bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

150
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

Transcript of bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Page 1: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

PRAKTIK KLINIK

KEPERAWATAN JIWA

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KOTA TEGAL

Page 2: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI

RENDAH

PEDOMAN POHON MASALAH KEPERAWATAN

RESIKO MENCEDERAI DIRI, ORANG LAIN &

LINGKUNGAN

PERUBAHAN PERSEPSI-SENSOR :

HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

PERILAKU KEKERASAN

TIDAK EFEKTIFNYA KOPING KELUARGA KETIDAKMAMPUAN

KELUARGA MERAWAT ANGGOTA KELUARGA

TIDAK EFEKTIFNYA KOPING INDIVIDU

KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL

MENURUNNYA MOTIVASI PERAWATAN

MENURUNNYA MOTIVASI PERAWATAN

GANGGUAN PROSESPIKIR : WAHAM

BERDUKA DISFUNGSIONAL

TIDAK EFEKTIFNYA PENATALAKSANAAN

REGIMEN TERAPEUTIK

Page 3: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU KEKERASAN

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa

Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM

: .................................

TGLNO.

DX

DIAGNOSA KEPERA-WATAN

PERENCANAANINTERVENSI RASIONAL

TUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan.

TUM :Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab.TUK :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1.1. Klien mau

membalas salam.

1.2. Klien mau menjabat tangan.

1.3. Klien mau menyebutkan nama.

1.4. Klien mau tersenyum.

1.5. Klien mau kontak mata.

1.6. Klien mau mengetahui nama perawat.

1.7. Menyediakan waktu untuk kontrak.

1.1.1.Beri salam/ panggil nama klien.

1.1.2.Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan.

1.1.3.Jelaskan maksud hubungan interaksi.

1.1.4. Jelaskan tentang kotrak yang akan dibuat.

1.1.5.Beri rasa aman dan sikap empati.

Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya.

Page 4: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

1.1.6.Lakukan kontak singkat tapi sering.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

2.1. Klien dapat mengungkap kan perasaannya.

2.2. Klien dapat mengungkap kan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, dari lingkungan/ orang lain).

2.1.1. Beri kesempatan untuk mengung kapkan perasaan nya.

2.1.2. Bantu klien untuk mengung kapkan penyebab jengkel/ kesal.

Beri kesempatan untuk mengungkap kan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel/kesal dapat diketahui.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

3.1. Klien dapat mengungkap kan perasaan saat marah/jengkel

3.2. Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami.

3.1.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel.

3.1.2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.

3.2.1. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien.

Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel.

Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/kesal.

Menarik kesimpulan bersama klien supaya klien mengetahui secara garis besar tanda-tanda marah/kesal.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

4.1. Klien dapat mengungkap kan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

4.2. Klien

4.1.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa

Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Page 5: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

4.3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyesuaikan atau tidak.

dilakukan klien.

4.1.2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku konsumen yang biasa dilakukan.

4.1.3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai ?

Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan deskruktif.

Dapat membantu klien menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah.

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

5.1. Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.

5.1.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien.

5.1.2. bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

5.1.3. Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat ?

Membantu klien untuk menilai perilaku kekerasan yang dilakukannya.

Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat merubah perilaku deskruktif yang dilakukannya menjadi perilaku yang konstruktif.

Agar klien dapat mempelajari cara yang lain yang konstruktif.

6. Klien dapat 6.1. Klien 6.1.1. Tanyakan Dengan

Page 6: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon terhadap kemarahan.

dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.

pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat ?”

6.1.2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

6.1.3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

a. Secara fisik, tarik nafas dalam jika sedang kesal/ memukul bantal /kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

b. Secara verbal katakan bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya).

c. Secara sosial, lakukan dalam

mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang baik untuk mengurangi kejengkelannya sehingga klien tidak stres lagi.

Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan harga dirinya.

Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain sesuai dengan kemampuan klien.

Page 7: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.

d. Secara spiritual, anjurkan klien sembahyang, berdoa/ibadah lain, meminta pada Tuhan untuk diberikan kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan/ kejengkelan.

7. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

7.1. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan Fisik tarik

nafas dalam, olah raga menyiram tanaman.

Verbal mengatakan nya secara langsung dengan tidak menyakiti.

Spiritual sembah yang, berdoa atau ibadah klien.

7.1.1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

7.1.2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.

7.1.3. Bantu klien untuk menstimulasi cara tersebut (role play).

7.1.4. Beri reinforcement positif atau keberhasilan klien

Memberikan simulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara tepat.

Membantu klien dalam membuat keputusan untuk terhadap cara yang telah dipilihnya dengan melihat manfaatnya.

Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif.

Pujian dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.

Page 8: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

menstimulasi cara tersebut.

7.1.5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel/ marah.

Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya. Jika ia sedang kesal atau jengkel.

8. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.

8.1. Keluarga klien dapat : Menyebut

kan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan.

Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.

8.1.1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.

8.1.2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

8.1.3. Jelaskan cara merawat klien :

Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.

Sikap tenang bicara tenang dan jelas.

Membantu klien mengenal

Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan.

Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga keluarga terlibat dalam perawatan klien.

Agar keluarga dapat merawat klien dengan perilaku kekerasan.

Page 9: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

penyebab ia marah.

8.1.4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

8.1.5. Bantu keluarga mengung kapkan perasaan nya setelah melakukan demontrasi

Agar kekerasan mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang dilihat keluarga secara langsung.

Mengeksplora si perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.

9. Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan keguaannya (jenis, waktu, dosis dan efek).

9.1. Klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum dan kegunaannya (jenis dosis dan efek).

9.2. Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan.

9.1.1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.

9.1.2. Diskusikan manfaat obat dan berhenti minum obat.

9.2.1. Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum).

9.2.2. Ajarkan klien minta obat dan minum tepat waktu.

Klien dan keluarga dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh klien.

Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang dikonsumsi klien.

Klien dan keluarga mengetahui prinsip benar agar tidak terjadi kesalahan dalam mengkonsumsi obat.

Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia minum obat dengan

Page 10: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

9.2.3. Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.

9.2.4. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

kesadaran sendiri.

Mengetahui efek samping sedini mungkin sehingga tindakan dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi.

Reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien serta dapat meningkatkan harga diri.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa

Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM

: .................................

TGLNO.

DX

DIAGNOSA KEPERA-WATAN

PERENCANAANINTERVENSI RASIONAL

TUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

TUM :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. 1.1. Ekspresi 1.1.1. Bina Hubungan

Page 11: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, atau berjabat tangan mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk bersampingan dengan perawat, mau mengeluarkan masalah dihadapi.

hubungan saling mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.a. Sapa

klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanya kan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemu an.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjuk kan sikap empati dan meneri ma klien apa adanya.

g. Beri perhatian pada klien dan perhati kan kebutu han

saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

Page 12: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

dasar klien.

TUK 2 :Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

2.1. Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki :- Kemampua

n yang dimiliki klien.

- Aspek positif keluarga.

- Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.

2.1.1. Diskusi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

2.1.2. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif.

2.1.3. Utamakan memberikan pujian yang realistik.

Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan nya

Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.

Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapat pujian.

TUK 3 :Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

3.1. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

3.1.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih bisa digunakan selama sakit.

3.1.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

Keterbatasan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah.

Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahan kan penggunaan nya

Page 13: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

TUK 4 :Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

4.1. Klien membuat rencan kegiatan harian.

4.1.1. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuanKegiatan

mandiriKegiatan

dengan banguan segaian

Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.

4.1.2. Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien.

4.1.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Klien perlu bertindak secara realitas dalam kehidupannya.

Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.

TUK 5 :Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

5.1. Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan nya.

5.1.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang lebih rencanakan.

5.1.2. Beri pujian keberhasilan klien.

5.1.3. Diskusikan

Memberikan kesempatan kepada klien mandiri di rumah.

Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.

Memberikan kesempatan

Page 14: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

kemungki nan pelaksana an dirumah.

untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.

TUK 6 :Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

6.1. Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.

6.1.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

6.1.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

6.1.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah.

Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.

Meningkatkan peran serta keluargadalam merawat klien di rumah.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN

HALUSINASI

Page 15: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa

Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM

: .................................

TGLNO.

DX

DIAGNOSA KEPERA-WATAN

PERENCANAANINTERVENSI RASIONAL

TUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi dengar.

Tujuan Umum (TUM) :Klien tidak mencederai orang lain.

Tujuan Khusus (TUK) :1. Klien dapat

membina hubungan saling percaya.

1.1. Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, atau berjabat tangan mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk bersampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

1.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah baik.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanya kan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemu an.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjuk kan sikap empati

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

Page 16: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

dan meneri ma klien apa adanya.

g. Beri perhatian pada klien dan perhati kan kebutu han dasar klien.

2. Klien dapat mengenali halusinasinya.

2.1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi frekuensi timbulnya halusinasinya.

2.2. Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.

2.1.1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

2.1.2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya bicara dan tertawa tanpa stimulasi, memandang ke kiri/ke depan seolah-olah ada teman bicara.

2.1.3. Bantu klien mengenai halusinasi nya :

a. Jika menemukan klien yang sedang berhalusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.

Kontak sering tapi singkat selain upaya membina hubungan saling percaya, juga dapat memutuskan halusinasi.

Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan intervensi.

Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor pencetus timbulnya halusinasi.

Page 17: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

b. Jika klienb menjawab ada kelanjutan apa yang dikatakan

c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh / menghaki mi)

d. Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien.

e. Katakan bahwa perawat akan membantunya

2.1.4. Diskusikan dengan klien

a. Sugesti yang menimbulkan tidak menimbulkan halusina si

b. Waktu dan frekuensi

2.1.5. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah/ta

Dengan mengetahui waktu isi dan frekuensi munculnya halusinasi mempermu dah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat.

Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pasien

Page 18: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

kut, senang, sedih) beri kesempatan mengungkapkan perasaan nya.

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.

3.1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendali kan halusinasinya

3.2. Klien dapat menyebutkan cara baru

3.3. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien

3.1.1. Identifikasi bersama klien cara tindakan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibuk kan diri dan lain-lain)

3.1.2. Diskusikan manfaat cara yang dilakukan klien jika bermanfaat beri pujian.

3.1.3. Diskusikan cara baru memutuskan/mengontrol timbulnya halusinasi.

a. Katakan “saya tidak mau dengar kamu” (pada saat halusina si terjadi)

b. Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk bercakap-cakap untuk mengatakan halusina si yang

Upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut

Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

Memberikan alternatif pilihan bagi klien untuk mengontrol halusinasi.

Page 19: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

terdeng ar.

c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusina si tidak sampai muncul.

d. Meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika tampak bicara sendiri.

3.1.4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus kan halusi nasi secara bertahap.

3.1.5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.

3.1.6. Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realitas, stimulasi persepsi

Memotivasi dapat meningkatkan kegiatan klien untuk mencoba memilih salah satu cara mengendalikan halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien.

Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang sudah dipilih.

Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas klien akibat halusinasi.

Page 20: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

4.1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

4.2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendali kan halusinasi.

4.1.1. Anjurkan klien untuk memberita hu keluarga jika mengalami halusinasi.

4.1.2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/pada saat kunjungan rumah) :

a. Gejala halusinasi yang dialami klien.

b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus kan halusinasi.

c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama bepergian bersama.

d. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan

Untuk mendapatkan bantuan keluarga mengontrol halusinasi.

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dan meningkat kan kemampuan pengetahuan tentang halusinasi.

Page 21: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai orang lain.

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik.

5.1. Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.

5.2. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

5.3. Klien dapat informasi tentang efek dan efek samping obat.

5.4. Klien dapat memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi.

5.5. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat

5.1.1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.

5.1.2. Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya

5.1.3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.

5.1.4. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi.

5.1.5. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip benar.

Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat, diharapkan klien melaksana kan program pengobatan.

Menilai kemampuan klien dalam pengobatan nya sendiri.

Dengan mengetahui efek samping obat klien akan tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat.

Program pengobatan dapat berjalan sesuai rencana.

Dengan menegtahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat

Page 22: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

ditingkatkan secara bertahap.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI BERHUBUNGAN DENGAN

MENARIK DIRI

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa

Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM

: .................................

TGLNO.

DX

DIAGNOSA KEPERA-WATAN

PERENCANAANINTERVENSI RASIONAL

TUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7Perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan menarik diri.

Tujuan Umum (TUM) :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

Tujuan Khusus 1.1. Ekspresi

wajah 1.1.1. Bina

hubungan Hubungan

saling

Page 23: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

(TUK) :1. Klien dapat

membina hubungan saling percaya.

bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, atau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk bersampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanya kan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjuk kan sikap empati dan meneri ma klien apa adanya.

g. Beri perhatian pada klien dan perhati kan kebutu han dasar klien.

percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

2.1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku

Dengan faktor resipitasi yang dialami

Page 24: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

yang berasal dari :a. Diri sendirib. Orang lainc. Lingkunga

n

menarik diri dan tanda-tandanya.

2.1.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.

2.1.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri tanda-tanda serta penyebab yang muncul.

2.1.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengguna kan perasaan nya.

klien.

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.1.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina hubungan yang sehat dengan orang lain.

Page 25: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

3.2. Klien dapat menyebutkan kerugian berhubungan dengan orang lain.

tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

3.1.3. Diskusikan bersama klien tentang ketentuan berhubungan dengan orang lain.

3.1.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan pengungkapan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.2.1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

3.2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Page 26: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

3.2.3. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

3.2.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan pengungkapan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

4.1. Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara lain :KPk-p-kk-p-kelK-P-Klp

4.1.1. Kaji Kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.

4.1.2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :K-PK-P-P LainK-P-P Lain KLainK-P-Kel/Klo/ Masy

4.1.3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

4.1.4. Bantu

Page 27: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.

4.1.5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.

4.1.6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.

4.1.7. Motivasi reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan.

5. Klien dapat

mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

5.1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :a. Diri

sendirib. Orang

lain

5.1.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.

5.1.2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan oang lain.

5.1.3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungk

Page 28: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

apkan klien manfaat berhubungan dengan orang lain.

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan

6.1. Keluarga dapat a. Menjelask

an perasaan nya.

b. Menjelaskan cara merawat klien menarik diri.

c. Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri.

d. Berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri.

6.1.1. Bisa berhubungan saling percaya dengan keluarga :

a. Salam, perkenalan diri

b. Sampaikan tujuan

c. Buat kontrak

d. Eksplorasi perasaan keluarga.

6.1.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

a. Perilaku menarik diri

b. Penyebab perilaku menarik diri

c. Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi.

d. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri.

6.1.3. Dorong anggota, keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk

Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses perubahan perilaku klien.

Page 29: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

berkomunikasi dengan orang lain.

6.1.4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu minggu sekali.

6.1.5. Beri reinforcement etos hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.

Page 30: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa

Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM

: .................................

TGLNO.

DX

DIAGNOSA KEPERA-WATAN

PERENCANAANINTERVENSI RASIONAL

TUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

TUM :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

TUK 1 :Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1.1. Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk bersampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

1.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan interaksi selanjutnya.

Page 31: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

c. Tanya kan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjuk kan sikap empati dan meneri ma klien apa adanya.

g. Beri perhatian pada klien dan perhati kan kebutu han dasar klien.

TUK 2 :Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki.

2.1. Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki :a.

Kemampuan yang dimiliki klien.

b. Aspek positif keluarga

c. Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.

2.1.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

2.1.2. Setiap bertemu klien hindarkan dan memberi penilaian negatif.

2.1.3. Utamakan memberi pujian

Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan.

Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.

Pujian yang realistik

Page 32: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

yang realistik.

tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.

TUK 3 :Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

3.1. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

3.1.1. Diskusikan

dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.

Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah persaratan untuk berubah.

Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.

TUK 4 :Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

4.1. Klien membuat rencana kegiatan harian

4.1.1. Rencanakan

bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampu an :

a. Kegiatan mandiri

b. Kegiatan dengan bantuan sebagian

c. Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

4.1.2. Tingkatkan

Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Klien perlu bertindak secara

Page 33: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien.

4.1.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

realitas dalam kehidupan nya

Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksana kan kegiatan

TUK 5 :Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi Rumah sakit dan kemampuannya.

5.1. Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan nya

5.1.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncana kan

5.1.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.

5.1.3. Diskusikan kemungki nan pelaksanaan di rumah.

Memberikan kesempatan kepada klien mandiri di rumah

Reinforcement positif akan meningkat kan harga diri.

Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang baik.

Page 34: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK INEFEKTIF BERHUBUNGAN KOPING

KELUARGA INEFEKTIF : KETIDAKMAMPUAN

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa

Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM

: .................................

TGLNO.

DX

DIAGNOSA KEPERA-WATAN

PERENCANAANINTERVENSI RASIONAL

TUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan koping keluarga inefektif

TUM :Keluarga dapat merawat klien yang mengalami gangguan jiwa sehingga penatalaksanaan regimen terapeutik

Page 35: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

ketidakmampuan.

efektif.

TUK :1. Keluarga

dapat mengenal penyebab yang dapat menyebabkan klien kambuh.

1.1. Keluarga dapat mengidentifikasi masalah yang menjadi pencetus klien kambuh, yang dipengaruhi oleh sikap keluarga, masyarakat dan klien sendiri.

1.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.

a. Sapa keluarga dengan ramah.

b. Jelaskan tujuan perawatan dan perannya selama bersama klien.

c. Dorong keluarga untuk mengungkapkan masalah

1.1.2. Kaji persepsi keluarga tentang perilaku klien yang maladaptif.

1.1.3. Diskusikan dengan keluarga beberapa masalah yang dapat menjadi faktor penyebab klien kambuh seperti :

a. Tidak menghargai klien

b. Mengisolasikan klien

c. Tidak memperh

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya. Hal ini perlu dibina dahulu agar keluarga klien mau berkomunikasi secara terbuka.

Untuk mengetahui apakah keluarga sudah mengetahui penyebab gangguan jiwa yang dialami oleh anggota keluarga tentang faktor penyebab klien kambuh.

Sikap positif dari keluarga masyarakat dan individu dapat memfasilitasi serta mengatasi perilaku pasien yang maladatif.

Page 36: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

atikan klien

d. Klien tidak diberi kegiatan di rumah

1.1.4. Diskusikan dengan keluarga tentang sikap yang harus dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan individu terhadap perilaku maladatif dari klien.

1.1.5. Bantu keluarga mengenal sikap dan perilakunya yang dapat memicu dan menyebabkan klien kambuh.

Antisipasi keluarga dalam mencegah kita untuk kambuh sangat diperlukan dalam semua situasi.

Kesadaran keluarga terhadap tanggung jawabnya untuk merawat klien membantu keberhasilan perawatan klien. Keputusan keluarga merupakan hal penting dalam perawatan klien.

2. Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan terhadap klien.

2.1. Keluarga mengambil keputusan yang tepat dalam merawat klien. Dapat menyebabkan akibat bila klien tidak dirawat dengan tepat.

2.1.1. Diskusikan dengan keluarga bahwa keluarga merupakan penganggung jawab utama merawat klien

Meningkatkan, memotivasi keluarga dan melakukan perawatan klien selama di rumah dan meningkatkan pengetahuan keluarga dalam

Page 37: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

2.1.2. Jelaskan pada keluarga bahwa keluarga merupakan pengambilan keputusan dalam keperawatan keluarga.

2.1.3. Jelaskan pada keluarga akibat bila masalah tidak ditangani secara cepat.

2.1.4. Motivasi keluarga utnuk memutuskan hal yang menguntungkan klien.

merawat klien di rumah sehingga tingkat kekambuhan dapat teratasi.

Informasi yang telah jelas akan meningkatkan kemampuan keluarga dalam memutuskan fasilitas kesehatan yang ada bila suatu saat dibutuhkan.

Meningkatkan peran serta dan memotivasi keluarga dalam memanfaatkan faslitas yang terdekat.

Pemanfaatan fasilitas kesehatan akan meningkatkan kesehatan klien dan keluarga.

3. Kelurga dapat merawat klien di rumah.

3.1. Keluarga dapat menyebutkan cara merawat klien di rumah.

3.1.1. Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien di rumah dan didemonstrasikan seperti :

a. Bantuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang peran dan fungsi puskesmas.

Page 38: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

b. Libatkan klien dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh keluarga.

c. Dengan keluhan yang dirasakan klien.

4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang terapeutik dalam merawat klien.

4.1. Kelurga dapat menyediakan lingkungan yang dapat terapeutik dalam mendukung proses keperawatan klien.

4.1.1. Beri informasi pada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang di masyarakat dan dapat digunakan keluarga sebelum klien di bawa ke rumah sakit jiwa bila mengalami kambuh.

4.1.2. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya pemanfaatan fasilitas tersebut serta tahu prosedur yang harus dilakukan oleh keluarga.

4.1.3. Anjurkan pada keluarga sebagai alternatif pemecahan masalah bila klien

Untuk mengingatkan kemandirian keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan nya

Page 39: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

kambuh untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di dekat rumah.

5. Keluarga

dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat untuk merawat kesehatan klien.

5.1. Keluarga dapat mengunjungi fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat dalam mengoptimalkan perawatan klien di rumah seperti :

5.1.1. Kaji pandangan keluarga tentang keberadaan puskesmas dalam perawatan klien.

5.1.2. Dorongan keluarga untuk memanfaatkan puskesmas dalam perawatan klien.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

KERUSAKAN KOMUNIKASI BERHUBUNGAN DENGAN WAHAM

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa

Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM

: .................................

Page 40: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

NO.

TGL

DIAGNOSA KEPERAWATAN

PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

TUJUAN (UMUM DAN KHUSUS)

TINDAKAN KEPERAWATAN

1 2 3 4 5

Kerusakan komunikasi berhubungan dengan waham

Tujuan Umum :Klien dapat melakukan komunikasi.

Tujuan Khusus :1. Klien dapat membina

hubungan saling percaya.1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan klien : beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan mana perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang akan dibicarakan, waktu dan tempat).

1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien :- Katakan perawat

menerima keyakinan klien : “Saya keyakinan anda” disertai ekspresi menerima.

- Katakan perawat tidak mendukung : “Sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ragu tapi empati.

- Tidak membicarakan isi waham klien.

1.3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung :- Anda berada

ditempat aman, kami akan menemani anda.

- Gunakan keterbukaan dan kejujuran.

- Jangan tinggalkan klien sendirian.

1.4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri.

Page 41: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

2.1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realitas.

2.2. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realitas (hati-hati terlihat diskusi tentang waham).

2.3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini.

2.4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting.

3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.

3.1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

3.2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah).

3.3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

3.4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerulkan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadwal).

3.5. Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

4.1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu).

4.2. Sertakan klien dalam

Page 42: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

CONTOH RENCANA KEPERAWATAN

RUANG MPKP RUMAH SAKIT MARZUKI MAHDI BOGOR

NO. Tangg Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan

Page 43: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

al Keperawatan Tujuan (Umum dan Khusus) Tindakan Keperawatan

Resiko tinggi terhadap cidera b.d peningkatan mobilitas fisik.

Tujuan Umum :Klien tidak akan mengalami cidera fisik selama dirawat.

Tujuan Khusus :1. Klien dapat membawa

hubungan saling percaya.1.1.Kencikan diri pada

pasien1.2.Tanggapi pembicaraan

klien dengan benar dan tidak menyangkal.

1.3.Bicara dengan tegas, jelas dan simpati.

1.4.Bersifat hangat dan bersahabat.

1.5.Temani klien saat agitasi muncul dan hiperaktifitasnya meningkat.

2. Klien dapat mengendalikan aktifitas motorik.

2.1.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat menurunkan aktifitas motorik.

2.2.Diskusikan dengan klien manfaat pemberian obat.

2.3.Ciptakan ruangan tenang dan tidak banyak rangsangan, seperti musik yang lembut, penataan ruangan yang tidak banyak peralatan.

2.4.Beri kegiatan yang dapat diselesaikan oleh klien, misal mandi, makan dan lain-lain.

2.5.Beri “reinforcement positif” bila perkerjaan/kegiatan dapat terselesaikan.

2.6.bersama klien membuat jadwal kegiatan/aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya, seperti menyapu, mengepel, olah raga.

2.7.Beri “reinforcement positif” bila klien dapat melakukan kegiatan tersebut.

2.8.Tetapkan batasn yang konstruktif terhadap tingkah laku yang negatif.

2.9.Lakukan pendekatan

Page 44: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

yang konsisten oleh seluruh anggota tim kesehatan.

2.10.Pertahankan komunikasi terbuka dan membagi persepsi diantara anggota tim kesehatan.

2.11.Kuatkan perilaku pengendalian diri dan perilaku positif lainnya.

3. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

3.1.Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya yang menyakitkan.

3.2.Beri kesempatan pada klien untuk mengutarakan keinginannya, perasan dan pikiran dengan menggunakan teknik komunikasi “fokusing”.

3.3.berikan respon empati dan menerima klien.

3.4.Bantu klien menurunkan tingkat kecemasannya.

4. Klien dapat menentukan cara penyelesaian masalah (koping) yang konstruktif.

4.1.Identifikasi bersama klien cara yang biasa digunakan untuk mengatasi perasaan kesal, amrah atau sesuatu yang tidak menyenangkan.

4.2.Diskusikan manfaat dari cara yang telah digunakan.

4.3.Diskusikan tentang alternatif cara untuk mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan.

4.4.Beri motivasi klien agar memilih cara penyelesaian masalah yang tepat serta diskusikan kosekuensi dari cara yang dipilih.

4.5.Anjurkan klien untuk mencoba cara tersebut

5. Klien mendapat dukungan keluarga

5.1.Diskusikan dengan keluarga tentang keadaan klien.

5.2.Bantu keluarga untuk

Page 45: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

memberikan asuhan yang tepat.

5.3.Bantu keluarga untuk merencakan kegiatan yang sesuai dengan keadaan klien.

b.d. ensietas sedang

Tujuan Umum :

Tujuan Khusus :1. Klien dapat menjalin dan

mempertahankan hubungan saling percaya.

Jadilah pendengar yang hangat dan responsif.

beri waktu yang cukup pada klien untuk berespon.

Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Identifikasi pola perilaku klien atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan negatif.

Bersama klien menggali perilaku dan respons sehingga dapat belajar dan berkembang.

2. Klien dapat mengenal ensietasnya

Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

Hubungkan perilaku klien dengan perasaannya.

Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien.

Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik.

Gunakan konfrontasi positif.

3. Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas.

Bantu klien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat menimbulkan ansietas.

Bersama klien, meninjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik.

Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu klien yang relevan.

Page 46: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

4. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adatif.

Gali cara klien mengurangi ansietas masa lalu.

Tunjukkan obat maladatif dan destruktif dari respons koping yang digunakan.

Dorong klien untuk menggunakan respons koping adaftif yang dimilikinya.

Bantu klien untuk menyusun kembali tujuan hidup memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan mencoba koping baru.

Latih kien menghadapi ansietas ringan.

Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya.

Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial dalam membantu klien menggunakan koping adaptif yang baru.

5. Klien dapat menggunakan teknik relaksasi.

Ajarkan teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri.

Dorong klien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat ansietas.

Kerusakan komuniasi bd. Waham

Tujuan Umum :Klien dapat melakukan komunikasi

Tujuan Khusus :1. Klien dapat membina

hubungan saling percayaBina hubungan saling

percaya dengan klien beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang dibicarakan, waktu yang tepat).

Jarang membantah dan mendukung waham

Page 47: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

klien : Katakan perawat

menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda’ disertai ekspresi menerima.

Katakan perawat tidak mendukung “sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati.

Tidak membicarakan isi waham klien.

Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : Anda berada di

tempat aman, kami akan menemani anda.

Gunakan keterbuaan dan kejujuran.

Jangan tinggalkan klien sendirian

Observasi apakah waham klien mengganggu aktifitas sehari-hari dan perawatan diri.

2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki.

Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

Diskusikan dengan klien, kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realitas (hati-hati terlibat diskusi tentang waham)

Tanyakan apa yang biasa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini.

Jika klien bicara tentang wahamnya dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting.

3. Klien dapat mengidentifikasi

Observasi kebutuhan klien sehari-hari

Page 48: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama dirumah maupun di Rumah Sakit (rasa takut, ansietas, marah).

Hubungkan aktifitas yang dapat memenuhi dan timbulnya waham.

Tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktifitas dapat dipilih bersama kilen, jika mungkin buat jadwal).

Atur situasi agar klien mempunyi waktu untuk menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan

dengan realitasberbicara dengan klien

dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu).

Sertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok orientasi realitas.

Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. Klien dapat dukungan keluarga

Diskusikan keluarga tentang : Gejala waham Cara merawatnya Lingkungan keluarga Follow up obat

Anjurkan keluarga melakukan 5.1. dengan bantuan perawat.

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi efek dan efek samping, akibat penghentian.

Diskusikan perasaan klien setelah makan obat.

Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) besar.

Resiko mencederai diri bunuh diri berhubungan dengan

Page 49: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

keputusasaan

Data Penunjang :Fisiologis : Anoreksia Penurunan berat

badan Kurang berenergi Lebih banyak tidur

Emosional : Inkompeten Terjebak Tidak berdaya Tidak ada :

kemujuran, keberuntungan atau kemurahan hari dari Tuhan

Perasaan kosong atau hampa

Perasaan kehilangan

Kurang mempunyai arti dan tujuan dalam hidup

Tidak bersemangat dengan diri orang lain

Tegang, merasa tidak karuan

Kehilangan penghargaan dari peran dan hubungan manusia

Kognitif : Kehilangan

persepsi masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang

Penyimpanan persepsi dan asosiasi pikir

Bingung Pikiran bunuh diri Tidak mampu

membuat rencana, mengorganisasi

Tujuan Umum :Klien tidak mencederai diri/bunuh diri

Tujuan Khusus :1. Klien dapat membina

hubungan saling percaya.Kriteria evaluasi :a. Menjawab salam b. Kontak matac. Menerima perawatd. Berjabat tangan

2. Klien dapat mengekspresikan perasaannyaa. Menceritakan

penderitaan secara terbuka dan konstruktif dengan orang lain.

3. Klien dapat meningkatkan harga diri Kriteria Evluasi :a. Mengenang dan

meninjau kembali kehidupan secara positif.

b. Mempertimbangkan nilai-nilai dalam arti kehidupan

c. Mengekspresikan

1.1.Kenalkan diri pada pasien.

1.2.Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

1.3.Bicara tegas, jelas dan jujur.

1.4.Bersifat hangat dan bersahabat.

1.5.Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkatkan.

1.6.Jauhkan klien dari benda-benda yang membahayakan (seperti pisau, silet, gunting, tali, kaca dan lain-lain).

2.1.Dengarkan keluhan yang klien rasakan.

2.2.Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keprihatinan.

2.3.Beri dorongan pada klien untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapan serta harapan adalah hal penting dalam kehidupannya.

2.4.Beri klien waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian dan sekarat.

2.5.Diberi dorongan pada klien untuk mengekspresikan tentang mengapa harapan kita pasti akan dalam hal-hal dimana harapan mempunyai kegagalan.

3.1.Bantu klien untuk memahami bahwa ia dapat mengatasi aspek-aspek keputusan dan memisahkannya

Page 50: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

atau membuat keputusan

Penurunan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan pengambilan keputusan

Berpikiran kaku (ya atau tidak sama sekali)

Penurunan kemampuan untuk mengingat masa lalu

Penampakan Individu : Pasif, kurang

motivasi keterlibatan dalam perawatan.

Penurunan otak Kurang

mempunyai ambisi, inisiatif dan minat

Penurunan pengungkapan

Kontak mata buruk memalingkan wajah dari pembicara

Patah semangat Menghela nafas Menarik diri dari

lingkungan

perasaan-perasaan yang optimis tentang yang ada.

4. Klien Menggunakan koping yang konstruktif.a. Mengekspresikan

perasaan tentang hubungan yang positif dengan orang terdekat.

b. Mengekspresikan percaya diri dengan hasil yang diinginkan.

c. Mengekspresikan percaya diri dengan diri dan orang lain.

d. Menetapkan tujuan-tujuan yang realistis

5. Klien menggunakan dukungan sosial a. Sumber tersedia

(keluarga, lingkungan dan masyarakat).

b. Keyakinan makin meningkat.

dari aspek-aspek harapan.

3.2.Kajian dan kerahkan sumber-sumber internal individu (autonomi, mandiri, rasional, pemikiran kognitif, flesibilitas, spiritualitas)

3.3.Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal hubungan antar sesama keyakinan hal-hal untuk diselesaikan.

3.4.Bantu klien mengembangkan tujuan-tujuan realistis jangka panjang dan jangka pendek (beralih dari yang sebenarnya kompleks dapat menggunakan poster untuk menandakan jenis dan waktu bantu pencapaian tujuan-tujuan spesial.

4.1. Ajarkan klien untukmengantisipasi pengalaman-pengalaman yang ada dia senang melakukannya setiap hari (misal berjalan, membaca buku favorit, menulis surat).

4.2. Bantu klien untuk mengenali hal yang dicintai yang ia sayang dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain disamping tentang kegagalan dalam kesehatan.

4.3. Beri dorongan pada klien untuk berbagi, keprihatinan pada orang lain yang mempunyai satu masalah dan/atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman pahit positif dalam mengatasi masalah teratur dengan koping dengan koping yang

Page 51: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

efektif.

5.1. Kaji dan kerahkan sumber-

sumber eksternal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianutnya)

5.2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktifitas keagamaan, kepercayaan agama)

5.3. Lakukan rujukan selesai

indikasi (misal konseling pemuka agama)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d. ketidakberdayaan

Tujuan Umum :Klien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk menggerakkan situasi kehidupan yang akan datang.

Tujuan Khusus :1. Klien dapat membina

hubungan terapeutik dengan perawat.

1.1. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empati.

1.2. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya : rasa marah, frustasi dan simpati)

1.3. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya suportif.

1.4. Beri waktu untuk klien berespons

2. Klien dapat mengerti dan mengekspresikan emosinya

2.1. Tunjukkan respons emosional dan menerima klien.

2.2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka eksplorasi, klarifikasi.

2.3. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya.

2.4. Bantu klien

Page 52: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

mengidentifikasikan area-area situasi kehidupannya yang tidak pernah dalam kemampuannya yang untuk mengontrol. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang berhubungan dengan ketidakmampuan.

2.5. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya dengan ketidakmampuan.

3. Klien dapat memodifikasi, pola kognitif yang negatif.

3.1. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan.

3.2. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau substitusi.

3.3. Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.

4. Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping

4.1. Terima klien apa adanya dan jangan menentang keyakinannya.

4.2. Kenaikan realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme koping klien, dengan tidak memfokuskan pada rasa cemas, takut atau keluhan fisik lainnya.

4.3. Beri klien umpan balik tentang perilaku, stressor, penilaian stressor dan sumber kopping.

4.4. Kuatkan ide-ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosional.

4.5. (Pada saat yang tepat) beri batasan perilaku yang maladaptif dengan cara

Page 53: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

yang mendukung

5. Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik dan aktifitas yang terjadwal.

5.1. Beri klien aktifitas yang bersifat mendukung dan menguatkan perilaku sosial yang produktif.

5.2. Beri klien latihan fisik yang sesuai dengan bakatnya.

5.3. Bersama klien buat jadwal aktifitas yang dapat dilakukan sehari-hari.

5.4. Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya.

6. Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan dirinya.

6.1. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatannya yang ingin dicapai.

6.2. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan dirinya.

6.3. Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.

6.4. Berikan “reinforcement positif” untuk keputusan yang dibuat.

6.5. Beri pukian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus.

6.6. Memotivasi klien untuk mempertahankan penampilan/kegiatan tersebut.

7. Klien dapat termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik.

7.1. Bantu klien untuk menetapkan tujuan-tujuan realistik. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu.

7.2. Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrol.

7.3. Identifikasi cara-

Page 54: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

cara yang dapat dicapai oleh klien, dorong untuk berpartisipasi dalam aktifitas-aktifitas tersebut akan diberikan penguatan positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya.

LAPORAN PENDAHULUANHARGA DIRI RENDAH

A. MASALAH UTAMA

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. PROSES TERJADI MASALAH 1. Pengertian

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 : 227). Menurut Townsend (1998 : 189) harga

Page 55: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupuan tidak langsung. Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa harga diri rendah merupakan keadan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

2. Tanda dan Gejala Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 200; perilaku

yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.c. Perasaan tidak mampu.d. Rasa bersalah. e. Sikap negatif pada diri sendiri.f. Sikap pesimis pada kehidupan.g. Keluhan sakit fisik.h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.i. Menolak kemampuan diri sendiri. j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.k. Perasaan cemas dan takut.l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.m. Ketidakmampuan menentukan tujuan.

Data Obyektif :a. Produktifitas menurun.b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.c. Perilaku distruktif pada orang lain.d. Penyalahgunaan zat.e. Menarik diri dari hubungan sosial.f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.

3. Penyebab Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu

yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366). Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan

Page 56: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah tuntutan hidup serta peran yang dihadapi. Adanya koping individu tidak efektif sering ditujukan dengan perilaku (Carpenito, L.J, 1998 : 83); Townsend, M.C, 1998 : 313) sebagai berikut :a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau

menerima bantuan.b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan.c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran.

Data Obyektif :a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat.b. Peningkatan ketergantungan.c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi

keinginan sendiri.d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku.e. Perilaku distruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain.f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi.g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar.h. Penyalahgunaan obat terlarang.

4. Akibat Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik

diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998 : 336). Isolasi sosial menarik diri sering ditujukan dengan perilaku antara lain :

Data Subyektif a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan. b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.

Data Obyektif a. Kurang spontan ketika diajak bicara.b. Apatisc. Ekspresi wajah kosong d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No

Masalah Keperawatan

Data Subyektif Data Obyektif

1. Masalah utama : gangguan konsep diri : harga diri rendah

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.Mengungkapkan dirinya tidak berguna.

Merusak diri sendiriMerusak orang lainEkspresi maluMenarik diri dari hubungan sosial Tampak mudah tersinggungTidak mau makan dan

Page 57: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

2.

3.

Mk : Penyebab tidak efektifnya koping individu

Mk : Akibat isolasi sosial menarik diri

Mengkritik diri sendiri.Perasaan tidak mampu.

Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain.Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak melakukan sesuatu.Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.

Mengungkapkan enggan bicara dengan orang lain Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.

tidak tidur

Tampak ketergantungan terhadap orang lainTampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukanWajah tampak murung

Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak bicaraSuara pelan dan tidak jelasHanya memberi jawaban singkat (ya/tidak)Menghindar ketika didekati

D. POHON MASALAH

Isolasi social menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu

Gambar Pohon masalah harga diri rendah(Keliat, B.A : 18)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping

individu.

F. FOKUS INTERVENSIDiagnosa keperawatan Isolasi social menarik diri dengan harga diri rendah.1. Tujuan umum

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.2. Tujuan khusus dan intervensi

Page 58: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.1) Kriteria evaluasi :

a) Ekspresi wajah klien bersahabat.b) Menunjukkan rasa tenang dan ada kontak mata.c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama. d) Mau menjawan salam dan mau duduk berdampingan dengan

perawat.e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi therapeutic :a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.b) Perkenalkan diri dengan sopan.c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

klien.d) Jelaskan tujuan pertemuan.e) Jujur dan menepati janji.f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.g) Beri perhatian pada klien dna perhatikan kebutuhan dasar klien Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki1) Kriteria evaluasi :

Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien :a) Kemampuan yang dimiliki klien.b) Aspek positif keluarga.c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.

2) Intervensi a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Rasional :Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, control diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.

b) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.Rasional :Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.

c) Usahakan memberin pujian yang realistic.Rasional :Pujian yang realistic tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.

c. TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.1) Kriteria evaluasi

Klien menilai kriteria yang dapat digunakan.2) Intervensi

a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam sakit.Rasional :Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah.

b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan penggunaannya.Rasional :

Page 59: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki klien memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.

d. TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang dimiliki1) Kriteria evaluasi

Klien membuat rencana kegiatan harian.2) Intervensi

a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagaian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total.Rasional :Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.Rasional :Klien perlu bertindak secara realistic dalam kehidupannya.

c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.Rasional : Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.

e. TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan.1) Kriteria evaluasi

Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi skit dan kemampuannya.2) Intervensi

a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.Rasional :Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.

b) Beri pujian atas keberhasilan klienRasional :Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.Rasional :Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.

f. TUK VI : Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.1) Kriteria evaluasi

Klien memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.2) Intervensi

a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.Rasional :Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah.

b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.Rasional :Support system keluarga akan sangat mempengaruhi dalam mempercepat proses penyembuhan klien.

c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.Rasional :

Page 60: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

G. DAFTAR PUSTAKA 1. Carpenito, L.J (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan).

Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.2. Depkes Ri, (1989). Petunjuk Tehnik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan

Skizofrenia, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.3. Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan Ii,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.4. stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa

(Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.5. Town, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan

Psikiatri (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri RendahPertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna.b. Klien menunjukkan ekspresi wajah malu.

Page 61: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

c. Klien mengatakan “tidak bisa” ketika diminta melakukan sesuatu.d. Klien tampak kurang bergairah.e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khususa. Klien dapat membina hubungan saling percaya.b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)

1. Orientasi a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Bu, saya Indah Suryani, saya mahasiswa Akper Dep Kes Magelang yang sedang praktik di Rumah Sakit ini”, Ibu bisa panggil saya Suster Indah atau Suster Ani”. “Nama ibu siapa ?” ....... o o o begitu, “Ibu lebih senang dipanggil siapa ?”. “o o o ibu Siti”. “saya akan menemani ibu kurang lebih 2 minggu, jadi kalau ada yang mengganggu pikiran ibu, bisa bilang saya, siapa tahu saya bisa bantu”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Ibu saat ini ? .......... o o o begitu”. “Coba ceritakan pada saya, apa yang dirasakan di rumah, hingga dibawa ke RSJ ?”

c. Kontrak 1) Topik

“Maukah ibu Siti bercakap-cakao dengan kemampuan yang dimiliki serta hoby yang sering dilakukan di rumah ?”

2) Tempat “Ibu siti lebih suka bercakap-cakap dimana ?, o o o..... diteras, baiklah”.

3) Waktu “Kita mau bercakap-cakap berapa lama ?”, Bagaimana kalau 10 menit saja”.

2. Kerja “Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah ?” .......memasak, mencuci pakaian, bagus itu”. Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu lakukan?”. “Kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya ?”, wah bagus sekali !.“Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki ?”, terus .......... Palagi“Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu ?”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu Siti selama kita bercakap-cakap ?”, “Senang Terimakasih !”.

b. Evaluasi Obyektif“Tolong ibu Siti ceritakan lagi kemampuan dan kegiatan yang sering ibu lakukan ? ........ Bagus”, “terus bagaimana tanggapan keluarga terhadap kemampuan dan kegiatan yang ibu lakukan ?”.

Page 62: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

c. Rencana Tindak Lanjut“Baiklah Bu Siti, nanti ibu ingat-ingat lagi ya, kemampuan ibu yang lain dan belum sempat ibu ceritakan kepada saya ?”, besok bisa kita bicara lagi”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau kita bicarakan kembali kegiatan/kemampuan yang dapat Ibu Siti lakukan di Rumah Sakut dan Rumah ?”.

2) Tempat “Tempatnya mau dimana Bu ?”

3) Waktu “Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?”. Bagaimana kalau 15 menit ?”“Setuju !”.“Sampai bertemu lagi besok ya, Bu Siti “.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri RendahPertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat.b. Klien telah mengetahui / dapat mengenal beberapa kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki.

Page 63: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

2. Diagnosa Keperawatan Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khususa. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Bu Siti !” Masih ingat saya ?” .................. bagus !”

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Ibu Siti sekarang ?”. “........ O ...... ya bagaimana, apakah ada kemampuan lain yang belum ibu Siti ceritakan kemarin ?”

c. Kontrak 1) Topik

“Apakah bu Siti masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ?”. “ya.......bagus”.

2) Tempat “Kalau tidak salah, kemarin kita sudah sepakat akan bercakap-cakap di ruang makan benar kan ?”.

3) Waktu “Kita akan bercakap-cakap selama 15 menit, atau mungkin bu Siti ingin kita bercapak-cakap lebih lama lagi ?”.

2. Kerja “Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah ?” .......memasak, mencuci pakaian, bagus itu”. Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu lakukan?”. “Kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya ?”, wah bagus sekali !.“Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki ?”, terus .......... Palagi“Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu ?”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu Siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit ?”’.

b. Evaluasi Obyektif“Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat tadi !”. “Bagus”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Ibu Siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat tadi !”.“......nah nanti kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bersama-sama dengan teman-teman yang lain ya !”. “Bagaimana kalau nanti siang ?”.

d. Kontrak1) Topik

“Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang dapat ibu lakukan di rumah”. “Bagaimana menurut ibu Siti ?”. “Setuju”.

Page 64: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

2) Tempat “Ibu ingin kita bercakap-cakap dimana besok ?”, “.........oooo di taman, baiklah”.

3) Waktu “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap selama 10 menit ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri RendahPertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a. Klien telah mampu mengenal dan menyusun jadwal kegiatan yang dapat

Page 65: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

dilakukan di rumah sakit.b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khususa. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah.b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai

dengan kemampuan di rumah.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, bu Siti sedang apa ?”

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Ibu Siti saat ini ?” “Apakah ibu sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat kemarin ?”. “Bagus ibu telah dapat membantu membersihkan lingkungan”.“Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda semua !”, “nanti dikerjakan lagi ya bu !”

c. Kontrak 1) Topik

“Nah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang dapat ibu lakukan di rumah ?”.

2) Tempat “Kita mau bercakap-cakap dimana ?, Bagaimana kalau ditempat yang kemarin, di taman, kan enak !”

3) Waktu “Mau berapa lama ?, Bagaimana kalau 15 menit lagi”.

2. Kerja “Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang kita buat jadwal kegiatan di rumah ya !. Ini kertas dan bolpointnya, jangan khawatir nanti saya bantu, kalau kesulitan. Bagaimana kalau kita mulai ?”.“Ibu mulai dari jam 05.00 WIB ? ............ ya, tidak apa-apa, bangun tidur .... terus ya sholat shubuh, terus masak (sampai jam 20.00 WIB), bagus tapi jangan lupa minum obatnya, ya bu !”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu Siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di rumah ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat dilakukan di rumah ?”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari yang dapat dilakukan di rumah ?”.

d. Kontrak1) Topik

“Nah, bagaimana besok kita bercakap-cakap tentang perlunya dukungan keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti”.

Page 66: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras, setuju !, atau mungkin bu Siti mau kita di tempat yang laim ?”.

3) Waktu “Kita mau bercakap-cakap berapa, bagaimana kalau 10 menit ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri RendahPertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang dapat dilakukan di rumah.

2. Diagnosa Keperawatan

Page 67: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.3. Tujuan Khusus

Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang dimiliki di rumah.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, bu !”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Ibu Siti hari ini, baik-baik saja ?”. Syukurlah”. “Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat kemarin ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Hari ini akan kita bercakap-cakap tentang system pendukung yang dapat membantu ibu Siti di rumah ?”.

2) Tempat “Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di teras, ya ?”.

3) Waktu “Kita bercakap-cakap mau berapa lama ?”. “10 menit saja ya boleh !”.

2. Kerja “Apakah ibu tahu artinya system pendukung ?”, “Baiklah akan saya jelaskan system pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu di rumah dalam mencapai kesembuhan nantinya, misalnya : dana, keluarga, teman/tetangga yang mau menerima, kegiatan bersama, dan tempat yang dapat ibu kunjungi saat obat habis”.“Ibu di rumah tinggal dengan siapa saja ?.........terus siapa lagi ?. “Apakah mereka sayang dan memperhatikan kesehatan bu Siti ?”.“Siapa selama ini yang mengingatkan ibu selama ini minum obat dan mengantarkan control/periksa dokter ?”. “Wah bagus ! terus selama ini yang mencari nafkah dan mencari biaya pengobatan untuk ibu, siapa ?”/“Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan ibu Siti ?”. “Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan bu Siti ?”. “Oooooo pengajian......Bagus itu, kalau kelopo ibu-ibu arisan ada tidak bu, oo begitu !”. “Selama ini bu Siti sudah berobat kemana saja, apakah ada RS/RS yang paling dekat dengan rumah ibu ?”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang system pendukung yang bu Siti miliki ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Coba sebutkan kembali system pendukung yang ibu miliki di rumah, satu persatu ya !”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasehat keluarga ya Bu ! jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit !”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap lagi, tentang obat-obatan yang ibu Siti minum setiap hari”.

2) Tempat

Page 68: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

“Sebaiknya kita bercakap-cakap di mana bu ?”, “di warung makan, o.....bisa!”.

3) Waktu “Mau berapa lama Bu ?”. “Lima belas menit, boleh sampai ketemu lagi bu !”

LAPORAN PENDAHULUANHALUSINASI

A. MASALAH UTAMAGangguan persepsi sensori : halusinasin

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

Page 69: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

1. PengertianHalusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus

eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S. 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa ada rangsang apapun dari panca indera, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap stimulus (Townsend, M.C, 1998:156).

Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsi yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nirhath, M.A, 1998:303 ; Rawlins, R.P, Heacock, P.E, 1998;198). Menurut Carpetino, L.J (1998:363) Perubahan persepsi sensori halusianasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang dating. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distrorsi atau ilusu yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien menganggap halusinasi sebagau suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997:284)

2. Tanda dan GejalaKlien dengan halusinasi sring menunjukkan adanya (Carpetino, L.J.

1998:363; Townsend, M.C, 1998:156; Stuart, G.W dan Sundeen, S.J 1998:328-329) :Data subjektif :a. Tidak mampu mengenal, orang dan tempat.b. Tidak mampu memecahkan masalah.c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau

melihat bayangan).d. Mengeluh cemas dan kuatir.Data objektif :a. Mudah tersinggung.b. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola konumikasi, kadang berhenti

bicara seolah-olah mendengar sesuatu.d. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.e. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.f. Gerakan mata yang cepat.g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.h. Kadang tampak ketakutan.i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap

petunjuk yang kompleks)

3. PenyebabGangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik,

sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri ( Townsend, M.C, 1998:156). Menurut Carpetino, L.J, (1998:381) isolasi sosial

Page 70: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (1998:423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku (Carpentino, L.J 1998:382) :Data subjektif :a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan.b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial.c. Mengungkapkan perasaan tak berguna.Data objektif :a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama.b. Tidak komunikatifc. Kontak mata buruk d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri.e. Kurang aktivitas.f. Wajah tampak murung dan sedih.g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain.

4. Akibat Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 1998:27). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.

Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :Data subjektif :a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam.b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir.Data objektif :a. Wajah tegang, merah.b. Mondar-mandir.c. Mata melotot rahang mengatup.d. Tangan mengepal.e. Keluar keringat banyak.f. Mata merah.

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No

Masalah Keperawatan

Data Subyektif Data Obyektif

1. Masalah utama : gangguan persepsi sensori halusinasi

Klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatu. Klien tidak mampu mengenal tempat,

Tampak bicara dan ketawa sendiri.Mulut seperti bicara tapi tidak keluar suara. Berhenti bicara seolah

Page 71: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Masalah Utama

2.

3.

MK : penyebab isolasi sosial : menarik diri

MK : Akibat resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

waktu, orang.

Klien mengatakan merasa kesepian. Klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial. Klien mengatakan tidak berguna.

Klien mengungkapkan takut.Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan didengar mengancam dan membuatnya takut.

mendengar atau melihat sesuatu. Gerakan mata yang cepat.

Tidak tahan terhadap kontak yang lama.Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara.Tidak ada kontak mata.Ekspresi wajah murung, sedih.Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri.Kurang aktivitas.Tidak komunikatif. Wajah klien tampak tegang, merah.Mata merah dan melotot.Rahang mengatup.Tangan mengepal.Mondar mandir.

D. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,Orang lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensoriHalusinasi pendengaran

Isolasi sosial menarik diri

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut

adalah :1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan berhubungan dengan

perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran.2. Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran berhubungan dengan

isolasi sosial menarik diri.

Page 72: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

F. FOKUS INTERVENSIMenurut Rasmun (2001:43-48) tujuan utama, tujuan khusus, dan rencana tindakan dari diagnosa utama : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :1. Tujuan umum

Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.2. Tujuan khusus

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.1) Kriteria evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2) Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan :a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.b) Perkenalkan diri dengan sopan.c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.d) Jelaskan tujuan pertemuan.e) Jujur dan menepati janji.f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya halusinasi.b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.

2) Intervensi a) Adakan sering dan singkat secara bertahap.

Rasional :Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.

b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman bicara.Rasional :Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan intervensi.

c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan

apakah ada suara yang di dengar.- Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.- Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,

namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh/menghakimi).

Page 73: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

- Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.

- Katakan bahwa perawat akan membantu klien. Rasional :

Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor timbulnya halusinasi.

d) Diskusikan dengan klien tentang :- Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore

dan malam atau jika sendiri, jengkel, sedih)Rasional :Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat.

e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi

(marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.Rasional :Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.

c. TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.b) Klien dapat menyebutkan cara baru.c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien.d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.

2) Intervensi a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)

Rasional :Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut.

b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.

Rasional :Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.

c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :

- Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi muncul.

- Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.

Page 74: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

- Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.

- Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri. Rasional :

Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutus halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :

- Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Qur’an.- Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.- Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian,

gotong royong).- Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).- Mencari teman untuk ngobrol.

Rasional :Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara untuk mengendalikan halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien.

e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.

Rasional :Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih.

f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita dan stimulasi persepsi. Rasional :

Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas akibat halusinasi.

d. TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

1) Kriteria evaluasi a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan unutk mengendalikan halusinasi.

2) Intervensi a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama, tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah.

Rasional :Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.

b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga.Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :- Pengertian halusinasi - Gejala halusinasi yang dialami klien.- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus

halusinasi.

Page 75: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

- Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama.

- Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Rasional : Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah halusinasi.

e. TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.1) Kriteria evaluasi

a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa

konsutasi.e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.

2) Intervensi a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi serta manfaat minum obat.

Rasional :Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.

b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.

Rasional :Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.

c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping obat yang dirasakan.Rasional :Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat.

d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.Rasional :Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.

e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat, benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).Rasional :Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

G. DAFTAR PUSTAKA Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing cotemporary Practice,

Edisi 9th, Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.

Page 76: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growt, Edisi 2th, Lippincott-Raven Publisrs, Philadelphia.

Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed I, Profesional Books, Jakarta.

Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University

Press, Surabaya.Rasmun, (2001), Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi

Dengan Keluarga, Ed I, CV. Sagung Seto, Jakarta.Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing,

Edisi 1, the C.V Mosby Company, Toronto.Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa

(Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan

Psikiatri (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Contoh SP (Strategi Pelaksanaan Halusinasi)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Page 77: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a Klien tampak bicara dan tertawa sendiri.b. Klien mondar mandir.c. Klien merasa mendengarkan suara laki-laki yang menyuruh memukul.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

3. Tujuan Khususa. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.b. Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi. Mas, sedang apa ?”. “Kenalkan nama saya Bapak Budi Sisroyo, mas bisa panggil saya Bapak atau mas Budi saja”. “Mas namanya siapa ? .......o o o Joko Prisanto, senang dipanggil siapa ?”. “Mas Joko atau mas Yanto”. “Ooooo begitu baiklah mas Aynto, saya akan menemani ibu kurang lebih 2 minggu ke depan, nanti bisa cerita masalah yang dialami mas Joko”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan mas Joko saat ini ?....o o o kalau saya lihat mas Joko tampak bicara, berbicara sama siapa ?”

c. Kontrak 1) Topik

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang mas Joko dengar dan orang yang mengajak bicara ?”.

2) Tempat “Dimana kita akan berbincang-bincang Mas ?, o o o.... di ruang makan, baiklah”.

3) Waktu “Kita akan bercakap-cakap berapa menit ?”. “15 menit !”, ya baiklah”.

2. Kerja “yeah sekarang kita sudah duduk santai, tolong ceritakan suara-suara yang Mas Joko dengar tadi, oooooooo begitu, lalu !”. “Jadi Mas mendengar suara orang yang mengajak berbicara dan menyuruh memukul orang”. “menurut Mas suara tersebut suara siapa, apakah mengenalnya?’, ooooooo seperti suara laki-laki”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan mas Joko setelah berbincang-bincang tentang suara yang mas dengar ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Jadi suara yang mas dengar adalah ............, muncul saat........., dan yang mas lakukan saat suara-suara tersebut muncul..............”

c. Rencana Tindak Lanjut

Page 78: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

“Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang suara-suara lain yang didengar, jangan lupa kalau suara-suara itu muncul lagi beritahu perawat biar dibantu ya !”

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suara-suara tersebut ?”, Setuju !”.

2) Tempat “Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin Mas Joko punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?”

3) Waktu “Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?”. ”10 menit atau 15 menit”. “Sampai jumpa besok ya, Mas!”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN

Page 79: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

1. Kondisia Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.b. Klien dapat mengenal halusinasinya.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.

3. Tujuan KhususKlien dapat mengontrol halusinasinya.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Mas Joko ?”, “Masih ingat nama saya ? Bagus !”

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ? apakah ada suara-suara yang didengar dan belum diceritakan kemarin ?”

c. Kontrak 1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang cara mengendalikan halusinasi yang Mas Joko alami ?”, “Bagaimana setuju ?”

2) Tempat “Kita bercakap-cakap di ruang makan saja ya !”

3) Waktu “Mas Joko mau berapa lama kita bercaka-cakap ?”. “15 menit, baiklah”.

2. Kerja “Kemarin Mas Joko sudah menceritakan tindakan yang dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul. Masih ingat?. “Bagaimana apakah dapat mengurangi / menghilangkan suara-suara yang Mas Joko dengar ?” ooooo.......begitu !”“Kalau Mas Joko mau saya akan memberitahu cara-cara lain yang dapat dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul ?”. “Bagaimana !” “Oke yang pertama dengan menghardik suara-suara tersebut, caranya dengan mengatakan saya benci kamu, pergi......pergi !”, lalau tarik nafas dalam-dalam tahan sebentar dan keluarkan pelan-pelan melalui mulut, maka Mas Joko akan rilex dan santai kembali”. “Mari saya ajari, tirukan saya ya !”, “Pertama katakan “saya benci kamu pergi......pergi!”, kemudian tarik nafas dan keluarkan, begitu”, “Bagus mudah kan ?”“Cara yang kedua dengan melakukan kegiatan yang dapat memutus/menghilangkan suara-suara itu, misalnya dnegan mengambil air wudhu, sholat atau membaca Al-Qur’an, membersihkan rumah atau alat-alat rumah tangga, apabila suara-suara tersebut muncul siang atau sore hari”.“Cara ketiga adalah mencari teman untuk diajak ngobrol sehingga suara-suara tersebut dapat dialihkan, tetapi cara ini tidak dapat dilakukan apabila suara-suara itu muncul malam hari”. “Jika suara sering muncul malam hari, yang dapat Mas Joko lakukan adalah minum obat tepat waktu, tepat obat, dan tepat dosis, misalnya jam 17.30 WIB sehingga Mas Joko akan terbangun pada jam 05.00 pagi.”“Kalau Mas Joko suka olahraga, untuk menghindari suara muncul kembali Mas Joko dapat mengikuti olahraga dengan teman-temannya, tentunya kalau sore hari”.

Page 80: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

“Bagaimana, mudahkan ?”, Mas Joko dapat pilih sesuai dengan kondisi dan keadaan !’

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suara-suara yang muncul ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Coba sebutkan kembali cara yang dapat Mas Joko lakukan untuk menghindari/memutus suara-suara yang muncul suara-suara tersebut !. Bagus ..........lagi”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Kalau suara-suara itu muncul lagi coba dipraktekan yang Mas Joko, siapa tahu dapat membantu !”

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau besok keluarga Mas Joko menjenguk, kita bercakap-cakap lagi bersama-sama keluarga tentang halusinasi yang Mas Joko alami ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja biar lebih leluasa ?”

3) Waktu “Mas Joko ingin berapa lama kita akan bercakap-cakap besok ?”. o....... 15 menit”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

Page 81: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

a. Klien sudah mengetahui cara-cara yang dapat digunakan untuk memutus atau menghilangkan halusinasi.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.

3. Tujuan KhususKlien mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi halusinasinya.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Pak ?”, “Kenalkan saya Bapak Budi yang merawat Mas Joko di sini, syaa bisa panggil Bapak siapa ?”.......”. o.......ya Pak Mahmud”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ? apakah Mas Joko masih ingat cara-cara yang kemarin saya ajarkan ?”. “Apakah Bapak/Ibu mengetahi pengertian halusinasi, gejala halusinasi dan cara mengatasi halusinasi ?”

c. Kontrak 1) Topik

“Pagi hari ini kebetulan Bapak Mahmud menengok Mas Joko, kita akan bercakap-cakap tentang pengertian halusinasi dan cara-cara yang harus dilakukan agar Mas Joko terhindar dari halusinasi ?”

2) Tempat “Kita bercakap-cakap di ruang perawatan saja biar lebih santai ?”

3) Waktu “Berapa lama kita bercaka-cakap ?” bagaimana kalau 30 menit ?”.

2. Kerja “Tolong Mas Joko ceritakan tentang suara-suara didengar pada Pak Mahmud, agar beliau tahu dan dapat membantu kalau di rumah nanti muncul lagi”. “Jadi begini, ya Pak, mas Joko ini kalau dalam kedokteran mengalami halusinasi”.“Nah apa halusinasi itu?”, Halusinasi adalah kesalahan dalam mengartikan rangsangan dari luar yang sebenarnya tidak ada, misalnya mendengar suara yang mengajak bicara atau menyuruh melakukan sesuatu padahal tidak ada yang mengajak bicara, seperti yang dialami mas Joko ini”. “Bagaimana cara mengenali orang yang mengalami halusinasi ?”. “Bapak Mahmud akan menjumpai orang tersebut tampak termenung, kemudian bicara sendiri atau tertawa sendiri, tidak jarang orang tersebut tampak gelisah, mondar-mandir bingung dan ketakutan karena suara yang mengancam, atau memuluk orang lain jika suara itu tidak menyuruh untuk memukul”. “Bagaimana sudah jelas ?”“Apa akibatnya jika halusinasi tidak diatasi ?”, orang tersebut dapat beresiko orang tersebut akan melakukan kekerasan yang arahnya diri sendiri, orang lain atau lingkungan.“Maka jangan heran kalau Bapak pernah melihat orang gila tiba-tiba melempar pakai batu atau tiba-tiba merusak tanaman yang ada didekatnya”.“Nah untuk menghindari hal tersebut, ada cara agar halusinasi tidak muncul, yaitu tidak membiarkan Joko sendirian melamun, beri Mas Joko kegiatan untuk mengisi waktu luangnya, ajak Mas Joko nonton televisi

Page 82: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

bersama, jalan-jalan atau kegiatan pengajian dan gotong royong”, “Bagaimana ?” Bapak sudah paham.“Bila belum jelas pak Mahmud dapat bertanya ?”“.......... ya jangan lupa minum obat secara tepat dan teratur serta antar mas Joko kontrol atau pergi RSJ sangat membantu agar mas Joko terhindar dari halusinasi”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang pengertian dan cara mengendalikan suara-suara yang didengar Mas Joko ?”

b. Evaluasi Obyektif“Coba sebutkan kembali pengertian halusinasi dan cara-cara yang dapat keluarga lakukan agar Mas Joko dapat menghindari/memutus suara-suara yang muncul suara-suara tersebut !” : Bagus....lagi”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Tolong ya Pak, Mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul lagi, caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi !”

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang manfaat dan efek samping obat yang Mas Joko minum ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?”, Setuju !’

3) Waktu “Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

Page 83: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

a. Klien dan keluarga sudah mengenal pengertian gejala halusinasi.b. Klien dan keluarga sudah mengetahui cara menghindari munculnya kembali suara-suara

2. Diagnosa Keperawatan Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.

3. Tujuan KhususKlien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Mas Joko ?”, “Masih ingat nama saya ? Bagus !”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ?”, baik-baik saja kan, ada yang ingin disampaikan ?”

c. Kontrak 1) Topik

“Kita akan berbicara tentang jenis obat, manfaat obat, efek samping obat serta cara pemakaiannya”, “Bagaimana mas Joko bersedia ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman saja, biar lebih santai?”

3) Waktu “Berapa lama kita akan bercaka-cakap ?” Bagaimana kalau 15 menit ?”.

2. Kerja “Berapa jenis obat yang diminum Mas Joko tadi pagi ?”. “ya ..... bagus”.“Jadi begini ya Mas Joko, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya saya bawakan”.“Saya jelaskan satu persatu ya ?”. “yang warnanya oranye ini namanya CPZ atau chlorponazin, gunanya untuk mempermudah Mas Joko tidur sehingga dapat istirahat, minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam 17.30 WIB”. “Efek sampingnya badan menjadi lemas, keluar ludah terus menerus”.“Nah, yang ini, namanya HPD atau haloperidole, karena Mas Joko dapat yang 5 mg, maka warnanya jambon atau pink, cara dan waktu minumnya sama dengan CPZ, 2x sehari”. “Gunanya obat ini untuk menghilangkan suara-suara yang mas Joko dengar, selain dapat juga membuat mas Joko lebih rileks, santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya badan menjadi kaku, terutama tangan dan kaki, mulut kering dan dada berdebar-debar dan tremor/ndedek dalam istilah jawa”.“Tapi mas Joko jangan kuatir, ada penangkalnya, maka diberikan obat yang putih agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP, fungsinya obat ini menetralkan atau menghilangkan efek samping yang tidak megenakkan tadi, makanya obat ini harus diminum bersamaan dengan obat CPZ dan HPD tadi”.:bagaimana masih ada yang belum jelas ?”. “Jangan lupa kalau obat ini hampir habis segera control kembali ya !”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

Page 84: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan manfaat obat yang mas Joko minum setiap hari ?”

b. Evaluasi Obyektif“Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Joko, dan ambilkan yang namanya HPD........Dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !”. “Bagus......diingat-ingat ya !”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !”. O. Ya kalau ada yang berlum jelas bisa Mas Joko tanyakan kembali pada waktu lain”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi dengan topik yang lain ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras saja ?”, Setuju !”

3) Waktu “Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja ?”.

LAPORAN PENDAHULUANISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. MASALAH UTAMAIsolasi Sosial : Menarik diri

Page 85: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. PengertianMenurut Townsend, M.C (1998:152). Isolasi sosial merupakan keadaan

kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKS RI (1998:117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, naik perhatian maupun niatnya terhadap lingkungan sosial yang secara langsung dapat bersifat sementara atau menetap.

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, L.J, (1998:38). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, (1998:423). Isolasi sosial menarik diri merupakan usaha untuk menghindar dari interaksi dan hubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan, berprestasi atau selalu dalam kegagalan.

2. Tanda dan GejalaMenurut Townsend, M.C, (1998:152-153) dan Carpenito, L.J (1998:382)

Isolasi menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut :Data subjektif :a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan.b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki.Data objektif :a. Tampak menyendiri dalam ruangan.b. Tidak berkomunikasi, menarik diri.c. Tidak melakukan kontak mata.d. Tampak sedih afek datar.e. Posisi meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu.f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan

perkembangan usianya.g. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain.h. Kurang aktivitas fisik dan verbal.i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi.j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan diwajahnya.

3. PenyebabIsolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh kurangnya rasa

percaya kepada orang lain, perasaan panik regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C, 1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S.J (1998:345) Isolasi sosial disebabkan oleh konsep diri rendah.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998:227). Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada diunkapkan oleh Carpenito, L.J (1989:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Page 86: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :

Data subjektif :a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.c. Perasaan tidak mampu.d. Rasa bersalah.e. Sikap negatif pada diri sendiri.f. Sikap pesimis pada kehidupan.g. Keluhan sakit fisik.h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.i. Menolak kemampuan diri sendiri.j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.k. Perasaan cemas dan takut.l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.m. Mengungkapkan kegagalan pribadi.n. Ketidakmampuan menentukan tujuan.Data objektif :a. Produktifitas menurun.b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.c. Perilaku distruktif pada orang lain.d. Penyalahgunaan zat.e. Menarik diri dari hubungan sosial.f. Ekspresi wajah mau dan rasa bersalah.g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

4. Akibat Perilaku sosial menarik diri beresiko terjadinya perubahan persepsi

sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998”156). Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita, kenyataan seperti melihat bayangan, atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, S.B, 1995:119) halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsangan apapun dari panca indera, dimana orang tersebut sadar dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psiotik, gangguang fungsional, organik atau histerik.

Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi line perasaan (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran (Boyd, M.A, & Nihart, M.A, 1998:303: Rawlins, R.P & Heacock, P.E, 1998:198). Menurut Carpenito, L.J (1998:363). Perubahan persepsi sensori halusinasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang datang. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi atau ilusi yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien yang menganggap halusinasi sebagai suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997:284).

Menurut Carpetino, L.J (1998:363); Townsend, M.C (1998:156) dan Stuart, G,W & Sundeen, S.J (1998:328-329) perubahan persepsi sensori sering ditandai dengan adanya :Data subjektif :

Page 87: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

a. Tidak mamu mengenal waktu, orang dan tempat.b. Tidak mampu memecahkan masalah.c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau

melihat bayangan)d. Mengeluh cemas dan khawatir.Data objektif :a. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti

bicara seolah-olah mendengar sesuatu.c. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.d. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.e. Gerakan mata yang cepat.f. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.g. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap

petunjuk yang kompleks).

C. MASALAH DAN DATA YANG HARUS DIKAJI

No

Masalah Keperawatan

Data Subyektif Data Obyektif

1.

2.

3.

Masalah utama : Isolasi sosial : menarik diri

MK : penyebab gangguan konsep diri : harga diri rendah

MK : Akibat perubahan persepsi sendiri halusinasi

Klien mengatakan merasa kesepian Klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial Klien mengatakan tidak berguna

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinyaMengungkapkan tidak ada lagi yang peduli Mengungkapkan tidak bisa apa-apaMengungkapkan dirinya tidak bergunaMengkritik diri sendiriPerasaan tidak mampu

Klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatu Klien tidak mampu mengenal tempat, waktu, orang

Tidak tahan terhadap kontak yang lamaTidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicaraTidak ada kontak mata Ekspresi wajah murung, sedihTampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiriKurang aktivitas Tidak komunikatif

Merusak diri sendiriMerusak orang lainEkspresi maluMenarik diri dari hubungan sosialTidak mau makan dan tidak tidur

Tampak bicara dan ketawa sendiriMulut seperti bicara tapi tidak keluar suaraBerhenti bicara seolah mendengar atau melihat sesuatu

Page 88: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Masalah Utama

Gerakan mata yang cepat

D. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsiSensori : halusinasi

Isolasi diri : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi

sosial menarik diri.2. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan gangguang konsep diri :

harga diri rendah.

F. FOKUS INTERVENSIDiagnosa keperawatan : resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.1. Tujuan umum

Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.2. Tujuan khusus

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.1) Kriteria evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2) Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.b) Perkenalkan diri dengan sopan.c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.h) Jelaskan tujuan pertemuan.i) Jujur dan menepati janji.j) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.k) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri1) Kriteria evaluasi :

Page 89: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri sendiri orang lain dan lingkungan.

2) Intervensi a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-

tandanya.b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.c) Diskusikan bersama dengan klien tentang perilaku menarik diri,

tanda-tanda serta penyebab yang muncul.d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam

mengungkapkan penyebab menarik diri.Rasional :Dengan diketahui penyebab menarik diri dapat dihubungkan dengan faktor prisipitasi yang dialami oleh klien.

c. TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

1) Kriteria evaluasi :a) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.b) Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

2) Intervensi a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan

berhubungan dengan orang lain.b) Beri pengetahuan pada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.c) Diskusikan bersama dengan klien keuntungan berhubungan

dengan orang lain.d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain. Rasional :

Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina hubungan sehat dengan orang lain.a) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain.b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.c) Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidka berhubungan

dengan orang lain.d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

Rasional :Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi.

d. TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap.1) Kriteria evaluasi

Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K P, K – P – K, K – P – Keluarga, K – P – P – Kelompok.

2) Intervensi

Page 90: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

a) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain. b) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

melalui tahap : K P, K – P – P lain, K – P – P lain – K lain, K – P – keluarga / kelompok / masyarakat.

c) Beri reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai.d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.e) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan diruangan.g) Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan.

e. TUK V : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.

1) Kriteria evaluasi Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.

2) Intervensi a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaan bermanfaat berhubungan dengan

orang lain.f. TUK VI : Klien dapat memperdayakan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk

berhubungan dengan orang lain. 1) Kriteria evaluasi

Keluarga dapat :a) Menjelaskan perasaannya.b) Menjelaskan cara merawat klien menarik diri.c) Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri.d) Berparitisipasi dalam perawatan klien menarik diri.

2) Intervensi a) Bila hubungan saling percaya dengan keluarga : - Ucapkan salam dan perkenalkan diri. - Sampaikan tujuan pertemuan. - Buat kontrak waktu. - Eksplorasi perasaan keluarga.b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : - Perilaku menarik diri. - Penyebab perilaku menarik diri. - Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri untuk diatasi. - Cara keluarga mengatasi perilaku menarik diri.c) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.

Page 91: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

e) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga. Rasional :

Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses perbaikan perilaku klien.

G. DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing Cotemporary Practice, Edisi 9th, Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

DEPKES RI, (1989) Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed 1, DEPKES RI, Jakarta.Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growth,

Edisi 2th, Lippincott-Raven Publisrs, Philadelphia.Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed

I, Profesional Books, Jakarta.Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University

Press, Surabaya.Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing,

Edisi 1, the C.V Mosby Company, Toronto.Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa

(Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan

Psikiatri (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Contoh SP (Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial : Menarik Diri)

Page 92: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri RendahPertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a Klien menyendiri.b. Klien menghindar dari kontak mata.c. Klien tidak dapat mempertahankan komunikasi lama.d. Klien tampak merenung di pojok ruangan.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khususa. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi. Mas, sedang apa ?”. “Kenalkan nama saya Iwan Setiawan”, mas bisa panggil saya Bapak atau mas Iwan saja”. “Mas namanya siapa ? .......o o o Sigit Eko Widiyanto, senang dipanggil siapa ?”. “Mas Sigit atau mas Eko”. “Ooooo begitu baiklah mas Widi, saya akan menemani mas Widi selama 2 minggu kedepan, nanti bisa cerita masalah yang dialami mas Widi”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan mas Widi saat ini ?....o o o kalau saya lihat mas Widi tampak duduk sendiri ada apa sebenarnya ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Maukah mas Widi bercakap-cakap tentang kejadian di rumah dan yang menyebabkan mas Widi hanya diam menyendiri, mau kan ?”.

2) Tempat “Dimana kita akan berbincang-bincang Mas ?, Bagaimana kalau di taman?”, mau !”.

3) Waktu “Kita akan bercakap-cakap berapa menit ?”. “5 menit saja, ya !”.

2. Kerja “yeach sekarang coba mas Widi ceritakan di rumah tinggal siapa ?”. “terus siapa lagi .........bagus”. “Diantara mereka siapa yang paling dekat dengan mas Widi ?”.Mas Widi tadi mengatakan lebih dekat dengan ibu dan kakak, mengapa. Apa ada sesuatu yang membuat mas Widi senang ?”. “Nah sekarang diantara mereka, apakah ada sesuatu yang mas Widi tidak suka, yang sering membuat jengkel misalnya ?”, “o .......begitu, mengapa mas Widi sangat tidak menyukainya ?” ........... sering memarahi mas Widi ?”.“Apa yang dilakukan mas Widi supaya dekat dengan orang lain ?”. “Bagus !”. “Sekarang apa yang menyebabkan mas Widi senang

Page 93: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

menyendiri dan tidak mau ngobrol dengan orang lain ?”, “Apakah ada orang yang mengejek atau menghina ?”. “Atau mungkin tidak ada teman yang sebaya dengan mas Widi ?”. “Sehingga enggan keluar rumah ?”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan mas Widi setelah kita berbincang-bincang tentang penyebab menyendiri/tidak mau bergaul ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Jadi yang membuat mas Widi menyendiri tadi apa saja ? tolong ceritakan kembali !” ........yanch bagus.”

c. Rencana Tindak Lanjut“Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang menyebabkan enggan bergaul dengan orang lain yang lain dan esok ceritakan kepada saya ya !”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suara-suara tersebut ?”, Setuju !”.

2) Tempat “Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin Mas Widi punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?”

3) Waktu “Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?”. ”10 menit”. “Sampai jumpa besok ya, Mas!”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Page 94: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.b. Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan KhususKlien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Mas widioko ?”, “Masih ingat nama saya ? Bagus !”

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ? apakah ada penyebab menyendiri yang lain dan belum diceritakan kemarin ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain serta kerugian tidak berhubungan dengan orang lain ?”

2) Tempat “Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di taman ya !”

3) Waktu “Mas Widi mau berapa lama kita bercaka-cakap ?”. “10 menit, baiklah”.

2. Kerja “Kemarin Mas Widi sudah menceritakan penyebab menyendiri, sekarang menurut mas Widi apa keutungan berhubungan dengan orang lain ?”, “ya ........ bagus, terus apa lagi ?”. “Kalau kerugian tidak berhubungan dengan orang lain ?”. “.........tidak tahu ya tidak apa-apa”.“Jadi begini, banyak manfaat yang dapat diambil jika kita mau bergaul atau berhubungan dengan orang lain, misalnya jadi banyak teman, dapat mengisi waktu dan terhindar dari kesepian”. “Dengan bergaul kita juga jadi tambah ilmu dan wawasan”.“Nah, jika kita tidak mau bergaul atau hanya menyendiri di kamar, kita jadi banyak melamun dan akhirnya tidak punya teman untuk dimintai bantuan jika punya masalah”.“Bagaimana sudah mengerti keuntungan dan kerugian bergaul ?”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang keuntungan bergaul dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul ?”.

b. Evaluasi Obyektif

Page 95: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

“Coba sebutkan kembali keuntungan bergaul !”. “Bagus.......lagi”, “kalau kerugiannya........?”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Nah karena mas Widi sudah tahu keuntungan bergaul maka harus dipraktikan ya !”. nanti pak Iwan bantu, bagaimana, bersedia ?”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar berkenalan dengan teman lain ?”.

2) Tempat “Dimana kita belajar berkenalan ?. O......diruang tamu baiklah”.

3) Waktu “Mas Widi ingin berapa lama kita belajar berkenalan ?”. O......15 menit baiklah !”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Page 96: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

Klien sudah mengetahui berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan KhususKlien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan antara klien dengan perawat.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, mas Widi !”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Pagi hari ini kita akan berlatih cara berkenalan yang baik, kan mas ?”.

2) Tempat “Sesuai kesepakatan kemarin kita akan berlatih di ruang tamu kan, mas ?”.

3) Waktu “Berapa lama kita bercaka-cakap ?” bagaimana kalau 15 menit ?”.

2. Kerja “Menurut mas Widi, bagaimana cara kita berkenalan dengan orang lain ?”.“Yach bagus, apakah perlu kita berdiri dan berjabat tangan ?” terus apa yang kita sampaikan saat berkenalan ?”.“Bagus !”. “Jadi kita sedang berkenalan, untuk menambah kehangatan dan keakraban kita perlu berjabat tangan dan berdiri, sedangkan seperti yang mas Widi sebutkan, kita bisa menyampaikan nama, alamat, hoci dan lain-lain !”.“Nah kita sekarang telah tahu cara berkenalan yang baik, bagaimana kalau kita coba ?”. “Anggap mas Widi belum kenal saya, dan saya belum kenal mas Widi oke !”. “kita mulai, ayo kita beridiri !”.“Aku ajari dulu, ya !”. “Kenalkan nama saya Iwan Setiawan, biasa dipanggil Iwan, rumah saya Kalinegoro, Magelang dan hobby saya memancing dan membaca !”. “Kalau anda siapa, saya bisa panggil.......rumahnya dimana ?” siapa tahu saya bisa mampir suatu saat “, apa hoby anda ?” .......wah bagus sekali”.“Nah sekarang gantian mas berkenalan dengan saya ?” ......... terus !”. Bagus sekali, nanti dicoba pada temannya, ya !”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah berlatih berkenalan ?”.b. Evaluasi Obyektif

Page 97: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

“Coba ulangi lagi cara berkenalan yang sudah kita pelajari tadi !”. Bagus !”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Tolong mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul lagi, caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi !”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang cara berkenalan dengan orang lain ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?”, Setuju !’

3) Waktu “Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Page 98: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Masalah : Isolasi Sosial Menarik Diri Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a. Klien mengetahui cara berkenalan yang baik.b. Klien dapat mempraktekkan perkenalan diri dengan perawat.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan KhususKlien dapat mengembangkan hubungan secara bertahap dengan klien lain dan perawat lain dengan benar.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Mas Widi ?”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?”, baik-baik saja kan, ada yang ingin disampaikan ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Kita akan memperhatikan cara berkenalan yang sudah kita pelajari kemarin”, “Bagaimana mas Widi bersedia ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang makan saja, biar lebih santai?”.

3) Waktu “Berapa lama kita akan bercaka-cakap ?” Bagaimana kalau 15 menit ?”.

2. Kerja “Nah, mas Widi ingat apa yang akan kita lakukan sekarang ?”......”ya berkenalan. Sekarang mas Widi berkenalan dengan teman yang lain”, silahkan !”. “......ya bagus !”.“Berkenalan dengan teman sudah, bagaimana kalau sekarang mas Widi berkenalan dengan pak Mantri yang sedang duduk di ruang perawatan itu ?”, nggak apa-apa, saya temani”.“Ya, bagus, bagaimana perasaannya sekarang. Masih takut berkenalan dengan orang lain ?”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah berkenalan dengan teman dan perawat lain ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Coba sebutkan kembali siapa nama teman mas Widi tadi ?” seterus pak Mantri tadi siapa namanya ? ........... Bagus”.

c. Rencana Tindak Lanjut

Page 99: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

“Jangan lupa nanti berkenalan dengan teman-teman lain !”. Dan ngobrol dengan yang lain biar tidak jenuh dan banyak melamun”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau keluarga menengok, kita bercakap-cakap lagi tentang perlunya bergaul dengan orang lain ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap di teras saja ?”, Setuju !”

3) Waktu “Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja ?”. “Sampai jumpa !”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Page 100: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Masalah : Isolasi Sosial Menarik Diri Pertemuan ke V (lima)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a. Klien sudah dapat berkenalan dengan klien lain dan perawat lain.b. Klien mau berkomunikasi secara verbal dan non verbal selama kurang lebih 5 menit..

2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan KhususKlien dapat mengungkapkannya setelah berkenalan dan ngobrol dengan orang lain.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Mas Widi ?”. Baik-baik saja kan ?”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaannya Mas Widi saat ini ?”, apakah sudah berhubungan dengan teman yang lain ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang perasaan mas Widi setelah berhubungan dengan teman yang lain ?”.

2) Tempat “Kita bercakap-cakap di ruang makan saja !”.

3) Waktu “Mas Widi mau berapa lam kita bercakap-cakap ?”. “5 menit, baiklah”.

2. Kerja “Kemarin mas Widi sudah berkenalan dengan teman lain, perawat lain, sekarang bagaimana perasaannya ?”. “Tolong ceritakan pada saya !”.“Senang, terus apa lagi ?”.“Nah kalau begitu, ada manfaatnya kan berhubungan dengan orang lain”. Makanya jangan diam saja, cari teman yang banyak dan jangan lupa rutin minum obat, agar rasa malu yang mas Widi alami dapat hilang (tidak muncul lagi)”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah mengungkapkan perasaan berkenalan dengan yang lain ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Coba kembali utarakan perasaannya setelah berkenalan dengan orang lain !”. Bagus ........... apa lagi”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Jangan lupa nanti berkenalan dengan teman-teman lain !”. Dan ngobrol dengan yang lain biar tidak jenuh dan banyak melamun”.

Page 101: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau keluarga menengok, kita bercakap-cakap lagi bersama keluarga mas Widi yang dulu suka menyendiri di kamar ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau besok keluarga datang, kita bercakap-cakap di ruang tamu saja biar lebih leluasa ?”.

3) Waktu “Mas Widi ingin berapa lama kita bercakap-cakap besok ?”, “o.........20 menit, baiklah !”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Page 102: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri RendahPertemuan ke VI (enam)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

Klien sudah mengetahui cara berkenalan dan manfaat bergaul dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan KhususKlien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengatasi menarik diri.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi Pak !”. “Kenalkan Bapak yang merawat mas Widi disini, saya bisa dipanggil Bapak siapa ?” .......o o ya Pak Jaya”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?”, .........apakah mas Widi mengenal bapak ini siapa ?”. “Apakah Bapak sudah tahu mengapa mas Widi senang menyendiri di kamar ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Pagi ini kebetulan Pak Jaya menengok mas Widi, kita akan bercakap-cakap tentang pengertian, penyebab menarik diri, akibat menarik diri dan cara mengatasinya, bagaimana pak, bersedia ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalai kita berbincang-bincang di ruang tamu biar lebih santai ?”.

3) Waktu “Berapa lama kita akan bercaka-cakapnya ?” 30 menit ?”.

2. Kerja “Tolong bapak ceritakan apa yang dilakukan Mas Widi di rumah ?”. “terus apalagi ?” “.......bagus”. “Apa yang dilakukan keluarga mas Widi mau keluar dari kamar dan bergaul dengan teman-temannya ?”. “Jadi begini, ya pak mas Widi ini masih malu dalam istilah kedokteran mempunyai perilaku menarik diri, artinya mas Widi mempunyai kebiasaan menyendiri di kamar, malas melakukan aktivitas (mandi), tidak mau bicara dan banyak melamun”. “Apa benar mas Widi mempunyai perilaku seperti itu Pak ?”.“Orang yang mempunyai perilaku demikian biasanya disebabkan, karena perasaan malu atau takut diejek atau dihina orang lain”. “Kemudian bila perilaku ini tidak diatasi, maka dapat menimbulkan perilaku yang lain tampak ketakutan, tertawa atau bicara sendiri dan kadang-kadang justru menyerang orang lain”.“Bagaimana agar mas Widi ini tidak menyendiri lagi dan terjadi seperti hal tadi”. “Maka keluarga harus menemani mas Widi, mengajak mas Widi bergaul dengan tetangga, mengajak nonton televisi, makan bersama, berjalan-jalan”. “Jangan lupa awasi ketika mas Widi minum obat dan libatkan mas Widi dalam pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah atau alat-alat rumah tangga”.

Page 103: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

“Bagaimana pak sudah paham atau mungkin ada yang mau ditanyakan ?”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya pak setelah kita berbincang-bincang tentang pengertian, penyebab, akibat dan cara mengatasi perilaku menarik diri ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Coba sebutkan kembali !” pengertian, penyebab, akibat dan cara yang dapat dilakukan agar mas Widi tidak mengalami menarik diri ?”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Tolong ya pak mas Widi dibantu untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain (teman dan tetangga)”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau besok pak Jaya menengok lagi kita bercakap-cakap tentang manfaat dan efek samping obat yang mas Widi minum ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang perawatan saja ?”, Setuju !”

3) Waktu “Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 15 menit saja ?”.

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 104: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMAMasalah utama : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. PengertianPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang merupakan respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995). Menurut Harper, et al. (1992) dalam Boyd & Nihart (1998) perilaku kekerasan adalah tindakan fisik karena dorongan yang kuat dapat menyebabkan orang lain atau obyek lain (barang-barang rumah tangga) dalam rangka untuk menyampaikan pesan, dimana perilaku menganggap perilakunya benar dan tidak menimbulkan korban.

Individu melakukan kekerasan akibat frustasi yang dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mau berpikir serta mengungkapkan secara verbal, sehingga mendemonstrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins & Heacock, 1998). Menurut Schulz & Videbeck (1994) dan Sives (1998) dikatakan sebagai setiap pasien mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain sebagai setiap mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain sebagai akibat proses internal pasien dan perasan ramah.

2. Tanda dan GejalaKlien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Boyd &

Nihart, 1998) antara lain :Data subyektif :a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.b. Klien mengungkapkan perasaan tidak bergunba.c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel.d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar,

rasa tercekik, dada terasa sekal dan bingung.e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan.f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya.Data objektif :a. Muka merah.b. Mata molotot.c. Rahang dan bibir mengatup.d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal.e. Tampak mondar mandir.f. Tampak bicara sendiri dan ketakutan.g. Tampak berbicara dengan suara tinggi.h. Tekanan darah meningkat.i. Frekuensi denyut jantung meningkat.j. Nafas pendek.

3. Penyebab

Page 105: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Perilaku kekesaran sering disebabkan oleh karena kurangnya percaya pada orang lain, perasaan panik reaksi kemarahan, waham sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta depresi rasa takut (Townsend, M.C, 1998:150). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S.J (!998:315) perilaku kekerasaan disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.

Gangguan konsep diri harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998:227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :Data subjektif :a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.b. Perasaan tidak mampu.c. Rasa bersalah.d. Sikap negatif pada diri sendiri.e. Sikap pesimis pada kehidupan.f. Keluhan sakit fisik.g. Menolak kemampuan diri sendiri.h. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.i. Perasaan cemas dan takut.j. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.k. Mengungkapkan kegagalan pribadi.l. Ketidakmampuan menentukan tujuan.Data objektif :a. Produktifitas menurun.b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.c. Menarik diri dari hubungan sosial.d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

4. Akibat Menurut Townsend, M.C, (1998:156). Perilaku kekerasan dimana

seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan, baik diri sendiri maupun orang lain.

Seseorang dapat beresiko mengalami perilaku kekerasan pada dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :Data subjektif :a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam.b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas khawatir.Data objektif :a. Wajah tegang merah.b. Mondar mandir.c. Mata melotot, rahang mengatup.d. Tangan mengepal.e. Keluar keringat banyak.f. Mata merah.g. Tatapan mata tajam.h. Muka merah.

Page 106: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Masalah Utama

C. MASALAH DAN DATA YANG HARUS DIKAJI

No

Masalah Keperawatan

Data Subyektif Data Obyektif

1.

2.

3.

Masalah utama : perilaku kekerasan

MK : penyebab gangguan konsep diri : harga diri rendah

MK : Akibat resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Klien mengatakan telah merusak alat-lat rumah tangga dan memukul orang lain

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinyaMengungkapkan tidak ada lagi yang peduli Mengungkapkan tidak bisa apa-apaMengungkapkan dirinya tidak bergunaMengkritik diri sendiri Perasaan tidak mampu

Klien mengungkapkan cemas dan khawatirKlien mengungkapkan apa yang dilihat dan didengar mengancam dan membuatnya takut

Tampak cemas dan khawatir Wajah tampak tegang Mondar-mandir Merasa diremehkan orang lain

Merusak diri sendiri Merusak orang lain Ekspresi maluMenarik diri dari hubungan sosial Tampak mudah tersinggungTidak mau makan dan tidak mau tidur

Wajak klien tampak tegangMata merah dan melototRahang mengatup Tangan mengepal Mondar mandir

D. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiriOrang lain & lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

F. FOKUS INTERVENSI

Page 107: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Diagnosa keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.1. Tujuan umum

Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab.2. Tujuan khusus

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.1) Kriteria evaluasi :

a) Klien mau membalas salam.b) Klien mau berjabat tangan.c) Klien mau menyebutkan nama.

d) Klien mau kontak mata. e) Klien mau mengetahui nama perawat. f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak.2) Intervensi

a) Beri salam dan panggil nama klien.b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan.c) Jelaskan maksud hubungan interaksi. d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.e) Beri rasa aman dan sikap empati.f) Lakukan kontak singkat tapi sering.Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasarn utama untuk hubungan selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya.b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, lingkungan dan orang lain).

2) Intervensi a) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.b) Bantu klien untuk mengungkap perasaannya.Rasional :Dengan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya membantu mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel dapat diketahui.

c. TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasaan. 1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel.b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami.

2) Intervensi a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat

marah/jengkel.Rasional : Untuk mengetahui hal-hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel.

b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.Rasional :Untuk mengetahui tanda-tanda klien saat jengkel / marah.

c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah yang dialami.Rasional :

Page 108: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Menarik kesimpulan bersama klien supaya mengetahui secara garis besar tanda-tanda marah/jengkel.

d. TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasaan yang biasa dilakukan.

1) Kriteria evaluasi a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan.b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.

2) Intervensi a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasaan yang biasa dilakukan klien. Rasional : Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Rasional :Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.

c) Bicarakan dengan klien apakan dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai ?

Rasional :Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah.

e. TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.1) Kriteria evaluasi

a) Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan klien.

2) Intervensi a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien.

Rasional :Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.

b) Bersama klien menyimpulkan akibat cata yang dilakukan oleh klien.

Rasional :Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien merubah perilaku destruktif yang dilakukan menjadi perilaku konstruktif.

c) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat ?

Rasional :Agar klien mengetahui cara lain yang lebih konstruktif.

Page 109: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

f. TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan secara konstruktif. 1) Kriteria evaluasi

Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.

2) Intervensi a) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat ?

Rasional :Dengan mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang baik untuk mengurangi kejengkelannya sehingga klien tidak stres lagi.

b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat.Rasional :Reinforcement positif dapat memotivasi dan meningkatkan harga dirinya.

c) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.- Secara fisik : tarik nafas jika sedang marah/jengkel, memukul

benda/kasur atau olah raga atau pekerjaan yang menguras tenaga.

- Secara verbal : bahwa anda sedang kesal, tersinggung/jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu; saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya).

- Secara sosial : Lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.

- Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdo’a/ibadah lain : meminta kepada Tuhan untuk diberi kesabaran mengadu kepada Tuhan kekerasan/kejengkelan.

Rasional :Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain sesuai dengan kemampuan klien.

g. TUK VI : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan. 1) Kriteria evaluasi

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.- Fisik : tarik, olah raga dan menyiram tanaman.- Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.- Spiritual : sembahyang, berdo’a/ibadah yang lain.

2) Intervensi a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien.

Rasional :Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respons perilaku kekerasan secara tepat.

b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.Rasional :Membantu klien membuat keputusan untuk memilih cara yang akan digunakan dengan melihat manfaatnya.

c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play)Rasional :Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif.

d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.

Page 110: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

Rasional :Pujian dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.

e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang kesal atau jengkel.

Rasional :Agar klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang kesal atau jengkel.

h. TUK VII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku

kekerasan. 1) Kriteria evaluasi

a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang berprilaku kekerasan.b) Keluarga klien merasa puas dalam merawat klien.

2) Intervensi a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.

Rasional :Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan.

b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien.Rasional :Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga keluarga terlibat dalam perawatan kliem.

c) Jelaskan cara-cara merawat klien.- Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara

konstruktif.- Sikap tenang bicara tenang dan jelas.- Membantu klien mengenal penyebab marah.Rasional :Agar dapat merawat klien dengan perilaku kekerasam klien.

d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien. Rasional :

Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang dilihat oleh keluarga secara langsung.

e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

Rasional :Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.

i. TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan). 1) Kriteria evaluasi

a) Klien dapat menyebutkan obat – obatan yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek)b) Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengobatan.

2) Intervensi

Page 111: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien dan keluarga.Rasional :Klien dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh klien.

b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa izin dokter.

Rasional :Klien dan keluarga dapat mengetahui obat yang dikonsumsi oleh klien.

Page 112: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku Kekerasan Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.b. Klien dapat mengenal penyebab marah.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dengan perilaku kekerasan.

3. Tujuan Khususa Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan.b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan.c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Mas Arif ?”, “Masih ingat nama saya ?”

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ? apakah ada penyebab marah yang lain dan belum diceritakan kemarin ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang perasaan mas Arif rasakan saat marah, yang bisa dilakukan saat marah dan akibat dari tindakan yang telah dilakukan?”.

2) Tempat “Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di taman ya !” “Atau mungkin mas Arif ingin tempat lain ?”.

3) Waktu “Mas Arif mau berapa lama kita bercaka-cakap ?”. “15 menit, baiklah”.

2. Kerja “Kemarin Mas Arif sudah menceritakan penyebab marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan mas Arif saat marah/saat memukul ibu !”, saat mas Arif marah apakah ada perasaan tegang, kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.“Apakah mas Arif pernah melakukan tindakan lain selain memukul ibu saat marah ?”, “misalnya membanting piring memcahkan kaca, atau mungkin merusak tanaman !” ........memecahkan kaca !”. “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi (memukul ibu dan memecahkan kaca) masalah yang dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas Arif ?”.“Apakah mas Arif akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?” ..........ya tangan jadi sakit, jendela rusak.........terus apalagi ?” ...........dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa !”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

Page 113: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang perasaan saat marah dan yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah !”. “Bagus.......lagi”, “kalau akibatnya apa......?”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Nah karena mas Arif sudah tahu tindakan yang telah dilakukan maukah mas Arif belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat ?”. “nanti suster ajari, bagaimana, bersedia ?”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat ?”.

2) Tempat “Dimana kita belajar marah yang sehat ?. O......diruang tamu baiklah”.

3) Waktu “Mas Arif ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat ?”. O......15 menit baiklah !”.

Page 114: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku Kekerasan Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang dilakukan saat marah, klien tenang dan kooperatif.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khususa. Memilih cara marah yang konstruktif.b. Mendemonstrasikan sat cara marah yang konstruktif.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, mas Arif !”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan marah yang sehat, benar kan mas ?”.

2) Tempat “Sesuai kesepakatan kemarin kita akan berlatih di ruang tamu kan, mas ?”.

3) Waktu “Berapa lama kita bercaka-cakap ?” bagaimana kalau 15 menit ?”.

2. Kerja “Menurut mas Arif, bagaimana cara mengungkapkan marah yang benar, tentunya tidak merugikan / membahayakan orang lain ?”........ya terus, bagus !”. “Nah sekarang akan suster ajarkan satu persatu cara marah yang sehat, langsung suster jelaskan !”.“Yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain yang membuat kita kesal atau marah, misalnya dengan mengatakan : saya marah dengan kamu !”, maka hati kita akan sedikit lega”.“Yang kedua dengan menarik nafas dalam saat marah / jengkel sehingga menjari rileks”.“Yang ketiga dengan mengambil air rudhu lalu sholat atau berdo’a agar diberi kesabaran, tujuannya agar kita menjadi lebih tenang”.“Yang keempat dengan mengalihkan rasa marah/jengkel kita dengan aktivitas, misalnya dengan olah raga, membersihkan rumah, membersihkan alat-alat rumah tangga seperti mencuci piring. Sehingga energi kita menjadi berkurang dan dapat mengurangi ketegangan”.“Suster sudah jelaskan empat cara marah yang sehat, ada yang belum jelas ?”. “Nanti mas Arif bisa coba memilih salah satu cara untuk dipraktekkan”. “O...... mau yang menarik nafas dalam !”, “baiklah ayo kita mulai, coba ikuti suster, tarik nafas melalui hidung, ya bagus, tahan

Page 115: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

sebentar dan keluarkan / tiup melalui mulut, ulangi sampai 5 kali”. “Nah kalau sudah merasa lega bisa mas Arif lanjutkan dengan olah raga, membersihkan rumah atau kegiatan lain”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat ?”.b. Evaluasi Obyektif

“Coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang sudah kita pelajari tadi !”. Bagus !”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Tolong mas, nanti dicoba lagi cara yang sudah suster ajarkan dan jangan lupa ikuti kegiatan di ruangan ya !”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap cara marah yang sehat ?”.

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu ?”, Setuju !’

3) Waktu “Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 30 menit saja ?”.

Page 116: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku kekerasan Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat.b. Klien dapat mempraktekkan cara marah yang sehat.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan KhususKlien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Mas Arif ?”. Ini keluarganya ya ?”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?”, baik-baik saja kan, ada yang ingin disampaikan ?”. “O......saya adalah suster Dani yang merawat mas Arif, Bapak namanya siapa ?”. “Pak Eko. Ada hubungan apa dengan mas Arif ?”, oooooo ayah, naiklah, kebetulan !”.

c. Kontrak 1) Topik

“Pada kesempatan ini kita akan berbincang-bincang cara tentang merawat mas Arif di rumah”, “Bagaimana pak Eko bersedia ?”

2) Tempat “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja, biar lebih santai?”.

3) Waktu “Berapa lama kita akan bercaka-cakap ?” Bagaimana kalau 30 menit ?”.

2. Kerja “Nah, tolong ceritakan apa yang membuat mas Arif dibawa ke RSJ ?”. “Terus apa yang dilakukan keluarga saat mas Arif modar mandir dan marah-marah ?” .......terus apa lagi pak ?”.“Apa yang diceritakan tadi tidak salah, akan tetapi ada cara lain yang lebih menolong agar mas Arif tidak melakukan tindakan mencederai orang lain dan merusak kaca lagi”.“Begini pak, ada beberapa cara yang dapat disarankan agar dilakukan mas Arif, misalnya dengan olah raga, membaca al-Qur’am, sholat, membersihkan kamar mandi, membersihkan rumah, memukul bantal/kasur, membantu orang tua bekerja”.“Masih ada cara lain yang lebih mudah, misalnya dengan melatih klien bersikap terbuka, juga penting untuk klien yang sedang marah, melakukan relaksasi dengan menarik nafas dalam dapat mengurangi rasa marah dan dapat menenangkan perasaan klien, Bagaimana pak sudah jelas, atau masih ada yang akan ditanyakan ?”.

Page 117: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah tahu cara merawat mas Arif ?”.b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali berapa cara yang dapat dilakukan saat marah ?” “Terus apa lagi ?”............ Bagus”.

c. Rencana Tindak Lanjut“Jangan lupa besok kalau mas Arif sudah pulang dan seperti akan marah-marah tolong ingatkan cara-cara yang sudah diajarkan tadi ya !”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau besok keluarga menengok lagi, kita akan bercakap-cakap lagi tentang cara minum obat dan manfaatnya bagi mas Arif ?”.

2) Tempat “Kita bercakap-cakap di tempat ini lagi ya ?”.

3) Waktu “Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 30 menit saja ?”. “Sampai jumpa !”.

Page 118: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku Kekerasan Pertemuan ke V (lima)

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat.b. Klien dapat mempraktekkan cara merawat pasien yang sedang marah- marah.

2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan KhususKlien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan).

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam Terapeutik “Selamat pagi, Mas Arif dan Pak Eko ?”. Baik-baik saja kan ?”.

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?”, apakah sudah lebih rileks ?”.

c. Kontrak 1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang cara penggunaan obat yang dan manfaatnya bagi mas Arif ?”.

2) Tempat “Kita bercakap-cakap di ruang tamu saja !”.

3) Waktu “Mas Arif mau berapa lama kita bercakap-cakap ?”. “30 menit ?”. “Baiklah !”.

2. Kerja “Berapa jenis obat yang diminum mas Arif tadi pagi ?”. “Ya......bagus”.“Jadi begini ya mas Arif, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya saya bawakan”.“Saya jelaskan satu persatu ya ?”. “Yang warnanya oranye ini namanya CPZ atau chlorponazin, gunanya untuk mempermudah mas Arif tidur sehingga dapat istirahat, minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam 17.30 WIB”. “Efek sampingnya badan menjadi lemas, keluar ludah terus menerus”.“Nahm yang ini namanya PHD atau haloperidole, karena mas Arif dapat yang 5 mg, maka warnanya jambon atau pink, cara dan waktunya minum sama dengan CPZ, 2 x sehari “. “Gunanya obat ini untuk menenangkan mas Arif sehingga dapat mengontrol perilakunya saat marah, sehingga lebih rileks, santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya badan

Page 119: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA.doc

menjadi kaku, terutama tangan dan kaki, mulut kering dan dada berdebar-debar dan tremor/ndredek dalam istilah jawa”.“Tapi mas Arif jangan kuatir, ada penangkalnya, makanya diberikan obat yang putih agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP, fungsinya obat ini menetralkan atau menghilangkan efek samping yang tidak mengenakan tadi, makanya obat ini harus diminum bersamaan dengan obat CPZ dan HPD tadi”.“Bagaimana masih ada yang belum jelas ?”. “Jangan lupa kalau obat ini hampir habis segera kontrol kembali ya !”.

3. Terminasia. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan manfaat obat yang mas Arif minum setiap hari ?”.

b. Evaluasi Obyektif“Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Arif, dan ambilkan yang namanya HPD ........dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !”>

c. Rencana Tindak Lanjut“Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !”. “O, ya kalau ada yang belum jelas bisa mas Arif tanyakan kembali pada waktu lain “. “Dan tolong ya pak nanti kalau sudah pulang diingatkan saat minum obat dan saat kontrol kembali, jangan lupa diawasi mas Arif minum obat”.

d. Kontrak1) Topik

“Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi tentang masalah mas Arif yang lain ?”.

2) Tempat “Kita bercakap-cakap di teras saja ya ?”.

3) Waktu “Mas Arif ingin berapa lama kita bercakap-cakap ?”, “O.....20 menit, Baiklah !”.