Buletin Review Jurnal

10
Review Berbagai Jurnal Terkait Desentralisasi dan Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan Desentralisasi kesehatan yang berlaku di Indonesia mempengaruhi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun belum adanya kebijakan tentang standar pelayanan bidang kesehatan (termasuk mengenai data dan informasi) mengakibatkan persepsi masing-masing pemerintah daerah berbeda-beda. Hal ini menyebabkan sistem informasi kesehatan yang dibangun tidak standar juga. Variabel maupun format input/output yang berbeda, sistem dan aplikasi yang dibangun tidak dapat saling berkomunikasi . SIK. Penyelenggaraan SIK itu sendiri masih belum dilakukan secara efisien, terjadi “Redundant” data, dan duplikasi kegiatan, selain itu kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada data yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu laporan juga masih rendah, sistem umpan balik tidak berjalan optimal, pemanfaatan data/informasi di tingkat daerah (Kabupaten/Kota) untuk advokasi, perencanaan program, monitoring dan manajemen masih rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini antara lain karena adanya “overlapping” kegiatan dalam pengumpulan, dan pengolahan data, di setiap unit kerja di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Selain itu kegiatan pengelolaan data/informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Penerapan sistem informasi yang terintegrasi khususnya di bidang kesehatan merupakan tantangan yang dihadapi oleh negara

Transcript of Buletin Review Jurnal

Page 1: Buletin Review Jurnal

Review Berbagai Jurnal Terkait Desentralisasi dan Penyelenggaraan Sistem Informasi

Kesehatan

Desentralisasi kesehatan yang berlaku di Indonesia mempengaruhi pengembangan

sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun

belum adanya kebijakan tentang standar pelayanan bidang kesehatan (termasuk mengenai

data dan informasi) mengakibatkan persepsi masing-masing pemerintah daerah berbeda-beda.

Hal ini menyebabkan sistem informasi kesehatan yang dibangun tidak standar juga. Variabel

maupun format input/output yang berbeda, sistem dan aplikasi yang dibangun tidak dapat

saling berkomunikasi . SIK.

Penyelenggaraan SIK itu sendiri masih belum dilakukan secara efisien, terjadi

“Redundant” data, dan duplikasi kegiatan, selain itu kualitas data yang dikumpulkan masih

rendah, bahkan ada data yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu laporan juga

masih rendah, sistem umpan balik tidak berjalan optimal, pemanfaatan data/informasi di

tingkat daerah (Kabupaten/Kota) untuk advokasi, perencanaan program, monitoring dan

manajemen masih rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini antara lain

karena adanya “overlapping” kegiatan dalam pengumpulan, dan pengolahan data, di setiap

unit kerja di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Selain itu kegiatan pengelolaan

data/informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik.

Penerapan sistem informasi yang terintegrasi khususnya di bidang kesehatan

merupakan tantangan yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia dan

Ekuador untuk mengatasi sistem informasi kesehatan yang belum terintegrasi. Dengan

melakukan review beberapa jurnal, dapat kita ambil beberapa tindakan rekomendasi untuk

mengatasi permasalahan tersebut.

Page 2: Buletin Review Jurnal

A. Challenges to Infromation System Implementation and Organisational Change

Management : Insight from the Health Sector in Ecuador (Angel Javier Salazar Alvare The

Manchester Metropolitan University Business School United Kingdom EJISDC (2004), vol.16, no.6,

pg.1-16)

Hambatan Penerapan Sistem Informasi di Ekuador

Penerapan E-Health sebagai sistem informasi terintegrasi yang mendukung

perwujudan sistem desentralisasi kesehatan masih belum terlaksana seratus persen di

Ekuador. Terdapat beberapa kendala yang menjadi penghambat penerapan E-Health di

Ekuador yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Inadekuatnya sistem manajemen dan organisasi Pemerintahan Ekuador

Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralisasi di Ekuador belum

sepenuhnya dikatakan berhasil, hal ini dapat dilihat dari proses perencanaan dan

penganggaran dan alokasi sumber daya pelayanan kesehatan sebagian besar masih

menggunakan sistem terpusat (top-down). Faktor inilah yang menyebabkan distribusi

pelayanan kesehatan dan kinerja pelayanan kesehatan terutama rumah sakit masih rendah.

2. Alokasi sumber daya keuangan dan manusia masih terpusat (top-down)

Proses perencanaan dan penganggaran sebagian besar masih menggunakan sistem

terpusat (top down) bukan berdasarkan sumber daya yang tersedia (resource-based costing

and budgeting), yang secara substansial dibatasi oleh pengeluaran tahun sebelumnya dan

dilatarbelakangi kepentingan politik dokter di Departemen Kesehatan (MoPH). Alokasi

sumber daya keuangan yang masih terpusat ini menyebabkan penyediaan layanan

kesehatan masih dibatasi oleh infrastruktur fisik dan staff yang ditentukan oleh tingkat

nasional dan regional tanpa adanya pertimbangan kriteria seperti cakupan populasi dan

efektivitas biaya layanan.

3. Pemerintah Daerah Tidak Mendapatkan Insentif Tambahan dari Pemerintah

Pusat

Penerapan sistem informasi terintegrasi untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi

kesehatan di Ekuador memerlukan dana tambahan bagi daerah. Hal ini disebabkan karena

penerapan E-Health merupakan hal yang memerlukan persiapan yang sangat kompleks,

sehingga banyak hal yang harus dipersiapkan, seperti dana untuk pelatihan para

stakeholder pemerintah daerah, petugas kesehatan, serta pihak terkait lainnya. Kemudian

Page 3: Buletin Review Jurnal

dana untuk peningkatan efisiensi layanan, dana untuk pemeliharaan sistem yang sudah

dibangun, dan masih banyak lagi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya

insentif tambahan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah akan

menghambat pelasksanaan E-health.

4. Keterbatasan SDM di Pemerintahan Daerah

Evaluasi yang dilakukan oleh salah satu personel Departemen Kesehatan mengenai

pelaksanaan program BPC adalah masih banyak ditemukannya sistem pencatatan data

yang manual atau dapat dikatakan belum dapat memanfaatkan aplikasi software sistem

informasi yang telah dirancang oleh tim IS IDP. Padahal E-Health merupakan salah satu

aspek penting dalam perwujudan desentralisasi kesehatan.

5. Kompleksitas Penerapan Management Information System (MIS)

Implementasi MIS memerlukan persyaratan dan keperluan yang rumit dan kompleks,

sehingga diperlukan peran dari semua pihak stakeholder baik dari pemerintah pusat

maupun daerah serta pengguna dari MIS. Selain itu MIS merupakan suatu program besar

bagi pemerintahan Ekuador sehingga bagi IS team yang telah dibentuk akan bekerja di

semua level pemerintahan maupun organisasi, baik itu pemerintah pusat, pemerintahan

daerah, pusat pelayanan kesehatan, rumah sakit, dan sebagainya. Banyaknya level

pemerintahan maupun organisasi yang harus dibina oleh IS team ini dapat menimbulkan

permasalahan, diantaranya tidak tercakupnya pembinaan MIS pada seluruh wilayah atau

area organisasi tadi, sehingga ada wilayah pemerintahan yang tidak memahami penerapan

MIS ini.

B. Analysing the Challenges of IS implementation in public health institutions of a

developing country: the need for flexible strategies (Mengiste, Shegaw Anagaw. 2010.

‘Analysing the Challenges of IS implementation in public health institutions of a developing

country: the need for flexible strategies’. Journal of Health Informatics in Developing

Countries, vol.4, no.1. Jurnal Online. http://www.jhidc.org.)

Jurnal ini membahas mengenai penerapan sistem informasi kesehatan yang berbasis

komputer di sistem pelayanan kesehatan masyarakat di Ethiopia. Jurnal ini menganalisis

bagaimana kendala-kendala yang ada terkait tantangan socio-technic dalam penerapan

sistem informasi kesehatan berbasis komputer di sutu wilayah dapat menjadi strategi untuk

mengatasi hambatan-hambatan tersebut, strategi ini dinamakan “Flexible Strategis”.

Page 4: Buletin Review Jurnal

Studi yang dilakukan dengan mengambil dua negara bagian di Ethiopia yaitu

Benishangul-Gumuz dan Amhara. Kemudian dilakukan analisis mengenai hambatan dari

penerapan sistem informasi kesehatan pada masing-masing negara bagian tersebut.

Berdasarkan studi yang dilakukan hambatan-hambatan yang ditemukan pada negara

bagian Benishangul-Gumuz dan Amhara diantaranya adalah : (1) sistem informasi

kesehatan yang terfragmentasi; (2) kualitas SDM tidak memadai; dan (3) sarana

infrastruktur yang buruk. Akan tetapi, masing-masing hambatan tersebut memiliki

permasalahan yang berbeda sehingga diperlukan suatu tindakan strategi yang berbeda juga

untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dapat diambil satu contoh, yaitu mengenai

permasalahan terfragmentasinya sistem informasi kesehatan yang disajikan pada tabel

berikut :

Regional

State

Hambatan

(Fragmented HIS)

Flexible Strategies

Benishangul

-Gumuz

Segala proses pelaksanaan sistem

informasi kesehatan baik dari

penentuan strategi, pemilihan

aplikasi software, dan penentuan

standardisasi dilakukan secara top-

down.

Sistem informasi kesehatan masih

manual dan diperburuk oleh

permintaan data rutin program

vertical dari pemerintah pusat

(HIV/AIDS, Malaria) untuk

keperluan data mereka. Sehingga

beban kerja tenaga kesehatan di

negara bagian Benishangul-Gumuz

bertambah dua kali lipat.

Memberdayakan tenaga

kesehatan dan pemimpin daerah

dalam bekerja dan menentukan

standar pelaporan melalui

pendekatan sistem bottom-up

dan pendekatan partisipatif

dalam upaya untuk merubah

sistem yang sudah ada.

Meningkatkan interaksi,

negosiasi, belajar bersama

melalui kegiatan pelatihan dan

pertemuan teratur sesuai dengan

tahap pembuatan standar

pelaporan.

Mengembangkan data essensial

regional dan format laporan

untuk mengatasi tantangan

tersebut.

Amhara Sistem pelaporan yang Bekerjasama dengan beberapa

Page 5: Buletin Review Jurnal

terfragmentasi dan manual

Laporan yang tidak konsisten

Tidak ada feedback dari pusat

organisasi internasional seperti

EHSE untuk melakukan

standardisasi data dan alat

pengumpulan data.

Melakukan proses standardisasi

bersama biro kesehatan regional

untuk membuat aplikasi

software sistem informasi, yaitu

DHIS (District-Based Health

Information Software).

3. Study of the Actual and Potential Usage of Information and Communication

Technology (ICT) at District and Provincial Levels in Mozambique with a Focus on

the Health Sector (Braa, Jorn dkk. 2001. ‘Study of the Actual and Potential Usage of Information

and Communication Technology (ICT) at District and Provincial Levels in Mozambique with a

Focus on the Health Sector’. The Electric Journal on Information System in Developing Country,

vol. 5, no. 2 pg. 1-29. Jurnal Online. http://folk.uio.no/patrickr/refdoc/Mozambique.pdf.)

Jurnal ini membahas tentang pentingnya penerapan sistem ICT di Mozambique pada

setiap sektor kesehatan untuk mewujudkan terlaksananya E-Health dalam sistem

desentralisasi kesehatan. Permasalahan yang terdapat di dalam jurnal ini adalah masih

rendahnya kemampuan ICT yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, masih rendahnya

kegiatan pelatihan penggunaan ICT tersebut, dan sarana infrastruktur ICT yang masih

terbatas.

Studi ini mengambil tiga lokasi penelitian yaitu Provinsi Gaza, Inhambane, dan

Niassa, berdasarkan studi yang dilakukan bahwa hampir di seluruh provinsi di

Mozambique komputer dan internet sudah tersebar, dengan sistem software yang sudah

ada akan tetapi hampir seluruh tenaga kesehatan belum bisa mengoperasikan aplikasi

tersebut, sehingga sistem informasi kesehatan berbasis komputer belum dapat berjalan.

Ketidakmampuan SDM ini disebabkan oleh tidak adanya pelatihan atau pemberian

pendidikan mengenai sistem informasi berbasis komputersasi, sehingga program ini tidak

berjalan.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan beberapa upaya untuk

mengembangkan kapasitas SDM, dengan melakukan pelatihan dan pemberdayaan kepada

Page 6: Buletin Review Jurnal

tenaga kesehatan, seperti pelatihan penggunaan aplikasi program penggunaan database

daerah, kemudian pelatihan untuk menganalisis dan menggunakan data untuk manajemen

pelayanan dan kesehatan. Dengan berbagai jenis pelatihan dan program pengembangan

tersebut, diharapkan para tenaga kesehatan di Mozambique mampu menerapkan sistem

ICT pada setiap sektor kesehatan untuk mewujudkan terlaksananya E-Health dalam sistem

desentralisasi kesehatan.

REKOMENDASI

Berdasarkan berbagai review jurnal diatas dapat diambil beberapa tindakan

rekomendasi dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan terintegrasi terkait dengan

desentralisasi kesehatan , diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pemberian wewenang kepada pemerintah daerah untuk menganalisis kendala yang ada

dan menentukan program dan rencana strategi apa yang dapat mereka lakukan untuk

mengatasi permasalahan tersebut, hal ini dikarenakan pemerintah daerah lebih tahu

permasalahan mereka miliki (Flexible Strategy).

2. Mengadakan kerjasama dengan beberapa instansi atau biro terkait dalam proses

pengumpulan data di daerah.

3. Membuat aplikasi sistem software sistem informasi kesehatan berbasis daerah seperti

DHIS (District-Based Health Information Software).

4. Melakukan kegiatan pemberdayaan kepada para stakeholder dan tenaga kesehatan

untuk mendukung sistem informasi kesehatan terintegrasi.