Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi JAN 2018.pdfpenyedia...

21
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018 1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN DESEMBER 2017 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Desember 2017 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan/dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Desember 2017: El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Desember 2017, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan lebih dingin dari normalnya. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat -0.66°C sedangkan nilai bulanan Desember 2017 adalah -0.71 sehingga termasuk kategori La Nina Lemah. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface/ bawah laut Pasifik, dimana semuanya menunjukkan kondisi La Nina. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) yang bernilai -1.4 juga menunjukkan La Nina. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang mendingin maka diprediksi kondisi La Nina lemah akan berlangsung pada Januari hingga April 2018. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Desember 2017 (Sumber : BoM)

Transcript of Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi JAN 2018.pdfpenyedia...

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

1

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN DESEMBER 2017 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Desember 2017

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan/dipengaruhi oleh

fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Desember 2017:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama Desember 2017, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan lebih dingin dari normalnya. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat -0.66°C sedangkan nilai bulanan Desember 2017 adalah -0.71 sehingga termasuk kategori La Nina Lemah. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface/ bawah laut Pasifik, dimana semuanya menunjukkan kondisi La Nina. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) yang bernilai -1.4 juga menunjukkan La Nina. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang mendingin maka diprediksi kondisi La Nina lemah akan berlangsung pada Januari

hingga April 2018.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar

Pasifik Ekuatorial sampai akhir Desember 2017 (Sumber : BoM)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia dari awal tahun 2017 menunjukkan kecenderungan menuju normal setelah sebelumnya berada pada kisaran negatif. Indeks minggu terakhir Desember 2017 tercatat bernilai -0.34, hal ini menunjukkan ada kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kecenderungan menuju normal menandakan berkurangnya kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI normal ini diprediksi berlangsung hingga April 2018.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga awal Januari 2018 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO selama Desember 2017 tidak aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), yang tentunya kurang berkontribusi pada kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia. Dari anomali OLR terlihat wilayah Jawa didominasi warna putih dan sedikit wilayah Jawa Timur berwarna ungu muda yang menunjukkan dominan netral / normal terkait banyaknya liputan awan selama Desember 2017. Pemusatan daerah tutupan awan terlihat di sekitar wilayah Nusa Tenggara bagian selatan.

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Desember 2017, Warna ungu – merah muda

adalah OLR negatif, warna coklat adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

3

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Bulan Desember 2017, monsun Baratan mulai stabil dan sering bervariasi dari Baratdaya – Baratlaut akibat tumbuhnya daerah tekanan rendah di selatan ekuator. Kondisi yang mirip diprediksi terjadi saat memasuki bulan Januari 2017 dimana monsun baratan mulai menguat dan berdampak pada mulai meningkatnya kejadian hujan. Prediksi indeks AUSMI menunjukkan trend naik artinya timuran melemah dan Baratan menguat yang menyebabkan bertambahnya pembentukan awan hujan. Fenomena La Nina lemah yang diprediksi masih terjadi pada Januari 2017 juga turut berperan menambah curah hujan, selain faktor lainnya.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur

(komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien Desember (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Desember 2017 lapisan 850 mb

(sumber: ESRL NOAA)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di seluruh wilayah Indonesia bagian barat selama Desember 2017 (rata-rata bulanan) kondisinya lebih dominan massa udara dari Barat. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di mayoritas Jawa Timur umumnya netral artinya tidak adanya dominasi massa udara dari Utara / selatan. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Desember 2017.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

4

Suhu muka laut perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Desember 2017 berkisar antara -1.5 hingga +1.5º C, namun mayoritas wilayah perairan relatif normal (tidak ada

anomali) termasuk perairan sekitar Jawa sehingga kondisinya sama dengan kondisi normalnya. Namun secara harian kondisinya lebih berfluktuatif dimana masih sering terjadi anomali positif (hangat) di sekitar perairan Jawa sebelah Utara. Dengan suhu muka laut kisaran 26 – 29 °C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan potensi penguapan masih cukup tinggi dalam pembentukan awan. Hangatnya suhu perairan menjadi salah satu faktor dalam membentuk hujan selama Desember 2017, ditambah faktor-faktor lainnya seperti La Nina lemah yang sedang terjadi.

Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Desember 2017 (sumber: NOAA)

Seruakan Dingin Asia (Cold Surge)

Analisis kejadian fenomena seruakan dingin (cold surge) dari Asia yang diidentifikasikan dari nilai gradien atau perbedaan tekanan antara Gushi-Hongkong disajikan pada grafik di bawah ini. Aktifitas aliran massa udara dingin dari Asia ini bisa dilihat dari seberapa besar nilai indeksnya. Ketika nilai indeksnya ≥10 mb, dan suhu di Hongkong turun 5ºC maka massa udara dingin dari Asia berpeluang mempengaruhi kondisi cuaca di sekitar

wilayah Indonesia selatan ekuator dengan asumsi tidak adanya gangguan tropis di sekitar Laut Cina Selatan (LCS) yang cukup kuat menghambat proses cross equatorial flow. Hal ini dapat dilihat dari peta analisa garis arus angin / streamline.

Gambar 7. Grafik indeks seruakan dingin (Selisih Tekanan Udara Gushi–Hongkong) dan peta streamline

(Sumber data; Ogimet.com dan BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

5

Indikasi kejadian seruakan dingin dengan indeks ≥10 mb terjadi pada awal dasarian pertama dan pertengahan dasarian kedua. Di Hongkong terjadi penurunan suhu hingga 5ºC.

Dilihat dari peta arus angin terlihat angin dari Laut China Selatan masuk hingga ke Selatan Ekuator sehingga seruakan dingin Asia telah terjadi.

Kondisi ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kondisi cuaca di Jawa. Apabila diasumsikan penjalaran massa udara dingin dari Asia membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk sampai ke wilayah tengah Indonesia di selatan ekuator, maka efek dari seruakan dingin tersebut juga diasumsikan bisa dirasakan di wilayah Jawa Timur sekitar 2-3 hari berikutnya dari kejadian indeks ≥10 mb. Bahwa pada tanggal 3 dan 16 Desember 2017 curah hujan di Banyuwangi meningkat. Namun hal ini hanya salah satu faktor dari sekian banyak faktor lainnya dalam membentuk hujan di wilayah Jawa Timur.

Gangguan Tropis

Selama Desember 2017 terdapat 2 aktifitas gangguan tropis berupa badai tropis di wilayah utara Indonesia yaitu TC KAI-TAK (14 – 21 Desember 2017) dan TC TEMBIN (20 - 25 Desember 2017), sedangkan di wilayah selatan Indonesia terdapat 1 kali badai tropis yaitu TC HILDA (27 – 28 Desember 2017). Secara langsung berdampak pada kondisi cuaca Indonesia khususnya wilayah Indonesia bagian barat serta tentunya meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang di perairan. Untuk wilayah Banyuwangi secara umum terpengaruh berupa hujan yang tejadi dengan intensitas ringan - sedang dalam periode yang sedikit panjang serta peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang terutama pada terjadinya TC HILDA di perairan selatan Banyuwangi.

Gambar 7. Lintasan Siklon Tropis selama bulan Desember 2017 (sumber : MSS TC Information)

Kelembaban udara

Kelembaban udara relatif selama Desember 2017 di Jawa Timur umumnya lebih basah dibanding bulan sebelumnya dengan rata-rata kisaran 78 – 82%. Dari peta anomali terlihat merata di seluruh wilayah Jawa Timur dengan anomali positif 4 – 8 % dari rata-ratanya, dimana hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Desember 2017.

TC TEMBIN

TC KAI - TAK

TC HILDA

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

6

Gambar 8. Kelembaban Udara Relatif Desember 2017 dan Anomalinya pada level 850 mb (Sumber: ESRL NOAA)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Desember 2017 mayoritas wilayah Banyuwangi mengalami curah hujan yang tinggi. Pola cuaca musim hujan sangat nyata terjadi selama bulan Desember 2017. Hujan yang terjadi di beberapa wilayah bervariasi dari kategori menengah (100-300 mm), kategori tinggi (300 – 500 mm), bahkan sangat tinggi (>500 mm). Secara umum kondisi cuaca harian di wilayah Banyuwangi selama bulan Desember 2017 terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat.

Hujan mayoritas terjadi mulai siang hingga dini hari. Hal tersebut di picu oleh suhu muka laut harian di perairan Jawa (khususnya Jawa Timur) yang masih hangat sebagai penyedia uap air yang merupakan bahan utama pembentukan awan dan hujan di Jawa Timur termasuk Banyuwangi, monsun Baratan dengan sifat yang basah membawa banyak uap air yang sudah mulai stabil, pola pertemuan angin, perlambatan, dan belokan angin yang kerap terjadi, juga sebagai dampak tidak langsung dari siklon tropis, serta fenomena MJO dan La Nina lemah. Interaksi berbagai faktor tersebut membentuk pola cuaca yang terjadi selama Desember 2017. Memasuki awal bulan hujan mulai meningkat di wilayah Banyuwangi. Berdasarkan pantauan citra radar dan data hujan Banyuwangi juga terlihat bahwa hujan mulai meningkat menjelang awal bulan Desember 2017.

Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Desember tentunya secara spasial mayoritas hujan yang terjadi berada pada kondisi Atas Normal, hal tersebut lebih dipengaruhi oleh Angin Monsun Asia (angin baratan) yang telah aktif dan hangatnya suhu muka laut khusunya diwilayah perairan Jawa Timur serta kondisi La Nina Lemah yang berakibat bertambahnya suplay uap air ke wilayah Indonesia (khususnya Banyuwangi) sehingga pembentukkan awan-awan hujan bertambah dan berakibat jumlah hujan pun bertambah. Pada Desember 2017 sebagian besar wilayah Banyuwangi berada pada masa musim penghujan.

Pada bulan Januari 2017 Wilayah Banyuwangi umumnya masih berada pada masa Musim Hujan dan pada Januari/ Februari 2018 di prediksi merupakan Puncak Musim Hujan untuk wilayah Banyuwangi . Tetap perlu diwaspadai terjadinya Hujan tiba-tiba, Kilat, Petir yang terkadang disertai dengan Angin Kencang berdurasi singkat, serta bencana yang dapat timbul dikarenakan oleh faktor cuaca.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

7

B. Pantauan kondisi cuaca bulan Desember 2017 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Desember 2017, wilayah kota Banyuwangi, angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Selatan, dengan kecepatan 3 – 16 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan intensitas sangat ringan hingga Sedang. Angin maksimum terjadi pada 3 Desember 2017 yaitu dari arah Timur dengan kecepatan maximum 15 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 276.6 mm (Atas Normal). Suhu tertinggi 33.2 °C terjadi pada 9 dan 28 Desember 2017, suhu terendah sebesar 21.4 ºC terjadi pada 23 Desember 2017.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan Desember 2017, di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Desember 2017

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI DESEMBER 2017

NORMAL DESEMBER (1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 27.7 ⁰C 27.3 ⁰C

2 Temperatur maksimum 31.4 ⁰C 34.2 ⁰C

3 Temperatur minimum 24.1 ⁰C 22.2 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 33.2 ⁰C 36.4 ⁰C

5 Temp. min. absolut 21.4 ⁰C 22.2 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1008.7 mb 1008.6 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 2.1 knots 2.6 knots

8 Arah angin terbanyak Selatan Selatan

9 Kelembaban rata-rata 81 % 78 %

10 Curah hujan 276.6 mm 183.0 mm

11 Jumlah hari hujan 26 hari hujan 18 hari hujan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

8

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

9

Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Desember 2017 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Desember 2017 mencapai 126.4 mm dengan rata-rata harian 4.1 mm, penguapan tertinggi 8.5 mm terjadi pada 12 Desember 2017.

Penyinaran matahari rata-rata Desember 2017 ra ta - ra ta 42 %. Peny ina ran Ma taha r i te r t ingg i mencapai 100 % terjadi pada antara dasarian I dan II, sedangkan yang terendah 0 % terjadi pada antara dasarian I, II dan III Desember 2017.

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 0 8 . 7 m b , tertinggi 1011.4 mb pada 16 D e s e m b e r 2017 dan terendah 1005.8 mb pada 1 Desember 2017.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Desember 2017 adalah 8 1 % dengan RH tertinggi 93 % pada 31 Desember 2017, dan RH terendah 68 % pada 23 Desember 2017.

Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Baratdaya, kecepatan angin 2 - 7 knots sebesar 32.3 %. Kecepatan angin tertinggi 15 knots dari arah Timur.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi.

Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa

Blimbingsari, Kec. Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada

koordinat 8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Januari 2010. Hingga Desember 2017 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air dan yang terbaru adalah NAM Air (Sriwijaya Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Mandiri Utama Flight Academy (MUFA).

Kondisi parameter cuaca selama Desember 2017 di Bandara Blimbingsari dari data

hasil pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Blimbingsari dengan durasi

pengamatan 12 jam (00.00 – 11.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah bandara Blimbingsari pada bulan Desember 2017 normalnya berada pada masa

musim Hujan. Pada Desember 2017 di bandara Blimbingsari jumlah hujan ≥ 150 mm/ bulan

dan untuk bulan Januari 2018 masih berada pada masa Musim Hujan.

Curah hujan selama Desember 2017 mencapai 374.9 mm, dengan intensitas hujan

Ringan hingga Lebat. Hujan Lebat di bandara Blimbingsarai Banyuwangi terjadi pada 17 dan

18 Desember 2017. Kelembaban udara relatif rata-rata 87 %. RH tertinggi 97 % tanggal 31

Desember 2017, terendah 74 % tanggal 9 D e sem be r 2017. Tekanan udara (QNH) rata-

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

10

rata 1009.6 mb, tertinggi 1012.2 mb dan terendah 1006.5 mb. Suhu rata–rata 25.6 °C

dengan suhu maksimum absolut 32.6 °C terjadi pada 9 Desember 2017, suhu minimum

absolut 22.5 °C pada 17 Desember 2017. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 2 – 15 knots.

Angin dominan bertiup dari arah Barat. Mayoritas kecepatan angin mencapai 42.5 % berkisar

antara 2 – 7 knots. Kecepatan angin tertinggi 15 knots, terjadi pada 23 Desember 2017 dari

arah Barat.

Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Desember

2017 di Blimbingsari Airport (Sumber: BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

11

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang

Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Desember 2017 angin dominan dari arah Baratdaya dengan kecepatan angin bervariasi 1 – 19 knots. Suhu berkisar antara 23.3 – 31.3 °C, Kelembaban Udara Relatif 61.3 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1003.6 – 1011.7 mb. Kondisi cuaca dominan Hujan Ringan - Sedang. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

12

E. Analisa Hujan Desember 2017 daerah Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2017 dari stasiun BMKG dan pos-pos

hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Curah hujan tertinggi 801 mm/bulan terjadi di Songgon dengan 27 hari hujan dengan sifat hujan normal. Sementara curah hujan terendah 127 mm/bulan terjadi di Licin dengan 15 hari hujan.

Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Desember 2017

dan Sifat Hujan Desember 2017 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Desember 2017 mengalami curah hujan yang bervariasi. Curah hujan antara 127 - 801 mm/bulan dengan sifat hujan Bawah Normal, Normal dan Atas Normal. Hal tersebut merupakan dampak dari aktifnya monsun Asia (angin baratan), hangatnya suhu muka laut perairan Jawa Timur, serta interaksi faktor - faktor skala global, regional dan lokal lainnya. Dari peta hujan Desember 2017 dapat terlihat bahwa wilayah Songgon menerima curah hujan tertinggi bila dibandingkan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

13

dengan daerah lainnya.dengan sifat hujan Normal. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di Licin dengan sifat hujan Bawah Normal.

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Desember 2017 di Banyuwangi

(Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial hampir mayoritas wilayah Banyuwangi pada akhir Desember 2017 sudah terjadi hujan, sehingga potensi kekeringan pada Desember 2017 untuk daerah-daerah yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi tidak ada/ Nihil. Dan pada Januari 2017 ini secara keseluruhan wilayah Banyuwangi masih berada pada Musim Hujan. Hal yang perlu diwaspadai pada saat musim hujan yaitu terjadinya Hujan Lebat, Petir dan terkadang disertai Angin Kencang sesaat, Banjir dan Longsor.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

14

II. PROSPEK CUACA BULAN JANUARI 2018

A. Prediksi Dinamika Atmosfer Januari 2018

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode La Nina

Lemah mulai Desember 2017 hingga April 2018, sehingga ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Memasuki bulan Mei 2018 kondisi Normal terjadi dan akan berlangsung hingga Juli 2018, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau Negatif pada Desember 2017, diprediksi akan menjadi normal hingga April 2018, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat maupun sebaliknya.

Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia Januari 2017 umumnya SST perairan Indonesia dan sekitarnya anomali negatif (dingin) sampai positif (hangat). Kondisi Netral hingga anomali positif terdapat dominan di Samudera Hindia, sedangkan anomali negatif mulai terbentuk dari Laut Cina Selatan. Wilayah Nino 3.4 Samudera Pasifik Tengah terjadi anomali suhu negatif (mendingin). Pada periode Januari hingga Maret 2018 perairan Indonesia bagian barat diprediksi mulai terjadi pendinginan (anomali negatif) sedangkan perairan Indonesia bagian timur diprediksi menghangat (anomali positif). Pada wilayah Nino 3.4 samudera pasifik, anomali negatif masih bertahan. Sedangkan samudera Hindia diprediksi akan didominasi kondisi netral. Pola kondisi La Nina mulai terbentuk sejak Desember 2017, dan bertahan sampai April 2018.

Madden Jullian Oscillation pada akhir Desember 2017 tidak aktif di Benua Maritim

Indonesia (BMI). MJO mulai aktif kembali di BMI memasuki pertengahan Januari 2018. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR hingga akhir bulan Januari 2018 perairan Indonesia bagian barat terdapat wilayah konvektif dengan kecenderungan yang terus meningkat.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Desember 2017 sering muncul di Belahan Bumi Selatan (BBS). Seiring pergerakan semu matahari memasuki Januari 2017 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS akan meningkat yang tentunya akan membuat monsun baratan menguat dan akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan curah hujan di berbagai wilayah.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian wilayah Banyuwangi pada bulan Januari 2018 berada pada masa musim hujan sehingga tetap perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrim khususnya menjelang puncak musim hujan pada Januari dan Februari nanti. Didukung kondisi La Nina lemah maka akan dapat sedikit menambah curah hujan. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak La Nina lemah, dan hangatnya suhu muka laut perairan Jawa serta pola monsun baratan yang mulai stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan Januari 2017 mayoritas wilayah diprediksi curah hujannya diatas kondisi normalnya. Hanya sebagian kecil wilayah yang masih sama dengan kondisi rata-rata / normalnya.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

15

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NCEP - NOAA)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

16

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi Januari 2018 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer

di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Januari 2018 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan 150 mm hingga >500 mm

Sifat Hujan dominan Normal

Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan

Januari 2017 Banyuwangi (Sumber Data: BMKG Staklim Malang)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

17

C. Prakiraan Potensi Banjir Januari 2018 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Januari 2018. Dari peta terlihat

mayoritas wilayah di Banyuwangi diprediksi berpotensi banjir tinggi pada wilayah-wilayah yang rawan banjir. Memasuki bulan Januari 2018 seluruh wilayah Banyuwangi memasuki masa puncak musim penghujan, sehingga perlu diwaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrim yang kerap terjadi selama puncak musim hujan.

Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Januari 2018 (Sumber:BMKG)

III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI JANUARI 2018

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan Januari 2018 di wilayah Kota Banyuwangi :

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

18

IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi Desember 2017 (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan dirasakan sampai di Wilayah Kabupaten Banyuwangi pada bulan Desember 2017 adalah NIHIL/ tidak ada kejadian Gempabumi yang dirasakan signifikan sampai ke wilayah Kabupaten Banyuwangi.

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM DESEMBER 2017

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim diyakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Desember 2017 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari

Songgon 105 mm/hari dan Jatirono 109 mm/hari

Tanah Longsor -

Banjir -

Puting beliung / Waterspout -

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

19

DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang

dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan

penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap

setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

20

khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan

pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang

ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-

ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang

seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan

gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa

dikaitkan dengan intensitasnya

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

21

Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI

---ABCD : Act Beyond your Common Duties---