Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

136
Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian pencemaran lingkungan Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah provinsi jawa barat Oktober 2014

Transcript of Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

Page 1: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

Buku panduan pengawasan

dan kumpulan peraturan

pengendalian pencemaran lingkungan

Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah

provinsi jawa barat

Oktober 2014

Page 2: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

PENYUSUN:

Sub bidang pembinaan

Bidang pengendalian pencemaran lingkungan

Bplhd provinsi jawa barat

APRESIASI

UNTUK SUBSTANSI:

Ruly fatwani, aep saepuloh, fitria rakhmawati, titin sumiati, mitha

pratiwi, prima puspita sari, sofiyan hadi, indah dewi puspita, hery

herawan.

UNTUK ARAHAN:

Anang sudarna

Suharsono

Didi adji siddik

Resmiani

Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian

pencemaran lingkungan

Cetakan 1, 2014

DITERBITKAN OLEH:

Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah provinsi jawa barat

Page 3: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

iii

KATA PENGANTAR

Perbedaan jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri akan

berdampak kepada perbedaan dalam pengelolaan lingkungan yang

dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Untuk

itu perlu upaya peningkatan pemahaman kepada aparat pengawas

lingkungan hidup mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu

industri agar tepat dalam menerapkan berbagai peraturan dalam

melakukan pengendalian pencemaran lingkungan yang dilaksanakan

oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Pengawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan

secara langsung ataupun tidak langsung oleh aparat pengawas

lingkungan hidup daerah untuk mengetahui ketaatan penanggung

jawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan dalam melakukan

pengendalian pencemaran lingkungan. Dalam melakukan pengawasan,

pengawas dituntut untuk mempelajari industri yang akan diawasi dan

peraturan-peraturan pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan

hal tersebut. Oleh karena itu, bagi pengawas diperlukan teknik

pengawasan yang baik dan benar yang sesuai dengan kaidah

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Page 4: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

iv

Pedoman pengawasan pengendalian pencemaran industri ini

merupakan panduan untuk memudahkan pengawas lapangan dalam

mengawasi kinerja pengelolaan lingkungan pada industri untuk

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang

diperlukan di dalam melakukan pengawasan. Pedoman ini berisi

prinsip-prinsip pengendalian pencemaran dari sumber-sumber limbah

yang dihasilkan, strategi pengawasan proses produksi, potensi

pencemaran, persyaratan teknis, dan peraturan yang harus ditaati.

Bandung, Oktober 2014

Penyusun,

BPLHD Provinsi Jawa Barat

Page 5: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................. vii

DAFTAR TABEL ................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1

1.1 Latar belakang ........................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................. 2

1.3 Sasaran ..................................................................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM ................................................ 4

2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri ......................... 4

2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan ............................................. 6

2.2.1 Potensi Pencemaran Air ...................................................... 6

2.2.2 Potensi Pencemaran Udara ................................................. 7

2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3) .................. 9

2.3 Pengelolaan Lingkungan ........................................................ 23

2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air .......................................... 23

2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara ..................................... 25

2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

........................................................................................... 32

BAB III STRATEGI PENGAWASAN .................................. 46

3.1 Persiapan Pengawasan ........................................................... 46

3.2 Pelaksanaan Pengawasan ....................................................... 47

3.3 Format Berita Acara Pengawasan .......................................... 50

3.4 Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara .............. 61

Page 6: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

vi

3.5 Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan ................................... 84

3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan ......... 84

3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan ................................... 84

3.5.3 Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak) Pengawasan

........................................................................................... 85

3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi .................................... 86

BAB IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG

LINGKUNGAN HIDUP ........................................... 87

4.1 Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional .................. 87

4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup .......... 87

4.1.2 Pengelolaan Sampah ......................................................... 87

4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air ................................... 88

4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) ............ 90

4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3)

............................................................................................ 91

4.1.6 Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati 93

4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan ............... 94

4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer ............................................. 95

4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara .................................................. 96

4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut ................................. 97

4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup ................................................................................ 98

4.1.12 Data dan Informasi .......................................................... 113

4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum ............................... 113

4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia .................................... 115

4.1.15 Kapasitas Kelembagaan ................................................... 116

4.1.16 Perjanjian Internasional .................................................. 121

4.2 Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa Barat

.............................................................................................. 123

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ix

Page 7: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pencemaran Lingkungan ................................................... 5

Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3 .......................................... 33

Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3 .................................... 34

Gambar 4 Kegiatan Pengawasan ...................................................... 47

Page 8: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha .................... 6

Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri ................ 8

Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Sektor Manufaktur ..................................................... 9

Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri ...................... 17

Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri ............................................................................................. 18

Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas ................................................................. 19

Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi ................................................................................ 21

Tabel 8 Peraturan Limbah Cair ....................................................... 24

Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara .................. 26

Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara ............................ 27

Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi ............... 30

Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 ................... 34

Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3 .................................... 35

Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara 38

Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar ................ 39

Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal ................................ 41

Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3 ..................................... 43

Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan .................................. 46

Tabel 19 Mekanisme Pengawasan ...................................................... 47

Page 9: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan dari sektor industri

yang terjadi akhir-akhir ini mendesak pemerintah untuk secara serius

meningkatkan efektivitas pengawasan lingkungan untuk mengetahui

tingkat ketaatan industri terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang lingkungan hidup dalam menjamin kelestarian

fungsi lingkungan dari hasil kegiatan usaha atau kegiatan industri.

Peran pemerintah berkewajiban menetapkan kebijakan dan peraturan,

pembinaan, dan bersama-sama melakukan pengawasan. Sementara

pelaku usaha berkewajiban memenuhi ketentuan perundang-undangan

lingkungan sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

serta peraturan turunannya.

Kegiatan pengawasan penaatan merupakan amanat Pasal 71 ayat (1) UU

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa “Menteri, Gubernur, atau

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan

pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab dan/atau kegiatan

atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”. Untuk itu

penguatan sistem dan perangkat pengawasan lingkungan yang efisien

dan efektif menjadi suatu keharusan.

Page 10: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

2

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002

tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi

Pejabat Pengawas menyebutkan bahwa tujuan pengawasan lingkungan

hidup adalah untuk memantau, mengevaluasi, dan menetapkan status

ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap:

1) Kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di

bidang pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan

hidup;

2) Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan

pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL) atau persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin

terkait.

Kegiatan pengawasan ini diperlukan agar penanggung jawab kegiatan

menaati semua ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup,

persyaratan dalam berbagai izin (izin usaha, izin pembuangan limbah,

dll) serta persyaratan mengenai semua media lingkungan (air, udara,

tanah, kebisingan, getaran) yang seharusnya tercantum dalam perizinan

yang telah dimiliki. Buku pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam

pelaksanaan pengawasan pemerintah kabupaten/kota untuk

meningkatkan ketaatan industri dalam pengelolaan lingkungan hidup.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud pembuatan buku pedoman ini adalah sebagai panduan dalam

melaksanakan pengawasan penaatan pengelolaan lingkungan oleh

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Page 11: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

3

Tujuan pembuatan buku pedoman ini diantaranya adalah:

Menyajikan informasi mengenai potensi pencemaran lingkungan,

dan pengelolaan lingkungannya;

Menyajikan informasi tentang rangkaian kegiatan pengawasan

mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pasca pengawasan;

Memberikan pemahaman kepada para pengawas dalam memantau

dan mengevaluasi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan yang dituangkan ke dalam Berita Acara Pengawasan.

Selanjutnya Berita Acara tersebut dijadikan acuan dalam

menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan terhadap ketentuan izin/dokumen lingkungan, pengelolaan

dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan dan pengendalian

pencemaran udara, pengelolaan dan pengendalian Bahan Berbahaya

dan Beracun (B3), serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(LB3).

1.3 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan buku pedoman ini yaitu

untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu kegiatan dan/atau usaha

dalam pengelolaan lingkungan serta upaya tindak lanjut yang harus

dilakukan.

Page 12: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

4

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri

Salah satu dampak aktivitas industridari sisi lingkungan hidup adalah

terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah industri. Pencemaran

air, udara, tanah dan pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun (LB3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh kita

semua, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri

tersebut. Beberapa hal yang dapat menimbulkan permasalahan,

misalnya lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman penduduk,

pembebasan tanah yang bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat

dalam rencana kegiatan, buruknya kualitas AMDAL, tidak adanya

pengolahan limbah yang baik, dan lain sebagainya.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik, apabila dibuang ke

lingkungan sekitar dapat mengakibatkan masuknya bahan-bahan

pencemar termasuk logam berat dan bahan berbahaya lainnya ke tanah

dan saluran-saluran air warga sekitar sampai ke sumber air masyarakat.

Pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh

aktivitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya

adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat

menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar

pabrik. Selain itu pencemaran lingkungan yang juga terjadi berupa

polusi udara, dimana polusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin

produksi pabrik yang membuang emisinya melalui cerobong, terutama

perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kegiatan

pembakaran.

Page 13: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

5

Gambar 1 Pencemaran Lingkungan

(Sumber: Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup, Pusdiklat Kementerian

Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012)

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dari

aktivitas industri, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran

lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu

lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan

pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan

terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Adapun

prinsip pengelolaan limbah industri dapat dilakukan melalui

pendekatan teknis dan non teknis, pendekatan teknis berhubungan

dengan peraturan-peraturan, kajian sistem produksi dalam industri

tersebut yang meliputi sistem, produk, servis maupun proses.

Sedangkan pendekatan non teknis dengan peningkatan kesadaran

lingkungan masyarakat dan industri dalam menyikapi masalah

pencemaran.

Page 14: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

6

2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan

2.2.1 Potensi Pencemaran Air

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

No. 6 Tahun 1999, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang

dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan

diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sumber-sumber limbah

cair tersebut dapat berasal dari seluruh proses kegiatan yang meliputi

limbah cair domestik, limbah cair dari proses produksi bagi kegiatan

industri, perhotelan dan dari kegiatan klinis bagi kegiatan rumah sakit.

Sumber dan kegiatan yang menghasilkan limbah cair berdasarkan jenis

usaha dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha

No. Jenis Usaha/Kegiatan

Sumber Air Limbah Kegiatan yang Menghasilkan Air

Limbah

1. Rumah Sakit Sarana Perawatan Ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang operasi dan IPI, ruang kamar bersalin, ruang rawat bedah, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang Intensive Care Unit (ICU).

Sarana Penunjang Ruang farmasi, laboratorium, ruang sterilisasi, ruang instalasi gizi, ruang jenazah, instalasi gizi/dapur, laundry

Sarana umum Ruang kantor, fasilitas sosial 2. Keramik Sarana produksi Proses persiapan bahan

baku, penanganan dan penyimpanan, shaping glate preparation, off gas treatment, dan pengeringan.

3. Pupuk Sarana produksi Proses oksidasi parsial untuk memproduksi karbon dioksida, ceceran air bekas cuci atau buangan dari absorber, blowdown, kompresor,dll.

Sarana penunjang Laboratorium 4. Pulp dan kertas Sarana produksi Proses chemical making ,

ruang proses pemutihan,

Page 15: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

7

No. Jenis Usaha/Kegiatan

Sumber Air Limbah Kegiatan yang Menghasilkan Air

Limbah

pulp making, dan black liquor thickening.

5. Peleburan besi dan baja

Sarana penunjang Laboratorium dan ruang proses pendinginan.

6. Hotel Fasilitas kamar Kamar mandi dan toilet meliputi washtafel, shower/bathtub, pembersihan kamar mandi.

Fasilitas umum Dapur dan restoran, meliputi pencucian bahan masakan, peralatan masak dan peralatan makan. Laundry, kolam berenang, alat pendingin (ac dan refrigerator), dan alat pemadam kebakaran

7. Tekstil Sarana produksi Proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, pengelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan, dan proses penyempurnaan.

Sarana utilitas Pencucian sarana dan peralatan serta blowdown.

8. Minyak Sawit Sarana produksi Sterilisasi, pemurnian, dan pemisahan inti sawit dengan cangkang.

9. Semen Sarana umum Utilitas, pencucian kendaraan dan alat berat, domestik.

2.2.2 Potensi Pencemaran Udara

Emisi udara adalah komponen-komponen yang dihasilkan dari suatu

pembakaran yang dikeluarkan langsung dari sumbernya. Sumber emisi

udara utama usaha dan/atau kegiatan biasanya berasal dari

pengoperasian boiler (ketel uap) dan genset. Genset pada umumnya

bersifat sebagai cadangan (stand by) ketika aliran listrik padam.

Parameter pencemar udara yang dihasilkan dari ruang pembakaran

boiler dan genset bergantung pada bahan bakar yang digunakan.

Potensi pencemaran berdasarkan jenis industri dapat dilihat pada

Tabel 2.

Page 16: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

8

Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri

No. Jenis Industri Sumber pencemaran Potensi emisi

1. Rumah Sakit Genset Incinerator

CO, NOx, SOx, Partikulat, Partikulat, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, Ti, Opasitas

2. Keramik Kiln, utilitas (genset, boiler)

NOx, SOx, TSP, HF, Opasitas, CO

3. Pupuk Pabrik pupuk ammonium sulfat ZA: Drier scrubber, saturator, exhaust gas scrubber, unit asam sulfat, dan gas turbin

Total partikel, NH3, SO2, NO2

Pabrik pupuk urea: Primary reformer, prilling tower, dan gas turbine/waste heat boiler.

NO2, NH3, total partikel

Pabrik pupuk fosfat: Penyimpanan bahan ball mill, unit reaksi, unit granulasi

Total partikel dan fluor

Pabrik pupuk majemuk NPK:scrubber

Total partikel, fluor, dan amoniak

Utilitas: Power boiler SO2, NO2 4. Pulp dan kertas Boiler, incinerator, turbin

generator SO2, Cl2, ClO2, CO, NO2. SO2, partikulat

5. Peleburan besi dan baja

Unit DR Plant (cerobong pabrik besi spons dan cerobong pabrik hyl), proses peleburan, rolling mill, rotary kiln, dan boiler.

SO2, NO2, dan partikulat

6. Hotel Genset, boiler SO2, CO, NOx, dan jelaga 7. Elektronik Persiapan plat, electroless

plating, imaging, electroplating, tahap akhir, dan tes

Partikulat, uap asam, VOC, uap organik, ammonia, CFC

8. Tekstil Mesin penyempurnaan, stentering, proofing, dry cleaning, proses pencucian, boiler, pencelupan dan pencetakan, pelepasan dan penyempurnaan crosslink.

TSP, NOx, SOx, Minyak dan Mist, Solven, VOC, CO2, Amonia, Formaldehid, CO, dan uap asam.

9. Semen Kiln plant/stack kiln, packling, coal mill, dan finish mill.

Partikulat, debu, SO2, NO2

Page 17: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

9

2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun

1999, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)merupakan bahan

yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau

merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Limbah B3 Menurut Karakteristiknya antara lain :

1. Mudah meledak (misal : bahan peledak);

2. Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solven);

3. Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator);

4. Beracun (misal: HCN, Cr(VI)) ;

5. Menyebabkan infeksi (limbah bakteri/rumah sakit);

6. Bersifat korosif (misal: asam kuat).

7. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik

{karsinogenik, mutagenik dan teratogenik (merkuri, turunan

benzena), bahan radioaktif (uranium, plutonium,dll)}.

Adapun sumber limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) spesifik

dari berbagai sektor dapat dilihat pada Tabel 3- Tabel 7.

Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

Sektor Manufaktur

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

1. Pupuk - Proses produksi ammonia, urea/asam sulfat

- IPAL yang mengolah efluen dari proses produksi di atas

Sumber spesifik - Katalis bekas - sludge proses produksi - limbah laboratorium - sludge dari IPAL - Karbon aktif bekas - Alumina ball

Sumber Tidak Spesifik: - Limbah PCB - Pelumas bekas - Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, dll)

Page 18: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

10

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll)

2. Peleburan/pengolahan besi dan baja

- Proses peleburan besi/baja

- Proses casting besi/baja

- Proses besi/baja: rolling, drawing, sheeting

- Coke manufacturing

- IPAL yang mengolah efluen dari coke oven/blast furnace

Sumber Spesifik - Ash, dross, slag dari

furnace - Debu, residu, dan/atau

sludge dari fasilitas pengendali pencemaran udara

- Sludge dari IPAL - Pasir foundry dan debu

cupola - Simulsi minyak dari

pendingin pelumas - Sludge ammonia - Sludge dari proses

rolling

Sumber Tidak Spesifik: - Slag - Millscale - Debu EAF - Pelumas bekas - Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, dll)

- Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll)

3. Tekstil - Proses finishing tekstil

- Proses dyeing bahan bahan tekstil

- Proses printing bahan tekstil

- IPAL yang mengolah efluen proses kegiatan di atas

Sumber Spesifik: - Sludge dari IPAL yang

mengandung logam berat

- Pelarut bekas (cleaning)

- Fire retardant (SB/senyawa brom organic)

Sumber Tidak Spesifik: - Fly ash dan bottom ash - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

limbah B3 (kaleng cat, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

4. Manufaktur dan Perakitan kendaraan dan Mesin

- Seluruh proses yang berhubungan dengan fabrikasi dan finishing logam, manufaktur mesin, dan suku cadang dan perakitan,

Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Pelarut bekas dan

cairan pencuci (organik dan anorganik)

- Residu proses produksi - Sludge dari IPAL Sumber Tidak Spesifik:

Page 19: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

11

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

termasuk kegiatan pengecatan

- IPAL yang mengolah efluen dari proses di atas

- Potongan PCB tersolder - Scrub timah solder - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng cat, drum, dll)

- Tinner bekas - Coolant radiator - sludge painting - pelumas bekas - kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

5. Elektroplating dan galvanis

- semua proses yang berkaitan dengan kegiatan pelapisan logam termasuk proses perlakuan phospating, etching, polishing chemical conversion coating, anodizing

- pre treatment: pickling degreasing, stripping, cleaning, grinding, sand blasting weld cleaning depainting

- IPAL yang mengolah efluen proses elektroplating dan galvanis

Sumber spesifik: - Sludge pengolahan dan

pencucian - Larutan pengolah bekas - Larutan asam

(pickling) - Dross, slag - Pelarut bekas

(terklorinasi) - Larutan bekas proses

degreasing - Sludge dari IPAL - Residu dan larutan

batch - Mill scale - Abu timah - HCl Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Aki bekas - E-waste (computer,

printer, dll) - Lampu TL bekas

6. Cat (varnish dan bahan pelapis lain)

- MFDP cat - IPAL yang

mengolah efluen proses yang berkaitan dengan cat

Sumber Spesifik: - Sludge cat - Pelarut bekas - Sludge dari IPAL - Filter bekas - Produk off-spec - Residu proses destilasi - Cat anti korosi (Pb, Cr) - Debu/sludge dari unit

pengendalian pencemaran udara

- Sludge proses painting - Solvent based - Water based Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

Page 20: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

12

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- E-waste (computer, printer, dll)

7. Batere Sel Kering - MFDP batere sel kering

- IPAL yang mengolah efluen proses produksi batere

Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Residu proses produksi - Batere bekas, off spec,

dan kadaluarsa - Sludge dari IPAL - Metal powder - Dust, slag, ash Sumber Non Spesifik: - Batere kadaluarsa - BM sedotan/sapuan - Abu insinerator - Minyak pembersih

solar - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

8. Batere Sel Basah - MFDP batere sel kering

- IPAL yang mengolah efluen proses batere

Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Batere bekas

kadaluarsa dan off spec - Sludge dari IPAL - Larutan asa/alkali - Dross - Lead powder Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

9. Komponen elektronik/peralatan elektronik

- Manufaktur dan perakitan komponen, serta peralatan elektronik

- IPAL yang mengolah efluen proses

Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Pelarut bekas - Merkuri

contractors/switch - Lampu fluorosens (Hg) - Coated glass - Larutan etching untuk

printed circuit - Caustic stripping

(photoresist) - Residu solder dan

fluxnya - Limbah pengecatan

Page 21: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

13

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- PBC breaking - Thinner dan flux - Solder waste - Phosphating waste - Polyol Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi limbah (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

10. Farmasi - MFDP produk farmasi

- IPAL yang mengolah efluen proses manufaktur dan produksi farmasi

Sumber Spesifik: - Sludge dari fasilitas

produksi - Pelarut bekas - Produk off spec

kadaluarsa dan sisa - Sludge dari IPAL - Peralatan dan kemasan

bekas - Residu proses produksi

dan formulasi - Absorben dan filter

(karbon aktif) - Residu proses destilasi,

evaporasi dan reaksi - Limbah laboratorium - Residu dari proses

insinerasi Sumber Non Spesifik: - Katalis bekas - Fly ash - Limbah laboratorium - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

11. Sabun-detergen/produk pembersih desinfaktan/kosmetik

- Proses manufaktur dan formulasi produk

Sumber Spesifik: - Residu produksi dan

konsentrat - Filter dan absorben

bekas - Pelarut bekas - Konsentrat off spec dan

kadaluarsa - Limbah laboratorium - Sludge dari IPAL Sumber Non Spesifik:

Page 22: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

14

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- Batubara - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

12. Gelas keramik/Enamel

- Manufakturing dan formulasi produk gelas dan keramik/enamel

Sumber Spesifik: - Bubuk gelas-terlapis

logam - Emulsi minyak - Residu dari proses

etching - Hg (glass switches) - Debu/sludge dari

peralatan pencemaran udara

- Residu opal glass-As - Bronzing dan

decolorizing agent-As Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 - Kemasan kimia

kadaluarsa - Kemasan

terkontaminasi B3 (majun, sarung tangan)

- Filter oli bekas - Serbuk gergaji bekas - Reject product

13. Chemical industry - Degreasing, descalling, phosphating, derusting passivation, refinishing

Sumber Spesifik: - Alkali, pelarut

asam/larutan oksidator yang terkontaminasi logam, minyak, gemuk

- Residu dari kegiatan pembersihan

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 ( kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E- waste (computer, printer, dll)

- Limbah laboratorium (botol bekas)

- Lampu TL - Aki bekas

Page 23: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

15

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

14. Semua jenis industri yang menghasilkan/menggunakan listrik

- Proses replacement, refilling, reconditioning atau retrofitting dari transformer dan capasitor

Sumber Spesifik: - Asbestos Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - E-waste (computer,

printer, dll) - Lampu TL - Aki bekas

15. Semua jenis industri konstruksi

- AC, atap, insulation Sumber Spesifik: - Asbestos Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - E-waste (computer,

printer, dll) - Lampu TL - Aki bekas

16. Bengkel pemeliharaan kendaraan

- Pemeliharaan mobil, motor, kereta api, pesawat, termasuk body repair

Sumber Spesifik: - Pelumas bekas - Pelarut (cleaning

degreasing) - Limbah cat - Asam - Batere bekas Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

17. Plastik - Sumber Spesifik: - Solvent bekas Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

18. Sepatu - Sumber Spesifik: - Solvent bekas Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

Page 24: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

16

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- Limbah laboratorium/medis

19. Ban - Sumber Spesifik: - Sludge/oil separator Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

20. Rayon - Sumber Spesifik: - Katalis bekas - Fly ash Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

- Limbah laboratorium (botol bekas)

- Lampu TL - Aki bekas

21. Kaca - Pembakaran silica dalam gas furnace

- Boiler - VCM Plant

Sumber Spesifik: - Dust checker - Sludge dari IPAL - Fly ash dan bottom ash - Residu proses produksi - Katalis bekas Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, kerak lem)

- E-waste (computer, printer, dll)

- Limbah laboratorium/medis

Page 25: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

17

Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri

No.

Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

1. Boiler yang menggunakan bahan bakar batubara

Boiler 1. Fly ash batubara 2. Bottom ash batubara

2. Agar-agar Workshop, kantor Lihat Tabel 5

3. Gula Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

4. Jamu Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

5. Karet Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

6. Kina Proses produksi

Ampas kina/residu destilasi

Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

7.

Makanan dan minuman (kecap, saos, air mineral, minuman ringan, makanan ringan, kerupuk, pengalengan makanan, cold storage)

Proses produksi

Sludge

Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

8. Minyak goreng Proses produksi

- Spent earth - Sludge minyak/lemak

Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

9. Pakan ternak Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium

Lihat Tabel 5

10. Penyamakan kulit Proses produksi IPAL

Limbah trimming/shaving/bufing Sludge IPAL dari proses tanning dan finishing Kerak cat

Workshop,kantor Lihat Tabel 5 11. Peternakan

/Penggemukan hewan Workshop Kantor

Lihat Tabel 5

12. Plywood (kayu lapis) Proses produksi Kerak lem, sisa lem IPAL Sludge IPAL Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

13. Rokok Proses produksi Tinta bekas Kemasan bekas tinta

Page 26: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

18

No.

Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

14. Sawit dan tapioka Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, klinik

Lihat Tabel 5

15. Teh Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

16. Tepung terigu dan tapioka

Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium

Lihat Tabel 5

17. Kertas Proses produksi Sisa tinta printing Kemasan bekas tinta printing Sludge tinta converting Sludge tinta coragated

IPAL Sludge IPAL (proses kimia/biologi)

Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

18. Pulp Proses Produksi Dregs dan Grits IPAL Suldge IPAL Workshop, kantor, gudang bahan kimia, poliklinik

Lihat Tabel 5

19. MSG Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

20. Gula rafinasi IPAL Sludge IPAL Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri

No. Sumber limbah Jenis limbah

1. Workshop 1. Pelumas bekas 2. Filter bekas 3. Aki bekas 4. Majun terkontaminasi LB3 5. Serbuk gergaji terkontaminasi LB3 6. Solar bekas

2. Gudang bahan kimia 1. Kemasan bekas bahan kimia 2. Bahan kimia kadaluarsa

3. Laboratorium 1. Limbah laboratorium cair 2. Limbah laboratorium padat

4. Klinik/poliklinik 1. Limbah klinis

Page 27: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

19

Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas

No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

1. Emas dan tembaga Proses produksi/ pengolahan ore, Workshop, perkantoran dan perumahan, laboratorium, utilitas (PLTU dll)

Spesifik - Tailing - Limbah fire assay

(ceramic, flux, cupell) - Bahan kimia kadaluarsa - Limbah laboratorium Non Spesifik - Oli bekas - Grease bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Hose bekas - Majun/ material

terkontaminasi - Kemasan terkontaminasi

limbah B3 - E-waste (catridge/toner

bekas, monitor, dll) - Lampu TL bekas - Fly ash and Bottom ash - Limbah medis/infeksius

2. PLTU/PLTG/ PLTGU/PLTD

Spesifik - Sludge IPAL - Limbah laboratorium

Non Spesifik - Oli bekas - Grease bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Hose bekas - Majun/ material

terkontaminasi - Kemasan terkontaminasi

limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)

- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas - Fly ash and Bottom ash - Limbah medis/infeksius

3. EP Migas Eksplorasi dan produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL Tangki penyimpanan Workshop Perkantoran dan

Spesifik - Slop minyak/ minyak

kotor - Oily water - Sludge minyak - Lumpur bor - Karbon aktif - Absorben bekas

Page 28: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

20

No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

perumahan Laboratorium

- Sludge IPAL - Tanah terkontaminasi

minyak Non Spesifik - Oli bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Bahan kimia bekas dan

kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptan, silica gel, resin, dll)

- Material terkontaminasi B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll)

- Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)

- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas - Limbah medis/infeksius

4. Pengolahan migas Eksplorasi dan produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL Tangki penyimpanan Workshop Perkantoran dan perumahan Laboratorium Unit dissolve air flotation

Spesifik - Katalis bekas - Oily water - Sludge minyak - Karbon aktif bekas - Filter bekas - Sludge IPAL - Tanah terkontaminasi

minyak - Limbah laboratorium Non Spesifik - Oli bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Bahan kimia bekas dan

kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptn, resin, dll)

- Material terkontaminasi B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll)

- Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan

Page 29: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

21

No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

bahan kimia) - E-waste (catridge/toner

bekas, monitor, dll) - Lampu TL bekas - Limbah medis/infeksius

5. Distribusi Workshop Perkantoran Tangki

Spesifik Sludge minyak dan tanah terkontaminasi minyak Non Spesifik - Oli bekas - Oil off spec - Minyak kotor/ slop oil - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Majun / material

terkontaminasi - Kemasan terkontaminasi

LB3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)

- E- waste (catridge, toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas - Limbah medis

Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi

No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah

1. Hotel Operasional/perkantoran - Catridge, toner printer

- Solvent bekas - Lampu TL bekas - Baterai bekas - E-waste

Utilitas/ kegiatan pendukung - Oli bekas - Sisa kemasan

chemical, bahan kimia laundry

- Majun bekas - Filter oli bekas, filter

solar bekas - Kemasan bahan

kimia, drum solvent, kaleng cat

- Aki bekas, baterai bekas

- Asbes - Sludge IPAL

2. Rumah sakit Operasional/perkantoran - Limbah medis - Lampu TL bekas - Catridge - Jarum suntik - Obat kadaluarsa,

Page 30: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

22

No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah

reagen - Kaleng bertekanan - Limbah laboratorium

Utilitas - Aki bekas - Oli bekas] - Filter oli dan solar

bekas - Sisa kemasan bahan

kimia - Abu insinerator - Sludge IPAL

3. Pengolahan Limbah B3

Penghasil LB3 dan pengumpul LB3

- Sludge - Sarung tangan bekas,

masker, kain majun - Kaleng kemasan

kimia terkontaminasi - Lampu TL bekas - Abu ex dust collector

(abu furnace) - Sludge scrubber - Aki bekas - Air chemical bekas - Air separator - Sludge IPAL, WWT

Cake, sludge cake - Oli bekas - Abu insinerator - Filter oli bekas, filter

solar dan udara - Sludge oil - Slop oil - Katalis bekas - Absorber - Residu - Contaminated goods,

Expired product - Powder spray - Catridge printer

bekas - Lab waste ( organik

solvent dan bekas uji coba)

- Solid cake/ padatan - Elektronik bekas - Poor slag - Bag filter - Separator - Dross - Steel shot & steel grit - Coolant & waste

water - Moulding resin - Used grease - Valsvar corrocoat

powder - Blank rod

Page 31: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

23

No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah

- Unused carbon - Cutting PCB - Used Electrolyte - Blaster dust shot grit - Mill scale - Contaminated soil - Thinner - TCE - Hydrocarbon - Hydraulic oil - Used contaminated

rags - Sludge water base

brush - Used solvent brush

cleaner - Sludge compound - Ash compound - Dry glue - Laboratory waste

4. Kawasan industri

Operasional/ perkantoran - Sludge IPAL - Lampu TL bekas - Kemasan bekas

limbah lab - Lab waste - Catridge printer

Utilitas/kegiatan pendukung - Kain majun

- Sand blasting - Oil coolant - Oil tank cleaning - Limbah pickling - Pelumas bekas

2.3 Pengelolaan Lingkungan

2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air

Seluruh usaha dan atau kegiatan memiliki kewajiban dalam pengelolaan

air limbah menggunakan teknologi proses pengolahan air limbah

(IPAL) agar outlet IPALnya selalu memenuhi standar baku mutu yang

dipersyaratkan. Secara umum kewajiban usaha dan atau kegiatan dalam

pengendalian pencemaran air adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan

sehingga baku mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak

melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;

Page 32: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

24

b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air

sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan

saluran limpahan air hujan;

c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan

pencatatan debit harian limbah cair tersebut;

d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair kepada

laboratorium terakreditasi sekurang-kurangnya satu kali dalam

sebulan;

e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar

parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya tiga bulan

sekali kepada OPD Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, yang

tembusannya disampaikan kepada Gubernur dan Menteri, serta

instansi lainnya yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan mengenai kualitas efluen air limbah yang boleh dibuang ke

lingkungan untuk usaha dan kegiatan adalah sebagai berikut dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Peraturan Limbah Cair

No Jenis Usaha/ Kegiatan

Peraturan terkait Kewajiban Parameter

1. Rumah Sakit KepMenLH Nomor:

Kep-58/MENLH/12/1995

Fisika: Suhu

Kimia: pH, BOD5, COD, TSS, NH3 bebas, PO4,

Biologi: MPN-Kuman Golongan Koli/100mL

Radioaktivitas: 32P, 35S, 45Ca, 51Cr, 67Ga, 85Sr, 99Mo, 113Sn, 125I, 131I, 192Ir, 201Ti

2. Keramik PerMenLH Nomor: 16 Tahun 2008

TSS, Timbal (Pb), Kobalt (Co), Kadmium (Cd), Krom total (Cr), pH

3. Pupuk KepMenLH Nomor: Kep51/MENLH/10/1995

COD, TSS, Minyak dan Lemak, NH2-N, TKN, pH

4. Pulp dan kertas - KepMenLH Nomor:Kep-51/MENLH/10/1995

- KepGub No.6/1999 Lampiran II.5

BOD, COD, TSS, pH

Page 33: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

25

No Jenis Usaha/ Kegiatan

Peraturan terkait Kewajiban Parameter

5. Hotel KepMenLH Nomor: Kep-52/MENLH/10/1995

BOD, COD, TSS, pH

6. Tekstil - KepMenLH

- Nomor:Kep-51/MENLH/10/1995

- KepGub

No.6/1999Lampiran

II.9

BOD, COD, TSS, Fenol total, Krom total, Amonia total (NH3-N), Sulfida sebagai S, Minyak dan Lemak, pH

7. Minyak Sawit KepMenLH Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995

BOD, COD, TSS, Minyak dan lemak, Amonia (NH3-N), pH

8 Industri tidak spesifik

KepGub No.6/1999 Lampiran III

Fisika: Temperatur, TSS, TDS

Kimia: pH, Fe, Mn, Ba, Cu, Zn, Cr+6, Cr, Cd, Hg, Pb, Sn, As, Se, Ni, Co, CN, H2S, F, Cl2, NH3-N, NO3-N, NO2-N, BOD5, COD, Senyawa Aktif Biru Metilen, Fenol, Minyak Nabati, Minyak Mineral, Radiaktivitas

2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara

Peraturan mengenai pengendalian pencemaran udara skala nasional

adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan peraturan tingkat

Provinsi Jawa Barat adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

Nomor 11 Tahun 2006. Untuk mengurangi pencemaran udara hingga

mencapai tingkat yang tidak membahayakan atau mencemari

lingkungan udara ambien dan memenuhi baku mutu emisi udara adalah

dengan menggunakan alat atau teknologi pengendalian pencemaran

udara. Alat pengendali pencemaran udara dapat dilihat pada Tabel 9

dan 10.

Page 34: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

26

Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara

No Nama Alat Cara kerja Gambar 1. Wet Scrubber Arus gas kotor dibawa menuju

kontak dengan liquid pencuci dengan cara menyemprotkan, mengalirkan atau dengan metode kontak lainnya. Kemampuan alat ini terbatas menyisihkan partikel < 0.3 mikron.

2. Gravity Settling

Chamber Prinsip penyisihan partikulat dalam Gravity Settler adalah gas yang mengandung partikulat dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara gravitasi ke bagian pengumpul debu (dust collecting hoppers).

3. Siklon Peralatan mekanis yang digunakan untuk menyisihkan partikel dengan ukuran > 5 mikron dengan efisiensi penyisihan 50-90%. Prinsip kerja siklon yaitu dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan inersia dari udara/gas buangan. Udara yang mengandung partikulat menyebabkan partikel terlempar ke luar, membentur dinding, dan bergerak turun ke dasar siklon. Dalam aplikasi di dunia industri, siklon sering digunakan sebagai pre-cleaner untuk alat kontrol polusi udara yang lebih rumit seperti electrostatic precipitator atau baghouses.

4. Electrostatic Precipitator (EP)

Alat pengendali pencemar partikulat yang didasari pada konsep presipitasi akibat gaya elektrostatik. EP sangat efektif sebagai pengendali partikulat yang berukuran kurang dari 10 mikron. Pemberian muatan listrik oleh precipitator discharge electrode disebut sebagai corona discharge. Partikel diberikan muatan negatif

Page 35: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

27

No Nama Alat Cara kerja Gambar (negative charging) sehingga menimbulkan gaya elektrostatis. Gaya ini akan berinteraksi sehingga partikulat akan mengalami presipitasi pada sistem pengumpul (berbentuk plat atau tabung) yang bermuatan positif. Setelah menempel pada bidang pengumpul maka akan terjadi discharging muatan hingga kolektor ternetralisir oleh jumlah partikulat bermuatan yang menempel.

5. Fabrik filter/ Baghouse

Unit pengendali pencemaran udara yang disisihkan melalui mekanisme impaksi, intersepsi dan difusi. Fabric filter menggunakan bahan filter tertentu seperi nilon atau wol untuk menyisihkan partikel dari aliran gas

Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara

No Alat Cara Kerja Gambar 1. Adsorber Unit pengendali gas yang

menggunakan prinsip adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses tertahannya pencemar gas yang terdapat dalam aliran gas buang pada suatu permukaan padat. Adsorben adalah permukaan padat yang mampu menarik molekul gas pencemar (seperti karbon aktif, silica gel, activated alumina), adsorbat adalah molekul gas pencemar yang tertahan pada permukaan padat (seperti senyawa organik volatil, thinner cat, pelarut / solvents).

Page 36: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

28

No Alat Cara Kerja Gambar 2. Absorber/

scrubber Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip absorpsi. Absorpsi adalah mekanisme dimana satu atau lebih zat pencemar dalam aliran gas dieliminasi atau dihilangkan dengan cara melarutkannya dalam cairan.

3. Kondenser Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip kondensasi, yaitu proses penyisihan gas pencemar dengan cara merubah fasa dari fasa gas ke fasa cair. Kondenser bentuknya sederhana, relatif murah dan biasanya menggunakan air atau udara untuk mendinginkan dan mengkondensasikan uap. Umumnya digunakan sebelum adsorber, absorber, atau insinerator untuk mengurangi total massa gas buang yang akan diolah.

4. Unit pembakaran/ combustion

Unit pengendali yang bekerja dengan prinsip okidasi, digunakan untuk mengendalikan senyawa organik volatil (VOC) dan atau senyawa-senyawa beracun. Pada temperatur yang cukup tinggi dan waktu tinggal yang cukup, senyawa organik dapat dioksidasi membentuk CO2 dan uap air. Oksidasi senyawa organik yang mengandung klorin dan florin atau sulfur dapat berupa HCl, HF, Cl2 atau SO2.

Secara umum kewajiban usaha dan/atau kegiatan dalam pengendalian

pencemaran udara dalam peraturan terkait emisi sumber tidak bergerak

adalah sebagai berikut:

Page 37: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

29

a. Membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan

sarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang

berlaku;

b. Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir

volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur

arah dan kecepatan angin;

c. Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari

setiap cerobong emisi (CEMs).

d. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong

paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya

bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi selama 6 (enam)

bulan atau lebih;

e. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong

paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya

bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi kurang dari 6

(enam) bulan;

f. Menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian

emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e;

g. Melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran

stabil;

h. Menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana

dimaksud dalam huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan

Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)

bulan, untuk huruf d atau e paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6

(enam) bulan;

i. Melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang

mengakibatkan baku mutu emisi dilampau serta rincian upaya

penanggulangannya kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan

Gubernur dan Menteri.

Page 38: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

30

Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi

No. Sumber Emisi

Peraturan Terkait

Parameter

1. Boiler/ketel uap PerMenLH Nomor 07 Tahun 2007

Bahan bakar Minyak: Partikulat, SO2, NO2, Opasitas Bahan bakar gas: SO2, NO2 Bahan bakar batu bara: partikulat, SO2, NO2, Opasitas

2. Genset PermenLH Nomor 13 Tahun 2009

Kapasitas ≤570 KWth Bahan bakar minyak dan gas NO2, CO

Kapasitas ≤570 KWth Bahan bakar minyak dan gas: total partikulat, SO2, NO2, CO

3. Pembangkit tenaga termal (PLTU)

PermenLH Nomor 21 Tahun 2008

SO2, NO2, Total partikulat, Opasitas

4. Kegiatan industri besi dan baja

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IB

Penanganan bahan baku, tanur oksigen basa, tanur busur listrik, dapur pemanas, dapur proses pelunakan baja: Total partikel Proses celup lapis metal: Total partikel, HCl

5. Kegiatan industri pulp dan kertas

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IIB

Tungku recovery, tanur putar pembakaran, tangki pelarutan lelehan, digester: Total partikel, Total sulfur tereduksi Unit pemutihan: Cl2, ClO2

6 Kegiatan industri semen

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IVB

Total partikel, SO2, NO2, Partikulat

7. Kegiatan industri lain-lain

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran VB

NH3, Cl2, HCl, HF, NO2, Opasitas, Partikel, SO2, H2S, Hg, As, Sb, Cd, Zn, Pb

8. Kegiatan industri pupuk

PermenLH Nomor 133 Tahun 2004

Total partikel, Fluor, Opasitas, SO2, NO2

9. Kegiatan industri keramik

PermenLH Nomor 17 Tahun 2008

Kiln: SO2, NOx, Total partikulat, HF Semua sumber selain kiln: Total partikulat Semua sumber: Opasitas

10. Incinerator KEP - 03 / BAPEDAL / 09 / 1995

Partikel, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, TI, dan Opasitas

Ketentuan teknis cerobong emisi diatur dalam Keputusan Kepala

Bapedal Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian

Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, yaitu:

Page 39: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

31

1. Persyaratan cerobong

Lokasi lubang sampling pada cerobong ditentukan sebesar 8 (delapan)

kali diameter cerobong dari aliran bawah (hulu) dan 2 (dua) kali

diameter dari aliran atas (hilir) dan bebas dari gangguan aliran seperti

bengkokan, ekspansi, atau pengecilan aliran di dalam cerobong. Jika

diameter berbentuk segi empat, maka diameter yang berlaku adalah

diameter ekivalen (De) dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

De: diameter ekivalen

L : panjang penampang cerobong

W : lebar penampang cerobong

Jika cerobong memiliki ukuran bagian bawah dan atas berbeda, maka

diameter ekivalen ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

De: diameter ekivalen

D : diameter dalam cerobong bawah

d : diameter dalam cerobong atas

2. Persyaratan lubang pengambilan sampel

Untuk mengambil sampel emisi cerobong diperlukan pembuatan lubang

pengambilan sampel dengan persyaratan:

a. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm;

b. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistel plat

flange yang dilengkapi dengan baut;

c. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong.

Page 40: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

32

3. Persyaratan pendukung

Persyaratan pendukung lubang pengambilan sampel diantaranya:

a. Tangga besi dan selubung pengaman berupa plat besi

b. Lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan ketentuan

sebagai berikut:

Dapat mendukung beban minimal 500 kg;

Keleluasaan kerja bagi minimal 3 0rang;

Lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah

1,2 m dan melingkari cerobong;

Pagar pengaman setinggi 1 m;

Dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel;

Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang

digunakan yaitu Voltase 220V, 3A, single phase, 50 Hz AC.

Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang

pengambilan sampel.

2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(LB3)

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan

suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan,

pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk

penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan

tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata

rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :

a. Penghasil Limbah B3;

b. Pengumpul Limbah B3;

c. Pengangkut Limbah B3;

d. Pemanfaat Limbah B3;

e. Pengolah Limbah B3;

f. Penimbun Limbah B3.

Page 41: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

33

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata

rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil

limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat

diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah

B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3.

Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang

dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses

pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki

persyaratan lingkungan. Mekanisme pengelolaan limbah B3 melalui

manifest dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3

Lingkup kegiatan pengelolaan limbah B3 terdiri daripengurangan,

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan

dan penimbunan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 42: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

34

Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3

Adapun kewenangan dalam perizinan dan pengawasan pengelolaan

limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel

12.

Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999

Pengelolaan

Limbah B3

Perizinan Pengawasan

Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat Provinsi Kab/Kota

Penyimpanan √ √ √

Pengumpulan √ √ √ √ √ √

Pengangkutan √ √

Pemanfaatan √ √

Pengolahan √ √

Penimbunan √ √

Catatan: izin pengumpulan oli bekas di pusat

KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGURANGAN

PENYIMPANAN

PENGUMPULAN

PENGANGKUTAN

PEMANFAATAN

PENGOLAHAN

PENIMBUNAN

Page 43: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

35

Fasilitas pengelolaan Limbah B3, yaitu sebagai berikut:

a. Tempat Penyimpanan Limbah B3 (TPS LB3)

Seluruh kegiatan usaha yang menghasilkan limbah B3 wajib memiliki

Tempat penyimpanan Limbah B3 baik berbentuk gudang penyimpanan

limbah B3 maupun sludge pond apabila limbah B3 berupa sludge.

Check list form evaluasi TPS LB3 dapat dilihat pada Tabel13.

Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3

CHECKLIST TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :

Contoh: Peleburan Timah Hitam

PT. ABCDE LOKASI : Kab/Kota...

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENGEMASAN

1 apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan bentuk limbah B3?

2 apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah B3?

3 apakah pengemasan limbah B3 dilengkapi dengan simbol label limbah B3?

4 apakah penempatan limbah B3 disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3?

5 apakah kondisi kemasan limbah B3 bebas karat?

6 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak bocor?

7 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak meluber?

BANGUNAN DAN PENYIMPANAN

8 apakah bagian luar bangunan diberi papan nama?

9 apakah bagian luar diberi simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan?

10 apakah limbah B3 terlindung dari hujan dan sinar matahari?

11 apakah bangunan mempunyai sistem ventilasi?

12 apakah bangunan memiliki saluran dan bak penampung tumpahan (jika menyimpan limbah B3 cair)?

Page 44: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

36

13 apakah penyimpanan menggunakan sistem blok / sel

14 apakah masing-masing blok/sel dipisahkan gang/tanggul?

15 apakah kemasan/limbah limbah B3 diberi alas / pallet?

16 apakah tumpukan limbah B3 maksimal 3 lapis?

17 apakah limbah B3 disimpan sesuai dengan masa penyimpanan dalam izin?

(jika baru mengajukan izin, tidak perlu diisi)

PEMANTAUAN

18 adakah logbook/catatan untuk mencatat keluar masuk limbah limbah B3?

19 apakah jumlah dan jenis limbah B3 sesuai dengan yang tercatat di logbook/catatan?

PENGELOLAAN LANJUTAN

20 apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap limbah B3 yang disimpan? (diserahkan ke pihak ketiga/dimanfaatkan internal)

LAIN-LAIN

21 tersediakah alat tanggap darurat yang mudah dijangkau?

22 tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau?

23 apakah memiliki SOP penyimpanan?

24 apakah memiliki SOP tanggap darurat?

25

tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap darurat)

26 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3 100%

Keterangan:

Diisi dengan tanda checklist “√”pada kolom “YA” atau “TIDAK”.

Page 45: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

37

b. Pemanfaatan Limbah B3

Seluruh kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin

pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup, kecuali untuk

pemanfaatan sebagai reuse atau penggunaan kembali pada proses yang

sama. Pemanfaatan limbah B3 berdasarkan Permen LH No. 2 Tahun

2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3 terdiri dari 3 jenis, yaitu reuse,

recycle, dan recovery, yaitu sebagai:

1. Substitusi bahan bakar

Checklist form pemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 14 dengan isi

disesuaikan dengan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki

perusahaan tersebut. Selain check list pengawas juga memeriksa

pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam

checklist pemanfaatan serta memeriksa log book pemanfaatan

limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan mengecek kesesuainnya

dengan izin. Jika ketentuan izin mewajibkan pengukuran emisi,

maka periksa:

Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium (sertifikat hasil

analisa)

Laboratorium yang mengukur wajib terakreditasi dan

teregistrasi di KLH

Periksa kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin

yang berlaku

Periksa kesesuaian frekuensi pengukuran yang dilakukan dengan

izin yang berlaku

Periksa hasil pengukuran emisi dan bandingkan dengan baku

mutu emisi yang berlaku baik berdasarkan ketentuan izin

maupun berdasarkan peraturan yang berlaku.

Page 46: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

38

Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara

CHECKLIST PEMANFAATAN FLY ASH&BOTTOM ASH BATUBARA

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :

PT. ABCDE LOKASI : Kab./Kota

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENAATAN UMUM

1 apakah dilakukan pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash sekurang-kurangnya 1 bulan sekali atau sesuai izin?

2 apakah hasil pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin?

3 apakah dilakukan analisa kandungan logam berat total fly ash dan bottom ash?

4 apakah hasil analisa kandungan logam berat total fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin (cek sertifikat hasil uji)

apakah penyimpanan fly ash dan bottom ash dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti:

5 a. Bentuk dan kualitas tempat penyimpanan

6 c. Kesesuaian tempat penyimpanan dgn limbah yang disimpan

7 d. Dilengkapi simbol dan label

8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari)

9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan prosedur tanggap darurat?

10 Fasilitas pemanfaatan batas-batas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu darurat

PENAATAN KHUSUS

11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan sesuai dengan izin?

12 apakah spesifikasi teknis pemanfaatan sesuai dengan izin?

LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)

13 apakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai dan mudah dijangkau?

14 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Page 47: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

39

2. Substitusi bahan baku

Contoh substitusi ini adalah pemanfaatan sebagai paving block,

batako, semen dan lain-lain. Checklist pemanfaatan substitusi

bahan baku dapat dilihat pada Tabel 15 jika belum ada checklist

yang spesifik maka pengawas wajib membuat checklist berdasarkan

ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan. Kemudian

periksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum

dalam checklist pemanfaatan dan periksa loog book pemanfaatan

limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan cek kesesuainnya dengan

izin.

3. Jenis lainnya setelah melalui penelitian dari kajian yang

memperhatikan aspek-aspek lingkungan.

Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar

CHECKLIST PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKAR

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :

PT. ........

LOKASI : Kab./Kota ................

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENAATAN UMUM

1 apakah dilakukan uji karakteristik minyak pelumas bekas minimal 1 bulan sekali atau sesuai izin?

2 apakah Hasil uji karakteristik minyak pelumas bekas dan atau proses pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin? (cek sertifikat hasil uji)

3 apakah dilakukan uji dampak terhadap proses energi yang dihasilkan sebagai akibat perubahan karakteristik?

apakah penyimpanan minyak pelumas bekas dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti:

4 a. Bentuk dan kualitas kontainer sesuai izin

5 b. Resistensi terhadap air dan bahan kimia lain sesuai izin

Page 48: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

40

6 c. Kesesuaian bahan kontainer dengan isi kontainer

7 d. Dilengkapi simbol dan label

8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari)

9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan prosedur tanggap darurat dan penanganan tumpahan?

10 apakah fasilitas pemanfaatan memiliki batas-batas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu darurat?

PENAATAN KHUSUS

11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai dengan izin?

apakah Informasi kriteria pemanfaatan sesuai dengan izin?, seperti:

12 a. Pelaporan kualitas udara emisi (Frekuensi sesuai izin)

13 b. Pelaporan udara ambien (frekuensi setahun sekali)

14 c. Jumlah oli bekas yang dihasilkan (ton/bulan)

15 d. Jumlah oli bekas yang dimanfaatkan (ton/bulan)

16 e. Menyebutkan semua sumbernya

apakah spesifikasi teknis pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai izin?, seperti:

17 a. Terdapat spray nozzle

18 b. Flow rate pelumas bekas ke combustion chamber sesuai izin

19 c. Aliran pelumas bekas (temperatur combustion chamber >950°C)

20 d. Flow rate dan volume total pelumas bekas tercatat harian

21 e. Wajib diemisikan tunggal pada cerobong pembakaran

22 f. pelumas bekas tidak digunakan selama start up dan shut down

23 g. tidak memasukkan pelumas bekas diluar ketentuan dalam izin

24 h. tidak mencampur dengan limbah B3 lain selama proses recovery energy

LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)

25 terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai dan mudah dijangkau?

26 memiliki SOP tanggap darurat?

27 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Page 49: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

41

c. Pengolahan Limbah B3

Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi,

solidifikasi, fisika, kimia, biologi dan cara lainnya sesuai dengan

perkembangan teknologi. Untuk pengolahan secara thermal,

pengamatan lapangan mengikuti checklist pada Tabel 16 dan untuk

pengolahan lainnya, pengamatan lapangan dapat mengikuti checklist

pada Tabel 16 dengan mengacu pada izin pengolahan yang dimaksud.

Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal

CHECKLIST PENGOLAHAN LIMBAH B3 SECARA THERMAL (INSINERATOR)

NAMA PERUSAHAAN

SEKTOR INDUSTRI :

PT. LOKASI : Kab./Kota

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENAATAN UMUM

1 apakah selama pengakutan tidak terjadi ceceran?

2

apakah Jenis limbah yang dibakar sesuai dengan yang tercantum dalam izin?

3 apakah pengoperasian insinerator sesuai izin?

PENAATAN KHUSUS

4 apakah dilakukan pengukuran suhu gas bakar di burning chamber?

5 apakah dilakukan pencatatan jumlah dan komposisi limbah yang dibakar? (cek log book)

8 apakah komposisi limbah yang dibakar sesuai izin?

6 apakah suhu ruang bakar I saat insinerator beroperasi 600-800 °C (atau sesuai izin)?

7 apakah suhu ruang bakar II saat insinerator beroperasi 900-1100 °C (atau sesuai izin)?

9 apakah efisiensi pembakaran terpenuhi? (Cek sertifikat hasil uji)

10

apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap abu sisa pembakaran? (diserahkan ke pihak ke-3/landfill)

Page 50: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

42

PEMANTAUAN

11 apakah memiliki logbook/pencatatan keluar masuk limbah yang dibakar dan abu insinerator?

LAIN-LAIN

12 tersediakah alat tanggap darurat yang mudah dijangkau?

13 tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau?

14 apakah memiliki SOP pengoperasian insinerator ?

15 apakah memiliki SOP tanggap darurat?

16

tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap darurat)

17 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Pemeriksaaan pengolahan menggunakan insinerator meliputi:

Log book limbah B3 yang dibakar dalam insinerator

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dibakar dengan izin yang berlaku

Housekeeping di sekitar fasilitas insinerator

Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium terakreditasi dan

teregistrasi di KLH (sertifikat hasil analisis) selama satu tahun

Kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang

berlaku/peraturan yang berlaku

Kesesuaian frekuensi pengukuran dengan izin yang berlaku

Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:

Ketentuan izin lainnya yang belum tercantum dalam checklist

Kesesuaian jenis limbah B3 yang diolah dengan perizinan yang

berlaku

Jenis dan jumlah limbah B3 yang diolah setiap siklusnya untuk satu

tahun terakhir

Page 51: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

43

d. Penimbunan Limbah B3

Penimbunan limbah B3 dapat berupa landfill kategori I, kategori 2, dan

kategori 3. Hal tersebut tergantung dari jenis limbah B3 yang akan

ditimbun dan hasil uji analisis total logam berat limbah B3 yang akan

ditimbun. Checklist penimbunan limbah B3 dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3

CHECKLIST PENIMBUNAN LIMBAH B3

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :

PT. LOKASI : Kab./Kota

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETERANGAN YA TIDAK KET

DATA PENAATAN

1 apakah Jenis limbah B3 yang ditimbun sesuai dengan izin ?

2 apakah jenis limbah yang ditimbun memenuhi bakumutu TCLP?

3 terdapat sumur pantau minimal 3 buah (1 upstream dan 2 downstream)?

RANCANG BANGUN FASILITAS PENIMBUNAN

4 apakah lapisan dasar (sub base) adalah tanah lempung yang dipadatkan dengan permeabilitas 1 x 10

-9 m/det?

5 apakah permeabilitas dari sistem pendeteksi kebocoran (k) = 1 x 10-4 m/det?

6 apakah ketebalan minimum lapisan geomembran HDPE 1,5 mm

7 apakah permeabilitas lapisan tanah penghalang k = 1 x 10-9 m/det

8 apakah lapisan pelindung adalah tanah setempat dg tebal 20 cm dan dilapisi geotextile?

BAK PENGUMPUL LINDI

9 apakah berada di area lokasi landfill dan memiliki 1 unit pompa?

10 apakah konstruksi pondasi, lantai dan dinding dari beton?

11 apakah air lindi diolah di IPAL ?

12 apakah melakukan uji kualitas lindi dalam bak pengumpul lindi sebelum dipindah ke fasilitas IPAL?

Page 52: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

44

13 apakah melakukan uji kualitas air tanah pada sumur pantau rona awal?

14 apakah Baku Mutu air tanah ditetapka sesuai dengan rona awal?

15 apakah pengujian dilakukan oleh laboratorium pihak ketiga yang independen dan terakreditasi? (cek sertifikat hasil uji)

16 apakah melakukan uji kualitas air lindi setiap 3 bulan/sesuai izin?

17 apakah melakukan pencatatan arus jumlah limbah B3 yang keluar dan masuk tempat penimbunan? (cek log book)

LAIN-LAIN

18 terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai dan mudah dijangkau?

19 apakah memiliki SOP tanggap darurat?

20 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:

Ketentuan izin penimbunan lainnya jika terdapat ketentuan teknis

yang belum tercantum dalam checklist,

Akreditasi dan registrasi KLH dari laboratorium yang melakukan

analisis kualitas air lindi

Jumlah parameter air lindi yang diukur dibandingkan dengan

perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang

berlaku

Frekuensi pengukuran air lindi dibandingkan dengan perizinan yang

dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku

Pemenuhan kualitas air lindi terhadap baku mutu air lindi

berdasarkan izin atau peraturan penimbunan limbah B3 yang

berlaku.

Jenis dan jumlah limbah B3 yang ditimbun selama satu tahun

terakhir dalam log book

Page 53: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

45

Jenis limbah yang ditimbun dan kesesuaian dengan izin

penimbunan yang dimiliki

Page 54: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

46

BAB III

STRATEGI PENGAWASAN

Strategi dalam melaksanakan pengawasan terdiri dari beberapa tahapan,

antara lain tahap persiapan pengawasan, pelaksanaan pengawasan, dan

penyusunan berita acara, serta tindak lanjut hasil pengawasan.

3.1 Persiapan Pengawasan

Hal-hal yang harus disiapkan dan dipelajari sebelum melaksanakan

pengawasan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan

No. Kegiatan Persiapan Uraian kegiatan 1. Administrasi Surat penugasan, tanda pengenal, format berita

acara (BA pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA pengambilan sampel, BA pengambilan foto/video, BA penolakan pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA penolakan pengambilan sampel, BA penolakan pengambilan foto/video).

2. Peraturan/dokumen/ referensi terkait

Riwayat ketaatan usaha dan/atau kegiatan objek pengawasan, izin-izin terkait, peraturan terkait, dokumen lainnya.

3. Kuesioner dan Check list Membuat kuesioner dan chek list sebagai panduan untuk mengumpulkan informasi dan pemeriksaan secara berurutan.

4. Perlengkapan inspeksi Alat pencatat, kamera/handycam, perlengkapan keselamatan kerja, alat sampling, GPS, sarana transportasi, dan perlengkapan lain yang dianggap perlu.

5. Koordinasi Melakukan koordinasi dengan KLH, OPD Lingkungan hidup kabupaten/kota, laboratorium terakreditasi, dan kegiatan usaha yang akan didatangi .

Page 55: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

47

3.2 Pelaksanaan Pengawasan

Pelaksanaan pengawasan merupakan rangkaian pekerjaan untuk

memperoleh bahan keterangan mendalam tentang suatu usaha

dan/atau kegiatan diantaranya berupa: proses kegiatan, ketaatan

terhadap peraturan maupun persyaratan atau kewajiban yang

tercantum dalam izin, dan evaluasi terhadap cara pengelolaan

lingkungan. Rangkaian kegiatan pengawasan dapat dilihat pada

Gambar 4. Selain rangkaian kegiatan tersebut, dilakukan juga

pengambilan dokumentasi yang merupakan bagian penting dalam

kegiatan pengawasan untuk dijadikan alat bukti dalam menguatkan

temuan di lapangan.

Gambar 4 Kegiatan Pengawasan

Adapun penjelasan dari rangkaian kegiatan tersebut tercantum pada

Tabel 19.

Tabel 19 Mekanisme Pengawasan

No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan 1. Pertemuan Pendahuluan Pertemuan dengan pihak penanggungjawab usaha

dan/atau kegiatan membahas maksud dan tujuan pelaksanaan pengawasan pihak-pihak yang akan dihubungi objek yang akan dikunjungi data/dokumen yang harus dilengkapi. Data-data yang harus dilengkapi:

Penyusunan BAP

Pengamatan TPS LB3

Pengamatan sumber emisi & fasilitas PPU

Pengamatan IPAL

Pengamatan proses kegiatan

Pertemuan pendahuluan

Page 56: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

48

No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan

Informasi umum usaha dan/atau kegiatan

Identitas penanggung jawab

Dokumen pelaporan pemeriksaan air limbah

Dokumen pelaporan pemeriksaan emisi udara dan ambien

Dokumen AMDAL/UKL/UPL

Perizinan 2. Pengamatan proses

kegiatan Pengecekan terhadap: Layout, tata letak, luas

Peta drainase, sistem perpipaan

Jenis dan jumlah limbah (cair, padat, gas)

Flow meter, neraca air Penggunaan energi dan sumbernya

Kemungkinan adanya by pass

Upaya minimasi limbah/teknologi proses daur ulang limbah

3. Pengamatan IPAL Pengecekan terhadap:

Sumber air limbah dan kapasitasnya Pengelolaan air limbah yang diterapkan dan

teknologinya Jenis dan jumlah bahan kimia yang digunakan

dalam pengelolaan air limbah

Kondisi fisik IPAL (permanen, kedap air) Kondisi kinerja IPAL (peralatan tidak bekerja,

rusak, pengoperasian kurang baik) Teknik pengelolaan air limbah yang digunakan

dan sistem operasional IPAL (batch/continue) Skema/lay out IPAL

Kapasitas limbah yang dihasilkan dari masing-masing unit kerja

Debit air limbah inlet dan outlet IPAL

Saluran air limbah (bercampur dengan saluran air hujan, by pass)

Alat ukur debit air limbah

Penggunaan air baku

Data swapantau analisa air limbah

Pengelolaan sludge IPAL

Upaya pemanfaatan air limbah (reuse, recycle, reduce)

4. Pengamatan sumber emisi&fasilitas PPU

Pengecekan terhadap: Sumber-sumber emisi

Data swapantau emisi cerobong dan kualitas udara ambien (periode pemeriksaan, lokasi pengujian dan akretasi laboratorium)

Upaya pengendalian pencemaran udara yang dilakukan (teknik/alat yang digunakan)

Sarana uji emisi cerobong (bandingkan dengan Ketentuan Kepdal 205/BAPEDAL/09/1996)

Jenis bahan bakar Pengaduan masyarakat/gangguang kualitas

udara yang terjadi

Upaya pengendalian kebisingan, getaran, dan bau

Page 57: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

49

No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan 5. Pengamatan TPS LB3 Pengecekan terhadap:

Check list form evaluasi TPS LB3: - Pemeriksaan bangunan : rancang bangun

dan luas sesuai dengan jenis, karakteristik, dan jumlah LB3 yang dihasilkan, terlindung dari masuknya air hujan, memiliki sistem ventilasi udara dan penerangan yg memadai, lantai kedap air, kemiringan 1% landai ke arah bak penampung, penandaan/simbol tempat penyimpanan;

- Pemeriksaan sarana lain yang tersedia: peralatan sistem pemadam kebakaran, pagar pengamanan, fasilitas pertolongan pertama, pintu darurat, alarm;

- Pemeriksaan kemasan: kondisi baik, tidak rusak, tidak karat dan tidak bocor; bentuk, ukuran dan bahan kemasan saling cocok dengan limbah B3;

- Pemeriksaan pengemasan: kecocokan pengemasan, pemeriksaan dan pemasangan simbol dan label;

- Pemeriksaan pewadahan LB3 dalam tangki: rancang bangun, fasilitas dan sistem penunjang memenuhi persyaratan, LB3 yang disimpan sesuai, memiliki penampungan sekunder, dilakukan pemeriksaan setiap hari, penanggulangan bila terjadi kebocoran atau gangguan;

- Pemeriksaan cara penyimpananan LB3: kemasan dibuat sistem blok, lebar gang memenuhi persyaratan, penumpukan kemasan stabil, tumpukan maksimal 3 lapis dan menggunakan palet, jarak dengan atap dan dinding minimal 1 meter.

- Pemeriksaan penyimpanan dengan tangki: mempunyai tanggul, saluran pembuangan dan bak penampung (kedap air dan kapasitas 110% kapasitas tangki), terlindung dari penyinaran matahari dan air hujan secara langsung.

Izin penyimpanan LB3 Catatan penyimpanan LB3 (sumber LB3, jenis

LB3, tanggal masuk, tanggal keluar, jumlah LB3, neraca LB3,)

Waktu penyimpanan LB3 (>90 hari atau tidak)

Pelaporan penyimpanan LB3

6. Penyusunan BAP (dibahas dalam bahasan format berita acara pengawasan)

Page 58: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

50

3.3 Format Berita Acara Pengawasan

Berikut adalah format Berita Acara Pengawasan yang telah disusun

melalui berbagai diskusi dengan OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat:

BERITA ACARA

PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada hari ini,……..tanggal ……… bulan.........tahun …….., pukul ……., di Kabupaten……..,Provinsi Jawa Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Instansi : NIP. : Pangkat/Gol : Jabatan : Beserta anggota pengawas:

Nama NIP/PPLH Jabatan

1. .....

2. .....

.....

.....

.....

.....

secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap : Perusahaan : Alamat : Telp/Fax :

Pihak Perusahaan Nama Jabatan : No.Kontak : Email :

Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.

BPLHD Prov. Jabar

BPLH Kabupaten/Kota ........

Pihak Perusahaan

Nama : Nama : Nama : Ttd : Ttd : Ttd :

Nama : Nama : Ttd : Ttd :

Page 59: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

51

LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP

Nama Perusahaan :

Jenis Industri :

Lokasi Kegiatan : Kab/Kota ........., Provinsi Jawa Barat

UMUM

Nama Perusahaan : ....

Alamat lokasi kegiatan : .…

Telp./Fax. : ....

Alamat Kantor Pusat : ….

Telp./Fax. : ....

Nama Holding Company : -

Alamat Kantor Holding Company : -

Telp./Fax. : -

Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi

Perusahaan

: ..

Jenis Industri : .....

Status Permodalan : ...

Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan : ......

Jumlah Karyawan : …..

Kapasitas Produksi Terpasang : .....

Produksi Rill : .....

Bahan Baku Utama :

Bahan Penolong : (aditif)

Prosentase Pemasaran Eksport : .......... %

Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal : ........... %

Dokumen Lingkungan yang dimiliki : ....

Nama Personal Kontak : ...

Nomor HP dan e-mail Personal Kontak : .....

PROSES PRODUKSI :

Page 60: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

52

RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN:

I. DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL)

No.

Kewajiban

Penanggungjawab Usaha

sesuai PP 27/2012

Penaatan Temuan

1. Memiliki dokumen lingkungan /

izin Lingkungan.

2. Melaksanakan ketentuan

dalam dokumen lingkungan /

izin lingkungan :

A. Deskripsi kegiatan (luas

area dan kapasitas

produksi)

B. Pengelolaan lingkungan

terutama terutama aspek

pengendalian pencemaran

air, pengendalian

pencemaran udara, dan

Pengelolaan LB3 (matriks

pengelolaan dan matriks

pemantauan)

-

3. Melaporkan pelaksanaan

dokumen lingkungan/izin

lingkungan (terutama aspek

pengendalian pencemaran air,

pengendalian pencemaran

udara, dan Pengelolaan LB3)

II. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

a. Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:

No Nama Outlet Lokasi Koordinat Sumber Keterangan

1.

Page 61: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

53

b. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)

No Titik

Penaatan No. Izin

Instansi

Penerbit Izin Masa Berlaku Keterangan

1.

2.

c. Data swapantau periode Bulan …. sampai dengan Bulan … sebagai berikut :

TAHUN 2014 BMAL Ket

Konsentrasi (mg/L)

Parameter Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

Outlet

Produksi

(ton/bln)

Debit

(m3/bln)

Page 62: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

54

d. Persyaratan Teknis:

Persyaratan teknis Ya / Tidak Keterangan

Melakukan pemantauan self monitoring

menggunakan laboratorium yang

terakreditasi

Memisahkan saluran pembuangan air

limbah dengan saluran air hujan

Saluran air limbah kedap air

Memasang alat pengukur debit

(flowmeter) atau laju alir air limbah

Melakukan pencatatan pH air limbah

harian dan debit air limbah harian;

Menetapkan titik penaatan untuk

pengambilan contoh uji

Tidak melakukan pengenceran air limbah

ke dalam aliran buangan air limbah

e. Perhitungan Beban Pencemaran :

No Parameter Beban Inlet

(Ton/Tahun)

Beban Outlet

(Ton/Tahun)

f. Hasil verifikasi lapangan terhadap kondisi IPAL dan kualitas air

limbah:…………………………………………………………………………………………….…

………………………….……………………………………………………………………………

Page 63: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

55

III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Ringkasan Temuan Lapangan:

a. Sumber emisi udara berasal dari : …

b. Tabel sumber emisi : ...

No Sumber Emisi

Spesifikasi Cerobong Sarana Pendukung Sampling

Ket Bentuk

Cerobong Kode

D atau

De (cm)

H

(m)

Tinggi Lubang

dari Elbow (m)

Alat

PPU

Lubang

Sampling Flange

Lantai

Kerja Tangga Koordinat Pagar

Jumlah Total Cerobong

Aktif

Page 64: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

56

c. Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun …..

No Sumber

Emisi

Kode Parameter Semester 1

(mg/m3)

Semester 2

(mg/m3)

Baku Mutu

(sebutkan BMEU)

1.

2.

d. Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/periode)

No. Parameter Semester II Tahun Semester I Tahun

1.

2.

e. Data Kualitas Ambien

Pengujian kualitas ambien : (Ada/Tidak ada*)

Periode pengujian : ………………………………………...................

Laboratorium Penguji : ………………………………………...................

f. Hasil verifikasi lapangan terhadap kegiatan pengendalian pencemaran udara

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................

V. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3)

A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Pengelolaan LimbahB3

Status Perizinan No. SK/ No. Surat

Masa Berlaku

Keterangan

Penyimpanan Sementara

-

Pemanfaatan

Pengolahan Penimbunan Dst

Page 65: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

57

B. Neraca Limbah B3 Periode ….

Jenis Limbah

Satuan Limbah Dihasilkan

Limbah Dikelola

Limbah Belum

Dikelola

Perlakuan

A. Sumber Dari Proses Produksi

B. Sumber Dari Luar Proses Produksi

C. Sumber dari Gabungan Proses dan Di luar Proses (jika ada)

Total

Persentrase

Ket : ..... % limbah B3 yang diserahkan ke pihak ke tiga yang memiliki izin, ......% limbah B3

dimanfaatkan....... % limbah B3 masih tersimpan di TPS. Secara umum ...... % limbah B3 sudah

dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin

C. Temuan dan Rekomendasi

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

1 Pendataan Jenis dan Volume

a. Limbah yang dihasilkan

Identifikasi jenis limbah B3

Pencatatan Jenis dan Volume Limbah B3 yang dihasilkan

Pendataan Pengelolaan Lanjutan Limbah B3

b. Pelaporan

2. Perizinan Pengelolaan LB3

Kepemilikan izin PLB3 yang dipersyaratkan

Masa berlaku izin -

3. Pelaksanaan ketentuan izin :

a. Pemenuhan terhadap ketentuan teknis dalam izin selain Baku Mutu Emisi, Effluent dan Standard Mutu (check list).

b. Emisi dari kegiatan pengolahan dan/atau pemanfaatan limbah B3:

- Pemenuhan terhadap BME

- Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa

- Frekuensi pengukuran

c. Effluent dari kegiatan pengolahan dan/atau penimbunan dan/atau pengelolaan limbah B3 lainnya :

Page 66: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

58

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

d. Standar Mutu Produk dan/atau kualitas limbah B3 untuk pemanfaatan

4. Open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media/tanah terkontaminasi limbah B3 :

Jenis limbah dan jumlah limbah yang di open dumping

Rencana pengelolaan lahan terkontaminasi

Kesesuaian rencana dengan pelaksanaa pengelolaan lahan terkontaminasi

Jumlah total limbah dan tanah terkontaminasi yang dilakukan pengelolaan

Perlakuan pengelolaan limbah dan tanah terkontaminasi yang diangkat sesuai perencanaan

SSPLT (surat status pemulihan lahan terkontaminasi)

Ketentuan dalam SSPLT

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola (Neraca Limbah B3)

6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3

a. Pengelolaan melalui pengumpul limbah B3

Masa berlaku izin

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku

Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pengumpul limbah

Kontrak kerjasama antara pengumpul dengan pihak pemanfaat, pengolah atau penimbun

Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan

b. Pihak ke-3 pengelola lanjut limbah B3 (pemanfaat/ pengolah/ penimbun)

Masa berlaku izin

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku

Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pengumpul limbah

Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan

Page 67: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

59

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan

Ada/tidak izin dari Kementerian Perhubungan

Ada/tidak rekomendasi dari KLH

Kesesuaian jenis limbah yang diangkut dengan izin

Kesesuaian alat angkut dengan yang tercantum dalam izin (No. polisi, no. rangka, no. mesin)

Rute pengangkutan sesuai dengan izin

Penggunaan dokumen/manifest yang sah

7. Dumping, injeksi dan pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu:

Izin dumping/izin pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu

Jumlah/volume limbah B3 yang di dumping

8. Pengelolaan Limbah B3 lainnya

D. Penaatan

No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3

Taat Belum Taat Keterangan

1. a. Pendataan jenis dan volume limbah yang dihasilkan

b. Pelaporan

2. Status perizinan pengelolaan limbah B3

3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin

a. Pemenuhan Ketentuan Teknis

b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi

c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah

d. Pemenuhan Pemanfaatan

4. Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media terkontaminasi LB3

a. Rencana pengelolaan

b. Pelaksanaan pengelolaan

c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola

d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan

6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga dan pengangkutan limbah B3

7. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan

Page 68: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

60

E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

Page 69: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

61

3.4 Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara

Berikut adalah contoh dan penjelasan cara pengisian Berita

Acara Pengawasan yang telah disusun melalui berbagai diskusi dengan

OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat:

BERITA ACARA

PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada hari ini, Selasa tanggal Tiga puluh bulan September tahun Dua Ribu Empat Belas, pukul 16.00 WIB, di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ir. Hakim Malik Instansi : BPLHD Provinsi Jawa Barat NIP. : 19601123 198901 1 001 Pangkat/Gol : Pembina/IV a Jabatan : PPLH Beserta anggota pengawas:

Nama NIP/PPLH Jabatan

1. Harry Gunawan, ST, M.Eng

2. Meisyara, ST

19721123 199901 1 001

19871123 201001 2 001

Kasubid Pembinaan BPLHD Jawa Barat

Staf Subid Pembinaan BPLH Kota Bandung

secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap : Perusahaan : PT. Prima Utama Persada Alamat : Jl. ABCDE No.20, Kec. ABCDE, Kel ABCDE Telp/Fax : 022-45xxxxx/022-45xxxxx

Pihak Perusahaan Nama Puspita Sari Jabatan : Manager HSE No.Kontak : 08123920xxxxx Email : [email protected]

Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.

BPLHD Prov. Jabar

BPLH Kota Bandung

Pihak Perusahaan

Nama : Ir. Hakim Malik Nama : Meisyara, ST Nama : Puspita Sari Ttd : Ttd : Ttd :

Nama : Harry Gunawan, ST, M.Eng Nama : Haryono Ttd : Ttd :

Page 70: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

62

LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP

Nama Perusahaan : PT. Prima Utama Persada

Jenis Industri : Tekstil

Lokasi Kegiatan : Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat

UMUM

Nama Perusahaan : ....

Alamat lokasi kegiatan : .…

Telp./Fax. : ....

Alamat Kantor Pusat : ….

Telp./Fax. : ....

Nama Holding Company : -

Alamat Kantor Holding Company : -

Telp./Fax. : -

Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi

Perusahaan

: ..

Jenis Industri : .....

Status Permodalan : ...

Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan : ......

Jumlah Karyawan : …..

Kapasitas Produksi Terpasang : .....

Produksi Rill : .....

Bahan Baku Utama :

Bahan Penolong : (aditif)

Prosentase Pemasaran Eksport : .......... %

Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal : ........... %

Dokumen Lingkungan yang dimiliki : ....

Nama Personal Kontak : ...

Nomor HP dan e-mail Personal Kontak : .....

PROSES PRODUKSI : (lampirkan proses produksi (diagram/bagan alir/gambar)

Page 71: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

63

RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN:

I. DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL)

No.

Kewajiban

Penanggungjawab Usaha

sesuai PP 27/2012

Penaatan Temuan

1. Memiliki dokumen lingkungan/

izin Lingkungan.

Taat/Tidak Taat Sudah/Belum memiliki

dokumen lingkungan :

(sebutkan dokumen

lingkungan : Amdal,

UKL/UPL)

2. Melaksanakan ketentuan

dalam dokumen lingkungan/izin

lingkungan :

C. Deskripsi kegiatan (luas

area dan kapasitas

produksi)

D. Pengelolaan lingkungan

terutama terutama aspek

pengendalian pencemaran

air, pengendalian

pencemaran udara, dan

Pengelolaan LB3 (matriks

pengelolaan dan matriks

pemantauan)

Taat/Tidak Taat - Luas area dan kapasitas

produksi sesuai/Tidak

sesuai dengan ketentuan

dokumen lingkungan

- Telah melaksanakan

pengendalian pencemaran

udara dan pengelolaan

limbah B3 sesuai dengan

ketentuan dalam dokumen

lingkungan.

3. Melaporkan pelaksanaan

dokumen lingkungan/izin

lingkungan (terutama aspek

pengendalian pencemaran air,

pengendalian pencemaran

udara, dan Pengelolaan LB3)

Taat/Tidak Taat Telah/belum melaporkan

pelaksanaan RKL-RPL

secara periodik setiap 6

bulan sekali kepada BPLH

Kota Bandung dan

tembusan ke BPLHD

Provinsi Jawa Barat dan

Kementerian Lingkungan

Hidup.

II. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

a. Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:

No Nama

Outlet

Lokasi Koordinat Sumber Keterangan

1. IPAL Sebelah

selatan

pabrik

LS : 06⁰21’50.5”

BT : 170⁰31’22.03”

Proses

Produksi

Berfungsi

dengan baik

Page 72: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

64

b. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)

No Titik

Penaatan No. Izin

Instansi

Penerbit Izin Masa Berlaku Keterangan

1. IPAL No.... BLH Kab/Kota...

BPPT...

19/9/12 – 19/9/15

(3 tahun)

(sebutkan badan air penerima serta debit maksimum. sebutkan juga baku

mutu yang diacu/ IPLC belum dilampirkan BMLC).

2. Utilitas

c. Data swapantau periode Bulan Januari 2014 sampai dengan Bulan Desember 2014 sebagai berikut:

TAHUN 2014 BMAL Ket

Konsentrasi (mg/L)

Parameter Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

Outlet 1

BOD5 40 10 15 37 35 26 30 19 15.5 22.75 20.1 33 50

mg/L

KepGub No.6 Tahun 1999 Lampiran III Gol.

1 (sesuai dengan IPLC)

Parameter...

Produksi

(ton/bln)

2000 1989 1900 … … … … … … … … …

Debit

(m3/bln)

100 … … … … … … … … … … …

Page 73: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

65

d. Persyaratan teknis:

Persyaratan teknis Ya / Tidak Keterangan

Melakukan pemantauan self

monitoring menggunakan laboratorium

terakreditasi

Ya/Tidak (lampirkan copy akreditasi lab

dan berikut parameternya)

Memisahkan saluran pembuangan air

limbah dengan saluran air hujan

Ya / Tidak (lampirkan dengan foto)

Saluran air limbah kedap air Ya / Tidak

Memasang alat pengukur debit

(flowmeter) atau laju alir air limbah

Ya / Tidak (terpasang flowmeter tipe …

(lampirkan dengan foto))

Melakukan pencatatan pH air limbah

harian dan debit air limbah harian;

Ya / Tidak (lampirkan dengan copy log

book)

Menetapkan titik penaatan untuk

pengambilan contoh uji

Ya / Tidak (telah dilengkapi dengan titik

koordinat di lokasi titik

penaatan (lampirkan foto))

Tidak melakukan pengenceran air

limbah ke dalam aliran buangan air

limbah

Ya / Tidak (kalau ada bypass atau potensi

tumpahan langsung ke

lapangan, lampirkan dengan

foto)

e. Perhitungan Beban Pencemaran :

No Parameter Beban Inlet

(Ton/Tahun)

Beban Outlet

(Ton/Tahun)

1. BOD .... ….

... …. .... ….

Catatan:

Cara menghitung beban pencemaran:

Beban Pencemaran (Ton/bulan) = (

)

Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per

bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun)

f. Informasi lain:

1) Jumlah IPAL : 1 buah

2) Proses IPAL : Pengolahan Fisika-Kimia

3) Diagram alir IPAL : InletKoagulasi Flokulasi Sedimentasi Outlet

4) Kapasitas IPAL : 500 m3/hari

5) Bahan Kimia IPAL : PAC

6) Debit Riil Outlet Saat Kunjungan : 100 m3/hari

Page 74: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

66

g. Hasil verifikasi lapangan terhadap kondisi IPAL dan kualitas air limbah :

Secara visual, air outlet IPAL jernih, pH 6,9, dan suhu 26,6o C. Perusahaan belum

melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa

Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup (tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan

kondisi di lapangan).

Page 75: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

67

III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Ringkasan Temuan Lapangan:

a. Sumber emisi udara berasal dari: Steam Boiler, Oil Thermal Heater dan Genset ......

b. Tabel sumber emisi :

No Sumber Emisi

Spesifikasi Cerobong Sarana Pendukung Sampling

Ket Bentuk

Cerobong Kode

D

atau

De

(cm)

H

(m)

Tinggi Lubang

dari Elbow (m) Alat PPU

Lubang

Sampling Flange

Lantai

Kerja Tangga Koordinat Pagar

1. 1 Unit Boiler:

Kapasitas : 1200

ton/jam

Bahan Bakar

solar

Jenis

pengoperasian:

aktif/cadangan

Silinder B-1 100 10 8 Scrubber √ √ √ - LS: 06⁰21’51”

BT:

170⁰31’22.03”

√ Tangga

Portable

2. ...

3. ...

Jumlah Total Cerobong

Aktif

1

Page 76: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

68

c. Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun 2014

No Sumber

Emisi

Kode Parameter Semester 1

(mg/m3)

Semester 2

(mg/m3)

Baku Mutu

(sebutkan BMEU)

1. 1 Unit Boiler

Kapasitas : 1200

ton/jam

Bahan Bakar :

Solar

Jenis

Pengoperasian:

Aktif

B-1 SO2 250 500 700 mg/m3

NO2 410 300 700 mg/m3

Partikulat 150 100 200 mg/m3

Opasitas 10 10 15%

2. …

d. Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/tahun)

No. Parameter Semester II Tahun Semester I Tahun

1.

2.

Catatan:

Cara menghitung beban pencemaran udara:

Beban Pencemaran (Ton) =

(

) (

)

x 3600

Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per

bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun)

e. Data Kualitas Ambien

Pengujian kualitas ambien : (Ada/Tidak ada*)

Periode pengujian : Semester II tahun 2014 bulan Agustus

Laboratorium Penguji : ………………………………………...................

f. Hasil verifikasi lapangan terhadap pengendalian pencemaran udara : Perusahaan belum

melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa

Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Cerobong B-2 belum beroperasi karena masih

dalam proses pembangunan. Boiler direncanakan beroperasi bulan Januari 2015

(tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan kondisi di lapangan).

Page 77: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

69

IV. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3)

A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Pengelolaan LimbahB3

Status Perizinan

No. SK/ No. Surat

Masa Berlaku Keterangan

Penyimpanan Sementara

√ (bila mempunyai izin diisi dengan tanda “√” sedangkan bila tidak mempunyai izin diisi dengan “---” Jika izin masih dalam proses, dilihat dimana proses akhirnya, apabila di perusahaan maka tidak taat, apabila di instansi yang bertanggung jawab maka taat)

Sk bupati/ walikota, No.…… izin dari BPPT misalnya) , tanggal surat izin

5 (lima) tahun(lihat di

izin)

- 1 unit TPS LB3 dengan ukuran (19,6 x 5,2 x 2)m untuk menyimpan limbah sludge, oli bekas

- TPS LB3 berada di titik koordinat LS: 06⁰21’51.6”

BT: 170⁰31’22.03”

- Persetujuan penyimpanan limbah B3 lebih dari 90 hari

(sebutkan dengan lengkap serta diisi dengan hal-hal yang penting untuk diinformasikan, seperti limbah yang dapat disimpan, batas masa penyimpanan di TPS yang tidak standar, kronologis persuratan pengajuan izin yang masih dalam proses)

Page 78: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

70

Pengelolaan LimbahB3

Status Perizinan No. SK/ No. Surat

Masa Berlaku

Keterangan

Pemanfaatan

Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 52 Tahun 2014 tanggal 28 Maret 2014

5 (lima) tahun

Pemanfaatan oli bekas untuk substitusi bahan bakar di Steam Coal Boiler (SCB)

SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 568 Tahun 2009, tanggal 27 September 2010

5 (lima) tahun

Pemanfaatan abu batubara (fly ash dan bottom ash) sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block

Pengolahan √

SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 455 Tahun 2009 tanggal 13 Agustus 2009

5 (lima) tahun

Pengoperasian incenerator untuk Pembakaran limbah B3 sludge ETP (Polyester), limbah cair (lab dan plant), kain majun terkontaminasi, kemasan bekas B3 dan katalis Sb2O3 serta limbah cair ex laboratorium yang berasal dari kegiatannya sendiri

Penimbunan √

SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 261 tahun 2010, Tanggal 14 Oktober 2010.

Sampai landfill penuh

Izin penimbunan/Landfill fly ash/bottom ash.

Kategri landfill Kelas 1 (secure landfill double liner)

Catatan:

Kolom pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan diisi apabila

perusahaan melakukan kegiatan tersebut.

B. Neraca Limbah B3 Periode 01 Jan 2014 – 31 Des 2014

Jenis Limbah

Satuan Limbah Dihasilkan

Limbah Dikelola

Limbah Belum

Dikelola

Perlakuan

A. Sumber Dari Proses Produksi

Residu Destilasi

Ton 0.2 0.2 0 Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih

sesuai dengan izin

Page 79: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

71

Jenis Limbah

Satuan Limbah Dihasilkan

Limbah Dikelola

Limbah Belum

Dikelola

Perlakuan

B. Sumber Dari Luar Proses Produksi

Fly ash/Bottom ash batubara Boiler

Ton 50

15

0

Diserahkan dan diangkut oleh PT. Wastec International dengan Kode Manifest HL

9 Dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block

25 Dilakukan penimbunan di landfill sesuai dengan izin

1 Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin

Sludge IPAL Ton 75

74

0

Diserahkan dan diangkut oleh PT. Wastec International dengan Kode Manifest HL

1 Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin

Majun terkontaminasi

Ton 5 5 0 Diolah melalui incinerator sesuai dengan izin

Kemasan Bekas

Ton 1 1 0 Diolah melalui incinerator sesuai dengan izin

Lampu TL Bekas

Ton 0.041

0.038

0

Diserahkan ke PT. PPLI melalui transporter PT. Jasa Medivest dengan Kode Manifest QR.

0.003 Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin

Scrap terkontaminasi LB3

Ton 249.072 249.072 0 Dikirim ke PT. Putra Harapan Urip melalui transporter PT. Putra Harapan Urip (kode manifest : AAA)

Limbah Medis Ton 0.002 0.002

0

Diserahkan dan diangkut oleh PT. Jasa Medivest dengan Kode Manifest QR.

E-Waste Ton 0 0 0 Belum dihasilkan sampai dengan periode pengawasan

C. Sumber Dari Kegiatan Lain

Oli Bekas Ton 608.200 602.050

0

Dimanfaatkan sendiri sebagai subtitusi bahan bakar di boiler

6.150 Disimpan di tanki induk

TOTAL Ton 988.515 988.515 0

Persentase % 100 0

Ket : 60.90% limbah B3 dimanfaatkan sendiri sebagai substitusi bahan bakar di boiler, 34.20%

diserahkan ke pihak ke tiga yang berizin, 2.53% ditimbun (landfill), 0.91% dimanfaatkan

sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block, 0.85% masih disimpan di TPS, dan

0.61% diolah dengan insinerator. Secara umum 100% limbah B3 sudah dikelola sesuai

dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.

Page 80: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

72

Catatan :

1. Kolom “limbah belum dikelola” diisi jika limbah B3 disimpan di luar TPS

limbah B3, dikelola oleh pihak ketiga yang tidak berizin dan dilakukan

pengelolaan oleh perusahaan tanpa izin.

2. kolom perlakuan lihat di logbook/neraca dan manifest salinan 7.

C. Temuan dan Rekomendasi

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

1 Pendataan Jenis dan Volume

a. Limbah yang dihasilkan

Identifikasi jenis limbah B3 Telah melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan.

Tetap melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan.

Pencatatan Jenis dan Volume Limbah B3 yang dihasilkan

Telah melakukan pencatatan terhadap jenis dan volume seluruh limbah B3 yang dihasilkan.

Tetap melakukan pencatatan terhadap jenis dan volume seluruh limbah B3 yang dihasilkan.

Pendataan Pengelolaan Lanjutan Limbah B3

Telah melakukan pendataan pengelolaan terhadap jenis limbah yang teridentifikasi dan telah melakukan pengelolaan lebih lanjut.

Tetap melakukan pendataan terhadap identifikasi dan dan tetap melakukan pengelolaan lebih lanjut.

b. Pelaporan Belum melaporkan realisasi pengelolaan semua limbah B3 yang dihasilkan dengan menyampaikan neraca limbah B3, logbook, dan manifest salinan #2 per triwulan kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada BPLHD Provinsi Jawa Barat, Kementerian Lingkungan Hidup.

Wajib melaporkan realisasi pengelolaan semua limbah B3 yang dihasilkan dengan menyampaikan neraca limbah B3, logbook, dan manifest salinan #2 per triwulan kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada BPLHD Provinsi Jawa Barat, Kementerian Lingkungan Hidup.

2. Perizinan Pengelolaan LB3

Kepemilikan izin PLB3 yang dipersyaratkan

1. Surat Rekomendasi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 dari BPLH Kota Bandung, Nomor : 660.1/254/wasdal tertanggal 16 Juli 2013.

Tetap memiliki izin pengelolaan limbah B3 yang dipersyaratkan.

Page 81: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

73

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

2. Izin Pemanfaatan Limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2013, tertanggal 21 Januari 2013.

3. SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 568 Tahun 2009, tanggal 27 September 2010

4. SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 455 Tahun 2009 tanggal 13 Agustus 2009

5. SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 261 tahun 2010, Tanggal 14 Oktober 2010.

Masa berlaku izin 1. Rekomendasi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 masa berlaku 2 (dua) Tahun;

2. Izin Pemanfaatan Sludge IPAL masa berlaku 5 (lima) Tahun.

3. Izin Pemanfaatan Abu Batu Bara masa berlaku 5 (lima) Tahun.

4. Izin Pengolahan (Incinerator) masa berlaku 5 (lima) Tahun.

5. Izin Penimbunan/Landfill masa berlaku 5 (lima) Tahun.

Tetap memastikan semua izin yang dimiliki masih berlaku

3. Pelaksanaan ketentuan izin :

a. Pemenuhan terhadap ketentuan teknis dalam izin selain Baku Mutu Emisi, Effluent dan Standard Mutu (check list).

100% Pemenuhan ketentuan teknis Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (Ketentuan TPS Limbah B3 telah sesuai dengan Kepdal Nomor : 01/1995 tentang Tata cara Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3); dan

100% Pemenuhan ketentuan teknis Pemanfaatan oli bekas Limbah B3 (Ketentuan Pemanfaatan Limbah B3 telah sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2013, tertanggal 21 Januari 2013 tentang Izin Pemanfaatan limbah B3).

Pemanfaatan Limbah B3 - Tata tata cara penyimpanan fly

ash/bottom ash di lokasi kegiatan produksi batako dan paving blok belum sesuai dengan Kepdal Nomor : 01 Tahun 1995 tentang Tata cara

Tetap menjaga ketentuan teknis Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 dan pemanfaatan oli bekas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Page 82: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

74

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

penyimpanan limbah B3. Fly ash/bottom ash disimpan disimpan dengan sistem curah, sebagian berada di dalam tempat yang terlindung dari masuknya air hujan, dan sebagian lagi disimpan di tempat terbuka.

Pengolahan Limbah B3 - Belum melakukan pencatatan

temperatur ruang bakar secara keseluruhan. Pencatatan hanya dilakukan pada ruang bakar 1.

- Berdasarkan pencatatan pihak perusahaan, temperatur ruang bakar 1 belum sesuai dengan ketentuan, yaitu hanya 400 OC. Sedangkan ketentuan dalam izin, bahwa selama pembakaran limbah B3, kondisi temperatur ruang bakar 1 berkisar antara 800 OC – 1.000 OC, dan ruang bakar 2 bekisar antara 1.000 OC – 1.100 OC.

Penimbunan Limbah B3 - Sedang dalam proses

penutupan dan alih fungsi lahan.

b. Emisi dari kegiatan pengolahan dan/atau pemanfaatan limbah B3:

- Pemenuhan terhadap BME Hasil analisa emisi 2 (dua) buah cerobong boiler pada Semester II Tahun 2012 (bulan Juli 2013) dan Semester I Tahun 2013 (bulan Januari 2013) telah memenuhi BME sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : 26 Tahun 2013, tertanggal 21 Januari 2013 tentang Izin Pemanfaatan limbah B3 PT. Sinkona Indonesia Lestari.

Tetap menjaga kualitas udara emisi boiler selalu memenuhi baku mutu

- Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa

Jumlah Parameter yang diukur dan dianalisa telah sesuai dengan ketentuan perizinan, yaitu : Partikel, SO2, NO2, HF, HCl, CO, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, Ti dan opasitas.

Tetap melakukan penggukuran emisi cerobong dengan jumlah parameter sebagaimana tercantum dalam izin

- Frekuensi pengukuran Frekuensi pengukuran telah sesuai dengan ketentuan perizinan yaitu setiap 6 (enam) bulan sekali.

Tetap melakukan pemantauan kualitas udara emisi cerobong sebagaimana tercantum dalam izin.

Page 83: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

75

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

c. Effluent dari kegiatan pengolahan dan/atau penimbunan dan/atau pengelolaan limbah B3 lainnya:

Pemenuhan terhadap BMAL Semua parameter hasil pengolahan air lindi (basin clarifier) sudah memenuhi baku mutu.

Tetap mempertahankan kinerja IPAL CPP sehingga hasilnya tetap memenuhi baku mutu.

Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa

Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa sesuai dengan Permen LH No. 8 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha/Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Thermal.

Tetap melakukan pemantauan dan analisa dengan jumlah parameter sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Frekuensi pengukuran Frekuensi pengukuran telah sesuai dengan ketentuan perizinan yaitu setiap 1 (satu) bulan sekali.

Tetap melakukan pemantauan kualitas udara emisi cerobong sebagaimana tercantum dalam izin.

d. Standar Mutu Produk dan/atau kualitas limbah B3 untuk pemanfaatan

Pemenuhan terhadap standard (mis : kuat tekan, toleransi kadar pencemar dalam limbah B3 yang akan dimanfaatkan)

Sudah melakukan analisa uji tekan terhadap hasil pemanfaatan batako dan paving blok sesuai dengan SII-0964-84.

Tetap memperhatikan komposisi campuran antara semen, pasir dan fly ash/bottom ash dalam kegiatan pemanfaatan fly ash/bottom ash menjadi batako dan paving blok.

Frekuensi pengukuran/pengujian

Pengujian dilakukan sebagai persyaratan izin.

-

4. Open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media/tanah terkontaminasi limbah B3 :

Kegiatan yang dimaksud adalah penanganan lahan terkontaminasi dari ceceran oil yang berjumlah 22 titik.

Jenis limbah dan jumlah limbah yang di open dumping

Ceceran oil yang diakibatkan dari adanya kebocoran Marine Hose di SPM 150 DWT.

Rencana pengelolaan lahan terkontaminasi

Telah melakukan penanganan lahan terkontaminasi pada 22 titik sesuai dengan rencana, yaitu :

Penganan ceceran yang berada di perairan SPM 150 DWT dilakukan dengan cara memasang Oil Boom dan penyemprotan dengan oil

Page 84: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

76

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

dispersant. Oil Dispersant yang digunakan sesuai rekomendasi Ditjen Migas No 1840 /28.02/DMT/ 2006;

Melokalisir Ceceran oil agar tidak meluas

Melakukan clean up terhadap tanah dan pasir diseluruh lahan terkontaminasi.

Kesesuaian rencana dengan pelaksanaa pengelolaan lahan terkontaminasi

Pelaksanaan pengelolaan lahan terkontaminasi telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat

Tetap memastikan pelaksanaan pengelolaan lahan terkontaminasi telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat

Jumlah total limbah dan tanah terkontaminasi yang dilakukan pengelolaan

Jumlah limbah B3 berupa tanah/pasir serta kemasan dan material terkontaminasi sebanyak 9.509,57 ton;

Perlakuan pengelolaan limbah dan tanah terkontaminasi yang diangkat sesuai perencanaan

Telah dilakukan pengelolaan lanjutan terhadap semua limbah B3 dari kebgiatan penaganan lahan terkontaminasi tersebut, yaitu :

Tanah/pasir terkontaminasi sebanyak 2,474.58 ton diserahkan kepada Pihak-3 yang berizin yaitu PT. Teknotama Lingkungan Internusa dan plastik bekas terkontaminasi sebanyak 84.4 ton diserahkan kepada PT. PPLi. Bukti penyerahan tanah/pasir serta kemasan terkontaminasi terekam dalam dokumen manifest serta bukti kontrak kerja/MOU pengelolaan limbah B3 dengan PT. TLI maupun PT. PPLi ;

Tanah/pasir terkontaminasi sebanyak 6,950.59 ton dimanfaatkan sebagai material backfill di area TPS Lay down. Hal tersebut sesuai dengan surat rekomendasi dari Deputi IV Kementerian Lingkungan Hidup, Nomor : B-4969/Dep.IV/LH/07/2012 tertanggal 1 Juli 2012 dinyatakan bahwa tanah/pasir terkontaminasi minyak yang

Page 85: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

77

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

nilai TPH-nya lebih kecil daripada 1% (10.000 mg/kg) dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lebih dahulu. Adapun hasil analisa kadar TPH yang telah dilakukan melalui laboratorium ALS sebesar 109 mg/kg.

SSPLT (surat status pemulihan lahan terkontaminasi)

Telah terbit Surat Status Penyelesaian Lahan Terkontaminasi (SPPLT) dari Kementerian Lingkungan Hidup berdasarkan surat nomor : B-12630/Dep.IV/LH/PDAL/12/2012 tertanggal 27 Desember 2012 yang diperuntukkan untuk 13 (tiga belas) titik. Sementara itu, 8 (delapan) titik sedang dalam proses penerbitan SPPLT dari KLH dan 1 (satu) titik yaitu titik 3 sedang dalam proses pembahasan dengan Kementerian Lingkungan Hidup..

Agar segera melaporkan hasil pembahasan pemulihan lahan terkontaminasi pada area/titik 3 kepada Kementerian Lingkungan Hidup, dan tembusannya kepada BPLH Kota Bandung serta BPLHD Provinsi Jawa Barat.

Ketentuan dalam SSPLT - Ketentuan yang tertera dalam SPPLT adalah perusahaan berkewajiban untuk melakukan monitoring terhadap sedimen dan perairan di lokasi terjadinya pencemaran. Frekuensi pengujian sebagaimana dimaksud dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali oleh laboratorium terakreditasi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak ditandatanganinya SPPLT;

- Pengujian pertama rencananya akan dilakukan pada awal bulan Juli 2013, dan pada saat ini penunjukan laboratorium sedang dalam proses.

Hasil monitoring sebagai kewajiban yang tertera dalam SPPLT wajib dilaporkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup serta ditembuskan kepada BPLH Kota Bandung serta BPLHD Provinsi Jawa Barat.

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola (Neraca Limbah B3)

Jumlah limbah B3 yang dihasilkan dan dikelola dari tangga 1 Juli 2013 s/d 8 Mei 2014 sebanyak 610.613 ton. 98.60% limbah B3 dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan bakar di boiler, 0.34% diserahkan ke pihak ketiga yang berizin, 1.06% limbah yang masih tersimpan di TPS limbah B3 menunggu pengelolaan lanjut berikutnya. Secara umum, 100% limbah B3 sudah dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan

Tetap mengelola seluruh limbah B3 yang dihasilkan sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 86: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

78

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

persyaratan dalam izin

6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3

a. Pengelolaan melalui pengumpul limbah B3

Perusahaan telah menjalin kerjasama pengelolaan limbah B3 yang berupa Scrap terkontaminasi, Kemasan bekas dan oli bekas dengan PT. Putra Harapan Urip yang memiliki Izin Pengumpulan limbah B3 sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2012, tanggal 20 Januari 2012.

Tetap melakukan kerjasama pengelolaan limbah B3 dengan pihak ketiga yang berizin.

Masa berlaku izin Masa berlaku Izin Pengumpulan Limbah B3 masih berlaku.

Tetap memperhatikan masa berlaku izin pihak ketiga.

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku

Jenis limbah yang dikelola oleh PT. PT. Putra Harapan Urip telah sesuai dengan izin yang dimilikinya.

Tetap melakukan pengecekan jenis limbah B3 yang dikelola pihak ketiga sesuai dengan izin yang dimiliki.

Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pengumpul limbah

Kerjasama pengelolaan limbah B3 dengan PT. Putra Harapan Urip telah dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor :05/PHU/IX/2013 tanggal 1 September 2013.

Tetap bekerjasama dengan pihak ketiga berizin dalam pengelolaan limbah B3 yang dilengkapi dengan kontrak kerja/MOU.

Kontrak kerjasama antara pengumpul dengan pihak pemanfaat, pengolah atau penimbun

PT. Putra Harapan Urip telah bekerjasama dengan pihak pemanfaat/pengolah atau penimbun yaitu dengan :

1. PT. WGI Nomor 04/Log Ref/III/2014;

2. Sarana Alloy Casting Nomor : 036/XI/SAC/SE/2013;

3. PT. Luth Putra Solder

Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan

- Tidak ada berita/informasi terkait dengan pencemaran lingkungan yang telah dilakukan oleh pihak ketiga selaku pemanfaat ;

- Telah dilengkapi dengan surat pernyataan dari pihak ketiga dengan nomor : Ref.112/PHU-IV/2013 yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak bermasalah dengan pencemaran lingkungan.

Tetap Update terhadap berita/informasi pencemaran lingkungan dan memiliki surat pernyataan dari pihak ketiga yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak bermasalah dengan pencemaran lingkungan.

Page 87: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

79

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

b. Pihak ke-3 pengelola lanjut limbah B3 (pemanfaat/ pengolah/ penimbun)

Perusahaan telah menjalin kerjasama pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dengan : 1. PT. Wastec International, 2. PT. Jasa Medivest. 3. PT. PPLI

Masa berlaku izin 1. Masa berlaku izin PT. Wastec International adalah 5 tahun sampai dengan tanggal/bulan/tahun

2. Masa berlaku izin PT. Jasa Medivest adalah 5 tahun sampai dengan tanggal/bulan/tahun.

3. Masa berlaku izin PT. PPLI adalah 5 tahun sampai dengan tanggal/bulan/tahun.

Tetap melakukan pengecekan terhadap masa berlaku izin dari pihak ketiga.

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku

Jenis limbah B3 yang dikelola oleh PT. Wastec International tidak sesuai dengan izin, sedangkan PT. Jasa Medivest ddan PT. PPLI telah sesuai dengan izin yang dimiliki.

Wajib bekerjasama dengan pihak ketiga yang jenis limbah B3 nya sesuai dengan ijin yang dimiliki.

Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pemanfaat,/pengolah/penimbun limbah B3

Surat kontrak kerjasama/MoU antara penghasil dengan :

1. PT. Wastec International yang dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor : 604/WI/SKLB3/ VI/2014 dengan masa berlaku sampai dengan 09 Februari 2016.

2. PT. Jasa Medivest yang dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor : 421.0d/JM/K-PT.SIL/KSN/IX/2013 dengan masa berlaku sampai dengan 02 September 2014

3. PT. PPLI yang dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor 021/PPLI-LOA/III/2013;

Tetap memiliki MoU dengan pihak ketiga pengelola limbah B3 yang berizin.

Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan

- Tidak ada berita/informasi terkait dengan pencemaran lingkungan yang telah dilakukan oleh semua pihak ketiga;

- Perusahaan telah memiliki surat pernyataan dari PT. Wastec International, PT. Jasa Medivest dan PT. PPLI yang menyatakan bahwa pihak ketiga tersebut tidak

Tetap memantau atau mencari informasi ada tidaknya pencemaran yang dilakukan oleh pihak ketiga pengelola limbah B3 dan memiliki surat pernyataan dari pihak

Page 88: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

80

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

memiliki masalah pencemaran lingkungan

ketiga yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak bermasalah dengan pencemaran lingkungan.

Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan

Ada/tidak izin dari Kementerian Perhubungan

1. PT. Wastec International memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Perhubungan dengan salah satu nomor izinnya SK. 5984/AJ309/DJPD/2013/360720516BB-0010 dengan masa berlaku sampai dengan 09 Oktober 2014;

2. PT. Jasa Medivest memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Perhubungan dengan salah satu nomor izinnya SK. 2111/AJ309/DJPD/2013/320040034BB-0005 dengan masa berlaku sampai dengan 30 April 2014;

3. PT. Putra Harapan Urip. memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari Departemen Perhubungan, diantaranya Nomor : SK.542/AJ309/DJPD/2013/ 320750574BB-0002 tanggal 19 Oktober 2013 dengan masa berlaku sampai dengan 21 Oktober 2014.

Tetap melakukan pengecekan terhadap masa berlaku izin pengangkutan

Ada/tidak rekomendasi dari KLH

1. PT. Wastec International memiliki rekomendasi pengangkutan dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : B-8631/ Dep.IV/LH/PDAL/07/2013 tanggal 29 Juli 2013, dengan masa berlaku 5 (lima) tahun;

2. PT. Jasa Medivest memiliki rekomendasi pengangkutan dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor B-9994/ Dep.IV/LH/PDAL/09/2013 tanggal 10 September 2013, dengan masa berlaku 5 (lima) tahun.

3. PT. Putra Harapan Urip telah memiliki rekomendasi

Tetap melakukan pengecekan terhadap masa berlaku rekomendasi izin pengangkutan

Page 89: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

81

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan Rekomendasi Nomor : B - 7463/ Dep.IV/ LH/PDAL/06/2013 tanggal 28 Juni 2013 dengan masa berlaku 5 tahun

Kesesuaian jenis limbah yang diangkut dengan izin

Jenis Limbah B3 yang diangkut sesuai dengan izin dan rekomendasi yang berlaku.

tetap bekerjasama dengan pengangkut yang jenis limbah B3-nya sesuai dengan ijin yang dimiliki.

Kesesuaian alat angkut dengan yang tercantum dalam izin (No. polisi, no. rangka, no. mesin)

Alat angkut sesuai dengan izin dan rekomendasi yang berlaku dengan salah satu nomor kendaraan yang tercantum dalam izin adalah :

1. PT. Wastec International (B 9405 IN)

2. PT. Jasa Medivest (D 8396 EE)

3. PT. Putra Harapan Urip (B 9017 MX)

Tetap melakukan pengecekan terhadap alat angkut sesuai izin.

Rute pengangkutan sesuai dengan izin

Rute pengangkutan sesuai dengan izin yang berlaku.

Tetap melakukan pengecekan terhadap rute pengangkutan sesuai dengan izin.

Penggunaan dokumen/manifest yang sah

Manifest salinan #3 dan #7, telah sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan

Tetap menggunakan dan memiliki manifest sesuai dengan ketentuan yang berlaku

7. Dumping, injeksi dan pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu:

Izin dumping/izin pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu

--- ---

Jumlah/volume limbah B3 yang di dumping

--- ---

8. Pengelolaan Limbah B3 lainnya

Perusahaan telah menyimpan oli bekas diluar TPS limbah B3 (dapat diisi dengan temuan yang tidak tertulis dalam kriteria).

Perusahaan wajibmemindahkan oli bekas ke dalam TPS limbah B3

Catatan:

1. Kolom Temuan Lapangan dan Rencana Tindak Lanjut diisi

sesuai dengan kondisi di lapangan terkait dengan kegiatan

perusahaan dalam pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.

Page 90: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

82

2. Kolom Temuan Lapangan :diisi hal-hal yang sesuai dan tidak

sesuai dengan aspek penilaian.

3. Kolom Rencana Tindak Lanjut : diisi dengan hal-hal yang

harus dilakukan selanjutnya terkait dengan temuan lapangan yang

tidak sesuai dengan aspek penilaian. Apabila pada temuan

lapangan sudah sesuai dengan aspek penilaian, maka kolom

rencana tindak lanjut .

D. Penaatan

No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3

Taat Belum Taat Keterangan

1. a. Pendataan jenis dan volume limbah yang dihasilkan

√ --- ---

b. Pelaporan √ ---

2. Status perizinan pengelolaan limbah B3

√ --- ---

3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin

√ --- ---

a. Pemenuhan Ketentuan Teknis

√ --- TPS LB3 memenuhi 100% ketentuan teknis

b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi

√ --- ---

c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah

√ --- ---

d. Pemenuhan Pemanfaatan √ --- ---

4. Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media terkontaminasi LB3

---

a. Rencana pengelolaan √ --- ---

b. Pelaksanaan pengelolaan √ --- ---

c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola

√ --- ---

d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT

√ --- ---

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan

√ --- 100% limbah B3 dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga dan pengangkutan limbah B3

--- √ Jenis limbah B3 yang dikelola oleh PT.

Wastec tidak sesuai dengan izin yang

dimiliki

7. Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu (antara lain : Dumping, Re-injeksi, dll)

--- --- ---

Page 91: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

83

E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3

Segera melakukan pelaporan perbaikan sesuai dengan rencana tindak lanjut pada tabel D. dan menyampaikan hasil perbaikan tindak lanjut dari berita acara beserta data-data pendukung kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada BPLHD Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 92: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

84

3.5 Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan

Kegiatan paska kunjungan lapangan adalah kegiatan yang

dilaksanakan setelah pengawasan ke industri selesai dilakukan. Pada

prinsipnya kegiatan yang menjadi bagian dari kegiatan paska

kunjungan lapangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan

Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara

serta pengelolaan limbah padat non B3 baik berupa hasil analisis

laboratorium maupun temuan di lapangan selanjutnya diolah untuk

dijadikan dasar dalam menetapkan status penaatan serta tindak

pengawasan.

3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan

Setiap pengawas wajib melaporkan hasil pengawasan kepada pejabat

yang menugaskan/yang memberi tugas. Sementara, isi laporan

memuat tentang profil industri, kondisi lingkungan setempat saat

kunjungan serta data dan informasi tentang pelaksanaan pengendalian

pencemaran.

Data dan informasi yang disampaikan dalam laporan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah. Berkenaan dengan

hal tersebut maka penulisan sebaiknya:

Harus jelas dan sistematis;

Akurat, aktual dan faktual;

Harus difokuskan sesuai dengan tujuan pengawasan;

Bukan merupakan pendapat, pandangan, dan asumsi-asumsi

pribadi;

Didukung dengan data atau bukti yang akurat dan faktual;

Page 93: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

85

Dokumen pendukung seperti foto dan berita acara disebutkan

secara jelas.

Sementara isi atau format laporan seperti format pada lampiran

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2006

tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup

adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

b. Kegiatan lapangan

c. Analisis yuridis/ketaatan

d. Kesimpulan dan saran tindak

e. Lampiran

3.5.3 Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak)

Pengawasan

Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara

serta pengelolaan limbah B3 baik berupa hasil analisis laboratorium

maupun kondisi di lapangan yang diperoleh dari pihak perusahaan

maupun dari pemerintah daerah selanjutnya akan diolah untuk

dijadikan dasar dalam menerapkan status penaatan serta rencana

tindak pengawasan. Rencana tindak pengawasan bisa berupa

pembinaan maupun penetapan sanksi administrasi. Bagi industri yang

beberapa kali dibina/diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan,

akan tetapi masih belum bisa melaksanakan pengendalian pencemaran

sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Pemerintah Daerah,

Kabupaten/Kota, maupun KLH baik langsung maupun melalui

Pemerintah Provinsi dapat menindaklanjuti dengan upaya penegakan

hukum. Tindak lanjut pengawasan dapat berupa rekomendasi

pembinaan, teguran, maupun sanksi administrasi sampai pada sanksi

pidana atau perdata.

Page 94: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

86

3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi

Data dan informasi hasil kunjungan perlu disimpan dalam database.

Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya data yang hilang serta

mempermudah pengawasan di masa yang akan datang.

Page 95: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

87

BAB IV

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Agar pelaksanaan pengawasan pengendalian pencemaran lingkungan

sesuai amanat Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dapat lebih efisien

dan efektif, berikut ini daftar berbagai peraturan lingkungan hidup

untuk mempermudah para pengawas dalam melaksanakan tugasnya.

4.1 Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional

Daftar peraturan perundang-undangan skala nasional bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan pengelolaan

sampah berdasarkan lingkupnya:

4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.1.2 Pengelolaan Sampah

1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah.

2. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Tangga.

Page 96: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

88

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,

Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah.

4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air

1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun

2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air

Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan

Kelapa Sawit.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun

2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air

Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan

Kelapa Sawit.

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun

2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan

Pengambilan Contoh Air Permukaan.

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun

2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban

Pencemaran Air pada Sumber Air.

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun

2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan

Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air atau

Sumber Air.

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun

2003 tentang Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air.

Page 97: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

89

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun

2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun

2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman

Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian

Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air.

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun

2007 tentang Pedoman Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan

Kelas Air.

11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun

2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengelolaan Air Limbah

Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Serta Panas

Bumi Dengan Cara Injeksi.

12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi

Manajer Pengendalian Pencemaran Air.

13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan.

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun

2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau

dan/atau Waduk

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun

2010 tentang Tatalaksana Pengendalian Pencemaran Air

Page 98: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

90

4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)

1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan

Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi

Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun

3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan

Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on

substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and

Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June

1990.

4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That

Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol

Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon),

5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances

That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas

Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan

Ozon)

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label pada Bahan

Berbahaya dan Beracun.

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2010 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Registrasi Bahan

Berbahaya dan Beracun dalam Kerangka Indonesia Nation Single

Window di Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 99: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

91

4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

(LB3)

1. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

3. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan

Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of

Hazardous Wastes and Their Disposal.

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Amendment to the Basel Convention on the control of

Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal

(Amandemen Atas Konvensi Basel tentang Pengawasan

Perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan

pembuangannya).

5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan

Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3.

7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis

Pengolahan Limbah B3.

8. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan

Page 100: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

92

Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas

Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3.

9. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah

B3.

10. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan

Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.

11. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah.

12. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program Kemitraan dalam

Pengelolaan Limbah B3.

13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun

2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan

Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak

Bumi Secara Biologis

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan

Berbahaya dan Beracun

16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan (Menggantikan

Permen No.03 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pengumpulan Dan

Page 101: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

93

Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di

Pelabuhan).

17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun

2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun

18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun

2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan

Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun oleh Pemerintah Daerah

19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 33 Tahun

2009 tentang Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun.

4.1.6 Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman

Hayati

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati)

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan

Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological

Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas

Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan

Hayati Produk Rekayasa Genetika.

Page 102: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

94

5. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan

Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in

Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun

2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di

Daerah

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 15 tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem

Hutan

4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan

1. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang

Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2001 tentang

Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup

yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-

43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi

Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis

Lepas Di Dataran

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan

Tanah untuk Produksi Biomassa.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun

2008 tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan

Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat.

Page 103: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

95

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi

Ekosistem Gambut

4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi

Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim).

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan

Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto

Protocol to the United Nations Framework convention on climate

Change)

3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan

Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on

substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and

Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June

1990

4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That

Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol

Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon)

5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances

That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas

Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan

Ozon)

Page 104: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

96

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2008 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi

Pelaksanaan Retrofit dan Recycle Pada Sistem Refrigerasi

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 396 Tahun

2008 tentang Penunjukan Lembaga Sertifikasi Kompetensi untuk

Teknisi Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi

4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara.

2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.

4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor KEP-107/BAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis

Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar

Pencem Udara.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel

Uap.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha

dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal

Page 105: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

97

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di

Daerah

8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun

2009 tentang Pengelolaan Halon

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di

Daerah

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2011 tentang Standar Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi

Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara

4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut

1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.

2. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentang

Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang.

4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 47 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengukuran Kondisi

Terumbu Karang.

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

Page 106: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

98

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179 Tahun

2004 tentang Ralat atas Keputusan MENLH No. 51 Tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Laut.

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun

2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan

Status Padang Lamun.

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun

2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan

Mangrove.

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan

Air Limbah ke Laut.

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2012 TentangPedoman Penghitungan Beban

Emisi Kegiatan Industri Minyak Dan GasBumi

4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

1. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun

2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan

Hidup dalam Penataan Ruang

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110

Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung

Beban Pencemaran Air pada Sumber Air

Page 107: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

99

3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun

2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau

dan/atau Waduk

2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis

1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun

2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup

Strategis

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis

3. Tata Ruang

1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penataan

Ruang

2) Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan

Ruang

4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan

2) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Hidup Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai

Ukuran Dampak Penting.

3) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Hidup Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis

Page 108: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

100

Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan.

4) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Hidup Nomor Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek

Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04

Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan Permukiman

Terpadu.

6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05

Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan

Basah.

7) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup.

8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49

Tahun 2004 tentang Pendelegasian Kewenangan untuk

Menandatangani Surat Keputusan Kerangka Acuan Analisis

Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (Menggantikan Keputusan Kepala

BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan

Amdal)

Page 109: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

101

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2006 tentang Dokumen Pengelolaan Dan Pemantauan

Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Tidak

Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (Menggantikan Keputusan Kepala

BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan

Amdal.

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis mengenai

Dampak Lingkungan Hidup

13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis

mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota

14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun

2008 tentang Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan

Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Dan

Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun

Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun

2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup (Menggantikan Kepmen No. 02

Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis

Mengenai Dampak lingkungan Hidup).

Page 110: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

102

16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 25 Tahun

2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Komisi

Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusunan Dokumen

AMDAL dan Peryaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi

Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun

2010 tentang Persyaratan dan Tata Laksana Lisensi Komisi

Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang

Wajib Memiliki AMDAL

20) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

IndonesiaNomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan

Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup

Dan Izin Lingkungan.

5. Dokumen Lingkungan Hidup

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45

Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan

Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan

Dokumen Lingkungan Hidup

Page 111: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

103

6. Baku Mutu Lingkungan Hidup

a. Baku Mutu Air dan air Limbah

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

Kegiatan Industri.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

Kegiatan Hotel.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

Kegiatan Rumah Sakit.

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112

Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113

Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan

atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara.

6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 122

Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/10/1995

tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

7) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202

Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha

dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas atau Tembaga

Page 112: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

104

8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah

Pemotongan Hewan.

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pertambangan Bijih Timah.

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun

2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Usaha

dan/atau Kegiatan Industri Vinyl Chloride Monomer dan Poly

Vinyl Chloride.

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi.

13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan dan/atau Sayuran.

14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan.

15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Petrokimia Hulu.

Page 113: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

105

16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Rayon.

17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Purified Terephthalate Acid dan Poly

Ethylene Terephthalate.

18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2008 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan

Pengolahan Rumput Laut.

19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Kelapa.

20) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Daging.

21) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Kedelai

22) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Keramik.

23) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal.

Page 114: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

106

24) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Obat Tradisional/Jamu.

25) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiaan Industri Oleokimia Dasar.

26) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi.

27) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pertambangan Bijih Besi.

28) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 34 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit.

29) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.

30) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Minyak Goreng.

31) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Gula.

32) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok

dan/atau Cerutu.

Page 115: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

107

33) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Minyak dan Gas.

34) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2011 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Gas Metana Batubara.

b. Baku Mutu Air Laut

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179

Tahun 2004 tentang Ralat atas Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu

Air Laut.

c. Baku Mutu Udara

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

13/MENLH/03/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak

Bergerak.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

49/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran.

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.

Page 116: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

108

6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan

Bermotor Lama((Menggantikan Permen No.35 Tahun 1993

tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor).

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Ketel Uap.

8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak Bagi

Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik.

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Usaha dan/atau Kegiatan Industri Carbon Black.

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Usaha an/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal.

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan

Bermotor Tipe Baru (Menggantikan Kepmen No.141 Tahun

2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan

Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang

Diproduksi (current production).

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor

Tipe Baru.

Page 117: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

109

13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi.

14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Baku MutuEmisi Gas

Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3.

15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 07 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Emisi

Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan

Industri Rayon.

16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi

Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3.

d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-

43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan

Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian

Golongan C Jenis Lepas Di Dataran.

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan

Tanah Untuk Produksi Biomassa.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04

Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu

Karang.

Page 118: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

110

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200

Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman

Penentuan Status Padang Lamun.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201

Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan

Kerusakan Mangrove.

7. Perizinan

1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun

2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun

3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun

2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan dan Beracun Serta

Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29

Tahun 2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan

Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada

Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111

Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara

Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke

Air atau Sumber Air.

Page 119: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

111

6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142

Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang

Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta

Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber

Air.

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan

Pembuangan Air Limbah Ke Laut.

8. Program Insentif dan Disinsentif

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

15/MENLH/4/1996 tentang Program Langit Biru.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

45/MENLH/11/1996 tentang Program Pantai Lestari.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

04/BAPEDAL/01/1998 tentang Penetapan Prioritas Daerah

Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah B3.

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 93

Tahun 2004 tentang Program Bangun Praja.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 252

Tahun 2004 tentang Program Penilaian Peringkat Hasil Uji

Tipe Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru.

6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2006 tentang Program Menuju Indnoesia Hijau.

Page 120: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

112

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.

8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun

2009 tentang Urusan Pemerintah diBidang Lingkungan Hidup

Yang Dapat Didekonsentrasikan.

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun

2009 tentang Program ADIPURA(Menggantikan Permen

No.99 Tahun 2006 tentang Program ADIPURA dan Permen

No.14 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Program

ADIPURA).

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura.

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun

2012tentangProgram Menuju Indonesia Hijau.

9. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup

1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun

2011 tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/atau

Kerusakan Lingkungan Hidup.

2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang Nomor 22 Tahun

2012 tentang Perubahan atas Peraturan MENLH Nomor 14

Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran,

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada Satker di

Lingkup Kementerian LH.

Page 121: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

113

3) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2012

tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan dan Tugas

Pembantuan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2013.

4) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2012

tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus

Bidang Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2013.

10. Audit Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2013 tentang

Audit Lingkungan Hidup

4.1.12 Data dan Informasi

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2011

tentang Pelayanan Informasi Publik.

4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum

1. Penegakan Hukum Administrasi

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun

2001 tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat

Pengawas Lingkungan Hidup Daerah.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56

Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan

Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 57

Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan

Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 122: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

114

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58

Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan

Hidup Di Propinsi/Kabupaten/Kota.

5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2010 tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan

Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan

Lingkungan Hidup.

6) Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan

Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2012 tentang Tata Laksana Jabatan Penyidik Pegawai Negeri

Sipil Lingkungan Hidup

2. Penegakan Hukum Perdata

1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga

Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan

Hidup Di Luar Pengadilan.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 77

Tahun 2003 tentang Pembentukan Lembaga Penyedia Jasa

Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar

Pengadilan (LPJP2SLH) pada Kementerian Lingkungan Hidup.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 78

Tahun 2003 tentang Tata Cara Pengelolaan Permohonan

Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan

pada Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 123: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

115

4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyidikan

Tindak Pidana Di Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia

1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 95 Tahun

2004 tentang Klasifikasi Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan

Hidup.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 178 Tahun

2004 tentang Kurikulum Penyusunan, Penilaian dan Pedoman

Serta Kriteria Penyelenggaraan Pelatihan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup.

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun

2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

di Bidang Lingkungan Hidup.

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2007 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi

Pelaksanaan Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi Kompetensi Personil

dan Lembaga Jasa Lingkungan.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi

Menager Pengendalian Pencemaran Air.

Page 124: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

116

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 22 Tahun

2009 tentang Tata Laksana Registrasi Kompetensi Bidang

Lingkungan.

8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 Tahun

2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem

Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi

Berwawasan Lingkungan di Daerah.

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun

2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Standar

Nasional Indonesia dan Standar Kompetensi Bidang Pengelolaan

Lingkungan Hidup di Daerah.

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah

Lingkungan.

11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pedoman Rencana Pembiayaan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup

Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota

12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan

Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.1.15 Kapasitas Kelembagaan

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian

Negara.

Page 125: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

117

2. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Framework Agreement Between The Government Of The Republic

Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The

Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And

Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention

Regional Centre For Training And Technology Transfer For

Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah

republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai

Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan

beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat

regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi

Asia Tenggara.

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan

dan Organisasi Kementerian Negara.

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,

Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

5. Keputusan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kepala

Kepegawaian Negara Nomor 08 Tahun 2002 & Nomor 22 Tahun

2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Pengendalian Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya.

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

47/Kep/M.Pan/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengendalian

Dampak Lingkungan dan Angka kreditnya.

7. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparaturan Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan

Fungsional Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka

Kreditnya.

Page 126: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

118

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 61 Tahun

2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyesuaian

(INPASSING) ke dalam Jabatan dan Angka Kredit Pengendali

Dampak Lingkungan.

9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 62 Tahun

2004 tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian dan Pergantian

Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendalian Dampak Lingkungan.

10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 75 Tahun

2004 tentang Organisasi dan Tata Laksana Pusat Produksi Bersih.

11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 148 Tahun

2004 tentang Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan

Hidup Daerah.

12. Peraturan MENLH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan

Daerah Kabupaten/Kota.

13. Peraturan MENLH Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk

Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup

Daerah Provinsi Kabupaten/Kota.

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun

2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara

Lingkungan Hidup.

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2009 tentang Laboratorium Lingkungan Hidup.

16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun

2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup

Tahun 2010 – 2014.

Page 127: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

119

17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2011

tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian Lingkungan

Hidup.

18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun

2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana

Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010 – 2014.

19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2011 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-

undangan di Kementerian Lingkungan Hidup.

20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun

2011 tentang Pedoman Perumusan Materi Muatan Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Peraturan Perundang-

undangan.

21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun

2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan

Daerah di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun

2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

Sejenis Sampah Rumah Tangga.

23. Peraturan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup Dan Kepala

Badan Kepegawaian Negara Nomor : 09 Tahun 2012 Nomor : 06

Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi

Page 128: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

120

Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Pengawas

Lingkungan Hidup Dan Angka Kreditnya.

24. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 08 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2011 tentang Petunjuk

Teknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup

Tahun 2012.

25. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup.

26. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2012 tentang Program Kampung Iklim.

27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 21 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Pelaksana

Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup .

28. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Negara Lingkungan HIdup Nomor 10A Tahun 2006 tentang

Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan Debt for

Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk Investasi

Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK).

29. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10A Tahun 2006

tentang Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan

Page 129: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

121

Debt for Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk

Investasi Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK)

4.1.16 Perjanjian Internasional

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi

Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim).

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan

Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto

Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate

Change).

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan

Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological

Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas

Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati).

5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan

Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi

Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent).

6. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan

Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in

Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973.

7. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan

Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on

Page 130: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

122

substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and

Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June

1990.

8. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan

Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of

Hazardous Wastes and Their Disposal.

9. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That

Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol

Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon).

10. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances

That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas

Protokol Montreal Tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan

Ozon).

11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Amendment to the Basel Convention on the control of

Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal

(Amandemen Atas Konvensi Basel tentang Pengawasan

Perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan

pembuangannya).

12. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Framework Agreement Between The Government Of The Republic

Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The

Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And

Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention

Regional Centre For Training And Technology Transfer For

Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah

Page 131: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

123

republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai

Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan

beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat

regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi

Asia Tenggara.

4.2 Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa

Barat

Berikut ini adalah daftar peraturan perundang-undangan skala

provinsi bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan

pengelolaan sampah berdasarkan tahun pembuatan:

1) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor

6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan

Industri di Jawa Barat.

2) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air.

3) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006

tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

6) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah

Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013.

Page 132: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

124

7) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Perikanan.

8) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Pengendalian Pencemaran Air.

9) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008

tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung

Utara.

10) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Air Tanah.

11) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2008

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi

Jawa Barat Tahun 2005-2025.

12) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2010

tentang Pengelolaan Sampah Di Jawa Barat.

13) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2011

tentang Pengurusan Hutan Mangrove Dan Hutan Pantai.

14) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum

Lingkungan.

15) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum

Lingkungan.

16) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 23 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di

Jawa Barat.

Page 133: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

125

17) Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 56 Tahun 2012

tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca.

18) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013

tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan

Kawasan Lindung.

19) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Baku Mutu Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk,

Sungai Cilamaya dan Sungai Bekasi.

20) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 78 Tahun 2013 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

21) Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

Nomor 660.31/Sk/694-BKPMD/82 Tahun 1982 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Kriteria Pencemaran Lingkungan Akibat Industri.

22) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 660.3/Kep.1197-

Bplhd/2004 tentang Pembentukan Pos Pengaduan Kasus

Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup.

23) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.3/46/BPLHD

Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Inventarisasi dan Identifikasi

Sumber Pencemaran di Jawa Barat (Air).

24) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.31/58/BPLHD

Tahun 2010 tentang Pengendalian Pencemaran Air di DAS

Cilamaya.

Page 134: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...
Page 135: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

ix

DAFTAR PUSTAKA

Hamrat H., dan Bambang P., 2007. Pengawasan Industri dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Yayasan Obor Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Panduan Penataan Pengelolaan Lingkungan Industri Minyak Sawit. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Elektronika. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Hotel. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Kendaraan Bermotor (Otomotif). Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Keramik. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Peleburan Besi dan Baja. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Pulp dan Kertas. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Pupuk. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Rumah Sakit. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Semen. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Tekstil. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Page 136: Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan ...

x

Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Pedoman Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Deputi Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dan Sampah.

Pusdiklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012, Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup.

Wahyuni, Sri. 2014. Pengawasan Pengendalian Pencemaran Udara. Bandung: Pelatihan Aparatur Pengawas Kabupaten/Kota.