Kajian terhadap pelaksanaan Katekisasi Pranikah di Huria ......Katekisasi Pranikah sangatlah...
Transcript of Kajian terhadap pelaksanaan Katekisasi Pranikah di Huria ......Katekisasi Pranikah sangatlah...
Kajian terhadap pelaksanaan Katekisasi Pranikah di Huria
Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo dari Perspektif Pastoral
Oleh:
Kristina Yolanda R N
712015084
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi
Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi
(S.Si.Teol)
Program Ilmu Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang
atas berkat dan kasih-Nya penulis boleh menempuh pendidikan di Fakultas
Teologi Universitas Kristen Satya Wacana kurang lebih selama 4 tahun dan dapat
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya melalui proses penulisan skripsi
dengan baik. Selama proses penulisan skripsi berlangsung, rasa malas, lelah dan
putus asa sering datang menghampiri. Namun Puji Tuhan, pada akhirnya tulisan
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari, selama proses menempuh pendidikan dan proses
menyelesaikan skripsi, tidak terlepas dari dukungan orang-orang yang selalu
mendukung, mendoakan, menopang dan memotivasi. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang selalu mendukung:
1. Universitas Kristen Satya Wacana, terkhususnya Fakultas Teologi yang
sudah menjadi rumah, untuk memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan diri dalam dunia pendidikan dan pelayanan.
2. Pdt.Dr. Jopie Daan Engel sebagai Pembimbing I, terima kasih untuk
segala waktu dan tenaga yang sudah bapak berikan kepada penulis selama
proses bimbingan penulisan tugas akhir. Pdt. Gunawan Y. A. Suprabowo,
D.Th sebagai Pembimbing II, terima kasih selalu sabar membantu penulis
keluar dari rasa kebingungannya, “anak yang mudah menangis” ini sudah
menyelesaikan pendidikannya berkat bimbingan bapak. Kiranya Tuhan
senantiasa melindungi bapak, doa tulus dari penulis untuk bapak.
3. Untuk mereka yang tak pernah berhenti mendoakan. Bapak, Mamak, Nana
dan Jonathan. Terima kasih untuk setiap keringat yang sudah keluar
selama bapak kerja demi menyekolahkan kami, anak-anak. Terima kasih
untuk setiap doa yang sudah mamak ucapkan, terima kasih sudah berjuang
untuk sembuh demi melihat kebahagian kami, anak-anak. Terima kasih
untuk Nana dan Jonatahan sudah berjuang dan mengorbankan waktu untuk
merawat mamak, terima kasih untuk kalimat yang selalu terucap “ kalau
satu orang sarjana semua juga harus jadi sarjana” kalimat ini menjadi
motivasi dan sebuah tanggung jawab yang besar kedepannya. Cinta tulus
untuk kalian semua.
vii
4. Keluarga besar opung abel sinambela. Terima kasih untuk setiap dukungan
baik melalui doa ataupun moril. Terkhusus untuk tante ndut dan tulang
iyos yang selalu mendukung dan memberi semangat, hanya ini yang bisa
diberikan untuk kalian walaupun tidak sebanding dengan aoa yang sudah
kalian berikan. penulis, sangat mencintai kalian.
5. Fantasix (Yola,Kharisma, Elsy, Ervina, Ester dan Erma). Terima kasih
sudah menjadi sahabat yang baik selama kurang lebih 4 tahun. Terima
kasih sudah menjadi saksi dalam setiap proses menempuh pendidikan di
salatiga, kalian juga sudah sabar untuk mendengar setiap keluh kesah yang
dirasakan penulis ketika penulisan skripsi tetapi semangat dari kalian yang
selalu ditunggu. Semoga kita akan bertemu lagi ditempat yang baru
dengan cerita dan pengalaman yang akan kita bagikan bersama.
6. Keluarga besar Tehilla Voice. The Cheers dan The Girls. Terima kasih,
selalu memberi semangat dan sudah menjadi salah satu sumber semangat
dalam proses penulisan tugas akhir ini.
7. My sister Hosanna Ristua Hutagalung. Terima kasih untuk setiap doa dan
semangat yang telah diberikan kepada penulis. Mulai dari awal proses
penulisan skripsi, selalu memantau selama dua puluh empat jam dari
kejauhan dan selalu memberikan kesabaran yang luar biasa ketika
mendengar keluh kesah, rasa lelah dan putus asa yang sering menghampiri
penulis. I love you sister.
8. Teman-teman angkatan 2015 yang selalu memberikan semangat satu
dengan lainnya. Penulis mengucapkan terima kasih.
9. Untuk semua pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya
dan tanpa sepengetahuan penulis telah memberikan dukungan doa dan
semangat.
Terima kasih untuk setiap dukungan yang telah diberikan, kira-Nya
TuhanYesus Kristus membalas setiap kebaikan dan ketulusan yang telah
diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat
bagi kehidupan pelayanan gereja.
Salatiga, 27 Agustus 2019
Kristina Yolanda R N
viii
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN .............................. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .......... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5
Manfaat penelitian ............................................................................................... 5
Metode Penelitian ................................................................................................ 5
Sistematika Penulisan .......................................................................................... 6
II. LANDASAN TEORI ....................................................................................... 7
Pastoral ................................................................................................................ 7
Fungsi Pastoral .................................................................................................... 7
Pendekatan pastoral ............................................................................................. 9
Katekisasi Pranikah ........................................................................................... 11
Materi Katekisasi Pranikah................................................................................ 14
III. HASIL PENELITIAN ................................................................................ 17
Gambaran umum tempat penelitian ...................................................................... 17
Sejarah HKBP Ressort Solo .............................................................................. 17
Deskripsi Hasil wawancara ............................................................................... 19
Materi Katekisasi Pranikah................................................................................ 22
Jumlah tatap muka hanya dalam satu kali pertemuan ....................................... 22
IV. Analisa........................................................................................................ 23
Pemahaman terhadap Katekisasi Pranikah ........................................................ 23
Pelaksanaan Katekisasi Pranikah ...................................................................... 25
V. Penutup .......................................................................................................... 29
ix
Kesimpulan ........................................................................................................ 29
Saran .................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31
x
ABSTRAK
Katekisasi Pranikah memberikan pemahaman yang benar tentang konsep
dasar pernikahan Kristen. Calon pasangan suami istri akan diperlengkapi
kemampuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup bersama dalam
pernikahan. Katekisasi Pranikah juga menolong calon pasangan suami istri untuk
saling mengenal dan membangun hubungan antara pembimbing dan calon
pasangan suami istri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelaksanaan
Katekisasi Pranikah dari perspektif pastoral dan teori Katekisasi Pranikah menurut
James Yanuar.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Adapun teori yang digunakan
dalam penelitian ini ialah teori pastoral, Katekisasi Pranikah dan pernikahan.
Hasil penelitian yang diperoleh penulis ialah (1) gereja belum memberikan
perhatian yang serius terhadap pelaksanaan Katekisasi Pranikah. Hal ini terlihat
dari tidak adanya materi dan metode pengajaran Katekisasi Pranikah yang
terstruktur; (2) sebagian besar calon pasangan suami istri bekerja diluar kota Solo,
sehingga tidak memungkinkan jika Katekisasi Pranikah dilakukan dalam waktu 5
sampai dengan 7 kali pertemuan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
menitipkan calon pasangan suami istri ke gereja HKBP yang dekat dengan tempat
mereka bekerja sehingga mereka tetap bisa mengikuti Katekisasi Pranikah.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan penulis, maka pelaksanaan
Katekisasi Pranikah yang telah dilakukan HKBP Ressort Solo adalah tidak sesuai
dengan perspektif pastoral dan tidak sejalan dengan tahapan pelaksanaan
Katekisasi Pranikah menurut James Yanuar.
Kata Kunci : Katekisasi Pranikah, Pastoral
1
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Segala sesuatu yang kita capai saat ini tidak terlepas dari setiap proses yang
telah kita lalui, begitu juga dengan pernikahan. Sebelum memutuskan untuk
menikah biasanya seseorang akan terlebih dahulu melalui proses mencari dan
saling mengenal satu dengan yang lainnya. Manusia adalah makhluk sosial
sehingga keutuhan dirinya ditemukan dalam hubungan “interpersonal” dengan
sesamanya. Karena itu, pernikahan merupakan puncak dari hubungan tersebut
karena melalui pernikahan, manusia mengenal dan mengalami artinya “love”,
yakni makna terdalam dari hubungan “interpersonal”. 1
Pada saat seorang pria dan wanita dalam tahap masa pacaran sering kali
mereka berfikir bahwa hubungan pernikahan akan sama seperti pada masa
pacaran yakni dunia seakan milik mereka berdua dan mereka akan selalu bahagia
dengan cinta yang mereka miliki. Di dalam sebuah pernikahan tidak didasari oleh
cinta saja, akan tetapi kesiapan secara fisik, mental, dan pemahaman tentang
makna pernikahan juga sangat diperlukan dalam sebuah pernikahan.2 Tahun awal
pernikahan semua masih berjalan dengan baik, tetapi ketika pernikahan sudah
memasuki tahun berikutnya semua akan berubah. Permasalahan akan mulai
terlihat yang mengakibatkan suasana rumah tangga akan mengalami sedikit
perubahan.
Hal ini memberikan peringatan bahwa sesunggguhnya rumah tangga tidak
akan terlepas dari sebuah permasalah dan terkadang dengan adanya permasalahan
semakin mempererat hubungan satu dengan yang lainnya dalam keluarga tersebut.
Oleh karena itu, sebelum memasuki pernikahan calon pasangan suami istri harus
terlebih dahulu melalui tahap Katekisasi Pranikah yang diberikan oleh gereja.
Katekisasi Pranikah sangatlah penting, karena Katekisasi Pranikah merupakan
tempat untuk membimbing dua orang yang berbeda, saling berkomunikasi, belajar
1 Yakub susabda, konseling pranikah, (Jakarta: Mitra Pustaka, 2010), 8
2 Diana Ariswanti Triningtyas dan Siti Muhayati, “Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Mereduksi
Budaya Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo,” Jurnal Konseling Indonesia
3, no. 1 (Oktober 2017): 29
2
menyelesaikan masalah, mengelola konflik, dan membantu pasangan untuk
melihat pernikahan dan rumah tangga secara realistis, mendorong mereka
mempertanyakan ulang apa yang sebetulnya mereka sebut pernikahan dan
membantu mereka menemukan persamaan yang mungkin menjadi sebab mereka
hidup bersama.3
Katekisasi Pranikah merupakan bagian pelayanan yang tak dapat dipisahkan
dari gereja. Pelayanan ini menjadi sangat penting dikarenakan hanya gereja saja
yang dapat menyebut bahwa nikah sebagai penetapan atau peraturan Allah dan
gereja juga mengajarkan tentang kebenaran-kebenaran iman Kristen bagi
pasangan-pasangan Kristen.4 Pelayan penuh waktu (Pendeta, Guru Huria dan
Bibelvrouw) membantu calon pasangan suami istri yang akan menikah untuk
memiliki pemahaman yang benar tentang pernikahan dan bertanggung jawab atas
perkembangan spiritual mereka dalam memasuki bahtera rumah tangga.5
Di era saat ini, permasalahan yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat
Indonesia ialah permasalahan keluarga yang berujung pada sebuah perceraian.
Perceraian dianggap sebagai jalan keluar terbaik bagi setiap permasalahan di
dalam rumah tangga atau bahkan perceraian sudah menjadi salah satu gaya hidup
yang sedang populer di tengah-tengah masyarakat. Hal ini merupakan hal yang
sangat menarik untuk dikaji lebih jauh apa saja penyebab mendasarnya. Direktorat
Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkama Agung, hal-hal yang menyebabkan
terjadinya perceraian di Indonesia adalah: Perselisihan, cacat bilologis, dijatuhi
hukuman, menyakiti jasmani, kawin di bawah umur, meninggalkan kewajiban,
dan persoalan moral.6
Melihat semakin banyaknya kasus perceraian yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat justru menjadi teguran terhadap gereja mengenai makna pelaksanaan
Katekisasi Pranikah yang sudah di jadikan sebagai program pelayanan wajib di
dalam gereja. Apakah Katekisasi Pranikah sudah terlaksana dengan baik dan
memberikan dampak yang besar terhadap rumah tangga setiap jemaat.
3 Halomoan Marpaung. “Analisa Persepsi dan Harapan Terhadap Konseling Pranikah
Perkawinan”, Jurnal Analitika, 3, No.1, (Juni 2011): 12.
JL.Ch.Abineno, Katekisasi Sidi Nikah Peneguhan dan Pemberkatannya, (Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia,2001), 2 5 Hasil Wawancara dengan Pdt. Erwin Marpaung (Pendeta Ressort HKBP Solo), Pada tanggal 10
April 2019 di HKBP Ressort Solo 6 Holomoan Marpaung, “Analisa Persepsi dan Harapan Terhadap Konseling Pranikah, 11
3
Berdasarkan dengan tata dan aturan pelaksanaan Katekisasi Pranikah di HKBP,
Pelaksanaan Katekisasi Pranikah di HKBP sebaiknya dilakukan selama 2 sampai
dengan 3 kali pertemuan tetapi pada kenyataannya saat ini, beberapa gereja HKBP
belum konsisten dalam pelaksaan Katekisasi Pranikah, masih terdapat perbedaan
pelaksanaan Katekisasi Pranikah, terdapat beberapa gereja HKBP yang
pelaksanaan Katekisasi Pranikah hanya berlangsung dengan satu kali pertemuan
yakni sehari sebelum pemberkatan pernikahan dalam durasi waktu pertemuan 30
sampai 45 menit dan beberapa gereja HKBP yang melaksanakan 2 sampai dengan
3 kali pertemuan. Adapun alasan gereja melakukan pelaksanaan Katekisasi
Pranikah dalam satu kali pertemuan dikarenakan sebagian besar jemaat yang akan
mengikuti Katekisasi Pranikah bekerja diluar kota atau pun di luar provinsi
sehingga sangat tidak mungkin untuk melakukan beberapa kali pertemuan.7
Di HKBP Solo sendiri pelaksanaan Katekisasi Pranikah hanya berlangsung
dalam satu kali pertemuan. Hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar jemaat
HKBP Solo adalah Jemaat pendatang atau pun bekerja diluar kota dan provinsi
sehingga untuk melakukan beberapa kali pertemuan dengan pasangan calon suami
istri sangatlah sulit. Jika kita melihat tujuan dari Katekisasi Pranikah yaitu
memberikan pemahaman yang benar tentang konsep dasar pernikahan Kristen,
calon suami-istri akan diperlengkapi dengan kemampuan membangun rumah
tangga mereka dengan cara yang benar, melalui penguasaan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup bersama dalam pernikahan8 tentu saja dengan satu
kali pertemuan sangat tidak efektif bisa dikatakan proses Pelaksanaan Katekisasi
Pranikah dengan satu kali pertemuan tentu saja tidak memiliki banyak waktu
dalam menyampaikan materi-materi yang akan dibahas dalam pertemuan,
sedangkan jika dibandingkan dengan pelaksanaan Konseling Pranikah 2 sampai
dengan 3 kali pertemuan maka penyampaian materi lebih efektif dan kondusif.
Katekisasi Pranikah tidak hanya sebagai tempat untuk mempersiapkan diri
untuk memasuki kehidupan baru yang tidak mudah dan menerima pengajaran-
pengajaran mengenai pernikahan tetapi Katekisasi Pranikah juga bisa dijadikan
sebagai tempat untuk berdiskusi yang bertujuan untuk melihat sudah sejauh mana
7 Hasil Wawancara dengan Pdt. Requel Nababan, Pada tanggal 20 Mei 2019 di Salatiga
8 James Yanuar, bukan lagi dua melainkan satu -panduan konseling pranikah dan pascanikah,
(Bandung: Visi Anugrah Indonesia,2013), 15
4
pemahaman calon pasutri tentang sebuah pernikahan. Menurut penulis, tujuan dari
Katekisasi Pranikah selain memberi pemahaman konsep mengenai pernikahan,
Katekisasi Pranikah juga dapat dijadikan tempat untuk menghindari terjadinya
perceraian di tengah-tengah jemaat dengan memberikan mereka pemahaman
untuk menganalisa setiap konflik yang terjadi di keluarga.
Menurut James Yanuar, ada empat hal yang sangat diperlukan dalam
penyelenggaraan Katekisasi Pranikah Pertama, waktu yang cukup; Kedua, alat
untuk mengenal calon pasutri, berupa kuisioner dan pertanyaan-pertanyaan
langsung; Ketiga, materi dasar sebagai panduan pelajaran Katekisasi Pranikah dan
Pernikahan bagi pembimbing dan calon pasangan suami istri; Keempat, kesediaan
calon pasangan suami istri untuk memenuhi prosedur dan menjalani proses
Katekisasi Pranikah pernikahan dan pascanikah secara aktif dan konsisten.
Pertemuan perkenalan awal akan diadakan selama 30 menit untuk sesi perkenalan
dan penjelasan mengenai tujuan dari kuisioner, jadwal Katekisasi Pranikah dan
Pernikahan bersama calon pasutri perlu juga diatur. Setelah itu pertemuan terakhir
dilakukan dalam pertemuan bersama dengan pembimbing, calon pasutri, orang tua
dan saksi-saksi. Adapun materi pokok dari Katekisasi Pranikah ialah bimbingan
mengenai keselamatan dan penyelesaian dosa dan pelajaran pranikah.9
Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan pelaksanaan Katekisasi Pranikah
dengan satu kali pertemuan telah berlangsung di HKBP Solo penulis ingin
mengetahui lebih lanjut lagi bagaimana pelaksanaan Katekisasi Pranikah di
HKBP Solo dan seberapa penting Pelaksanaan Katekisasi Pranikah bagi
kehidupan jemaat.
Gereja HKBP Solo telah melakukan pemberkatan pernikahan kepada calon
mempelai yang membentuk rumah tangga atau menikah yang sesuai dengan
konfesi, Agenda HKBP, RPP HKBP dan Aturan Peraturan HKBP Amandemen
kedua. Sebelum menerima pemberkatan pernikahan, calon mempelai diharuskan
untuk melengkapi persyaratan-persyaratan administratif yang di tetapkan HKBP.
Adapun jemaat yang menerima pemberkatan pernikahan di HKBP Solo pada
tahun 2018 ialah sebanyak tujuh pasangan calon mempelai.10
9 James Yanuar, bukan lagi dua melainkan satu -panduan konseling pranikah dan pascanikah, 21
10 Data diperoleh dari Buku Berit tahun 2018 HKBP Ressort Solo Pada tanggal 10 April 2019 di
HKBP Ressort Solo
5
Adapun alasan penulis memilih HKBP Solo sebagai lokasi penelitian ialah
dikarenakan Solo merupakan daerah perkotaan yang sebagian besar jemaatnya
sangat sibuk dalam bekerja dan merupakan masyarakat pendatang di daerah Solo.
Oleh karena itu, penulis ingin melihat bagaimana pelaksanaan dan pemahaman
jemaat terhadap pelaksanaan Katekisasi Pranikah di HKBP Solo.
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik mengambil judul:
Kajian terhadap pelaksanaan Katekisasi Pranikah di HKBP Solo dari
Perspektif Pastoral
Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana pelaksanaan Katekisasi Pranikah di HKBP Solo dikaji dari
Perspektif Pastoral?
Tujuan Penelitian
Mengkaji pelaksanaan Katekisasi Pranikah di HKBP Ressort Solo dari
perspektif pastoral.
Manfaat penelitian
Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki
manfaat Teoritis dan Praktis.
a. Secara Teoritis
Secara umum, adapun harapan penulis kiranya penelitian ini memberikan
pengetahuan dan wawasan kepada jemaat dan gereja mengenai Katekisasi
Pranikah.
b. Secara Praktis
Menyadarkan peran dan tanggung jawab gereja terhadap pelaksanaan
Katekisasi Pranikah hanya dengan satu kali pertemuan berdampak pada
ketangguhan jemaat dalam menghadapi setiap permasalahan dalam rumah
tangga.
Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah atau situasi kondisi sosial. Analisis data
6
yang digunakan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan dan kemudian dikontribusikan menjadi hipotesis atau teori. Adapun
teknik pengumpulan ialah dengan wawancara dengan penentuan sumber data yang
dibagi menjadi dua bagian: pertama, Purposive ialah peneliti melakukan observasi
dan wawancara kepada narasumber yang paling memahami kondisi sosial yang
akan diteliti yakni Pendeta HKBP Ressort solo sedangkan bagian kedua: Snowball
ialah peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberikan data atau informasi yang diperlukan. Karena
itu, peneliti memilih Jemaat dan Penatua HKBP Ressort solo sebagai
narasumber.11
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang dijadikan penulis sebagai pedoman yaitu: bagian
pertama, pendahuluan yang meliputi, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode dan sistematika penulisan; bagian kedua, tentang
Katekisasi Pranikah dan teori-teori pastoral yang meliputi Pemahaman, fungsi dan
substansi Katekisasi Pranikah serta peran pastoral, fungsi, pendekatan, Katekisasi
Pranikah dan materi Katekisasi Pranikah: bagian ketiga, memaparkan sejarah atau
gambaran umum HKBP Solo serta hasil wawancara; bagian keempat,
pembahasan dan analisa pelaksanaan Katekisasi Pranikah di HKBP Solo dari
persepektif pastoral; bagian kelima, penutup yang berupa kesimpulan dan temuan-
temuan dari hasil penelitian dan kontribusi terhadap pelaksanaan Katekisasi
Pranikah di HKBP Solo.
11
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), 244-245
7
II. LANDASAN TEORI
Pastoral
Menurut Van Beek, kata Pastoral berasal dari bahasa latin pastore. Dalam
bahasa Yunani disebut poimen yang berati gembala. Dalam kata gembala
terkandung pengertian tentang hubungan antara Allah yang penuh kasih dengan
manusia lemah yang memerlukan arahan dan bimbingan. Menurut Pdt. Dr. J.D.
Engel dalam bukunya Pastoral dan kebutuhan dasar konseling, pastoral
merupakan suatu upaya untuk memanusiakan sesama manusia. Dalam upaya
memanusiakan itulah terkandung makna pemberdayaan yang menjadi tujuan
utama suatu proses pendampingan dan konseling dilakukan.12
Secara tradisional, dalam kehidupan gerejawi hal ini merupakan tugas
“pendeta” yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau “domba”-Nya. Ungkapan
ini mengacu pada pelayanan Yesus sebagai “Gembala yang baik dan Pastor
sejati”. Ungkapan ini mengacu pada pelayanan Yesus yang tanpa pamrih, bersedia
memberikan pertolongan dan bahkan rela mengorbankan nyawa-Nya. Pelayanan
yang diberikan Yesus merupakan tugas manusiawi yang teramat mulia. Oleh
karena itu, tugas pastoral bukan hanya tugas resmi atau monopoli para
pastor/pendeta saja, tetapi juga setiap orang yang menjadi pengikut-Nya. Istilah
pastor dalam konotasi praktisnya berarti merawat atau memelihara. Sikap pastoral
harus mewarnai semua sendi pelayanan setiap orang sebagai orang-orang yang
sudah dirawat dan diasuh oleh Allah secara sungguh-sungguh. Maka dalam karya
pastoral, hendaklah diingat bahwa kita dipercayakan untuk mengembalakan
domba-domba Allah, yakni sesama kita manusia. 13
Fungsi Pastoral
Adapun fungsi pendampingan dan konseling pastoral ialah:
1) Fungsi Bimbingan (guiding).
Apabila seseorang berjalan dan tersesat, maka ia perlu dibimbing untuk
menemikan jalan yang benar. Fungsi membimbing penting dalam kegiatan
menolong dan mendampingi seseorang. Konseli yang berada dalam
kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan dan pengambilan keputusan
12
J.D. Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2016), 2 13
AART Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1999, 10
8
yang pasti dibimbing untuk memilih/mengambil keputusan tentang apa yang
akan ditempuh atau apa yang menjadi masa depannya. Pembimbing
bertanggung jawab penuh dalam memberikan bimbingan terhadap konseli dan
konseli diberikan kepercayaan untuk mengemukakan persoalannya bila sangat
membutuhkan pencerahan. Setiap keputusan yang dipilih oleh konseli
sangatlah mempengaruhi keadaanya di masa sekarang dan yang akan datang.
2) Fungsi Penopangan (sustaining)
Ketika konseli sudah pada tahap krisis mendalam mungkin akibat
permasalahan hidup, kehilangan, kematian orang-orang yang dikasihi,
dukacita, pada saat inilah kehadiran kita sangat diperlukan untuk membantu
mereka bertahan dalam situasi krisis yang bagaimanapun beratnya.
Penopangan yang kita berikan ialah berupa kehadiran dan sapaan meneduhkan
dan sikap terbuka kita. Fungsi menopang, menolong konseli agar mampu
untuk tetap bertahan menghadapi dan melewati masa-masa sulit yang dialami
dan membantu konseli untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya,
mandiri dalam keadaan yang baru, serta bertumbuh secara utuh. Clebsch &
Jaekle membedakan fungsi menopang dalam empat tugas yakni: pertama,
tugas penjagaan untuk mendukung orang yang telah mengalami kehilangan
agar tidak terlalu lama tenggelam dalam kesedihan: kedua, tugas penghiburan
sejauhmana penderita terbuka terhadap konselor: ketiga, tugas pemantapan
mengerahkan dan menyusun kembali sisa tenaga konseli agar menangani
situasinya secara mandiri: keempat, tugas pemulihan bila konseli mulai
membangun rancangan hidup baru agar mengusahakan pembaruan
semaksimal mungkin.
3) Fungsi Penyembuhan (healing)
Fungsi penyembuhan merupakan fungsi yang terpenting terutama bagi mereka
yang mengalami dukacita dan luka batin akibat kehilangan atau terbuang.
Fungsi penyembuhan menurut Abineno ialah merupakan pelayanan secara
holistik, lahir dan batin, jasmani dan rohani, tubuh, jiwa dan menuntun konseli
untuk mengungkapkan perasaan hatinya yang terdalam. Penyembuhan dapat
diberikan melalui pendampingan yang berisi kasih sayang, rela mendengarkan
segala keluh batin, dan kepedulian yang tinggi akan membuat seseorang yang
9
sedang menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu masuk
kearah penyembuhan sebenarnya. Menurut Clebsch & Jaekle, penyembuhan
merupakan fungsi pastoral yang bertujuan mengatasi beberapa kerusakan,
mengembalikan orang itu pada suatu keutuhan dan menuntunnya ke arah yang
lebih baik daripada kondisi sebelumnya.
4) Fungsi memulihkan/memperbaiki (reconciling)
Fungsi memulihkan menurut Clinbell berarti membantu konseli memperbaiki
kembali hubungan yang rusak antara dirinya dan orang lain dengan
memaafkan kesalahan yang telah dilakukan orang dan memberi mereka
pengampunan. Menurut Clebsh & Jaekle fungsi pemulihan merupakan usaha
untuk membangun ulang hubungan-hubungan yang telah rusak di antara
manusia dengan Allah dan sesamanya.
5) Fungsi memelihara/mengasuh (nurturing)
Fungsi memelihara berarti membantu konseli untuk mengembangkan potensi-
potensi yang diberikan Allah kepadanya. Hidup berarti bertumbuh dan
berkembang yakni dalam aspek emosional, cara berpikir, motivasi dan
kemauan, tingkah laku, kehidupan rohani, dalam interaksi dan sebagainya.
Kita perlu menolong si penderita untuk berkembang, untuk itu diperlukan
pengasuhan ke arah pertumbuhan melalui proses pendampingan pastoral.14
Pendekatan pastoral
a. Pendampingan
Pendampingan pastoral berasal dari kata kerja mendampingi sebagai suatu
kegiatan menolong, karena suatu sebab perlu didampingi. Interaksi yang terjadi
dalam proses pendampingan membuat pendampingan memiliki arti kegiatan
kemitraan, bahu membahu, menemani, berbagi dengan tujuan saling
menumbuhkan dan mengutuhkan. Pendampingan pada hakikatnya merupakan
pertolongan psikologis dengan tujuan meringankan beban penderitaan dari yang
ditolong, sehingga konselor menjalankan fungsi pendampingan.
Pendampingan pastoral merupakan suatu pelayanan pertolongan dan
penyembuhan dari gereja, baik secara individu maupun kelompok sehingga dapat
bertumbuh dalam proses kehidupannya di masyarakat. Pendampingan pastoral
14
J.D. Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling, 5-9
10
merupakan panggilan yang harus dilakukan oleh setiap orang yang telah merespon
panggilan Allah. Pendampingan pastoral tidak hanya menjadi tanggung jawab
seorang pendeta, pastor atau rohaniwan, tetapi semua orang percaya terpanggil
untuk melaksanakan tugas pengembalaan itu.15
Van Beek memahami
pengembalaan sebagai pembinaan untuk membentuk karakter seseorang menjadi
murid Kristus yang baik, pemberitaan firman Allah melalui khotbah dan liturgi
secara devosional dan ritual, pelayanan sosial kepada masyarakat, konseling
pastoral yang menggunakan teknik-teknik khusus yang diadopsi dari ilmu
psikologi. Krisetya juga berpendapat bahwa pendampingan pastoral ditujukan
pada kebutuhan-kebutuhan manusia dalam perjalanan hidup ini.
Dalam bukunya yang berjudul pendampingan pastoral Aart Van Beek
mengemukakan bahwa pendampingan pastoral merupakan penggabungan dua
kata yang mempunyai makna pelayanan, yakni kata pendampingan dan kata
pastoral. Pendampingan berasal dari kata kerja “mendampingi”. Mendampingi
merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu
didampingi. Orang yang melakukan kegiatan “mendampingi” disebut sebagai
“pendamping”. Antara yang didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi
sejajar dan atau relasi timbal-balik.16
Pendampingan pastoral tidak hanya sekedar meringankan beban penderitaan,
tetapi menempatkan orang dalam relasi dengan Allah dan sesama, dalam
pengertian menumbuhkan dan mengutuhkan orang dalam kehidupan spiritualnya
untuk membangun dan membina hubungan dengan sesamanya, mengalami
penyembuhan dan pertumbuhan serta memulihkan orang dalam hubungan dengan
Allah.
b. Konseling pastoral
Konseling pastoral merupakan dimensi dari pendampingan pastoral dalam
melaksanakan fungsi yang bersifat memperbaiki yang dibutuhkan ketika orang
mengalami kritis yang merintangi pertumbuhannya. Orang membutuhkan
pendampingan pastoral sepanjang hidupnya, tetapi mungkin orang membutuhkan
konseling pastoral ketika mengalami kritis yang hebat. Keduanya bertujuan untuk
15
J.D. Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling, 2-3 16
AART Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1999), 9
11
memperbaiki berbagai relasi yang terputus, baik dengan diri sendiri, orang lain,
terutama dengan Allah, akibat krisis yang menimpa hidupnya. Perbedaanya ada
pada metode dan penekanan.
Konseling pastoral memberikan nuansa lain dari biasanya. Tidak hanya
memampukan orang keluar dari masalahnya, tetapi dapat meyakinkan orang
dalam mengembangkan dimensi spiritualnya. Konseling pastoral adalah hal yang
unik, karena memberi tempat untuk dimensi spiritual, agar setiap manusia dilihat
sebagai wujud spiritual baik secara fisik maupun intelektual yang perlu dihargai
sebagai makhluk yang bertumbuh, berkembang, dan berkreatif. Dengan demikian,
konseling adalah suatu fungsi dari pastoral dalam pengertian bahwa seorang
konselor tidak hanya bersentuhan dengan apa yang disebut relasi terhadap
sesamanya, tetapi juga memaparkan orang dalam hubungannya dengan Allah.
Dalam proses itu, seorang konselor pastoral yang dalam kehidupan bergereja
adalah pendeta harus dapat menemukan tingkat identitas diri dan pemahaman
yang baru melalui dasar-dasar teologis yang jelas dan teknik-teknik menolong
yang bervariasi serta dapat menjawab kebutuhan konselinya. Konselor berfungsi
sebagai pribadi yang utuh dan terbuka tanpa topeng serta berani menerima risiko,
baik risiko pribadi, risiko yang menyangkut perasaan-perasaan bahkan risiko
dalam hubungan dengan orang lain.
Katekisasi Pranikah
Katekisasi berasal dari kata Katekhein yang berarti memberitahukan,
memberitakan, mengajar dan memberi pengajaran. Dalam Katekisasi, jemaat
dilengkapi dengan doktrin-doktrin dasar di dalam kekristenan yang dipercayai dan
diimani oleh gereja tersebut.17
Abineno menjelaskan dalam bukunya bahwa yang
dimaksud dengan Katekisasi Pranikah atau istilah yang digunakannya
“Penggembalaan” adalah percakapan dengan kedua calon mempelai tentang hal-
hal yang bersangkutan dengan peneguhan dan pemberkatan nikah Kristen.18
Abineno juga mengatakan bahwa Katekisasi Pranikah merupakan bagian
pelayanan yang tak dapat dipisahkan dari gereja. Pelayanan ini menjadi sangat
penting dikarenakan hanya gereja saja yang dapat menyebut bahwa nikah sebagai
17
Roland Dumartheray dkk., Agama Dalam Dialog (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), 216 18
Abineno, J.L.CH., Pengembalaan, (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1967), 88
12
penetapan atau peraturan Allah dan gereja juga mengajarkan tentang kebenaran-
kebenaran iman Kristen bagi pasangan-pasangan Kristen.
Menurut James Yanuar, tujuan dari Katekisasi Pranikah yaitu memberikan
pemahaman yang benar tentang konsep dasar pernikahan Kristen, calon pasangan
suami istri akan diperlengkapi dengan kemampuan membangun rumah tangga
mereka dengan cara yang benar melalui penguasaan keterampilan dasar yang
diperlukan untuk hidup bersama dalam pernikahan, menolong calon pasangan
suami-istri untuk mengenal dirinya dan pasangannya dan membangun hubungan
antara pembimbing dan calon pasangan suami istri.19
Menurut Kathleen Fischer dan Thomas Hart, pernikahan Kristen dewasa
ini berada dalam konteks budaya yang berbeda daripada satu generasi yang lalu.
Sejumlah perkembangan mengubah pola dalam mana pernikahan dipilih dan
dihayati. Perkembangan-perkembangan ini perlu diperhatikan dalam persiapan
perkawinan, dalam perayaan perjanjian perkawinan, dan dalam bina lanjut
pasangan suami isteri.20
Para pasangan sering kali memasuki pernikahan tanpa
memilih pasangannya secara objektif karena peranan hubungan sebelum menikah
sangat berbeda dari yang dibutuhkan sesudah menikah.21
Abineno mengatakan
dalam bukunya Perkawinan (persiapan, persoalan-persoalan dan pembinaannya)
tidak hanya orang-orang Kristen di dunia Barat tetapi pemuda-pemudi Kristen di
Indonesia juga mulai memiliki pemahaman bahwa pernikahan bukan lagi satu-
satunya bentuk persekutuan hidup dan mengizinkan pria dan wanita untuk
melakukan samenleven atau samenwomen (hidup bersama suami isteri tetapi
tanpa ikatan perkawinan yang resmi.22
Sedangkan menurut James Yanuar Pasangan suami istri baru memerlukan
seseorang dari luar rumah tangganya, yang kepadanya mereka harus memberikan
pertanggungjawaban. Meskipun setiap orang bertanggung jawab kepada Tuhan,
namun banyak hal, kita semua memerlukan seseorang yang dapat menilai dan
19
James Yanuar, Bukan lagi dua melainkan satu -panduan konseling pranikah dan pascanikah, 15 20
Cooke, Bernard, Alternatif untuk ibadat masa mendatang 5 perkawinan Kristen, (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1991), 17 21
Meler, Paul. D. dkk, Pengantar Psikologi & Konseling Kristen, (Yogyakarta: PB MR ANDI,
2004), 208 22
Abineno, J.L.Ch, perkawinan (Persiapan, persoalan-persoalan dan pembinaannya), 24
13
mengarahkan untuk melakukan yang benar, serta menegur apa bila kita
melakukan kesalahan dan semua ini dapat diperolah dalam Katekisasi Pranikah.23
Katekisasi Pranikah menjadi jembatan awal bagi pasangan yang akan
menikah untuk saling mengenal lebih jauh satu sama lain. Dengan ini, pasangan
berusaha untuk menyiapkan diri dalam membuat sikap apabila ada perbedaan-
perbedaan dalam berbagai hal diantara keduanya.24
James Yanuar dalam bukunya Bukan lagi dua melainkan satu mengatakan
tujuan dari Katekisasi Pranikah ialah;25
1. Memberikan pemahaman yang benar tentang konsep dasar pernikahan Kristen
2. Memperlengkapi calon pasangan suami-istri (pasutri) dalam memulai
membangun rumah tangga mereka dnegan cara yang benar, melalui
penguasaan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup bersama dalam
pernikahan
3. Menolong calon pasutri untuk semakin mengenal dirinya dan pasangannya
dari sudut pandang yang lengkap (diri sendiri, pasangan dan pembimbing)
sehingga dapat melakukan perubahan serta penyesuaian diri yang benar
sebelum menikah.
4. Membangun hubungan antara pembimbing pernikahan dengan calon pasutri,
agar terdapat rasa aman untuk membuka diri melalui kuisioner maupun sceara
lisan sepanjang proses konseling pranikah maupun konseling pascanikah, serta
membangun kepercayaan untuk jangka panjang.
Saat ini tampaknya banyak orang yang salah memaknai arti sebuah
pernikahan. banyak orang yang salah dalam menjalankan sebuah bahtera
pernikahan, mungkin semua disebabkan kesalahan paradigma yang digunakan
dalam melihat pernikahan. Banyak yang memandang permasalahan adalah kunci
keberhasilan dalam pernikahan, banyak yang menikah karena sevisi dengan calon
pasangannya dalam menjalani hidup. Paradigma itu benar tapi kurang tepat.
Sebab sebenarnya menikah bukannya menyatukan persamaan, tetapi
meyatukan beragam perbedaan untuk dapat saling melengkapi.26
23
James Yanuar, Bukan lagi dua melainkan satu -panduan konseling pranikah dan pascanikah, 25 24
Halomoan Marpaung, “Analisa Persepsi dan Harapan Terhadap Konseling Pranikah
Perkawinan,” JurnalAnalitika 3, no. 1 (Juni 2011): 12, diakses Mei 23, 2019 25
James Yanuar, Bukan lagi dua melainkan satu -panduan konseling pranikah dan pascanikah, 15
14
Materi Katekisasi Pranikah
Secara etimologi pernikahan dalam Bahasa Indonesia, berasal dari kata
nikah, yang kemudian diberi imbuhan asalan “per” dan akhiran “an”. Apabila
diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran “an” menjadi pernikahan. Pernikahan
diartikan sebagai perjanjian iantara laki-laki dan perempuan bersuami isteri.27
Pernikahan merupakan suatu istilah yang biasa kita dengar di lingkungan sekitar
kita. Pernikahan menurut Hornby (1957) marriage: the union of two persons as
husband and wife, berarti bahwa pernikahan adalah bersatunya kedua orang
sebagai suami istri. Dalam menyatukan kedua orang sangat dibutuhkan adanya
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan lahir merupakan ikatan yang
terlihat, ikatan formal sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada sedangkan
ikatan batin adalah ikatan yang tak nampak secara langsung, merupakan ikatan
psikologis. Ikatan lahir dan ikatan batin sangat dibutuhkan dalam sebuah
pernikahan agar calon pasangan suami istri lebih menerima apa adanya pasangan
mereka masing-masing dan agar cinta semakin hadir dalam kehidupan rumah
tangga mereka kelak.28
Adapun tujuan pernikahan menurut Prof. DR. Bimo Wagito ialah tidak
hanya sebatas untuk membentuk keluarga yang bahagia, tetapi juga bersifat kekal
yang berarti bahwa pernikahan berlangsung untuk seumur hidup, untuk
selamanya. Dr Brovet melukiskan perkawinan sebagai suatu persekutuan hidup
meliputi tubuh, roh dan jiwa dan juga meliputi waktu sekarang dan waktu yang
akan datang.29
Dengan itu pernikahan ialah sebuah keputusan untuk memulai
kehidupan baru bersama seorang pria ataupun wanita yang memiliki latar
belakang sifat dan karakter yang berbeda dan menghasilkan sebuah rumah tangga
yang didasarkan pada cinta kasih dan bertujuan untuk memuliakan Allah melalui
rumah tangga yang dibina.
26
Musta’in, Mengemas kebosanan pasca menikah: Rekonseptualisasi Konseling Perkawinan
dalam Bentuk Menafikan Ke-egoisan Diri untuk Meneguhkan Sikap Saling Memberi, Menerima,
Memahami dan Menjaga, (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2015), 61-62 27
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 453 28
Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004), 11 29
Strom, M. Bons, Apakah Pengembalaan itu?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 214
15
James Yanuar Menganalogikan pernikahan ibarat seseorang yang akan
membangun rumah, biasanya terlebih dahulu membuat perencanaan yang
dituangkan dalam bentuk gambar atau desain. Gambar atau desain awal sangat
penting, karena menjadi petunjuk bagaimana bangunan itu akan diselesaikan.
Demikian juga sebelum seseorang memasuki ikatan pernikahan, seharusnya sudah
terlebih dahulu mengetahui rancangan awal sang arsitek pernikahan yaitu Allah
sendiri.30
Tjandraini dalam buku Bimbingan Konseling Keluarga (Terapi Keluarga)
menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat memasuki
pernikahan antara lain;31
a) Peran suami istri: perlu disadari bahwa dalam pembagian tugas, kebahagiaan
rumah tangga haruslah yang terlebih dahulu diutamakan dan bukan
kepentingan karier atau kepuasan masing-masing pihak saja.
b) Komunikasi: pasangan perlu belajar mengungkapkan sesuatu dan pasangan
perlu belajar mendengarkan apa yang diungkapkan oleh pasangannya.
c) Kehidupan Seksual: hubungan seks merupakan aspek yang penting dalam
kehidupan pernikahan, walaupun bukan satu-satunya cara mengungkapkan
kasih dalam pernikahan bukan juga satu-satunya cara mengungkapkan kasih
dan bukan satu-satunya sumber kebahagiaan dalam pernikahan.
d) Langkah-langkah untuk membina pernikahan: pernikahan yang dibangun
senantiasa perlu dipelihara dan dirawat agar tetap bahagia.
Menurut James Yanuar, dalam penyampaian materi Katekisasi Pranikah
efektifnya dilakukan dalam 5 sampai dengan 7 kali pertemuan. Adapun strategi
Katekisasi Pranikah yang disusun oleh James Yanuar ialah;
1. Pertemuan awal menyampaikan prosedur pelaksanaan Pastoral Pranikah dan
menanyakan kepada calon pasangan suami istri apakah bersedia mengikuti
setiap prosedur secara konsisten
2. Mendoakan dan penjelasan Firman Tuhan kepada calon pasangan suami istri
beserta orang tua mengenai tugas dan tanggung jawab suami istri dan anak
30
James Yanuar, Bukan lagi dua melainkan satu-panduan konseling pranikah dan pascanikah, 28 31
Tjandraini, Kristiani, Bimbingan Konseling Keluarga (Terapi Keluarga), (Salatiga: Widya Sari
Press, 2004), 41-45
16
kepada orang tua. Pilihan pembacaan Alkitab: Efesus 5:22-33;6:1-4; Matius
19:1-12
3. Bimbingan keselamatan dan penyelesaian dosa. Calon pasangan suami istri
harus benar-benar telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juru selamat Pribadi, bersedia untuk hidup berdasarkan kebenaran Firman
Tuhan dan meninggalkan segala dosa perbuatannya di kehidupan masa
lalunya
4. Memberi nasihat kepada pasangan calon suami istri untuk menyerahkan
hatinya dan seluruh hidupnya kepada Allah, bila dia ingin Allah selalu
menyertai kehidupan rumah tangganya
5. Berdoa bersama dengan orang yang anda layani, meminta berkat, penyertaan
dan pimpinan Tuhan dalam hidup masing-masing dan pernikahan yang segera
akan dimasuki.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan Katekisasi
Pranikah Menurut James Yanuar ialah;
1. Waktu yang cukup. Kesediaan seorang hamba Tuhan/pendeta selaku
pembimbing, menyediakan waktu pertemuan yang cukup bagi pasangan yang
akan menikah, merupakan tanda kasih sayang yang otentik,
2. Alat untuk mengenal calon pasangan suami istri, berupa kuisioner dan
pertanyaan-pertanyaan langsung adapun kuisioner berisikan daftar pertanyaan
yang sesuai dengan kebutuhan pembimbing berkenaan hal-hal apa yang perlu
diketahui dari kedua pasangan.
3. Materi dasar sebagai panduan pelajaran Katekisasi Pranikah bagi pembimbing
dan calon pasangan suami istri, materi berisikan tentang hal-hal yang akan
dibahas dalam Katekisasi Pranikah.
4. Kesediaan calon pasangan suami istri untuk memenuhi prosedur dan
menjalani proses konseling pranikah secara aktif. 32
Jadi dapat disimpulkan, Katekisasi Pranikah merupakan suatu wadah calon
pasangan suami istri Kristen untuk mempersiapkan dirinya untuk memulai
kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Oleh
karena itu pendeta selaku orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
32
James Yanuar, Bukan,, 16-21
17
Katekisasi Pranikah, harus lebih serius lagi dalam mempersiapkan Katekisasi
Pranikah, memberikan perhatian yang serius baik dalam pelaksanaan waktu,
materi dan kurikulum pembelajaran yang akan dilakukan agar semuanya berjalan
dengan efektif. Abineno mengatakan bahwa kekhilafan yang sering dilakukan
pendeta-pendeta ialah mereka menyangka bahwa hal ini telah cukup diketahui
oleh anggota-anggota jemaat.33
III. HASIL PENELITIAN
Gambaran umum tempat penelitian
Sejarah HKBP Ressort Solo
Gereja HKBP Solo berdiri pada tanggal 06 Juni 1982 yang digagas oleh para
pejuang militer dan dengan tokoh-tokoh atau orang batak yang dituakan di Solo
pada saat itu. Adapun maksud dari para pejuang militer dan tokoh batak pada saat
itu mengadakan ibadah minggu di solo dikarenakan kerinduan dari orang batak
yang tinggal di Solo pada saat itu dikarenakan peribadahan sudah mendarah
daging bagi mereka. Melihat perkembangan ini, ternyata mendapat respon yang
sangat baik dari masyarakat sehingga timbulah kesepakatan dari para pejuang
militer dan tokoh orang batak pada saat itu untuk mendirikan gedung gereja
HKBP Solo. Hal ini juga didukung adanya hamba Tuhan yang siap untuk
melayani di HKBP Solo, itulah yang menjadi dasar untuk perkembangan HKBP
Solo yang tidak terlepas dari bantuan orang-orang disekitar. Pada saat itu, HKBP
Yogyakarta dipilih menjadi gereja induk.
Seiring berjalannya waktu, berkembangan di HKBP Solo berjalan dengan
sangat baik sehingga menyebabkan HKBP Solo tidak lagi bergantung kepada
HKBP Yogyakarta baik dalam segi ekonomi, jemaat dan pelayan. Karena itu,
Majelis Jemaat pada saat itu sepakat untuk menetapkan satu orang pendeta
sebagai pelayan penuh waktu untuk melayani HKBP Solo. Pada tanggal 1
November 2015 dibawah naungan Pdt. Hotman Marbun bersama dengan para
33
Abineno, J.L.CH, Pengembalaan, 88
18
penatua dan jemaat HKBP Solo menjadikan HKBP Solo menjadi gereja induk
(Ressort) dengan dua cabang yaitu HKBP Boyolali dan Pos Pelayanan Sragen.34
HKBP Ressort Solo semakin berkembang baik dalam pelayanan ekonomi,
jemaat dain lainnya. Hal ini dapat terlihat dari pelayanan persekutuan anak
sekolah minggu, kaum ibu, kaum bapak dan pelaksanaan ibadah minggu dengan
dua kali yakni minggu pagi pukul 07.30-09.00 Wib dan ibadah siang pukul 10.00-
11.30 Wib. Sampai saat ini, pelayanan yang telah berjalan di HKBP Ressort Solo
tetap eksis dan peningkatan yang signifikan terlihat dari jumlah jemaat yang
mengikuti persekutuan, bukti dari respon HKBP Ressort Solo atas peningkatan
dan penambahan jemaat ini, terlihat dari pengadaan dan penambahan kursi dalam
ibadah minggu. Sejauh ini jumlah jemaat HKBP Ressort Solo ialah berjumlah
kurang lebih 130 anggota keluarga.35
Katekisasi Pranikah merupakan salah satu bagian dari tugas dan tanggung
jawab yang sangat penting yang harus dilakukan gereja demikian juga HKBP
Ressort Solo, karena, dalam Katekisasi Pranikah gereja mempertanggung
jawabkan jemaatnya dihadapan Allah melalui rumah tangga yang akan mereka
bina kelak. Sejak tahun 2015 pada saat HKBP Ressort Solo dilayani oleh Pdt.
Hotman Marbun Katekisasi mulai diperhatikan dengan sangat serius dikarenakan
terdapat beberapa jemaat yang memilih untuk pindah ke gereja Karismatik dengan
alasan yang tidak jelas. Oleh karena itu, Pdt Hotman Marbun berjuang dengan
keras untuk mempersiapkan calon pasangan suami istri agar kelak ketika sudah
berumah tangga mereka tetap menjadi anggota Jemaat HKBP.
Pada saat itu, pelaksanaan Katekisasi Pranikah tidaklah selalu berjalan
dengan baik banyak kendala yang dihadapi oleh gereja diantaranya ialah sebagian
besar jemaat HKBP Ressort Solo yang merupakan masyarakat pendatang, jadi
dalam satu tahun tidak begitu banyak jemaat yang menerima pemberkatan
pernikahan di HKBP Ressort Solo. Bahkan dalam kurun waktu hampir 5 tahun
lamanya Pdt. Hotman Marbun hanya memberkati pernikahan kurang lebih
sebanyak 10 keluarga. Waktu juga menjadi salah satu kendala, dimana Jemaat
34
Hasil Wawancara dengan Pdt. Erwin Marpaung (Pendeta Ressort HKBP Solo) Pada tanggal 08
Juli 2019 di HKBP Ressort Solo 35
Data diperoleh dari Administrasi HKBP Ressort Solo pada tanggal 10 Juli 2019 di HKBP
Ressort Solo
19
HKBP Ressort Solo sudah dapat dikategorikan sebagai masyarakat perkotaan
yang sangat sibuk dengan pekerjaan sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran
akan pentingnya Katekisasi Pranikah. Hal ini menyebabkan Pdt. Hotman Marbun
hanya melakukan Pelaksanaan Katekisasi Pranikah dalam satu kali pertemuan
saja.36
Pada tahun 2017 sampai dengan 2018 terjadi perbedaan pelaksanaan
Katekisasi Pranikah di HKBP Ressort Solo yang dilakukan oleh Pdt. Erwin
Marpaung selaku pendeta baru di HKBP Solo. Pelaksanaan Katekisasi Pranikah
dilakukan dengan dua kali pertemuan walaupun tidak berjalan dengan baik,
terkadang pertemuan kedua hanya digunakan untuk geladi bersih. Kendala yang
dihadapi tetap sama yakni masalah waktu dan minat calon pasangan suami istri
untuk mengikuti Katekisasi Pranikah, sehingga dalam satu pertemuan yang
berdurasi satu sampai tiga jam tidak cukup untuk menyampaikan materi-materi
Katekisasi Pranikah secara maksimal dan biasanya digantikan dengan Tanya
jawab mengenai karakter mereka masing-masing.37
Deskripsi Hasil wawancara
a. Pemahaman jemaat tentang Katekisasi Pranikah
Pada umumnya Jemaat HKBP Ressort Solo beranggapan bahwa Katekisasi
Pranikah hanyalah sebuah syarat wajib untuk menerima Pemberkatan Pernikahan.
Mereka merasa bahwa Katekisasi Pranikah hanyalah sebuah formalitas semata,
yang membuat mereka kesulitan termasuk dalam membagi waktu. Seiring
berjalannya waktu setelah mereka sudah menerima Katekisasi Pranikah dan mulai
memasuki rumah tangga, mereka menyadari bahwa Katekisasi Pranikah sangat
penting bagi rumah tangga mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Herawati Hutajulu, Katekisasi
Pranikah sebagai tempat untuk membantu para calon pengantin/pasangan
memahami tentang pernikahan secara alkitabiah. Melalui Katekisasi Pranikah
mereka memperoleh pemahaman-pemahaman baru tentang kehidupan rumah
tangga yang sesungguhnya. Mereka juga mendapatkan beberapa solusi dalam
menghadapi permasalahan dirumah tangga mereka kelak. Mereka menyadari
36
Hasil wawancara dengan ibu penatua St. J. Sihombing, Pada tanggal 08 Juli 2019 di Solo 37
Hasil wawancara dengan Pdt. Erwin Marpaung (Pendeta Resort HKBP Solo), pada tanggal 09
Juli 2019 di Solo
20
bahwa mereka banyak sekali memilik perbedaan, karena itu mereka harus saling
mengerti, memahami dan bagaimana menyikapi setiap perbedaan dalam suka
maupun duka.38
Katekisasi Pranikah juga dipahami sebagai sarana pengajaran mengenai
tahap-tahap pernikahan, cara mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dalam
rumah tangga kelak agar tidak langsung mengaitkan orang lain dalam
menyelesaikan permasalahan rumah tangga mereka. Melalui Katekisasi Pranikah
mereka bisa lebih memahami dan terus memahami pasangan mereka masing-
masing.39
Katekisasi Pranikah sangatlah penting bagi kehidupan rumah tangga karena
dalam Katekisasi Pranikah banyak sekali pembelajaran secara teori yang mereka
peroleh dan ketika sudah berumah tangga mereka sudah pada tahap menjalankan
setiap ajaran-ajaran yang mereka peroleh dari Katekisasi Pranikah. Katekisasi
Pranikah sangat penting karena di dalamnya diajarkan tentang bagaimana
pernikahan yang dikehendaki Allah, bagaimana memahami setiap perbedaan,
menjadi penolong, saling mengobati dan menikmati pernikahan dalam keadaan
suka maupun duka. Katekisasi Pranikah merupakan sarana untuk memantapkan
hati, niat dan tujuan untuk menuju pernikahan. Pada saat Katekisasi Pranikah
berlangsung banyak sekali terjadi diskusi yang dilakukan antara calon pasangan
suami istri dan juga pendeta sebagai pelaksana Katekisasi Pranikah. Diskusi yang
dilakukan mengenai suka dan duka yang sudah dilalui dalam proses pacaran dan
bagaimana calon pasangan suami istri mampu tetap bertahan dengan
pasangannya. Pertanyaan ini menjadi sebuah perenungan bagi mereka yang akan
memulai hidup baru.40
b. Pelaksanaan Katekisasi Pranikah
Pelaksanaan Katekisasi Pranikah di HKBP Solo sangat berbeda dengan
pelaksanaan Katekisasi Pranikah di gereja-gereja Katolik maupun gereja lainnya,
dimana umumnya gereja melakukan pelaksanaan Katekisasi Pranikah dalam
jangka waktu 3 bulan sampai dengan 1 tahun. Di HKBP Solo sendiri Katekisasi
Pranikah tidak terjadwal setiap bulan atau pun setiap tahun. Pelaksanaan
38
Hasil wawancara dengan ibu. Herawati Hutajulu, pada tanggal 07 Juli 2019 di Solo 39
Hasil wawancara dengan Bpk. R. Sihombing, tanggal 10 Juli 2019 di Solo 40
Hasil Wawancara dengan ibu. Yeni Samosir, tanggal 11 Juli 2019
21
Katekisasi Pranikah tergantung kepada jemaat yang telah melaporkan rencana
pernikahannya kepada gereja. Jemaat melaporkan rencana pernikahannya 3
minggu sebelum hari pernikahan, agar dapat diberitahukan kepada jemaat melalui
warta ibadah minggu selama dua minggu berturut-turut. Setelah dua kali
diwartakan dalam ibadah minggu, maka Katekisasi Pranikah sudah bisa
dilaksanakan dalam jangka waktu 1 kali pertemuan saja yakni satu hari sebelum
pemberkatan pernikahan berlangsung dengan durasi waktu 1 sampai dengan 2 jam
lamanya. Katekisasi Pranikah dilaksanakan di ruang Konsistori HKBP Solo.41
Menurut Bapak Candra Sitompul (Narasumber) Katekisasi Pranikah
dengan satu kali pertemuan tentu saja sangat tidak efektif. Karena dengan waktu
yang singkat tentu saja tidak bisa menyampaikan materi dengan baik, bahkan
materi secara garis besarnya pun tidak dapat disampaikan lagi dikarenakan waktu
yang tidak kondusif. Katekisasi Pranikah hanya terkesan sebagai tempat untuk
tanya jawab saja mengenai seputar karakter masing-masing. Secara garis besar
tidak ada materi-materi pokok yang disampaikan dalam Katekisasi Pranikah,
semua mengalir apa adanya tanpa perencanaan pembelajaran dan persiapan
pembahasan yang lebih terstruktur.42
Narasumber juga mengatakan bahwa pelaksanaan Katekisasi Pranikah
dengan satu kali pernikahan hanya menjelaskan pernikahan menurut ajaran
Kristen dengan sangat singkat dan tidak adanya ajakan untuk aktif dalam setiap
pelayanan di gereja, karena itu, setelah menjalani rumah tangga, mereka lebih
aktif lagi beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini timbul dari
keinginan mereka sendiri setelah beberapa tahun menjalani rumah tangga, mereka
merasa bahwa Tuhan selalu ikut serta bersama, dan Percaya bahwa Allah yang
mempersatukan mereka.43
Beberapa narasumber berpendapat bahwa pelaksanaan Katekisasi Pranikah
dengan satu kali pertemuan sudah efektif. Karena bagi mereka Katekisasi
Pranikah hanyalah sebuah formalitas semata dan diatas segalanya kurang adanya
41
Hasil Wawancara dengan Pdt. Erwin Marpaung, tanggal 10 Juli 2019 42
Hasil Wawancara dengan Bpk. Candra Sitompul, tanggal 10 Juli 2019 43
Hasil Wawancara dengan Pdt Erwin Marpaung pada tanggal 10 Juli 2019 di HKBP Solo Ressort
Solo
22
minat jemaat terhadap Katekisasi Pranikah sehingga mereka lebih mengutamakan
bekerja daripada mengikuti pelaksanaan Katekisasi Pranikah.
Jemaat mengharapkan adanya penambahan durasi waktu pertemuan dalam
pelaksanaan Katekisasi Pranikah agar mater-materi lebih tersktruktur dan lebih
diperdalam lagi karena calon pasangan suami istri merasa bahwa dari Katekisasi
Pranikahlah mereka dapat memperoleh pemahaman-pemahaman pernikahan
menurut ajaran Kristen, kehidupan pernikahan yang sesungguhnya dan
mempersiapkan mental untuk menjalani hidup berumah tangga.44
Materi Katekisasi Pranikah
Berbeda dengan gereja-gereja lainnya yang mungkin sudah memiliki
Kurikulum dalam pembelajaran Katekisasi Pranikah atau bahkan sudah ditetapkan
oleh sinode masing-masing gereja. Sedangkan di HKBP tidak ada informasi yang
jelas mengenai kurikulum yang ditetapkan oleh sinode, semua tergantung kepada
para pendeta dimasing-masing gereja yang akan melaksankan Katekisasi
Pranikah. Di HKBP Solo tidak ada Kurikulum dan materi-materi Katekisasi
Pranikah secara terstruktur, berbeda dengan katekisasi sidi yang telah memilik
kurikulum dan rancangan pengajaran secara terstruktur. Pada dasarnya katekisasi
sidi dan Katekisasi Pranikah adalah dua hal yang sangat penting karena memiliki
pengaruh besar bagi kehidupan jemaat. Katekisasi merupakan tempat ataupun
sarana gereja untuk mempersiapkan jemaatnya baik secara iman maupun kesiapan
mental untuk mempertanggung jawabkan kehidupan mereka ke depannya
dihadapan Allah.45
Jumlah tatap muka hanya dalam satu kali pertemuan
Dalam pelaksanaan Katekisasi Pranikah pendeta menggunakan buku
referensi yang dibeli sendiri dan beberapa materi juga disampaikan berdasarkan
pemahamannya secara pribadi. Metode yang digunakan dalaam penyampaian
materi ialah wawancara, ceramah, dan diskusi. Pengajar dengan singkat
menyampaikan materi pengajaran melalui ceramah dan kemudian dilanjutkan
dengan wawancara melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada calon
pasangan suami istri dan jika ada kendala dalam perbedaan pendapat ataupun
44
Hasil Wawancara dengan ibu Enjelina Sinaga, tanggal 11 Juli 2019 45
Hasil Wawancara dengan Pdt. P. Pasaribu, Tanggal 11 Juli 2019
23
sesuatu yang ingin ditanyakan oleh pasangan suami istri maka akan dilanjutkan
dengan diskusi antar calon pasangan suami istri dan pengajar.
Katekisasi Pranikah berlangsung dari sore hingga malam hari dengan durasi
waktu 1 sampai 3 jam. Hal ini menyebabkan peserta merasa sangat jenuh
sehingga mereka sangat mengharapkan adanya metode-metode baru dalam
pelaksanaan Katekisasi Pranikah agar lebih menarik lagi, materi yang
disampaikan bisa lebih jelas dan dapat diterima dengan baik oleh peserta
Katekisasi Pranikah.46
IV. Analisa
Pemahaman terhadap Katekisasi Pranikah
Berdasarkan hasil wawancara, maka ada dua pemahaman jemaat terhadap
Katekisasi Pranikah. Jemaat pertama, yakni yang memiliki pemahaman baik
bahwa Katekisasi Pranikah ialah sebagai sarana untuk membantu atau
membimbing para calon pengantin/pasangan untuk mengerti makna pernikahan
secara Alkitabiah. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pemikiran Pdt. J.D.
Engel dalam bukunya yang berjudul pastoral dan kebutuhan dasar konseling,
pendampingan pastoral merupakan suatu pelayanan pertolongan dari gereja, baik
secara individu maupun kelompok sehingga dapat bertumbuh dalam proses
kehidupannya di masyarakat.47
Mendampingi merupakan kegiatan menolong
orang lain karena sesuatu hal. Dengan demikian, istilah pendampingan memiliki
arti kegiatan kemitraan, bahu-membahu, menemani, membagi/berbagi dengan
tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan. Bimbingan (guiding) merupakan
hal yang sangat penting dalam Katekisasi Pranikah.
Menurut Aart Van Bek, bimbingan berarti menolong konseli untuk
memilih setiap keputusan yang akan dipilih untuk kehidupannya dimasa yang
akan datang, termasuk dalam hal menikah. Pembimbing mengemukakan beberapa
kemungkinan risiko yang akan diterima, sambil membimbing orang ke arah
pemilihan yang berguna. Pengambilan keputusan tentang masa depan ataupun
mengubah dan memperbaiki tingkah laku tertentu atau kebiasaan tertentu, tetap
46
Hasil Wawancara dengan ibu. E. Sihombing, tanggal 10 Juli 2019 47
J.D. Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling, 2
24
ditangan orang yang didampingi.48
Dapat disimpulkan bahwa, Katekisasi Pranikah
merupakan bidang pelayanan gereja yang berfungsi sebagai wadah jemaat untuk
memperoleh pemahaman-pemahan tentang pernikahan menurut ajaran Kristen
yang sesungguhnya. Karena itu, didalam tahapan memberi pemahaman kepada
jemaat Katekisasi Pranikah sendiri sudah melakukan bimbingan atau pun
pertolongan kepada jemaat agar mereka siap memasuki bahtera rumah tangga.
Pemahaman jemaat kedua ialah jemaat memahami Katekisasi Pranikah
hanyalah sebuah formalitas yang diberikan gereja agar bisa memperoleh
pemberkatan pernikahan. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan pendapat
Abineno yang menjelaskan dalam bukunya bahwa yang dimaksud dengan
Katekisasi Pranikah atau istilah yang digunakannya “Penggembalaan” adalah
percakapan dengan kedua calon mempelai tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan peneguhan dan pemberkatan nikah Kristen. Abineno juga mengatakan
bahwa Katekisasi Pranikah merupakan bagian pelayanan yang tak dapat
dipisahkan dari gereja. Pelayanan ini menjadi sangat penting dikarenakan hanya
gereja saja yang dapat menyebut bahwa nikah sebagai penetapan atau peraturan
Allah dan gereja juga mengajarkan tentang kebenaran-kebenaran iman Kristen
bagi pasangan-pasangan Kristen.49
Sebenarnya permasalahan ini dapat diatasi
dengan menitipkan calon pasangan suami istri ke gereja HKBP yang dekat dengan
tempat mereka bekerja untuk mengikuti pelaksanaan Katekisasi Pranikah.
Jika dilihat dari tujuan dan fungsi Katekisasi Pranikah berdasarkan fungsi
pendampingan dan konseling pastoral maka, Katekisasi Pranikah bukanlah sebuah
formalitas semata. Menurut James Yanuar tujuan dari Katekisasi Pranikah ialah,
memberikan pemahaman yang benar tentang konsep dasar pernikahan,
memperlengkapi calon pasangan suami istri dalam memulai membangun rumah
tangga mereka dengan cara yang benar, memalui penguasaan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup bersama dalam pernikahan, menolong calon
pasangan suami istri untuk semakin mengenal dirinya dan pasangannya dari sudut
pandang yang lengkap (diri sendiri, pasangan dan pembimbing) sehingga dapat
melakukan perubahan serta penyesuaian diri yang benar sebelum menikah, dan
48
Aart Van Bek, Pendampingan Pastoral, 10 49
Abineno, J.L.CH., Pengembalaan, (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1967), 88
25
membangun hubungan antara pembimbing pranikah dengan calon pasangan suami
istri, agar terdapat rasa aman untuk membuka diri memalui kuisioner maupun
secara lisan sepanjang proses Katekisasi Pranikah serta membangun kepercayaan
untuk jangka panjang.50
Berdasarkan perspektif pastoral maka hasil penelitian, Katekisasi Pranikah
hanyalah sebuah formalitas belaka sangatlah tidak sejalan dengan fungsi pastoral
yang terdapat dalam proses Katekisasi Pranikah yang dalam tahap memberi
bimbingan kepada calon pasangan suami istri. Adapun fungsi pastoral dalam buku
Pdt. J.D. Engel yang berjudul Pastoral dan kebutuhan dasar konseling ialah:
Fungsi Bimbingan (guiding) untuk membantu konseli yang berada dalam
kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan dan pengambilan keputusan
tentang hal-hal positif yang membangung dirinya, serta menentukan langkah-
langkah yang harus diambil, Fungsi Penopangan (sustaining) untuk membantu
konseli untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya, mandiri dalam keadaan
yang baru, serta bertumbuh secara penuh dan utuh. Fungsi Penyembuhan
(healing) untuk memberikan pelayanan secara holistik, lahir dan batin, jasmani
dan rohani, tubuh dan jiwa yang menutun konseli untuk mengungkapkan perasaan
hatinya yang terdalam, fungsi memulihkan/memperbaiki (reconciling) untuk
membantu konseli memperbaiki kembali hubungan yang rusak antara dirinya dan
orang lain dengan memaafkan kesalahan yang telah dilakukan orang dan memberi
mereka pengampunan dan fungsi memelihara/mengasuh (nurturing) untuk
membantu konseli untuk mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah
kepadanya.51
Pelaksanaan Katekisasi Pranikah
Melalui hasil wawancara, mengenai respon jemaat terhadap pelaksanaan
Katekisasi Pranikah yang dilakukan hanya dengan satu kali tatap muka, secara
keseluruhan jemaat memberi respon bahwasanya Katekisasi Pranikah dengan satu
kali pertemuan sangatlah tidak efektif. Katekisasi Pranikah termasuk pada tahap
pendampingan karena itu, jika dikaji berdasarkan perspektif pastoral dalam buku
Pdt. Dr.J.D. Engel Pendampingan pastoral berasal dari kata kerja mendampingi
50
James Yanuar, Bukan lagi, 15 51
J.D. Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2016), 4-13
26
sebagai suatu kegiatan menolong, karena suatu sebab perlu didampingi.
Pendampingan pada hakikatnya merupakan pertolongan psikologis dengan tujuan
meringankan beban penderitaan dari yang ditolong, sehingga konselor
menjalankan fungsi pendampingan. Dalam proses itu, seorang konselor pastoral
yang dalam kehidupan bergereja adalah pendeta harus dapat menemukan tingkat
identitas diri dan pemahaman yang baru melalui dasar-dasar teologis yang jelas
dan teknik-teknik menolong yang bervariasi serta dapat menjawab kebutuhan
konselinya.
Hal ini sejalan dengan pendapat James Yanuar yang mengatakan bahwa
Katekisasi Pranikah efektifnya dilakukan dalam 5 sampai dengan 7 kali
pertemuan untuk penyampaian materi Katekisasi Pranikah. Adapun strategi
Katekisasi Pranikah yang disusun oleh James Yanuar yakni, pertemuan awal
menyampaikan prosedur pelaksanaan Katekisasi Pranikah dan menanyakan
kepada calon pasangan suami istri apakah bersedia mengikuti setiap prosedur
secara konsisten, mendoakan dan penjelasan Firman Tuhan kepada calon
pasangan suami istri beserta orang tua mengenai tugas dan tanggung jawab suami
istri dan anak kepada orang tua. Pilihan pembacaan Alkitab: Efesus 5:22-33;6:1-4;
Matius 19:1-12, bimbingan keselamatan dan penyelesaian dosa. Calon pasangan
suami istri harus benar-benar telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juru selamat Pribadi, bersedia untuk hidup berdasarkan kebenaran
Firman Tuhan dan meninggalkan segala dosa perbuatannya di kehidupan masa
lalunya, memberi nasihat kepada pasangan calon suami istri untuk menyerahkan
hatinya dan seluruh hidupnya kepada Allah, bila dia ingin Allah selalu menyertai
kehidupan rumah tangganya, berdoa bersama dengan orang yang anda layani,
meminta berkat, penyertaan dan pimpinan Tuhan dalam hidup masing-masing dan
pernikahan yang segera akan dimasuki.
Menurut James Yanuar beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam
pelaksanaan Katekisasi Pranikah yakni, hamba Tuhan/pendeta selaku
pembimbing, menyediakan waktu pertemuan yang cukup bagi pasangan yang
akan menikah, merupakan tanda kasih sayang yang otentik, alat untuk mengenal
calon pasangan suami istri, berupa kuisioner dan pertanyaan-pertanyaan langsung
adapun kuisioner berisikan daftar pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhan
27
pembimbing berkenaan hal-hal apa yang perlu diketahui dari kedua pasangan,
materi dasar sebagai panduan pelajaran Katekisasi Pranikah bagi pembimbing dan
calon pasangan suami istri, materi berisikan tentang hal-hal yang akan dibahas
dalam Katekisasi Pranikah, dan terakhir kesediaan calon pasangan suami istri
untuk memenuhi prosedur dan menjalani proses konseling pranikah secara aktif. 52
Beberapa jemaat yang berpendapat bahwa Katekisasi Pranikah dengan
satu kali pertemuan sudah sangat efektif. Hal ini dipengaruhi dengan kehidupan
Jemaat HKBP Ressort Solo yang sudah masuk pada tahap masyarakat perkotaan
yang ingin segala sesuatunya serba instant, sibuk bekerja dan tidak memiliki
waktu. Kathleen Fischer dan Thomas Hart yang mengatakan, bahwa Pernikahan
Kristen dewasa ini berada dalam konteks budaya yang berbeda daripada satu
generasi yang lalu. Sejumlah perkembangan mengubah pola dalam mana
perkawinan dipilih dan dihayati. Perkembangan-perkembangan ini perlu
diperhatikan dalam persiapan perkawinan, dalam perayaan perjanjian perkawinan,
dan dalam bina lanjut calon pasangan suami isteri.53
Para pasangan sering kali
memasuki pernikahan tanpa memilih pasangannya secara objektif karena peranan
hubungan sebelum menikah sangat berbeda dari yang dibutuhkan sesudah
menikah.54
Berdasarkan hasil penelitian yang mengatakan bahwa kateksisasi pranikah
dengan satu kali sudah efektif tidak sejalan dengan yang dikatakan oleh
Tjandraini dalam bukunya yang berjudul Bimbingan Konseling Keluarga (Terapi
Keluarga) yakni sebelum memasuki pernikahan sangat diperlukan persiapan
yang matang yakni mengenai, peran sebagai suami maupun istri yang perlu
disadari dalam pembagian tugas, kebahagiaan rumah tangga haruslah yang
terlebih dahulu diutamakan dan bukan kepentingan karier atau kepuasan masing-
masing pihak saja, komunikasi yang harus tetap terjalin dimana mereka belajar
mengungkapkan sesuatu dan pasangan perlu belajar mendengarkan apa yang
diungkapkan oleh pasangannya, hubungan seks merupakan aspek yang penting
dalam kehidupan pernikahan, walaupun bukan satu-satunya cara mengungkapkan
52
James Yanuar, Bukan,, 16-21 53
Cooke, Bernard, Alternatif untuk ibadat masa mendatang 5 perkawinan Kristen, 17 54
Meler, Paul. D. dkk, Pengantar Psikologi & Konseling Kristen, (Yogyakarta: PB MR ANDI,
2004), 208
28
kasih dalam pernikahan bukan juga satu-satunya cara mengungkapkan kasih dan
bukan satu-satunya sumber kebahagiaan dalam pernikahan, pernikahan yang
dibangun senantiasa perlu dipelihara dan dirawat agar tetap bahagia. 55
James Yanuar Menganalogikan pernikahan ibarat seseorang yang akan
membangun rumah, biasanya terlebih dahulu membuat perencanaan yang
dituangkan dalam bentuk gambar atau desain. Gambar atau desain awal sangat
penting, karena menjadi petunjuk bagaimana bangunan itu akan diselesaikan.
Demikian juga sebelum seseorang memasuki ikatan pernikahan, seharusnya sudah
terlebih dahulu mengetahui rancangan awal sang arsitek pernikahan yaitu Allah
sendiri.56
Berdasarkan hasil wawancara bahwa pendeta dan gereja belum serius
terhadap pelaksanaan Katekisasi Pranikah, jika dilihat dari tugas dan tanggung
jawabnya pendeta memiliki peran yang sangat penting dalam pernikahan karena
pendeta merupakan orang yang memiliki pemahaman penuh secara teologis dan
gereja merupakan tempat yang kudus dan tempat berkumpulnya orang-orang yang
percaya kepada Allah. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Abineno bahwa
kekhilafan yang sering dilakukan pendeta-pendeta ialah mereka menyangka
bahwa hal ini telah cukup diketahui oleh anggota-anggota jemaat.57
Saat ini tampaknya banyak orang yang salah memaknai arti sebuah
pernikahan. banyak orang yang salah dalam menjalankan sebuah bahtera
pernikahan, mungkin semua disebabkan kesalahan paradigma yang digunakan
dalam melihat pernikahan. Oleh karena itu, sangat diperlukannya sebuah
pendampingan agar mereka memiliki pemahaman yang benar tentang semua
pernikahan. Dalam ruang lingkup gereja yang bertanggung jawab dalam
memberikan pendampingan, pemberdayaan dalam jemaat ialah seorang pendeta.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pdt. Dr. J.D Engel bahwa pastoral
berasal dari bahsa latin yakni pastore yang berarti Gembala. Adapun pastoral
menurut Pdt. Dr. J.D Engel ialah suatu upaya untuk memanusiakan manusia dan
dalam upaya memanusiakan itulah terkandung makna pemberdayaan yang
menjadi tujuan utama suatu proses pendampingan dan konseling pastoral.58
55
Tjandraini, Kristiani, Bimbingan Konseling, 41-45 56
James Yanuar, Bukan lagi dua melainkan satu-panduan konseling pranikah dan pascanikah, 28 57
Abineno, J.L.CH, Pengembalaan, 88 58
J.D. Engel, Pastoral, 2-3
29
Karena itu, Katekisasi Pranikah sangat diperlukan karena merupakan
jembatan awal bagi pasangan yang akan menikah untuk saling mengenal lebih
jauh satu sama lain. Dengan ini, pasangan berusaha untuk menyiapkan diri dalam
membuat sikap apabila ada perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal diantara
keduanya.59
V. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara, penulis memberikan kesimpulan bahwa
pelaksanaan Katekisasi Pranikah di HKBP Ressort solo belum sesuai dengan teori
pastoral dan teori-teori kateksasi pranikah. Jika kita melihat dari perspektif
pastoral bahwa pelaksanaan Katekisasi Pranikah sudah dalam tahap
pendampingan pastoral, karena didalam pelaksanaan Katekisasi Pranikah terjadi
proses membimbing untuk memasuki kehidupan rumah tangga. Proses
pembimbingan yang terjadi dalam Katekisasi Pranikah bisa dikatakan sudah
memenuhi satu dari kelima fungsi pendampinngan dan konseling pastoral, tetapi
jika dilihat dari tujuan pernikahan yakni satu untuk selamanya dalam sebuah
rumah tangga yang dikehendaki Allah, maka sangat diperlukan ke empat fungsi
pastoral lainnya, yakni penopanngan, penyembuhan, memulihkan, memelihara.
Oleh karena itu, jika dlilihat dari durasi waktu pertemuan Katekisasi Pranikah
yang hanya berlangsung satu kali pertemuan dalam waktu 1 sampai dengan 2 jam
maka, sangat tidak eferktif untuk melakukan pendampingan memasuki pernikahan
kepada calon pasangan suami istri.
Gereja HKBP Solo belum memberikan perhatian yang serius terhadap
pelaksanaan Katekisasi Pranikah. Jika Katekisasi Pranikah hanya berjalan
sedemikian adanya maka keadaan ini akan memberikan dampak terhadap
kehidupan rumah tangga calon pasangan suami istri kelak. Secara garis besar
topik pembahasan hanya seputar saling mengenal pasangan dan cara menghadapi
setiap permasalahan dalam rumah tangga. Minimnya pengetahuan mereka tentang
pernikahan yang sesungguhnya, maka akan berpeluang besar kepada tidak
harmonisan hubungan keluarga dikarenakan mereka belum memiliki pemahaman
59
Halomoan Marpaung, “Analisa Persepsi dan Harapan Terhadap Konseling Pranikah
Perkawinan,” JurnalAnalitika 3, no. 1 (Juni 2011): 12, diakses Mei 23, 2019
30
yang jelas akan makna pernikahan dan belum saling mengenal secara utuh
pasangan mereka masing-masing.
Saran
Adapun saran yang diberikan penulis mengenai pelaksanaan Katekisasi
Pranikah di HKBP Solo ialah:
1. Kiranya sinode HKBP lebih serius lagi mempersiapkan segala kebutuhan
dalam bidang pelayanan Katekisasi Pranikah dengan membuat kurikulum
pengajaran dan membuat peraturan yang jelas mengenai jangka waktu dan
jumlah tatap muka yang harus dilakukan dalam pelaksanaan Katekisasi
Pranikah. Agar tidak terjadi perbedaan pelaksanaan dimasing-masing gereja
HKBP.
2. Kiranya pendeta sebagai seorang gembala harus lebih memberikan hati dan
waktunya kepada jemaatnya dan sebagai pengajar Katekisasi Pranikah lebih
mensosialisaikan lagi kepada seluruh jemaat tentang pentingnya Katekisasi
Pranikah dan tidak lupa pula untuk tetap melibatkan orang tua calon pasangan
suami istri agar mereka menyadari bahwa mereka juga memiliki tanggung
jawab dalam memberikan pendampingan kepada calon pasangan suami istri
yang akan membina rumah tangga. Agar pelaksanaan Katekisasi Pranikah
terstruktur, terukur dan sistematis
3. Untuk mengatasi kendala-kendala jemaat yang bekerja, kiranya Gereja
memberikan surat pengantar untuk mengikuti Katekisasi Pranikah kepada
jemaat yang terkendala karena sibuk bekerja di luar kota, agar dapat mengikuti
Katekisasi Pranikah di Gereja HKBP yang terdekat/mudah dijangkau.
4. Kiranya pelaksanaan Katekisasi Pranikah dilakukan dalam waktu 3 bulan
dengan dua kali pertemuan tatap muka dalam satu minggu serta melibatkan
calon pasangan suami istri dalam setiap kegiatan-kegiatan yang ada di gereja
HKBP tempat mereka dititipkan untuk belajar Katekisasi Pranikah. Agar iman
mereka semakin bertumbuh dan mereka menyadari bahwa kelak setelah
berumah tangga mereka pun harus memberi diri mereka untuk melayani
Tuhan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Abineno JL.Ch,. Katekisasi Sidi Nikah Peneguhan dan Pemberkatannya.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2001.
Abineno, J.L.CH, Pengembalaan, (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1967)
Abineno, J.L.CH. PEMBERITAAN FIRMAN pada hari-hari khusus. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1981
Beek Van Aart, pendampingan pastoral, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1999.
Bernard Cooke,. Alternatif untuk ibadat masa mendatang 5 perkawinan Kristen.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991.
Chr. De Jonge dan Jan s. Aritonang. Apa & Bagaimana Gereja? Pengantar
Sejarah Eklesiologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Dumartheray, Roland dkk. Agama Dalam Dialog. Jakarta: Gunung Mulia, 2003.
Eko, Sukoco, Lukas. Panduan Pelayanan Gerejawi. Yogyakarta: Taman Pustaka
Kristen, 2006.
Engel, J.D. Pastoral dan kebutuhan dasar konseling. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 2016.
Engel. J.D, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling, Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 2016.
Howard, Clinebell. Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002.
Howatd & Wareen. Memimpin Gereja secara mantap Petunjuk-Petunjuk
Praktis untuk Gembala Sidang. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2003
Kristiani Tjandraini. Bimbingan Konseling Keluarga (Terapi Keluarga).
Salatiga: Widya Sari Press, 2004
M. Bons, Strom. Apakah Pengembalaan itu?. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982
Marpaung, Halomoan. “Analisa Persepsi dan Harapan Terhadap Konseling
Pranikah Perkawinan,” Jurnal Analitika, 3, No.1, (Juni 2011): 12.
Musta’in. Mengemas kebosanan pasca menikah: Rekonseptualisasi Konseling
Perkawinan dalam Bentuk Menafikan Ke-egoisan Diri untuk
Meneguhkan Sikap Saling Memberi, Menerima, Memahami dan
Menjaga. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2015.
32
Paul. D Meler,. dkk. Pengantar Psikologi & Konseling Kristen. Yogyakarta: PB
MR ANDI, 2004.
Poerwadarminta W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
1994.
Pramudianto. Panduan Pelayanan Majelis. Tangerang: Penerbit Sirao Credentia
Center, 2008.
Siti, Muhayat,i Diana dan Ariswanti Triningtyas, “Konseling Pranikah: Sebuah
Upaya Mereduksi Budaya Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo,” Jurnal Konseling Indonesia 3, no. 1 (Oktober
2017): 29
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2006
Susabda Yakub, konseling pranikah, Jakarta: Mitra Pustaka, 2010
Tim Penyusun Buku Pegangan Katekisasi Sidi HKBP. Manghatindanghon
Haporseaon di HKBP. Pematang Siantar: Kantor Pusat HKBP, 2015.
Tim Pusat Pendampingan Keluarga. “Brayat Minulyo” KEUSKUPAN AGUNG
SEMARANG, Kursus Berkeluarga. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007.
Walgito Bimo. Bimbingan & Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Penerbit Andi,
2004.
Yanuar, James. bukan lagi dua melainkan satu -panduan konseling pranikah
dan pascanikah. Bandung: Visi Anugrah Indonesia, 2013.
Yusuf A. Muri. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif & gabungan. Jakarta:
PT Fajar Interpratama Mandiri, 2017.
Sumber lain
Data diperoleh dari Administrasi HKBP Ressort Solo pada tanggal 10 Juli 2019 di
HKBP Ressort Solo.
Data diperoleh dari Buku Berit tahun 2018 HKBP Ressort Solo Pada tanggal 10
April 2019 di HKBP Ressort Solo.
Hasil Wawancara dengan Pdt. Erwin Marpaung (Pendeta Ressort HKBP Solo
pada tanggal 14 Mei 2019 di HKBP Ressort Solo).