Buletin IRN Edisi 41
Transcript of Buletin IRN Edisi 41
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
1/14
IInternational Relations News Buletin - 41
BULETIN DIGITAL
INTERNATIONAL RELATIONS NEWS
Edisi 41
UNIVERSIT S MUH MM DIY H YOGY K RT
Diterbitkan oleh :Korps Mahasiswa Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Site : komahi.umy.ac.id I e-mail : [email protected]
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
2/14
2 IInternational Relations News Buletin - 41
Fokus I .4
Penenggelaman Kapal Illegal Dan Strategi Pertahanan Maritim
Indonesia: Sebuah Analisis
Fokus II ... 6
Melampaui Batas Negara Hingga ke Australia, Kapal Nelayan
Ditenggelamkan
Wawancara Utama ..8
Menenggelamkan Kapal Asing Jangan Hanya Shock Therapy
Opini Utama ..9
Kebijakan Baru Joko Widodo Menenggelamkan Kapal Asing
Kolom Komentar Mahasiswa.10
Analisa.....11
8 Fakta Kelautan Indonesia
Jurusan HI ..12
Info-info dari Jurusan
Resensi 12Sinopsis Film All the Presidents Men
Sastra ..13
Ketika Cinta Mengabdi
K-Gallery 14
Internatinal Relations News
F
T
R
I
S
I
Buletin
https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463 -
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
3/14
3 IInternational Relations News Buletin - 41
Beranda Redaksi
I N T E R N A T I N A L R E L A T I O N S N E W S
Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah,
Buletin edisi ke-41 sekaligus me-rupakan
buletin pertama yang kami ter-bitkan dalam peri-
ode kepengurusan 2014-2015 ini dapat kami hadir-
kan di hadapan pembaca. Sebuah perjalanan yang
cukup panjang bagi sebuah kar-
ya jurnalistik berupa buletin sejak dirintis pertam
akali dari edisi 1.Namun sebelum berbicara lebihjauh, tentunya hal ini tidak bisa terwujud tanpa ri-
dha dari AllahSWT yang senantiasa memberikan
kita nikmat sehat, dan nikmat ilmu sehingga kita
bisa men- jalani aktivitas kita sehari-hari.
Tak lupa juga kita mengirimkan shalawat serta
salam kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW.Buletin ini hadir sekaligus merangkap denga-
nedisi Spesial MATAF, sehingga buletin ini hadirsecara online. Pada edisi kali ini kami mengangkat
tema
Penenggelaman Kapal Illegal oleh Joko Widodo
, buletin edisi 41 ini terinspirasi dari banyaknya
kebijakan baru yang di ambil oleh presiden kita
yang terhormat, dan perlu kita kaji lebih lanjut
baik dan buruk dari sikap yang beliau keluarkan.
Demikian pengantar dari Redaksi.
Wassalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh
Buletin IRN Digital iniditerbitkan oleh
Divisi Pers MahasiswaKorps Mahasiswa Hubungan Inter-
nasionalUniversitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Penasehat:Dr. Nur Azizah, M.SiPenanggung Jawab Umum:-Rahmat Fanani Prasetya
Pimpinan Umum:Mirah Satria Alamsyah
Pimpinan Redaksi:Itsnaini Permata Hati
Reporter:
-Diah Sulung Syafitri-Anif Kusuma Ningrum-Anggita Setyowati-Richo Bimapaksi-Sarah Nur Ramadhani-Nanang Khoirino-Elitasari Apriyani-Anang Wahid Efendi-Zahra Ayu Novianty-Muhammad Fathin Pangestu-Kurniawan Dwi Sasongko
-Nada Nafisah-Dini Ardianti-Ammarudin Rasyid-Dimas Waluyo Sejati-Muhammad Rosyihan JauhariEditor:-Julia Rizky-Ajoe Lara Putra
Layout:Muzakir Haitami
Alamat Redaksi:
Sekretariat KOMAHI UMYGedung Ki Ba-gus HadikusumoLt. 2 UMYRingroad Barat,
Tamantirto,Kasihan, Bantul,Yogyakarta,55183
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
4/14
4 IInternational Relations News Buletin - 41
Fokus IPenenggelaman Kapal Illegal Dan Strategi Pertahanan
Maritim Indonesia: Sebuah Analisis
Oleh : Diah Sulung Syafitri & Rasyid (Pers Mahasiswa Korps Mahasiswa Hubungan Internasional UMY)
Beberapa bulan terakhir, Indonesia menjadi sorotan dunia karena kebijakan tegasnya dalammenenggelamkan kapal-kapal illegal yang masuk perairan Indonesia. Sejak pertama kali Doktrin Jokowiini diterapkan, banyak pihak yang kemudian mengkaji ulang konsep pertahanan maritim Indonesia. Adayang berkomentar puas, ada pula yang berkomentar pedas. Di satu sisi, kebijakan Jokowi dinilai telahsejalan dengan komitmen Poros Maritim Dunia yang disuarakan di forum Asia-Pasific EconomyCooperation (APEC), November 2014 lalu. Ketegasan sikap ini diyakini sebagai permulaan bagus untukmenegakkan law enforcementdan menjadikan Indonesia disegani negara lain. Lebih jauh, tindakan tegas inijuga akan mampu melindungi kekayaan alam Indonesia dari jarahan negara asing. Namun, di lain pihak,
tindakan penenggelaman kapal asing illegal ini disinyalir akan mengundang bibit-bibit konflik kawasan.
Malaysia dan Filipina adalah dua negara yang gencar melakukan aksi protes terhadap kebijakan Jokowi ini.
Seyogyanya, tindakan penenggelaman kapal asing illegal ini bukan hal baru bagi Indonesia.
Pedoman ini bahkan telah termaktub sejak tahun 2009 pada UU Tentang Perikanan (Undang -Undang
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan, 2009), dimana pasal 69 ayat 4 menyatakan
bahwa:
....penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran
dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang
cukup.
Dalam kajian Diplomasi Pertahanan, tindakan Indonesia dinilai sebagai bentuk Deterrence Effectdari diplomasi koersif. Deterrence Effectmerupakan daya tangkal terhadap pelanggaran wilayah yangdapat merugikan dan mengancam kedaulatan negara. Setiap negara memang memiliki hak untukmelindungi wilayah kedaulatannya masing-masing dengan cara-cara yang disepakati secara hukum. Dansetiap negara wajib saling menghormati hukum yang berlaku di negara yang bersangkutan. Nampaknya, iniyang menjadi pedoman Jokowi ketika menginstruksikan kebijakan penenggelaman kapal ini. Kecuali, adahubungan bilateral yang mengikat 2 negara terkait, sehingga ada dispensasi-dispensasi khusus terhadaphukum yang berlaku. Contohnya, Indonesia dan Malaysia memilikiMemorandum of Understanding (MoU)
tentang perlakuan terhadap nelayan yang disepakati di Bali, 27 Januari 2012.
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
5/14
5 IInternational Relations News Buletin - 41
Masing-masing negara menyepakati tindakan pencegahan dengan detail, yang diatur pada pasal 3 poin B,
sebagai berikut:
Inspection and request to leave the area shall be conducted promptly towards all fishing boats,
except for those using illegal fishing gears, such as explosives, electrical, and chemical fishing
gears.
Notification on the inspection and request to leave the area shall be reported promptly to Focal
Points; and
Conducing an open and direct communication among the maritime law enforcement agencies of the
Parties promptly and expeditiously.
Adanya MoU ini memang sangat bertentangan terhadap kepentingan
Indonesia yang telah termaktub pada Undang-Undang Tentang Perikanan
Tahun 2009 tadi. Menurut UU tersebut, Indonesia diharuskan bersikap tegas.
Namun menurut MoU, Indonesia dipaksa untuk bersikap halus. Sementara,
opsi untuk mengubah isi perjanjian bilateral adalah opsi yang paling harus
dihindari, karena akan berdampak buruk terhadap hubungan bilateral 2
negara.
Pada akhirnya, menaikkan isu ini ke permukaan, adalah cara aman
yang bisa dilakukan untuk tetap melindungi kedaulatan Indonesia. Penenggelaman kapal asing era Jokowi
ini lebih ditujukan kepada para pelaku pelanggaran untuk memberi efek psikologis, dengan cara menebar
rasa takut melalui penenggelaman dan pembakaran kapal. Ini lah yang dimaksud dengan Deterrence
Effect, sebagai efek laten dari strategi diplomasi pertahanan maritim Indonesia.
Menurut Lebow, dalam bukunya berjudul Deterrence, Deterrence Effect dapat diartikan
sebagai upaya untuk mempengaruhi penilaian pihak lain tentang kepentingannya yang dalam penerapannya
dimungkinkan untuk menggunakan strategi-strategi bersifat provokatif sesuai dengan kondisi yang ada.
Maka, berdasarkan penjelasan tersebut, cara ini dipandang akan lebih aman bagi pemerintah Indonesia,
dibandingkan harus berhadapan langsung merubah perjanjian bilateral yang telah disepakati- dengan
pemerintah negara bersangkutan, dimana akan sangat merugikan bagi keberlangsungan hubungan diplomasi
dua negara bersangkutan.
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
6/14
6 IInternational Relations News Buletin - 41
Fokus IIMelampaui Batas Negara Hingga ke
Australia,
Kapal Nelayan Ditenggelamkan
IRN, Yogyakarta -Kasus penenggelaman kapal
sudah sering terjadi sebelum Indonesia memberikan
tindak tegas kepada para pelaku illegal fishing di
perairan Indonesia pada akhir tahun 2014 ini. Bahkan
Indonesia yang menjadi sasaran penenggelaman
kapal tersebut.
Pada tahun 2012 contohnya, tiga kapal
nelayan milik Warga Negara Indonesia (WNI)
ditangkap karena berlayar di perairan Australia.
kejadian tersebut terjadi pada bulan Maret dan April.
Semua awak kapal ditahan oleh pihak yang
bertanggung jawab dibawah otoritas AFMA
(Australian Fisheries Management Authorities).
Berdasarkan artikel yang dimuat di website
resmi AFMA, kapal pertama ditemukan di Teluk
Carpentari, kapal tersebut sedang menggunakan
pukat untuk menangkap ikan hiu. Sedangkan kapal
kedua juga ditemukan sedang berusaha menangkap
ikan hiu dan ikan-ikan lainnya di dalam Australian
Fishing Zone di barat laut Australia Barat. Kapal
kedua tersebut telah tertangkap sebelumnya, kapal
mereka pun disita dan dimusnahkan, lalu didenda
sebesar $ 25.000 atau sekitar 253 juta Rupiah. Kapal
ketiga juga ditangkap diperairan Australia Barat
didaerah yang sama.
Mr. Peter Venslovas selaku General Manager
Operations dari AFMA mengatakan program tersebut
sukses dalam mengurangi aktivitas penangkapan ikan
secara illegal di perairan utara Australia.
Pada artikel berita yang diunggah olehnews.metrotvnews.com, pihak Australia selama
sembilan tahun terakhir ini (2005-2014) setidaknya
telah menenggelamkan sekitar 2.500 kapal yang
dianggap melanggar perbatasan Indonesia-Australia.
Proses penenggelamannya adalah dengan menembak
kapal hingga tenggelam dengan menyelamatkan
awak kapal terlebih dahulu ke atas kapal milik
otoritas keamanan Australia.
Penenggelaman tersebut mengundang
perhatian dari masyarakat Indonesia.
Ferdi Tanoni, selaku ketua Yayasan Peduli
Timor Barat (YPTB) mengatakan bahwa
penenggelaman kapal tersebut tidak sebanding
dengan tiga kapal nelayan Vietnam yg
ditenggelamkan oleh TNI AL di akhir tahun 2014.
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
7/14
7 IInternational Relations News Buletin - 41
Beliau juga menyampaikan melalui siaran pers yang diterima Media Indonesia, pada Rabu
(10/12/2014) bahwa banyak nelayan-nelayan Indonesia yang ditahan dan menjalani hukuman di Australia
atas tuduhan pelanggaran batas.
Kalaupun mereka memasuki wilayah perairan Australia, mestinya aparat keamanan mengembalikan
mereka ke Indonesia. Mereka nelayan-nelayan kecil, bukan beroperasi dengan kapal-kapal raksasa mencuri
ikan ujarnya. Memang, nelayan-nelayan tersebut menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari.
Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Muhammad Fauzan Al Ammari pun turut memberikan komentar terhadap kasus tersebut.
Ditemui pada Minggu (04/01/2015), Beliau beranggapan bahwa pemberlakuan aturan tersebut dapat
memberikan efek dimana nelayan yang sudah pernah ditangkap akan berusaha menjauhi wilayah perbatasan
agar tidak kembali melanggar.
Tapi dibalik kasus ini hal yang perlu kita soroti ialah kondisi kapal nelayan di Asia Tenggara yang
termasuk bersistem kapal tradisional yang mengandalkan alam untuk menentukan arah. Ujarnya. Menurut
beliau, program modernisasi kapal nelayan mestinya diberlakukan. Tujuannya yaitu untuk mempermudah
kapal dan mempergunakan fasilitas navigasi nelayan Indonesia sehingga dapat mempermudah nelayan
Indonesia agar tidak melanggar perbatasan wilayah.
Dibandingkan dengan menghancurkan kapal nelayan Indonesia, ada baiknya Australia
memasangkan teknologi navigasi dan peringatan dini jika kapal nelayan melanggar batas, sehingga mereka
akan berbalik arah. Tambahnya.
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
8/14
8 IInternational Relations News Buletin - 41
Wawancara UtamaMENENGGELAMKAN KAPAL ASING JANGAN HANYASHOCK THERAPY
Presiden Jokowi telah menginstruksikan kepada Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan
(Menkopolhukam) untuk mengeksekusi penenggelaman tiga kapal asing asal Vietnam yang mencuri ikan di perairan
Natuna, Kepulauan Riau. Kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menenggelamkan kapal tangkap nelayan asing yang men-
curi ikan di perairan Indonesia tak lagi bisa diprotes karena hal ini adalah merupakan bagian dari bentuk peneguhan
kedaulatan Indonesia. Berikut petikan wawancara eksklusif dengan Sugeng Riyanto, S.IP, M.Si., dosen Hubungan
Internasional mengenai kebijakan tersebut.
Bagaimana pendapat Bapak mengenai kebijakan Jokowi menenggelamkan kapal-kapal ilegal dari negara asing
yang masuk ke perairan Indonesia?
Menurut saya ada tiga point mengenai kebijakan tersebut, yaitu:
Jika kebijakan tersebut dipahami sebagai kebijakan luar negeri maka tindakan atau apapun yang berasal dari luar,
dasarnya adalah kepentingan nasional.
Sebuah kebijakan selalu didasarkan pada pertimbangan untung rugi. Apakah kebijakan itu berbenturan atau tidak
dengan tata kelola perikanan. Kalau kemudian dipahami sebagai sebuah shock therapy yang juga harus
dipahami negara kita adalah kemampuan setelah menggertaknya, karena gertakan tersebut tentu saja akan
menimbulkan reaksi, yaitu reaksi dari luar. Karena ketika Indonesia, katakanlah, menenggelamkan kapal-kapal
dari China, Thailand, Vietnam dan lain lain, saya pikir berita itu akan sampai terdengar ke pemerintah negara
tersebut.
Kalau itu memang merupakan sebuah kebijakan yang serius, maka tentu saja akan ada continuitydari kebijkan itu.
Itu bukan sekedar shock therapy tetapi memang merupakan kegiatan yang well plan yang benar betul-betul
terencana dan terukur. Permasalahannya apa? Kepentingannya apa? Tindakannya apa? Lalu evaluasinya seperti
apa?, mestinya itu merupakan suatu tindakan yang terukur. Dan jika itu terukur, saya pikir itu tidak masalah,
toh isu potensi kekayaan laut Indonesia memang sudah terkenal di mata dunia.
Dilihat dari segi politik luar negeri, apakah kebijakan tersebut akan memperburuk hubungan antar negara?
Secara sekilas tentu saja akan berdampak, tetapi kalau kemudian rezim atau pemerintahan Jokowi bisa menempatkan
itu dalam kerangka aturan yang berlaku, saya pikir tidak juga. Hanya memang kapal -kapal yang ditenggelamkan
belum begitu signifikan. Sebagai langkah awal saya pikir itu bagus, karena jika kita diam saja, kita akan diejek oleh
negara lain.
Apakah kebijakan tersebut juga akan menimbulkan efek jera bagi kapal-kapal asing yang ditenggelamkan?
Seper yang sudah saya katakan, jika itu hanya berupa shock therapy, itu dak akan berguna. Namun jika itu
terencana dengan baik dan ada connuitasnyamaka saya rasa itu akan berguna. Tetapi seberapa besar kita bisa
memanfaatkannya, tanpa kemudian memojokkan atau menyanjung salah satu pihak, apa yang telah di kemukakan
oleh Ibu Menteri Susi Pudjiastuti itukan kita sangat terpukau karena ikan-ikan itu berasal dari Indonesia dan hanya
ada di perairan Indonesia, tetapi dicuri oleh negara asing dan kemudian setelah di negara lain, ikan tersebut diberi
label dari negara tertentu padahal itu berasal dari Indonesia.
https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fhi.umy.ac.id%2Fprofil-dosen%2Fsugeng-riyanto%2F&ei=VlGeVK6YJ5XluQSwwIKYCg&usg=AFQjCNFefPsYoyPxcvged-piIKbOEv-ygQ&sig2=U-2s1aO7eP0fTDT1I_LX3g&bvm=bv.82https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?biw=1024&bih=463&q=continuity&spell=1&sa=X&ei=XUieVMykDciiuQTHmICgAw&ved=0CBcQvwUoAAhttps://www.google.com/search?biw=1024&bih=463&q=continuity&spell=1&sa=X&ei=XUieVMykDciiuQTHmICgAw&ved=0CBcQvwUoAAhttps://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?biw=1024&bih=463&q=continuity&spell=1&sa=X&ei=XUieVMykDciiuQTHmICgAw&ved=0CBcQvwUoAAhttps://www.google.com/search?biw=1024&bih=463&q=continuity&spell=1&sa=X&ei=XUieVMykDciiuQTHmICgAw&ved=0CBcQvwUoAAhttp://www.google.com/aclk?sa=L&ai=C-vvD00ueVImqFMPWuAS99YCgC6-pnMkF3-6R78YB-sCvkasCCAAQAWDpouKD4A3IAQGqBCJP0HU98FRPBxRwFKHnQ9GVvOl_oZhSvjeWNZYDMwzEthqXgAfH-YQniAcBkAcCqAemvhs&sig=AOD64_28x2V6HohmS1R9fCN4ApQao3HACg&rct=j&q=&ved=0CB0Q0Qw&adurl=http://lipsus.kohttp://www.google.com/aclk?sa=L&ai=C-vvD00ueVImqFMPWuAS99YCgC6-pnMkF3-6R78YB-sCvkasCCAAQAWDpouKD4A3IAQGqBCJP0HU98FRPBxRwFKHnQ9GVvOl_oZhSvjeWNZYDMwzEthqXgAfH-YQniAcBkAcCqAemvhs&sig=AOD64_28x2V6HohmS1R9fCN4ApQao3HACg&rct=j&q=&ved=0CB0Q0Qw&adurl=http://lipsus.kohttps://www.google.com/search?biw=1024&bih=463&q=continuity&spell=1&sa=X&ei=XUieVMykDciiuQTHmICgAw&ved=0CBcQvwUoAAhttps://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463https://www.google.com/search?biw=1024&bih=463&q=continuity&spell=1&sa=X&ei=XUieVMykDciiuQTHmICgAw&ved=0CBcQvwUoAAhttps://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fhi.umy.ac.id%2Fprofil-dosen%2Fsugeng-riyanto%2F&ei=VlGeVK6YJ5XluQSwwIKYCg&usg=AFQjCNFefPsYoyPxcvged-piIKbOEv-ygQ&sig2=U-2s1aO7eP0fTDT1I_LX3g&bvm=bv.82https://www.google.com/search?q=shock+therapy&spell=1&sa=X&ei=EUeeVPSPDtLJuATyp4GgCQ&ved=0CBkQBSgA&biw=1024&bih=463 -
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
9/14
9 IInternational Relations News Buletin - 41
Opini Utama
Kebijakan
menenggelamk
kapal ini
merupakan be
ketegasan Pres
Joko Widodo
sebagai upaya
menyelamatka
sumber daya la
KEBIJAKAN BARU JOKO WIDODO MENENGGELAMKAN KAPAL ASING
Menurut Dr. Ali Muhammad, Ph.D, kebijakan
Presiden baru Indonesia, Joko Widodo
merupakan kebijakan baru yang belum pernah
dilakukan oleh Presiden Indonesia sebelumnya.
Kebijakan menenggelamkan kapal ini
merupakan bentuk ketegasan Presiden Joko
Widodo sebagai upaya menyelamatkan sumber
daya laut dari penjarahan ikan beribu-ribu ton
oleh nelayan asing.
Kebijakan ini fokus kepada
penenggelaman kapalnya saja, bukan orang atau
nelayannya. Orang atau nelayannya diberikan peringatan saja. Kebijakan ini pastinya
melalui proses yang sangat panjang. Menurut Dr. Ali Muhammad, Ph.D, ini
merupakan gebrakan yang sangat bagus oleh pemerintah Presiden Joko Widodo
sebagai bentuk upaya dari perlindungan laut Indonesia. Tapi kita masih belum tau,
apakah ada persekongkolan antara pihak keamanan dan penjarah nantinya. Semoga
kebijakan ini bermanfaat untuk Indonesia terutama untuk kesejahteraan nelayan
Indonesia sendiri.
[Dihimpun oleh Richo dan Dini - Staf Divisi Pers Mahasiswa, Korps Mahasiswa
Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta]
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
10/14
10 IInternational Relations News Buletin - 41
Kolom Komentar Mahasiswa
Menurutku dalam kasus itu,
aku memang belum tahu dasar
hukumnya ada apa tidak dan
seperti apa. Tapi, in certain
degree aku setuju banget.
Konsiderasinya adalahIndonesia sudah lama
membutuhkan seseorang yg
berani melakukan uncommon
things gitu. Lagian, pencurian
kekayaan laut sudah terlalu
parah di indonesia. Bahkan,
dengan cara penanganan
sesuai konstitusi aja nggak
berhasil. Nah, menurutku
sudah saatnya melakukan
extreme deterence effects for
that. Dengan kebijakan itu
menunjukkan kalau Indonesianggak mau terima - terima aja
kekayaan laut dirampas. Ini
menunjukkan bahwa kita juga
menunjukkan aksi yang dalam
satu langkah dapat
mengancam sekaligus
memberi sanksi untuk para
pelaku kejahatan maritim di
Indonesia itu. (Arlita
Widyastuti -HI 2011 )
jalannya Hubungan
Internasional antara Indonesia
dengan negara tersebut. Untuk
mencegah konflik, sayamenyarankan untuk adanya
sosialisasi tentang kebijakan
meledakkan dan
menenggelamkan kapal ini.
Tetapi menurut saya dengan
mengeluarkan awak kapal
terlebih dahulu dan juga
memberikan hukuman sesuai
hukum yang berlaku untuk
Tindakan peledakan kapal
merupakan hak Indonesia
karena kapal yg melakukan
ilegal fishing sudah memasukikawasan laut dari NKRI. dengan
cara meledakkan kapal, akan
membuat jera para nelayan yang
akan melakukan hal tersebut.
Tetapi ini dapat memicu konflik
dengan negara lain karena
banyak kapal asing yang
melanggar aturan tersebut dan
tentunya akan mengganggu
awak kapal tersebut
sudah termasuk
cukup tegas dan
merupakan hak daripemerintah
Indonesia.
melakukan ilegal fishing. Ya
memang ada tata caranya yaitu
dengan mengeluarkan awak
kapal dan juga memproses para
awak kapal tersebut sesuai
dengan hukum yang berlaku.
Tetapi saya sangat tidak setuju
dengan cara yang meledakkan
dan menenggelamkan kapal
itu. Mungkin masih ada cara
lain yang lebih menguntungkan
dan juga lebih bermanfaat bagi
Indonesia. Karena apa, dengan
meledakkan dan
menenggelamkan kapal
kemungkinan akan terjadi
konflik dengan negara asing yg
kapalnya di ledakkan. Mereka
bisa saja menuntut kepada
Indonesia. Dan tentu saja akan
berakibat buruk kepadajalannya hubungan
internasional kedua negara
tersebut. (Widya Astuti - HI
2013)
Semua itu ada aturannya, tidak
main meledakkan dan
menenggelamkan kapal yang
Muhammad Fikri Effendi
(HI 2014)
ada tata
caranya yaitu
dengan
mengeluarkan
awak kapal dan
juga memproses
para awak kapal
tersebut sesuai
dengan hukum
yang berlaku
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
11/14
11 IInternational Relations News Buletin - 41
Analisa
8 Fakta Kelautan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan laut yang luar biasa. Dengan
luas lautan mencapai 70% dari seluruh luas negara Indonesia. Sebesar 14% spesies terumbu
karang dunia ditemukan di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 2500 jenis ikan dan 500 jenis
karang hidup di lautan Indonesia. Namun, ada fakta fakta unik lain tentang kelautan
Indonesia, berikut 8 fakta unik yang berhasil dihimpun redaksi IR News:
Lautan Indonesia dihuni oleh 28.000 spesies flora, 350 spesies fauna, dan 110.000 spesies
mikroba.
Lautan Indonesia memiliki potensi energi kelautan yang lebih tinggi daripada Laut Merah
Indonesia memiliki kesepakatan batas laut dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura,
Filipina, Australia dan Papua Nugini.
Perairan timur dan tengah Indonesia masuk dalam Segitiga Terumbu Karang Amazon Of
The Seas
Hanya 6,83 % dari 85.707 km terumbu karang Indonesia berpredikat sangat baik.
Dari 87 jenis mamalia laut, sebanyak 32 jenis mamalia laut dari kelompok paus, lumba
lumba, dan dugong bisa ditemukan di Indonesia.
Laut Indonesia merupakan tempat bagi 6 dari 7 jenis penyu laut dunia.
Dari 596 jenis hiu dan pari dunia, 157 jenis diantaranya dapat ditemui di Indonesia.
Termasuk Hiu Paus dan Pari Manta
Oseanik.
(Khoir)
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
12/14
12 IInternational Relations News Buletin - 41
Parta Demokrat, di mana lima
orang tertangkap basah kekamencoba membolak-balik arsip
milik partai oposisi Nixon. Dari
tempat sembunyi inilah, reportase
invesgasi dimulai. Woodward dan
Bernstein mulai mencatat detail
demi detail hal dan periswa sepu-
tar periswa skandal pencurian
tersebut. Kebenaran yang sengaja
ditutup-tutupi Nixon menjadi se-
mangat untuk kedua jurnalis terse-
but untuk mengungkap kasus ter-
sebut. Semua itu dak mudah
mereka lakukan. Karena dak mu-dah untuk membuat narasumber
agar mau buka mulut dan
mengakui keterlibatan dalam skan-
dal tersebut. Bahkan mereka harus
menelpon semua orang yang di-
perkirakan terlibat, lalu mencari
data pada kartu perpustakaan,
serta mencari dokumen dan cata-
tan penng yang bisa dijadikan
barang buk. Namun, pada akhirn-
Film ini menceritakan tentang he-
batnya dua orang wartawan TheWashington Post (Bob Woodward
dan Carl Bernstein) yang
melakukan invesgasi terhadap
kasus pencurian dana untuk kam-
panye Partai Demokrat yang meli-
batkan Presiden Richard Nixon.
Semua ini diawali dari periswa
pencurian yang tampak sangat
biasa yang terjadi di kantor Partai
Demokrat di Washington. Banyak
berita yang hangat dan tajam yang
dipasang di halaman muka koran
terbesar di Amerika Serikat. Danternyata wartawan The Washing-
ton Post lah yang mampu me-
nyingkap semua skandal yang ter-
jadi itu. Berkat kegigihan dan kerja
keras mereka sampai mereka san-
gat sulit untuk mencari waktu
israhat semua itu terbayarkankan
sudah dengan hasil yang sangat
memuaskan. Film ini di awali
dengan seng di Gedung Komite
ya semua kerja keras merka itu
terbayarkan dengan keputusanPresiden Richard Nixon untuk
mundur dari jabatannya sebagai
presiden. Begitulah kehebatan
seorang wartawan bahkan sampai
penggi negara pun bisa mereka
takhlukkan.
Jurusan HI
Sinopsis Film All the Presidents Men
Info-info dari Jurusan HI
5 januari2015 :Prayudisium
Tanggal 8 januari 2015
Kuliahumumbekerjasamadengan KE-
MENLU RI
Pembicara :Dubesdr.Darmansyahdjumala,MA.
(bppk KEMENLU)
Tema : PLN RI dibawah JOKOWI-JK
Tempat : AR fachrudin a lt 5
Pembicara : Drs. Heri syarifudin,MA.
(kepala P2PK)
Tema: Asia pasifikdanAfrika
Pukul : 8-12
Tempat : AR fachrudin a
lt 5
AIFIS(America-
indonesia for Indonesia student)
Tema :Perbandingandemokrasi Indonesia dan-
Rusia
Pembicara :Bpk. Faishol adib ,MA
Pukul :12-3
Tempat : AR fachrudin a lt 5
11 januari 2015 :Pelaksanaan AMT terakhir
12 januari 2015 :Yudisium
(Anang& Dimas)
RE
S
E
N
S
I
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
13/14
13 IInternational Relations News Buletin - 41
SASTRA
menakutkan?
Ditengah keramaian.
Kesunyian menempelkan rohnya
pada jasad kasar. Kebisingan tak
terdengar lagi. Kata-kata mutiara
tak diindahkan. Seolah dunia tak
tampak akan keperawanannya.
Kicauan burung menggema tak
jelas. Angin terasa kacau
menyapa. Hingga rumput tak
bahagia menari lembut.
Tibalah diwaktu mentari
tenggelam di kaki langit. Senja
melambai sedih. Kegelapan
membalut tiap sisi dan sendi ke-
hidupan. Rembulan tak lagi
tersenyum. Ia terisak di balik te-
balnya dinding iblis. Kesuciannya
dirampas oleh jahatnya kemunafi-
kan.
Perih di hati menggetar-
kan tubuh yang tertidur lelap.
Langkah tak berkekuatan lagi.
Mata berbicara dengan bahasa
kesedihan. Penyesalan me-
nanggung beban emosi
melankolis.
Langit ikut merasakan
kegelapan jiwa. Filosofi kegela-
pan tampak benar. Langit ber-
pihak kepada mereka yang buta
akan kebahagiaan. Kebahagiaan
adalah omong kosong belaka.
Senyuman terlihat munafik men-
ampakan diri. Kunci ketulusan
enggan menepi.
Cinta yang diyakini
berkuasa atas segala kebahagi-
aan. Itu tidak benar! Cinta hanya-
lah babu dari majikan luka batin.
Tak berani membuka celah atas
ketegasan kerinduan yang me-
nyiksa. Cinta menutup mata atas
derita manusia yang sedang me-
nangis. Cinta tak berani me-
mandang sorot mata yang lelah
dari jiwa roboh. Cinta hanyalah
kekasih pengecut.
Itulah fenomena ketika
cinta mengabdi kepada
kesakitan. Tak berani berucap
walau menyorot tiap jendela-
jendela kehidupan anak manusia.
Membiarkan manusia tetap di-
penjarai oleh derita berkepanjan-
gan. Apalah arti mengagungkan
cinta yang justru menjadi pecun-
dang atas nurani yang terbebani?
Cinta mengabdi kepada
kesakitan. Kesakitan tunduk
kepada ketulusan. Ketulusan
adalah kunci membuka jalan ke-
bahagiaan.
Kini, sebuah pertanyaan
besar terucapkan oleh lisan yang
terkunci. Mengapa Tuhan harus
menjadikan manusia sebagai
makhluk berperasaan? Cinta
membuat mereka yang menga-
gungkannya harus tersakiti, terlu-
ka, hingga trauma.
Sesungguhnya hanya
Tuhan yang berotoritas atas
kalbu. Cinta membuat mereka
tersakiti akan keinginannnya tak
tersampaikan. Siapakah yang
perlu disalahkan? Sungguh
tangguh menyalahkan Tuhan
yang Maha Agung. Ada rahasia
apa di balik kesakitan itu?
Terpikirkan sejenak,
mungkinkah lebih baik tidak
bernurani? Guna tidak menikmati
trauma atas derita cinta. Jika
Tuhan tidak sudi menengok ham-
baNya meneteskan benih kesu-
cian. Lalu kenapa sakit itu dibiar-
kan menjelma sebagai raksasa
Ketika Cinta Mengabdi
Cinta mengabdi
kepada kesakitan
Kesakitan tunduk
kepada ketulusan
Ketulusan adalah
kunci membuka
jalan
kebahagiaan
bagi mahasiswa HI yang ingin
mengirimkan tulisannya, silahkan
kirim ke e-mail kami :
-
7/21/2019 Buletin IRN Edisi 41
14/14
14 IInternational Relations News Buletin - 41
Mandarin Day - Rabu, 17 Desember 2014
K - G A L L E R Y
Seminar Menulis Skripsi 1 - Selasa, 31 Desember 2014
International Relations Forum Discussion - Kamis, 8 Januari 2015