kelapa 98,50 116,35 83,51 102,45 96,61 98,08 115,68

13 Nilam 101,01 116,35 81,17 102,45 96,04 95,08 118,32

14 Jambu Mete 113,08 116,35 90,06 102,45 92,28 81,61 102,47

15 Kapas 40,67 116,35 85,72 102,45 91,95 226,07 107,27

KINERJA (%)KINERJA 2016 DIBANDING

2014

KINERJA 2016 DIBANDING

2015

2015 2016NO KOMODITAS

Sumber: Statistik Ditjen Perkebunan, 2017 (diolah)

Berdasar Tabel 24 di atas dapat dijelaskan bahwa:

1. Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan dengan Tahun

2015 secara umum mengalami kenaikan sebesar 3,54%. Jika di lihat

per komoditas kinerja tertinggi secara berurutan yaitu kakao

(154%), teh (143%), lada (122%), nilam (118%), tembakau (117%),

kelapa (116%), kelapa sawit (114%), kopi (114%), karet (114%), pala

(112%), kapas (107%) dan jambu mete (102%). Sedangkan kinerja

yang mengalami penurunan yaitu cengkeh (99%), sagu (86%) dan

kemiri sunan 29%.

2. Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan dengan Tahun

2014 secara umum mengalami penurunan sebesar 1,16%. Jika di

89 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 104: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

lihat per komoditas kinerja tertinggi secara berurutan yaitu kapas

(226%) kakao (107%), lada (103%), kopi (103%), karet 101% dan teh

100%. Sedangkan beberapa komoditas perkebunan unggulan

mengalami penurunan antara 32% komoditas kemiri sunan dan 99%

komoditas kelapa sawit.

3.3.1.3. Pencapaian Kinerja terhadap sasaran Renstra

Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan terhadap sasaran

Renstra Ditjen Perkebunan Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel

25.

Tabel 25. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Sasaran Renstra Tahun 2015-2019 Per Komoditas

2015 2016 2017 2018 20191 Rata-rata Pertumbuhan Produksi

Tanaman Tebu12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78 -

2 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya

16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49 -

1 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu

112,91 124,23 132,97 139,05 145,12 - 145,12

2 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya

116,35 119,20 122,66 126,20 129,81 - 129,81

1 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu

89,30 80,00 - - 61,63 - 61,63

2 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya

95,46 98,84 - - 76,14 - 76,14

REALISASI IKP SAMPAI DENGAN TAHUN INI

TARGET IKP PER TAHUNNO INDIKATOR RATA-RATA AKUMULASI S.D 2019

TARGET IKP SAMPAI DENGAN TAHUN INI

Sumber: Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan 2015-2018, 2015

Target sasaran program (outcomes) sesuai Renstra Ditjen Perkebunan

Tahun 2015-2019 merupakan target jangka menengah yang ditunjukkan

oleh capaian produksi pada Tahun 2019. Oleh karena itu sesuai dengan

target IKP Per Tahun dan di konversi menjadi target IKP sampai dengan

tahun ini sedangkan pengukurannya ditentukan oleh tahun dasar dalam

90 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 105: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

penentuan target IKP yaitu capaian produksi Tahun 2014. Berdasarkan

analisis ini diperoleh capaian kinerja Tahun 2016 dibandingkan sasaran

Renstra (target IKP sampai dengan Tahun 2019) sebagai berikut:

1. Pencapaian kinerja Tahun 2016, Rata-rata pertumbuhan produksi

tebu sebesar 80,88% dibanding Tahun 2014 sebesar 80,00%, kinerja

ini jika dibanding dengan sasaran Renstra Tahun 2019 mencapai

61,63%. Ini berarti dengan waktu 3 tahun yang tersisa Ditjen

perkebunan masih memiliki tanggung jawab 38,37% untuk

mencapai target Renstra.

2. Pencapaian kinerja Tahun 2016, Rata-rata pertumbuhan produksi

tanaman perkebunan unggulan lainnya 103,11%, dibanding Tahun

2014 sebesar 98,84%, kinerja ini jik= dibanding dengan sasaran

Renstra Tahun 2019 mencapai 76,14%. Ini berarti dengan waktu 3

tahun yang tersisa Ditjen perkebunan masih memiliki tanggung

jawab 23,86% untuk mencapai target Renstra.

3.3.2. Capaian Kinerja Lainnya

3.3.2.1. Pencapaian Kinerja Indikator Makro

Komoditas perkebunan merupakan sumber devisa Negara karena banyak

komoditasnya yang diekspor keluar negeri dan sebagai indikator

pendapatan pemerintah pada sektor pertanian termasuk sub sektor

perkebunan. Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan terhadap

indikator makro, selama lima tahun terakhir (2011-2015) mengalami

peningkatan pada semua indikaor khususnya PDB berdasarkan harga

berlaku mencapai 11,27% dan berdasarkan harga konstan Tahun 2011 91

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 106: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, Keterlibatan tenaga

kerja di sektor perkebunan yang diperkirakan untuk Tahun 2016

berjumlah 23,38 juta orang mengalami peningkatan sebesar 3,24%.

Neraca perdagangan untuk komoditi perkebunan Tahun 2016 mencapai

US$ 20,72 milyar, mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,59% sejak

Tahun 2011. Pada Tahun 2011-2015 hasil ekspor perkebunan mengalami

penurunan rata-rata sebesar 0,51% setiap tahun, sedangkan Nilai Tukar

Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator

kesejahteraan petani pada bulan Januari 2016 sebesar 104,41 dan pada

bulan September 2016 mencapai 107,85 dan mengalami kenaikan

sebesar 3,57% dibandingkan dengan Tahun 2013 sebesar 104,13.

Perkembanganan capaian Indikator makro Tahun 2011 sampai dengan

Tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2011-2015

Laju Pertumbuhan

1 Pertumbuhan PDB

- harga berlaku (Rp milyar) 303.403 323.362 358.172 398.261 411.863 7,99

- harga konstan 2010 (Rp milyar) 281465 301.020 319.533 338.502 350.490 5,64

2Keterlibatan tenaga kerja (juta orang) 20,94 21,12 22,51 22,16 22,43 1,78

3Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 29,36 25,77 22,63 22,84 20,72 (8,19)

4 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 32,22 29,96 26,77 26,78 23,93 (7,07)5 NTP Perkebunan Rakyat 109,58 108,34 106,38 100,86 97,03 (2,98)

Th 2011-2016 (%)

NO. INDIKATOR CAPAIAN

2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : BPS, 2016 Keterangan : Di luar perikanan dan kehutanan

92 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 107: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3.3.2.2. Pencapaian Kinerja Indikator Mikro

Sesuai dengan tugas dan fungsinya Ditjen Perkebunan mempunyai tugas

meningkatkan produksi dan produktivitas perkebunan. Pencapaian

kinerja ini digambarkan melalui capaian produksi dan produktivitas

secara nasional 16 komoditas unggulan Direktorat Jenderal Perkebunan.

3.1.3.1. Produksi

Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 6 tahun

(2011–2016) mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan produksi

rata-rata sebesar 3,51% per tahun.

Beberapa komoditas unggulan utama selama 6 tahun terakhir

mengalami peningkatan produksi per tahun yaitu sagu (42,37%),

cengkeh (14,75%), pala (9,26%), kelapa sawit (7,58%), jambu mete

(2,71%), karet (1,15%), tembakau (0,83%) dan kopi (0,11%). Namun

sebaliknya beberapa komoditas mengalami penurunan produksi yang

cukup serius yaitu kemiri sunan (-20,00%), kapas (-14,47%), nilam

(-7,03%), kelapa (-1,84%), lada (-1,08%), kakao (-1,10%), teh (-0,58%)

dan tebu (-0,07%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari

keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat

menstimulasi peningkatan produksi tanaman melalui penerapan IPTEK

dan 4-ASI (intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi),

yang didukung dengan sistem penyuluhan, pengawalan, pendampingan

yang intensif dan keterkaitan antara seluruh aspek budidaya dan

penyiapan benih, perlindungan tanaman, pasca panen, pengolahan dan

pemasaran hasil perkebunan serta aspek penelitian dan pengembangan

93 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 108: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

sehingga teknologi mudah diakses. Sedangkan terjadi penurunan

produksi secara umum disebabkan oleh anomali iklim dan terjadinya

penurunan luas areal tanaman. Khusus untuk kemiri sunan produksi

sangat minim karena sebagain besar tidak dipanen akibat belum

tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya.

Rincian produksi per komoditas dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2010 – 2015

2011 2012 2013 2014 2015 2016*)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

I. TANAMAN SEMUSIM

1. Tebu (Hablur) 2.267.887 2.591.687 2.551.026 2.579.173 2.497.997 2.222.971 -0,072. Kapas (Serat Kering) 2.275 2.948 1.871 761 759 715 -14,473. Tembakau (Daun Kering) 214.524 260.818 164.448 198.301 193.790 196.154 0,834. Nilam (Daun Kering) **) 2.866 2.648 2.082 2.103 1.986 1.954 -7,03

II. TANAMAN TAHUNAN

5. Karet (Karet Kering) 2.990.184 3.012.254 3.237.433 3.153.186 3.145.398 3.157.780 1,156. Kelapa Sawit (CPO) 23.096.541 26.015.518 27.782.004 29.278.189 31.070.015 33.229.381 7,587. Kelapa (Kopra) 3.174.379 3.189.897 3.051.585 3.005.916 2.920.665 2.890.735 -1,848. Kopi (Kopi Berasan) 638.647 691.163 675.881 643.857 639.412 639.305 0,119. Kakao (Biji Kering) 712.231 740.513 720.862 728.414 593.331 656.817 -1,10

10. Jambu Mete (Gldg Kering) 114.789 116.915 116.113 131.302 137.580 130.072 2,7111. Lada (Lada Kering) 87.089 91.039 91.039 87.448 81.501 82.167 -1,0812. Cengkeh (Bunga Kering) 72.207 99.890 109.694 122.134 139.641 139.522 14,7513. Teh (Daun Kering) 150.776 145.575 145.460 154.369 132.615 144.015 -0,5814. Pala (Biji Kering) 22.252 25.321 28.167 32.729 33.711 34.408 9,2615. Sagu (Tepung Sagu) 85.960 132.309 155.061 310.656 423.946 440.516 42,3716. Kemiri Sunan (Biji Kering) 1 0 0 3 6 0

33.632.608 37.118.495 38.832.726 40.428.541 42.012.353 43.966.512 3,51

No. Komoditas PerkebunanRealisasi Produksi Perkebunan ( T o n )

Jumlah I dan II

Laju Pertumbuhan

(%)

Catatan : *) Angka Sementara **) Produksi 1 kg daun kering Nilam setara dengan 0,02% minyak nilam/atsiri Sumber: Data Statistik Perkebunan, 2016

3.1.3.2. Produktivitas

Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 6 tahun terakhir

(2011–2016) cenderung mengalami peningkatan dengan laju rata-rata

sebesar 2,56% per tahun. Laju peningkatan produktivitas tertinggi

94 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 109: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

adalah komoditas sagu sebesar 19,61%, cengkeh 12,98%, nilam 4,82%,

pala 4,77%, jambu mete 2,67%, teh 2,22%, lada 1,64%, kelapa sawit

1,37%, tembakau 0,93%, tebu 0,26%, kopi 0,16%. Sedangkan yang

mengalami penurunan adalah komoditas kapas (-8,14%), kelapa

(-0,96%), kemiri sunan (-0,14%), kakao (-0,80%) dan karet (-0,48%).

Rincian produktivitas per komoditas dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2011-2016

2011 2012 2013 2014 2015 2016*)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

II. TANAMAN SEMUSIM

13. Tebu (Hablur) 5.030 5.770 5.467 5.406 5.605 5.004 0,2614. Kapas (Serat Kering) 303 333 288 220 151 178 -8,1415. Tembakau (Daun Kering) 950 1.009 928 947 946 989 0,9316. Nilam (Daun Kering) 132 110 120 149 162 160 4,82

I. TANAMAN TAHUNAN

1. Karet (Karet Kering) 1.071 1.073 1.083 1.053 1.036 1.045 -0,482. Kelapa Sawit (CPO) 3.526 3.722 3.536 3.601 3.625 3.763 1,373. Kelapa (Kopra) 1.158 1.157 1.130 1.136 1.110 1.103 -0,964. Kopi (Kopi Berasan) 702 745 739 716 707 706 0,165. Kakao (Biji Kering) 821 850 880 803 775 784 -0,806. Jambu Mete (Gldg Kering) 367 364 359 416 430 414 2,677. Lada (Lada Kering) 784 771 776 921 828 833 1,648. Cengkeh (Bunga Kering) 238 325 350 390 441 424 12,989. Teh (Daun Kering) 1.477 1.467 1.465 1.683 1.495 1.618 2,22

10. Pala (Biji Kering) 387 466 469 484 479 482 4,7711. Sagu (Tepung Sagu) 1.854 1.921 2.174 4.198 3.656 3.696 19,6112. Kemiri Sunan (Biji Kering) 0 0 0 222 186 190 -0,14

18.800 20.083 19.764 22.345 21.632 21.389 2,56

No. Komoditas Perkebunan

Capaian Produktivitas (Kg/Ha)Laju

Pertumbuhan

(%)

Jumlah I dan II Catatan : *) Angka Sementara Sumber: Data Statistik Perkebunan, 2016

3.1.3.3. Luas

Perkembangan luas areal komoditas perkebunan selama 6 tahun

terakhir (Tahun 2011-2016) cenderung mengalami peningkatan rata-

rata sebesar 1,27%. Peningkatan tertinggi adalah komoditas sagu

16,80%, kelapa sawit 5,81%, pala 6,79%, kemiri sunan 3,74%, cengkeh

2,26%, dan karet 1,04%. Sedangkan komoditas yang mengalami 95

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 110: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

penurunan luas areal yaitu nilam (-7,51%), kapas (-1,95%), kelapa

(-1,09%), teh (-1,08%), lada (-1,04%), tembakau (-0,60%) kakao

(-0,35%), tebu (-0,23%) dan kopi (-0,08%). Peningkatan luas areal

disebabkan antara lain oleh meningkatnya minat perluasan karena

faktor harga dan teknologi yang mendukung. Sedangkan penurunan

disebabkan oleh semakin lemahnya minat karena anomali iklim,

dukungan pasar dan kurangnya dukungan teknologi untuk

mengantisipasinya.

Tabel 29. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2011 – 2016

2011 2012 2013 2014 2015 2016*)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

I. TANAMAN SEMUSIM

1. Tebu (Sugar cane) 451.788 451.255 469.227 478.108 454.171 445.520 -0,232. Kapas (Cotton) 10.238 9.565 8.738 3.670 6.118 5.919 -1,953. Tembakau (Tobacco) 228.770 270.290 192.809 215.865 209.095 206.337 -0,604. Nilam (Patchouli ) 28.615 31.155 28.226 20.714 18.626 18.562 -7,51

II. TANAMAN TAHUNAN

5. Karet (Rubber) 3.456.128 3.506.201 3.555.946 3.606.245 3.621.103 3.639.000 1,046. Kelapa sawit (Oil Palm) 8.992.824 9.572.715 10.465.020 10.754.801 11.260.277 11.914.499 5,817. Kelapa (Coconut) 3.767.704 3.781.649 3.654.478 3.609.812 3.585.599 3.566.103 -1,098. Kopi (Coffee) 1.233.698 1.235.290 1.241.712 1.230.495 1.230.001 1.228.512 -0,089. Kakao (Cocoa) 1.732.641 1.774.464 1.740.612 1.727.437 1.709.284 1.701.351 -0,35

10. Jambu mete (Cashewnut) 575.841 575.920 554.510 531.154 522.863 515.348 -2,1811. Lada (Pepper) 177.490 177.787 171.920 162.751 167.590 168.080 -1,0412. Cengkeh (Clove) 485.191 493.887 501.378 510.174 535.694 542.281 2,2613. Teh (Tea) 123.938 122.206 122.035 118.899 114.891 117.268 -1,0814. Pala (Nutmeg ) 122.396 134.709 140.424 158.326 168.904 169.285 6,7915. Sagu (Sago ) 102.601 127.157 128.106 135.484 196.415 213.280 16,8016. Kemiri Sunan 944 995 1.057 1.062 1.135 1.132 3,74

21.490.807 22.265.245 22.976.198 23.264.997 23.801.766 24.452.477 1,27

No. Komoditas Perkebunan

Luas Areal Perkebunan (Hektar)

Jumlah I dan II

Laju Pertumbuhan

(%)

Catatan: *) angka sementara Sumber: Data Statistik Perkebunan, 2016

3.4. Serapan Anggaran Program Direktorat Jenderal Perkebunan

Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi

dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (Maret

2016) sebesar Rp. 1.917.993.750.000,- mengalami refokusing pada

bulan April sehingga menjadi Rp. 1.759.314.989.000,-. Kemudian pada

96 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 111: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

bulan Agustus 2016 sesuai kebijakan Pemerintah sehingga terjadi

penghematan sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi

1.192.418.283.000,-. Kemudian pada bulan November sesuai kebijakan

Pemerintah dilakukan self-bloking sebesar Rp. 106.300.000.000,-,

sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp. 1.086.118.283,-.

Self-bloking adalah salah satu upaya membatasi terealisasinya anggaran

melalui pemblokiran sendiri sehingga secara pelaporan keuangan masih

harus dipertanggungjawabkan. Dengan adanya penghematan anggaran

maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang harus

dipertanggungjawabkan dalam perjanjian kinerja, sehingga kinerja

(capaian fisik) yang dipertangungjawabkan adalah penggunaan anggaran

dalam PK setelah self-bloking.

Serapan anggaran program/kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan

pada Tahun 2016 adalah sebesar 87,44% dibanding pagu anggaran Rp.

1.192.418.283.000,- atau 96,00% dibandingkan dengan pagu setelah

self-bloking sebesar Rp. 1.086.118.283,-dengan capaian fisik sebesar

99,74%. (selanjutnya yang digunakan adalah serapan setelah self-

bloking, hal ini disebabkan pembahasan akan terkait dengan capaian

fisik kegiatan). Serapan anggaran ini dapat dilihat berdasarkan kegiatan

Utama dan Kegiatan (output) Eselon II lingkup Ditjen Perkebunan,

berdasarkan jenis belanja, berdasarkan kewenangan dan berdasarkan

satker lingkup Ditjen Perkebunan.

97 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 112: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3.4.1. Serapan Anggaran Berdasarkan Kegiatan Utama

Serapan anggaran berdasarkan kegiatan utama Direktorat Jenderal

Perkebunan dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Kegiatan Utama

RP % PAGU % Blokir % Fisik

Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan

1.192.418.283.000 106.300.000.000 1.086.118.283.000 1.042.696.281.803 87,44 96,00 97,73

1 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 64.095.132.000 9.822.196.000 54.272.936.000 51.495.128.540 80,34 94,88 96,61 2 Pengembangan Tanaman Semusim 807.172.000 215.000 806.957.000 805.933.700 99,85 99,87 99,99 3 Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 544.048.691.000 42.138.435.000 501.910.256.000 488.395.224.925 89,77 97,31 98,67 4 Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha 1.814.777.000 1.286.000 1.813.491.000 1.768.361.972 97,44 97,51 97,86 5 Dukungan Perlindungan Perkebunan 110.231.426.000 7.325.375.000 102.906.051.000 99.927.422.194 90,65 97,11 98,80 6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen

Perkebunan151.802.940.000 12.029.094.000 139.773.846.000 130.625.335.711 86,05 93,45 95,19

7 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan

87.179.928.000 2.471.534.000 84.708.394.000 79.086.034.470 90,72 93,36 96,08

8 Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 119.380.478.000 19.360.702.000 100.019.776.000 97.145.461.611 81,37 97,13 99,23 9 Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 82.244.542.000 9.482.034.000 72.762.508.000 68.153.495.858 82,87 93,67 95,37

10 Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 30.813.197.000 3.669.129.000 27.144.068.000 25.293.882.822 82,09 93,18 97,54

NoNama Kegiatan / Output Pagu Block Amount Pagu setelah Blokir

Realisasi

Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)

Berdasarkan Tabel 30 dapat dijelaskan bahwa capaian serapan Ditjen

Perkebunan dikelompokkan berdasarkan kegiatan utama adalah sebagai

berikut:

1. Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar dengan penyerapan

anggaran sebesar 94,88% dan capaian fisik sebesar 96,61%.

2. Pengembangan Tanaman semusim dengan penyerapan anggaran

sebesar 99,87% dan capaian fisik sebesar 99,99%.

3. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan penyerapan

anggaran sebesar 97,31% dan capaian fisik sebesar 98,67%.

98 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 113: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

4. Peengembangan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha dengan

penyerapan anggaran sebesar 97,51% dan capaian fisik sebesar

97,86%.

5. Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan penyerapan anggaran

sebesar 97,11% dan capaian fisik sebesar 98,80%.

6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan

penyerapan sebesar 93,45% dan capaian fisik sebesar 95,19%.

7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan

Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan serapan anggaran

sebesar 93,36% dan capaian fisik sebesar 96,08%.

8. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah dengan serapan

anggaran sebesar 97,13% dan capaian fisik sebesar 99,23%.

9. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan

serapan angaran sebesar 93,67% dan capaian fisik sebesar 95,37%

10. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan dengan serapan

anggaran sebesar 93,18 dan capaian fisik sebesar 97,54%.

3.4.2. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja

Penyerapan anggaran berdasarkan jenis belanja dapat dikelompokkan

menjadi 3 yaitu belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal.

Realisasi keuangan dan fisik kegiatan berdasarkan jenis belanja dapat

dilihat pada tabel 31.

99 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 114: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 31. Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja

RP % PAGU % SETELAH SELFBLOKING

% FISIK

DITJEN. PERKEBUNAN 1.192.418.283.000 106.300.000.000 1.086.118.283.000 1.042.696.281.803 87,44 96,00 97,73 51 BELANJA PEGAWAI 82.285.609.000 3.247.324.000 79.038.285.000 75.435.525.686 91,68 95,44 96,77 52 BELANJA BARANG 1.098.053.853.000 102.838.671.000 995.215.182.000 955.839.463.968 87,05 96,04 97,80 53 BELANJA MODAL 12.078.821.000 214.005.000 11.864.816.000 11.421.292.149 94,56 96,26 97,81

UNIT KERJA/JENIS BELANJA

PAGU SELFBLOKING PAGU SETELAH SELFBLOKING

REALISASI

Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)

Capaian serapan berdasarkan jenis belanja dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Belanja Pegawai terealisasi sebesar 95,44% dengan capaian fisik

sebesar 96,77%.

2. Belanja Barang terealisasi sebesar 96,04% dengan capaian fisik

sebesar 97,80%.

3. Belanja Modal terealisasi sebesar 96,26% dengan capaian fisik

sebesar 97,81%.

3.4.3. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen Perkebunan

Penyerapan Anggaran berdasarkan output kegiatan mencerminkan

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang biasanya menjadi kegiatan yang

masuk dalam perjanjian Kinerja (PK) Eselon II Lingkup Ditjen

Perkebunan. Penyerapan berdasarkan Output Kegiatan secara terinci

dijelaskan pada Lampiran 3. Secara umum capaian output kegiatan

Ditjen Perkebunan adalah sebagai berikut:

100 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 115: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3.4.3.1. Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar

Serapan dan capaian fisik kegiatan pengembangan Tanaman Rempah

dan Penyegar yaitu:

1. Pengembangan tanaman rempah dengan serapan sebesar 100% dan

capaian fisik 100%.

2. Pengembangan tanaman penyegar dengan serapan sebesar 94,78%

dan capaian fisik 97,74%.

3. Penyediaan benih unggul tanaman perkebunan dengan penyerapan

sebesar 100% dan capaian fisik sebesar 100%.

4. Fasilitasi teknis pengembangan tanaman rempah dan penyegar

dengan serapan sebesar 99,34% dan capaian fisik sebesar 99,97%.

5. Layanan Perkantoran dengan serapan anggaran sebesar 92,18% dan

capaian fisik sebesar 94,61%.

3.4.3.2. Pengembangan Tanaman semusim

Serapan dan capaian fisik kegiatan pengembangan Tanaman Semusim

antara lain yaitu:

1. Pengembangan Tanaman Semusim dengan serapan sebesar 99,82%

dan capaian fisik 99,99%.

2. Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Semusim dengan serapan

sebesar 99,91% dan capaian fisik 100%.

3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 99,84% dan capaian

fisik 99,99%.

3.4.3.3. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar

101 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 116: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Serapan dan capaian fisik kegiatan pengembangan Tanaman Tahunan

dan Penyegar yaitu:

1. Pengembangan tanaman tahunan dengan serapan sebesar 96,65%

dan capaian fisik 97,83%.

2. Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan dengan serapan

sebesar 99,99% dan capaian fisik 100%.

3. Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar

Perkebunan dengan serapan sebesar 95,03% dan capaian fisik

95,75%.

4. Pengembangan Tanaman Penyegar dengan serapan sebesar 98,28%

dan capaian fisik 99,91%.

5. Perluasan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Lahan Kering dengan

serapan sebesar 93,84% dan capaian fisik 93,99%.

6. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 99,25% dan capaian

fisik 99,96%.

3.4.3.4. Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha

Serapan dan capaian fisik kegiatan Penanganan Pasca Panen dan

Pengembangan Usaha yaitu:

1. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

dengan serapan sebesar 100% dan capaian fisik 100%.

2. Fasilitasi Teknis Penanganan dan Gangguan Usaha dengan serapan

sebesar 93,81% dan capaian fisik 94,69%.

3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 100% dan capaian

fisik 100%.

102 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 117: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3.4.3.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan

Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan

yaitu:

1. Penanganan OPT Tanaman Perkebunan dengan serapan sebesar

98,08% dan capaian fisik 98,90%.

2. Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran

Lahan/Kebun dengan serapan sebesar 95,16% dan capaian fisik

96,76%.

3. Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan dengan serapan sebesar 97,28% dan capaian fisik

99,86%.

4. SL-PHT Perkebunan dengan serapan sebesar 97,57% dan capaian

fisik 99,88%.

5. Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan

serapan sebesar 96,84% dan capaian fisik 97,84%.

6. Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan sebesar

92,77% dan capaian fisik 94,64%.

7. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 96,37% dan capaian

fisik 99,82%.

3.4.3.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan

Teknsi Lainnya yaitu:

1. Pelayanan dan Pembinaan Umum dengan serapan sebesar 88,99%

dan capaian fisik 89,45%.

103 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 118: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

2. Pelayanan dan Pembinaan Perencanaan dengan serapan sebesar

95,44% dan capaian fisik 97,77%.

3. Pelayanan dan Pembinaan Keuangan dan Perlengkapan dengan

serapan sebesar 92,78% dan capaian fisik 94,64%.

4. Pelayanan dan Pembinaan Evaluasi dan Layanan Rekomendasi

dengan serapan sebesar 91,63% dan capaian fisik 94,58%.

5. Pelayanan dan Pembinaan Manajemen dan Teknis Lainnya dengan

serapan sebesar 94,80% dan capaian fisik 96,74%.

6. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 92,81% dan capaian

fisik 94,64%.

7. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dengan serapan sebesar

96,35% dan capaian fisik 98,82%.

3.4.3.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta

Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan

Serapan dan capaian fisik kegiatan Pengujian dan Pengawasan Mutu

Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan yaitu:

1. Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan

dengan serapan sebesar 84,64% dan capaian fisik 89,23%.

2. Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan

serapan sebesar 90,82% dan capaian fisik 94,54%.

3. Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

dengan serapan sebesar 84,04% dan capaian fisik 89,20%.

4. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 95,70% dan capaian

fisik 97,79%.

104 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 119: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

5. Kendaraan Bermotor dengan serapan sebesar 99,73% dan capaian

fisik 99,99%

6. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi dengan serapan sebesar

94,26% dan capaian fisik 96,71%.

7. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dengan serapan sebesar

92,25% dan capaian fisik 99,61%.

8. Gedung/Bangunan dengan serapan sebesar 99,18% dan capaian

fisik 99,96%.

3.4.3.8. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah

Serapan dan capaian fisik kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim

dan Rempah yaitu:

1. Pengembangan Tanaman Semusim dengan serapan sebesar 97,18%

dan capaian fisik 99,86%.

2. Pengembangan Tanaman Rempah dengan serapan sebesar 97,96%

dan capaian fisik 99,90%.

3. Perluasan Tanaman Semusim dan Rempah di Lahan Kering dengan

serapan sebesar 99,32% dan capaian fisik 99,97%.

4. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan

Rempah dengan serapan sebesar 93,74% dan capaian fisik 94,69%.

5. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 93,85% dan capaian

fisik 99,69%.

105 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 120: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

3.4.3.9. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan yaitu:

1. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

dengan serapan sebesar 96,24% dan capaian fisik 97,81%.

2. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar 89,33% dan

capaian fisik 91,47%.

3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 91,01% dan capaian

fisik 94,55%.

3.4.3.10. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan

Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Perbenihan Tanaman

Perkebunan yaitu:

1. Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan dengan serapan

sebesar 93,24% dan capaian fisik 97,66%

2. Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan dengan

serapan sebesar 93,77% dan capaian fisik 97,69%.

3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 89,02% dan capaian

fisik 92,45%.

3.4.4. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen

Perkebunan

Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh

Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan

keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan 106

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 121: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan

pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan

satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun

terakhir (2013 dan 2014); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas

pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara

berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh

prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata

"Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi

prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan

menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal

Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola di bawah Rp 1 milyar, maka

dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas

Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap

sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang

dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan Tahun

2015-2019.

Berdasarkan kriteria tersebut, pada Tahun 2016 pembangunan

perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat

Jenderal Perkebunan yang berjumlah 84 satker yang terdiri atas Satker

Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker),

Satker Dinas Provinsi (33 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (46

satker).

Bila diurut berdasarkan efisiensi satker provinsi yang dihitung dengan

cara membandingkan capaian fisik dan serapan anggaran yang

107 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 122: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

digunakan maka diperoleh secara berurutan sebagaimana pada Tabel

32.

Tabel 32. Daftar Capaian Efisiensi Satker Provinsi Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016

RP % PAGU %

SELFBLOKING

% FISIK% FISIK/

%SERAPAN1 DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KET. PANGAN PROv KALTARA 919.306.000 150.270.000 769.036.000 350.205.500 38,09 45,54 65,00 142,74 2 DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PETERNAKAN PROV. KEPRI 943.795.000 127.360.000 816.435.000 723.512.200 76,66 88,62 99,08 111,81 3 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 4.901.260.000 819.374.000 4.081.886.000 3.184.688.375 64,98 78,02 82,36 105,56 4 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 14.026.464.000 838.928.000 13.187.536.000 12.511.617.325 89,20 94,87 100,00 105,40 5 DINAS PERKEBUNAN & HORTIKULTURA PROP. SULAWESI TENGGARA 80.331.005.000 10.317.564.000 70.013.441.000 65.688.128.375 81,77 93,82 98,89 105,40 6 DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA UTARA 21.963.365.000 4.281.468.000 17.681.897.000 15.673.941.080 71,36 88,64 93,14 105,07 7 DINAS PERKEBUNAN PROP.KALIMANTAN SELATAN 6.848.556.000 737.473.000 6.111.083.000 5.324.821.614 77,75 87,13 91,24 104,71 8 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 7.760.987.000 534.150.000 7.226.837.000 6.959.347.689 89,67 96,30 100,00 103,84 9 DINAS PERKEBUNAN PROV. NUSA TENGGARA BARAT 33.351.228.000 5.996.320.000 27.354.908.000 26.295.583.700 78,84 96,13 99,09 103,08

10 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA 27.090.369.000 323.812.000 26.766.557.000 24.839.217.205 91,69 92,80 95,62 103,04 11 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI ACEH 12.838.774.000 1.749.254.000 11.089.520.000 10.768.737.890 83,88 97,11 100,00 102,98 12 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT 25.339.984.000 6.689.789.000 18.650.195.000 18.127.101.040 71,54 97,20 100,00 102,89 13 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAMBI 17.524.539.000 1.084.258.000 16.440.281.000 15.204.760.548 86,76 92,48 95,00 102,72 14 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI 15.713.706.000 1.398.366.000 14.315.340.000 13.937.140.192 88,69 97,36 100,00 102,71 15 DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA BARAT 13.724.924.000 2.702.008.000 11.022.916.000 9.884.076.350 72,02 89,67 91,90 102,49 16 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAWA TENGAH 22.250.172.000 6.260.895.000 15.989.277.000 15.053.856.708 67,66 94,15 95,92 101,88 17 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA BARAT 20.531.931.000 415.717.000 20.116.214.000 19.532.430.500 95,13 97,10 98,89 101,85 18 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU 7.542.228.000 372.055.000 7.170.173.000 7.063.204.615 93,65 98,51 100,00 101,51 19 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 12.264.311.000 635.803.000 11.628.508.000 11.112.293.950 90,61 95,56 97,00 101,51 20 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI UTARA 24.230.383.000 531.680.000 23.698.703.000 23.364.829.575 96,43 98,59 99,99 101,42 21 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR 32.405.139.000 2.253.624.000 30.151.515.000 29.105.307.370 89,82 96,53 97,85 101,37 22 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN 20.118.070.000 6.700.861.000 13.417.209.000 12.687.129.995 63,06 94,56 95,73 101,24 23 DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU UTARA 46.814.522.000 805.575.000 46.008.947.000 45.446.815.000 97,08 98,78 100,00 101,24 24 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROV D.I.YOGYAKARTA 9.500.099.000 683.141.000 8.816.958.000 8.742.162.314 92,02 99,15 100,00 100,86 25 DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU 12.343.999.000 326.000.000 12.017.999.000 11.832.759.050 95,86 98,46 99,15 100,70

REALISASI` KODE/NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING

PAGU SELFBLOKING (RP)

RP % PAGU %

SELFBLOKING

% FISIK% FISIK/

%SERAPAN26 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROV. BABEL 6.376.557.000 238.420.000 6.138.137.000 6.087.524.015 95,47 99,18 99,84 100,67 27 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI LAMPUNG 22.376.475.000 1.209.562.000 21.166.913.000 21.051.267.542 94,08 99,45 100,00 100,55 28 DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROV. NUSA TENGGARA TIMUR 39.580.667.000 838.671.000 38.741.996.000 36.754.079.436 92,86 94,87 95,33 100,49 29 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 74.055.827.000 3.446.375.000 70.609.452.000 69.230.993.550 93,48 98,05 98,43 100,39 30 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BENGKULU 8.020.329.000 453.372.000 7.566.957.000 7.517.369.100 93,73 99,34 99,72 100,38 31 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROP. BANTEN 4.213.835.000 220.984.000 3.992.851.000 3.950.523.213 93,75 98,94 99,06 100,12 32 DINAS PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI GORONTALO 20.422.818.000 433.451.000 19.989.367.000 19.909.807.955 97,49 99,60 99,65 100,05 33 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI BARAT 20.778.053.000 1.044.778.000 19.733.275.000 19.573.087.200 94,20 99,19 99,20 100,01

TOTAL/RATA-RATA 666.325.624.000 106.300.000.000 602.749.044.000 577.915.232.971 86,73 95,88 96,58 103,66

NO KODE/NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING

(RP)

REALISASI

Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)

Sedangkan bila diurut berdasarkan efisiensi satker kabupaten yang

dihitung dengan cara membandingkan capaian fisik dan serapan

anggaran yang digunakan maka diperoleh secara berurutan

sebagaimana Tabel 33.

108 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 123: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Tabel 33. Daftar Capaian Efisiensi Satker Kabupaten Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016

RP % PAGU %

SELFBLOKING % FISIK

%Fisik/ %Serapan

1 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB TASIKMALAYA 4.266.250.000 175.110.000 4.091.140.000 3.609.540.600 84,61 88,23 93,44 105,91 2 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. LUWU UTARA 11.752.480.000 11.100.000.000 652.480.000 577.100.000 4,91 88,45 92,00 104,02 3 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN ALOR 8.684.222.000 - 8.684.222.000 7.940.015.504 91,43 91,43 95,00 103,90 4 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN GARUT 8.101.595.000 563.146.000 7.538.449.000 7.197.914.300 88,85 95,48 99,09 103,78 5 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB ACEH TIMUR 1.089.080.000 - 1.089.080.000 1.052.609.000 96,65 96,65 100,00 103,46 6 DINAS PERKEBUNAN KAB. PASAMAN BARAT 14.338.500.000 7.091.750.000 7.246.750.000 7.005.739.800 48,86 96,67 100,00 103,44 7 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB BENER MERIAH 566.100.000 - 566.100.000 527.150.200 93,12 93,12 96,00 103,09 8 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. SINTANG 1.159.560.000 33.530.000 1.126.030.000 1.098.680.600 94,75 97,57 100,00 102,49 9 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB PIDIE 2.864.088.000 45.800.000 2.818.288.000 2.606.048.893 90,99 92,47 94,38 102,07

10 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PANDEGLANG 1.345.020.000 30.450.000 1.314.570.000 1.263.532.000 93,94 96,12 98,00 101,96 11 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TABALONG 1.532.200.000 - 1.532.200.000 1.467.042.027 95,75 95,75 97,60 101,93 12 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. BULUKUMBA 7.605.350.000 300.000.000 7.305.350.000 6.813.297.069 89,59 93,26 95,00 101,86 13 DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KAB. KAPUAS HULU 1.314.542.000 - 1.314.542.000 1.201.808.200 91,42 91,42 93,00 101,72 14 DINAS PERKEBUNAN KAB. TOLI-TOLI 5.849.000.000 369.000.000 5.480.000.000 5.378.750.000 91,96 98,15 99,37 101,24 15 DINAS PERKEBUNAN KAB. OGAN KOMERING ILIR 7.602.314.000 1.556.662.000 6.045.652.000 5.912.414.200 77,77 97,80 99,00 101,23 16 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN MUARA ENIM 875.434.000 114.974.000 760.460.000 698.802.816 79,82 91,89 93,00 101,21 17 DINAS PERTANIAN KAB KONAWE 11.617.567.000 - 11.617.567.000 11.364.960.000 97,83 97,83 99,00 101,20 18 DINAS PERKEBUNAN KAB MUSI RAWAS 5.050.778.000 399.330.000 4.651.448.000 4.607.859.062 91,23 99,06 100,00 100,95 19 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MOROWALI 21.721.990.000 417.719.000 21.304.271.000 20.894.000.500 96,19 98,07 99,00 100,94 20 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KET.PANGAN KAB. POHUWATO 6.621.825.000 265.985.000 6.355.840.000 6.265.227.400 94,61 98,57 99,50 100,94 21 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. CIANJUR 3.127.975.000 1.626.700.000 1.501.275.000 1.487.600.000 47,56 99,09 100,00 100,92 22 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT 1.769.135.000 36.375.000 1.732.760.000 1.718.332.910 97,13 99,17 100,00 100,84 23 DINAS PERTANIAN KAB. HALMAHERA UTARA 1.163.181.000 - 1.163.181.000 1.154.381.000 99,24 99,24 100,00 100,76 24 DINAS PERKEBUNAN KAB. HALMAHERA TENGAH 3.000.430.000 - 3.000.430.000 2.978.530.157 99,27 99,27 100,00 100,74 25 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN SIKKA 3.549.180.000 - 3.549.180.000 3.515.129.800 99,04 99,04 99,54 100,50 26 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. HULU SUNGAI TENGAH 3.115.154.000 - 3.115.154.000 3.096.761.245 99,41 99,41 99,81 100,40 27 DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KOTA PALU 3.002.931.000 - 3.002.931.000 2.953.927.802 98,37 98,37 98,70 100,34 28 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOTABARU 852.837.000 5.662.000 847.175.000 842.415.200 98,78 99,44 99,77 100,33 29 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. ACEH UTARA 851.432.000 - 851.432.000 818.904.800 96,18 96,18 96,46 100,29 30 DINAS PERTANIAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT 3.239.031.000 154.930.000 3.084.101.000 3.075.171.000 94,94 99,71 100,00 100,29

NO NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING (RP) REALISASI

RP % PAGU %

SELFBLOKING % FISIK

%Fisik/ %Serapan

31 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB MAMUJU 33.179.890.000 - 33.179.890.000 33.092.103.000 99,74 99,74 100,00 100,27 32 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB.SOPPENG 4.812.436.000 268.354.000 4.544.082.000 4.527.079.603 94,07 99,63 99,85 100,23 33 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. LEBAK 2.561.472.000 328.800.000 2.232.672.000 2.228.146.300 86,99 99,80 100,00 100,20 34 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. MERANTI 4.833.609.000 357.776.000 4.475.833.000 4.462.270.520 92,32 99,70 99,89 100,19 35 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB BONDOWOSO 3.491.800.000 527.216.000 2.964.584.000 2.918.251.310 83,57 98,44 98,57 100,13 36 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. NAGAN RAYA 2.553.000.000 - 2.553.000.000 2.544.769.000 99,68 99,68 99,80 100,12 37 DINAS PERTANIAN KABUPATEN TAKALAR 3.923.025.000 191.250.000 3.731.775.000 3.725.323.500 94,96 99,83 99,87 100,04 38 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB SIGI 9.145.171.000 185.000 9.144.986.000 9.139.510.750 99,94 99,94 99,98 100,04 39 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. BENGKAYANG 948.000.000 148.000.000 800.000.000 791.975.000 83,54 99,00 99,00 100,00 40 DINAS PERKEBUNAN KAB. MINAHASA SELATAN 2.727.848.000 - 2.727.848.000 2.717.125.000 99,61 99,61 99,61 100,00 41 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOLAKA 11.593.868.000 - 11.593.868.000 11.367.480.000 98,05 98,05 98,05 100,00 42 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MAJENE 19.755.863.000 222.290.000 19.533.573.000 19.460.887.389 98,51 99,63 99,63 100,00 43 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. SANGGAU 2.232.186.000 207.122.000 2.025.064.000 2.025.033.925 90,72 100,00 100,00 100,00 44 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR 32.265.790.000 - 32.265.790.000 32.265.418.625 100,00 100,00 100,00 100,00 45 DINAS PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA KAB. KONAWE SELATAN 4.379.905.000 - 4.379.905.000 4.241.895.400 96,85 96,85 96,85 100,00 46 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA KAB MAMASA 5.272.512.000 1.594.000 5.270.918.000 5.270.909.000 99,97 100,00 100,00 100,00

TOTAL/RATA-RATA 291.305.556.000 26.539.710.000 264.765.846.000 259.901.824.407 89,22 98,16 98,43 100,27

NO NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING (RP) REALISASI

Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)

109 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 124: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Untuk Satker UPT Pusat dan Satker Ditjen Perkebunan dengan capaian

efisiensi tertinggi sampai dengan yang terendah dapat diurutkan

sebagaimana Tabel 34.

Tabel 34. Capaian Efesiensi Satker Ditjen Perkebunan dan Satker UPT Pusat Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah, Tahun 2016

RP % PAGU % SELFBLOKIN

% FISIK

1 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK 14.537.045.000 182.900.000 14.354.145.000 12.702.613.419 87,38 88,49 93,37 2 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 118.071.072.000 12.571.398.000 105.499.674.000 97.867.129.572 82,89 92,77 97,14 3 BALAI BESAR PERBENIHAN & PROTEKSI TAN.BUN (BBP2TP) SURABAYA 26.290.336.000 172.812.000 26.117.524.000 24.421.299.263 92,89 93,51 97,64 4 BALAI BESAR PERBENIHAN & PROTEKSI TANBUN (BBP2TP) AMBON 23.319.311.000 800.000.000 22.519.311.000 21.843.057.181 93,67 97,00 99,68 5 BALAI BESAR PERBENIHAN &PROTEKSI TANBUN (BBP2TP) MEDAN 31.791.286.000 1.411.822.000 30.379.464.000 28.472.037.790 89,56 93,72 94,48

TOTAL/RATA-RATA 214.009.050.000 106.300.000.000 198.870.118.000 185.306.137.225 86,59 93,18 99,74

NO KODE/NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING

(RP)

REALISASI

Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)

3.4.4.1. Permasalahan Umum dan Isu Strategis Tahun 2016

Dalam mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan ke depan

diperlukan Analisis Permasalahan dan mengidentifikasi isue strategis

dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan.

Permasalahan secara umum pelaksanaan program dan kegiatan

pembangunan perkebunan yang sudah menjadi isu strategis adalah

sebagai berikut:

1. Tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam;

2. Dampak perubahan iklim menyebabkan anomali iklim yang

berakibat pada kurang dipahaminya pola budidaya yang baik oleh

pekebun;

3. Permodalan petani yang masih belum memadai, sehingga pekebun

swadaya murni sulit ditemukan;

110 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 125: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

4. Jaringan irigasi dan prasarana terutama jalan, jembatan,

pelabuhan yang belum memadai;

5. Keraguan pelaksanaan kegiatan di satker karena adanya isu revisi

POK/DIPA dan pemotongan anggaran;

6. Keterbatasan dan perubahan SDM di Satker;

7. Belum adanya sinergi yang baik antara Dinas dengan Unit Layanan

Pengadaan (ULP) dan antara pusat dengan pelaksana di Satker

daerah/antara Dinas Provinsi dengan Dinas Kabupaten atau Kota

(khususnya TP Provinsi);

8. Pelelangan yang terpusat di ULP Pemprov/Pemkab/Pemkot masih

memprioritaskan kegiatan bersumber dari APBD dan infrastruktur

sehingga pelaksanaan kegiatan Dinas yang membidangi

perkebunan mengantri dalam waktu yang lama;

9. Pelaksana kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak

mengikuti ROPAK;

10. Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi

perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada

kurang optimalnya manajemen pelaksanaan kegiatan;

11. Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung

pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan

ketidakjelasan rencana penanaman (menunggu musim);

12. Penentuan kegiatan dalam usulan proposal belum sepenuhnya

memperhatikan arus bawah secara berjenjang dan koordinasi

dalam penentuan kegiatan kurang optimal;

111 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 126: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

13. Unit cost yang terlalu kecil dan terlalu besar untuk daerah-daerah

tertentu;

14. Pimpinan, penanggungjawab dan petugas/pelaksana kegiatan

belum sepenuhnya memahami Pedoman Teknis dan Pedoman-

Pedoman lainnya;

15. Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan

kerja;

16. Rencana kegiatan belum didukung oleh kebun induk sebagai

sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam;

17. Rencana Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum

sinergis dengan rencana pengembangan tebu secara keseluruhan,

karena ditangani oleh Instansi yang berbeda;

18. Penyelesaian masalah tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK

yang belum selesai;

19. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang

menyulitkan perusahaan mitra;

20. Minimnya SDM Penyuluh Perkebunan padahal sangat dibutuhkan

pekebun dalam pengembangan dan proses budidaya;

21. Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik;

22. Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan;

23. Lembaga Penjaminan Kredit Petani belum memadai;

24. Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan

pelatihan Pemberdayaan;

25. Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum

tersosialisasi dengan baik;

112 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 127: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

26. Pengetahuan dan keterampilan sebagian besar petani belum

memadai;

27. Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan

pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan

perkebunan;

113 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 128: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 yang

disusun merupakan salah satu pertanggungjawaban penyelenggaraan

tugas dan fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-2 (kedua) pada

periode Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019. Kesemuanya itu

merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program kerja

Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis

(Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 dalam

Pembangunan Perkebunan yang dilaksanakan pada Tahun 2016.

Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015–2019 yang

menjadi tanggung jawab adalah: “Peningkatan produksi,

produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan”. Program ini

dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi dan produktivitas

tanaman perkebunan melalui peremajaan, perluasan, rehabilitasi,

intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh

dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya.

Program tersebut dilaksanakan dalam kegiatan peningkatan produksi

dan produktivitas tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan

penyegar, perlindungan perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil

perkebunan, perbenihan perkebunan, dukungan manajemen dan

dukungan teknis lainnya Ditjen Perkebunan, serta dukungan pengujian

114 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 129: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi

tanaman.

Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi

dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (Maret

2016) sebesar Rp. 1.917.993.750.000,- mengalami refokusing pada

bulan April sehingga menjadi Rp. 1.759.314.989.000,-. Kemudian pada

bulan Agustus 2016 sesuai kebijakan Pemerintah terjadi penghematan,

sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp. 1.192.418.283.000,-.

Kemudian pada bulan November sesuai kebijakan Pemerintah dilakukan

self-bloking sebesar Rp. 106.300.000.000,-, sehingga anggaran Ditjen

Perkebunan menjadi Rp. 1.086.118.283,-. Selp-Bloking adalah salah

satu upaya membatasi terealisasinya anggaran melalui pemblokiran

sendiri sehingga secara pelaporan keuangan masih harus

dipertanggungjawabkan. Dengan adanya penghematan anggaran maka

terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang harus

dipertanggungjawabkan dalam perjanjian kinerja, sehingga kinerja

(capaian fisik) yang dipertangungjawabkan adalah penggunaan anggaran

dalam PK setelah self-bloking.

Serapan anggaran program/kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan

pada Tahun 2016 adalah sebesar 87,44% dibanding pagu anggaran Rp.

1.192.418.283.000,- atau 96,00% dibandingkan dengan pagu setelah

selfbloking sebesar Rp. 1.086.118.283,-dengan capaian fisik sebesar

97,73%. Anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan 7 (tujuh)

kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di 84

satker terdiri dari 1 satker Pusat, 4 satker UPT pusat, 33 satker provinsi 115

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 130: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

dan 46 satker kabupaten. Capaian kinerja fisik dan keuangan Tahun

2016 untuk 7 kegiatan utama Ditjen Perkebunan sebagai berikut:

1. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim dan

rempah mencapai 99,22% dengan serapan keuangan sebesar Rp.

98.256.865.611,- atau 97,16% dari pagu setelah self-bloking;

2. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan dan

penyegar mencapai 98,45% dengan serapan keuangan sebesar Rp.

539.505.153.465 atau 98,34% dari pagu anggaran setelah self-

bloking;

3. Dukungan perlindungan perkebunan mencapai 98,80% dengan

serapan anggaran sebesar Rp. 99.927.422.194,- atau 97,11% dari

pagu anggaran setelah self-bloking;

4. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan mencapai

95,37% dengan serapan anggaran sebesar Rp. 69.921.857.830 atau

93,67% dari pagu anggaran setelah self-bloking.

5. Dukungan Perbenihan Perkebunan mencapai 97,54% dengan

serapan anggaran sebesar Rp. 25.373.612.822,- atau 93,20% dari

pagu anggaran setelah self-bloking.

6. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya mencapai

95,19% dengan serapan anggaran sebesar Rp. 130.625.335.711,-

atau 93,45% dari pagu anggaran setelah self-bloking.

7. Dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan

teknologi proteksi tanaman perkebunan mencapai sebesar 96,08%

dengan serapan anggaran sebesar RP. 79.086.034.470,- atau

93,36% dari pagu anggaran setelah self-bloking.

116 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 131: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Pencapaian kinerja program Ditjen Perkebunan tahun 2016 yang di

tunjukkan melalui capaian kinerja indikator program dalam perjanjian

kinerja Dirjen perkebunan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dibanding dengan target Tahun 2016 capaian pertumbuhan

produksi tebu (GKP) mencapai 80,88% atau mengalami penurunan

sebesar (-11,01%) dari target meningkat sebesar 10,03% (110,03%).

Capaian ini berarti dengan target produksi tebu meningkat 10,01%

(250.549 ton GKP) atau 2,749 juta ton GKP pada Tahun 2016 baru

mencapai 88,99% (2,222 juta ton). Beberapa permasalahan tidak

tercapainya sasaran program sebagai berikut:

a. Anomali iklim yang belum dikenali pekebunan secara benar

menyebabkan pola tanam dan pola panen tidak sesuai dengan

kebutuhan PG, Standar teknis yang sulit diikuti dan kekeringan

lahan.

b. Pemanfaatan teknologi belum optimal antara lain: inovasi

teknologi budidaya belum diterapkan secara optimal,

terbatasnya varietas unggul baru yang adaptif terhadap lahan

kering, pengelolaan lahan tebu masih terpencar, pemanfaatan

mekanisasi belum optimal dan teknologi pasca panen yang

belum optimal.

c. Dukungan PG belum Optimal antara lain beberapa PG kurang

efisien karena sudah tua, kapasitas PG masih kecil dan kurang

dukungan ketersediaan PG di areal pengembangan.

d. Alih fungsi lahan tebu di beberapa daerah seperti berganti

dengan komoditas lain yang dianggap memiliki nilai ekonomis

117 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 132: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

tinggi, berubah menjadi lahan perumahan dan bergesernya

lahan tebu dari lahan sawah ke lahan kering.

e. Sumberdaya manusia yang menangani pertebuan sangat

terbatas antara lain: Sulit memperoleh tenaga kerja pertebuan

karena kecilnya minat petani maupun TK upahan

mengakibatkan mahalnya ongkos produksi, kurangnya jumlah

penyuluh perkebunan khususnya tebu, tenaga kerja tebu

umumnya pemain lama dan sulit menumbuhkan SDM baru.

f. Harga Patokan Petani (HPP) tebu ditentukan oleh Kementerian

Perdagangan masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) yang

ditentukan Kementerian pertanian.

2. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan

lainnya mencapai sebesar 1,36% atau dibawah target sebesar

2,45%. Beberapa Permasalahan yang dihadapi komoditas

perkebunan unggulan lainnya yaitu:

a. Anomali iklim sebagai permasalahan umum terhadap tumbuh

kembangnya tanaman perkebunaan unggulan dan khususnya

sulitnya tanaman untuk menyesuaikan dengan perubahan

alam.

b. Dukungan teknologi belum optimal khususnya komoditas yang

dikembangkan di daerah tertentu.

c. Harga kurang stabil misalnya karena tidak adanya jaminan

pemasaran, sistem pemasaran yang rumit dan lain-lain.

d. Minimnya dukungan Industri hilir misalnya tidak ada pabrik

pengolahan, industri peningkatan nilai tambah belum optimal

118 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 133: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

e. Minimnya dukungan industri hulu misalnya pupuk relatif

mahal, ketersediaan mekanisasi kurang mendukung

pengembangan komoditas strategis.

4.2. Saran Rekomendasi

Laporan ini merupakan sistem yang sangat aspiratif dalam mendukung

penilaian kinerja suatu unit kerja seperti Direktorat Jenderal

Perkebunan. Berdasarkan pengalaman penyusunan laporan yang telah

dibuat, perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses penilaian

mulai dari penyusunan perencanaan, monitoring penyelenggaraan

kegiatan, sampai dengan kompilasi pelaporan penyelenggaraan maupun

cara penilaiannya. Berdasarkan permasalahan dan target yang

ditetapkan, maka direkomendasikan sebagai berikut:

1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu untuk produksi gula,

perlu disiapkan secara cermat dengan penyediaan benih unggul

bermutu melalui pembangunan Kebun Benih Induk (KBI) dan Kebun

Benih Datar (KBD) menggunakan teknik kultur jaringan, bantuan

alat dan mesin pertanian, bongkar ratoon, rawat ratoon dan

perluasan areal pada daerah potensial pengembangan tebu;

2. Selain permasalah teknis penyediaan bahan baku sangat diperlukan

ketersediaan dukungan pasca panen dan perlakuan pasca panen

(tebang, muat angkut) secara intensif, dukungan pabrik gula (PG),

harga yang seimbang, kelembagaan dan peningkatan koordinasi

dengan pihak-pihak terkait.

3. Pengembangan komoditas perkebunan unggulan lainnya perlu

mendapat perhatian yang memadai terutama dibidang peningkatan

119 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 134: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

produktivitas dan mutu produk serta nilai tambah. Peningkatan

produktivitas dapat melalui perbaikan sistem budidaya, pasca

panen dan pengolahan hasil. Sedangkan mutu dan nilai tambah

dapat memfasilitasi pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil

baik produk pokok maupun produk turunannya.

4. Komoditas yang ditujukan untuk pengembangan ekspor perlu

dicermati fluktuasi harga di tingkat petani yang cenderung

merugikan petani, sehingga dapat lebih menggairahkan petani

dalam melaksanakan usahataninya;

5. Kinerja Tim SPI baik pusat maupun satker daerah perlu

dioptimalkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian

terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan

perkebunan;

6. Laporan ini sangat berguna sebagai acuan dalam penyusunan

laporan kinerja pada tahun-tahun berikutnya.

7. Revisi, refokusing, penghematan maupun selfbloking menunjukkan

kelemahan dalam perencanaan. Oleh karena itu revisi hendaknya

diminimalisir sehingga kepastian pelaksanaan kegiatan yang

direncanakan progresnya dapat dipastikan positif.

120 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 135: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

121

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 136: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

122 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 137: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

123 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 138: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

124

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 139: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

125

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 140: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

126

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 141: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Pagu (Rp.) Volume (Sat) Blokir (Rp) Pagu setelah Blokir (Rp) Rp. % Pagu % Blokir Vol % Vol % Fisik Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan B k l j

1.192.418.283.000 106.300.000.000 1.086.118.283.000 1.042.696.281.803 87,44 96,00 97,73 1 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 64.095.132.000 9.822.196.000 54.272.936.000 51.495.128.540 80,34 94,88 96,61

Pengembangan Tanaman Rempah 360.470.000 7 ha 55.000.000 305.470.000 305.470.000 84,74 100,00 7 100,00 100,00

Pengembangan Tanaman Penyegar 62.796.900.000 11.225 ha 9.761.316.000 53.035.584.000 50.269.697.200 80,05 94,78 11.225 100,00 97,74

Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan 85.610.000 7 ha 5.880.000 79.730.000 79.730.000 93,13 100,00 7 100,00 100,00

Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar

764.178.000 12 bulan - 764.178.000 759.136.125 99,34 99,34 12 100,00 99,97

Layanan Perkantoran 87.974.000 12 bulan - 87.974.000 81.095.215 92,18 92,18 12 100,00 94,61

2 Pengembangan Tanaman Semusim 807.172.000 215.000 806.957.000 805.933.700 99,85 99,87 99,99

Pengembangan Tanaman Semusim 308.288.000 5 ha 215.000 308.073.000 307.532.300 99,75 99,82 5 100,00 99,99

Fasiitasi Teknis Pengembangan Tanaman Semusim 475.139.000 12 bulan - 475.139.000 474.693.250 99,91 99,91 12 100,00 100,00

Layanan Perkantoran 23.745.000 12 bulan - 23.745.000 23.708.150 99,84 99,84 12 100,00 99,99

3 Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 544.048.691.000 42.138.435.000 501.910.256.000 488.395.224.925 89,77 97,31 98,67

Pengembangan Tanaman Tahunan 89.744.767.000 16.437 ha 2.869.392.000 86.875.375.000 83.963.590.137 93,56 96,65 16.437 100,00 97,83

Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan 52.135.000 14 ha - 52.135.000 52.130.800 99,99 99,99 14 100,00 100,00

Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 15.196.861.000 12 bln 1.428.933.000 13.767.928.000 13.083.676.605 86,09 95,03 12 100,00 95,75

Pengembangan Tanaman Penyegar 369.178.241.000 86.246 ha 36.881.525.000 332.296.716.000 326.578.120.574 88,46 98,28 86.246 100,00 99,91

Perluasan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Lahan Kering 68.918.787.000 11.009 ha 827.975.000 68.090.812.000 63.896.602.545 92,71 93,84 11.009 100,00 93,69

Layanan Perkantoran 957.900.000 12 bulan 130.610.000 827.290.000 821.104.264 85,72 99,25 12 100,00 99,96

4 Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha 1.814.777.000 1.286.000 1.813.491.000 1.768.361.972 97,44 97,51 97,86

Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 1.024.034.000 13 KT 586.000 1.023.448.000 1.023.433.590 99,94 100,00 13 100,00 100,00

Fasilitasi Teknis Penanganan dan Gangguan Usaha 729.958.000 12 bln 700.000 729.258.000 684.145.482 93,72 93,81 12 100,00 94,69

Layanan Perkantoran 60.785.000 12 bln - 60.785.000 60.782.900 100,00 100,00 12 100,00 100,00

5 Dukungan Perlindungan Perkebunan 110.231.426.000 7.325.375.000 102.906.051.000 99.927.422.194 90,65 97,11 98,80

Penanganan OPT Tanaman Perkebunan 22.170.195.000 6.859 ha 2.028.302.000 20.141.893.000 19.755.713.048 89,11 98,08 6.859 100,00 98,90

Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun

7.910.653.000 29 KT 617.211.000 7.293.442.000 6.940.107.539 87,73 95,16 29 100,00 96,76

Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan

36.905.700.000 120 desa 2.555.677.000 34.350.023.000 33.415.233.377 90,54 97,28 120 100,00 99,86

SL-PHT Perkebunan 9.103.634.000 87 KT 36.537.000 9.067.097.000 8.846.425.075 97,17 97,57 87 100,00 99,88

Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan 30.953.516.000 12 bln 1.631.713.000 29.321.803.000 28.393.870.356 91,73 96,84 12 100,00 97,84

Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan 1.786.670.000 2 kasus 217.835.000 1.568.835.000 1.455.338.613 81,46 92,77 2 100,00 94,64

Layanan Perkantoran 1.401.058.000 12 bulan 238.100.000 1.162.958.000 1.120.734.186 79,99 96,37 12 100,00 99,82

No Nama Kegiatan / Output Target Realisasi

REALISASI PER OUTPUT KEGIATAN DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2016

127

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 142: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

Pagu (Rp.) Volume (Sat) Blokir (Rp) Pagu setelah Blokir (Rp) Rp. % Pagu % Blokir Vol % Vol Fisik

% Fisik Progres

6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan

151.802.940.000 12.029.094.000 139.773.846.000 130.625.335.711 86,05 93,45 100,00 95,19

Pelayanan dan Pembinaan Umum 17.237.814.000 3 dok 3.385.990.000 13.851.824.000 12.326.187.311 71,51 88,99 3 100,00 89,45

Pelayanan dan Pembinaan Perencanaan 6.135.368.000 3 dok 845.599.000 5.289.769.000 5.048.428.064 82,28 95,44 3 100,00 97,77

Pelayanan dan Pembinaan Keuangan dan Perlengkapan 9.895.057.000 3 dok 761.001.000 9.134.056.000 8.474.849.267 85,65 92,78 3 100,00 94,64

Pelayanan dan Pembinaan Evaluasi dan Layanan Rekomendasi 4.704.412.000 3 dok 581.972.000 4.122.440.000 3.777.463.355 80,30 91,63 3 100,00 94,58

Pelayanan dan Pembinaan Manajemen dan Teknis Lainnya 68.492.040.000 441 dok 4.822.027.000 63.670.013.000 60.361.751.890 88,13 94,80 441 100,00 96,74

Layanan Perkantoran 43.056.349.000 12 bulan 1.465.000.000 41.591.349.000 38.599.333.709 89,65 92,81 12 100,00 94,64

Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 2.281.900.000 13 unit 167.505.000 2.114.395.000 2.037.322.115 89,28 96,35 13 100,00 98,82

7 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan

87.179.928.000 2.471.534.000 84.708.394.000 79.086.034.470 90,72 93,36 96,08

Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan 3.685.012.000 147.736.350 batang 80.800.000 3.604.212.000 3.050.508.399 82,78 84,64 90,486,149 61,25 89,23

Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 6.963.495.000 73 pkt tek 94.300.000 6.869.195.000 6.238.699.248 89,59 90,82 73 100,00 94,54

Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

10.828.520.000 12 bulan 68.860.000 10.759.660.000 9.042.288.193 83,50 84,04 12 100,00 89,20

Layanan Perkantoran 54.410.579.000 12 bulan 2.175.774.000 52.234.805.000 49.990.370.626 91,88 95,70 12 100,00 97,79

Kendaraan Bermotor 510.000.000 2 unit 18.000.000 492.000.000 490.675.000 96,21 99,73 2 100,00 99,99

Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 440.560.000 39 unit - 440.560.000 406.434.055 92,25 92,25 39 100,00 94,61

Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 7.268.562.000 271 unit 31.800.000 7.236.762.000 6.821.080.599 93,84 94,26 271 100,00 96,71

Gedung/Bangunan 3.073.200.000 785 m2 2.000.000 3.071.200.000 3.045.978.350 99,11 99,18 785 100,00 99,96

8 Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 119.380.478.000 19.360.702.000 100.019.776.000 97.145.461.611 81,37 97,13 99,23

Pengembangan Tanaman Semusim 63.266.027.000 7.369 ha 10.137.805.000 53.128.222.000 51.630.550.345 81,61 97,18 7.321 99,35 99,86

Pengembangan Tanaman Rempah 22.308.064.000 5.635 ha 1.016.221.000 21.291.843.000 20.857.125.526 93,50 97,96 5.635 100,00 99,90

Perluasan Tanaman Semusim dan Rempah di Lahan Kering 18.398.248.000 1.579 ha 6.563.520.000 11.834.728.000 11.753.916.600 63,89 99,32 1.579 100,00 99,97

Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah

15.056.509.000 12 bulan 1.517.036.000 13.539.473.000 12.692.216.960 84,30 93,74 12 100,00 94,69

Layanan Perkantoran 351.630.000 12 bulan 126.120.000 225.510.000 211.652.180 60,19 93,85 12 100,00 99,69

9 Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 82.244.542.000 9.482.034.000 72.762.508.000 68.153.495.858 82,87 93,67 95,37

Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 50.287.723.000 152 KT 4.779.754.000 45.507.969.000 43.797.290.363 87,09 96,24 152 100,00 97,81

Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

31.399.855.000 12 bulan 4.700.280.000 26.699.575.000 23.851.121.261 75,96 89,33 12 100,00 91,47

Layanan Perkantoran 556.964.000 12 bulan 2.000.000 554.964.000 505.084.234 90,69 91,01 12 100,00 94,55

10 Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 30.813.197.000 3.669.129.000 27.144.068.000 25.293.882.822 82,09 93,18 97,54

Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan 26.446.478.000 569 ha 2.710.570.000 23.735.908.000 22.131.444.522 83,68 93,24 473 83,13 97,66

Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan 3.605.285.000 12 bulan 901.059.000 2.704.226.000 2.535.763.955 70,33 93,77 12 100,00 97,69

Layanan Perkantoran 761.434.000 12 bulan 57.500.000 703.934.000 626.674.345 82,30 89,02 12 100,00 92,45

No Nama Kegiatan / OutputTarget Realisasi

128

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 143: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

REALISASI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2016 Sat Target Realisasi % Pagu Realisasi

Pengembangan areal produktif tanaman kakao ha 70.295 70.295 100,00 314.036.624.000 252.627.998.000 Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya ha 10.745 10.745 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman tahunan ha 14.909 14.909 100,00 Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering ha 8.815 8.815 100,00 68.709.093.000 63.896.602.545 Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar bulan 12 12 100,00 14.665.450.000 13.083.676.605

Penanganan organisme penganggu tanaman perkebunan ha 11.459 6.859 59,86 22.170.195.000 19.755.713.048 Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan unit 138 138 100,00 Antisipasi dampak perubahan iklim KT 33 29 87,88 Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun Dok 26 12 46,15 SL-PHT tanaman perkebunan KT 93 87 93,55 9.103.634.000 8.846.425.075 Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan Kasus 21 21 100,00 1.786.670.000 1.455.338.613 Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan Desa 150 120 80,00 Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan bulan 12 12 100,00 30.953.516.000 28.393.870.356

Jumlah dokumen perencanaan, keuangan dan perlengkapan, umum serta evaluasi dan layanan rekome bulan 12 12 100,00 106.464.691.000 89.988.679.887

Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya bulan 12 12 100,00 45.338.249.000 40.636.655.824

Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan ha 147.736.350 147.736.350 61,25 3.763.512.000 3.050.508.399 Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan Paket 38 38 100,00 6.983.995.000 6.238.699.248 Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi tanaman perkebunan Unit 16 16 100,00 Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati tanaman perkebunan Jenis 17 17 100,00 Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian benih dan teknologi proteksi tanaman perkebunabulan 12 12 100,00 10.729.520.000 9.042.288.193

Pengembangan areal produktif tanaman tebu ha 7.969 6.579 82,56 28.881.536 22.007.111 Pengambangan areal produktif tanaman semusim lainnya ha 741 731 98,65 Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering ha 1.579 1.670 105,76 18.284.713.000 11.753.916.600 Pengambangan areal produktif tanaman rempah ha 5.635 5.935 105,32 Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah bulan 12 12 100,00 15.056.509.000 12.692.216.960

Pengembangan pascapanen komoditas perkebunan KT 152 152 100,00 Pengembangan pengolahan hasil perkebunan Unit 45 45 100,00 Pembinaan usaha perkebunan Provinsi 30 30 100,00 Pengembangan pemasaran hasil perkebunan Keg 137 137 100,00 Pembinaan penerapan standar dan sistem manajemen mutu keamanan pangan bagi pelaku usaha perk Keg 45 45 100,00 Fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan bulan 12 12 100,00 729.958.000 684.145.482

Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan ha 871 871 100,00 27.421.678.000 22.131.444.522 Fasilitasi teknis penyediaan benih tanaman perkebunan bulan 12 12 100,00 3.605.285.000 2.535.763.955

7 Terlaksananya Penyediaan Benih

4

Terlaksananya Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan dan

5Terlaksananya

Pengembangan Tanaman Semusim

dan Rempah

6

Terlaksananya Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan

2

Menurunnya Luas Areal yang

Terserang OPT dan Terfasilitasinya

Pencegahan Kebakaran Lahan

dan Kebun, Bencana alam

3

y Pelayanan dan Administrasi Seluruh Unit Organisasi di

No Sasaran Kegiatan Volume keluaran Anggaran

1Terlaksananya

Pengembangan Tanaman Tahunan

dan Penyegar

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

129

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 144: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

ANALISIS PERMASALAHAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) TAHUN 2016

No PERMASALAHAN PENYEBAB DAMPAK UPAYA YG DILAKUKAN SARAN REKOMENDASI PENANGGUNG JAWAB

A RATA-RATA PENINGKATAN PRODUKSI TEBU

1 Pengembangan tebu sebagaian besar dilahan kering

alih fungsi lahan dalam pemanfaatan lahan marginal untuk komoditi perkebunan

Produksi dan produktivitas dan rendemen rendah

pembinaan, fasilitasi dan pengawalan sistem budidaya dengan baik

Penyediaan sumur dalam, embung, sumur dangkal, irigasi air permukaan

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

2 Sulit melakukan perluasan areal tebu (1) Keterbatasan lahan, (2) ketergantungan dengan PG,

Luasan tebu giling tidak bertambah bahkan terjadi penurunan

fasilitasi pelaksanaan perluasan areal tebu di wilayah existing PG

Koordinasi dengan instansi terkait Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

3 Lahan sempit dan terpencar pengembangan tebu oleh petani dgn luasan kecil, atau dengan sitem sewa

Pengelolaan kurang efektif pemetaan wilayah pengembangan tebu

Melakukan regrauping lahan (pemetaan daerah binaa)

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

4 Transparansi rendemen Sistem pengukuran rendemen belum menggunakan teknologi yang tepat

Ketidakpercayaan dan munculnya kecurigaan serta ketidakadilan rendemen

pengukuran rendemen individu Pengawalan rendemen melibatkan petani, Instansi terkait, Perguruan Tinggi dan PG, memperlakukan sistem budidaya dengan baik dan benar

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

5 Harga gula tidak stabil dan tidak menguntungkan petani

1) HPP ditentukan tidak sesuai BPP, 2) adanya penjualan dan konsumsi gula rafinasi

petani baru kurang antusias menanam tebu karena kurang menarik

Mengupayakan menahan adanya kebocoran gula rafinasi di pasaran dan mengawal HPP

meningkatkan skala usahatani tebu, memperbaiki sistem budidaya, melakukan sistem pengawalan HPP dan BPP

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

6 teknologi pengembangan tebu belum tersosialisasi tepat sasaran

Sistem komunkasi belum baik antara pengusaha/petani besar dengan petani pemula

Petani lebih percaya dengan cara budidaya secara turun temurun

Sosialisasi dan pembinaan oleh pihak terkait baik pemerintah, lembaga penelitian maupun PG

meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

7 Sumber daya manusia kurag memadai 1) minimnya penyuluh; 2) minimnya biaya pelatihan; 3) petani tidak bertambah; 4) petugas tidak sesuai bidangnya

tenaga kerja tebu sulit didapatkan perekrutan, pembinaan dan pelatihan meningkatkan pembinaan dan pelatihan meningkatkan kapsisat penyuluh, dan tenaga kerja tebu

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

130 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 145: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

No PERMASALAHAN PENYEBAB DAMPAK UPAYA YG DILAKUKAN SARAN REKOMENDASI PENANGGUNG JAWAB

8 Kelembagaan petani masih lemah terbatasnya pembinaan terhadap kelompo tani terutama di wilayah luar jawa

Kelompok tani kurang solit dan mudah goyah oleh terpaan isu negatif pertebuan

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan petani

Meemperkuat kelembagaan petani dengan gapoktan atau Koperasi

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

9 Ketersediaan benih unggul yang sesuai lokasi dengan produktivitas tinggi

Penyedia benih masih kurang sulitnya memperoleh benih unggul yang inovatif

menfasilitasi berbenihan tebu baik kepada kelompok tani maupun PG

Perlu adanya pengembang teknologi yang inovatif sehingga diperoleh benih unggul yang memadai

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

10 Lemahnya jaringan pasca panen sulitnya mengfektifkan proses muat tenag angkut tebu

kehilangan rendemen cukup tinggi pola panen secara bergilir dan tepat waktu untuk mengefektofkan penggunaan TK dan alat pasca panen

bantuan alat pasca panen ditingkatkan

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

11 PG yang sudah tua dan PG baru sulit di bangun Besarnya investasi dan kurangnya minat investor di usaha pergulaan berbasis tebu

Petani merasa kurang adanya penjaminnan pemasaran hasil

rehabilitasi PG yang lama serta mengundang investor baru

Fasilitasi pembangunan PG baru di kaji ulang dan perlu adanya PG yang dibangun oleh Pemerintah

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

B RATA-RATA PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN UNGGULAN LAINNYA

1 Perubahan Pola budidaya dan kurang siapnyapetani dalam menyesuaikan perubahan iklim

Anomali Iklim Keepastian musim tanam dan musim panen bergeser dimusim penghujan atau musim kering sehingga produktivitas menjadi turun

menyesuaikan perubahan iklim penyesuaian pola tanam dan pola panen serta penyesuaian benih unggul yang lebih adaptif

1). Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; 2) Diraktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar; 3)Direktorat Perbenihan Perkebunan

2 Dukungan teknologi belum optimal khususnyakomoditas yang dikembangkan di daerahtertentu.

Minimnya teknologi dan inovasi terbarukan

Alih Teknologi kurang menjadi daya tarik

Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi

Meningkatkan penelitian dan pengembangan teknologi secara tepat guna

1). Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; 2) Diraktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar; 3)Direktorat Perbenihan Perkebunan

3 Harga kurang stabil misalnya karena tidakadanya jaminan pemasaran, sistem pemasaranyang rumit dan lain-lain.

Sistem pemasaran yang rumit Harga tidak stabil Koordinasi, konsolidasi dan pengawalan harga komoditas perkebunan

Meningkatkan koordinasi dan konsulidasi dengan instansi terkait dengan pengolahan pemasaran dan harga komoditas perkebunan

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

4 Minimnya dukungan Industri hilir misalnya tidakada pabrik pengolahan, industri peningkatan nilaitambah belum optimal

kurangnnya inovasi dan teknologi pendukung serta minimnya industri hilir

Petani hilang arah dan kurang antusias karena prospek komoditi yang dikembangkan kurang menarik

Fasilitasi industri pengolahan dan menarik investor untuk mendirikan pabrik pengolah atau industri lanjutan

Meningkatkan koordinasi dengan investor

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

5 Minimnya dukungan industry hulu misalnyapupuk relatif mahal, ketersediaan mekanisasikurang mendukung pengembangan komoditasstrategis;

kurangnnya inovasi dan teknologi pendukung serta minimnya industri hulu

Ketersediaan saprodi kurang mendukung, biaya produksi tinggi

Koordinasi dengan penyedia saprodi Fasilitasi dan koordinasi dibidang sarana produksi dengan industri

1). Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; 2) Diraktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar; 3)Direktorat Perbenihan Perkebunan

131 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 146: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

ANALISIS PERMASALAHAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TAHUN 2016

1 Keraguan terhadap alokasi anggaran Penghematan anggaran dan isu pemotongan anggaran

Kegiatan tertunda/terlambat

Koordinasi pusat dan daerah secara efektif

- Segera terbitkan revisi DIPA terbaru dan isu pemotongan jangan berlarut-larut

Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan

- Mengupayakan perangkat ULP terbentuk bulan Januari (awal tahun anggaran)

- Menyampaikan surat edaran dari Menteri Pertanian/Dirjen tentang Target/Kontrak Kinerja yang disepakati, yang mana target tersebut akan tercapai apabila didukung dengan Kinerja ULP yang baik

- Pemotongan anggaran perlu dikawal dengan memperhatikan seluruh aspek teknis dan non teknis secara komprehensif, dengan alokasi yang proporsional, seperti unit cost, harga pasar, lokasi dan luas areal, sehingga pengembangan tanaman rempah mencapai sasaran

- Segera menindaklanjuti usulan revisi DIPA dari daerah

- Mensinkronkan Program/Kegiatan pusat dan daerah dalam rapat koordinasi, rapat kerja dan/atau Focus Group Discussions (FGD) secara intensif dan berkala

- Pentingnya sinergitas antar stakeholder perkebunan pusat dan daerah dalam pengembangan industri kreatif yang berasal dari tanaman perkebunan sebagai sumber daya terbarukan (Renewable Resources)

Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh

Mengawal dan koordinasi intensif satker dengan ULP dalam mempercepat proses pelelangan

4

2 Keterlambatan proses pelelangan Keterlambatan dalam penetapan Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan adanya perubahan perangkat ULP

Kegiatan tertunda

Dampak

Koordinasi pusat dan daerah secara efektif

No. Permasalahan Penyebab Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung Jawab

Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) belum maskimal mendukung pengembangan tanaman lada, pala dan cengkeh pada tahun 2016 (melalui APBD)

Pendapatan asli daerah (PAD) beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan, yang mana sumber daya alam yang tidak dapat dapat diperbarui (Unrenewable Resources) yang selama ini menjadi andalan sudah berkurang dan bahkan habis, karena terus menerus die

Program dan kegiatan pengembangan rempah belum dapat sepenuhnya didukung oleh APBD

Mensosialisasikan ke Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mendukung Program/Kegiatan Pengembangan Rempah Nasional (yang tercantum dalam Rencana Strategis Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah) melalui APBD, jika tidak terakomodir di APBN tahun berjala

Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan

3 Pemotongan anggaran bantuan barang (fisik), padahal Surat Perjanjian Kerja (SPK) Pengadaan telah disepakati

Penghematan anggaran Belanja minus (melebihi pagu)

Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Bagian Perencanaan Ditjen Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh

132 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 147: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

- Petani belum mempunyai gudang penyimpanan

- Petani belum menerapkan resi gudang- Panjangnya rantai pasar/distribusi

- Posisi tawar petani yang masih lemah terhadap pedagang- Belum solidnya peran kelembagaan petani dalam menghadapi pedagang (pedagang pengepul dan pedagang besar)- Ketergantungan petani terhadap tengkulak- Kesulitan mengakses pinjaman (seperti Kredit Usaha Rakyat/KUR) melalui lembaga pembiayaan

- Usaha tani belum mencapai marjin keuntungan yang tinggi (High Profit Margin)

7 Keterbatasan ketersediaan benih unggul bermutu dan bersertifikat di beberapa wilayah pengembangan

produksi benih terbatas produksio dan produktivitas tidak mencapai sasaran

penyediaan benih berjenjang Penguatan kelembagaan petani, khususnya dari aspek modal melalui penguatan modal usaha kelompok (PMUK), pengembangan Lembaga Ekonomi Mandiri (LEM)

Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan

8 Penyedia benih tembakau terbatas Keterlambatan dalam penetapan Unit

Kegiatan tertunda Mengawal dan koordinasi intensif

- Mengupayakan perangkat ULP terbentuk

Dinas Perkebunan dan/atau Dinas 9 Kegiatan pengembangan tembakau

tidak terlaksana di daerah-daerah sentra

- Menyampaikan surat edaran dari Menteri Pertanian/Dirjen tentang Target/Kontrak Kinerja yang disepakati, yang mana target tersebut akan tercapai apabila didukung dengan Kinerja ULP yang baik

Keuntungan petani belum optimal

Pembinaan, pengawalan, pengendalian dan pendampingan dalam menerapkan Good Agricultural Practices (GAP)

Pelatihan GAP, pemberdayaan (petani/kelompok tani), penguatan kelembagaan petani secara berkesinambungan, dan usulan penerapan resi gudang

Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh

No. Penanggung Jawab

Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh

5

6 Modal usaha yang dimiliki petani masih terbatas

Pelaksanaan kegiatan budidaya belum maksimal

Sosialisasi program KUR, sehingga petani dapat mengetahui prosedur dan ketentuan untuk memperoleh KUR

Penguatan kelembagaan petani, khususnya dari aspek modal melalui penguatan modal usaha kelompok (PMUK), pengembangan Lembaga Ekonomi Mandiri (LEM)

Harga jual lada, pala dan cengkeh berfluktuasi dan pada saat panen cenderung turun

Permasalahan Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi

133 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 148: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

10 Mempermudah pengajuan benih lokal agar dapat disertifikasi menjadi benih unggul nasional

Penghematan anggaran Belanja minus (melebihi pagu)

Koordinasi pusat dan daerah secara efektif

- Pemotongan anggaran perlu dikawal dengan memperhatikan seluruh aspek teknis dan non teknis secara komprehensif, dengan alokasi yang proporsional, seperti unit cost, harga pasar, lokasi dan luas areal, sehingga pengembangan tanaman rempah mencapai sasaran

Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Bagian Perencanaan Ditjen Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh

11 Dukungan APBD masih lemah dan tidak sinergis

Pendapatan asli daerah (PAD) beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan, yang mana sumber daya alam yang tidak dapat dapat diperbarui (Unrenewable Resources) yang selama ini menjadi andalan sudah berkurang dan bahkan habis, karena terus menerus die

Program dan kegiatan pengembangan rempah belum dapat sepenuhnya didukung oleh APBD

Mensosialisasikan ke Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mendukung Program/Kegiatan Pengembangan Rempah Nasional (yang tercantum dalam Rencana Strategis Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah) melalui APBD, jika tidak terakomodir di APBN tahun berjala

- Mensinkronkan Program/Kegiatan pusat dan daerah dalam rapat koordinasi, rapat kerja dan/atau Focus Group Discussions (FGD) secara intensif dan berkala; Pentingnya sinergitas antar stakeholder perkebunan pusat dan daerah dalam pengembangan industri kreatif

Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh

12 Petani sering mengalami kerugian - Petani belum mempunyai gudang penyimpanan

Keuntungan petani belum optimal

Pembinaan, pengawalan, pengendalian dan pendampingan dalam menerapkan Good Agricultural Practices (GAP)

Pelatihan GAP, pemberdayaan (petani/kelompok tani), penguatan kelembagaan petani secara berkesinambungan, dan usulan penerapan resi gudang

Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh

13 Adanya penghematan anggaran, sementara dalam pelaksanaannya sudah pada tahap kontrak dan pembayaran uang muka

Penghematan anggaran tidak memperhatikan capaian fisik di masing-masing satker, tetapi melihat SPAN

Beberapa kegiatan mengalami keterlambatan, dan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan

Mengalokasikan kegiatan pada tahun berikutnya dan Mendorong Pemerintah daerah untuk mengalokasikan melalui APBD

- Kedepan penghematan anggaran dilakukan dengan mempertimbangkan capaian fisik di Satker.

Dinas Perkebunan setempat

14 Harga dan Kualitas tembakau di tingkat petani

Belum semua Petani ikut kemitraan dengan pabrik rokok

Posisi tawar produk petani lemah sehingga harga dan kualitas ditentukan oleh pedagang besar/pengumpul

Membangun kemitraan pabrik roko

Membangun kemitraan dengan pabrik rokok Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung JawabNo. Permasalahan

134 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 149: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya

KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann

15 Kegiatan Perluasan Kelapa Sawit di daerah banyak yang terlaksana pada akhir tahun

1. Terjadinya pemotongan/penghematan anggaran di tahun 2016 ;2. Penetapan SK CP/CL dilokasi lahan yang diusulkan sering terlambat; 3. seluruh kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender, keterbatasan ULP di daerah dan 4. Sebagi

Kegiatan perluasan tanaman kelapa sawit terhambat pelaksanaan pengadaannya karena sering menunggu hasil revisi POK

1.Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannnya;2.

- Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; 2. Percepatan proses pengadaan barang/jasa;3. Saat menerima POK, perlu penelahaan, koordinasi serta sosialisasi baik untuk TP Propinsi maupun TP Kabupaten serta s

Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten

16 Mundurnys beberapa TKP karena telah menjadi PNS dan bekerja swasta

Adanya kesempatan bekerja di tempat lain

Bertambahnya lokasi jangkauan pembinaan bagi TKP yang ada

Mengefektifkan kinerja TKP dan mengupayakan penggantian TKP yang mengundurkan diri

- Mengevaluasi kinerja TKP dan mendorong TKP yang sudah menjadi PNS dapat bekerja di tempat semula

Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten

17 Koordinasi Dinas yang membidangi propinsi dengan kabupaten belum berjalan dengan baik

Pemahaman tentang manfaat pembinaan dan pengawalan belum sama

Beberapa petani yang tidak terbina

Sosialisasi kepada Dinas yang membidangi perkebunan baik propinsi maupun kabupaten

- Meningkatkan koordinasi kepada Dinas yang membidangi perkebunan propinsi dan kabupaten

Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten

18 1. Pengajuan penilaian fisik kebun terlambat bahkan tidak dilakukan;2. biaya penilaian fisik kebun di tingkat Pusat tidak memadai sehingga usulan yang masuk tidak semua dapat di laksanakan

1. Belum siapnya mitra usaha;2. Belum patuhnya mitra usaha; 3. Belum terinformasinya secara utuh mitra usaha

1. Standar Pembangunan kebun kelapa sawit tidak dapat diketahui;2. Pembagian hasil ke petani belum dapat diketahui

1. Menyurati mitra usaha agar segera mengajukan penilaian fisik kebun;2. Melakukan koordinasi bersama instansi terkait khususnya untuk mitra usaha yang belum pernah sama sekali mengajukan fisik kebun

- Meningkatkan koordinasi kepada Dinas yang membidangi perkebunan propinsi dan kabupaten

Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten

19 Kegiatan Pengembangan Kelembagaan dan Usaha Petani Kelapa Sawit di daerah yang terlaksana pada tri wulan III

1. Terjadinya pemotongan/penghematan anggaran di tahun 2016 ;2. Penetapan SK Petani Kelapa Sawit yang mengikuti pelatihan yang diusulkan sering terlambat; 3.seluruh kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender, keterbatasan ULP

Kegiatan pengembangan kelembagaan dan usaha tani kelapa sawit terhambat pelaksanaan karena sering menunggu hasil revisi POK

1.Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannnya;2.

- Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; 2. Percepatan proses pengadaan barang/jasa;3. Saat menerima POK, perlu penelahaan, koordinasi serta sosialisasi baik untuk TP Propinsi maupun TP Kabupaten serta s

Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten

20 Keterbatasan kesediaan benih unggul bermutu di beberapa wilayah pengembangan

Produksi benih terbatas Kegiatan tidak dilaksanakan

Agar lebih cermat dalam perencanaan kegiatan

- Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) kelapa dan Pohon Induk Terpilih (PIT)

Dinas Perkebunan setempat

21 Adanya multitafsir/perbedaan pendapat dalam menginterpretasikan Permentan Nomor 50, yaitu Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Pohon Induk Terpilih (PIT)

Kehati-hatian terhadap Permentan Nomor 50 Tahun 2015

Kegiatan tidak dilaksanakan

Telah dilakukan sosialisasi oleh Direktorat Perbenihan

- Revisi terhadap Permentan Nomor 50 Tahun 2015

Direktorat Perbenihan

22 Kebijakan pemerintah daerah penerima bantuan fisik ke petani harus berbadan hukum

Kelembagaan petani/kelompok tani di beberapa daerah ada yang belum berbadan hukum

Kegiatan tidak dilaksanakan

Menyurati Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk klarifikasi penerima bantuan fisik

- Agar cermat dalam perencanaan Dinas Perkebunan setempat

23 Adanya penghematan anggaran, sementara dalam pelaksanaannya sudah pada tahap kontrak dan pembayaran uang muka

Penghematan anggaran tidak memperhatikan capaian fisik di masing-masing satker, tetapi melihat SPAN

Beberapa kegiatan mengalami keterlambatan, dan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan

Mengalokasikan kegiatan pada tahun berikutnya dan Mendorong Pemerintah daerah untuk mengalokasikan melalui APBD

- Kedepan penghematan anggaran dilakukan dengan mempertimbangkan capaian fisik di Satker.

Dinas Perkebunan setempat

No. Permasalahan Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung Jawab

135 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Page 150: Kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/LAKIN/LAKIN BUN 2016.pdf · produksi tebu mencapai 89,58% dan ratarata peningkatan produksi tanaman - perkebunan unggulan lainnya