Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

32
Page | 1 Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel ) Konseling Pranikah GBI Caphernaum Apostolic Churc Syarat Pemberkatan Nikah Pernikahan adalah lembaga pertama yang diciptakan Allah. Pernikahan pertama di dunia terjadi setelah TUHAN menciptakan seorang pria, yaitu Adam. TUHAN memutuskan seharusnya manusia tidak hidup sendirian dalam dunia ini. TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kej 2:18). Maka TUHAN menciptakan seorang perempuan dan saat itulah pernikahan pertama terjadi. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. (Kej 2:21-25). Syarat melangsungkan Pemberkatan Nikah di GBI Caphernaum Apostolic Church : 1. Keduanya adalah jemaat GBI CAC dan memiliki kartu Anggota yang masih berlaku. 2. Sudah aktif mengikuti Konseling minimal 3 bulan sebelum tanggal pendaftaran. 3. Mendaftar minimal 6 bulan sebelum tanggal pemberkatan nikah dan mengisi formulir pendaftaran bimbingan pranikah serta melengkapi semua persyaratannya. 4. Wajib mengikuti pertemuan konseling awal sebelum mengikuti bimbingan pranikah (2 minggu sebelumnya dengan perjanjian). 5. Wajib mengikuti seluruh kelas bimbingan pranikah sampai selesai. 6. Keduanya sangat dianjurkan untuk mengikuti Ibadah Minggu yang diadakan oleh GBI CAC. Untuk penjelasan lebih lengkap silakan hubungi kantor sekretariat GBI CAC. Tuhan Yesus memberkati.

description

Pernikahan adalah lembaga pertama yang diciptakan Allah. Pernikahan pertama di dunia terjadi setelah TUHAN menciptakan seorang pria, yaitu Adam. TUHAN memutuskan seharusnya manusia tidak hidup sendirian dalam dunia ini. TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kej 2:18). Maka TUHAN menciptakan seorang perempuan dan saat itulah pernikahan pertama terjadi. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. (Kej 2:21-25).Syarat melangsungkan Pemberkatan Nikah di GBI Caphernaum Apostolic Church : 1.Keduanya adalah jemaat GBI CAC dan memiliki kartu Anggota yang masih berlaku. 2.Sudah aktif mengikuti Konseling minimal 3 bulan sebelum tanggal pendaftaran. 3.Mendaftar minimal 6 bulan sebelum tanggal pemberkatan nikah dan mengisi formulir pendaftaran bimbingan pranikah serta melengkapi semua persyaratannya. 4.Wajib mengikuti pertemuan konseling awal sebelum mengikuti bimbingan pranikah (2 minggu sebelumnya dengan perjanjian). 5.Wajib mengikuti seluruh kelas bimbingan pranikah sampai selesai. 6.Keduanya sangat dianjurkan untuk mengikuti Ibadah Minggu yang diadakan oleh GBI CAC. Untuk penjelasan lebih lengkap silakan hubungi kantor sekretariat GBI CAC.Tuhan Yesus memberkati.

Transcript of Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

Page 1: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 1

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Syarat Pemberkatan Nikah

Pernikahan adalah lembaga pertama yang diciptakan Allah. Pernikahan pertama di dunia terjadi setelah TUHAN menciptakan seorang pria, yaitu Adam. TUHAN memutuskan seharusnya manusia tidak hidup sendirian dalam dunia ini. TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kej 2:18).

Maka TUHAN menciptakan seorang perempuan dan saat itulah pernikahan pertama terjadi. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. (Kej 2:21-25).

Syarat melangsungkan Pemberkatan Nikah di GBI Caphernaum Apostolic Church :

1. Keduanya adalah jemaat GBI CAC dan memiliki kartu Anggota yang masih berlaku.

2. Sudah aktif mengikuti Konseling minimal 3 bulan sebelum tanggal pendaftaran. 3. Mendaftar minimal 6 bulan sebelum tanggal pemberkatan nikah dan mengisi

formulir pendaftaran bimbingan pranikah serta melengkapi semua persyaratannya.

4. Wajib mengikuti pertemuan konseling awal sebelum mengikuti bimbingan pranikah (2 minggu sebelumnya dengan perjanjian).

5. Wajib mengikuti seluruh kelas bimbingan pranikah sampai selesai. 6. Keduanya sangat dianjurkan untuk mengikuti Ibadah Minggu yang diadakan

oleh GBI CAC.

Untuk penjelasan lebih lengkap silakan hubungi kantor sekretariat GBI CAC. Tuhan Yesus memberkati.

Page 2: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 2

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Mengapa Harus Menikah dengan Orang Percaya? Tanya:

Mengapa orang harus meributkan apakah pasangan hidup saya seorang percaya atau bukan?

Jawab:

2 Korintus 6:14-15 menyatakan, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?" Ketika Rasul Paulus menuliskan kata-kata tersebut, ia memang tidak khusus berbicara tentang pernikahan, tetapi prinsip yang terkandung di dalamnya tetap dapat diterapkan dalam hal pernikahan. Seseorang yang menaruh imannya dalam Kristus sudah dilahirkan kembali (Yohanes 3:3-16), dan "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17) Perubahan yang demikian mendasar dalam kehidupan rohani kita, seharusnya berdampak sangat kuat terhadap prioritas, tujuan, gaya hidup, dan hubungan antarpribadi kita.

Jadi, tiada hal yang lebih penting bagi Anda atau orang yang akan Anda nikahi selain kerohanian yang baik. Nah, apakah orang yang akan Anda nikahi adalah orang yang mengenal Yesus Kristus sebagai Juru Selamat? Apakah dia hidup untuk-Nya? Jika Anda adalah orang percaya, orang yang akan Anda nikahi juga harus orang percaya. Carilah seseorang yang mengenal Kristus sebagai Juru Selamat, dan yang memiliki bukti-bukti pertumbuhan rohani.

Membangun Pernikahan dan Keluarga Kristen Kegagalan membangun suatu pernikahan dan keluarga kebanyakan disebabkan kurangnya pemahaman yang benar tentang hakikat pernikahan Kristen dan lemahnya konsistensi terhadap komitmen yang dibangun bersama.

Memahami Hakekat Pernikahan Kristen

Pernikahan Kristen berdasarkan pada inisiatif atau rancangan Allah (Kej 2:18). Pernikahan Kristen dirancang oleh Allah untuk menyelesaikan problem pertama manusia

yaitu kesendirian/kesepian (Kej 2:18-22). Pernikahan Kristen dirancang oleh Allah untuk memberikan kebahagiaan bersama bukan

kesedihan (Kej 23). Pernikahan Kristen harus dimulai dari meninggalkan semua hubungan yang lain dan

membangun hubungan permanen antara suami istri (Kej 2:24).

Page 3: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 3

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Pernikahan berarti kesatuan dalam pengertian fisik yang intim (Kej 2:24-25). Kesatuan daging atau bersetubuh (Kej 4:1) mengunakan kata “to know” artinya mengenal fisik yang intim dan mengenal diri yang lembut. Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus mengidentikkan kesatuan suami istri sama dengan hubungan Kristus dan gereja-Nya (Ef 5:22-33).

Membangun Komunikasi Yang Bermakna

Komunikasi adalah proses “sharing” diri secara verbal maupun nonverbal yang dilakukan dengan baik, sehingga pasangan dapat menerima dan mengerti apa yang Anda “sharing-kan" kepadanya.

Kiat Membangun Komunikasi Yang Bermakna

Unsur-unsur yang terlibat di dalam komunikasi yang bermakna:

1. Aspek Rohani. Dimensi rohani sebagai dasar dimensi lainnya. Kesatuan aspek rohani. Keduanya telah beriman kepada Yesus, keduanya bertumbuh secara rohani (tampak dalam kerinduan untuk berdoa, merenungkan dan mempelajari firman Allah dan beribadah), dan dipenuhi oleh Roh Kudus.

2. Aspek Jiwa. Kesatuan jiwa yang terdiri dari pikiran, perasaan dan kemauan. o Pikiran. Bagaimana keduanya menyatukan pikiran: pendapat, pemahaman, persepsi,

rencana (planning), pendidikan, dsb.. o Perasaan. Hal ini menyangkut penerimaan, penghargaan, kenikmatan, cara

mengungkapkan perasaan, dan ketakutan-ketakutan tentang pernikahan. o Kemauan. Setiap individu berbeda gaya dalam mengungkapkan kemauan/kebutuhan,

mencari pola tepat untuk mengungkapkan kemauan, berusaha memahami kemauan pasangan, dan menghindari egoisme dan berusaha memenuhi kebutuhan pasangan.

3. Aspek Fisik. Kebutuhan fisiologis (sandang, pangan, papan dan seks). Pertahankan dan tumbuhkembangkan hubungan seks positif, serta hindari hal-hal yang menganggu (berdiam diri, curiga, marah, sakit hati, salah pengertian, takut, perasaan bersalah, dll.).

4. Pahami Perbedaan Psikofisiologis. Perbedaan fisik dan psikis yang saling pengaruh mempengaruhi. Kecenderung lazimnya:

o Suami lebih bersifat pelaku. Seharusnya suami mengambil inisiatif, istri bersifat menunggu.

o Suami cenderung mengambil risiko atau kesempatan memikul tanggung jawab, sedangkan istri mendapatkan pemenuhan diri dengan cara menjadi sesuatu.

o Suami selalu berpikir dengan logika (otak), sedangkan istri dengan perasaan (hati).

Page 4: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 4

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

o Suami cenderung berurusan dengan dunia luar, pekerjaan, dll.. o Suami sering tidak peka terhadap kebutuhan istri. o Suami atau pria sebagai pengamat wanita, sedangkan wanita bukan penonton pria

.

5. Perbedaan Psikoseksual. o Orientasi. Suami lebih berorientasi pada aspek fisik: kesatuan fisik, seks menjadi

prioritas utama. Sedangkan istri lebih berorientasi pada aspek emosi, keamanan, holistik dan seks salah satu prioritas.

o Stimulus/rangsangan. Suami terangsang melalui mata dan wangi-wangian dan tubuh, sedangkan istri sikap, kata-kata, jamahan, dan kepribadian.

o Kebutuhan. Suami membutuhkan penghargaan, respek dan dikagumi, sedangan istri membutuhkan pengertian, kasih, dan keamanan.

o Kenikmatan. Puncak kenikmatan suami ditandai dengan orgasme. Bagi istri tanpa orgasme dapat puas.

6. Pola Komunikasi. o Suami bila berkomunikasi, ia mempertimbangkan dahulu masalah yang ada dengan

sangat hati-hati. Mereka akan mendiamkan dan mengamati apakah masalah itu akan terselesaikan dengan sendirinya. Dalam proses ini, kadang-kadang suami tidak perlu bicara. Bila cara ini berhasil, ia akan tenang. Akan tetapi, bila tidak berhasil ia mungkin akan mengungkapkannya dengan bentuk marah.

o Suami cenderung berkomunikasi dengan tujuan memecahkan suatu masalah serasional mungkin, berbeda dengan istri yang lebih mengutamakan hati.

o Suami pada umumnya lebih bersifat nonverbal, beda dengan istri.

Tujuan Pernikahan Kristen Pada umumnya, pasangan-pasangan yang akan menikah menjadi sibuk saat mempersiapkan perayaan pernikahan. Agar acara pemberkatan dan resepsi pernikahan berjalan lancar, mereka rela mengerahkan segenap daya, tenaga, dan dana.

Prosesi pemberkatan dan resepsi tersebut tentu akan segera berlalu, namun mereka harus terus mempertahankan pernikahan seumur hidup. Untuk mempertahankan pernikahan, setiap pasangan harus memahami hakikat dan tujuan pernikahan. Sayangnya, ada beberapa orang yang tidak terlalu serius dalam mengerahkan segenap kemauan, akal budi, daya, dan dana untuk memahami hakikat dan tujuan pernikahan Kristen dengan baik dan jelas. Jika seseorang tidak memunyai visi dalam

Page 5: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 5

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

pernikahan, maka sesungguhnya dia telah melakukan tindakan "bunuh diri". Cepat atau lambat, pernikahan dan cintanya akan layu dan mati. Untuk menghindari hal ini, saat berpacaran atau sebelumnya, sebaiknya Anda menanyakan tujuan hidup dan pernikahan yang ada di benak orang yang Anda sayangi. Diskusikan itu dengan konselor untuk membantu Anda mengerti, apakah visi itu cukup jelas saat memasuki pernikahan Anda atau tidak.

SUBSTANCE Pernikahan

Pernikahan yang baik adalah komitmen total dari dua orang di hadapan Tuhan dan sesama. Pernikahan yang baik didasarkan pada kesadaran bahwa pernikahan ini adalah kemitraan yang mutual. Pernikahan yang baik juga melibatkan Tuhan secara proaktif di dalam setiap pengambilan keputusan, sebab pernikahan adalah sebuah rencana ilahi yang istimewa. Dengan demikian, pernikahan seharusnya tetap dijaga dan dipertahankan di dalam kekuatan Roh yang mempersatukan kedua insan.

a. Pernikahan adalah Suatu Perjanjian ("Covenant")

Secara simbolis, orang yang menikah mengucapkan janji nikahnya di gereja. Secara sederhana, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua individu/kelompok atau lebih. Perjanjian pernikahan adalah mengasihi ("to love") dan dikasihi ("to be loved"). Menurut Balswick, ada tiga hal yang dapat kita pelajari dari perjanjian yang Allah tetapkan. Pertama, perjanjian itu sepenuhnya merupakan tindakan Allah, bukan sesuatu yang bersifat kontrak. Komitmen Allah ini tetap berlangsung, tidak bergantung pada manusia. Kedua, Allah menghendaki respons dari manusia. Namun, ini bukan berarti perjanjian tersebut bersifat kondisional. Perjanjian itu tetap menjadi satu perjanjian yang kekal, terlepas dari apakah umat Tuhan melakukannya atau tidak. Ketiga, Allah menyediakan berkat-berkat dan keuntungan bagi mereka yang menuruti perjanjian tersebut. Manusia diberi kebebasan untuk memilih, untuk hidup dalam perjanjian itu atau menolaknya.[1]

Menurut R.C. Sproul, pernikahan bukanlah hasil dari satu perkembangan kebudayaan manusia.[2] Institusi pernikahan ditetapkan seiring dengan Penciptaan itu sendiri. Senada dengan itu, John Stott berkata, "...perkawinan bukanlah temuan manusia. Ajaran Kristen tentang topik ini diawali dengan penegasan penuh kegembiraan bahwa perkawinan adalah gagasan Allah, bukan gagasan manusia... perkawinan sudah ditetapkan Allah pada masa sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa."[3]

Jika demikian, pengertian di atas mengandung tiga implikasi penting. Pertama, setiap orang yang mau menikah seharusnya memberikan atensi pada pengenalan eksistensi Allah sebagai pendiri lembaga ini. Kedua, memberikan Allah otoritas penuh dalam memimpin lembaga ini sehingga komunikasi suami-istri bersifat trialog.[4] Artinya, Allah dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan. Ketiga, pernikahan diikat oleh komitmen seumur hidup, sebab perjanjian itu bukan kepada manusia, melainkan kepada Allah sendiri. Dengan memahami pernikahan sebagai satu ikatan perjanjian dengan Allah, maka calon suami istri disadarkan agar senantiasa bergantung pada kekuatan Allah dalam menjalani pernikahan.

b. Pernikahan adalah Kesaksian

Page 6: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 6

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Dalam Efesus 5:32, Paulus menggambarkan hubungan suami dan istri seperti hubungan Allah dan jemaat-Nya. Artinya, dengan menikah, orang Kristen dipanggil masuk ke dalam satu panggilan pelayanan khusus, yakni menyaksikan Kristus melalui wadah keluarga. Implikasinya adalah hubungan dan komunikasi suami istri menjadi wadah anak-anak belajar mengenal kasih Tuhan.

Di samping itu, keluarga juga menjadi tempat persiapan dan latihan anak-anak untuk menjadi suami atau istri dan menjadi orang tua. Selanjutnya, model itu akan terus terbawa ke dalam pola mereka mendidik anak-anak kelak. Pernikahan yang sehat dan berfungsi, pada umumnya, akan menghasilkan anak-anak yang sehat pula. Jadi, setiap mereka yang akan menikah dan menjadi orang tua perlu menyadari konsekuensi ini -- dipanggil menjadi reflektor kasih Allah bagi anak-anak. Dalam tulisannya, "Parenting: A Theological Model", Myron Charter [5] menjabarkan tujuh dimensi dari kasih Allah Bapa yang harus direfleksikan setiap orang tua, yakni: sikap yang penuh peduli, tanggung jawab, disiplin, murah hati, respek, pengenalan, dan pengampunan.

Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan bukanlah kebahagiaan seperti yang diangan-angankan banyak muda-mudi sebelum menikah, melainkan pertumbuhan. Kebahagiaan itu justru ditemukan di tengah-tengah perjalanan (proses) pernikahan yang dilandasi cinta kasih Kristus. Kalau tujuan kita menikah adalah bahagia, maka pasangan kita akan kita peralat demi mencapai kebahagiaan itu.[6] Itu sebabnya, orang yang menikah dengan tujuan bahagia justru menjadi yang paling tidak bahagia dalam pernikahannya. Bahkan, tujuan ini banyak mengakibatkan perceraian, dengan alasan ia tidak merasa bahagia dengan pasangannya.

Heuken [7] menyebutkan beberapa tujuan lain yang tidak kuat sebagai landasan untuk menikah. Pertama, demi keperluan psikologis, yakni supaya merasa tidak sendirian atau kesepian. Kedua, demi kebutuhan biologis, yakni agar dapat memuaskan nafsu seks secara wajar. Ketiga, demi rasa aman, yakni supaya memunyai status sosial dan dihargai masyarakat. Keempat, agar memunyai anak. Ini semua bukan merupakan alasan atau tujuan yang kuat mengapa seseorang menikah.

Dalam berumah tangga, kita akan mengalami begitu banyak keadaan dan situasi yang tidak diharapkan. Misalnya, pasangan Anda gagal dalam pekerjaan. Pasangan Anda menyeleweng. Pasangan Anda sakit atau cacat. Kondisi itu pasti tidak menyenangkan. Tetapi kalau Tuhan mengizinkan hal-hal tersebut terjadi, kita perlu belajar dari hal-hal tersebut. Lewat situasi dan keadaan itulah cinta kita diuji, apakah kita tetap berpegang teguh pada janji pernikahan kita dan setia kepada pasangan kita sampai kematian memisahkan. Untuk itu, mari kita pahami tujuan pernikahan Kristen yang akan menguatkan tiang pernikahan kita.

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan yang diharapkan adalah agar suami istri dapat melayani Allah dan menjadi saluran berkat bagi sesamanya. Agar pernikahan itu bertumbuh, maka ada dua syarat yang harus dimiliki setiap pasangan.

Page 7: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 7

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

a. Masing-masing sudah menerima pengampunan Kristus, sehingga mampu saling mengampuni selama berada dalam rumah tangga, yang masing-masing penghuninya bukanlah orang yang sempurna. Usaha diri sendiri pasti akan gagal.

b. Kemampuan beradaptasi, artinya masing-masing tidak memaksa atau menuntut pasangannya, sebaliknya mampu saling memahami dan memberi. Masing-masing menjalankan peran dengan baik, serta mampu menerima kelemahan dan kekurangan pasangannya.

2. Menciptakan Masyarakat Baru Milik Allah

John Stott mengatakan bahwa pernikahan dibentuk Allah dengan tujuan untuk menciptakan satu masyarakat baru milik Allah ("God's new society") -- satu masyarakat tebusan yang dapat menjadi berkat dan membawa kesejahteraan bagi sesamanya.[8] Wadah yang Allah pilih sebagai sarana menyejahterakan manusia tebusan-Nya di dunia ini adalah keluarga. Rencana ini telah Allah tetapkan jauh sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Untuk itu, Allah pertama-tama memilih keluarga Abraham, Ishak, Yakub, dan seterusnya sampai akhirnya dalam keluarga Yusuf dan Maria yang melahirkan Yesus. Demikianlah sampai hari ini, rencana Tuhan bagi setiap pasangan Kristen adalah agar pasangan itu menghasilkan anak-anak perjanjian (anak-anak Tuhan) yang memunyai tanggung jawab untuk merawat dan mengurus bumi ciptaan-Nya ini.[9] (Kejadian 1:26,28)

Di samping itu, melalui setiap keluarga, Allah menghendaki agar setiap suami istri melahirkan keturunan ilahi (anak-anak tebusan Kristus. Baca Maleakhi 2:14-15).[10] Karena itu, berdasarkan prinsip di atas, saya berkeyakinan bahwa setiap anak dalam pernikahan kami adalah anak-anak (karunia/titipan) Tuhan. Mereka bukan baru menjadi anak-anak Tuhan saat mereka dibaptis atau sesudah besar, tetapi sejak dalam kandungan mereka adalah benih ilahi yang Allah percayakan kepada keluarga kami.

Keyakinan ini sangat memengaruhi sikap kita dalam menghargai dan mendidik anak-anak. Juga akan membuat kita memprioritaskan keluarga dengan benar. Tujuan kita adalah mendidik mereka agar menjadi anak-anak Tuhan yang tidak hanya menaati bapak dan ibu mereka secara daging, tetapi juga taat kepada Bapa di surga. Kita juga sungguh-sungguh berusaha membangun kehidupan anak-anak kita, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Tetapi jika Tuhan mengizinkan keluarga kita tanpa seorang anak, rencana Tuhan pun tetap sama indahnya. Dia mempunyai rencana tersendiri bagi keluarga yang tidak dikaruniai anak. Keluarga yang demikian perlu bergumul, mencari tahu apa yang dapat diperbuat untuk menyenangkan hati Tuhan, meski belum ada buah hati. Jika ingin mengadopsi anak, sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan konselor.

Anak merupakan upah atau berkat Tuhan bagi keluarga yang dikenan-Nya untuk menerima berkat itu. Tidak memiliki anak bukan berarti dikutuk atau tidak mendapat berkat Allah. Suami istri yang tidak memiliki anak pun, tetap merupakan keluarga yang di dalamnya Allah memiliki rencana tersendiri.

Page 8: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 8

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Pernikahan dan Masalahnya AYAT ALKITAB Efesus 5:22-33 1Korintus 7:3-4 Filipi 2:3-5 1Petrus 3:7 LATAR BELAKANG

Ketika dua kehidupan dipersatukan bersama dalam suatu hubungan intim jangka panjang, sewaktu-waktu akan muncul masalah. Banyak pasangan memasuki pernikahan hanya dengan sedikit persiapan untuk menghadapinya. Kadang-kadang mereka kurang memiliki kedewasaan emosional, kemantapan atau keluwesan, yang harus dimiliki dalam pasangan yang berhasil.

Apa saja unsur-unsur pembentuk suatu pernikahan yang baik?

o Saling menghormati. Saling menghormati berarti masing-masing menerima pasangannya sebagaimana adanya, tidak berusaha memperalat, membantu pasangannya untuk bertumbuh sesuai rencana Allah dengan tidak mementingkan dirinya sendiri, saling menghargai, membedakan antara yang ideal dan yang merupakan kenyataan, serta tidak menuntut terlalu banyak. "Kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya." (Efesus 5:33)

o Penyerahan diri yang tulus. Hakekat janji yang diucapkan dalam pemberkatan nikah ialah penyerahan diri secara tulus, satu kepada yang lain, sambil meninggalkan segala hal lainnya. Alkitab berkata, "Sebab itu laki- laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kejadian 2:24). Waktu dan pengalaman membuktikan bahwa "menjadi satu daging" dalam pernikahan, tidak berarti pelepasan kepribadian atau hak-hak pribadi. Justru penyerahan diri yang memperkaya kepribadian keduanya.

o Komunikasi yang baik. Agar dapat berkomunikasi, harus ada pengertian tentang perbedaan- perbedaan emosional, mental dan jasmani, antara pria dan wanita. Perlu dikembangkan suasana persahabatan. "Lebih baik bersama teman hidupku, daripada dengan orang lain." Harus terjadi percakapan, bukan saja berdiskusi ketika muncul perbedaan, tetapi pertukaran informasi yang berarti, baik dalam tingkat intelektual maupun emosional.

o Waktu dan usaha. Kasih harus diberi kesempatan untuk tumbuh dewasa. Suasana untuk itu, terdapat dalam Firman Tuhan. Ketika perjalanan hidup menjadi berat, pasangan tersebut tidak "membuang cinta" mereka; tetapi mereka bertahan bersama dan berusaha menyelesaikannya. Mereka tidak menganggap diri mereka "korban" dari "salah perhitungan", tetapi "teman pewaris kasih karunia". (1Petrus 3:7)

Page 9: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 9

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Masalah dan perbedaan diselesaikan melalui pengampunan "Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32)

Kalimat-kalimat berikut perlu dihayati oleh pasangan-pasangan yang ingin agar pernikahannya terpelihara: "Aku bersalah","Aku menyesal","Maafkan aku", "Aku mengasihimu".

o Kesatuan rohani. Mengerti dimensi rohani dalam pernikahan akan membawa dampak yang dalam. Paulus membandingkan pernikahan -- kesatuan suami dan istri -- dengan hubungan kekal antara Kristus dan Gereja.(Lihat Efesus 5:22-33)

STRATEGI BIMBINGAN

1. Tunjukkan sikap mendukung dan menguatkan. Dengarkan baik-baik dengan pengertian. Jangan menghakimi dan jangan berpihak. Kadang- kadang orang yang Anda layani, ada di pihak yang salah.

2. Berusahalah menemukan penyebab ketidaksetujuan dan masalah. Jika perlu, bertanyalah. Apakah yang bersangkutan merasa bahwa dia bertanggung jawab atas perkembangan negatif yang terjadi?

Tanyakan penilaiannya tentang pernikahannya berdasarkan bahasan tentang unsur-unsur pembentuk suatu pernikahan yang baik, yang telah dibahas dalam Latar Belakang. Dalam hal apa dia kurang? Apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya? Dengan rendah hati, dia dapat meminta ampun atas ketidakpekaan, kepedihan dan kesalahan yang dibuatnya. Mungkin perlu waktu, tetapi sangat bermanfaat.

3. Tanyakan, pernahkah mengundang Allah masuk ke dalam hidup pernikahan dan hidup mereka?

4. Sesudah itu, jelaskan langkah-langkah tindak lanjut berikut ini: a. Baca, pelajari, dan terapkan Firman Tuhan dalam hidupnya dan hidup pernikahannya. b. Belajar berdoa tiap hari. Berdoalah satu untuk yang lain. Doakan masalah-masalah

yang muncul atau hal-hal yang dapat berkembang menjadi masalah. "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1Petrus 5:7) Adanya sikap-sikap yang lebih baik, membuat seseorang lebih peka kepada kebutuhan teman hidupnya, menciptakan hubungan- hubungan yang lebih baik. Inilah salah satu nilai penelaahan Alkitab dan doa: kita akan dibuatnya lebih peka secara rohani dan lebih mampu menyongsong masalah-masalah.

c. Libatkan diri dalam kelompok persekutuan keluarga dalam suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan. Peran serta aktif dalam suatu gereja yang dinamis, dapat memperbaharui pernikahan dan rumah tangga seseorang. Dukungan dan pertolongan rohani dapat diperoleh dalam persekutuan dengan sesama Kristen yang sejati dan dalam pertukaran pikiran dengan pendeta.

d. Dalam gangguan pernikahan tertentu, terkadang diperlukan bimbingan lebih lanjut. Hubungilah pendeta yang terlatih untuk itu, atau psikolog Kristen atau penyuluh pernikahan.

Page 10: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 10

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Jika orang tersebut Kristen, anjurkan dia untuk mulai mencari bimbingan serius dari pusat bantuan pernikahan yang ada, atau dari pendeta yang terlatih untuk itu. Seringkali perlu diadakan penanganan dan penyesuaian pada masing-masing pihak, yang membutuhkan waktu-waktu bimbingan yang cukup lama. Hal terpenting ialah belajar bersikap tulus dan jujur, menghadapi situasi mereka dalam terang Firman Tuhan. Mungkin titik permulaannya harus dimulai dari kalimat-kalimat permohonan maaf seperti yang ditulis dalam Latar Belakang di atas.

----------------------------Kutipan-------------------------

Menurut Billy Graham:

"Pernikahan yang sempurna adalah kesatuan antara tiga pribadi

-- seorang pria, seorang wanita, dan Allah! Inilah yang membuat

pernikahan menjadi kudus. Iman dalam Kristus adalah bagian

terpenting dari semua prinsip penting lainnya untuk membangun

suatu pernikahan dan rumah tangga yang bahagia."

Roh Keterbukaan dalam Pernikahan Pernikahan tidak hanya menyatukan dua pribadi dalam satu ikatan yang kudus, namun pernikahan juga menyatukan segala perbedaan yang ada di dalam diri kedua pribadi tersebut. Untuk itulah keterbukaan dari masing-masing pribadi memegang peranan penting dalam perjalanan pernikahan itu. Perbincangan. berikut ini akan memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana keterbukaan itu mempengaruhi suatu pernikahan. Silakan menyimaknya!

T : Sebenarnya apakah makna dari sebuah keterbukaan atau transparansi dalam pernikahan itu?

Page 11: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 11

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

J : Keterbukaan sangat berkaitan dengan dua hal: PERTAMA, berkaitan erat dengan KEPERCAYAAN, jadi kalau kita tahu pasangan kita terbuka kepada kita, level kepercayaan juga akan meningkat.

KEDUA, keterbukaan sangat berkaitan dengan KEDEWASAAN atau matangnya hubungan kita. Maksudnya, hubungan yang dangkal sering kali diikuti dengan ketertutupan, tetapi keterbukaan yang tuntas menunjukkan hubungan ini adalah hubungan yang matang karena masing-masing pihak bisa menerima pasangannya dengan baik.

T : Keterbukaan di dalam sisi keuangan, sejauh mana pasangan suami- istri harus terbuka di dalam mengelola keuangannya?

J : 100% harus terbuka, kalau sampai seseorang tidak berani terbuka, berarti masalahnya bukan terletak pada keuangan, melainkan pada hubungan itu sendiri yang nampaknya belum dewasa.

T : Kalau pasangan itu level imannya tidak sama, misalnya salah satu memiliki kerinduan untuk memberikan persembahan, tetapi yang satu tidak. Apakah itu juga harus ada keterbukaan?

J : Harus ada keterbukaan, karena prinsip Alkitab memang berkata keduanya akan bersatu dan menjadi satu daging, tidak mungkin tangan kanan berbuat sesuatu yang tidak diketahui oleh tangan kiri. Jadi, keterbukaan itu memang haruslah ada secara tuntas dalam pernikahan.

T : Bagaimana kalau pada saat awal keterbukaan sering terjadi kesalahpahaman?

J : Keterbukaan tidak berarti kemulusan hubungan, justru hubungan yang terbuka pada awal-awal pernikahan akan mengalami gejolak- gejolak. Maka, idealnya keterbukaan ini terjadi bukan setelah kita menikah, melainkan tatkala masih berpacaran sehingga hubungan kita menjadi hubungan yang bertumbuh.

T : Di samping mengatasnamakan keterbukaan, seringkali orang mengatasnamakan kejujuran. Tapi, kejujuran itu bisa menyakiti hati pasangan kita. Dalam hal ini apakah yang disampaikan firman Tuhan kepada kita?

J : Firman Tuhan di Efesus 4:25 berkata, "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota." Jadi, Alkitab meminta kita jujur, terbuka, berkata yang benar, dan tidak ada alasan untuk kejam atau untuk sengaja menyakiti. Kejujuran mungkin akan melukai, tapi jangan sampai sengaja melukai dengan berkata hal-hal yang jujur itu. Adakalanya, untuk atau dengan tujuan menyakiti hati, kita mengatakan hal itu, itu sudah salah. Kalau kita ingin mengatakan yang benar, namun akhirnya harus melukai pasangan kita itu tidak apa-apa. Jangan kita balik, karena kita mau menyakiti maka kita mengatakan sesuatu dengan mengatasnamakan kejujuran. Alkitab mengatakan kita sesama anggota, istri dan suami juga adalah suatu kesatuan.

Page 12: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 12

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

T : Firman Tuhan dengan tegas mengatakan buanglah dusta, tetapi walaupun kita sudah membuangnya dan bertekad untuk tidak lagi mendustai, namun dusta itu muncul lagi. Apakah itu harus dilakukan berulang-ulang?

J : Setiap kali kita berdusta dan kita menyadari bahwa kita telah berdusta, kita harus mengakui itu di depan pasangan kita bahwa saya telah berdusta lagi, sebab dusta yang tidak kita akui cenderung akhirnya mengundang dusta-dusta yang lebih banyak, tapi kalau kita harus membayar harga kita harus akui, kita lebih kapok untuk berdusta.

Rubah- Rubah &Rumput Liar Kebohongan dan Akibatnya

"Kalau saya berkata begitu, ya harus begitu!" Telah berapa kali kita mendengar kata-kata seperti itu dalam hidup kita? Mungkin orang tua atau guru-guru Anda juga berkata seperti itu untuk menjawab kegigihan Anda bertanya mengapa,

karena mereka tidak ingin kehilangan banyak waktu untuk menjelaskannya, atau mungkin karena mereka mengetahui Anda tidak akan melihat hikmat yang terkandung di dalam jawabannya. Dalam banyak kasus, mungkin Anda mendapat kesan bahwa mereka berusaha melarang Anda, bukannya menolong.

Kadang-kadang pernyataan-pernyataan dalam Alkitab tampaknya lebih mendamaikan dan membuang larangan yang tidak perlu. Namun seperti yang kita lihat, Alkitab jauh lebih banyak memberi keterangan daripada sekadar jawaban seperti "pokoknya begitu." Kebenaran-kebenaran di dalam Alkitab dapat melindungi kita dari akibat-akibat yang merusak karena memercayai kebohongan-kebohongan itu.

Kebohongan-kebohongan

"Hubungan seksual di antara dua orang dewasa atas dasar suka sama suka tidak akan merugikan siapa pun."

"Penyelewengan dapat menolong, bukannya menghancurkan pernikahan." "Perilaku seksual saya tidak berakibat apa pun terhadap hidup yang dipersembahkan kepada

Tuhan." "Saya tidak ingin terlalu jauh." "Saya tidak dapat menghindari hubungan ini ketika saya menginginkannya." "Saya tidak pernah terjebak." "Allah Maha Pengampun dan Dia mengerti, karena itu Dia tidak akan menghukum saya

karena cara hidup saya."

Page 13: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 13

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Apa akibat sesungguhnya dari keinginan seksual yang menyimpang? Rasul Paulus menunjuk dua akibat utama dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Ia menulis, "... dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu." (1 Tesalonika 4:6) Ayat ini memberi kita dua alasan kuat untuk menghindari semua bentuk perilaku seksual yang tidak bermoral: percabulan menimbulkan korban dan percabulan mengundang murka Allah.

Mari kita bahas bagaimana kedua hal ini akan memengaruhi kita, sesama, dan Allah.

1. Percabulan menimbulkan korban. Orang-orang yang terlibat -- walaupun mereka tidak dipaksa -- adalah para korban. Mereka telah disalahkan, dimanfaatkan, disalahgunakan, ditipu, dan dirampok.

Sebagai contoh, pasangan yang telah terikat dalam hubungan seksual pranikah, saling merampok keperawanan dan hati nurani yang murni. Mereka kehilangan sukacita dalam mempersembahkan masa depan pernikahan mereka sebagai hadiah keintiman yang amat berharga kepada pasangannya, seperti maksud semula disediakannya hal itu dalam pernikahan.

Seseorang yang memutuskan untuk menyeleweng tidak hanya bersalah kepada pasangan seksualnya, tetapi juga kepada istri atau suami dan keluarganya. Berlawanan dengan mitos bahwa hubungan gelap akan memperkuat pernikahan, penyelewengan tidak berdampak apa pun selain menggerogoti kepercayaan dan keintiman.

Seorang pria yang melihat orang lain dengan pandangan porno, bersalah kepada sesamanya karena melihat mereka sebagai objek pemuas nafsu seks, bukan sebagai manusia yang berharga di hadapan Allah. Nilai-nilai seksualnya dengan jelas mendukung sikap penyalahgunaan wanita. Jika ia menikah, ia akan mengabaikan pengalaman kepuasan seks pasangan dan dirinya sendiri karena membandingkannya dengan kecantikan yang nyaris sempurna yang terdapat dalam video dan majalah. Jika ia tidak menikah, ia akan memenuhi pikirannya dengan nafsu yang memaksanya memperlakukan wanita teman kencannya secara salah.

Seseorang yang menggabungkan fantasi dengan dorongan untuk masturbasi terus-menerus, menyingkirkan hati nuraninya yang murni, gagal menerima dunia yang nyata, dan mengurangi kenikmatan seks yang sebenarnya.

Seorang pria atau wanita yang mendorong orang lain terlibat dalam homoseksual, ikut andil dalam melahirkan rasa bersalah, memperkuat belitan terhadap kesenangan seksual yang tak wajar, dan mendukung gaya hidup yang bertentangan dengan rancangan Allah bagi pria dan wanita.

Amsal 5-7 menggambarkan beberapa akibat percabulan yang menimbulkan korban. Perilaku itu mengakibatkan kematian (Amsal 5:5), kehilangan rasa hormat (ayat 9), penyesalan (ayat

Page 14: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 14

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

11-13), kesetiaan yang salah tempat (ayat 15-20), dan mengurangi nilai seseorang sampai menjadi seperti sepotong roti (Amsal 6:26).

Sebagai contoh, dosa raja Daud dengan Batsyeba menjatuhkan beberapa korban: Daud sendiri terperangkap rasa bersalahnya; Batsyeba dipisahkan dari suaminya; Uria, suami Batsyeba, dibunuh berdasarkan perintah Daud; sang bayi, meninggal; dan Allah, dihina melalui peristiwa ini seperti berhala (2 Samuel 11 dan 12).

2. Percabulan mendatangkan murka Allah. Seks yang tidak pada tempatnya bukan hanya menimbulkan korban, tetapi juga menghina Allah. Dinyatakan dalam 1 Tesalonika 4:6 bahwa "Allah adalah pembalas" bagi orang-orang yang menjadi korban percabulan.

Allah tidak mengampuni dosa kita sambil "menutup mata". Dia melihat dengan jelas kerusakan pada diri kita dan orang lain. Karena kita akan menuai apa yang kita tabur, tak seorang pun akan lolos. Galatia 6:7 menyatakan, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." Kita dapat meyakini bahwa baik dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang, penghakiman Allah akan dilaksanakan dengan sempurna, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Bagaimana Allah bersikap terhadap orang-orang yang telah melakukan percabulan? Dari Alkitab dan pengalaman sehari-hari kita melihat beberapa cara yang mungkin dipakai Allah untuk melaksanakan penghakiman-Nya:

memakai rasa bersalah dalam hati nurani kenangan-kenangan pahit penularan penyakit seksual kematian pemenjaraan pelaku tindak kriminal seksual kehilangan sahabat dan keluarga kehilangan kesempatan menjadi rekan sekerja Allah dalam pelayanan

kehilangan "mahkota" di surga

Sebagai akibat dosanya dengan Batsyeba, bahkan sesudah Allah mengampuni Daud ketika ia bertobat, penghakiman tetap dilaksanakan (2 Samuel 11 dan 12). Allah mengatakan bahwa selama Daud memerintah, bangsa itu akan selalu berperang, keluarganya akan melawan, istrinya akan diambil dan dinodai, dan anak yang dilahirkan karena percabulan itu akan mati (2 Samuel 12:9-14). Hal ini tidak berarti bahwa inilah satu-satunya cara Allah menghakimi percabulan; tetapi dalam kasus Daud, barangkali karena peran kepemimpinannya, Tuhan memakai tindakan ini.

Dalam Kejadian 39 kita membaca kisah tentang seorang muda, bernama Yusuf yang menolak godaan seksual karena ia lebih takut kepada Allah dan akibat tindakannya yang tidak menyukakan Allah, daripada takutnya kepada manusia. Ketika istri Potifar mencoba menggodanya, Yusuf berkata, "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"

Page 15: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 15

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

(Kejadian 39:9). Singkatnya, hidup Yusuf kemudian menjadi susah karena istri Potifar marah dan menyebabkan ia dipenjara dengan tuduhan percobaan pemerkosaan. Namun Yusuf memiliki hati nurani yang murni dan mengalami berkat Allah dalam penjara dan kemudian dibebaskan (Kejadian 39-50).

Kebanyakan kita pasti mengingat kisah Sodom dan Gomora, dua kota yang penduduknya terkenal karena percabulan. Allah menghancurkan mereka dengan api (Kejadian 19).

Rasul Paulus berbicara tentang melatih dan menguasai tubuh, agar layak dalam pelayanan iman (1 Korintus 9:27). Dan ia menulis kepada Timotius bahwa seseorang yang ingin dipakai Allah harus disucikan (2 Timotius 2:21).

Penulis surat Ibrani mengungkapkan bahwa Allah mengganjar anak-anak-Nya (Ibrani 12:1-11). Kita dapat meyakini bahwa bila kita jatuh ke dalam dosa, Dia akan menghadapkan kita dengan kesia-siaan dari hal itu.

Mengapa Allah menginginkan Anda dan saya hidup suci? Di bawah ini dipaparkan sebagian daftarnya, termasuk beberapa hal yang telah diungkapkan di atas. Dapatkah Anda memikirkan alasan-alasan lain?

memuliakan Allah menyenangkan Allah menolong dan bukan melukai orang lain menghormati istri/suami kita melindungi gereja menjaga agar kita tidak menjadi korban mencerminkan kebaikan Allah menunjukkan pengertian yang tepat mengenai dosa menjaga kita agar tetap berguna dalam pelayanan-Nya melindungi kebahagiaan masa depan kita

Semua yang diungkapkan kepada kita merupakan peraturan Allah yang ditetapkan untuk kebaikan kita. Batasan-batasan dari Allah memperlihatkan kasih-Nya kepada kita, dan menolong kita menunjukkan kasih kepada orang lain. Pada porsi yang benar, seks akan mendatangkan sukacita. Apabila salah, akan mendatangkan kepahitan.

Seks Apa yang dikatakan Tuhan tentang seks?

1. Seks itu baik.

Page 16: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 16

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Allah menciptakan manusia dengan mempunyai jenis kelamin (Kejadian 1:27). Ia merancang kita dengan mempunyai daya tarik dan kenikmatan jasmaniah. Hubungan menjadi sedaging antara suami dan istri sudah senantiasa dimaksudkan untuk menjadi satu secara fisik maupun secara rohani. Seks melepaskan tegangan biologis dan menyatakan bahwa seseorang secara total menerima pasangannya dan menyatakan kesediaannya untuk saling bergantung dengan orang itu. Seks dalam pernikahan harus menyenangkan.

Diberkatilah kiranya sendangmu,

bersukacitalah dengan istri masa mudamu:

Rusa yang manis, kijang yang jelita;

biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau,

dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.

(Amsal 5:18-19)

2. Jatuhnya manusia ke dalam dosa sudah menodai seks.

Beberapa aspek dosa telah sangat merusak seksualitas manusia. Keangkuhan dan ketakutan yang satu terhadap yang lain telah memasang pasak di antara pria dan wanita. Dengan tidak lagi mempercayakan Allah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, orang mulai memakai seks untuk saling memanipulasi yang lain agar yang lainnya itu memberi kasih dan rasa hormat. Keinginan-keinginan fisik yang normal diperbesar dan dihubungkan dengan nafsu keakuan (ego). Dengan demikian, seks menjadi alat, suatu senjata, suatu obsesi.

3. Seks itu hanya untuk pasangan yang sudah menikah.

1Korintus 6:9-20 dan nas-nas lain menguraikan dengan jelas bahwa seks sebelum nikah itu sama tidak benarnya dengan berbuat curang pada pasangan yang sudah menikah. Seks merupakan komitmen seumur hidup.

4. Hawa nafsu itu sama tidak benarnya dengan tindakan langsungnya.

Bagi Anda, berdosa di dalam hati sama-sama berbahaya dengan dosa yang dilakukan secara langsung. Keduanya sama-sama melawan Allah. Tetapi ingatlah bahwa ada perbedaan antara hawa nafsu dan rasa tertarik. Memang wajar jika kita melihat tubuh dan kepribadian orang lain, dan bahkan mengalami reaksi fisik atas kehadiran seseorang. Memang wajar jika Anda merasa tergoda dan nafsu Anda terangsang. Godaan berubah menjadi dosa apabila Anda berkanjang dalam keinginan itu atau berkhayal dengan hal itu.

5. Mempunyai gairah terhadap teman hidup Anda bukanlah hawa nafsu.

Page 17: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 17

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Hawa nafsu adalah keinginan yang haram. Tapi Allah membuat Anda memiliki gairah terhadap teman hidup Anda, keinginan itu sama baiknya dengan ingin tidur setiap malam dan ingin makan setiap hari. Sesungguhnya, Allah memerintahkan agar pasangan yang menikah itu saling memenuhi kebutuhan seksual masing-masing (1Korintus 7:3-5).

Tetapi, orang dapat memiliki gairah atau keinginan yang salah terhadap teman hidupnya. Allah mengatakan bahwa kesucian dan kehormatan harus menguasai seks dalam pernikahan (1Tesalonika 4:3-5). Anda tidak menghormati pasangan hidup Anda jika Anda menuntut kegiatan seks yang olehnya dirasakan sebagai sesuatu yang menurunkan martabat atau menuntut melakukan hubungan seks ketika ia merasa tidak sanggup. Menuntut dan marah karena penolakan, keduanya adalah dosa. Jika teman hidup Anda terus saja menolak, maka ini merupakan tanda bahwa Anda perlu (mungkin dengan seorang penasihat) memperbincangkan akar permasalahannya sampai tuntas.

Apa yang dapat saya lakukan terhadap godaan seksual?

Menghantami diri Anda sendiri dengan perasaan bersalah tidak akan menolong. Yang dapat menolong adalah pengakuan dosa, doa, dan dukungan dari orang-orang Kristen lainnya. Yang paling penting, perolehlah kebutuhan Anda dari Allah dan jika Anda sudah berpasangan, selesaikanlah segala sesuatu dengan pasangan hidup Anda. Jika Anda makan roti yang benar, Anda tidak akan menginginkan roti yang sudah berjamur.

Apakah yang dapat saya lakukan jika saya sudah jatuh?

Tidak ada dosa yang terlalu besar, sehingga Allah tidak dapat mengampuni dan menyucikan Anda. Jika Anda merasa bahwa Anda tidak mendapatkan pengampunan, cobalah langkah-langkah berikut ini:

1. Pertobatan yang sepenuhnya

Memohon kepada Allah untuk mengingatkan Anda akan segala sesuatu di masa lampau di mana Anda telah melanggar perintah-perintah-Nya di bidang ini. Tulislah dalam daftar, atau ceritakanlah kepada seseorang yang Anda percayai yang tidak akan tergoda untuk berbuat dosa dengan mendengarkan cerita Anda. (Carilah seseorang yang imannya sudah dewasa. Anda tidak perlu menguraikan rinciannya.) Lalu doakanlah dengan bersuara semua dosa dalam daftar Anda, dengan meminta Allah untuk mengampuni Anda dan mengatakan kepada-Nya bahwa Anda tidak akan mau lagi jatuh menjadi mangsa dalam bidang ini. Mohonlah agar Ia menyucikan pikiran dan hati Anda dari kekacauan, kekhawatiran akan keakraban, perasaan-perasaan yang kotor, atau efek-efek jelek lainnya. Ucapkan syukur kepada-Nya karena telah mengampuni, membersihkan, dan membebaskan Anda. Jika hal ini menolong, mintalah teman Anda untuk mengatakan dengan nyaring bahwa Anda telah diampuni. Sobeklah daftar Anda.

2. Penyelaman yang sepenuhnya

Page 18: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 18

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Selama minggu yang mendatang, silakan Anda menyelami ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang kemurahan, pengampunan, dan kasih Allah (seperti Mazmur 103:12; Yesaya 43:12; Ibrani 9:13-14). Ini akan menolong agar hati dan pikiran Anda menjadi sesuai dengan pengampunan yang diberikan Allah.

Love & Apreciation Hilangnya cinta dalam banyak pernikahan bukan dikarenakan oleh pengkhianatan atau ketidaksetiaan yang dilakukan baik oleh suami maupun istri. Cinta harus tetap ada dan bersemi dalam pernikahan. Pertanyaannya sekarang ialah, "Bagaimana kita bisa melestarikan cinta itu?"

"... suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi istrinya, mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat." (Efesus 5:28-29)

Bayangkan pemandangan ini. Seorang pria setengah baya bersama istri dan kedua anak mereka, duduk bersama di sebuah restoran. Si pria melayangkan pandangannya ke mana-mana, kecuali ke arah istri dan anak-anaknya; si istri melihat ke kiri dan kanan, tetapi tidak ke arah suami dan anak-anaknya; kedua anak mereka juga menengok ke segala arah, kecuali ke arah orang tua mereka. Yang menarik adalah, tidak ada seorang pun yang berbicara dengan siapa pun! Bak orang bisu, mereka tidak berkomunikasi sama sekali!

Saya kira pemandangan seperti ini dapat kita saksikan pada banyak meja makan, baik itu yang berada di rumah makan atau yang di rumah sendiri. Saya sendiri sudah sering melihat pasangan suami istri yang duduk semeja, saling berhadapan, namun dengan tatapan kosong, dan tanpa mengucapkan satu suku kata pun. Saya mengamati bahwa kebanyakan mimik wajah mereka ditandai dengan kebosanan -- tanpa ekspresi, apalagi api cinta.

Pada banyak pasangan suami istri, "cinta" seolah-olah merupakan sebuah kata yang terdengar aneh untuk diucapkan dan lucu untuk dibisikkan. Seakan-akan zaman keemasan cinta sudah berlalu dengan usainya bulan madu dan dimulainya kehidupan "berumah tangga". Cinta menjadi perasaan yang dikenang dengan manis dan hanya manis dalam kenangan. Jika untuk dialami sekarang, cinta berubah menjadi sesuatu yang tidak nyaman karena di dalam kata ini tersirat tuntutan atau ketidakpuasan (jika tidak terpenuhi) dan kebutuhan atau ketidakdewasaan (bila terus menerus dibutuhkan). Suami atau istri yang masih menggumamkan kata cinta dengan mudah akan menerima tuduhan "kekanak-kanakan" atau "tidak hidup dalam realitas" atau -- ini yang mencengangkan -- "sudah bukan masanya lagi"!

Siapakah yang membagi hubungan nikah dalam dua kurun, "sebelum dan sesudah menikah" dan memasukkan cinta pada masa "sebelum menikah"? Kita telah membuat cinta seakan-akan hanyalah

Page 19: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 19

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

sebagai pemanasan atau persiapan yang diperlukan guna terciptanya pernikahan. Namun setelah itu, kegunaan cinta lenyaplah sudah. Tanpa sadar, kita telah menetapkan cinta sebagai prasyarat terjadinya pernikahan, sebab tanpa cinta, pernikahan akan sukar terwujud. Itu betul. Namun, juga tanpa sadar, kita telah melupakan bahwa cinta sesungguhnya merupakan syarat berlangsungnya kehidupan pernikahan itu sendiri. Tanpa cinta, pernikahan akan mati. Yang tersisa adalah bangunan pernikahan belaka, ibarat rumah kosong tanpa penghuni yang perlahan-lahan akan dirusakkan oleh kekosongan itu sendiri.

Saya mengamati bahwa pada banyak pernikahan, hilangnya cinta bukan dikarenakan oleh perbuatan pengkhianatan atau ketidaksetiaan yang dilakukan baik oleh suami maupun istri. Saya melihat bahwa pada umumnya cinta lenyap dari perkawinan karena kita sendiri beranggapan bahwa cinta memang tidak seharusnya berada dalam pernikahan yang "serius". Kita sendirilah yang memensiunkan cinta dari rumah tangga kita karena kita telah menyimpulkan bahwa masa bakti cinta telah berakhir seiring dengan dimulainya kehidupan bersama. Sekali lagi, cinta hanya dapat dan boleh dikenang, tetapi tidak untuk dicicipi oleh "orang yang dewasa", betapa sedihnya dan betapa sangat kelirunya!

Cinta harus tetap ada dan bersemi dalam pernikahan. Pertanyaannya sekarang ialah: "Bagaimanakah kita bisa melestarikan cinta itu? Ada banyak cara untuk melukiskan dan menjelaskan cinta; Alkitab sendiri menggunakan beberapa cara untuk menjabarkannya, sebagaimana tertera pada 1 Korintus 13. Saya memaralelkan cinta dengan harga atau nilai. Secara praktisnya, yang kita cintai adalah yang kita hargai; sebaliknya, yang kita hargai adalah yang kita cintai. Saya kira prinsip ini berlaku mulai dari benda sampai orang sekalipun. Barang yang kita hargai adalah barang yang kita sayangi; itu sebabnya kita merasa sedih tatkala kehilangan barang yang bernilai tinggi (bagi kita). Sebaliknya, kita sukar menyayangi barang yang sudah kita anggap tidak bernilai.

Demikian pula dengan manusia. Orang yang kita hargai biasanya adalah orang yang kita kasihi; bak barang berharga, kita mencoba melindunginya, jangan sampai ia dipermalukan atau dibuat susah. Sama dengan itu, orang yang kita sayangi adalah orang yang kita hargai pula. Kita mengasihinya sebab kita menghargainya. Kesimpulannya ialah, cinta dapat diidentikkan dengan nilai atau penghargaan yang kita lekatkan pada objek cinta itu. Memang cinta jauh lebih besar daripada nilai atau penghargaan, tetapi keberadaan dan besarnya cinta dapat diukur dengan keberadaan dan besarnya penghargaan yang kita berikan pada objek cinta itu.

Firman Tuhan yang tertera di atas menegaskan keparalelan antara cinta dan penghargaan. "Siapa yang mengasihi istrinya, mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri tetapi mengasuhnya dan merawatinya ...." Bukankah istilah "mengasuh" yang dapat pula diterjemahkan "memberi makan" dan "merawati", yang dalam bahasa Inggrisnya adalah "to cherish", mengandung muatan penghargaan pada sesuatu yang bernilai? Saya simpulkan, mengasihi suami atau istri berisikan, atau setidak-tidaknya dimulai dengan menghargai suami atau istri dan kita menghargai suami atau istri dengan cara "memberi makan" dan "merawatinya".

Kata "memberi makan" yang digunakan pada ayat ini memunyai arti membesarkan anak sampai mencapai kedewasaan (to bring up to maturity). Dengan kata lain, istilah ini mengandung makna memberi kecukupan makan dan gizi agar anak dapat bertumbuh secara wajar. Hampir sama dengan itu, istilah "merawati" memiliki makna memerhatikan dan menyayangi dengan penuh kelembutan (to

Page 20: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 20

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

tenderly care). Kesimpulannya, itulah yang Tuhan kehendaki kita lakukan kepada suami dan istri kita, yakni menyediakan gizi emosional -— cinta kasih -— serta memperlakukan dan menyayangi pasangan hidup kita dengan penuh kelembutan. Tidak lebih, tidak kurang!

Sebagaimana telah saya singgung di atas, menghargai setidak-tidaknya merupakan langkah awal atau lebih tepat lagi, tindakan nyata dari mengasihi. Ada beberapa saran yang dapat saya sumbangkan agar kita dapat mewujudkan penghargaan kita kepada suami dan istri kita. Pertama, gunakan berbagai kesempatan untuk mengungkapkan kepadanya bahwa kita bersyukur sebab Tuhan telah memberikan dia sebagai suami atau istri kita. Dengan kata lain, kehadirannya bukan saja kita inginkan, tetapi juga kita hargai. Dia begitu bernilai bagi kita sehingga kita bersyukur bahwa dia berada di dalam hidup kita. Kita bisa menunjukkan penghargaan kita melalui ucapan terima kasih, sentuhan lembut, tatapan sayang, atau melakukan sesuatu yang disukainya. Perhatikan prinsip yang berlaku di sini: "Mulai dengan terima kasih, berakhir dengan menerima kasih. Mulai dengan tidak tahu berterima kasih, berakhir dengan tidak ada kasih."

Kedua, bersikaplah dengan lemah lembut. Perlakuan kasar bukan saja meninggalkan luka pada si penerimanya, melainkan juga merobek penghargaan kita terhadapnya. Perhatikan prinsip yang berlaku di sini: "Semakin halus kita memperlakukannya, semakin bernilai dia di hadapan kita. Semakin kasar kita memperlakukannya, semakin rendah dia di mata kita." Upayakan supaya jangan sampai kita melanggar batas kepatutan dalam mengumbar emosi kita. Bagaimanapun juga, perlakuan kita akan memengaruhi penilaian kita terhadap pasangan kita.

Ketiga, sebisa-bisanya, utamakan kepentingan pasangan kita di atas kepentingan lain atau orang lain. Cinta terungkap dengan jelas dalam wadah perbandingan -- bagaimana kita memperlakukannya dibandingkan dengan bagaimana kita memperlakukan orang lain. Siapa atau apa yang kita dahulukan mencerminkan siapa atau apa yang penting bagi kita. Dalam hal ini, perbuatan berbicara jauh lebih keras dari ucapan. Jadi, ucapan cinta kita mesti didukung oleh perbuatan kita mendahulukannya. Apabila itu tidak terjadi, dia akan dengan segera tahu bahwa sesungguhnya ia tidaklah sepenting yang kita katakan. Perhatikan prinsip yang berlaku di sini: "Mengorbankan kepentingan sendiri, itu cinta; mengorbankan kepentingan pasangan kita, itu menomorduakannya."

Baik itu berterima kasih, bersikap lembut, atau pun mendahulukan kepentingan pasangan kita, sebetulnya semua melambangkan penghargaan kita terhadapnya. Semua itu merupakan wujud nyata ungkapan, "Engkau berharga bagiku!" Cinta tidak dapat lepas dari upaya membuat pasangan kita merasakan bahwa ia bernilai bagi kita. Ingatlah, barangsiapa menabur penghargaan, ia akan menuai cinta.

Belajar Bahasa Kasih Sebuah pepatah keluarga mengatakan, "Cara terbaik untuk mengasihi anak adalah mengasihi ayah atau ibunya." Benar sekali pernyataan ini! Kualitas kedekatan dan keintiman sebuah keluarga

Page 21: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 21

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

ditentukan oleh cinta antara suami dan istri. Cinta begitu mendominasi, seperti kata sebuah lagu, "Semua karena cinta."

Salah satu kutipan pernikahan yang berhasil dari Amanda Bradley adalah:

Pernikahan yang terbaik dibangun atas dasar persahabatan, menghadapinya bersama-sama, saling bergandengan tangan, mengarungi kehidupan, baik suka maupun duka.

Mereka tidak takut untuk saling berbagi perasaan-perasaan dari hati yang terdalam, dan saling menghormati kebutuhan satu dengan lainnya.

Mereka mendukung satu dengan yang lainnya dalam kesetiaan.

Ketika masalah-masalah datang dalam perjalanan hidup mereka, mereka tidak saling menyalahkan, tetapi mereka mengasihi seperti apa yang mereka katakan.

Mereka menjadikan pernikahan seperti persahabatan sejati, penuh dengan tindakan yang menunjukkan bahwa mereka saling memerhatikan dan menemukan dunia kebahagiaan, dalam seluruh kasih yang mereka bagikan.

Kasih atau cintalah yang menjadi dasar bagi sebuah pernikahan sejati yang dibangun lewat persahabatan sejati. Persahabatan selalu berkaitan erat dengan kasih yang tulus. Seperti kata firman:

"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17)

Tahukah Anda bahwa unsur terbesar dari kasih adalah memberi? Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi kita tidak akan bisa mengasihi tanpa memberi. Bahkan Kristus memberikan teladan dalam hal ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan (memberi) Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)

Jadi, pernikahan yang berhasil bisa dicapai jika suami atau istri mempraktikkan kasih yang tulus. Sayangnya, kadangkala yang terjadi adalah seorang istri tidak merasa dikasihi padahal suami sudah mengasihi dengan total. Kadangkala suami juga merasa tangki emosionalnya kering karena merasa tidak dicintai istrinya. "Apa yang terjadi?"

Dalam buku "The Five Love Languages", Gary Chapman menjelaskan bahwa bisa saja suami/istri mengasihi pasangan dengan total, tetapi pasangannya mengalami kekosongan dalam tangki emosionalnya. "Tidak merasa dikasihi lagi," begitulah keluhannya. Hal ini terjadi karena sang suami atau istri mengasihi dengan cara yang tidak tepat. Maksudnya suami atau istri tidak mengasihi sesuai dengan bahasa cinta primer pasangannya. Jika suami atau istri mengasihi pasangannya sesuai dengan bahasa cinta primernya, pasangannya akan merasa dicintai dan dikasihi.

Page 22: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 22

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Sewaktu memasuki pernikahan, saya sudah mempersiapkan diri dengan begitu rupa. Saya mempelajari apa pun yang diperlukan untuk meraih sebuah pernikahan yang berhasil. Saya ingin menikah sekali, karena itu harus "the best" dan bisa menjadi inspirasi bagi generasi ini. Tetapi sekalipun sudah mempersiapkan diri begitu rupa dan sudah mengenal pengajaran lima bahasa kasih, ternyata saya masih sering lalai, lupa, dan gagal mempraktikkan bahasa kasih yang primer bagi istri saya. Saya benar-benar harus belajar rendah hati dan peka untuk mendengarkan keluhan istri saya yang mengatakan bahwa "dia merasa tidak dikasihi".

Bahasa cinta primer saya adalah melayani. Apa pun yang saya lakukan untuk mengungkapkan cinta saya adalah dengan melayani istri dan anak saya. Tetapi bahasa cinta primer yang dimiliki istri saya adalah waktu bersama. Tentu apa yang saya lakukan tidak "nyambung" dengan bahasa kasihnya. Hal inilah yang menyebabkan istri saya merasa tidak dikasihi. Padahal dia satu-satunya bagi saya dan saya total mengasihi dia.

Memahami dan menguasai bahasa kasih diperlukan untuk menghasilkan sebuah pernikahan yang sehat dan berhasil. Jika lima bahasa kasih ini bisa dipraktikkan dalam komunitas sel dan dalam keluarga, kita sudah memiliki kebiasaan dan "skill" untuk mengasihi orang lain sesuai bahasa kasihnya sebelum masuk pernikahan. Lima bahasa kasih itu adalah pujian, pelayanan, sentuhan fisik, waktu bersama, dan hadiah.

Pujian

Dia seorang suami dan ayah yang baik, seorang pekerja keras, dan hidupnya lurus-lurus saja. Ia tidak pernah melakukan sesuatu yang menyimpang. Namun, dia merasa tidak dikasihi istrinya. Bahkan ia sempat uring-uringan, katanya, "Saya hanya mengharapkan istri sedikit menghargai saya. Tetapi yang saya dapat hanyalah kecaman." Markus benar-benar stres dengan kondisi ini, namun istrinya, Jane, tidak terlalu memahami bahwa hal itulah yang dibutuhkan suaminya. Karena sang istri tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang lima bahasa kasih. Jane hanya menyadari bahwa suaminya secara berkala uring-uringan dan mengatakan bahwa dia tidak merasa dicintai oleh istrinya.

Bagi orang-orang yang bahasa kasih primernya adalah pujian, mendapatkan pujian tertulis dan verbal adalah seperti "gerojogan" air di tengah-tengah gurun. Tidak ada salahnya jika kita menulis pujian atas apa yang sudah ia lakukan. "Terima kasih buat makan malamnya, sungguh membangkitkan hasrat makanku." Atau, "Wah, keren dan ganteng sekali dirimu malam ini, benar-benar pas pakai baju itu."

Waktu Bersama

Kisah ini mengenai sepasang suami dan istri. Sang istri selalu mengkritik, menyampaikan keluhan dan ketidakpuasan terhadap apa pun yang dilakukan suaminya. Padahal suaminya sudah melakukan yang terbaik bagi istrinya -- mencuci mobil, mengepel lantai, dan membersihkan karpet. Bahkan dia mau melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah saat ada kerusakan. Dia melakukannya tanpa mengeluh dan berkomentar. Namun, sang istri tetap merasa tidak puas. Dia merasa suaminya tidak memiliki waktu baginya dan tidak mengasihinya. Padahal sebelum menikah dia merasa dicintai total. Selidik

Page 23: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 23

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

punya selidik, ternyata pelayanan bukanlah bahasa kasih sang istri. Tak heran, ia terus-menerus mengalami perasaan kurang dikasihi karena waktu bersamalah yang menjadi bahasa kasihnya.

Dengan mengetahui kebutuhan sang istri -- memiliki waktu bersama yang spesial -- akhirnya dia mengatur sebuah akhir pekan ke suatu tempat. Sang istri benar-benar kegirangan. Setelah acara spesial ini, akhirnya sang suami memeriksa catatan keuangan dan memutuskan tiap 2 bulan sekali ia akan mengajak istrinya berakhir pekan.

Dampak yang ditimbulkan sangat spektakuler. Istrinya selalu tersenyum, matanya menyinarkan sukacita. Selain itu, ia tidak pernah lagi mengkritik dan mengecam. Sementara bahasa kasih sang suami adalah pujian. Pernikahan mereka membaik setelah mempraktikkan bahasa kasih satu sama lain.

Pelayanan

Dia adalah seorang suami yang berkonsentrasi dengan keluarga. Ia ingin melakukan yang terbaik bagi keluarganya. Saat istrinya mengambil keputusan untuk di rumah, dengan besar hati ia mengizinkannya karena merasa bahwa gajinya memungkinkan untuk membiayai hidup mereka. Namun, yang menganggunya adalah istrinya tidak mengerjakan apa pun di rumah, seperti membersihkan rumah, padahal dia sudah tidak bekerja. Rumahnya berantakan, belanjaan tetap ada di kantong belanjaan, bahkan ia enak-enak nonton TV tanpa memedulikan makan malam.

"Saya bosan hidup seperti di kandang kuda," begitu suami ini mengeluh. "Kalau ia tak mau masak, tak apa-apa. Tapi saya ingin dia membersihkan rumah supaya tidak seperti kapal pecah."

Ternyata bahasa cinta suaminya adalah pelayanan. Tangki cintanya begitu kosong, terlihat dari perkataannya. Ia tak mempermasalahkan istrinya tidak bekerja, tetapi ia menginginkan rumahnya teratur. Hadiah

Hadiah memang menjadi ungkapan cinta bagi semua budaya. Semua orang biasa mempraktikkannya karena hadiah merupakan bahasa universal. Tetapi hadiah juga merupakan salah satu bahasa kasih. Mungkin kita tidak terbiasa dengan pemberian hadiah sehingga merasa kebingungan jenis hadiah yang akan diberikan. Namun, tidak selalu hadiah berasal dari ide kita. Kita bisa meminta saran dari teman dekat atau saudara kandung untuk membantu memilihkan kado atau hadiah bagi suami atau istri kita.

Bahasa kasih istri Bob adalah hadiah atau pemberian, tetapi Bob tidak tahu model dan jenis hadiah yang layak diberikan kepada istrinya. Karena itu, ia meminta adik perempuannya untuk membantunya mencarikan kado bagi istrinya. Dalam 3 bulan, seminggu sekali dia harus ditemani adik perempuannya. Akhirnya, dia fasih memilihkan hadiah yang tepat bagi istrinya. Istrinya menceritakan tindakan suaminya ini kepada semua orang. Ia berkata bahwa suaminya adalah seseorang yang sangat perhatian dan peduli terhadap dirinya.

Page 24: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 24

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Sentuhan Fisik

Ini bukanlah sentuhan fisik sebagai pemanasan untuk melakukan hubungan seks. Namun, sentuhan fisik ini merupakan ungkapan kasih yang tulus, seperti memegang tangan, meletakkan tangan di atas bahu pasangan, serta memijat pasangan dan mengelus rambutnya.

Menemukan Bahasa Kasih Pasangan

Tidak dibutuhkan suatu perjuangan panjang dan melelahkan untuk menemukan bahasa kasih pasangan. Ini hanya membutuhkan pengamatan. Seiring kita menjalani hubungan, kita akan mudah mengetahui jenis bahasa kasih yang dimilikinya. Untuk memunyai pernikahan yang kuat, hal ini harus menjadi dasar dalam hubungan suami istri.

Cara mengetahui bahasa kasih pasangan dapat kita lakukan dengan cara:

1. Mengamati pasangan ketika ia memperlakukan orang-orang di sekitarnya, terutama teman-teman sepergaulannya. Saat mengungkapkan kasih, ia melayani rekan-rekannya, selalu memuji, memberikan hadiah, atau memberikan pelukan dan tepukan. Saat menemukan ungkapan kasihnya yang biasa diungkapkan kepada rekan-rekannya, bisa dipastikan bahwa itu jugalah yang menjadi bahasa kasihnya.

2. Setelah menemukan bahasa kasih pasangan, ungkapkan kasihmu kepada pasangan sesuai bahasa kasihnya. Inilah hukum kasih, yaitu memberi.

Salah satu ciri pernikahan kristiani adalah memiliki komitmen secara total. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata komitmen berarti perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Pernikahan kristiani bukanlah hubungan "kumpul kebo" tanpa ikatan, melainkan hubungan seorang pria dan wanita yang diikat oleh perjanjian seumur hidup dan komitmen secara total yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hubungan pernikahan itu menggambarkan hubungan Kristus dengan jemaat-Nya (baca Efesus 5:21-23). Kristus telah mengurbankan diri-Nya dan mengasihi umat-Nya tanpa pamrih, serta berjanji untuk selalu menyertai umat-Nya (Matius 28:20). Dalam 1 Korintus 13:4-7, Rasul Paulus mengajarkan agar suami istri saling mengasihi (Efesus 5:28-30) seperti Yesus Kristus yang telah mengasihi umat-Nya. Suami istri yang bersatu dengan Kristus adalah satu anggota tubuh Kristus (1 Korintus 12:27).

Komitmen total seperti yang telah Yesus Kristus lakukan dalam kehidupan dan kematian-Nya, hendaknya diterapkan juga dalam pernikahan kristiani. Suami istri hendaknya berkomitmen untuk saling mengasihi dan memerhatikan pasangan, apa pun yang terjadi.

Elizabeth Achteimeier dalam buku "The Committed Marriage" menyatakan pernikahan kristiani seharusnya memunyai komitmen dalam enam hal: komitmen secara total, komitmen untuk menerima, komitmen secara eksklusif, komitmen terus-menerus, komitmen yang bertumbuh, dan

Page 25: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 25

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

komitmen yang berpengharapan. Dengan adanya komitmen dalam keenam hal ini, kehidupan pernikahan suami istri akan lebih berhasil.

1. Pernikahan kristiani harus memiliki komitmen secara total. Hal ini berarti pasangan menyerahkan diri secara menyeluruh dalam hubungan pernikahan. Dengan demikian, masing-masing pihak berprinsip: "Apa pun yang terjadi, kita akan tetap mempertahankan pernikahan ini." Dedikasi secara total berarti bersedia mendampingi meskipun dalam hal-hal yang tidak menguntungkan, mau menyelesaikan masalah, dan melakukannya dengan pertolongan Kristus yang menyertai kedua pasangan. Pernikahan yang berhasil tidak otomatis terwujud, ini tercapai hanya karena anugerah Allah dan hasil upaya bersama dari suami istri.

2. Pernikahan kristiani adalah pernikahan yang memunyai komitmen untuk menerima. Suami mau menerima keberadaan istri sepenuhnya, lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pasangan kita itu bukan Anda, ia diciptakan menurut rupa Allah bukan rupa kita. Jadi, jangan berusaha untuk menjadikannya seperti kita. Dan, pasangan kita diharapkan untuk terus berubah menyerupai Kristus, bukan menyerupai kita. Maka dari itu, menerima apa pun keberadaan pasangan harus dilakukan dengan komitmen yang sungguh.

Selain menerima berbagai kelebihan pasangan, belajar untuk menerima ketidaksempurnaan pasangan juga harus terus dilakukan. Namun, ini tidak berarti kita harus menerima kebiasaan buruk atau perbuatan kriminal pasangan kita. Kedua hal itu harus diubah atau bahkan dibuang. Selain menerima, dalam pernikahan kristiani juga harus memberi. Tetaplah memberi, sekalipun Anda berpikir pasangan Anda tidak layak menerima kasih Anda. Sikap seperti ini mencerminkan kasih Kristus yang Ia berikan kepada umat yang sebenarnya juga tidak layak menerima kasih-Nya. Kasih yang Yesus Kristus ajarkan adalah kasih yang diberikan tanpa paksaan dan diwujudkan dalam bentuk penyerahan. Kasih diwujudkan dalam hal memberi. Ini mencakup pemberian kebebasan kepada pasangan untuk menjadi dirinya sendiri, kreatif, unik, dan berkembang.

3. Pernikahan kristiani memiliki komitmen secara eksklusif. Dalam pernikahan kristiani, suami istri tidak boleh dibagi dengan orang lain. Masing-masing pihak, suami dan istri, tidak diperbolehkan melakukan zinah dan memiliki wanita atau pria idaman lain, serta melakukan hubungan homoseksual atau lesbian (Keluaran 20:14 dan Roma 1:26-27).

Dalam kenyataan, banyak pernikahan yang hancur karena hadirnya pihak ketiga. Oleh karena itu, jangan biarkan pihak ketiga hadir dalam pernikahan Anda, bahkan sekalipun Anda tidak melakukan hubungan intim dengannya. Juga, jangan biarkan kehadiran anak memisahkan kesatuan Anda dengan pasangan. Jangan menggunakan anak sebagai alasan untuk membiarkan suami merasa kesepian. Jika hal ini terjadi, suami akan lebih mudah mencari hiburan dari orang lain.

4. Pernikahan kristiani memunyai komitmen yang terus-menerus. Pernikahan itu seumpama seorang bayi yang terus mengalami perkembangan. Oleh karena itu, pernikahan kristiani menuntut adanya komitmen yang terus-menerus, untuk menjaga kehidupan pernikahan di tengah berbagai perubahan yang terjadi.

Page 26: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 26

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Seperti kasih Kristus kepada umat-Nya yang tidak hanya sekali, namun terus berkelanjutan, demikian jugalah hendaknya komitmen dalam pernikahan kristiani -- tidak berubah, namun justru semakin kuat dalam setiap tahap kehidupan.

5. Pernikahan kristiani memiliki komitmen yang bertumbuh. Komitmen ini semakin lama semakin dalam dan dewasa karena akan melewati liku-liku perjalanan hidup bersama-sama. Proses pendewasaan pernikahan terkadang mudah dilalui dan terkadang sulit ditempuh, sehingga pasangan terkadang perlu memperbarui komitmen sebelumnya dan terus-menerus mempererat hubungan dengan pasangannya.

Pernikahan yang bertumbuh hanya dapat diciptakan oleh pasangan yang mandiri, yang tidak lagi bergantung kepada orang tua, dan yang tidak bergantung pada orang lain untuk memenuhi kepuasan emosional dan seksualnya. Suami istri memang sebaiknya saling bergantung, namun bukan berarti masing-masing pihak dituntut untuk memenuhi seluruh kebutuhan pasangannya baik secara jasmani, rohani, dan kejiwaan. Hanya Tuhan yang sanggup memberikan kepuasan total bagi kita. Oleh karena itu, suami istri perlu mengembangkan diri semaksimal mungkin sesuai dengan rencana Tuhan, sehingga hidup mereka dapat berarti dan dapat merasakan kepuasan hidup.

Pernikahan kristiani yang bertumbuh juga hanya dapat terjadi dalam pernikahan pasangan dewasa. Artinya, itu hanya akan terjadi dalam pernikahan yang saling memerhatikan kepentingan pasangan, peka terhadap pasangannya, mau berkorban demi kebaikan pasangan, bertanggung jawab, menjaga harga dirinya sendiri, dan mengembangkan talenta diri. Itulah dasar kedewasaan yang sejati. Dengan kata lain, pernikahan yang berkembang tidak lagi memikirkan "saya", tetapi "kita". Masing-masing perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasangan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan, waktu, emosi, dan cinta kasih. Seandainya suami lebih senang bekerja hingga larut malam, seyogianya suami tidak selalu tidur terlalu malam agar istri tidak merasa kesepian karena harus tidur sendirian. Dalam hal ini, kedua belah pihak harus memiliki kebijaksanaan untuk menyesuaikan diri dengan pasangannya. Demikian juga dalam hal hubungan kita dengan anggota keluarga yang lain.

Pernikahan yang berkembang bukanlah pernikahan yang terasa manis pada beberapa bulan pertama pernikahan saja, melainkan pernikahan yang bahkan semakin manis seiring berjalannya waktu. Untuk mencegah timbulnya rasa jenuh dalam pernikahan, Anda perlu secara teratur menyediakan waktu khusus untuk memperbarui kasih Anda. Misalnya dengan berlibur bersama, membiasakan diri untuk berbagi cerita setiap hari, atau mengikuti program yang dapat memupuk kasih suami istri (marriage enrichment). Hal ini sesuai dengan isi firman Tuhan dalam Efesus 4:13 (versi BIS), "Dengan demikian kita semua menjadi satu oleh iman yang sama dan pengertian yang sama mengenai Anak Allah. Dan kita menjadi orang-orang yang dewasa yang makin lama makin bertambah sempurna seperti Kristus."

6. Pernikahan kristiani memiliki komitmen yang berpengharapan. Meskipun kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada masa depan kita, namun tetaplah memiliki pengharapan di dalam Kristus. Suami/istri yang merasa pernikahannya tidak berpengharapan, tidak akan berusaha untuk mempertahankan pernikahannya lagi, sehingga pernikahannya akan hancur dengan lebih cepat. Tugas kita dalam pernikahan adalah memberikan diri kita kepada pasangan dalam kasih dengan

Page 27: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 27

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

penuh pengharapan, sama seperti Yesus Kristus yang memberikan diri-Nya kepada umat-Nya. Pengharapan kita semata-mata hanya karena Kristus dan di dalam Kristus.

Bagaimana dengan komitmen Anda berdua terhadap pernikahan Anda? Selamat berbahagia dan tetaplah pegang teguh komitmen Anda!

SEKS PRA NIKAH Beberapa tahun terakhir ini, persepsi masyarakat terhadap seks telah mengalami perkembangan (perubahan) yang drastis. Perilaku seks telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas. Seks, yang pada mulanya diidentikkan dengan cinta dan pernikahan, sekarang lebih diasosiasikan dengan suka dan kencan belaka. Salah satu ruang kehidupan yang telah dimasuki oleh perilaku seks adalah masa berpacaran. Seks bukan lagi pergumulan yang harus dilawan dan dimenangkan pada masa berpacaran, namun seks telah menjadi salah satu agenda dalam berpacaran, sama seperti budaya mencium yang kita kenal sampai dua dasawarsa yang lalu. Dewasa ini, seks telah menggantikan tempat berpegangan tangan dan berciuman dalam berpacaran.

Berikut ini, saya akan menjelaskan beberapa alasan, mengapa seks pra nikah itu tidak boleh dan tidak baik. PERTAMA: Seks pra nikah bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Perjuangan anak-anak Tuhan melawan godaan seksual pada masa berpacaran akan semakin mengendor karena para pejuang kesucian akan semakin langka pula. Tatkala kita dikelilingi oleh 10 rekan sesama pejuang kesucian, semangat juang kita pun akan mengalami penguatan. Sebaliknya, jika 6 dari 10 rekan seperjuangan telah menyerah kalah, godaan untuk angkat tangan semakin besar pula. Pada akhirnya, makin banyak anak-anak Tuhan yang hidup di celah-celah dua dunia yang kotomis, antara "yang diketahui" dan "yang dilakukan". Kita tahu 8 bahwa Tuhan melarang seks pra nikah (atau segala bentuk hubungan seksual di luar pernikahan, Keluaran 20:14; 1Korintus 5:1; 6:12-20; 1Tesalonika 4:3-8), namun kita tetap melakukannya karena tak kuasa membendung nafsu. Kita pun mulai hidup di tengah-tengah kenikmatan sekaligus rasa bersalah. Di satu pihak, kita hidup berpegang pada Firman Tuhan, di pihak lain kita mengampuni perbuatan dosa sendiri.

Dosa menjauhkan si pelaku dari Tuhan, termasuk dosa seksual pada masa pra nikah. Konflik rohani yang muncul akibat dosa seks akhirnya berkobar menjadi peperangan rohani dan membakar setiap energi rohani yang semula ada dalam diri kita. Kehidupan rohani menjadi seperti roda yang berputar tersendat-sendat; rasa tidak layak berhadapan dengan Tuhan, akhirnya mendinginkan animo untuk sama sekali dekat dengan Tuhan. Bagi saya, reaksi seperti ini masih lebih sehat ketimbang

Page 28: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 28

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

membutakan mata rohani dan akhirnya hidup dalam kepura- puraan. Dosa tetap dosa -- betapa pun sulit kita melawannya -- dan lebih baik kita mengakui kelemahan kita daripada mendistorsi realitas rohani ini. Langkah pertama dalam pertobatan adalah pengakuan dosa, yakni mengakui perbuatan itu sebagai pelanggaran terhadap perintah Tuhan yang kudus; pendistorsian dosa menghilangkan esensi pertobatan sejati.

KEDUA: Seks pra nikah mencemari proses dan tujuan berpacaran.

Nafsu dan rasio tidak dapat duduk berdampingan, sebab yang satu akan mengurangi efektivitas kerja yang lain. Hikmat tidak dapat muncul dari nafsu; hikmat hanya bisa tumbuh dari rasio yang jernih. Saya mendefinisikan hikmat sebagai kemampuan melihat dengan jelas dan bertindak dengan tepat. Hikmat bukan saja dimulai dengan pengetahuan yang benar, namun perlu ditindaklanjuti dengan perilaku yang benar pula.

Apabila nafsu (seksual) sudah menjadi bagian dari masa berpacaran, maka ia akan membutakan kejelian dalam menelaah kondisi hubungan kita yang jelas. Tujuan berpacaran adalah untuk memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya akan keadaan pasangan kita dan sekaligus memastikan kecocokan kita berdua. Jadi, proses berpacaran seyogyanya diisi dengan upaya-upaya untuk saling menyesuaikan diri, yakni dalam hal-hal yang berkenaan dengan nilai hidup, pola berpikir, dan gaya hidup kita.

Keberadaan seks pada masa penyesuaian awal ini akan menodai proses berpacaran, sehingga pada akhirnya, tujuan berpacaran pun tidak tercapai. Nafsu meminta pemuasan dan demi memenuhi nafsu, kita rela dan berani membayar harga yang mahal, yaitu mengesampingkan dan meremehkan ketidakcocokan yang ada di depan mata. Seks mengikat kedua insan secara badani, namun seks tidak menyatukan kedua pribadi secara menyeluruh. Seks pada masa berpacaran mendistorsi realita kecocokan karena seks menulikan telinga untuk mendengar perbedaan dan membutakan mata untuk melihat ketidakserasian. Seks pada masa berpacaran merusak kerja rasio dan mematikan hikmat untuk melihat dengan jelas dan bertindak dengan tepat. Seks pra nikah merupakan investasi yang terlalu dini, sehingga tidak jarang ada pasangan yang melanjutkan hubungan yang tidak sehat itu hanya karena telanjur sudah berhubungan seks. Singkatnya, seks pada masa berpacaran membuka kemungkinan yang lebar akan terjadinya bencana di masa mendatang. Tepatlah Firman Tuhan yang mengingatkan kita, "Tetapi siapa mendengarkan aku (hikmat), ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka." (Amsal 1:33) Hikmat dari Tuhan akan melindungi kita dari bencana yang ada di depan kita, sedangkan nafsu hanya akan memastikan kita berjalan ke arah kehancuran.

KETIGA: Seks pra nikah mengurangi respek terhadap pasangan kita.

Respek dibangun bukan di atas kegagalan, melainkan di atas kemenangan. Penguasaan diri yang kuat adalah salah satu karakteristik yang mengundang kekaguman dan membuahkan respek. Hubungan pernikahan yang sehat perlu dilandasi dengan respek; tanpa respek, relasi pernikahan akan berkualitas buruk serta membuka pintu masuk bagi problem yang lebih banyak. Seks pada masa

Page 29: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 29

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

berpacaran tidak akan membangun respek, justru secara diam-diam malah menciptakan rasa kurang respek. Bayangkan, suatu situasi hipotesis yang menempatkan kita pada sisi yang berseberangan. Misalkan, kita yang telah menjaga kesucian mendengar pengakuan dari pasangan kita bahwa ia sudah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya yang terdahulu. Saya sadar bahwa sebagai orang Kristen dengan cepat kita akan memaafkan perbuatannya, namun yang perlu saya tanyakan adalah "Apakah pengakuannya itu menambah respek kita terhadapnya atau tidak?" Saya khawatir bahwa di balik pemberian maaf, hati kita terluka dan citra tentang dirinya yang telah terbentuk mulai berubah menjadi negatif. Kita bisa berdalih dan mencoba meyakinkan diri kita bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua bisa melakukan kesalahan, termasuk pasangan kita yang telah berhubungan seks. Namun demikian, kesalahan seksual tidak dapat disamakan dengan kesalahan lainnya, misalnya berkelahi atau mencuri uang. Kesalahan seksual menohok jantung hati kita karena seks secara kodrati adalah suatu bagian hidup yang sakral -- sebagaimana dimaksudkan oleh penciptanya, yaitu Tuhan sendiri.

KEEMPAT: Seks pra nikah menciptakan keraguan akan penguasaan dirinya dengan orang lain.

Alasan keempat ini berkaitan erat dengan hal kepercayaan dan kepercayaan merupakan salah satu tonggak pernikahan. Satu pertanyaan yang membutuhkan jawaban teguh dan positif adalah, "Dapatkah saya mempercayainya, jika dia bersama dengan orang lain?" Saya kira, rasa percaya akan sulit bertumbuh jika kita menyaksikan kelemahan pasangan kita dalam menguasai dirinya. Dalam benak kita mungkin akan muncul keragu-raguan, "Dapatkah dia menguasai dirinya, jika bersama dengan orang lain?" Pertanyaan ini timbul karena kita sudah menjadi salah satu "korban" dari kelemahannya itu. Apalagi jika ia pernah berbuat hal yang sama dengan pacarnya yang terdahulu. Kepercayaan tidak diberikan dengan cuma-cuma; kita harus membuktikan diri terlebih dahulu sebelum layak untuk menerimanya. Seks pra nikah mencemari kepercayaan kita dan menumbuhkan keraguan akan daya tahannya dalam menghadapi pencobaan seksual di masa mendatang.

KELIMA: Seks pra nikah melebarkan kemungkinan adanya kehamilan dan kehamilan sebelum pernikahan menciptakan pernikahan yang belum matang.

Pernikahan yang didahului oleh kehamilan berisiko tinggi menghadapi perceraian karena tidak adanya kesiapan pernikahan pada saat itu. Atau, kalau pun tidak bercerai, pernikahan ini rawan dirundung masalah karena kurangnya kesiapan pernikahan. Masalah mudah muncul, sebab mungkin saja, hubungan berpacaran tidak pernah mencapai tujuannya oleh karena campur tangan seks. Dengan kata lain, pernikahan ini bermasalah karena penyesuaian diri tidak pernah tuntas dan dalam keadaan tidak tuntas ini, kita terpaksa menikah karena telah hamil terlebih dulu.

Family Financial Kingdom Sudah seyogianya seorang suami bekerja untuk menafkahi keluarganya, tetapi sayangnya ada sebagian suami yang tidak mau bekerja. Sudah tentu hal seperti ini menciptakan masalah tersendiri.

Page 30: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 30

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Apa yang harus dilakukan istri bila ini terjadi pada keluarganya? Sebagaimana hal lainnya, kita harus mencari penyebabnya terlebih dahulu sebelum mencari solusinya.

Ada orang yang tidak mau bekerja selama belum memperoleh pekerjaan yang diidamkannya. Dalam kasus ini, bisa saja ia dahulu bekerja, tetapi kemudian kehilangan pekerjaannya. Ia menolak untuk melakukan pekerjaan lainnya sebab ia merasa tidak cocok. Dalam kasus seperti ini, istri sebaiknya turut membantu suami mencarikan pekerjaan, dengan catatan suami pun tidak berhenti mencari pekerjaan. Secara berkala, sampaikanlah kepada suami kondisi keuangan keluarga supaya ia menyadari kebutuhan yang ada. Pada akhirnya, istri dapat mendorong suami untuk mengambil pekerjaan lain sebagai pekerjaan sementara. Bila istri sendiri mempunyai penghasilan yang cukup, ini bisa memperlama si suami untuk mengambil pekerjaan lain sebab kondisi keuangan tidak lagi mendesak.

Ada orang yang tidak mau bekerja sampai menemukan pekerjaan yang diidamkannya. Masalahnya adalah, ia tidak pernah bekerja. Jika ini yang terjadi, istri dapat mengajaknya menjalani konseling karier agar suami bisa melihat rumpun pekerjaan, bukan satuan pekerjaannya saja. Dengan kata lain, lewat konseling karier, suami berkesempatan melihat bahwa sesungguhnya ada pekerjaan lain yang dapat dikerjakannya sekaligus menjadi wadah aktualisasi dirinya. Dalam keadaan ini, suami tentu saja dituntut untuk fleksibel.

Ada yang tidak mau bekerja karena merasa kecewa atau sakit hati dengan pekerjaannya. Mungkin ia diberhentikan dengan cara yang tidak adil atau ia diperlakukan secara buruk. Berilah waktu kepadanya untuk pulih. Setelah itu, ingatkanlah bahwa kebutuhan rumah tangga harus dipenuhi. Istri dapat menawarkan diri untuk bekerja membantu suami, tetapi mintalah agar suami tetap mengambil pekerjaan yang ada. Ada yang tidak mau bekerja karena sukar berelasi dengan orang. Masalahnya adalah, ia bukanlah tipe pekerja mandiri sehingga menuntut kesediaannya untuk bekerja dengan orang lain. Dengan lembut tetapi jelas, istri harus menyadarkan suami akan kelemahannya agar suami tidak menyalahkan orang terus. Mungkin istri bisa memberi solusi praktis yang berkaitan dengan kerja sama. Yang terpenting adalah, semasa suami bekerja, istri harus sering-sering mengajaknya membicarakan situasi dalam pekerjaan supaya bila ada masalah yang timbul, istri dapat dengan segera memberi bantuan praktis.

Ada yang tidak mau bekerja karena memang ia seorang yang malas. Ia mau hidup enak tanpa mengeluarkan keringat dan merasa tidak apa-apa memanfaatkan istri. Ini adalah kasus yang berat sebab pada akhirnya, demi kepentingan keluarga, istri harus memikul beban supaya kebutuhan tercukupi. Dalam kasus seperti ini, pembicaraan dengan suami hampir selalu percuma. Jadi, daripada bertengkar, lebih baik diamkan saja, jangan diungkit-ungkit. Sudah tentu relasi suami istri cenderung memburuk, tetapi inilah konsekuensi yang mesti dipikul.

Firman Tuhan "Berkatalah si pemalas, 'Ada singa di jalan! Ada singa di lorong' ... Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak daripada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana." (Amsal 26:13,16) Orang yang malas selalu mempunyai alasan mengapa ia tidak dapat bekerja. Ia jarang sekali mengakui bahwa sebenarnya bukannya ia tidak dapat bekerja, melainkan ia tidak mau bekerja.

Page 31: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 31

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Memang sulit berhubungan dengan si pemalas. Pada akhirnya, ia harus menanggung akibatnya sebagaimana dikatakan dalam Amsal 26:1, "Seperti salju di musim panas dan hujan pada waktu panen, demikian kehormatan pun tidak layak bagi orang bebal."

Semua orang pasti menggunakan uang dan banyak di antara kita yang kadang-kadang bermasalah dalam mengelola keuangan. Dalam hal ini, tugas konselor adalah bertanggung jawab untuk membantu mereka yang mengalami masalah ini agar mereka bisa mengelola uangnya dengan lebih baik lagi. Berikut ini beberapa saran yang bisa dilakukan oleh para konselor untuk membantu mereka yang mengalami masalah dalam mengelola keuangan.

1. Tanamkan arti uang sesuai dengan yang tertulis dalam Alkitab.

Saran ini bisa diajarkan melalui kotbah, persekutuan (termasuk persekutuan pemuda-remaja), Sekolah Minggu, dan dalam percakapan sehari-hari dengan orang lain. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan:

a. Menunjukkan beberapa ayat dalam Alkitab yang berhubungan dengan uang dan kekayaan.

b. Mendorong mereka untuk selalu bersyukur atas apa yang telah mereka miliki, untuk tidak selalu membandingkan miliknya dengan yang dimiliki orang lain dan mengeluh atas kekurangan dan kebutuhan mereka.

c. Mengingatkan orang lain pada bahaya belanja secara kredit dan anjurkan pada mereka untuk hidup sesuai dengan yang mereka miliki.

d. Menekankan pentingnya menabung dan memberi dengan sukacita. 2. Ajarkan tuntunan praktis dalam mengatur uang.

Tuntunan ini, termasuk di dalamnya adalah menunjukkan bagaimana membuat perkiraan pengeluaran (termasuk perpuluhan dan menabung), mendorong mereka untuk bisa menerapkannya, dan mengajak mereka untuk mensharingkan pengalaman mereka kepada orang percaya lainnya. Akan menjadi sangat menarik dan menyenangkan jika kita bisa melihat bagaimana Allah memberkati dan memenuhi segala kebutuhan kita jika kita mau mengikuti tuntunan-Nya.

Seorang konselor Kristen mungkin bukan ahli dalam bidang asuransi, prosedur perbankan, atau cara yang terbaik untuk menyimpan atau mengelola uang. Meskipun demikian, konselor bisa menekankan pentingnya masing-masing poin dan menunjukkan beberapa buku atau orang-orang Kristen yang bisa memberikan nasihat-nasihat praktis. Dalam Tubuh Kristus, pasti ada orang- orang yang ahli dalam bidang keuangan. Orang-orang ini bisa diundang untuk membantu membuat rancangan keuangan. Di saat yang sama, mereka juga bisa diminta untuk mensharingkan pengetahuan dan karunia mereka untuk mendukung dan menguatkan orang lain.

3. Tekankan masalah keuangan pada konseling pranikah.

Page 32: Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church

P a g e | 32

Caphernaum Apostolic Church – Manual Konseling Pranikah

Pernikahan Anda Dengan Pasangan Anda Merepresentasikan Hubungan Anda Dengan Allah (Ps El Roi Israel )

Ko

ns

eli

ng

Pra

nik

ah

– G

BI

Ca

ph

ern

au

m A

po

sto

lic

Ch

urc

Pada saat seseorang menikah, mereka akan memasuki dunia baru dalam keuangan mereka. Dua pendapatan dan cara mengelola uang akan digabung menjadi satu dan ada kemungkinan terjadi konflik. Setelah mereka menikah, pasangan baru ini kadang-kadang membutuhkan pengingat untuk melihat sumber pendapatan mereka secara nyata. Apa yang harus mereka lakukan terhadap uang, keuangan, tabungan, perpuluhan, kartu kredit atau pengelolaan keuangan? Tagihan-tagihan apa saja yang harus mereka lunasi dan bagaimana melunasinya? Bagaimana bila suami dan istri ini memiliki cara yang berbeda dalam mengelola keuangannya? Apakah salah satu dari mereka boros dalam menggunakan uang, sedangkan yang lainnya sangat hemat? Dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan seputar keuangan, konselor pranikah bisa mencegah konflik keuangan yang mungkin terjadi.

4. Tekankan poin-poin penting dalam masalah keuangan jika terjadi krisis atau perubahan hidup.

Kebanyakan perubahan dalam hidup -- mulai masuk sekolah, pindah kerja, pindah rumah, pensiun, sakit dalam waktu yang lama, kematian dalam keluarga -- masing-masing bisa menimbulkan perjuangan dalam keuangan. Jika poin-poin dalam masalah keuangan ini dimunculkan segera dan didiskusikan secara informal, masalah sering bisa dihadapi dan diselesaikan sebelum masalah itu menjadi semakin besar.

Selamat Menikah

Doa Saya Selaku Gembala GBI Caphernaum Apostolic Church Pernikahan Anda Berdua Merepresentasikan Hubungan Anda Berdua Dengan Allah Sebagai Bapa Yang Mengasihi Kalian Sebagai Putra Putrinya – Dengan Kasih Ps El Roi Israel Sipahelut