Buku Putih Sanitasi Takalar Bab II

65
1 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAKALAR 2.1. Geografis, Administrasi dan Kondisi Fisik 2.1.1 Batasan Geografis Di dalam kebijakan penataan ruang nasional (PP. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN) seluruh wilayah Kabupaten Takalar masuk dalam KSN Perkotaan Mamminasata bersamaan dengan kawasan perkotaan Maros, Kota Makassar, perkotaan Sungguminasata dan perkotaan Takalar (ibukota kabupaten Pattalasang). Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten Takalar berada pada posisi 5 O 3’ – 5 O 38’ Lintang Selatan dan 119 O 22’ – 119 O 39’ Bujur Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km 2 . Secara administrasi Kabupaten Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores 2.1.2 Batasan Administrasi Wilayah administrasi Kabupaten Takalar hingga tahun 2006 terdiri atas 7 kecamatan, dan pada tahun 2007 mengalami pemekaran wilayah menjadi 9 kecamatan. Dua wilayah kecamatan hasil pemekaran adalah Kecamatan Sanrobone yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan Kecamatan Galesong yang dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara dan Galesong Selatan. Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Polombangkeng Utara dengan luas kurang lebih 212,25 Km 2 , atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten Takalar, sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Galesong Utara dengan luas wilayah kurang lebih 15,11 Km 2 atau sekitar 2,67% dari luas Kabupaten Takalar. Secara rinci luas masing- masing kecamatan di Kabupaten Takalar, diuraikan pada tabel 2.1, diagram 2.1 dan gambar 2.1.

description

Buku Putih

Transcript of Buku Putih Sanitasi Takalar Bab II

  • 1

    BAB II

    GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAKALAR

    2.1. Geografis, Administrasi dan Kondisi Fisik

    2.1.1 Batasan Geografis

    Di dalam kebijakan penataan ruang nasional (PP. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN) seluruh wilayah

    Kabupaten Takalar masuk dalam KSN Perkotaan Mamminasata bersamaan dengan kawasan perkotaan Maros,

    Kota Makassar, perkotaan Sungguminasata dan perkotaan Takalar (ibukota kabupaten Pattalasang).

    Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada

    bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten Takalar berada pada posisi 5O3 5O38 Lintang Selatan dan

    119O22 119O39 Bujur Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km2. Secara administrasi Kabupaten

    Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan:

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar

    Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores

    2.1.2 Batasan Administrasi

    Wilayah administrasi Kabupaten Takalar hingga tahun 2006 terdiri atas 7 kecamatan, dan pada tahun 2007

    mengalami pemekaran wilayah menjadi 9 kecamatan. Dua wilayah kecamatan hasil pemekaran adalah

    Kecamatan Sanrobone yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan Kecamatan Galesong yang

    dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara dan Galesong Selatan.

    Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan

    Polombangkeng Utara dengan luas kurang lebih 212,25 Km2, atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten

    Takalar, sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Galesong Utara dengan luas

    wilayah kurang lebih 15,11 Km2 atau sekitar 2,67% dari luas Kabupaten Takalar. Secara rinci luas masing-

    masing kecamatan di Kabupaten Takalar, diuraikan pada tabel 2.1, diagram 2.1 dan gambar 2.1.

  • 2

    Tabel 2.1

    Daerah Aliran Sungai (DAS) Dalam Wilayah Kabupaten Takalar

    No Nama Sungai

    Panjang Lebar Debit

    (m/Detik)

    1 Sungai Pappa

    2 Sungai Palleko

    3 Sungai Mangadu

    4 Sungai Jene Berang

    Jumlah

    Tabel 2.2

    Luas Wilayah Kabupaten Takalar Berdasarkan Jumlah Kecamatan

    No Kecamatan Luas

    (Km2)

    Porsentase

    (%)

    Jumlah

    Desa/

    Kelurahan

    Ibukota

    1 Mangarabombang 100,50 17,74 12 Mangadu

    2 Mappakasunggu 45,27 7,99 4 Cilallang

    3 Sanrobone 29,36 5,18 4 Sanrobone

    4 Polombangkeng Selatan 88,07 15,55 8 Bulukunyi

    5 Pattalassang 25,31 4,47 8 Pattalassang

    6 Polombangkeng Utara 212,25 37,47 15 Palleko

    7 Galesong 25,93 4,58 11 Galesong Kota

    8 Galesong Selatan 24,71 4,36 8 Bonto Kassi

    9 Galesong Utara 15,11 2,67 7 Bonto Lebang

  • 3

    Jumlah 566,51 100,00 77 -

    Sumber : BPS, Kabupaten Takalar Dalam Angka 2012

    Diagram 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Takalar Berdasarkan Jumlah Kecamatan

  • 4

    Peta 2.1

    Peta Administrasi Kabupaten Takalar

  • 5

    PETA 2.2

    PETA DEARAH ALIRAN SUNGAI KABUPATEN TAKALAR

  • 6

    2.1.3 Kondisi Fisik Dasar Wilayah

    2.1.3.1 Kondisi Topografi dan Kemiringan Lereng

    Berdasarkan kondisi topografi Wilayah Kabupaten Takalar berada pada ketinggian 0 1000 meter diatas

    permukaan laut (mdpl), dengan bentuk permukaan lahan relatif datar, bergelombang hingga perbukitan.

    Sebagian besar wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah dataran dan wilayah pesisir dengan ketinggian 0

    100 mdpl, yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 Km2. Sedangkan selebihnya merupakan daerah

    perbukitan dan berada pada ketinggian diatas 100 mdpl, yaitu sekitar 78,73 Km2 (tabel 1.2), kondisi sebagian

    besar terdapat pada Kecamatan Polobangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Sumber data yang diperoleh

    dan hasil analisa GIS, menujukkan keadaan topografi dan kelerengan Kabupaten Takalar sangat bervariasi, yang

    secara umum berada pada kisaran 0 - 2%, 2 - 15%, 15 - 30%, 30 40% dan > 40% (lihat gambar 1.2).

    Kondisi topografi tersebut memiliki potensi untuk pengembangan beberpa kegiatan perkeonomian masyarakat

    seperti pertanian, perikanan, perkebunan, peruntukan lahan permukiman dan sarana prasarana sosial ekonomi

    lainnya. Wilayah Kecamatan Polombangkeng Utaran dan Wilayah Kecamatan Polombangkeng Selatan selain

    memiliki wilayah dataran dan sebagian kecil wilayahnya perbukitan. Wilayah ini memiliki lereng dengan

    kemiringan 15-40% yang luasnya kurang lebih 78,73 Km2 atau 13% dari luas wilayah kabupaten. kondisi tersebut

    dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk perkembangan perkebunan.

  • 7

    Tabel 2.2.a

    Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut di Kabupaten Takalar

    No Kecamatan

    Luas (Ha)

    Jumlah (Ha) 0-100 mdpl 100-500 mdpl >500mdpl

    1 Mangarabombang 10.050 - - 10.050

    2 Mappakasunggu 4.527 - - 4.527

    3 Sanrobone 2.936 - - 2.936

    4 Polombangkeng Selatan 7.960 847 - 8.807

    5 Pattalassang 2.531 - - 2.531

    6 Polombangkeng Utara 14.199 6.904 122 21.225

    7 Galesong 2.593 - - 2.593

    8 Galesong Selatan 2.471 - - 2.471

    9 Galesong Utara 1.511 - - 1.511,00

    Jumlah 48.778 7.751 122 56.651

    Prosentase (%) 86,10 13,68 0,22 100

    Sumber : BPS, Kabupaten Takalar Dalam Angka 2012

    Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah yang sangat

    berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan

    terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi bangunan.

    Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor utama yang menentukan fungsi kawasan, untuk diarahkan

    sebagai kawasan lindung atau kawasan budidaya. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti

    persawahan, ladang dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan dibawah 15%, sedangkan

    lahan dengan kemiringan diatas 40% akan sangat sesuai untuk penggunaan perkebunan, pertanian tanaman

    keras dan hutan. Karakteristik tiap kemiringan lereng diuraikan sebagai berikut :

    Kelerengan 0% - 5% dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan kecil.

  • 8

    Kelerengan 5% - 10% dapat digunakan untuk kegiatan perkotaan dan pertanian, namun bila terjadi

    kesalahan dalam pengelolaannya masih mungkin terjadi erosi.

    Kelerengan 10% - 30% merupakan daerah yang sangat mungkin mengalami erosi, terutama bila tumbuhan

    pada permukaannya ditebang, daerah ini masih dapat dibudidayakan namun dengan usaha lebih.

    Kelerengan > 30% merupakan daerah yang sangat peka terhadap bahaya erosi, dan kegiatan di atasnya

    harus bersifat non budidaya. Apabila terjadi penebangan hutan akan membawa akibat terhadap lingkungan

    yang lebih luas.

    Kelerengan 10% - 30% merupakan daerah yang sangat mungkin mengalami erosi, terutama bila tumbuhan

    pada permukaannya ditebang, daerah ini masih dapat dibudidayakan namun dengan usaha lebih.

    Kelerengan > 30% merupakan daerah yang sangat peka terhadap bahaya erosi, dan kegiatan di atasnya

    harus bersifat non budidaya. Apabila terjadi penebangan hutan akan membawa akibat terhadap lingkungan

    yang lebih luas.

    2.1.3.2 Kondisi Struktur Geologi

    Struktur geologi Kabupaten Takalar dipengaruhi oleh formasi camba, terobosan, gunung api cindako,

    formasi tonasa dan endapan aluvium. Masing masing formasi batuan tersebut memiliki karakteristik yang

    membentuk struktur tanah dan batuan, antara lain :

    Formasi Terobosan, terbentuk atas batuan basal

    Formasi Camba terbentuk atas sendimen laut berselingan

    Formasi Tonasa terbentuk atas batuan gamping

    Formasi Gunung ApiCindako, terbentuk atas batuan lava-breksi-tufa-konglomerat dan terutama lava

    Endapan alivium dan pantai, terbentuk atas kerikil, pasir, lempung, dan lumpur

    Jenis batuan atau geologi Kabupaten Takalar terdiri dari; Vulcanic (batuan Vulkanik), batuan ini merupakan

    batuan tertua yang telah mengalami perubahan, sebagian besar batu kapur terbentang sepanjang pantai

    perbatasan Takalar dengan Jeneponto. Gunung Api Baturape Cindako merupakan batuan vulkanik basal yang

    terdiri dari lava dan batuan piroklastik yang bersilangan dengan tufa dan batu pasir. Batuan ini tersebar luas di

    wilayah pegunungan dan daerah dataran (jelasnya lihat gambar 1.6). Lapisan batuan ini memiliki porositas dan

    permeabilitas yang rendah. Batuan Instrusif terdiri atas batuan basal mulai dari dolerit, diorit, gabbro hingga

    diabase.

    2.1.3.3 Kondisi Jenis Tanah

    Keadaan jenis tanah Kabupaten Takalar secara umum termasuk dalam golongan stadium dewasa dengan

    tekstur permukaan halus, umunya kondisi tanah tersebut dipengaruhi fromasi pada pegunungan Bawakaraeng

  • 9

    dan Lompobattang. Tatanan statigrafi pada umumnya terdiri dari endapan Aluvium, Miosen tengah-akhir serta

    Eosen akhir-Miosen tengah dengan sedikit terobosan Andesit. Endapan Aluvium terdiri dari lempung, pasir,

    lumpur, kerikil dan bongkah batuan yang tidak padu (lepas). Endapan ini berasal dari hasil desintegrasi batuan

    yang lebih tua. Struktur tanah yang terbentuk meliputi jenis tanah entisol, inceptisol, molisol, dan ultisol (lihat

    tabel 1.3).

    Tabel 2.2.b

    Klasifikasi Jenis Tanah di Kabupaten Takalar di Rinci Menurut Kecamatan

    No Kecamatan

    Luas Jenis Tanah (Ha)

    Inceptiol Ultisol Molisol Entisol

    1 Mangarabombang 6.970,25 847,24 451,34 1.525,74

    2 Mappakasunggu 1.154,83 - - 3.896,18

    3 Sanrobone 1.869,76 - - -

    4 Polombangkeng Selatan 6.041,31 2.705,62 - -

    5 Patalassang 1.814,24 - - -

    6 Polombangkeng Utara 14.975,05 7.686,92 - -

    7 Galesong 2.320,27 - - 86,29

    8 Galesong Selatan 1.910,23 - - 73,62

    9 Galesong Utara 2.029,48 - - -

    Jumlah 39.085,42 11.239,79 451,34 5.581,83

    Sumber : RTR Mamminasata Tahun 2007 dan Analisis GIS Tahun 2010

  • 10

    PETA 2.3

    PETA STRUKTUR GEOLOGI TANAH KABUPATEN TAKALAR

  • 11

    PETA 2.4

    PETA INDEKS KEMIRINGAN LERENG KABUPATEN TAKALAR

  • 12

    Morfologi dataran rendah dan pantai terdapat di sebelah barat, memanjang dari utara ke selatan dan pada

    umumnya diisi oleh endapan sedimen Sungai dan pantai berpotensi pengembangan pertanian dan perikanan

    (tambak). Sedangkan morfologi perbukitan dengan ketinggian 50 200 meter dari permukaan laut yang berada

    pada bagian tengah ke arah Timur dan Selatan pada umumnya wilayah perbukitan yang berpotensi untuk

    pengembangan perkebunan.

    2.1.3.4 Klimatologi

    Kondisi iklim wilayah Kabupaten Takalar dan sekitarnya secara umum ditandai dengan jumlah hari hujan

    dan curah hujan yang relatif tinggi, dan sangat dipengaruhi oleh angin musim. Pada dasarnya angin musim di

    Kabupaten Takalar dipengaruhi oleh letak geografis wilayah yang merupakan pertemuan Selat Makassar dan

    Laut Flores, kondisi ini berdampak pada putaran angin yang dapat berubah setiap waktu, hal terutama terjadi

    pada Kecamatan Mangarabombang, sehingga pada beberapa kawasan di wilayah ini mengalami kekeringan

    terutama pada musim kemarau.

    Berdasarkan hasil pengamatan stasiun hujan di Kabupaten Takalar, menunjukkan suhu udara minimum

    rata-rata 22,2OC hingga 20,4OC pada bulan Februari Agustus dan suhu udara maksimum mencapai 30,5OC

    hingga 33,9OC pada bulan September Januari. Tingkat curah hujan dan jumlah hari hujan dalam periode empat

    tahun terakhir mengalami perubahan intensitas curah hujan setiap tahunnya, dengan rerata terbesar terjadi pada

    tahun 2007 yang mencapai 107 hh dengan curah hujan 555,42 mmHg. Dalam kurun waktu tersebut, jumlah hari

    hujan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu 88 Hari hujan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun

    2006 dengan rerata intensitas curah hujan menacapai 192 mmHg. Secara rinci jumlah hari hujan dan intensitas

    curah hujan tiga tahun terakhir, diuraikan pada tabel 1.4 dan tabel 1.5. Hasil pengamatan dari Stasiun Hujan BPP

    Pattalassang 426 A, BPP 423 D Pattallassang, dan Stasiun Hujan Lassang 426 F, memperlihatkan rerata jumlah

    hari hujan pada tahun terakhir berkisar antara 8 9 hari hujan setiap bulan, dengan rerata intensitas curah hujan

    berkisar antara 166 216 mmHg perbulan. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diuraikan bahwa musim hujan

    di wilayah ini berawal pada Bulan November dan berakhir pada Bulan Mei, sedangkan musim kemarau dimulai

    pada Bulan Juni hingga Bulan September.

  • 13

    Tabel 2.2.c

    Perkembangan Jumlah Hari Hujan dan Intensitas Curah Hujan Kabupaten Takalar

    No Bulan

    Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2008

    HH CH HH CH HH CH

    1 Januari 17 811 22 1.567 16 388

    2 Februari 21 509 15 711 16 449

    3 Maret 14 98 20 1.376 20 441

    4 April 7 36 13 669 15 140

    5 Mei 2 23 1 52 12 153

    6 Juni 2 5 1 13 12 277

    7 Juli 1 - - 9 - -

    8 Agustus - - - - - -

    9 September - 5 - - - -

    10 Oktober 2 56 4 82 - -

    11 November 8 90 13 615 3 19

    12 Desember 14 962 18 1.571 17 437

    Jumlah/Rerata 88 216,25 107,00 555,42 111,00 192,00

    Sumber : BPS, Kabupaten Takalar Dalam Angka, 2012.

    2.1.3.5 Kondisi Sumber Daya Air

    Potensi sumberdaya air di Kabupaten Takalar selain dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah, juga

    dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi sumberdaya air

    tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan lainnya.

  • 14

    A. Potensi Air tanah

    Potensi air tanah dapat dimanfaatkan sebagai air baku untuk berbagai kepentingan kegiatan masyarakat, baik

    untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk menunjang kegiatan ekonomi mayarakat. Potensi air tanah yang

    terdapat di Kabupaten Takalar ditunjang oleh keberadaan aliran sungai. Selain itu potensi air di Kabupaten

    Takalar juga dipengaruhi oleh Wilayah Aliran Sungai (WAS) Jeneberang, yang sebagian besar dimanfaatkan

    untuk kegiatan pertanian dan sumber air bersih (DAM Bili-Bili).

    Potensi air tanah sebagian besar yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga (konsumsi

    dan MCK) diperoleh dari pemanfaatan sumur tanah dangkal dan sumur bor. Kedalaman air tanah di Kabupaten

    Takalar cukup bervariasi, pada wilayah pesisir sebagian besar kedalaman air tanah berkisar antara 3 5 meter,

    sedangkan pada daerah perbukitan berkisar antara 7 10 meter. Kondisi tersebut memiliki filtrasi air tanah yang

    rendah sampai sedang, sehingga untuk kebutuhan konsumsi diperlukan pengolahan sesuai dengan standar

    kesehatan untuk memperoleh air bersih yang higienis.

    B. Pengembangan Air Tanah

    Pengembangan dan pengolahan air tanah di Kabupaten Takalar memerlukan kajian lebih lanjut untuk

    memperoleh kualitas dan kebutuhan secara kuantitas untuk masing-masing sektor kegiatan masyarakat. Pada

    intinya kebutuhan mendasar untuk pengembangan sumberdaya air diperuntukan untuk menunjang kegiatan

    pertanian, sehingga dibutuhkan cadangan sumber air yang cukup besar.

    Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Takalar dan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

    untuk memenuhi kebutuhan air baku, diantaranya pengendalian sumberdaya air melalui pembuatan bendungan/

    DAM/embung, sistem jaringan irigasi dan sistem jaringan air bersih. Untuk implementasi pengendalian

    pengelolaan sumberdaya air diperlukan pengawasan melalui instansi teknis terkait untuk mencegah terjadinya

    krisis kebutuhan pelayanan akan air baku.

    Beberpa hal mendasar menjadi permasalahan potensi air adalah terjadinya kekurangan air pada beberapa

    kawasan seperti di Kecamatan Mangarabombang, hal disebabkan oleh kurang optimalnya sistem pengedalian air

    di kawasan ini, sehingga pada musim kemarau mengalami kekurangan air. Hal tersebut selain dipengaruhi oleh

    putaran musim dan iklim juga dipengaruhi oleh kondisi topografi yang bergelombang, sehingga mengalami

    kesulitan dalam hal penyediaan air baku secara gravitasi.

  • 15

    C. Pengembangan Bendung dan Embung

    Salah satu upaya pengelolaan sumberdaya air di Kabupaten Takalar adalah pengembangan bendungan

    dan embung. Sejauh ini telah dibangun 5 buah bendungan yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan air

    bagi lahan pertanian, yakni bendungan Kampili Bissua, Pammukkulu, Jenemarrung, Jenetallasa, Jenemaeja.

    Untuk kebutuhan cadangan air, tersedia bangunan embung di Kecamatan Mangarabombang, yang

    bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air baku pada Desa Laikang dan sekitarnya. Namun demikian bangunan

    embung tersebut masih kurang berfungsi optimal, olah karena hanya berfungsi untuk menampung air hujan,

    sehingga pada kondisi tertentu tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal tersebut, memerlukan penanganan untuk

    memperoleh suplai air baku, salah satu diantaranya diperlukan area peresapan air melalui kegiatan penghijauan

    disekitar bangun embung.

    2.1.3.6 Karakteristik Fisik Pantai

    Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir

    ada yang secara terus menerus tergenangi air dan ada pula yang tergenangi air sesaat. Sedangkan berdasarkan

    sifatnya, ekosistem pesisir dapat dibedakan atas ekosistem yang bersifat alamiah dan ekosistem buatan. Yang

    termasuk dalam ekosistem alamiah adalah hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, pantai berpasir,

    pantai berbatu, estuaria. Sedangkan ekosistem buatan terdiri dari tambak, sawah pasang surut, kawasan

    pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman.

    2.1.3.7 Hydro-Oceanografi

    Kabupaten Takalar ditinjau dari sudut oceanografi memiliki daerah perairan atau atau laut. Hal ini dapat

    dilihat pada daerah bagian barat dan selatan, serta wilayah pulau-pulau terhampar pesisir pantai sepanjang

    kurang lebih 95,8 Km. Panjang pantai Daerah pesisir pantai tersebut cukup potensial bila dimanfaatkan sebagai

    wilayah pengembangan perikanan laut karena memiliki bermacam-macam hasil laut, seperti udang, ikan

    cakalang, kepiting dan hasil-hasil laut lainnya seperti rumput laut yang dewasa ini telah diusahakan oleh para

    nelayan.

    Gelombang merupakan salah satu parameter oceanografi fisika yang sangat mempengaruhi kondisi

    pantai. Gelombang sebagai parameter yang sangat penting dalam suatu survey pantai dimana penyebab

    pembentuknya adalah akibat angin, letusan gunung api bawah laut, peristiwa tsunami dan akibat pergerakan tata

    surya. Data hasil pengukuran di lokasi survey pada wilayah pesisir Kabupaten Takalar yaitu berkisar antara 5,63

    m/det 20,25 m/det.

    Pengukuran arah dan kecepatan arus pada daerah survey pantai dimaksudkan untuk memperoleh informasi

    lebih jauh tentang dampak hembusan angin dan diasumsikan arah arus mengikuti (searah) dengan pola sebaran

  • 16

    angin. Di samping itu untuk mengetahui kemungkinan arus turbulensi dan pola arus menyebabkan proses

    sedimentasi pada daerah tersebut. Hasil pengukuran arus pada wilayah survey yaitu berkisar antara 0,13 0,93

    m/det dengan arah 200 310, sedangkan arus yang terjadi dipantai umumnya adalah arus susur pantai.

    Analisis pasang surut dimaksudkan untuk mengatahui tipe pasang surut yang terjadi dalam suatu lokasi

    tertentu dalam sehari semalam. Dari hasil pengamatan pasang surut yang dilakukan menunjukkan bahwa daerah

    survey memiliki tipe pasang surut campuran, yaitu tipe diurnal dan semidiurnal.

    Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kemiringan pantai terhadap lautan. Dari hasil hasil dan

    pengamatan yang dilakukan, kelandaian pantai pada wilayah Kabupaten Takalar secara umum untuk lokasi

    survey adalah kelandaian kerkisar antara 43,3 % 60% ini menunjukkan bahwa daerah survey memiliki pantai

    yang terjal.

    Wilayah pesisir pantai Kabupaten Takalar yang panjangnya sekitar 95,8 km kenampakan garis muka

    pantainya umumnya adalah laut terbuka, namun ada beberapa kawasan yang berbentuk teluk, utamanya di

    Kecamatan Mangarabombang. Kondisi kenampakan garis muka pantai Kabupaten Takalar sangat dipengaruhi

    oleh besarnya arus ombak dan gelombang dimana keberadaanya dipengaruhi oleh laut lepas (Laut Flores) serta

    pengaruh sendimentasi di sekitar muara sungai.

    2.2. Demografi

    Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan suatu wilayah, karakteristik penduduk

    merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan atau pembangunan suatu wilayah dengan

    mempertimbangkan pertumbuhan penduduk, komposisi struktur kepedudukan serta adat istiadat dan kebiasaan

    penduduk. Dengan demikian karakteristik penduduk sangat diperlukan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang

    (RTR).

    2.2.1 Estimasi Perkembangan Penduduk

    Perkembangan atau pertumbuhan penduduk merupakan indeks perbandingan jumlah penduduk pada suatu

    tahun terhadap jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Perkembangan jumlah penduduk dalam suatu wilayah

    dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian (pertambahan alami), selain itu juga dipengaruhi adanya faktor

    migrasi penduduk yaitu perpindahan keluar dan masuk. Pada dasarnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk,

    dapat digunakan untuk mengasumsikan prediksi atau meramalkan perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan

    datang. Prediksi perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan datang dilakukan dengan pendekatan matematis

    dengan pertimbangan pertumbuhan jumlah penduduk 5 tahun terakhir. Data jumlah penduduk Kabupaten

    Takalar 5 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak 246.001 jiwa, sedangkan

    pada tahun 2008 mencapai 255.154 jiwa. Hal tersebut memperlihatkan adanya pertambahan jumlah penduduk

  • 17

    sekitar 9.153 jiwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 0,68% pertahun. Indeks

    pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Takalar pada setiap kecamatan selama waktu tahun 2007 hingga

    2011, diuraikan pada tabel 1.14.

  • 18

    Tabel 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Takalar Tahun 2007-2011

    Nama Kecamatan

    Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk

    Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

    Tahun

    Tahun Tahun

    Tahun

    Tahun Tahun Tahun

    Tahun

    Tahun

    Tahun

    Tahun

    n-5 n-4 n-3 n-2 n-1 n-5 n-4 n-3 n-2 n-1 n-5 n-4 n-3 n-2 n-1 n-5 n-4 n-3 n-2 n-1

    Mangarabombang 35.619 36.046 35.237 36.689 37.058

    7.124

    7.209

    7.047 8446 8531 427 -809 1.452 369 403

    354

    359

    351

    365

    369

    Mappakasunggu 14.494 14.615 14.562 15.139 15.291

    2.899

    2.923

    2.912 3383 3417 121 -53 577 152 153

    320

    323

    322

    344

    338

    Sanrobone 12.768 12.875 12.726 13.276 13.410

    2.554

    2.575

    2.545 2893 2922 107 -149 550 134 133

    435

    439

    433

    452

    457

    Polombangkeng Selatan 25.230 25.547 25.692 26.754 27.023

    5.046

    5.109

    5.138 6718 6785 317 145 1.062 269 270

    286

    290

    292

    304

    307

    Patalassang 31.229 31.819 33.177 34.729 35.079

    6.246

    6.364

    6.635 8048 8129 590 1.358 1.552 350 349

    1.234

    1.257

    1.311

    1.372

    1.386

    Polombangkeng Utara 42.643 43.347 43.629 45.825 46.286

    8.529

    8.669

    8.726 1120

    0 1131

    3 704 282 2.196 461 462

    201

    204

    206

    216

    218

    Galesong 34.544 34.887 22.811 23.854 24.094

    6.909

    6.977

    4.562 8468 8553 343

    -12.07

    6 1.043 240 14.03

    1

    1.332

    1.345

    880

    1.441

    1.456

    Galesong Selatan 22.327 22.549 35.838 37.371 37.747

    4.465

    4.510

    7.168 5344 5398 222 13.28

    9 1.533 376

    -13.41

    3

    904

    913

    1.450

    965

    975

    Galesong Utara 33.141 33.469 34.302 35.966 36.328

    6.628

    6.694

    6.860 7924 8004 328 833 1.664 362 363

    2.193

    2.215

    2.270

    2.380

    2.404

    Sumber : BPS, Kabupaten Dalam Angka Takalar 2012

  • 19

    Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk digunakan rumus:

    r :

    (Po- P(n-1)

    X 100 %

    Po

    Proyeksi Penduduk :

    Pt : Po (1+ r) ^n

    Dengan: r : Laju Pertumbuhan Penduduk pertahun (2,65 %) Po : Jumlah Penduduk Tahun Berjalan Pt : Jumlah Penduduk (n+1) n : Jumlah Tahun

  • 20

    Tabel 2.4 Jumlah penduduk dan proyeksi 5 tahun

    Nama Kecamatan

    Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk

    Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

    n+1 n+2 n+3 n+4 n+5 n+1 n+2 n+3 n+4 n+5 n+1 n+2 n+3 n+4 n+5 n+1 n+2 n+3 n+4 n+5

    Mangarabombang 35.619 36.563 38.526 40.595 42.775 8531 8757,1

    9.227

    9.981

    11.081 944 1.964 2.069 2.180 -

    34.244

    354 363,8 383,3 404 426

    Mappakasunggu 14.494 14.878 15.677 16.519 17.406 3417 12472

    13.142

    14.215

    15.782 384 799 842 887 -8.875

    320 328,7 346,3 365 384

    Sanrobone 12.768 13.106 13.810 14.552 15.333 2922 10665

    11.238

    12.155

    13.496 338 704 742 781 -6.802

    435 446,4 470,4 496 522

    Polombangkeng Selatan 25.230 25.899 27.289 28.755 30.299 6785 24765

    26.095

    28.225

    31.338 669 1.391 1.466 1.544

    -28.972

    286 294,1 309,9 327 344

    Patalassang 31.229 32.057 33.778 35.592 37.503 8129 29671

    31.264

    33.816

    37.546 828 1.722 1.814 1.911 -

    28.972

    1.234 1267 1335 1.406 1.482

    Polombangkeng Utara 42.643 43.773 46.124 48.601 51.211 11313 41292

    43.510

    47.061

    52.252 1.130 2.351 2.477 2.610 -

    42.680

    201 206,2 217,3 229 241

    Galesong 34.544 35.459 37.364 39.370 41.484 8553 31218

    32.895

    35.580

    39.504 915 1.904 2.007 2.114 -

    32.953

    1.332 1368 1441 1.518 1.600

    Galesong Selatan 22.327 22.919 24.149 25.446 26.813 5398 19703

    20.761

    22.455

    24.932 592 1.231 1.297 1.367 -

    18.282

    904 927,5 977,3 1.030 1.085

    Galesong Utara 33.141 34.019 35.846 37.771 39.800 8004 8004

    8.434

    9.122

    10.128 878 1.827 1.925 2.028 -

    31.269

    2.193 2251 2372 2.500 2.634

  • 21

    2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah

    2.3.1 Kinerja Pelaksanaan APBD

    APBD Tahun 2008-2012 memberikan gambaran trend yang positif dengan rata-rata kenaikan sebesar

    10,51 %. Gambaran perkembangan struktur pendapatan dan belanja Tahun 2008-2012 menunjukkan bahwa

    meskipun mengalami kenaikan rata-rata persentase realisasi pendapatan sebesar 10,51 %, tetapi kenaikannya

    tidak stabil. Pada Tahun 2008 ke Tahun 2009 naik sebesar 1,05 % selanjutnya Tahun 2009 ke Tahun 2010 naik

    sebesar 17,95 % , Tahun 2010 ke Tahun 2011 naik sebesar 19,28 %, dan Tahun 2011 ke Tahun 2012

    kenaikannya sebesar 3,77 %. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  • 22

    Tabel 2.5

    Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008-2012

    Nomor Uraian

    TAHUN

    Rata-rata Pertumbuhan

    2008 2009 2010 2011 2012

    1 PENDAPATAN 410.160.643.901,37 414.450.422.301,82 488.824.696.973,33 583.076.424.535,98 606.117.288.998,29 10,56

    1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

    13.213.550.123,37 13.982.155.696,82 12.394.100.941,48 14.874.564.890,04 32.935.638.682,76 33,97

    1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah

    1.666.852.041,00 2.025.893.355,00 2.175.048.647,00 2.804.935.252,00 3.826.186.182,00 23,57

    1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah

    4.079.869.870,00 3.322.435.519,14 2.807.706.548,48 3.844.638.562,86 20.404.883.566,00 108,40

    1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

    3.460.437.687,74 4.111.937.055,47 4.409.502.629,29 4.946.835.453,00 4.946.231.761,69 9,56

    1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

    4.006.390.524,63 4.521.889.767,21 3.001.843.116,71 3.278.155.622,18 3.758.337.173,07 0,78

    1.2 PENDAPATAN TRANSFER 393.947.093.778,00 391.557.712.223,00 418.358.661.899,85 479.745.197.205,94 560.374.546.735,53 9,43

    1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan

    373.861.849.842,00 370.473.791.408,00 374.856.970.941,00 401.992.266.181,00 482.167.645.430,00 6,87

    1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak 19.191.583.029,00 11.069.470.794,00 14.470.689.319,00 9.130.063.189,00 13.636.965.006,00 0,22

  • 23

    1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

    3.186.252.813,00 10.868.486.614,00 12.847.397.622,00 14.698.746.992,00 12.414.277.424,00 64,55

    1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 294.665.014.000,00 292.181.834.000,00 304.060.484.000,00 334.534.656.000,00 409.280.603.000,00 8,90

    1.2.1.4 Dana Alokasi khusus 56.819.000.000,00 56.354.000.000,00 43.478.400.000,00 43.628.800.000,00 46.835.800.000,00 -3,99

    1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya

    1.847.487.200,00 11.492.795.740,00 22.542.506.400,00 59.401.328.280,00 59.479.153.000,00 195,47

    1.2.2.1 Dana Otonomi Khusus -

    - 0 0

    1.2.2.2 Dana Penyesuaian 1.847.487.200,00 11.492.795.740,00 22.542.506.400,00 59.401.328.280,00 59.479.153.000,00 195,47

    1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi

    18.237.756.736,00 9.591.125.075,00 20.959.184.558,85 18.351.602.744,94 18.727.748.305,53 15,18

    1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak

    10.182.999.637,00 9.591.125.075,00 12.590.983.558,85 18.351.602.744,94 18.727.748.305,53 18,32

    1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya

    8.054.757.099,00

    - 8.368.201.000,00 0 0 #DIV/0!

    #DIV/0!

    1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

    3.000.000.000,00 8.910.554.382,00 58.071.934.132,00 88.456.662.440,00 12.807.103.580,00 178,89

    1.3.1 Pendapatan Hibah - 2.564.945.182,00 58.071.934.132,00 78.290.202.000,00 0 #DIV/0!

    1.3.2 Pendapatan Dana Darurat

    3.000.000.000,00

    -

    - 0 0 #DIV/0!

    1.3.3 Pendapatan Lainnya - 6.345.609.200,00

    - 10.166.460.440,00 12.807.103.580,00 #DIV/0!

    Jumlah Pendapatan 410.160.643.901,37 414.450.422.301,82 488.824.696.973,33 583.076.424.535,98 606.117.288.998,29 10,56

    Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar, 2013

  • 24

    Realisasi belanja daerah Kabupaten Takalar Tahun 20082012 menunjukkan bahwa Belanja operasi

    Tahun 2008 ke tahun 2009 naik sebesar 1.57 %, Tahun 2009 ke Tahun 2010 menjadi 2.13 %, Tahun 2010 ke

    Tahun 2011 sebesar 27.07 %, Tahun 2011 ke Tahun 2012 sebesar 26.97 % yang didalamnya termasuk belanja

    pegawai dengan trend setiap tahun mengalami kenaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku antara lain

    kenaikan gaji dan kenaikan penghasilan guru. Sedangkan belanja modal dalam Tahun 2009 sampai Tahun

    2012 stagnan dan cenderung menurun dengan persentase rata-rata sebesar -2.74 %.

    Terjadinya fluktuatif kenaikan belanja operasi disatu sisi, dan disisi lain penurunan porsi belanja

    langsung karena kenaikan pendapatan jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan dana. Kebijakan

    belanja tentunya mendahulukan belanja wajib (mandatory) terutama gaji pegawai negeri sipil dan tunjangan

    guru setelah itu sisanya baru diperuntukkan membiayai kebutuhan belanja urusan pembangunan.

    2.3.2. Realisasi Belanja Anggaran untuk Sanitasi

    Realisasi pendanaan sanitasi kabupaten Takalar merupakan pendanaan sanitasi baik

    yang bersifat dana investasi maupu biaya Operasional Maintanance. Dari 5 tahun terakhir

    data keuangan daerah 5 tahun terakhir, menunjukkan bahwa pendanaan sanitasi hanya

    berupa pendanaan investasi yang berasal dari Dana Alokasi Khusus. Dinas Pekerjaan Umum

    dan Badan Lingkungan Hidup menganggarkan dana sanitasi di tahun 2009 hingga tahun

    2013.

    Dari analisa pengolahan data keuangan menunjukkan proporsi pendanaan untuk sanitasi

    setiap tahunnya dari Total belanja langsung hanya sebesar 1 %. Jumlah penganggaran

    sanitasi perkapita sebesar 12950 di tahun 2009 dan di tahun 2013 sebesar 6745 rupiah.

    Rata-rata pembiayaan sanitasi perkapita sebesar Rp. 7.200. Bila sesuai dengan harapan

    MDGs tahun 2017 maka pembangunan kesanitasian di Kabupaten Takalar masih sangat jauh

    yaitu sebesar Rp.200.000/ orang. Total pembiayaan sanitasi kabupaten serta pendanaan

    sanitasi per orang di Kabupaten Takalar dapat dilihat pada tabel 2.7 dan 2.8 serta

    peningkatan PDRB dari tahun 2009-2013 dan pendapatan perkapita masyarakat 2009-2013.

  • 25

    Tabel 2.6.

    Rekapitulasi Belanja Sanitasi kab. Takalar Tahun 2008-2012

    No SKPD

    Tahun

    Rata-rata pertumbuhan n-4 n-3 n-2 n-1 N

    1 PU

    1.a Investasi 3.263.345.784 1.421.312.500 573.500.000 794.700.000 850.840.000 -61%

    1.b operasional/pemeliharaan (OM)

    2 KLH

    2.a Investasi 758.500.000 835.630.000 912.400.000 13%

    2.b operasional/pemeliharaan (OM)

    3 Dinkes

    3.a Investasi

    3.b operasional/pemeliharaan (OM)

    4 Bappeda

    4.a Investasi

    4.b operasional/pemeliharaan (OM)

    5 BPMD

    5.a Investasi

    5.b operasional/pemeliharaan (OM)

    6 Belanja Sanitasi

    7 Pendanaan investasi sanitasi Total 3.263.345.784 1.421.312.500 1.332.000.000 1.630.330.000 1.763.240.000 -28%

    8 Pendanaan OM

  • 26

    9 Belanja Langsung 221.752.476.806 185.900.490.038 156.927.946.652 214.371.762.395 235.621.464.201 0%

    10 Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Langsung 1% 1% 1% 1% 1% 1%

    11 Proporsi Investasi Sanitasi - Total Belanja Sanitasi 1% 1% 1% 1% 1% 1%

    12 Proporsi OM Sanitasi - Total Belanja Sanitasi Sumber data: Hasil Pengelolaan data keuangan daerah kabupaten Takalar

  • 27

    Tabel 2.7

    Belanja Sanitasi Per Kapita

    No D e s k r i p s i

    Tahun

    Rata-rata n-4 n-3 n-2 n-1 N

    1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota 3.263.345.784 1.421.312.500 1.332.000.000 1.630.330.000 1.763.240.000 1.882.045.657

    2 Jumlah Penduduk 251.995 255.154 257.974 269.603 272.316 261.408

    Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 12.950 5.570 5.163 6.047 6.475 7.200

    Sumber data : Hasil penglolahan data keuangan kabupaten Takalar 2009-2013

  • 28

    Tabel 2.8

    Peta Perekonomian Kabupaten Takalar 20082012

    Sumber data : Kajian analisis data PDRB dan peningkatan Ekonomi Daerah Kabupaten Takalar 2009-2013

    No D e s k r i p s i

    Tahun

    n-4 n-3 n-2 n-1 N

    1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 6,82 %

    2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 7123203 8523202

    3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,58 % -19% -18% 27 % 9%

  • 29

    2.4 Tata Ruang Wilayah

    2.4.1 Tujuan

    Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan

    penataan ruang adalah :

    Aman; masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman

    Nyaman; memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya dan

    fungsinya sebagai manusia dalam suasana yang tenang dan damai

    Produktif; proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah

    ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing.

    Berkelanjutan; kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, tidak hanya untuk

    kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang.

    Terkait dengan penataan ruang, kebijakan sebagai kabupaten yang berbasis pertanian, perikanan dan

    kelautan berbasis konservasi lingkungan ini dapat dijadikan muatan dasar tujuan penataan ruang. Sementara itu, misi

    pembangunan yang tertuang pada RPJMD Kabupaten Takalar yang dapat dijadikan dasar penataan ruang, melalui

    pengembangan strategi-strategi yang mensyaratkan adanya telaah program-program pembangunan berdasar

    kebijakan umum dan prioritas anggaran.

    Permasalahan pembangunan Kabupaten Takalar demikian komplek dan menyeluruh pada tiap-tiap bidang/sektor

    pembangunan sehingga dibutuhkan perencanaan dalam rangka merumuskan program dan kegiatan pembangunan

    secara terpadu dan terarah pada pencapaian visi dan misi pembangunan lima tahun. Berdasarkan permasalahan,

    visi, dan misi maka dibuatlah agenda sebagai penjabaran strategistrategi tersebut sebagai berikut :

    1. Strategi pengembangan kapasitas pemerintah daerah memiliki agenda mewujudkan pemerintahan yang

    transpran dan efisien dengan birokrasi yang sederhana dan mudah bagi masyarakat yang mempunyai sasaran

    Meningkatnya efektifitas pelayanan kepada masyarakat. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan

    diprioritaskan pada Pembenahan dan pengembangan sistem manajmen pemerintahan yang ada sekarang.

    2. Strategi Pengembangan pembangunan yang berkelanjutan, merata dan berorientasi masyarakat, memiliki

    agenda mewujudkan pola pembangunan yang berorientasi pada masyarakat. Agenda ini mempunyai sasaran :

  • 30

    PETA 2.5

    PETA PUSAT LAYANAN KABUPATEN TAKALAR

  • 31

    PETA 2.6

    PETA RENCANA POLA RUANG KABUPATEN TAKALAR

  • 32

    a. Terciptanya pola perencanaan yang efektif. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan

    pada Pengembangan sistem perencenaan yang berorientasi masyarakat.

    b. Terjaminnya keadilan gender bagi peningkatan peran perempuan dalam berbagai bidang

    pembangunan. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan kualitas

    kehidupan dan peran perempuan.

    c. Meningkatnya pembangunan sektor-sektor unggulan kabupaten. Untuk mencapai sasaran ini

    pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan nilai investasi yang tertananam di kabupaten;

    Peningkatan daya saing produk unggulan daerah dan Revitalisasi bidang pertanian, perkebunan,

    perikanan dan kelautan.

    d. Berkembangnya usaha-usaha berorientasi masyarakat yang menuju pada pembentukan industri-

    industri potensial. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada pemberdayaan

    koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah; peningkatan industri kabupaten; peningkatan

    pendapatan asli daerah kabupaten.

    e. Membaiknya mutu lingkungan hidup dan air serta pengelolaan sumber daya alam yang terkendali.

    Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan mutu lingkungan hidup

    dan Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang bijak.

    f. Berkurangnya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan

    diprioritaskan pada Pembangunan pedesaan di daerah daratan dan daerah pesisir; Percepatan

    pembangunan infrastruktur dan Pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah.

    3. Strategi Penciptaan kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif serta penjaminan hukum setiap

    warga yang memiliki agenda Mewujudkan keadilan hukum bagi masyarakat. Agenda ini memiliki

    sasaran meningkatnya keamanan sampai pada lingkup masyarakat terkecil. Untuk mencapai sasaran

    ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan toleransi antar kelompok dalam masyarakat dan

    Peningkatan keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas.

    4. Strategi penguatan dan pemberdayaan SDM memiliki agenda mewujudkan sumber daya manusia yang

    berkualitas. Agenda ini memiliki sasaran :

    a. Terwujudnya penguatan dan pemberdayaan SDM Kabupaten yang mampu bersaing. Untuk

    mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan

    dan teknologi dan Peningkatan Perbaikan kualitas ketenagakerjaan dan peluang lapangan usaha.

  • 33

    b. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan. Untuk

    mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan akses masyarakat terhadap

    pendidikan yang berkualitas.

    c. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat Untuk mencapai

    sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan

    kesehatan yang berkualitas.

    d. Meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan sosial. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan

    diprioritaskan pada Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial.

    e. Menurunnya jumlah penduduk miskin Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada

    Penanggulangan Kemisikinan

    f. Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil berkualitas Untuk mencapai

    sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Pembangunan keluarga kecil berkualitas dan

    Pembangunan Administrasi Kependudukan.

    g. Meningkatnya pengamalan nilai agama dan budaya Untuk mencapai sasaran ini pembangunan

    diprioritaskan pada Peningkatan kualitas kehidupan beragama dan Pengembangan kebudayaan

    lokal yang berdasarkan nilai-nilai luhur.

    5. Strategi pelaksanaan pembangunan berbasis kinerjayang memiliki agenda mewujudkan

    akuntabilitas setiap kebijakan pemerintah yang diambil dan dilakukan. Agenda ini memiliki sasaran :

    a. Meningkatnya efektivitas pelaksanaan kinerja pembangunan. Penyediaan data dan informasi yang

    akurat.

    b. Terwujudnya sistem akuntabilitas kinerja yang mapan. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan

    diprioritaskan pada Penyediaan sistem pelaporan kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan.

    6. Strategi efisiensi penganggaran dilakukan terhadap program-program pembangunan yang dirasa

    kurang efektif dan efisien yang memiliki agenda mewujudkan pembangunan yang efisien dan efektif

    dalam setiap sektor. Agenda ini memiliki sasaran Meningkatnya efektifitas dan efisiensi penggunaan

    anggaran dalam melakukan program pembangunan. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan di

    prioritaskan pada Pemantapan kebijakan anggaran kabupaten dan Peningkatan efektifitas pelaksanaan

    program-program pembangunan yang dilaksanakan dengan target sasarannya.

  • 34

    Karakteristik geografis wilayah Kabupaten Takalar; sebagai ciri khas geografis wilayah perencanaan

    adalah :

    1. Pola ruang eksisiting wilayah perencanaan dapat dikelompokkan menjadi 4 karakteristik spesifik, yaitu :

    a. Kabupaten Takalar bagian Timur (meliputi wilayah Palombangkeng Utara dan Palombangkeng

    Selatan) adalah merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dan sebagian merupakan

    daerah bukit-bukit (Gunung Bawakaraeng). Wilayah ini merupakan daerah yang sesuai untuk

    pertanian dan perkebunan.

    b. Kabupaten Takalar bagian Tengah (wilayah Pattalassang sebagai ibukota kabupaten) merupakan

    dataran rendah dengan tanah relatif subur sehingga di wilayah ini merupakan daerah yang sesuai

    untuk pertanian, perkebunan dan pertambakan.

    c. Kabupaten Takalar bagian Barat (meliputi Mangarabombang, Galesong Utara, Galesong Selatan,

    Galesong Kota, Mappakasunggu dan Sanrobone) adalah merupakan sebagian dataran rendah yang

    cukup subur untuk pertanian dan perkebunan, sebagian merupakan daerah pesisir pantai yang

    sesuai untuk pertambakan dan perikanan laut. Potensi ikan terbang, telur ikan terbang, dan rumput

    laut di wilayah ini diduga cukup potensial untuk dikembangkan.

    2. Struktur ruang Kabupaten Takalar terdiri dari;

    a. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN Mamminasata) dengan Pattalasang sebagai salah satu

    sistem pusat perkotaan.

    b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Pattalasang/Takalar (RTRW Provinsi Sulsel) dengan fungsi pusat

    pemerintahan, permukiman perkotaan, perdagangan dan jasa, pendidikan.

    c. Sistem jaringan transportasi utama terdiri dari jalan kolektor primer (poros Sungguminasa, Takalar,

    Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba sepanjang 142,76 km) yang melintas dari Utara (Kecamatan

    Polombangkeng Utara) ke Selatan (Kecamatan Mangarabombang) dan jalan kolektor sekunder yang

    melintasi wilayah pesisir Timur (Kecamatan Galesong Utara) ke Timur-Selatan melintasi Kecamatan

    Galesong Kota dan Kecamatan Galesong Selatan sampai ke Pattalasang.

    d. Simpul Jaringan Jalur Kereta Api Antar Kota (RTRW Provinsi Sulsesl) yang terdiri dari : Stasiun Kota

    Makassar - Takalar (Kabupaten Takalar)

    e. Simpul Jaringan Jalur Kereta Api Perkotaan (RTR Kawasan Metropolitan Mamminasata, yaitu :

    Stasiun Kota Makassar, Maros (Kabupaten Maros), Sungguminasa (Kabupaten Gowa), Takalar

    (Kabupaten Takalar).

  • 35

    f. Pelabuhan Penyeberangan lintas Provinsi yang direncanakan di wilayah Kabupaten Takalar adalah

    Pelabuhan penyeberangan Galesong (Kabupaten Takalar) dengan panjang causeway 100 m dan

    kedalaman -4 m Lws.

    g. Sistem jaringan lain seperti energi listrik mengikuti pola jalan yang ada sebagai sistem jaringan lintas

    antarwilayah (PLTA Bakaru, PLTD Pinrang dan PLTU Wajo).

    h. Sebaran fasilitas utama mengikuti perkembangan masing-masing ibukota kecamatan, seperti fasiltas

    kesehatan (puskesmas), fasilitas pendidikan, pasar modern dan pasar tradisional tersebar merata di

    setiap kawasan. Fasilitas umum yang berskala kabupaten atau melayani beberapa kecamatan

    seperti RSUD, Telkom, PLN (Cabang), PDAM, perbankan, toko swalayan (mini market) terdapat di

    Pattalassang, Galesong Kota.

    3. Kawasan rawan bencana; kawasan pesisir merupakan kawasan rawan bencana abrasi pantai

    (Kecamatan Mappakasunggu dan Kecamatan Mangarabombang) dan banjir (pada dataran rendah

    Sungai Gamanti dan Sungai Pappa), kawasan perbukitan dan perkebunan rentan dengan bahaya

    longsor di kemiringan > 40% terletak di Kecamatan Polombangkeng Utara yang berbatasan dengan

    Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa dan Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto.

    4. Perekonomian wilayah; Secara nyata kemajuan ekonomi Kabupaten Takalar dapat dilihat dari indikator

    pertumbuhan ekonomi. Dari sejak tahun 2002 hingga 2006 pertumbuhan ekonomi Takalar

    berkecenderungan naik dari 3,98 % tahun 2002 hingga mencapai 5,91 % pada akhir tahun 2006.

    Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa dalam kurun waktu tersebut memang ada akselerasi

    pergerakan nyata ekonomi daerah yang cukup dinamis, sebab pertumbuhan daerah ini juga diiringi oleh

    kecenderungan inflasi PDRB yang menurun.

    Perekonomian Kabupaten Takalar pada tahun 2006 masih didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini

    ditandai oleh besarnya kontribusi sektor ini terhadap PDRB yang mencapai sekitar 54,71 persen. Sektor

    terbesar kedua adalah jasa-jasa sebesar 21,12 persen, kemudian perdagangan dan industri pengolahan

    yang masing-masing sebesar 10,62 pesen dan 9,45 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan

    tersier mulai bertumbuh di Kabupaten Takalar.

    5. Kependudukan; jumlah penduduk Kabupaten Takalar 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan,

    dimana jumlah penduduk pada tahun 2003 sebanyak 243.779 jiwa, sedangkan pada tahun 2007

    mencapai 252.210 jiwa terjadi pertambahan jumlah penduduk 8.431 jiwa selama kurun waktu 5 tahun

  • 36

    terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 0,68% pertahun. Distribusi jumlah penduduk terbanyak terdapat

    di Kecamatan Polombangkeng Utara dengan jumlah sebesar 42.643 jiwa atau sekitar 16,91% dari

    jumlah penduduk kabupaten, sedangkan distribusi penduduk terkecil adalah Kecamatan Sanrobone

    dengan jumlah penduduk kurang lebih 12.768 jiwa atau sekitar 5,06% dari jumlah penduduk Kabupaten

    Takalar.

    Akumulasi kepadatan penduduk Kabupaten Takalar mencapai 445 jiwa/Km2. Tingkat kepadatan

    penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Galesong Utara yaitu 2.208 jiwa/Km2, kemudian disusul oleh

    Kecamatan Galesong dengan kepadatan 1.332 jiwa/Km2, dan Kecamatan Pattalassang dengan

    kepadatan 1.234 jiwa/Km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan

    Polombangkeng Utara dengan kepadatan rata-rata 201 jiwa/Km2.

    6. Keuangan Daerah; Bagian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Takalar juga mengalami

    peningkatan dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2002 PAD hanya sebesar Rp. 4.37 Milyar, tapi pada

    tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 8,97 Milyar. Total APBD pada tahun 2008 adalah sebesar Rp.

    414,29 Milyar Rupiah. Diestimasikan APBD hingga tahun 2013 mencapai 1.03 Trilyun dengan (RPJMD,

    2009).

    Persoalan-persoalan strategis wilayah; seperti yang telah dijelaskan pada bab 1 sebelumnya, bahwa isu

    strategis yang berkembang di Kabupaten Takalar adalah :

    1. Pertumbuhan ekonomi yang masih rendah;

    2. Jumlah angkatan kerja yang masih tinggi;

    3. Kualitas sumberdaya manusia yang perlu ditingkatkan;

    4. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah;

    5. Luasnya sebaran kawasan rawan bencana banjir;

    6. Terjadinya kerusakan kawasan pesisir;

    7. Konflik pemanfaatan lahan hutan;

    8. Penurunan lahan tanaman pangan (beririgasi teknis dan tadah hujan);

    9. Produktivitas lahan yang relatif tinggi (pertanian dan perkebunan);

    10. Struktur ekonomi berbasis pertanian;

    11. Potensi sektor ekonomi tersier yang besar;

    12. Potensi kelautan yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal;

    13. Potensi wisata yang beragam (budaya, alam dan religi);

  • 37

    14. Bertumbuhnya pola pembangunan partisipatif;

    15. Masih tingginya angka kemiskinan dan masih rendah angka IPM;

    16. Keterbatasan investasi terkait pengembangan infrastruktur (listrik dan transportasi)

    17. Konflik pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup;

    18. Kesenjangan pembangunan antardaerah dan antarkawasan;

    2.4.2 Kebijakan Penataan Ruang

    Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk

    mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi

    sebagai :

    sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

    sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten;

    memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan

    sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

    Memperhatikan rumusan tujuan penataan ruang, kapasitas sumber daya wilayah, kebijakan

    penataan ruang nasional, provinsi dan metropolitan Mamminasata untuk Kabupaten Takalar, maka rumusan

    kebijakan penataan ruang adalah sebagai berikut :

    1. Pengembangan sektor ekonomi primer, sekunder dan tersier berbasis pertanian dan kelautan sesuai

    keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah

    lingkungan;

    2. Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan

    pengelolaan yang ramah lingkungan;

    3. Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung, kawasan yang

    memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam,

    kawasan cagar alam laut, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainya;

    4. Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis konservasi guna

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

    5. Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam

    rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi

    bencana

  • 38

    2.4.3 Strategi Penataan Ruang

    Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang

    wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

    Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi :

    sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan

    strategis kabupaten;

    memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan

    sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

    Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan yang dijabarkan secara lebih

    operasional yang dapat dituangkan dalam bentuk ruang. Mengacu pada klausul kebijakan yang telah

    dirumuskan di atas serta dikaitkan dengan program pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten

    Takalar, maka strategi penataan ruang adalah sebagai berikut :

    1. Strategi penataan ruang dilakukan dalam rangka Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang

    meliputi hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan

    perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan

    kawasan lindung lainya adalah:

    a. Pemantapan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk memberikan kepastian

    rencana pemanfaatan ruang dan investasi.

    b. Menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan, terutama pemulihan fungsi Taman

    Buru dan Suaka Margasatwa Komara dan hutan lindung yang berbasis masyarakat

    c. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran

    lingkungan

    d. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati

    2. Strategi penataan ruang untuk Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang

    berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui :

    a. Mengembangkan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti pembangkit listrik mikrohidro,

    surya, gelombang laut dan lain-lain.

  • 39

    b. Mengembangkan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus juga bernilai sosial-

    ekonomi, seperti hutan kemasyarakatan dan hutan tanaman rakyat.

    c. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi yang terbarukan

    (renewable energy).

    3. Strategi penataan ruang dalam rangka Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan

    modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan dilakukan melalui :

    a. Mempertahankan lahan-lahan persawahan beririgasi teknis sebagai kawasan pertanian tanaman

    pangan berkelanjutan agar tidak beralih fungsi peruntukan lain.

    b. Meningkatkan produktivitas hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan melalui intensifikasi

    lahan.

    c. Memanfaatkan lahan non produktif (lahan kritis) untuk bagi peningkatan kualitas lingkungan dan

    peningkatan pendapatan masyarakat.

    d. Meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan

    sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi

    tinggi.

    e. Meningkatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan

    kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan.

    4. Strategi penataan ruang yang perlu diterapkan dalam kerangka Pengembangan sektor ekonomi

    sekunder dan tersier berbasis pertanian, perikanan dan kelautan sesuai keunggulan kawasan yang

    bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan adalah :

    a. Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan

    kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis) pada kawasan industri yang telah ditetapkan.

    b. Mengembangkan balai pendidikan, penelitian dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan

    sehingga menjadi kekuatan utama ekonomi masyarakat pesisir.

    c. Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung,

    pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif.

    5. Strategi penataan ruang yang perlu diambil untuk Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang

    berkualitas untuk pemenuhan hak dasar, mengurangi disparitas wilayah/kawasan dalam rangka

    pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana

    adalah melalui:

  • 40

    a. Membangun prasarana dan sarana transportasi (darat, laut dan ASDP) yang mampu mendorong

    pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang.

    b. Mengembangkan prasarana dan sarana pengairan untuk lahan-lahan persawahan untuk

    meningkatkan produktifivitas hasil-hasil pertanian.

    c. Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan

    masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan darat dan pesisir) dan pusat pelayanan

    lingkungan.

    d. Menyusunan program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai

    bencana alam, seperti abrasi pantai, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya.

    2.4.4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Takalar

    2.4.4.1 Rencana Sistem Perkotaan

    Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Takalar dirumuskan berdasarkan

    beberapa pertimbangan yaitu :

    1. Tujuan dasar penataan ruang adalah agar tercipta sistem ruang yang aman, nyaman, produktif dan

    berkelanjutan. Bila dijabarkan lebih lanjut pengertian produktif dan bekerlanjutan dalam konteks struktur

    ruang dimaknai sebagai suatu sistem dan hubungan fungsional antar pusat perkotaan yang efektif,

    efisien, mendorong peningkatan potensi masing-masing pusat (kawasan) secara berkelanjutan dengan

    tetap menjaga keseimbangan alam.

    2. Kondisi objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting dan RUTR Kabupaten Takalar tahun 2006,

    kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi yang menempatkan kawasan perkotaan Pattalasang

    Takalar (PKN dan PKL).

    3. Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan keseimbangan pembangunan

    antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi pertumbuhan pembangunan yang

    terkonsentrasi pada pusat kota (ibukota kabupaten) atau pada kawasan tertentu saja. Hal ini juga

    berkenaan dengan penciptaan sistem pusat-pusat kota yang berjenjang sehingga terbangun suatu

    sistem perkotaan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, terdapat pusat-pusat permukiman yang perlu

    didorong pertumbuhannya dan ada pula yang hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan

    mungkin dibatasi.

  • 41

    Untuk sistem pusat perkotaan Kabupaten Takalar, pusat-pusat perkotaan yang perlu didorong atapun

    dikendalikan pertumbuhannya adalah :

    1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) : adalah Galesong (kawasan perkotaan Galesong kota sekitarnya),

    Polombangkeng Utara (kawasan perkotaan Palleko sekitarnya) dan Mangarabombang (kawasan

    perkotaan Mangadu sekitarnya) dengan kegiatan utama untuk masing-masing PPK adalah :

    o Galesong Kota : pusat pendidikan maritim, kawasan industri Takalar, perikanan laut, pertanian lahan

    kering dan basah, perdagangan dan jasa serta maritim

    o Palleko : pusat pengembangan kegiatan pertanian dan perkebunan, pusat koleksi dan distribusi

    pertanian hortikultura

    o Mangudu : pusat pengembangan industri rakyat hasil-hasil pertanian dan perikanan, jasa

    kepariwisataan.

    2. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) : Cilallang, Bulukunyi, Sanrobone, Bontolebang, Bontokassi yang

    berfungsi sebagai pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

    3. Untuk mendukung kebijakan dan komitmen Pemerintah Kabupaten Takalar sebagai kabupaten

    konservasi dan mitigasi bencana, maka wilayah pesisir pantai Barat (terutama Mappakasunggu dan

    Mangarabombang) perlu dikendalikan peruntukannya karena terkait abrasi pantai dan cagar alam laut.

    Sedangkan di bagian Timur - Utara (Polombangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan)

    perkembangannnya dikendalikan sedemikian rupa sehingga mampu mendukung fungsi dan kelestarian

    hutan produksi dan Taman Buru dan Suaka Margasatwa Komara.

    4. Pembangunan jaringan jalan juga dibatasi sedemikian rupa tanpa mengurangi aksesibilitas antar pusat-

    pusat permukiman demi menjaga kualitas dan kelestarian keberlanjutan pertanian tanaman pangan

    lahan basah dan kering.

    5. Untuk mendukung kegiatan pariwisata, mitigasi bencana, mobilisasi hasil produksi laut, pertanian,

    perkebunan dan kehutanan serta komoditas unggulan lainnya perlu dilakukan percepatan

    pembangunan prasarana transportasi darat dan laut.

    2.4.4.2 Rencana Sistem Jaringan Transportasi

    Rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut :

    1. Jalan Kolektor Primer yang berstatus jalan lintas nasional dan jalan provinsi yaitu yang menghubungkan

    simpul-simpul :

  • 42

    a. Kota Makassar (PKN) Pattalassang/Takalar (PKN) Trans Sulawesi Mamminasata

    b. Ruas Tanjung Bunga (PKN) Jeneponto (PKW) melewati Galesong Mangulabbe Cikoang

    Buludoang (PKL Takalar)

    2. Jalan Lokal Primer yang bersatus sebagai jalan kabupaten menghubungkan simpul simpul

    a. Pattalasang/Takalar (PKL) Palleko (PPK)

    b. Pattalasang/Takalar (PKL) Galesong Kota (PPK)

    c. Pattalasang/Takalar (PKL) Mangadu (PPK)

    3. Jalan Lingkungan Primer yang bersatus sebagai jalan kabupaten menghubungkan simpul PPL PPL

    (pusat pengembangan antardesa di luar PPK)

    4. Rencana pembangunan jalan yang menghubungkan Kabupaten Takalar dengan Kabupaten Gowa :

    ruas jalan Palleko Lassang Towata Gowa dan ruas jalan Palleko-Malolo-Borong Ramisi - Gowa.

    5. Jalan yang menghubungkan Kabupaten Takalar dengan Kabupaten Jeneponto (Kecamatan Bangkala

    Barat ).

    3.4.4.3 Rencana Sistem Jaringan Listrik

    Kondisi faktual saat ini adalah suplai listrik untuk Kabupaten Takalar berada dalam kondisi yang

    terbatas. Suplai energi kelistrikan di wilayah ini merupakan koneksi sistem lintas regional provinsi, antara lain

    disuplai dari PLTD Takalar, PLTU (Punaga dan Lakatong). Jaringan transmisi tenaga listrik PLTA Bakaru

    sebagai salah satu sumber energi listrik Kabupaten Takalar (RTRW Provinsi Sulsel). Di wilayah ini terdapat 1

    ranting dan 4 sub ranting yang berada dalam pengelolaan PLN Cabang Makassar.

    Pengembangan jaringan energi listrik di Kabupaten Takalar dilakukan dengan meningkatkan prasarana

    jaringan dan peningkatan kapasitas daya terpasang. Pengembangan jaringan listrik dengan menggunakan

    tiang beton dan dialokasikan area utilitas agar tidak menggangu kapling bangunan serta pemasangan tiang

    berjarak. Berdasarkan intensitas kegiatan maka diestimasikan kebutuhan energi listrik di Kabupaten Takalar

    hingga tahun 2030 mencapai sekitar 67.816 KVA.

    Mengingat akan terjadinya perubahan struktur ekonomi wilayah yang saat ini didominasi sektor tersier akan

    bergeser ke kegiatan sekunder dan tersier, maka untuk kegiatan sekunder (industri) diperlukan adanya

    pasokan listrik yang memadai dan stabil. Hal ini menjadi tantangan bagi Kabupaten Takalar karena kondisi

    pasokan listrik saat ini mengalami kekurangan suplai (defisit). Optimalisasi pemanfaatan berbagai potensi

  • 43

    sumberdaya energi baik matahari, angin, ombak, hidrogen di daerah pantai, laut dan pulau-pulau kecil di

    wilayah ini memungkinkan dilakukan.

    Berdasarkan satuan kebutuhan penduduk terhadap listrik, maka pada tahun 2030 nanti kebutuhan listrik

    untuk masing-masing peruntukan dapat dilihat pada tabel berikut.

    2.4.4.4 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi

    Mengingat daerah Takalar yang berada pada jalur lintas perdagangan, tingkat aksesibilitas yang

    tinggi dan mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar, terutama hasil pertanian, perkebunan,

    perikanan dan kalautan serta pariwisata, maka pengembangan komunikasi melalui internet menjadi sangat

    penting dikembangkan.

    Oleh karena itu pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan sebagai berikut :

    a. Pengembangan sistem terestrial yang terdiri dari sistem kabel, sistem seluler; dan sistem satelit sebagai

    penghubung antara pusat kegiatan dan atau dengan pusat pelayanan.

    b. Pengembangan prasarana telekomunikasi dilakukan hingga ke kawasan perdesaan yang belum

    terjangkau sarana prasarana telekomunikasi.

    c. Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial dan ekonomi wilayah

    seperti kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, agropolitan, minapolitan, kawasan perkebunan,

    kawasan pesisir dan laut, pelayaran dan kawasan wisata.

    2.4.4.5 Rencana Pengembangan Sistem Sumber Daya Air

    Rencana sistem jaringan sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Sulawesi

    Selatan dan Kabupaten Takalar adalah DAS Pamukulu. Rencana DI kewenangan pusat lintas kabupaten

    adalah DI Kampili/Bisua (Kabupaten Gowa dan Takalar). Rencana DI kewenangan pusat utuh kabupaten/kota

    yang berada di wilayah ini adalah DI Pammukulu (Kabupaten Takalar). Rencana sistem jaringan sumberdaya

    air Provinsi Sulawesi Selatan adalah DI Jenemarung (Kabupaten Takalar).

    Potensi sumberdaya air di wilayah ini (air permukaan dan air tanah) dimanfaatkan untuk irigasi, industri dan

    rumah tangga. Sampai saat ini pemanfaatan air untuk irigasi pertanian lahan basah di wilayah ini mencapai

    32.442, 53 ha. Potensi pengembangan sistem irigasi ini tersebar di beberapa wilayah kecamatan, sumber air

    berasal dari beberapa sungai besar (Sungai Pappa dan Sungai Gamanti) dan sungai kecil yang merupakan

    bagian dari satuan wilayah sungai (SWS) Jeneberang.

  • 44

    Sedangkan pemanfaatan air untuk sosial dan industri disalurkan PT. (Persero) Perusahaan Air Minum (PAM)

    Kabupaten Takalar (IPA Bajeng dan IPA Palleko) dengan kapasitas 23 liter/detik (direncanakan peningkatan

    50-100 liter/detik), luas total daerah layanan mencapai 566,5 Km2 (luas daerah layanan 55,5 km2 dengan

    rasio cakupan 9,8%). Banyaknya air minum yang disalurkan setiap tahun mengalami peningkatan mencapai

    373 ribu kubik (rata-rata peningkatan per tahun sebesar 37,24 persen) dengan nilai penjulan air minum Rp.

    848 juta rupiah (meningkat 72,40 persen pertahun).

    Rencana pengembangan sumber daya air ke depan untuk Kabupaten Takalar adalah pengembangan

    bendungan dan embung. Sejauh ini telah dibangun 5 buah bendungan yang diperuntukkan untuk memenuhi

    kebutuhan air bagi lahan pertanian, yakni bendungan Kampili Bissua, Pammukkulu, Jenemarrung,

    Jenetallasa, Jenemaeja.

    Optimaslisai embung perlu ditingkatkan agar memperoleh suplai air baku melalui penyiapan area peresapan

    air melalui kegiatan penghijauan di sekitar bangun embung (Polombangkeng Selatan, Polombangkeng Utara

    dan Mangarabombang). Upaya lain yang harus dilakukan adalah :

    Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air baku untuk penyediaan air minum Kabupaten Takalar melalui

    peningkatan kapasitas produksi serta mencari upaya alternatif pengembangan potensi air tanah dan

    pengembangan bendung di Kabupaten Takalar.

    Pemanfaatan air bersumber dari mata air dilakukan secara bijaksana, sehingga potensinya tidak

    termanfaatkan secara keseluruhan agar tetap lestari dan berkelanjutan.

    Mengurangi tingkat kebocoran air bersih pada pipa distribusi 25%, efesiensi pemanfaatan, sistem

    jaringan dan distribusi air bersih yang optimal, merupakan langka terbaik mengatasi permasalahan air

    bersih di wilayah ini.

    3.4.4.6 Rencana Sistem Pengelolaan Sampah

    Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup besar mengingat jumlah sampah

    yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk perkotaan, serta dampak yang

    ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri. Selain pengangkutan dan

    pengelolaan sampah, penyediaan dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi wilayah

    kabupaten.

    Pengembangan sistem persampahan secara intensif diarahkan pada pusat-pusat pelayanan, sedangkan

    bagian-bagian wilayah lebih diarahkan pada cara pengelolaan sampah yang ramah terhadap lingkungan.

    Untuk mengetahui tingkat produksi timbulan sampah yang dihasilkan di Kabupaten Takalar dengan

  • 45

    berdasarkan pada hasil proyeksi jumlah penduduk, diperkirakan jumlah timbulan sampah mencapai 746.125

    Liter/hari.

    Jumlah produksi sampah berdasarkan kecamatan, relatif lebih banyak dihasilkan di Kecamatan

    Polombangkeng Utara dan Galesong dengan jumlah timbulan sampah sekitar 123.407 liter/hari dan 105.161

    liter/hari. Selain itu diperlukan upaya pemenuhan prasarana persampahan yang terdiri dari gerobak, TPS dan

    container untuk menangani timbulan sampah yang diproduksi.

    Rencana sistem pengelolaan sampah di wilayah ini di rinci sebagai berikut :

    a. Sistem pemilahan, dari sumber/asal sampah telah dilakukan pemisahan antara sampah organik dengan

    sampah anorganik sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS);

    b. Sistem pengolahan, dilakukan pengomposan untuk sampah organik dan dilakukan prinsip 3R (reduce,

    reuse dan recycle) untuk penanganan sampah anorganik berawal dari rumah tangga, TPS hingga TPA

    Balang;

    c. Sistem pengumpulan, sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat pengumpulan sementara

    (TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik, truk, motor gerobak yang tersebar di setiap

    desa/kelurahan;

    d. Sistem pengangkutan, dari TPS diangkat dengan truk menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

    (TPST) Balang di Kecamatan Polombangkeng Selatan seluas 2,8 ha.

    e. Sistem pembuangan akhir, sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke TPST, di mana nantinya

    sampah-sampah organik akan di olah menjadi kompos, briket dan gas metan (bahan bakar) serta bahan

    bangunan. Secara teknis pengolahan sampah dilakukan dengan pendekatan sanitary landfill.

    Rencana pengelolaan sampah untuk wilayah ini dibedakan menjadi 3 kawasan penanganan, yaitu

    kawasan pesisir (Galesong Utara, Galesong Kota, Galesong Selatan), kawasan perkotaan Pattalasang

    sekitarnya (Pattalasang, Sanrobone, Mappakasunggu) dan kawasan pertanian/perkebunan (Polombangkeng

    Utara, Palombangkeng Selatan dan Mangarabombang). Untuk TPA direkomendasikan menggunakan TPA

    yang sudah ada dengan meningkatkan sistem pengelolaanya yang terpadu dengan sistem TPA Pattalasang

    metropolitan Mamminasata dengan sistem sanitari landfill yang berlokasi di Balang Kecamatan Galesong

    Selatan. Penyediaan TPS direncanakan 1 unit untuk setiap kecamatan. Hal ini terkait dengan efisiensi

    transportasi dan karakteristik kawasan relatif berbeda.

    Selengkapnya rencana struktur ruang Kabupaten Takalar dapat dilihat pada peta berikut.

  • 46

    2.4.5 Rencana Pola Ruang Kabupaten Takalar

    Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan

    provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk

    masa mendatang, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Takalar sebagaimana

    diuraikan di bawah ini :

    2.4.5.1 Rencana Pola Kawasan Lindung

    Kawasan Hutan Lindung

    Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 890/KPTS-II/1999 tentang

    Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sulsel, luas Hutan Lindung di Kabupaten Takalar adalah

    2.368 Ha yang berada di Kecamatan Polombangkeng Selatan, Polombangkeng Utara dan Kecamatan

    Mangarabombang.

    Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya

    Hutan Lindung dan kawasan dengan kelas lereng di atas 40% merupakan kawasan resapan air yang

    memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. Kawasan dengan kelerengan di atas 40% di luar

    dua kawasan berada di Kecamatan Polombangkeng Utara.

    Kawasan Perlindungan Setempat

    Kabupaten Takalar merupakan wilayah aliran sungai (WAS) Jeneberang dengan luas 9.624 Km2. Sungai

    Pappa (Sungai Pamukkulu) Kabupaten Takalar sebagai salah satu sungai yang masuk WAS Jenebarang.

    Artinya sebagian besar kebutuhan air baku. Selain itu daerah irigasi yang perlu dipertahankan sebagai

    sumber pasokan air persawahan dan air baku adalah DI Kampili/Bissua (kewenangan pusat) dengan luas

    pelayanan mencapai 9.743 ha dan DI Pamukkulu seluas 5.204 ha; DI Jenemarung (kewenangan Provinsi

    Sulsel) dengan luas pelayanan mencapai 1.052 ha.

    Mengacu pada ketetapan sempadan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun

    2008, maka kawasan lindung setempat meliputi :

    1. Sempadan pantai (100 meter) sepanjang 74 Km diukur dari Kecamatan Galesong Utara hingga

    Kecamatan Mangarabombang.

  • 47

    2. Sempadan sungai, terutama sungai-sungai besar (Sungai Pappa dan Sungai Gamanti) selebar 50-100

    meter.

    3. Sempadan mata air

    4. Ruang terbuka hijau kota terutama pada pusat-pusat permukiman atau ibukota kecamatan.

    Kawasan Suaka Alam

    Kawasan suaka alam meliputi suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya. Di Kabupaten Takalar

    terdapat dua kawasan lindung nasional berupa suaka alam, yaitu Suaka Alam Margasatwa dan Taman Buru

    Ko,mara (5.862,21 ha) berdasarkan SK Menhut No.147/KPTS-Menhut/1987 tanggal 19 Februari 1987.

    Kawasan Rawan Bencana

    Kawasan Rawan Bencana Longsor; Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa

    batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor

    adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan

    (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage)

    merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk

    dengan cara penggalian atau penimbunan.

    Kawasan Rawan Banjir; Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan

    di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem

    saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga

    meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun

    penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia. Secara umum pada sebuah sistem aliran sungai

    yang memiliki tingkat kemiringan (gradien) sungai yang relatif tinggi (lebih dari 30%) apabila di bagian hulunya

    terjadi hujan yang cukup lebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi. Tingkat kemiringan

    sungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor bakat atau bawaan. Sedangkan curah hujan

    adalah salah satu faktor pemicu.

    Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan

    peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi

    sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang

    menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu

    berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.

  • 48

    Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah

    berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran

    permukaan yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan

    mengakibatkan banjir. Perilaku manusia yang menimbulkan bencana banjir diantaranya kegiatanproyek-

    proyek pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, perkebunan skala besar yang tidak direncanakan

    dengan baik telah menyebabkan terjadinya banjir. Akibatnya, beberapa DAS di Kabupaten Takalar kondisinya

    semakin kritis, sehingga di musim hujan sering menimbulkan banjir dan kekeringan di musim kemarau.

    Kendati demikian luasan kawasan banjir di Kabupaten Takalar tidaklah terlalu besar.

    Penyebab utama dari banjir pada kawasan tersebut adalah karena kerusakan kawasan tangkapan air,

    sehingga terjadi surface run off (limpasan) yang tinggi sehingga badan sungai tidak mampu menampung

    limpasan dan menggenang pada wilayah cekungan/datar. Meskipun demikian untuk kawasan banjir di

    Pattalasang sekitarnya dan Polobangkeng Selatan sekitarnya juga disebabkan karena daerah cekungan yang

    cukup luas, sehingga pada saat musim hujan juga terjadi genangan (banjir) yang luas.

    Kawasan Rawan Bencana Tsunami; Terkait erat dengan kejadian gempabumi, maka di wilayah Kabupaten

    Takalar juga berpotensi terjadi tsunami apabila gempa diikuti oleh perpindahan material di bawah laut akibat

    longsoran ataupun akibat goncangan (shaking) gempa sendiri.

    Klasifikasi zona rawan bencana tsunami :

    Zona Kerawanan tinggi, wilayah dengan jarak garis pantai 50 m, sepanjang pantai dengan ketinggian

    kontur kurang dari 10 m dpl.

    Zona Kerawanan menengah yaitu daerah sepanjang pantai dengan kontur ketinggian 10 15 m dpl,

    dengan kemiringan lereng cukup terjal.

    Zona kerawanan rendah yaitu wilayah sepanjang pantai dengan ketinggian 15 30m dpl, dengan

    morfologi curam dan relief tinggi atau berbukit, dan daerah ini dapat dimanfaatkan untuk evakuasi dan

    lokasi pengungsian.

    Sebagian besar kawasan rawan bencana tsunami tersebar di semua wilayah pesisir psisir Kabupaten Takalar

    (RTRW Provinsi Sulsel, 2009). Hampir semua desa yang berada di kawasan pesisir potensial terkena

    bencana tsunami, terutama desa tepi pantai mulai dari Kecamatan Galesong Utara, Galesong, Galesong

    Selatan, Sanrobone, Mappakasunggu dan Kecamatan Mangarabombang. Dua kecamatan terakhir setiap

    tahun mengalami abrasi pantai.

  • 49

    2.4.5.2 Rencana Pola Kawasan Budidaya

    Kawasan Hutan Produksi Terbatas

    Kabupaten Takalar mempunyai HPT seluas 2.961,1 Ha yang saat ini tidak seluruhnya produktif dan sebagian

    mengalami kerusakan. Oleh karena itu direncanakan dilakukan pemulihan dan pemanfaatan HPT melalui

    program hutan tanaman yaitu Hutan Tanaman Rakyat yang dikembangkan di Kecamatan Polombangkeng

    Utara.

    Kawasan Pertanian

    Pertanian Lahan Basah; Data luas potensi lahan daerah irigasi pertanian padi sawah berdasarkan

    kewenangan Kabupaten Takalar adalah 2.852 Ha atau 5,03 persen dari luas wilayah kabupaten (PSDA

    Provinsi Sulsel, Oktober 2008) dengan jumlah DI sebanyak 11 (DI Jenetallasa seluas 481 ha, DI Jenemaeja

    seluas 400 ha, DI Batangtanaya seluas 370 ha, DI Batanglappo seluas 325 ha, DI Bontorea seluas 266 ha, DI

    Baruhaya seluas 214 ha, DI Lembang Loe seluas 200 ha, DI Palilangi seluas 200 ha, DI Kampong Bugisi

    seluas 190 ha, DI Katonokang seluas 161, DI Ngai-Ngai seluas 45 ha). Sedangkan potensi lahan irigasi yang

    merupakan kewenangan pusat seluas 15.962 ha dengan DI sebanyak 2 (DI Jeneberang/Kampili dan DI

    Pamukkulu). Kemudian kewenangan provinsi seluas 1.052 ha dengan jumlah DI sebanyak 1 (DI

    Jenemarung). Namun tidak semua daerah irigasi berada dalam kondisi yang baik, sehingga tidak seluruhnya

    produktif.

    Sedangkan bila mengacu pada data BPS (Kabupaten Takalar Dalam Angka 2009) luas kawasan pertanian

    padi sawah di wilayah ini adalah 23.674,00 ha dan padi ladang 562.31 ha atau total luas 24.236,31 ha

    dengan total produksi 133.544,99 ton (rata-rata produksi 5,5 ton/ha).

    Dengan asumsi bahwa setiap keluarga mengkonsumsi beras 139,5 Kg/KK/tahun dan konversi produksi padi

    (gabah kering) ke beras adalah 63,2% (Anjak, Litbang Deptan, 2006), maka kebutuhan lahan untuk padi

    sawah di Kabupaten Takalar bagi 326.571 penduduk (65.314 KK) pada tahun 2030 adalah 50.112 Ha

    (9.111,33 ton). Dengan demikian luas lahan pertanian sawah yang ada belum memadai sehingga ke depan

    perlu dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan persawahan, menghindari alih fungsi lahan tersebut dan

    melakukan impor beras.

    Pertanian Lahan Kering; secara eksisting jenis tanaman pertanian lahan kering yang dibudidayakan di

    Kabupaten Takalar adalah selain jenis tanaman perkebunan (kapok, kapas, kelapa, kopi, kemiri, jambu mete,

    kelapa hibrida, kakao dan Jambu Mete merupakan jenis tanaman perkebunan yang terluas arealnya 1.790 ha

  • 50

    atau 32,25 persen), juga dapat berupa tanaman musiman seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai,

    kacang hijau dan kacang tanah.

    Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta

    kesesuaian lahan maupun fakta lapangan seluas 29.815,95 ha. Kegiatan ini diarahkan untuk diintensifkan di

    Kecamatan Polombangkeng Utara, Polombangkeng Selatan, Pattalasang, Mangarabombang. Sedangkan

    kecamatan lain relatif kurang sesuai.

    Pertanian Hortikultura; ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan kering yang bernilai

    ekonomi tinggi, seperti sayur-sayuran. Komoditas pertanian hortikultura yang terdapat di Kabupaten Takalar

    adalah kembang kol, kentang, kubis, wortel, labu siam, bawang daun, sawi, buncis dan cabe. Sebagian besar

    jenis komoditas ini dikembangkan di Kecamatan Polombangkeng Utara, Polombangkeng Selatan,

    Pattalasang, Mangarabombang. Mengingat karakteristik wilayah dan penduduk serta kesesuaian lahan yang

    ada, maka ke empat kawasan ini diarahkan sebagai kawasan pengembangan pertanian hortkultura dengan

    pusat pengembangan di Polombangkeng Utara.

    Kawasan Perkebunan

    Sektor perkebunan merupakan salah satu kegiatan usaha yang dikembangkan oleh masyarakat, dan

    memberikan konstribusi yang relatif besar terhadap PDRB di Kabupaten Takalar. Luas areal tanam pada

    tahun 2008 untuk tanaman perkebunan, tercatat seluas 5.555,71 Ha, dengan jumlah produksi kurang lebih

    44.118,65 Ton. Jumlah produksi yang memberikan kontribusi cukup besar dan mengalami pertumbuhan yang

    terus meningkat adalah komoditi tebu dan kelapa. Data tahun 2007 tercatat jumlah produksi untuk tanaman

    tebu mencapai 41.341 Ton dan kelapa sekitar 2.249 Ton.

    Kawasan Peternakan

    Jenis ternak yang dikembangkan di Kabupaten Takalar digolongkan atas ternak besar dan kecil serta ternak

    unggas. Ternak besar dan kecil terdiri dari sapi, kerbau, kuda dan kambing, sedangkan ternak unggas terdiri

    atas ayam kampung, ayam ras (petelur), dan itik. Usaha peternakan yang dikembangkan di Kabupaten

    Takalar mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Selama periode lima tahun terjadi pada ternak sapi, kuda

    dan kambing. Dari jumlah populasi ternak yang dikembangkan, terlihat bahwa ternak sapi merupakan

    populasi terbesar dan trennya terus meningkat yaitu 27.604 ekor (50,32%), kemudian disusul oleh ternak

    kambing sebanyak 20.638 ekor (39,36%).

  • 51

    Sebaran lokasi pengembangan ternak yang diusahakan oleh masyarakat untuk ternak sapi lebih besar

    populasinya di Kecamatan Polombangkeng Utara yaitu sekitar 21.187 ekor, kemudian disusul oleh

    kecamatan Polombangkeng Selatan dengan jumlah populasi sebanyak 11.631 ekor. Sedangkan ternak

    kambing lebih dominan diusahakan di Kecamatan Mangarabombang dan Polombangkeng Utara. Jenis ternak

    kuda dan kerbau memperlihatkan nilai produksi yang relatif kecil dengan jumlah populasi masing-masing

    untuk kerbau yang dikembangkan sekitar 4.051 ekor dan kuda sekitar 1.300 ekor.

    Pengusahaan ternak unggas oleh masyarakat dengan tingkat populasi mencapai 1.403.181 ekor yang terdiri

    dari ayam kampung sebanyak 921.200 ekor (65,65%), ayam ras sebanyak 360.700 ekor (25,71%) dan itik

    121,281 ekor (8,64%). Tingkat sebaran masing-masing ternak unggas hampir merata pada setiap kecamatan.

    Berdasarkan perkembangan jumlah populasi, terlihat pertumbuhan yang sangat tinggi jumlah populasi ayam

    kampung 929.630 ekaor. Demikian halnya terhadap jenis unggas ayam ras dan itik mengalami peningkatan

    yang cukup signifikan.

    Berdasarkan data populasi dan rencana program pengembangan sentra peternakan Pemerintah Kabupaten

    Takalar, pengembangan sentra peternakan akan dikembangkan sebagai berikut :

    Pengembangan sentra peternakan ternak besar (sapi dan kerbau) di Kecamatan Polombangkeng Utara

    dan Kecamatan Polombangkeng Selatan.

    Pengembangan sentra peternakan ternak kecil (kambing & domba) di Polombangkeng Utara dan

    Mangarabombang.

    Pengembangan sentra peternakan unggas di wilayah kecamatan Mangarabombang dan Galesong Utara.

    Kawasan Perikanan

    Perikanan Tangkap, Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 pasal 3, bahwa wilayah

    provinsi, sebagaimana yang dimaksud pasal 2 ayat 1, terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil

    laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Sesuai dengan

    undang-undang tersebut maka batas wilayah laut termasuk kawasan perikanan tangkap yang

    pengelolaannya menjadi wewenang