Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

56
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA KOTA PALANGKA RAYA JUNI 2012 JUNI 2012 PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA EDISI 06/TAHUN IV/2012

description

 

Transcript of Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Page 1: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYAKOTA PALANGKA RAYA

JUNI 2012JUNI 2012

PEMERINTAH KOTA

PALANGKA RAYA

EDISI 06/TAHUN IV/2012

Page 2: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Penanggung Jawab

Ir. Muhladun

Redaktur

Martina, SH, M.Si

Penyunting/Editor

Drs. Sernus Kristhine Agustine, SE Roysart Alfons, ST, MT, MSc Desain Grafis Nensianie, SP, MSi Vallery Budianto, ST Fotografer

Immanuel Yuwana Yakti, ST Sekretariat

Edy Oktora Hanyi, ST

Alamat Redaksi Bappeda Kota Palangka Raya

Jl. Tjilik Riwut No. 98 Telp/Fax. 0536-3231542, 3231539

email: [email protected]

Daftar Isi

Kata Pengantar

Evaluasi Daya Dukung Sarana dan

Prasarana Budidaya Perikanan di

Wilayah Kota Palangka Raya

Studi Kelayakan Pembangunan Pusat

Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi

Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya

Kajian Penerapan Standar Pelayanan

Minimal Pemerintah Kota Palangka Raya

(Bidang Kesehatan, Pendidikan Dasar

dan Pemerintahan Dalam Negeri)

Pengembangan Ekonomi Lokal

di Kota Palangka Raya

1

2

3

14

30

44

11

Page 3: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

S egala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya dalam seluruh

proses dari tahap persiapan, penyusunan hingga pencetakan

Buletin Litbang edisi keenam ini.

Dalam edisi ini Tim Penyusun Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya

menyajikan empat tulisan yanjg merupakan hasil pelaksanaan kegiatan SKPD jajaran

Pemerintah Kota Palangka Raya. Dua di antaranya merupakan kegiatan yang

dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Palangka Raya

dalam Tahun Anggaran 2011, sedangkan dua lainnya merupakan kegiatan di Bappeda

Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2011.

Kiranya Buletin Litbang Edisi ke-6 ini dapat membangkitkan inspirasi bagi kita

sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan

masyarakat dan Kota Palangka Raya demi tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Palangka Raya, Juni 2012

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

Ir. MUHLADUN Pembina Utama Muda

NIP. 19570803 198710 1 001

22

Page 4: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

S arana dan prasarana budidaya perikanan merupakan salah satu sub sistem dari program pembangunan

perikanan budidaya. Oleh karena itu di dalam perencanaannya, di samping perlu memahami konteks pembangunan budidaya perikanan secara keseluruhan juga perlu mempertim-bangkan berbagai aspek yang dibutuhkan untuk penyusunan suatu perencanaan yang baik.

Usaha budidaya perikanan di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah sangat prospektif. Hal itu karena didukung oleh ekologi sumber daya alamnya, pangsa pasar yang cukup baik dan hal yang paling penting dari pengembangan usaha ini adalah langsung menyentuh pada kehidupan masyarakat desa, khususnya petani ikan yang dapat meningkat-kan pendapatan dan kesejahteraan hidupnya, menciptakan kesempatan kerja serta dapat memenuhi kebutuhan gizi/protein hewani masyarakat.

Perencanaan sarana dan prasarana budidaya diperlukan agar pembangunan yang dilakukan dapat secara optimal mendukung kegiatan budidaya serta diperolehnya efisiensi baik pada tahap konstruksi maupun pada saat pengoperasian dan pemeliharaan.

MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATANMAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

Maksud dan tujuan kegiatan Evaluasi Daya Dukung Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya di Kota Palangka Raya adalah: (i) mengidentifikasi kegiatan perikanan budidaya yang terdapat di Kota Palangka Raya; (ii) melakukan evaluasi kondisi sarana dan prasarana perikanan budidaya dan melakukan identifikasi daya dukung wilayah terhadap pengembangan dan pembangunan prasarana budidaya di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah; dan (iii) memberikan gambaran kelayakan kawasan dari segi teknis lahan. Diharapkan pada akhirnya hasil kegiatan ini ini dapat memberikan gambaran tentang kondisi perikanan budidaya dan strategi pengembangan sarana dan prasarana perikanan di Kota Palangka Raya.

OUTPUTOUTPUT

Output dari kegiatan ini berupa : (i) Laporan Evaluasi yang memuat analisis studi identifikasi dan studi aktivitas perikanan budidaya di Kota Palangka Raya, dan (ii) Peta lokasi sebaran pembudidaya ikan dan sistem

Kerjasama Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya dengan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Budidaya ikan dalam keramba di Sungai Kahayan

33

Page 5: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

usaha budidaya perikanan di Kota Palangka Raya.

K E R A N G K A P E N D E K A T A N K E R A N G K A P E N D E K A T A N P E R E N C A N A A N P R A S A R A N A P E R E N C A N A A N P R A S A R A N A BUDIDAYA PERIKANANBUDIDAYA PERIKANAN

Perencanaan prasarana budidaya diperlukan agar pembangunan yang dilakukan dapat secara optimal mendukung program pem-bangunan budidaya baik aspek fisik maupun aspek fungsi serta diperolehnya efisiensi baik pada tahap konstruksi maupun pada saat pengoperasian dan pemeliharaannya.

Dengan demikian perlu pemahaman secara keseluruhan mengenai program pembangunan perikanan budidaya yang akan dilaksanakan, yang meliputi: a. Potensi daya dukung wilayah terhadap

pengembangan budidaya, b. Sampai sejauh tingkat pengembangan yang

akan dilaksanakan atau direncanakan, c. Dukungan-dukungan pengembangan yang

telah ada (potensi)’ d. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul

dan hal-hal yang merupakan pembatas (constrain),

e. Prakondisi yang diperlukan agar pengembangan dapat dilaksanakan.

Gambaran secara keseluruhan tentang program pembangunan perikanan budidaya (budidaya air payau, laut, tawar, pembenihan, pengolahan, pembinaan) terangkum dalam Masterplan yang idealnya disusun baik untuk lingkup Kabupaten maupun Propinsi.

Kegiatan Pembuatan Master Plan mencakup mencakup perencanaan prasarana budidaya agar pembangunan yang dilakukan dapat secara optimal mendukung kegiatan budidaya serta diperolehnya efisiensi baik pada tahap konstruksi maupun pada saat pengopera-sian dan pemeliharaannya.

Prasarana (infrastruktur) menurut pengertian umum adalah suatu bangunan yang digunakan untuk mendukung suatu kegiatan tertentu. Bangunan prasarana merupakan sesuatu yang tetap dan dalam pengopera-siannya tidak dipindah-pindahkan. Dengan demikian yang disebut prasarana perikanan budidaya adalah bangunan yang digunakan untuk mendukung kegiatan perikanan budidaya yang meliputi kegiatan pembudidayaan, kegi-atan pembenihan, pengolahan dan pemasaran hasil, pembinaan teknologi dan penanganan penyakit serta prasarana untuk kegiatan lainnya yang termasuk dalam ruang lingkup kegiatan perikanan budidaya.

Sebagai salah satu sub sistem perikanan budidaya maka kebijaksanaan pengembangan prasarana budidaya mengacu kepada kebijakan pembangunan perikanan budidaya yang secara umum terdiri dari 2 (dua) program yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi.

Intensifikasi dari segi prasarana budidaya, kegiatan intensifikasi didukung melalui kegiatan rehabilitasi prasarana baik dalam bentuk penambahan atau perbaikan. Kegiatan ini diprioritaskan untuk mengatasi hal-hal yang dipandang sangat mendesak yang memerlukan perbaikan segera.

Ekstensifikasi didukung melalui pembangunan prasaranabudidaya baik di lokasi yang mulai berkembang/dikembangkan secara bertahap maupun pada lokasi yang baru dibuka atau dimanfaatkan.

Secara umum penyusunan masterplan perikanan budidaya dalam suatu wilayah (regional) mengacu kepada kebijakan Peme-rintah daerah serta program pengembangan budidaya yang telah diterapkan. Sebagai langkah awal kegiatan pembangunan dan rehabilitasi prasarana budidaya, maka pada tahap perencanaan harus mengacu pada master plan tersebut.

Perencanaan prasarana budidaya dibagi dalam 2 (dua) tahapan yaitu tahap planning dan tahap perencanaan teknis rancang bangun (detil desain). Tahap planning sesungguhnya merupa-kan inti dari suatu perencanaan, karena pada tahap ini ditentukan arah pengembangan proyek, serta merupakan acuan bagi pelaksa-naan kegiatan selanjutnya baik pada tahap desain konstruksi serta tahap operasional dan pemeliharaan. Tahap planning ini merupakan kegiatan yang sulit dan bersifat multidisipliner, dimana diperlukan berbagai keahlian baik dalam bidang teknik, ekonomi dan sosial.

Keramba di Sungai Kahayan

44

Page 6: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

METODE PELAKSANAAN

Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengambilan data di lapangan menggunakan metode Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Dari analisis data yang dikumpulkan tersebut akan tergambar kondisi dan potensi aktual kegiatan budidaya perikanan di wilayah studi.Begitu juga mengenai faktor pendukung dan permasalahan tentang aspek biofisik-kimia, sosial ekonomi dan budaya, prasarana dan sarana penunjang kegiatan budidaya ikan yang sudah ada, serta kebijakan-kebijakan dan aturan-aturan pemerintah yang berlaku berkaitan dengan kawasan.

PENGUMPULAN DATA

Secara garis besar kegiatan penelitian dibagi menjadi 2 komponen utama yaitu yang pertama komponen kondisi ekosistem dan sumberdaya alamnya dan kedua kondisi teknis budidaya yang berhubungan dengan sistem budidaya yang digunakan, tingkat teknologi yang diterapkan.

Kondisi Ekosistem dan Sumberdaya

Pengumpulan data ekosistem dan sumberdaya disesuaikan dengan jenis ekosistemnya. Namun demikian, secara garis besar aspek yang diamati adalah komponen biotik baik makro maupun mikro dan komponen abiotik yang meliputi aspek fisika

dan kimia. Adapun metode pengumpulan baik berupa pengamatan, pengukuran, pengambilan sampel, dan analisis laboratorium. Dalam melakukan pengumpulan data akan ditetapkan stasiun pengamatan untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan dalam memperoleh gambaran keseluruhan dari populasi di lokasi pekerjaan.

Analisis data ekosistem dan sumberdaya dibedakan menjadi aspek biotik dan aspek abiotik.Aspek abiotik yang meliputi sifat fisika dan kimia akan dikaitkan dengan standar baku kondisi perairan untuk kehidupan biota secara umum.

Kondisi Teknis Budidaya Perikanan

Untuk mengetahui kondisi teknis budidaya pada lokasi penelitian dilakukan pengambilan data primer yaitu dengan cara pengamatan langsung dan melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dipilih secara purposive.

Pengamatan pertama dilakukan pada sistem budidaya yang berbasiskan daratan seperti kolam air tenang dan kolam tadah hujan. Kemudian pengamatan kedua dilakukan pada sistem budidaya yang berbasiskan air seperti karamba ataukombongan dan sistem budidaya lainnya.

Sistem budidaya berbasiskan daratan terpisah dari perairan yang menjadi sumber air sistem ini. Penyaluran air dilakukan dengan menggunakan saluran atau pipa sedangkan sistem budidaya berbasis air dilakukan pada

Budidaya ikan air tawar di Sungai 55

Page 7: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

badan air dimana interkasi antara ikan kultur dengan lingkungannya sangat kuat dan hampir tidak ada pembatasannya dan umumnya diterapkan pada perairan umum seperti danau, waduk dan sungai.

KERAGAAN EKOLOGIS PERAIRAN DAN AKTIVITAS PERIKANAN

Danau-danau di wilayah Kalimantan Tengah dapat digolongkan kedalam 3 tipe danau yang umumnya terjadi akibat dinamika hidrologi air sungai utama. Danau Sembuluh adalah salah satu danau terbesar terletak di DAS Seruyan, diprakirakan terjadi akibat pen-Dam-an alamiah pada Sungai Rungau, cabang Sungai Seruyan. Umumnya danau-danau di DAS Seruyan yang cukup besar setelah Danau Sembuluh, seperti Danau Papudak dan Danau Seluluk memiliki proses kejadian yang sama. Tipe danau kedua adalah danau oxbow (oxbow lake) termasuk danau sungai (fluviatile/river lake) yaitu bagian dari tipe limpasan dataran sungai (flood-plain) yang mana terjadinya suatu pengisolasian putaran dari lekukan-lekukan sungai (meander) atau sungai tua (mature stream). Danau ini sering cukup dalam karena menempati segmen dari sungai (Cole1983; Joo and Ward 1990). Tipe danau ketiga adalah backwater-lake yaitu danau yang terjadi akibat terisinya cekungan dibelakang sungai oleh air sungai utama. Danau ini juga termasuk danau

limpasan banjir (flood-plain). Danau oxbow dan danau backwater di Kalimantan Tengah cukup banyak, sejauh ini belum terekam secara pasti, walaupun diperkirakan jumlahnya mungkin di atas 500 buah terlihat pada peta satelit, tersebar di sepanjang sungai-sungai.

Danau-danau di Kota Palangka Raya pada umumnya bersifat musiman atau oxbow yang terbentuk dari limpasan banjir dan biasanya relatif lebih dangkal yang mendapatkan suplai air dari limpasan banjir air sungai. Karena itu ukuran danau yang sangat bervariasi dengan lokasi yang terpencar-pencar di sepanjang sungai Rungan dan Sungai Kahayan di wilayah Kalimantan Tengah. Berdasarkan peta satelit terlihat bahwa kebanyakan danau di Kaliman-tan Tengah berada di sepanjang sungai Rungan dan sebagian lagi di Sungai Kahayan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 110 buah.

Ekologi danau-danau di Kota Palangka Raya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersambungan hidrologi dengan sungai, ukuran dan penyebarannya. Dilihat dari proses hidrologinya, terdapat tiga tipe ekosistem danau di daerah ini. Danau tipe pertama adalah danau yang betul-betul terisolasi dari sungai. Tipe kedua berupa danau yang bagian hilirnya tersambung permanen dengan sungai dan danau tipe ketiga adalah danau yang bagian hilirnya tersambung permanen sedangkan bagian hulunya hanya tersambung pada saat naiknya permukaan air sungai saja.

Danau-danau oxbow di sepanjang sungai-sungai besar di Kalimantan Tengah

66

Page 8: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Ada beberapa karakteristik umum danau-danau oxbow di Kalimantan Tengah yang membedakannya dengan danau-danau tektonik besar yang biasa terdapat di daerah lain di Indonesia seperti danau Toba di Sumatera, danau Lamongan di Jawa dan danau Bratan di Bali. Ciri yang pertama adalah tingginya fluktuasi muka air antara musim penghujan dan musim kemarau yang dapat mencapai 6 m. Karena ketersambungan danau-danau oxbow ini dengan sungai-sungai besar, maka tinggi rendahnya muka air ini pada umumnya sangat dipengaruhi oleh fluktuasi debit air sungai. Warna air yang hitam kecoklatan juga merupakan salah satu karakteristik utama sebagian besar danau-danau di Kalimantan Tengah. Hal ini disebabkan oleh rembesan air dari lahan gambut yang luasnya mencapai hampir 5 juta hektar di daerah ini. Danau air hitam ini biasanya memiliki kecerahan air yang sangat rendah hingga mencapai hanya sekitar 30 cm saja. Tipisnya lapisan zona euphotik ini menyebabkan rendahnya produktivitas primer sebagian besar danau di daerah ini.

Ukuran yang kecil-kecil dengan jumlahnya

yang sangat banyak juga merupakan keunikan tersendiri danau-danau di Kalimantan Tengah. Jika dibandingkan dengan Danau Toba di Sumatera, misalnya, mungkin total volume air danau di Kalimantan Tengah tidak terlalu berbeda atau mungkin bahkan lebih sedikit. Tetapi ada satu faktor yang membuat

produktivitas ikan di danau-danau Kalimantan Tengah lebih tinggi, yaitu perbedaan panjang garis pantai (shoreline). Meskipun kecil, tetapi karena jumlahnya yang sangat banyak, maka total garis pantai danau-danau di Kalimantan Tengah menjadi sangat panjang. Menurut Wetzel (2001), semakin panjang garis pantai, maka semakin luas pula daerah litoral sehingga energi yang disuplai ke danau dari ekosistem terestrial juga menjadi semakin besar. Karena itu danau-danau di daerah kita jauh lebih produktif dibanding danau-danau besar dan dalam yang terdapat di pulau-pulau lain di Indonesia.

Distribusi danau juga merupakan salah satu faktor ekologi yang sangat penting bagi perairan umum di Kalimantan Tengah. Danau dengan ukuran kecil-kecil dan menyebar di tengah hamparan hutan yang luas bisa diibaratkan sebagai pulau-pulau kecil yang berdiri sendiri di tengah Samudera luas. Kondisi seperti ini dalam ilmu ekologi biasa disebut sebagai “Fragmentasi habitat”. Habitat yang terfragmentasi biasanya memerlukan ketersam-bungan agar organisme termasuk ikan-ikan dapat bermigrasi dari satu danau ke danau yang lainnya. Dalam hal ini, keberadaan sungai sangatlah penting sebagai media penghubung antara danau-danau oxbow di Kalimantan Tengah. Jika fungsi sungai ini terganggu, maka akan terganggu pula pola hidup ikan-ikan yang ada di perairan kita.

Sifat fisika dan kimia air di danau khususnya suhu, pH dan oksigen terlarut cukup bervariasi. Berdasarkan pengamatan pada tanggal 21 Juli 2011 di beberapa danau oxbow di kawasan Sungai Rungan Kota Palangka Raya ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Kualitas air Sungai yang diobservasi adalah bagian dari muara Sungai Rungan di Kelurahan Tumbang Rungan hingga di Kelurahan Munggu Baru. Stasiun pengamatan terdiri dari 8 tempat persis di bagian badan sungai di depan pelabuhan Dermaga Kecil menuju ke Desa yaitu stasiun A1 di Mungku Baru, stasiun A2 di Bukit Sua, stasiun A3 di Panjehang, stasiun A4 di Gaung Baru, stasiunA5 di Petuk Bukit, stasiun A6 di Tangkiling, stasiun A7 di Marang, stasiun A8 di dekat muara sungai Rungan.

Fitoplankton dan Zooplankton Perairan Danau

Secara umum, komunitas zooplankton di kawasan perairan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah diwakili oleh klas rotifera

Hurung

Bat

Tehang Bunte

1 km

N

Sungai yang berfungsi sebagai penghubung antara danau-danau.

77

Page 9: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Titik Sampling

Kedalaman

(m) Kecerahan (cm)

Kekeruhan (NTU)

DHL (mS/m)

ORP (mV)

TDS (g/l)

Suhu (oC)

Sungai Rungan 2.6 – 6.2 29 – 49 0 5.6 181 0.05 29.8

Danau Takapan 3.9 32 – 52 0 5.4 223 0.04 27.3 – 31.2

Danau Rangas 5.1 31 - 39 0 1.12 178 0.02 28 – 31

Danau Rawet 2.8 27 - 38 0 5.2 238 0.01 28 – 30

Danau Hampapak 3.9 27 - 31 0 1.9 198 0.01 27.5 – 30.2

Danau Bajawak 3.9 29,8 0 5.7 199 0.01 28.2 – 29.6

Danau Madang 3.6 26,4 0 4.4 221 0.02 28.4 – 29.8

Danau Dapur (Cangkir) 3.5 40.5 0 3.2 215 0.01 29.7 - 29.9

Danau Marang 2.9 39.7 0 2.1 228 0.01 29.80

Danau Pinang 2.1 34 0 4.6 178 0.01 30.12

Danau Tundai 1.3 45 0 7.3 208 0.01 29.88

Danau Parasiang 2.4 52 0 4.4 234 0.01 31.00

Danau Teluk Petak 1.4 50 0 5.2 218 0.01 31.12

Tabel 1. Nilai Parameter fisika Kualitas Air di Lokasi Pengamatan

Titik Sampling Chl-a

(ug/l) pH

DO (mg/l)

CO2 (mg/l)

Fosfat (mg/l)

Nitrat (mg/l)

TOM (mg/l)

Sungai Rungan 0,5 4.25 – 6.28 1.18 – 3.10 4.20 0.080 0.020 74.23

Danau Takapan 5,6 5.17 -6.15 1.48 -3.11 4.10 0.060 0.020 52.85

Danau Rangas 1,7 3.45 – 5.39 1.86 – 3.12 3.45 0.050 0.043 40.33

Danau Rawet 1,2 4.58 – 4.90 0.68 – 1.97 6.78 0.050 0.053 40.00

Danau Hampapak 4,4 3.94 – 4.75 0.15 – 1.6 5.29 0.042 0.072 44.66

Danau Bajawak 6,7 2.17 – 2.97 3.42 – 5.17 5.89 0.046 0.055 35.73

Danau Madang 4,2 3.28 – 5.35 3.27 – 3.24 5.19 0.064 0.082 60.29

Danau Dapur (Cangkir) 4,6 4.10 – 5.42 1.75 – 3.21 5.98 0.058 0.080 46.91

Danau Marang 3,7 3.10 – 3.48 2.61 – 2.79 5.27 0.052 0.065 24.28

Danau Pinang 2,4 4.34 – 5.42 2.31 – 3.65 5.78 0.032 0.044 44.47

Danau Tundai 2,7 4.50 - 4.68 3.55 – 3.80 5.80 0.050 0.042 50.10

Danau Parasiang 2,3 3.80 – 4.52 4.42 – 4.70 6.18 0.040 0.045 34.24

Danau Teluk Petak 1,8 4.10 – 5.14 4.36 – 4.88 5.29 0.050 0.030 32.140

Tabel 2. Parameter Biologi dan Kimia Kualitas Air di Lokasi Pengamatan

dan dua subklas dari crustacea yaitu cladocera dan copepoda. Total species zooplankton yang telah diidentifikasi dari daerah ini terdiri dari 111 species rotifera, 13 genus cladocera dan 2 species copepoda. Klas rotifera didominasi oleh genus Anoraeopsis, Hexarthra, Keratella, Lecane, Polyarthra, dan Trichocerca, sedangkan subclas cladocera biasanya didominasi oleh genus Alona, Allonela, Bosminopsis dan Ophryoxus. Dua genus copepod cyclopoida yang umum ditemukan diperairan umum di kawasan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah adalah Mesocyclop dan Thermocyclops.

Bethos di Perairan Danau

Keberadaan organisme benthos di Sungai Kahayan lebihdi dominasi oleh familiTubificidae sub kelas Oligochaeta philum Annelida. Jenishewan benthos dari sub kelas Oligochaeta

yang paling banyak ditemukan adalah Limnodrillus sp, sedangkan Homochaeta sp juga ditemukan namun kelimpahannya rendah.

Selain jenis makrozoobenthos tersebut di atas, di Sungai Kahayan juga ditemukan jenis jenis lain seperti dari famili Chironomidae yaitu Micropsectra sp (sub famili Tanitarsini) dan Chironomus sp, Parachironomus sp (sub famili Chironomini), dari famili Ceratopogonidae yaitu Leptoconops sp dan jenis dari famili Tipulidae dan grup Nematoda.

Keberadaan organisme benthos pada danau-danau di Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah umumnya menunjukkan jumlah jenis dan tingkat kelimpahan individu yang cenderung lebih tinggi pada bagian hulu danau dibandingkanbagian tengah dan hilir danau.

88

Page 10: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Tanaman Air dan Vegetasi Rivarian Ekosistem DAS Kahayan terdiri dari

sungai utama, anak-anak sungai, danau dan rawa banjiran. Habitat Sungai Rungan adalah vegetasi riparian yang terdiri dari pepohonan/hutan, hutan rawang, rumput kumpai, Althenanthera sp., Elodea sp., Polygonum sp., Potamogeton sp., Sagittaria sp., Phragmites sp., Panicum sp., Paspalum sp., Eleoharis sp., dan Ludwigia sp., serta eceng gondok (Eichhornia crassipes). Habitat ini merupakan habitat

pemakanan, asuhan dan pemijahan beberapa jenis ikan putihan (white fish). Vegetasi di habitat danau Oxbow didominasi oleh tumbuhan dari jenis pandan (Pandanus sp.) dan putat (Schinus sp.), hanya di beberapa lokasi saja ditemukan jenis-jenis rumput-rumputan (Graminae) dan Polygonum sp.

Daerah bagian tengah dan hilir sungai yang berhubungan dengan Sungai utama Sungai Kahayan beserta daerah rawa banjirannya merupakan daerah produktif sebagai sentra

Stasiun A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 BakuMutu

Jam 10:36 12:45 8:40 16:50 14:55 12:25 10:15 11:31 -

Kedalaman (m) 1,3 4,6 3,2 8,6 2,2 3,8 4,2 6,5 -

Kecep. arus (m/det,)

0,23 0,21 0,17 0,20 0,24 0,16 0,14 0,14 -

Kecerahan (cm) 50 67 61 27 34 36 30 40 -

Kekeruhan (NTU) 55 69,5 56,6 74 72,4 90,7 79,9 63,3 5 NTU *

Suhu (oC) 28,7 29,6 28,5 31,1 29,7 29,5 29,2 29,8 Normal ± 3oC **/#

.pH 5,72 5,62 5,67 5,34 5,38 5,61 5,57 5,47 6,5 – 8,5*;5 – 9 ** 6,5 – 8,5#

Oksigen Terlarut (mg/l)

4,67 5,82 5,59 5,05 5,83 4,49 5,19 6,08 3,0 mg/l**

DHL (mS/m)

4,2 4 4,1 3,4 4,2 4,9 3,8 3,6 2,0 – 150 mS/m (Boyd, 1988)

Potensial Redoks (mV)

240 238 215 200 220 192 160 225 450 mV

TDS (mg/l) 0,03 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03 0,02 0,02 1000 mg/l **

TSS (mg/l) 0.04 0.08 0.04 0.24 0.04 0.06 0.05 0.06 25 mg/l ****

BOD (mg/l) 7.9 7.0 12.0 4.2 5.1 5.5 6.4 5.1 10 mg/l ****

COD (mg/l) 24.6 22.0 37.5 13.1 15.9 17.3 20.1 16.0 20 mg/l ****

TOM (mg/l) 7.6 236.4 5.7 135.2 41.7 17.1 70.8 65.7

Fosfat (mg/l) 0.150 0.104 0.115 0.162 0.069 0.115 0.069 0.162 0,1 mg/l

Amonia (mg/l) 0.04 0.05 0.05 0.08 0.05 0.05 0.05 0.05 0,02 mg/l ***

Alkalinitas (mg/l) 201 168 214 140 171 151 176 177 500 mg/l *

Hg (mg/l) <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 0,001 mg/l * 0,0005#

Pb (mg/l) <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,05 mg/l *, 0,1#

Fe (mg/l) 0,84 1,27 0,79 2,2 1,16 1,06 1,24 1,01 0,3 mg/l *, 1#

Mn (mg/l) <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 0,1 mg/l *, 0,05#

K (mg/l) 1,64 1,27 1,39 0,68 1,73 1,26 1,18 0,79 10 mg/l ****

Phenol (mg/l) <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,001 mg/l ***/#

Minyak-Lemak (mg/l)

0 0 0 0 0 0 0 0 0,01 mg/l ****

Nilai Beberapa Parimetrik Kualitas pada Beberapa Titik di Sungai Rungan yang Berkonektivitas dengan Danau

Keterangan : * Kriteria Kualitas Air Golongan A, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, ** Kriteria Kualitas Air Golongan B, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air *** Kriteria Kualitas Air Golongan C, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, **** Kadar Maksimum beberapa parameter kualitas air untuk kepentingan air minum dan kehidupan organisme akuatik (UNESCO/WHO/UNEP, 1992), #SK. Gubernur KDH Tk. I Kalimantan Tengah , Nomor 3 Tahun 1995, tentang Penetapan Baku Mutu Air di Propinsi Daerah Tingkat I Kalteng (Kategori golongan B).

99

Page 11: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

penangkapan ikan. Vegetasi rivarian ini sangat menentukan produktivitas perairan sungai dan danau serta rawa banjiran karena merupakan sumber nutrien allohthounous, sehingga berfungsi sebagai habitat pemakanan, asuhan dan pemijahan ikan.

Keanekaragaman Jenis Ikan

Berdasarkan inventarisasi dan identifikasi yang dilakukan Tim SDI (2006) jumlah ikan yang terdapat di Kalimantan Tengah sebanyak 267 jenis yang terdiri dari ordo Cypriniformes, Cyprinodontiformes, Perciformes, Siluriformes,

S y n b r a n c h i f o r m e s , R a j i f o r m e s , T e t r a o d o n t i f o r m e s , B e l o n i f o r m e s , Ost eo glo ss i fo rmes , P l euro nect i fo rmes , Clupeiformes serta Elopiformes. Jumlah tersebut dimutakhirkan kembali pada tahun 2008 yaitu sebanyak 270 jenis yang terdiri dari 39 famili, Berdasarkan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah untuk Kota Palangka Raya sebanyak 188 spesies, sedangkan berdasarkan daerah aliran sungai DAS Kahayan sebanyak 235 spesies. Potensi ikan hias untuk kota Palangka Raya sebesar 59 spesies. Beberapa spesies ditampilkan pada gambar 2.

Gambar 2. Jenis-jenis Ikan Yang Dominan Tertangkap Di DAS Rungan dan DAS Kahayan

Laides hexanema

Leptobarbus hoeveni

Rasbora

Pangasius djambal Pangasius poly- Pangasius micronemus

Kryptopterus cryptopterus Wallago leerii Kryptopterus schilbeides

Puntioplites Osteochilus Osteochilus Barbodes schwanenfeldii

Osteochilus haselti Osteochilus microps Barbichthys laevis Amblyrhynchichthys truncatus

Bagrichthys macracanthus Mystus micracanthus Hemybagrus nemurus Chitala lopis

Monopterus albus

Clarias meladerma Clarias teijsmanni Helostoma temminckii Trichogaster pectoralis

Trichogaster trichop- Anabas testudineus Belontia hasselti Trichogaster leeri Prestolepis fasciata

Parambasis wolffii

Channa micropeltes Channa striata Channa pleurophthalmus Channa melasoma

Mastacembelus erythrotaenia

Belodontichthys dinema

1010

Page 12: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Budidaya Ikan Air Tawar Usaha budidaya ikan air tawar yang telah

berkembang di Kota Palangka Raya jika dilihat wadah atau jenis areal budidaya ikan yang digunakan adalah kolam, Keramba dan beje. Budidaya yang dikembangkan di wilayah Kota Palangka Raya adalah Ikan Patin, Ikan Toman, Ikan Mas, Ikan Nila, Ikan Bawal Tawar dan jenis lainnya.

Untuk menunjang kegiatan budidaya ikan

telah dibangun Balai Benih Ikan (BBI) di Kelurahan Banturung Kecamatan Bukit Batu. Manfaatnya adalah untuk meningkatkan usaha budidaya ikan terutama di bidang pembenihan ikan, meningkatkan kualitas dan kuantitas

benih ikan yang dihasilkan serta memenuhi kebutuhan benih ikan dan introduksi bagi budidaya ikan di wilayah Kota Palangka Raya.

Kondisi Sosial Ekonomi Perikanan

Nelayan di Kota Palangka Raya umumnya merupakan penduduk asli.Berdasarkan hasil penggalian data dan analisis literatur dapat diidentifikasikan bahwa sebagian besar mereka berasal dari suku Dayak dan Banjar. Bahasa yang digunakan dalam keseharian adalah bahasa Dayak dan Banjar.

Pola struktur sosial di nelayan perairan umum Palangka Raya secara umum adalah kombinasi struktur komunal dan struktur produksi. Struktur masyarakat komunal menggambarkan pola hubungan sosial berdasarkan ikatan ketetanggaan, kekerabatan atau keagamaan.

Kesadaran dan perasaan komunal di dalam masyarakat lebih diakibatkan perasaan hubungan keluarga. Pola struktur produksi yang ada di melibatkan perikanan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan (kayu dan rotan) masih sangat tinggi.

Hal ini ditunjukkan dengan pengakuan beberapa informan bahwa tingkat pendapatan (kehidupan ekonomi) mereka cenderung menurun secara drastis ketika terjadi pelarangan penebangan hutan dan menurunnya permintaan akan rotan. Sebagian besar masyarakat berkeinginan membuka hutan untuk membuat perkebunan sawit atau karet, selain juga munculnya keinginan untuk membuka tambak atau kolam.

Pola hubungan produksi ini melibatkan secara aktifkeempat cara produksi tersebut. Secara ringkas struktur sosial masyarakat adalah seperti tercantum pada gambar 3.

Kecamatan Jenis Usaha

No Kolam Keramba Jumlah

1. Pahandut 69,39 1.621,70 1.691,08

2. Sabangau 209,71 104,64 314,35

3. Jekan Raya 117,90 89,86 207,76

4. Bukit Batu 160,12 44,15 204,27

5. Rakumpit 17,41 53,22 70,63

574,52 1.913,57 2.488,09

Produksi Budidaya Ikan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2010 di Kota Palangka Raya

Kecamatan

Lahan Budidaya Kolam

No Potensi (Ha)

Existing (Ha)

Tingkat Pemanfaatan

(Ha)

1. Pahandut 1.000 0,92 0,09

2. Sabangau 1.200 7,14 0,60

3. Jekan Raya 1.500 8,24 0,55

4. Bukit Batu 1.200 5,37 0,45

5. Rakumpit 1.100 0,74 0,07

6.000 22,41 0,37

Potensi Lahan Budidaya Kolam dan Tingkat Pemanfaatannya di Kota Palangka Raya

Kecamatan

Lahan Budidaya Perairan Umum

No Potensi (Ha)

Existing (Ha)

Tingkat Pemanfaatan

(Ha)

1. Pahandut 1.000 3,23 0,32

2. Sabangau 2.000 0,44 0,02

3. Jekan Raya 500 0,08 0,02

4. Bukit Batu 3.500 0,08 0,00

5. Rakumpit 3.500 0,18 0,001

10.500 4,01 0,03

Potensi Lahan Budidaya Perairan Umum dan Tingkat Pemanfaatannya di Kota Palangka Raya

No Budidaya (ton)

Tahun Kolam Karamba

1 2006 21,80 863,10

2 2007 26,65 875,30

3 2008 94,80 1.152,25

4 2009 116,82 1.243,18

5 2010 574,52 1.913, 57

Produksi Perairan Umum dan Budidaya Tahun 2006 s.d. 2010 di Kota Kalangka Raya

1111

Page 13: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Sistem usaha budidaya ikan ini harus mendapat perhatian karena itu dilakukan kegiatan penyusunan pemetaan kawasan usaha budidaya perikanan di Kalimantan Tengah agar dapat disusun kebijakan dan pengelolaan lebih lanjut untuk peningkatan produksi budidaya yang optimal sesuai dengan daya dukung lingkungan dan kemampuan teknologi maupun kapasitas pelaku usaha dalam mengembangkan sektor perikanan budidaya.

Sistem Usaha Perikanan Budidaya Kota Palangka Raya

Sistem teknologi akuakultur didefinisikan sebagai wadah produksi beserta komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut serta bekerja secara sinergis

dalam rangka mencapai tujuan akuakultur. Tujuan akuakultur adalah memproduksi ikan dan akhirnya mendapatkan keuntungan. Memproduksi ikan berarti mempertahankan ikan bisa dan tetap hidup, tumbuh, dan berkembangbiak dalam waktu sesingkat mungkin hingga mencapai ukuran pasar dan bisa dijual. Komponen di dalam sistem teknologi akuakultur bekerja sinergis sehingga tercipta lingkungan terkontrol dan optimal bagi upaya mempertahankan kelangsungan hidup ikan serta memacu pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan.

Biasanya jenis ikan yang dibudidayakan merupakan jenis yang banyak laku dipasaran. Sehingga ikan hasil budidaya dapat segera terjual, sehingga perputaran modal dan untung dapat segera diraih.

Keramba dapat dibuat dalam dua bentuk yaitu; bentuk empat persegi seperti bentuk peti kayu terbuat dari bambu dengan rangka papan balokan, dan bentuk bundar panjang seperti bubu penangkap ikan terbuat dari bilah bambu. Ukuran keramba disesuaikan dengan kebutuhan budidaya ikan. Setelah keramba dibuat, kemudian keramba diletakkan dalam sungai, danau atau rawa. Pada perairan sempit dan tidak dalam, keramba dapat diletakkan terendam sekira ± 20 – 30 cm di bawah permukaan air. Dengan posisi keramba, dua sisi

Kecamatan

Aktivitas Budidaya

No Keramba Kolam

Desa Komoditas Desa Komoditas

1. Pahandut Panarung Toman, Patin, Bawal, Baung, Tapah

Panarung Toman

Tanjung Pinang Mas, Bawal, Toman, Patin, Gurame

- -

Pahandut Bawal, Nila, Patin, Gurame, Mas - - Pahandut Seberang Bawal, Nila, Patin, Mas - -

2. Sabangau - - Sabaru Patin, Gurame, Lele, Nila Kereng Bangkirai Toman Kereng Bangkirai Patin - - Kalampangan Patin, Gurame, Lele, Nila Bereng Patin, Toman - - Bereng Bangkirai Patin, Toman, Jelawat, Baung - - Danau Tundai Biawan - -

3. Jekan Raya Petuk Katimpun Toman, Patin, Bawal - - - - Bukit Tunggal Patin, Gurame, Lele, Biawan, Nila - - Palangka Patin, Gurame, Lele, Biawan - - Menteng Patin, Gurame, Lele, Nila

4. Bukit Batu Kanarakan Patin, Gurame - - - - Sei Gohong Patin, Gurame Tangkiling Toman, Nila, Patin Tangkiling Gurame Banturung Toman, Nila, Patin Banturung Gurame - - Habaring Hurung Gurame, Patin

5. Rakumpit Marang Toman, Betutu - - Panjehang Patin Panjehang Patin, Nila, Mas

Pager Jaya Toman - -

Distribusi Aktivitas Perikanan Budidaya di Kecamatan Kota Palangka Raya

Struktur Sosial Masyarakat

Struktur Produksi

Perikanan Pertanian Perkebunan Kehutanan

Struktur Komunal

Hubungan kekerabatan

Ikatan tradisi

Gambar 3. Pola Sosial Nelayan Perairan Umum

1212

Page 14: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

melintang arus dan satu sisi sejajar arus sungai. Pada perairan yang luas dan dalam keramba dipasang terendam sebagian sehingga sisa yang terapung tinggal ±10cm. Dengan posisi pemasangan, dua sisi melintang dan empat sisi memanjang. Agar keramba ikan dapat terapung, pemasangan harus dipadukan dengan benda yang dapat mengapung seperti drum kosong, batang kayu dan lain-lain. Setelah pemasangan keramba kemudian penaburan benih ikan yang siap di kerambakan. Ini dapat dibeli dan ditanyakan pada penjual bibit ikan atau bisa juga konsultasi dan beli pada Balai Benih Ikan terdekat.

Arahan Pengembangan Sistem Usaha Perikanan Budidaya

Sumber daya yang dimanfaatkan dalam budidaya perikanan skala kecil dapat di kategorikan dalam rezim kepemilikan yang berbeda, dimana rezim kepemilikan akan menentukan siapa yang memiliki akses dan

siapa yang mengontrol akses ke sumberdaya tersebut. Rezim kepemilikan dapat diklasifikasikan menjadi sumberdaya terbuka, sumberdaya milik umum, sumberdaya milik swasta dan sumberdaya milik negara. Sumberdaya terbuka adalah tidak adanya hak properti yang didefinisikan berdasarkan kepemilikan bersama.Sumberdaya terbuka pada hakekatnya tidak ada pengaturan oleh siapapunserta tidak ada regulasi pasar yang efektif menentukan sumberdaya tersebut. Sumberdaya milik umum atau sumberdaya milik bersama adalah bahwa sumberdaya tersebut dipegang secara bersama. Sumberdaya milik swasta cenderung lebih jelas batasannya, lebih mudah dipisahkan dan lebih mudah dialihkan kepada lainnya.

Sumberdaya lahan dan air digunakan sebagai basis yang dikaitkan dengan sektor lainnya.Hubungan tersebut kompetisi dan pemanfaatan sumberdaya yang tidak sesuai dan dapat berdampak negatif bagi keberlanjutan usaha budidaya perikanan skala kecil.Disi lain, input benih dan pakan dapat mempengaruhi keberlanjutan perikanantangkap, dalam kasus dimana benih dan pakan diperoleh dari hasil tangkapan. Sifat pemanfaatan basis sumberdaya alam juga akan mempengaruhi pilihan pengelolaan dan paktek konservasi.

Sumberdaya

Tipe Akses

Open Akses

Milik Umum

Swasta Negara

Lahan - √ √ √

Perairan √ √ √ √

Benih √ √ √ √

Pakan - √ √ -

Teknologi - - √ √

Modal - √ √ √

Sumberdaya dan Tipe Akses dalam Budidaya Perikanan Skala Kecil

Tipe Budidaya Lahan Perairan Air Benih Pakan Teknologi Modal

Wanamina Swasta

Bersama Negara

- Swasta Negara

Terbuka Bersama Swasta

swasta Swasta

Bersama Negara

Swasta Bersama

udang Swasta

Bersama Negara

- Swasta Negara

Terbuka Bersama Swasta

swasta Swasta

Bersama Negara

Swasta Bersama

Kerang - Negara

Bersama - Terbuka - Bersama

Swasta Bersama

Rumput laut - Negara

Bersama - Swasta -

Bersama Negara

Swasta Bersama

Kolam Swasta

bersama -

Swasta Negara

Swasta swasta Bersama Swasta

Bersama

Keramba - Negara

Bersama Swasta swasta Bersama

Swasta Bersama

Contoh Sistem Budidaya dan Tipe Akses

1313

Page 15: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

P engembangan peternakan di daerah Kalimantan Tengah mempunyai arti yang sangat penting untuk memenuhi

kebutuhan daging nasional maupun lokal. Mengingat daging merupakan salah satu bahan pangan hewani yang mempunyai nilai gizi tinggi dan pada saat ini kebutuhan daging masih belum dapat dipenuhi oleh Indonesia. Untuk memenuhi kekurangan akan daging sampai saat ini pemerintah masih mengimpor daging dalam bentuk ternak hidup, karkas, maupun produk olahannya. Peternakan ternak potong di Indonesia mempunyai prospek ekonomi yang

sangat baik, karena jenis sapi potong yang ada di Indonesia memiliki mutu genetik yang tinggi.

Salah satu sektor riil yang dapat dijalankan yaitu melalui usaha peternakan, khususnya sapi potong yang merupakan salah satu bidang yang sangat strategis dalam mendukung stabilitas pertumbuhan wilayah Kota Palangka Raya karena beberapa alasan berikut. Pertama, sapi potong merupakan sum-berdaya alam yang dapat diperbarui kembali (renewable) sehingga dapat dijamin dari sisi sustainabilitas-nya. Kedua, ternak sapi potong dalam berbagai pengalaman telah terbukti sangat berperan sebagai instrumen dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat kecil serta mengurangi kesenjangan

Kerjasama Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor

1414

Page 16: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

pendapatan. Ketiga, bisnis sapi potong cukup prospektif dan menjanjikan karena trend permintaan yang terus meningkat. Elastisitas permintaan komoditas ternak terhadap penda-patan umumnya tinggi sehingga permintaan komoditas ternak akan sangat sensitif di masa yang akan datang dengan semakin tingginya pendapatan masyarakat. Hal ini dapat mendorong investasi baik bagi pengusaha besar maupun peternak rakyat. Keempat, dukungan kebijakan cukup besar karena visi swasemada daging yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2014. Kelima, limbah dari sapi potong berupa manure dapat digunakan sebagai pupuk kandang yang bermanfaat dalam menyumbang kesuburan tanah di lahan marginal.

Situasi nasional menunjukkan bahwa potensi pasar domestik yang sangat besar terhadap komoditas daging sapi menyebabkan timbulnya kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan daging sapi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Khusus Kalimantan Tengah, peluang pengembangan sapi potong di Kota Palangka Raya sangat prospektif. Dari data pemotongan ternak di Kota Palangka Raya (Tabel 1) terlihat bahwa jumlah pemotongan ternak sapi potong per tahunnya semakin meningkat, sebaliknya populasi ternak relatif menurun. Pada tahun 2008 tercatat bahwa jumlah pemotongan ternak sebanyak 4.465 ekor lebih tinggi dari populasi ternak yang ada 3.236 ekor. Artinya ada selisih permintaan sebesar 1.229 ekor, dengan asumsi semua ternak dipotong. Kerbau masih kekurangan 2 ekor. Hal ini menunjukkan Kota Palangka Raya masih kekurangan ternak besar. Berdasarkan profil UPT rumah potong hewan 2009 menyatakan bahwa populasi sapi potong Kota Palangka Raya hanya mampu menyediakan 2% kebutuhan sapi potong

sedangkan sisanya 98% berasal dari luar daerah, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan daging, harus masih mendatangkan ternak dari luar Kota Palangka Raya. Kebutuhan ternak yang masih belum dapat dipenuhi sendiri dari produksi ternak di Kota Palangka Raya, sedangkan luas wilayah Kota Palangka Raya masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan, hal ini menunjukkan peluang besar untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi ternak di Kota Palangka Raya.

Suatu alternatif pengembangan yang dapat dilakukan adalah pembangunan sentra produksi sapi potong melalui usaha pembi-bitan dan penggemukan sapi yang dikelola secara terintegrasi dari hulu ke hilir dan melibatkan masyarakat peternak berupa Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) akan selaras dengan pembangunan pertanian di propinsi tersebut.

Model integrasi ini dapat mendorong terjadinya diversifikasi penggunaan sumber-daya produksi, efisiensi penggunaan tenaga kerja dan komponen produksi, mengurangi ketergantungan penggunaan input sumberdaya dari luar, mengurangi resiko usaha tani, terjadi peningkatan pendapatan dan perbaikan lingkungan hidup.

Pembangunan Pusat Perbibitan Sapi potong yang akan dikembangkan oleh Kota Palangka Raya memiliki nilai strategis karena merupakan upaya pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi perusahaan dan sekaligus mendukung kebijakan pemerintah dalam menumbuhkembangkan kawasan agribisnis sapi potong.

Secara spesifik pengembangan Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi

No Jenis Ternak Populasi Pemotongan*) Kesenjangan

1. Sapi Potong 3.236 4.465 (-) 1.229

2. Kerbau 49 51 (-) 2

3. Kambing 1.703 629 (+) 1.074

4. Domba - - -

5. Babi 11.345 3.491 (+) 7.854

6. Ayam Buras 140.774 469.254 (-) 328.480

7. Ayam Pedaging 1.100.840 978.853 (+) 121.987

8. Itik/unggas lainnya 3.430 21.242 (-) 17.812

Tabel 1. Permintaan dan Produksi Komoditas Peternbakan Tahun 2008

1515

Page 17: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Kalimantan Tengah dimaksudkan untuk pemberdayaan masyarakat di Kota Palangka Raya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan dilakukan dengan prinsip-prinsip: (1) berbasis sumberdaya lokal; (2) melibatkan masyarakat secara partisipatif; (3) berorientasi pasar; (4) pengelolaan yang efisiensi melalui manajemen terpadu; (5) kerjasama berbagai pihak.

Sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan tangguh di bidang peternakan sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan peternakan di daerah Kalimantan Tengah. Upaya yang dapat dilaku-kan untuk meningkatkan SDM adalah dengan menambah pengetahuan dan ketrampilan di bidang peternakan dengan memberikan pela-tihan dan pendidikan. Oleh karena itu, P2IUSP ini selain sebagai unit usaha peternakan sapi potong, juga merupakan pusat pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang peternakan.

Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) yang akan didirikan ini

diharapkan dapat merupakan suatu unit yang mandiri baik dari segi ekonomisnya maupun segi tatalaksananya. Hasil produk unit tersebut akan dipasarkan ke daerah-daerah minus daging, yaitu kota-kota besar di sekitarnya dan di Pulau Jawa.

Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan adalah mengkaji kelayakan pembangunan Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.

Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari hasil kegiatan studi kelayakan pembangunan pusat perbibitan dan inkubator usaha sapi potong (P2IUSP) di kota Palangka Raya provinsi Kalimantan Tengah adalah laporan dokumen kajian kelayakan pembangunan pusat perbibitan dan inkubator usaha sapi potong (P2IUSP) di kota Palangka Raya provinsi Kalimantan Tengah.

Gambar 1. Peternakan pola intensif sapi potong (Bali, PO) di kelurahan Sei Gohong, kecamatan Bukit Batu.

1616

Page 18: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Peran Strategis

yang diharapkan

Potensi Wilayah :

SDA

SDM

Infrastruktur

Fasilitas INPUT

Situasi Lingkungan

Eksternal

Perumusan SWOT PROSES

OUTPUT

Kajian Desain:

Pusat perbibitan dan inkubator usaha sapi potong, Kelembagaan, Desain Fasilitas laya-

nan, Pilot Percontohan, Workshop

PROGRAM DAN KEGIATAN

OUTCOMES

Berkembangnya Program Pembibitan dan

Inkubator Sapi Potong di Kota Palangka Raya,

peningkatan populasi sapi potong, peningkatan

pendapatan masyarakat.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Studi Kelayakan Pembangunan Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah

Ruang Lingkup Ruang Lingkup kegiatan studi ini adalah :

1. Lokasi kajian adalah lahan seluas 1.000 Ha di Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya.

2. Melakukan kajian terhadap faktor fisik seperti daya dukung lahan, potensi pakan, kondisi sosial ekonomi dan infrastruktur pembibitan sapi di kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit batu, Kota Palngka Raya.

3. Melakukan analisis kelayakan teknis dan manajemen Pembangunan Pusat Pembibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong di Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya.

4. Membuat “Site Plan” Pusat Pembibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong di Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya.

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran studi kelayakan

pembangunan pusat perbibitan dan inkubator usaha sapi potong (P2IUSP) di kota Palangka Raya, dapat dilihat pada Gambar 2.

Lokasi Studi

Lokasi kajian terutama di rencana lokasi peternakan seluas 1.000 Ha di wilayah Kelurahan Sei Gohong Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya, dan sebagai daerah penyokong adalah kawasan di sekitar lokasi.

Sumber Data

Data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei data lapangan yang meliputi observasi lapangan dan pengambilan sampel, verifikasi data sekunder dan wawan-cara dengan stakeholder terkait, sedangkan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan data yang dipublikasikan oleh dinas/lembaga pemerintah, seperti BPS, Bappeda dan Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan.

1717

Page 19: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Analisis Data Pembangunan Pusat Pembibitan dan

Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) merupakan investasi pemerintah daerah dalam rangka mengembangkan usaha peternakan sapi potong di Kota Palangka Raya sehingga mening-katkan kesempatan usaha masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan perekonomian daerah. Proyek P2IUSP merupakan proyek yang mendukung program pemerintah yaitu dalam rangka swa-sembada daging, yang selama ini kekurangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging dilakukan dengan impor. Walaupun secara normatif P2IUSP diharapkan memberikan manfaat seperti tersebut di atas, akan tetapi oleh karena menyangkut investasi yang besar, maka untuk menjamin dan memberikan keyakinan bahwa implementasi dan operasionalisasi nya sesuai dengan maksud dan tujuan, analisis kelayakan tetap diperlukan.

Kajian kelayakan dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan mengestimasi permasa-lahan, prospek dan risiko pembangunan P2IUSP, serta program atau kegiatan yang diperlukan untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan dan resiko baik pada tahap pembangunan maupun pada tahapan implementasi dan operasionalisasi P2IUSP. Kelayakan P2IUSP merupakan akumulasi kelayakan pada aspek teknis, manajemen dan kelembagaan serta ekonomi.

Kelayakan pada aspek teknis/teknologis mencakup analisis terhadap (1) sejauh mana kesesuaian lahan atau area yang ada dan tersedia untuk budidaya sumber pakan dan hijauan, (2) karateristik tanah dan topografi area untuk penggembalaan sapi, (3) karakte-ristik agroklimat lokasi untuk pembibitan sapi, dan (4) sejauh mana ketersediaan dan kesesuaian bibit sapi potong ternak yang digunakan.

Kelayakan pada aspek manajemen dan kelembagaan mencakup analisis terhadap (1) sejauh mana dukungan dan kendala aspek sosial-demografi masyarakat terhadap karakteristik usaha budidaya sapi potong serta program seperti apa yang harus dilakukan nantinya dalam mengatasi kendala tersebut, (2) sejauh mana kelembagaan yang ada prospektif dalam mengimplementasikan dan mengopera-sionalkan P2IUSP, serta (3) rancangan bentuk kelembagaan seperti apa yang cocok sehingga menjamin efektifitas dan kesinambungan P 2IU S P, de n ga n m e ngi de nt i f i kas i : (a) kebutuhan dan ketersediaan serta kualifi-

kasi sumberdaya manusia dalam mengelola P2IUSP, (b) kebijakan dan program pemerintah kota, dan (c) ketersediaan alternative sumber pendanaan untuk pengelolaan P2IUSP.

Oleh karena P2IUSP adalah kelembagaan yang lebih berorientasi dan bersifat public service dan bukan suatu kelembagaan yang semata-mata berorientasi keuntungan finansial, maka analisis kelayakan ekonomi lebih ditekankan kepada estimasi manfaat dan nilai tambah terhadap perekonomian masyarakat khususnya dan perekonomian kota Palangka Raya pada umumnya. Sebagaimana lazimnya suatu proyek investasi maka pada studi ini juga dilakukan estimasi kebutuhan dana untuk pembangunan P2IUSP sesuai dengan hasil rancangan tapak, fasilitas dan serta analisis kebutuhan dana untuk operasionalisasi kegiatan P2IUSP.

Selain faktor kualitas pengelolaan suatu lembaga yang salah satu faktor penentunya adalah kualitas sumberdaya pengelola, kesinam-bungan P2IUSP juga ditentukan oleh sejauh mana kesinambungan sumber pendanaan untuk membiayai operasionalisasi P2IUSP. Sebagai lembaga Public Service maka pendanaannya adalah melalui mekanisme APBN dan APBD, yang dapat diduga tidak dapat menutupi seluruh kebutuhan biaya untuk operasional P2IUSP. Untuk mendukung kesinambungan sumber pendanaan tersebut, maka perlu dilakukan analisis sejauh mana kegiatan pembibitan sapi potong dan kegiatan inkubasi yang dilaksanakan oleh P2IUSP mampu men-generate pendapatan, sehingga bisa mendukung operasional P2IUSP secara berkesinambunga. Analisis skenario cash flow yang dimungkinkan sesuai dengan bentuk alternatif rancangan kelembagaan P2IUSP akan dilakukan.

Analisis Kualitas Tanah dan Kesesuaian Lahan

Analisis tanah meliputi tekstur tanah, pH, unsur hara makro dan mikro, kejenuhan basa (KB) dan kapasitas tukar kation (KTK), sedangkan analisis air meliputi pH, BOD dan COD, daya hantar listrik (DHL), total dissolved solid (TDS), dan unsur-unsur dan atau senyawa bermanfaat dan beracun (Nitrat, nitrit, fosfat, , basa-basa, trace element, dan beberapa logam berat; Cu, Fe, Zn, Mn, Mg, Ca, K, Pb, Mo, B, Cr, Cd, As dan Hg).

Daya dukung lahan dikaji dari sisi kesesuaian lahan menggunakan pendekatan perbandingan antara sifat bio-fisik-kimia parameter lahan yang terdiri dari tanah, air,

1818

Page 20: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

topografi, dan iklim dengan kebutuhan dari tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dalam hal ini untuk tapak pembangunan fisik dan lahan produksi hijauan makanan ternak. Analisis ini didasarkan pada kriteria empiris yang telah dikembangkan dikombinasikan dengan expert judgement sesuai tekonologi dan manajemen yang akan diterapkan.

Analisis Potensi Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Ruminansia

Metode yang digunakan untuk menghitung potensi dan pengembangan ternak ruminansia berdasarkan ketersediaan hijauan pakan adalah : Metode KPPTR (Kapasitas Peningkatan

Populasi Ternak Ruminansia) Rumus yang digunakan adalah :

(1) KPPTR (Efektif) = Kapasitas Tampung - Populasi Riil

(2) Kapasitas Tampung = Potensi Produksi BK hijauan di suatu wilayah dibagi dengan (365 hari x 6.29 Kg BK)

(3) PMSL (Potensi Maksimum Sumberdaya Lahan) = a LG + b PR + c R Keterangan : a = 0.8 ST/ha

b = 0.5 ST/ha c = 1.2 ST/ha LG = Lahan garapan PR = Padang rumput R = Rawa

(4) PMKK (Potensi Maksimum Kepala Keluarga ) = d KK Keterangan : d = 3 ST/ha.

(5) KPPTR (SL) = PMSL – POPULASI RIIL (6) KPPTR (KK) = PMKK – POPULASI RIIL (7) KPPTR (E) = KPPTR (SL)

Metode Nell Rolinson Komponen hijauan yang diukur

produksinya yaitu rumput alam dan hijauan hasil sisa pertanian (HHSP). Sumber hijauan adalah lahan dengan peruntukan pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, padang rumput dan jalan. Variabel yang dilaporkan dalam statistik adalah : a. Padang rumput permanen b. Sawah bera c. Galengan sawah d. Hutan sejenis/hutan produksi e. Hutan sekunder f. Tegalan/lahan kering/ladang g. Perkebunan h. Pinggir jalan Identifikasi Jenis-Jenis Tanaman Pakan

Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis hijauan serta potensi hijauan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak yang tumbuh di daerah Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah.. Jenis tanaman yang diidentifikasi adalah tanaman rumput, leguminosa, gulma (tanaman pengganggu) dan limbah pertanian. Analisis Potensi Ketersedian Bahan Pakan Konsentrat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan pakan, baik kuantitas, kualitas serta kontinuitasnya. Analisis data dilakukan dengan melihat sumber-sumber penyediaan pakan yang berasal dari perkebunan, tanaman pangan serta industri pengolah hasil pertanian. Data tersebut diolah dengan menghitung konversi dari luas tanam ke potensi penyediaan limbah baik berupa bahan konsentrat maupun limbah hijauan.

No. Bahan HHSP Produksi (ton/ha)

% BK % dikonsumsi %

TDN

%

Prdd

1. Jerami padi 2.5 92.5 10 41.5 0.6

2. Jerami Jagung 10 80.3 10 45,5 2.0

3. Daun singkong 5 26.0 20 14.9 3.6

4. Daun Ubi jalar 15 20.0 40 11.4 2.0

5. Jerami kedelai 3 88.9 40 38.6 1.1

6. Daun kacang tanah 4 90.0 40 39.7 4.7

Tabel 1. Asumsi Produksi Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP)

1919

Page 21: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Potensi ketersediaan pakan sumber konsentrat di Kota Palangka Raya dihitung berdasarkan produksi limbah-limbah pengolahan hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan maupun yang potensial dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Potensi pakan ternak sebanding dengan luasan tanaman pertanian yang diusahakan.

Analisis Ketersediaan dan Kesesuaian Bibit Sapi Potong

Sesuai dengan salah satu tujuan dari P2IUSP adalah menghasilkan bakalan ternak potong maka diperlukan bibit ternak sapi potong. Bibit ternak adalah blue print mutu, dengan demikian calon induk dan pejantan harus bermutu baik. Pemilihan jenis bangsa sapi potong yang akan dikembang biakkan adalah merupakan ternak sapi asli atau lokal (PO dan Bali) yang umumnya dapat dipelihara secara ekstensif maupun semi-intensif. Sapi-sapi tersebut memiliki keunggulan beradaptasi pada kondisi padang rumput alam tropis. Sapi-sapi tersebut lebih tahan terhadap cekaman panas, pakan terbatas dan ektoparasit diban-dingkan dengan sapi-sapi temperate (iklim sedang) yang termasuk kedalam kelompok Bos Taurus. Hal ini membuat sapi-sapi asli atau lokal yang akan dibibitkan dalam P2IUSP akan dapat menjadi komoditas ternak unggulan dan merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial bagi pengembangan peternakan sapi potong dimasa yang akan datang.

Dari jenis sapi asli atau lokal tersebut di atas, umumnya jenis sapi bali yang merupakan sapi asli Indonesia dapat berkembang dengan baik pada sistem pemeliharaan ekstensif di padang rumput dengan input pakan yang terbatas. Selain itu sapi Bali memiliki

prosentase karkas yang lebih tinggi dibanding jenis sapi lainnya. Tingkat produksi ternak sapi lokal di Palangka Raya relatif masih rendah, baik dari segi populasi maupun performan individu sapi.

Secara umum sapi lokal yang dipelihara peternak memiliki produktivitas yang rendah karena ternak hanya mengandalkan pakan dari padang rumput alam. Sapi-sapi tersebut memiliki ukuran kerangka tubuh yang kecil dan dipotong pada umur yang sudah tua (4 – 5 tahun) untuk mencapai bobot potong berkisar antara 250 – 350 kg. Daging yang dihasilkan dari sapi tua mempunyai kualitas yang kurang baik, tingkat keempukan dagingnya rendah.

Selama ini sapi lokal yang ada didaerah cenderung mengalami penurunan populasi dan mutu genetik. Hal ini diduga terjadi karena belum adanya program pemulia-biakan yang terarah. Umumnya para peternak, tidak menggunakan pejantan unggul. Praktis perkawinan ternak sapi di padang rumput terjadi secara alami dan tidak terkontrol dengan menggunakan pejantan yang tersedia di kandang umum. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya inbreeding yang berakibat pada penurunan reproduksi dan produksi ternak.

Upaya perbaikan mutu bibit sapi-sapi lokal perlu memperhatikan pola pemeliharaan, ketersediaan pakan dan fasilitas pendukung. Perbaikan mutu bibit dapat dilakukan dengan introduksi pejantan unggul, seleksi dan penambahan sapi bibit, penerapan teknologi inseminasi buatan (IB) dengan menggunakan semen beku. Analisis SWOT

Analisis SWOT bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan peternakan

S (Strength) W (Weakness)

O (Opportunity) Strategi (S-O) Strategi (W-O)

Menyusun strategi dengan menggunakan kekuatan internal untuk memperoleh profit dari peluang yang ada

Menyusun strategi untuk memperoleh keuntungan dari peluang yang ada dalam mengatasi kelemahan

T (Threats)

Strategi (S-T) Strategi (W-T)

Menyusun strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menghindari ancaman

Menyusun strategi dengan cara meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Tabel 2. Matriks SWOT

Internal

Eksternal

2020

Page 22: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

sapi potong, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Analisis SWOT yang akan dilakukan merupakan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal, melalui identifikasi faktor-faktor kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats). Dari hasil identifikasi faktor-faktor tersebut selanjutnya disusun strategi melalui bantuan matriks SWOT (Tabel 2).

R A N C A N G A N K A W A S A N PEMBANGUNAN PUSAT PERBIBITAN DAN INKUBATOR USAHA SAPI POTONG Rancangan Tapak

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan ruang dan daya dukung lingkungan, ditentukan pemanfaatan ruang berupa rencana tapak pemanfaatan ruang. Rencana tapak ini berisi panduan dalam perencanaan fisik tata letak bangunan. Pendekatan analisis tapak menya-takan sifat, struktur dan potensi tapak tersebut. Dalam analisis tapak dipertimbangkan hal-hal yang terkait dengan tata guna tanah, topografi, drainase, tanah, vegetasi, iklim, kondisi yang ada serta ciri khusus (Gambar 3).

Tata letak bangunan diatur dengan berdasarkan fungsinya dan jarak antar bangunan dalam peternakan yang berdekatan juga diatur agar tidak menambah resiko

terjadinya perpindahan penyakit antar peternakan, membuat kandang dengan luas yang layak sesuai jumlah ternak dan ventilasi yang baik, membuat kandang isolasi bagi ternak yang sakit dan kandang karantina bagi ternak yang sehat. Mengisolasi kandang dari ganguan hama dan serangga, merancang kandang agar mudah dibersihkan dan mengunakan bahan bangunan yang aman. Akses keluar masuk peternakan dirancang agar orang yang tidak berkepentingan tidak sembarangan masuk ke areal peternakan. Rencana tapak peternakan sapi potong pembangunan di P2IUSP dapat dilihat pada Gambar 4 dan pada Gambr 5 peta arahan Areal Bangunan P2IUSP

Bangunan peternakan dirancang untuk memfasilitasi kenyamanan, kesehatan dan produktivitas ternak. Ventilasi yang baik, tersedianya pakan dan air dengan kualitas yang baik, penerangan dan kenyamanan ternak men-jadi perhatian untuk meningkatkan performan ternak. Area yang terpisah diperlukan untuk mengisolasi ternak yang sakit dan untuk perawatan ternak.

Pada peta kawasan dibuat pembagian area berdasarkan fungsi (peruntukan) areal dalam menunjang produktivitas sebuah kawasan peternakan. Lokasi kawasan akan dibagi menjadi beberapa fungsi area, yaitu: area lahan kebun rumput, area untuk kandang, area untuk handling yard, dan area untuk pengolahan limbah, area perkantoran, parkir, taman, mess, dan mesin listrik.

Gambar 3. Konsep Pendekatan Analisis Tapak

Ketentuan:

% Kapling sarana dan prasarana

Standar teknis

ANALISIS TAPAK (Sifat Struktur dan Potensi Tapak):

Tata guna tanah

Topografi

Sumber Air

Drainase

Tanah

Vegetasi

Iklim

Kondisi yang ada

Ciri khusus

ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN

ANALISIS DAYA DUKUNG TAPAK

RENCANA KONSEP

PENYUSUNAN RENCANA TAPAK

2121

Page 23: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Gambar 4. Rencana Tapak

Gambar 5. Peta arahan Areal Bangunan P2IUSP

2222

Page 24: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Rancangan Fisik Bangunan Sarana dan prasarana yang akan dibangun

pada kawasan P2IUSP adalah kandang, handling yard, kantor, gudang pakan dan peralatan, Aula (bangunan pertemuan), pagar kawasan, unit pengolahan limbah, generator listrik, sumur bor, menara air, pos satpam, mess dan rumah pengelola (kepala dan pegawai). Kandang

Kandang bagi ternak sapi potong merupakan sarana yang mutlak harus ada. Kandang merupakan tempat berlindung ternak dari hujan, terik matahari, pengamanan ternak terhadap binatang buas, pencuri, dan kandang juga merupakan salah satu sarana untuk menjaga kesehatan..

Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara lain: (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternak, (2) mempunyai ventilasi yang baik, (3) efisiensi dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan kecurian (5) serta tidak berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang-kandang hendaknya dapat memberikan kenyamaman kerja bagi petugas dalam dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan.

Bentuk dan tipe kandang disesuaikan dengan lokasi berdasarkan agroekosistemnya, pola atau tujuan pemeliharaan dan kondisi fisiologis ternak. Kandang yang diperlukan dalam kawasan inti adalah kandang induk, kandang beranak, kandang pejantan dan kandang pembesaran/penggemukan. Luasan areal yang dibutuhkan untuk kandang kandang induk dan kandang beranak 1600 m2.

Handling Yard

Handling yard dibuat untuk penanganan ternak. Dalam handling yard beberapa perlakuan seperti loading dan unloading ternak (menurunkan dan menaikkan ternak) penyem-protan ternak, pemberian vaksin, obat dan vitamin. Selain itu, tata laksana pemeliharaan lainnya seperti pembersihan kuku atau kulit jika ada luka juga dilakukan di kandang jepit pada handling yard. Fasilitas yang perlu disediakan dalam handling yard antara lain loading dan unloading rump, kandang penampungan dan kandang jepit dan pintu multi arah serta lorong ternak (gang way). Handling yard dibangun berada dalam holding ground berdekatan dengan kandang. Luas handling yard 50 m2,

dengan lebar gang way 1 m. Kandang jepit letaknya berjejer seri dengan kandang kandang penampungan dan gang way. Sapi yang diberi perlakuan akan diperlakukan di kandang jepit yang berada dalam handling yard. Pagar Kawasan

Lokasi kawasan P2IUSP secara fisik dibatasi oleh pagar. Untuk memperkokoh pagar, tanaman gamal (Glyricidia sepium) atau angsana disarankan untuk ditanam antar tiang pagar dengan interval satu meter, sehingga diantara dua tiang pagar terdapat 5 tegakan pohon gamal. Keuntungan pemanfaatan tanaman gamal sebagai pagar adalah daunnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pakan berkualitas tinggi. Unit Pengolahan Limbah

Unit pengolahan limbah akan dibuat berdekatan dengan kandang. Unit ini terdiri dari 1 unit biogas dan 1 unit pengolahan dan pembuatan pupuk. Biogas dibangun dengan sistem kubah atau dengan bahan semen beton volume 15 m3. Lantai dasar bangunan ditembok. Unit pengolahan pengolahan pupuk. Unit ini terdiri dari 5 kompartmen, yaitu untuk penam-pungan feses segar, pengolahan (dekomposisi) feses melalui perlakuan biokomposer, dan penampungan pupuk jadi. Masing-masing kompartmen dipisahkan dengan sekat tembok setinggi 70—80 cm. Total luasan yang dibutuhkan untuk unit biogas 20 m2 dan unit pengelolaan pupuk 25 m2.

Bangunan Aula (Bangunan pertemuan/tempat

pelatihan) luas bangunan ± 80 m2 Ruang Kelas, luas bangunan ± 64 m2 Kantor, luas banguan ± 72 m2 Gudang Pakan dan Peralatan, luas bangunan

± 60 m2

Bangunan Mesin Listrik Pos Satpam, luasan yang dibutuhkan ± 3 m2 Mess, luasannya ± 192 m2 Rumah Kepala dan Pegawai (1 unit rumah

kepala dan 4 unit rumah pegawai) Sumur Bor Menara Air Rancangan Penyediaan Pakan Ternak

Salah satu faktor tata laksana pemeliha-raan yang penting dan pengaruhnya sangat besar bagi produktivitas adalah pakan. Selain harus berkualitas, pakan juga harus ekonomis supaya dapat memberikan keuntungan.

2323

Page 25: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan zat nutrient atau komposisi kimianya, serta tinggi rendahnya zat anti-nutrisi yang terkandung di dalamnya. Makanan pokok ternak sapi adalah berupa hijauan makanan ternak dan pakan penguat (konsentrat) sebagai tambahan.

Rancangan Penyediaan Hijauan Pakan Ternak

Selama ini rumput lebih banyak digunakan sebagai sumber hijauan makanan ternak karena selain lebih murah juga lebih mudah diperoleh. Di samping itu rumput mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap tekanan defoliasi (pemotongan dan renggutan). Dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, ketersediaan dan kontinyuitas hijauan makanan ternak sangat diperlukan, untuk itu perlu diwujudkan adanya lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan makanan ternak (HMT). Kebun HMT adalah lahan tempat ditanamnya rumput unggul dan atau legume sebagai sumber pakan ternak yang berkualitas. Selain rumput sekali-kali peternak juga memberikan sisa hasil petanian berupa jerami padi atau batang jagung jalar sebagai pengganti sebagian hijauan (pada musim panen) dan dari jenis legume (kacang-kacangan) seperti gamal dan lamtoro. Hijauan yang diberikan sebanyak 20 – 40 kg/ekor/hari yang diberikan dua kali sehari (pagi dan sore hari). Pakan ternak yang ditanam meliputi : Rumput Gajah Gamal Lamtoro Rancangan Penyediaan Pakan Konsentrat

Konsentrat atau makanan penguat adalah suatu bahan pakan dengan nilai gizi tinggi yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan yang dimakan. Konsentrat sapi potong tidak selalu berbentuk konsentrat buatan pabrik atau yang dijual di pasaran (konsentrat komersial); namun dapat berupa bahan pakan tunggal atau campuran beberapa bahan pakan yang dicampur sendiri. Untuk menekan biaya ransum, pemberian konsentrat dapat dikombinasikan dengan bahan pakan limbah agroindustri potensial setempat. Pemanfaatan bahan pakan setempat dapat menggantikan konsentrat komersial sampai dengan 75%.

Rencana pengadaan konsentrat sapi potong di P2IUSP adalah menggunakan sumber-daya lokal seperti dedak padi, bungkil sawit,

jagung, ubi kayu maupun limbah tahu. Konsentrat ini dicampur sendiri secara manual. Konsentrat yang diberikan sebanyak 1-1,5% bobot badan.

Rancangan Pengelolaan Sapi Potong Sistem Pemeliharaan Sapi Potong

Pemeliharaan ternak dilakukan secara intensif. Sistem intensif yaitu sistem pemeliha-raan ternak sapi dengan cara dikandangkan secara terus menerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and carry. Pada sistem ini ternak sapi dikandangkan (bangunan kandang) dan peternak setiap hari memberi pakan hijauan (rumput, jerami) dan pakan tambahan.

Sistem Produksi Sapi Potong

Usaha peternakan ruminansia besar penghasil daging dapat dikelompokkan ke dalam beberapa program produksi sapi yang masing-masing memiliki kekhususan dalam pengelolaannya. Program tersebut antara lain produksi anak (cow calf), pembesaran anak sapi sapihan (stocker) dan penggemukan (finisher). Unit produksi sapi pedaging yang akan dikembangkan dibagi ke dalam tiga sistem produksi yaitu : 1. Cow calf production (Program

Pembibitan/Breeding) Sistem ini untuk menghasilkan bibit pengganti (replacement stock) dan anak sapi bakalan. Dalam sistem ini anak sapi dipelihara bersama induk hingga masa penyapihan selama sekitar 180 hari. Output yang dihasilkan dari sistem ini adalah anak sapi lepas sapih jantan dan betina dengan rataan bobot badan berkisar 60-70 kg. 2. Growing of stocker (Program Pembesaran

Sapi) Yakni pemeliharaan secara anak sapi lepas sapih jantan dan betina dipelihara selama sekitar 360 hari untuk menghasilkan feeder cattle (sapi bakalan untuk digemukkan) dengan bobot hidup berkisar 175-200 kg. Pada sistem ini juga dipelihara sapi dara sebagai replacement stock. 3. Fattening (Program Penggemukan Sapi)

Yakni penggemukan sapi secara intensif dalam feedlot selama 180 hari dengan pembe-rian hijauan dan konsentrat hingga mencapai bobot potong sekitar 275-317 kg. Sapi hasil penggemukan ini memiliki mutu yang lebih baik. Dalam sistem ini juga digemukkan sapi betina dan jantan afkir sebelum dijual. Skema pola produksi sapi potong yang akan dikem-bangkan di P2IUSP disajikan pada Gambar 6.

2424

Page 26: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Rencana Produksi Sapi Potong Rencana produksi sapi potong di P2IUSP

adalah untuk menghasilkan sapi betina bibit dan usaha penggemukan/pembesaran. Usaha perbibitan sapi potong yang dikembangkan menggunakan bangsa sapi bali sebanyak 50 ekor sapi induk dan 10 ekor pejantan, sedang-kan untuk usaha pembesara/penggemukan dilakukan dengan skala 50 ekor yang berasal dari bakalan jantan hasil perbibitan dan bakalan dari luar yang dibeli. Usaha pembesaran/penggemukan dilakukan selama 6 bulan. Jadi dalam setahun ada dua periode. Sapi-sapi tersebut dipelihara secara intensif dalam kandang. Dengan sistem pemeliharaan ini, diasumsikan rataan tingkat kelahiran anak sebesar 80%, rasio kelahiran anak jantan dan betina 1: 1, dan kematian anak 15%. (Tabel 3). Ketersedian dan Kesesuaian Bibit Sapi

Berdasarkan pertimbangan peluang pasar, penguasaan teknik produksi, ketersediaan bibit, dan kondisi alami daerah Kalimantan Tengah, maka sapi yang diusaha-kan adalah sapi bali. Sapi Bali merupakan

keturunan dari sapi liar yang disebut banteng (Bos bibos atau Bos Sondaicus) yang telah mengalami proses penjinakkan (domestikasi) berabad-abad lamanya. Sapi ini dapat berkembang sangat baik secara ekstensif di padang penggembalaan maupun intensif dengan level pemberian pakan rendah hingga sedang. Sapi tersebut memiliki keunggulan beradaptasi pada kondisi padang rumput alam tropis. Sapi tersebut lebih tahan terhadap cekaman panas, pakan terbatas dan ektoparasit dibandingkan dengan sapi-sapi temperate (iklim sedang). Selain itu sapi Bali memiliki prosentase karkas yang lebih tinggi dibanding jenis sapi lainnya. Bobot dewasa sapi jantan mencapai 450 kg, sedangkan yang betina 300-400 kg. Upaya perbaikan mutu bibit sapi-sapi lokal perlu memperhatikan pola pemeliharaan, ketersediaan pakan dan fasilitas pendukung. Perbaikan mutu bibit dapat dilakukan dengan introduksi pejantan unggul, seleksi dan penambahan sapi bibit, penerapan teknologi inseminasi buatan (IB) dengan menggunakan semen beku.

COW CALF PRODUCTION Waktu Sapih : 180 Hari Berat Sapih : 60-70 Kg

ANAK LEPAS SAPIH Pejantan/Induk Afkir

GROWING OF STOCKER Pemeliharaan : 360 - 540 hari

Berat Akhir : 200 Kg

FATTENING Pemeliharaan : 180 hari

Bobot Potong : 275-350 kg

SAPI SIAP POTONG (jantan, induk afkir, pejantan afkir)

SAPI DARA BIBIT

Distribusi / Pasar

Gambar 6. Pola Produksi Sapi Potong di P2IUSP

2525

Page 27: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Inkubator Bisnis Pengembangan usaha pembibitan dan

inkubator usaha sapi potong dirancang sebagai upaya pemberdayaan masyarakat disekitar lokasi peternakan. Masyarakat disekitar lokasi peternak perlu dibina dalam hal kemampuan teknis budidaya dan mengelola usaha sapi potong secara mandiri.

Pemberdayaan masyarakat disekitar lokasi dilakukan melalui Program Inkubator Usaha Sapi Potong. Dalam program ini, calon peternak diseleksi sebanyak 10 orang per angkatan. Mereka akan menjalani ’In Job Training’ di pusat pembibitan sapi selama 2 bulan. Selama kurun waktu tersebut, para peternak terseleksi akan : Memperoleh pembekalan (teknologi dan

kewirausahaan) Melaksanakan kegiatan budidaya sapi

Setelah mengikuti program inkubasi selama 2 bulan, para peternak akan mendapat-kan 4 ekor sapi dara (calon induk) untuk dikembangbiakan di daerahnya masing-masing (di luar pusat pembibitan). Mereka akan terus mendapat pembinaan untuk menjalankan usaha sapi potong, baik dalam hal budidaya maupun pemasaran.

STRATEGI DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBIBITAN DAN INKUBATOR USAHA SAPI POTONG Strategi

Berdasarkan analisis hasil survey lapang, pandangan pemangku kepentingan dalam kegiatan FGD, dan hasil penelitian sebelumnya, telah dapat diidentifikasi faktor - faktor

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam rangka pembangunan Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya sebagai berikut. 1. Kekuatan :

Dukungan kebijakan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kota

Luas lahan yang tersedia untuk pembangunan P2IUSP

Posisi Kota Palangka Raya sebagai pusat pembangunan wilayah Provinsi Kalimantan Tengah

2. Kelemahan : Kualitas sumberdaya lahan untuk usaha

Hijauan Makanan Ternak yang relatif rendah.

Belum definitifnya rencana tata ruang Jumlah dan kualitas SDM dalam

pengelolaan P2IUSP yang terbatas Dukungan ketersediaan sumber pakan/

konsentrat dan HMT dari lingkungan/wilayah sekitar yang terbatas.

Sumber bibit sapi dari luar daerah. 3. Peluang :

Potensi lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal

Minat masyarakat sekitar untuk mengembangkan usaha peternakan sapi potong

Penguasaan masyarakat terhadap teknologi usaha budidaya sapi potong yang terbatas

Populasi ternak sapi dan produksi daging yang masih belum memenuhi kebutuhan masyarakat kota Palangka Raya dan wilayah kabupaten sekitar.

Komponen Tahun Pengembangan

I II III 1 2 3 4 5

Pejantan 2 5 5 10 10 8 8

Pembelian Penjantan 2 3 - 5 2 2

Pembelian Induk Bibit 40 12 12

Induk bibit 10 10 50 50 50 50 38 38

Anak Lahir - 8 40 40 40 40 40 40

Jantan > 1 th - - 4 20 20 20 20 20

Betina > 1 th 0 0 4 20 20 20 20 20

Jantan ke usaha penggemukan 4 20 20 20 20

Pembelian Bakalan untuk penggemukan 96 80 80 80 80

Total populasi (ekor) 12 63 103 190 190 190 190 190

Tabel 3. Proyeksi Populasi Sapi

2626

Page 28: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

4. Ancaman : Usaha budidaya sapi potong belum mem -

budaya pada sebagian masyarakat (lokal). Terbatasnya dukungan keberlanjutan

P2IUSP dari segi kelembagaan dan manajemen serta kurangnya dukungan p e n d a n a a n / p e m b i a y a a n u n t u k operasional P2IUSP dari Pemerintah.

Degradasi kualitas lahan untuk mendukung budidaya sumber HMT.

Dukungan dan ketersediaan penyediaan pupuk kandang untuk input budidaya HMT dari wilayah sekitar yang terbatas pada awal pembangunan P2IUSP.

Serangan penyakit baik endemis maupun disebabkan daya dukung lahan yang rendah (hara rendah) Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek

-aspek pada komponen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut di atas, strategi yang perlu diambil untuk pembangunan dan keberlangsungan P2IUSP mencakup aspek-aspek sebagai berikut : a. Penyediaan Sumberdaya Manusia Pengelola

P2IUSP b. Aplikasi Input Teknologi untuk Penyediaan

Pakan dan HMT c. Rancangan Kelembagaan dan Manajemen d. Melaksanakan pentahapan pembangunan

dan kegiatan bisnis P2IUSP.

Rancangan Kelembagaan Kelembagaan P2IUSP disesuaikan dengan

tingkat perkembangan pengusahaan sapi potong yang ada di Kota Palangka Raya. Secara dinamis, semakin maju tingkat perkembangan pengusahaan sapi potong di Kota Palangka Raya, maka semakin maju pula tingkat kelembagaan yang direncanakan

Kesesuaian Tingkat Perekembangan Usaha Sapi Potong dengan bentuk kelembagaan yang sesuai dan kebijakan pemerintah seperti tertera pada Tabel 5.

Sesuai dengan Tabel 5, maka pada tahap introduksi dengan kelembagaan UPT, maka kebijakan pemerintah pada tahap ini adalah berbentuk Bantuan Pemerintah. Hal ini juga terdapat dalam UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dimana Pemerintah berkewajiban untuk melakukan pengembangan usaha pembenihan dan/atau pembibitan dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk menjamin ketersediaan benih, bibit, dan/atau bakalan. Secara dinamik tahap perkembangan berikutnya adalah Bantuan Pemerintah Terbatas, dan pada tahap paling maju, maka kebijakan yang diambil adalah mekanisme pasar atau komersial.

Apabila di bawah garis diagonal, maka kebijakan yang diambil adalah Kebijakan Subsidi, namun bila di atas garis diagonal, maka

Kegiatan Tahun ke-

0 1 2 3

Persiapan

1. Legalitas kelembagaan P2IUSP dan komitmen pendanaan (anggaran)pembangunan P2IUSP

x x x x

2. Persiapan pengadaan pembangunan sarana prasarana fisik P2IUSP x x

Tahap -1

1. Pembangunan infrastruktur/persiapan lahan x x x x

2. Persiapan Penanaman HMT tahap 1 seluas 2 Ha x x

3. Rekruitmen, seleksi dan Pelatihan calon tenaga pengelola P2IUSP x x x

4. Pengadaan bibit sapi tahap 1 sebanyak 10 ekor x

5. Pengadaan sapi pejantan sebanyak 2 ekor. x

Tahap-2

1. Perluasan penanaman HMT menjadi 9 Ha. x x

2. Pengadaan bibit sapi tahap 2 menjadi 50 ekor x

3. Pengadaan sapi pejantan tahap 2 menjadi 5 ekor. x

4. Inkubasi tenant calon peternak (10 orang) x x

Tahap – 3

1. Perluasan penanaman rumput (menjadi 13 ha) x x

2. Pengadaan sapi bakalan untuk penggemukann/pembesaran (50 ekor) x

3. Pengadaan Pengadaan sapi pejantan menjadi 10 ekor. x

4. Inkubasi tenant calon peternak (10 orang) x x

Tabel 4. Pentahapan Pembangunan P2IUSP

2727

Page 29: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Tabel 5. Tingkat Kesesuaian Tingkat Perkembangan Usaha Sapi Potong dengan Tingkat Kelembagaan

Tingkat

Perkembangan

Usaha Sapi

BANTUAN PEMERINTAH TERBATAS

BANTUAN PEMERINTAH

Tingkat

Kelembagaan

PT (Persero) atau Pihak Swasta dengan berorientasi profit sepenuhnya

Unit Usaha Pemerintah dengan Misi tidak sepenuhnya untuk usaha komersial : Perum

UPT dengan dana sepenuhnya dana Pemerintah

SWADAYA

KOMERSIAL

Mispolicy

Mispolicy

PENGEMBANGAN

Kebijakan Subsidi

Mispolicy

INTRODUKSI

Kebijakan Subsidi

Kebijakan Subsidi

Komponen Tahun Pengembangan

I II III 1 2 3 4 5

Pejantan 2 5 5 10 10 8 8

Pembelian Penjantan 2 3 - 5 2 2

Pembelian Induk Bibit 40 12 12

Induk bibit 10 10 50 50 50 50 38 38

Anak Lahir - 8 40 40 40 40 40 40

Jantan > 1 th - - 4 20 20 20 20 20

Betina > 1 th 0 0 4 20 20 20 20 20

Jantan ke usaha penggemukan 4 20 20 20 20

Pembelian Bakalan untuk penggemukan

96 80 80 80 80

Total populasi (ekor) 12 63 103 190 190 190 190 190

Konsentrat (kg/tahun) 10980 57645 94245 129930 137250 13725

0 13725

0 137250

Betina bakalan ke peternak 4 20 20 20 20

Induk bibit Afkir 12 12

Pejantan Afkir 2 2 2

Penjualan sapi hasil penggemukan 100 100 100 100 100

Pupuk kandang (ton) 113,4 376,98 695,4 695,4 695,4 695,4 695,4

Tabel 6. Proyeksi populasi sapi yang dikelola oleh P2IUSP sesuai dengan tahapan pembangunan P2IUSP

kebijakan yang diambil adalah penyesuaian kebijakan untuk menghindari mispolicy. Dengan demikian untuk kelembagaan P2IUSP Palangka Raya adalah kelembagaan UPT dengan pengoperasiannya adalah bantuan penuh pemerintah, karena tahapan pengembangannya masih tahap introduksi.

REKOMENDASI

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan maka untuk kegiatan pembangunan P2IUSP direkomendasikan dua hal yaitu : 1. Pemindahan lokasi pada tempat yang layak

secara teknis dan ekonomis.

2828

Page 30: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

2. Apabila tetap dilokasi kajian seluas 1000 Ha di wilayah Kelurahan Sei Gohong Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya, maka prasyarat yang harus dipenuhi sebelum dan seiring dengan pembangunan P2IUSP adalah : 2.1. Adanya jaminan jumlah dan

kesinambungan pasokan HMT yang berkualitas dari lokasi (area) P2IUSP sebelum dilakukan pengadaan sapi untuk pembibitan. Kondisi ini menuntut dilakukannya kegiatan : a. Peningkatan daya dukung dan

kualitas lahan untuk penanaman HMT yang mengharuskan diterapkannya teknologi yang membutuhkan : i. ketersediaan input terutama

pupuk kandang yang cukup dari luar wilayah lokasi pembangunan P2IUSP.

ii. Tata kelola air untuk menghindari kekeringan pada musim kemarau dan kebanjiran pada musim penghujan. Fasilitas drainase dan aplikasi pompanisasi dalam pengairan menjadi persyaratan yang harus dipenuhi.

b. Menjaga daya dukung lahan yang berkualitas untuk penanaman HMT secara berkesinambungan dengan menerapkan butir 1a di atas secara konsisten.

2.2. Sudah tersedianya tenaga pengelola dan teknisi dengan keterampilan dan kemampuan yang baik untuk mengelola P2IUSP. Dalam hubungan ini maka :

a. Sebelum dan selama proses pembangunan sarana dan prasarana P2IUSP dilakukan proses perekrutan dan seleksi calon tenaga pengelola dan teknisi P2IUSP.

b. Calon tenaga pengelola dan teknisi sudah memperoleh pelatihan dan pemagangan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam mengelola P2IUSP.

2.3. K e l e m b a g a a n P 2 I U S P s u d a h memperoleh legalitas serta adanya komitmen dukungan pendanaan operasionalisasi P2IUSP dari Pemerintah Kota dan DPRD.

2.4. Pengadaan ternak sapi untuk pembibitan dan penggemukan/pembesaran dilakukan jika : a. Prasarana dan sarana untuk kegiatan

pembibitan dan penggemukan sudah siap digunakan.

b. HMT sudah dapat dihasilkan dalam jumlah dan kualitas yang memenuhi syarat dari lahan yang disiapkan.

c. Adanya jaminan pasokan konsentrat dari wilayah sekitar dalam jumlah yang sesuai.

2.5. Penanaman HMT dan pengadaan sapi (pembibitan dan penggemukan) dilakukan secara bertahap untuk (1) memantapkan teknologi budidaya HMT yang terkait dengan kendala kondisi lahan yang marginal dan (2) memantapkan keterampilan dan kemampuan dalam mengelola kegiatan pembibitan dan penggemukan/pembesaran sapi.

Gambar 7. Sapi Bali

2929

Page 31: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

PENDAHULUAN

S tandar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan

urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penysunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. SPM pada masing-masing bidang pelayanan ditetapkan oleh kementerian yang membidanginya. Sampai tahun 2010, ada 13 Standar Pelayanan Minimal yang dikeluar-kan oleh pemerintah pusat, sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1.

Kajian yang dilaksanakan oleh Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kota Palangka Raya dalam tahun 2011 hanya

terhadap 3 bidang, yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan dan bidang pemerintahan dalam negeri. Kajian terhadap kesepuluh SPM bidang lainnya dilaksanakan dalam Tahun Anggaran 2012.

MAKSUD DAN TUJUAN

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap pelaksanaan penerapan Standar Pelayanan Minimal oleh SKPD Pemerintah Kota Palangka Raya sesuai bidang tugasnya masing-masing. Tujuannya adalah : (1) mengukur pelaksanaan penerapan SPM, (2) mengukur potensi dan kemampuan daerah dalam upaya pencapaian SPM, (3) mengevaluasi sejauh mana proses dan produk perencanaan pembangunan mendukung pencapaian SPM.

Dilaksanakan oleh Bappeda Kota Palangka Raya dengan melibatkan peneliti dari Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya (Drs. YOGA MANURUNG, M.Si dan Drs. Bambang Mantikei, M.Si)

No Bidang Peraturan Yang Menetapkan SPM

1. Perumahan Rakyat Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.22/PERMEN/M/2008

2. Pemerintahan Dalam Negeri Peraturan Menteri Dalam Negeri No.62 tahun 2008

3. Sosial Peraturan Menteri Sosial RI No.29/huk /2008

4. Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan No 741 Tahun 2008 Tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

5. Pembedayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI No.01 tahun 2010

6. Lingkungan Hidup Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.19 Tahun 2008

7. Keluarga Berencana dan Sejahtera

Peraturan Kepala BKKBN No.55/hk-010/b5/2010

8. Ketenagakerjaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.PER.15/MEN/X/2010

9. Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.15/2010

10. Pekerjaan Umum Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.14/PRT/M/2010

11. Ketahanan Pangan Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/ OT.140/12/2010

12. Kesenian Peraturan Menteri Kebudayaan & Pariwisata No.PM.106/HK.501/MKP/2010

13. Komunikasi dan Informasi Peraturan Menteri Kemkominfo No. 22/PER/M.KOMINFO/12/2010

Tabel 1. SPM yang sudah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat

3030

Page 32: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

MANFAAT

Hasil kajian ini diharapkan dapat membantu, mengarahkan dan mendorong komitmen SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya, khususnya yang berkompeten menyelenggarakan pelayanan dasar, untuk mencapai standar pemenuhan jenis dan mutu pelayanan dasar yang wajib disediakan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya bagi masyarakat dalam waktu yang terukur.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dengan metode in-depth-study dengan maksud menggali infor-masi secara mendalam mengenai permasalahan dan kendala-kendala dalam pemenuhan SPM. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan tinjauan kasus per kasus dari setiap jenis standar pelayanan yang dijadikan tolok ukur. Untuk itu, dilakukan tinjauan tentang sejauh mana SKPD telah berhasil memenuhi standar pelayanan minimal. Analisa yang dilaksanakan dalam proses selanjutnya melibatkan pertim-bangan terhadap aspek-aspek utama seperti: kemampuan keuangan daerah, luas dan pembagian wilayah administrasi, faktor-faktor kependudukan, potensi daerah, dan aspek-aspek lain yang berpengaruh, termasuk aspek eksternal.

Pengumpulan data dilakukan untuk menghimpun informasi baik berupa data primer maupun sekunder. Penghimpunan data primer dilakukan melalui kuesioner sedangkan data sekunder dihimpun melalui kegiatan pendalaman dokumen-dokumen resmi dan sumber data lainnya yang sah. Metode analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif secara kuantitatif dan secara kualitatif.

Prinsip-Prinsip Dasar, Perencanaan dan Penerapan SPM

Prinsip-prinsip Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah sebagai berikut : 1. SPM disusun sebagai alat Pemerintah dan

Pemerintahan Daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib. Urusan Wajib pada dasarnya adalah: a) Dimaksudkan untuk melindungi hak-hak

konstitusional warga negara, mengaman-kan kepentingan nasional, serta dalam rangka menciptakan ketenteraman serta ketertiban umum.

b) Merupakan jaminan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta implementasi bangsa sebagai komunitas internasional dalam mensukseskan perjanjian dan konvensi internasional.

2. SPM ditetapkan oleh Pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

3. Penerapan SPM oleh Pemerintahan Daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pelayanan dasar nasional.

4. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian.

5. SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas dan kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kemampuan kelembagaan dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan.

6. Memiliki indikator yang merupakan tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang

Sosialisasi Kegiatan kepada SKPD Sasaran Survei

Rapat Persiapan Kegiatan Kajian SPM

3131

Page 33: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil, manfaat dan/atau dampak pelayanan.

Dalam perencanaan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) ditentukan bahwa: 1. Pemerintahan Daerah menerapkan SPM

sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri.

2. SPM yang ditelah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerin-tahan Daerah.

3. Pemerintahan Daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri.

4. Rencana pencapaian SPM harus dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah.

5. Target tahunan pencapaian SPM dituangkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja SKPD, Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

Prinsip-prinsip penerapan SPM adalah sebagai berikut: 1. Dituangkan dalam rencana pencapaian SPM

yang harus terukur secara kuantitas dan kualitas untuk menjamin akses dan mutu pelayanan kepada masyarakat.

2. Diacu dalam perencanaan & penganggaran daerah, pengawasan, pelaporan,

3. Digunakan untuk evaluasi kinerja penyelenggaran pemerintahan daerah.

4. Indikator SPM adalah pemenuhan hak masyarakat pada pelayanan dasar tertentu.

5. Target pencapaian SPM berkaitan dengan tahapan tertentu dalam mencapai SPM sesuai dengan perkembangan kebutuhan nasional dan kapasitas daerah.

6. Penerapan SPM dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintahan daerah. Masyarakat dapat mengukur sejauh mana pemerintahan daerah dapat memenuhi kewajibannya untuk menyediakan pelayanan dasar; Penerapan SPM dapat mendorong rasionalisasi kelembagaan, kepegawaian, dan keuangan pemerintahan daerah.

Penyusunan Rencana Pencapaian SPM

Penyusunan rencana pencapaian SPM dan anggaran kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPM dilakukan berdasarkan analisis kemampuan dan potensi daerah dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian SPM ditentukan bahwa Analisis kemampuan dan potensi daerah disusun berdasarkan data, statistik dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan baik yang bersifat khusus maupun umum. Pengertian khusus dalam hal ini adalah data, statistik dan informasi yang secara langsung terkait dengan penerapan SPM tertentu. Misalkan: data teknis, sarana dan prasarana fisik, personil, alokasi anggaran untuk pelaksanaan SPM dimaksud.

Salah seorang surveyor sedang menuju lokasi sekolah sasaran survei di Kelurahan Pahandut Seberang.

3232

Page 34: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

No Nama Sekolah Alamat Kecamatan

1 SDN-1 Pahandut Seberang Jl. Wisata Pahandut Seberang Pahandut

2 SDN-11 Langkai Jl. Diponegoro Pahandut

3 SDN-7 Pahandut Jl. DR. Murjani Pahandut

4 SDS-2 Kristen Jl. Diponegoro Pahandut

5 SDN-2 Panarung Jl. PM Noor Pahandut

6 SMPN-2 Palangka Raya Jl. Diponegoro Pahandut

7 SMPN-8 (Satu Atap) Palangka Raya Tumbang Rungan Pahandut

8 SDN-5 Bukit Tunggal Bukit Tunggal Jekan Raya

9 SD Katolik St. Don Bosco Jl. Tjilik Riwut Jekan Raya

10 SDN-1 Petuk Katimpun Desa Petuk Katimpun Jekan Raya

11 SDN-3 Petuk Katimpun Jl. Tjilik Riwut Km 11 Jekan Raya

12 SD Islam Terpadu Al-Furqan Jl. Murai Jekan Raya

13 SDN Percobaan Jl. D. Leman Jekan Raya

14 SDN-13 Palangka Jl. Garuda Jekan Raya

15 SDN-8 Bukit Tunggal Jl. Merdeka Perum. Pemda Jekan Raya

16 SMPN-3 Palangka Raya Jl. Kutilang Jekan Raya

17 SMPLB/SLBN-1 Palangka Raya Jl. RTA Milono Jekan Raya

18 SDN-2 Tumbang Tahai Jl. Ramses Bukit Batu

19 SDN-1 Tumbang Tahai Tumbang Tahai Bukit Batu

20 SMPN-5 Palangka Raya Banturung Bukit Batu

21 SDN-1 Mungku Baru Mungku Baru Rakumpit

22 SMPN-4 (Satu Atap) Palangka Raya Jl. Rakumpit Raya Rakumpit

23 SDN-1 Sabaru Kelurahan Sabaru Sabangau

24 SD-LBN-2 Palangka Raya Jl. Pelajar-Matal Sabangau

25 SMPN-7 Palangka Raya Jl. Pelajar-Matal Sabangau

26 SMP-LBN-2 Palangka Raya Jl. Pelajar-Matal Sabangau

Tabel 2. Daftar Sekolah yang Menjadi Obyek Kajian

Sedangkan pengertian umum dalam hal ini adalah data, statistik dan informasi yang secara tidak langsung terkait dengan penerapan SPM tertentu namun keberadaannya menunjang pelaksanaan SPM secara keseluruhan. Misalkan: kondisi geografis, kondisi demografis, penda-patan, sarana prasarana umum dan sosial, dan sebagainya.

Potensi daerah yang dimaksud dalam hal ini mengandung pengertian ketersediaan sumber daya yang dimiliki baik yang telah dieksploitasi maupun yang belum dieksploitasi yang keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk menunjang pencapaian SPM. Sementara, kemam-puan daerah didefinisikan sebagai kemampuan keuangan daerah, dan seluruh komponen di dalamnya seperti PAD dan dana perimbangan, yang dapat digunakan dalam membiayai pencapaian SPM.

Faktor kemampuan dan potensi daerah digunakan untuk menganalisis beberapa hal berikut: (a) Penentuan status awal yang terkini dari

pencapaian pelayanan dasar di daerah; (b) Perbandingan antara status awal dengan

target pencapaian dan batas waktu

pencapaian SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah;

(c) Perhitungan pembiayaan atas target pencapaian SPM, analisa standar belanja kegiatan berkaitan dengan SPM, dan satuan harga kegiatan; serta

(d) Perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan dasar yang memaksimalkan sumber daya daerah.

HASIL-HASIL KAJIAN Hasil Kajian SPM Bidang Pendidikan Dasar

Dalam kajian ini terbatas pada pendidikan dasar yang diselenggarakan di bawah binaan Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dari 106 SD diambil sampel sebanyak 18 SD, dan dari sebanyak 43 SMP diambil sampel sebanyak 8 SMP (Tabel 2).

Berdasarkan data primer yang diperoleh dari baik sejumlah satuan pendidikan SD sebanyak 18 (delapan belas) dan SMP sebanyak 8 (delapan) yang menjadi sampel kajian ini maupun dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, diperoleh

3333

Page 35: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Kode

Indikator Sub Jenis Pelayanan

Hasil Pencapaian SPM

Sudah

Memenuhi

Belum

Memenuhi

f % f % IPD-1 Sarana Prasarana: Jarak lokasi Sekolah

IPD-1.1 Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan

berjalan kaki maksimal 3 Km untuk SD dari kelompok permukiman

permanen;

17 94% 1 6%

IPD-1.2 Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan

berjalan kaki maksimal 6 km untuk SMP dari kelompok permukiman

permanen;

8 100% 0 0%

IPD-2 Sarana Prasarana: Ruangan Kelas per Rombel (rombongan belajar)

IPD-2.1 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD tidak

melebihi 32 orang.

13 72% 5 28%

IPD-2.2 Untuk setiap Rombel tersedia 1 ruang kelas SD yang dilengkapi

dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta

papan tulis;

18 100% 0 0%

IPD-2.3 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SMP

tidak melebihi 36 orang;

8 100% 0 0%

IPD-2.4 Untuk setiap Rombel tersedia 1 (satu) ruang kelas SMP yang

dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan

guru, serta papan tulis;

7 87,5% 1 12,5%

IPD-3 Sarana Prasarana: Ruang Lab. IPA, Kursi dan Meja

IPD-3.1 Di setiap SMP tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi

dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik;

4 50% 4 50%

IPD-3.2 Di setiap SMP tersedia minimal 1 (satu) set peralatan praktek IPA

untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik;

5 62,5% 3 37,5%

IPD-4 Sarana Prasarana: Ruang Guru, Staf dan Kepala Sekolah

IPD-4.1 Di setiap SD tersedia 1 ruang guru yg dilengkapi dengan meja dan

kursi untuk setiap guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lain;

14 78% 4 22%

IPD-4.2 Di setiap SMP tersedia 1 ruang guru yang dilengkapi dengan meja

dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf

kependidikan lainnya; dan juga tersedia ruang kepala sekolah yang

terpisah dari ruang guru;

7 87,5% 1 12,5%

IPD-5 Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Ratio Guru-Murid

IPD-5.1 Di setiap SD tersedia 1 orang guru untuk setiap 32 peserta didik; 18 100% 0 0%

IPD-5.2 Di setiap SD tersedia 6 orang guru untuk setiap satuan pendidikan

(atau untuk daerah khusus 4 orang guru setiap satuan pendidikan);

18 100% 0 0%

IPD-6 Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Guru – Mapel

IPD-6.1

Di setiap SMP tersedia 1 orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan

untuk daerah khusus tersedia 1 orang guru untuk setiap rumpun mata

pelajaran;

7 87,5% 1 12,5%

IPD-7 Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Kualifikasi Guru

IPD-7.1

Di setiap SD tersedia 2 guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1

atau D-IV dan 2 guru yang telah memiliki sertifikat pendidik;

17 94% 1 6%

Tabel 3. Capaian SPM Bidang Pendidikan Dasar

gambaran capaian SPM menurut sub-sub bidang dan indikator-indikator sebagaimana diuraikan pada Tabel 3.

Menurut sejumlah data primer yang diperoleh dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga Kota Palangka Raya, sudah pernah dilakukan sosialisasi mengenai SPM Bidang Pendidikan di wilayah kerjanya bertempat di kantor dinas yang bersangkutan, meskipun standar pelayanan minimal (SPM) di bidang

3434

Page 36: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Kode

Indikator Sub Jenis Pelayanan

Hasil Pencapaian SPM

Sudah

Memenuhi

Belum

Memenuhi

f % f % IPD-8 Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Kualifikasi Guru

IPD-8.1 Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1/ D-IV

sebanyak 70% dan telah memiliki sertifikat pendidik 35% (1/2 dari

seluruh guru); untuk daerah khusus masing-masing 40% dan 20%

5 62,5% 3 37,5%

IPD-9 Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Kualifikasi Guru

IPD-9.1 Di setiap SMP tersedia guru kualifikasi S-1/ D-IV dan telah memiliki

sertifikat pendidik masing-masing 1 orang untuk Mata Pelajaran

Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris;

6 75% 2 25%

IPD-10 Pendidik dan Tenaga Kependidi-kan: Kualifikasi Kepala SD

IPD-10.1 Di setiap Kabupaten/Kota semua Kepala Sekolah SD berkualifikasi

akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

15 83,3% 3 16,7%

IPD-11 Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Kualifikasi Kepala SMP

IPD-11.1 Di setiap Kabupaten/Kota semua Kepala Sekolah SMP berkualifikasi

akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

7 87,2% 1 12,5%

IPD-12 Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Kualifikasi Pengawas Sekolah (PS)

IPD-12.1 Disetiap Kabupaten/Kota semua PS berkualifikasi akademik S‑1 atau

D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

*

*

IPD-13 Kurikulum

IPD-13.1 Dukungan pemerintah kota membantu satuan pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif;

* 100% - -

IPD-14 Penjaminan Mutu Pendidikan

IPD-14.1 Kunjungan pengawas sekolah ke satuan pendidikan dilakukan satu

kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk

melakukan supervisi dan pembinaan;

* 100% - -

IPD-15 Sarana Prasarana: Ketersediaan Buku Teks SD

IPD-15.1 Capaian kelengkapan penyediaan buku teks SD yang sudah

ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran

IPA, IPS, Bhs Indonesia, dan Matematika, dengan perbandingan satu

set untuk setiap peserta didik;

16 89% 2 11%

IPD-16 Sarana Prasarana: Ketersediaan Buku Teks SMP

IPD-16.1 Capaian kelengkapan penyediaan buku teks SMP yang sudah

ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua Mapel

dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik;

7 87,5% 1 12,5%

IPD-17 Sarana Prasarana: Ketersediaan Alat Peraga IPA

IPD-17.1 Setiap SD menyediakan 1 set peraga IPA dan bahan secara lengkap

yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia,

globe, contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan

poster/carta IPA;

3 17% 15 83%

IPD-18 Sarana Prasarana: Buku Pengayaan dan Referensi

IPD-18.1 Setiap SD memiliki 100 judul buku pengyaan dan 10 buku referensi; 14 77,8% 4 22,2%

IPD-18.2 Setiap SMP memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku

referensi;

4 50% 4 50%

IPD-19 Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Beban Kerja Guru, standar*:

IPD-19.1 Jumlah SD yg telah memenuhi jam kerja IPd-19.1 7 39% 11 61%

IPD-19.2 Jumlah SMP yg telah memenuhi jam kerja IPd-19.1 8 100% 0 0%

(Lanjutan) Tabel 3. Capaian SPM Bidang Pendidikan Dasar

3535

Page 37: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Kode

Indikator Sub Jenis Pelayanan

Hasil Pencapaian SPM

Sudah

Memenuhi

Belum

Memenuhi

f % f %

IPD-20 Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Proses Pembelajaran

IPD-20.1 Setiap SD menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu

per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut: Kelas I-II: 18

jam/minggu; Kelas III: 24 jam/minggu; Kelas IV-VI: 27 jam/minggu;

14 78% 4 22%

IPD-20.2 Setiap SMP menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34

minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka Kelas VII-IX: 27 jam

per minggu

7 88% 1 13%

IPD-21 Kurikulum: Penerapan KTSP

IPD-21.1 Setiap SD menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

sesuai ketentuan yang berlaku;

17 94% 1 6%

IPD-21.2 Setiap SMP menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;

8 100% 0 0%

IPD-22 Kurikulum: Menerapkan RPP

IPD-22.1 Setiap guru SD menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran

yang diampunya;

17 94% 1 6%

IPD-22.2 Setia guru SMP menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran

yang diampunya;

8 100% 0 0%

IPD-23 Penilaian Pendidikan:

IPD-23.1 Setiap guru SD mengembangkan dan menerapkan program penilaian

untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;

17 94% 1 6%

IPD-23.2 Setiap guru SMP mengembangkan & menerapkan program penilaian

utk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;

8 100% 0 0%

IPD-24 Penjaminan Mutu Pendidikan

IPD-24.1 Jumlah Kepala sekolah SD yang telah melakukan supervisi kelas dan

memberikan umpan balik kepada guru 2 kali dalam setiap semester;

18 100% 0 0%

IPD-24.2 Jumlah Kepala sekolah SMP yang telah melakukan supervisi kelas

dan memberikan umpan balik kepada guru 2 kali setiap semester;

7 88% 1 13%

IPD-25 Penjaminan Mutu Pendidikan

IPD-25.1 Setiap guru SD menyampaikan laporan hasil evaluasi Mapel serta

hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir

semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik;

18 100% 0 0%

IPD-25.2 Setiap guru SMP menyampaikan laporan hasil evaluasi mapel serta

hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir

semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik;

8 100% 0 0%

IPD-26 Penjaminan Mutu Pendidikan

IPD-26.1 Kepala sekolah SD menyampai-kan rekapitulasi hasil ulangan akhir

semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas serta ujian akhir (US/

UN) kepada Dinas Pendidikan pada setiap akhir semester;

18 100% 0 0%

IPD-26.2 Kepala sekolah SMP menyampai kan rekapitulasi hasil ulangan akhir

semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian

akhir (US/UN) kepada Dinas Pendidikan pada setiap akhir semester;

8 100% 0 0%

IPD-27 Manajemen Sekolah

IPD-27.1 Setiap satuan pendidikan SD menerapkan prinsip-prinsip manajemen

berbasis sekolah (MBS) berupa Rencana Kerja dan Laporan Tahunan,

dan memiliki Komite Sekolah.

18 100% 0 0%

IPD-27.2 Setiap satuan pendidikan SMP menerapkan prinsip-prinsip

manajemen berbasis sekolah (MBS) yaitu berupa Rencana Kerja dan

Laporan Tahunan, dan memiliki Komite Sekolah.

8 100% 0 0%

(Lanjutan) Tabel 3. Capaian SPM Bidang Pendidikan Dasar

3636

Page 38: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

pendidikan dasar belum diterapkan secara resmi di Kota Palangka Raya.

Hasil Kajian SPM Bidang Kesehatan

Pengukuran capaian SPM bidang Kesehatan dalam kajian ini dilakukan berdasar-kan data primer isian instrumen dari beberapa PUSKESMAS yang menjadi sampel penelitian kajian ini dan berdasarkan data primer isian

instrumen dari Dinas Kesehatan. Apabila menggunakan data primer yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, maka data capaian SPM Bidang Kesehatan dengan menggunakan 18 standar indikator adalah seperti ditunjukkan dalam Tabel 5. Dari 18 standar indikator yang digunakan, separuh di antaranya (ialah indikator 1-8 dan 12) terdapat perbedaan capaian SPM yang dihitung

JENIS PELAYANAN Kode

Indikator

Hasil Capaian

SPM (%)

Target Nasional

% Tahun

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR:

1 Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 IKS-1 33,74 95 2015

2 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani IKS-2 30,35 80 2015

3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

IKS-3 12,74 90 2015

4 Cakupan pelayanan nifas IKS-4 24,54 90 2015

5 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani IKS-5 1,75 80 2010

6 Cakupan kunjungan bayi IKS-6 30,01 90 2010

7 Cakupan Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)

IKS-7 35,45 100 2010

8 Cakupan pelayanan anak balita IKS-8 45,05 90 2010

9 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 Bulan keluarga miskin

IKS-9 86,00* 100 2010

10 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan IKS-10 100,00* 100 2010

11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

IKS-11 90,00* 100 2010

12 Cakupan peserta KB Aktif IKS-12 30,50 70% 2010

13 Cakupan penemuan dan penanganan penderita beberapa penyakit

IKS-13

13.1 Acute Placid Paralysis (AFP) Rate 100.000 Penduduk < 15 tahun

IKS-13.1 5,00* 100 2010

13.2 Penemuan penderita Pnemonia balita IKS-13.2 11,00* 100 2010

13.3 Penemuan pasien baru TB IKS-13.3 31,00* 100 2010

13.4 Penderita DBD yang ditangani IKS-13.4 100,00* 100 2010

13.5 Penemuan penderita Diare IKS-13.5 45,00* 100 2010

14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

IKS-14 48,00* 100 2015

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN:

15 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

IKS-15 2,00* 100 2015

16 Cakupan pelayanan gawat darurat level-1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota

IKS-16 33,00* 100 2015

C. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB

17

Cakupan Desa/Kelurahan mengalami kejadian luar biasa (KLB) yang dilaku-kan penyelidikan Epidemiologi <24 Jam

IKS-17 100,00* 100 2015

D. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

18 Cakupan Desa Siaga Aktif 80% IKS-18 100,00% 100 2015

Tabel 4. Pencapaian SPM Bidang Kesehatan

Keterangan : SumberData Primer dari PUSKESMAS sampel (diolah), kecuali yang bertanda *data primer dari Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya.

3737

Page 39: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

berdasarkan data primer dari Dinas Kesehatan dan data primer dari PUSKESMAS sampel. Perbedaan ini kebanyakan disebabkan oleh perbedaan waktu yang menjadi dasar keberlakuan perhitungan dan perbedaan pemahaman para petugas terhadap parameter-parameter pengukuran.

Data lain yang juga dihimpun adalah data

mengenai keadaan beberapa parameter yang berkaitan dengan penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Palangka Raya, dengan hasil sebagai berikut : 1) Sosialisasi dan Analisis Biaya SPM. Diketahui

bahwa Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya telah menerapkan standar pelayanan

JENIS PELAYANAN Kode

Indikator

Hasil Capaian

SPM (%)

Target Nasional

% Tahun

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR:

1 Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 IKS-1 94,00 95 2015

2 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani IKS-2 68,20 80 2015

3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

IKS-3 91,00 90 2015

4 Cakupan pelayanan nifas IKS-4 91,00 90 2015

5 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

IKS-5 0,80 80 2010

6 Cakupan kunjungan bayi IKS-6 95,00 90 2010

7 Cakupan Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)

IKS-7 67,00 100 2010

8 Cakupan pelayanan anak balita IKS-8 51,00 90 2010

9 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 Bulan keluarga miskin

IKS-9 86,00 100 2010

10 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan IKS-10 100,00 100 2010

11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

IKS-11 90,00 100 2010

12 Cakupan peserta KB Aktif IKS-12 49,00 70% 2010

13 Cakupan penemuan dan penanganan penderita beberapa penyakit

IKS-13

13.1 Acute Placid Paralysis (AFP) Rate 100.000 Penduduk < 15 tahun

IKS-13.1 5,00 100 2010

13.2 Penemuan penderita Pnemonia balita IKS-13.2 11,00 100 2010

13.3 Penemuan pasien baru TB IKS-13.3 31,00 100 2010

13.4 Penderita DBD yang ditangani IKS-13.4 100,00 100 2010

13.5 Penemuan penderita Diare IKS-13.5 45,00 100 2010

14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

IKS-14 48,00 100 2015

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN:

15 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

IKS-15 2,00 100 2015

16 Cakupan pelayanan gawat darurat level-1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota

IKS-16 33,00 100 2015

C. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB

17 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami kejadian luar biasa (KLB) yang dilakukan penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam

IKS-17 100,00 100 2015

D. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

18 Cakupan Desa Siaga Aktif IKS-18 100,00 100 2015

Tabel 5. Pencapaian SPM Bidang Kesehatan menurut Data Primer dari Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya

3838

Page 40: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

minimal (SPM) Bidang Kesehatan, dan sosialisasi tentang itu sudah dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan sejak Tahun 2006 bertempat di kantor dinas yang bersangkutan, dan kemudian diulangi pada Tahun 2009 dengan sasaran peserta adalah Kepala dan petugas-petugas dari PUSKESMAS dan Kepala Bidang Pemegang Program dan Staf yang terkait dengan program tersebut.

2) Pada Tahun 2005 pernah dilakukan analisis biaya implementasi standar pelayanan kesehatan dengan metode 'District Health Account', namun terkendala kesulitan mengisi karena sudah merupakan paket di APBD, format rumit dengan indikator yang sangat banyak (58 indikator), dan kurang pelatihan petugas.

3) Alokasi anggaran dalam APBD untuk implementasi SPM Bidang Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2009 adalah sebesar

Rp 225.624.550, dan untuk tahun 2010-2011 masing - masing Rp 242.826.443 dan Rp 212.850.387. Sementara rencana anggaran untuk tahun 2015 yang idealnya belum dapat dihitung.

4) Jumlah sumberdaya manusia yang ada di lingkup kerja Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya pada Tahun 2010 adalah berjumlah 517 Orang, dimana sebagian besar yaitu sebanyak 468 orang atau 90,5% ditempatkan di 10 (sepuluh) Puskesmas dan hanya 49 orang (atau 9,5%) di antaranya yang ditempatkan di kantor Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya. Dilihat dari segi kualifikasinya, maka di antaranya 473 orang (atau 91,5% dari 517 orang) adalah tenaga kesehatan/medik yang terdiri atas tenaga teknik kefarmasian sebanyak 24 orang atau 4,6%, tenaga bidan sebanyak 135 orang atau 26,1% di antaranya 20 orang masih bersifat Bidan PTT, tenaga medik (tenaga dokter) 43 orang atau 8,3% di antaranya baru 1 orang yang sudah mencapai dokter spesialis dasar yaitu di PUSKESMAS Menteng, tenaga keperawatan 194 orang atau 37,5%, tenaga keteknisian medik sebanyak 19 orang atau 3,7%, tenaga Ahli Gizi sebanyak 17 orang atau 3,3%, dan tenaga Kesehatan Masyarakat sebanyak 41 orang atau 7,9%. Sedangkan tenaga non-kesehatan/medik ada sebanyak 44 orang atau 8,5%.

5) Cukup banyak kendala yang dihadapi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai SPM Bidang Kesehatan, antara lain peran serta masyarakat masih dirasakan kurang dan kesadaran untuk berpola hidup sehat agak rendah, lokasi sasaran sangat luas dan tersebar, dan anggaran yang rendah yaitu sekitar 5,69% sementara menurut pihak dinas kesehatan bahwa ada

Tim Kajian SPM Kota Palangka Raya saat studi banding ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman, Jogyakata, yaitu salah satu daerah pilot project penerapan SPM Bidang Pendidikan.

Seminar Hasil Akhir Kajian Penerapan Standar Pelayanan Minimal oleh Pemerintah Kota Palangka Raya Tahun 2011

3939

Page 41: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

ketentuan yang mengisyaratkan besaran minimal 10% dari APBD.

Hasil Kajian SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri

Standar pelayanan minimal bidang pemerintahan dalam negeri selanjutnya disebut SPM Pemerintahan adalah tolok ukur kinerja pelayanan masyarakat yang diselenggarakan daerah kabupaten/kota. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 62 Tahun 2008 tentang SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri (yang selanjutnya disebut SPM Bidang Pemerintahan) meliputi 3 (tiga) sub bidang pelayanan yaitu: (1) Pelayanan Dokumen Kependudukan, (2) Pelayanan Ketenteraman dan Ketertiban Masyarakat, dan (3) Pelayanan Penanggulangan Bencana Kebakaran. Pengukuran capaian SPM Bidang Pemerintahan ini dilakukan dengan berdasarkan data primer isian instrumen dari SKPD yang berkompeten di bidang tersebut, yaitu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, Satuan Polisi Pamong Praja, dan UPTD Pemadam Kebakaran. Capaian SPM masing-masing sub bidang pelayanan tersebut memiliki beberapa indikator seperti diuraikan dalam bagian berikut. Pelayanan Dokumen dan Kependudukan

Data primer lain yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palangka Raya yang berkaitan erat dengan penyelenggaraan standar pelayanan dokumen kependudukan sebagai berikut : a. Sosialisasi SPM Sub Bidang Pelayanan

Dokumen Kependudukan dilaksanakan secara rutin minimal satu kali setiap tahun di 5 kecamatan yang ada di Kota Palangka Raya. Namun belum pernah dilakukan analisis biaya penyelenggaraan SPM Bidang Pelayanan Dokumen Kependudukan di Kota Palangka Raya.

b. Anggaran dalam penyelenggaraan pelayanan dokumen kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palangka Raya sebesar Rp 526.106.000

untuk Tahun Anggaran 2011. c. Jumlah SDM yang ada pada tahun 2011

menyelenggarakan SPM Sub Bidang Pelayanan Dokumen Kependudukan di kota Palangka Raya pada Dinas Dukcapil adalah sebanyak 34 Orang. Secara kuantitas jumlah ini dianggap cukup untuk menyelenggarakan SPM Sub Bidang Pelayanan Dokumen Kependudukan di kota Palangka Raya sampai dengan Tahun 2015, namun secara kualitas tentu masih perlu dilakukan peningkatan sesuai dengan tuntutan tugas pelayanan yang berkembang secara dinamis.

d. Banyak kendala yang dihadapi dalam pelayanan dokumen kependudukan kepada masyarakat, antara lain adalah: (1) secara geografis terdapat kendala jarak yang cukup jauh ke kantor kecamatan apalagi kantor kelurahan mengingat luas wilayah kota Palangka Raya yang mencapai hampir 2.700 km2, terutama yang di sebelah Utara yaitu wilayah Kecamatan Rakumpit dengan wilayah paling luas yaitu sekitar 1.053 km² dengan 7 kelurahan, kemudian wilayah Kecamatan Bukit

JENIS PELAYANAN Kode Indikator Hasil Capaian

2010 2011

A. PELAYANAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN: 1 Cakupan penerbitan kartu tanda penduduk (KTP) Nasional

di Kota Palangka Raya

IPM.1 17,1% 34,6%

2 Cakupan penerbitan Akta Kelahiran di Kota Palangka Raya IPM.2 60,0% 70,0%

Tabel 6. Capaian SPM Bidang Pelayanan Dokumen Kependudukan

Nurbowo Edy Subagio, S.Sos., M.Dev.Plg, narasumber dari Direktorat Pengembangan Kapasitas dan Evaluasi Kinerja Daerah Ditjen OTDA, Depdagri

4040

Page 42: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

PEMELIHARAAN TRANTIB MASYARAKAT: Kode Indikator Capaian SPM

1 Cakupan Petugas perlindungan masyarakat (LINMAS) di Kota Palangka Raya

IPM.3 84,85%

2 Tingkat penyelesaian K3 (ketertiban, ketenteraman, keindahan) di Kota Palangka Raya

IPM.4 3,13%

Tabel 7. Capaian SPM Bidang Pelayanan Ketenteraman dan Ketertiban Masyarakat

Batu dengan wilayah cukup luas yaitu sekitar 572 km² dengan 7 kelurahan, dan di sebelah Selatan yaitu wilayah Kecamatan Sabangau dengan wilayah cukup luas yaitu sekitar 583 km² dengan 6 kelurahan; (2) Kesadaran masyarakat masih rendah akan pentingnya dokumen kependudukan; dan (3) peralatan pelayanan masih kurang memadai (terutama peralatan pelayanan SIAK) untuk memenuhi pelayanan yang baik sesuai keinginan masyarakat.

e. Dukungan pemerintah daerah cukup baik yakni terwujud dalam anggaran dan penyediaan peralatan SIAK serta adanya kebijakan walikota yang mendorong tertib administrasi Kependu-dukan. Namun menurut petugas dari SKPD tersebut bahwa dukungan pemerintah pusat melalui kementerian terkait ternyata belum terlihat nyata secara langsung untuk persiapan dan implementasi SPM dimaksud.

Pelayanan Ketenteraman dan Ketertiban Masyarakat

Pelayanan ketenteraman dan ketertiban masyarakat adalah tugas pokok dan fungsi dari Badan Kesbanglinmas dan UPTD Satpol PP Kota Palangka Raya. Oleh karena itu pengukuran SPM Sub Bidang Pelayanan ketenteraman dan ketertiban masyarakat menggunakan data primer yang diperoleh melalui isian instrumen penelitian oleh kedua SKPD tersebut seperti ditunjukkan dalam tabel 7 berikut.

Pengukuran SPM di bidang ini menggunakan indikator ”cakupan petugas Linmas di kabupaten/kota” dan ”Tingkat penyelesaian K3 (ketertiban, ketenteraman, keindahan)”. Berdasarkan data primer yang diperoleh dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGLINMAS) Kota Palangka Raya capaian SPM dengan standar indikator tersebut ternyata cukup tinggi yaitu sudah mencapai 84,85%. Patut dicatat bahwa jumlah petugas Linmas pada Tahun 2009-2010 adalah sebanyak 1.100 orang, dimana petugas Linmas hanya pekerja kontrak untuk kegiatan tertentu dan tidak ada yang direkrut secara tetap. Dalam kaitan dengan beberapa kegiatan Pemilu (Pemilihan Umum)

baik untuk Pemilu legislatif maupun Pemilu Presiden, Pemilu Gubernur, dan Pemilu Walikota/Bupati, diangkat secara kontrak petugas Linmas setidaknya 2 orang per TPS (tempat pemungutan suara).

Sementara capaian SPM dengan standar indikator ”Tingkat penyelesaian K3 (ketertiban, ketenteraman, keindahan)”, berdasarkan data primer yang diperoleh dari UPTD Satpol PP diketahui bahwa capaian SPM dengan standar indikator tersebut ternyata sangat rendah yaitu baru mencapai 3,13%. Apabila dicermati data primer yang diperoleh dari SKPD tersebut ternyata dapat dikatakan bahwa rendahnya capaian ini terutama disebabkan oleh beberapa kendala, yaitu: 1) Kesadaran masyarakat untuk mentaati

peraturan-peraturan, terutama peraturan daerah, cukup rendah.

2) Upaya sosialisasi PERDA masih sangat rendah dan kurang efektif.

3) Jumlah petugas yang masih kurang yaitu hanya 150 orang pada Tahun 2011 sementara jumlah yang ideal diperlukan diperkirakan minimal 200 orang.

4) Belum tersedia anggaran untuk melakukan pembinaan dan pelatihan anggota.

5) Sarana penunjang tugas lapangan sangat kurang, yaitu hanya tersedia: mobil patroli 3 buah termasuk 1 buah sudah di-dum (dibeli/dilelang untuk menjadi milik pribadi), mobil truk hanya ada 1, Sepeda Motor sebanyak 3 tetapi dalam keadaan rusak berat, dan pos jaga hanya ada 2 buah.

Kajian SPM Bidang Penanggulangan Bencana Kebakaran

Pelayanan penanggulangan bencana kebakaran adalah tugas pokok dan fungsi dari UPTD Pemadam Kebakaran Kota Palangka Raya. Pengukuran SPM Sub Bidang penanggulangan bencana kebakaran meliputi indikator cakupan pelayanan bencana kebakaran dan tingkat waktu tanggap. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui isian instrumen penelitian oleh SKPD tersebut. Hasil capaian disajikan pada Tabel 8.

4141

Page 43: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Beberapa data primer yang diperoleh dari UPTD Pemadam Kebakaran Kota Palangka Raya yang berkaitan erat dengan tugas utama dan fungsi pelayanan penanggulangan bencana kebakaran adalah sebagai berikut : 1) Terlihat bahwa sosialisasi memang pernah

dilakukan tetapi masih dirasakan sangat kurang, baik frekuensinya maupun metoda dan jumlah pihak yang terlibat dalam kegiatan sosialisasi tersebut.

2) Jumlah petugas sangat terbatas yaitu hanya 34 orang. Jumlah ini masih sangat kurang memadai untuk menangani luas WKM Kota Palangka Raya.

3) Sarana dan peralatan sangat terbatas, yaitu Fire-Truck hanya 1 buah berkapasitas 10.000 liter dan 2 buah berkapasitas 5.000 liter, serta 1 buah Fire-Supply berkapasitas 5.000 liter dan 1 buah Reservoir yang berada di lokasi pos.

4) Di samping itu, masih terdapat kendala-kendala lain seperti: dana/anggaran yang sangat terbatas untuk sarana, prasarana dan sumberdaya manusia, belum ada PERDA tentang Pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran, institusi belum mandiri melainkan baru berbentuk UPTD.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian terhadap sampel yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan : 1) Sarana dan prasarana satuan pendidikan

dengan indikator jarak sekolah SD dan SMP dari kelompok pemukiman permanen penduduk memenuhi standar pelayanan. Sedangkan jumlah murid setiap rombongan belajar juga dapat memenuhi standar pelayanan minimal. Pada indikator ketersediaan ruang kelas, peralatan pendukung pembelajaran (papan tulis, ruang guru, ruang kepala sekolah) sebagian besar telah memenuhi SPM.

2) Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang laboratorium IPA (SMP), alat peraga raktek IPA masih belum memenuhi standar pelayanan minimal.

3) Kualitas ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran pada SD dan SMP masih relatif rendah

4) Ketersediaan/jumlah tenaga kependidikan jika dibandingkan dengan jumlah murid (SD) telah memenuhi standar pelayanan minimal. Sedangkan untuk tenaga kependidikan per bidang studi, masih relatif kurang.

5) Sebagian tenaga kependidikan di SD masih belum memiliki sertifikat pendidik (12.5%). Kualifikasi akademik guru (S-1 atau D-IV) telah memenuhi standar pelayanan minimal. Sedangkan kualifikasi pendidikan, kepala sekolah (SD/SMP) belum memenuhi SPM Bidang Pendidikan.

6) Beban kerja tenaga kependidikan (SD = 37 jam/minggu di satuan pendidikan) ternyata oleh sebagian besar tenaga kependidikan belum dilaksanakan (61% belum memenuhi standar beban kerja). Sedang untuk SMP pelaksanaan beban kerja tenaga kependidikan telah memenuhi standar pelayanan minimal.

7) Proses pembelajaran SD sebagian besar telah memenuhi standar minimal. Sebanyak 77,5% sekolah telah melaksana-kan proses pebelajaran di SD, sedangkan proses belajar di SMP telah dilaksanakan oleh 87,5 sekolah.

8) Pemenuhan kurikulum (SD/SMP) telah memenuhi standar pelayanan minimal.

9) Penilaian pendidikan (SD/SMP), penja-minan mutu pada satuan pendidikan, manajemen sekolah, telah memenuhi SPM Bidang Pendidikan.

10) Pelayanan kesehatan dasar dengan 14 indikator, untuk hal ini terdapat sumber data dan rentang waktu dan titik waktu pengukuran yang berbeda antara data

Indikator SPM Penanggulangan Bencana Kebakaran

Kode Indikator

Capaian SPM

2009 2010 2011 1 Cakupan pelayanan bencana kebakaran di

Kota Palangka Raya

IPM.5 16,78% 16,77% 16,75%

2 Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan WMK (wilayah manajemen kebakaran) Kota Palangka Raya

IPM.6 64,29% 62,50% 48,39%

Tabel 8. Capaian SPM Bidang Penanggulangan Bencana Kebakaran

4242

Page 44: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

primer (Puskemas) dan data yang dikumpulkan dari Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya. Berdasarkan data primer terdapat 8 indikator (Cakupan kunjungan ibu hamil K-4, Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, Cakupan pelayanan nifas, Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, Cakupan kunjungan bayi, Cakupan Desa/Kelurahan, Universal Child Immunization/UCI), Cakupan pelayanan anak balita), masih belum memenuhi standar pelayanan minimal. Sedangkan berdasarkan data Dinas kesehatan hanya dua indikator yang belum memenuhi standar pelayanan minimal (Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, Cakupan pelayanan anak balita)

11) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin, Cakupan pelayanan gawat darurat level-1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kota masih belum memenuhi standar pela-yanan minimal, sedangkan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB, promosi kesehatan telah memenuhi SPM.

12) Jumlah tenaga kesehatan (dokter) untuk Puskesmas masih kurang.

13) Pelayanan dokumen kependudukan yang paling dasar meliputi pelayanan penerbitan kartu tanda penduduk (KTP) telah melayani 34,%; dan penerbitan akte kelahiran dengan capaian 70%.

14) Cakupan Petugas perlindungan masyarakat (LINMAS) adalah 84,85% dan Tingkat penyelesaian K3 (ketertiban, ketente-raman, keindahan) baru mencapai 3,13%

REKOMENDASI

Dalam upaya mempersiapkan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan dan ketentuan yang berlaku dan upaya mengatasi kekurangan/kelemahan pelaksanaan SPM pada beberapa SKPD, direkomendasikan agar dilakukan : 1) Analisis Perencanaan dan Pembiayaan

penerapan SPM. Kegiatan ini mencakup telaahan secara cermat, mendalam dan sistematis tentang kondisi sekarang, kebutuhan, kondisi yang ingin dicapai, permasalahan, cara penanganan masalah, usulan prioritas kegiatan dan kelayakan

serta dampak suatu rencana kegiatan penerapan SPM. Kegiatan ini dapat dikoordinasikan oleh Bappeda Kota Palangka Raya dengan melibatkan SKPD terkait dan konsultasi dengan pihak Kemendagri (cq. Direktorat Pengembangan Kapasitas dan Evaluasi Kinerja Daerah, Ditjen OTDA)

2) Mekanisme penyusunan Perencanaan dan Pembiayaan penerapan SPM (a) Kepala SKPD membentuk Tim penyu-

sunan dokumen Analisis Perencanaan dan Pembiayaan Penerapan SPM yang diketuai oleh Sekretaris SKPD atau pejabat lain, yang anggotanya terdiri dari para kepala unit kerja atau personil lain yang memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas Tim.

(b) Tugas tim adalah mempersiapkan TOR, rencana kegiatan, melaksanakan penyu-sunan dokumen Analisis Perencanaan dan Pembiayaan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, mendiskusikan draf dokumen Analisis Perencanaan dan Pembiayaan Penerapan SPM dengan stakeholders, dan menyampai-kan hasil penyusunan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

(c) Dalam hal keterbatasan kompetensi dan keahlian Tim dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam melakukan penyusunan dokumen Analisis Perencanaan dan Pembiayaan Penerapan SPM sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(d) Segala biaya yang diperlukan untuk kegiatan penyusunan pembinaan, monitoring dan evaluasi dokumen Analisis Perencanaan dan Pembiayaan Penerapan SPM dibebankan pada APBD, APBN dan sumber lain yang sah.

(e) Pemerintah Kota Palangka Raya menetapkan plafond maksimal jumlah prosentase dana dari keseluruhan dana kegiatan yang diusulkan, yang boleh digunakan untuk penyusunan dokumen Analisis Perencanaan dan Pembiayaan penerapan SPM.

3) Bagi SKPD yang telah memiliki SPM dari Kementerian atau Lembaga di tingkat pusat, agar mendalami kembali profil layanan yang indikatornya diukur dalam SPM. Selanjutnya menyusun rencana pembia-yaan penerapan SPM.

* * *

4343

Page 45: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

P engembangan Ekonomi Lokal (PEL) atau Local Economic Development (LED) merupakan upaya yang ditempuh

Pemerintah untuk menjalin kerjasama antara Pemerintah, Pelaku Usaha dan Masyarakat dalam rangka meningkatkan, memajukan, memecahkan bersama permasalahan usaha, merencanakan strategi dan agenda kegiatan bersama, melaksanakannya secara bersama, dan memikirkan bersama pemasaran regional, nasional bahkan internasional. Melalui upaya ini diharapkan semua sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan perekonomian lokal yang kuat, mandiri dan berkelanjutan.

Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Palangka Raya pada awalnya merupa-kan bagian dari Urban Sector Development Reform Project (USDRP), yaitu program yang disiapkan Pemerintah Indonesia bekerjasama

dengan Bank Dunia (The World Bank) untuk mewujudkan kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pembangunan kawasan perkotaan dan perdesaan yang layak huni, berkeadilan sosial, berbudaya, produktif, dan berkelanjutan serta saling memperkuat dalam mendukung keseimbangan pengembangan wilayah. Salah satu tujuan USDRP adalah mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan pengurangan tingkat kemiskinan, sebagai multiplier effect, melalui peningkatan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan. Sedangkan tujuan Pengembangan Ekonomi Lokal adalah: (1) Daerah memiliki perencanaan strategis dan agenda program PEL yang terinternalisasi ke dalam program KSPD dan RPJMD; (2) Daerah mengimplementasikan pengembangan ekonomi lokal PEL.

Peranan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Ekonomi Lokal adalah sebagai manajer, fasilitator, simulator dan regulator. Sedangkan Pemerintah Pusat berperan dalam perencanaan ekonomi, kebijakan dan peraturan tingkat nasional yang dapat menstimulasi terciptanya kondisi agar masyarakat lokal dapat melakukan banyak hal bagi pengembangan ekonomi di daerahnya.

Beberapa hal yang diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan PEL adalah : Daerah harus memiliki visi yang jelas dan

akurat. Persetujuan dan pengesahan terhadap

rencana strategi dan program PEL. Adanya dukungan anggaran keuangan yang

cukup. Adanya kemauan politik dan kepemimpinan

aktif dari pemerintah daerah.

4444

Page 46: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Aparat Pemda/Pemko mau secara terus-menerus meningkatkan pengetahuan dasar mengenai daerahnya.

Adanya komitmen dari seluruh stakeholder utama PEL.

Tersedianya akses dan mekanisme bagi pelibatan stakeholder lokal di luar pemerintahan dalam proses perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan.

Adanya pemahaman bahwa integrasi, jaringan kerja dan keterkaitan antarindividu, antarsektor dan antardaerah merupakan inti dari pendekatan PEL.

Mengenali adanya perbedaan dalam masyarakat.

M em ah am i b ah wa k e t e rs e di aa n infrastruktur dan fasilitas lainnya dapat membuat perbedaan antara program PEL yang sukses dan gagal.

Adanya investasi yang signifikan pada pengembangan SDM.

Terjadinya investasi sektor swasta pada barang publik.

Pemda/Pemko bertindak sebagai katalis bagi terbangunnya kemitraan yang efektif antara

NO JABATAN POKOK JABATAN DALAM TIM

1 Wakil Walikota Kota Palangka Raya Dewan Pembina

2 Ketua Komisi II DPRD Kota Palangka Raya Anggota Dewan Pembina

3 Sekretaris Daerah Kota Palangka Raya Penanggungjawab

4 Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kota Palangka Raya Ketua

5 Kepala Bappeda Kota Palangka Raya Wakil Ketua

6 Kepala Bagian Perekonomian Dan Pembanguan Setda Kota Palangka Raya Sekretaris

7 Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kota Palangka Raya Wakil Sekretaris

8 Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya Ketua Pokja I

9 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya. Wakil Ketua

10 Kepala Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan & Perkebunan Kota Palangka Raya Sekretaris

11 Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kota Palangka Raya Anggota

12 Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Kota Palangka Raya Anggota

13 Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Palangka Raya Ketua Pokja II

14 Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya

Wakil Ketua

15 Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya Sekretaris

16 Kepala Bidang Perindustrian, Disperindagkop Kota Palangka Raya Anggota

17 Kepala Bidang Kehutanan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya Anggota

18 Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya Ketua Pokja III

19 Kepala Bidang Bina Budaya Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Palangka Raya Wakil Ketua

20 Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya

Sekretaris

21 Kepala Bidang KHRL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya Anggota

22 Kepala Bidang Pasar Dinas Pasar dan Kebersihan Kota Palangka Raya Anggota

23 Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya Ketua Pokja IV

24 Kepala Bidang Penanaman Modal Bappeda Kota Palangka Raya Wakil Ketua

25 Kepala Bidang Perternakan Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya

Sekretaris

26 Kepala Bidang Koperasi Disperindagkop Kota Palangka Raya Anggota

27 Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya

Anggota

28 Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangka Raya Ketua Pokja V

29 Kepala Bidang Perlindungan Konsumen Disperindagkop Kota Palangka Raya Wakil Ketua

30 Kepala Bidang Bina Usaha Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya

Sekretaris

31 Kepala UPT.Pasar Dinas Pasar dan Kebersihan Kota Palangka Raya Anggota

32 Kepala Seksi Bimbingan dan Penyuluh Pelaku Usaha Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya

Anggota

Tabel 1. Keanggotaan Tim Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

4545

Page 47: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

pemerintah, pelaku usaha, masyarakat dan stakeholder relevan lainnya.

Pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) di Kota Palangka Raya

Tim Pelaksana PEL Kota Palangka Raya dibentuk melalui Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor 171 Tahun 2011 tanggal 19 Mei 2011 tentang Tim Pelaksana Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Kota Palangka Raya. Susunan keanggotaan Tim PEL Kota Palangka Raya ditampilkan dalam Tabel 1.

Klaster Ekonomi Unggulan Kota Palangka Raya

Klaster (cluster) ekonomi merupakan usaha ekonomi di suatu daerah baik mulai usaha produksi, pasca produksi (pengolahan), sampai dengan pemasaran, termasuk faktor-fator penunjang bagi berlangsungnya klaster ekonomi tersebut. Klaster ekonomi bisa merupakan suatu produk pertanian, produk industri, dan juga sektor kegiatan pada suatu wilayah seperti pengembangan suatu desa agrowisata.

Tiga faktor pembentukan klaster : 1. Klaster mampu menyediakan lapangan

pekerjaan khususnya bagi masyarakat daerah;

2. Klaster memiliki kemampuan untuk melibatkan semua potensi ekonomi daerah;

3. Kedekatan antar kluster, untuk memudahkan hubungan, pengembangan dan peningkatan kluster.

Berdasarkan kriteria di atas, maka ditemukan 5 klaster ekonomi potensial di Kota Palangka Raya, yaitu : (1) klaster agrowisata, (2) furniture dan kerajinan olahan kayu, rotan, purun, dll, (3) klaster perikanan air tawar, (4) klaster peternakan sapi, (5) klaster benang bintik. Potensi, peluang dan kelemahan dari tiap-tiap klaster diuraikan sebagai berikut.

KLASTER PERIKANAN AIR TAWAR Potensi dan Peluang Luas perairan umum sungai dan danau 42,86

km2, dengan jumlah sungai ± 59 buah dan danau ± 118 buah

Jumlah produksi perikanan budi daya tahun 2011 sebesar 3.370,91 ton terdiri dari: kolam 980,65 ton dan keramba 2.390,27 ton. Sedangkan produksi perikanan tangkap sebesar 1.921,98 ton.

Pelaku perikanan budi daya sebanyak 2.144 rtp, terdiri dari kolam sebanyak 558 rtp dan keramba sebanyak 1.586 rtp. Sedangkan

pelaku usaha perikanan tangkap (nelayan) sebanyak 1.075 rtp.

Dukungan anggaran APBD Kota Palangka Raya TA 2012 adalah ± Rp 2.053.370.000,-

Kelemahan dan Tantangan Ketersediaan ikan belum mencukupi

kebutuhan masyarakat Lokasi sentra produksi belum terpusat Kelembagaan dan SDM belum terintegrasi Kemitraan dengan pelaku usaha belum

berjalan Pemasaran belum meluas Penggunaan teknologi pengolahan masih

rendah

KLASTER AGROWISATA Potensi dan Peluang Balai Benih Pertanian dan Perikanan seluas

6 Ha di Kecamatan Bukit Batu sebagai model pengembangan agrowisata, didukung berbagai fasilitas pendukung wisata

Kecamatan Bukit Batu memiliki beberapa objek wisata alam

4646

Page 48: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah petani

Kesesuaian lahan bagi pengembangan pertanian

Di wilayah Kec. Bukit Batu terdapat 46 kelompok tani dengan total anggota berjumlah 968 orang

Dukungan anggaran melalui APBD Kota dan APBN untuk pengembangan Pertanian di wilayah Kecamatan Bukit Batu dan kawasan Agrowisata Banturung

Belum adanya objek agrowisata di Kota Palangka Raya yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah

Agrowisata tidak sekedar bisnis namun juga berperan sebagai media pendidikan, penelitian dan teknologi serta mampu menyerap tenaga kerja masyarakat

Animo masyarakat yang semakin tinggi terhadap kebutuhan rekreasi alam

Kelemahan dan Tantangan Kualitas SDM sebagai pelaku usaha masih

rendah Fasilitas pendukung belum maksimal Dukungan dana dari sektor Pariwisata

sendiri masih sangat terbatas.

KLASTER FURNITURE DAN KERAJINAN Potensi dan Peluang Dukungan APBD cukup tinggi, mencakup

pengembangan industri Temanggung Tilung, pelatihan temu usaha, pelatihan produksi rotan, bantuan kemasan dan pameran dengan total Rp 696.510.000,-

beberapa lokasi sentra industri furniture telah dikembangkan

128 pelaku usaha furniture. Dalam pemasaran ada kerjasama

Palangkaraya - Denpasar. Moratorium eksport Rotan, sehingga bahan

baku rotan tersedia.

Kelemahan dan Tantangan Bahan baku kurang tersedia secara kontinyu Daya saing hasil kerajinan masih rendah Harga jual masih terlalu tinggi Masih terbatasnya kapasitas SDM pelaku

Usaha.

KLASTER PETERNAKAN SAPI Potensi dan Peluang Jumlah populasi ternak sapi Kota Palangka

Raya terus mengalami peningkatan Memiliki peluang peningkatan produk

olahan sapi

4747

Page 49: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Memiliki RPH di Kalampangan yang cukup berkembang

Memiliki lahan pengembangan usaha Pelaku usaha cukup banyak Kelemahan Belum tersedianya anggaran dana yang

memadai Kualitas SDM masih rendah

KLASTER BENANG BINTIK Potensi dan Peluang Merupakan kekayaan budaya tradisional

yang patut dilestarikan dengan motif yang sangat menarik

Pangsa pasar cukup memadai Salah satu bentuk pemberdayaan perempuan Kelemahan dan Tantangan Jumlah dan kualitas pelaku usaha masih

sangat terbatas Harga jual masih terlalu tinggi Kurang mendapat dukungan anggaran

Pengembangan Klaster Setelah mempelajari kondisi awal daerah

oleh Pokja II dari Tim PEL kemudian dilaksanakan studi oleh Tim Studi Universitas Indonesia, dihasilkan 3 (tiga) klaster unggulan Kota Palangka Raya sebagai berikut : (1) Pengembangan Ikan Air Tawar, (2) Pengembangan Mebel dan Kerajinan (rotan, kayu, purun dan bahan lainnya), (3) Desa Agrowisata wilayah Tangkiling. Hasil Kerja Pokja II ini digodok pada Rapat PEL tanggal 12 Januari 2012 dan kemudian ditetapkan bersama pelaku usaha dan masyarakat dalam Workshop Penetapan Ekonomi Unggulan Kota Palangka Raya pada tanggal 17 Januari 2012. Forum Kemitraan

Upaya membentuk suatu organisasi bagi pelaku usaha di Kota Palangka Raya, diawali dengan identifikasi organisasi stakeholder yang ada, dan ternyata organisasi yang ada masih bersipat mono stakeholder seperti organisasi petani ikan keramba, petani ikan kolam, peternak sapi, organisasi pengrajin rotan, pengrajin purun , dan sebagainya. Oleh karena itu setelah koordinasi dengan PMU dan SKPD terkait maka dirasakan perlunya dibentuk suatu organisasi/kelembagaan bagi seluruh pelaku usaha klaster ekonomi yang ada (multi stakeholder). Sebagai langkah awal dibentuk berdasarkan 5 klaster ekonomi unggulan dengan menyertakan pihak perbankan, akademisi, dan pers. Untuk klaster ekonomi lain-nya dapat didaftar pada forum tersebut sesuai

4848

Page 50: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

perkembangan kemampuan berorganisasinya. Untuk keperluan tersebut Tim Pelaksana PEL meminta Fasilitator lokal melakukan sosialisasi, baik kepada SKPD terkait maupun tiap pelaku klaster ekonomi unggulan. Setelah proses sosialisasi dilakukan, maka seluruh kanditat anggota/pengurus Forum Kemitraan diundang pada Rapat Pembentukan Forum Kemitraan Kota Palangka Raya pada tanggal 10 November 2011.

Keanggotaan Forum Kemitraan ditampilkan pada Tabel 2. Rapat pembentukan Forum Kemitraan ini dihadiri anggota Tim PEL Kota Palangka Raya, pelaku usaha, LPKM UNPAR, LP3M UNKRIP, LP3M UNMUH, Wakil Bank Indonesia, ANTARA (Media Pers), dan RRI Kalteng. Strategi dan Agenda Program PEL Kota Palangka Raya 2012 – 2016 Visi Menjadikan Kota Palangka Raya sebagai sentra produksi ikan air tawar, furniture/kerajinan dan pengembangan agrowisata guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi 1. Terwujudnya perbaikan ekonomi

masyarakat yang multi efek melalui klaster perikanan air tawar, furniture/kerajinan dan agrowisata;

2. Terwujudnya koordinasi yang nyata antar stakeholders dalam pelaksanan Program PEL;

3. Terwujudnya investasi yang berdaya saing sesuai dengan budaya Huma Betang;

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas petani ikan air tawar, furniture/kerajinan, dan pelaku usaha pada desa Agrowisata;

5. Mengembangkan kemitraan antara pelaku usaha UMKM dan Pengusaha Besar.

Tujuan 1. Meningkatkan daya saing Kota Palangka

Raya dalam menarik investasi dan pengembangan usaha;

2. Mendorong tumbuhnya usaha baru berskala kecil di sektor pengolahan pada klaster ekonomi unggulan PEL agar dapat menyerap tenaga kerja barul;

3. Menjadikan Kota Palangka Raya sebagai produsen utama hasil produksi Klaster Perikanan Air Tawar di Provinsi Kalimantan Tengah;

4. Mendorong pengembangan usaha furniture/kerajinan dan usaha pada desa agrowisata.

Sasaran 1. Meningkatkan jumlah usaha baru berskala

kecil pada sektor pengolahan Klaster PEL (Perikanan air tawar, furniture/kerajinan dan agrowisata) sebanyak 60% pada tahun 2016 (5 tahun);

2. Meningkatkan hasil produksi Klaster Perikanan Air Tawar, Furniture/Kerajinan dan Agrowisata terutama produk hasil olahan menjadi dua kali lipat pada tahun 2016;

3. Meningkatnya investasi pada sektor pengolahan dan perdagangan Klaster Perikanan Air Tawar, Furniture/Kerajinan dan Agrowisata menjadi 75% pada tahun 2016;

4. Meningkatkan market share produk Klaster.

JABATAN NAMA

Ketua Winhard O. Djahan (Koperasi Palangka Sejahtera)

Wakil Ketua Farchan (Usaha ikan air tawar, produk makanan kue-kue/ minuman)

Sekretaris Lily Simanjuntak

Bendahara Husnia (Pelaku usaha Benang Bintik)

Tim Kerja/Divisi-Divisi

- Divisi mebel/kerajinan, kayu, rotan, purun, dll

Gampang (Koordinator),Gamaliel Tumon, Ramintje, Sri Ngawang

- Divisi ikan air tawar Syamsul (Koordinator), Sugianoor, Saefudin, H.Wahyuni. Gusti

- Divisi sapi pedagang Fadliansyah (Koordinator), Sugiyanto

- Divisi agrowosata Berdodi Martin (Koordinator), Yulia (Disbudpar), Sutikno, Miring

- Divisi benang bintik Bunga (Koordinator), Husnia

- Divisi litbang info LPKM Unpar (Sunaryo N. Tuah), LP3M UnMuh (Bambang Irawan), LP3M UNKRIP (Infa Minggawati), RRI (Djoko Suryanto), TVRI (Desy Krida, Rusli), Antara (Tiva)

Tabel 2. Forum Kemitraan

4949

Page 51: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Strategi 1. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi

usaha perikanan budidaya; 2. Meningkatkan pengolahan dan pengawasan

sumber daya perikanan; 3. Melakukan pengembangan, pengendalian

dan pengelolaan sumber daya perikanan secara bertanggung jawab dan berkelan-jutan;

4. Meningkatkan daya saing produk hasil perikanan;

5. Memanfaatkan sentra industri untuk mendukung ketersediaan pengolahan hasil yang berdaya saing untuk membuka akses pasar dengan dukungan masyarakat dan kemitraan dengan pihak ketiga;

6. Memanfaatkan sentra industri untuk pusat pendidikan/pelatihan dan pusat pemasaran produk furniture dan kerajinan sehingga lebih dikenal masyarakat;

7. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan holtikultura;

8. Melakukan promosi pengolahan hasil pertanian;

9. Melakukan pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil produksi;

10. Peningkatan kemampuan kelembagaan dan permodalan petani dan pelaku usaha;

11. Destinasi wisata yang berwawasan agrowisata.

Permasalahan Utama

Permasalahan-permasalahan yang dirasakan pada program Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut : 1. Komitmen Pemerintah Kota Palangka Raya

dan DPRD kota Palangka Raya terhadap

pengembangan ekonomi lokal baru bersipat statemen yang belum ditindaklanjuti dengan dukungan nyata.

2. Koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi antar SKPD dalam pelaksanaan program PEL perlu ditingkatkan sehingga program PEL dapat berjalan dengan baik, tidak terganggu dengan adanya ego sektoral SKPD.

3. Aktifitas beberapa pengurus Tim inti Pelaksana PEL sering mengalami kesibukan sehingga kinerjanya tidak efektif dalam Tim PEL, hal ini perlu diperbaiki, atau aktifitas pengurus tersebut ditingkatkan, atau dilakukan revisi terhadap keanggotaan Tim PEL sehingga diisi oleh orang-orang yang mau bekerja mengembangkan ekonomi lokal di Kota Palangka Raya.

4. Kontribusi dan dukungan dari DPRD belum tampak, hal ini perlu peningkatan di kemudian hari.

Rekomendasi USDRP

Beberapa hal yang direkomendasikan oleh USDRP dalam Laporan Akhirnya mengenai PEL Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut: 1. Agar Tim Pelaksana PEL segera mengupa-

yakan payung hukum bagi Forum Kemitraan yang sudah terbentuk dengan SK Walikota.

2. Agar Tim Pelaksana PEL segera mengupaya-kan payung hukum bagi Dokumen Strategi dan Agenda Program PEL Kota Palangka Raya 2012-2016 yang sudah tersusun dengan Peraturan Walikota.

3. Agar dilakukan Revisi Keanggotaan Tim PEL sehingga diisi oleh orang-orang yang mau bekerja dalam pengembangan ekonomi lokal kota Palangka Raya.

4. Pemerintah kota Palangka Raya dapat menyediakan sekretariat bagi Tim PEL

Kegiatan Workshop Tim PEL dipimpin oleh Wakil Walikota Palangka Raya

Konsultan PEL Palangka Raya dari USDRP, Bpk. Iwan Komardiwan, dalam persiapan kegiatan Workshop

5050

Page 52: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

maupun Forum Kemitraan Kota Palangka Raya.

Kunjungan Tim Buletin Litbang ke Beberapa Pelaku Usaha di Kota Palangka Raya

Pada awal tahun 2012 Tim Buletin Litbang Kota Palangka Raya melakukan kunjungan dan wawancara ke beberapa pelaku usaha di Kota Palangka Raya, khususnya yang

bergerak di bidang yang termasuk klaster Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Kota Palangka Raya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat langsung ke lapangan usaha sekaligus mengumpulkan data dan informasi tentang Pengembangan Ekonomi Lokal dari masing-masing sumber. Berikut ini ditampilkan beberapa hasil kunjungan dimaksud.

Nama pengusaha, Ibu Husniah (kiri-atas). Alamat tempat usaha di Jl. Lumba-lumba II no.94c. Omset mencapai minimal Rp 1.000.000,- /hari. Pekerjaan membatik masih dilakukan secara tradisional, yaitu dengan tenaga manusia, belum menggunakan mesin cetak. Teknik pemasaran dengan mengirim ke toko di Kota Palangka Raya atau pelanggan di Sampit, selain yang datang membeli langsung ke tempat usaha. Permintaan yang dilayani juga berasal dari kabupaten-kabupaten di Kalimantan Tengah, antara lain Lamandau, Sampit, Kuala Kurun dan Buntok. Jenis pemesanan terbanyak adalah untuk seragam kantor/kerja dan seragam acara pernikahan. Kendala yang dihadapi terutama dalam hal keterbatasan

jumlah tenaga kerja (SDM). Saat ini ada tujuh orang karyawan. Tenaga kerja yang sudah terlatih tidak jarang berhenti karena urusan keluarga atau pindah ke kota lain. Akibatnya kemampuan produksi sangat terbatas yang berdampak ke strategi membeli bahan baku (kain) juga perlu dibatasi sehingga harganya (bahan) tidak bisa ditawar lebih murah. Keterbatasan ini menyebabkan kurang mampu berkompetisi dengan pengusaha yang mencetak dengan mesin, terutama di Jawa. Harapan Ibu Husniah adalah adanya sentra khusus bagi pengusaha batik Kalteng untuk memproduksi sekaligus memasarkan produknya. Keuntungan lain adanya sentra khusus adalah memudahkan pembeli menemukan lokasi pemasaran.

BATIK BENANG BINTIK

5151

Page 53: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

KERAJINAN ANYAMAN ROTAN

Pelaku usaha, Ibu Armirah. Alamat tempat usaha di Jl. B. Koetin no.76. Kerajinan anyaman dikerjakan di rumah kemudian dititipkan di showroom milik Ibu Yesli Lambung, Jl. S. Badaruddin no.8, bersama hasil dari para pengrajin lainnya. Jenis kerajinan yang dibuat adalah tas, topi dan tikar. Perkiraan omset rata-rata sekitar Rp 800.000,- / bulan. Permintaan pasar kebanyakan dari sekolah-sekolah. Bantuan yang pernah diterima dari Pemerintah Daerah, melalui Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi, berupa pelatihan-pelatihan, antara lain di Kota Jogyakarta selama 1 minggu untuk mempelajari cara mendesain tas. Kendala yang dihadapi adalah kesulitan untuk mendapatkan bahan baku (rotan). Bahan baku yang diperoleh selama ini berasal dari luar Kota Palanga Raya, yaitu Muara Teweh, Pulang Pisau, Kasongan dan Kapuas. Pengusaha ini berharap adanya bantuan dari Pemerintah Daerah berupa bantuan modal dan kemudahan memperoleh bahan baku baku.

IKAN AIR TAWAR

Nama pengusaha, Fachran Selamet. Alamat tempat usaha di Jl. G.Obos no.103 Kelurahan Menteng. Omset mencapai 8 ton/minggu. Pemasaran dilakukan dengan memenuhi permintaan rumah makan dan hotel di Palangka Raya yang mencapai 1 kwintal/hari. Pemasaran di luar Kota Palangka Raya terutama ke Banjarbaru. Selain budidaya ikan lele dan gurami, juga menjual bibit ikan. Kerjasama dilakukan dengan para petani ikan lokal, dengan

cara menjual bibit ikan ke peteni lokal kemudian membelinya pada saat panen. Permintaan pasar (demand) terhadap ikan air tawar masih sangat besar dibandingkan kemampuan suplai para pengusaha di Kota Palangka Raya. Terlebih lagi saat ini dengan semakin bertambahnya jasa perhotelan dan rumah makan otomatis semakin besar permintaan terhadap ikan air tawar.

5252

Page 54: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Nama pelaku usaha, Arbindo. Lokasi usaha di Komplek Sentra Industri Jl, Temanggung Tilung XXI no.38 . Produk yang dihasilkan berupa kusen, pintu, jendela, meja, kursi dan lemari. Omset mencapai 20 juta s.d. 25 juta per bulan. Pemasaran dilakukan dilakukan melalui langganan tetap di Kota Palangka, yaitu toko-toko meubel maupun pesanan langsung dari masyarakat. Bantuan yang diterima dari

pemerintah berupa fasilitas gudang di komplek sentra industri, alat-alat meubel, dan pelatihan-pelatihan baik di Kota Palangka Raya maupun di luar daerah. Pelatihan yang pernah diikuti di luar daerah dengan bantuan pemerintah daerah antara lain di Jogyakarta, Jepara, Solo, Semarang dan Surabaya. Yang dirasakan masih menjadi hambatan saat ini adalah keterbatasan modal dan pemasaran.

USAHA FURNITURE / MEUBEL

PETERNAKAN SAPI

Pelaku usaha, Bpk. Sutikno, adalah Ketua Kelompok Tani Harapan Tani 1 yang beranggotakan 31 orang di Kelurahan Kalampangan. Anggota kelompok tani yang beternak sapi sebanyak 17 orang. Jenis usaha

yang dilakukan adalah menjual bibit dan pengembangan. Omset kelompok tani mencapai sekitar Rp 90.000.000,- /bulan, yaitu total usaha ke-17 anggota peternak sapi. Jumlah sapi yang dipelihara sekitar 80 ekor. Target pasar masih

5353

Page 55: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

untuk memenuhi kebutuhan di Kota Palangka Raya. Menurut pengusaha ini, taksiran permintaan pasar untuk kebutuhan lokal Palangka Raya sekitar 5000-6000 ekor sapi/tahun sedangkan kemampuan seluruh peternak sapi di Kota Palangka Raya hanya menyanggupi 20% nya. Bibit sapi dibeli dari daerah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Pleihari. Bantuan dari pemerintah yang pernah diterima berupa dana bantuan sosial yang disesuaikan dengan proposal (Rencana Usaha Kelompok, RUK) masing-masing kelompok tani.

Selain itu juga dari APBN dalam program pengembangan. Hambatan yang dialami adalah ketersediaan pakan konsentrat yang mahal karena didatangkan dari luar daerah, antara lain Kapuas, Banjarmasin, Pulang Pisau dan Marabahan. Harapan-harapan yang disampaikan antara lain agar pemerintah lebih aktif membina dan menjembatani kelompok tani untuk pengembangan usahanya. Selain itu diusulkan agar dilakukan uji coba pengembangan sapi perah untuk kondisi daerah Kota Palangka Raya yang relatif panas.

PERTANIAN

Nama pelaku usaha, Bpk Misdi, adalah Ketua Kelompok Tani Gohong Sejahtera, beralamat di Jl. Tjilik Riwut Km. 43 Kelurahan Tangkiling. Hasil-hasil pertanian yang disediakan adalah semangka, tomat, lombok besar, karwila, kacang panjang dan timun. Luas lahan yang dikelola ± 2 Ha. Teknik pemasaran dilakukan dengan menjual kepada para pedagang atau masyarakat yang datang membeli langsung di lokasi usaha. Permitaan pasar : tomat 1 kwintal 10 kg / hari, kacang panjang 1 kwintal 25 kg / hari, timun 4 kwintal/hari, karwila 1 kwintal 15 kg / hari, dan Lombok besar 80 kg/hari. Bantuan dari pemerintah berupa pelatihan dari BPP

Tangkiling. Hambatan yang dialami saat ini adalah harga pupuk kandang dan KJL (pupuk untuk buah) yang sangat tinggi. Selain itu, harus bersaing dengan pasokan sayur dan buah dari Banjarmasin yang relatif memerlukan sedikit pupuk kandang karena kualitas tanahnya baik. Akibatnya petani di Banjarmasin dapat menjual dengan harga murah ke Palangka Raya, sedangkan pasar Palangka Raya menyesuaikan harga dari Banjarmasin. Akibatnya petani di Palangka Raya tidak banyak memperoleh untung. Harapan yang disampaikan adalah harga sayur-sayuran di pasar sebanding dengan harga pupuk.

5454

Page 56: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012

Laides hexanema

Leptobarbus hoeveni

Rasbora

Pangasius djambal Pangasius polyuranodon Pangasius micronemus

Kryptopterus cryptopterus Wallago leerii Kryptopterus schilbeides

Puntioplites Osteochilus kelabau Osteochilus melanopleura Barbodes schwanenfeldii

Osteochilus haselti Osteochilus Barbichthys laevis Amblyrhynchichthys truncatus

Bagrichthys macracanthus Mystus micracanthus Hemybagrus nemurus Chitala lopis

Monopterus albus

Clarias meladerma Clarias teijsmanni Helostoma temminckii Trichogaster pectoralis

Trichogaster trichopterus

Anabas testudineus

Belontia hasselti Trichogaster leeri Prestolepis fasciata Parambasis wolffii

Channa micropeltes Channa striata Channa pleurophthalmus Channa melasoma

Mastacembelus erythrotaenia

Belodontichthys dinema