BUKU STUDI DIET TOTAL - pusat2.litbang.kemkes.go.id · peneliti Balitbangkes, dosen Poltekkes...

94
i BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2014 Tim Penulis : dr. Lusianawaty Tana, MS, Sp.OK Syachroni, S.Si Aris Yulianto, S.Si Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 2014

Transcript of BUKU STUDI DIET TOTAL - pusat2.litbang.kemkes.go.id · peneliti Balitbangkes, dosen Poltekkes...

i

BUKU

STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2014

Tim Penulis :

dr. Lusianawaty Tana, MS, Sp.OK

Syachroni, S.Si

Aris Yulianto, S.Si

Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

2014

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 Provinsi Nusa Tenggara Timur. Studi Diet Total terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM).

Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilakukan di bulan Mei – Juli 2014 di 22 kabupaten/kota. Sebanyak 100 orang enumerator disebar di seluruh kabupaten/kota, dan 11 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Balitbangkes, dosen Poltekkes Jurusan Gizi, dan Akademi Perawat serta satu orang penanggung jawab operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 1749 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 6929 individu dapat diwawancara. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator klaster dan enumerator.

Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di lapangan. Selanjutnya, proses ‘data cleaning’ dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi.

Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerator, koordinator klaster, penanggung jawab operasional penelitian dari Dinas Kesehatan Provinsi serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur, para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes dan semua pihak yang telah berpartisipasi menyukseskan SDT ini.

Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya.

Billahi taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, Desember 2014

Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan

dan Epidemiologi Klinik

dr. Siswanto, MHP, DTM

iii

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Studi Diet Total (SDT) 2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) berbasis komunitas, dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Studi Diet Total terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Survei Konsumsi Makanan Individu merupakan kegiatan mengumpulkan informasi data konsumsi makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM untuk menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang dikonsumsi penduduk. Laporan ini difokuskan pada hasil SKMI. Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit degeneratif dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat yang diduga berkaitan dengan perubahan pola konsumsi makanan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan SKMI sebagai bagian dari kegiatan SDT. Survei konsumsi makanan individu bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan zat gizi penduduk, dan untuk menyediakan informasi tentang cara, proses dan alat yang digunakan untuk memasak makanan serta daftar bahan makanan untuk keperluan ACKM. Survei konsumsi makanan individu merupakan survei berskala nasional pertama di Indonesia yang mengumpulkan data konsumsi individu secara lengkap. Survei ini dilakukan bekerjasama dengan perguruan tinggi, Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan provinsi dan Kab/Kota dan dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institute Life Science International (ILSI). Pelaksanaan SKMI dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Disain penelitian SKMI adalah kroseksional yang mencakup 7980 individu pada 1891 rumah tangga dan tersebar di 76 blok sensus di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia. Survei konsumsi makanan individu dilaksanakan pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 dilanjutkan dengan kegiatan ACKM. SKMI menggunakan cara pengumpulan data yang sudah digunakan secara universal. Data yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yang digunakan untuk memasak. Data dikumpulkan dengan cara wawancara tentang konsumsi makanan individu sehari sebelumnya. Wawancara dibantu dengan menggunakan pedoman pengumpulan data konsumsi makanan. Dalam proses pengumpulan data dihadapi berbagai kendala antara lain mobilitas penduduk baik yang sudah pindah maupun karena sedang tidak berada di tempat pada saat dilakukan kunjungan, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan wawancara pada semua sampel anggota rumah tangga.

Hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan berat bahan makanan yang dikonsumsi menurut jenis dan kelompok makanan, mempengaruhi asupan zat gizi dan kecukupan energi dan protein individu, hasil secara lengkap sebagai berikut.

Konsumsi Makanan menurut Kelompok Bahan Makanan

1. Pada makanan pokok penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur, beras terbanyak dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur (91,9%) dengan konsumsi sebesar 208,1 gram per hari diikuti jagung dan olahannya yang

v

dikonsumsi sebesar 30,1 gram per orang per hari. Jenis umbi-umbian dan olahannya menempati urutan ketiga dengan konsumsi sebesar 45,4 gram per orang per hari dan dikonsumsi oleh sekitar 12,6 persen penduduk. Dari ketiga jenis makanan pokok tersebut, jenis umbi-umbian yang umumnya merupakan produksi lokal jumlahnya paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk.

2. Konsumsi protein hewani penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur, terbanyak berasal dari kelompok ikan dan olahannya, yaitu sebesar 59,8 gram per orang per hari. Disusul oleh kelompok daging dan olahannya sebanyak 24,8 gram per orang per hari, dan tiga kelompok lain yang sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahannya sebesar 3,4 gram per orang per hari, susu dan olahan sebanyak 1,3 gram per orang per hari, dan kelompok jeroan sebesar 0,11 gram per orang per hari.

3. Protein nabati lebih banyak dikonsumsi penduduk dibandingkan protein hewani, terlihat pada konsumsi kacang-kacangan dan olahannya dan serealia dan olahannya mencapai 56,7 gram dan 257,7 gram per orang per hari. Berdasarkan jumlah penduduk yang mengonsumsi kacang kedele dan beras dengan kisaran dari 6,1-91,9 persen, maka jenis protein dalam makanan penduduk sangat didominasi oleh protein nabati. Jumlah protein nabati dalam makanan penduduk yang tinggi mempengaruhi kualitas makanan penduduk.

4. Sumber vitamin dan mineral diperoleh dari konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan penduduk masih kecil yaitu 92,9 gram per orang per hari dan 34,9 gram per orang per hari. Dalam kelompok sayur, sayuran daun dikonsumsi paling banyak (92,7%) dibandingkan sayur lainnya. Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (31,0%). Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan yang belum memadai berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

5. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 15,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi pada kelompok makanan ini adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa (7,4 gram/orang/hari). Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi dikonsumsi oleh penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur (57,6%), menyusul kelapa dan olahannya (13,3%), dan minyak lainnya (4,0%).

6. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 10,8 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah gula putih/gula pasir (10,3 gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh lebih dari separuh penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur (54,6%), diikuti oleh bahan makanan lain, coklat dan permen dengan kisaran antara 0,3 sampai 1,1 persen dan terendah sirup (0,1%).

7. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 8,7 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (4,5 gram/orang/hari), menyusul garam (3,4 gram/orang/hari) dan terkecil bahan tambahan (0,01 gram/orang/hari). Garam tertinggi dikonsumsi penduduk (92,4%) diikuti dengan bumbu basah (67,5%), vetsin/MSG/mecin (57,7%) dan terendah bahan tambahan (0,5%).

8. Konsumsi minuman serbuk penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 5,9 gram per orang per hari, terbanyak kopi bubuk (4,9 gram/orang/hari), diikuti teh instan daun kering (0,8 gram/orang/hari). Kopi bubuk dikonsumsi terbanyak (36,3%) diikuti teh instan/daun kering (20,3 %) dan terendah minuman serbuk (0,9%). Minuman serbuk sudah dikonsumsi terbanyak oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan) sebanyak 0,7 gram/orang/hari.

9. Konsumsi minuman cair penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 12,0 mililiter per orang per hari. Dalam kelompok ini, konsumsi minuman beralkohol

vi

terbanyak dikonsumsi penduduk (5 mililiter/orang/hari), diikuti minuman kemasan cairan (4 mililiter/orang/hari), dan terendah adalah minuman berkarbonasi (1 mililiter/orang/hari). Minuman kemasan cairan dikonsumsi terbanyak oleh penduduk (2,6%), diikuti minuman beralkohol (1,3%), dan minuman lainnya (0,9%) sedangkan yang terendah minuman berkarbonasi (0,2%). Minuman kemasan cairan merupakan minuman terbanyak dikonsumsi pada semua kelompok umur.

10. Konsumsi total kelompok air minum penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur 1.063 ml per orang per hari. Air minum dikonsumsi terbanyak oleh 98,9 persen penduduk diikuti minuman cair kemasan pabrikan (4%), dan terendah air minum kemasan bermerek (2,8%).

11. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur amat kecil yaitu dibawah 1,1 gram per orang per hari. Kelompok makanan tersebut dikonsumsi oleh sedikit penduduk (0,00-6,7%).

Asupan dan kecukupan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Rerata kecukupan energi per orang per hari tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan (92,3% AKE). Rerata kecukupan energi per orang per hari pada laki-laki dan perempuan umur 5 tahun ke atas, tertinggi pada kelompok umur lebih 55 tahun (laki-laki 72,5% AKE dan perempuan 71,2% AKE), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (laki-laki 68,8% AKE dan perempuan 69,5% AKE), kelompok umur 19-55 tahun (laki-laki 62,1% AKE dan perempuan 65,4% AKE), dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (laki-laki 55,7% AKE dan perempuan 60,9% AKE).

2. Rerata kecukupan protein per orang per hari tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan (104,7% AKP), pada umur 5 tahun ke atas tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (laki-laki 86,4% AKP dan perempuan 83,4% AKP), diikuti kelompok umur 19-55 tahun (laki-laki 85,2% AKP dan perempuan 82,1% AKP), kelompok umur >55 tahun (laki-laki 77,1% AKP dan perempuan 69,8% AKP) dan terendah kelompok umur 13-18 tahun (laki-laki 66,5% AKP dan perempuan 63,1% AKP).

3. Penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70% AKE) berdasarkan kelompok umur antara 9,6 persen-72,1 persen, tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (72,1%), diikuti kelompok umur 19-55 tahun (64,7%), kelompok umur lebih 55 tahun (55,0%), kelompok umur 5-12 tahun (52,4%), dan terendah pada kelompok umur balita (9,6%). Kecukupan energi kurang (70 - <100% AKE) berdasarkan kelompok umur antara 21,0 persen- 61,5 persen, tertinggi pada kelompok umur balita (61,5%), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (37,0%), kelompok umur lebih 55 tahun (29,6%), kelompok umur 19-55 tahun (26,3%), dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (21,0%). Kecukupan energi normal atau sesuai AKG (>100% AKE) berdasarkan kelompok umur antara 9 persen-28,8 persen, yaitu tertinggi pada kelompok umur balita (28,8%), diikuti kelompok umur lebih 55 tahun (15,5%), kelompok umur 5-12 tahun (10,7%), kelompok umur 13-18 tahun (6,9%), dan terendah pada kelompok umur 19-55 tahun (9%). Tingkat kekurangan energi kurang pada penduduk di perdesaan lebih banyak yang kekurangan energi (61,2%) dibandingkan di perkotaan (54,6%). Sebaliknya, kelebihan asupan energi ≥100% - <130% AKE dan ≥130% AKE lebih tinggi pada penduduk di perkotaan (8,7% dan 5,8%) dibandingkan di perdesaan (5,8% dan 2,1%).

4. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, penduduk dengan tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP) berdasarkan kelompok umur antara 41,9 persen-75,6 persen, tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (75,6%), diikuti kelompok umur

vii

lebih 55 tahun (66,8%), kelompok umur 19-55 tahun (59,7%), kelompok umur 5-12 tahun (57,8%), dan terendah kelompok umur balita (41,9%). Kecukupan protein kurang (80 - <100% AKP) berdasarkan kelompok umur antara 8,5 persen-14,9 persen, tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (14,9%), diikuti kelompok umur balita (13,4%), kelompok umur 19-55 tahun (12,0%), kelompok umur lebih 55 tahun (11,6%), dan terendah kelompok 13-18 tahun (8,5%). Kecukupan protein normal (>100% - <120% AKP) antara 5,9 persen-11,7 persen, yaitu tertinggi pada kelompok umur balita (11,7%), diikuti kelompok umur 5-12 tahun dan kelompok umur 19-55 tahun (9,0% dan 8,9%), kelompok umur 19-55 tahun (7,8%) dan terendah kelompok umur 13-18 tahun 5,9%). Kecukupan protein lebih (≥120 AKP) antara 9,9 persen-33,0 persen, tertinggi pada kelompok balita (33%), diikuti keloompok umur 19-55 tahun (19,5%), kelompok umur 5-12 tahun (18,2%), kelompok umur > 55 tahun (13,8%), terendah kelompok umur 13-18 tahun (9,9%). Tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP) di Provinsi Nusa Tenggara Timur lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perdesaan dibandingkan dengan yang di perkotaan (67,5% dan 37,7%). Pada proporsi kecukupan protein normal ≥100 persen AKP lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan dibandingkan yang di perdesaan (11,6% dan 7,7%).

5. Rerata asupan lemak per orang per hari pada penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur paling rendah pada kelompok umur 0-59 bulan (19,4 g), diikuti kelompok umur 13-18 tahun (24,1 g), kelompok lebih 55 tahun (25,4 g), kelompok umur 5-12 tahun (25,5 g), dan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (29,6 g).

6. Rerata asupan karbohidrat per orang per hari pada penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (138,5 gram), diikuti untuk laki-laki kelompok umur 5-12 tahun (234,8 gram), kelompok umur 13-18 tahun 254,9 gram, dan tertinggi pad kelompok umur 19-55 tahun dan kelompok umur lebih 55 tahun (281,1 gram dan 271,5 gram). Sedangkan yang terendah pada perempuan kelompok umur lebih 55 tahun (225.6 gram) diikuti kelompok umur 13-18 tahun dan 5-12 tahun dan (228,5 gram dan 231,1 gram), dan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (250,6 gram).

7. Rerata asupan natrium per orang per hari di Provinsi Nusa Tenggara Timur terendah pada kelompok balita (0-59 bulan) sebesar 383 miligram, diikuti kelompok umur 13-18 tahun (566 mg), kelompok umur > 55 tahun (578 mg), kelompok umur 5-12 tahun (641 mg), dan tertinggi kelompok umur 19-55 tahun (659 mg).

8. Proporsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mengonsumsi natrium melebih batas yang dianjurkan (≥ 2000 mg per orang per hari) berdasarkan kelompok umur antara 1,4 persen-5,1 persen, tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (5,1 %), diikuti kelompok umur 13-18 tahun (4,6%), kelompok umur 19-55 tahun (4,5%), kelompok umur > 55 tahun (3,0%), dan terendah pada kelompok balita (1,4%).

9. Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula melebih batas yang dianjurkan (≥ 50 g per orang per hari) berdasarkan kelompok umur antara 0,6 persen-2,3 persen, tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun dan > 55 tahun (2,3 %), diikuti kelompok umur 13-18 tahun (1,7%), dan terendah kelompok umur 5-12 tahun dan balita (,0,6% dan 0,7%).

10. Proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak melebih batas yang dianjurkan (≥ 67 g per orang per hari) berdasarkan kelompok umur antara 2,7 persen-8,0 persen, tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (8,0%), diikuti kelompok umur 13-18 tahun (7,1%), kelompok umur 5-12 tahun (6,0%), kelompok umur > 55 tahun (4,2%) dan terendah kelompok umur balita (2,7%).

Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah.

viii

Rekomendasi

1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (umbi-umbian) sedikit dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan makanan pokok impor (terigu) dan tingginya jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan energinya maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal.

2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk.

3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau.

4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai meningkat maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan.

5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, natrium dan minyak/lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, natrium dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.

6. Mengingat tingginya tingkat kekurangan akan kecukupan energi dan protein pada masyarakat khususnya kelompok umur remaja (13-18 tahun), maka perlu ditingkatkan pemahaman pentingnya edukasi mengenai konsumsi makanan sehat dan bergizi dalam jumlah yang cukup dan peningkatan ketersediaan makanan yang sehat khususnya di rumah dan di lingkungan sekolah dengan harga yang terjangkau.

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI ......................................................................................... iii

RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xiv

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

Latar belakang ............................................................................................................. 1 1.1

Perumusan Masalah Penelitian ................................................................................. 2 1.2

Pertanyaan Penelitian ................................................................................................ 2 1.3

Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3 1.4

Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 3 1.5

BAB 2 METODE PENELITIAN .............................................................................................. 4

Disain penelitian .......................................................................................................... 4 2.1

Tempat dan Waktu ...................................................................................................... 4 2.2

Populasi dan Sampel .................................................................................................. 4 2.3

Variabel dan Definisi operasional .............................................................................. 4 2.4

Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ................................................................ 13 2.5

2.5.1 Instrumen ......................................................................................................... 13

2.5.2 Cara pengumpulan data ................................................................................. 13

2.5.4 Proses wawancara .......................................................................................... 14

Penimbangan Berat Badan ...................................................................................... 15 2.6

Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 15 2.7

Pengawasan Kualitas Data ...................................................................................... 19 2.8

2.8.1 Analisis Data .............................................................................................................. 19

Izin penelitian ............................................................................................................ 20 2.9

Pertimbangan etik penelitian .................................................................................... 20 2.10

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 21

3.1 Gambaran Umum Provinsi ....................................................................................... 21

3.1.1 Letak Geografis ............................................................................................... 21

3.1.2 Data Kependudukan ...................................................................................... 22

3.1.3 Sosial dan Ekonomi ....................................................................................... 23

3.1.4 Keadaan Lingkungan ...................................................................................... 24

x

3.1.5 Status Gizi ...................................................................................................... 25

3.2 Jumlah Sampel yang Terkumpul (response rates) ................................................ 26

3.3 Konsumsi Makanan menurut Kelompok Bahan Makanan .................................... 29

3.4 Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi .................................................................. 58

3.5 Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi .................... 60

3.6 Asupan dan Kecukupan Protein ................................................................................... 61

3.7 Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein ................... 63

3.8 Asupan Lemak .......................................................................................................... 64

3.9 Asupan Karbohidrat .................................................................................................. 65

3.10 Asupan Natrium ........................................................................................................ 66

3.11 Konsumsi Gula, Natrium dan Lemak ...................................................................... 67

BAB 4 KESIMPULAN .......................................................................................................... 68

4.1 Rerata konsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) per hari di Provinsi Nusa Tenggara Timur .................................................. 68

4.2 Tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Provinsi Nusa Tenggara Timur ......................................................................................................... 69

4.3 Kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur .............................. 70

DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................................................................................. 71

Kontributor .......................................................................................................................... 73

Daftar Nama Tim SDT Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 ................................... 74

xi

DAFTAR TABEL

2.1 Variabel dan definisi operasional SKMI ................................................................... 6

3.2.1 Respond rate sampel SDT berdasarkan kabuaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014...............................................................................................................28

3.2.2 Karakteristik sampel SDT Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................ 29

3.3.1 Rerata konsumsi kelompok serealia dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................... 30

3.3.2 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serealia dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014………......…………………..31

3.3.3 Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 31

3.3.4 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 32

3.3.5 Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014Error! Bookmark not defined.3

3.3.6 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014Error! Bookmark not defined.4

3.3.7 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 34

3.3.8 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 35

3.3.9 Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari menurut Kelompok Umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................ 36

3.3.10 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................ 37

3.3.11 Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 38

3.3.12 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 39

3.3.13 Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 40

3.3.14 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 40

3.3.15 Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 41

3.3.16 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 42

3.3.17 Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 42

xii

3.3.18 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 43

3.3.19 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 44

3.3.20 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok susu dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .......................................... 45

3.3.21 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................. 45

3.3.22 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................. 46

3.3.23 Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................... 47

3.3.24 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................... 48

3.3.25 Rerata konsumsi kelompok bumbu per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ..................................................................... 48

3.3.26 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ................................................................................... 49

3.3.27 Rerata konsumsi kelompok minuman per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ..................................................................... 50

3.3.28 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ................................................................................... 51

3.3.29 Rerata konsumsi kelompok makanan komposit per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................... 52

3.3.30 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................................... 52

3.3.31 Rerata konsumsi kelompok air per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ................................................................................... 53

3.3.32 Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................................................................................ 54

3.3.33 Rerata konsumsi suplemen dan jamu per orang per hari (menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ..................................................................... 54

3.3.34 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................................... 55

3.3.35 Rerata konsumsi serealia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 55

3.3.36 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................................................................................................ 56

3.3.37 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ...... 57

3.4.1 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ..................................................................... 58

3.4.2 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................................................................................................ 59

xiii

3.5.1 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan aset, dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ...................................................................................................................... 60

3.6.1 Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ..................................................................... 61

3.6.2 Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................................................................................................ 62

3.7.1 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan aset, dan menurut tingkat kecukupan protein, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2014 ..... 63

3.8.1 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ..................................................................... 64

3.9.1 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2014 .................................................................... 65

3.10.1 Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ..................................................................... 66

3.11.1 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium, dan lemak melebihi pesan Permenkes No.30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................................................................................................ 67

xiv

DAFTAR GAMBAR

3.1.1 Peta administratif Provinsi Nusa Tenggara Timur .................................................. 21

3.1.2 Piramida penduduk Provinsi NTT Tahun 2013 ...................................................... 23

3.1.3 Jumlah masyarakat miskin di Provinsi NTT menurut kabupaten/kota .................... 24

3.1.4 Proporsi status gizi di Provinsi NTT Tahun 2013 .................................................. 26

3.3.1 Rerata konsumsi kelompok serealia dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ................................................................................... 30

3.3.2 Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................................................................... 32

3.3.3 Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .................................................................. 323

3.3.4 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................................................................... 35

3.3.5 Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ..................................................................... 36

3.3.6 Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 .................................................................................. 38

3.3.7 Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................................................................... 41

3.3.8 Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................................................................... 43

3.3.9 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ........................................................................................... 44

3.3.10 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ..................................................................... 46

3.3.11 Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ................................................................................... 47

3.3.12 Rerata konsumsi kelompok bumbu per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................................................................................................ 47

3.3.13 Rerata konsumsi kelompok minuman per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................................................................................................ 50

3.3.14 Rerata konsumsi serealia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ...................................... 56

3.3.15 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ................ 57

3.3.16 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 ............................................. 58

xv

DAFTAR SINGKATAN

ACKM : Analisis Cemaran Kimia Makanan

AKG : Angka Kecukupan Gizi

ART : Anggota Rumah Tangga

Badan PPSDMK : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya

Manusia Kesehatan

Balita : Bawah Lima Tahun

Balitbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

BB : Berat Badan

BDD : Berat Dapat Dimakan

BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan

BPS : Badan Pusat Statistik

BS : Blok Sensus

DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan

DS SDT : Daftar Sampel Studi Diet Total

EFSA : European Food Safety Authority

FAO : Food and Agriculture Organization

FAO/WHO GIFT : FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool

JECFA : Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives

KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Korwil : Koordinator Wilayah

Lansia : Lanjut Usia

Mandat : Manajemen Data

MDG’s : Millenium Development Goals

MSG : Mono Sodium Glutamat

NTT : Nusa Tenggara Timur

PAM : Perusahaan Air Minum

Poltekkes : Politeknik Kesehatan

PSP : Persetujuan Sesudah Penjelasan

PTM : Penyakit Tidak Menular

RAN : Rencana Aksi Nasional

RSE : Relative Standard Error

RT : Rumah Tangga

SDT : Studi Diet Total

SKMI : Survei Konsumsi Makanan Indonesia

WHO : World Health Organization

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar belakang 1.1

Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Survei ini menjadi dasar bagi pelaksanaan Studi Diet Total (SDT). Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan. Konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular (PTM) terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes, 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular.

Data mortalitas menurut kelompok penyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematian pada berbagai golongan umur. Kasus kematian akibat PTM seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, prevalensi pendek dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007. Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan.

Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi. Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence based yang dapat mewakili mayoritas penduduk Indonesia yang dapat

2

digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan.

Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan Studi Diet Total tingkat nasional.

SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk.

Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh provinsi pada tahun 2014 termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Perumusan Masalah Penelitian 1.2

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah “you are what you eat”. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu: tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya.

Pertanyaan Penelitian 1.3

Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu:

1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk menurut jenis dan kelompok makanan di tingkat provinsi?

2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di tingkat provinsi?

3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya lebih di tingkat provinsi?

4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di tingkat provinsi?

5. Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di tingkat provinsi?

3

Tujuan Penelitian 1.4

Tujuan Umum

Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Tujuan Khusus

1. Memperoleh informasi rata-rata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur.

4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

5. Memperoleh daftar makanan (food-list) yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Manfaat Penelitian 1.5

1. Mendapat informasi pola konsumsi bahan makanan penduduk di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Mendapat informasi konsumsi zat gizi penduduk di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

3. Memperoleh daftar makanan (foodlist) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM) di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan.

4

BAB 2 METODE PENELITIAN

Disain penelitian 2.1

Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik.

Tempat dan Waktu 2.2

Survei Konsumsi Makanan Individu dilaksanakan pada tanggal 24 Mei sampai dengan 22 Juni 2014, di 22 Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Populasi dan Sampel 2.3

Populasi dalam SKMI Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2014 adalah semua rumah tangga biasa yang mewaklili 22 kabupaten/kota. Besar sampel Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 76 blok sensus (BS) di 22 Kabupaten/Kota dan 1891 RT dengan perkiraan individu sebesar 7980 orang.

2.3.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Provinsi Nusa Tenggara Timur berlangsung. Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala; dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2.3.2 Cara Pemilihan Sampel

Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 1891 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu.

Variabel dan Definisi operasional 2.4

Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut:

5

Tingkat Rumah Tangga

Blok I : Pengenalan Tempat

Blok II : Keterangan Rumah Tangga

Blok III : Keterangan Pengumpul Data

Blok IV : Keterangan Anggota Rumah Tangga

Blok V : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist)

Blok VI : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga

Tingkat Individu

Blok VII : Keterangan Pengumpul Data

Blok VIII : Keterangan Individu

Blok IX : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin

Blok X : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam

6

Tabel 2.41 Variabel dan definisi operasional SKMI

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda Pengukuran Skala Ukur Pengkategorian

1 Zat Gizi Diperoleh dari DKBM berdasarkan berat bahan makanan yang dikonsumsi

Analisis DKBM Rasio

Rerata dan standar deviasi

2 Konsumsi serealia Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

3 Konsumsi umbi-umbian Berat bahan makanan kelompok umbi-umbian yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

4 Konsumsi kacang-kacangan, biji

Berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

5 Konsumsi sayuran Berat bahan makanan kelompok sayuran yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

6 Konsumsi buah Berat bahan makanan kelompok buah yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

7 Konsumsi daging Berat bahan makanan kelompok daging yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

8 Konsumsi jeroan/non daging

Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

9 Konsumsi ikan Berat bahan makanan kelompok ikan yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

10 Konsumsi telur Berat bahan makanan kelompok telur yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

11 Konsumsi susu Berat bahan makanan kelompok susu yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

12 Konsumsi minyak, lemak

Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

13 Konsumsi gula, sirup, konfeksionari

Berat bahan makanan kelompok gula, sirup, konfeksionari yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

14 Konsumsi bumbu Berat bahan makanan kelompok bumbu yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

7

Tabel 2.41 Variabel dan definisi operasional SKMI (Lanjutan)

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda Pengukuran Skala Ukur Pengkategorian

15 Konsumsi minuman Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

16 Konsumsi makanan komposit

Berat bahan makanan kelompok makanan komposit yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

17 Konsumsi air Berat bahan makanan kelompok air yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

18 Konsumsi suplemen Berat bahan makanan kelompok suplemen yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

19 Asupan energi Jumlah energi yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya

Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi

20 Asupan protein Jumlah protein yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya

Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi

21 Tingkat Kecukupan Asupan Energi

Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.

Ordinal 1. < 70 % AKE 2. 70 - < 100% AKE 3 100 - <130% AKE 4 ≥ 130% AKE

22 Tingkat Kecukupan Asupan Protein

Persentase asupan protein per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.

Ordinal 1. < 80 % AKP 2. 80 - < 100% AKP 3 100 - <120% AKP 4 ≥ 120% AKP

8

Tabel 2.41 Variabel dan definisi operasional SKMI (Lanjutan)

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda Pengukuran Skala Ukur Pengkategorian

23 Asupan natrium Jumlah natrium yang dikonsumsi individu sehari kemarin Dihitung berdasarkan kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam DKBM.

Rasio

24 Asupan lemak Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari kemarin Dihitung berdasarkan kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam DKBM.

Rasio

25 Asupan karbohidrat Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari kemarin Dihitung berdasarkan kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam DKBM

Rasio

26 Berat badan Berat badan seluruh responden, bayi, balita, remaja, dewasa dan lansia, baik perempuan maupun laki-laki

Dengan menggunakan timbangan badan dengan ketelitian 0,1 kg

Ordinal

27 Makanan yang dikonsumsi ART

Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin

Wawancara Nominal

28 Konsumsi makanan individu

Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi individu anggota rumah tangga baik yang dimasak di rumah maupun yang diperoleh/dibeli di luar rumah selama sehari kemarin

Wawancara dan penimbangan hidangan

Nominal

29 Kode Hidangan Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI

Buku kode hidangan Nominal

9

Tabel 2.41 Variabel dan definisi operasional SKMI (Lanjutan)

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda Pengukuran Skala Ukur Pengkategorian

30 Asal hidangan Bagaimana cara mendapatkan hidangan Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2.Dibeli 3.Diberi

31 Nama dagang/merek Nama produk atau pembuat hidangan/makanan rumah tangga maupun pabrikan

Wawancara dan pengamatan

Nominal

32 Spesifikasi rasa Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan Wawancara dan pengamatan

Nominal

33 Alamat tempat makanan dijual

Alamat tempat hidangan /makanan yang dikonsumsi individu di luar

Wawancara Nominal

34. URT/porsi hidangan/makanan

Ukuran yang dipakai rumah tangga untuk menyatakan jumlah hidangan atau bahan makanan

Wawancara Ordinal sendok makan(sdm) sendok teh (sdt) centong, potong, biji, buah, piring.

35. Sumber air Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum

Wawancara Nominal

1.Air kemasan 2.Air isi ulang 3.Air ledeng/PDA 4.Air ledeng eceran/beli 5.Sumur bor/pompa 6.Sumur gali terlindung 7.Mata air tak terlindung 8.Penampungan air Hujan 9.Air danau/sungai/irigasi 10.Tidak tahu

10

Tabel 2.41 Variabel dan definisi operasional SKMI (Lanjutan)

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda Pengukuran Skala Ukur Pengkategorian

36 Perlakuan pada bahan makanan mentah

Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah

Wawancara Nominal 1.Dicuci dan dikupas 2.Dicuci, tidak dikupas 3.Tidak dicuci, dikupas 4.Tidak dicuci dan tidak dikupas 8.Tidak berlaku

37 Cara pengolahan Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran.

Wawancara Nominal 1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/sangrai 4.Rebus/ungkep/presto 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah

38 Status responden terkini

Informasi atau keberadaan responden (KK dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada perubahan dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dalam RIskesdas 2013.

Wawancara Nominal 1.Tidak ada perubahan 2.Ada perubahan 3.Meninggal 4.Pindah 5.Lahir 6.ART baru 7.Tidak pernah ada dalam RT (fiktif)

39 Umur Umur anggota rumah tangga Wawancara Nominal a. 1< 1 bln isikan hari b. < 5 thn isikan bulan c. >= 5 thn isikan tahun

40 Status Pekerjaan Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang berumur di atas 10 tahun

Wawancara Nominal 1.Tidak bekerja 2.Bekerja 3.Sekolah

11

Tabel 2.41 Variabel dan definisi operasional SKMI (Lanjutan)

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda Pengukuran Skala Ukur Pengkategorian

41 Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumah tangga

Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, berat bahan makanan, sumber air, cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga

Wawancara

42 Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan

Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga. contoh aluminium, gerabah, gelas

Wawancara/ pengamatan

Nominal 1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramil 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat

43 Asal hidangan Asal bahan makanan/minuman tersebut diperoleh sebelum dimasak di rumah tangga

Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2. Dibeli 3. Diberi

44 Air minum Jumlah air yang diminum individu selama satu hari (24 jam) kemarin

Wawancara Mililiter

45 Perlakuan pada bahan mentah

Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumah tangga

Wawancara Nominal 1.Dicuci 2.Dikupas 3.Tidak dicuci 4.Tidak dikupas 5.Tidak dicuci&tidak dikupas 7.Tidak berlaku

12

Tabel 2.41 Variabel dan definisi operasional SKMI (Lanjutan)

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda Pengukuran Skala Ukur Pengkategorian

46 Pengolahan/ pemasakan

Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumah tangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya

Nominal Kukus<tumis<rebus<panggang<goreng<bakar* *< makin kecil risiko

47 Rincian bahan makanan

Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam memasak hidangan makanan/minuman di rumah tangga termasuk bumbu dan air.

Wawancara Nominal

48 Siapa yang memasak Orang yang memasak makanan atau minuman dari masing-masing makanan/minuman yang dimasak di rumah tangga

Wawancara Nominal 1.KK 2.Istri/suami 3.Anak kandung 4.Anak angkat/tiri 5.Menantu 6.Cucu 7.Orangtua/mertua 8.Famili lain 9.Pembantu 10.Lainnya

49 Merek Pabrik dalam Kemasan

Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri yang berada pada pembungkus atau kemasan makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden yang dibuat di rumahtangga

Wawancara dan pengamatan

13

Instrumen dan Cara Pengumpulan Data 2.5

2.5.1 Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Nusa Tenggara Timur (dari Daftar Sampel

Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013). 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu. 3. Buku foto makanan. 4. Timbangan makanan dan penggaris. 5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital.

2.5.2 Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data: pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan dilakukan untuk mengumpulkan data: berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data: persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli dilakukan untuk mengambil data jenis. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg.

2.5.3 Wawancara

Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda:

a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hingga alat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan.

b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan.

Teknik wawancara

Teknik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Teknik metode Recall yang

14

digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposif 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS.

2.5.4 Proses wawancara

Persiapan

Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya. Tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan. Hari Pengumpulan data

Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai. Setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang bisa dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara.

Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menanda tangai informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent.) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancara dapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimana setiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berumur < 15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan. Akan terdapat ART yang

15

diwawancarai lebih dari sekali, yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi.

Keseluruhan proses pengambilan data akan memerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp.50.000 untuk setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp.20.000,- untuk setiap individu yang diwawancara.

Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.

Penimbangan Berat Badan 2.6

Penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 Kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner.

Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data 2.7

Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan:

1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Nusa Tenggara Timur (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013).

2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu. 3. Buku pedoman umum. 4. Buku pedoman kode bahan pangan. 5. Buku pedoman pengisian kode hidangan. 6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng. 7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan

resep makanan siap saji dan jajanan. 8. Buku foto makanan. 9. Buku pedoman pengisian kuesioner. 10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen. 11. Buku pedoman manajeman data. 12. Timbangan makanan dan penggaris. 13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital. 14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri. 15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, payung, alat tulis, rompi, topi.

Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan

Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3

16

gizi). Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut:

Laki-laki dan wanita lulusan D3 Gizi- S1 Gizi.

Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam (menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti).

Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi Ms. office dan internet.

Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP).

Umur tidak lebih dari 40 tahun.

Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter.

Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan.

Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai 76 BS maka diperlukan sebanyak 25 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim.

Proses rekrutmen:

Proses rekrutmen di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilakukan dengan koordinasi antara Korwil Nusa Tenggara Timur dan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi

Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur berkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan

Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi:

Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT)

Metode SDT

Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner

Penimbangan berat

Praktek lapangan

Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan

Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data

Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 7 Mei – 9 Mei 2014 diikuti 45 orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Politeknik Kesehatan Jurusan Gizi, Badan Litbangkes Kemenkes RI di Hotel Aston Kupang, Jl. Timor Raya, Kelapa Lima Kupang Nusa Tenggaara Timur.

Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan tanggal. 13 Mei sampai dengan 22 Mei 2014 diikuti 100 orang enumerator bertempat di Hotel T-More Jl. Piet A. Tallo Kota Kupang.

17

Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai dengan 22 Juni 2014. Pengumpulan data yang dilakukan di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu:

1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry

3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan

Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 30 hari hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah :

Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman.

Melakukan konfirmasi komposit (jenis dan berat).

Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara.

Melakukan data entri hasil wawancara.

Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entri.

Mengirim data yang telah di edit/ di cleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandate.

Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian.

Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Koordinator Klaster

Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2-3 kabupaten yang berdekatan.

Tugas penanggungjawab klaster:

Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari.

Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data.

Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.

Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data.

Syarat-syarat koordinator klaster :

Laki-laki atau perempuan.

Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotokopi ijazah.

Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota dalam Riskesdas.

Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi Ms. office dan internet.

Menyerahkan fotocopi KTP.

Umur tidak lebih dari 55 tahun.

Menyerahkan persetujuan/ijin atasan.

18

Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di Provinsi Nusa Tenggara Timur.dan Korwil akan berkoordinasi dengan Poltekkes Nusa Tenggara Timur.

Pelatihan petugas

Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan.

Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data.

Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data

Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data.

Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan: 1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan,

pengukuran, dan manajemen data. 2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadual

dan mekanisme pelaksanaan. 3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan. 4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan

logistik.

Pelaksanaan di lapangan

Pengumpulan data Provinsi Nusa Tenggara Timur dilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 25 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap tiga BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga.

Satu BS terdiri dari 25 rumahtangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari. Dibutuhkan 11 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klaster bertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 5-6 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran), menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner, alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang.

Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan ‘data editing’, melakukan ‘data entry’; mengirimkan data setiap selesai ‘data entry’ di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Pusat dan tim korwil.

19

Pengawasan Kualitas Data 2.8

Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan manjemen data sebagai berikut:

1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan, konversi matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam, perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan

2. Pelatihan bagi ketua pelaksana provinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara

3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator.

4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih bisa mengunjungi ulang responden. Sebelum dientri ke komputer data sudah harus melalui proses editing.

5. Dilakukan spot-check (validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner.

6. Setelah data selesai di entri di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entri data juga dikirimkan ke koordinator klaster.

7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator.

8. Semua kegiatan koster: supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entri dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data.

2.8.1 Analisis Data

Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Data, Jakarta. Tim teknis akan melakukan analisis data didampingi oleh tim mandat untuk mengeluarkan output sesuai dengan dummy table yang telah dibuat.

Hasil wawancara recall makanan pada individu, diperoleh berat masing-masing bahan makanan yang dikonsumsi dalam satuan gram dan ml, kemudian setiap jenis bahan makanan dikelompokkan dalam 17 grup makanan menurut pengelompokkan ASEAN, yaitu:

1. Sereal dan hasil olahannya 2. Umbi-umbian dan hasil olahannya 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahannya 5. Buah dan hasil olahannya 6. Daging dan hasil olahannya 7. Jeroan/non daging dan olahannya 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya 9. Telur dan hasil olahannya

20

10. Susu dan hasil olahannya 11. Minyak, lemak, dan olahannya 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahannya 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen

a. Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi, maka hanya 5 jenis zat

gizi yang dianalisis yaitu : 1. Energi 2. Protein 3. Lemak 4. Karbohidrat 5. Natrium

Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan.

Izin penelitian 2.9

Izin penelitian diajukan pada Kemendagri Pusat diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan waktu penelitian.

Pertimbangan etik penelitian 2.10

Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan nomor LB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran.

21

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Provinsi

3.1.1 Letak Geografis

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mempunyai luas daratan 47.350 km2 yang terdiri dari gugusan pulau mencapai 1.192 pulau, termasuk 4 (empat) pulau besar yaitu Pulau Flores, Sumba, Timor dan Alor (FLOBAMORA). Posisi geografis Provinsi NTT adalah sebelah Utara berbatasan dengan laut Flores, sebelah Selatan dengan Samudera Hindia, sebelah Timur dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) dan Laut Timor dan sebelah Barat dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kedudukan astronomis terletak pada 80-120 LS dan 1180-1250BT dengan kondisi geografis yang bervariasi, seperti Pulau Flores, Alor, Komodo, Solor, Lembata dan pulau-pulau sekitarnya di jalur utara terbentuk secara vulkanik, sedangkan Pulau Sumba, Sabu, Rote, Semau, Timor dan pulau-pulau sekitarnya di selatan merupakan daerah karang, karena terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi seperti ini maka pulau-pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan sebagai daerah yang subur, sedangkan daerah karang pada umumnya kurang subur.

Wilayah administratif Pemerintah Provinsi NTT telah berkembang sesuai dengan perkembangan kependudukan yang terdiri dari 21 kabupaten, 1 kota, 306 kecamatan dan 3.207 desa/kelurahan. Luas wilayah masing-masing kabupaten bervariasi, Kabupaten Kupang memiliki luas terbesar yaitu 5.417,79 km2 dan yang terkecil adalah Kota Kupang dengan luas 160,3 km2. Dari segi topografis, sebagian besar (±70%) merupakan daerah bergunung dan berbukit dengan kemiringan rata-rata 50 persen dengan morfologi yang agak gundul. Berdasarkan zone agroklimat, iklim di Provinsi NTT adalah tipe D/E yaitu memiliki hari hujan kurang dari 3 bulan atau sekitar 150 hari selama setahun dan selebihnya adalah musim kemarau.

Gambar 3.1.1 Peta administratif Provinsi Nusa Tenggara Timur.

22

3.1.2 Data Kependudukan

3.1.2.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Penduduk Provinsi NTT telah bertumbuh cukup pesat selama lebih dari dua dasawarsa. Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah penduduk Provinsi NTT pada tahun 2012 sebesar 4,80 juta orang sedangkan pada tahun 2013 bertambah menjadi 4.953.967 jiwa. Ini berarti dalam kurun waktu 2010-2013 telah terjadi penambahan sekitar 220 ribu orang dengan laju pertumbuhan rata-rata 2,35 persen per tahun. Rasio jenis kelamin penduduk Provinsi NTT cenderung tidak mengalami perubahan signifikan dalam beberapa kali sensus yang dilakukan, masih didominasi oleh penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk NTT adalah 99 persen sejak SP2000 sampai SP2010 yang berarti dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki sedangkan pada tahun 2013 rasio jenis kelamin sebesar 98 persen. Kabupaten yang memiliki rasio jenis kelamin 100% adalah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Belu, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Rote Ndao dan Sabu Raijua.

Laju pertumbuhan penduduk (LPP) kabupaten/kota periode 2000-2010 yang terendah dimiliki Kabupaten Ende sebesar 1,15 persen sedangkan LPP yang tertinggi terjadi di Kota Kupang, dari 2,68 persen pada kurun waktu 1990-2000 menjadi 3,52 persen pada kurun waktu 2000-2010. Kondisi ini disebabkan antara lain oleh besarnya migrasi masuk, mengingat wilayah ini menjadi tempat tujuan utama arus pendatang karena Kota Kupang merupakan pusat pemerintahan dan ekonomi di Provinsi NTT.

3.1.2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Salah satu ciri kependudukan di Provinsi NTT adalah persebaran penduduk antar kabupaten/kota yang tidak seimbang. Hal ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu secara alamiah, namun ada perubahan proporsi distribusi penduduk di berapa wilayah akibat dari pemekaran wilayah kabupaten. Persebaran tersebut tidak merata, sekitar 41,86 persen penduduk Provinsi NTT tinggal di enam Kabupaten/Kota, yaitu: Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kupang, Sikka, Manggarai dan Rote Ndao. Begitu juga dengan kepadatannya, pada tahun 2013, yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Kota Kupang 2.042,49 jiwa/km2 dan yang terendah di Kabupaten Sumba Barat Daya sebesar 43,74 jiwa/km2.

3.1.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi umur penduduk di masa depan akan lebih banyak dipengaruhi oleh arah perkembangan kelahiran dan kematian karena penduduk yang ke luar dan masuk ke Provinsi NTT dapat dikatakan relatif seimbang. Struktur penduduk Provinsi NTT masih tergolong penduduk muda karena proporsi penduduk anak-anak (di bawah 15 tahun) lebih banyak dibanding penduduk umur produktif (15-64 tahun) dan penduduk lanjut umur (65 tahun ke atas). Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tinggi rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan angka beban tanggungan yaitu perbandingan antara jumlah penduduk produktif (umur 15 - 64 tahun) dengan umur tidak produktif (umur 0-14 tahun dan umur 65 tahun ke atas).

23

Proporsi penduduk Provinsi NTT yang berumur 0-14 tahun pada tahun 2012 sebesar 36,5 persen sedangkan pada tahun 2013 sebesar 35,73 persen, artinya terjadi penambahan proporsi penduduk umur muda. Proporsi penduduk yang berumur produktif (15-64 tahun) pada tahun 2013 sebesar 70,65 persen sedangkan tahun 2012 sebesar 58,65 persen, artinya ada pertambahan umur produktif walaupun tidak terlalu jauh berbeda. Jumlah penduduk yang berumur tua (65 tahun ke atas) tahun 2013 sebesar 4,9 persen, sedangkan 2012 sebesar 4,9 persen, artinya jumlah usia tua tidak ada perbedaan/tetap. Gambar 3.1.2 menunjukkan komposisi penduduk Provinsi NTT menurut kelompok umur dan jenis kelamin.

Gambar 3.1.2 Piramida penduduk Provinsi NTT Tahun 2013.

Sumber data: BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013

Dari Gambar 3.1.2 di atas terlihat rasio jenis kelamin pada waktu lahir umumnya laki-laki di atas angka 100, yang berarti jumlah bayi laki-laki lebih banyak dari jumlah bayi perempuan. Selanjutnya seiring dengan pertambahan umur (25 tahun ke atas) maka rasio jenis kelamin perempuan relatif lebih banyak dari laki-laki. Secara keseluruhan tanpa melihat umur, rasio penduduk laki-laki relatif lebih sedikit dari perempuan.

3.1.3 Sosial dan Ekonomi

3.1.3.1 Pendapatan Perkapita dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 rata-rata pendapatan per kapita penduduk Provinsi NTT cenderung terus bertambah, namun apabila dibandingkan dengan pendapatan per kapita Nasional/Indonesia maka pendapatan masyarakat Provinsi NTT masih rendah dan rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT sampai dengan tahun 2010 berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia.

3.1.3.2 Penduduk Miskin

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi NTT Tahun 2013 dilaporkan bahwa masyarakat miskin di kabupaten/kota semakin menurun dari tahun 2012 ke tahun 2013. Jumlah masyarakat miskin per kabupaten/kota pada tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 3.1.3.

24

Gambar 3.1.3 Jumlah masyarakat miskin di Provinsi NTT menurut kabupaten/kota

Sumber: Profil Kabupaten/Kota Tahun 2013

Dari Gambar 3.1.3 terlihat, masyarakat miskin terbanyak berada di Kabupaten Kupang sebesar 261.155 jiwa, diikuti Kab. Belu sebesar 257.085 jiwa. Ada dua kabupaten yang tidak melaporkan datanya yakni Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Barat .

3.1.4 Keadaan Lingkungan

Dalam menggambarkan keadaan lingkungan, disajikan indikator-indikator yang merupakan hasil dari upaya sektor kesehatan yang terkait dengan gizi masyarakat. Salah satu sasaran dari lingkungan sehat adalah terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat-tempat umum, termasuk sarana dan cara pengelolaannya. Indikator–indikator tersebut salah satunya adalah proporsi penduduk dengan akses air minum.

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Oleh karena itu, salah satu indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan adalah ketersediaan sumber air bersih rumah tangga.

Sumber air bersih yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, air isi ulang, ledeng (meteran dan eceran), sumur pompa tangan (SPT), sumur terlindungi, mata air terlindungi, air hujan, sumur tak terlindungi, mata air tak terlindungi, air sungai dan lainnya. Berdasarkan beberapa jenis sumber air bersih tersebut diketahui bahwa jumlah keluarga dengan sumber air minumnya terlindung sebesar 206.818 atau 37,7 persen. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2012 yang mana jumlah keluarga dengan sumber air minum terlindung sebanyak 252.013 atau 42,1 persen.

25

3.1.5 Status Gizi

3.1.5.1 Prevalensi Masalah Gizi Buruk dan Gizi Kurang

Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.

Data menunjukkan di Provinsi NTT, prevalensi gizi kurang menurun dari 20,4 persen (SDKI 2007) menjadi 13,0 persen (Riskesdas 2010), namun meningkat menjadi 21,5 persen (Riskesdas 2013). Penurunan prevalensi gizi buruk 9,0 persen (SDKI 2007) menjadi 4,9 persen (Riskesdas 2010), namun pada tahun 2013 meningkat menjadi 11,5 persen (Riskesdas 2013). Gizi buruk adalah satu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita. Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu:

- Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.

- Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu: 1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat 2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak 3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2011, kelompok balita gizi kurang yang dilaporkan sebesar 10,1 persen dan pada tahun 2012 sebesar 12,6 persen. Sedangkan prevalensi gizi buruk tahun 2011 sebesar 1,2 persen dan pada tahun 2012 sebesar 1,4 persen.

Percepatan peningkatan status gizi perlu segera dilakukan karena masalah gizi kurang/buruk masih cukup banyak. Upaya perbaikan ekonomi, perubahan perilaku penduduk, memerlukan upaya yang terkoordinasi dan terintegrasi secara baik. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), status gizi balita, sebagaimana diuraikan berikut ini.

26

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Laporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 3.484 bayi (4,8% dari total bayi baru lahir yang ditimbang), sedangkan pada tahun 2012 tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 3911 bayi (4,6% dari total bayi baru lahir yang ditimbang), selanjutnya pada tahun 2013 jumlah bayi dengan BBLR sebesar 4.457 berarti terjadi peningkatan sebanyak 546 bayi. Proporsi Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT dengan BBLR tertinggi terdapat di Kabupaten Lembata dan Flores Timur.

Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Rincian status gizi balita Provinsi NTT berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 3.1.4.

Gambar 3.1.4 Proporsi status gizi di Provinsi NTT Tahun 2013.

Sumber: Profil Kabupaten/Kota Tahun 2013

Dari gambar 3.1.4 terlihat bahwa status gizi baik yang terbanyak sedangkan yang paling rendah adalah status gizi lebih. Status gizi lebih sebesar 0,6 persen, gizi baik 75,6 persen, gizi kurang 12,6 persen dan gizi buruk sebesar 2 persen dari 390.846 balita yang ditimbang. Rincian status gizi buruk Balita Provinsi NTT berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2013 menunjukkan proporsi status gizi buruk tertinggi pada kabupaten Sumba Barat Daya 6,14 persen dan Kabupaten Alor 6,05 persen.

Berdasarkan Riskesdas 2013 dalam Angka Provinsi Nusa Tenggara Timur, rata-rata prevalensi gizi kurang menurut BB/U pada Balita di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 33,0 persen, terdiri dari gizi buruk 11,5 persen dan gizi kurang 21,5 persen. Rata-rata prevalensi balita pendek sebesar 51,7 persen, terdiri dari sangat pendek 26,2 persen dan pendek 25,5 persen. Prevalensi TB/U pendek pada balita sebesar 51,7 persen.

3.2 Jumlah Sampel yang Terkumpul (response rates)

Dari 76 blok sensus (BS) terpilih untuk sampel SDT 2014, yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 76 BS (100%), tersebar di 22 kabupaten/kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

27

Jumlah rumah tangga (RT) yang berhasil dikunjungi sebanyak 1749 (92,49% dari target 1891 RT).

Dari 7890 anggota rumah tangga yang menjadi target, yang berhasil dikumpulkan informasinya sebanyak 6929 dengan response rate untuk ART adalah 86,83%. Sebanyak 961 ART yang tidak bisa dikumpulkan informasinya karena tidak berada di tempat pada kurun waktu pengumpulan data. Dari 6929 ART yang diwawancara, sebanyak 5686 ART dengan data lengkap dan dapat dianalisis.

Response rate sampel SDT berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur disajikan dalam Tabel 3.2.1 dan karakteristik sampel SDT Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2014 disajikan dalam Tabel 3.2.2.

Data yang disajikan dalam poin Konsumsi Menurut Kelompok Makanan SDT 2014 adalah konsumsi yang dikelompokkan menjadi serelia dan hasil olahannya, umbi dan hasil olahannya, kacang-kacangan dan hasil olahannya, sayur dan hasil olahannya, buah-buahan dan hasil olahannya, daging dan hasil olahannya, jeroan dan hasil olahannya, ikan dan hasil olahannya, telur dan hasil olahannya, susu dan hasil olahannya, minyak dan lemak serta hasil olahannya, gula dan sirup serta konfeksionari, bumbu, minuman, makanan komposit, air minum, suplemen dan jamu, dan rata-rata konsumsi per orang menurut kelompok dan kelompok umur. Penyajian data tentang Konsumsi Menurut Kelompok Makanan dianalisis menurut karakteristik yang terdiri dari kelompok umur.

Asupan Energi Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal yang digambarkan dalam SDT 2014 adalah rata-rata asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan natrium.

Konsumsi Gula, Garam, Minyak/Lemak Menurut disajikan per kelompok umur, tempat tinggal pedesaan dan perkotaan, kuintil indeks kepimilikan terbawah hingga teratas.

Proporsi Penduduk Defisit Energi Proporsi Penduduk Kelebihan Energi disajikan berdasarkan jenis kelamin per kelompok umur, tempat tinggal dan Kuintil Indeks Kepemilikan. Begitu juga dengan Proporsi Penduduk Defisit Protein dan Proporsi Penduduk Kelebihan Protein.

Penduduk dianggap defisit energi jika mengkonsumsi energi jika <70% dari angka kecukupan gizi dan dianggap kelebihan energi jika mengkonsumsi energi >120% dari angka kecukupan gizi. Sedangkan Penduduk dianggap defisit protein jika mengkonsumsi energi jika <80% dari angka kecukupan gizi dan dianggap kelebihan energi jika mengkonsumsi energi >100% dari angka kecukupan gizi.

28

Tabel 3.2.1 Response rate sampel SDT berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kabupaten/Kota

BS RR

RUTA ART RR

Target Kunj 1 Kunj 2 Target Kunj 1 Kunj 2 RR Target Kunj 1 Kunj 2

Sumba Barat 5301 3 3 3 100 75 71 9 94,67 357 369 44 103,36

Sumba Timur 5302 3 3 3 100 74 66 9 89,19 347 302 34 87,03

Kupang 5303 5 5 5 100 125 116 15 92,80 465 472 73 101,51

Timor Tengah Selatan 5304 4 4 4 100 100 96 12 96,00 376 357 35 94,95

Timor Tengah Utara 5305 3 3 3 100 75 72 9 96,00 261 244 16 93,49

Belu 5306 5 5 5 100 125 116 15 92,80 579 407 55 70,29

Alor 5307 3 3 3 100 75 71 9 94,67 329 297 35 90,27

Lembata 5308 4 4 4 100 100 84 12 84,00 315 239 24 75,87

Flores Timur 5309 3 3 3 100 75 68 9 90,67 254 212 28 83,46

Sikka 5310 4 4 4 100 100 93 12 93,00 530 430 36 81,13

Ende 5311 4 4 4 100 100 100 12 100,00 453 425 38 93,82

Ngada 5312 3 3 3 100 74 71 9 95,95 281 239 22 85,05

Manggarai 5313 5 5 5 100 125 120 15 96,00 556 523 64 94,06

Rote Ndao 5314 3 3 3 100 75 69 9 92,00 246 220 34 89,43

Manggarai Barat 5315 4 4 4 100 97 75 11 77,32 392 277 43 70,66

Sumba Tengah 5316 3 3 3 100 75 72 9 96,00 390 363 41 93,08

Sumba Barat Daya 5317 4 4 4 100 96 90 12 93,75 450 419 54 93,11

Nagekeo 5318 3 3 3 100 75 74 9 98,67 340 281 34 82,65

Manggarai Timur 5319 3 3 3 100 75 74 9 98,67 344 316 23 91,86

Sabu Raijua 5320 3 3 3 100 75 70 9 93,33 311 242 36 77,81

Kota Kupang 5371 4 4 4 100 100 81 12 81,00 404 295 23 73,02

Provinsi NTT 76 76 76 100 1891 1749 227 92,49 7980 6929 792 86,83

29

Response Rate Sampel SDT di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 didapatkan sebesar 86,83 persen. Response rate sampel SDT tertinggi di kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Kupang, sedangkan yang rendah adalah Kabupaten Belu (70,29%), Kabupaten Manggarai Barat (70,66%), Kota Kupang (73,03%), Kabupaten Lembata (75,87%), dan Kabupaten Sabu Raijua (77,81%).

Tabel 3.2.2 Karakteristik sampel SDT Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Karakteristik Jumlah Persen

Kelompok Umur 0 - 59 bln 298 5,3 5 - 12 thn 829 14,7 13-18 thn 812 14,4 19-55 thn 2.843 50,2 > 55 thn 876 15,5

Jenis Kelamin Laki-laki 2.802 49,5 Perempuan 2.856 50,5

Kuintil Indeks Kepemilikan Terbawah 1.217 21,5 Menengah bawah 1.195 21,1 Menengah 1.254 22,2 Menengah atas 1.047 18,5 Teratas 946 16,7

Total 5658 100,0

Proporsi sampel terbanyak adalah kelompok umur 19-55 tahun (50,2%) diikuti kelompok umur lebih 55 tahun (15,5%), kelompok umur 5-12 tahun (14,7%), dan kelompok umur 13-18 tahun 14,4% (Tabel 3.2.2). Proporsi sampel kelompok umur 0-59 bulan merupakan kelompok yang terkecil yaitu 5,3 persen. Proporsi sampel laki-laki hampir sama banyak dengan perempuan. Proporsi sampel terbanyak pada Kuintil Indeks Kepemilikan menengah 22,2 persen, sedangkan yang teratas 16,7 persen.

3.3 Konsumsi Makanan menurut Kelompok Bahan Makanan

Konsumsi bahan makanan individu diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden, makanan apa saja yang dikonsumsi 24 jam yang lalu dengan menggunakan metode recall 1x 24 jam. Berat makanan yang dikonsumsi adalah berat bahan makanan mentah- bersih, artinya sudah diperhitungkan bagian yang tidak dapat dimakan (edible). Semua makanan matang yang dikonsumsi dikonversikan untuk mendapatkan bahan makanan mentah dengan menggunakan buku pedoman konversi. Pengelompokkan bahan makanan dapat dilihat dalam Daftar Operasional Bahan Makanan.

30

Tabel 3.3.1 Rerata konsumsi kelompok serealia dan olahannya per orang per hari menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Serealia dan Olahannya (gram)

Beras Olahan Beras

Terigu Olahan Terigu

Mie Jagung dan Olahannya

Lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 117,4 94,1 0,8 7,9 4,6 18,8 4,9 19,4 4,9 26,5 6,7 25,4 1,0 13,0 140,2 109,9

5 - 12 thn 199,1 106,2 0,4 4,1 7,4 29,7 5,2 25,3 8,5 27,3 25,4 57,7 0,1 1,0 246,2 107,8

13-18 thn 200,7 119,5 0,1 0,8 3,9 15,2 4,4 19,9 9,9 35,3 31,8 69,4 0,0 0,4 250,8 118,9

19-55 thn 224,5 130,1 0,4 5,5 4,2 19,5 2,6 16,4 4,8 25,3 32,2 73,0 0,1 1,5 268,8 121,1

> 55 thn 201,2 124,3 0,3 5,4 3,7 21,8 1,1 9,1 2,4 14,9 34,1 74,4 0,0 0,0 242,9 114,2

Seluruh umur 208,1 125,1 0,4 5,1 4,6 21,1 3,1 17,9 5,7 26,2 30,1 69,2 0,1 3,2 252,1 120,7

Rerata konsumsi kelompok serealia dan olahannya 252,1 gram/hari. Jenis serealia yang terbanyak dikonsumsi adalah beras (208,1 g), diikuti jagung dan olahannya (30,1 g), dan yang paling sedikit dikonsumsi adalah jenis serealia lainnya (0,1 g). Konsumsi mie, terigu, olahan terigu, dan olahan beras relatif kecil (antara 0,4-5,7 g).

Beras paling banyak dikonsumsi kelompok umur 19-55 tahun dan paling sedikit dikonsumsi kelompok umur 0-59 bulan. Jagung dan olahannya paling banyak dikonsumsi kelompok umur lebih dari 55 tahun, diikuti umur 19-55 tahun, dan umur 13-18 tahun. Mie paling banyak dikonsumsi kelompok umur 13-18 tahun (9,9 g), diikuti umur 5-12 tahun (8.5 g), dan umur 0-59 bulan (4,9 gram). Terigu paling banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 5-12 tahun dan paling sedikit dikonsumsi umur 55 tahun ke atas.

Gambar 3.3.1 Rerata konsumsi kelompok serealia dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2014

208,1

0,4 4,6 3,1 5,7 30,1

0,1 0

50

100

150

200

250

Beras OlahanBeras

Terigu OlahanTerigu

Mie Jagungdan

Olahan

Lainnya

G

r

a

m

31

Tabel 3.3.2 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serealia dan olahannya menurut

kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Serealia dan Olahannya (%)

Beras Olahan Beras

Terigu Olahan Terigu

Mie Jagung dan Olahannya

Lainnya

0 - 59 bln 81,5 2,0 9,7 10,4 8,1 10,7 1,0 5 - 12 thn 94,5 2,1 13,4 10,6 15,8 27,5 0,6 13-18 thn 91,9 0,9 11,2 8,3 14,4 27,6 0,2 19-55 thn 92,7 1,3 9,5 4,7 7,9 27,1 0,2 > 55 thn 90,3 0,6 6,2 2,1 4,2 30,6 0,0

Seluruh umur 91,9 1,3 9,8 6,0 9,4 26,9 0,3

Pada Tabel 3.3.2 terlihat, sebagian besar (91,9%) penduduk mengonsumsi kelompok serealia jenis beras, 26,9 persen mengonsumsi jagung dan olahannya, dan hanya 0,3 persen mengonsumsi jenis serealia lainnya. Proporsi penduduk kelompok umur 5-12 tahun relatif paling tinggi mengonsumsi beras dibandingkan kelompok umur lainnya dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 0-59 bulan. Penduduk umur lebih 55 tahun paling banyak mengonsumsi jagung dan olahannya (30,6%) dan kelompok umur 0-59 bulan yang telah mulai mengonsumsinya 10,7 persen.

Proporsi penduduk umur 5-12 tahun terbanyak mengonsumsi mie diikuti oleh kelompok umur 13-18 tahun, dan kelompok umur 0-59 bulan. Penduduk umur 5-12 tahun relatif paling banyak mengonsumsi terigu sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok umur lebih 55 tahun. Kelompok umur 0-59 bulan dan 5-12 tahun merupakan kelompok yang relatif lebih banyak yang mengonsumsi olahan beras dibandingkan kelompok umur lain.

Tabel 3.3.31 Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Umbi dan olahannya (gram)

Singkong dan Olahannya

Ubi jalar Kentang dan Olahannya

Sagu dan Olahannya

Umbi lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 10,4 52,2 0,7 7,7 0,3 2,5 0,00 0,00 0,00 0,18 11,4 54,6 5 - 12 thn 38,4 125,5 3,0 23,7 0,2 2,9 0,00 0,00 0,65 15,47 42,3 127,5 13-18 thn 44,6 144,1 3,3 27,1 0,3 4,6 0,03 1,42 0,50 9,82 48,7 145,8 19-55 thn 38,0 139,0 3,7 33,0 0,3 4,0 0,01 0,35 2,88 32,80 44,9 144,8 > 55 thn 49,2 156,9 4,8 37,3 0,7 9,1 0,03 1,34 3,70 36,37 58,4 163,1

Seluruh umur 39,3 137,9 3,6 30,9 0,4 5,0 0,01 0,79 2,19 28,21 45,4 142,6

Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya 45,4 gram/hari. Jenis umbi dan olahannya yang terbanyak dikonsumsi adalah singkong dan olahannya (39,3 g), diikuti ubi jalar (3,6 g),

32

dan umbi lainnya (2,2 g), sedangkan yang paling sedikit dikonsumsi adalah sagu dan olahannya (0,01 g) dan kentang dan olahannya (0,4 g).

Singkong dan olahannya, ubi jalar, kentang dan olahannya, serta umbi lainnya paling banyak dikonsumsi kelompok umur lebih 55 tahun. Walaupun relatif kecil namun kelompok umur 0-59 bulan telah mengonsumsi singkong dan olahannya (10,4 g), ubi jalar (0,7 g), kentang dan olahannya (0,3 g).

Gambar 3.3.2 Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2014

Tabel 3.3.42 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya menurut

kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Umbi dan olahannya (%)

Singkong dan

Olahannya

Ubi jalar Kentang dan Olahannya

Sagu dan Olahannya

Umbi lainnya

0 - 59 bln 8,7 1,0 1,7 0,0 0,0 5 - 12 thn 14,8 1,8 0,8 0,0 0,2 13-18 thn 14,5 2,2 0,4 0,0 0,2 19-55 thn 11,5 1,9 1,1 0,1 1,2 > 55 thn 13,5 2,9 1,0 0,0 1,3

Seluruh umur 12,6 2,0 1,0 0,1 0,8

Sebanyak 12,6 persen penduduk mengonsumsi singkong dan olahannya sedangkan yang mengonsumsi ubi jalar, kentang dan olahannya, umbi lainnya, dan sagu dan olahannya relatif lebih kecil (0,1-2 %). Proporsi penduduk kelompok umur 5-12 tahun dan umur 13-18 tahun mengonsumsi singkong dan olahannya 14,8-14,5 persen, relatif lebih banyak dibandingkan kelompok umur lainnya. Proporsi penduduk umur 0-59 bulan tertinggi mengonsumsi kentang dan olahannya dibandingkan proporsi penduduk kelompok umur yang lain. Walaupun relatif kecil, penduduk umur 0-59 bulan mengonsumsi singkong dan olahannya sebanyak 8,7 persen dan ubi jalar 1,0 persen.

39,3

3,6 0,4 0,01 2,2

0

10

20

30

40

50

Singkong danOlahan

Ubi jalar Kentang danOlahan

Sagu dan Olahan Umbi lainnya

G

r

a

m

33

Tabel 3.3.53 Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari menurut

kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Kacang kacangan dan olahannya (gram)

Kacang Tanah dan Olahannya

Kacang Kedelai dan Olahannya

Biji-bijian dan Olahannya

Kacang lainnya dan Olahannya

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 0,0 0,2 4,4 29,5 0,1 1,5 1,9 9,4 6,4 30,7 5 - 12 thn 0,4 3,7 9,0 41,9 0,0 0,4 4,6 18,8 14,0 45,1 13-18 thn 0,5 5,1 11,0 55,9 0,2 2,0 5,0 19,0 16,8 58,3 19-55 thn 0,5 4,9 12,5 71,7 0,2 1,9 6,6 27,5 19,7 76,1 > 55 thn 0,4 3,6 6,2 49,5 0,1 1,4 6,9 26,7 13,6 55,7

Seluruh umur 0,4 4,4 10,4 61,0 0,2 1,7 5,9 24,5 16,8 65,1

Rerata konsumsi jenis kelompok kacang-kacangan dan olahannya 16,8 gram/hari. Kacang kedelai dan olahannya merupakan jenis kacang-kacangan yang terbanyak di konsumsi (10,4 g), diikuti kacang lainnya dan olahannya (5,9 g), sedangkan yang paling sedikit dikonsumsi adalah biji-bijian dan olahannya (0,2 g) dan kacang tanah dan olahannya (0,4 g).

Rerata kacang-kacangan dan olahannya terbanyak dikonsumsi oleh kelompok umur 19-55 tahun (19,7 g) diikuti umur 13-18 tahun (16,8 g) dan telah dikonsumsi oleh kelompok umur 0-59 bulan (6,4 g) dan umur 5-12 tahun (14,0 g).

Kacang kedelai paling banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 19-55 tahun (12,5 g), diikuti oleh kelompok umur 13-18 tahun (11 g) dan walaupun paling sedikit tetapi telah dikonsumsi oleh kelompok umur 0-59 bulan (4,4 g). Kacang tanah dan olahannya relatif hampir sama banyak dikonsumsi oleh semua kelompok umur di atas 5 tahun (0,4-0,5 g).

Gambar 3.3.3 Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari, Provinsi

Nusa Tenggara Timur 2014

0,4

10,4

0,2

5,9

0

2

4

6

8

10

12

Kacang Tanah danOlahan

Kacang Kedelai danOlahan

Biji-bijian dan Olahan Kacang lainnya danOlahan

G

r

a

m

34

Tabel 3.3.64 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya

menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Kacang kacangan dan olahannya (%)

Kacang Tanah dan Olahannya

Kacang Kedelai dan Olahannya

Biji-bijian dan Olahannya

Kacang lainnya dan Olahannya

0 - 59 bln 0,0 4,7 1,0 6,7 5 - 12 thn 2,7 7,2 0,4 14,5 13-18 thn 2,3 6,9 1,7 13,9 19-55 thn 2,0 6,3 1,2 14,1 > 55 thn 2,2 4,2 0,8 13,4

Seluruh umur 2,1 6,1 1,1 13,6

Sebanyak 13,6 persen penduduk mengonsumsi kacang lainnya dan olahannya diikuti 6,1 persen mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya, dan paling sedikit (1,1%) mengonsumsi biji-bijian dan olahannya.

Penduduk kelompok umur 5-12 tahun dan kelompok umur 19-55 tahun paling banyak mengonsumsi kacang lainnya dan olahannya (14,5% dan 6,7%), dan walaupun paling sedikit namun telah dikonsumsi oleh 6,7 persen kelompok umur 0-59 bulan.

Penduduk umur 5-12 tahun paling banyak mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya (7,2%) sedangkan yang paling rendah adalah kelompok umur lebih 55 tahun (4,2%), dan telah dikonsumsi oleh 4,7 persen kelompok 0-59 bulan.

Tabel 3.3.75 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Sayuran dan olahannya (gram)

Sayuran Daun Sayuran Buah/ Sayuran Akar

Sayuran Polong Sayuran lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 28,3 44,3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28,3 44,3 5 - 12 thn 74,6 76,6 0,38 3,82 0,00 0,00 0,01 0,69 75,0 76,4 13-18 thn 80,2 81,7 0,03 0,48 0,00 0,00 0,00 0,00 80,2 81,7 19-55 thn 106,6 113,0 0,18 2,67 0,00 0,01 0,05 1,56 106,9 112,9 > 55 thn 98,4 97,5 0,14 3,80 0,00 0,00 0,00 0,00 98,5 97,8

Seluruh umur 92,7 101,0 0,17 2,83 0,00 0,01 0,03 1,13 92,9 100,9

Rerata total konsumsi kelompok sayur dan olahannya 92,9 gram/hari. Jenis sayur yang terbanyak dikonsumsi adalah sayuran daun (92,7 g), sedangkan sayuran buah/sayuran

35

akar relatif kecil (0,17 g) dan sayuran polong dan sayuran lainnya hampir tidak dikonsumsi (0,00-0,03 g).

Sayuran daun terbanyak dikonsumsi kelompok umur 19-55 tahun (106 g) diikuti kelompok umur 13-18 tahun (80,2 g) dan walaupun paling sedikit namun telah dikonsumsi oleh kelompok umur 0-59 bulan (28,3 g). Konsumsi sayuran akar dikonsumsi oleh kelompok umur 5-12 tahun (0,38 g) dan relatif sedikit dikonsumsi oleh kelompok umur 13-18 tahun (0,03 g).

Gambar 3.3.4 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2014

Tabel 3.3.86 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Sayuran dan olahannya (%)

Sayuran Daun

Sayuran Buah/ Sayuran Akar

Sayuran Polong

Sayuran lainnya

0 - 59 bln 50,7 0,0 0,00 0,0 5 - 12 thn 86,1 1,4 0,00 0,0 13-18 thn 86,0 1,2 0,00 0,0 19-55 thn 87,6 0,8 0,07 0,2 > 55 thn 87,7 0,5 0,00 0,0

Seluruh umur 85,2 0,9 0,04 0,1

Sebagian besar penduduk (85,2%) mengonsumsi sayuran daun sedangkan yang mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar hanya 0,9 persen, sayuran lainnya 0,1 persen, dan yang mengonsumsi sayuran polong 0,04 persen.

Sebanyak lebih dari 86 persen penduduk kelompok umur 5 tahun ke atas mengonsumsi sayuran daun dan sebanyak 50,7 persen kelompok umur 0-59 bulan telah mengonsumsi sayuran daun. Penduduk umur 5-12 tahun terbanyak mengkonsumsi sayuran buah/akar (1,4%) diikuti umur 13-18 tahun (1,2%).

.

92,7

0,17 0,00 0,03

0

20

40

60

80

100

Sayuran Daun Sayuran Buah/Sayuran Akar

Sayuran Polong Sayuran lainnya

G

r

a

m

36

Tabel 3.3.97 Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari menurut Kelompok Umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Buah buahan dan olahannya (gram)

Pisang

Jeruk

Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah Olahan Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 11,3 40,6 0,1 3,2 0,0 0,0 1,4 14,0 0,00 0,00 1,3 10,7 0,00 0,00 14,2 45,3 5 - 12 thn 29,6 99,4 0,6 7,1 0,5 12,0 1,9 18,8 0,00 0,00 1,3 12,3 0,00 0,00 33,9 102,9 13-18 thn 30,5 109,3 1,4 13,3 1,5 19,5 1,7 21,2 0,00 0,00 1,5 16,3 0,00 0,00 36,6 121,5 19-55 thn 33,8 112,8 0,6 8,9 0,0 1,3 2,0 18,7 0,00 0,00 1,1 15,1 0,00 0,00 37,6 116,0 > 55 thn 30,2 97,4 0,1 0,7 0,1 4,6 1,6 14,7 0,13 2,17 0,5 7,4 0,00 0,00 32,5 100,9

Seluruh umur 31,0 105,5 0,6 8,6 0,3 8,9 1,8 18,3 0,02 0,85 1,1 13,8 0,00 0,00 34,9 110,2

Gambar 3.3.5 Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

31,0

0,6 0,3 1,8 0,02 1,1 0,0 0

5

10

15

20

25

30

35

Pis

ang

Jeru

k

Man

gga

Pep

aya

Sem

angk

a

Bua

hla

inny

a

Bua

hO

laha

n

G

r

a

m

37

Rerata total konsumsi buah-buahan dan olahannya 34,9 gram/hari, dan terbanyak dikonsumsi oleh kelompok umur 19-55 tahun (37,6 g) dan kelompok 0-59 bulan telah mengonsumsi sebanyak 14,2 gram. (Gambar 3.3.5)

Jenis buah yang terbanyak dikonsumsi adalah pisang (31 g), sedangkan buah pepaya hanya 1,8 gram, buah lainnya 1,1 gram, jeruk 0,6 gram. Buah yang relatif sedikit dikonsumsi adalah mangga (0,3 g) dan semangka (0,02 g), dan yang hampir tidak dikonsumsi adalah buah olahan. Pisang terbanyak dikonsumsi kelompok umur 19-55 tahun (33,8 g) diikuti kelompok umur 13-18 tahun dan kelompok lebih 55 tahun (30,5 g dan 30,2 g) dan kelompok umur 0-59 bulan mengonsumsi 11,3 g. Konsumsi jeruk, mangga, dan buah lainnya relatif lebih tinggi pada kelompok 13-18 tahun dibandingkan kelompok umur yang lain.

Tabel 3.3.108 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya menurut

kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Buah buahan dan olahannya (%)

Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah

Olahan

0 - 59 bln 11,1 0,7 0,0 1,0 0,00 2,0 0,00 5 - 12 thn 14,6 3,4 0,4 1,3 0,00 2,1 0,00 13-18 thn 14,7 4,1 1,0 0,9 0,00 1,1 0,00 19-55 thn 14,1 3,3 0,1 1,7 0,00 1,3 0,00 > 55 thn 13,4 2,5 0,1 1,6 0,34 1,0 0,00

Seluruh umur 14,0 3,1 0,3 1,5 0,05 1,4 0,00

Proporsi penduduk yang mengonsumsi pisang terbanyak (14%), diikuti yang mengonsumsi buah yang lain yaitu jeruk (3,1%), pepaya (1,5%), dan buah lainnya (1,4%). Kurang dari 0,3 persen penduduk yang mengonsumsi mangga dan semangka, dan hampir tidak ada penduduk mengonsumsi buah olahan.

Proporsi kelompok umur 13-18 tahun dan umur 5-12 tahun hampir sama banyak mengonsumsi pisang (14,7-14,6%), sedangkan kelompok umur 0-59 bulan yang mengonsumsi pisang 11,1 persen. Sebanyak 4,1 persen penduduk umur 13-18 tahun mengonsumsi jeruk, sedangkan proporsi penduduk umur 5-12 tahun dan 19-55 tahun yang mengonsumsi jeruk hampir sama banyak (3,4 dan 3,3%).

38

Tabel 3.3.11 Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Daging dan olahannya (gram)

Daging Unggas

Daging Sapi, Kerbau

Daging Kambing,

domba

Olahan Daging Unggas

Olahan Daging sapi,Kerbau

Daging Babi dan Olahannya

Daging Lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 6,7 35,4 1,6 15,8 0,0 0,0 0,1 3,3 0,7 5,4 1,3 13,1 0,0 0,6 10,5 41,5 5 - 12 thn 13,6 74,3 5,6 51,3 0,6 6,7 0,3 5,2 1,2 11,0 5,5 32,8 0,3 6,0 27,1 97,3 13-18 thn 8,9 51,0 1,8 20,8 0,8 11,9 0,4 7,8 0,1 2,4 4,7 40,4 2,7 25,3 19,6 73,8 19-55 thn 15,5 70,5 4,4 53,5 0,8 10,5 0,1 2,7 0,6 8,7 7,2 48,7 0,9 13,3 29,4 102,1 > 55 thn 8,2 50,3 2,2 22,2 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 15,4 4,8 37,4 1,3 14,4 17,5 74,8

Seluruh umur 12,7 64,4 3,7 44,5 0,6 9,1 0,1 4,1 0,7 9,7 5,9 42,6 1,1 14,8 24,8 91,6

Gambar 3.3.6 Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

12,7

3,7

0,6 0,1 0,7

5,9

1,1

02468

101214

DagingUnggas

Daging Sapi,Kerbau

DagingKambing,

domba

OlahanDagingUnggas

OlahanDaging

sapi,Kerbau

Daging Babidan Olahan

DagingLainnya

G

r

a

m

39

Rerata total konsumsi daging dan olahannya 24,8 gram/hari, terbanyak pada kelompok umur 19-55 tahun (29, g), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (27,1 g), dan walaupun paling sedikit namun kelompok umur 0-59 bulan telah mengonsumsi 10,5 gram. Jenis daging yang terbanyak dikonsumsi adalah daging unggas (12,7 g), diikuti daging babi 5,9 gram, daging kerbau 3,7 gram, dan yang paling sedikit adalah olahan daging unggas (0,1 g) dan daging kambing,domba (0,6 g). (Gambar 3.3.6).

Daging unggas terbanyak dikonsumsi oleh kelompok umur 19-55 tahun (15,5 g), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (13,6 g), dan walaupun paling sedikit tetapi telah dikonsumsi oleh kelompok 0-59 bulan (6,7 g). Daging sapi/kerbau terbanyak dikonsumsi kelompok umur 5-12 tahun (5,6 g), diikuti umur 19-55 tahun (4,4 g), namun relatif sedikit dikonsumsi kelompok umur 13-18 tahun (1,8 g),sedangkan kelompok umur 0-59 bulan telah mengonsumsi sebanyak 1,6 gram. Daging babi dan olahannya terbanyak dikonsumsi kelompok umur 19-55 tahun (7,2 g) dan walaupun kecil telah mulai dikonsumsi kelompok umur 0-59 bulan (1,3 g).

Tabel 3.3.92 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahannya menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Daging dan Olahannya (%)

Daging Unggas

Daging Sapi,

Kerbau

Daging Kambing,

domba

Olahan Daging Unggas

Olahan Daging

sapi,Kerbau

Daging Babi dan

Olahannya

Daging Lainnya

0 - 59 bln 4,0 1,3 0,0 0,0 2,3 1,0 0,3 5 - 12 thn 6,8 2,1 1,0 0,4 2,5 3,3 0,2 13-18 thn 4,1 1,5 0,5 0,5 0,4 2,0 1,4 19-55 thn 6,6 1,5 0,6 0,1 0,9 3,5 0,6 > 55 thn 3,4 1,5 0,0 0,0 1,0 2,7 0,8

Seluruh umur 5,6 1,6 0,5 0,2 1,1 3,0 0,7

Dari kelompok daging dan olahannya, proporsi penduduk paling tinggi mengonsumsi daging unggas (5,6%), diikuti daging babi dan olahannya (3%), sedangkan yang rendah adalah penduduk yang mengonsumsi olahan daging unggas (0,2%), daging kambing (0,5%), dan daging lainnya (0,7%).

Sebanyak 6,8 persen penduduk umur 5-12 tahun dan 6,6 persen penduduk umur 19-55 tahun mengonsumsi daging unggas, dan paling rendah pada umur lebih dari 55 tahun (3,4%). Sebanyak 2,1 persen penduduk umur 5-12 tahun mengonsumsi daging sapi, kerbau dan walaupun paling rendah namun 1,3 persen umur 0-59 bulan telah mengonsumsinya. Untuk konsumsi daging babi dan olahannya dikonsumsi oleh 3,5 persen penduduk umur 19-55 tahun dan telah dikonsumsi oleh 1 persen kelompok umur 0-59 bulan.

40

Tabel 3.3.13 Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Jeroan dan olahannya (gram)

Jeroan hewan berkaki empat

Jeroan Unggas Lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 0,00 0,00 0,24 2,55 0,00 0,00 0,24 2,55 5 - 12 thn 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,02 13-18 thn 0,00 0,00 0,00 0,24 0,02 0,55 0,02 0,60 19-55 thn 0,08 1,52 0,06 1,80 0,05 1,35 0,19 2,78 > 55 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Seluruh umur 0,04 1,07 0,04 1,40 0,03 0,98 0,11 2,07

Rerata total konsumsi jeroan dan olahannya 0,11 gram, relatif lebih banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 0-59 bulan (0,24 g). Jenis jeroan hewan berkaki empat, jeroan unggas, dan jeroan lainnya hanya dikonsumsi antara 0,03-0,04 gram.

Tabel 3.3.14 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan olahannya menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Jeroan dan Olahannya (%)

Jeroan hewan berkaki empat

Jeroan Unggas Lainnya

0 - 59 bln 0,00 0,00 0,00 5 - 12 thn 0,00 0,00 0,00 13-18 thn 0,00 0,00 0,12 19-55 thn 0,25 0,14 0,21 > 55 thn 0,00 0,00 0,00

Seluruh umur 0,12 0,12 0,12

Proporsi penduduk yang mengonsumsi jeroan relatif kecil (0,12%). Sebagian besar kelompok umur hampir tidak mengonsumsi jeroan hewan berkaki empat dan jeroan lainnya.

41

Tabel 3.3.15 Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Ikan dan Olahannya (gram)

Ikan Laut

Olahan Ikan

Ikan Air Tawar

Udang, Kepiting dan Olahannya

Cumi, Kerang, Keong dan Olahannya

Hewan Air lainnya

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 33,1 82,7 1,5 11,1 0,2 2,3 0,0 0,0 0,1 2,0 0,0 0,0 34,9 83,2 5 - 12 thn 44,9 100,1 3,3 20,3 0,4 10,1 0,0 0,6 0,1 4,0 0,6 7,0 49,4 101,3 13-18 thn 49,0 125,3 4,5 24,5 1,2 16,7 0,6 14,9 0,1 2,0 0,4 7,7 55,8 127,8 19-55 thn 60,6 131,1 3,7 24,3 0,7 10,3 0,3 6,8 0,6 17,4 0,1 3,2 66,0 134,4 > 55 thn 55,8 125,7 4,5 25,4 0,1 2,2 0,5 9,8 0,9 12,3 0,1 1,8 61,8 128,2

Seluruh umur 54,4 123,3 3,8 23,4 0,6 10,5 0,3 8,3 0,5 13,3 0,2 4,6 59,8 126,1

Rerata total konsumsi ikan dan olahannya 59,8 gram, terbanyak pada kelompok umur 19-55 tahun (66 g), diikuti kelompok umur lebih 55 tahun (61 g), dan walaupun paling sedikit namun telah dikonsumsi oleh kelompok umur 0-59 bulan 34,9 gram.

Jenis ikan yang banyak di konsumsi adalah ikan laut (54,4 g) dan olahan ikan (3,8 g), sedangkan ikan tawar hanya 0,6 gram. Jenis ikan dan olahannya yang relatif sedikit dikonsumsi adalah hewan air lainnya (0,2 g) dan udang,kepiting dan olahannya (0,3 g), dan cumi, kerang-kerangan dan olahannya (0,5 g).

Ikan laut terbanyak dikonsumsi oleh kelompok umur 19-55 tahun (60,6 g), diikuti kelompok umur lebih 55 tahun (55,8 g), dan kelompok 0-59 bulan telah mengonsumsi 33,1 gram dan pola serupa juga terlihat pada konsumsi olahan ikan.

Ikan air tawar terbanyak dikonsumsi kelompok umur 13-18 tahun (1,2 g), paling sedikit dikonsumsi umur lebih 55 tahun (0,1 g), dan umur 0-59 bulan telah mengonsumsi 0,2 gram.

Gambar 3.3.7 Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

54,4

3,8 0,6 0,3 0,5 0,2

0

20

40

60

Ikan Laut Olahan Ikan Ikan Air Tawar Udang,Kepiting dan

Olahan

Cumi, Kerang,Keong dan

Olahan

Hewan Airlainnya

G

r

a

m

42

Tabel 3.3.16 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Ikan dan Olahannya (%)

Ikan Laut

Olahan Ikan

Ikan Air Tawar

Udang, Kepiting dan Olahannya

Cumi, Kerang,

Keong dan Olahannya

Hewan Air lainnya

0 - 59 bln 23,2 2,7 0,7 0,0 0,7 0,0 5 - 12 thn 27,6 6,4 0,5 0,1 0,1 0,7 13-18 thn 25,6 6,0 1,2 0,6 0,1 0,2 19-55 thn 28,4 6,1 0,7 0,4 0,4 0,1 > 55 thn 24,8 6,4 0,2 0,3 0,7 0,1

Seluruh umur 27,0 6,0 0,7 0,3 0,4 0,2

Sebanyak 27 persen penduduk mengonsumsi ikan laut dan 6 persen mengonsumsi olahan ikan, yang mengonsumsi ikan tawar 0,7 persen, sedangkan yang mengonsumsi udang, kepiting dan olahannya 0,3 persen, cumi, kerang, keong dan olahannya 0,4 persen serta hewan air lainnya 0,2 persen.

Sebanyak 28 persen penduduk kelompok 19-55 tahun mengonsumsi ikan laut dan kelompok 0-59 bulan yang mengonsumsinya 23,2 persen. Penduduk kelompok umur 5 tahun ke atas sebanyak 6-6,4 persen mengonsumsi olahan ikan dan walaupun paling kecil namun telah dikonsumsi oleh 2,7 persen kelompok umur 0-59 tahun. Penduduk yang mengonsumsi ikan tawar terbanyak pada kelompok 13-18 tahun (1,2%) yang paling sedikit adalah kelompok umur lebih dari 55 tahun (0,2%) sedangkan kelompok 0-59 bulan sebanyak 0,7 persen telah mengonsumsinya.

Tabel 3.3.17 Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari menurut kelompok umur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Telur dan Olahannya (gram)

Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 6,4 22,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,46 6,76 6,9 23,7 5 - 12 thn 4,9 17,7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,9 17,7 13-18 thn 3,6 16,6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,6 16,6 19-55 thn 3,3 14,9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,3 14,9 > 55 thn 1,2 7,7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,2 7,7

Seluruh umur 3,4 15,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,02 1,55 3,4 15,4

Rerata total jenis telur dan olahannya 3,4 gram, terbanyak pada kelompok umur 0-59 bulan (6,9 g) dan paling sedikit pada kelompok umur lebih dari 55 tahun (1,2 g). Jenis telur yang

43

terbanyak dikonsumsi adalah telur ayam (3,4 g) sedangkan jenis telur lainnya dan olahan telur hampir tidak dikonsumsi. Telur ayam terbanyak dikonsumsi oleh kelompok umur 0-59 bulan (6,4 g), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (4,9 g) dan paling sedikit pada kelompok umur lebih 55 tahun (1,2 g).

Gambar 3.3.8 Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara

Timur 2014

Tabel 3.3.1810 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Telur dan Olahannya (%)

Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya

0 - 59 bln 13,1 0,00 0,00 0,34 5 - 12 thn 11,7 0,00 0,00 0,00 13-18 thn 7,5 0,00 0,00 0,00 19-55 thn 7,7 0,00 0,00 0,00 > 55 thn 4,2 0,00 0,00 0,00

Seluruh umur 8,0 0,00 0,00 0,02

Sebanyak 8 persen penduduk mengonsumsi telur ayam, dan tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan (13,1%) dan 5-12 tahun (11,7%), sedangkan yang paling sedikit pada kelompok umur lebih dari 55 tahun (4,2%).

3,4

0,0 0,0 0,02

0

2

4

Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya

G

r

a

m

44

Tabel 3.3.19 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok umur

Jenis susu dan olahannya

Susu bubuk (gram) Susu cair

(mL)

Susu kental manis

Susu bubuk Susu formula

balita Susu formula

khusus Olahan susu Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 0,7 8,2 2,8 12,4 7,1 27,8 0,00 0,00 2,5 19,9 81,1 116,2 0,00 0,22 5 - 12 thn 0,6 9,2 0,7 5,5 0,0 1,1 0,00 0,00 0,8 7,5 2,1 13,0 0,09 2,44 13-18 thn 0,3 3,5 0,5 4,6 0,0 0,9 0,00 0,00 0,0 0,0 0,8 5,8 0,00 0,00 19-55 thn 0,1 2,0 0,2 3,0 0,0 0,7 0,07 1,69 0,0 0,0 0,4 3,9 0,01 0,64 > 55 thn 0,4 3,9 0,6 5,4 0,0 1,6 0,17 2,82 0,0 0,4 1,1 6,8 0,22 4,32

Seluruh umur 0,3 4,7 0,5 5,0 0,4 6,6 0,06 1,63 0,3 5,4 5,1 32,8 0,05 1,99

Rerata konsumsi jenis susu dan olahannya 5,1 gram, terbanyak pada kelompok umur 0-59 bulan (81,1 g) dan paling sedikit pada kelompok umur 19-55 tahun (0,4 g) dan umur 13-18 tahun (0,8 g). Jenis susu yang terbanyak dikonsumsi adalah susu bubuk (0,5 g) dan yang paling sedikit adalah susu formula khusus dan susu cair.

Susu bubuk merupakan jenis produk susu dan olahan yang terbanyak dikonsumsi kelompok umur 0-59 bulan (2,8 g) dan paling sedikit pada kelompok umur 19-55 tahun (0,2 g). Khusus untuk susu formula balita terbanyak dikonsumsi kelompok umur 0-59 tahun (7,1 g).

Gambar 3.3.9 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

0,30

0,50

0,40

0,06

0,30

0,05

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

Susu kentalmanis

Susu bubuk Susu formulabalita

Susu formulakhusus

Olahan susu Susu cair

Gra

m

45

Tabel 3.3.20 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok susu dan olahannya menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Susu dan Olahannya (%)

Susu Kental manis

Susu Bubuk

Susu Cair Susu

Formula Balita

Susu Formula Khusus

Olahan Susu

0 - 59 bln 1,0 7,0 0,00 9,1 0,00 2,0 5 - 12 thn 0,7 2,5 0,24 0,0 0,00 1,2 13-18 thn 1,5 2,0 0,00 0,0 0,00 0,0 19-55 thn 0,7 1,8 0,11 0,0 0,18 0,0 > 55 thn 1,7 1,8 0,46 0,0 0,34 0,1

Seluruh umur 1,0 2,2 0,16 0,6 0,14 0,3

Sebanyak 2,2 persen penduduk mengonsumsi susu bubuk, diikuti susu kental manis (1%) dan paling sedikit mengonsumsi olahan susu (0,3%).

Sebanyak 7 persen dari kelompok umur 0-59 bulan mengonsumsi susu bubuk dan paling sedikit pada kelompok umur 19-55 tahun dan lebih dari 55 tahun (1,8%). Sebanyak 9,1 persen penduduk kelompok umur 0-59 bulan mengonsumsi susu formula balita namun ada satu persen dari penduduk umur 0-59 bulan mengonsumsi susu kental manis.

Tabel 3.3.21 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orang per hari menurut

kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Minyak, Lemak dan Olahannya (gram)

Minyak Kelapa Sawit dan Minyak

Kelapa

Kelapa dan Olahannya

Minyak Lainnya, lemak dan Olahannya

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 4,5 7,6 2,7 14,1 0,1 0,5 7,2 15,9 5 - 12 thn 7,6 9,7 8,7 35,2 0,2 1,5 16,5 36,3 13-18 thn 7,3 9,8 8,8 36,3 0,1 1,1 16,2 38,2 19-55 thn 7,7 10,6 8,4 32,6 0,2 1,1 16,3 34,0 > 55 thn 7,1 11,0 9,4 42,8 0,1 0,5 16,6 43,5

Seluruh umur 7,4 10,3 8,3 34,6 0,1 1,1 15,9 36,0

Rerata konsumsi makanan kelompok minyak, lemak dan olahannya yang konsumsi 15,9 g dan di konsumsi oleh penduduk segala umur. Kelompok bahan kelapa dan olahannya terdiri atas buah kelapa dan santan sedangkan yang termasuk kelompok minyak lainnya, lemak dan olahannya terdiri atas margarin, mentega dan lemak olahan lainnya. Berdasarkan konsumsi kelompok, kelompok kelapa dan olahannya merupakan tingkat konsumsi relatif

46

banyak setiap harinya (8,3 g) sedangkan tingkat konsumsi relatif sedikit terdapat pada kelompok berupa kelompok minyak lainnya, lemak dan olahan (0,1 g). (Gambar 3.3.10)

Konsumsi terbanyak untuk minyak kelapa sawit dan minyak kelapa setiap harinya terdapat pada umur 19-55 tahun. Pada konsumsi kelapa dan olahan, umur > 55 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak dalam mengonsumsi berupa kelapa dan olahannya, sedangkan untuk seperti kelompok minyak lainnya, lemak dan olahan didominasi oleh kelompok umur 5-12 tahun dan 19-55 tahun.

Gambar 3.3.10 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orang per hari, Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2014

Tabel 3.3.11 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya menurut

kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Minyak, Lemak dan Olahannya (%)

Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa

Kelapa dan Olahannya

Minyak Lainnya, lemak dan Olahannya

0 - 59 bln 40,9 9,7 4,7 5 - 12 thn 62,6 15,7 6,3 13-18 thn 61,1 13,1 3,3 19-55 thn 58,1 13,8 4,0 > 55 thn 53,7 11,2 2,2

Seluruh umur 57,6 13,3 4,0

Hampir 60 persen penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengonsumsi berupa minyak kelapa sawit dan minyak kelapa dan merupakan yang tertinggi dikonsumsi dibandingkan kelompok lain seperti kelapa dan olahan (13,3%) dan kelompok minyak lainnya, lemak dan olahan (4,0%). Berdasarkan kelompok umur, secara keseluruhan konsumsi minyak, lemak dan olahan sudah dimulai dikonsumsi oleh 40,9 persen penduduk umur 0-59 bulan dan paling banyak dikonsumsi pada kelompok umur 5-12 tahun (62,6%).

7,4 8,3

0,1

0

2

4

6

8

10

Minyak Kelapa Sawit danMinyak Kelapa

Kelapa dan Olahan Minyak Lainnya, lemak danOlahan

G

r

a

m

47

Tabel 3.3.12 Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Gula dan Konfeksionari (gram)

Gula Permen Sirup Coklat

Lainnya (madu,selai, agar-agar,

jelly)

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 5,0 9,7 0,27 1,63 0,00 0,00 0,00 0,15 0,8 13,2 6,1 17,0 5 - 12 thn 6,2 9,8 0,59 3,99 0,00 0,00 0,17 2,50 0,4 8,8 7,3 13,9 13-18 thn 8,6 15,8 0,13 1,26 0,05 1,23 0,30 4,49 0,4 6,4 9,5 18,1 19-55 thn 12,1 14,7 0,05 1,55 0,11 2,86 0,05 2,19 0,1 2,0 12,5 15,4 > 55 thn 11,5 15,1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,1 1,8 11,6 15,3

Seluruh umur 10,3 14,3 0,15 1,99 0,06 2,08 0,09 2,49 0,2 5,4 10,8 15,8

Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari penduduk Provinsi NTT setiap harinya adalah 10,8 gram, yang terbanyak dikonsumsi gula (10,3 g), sedangkan yang lain kurang dari 0,5 gram, dan paling sedikit adalah sirup (0,06 g).

Rerata konsumsi gula dan sirup cenderung meningkat sesuai peningkatan umur dari 0-55 tahun, tertinggi umur 19-55 tahun (12,1 g) dan umur 0-59 bulan telah mengonsumsi 5,0 gram.

Rerata konsumsi permen paling banyak dikonsumsi oleh umur anak sekolah dasar (5-12 tahun) dan coklat paling banyak dikonsumsi kelompok umur 13-18 tahun. Pada kelompok umur di atas 19 tahun konsumsi konsumsi permen dan coklat antara 0,00-0,05 gram.

Konsumsi kelompok bahan lainnya seperti madu, selai, agar-agar dan jelly dikonsumsi tertinggi oleh umur balita (0-59 bulan) 0,8 gram.

Gambar 3.3.11. Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari, Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2014

10,3

0,15 0,06 0,09 0,2

0

2

4

6

8

10

12

Gula Permen Sirup Coklat Lainnya(madu,selai, agar-

agar, jelly)

G

r

a

m

48

Tabel 3.3.13 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok

umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Gula dan Konfeksionari (%)

Gula Permen Sirup Coklat Lainnya

(madu,Selai agar-agar, jelly)

0 - 59 bln 34,2 3,7 0,0 0,0 0,3 5 - 12 thn 42,9 3,5 0,0 0,8 0,2 13-18 thn 47,9 1,6 0,1 0,9 0,5 19-55 thn 60,4 0,3 0,2 0,1 0,6 > 55 thn 60,0 0,0 0,0 0,0 0,3

Seluruh umur 54,6 1,1 0,1 0,3 0,5

Pada tabel diatas, lebih dari separuh (54,6%) penduduk mengonsumsi gula dan yang paling rendah adalah yang mengonsumsi kelompok sirup (0,1%). Penduduk dengan kelompok umur 19-55 tahun merupakan kelompok umur terbanyak mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari, dari jenis gula, sirup dan produk lainnya.

Kelompok umur balita merupakan kelompok yang tertinggi mengonsumsi permen (3,7%) diikuti kelompok umur anak sekolan (3,5%), dan cenderung menurun dengan meningkatnya umur, paling rendah umur lebih 55 tahun. Kelompok umur 13-18 tahun tertinggi mengonsumsi coklat 0,9% dan makin menurun pada kelompok umur lebih tua, paling sedikit pada umur lebih 55 tahun (0,0%).

Tabel 3.3.14 Rerata konsumsi kelompok bumbu per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi

Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Bumbu (gram)

Garam Vetsin/ MSG/

Mecin Bumbu Instan

Bumbu Kering

Bumbu Basah

Bahan Tambahan

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 1,5 2,8 0,2 0,5 0,2 0,7 0,04 0,32 2,5 4,3 0,00 0,00 4,4 6,2 5 - 12 thn 3,1 3,4 0,4 0,7 0,4 1,3 0,09 0,50 4,3 6,6 0,00 0,07 8,3 8,6 13-18 thn 3,1 3,2 0,3 0,8 0,3 1,0 0,08 0,58 3,9 5,8 0,01 0,10 7,8 8,0 19-55 thn 3,6 4,1 0,4 1,8 0,5 1,2 0,09 0,60 4,7 7,2 0,01 0,13 9,2 10,2 > 55 thn 3,8 4,2 0,6 3,7 0,3 1,1 0,06 0,53 4,8 7,7 0,00 0,09 9,6 11,5

Seluruh umur 3,4 3,9 0,4 2,0 0,4 1,2 0,08 0,56 4,5 6,9 0,01 0,11 8,7 9,8

Rerata konsumsi kelompok bumbu setiap hari 8,7 gram, terbanyak adalah bumbu basah (4,5 g), diikuti garam (3,4 g) dan yang paling sedikit adalah bahan tambahan dan bumbu kering (0,01 g dan 0,08 g).

Rerata konsumsi kelompok bumbu paling banyak di konsumsi oleh kelompok umur > 55 tahun (9,6 g). Garam telah dikonsumsi oleh umur 0-59 bulan sebesar 1,5 gram dan

49

meningkat sesuai dengan peningkatan umur, tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun (3,8 g).

Serupa dengan garam, konsumsi vetsin/MSG telah diperkenalkan pada umur balita walaupun relatif sangat sedikit (0,2 g), dan tertinggi dikonsumsi kelompok umur lebih 55 tahun (0,6 g). Konsumsi bumbu instan dan bumbu kering relatif tinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (0,5 g dan 0,09 g). Konsumsi bumbu kering juga relatif tinggi pada kelompok umur 5-12 tahun dan umur 19-55 tahun (0,09 g).

Gambar 3.3.12 Rerata konsumsi kelompok bumbu per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Tabel 3.3.15 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Bumbu (%)

Garam Vetsin/ MSG/

Mecin

Bumbu

Instan

Bumbu

Kering

Bumbu

Basah

Bahan

Tambahan

0 - 59 bln 69,1 35,6 14,4 5,0 46,0 0,0

5 - 12 thn 93,8 64,1 18,2 7,1 67,6 0,4

13-18 thn 94,3 58,4 19,8 5,2 68,2 0,9

19-55 thn 94,0 58,1 22,1 7,2 69,9 0,5

> 55 thn 92,1 57,2 16,4 5,7 66,3 0,3

Seluruh umur 92,4 57,7 19,9 6,6 67,5 0,5

Sebanyak 92,4 persen penduduk mengonsumsi garam, 67,5 persen mengonsumsi bumbu basah, dan vetsin/MSG dan 57,7 persen, dan yang paling rendah adalah yang mengonsumsi kelompok bahan tambahan pangan (0,5%).

Kelompok umur 13-18 tahun dan 19-55 tahun merupakan kelompok umur tertinggi mengonsumsi garam dan vetsin/MSG (94% dan 58%), Kelompok umur 19-55 tahun terbanyak yang mengonsumsi jenis basah (69,9%), bumbu instan (22,1%), bumbu kering (7,2%).

3,4

0,4 0,4 0,08

4,5

0,01 0

1

2

3

4

5

Garam Vetsin/ MSG/Mecin

Bumbu Instan Bumbu Kering Bumbu Basah BahanTambahan

G

r

a

m

50

Tabel 3.3.16 Rerata konsumsi kelompok minuman per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Minuman Serbuk (gram) Jenis Minuman cairan (mL)

Teh Instan / Daun Kering

Kopi Bubuk Minuman Serbuk

Total

Minuman Kemasan

Cairan

Minuman Berkarbonasi

Minuman Beralkohol

Minuman Lainnya

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 1,4 13,6 0,8 3,9 0,7 5,3 2,9 14,9 1 15 0 0 0 0 0 0 1 15 5 - 12 thn 0,4 1,9 1,3 4,6 0,1 1,3 1,8 5,1 9 43 0 10 0 0 0 2 10 45 13-18 thn 0,5 1,0 2,3 5,8 0,2 2,5 2,9 6,3 8 41 0 7 0 7 1 18 9 45 19-55 thn 0,9 10,1 6,7 14,1 0,2 3,3 7,8 17,3 3 26 1 24 8 65 6 96 17 123 > 55 thn 0,8 8,0 6,2 16,9 0,3 2,8 7,3 18,6 0 4 0 0 6 71 0 7 7 71

Seluruh umur 0,8 8,5 4,9 12,6 0,2 3,0 5,9 15,2 4 30 1 17 5 54 3 69 12 95

Gambar 3.3.13. Rerata konsumsi kelompok minuman per orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

0,8

4,9

0,2

4

1

5

3

0123456

Teh Instan /Daun Kering

Kopi Bubuk MinumanSerbuk

MinumanKemasan

Cairan

MinumanBerkarbonasi

MinumanBeralkohol

MinumanLainnya

Minuman serbuk Minuman Kemasan Cairan

G

r

a

m

/

m

L

51

Kelompok minuman dibagi dua kelompok besar, yaitu: 1) jenis minuman serbuk yang terdiri dari teh instan/daun kering, kopi bubuk dan minuman serbuk lainnya; dan 2) jenis minuman cairan yang terdiri dari minuman kemasan cairan, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan minuman lainnya yang berbentuk cair. Rerata konsumsi kelompok minuman yang di konsumsi masyarakat Provinsi NTT untuk jenis minuman serbuk 5,9 gram dan untuk jenis minuman berbentuk cair 12 mililiter.

Untuk kelompok jenis minuman serbuk, rata-rata konsumsi per hari paling tinggi adalah kopi bubuk (4,9 g), diikuti teh instan/daun kering (0,8 g) dan minuman serbuk (0,2 g), sedangkan untuk kelompok jenis minuman cairan terbanyak adalah minuman beralkohol (5 mL), diikuti minuman kemasan cairan (4 mL), dan yang paling sedikit minuman berkarbonasi (1 mL).

Rerata konsumsi teh instan/daun kering dan konsumsi kopi bubuk dikonsumsi terbanyak oleh kelompok umur 19-55 tahun (0,9 g dan 6,7 g). Minuman serbuk lain terbanyak dikonsumsi oleh kelompok umur balita (0,7 g).

Kelompok minuman kemasan cair terbanyak dikonsumsi kelompok umur 5-12 tahun (9 mL) diikuti kelompok umur 13-18 tahun (8 mL). Konsumsi minuman beralkohol tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (8 mL/hari).

Tabel 3.3.2817 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Minuman Serbuk (%) Jenis Minuman cairan (%)

Teh Instan / Daun Kering

Kopi Bubuk

Minuman Serbuk

Minuman Kemasan

Cairan

Minuman Berkarbonasi

Minuman Beralkohol

Minuman Lainnya

0 - 59 bln 17,4 8,7 2,7 1,0 0,0 0,0 0,0 5 - 12 thn 20,1 14,2 0,7 5,3 0,2 0,0 0,4 13-18 thn 24,9 21,7 1,0 3,8 0,1 0,2 0,9 19-55 thn 19,1 47,4 0,6 1,8 0,3 2,0 1,3 > 55 thn 20,9 43,7 1,1 1,7 0,0 1,3 0,6

Seluruh umur 20,3 36,3 0,9 2,6 0,2 1,3 0,9

Secara keseluruhan, proporsi penduduk paling tinggi mengonsumsi jenis minuman serbuk kopi bubuk (36,3%), diikuti yang mengonsumsi teh instan/daun kering (20,3%), sedangkan yang paling rendah adalah minuman serbuk lainnya (0,9%).

Proporsi penduduk paling tinggi mengonsumsi minuman kemasan cairan (2,6%), sedangkan yang mengonsumsi minuman beralkohol (1,3%) dan yang terendah mengonsumsi minuman cairan lainnya (0,9%).

Sebanyak 47,4 persen kelompok umur 19-55 tahun mengonsumsi kopi bubuk, diikuti kelompok umur lebih 55 tahun (43,7%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi teh

52

instan/daun kering terbanyak pada kelompok umur 13-18 tahun (24,9%). Proporsi penduduk kelompok umur ballita tertinggi mengonsumsi minuman serbuk (2,7%).

Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman kemasan cairan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (5,3%), diikuti kelompok umur 13-18 tahun (3,8%), sedangkan kelompok balita telah mengonsumsi sebanyak 1 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman berkarbonasi dan minuman alkohol paling tinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (0,3 % dan 2,0 %).

Tabel 3.3.2918 Rerata konsumsi kelompok makanan komposit per orang per hari menurut kelompok umur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Makanan Komposit (gram)

Ayam goreng Pizza Burger Kentang

Goreng

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

5 - 12 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 1,39 0,00 0,00 0,03 1,39

13-18 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,06 2,01 0,00 0,00 0,06 2,01

19-55 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 3,22 0,00 0,00 0,09 3,22

> 55 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Seluruh umur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,06 2,46 0,00 0,00 0,06 2,46

Secara keseluruhan rerata total konsumsi kelompok jenis makanan komposit masyarakat 0,06 gram dan terbanyak adalah burger (0,06 g). Rerata konsumsi burger tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (3,22 g) diikuti kelompok umur 13-18 tahun (2,01 g). Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur cenderung tidak mengonsumsi jenis makanan komposit lainnya seperti ayam goreng, pizza dan kentang goreng,

Tabel 3.3.19 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Jenis Makanan Komposit (%)

Ayam goreng Pizza Burger Kentang Goreng

0 - 59 bln 0,00 0,00 0,00 0,00 5 - 12 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 13-18 thn 0,00 0,00 0,12 0,00 19-55 thn 0,00 0,00 0,11 0,00 > 55 thn 0,00 0,00 0,00 0,00

Seluruh umur 0,00 0,00 0,07 0,00

53

Secara keseluruhan, proporsi penduduk semua kelompok umur yang mengonsumsi jenis makanan komposit sangat sedikit yaitu antara 0,00 -0,07 persen.

Konsumsi air dibagi dalam tiga macam sumber air, yaitu: 1) air minum tanpa merek, 2) air minum kemasan bermerek dan 3) air yang berasal dari minuman cair kemasan pabrikan. Minuman cair kemasan pabrikan meliputi jus cair, kopi cair, teh cair, minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain.

Tabel 3.3.20 Rerata konsumsi kelompok air per orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Sumber Air (mL)

Air Minum Air Minum Kemasan

Bermerek Minuman cair

kemasan pabrikan Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 515 432 4 40 1 15 520 432 5 - 12 thn 792 427 9 53 10 45 810 435 13-18 thn 911 430 13 65 8 42 932 436 19-55 thn 1.214 743 13 88 12 78 1.238 747 > 55 thn 1.158 667 7 77 6 71 1.171 671

Seluruh umur 1.063 672 11 77 10 66 1.083 677

Secara keseluruhan rerata kelompok air masyarakat 1.083 mL per hari, kurang dari yang dianjurkan yaitu seharusnya 2.000-3.000 mL per hari. Rerata konsumsi air terbanyak adalah air minum tanpa merek (1.063 mL), sedangkan air minum kemasan bermerek dan minuman cair kemasan pabirikan relatif sedikit (11 mL dan 10 mL).

Konsumsi air mnum cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (1.214 mL) diikuti umur lebih 55 tahun (1.158 mL).

Rerata konsumsi air minum kemasan bermerek tertinggi pada kelompok umur 13-55 tahun (13 mL) sedangkan untuk minuman cair kemasan pabrikan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (12 mL) diikuti kelompok umur 5-12 tahun (10 mL).

54

Tabel 3.3.21 Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Sumber Air (%)

Air Minum Air Minum Kemasan

Bermerek Minuman cair

kemasan pabrikan

0 - 59 bln 81,2 1,0 1,0 5 - 12 thn 99,9 3,0 5,5 13-18 thn 99,8 4,6 4,1 19-55 thn 99,9 3,0 4,2 > 55 thn 99,8 1,1 2,9

Seluruh umur 98,9 2,8 4,0

Hampir 99 persen penduduk mengonsumsi sumber air minum tanpa merek dan yang mengonsumsi sumber minuman cair kemasan pabrikan relatif kecil (4,0%) dan paling sedikit adalah yang mengonsumsi sumber dari air minum kemasan bermerek (2,8%).

Hampir tidak ada perbedaan yang nyata antar kelompok umur (kecuali umur balita) dalam mengonsumsi air minum tanpa merek sebagai sumber air minum sehari-hari.

Proporsi kelompok umur 13-18 tahun tertinggi (4,6%) mengonsumsi air minum kemasan bermerek dan terendah pada kelompok balita. Berbeda dengan air kemasan bermerek, sumber air berupa minuman cair kemasan pabrikan terlihat lebih banyak dikonsumsi kelompok umur 5-12 tahun (5,5%).

Tabel 3.3.22 Rerata konsumsi suplemen dan jamu per orang per hari (menurut kelompok umur, Provinsi

Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Suplemen Jamu

Multi Vitamin (mg)

Non Multi Vitamin (mg)

Minuman Suplemen

(mL)

Total Jamu Tradisional

(mL)

Jamu Pabrikan

(mg)

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 - 12 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,23 0,00 0,00 0,01 0,23 13-18 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,14 1,28 0,00 0,00 0,14 1,28 19-55 thn 0,00 0,00 0,00 0,06 0,00 0,00 0,00 0,06 1,50 6,52 0,00 0,10 1,50 6,52 > 55 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,05 6,87 0,00 0,00 2,05 6,87

Seluruh umur 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,00 0,04 1,09 5,43 0,00 0,07 1,09 5,43

Konsumsi kelompok suplemen dan jamu dibagi dalam empat macam, yaitu: 1) multi vitamin meliputi multivitamin anak-anak (berbagai merk, rasa, tablet/sirup/drop) dan multi vitamin dewasa (berbagai merk, rasa, tablet/sirup), 2) non multi vitamin, 3) minuman suplemen

55

meliputi minuman serat susu bubuk dan vitamin cair, 4) jamu tradisional dan 5) jamu pabrikan.

Suplemen cenderung tidak dikonsumsi oleh penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Rerata konsumsi jamu tradisional dikonsumsi penduduk sebanyak 1,09 mililiter, terbanyak pada kelompok umur lebih 55 tahun (2,05 mL), diikuti kelompok umur 19-55 tahun (1,50 mL), sedangkan jamu pabrikan cenderung tidak dikonsumsi penduduk.

Tabel 3.3.23 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Suplemen (%) Jamu (%)

Multi Vitamin

Non Multi Vitamin

Minuman Suplemen

Jamu Tradisional

Jamu Pabrikan

0 - 59 bln 0,00 0,00 0,00 0,0 0,00 5 - 12 thn 0,00 0,00 0,00 0,4 0,00 13-18 thn 0,00 0,00 0,00 1,5 0,00 19-55 thn 0,00 0,00 0,00 8,9 0,00 > 55 thn 0,00 0,00 0,00 12,8 0,00

Seluruh umur 0,00 0,00 0,00 6,7 0,00

Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu relatif rendah. Proporsi penduduk yang mengonsumsi jamu tradisional sebesar 6,7 persen dan terbanyak pada kelompok umur 19 tahun ke atas (kelompok umur lebih 55 tahun 12,8 persen dan kelompok umur 19-55 tahun 8,9 persen, dan kelompok umur 5-12 tahun sebesar 0,4 persen.

Tabel 3.3.24 Rerata konsumsi serealia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang

per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Bahan Makanan

Serealia dan Olahannya (g)

Umbi/pati dan Olahannya (g)

Kacang dan Olahannya (g)

Sayur dan Olahannya (g)

Buah dan Olahannya (g)

Daging dan Olahannya (g)

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 264,8 109,8 11,4 54,6 6,4 30,7 28,3 44,3 14,2 45,3 10,5 41,5 5 - 12 thn 370,4 107,6 42,3 127,5 14,0 45,1 75,0 76,4 33,9 102,9 27,1 97,3 13-18 thn 374,8 119,1 48,7 145,8 16,8 58,3 80,2 81,7 36,6 121,5 19,6 73,8 19-55 thn 393,6 121,0 44,9 144,8 19,7 76,1 106,9 112,9 37,6 116,0 29,4 102,1 > 55 thn 367,7 114,2 58,4 163,1 13,6 55,7 98,5 97,8 32,5 100,9 17,5 74,8

Seluruh umur 376,7 120,6 45,4 142,6 16,8 65,1 92,9 100,9 34,9 110,2 24,8 91,6

Rerata tertinggi adalah kelompok serealia dan olahannya (376,7 g), diikuti sayur dan olahannya (92,9 g), umbi/pati dan olahannya (45,4 g), buah dan olahannya (34,9 g),

56

sedangkan daging dan olahannya dan kacang dan olahannya adalah yang paling sedikit (24,8 g dan 16,8 g).

Kecuali kelompok umur balita, pola konsumsi pada semua kelompok umur adalah serupa, yaitu yang paling banyak adalah kelompok serealia dan olahannya, diikuti sayur dan olahannya, umbi/pati dan olahannya, buah dan olahannya, sedangkan daging dan olahannya serta kacang dan olahannya paling rendah. Pada kelompok balita hampir serupa dengan pola yang dikonsumsi masyarakat pada umumnya, hanya kelompok buah dan olahannya lebih banyak dikonsumsi dibandingkan umbi/pati.

Gambar 3.3.14 Rerata konsumsi serealia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang

per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Tabel 3.3.25 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari per

orang per hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok umur

Bahan makanan

Jeroan dan olahannya (g)

Ikan dan olahannya (g)

Telur dan olahannya (g)

Susu bubuk olahannya (g)

Susu cair (mL)

Minyak dan olahannya (g)

Gula dan konfeksionari

(g)

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 0,24 2,55 34,9 83,2 6,9 23,7 81,1 116,2 0,00 0,22 7,2 15,9 6,1 17,0 5 - 12 thn 0,00 0,02 49,4 101,3 4,9 17,7 2,1 13,0 0,09 2,44 16,5 36,3 7,3 13,9 13-18 thn 0,02 0,60 55,8 127,8 3,6 16,6 0,8 5,8 0,00 0,00 16,2 38,2 9,5 18,1 19-55 thn 0,19 2,78 66,0 134,4 3,3 14,9 0,4 3,9 0,01 0,64 16,3 34,0 12,5 15,4 > 55 thn 0,00 0,00 61,8 128,2 1,2 7,7 1,1 6,8 0,22 4,32 16,6 43,5 11,6 15,3

Seluruh umur 0,11 2,07 59,8 126,1 3,4 15,4 5,1 32,8 0,05 1,99 15,9 36,0 10,8 15,8

Pada tabel di atas terlihat, rerata bahan makanan yang tertinggi dikonsumsi adalah kelompok ikan dan olahannya (59,8 g), diikuti minyak dan olahannya (15,9 g), gula dan konfeksionari (10,8 g), dan yang relatif sedikit adalah telur dan olahannya (3,4 g), susu bubuk dan olahannya (5,1 g), jeroan dan olahannya (0,11 g), dan susu cair. Pola ini hampir serupa pada semua kelompok umur kecuali kelompok balita. Pada kelompok balita, yang tertinggi dikonsumsi adalah ikan dan olahannya (34,9 g), susu bubuk dan olahannya (81,1

376,7

45,4 16,8

92,9 34,9 24,8

0

100

200

300

400

Serealia danOlahan

Umbi/pati danOlahan

Kacang danOlahan

Sayur danOlahan

Buah danOlahan

Daging danOlahan

G

r

a

m

57

g), minyak dan olahannya (7,2 g), telur dan olahannya (6,9 g), gula dan konfeksionari (6,1 g) dan jeroan dan olahannya (0,24).

Gambar 3.3.15 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari per

orang per hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Tabel 3.3.26 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen per orang per

hari menurut kelompok umur, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Bahan Makanan

Bumbu (g) Minuman serbuk (g)

Minuman cair (mL)

Makanan komposit (g)

Air (mL) Suplemen (g) Jamu (g)

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 4,4 6,2 2,9 14,9 1 15 0,00 0,00 520 432 0,00 0,00 0,00 0,00 5 - 12 thn 8,3 8,6 1,8 5,1 10 45 0,03 1,39 810 435 0,00 0,00 0,01 0,23 13-18 thn 7,8 8,0 2,9 6,3 9 45 0,06 2,01 932 436 0,00 0,00 0,14 1,28 19-55 thn 9,2 10,2 7,8 17,3 17 123 0,09 3,22 1.238 747 0,00 0,06 1,50 6,52 > 55 thn 9,6 11,5 7,3 18,6 7 71 0,00 0,00 1.171 671 0,00 0,00 2,05 6,87

Seluruh umur 8,7 9,8 5,9 15,2 12 95 0,06 2,46 1.083 677 0,00 0,04 1,09 5,43

Pada tabel di atas terlihat, rerata yang tertinggi dikonsumsi penduduk adalah kelompok air, sedangkan yang lain relatif kecil seperti minuman cair, bumbu, minuman serbuk, jamu, sedangkan makanan komposit, dan suplemen sangat sedikit (kurang dari 1 g), dan pola tersebut hampir serupa berdasarkan kelompok umur. Pada kelompok umur balita hampir tidak mengonsumsi makanan komposit, suplemen dan jamu, sedangkann pada kelompok umur lebih 55 tahun hampir tidak mengonsumsi makanan komposit, dan suplemen tetapi menggunakan jamu 2,05 gram terbanyak dibandingkan kelompok umur lainnya.

0,11

59,8

3,4 5,1 0,05

15,9 10,8

0

10

20

30

40

50

60

70

Jeroan danolahannya

Ikan danolahannya

Telur danolahannya

Susu bubukolahannya

Susu cair Minyak danolahannya

Gula dankonfeksionari

G

r

a

m

58

Gambar 3.3.16 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen per orang per

hari, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

3.4 Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi

Tabel 3.4.1 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Asupan Energi (kkal)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bln 942 316 930 375 932 365 Laki laki 5 - 12 thn 1639 640 1277 418 1334 477 13-18 thn 1671 767 1346 585 1416 641 19-55 thn 1729 803 1570 643 1605 684 > 55 thn 1628 736 1482 598 1505 622 Perempuan 5 - 12 thn 1453 528 1291 427 1315 447 13-18 thn 1511 539 1234 499 1295 520 19-55 thn 1444 575 1387 537 1399 545 > 55 thn 1217 459 1219 451 1218 452

Rerata asupan energi pada kelompok bayi 0-59 bulan 932 kkal, di perkotaan (942 kkal) sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (932 kkal).

Rerata asupan energi pada laki-laki umur 5 tahun ke atas, tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (1605 kkal) dan terendah pada umur 5-12 tahun (1334 kkal). Rerata asupan energi pada laki-laki tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (1605 kkal) dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun (1334 kkal). Pada laki-laki, rerata asupan enersi di perkotaan paling tinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (1729 kkal) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (1628 kkal). Di perdesaan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (1570 kkal) dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun (1277 kkal). Asupan enersi pada laki-laki di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan pada semua kelompok umur.

8,70

5,90

12,00

0,06 0,00 1,09

0

5

10

15

Bumbu Minumanserbuk

Minuman cair Makanankomposit

Suplemen Jamu

G

r

a

m

59

Rerata asupan energi pada perempuan umur 5 tahun ke atas tertinggi pada umur 19-55 tahun (1399 kkal) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (1218 kkal).

Rerata asupan energi pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (1399 kkal) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (1218 kkal). Pada perempuan, rerata asupan energi di perkotaan paling tinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (1511 kkal) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (1217 kkal). Di perdesaan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (1387 kkal) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (1219 kkal). Asupan enersi pada perempuaan di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan pada semua kelompok umur. Rerata asupan energi pada laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan asupan energi pada perempuan baik pada semua kelompok umur baik di perkotaan maupun perdesaan.

Tabel 3.4.2 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Karakteristik Kecukupan Energi (% AKG)

Rerata SD

Kelompok Umur 0 – 59 bln 92,3 21,6 Laki laki 5 - 12 thn 68,8 26,6 13-18 thn 55,7 25,2 19-55 thn 62,1 26,8 > 55 thn 72,5 29,1 Perempuan 5 - 12 thn 69,5 25,2 13-18 thn 60,9 24,5 19-55 thn 65,4 25,5 > 55 thn 71,2 26,5 Tempat Tinggal

Perkotaan 69,6 29,4 Perdesaan 64,0 25,7

Kuintil Indeks Kepemilikan Terbawah 58,7 23,9 Menengah bawah 63,1 25,3 Menengah 66,4 26,5 Menengah atas 67,7 26,8 Teratas 71,0 29,4

Rerata kecukupan energi pada kelompok umur 0-59 bulan 92,3 persen AKE. Rerata kecukupan energi pada laki-laki umur 5 tahun ke atas tertinggi pada kelompok umur lebih dari 55 tahun (72,5% AKE) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (55,7% AKE) dan pola serupa juga terlihat pada perempuan yaitu tertinggi pada kelompok umur lebih dari 55 tahun (71,2% AKE) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (60,9% AKE). Berdasarkan kelompok umur yang sama, rerata kecukupan energi pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

60

Dibandingkan dengan laki-laki, rerata kecukupan energi pada perempuan cenderung lebih tinggi pada umur 5-55 tahun.

Rerata kecukupan energi di perkotaan (69,6 %AKE) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (64% AKE). Berdasarkan Kuintil Indeks Kepemilikan, rerata kecukupan energi paling tinggi pada kuintil teratas (71% AKE) dan terendah pada kuintil terbawah (58,7% AKE). Rerata kecukupan energi cenderung menurun sesuai dengan menurunnya Kuintil Indeks Kepemilikan.

3.5 Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi

Tabel 3.5.1 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan aset, dan

menurut tingkat kecukupan asupan energi, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Karakteristik

Tingkat kecukupan asupan energi (%)

< 70 % AKE 70 - <100 % AKE 100 - <130 % AKE ≥130 % AKE

Kelompok umur 0-59 bln 9,6 61,5 22,3 6,5 5 - 12 thn 52,4 37,0 8,3 2,4 13-18 thn 72,1 21,0 5,2 1,7 19-55 thn 64,7 26,3 6,5 2,5 > 55 thn 55,0 29,6 10,8 4,7

Jenis kelamin Laki-laki 61,5 27,9 7,6 3,1 Perempuan 58,4 30,8 8,3 2,5

tempat tinggal Perkotaan 54,6 30,9 8,7 5,8 Perdesaan 61,2 29,0 7,7 2,1

Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 67,2 27,0 4,5 1,4 Menengah bawah 61,5 29,0 8,3 1,1 Menengah 59,5 28,3 9,3 3,0 Menengah atas 55,7 32,1 8,9 3,4 Teratas 53,7 31,3 9,1 5,9

Penduduk dikategorikan kekurangan asupan energi jika dengan asupan energi kurang dari 70% AKE yang dianjurkan sesuai umur. Berdasarkan kelompok umur, kekurangan energi (<70%) paling tinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (72,1%), sedangkan yang paling sedikit mengalami defisit energi adalah kelompok umur 0-59 bulan (9,6%).

Ditinjau dari jenis kelamin, laki-laki lebih banyak mengalami kekurangan energi (61,5%) dibandingkan perempuan (58,4%). Penduduk yang tinggal di perdesaan lebih banyak mengalami kekurangan energi (61,2%) dibandingkan yang tinggal di perkotaan (54,6%).

Kekurangan energi berdasarkan kuintil indeks kepemilikan didapatkan semakin rendah status kepemilikan aset (kuintil indeks kepemilikan) maka semakin tinggi kekurangan energi. Kekurangan energi tertinggi terdapat pada kelompok dengan status kepemilikan aset

61

terbawah (67,2%) dan paling rendah pada kelompok dengan status kepemilikan aset teratas (53,7%).

Proporsi penduduk dengan kelebihan asupan energi ≥ 100% - <130% AKE dan ≥130% AKE dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai umur didapatkan paling banyak pada kelompok umur 0-59 bulan, sedangkan yang paling kecil pada kelompok umur 13-18 tahun.

Ditinjau dari jenis kelamin, kelebihan asupan energi ≥100% - <130% AKE lebih tinggi pada perempuan (8,3%), tetapi pada kasus kelebihan asupan energi ≥130% AKE lebih tinggi pada laki-laki (3,1%).

Berdasarkan wilayah tempat tinggal, kelebihan asupan energi ≥100% - <130% AKE dan ≥130% AKE lebih banyak terjadi pada penduduk yang tinggal di perkotaan dibandingkan di perdesaan. Kelebihan asupan energi terjadi pada kuintil indeks kepemilikan mulai dari kelas menengah hingga teratas.

3.6 Asupan dan Kecukupan Protein

Tabel 3.6.1 Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Asupan Protein (gram)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bln 34,4 22,8 25,6 21,7 27,2 22,1 Laki laki 5 - 12 thn 72,0 44,7 37,8 20,9 43,1 28,8 13-18 thn 73,6 58,0 38,9 23,4 46,3 36,7 19-55 thn 77,3 54,4 48,4 31,0 54,7 39,2 > 55 thn 69,1 44,0 45,2 28,5 48,9 32,5 Perempuan 5 - 12 thn 61,3 37,2 39,7 21,5 43,0 25,7 13-18 thn 55,5 29,9 36,3 22,2 40,5 25,4 19-55 thn 59,8 34,7 43,1 26,3 46,6 29,1 > 55 thn 58,6 38,3 35,6 21,4 39,4 26,5

Rerata asupan protein pada kelompok bayi 0-59 bulan 27,2 g, di perkotaan (34,4 g) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (25,6 g). Rerata asupan protein umur 5 tahun ke atas, pada laki-laki tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (54,7 g) dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun (43,1 g). Pada laki-laki, rerata asupan protein di perkotaan paling tinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (77,6 g) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (69,1 g). Di perdesaan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (48,4 g) dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun (37,8 g). Asupan protein pada laki-laki di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan pada semua kelompok umur.

62

Rerata asupan protein umur 5 tahun ke atas, pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (46,6 g) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (39,4 g).

Rerata asupan protein pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (29,1 g) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (25,4 g). Pada perempuan, rerata asupan protein di perkotaan paling tinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (61,3 g) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (55,5 g). Di perdesaan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (43,1 g) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (36,3 g). Asupan protein pada perempuan di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan pada semua kelompok umur.

Rerata asupan protein pada laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan asupan protein pada perempuan baik pada semua kelompok umur baik di perkotaan maupun perdesaan.

Tabel 3.6.2 Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Karakteristik Kecukupan Protein (% AKG)

Rerata SD

Kelompok Umur 0 – 59 bln 104,7 76,2 Laki laki 5 - 12 thn 86,4 59,9 13-18 thn 66,5 52,4 19-55 thn 85,2 61,1 > 55 thn 77,1 50,8 Perempuan 5 - 12 thn 83,4 55,0 13-18 thn 63,1 40,3 19-55 thn 82,1 51,2 > 55 thn 69,8 46,7 Tempat Tinggal

Perkotaan 111,2 73,5 Perdesaan 71,5 45,4

Kuintil Indeks Kepemilikan Terbawah 59,5 35,0 Menengah bawah 64,1 36,5 Menengah 72,8 46,3 Menengah atas 92,9 57,8 Teratas 116,6 73,8

Rerata kecukupan protein pada kelompok umur 0-59 bulan 104,7 persen AKP. Rerata kecukupan protein pada laki-laki umur 5 tahun ke atas tertinggi pada kelompok umur lebih dari 5-12 tahun (86,4% AKP) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (66,5% AKP) dan pola serupa juga terlihat pada perempuan yaitu tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (86,4% AKP) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (63,1% AKP).

63

Berdasarkan kelompok umur yang sama, rerata kecukupan protein pada perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Rerata kecukupan protein di perkotaan (111,2 % AKP) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (71,5% AKP). Berdasarkan Kuintil Indeks Kepemilikan, rerata kecukupan protein paling tinggi pada kuintil teratas (116,6% AKP) dan terendah pada kuintil terbawah (59,5% AKP). Rerata kecukupan protein cenderung lebih rendah sesuai dengan menurunnya Kuintil Indeks Kepemilikan.

3.7 Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein

Tabel 3.7.1 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan aset, dan

menurut tingkat kecukupan protein, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2014

Karakteristik Tingkat kecukupan asupan protein

<80 % AKP 80 - <100 % AKP 100 - <120 % AKP ≥120 % AKP

Kelompok umur 0 - 59 bln 41,9 13,4 11,7 33,0 5 - 12 thn 57,8 14,9 9,0 18,2 13-18 thn 75,6 8,5 5,9 9,9 19-55 thn 59,7 12,0 8,9 19,5 > 55 thn 66,8 11,6 7,8 13,8

Jenis kelamin Laki-laki 61,5 11,8 7,7 18,9 Perempuan 61,7 12,0 9,2 17,0

Tempat tinggal Perkotaan 37,7 14,2 11,6 36,5 Perdesaan 67,5 11,4 7,7 13,4

Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 77,9 10,2 5,1 6,8 Menengah bawah 72,8 13,9 6,2 7,1 Menengah 67,0 11,0 7,7 14,3 Menengah atas 49,4 11,5 11,6 27,6 Teratas 33,3 13,6 13,2 39,9

Penduduk dikategorikan kekurangan asupan protein jika asupan protein kurang dari 80% dari yang dianjurkan sesuai umur. Kekurangan protein (<80% AKP) paling banyak terjadi pada kelompok umur 13-18 tahun (75,6%), sedangkan yang sedikit mengalami kekurangan protein (<80%) adalah kelompok umur 0-59 bulan (41,9%).

Laki-laki hampir sama tingginya dengan perempuan dalam hal kekurangan asupan protein (61,5% dan 61,7%) dan penduduk yang tinggal di perdesaan lebih banyak mengalami kekurangan protein (67,5%) dibandingkan yang tinggal diperkotaan (37,7%).

Berdasarkan status kepemilikan aset (kuintil indeks kepemilikan), semakin rendah tingkat status kepemilikan aset, semakin tinggi kekurangan asupan proteinnya. Kekurangan protein terendah terdapat pada kelompok dengan status kepemilikan aset teratas (33,3%) dan paling tinggi pada kelompok status kepemilikan aset terbawah (77,9%).

64

Proporsi penduduk dengan kelebihan asupan protein ≥ 100% - <120% AKP dan ≥120% AKP dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai umur disajikan dalam Tabel 3.11.1. Kelebihan asupan protein ≥100% - <120% AKP dan ≥120% AKP paling banyak pada kelompok umur 0-59 bulan, sedangkan yang dengan kelebihan asupan protein terkecil adalah pada kelompok umur 13-18 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin didapatkan kelebihan asupan protein ≥100% - <120% AKP lebih tinggi pada perempuan (9,2%) dibandingkan laki-laki (7,7%) namun kelebihan asupan protein ≥120% AKP justru lebih tinggi pada laki-laki (18,9%) dibandingkan dengan perempuan (17,0%). Berdasarkan wilayah tempat tinggal, kelebihan asupan protein ≥100% - <120% AKP lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan (11,6%) dibandingkan dengan perdesaan (7,7%), begitu pula dengan kelebihan asupan protein ≥120% AKP lebih tinggi pada penduduk di perkotaan (36,5%). Kelebihan asupan protein ≥100% - <120% AKP dan ≥120% AKP didapatkan meningkat dengan semakin tingginya tingkat kuintil indeks kepemilikan.

3.8 Asupan Lemak

Tabel 3.8.1 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Asupan Lemak (gram)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bln 25,6 16,4 18,1 33,5 19,4 31,3 Laki laki 5 - 12 thn 48,2 30,1 21,3 19,8 25,5 23,8 13-18 thn 43,4 36,5 18,9 20,6 24,1 26,8 19-55 thn 47,6 46,9 24,5 31,9 29,6 36,9 > 55 thn 38,1 45,0 23,1 32,2 25,4 34,8 Perempuan 5 - 12 thn 41,1 30,6 21,7 20,6 24,7 23,4 13-18 thn 45,6 30,9 19,2 23,6 25,0 27,6 19-55 thn 37,7 30,6 20,3 23,0 23,9 25,8 > 55 thn 28,0 21,9 16,1 16,7 18,1 18,2

Rerata asupan lemak pada kelompok bayi 0-59 bulan 19,4 g, di perkotaan (25,6 g) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (18,1 g). Pada umur 19 tahun ke atas, asupan lemak di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan.

Rerata asupan lemak pada umur 5 tahun ke atas pada laki-laki tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (29,6 g) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (24,1 g). Di perkotaan, rerata asupan lemak pada laki-laki tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (48,2 g) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (38,1 g). Di perdesaan, rerata asupan lemak pada laki-laki paling tinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (24,5 g) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (18,9 g).

65

Rerata asupan lemak pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (25,0 g) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (18,1 g). Pada perempuan, rerata asupan lemak di perkotaan paling tinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (45,6 g) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (28,0 g), sedangkan di perdesaan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (21,7 g) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (16,1 g). Asupan lemak pada perempuan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perempuan di perdesaan pada semua kelompok umur.

3.9 Asupan Karbohidrat

Tabel 3.9.1 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,

Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2014

Kelompok Umur

Asupan Karbohidrat (gram)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bln 123,6 69,6 141,6 94,0 138,5 90,4 Laki laki 5 - 12 thn 232,2 98,5 235,3 80,3 234,8 83,3 13-18 thn 249,0 114,1 256,5 112,9 254,9 113,0 19-55 thn 248,5 104,5 290,2 113,2 281,1 112,6 > 55 thn 254,1 86,6 274,6 107,6 271,5 104,8 Perempuan 5 - 12 thn 209,3 86,5 235,0 83,6 231,1 84,4 13-18 thn 222,0 89,2 230,4 93,1 228,5 92,2 19-55 thn 218,2 92,5 259,0 103,2 250,6 102,4 > 55 thn 181,4 69,4 234,5 89,5 225,6 88,7

Rerata asupan karbohidrat pada kelompok bayi 0-59 bulan 138,5 gram, di perdesaan (141,6 g) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (123,6 g).

Rerata asupan karbohidrat umur 5 tahun ke atas, pada laki-laki tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (281,1 g) dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun (234,8 g). Pada laki-laki, rerata asupan karbohidrat di perkotaan paling tinggi pada kelompok umur lebih 55 tahun (254,1 g) dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun (232,2 g). Di perdesaan asupan karbohidrat tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (290,2 g) dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun (235,3 g). Asupan karbohidrat pada laki-laki di perdesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perkotaan pada semua kelompok umur.

Rerata asupan karbohidrat umur 5 tahun ke atas, pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (250,6 g) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (228,5 g).

Rerata asupan karbohidrat pada perempuan di perkotaan tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (222,0 g) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (181,4 g) sedangkan di perdesaan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (259,0 g) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (230,4 g). Asupan karbohidrat pada perempuan di perdesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perkotaan pada semua kelompok umur.

66

Rerata asupan karbohidrat pada laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan asupan karbohidrat pada perempuan baik pada semua kelompok umur baik di perkotaan maupun perdesaan.

3.10 Asupan Natrium

Tabel 3.10.1 Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,

Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Kelompok Umur

Asupan Natrium (mg)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bln 563 835 346 483 383 565 Laki laki 5 - 12 thn 1381 1563 504 580 641 873 13-18 thn 952 826 461 537 566 641 19-55 thn 1075 1141 543 570 659 766 > 55 thn 1078 1480 486 516 578 779 Perempuan 5 - 12 thn 867 654 489 546 547 579 13-18 thn 1087 1040 475 698 610 824 19-55 thn 904 1016 495 647 580 757 > 55 thn 844 667 443 713 510 720

Rerata asupan natrium pada kelompok bayi 0-59 bulan 383 miligram, di perkotaan (563 mg) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (346 mg). Rerata asupan natrium pada laki-laki umur 5 tahun ke atas, tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (659 mg) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (566 mg). Pada laki-laki di perkotaan, rerata asupan natrium tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (1381 mg) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (952 mg). Di perdesaan asupan natrium tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (543 mg) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (461 mg). Asupan natrium pada laki-laki di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan pada semua kelompok umur.

Rerata asupan natrium pada perempuan umur 5 tahun ke atas, tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (610 mg) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (510 mg), lihat Tabel 3.8.1.

Rerata asupan natrium pada perempuan di perkotaan tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (1087 mg) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (884 mg) sedangkan di perdesaan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (495 mg) dan terendah pada kelompok umur lebih 55 tahun (443 mg). Asupan natrium pada perempuan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan pada semua kelompok umur.

67

3.11 Konsumsi Gula, Natrium dan Lemak

Asupan gula, garam, dan lemak yang berlebih diketahui merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) terutama hipertensi, stroke, diabetes melitus dan penyakit jantung.

Tabel 3.11.1 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium, dan lemak melebihi pesan Permenkes

No.30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014

Karakteristik Bahan makanan (%)

Gula ≥ 50 gram Natrium ≥ 2000 mg Lemak ≥ 67 gram

KelompokUmur 0-59 bln 0,7 1,4 2,7 5 - 12 thn 0,6 5,1 6,0 13-18 thn 1,7 4,6 7,1 19-55 thn 2,3 4,5 8,0 > 55 thn 2,3 3,0 4,2

Tempat Tinggal Perkotaan 1,6 9,5 17,1 Perdesaan 1,9 2,9 4,4

Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah 3,0 2,2 1,0 Menengah Bawah 1,4 1,3 2,5 Menengah 1,3 2,8 4,7 Menengah atas 2,4 6,2 9,3 Teratas 1,2 10,2 20,0

Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula melebihi yang dianjurkan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Konsumsi natrium yang melebihi anjuran tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (4,6%) sedangkan yang mengonsumsi lemak melebihi 67 gram per orang per hari tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (8,0%).

Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula melebihi batas yang dianjurkan lebih tinggi di perdesaan dibandingkan di perkotaan (1,9 % dan 1,6 %), sedangkan proporsi penduduk di perdesaan dan di perkotaan hampir sama banyak dalam mengonsumsi garam lebih dari 5 gram per hari.

Proporsi penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yang mengonsumsi gula lebih tinggi dibandingkan kuintil indeks kepemilikan teratas. Sebaliknya, proporsi penduduk di perkotaan dengan kuintil indeks kepemilikan teratas mengonsumsi natrium dan lemak lebih tinggi dibandingkan penduduk di perdesaan dan dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah.

68

BAB 4 KESIMPULAN

4.1 Rerata konsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) per hari di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Rerata konsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan per hari didapatkan untuk kelompok serealia dan olahannya 252,1 gram per hari dan beras merupakan jenis yang dikonsumsi oleh sebagian besar (91,9%) penduduk. Untuk kelompok umbi dan olahannya 45,4 gram per hari dan singkong dan olahannya merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi penduduk (12,6 persen). Untuk kelompok kacang-kacangan dan olahannya 16,8 gram per hari dan kacang lainnya dan olahannya merupakan jenis terbanyak dikonsumsi penduduk (13,6%). Untuk kelompok sayur dan olahannya 92,9 gram per hari dan sayuran daun merupakan jenis yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (85,2%). Untuk kelompok buah-buahan dan olahannya 34,9 gram per hari dan pisang merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi penduduk (14%). Untuk kelompok daging dan olahannya 24,8 gram per hari dan daging unggas merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi penduduk (5,6%). Untuk kelompok jeroan dan olahannya 0,11 gram per hari dan proporsi penduduk yang mengonsumsi jeroan relatif kecil (0,12%). Untuk kelompok ikan dan olahannya 59,8 gram per hari dan ikan laut merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi penduduk (27%).

Untuk kelompok telur dan olahannya 3,4 gram per hari dan telur ayam merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi penduduk (8%). Untuk kelompok jenis susu bubuk dan olahannya 5,1 gram per hari dan susu cair 0,05 mililiter per hari. Susu bubuk merupakan jenis susu yang terbanyak dikonsumsi penduduk (2,2%), dan tertinggi dikonsumsi oleh balita (7%). Untuk kelompok minyak, lemak dan olahannya 15,9 gram per hari dan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi oleh hampir 60 % penduduk. Untuk kelompok gula dan konfeksionari 10,8 gram per hari dan gula merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi penduduk (54,6%). Untuk kelompok bumbu 8,7 gram per hari dan garam dan vetsin/MSG merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi penduduk (92,4 % dan 57,7%). Untuk kelompok minuman jenis minuman serbuk 5,9 gram per hari dan kopi merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (36,3%). Untuk kelompok jenis minuman berbentuk cair 12 mililiter per hari dan minuman kemasan cairan merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi penduduk (2,6%). Untuk konsumsi air 1.083 mililiter per hari dan sumber air minum tanpa merek merupakan jenis yang dikonsumsi oleh hampir semua penduduk (hampir 99%). Untuk suplemen berupa multi vitamin dan minuman suplemen serta jamu pabrikan cenderung tidak dikonsumsi oleh masyarakat dan jamu tradisional merupakan jenis jamu yang dikonsumsi penduduk (6,7%). Rerata per hari yang tertinggi dikonsumsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah kelompok serealia dan olahannya (376,7 g), diikuti sayur dan olahannya (92,9 g), umbi/pati dan olahannya (45,4 g), buah dan olahannya (34,9 g), sedangkan yang paling sedikit dikonsumsi kacang dan olahannya (16,8 g). Rerata jeroan, ikan, telur, susu, minyak dan olahannya, gula dan konfeksionari yang dikonsumsi tertinggi adlah kelompok ikan dan olahannya (59,8 g), diikuti minyak dan olahannya (15,9 g), gula dan konfeksionari (10,8 g), dan yang relatif sedikit adalah telur dan olahannya (3,4 g), susu dan olahannya (1,3 g) dan jeroan dan olahannya (0,11 g).

69

Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen yang tertinggi dikonsumsi penduduk adalah kelompok air dan yang relatif sedikit minuman cair, bumbu, minuman serbuk, jamu, sedangkan makanan komposit, dan suplemen kurang dari 1 gram.

4.2 Tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Rerata asupan energi pada kelompok bayi 0-59 bulan adalah 932 kkal, di perkotaan sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Asupan energi pada laki-laki di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan pada semua kelompok umur. Asupan energi pada perempuan di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan pada semua kelompok umur. Rerata asupan energi pada laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan asupan energi pada perempuan baik pada semua kelompok umur baik di perkotaan maupun perdesaan.

Rerata asupan protein pada kelompok bayi 0-59 bulan 27,2 g, di perkotaan (34,4 g) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (25,6 g). Asupan protein pada laki-laki dan perempuan di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan pada semua kelompok umur. Rerata asupan protein pada laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan asupan protein pada perempuan baik pada semua kelompok umur baik di perkotaan maupun perdesaan. Rerata asupan lemak pada kelompok bayi 0-59 bulan 19,4 g, di perkotaan (25,6 g) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (18,1 g). Pada umur 19 tahun ke atas, asupan lemak di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Di perkotaan, rerata asupan lemak pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan laki-laki di perdesaan dalam semua kelompok umur yang sama. Asupan lemak pada perempuan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perempuan di perdesaan pada semua kelompok umur. Rerata asupan karbohidrat pada kelompok bayi 0-59 bulan 138,5 gram, di perdesaan sedikit lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Asupan karbohidrat pada laki-laki di perdesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perkotaan pada semua kelompok umur. Asupan karbohidrat pada perempuan di perdesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di perkotaan pada semua kelompok umur. Rerata asupan karbohidrat pada laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan asupan karbohidrat pada perempuan baik pada semua kelompok umur baik di perkotaan maupun perdesaan. Rerata asupan natrium pada kelompok bayi 0-59 bulan 383 miligram, di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Asupan natrium pada laki-laki dan perempuan di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan perempuan di perdesaan pada semua kelompok umur. Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula melebihi yang dianjurkan meningkat dengan bertambahnya umur. Konsumsi natrium yang melebihi anjuran tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (4,6%) sedangkan yang mengonsumsi lemak melebihi 67 gram per orang per hari tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (8,0%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula melebihi batas yang dianjurkan lebih tinggi di perdesaan dibandingkan di perkotaan (1,9 % dan 1,6 %). Proporsi penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yang mengonsumsi gula lebih tinggi dibandingkan kuintil indeks kepemilikan teratas. Sebaliknya, proporsi penduduk di perkotaan dengan kuintil indeks kepemilikan teratas. mengonsumsi

70

natrium dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan penduduk di perdesaan dan dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah.

4.3 Kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kekurangan energi (<70%) paling tinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (72,1%), sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok umur 0-59 bulan (9,6%), laki-laki lebih banyak yang kekurangan energi (61,5%) dibandingkan perempuan (58,4%), dan yang tinggal di perdesaan lebih banyak mengalami kekurangan energi (61,2%) dibandingkan yang tinggal di perkotaan (54,6%), dan semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan maka semakin tinggi proporsi penduduk yang kekurangan energi. Proporsi penduduk dengan kelebihan asupan energi ≥ 100% - <130% AKE dan ≥130% AKE dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai umur didapatkan paling banyak pada kelompok umur 0-59 bulan, sedangkan yang paling kecil pada kelompok umur 13-18 tahun, lebih tinggi pada penduduk di perkotaan dibandingkan di perdesaan, dan meningkat pada kuintil indeks kepemilikan kelas menengah hingga teratas. Kelebihan asupan energi ≥100% - <130% AKE lebih tinggi pada perempuan (8,3%) sedangkan kelebihan asupan energi ≥130% AKE lebih tinggi pada laki-laki (3,1%). Kekurangan protein (<80% AKP) paling tinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (75,6%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 0-59 bulan (41,9%), laki-laki dan perempuan hampir sama tingginya dalam hal kekurangan asupan protein (61,5% dan 61,7%), dan penduduk yang tinggal di perdesaan lebih banyak mengalami kekurangan protein (67,5%) dibandingkan yang tinggal diperkotaan (37,7%, dan semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin tinggi kekurangan asupan proteinnya, paling tinggi pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (77,9%) dan terendah pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan teratas (33,3%). Kelebihan asupan protein ≥100% - <120% AKP dan ≥120% AKP paling banyak pada kelompok umur 0-59 bulan dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun, laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, semakin meningkat dengan semakin tingginya tingkat kuintil indeks kepemilikan. Kelebihan asupan protein ≥100% - <120% AKP sedikit lebih tinggi pada yang tinggal di perdesaan (9,2%), namun kelebihan asupan protein ≥120% AKP lebih tinggi pada penduduk di perkotaan (18,9%).

71

DAFTAR KEPUSTAKAAN

ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada [www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1-b.pdf]. Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority actions for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013. Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia: Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002. Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9. EFSA, 2009. General Principles for the collection of national food consumption data in the view of a pan European dietary survey. EFSA Journal 2009, 7(12): 1435. Ferraro, P. M. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112 Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X, http://dx.doi.org/10.1016/1054-139X(94)90506-1. IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014. Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/ information_statements/3mcpd/]. Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D’Este C, Attia J, et al. 2012. Association between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45. Jorhem L. “Chapter 9: Heavy Metals”. In: D’Mello JPF, editor. 2003. Food Safety: Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2008. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2010. Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6.

72

Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes occurrence. J Nutr 137: 1447-54. Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483. Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health, and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31. Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008. Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010. Consumption of sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease: the Japan Public Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64. Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences, and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22. World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.

World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO. Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta. Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition.

73

Kontributor

PENGARAH:

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

EDITOR:

PENYUSUN:

dr. Lusianawaty Tana, MS, Sp.OK

Syachroni, S.Si

Aris Yulianto, S.Si

KONTRIBUTOR/ PELAKSANA LAPANGAN

Ruben Wadu Wila, SKM

Majematang Mading,SKM

Siswantoro SST, MPH

Fridolina Mau, S.Si, M.Sc

Aryani C.H. Kasman, SKM, MGizi

Ira Indriaty Paskalita Bule Sopi, SKM

Muhammad Kazwaini,SKM, M.Kes

Hanani M. Laumalay,SKM

drh. Rais Yunarko

Richa Fransisca,SST

dr.Widianto Pancaharjono

dan

Para Enumerator SDT-SKMI 2014

74

Daftar Nama Tim SDT Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014

Koordinator Provinsi : Dr. Stefanus Bria Seran, MPH

Penanggung jawab Operasional Provinsi : Dr.drg Mindo Sinaga,M.Kes

Penanggung jawab Administrasi dan Logistik

Provinsi

:

1. Ir. Isbandrio, MM

2. Scherly Hayer

Ketua Pelaksana Provinsi : 1. dr.Lusianawaty Tana, MS,Sp.OK

2. Syachroni, S.Si

Managemen data : Fajar Sakti Prasetyawan, Ssi.

SAL Provinsi : 1. Wiwi Mulyawati

2. Salamun

3. Omay

Koordinator Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur

No. Koordinator Kabupaten/Kota Nama

1. Koordinator Kota Kupang : Dr I wayan Ari Wijana S Putra

2. Koordinator Kabupaten Kupang : Dr M.B Ataupah

3. Koordinator Kabupaten Timor Timur Utara : Lodovikus Villa,SH

4. Koordinator Kabupaten Timor Timur Selatan : dr Hosiani In Rantau

5. Koordinator Kabupaten Belu : Theresia M.B.Saik, SKM, Mkes

6. Koordinator Kabupaten Malaka : Antonius Taeyasa,SKM.M.Kes

7. Koordinator Kabupaten Rote Ndao : drg Suwardi

8. Koordinator Kabupaten Sabu Raijua : Jonathan R Djami,SH.M.Hum

9. Koordinator Kabupaten Sumba Barat : Drg bonar Sinaga,M.Kes

10. Koordinator Kabupaten Sumba Barat Daya : drg Elisabeth Kaka

11. Koordinator Kabupaten Sumba Tengah : dr Oktovianus Deky

12. Koordinator Kabupaten Sumba Timur : dr Crisnawan Tri Haryantan

13. Koordinator Kabupaten Alor : dr Muhidin Arubusman,M.Sc

14. Koordinator Kabupaten Lembata : ir Lukas Lipataman

15. Koordinator Kabupaten Flores Timur : dr Yosep Usen Aman

16. Koordinator Kabupaten Sikka : dr Maria Bernadina Sada Nenu,MPH

17. Koordinator Kabupaten Ende : dr E Yayik Pawitra gati.SP.M

18. Koordinator Kabupaten Ngada : drg Emerenthiana Reni ,Mhlth &IntDev

19. Koordinator Kabupaten Nagekeo : Drg Marta B.R. Lamanepa

20. Koordinator Kabupaten Manggarai Timur : dr Philipus mantur

21. Koordinator Kabupaten Manggarai : dr Yulianus Weng

22. Koordinator Kabupaten Manggarai Barat : dr Imaculata Veronika Djelulut,M.kes

75

Koordinator Kluster Provinsi Nusa Tenggara Timur

No. Kabupaten/kota Nama

1. Koordinator Kluster Kota Kupang dan

Kabupaten Sabu Raijua

: Ruben Wadu Wila, SKM

2. Koordinator Kluster Kabupaten Kupang dan

Kabupaten Rote Ndao

: Majematang Mading,SKM

3. Koordinator Kluster Kabupaten Timor Timur

Utara dan Kabupaten Timor Timur Selatan

: Siswantoro SST, MPH

4. Koordinator Kluster Kabupaten Belu dan

Kabupaten Malaka

: Fridolina Mau, S.Si, M.Sc

5. Koordinator Kluster Kabupaten Sumba Barat

Daya, Kabupaten Sumba Barat, dan

Kabupaten Sumba Tengah

: Aryani CH Kasman, SKM,Mgizi

6. Koordinator Kluster Sumba Timur : Ira Indriaty Paskalita Bule Sopi, SKM

7. Koordinator Kluster Kabupaten Alor : Muhammad Kazwaini,SKM, Mkes

8. Koordinator Kluster Kabupaten Lembata dan

Kabupaten Flores Timur

: Hanani M. Laumalay,SKM

9. Koordinator Kluster Kabupaten Sikka : drh. Rais Yunarko

10. Koordinator Kluster Kabupaten Ende,

Kabupaten Ngada, dan Kabupaten Nagekeo

: Richa Fransisca,SST

11. Koordinator Kluster Kabupaten Manggarai

Timur, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten

Manggarai Barat

: dr.Widianto Pancaharjono

Tim Rekrutmen Enumerator Provinsi Nusa Tenggara

Timur

: 1.Regina Maria Boro, DCN, M.Kes

2.Agustina Setia, S.ST., M.Kes

Daftar Nama Enumerator Provinsi Nusa Tenggara Timur

No. Kabupaten/Kota Nama

1. Enumerator Kota Kupang : Inang. F Abdullah (Katim)

2. Enumerator Kota Kupang : Irene Maloehama

3. Enumerator Kota Kupang : Valentina Seran

4. Enumerator Kota Kupang : Fitri Yuliati

5. Enumerator Kabupaten Kupang : Aprian Pratama Halain (Katim)

6. Enumerator Kabupaten Kupang : Novi Melani Kasaban

7. Enumerator Kabupaten Kupang : Yuliana Dopongtonung

9. Enumerator Kabupaten Kupang : Yona Doroh (Katim)

76

No. Kabupaten/Kota Nama

10. Enumerator Kabupaten Kupang : Yulia L.C.H.Kapitan

11. Enumerator Kabupaten Kupang : Yanti M. Theodorus

12. Enumerator Kabupaten Kupang : Elisco H. B. Ndun

13. Enumerator Kabupaten Timor Timur Utara : Emanuel Ta'sau (Katim)

14. Enumerator Kabupaten Timor Timur Utara : Adebertus E. Fernandez

15. Enumerator Kabupaten Timor Timur Utara : Dini Malaum

16. Enumerator Kabupaten Timor Timur Utara : Maria Viane Lake

17. Enumerator Kabupaten Timor Timur Selatan : Mikdon E. Bien (Katim)

18. Enumerator Kabupaten Timor Timur Selatan : Mathelda Esterina

19. Enumerator Kabupaten Timor Timur Selatan : Meri T. Kamlasi

20. Enumerator Kabupaten Timor Timur Selatan : Joice J. R. Tefa

21. Enumerator Kabupaten Belu : Alfred Knaofmone (Katim)

22. Enumerator Kabupaten Belu : Matilda A. Bria

23. Enumerator Kabupaten Belu : Meryance Nahak

24. Enumerator Kabupaten Belu : Florida Aek Seran

25. Enumerator Kabupaten Belu : Mempy Sayuna(Katim)

26. Enumerator Kabupaten Belu : Felixiane B. Mau Kehik

27. Enumerator Kabupaten Belu : Silfester Betti

28. Enumerator Kabupaten Belu : Oktavia R.D.C Carmo

29. Enumerator Kabupaten Rote Ndao : Vicktor Borgias Retta (Katim)

30. Enumerator Kabupaten Rote Ndao : Mixon Panie

31. Enumerator Kabupaten Rote Ndao : Desryantri Y. Polly

32. Enumerator Kabupaten Rote Ndao : Supriana Muda

33. Enumerator Kabupaten Sabu Rai Jua : Jeams Adu (Katim)

34. Enumerator Kabupaten Sabu Rai Jua : Jilian Leonora

35. Enumerator Kabupaten Sabu Rai Jua : Libertus Haumetan

36. Enumerator Kabupaten Sabu Rai Jua : Yohanes Ndolu

37. Enumerator Kabupaten Sumba Barat : Sisilia S.M. Muda (Katim)

38. Enumerator Kabupaten Sumba Barat : Florida Kamengmau

39. Enumerator Kabupaten Sumba Barat : Jean D. I. T. Ndun

77

No. Kabupaten/Kota Nama

40. Enumerator Kabupaten Sumba Barat : Maria J. F.O. Soares

41. Enumerator Kabupaten Sumba Barat Daya : Gerardus Ngongo Gelo (Katim)

42. Enumerator Kabupaten Sumba Barat Daya : Damaris Aluman

43. Enumerator Kabupaten Sumba Barat Daya : Arini

44. Enumerator Kabupaten Sumba Barat Daya : Megiasih Pelipus

45. Enumerator Kabupaten Sumba Tengah : Albina Rambu P. Meti (Katim)

46. Enumerator Kabupaten Sumba Tengah : Marlis E. Kabu

47. Enumerator Kabupaten Sumba Tengah : Hana Rambu Wehelmina

48. Enumerator Kabupaten Sumba Tengah : Frengkianus Maumeta

49. Enumerator Kabupaten Sumba Timur : Fransisca Niarti Sinaga (Katim)

50. Enumerator Kabupaten Sumba Timur : Stefanus Ndjurumana

51. Enumerator Kabupaten Sumba Timur : Jesica Adu

52. Enumerator Kabupaten Sumba Timur : Etri Jayanti Hari

53. Enumerator Kabupaten Alor : Herman Djata (Katim)

54. Enumerator Kabupaten Alor : Aksamina Karmani

55. Enumerator Kabupaten Alor : Diah Laumakiling

56. Enumerator Kabupaten Alor : Dwi Hidayat Nampira

57. Enumerator Kabupaten Lembata : Yohanes V. T. Lagan(Katim)

58. Enumerator Kabupaten Lembata : Fransiskus Regis Dayo

59. Enumerator Kabupaten Lembata : Yustina Kedang

60. Enumerator Kabupaten Lembata : Syeni K. Ratuhalin

61. Enumerator Kabupaten Flores Timur : Ignasius H. Kedang(Katim)

62. Enumerator Kabupaten Flores Timur : Fransisikus Yulius Tapun

63. Enumerator Kabupaten Flores Timur : Petronela Ina Laot

64. Enumerator Kabupaten Flores Timur : Maria Devita Korebima

65. Enumerator Kabupaten Sikka : Marius L. De Fatima Leky (Katim)

66. Enumerator Kabupaten Sikka : Marianus H. Mude

67. Enumerator Kabupaten Sikka : Yuliana K. Wisang

68. Enumerator Kabupaten Sikka : Theresia D. Sanit

78

No. Kabupaten/Kota Nama

69. Enumerator Kabupaten Ende : Maria Regina Pacis (Katim)

70. Enumerator Kabupaten Ende : Fransiska Mako

71. Enumerator Kabupaten Ende : Martinus Riky Radja

72. Enumerator Kabupaten Ende : Floriana Wonga Mema

73. Enumerator Kabupaten Ngada : Theresia Ndale Rae (Katim)

74. Enumerator Kabupaten Ngada : Vitalis Krispianus Gale

75. Enumerator Kabupaten Ngada : Maria Angelina Loda

76. Enumerator Kabupaten Ngada : Susana Moireba

77. Enumerator Kabupaten Nagekeo : Hendrikus X. Jawa (Katim)

78. Enumerator Kabupaten Nagekeo : Yesaya Lai Puta

79. Enumerator Kabupaten Nagekeo : Sartika Fatmawati

80. Enumerator Kabupaten Nagekeo : Bibiana Nanga

81.

Enumerator Kabupaten Ende, Ngada,

Nagekeo

:

Fifiani Anjelina Nati (Katim)

82.

Enumerator Kabupaten Ende, Ngada,

Nagekeo

:

Marselinus Kewa

83.

Enumerator Kabupaten Ende, Ngada,

Nagekeo

:

Yovita Yusta Ma

84.

Enumerator Kabupaten Ende, Ngada,

Nagekeo

:

Maria Vivilisna W-Rani

85. Enumerator Kabupaten Manggarai Timur : Agustina Tarano Abut(Katim)

86. Enumerator Kabupaten Manggarai Timur : Eusebia M. Alfa

87. Enumerator Kabupaten Manggarai Timur : Halima Sarah

88. Enumerator Kabupaten Manggarai Timur : Saveriana Jun

89. Enumerator Kabupaten Manggarai : Florida Junviati(Katim)

90. Enumerator Kabupaten Manggarai : Mardiana Inya Kaleka

91. Enumerator Kabupaten Manggarai : Ervilinda Tefa

92. Enumerator Kabupaten Manggarai : Petrosia L.S. Mandala

93. Enumerator Kabupaten Manggarai : Maria L. A. Nangung (Katim)

94. Enumerator Kabupaten Manggarai : Apriedsan R. Non

95. Enumerator Kabupaten Manggarai : Amelia N. Asakameng

79

No. Kabupaten/Kota Nama

96. Enumerator Kabupaten Manggarai : Mariani Delvi Milyati

97. Enumerator Kabupaten Manggarai Barat : Maria Y. Sumeatun (Katim)

98. Enumerator Kabupaten Manggarai Barat : Isabela Saka

99. Enumerator Kabupaten Manggarai Barat : Budi Setiawan

100. Enumerator Kabupaten Manggarai Barat : Risky G.Z.Djula