Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

101
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 1 BAB I UMUM A. Geografi Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Provinsi Jawa Tengah terletak diantara 10839’17”-109 27’15” Bujur Timur dan 715’05”- 737’10” Lintang Selatan. Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dan berbatasan dengan wilayah beberapa kabupaten, yaitu: - Sebelah Utara dengan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pemalang - Sebelah Timur dengan Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen - Sebelah Selatan dengan Kabupaten Cilacap - Sebelah Barat dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes. Jarak Kabupaten Banyumas dengan kota-kota yang ada disekitarnya sebagai berikut : - Ke Tegal = 114 Km - Pemalang = 144 Km - Ke Brebes = 127 Km - Ke Purbalingga = 20 Km - Ke Banjarnegara = 65 Km - Ke Kebumen = 85 Km - Ke Cilacap = 53 Km - Ke Semarang = 211 Km Wilayah Banyumas seluas 132.759 Ha sekitar 4,08 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Dari wilayah seluas 132.759 Ha, yang merupakan lahan sawah sekitar 32.219 Ha atau sekitar 24,27 % dari wilayah Kabupaten Banyumas dan sekitar 10.650 Ha sawah dengan pengairan teknis. Sedangkan yang 75,73 % atau sekitar 100.640 Ha adalah lahan bukan sawah dengan 16.667 Ha atau 18,72 % merupakan tanah untuk bangunan dan pekarangan/halaman. Gambar 1.1. Wilayah Eks Karesidenan Banyumas

Transcript of Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

Page 1: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 1

BAB I

UMUM

A. Geografi

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Provinsi Jawa

Tengah terletak diantara 10839’17”-109 27’15” Bujur Timur dan 715’05”-

737’10” Lintang Selatan.

Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dan berbatasan dengan

wilayah beberapa kabupaten, yaitu:

- Sebelah Utara dengan Kabupaten Brebes

dan Kabupaten Pemalang

- Sebelah Timur dengan Kabupaten

Purbalingga, Banjarnegara dan Kabupaten

Kebumen

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten

Cilacap

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Cilacap

dan Kabupaten Brebes.

Jarak Kabupaten Banyumas dengan kota-kota yang ada disekitarnya

sebagai berikut :

- Ke Tegal = 114 Km

- Pemalang = 144 Km

- Ke Brebes = 127 Km

- Ke Purbalingga = 20 Km

- Ke Banjarnegara = 65 Km

- Ke Kebumen = 85 Km

- Ke Cilacap = 53 Km

- Ke Semarang = 211 Km

Wilayah Banyumas seluas 132.759 Ha sekitar 4,08 % dari luas wilayah

Provinsi Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Dari wilayah seluas 132.759 Ha, yang

merupakan lahan sawah sekitar 32.219 Ha atau sekitar 24,27 % dari wilayah

Kabupaten Banyumas dan sekitar 10.650 Ha sawah dengan pengairan teknis.

Sedangkan yang 75,73 % atau sekitar 100.640 Ha adalah lahan bukan sawah dengan

16.667 Ha atau 18,72 % merupakan tanah untuk bangunan dan pekarangan/halaman.

Gambar 1.1. Wilayah Eks Karesidenan Banyumas

Page 2: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 2

Sebagai gambaran proporsi pola tata guna lahan Kabupaten Banyumas dapat

dilihat pada tabel 1.1. berikut :

Tabel 1.1.

Luas Wilayah Kabupaten Banyumas Menurut

Penggunaan Lahan Tahun 2009

Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1. Lahan Sawah

a. Pengairan Teknis

b. Pengairan Setengah Teknis

c. Pengairan Sederhana PU

d. Pengairan Non PU

e. Tadah Hujan

f. Pasang Surut

g. Tanah Sawah Lebak, Polder dll.

h. Tanah Sawah yang sementara tidak diusahakan

2. Lahan Pertanian Bukan Sawah

a. Tegal/kebun

b. Ladang/huma

c. Perkebunan

d. Ditanami pohon/hutan rakyat

e. Tambak

f. Kolam/Tebat/Empang

g. Padang Pengembalaan/rumput

h. Sementara tidak diusahakan

i. Lainnya (pekarangan yang ditanami pertanian, dll)

3. Lahan Bukan Pertanian

a. Rumah, Bangunan dan halaman sekitarnya

b. Hutan negara

c. Rawa-rawa (tidak ditanami)

d. Lainnya (jalan, sungai, danau lahan tandus, dll.)

32.219

10.650

4.827

5.933

4.761

6.048

-

-

-

53.293

27.408

61

11.132

9.579

7

404

35

8

4.659

47.247

16.667

26.327

2

4.251

Jumlah / Total 132.759

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Secara administratif wilayah seluas 132.759 Ha tersebut, terdiri dari 27

kecamatan yang terbagi lagi menjadi beberapa desa/kelurahan sejumlah 301 desa dan

30 kelurahan. Dari 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, kecamatan

Cilongok merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu sekitar

10.533 Ha. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan Kecamatan yang

mempunyai wilayah paling sempit yaitu sekitar 740 Ha. Adapun luas wilayah

masing-masing kecamatan di Kabupaten Banyumas dapat dilihat dalam tabel 1.2.

berikut ini :

Page 3: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 3

Tabel 1.2.

Luas Wilayah Masing-Masing Kecamatan Di Kabupaten Banyumas

No. Kecamatan Luas (Ha) Desa Kelurahan

1. Lumbir 10.266 10 -

2. Wangon 6.078 12 -

3. Jatilawang 4.816 11 -

4. Rawalo 4.964 9 -

5. Kebasen 5.399 12 -

6. Kemranjen 6.071 15 -

7. Sumpiuh 6.001 11 3

8. Tambak 5.203 12 -

9.

10.

Somagede

Kalibagor

4.011

3.573

9

12

-

-

11. Banyumas 3.809 12 -

12. Patikraja 4.323 13 -

13. Purwojati 3.786 10 -

14. Ajibarang 6.653 15 -

15. Gumelar 9.395 10 -

16. Pekuncen 9.270 16 -

17. Cilongok 10.534 20 -

18. Karanglewas 3.248 13 -

19. Kedungbanteng 6.022 14 -

20. Batrraden 4.553 12 -

21. Sumbang 5.342 19 -

22. Kembaran 2.592 16 -

23. Sokaraja 2.992 18 -

24. Purwokerto Selatan 1.375 - 7

25. Purwokerto Barat 740 - 7

26. Purwokerto Timur 842 - 6

27. Purwokerto Utara 901 - 7

Jumlah 132.759 301 30

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Wilayah Kabupaten Banyumas lebih dari 45 % merupakan daerah dataran

yang tersebar di bagian Tengah dan Selatan serta membujur dari Barat ke Timur.

Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran

25 – 100 M dpl yaitu seluas 40.385,3 Ha. Berdasarkan kemiringan wilayah,

Kabupaten Banyumas mempunyai kemiringan yang terbagi dalam 4 (empat) kategori

yaitu :

1. Kemiringan 0 - 2 meliputi areal seluas 43.876,9 Ha atau 33,05 % yaitu wilayah

bagian Tengah dan Selatan.

2. Kemiringan 2 - 15 meliputi areal seluas 21.294,5 Ha atau 16,04 % yaitu sekitar

Gunung Slamet.

3. Kemiringan 15 - 40 meliputi areal seluas 35.141,3 Ha atau seluas 26,47 % yaitu

daerah lereng Gunung Slamet.

Page 4: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 4

4. Kemiringan lebih dari 40 meliputi areal seluas 32.446,3 Ha atau seluas 32.446,3

Ha atau seluas 24,44 % yaitu daerah lereng Gunung Slamet.

Iklim di wilayah Kabupaten Banyumas mempunyai iklim tropis basah

dengan rata-rata suhu udara rata-rata 26,30

C. Suhu minimum sekitar 24,40

C dan

suhu maksimum sekitar 30,90

C. Selama tahun 2009 di Kabupaten Banyumas terjadi

hujan rata-rata pertahun sebanyak 89 hari dengan curah hujan rata-rata 2.725 mmmm

pertahun. Kecamatan yang paling sering terjadi hujan di Kabupaten Banyumas

adalah Kecamatan Baturraden dengan 151 hari hujan dan curah hujan pertahun

mencapai 3.195 mmmm selama tahun 2009. Sedangkan Kecamatan yang paling

sedikit terjadi hujan adalah Kecamatan Wangon dengan 9 hari hujan dan curah hujan

mencapai 228 mm. (Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009).

B. Pemerintahan

1. Administrasi Pemerintahan

Sejak Tahun 1860 hingga saat ini Banyumas telah diperintah oleh 12

orang bupati, yang mana beberapa diantaranya menjabat beberapa periode lebih

dari lima tahun, seperti KP Martadireja (Bupati Purwokerto), KPAA Ganda

Soebrata (Bupati Banyumas), lalu R.

Tumenggung Soedjiman Ganda

Soebrata, R. Soebagio, Soekarno Agung,

R. Muchamad Kaboel, R. Soebagio, R.G

Roedjito, H. Djoko Sudantoko S.Sos,

H.H. Aris Setiono, SH.,SIP dan Drs. H.

Mardjoko, MM.

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari Bupati dibantu oleh seorang

Wakil Bupati, adapun struktur organisasi secara berjenjang adalah Sekretaris

Daerah dengan dibantu oleh 2 orang Asisten (Asisten Ekonomi, Pembangunan

dan Kesejahteraan Rakyat dan Asisten Pemerintahan dan Administrasi)

dan 8 bagian yaitu Bagian Perekonomian, Bagian Humas dan Protokol, Bagian

Umum, Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian Organisasi, bagian

Kesra dan Bagian Pembangunan. Untuk Sekretariat DPRD Kabupaten

Banyumas dengan 3 bagian. Sedangkan lembaga teknis daerah terdiri dari Badan

berjumlah 7 buah, Dinas berjumlah 13 buah, Kantor berjumlah 2 buah, RSU

Daerah berjumlah 2 buah, Inspektorat 1 buah, Satpol PP 1 buah dan UPT

sebanyak 193 buah (sumber : Bagian Organisasi Setda Kab. Banyumas).

Pemkab Banyumas

Page 5: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 5

Pemerintahan di wilayah Kabupaten Banyumas dibagi dalam 27

kecamatan, yang terdiri dari 301 desa dan 30 kelurahan (27 kelurahan terletak di

Eks Kotip Purwokerto dan 3 kelurahan berada di Kecamatan Sumpiuh). Jumlah

desa terbanyak di Kecamatan Cilongok dengan 20 desa, diikuti Kecamatan

Sumbang dan Sokaraja masing-masing 19 desa dan 18 desa.

2. Aparatur Negara Administrasi Kepegawaian

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten Banyumas

berdasarkan laporan dari Badan Kepegaaian Daerah Kabupaten Banyumas, pada

tahun 2008 sebanyak 16.053 orang, tahun 2009 sebanyak 16.880 orang atau

terjadi kenaikan jumlah pegawai pada tahun 2009 sebanyak 827 orang atau 5,15

persen dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah PNS yang ada sebanyak

17.377 orang, dimana terjadi kenaikan jumlah PNS jika dibandingan tahun 2009

sebanyak 497 orang atau 2,94 persen, adapun rincian PNS berdasarkan golongan

sampai dengan bulan Juni 2010 terdiri dari :

- Golongan I sebanyak 895 orang

- Golongan II sebanyak 4.025 orang

- Golongan III sebanyak 6.710 orang

- Golongan IV sebanyak 5.747 orang

Sedangkan untuk Pejabat Struktural Pemerintah Kabupaten Banyumas

yang menduduki eselon sampai dengan bulan Juni 2010 sebanyak 952 orang,

dengan rincian sebagai berikut :

- Eselon II sebanyak 28 orang

- Eselon III sebanyak 177 orang

- Eselon IV sebanyak 747 orang

- Eselon V sebanyak - orang

Jumlah pejabat fungsional di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan

dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Banyumas pada tahun 2008 sebanyak

10.598 orang, tahun 2009 sebanyak 10.892 orang dan sampai dengan bulan Juni

2010 sebanyak 10.333 orang, yang terdiri dari 1.129 orang pejabat fungsional

khusus dan 9.204 orang Guru. Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten

Banyumas yang pensiun pada tahun 2008 sebanyak 624 orang, tahun 2009

sebanyak 595 orang atau mengalami penurunan pada tahun 2009 sebanyak 29

orang (4,65 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 PNS yang pensiun

sebanyak 286 orang, atau terjadi penurunan kembali jumlah PNS yang pensiun

pada tahun 2010 sebanyak 309 orang (51,93 persen).

Page 6: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 6

BAB II

SOSIAL BUDAYA

A. Demografi

Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, jumlah

penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2005 - 2008

sebagai berikut :

Tabel 2.1.

Penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2005 - 2008

JENIS KELAMIN Tahun

2005 2006 2007 2008

Laki-laki 771,075 775,056 785.007 790.680

Perempuan 774,224 777,196 786.607 791.939

Total 1.545.299 1.552.252 1.571.614 1.582.619

Laju Pertumbuhan

Penduduk

7.014

(0,46%)

6,953

(0,45%)

19.362

(1,25%)

11.005

(0,70 %)

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Penduduk Kabupaten Banyumas pada akhir tahun 2008 tercatat sebanyak

1.582.619 jiwa atau naik sebesar 11.005 jiwa. Dengan rata-rata laju pertumbuhan

penduduknya per tahun (2007-2008) sebesar 0,70 persen, yang berarti mengalami

penurunan pertumbuhan sebesar 0,55 persen dari kurun waktu sebelumnya

(2006-2007). Laju pertumbuhan menurut kecamatan terlihat cukup bervariasi,

tertinggi ada pada Kecamatan Karanglewas sebesar 1,72 persen dan yang terendah

pada Kecamatan Pekuncen sebesar 0,17 persen.

Untuk rasio jenis kelamin pada akhir tahun 2008 sebesar 99,984 yang berarti

dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 99 penduduk laki-laki. Jumlah

rumah tangga pada akhir tahun 2008 sebesar 447.413 atau naik sebesar 10.228

rumahtangga (2,28 persen) dari tahun sebe;umnya. Rata-rata jiwa per rumah tangga

sekitar 3-4 jiwa. Dengan yang terendah pada Kecamatan Banyumas dan yang

tertinggi pada Kecamatan Purwokerto Timur.

Luas wilayah Kabupaten Banyumas pada akhir tahun 2008 sebesar

1.327,59 km2 sehingga kepadatan penduduknya sebesar 1.192 jiwa/km

2 dan yang

terendah di Kecamatan Lumbir sebesar 475 jiwa/km2.

Page 7: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 7

B. Kesehatan

Mengingat derajat kesehatan masyarakat merupakan suatu modal penting

didalam membangun masyarakat kabupaten Banyumas yang berkualitas, untuk itu

sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu hal yang menjadi fokus

perhatian Pemerintah Kabupaten Banyumas. Adapun fasilitas kesehatan yang ada

dan tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni

2010, sebagai berikut :

Tabel. 2.2.

JUMLAH FASILITAS KESEHATAN

No. FASILITAS JUMLAH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

RSUD

RSU Swasta

Puskesmas

Puskesmas Keliling

Puskesmas Pembantu

Rumas Sakit Khusus

Klinik tempat praktek dokter

Posyandu

Polindes / PKD

4

18

39

39

39

10

530

2.352

121

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Banyumas Th. 2010.

Sarana kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam membangun

masyarakat Kabupaten Banyumas yang sehat.

Untuk itu sarana kesehatan sebagai tempat

pelayanan kepada masyarakat senantiasa

menjadi perhatian pemerintah Kabupaten

Banyumas. Jumlah sarana kesehatan yang ada

saat ini dan terdata di Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyumas meliputi Rumah Sakit Umum Daerah sebanyak 4 buah dengan

rincian Tipe B sebanyak 2 buah, Tipe C sebanyak 1 buah, Tipe D sebanyak 1 buah

dan rumah sakit khusus sebanyak 10 buah,

Sedangkan untuk Rumah Sakit Umum Swasta

sebanyak 18 buah dengan rincian Tipe C

sebanyak 10 buah Tipe D sebanyak 8 buah.

Sedangkan untuk fasilitas kesehatan lainnya

antara lain berupa Puskesmas yang ada dan

tersebar di 27 kecamatan ada sebanyak 39 buah, Puskesmas pembantu 39 buah dan

Page 8: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 8

Puskesmas keliling sebanyak 39 buah. Untuk Posyandu ada sebanyak 2.352 buah,

Polindes/PKD sebanyak 121 buah dan Klinik tempat praktek dokter sebanyak 530

buah. Rumah sakit yang ada saat ini sebagian besar berada di Kota Purwokerto

terutama Rumah Sakit Swasta sedangkan rumah Sakit Umum Daerah terletak di

Kecamatan Banyumas dan Kecamatan Ajibarang.

Kabupaten Banyumas dalam usahanya mendukung tercapainya Indonesia

Sehat 2010 senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakatnya. Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain dengan tersedianya jumlah

tenaga kesehatan yang memadai. Adapun rasio tenaga kesehatan di Kabupaten

Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 menurut jenis profesinya sebagai berikut :

Tabel 2.3.

Rasio Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Banyumas Tahun 2010

No. Jenis Tenaga Jumlah

Rasio per

100.000

penduduk

Target IIS per

100.000

penduduk

1. Dokter Umum 103 6,51 40

2. Dokter Spesialis 86 5,43 6

3. Dokter Gigi 32 2,02 11

4. Farmasi 113 7,14 10

5. Bidan 479 30,27 100

6. Perawat 1.195 75,51 117,5

7. Ahli Gizi 56 3,54 22

8. Sanitasi 73 4,61 40

9. Kesehatan Masyarakat 61 3,85 40

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. BanyumasTahun 2010.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rasio tenaga kesehatan yang ada masih

dibawah target IIS 2010. Dengan demikian masih dibutuhkan tenaga kesehatan

dalam jumlah yang cukup banyak agar pelayanan kesehatan di Kabupaten Banyumas

dapat meningkat secara kuantitas maupun kualitasnya.

Adapun rincian untuk data tenaga kesehatan berdasarkan laporan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas sampai

dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut dokter

umum 103 orang, dokter spesialis 86 orang,

dokter gigi 32 orang, perawat 1.195 orang,

bidan 479 orang, ahli kesehatan masyarakat 61

orang, apoteker 113 orang, ahli gizi 56 orang,

Page 9: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 9

analis laboratorium 66 orang, ahli rontgen 41 orang, ahli penyehatan lingkungan 73

orang, dukun bayi 613 orang dan bidan desa 345 orang. Secara umum sarana

kesehatan yang ada belum merata di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas. Untuk

itu Pemerintah Kabupaten Banyumas membentuk Poliklinik Desa untuk melayani

masyarakat pedesaan yang jauh dari RSU atau Puskesmas.

Informasi berkaitan dengan kesehatan juga dapat diketahui dengan melihat

rasio dokter per 100.000 penduduk seperti yang terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.4.

Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk Tahun 2006 – 2010

No. Tahun Jumlah Rasio Dokter Per

100.000 Penduduk

1. 2006 315 20,29

2. 2007 332 21,13

3. 2008 332 20,98

4. 2009 375 23,69

5. 2010 221 13,96

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Banyumas Tahun 2008.

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa rasio dokter per 100.000 penduduk

selama lima tahun dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 cenderung

mengalami fluktuasi naik turun, fluktuasi rasio naik turun dokter ini sebaiknya

mendapat perhatian dari pemerintah, agar kesehatan masyarakat tetap dapat terus

ditingkatkan.

Jumlah tenaga medis yang ada saat ini baik dari segi kuantitas maupun kualitas

masih sangat dirasakan kurang. Mengingat sebagian besar tenaga medis yang ada

terpusat dikota Purwokerto, sehingga apabila ada pasien yang sangat membutuhkan

perawatan medis dari dokter ahli atau spesialis dirujuk ke rumah sakit seperti RSU

Margono Sokardjo, RSU Banyumas atau rumah sakit swasta yang ada di kota

Purwokerto. Sedangkan untuk pelayanan di desa-desa Pemerintah Kabupaten

Banyumas memberikan layanan kesehatan melalui Puskesmas keliling.

Untuk menunjang sarana kesehatan lainnya maka keberadaan Apotik dan Toko

Obat sangat dibutuhkan oleh masyarakat Banyumas, data yang tercatat di Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Apotik ada

sebanyak 104 buah dan Toko Obat sebanyak 24 buah.

Jumlah temuan kasus balita kurang gizi, berdasarkan laporan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai

Page 10: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 10

dengan tahun 2009, pada tahun 2006 ada sebanyak 5.582 anak balita kurang gizi,

tahun 2007 sebanyak 2.431 anak turun sebanyak 3.151 anak (56 persen), tahun 2008

ada sebanyak 1.292 anak jika dibandingkan tahun 2007 maka mengalami penurunan

kembali sebanyak 1.139 anak (47 persen) dan pada tahun 2009 ditemukan kasus

balita kurang gizi ada sebanyak 1.114 anak turun menjadi 178 anak (14 persen)

sedangkan pada bulan Juni 2010 terjadi kenaikan jumlah balita kurang gizi yaitu ada

sebanyak 1.937 anak maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi kenaikan kasus

balita kurang gizi ada sebanyak 823 anak (74 persen).

Penduduk yang meninggal dunia pada tahun 2009 menurut wabah muntaber

ada sebanyak 7 orang, menurut wabah demam berdarah pada tahun 2007 ada

sebanyak 2 orang, tahun 2008 ada sebanyak 5

orang dan pada tahun 2009 ada sebanyak 6 orang.

Sedangkan menurut campak pada tahun 2008 ada

sebanyak 1 orang. Jumlah penduduk yang

meninggal dunia menurut wabah malaria tahun

2009 ada sebanyak 2 orang dan sampai dengan

bulan Juni 2010 ada sebanyak 3 orang. Sedangkan

jumlah penduduk yang meninggal dunia menurut wabah lainnya berupa keracunan

makanan pada tahun 2007 hanya ada 1 orang.

Rata-rata jumlah penduduk yang sakit di Kabupaten Banyumas pada tahun

2006 sampai dengan bulan Juni 2010, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyumas mengalami fluktuasi naik turun, pada tahun 2006 ada

sebanyak 1.054.776 orang, tahun 2007 ada sebanyak 688.034 orang atau mengalami

penurunan jumlah penduduk yang sakit sebanyak 366.742 orang (35 persen), pada

tahun 2008 ada sebanyak 728.352 orang dan jika dibandingkan tahun 2007 ada

peningkatan kembali jumlah penduduk yang sakit sebanyak 40.318 orang (6 persen),

pada tahun 2009 jumlah penduduk yang sakit ada sebanyak 7.49.118 orang maka jika

dibandingkat pada tahun 2008 atau mengalami penurunan kembali sebanyak 20.766

orang (3 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah penduduk yang sakit

ada sebanyak 338.111 orang maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi

penurunan kembali jumlah penduduk yang sakit sebanyak 411.007 orang

(55 persen).

Memperhatikan kondisi tersebut maka upaya pelayanan kesehatan tidak hanya

difokuskan pada tindakan kuratif saja, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah

tindakan preventif, dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat

dalam menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri.

Page 11: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 11

C. Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Pemuda dan Olah Raga

Fasilitas Pendidikan di wilayah Kabupaten Banyumas sebagian besar masih

didominasi oleh fasilitas pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dasar 9

tahun yaitu fasilitas SD dan SLTP yang merata di setiap wilayah Kecamatan yang

ada di Kabupaten Banyumas, sedangkan fasilitas pendidikan untuk jenjeng yang

lebih tinggi, seperti SLTA dan Perguruan Tinggi lebih terkonsentrasi di wilayah

pusat Kabupaten khususnya untuk Perguruan Tinggi dan beberapa pusat Kecamatan

dengan tingkat perkembangan yang lebih tinggi untuk fasilitas SLTA, Sarana dan

prasarana pendidikan merupakan suatu hal sangat penting didalam meningkatkan

mutu pendidikan. Untuk itu sarana dan prasarana pendidikan senantiasa menjadi

perhatian agar mutu pendidikan di Indonesia meningkat. Untuk itu Kabupaten

Banyumas setiap tahun mengalokasikan anggaran untuk perbaikan sarana dan

prasarana pendidikan. Data jumlah sekolah di Kabupaten Banyumas dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel. 2.5.

JUMLAH SEKOLAH SD, SLTP, SMA

No. Kecamatan Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah

SD MI JML SMP MTs JML SMA SMK MA JML

1. Lumbir 35 1 36 4 1 5 - - - - 2. Wangon 45 4 49 6 2 8 1 2 - 3 3. Jatilawang 36 6 42 5 1 6 2 2 1 5 4. Rawalo 24 10 34 4 3 7 1 4 1 6 5. Kebasen 30 7 37 5 1 6 - 1 1 2 6. Kemranjen 34 18 52 9 6 15 2 3 2 7 7. Sumpiuh 30 10 40 5 2 7 2 5 1 8 8. Tambak 28 12 40 6 4 10 2 - - 2 9. Somagede 23 2 25 4 - 4 - 1 - 1 10. Kalibagor 23 1 24 5 1 6 - 2 - 2 11. Banyumas 33 1 34 5 1 6 1 4 1 6 12. Patikraja 28 9 37 4 2 6 1 - - 1 13. Purwojati 20 3 23 4 1 5 - - - - 14. Ajibarang 33 11 44 8 1 9 2 3 - 5 15. Gumelar 32 4 36 5 1 6 1 - - 1 16. Pekuncen 36 12 48 6 1 7 - 1 1 2 17. Cilongok 44 19 63 6 2 8 - 1 1 2 18. Karanglewas 26 12 38 5 1 6 1 - - 1 19. Sokaraja 30 3 33 5 1 5 5 1 - 6 20. Kembaran 29 6 35 4 1 5 - 1 - 1 21. Sumbang 38 3 41 6 2 6 - - - - 22. Baturaden 28 1 29 3 1 4 1 - - 1 23. Kedungbanteng 31 5 36 6 2 8 1 1 - 2 24. Pwt. Selatan 27 4 31 9 - 9 1 12 - 13 25. Pwt. Barat 24 5 29 3 2 5 - 2 - 2 26. Pwt. Timur 36 2 38 10 2 12 8 10 3 21 27. Pwt. Utara 23 - 23 2 1 3 1 - - -

TOTAL 826 171 997 144 43 187 33 57 13 100

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Banyumas Thn 2010.

Page 12: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 12

Sedangkan jumlah perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Banyumas

berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas sampai dengan

bulan Juni 2010 berjumlah 20 buah mulai tingkat diploma I, II, III dan IV sampai

dengan S-1 dan S-2 baik negeri maupun swasta. Untuk Perguruan tinggi negeri

sebanyak 3 buah yaitu UNSOED, STAIN, POLTEKES. Sedangkan perguruan tinggi

swasta ada sebanyak 17 buah yaitu UMP, UNWIKU, AKPER YAPERMAS, AKBID

YLPP, STIE Purwokerto, Akademi Pertanian HKTI.

Jumlah sarana pendidikan sampai dengan bulan Juni 2010 yang ada dan

tersebar di 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas mulai dari tingkat TK

ada sebanyak 688 buah, SD 826 buah, MI 171

buah, SLTP 144 buah, MTs 43 buah, SLTA

33 buah, SMK 57 buah dan MA 13 buah.

Rasio Guru/Siswa untuk tingkat TK yaitu 0,09

persen, Untuk SD/MI prasarana sekolah

penyebaranya sudah merata sampai ke tingkat

desa, rasio Guru/Siswa untuk SD/MI yaitu 0,15

%. Begitu pula untuk tingkat SLTP penyebarannya juga sudah cukup merata

meskipun belum menjangkau seluruh desa namun di setiap kecamatan sudah tersedia

SLTP rasio Guru/Siswa untuk tingkat SLTP yaitu 0,09 %, dan untuk

SMA/SMK/MA rasio Guru/Siswamencapai 0,21 %. Untuk tingkat SLTA

penyebarannya belum merata di semua wilayah, ada beberapa kecamatan yang

belum memiliki SLTA yaitu Kecamatan Lumbir, Kec. Kebasen, Kec. Somagede,

Kec. Kalibagor, Kec. Purwojati, Kec. Pekuncen, Kec. Cilongok, Kec. Sumbang,

Kec. Kembaran dan Kec. Purwokerto Barat.

Sampai dengan bulan Juni 2010 berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan

Kabupaten Banyumas, jumlah guru yang mengajar di Taman Kanak-Kanak (TK)

sebanyak 2.288 orang dengan jumlah siswa sebanyak 25.012 orang adapun jumlah

kelas yang tersedia sebanyak 885 unit,

jumlah guru Sekolah Dasar (SD) sebanyak

7.532 orang dengan jumlah siswa sebanyak

153.964 orang adapun jumlah kelas yang

tersedia sebanyak 5.605 unit, jumlah guru

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

sebanyak 3.236 orang dengan jumlah siswa sebanyak 62.482 orang untuk kelas yang

tersedia sebanyak 1.749 unit, jumlah guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

sebanyak1.153 orang dengan jumlah siswa 15.281 orang adapun jumlah kelas yang

tersedia sebanyak 444 unit dan jumlah guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Page 13: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 13

sebanyak 1.803 orang dengan jumlah siswa sebanyak 29.651 orang untuk jumlah

kelas yang tersdia sebanyak 932 unit. Sedangkan jumlah guru Madrasah Ibtidaiyah

(MI) sebanyak 1.694 orang dengan jumlah siswa sebanyak 22.819 orang, jumlah

guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 916 orang dengan jumlah siswa

sebanyak 11.768 orang, jumlah guru Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 340 orang

dengan jumlah siswa sebanyak 2.087 orang.

Bahasa lokal yang ada di Banyumas yaitu bahasa Banyumasan, adapun jumlah

situs bersejarah yang tercatat di Dinporabudpar Kabupaten Banyumas sebanyak 42

buah, sedangkan untuk jumlah sanggar kesenian yang ada saat ini sebanyak 1.450

buah dan jumlah tokoh pemangku ada sebanyak 10 tokoh.

Jumlah organisasi pemuda berdasarklan laporan dari Dinporabudpar

Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat sebanyak 349 buah,

jumlah organisasi karang taruna ada sebanyak 331 buah, jumlah organisasi olah raga

sebanyak 34 buah, sedangkan untuk sarana olahraga yang ada saat ini yaitu 3 buah

standar internasional dan 9 buah standar nasional.

Sedangkan untuk sarana prasarana olah raga yang ada dan tersedia di beberapa

lokasi di Kabupaten Banyumas, antara lain berupa :

1. Lapangan sepak bola sebanyak 333 tempat.

2. Lapangan bulutangkis sebanyak 331 tempat.

3. Kolam renang sebanyak 6 tempat.

4. Lapangan futsal sebanyak 10 tempat.

5. Lapangan panjat tebing sebanyak 1 tempat.

6. Lapangan basket sebanyak 30 tempat.

7. Lapangan bola volly sebanyak 331 tempat.

D. Kesejahteraan Sosial.

Untuk menghitung tingkat kesejahteraan, Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) melakukan program yang disebut sebagai Pendataan

Keluarga setiap setahun sekali yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data

dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan

pengentasan kemiskinan. Data kemiskinan dilakukan lewat pentahapan keluarga

sejahtera yang dibagi menjadi lima tahap, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera (sangat

miskin), Keluarga Sejahtera I (miskin), Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III,

Keluarga Sejahtera III plus. Sekitar 56% keluarga di Indonesia masih berada dalam

tingkat Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Mereka belum tergolong miskin, tetapi baru

bisa memenuhi kebutuhan fisik minimal. Pada kondisi tersebut, mereka mudah sekali

jatuh menjadi miskin.

Page 14: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 14

Dalam Program Pembangunan Keluarga Sejahtera BKKBN, Keluarga Pra

Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I lebih tepat disebut sebagai Keluarga Tertinggal,

karena yang disebut sebagai Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah

berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua

kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian,

memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk

berobat disarana kesehatan modern. Keluarga Sejahtera I adalah keluarga yang

kondisi ekonominya baru bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi

belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. Tabel berikut

memberikan gambaran kondisi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banyumas

menurut tahapan keluarga sejahtera :

Tabel 2.6.

Penduduk Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera Tahun 2006 - 2008

Tahap Keluarga

Sejahtera

Tahun

2006 2007 2008

Pra Sejahtera 109.433 117.424 117.308

Sejahtera I 88.556 85.819 84.741

Sejahtera II 132.092 127.092 130.288

Sejahtera III 65.704 84.020 86.190

Sejahtera III + 24.363 24.746 28.487

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Pada hakekatnya indikator pendataan Keluarga Sejahtera menggunakan

perumusan konsep "Keluarga Sejahtera" yang lebih luas daripada sekedar definisi

kemakmuran atau kebahagiaan. Undang-Undang No. 10 tahun 1992 menyebutkan

bahwa Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan

yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan

seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat dan

lingkungannya.

Kriteria yang ditetapkan BPS (Badan Pusat Statistik) tentang garis kemiskinan

ialah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan makan 2.100 kalori perhari

perkapita. Mendasarkan pada kesepakatan antar Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah tentang data kemiskinan, disebutkan bahwa angka kemiskinan merujuk pada

data yang dikeluarkan oleh BPS. Terkait dengan hal tersebut diatas.

Page 15: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 15

Tabel 2.7.

Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Banyumas Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Penduduk

Miskin (KK)

Perubahan

(KK)

Persentase

Perubahan (%)

2006 173.386 -128 -0,07

2007 172.581 -805 -0,46

2008 150.647 -21.934 -12,71

2009 141.171 -9.476 -6,29

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Banyumas menunjukkan kondisi yang

berfluktuasi. Data tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan bahwa

jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Sehingga, dengan asumsi bahwa

satu keluarga terdiri dari 4 jiwa, maka pada tahun 2006 terdapat 693.544 jiwa

penduduk miskin, tahun 2007 sebanyak 690.324 jiwa penduduk miskin, tahun 2008

sebanyak 602.588 jiwa penduduk miskin dan tahun 2009 sebanyak 564.684 jiwa

penduduk miskin atau dengan kata lain mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,46

persen pada tahun 2007, pada tahun 2008 sebesar 12,71 persen sedangkan pada tahun

2009 mengalami penurunan kembali sebesar 6,29 persen.

Dalam usaha untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, selain harus sehat

secara fisik, masyarakat juga harus ditingkatkan kesehatan spiritualnya. Hal yang

perlu mendapat perhatian pemerintah antara lain adalah pemantapan kehidupan

beragama, pencegahan konflik antar dan inter agama, perlindungan rasa aman dalam

keluarga serta kekerasan dalam rumah tangga; merupakan hal-hal yang harus

ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas agar ketenangan masyarakat

dalam menjalankan kewajiban dalam pengamalan agama dan kepercayaannya tetap

terjamin serta memberikan rasa aman pada perempuan dan anak-anak dalam

keluarga melalui kebijakan Perlindungan Ibu dan Anak Dalam Rumah Tangga.

Masalah Kesejahteraan Sosial dalam pelaksanaannya tidak hanya ditangani

oleh pemerintah kabupaten saja, namun juga mendapat dukungan dari berbagai

organisasi non pemerintah. Organisasi yang menampung aktivitas kepemudaan

antara lain Karang Taruna, KNPI, Pramuka dan lain-lain seperti organisasi olah raga

dan kesenian.

Masalah kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu faktor

penghambat pembangunan pada suatu daerah. Dengan adanya penduduk miskin pada

suatu wilayah, akan berdampak pada adanya penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS). Demikian juga di Kabupaten Banyumas, terdapat beberapa

penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti tampak pada tabel berikut :

Page 16: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 16

Tabel 2.8.

Perkembangan Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial

di Kabupaten Banyumas Tahun 2006-2009

No. Jenis Masalah

Kesejahteraan Sosial

Tahun

2006 2007 2008 2009

1. Anak Jalanan 368 347 144 369 2. Penderita Sakit Jiwa 450 596 680 339 3. Gepeng 204 398 442 454 4. Penderita Narkoba 36 54 75 29 5. Fakir Miskin 247.535 95.123 106.445 115.597 6. Balita Terlantar 1.185 1.215 987 844 7. Anak Terlantar 2.238 2.350 2.450 1.762 8. Lanjut Usia/Jompo Terlantar 3.256 3.678 4.415 4.100 9. Penyandang Cacat 7.775 8.573 6.218 10. Yatim/Piatu 414 532 - 545 11. Jumlah Pekerja Sosial (PSK) 313 350 266 316 12. Jumlah Penderita HIV/AIDS 63/24 60/27 70/19 102/33

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Jumlah anak jalanan mengalami fluktuasi naik turun dari tahun 2006 sebanyak

36 jiwa, tahun 2007 sebanyak 347 jiwa, tahun 2008 berkurang kembali sebanyak 144

jiwa dan tahun 2009 bertambah kembali menjadi 369 jiwa. Begitu pula terhadap

penderita sakit jiwa dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 juga mengalami

fluktuasi naik dan turun tahun 2006 sebanyak 450 jiwa, tahun 2007 bertambah

menjadi 596 jiwa, tahun 2008 bertambah kembali menjadi 680 jiwa dan tahun 2009

berkurang menjadi 339 jiwa. Jumlah gelandangan dan pengemis dari tahun 2006

sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan terus menerus pada tahun 2006

jumlah gelandangan dan pengemis ada sebanyak 204, tahun 2007 bertambah menjadi

398 jiwa, tahun 2008 bertambah lagi menjadi 442 jiwa dan pada tahun 2009

bertambah lagi menjadi 454 jiwa. Untuk penderita narkoba mengalami pertambahan

penderita tahun 2006 ada sebanyak 36 jiwa, tahun 2007 menjadi 54 jiwa, pada tahun

2008 menjadi 75 jiwa dan pada tahun 2009 mengalami penurunan pendeita

penyalahgunaan narkoba menjadi 29 jiwa.

Jumlah parkir miskin dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami

fluktuasi naik turun, pada tahun 2006 ada sebanyak 247.535 kk, tahun 2007

berkurang menjadi 95.123 kk, tahun 2008 bertambah menjadi 106.445 kk, pada

tahun 2009 bertambah lagi menjadi 115.597 kk. Balita terlantar pada tahun 2006

sebanyak 1.185 jiwa, tahun 2007 bertambah menjadi 1.215 jiwa, pada tahun 2008

berkurang menjadi 987 jiwa dan pada tahun 2009 berkurang kembali menjadi 844

jiwa. Untuk anak terlantar pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami

fluktuasi naik turun tahun 2006 ada sebanyak 2.238 jiwa, tahun 2007 bertambah

menjadi 2.350 jiwa, pada tahun 2008 bertambah kembali menjadi 2.450 jiwa, pada

Page 17: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 17

tahun 2009 berkurang menjadi 1.762 jiwa. Untuk lanjut usia/jompo terlantar pada

tahun 2008 tercatat di Dinsosnakertrans Kabupaten Banyumas sebanyak 4.415 jiwa

dan pada tahun 2009 berkurang menjadi 4.100 jiwa. Jumlah penyandang cacat pada

tahun 2006 ada sebanyak 7.775 jiwa, pada tahun 2007 bertambah menjadi 8.573

jiwa, pada tahun 2008 berkurang menjadi 6.218 jiwa dan pada tahun 009 berkurang

kembali jumlah penyandang cacat menjadi 4.664 jiwa.

Data yatim/piatu pada tahun 2006 ada sebanyak 414 jiwa, tahun 2007

bertambah menjadi 532 jiwa dan pada tahun 2009 bertambah kembali jumlah

yati/patu sebanyak 545 jiwa. Untuk jumlah pekerja sosial (PSK) juga mengalami

fluktuasi naik turun pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, tahun 2006 ada

sebanyak 313 jiwa, tahun 2007 sebanyak 350 jiwa, kemudian pada tahun 2008

berkurang menjadi 266 jiwa dan poada tahun 2009 bertambah kembali menjadi 316

jiwa. Jumlah penderita HIV/AIDS yang terdata di Dinsosnakertrans Kabupaten

Banyumas pada tahun 2006 sebanyak 63/24 jiwa, tahun 2007 sebanyak 60/27 jiwa,

pada tahun 2008 sebanyak 70/19 jiwa, tahun 2009 sebanyak 102/33 jiwa dan sampai

dengan bulan Juni 2010 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 49/40 jiwa.

Jumlah panti asuhan yang terdata di Dinsosnakertrans Kabupaten Banyumas

sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 17 buah panti asuhan yang terdiri dari

13 buah panti sosial asuhan anak, 1 buah panti sosial petirahan anak, 1 buah panti

sosial bina remaja, 1 buah panti sosial bina netra dan 1 buah panti sosial bina laras.

Adapun permasalahan-permasalahan sosial yang ada di Kabupaten banyumas hal ini

dimungkinkan adanya faktor-faktor yang ditimbulkan antara lain akibat kondisi

ekonomi keluarga yang sangat minim/kurang, tidak memiliki pendidikan serta

ketrampilan yang memadai sehingga sulit mencari pekerjaan karena persaingan yang

sangat ketat serta melambungnya harga-harga dasar bahan pokok untuk kebutuhan

sehari-hari.

E. Agama

Dilihat dari penduduknya, Kabupaten Banyumas mempunyai penduduk yang

heterogen dilihat dari agama dan keyakinannya. Pembangunan bidang keagamaan di

Kabupaten Banyumas pada saat ini tercermin pada terbentuknya rasa toleransi yang

tinggi antar pemeluk agama. Kerukunan dan keharmonisan bermasya-rakat antar

pemeluk agama ditunjukkan dengan tersebarnya tempat-tempat ibadah di Kabupaten

Banyumas. Perkembangan pembangunan di bidang spritual dapat dilihat dari

banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama, berkembangnya pondok

pesantren dan meningkatnya jumlah jemaah haji yang berasal dari Kabupaten

Banyumas.

Page 18: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 18

Berdasarkan laporan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas

sampai dengan bulan Juni 2010 bahwa Penduduk Kabupaten Banyumas mayoritas

beragama Islam tercatat sebanyak 1.574.049

jiwa dengan jumlah tempat ibadah sebanyak

7.672 buah masjid. Urutan kedua adalah

pemeluk agama Kristen sebanyak 15.742

jiwa dengan tempat ibadah sebanyak 84

gereja kristen, selanjutnya agama Katolik

dengan jumlah pemeluk sebanyak 10.177 jiwa, agama Budha 2.248 jiwa, Konghucu

9 jiwa dan lainnya 531 jiwa.

Tabel 2.9.

Jumlah Pemeluk Agama dan Tempat Ibadah

Kabupaten Banyumas Tahun 2010

No. Agama Pemeluk (orang) Tempat Ibadah

1. Islam 1.544.063 1.762 2. Kristen 15.742 84 3. Katolik 10.177 14 4. Hindu 1.279 1 5. Budha 2.248 20 6. Konghucu 9 1 7. Lainnya 531 -

Sumber : Kantor Kementerian Agama Kab. Banyumas Tahuhn 2010

Meskipun jumlah sarana peribadatan cukup banyak. namun masih terdapat

permasalahan yang potensial muncul, yaitu kecenderungan perkembangan perbedaan

pandangan hidup dan perbedaan keyakinan yang melemahkan kerukunan internal

dan eksternal umat beragama. Namun kehidupan umat beragama di Kabupaten

Banyumas menunjukkan keadaan yang harmonis dan tenang dikarenakan toleransi

dan sikap yang saling menghargai antar umat beragama sangat tinggi. Kondusifitas

kehidupan beragama ditunjukkan dengan jumlah sarana peribadatan yang cukup

banyak dan beberapa kondisi Nampak bahwa tempat peribadatan agama yang saling

berdekatan namun hal ini tidak menimbulkan konflik antar agama.

Sementara jumlah sarana keagamaan lainnya seperti Pondok Pesantren sampai

dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 157 buah dengan jumlah santri sebanyak

55.184 murid, pondok pesantren ini tersebar di 27 kecamatan. Sedangkan data

perkembangan jumlah jemaah haji di Kabupaten Banyumas pada tahun 2009 ada

sebanyak 1.137 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat ada sebanyak

1.133 orang.

Page 19: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 19

BAB III

SUMBER DAYA ALAM

A. Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Peternakan dan Perkebunan

1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor penting yang mampu mendongkrak

pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sektor pertanian memberikan

kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Banyumas, yaitu sebesar 21,06 %

pada tahun 2009. Besarnya sumbangan sektor pertanian dimungkinkan oleh

luasnya lahan pertanian yang ada. Disamping

itu sektor pertanian memiliki backward dan

forward linkages, sehingga aktivitas sektor

pertanian mampu menumbuhan sektor yang

lainnya, misalnya aktivitas budidaya

pertanian secara umum memerlukan pupuk,

benih/bibit, tenaga kerja, obat-obatan, alat dan mesin pertanian dan sebagainya;

sedangkan pada saat/pasca panen memerlukan transportasi, tenaga kerja, alat dan

mesin pengolah, packaging serta pemasaran, sehingga peningkatan aktivitas

pertanian mampu menarik input dari sektor industri benih, pupuk, obat-obatan,

alat dan mesin pertanian serta tenaga kerja; ouput sektor pertanian digunakan

sebagai input pada sektor industri pengolahan baik industri mikro, kecil,

menengah maupun industri besar (misalnya penggilingan padi, lumbung desa

modern, perusahaan makanan/minuman, pabrik gula, pabrik makanan ternak,

industri krupuk/kripik dan sebagainya); produk pertanian juga mampu

mengaktifkan perdagangan produk primer

dan setengah jadi pada pedagang pengepul

komoditas, pasar atau pusat perdagangan,

serta menghidupkan restoran, warung dan

pengusaha makanan perorangan. Dari

uraian di atas sektor pertanian mampu

menggerakkan multiplier effect yang sangat berperan dalam menghasilkan value

added (nilai tambah) sehingga sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan

ekonomi.

Beberapa komoditas dalam sektor pertanian ini antara lain adalah padi,

jagung, kedelai, kacang hijau, beberapa tanaman sayuran seperti : Cabe, Kacang

Panjang, Bayam, Kangkung, Tomat, Buncis dan lain-lain. Komoditas ini

Page 20: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 20

dianggap mempunyai nilai jual dan dapat dibudidayakan, volume produksi

tinggi dan dapat diperkiraan nilai keuntungan produksi setiap tonnya.

Berdasarkan kepada kondisi diatas maka diperlukan perhatian dari pemerintah

kabupaten dalam hal peningkatan jumlah

luas panen dan produksi dari tiap-tiap

komoditas diatas dengan cara

memperhatikan sarana dan prasarana yang

menunjang kepada peningkatan produksi

komoditas tersebut seperti, irigasi,

penyuluhan pertanian, dan sarana produksi

lainnya. Disamping itu terdapat kelemahan produk-produk pertanian diantaranya

harga komoditas pertanian relatif labil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain sifat produk yang mudah busuk, cepat rusak, ketersediaannya

tergantung musim, tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Untuk

itu perlu adanya upaya-upaya agar produk pertanian mempunyai nilai jual yang

tinggi. Langkah tersebut diantaranya peningkatan kualitas produk, kejelasan

harga produk, pemilihan lokasi dan saluran pemasaran yang strategis dan

promosi produk.

Produktifitas padi dan bahan pangan lainnya perlu ditingkatkan dari

tahun ke tahun sebagai salah satu upaya untuk mempertahan dan atau

meningkatkan produksi sebagai akibat penurunan luas lahan sawah akibat alih

fungsi lahan pertanian. Produktifitas Produktifitas padi dan bahan pangan

lainnya cukup berfluktuatif dari tahun ke tahun seperti tertera pada Tabel 2.28

berikut :

Tabel 3.1.

Produktifitas Padi dan Bahan Pangan Lainnya Tahun 2006 – 2008

Produktifitas (ton/ha)

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Padi sawah 4,71 5,09 5.41 - -

Padi Ladang 4,43 4,56 3,49 - -

Jagung 6,42 7,04 4,93 4,79 7,50

Kedelai 1,38 0,74 1,43 1,97 1,79

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Padi merupakan komoditi yang memberikan kontribusi paling besar

terhadap sektor pertanian, memiliki posisi yang sangat strategis berkaitan dengan

ketahanan pangan. Tabel 2.29 memberikan gambaran tentang produksi padi di

Page 21: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 21

Kabupaten Banyumas. Luas Panen, Produksi dan rata-rata produksi Padi sawah

dan Padi Ladang dari tahun 2006 sampai dengan 2008 relatif menunjukkan kondisi

yang berfluktuasi. Masalah yang dihadapi berkaitan dengan ketahanan pangan ini

adalah tingginya ketergantungan konsumsi pada bahan pokok beras (padi),

sementara kelancaran distribusi pangan untuk melindungi kepentingan konsumen

dan petani masih belum optimal. Dalam kaitannya dengan upaya mengurangi

ketergantungan konsumsi pada padi (beras), maka perlu dilakukan upaya-upaya

diversifikasi pangan. Difersifikasi pangan pada dasarnya memperluas pilihan

masyarakat dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan cita rasa yang diinginkan dan

menghindari kebosanan untuk mendapatkan pangan dan gizi agar dapat hidup sehat

dan aktif. Diversifikasi pangan dapat diukur dengan melihat Pola Pangan Harapan

(PPH).

Tabel 3.2.

Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah dan

Padi Ladang Tahun 2004 - 2008

No. Tahun

Padi Sawah Padi Ladang

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi (Ton/Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi (Ton/Ha)

1. 2006 63,441 298.789 4.71 3.922 17.364 4,43 2. 2007 61,763 314.613 5.09 3.720 16.950 4,56 3. 2008 62,329 337.365 5.41 3.062 10.688 3,49 4. 2009 - - - - - - 5. 2010 - - - - - -

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani di

pedesaan adalah dengan melihat indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai Tukar

Petani (NTP) merupakan alat statistik untuk mengukur kemampuan daya tukar

barang-barang hasil produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan

untuk konsumsi rumah tangga petani maupun kebutuhan dalam memproduksi hasil

pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diharapkan adalah di atas 100 yang

berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada

tahun dasar. Pengukuran indeks Nilai Tukar Petani (NTP) dilakukan pada tahun

2005 sebesar 100,13 meningkat menjadi 101,66 pada tahun 2006, kemudian pada

tahun 2008 mengalami peningkatan kembali menjadi 102,79 dan pada tahun 2009

meningkat kembali menjadi 103,05. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu

dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) pada

sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan.

Page 22: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 22

Wilayah pengembangan komoditas andalan Pangan di Kabupaten

Banyumas dalam rangka upaya untuk mensuplai kebutuhan lokal, dimana

berpotensi untuk dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan

perekonomian di Kabupaten Banyumas, selain itu diharapkan dapat berperan dalam

kontribusi peningkatan ekspor non migas. Adapun komoditas andalan tanaman

Pangan yang ada di Kabupaten Banyumas sebagai berikut (Sumber : Laporan

Akhir Analisis Potensi Ekonomi Kab. Banyumas Th. 2008) :

Tabel 3.3.

Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Pangan

Di Kabupaten Banyumas

No. Nama

Komoditas Wilayah Kecamatan

1. Padi Sawah Wangon, Rawalo, Patikraja, Sumbang, AJibarang, Cilongok, Karanglewas, Sokaraja, Kembaran dan Kedungbanteng

2. Padi Ladang Wangon, Purwojati dan Sumbang 3. Jagung Kalibagor, Kembaran dan Sumbang 4. Kacang Tanah Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kalibagor, Purwojati, Kebasen

dan Kembaran 5. Kacang Hijau Jatilawang, Rawalo, Banyumas dan Sokaraja 6. Ubi Kayu Lumbir, Jatilawang, Gumelar dan Banyumas 7. Ubi Jalar Tambak, Patikraja, Sokaraja dan Kedungbanteng

Untuk sentra komoditas hortikultura di Kabupaten Banyumas yang

terdiri dari tanaman sayur-sayuran tersebar di beberapa wilayah yaitu wilayah Kec.

Pekuncen, Kec. Kedungbanteng, Sokaraja,

Kec. Cilongok, Kec. Sumbang, Kec.

Baturaden, Kec. Kembaran dan Kec.

Ajibarang sedangkan untuk sentra buah-

buahan ada di wilayah Kec. Kemranjen, Kec.

Banyumas, Kec. Tambak, Kec. Sumpiuh,

Kec. Somagede, Kec. Ajibarang, Kec. Kec. Rawalo dan Kec. Wangon.

Page 23: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 23

Tabel 3.4.

Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Sayuran

Di Kabupaten Banyumas

No. Nama

Komoditas Wilayah Kecamatan

1. Cabai Jatilawang, Kebasen, Purwojati,Kalibagor, Purwojati, Gumelar, Kembaran dan Sokaraja

2. Cabe Rawit Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kemranjen, Tambak, Patikraja, Purwojati, Gumelar, Karanglewas dan Sokaraja

3. Tomat Kembaran, Sokaraja, Sumpiuh, Tambak, Cilongok dan Sumbang

4. Terong Wangon, Jatilawang, Rawalo, Somagede, Purwojati, Ajibarang dan Sumbang

5. Sawi Kemranjen, Purwojati, Ajibarang, Gumelar dan Baturaden 6. Labu Siam Rawalo dan Sokaraja 7. Kacang Panjang Lumbir, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Kalibagoe,

Karanglewas, Kedungbanteng, Kembaran dan Sokaraja 8. Kangkung Lumbir, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Kalibagor,

Karanglewas, Kedungbanteng, Kembaran dan Sokaraja 9. Ketimun Lumbir, Rawalo, Jatilawang, Kebasen, Wangon, Purwojati,

Ajibarang, Gumelar dan Pwt. Barat 10. Bayam Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Banyumas,

Purwojati dan Gumelar 11. Semangka Kemranjen dan Wangon 12. Bengkuang Sumpiuh, Sumbang dan Kembaran 13. Jamur Wangon, Ajibarang dan Pekuncen 14. Salad Kedungbanteng 15. Kecipir Sokaraja

Tabel 3.5.

Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Buah-Buahan

Di Kabupaten Banyumas

No. Nama

Komoditas Wilayah Kecamatan

1. Alpukat Jatilawang, Kalibagor, Ajibarang, Karanglewas, Baturaden, Sumpiuh, Ajibarang dan Cilongok

2. Blimbing Sumpiuh, Ajibarang, Cilongok 3. Sawo Kebasen, Kemranjen, Banyumas, AJibarang, Kedungbanteng,

Baturaden 4. Sirsak Kebasen, Kemranjen, Banyumas, Ajibarang, Kedungbanteng,

Baturaden 5. Petai Kebasen, Banyumas, Purwojati, Pekuncen, Kedungbanteng 6. Sukun Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Cilongok dan Karanglewas 7. Mlinjo Banyumas dan Pekuncen 8. Rambutan Wangon, Kalibagor, Patikraja, Gumelar, Sumbang dan

Pwt. Barat 9. Salak Purwojati dan Gumelar

10. Pepaya Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Sumpiuh, Tambak, Somagede dan Karanglewas

11. Pisang Wangon, Patikraja, Gumelar, Sumbang dan Wangon

Page 24: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 24

No. Nama

Komoditas Wilayah Kecamatan

12. Duku Kemranjen, Kalibagor dan Kembaran 13. Durian Jatilawang, PAtikraja, Kemranjen, Banyumas, Ajibarang dan

Kedungbanteng 14. Nanas Jatilawang, Sumpiuh, Kalibagor, Sumbang, Kembaran dan

Sokaraja 15. Mangga Jatilawang, Sumpiuh, Kedungbanteng, Kembaran dan Sokaraja 16. Jambu Biji Wangon, Jatilawang, Ajibarang, Baturaden dan Sumbang 17. Jambu Air Jatilawang, Ajibarang dan Baturaden 18. Nangka Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Tambak, Banyumas,

Gumelar dan Baturaden 19. Nangka Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Tambak, Banyumas,

Gumelar dan Baturaden 20. Jeruk Besar Tambak, Kalibagoe dan Pekuncen 21. Jeruk Siam Wangon, Kebasen, Tambak, Kalibagor, Purwojati dan Sumbang

2. Sektor Kehutanan

Hutan adalah sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan di

pergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Yang dimaksud

sebagai hutan yang dikuasai oleh negara adalah hutan alam atau hutan hasil

budidaya (tanaman) yang berada di dalam kawasan

hutan negara. Disamping melakukan pengelolaan

terhadap hutan negara, pemerintah telah

mempromosikan dan mendorong pembangunan

kehutanan berbasis masyarakat antara lain dengan

menggalakkan penanaman komoditas kehutanan

pada lahan–lahan rakyat atau lahan milik negara.

Apabila pembangunan kehutanan berbasis

masyarakat ini terus berkembang, maka akan

memberikan peran yang signifikan kepada

masyrakat untuk turut serta memberikan jaminan terhadap kelangsungan industri

kehutanan nasional. Dengan berkembangnya komoditas hasil hutan yang

berasal dari lahan masyarakat, maka pada gilirannya akan dapat meningkatkan

kesejahteraan hidupnya.

Berdasarkan laporan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kab. Banyumas sampai dengan bulan Juni Tahun 2010, pengelolaan Hutan

Negara di wilayah Kabupaten Banyumas dibagi menjadi 3 (tiga) Kantor

Pemangkuan Hutan (KPH) yaitu KPH Banyumas Timur, KPH Banyumas Barat

dan KPH Kedu Selatan. Jenis tanaman yang ada dalam kawasan hutan meliputi

Page 25: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 25

jenis pohon jati, pinus, damar dan jenis kayu rimba lainnya. Luas Hutan Negara

yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas seluas 28.648,07 Ha, yang terdiri dari

7.700,79 Ha di dibawah KPH Banyumas Barat, 18.059,37 ha dibawah KPH

Banyumas Timur dan 2.887,91 ha dibawah KPH Kedu Selatan. Sedangkan

untuk Perkebunan Besar yang dikelola oleh PT. PN IX seluas 1.350 Ha, Hutan

Rakyat seluas 12.353 Ha dan Hutan Lindung di luar kawasan seluas 14.991 Ha.

Produksi hasil hutan non HPH berupa kayu bulat pada tahun 2006

sebanyak 155.957,27 m3, tahun 2007 sebanyak 80.438,89 m

3 atau turun

sebanyak 75.518,38 m3 (48,42 persen), tahun 2008 produksi yang dihasilkan

sebanyak 77.854,43 m3 atau turun jika

dibandingkan pada tahun 2007 yaitu

sebanyak 2.584,46 m3 (3,21 persen), tahun

2009 produksi yang dihasilkan sebanyak

9.856,43 m3 jika dibandingkan tahun 2008

turun yaitu sebanyak 67.998 m3 (87,34

persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010

kayu bulat yang dihasilkan mencapai

18.597,70 m3 naik produksinya jika

dibandingkan tahun 2009 yaitu sebanyak

8.741,27 m3 (88,69 persen). Sedangkan untuk kayu olahan yang dihasilkan pada

tahun 2006 mencapai 244.034,75 m3, tahun 2007 sebanyak 217.463,94 m

3 dan

pada 2008 jumlah produksi yang dihasilkan meningkat menjadi 326.542,39 m3.

Untuk hasil hutan ikutan berupa kopal pada tahun 2006 mencapai 102 ton, tahun

2007 mencapai 98,60 ton, tahun 2008 meningkat menjadi 976 ton, tahun 2009

turun kembali menjadi 71,38 ton dan laporan sampai dengan bulan Juni 2010

turun jumlah kopal yang dihasilkan menjadi 25,73 m3. Sedanngkan untuk Getah

Pinus yang dihasilkan pada tahun 2006 ada sebanyak 4.044 ton, tahun 2007

turun menjadi 3.589 ton, tahun 2008 meningkat kembali menjadi 4.162 ton, pada

tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukupo tinggi mencapai 1.243,90 ton dan

pada tahun 2010 meningkat kembali menjadi 1.290,78 ton.

Luas lahan kritis di wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan

Dinpertanbunhut sampai dengan bulan Juni Tahun 2010 yaitu pada tahun 2006

mencapai 15.415 Ha, tahun 2007 menjadi 12.742 Ha jika dibandingkan tahun

2006 terjadi penurunan luas lahan kritis yaitu seluas 2.673 Ha (17,34 persen),

pada tahun 2008 luas lahan kritis seluas 10.540,30 Ha jika dibandingkan tahun

2007 terjadi penurunan yaitu seluas 2.201,70 (17,28 persen), tahun 2008 luas

Page 26: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 26

lahan kritis seluas 10.043 Ha jika dibandingkan tahun 2008 terjadi penurunan

kembali yaitu seluas 497,30 Ha (4,72 persen) dan sampai dengan bulan Juni

2010 luas lahan kritis menjadi 10.699,62 Ha jika dibandingkan tahun 2009 yaitu

terjadi penambahan luas lahan kritis menjadi seluas 656,62 (6,54 persen). Untuk

luas lahan penghijauan kembali pada tahun 2006 seluas 854 Ha, tahun 2007

meningkat menjadi 2.238,70 Ha, tahun 2008 menurun menjadi 461 Ha, tahun

2009 terjadi peningkatan kembali seluas 670 Ha dan sampai dengan bulan Juni

2010 luas lahan penghijauan yang diusahakan seluas 900 Ha.

3. Sektor Perikanan

Kabupaten Banyumas terletak pada posisi yang jauh dari pantai, sehingga

Kabupaten Banyumas hanya memiliki sub sektor perikanan darat, sedangkan

potensi perikanan yang ada di

wilayah Kabupaten Banyumas

tersebar di beberapa wilayah

kecamatan yaitu Kec. Kedugbanteng,

Kec. Cilongok, Kec. Kemranjen, Kec. Kebasen, Kec. Sumpiuh, Kec. Kembaran

dan Kec. Sumbang. Jenis-jenis ikan tersebut yaitu Ikan Gurami, Ikan Lele, Ikan

Nila, Ikan Tawes, Ikan Nilem dan Ikan Karper. Jenis-jenis ikan tersebut ada

yang dikelola di kolam, keramba dan perikanan perairan umum.

Berdasarkan laporan dari Dinakkan Kabupaten Banyumas tahun 2006

luas kolam yang digunakan untuk usaha perikanan tercatat seluas 409 ha dengan

jumlah produksi rumah tangga sebanyak 3.168 ton, tahun 2007 luas lahan 409

ha dengan jumlah produksi rumah tangga sebanyak 3.316 ton, tahun 2008 luas

lahan kolam bertambah

menjadi 481 ha dengan

jumlah produksi rumah

tangga sebanyak 4.109

ton, tahun 2009 luas lahan

bertambah kembali seluas 627 ha dengan jumlah

produksi rumah tangga sebanyak 4.181 ton dan sampai dengan bulan Juni 2010

luas kolam ikan yang digunakan untuk perikanan seluas 627 ha, dengan jumlah

rumah tangga produksi sebanyak 2,268 ton.

Sedangkan untuk keramba seluruhnya yang digunakan untuk usaha

perikanan pada tahun 2009 ada sebanyak 90 unit dengan jumlah produksi rumah

Page 27: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 27

tangga sebanyak 2,16 ton dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak

keramba 90 unit dengan jumlah produksi rumah tangga sebanyak 1,20 ton.

Untuk perikanan perairan umum yang ada di rawa, danau dll.

Mengalami fluktuasi naik turun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010,

pada tahun 2006 dihasilkan sebanyak 1.154,39 ton, tahun 2007 dengan produksi

663,80 ton atau turun sebanyak 490,59 ton (42,50 persen), tahun 2008 menjadi

678,88 ton jika dibandingkan tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu sebanyak

15,08 ton (2,27 persen), tahun 2009 menjadi 695,54 ton jika dibandingkan tahun

2008 terjadi kenaikan sebanyak 16,66 ton (2,45 persen) dan sampai dengan

bulan Juni 2010 produksi yang dihasilkan dari perikanan perairan umum yaitu

sebanyak 356,20 ton maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan

jumlah produksi sebanyak 339,34 ton (48,79 persen).

Tabel 3.6.

Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Perikanan

Di Kabupaten Banyumas

No. Nama

Komoditas Wilayah Kecamatan

1. Tawes Lumbir, Wangon, Jatilawang, Tambak, Somagede, Kalibagor, Banyumas, Purwojati, AJibarang, Gumelar, Cilongok, Baturaden dan Pekuncen

2. Gurami Cilongok dan Kedungbanteng 3. Karper Lumbir, Wangon, Jatilawang, Rawalo, Tambak, Somagede,

Kalibagor,Banyumas, Purwojati, AJibarang, Gumelar, Cilongok, Pekuncen dan Baturaden

4. Nilam Lumbir, Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Banyumas, Patikraja, Purwojati, Ajibarang, Pekuncen, Gumelar, Baturaden, Kembaran, Sumbang dan Sokaraja

5. Bawal Lumbir, Rawalo, Tambak Kalibagor, Gumelar dan Sokaraja 6. Nilam/Mujair Lumbir,Wangon, Jatilawang, Rawalo, Tambak, Somagede,

Kalibagor, Banyumas, Purwojati, AJibarang, Pekuncen, Gumelar, Cilongok dan Baturaden

Permasalahan yang masih dihadapi pada sektor perikanan antara lain

disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana,masih kurangnya modal dan

perlunya penyuluhan, untuk peningkatan mutu pengolahan dan belum

dimilikinya sistem dan prosedur pelaksanan kegiatan perikanan yang efektif

dan efisien dan kurangnya benih bersertifikat.Selain itu juga rendahnya teknik

pengolahan produk perikanan, masih adanya gangguan penyakit ikan, rendahnya

tingkat konsumsi masyarakat akan hasil ikan dan rendahnya kesadaran

masyarakat dalam menjaga kelestarian sumberdaya hayati perairan umum.

Page 28: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 28

4. Sektor Peternakan

Subsektor pertanian yang memberikan kontribusi terhadap PDRB

Kabupaten Banyumas, sedangkan populasi peternakan yang ada di wilayah

Kabupaten Banyumas dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) yaitu ternak

besar diantaranya Sapi Potong, Sapi Perah, Kuda dan Kerbau, ternak kecil

diantaranya Kambing, Domba dan Babi, ternak unggas diantaranya, Ayam

Buras, Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging dan Itik.

Untuk ternak Sapi Potong berdasarkan laporan dari Dinakkan Kabupaten

sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 ternak sapi

potong jumlah populasi ada sebanyak 18.360 ekor, tahun 2007 ada sebanyak

1.509 ekor terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2006 sebanyak 3.049 ekor

(16,61 persen), tahun 2008 sebanyak 17.233 ekor terjadi kenaikan jika

dibandingkan tahun 2007 sebanyak 1.922 ekor (12,55 persen), tahun 2009

sebanyak 17,579 ekor jika dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan sebanyak

346 ekor (2,01 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebankay 17.755

ekor jika dibandingkan tahun 2009 maka terjadi peningkatan populasi sebanyak

176 ekor (1 persen).

Untuk jumlah pemotongan sapi dari tahun 2006 sampai dengan tahun

2010 mengalami fluktuasi naik turun, tahun 2006 jumlah sapi yang dipotong

sebanyak 13.272 ekor, tahun 2007 ada sebanyak 13.470 ekor jika dibandingkan

tahun 2006 terjadi penurunan pemotongan sapi sebanyak 198 ekor (1,49 persen),

tahun 2008 sebanyak 14.027 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi

peningkatan sebanyak 557 ekor (4,14

persen), tahun 2009

ada sebanyak 10.696

ekor jika dibanding-

kan tahun 2008 turun

sebanyak 3.331 ekor

(23,75 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 6.107 ekor

turun jika dibandingkan tahun 2009 sebanyak 4.589 ekor (42,907 persen).

Sedangkan rata-rata kepemilikan sapi oleh peternak sejak tahun 2006 sampai

dengan bulan Juni 2010 yaitu sebanyak 2 ekor sapi.

Untuk usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Banyumas adalah

jenis Sapi PO, Brahman Cross (BC), Simental Cross, Fries Holstein (FH) serta

jenis unggul lainnya. Penggemukan sapi ini diusahakan menyebar di perdesaan

di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas teutama di Kecamatan Banyumas,

Page 29: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 29

Somagede dan Kemranjen. Sebagai daerah pertanian, di wilayah tersebut

tersedia sisa hasil pertanian seperti jerami padi, dedak, ubi dan jagung serta

kacang-kacangan yang cukup melimpah. Jenis pakan tersebut sangat baik untuk

ternak sapi, disamping itu juga banyak terdapat limbah pembuatan tahu berupa

ampas tahu sebagai pakan tambahan yang mudah didapat dan relative murah

sehingga menambah keuntungan.

Untuk Sapi Perah, jumlah populasinya pada tahun 2006 sebanyak 1.637

ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 1.509 terjadi penurunan jika dibandingkan

tahun 2006 yaitu sebanyak 128 ekor (7,82 persen), tahun 2008 ada sebanyak

1.104 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penurunan jumnlah populasi

sebanyak 405 ekor (26,84 persen), tahun 2009 ada sebanyak 1.115 ekor jika

dibandingkan tahun 2008 terjadi penambahan kembali sebanyak 11 ekor (1

persen), sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak jumlah sapi perah 1.121

ekor jika dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi penambahan kembali

populasi sapi perah sebanyak 6 ekor (0,54 persen).

Sedangkan produksi susu yang dihasilkan dari sapi perah tersebut per

tahunnya mengalami fluktuasi naik, pada tahun 2006 produksi susu dari sapi

perah dihasilkan sebanyak 1.522.946 liter, pada tahun 2007 dengan produksi

sebanyak 3.023.148 liter jika dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan

produksi susu sapi yang dihasilkan sebanyak 1.500.202 liter (98,51 persen),

tahun 2008 produksinya sebanyak 1.981.496 maka jika dibandingkan tahun 2007

terjadi penurunan produksi susu sebanyak 1.041.652 liter (34,46 persen), pada

tahun 2009 produksi susu yang dihasilkan dari sapi perah sebanyak 2.001.239

liter jika dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan jumlah produksi sebanyak

19.743 liter (1 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 produksi yang

dihasilkan dari sapi perah sebanyak 10.006 liter (0,5 persen).

Rata-rata kepemilikan Sapi Perah oleh peternak sebanyak 5 ekor sapi,

sedangkan rata-rata produktivitas perekor per hari rata-rata sebanyak 7 liter.

Penyebaran populasi ternak sapi perah terdapat di 12 kelompok dalam 5 (lima)

wilayah kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas. Sampai saat ini

hasil susu sapi dari peternak disalurkan ke Koperasi PESAT, sehingga terserap

seluruhnya oleh pasar, sedangkan untuk pasar lokal dijual yaitu di wilayah

Kabupaten Banyumas, Kabupatenm Tegal, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten

Cilacap dan sekitarnya, maupun yang dijual di IPS Sari Husada Yogyakarta dan

PT. Ultra Jaya Bandung.

Page 30: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 30

Untuk ternak kecil yang terdiri dari ternak kambing, domba dan babi

berdasarkan laporan Dinakkan Kabupaten Banyumas sebagai berikut. Jumlah

populasi Kambing yang ada pada tahun 2006 sebanyak 257.835 ekor, pada tahun

2007 ada sebanyak 182.703 ekor jika dibandingkan pada tahun 2006 maka

terjadi penurunan jumlah populasi

Kambing sebanyak 75.132 ekor (29,14

persen), tahun 2008 ada sebanyak

192.952 ekor jika dibandingkan tahun

2007 terjadi penambahan jumlah

populasi Kambing sebanyak 10.249

ekor (5,61 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 196.811 ekor maka jika

dibandingkan tahun 2008 maka terjadi penambahan kembali jumlah populasi

Kambing sebanyak 3.859 ekor (2 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010

ada sebanyak 199.763 ekor kambing maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi

peningkatan jumlah populasi Kambing sebanyak 19.743 ekor ( 1 persen).

Penyebaran populasi untuk ternak Kambing ini hampir merata ada di 27

kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas, terbanyak ada di Kec. Kebasen,

Kec. Banyumas, Kec. Gumelar, Kec. Somagede dan Kec. Kalibagor.

Jumlah populasi Domba yang ada pada tahun 2006 sebanyak 23.682

ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 16.664 ekor, jika dibandingkan pada tahun

2006 terjadi penurunan jumlah populasi Domba sebanyak 7.018 ekor (29,63

persen), tahun 2008 ada sebanyak 19.513

ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi

penambahan jumlah populasi Doma ambing

sebanyak 2.849 ekor (17,10 persen), untuk

tahun 2009 ada sebanyak 23.70 ekor

populasi Domba maka jika dibandingkan

pada tahun 2008 terjadi penambahan kembali

jumlah populasi Domba sebanyak 3.757 ekor (19,25 persen) dan sampai dengan

bulan Juni 2010 ada sebanyak 23.735 ekor Domba maka jika dibandingkan

tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Domba sebanyak 465

ekor ( 2,5 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Domba terbanyak ada di

Kec. Lumbir, Rawalo, Kec. Wangon dan Kec.Klibagor.

Sedangkan jumlah populasi ternak Babi yang ada pada tahun 2006

sebanyak 3.110 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 5.163 ekor, jika

dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah populasi Babi

Page 31: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 31

sebanyak 2.053 ekor (66,01 persen), tahun 2008 ada sebanyak 7.668 ekor jika

dibandingkan tahun 2007 terjadi penambahan

jumlah populasi Babi sebanyak 2.505 ekor

(48,52 persen), untuk tahun 2009 ada

sebanyak 7.745 ekor populasi Babi maka jika

dibandingkan pada tahun 2008 terjadi

penambahan kembali jumlah populasi Babi

sebanyak 77 ekor (1 persen) dan sampai

dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 7.939 ekor Babi aka jika dibandingkan

tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Babi sebanyak 194 ekor

(2,5 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Babi ada di 4 kecamatan yaitu

Kec. Baturaden, Kec. Sokaraja, Kec. Purwokerto Timur dan Kec. Cilongok.

Untuk ternak lainnya lainnya yang terdiri dari ternak Kerbau, Kuda,

Kelinci berdasarkan laporan Dinakkan Kabupaten Banyumas sebagai berikut.

Jumlah populasi Kerbau yang ada pada tahun 2006 ada sebanyak 3.110 ekor,

pada tahun 2007 ada sebanyak 3.1350 ekor jika dibandingkan pada tahun 2006

maka terjadi peningkatan jumlah populasi Kerbau sebanyak 96 ekor (1,48

persen), tahun 2008 ada sebanyak 3.206 ekor

jika dibandingkan tahun 2007 terjadi

penambahan jumlah populasi Kerbau

sebanyak 50 ekor (1,58 persen), untuk tahun

2009 ada sebanyak 3.237 ekor maka jika

dibandingkan tahun 2008 maka terjadi

penambahan kembali jumlah populasi Kerbau

sebanyak 31 ekor (0,77 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada

sebanyak 3.253 ekor kambing maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi

peningkatan jumlah populasi Kerbau sebanyak 16 ekor ( 0,49 persen).

Penyebaran populasi untuk ternak Kerbau ini hampir merata ada di 27

kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas, terbanyak ada di Kecamatan

Lumbir, Kec. Sumbang, Kec. Cilongok dan Kec. Karanglewas.

Jumlah populasi Kuda yang ada pada tahun 2006 sebanyak 276 ekor,

pada tahun 2007 ada sebanyak 266 ekor, jika

dibandingkan pada tahun 2006 terjadi

penurunan jumlah populasi Kuda sebanyak 10

ekor (3,62 persen), tahun 2008 ada sebanyak

359 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi

Page 32: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 32

penambahan jumlah populasi Kuda sebanyak 93 ekor (34,46 persen), untuk

tahun 2009 ada sebanyak 193 ekor populasi Kuda maka jika dibandingkan pada

tahun 2008 terjadi penurunan jumlah populasi Kuda sebanyak 166 ekor (46,24

persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 167 ekor Kuda maka

jika dibandingkan tahun 2009 terjadi penurunan kembali jumlah populasi Kuda

sebanyak 26 ekor (13,47 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Kuda

terbanyak ada di Kec. Karanglewas, Kec. Tambak, Kec. Purwokerto Barat, Kec.

Purwokerto Utara dan Kec. Kemranjen.

Sedangkan jumlah populasi ternak Kelinci yang ada pada tahun 2006

sebanyak 8.069 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 5.617 ekor, jika

dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan

jumlah populasi Kelinci sebanyak 2.452 ekor

(30,39 persen), tahun 2008 ada sebanyak 5.763

ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi

penambahan jumlah populasi Kelinci sebanyak

146 ekor (2,60 persen), untuk tahun 2009 ada

sebanyak 7.118 ekor populasi Kelinci maka jika dibandingkan pada tahun 2008

terjadi penambahan kembali jumlah populasi Kelinci sebanyak 1.355 ekor

(23,51persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 7.171 ekor

Kelinci maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah

populasi Kelinci sebanyak 53 ekor (0,74 persen). Penyebaran populasi ternak

Kelinci terbanyak ada di Kec. Pekuncen, Kec. Lumbir, Kec. Kembaran, Kec.

Cilongok dan Kec. Kebasen.

Sedangkan untuk Unggas yang terdiri dari Ayam Buras, Ayam

Ras/Petelur, Ayam Pedaging dan Itik, yang dilaporkan oleh Dinakkan

Kabupaten Banyumas dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai

berikut. Jumlah populasi Ayam Buras yang ada

pada tahun 2006 ada sebanyak 1.176.860 ekor,

pada tahun 2007 ada sebanyak 1.169.210 ekor

jika dibanding-kan pada tahun 2006 maka

terjadi penurunan jumlah populasi Ayam Buras

sebanyak 7.650 ekor (0,65 persen), tahun 2008 ada

sebanyak 1.016.614 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penurunan jumlah

populasi sebanyak 152.596 (13,05 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak

1.063.209 ekor maka jika dibandingkan tahun 2008 terjadi penambahan jumlah

populasi Ayam Buras sebanyak 46.595 ekor (4,58 persen) dan sampai dengan

Page 33: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 33

bulan Juni 2010 ada sebanyak 1.084.298 ekor Ayam Buras maka jika

dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah populasi Ayam Buras

sebanyak 21.087 ekor ( 1,98 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Ayam

Buras ini hampir merata ada di 27 kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas,

terbanyak ada di Kec. Kebasen, Kec. Sumbang, Kec. Ajibarang dan dan Kec.

Somagede.

Jumlah populasi ternak Ayam Ras/Petelur dari tahun 2006 sampai

dengan bulan Juni 2010 mengalami peningkatan terus menerus jumlah

populasinya, pada tahun 2006 sebanyak 667.650 ekor, pada tahun 2007 ada

sebanyak 684.114 ekor, jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan

jumlah populasi Ayam Ras/Petelur sebanyak 16.469 ekor (0,65 persen), tahun

2008 ada sebanyak 1.261.050 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi

penambahan jumlah populasi Ayam

Ras/Petelur sebanyak 576.936 ekor (84,33

persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak

1.324.103 ekor populasi Ayam Ras/Petelur

jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi

peningkatan jumlah populasi Ayam

Ras/Petelur sebanyak 63.053 ekor (5

persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 1.357.206 ekor Ayam

Ras/Petelur maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali

jumlah populasi Ayam Ras/Petelur sebanyak 33.103 ekor (2,5 persen).

Sedangkan jumlah telur yang dihasilkan dari Ayam Ras/Petelur ini dari tahun

2006 sampai dengan bulan Juni 2010 juga mengalami peningkatan secara terus

menerus. Tahun 2006 produksi telur yang dihasilkannya mencapai 4.039 ton,

tahun 2007 produksi telur mencapai 5.444 ton jika dibandingkan tahun 2006

maka terjadi peningkatan jumlah produksi telur dari Ayam Buras/Petelur ini

sebanyak 1.405 ton (34,79 persen), tahun 2008 produksi telur mencapai 9.584

ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan jumlah

produksi telur sebanyak 4.140 ton, pada tahun 2009 produksi telur sebanyak

10.063 ton jikan dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan kembali jumlah

produksi telur sebanyak 479 ton (5 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010

jumlah produksi telur yang dihasilkan dari Ayam Ras/Petelur ini mencapai

10.315 ton maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali

jumlah produksi telur yang dihasilkan sebanyak 252 ton (2,5 persen). Jumlah

peternak Ayam Ras/Petelur ini sebanyak 18 sampai dengan 94 peternak dengan

rata-rata kepemilikan per peternak sebanyak 13.415 ekor/kk sampai dengan

Page 34: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 34

38.006 ekor/kk. Penyebaran populasi untuk Ayam Ras/Petelur terbanyak ada di

Kec. Kembaran, Kec. Sumbang, Kec. Cilongok, Kec. Pekuncen dan Kec.

Baturraden.

Sedangkan jumlah populasi untuk Ayam Pedaging yang ada pada tahun

2006 sebanyak 3.943.868 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 3.113.694 ekor,

jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah populasi Ayam

Pedaging sebanyak 930.174 ekor (21,05 persen), tahun 2008 ada sebanyak

5.013.790 ekor jika dibandingkan tahun

2007 terjadi peningkatan jumlah populasi

Ayam Pedaging sebanyak 1.900.096 ekor

(61,02 persen), untuk tahun 2009 ada

sebanyak 5.478.193 ekor populasi Ayam

Pedaging maka jika dibandingkan pada

tahun 2008 terjadi penambahan kembali

jumlah populasi Ayam Pedaging sebanyak 464.403 ekor (9,26 persen) dan

sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 5.615.148 ekor Ayam Pedaging

maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi

Ayam Pedaging sebanyak 136.955 ekor (2,50 persen).

Sedangkan jumlah produksi daging yang dihasilkan dari Ayam Pedaging

ini dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 juga mengalami

peningkatan. Tahun 2006 produksi daging yang dihasilkannya mencapai 6.331

ton, tahun 2007 produksi daging mencapai 5.368 ton jika dibandingkan tahun

2006 terjadi penurunan jumlah produksi daging dari Ayam Pedaging ini

sebanyak 963 ton (15,21 persen), tahun 2008 produksi daging mencapai 6.070

ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan jumlah

produksi daging sebanyak 702 ton, pada tahun 2009 produksi daging sebanyak

6.608 ton jikan dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan kembali jumlah

produksi daging sebanyak 538 ton (8,86 persen) dan sampai dengan bulan Juni

2010 jumlah produksi telur yang dihasilkan dari Ayam Pedaging ini mencapai

6.774 ton maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali

jumlah produksi daging yang dihasilkan sebanyak 166 ton (2,51 persen). Jumlah

peternak Ayam Pedaging ini sebanyak 60 sampai dengan 433 peternak dengan

rata-rata kepemilikan per peternak sebanyak 11.579 ekor/kk sampai dengan

65.731 ekor/kk. Penyebaran populasi untuk Ayam Pedaging terbanyak ada di

Kec. Pekuncen, Kec. Kedungbanteng, Kec. Sumbang, Kec. Kemranjen dan

Kec. Tambak.

Page 35: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 35

Jumlah populasi untuk Itik yang ada pada tahun 2006 sebanyak 130.500

ekor, tahun 2007 ada sebanyak 113.872 ekor, jika dibandingkan pada tahun

2006 terjadi penurunan jumlah populasi Itik sebanyak 16.628 ekor (12,74

persen), tahun 2008 ada sebanyak 139.607 ekor jika dibandingkan tahun 2007

terjadi peningkatan jumlah populasi Itik sebanyak 25.735 ekor (22,60 persen),

untuk tahun 2009 ada sebanyak 141.701 ekor

populasi Itik maka jika dibandingkan pada

tahun 2008 terjadi penambahan kembali

jumlah populasi Itik sebanyak 2.094 ekor (1,5

persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010

ada sebanyak 143.118 ekor Itik maka jika

dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Itik

sebanyak 1.417 ekor (1 persen). Jumlah peternak Itik ini sebanyak 11.270

peternak sampai dengan 21.750 peternak dengan rata-rata kepemilikan per

peternak sebanyak 6 ekor/peternak sampai dengan 13 ekor/peternak. Penyebaran

populasi untuk Itik terbanyak ada di Kec. Tambak, Kec. Kemranjen, Kec.

Sumpiuh, Kec. Sumbang Kemranjen dan Kec. Ajibarang.

Industri peternakan seperti perusahaan pembibitan ayam ada 1 buah,

perusahaan penggemukan sapi potong ada 1 buah, untuk jumlah koperasi yang

bergerak di usaha peternakan ada 1 buah dan rumah pemotongan hewan ada 9

buah yaitu RPH Wangon, RPH Sumpiuh, RPH Banyumas, RPH Ajibarang, RPH

Ajibarang, RPH Cilongok, RPH Sokaraja, RPH Kembaran, RPH Purwokerto

Timur, RPH Purwokerto Barat.

5. Sektor Perkebunan

Pembangunan bidang perkebunan merupakan usaha yang penting untuk

menunjang kegiatan perekonomian, dari berbagai jenis komoditi tanaman

perkebunan seperti, kelapa deres, jahe dan cengkeh merupakan komoditi yang

cukup berpotensi di Kabupaten Banyumas sampai saat ini, berdasarkan laporan

dari Dinpertanbunhut Kabupaten Banyumas, jenis tanaman perkebunan yang ada

di wilayah Kabupaten Banyumas, sebagai berikut :

a. Karet

Luas areal perkebunan Karet yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan

bulan Juni 2010 mengalami peningkatan secara terus menerus begitu pula

dengan produksi Getah Karet yang dihasilkannya mengalami peningkatan

produksi secara terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal Karet mencapai

115,65 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 130,26 Ha jika

Page 36: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 36

dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 terjadi peningkatan luas

areal perkebunan Karet seluas 14,61 Ha (12,63 persen), pada tahun 2008 luas

areal mencapai 144,03 Ha jika

dibandingkan tahun 2007 maka terjadi

peningkatan areal seluas 13,77 Ha (10,57

persen), pada tahun 2009 luas areal

mencapai 209,88 Ha jika dibandingkan

pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan

luas areal tanaman karet seluas 65,85 Ha (45,72 persen) dan sampai dengan

bulan Juni 2010 luas areal tanaman karet mencapai 422,97 Ha maka jika

dibandingkan luas areal pada tahun 2009 terjadia peningkatan kembali luas

areal tanaman karet seluas 213,09 Ha (101,53 persen). Untuk produksi Getah

Karet yang dihasilkan dari tanaman karet pada tahun 2006 sebanyak 5,58

ton, tahun 2007 produksinya mencapai 5,81 ton jika dibandingkan pada

tahun 2006 maka terjadi penurunan produksi sebanyak 0,23 ton (4,12

persen), pada tahun 2008 produksinya mencapai 5,90 ton jika dibandingkan

tahun 2007 maka terjadi peningkatan produksi sebanyak 0,09 ton (1,55

persen), pada tahun 2009 produksi yang dihasilkan mencapai 6 ton jika

dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan produksi Getah

Karet sebanyak 0,10 ton (1,69 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010

produksi Getah Karet yang dihasilkannya mencapai 3,30 ton maka jika

dibandingkan luas areal pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah

produksi Getah Karet yang diproduksinya sebanyak 2,70 ton (45 persen).

Tanaman Karet ini ada di wilayah Kroempoet Banyumas.

b. Teh

Luas areal perkebunan Teh yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan

bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik turun begitu pula dengan produksi

dari daun Teh yang dihasilkannya mengalami penurunan produksi secara

terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal Teh seluas 54,65 Ha, pada tahun

2007 luas areal mencapai 52,68 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada

tahun 2006 terjadi penurunan luas areal perkebunan Teh seluas 1,99 Ha

(3,64 persen), pada tahun 2008 luas areal mencapai 48,39 Ha jika

dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penurunan kembali luas areal

tanaman Teh seluas 4,27 Ha (8,11 persen), pada tahun 2009 sampai dengan

bulan Juni 2010 luas areal mencapai 44,39 Ha jika dibandingkan pada tahun

2007 maka terjadi penurunan luas areal tanaman Teh seluas 4,27 Ha (8,11

persen). Untuk produksi Dauh Teh yang dihasilkan dari tanaman Teh pada

Page 37: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 37

tahun 2006 sebanyak 27,08 ton, tahun 2007 produksinya mencapai 16,06 ton

jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan produksi

sebanyak 11,03 ton (40,73 persen), pada tahun 2008 produksinya mencapai

17,48 ton jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan produksi

sebanyak 1,41 ton (8,79 persen), pada tahun 2009 produksi yang dihasilkan

mencapai 14,39 ton jika dibandingkan

pada tahun 2008 maka terjadi penurunan

produksi Daun Teh yang dihasilkan

sebanyak 3,07 ton (17,58 persen) dan

sampai dengan bulan Juni 2010 produksi

Daun Teh yang dihasilkannya mencapai

7,20 ton jika dibandingkan luas areal

pada tahun 2009 terjadi penurunan kembali jumlah produksi Daun Teh yang

diproduksinya sebanyak 7,19 ton (49,97 persen), jumlah produksi dari Daun

Teh yang dihasilkannya sangat dipengaruhi dari luas areal yang semakin

berkurang sehingga berdampak terhadap jumlah produksi Daun Teh yang

dihasilkannya. Wilayah pengembangan komoditas basis perkebunan untuk

tanaman Teh ada di wilayah Kec. Pekuncen, Kec. Baturaden dan Kec.

Sumbang.

c. Kopi

Kopi yang ada di Kabupaten Banyumas yaitu jenis Kopi Robusta dan Kopi

Arabika, luas areal perkebunan Kopi Robusta pada tahun 2006 seluas 475,11

Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 75,14 ton pada tahun

2007 luas areal menjadi 480,37 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 83,51

ton, pada tahun 2008 luas areal tetap yaitu 480,37 Ha dengan jumlah

produksi sebanyak 84,69 ton, pada tahun 2009 luas areal menjadi 495,12 Ha

dengan jumlah produksi sebanyak 77,09 ton dan sampai dengan bulan Juni

2010 luas areal tanaman Kopi Robusta seluas

495,12 Ha dengan jumlah produksi yang

dihasilkan sebanyak 4,88 ton. Sedangkan

untuk jenis tanaman Kopi Arabika pada tahun

2006 luas areal 24,62 Ha jumlah dengan

produksi sebanyak 5,57 ton, pada tahun 2007

luas menjadi 21,77 Ha dengan jumlah

produksi kopi sebanyak 3,19 ton, pada tahun 2008 luas areal tanaman seluas

18,77 Ha dengan produksi yang dihasilkan sebanyak 4,50 ton, pada tahun

2009 luas areal menjadi 16,38 Ha jumlah produksi 4,11 ton, pada tahun 2010

Page 38: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 38

luas areal tanaman tetap yaitu 16,38 Ha dan sampai dengan bulan Juni 2010

jumlah produksi baru mencapai 0,03 ton. Wilayah pengembangan komoditas

andalan perkebunan untuk tanaman kopi robusta di Kabupaten Banyumas

yaitu di wilayah Kec. Tambak, Kec. Somagede, Kec. Kalibagor, Kec.

Ajibarang, Kec. Gumelar, Kec. Pekuncen, Kec. Baturaden, Kec. Sumbang

dan Kec. Kembaran.

d. Tembakau

Untuk tanaman Tembakau luas areal perkebunan Tembakau yang ada dari

tahun tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami peningkatan

terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Tembakau seluas

39,45 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 61,25 Ha jika dibandingkan

dengan luas areal pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan luas areal

perkebunan Tembakau seluas 21,80 Ha (55,26 persen), pada tahun 2008 luas

areal menjadi 63,45 Ha jika dibandingkan tahun

2007 maka terjadi peningkatan kembali luas areal

tanaman Tembakau seluas 2,20 Ha (3,59 persen),

pada tahun 2009 luas areal menjadi 62,40 Ha jika

jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi

penurunan luas areal tanaman Tembakau seluas 1,05

Ha (1,65 persen) dan sampai dengan bulan Juni

2010 luas areal tanaman Tembakau baru mencapai 5

Ha. Untuk junlah produksi yang dilaporkan pada tahun 2006 mencapai 3 ton,

pada tahun 2007 produksinya mencapai 33,18 ton dan pada tahun 2008

produksi dari Daun Tembakau yang dihasilkan sebanyak 39 ton. Adapun

wilayah pengembangan komoditas andalan perkebunan untuk tanaman

tembakau yaitu di Kec. Wangon, Kec. Rawalo, Kec. Kebasen,

Kec. Jatilawang dan Kec. Purwojati.

e. Kakao

Untuk tanaman Kakao luas areal perkebunan Kakao yang ada dari tahun

tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik turun.

Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Kakao seluas 8,03 Ha, pada tahun

2007 sampai dengan tahun 2009 luas areal mencapai 8 Ha jika dibandingkan

dengan luas areal pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan luas areal

perkebunan Kakao seluas 0,03 Ha (0,37 persen) dan sampai dengan bulan

Juni 2010 luas areal perkebunana Kakao menjadi 20,85 Ha dimana terjadi

peningkatan luas areal perkebunan jika dibandingkan pada tahun 2007 yaitu

Page 39: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 39

seluas 12,85 Ha (160,3 persen). Sedangkan untuk jumlah produksi yang

dilaporkan oleh Dinpertanbunhut pada tahun 2006 mencapai 0,72 ton, pada

tahun 2007 produksinya mencapai 0,60 ton

jika dibandingkan produksi pada tahun 2006

maka terjadi penurunan jumlah produksi

Kakao sebanyak 0,12 ton (16,67 persen) dan

pada tahun 2008 sampai dengan bulan Juni

2010 berturut-turut produksi yang dihasilka

dari perkebunan Kakao sebanyak 0,70 ton

jika dibandingkan produksi pada tahun 2007 maka produksinya mengalami

peningkatan sebanyak 0,10 ton (16,67 persen), wilayah pengembangan

perkebunan Kakao ada di Kec. Ajibarang, Kec. Gumelar dan Kec. Pekuncen.

f. Lada

Untuk tanaman Lada luas areal perkebunan Lada yang ada dari tahun tahun

2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami penurunan terus menerus.

Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Lada seluas 163,72 Ha, pada tahun

2007 luas areal mencapai 148,42 Ha jika dibandingkan dengan luas areal

pada tahun 2006 maka terjadi penurunan luas

areal perkebunan Lada seluas 15,30 Ha (9,35

persen), pada tahun 2008 luas areal menjadi

102,63 Ha jika dibandingkan tahun 2007

maka terjadi penurunan kembali luas areal

tanaman Lada seluas 45,79 Ha (30,85 persen),

pada tahun 2009 luas areal menjadi 97,59 Ha jika jika dibandingkan pada

tahun 2008 terjadi penurunan luas areal tanaman Tembakau seluas 5,04 Ha

(5,04 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal tanaman Lada

tidak mengalami perubahan yaitu mencapai 97,59 Ha. Untuk jumlah

produksi Lada yang dilaporkan pada tahun 2006 mencapai 63,98 ton, pada

tahun 2007 produksinya mencapai 36,57 jika dibandingkan pada tahun 2006

maka terjadi penurunan jumlah produksi Lada sebanyak 27,41 ton (42,84

persen), tahun 2008 jumlah produksi sebanyak 29,18 jika dibandingkan

produksi tahun 2007 terjadi penurunan produksi sebanyak 7,39 ton (20,21

persen), pada tahun 2009 produksi dari Lada sebanyak 26,53 ton jika

dibandingkan produksi pada tahun 2008 maka terjadi penurunan kembali

jumlah produksi sebanyak 2,65 ton (9,08 persen) dan sampai dengan bulan

Juni 2010 produksi Lada baru mencapai 0,55 ton. Wilayah pengembangan

komoditas andalan perkebuan untuk tanaman Lada ada di wilayah

Page 40: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 40

Kec. Lumbir, Kec. Jatilawang, Kee. Sumpiuh, Kec. Somagede,

Kec. Gumelar dan Kec. Karanglewas.

g. Vanili

Luas areal perkebunan Vanili yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan

bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik turun begitu pula dengan produksi

dari Vanili yang dihasilkannya mengalami fluktuasi naik turun. Pada tahun

2006 luas areal Vanili yang ada seluas 27,58 Ha, pada tahun 2007 luas areal

mencapai 19,84 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006

terjadi penurunan luas areal perkebunan

Vanili seluas 7,74 Ha (28,06 persen),

pada tahun 2008 luas areal mencapai 8,79

Ha jika dibandingkan tahun 2007 maka

terjadi penurunan kembali luas areal

tanaman Vanili seluas 11,05 Ha (55,70

persen), pada tahun 2009 sampai dengan

bulan Juni 2010 luas areal mencapai

10,39 Ha jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan luas

areal tanaman Vanili seluas 1,60 Ha (18,20 persen). Untuk produksi Vanili

yang dihasilkan pada tahun 2006 sebanyak 8,15 ton, tahun 2007 produksinya

mencapai 2,46 ton jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi

penurunan produksi sebanyak 5,69 ton (69,82 persen), pada tahun 2008

produksinya mencapai 0,04 ton jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi

penurunan produksi sebanyak 2,42 ton (98,37 persen), pada tahun 2009

produksi yang dihasilkan mencapai 1,43 ton jika dibandingkan pada tahun

2008 maka terjadi peningkatan produksi Vanili yang dihasilkan sebanyak

1,39 ton (3.475 persen).

h. Tebu

Luas areal perkebunan Tebu yang ada dari tahun tahun 2007 sampai dengan

bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan

turun. Pada tahun 2007 luas areal perkebunan

Tebu seluas 21 Ha, pada tahun 2008 luas areal

mencapai 76 Ha jika dibandingkan dengan luas

areal pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan

luas areal perkebunan Tebu seluas 55 Ha

(261,90 persen), pada tahun 2009 luas areal

menjadi 32,76 Ha jika dibandingkan tahun

Page 41: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 41

2008 terjadi penurunan luas areal tanaman Tebu seluas 43,24 Ha (56,89

persen) dan pada tahun 2010 luas areal menjadi 31,71 Ha jika jika

dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi penurunan kembali luas areal

tanaman Tebu seluas 1,05 Ha (3,21 persen). Untuk jumlah produksi Tebu

yang dilaporkan pada tahun 2007 mencapai 67,09 ton, tahun 2008

produksinya mencapai 295,40 ton dan pada tahun 2009 produksinya

mencapai 135,70 ton.

i. Kelapa

Jenis tanaman kelapa ada dua jenis yaitu Kelapa Dalam dan Kelapa Deres.

Luas areal perkebunan yang ditanami Kelapa Dalam maupun Kelapa Deres

dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami perkembangan

fluktuasi naik dan turun begitu pula dengan

jumlah produksi yang dihasilkan baik Kelapa

Dalam maupun Kelapa Deres juga mengalami

fluktuasi naik dan turun. Pada tahun 2006 luas

areal perkebunan Kelapa Dalam seluas 13.616,82

Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan

sebanyak 10.182,81 ton, pada tahun 2007 luas

areal mencapai 13.296,46 Ha dengan jumlah

produksi sebanyak 9.911,42 ton, pada tahun 2008

luas areal mencapai 12.619,10 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan

sebanyak 12.597,70 dan pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010

luas areal perekebunan Kelapa Dalam yang dilaporkan Dinpertanbunhut

Kabupaten Banyumas mencapai 12.736,05 Ha dengan jumlah produksi yang

dihasilkannya pada tahun 2009 mencapai 12.206,42 ton dan sampai dengan

bulan Juni 2010 produksinya baru mencapaui 6.750 ton. Untuk perkebunan

Kelapa Deres luas areal pada tahun

2006 mencapai 4.599,56 Ha dengan

jumlah produksi mencapai 45.507,89

ton, pada tahun 2007 luas areal seluas

5.193,22 Ha dengan jumnlah produksi

sebanyak 49.608,53 ton, pada tahun

2008 luas areal yang ada mencapai

5.156,43 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan mencapai 51.341,20

ton, pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal yang

dilaporkan oleh Dinpertanbunhut Kabupaten Banyumas seluas 5.156,43 Ha

dengan jumlah produksi yang dihasilkan dari tanaman Kelapa Deres ini pada

Page 42: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 42

tahun 2009 mencapai 51.400 ton dan pada tahun 2010 jumnlah produksi

yang dihasilkannya mencapai 25.700 ton. Wilayah pengembangan

komoditas andalan perkebunan Kelapa di Kabupaten Banyumas untuk

Kelapa Dalam ada di wilayah Kec. Jatilawang, Kec. Kemranjen, Kec.

Kembaran, Kec. Kalibagor, Kec. Kedungbanteng, Kec.

Baturaden, Kec. Sumbang dan Kec. Sokaraja sedangkan untuk Kelapa Deres

ada di wilayah Kec. Cilongok, Kec.Wangon, Kec. Kebasen, Kec. Sumpiuh,

Kec. Somagede, Kec. Banyumas, Kec. Purwojati, Kec. Patikraja, Kec.

Ajibarang, Kec. Pekuncen dan Kec. Karanglewas.

j. Cengkeh

Luas areal perkebunan Cengkeh yang ada dari tahun tahun 2006 sampai

dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun begitu pula

dengan jumlah produksi dari tanaman Cengkeh tersebut juga mengalami

fluktuasi naik dan turun. Pada tahun 2006 luas

areal Cengkeh mencapai 2.400,90 Ha, pada

tahun 2007 luas areal mencapai 1.792,57 Ha jika

dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006

terjadi penurunan luas areal perkebunan

Cengkeh seluas 608,33 Ha (25,34 persen), pada

tahun 2008 luas areal mencapai 1.370,86 Ha jika

dibandingkan tahun 2007 maka terjadi

penurunan luas areal perkebunan Cengkeh seluas 421,71 Ha (23,53 persen),

pada tahun 2009 luas areal mencapai 1.729,09 Ha jika dibandingkan pada

tahun 2008 maka terjadi peningkatan luas areal tanaman Cengkeh seluas

421,23 Ha (30,73 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal

tanaman Cengkeh mencapai 422,97 Ha. Untuk jumlah produksi Cengkeh

yang dihasilkan pada tahun 2007 sebanyak 230,15 ton, tahun 2008

produksinya mencapai 102,32 ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka

terjadi penurunan produksi sebanyak 127,83 ton (55,54 persen), pada tahun

2009 produksinya mencapai 109,41 ton jika dibandingkan tahun 2008 maka

terjadi peningkatan produksi sebanyak 7,09 ton (6,93 persen). Wilayah

pengembangan komoditas andalan perkebunan Cengkeh ada wilayah

Kec. Kedungbanteng, Kec. Sumpiuh, Kec. Tambak dan Kec. Somagede.

k. Pala

Luas areal perkebunan Pala yang ada dari tahun tahun 2007 sampai dengan

bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun begitu pula dengan

Page 43: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 43

produksi dari buah Pala yang di hasilkannya mengalami perkembangan

fluktuasi naik dan turun, pada tahun 2007 luas areal perkebunan Pala

mencapai 132,06 Ha, tahun 2008 luas areal

perkebunan mencapai 134,34 Ha jika

dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2007

terjadi peningkatan luas areal perkebunan Pala

seluas 2,28 Ha (1,73 persen), pada tahun 2009

luas areal mencapai 130,30 Ha jika dibandingkan

tahun 2008 terjadi penurunan luas areal seluas

4,04 Ha (3,01 persen). Untuk jumlah produksi Pala yang dihasilkan pada

tahun 2007 sebanyak 9,16 ton, tahun 2008 produksinya mencapai 8,74 ton

jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi penurunan produksi

sebanyak 0,42 ton (4,59 persen), pada tahun 2009 produksinya mencapai

9,71 ton jika dibandingkan tahun 2008 maka terjadi peningkatan produksi

sebanyak 0,97 ton (11,10 persen).

Tabel 3.7.

Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Perkebunan

di Kabupaten Banyumas

No. Nama Komoditas Wilayah Kecamatan

1. Kelapa Dalam Jatilawang, Kemranjen, Kembaran, Kalibagor, Kedungbanteng, Baturaden, Sumbang dan Sokaraja

2. Kelapa Deres Cilongok, Wangon, Kebasen, Sumpiuh, Somagede, Banyumas, Purwojati, Patikraja, Ajibarang, Pekuncen dan Karanglewas

3. Cengkeh Sumpiuh, Tambak dan Somagede 4. Kopi Robusta Tambak, Somagede, Kalibagor, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen,

Baturaden, Sumbang dan Kembaran 5. Lada Lumbir, Jatilawang, Sumpiuh, Somagede, Gumelar dan

Karanglewas 6. Kencur Somagde dan Purwojati 7. Jahe Gajah Somagede 8. Niam Pekuncen 9. Kapulaga Kemranjen dan Sumpiuh

10. Kunir Purwojati 11. Laos Rawalo 12. Tembakau Purwojati dan Kebasen 13. Temu Lawak Rawalo

Kelembagaan teknologi tepat guna berdasarkan laporan dari Bapermas PKB

Kabupaten Banyumas, jumlah pos pelayanan teknologi pedesaan ada sebanyak 27

buah yang tersebar di 27 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas.

Sedangkan jumlah warung teknologi desa ada sebanyak 331 buah yang tersebar di

desa-desa di 27 Kecamatan Kabupaten Banyumas. Untuk Kelompok sumber daya

sosial seperti Karang Taruna ada 331 kelompok Karang Taruna berdasarkan laporan

Page 44: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 44

dari Bakesbangpolinmas Kabupaten Banyumas dan 147 kelompok usaha peternakan

berdasarkan laporan dari Dinakkan Kabupaten Banyumas.

B. Pertambangan dan Energi

1. Pertambangan

Kabupaten Banyumas dilihat dari segi geologi merupakan daerah yang

mempunyai berbagai Kabupaten Banyumas dilihat dari segi geologi merupakan

daerah yang mempunyai berbagai macam bahan galian, terutama bahan galian

Golongan C (BGGC). Batuan Beku dan Batuan Sediment tersebar merata di

seluruh Wilayah Kabupaten Banyumas, sehingga sangat potensial untuk

pengembangan jenis usaha penambangan bahan galian golongan C. Potensi

bahan galian golongan C yang ada di Kabupaten Banyumas tersebut antara lain :

a. Phospat, di Desa Darmakradenan Kec.

Gumelar dengan cadangan 236.059 ton

dan di Desa Sawangan Kec. Patikraja

dengan cadangan 520.970 ton.

Keguman Phospat yaitu untuk keperluan

industri pupuk alam, pupuk buatan dan

industri karet.

b. Batu Gamping, di Desa Sawangan dan Desa Darmakradenan Kee. Gumelar

dengan cadangan 442.181.173 ton. Kegunaan bahan baku kapur tohor,

bahan baku klinker semen dan bahan

baku industri keramik, pembuatan

kalsium, bahan penghilang warna

dalam industri minyak, bahan pasta,

sebagai flux dan bahan tahan api.

c. Granodiorit, dengan cadangan

11.566.976 ton berada di Desa Baseh

Kec. Kedungbanteng, kegunaan sebagai bahan bangunan (pondasi),

ornamen lantai dan cindera mata.

d. Batu Rai / Tempel (Andesit), dengan

cadangan 775.186 berada di

Kec. Pekuncen. Kegunaan sebagai

bahan bangunan (pondasi rumah,

gedung, jalan, jembatan, bending) dan

ornament.

e. Andesit Hornblende, dengan 201.388,14 ton

Page 45: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 45

berada di Desa Melung Kec. Kedungbanteng. Kegunaan sebagai bahan

bangunan (pondasi), ornament, rumah, keamik dan cindera mata.

f. Diorit, dengan cadangan 3.950.000.000 ton berada di Kec. Purwojati dan

Kec. Ajibarang. Kegunaan sebagai bahan bangunan seperti pondasi rumah,

gedung, jalan, jembatan, dll.

g. Kaolin, dengan cadangan 324.760 ton, berada di Kee. Gumelar dan 210.745

ton berada di Kec. Cilongok. Kegunaannya, yaitu sebagai bahan industri

seperti industri keramik, karet, peptisida dan cat.

h. Sirtu, dengan cadangan 5.846.340 ton, berada di sepanjang sungai Logawa,

Tajum, Krukut, Banjaran. Kegunaan sebagai bahan bangunan.

i. Trass, dengan cadangan 560 ton, berada di Kee. Kedungbanteng.

Kegunaannya sebagm bahan adonan bata dan adukan konstruksi beton,

campuran pembuatan batako dan bahan pembuatan semen puzzoland.

j. Tanah Liat, dengan cadangan 45.487.328 ton, berada di Kec. Sokaraja,

Ajibarang, Banyumas, Kembaran, Gumelar dan Lumbir. Kegunaan sebagai

bahan industri keramik, gerabah, bata dan genteng.

Disamping potensi akan Bahan Galian Golongan C, di Kabupaten

Banyurnas ada beberapa wilayah yang mempunyai potensi kandungan Emas

antara lain di Kec. Ajibarang seluas 4.202 Ha, Kec. Cilongok seluas 4,992 Ha,

Kee. Banyumas seluas 4,948 Ha dan Kee. Somagede seluas 4,997 Ha.

Diperkirakan potensi Emas yang ada di Kab. Banyumas mencapai 9,47 ton

(Sumber : Dinas Energi dan SDM Kab. Banyumas, Th. 2010).

Permasalahan pokok mengenai Pertambangan di Kabupaten Banyumas

adalah, banyaknya kegiatan pertambangan yang tidak memperhatikan

keseimbangan lingkungan, belum optimalnya pengelolaan kegiatan

pertambangan masyarakat dan belum tersedianya peta potensi pertambangan.

2. Energi

Kemajuan pembangunan segala bidang di Kabupaten Banyumas,

menuntut penyediaan kebutuhan listrik yang sangat besar. Empat tahun terakhir

menunjukkan kebutuhan jaringan listrik bagi masyarakat Kabupaten Banyumas

meningkat tajam dari tahun ke tahun.

Tabel 3.8.

Banyaknya Pelanggan Listrik PLN Tahun 2005 - 2008

No. Tahun Jumlah RT Jumlah Pelanggan Ratio Elektrifikasi (%)

1. 2006 388.004 252.910 65,18

2. 2007 396.269 269.820 68,09

Page 46: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 46

No. Tahun Jumlah RT Jumlah Pelanggan Ratio Elektrifikasi (%)

3. 2008 400.280 276.682 69,12

4. 2009 403.383 293.626 72,79

Sumber: Dinas ESDM Kab. Banyumas Tahun 2010.

Cakupan pelayanan listrik di Kabupaten Banyumas setiap tahunnya

mengalami peningkatan secara terus menerus dari tahun 2006 sampai dengan

tahun 2009. Pada akhir tahun 2006 jumlah pelanggan sebanyak 252.910 unit

meningkat menjadi 293.626 unit pada tahun 2009. Sedangkan rasio elektrifikasi

juga menunjukkan kondisi yang terus meningkat dari 65,18% pada tahun 2006

menjadi 72,79 % pada tahun 2009. Permasalahan umum yang muncul adalah

masih terdapatnya wilayah yang belum terjangkau listrik dan masih terbatasnya

sumber-sumber energi alternatif.

Di Kabupaten Banyumas tersedia satu buah sumber energi listrik yang

berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terletak di Desa Ketenger

Kec. Baturaden. Masyarakat disamping memanfaatkan listrik yang berasal dari

PLN juga ada sebagian yang menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Desel

(PLTD) untuk digunakan sehari-hari antara lain untuk berjualan oleh Pedagang

Kaki Lima (PKL), maupun masyarakat pedesaan yang belum terjangkau listrik

dari PLN. Sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat sebanyak 49 unit masyarakat

yang menggunakan PLTD. Disamping itu bagi masyarakat pedesaan khusunya

yang ada di pegunungan dan belum bisa terjangkau pelayanan listrik oleh PLN

menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Sarana pelayanan bahan bakar berupa SPBU di Kabupaten Banyumas

berdasarkan laporan dari Dinas ESDM Kabupaten Banyumas pada tahun 2006

berdiri 26 SPBU, tahun 2007 ada

penambahan SPBU 1 buah sehingga

menjadi 26 buah, pada tahun 2008 ada

penambahan kembali 1 buah SPBU

sehingga jumlah keseluruhan SPBU

menjadi 28 buah SPBU, tahun 2009

dan sampai dengan bulan Juni 2010

jumlah SPBU yang terdaftar di Dinas ESDM Kabupaten Banyumas sudah

berjumlah 28 buah, dimana SPBU tersebut tersebar di beberapa wilayah

Kabupaten Banyumas.

Page 47: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 47

Untuk Depo Minyak Tanah / Pangkalan yang ada di Kab. Banymnas

pada tahun 2009 hanya ada 11 buah dan pada sampai dengan bulan Juni 2010

berdiri Depo Minyak Tanah / Pangkalan sebanyak 100 buah. Sedangkan sarana

pelayanan bahan bakar SPBE di Kabupaten Banyumas baru berdiri 2 buah, yaitu

di wilayah Kec. Kalibagor dan Kec. Cilongok.

C. Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan Pertanahan

1. Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan hidup dalam waktu satu dasa warsa terakhir

cenderung mengalami penurunan kualitas, hal ini ditandai dengan luasnya lahan

kritis, meningkatnya pencemaran lingkungan dan berkurangnya hutan produktif

serta terjadinya bencana alam. Tabel 3.6 berikut ini menunjukkan luas lahan

kritis di wilayah Perum Perhutani Banyumas :

Tabel 3.9.

Luas Lahan Kritis Tahun 2006 - 2010

No. Tahun Luas Lahan Kritis (Ha) Perubahan (%)

1. 2006 17.000 6,42 2. 2007 17.000 - 3. 2008 17.775 4,56 4. 2009 17.775 - 5. 2010 17.775 -

Sumber : DCKKTR Kabupaten Banyumas Tahun 2010.

Banyumas memiliki kawasan hutan yang terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah

meliputi :

a. Kawasan Hutan Banyumas Timur yang dikelola

oleh Perum Perhutani Banyumas Timur dengan luas

kawasan hutannya mencapai 18.059,50 Ha, terdiri

dari hutan lindung seluas 9.082,20 Ha, hutan

produksi seluas 8.977,30 Ha;

b. Kawasan Hutan Banyumas Barat yang dikelola oleh

Perum Perhutani Banyumas Barat dengan luas

kawasan hutannya mencapai 8.235,80 Ha terdiri dari

hutan lindung 79,30 Ha dan hutan produksi 8.156,50.

c. Kawasan Hutan Kedu Selatan, yang meliputi wilayah yang berbatasan

dengan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara.

Page 48: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 48

Berdasarkan fungsi hutan, di Banyumas mempunyai hutan lindung seluas

9.082,20 ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Timur dan 79,30 ha di

wilayah Perum Perhutani Banyumas Barat. Sedangkan untuk Hutan Produksi

seluas 8.977,30 ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Timur dan 8.156.50

ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Barat.

Tabel 3.10.

Luas Hutan Menurut Fungsinya di Wilayah Perum Perhutani Banyumas Timur dan di wilayah Perum Perhutani Banyumas Barat Tahun 2008

Luas Hutan (Ha) No. Fungsi Hutan Perum Perhutani

Banyumas Timur Perum Perhutani Banyumas Barat

1. Hutan Suaka - - 2. Hutan Lindung 9.294,07 79,30 3. Hutan Produksi 9.471,80 8.156,50 4. Hutan Lainnya (LDTI) -

Jumlah 18.765,87 8.235,00

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Kawasan lindung di Kabupaten Banyumas, baik dalam konteks wilayah

internal maupun regional, membentuk suatu kesatuan yang secara sinergis

memberikan perlindungan dari daerah hulu hingga hilir tanpa dibatasi oleh

batasan-batasan administratif Kriteria yang, dipergunakan untuk menentukan

kawasan lindung ini didasarkan pada

Keppres No. 32 Tahun 1990.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka

kawasan lindung yang terdapat di

Kabupaten Banyumas adalah kawasan

yang melindungi kawasan

bawahannya, kawasan perlindungan

dungan setempat, kawasan suaka alam dan cagar budaya, serta kawasan rawan

bencana.

Berdasarkan identiflkasi potensi dan permasalahan kondisi fisik lahan

kawasan yang disesuaikan dengan kriteria kawasan lindung yang telah

dikemukakan sebelumnya (SK Mentan No. 698/Kpts/Um/8/1981 dan No.

837/Kpts/Um/1 1/1980), maka kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan

hutan lindung di Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut :

Page 49: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 49

a. Daerah kerucut Gunung Slamet, yaitu meliputi kecamatan Pekuncen,

Kecamatan Cilongok, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturaden,

dan Kecamatan Sumbang.

b. Kawasan hutan yang memanjang dari Kecamatan Rawalo sampai ke

Kecamatan Tambak yang melewati Kecamatan Patikraja, Kecamatan

Kebasen, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan

Sumpiuh dan Kecamatan Somagede.

c. Kawasan hutan di bagian Barat Kabupaten Banyumas yang berada di

wilayah Kecamatan Lumbir, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Ajibarang,

Kecamatan Wangon dan Kecamatan Purwojati.

Kawasan rawan bencana gerakan tanah merupakan wilayah dengan

kondisi permukaan tanah mudah longsor/bergerak karena pada daerah tersebut

terdapat zona tanah bergerak. Kawasan ini tertutup bagi permukiman,

persawahan, kolam ikan, kegiatan pemotongan lereng, atau budidaya lain yang

membahayakan keselamatan manusia dan lingkungan. Kegiatan pertanian

tanaman tahunan masih dapat dilakukan. Di wilayah Kabupaten Banyumas

kawasm rawan bencana gerakan tanah terdapat di beberapa wilayah, yaitu :

Kecamatan Pekuncen, Gumelar, Lumbir, Wangon, Cilongok, Purwojati,

Banyumas, Somagede, Kemranjen, Kebasen, Palwija, Kedungbanteng dan

Rawalo.

Disisi lain di wilayah Kabupaten Banyumas, kawasan perlindungan

bahaya banjir terdapat pada bagian selatan Kabupaten Banyumas yang tercakup

dalam wilayah Keamatan Sumpiuh, Kemranjen, Wangon, Jatilawang dan

Tambak. Pada daerah rawan banjir ini pemerintah perlu mernbuat kebijakan

yang tepat untuk melindungi daerah rawan bencana, seperti adanya pemantapan

kawasan lindung di antaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus

(tanaman tahunan).

Permasalahan yang mendasar dan perlu penangan serius untuk

pengembangan linkungan hidup adalah masalah penurunan kualitas lingkungan

hidup yang disebabkan pemaanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah

lingkungan, rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas

lingkungan hidup dan lemahnya pengawasan dan koordinasi antar sektor dalam

pemanfaatan sumberdaya alam.

2. Tata Ruang dan Pertanahan

Sebagai gambaran saat ini, penggunaan lahan di Kabupaten Banyumas

dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:

Page 50: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 50

a. Penggunaan lahan Rural atau Pedesaan yang meliputi penggunaan tanah

sawah, tegalan, kebun campur dan perkebunan, yang menyebar pada

beberapa bagian di wilayah Kabupaten Banyumas.

b. Penggunaan lahan Urban atau Pusat Keramaian yang meliputi penggunaan

tanah perumahan, perekonomian, jusa, perdagangan, industri dan lain

sebagainya, yang tersebar di bagian utara, tengah dan selatan wilayah

Kabupaten Banyumas.

c. Penggunaan lahan Enviromental Conservation atau konservasi lingkungan

yang meliputi penggunaan lahan pada Daerah kerucut Gunung Slamet, yaitu

meliputi keccamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan

Kedungbanteng, Kecamatan Baturaden dan Kecamatan Sumbang. Kawasan

hutan yang memanjang dari Kecamatan Rawalo sampai ke Kecamatan

Tarnbak yang melewati kecamatan Patikraja, Kecamatan Kebasen,

Kecamatan Banyumas, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh dan

Kecamatan Somagede. Kawasan hutan di bagian Barat Kabupaten

Banyumas berada di wilayah Kecamatan Lumbir, Kecamatan Gumelar,

Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Wangon dan Kecamatan Purwojati.

Hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten Banyumas merupakan

kawasan budidaya pertanian dengan tingkat kesuburan yang cukup baik. Namun

demikian dari pemanfaatan tanah yang ada masih belum maksimal

penggunaannya terhadap kegiatan produktif. Sebagai gambaran proporsi pola

tata guna lahan Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.11.

Pola Tata Guna Lahan Kabupaten Banyumas

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

1. Lahan Sawah

a. Pengairan Teknis b. Pengairan Setengah Teknis c. Pengairan Sederhana PU d. Pengairan Non PU e. Tadah Hujan f. Pasang Surut g. Tanah Sawah Lebak, Polder dll. h. Tanah Sawah yang sementara tidak diusahakan

2. Lahan Pertanian Bukan Sawah

a. Tegal/kebun b. Ladang/huma c. Perkebunan

32.219 10.650 4.827 5.933 4.761 6.048

- - -

53.293 27.408

61 11.132

24,27

40,14

Page 51: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 51

d. Ditanami pohon/hutan rakyat e. Tambak f. Kolam/Tebat/Empang g. Padang Pengembalaan/rumput h. Sementara tidak diusahakan i. Lainnya (pekarangan yang ditanami pertanian, dll)

3. Lahan Bukan Pertanian

a. Rumah, Bangunan dan halaman sekitarnya b. Hutan negara c. Rawa-rawa (tidak ditanami) d. Lainnya (jalan, sungai, danau lahan tandus, dll.)

9.579 7

404 35 8

4.659

47.247 16.667 26.327

2 4.251

35,59

Jumlah / Total 132.759 100,00

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Dari wilayah seluas 132.759 Ha, dimana merupakan lahan sawah sekitar

32.219 Ha atau sekitar 24,27 persen dari wilayah Kabupaten Banyumas dan

sekitar 10.650 Ha (8,02 persen) sawah dengan pengairan teknis. Sedangkan

sekitar 53.293 (40,14 persen) merupakan lahan pertanian bukan sawah, sekitar

27.408 (20,65 persen) merupakan lahan tegalan/kebun. Untuk lahan bukan

pertanian sekitar 47.24 Ha (35,59 persen) dimana sekitar 26.327 Ha (19,83

persen) merupakan lahan hutan negara dan 16.667 Ha (12,56 persen) merupakan

lahan untuk perumahan, bangunan dan pekarangan/halaman.

Guna menjaga keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan nasional,

maka Kabupaten Banyumas dijadikan sebagai salah satu daerah produksi

pangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor

21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa

Tengah. Perda tersebut diperkuat dengan adanya kesepakatan antara

Bupatil/Walikota se-Jawa Tengah untuk mempertahankan lahan sawah yang

produktif dari alih fungsi lahan. Permasalahan umum tata ruang adalah

ketidakkonsistenan penggunaan lahan sesuai fungsi yang ditetapkan dalam

perencanaan tata ruang dan lemahnya pengendalian dan pengawasan

pemanfaatan ruang daerah.

Berdasarkan laporan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN Pertanahan)

Kabupaten Banyumas jumlah tanah yang bersertifikat Hak Milik pada tahun

2006 sebanyak 214.091 bidang, tahun 2007 ada sebanyak 224.668 bidang

dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah tanah yang bersertfikat Hak

Milik sebanyak 10.577 bidang (4,94 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak

237.212 bidang jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan

sebanyak 12.544 bidang (5,58 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 250.498

bidang jumlah tanah yang bersertifikat Hak Milik jika dibandingkan pada tahun

2008 terjadi peningkatan sebanyak 13.286 (5,60 persen), sampai dengan bulan

Page 52: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 52

Juni 2010 jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak Milik sebanyak 253.015

bidang jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah tanah yang

telah bersertifikat Hak Milik di Kabupaten Banyumas sebanyak 2.517 bidang

(1 persen).

Sedangkan jumlah tanah yang bersertifikat Hak Guna Bangunan pada

tahun 2006 sebanyak 7.201 bidang, tahun 2007 ada sebanyak 8.367 bidang jika

dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah tanah yang bersertfikat Hak

Guna Bangunan sebanyak 1.166 bidang (16,19 persen), pada tahun 2008 ada

sebanyak 9.358 bidang jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi

peningkatan sebanyak 991 bidang (11,84 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak

10.387 bidang jumlah tanah yang bersertifikat Hak Guna Bangunan jika

dibandingkan pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebanyak 1.029 (11 persen)

dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak

Guna Bangunan ada sebanyak 10.905 bidang jika dibandingkan tahun 2009

terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak Guna Bangunan di

Kabupaten Banyumas sebanyak 518 bidang (4,99 persen).

Untuk jumlah tanah yang bersertifikat Hak Guna Usaha sejak tahun 2006

sampai dengan bulan Juni 2010 berjumlah 17 bidang. Sedangkan untuk jumnlah

tanah yang bersertfikat Hak Pakai pada tahun 2006 ada sebanyak 2.324 bidang,

pada tahun 2007 ada sebanyak 2.441 bidang jika dibandingkan pada tahun 2006

maka ada penambahan jumlah tanah yang bersertifikat Hak Pakai sebanyak 117

(5,03 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 2.555 bidang jika dibandingkan

tahun 2007 maka ada peningkatan sebanyak 114 bidang (4,67 persen), pada

tahun 2009 ada sebanyak 2.685 bidang jika dibandingkan pada tahun 8008 maka

ada penambahan kembali jumlah tanah yang bersertfikat Hak Pakai sebanyak

130 bidang (5,09 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah tanah yang

bersertifikat Hak pakai ada sebanyak 2.753 bidang maka jika dibandingkan pada

tahun 2009 ada penambahan kembali jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak

Pakai sebanyak 68 bidang (2,53 persen).

Page 53: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 53

BAB IV

INFRASTRUKTUR

A. Perumahan dan Pemukiman

Perumahan dan pemukiman di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan dari

Dinas CKKTR Kabupaten Banyumas, menunjukan perkembangan yang membaik.

Berdasarkan indikator kesejahteraan

masyarakat menunjukan adanya perkem-

bangan perubahan fisik perumahan milik

masyarakat berupa meningkatnya jumlah

rumah bangunan permanen dan

berkurangnya jumlah rumah bangunan

nonpermanen serta meningkatnya persenta-

se jenis rumah layak yang ada di Kabupaten

Banyumas. Data perkembangan rumah bangunan permanen dari tahun 2008 sampai

dengan bulan Juni 2010 tahun yang semakin meningkat, pada tahun 2008 jumlah

rumah bangunan permanen ada sebanyak 182.130 unit, pada tahun 2009 ada

sebanyak 211.550 unit jika dibandingkan tahun 2008 maka jumlah rumah bangunan

permanen bertambah sebanyak 29.420 unit (16,15 persen) dan sampai dengan bulan

Juni 2010 jumlah rumah bangunan permanen yang ada menjadi 231.661 unit, jika

dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi penambahan rumah bangunan permanen

sebanyak 20.111 unit (9,51 persen).

Data perkembangan jumlah rumah bangunan nonpermanen dari tahun 2008

sampai dengan bulan Juni 2010, pada tahun 2008 ada sebanyak 79.846 unit, pada

tahun 2009 ada sebanyak 71.281 unit jika dibandingkan pada tahun 2008 maka

terjadi pengurangan jumlah bangunan nonpermanen sebanyak 8.565 unti (10,73

persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah rumah bangunan nonpermanen

yang ada di Banyumas sebanyak 64.522 jika dibandingkan pada tahun 2009 maka

terjadi pengurangan jumlah rumah bangunan nonpermanen sebanyak 6.759 unit

(9,48 persen).

Untuk perkembangan jumlah status kepemilikan rumah milik sendiri dan

rumah sewa yang ada, pada tahun 2006 status kepemilikan rumah milik sendiri ada

sebanyak 382.083 unit, pada tahun 2007 menjadi sekitar 389.725 unit jika

dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan status kepemilikan rumah milik

sendiri sebanyak 7.642 unit (2 persen), pada tahun 2008 status kepemilikan rumah

sendiri ada sebanyak 397.670 unit jika dibandingkan pada tahun 2007 terjadi

Page 54: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 54

peningkatan sebanyak 7.945 unit (2,04 persen) dan pada tahun 2009 status

kemepmilikan rumah milik sendiri menjadi 405.470 maka jika dibandingkan pada

tahun 2008 jumlah status kepemilikan rumah sendiri meningkat menjadi 7.800 unit

(1,96 persen).

Untuk perkembangan status kepemilikan rumah sewa dari tahun 2006 sampai

dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 status kepemilikan rumah

sewa ada sebanyak 11.961 unit, pada tahun 2007 ada sebanyak 11.692 unit jika

dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan status kemepmilikan rumah

sewa sebanyak 269 (2,25 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 11.925 unit jika

dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan kembali sebanyak 233 unit (1,99

persen), pada tahun 2009 ada sebanyak 12.164 jika dibandingkan tahun 2008 terjadi

penurunan sebanyak 239 unit (2 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah

status kepemilikan rumah sewa yang ada sebanyak 7.303 unit maka jika

dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah status kepemilikan rumah

sewa sebanyak 4.861 unit (39,96 persen).

Untuk perkembangan kebutuhan perumahan dari tahun 2006 sampai dengan

bulan Juni 2010 mengalami peningkatan terus menerus adapun data

perkembangannya sebagai berikut, pada tahun 2006 kebutuhan rumah sebanyak

46.606 unit, pada tahun 2007 kebutuhan rumah sebanyak 47.771 unit maka jika

dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan permintaan kebutuhan perumahan

sebanyak 1.165 unit (2,5 persen), pada tahun 2008 ada sebnayak 48.965 unit jika

dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan kembali permintaan akan

kebutuhan rumah sebanyak 1.194 unit (2,5 persen), pada tahun 2009 kebutuhan

sebanyak 50.189 unit maka jika dibandingkan dengan kebutuhan tahun 2008 terjadi

peningkatan kembali kebutuhan akan perumahan sebanyak 1.224 unit (2,5 persen).

Data perkembangan kekurangan rumah dari tahun 2006 sampai dengan bulan

Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 kekurangan rumah ada sebanyak 205.534

unit, pada tahun 2007 kekurangan rumah sebanyak 180.553 unit jika dibandingkan

tahun 2006 maka terjadi penurunan kekurangan rumah sebanyak 24.981 unit (12,15

persen), pada tahun 2008 kekurangan rumah sebanyak 174.500 jika dibandingkan

tahun 2007 terjadi penurunan kekurangan rumah sebanyak 6.053 unit (3,35 persen),

pada tahun 2009 kekurangan rumah sebanyak 160.350 jika dibandingkan pada tahun

2008 maka terjadi penurunan kekurangan rumah sebanyak 14.150 unit (8,11 persen)

dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah kekurangan rumah ada sebanyak 156.325

unit, maka jika dibandingkan pada tahun 2009 jumlah kekurangan rumah 4.025 unit

(2,51 persen).

Page 55: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 55

Perkembangan penyediaan perumahan yang diadakan oleh KPR/BTN dan Real

Estate sejak tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, tahun 2006

jumlah untuk KPR/BTN ada sebanyak 2.825 unit dan Real Estate ada sebanyak 65

unit, pada tahun 2007 jumlah KPR/BTN ada sebanyak 2.486 unit dan Real Estate ada

sebanyak 65 unit, pada tahun 2008 jumlah KPR/BTN ada sebanyak 1.000 unit dan

jumlah Real Estate pada tahun 2008 dan tahun 2009 ada sebanyak 65 unit, pada

tahun 2010 jumlah penyediaan perumahan dari Real Estate sebanyak 85 unit.

Luas areal permukiman pada tahun 2006 seluas 18.950 Ha, pada tahun 2007

seluas 18.968 Ha jika dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan luas areal

permukiman seluas 18 Ha (0,09 persen) dan pada tahun 2008 luas areal permukiman

menjadi 18.987 Ha, maka jika dibandingkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan

kembali luas areal permukiman seluas 19 Ha (0,10 persen).

Beberapa permasalahan pokok yang melandasi perlunya daerah mempunyai

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman antara lain :

1. Meningkatnya penguasaan lahan bersekala besar oleh banyak pihak yang tidak

disertai kemampuan untuk membangun.

2. Belum terorganisasmya dengan baik perencanaan dan pemprograman

perumahan dan pemukiman.

3. Belum terselesaikannya masalah ketidak seimbangan pernbangunan desa-kota

yang telah menumbuhkan berbagai kesenjangan sosial ekonomi. Akibatnya desa

menjadi kurang menarik dan tidak dianggap eukup perspektif untuk dihuni,

sedang kota semakin padat dan tidak nyaman dihuni.

4. Marak dan berkembangnya masalah sosial kemasyarakatan didaerah perkotaan

kesenjangan pendapatan, menajamnya strata antara kelompok masyarakat,

ketidaknyamanan bertempat tinggal, urban crime dan lamnya.

5. Kekurangsiapan dalam mengantisipasi kecepatan dan dinamika pertumbuhan

fisik dan fungsional kawasan perkotaan sehingga kawasan tumbuh berjalan

dengan berkembangnya pusat-pusat kegiatan ekonomi.

Dalarn pemenuhan kebutuhan perumahan perlu adanya konsisten pelaksanaan

tata ruang, terutama yang menyangkut peruntukan perumahan dan pemukiman.

Dalam rangka mendukung kelancaran pembangunan perumahan dan pemukiman

yang diselenggarakan oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai stakeholder,

diperlukan skenario urnum yang disebut Rencana Pembangunan dan Pengembangan

Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D).

Dalam rangka otonomi Daerah pembangunan pemukiman akan dilaksanakan

secara terdesentralisasi. Desentralisasi disini berarti menyerahkan atau mengalihkan

Page 56: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 56

wewenang kepada daerah, bukan hanya Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab

terhadap kawasan dalam hal ini berkaitan dengan perumahan dan pemukiman daerah

yaitu pemerintah maupun non pemerintah termasuk sektor swasta.

Pelaksanaan pembangunan dan penegmbangan serta pengelola perumahan

pemukiman diutamakan dilakukan masyarakat dan dunia usaha, sementara

Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah akan berperan sebagai pembina,

pengarah dan pengatur agar tercipta suasana yang kondusif. Pembangunan

perumahan pemukiman harus mengacu kepada rencana Tata Ruang Kabupaten /

Kota yang cukup rinci yang didalamnya sudah terlihat adanya rencana jaringan

primer, sekunder, pusat-pusat dan kawasan perumahan dan pemukiman serta

kawsan-kawasan lainnya.

B. Perkerjaan Umum

Berdasarkan laporan dari Dinas SDA dan BM Kabupaten Banyumas, bahwa

panjang jalan keseluruhan di Kabupaten Banyumas mencapai 4.459,47 Km yang

terbagi atas Jalan Nasional 198,84 Km, Jalan Provinsi 18,26 Km, Jalan Kabupaten

804,78 Km dan Jalan Desa/Kelurahan 3.437,59 km.

Kondisi jalan kabupaten di Kabupaten Banyumas berdasarkan data laporan

sampai dengan bulan Juni 2010 menunjukkan

bahwa telah terjadi kenaikan persentase

yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya.

Panjang jalan kondisi baik 285,89 Km, kondisi

sedang 4.121,44 Km, kondisi rusak

ringan 51,15 Km dan kondisi jalan rusak berat

55,30 Km.

Tabel 4.1.

Data Panjang Jalan, Kelas Jalan dan Jembatan

No. Kondisi Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Kelas Jalan (Km) 1. Aspal 716,71 642,03 629,84 624,30 624,30 2. Hotmix 51,22 153,95 174,94 180,48 180,48 3. Berbatu 29,85 8,80 - - - 4. Kerikil - - - - - 5. Tanah 7,00 - - - -

Jumlah 804,78 804,78 804,78 804,78 804,78 Jembatan

1. Panjang (m) 2.857 2.857 2.857 2.857 2.857 2. Jumlah 351 351 351 351 351

Sumber : Dinas SDA dan BM Kab. Banyumas Tahun 2010.

Page 57: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 57

Kondisi jalan beraspal dan hotmix di Banyumas sampai dengan bulan Juni

2010 sebagai berikut, panjang beraspal 624,30 km dan Hotmix 180,48 km, kondisi

ini masih perlu penanganan atau pemeliharaan sehingga jalan kabupaten menjadi

lebih mantap. Disamping itu perlu peningkatan akses jalan menuju pusat pusat

perekonomian, industri, pariwisata dan pusat pengembangan wilayah. Untuk kondisi

jembatan dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan dari tahun ke tahun, maka

pemerintah perlu untuk meningkatkan kualitas jembatan serta pemeliharaan secara

berkelanjutan, panjang jembatan yang ada di Banyumas tercatat panjang 2.857 m dan

jumlah jembatan ada sebanyak 351 buah. Sedangkan terminal darat yang ada di

Banyumas ada 2 buah yaitu terminal Bus Purwokerto dan terminal Bnus Wangon.

Permasalahan pokok yang dihadapi berkaitan dengan perhubungan antara lain

adalah belum optimalnya pengelolaan prasarana jalan dan jembatan, masih

rendahnya jumlah jalan dan jernbatan yang mantap serta masih rendahnya kapasitas

jalan.

C. Pariwisata, Pos, Telekomunikasi dan Informasi

1. Pariwisata

Tingkat kunjungan wisata baik asing maupun domestik dari tahun 2006

sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun, pada tahun

2006 ada sebanyak 553.232 orang

wisatawan, pada tahun 2007 ada sebanyak

544.575 orang wisatawan, jika

dibandingkan pada tahun 2006 maka

terjadi penurunan jumlah wisatawan yang

berkunjung sebanyak 8.657 orang (1,56

persen), pada tahun 2008 ada sebanyak

568.213 orang jika dibandingkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah

wisatawan sebanyak 23.638 orang (4,34 persen), pada tahun 2009 ada sebanyak

533.563 orang wisatawan, jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi

penurunan kembali jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 34.650 orang

(6,10 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah wisatawan baik

mancanegara dan domestik yang berkunjung tercatat sebanyak 69.819 orang

wisatawan. Jumlah obyek wisata yang ada sebanyak 22 buah terdiri dari 12

obyek wisata alam dan 10 obyek wisata buatan.

Untuk mendukung kegitan sektor kepariwisataan yang ada di Kabupaten

Banyumas tersedia sarana perhotelan tercatat saat ini sebanyak 170 hotel yang

terdiri hotel bintang tiga sebanyak 4 buah, bintang satu sebanyak 2 buah, sisanya

Page 58: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 58

melati sebanyak 164 buah. Disamping itu terdapat Restoran dan Rumah Makan

sebanyak 317, Biro Perjalanan Wisata sebanyak 15 buah, Usaha Rekreasi dan

Hiburan Umum/Diskotik sebanyak 5 buah, serta Gedung Bioskop 1 buah.

Tabel 4.2.

Kondisi Pariwisata Kabupaten Banyumas

Fasilitas Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

a. Jumlah Obyek Wisata bah 12 12 12 12 12 1) Alam buah 10 10 10 10 10 2) Buatan buah 2 2 2 2 2

b. Jumlah Hotel buah 148 154 160 160 170 1) Hotel Bintang buah 6 6 7 7 7 2) Hotel NonBintang buah 142 148 153 153 163

c. Jumlah Wisatawan orang 553.232 544.575 568.213 533.563 69.819 1) Asing orang 1.196 1.196 - 8.761 56

- Asia Pasifik orang 60 60 - 225 -

- Eropa orang 1.122 1.122 - 8.495 56

- Amerika orang 4 4 - 2 -

- Timur Tengah orang 2 2 - 39 -

- Lainnya orang 8 8 - - -

2) Domestik orang 552.036 543.379 568.213 524.802 69.763 d. Gedung Bioskop buah 1 1 1 1 1

Sumber : Dinbudpar Kab. BanyumasTh. 2009

Untuk membangun dan mengembangkan sektor kepariwisataan yang ada

maka Pemerintah Kabupaten Banymas merencanakan akan mengadakan

kerjasama di bidang kepariwisataan baik regional, nasional maupun

internasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan Permendagri Nomor 22 Tahun

2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah serta aturan lain

yang mengatur tentang sektor kepariwisataan.

Namun demikian peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka

membangun dan mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Banyumas,

sangatlah diperlukan ikut serta mempromosikan dan memperkenalkan berbagai

objek wisata dan sekaligus sebagai pengembangan budaya dan pariwisata di

Kabupaten Banyumas, sehingga diharapkan dari sektor pariwisata dapat

mendongkrak PAD (Pendapatan Asli Daerah).

Kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Banyumas telah berlangsung

puluhan tahun yang lalu. Obyek-obyek wisata yang sudah berjalan yaitu

antara lain :

Page 59: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 59

a. Obyek Wisata Alam

1) Kawasan Wisata Baturaden

Kawasan wisata Baturaden merupakan

pintu layanan pertama bagi wisatawan

yang akan menikmati berbagai obyek

dan daya tarik wisata, terdiri kawsan

Wisata Baturaden i ni memuat antara

lain :

okawisata Baturaden dengan hamparan alam dan berbagai fasilitas

untuk rileks dan area bermain.

Wana wisata dan bumi perkemahamya

Sumber air panas : Pancuran Telu, Pancuran Pitu dan Goa

Sarabadak

Pesona air terjun curug gede, home stay dan kesenian tradisional di

desa wisata ketenger

Berbagal sarana wisata lainnya seperti : hotel, rumah makan, area

parkir yang luas dan aneka tanaman hias sebagai cinderamata.

2) Lokawisata Baturaden

Lokawisata Baturaden terbentang di sebelah Selatan kaki Gunung

Slamet pada ketinggian sekitar 640 meter di atas permukaan laut.

Baturadenen terletak hanya 14 km dari pusat kota Purwokerto. Di

Baturaden wisatawan dapat menikmati

pemandangan alam yang indah dan

udara pegunungan yang segar dengan

suhu 18OC-25

0C. Sedangkan Gunung

Slamet

dengan

ketinggian 3.428 m, merupakan

gunung berapi terbesar dan gunung

tertinggi

kedua di

Pulau Jawa. Jika cuaca bagus, kota

Purwokerto, Pantai Cilacap dan

Nusakambangan dapat terlihat dari

Baturaden. Kita juga dapat melihat

Lereng Gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan heterogen.

Page 60: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 60

Taman rekreasi ini menyajikan alam pegunungan dan lembah sunyi

yang dihiasi air terjun serta sumber air panas belerang Pancuran Telu.

Ditempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, kolam renang,

tempat pemandian air panas, kereta mini, kolam luncur, sepeda air dan

kebun binatang Kaloka Widya Mandala.

3) Wana Wisata Baturaden

Wanawisata Baturaden merupakan hutan lindung dan tempat rekreasi,

disamping sebagai sarana pendidikan dan pengembangan ilmu.

pengetahuan juga dapat menimbul-

kan rasa cinta kepada alam.

Wanawisata Baturaden terletak 2

km arah timur lokawisata

Baturaden. Keindahan alamnya

serta kesejukan udara pegunungan

membuat wisatawan betah, apalagi

sering terdengar sayup kicauan burung dan adakalanya terlihat ayam

hutan yang berterbangan dari satu pohon ke pohon lain. Bagi remaja

yang gemar wisata dapat pula melakukan hiking, tracking dan camping

ground yang mampu menampung 1.000 tenda. Wanawisata ini

disamping sebagai cagar alam juga sebagai hutan produksi dan pusat

persemaian tanaman damar, mahoni dan pinus.

4) Sumber Air Panas Pancuran Tujuh

Pancuran Tujuh atau dalam bahasa jawa disebut Pancuran Pitu, karena

mempunyai tujuh buah pancuran

yang alami mengalir langsung dari

Gunung, Slamet. Sumber air panas

ini mengandung belerang bersuhu

antara 700C-90

0C serta mengan-

dung beberapa unsur mineral, maka

sangat efektif untuk therapy

pengobatan sakit tulang/rheumatic dan berbagai macam penyakit kulit.

Lokasi obyek ini berjarak sekitar 2,5 km arah barat Lokawisata

Baturaden.

Page 61: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 61

5) Sumber Air PanasPancuran Tiga

Pancuran Tiga dalam bahasa jawa disebut Pancuran Telu, karena

mempunyai tiga buah pancuran saja. Bagi wisatawan yang

menginginkan lumpur belerang dalam kemasan botol beraneka ukuran

yang bisa digunakan untuk mandi lulur. Obyek wisata ini mudah

dijangkau pengunjung karena berada di dalam Lokawisat Baturaden.

6) Telaga Sunyi

Obyek wisata ini berada pada ketinggian sekitar

700 m dpl dan terletak ditengah-tengah lebatnya

hutan pinus yang berjarak sekitar 3 km arah

timur dan pintu gerbang Wahana Wisata.

Indahnya alam sekitar yang dilengkapi

shelter-shelter memuat wisatawan lebih rileks

terasa, dinina bobokan mendengarkan

sayu-sayup kicauan burung dan capung yang

berterbangan disekitar telaga sunyi.

7) Curug Gede

Merupakan salah satu obyek wisata alam berupa air

terjun yang berada di desa Ketenger ± 3 km arah

selatan Lokawisata Baturaden. Mempunyai

ketinggian sekitar 25 m. Bagi para remaja yang

gemar wisata minat khusus dapat berkemah disekitar

obyek wisata ini.

8) Curug Cipendok

Curug Cipendok mempunyai ketinggian sekitar 92

m yang didukung keindahan alam sekitar berupa

hutan produksi dan hutan lindung serta menara

pandang yang dapat melihat pemandangan kota

Purwokerto. Curug Cipendog ini terletak 25 km arah

barat kota Purwokerto atau tepatnya berada di

Kecamatan Cilongok. Dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan

pribadi atau kendaraan umum dari Sub Terminal Mikrobus Losari.

Wisatawan dapat membeli oleh-oleh makanan khas atau Karangsari

sambil melihat proses produksinya. Cimplung kelapa muda dan

singkong yang direbus dengan air nira serta home industry gula kelapa.

Page 62: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 62

9) Curug Ceheng

Obyek wisata ini berada diujung timur kota

Purwokerto, tepatnya berada di Kee amatan

Sumbang yang bejarak sekitar 9 km. Wisata ini

sagat diminati para remaja yang gemar berkemah

karena disamping pemandangan yang indah juga,

udaranya yang sejuk schingga sangat nyaman

untuk berekreasi bersama keluarga.

10) Pemandian Air Mineral Kalibacin

Obyek wisata ini terlatak sekitar 17 km arah selatan kota Purwokerto,

tepatnya berada di Desa Tambaknegara, Kec. Rawalo. Pemandian

Kalibacin ini merupakan obyek

wisata husada, karena

pengunjung yang datang selain

bere kreasi juga, dapat berobat.

Disebut Kalibacin karena airnya

berbau kurang sedap namun

karena kandungan belerangnya

tinggi sehingga mampu mengobati berbagai macam penyakit kulit,

syaraf dan tulang/ rheumatik.

11) Serayu River Voyage

Obyek wisata ini salah satu terobosan baru bagi masyarakat/wisatawan

untuk menikmati inda hnya panorama

disepanjang aliran Sungai Serayu,

dengan perahu-perahu yang disiap-

kan khusus, serta pembangunan

dermaga-dermaga diharapkan akan

memberi-kan kenyamanan bagi wisatawan.

b. Obyek Wisata Sejarah

1) Museum Wayang Sendang Mas, terletak di Kec. Banyumas yang

menyimpan berbagai macam wayang seperti Wayang Gagrag,

Banyumasan, Pesisiran, Wayang Beber Wayang Suket, Wayang Kancil

dll.

Page 63: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 63

2) Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI), terletak di J1. RA.

Wiriaatmadja Purwokerto.

3) Museum Panglima Besar Jenderal Soedirman, berisi foto-foto

pejuangan dan relief sejarah, terletak di wilayah Kee. Purwokerto Barat.

4) Museum Diso (Museum Pribadi), berisi penanggalan sejarah

purbakala, terletak di Jl. Dr. Angka Purwokerto.

c. Obyek Wisata Keagamaan

1) Masjid Saka Tunggal dan Taman Kera, dibangun

pada tahun 1871 M/1288 H, hanya memiliki satu

pilar utama penyangga, terdapat makam Kyai Tulih,

juga tordapat kera-kera jinak, terletak di Kec.

Wangon berjarak 30 Km arah Barat Daya Kota

Purwokerto.

2) Goa Maria, terletak diperbukitan yang

berjarak sekitar 14 Km arah Timur Kota

Purwokerto, fasilitas Kapel Ratu Surga,

jalan salib, taman Rosario hidup, Rumah

Retret "Maria Imakulata” kapasitas 150

orang.

Disamping berbagai macam kegiatan kepariwisataan yang ada di

Kabupaten Banyumas, Banyumas juga memiliki berbagai macam kesenian khas

yaitu :

a. Aksimudha, kesenian bernapas Islami yang tersaji dalam, bentuk atraksi

Pencak Silat yang dipandu dengan iringan terbang/genjring, yang dilakukan

oleh delapan penari pria, masih dapat ditemukan di wilayah Kec. Wangon.

b. Angguk, kesenian bernapas Islami dalam bentuk tari-taran dengan iringan

terbang/genjring, dilakukan oleh delapan orang pria.

c. Baritan, yaitu upacara kesuburan dengan menggunakan kesenian sebagai

media utamanya, ada dua macam Baritan yaitu Baritan yang digunakan

untuk memanggil hujan dan Baritan yang digunakan untuk keselamatan

ternak.

d. Begalan, adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai sarana

upacara pernikahan.

e. Bongkel, adalah musik tradisonal yang mirip angklung dan terdiri dari satu

buah instrumen dengan empat buah bilah berlaras slendro.

Page 64: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 64

f. Buncic, yaitu perpaduan antara musik dan tari yang dibawakan oleh delapan

orang penari pria.

g. Calung, yaitu perangkat musik tradisional mirip gamelan, terbuat dan

bamboo wulung.

h. Cowongan, adalah upacara minta hujan dengan menggunakan properti

berupa siwur atau irus yang di hias menyerupai seorang putri.

i. Ebeg, yaitu kesenian kuda lumping dimana kuda-kudaannya terbuat dari

anyaman bambu yang diiringi dengan alat musik gamelan.

j. Jemblang, yaitu seni tutur tradisional yang dilakukan oleh empat orang

pemain.

k. Karawitan Gagrag Banyumasan, yaitu salah satu gaya dalarn karawitan

jawa yang tumbuh dan berkernbang di wilayah sebaran budaya

Banyumasan, di kenal memiliki 3 warna yaitu warna wetanan, kulonan dan

Banyumasan.

l. Lengger, yaitu seni pertunjukan tradisional khas Banyumas yang dilakukan

oleh penari wanita, yang pertunjukannya penari lengger menari sambil

menyanyi.

m. Slawatan Jawa, adalah musik bernapas Islami dengan perangkat berupa,

terbang jawa, pemainnya semua laki-laki dewasa, masih berkembangi di

Kec. Baturaden dan Purwokerto.

n. Kaster, yaitu musik tradisional dengan alat musik berupa siter, gong

bumbung dan kendhang kotak sabun,

o. Ujungan, adalah ritual tradisional minta hujan dengan cara adu manusia,

pelaku Ujungan adalah laki-laki dewasa yang memiliki kekuatan untuk

menahan benturan pukulan lawan.

p. Wayang Kulit Gagrag Banyumasan, yaitu jenis pertunjukan wayang kulit

yang bernafas Banyumasan. Lakon-lakon yang disajikan dalarn pernentasan

tidak berbeda dengan wayang kulit purwo, yaitu bersumber dari kitab

Mahabrata dan Ramayana.

q. Calengsai, yaitu seni pertunjukan yang merupakan perpaduan antara

kesenian asli Banyumasan yaitu Calung dan Lengger dengan kesenian

Tionghoa yaitu Barongsai.

Page 65: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 65

Museum dan Peninggalan sejarah purbakala yang ada di Kabupaten

Banyumas yaitu :

a. Museum

Museum Wayang Sendangmas Banyumas, Terletak di Jalan Kawedanan

nomor 1 Banyumas bangunan bekas Kantor Paseban yang sudah

direhabilisasi. Kantor Paseban sendiri dulunya berfungsi sebagai tempat

persiapan tamu-tamu Bupati Banyumas

guna menghadap berbagai keperluan.

Museum ini diresmikan oleh Ketua

Sekretariat Nasional Pewayangan

Indonesia (Senawangi) pada tanggal 31

Desember 1983. Tahun 1984 dikelola

oleh Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas.

Pada tanggal 20 Mei 1985 pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Seni

Budaya Sendang Mas. Mulai tanggal 31 Juli 1989 museum ini dikelola

sebagai asset wisata budaya di Kabupaten Banyumas oleh Dinas Pariwisata

Kabupaten Banyumas.

1) Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI), Museum BRI Purwokerto

berada di seberang jalan Kantor BRI Cabang Purwokerto, Jawa Tengah,

di Jl Jenderal Soedirman. Museum tersebut menyimpan berbagai

dokumen dan catatan sejarah

mengenai cikal bakal perbankan

di Indonesia. Di museum itu

terdapat berbagai replika

kegiatan simpan pinjam di

Banyumas kala itu yang

merupakan awal mula

terbentuknya bank. Simpan pinjam di Banyumas pada zaman tersebut

dipimpin R Aria Wiryaatmadja. Dia sebagai pemimpin kegiatan simpan

pinjam kalangan priayi pribumi. Namanya adalah Hulp-en Spaarbank der

Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan

Milik Kaum Priayi untuk Warga Pribumi yang didirikan pada 16

Desember 1895. Di ruangan lantai satu museum tersebut, berbagai

kegiatan awal dan transaksi simpan pinjam diceritakan kembali dalam

berbagai bentuk replika. Bahkan, di museum tersebut juga ada transaksi

tertulis yang masih menggunakan tulisan tangan. Selain itu, ada

dokumen sejarah perbankan awal hingga menjadi BRI sekarang ini.

Page 66: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 66

Berbagai peralatan dan sarana perbankan pada umumnya juga

dipamerkan. Di lantai dua museum BRI, pengunjung yang datang dapat

melihat koleksi mata uang. Koleksi mulai dari zaman Kerajaan

Majapahit Portugis Timor Timur, masa VOC, m3u-pun perkembangan

mata uang dari zaman kemerdekaan sampai sekarang. Jenis mata uang

pun beragam, ada yang berasal dari logam maupun kertas. Museum BRI

diresmikan pada 19 Desember 1990. Hingga sekarang, museum tersebut

banyak dikunjungi terutama oleh anak-anak sekolah yang belajar sejarah,

pada umumnya museum ramai pada hari Jumat.

2) Museum Pangima Besar Jenderal Soediman, Museum ini terdiri dari

dua lantai. Pada lantai bawah berisi foto-foto perjuangan Panglima

Besar Jenderal Soedirman dalam merebut Yogyakarta kembali sebagai

Ibu Kota Indonesia (pada saat itu) dari kolonial Belanda. Pada lantai dua

berisi relief sejarah bangsa Indonesia dalam perang Kemerdekaan 1945

dan Patung Jenderal Soedirman duduk diatas punggung Kuda yang

terbuat dari perunggu seberat 5,5 ton dengan tinggi 4,5 meter. Museum

Panglima Besar Jenderal Soedirman berada di pintu masuk kota

Purwokerto dari arah barat tepatnya di sebelah timur Sungai Logawa,

Desa Pasir Kidul, Kecamatan Karang Lewas. Diresmikan pada tanggal

10 oktober 2001.

3) Museum Diso (Museum Pribadi), berisi peninggalan sejarah purbakala,

terletak di J1. Dr. Angka Purwokerto.

b. Peninggalan Sejarah Purbakala

1) Situs Lembu Ayu, terdapat beberapa fragmen batu candi dan makam

kuno Pandung Aguno, terletak di Desa Susukan Kec. Sumbang.

2) Masjid Agung Nur Sulaiman,

peninggalan Kyai Nurdaiman

Demang Gumelem I, dibangun

pada masa pernerintahan Bupati

Banyurnas Yoedanegara II,

berusia lebih dari 400 tahun,

terletak di sebelah Barat

Alun-Alun Banyumas, berjarak sekitar 15 Km dari Kota Purwokerto.

3) Masjid Saka Tunggal Cikakak, dibangun pada tahun 1871 M/1288 H,

hanya memiliki satu pilar utama penyangga, terdapat makam Kyai

Page 67: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 67

Tulih, juga terdapat kera-kera jinak terletak di Kec. Wangon berjarak 30

Km arah Barat Daya Kota Purwokerto.

4) Situs Sikepel, situs tersebut merupakan bekas umpak tiang pendopo

kadipaten Karangpucung dan bekas gamelan Adipati Sambeng yang

pemah disengketakan oleh kedua Adipati (Karangpucung dan

Sambang) yang akhirnya dicipta menjadi batu, terletak di Desa Klaang

tepi sungai Ciberem, Kec. Sokaraja.

5) Watu KenthenglWatu Lumpang, yaitu berupa batu yang apabila

seseorang mempunyai suatu keinginan dan bisa mengangkat batu

tersebut maka keinginan orang tersebut akan terkabul, terletak di Dukuh

Wanasari desa Kemawi, Kec. Somagede.

6) Situs Carangandul, merupakan bekas kepala Patih Carangandul yang

dibunuh oleh utusan dari Demak, lokasi Dukuh Carang, Desa

Tamansari, Kec. Karanglewas.

7) Pendopo Sipanji Banyumas dan Sumur Mas, merupakan pendopo

Kadipaten Banyumas (Kabupaten Banyumas) sebelum pindah ke

Purwokerto tahun 1937, air sumurnya berwarna keemasan, terletak di

Desa Sodagaran, Kee. Banyumas.

8) Situs Baturragung, situs ini memperlihatkan ciri-ciri megalitik, berupa

arca-arca batu dan lumpang batu, terletak di Desa Baseh

Kec. Kedungbanteng.

2. Pos, Telekomunikasi dan Informasi

Dalam rangka melayani masyarakat dalam hal pendistribusian

pengiriman surat menyurat dan pengiriman paket, pos serta wesel. Di

Kabupaten Banyumas tersedia 24 buah kantor pos yang tersebar di beberapa

wilayah kecamatan yang ada di Kab. Banyumas, disamping melayani surat

menyurat, benda pos, paket dll, kini kantor pos juga sudah dapat melayani

pembayaran listrik, telpon dan jasa-jasa pembayaran lainnya.

Perkembangan telekomunikasi di Kabupaten Banyumas pada tahun 2006

sampai dengan tahun 2008 untuk kapasitas sentral sebanyak 20.000 SST, pada

tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010, untuk kapasitas sentral ada

sebanyak 36.000 SST, sedangkan untuk kapasitas terpasang pada tahun 2006

sampai dengan tahun 2008 untuk kapasitas terpasang sebanyak 20.000 SST,

pada tahun 2009 sebanyak 34.500 SST dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada

sebanyak 31.408 SST, untuk kapasitas terpakai pada tahun 2006 sampai dengan

Page 68: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 68

tahun 2008 ada sebanyak 19.300 SST, pada tahun 2009 ada sebanyak 34.000

dan pada tahun 2010 jumlah kapasitas terpakai ada sebanyak 31.094 SST.

Untuk data pelanggan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada

sebanyak 19.300 SST tahun 2009 meningkat menjadi 32.900 SST dan sampai

dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 28.149 SST. Data

telepon umum pada tahun 2009 dan sampai dengan bulan

Juni 2010 ada sebanyak 9 SST, untuk telepon koin pada

tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 40

SST, pada tahun 2009 berkurang menjadi 4 SST dan

sampai dengan bulan Juni 2010 tinggal 3 SST. Telepon

kartu data tahun 2006 sampai dengan tahun 2008

ada sebanyak 14 SST dan pada tahun 2009 tingga 10 SST. Jumlah wartel pada

tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 2.150 SST, pada tahun

2009 berkurang menjadi 1.090 SST dan sampai dengan bulan Juni 2010

tinggal 407 SST. Warung internet tahun 2009 tercatat sebanyak 60 SST dan

sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 140 SST. Untuk penyediaan

jaringan internet (ISP) pada tahun 2009 ada sebanyak 4 unit dan sampai dengan

bulan Juni 2010 tercatat ada sebanyak 6 unit. (Sumber : PT Telkom

Cab. PurwokertoTh. 2010).

Partisipasi masyarakat terhadap perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan daerah lewat media massa dapat diwujudkan dengan

membangkitkan komunikasi sebagai wahana saling

memberikan informasi. Untuk itu perlu adanya

kemudahan akses informasi yang valid bagi masyarakat,

yang dapat dilakukan dengan meningkatkan arus

komunikasi yang baik antara masyarakat yang

membutukan informasi dan media yang memberitakan.

Hal tersebut lebih jauh juga dapat meningkatkan

kreativitas dan peran serta masyarakat dalam membina

lingkungan dengan peningkatan wawasan kebangsaan yang baik.

Era globalisasi membawa perubahan besar dalam kehidupan

bermasyarakat maupun berbangsa. Perkembangan teknologi informatika yang

bergerak dinamis mempunyai peran yang sangat strategis karena dapat

menghadirkan dunia tanpa batas, jarak, ruang dan waktu serta dapat

meningkatkan produktifitas dan efisiensi.

Page 69: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 69

Kecenderungan tersebut akan lebih menggairahkan bagi para

penyelenggara (operator) telekomunikasi untuk mengembangkan bisnisnya dan

hal ini dapat memicu pertumbuhan ekonomi turutan/pendukung

(complementary) dan sektor-sektor lainnya karena apabila sarana dan prasarana

telekornunikasi telah tersedia serta terus dikembangkan seiring dengan

kebutuhan masyarakat, maka kebutuhan masyarakat dan sektor-sektor lainnya

akan jasa telekomunikasi diharapkan dapat terpenuhi. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa kegiatan telekomunikasi akan terjadi lebih intens,

begitu juga sebaliknya sehingga terjadi hubungan timbal balik yang saling

memperkuat antara sektor telekomunikasi dengan sektor lainnya.

3. Perhubungan dan Transportasi

Sarana perhubungan dan transpotasi merupakan hal yang sangat penting

dalam menunjang pergerakan baik barang maupun jasa, dengan adanya sarana

traspotasi ini akan memperlancar

distribusi hasil produksi dari

sentra-sentra produksi di Kabupaten

Banyumas. Kabupaten Banyurnas

adalah kota yang strategis dari tetangga

kabupaten lainnya, dipandang dari sudut

perhubungan dan transpotasi darat

dimana Kabupaten Banyumas mempunyai Stasiun Kereta Api dan Terminal

Bus Type A yang dapat memberikan layanan berbagai jurusan Dalam Kota dan

Luar Kota maupun Antar Provinsi, yang membentang dari arah Barat sampai

Timur sepanjang 96 Km, dan arah Utara sampai Selatan sepanjang kurang lebib

kurang 46 Km. Wilayah Kabupaten Banyumas ini dilalui oleh jalur jalan

regional menuju empat arah yaitu Barat - Timut dan arah Utara - Selatan

sehingga membentuk pola radial dengan titik ternu di Kota Purwokerto. Jalan

regional yang membujur ke arah Barat

– Timur yaitu Kabupaten, Tegal

Purwokerto dan D.I Yogyakarta,

sedangkan jaringan jalan yang

membujur ke arah Barat Timur Laut

yaitu jalur jalan regional yang

menghubungkan Bandung / Cilacap

Purwokerto-Semarang. Keempat arah tersebut dilayani oleh transpotasi berupa

kendaraan umum angkutan maupun barang yang terdiri dari berbagai jenis.

Page 70: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 70

Untuk menggeliatkan roda perekonomian wilayah Banyumas dan sekitarnya

dengan system networking secara regional, berbagai akses transportasi lokal

maupun luar daerah telah terbagun di kawasan Banyumas seperti angkutan

Kereta Api, Taxi, Angkutan Perkotaan, Kantor Pos, Telekomunikasi dan

Perusahaan Listrik Negara.

Untuk memenuhi transpotasi darat tersedia pilihan kendaraan Angkutan

Darat seperti Kereta Api, Bus Angkutan Perkotaan dan Pedesaan serta

kendaraan Bermotor. Untuk angkutan Kereta Api pada tahun 2006 jumlah

penumpang dari Stasiun Raya Purwokerto sebanyak 143.536 orang, dimana

sebagian besar penumpang adalah Kelas Ekonomi dan juga untuk mendukung

penyaluran distribusi barang barang dan kepentingan penyaluran industri

lainnya dalam memenuhi perkem-

bangan investasi dan perekonomian di

Kabupaten Banyumas dapat ditempuh

dengan fasilitas-fasilitas pendukung

sarana transpotasi seperti Pelabuhan

dan Bandara Udara yang lokasinya

berada disekitar Kabupaten

Banyumas, Pelabuhan laut terletak di

Kabupaten Cilacap dengan jarak tempuh dari Kabupaten Banyumas 60 km,

dengan waktu tempuh 1-1,5 jam perjalanan, pelabuhan yang ada di Kabupaten

Cilacap ini bertaraf Internasional, Untuk kebutuhan transpotasi udara

Kabupalen Cilacap juga tersedia Bandara, Tunggul Wulung yang menyediakan

1 (satu) maskapai penerbangan swasta, yang telah melakukan trayek kerjasama

yaitu Maskapai Merpati Airlines, dengan tarif yang ditawarkan untuk route

Cilacap - Jakarta berkisar antara Rp. 350.000 s/d Rp. 500.000,-, sedangkan

Bandara Wirasaba dengan luas lahan 115.042 ha, landasan pacu sepanjang 850

meter, lebar 50 meter yang terletak di

Kabupaten Purbalingga juga mampu

didarati oleh pesawat Cassa 212 dengan

jumlah penumpang sebanyak 16 orang

dan Cassna 172 dengan jumlah

penumpang sebanyak 4 - 6 orang,

maupun Cassna 402 B dengan

penumpang sebanyak 8 hingga 10 orang.

Page 71: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 71

BAB V

INDUSTRI, PERDAGANGAN, LEMBAGA KEUANGAN, KOPERASI,

PENGEMBANGAN USAHA DAN INVESTASI

A. Industri, Perdagangan, Pengembangan Usaha Nasional, Lembaga Keuangan

dan Koperasi

1. Industri

Bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu tahun 2006 sampai

dengan tahun 2010 sektor industri kecil di Kabupaten Banyumas, masih

merupakan industri yang terbanyak/andalan dengan jumlah unit usaha pada

tahun 2009 sebanyak 39.507 unit usaha dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada

sebanyak 39.732 unit usaha, dimana mampu meyerap tenaga kerja pada tahun

2009 sebanyak 82.874 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 mampu

menyerap tenaga kerja sebanyak 83.399 orang, dengan nilai produksi pada tahun

2009 sebesar Rp. 460.289 juta rupiah dan sampai dengan bulan Juni 2010 nilai

produksi yang dihasilkan dari industri kecil ini sebesar Rp. 461.014 juta rupiah.

Industri Sedang/Menengah sampai dengan posisi bulan Juni 2010 tercatat ada

sebanyak 77 unit usaha, dimana mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9.166

orang, dengan nilai produksi sebesar Rp. 40.490 juta rupiah sedangkan untuk

Industri Besar yangh ada saat ini sebanyak 4 unit usaha, mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 1.75 orang, dengan nilai produksi sebesar Rp. 112.495,13

juta rupiah.

Sektor industri di Kabupaten Banyumas walaupun dengan persentase

yang kecil, namun terus mengalami perkembangan, dari ketiga jenis industri

yang ada (Kecil, Menengah dan Besar) industri kecil mempunyai perkembangan

yang paling pesat baik dari sisi jumlah unit usahanya, penyerapan tenaga kerja

maupun nilai produksinya. Kegiatan industri yang ada di Kabupaten Banyumas

pada umumnya berupa industri yang mengolah/memanfaatkan sumber daya

alam dan industri jasa, pembangunan sektor industri diarahkan pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat, peningkkatan pemerataan kesempatan kerja dan

berusaha, pengentasan kemiskinan, penumbuhan kegiatan ekonomi desa

tertinggal, pelestarian seni budaya daerah, pemantapan struktur industri dan

struktur ekonomi yang akhirnya dapat menigkatkan produksi untuk memenuhi

kebutuhan dalm nageril/lokal dan pasar eksport. Dengan latar bekakang

tersebut, maka industri yang ada di Kabupaten Banyumas terkait dengan industri

yang memanfaatkan produk-produk pertanian dan industri yang dikerjakan oleh

masyarakat (home industry).

Page 72: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 72

a. Industri Makanan

1) Tempe

Salah satu andalan makanan khas Kabupaten Banyumas adalah kripik

tempe dan mendoan. Bahan dasar dari kripik tempe dan mendoan

adalah kedelai. Cara pengelohannya

tidak terlalu rumit hanya dengan cara

digoreng, namun rasanya cukup gurih

dan enak, sehingga banyak orang

yang menyukainya bahkan banyak

yang membeli untuk oleh-oleh khas

dari Kabupaten Banyumas. Pusat Industri pembuatan kripik tempe

adalah di Wilayah Purwokerto (J1. Jend. Soetoyo dan J1. Pramuka)

dan di Desa Rawalo, Kec. Rawalo. Saat ini terdapat 50 unit usaha

dengan hasil produksi 6.000.000 buah tempe keripik pertahun,

menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 317 orang.

2) Tahu

Selain tempe dan mendoan, di Kabupaten Banyumas juga banyak

terdapat usaha industri tahu yang bahan dasamya sama dengan tempe

yaitu kacang kedelai dengan melalui proses industri pengolahan,

Tahu banyak mengandung protein dan

mempunyai nilai gizi yang tinggi, di

Kabupoten Banyumas usaha produksi

industri tahu banyak berkembang di

berbagai tempat dan banyak terdapat di

desa Kalisari Kec. Cilongok, Desa Cikembulan, Kec. Pekuncen, Desa

Ajibarang Wetan, Kee. Ajibarang, Desa Sokaraja Tengah, Kec.

Sokaraja, Desa Pamijen, Kec.

Sokaraja dan Kel.

Arcawinangun, Kec. Purwokerto

Timur. Secara stastik jumlah

pengrajin tahu di Kabupaten

Banyumnas data tahun 2009

sebanyak 815 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 2.414 orang,

dengan hasil produksi per tahun 410.378.152 kg pertahun jumlah nilai

produksi pertahun Rp. 93.403.369.000 dengan nilai investasi sebesar

Rp. 1.577.800.000,-

Page 73: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 73

3) Gethuk

Gethuk Goreng juga merupakan salah satu produk makanan khas asli

Banyumas yang potensial. Bahan dasar gethuk goreng adalah ketela

pohon. Proses pengolahan

Gethuk goreng yang dulu

dilakukan secara sederhana dan

tradisional kini sudah

menggunakan peralatan dan

mesin modern, Gethuk Goreng

memiliki rasa yang khas yaitu

manis dan gurih, sehingga banyak digemari oleh masyarakat lokal

maupun luar daerah. Usaha Gethuk goreng mulai berkembang sejak

tahun 1981 di Kecamatan Sokaraja Kota Purwokerto Kabupaten

Banyumas dan sampai saat ini usaha ini terus berkembang karena

banyak pula orang-orang dari luar daerah Kabupaten Banyumas yang

sering mampir ke Kecmatan Sokaraja

untuk membeli gethuk goreng sebagai

oleh-oleh. Usaha gethuk goreng sampai

saat ini berjumlah 54 unit usaha,

dengan hasil produksi 810.000 kg per

tahun dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 270 orang.

b. Industri Barang Kerajinan

Industri kerajinan merupakan industri yang tumbuh dari masyarakat, yang

tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Banyumas. Industri kerajinan

banyak memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar seperti bambu,

kayu ataupun tanah, tetapi ada pula yang bahan dasarnya dari luar

Banyumas seperti kerajinan logam dan rotan. industri kerajinan memilki

peluang yang cukup besar untuk dikembangkan. Disamping itu pula industn

kerajinan dapat menyerap cukup banyak tenaga kerja. Adapun potensi

industri kecil yang saat ini masih berkembang adalah :

1) Kerajinan Rotan

Salah satu industri kerajinan yang dikembangkan di Kabupaten

Banyumas adalah indusri kerajinan

rotan. Bahan baku industri ini diambil

dari Kalimantan. Industri kerajinan

rotan merupakan kerjasama antara

Page 74: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 74

masyarakat dengan industri kerajinan di Cirebon. Produk yang

dihasilkan adalah Kranjang pakaian dll. Industri kerajinan rotan

terdapat di Desa Menganti Kecamatan Rawalo, Desa Krajan Kecamatan

Pekuncen dan Desa Rejasari Keeamatan Purwokerto Barat.

2) Indasoi Kerajinan Bambu

Padaperkembanganya, karya cipta kerajinan telah menempatkan produk

kerajinan sebagai bidang usaha industri yang mampu memberikan

lapangan kerja yang potensial, sehingga dapat memberikan andil dalam

peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan pengrajin. Salah satu

seni kerajinan di Kabupaten

Banyumas adalah industri rumah

tangga yang bahan dasarnya dari

bambu, dibuat dengan berbagai

macam alat rumah tangga seperti

kursi dan meja antik, dan juga hiasan

dinding. Sentra industri kecil kerajinan

bambu di Kabupaten Banyumas tersebar

dibeberapa wilayah antara lain Desa

Kemutug Kecamatan Baturaden

Banjarsari Kecamatan Ajibarang, Desa

Kalipaten Keeamatan Purwojati, Desa

watu Agung Kecamatan Tambak, Desa

Krajan Kecarnatan Pekuncen, Desa

Somakaton, Desa Plana, Desa Tanggeran Kecamatan Somagede dan

Desa Gandatapa, Desa Kutayasa, Desa Tambaksogra kecamatan

Sumbang.

3) Industri Meubel Kayu

Industri Furniture/Mebel Kayu terus berkembang dengan tuntutan mutu

yang semakin tinggi baik dari segi teknis, kenyamanan penggunaan

maupun nilai estetisnya. Dengan tuntutan yang semakin tinggi tersebut

maka konsumen (rumah tangga maupun

perkantoran) cenderung membeli

furniture/meubel kayu dengan cara

memesan agar sesuai dengan kebutuhan

dan selera, fungsi tata ruang, dari pada

Page 75: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 75

membeli furniture/meubel kayu standar yang tersedia di toko.

Kecenderungan itulah yang menjadikan usaha furniture/meubel kayu di

Kabupaten Banyumas berkembang dan mmberikan prospek

pengembangan pada waktu ke waktu. Secara statistik industri keeil

meubel kayu di Kabupaten Banyumas tahun 2009 sebanyak 973 unit

usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.924 orang, nilai investasi

Rp. 443.600.000,- Adapun sentra produksi furniture/meubel kayu

terdapat di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang, Desa Somagede

Kecamatan Somagede, Desa Lumbir Kecamatan Lumbir, Desa

Bojongsari Kecamatan Kernbaran, Desa Tinggarjaya Kecamatan

Jatilawang, Desa Kedungurang dan Desa Gumelar Kecamatan Gumelar,

Desa Karangrau Kecamatan Banyumas.

c. Batik

Batik merupakan salah satu andalan produk bangsa Indonesia yang mampu

menembus pangsa pasar luar

negeri. Untuk itu industri Batik

Kabupaten Banyumas juga

senantiasa dibina agar bisa

meningkatkan mutu dan coraknya

agar bisa berkembang lebih pesat.

Ciri khas batik yang ada di Kabupaten Banyumas memiliki corak yang

berbeda dari batik motif Yogyakarta, Solo,

Cirebon dan Pekalongan. Batuk

Banyumas identik dengan motif

Jonasan, batik Jonasan termasuk dalam

kelompok motif non geometrik yang

didominasi dengan warna-warna dasar

kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga

sedang warna hitam karena wedel, (±) 90% warna lembut di pastikan

tergores pada setiap lembar kain batik, motif- motif andalan batik Banyumas

masih bertahan yang digemari oleh konsumen antara lain motif Sekarsurya,

Sidoluhung, Jahe Pugar, walaupun dalam perkembangannya banyak

mengalami perubahan yang sangat dinamis dengan melakukan terobosan

pembaharuan serta pengembangan motif-motif dengan melakukan berbagai

kombinasi sehingga tercipta satu karakter seni lukis yang indah.

Berdasarkan data tahun 2009 potensi pembatikan di Kabupaten Banyumas

Page 76: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 76

tercatat terdapat 25 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 125

orang dan jumlah pengobeng/pembatik sebanyak 833 orang, nilai inventasi

Rp. 896.000.000,- kapasitas produksi per tahun 59.904, lokasi sentra

industri batik yang paling banyak adalah di wilayah Desa Pekuncen,

Pasinggangan, Sudagaran, Papringan, di wilayah Kecarnatan Banyumas dari

Desa Sokaraja Lor, Sokaraja Kidul, Sokaraja Tengah, Sokaraja Kulon,

Karang Duren di wilayah Kecmatan Sokaraja.

d. Industri Logam untuk Alat Pertanian

Meskipun harus menghadapi berbagai tantangan berat dalarn menunjukan

keberadaannya sebagai bagian dari Industri Kecil dan Menengah, sentra

kerajinan logam di Desa Pasir Kecamatan Karanglewas ternyata tetap

mampu bertahan di tengah-tengah

perkembangan tekhnologi yang

canggih saat ini. Sentra logam di Desa

Pasir pada umumnya masih meman-

faatkan tekhnologi produksi yang

bersifat tradisional (manual)

meskipun ada beberapa telah menggunakan tekhnologi mesin dan

elektris/semi mekanik. Pada awal produksi, usaha industri logam

memproduksi alat-alat rumah tangga akan tetapi dengan tokhnologi dan

perkembangan jaman industri logarn semakin meningkat kreatifitasnya

sehingga berkembang beberapa inovasi, yaitu pembuatan alat-alat pertanian

dan kerajinan yang pesanannya dari pasaran lokal hingga keluar daerah

Kabupaten Banyumas. Perkembangannya usaha industry logam di

Kabupaten Banyumas yaitu di Desa Pasir Wetan Kec. Karanglewas semakin

pesat hal ini bias dilihat dari tahun-ketahun, data pada tahun 2008 terdapat

110 unit usaha, jumlah tenaga kerjaa yang terserap 600 orang, nilai investasi

mesin/peralatan sebesar Rp. 930.000.000,

e. Industri Kayu Olahan

Potensi Kayu Olahan di Kabupaten Banyumas cukup pesat

perkembangannya pada dekade akhir-akhir ini. Bahan kayu alam/

gelondongan jenis Abasia, pinus dan

Darnar dihasilkan produk berupa

Papan Balok dan Pallet yang banyak

diproduksi oleh industri kecil,

sedangkan beberapa perususahaan

skala menengah telah memproduksi

Page 77: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 77

Jointing Board, Laminating Board, Finger Join dan Barecore.

Produk hasil kayu olahan dihasilkan oleh para pengusaha industri kecil dari

beberapa sentra menjalin kerja sama/kemitraan dengan perusahaan-

perusahaan besar yang berada dikota-kota besar. Pemasaran produk kayu

olahan juga tembus ke pasaran Internasional yaitu ke berbagai negara

terutama ke Jepang, Korea, Perancis, Singapura, Taiwan dan Amerika.

Adapun sentra-sentra industri kayu olahan di Kabupaten Banyumas terdapat

di berbagai wilayah yaitu di Kecarnatan Cilongok, Ajibarang, Pekuncen,

Kallibagor dan Somagede. Jumlah usaha industri kayu olahan menurut data

tahun 2009 sebanyak 253 unit, menyerap tenaga kerja sebanyak 3.152 orang

tanaga kerja, total produksi pertahun 227.700 m3 , dengan nilai investasi

sebesar Rp. 12.100.974,-.

f. Industri Minyak Atsiri

Minyak Atsiri sudah dikenal ribuan tahun yang lalu yaitu sebelum Masehi,

adalah merupakan bahan pewangi dan penyedap rasa yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan, bahan minyak Atsiri adalah obat-obatan pertama yang

digunakan manusia. Di Indonesia baru 12 jenis dari sekitar 200 jenis minyak

atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia saat

ini, namun 2 diantaranya kita kuasai di pasaran

dunia, atau produsen nomor satu yaitu minyak

nilam memangsa pasar 90 % dan minyak

Massoia 100 % yang barasal dari Irian Jaya.

Kabupaten Banyumas juga merupakan

penghasil minyak Atsiri yang cukup potensial

pemasarannya Baik dalam jenis maupun

mutunya, pemasaran hasil minyak astiri

Kabupaten Banyumas ke Luar Negeri (Eksport) dan minyak astiri ini

mempunyai harapan yang baik untuk berkembang. Beberapa hasil olahan

dari minyak atsiri Kabupaten Banyumas adalah minyak nilam dan minyak

daun cengkeh. Dari aspek sumber daya alam, kondisi alam di daerah

Kabupaten Banyumas khususnya di beberapa Kecamatan seperti Kecamatan

Pekuncen, Kecamatan Baturaden, dan Kecamatan Sumpiuh sangat cocok

untuk pertumbuhan tanaman cengkeh dan nilam. Oleh karena membaiknya

harga minyak atsiri di pasaran saat ini, maka usaha industri minyak atsiri di

Kabupaten Banyumas masih terbuka untuk kerjasama dengan investor

dalam memberikan dukungan bagi penyediaan bahan baku minyak atsiri.

Secara statistik, usaha industri minyak astiri di Kabupaten Banyumas pada

Page 78: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 78

tahun 2009 terdapat 21 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebanyak 93

orang dengan hasil produksi per tahun 66.000 kg dan nilai investasi sebesar

Rp. 240.000.000,- dengan nilai produksi sebesar Rp. 1.650.000.000,-

g. Industri Bahan Bangunan

Industri bahan bangunan berkembang cepat sejalan dengan meningkatnya

kegiatan pembangunan disektor perumahan, industri gentang sebagai salah

satu bahan bangunan yang banyak

dibutuhkan memiliki peluang untuk

berkembang cukup besar. Namun tuntutan

akan mutu dan corak/motif genteng

merupakan salah satu hal yang harus

diperhatikan oleh produsen, agar bisa

memberi kepuasan kepada konsumen.

Perubahan orientasi ini menyebabkan industri genteng harus memperhatikan

aspirasi dan tuntutan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Beberapa

jenis produk yang dihasilkan pengrajin genteng di Kabupaten Banyumas

adalah genteng Pres Pekalongan bulat/papak, Genteng Vlam, Genteng Paris

dan Genteng Kerpus. Adapun sentra produksi genteng terdapat di Desa

Pancasan Kecamatan Ajibarang, Desa Samudra Keeamatan Gumelar, Desa

lumbir Kecamatan Lumbir, Desa Gentawangi Kecamatan Jatilawang.

Menurut data tahun 2009 jumlah pengusaha Industri Kecil Genteng tercatat

sebanyak 998 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebanyak 3.252 orang,

dengan hasil produksi 94.272.000 buah genteng pertahun.

2. Perdagangan

Berdasarkan laporan dari Dinas Perindagkop Kab. Banyumas Th. 2009,

jumlah unit usaha Perdagangan Menengah pada

tahun 2005 sebanyak 94 buah, pada tahun 2006

sampai dengan bulan Desember 2009 tumbuh

dan berkembang menjadi 98 unit usaha. Untuk

jumlah sarana

perdagangan,

pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007

jumlah Pasar Tradisional sebanyak 21 buah,

tahun 2008 berkembang menjadi 22 buah, pada

Page 79: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 79

tahun 2009 menjadi 25 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 masih 25

buah, ke 25 pasar tradisional ini di kelola oleh Pemerintah Kab. Banyumas.

Untuk Pasar Lokal yang ada di Kab. Banyumas, pada tahun 2005 sampai dengan

tahun 2007 sebanyak 122 buah dan pada tahun 2008 sarnpai dengan bulan Juni

2010 berkembang menjadi 133 buah. Untuk Pasar Swalayan (Pasar Modem)

seperti Indomart, Alfamart, Matahari Dept. Store, Rita dll. pada tahun 2006 ada

sebanyak 24 buah, pada tahun 2007 bertambah menjadi 32 buah, pada tahun

2008 bertambah lagi menjadi menjadi 46 buah, pada tahun 2009 bertambah lagi

menjadi 59 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 sudah tumbuh dan

berkembang menjadi 71 buah. Sedangkan untuk Pasar Grosir yang ada baru satu

buah yaitu Moro, sedangan untuk Mal/Plaza juga baru berdiri satu buah yaitu

Tamara Plaza " Sri Ratu “.

3. Pengembangan Usaha Nasional

Jumlah koperasi aktif perkembangannya mengalami peningkatan yang

cukup baik, pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 berkernbang menjadi

396 buah, tahun 2008 menjadi 397 buah, tahun 2009 berkembang menjadi 446

buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 berkembang menjadi 448 buah.

Sedangkan untuk koperasi tidak aktif mengalami fluktuasi naik turun, pada

tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 sebanyak 60 buah, tahun 2008 turun

menjadi 57 buah, tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 naik bali i 61 buah.

Jumlah Induk Koperasi dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 ada

sebanyak 2 buah. Jumlah Koperasi Primer di Kabupaten Banyumas tahun 2006

sampai dengan tahun 2007 ada sebanyak 458 buah, tahun 2008 sebanyak 466

buah, tahun 2009 sebanyak 505 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah

Koperasi Primer ada sebanyak 507 buah. Untuk KUD dari tahun 2006 sampai

dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 25 buah. Sedangkan untuk Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS) pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 ada

sebanyak 4 buah.

Jumlah Pengusaha Kecil yang ada di Kab. Banyumas mengalami

peningkatan secara terus menerus, pada tahun 2006 sarnpai dengan tahun 2007

ada sebanyak 578.564 orang pengusaha, pada tahun 2008 sampai dengan tahun

2009 ada sebanyak 579.024 orang pengusaha dan sampai dengan bulan Juni

2010 ada sebanyak 579.487 orang pengusaha. Untuk Pengusaha Menengah juga

mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan pada tahun 2006 sampai

dengan tahun 2009 ada sebanyak 1.059 orang pengusaha dan sampai dengan

bulan Juni 2010 ada sebanyak 1.067 orang pengusaha. Untuk Pengusaha Besar

pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 berkembang menjadi 107 orang

Page 80: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 80

pengusaha. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada Pengusaha Kecil tahun tahun

2006 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 925.703 orang dan pada tahun 2008

sampai dengan tahun 2009 ada sebanyak 579.024 orang dan sampai dengan

bulan Juni 2010 jumlah penyerapan tenaga kerja pada pengusaha kecil sebanyak

1.055.583 orang. Untuk Pengusaha Menengah jumlah penyerapan tenaga kerja

pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 24.357 orang dan sampai

dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak orang. Untuk penyerapan tenaga kerja

Pengusaha Besar pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 ada sebanyak

sebanyak 4.725 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah penyerapan

tenaga kerja ada sebanyak 4.762 orang.

Untuk nilai eksport dan import non migas, pada tahun 2006 sampai

dengan tahun 2007 jumlah eksport senilai 6.785.761 juta US$, tahun 2008

mencapai sejumlah 2.693.528 juta US$, tahun 2009 turun menjadi 1.839.654

juta US$ dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumnlah nilai eksport mencapai

2.547.170,91 juta US$.

Lembaga keuangan, yang terdiri dari Perbankan dan Non Perbankan,

untuk Perbankan terdiri dari milik Pemerintah, Swasta Nasional, Swasta Asing

dan Milik Pemerintah Daerah, sedangkan untuk Lembaba Non Perbbankan

terdiri dari Modal Ventura dan Lembaga Keuangan Mikro. Pada tahun 2005

jumlah Perbankan di Kab. Banyumas sebanyak 29 buah yang terdiri dari milik

Pemerintah sebanyak 5 buah, Sswasta Nasional 22 buah dan Milik Pemerintah

Daerah sebanyak 2 buah, tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 jumlah

Perbankan sebanyak 34 buah yang terdiri dari 6 buah milik Pemerintah, 26 buah

milik Swasta Nasional dan 2 buah milik Pemerintah Daerah, sampai dengan

bulan Desember 2009 jumlah Perbankan bertambah menjadi 35 buah yang

terdiri dari 6 buah milik Pemerintah, 27 buah milik Swasta Nasional dan 2 buah

milik Pemerintah Daerah. Untuk Lembaga Non Perbankan jumlah lembaga

Keuangan Mikro, pada tahun 2005 sebanyak 32 buah dan pada tahun 2006

sampai dengan bulan Desember 2009 sejumlah 53 buah, yang tersebar di

beberapa wilayah kecamatan di Kab. Banyumas.

B. Pengelolaan Asset / Barang Daerah

Kabupaten Banyumas mempunyai aset tidak bergerak berupa tanah yang

terseber dibeberapa wilayah kecamatan yang ada di Kab. Banyumas, diantaranya

Kecamatan Ajibarang seanyak 14 lokasi ± luas 113.574 m2, Kecamatan Banyumas

sebanyak 17 lokasi ± luas 171.337 m2, Kecamatan Baturraden sebanyak 14 lokasi ±

luas 185.485 M2, Kecamatan Cilongok sebanyak 7 lokasi ± luas 223.749 m

2,

Page 81: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 81

Keeamatan Gumelar sebanyak 2 lokasi ± luas 15.545 m2, Kecamatan Jatilawang

sebanyak 7 lokasi ± luas 40.516 m2, Keeamatan Kalibagor sebanyak 9 lokasi ± luas

699.175 m2, Kecamatan Karanglewas sebanyak 4 lokasi ± luas 26.675 m

2,

Kecamatan Kebasen sebanyak 3 lokasi ± luas 12.305 m2, Kecamatan Lumbir

sebanyak 2 lokasi ± luas 8.985 m2, Kecamatan Kedungbanteng sebanyak 4 lokasi

± luas 25.758 m2, Kecamatan Kembaran sebanyak 10 lokasi ± luas 34.803 m

2,

Kecamatan Kemrajen sebanyak 7 lokasi ± luas 17.981 m2, Kecamatan Patikraja

sebanyak 10 lokasi ± luas 92.073 M2, Kecamatan Pekuncen sebanyak 6 lokasi ± luas

495.516 m2, Kecamatan Purwojati sebanyak 3 lokasi ± luas 15.783 m

2, Kecamatan

Purwokerto Barat sebanyak 14 lokasi ± luas 41.683 m2, Kecamatan Purwokerto

Selatan sebanyak 26 lokasi ± luas 156.502 m2, Kecamatan Purwokerto Timur

sebanyak 38 lokasi ± luas 278.619 m2, Kecamatan Purwokerto Utara sebanyak 2

lokasi ± luas 7.300 m2, Keeamatan Rawalo sebanyak 5 lokasi ± luas 18.503 m

2,

Kecamatan Sokaraja sebanyak 14 lokasi ± luas 19.535 m2, Kecamatan Sumbang

sebanyak 1 lokasi ± luas 10.729 m2, Kecamatan Sumpiuh sebanyak 2 lokasi ± luas

15.885 m2 , Kecamatan Tambak sebanyak 3 lokasi ± luas 28.530 m

2 dan Kecamatan

Wangon sebanyak 9 lokasi ± luas 464.292 m2.

C. BUMD, Perbankan Daerah dan Lembaga Keuangan Daerah

Pemerintah Kabupaten Banyumas

sampai saat ini masih memiliki 2 (dua) buah

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan

Bank Kredit Kecamatan (BKK) yang mana

memberikan kontribusi terhadap APBD

Kabupaten Banyumas.

Sedangkan Perbankan Daerah yang ada di Kabupaten Banyumas meliputi Bank

Milik Pemerintah sebanyak 6 buah diantaranya Bank Konvensional 5 buah, Bank

Syariah 1 buah dan Bank Swasta Nasional ada

26 buah diantaranya Bank Konvensional (Bank

Umum + BPR) sebanyak 22 buah dan Bank

Syariah (Bank Umum + BPR) sebanyak 4 buah.

Untuk Bank Pembangunan Daerah (BPD)

sampai dengan bulan Desember 2009 ada 1

(satu) buah, sedangkan untuk jumlah BPR yang

ada sampai dengan bulan Desember 2009 sebanyak 25 buah. Jumlah PDAM pada

Page 82: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 82

tahun 2005 sampai dengan bulan Desember 2009 sebanyak 1(satu) buah, yaitu

berada di Jalan Prof. DR. Soeharso, Purwokerto.

Sedangkan Lembaga Keuangan Daerah (LKD) yang ada di Kabupaten

Banymnas pada tahun 2006 sebanyak 61 buah, tahun 2006 sampai dengan tahun

2008 ada sebanyak 87 buah dan sampai dengan bulan Desember 2009 ada sebanyak

88 buah, LKD ini tersebar di beberapa wilayah Kecamatan yang ada di Kab.

Banyumas.

BAB VI

EKONOMI KEUANGAN

A. Produk Domestik Regional Bruto

Di Kabupaten Banyumas kondisi perekonomian terus mengalami perkembang-

an, hal ini ditandai dengan selalu berkembangnya Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dari tahun ke tahun. Apabila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB

Banyumas mengalami perkembangan secara berturut-turut mulai tahun 2005 sampai

dengan tahun 2007 sebesar 197,70%, 216,20% dan pada tahun 2007 sebesar

244,45%. Namun apabila dilihat berdasarkan harga konstan, yang tercermin pada

besamya laju pertumbuhan ekonomi, terlihat babwa laju pertumbuhan ekonomi yang

terakhir hanya sebesar 5,30% (2007). Laju pertumbuhan dengan besaran seperti di

atas sebenamya masih tergolong rendah dan belum mampu memberikan perubahan

yang cukup mencolok terhadap perubahan kondisi riil ekonomi masyarakat.

Sehingga perekonomian secara umum di Kabupaten Banyumas masih perlu dipacu

lebih cepat lagi dengan menyusun strategi dan kebijakan yang lebih tepat lagi,

terutama dalam upaya menggerakkan sektor riil. Untuk menjalankan kebijakan ini

gerak perekonomian di Kabupaten Banyumas masih perlu dipercepat dengan

memberikan dorongan pada sektor-sektor yang mempunyai peranan yang cukup

besar dalam perekonomian.

Tabel 6.1.

PDRB Kabupaten Banyumas

Tahun ADHB ADHK (TD 2000)

(Atas Dasar Harga Berlaku) (Atas Dasar Harga Konstan)

2002 3.917.711.445 3.227.485.200 2003 4.365.914.664 3.347.157.944 2004 4.835.240.499 3.486.633.689 2005 5.580.804.337 3.598.399.158 2006 6.428.219.534 3.759-547.615

Page 83: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 83

2007 7.268.199.715 3.958.645.946

Tabel 6.2.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyumas

Tahun %

2002 4,51 2003 3,71 2004 4,17 2005 3,21 2006 4,48 2007 5.30

Dibandingkan dengan kabupaten tetangga dalam wilayah eks Karesidenan

Banyumas, pertumbuhann ekonomi Banyumas tahun 2007 menempati posisi kedua

setelah Kabupaten Purbalingga, hanya sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Banjarnegara (Tabel 6.3). Sehingga. perlu ditekankan kembali percepatan

pertumbuhan ekonomi agar Banyumas tidak tertinggal bila dibandingkan dengan

kabupaten tetangga.

Tabel 6.3.

Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Eks. Karesidenan Banyumas

Tahun Kabupaten Banyumas

( % )

Kabupaten Banjarnegara

( % )

Kabupaten Cilacap

( % )

Kabupaten Purbalingga

2002 4,51 -0,65 8,59 4,13 2003 3,71 2,96 6,33 3,14 2004 4,17 3,81 6,65 3,35 2005 3,21 3,95 7,72 4,18 2006 4,48 4,32 5,00 5,06 2007 5.30 5.01 2.64 6.19

Walaupun perekonomian di Kabupaten Banyumas terus mengalami

pertumbuhan, tetapi pendapatan perkapita masyarakat Banyumas masih tergolong

rendah. Pada tahun 2007 Pendapatan perkapita masyarakat Banyumas sebesar

Rp. 4.640.490,- atas harga berlaku dan Rp 2.527.456,- atas dasar harga konstan.

Dengan mendasarkan pada standar kemiskinan Bank Dunia terendah sebesar US $ 1

perorang, dengan 1US $ sebesar Rp 9.100,- dan satu tahun 360 hari maka standar

kemiskinan menurut Bank Dunia sebesar Rp 3.276.000,- per tahun. Dengan

demikian pendapatan perkapita masyarakat Banyumas masih di bawah standar

kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia. Namun dengan menggunakan standar

kmiskinan teerendah dari Sayogyo sebesar 320 kilogram beras selama setahun dan

harga beras dihitung sebesar Rp 3.500,- maka pendapatan perkapita masyarakat

Banyumas berada di atas stardar kerniskinan sebesar Rp 1.120.000,- Apabila

Page 84: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 84

pertumbuhan ekonomi diperbandingkan dengan pertumbuhan pendapatan perkapita

terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Hal ini menggambarkan adanya,

pertumbuhan Penduduk ataupun Pertumbuhan penduduk miskin yang cukup cepat di

Kabupaten Banyumas. Dengan indikator ini maka perlu adanya pembatasan

penduduk pada umumnya dan penduduk miskin khususnya.

Tabel 6.4.

Pendapatan Perkapita Kabupaten Banyumas

Tahun ADHB % Kenaikan ADHK % Kenaikan

2001 2.308.568 - 2.089.002 - 2002 2.625.967 13,75 2.163.321 3,56 2003 2.903.02,9 10,155 2.225.627 2,88 2004 3.183.848 9,67 2.295.835 3,15 2005 3.645.107 14,49 2.350.297 2,37 2006 4.181.422 14,71 2.445.507 4,05 2007 4.640.490 11,42 2.527.456 3.76

Struktur ekonomi Kabupaten Banyumas selama lima tahun terakhir tahun

2002-2007 relatif tidak mengalami banyak perubahan. Sektor-sektor ekonomi yang

mempunyai peranan cukup besar dalam perekonomian dari tahun ke tahun tetap

dimiliki oleh sektor pertanian, industri, jasa dan perdagangan. Walaupun memiliki

proporsi yang cukup besar dalam perekonomian sektor pertanian dan industri

cenderung mengalami penurunan, peran dari tahun ke tahun lihat Tabel 6.5. Apabila

kedua sektor ini akan dipertahankan sebagai sektor unggulan, diperlukan penanganan

dan kebijakan khusus terhadap kedua sektor ini. Hal menarik yang perlu

diperhatikan, penurunan sektor ekonomi yang juga diikuti dengan penurunan sektor

industri, menandakan keduanya tidak bersubstitusi, penurunan sektor pertanian tidak

dipindahkan ke sektor industri tetapi ke sektor lainnya yaitu sektor perdagangan dan

jasa. Hal ini menunjukkan perkembangan ekonomi Banyumas sangat ditopang oleh

barang dan jasa yang berasal dari luar daerah.

Tabel 6.5.

Struktur Ekonomi Kabupaten Banyumas

Sektor Th. 2002 Th. 2003 Th. 2004 Th. 2005 Th. 2006 Th. 2007

Pertanian 23,51 22,98 22,59 22,26 21,67 22.99

Penggalian 1,38 1,39 1,39 1,4 1,4 1.39

Industri 17,2 17,28 17,28 17,16 16,95 16.48

Page 85: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 85

Listrik 0,84 0,85 0,88 0,93 0,94 1.36

Bangunan 9,05 9,11 9,15 9,24 9,2 9.63

Perdagangan 14,47 14,49 14,52 14,6 14,91 14.51

Pengangkutan 10,24 10,3i 10,66 10,54 10,62 9.16

Keuangan 7,82 8 8,11 8,3 8,49 8.72

Jasa 15,48 15,52 15,53 15,58 15,91 15.77

Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan paling cepat dalam perekonomian

Banyumas secara berturut adalah sektor keuangan, perdagangan dan jasa. Oleh sebab

itu perlu dibuat kebijakan agar ketiga sektor ini mempunyai ruang gerak

perkembangan yang lebih leluasa. Dengan melihat proporsinya dalam perekonomian

dan sektor yang mengalami perkembangan pesat ini terlihat dengan jelas bahwa

perkembangan Kabupaten Banyumas menuju wilayah perdagangan dan jasa, namun

demikian arahan sektor keuangan dan jasa untuk menopang sektor pertanian dan

industri perlu dilakukan, sehingga sektor ini mampu melakukan perkembangan.

Tabel 6.6.

Pertumbuhan Setiap Sektor di Kabupaten Banyumas

Sektor Th. 2002 Th. 2003 Th. 2004 Th. 2005 Th. 2006 Th. 2007

Pertanian 7,06 1,38 2,38 1,7 1,73, 3.14 Penggalian* 4,29 4,86 3,75 4,09 4,62 5.17 Industri 3,05 4,2 4,19 2,45 3,24 3.47 Listrik 9 4,26 8,19 9,11 5,16 7.51 Bangunan 3,4 4,42 4,63 4,12 4,07 4.71 Perdagangan 5,33 3,84 4,35 3,8 6,72. 6.48 Pengangkutan 5,04 5,01 5,93 3,13 4,32 5.18 Keuangan 2,26 6,05 5,67 5,60 6,85 8.04 Jasa 2,54 3,97 4,21 3,54 6,70 7.90

PDRB TOTAL 4951 3,71 4,17 3,21 4,48 5.30

Perekonomian Kabupaten Banyumas masih didominasi oleh sektor yang

memberikan kontribusi di atas 10 persen terhadap PDRB. Keempat sektor tersebut

adalah sektor Pertanian, Industri, Jasa-jasa dan sektor Perdagangan. Dilihat dari

sumbangannya terhadap PDRB tahun 2007, berdasarkan urutan besamya sumbangan

adalah sebagai berikut ; Sektor Pertanian menyumbang 22,99 persen, diikuti oleh

Sektor Industri dengan sumbangan 16,48 persen, Sektor Jasa-jasa menyumbang

15,77 persen, Sektor Perdagangan menyumbang 14,51 persen, Tiga sektor yang

sumbangannya antara 5 sampai 10 persen adalah Sektor Bangunan yang

menyumbang 9,63 persen, Sektor Pengangkutan menyumbang 9,15 persen dan

sektor Keuangan menyumbang 8,72 persen. Dua sektor yang menyumbang di bawah

lima persen masing-masing adalah sektor Pertambangan dan Penggalian

Page 86: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 86

menyumbang 1,39 persen dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih menyumbang1,36

persen.

B. APBD

Dalam upaya menjalankan kebijakannya, terutama, kebijakan fiskal, terlihat

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Kabupaten Banyumas terus

mengalami peningkatan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Dengan

anggaran belanja yang semakin meningkat, permasalahan yang dihadapi adalah

ketepatan alokasi anggaran tersebut. Sebagai instrument kebijakan fiskal, APBD

akan mempunyai efektivitas yang tinggi manakala tersalur pada sektor yang

mempunyai dampak terhadap sektor riil daerah, dengan kata lain APBD harus

mampu manjadi motor penggerak sektor riil. Oleh sebab itu untuk mengetahui

ketepatan APBD harus dikaji lehih lanjut bagaimanakah alokasi APBD tersebut.

Untuk itu perlu adanya evaluasi setiap kebijakan belanja yang dilakukan selama ini.

Efisiensi anggaran dan kemampuan anggaran untuk meningkatkan investasi dan

pendapatan masyarakat harus menjadi prioritas kebijakan di waktu yang akan datang.

Tabel 6.7.

APBD Kabupaten Banyumas

Tahun Pendapatan Belanja

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

2005 536.408.614.255 566.164.904.606 560.860.334.550 532.868.531.375 2006 759.020.071.390 803.084.834.625 803.749.806.442 719.957.771.996 2007 837.644 335.000 869.387.057.131 963.673.784.000 870.783.409.733 2008 928.013.856.288 968.913.212.552 1.063.673.306.791 973.932.843.282 2009 994.245.891.905 - 1.112.315.891.905 -

Sumber : DPPKAD Kab. Banyumas Th. 2005-2009

Selama 5 (lima) tahun terakhir pendapatan daerah Kabupaten Banyumas

cenderung meningkat, pendapatan daerah pada tahun 2005 dari anggaran sebesar

Rp. 536.408.614.255,- teralisasi sebesar Rp. 566.164.904.606,- pada tahun 2006 dari

anggaran sebesar Rp. 759.020.071.390,- teralisasi sebesar Rp. 803.084.834.625,-

pada tahun 2007 dari anggaran sebesar Rp. 837.644.335.000, teralisasi sebesar

Rp. 869.387.057.131,- pada tahun 2008 dari anggaran pendapatan sebesar

Rp. 928.013.856.288,- terealisasi sebesar Rp. 968.913.212.552,- dan pada tahun 2009

dianggarkan besarnya pendapatan sebesar Rp. 994.245.891.905,-.

Untuk belanja daerah Kabupaten Banyumas cenderung meningkat, dimana

belanja daerah pada tahun 2005 dari anggaran sebesar Rp. 560.860.334.550,-

terealisasi sebesar Rp. 532.868.531.375,- pada tahun 2006 dari anggaran sebesar

Page 87: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 87

sebesar Rp. 803.749.806.442 terealisasi sebesar Rp. 719.957.771.996,- pada tahun

2007 dari anggaran sebesar Rp. 963.673.784.000,- terealisasi sebesar

Rp. 870.783.409.733,- pada tahun 2008 dari anggaran belanja sebesar

Rp. 1.063.673.306.791,- terealisasi sebesar Rp. 973.932.843.282,- dan pada tahun

2009 dianggarkan besarnya belanja daerah sebesar Rp. 1.112.315.891.905,-.

C. Pajak

Pendapatan pajak yang berasal dari dana perimbangan berupa bagi hasil pajak

pada tahun 2005 dari anggaran sebesar Rp. 25.649.988.365,- terealisasi sebesar

Rp. 35.192.906.321,- pada tahun 2006 dari angaran sebesar Rp. 28.700.000.000,-

terealisasi sebesar Rp. 41.429.845.651,- pada tahuh 2007 dari anggaran setelah

perubahan sebesar Rp. 41.883.211.010,- terealisasi sebesar Rp. 50.268.765.846,-

pada tahun 2008 dari anggaran sebesar Rp. 46.829.960.000,- terealisasi sebesar

Rp. 57.554.524.343,- pada tahun 2009 besarnya bagi hasil pajak/bagi hasil bukan

pajak dianggarkan sebesar Rp. 49.652.344.92,77

Sedangkan pendapatan pajak yang berasal dari dana perimbangan berupa bagi

hasil pajak dari provinsi dimana pada tahun 2005 dari anggaran sebesar

Rp. 17.004.990.990,- terealisasi sebesar Rp. 25.541.827.566,- pada tahun 2006 dari

angaran sebesar Rp. 23.067.741.990,- terealisasi sebesar Rp. 38.262.651.035,- pada

tahun 2007 dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 28.481.995.744,- terealisasi

sebesar Rp. 40.701.280.341,- pada tahun 2008 dari anggaran sebesar

Rp. 36.415.945.092,- terealisasi sebesar Rp. 48.177.112.350,- sedangkan pada tahun

2009 lain-lain pendapatan daerah yang sah, berupa dana bagi hasil pajak dari

Provinsi dan pemerintah daerah lainnya dianggarkan sebesar Rp. 40.384.959.000,-

D. Dana Perimbangan

Pendapatan Daerah Kabupaten selama tahun 2005-2009 masih didominasi oleh

Dana Perimbangan, yang terdiri dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana

alokasi umum dan dana alokasi khusus serta bagi hasil pajak dan bantuan keuangan

dari provinsi. Perkembangan Dana Perimbangan selama 5 (lima) dari tahun 2005

sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan jumlahnya, pada tahun 2005

besarnya Dana Perimbangan dari anggaran sebesar Rp. 462.105.009.355,- terealisasi

sebesar Rp. 480.692.677.348,- pada tahun 2006 dari anggaran sebesar

Rp. 690.184.437.990,- terealisasi sebesar Rp. 717.585.055.155,- pada tahun 2007

dari anggaran setelah perubahan Rp. 752.701.024.824,- teralisasi sebesar

Rp. 763.420.612.472,- pada tahun 2008 dari anggaran sebesar Rp. 832.643.810.592,-

Page 88: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 88

terealisasi sebesar Rp. 853.259.655.292,- dan pada tahun 2009 besarnya dana

perimbangan dianggarkan sebesar Rp. 822.443.224.592,77

Besarnya penerimaan yang bersumber dari dana bagi hasil, dana alokasi umum

dan dana alokasi khusus yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas, ini

menandakan bahwa masih tingginya ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap

dana dari Pemerintah Pusat.

E. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banyumas yang terdiri dari pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain PAD yang sah, selama 5 (lima) tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun

2009 mengalami peningkatan, pada tahun 2005 PAD Kab. Banyumas dari anggaran

sebesar Rp. 52.983.604.900,- terelaisasi sebesar Rp. 63.767.247.698,- pada tahun

2006 dari anggaran sebesar Rp. 68.835.633.400,- terealisasi sebesar

Rp. 85.499.779.470,- pada tahun 2007 dari anggran setelah perubahan sebesar

Rp. 84.943.310.176,- terealisasi sebesar Rp. 96.386.444.659,- pada tahun 2008 dari

anggaran sebesar Rp. 95.370.045.696,- terealisasi sebesar Rp. 107.425.765.063,- dan

pada tahun 2009 besarnya PAD sebesar dianggarkan Rp. 101.413.857.712,95

Tabel 6.8.

PAD Kabupaten Banyumas

Sumber PAD Th. 2005 Th. 2006 Th. 2007 Th. 2008 Th. 2009

Paiak Daerah 17.295.119.280 16.832.562.181 18.990.997.657 21.342.097.481 18.755.000.000

Retribusi Daerah 32.781.833.512 48.807.891.600 57.734.035.290 63.895.745.349 66.122.256.690

Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yang Dipisahkan

4.250.396.230 3.504.757.059 4.152.405.385 4.947.115.462 5.625.043.940

Lain-Lain PAD yang Sah 9.439.898.676 16.354.568.630 15.509.006.327 17.240.806.771 10.911.557.082

Total PAD 63.767.247.698 85.499.779.470 96.386.444.659 107.425.765.063 101.413.857.712

Total APBD 566.164.904.606 803.084.834.625 869.387.057.131 968.913.212.552 994.245.891.905

Rasio PAD terhadap APBD 11,26 % 10,65 % 11,09 % 11,09 % 10,20 %

Sumber : DPPKAD Kab. Banyumas Th. 2008-2009

Untuk Rasio PAD terhadap APBD Kabupaten Banyumas tahun 2005 sebesar

11,26 %, tahun 2006 sebesar 10,65 %, tahun 2007 sebesar 11,09 %, tahun 2008

sebesar 10,28 % dan pada tahun 2009 diharapkan mencapai 11,75 %. Melihat dari

rasio PAD terhadap APBD Kabupaten Banyumas tersebut, dimana terlihat masih

kecilnya peranan PAD dalam menyumbang pendapatan daerah, meskipun demikian

upaya peningkatan PAD memerlukan pengkajian dan pertimbangan yang cukup

masak, karena seperti kita ketahui bersama sumber-sumber PAD merupakan sumber

Page 89: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 89

yang sangat "kurus", sehingga pengorbanan yang cukup besar dalam upaya

peningkatan PAD hanya akan menghasilkan peningkatan yang kurang berarti. Selain

itu, sumber-sumber PAD banyak yang berkaitan langsung dengan masyarakat,

sehingga perlu dipikirkan agar PAD tidak membebani masyarakat.

F. Pinjaman Daerah

Pemerintah Kabupaten Banyumas pada tahun 2005 untuk pinjaman baik

bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri tidak ada, pada tahun 2006

pengeluaran pembiayaan untuk pembayaran pokok pinjaman dalam negeri sebesar

Rp. 110.096.489,- pada tahun 2007 pinjaman dalam negeri sebesar

Rp. 3.653.000.000,- dan pada akhir tahun 2007 sudah dikembalikan, pada tahun 2008

pinjaman dalam negeri sebesar Rp. 2.500.000.000,- sudah dikembalikan pada akhir

tahun 2008 dan sampai dengan bulan Desember 2009 Pemerintah Kabupaten

Banyumas belum merencanakan pinjaman baik yang bersumber dari dalam negeri

maupun luar negeri.

Page 90: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 90

BAB VII

POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

A. Politik Dalam Negeri dan Pengawasan

Berdasarkan laporan dari Bakesbangpolinmas Kabupaten Banyumas,

mengenai politik, hukum dan keamanan yang ada saat ini di Kabupaten Banyumas

sebagai berikut, mengenai peta perpolitikan saat ini jumlah keanggotaan DPRD

Kabupaten Banyumas ada sebanyak 49 orang, dengan jumlah fraksi di DPRD

Kabupaten Banyumas ada sebanyak 7 buah, dari fraksi-fraksi tersebut yang

terbanyak dalam menduduki kursi yaitu dari Fraksi PDI-P dengan 13 kursi, disusul

Fraksi dari Golkar 9 kursi, Fraksi Partai Demokrat 6 kursi, Fraksi PAN 5 kursi,

Fraksi PKB 5 kursi, Fraksi PPP 1 kursi dan Partai Hanura 1 kursi. Adapun komposisi

Anggota DPRD berdasarkan jenis kelamin untuk pria sebanyak 41 orang dan 8 orang

wanita. Jumlah peserta pemilih pada tahun 2009 ada sebanyak 1.262.347 orang

dengan rincian sebanyak 630.014 orang pria dan 632.333 orang perempuan, dengan

tingkat partisifasi jumlah pemilih 73,23 persen dengan rincian tingkat partsifasi pria

35,52 persen dan perempuan 37,71 persen.

Jumlah Partai Politik (Parpol) yang ada di Kabupaten Banyumas pada tahun

2009 ada sebanyak 36 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Parpol yang

ada sebanyak 36 buah. Sedangkan jumlah parpol peserta pemilu pada tahun 2009 ada

sebanyak 36 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Parpol peserta pemilu

ada sebanyak 36 buah . Organisasi kernasyarakatan berdasarkan profesi pada tahun

2006 ada sebanyak 178 buah, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ada

sebanyak 11 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 35 buah

organisasi masyarakat berdasarkan profesi. Perkembangan jumlah organisasi

kemasyarakatan berdasarkan agama , pada tahun 2006 ada sebanyak 12 buah, pada

tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 20 buah dan sampai dengan

bulan Juni 2010 ada sebanyak 21 organisasi kemasyarakatan berdasarkan agama.

Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal yang ada, di

Kabupaten Banyumas pada tahun 2006 ada sebanyak 140 buah, pada tahun 2007

berkurang menjadi 137 buah dan pada tahun 2009 tumbuh menjadi 140 buah dan

sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah LSM lokal ada sebanyak 21 buah.

Sedangkan jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat Nasional pada tahun 2006

sebanyak 2 buah, pada tahun 2008 masih tetap berjumlah 2 buah dan sampai dengan

bulan Juni 2010 jumlah LSM Nasional ada sebanyak 11 buah.

Page 91: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 91

Keberadaan jumlah media massa/pers lokal dan nasional di Kabupaten

Banyumas pada tahun 2009 ada sebanyak 15 buah yang terdiri dari 2 buah media

massa/pers lokal dan 13 buah media massa/pers nasional dan sampai dengan bulan

Juni 2010 ada sebanyak 17 buah media massa/pers yang terdiri dari 6 buah media

massa/pers lokal dan 11 buah media massa/pers nasional.

B. Hukum

Kondisi perkembangan permasalahan hukum yang ada di Kabupaten

Banyumas dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada

tahun 2006 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum perkara yang dilaporkan

sebanyak 14.229 perkara yang terdiri dari 397 perkara kasus pidana dan 13.832

perkara pelanggaran lalu lintas, pada tahun 2008 terjadi jumlah kasus sebanyak 7.709

perkara yang terdiri dari 393 perkara kasus pidana dan 7.314 perkara kasus

pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan

jumlah kasus pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 6.520 perkara (45,82

persen), pada tahun 2008 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum kembali berupa

perkara yang dilaporkan sebanyak 28.360 perkara yang terdiri dari 381 perkara

kasus pidana dan 27.979 perkara kasus pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan

pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan jumlah kasus pelanggaran hukum yang

dilaporkan sebanyak 20.651 perkara (267,88 persen), pada tahun 2009 terjadi jumlah

kasus pelanggaran hukum kembali berupa perkara yang dilaporkan sebanyak 17.197

perkara yang terdiri dari 455 perkara kasus pidana dan 16.742 perkara kasus

pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi penurunan

jumlah kasus pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 11.163 perkara (39,36)

dan sampai dengan bulan Juni 2010 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum kembali

berupa perkara yang dilaporkan sebanyak 23.499 perkara yang terdiri dari 167

perkara kasus pidana dan 23.332 perkara kasus pelanggaran lalu lintas, jika

dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi peningkatan kembali jumlah kasus

pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 6.302 perkara (36,65 persen).

Jumlah perkara terselesaikan baik perkara pidana maupun perkara lalu lintas,

pada tahun 2006 terselesaikan kasus sebanyak 14.067 perkara yang terdiri dari 235

kasus perkara pidana dan 13.832 kasus perkara lalu lintas, pada tahun 2007

terselesaikan kasus sebanyak 7.566 perkara yang terdiri dari 252 kasus perkara

pidana dan 7.314 kasus perkara lalu lintas jika dibandingkan tahun 2006 maka jadi

penurunan jumlah perkara terselesaikan sebanyak 6.501 (46,21 persen), pada tahun

2008 terselesaikan kasus sebanyak 28.160 perkara yang terdiri dari 181 kasus

perkara pidana dan 27.979 kasus perkara lalu lintas, jika dibandingkan tahun 2007

Page 92: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 92

maka terdapat peningkatan jumlah perkara terselesaikan sebanyak 20.594 perkara

(272,19 persen), pada tahun 2009 terselesaikan kasus sebanyak 16.848 perkara yang

terdiri dari 106 perkara pidana dan 16.742 kasus perkara lalu lintas dan sampai

dengan bulan Juni 2010 jumlah kasus terselesaikan sebanyak 23.332 perkara lalu

lintas.

C. Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban Umum

Berdasarkan laporan baik dari Polres Kabupaten Banyumas, maupun

Bakesbangpolinmas, bahwa situasi keamanan dan ketertiban dalam masyarakat

cukup kondusif dan terkendali, meskipun di beberapa wilayah masih terdapat

gangguan keamanan dan ketertiban, namun dapat terkendalikan dengan baik.

Berdasarkan laporan dari POLRES Banyumas pada tahun 2007 terjadi 431 jumlah

kriminalitas, pada tahun 2008 terjadi jumlah kasus kriminatlitas sebanyak 183 kasus

jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi penurunan jumlah kasus

kriminalitas sebanyak 248 kasus (57,54 persen) dan pada tahun 2009 terjadi kasus

kriminalitas sebanyak 112 kasus maka jika dibandingkan kasus kriminalitas yang ada

pada tahun 2008 terjadi penurunan kasus sebanyak 71 kasus (38,80 persen).

Perkelahian antar pelajar terjadi hanya 1 kali pada tahun 2007 namun dapat

terkendali dan terselesaikan dengan baik.

Kasus unjuk rasa di bidang politik pada tahun 2009 ada sebanyak 11 kasus

dan sampai dengan bulan Juni 2010 turun menjadi 5 kasus unjuk rasa di bidang

ekonomi atau turun sebanyak 6 kasus (54,55 persen), unjuk rasa yang terjadi di

bidang ekonomi pada tahun 2009 terjadi 3 kasus dan sampai dengan bulan Juni 2010

terdapat kasus kembali di bidang ekonomi sebanyak 3 kasus, sedangkan unjuk rasa di

bidang sosial yang terjadi pada tahun 2009 ada sebanyak 31 kasus dan sampai

dengan bulan Juni 2010 terjadi kasus di bidang sosial sebanyak 19 kasus maka jika

dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan kasus di bidang sosial sebanyak 12

kasus (38,71 persen).

Jumlah Aparat Keamanan Polisi, Pos Keamanan Polisi, jumlah Polisi Hutan

dan jumlah Mobil Pemadam Kebakaran, pada tahun 2007 jumlah Aparat Keamanan

(Polisi) ada sebanyak 1.164 orang, pada tahun 2008 ada sebanyak 1.214 orang jika

dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penambahan jumlah Aparat Keamanan

sebanyak 50 orang (4,3 persen) pada tahun 2009 jumlah Aparat Keamanan menjadi

1.207 jika dibandingkan pada tahun 008 maka terjadi penurunan jumlah Aparat

Keamanan (Polisi) sebanyak 7 orang (0,58 persen) hal ini karena ada yang pensiun

dan pindah tugas ke luar Banyumas.

Page 93: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 93

Jumlah Pos Keamanan (Polisi) pada tahun 2007 ada sebanyak 16 unit, begitu

pula tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 jumlah Pos Keamanan (Polisi) ada

sebanyak 16 unit Pos Keamanan. Jumlah Polisi Hutan yang ditugasi di KPH Perum

Perhutani Banyumas Timur dan KPH Perum Perhutani Banyumas Barat pada tahun

2006 sebanyak 140 orang, pada tahun 2007 sebanyak 148 orang jika dibandingkan

pada tahun 2007 maka terdapat penambahan jumlah Polisi Hutan sebanyak 8 orang

(5,71 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 143 jumlah Polisi Hutan jika

dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi pengurangan jumlah Polisi Hutan

sebanyak 5 orang (3,38 persen), pada tahun 2009 jumlah Polisi Hutan menjadi 140

orang jika dibandingkan tahun 2008 maka terjadi penurunan kembali jumlah Polisi

Hutan sebanyak 3 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Polisi Hutan

yang ada sebanyak 139 orang sehingga bila dibandingkan jumlah Polisi Hutan pada

tahun 2009 terjadi pengurangan kembali jumlah Polisi Hutan sebvanyak 1 orang

(0,71 persen). Jumlah mobil Pemadam Kebakaran yang ada pada tahun 2008

sebanyak 3 unit pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah mobil

Pemadam Kebakaran yang ada sebanyak 7 unit, adapun pengelola dari mobil

Pemadam Kebakaran yaitu Dinas CKKTR Kabupaten Banyumas.

Page 94: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 94

BAB VIII

INSIDENSIAL

A. Pengungsi

Sampai dengan bulan Juni 2010 berdasarkan laporan dari Dinsosnakertrans

Kabupaten Banyumas, pengungsian penduduk akibat bencana alam antara lain,

banjir, angin puyuh maupun tanah longsor belum ada. Bencana alam tersebut oleh

penduduk dirasa belum begitu mengkhawatirkan, sehingga masyarakat yang terkena

bencana alam tersebut tetap bertahan di lokasi tempat tinggalnya masing-masing.

Begitu pula mengenai tanah longsor dan banjir, meskipun ada beberapa tempat

tinggal yang mengalami kerusakan aibat tanah longsor, gempa, angin puyuh maupun

banjir, namun masih dapat segera dapat diperbaiki dan ditempati.

B. Bencana Alam

Di Kabupaten Banyumas setiap tahunnya selalu terjadi bencana banjir dan

gerakan tanah. Bencana banjir yang terjadi di wilayah Selatan Kabupaten Banyumas,

yaitu di wilayah Kecamatan Tambak, Sumpiuh dan Kemranjen berupa bencana alam

gerakan tanah, ini erat kaitannya dengan sifat

fisik lahan, sifat dan posisi batuan, struktur

geologi, keterjalan, penggunaan lahan serta

kondisi keairannya daerah dengan sedimen

marin lempung dan medan terjal banyak

terjadi gerakan tanah. Lempung ini ini

plastisitasnya mengembang dan mengerut

dengan perubahan cuaca, batuan ini ditindih dengan batuan gunung api sehingga

pada daerah kontaknya sering terjadi longsoran. Daerah terjadi dengan curah hujan

tinggi juga rawan terhadap longsoran. Demikian halnya dengan aktifitas manusia

seperti potong dan pangkas (cut and fill) terhadap lereng juga dapat meningkatkan

kemampuan lahan untuk longsor. Bencana alam berupa gerakan tanah yang terjadi di

wilayah Kabupaten Banyumas terdapat pada kawasan hutan mapun pada tepi sungai

dengan kondisi lahan terjal atau pada lokasi terjal dengan curah hujan tinggi.

Jumlah Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Banyumas berdasarkan

laporan dari Disosnakertrans Kabupaten Banyumas, pada tahun 2006 terdapat

bencana alam di 14 kecamatan, dengan jumlah perkiraan kerugian akibat bencana

alam tersebut mencapai Rp. 750 juta, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke

masyarakat terkena bencana antara lain berupa dana sebesar Rp. 185 juta, beras

Page 95: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 95

sebanyak 8.000 ton, mie isntan 630 kardus, minyak goreng 875 liter, pakaian

sebanyak 400 paket, material bangunan 50 paket. Pada tahun 2007 terjadi bencana

alam kembali di 14 kecamatan, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke

masyarakat terkena bencana antara lain berupa dana sebesar Rp. 100 juta beras

sebanyak 9.000 ton, mie isntan 450 kardus, minyak goreng 480 liter, pakaian

sebanyak 300 paket, peralatan darurat 3 unit. Pada tahun 2008 terdapat bencana alam

di 14 kecamatan, dengan jumlah perkiraan kerugian akibat bencana alam tersebut

mencapai Rp. 2.577,85 juta, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke

masyarakat terkena bencana antara lain berupa dana sebesar Rp. 100 juta, beras

sebanyak 9.000 ton, mie isntan 450 kardus, minyak goreng 480 liter, pakaian

sebanyak 300 paket, peralatan darurat 3 unit. Pada tahun 2009 terdapat bencana alam

di 21 kecamatan, dengan jumlah perkiraan kerugian akibat bencana alam tersebut

mencapai Rp. 1.216 juta, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke masyarakat

terkena bencana antara lain berupa beras sebanyak 10 ton, mie isntan 650 kardus,

minyak goreng 850 liter, pakaian sebanyak 53 paket, material bangunan 28 paket dan

peralatan darurat sebanyak 3 unit dan sampai dengan bulan Juni 2010 kejadian

bencana alam yang mengakibatkan kerugian akibat bencana tersebut mencapai

Rp. 2.219,57 juta, untuk kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke masyarakat

terkena bencana antara lain berupa, beras sebanyak 10 ton, mie isntan 850 kardus,

minyak goreng 1.200 liter, pakaian sebanyak 300 paket, material bangunan

150 paket.

Wilayah Kabupaten Banyumas yang telah teridentifikasi sebagai daerah

rawan bencana alam gerakan tanah, adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Pekuncen di desa Cibangkong, Karang kemiri dan Semedo.

2. Kecamatan Gumelar di desa Samudra, Gumelar, Kedungurang, Gancang,

Paningkapan, Karangkemojing, Cihonje, Cilangkap dan Telaga

3. Kecamatan Lumbir di desa Dermaji, Kedunggede, Karanggayam, Cidora

dan Cirahab.

4. Kecamatan Wangon di desa Pangadegan, Cikakak dan Windunegara.

5. Kecamatan Cilongok di desa Punusupan, Jatisaba dan Gununglurah.

6. Kecamatan Purwojati di desa Kaliwangi dan Kalitapen.

7. Kecamatan Kedungbanten di desa Melung dan Baseh.

8. Kecamatan Patikraja di desa Kedungrandu dan Karangdadap.

9. Kecamatan Kebasen di desa Tumiyang.

10. Kecamatan Rawalo di desa Tatnbalmegara.

11. Keeamatan Kemrajen di desa mbaknegara dan Karanggintung.

Page 96: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 96

12. Kecamatan Banyumas di desa Binangun dan Karangrau.

13. Kecamatan Somagede di desa Kemawi, Kanding dan Tangeran.

C. Penyakit Menular

Di wilayah Kabupaten Banyumas mengenaipenyakit menular dari tahun 2005

sampai dengan bulan Juni tahun 2009, dapat dilaporkan sebagai berikut :

1. Tahun 2008 kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 3.406 kasus dan positif

sebesar 177 kasus dengan persentase sebesar 5,2% dan telah diobati 100%.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2007 maka dalam satu tahun kasus malaria

mengalami kenaikan sebanyak 729 kasus. Tahun 2008 desa MCI dan HCI tidak

ada (Nol). Sedangkan desa yang masuk kategori LCI di tahun 2008 sebesar 331.

Adapun API Kabupaten Banyumas Tahun 2008 adalah sebesar 0,17 per 1000

penduduk. Jumlah kasus Malaria kare Plasmodium Falcivarum sebesar 34,4 %,

Plasmodium Vivax sebesar 65,6 % dan karena Plasmodium Mix tidak ada (Nol).

Sedangkan jumlah penyakit Malaria berdasarkan asalnya sebagai berikut. Import

sebesar 56,8 %, Indigenus sebesar 33,6 % dan kabuh sebesar 9,6 %.

Tahun 2007 kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 2.677 kasus atau

1,72 per 1000 penduduk, sedangkan tahun 2006 kasus penyakit Malaria Klinis

sebanyak 4.480 kasus atau sebosar 2,89 per 1000 panduduk dan tahun 2005

kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 4.174 kasus atau sebesar 2,71 per 1000

penduduk. Dibanding tahun 2006 kasus malaria mengalami penurunan 1.803

kasus atau sebesar 1,16 per 1000 penduduk. Daerah endemis malaria di

Kabupaten Banyumas tersebar di 9 desa yaitu Kalisalak, Binangun, Petarangan,

Karangsalam, Karanggintung, Bongangin, Banjarpanepen, Kemawi dan

Selanegara, dari 9 endemis tersebar di 4 Kecamatan (Sumpiuh, Kemranjen,

Kebasen dan Banyumas).

Tahun 2007 sudah tidak ada lagi desa HCL, desa Binangun dan Kalisalak

merupakan desa on CI sedangkan desa lainnya masuk kategori LCI. Adapun API

Kabupaten Banyumas tahun 2007 sebesar 11 per 1000 penduduk. angka API

Kabupaten Banyumas tahun 2006 sebesar 0,015 atau 15 per 1.000 penduduk dan

angka API tahun 2005 sebesar 0,016 atau 1.6 per 1.000 penduduk, jika

dibanding tahun 2006 yaitu 0,16 maka tahun 2007 terjadi penurunan kasus

sebesar 0,04 per 1000 penduduk. Hal ini dapat disebabkan karena peningkatan

surveilans (Active Case Detection/ACD), aktifnya petugas Juru Malaria Desa

(JMD) dalam panernuan penderitaan dan kesadaran masyarakat untuk berobat

atau memeriksakan diri sudah cukup baik.

Page 97: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 97

2. Jumlah populasi kasus TB Paru positif tahun 2008 sebanyak 1.704 kasus dengan

BTA positif sebanyak 613 kasus atau CDR (Case Detection Rate) BTA positif

sebanyak 36 per 100.000 penduduk. Hal ini berarti tahun 2008 mengalami

penurunan sebesar 2 kasus. Jumlah kasus TB Paru Positif tahun 2007 sebanyak

615 kasus atau CDR (Caw Detection Rate) BTA positif sebesar 39,61 per

100.000 penduduk, Jumlah kasus TB Paru Positif tahun 2006 sebanyak 1.410

kasm atau CDR BTA positif sebesar 91,24 per 100.000 penduduk, jumlah kasus

TB Paru Positif tahun 2005 sebanyak 596 kasus atau CDR (Case Detection

Rate) BTA positif sebesar 7,15 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2006 kasus

TB paru Positif mengalami peningkatan sebesar 814 kasus, atau CDR BTA

Positif sebesar 84.09 per 100.000 penduduk. Sedangkan tahun 2007 mengalami

penurunan sebesar 795 kasus atau 51,22 per 100.000 penduduk. Target

penemuan tahun 2006 sebesar 40% dari 91,24 yaitu sebesar sebesar 36,49 per

100.000 penduduk. Sedang target penemuan tahun 2007 sebesar 40 % dari 36,1

yaitu sebesar 14,64 per 100.000 panduduk. Kondisi diatas menunjukan

penemuan TB Paru Positif telah memenuhi target.

3. Jumlah kasus TB paru Klinis tahun 2006 di Kabupaten Banyumas sebanyak

4.405 kasus, jumlah kasus TB Paru Klinis tahun 2005 di Kabupaten Banyumas

sebanyak 4.441 kasus, sedangkan tahun 2004 ada sebanyak 3.084 kasus. Jumlah

penemuan kasus pada tahun 2005 jika dibandingkan tahun 2006 mengalami

penurunan kasus sebanyak 36 kasus.

4. Jumlah kasus HIV-AIDS sampai Desember 2008 secara komulatif sebanyak 272

kasus dengan rincian dari serosurvey 64 kasus dari klinik VCT 208 kasus. Dari

183 kasus, 50 diantaranya sudah menjadi AIDS dan 27 diantaranya sudah

meninggal dunia. Junlah kasus HIV-AIDS sampai Desember 2007 secara

kumulatif sebanyak 128 kasus dengan rincian dari serosurvey 64 kasus dari

Klinik VCT 63 kagus. Dari 128 kasus, 23 diantaranya sudah menjadi AIDS dan

17 diantaranya sudah meninggal dunia. Kasus HIV yang ditemukan merupakan

fenomena gunung es artinya dari 128 kasus HIV positif yang telah terdeteki

masih di mungkinkan ada sekitar 12.800 kasus. Kasus HIV yang ditemukan

pada tahun 2007 sbanyak 68 sedang AIDS sebanyak 22 kasus.

5. Jumlah penemuan AFP di Kabupaten Banyumas tahun 2007 sebanyak 10 kasus,

target penemuan tahun 2007 sebanyak 8 kasus, sehingga tahun 2007 sudah

memenuhi target. Jumlah penemuan kasus AFP di Kabupaten Banyumas tahun

2006 sebanyak 3 kasus sedangkan tahun 2005 ditemukan sebanyak 6 kasus.

Page 98: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 98

Standar penemuan kasus polio adalah 2 per 100.000 penduduk usia kurang dari

15 tahun. Target penemuan kasus di Kabupaten Banyumas adalah 8 kasus

dengan demikian penemuan kasus tahun 2006 masih di bawah target.

6. Disamping kasus-kasus penyakit seperti Malaria Klinis, TB Paru Klinis, Paru

Positif, HIV-AIDS dan kasus AFP, juga terdapat di Kabupaten Banyumas yaitu

penyakit DBD, pada tahun 2008 jumlah kasug DBD ada 685 kasus atau 43.59 %

per 100.000 penduduk. Dari kasus yang ada telah ditangani 100% dan jumlah

kematian akibat penyakit ini adalah sebesar 1,31 % per 100.000 penduduk.

Jumlah kasus DBD tahun 2007 sebanyak 241 kasus atau 15,52 % per 100.000

penduduk. Sedangkan jumlah kasus DBD di Kabupaten Banyumas tahun 2006

sebanyak 329 kasus atau 21,29 per 100.000 penduduk dibandingkan dengan

tahun 2005 sebesar 132 kasus atau 8,58 per 100.000 penduduk. Kondisi

demikian menunjukkan teterjadinya, penurunan kasus DBD sebesar 88 kasus

atau 5,7 per 100.000 penduduk.

D. Kebakaran Hutan

Berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani Banyumas Barat dan KPH

Perum Perhutani Banyumas Timur, dalam pengelolaan Hutan Negara di Banyumas

dibagi menjadi 2 Kantor Pemangku Hutan (KPH)

yaitu KPH Perum Perhutani Banyumas Timur

dan KPH Perum Perhutani Banyumas Barat.

Luas hutan negara yang ada di wilayah

Banyumas seluas 28.648.07 Ha, terdiri dari

seluas 8.235,80 Ha ada dibawah KPH Banyumas

Barat dan seluas 18.765,87 Ha berada di bawah

KPH Banyumas Timur. Adapun jenis-jenis

tanaman yang ada dalam kawasan hutan negara

tersebut antara lain meliputi jenis pohon jati,

pinus, damar dan jenis kayu rimba lainnya.

Luas areal hutan terbakar berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani

Banyumas Barat, pada tahun 2006 seluas 9,45 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah

kecamatan, pada tahun 2007 luas areal hutan yang terbakar seluas 2,90 Ha dengan

lokasi ada di 2 wilayah kecamatan, pada tahun 2008 luas areal hutan terbakar seluas

6,16 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah kecamatan, pada tahun 2009 luas areal hutan

terbakar seluas 0,85 Ha dengan lokasi ada di 2 wilayah kecamatan.

Page 99: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 99

Sedangkan luas areal hutan terbakar berdasarkan laporan dari KPH Perum

Perhutani Banyumas Timur, pada tahun 2006 seluas 150,7 Ha dengan lokasi ada di 3

wilayah kecamatan, pada tahun 2007 luas areal hutan yang terbakar seluas 45,20 Ha

dengan lokasi ada di 4 wilayah kecamatan, pada tahun 2008 luas areal hutan terbakar

seluas 29,2 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah kecamatan, pada tahun 2009 luas areal

hutan terbakar seluas 23,5 Ha dengan lokasi ada di 2 wilayah kecamatan.

E. Pencurian dan Penyelundupan Kayu

Berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani Barat, kasus pencurian dan

penyelundupan kayu yang ada pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010

sebagai berikut, tahun 2006 ada sebanyak 13 kasus dengan jumlah lokasi kecamatan

pencurian dan lokasi penyelundupan kayu ada di 3 wilayah kecamatan, jumlah

volume kayu yang dicuri dapat terselamatkan. Pada tahun 2007 jumlah kasus ada

sebanyak 16 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 3 wilayah kecamatan dan kayu yang

dicuri semua terselamatkan. Pada tahun 2008 jumlah kasus pencurian dan

penyelundupan kayu ada sebanyak 8 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 3

kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 4,95 m3. Pada tahun 2009 jumlah

kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada sebanyak 9 kasus, dengan lokasi

pencurian kayu ada di 3 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 5,09 m3 dan

sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu di

wilayah KPH Perum Perhutani Barat ada sebanyak 4 kasus, lokasi pencurian kayu

ada di 2 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 1,46 m3.

Sedangkan di wilayah KPH Perum Perhutani Timur, berdasarkan laporan

kasus pencurian dan penyelundupan kayu yang ada pada tahun 2006 sampai dengan

bulan Juni 2010 sebagai berikut, tahun 2006 ada sebanyak 103 kasus dengan jumlah

lokasi kecamatan pencurian dan lokasi penyelundupan kayu ada di 14 wilayah

kecamatan, jumlah volume kayu yang dicuri sebanyak 204,5 batang pohon. Pada

tahun 2007 jumlah kasus ada sebanyak 92 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 11

wilayah kecamatan dan volume kayu yang dicuri sebanyak 86,6 batang pohon. Pada

tahun 2008 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada sebanyak 46 kasus,

lokasi pencurian kayu ada di 12 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 35,8

batang pohon. Pada tahun 2009 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada

sebanyak 55 kasus, dengan lokasi pencurian kayu ada di 13 kecamatan, volume kayu

yang dicuri sebanyak 34,4 batang pohon dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah

kasus pencurian dan penyelundupan kayu di wilayah KPH Perum Perhutani Timur

Page 100: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 100

ada sebanyak 10 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 6 kecamatan, volume kayu yang

dicuri sebanyak 7,4 batang pohon.

Page 101: Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010 (1)

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 101

BAB IV

PENUTUP

Pada hakekatnya penyediaan data dan informasi ini merupakan upaya untuk

mewujudkan akuntabilitas publik serta membangun citra pemerintah yang bersih,

berwibawa dan bertanggung jawab. Penyediaan data dan informasi yang akurat disamping

untuk keperluan perencanaan, diperlukan juga dalam proses pengambilan keputusan dan

kebijakan yang efektif.

Dengan selesainya Laporan Semester I kegiatan Pengembangan SIPD ini,

atas nama Pemerintah Kabupaten Banyumas mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya atas bantuan keuangan kabupaten/kota dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan

kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari penyediaan data, pengolahan data

sampai penyajian dan analisanya, akhirnya semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.