BULETIN - Kementerian...

63

Transcript of BULETIN - Kementerian...

Page 1: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,
Page 2: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

BULETIN Pengkajian Pertanian

Vol. 8, No. 1, 2019

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian

Page 3: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

BULETIN PENGKAJIAN PERTANIAN

@ 2019, BPTP MALUKU UTARA

Volume 8, No. 1, 2019.

Penanggung Jawab :

Bram Brahmantiyo

Chris Sugihono

Mitra bestari :

Suryati Tjokrodiningrat

Dewan Redaksi :

M. Assagaf, Fredy Lala, Wawan Sulistiono, Slamet Hartanto

Redaksi Pelaksana :

Hermawati Cahyaningrum

Himawan Bayu Aji

Abubakar Ibrahim

Tri Setiyowati

Penerbit :

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara,

Komplek Pertanian Kusu No. 1 Oba Utara Kota, Tidore Kepulauan

PO BOX 91030 Ternate Telepon : 0921-3317980

email : [email protected]

PRAKATA

Buletin Vol. 8, No. 1, 2019. merupakan buletin hasil pengkajian yang

diterbitkan oleh BPTP Maluku Utara, yang memuat makalah review dan hasil

pengkajian/penelitian primer yang dilakukan tahun 2018. Makalah tersebut telah

diseleksi dan dikoreksi oleh tim redaksi baik dari segi bahasa maupun bentuk

penyajiannya.

Penerbitan buletin Vol. 8, No. 1, 2019. ini diterbitkan dengan memuat artikel

yang tidak harus berasal dari penyajian dalam suatu seminar, tetapi lebih ditentukan

oleh ketanggapan penulis dan kelayakan ilmiah tulisan.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak peneliti dan penyuluh, tim

redaktur, aparat penunjang lainnya yang telah membantu memperlancar proses

penerbitan. Semoga media ini bermanfaat bagi khalayak. Kritik dan saran dari

pembaca selalu kami nantikan.

Redaksi

Tulisan yang dimuat adalah yang telah diseleksi dan disunting oleh tim redaksi dan belum pernah

dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan hendaknya mengikuti Pedoman Bagi Penulis (lihat halaman sampul dalam). Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan

atau menolak penerbitan suatu makalah.

Page 4: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Tanaman Jagung Di Bawah Tegakan Kelapa Sebagai Sumber Pendapatan Petani Kelapa (Abubakar Ibrahim, Kisey Bina Habeahan, Yulistiawati Andi Jasil)

1

TANAMAN JAGUNG DI BAWAH TEGAKAN KELAPA SEBAGAI

SUMBER PENDAPATAN PETANI KELAPA

Abubakar Ibrahim, Kisey Bina Habeahan, Yulistiawati Andi Jasil

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera Kompleks Pertanian Kusu No.1

Sofifi, Kota Tidore Kepulauan

email: [email protected]

ABSTRAK

Tanaman Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang

memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan tanaman pangan yang cukup

banyak dibudidayakan di Indonesia khusunya di Maluku Utara. Budidaya

tanaman jagung pada umumnya dilakukan secara monokultur dengan tingkat

pencahayaan 100 %. Petani di Maluku Utara didominasi oleh petani

perkebunan. Saat ini petani di Maluku Utara kebanyakan adalah petani

perkebunan kelapa sehingga lahan di bawah tegakan kelapa menjadi salah

satu alternatif untuk dibudidayakan tanaman sela yaitu jagung. Hasil

budidaya jagung secara monokultur masih lebih tinggi bila dibanding dengan

hasil budidaya jagung di bawa tegakan atau tanaman sela, namun dengan

adanya tanaman sela jagung di bawah tegakan kelapa ini dapat menambah

pendapatan petani kelapa. Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari aspek

teknis dan ekonomi terhadap penanaman jagung di bawah tegakan kelapa

dan mampu memahami kendala di lapangan.

Kata Kunci : Di bawah tegakan, pendapatan, tanaman sela.

PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dari

jenis serealia yang strategis dan memiliki nilai ekonomis, serta berpeluang

untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber karbohidrat dan

protein setelah beras. Kebutuhan pangan akan meningkat seiring

bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang tinggi akan

meningkatkan jumlah konsumsi pangan. Permintaan bahan pangan yang

tinggi tidak dapat dipenuhi jika hanya bergantung pada satu komoditi saja

sehingga jagung menjadi salah satu alternatif sebagai substitusi padi atau

beras (Rohman, 2017).

Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 24 juta

ton/ha. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya sekitar

1

Page 5: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

2

19 juta ton/ha, namun hal ini berbanding terbalik dengan produksi jagung di

Maluku Utara yang mengalami penurunan dari 25.543 ton/tahun pada tahun

2012 menjadi 9.702 ton/tahun pada tahun 2016 (Ditjen Tanaman Pangan,

2016). Penurunan produksi jagung di Maluku Utara ini sejalan dengan

penurunan luas tanaman jagung pada lima tahun terakhir. Luas tanaman

jagung pada tahun 2011 seluas 12.733 ha turun menjadi 3.892 ha pada tahun

2015. Hal ini diakibatkan karena turunnya luas panen dari 11.074 ha pada

tahun 2012 menjadi 3.308 ha pada tahun 2016 (Ditjen Tanaman Pangan,

2016).Turunnya produktivitas tanaman jagung juga disebabkan oleh

beberapa faktor seperti cuaca ekstrem, lemahnya permodalan petani, belum

adanya jaminan harga, dan terbatasnya benih hibrida di tingkat petani

(Purwanto, 2007) serta konversi atau pengalihan fungsi lahan.

Hasil produksi yang rendah dan luas lahan tanaman jagung secara

monokultur yang semakin sempit membuat produksi jagung di Maluku Utara

semakin menurun. Saat ini petani di Maluku Utara kebanyakan adalah petani

perkebunan kelapa sehingga lahan di bawah tegakan kelapa menjadi salah

satu alternatif untuk meningkatkan produksi jagung di Maluku Utara.Selain

itu, dengan adanya hasil tanaman jagung di bawah tegakan kelapa dapat

menambah pendapatanpetani atau masyarakat di sekitar perkebunan kelapa.

Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari aspek teknis dan ekonomi

terhadap penanaman jagung di bawah tegakan kelapa dan mampu

memahami kendala di lapangan sehingga dapat memberikan solusi dalam

kegiatan budidaya jagung di bawah tegakan kelapa. Manfaat tulisan ini

adalah untuk memformulasikan permasalahan teknis di lapangan dan

ekonomi terhadap penanaman jagung di bawah tegakan kelapa untuk dapat

diantisipasi dalam usaha peningkatan produktivitas tanaman jagung di

bawah tegakan kelapa.

JAGUNG DAN BERBAGAI PEMANFAATANNYA

Jagung adalah sumber pangan karbohidrat kedua setelah padi

karena memiliki persentase jumlah kandungan karbohidrat terbanyak

setelah padi.Perbandingan kandungan karbohidrat pada beberapa

tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Kandungan karbohidrat pada komoditas tanaman pangan Bahan Karbohidrat (g)

Ubi Jalar 27,9

Beras 78,9

Ubi Kayu 34,7

Jagung 72,4

Sumber: Harmowo et al. (1994)

2

Page 6: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Tanaman Jagung Di Bawah Tegakan Kelapa Sebagai Sumber Pendapatan Petani Kelapa (Abubakar Ibrahim, Kisey Bina Habeahan, Yulistiawati Andi Jasil)

1

Data tersebut menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat

terbanyak adalah padi yaitu sebanyak 78,9 g dan jagung berada pada

posisi kedua dengan kandungan karbohidrat sebanyak 72,4 g. Oleh

karena itu, jagung memiliki potensi dalam diversifikasi konsumsi

pangan pokok selain padi. Namun, saat ini masyarakat masih sangat

bergantung pada beras sebagai makanan pokok untuk memenuhi

kebutuhan pangannya. Suryastiri (2008) menyatakan bahwa

kebutuhan pangan berupa beras semakin meningkat, sehingga

pengaturan pola konsumsi nasi dapat berperan mengurangi

ketergantungan terhadap beras.

Jagung tumbuh di berbagai tempat di Indonesia, termasuk

Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam

olahanseperti tepung, mi, makanan ringan, dan bahan setengah jadi.

Menurut Ariani dan Pasandaran (2005) jagung dapat diolah menjadi

berbagai aneka makanan seperti lauk, makanan ringan, dan bahan

setengah jadi. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Suarni dan Yasin (2011) yang menyatakan bahwa

jagung dapat dimanfaatkan sebagai tepung untuk pembuatan mi, roti,

dan bahan kue. Kedua penelitian mengenai pemanfaatan jagung

tersebut memberikan peluang pasar yang cukup baik dalam budidaya

tanaman jagung.

Permasalahan yang dihadapi petani dalam pengembangan

tanaman jagung adalah lahan untuk tanaman jagung yang semakin

sempit karena adanya perubahan peruntukan lahan tanaman jagung

untuk kegunaan lain, lemahnya permodalan petani untuk penyediaan

sarana produksi pertanian, produksi jagung yang sebagian besar

dihasilkan pada musim hujan namun ketersediaan alat pengering yang

kurang memadai, belum adanya jaminan harga pada saat panen raya,

lemahnya kelembagaan petani sehingga harga ditentukan oleh

konsumen dan masih terbatasnya benih hibrida di tingkat petani

(Purwanto, 2007).

JAGUNG SEBAGAI TANAMAN SELA DI BAWAH TEGAKAN

KELAPA

Budidaya tanaman jagung di bawah tegakan kelapa dapat

meningkatkan produksi tanaman kelapa karena tanaman sela dapat

meningkatkan kesuburan tanah karena lahan di sektiar pohon kelapa

menjadi lebih bersih dari gulma dan lebih terawat (Pranowo et al.,

3

Page 7: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

2

1999). Hal ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Tjahjana (2000) bahwa tanaman sela dapat meningkatkan produksi

kelapa karena memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah

bunga betina dan kelapa buah jadi masing-masing sebesar 30% dan

20%.

Tanaman sela juga dapat meningkatkan pendapatan petani

kelapa. Menurut Listiyati dan Pranowo (2002, sistem usaha tani

jagung di bawah tegakan kelapa dapat meningkatkan pendapatan

petani sebesar Rp 2.655.000,- per ha dan lahan di bawah tegakan

kelapa dapat termanfaatkan dengan baik.Pemanfaatan lahan di bawah

tegakan untukbudi daya jagungdapatmeningkatkan produksi di

Maluku Utara.Namun, budidaya tanaman jagung di bawah tegakan

kelapa memiliki beberapa kelemahan yaitu produktivitas jagung di

bawah tegakan kelapa masih rendah.

Produksi jagung di lahan di bawah tegakan kelapa relatif masih

rendah disebabkan karena kurangnya ketersediaan cahaya matahari

untuk proses penyerbukan dan proses metabolisme pada tanaman

jagung. Lahan di bawah tegakan kelapa pada umumnya adalah lahan

kering dan kurang terawat, sehingga diperlukan teknologi pertanian

yang spesifik lokasi untuk mengatasi kendala tersebut.Menurut

Sopandi dan Trikoesoemaningtiyas (2013) upaya dalam meningkatkan

produksi tanaman sela di bawah tegakan kelapa dapat dilakukan

dengan penggunaan tanaman tahan cekaman dan tanaman yang tahan

terhadap naungan.Selain faktor internal dari tanaman yang

dibudidayakan dibawah tegakan kelapa, faktor eksternal juga perlu

diperhatikan. Hal ini telah dijelaskan oleh Barus (2003) yang

menyatakan bahwakondisi lahan dan iklim setempat memiliki

pengaruh positif terhadap jenis tanaman sela yang diusahakan.

ANALISIS USAHA TANI JAGUNG DI BAWAH TEGAKAN

KELAPA

Budidaya jagung di bawah tegakan kelapa belum

dikembangkan secara luas di masyarakat dan belum dilakukan oleh

petani secara mandiri khususnya di Maluku Utara, pada hal jika lahan

di bawah tegakan dimanfaatkan dengan baik maka pendapatan petani

kelapa dapat meningkat secara nyata. Oleh karena itu, perlu dilakukan

kajian sistem budidaya tanaman jagung di bawah tegakan kelapa.dan

kemudian didiseminasikan kepada masyarakat.

4

Page 8: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Tanaman Jagung Di Bawah Tegakan Kelapa Sebagai Sumber Pendapatan Petani Kelapa (Abubakar Ibrahim, Kisey Bina Habeahan, Yulistiawati Andi Jasil)

1

Berdasarkan hasil penelitian Ruskandi (2003) di wilayah

Sukabumi, usaha budi daya jagung di bawah tegakan kelapa cukup

layak.Tingkat kelayakan diukur dengan keuntungan yang didapatkan

tidak jauh berbeda dengan hasil budidaya secara monokultur.Selain

itu, Barus (2013) menyatakan bahwa 80% lahan di bawah tegakan

kelapa dapat dimanfaatkan untuk tanaman sela.Jenis tanaman sela

yang diusahakan tergantung pada kondisi lahan dan iklim setempat.

Usaha tanaman jagung di bawah tegakan kelapa berdampak

pada peningkatan pendapatan petani, karena selain hasil produksi

kelapa petani juga mendapatkan hasil produksi dari jagung. Menurut

analisis hasil usaha tani jagung di bawah tegakan kelapa dan jagung di

lahan terbuka yang dilakukan oleh Ruskandi (2003) menyebutkan

bahwa keuntungan dari kedua tempat usaha tersebut tidak memiliki

perbedaan yang cukup signifikan sehingga peluang untuk usaha tani

jagung di bawah tegakan kelapa dapat menambah pendapatan petani

kelapa itu sendiri (tabel 2).

Tabel 2. Analisis usaha tani di bawah tegakan kelapa dan monokultur

Uraian

Di tempat terbuka

luas lahan 1 ha (Rp)

Di antara tegakan kelapa

80% dari luas 1 ha (Rp)

I. Biaya produksi

Upah tenaga kerja lepas dan

borongan

Pengolahan tanah 300.000 240.000

Penyulaman 115.000 92.000

Penyiangan, pengguludan, dan

pupuk lanjutan 35.000 28.000

Pengendalian hama penyakit

Panen 225.000 180.000

Pengangkutan 40.000 32.000

Pascapanen 108.000 86.400

kupas jagung 50.000 40.000

Pipil

Jemur 50.000 40.000

jumlah upah (biaya I) 200.000 160.000

5

Page 9: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

2

II. Bahan 132.000 106.000

Benih jagung 25 kg 1.225.000. 1,.04.400

Pupuk buatan

Urea 312.000 249.000

SP-36

KCL 315.000 252.000

Obat-obatan 166.500 133.200

Furadan Drusban 193.500 154.800

Bahan pembantu lain (tali rafia,

tambang dan ember) 62.500 50.000

jumlah bahan (Biaya II) 1.275.000 1.819.600

III. Biaya lain – lain

Honor pengamat/ pengawas 250.000 200.000

Biaya penjualan 50.000 40.000

Jumlah biaya lain - lain (biaya

III) 300.000 240.000

Jumlah biaya (I+II+III) 2.830.500 2.264.000

Penerimaan kotor

Hasil jagung (kg) 2.085 1.668

Penerimaan kotor 3.336.000 2.668.000

Keuntungan 505.500 404.400

Sumber: (Ruskandi (2003) )

FAKTOR PENTING PADA USAHA JAGUNG DI BAWAH

TEGAKAN KELAPA

Perkembangan penelitian mengenai jagung di bawah tegakan

kelapa sudah dilakukan oleh Ruskan, (2003) dan Barus, (2013) namun

semuanya memiliki kelemahan yaitu tingkat produksi jagung masih

rendah bila dibanding tanaman monokultur walaupun sistem

penanaman seperti ini dapat meningkatkan produksi tanaman utama

kelapa. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian untuk meningkatkan

produksi tanaman jagung yang dibudidayakan di bawah tegakan

kelapa.

6

Page 10: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Tanaman Jagung Di Bawah Tegakan Kelapa Sebagai Sumber Pendapatan Petani Kelapa (Abubakar Ibrahim, Kisey Bina Habeahan, Yulistiawati Andi Jasil)

1

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan pemahaman bahwa

untuk meningkatkan produksi tanaman jagung di bawah tegakan

kelapa maka perlu diperhatikan kondisi lahan dan iklim di suatu

tempat tersebut sehingga perbaikan yang dilakukan mampu

meningkatkan produksi tanaman jagung. Menurut Syarifudin (2011)

usaha pertanian yang dilakukan memerlukan adanya suatu modifikasi

sistem dalam pertanaman agar dapat meningkatkan pendapatan dan

pemanfaatan lahan yang lebih optimal.

Selain itu, penggunaan benih bermutu tinggi dan varietas yang

tahan terhadap naungan perlu diperhatikan karena dapat

mempengaruhi tingkat produksi dari tanaman tersebut.Menurut Habib

(2013) penggunaan benih bermutu tinggi memiliki pengaruh positif

dalam produksi jagung. Selain itu, perlakuan benih sebelum benih

ditanam juga dapat mempengaruhi produksi tanaman jagung (Ilyas,

2006).

Petani kelapa di Maluku Utara pada umumnya belum

melakukan kegiatan budi daya jagung di bawah tegakan kelapa. Lahan

di bawah tegakan kelapa belum dimanfaatkan dengan baik. Hal ini

karena masyarakat beranggapan bahwa tanaman jagung hanya bisa

dibudidayakan di lahan yang terbuka. Selain itu, pemahaman tentang

manfaat dan keuntungan jagung yang ditanam di bawah tegakan

kelapa masih kurang sehingga mereka enggan untuk menanam

tanaman sela di bawah tegakan kelapa.

Strategi untuk meningkatkan produksi tanaman jagung di

bawah tegakan kelapa adalah dengan perbaikan mutu benih dan

penggunaan varietas unggul baru yang tahan terhadap naungan serta

teknik perawatan yang baik. Selain itu, juga peran pemerintah dalam

mengembangkan kegiatan usaha tani jagung di bawah tegakan kelapa.

Hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah memfasilitasi petani

kelapa dengan menyediakan sarana produksi dan sarana dan prasarana

distribusi untuk meningkatkan keterjangkauan masyarakat rawan

pangan sehingga dapat memberikan implikasi terhadap pengembangan

diversifikasi usaha di pedesaan (Aldillah, 2017)

KESIMPULAN

Ada beberapa aspek yang perlu di perhatikan yaitu aspek teknis di

lapangan berupa pemanfaatan teknologi pertanian seperti perlakuan

7

Page 11: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

2

benih sebelum ditanam, penggunaan varietas unggul baru yang tahan

naungan dan benih yang bersertifikat sehingga mampu meningkatkan

produksi. Kemudian aspek sosial ekonomi yaitu hasil dari teknologi

yang digunakan dapat memberikan dampak positif bagi pendapatan

petani kelapa. Kegiatan tindak lanjut dalam pemanfaatan lahan

marjinal termasuk di bawah tegakan kelapa dengan tanaman sela

jagung ini adalah dengan melakukan penelitian dan pengkajian sistem

usaha budi daya jagung di bawah tegakan kelapa dengan mengunakan

jagung varietas unggul baru yang tahan naungan serta penggunaan

benih yang bersertifikat.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M., dan Effendi P. 2005. Pola Konsumsi Dan Permintaan

Jagung Untuk Pangan. Ekonomi Jagung Indonesia. Badan

Penelitian Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Departeman Pertanian. Hal 211-227.

Aldillah, R. 2017. Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung di

Indonesia. J. Analisis Kebijakan Pertanian 15 (1): 43-66.

Barus, J. 2013. Pemanfaatan Lahan di Bawah Tegakan Kelapa di

Lampung. Jurnal Lahan Suboptimal 2 (1):68-74.

BPS Maluku Utara. 2018. Maluku Utara dalam Angka 2018. Badan

Pusat Statistik Maluku Utara. Ternate.

Habib, A. 2013. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi produksi

jagung. Jurnal Agrium 18 (1): 79-87.

Harnowo, D., S.S. Antarlina, dan H. Mahagyosuko. 1994. Pengolahan

ubi jalar guna mendukung diversifikasi pangan dan

agroindustri. Dalam Winarto, A., Y. Widodo, S.S.Antarlina, H.

Pudjosantosa, dan Sumarno (Eds.). Risalah Seminar

Penerapan Teknologi Produksi dan Pascapanen Ubi Jalar

Mendukung Agroindustri. Balittan Malang. Hal 145-157.

8

Page 12: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Tanaman Jagung Di Bawah Tegakan Kelapa Sebagai Sumber Pendapatan Petani Kelapa (Abubakar Ibrahim, Kisey Bina Habeahan, Yulistiawati Andi Jasil)

1

Ilyas. 2006. Review: Seed treatments using matriconditioning to

improve vegetable seed quality. Buletin Agronomi 34 (2): 124-

132.

Listiyati, D. Pranowo. 2002. Analisis Usaha Tani Jagung di antara

kelapa. Jurnal Habitat 12 (2) : 55-59.

Purwanto, S. 2007. Perkembangan Produksi dan Kebijakan Dalam

Peningkatan Produksi Jagung: Teknik Produksi dan

Pengembangan. Direktorat Budi Daya Serealia. Direktorat

Tanaman Pangan.

Rohman, A dan Maharani, DA. 2017. Proyeksi kebutuhan konsumsi

pangan beras di daerah istimewa Yogyakarta. Journal of

Sustainable Agriculture 32 (1): 29-34.

Ruskandi. 2003. Prospek Usaha Tani Jagung Sebagai Tanaman Sela Di

Antara Tegakan Kelapa. Buletin Teknik Pertanian 8 (2): 55-59.

Subandi, M. Dahlan, dan A. Rifin. 1998. Hasil Dan Strategi Penelitian

Jagung, Sorgum, dan Terigu Dalam Pencapaian dan

Pelestarian Swasembada Pangan, Dalam: Inovasi Teknologi

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Jakarta. Hal 347 – 357.

Suryastiri, N.M. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis

Potensi Lokal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah

Tangga Pedesaan Di Kecamatan Semin Kab. Gunung Kidul.

Jurnal Ekonomi Pembangunan 13 (1): 51-60.

Sopandi dan Trikoesoemaningtiyas. 2011. Pengembangan Tanaman

Sela di Bawah Tegakan Tanaman Tahunan. Iptek Tanaman

Pangan 6 (2) : 168-182.

Syarifudin. 2011. Modifikasi Sistem Pertanaman Jagung dan

Pengolahan Berangkasan Untuk Meningkatan Pendapatan

Petani Di Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian 30 (1): 16-

22.

9

Page 13: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

2

Suarni dan Yasin M. 2011. Jagung Sebagai Sumber Pangan

Fungsional. Iptek Tanaman Pangan

Tjahjana, B.E., Rusli, M. Herman, D. Listiyati, G. Indriati, H.

Tampake, D.D. Tariganas, dan A. Mahfuth. 2000. Manipulasi

Jarak Dan Sistem Tanam Kelapa Untuk Pola Tanam. Laporan

Hasil Penelitian Bagian Proyek Penelitian Pola tanam

Kelapa. Loka Penelitian Pola Tanam Kelapa, Pakuwon.

10

Page 14: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Pengaruh Konsentrasi Gula Invert dan Sari Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)Terhadap Sifat SensorisPermen Keras (Hard Candy) Rasa Pala (Muhammad Assagaf, Maryani A. Marsaoli, Suhdan

Kasuba)

11

PENGARUH KOSENTRASI GULA INVERT DAN SARI BUAH

PALA (Myristica fragrans Houtt) TERHADAP SIFAT SENSORIS

PERMEN KERAS (HARD CANDY) RASA PALA

1)Muhammad Assagaf, 2)Maryani A. Marsaoli, dan 3)Suhdan Kasuba

1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera, Komplek Pertanian Kusu No 1,

Sofifi, Kota Tidore Kepulauan 2)Program Studi Agribisnis Sekolah Tinggi Pertanian Halmahera Selatan

Labuha, Halmahera Selatan

Email:[email protected]

ABSTRAK

Permen keras (hard candy) merupakan salah satu permen non

kristalin yang memiliki tekstur keras, penampakan mengkilat dan bening.

Bahan utama dalam pembuatan permen jenis ini adalah sukrosa, air dan gula

invert. Sedangkan bahan tambahannya adalah flavor. pewarna, dan zat

pengasam. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan

penambahan konsentrasi gula invert dan sari buah pala terhadap sifat sensoris

permen pala yang disukai oleh responden. Permen keras rasa pala ini dibuat

dengan kombinasi perlakuan penambahan gula invert dan sari buah pala pada

konsentrasi yang berbeda yang dianalisis secara deskriptif untuk membahas

sifat sensoris warna, aroma, tekstur dan rasa dari permen keras rasa pala yang

disukai oleh responden. Perlakuan konsentrasi penambahan gula invert secara

parsial memberikan nilai terbaik pada sifat sensoris aroma, warna, rasa dan

tekstur permen keras rasa pala, perlakuan konsentrasi penambahan sari buah

pala secara parsial memberikan nilai terbaik pada sifat sensoris aroma, warna,

rasa dan tekstur permen keras rasa pala, sedangkan kombinasi perlakuan

konsentrasi penambahan gula invert dan konsentrasi penambahan sari buah

pala memberikan nilai terbaik pada sifat sensoris Tekstur dan rasa permen

keras rasa pala. Produk terbaik menurut responden berdasarkan sifat sensoris

Rasa dan tekstur adalah permen keras rasa pala yang dibuat dari kombinasi

perlakuan penambahan konsentrasi gula invert 65 gram (A2) dan konsentrasi

sari buah pala 75 gram (B2)

Kata Kunci: Permen Keras, Gula Invert, Sari Buah Pala, Sifat Sensoris

Page 15: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

12

PENDAHULUAN

Permen pada umumnya dibagi menjadi dua kelas, yaitu permen

kristalin (krim) dan permen non kristalin (amorphous). Permen kristalin

biasanya mempunyai rasa yang khas dan apabila dimakan terdapat rasa krim

yang mencolok. Contoh dari permen ini adalah fondants, fudge, penuche dan

divinity. Sedangkan Permen non kristalin (amorphous) terkenal dengan

sebutan whithout form. Setelah dimasak permen akan menjadi kasar tanpa

pembentukan kristal dan susah untuk dibentuk lebih lanjut, kecuali dengan

menggunakan alat atau mesin. Pada pembuatan permen ini harus dihindari

terjadinya pembentukan kristal. Contoh permen jenis ini adalah caramels,

butterscoth, hard candy, lollypop, marsmallow dan gum drops (Indriaty,F dan

Sjarif S.R. 2016).

Hard candy merupakan salah satu permen non kristalin yang memiliki

tekstur keras, penampakan mengkilat dan bening. Bahan utama dalam

pembuatan permen jenis ini adalah sukrosa, air dan gula invert. Sedangkan

bahan tambahannya adalah flavor. pewarna, dan zat pengasam. Hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan sukrosa sebagai bahan utama pembuatan

permen adalah kelarutannya. Permen yang menggunakan sukrosa murni

mudah mengalami kristalisasi. Pada suhu 20 OC hanya 66.7% sukrosa murni

yang dapat larut. Bila larutan sukrosa 80% dimasak hingga 109.6 OC dan

kemudian didinginkan hingga 20 oC, 66.7% sukrosa akan terlarut dan 13.3%

terdispersi. Bagian sukrosa yang terdispersi ini akan menyebabkan kristalisasi

pada produk akhir. Oleh karena itu perlu digunakan bahan lain untuk

meningkatkan kelarutan dan menghambat kristalisasi, misalnya glukosa dan

gula invert. Karena mahalnya harga bahan baku permen terutama glukosa,

maka beberapa industri permen mencoba mengganti bahan ini dengan bahan

baku yang harganya lebih murah tetapi menghasilkan permen dengan mutu

yang sama Herschdoerfer (1972).

Dalam pembuatan permen hard candy peran glukosa dapat digantikan

oleh gula invert. Bahan ini dapat dibuat dari sukrosa yang dihidrolisis

menggunakan asam. Gula invert ini memiliki fungsi yang sama dengan

glukosa yaitu untuk mencegah kristalisasi pada permen. Penambahan sari

buah pala diharapkan dapat menggantikan bahan tambahan pangan untuk

Flavor pada permen keras dengan memberikan nilai tambah terhadap buah

pala. Parameter yang berperan terhadap mutu permen yaitu kadar air, kadar

sukrosa, kadar gula reduksi, kadar vitamin C, kadar abu dan penilaian

organoleptic/sensoris. Menurut SNI 3547.1:2008 persyaratan produk

kembang gula keras adalah kadar air maksimal 3,5%, sukrosa minimal

35%,gula reduksi maksimal 24%dan abu maksimal 2,0%(BSN,2008 ).

Page 16: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Pengaruh Konsentrasi Gula Invert dan Sari Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)Terhadap Sifat SensorisPermen Keras (Hard Candy) Rasa Pala (Muhammad Assagaf, Maryani A. Marsaoli, Suhdan

Kasuba)

13

Pentingnya pengetahuan tentang perbandingan glukosa/gula invert

dan sari buah terhadap mutu dari dari permen hard candy rasa pala merupakan

salah satu alasan penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh dari perbandingan konsentrasi gula invert

dan sari buah pala (Myristica fragrans Houtt) terhadap sifat sensoris permen

keras (hard candy) rasa pala.

BAHAN DAN METODE

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan permen adalah buah

pala tua yang diambil sarinya, gula invert, gula pasir, asam sitrat, serta bahan-

bahan kimia lainnya. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah,

cetakan permen, sendok kayu, pisau, blender/juicer extractor (multi function

food processor), kain saring, talenan, wajan, kompor, panci, loyang plastik,

timbangan, gelas ukur, dan Termometer.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu:

Pembuatan ekstrak sari buah Pala

Buah disortasi dan dicuci dengan air bersih. Kemudian kulit buah

dikupas, buah dipotong-potong dan dihancurkan menggunakan blender/juicer

extractor. Kemudian bubur buah disaring dengan menggunakan kain saring,

setelah itu diuapkan selama 15 menit untuk mendapatkan sari buahnya.

Pembuatan Gula Invert

Pembuatan gula invert dilakukan dengan penggunakan gula tebu

(sukrosa) yang ditambahkan asam (perasan jeruk nipis) dan air kemudian

dipanaskan sampai kental, diangkat dan didinginkan siap untuk digunakan.

Pembuatan permen

Pembuatan permen dilakukan menggunakan metode percobaan

formulasi perbandingan Gula invert dan saribuah pala pada pembuatan

permen keras rasa pala, masing- masing factor pada 3 taraf yaitu faktor A:

Kosentrasi gula invert yang terdiri dari A1= Volume gula invert 60 gram, A2

= Volume gula invert 65 gram, dan A3 = Volume gula invert 70 gram, untuk

faktor B: kosentrasi Sari Buah pala yaitu B1 = Volume sari buah pala 70 gram,

B2 = Volume sari buah pala 75 gram, B3 = Volume sari buah pala 80 gram

yang lakukan melalui dengan 3 kali ulangan. Sehingga di peroleh 27 unit

sampel.

Permen dibuat melalaui pemanasan campuran sukrosa, gula invert,

dan sari buah pala,kemuadian dimasak menggunakan suhu 150°C selama 10

menit. Setelah itu dituang dalam cetakan permen dan didinginkan setelah

mengeras kemudian dilepaskan dari cetakan dan dikemas.

Page 17: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

14

Pengujian Mutu Permen secara Sensoris

Uji sensoris digunakan sebagai uji kesukaan dari permen kerasa rasa

pala menggunakan Uji organoleptik (skala hedonik) yaitu skala 1-5 dimana 5

(sangat suka), 4 (suka), 3 (agak suka), 2 (tidak suka), 1 (sangat tidak suka).

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif untuk

membahas kesukaan panelis terhadap sifat sensoris dari permen keras rasa

pala

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Sifat Sensoris (Organoleptik ) Permen Keras (Hard Candy)

Rasa Pala

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap

produk yang dihasilkan. Jenis pengujian yang dilakukan dalam uji

organoleptik ini adalah metode tingkat kesukaan panelis terhadap warna,

aroma, tekstur dan rasa yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan. Uji

sensoris pada penelitian ini dilakukan dengan pengujian tingkat kesukaan

panelis dengan metode skoring yang melibatkan 20 orang panelis tidak

terlatih. meliputi tingkat kesukaan terhadap warna,aroma, rasa, dan tekstur

Hasil pengujian organoleptik menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat

kesukaan panelis terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa permen pala

berkisar antara 3,67-4,67 (cukup suka-suka). Hasil pengujian secara

keseluruhan untuk melihat konsentrasi penambahan Gula invert dan

konsentrasi sari buah pala terhadap sifat sensoris sari buah pala disajikan pada

Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Hasil Pengujian Uji Sensoris Permen Keras (Hard Candy) Rasa Pala

Perlakuan Parameter Sifat Sensoris

Aroma Warna Rasa Tekstur

A1B1 3,67a 4,00a 4,67a 3,67a

A1B2 3,67a 4,33a 4,00b 3,67a

A1B3 3,67a 4,00a 4,00b 2,67b

A2B1 3,67a 4,33a 3,33b 4,33c

A2B2 4,33b 4,00a 4,33a 5,00c

A2B3 3,67a 4,00a 4,00b 4,00a

A3B1 4,00ab 4,00a 4,33a 4,00a

A3B2 3,67a 4,67b 3,67a 3,67a

zA3B3 4,00ab 4,67b 4,33a 3,00b Ket: A = Konsentrasi gula invert; B = Konsentrasi sari buah pala

Page 18: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Pengaruh Konsentrasi Gula Invert dan Sari Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)Terhadap Sifat SensorisPermen Keras (Hard Candy) Rasa Pala (Muhammad Assagaf, Maryani A. Marsaoli, Suhdan

Kasuba)

15

Perlakuan Konsentrasi Penambahan Gula Invert dan Konsentrasi Sari

Buah Pala Terhadap Sifat Sensoris Aroma Permen Keras (Hard Candy)

Rasa Pala

Uji sensoris pada penelitian ini dilakukan melihat respon tingkat

kesukaan panelis terhadap sifat sensoris aroma dari permen keras rasa pala

yang dibuat dengan konsentrasi penambahan gula invert dari ketiga taraf

konsentrasi.Penerimaan sensoris terhadap aroma permen keras rasa pala

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Penerimaan sensoris aroma permen keras rasa pala yang

dibuat dengan tingkat penambahan konsentrasi gula invert yang berbeda

Pada penambahan gula invert dalam pembuatan permen memberikan

nilai aroma permen rasa pala yang berbeda, hal ini dapat dilihat bahwa

meningkatnya penambahan gula invert sebesar 70 gr dapat menaikan

penerimaan responden terhadap sifat sensoris permen keras rasa pala

mencapai 3,89. Akan tetapi dengan meningkatkan penambahan konsentrasi

gula invert sampai dengan 80 gr memberikan perubahan negatif terhadap

penerimaan sifat sensorif aroma permen keras rasa pala yang menurun ke nilai

3,78. Gambar Grafik 2. Perlakuan penambahan konsentrasi Sari Buah Pala

dalam konsentrasi yang tinggi memberikan nilai penerimaan sifat sensoris

aroma permen keras rasa pala yang rendah. Aroma suatu produk sangat

berpengaruh terhadap selera konsumen yang berkaitan dengan indera

penciuman sehingga menimbulkan keinginan untuk mengkonsumsi. Aroma

yang enak akan menggugah selera, sedangkan aroma yang tidak enak akan

menurunkan selera konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut (Ward

dan Courts, 1977).

3,67

3,89 3,89

3,5

3,6

3,7

3,8

3,9

4

A1B A2B A3B

Nil

ai

Sen

sori

s A

rom

a

Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Gula Invert

Page 19: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

16

Gambar 2. Grafik respon sifat sensoris aroma permen keras rasa pala

terhadap perlakuan penambahan konsentrasi Sari Buah Pala

Penambahan gula invert dan sari buah pala dalam pembuatan permen

memberikan perbedaan nilai aroma permen rasa pala, hal ini dapat dilihat

bahwa meningkatnya penambahan gula invert sebesar 65 gr dan sari buah pala

sebanyak 75 gr dapat menaikan penerimaan responden terhadap sifat sensoris

aroma permen keras rasa pala sebesar 4,33 (Gambar 3). Menurut Wahyuni

H.D. (1988), aroma merupakan parameter penting dalam industri makanan

karena dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian diterima atau tidaknya

suatu produk.

Gambar 3. Grafik pengaruh kombinasi perlakuan penambahan konsentrasi

gula invert dan sari buah pala terhadap penerimaan sifat sensori aroma

permen keras rasa pala

3,72

3,74

3,76

3,78

3,8

3,82

3,84

3,86

3,88

3,9

AB1 AB2 AB3

Nil

ai

Sen

sori

s A

rom

a

Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Sari Buah Pala

3,20

3,40

3,60

3,80

4,00

4,20

4,40

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3Nil

ai

Sen

sori

s A

rom

a

Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Gula Invert x Sari buah

pala

Page 20: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Pengaruh Konsentrasi Gula Invert dan Sari Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)Terhadap Sifat SensorisPermen Keras (Hard Candy) Rasa Pala (Muhammad Assagaf, Maryani A. Marsaoli, Suhdan

Kasuba)

17

Perlakuan Konsentrasi Penambahan Gula Invert dan Konsentrasi Sari

Buah Pala Terhadap Sifat Sensoris Warna Permen Keras (Hard Candy)

Rasa Pala

Penambahan gula invert dalam pembuatan permen memberikan

pengaruh terhadap warna permen keras rasa pala, hal ini dapat dilihat dari

meningkatnya penambahan gula invert sebesar 70 gr dapat menaikan

penerimaan responden terhadap sifat sensoris warna permen keras rasa pala

mencapai 4,44 dibandingkan dengan penambahan gula invert sebesar masing-

masing 60 dan 65 gr. Tingginya penambahan gula invert menyebabkan

terjadinya karamelisasi yang mengakibatkan warna permen menjadi

kecoklatan, warna permen yang agak kecoklatan ternyata disukai oleh

responden hal ini dutunjukkan dengan tingginya nilai sifat sensoris warna.

Menurut Winarno,2008 Reaksi karamelisasi yang terjadi merupakan non-

enzimatis yaitu reaksi karamelisasi yang menyebabkan permen menjadi gelap.

Proses tersebut adalah setiap molekul sukrosa dipecah menjadi glukosa dan

fruktosa, dimana suhu tinggi mampu mengeluarkan molekul air dari molekul

gula, sehingga terbentuk glukosan dan fruktosan (dehidrasi). Setelah proses

pemecahan dan dehidrasi adalah reaksi polimerisasi yaitu

terbentuknya komponen polimer yang berwarna, menyebabkan larutan

berwarna gelap. Gambar grafik perbedaan penambahan konsentrasi Gula

Invert terhadap sifat sensoris permen keras Rasa Pala disajikan pada Gambar

4 berikut ini.

Gambar 4. Grafik perlakuan penambahan konsentrasi gula invert terhadap

Penerimaan sifat sensoris warna permen keras rasa pala

Pengaruh penambahan Sari buah pala pada pembuatan permen keras

rasa pala memperlihatkan perbedaan warna dari permen, penambahan sari

buah pala sebesar 75 gr memperlihatkan warna permen lebih baik

4,11 4,11

4,44

3,90

4,00

4,10

4,20

4,30

4,40

4,50

A1B A2B A3B

Nil

ai

Sen

sori

s W

arn

a

Perlakuan Konsentrasi Gula Invert

Page 21: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

dibandingkan dengan pemberian sari buah pala sebanyak 70 dan 80 gr.

Penerimaan yang tinggi pada penambahan sari buah pala pada permen keras

rasa pala diperlihatkan dengan tingginya angka kesukaan mencapai 4,33.

Gambar 5 memperlihatkan sifat sensoris warna yang disukai responden pada

penambahan sari buah pala 75 gr. Menurut Nurwati. (2011) Gula dengan

tingkat kemurnian tinggi dan rendah kadar abunya akan menghasilkan permen

dengan warna yang kejernihannya baik atau penampakan mirip air.

Gambar 5. Grafik Perlakuan penambahan konsentrasi Sari buah pala

terhadap Penerimaan sifat sensoris warna permen keras rasa pala

Kombinasi perlakuan konsentrasi gula invert dengan sari buah pala

yang diberikan pada permen keras rasa pala, memperlihatkan bahwa

kombinasi perlakuan yang terbaik adalah untuk perbandingan gula invert

dengan sari buah pala 70 :75 (A3B2) dan 70:80 gr (A3B3), pada kedua

kombinasi perlakuan ini memberikan warna permen keras dengan sifat

sensoris warna yang mendekati sangat disukai yaitu 4,67. Hal ini dapat

dilaihat pada Gambar 6 berikut ini.

4,11

4,33

4,22

4,00

4,05

4,10

4,15

4,20

4,25

4,30

4,35

AB1 AB2 AB3

Nil

ai

Sen

sori

s W

arn

a

Pengaruh Perlakuan Sari Buah Pala

18

Page 22: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Pengaruh Konsentrasi Gula Invert dan Sari Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)Terhadap Sifat SensorisPermen Keras (Hard Candy) Rasa Pala (Muhammad Assagaf, Maryani A. Marsaoli, Suhdan

Kasuba)

19

Gambar 6. Grafik Kombinasi Perlakuan penambahan konsentrasi Gula invert

dan Sari Buah Pala terhadap Penerimaan sifat sensoris Warna permen keras

rasa pala

Perlakuan Konsentrasi Penambahan Gula Invert dan Konsentrasi Sari

Buah Pala Terhadap Sifat Sensoris RasPermen Keras (Hard Candy)

Rasa Pala

Penambahan gula invert dalam pembuatan permen memberikan

pengaruh terhadap sifat sensoris dari rasa permen keras rasa pala, hal ini dapat

dilihat bahwa semakin meningkatnya penambahan gula invert dapat

menurunkan penerimaan responden terhadap sifat sensoris rasa permen keras

rasa pala mencapai 3,89 dibandingkan dengan penambahan gula invert

sebesar 60 gr.

Gambar 7. Grafik perlakuan penambahan konsentrasi gula invert terhadap

penerimaan sifat sensoris rasa permen keras rasa pala

4,00

4,33

4,00

4,33

4,00 4,00 4,00

4,67 4,67

3,60

3,80

4,00

4,20

4,40

4,60

4,80

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

Nil

ai

Sen

sori

s W

arn

a

Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Gula Invert x Sari Buah

Pala

4,22

3,89

4,11

3,7

3,8

3,9

4

4,1

4,2

4,3

A1B A2B A3B

Nil

ai

Sen

sori

s R

asa

Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Gula Invert

Page 23: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

20

Penambahan sari buah pala dalam pembuatan permen tidak

memberikan pengaruh terhadap sifat sensoris dari rasa permen keras rasa pala,

hal ini dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya penambahan sari buah pala

dapat meningkatkan penerimaan responden terhadap sifat sensoris rasa

permen keras rasa pala yang mencapai 4,11 dibandingkan dengan

penambahan sari bauh pala sebesar 75 gr dengan sifat sensoris rasa dengan

nilai 4. Grafik Pengaruh Perlakuan penambahan konsentrasi Sari Buah Pala

terhadap Penerimaan sifat sensoris Rasa permen keras rasa pala pada Gambar

8 berikut ini

Gambar 8. Grafik perlakuan penambahan konsentrasi sari buah pala terhadap

penerimaan sifat sensoris rasa permen keras rasa pala

Kombinasi perlakuan konsentrasi gula invert x sari buah pala yang

diberikan pada permen keras rasa pala, memperlihatkan bahwa kombinasi

perlakuan yang terbaik adalah untuk perbandingan gula invert dengan sari

buah pala 60 :70 gr dengan nilai sensoris 4,67 atau mendekati sangat disukai,

sedangkan pada kombinasi perlakuan lain sebagian besar memberikan rasa

yang disukai oleh responden kecuali untuk kombinasi perlakuan A2B1 dan

A3B2 dengan niali rasa dibawah 4 atau masing-masing 3,33 dan 3,67. Hal ini

dapat dilaihat pada Gambar 9 berikut ini.

4,11

4

4,11

3,94

3,96

3,98

4

4,02

4,04

4,06

4,08

4,1

4,12

AB1 AB2 AB3

Nil

ai

Sen

sori

s R

asa

Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Sari Buah Pala

Page 24: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Pengaruh Konsentrasi Gula Invert dan Sari Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)Terhadap Sifat SensorisPermen Keras (Hard Candy) Rasa Pala (Muhammad Assagaf, Maryani A. Marsaoli, Suhdan

Kasuba)

21

Gambar 9. Grafik Kombinasi perlakuan penambahan konsentrasi gula invert

dan sari buah pala terhadap penerimaan sifat sensoris rasa permen keras rasa

pala

Perlakuan Konsentrasi Penambahan Gula Invert dan Konsentrasi Sari

Buah Pala Terhadap Sifat Sensoris Tekstur Permen Keras (Hard Candy)

Rasa Pala

Penambahan gula invert dalam pembuatan permen memberikan

perbedaan sifat sensoris dari tekstur permen keras rasa pala, hal ini dapat

dilihat penambahan gula invert yang optimum adalah 65 gr dengan nilai

sensoris tekstur sebesar 4,44 sedangkan dengan meningkatnya penambahan

konsentrasi gula invert tidak memperbaiki sifat sensoris tekstur dari permen

keras rasa pala. Menurut Sjarif S.R., (2018), campuran gula invert dalam

jumlah yg banyak dalam permen dapat membuat tekstur yang dihasilkan lebih

liat dan kekerasannya cenderung menurun. Hal inilah yang menyebabkan

permen akan lebih sulit saat dicetak sesuai bentuk yang diinginkan, sehingga

konsumen tidak menyukainya Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10 berikut

ini.

4,67

4,00 4,00

3,33

4,334,00

4,33

3,67

4,33

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

Nil

ai

Sen

sori

s R

asa

Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Gula Invert x Sari Buah

Pala

Page 25: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

22

Gambar 10. Grafik perlakuan penambahan konsentrasi gula invert terhadap

penerimaan sifat sensoris tekstur permen keras rasa pala

Penambahan sari buah pala dalam pembuatan permen memberikan

perbedaan nilai sensoris tekstur, pada penambahan sari buah pala sebanyak 75

gr memberikan nilai penerimaan atau kesukaan dari responden terhadap

tekstur permen sebesar 4,33, sedangkan bila ditingkatkan konsentrasi

penambahan sari buah pala menjadi 80 gr memberikan nilai sensoris tekstur

yang menurun manjadi hanya 3,00. Perubahan nilai sesnsoris tekstur pada

penambahan konsentrasi sari buah pala dalam pembuatan permen disajikan

pada Gambar 11 berikut ini.

Gambar 11. Grafik perlakuan penambahan konsentrasi sari buah pala

terhadap penerimaan sifat sensoris tekstur permen keras rasa pala

Kombinasi perlakuan konsentrasi gula invert dan sari buah pala

memberikan perbedaan nilai sensoris permen keras rasa pala, pada kombinasi

perlakuan 65 gr gula invert dan 75 gr sari buah pala (A2B2) memberikan nilai

sensoris tekstur permen yang sangat disukai responden dengan nilai rata-rata

4,004,33

3,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

AB1 AB2 AB3

Nil

ai

Sen

sori

s T

ekst

ur

Konsentrasi Sari Buah Pala

3,56

4,44

3,33

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

A1B A2B A3BNil

ai

Sen

sori

s T

ekst

ur

Konsentrasi Gula invert

Page 26: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Pengaruh Konsentrasi Gula Invert dan Sari Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)Terhadap Sifat SensorisPermen Keras (Hard Candy) Rasa Pala (Muhammad Assagaf, Maryani A. Marsaoli, Suhdan

Kasuba)

23

5, sedangkan pada kombinasi perlakuan 70 gr gula invert dan 80 gr sari buah

pala (A3B3) memberikan nilai sensoris yang terendah yaitu 2,33 demikian

juga dengan kombinasi perlakuan 60 gr gula invert dan 80 gr sari buh pala

(A1B3) memberikan nilai sensoris tekstur sebesar 2,67 atau sama-sama tidak

disukai oleh responden.

Gambar 12. Grafik kombinasi perlakuan penambahan konsentrasi gula

invert dan sari buah pala terhadap penerimaan sifat sensoris rasa permen

keras rasa pala

KESIMPULAN

1. Perlakuan konsentrasi penambahan gula invert secara parsial

memberikan perbedaan sifat sensoris aroma, warna, rasa dan tekstur

permen keras rasa pala

2. Perlakuan konsentrasi penambahan sari buah pala secara parsial

memberikan perbedaan sifat sensoris aroma, warna, rasa dan tekstur

permen keras rasa pala

3. Kombinasi perlakuan konsentrasi penambahan gula invert dan

konsentrasi penambahan sari buah pala memberikan perbedaan sifat

sensoris Aroma, Tekstur dan rasa permen keras rasa pala

4. Kombinasi perlakuan penambahan gula invert 65 gram (A2) dan

konsentrasi sari buah pala 75 gram (B2) memberikan nilai sensoris rasa

dan tekstur permen keras rasa pala yang terbaik

3,674,33

2,67

4,335,00

4,00 4,00 3,67

2,33

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

Nil

ai

Sen

sori

s T

ekst

ur

Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Gula Invert x Sari Buah

Pala

Page 27: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

24

SARAN

Dari hasil kajian ini dapat disarankan bahwa perlu dilakukan kajian

lanjut terhadap penambahan glukosa untuk menghasilkan permen dengan

tekstur yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2008. Kembang gula keras. SNI 3541.1 –

2008

Herschdoerfer. 1972. Quality Control In Food Industry 3. Academic Press:

London and New York

Indriaty,F dan Sjarif S.R. 2016. Jurnal Penelitian Teknologi Industri 8 (2) :

129 – 140.

Nurwati. 2011. Formulasi hard candy dengan penambahan ekstrak buah

pedada (Sonneratia caseolaris) sebagai flavor. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Sjarif, S.R. 2018. Pengaruh Kosentrasi Sari Buah Mangga Kuwini Terhadap

Kualitas Permen Keras. Jurnal Penelitian Teknologi Industri 10 (2)

59 – 68

Wahyuni HD. 1998. Mempelajari pembuatan hard candy dari gula invert

sebagai alternatif pengganti sirup glukosa. Skripsi. Fateta, IPB.

Ward and Courts. 1977. The Science of Technology of Gelatin. Academic

Press: London.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta.

.

Page 28: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

25

KINERJA KITOSAN SEBAGAI AGEN PENGIMBAS KETAHANAN

TANAMAN TERHADAP VIRUS PATOGEN 1)Emerensiana Uge dan 2)Hermawati Cahyaningrum

1Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi

Jl. Raya Kendalpayak No. 66, Segaran, Kendalpayak, Malang, Jawa Timur 2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera, Kompleks Pertanian Kusu No.1

Sofifi, Kota Tidore Kepulauan;

Email: [email protected]; herma,[email protected]

ABSTRAK

Virus patogen tanaman merupakan salah satu organisme pengganggu yang

sulit untuk dikendalikan. Cara pengendalian yang umum dilakukan adalah

menghilangkan sumber inokulum di lahan dan pengendalian vektor virus

dengan pestisida kimia. Produk alam untuk menghambat infeksi patogen dan

menginduksi ketahanan tanaman (inducer) sangat perlu untuk

dimanfaatkan.Salah satu inducer yang dapat digunakan adalah kitosan.

Kitosan merupakan salah satu biopolymer alam yang diekstrak dari berbagai

cangkang kulit hewan berkulit keras, seperti udang dan kepiting. Kemampuan

penghambatan infeksi virus oleh kitosan dikendalikan oleh berbagai senyawa

kimia yang terbentuk setelah tanaman terinduksi. Penghambatan secara

langsung dapat terjadi karena kitosan bersifat antiviral. Salah satu mekanisme

kerja antiviral kitosan adalah dengan mengikat dan merusak struktur partikel

virus setelah berada dalam sel tanaman. Secara tidak langsung, mekanisme

ini menghambat terbentuknya jutaan replikasi partikel virus baru. Kitosan

juga dapat penghambat penyebaran virus antar tanaman, dengan cara

melumpuhkan penular/vektor virus. Manfaat lain yang penting adalah

senyawa ini dapat memacu pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman tetap

tumbuh sehat dan berproduksi baik, serta menghasilkan tingkat keparahan

penyakit lebih rendah dibandingkan tanpa aplikasi. Berdasarkan manfaatnya,

maka kitosan dapat dikembangkan sebagai produk ramah lingkungan dalam

pengendalian penyakit tanaman yang disebabkan virus.

Kata kunci: antiviral, kitosan, virus tanaman

PENDAHULUAN

Virus merupakan salah satu patogen tanaman yang sangat sulit

dikendalikan karena menginfeksi secara sistemik, tidak tersedianya tanaman

Page 29: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Kinerja Kitosan Sebagai Agen Pengimbas Ketahanan Tanaman Terhadap Virus Patogen (Emerensiana

Uge dan Hermawati Cahyaningrum)

26

tahan virus, mempunyai kisaran tanaman inang yang sangat luas, dan

penularan yang dapat dilakukan oleh berbagai jenis kutu daun secara

nonpersisten. Sifat virus dan metabolisme tanaman sebagain inang memiliki

kaitan yang erat, sehingga sampai saat ini belum diketahui zat kimia dengan

kerja spesifik, dapat menghambat perkembangan virus tanpa mengganggu

metabolisme tanaman. Pengendalian virus yang dilakukan saat ini adalah

dengan menggunakan pestisida kimia. Namun, karena efek berbahaya yang

disebabkan oleh bahan kimia tersebut memberikan kesadaran akan pentingnya

pengendalian penyakit yang baru dan tidak berbahaya (Edreva, 2004). Sifat

non persisten vektor dan kemampuan penyebaran yang cepat menyebabkan

cara pengendalian kimiawi ini kurang efektif. Hal ini memicu pengembangan

teknik pengendalian baru yang efektif dan ramah lingkungan menggunakan

substansi organik yang mudah terurai, tidak beracun, dapat menekan infeksi

virus serta mampu mengimbas ketahahan tanaman, bersifat antiviral dan

penghambatan vektor.

Ketahanan tanaman dapat diaktifkan dengan memacu gen ketahanan

yang ada di dalam tanaman. Kitosan merupakan salah satu bahan yang dapat

digunakan untuk menginduksi ketahanan tanaman (Vasyukova et al.,

2001). Kitosan merupakan hasil ektrak cangkang hewan Crustaceae salah

satunya udang (Muzzarelli, 1985). Produk kitosan termasuk produk yang

murah, selain itu

memiliki keunggulan biologis seperti biodegradable, biocompatible, tidak

beracun, dan anti patogen tanaman, baik terhadap patogen tular tanah dan

patogen tular udara serta menginduksi pembentukan bintil akar (Malerba dan

Raffaella, 2016).

Fragmen kitin dan kitosan dikenal memiliki aktifitas yang

menginduksi berbagai respon pertahanan di dalam tanaman terhadap infeksi

mikroba. Fragmen tersebut juga berfungsi sebagai antiviral yang dapat

mempengaruhi perkembangan virus ketika masuk ke dalam sel tanaman, dan

memiliki kemampuan dalam menghambat gangguan serangga serta beberapa

vektor virus. Manfaat kitosan yang sangat penting bagi tanaman menjadi

perhatian utama dalam penulisan naskah ini, terutama membahas perannya

dalam pengendalian virus patogen.

KITOSAN DAN PERANANNYA DALAM MENGENDALIKAN VIRUS

TANAMAN

Kitosan merupakan modifikasi polimer karbohidrat alami yang

diproses melalui N-deasetilasi parsial kitin (Gambar 1), pada umumnya

sebagai komponen struktur tulang belakang hewan crustacea dan serangga,

juga pada dinding sel jamur (Xing et al., 2014). Polimer kitin memiliki unit

utama yaitu 2-deoksi-2-(asetilamino) glukosa. Unit tersebut diikat oleh ikatan

Page 30: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

27

-(1,4) glikosida yang membentuk polimer linier rantai panjang. Walaupun

kitin tidak larut dalam sebagian besar pelarut, kitosan larut dalam sebagian

besar larutan asam organik pada pH kurang dari 6,5 termasuk asam format,

asetat, tartrat, dan sitrat (Tiyaboonchai, 2003).

Gambar 1. Struktur molekul kimia kitin dan khitosan (Xing et al., 2015).

Kitosan telah banyak dimanfaatkan dalam bidang perlindungan

tanaman baik dalam mengendalikan patogen di lapang maupun pasca panen

dan serangga vektor (Tabel 1). Kitosan telah dilaporkan mengendalikan

beberapa virus patogen tanaman diantaranya virus kentang X, mosaik

tembakau dan virus nekrosis, virus mosaik alfalfa, virus kerdil kacang, dan

virus mosaik mentimun (Pospieszny et al., 1991).

Tabel 1. Hasil penelitian pengendalian virus patogen menggunakan kitosan

Virus patogen Tanaman Inang Metode Aplikasi Hasil

Bean common

mosaic virus

(BCMV)

Kacang panjang

(Vigna

unguiculata L.)

Perlakuan benih,

perlakuan sebelum dan

sesudah tanaman

terinfeksi

Memperpanjang waktu

inkubasi, menurunkan

tingkat keparahan

penyakit, titer virus dan

aktivitas peroksidase.

Tobacco

mosaic virus

(TMV)

Tembakau

(Nicotiana

tabacum L.)

Aplikasi pada daun

bersamaan dengan

inokulasi TMV

Menurunkan

perkembangan infeksi,

meningkatkan aktifitas

hidrolisis (Protease,

RNAase) pada daun dan

mengakibatkan

Page 31: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Kinerja Kitosan Sebagai Agen Pengimbas Ketahanan Tanaman Terhadap Virus Patogen (Emerensiana

Uge dan Hermawati Cahyaningrum)

28

abnormalitas bentuk

partikel virion.

Tobaco mosaic

virus (TMV)

Arabidopsis sp Aplikasi pada daun 50

mg/l 1 hari sebelum

infeksi

COS(Chitosan

oligossacharide)

menginduksi ketahanan

melalui aktivasi jalur

asam salisilat.

Squash mosaic

virus

Mentimun

(Cucumis sativus

L)

Perlakuan kitosan +

PGPR pada benih

sebelum tanam,

disemprotkan pada

daun, dan tanah selama

pertumbuhan tanaman

meningkatkan

pertumbuhan tanaman

dan menghambat

perkembangan gejala.

Cucumber

mosaic virus

(CMV)

Lada (Piper

nigrum L.)

Penyemprotan pada

tajuk tanaman (pelarut

etanol)

Menurunkan insidensi

dan intensitas penyakit,

serta memacu

pertumbuhan tanaman.

Tomato leaf

curl virus

(ToLCV)

Tomat (Solanum

lycopersicom L.)

Perlakuan kitosan dan

Pseudomonas sp.

Menurunkan keparahan

penyakit sampai 90 %

Sumber: Damayanti et al., 2013; Nagorskaya et al., 2014; Mishra et al., 2014; Jia

X. et al., 2016; Firmansyah et al., 2017; Uge et al., 2018

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian di atas telah diketahui

bahwa pengaruh aplikasi kitosan secara visual dapat terlihat dengan

peningkatan pertumbuhan dan pengurangan keparahan penyakit dibandingkan

tanpa aplikasi kitosan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai senyawa kimia yang

dihasilkan tanaman dan mekanisme yang terjadi di dalamnya, setelah

terinduksi oleh kitosan. Aplikasi kitosan sebaiknya dilakukan sebagai

tindakan preventif sehingga dapat memacu ketahanan lebih dini, sehingga

tanaman lebih siap untuk menghambat mikroba asing yang masuk.

INDUKSI KETAHANAN TANAMAN MENGGUNAKAN KITOSAN

Induksi ketahanan adalah peningkatan mekanisme ketahanan alami

tanaman terhadap patogen yang dipengaruhi oleh faktor eksternal (Edreva,

2004). Ketahanan tanaman dapat berupa ketahanan pasif, yang diekspresikan

secara konstitutif, dan ketahanan aktif, yang terbentuk setelah tanaman

terinfeksi, dan dapat terjadi secara lokal maupun sistemik (Walters et al.,

2007). Induksi ketahanan sistemik (systemic acquired resistance) dapat

dijadikan sebagai alternatif untuk mendapatkan keragaman genetik khususnya

untuk karakter ketahanan terhadap penyakit. Induksi ketahanan sistemik

Page 32: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

29

merupakan proses stimulasi resistensi tanaman inang tanpa introduksi gen–

gen baru. Tanaman memiliki mekanisme ketahanan yang mampu mengenali

mikroba asing yang masuk, mekanisme ini terjadi melalui transmembran

pattern recognition receptors (PRRS) yang dapat berinteraksi dengan

pathogen/microbe-associated molecular patterns PAMPs/MAMPs (Dang et

al., 2001). PAMPs/MAMPs dapat masing-masing disekresikan oleh patogen

atau dilepaskan dari dinding sel inang ketika terjadi infeksi di daerah

penetrasi.

Kitosan dan derivatnya diketahui bertindak sebagai inducer atau

pengimbas ketahanan, meningkatkan respon ketahanan tanaman baik secara

lokal di sekitar daerah terinfeksi, maupun sistemik untuk memberi signal pada

bagian tanaman yang sehat. Mekanisme ini terjadi dengan pelibatan sinyal

awal, akumulasi metabolit dan protein yang berhubungan dengan mekanisme

pertahanan seperti fitoaleksin dan PR-protein (Wang et al., 2008). Kitosan

dikenali oleh PRRS (pattern recognition receptors) tanaman dan mampu

memicu respon pertahanan tanaman. Iriti dan Faoro (2007) melaporkan bahwa

kitosan berperilaku seperti PAMPs/MAMPs (Pathogen/Microbe-associated

molecular patterns) atau elisitor umum. Polisakarida dinding sel seperti

glukan dan kitosan telah dilaporkan dapat bertindak sebagai PAMPs/

MAMPs, yang dikenali oleh sistem PRRS tanaman dan memicu respon

pertahanan, dengan cara menginduksi resistensi tanaman bukan inang dan

terutama memacu ketahanan sistemik. Respon pertahanan yang ditingkatkan

setelah aplikasi kitosan meliputi peningkatan H+ dan Ca2+ untuk masuknya ke

dalam sitosol, aktivasi MAP-kinase, aposisi kalus, ledakan oksidatif, respon

hipersensitif, sintesis asam absisik, jasmonat, fitoaleksin, dan PR-protein

(Benhamou et al., 1999).

Aplikasi kitosan dapat meningkatkan induksi ketahanan tanaman,

seperti akumulasi fitoaleksin, PR (pathogenesis related) protein (glukanase,

proteinase, peroksidase, ribonuclease likeprotein) dan proteinase inhibitor,

sintesa lignin dan pembentukan kalus (Hadrami et al., 2010). Mekanisme

penghambatan dengan terjadinya penggumpalan bagian disekitar sisi

penetrasi, yakni berpengaruh menghalangi bagian yang terinfeksi dari bagian

tanaman yang sehat sehingga mencegah penyebaran ke bagian yang sehat.

Kitosan mampu mengikat berbagai bahan dan mempercepat proses

penyembuhan luka (Hirano, 1999), menginduksi kematian sel (programmed-

cell death) dan tanggapan hipersensitif pada tanaman (Vasil’ev et al., 2009).

Choi et al.,(2001) dan Iriti et al.,(2006) mempelajari aktivitas antivirus yang

disebabkan oleh kitosan pada tembakau, hasil penelitian juga menunjukkan

aplikasi kitosan 1% secara signifikan mampu mengurangi penyebaran virus

nekrosis dan menginduksi penimbunan kalus, micro-oxidative burst dan

tanggapan mikro hipersensitif.

Page 33: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Kinerja Kitosan Sebagai Agen Pengimbas Ketahanan Tanaman Terhadap Virus Patogen (Emerensiana

Uge dan Hermawati Cahyaningrum)

Kontrol Kitosan

(0,5%)

Kitosan

(0,75%)

Kitosan (1 %)

97,866

40,048 39,154 37,628

Intensitas Penyakit (%)

30

Sejumlah mekanisme yang terjadi setelah tanaman terinduksi oleh

kitosan dapat membantu tanaman lebih tahan terhadap infeksi. Kemampuan

kitosan untuk menginduksi tanggapan hipersensitif tanaman dapat membantu

menghambat perkembangan gejala dan penyebaran virus dari sel ke sel. Hal

ini mengingat bahwa virus merupakan mikroba yang dapat hidup pada sel

tanaman yang hidup, sehingga inisiasi kematian sel disekitar luka infeksi

secara tidak langsung dapat membatasi perkembangan dan penyebarannya.

Uge et al., (2018) membuktikan pengaruh bibit tanaman lada yang

diaplikasi kitosan dan tanpa aplikasi kitosan menunjukkan nilai intensitas

penyakit yang berbeda selama 3 minggu pengamatan (Gambar 2). Dari data

intensitas di bawah ini menunjukkan pengaruh nyata intensitas penyakit pada

tanaman terinfeksi yang diberi perlakuan kitosan dan tanpa perlakuan kitosan.

Aplikasi kitosan diketahui memiliki menurunkan keparahan penyakit lebih

rendah dibandingkan tanaman kontrol tanpa aplikasi kitosan. Berdasarkan hal

ini, maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kerja sistem

metabolisme tanaman setelah terinduksi oleh kitosan.

Gambar 2. Intensitas penyakit kerdil pada bibit lada tanpa aplikasi dan

dengan aplikasi kitosan pada beberapa taraf konsentrasi (Uge et al., 2018)

MEKANISME KITOSAN SEBAGAI ANTIVIRAL

Kitosan menunjukkan mekanisme antivirus, antibakteri, antijamur

dan telah dieksplorasi untuk banyak kepentingan pertanian. Kitosan telah

digunakan untuk mengendalikan penyakit, mengurangi penyebaran penyakit,

menggabungkan nutrisi dan mineral, mencegah patogen masuk, dan

meningkatkan sistem ketahanan tanaman (Hadrami et al., 2010). Kitosan

mengimbas ketahanan tanaman terhadap penyakit karena virus dan

menghambat penyebaran virus dan viroid secara sistemik sehingga tanaman

yang diberi perlakuan kitosan tidak menampakkan gejala (Xing et al., 2015).

Page 34: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

31

Mekanisme antiviral kitosan yakni menginaktivasi replikasi, yang

mengarah pada penghentian replikasi dan penyebaran. Mekanisme ini

kemudian dikaitkan dengan fakta bahwa setelah penetrasi ke jaringan

tanaman, nano partikel kitosan mengikat erat asam nukleat dan menyebabkan

berbagai kerusakan pada virus dan hambatan selektif. Penghambatan selektif

yang diberikan dapat menonaktifkan sintesis mRNA yang dikodekan oleh gen

untuk metabolik dan infeksi dari virus atau viroid (Kulikov et al., 2006).

Karakter mekanisme ini telah banyak dieksplorasi dalam penerapan terapi gen

dan pembungkaman gen (Rabea et al., 2003). Mekanisme antiviral kitosan

lainnya yakni sebagai elisitor yang sangat kuat dibandingkan sebagai agen

antimikroba atau senyawa toksik langsung. Efek penghambatan langsung

oleh kitosan terhadap virus berupa membuat virus tidak aktif. Hasil observasi

menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwa kitosan merubah dan

merusak struktur partikel virus. Pada hasil observasi mikroskop elektron

terhadap suspensi TMV diketahui bahwa jumlah partikel virus menurun,

terpelintir dan terikat dengan sesamanya (Xing et al., 2015).

Mekanisme antiviral ini merupakan mekanisme langsung yang

terjadi karena sifat kitosan yang mampu mengikat senyawa tertentu.

Kemampuan pengikatan secara langsung pada partikel virul dalam jaringan

tanaman, sangat berpengaruh terhadap proses infeksi dan perkembangan

penyakit. Ketika partikel virus yang masuk ke dalam sel dapat dihambat, maka

proses replikasi, invasi dan infeksi dalam jaringan sel akan terhambat. Oleh

karena itu aplikasi kitosan sebelum infeksi memiliki peran yang sangat

penting untuk mencegah infeksi oleh virus patogen. Manfaat lainnya adalah

pengaruh secara tidak langsung dari mekanisme induksi, dimana terbentuknya

hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman sehingga

tanaman lebih sehat.

KITOSAN MENGHAMBAT PERKEMBANGAN VEKTOR

Kitosan memiliki efek insektisida yang mematikan Aphis nerii pada

tanaman Oleander dan Spodoptera littoralis pada tanaman kapas di Mesir

(Badawy dan El-Aswad, 2012) serta mampu mematikan Plutella xylostella

dan Helicoverpa armigera, karena memiliki efek penghambat makan dan

aktifitas insektisida (Zhang et al., 2003). Kitosan telah diuji dapat menekan

perkembangan gejala dan intensitas penyakit dari virus, hal ini dilakukan

melalui aplikasi pada benih dan penyemprotan pada daun sebelum serta

sesudah inokulasi mekanis BCMV (Bean Common Mosaic Virus) (Damayanti

et al., 2013). Aplikasi kitosan juga diuji pada A. craccivora vektor BCMV dan

membuktikan bahwa kitosan dapat mengganggu pengambilan makanan (food

intake), mengganggu perkembangan larva serangga karena disfungsi food

intake, peningkatan mortalitas, dan mengganggu proses ganti kulit karena

Page 35: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Kinerja Kitosan Sebagai Agen Pengimbas Ketahanan Tanaman Terhadap Virus Patogen (Emerensiana

Uge dan Hermawati Cahyaningrum)

32

penghambatan kitinase (Saguez et al., 2008). Efek insektisida kitosan

berasosiasi dengan peningkatan respon ketahanan tanaman, seperti dengan

sintesa kalus (callose) dan lignin sehingga mempunyai efek antixenosis dan

antibiosis, mengurangi periode pra-reproduksi, fekunditas harian dan lama

hidup kutu daun (Saguez et al., 2005).

Kitosan memiliki efek antixenosis sehingga secara nyata

mempengaruhi preferensi makan Aphis craccivora. Kitosan menstimulasi

tanaman untuk memproduksi antibodi sistemik dengan menghasilkan efek

repelen yang menghalangi serangga untuk makan (Zeng et al., 2012). Selain

memiliki efek penghambat makan (anti-feedant), aplikasi kitosan yang

berulang pada tanaman mampu menunjukkan aktifitas insektisida (Aphisidal)

terhadap A. nerii (Badawy dan El-Aswad, 2012) dan beberapa kutu daun

lainnya (Zhang et al., 2003).

Kitosan memiliki banyak manfat dalam mengendalikan hama pada

tanaman. Selain menghambat serangan hama juga menghambat penularan

virus oleh serangga sebagai vektornya. Pada dasarnya bahwa peran serangga

dalam menularkan vector antar tanaman terjadi melalui mekanisme makan.

Hal ini akan berbeda jika, ketika serangga hinggap pada tanaman dan menjadi

tidak mampu untuk bertahan pada tanaman atau mengambil makanan pada

tanaman tersebut. Pada kasus ini, serangga tidak dapat menularkan virus

melalui stilet karena terdapat senyawa yang tidak disukai serangga, atau dalam

kasus lain terjadi penebalan dinding sel jaringan tanaman, sehingga stilet

serangga tidak mampu menusuk ke dalam jaringan. Beberapa serangga

memiliki kemampuan untuk mempertahankan virus dalam stiletnya atau

saluran pencernaanya kurang dari 1 jam atau disebut dengan serangga non

persisten dan semi persisten. Terhambatnya proses makan, menyebabkan

virus tidak bertahan dan memnguntungkan bagi tanaman.

PENGARUH KITOSAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Kitosan memiliki kemampuan untuk memacu terbentuknya

hormon-hormon pertumbuhan tanaman. Uthairatanakij et al, (2007)

mengemukakan bahwa kitosan dapat menyebabkan signal untuk mensintesis

hormon tanaman seperti giberelin dan beberapa jalur signal yang berkaitan

dengan biosintesis auksin. Iriti dan Faoro, (2007) melaporkan jika aplikasi

kitosan menginduksi aposisi kalus dan akumulasi hormon pertumbuhan asam

absisat dalam jaringan daun, pada 12 dan 24 jam setelah aplikasi dan

menginduksi perlawanan Tomato necrosis Virus (TNV).

Aplikasi penyemprotan kitosan untuk mengendalikan Tomato

yellow leaf curl virus (TYLCV) menunjukan bahwa kitosan mampu

memberikan pengaruh yang baik terhadap penghambatan infeksi dan

pertumbuhan tanaman. Kitosan selain diketahui dapat mengurangi akumulasi

Page 36: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

33

TYLCV, juga dapat meningkatkan daya kecambah benih dan tinggi tanaman

tomat Sridathip 3 (Noiket et al., 2014). Pada aplikasi benih padi dapat

meningkatkan toleransi dari kondisi stres dan meningkatkan perkecambahan

dan perkembangan benih (Ruan dan Xue, 2002). Hal ini juga didukung oleh

hasil pengujian Uge et al. (2018) tentang pengaruh aplikasi kitosan terhadap

insidensi dan pertumbuhan bibit lada (Piper nigrum L). Tanaman yang

terinfeksi virus umumnya menunjukkan kekerdilan dan penyempitan ukuran

daun, aplikasi kitosan berpengaruh terhadap respon pertumbuhan tanaman

sehingga tanaman yang terinfeksi masih dapat bertumbuh baik dan lebar daun

normal, walaupun masih ditemukan adanya gejala mosaik pada daun.

Tanaman pada dasarnya memiliki sistem ketahanannya sendiri, selain

itu juga memiliki hormon pertumbuhan dan senyawa pemacu pertumbuhan

lainnya. Mekanisme induksi ketahanan tanaman dengan kitosan, diketahui

mampu memacu peningkatan produksi senyawa-senyawa tersebut. Proses

terbentuknya senyawa-senyawa ini terjadi dalam suatu rangkaian proses.

Peningkatan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung meningkatkan

kesehatan tanaman. Pemanfaatan kitosan sebagai suatu senyawa penginduksi

hormone pertumbuhan juga dapat dimanfaatkan. Keuntungan lainnya adalah

tanaman yang diaplikasikan dengan kitosan selain memiliki pertumbuhan

yang baik, tentunya akan memiliki sistem pertahanan yang kuat terhadap

infeksi.

KESIMPULAN

Kitosan sebagai pengimbas ketahanan bekerja melalui mekanisme

induce resistance, antiviral, penghambat perkembangan vektor, dan memacu

pertumbuhan tanaman. Kemampuan penghambatan infeksi virus oleh kitosan

dikendalikan oleh berbagai senyawa kimia yang terbentuk setelah terinduksi.

Mekanisme lainnya yakni penghambatan secara langsung dengan mengikat

dan merusak struktur partikel virus itu sendiri. Mekanisme ini sangat efektif,

karena dengan menonaktifkan satu partikel yang aktif, maka secara tidak

langsung menghambat terbentuknya dan perkembangan jutaan replikasi

partikel virus baru. Kemampuan kitosan sebagai penghambat infeksi virus

juga terlihat dari kemampuannya melumpuhkan penular/vektor virus antar

tanaman. Manfaat lain yang penting adalah senyawa ini dapat memacu

pertumbuhan tanaman, sehingga tetap berproduksi baik walau terinfeksi virus

patogen, dan menekan perkembangan penyakit lebih rendah dibandingkan

tanpa aplikasi. Keuntungan lain adalah sifat kitosan yang adalah bahan

organik ramah lingkungan, dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan

tanaman, meyakinkan produk ini dapat dianjurkan untuk digunakan dalam

pengendalian penyakit tanaman. Manfaat lainnya yang diperoleh dengan

Page 37: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Kinerja Kitosan Sebagai Agen Pengimbas Ketahanan Tanaman Terhadap Virus Patogen (Emerensiana

Uge dan Hermawati Cahyaningrum)

34

penggunaan kitosan adalah pengelolaan limbah cangkang hewan Crustacea

seperti udang dan kepiting menjadi produk bermanfaat dan bernilai ekonomis

tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Fiveth edition. Academic Press, San

Diego.

Badawy MEI, El-Aswad A. 2012. Insecticidal activity of chitosans of different

molecular weights and chitosan-metal complexes against cotton

leafworm Spodoptera littoralis and oleander aphid Aphis nerii.

Plant Protection Science 48:131–141.

Benhamou, N.; Nicole, M. 1999. Cell biology of plant immunization against

microbial infection: the potential of induced resistance in

controlling plant diseases. Plant Physiol. Biochem. 37,703–719.

Choi, BK, Kim K.Y.; Yoo Y.J.; Oh, S.J.; Choi, J.H.; Kim, C.Y. 2001. In vitro

antimicrobial activity of a chitooligosaccharide mixture against

Actinobacillus actinomycetemcomitans and Streptococcus

mutans. Int. J. Antimicrob. Agents.18, 553–557.

Damayanti, TA., Haryanto, Wiyono, S. 2013. Pemanfaatan Kitosan untuk

Pengendalian Bean Common Mosaic Virus (Bcmv) pada Kacang

Panjang. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika. ISSN

1411-7525. Vol. 13. 2: 110 – 116

Dang, JL.; Jones, J.D.G. 2001. Plant pathogens and integrated defence

responses to infection. Nature .411, 826–833.

Edreva, A. 2004. A novel strategy for plant protection: Induced resistance.

Journal of Cell and Molecular Biology 3: 61 – 69

Firmansyah D, Widodo, Hidayat SH. 2017. Chitosan and Plant Growth

Promoting Rhizobacteria Application to Control Squash mosaic

virus on Cucumber Plants. Asian J. Plant Pathol., 11: 148-155.

Hadrami AE, Adam LR, Hadrami EI, & Daayf F. 2010. Chitosan in plant

protection. Marine Drugs, 5: 968-987

Page 38: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

35

Hirano, S.; Nakahira, T.; Nakagawa, M.; Kim, S.K. 1999. The preparation and

applications of functional fibres from crab shell chitin. J.

Biotechnol. 70, 373–377.

Iriti M, Sironi M, Gomarasca S, Casazza AP, Soave C, & Faoro F. 2006. Cell

death mediated antiviral effect of chitosan in tobacco. Plant

Physiol Biochem, 44: 893-900.

Iriti M dan F. Faoro. 2007. Callose synthesis as a tool to screen chitosan

efficacy in inducing plant resistance to

pathogens. Caryologia. 60:121–124.

Jia X, Meng Q , Zeng H , Wang W.X, Yin H. 2016. Chitosan oligosaccharide

induces resistance to Tobacco mosaic virus in Arabidopsis via the

salicylic acid-mediated signalling pathway. Scientific report

6:26144: 1-16

Kulikov SN, Chirkov SN, Il’ina AV, Lopatin SA, & Varlamov VP. 2006.

Effect of the molecular weight of chitosan on its antiviral activity

in plants. App. Biochem. Microbiol 42(2): 200–203.

Malerba, M. dan Raffaella Cerana. 2016. Chitosan Effect on Plant Systems.

Int. J. Mol. Sci 17: 1 – 15

Mishra, S., Kavi S. J., Palliath U. P., Sagar P. 2014. Biocontrol of tomato leaf

curl virus (ToLCV) in tomato with chitosan formulations of

Pseudomonas sp. under field conditions. AJCS 8 (3): 347 – 355

Muzzarelli, RAA.. 1985.Chitin in the Polysaccharides., Aspinall (ed)

Academic press Inc., Orlando, San Diego. 3: 147

Nagorskaya V, Reunov A, Lapshina L,Davydova V, Yermak I. 2014. Effect

of chitosan on tobacco mosaic virus (TMV) accumulation,

hydrolase activity, and morphological abnormalities of the viral

particles in leaves of N. tabacum L. cv. Samsun. Virologica Sinica,

29 (4): 250-256

Noiket N, Boonthip T, Riangwong K. 2014. Evaluation of potential for

chitosan to control TYLCV disease and promote the growth of

Sridathip 3 tomato. The 26 th annual meeting of the thai society of

biotechnology and international conference.

Page 39: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Kinerja Kitosan Sebagai Agen Pengimbas Ketahanan Tanaman Terhadap Virus Patogen (Emerensiana

Uge dan Hermawati Cahyaningrum)

36

Pospieszny H, Chirkov S, Atabekov J. 1991. Introduction of antiviral

resistance in plants by chitosan. Plant Science 79:63–68. doi:

http://dx.doi.org/10.1016/0168-9452(91)90070-O.

Rabea, EI. Badawy, MT, Stevens, CV, Smagghe, G, Steurbaut, W.2003.

Chitosan as antimicrobial agent: Applications and mode of action.

Biomacromolecules.4, 1457–1465.

Ruan, SL. Xue, QZ. 2002. Effects of chitosan coating on seed germination and

salt-tolerance of seedlings in hybrid rice (Oryza sativa L.). Acta

Agron. Sinica. 28, 803–808.

Saguez J, Hainez R, Cherqui A, Van WO, Jeanpierre H, Lebon G, Noiraud N,

Beaujean A, Jouanin L, Laberche J, Vincent C. 2005. Unexpected

effect of chitinases on the peach-potato aphid (Myzus persicae

Sulzer) when delivered via transgenic potato plants (Solanum

tuberosum Linne) and in vitro. Transgenic Research 14:57–67.

doi: http://dx.doi.org/10.1007/s11248-004-3100-4.

Saguez J, Vincent C, Giordanengo P. 2008. Chitinase inhibitor and chitin

mimetics for crop protection. Pest Technology 2:81–86.

Tiyaboonchai, W. 2003. Chitosan nanoparticles: A promising system for drug

delivery. Naresuan University Journal 11 (3): 51–66

Uge E, Sulandari S, Hartono S. 2018. The Effect of Chitosan Application

against Plant Growth and Intensity of Stunting Disease on Black

Pepper (Piper nigrum L.) Seedlings. Jurnal Perlindungan

Tanaman Indonesia 22 (2):224–232

Uthairatanakij A, da Silva JAT, Obsuwan K. 2007. Chitosan for Improving

Orchid Production and Quality. Orchid Science and

Biotechnology, 1(1): 1-5

Vasil’ev, LA, Dzyubinskaya, EV, Zinovkin, RA, Kiselevsky, DB, Lobysheva,

NV, Samuilov, VD. 2009. Chitosan-induced programmed cell

death in plants. Biochem.-Moscow.74, 1035–1043.

Vasyukova NI, Zinov’eva SV, Il'inskaya, LI, Perekhod EA, Chalenko GI,

Gerasimova NG, Il'ina AV, Varlamov VP, Ozeretskovskaya

OL.2001. Modulation of Plant Resistance to Diseases by Water-

Page 40: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

37

Soluble Chitosan. Applied Biochemistry and

Microbiology 37(1):103-109

Walter, D., Adrian N., Gary L. 2007. Induced Resistance for Plant Defence:

A Sustainable Approach to Crop Protection. Blackwell Publishing

Ltd, UK. pp. 258

Wang, X, El Hadrami, A, Adam, LR, Daayf, F. 2008. Differential activation

and suppression of potato defence responses by Phytophthora

infestans isolates representing US-1 and US-8 genotypes. Plant

Pathol. 57, 1026–1037.

Xing, Ke., Xiao Zhu, Xue Peng, Sheng Qin. 2015. Chitosan antimicrobial and

eliciting properties for pest control in agricultura: a review.

Agronomy for Sustainable Development 35 (2): 569 – 588

Zeng D, Luo X, Tu R. 2012. Application of bioactive coatings based on

chitosan for soybean seed protection. International Journal of

Carbohydrate Chemistry 2012:1–5. doi:

http://dx.doi.org/10.1155/2012/104565

Zhang MI, Tan T, Yuan H, Rui C. 2003. Insecticidal and fungisidal activities

of chitosan and oligo-chitosan. Journal of Bioactive Compatible

Polymers 18:391–400. doi:

http://dx.doi.org/10.1177/0883911503039019

Page 41: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

38

EVALUASI KARAKTERISTIK TELUR ENTOK LOKAL

(Cairinamoschata) YANG GAGAL MENETAS

PADA PENETASAN ARTIFISIAL

1)Jonathan A. Lase, 2)Dian Lestari, 1)Slamet Hartanto

1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera, Komplek Pertanian Kusu No. 1,

Sofifi, Kota Tidore Kepulauan 2)Universitas Muhammadiyah Kotabumi

Jl. Hasan Kepala Ratu No. 1052 Sindangsari Kotabumi Lampung Utara

ABSTRAK

Entok banyak dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani. Peningkatan

jumlah populasi entok dapat dilakukan dengan penggunaan metode

penetasan artifisial. Informasi dan acuan mengenai kondisi optimal

penetasan telur entok sangat diperlukan untuk mencapai daya tetas yang

tinggi. Di dalam negeri penerapan penetasan telur entok secara artifisial

masih memiliki resiko kegagalan yang sangat tinggi. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan karakteristik telur tetas entok (Chairina

moschata) yang gagal menetas pada penetasan secara artifisial di umur

penetasan ke 32 hari. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif.

Telur tetas yang digunakan sebanyak 100 butir telur fertil. Karakteristik telur

tetas entok yang gagal menetas dapat diukur melalui indeks bentuk telur,

susut bobot telur, dan suhu kerabang. Hasil penelitian ini bahwa indeks

bentuk telur yang gagal menetas sebesar 75.5%, penyusutan bobot telur

sebesar 8.98%, serta penurunan suhu kerabang sebesar 36ºC. Kesimpulan

dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik perubahan telur yang

gagal menetas memiliki indeks bentuk telur yang rendah, terjadi percepatan

penurunan suhu kerabang, dan rendahnya tingkat penguapan dari dalam telur

(susut bobot).

Kata kunci :Entok, Indek stelur, susut bobot, suhu kerabang

PENDAHULUAN

Entok (Cairina moschata) merupakan salah satu jenis ternak unggas

yang sering digunakan sebagai sumber protein hewani. Entok dapat

dimanfaatkan sebagai penghasil daging karena entok memiliki bobot badan

Page 42: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Evaluasi Karakteristik Telur Entok Lokal (Cairinamoschata) yang Gagal Menetas pada Penetasan Artifisial (Jonathan A. Lase, Dian Lestari, Slamet Hartanto)

39

yang tinggi dibandingkan ayam dan bebek (Harun dkk, 1998), serta

berpotensi sebagai penghasil telur (Holderread, 2011). Produksi daging dan

telur entok dalam negeri sebesar 6.000 ton dan 33.500 ton (Dirjen PKH,

2018). Penyebaran ternak entok di Indonesia mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Dirjen PKH (2018) mencatat populasi entok pada tahun 2018

sebanyak 8.772.000 ekor.

Peningkatan jumlah populasi entok menjadi parameter peningkatan

minat masyarakat terhadap komoditi entok. Peningkatan minat tersebut

memunculkan banyak inovasi baru, salah satunya dengan penggunaan

metode penetasan artifisial. Penetasan artifisial memberikan peningkatan

populasi yang signifikan pada ayam kampung karena tingkat

keberhasilannya mencapai 72.02% (Iriyanti dkk, 2016). Keberhasilan

penetasan artifisial ditentukan oleh faktor karakteristik telur dan kualitas

internal telur tetas. Penelitian Weis dkk, (2011) menunjukan bahwa pada

bobot telur yang berbeda walaupun dalam kondisi lingkungan yang sama

akan memberikan respon yang berbeda pada hasil daya tetas telur.

Rodenburg dkk, (2005) melaporkan bahwa perbedaan bobot telur terjadi

karena pengaruh dari lingkungan, genetik, pakan periode bertelur, umur dan

bobot badan induk. Penerapan penetasan telur entok menggunakan metode

penetasan artifisial pada tingkat peternak masih sangat rendah. Hal ini

disebabkan oleh rendahnya pengetahuan terhadap karakteristik telur entok

yang baik untuk ditetaskan dan belum adanya penelitian tentang perubahan

karakteristik telur entok yang berhasil dan gagal ditetaskan pada proses

penetasan artifisial. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk

mengidentifikasi karakteristik telur entok yang gagal menetas dalam proses

penetasan artifisial. Hasil karakteristik telur yang gagal menetas diharapkan

dapat menjadi acuan untuk penetapan daya tetas telur dan konsumsi pada

ternak entok.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian di lakukan dengan metode deskriptif. Sampel telur tetas

dikoleksi dari laboratorium lapang Fakultas Peternakan IPB. Kriteria telur

yang digunakan adalah telur tetas fertil dengan rataan bobot 57.8 g dan

penampilan bentuk telur secara umum berbentuk lonjong. Total telur tetas

yang digunakan sebanyak 100 butir. Telur tetas akan ditandai dan diberi

perlakuan pencucian dengan menggunakan hipoklorit 0,25% (Harikrishnan

2013). Mesin tetas yang digunakan adalah mesin tetas tanpa kipas angin

(still air). Alat yang digunakan untuk mengukur parameter penelitian ini:

timbangan digital (AJ 3000, Osuka Jepang) ketelitian 0,01 g, jangka sorong

digital (Krisbow, Indonesia) dan termometer inframerah (IRT 4520,

Page 43: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

40

Thermoscan Braun, Germany). Telur tetas yang digunakan pada penetasan

ini merupakan telur yang dikoleksi selama 7 hari (Alsoyabel dkk, 2013).

Proses penetasan telur tetas entok berlangsung selama 35 hari penetasan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mesin tetas atau penetasan

artifisial dengan suhu 37.5oC dan kelembaban (Rh) 70%. Selama proses

penetasan dilakukan pengumpulan data pada hari ke 0, 7, 14, 21, 28 dan 32

untuk mengukur parameter indeks bentuk telur, susut bobot telur, dan suhu

kerabang telur.

Indeks bentuk telur diukur dengan cara menghitung lebar telur

berbanding panjang telur dikali 100% (Narushim dan Romanov 2002).

Pengamatan persentase penyusutan bobot telur dilakukan dengan mengacu

pada Pool dkk (2013) yaitu mengurangi bobot awal telur sebelum disimpan

(g) dengan bobot telurhari ke 32 (g), kemudian dibagi bobot awal telur (g)

dan dikalikan 100%. Pengukuran suhu kerabang dilakukan pada bagian

tengah telur pada sisi atas dan bawah telur tetas dengan menggunakan

termometer inframerah. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Data hasilyang diperoleh disajikan dalam bentuk nilai rata-rata ditambah

standard deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Indeks bentuk telur entok yang gagal menetas pada hari ke 32

penetasan

Pada penelitian ini indeks bentuk telur entok yang gagal menetas

disajikan pada Tabel 1. Pada penelitian ini telur entok yang gagal menetas

memiliki indeks sebesar 75.5 % dengan lebar telur sebesar 43.15%,

sedangkan rataan panjang telur yang gagal menetas sebesar 57.23%.

Narushim dan Romanov (2002) melaporkan bahwa indeks bentuk telur

unggas ayam yang normal adalah 79%. Nilai indeks bentuk telur normal

memberikan hasil daya tetas yang tinggi. Telur dengan bentuk indeks normal

dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan embrio selama perkembangannya

di masa penetasan. Hal ini didukung oleh Alasahan (2016) yang melaporkan

bahwa indeks bentuk telur merupakan karakteristik yang sangat berpengaruh

terhadap perkembangan embrio, kematian embrio dini, serta daya tetas telur.

Tabel 1. Indeks bentuk telur entok yang gagal menetas

Variabel Indeks telur

Rataan (%) Min Max

Lebar Telur 43.15±1.1 41.24 45.44

Panjang Telur 57.23±1.4 51.87 62.15

Indeks Telur 75.59±1.7 69.44 82.76

Page 44: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Evaluasi Karakteristik Telur Entok Lokal (Cairinamoschata) yang Gagal Menetas pada Penetasan Artifisial (Jonathan A. Lase, Dian Lestari, Slamet Hartanto)

41

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks telur yang gagal menetas

memiliki rataan sebesar 75.59%. Rataan indeks bentuk telur pada penelitian

ini lebih kecil dibandingkan dengan telur unggas air yaitu itik mandalung

yang dilaporkan oleh Dharma (2001) bahwa indeks bentuk telur itik

mandalung yang berhasil menetas memiliki rataan sebesar 79.80%.

Pada penelitian ini telur gagal menetas diduga karena terjadi

percepatan penurunan suhu pada telur yang disebabkan oleh rendahnya

indeks telur sehingga telur tidak dapat menetas. Indeks bentuk telur yang

terlalu besar atau terlalu kecil dapat mempengaruhi daya tetas. Telur yang

terlalu kecil memiliki pori kerabang lebih besar sehingga mempercepat

penurunan suhu telur sebaliknya pada telur yang terlalu besar memiliki pori

yang kecil sehingga pelepasan panas dari dalam telur akan lebih lambat

(Kurtini dan Riyanti 2003).

2. Suhu kerabang yang gagal menetas pada hari ke 32 penetasan

Hasil pengamatan suhu kerabang telur yang gagal menetas disajikan

pada Tabel 2. Hasil pengamatan pada telur yang gagal menetas diketahui

bahwa suhu kerabang telur tidak mengalami peningkatan seiring

bertambahnya umur penetasan. Pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 28,

suhu kerabang telur berada pada rataan 37ºC, namun pada hari ke 32 suhu

kerabang mengalami penurunan, tercatat rataan suhu sebesar 36ºC.

Penurunan suhu kerabang ini diduga karena embrio entok mati sehingga

tidak dapat memproduksi panas. Harun dkk (2001) melaporkan bahwa suhu

embrio yang sedang berkembang dapat diukur melalui kerabang telur.

Selama proses metabolisme embrio, terjadi pelepasan panas dalam bentuk

penguapan air melalui kerabang telur (Prasetyo dan Susanti, 2000).

Tabel 2. Suhu kerabang telur entok yang gagal menetas

Suhu

keraban

g (ºC)

Hari ke-

0 7 14 21 28 32

Atas 31.00±1.

16

38.15±0.5

6

37.87±0.5

7

37.98±0.3

1

37.57±0.

21

37.21±0.4

6

Bawah

Rata-

rata

30.36±0.

84

30.68±0.

85

37.71±0.6

1

37.93±0.5

7

37.59±0.5

7

37.73±0.5

4

37.74±0.3

4

37.86±0.3

0

36.99±0.

36

37.28±0.

25

36.66±0.4

9

36.94±0.4

2

Selain itu, pada penetasan hari ke 32 diprediksi tidak terjadi

perkembangan embrio sehingga tidak terjadi produksi panas dari dalam telur

akibat metabolisme embrio. Penurunan suhu kerabang telur menunjukkan

Page 45: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

42

tidak adanya indikasi pelepasan dan produksi panas dari dalam telur diduga

karena pada periode ini embrio tidak berkembang sehingga tidak dapat

pipping dan menetas. Suhu kerabang telur mengalami kenaikan karena

adanya produksi panas akibat aktivitas metabolisme embrio, sehingga panas

tersebut dilepaskan melalui penguapan dari permukaan kerabang telur

(Sotherland dkk, 1987). Tazawa dan Nakazawa (1998) melaporkan bahwa

kegagalan telur menetas pada masa pipping (hari ke 32) disebabkan oleh

lemahnya embrio untuk bertahan pada kondisi suhu kerabang yang tidak

optimal.

3. Susut bobot telur yang gagal menetas pada hari ke 32 penetasan

Hasil pengamatan penyusutan bobot telur entok yang gagal menetas

pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan

kecenderungan penyusutan bobot telur yang gagal menetas sebesar 2% pada

hari ke 7, 14 sampai hari ke 21, namun pada hari ke 28 sampai hari ke 32

penyusutan bobot telur tetas tergolong rendah yaitu sebesar 8.98%.

Persentase penyusutan bobot telur yang rendah mengindikasikan bahwa pada

hari ke 32 penetasan (pipping) embrio tidak berkembang sehingga

metabolisme dan produksi panas dari dalam telur tidak terjadi.

Tabel 3. Susut bobot telur entok yang gagal menetas

Variabel Hari ke-

0 7 14 21 28 32

Bobot telur (g) 60.43±

7.0

58.94±

6.9

57.78±

6.8

56.84±

7.1

55.62±

7.0

55.06±

7.0

Susut

bobot (%)

2.47±

0.6

4.41±

1.0

6.02±

1.5

8.04±

1.7

8.98±

2.0

Tullet dan Burton (1982) menyatakan bahwa penyusutan bobot terjadi

karena proses penguapan hasil metabolisme embrio. Proses metabolisme

embrio dan sisa hasil metabolisme berupa air akan dibuang melalui

penguapan dari kerabang telur (Prasetyo dan Susanti, 2000). Pelepasan uap

air melalui kerabang telur terjadi akibat panas yang dihasilkan oleh embrio

(Rahn, 1974). Pelepasan uap air dapat meningkat seiring meningkatnya suhu

kerabang telur (Ipek dkk, 2014).

Pada penelitian juga ini dilakukan pencucian dengan menggunakan

hipoklorit 0.25% untuk menekan jumlah bakteri dan menipiskan lapisan

kutikula pada kerabang telur sehingga proses penguapan dan perataan panas

dari mesin tetas berlangsung optimal. Menurut Mulyantini (2010) suhu yang

terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan embrio sehingga telur tidak

dapat menetas dan pada suhu tinggi akan mengakibatkan kematian embrio.

Page 46: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Evaluasi Karakteristik Telur Entok Lokal (Cairinamoschata) yang Gagal Menetas pada Penetasan Artifisial (Jonathan A. Lase, Dian Lestari, Slamet Hartanto)

43

KESIMPULAN

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penetasan artifisial dengan

mengidentifikasi karakteristik perubahan telur yang gagal menetas. Telur

yang gagal menetas memiliki karakteristik indeks telur yang rendah, terjadi

percepatan penurunan suhu kerabang, dan rendahnya tingkat penguapan dari

dalam telur (susut bobot).

SARAN

Karakteristik telur tetas yang baik memiliki indeks bentuk telur yang

normal (tidak terlalu besar atau terlaku kecil), dan dilakukan pencucian

untuk menekan terjadinya kontaminasi pada telur tetas. Perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut dengan menggunakan telur dengan indeks bentuk telur

yang normal (tidak terlalu besar atau terlaku kecil) dan mengidentifikasi

efek dari pencucian hipoklorit terhadap viabilitas DOD.

DAFTAR PUSTAKA

Alasahan, S, dan Copur A.G.. 2016. Hatching charecteristics and growth

performance of eggs with different egg shapes. Brazilian Journal

Poultry Science 18 (1): 001 - 008.

Alsoyabel, A.A, Almarshade MA, Albadry MA. 2013. Effect of breed, age

and storage period on egg weight, egg weight loss and shick weight of

commercial broiler breeders raised in saudi arabia. Journal Saudi

Society Agriultural Sciences. 12: 53 - 57.

Dharma, Rukmiasih dan Hardjosworo. 2001. Ciri-Ciri Fisik telur tetas itik

mandalung dan rasio jantan dengan Betina yang dihasilkan.

Lokakarya Nasional Unggas Air. IPB, Bogor.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH). 2018.

Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (Livestock And Animal

Health Statistics) 2018. Jakarta. Kementerian Pertanian RI.

Harikrishnan S, Narayanankutty K, Chacko B, Anitha P, dan Jalaludeen A.

2013. Comparative assesment of egg sanitizing agents on the

hatchability of kuttanad duck eggs. International Journal of Current

Research 5 (12): 987 - 988.

Page 47: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

44

Harun MS, Veeneklaas RJ, Visser GH, Kampen MV. 1998. Breeding

biology of muscovy duck cairina moschata in natural incubation, the

effect of nesting behavior on hatchability. Poultry Science 77: 1280 -

1286.

Holderread, DM. 2011. Storey’s Guide to Raising Ducks. Storey Publishing

:North Adams (US).

Ipek A, Sahan U, Baycan S, dan Sozcu A. 2014. The effects of different

eggshell temperatures on embryonic development, hatchability, chick

quality, and first-week broiler performance. Poultry Science 93 (2):

464 - 472.

Iriyanti N, Zuprizal, Yuwanta T, dan Keman S. 2007. Penggunaan Vitamin

E dalam Pakan terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Bobot Tetas Telur

Ayam Kampung. Jurnal Produksi Ternak 9 (1).

Kurtini, R. 2003. Teknologi Penetasan. Universitas Lampung. Lampung

Mulyantini, NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. UGM Press:

Yogyakarta

Narushim VG dan Romanov MN. 2002. Egg physical characteristics and

hatchability. International Journal Poultry Science 39: 854 - 860.

Pool CW, Van Roovert-Reijrink, Maatjens CM, Van den Brand M, dan

Molenaar R. 2013. Effect of relative humidity during incubation at a

set eggshell temperature and brooding temperature posthatch on

embryonic mortality and chick quality. PoultryScience 92 : 2145 -

2155.

Prasetyo LH, dan Susanti T. 2000. Persilangan timbal balik antara itik

alabio dan mojosari periode awal bertelur. Jurnal Ilmu Ternak

danVeteriner 5 (4) : 210 - 213.

Rahn H. 1974. The Avian Egg: Incubation Time And Water Loss. The

Condor 76: 147 - 152.

Sotherland PR, Spotila JR, Paganelli CV.1987. Avian eggs: barriers to the

exchange of heat and mass. Journal of Experimental Zoology 1: 81–

86.

Page 48: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Evaluasi Karakteristik Telur Entok Lokal (Cairinamoschata) yang Gagal Menetas pada Penetasan Artifisial (Jonathan A. Lase, Dian Lestari, Slamet Hartanto)

45

Tazawa H, dan Nakazawa S. 1985. Response of egg temperature, heart rate

and blood pressure in the chick embryo to hypothermal stress. Journal

of Comparative Physiology 155: 195 – 200.

Tullet SG, dan Burton FG. 1982. Factor affecting the weight and water

status of chick and hatcsh. British Poultry Science 32: 361 - 369.

Weis J, Hincar C, Pal G, Baranska B, Bujko J, Malikova L. 2011. Effect of

the egg size on egg loses and hatchability of the muscovy duck. Anim

Sci Biotec 44 (1): 354 - 356.

Page 49: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

46

ANALISIS KINERJA KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

(KRPL) DI KOTA TERNATE

Himawan Bayu Aji, Mardianah dan Hermawati Cahyaningrum

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera, Kompleks Pertanian Kusu No. 1,

Sofifi, Kota Tidore Kepulauan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kota Ternate,

Maluku Utara sudah dimulai sejak tahun 2012. Diperlukan suatu evaluasi

menyeluruh ntuk menilai sejauh mana keberhasilan dari program tersebut

dijalankan. Kajian ini dimaksudkan untuk menganalisis kinerja Program

KRPL dalam kaitannya dengan keberlanjutan dan perbaikan program ke

depan. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kota Ternate dari bulan Januari-

Desember 2018. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

survei yaitu dengan menggunakan kuesioner, proses wawancara,

pengumpulan data primer/sekunder, serta kajian literatur. Keberhasilan

kinerja program KRPL didukung oleh kemampuan kerja yang dipengaruhi

oleh kondisi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas lahan

pekarangan, dan jenis sayuran yang diusahakan. Pemanfaatan lahan

pekarangan untuk budidaya tanaman sayuran berkorelasi positif terhadap

pengurangan pengeluaran belanja sayuran sebesar 75%-250% setiap

bulannya. Skoring PPH di mana dasarnya adalah beberapa responden yang

diambil secara acak dari setiap kelompok menunjukkan bahwa nilai PPH di

Kota Ternate cukup tinggi yaitu 92.2.

Katakunci: KRPL, Kota Ternate, evaluasi

PENDAHULUAN

Maluku Utara merupakan salah satu provinsi hasil pemekaran di

wilayah timur Indonesia yang masih membutuhkan dukungan untuk menuju

kondisi kedaulatan pangan. Mewujudkan kedaulatan, kemandirian, serta

ketahanan pangan merupakan hal mendasar yang sangat besar arti dan

manfaatnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan terkait

penyelenggaraan pangan (Susanto dan Aji, 2015). Ketergantungan yang

cukup tinggi terhadap daerah/wilayah lain baik dari dalam maupun luar

Page 50: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Analisis Kinerja Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kota Ternate (HImawan Bayu Aji, Mardianah, Hermawati Cahyaningrum)

47

provinsi menyebabkan rentannya ketahanan pangan yang dapat berdampak

terhadap instabilitas daerah maupun nasional.

Pengembangan kawasan pangan lestari berbasis potensi dan kearifan

lokal dapat dimulai dari tingkatan paling kecil yaitu rumah tangga.

Pemanfaatan lahan pekarangan di sekitar rumah sangat mendukung dalam

pemenuhan pangan dan gizi keluarga karena sampai saat ini lahan

pekarangan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu lahan

pekarangan mempunyai potensi dalam meningkatkan pendapatan keluarga

terutama untuk masyarakat ekonomi kurang mampu. Menurut Saptana et al.

(2004), integrasi kelembagaan dalam agribisnis sayuran perlu dilakukan agar

target pemenuhan gizi masyarakat sekaligus peningkatan pendapatan dapat

tercapai.

Melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang ada di sekitar rumah

dengan komoditas pangan lokal seperti umbi-umbian, sayuran & buah, serta

tanaman obat diharapkan mampu meningkatkan ketahanan pangan sampai

tingkat rumah tangga. Sayaka et al. (2005), menyatakan pengembangan

pangan lokal juga mesti dibarengi dengan penumbuhan agroindustri di

subsistem hilir agar tercipta permintaan dan pasokan secara berkelanjutan.

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan salah satu

program Kementerian Pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan

ditingkat rumah tangga. Kawasan Rumah Pangan Lestari menganut beberapa

prinsip yaitu; 1) pemanfaatan lahan pekarangan sesuai dengan kondisi lahan

setiap rumah tangga; 2) pemanfaatan potensi kawasan yang belum digarap,

namun secara teknis menguntungkan; 3) mengintroduksikan teknologi baru

untuk mengatasi beberapa keterbatasan tertentu yang ada pada rumah

tangga, selain diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi

keluarga (Kementan, 2011).

Melalui pelaksanaan kegiatan KRPL ini diharapkan mampu

meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan masyarakat untuk

membentuk pola konsumsi pangan yang lebih baik. Kegiatan KRPL juga

dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah untuk

menurunkan angka kemiskinan melalui kegiatan padat karya, penanganan

daerah stunting, serta daerah rentan rawan pangan.

Kajian ini dimaksudkan sebagai salah satu rujukan untuk

menganalisis kinerja programKRPL khususnya di Kota Ternate yang sudah

dilaksanakan sejak tahun 2012 silam dalam kaitannya dengan keberlanjutan

dan perbaikan program ke depannya.

Page 51: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

48

METODOLOGI

Kegiatan penelitian dilaksanakan secara sengaja di enam kelurahan

sekaligus mewakili enam kecamatan di Kota Ternate. Ke enam desa tersebut

yaitu: (1) Kelurahan Tafure, (2) Kelurahan Takome, (3) Kelurahan

Foramadiahi, (4) Kelurahan Marikurubu, (5) Kelurahan Makassar Barat, dan

(6) Kelurahan Fitu. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung selama tiga

bulan dimulai pada bulan September dan berakhir pada November 2018.

Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei

yaitu dengan menggunakan kuesioner, proses wawancara, pengumpulan

data, serta kajian literatur. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari data primer dan data sekunder. Di mana data primer diperoleh secara

langsung dari objek penelitian (Denzin and Lincoln, 2009), sementara data

sekunder bersumber dari penelitian sejenis dan dokumen-dokumen

pendukung. Populasi yang diamati dalam penelitian adalah Petani Kota

Ternate penerima program KRPL Dana APBN sebanyak 31 orang dan

diambil dengan metode simple random sampling. Penelitian ini terdiri atas

dua tahapan, yaitu tahap pengambilan data atau inventarisasi dengan

menggunakan kuesioner dan wawancara secara langsung, serta tahap

evaluasi berbagai aspek di dalamnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Secara astronomis, Kota Ternate terletak di antara 0025’41,82” –

1021’21,78” Lintang Utara dan antara 12607’32,14” - 27026’23,12” Bujur

Timur. Kota Ternate merupakan kota kepulauan yang terdiri dari 3 pulau

besar dan 5 pulau kecil. Ibukota Kota Ternate adalah Ternate Tengah dengan

wilayah administrasi terdiri atas 8 kecamatan dan 77 kelurahan. Jumlah

penduduk hingga tahun 2018 mencapai 228.105 jiwa di mana jumlah laki-

laki sebanyak 115.891 jiwa dan perempuan 112.214 jiwa dengan rasio

103,28 (BPS Kota Ternate, 2019).

Ternate memiliki iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh iklim

laut dan memiliki dua musim yang sering kali diselingi dengan dua kali

masa pancaroba di setiap tahunnya. Temperatur rata-rata tahunan yang

diukur dari stasiun Ternate adalah 280C dengan curah hujan rata-rata tahunan

sebesar 187 mm3 (BPS Kota Ternate, 2017). Berdasarkan klasifikasi iklim

Schimdt dan Ferguson (1951), Kota Ternate masuk ke dalam kategori tipe

iklim B, dengan rata-rata curah hujan per tahun 2.241 mm3.

Page 52: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Analisis Kinerja Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kota Ternate (HImawan Bayu Aji, Mardianah, Hermawati Cahyaningrum)

49

Karakteristik Responden dan Sosial Ekonomi

Karakteristik responden merupakan bagian dari karakteristik yang

berpengaruh terhadap sosial ekonomi. Karakteristik responden meliputi jenis

kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan. Sementara menurut Hartanto

(1984), karakteristik sosial ekonomi meliputi umur, pendidikan, luas lahan,

pendapatan petani, dan pengalaman. Umur petani akan mempengaruhi

kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal baru dalam menjalankan usaha

taninya. Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa petani yang berusia lanjut

akan sulit untuk menerima pemahaman yang dapat merubah paradigma

berfikir, bekerja, dan cara hidup. Umur petani akan berpengaruh terhadap

kemampuan fisik dan respon terhadap berbagai inovasi baru dalam

menjalankan usaha taninya.

Tabel 1. Karakteristik responden menurut umur No Kriteria Jumlah

(orang)

Presentase

(%) 1. Umur belum produktif (0-14th) 0 0

2. Umur produktif (15-54 th) 31 100

3. Umur tidak produktif (> 54 th) 0 0

Jumlah 19 100

Sumber : Data primer (diolah), 2018

Program KRPL akan berhasil apabila didukung oleh kemampuan

kerja petaninya. Kemampuan kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi umur,

apabila masuk dalam usia produktif maka besar kemungkinan sorang petani

tersebut dapat bekerja dengan baik dan optimal. Sejalan dengan itu umur

yang masih muda cenderung lebih mudah menerima berbagai perubahan.

Semakin muda umur maka semakin tinggi semangat keingintahuannya

terhadap hal baru. Pada umur muda semakin mudah menerima inovasi, dan

mengadopsi teknologi baru meskipun masih jarang yang berpengalaman

terkait adopsi teknologi tersebut. Sesuai dengan pendapat Soekartawi dalam

Sugitarina, et al. (2016) bahwa makin muda petani biasanya akan lebih cepat

melakukan adopsi inovasi.

Menurut Simanjuntak dalam Yasin (2003), penduduk yang berumur

pada rentang 15-54 tahun termasuk ke dalam golongan umur produktif,

sementara umur 0-14 tahun dan >54 tahun termasuk kedalam golongan umur

tidak produktif. Data menunjukkan bahwa masyarakat pelaku program

KRPL di Kota Ternate 100% berusia produktif, sehingga besar kemungkinan

akan mendukung keberhasilan dan keberlanjutan program KRPL.

Page 53: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

50

Tabel 2. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan formal

No Pendidikan Jumlah

(orang)

Presentase (%)

1.

Tidak sekolah

3

9.70

2. Sekolah Dasar (SD) 5 16.12

3. Sekolah Menengah Pertama

(SMP)

9 29.03

4. Sekolah Menengah Atas (SMA) 9 29.03

5. Perguruan Tinggi 5 16.12

Jumlah 31 100.00

Sumber : Data primer(diolah), 2018

Tingkat pendidikan formal merupakan faktor penting untuk

mengetahui tingkat sumberdaya manusia. Makin tinggi tingkat pendidikan

formal petani peserta program KRPL akan semakin rasional pola

berfikirnya, dan daya nalarnya. Pendidikan merupakan sarana belajar untuk

meningkatkan pengetahuan, yang selanjutnya akan menanamkan pengertian

sikap dan mempengaruhi kemampuan petani peserta program KRPL untuk

dapat bertindak yang lebih rasional sehingga semakin tinggi penerimaannya

terhadap suatu inovasi (Siregar G. at al., 2016).

Pemahaman dan keterampilan petani dalam melaksanakan suatu

pekerjaan tertentu akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya.

Tingkat pendidikan mencerminkan kualitas dan kreatifitas berpikir,

mengambil keputusan, dan bertindak. Semakin tinggi pendidikan formal

yang dimiliki menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang lebih

luas untuk menerapkan informasi yang diperoleh dalam membantu

meningkatkan pendapatan petani dan rumah tangga petani itu sendiri.

Geriawan dalam Sugitarina, et al. (2016) menyatakan bahwa keadaan

pendidikan sangat menentukan kemampuan dalam pengambilan keputusan,

sehingga mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu.

Rendahnya pendidikan seseorang akan berimplikasi pada

kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam secara bertanggung jawab

dan berkelanjutan. Petani dalam kegiatan KRPL di Kota Ternate rata-rata

berpendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di

mana masing-masing sebanyak 29.03%. Sekolah Dasar serta Perguruan

Tinggi masing-masing 16.12% sementara yang menyatakan tidak pernah

mengenyam bangku pendidikan hanya sebanyak 9.70%. Berdasarkan

komposisi data tersebut di mana hanya sebagian kecil yang tidak

berpendidikan sementara sebagian besar berpendidikan menengah pertama

hingga Perguruan Tinggi mengindikasikan bahwa faktor pendidikan cukup

berpotensi dalam mendukung keberhasilan dan keberlanjutan program.

Page 54: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Analisis Kinerja Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kota Ternate (HImawan Bayu Aji, Mardianah, Hermawati Cahyaningrum)

51

Tabel 3. Karakteristik responden menurut jumlah anggota keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (orang) Presentase (%)

1. 0 – 2 3 9.70

2. 3 – 4 14 45.16

3. 5 – 6 13 41.93

4. >6 1 3.22

Jumlah 19 100.00

Sumber : Data primer(diolah), 2018

Jumlah tanggungan petani sangat berpengaruh terhadap pengeluaran

hariannya. Semakin banyak jumlah tanggungan, maka semakin banyak pula

jumlah pengeluaran yang ditanggung oleh petani tersebut. Dengan demikian

petani peserta program KRPL membutuhkan uang untuk memenuhi

kebutuhan harian, sehingga petani akan memanfaatkan perkarangan mereka

dengan lebih intensif untuk menambah pendapatan (Siregar G. et al., 2016).

Selain itu jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan

petani dalam berusahatani. Kondisi ini disebabkan karena adanya tuntutan

pemenuhan kebutuhan dan juga kecukupan tenaga kerja dalam

melaksanakan kegiatan usaha taninya. Rerata jumlah anggota keluarga

dalam KRPL Kota Ternate adalah 3-6 orang. Diduga hal inilah yang

berpengaruh terhadap keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan KRPL di

Kota Ternate.

Tabel 4. Karakteristik responden menurut luas lahan pekarangan yang

dimanfaatkan

No Luas Lahan (m2) Jumlah (orang) Presentase (%)

1. 0 – 100 31 100.00

2. 100 – 300 0 0.00

3. >300 0 0.00

Jumlah 31 100,00

Sumber : Data primer (diolah), 2018

Berdasar penelitian Siregar et al., 2016 diketahui bahwa rerata luas

perkarangan yang dimiliki petani peserta program KRPL relatif kecil dan

ditanami berbagai jenis tanaman. Dengan menanam berbagai macam

tanaman dalam satu areal, berkonsekuensi terhadap produktivitas berbagai

jenis tanaman tersebut tidak akan maksimal, namun disisi lain dapat

mengurangi kegagalan usaha. Luas lahan pekarangan untuk kegiatan

KRPLyang relatif sempit memudahkan dalam setiap tahapan pekerjaan

budidaya yang dilakukan, dan memudahkan dalam melakukan pengawasan

terhadap pemanfaatan faktor produksi sehingga lebih efisien dan tepat guna.

Page 55: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

52

Implementasi KRPL dikelompokkan berdasar strata luas lahan, yaitu

strata 1 untuk lahan sempit, strata 2 untuk lahan sedang, dan strata 3 untuk

lahan luas. KRPL di Kota Ternate termasuk dalam kategori lahan sempit

strata satu dengan rerata luas pekarangan 26,88 m2.

Komoditas yang umum dikembangkan dalam kegiatan KRPL di

Kota Ternate adalah tanaman hortikultura sayuran. Metode penanaman

menyesuaikan dengan ketersediaan lahan yang ada. Untuk lahan sempit

menggunakan model vertikultur di mana tanaman dibudidayakan di dalam

polibag atau memanfaatkan wadah bekas air minum mineral. Model

vertikultur akan lebih efisien karena tidak membutuhkan areal tanam yang

luas. Sementara untuk lahan yang cukup luas akan lebih variatif dan

fleksibel dalam pemanfaatan lahannya karena dapat menggunakan model

vertikultur maupun dengan membuat bedengan untuk menanam di

pekarangan.

Tabel 5. Karakteristik responden menurut jenis sayuran yang diusahakan

No Komoditas yang ditanam Jumlah (orang) Presentase (%)

1. Seledri 2 0.62

2. Bayam 7 2.17

3. Kangkung 9 2.79

4. Sawi 3 0.93

5. Cabai 11 3.41

6. Bawang merah 1 0.31

7. Caisin 7 2.17

8. Tomat 6 1.86

9. Selada 5 1.55

10. Kubis 2 0.62

11. Terung 9 2.79

12. Bayam merah 2 0.62

13. Brokoli 1 0.31

14. Pare 1 0.31

Sumber : Data primer(diolah), 2018

Komoditas sayuran yang ditanam di masing-masing KRPL

umumnya beragam tanaman sayuran. Sayuran yang banyak dipilih oleh

sebagian besar KRPL di Kota Ternate umumnya mudah dipasarkan,

memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan mudah dibudidayakan.

Sayuran tersebut antara lain seledri, bawang merah, daun bawang, tomat,

cabai, terong, kacang panjang, mentimun, selada, bayam merah, sawi, kol,

bunga kol, dan pare. Jenis tanaman sayuran yang dibudidayakan hendaknya

dipilih tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan harian, mudah ditanam,

Page 56: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Analisis Kinerja Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kota Ternate (HImawan Bayu Aji, Mardianah, Hermawati Cahyaningrum)

53

cepat menghasilkan, hasil tinggi dan sesuai dengan iklim di daerah tersebut

(Sunaryono, 1990). Pemilihan jenis tanaman/komoditas yang akan

dibudidayakan harus mengacu pada syarat tumbuh tanaman dan disesuaikan

dengan kondisi agroekologi setempat. Pemenuhan syarat tumbuh akan

memperbesar tingkat keberhasilan dalam usaha budidaya yang akan

dilakukan, sehingga memperkecil resiko kegagalan.

Peningkatan Pemanfaat Lahan Terhadap Pengurangan pengeluaran

Rumah Tangga

Menurut (Purwantini, T.B. et al., 2012), meskipun dari dulu hingga

kini, produksi pangan dari lahan pekarangan hanya bersifat menambah

kekurangan kebutuhan pangan keluarga, namun peningkatan kebutuhan

pangan akibat peningkatan jumlah penduduk dan kompetisinya dengan feed

dan biofuel, maka pemanfaatan lahan pekarangan akan membantu

memecahkan masalah rawan pangan dan kemiskinan.

Salah satu komponen dari KRPL adalah pemanfaatan lahan

pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Dalam

mendukung ketahanan pangan, pekarangan menjadi faktor yang vital karena

merupakan lahan terdekat dengan rumah tangga. Pemanfaatan pekarangan

untuk pangan seperti sayuran, umbi, buah, dan tanaman obat dapat menjadi

basis ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Dalam memberdayakan

pekarangan diperlukan strategi khusus mengingat tidak semua masyarakat

mengerti arti pentingnya pemanfaatan pekarangan.

Sumber : Data primer (diolah), 2018

Gambar 1. Luas pemanfaatan pekarangan KRPL di Kota Ternate

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Luas Pemanfaatan Pekarangan Kelompok KRPL Ternate

Pekarangan yang dimanfaatkan (m²) untuk tanaman sayuran

Luas Pekarangan (m²)

Page 57: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

54

Berdasarkan survai data base yang sudah dilakukan terhadap

responden setiap kelompok KRPL di Kota Ternate menunjukkan ada tren

positif dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman

sayuran. Hampir semua responden menyatakan bahwa pemanfaatan

Pekarangan sebagai lahan budidaya tanaman sayuran rata-rata

mencapai 40% dari keseluruhan lahan pekarangan yang tersedia.

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman sayuran berkorelasi

positif terhadap pengurangan pengeluaran belanja sayuran setiap bulannya.

Hasil olah data menunjukkan bahwa terdapat pengurangan

pengeluaran belanja antara 75% sampai dengan 250% setiap bulannya.

Artinya bahwa secara prinsip kegiatan KRPL bukan hanya sekedar

mengurangi pengeluaran rumah tangga tetapi bahkan mampu meningkatkan

pendapatan rumah tangga. Sejalan dengan hasil kajian Sugitarina et al.

(2016) yang mengemukakan bahwa program KRPL dapat meningkatkan

ketrampilan dan pengetahuan KW dalam optimalisasi pemanfaatan

pekarangan rumah sehingga dapat mengurangi pengeluaran untuk konsumsi

dan meningkatkan peluang usaha industri rumah tangga.

Sumber : Data primer (diolah), 2018

Gambar 2. Margin pengeluaran untuk sayuran/bln terhadap penghasilan dari

sayuran lahan pekarangan/bln

Skoring PPH dan Pemenuhan Gizi

Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH), keadaan

perencanaan penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diharapkan dapat

memenuhi tidak hanya kecukupan gizi, tetapi sekaligus juga

mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya

guna, daya terima masyarakat, kuantitas, dan kemampuan daya beli

0%

50%

100%

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Margin Pengeluaran untuk Sayuran Terhadap Penghasilan

dari Sayuran Lahan Pekarangan /Bln

Pengeluaran per bln untuk sayuran (Rp/bln)

Penghasilan per bln dari sayuran lahan perkarangan (Rp/bln)

Page 58: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Analisis Kinerja Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kota Ternate (HImawan Bayu Aji, Mardianah, Hermawati Cahyaningrum)

55

(Darmawan, 2013). Skoring terhadap nilai PPH menjadi salah satu referensi

penilaian bahwa kegiatan tersebut mampu meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat melalui perbaikan konsumsi pangan dan gizi.

Dasar skoring PPH beberapa responden yang diambil secara acak

dari setiap kelompok menunjukkan bahwa nilai PPH di Kota Ternate cukup

tinggi yaitu 92.2. Tingginya nilai PPH di Kota Ternate disebabkan oleh

konsumsi beberapa variabel pangan mempunyai nilai cukup tinggi di

antaranya padi-padian di mana skornya mencapai 23.8 (maksimal 25.0),

pangan hewani 24.0 (maksimal 24.0), dan sayur serta buah 28.4 (maksimal

30.0). (Harper et al.,1986), mengemukakan bahwa konsumsi pangan

merupakan jumlah pangan secara tunggal maupun beragam, yang

dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Konsumsi

pangan dapat dipakai sebagai pendekatan untuk mengetahui asupan pangan

suatu masyarakat.

Tabel 6. Perhitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH)

No Kelompok

Pangan

Gram

/

Kap/

Hari

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Kal

ori %

%

AK

E*)

Bo

bot

Sko

r

Akt

ual

Sk

or

A

KE

Sk

or

Ma

ks

Sk

or

PP

H 1 Padi-

padian 239,0 950,

9

19,

1 47,5 0,5 9,5 23,

8

25,

0

23,

8 2 Umbi-

umbian

1105,

4

162

2,3

32,

5 81,1 0,5 16,3 40,

6 2,5 2,5

3 Pangan

Hewani 860,7 111

8,9

22,

4 55,9 2,0 44,9 11

1,9

24,

0

24,

0 4 Minyak

dan Lemak 73,8 631,

1

12,

7 31,6 0,5 6,3 15,

8 5,0 5,0

5 Buah/Biji

Berminyak 39,6 222,

2 4,5 11,1 0,5 2,2 5,6 1,0 1,0

6 Kacang-

kacangan 14,9 49,6 1,0 2,5 2,0 2,0 5,0 10,

0 5,0

7 Gula 92,6 152,

7 3,1 7,6 0,5 1,5 3,8 2,5 2,5

8 Sayur dan

Buah 306,5 113,

8 2,3 5,7 5,0 11,4 28,

4

30,

0

28,

4 9 Lain-lain 85,5 124,

8 2,5 6,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Total 4.98

6

10

0,0

249,

3

94,2 23

4,8

100

,0

92,

2 Sumber : Data primer (diolah), 2018

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa program

KRPL di Kota Ternate dinilai cukup berhasil. Keberhasilan program KRPL

didukung kemampuan kerja yang dipengaruhi oleh kondisi umur, tingkat

pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas lahan pekarangan, dan jenis

sayuran yang diusahakan. Dari segi pendapatan ekonomi keluarga

menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya

tanaman sayuran mampu mengurangi pengeluaran belanja sayuran sebesar

Page 59: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Buletin Pengkajian Pertanian BPTP Maluku Utara Vol. 8, No. 1, 2019

56

75%-250% setiap bulannya. Skoring PPH sebagai dasar penilaian konsumsi

pangan juga menunjukkan bahwa nilai PPH di Kota Ternate cukup tinggi

yaitu 92.2.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Ternate. 2019. Kota Ternate dalam Angka 2019. Badan Pusat

Statistik Kota Ternate. Ternate.

Darmawan. D.P. 2011. Ketahanan Pangan Rumah Tangga dalam Konteks

Pertanian Berkelanjutan. Udayana University Press: Denpasar.

Denzin, Norman K., Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative

Research, Cetakan Pertama, Terjemahan. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Kartasapoetra A G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara:

Jakarta.

Harper LJ., Deaton BJ., Driskel JA.1986. Pangan, Gizi dan Pertanian.

Soehardjo Penerjemah. UI Press: Jakarta.

Kementan. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Kementerian Pertanian. Jakarta.

Purwantini, T.B., Saptana, dan Suharyono, S. 2012. Program Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kabupaten Pacitan : Analisis

Dampak dan Antisipasi ke Depan. Jurnal Analisis Kebijakan

Pertanian 10 (3): 239 - 256

Saptana, Saktyanu, KD. Wahyuni, S. Ariningsih, dan E. Darwis, V. 2004.

Integrasi kelembagaan forum KASS dan program agropolitan dalam

rangka pengembangan agribisnis sayuran sumatera. Analisis

Kebijakan: Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaan 2 (3): 257 -

276.

Sayaka, B. et al. 2005. Analisis pengembangan agroindustri berbasis pangan

lokal dalam meningkatkan keanekaragaman pangan dan

pengembangan ekonomi pedesaan. Laporan Akhir. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Page 60: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

Analisis Kinerja Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kota Ternate (HImawan Bayu Aji, Mardianah, Hermawati Cahyaningrum)

57

Schmidt, F. H. and J. H. A. Ferguson. 1951. Rainfall Types based on Wet

and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea.

Djawatan Meteorologi dan Geofisika: Jakarta.

Siregar G., Mardiyah A., AnuzulM. 2016. Analisis Perubahan Perilaku

Peserta Program MKRPL Terhadap Pendapatan Keluarga. Jurnal

Agrium 20 (1): 328 - 336

Sugitarina I.G.A.D., Darmawan D.P., Astiti N.W.S. 2016. Keberhasilan

Program kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) pada Kelompok

petani di kabupaten Gianyar. Jurnal Manajemen Agribisnis. 4 (2):

139 - 143.

Sunaryono, H. 1990. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting di

Indonesia. Sinar Biru: Bandung.

Susanto, A.N. dan Aji H.B. 2015. Data Base Kemandirian Pangan Provinsi

Maluku Utara.

Yasin A.Z.F. 2003. Masa Depan Agribisnis Riau. Unri Press: Pekanbaru.

Page 61: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

PEDOMAN BAGI PENULIS BULETIN BPTP MALUKU UTARA Naskah hasil pengkajian maupun yang berupa review ditulis dalam bahasa Indonesia atau

Inggris dengan urutan pembagian bab sebagai berikut :

JUDUL & NAMA PENULIS ditulis dengan huruf besar pada awal setiap kata dan disertai

catatan kaki yang ditulis lengkap (tidak disingkat) tentang profesi/jabatan dan nama instansi

tempat penulis bekerja. Judul hendaknya singkat (tidak lebih dari 14 kata) dan mampu

menggambarkan isi pokok tulisan.

Contoh : ANALISIS USAHATANI PALA DI KOTA TIDORE KEPULAUAN

ABSTRAK ditulis dalam bahasa Indonesia, sebanyak-banyaknya 150 kata yang dituangkan

pada satu alinea dengan susunan : Judul, nama (-nama) penulis dan ringkasan isi. ABSTRAK

merupakan inti seluruh tulisan dan harus mampu memberikan uraian yang tepat, jelas tapi

singkat tentang latar belakang, tujuan yang ingin dicapai, metodologi yang digunakan dalam

pencapaian tujuan, hasil penelitian yang terpenting dan kesimpulan (apabila memungkinkan).

Contoh : ABSTRAK <Judul> <Nama -[nama] penulis> < Abstrak isi>.

KATA KUNCI terdiri dari beberapa kata atau gugus kata yang menggambarkan isi naskah.

Demi keseragaman format dan kemudahan dalam pen-database-an, dianjurkan untuk diawali

dengan <nama komoditas> (apabila jenis komoditasnya tidak terlalu banyak).

Contoh : Padi, Benih unggul, Sekolah lapang.

ABSTRACT & KEY WORDS ditulis dengan bahasa Inggris dengan ketentuan seperti pada

ABSTRAK & KATA KUNCI. Pada naskah berbahasa Inggris, bab ini mendahului

ABSTRAK & KATA KUNCI.

PENDAHULUAN (nama bab tidak ditulis), mencakup latar belakang masalah, alasan

pentingnya penelitian itu dilakukan, temuan terdahulu yang akan disanggah atau

dikembangkan (termasuk di dalamnya telusuran pustaka terkait), pendekatan umum dan

tujuan penulisan. Nama jasad hidup yang menjadi topik penelitian harus disertai nama

ilmiahnya.

Contoh : Kedelai (Glycine max L. [Merrill]).

BAHAN & METODE berisi penjelasan ringkas tentang waktu dan tempat penelitian, bahan

dan teknik yang digunakan, rancangan percobaan dan analisis data. Teknik yang dirujuk tidak

perlu diuraikan (kecuali apabila dimodifikasi), tetapi cukup disebut nama sumbernya dan

tahun atau metodenya. Nama piranti lunak komputer yang digunakan untuk menganalisis

data seyogyanya disebutkan.

HASIL & PEMBAHASAN merupakan kupasan penulis tentang hasil, menerangkan arti

hasil penelitian, persamaan dan perbedaan hasil penelitian ini dibandingkan dengan

penelitian terdahulu (baik dari dalam maupun luar negeri), peran hasil penelitian terhadap

pemecahan masalah yang disebutkan di bab pendahuluan, hubungan antara parameter yang

satu dengan yang lain, dan kemungkinan pengembangannya.

KESIMPULAN (apabila memungkinkan) merupakan hasil kongkrit atau keputusan yang

diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran. Informasi yang bersifat

faktual (e.g. umur tanaman, dll) bukanlah kesimpulan, sehingga tidak perlu dimasukkan ke

dalam bab kesimpulan.

UCAPAN TERIMA KASIH (apabila dianggap perlu) berisi penghargaan singkat kepada

pihak-pihak yang telah berjasa selama penelitian (3-5 kalimat ringkas).

Page 62: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

PUSTAKA disusun menurut abjad. Secara umum, setiap pustaka hendaknya terdiri atas

nama penulis, tahun, judul, halaman dan penerbit. Pustaka seyogyanya dipilih yang masih

mempunyai kaitan dengan topik penelitian dan ditulis sebagai berikut :

Untuk Artikel di dalam Buku : Nama (-nama) penulis, tahun penerbitan, judul artikel,

halaman, nama penyunting, judul publikasi atau buku, nama dan tempat penerbit. Contoh :

Nugraha, U.S., Subandi, dan A. Hasanuddin. 2003. Perkembangan Teknologi Budidaya dan

Industri Benih Jagung. Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Litbang Pertanian: 37-72. Jakarta.

Untuk Terbitan Berkala : Nama (-nama) penulis, tahun penerbitan, judul artikel, nama

terbitan (disingkat, apabila dianjurkan), volume dan nomor, dan nomor halaman (dianjurkan).

Contoh :

Bachrein, S. 2005. Keragaan dan Pengembangan Sistem Tanam Legowo 2:1 pada Padi

Sawah di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut, Jawa Barat. JPPTP Valome 8 Nomor 1,

Maret 2005. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Untuk Buku : Nama (-nama) penulis, tahun penerbitan, judul buku, edisi dan tahun revisi,

nama dan tempat penerbit, dan jumlah halaman. Contoh :

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS). Jakarta.

110 hlm.

PERSIAPAN TULISAN

Persiapan Tulisan. Naskah diketik 1 spasi pada kertas ukuran A4, satu muka, tipe huruf

baku Times New Roman ukuran 11 cpi dan tidak lebih dari 15 halaman (termasuk tabel,

gambar dan pustaka). Badan naskah dicetak dengan ketentuan batas pinggir kertas 3 cm dari

atas, bawah, dan kanan, dan 4 cm dari kiri.

Tabel ‘masuk’ ke dalam teks, tidak dikumpulkan di bagian akhir makalah sebagaimana

halnya lampiran.

Judul tabel terletak di atas tabel yang bersangkutan dan hendaknya berupa satu kalimat yang

singkat dan jelas (termasuk keterangan tempat dan waktu).

Angka desimal ditandai dengan koma (bahasa Indonesia) atau titik (bahasa Inggris).

Besaran ditulis menurut standar internasional, bukan besaran lokal (e.g. kuintal, are) dan

mengikuti kaidah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (misalnya g, l, kg, bukan gr,

ltr, atau Kg).

Catatan kaki pada tabel ditandai dengan huruf atau angka dengan posisi agak naik

(superscript).

Gambar & Grafis hendaknya dibuat dengan piranti lunak komputer berikut ini : Excel,

SPSS, Corel Draw, dll. Foto hendaknya kontras, tajam dan jelas.

Penyerahan softcopy Penulis yang makalahnya akan segera diterbitkan agar menyerahkan

softcopy file teks dan gambar (format seperti tertera sebelumnya) dengan flashdisk yang

diserahkan ke Sdr. Hermawati Cahyaningrum di Ruang Editor Buletin Pengkajian BPTP

Maluku Utara, Komplek Pertanian Kusu No. 1 Oba Utara Kota Tidore Kepulauan, atau via

email melalui: [email protected]

Page 63: BULETIN - Kementerian Pertanianmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/buletin/Bul… · Maluku Utara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam olahanseperti tepung,

DAFTAR ISI

TANAMAN JAGUNG DI BAWAH TEGAKAN KELAPA

SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN PETANI KELAPA

(Abubakar Ibrahim, Kisey Bina Habeahan, Yulistiawati Andi

Jasil)…...………………

1 - 10

PENGARUH KONSENTRASI GULA INVERT DAN SARI

BUAH PALA (Myristica Fragrans Houtt) TERHADAP SIFAT

SENSORIS PERMEN KERAS (HARD CANDY) RASA PALA (Muhammad Assagaf, Maryani A. Marsaoli, Suhdan Kasuba)...................................

11 - 24

KINERJA KITOSAN SEBAGAI AGEN PENGIMBAS

KETAHANAN TANAMAN TERHADAP VIRUS PATOGEN (Emerensiana Uge dan Hermawati Cahyaningrum) …………………................................

25 - 37

EVALUASI KARAKTERISTIK TELUR ENTOK LOKAL

(Cairinamoschata) YANG GAGAL MENETAS PADA

PENETASAN ARTIFISIAL (Jonathan A. Lase, Dian Lestari, Slamet Hartanto) .....................................................

38 - 45

ANALISIS KINERJA KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

(KRPL) DI KOTA TERNATE (Himawan Bayu Aji, Mardianah, Hermawati Cahyaningrum)............................................

46 - 57