Buletin Anti Oksidan Sayuran Vol4 No.2 2014
-
Upload
fitria-slameut -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
description
Transcript of Buletin Anti Oksidan Sayuran Vol4 No.2 2014
7/21/2019 Buletin Anti Oksidan Sayuran Vol4 No.2 2014
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-anti-oksidan-sayuran-vol4-no2-2014 1/7
Tezar Ramdhan et. al.: Pengaruh Pemasakan terhadap Kandungan Antioksidan Sayuran
Bulet in Pertanian Perkotaan V olume 4 N omor 2, 2014 | 7
PENGARUH PEMASAKAN TERHADAP KANDUNGAN ANTIOKSIDAN
SAYURAN
Tezar Ramdhan dan Syarifah Aminah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta
Jln. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta Selatan - 12540
Email: [email protected]
ABSTRAK
Telah diyakini bahwa sayuran merupakansumber senyawa bioaktif terutamaantioksidan alami seperti vitamin, karotenoid,flavonoid, dan senyawa fenolik lainnya.Tidak ada keraguan pula bahwa proses danmetode pemasakan menyebabkan perubahansignifikan dalam komposisi kimia sayuran
dan mempengaruhi senyawa bioaktifnya baikdengan cara yang positif (meningkatkan
kandungannya) ataupun negatif (menurunkankandungannya). Dengan demikian, proses/
metode pemasakan dan pengaruhnyaterhadap senyawa bioaktif sayuran telah
menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji.Hasil dari beberapa eksperimen menunjukkan
bahwa proses pemasakan mempengaruhikonten dan aktivitas antioksidan baik secara
positif ataupun negatif. Pengaruh pemasakanterhadap kandungan antioksidan sayuran
terutama disebabkan oleh pelunakan ataudenaturasi jaringan tanaman atau gangguanselular dan pemisahan beberapa senyawafenolik dari struktur selular. Namun, untuk beberapa sayuran, metode pemasakan tidak
berpengaruh di mana konten dan aktivitasantioksidan tetap sama, sebelum dan setelah
pemasakan.
Kata Kunci: Sayuran, antioksidan, metode
pemasakan
ABSTRACT
It has been acknowledged that vegetables aregood sources of bioactive compounds,
especially natural antioxidants such asvitamins, carotenoids, flavonoids and other
phenolic compounds. There is no doubt that
cooking induces significant changes inchemical composition and affects the bioactive compound whether in a positive or
negative way. Thus, cooking procedures andits effect on bioactive compound of
vegetables have become an interestingsubject. The result of some experimentsshows that cooking methods affect thecontent and acticity of vegetables antioxidant
whether in term positif (increasing) or negatifway (decreasing/depleting). The effect ofcooking on antioxidant content of vegetable
mainly cause by softening or denaturation ofthe plant tissue or cellular disruption anddisassociation of some phenolic compoundsfrom cellular structures. However, for some
vegetables, the cooking methods have noeffect in which the antioxidant content and
activity remain same, before and aftercooking.
Key Words: vegetables, antioxidant, cookingmethods
PENDAHULUAN
idak diragukan lagi bahwa
sayuran merupakan sumber
senyawa bioaktif, terutama
antioksidan alami seperti vitamin, karotenoid,
flavonoid dan senyawa fenolik lainnya. Saatini, konsumen lebih sadar betapa pentingnya
mengkonsumsi berbagai sayuran untuk
mendapatkan antioksidan dan juga senyawa
bioaktif lain secara alami. Sebagian besar,
sebelum dikonsumsi, sayuran dimasak
terlebih dahulu baik dengan cara direbus,
ditumis, ataupun dikukus. Sementara itu,
tidak diragukan pula bahwa proses
pemasakan menyebabkan perubahansignifikan dalam komposisi kimia sayuran
7/21/2019 Buletin Anti Oksidan Sayuran Vol4 No.2 2014
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-anti-oksidan-sayuran-vol4-no2-2014 2/7
Tezar Ramdhan et. al.: Pengaruh Pemasakan terhadap Kandungan Antioksidan Sayuran
Bulet in Pertanian Perkotaan V olume 4 N omor 2, 2014 | 8
dan mempengaruhi senyawa bioaktifnya baik
dengan cara yang positif (meningkatkan
kandungannya) ataupun negatif (menurunkan
kandungannya). Oleh karena itu, perhatian
dan keingintahuan konsumen saat ini telah berkembang pula tidak hanya fokus terhadap
kandungan bioaktif sayuran sebagai produk
segar saja melainkan pula fokus terhadap
kandungan bioaktif sayuran sebagai produk
yang telah dimasak. Dengan demikian,
prosedur dan metode pemasakan dan
pengaruhnya terhadap senyawa bioaktif
sayuran telah menjadi suatu hal yang menarik
untuk dikaji. Untuk itu, makalah ini akan
menunjukkan efek pemasakan terhadap
senyawa antioksidan sayuran daun, sayuran
umbi, dan sayuran buah. Sementara itu,
metode pemasakan yang akan dibahas dalam
makalah ini hanya metode pamasakan yang
biasa dilakukan di rumah tangga terutama
perebusan dan pengukusan dengan
menggunakan kompor (api) dan pemasakan
dengan menggunakan oven microwave.
PENGARUH PEMASAKAN TERHADAP
KANDUNGAN ANTIOKSIDAN
SAYURAN
Perebusan adalah metode yang paling
umum digunakan untuk memasak beberapa
sayuran. Selain itu, pemasakan dengan
metode pengukusan dan pemasakan denganmenggunakan oven microwave juga semakin
umum dilakukan di rumah tangga. Hal itu
pula yang mendasari kenapa ketiga metode
tersebut merupakan metode pemasakan yang
paling banyak diteliti dan dikaji efeknya
terhadap senyawa bioaktif sayuran.
Faller dan Fialho (2009) melakukan
percobaan untuk mengukur dan
mengevaluasi pengaruh perebusan,
pemasakan dengan oven microwave, dan
pengukusan terhadap polifenol larut air yang
terkandung pada sayuran organik dan
sayuran konvensional (kentang, wortel,
bawang merah, brokoli, dan kubis). Untukmetode perebusan, sampel sayuran (100 g)
dimasukkan ke dalam panci stainless steel
yang berisi 150 mL air mendidih dan
kemudian ditutup. Lama perebusan adalah 5
menit untuk kubis putih, 6 menit untuk
brokoli, 6,5 menit untuk kentang dan 8 menit
untuk bawang merah dan wortel. Untuk
pemasakan dengan oven microwave skala
rumah tangga, setiap sampel sayuran (100 g)
ditempatkan di piring kaca dan kemudian
diberi 6 mL air, kecuali untuk kentang
dimana air yang ditambahkan adalah
sebanyak 12 mL. Sayuran ditutupi dengan
plastik yang diberi lubang kecil-kecil
(pelubangan menggunakan garpu). Lama
pemasakan dengan daya sembilan (potensi
daya maksimal, 2450 W) adalah 3 menit
untuk wortel dan kentang, 3,5 menit untuk
kubis putih dan 4 menit untuk bawang merah
dan brokoli. Sementara untuk metode
pengukusan, sayuran (100 g) ditempatkan
dalam kukusan stainless steel yang ditutupi
dengan tutup kain dan dikukus di atas air
mendidih pada tekanan atmosfer. Lama
pemasakan adalah 10 menit untuk bawang
merah, kentang dan kubis putih, serta 8 menit
untuk wortel dan brokoli.
Hasilnya percobaan, seperti terlihat
di Tabel 1, menunjukkan bahwa kandungan
polifenol larut air bawang merah tidak
terpengaruh meski dimasak dengan oven
microwave, direbus maupun dikukus.
Begitupun kentang organik yang dimasak
dengan oven microwave tidak mengalami
penurunan kandungan polifenol larut airnya.
Sedangkan sayuran organik lainnya,
7/21/2019 Buletin Anti Oksidan Sayuran Vol4 No.2 2014
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-anti-oksidan-sayuran-vol4-no2-2014 3/7
Tezar Ramdhan et. al.: Pengaruh Pemasakan terhadap Kandungan Antioksidan Sayuran
Buletin Pertanian Perkotaan V olume 4 N omor 2, 2014 | 9
mengalami kehilangan polifenol larut airsetelah pemasakan. Potensi kehilangan
bahkan mencapai lebih dari 50%.
Di sisi lain, data dari polifenol
terhidrolisis (Tabel 2) justru mengalami
peningkatan atau lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sayuran sejenis yang
masih mentah, terutama untuk wortel,
bawang, dan kentang. Hasilnya menunjukkan
bahwa polifenol larut air cenderung berkurang sementara polifenol terhidrolisis
cenderung meningkat. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena terbebasnya polifenol
dari matriks sel sayuran setelah pemanasan
dan gangguan jaringan tanaman. Konversi
fenolat larut menjadi bentuk yang lebih larut juga dapat terjadi. Pengolahan makanan,
seperti memotong dari jaringan sayuran dan
paparan suhu yang lebih tinggi, dapat
menyebabkan gangguan sel dan pemisahan
beberapa senyawa fenolik dari struktur
seluler seperti lignin dan polisakarida. Selain
itu, setiap tanaman memiliki berbagai jenis
senyawa fenolik dengan variasi ikatan yang
berbeda-beda antara fitokimia dan struktursel. Variasi ini dapat menyebabkan
pembelahan fenolik yang lebih tinggi atau
lebih rendah sesuai dengan jenis makanan
dan panas yang diterapkan. Flavanols,
Tabel 1. Kandungan polifenol yang dapat larut pada sayuran segar dan sayuran yang telah dimasak
Jenis SayuranTeknik
Budidaya
Polifenol larut air sayuran
segar (mg GAE/mlesktrak)
% Recovery
Rebus Microwave Kukus
Wortel OrganikKonvensional 0,521
a
0,289ab 40,9
b
110,7a 43,5
b
150,3a 52,1
b
44,3 b
Bawang merah OrganikKonvensional
0,195a
0,325a380,0
b
195,2 b273,6
c
140,1a 249,2
c
124,8a
Kentang OrganikKonvensional
0,399a
0,327a
74,2a 263,7
b111,0a 205,9
b
87,0a 64,9
a
Brokoli Organik
Konvensional
0,644a
0,525ab
76,0
73,9a
71,1
109,1a
63,0
95,6a
Kubis putih OrganikKonvensional
0,521a
0,289ab
86,3a
104,5a
61,5a
59,4 b
36,1a
50,2 b
Sumber : Faller and and Fialho (2009)
Tabel 2. Kandungan polifenol yang dapat dihidrolisis pada sayuran segar dan sayuran yang telah
dimasak
Jenis Sayuran
Teknik
Budidaya
Polifenol sayuran segar
(mg GAE/ml esktrak)
% Recovery
Rebus Microwave Kukus
Wortel Organik
Konvensional
0,808a
0,626a
77,6a
112,7a
87,3a
108,9a
80,2a
123,3a
Bawang merah Organik
Konvensional
1,204a
0,932a
74,6 b
156,0 b
114,9c
155,3 b
105,4ac
163,2 b
Kentang Organik
Konvensional
0,352a
0,422a
181,4a
355,9 b
180,8a
274,3ab
122,8a
85,6a
Brokoli Organik
Konvensional
2,315a
2,014ac
53,2 b
65,0 b
55,6 b
81,4 bc
46,9 b
125,7a
Kubis putih Organik
Konvensional
1,693a
1,365a
39,7 b
34,9 b
56,3 b
55,2 b
37,5 b
100,6a
Sumber : Faller and and Fialho (2009)
7/21/2019 Buletin Anti Oksidan Sayuran Vol4 No.2 2014
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-anti-oksidan-sayuran-vol4-no2-2014 4/7
Tezar Ramdhan et. al.: Pengaruh Pemasakan terhadap Kandungan Antioksidan Sayuran
Buletin Pert anian Perkotaan V olume 4 N omor 2, 2014 | 10
misalnya, memiliki perilaku yang berbeda
tergantung pada metode pemasakan yang
dilakukan. Pemanggangan dan penumisan
dapat menyebabkan kenaikan 7-25%konsentrasi quercetin, sedangkan perebusan
dalam air mendidih dapat menyebabkan
penurunan 18% konsentrasi flavonol.
Sementara itu, kapasitas
penangkapan radikal oleh sayuran menurun
setelah pemasakan (Tabel 3). Meskipun
pemasakan cenderung menurunkan
kandungan polifenol dalam sampel sayuran
yang dianalisis, kenaikan atau penurunan
kapasitas antioksidan tidak langsung
dipengaruhi oleh modifikasi kandungan
polifenol. Umumnya, konsentrasi yang lebih
rendah dari senyawa fenolik dapat
menyebabkan kapasitas antioksidan yang
lebih rendah, namun kedua bawang baik
yang organik maupun konvensional
menunjukkan penurunan kapasitas
penangkapan radikal walaupun memiliki
tingkat pemulihan polifenol yang tinggi
setelah pemasakan.
Percobaan sebelumnya yang
dilakukan oleh Zhang dan Hamauzu (2004)
menunjukkan adanya perubahan komponen
antioksidan, termasuk fenolat, asam askorbat
dan karotenoid, pada brokoli, selama
pemasakan konvensional dan pemasakan
menggunakan microwave. Dalam percobaanini, bunga dan batang brokoli dimasak
dengan cara direbus konvensional dan
menggunakan microwave selama 300 detik.
Jumlah retensi fenolat pada bunga brokoli
hingga 28,1-28,4% dan 55,6-57,8% pada
batang brokoli yang dimasak. Sedangkan
retensi asam askorbat adalah 34,1-34,4% dan
29,1-29,5%, masing-masing pada bunga dan
batang brokoli. Jumlah karotenoid yang
dipertahankan lebih baik dibandingkan total
fenolat dan asam askorbat. Aktivitas
antioksidan total dipertahankan pada 34,7-
35,0% di bunga yang dimasak dan 34,6-
34,7% pada batang yang dimasak. Aktivitas
antioksidan fenolik dipertahankan pada
37,4% dan 64,7%, masing-masing pada
bunga dan batang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komponen antioksidan
dan aktivitas antioksidan dalam brokoli
banyak yang hilang selama memasak.
Kerugian ini harus diperhitungkan ketika
menghitung asupan senyawa antioksidan dari
brokoli yang dimasak (Tabel 4).
Tabel 3. Kapasitas antioksidan sayuran sebelum dan setelah pemasakan
Jenis Sayuran Teknik Budidaya% Kapasitas Penangkapan Radikal Bebas
Segar Rebus Microwave KukusWortel Organik
Konvensional
40,4a
48,3a
5,6 b
3,4 b
8,4 b
12,3 b
9,2 b
2,1 b
Bawang merah Organik
Konvensional
60,6a
48,8a
14,8 b
28,9 b
18,9 b
19,7 b
14,1 b
10,9 b
Kentang Organik
Konvensional
11,2a
13,0a
26,3 b
11,0a
30,3 b
17,8a
32,4 b
19,8a
Brokoli Organik
Konvensional
73,8a
78,9a
87,0 b
91,7 b
89,2 b
89,7c
89,0 b
90,0 bc
Kubis putih Organik
Konvensional
41,0a
57,2a
26,9 b
18,0 b
37,7a
30,4c
22,5 b
10,8 b
Sumber : Faller and and Fialho (2009)
7/21/2019 Buletin Anti Oksidan Sayuran Vol4 No.2 2014
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-anti-oksidan-sayuran-vol4-no2-2014 5/7
Tezar Ramdhan et. al.: Pengaruh Pemasakan terhadap Kandungan Antioksidan Sayuran
Buletin Pertanian Perkotaan V olume 4 N omor 2, 2014 | 11
Dalam percobaan lain, Turkmen et
al. (2005) telah mempelajari efek pemasakan
dengan microwave serta perebusan dan
pengukusan metode konvensional terhadap
total fenolat dan aktivitas antioksidan lada,
labu, kacang hijau, kacang polong, daun
bawang, brokoli dan bayam (Tabel 5).
Jumlah fenolat sayuran segar berkisar 183,2-
1344,7 mg/100 g (sebagai asam galat) berat
kering. Aktivitas antioksidan total berkisar
antara 12,2% sampai 78,2%. Dengan
pengecualian untuk bayam, pemasakan
menurunkan kadar total fenolat secara
signifikan. Setelah dimasak, total fenolat
labu, kacang polong, dan daun bawang
berkurang secara signifikan. Sebaliknya,
kandungan total fenolik lada dan kacang
hijau meningkat secara signifikan.
Tabel 4. Efek pemasakan terhadap total fenol, vitamin C, dan karotenoid brokoli
Bagianbrokoli
Komponen Antioksidan
MetodePemasakan
Waktu Pemasakan (s)
0 30 60 90 120 300
Bunga Total fenol(mg/100 g FW)
Konvensional 34,5 + 1,0 23,6 + 0,7 18,1 + 0,6 15,2 + 0,5 13,2 + 0,5 9,7 + 0,4
Microwave 34,5 + 1,0 24,1 + 0,7 18,5 + 0,7 15,5 + 0,6 13,2 + 0,5 9,8 + 0,4
Vitamin C(mg/100 g FW)
Konvensional 103 + 3,5 83,5 + 2,6 68,7 + 2,1 54,2 + 2,0 42,1 + 1,9 35,2 + 1,5
Microwave 103 + 3,5 85,1 + 2,5 70,2 + 2,1 54,3 + 2,1 43,1 + 1,8 35,5 + 1,4
TotalKarotenoid(mg/100 g FW)
Konvensional 3,75 + 0,25 3,65 + 0,25 3,30 + 0,23 3,21 + 0,23 3,11 + 0,20 2,89 + 0,20
Microwave 3,75 + 0,25 3,70 + 0,25 3,35 + 0,24 3,23 + 0,23 3,10 + 0,20 2,90 + 0,20
Batang Total fenol(mg/100 g FW)
Konvensional 4,5 + 0,2 3,9 + 0,2 3,5 + 0,2 3,3 + 0,1 3,2 + 0,1 2,6 + 0,1
Microwave 4,5 + 0,2 4,0 + 0,2 3,7 + 0,1 3,3 + 0,1 3,1 + 0,1 2,5 + 0,1
Vitamin C
(mg/100 g FW)
Konvensional 124 + 3,8 100 + 3,5 82,5 + 2,7 64,7 + 2,1 50,5 + 1,9 36,0 + 1,5
Microwave 124 + 3,8 103 + 3,5 85,0 + 2,5 65,2 + 2,1 50,9 + 1,8 36,5 + 1,5
TotalKarotenoid(mg/100 g FW)
Konvensional 0,10 + 0,03 0,10 + 0,03 0,09 + 0,03 0,08 + 0,02 0,08 + 0,02 0,08 + 0,02
Microwave 0,10 + 0,03 0,10 + 0,03 0,10 + 0,03 0,08 + 0,02 0,08 + 0,02 0,08 + 0,02
Sumber: Zhang dan Hamauzu (2004)
Tabel 5. Efek berbagai metode pemasakan terhadap total fenol dan faktor retensi beberapa sayuran.
SayuranTotal fenol ( mg GAE / 100 g DM)
Segar Rebus Kukus Microwave
Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Lada 1344,8 + 26,25a 1538,4 + 78,92bc 114 1371,0 + 34,76ab 102 1696,1 + 53,91c 126
Labu 833,0 + 37,79b 497,3 + 9,72a 60 581,7 + 27,02a 70 555,6 + 26,75a 67
Kacang hijau 355,3 + 16,59a 405,2 + 14,95b 114 463,3 + 4,53c 130 457,4 + 9,30c 129
Buncis 183,3 + 10,23b 139,8 + 2,06a 76 160,6 + 3,1a 88 151,9 + 7,10a 83
Bawang 300,8 + 4,20c 193,9 + 10,87a 64 254,4 + 10,7b 85 245,5 + 6,41b 82
Brokoli 1204,3 + 12,6a 1129,2 + 20,30a 94 1415,5 + 52,6b 118 1510,4 + 17,65b 125
Bayam 1274,8 + 94,09a 1291,8 + 89,27a 101 1315,3 + 14,4a 103 1390,7 + 41,40a 109
Sumber: Turkmen et al. (2005)
7/21/2019 Buletin Anti Oksidan Sayuran Vol4 No.2 2014
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-anti-oksidan-sayuran-vol4-no2-2014 6/7
Tezar Ramdhan et. al.: Pengaruh Pemasakan terhadap Kandungan Antioksidan Sayuran
Bulet in Pertanian Perkotaan V olume 4 N omor 2, 2014 | 12
Begitupun, meskipun sedikit, kandungan
total fenolat bayam juga diamati meningkat
setelah pemasakan.
Terkait dengan kandungan
karotenoid brokoli, Bernhardt dan Schlich(2006) meneliti pengaruh dari metode
pemasakan domestik/rumah tangga
(perebusan, microwave dan pengukusan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semua metode pemasakan mengarah ke rilis
yang signifikan dari semua trans-b-karoten
dan cis-isomernya. Dalam brokoli, beta
karoten tergabung dalam karotenoid-protein-
kompleks dalam kloroplas yang disebut
carotenoproteins dan memiliki effek
penghambatan pada extractability dari β-
karoten dari matriks sayuran. Pemasakan
menyebabkan pelunakan jaringan tanaman
dan denaturasi protein sehingga karotenoid
dapat diekstraksi jauh lebih mudah. Hal ini
sering diasumsikan pula bahwa dengan
meningkatnya daya terekstraksinya
berhubungan dengan peningkatan
bioavailabilitas beta karoten.
Sebuah studi terbaru yang dilakukan
oleh Mazzeo et al. (2011) menunjukkan
pengaruh perebusan dan pengukusan
terhadap kandungan total karotenoid wortel
dan bayam (Tabel 6). Setelah perebusan,
total kandungan karotenoid wortel dan
bayam berkurang signifikan. Pengurangan
tersebut kemungkinan terkait dengan
pelepasan karoten ke dalam air mendidih.
Sebaliknya, pengukusan adalah prosedur
memasak terbaik untuk menjaga total karoten
pada bayam (Tabel 7).
KESIMPULAN
Metode pemasakan mempengaruhi
kandungan antioksidan sayuran baik secara
positif (meningkatkan) atau cara negatif
(menurunkan). Namun demikian, secara
umum, pemasakan lebih banyak menurunkan
kandungan antioksidan sayuran. Pengaruh
pemasakan pada kandungan antioksidan dari
sayur terutama disebabkan oleh pelunakan
atau denaturasi jaringan tanaman atau
gangguan seluler dan pemisahan beberapa
senyawa fenolik dari struktur selular. Untuk
beberapa sayuran, metode memasak tidak
berpengaruh di mana konten dan aktivitas
antioksidan tetap sama, sebelum dan setelah
memasak.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., R. Batari, D.A. Sandrasari,B. Bolling, H. Wijaya. 2010.
Flavonoid content andantioxidant activity of vegetables
from Indonesia. Food Chemistry
121: 1231-1235
Tabel 7. Kandungan karotenoid wortel dan bayam setelah pemasakan
PerlakuanTotal karotenoid
(mg/100 g)
Wortel:
Segar
Perebusan
Pengukusan
237,9 + 1,8a
221,6 + 2,0 b
208,6 + 8,0c
Bayam:
Segar
Perebusan
Pengukusan
370,8 + 20,4a
315,1 + 17,0 b
378,8 + 20,9a
Tabel 6. β-Carotene and α-tocopherol contents(mg/100 g) pada brokoli
Jenis Segar Perebusan
Pengukusan
trans-β-carotene
0,05 +0,01
0,27 +0,04
0,21 + 0,03
cis-β-carotene
0,02 +0,004
0,10 +0,012
0,07 + 0,015
Α-
tokoperol
0,32 +
0,05
1,54 +
0,16
1,58 + 0,16
Sumber: Bernhardt dan Schlich (2006)
7/21/2019 Buletin Anti Oksidan Sayuran Vol4 No.2 2014
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-anti-oksidan-sayuran-vol4-no2-2014 7/7
Tezar Ramdhan et. al.: Pengaruh Pemasakan terhadap Kandungan Antioksidan Sayuran
Buletin Pertanian Perkotaan V olume 4 N omor 2, 2014 | 13
Bernhardt S. and Elmar Schlich. 2006.
Impact of diff erent cookingmethods on food quality:Retention of lipophilic vitaminsin fresh and frozen vegetables.Journal of Food Engineering 77:
327–333
Choi, E. M., & Hwang, J. K. (2005).Screening of Indonesian
medicinal plants for inhibitoractivity on nitric oxide
production of raw 264.7 cellsand antioxidant activity.
Fitoterapia, 76, 194–203.
Faller A.L.K. and E. Fialho. 2009. Theantioxidant capacity and
polyphenol content of organicand conventional retailvegetables after domestic
cooking. Food ResearchInternational 42: 210–215
Gomez-Lopez, V., Ragaert, P., Debevere, J.,
Devlieghere, F., 2008.Decontamination methods to prolong the shelf-life ofminimally processed vegetables,
state-of the-art. Crit. Rev. FoodSci. Nutr. 48, 487–495.
Mazzeo T., Denis N’Dri, Emma Chiavaro,Attilio Visconti, Vincenzo
Fogliano, Nicoletta Pellegrini.2011. Effect of two cooking procedures on phytochemicalcompounds, total antioxidant
capacity and colour of selected
frozen vegetables. FoodChemistry 128: 627–633
Murcia, M.A., A.M. Jiménez-Monreal, L.García-Diz, M. Carmona, L.
Maggi, M. Martínez-Tomé.2009. Antioxidant activity ofminimally processed (inmodified atmospheres),
dehydrated and ready-to-eatvegetables. Food and Chemical
Toxicology 47 : 2103–2110
Turkmen N., Ferda Sari, Y. Sedat Velioglu.
2005. The eff ect of cookingmethods on total phenolics andantioxidant activity of selected
green vegetables. FoodChemistry 93: 713–718
Villanueva, M.J., Tenorio, M.D., Sagardoy,M., Redondo, A., Saco, M.D.,
2005. Physical chemicals,histological and microbiological
changes in fresh green asparagus(Asparagus officinalis, L) storedin modified atmosphere packaging. Food Chem, 91, 609–
619.
Zhang D. and Yasunori Hamauzu. 2004.Phenolics, ascorbic acid,carotenoids and antioxidant
activity of broccoli and theirchanges during conventional andmicrowave cooking. FoodChemistry 88: 503–509