Buletin Review Jurnal
-
Upload
rizka-isti-qomarya -
Category
Documents
-
view
36 -
download
3
Transcript of Buletin Review Jurnal
Review Berbagai Jurnal Terkait Desentralisasi dan Penyelenggaraan Sistem Informasi
Kesehatan
Desentralisasi kesehatan yang berlaku di Indonesia mempengaruhi pengembangan
sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun
belum adanya kebijakan tentang standar pelayanan bidang kesehatan (termasuk mengenai
data dan informasi) mengakibatkan persepsi masing-masing pemerintah daerah berbeda-beda.
Hal ini menyebabkan sistem informasi kesehatan yang dibangun tidak standar juga. Variabel
maupun format input/output yang berbeda, sistem dan aplikasi yang dibangun tidak dapat
saling berkomunikasi . SIK.
Penyelenggaraan SIK itu sendiri masih belum dilakukan secara efisien, terjadi
“Redundant” data, dan duplikasi kegiatan, selain itu kualitas data yang dikumpulkan masih
rendah, bahkan ada data yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu laporan juga
masih rendah, sistem umpan balik tidak berjalan optimal, pemanfaatan data/informasi di
tingkat daerah (Kabupaten/Kota) untuk advokasi, perencanaan program, monitoring dan
manajemen masih rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini antara lain
karena adanya “overlapping” kegiatan dalam pengumpulan, dan pengolahan data, di setiap
unit kerja di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Selain itu kegiatan pengelolaan
data/informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik.
Penerapan sistem informasi yang terintegrasi khususnya di bidang kesehatan
merupakan tantangan yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia dan
Ekuador untuk mengatasi sistem informasi kesehatan yang belum terintegrasi. Dengan
melakukan review beberapa jurnal, dapat kita ambil beberapa tindakan rekomendasi untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
A. Challenges to Infromation System Implementation and Organisational Change
Management : Insight from the Health Sector in Ecuador (Angel Javier Salazar Alvare The
Manchester Metropolitan University Business School United Kingdom EJISDC (2004), vol.16, no.6,
pg.1-16)
Hambatan Penerapan Sistem Informasi di Ekuador
Penerapan E-Health sebagai sistem informasi terintegrasi yang mendukung
perwujudan sistem desentralisasi kesehatan masih belum terlaksana seratus persen di
Ekuador. Terdapat beberapa kendala yang menjadi penghambat penerapan E-Health di
Ekuador yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Inadekuatnya sistem manajemen dan organisasi Pemerintahan Ekuador
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralisasi di Ekuador belum
sepenuhnya dikatakan berhasil, hal ini dapat dilihat dari proses perencanaan dan
penganggaran dan alokasi sumber daya pelayanan kesehatan sebagian besar masih
menggunakan sistem terpusat (top-down). Faktor inilah yang menyebabkan distribusi
pelayanan kesehatan dan kinerja pelayanan kesehatan terutama rumah sakit masih rendah.
2. Alokasi sumber daya keuangan dan manusia masih terpusat (top-down)
Proses perencanaan dan penganggaran sebagian besar masih menggunakan sistem
terpusat (top down) bukan berdasarkan sumber daya yang tersedia (resource-based costing
and budgeting), yang secara substansial dibatasi oleh pengeluaran tahun sebelumnya dan
dilatarbelakangi kepentingan politik dokter di Departemen Kesehatan (MoPH). Alokasi
sumber daya keuangan yang masih terpusat ini menyebabkan penyediaan layanan
kesehatan masih dibatasi oleh infrastruktur fisik dan staff yang ditentukan oleh tingkat
nasional dan regional tanpa adanya pertimbangan kriteria seperti cakupan populasi dan
efektivitas biaya layanan.
3. Pemerintah Daerah Tidak Mendapatkan Insentif Tambahan dari Pemerintah
Pusat
Penerapan sistem informasi terintegrasi untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi
kesehatan di Ekuador memerlukan dana tambahan bagi daerah. Hal ini disebabkan karena
penerapan E-Health merupakan hal yang memerlukan persiapan yang sangat kompleks,
sehingga banyak hal yang harus dipersiapkan, seperti dana untuk pelatihan para
stakeholder pemerintah daerah, petugas kesehatan, serta pihak terkait lainnya. Kemudian
dana untuk peningkatan efisiensi layanan, dana untuk pemeliharaan sistem yang sudah
dibangun, dan masih banyak lagi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya
insentif tambahan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah akan
menghambat pelasksanaan E-health.
4. Keterbatasan SDM di Pemerintahan Daerah
Evaluasi yang dilakukan oleh salah satu personel Departemen Kesehatan mengenai
pelaksanaan program BPC adalah masih banyak ditemukannya sistem pencatatan data
yang manual atau dapat dikatakan belum dapat memanfaatkan aplikasi software sistem
informasi yang telah dirancang oleh tim IS IDP. Padahal E-Health merupakan salah satu
aspek penting dalam perwujudan desentralisasi kesehatan.
5. Kompleksitas Penerapan Management Information System (MIS)
Implementasi MIS memerlukan persyaratan dan keperluan yang rumit dan kompleks,
sehingga diperlukan peran dari semua pihak stakeholder baik dari pemerintah pusat
maupun daerah serta pengguna dari MIS. Selain itu MIS merupakan suatu program besar
bagi pemerintahan Ekuador sehingga bagi IS team yang telah dibentuk akan bekerja di
semua level pemerintahan maupun organisasi, baik itu pemerintah pusat, pemerintahan
daerah, pusat pelayanan kesehatan, rumah sakit, dan sebagainya. Banyaknya level
pemerintahan maupun organisasi yang harus dibina oleh IS team ini dapat menimbulkan
permasalahan, diantaranya tidak tercakupnya pembinaan MIS pada seluruh wilayah atau
area organisasi tadi, sehingga ada wilayah pemerintahan yang tidak memahami penerapan
MIS ini.
B. Analysing the Challenges of IS implementation in public health institutions of a
developing country: the need for flexible strategies (Mengiste, Shegaw Anagaw. 2010.
‘Analysing the Challenges of IS implementation in public health institutions of a developing
country: the need for flexible strategies’. Journal of Health Informatics in Developing
Countries, vol.4, no.1. Jurnal Online. http://www.jhidc.org.)
Jurnal ini membahas mengenai penerapan sistem informasi kesehatan yang berbasis
komputer di sistem pelayanan kesehatan masyarakat di Ethiopia. Jurnal ini menganalisis
bagaimana kendala-kendala yang ada terkait tantangan socio-technic dalam penerapan
sistem informasi kesehatan berbasis komputer di sutu wilayah dapat menjadi strategi untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut, strategi ini dinamakan “Flexible Strategis”.
Studi yang dilakukan dengan mengambil dua negara bagian di Ethiopia yaitu
Benishangul-Gumuz dan Amhara. Kemudian dilakukan analisis mengenai hambatan dari
penerapan sistem informasi kesehatan pada masing-masing negara bagian tersebut.
Berdasarkan studi yang dilakukan hambatan-hambatan yang ditemukan pada negara
bagian Benishangul-Gumuz dan Amhara diantaranya adalah : (1) sistem informasi
kesehatan yang terfragmentasi; (2) kualitas SDM tidak memadai; dan (3) sarana
infrastruktur yang buruk. Akan tetapi, masing-masing hambatan tersebut memiliki
permasalahan yang berbeda sehingga diperlukan suatu tindakan strategi yang berbeda juga
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dapat diambil satu contoh, yaitu mengenai
permasalahan terfragmentasinya sistem informasi kesehatan yang disajikan pada tabel
berikut :
Regional
State
Hambatan
(Fragmented HIS)
Flexible Strategies
Benishangul
-Gumuz
Segala proses pelaksanaan sistem
informasi kesehatan baik dari
penentuan strategi, pemilihan
aplikasi software, dan penentuan
standardisasi dilakukan secara top-
down.
Sistem informasi kesehatan masih
manual dan diperburuk oleh
permintaan data rutin program
vertical dari pemerintah pusat
(HIV/AIDS, Malaria) untuk
keperluan data mereka. Sehingga
beban kerja tenaga kesehatan di
negara bagian Benishangul-Gumuz
bertambah dua kali lipat.
Memberdayakan tenaga
kesehatan dan pemimpin daerah
dalam bekerja dan menentukan
standar pelaporan melalui
pendekatan sistem bottom-up
dan pendekatan partisipatif
dalam upaya untuk merubah
sistem yang sudah ada.
Meningkatkan interaksi,
negosiasi, belajar bersama
melalui kegiatan pelatihan dan
pertemuan teratur sesuai dengan
tahap pembuatan standar
pelaporan.
Mengembangkan data essensial
regional dan format laporan
untuk mengatasi tantangan
tersebut.
Amhara Sistem pelaporan yang Bekerjasama dengan beberapa
terfragmentasi dan manual
Laporan yang tidak konsisten
Tidak ada feedback dari pusat
organisasi internasional seperti
EHSE untuk melakukan
standardisasi data dan alat
pengumpulan data.
Melakukan proses standardisasi
bersama biro kesehatan regional
untuk membuat aplikasi
software sistem informasi, yaitu
DHIS (District-Based Health
Information Software).
3. Study of the Actual and Potential Usage of Information and Communication
Technology (ICT) at District and Provincial Levels in Mozambique with a Focus on
the Health Sector (Braa, Jorn dkk. 2001. ‘Study of the Actual and Potential Usage of Information
and Communication Technology (ICT) at District and Provincial Levels in Mozambique with a
Focus on the Health Sector’. The Electric Journal on Information System in Developing Country,
vol. 5, no. 2 pg. 1-29. Jurnal Online. http://folk.uio.no/patrickr/refdoc/Mozambique.pdf.)
Jurnal ini membahas tentang pentingnya penerapan sistem ICT di Mozambique pada
setiap sektor kesehatan untuk mewujudkan terlaksananya E-Health dalam sistem
desentralisasi kesehatan. Permasalahan yang terdapat di dalam jurnal ini adalah masih
rendahnya kemampuan ICT yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, masih rendahnya
kegiatan pelatihan penggunaan ICT tersebut, dan sarana infrastruktur ICT yang masih
terbatas.
Studi ini mengambil tiga lokasi penelitian yaitu Provinsi Gaza, Inhambane, dan
Niassa, berdasarkan studi yang dilakukan bahwa hampir di seluruh provinsi di
Mozambique komputer dan internet sudah tersebar, dengan sistem software yang sudah
ada akan tetapi hampir seluruh tenaga kesehatan belum bisa mengoperasikan aplikasi
tersebut, sehingga sistem informasi kesehatan berbasis komputer belum dapat berjalan.
Ketidakmampuan SDM ini disebabkan oleh tidak adanya pelatihan atau pemberian
pendidikan mengenai sistem informasi berbasis komputersasi, sehingga program ini tidak
berjalan.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan beberapa upaya untuk
mengembangkan kapasitas SDM, dengan melakukan pelatihan dan pemberdayaan kepada
tenaga kesehatan, seperti pelatihan penggunaan aplikasi program penggunaan database
daerah, kemudian pelatihan untuk menganalisis dan menggunakan data untuk manajemen
pelayanan dan kesehatan. Dengan berbagai jenis pelatihan dan program pengembangan
tersebut, diharapkan para tenaga kesehatan di Mozambique mampu menerapkan sistem
ICT pada setiap sektor kesehatan untuk mewujudkan terlaksananya E-Health dalam sistem
desentralisasi kesehatan.
REKOMENDASI
Berdasarkan berbagai review jurnal diatas dapat diambil beberapa tindakan
rekomendasi dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan terintegrasi terkait dengan
desentralisasi kesehatan , diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pemberian wewenang kepada pemerintah daerah untuk menganalisis kendala yang ada
dan menentukan program dan rencana strategi apa yang dapat mereka lakukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut, hal ini dikarenakan pemerintah daerah lebih tahu
permasalahan mereka miliki (Flexible Strategy).
2. Mengadakan kerjasama dengan beberapa instansi atau biro terkait dalam proses
pengumpulan data di daerah.
3. Membuat aplikasi sistem software sistem informasi kesehatan berbasis daerah seperti
DHIS (District-Based Health Information Software).
4. Melakukan kegiatan pemberdayaan kepada para stakeholder dan tenaga kesehatan
untuk mendukung sistem informasi kesehatan terintegrasi.