Profil Kes Sumsel 2010

152
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page i KATA PENGANTAR uji dan Syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT atas taufiq dan hidayah-Nya, sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010 dapat diselesaikan. Seharusnya penerbitan buku profil kesehatan dapat dilaksanakan setiap awal tahun anggaran, sebagai informasi terhadap kegiatan pembangunan kesehatan pada tahun sebelumnya. Namun tahun ini masih mengalami keterlambatan, dikarenakan sumber data berupa tabel profil dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota hampir sebagian besar belum disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Namun demikian, data-data yang dipergunakan untuk penyusunan profil ini akhirnya menggunakan data-data dari program yang ada di setiap Subdin Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Disadari bahwa berdasarkan pengalaman yang ada, akan ditemui perbedaan data antara pengelola program yang ada di Subdin-Subdin Dinas Kesehatan Provinsi dengan data yang ada di Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu Buku Profil yang sekarang berada ditangan Anda, masih perlu disempurnakan lagi melalui konfirmasi (crosscheck) dengan buku profil yang telah diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun dari segi pembahasan yang lebih mendalam lagi. Untuk itulah pada kesempatan ini, kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak, agar Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011 akan semakin lebih baik dan berkualitas. Disamping itu, kualitas data juga masih harus terus ditingkatkan, karena data- data yang terkumpulkan baru meliputi data dari fasilitas kesehatan (Fasility based) sementara data dari masyarakat langsung (Community based) belum dapat digali lebih dalam, sehingga informasi yang dihasilkan dalam buku profil kesehatan 2010 masih banyak kekurangan (under reporting).

Transcript of Profil Kes Sumsel 2010

Page 1: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page i

KATA PENGANTAR

uji dan Syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT atas taufiq

dan hidayah-Nya, sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2010 dapat diselesaikan.

Seharusnya penerbitan buku profil kesehatan dapat dilaksanakan setiap awal

tahun anggaran, sebagai informasi terhadap kegiatan pembangunan kesehatan pada

tahun sebelumnya. Namun tahun ini masih mengalami keterlambatan, dikarenakan

sumber data berupa tabel profil dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota hampir

sebagian besar belum disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Selatan. Namun demikian, data-data yang dipergunakan untuk penyusunan profil ini

akhirnya menggunakan data-data dari program yang ada di setiap Subdin Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

Disadari bahwa berdasarkan pengalaman yang ada, akan ditemui perbedaan

data antara pengelola program yang ada di Subdin-Subdin Dinas Kesehatan Provinsi

dengan data yang ada di Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu Buku

Profil yang sekarang berada ditangan Anda, masih perlu disempurnakan lagi melalui

konfirmasi (crosscheck) dengan buku profil yang telah diterbitkan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota maupun dari segi pembahasan yang lebih mendalam lagi.

Untuk itulah pada kesempatan ini, kami membutuhkan kritik dan saran dari

semua pihak, agar Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011

akan semakin lebih baik dan berkualitas.

Disamping itu, kualitas data juga masih harus terus ditingkatkan, karena data-

data yang terkumpulkan baru meliputi data dari fasilitas kesehatan (Fasility based)

sementara data dari masyarakat langsung (Community based) belum dapat digali

lebih dalam, sehingga informasi yang dihasilkan dalam buku profil kesehatan 2010

masih banyak kekurangan (under reporting).

Page 2: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page ii

Sulitnya memperoleh data yang akurat dan tepat waktu, Insya’Allah dari

waktu ke waktu akan bisa diatasi dengan mengoptimalkan peran petugas sistem

pencatatan dan pelaporan baik di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

kabupaten/kota sampai di tingkat puskesmas serta memaksimalkan sistem monitoring

dan evaluasi melalui supervisi-supervisi sekaligus melakukan pembinaan secara

kontinyu oleh petugas/pengelola data di wilayah kerjanya termasuk upaya “jemput

bola “ untuk memenuhi kebutuhan data yang bersifat segera.

Kegiatan-kegiatan pemutakhiran data dengan melibatkan pengelola program,

lintas sektor bahkan pejabat struktural di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota harus dilakukan paling sedikit 2 kali dalam setahun untuk

memberikan masukan atau mengklarifikasi data-data yang barangkali terjadi

perbedaan, “blank”, dan sebagainya. Disamping itu juga perlu dilakukan Pelatihan

Pengelola data dan informasi untuk petugas pengelola data di kabupaten/kota.

Diharapkan dengan terbitnya buku profil kesehatan ini, akan dapat

memberikan informasi sekaligus bahan evaluasi terhadap program-program

kesehatan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya dan yang tak kalah

pentingnya adalah untuk bahan perencanaan pada tahun-tahun berikutnya dalam

upaya mewujudkan Visi Sumatera Selatan Sehat dan Indonesia Sehat.

Akhirnya, dengan kemauan keras, optimisme, dan selalu ingin belajar

sepanjang hayat, belajar dari kesalahan, Insya’Allah perubahan ke arah yang semakin

baik akan dapat diraih, karena karakteristik orang yang belajar adanya perubahan dari

yang kurang baik menjadi baik, dari yang rendah kepada yang tinggi, dan seterusnya.

Palembang, 2010Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Selatan,

Dr.H.Zulkarnain Noerdin, M.Kes

Page 3: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

Daftar Gambar vi

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

Bab 1 PENDAHULUAN 1

Bab 2 GAMBARAN UMUM 4

2.1. Keadaan Penduduk 4

2.2. Letak Geografis dan Luas Wilayah 6

2.3. Keadaan Pemerintahan 7

2.4. Pendidikan 7

2.5. Ekonomi 8

Bab 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN 10

3.1. MORTALITAS 10

3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB) 10

3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA) 11

3.1.3. Angka Kematian Ibu (AKI) 12

3.1.4. Angka Kematian Kasar (AKK) 13

3.1.5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) 13

3.2. ANGKA KESAKITAN 14

3.2.1. Penyakit Menular 16

3.2.2. Penyakit Tidak Menular 51

3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT 54

3.3.1. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 54

3.3.2. Gizi Balita 55

3.3.3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK) 58

Bab 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN 59

4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 59

4.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi 59

4.1.1.1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) 59

Page 4: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page iv

4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Nakes dengan Kompetensi Kebidanan 64

4.1.1.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 66

4.1.1.4. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk 68

4.1.1.5. Kunjungan Neonatus 69

4.1.1.6. Kunjungan Bayi 71

4.1.2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja 72

4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana 75

4.1.4. Pelayanan Imunisasi 78

4.1.4.1. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) 81

4.1.5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut 84

4.2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 86

4.2.1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit 86

4.2.2. Pemanfaatan Obat Generik 87

4.2.3 Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat 87

4.3. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 88

4.3.1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB 88

4.3.2. Pemberantasan Penyakit Polio 94

4.3.3. Pemberantasan TB Paru 100

4.3.4. Pemberantasan Penyakit ISPA 101

4.3.5. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS 104

4.4. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI

DASAR106

4.4.1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan 106

4.4.2. Surveilans Vektor 111

4.4.3. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan

Makanan

112

4.5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 115

4.5.1. Pemantauan Pertumbuhan Balita 115

4.5.2. Pemberian Kapsul Vitamin A 115

4.5.3. Pemberian Tablet Besi 116

4.5.4. Bayi dengan ASI Ekslusif 116

4.6. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 117

Page 5: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page v

4.6.1. Peningkatan Penggunaan Obat Rasional 118

4.6.2. Pelayanan Farmasi Komunitas dan Farmasi Klinik 118

4.6.3. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik 118

4.6.4. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan Alat Kesehatan dan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)119

4.7. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA 119

Bab 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 122

5.1. SARANA KESEHATAN 122

5.1.1. Puskesmas 122

5.1.2. Rumah Sakit 124

5.1.3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat 126

5.1.4. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan 130

5.2. TENAGA KESEHATAN 131

5.3. ANGGARAN KESEHATAN 134

Bab 6 KESIMPULAN 136

Lampiran

Page 6: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok UmurDan Jenis Kelamin

6

Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 11Gambar 3.2 Jumlah dan Sebab Kematian Ibu 13Gambar 3.3 Umur Harapan Hidup (UHH) 14Gambar 3.4 STP Berbasis Puskesmas 15Gambar 3.5 STP Berbasis RS (Rawat Inap) 15Gambar 3.6 Annual Malaria Incidence (AMI) 17Gambar 3.7 Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR) 20Gambar 3.8 Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)

Menurut Kab/Kota22

Gambar 3.9 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien TB BTAPositif

22

Gambar 3.10 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien TB BTAPositif Menurut Kab/Kota

23

Gambar 3.11 Persentase Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif 24Gambar 3.12 Jumlah Pengidap HIV (+) Per Tahun 26Gambar 3.13 Kumulatif Penyebaran Pengidap HIV (+) Per Kab/Kota 27Gambar 3.14 Jumlah Penderita AIDS Per Tahun 28Gambar 3.15 CDR Kusta 30Gambar 3.16 Penemuan Kasus Baru (CDR) Penderita Kusta 30Gambar 3.17 Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat II 31Gambar 3.18 Proporsi Kusta Anak 32Gambar 3.19 Penderita Tetanus Neonatorum 33Gambar 3.20 Penderita Difteri 34Gambar 3.21 Penemuan Kasus Campak Rutin Menurut Kelompok

Umur35

Gambar 3.22 Data Campak Menuru Sumber Laporan Kab/Kota 36Gambar 3.23 Sebaran Kasus Campak 37Gambar 3.24 Hasil CBMS 38Gambar 3.25 Hasil Pelaksanaan CBMS Konfirmasi Laboratorium 38Gambar 3.26 Kasus Campak (CBMS) Kelompok Umur Dengan

Konfirmasi Laboratorium39

Gambar 3.27 Kecenderungan Situasi DBD 40Gambar 3.28 CFR Penderita DBD 42Gambar 3.29 Perkembangan Penderita DBD 42Gambar 3.30 Perbandingan Incidence Rate (IR) 43Gambar 3.31 Persentase Penemuan Penderita DBD Yang Ditangani 43Gambar 3.32 Distribusi Penderita Diare Semua Umur Per Kab/Kota 44Gambar 3.33 Trend Kejadian Diare 45

Page 7: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page vii

Gambar 3.34 Cakupan Penderita Diare Yang Ditangani OlehKab/Kota

46

Gambar 3.35 Persentase Penemuan Penderita Diare 47Gambar 3.36 Kasus dan Suspek Influenza A Baru (H1N1) 51Gambar 3.37 Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000

Penduduk52

Gambar 3.38 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas 54Gambar 3.39 Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 55Gambar 3.40 Prevalensi Gizi Buruk 56Gambar 3.41 Angka Gizi Buruk Dan Gizi Kurang 57Gambar 3.42 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 57Gambar 3.43 Cakupan Pemberian MP ASI Pada Anak Usia 6 - 24

Bulan Keluarga miskin58

Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil 60Gambar 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 62Gambar 4.3 Persentase Cakupan K4, Fe3, dan Status Imunisasi TT

Pada Ibu Hamil63

Gambar 4.4 Persentase Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 64Gambar 4.5 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh

Tenaga Kesehatan65

Gambar 4.6 Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani 66Gambar 4.7 Cakupan Pelayanan Nifas 67Gambar 4.8 Persentase cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi Yang

Dirujuk68

Gambar 4.9 Persentase cakupan Kunjungan Neonatal 69Gambar 4.10 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut

Kab/Kota70

Gambar 4.11 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal MenurutKab/Kota

70

Gambar 4.12 Cakupan Kunjungan Bayi 71Gambar 4.13 Persentase Cakupan Puskesmas Yang Mampu

Menyelengarakan PKPR Menurut Kab/Kota72

Gambar 4.14 Persentase Cakupan Deteksi Dini Dan InterfensiTumbuh Kembang Balita

73

Gambar 4.15 Cakupan Pelayanan Anak Balita 74Gambar 4.16 Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat 75Gambar 4.17 Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Dan KB Baru

Menurut Kab/Kota76

Gambar 4.18 Persentase Cakupan Pelayanan Peserta KB BaruBerdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi

77

Gambar 4.19 Cakupan Peserta KB Aktif 77Gambar 4.20 Hasil Cakupan Desa UCI 79Gambar 3.21 Hasil Cakupan Desa UCI 80Gambar 4.22 Hasil Cakupan Desa UCI 81

Page 8: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page viii

Gambar 4.23 Hasil Cakupan BIAS DT Klas I 82Gambar 4.24 Hasil Cakupan BIAS Klas II dan III 83Gambar 4.25 Hasil Cakupan BIAS Campak 84Gambar 4.26 Jumlah Usila Dibina dan PKM Yang Membina 85Gambar 4.27 Persentase Cakupan Lanjut Usia Yang Dibina Dan

Cakupan Puskesmas Melayani Kesehatan Usia Lanjut85

Gambar 4.28 Persentase Kunjungan Rawat Jalan Menurut Kab/Kota 86Gambar 4.29 Persentase Peserta JamSoskes Sumsel Semesta 87Gambar 4.30 Desa/Kelurahan KLB Ditangani< 24 Jam 89Gambar 4.31 Kelengkapan Laporan W1 90Gambar 4.32 Ketepatan Laporan W1 Dari Kab/Kota 90Gambar 4.33 Frekuensi Desa KLB Per Penyakit 91Gambar 4.34 Perbandingan Frekuensi Dan Penderita KLB Penyakit

Dan Keracunan Makanan92

Gambar 4.35 Persentase Jenis Pelaporan KLB Dari Kab/Kota 93Gambar 4.36 Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB Yang

dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam93

Gambar 4.37 Persentase Spesimen Adekuat Dan AFP Rate 95Gambar 4.38 Pencapaian Kelengkapan Laporan Nihil 96Gambar 4.39 Penemuan Kasus AFP 97Gambar 4.40 Proporsi Status Imunisasi Kasus AFP Non Polio 98Gambar 4.41 Kasus AFP Non Polio Berdasarkan Kelompok Umur 98Gambar 4.42 Sumber Laporan Kasus AFP 99Gambar 4.43 AFP Rate Per 100.000 Penduduk < 15 Tahun 100Gambar 4.44 Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru

BTA (+)101

Gambar 4.45 CDR Pneumonia Balita Per Kab/Kota 102Gambar 4.46 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Program ISPA 103Gambar 4.47 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita 104Gambar 4.48 Distribusi AIDS Menurut Kondisi Saat Dilaporkan 106Gambar 4.49 Cakupan Penduduk Yang Menggunakan Sarana Air

Bersih107

Gambar 4.50 Persentase Rumah sehat Menurut Kab/Kota 109Gambar 4.51 Persentase Cakupan Sarana Pembuangan Air Limbah 110Gambar 4.52 Persentase Cakupan Jamban Keluarga 111Gambar 4.53 Persentase Angka ABJ Penyakit DBD Menurut

Kab/Kota112

Gambar 4.54 Persentase Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil (Fe1& Fe3)

116

Gambar 4.55 Cakupan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 117Gambar 5.1 Jumlah Puskesmas Dan Rasionya Terhadap 100.000

Penduduk122

Gambar 5.2 Jumlah Puskesmas Menurut Kab/Kota 123Gambar 5.3 Jumlah Puskesmas Pembantu 124

Page 9: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page ix

Gambar 5.4 Jumlah Puskesmas Pembantu Menurut Kab/Kota 124Gambar 5.5 Jumlah RS Pemerintah Swasta Dan Khusus 125Gambar 5.6 Jumlah Posyandu 127Gambar 5.7 Jumlah Posyandu Menurut Kab/Kota 127Gambar 5.8 Persentase Posyandu Pratama, Madya, Purnama Dan

Mandiri128

Gambar 5.9 Rasio Poskesdes Terhadap desa/Kelurahan 128Gambar 5.10 Cakupan Desa Siaga Aktif 129Gambar 5.11 Persentase Anggaran Kesehatan 134

Page 10: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun, Luas Daerah, Rata – rataPenduduk Desa dan Kepadatan Penduduk Per Km2 MenurutKab/Kota

4

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil Susenas Menurut KelompokUmur dan Jenis Kelamin

5

Tabel 2.3 Persentase Partisipasi Bersekolah, Tingkat Pendidikan Pendudukdan Kemampuan Membaca dan Menulis

7

Tabel 2.4 PDRB Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas DasarHarga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2004-2008

9

Tabel 3.1 Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1000 Kelahiran Hidup diIndonesia Tahun 1995-2007

12

Tabel 3.2 Jumlah Penderita Malaria Klinis, Konfirmasi Laboratorium danAMI Menurut Kab/Kota

18

Tabel 3.3 Laporan Uji Saring HIV di PMI Kota Palembang 25Tabel 3.4 Data Penyakit PD3I Per Kab/Kota 32Tabel 3.5 Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur 34Tabel 3.6 Distribusi Kasus Campak Per Bulan 36Tabel 3.7 Distribusi Kasus Penemuan DBD per Kab/Kota 41Tabel 3.8 Jumlah Kasus Rabies 48Tabel 3.9 Gambaran Penemuan Kasus Kronis Filariasis 49Tabel 3.10 Gambaran MF Rate Filariasis 50Tabel 3.11 Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000 Penduduk 52Tabel 3.12 Angka Kesakitan Secara Absolut 53Tabel 4.1 Frekuensi dan Jumlah Kasus KLB 91Tabel 4.2 Kinerja Surveilans AFP 94Tabel 4.3 Gambaran Penemuan Kasus ISPA 102Tabel 4.4 Distribusi Penemuan Kasus HIV/AIDS Melalui Klinik VCT 105Tabel 4.5 Persentase Rumah Sehat 108Tabel 4.6 Jenis Vektor Malaria 112Tabel 4.7 Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)

Sehat113

Tabel 4.8 Cakupan Sarana Ibadah 114Tabel 4.9 Cakupan TTU-I Sarana Pendidikan 114Tabel 4.10 Data Kejadian Bencana 119Tabel 5.1 Jumlah Rumah Sakit Pemerintah, Swasta dan Khusus Menurut

Kapasitas Tempat Tidur126

Tabel 5.2 Jumlah Institusi Diknakes Menurut Jenis Pendidikan 130Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Golongan Medis, Paramedis,

Tenaga Kesehatan Lainnya131

Tabel 5.4 Rasio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis per 100.000 Penduduk 132

Page 11: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xi

Page 12: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xi

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1 Luas Wilayah Jumlah Desa/Kelurahan,Jumlah Penduduk,JumlahRumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kab/Kota

Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin,Kelompok Umur,RasioBeban Tanggungan,Rasio Jenis Kelamin Kab/Kota

Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin dan Kelompok UmurTabel 4 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun

Keatas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan tertinggi yangDitamatkan di Kab/Kota

Tabel 5 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 TahunKe atas yang Melek huruf

Tabel 6 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita MenurutKab/Kota

Tabel 7 Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kab/KotaTabel 8 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka

dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci MenurutKab/Kota

Tabel 9 AFP Rate, % TB Paru Sembuh dan Peneumonia Balita DitanganiTabel 10 HIV/AIDS, Infeksi Seksual Menular, DBD dan Diare Pada Balita

DitanganiTabel 11 Persentase Penderita Malaria DiobatiTabel 12 Persentase Penderita Kusta Selesai BeobatiTabel 13 Kasus Penyakit Filariasis DitanganiTabel 14 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang

Dapat dicegah Dengan Imunisasi (PD3i)Tabel 15 Cakupan Kunjungan Neonatus,Bayi dan bayi BBLR yang

DitanganiTabel 16 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan GiziTabel 17 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1,K4),Persalinan Ditolong

Tenaga Kesehatan dan Ibu NifasTabel 18 Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita,

Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMATabel 19 Jumlah Pus, Peserta KB, Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut

Kecamatan dan PuskesmasTabel 20 Jumlah peserta KB Aktif Menurut Jenis KontrasepsiTabel 21 Pelayanan KB Baru Menurut KecamatanTabel 22 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan Uci Menurut KecamatanTabel 23 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kecamatan

Kab/KotaTabel 24 Cakupan Bayi,Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan

Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Page 13: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xii

Tabel 25 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe1, Fe3 MenurutKecamatan dan Puskesmas

Tabel 26 Jumlah Wanita Usia Subur dengan status Imunisasi TT MenurutKecamatan dan Puskesmas

Tabel 28 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal RisikoTinggi/Komplikasi ditangani Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Tabel 30 Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Terkena KLB yangditangani < 24 Jam Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Tabel 31 Jumlah Penderita dan Kematian Serta Jumlah Kecamatan danDesa Yang Terserang KLB

Tabel 32 Jumlah Bayi yang diberi ASI EklusifTabel 34 Pelayanan Kesehatan Gigi n MulutTabel 36 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra BayarTabel 37 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat MiskinTabel 39 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan UsilaTabel 41 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV/AIDSTabel 43 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan

Labkes dan Miliki 4 Spesialis DasarTabel 44 Ketersediaan Obat Sesuai dengan Kebutuhan Pelayanan

Kesehatan DasarTabel 45 Persentase Rumah tangga Berperilaku Hidup Bersih SehatTabel 46 Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan KecamatanTabel 47 Persentase Rumah Sehat Menurut KecamatanTabel 48 Persentase Keluarga Memiliki Akses Air BersihTabel 49 Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut

KecamatanTabel 50 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)

SehatTabel 51 Persentase Institusi Dibina Kesehatan LingkungannyaTabel 52 Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik

Nyamuk AedesTabel 53 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit KerjaTabel 54 Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan KesehatanTabel 55 Jumlah Tenaga Medis Disarana KesehatanTabel 56 Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi Di Sarana KesehatanTabel 57 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Sarana KesehatanTabel 58 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana

KesehatanTabel 59 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana KesehatanTabel 60 Anggaran kesehatan Kab/kotaTabel 62 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)Tabel 63 Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Page 14: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 1

BAB 1

PENDAHULUAN

embangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya untuk mencapai Visi :

”Indonesia Sehat 2014”. Untuk mencapai visi tersebut, Departemen

Kesehatan sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan telah menetapkan

Visi Departemen Kesehatan yaitu : ”Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”.

Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi di mana masyarakat

Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi

permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan

kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan

akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup

sehat. Sebagai penjabaran dari Visi Departemen Kesehatan, maka tujuan yang akan

dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan

berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya. Pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dapat

dicapai melalui pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan, serta pemantapan

fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang didukung oleh sistem informasi kesehatan

(SIK), ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta hukum kesehatan. (Depkes,

2006).

SIK di setiap institusi pelayanan kesehatan mulai dari tingkat Puskesmas,

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi sampai tingkat Pusat,

Page 15: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 2

harus terus dikembangkan sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan dalam

rangka pelaksanaan fungsi manajemen kesehatan.

SIK yang baik akan dapat memberikan informasi yang akurat dan up to

date untuk proses pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan

kesehatan. Salah satu bentuk output dari SIK adalah penerbitan buku profil kesehatan

yang dilakukan setiap tahun anggaran oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas

Kesehatan Provinsi sampai kepada tingkat Pusat.

Tujuan penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah

memberikan informasi tentang hasil pencapaian program pembangunan kesehatan di

Provinsi Sumatera Selatan umumnya, termasuk pencapaian indikator-indikator

pembangunan kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan.

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah

sebagai berikut :

Bab-1 : Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang dan tujuan

diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009 serta

sistematika penyajiannya.

Bab-2 : Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum

Kabupaten/Kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi

umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial

budaya dan lingkungan.

Page 16: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 3

Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai

angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.

Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pelayanan

kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan

penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi

masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam

situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga

mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh

Kabupaten/Kota.

Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana

kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan

lainnya.

Bab-6 : Kesimpulan. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu

disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang

bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga

mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan

pembangunan kesehatan.

Lampiran. Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kab/Kota dan 63 tabel

data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten sehat dan Indikator

pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.

Page 17: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 10

BAB 3

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Gambaran derajat kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator seperti

mortalitas , morbiditas, dan angka status gizi masyarakat. Berikut ini diuraikan

tentang indikator-indikator tersebut.

3.1. MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari

kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping kejadian

kematian dapat juga digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan

pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian

pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan survei dan penelitian.

Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian

yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan dibawah ini.

3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup

mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Berdasarkan Sensus

Penduduk (SP) 1990, estimasi angka kematian bayi di Sumatera Selatan diperkirakan

71 per 1000 kelahiran, sedangkan berdasarkan SP 2000, angka kematian bayi di

Sumatera Selatan turun drastis menjadi 53 per 1000 kelahiran, atau turun 25 persen

selama 10 tahun atau rata-rata turun 2,5 persen per tahun. AKB Sumsel lebih tinggi

dibandingkan Angka Nasional yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup (SUSENAS 2007).

Menurut target MDGs AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.

Kematian bayi di Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 4 per 1000 kelahiran

hidup. Persentase kematian bayi tertinggi terjadi di kabupaten Ogan Komering Ilir

(1.31%) dan Lahat (0.82%), persentase terendah di kabupaten Muara Enim (0.14%)

dan Empat Lawang (0.13%). Angka kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan

Page 18: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 11

tahun 2009 adalah 0,8 (79 kematian bayi), sedangkan pada tahun 2008 adalah 3,4

(537 kematian bayi). Jumlah kematian bayi menurut Kabupaten/kota di Provinsi

Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6.

Gambar 3.1.Angka Kematian Bayi (AKB)

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1971– 2008

2525,626,3

3030

535354

59,671

102155

0 50 100 150 200

200820072006

SUPASSDKI

SP 2000SDKI 1997

SUPASSDKI 1994

SP 1990SP 1980SP1971

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA)

Berdasarkan SDKI 2007 AKABA sekitar 44 per 1.000 kelahiran hidup.

AKABA Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 adalah 52 per 1.000 kelahiran

hidup berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik. Angka Kematian Balita di Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 0,5 (45 kematian Balita ), sedangkan tahun 2008

adalah 0,6 (87 kematian Balita). Distribusi kematian Balita menurut Kabupaten/kota

di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6. Sedangkan

gambaran perkembangan AKABA berdasarkan estimasi SUPAS, SUSENAS, dan

SDKI pada tahun 1995 – 2007 disajikan pada tabel 3.1 berikut ini :

Page 19: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 12

Tabel 3.1Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1.000 Kelahiran Hidup

Di Indonesia Tahun 1995 – 2007

Estimasi SUPAS 1995Tahun

Laki-Laki Perempuan Jumlah(L+P)

EstimasiSUSENAS SDKI

1995 73

1998 71,36 57,61 64,28 64

1999 66,44 53,05 59,55 -

2000 50,77 39,00 44,71 -

2001 64

2002-2003

46

2007 44Sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2004,Subdin Kesga

3.1.3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Sampai dengan saat ini informasi tentang AKI masih berpedoman pada hasil

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Menurut SKRT, AKI Nasional menurun

dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai

AKI. Kemudian pada tahun 2002-2003, AKI menjadi 307 per 100.000 kelahiran

hidup berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI)

2003. AKI provinsi Sumatera Selatan masih berpedoman pada hasil SUSENAS 2005

yaitu 262 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKI cenderung

mengalami penurunan. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai

secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup,

maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan

target tersebut di masa mendatang sulit dicapai.

Page 20: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 13

Gambar 3.2Jumlah dan Sebab Kematian Ibu

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006-2009

Gambar diatas menunjukkan penyebab tertinggi kematian ibu dari tahun 2006

hingga 2009 adalah perdarahan, dan mengalami peningkatan cukup tinggi

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 62 kasus.

Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 150,93

per 100.000 kelahiran hidup (143 kematian), sedangkan pada tahun 2008 adalah

79,31 per 100.000 kelahiran hidup (124 kematian). Distribusi kematian ibu menurut

Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6.

3.1.4. Angka Kematian Kasar (AKK)

AKK Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan estimasi pada tahun 2005

sebesar 22,2 per 1000 penduduk, menurun menjadi 21,8 per 1000 penduduk pada

tahun 2006, kemudian menurun lagi menjadi 21,4 per 1000 penduduk.

3.1.5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)

Sejalan dengan menurunnya estimasi angka kematian bayi, maka estimasi

angka harapan hidup mengalami kenaikan. Menurut hasil SP 1990, estimasi angka

harapan hidup Sumatera Selatan adalah 59,83 tahun, sepuluh tahun kemudian

mengalami kenaikan sebesar 7 persen, menjadi 64,02 tahun menurut SP 2000.

Sedangkan menurut hasil Supas 2005 besarnya angka harapan hidup penduduk

Page 21: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 14

Sumatera Selatan adalah sebesar 69,5 tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa anak

yang baru lahir diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 69 tahun.

Gambar 3.3Umur Harapan Hidup (UHH)

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1971 – 2009

0

20

40

60

80U

mur

(tahun)

UHH 44,1 53,6 59,8 63,7 69,05 71,1 69,9

SP 1971 SP 1980 SP 1990 SPS SP 2000 2008 2009

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Pada Gambar 3.3 di atas, terlihat bahwa UHH Provinsi Sumatera Selatan

cenderung mengalami peningkatan, dari 44,1 tahun pada tahun 1971 menjadi 69,9

tahun pada tahun 2009.

3.2. ANGKA KESAKITAN

Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community

based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility

based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Program Surveilans Terpadu Penyakit (STP) baru mulai dilaksanakan di

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007, sesuai ketentuan dalam Kepmenkes nomor

1116/2003 dan 1479/2003. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya dipakai Program SST

(Sistem Surveilans Terpadu). Pada program ini dipisahkan antara STP berbasis

Puskesmas dan STP berbasis Rumah Sakit. Untuk STP berbasis Puskesmas ada 25

kasus baru penyakit menular yang diamati oleh semua Puskesmas. Sedangkan untuk

Puskesmas Sentinel ditambah lagi 2 penyakit tak menular, yaitu Hipertensi dan

Page 22: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 15

Diabetes Mellitus. Adapun data kasus baru penyakit menular berbasis puskesmas

dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 3.4STP Berbasis Puskesmas

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

1

Diare

Malaria Klinis

Tifus Perut Klinis

Tersangka TBC Paru

Disentri

TBC Paru BTA (+)

Malaria Vivax

Demam Dengue

Pneumonia

Malaria Falsifarum

Sumber: Laporan STP Bidang PP&PL, 2009

Gambar di atas menunjukan bahwa penyakit berbasis Puskesmas terbanyak

adalah Diare (56,2 %), Malaria Klinis (14,6 %), dan Tifus perut klinis (10,7 %).

STP penyakit menular berbasis Rumah Sakit dipisahkan untuk penderita

rawat inap dan rawat jalan. Ada 29 penyakit menular yang diamati dan dipantau trend

kasusnya sepanjang tahun. Adapun data kasus baru penderita rawat inap penyakit

menular berbasis rumah sakit tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Gambar 3.5STP Berbasis Rumah Sakit (Rawat Inap)Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

1122

923

459 412303 252 212

133 123 118

0

200

400

600

800

1000

1200

Tifus Perut Klinis Diare Demam Berdarah Dengue

Tifus Perut Kultur (+) Malaria Falsifarum TBC Paru BTA (+)

Pneumonia Tersangka TBC Paru Demam Dengue

Malaria Klinis

Sumber: Laporan STP Bidang PP&PL, Tahun 2009

Page 23: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 16

Dari gambar di atas menunjukan bahwa urutan 3 (tiga) penyakit rawat inap

terbanyak adalah Tifus perut klinis, Diare, dan DBD. Sedangkan pada tahun 2008, 3

(tiga) penyakit rawat inap terbanyak adalah Diare, DBD, dan Tifus perut klinis.

Selanjutnya akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu

mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/Wabah, situasi penyakit tidak

menular, dan situasi penyalahgunaan NAPZA.

3.2.1. Penyakit Menular

Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit

Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta,

Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial

wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia, Flu Baru AI (H1N1).

3.2.1.1. Malaria

Tujuan umum program Pemberantasan Penyakit Malaria di Provinsi Sumatera

Selatan adalah Pembebasan Provinsi Sumatera Selatan dari malaria tahun

2020. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

1. Pada tahun 2010 menurunnya 50 % jumlah desa dengan positif malaria ≥

5 per 1000 penduduk

2. Pada tahun 2010 semua Kabupaten/Kota mampu melakukan pemeriksaan

sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan tepat dan terjangkau.

3. Pada Tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah melaksanakan

intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria

Kebijakan Pelaksanaan Program P2 Malaria yaitu :

1. Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah dan lintas sektoral bersama mitra kerja pembangunan termasuk

LSM, dunia usaha dan masyarakat

2. Pembebasan Malaria dilakukan secara bertahap yang didasarkan pada

Page 24: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 17

situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat

Pada Gambar 3.6 berikut terlihat bahwa angka kesakitan malaria dari tahun

2003 ke tahun 2004 menurun secara drastis. Hal ini disebabkan Kabupaten Bangka

dan Belitung berpisah dari Povinsi Sumatera Selatan. Kedua Kabupaten tersebut

adalah penyumbang kasus malaria paling tinggi. AMI (Annual Malaria Incidence)

tahun 2003 – 2009 di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.6Annual Malaria Incidence (AMI)

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

21,48

8,04 8,7 8,9 10,18,6 8,74

0

5

10

15

20

25

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

AM

Ipe

r1

00

0p

en

du

du

k

Sumber: Bidang PP&PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Provinsi Sumatera Selatan adalah daerah endemis malaria, dimana tahun 2009

terdapat 7 kabupaten endemis malaria sedang dan 8 kabupaten/kota lainnya

digolongkan pada daerah endemis rendah. Satu kota diantara daerah endemis rendah

yaitu Kota Palembang adalah daerah bebas malaria dalam arti kasus yang ada

adalah kasus impor dari kabupaten lain (Kabupaten Banyuasin).

Page 25: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 18

Tabel 3.2Jumlah Penderita Malaria Klinis, Konfirmasi Laboratorium

dan AMI Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Kabupaten / Kota JumlahPenduduk

PenderitaKlinis

SDDiperiksa

SDPositif

SPR AMI

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

01. OKU 267.022 7.217 7.106 771 10,85 27,0702. OKI 707.627 2.583 0 0 0 3,6503. Muara Enim 668.341 11.713 9.779 1.905 19,48 17,5304. Lahat 341.055 7.531 2.263 1.210 53,47 22,0805. Musirawas 505.940 7.922 1.635 529 32,35 15,6606. Musi Banyuasin 523.025 8.066 7.045 91 1,29 15,4207. Banyuasin 818.280 4.491 8 8 100 5,4908. OKU Selatan 331.879 2.776 30 39 130 8,3609. OKU Timur 581.665 3.272 753 146 19,39 5,6310. Ogan Ilir 384.663 130 18 5 27,78 0,3411. Empat Lawang 213.872 2.641 223 126 56,5 12,5312. Palembang 1.438.938 485 485 34 7,01 0,3413. Prabumulih 137.786 52 26 26 100 0,3814. Pagar Alam 116.486 48 2 2 100 0,4115. Lubuk Linggau 186.056 3.326 836 837 100,12 17,88

Jumlah 7.222.635 62.248 30.209 5.729 18,96 8,45

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

Dari tabel diatas angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk di

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 (AMI) adalah 8,45 ‰ dengan kematian

(CFR 0,27%), dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa / ABER ( Annual Blood

Examination rate) 0,42 % dan persentase dari sediaan darah yang positif dari seluruh

sediaan darah yang diperiksa (SPR) 21,9 %.

Angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk di kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan dalam tahun 2009 tertinggi adalah di Kabupaten Ogan

Komering Ulu 27,07 ‰ (7.217 kasus), Kabupaten Lahat 22,08 ‰ (7.531 kasus), Kota

Lubuk Linggau 17,88 ‰ (3.326 kasus), sedangkan terendah di Kabupaten Ogan Ilir

0,34 ‰ (130 kasus).

Pengobatan kasus malaria yang ditemukan secara PCD (Pasif Case

Detection) di Puskesmas dengan Pengobatan Radikal dengan konfirmasi

laboratorium. Kasus klinis tanpa konfirmasi laboratorium diberikan pengobatan

klinis malaria di Puskesmas. Pengobatan klinis malaria maupun dengan konfirmasi

laboratorium positif malaria di kabupaten/kota umumnya masih mengunakan obat

Page 26: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 19

Cloroquin, sedangkan di tiga kabupaten wilayah GF Malaria Round 6 tahun 2009

(Kab. Muara Enim, Kab. Muba dan Kab.OKU) sudah mengunakan obat terbaru yaitu

ACT (Artemisinin Combination Therapy). Hal ini tidak terlepas dari kuantitas

maupun kualitas dokter/perawat/bidan yang sudah dilatih, serta alat dan bahan

laboratorium malaria maupun SDM mikroskopis/pengelola program malaria yang ada

di kabupaten/kota dan puskesmas.

Jumlah sediaan darah yang diperiksa dari penduduk dalam satu tahun / Annual

Blood Examination Rate (ABER) tahun 2009 yaitu 0,42 % dan tingkat persentase

pemeriksaan sediaan darah 48,18 %, sudah mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2008 yaitu ABER 0,18% dan persentase pemeriksaan sediaan darah 22%,

walaupun target yang ingin dicapai adalah 100 %, hal ini menjadi tantangan yang

besar bagi petugas laboratorium dalam pemeriksaan sediaan darah malaria yang

tidak terlepas dari SDM, bahan dan alat pemeriksaan yang ada. Dan masih adanya

beberapa kabupaten/kota tidak/kurang melaksanakan pemeriksaan sediaan darah

malaria antara lain Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten

OKI, Kabupaten Ogan ilir dan Kota Pagar Alam.

Keberhasilan pemberantasan penyakit malaria tidak hanya terletak pada satu

institusi yaitu Dinas Kesehatan saja namun perlu keterkaitan dengan sektor-sektor

lain antara lain Sektor Kimpraswil, sektor Peternakan, sektor Pertanian, sektor

Perikanan dan Kelautan. Serta tidak terlepas dari peran serta masyarakat itu sendiri.

Dari Gambar pola maksimum minimum tahun 2004-2009 dapat dilihat puncak

penularan terjadi pada bulan Januari maka seyogianya kegiatan Indoor Residual

Spraying (IRS) dilaksanakan pada bulan November guna mencapai hasil

pemberantasan vector yang optimum.

3.2.1.2. TB Paru

Penanggulangan tuberkulosis menerapkan strategi DOTS yang dilaksanakan

secara Nasional di seluruh UPK terutama puskesmas yang di integrasikan dalam

pelayanan kesehatan dasar. Hasil survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004

bahwa prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk,

Page 27: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 20

secara regional di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah. Sumatera masuk

dalam wilayah 1 dengan prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk.

Tujuan dari Program Pemberantasan TB Paru adalah menurunkan angka

kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan mata rantai penularan serta

mencegah terjadinya MDR TB. Targetnya adalah tercapainya penemuan pasien baru

TB BTA positif paling sedikit 70 % dari perkiraan dan menyembuhkan 85 % dari

semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat

menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada

tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapi tujuan millenium development goals

(MDGs) pada tahun 2015.

Angka penemuan pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate) di

Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2000 s/d 2008 berfluktuatif , sedangkan target

mulai dari tahun 2005 sebesar 70 %, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.7Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000 – 2009

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

TARGET 25 35 40 50 60 70 70 70 70 70

CDR 23,47 24,61 29,74 41,62 55,72 42,77 46,73 45,43 46,69 44,62

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 28: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 21

Dilihat dari Gambar 3.7, ada peningkatan CDR mulai tahun 2000 s/ d tahun

2004 dan peningkatan yang tajam pada tahun 2003 dan 2004, pada tahun 2005

terjadi penurunan, ini disebabkan dengan adanya hasil survey prevalensi TB tahun

2004, wilayah Sumatera dengan prevalensi 160 per 100.000 penduduk yang

sebelumnya hanya 130 per 100.000 penduduk. Untuk penemuan pasien baru TB BTA

positif di Sumatera Selatan tidak mengalami penurunan tetapi ada kenaikan setiap

tahunnya walaupun belum mencapai target.

Angka Penemuan Pasien baru TB BTA posistif (Case Detection Rate

=CDR) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 per kabupaten/ Kota dapat dilihat

pada Gambar 3.8, menunjukkan bahwa dibandingkan tahun 2008, pada tahun 2009

terjadi penurunan CDR TB paru BTA+ diprovinsi Sumatera Selatan dari 46,57%

menjadi 44,62%, dan CDR TB paru BTA+ belum mencapai target (70%). Hal ini

disebabkan karena belum semua RS dan DPS melaksanakan strategi DOTS,

penjaringan suspek di sebagian kab/kota masih ketat, dan mutasi petugas masih

tinggi. Oleh sebab itu maka diperlukan pelatihan P2TB bagi tim DOTS di rumah

sakit, memperluas jejaring untuk menemukan dan mengobati pasien TB dengan

ekspansi ke rumah sakit dan lapas/ rutan serta meningkatkan kemitraan dengan

LSM.

Page 29: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 22

Gambar 3.8Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)

Menurut Kabupaten/kotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

5,00

15,00

25,00

35,00

45,00

55,00

65,00

75,00

CDR 45,35 6,44 29,48 46,78 68,68 53,01 26,43 25,99 53,01 43,62 70,29 48,01 33,95 40,89 53,84 44,62

L.Lingg

auP.Alam

Prabu

mulih

Palemb

ang

E.Lawa

ngOI OKUT OKUS B.Asin MUBA MURA Lahat M.Enim OKI OKU Sumsel

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

Gambar 3.9Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien Baru TB BTA Positif

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000 - 2008

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

70

75

80

85

90

CR 80,3 75,4 80,74 82,86 81,63 83,36 84,2 84,84 87,19

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Page 30: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 23

Angka kesembuhan (Cure Rate = CR) merupakan angka pasien baru TB

BTA positif yang sembuh setelah masa pengobatan. Dari Gambar diatas dapat dilihat

bahwa angka kesembuhan (cure rate) TBC Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008

yaitu sebesar 87,15% dengan target SPM > 85%. Ini menunjukkan bahwa P2 TBC

telah memenuhi dan melampaui target SPM untuk tahun 2009. Hal ini disebabkan

oleh Tingkat kepatuhan penderita yang berobat cukup tinggi. Gambar berikut

menampilkan distribusi pencapaian CR menurut kabupaten/kota, terdapat 10

Kabupaten/Kota dengan CR sudah mencapai target > 85 %, sedangkan 5 Kabupaten/

Kota yang lain CR belum mencapai target.

Gambar 3.10Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien Baru TB BTA Positif

Menurut Kabupaten/kotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

CR 94,38 44,44 100 84,27 59,91 92,17 79,34 95,21 94,28 80,95 95,43 85,19 85,27 92,41 87,23 87,19

L.Lingg

auP.Alam

Prabu

mulih

Palemb

ang

E.Lawa

ngOI OKUT OKUS B.Asin MUBA MURA Lahat M.Enim OKI OKU Sumsel

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009

Page 31: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 24

Gambar 3.11Penemuan Pasien Baru TB BTA (+)

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu kabupaten

memenuhi target capaian SPM (70%), yaitu kabupaten Musi Rawas. 14

Kabupaten/kota lainnya belum mencapai target SPM, terdiri dari 3 Kabupaten yaitu

OKU, Banyuasin, dan Empat Lawang berada pada range 50-70%, 11 Kabupaten/kota

yaitu MUBA, OKI, OI, OKUT, OKUS, Muara Enim, Lahat, Kota Prabumulih, Pagar

Alam, Palembang, dan Lubuk Linggau berada pada range terendah yaitu dibawah

50%.

3.2.1.3. Pengidap HIV dan Penderita AIDS

Infeksi HIV dan AIDS dalam 10 tahun terakhir semakin nyata menjadi

masalah kesehatan masyarakat di Sumatera Selatan yang dibuktikan dengan terus

meningkatnya kasus yang ditemukan melalui kinik VCT dan laporan suveilans AIDS

dari RS. Infeksi HIV dan AIDS sudah menyebar hampir di seluruh Kabupaten/Kota

di wilayah Sumatera Selatan, dan di Indonesia sendiri telah mengalami perubahan

Page 32: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 25

dari epidemi rendah menjadi epidemi terkonsentrasi, hal ini karena hasil survei pada

sub populasi tertentu menunjukkan prevalensi HIV di beberapa provinsi telah

melebihi 5 % secara konsisten, tetapi di Sumatera Selatan masih pada epidemi rendah

karena prevalensi HIV 0,6 %.

Pada era sebelumnya upaya penanggulangan HIV dan AIDS di prioritaskan

pada upaya pencegahan. Dengan semakin meningkatnya pengidap HIV dan kasus

AIDS yang memerlukan terapi antiretroviral ( ARV), maka strategi penanggulangan

HIV dan AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya pencegahan dengan upaya

perawatan, dukungan serta pengobatan. Dan juga dalam rangka mendukung target

VCT pada MDGs untuk tahun 2010 yaitu 300.000 klien yang melakukan complate

testing, maka peran klinik VCT dalam upaya untuk meningkatkan cakupan penemuan

kasus baru serta penanganan 100 % juga harus dimaksimalkan.

Pada tabel 3.3 terlihat bahwa Prevalensi Rate dari hasil uji saring (skrining)

oleh PMI Kota Palembang yaitu 0,05 % (22 orang) dari jumlah pemeriksaan skrining

darah donor sebanyak 37.918 orang pada tahun 2009. Skrining pada darah donor

merupakan salah satu upaya pencegahan penularan HIV kepada orang lain, sehingga

upaya ini sangatlah penting dilakukan, maka apabila darah tersebut mengandung HIV

tidak akan di donorkan.

Tabel 3.3Laporan Uji Saring HIV di PMI Kota Palembang

Tahun 2009

No Kelompok Umur JumlahPemeriksaan

Hasilpemeriksaan

reaktif

PrevalensRate

1 2 3 4 61. 17 – 30 tahun 12098 16 0,13

2. 31 – 40 tahun 9942 2 0,02

3. 41 – 50 tahun 7886 1 0,01

4. 51 – 60 tahun 7678 3 0,03

5. >60 tahun 314 0 0

Jumlah 37918 22 0,05Sumber : PMI UTDC Kota Palembang 2009

Page 33: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 26

Gambar 3.12Jumlah Pengidap HIV (+) PerTahun

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

HIV 1 1 5 4 2 14 16 16 24 30 87 98 41 67 76

KUMUL 1 2 7 11 13 27 43 59 83 113 200 298 339 406 482

0

100

200

300

400

500

600

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari Gambar 3.12 di atas terlihat penemuan HIV pada tahun 2009 berjumlah

85 kasus meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 berjumlah 67 kasus.

Peningkatan kasus ini karena adanya klinik VCT yang telah di bentuk di beberapa

kabupaten/kota (Palembang, Prabumulih, OKU, dan Musi Rawas), layanan dilakukan

baik statis (di Rumah Sakit) maupun mobile VCT untuk mendekatkan akses layanan

ke kelompok resiko tinggi tertular HIV, sehingga cakupan penemuan kasus baru

mengalami peningkatan yang selanjutnya dapat mendapatkan layanan perawatan,

dukungan dan pengobatan.

Page 34: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 27

Gambar 3.13Kumulatif Penyebaran Pengidap HIV (+) Per Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

401 5 2 10 1 0 6 2 8 21 3 22 8 2 0 491

PLG OKI OI OKU OKT OKS MBA BA MRA LLG ME PBM LHT PGA 4L TOT

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa kasus penemuan HIV (+) tertinggi

adalah di kota Palembang karena Kota Palembang adalah kota terbesar di Provinsi

Sumatera selatan, yang merupakan salah satu kota transit dari pulau Jawa-pulau

Sumatera melalui jalur transportasi darat sehingga banyak sekali hotel, tempat

hiburan, dan kelompok resti (WPS, Waria, Pengguna Narkoba Suntik, dan

Homoseksual) yang lebih banyak di banding kota lainnya, dan masih ada lokalisasi

yang terkoordinir. Layanan Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) cukup

banyak terdapat di kota Palembang, seperti di RSUP Moh.Hoesin, RS.RK Charitas,

dan RS Ernaldi Bahar sehingga memudahkan klien untuk mendapatkan layanan.

Berikut adalah gambaran jumlah penderita AIDS di Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2009, yaitu sebanyak 70 orang, jika dibandingkan dengan tahun 2008

sebanyak 45 orang, yang menunjukan adanya peningkatan jumlah kasus AIDS. Hal

ini disebabkan karena klien banyak datang ke layanan kesehatan apabila sudah

mendapatkan kumpulan gejala AIDS dan hasil testing HIV dinyatakan positif dari

Rumah Sakit atau klinik VCT. Pada fase infeksi HIV ini tidak menunjukkan gejala

sehingga klien jarang mendatangi layanan kesehatan, termasuk untuk mengetahui

status HIV nya.

Page 35: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 28

Gambar 3 .14Jumlah Penderita AIDS PerTahun

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009

0

50

100

150

200

250

300

AIDS 1 0 0 0 0 0 3 4 6 15 18 37 49 45 70

KUMUL 1 1 1 1 1 1 4 8 14 29 47 84 133 178 248

95 96 97 98 99 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Penemuan kasus AIDS sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2009 terus

mengalami peningkatan, secara kumulatif sebanyak 248 kasus HIV yang telah

ditemukan. Strategi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA (Orang

Dengan HIV/AIDS) adalah dengan dibentuknya layanan CST ( Care, Support &

Treatment/ Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) di 8 rumah sakit pelaksana CST

yaitu RSMH Palembang, RS Ernaldi Bahar, dan RS RK Charitas, RSUD Sobirin

Musi Rawas, RSUD Ibnu Sutowo Baturaja, RSUD Kayu Agung, RSUD Banyuasin,

RSUD Prabumulih, yang dapat menunjang menurunkan angka kesakitan dan angka

kematian.

3.2.1.4. Kusta

Provinsi Sumatera Selatan termasuk daerah ”Low Endemik” Kusta, dengan

Prevalensi Rate (PR) < 1/ 10.000 penduduk dan Case Detection Rate (CDR) < 5 /

100.000 penduduk.

Page 36: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 29

Tujuan :

Menurunkan transmisi penyakit kusta pada tingkat tertentu sehingga kusta

tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang ditemukan melalui

pengobatan dan perawatan yang benar.

Menghilanglang stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah paham

masyarakat terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan secara intensif.

Kebijakan :

Pelaksanaan program pengendalian kusta diintegrasikan pelayanan kesehatan

dasar di puskesmas.

Pengobatan penderita kusta dengan MDT sesuai dengan rekomendasi WHO

di berikan Cuma-Cuma.

Penderita tidak boleh diisolasi.

Memperkuat sistem rujukan.

Case Detection Rate (CDR)

Penemuan kasus baru penderita kusta (case detection rate/ CDR) di Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, yaitu

sebesar 3,05/100.000 pada tahun 2009 dan 3,99/100.000 pada tahun 2008. Target

SPM untuk CDR kusta adalah <5/100.000, ini menunjukkan bahwa P2 Kusta telah

memenuhi atau mencapai target SPM untuk tahun 2009. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar berikut:

Page 37: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 30

Gambar 3.15CDR (case detection rate) Kusta

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1998-2009

00,20,40,60,8

11,21,41,61,8

22,22,42,62,8

33,23,43,63,8

44,2

CDR 3,5 2,5 2,3 1,9 2,1 2 1,5 3,7 2,7 3,06 3,99 3,05

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Gambar 3.16Penemuan Kasus Baru (CDR) Penderita Kusta

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta, salah satu indikator yang

digunakan untuk menilai keberhasilannya adalah angka proporsi cacat tingkat II

(kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak diantara kasus baru.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7

PA

LL

OKUS

MR

OKUT

OI

MB

LHT

4L

OKU

PLG

BA

OKI

ME

PB

PROV

CDR 0 0 0,3 0,4 0,32 0,78 1,15 1,47 1,86 1,87 2,22 2,44 2,54 4,04 6,53 3,05

PA LLOKU

SMR OKUT OI MB LHT 4L OKU PLG BA OKI ME PB

PRO

V

Page 38: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 31

Gambar berikut menunjukkan angka proporsi Cacat tingkat II Provinsi Sumatera

Selatan yaitu 21,36%, masih dibawah target SPM untuk proporsi Cacat tingkat II

yaitu ≤ 5%. Hal ini disebabkan karena keterlambatan penemuan kasus, tingginya

Leprae Phoby di masyarakat, dan petugas kurang terampil dalam deteksi dini

penyakit kusta karena daerah low endemic. Dibandingkan tahun 2008, terjadi

peningkatan angka proporsi cacat tingkat II yaitu dari 13,36% menjadi 21,36%.

Gambar 3.17Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat IIDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

CCT TK II 6,25 0 16 5,55 0 33,3 0 0 0 0 5 0 0 0 0 21,3

ABSOLUT 2 0 1 1 0 9 0 0 0 0 34 0 0 0 0 47

PLGPR

AMB OKI

OK

UME LHT

MU

RAPA LL BA OI

OK

UT

OK

US4 L

PR

OV

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

proporsi penderita kusta anak di Provinsi Sumatera Selatan adalah 4,09 %

dengan target SPM untuk proporsi penderita kusta anak sebesar ≤ 5%. Ini

menunjukkan bahwa P2 Kusta telah memenuhi atau mencapai target SPM proporsi

penderita kusta anak untuk tahun 2009. Hal ini dapat menggambarkan penularan

kusta yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan cukup terkendali.

Page 39: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 32

Gambar 3.18Proporsi Kusta Anak

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

3.2.1.5. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

Tabel 3.4Data Penyakit PD3I Per Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Neonatorum DifteriNo. Kabupaten/Kota

Penderita Meninggal Penderita Meninggal

Campak

1. OKU 2 2 0 0 152

2. OKI 0 0 1 0 36

3. Muara Enim 1 0 0 0 35

4. Lahat 1 1 0 0 95

5. Musi Rawas 0 0 0 0 33

6. Musi Banyuasin 0 0 2 1 155

7. Banyuasin 2 0 1 0 27

8. OKU Selatan 0 0 0 0 0

9. OKU Timur 0 0 0 0 34

10. Ogan Ilir 1 0 0 0 1

11. Empat Lawang 0 0 0 0 4

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

CDR 2,22 2,9 1,14 2,54 1,87 4,03 1,46 0,39 0 0 2,44 0,77 0,34 0,3 1,4 3,04

PLG PRA MB OKI OKU ME LHTMUR

APA LL BA OI

OKU

T

OKU

S4 L

PRO

V

Page 40: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 33

12. Palembang 2 1 3 1 274

13. Prabumulih 0 0 0 0 39

14. Pagar Alam 0 0 0 0 17

15. Lubuk Linggau 0 0 0 0 52

Sumatera Selatan 10 4 7 2 954

Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah kasus Tetanus Neonatorum (TN)

sebanyak 10 kasus dan meninggal 4 (CFR 40 %). Kasus TN terbanyak terdapat di

Kabupaten OKU, Banyuasin, dan kota Palembang, sedangkan CFR yang tertinggi

terjadi di kabupaten OKU dan Lahat (100%).

Gambar 3.19Penderita Tetanus Neonatorum

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 – 2009

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Jum

lah

Penderita

Sumber : Subdin P2PL

Penderita 14 24 21 15 17 17 19

Meninggal 8 11 8 10 14 8 8

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Dari Gambar diatas terlihat ada kenaikan jumlah penderita Tetanus

Neonatorum pada tahun 2009 yaitu 19 orang dengan kematian 8 orang. Secara

Nasional, Sumatera Selatan menduduki posisi 3 terbesar kasus Tetanus Neonatorum

pada tahun 2008.

Page 41: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 34

Gambar 3.20Penderita Difteri

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

2

4

6

8

10

12

14

16

Penemuan 2 12 3 8 12 10 7

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Laporan Difteri Subdin PP&PL, tahun 2003 - 2009

Penemuan kasus difteri cenderung terjadi penurunan, kasus terbanyak pada

tahun 2007 (12 kasus) dan terendah pada tahun 2003 (2 kasus). Meskipun demikian,

Sumatera Selatan merupakan provinsi terbesar kedua untuk kasus difteri pada tahun

2008.

Tabel 3.5Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 - 2009

2008 2009No. Kab./Kota

<1 1-4 5-9 10-14 > 15 Total <1 1-4 5-9 10-14 > 15 Total

1 Palembang 39 77 112 69 94 391 24 69 67 97 67 2742 Prabumulih 1 5 6 2 1 15 10 12 7 5 5 393 Muba 13 23 24 14 15 89 26 48 42 15 24 1554 O K I 5 16 11 3 13 48 5 9 6 3 13 365 O K U 14 28 28 17 10 97 26 45 41 16 24 1526 M. Enim 22 36 19 8 13 98 10 4 7 8 6 357 Lahat 12 20 23 5 23 83 5 22 36 16 16 958 Mura 5 10 11 10 8 44 4 7 7 7 8 339 P. Alam 0 5 2 1 0 8 4 6 6 0 1 17

10 L. Linggau 0 0 0 1 2 3 4 6 17 15 10 5211 Banyuasin 5 9 2 1 0 17 1 8 12 5 1 2712 Ogan Ilir 4 1 2 0 1 33 0 17 13 1 3 3413 OKUT 0 0 0 0 0 8 8 1 1 1 0 1114 OKUS 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015 4 Lawang 0 4 0 0 0 4 1 0 0 0 0 1

Provinsi 125 234 246 135 194 938 33 161 134 63 49 440

Sumber : Tahun 2007 (Validasi Data Campak); tahun 2008 ( laporan integrasi kab/kota)

Page 42: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 35

Data pada tabel di atas menunjukan bahwa kasus campak pada tahun 2008

tertinggi terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 24% dan terendah pada

kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 13,3%, sedangkan pada tahun 2009 kasus

campak tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun yaitu sebesar 36,59% dan terendah

pada kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 7,5%.

Gambar 3.21Penemuan Kasus Campak Rutin Menurut Kelompok Umur

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

109; 13%

202; 24%

223; 27%

146; 18%

150; 18%

< 1 Th 1-4 Th 5-9 Th 10-14 Th > 15 Th

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar kasus campak terjadi

pada kelompok umur > 5 tahun yaitu sebesar 62,5% jika dibandingkan pada

kelompok umur < 4 tahun (37,5%).

Page 43: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 36

Tabel 3.6Distibusi Kasus Campak Per Bulan

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Kasus Campak Per BulanNo Kab./Kota

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total

1 Palembang 20 23 29 33 26 26 21 14 20 11 22 23 2682 Prabumulih 0 1 0 3 5 3 5 1 7 5 6 3 393 Muba 10 14 11 9 24 17 14 16 9 4 15 12 1554 O K I 2 2 8 2 5 5 2 2 5 0 1 2 365 O K U 11 14 11 9 24 18 14 16 9 3 11 12 1296 M. Enim 11 2 7 1 4 1 6 0 0 2 0 1 357 Lahat 5 6 5 7 5 6 15 8 11 2 15 10 958 Mura 4 4 3 3 11 5 1 2 0 0 0 0 339 P. Alam 4 3 8 0 1 2 1 0 0 0 0 2 2110 L. Linggau 1 5 2 4 2 10 8 7 7 4 2 0 5211 Banyuasin 1 3 6 5 4 5 0 1 2 0 0 0 2712 Ogan Ilir 7 3 1 0 1 3 2 5 5 0 0 7 3413 O. Timur 1 0 2 3 0 3 1 0 0 0 1 0 1114 O. Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015. 4 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

Provinsi 77 60 93 79 112 104 90 73 75 31 73 82 949

Sumber data : Laporan integrasi kab.kota, 2009

Gambar 3.22Data Campak Menurut Sumber Laporan Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2009

0

50

100

150

200

250

2009 2008

2009 152 36 35 95 33 155 27 0 11 34 1 274 39 17 52

2008 97 48 98 83 44 89 17 0 8 33 4 391 15 8 3

OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Page 44: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 37

Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus klinis campak meningkat pada tahun

2009 di beberapa kabupaten/kota dengan jumlah peningkatan tertinggi pada kota

Lubuk Linggau dari 3 kasus pada tahun 2008 menjadi 52 kasus pada tahun 2009.

Gambar 3.23Sebaran Kasus Campak

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari gambar di atas, nampak masih ada kabupaten/kota yang belum mencapai

target kelengkapan laporan yaitu Kabupaten OKI, Empat Lawang dan OKU Timur.

Selain itu mulai bulan Juli 2009 dilaksanakan kegiatan Cases Based Méasles

Surveillance (CBMS), yaitu melakukan pemeriksaan spesimen darah penderita klinis

campak dengan konfirmasi laboratorium sebanyak 20% total perkiraan kasus dalam 1

tahun.

Page 45: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 38

Gambar 3.24Hasil CBMS

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

116

13

4261

0

50

100

150

2009 116 13 42 61

Spesimen Campak Rubella Negatif

Sumber : Laporan Integrasi S-AFP, TN & Campak Tahun 2009

Dari Gambar di atas, nampak bahwa hasil serologis pada 116 kasus klinis

campak yang ditemukan di Sumatera Selatan, ternyata 13 kasus IgM (+) campak

(11.2%), IgM(+) Rubella sebesar 36.2%, Campak & Rubella (-) sebesar 52,5%. Hal

ini menunjukkan perlunya dilakukan pemeriksaan spesimen pada kasus klinis campak

yang ditemukan sebagai upaya untuk intervensi program imunisasi dan sebagai dasar

pengambilan keputusan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Gambar 3.25Hasil Pelaksanaan CBMS Konfirmasi Laboratorium

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

15

30

45

60

75

90

Klinis Campak

Rubella Negatif

Klinis 8 0 6 0 2 4 3 0 0 3 1 83 2 2 2

Campak 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 12 0 0 0

Rubella 2 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 35 1 0 1

Negatif 6 0 5 0 1 3 3 0 0 2 1 36 1 2 1

OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Page 46: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 39

Dari Gambar diatas terlihat bahwa kasus klinis dan laboratoris yang

terbanyak berasal dari Kota Palembang, mengingat memang jumlah penduduknya

yang lebih padat dibanding kabupaten/kota lain. Untuk Kabupaten Lahat, OKUS dan

OKUT tidak mengirimkan spesimen ke Balitbang Bomedis & Farmasi Depkes

sehingga tidak diketahui hasil konfirmasinya.

Gambar 3.26Kasus Campak (CBMS) Menurut Kelompok Umur dengan Konfirmasi Laboratorium

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0%

50%

100%

> 15 Th 37 22 12 1 2

10-14 Th 22 6 12 1 3

5-9 Th 26 15 7 2 2

1-4 Th 23 13 4 6 0

< 1 Th 8 6 0 2 0

Klinis Negatif Rubella Campak Equivocal

Dari Gambar diatas terlihat bahwa proporsi kasus positif campak terbanyak

terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (50%), positif Rubella terbanyak pada

kelompok umur 10-14 dan > 15 tahun yaitu masing-masing sebesar 34%.

3.2.1.6. Penyakit Potensial KLB / Wabah

1). Demam Berdarah Dengue

Sejak terjadi KLB DBD pada tahun 1998, maka diperkirakan akan terjadi

KLB lagi pada tahun 2003 (berdasar pola lima tahunan). Namun hingga tahun 2009

tidak terjadi KLB, seiring dengan adanya penurunan kasus/penderita, dimana situasi

tahun 2008 dari 2.357 penderita (IR 34/100.000 dan CFR 0,42%) menurun menjadi

1.774 penderita (IR 25/100.000 dan CFR 0.28%)) di tahun 2009.

Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk segera membawa

keluarga/penderita langsung ke Rumah Sakit atau sarana pelayanan kesehatan yang

terdekat, dan ini juga tidak luput dari kinerja petugas kesehatan, yaitu antara lain

Page 47: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 40

upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan DBD dalam tata laksana kasus di

Rumah Sakit dan puskesmas.

Tujuan dari program:

Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk

hidup sehat agar terhindar dari Penyakit Demam Berdarah Dengue dan

terselenggaranya kegiatan PemberantasanSarang Nyamuk (PSN) terutama

3 M plus secara berkesinambungan.

Menurunkan angka kesakitan kurang dari 20/100.000.dan kematian CFR

< 1% .

Gambar 3.27Kecenderungan Situasi DBDProvinsi Sumatera Selatan

Tahun 2001 - 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus DBD ditemukan setiap tahun,

sedangkan penemuan kasus yang meninggal tertinggi pada tahun 2004. Untuk

penanggulangan kasus DBD berbagai upaya sudah dilaksanakan setiap tahun seperti

penyebaran Surat Edaran Kewaspadaan DBD, Penangulangan Fokus, pendistribusian

larvasida, insektisida dan pelaksanaan Gertak PSN DBD.

1270

1621

2280

3487

2360

10481406

1511 1774

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 48: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 41

Tabel 3.7Distribusi Penemuan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)

Perkabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

No Kab/kota Penderita IR(100.000

penduduk)

Kematian CFR(%)

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.

OKUOKIM. EnimLahatMuraMubaBanyuasinOku SelatanOku TimurOgan Ilir4 LawangPalembangPrabumulihPagar AlamL.Linggau

7611990267114100793

9651472749

393005141700211671072326

000021000002000

0.000.000.000.007.691.410.000.000.000.000.000.210.000.000.00

Prov 1774 25 5 0.28

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari tabel di atas penemuan kasus DBD terbanyak untuk tahun 2009 yaitu di

kota Palembang sebanyak 965 kasus , Muara Enim sebanyak 199 kasus lalu disusul

oleh Prabumulih sebanyak 147 kasus. Angka kematian tahun 2009 yaitu sebanyak 5

orang (CFR 0,28%) dibandingkan tahun 2008 (0,42%).

Page 49: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 42

Gambar 3.28CFR Penderita DBD

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

0

1

2

3

4

5

CFR 2.05 1.26 0.6 0.5 0.4 0.1 0.3

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Gambar 3.29Perkembangan Penderita DBD

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2009

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Jum

lah

penderita

case 1511 1270 1621 2280 3487 2360 1774

death 31 16 9 2 13 3 5

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari Gambar 3.29 di atas terlihat bahwa jumlah penderita dari tahun 2004

sampai 2007 mengalami peningkatan, dari 1270 penderita pada tahun 2004 menjadi

3.487 penderita pada tahun 2007 kemudian menurun pada tahun 2009 menjadi 1774

penderita, sedangkan kematian akibat DBD cenderung menurun, dari 31 pada tahun

2003 menjadi 5 kasus pada tahun 2009.

Page 50: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 43

Gambar.3.30Perbandingan Incidence Rate (IR)

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Standar program untuk angka kesakitan (IR) adalah kurang dari 20/100.000.

Angka IR belum memenuhi standar program untuk tahun 2008 maupun tahun 2009.

Gambar 3.31Penemuan Penderita DBD yang DitanganiDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

34

25

0

5

10

15

20

25

30

35

2008 2009

Page 51: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 44

Gambar diatas menunjukkan bahwa Penemuan kasus DBD yang ditangani

tertinggi adalah Kabupaten Musi Rawas, Ogan ilir, dan Kota Pagar Alam. Sedangkan

Kabupaten Muara enim, Kota Palembang, dan Kota Lubuk Linggau berada pada

range pertengahan yaitu antara 70%-100%. Kabupaten OKU, OKI, Banyuasin, Musi

Banyuasin, Kota Prabumulih di bawah 70%, sedangkan Kabupaten OKUS, OKUT,

Lahat, Empat Lawang tidak ditemukan kasus.

2). Diare

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar

yaitu : infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab

lain.Tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang

disebabkan infeksi dan keracunan. Distribusi penderita diare pada tahun 2009 per

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar berikut ini :

Gambar 3.32Distribusi Penderita Diare Semua Umur PerKabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

2009 8791 1621 2045 7339 1156 1607 2255 2760 1634 1198 3089 5979 3102 1482 4430 2E+0

OKU OKI ME LhtMUR

A

MUB

ABA

OKU

S

OKU

TOI 4L PLG Prb PGA LLG Prov

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari data di atas dapat dilihat bahwa penderita diare terbanyak ada di

Palembang, Banyuasin, Muara Enim dan OKI. Hal ini disebabkan jumlah penduduk

Page 52: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 45

yang banyak dan padat serta merupakan DAS (endemis diare). Selain itu juga

didukung oleh sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Sedangkan penderita diare

paling sedikit ada di Pagar Alam, OKUS, Empat Lawang dan Prabumulih dengan

alasan sebaliknya.

Gambar 3.33

TREND KEJADIAN DIARETREND KEJADIAN DIAREPROV SUMSEL BERDASARKAN BULANPROV SUMSEL BERDASARKAN BULAN

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

2008 2009

2008 15194 14355 16384 15036 15980 17334 18111 18042 16176 14977 13397 11493

2009 15419 14734 15635 15340 14040 17807 20210 25072 17886 18504 16249 15095

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kasus diare biasa terjadi

mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Hal ini dikarenakan pada bulan-

bulan ini merupakan puncak musim kemarau sehingga warga kekurangan air bersih

untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari.

Page 53: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 46

Gambar 3.34Cakupan Penderita Diare yang Ditangani oleh Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

20

40

60

80

100

120

Capaian 78 54 72 51 54 73 65 20 66 74 34 98 53 30 56 67

Target 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

OK

UOKI ME Lht

MU

RA

MU

BABA

OK

US

OK

UTOI 4L

PL

GPrb Pga LLG

Pro

v

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa hanya kota Palembang yang

mencapai target, dikarenakan jumlah penduduk yang lebih banyak dan padat,

merupakan daerah aliran sungai dengan masih banyaknya tempat-tempat kumuh,

serta sistem pencatatan dan pelaporan yang sudah baik dan rutin.

Berikut adalah gambaran penemuan penderita diare balita di kabupaten/kota

dengan target SPM 70%. Capaian 15 Kabupaten/Kota rata-rata 3,24%, yang berarti

bahwa persentase penderita balita yang ditangani terhadap jumlah perkiraan penderita

diare di wilayah tersebut adalah 3,24%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

terjadi kenaikan jumlah penderita yaitu dari 67.391 penderita (capaian SPM 2,23%)

pada tahun 2008 menjadi 98.890 penderita (capaian SPM 3,24%) pada tahun 2009.

Untuk melihat sebaran kasus di 15 Kabupaten/Kota dapat melihat lampiran Tabel 10.

Page 54: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 47

Gambar 3.35Penemuan Penderita Diare

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

3.2.1.7. Rabies

Rabies adalah salah satu penyakit yang CFR-nya tinggi. Penyakit ini

disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti

anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya terdapat

virus rabies.

Jumlah kasus gigitan hewan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah

808 orang sedangkan tahun 2008 ditemukan kasus 978 orang dan tidak ditemukan

penderita Lyssa (Rabies). Jumlah kasus gigitan hewan tertinggi terjadi di kabupaten

Muara Enim (158 kasus), kota Palembang (220 kasus), sedangkan kasus terendah

terjadi di Kabupaten Oku Selatan (12 Kasus).

Page 55: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 48

Tabel. 3.8Jumlah Kasus Rabies

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 – 2009

TahunNo Kab/Kota2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Palembang 347 427 135 327 245 232 220

2 Prabumulih 35 27 8 10 12 17 30

3 Pagar Alam 67 71 19 34 30 74 33

4 Lubuk Linggau 35 15 15 17 21 10 21

5 Ogan Ilir 0 0 0 65 39 17 77

6 OKUS 0 0 0 6 5 47 12

7 OKU 70 30 15 46 26 60 52

8 MURA 35 66 10 20 36 29 28

9 Lahat 79 69 34 34 19 88 58

10 OKI 67 83 29 85 41 48 30

11 Banyuasin 25 43 278 42 43 43 22

12 Muara Enim 261 239 74 269 242 266 158

13 OKUT 0 0 67 26 26 17 18

14 MUBA 32 40 0 55 24 28 27

15 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0 22

16 Provinsi 1058 1113 684 1036 809 978 808Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

3.2.1.8. Filariasis

Limphatic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria

menginfeksi jaringan limfe. Parasit ini ditularkan pada manusia melalui gigitan

nyamuk yang telah terinfeksi, dan kemudian menjadi cacing dewasa dan hidup di

jaringan limfe. Tujuan dari P2 Filaria adalah untuk mendukung program eliminasi

kaki gajah ( ELKAGA) tahun 2020.

Dari tabel berikut terlihat bahwa sejak tahun 2004 kasus kronis filariasis telah

ditemukan di 10 Kabupaten/Kota yaitu di Kota Palembang, Prabumulih, Lubuk

Linggau, Kabupaten Ogan Ilir, MURA, Lahat, OKI, Banyuasin, Muara Enim, OKU

Timur dan MUBA. Tetapi untuk 5 kabupaten yang lain masih perlu melakukan

program rapid survey secara efektif.

Page 56: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 49

Tabel 3.9Gambaran Penemuan kasus kronis filariasis

Provinsi Sumatera SelatanTahun 2004 – 2009

TahunNo Kab/Kota

2004 2005 2006 2007 2008 20091 Palembang 0 1 0 0 0 12 Prabumulih 0 0 0 2 0 03 Pagar Alam 0 0 0 0 0 24 Lubuk Linggau 0 1 0 1 0 15 Ogan Ilir 0 3 0 0 0 26 OKUS 0 0 0 0 0 147 OKU 0 0 0 0 0 18 MURA 0 2 0 0 0 29 Lahat 11 0 0 0 0 15

10 OKI 0 3 0 0 0 311 Banyuasin 15 13 9 8 13 13012 Muara Enim 5 4 3 5 4 1313 OKUT 0 5 9 0 0 014 MUBA 0 2 0 0 0 215 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari 15 Kabupaten/kota yang ditemukan kasus, hanya Kabupaten Banyuasin

yang mendapat penanganan yaitu dari 130 kasus, ditangani 53 kasus (38,81%)

melalui program pengobatan massal. Persentase kasus penyakit filariasis yang

ditangani dapat dilihat pada lampiran Tabel 13.

Dari tabel berikut terlihat bahwa di 6 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi

Sumatera Selatan yaitu Kabupaten MURA, Lahat, OKI, Banyuasin, OKU Timur, dan

MUBA mempunyai MF rate > 1 %. Salah satu tujuan program P2 filariasis adalah

menurunkan MF rate < 1 %. Jika MF rate > 1 % berarti daerah tersebut merupakan

daerah endemis dengan program utama adalah pengobatan massal. Sedangkan untuk

daerah yang lain program yang dilaksanakan adalah rapid survey dan survey Darah

Jari. Dari 6 kabupaten endemis tersebut baru Kabupaten Banyuasin yang secara

kontinue telah melaksanakan pengobatan massal sejak tahun 2004.

Page 57: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 50

Tabel 3.10Gambaran MF rate Filariasis

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2009

TahunNo Kab/Kota2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Palembang 0 0 0 0 0 02 Prabumulih 0 0 0 0 0 03 Pagar Alam 0 0 0 0 0 04 Lubuk Linggau 0 0 0 0 0 05 Ogan Ilir 0 0 0 0 0 06 OKUS 0 0 0 0 0 07 OKU 0 0 0 0 0 08 MURA 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3%9 Lahat 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4%

10 OKI 0 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0%11 Banyuasin 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5%12 Muara Enim 0 0 0 0 0 0,2%13 OKUT 0 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4%14 MUBA 0 0 0 0 0 2,0%15 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

3.2.1.9. Influenza A Baru (H1N1)

Influenza A baru (H1N1) merupakan salah satu penyakit baru di Sumatera

Selatan (new emerging disease). Selama tahun 2009 ditemukan 4 (empat) kasus

suspek, dimana 2 (dua) orang diantaranya positif menderita penyakit ini yang berasal

dari Kabupaten OKU dan Kota Palembang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar berikut:

Page 58: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 51

Gambar 3.36Kasus dan Suspek Influenza A Baru (H1N1)Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

1

2

3

4

5

6

SUSPECT 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 4

POSITIF 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2

SEMBUH 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 6

OKU OKI ME LHTMUR

AMBA BA

OKU

S

OKU

TOI PLG PBM PGA LLG PROP

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

3.2.2. Penyakit Tidak Menular

Data penyakit tidak menular (PTM) diperoleh dari rumah sakit berdasarkan

laporan tiap bulannya, serta dari puskesmas untuk 2 penyakit terpilih yaitu Hipertensi

dan Diabetes Mellitus.

Dari Gambar 3.37 berikut dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 terjadi

penurunan prevalensi penyakit Neoplasma, Diabetes Mellitus, dan Hipertensi namun

untuk lalin mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan jika dibanding tahun

2008. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kelengkapan laporan yang diterima di

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

Page 59: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 52

Gambar 3.37Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000 Penduduk

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

2004 11,37 17,09 34,52 25,97 18,08

2005 18,25 25,89 59,96 38,61 9,75

2006 19,44 11,61 30,11 33,24 7,9

2007 16,4 25,49 49,21 31,95 10,31

2008 17,42 28,85 55,17 30,26 11,39

2009 17,52 28,72 53,36 30,55 14,49

Neoplasma DM Hipertensi Jantung Lalin

Sumber: Laporan PTM Subdin PP&PL, tahun 2004 - 2009

Tabel 3.11Prevalensi Penyakit Tidak Menular per 10.000 penduduk

Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

NO KAB/KOTA Karsinoma DM Hipertensi Peny.Jantung

KLL

1 Palembang 14.55 22.79 43.79 29.78 5.26

2 MUBA 0.18 1,03 1.25 0,05 1.16

3 Banyuasin 0.01 0,04 0,23 0,03 1,11

4 OKI 0.51 1.42 1,31 0,21 0,58

5 Prabumulih 1.16 1,32 3,02 0,13 1.26

6 M.Enim 0,17 0,19 0,23 0,07 1.13

7 Lahat 0 0 0 0 0

8 Lb.Linggau 0,04 0,05 0.19 0,02 1.05

Page 60: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 53

9 MURA 0,30 0.05 0,25 0,13 1.14

10 Pagaralam 0,07 0,86 2,25 0,05 1,13

11 OKU 0,02 0,35 0,27 0,04 0,18

12 OKUT 0.52 0,62 0,57 0,04 0,49

Jumlah 17.53 28.72 53.36 30.55 14.49

Sumber: Laporan PTM Bidang PP&PL, 2009

Tabel 3.12Angka Kesakitan Secara Absolut

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

T O T A LNo. JENISPENYAKIT LK PR JUMLAH PREVALENSI

1/10.0001 Karsinoma 3.615 8.150 11.765 17.53

2 DM 6.565 12.710 19.275 28,72

3 Hipertensi 18.612 17.208 35.820 53.36

4 PenyakitJantung

11.121 9.099 20.500 30,55

5 KecelakaanLalin

5.913 3.813 9.726 14.49

6 Stroke 265 238 503 0,75

7 Psikosis 2 1 3 0,04

8 Com-ser 54 46 100 0,15Sumber: Laporan PTM, 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa prevalensi PTM tertinggi per 10.000

penduduk di Sumatera Selatan adalah Hipertensi (53,36) dan diiringi Penyakit

Jantung (30,55), Diabetes Melitus (28,85) dan terendah Psikosis (0,04).

3.2.2.5. Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) dapat menyebabkan luka ringan, luka berat

maupun kematian. Selama tahun 2008, tercatat jumlah kecelakaan yang terjadi 2.026

meningkat dari 1.653 kasus pada tahun 2007, dengan jumlah korban sebanyak 3.706

orang dengan perincian 1.067 meninggal dunia, luka berat 1.312 orang, 1.327 luka

ringan. KLL yang terjadi berdasarkan kabupaten / kota dapat dilihat pada Gambar

berikut :

Page 61: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 54

Gambar 3.38Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu LintasDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0 50 100 150 200 250 300

Lubuk Linggau

Pagar Alam

Prabumulih

Palembang

Empat Lawang

Ogan Ilir

OKU Timur

OKU Selatan

Banyuasin

Musi Banyuasin

Musi Rawas

Lahat

Muara Enim

OKI

OKU

Luka Ringan

Luka Berat

Meninggal

KKL

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain

bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi

Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronik (KEK), dan Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium (GAKY).

3.3.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang

berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2

kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau

BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup

bulan tetap berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan

Page 62: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 55

IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit

Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

Gambar 3.39Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

1410

41154

629

3821

55179

7317

29137

470,41

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang

Empat LawangOgan Ilir

OKU TimurOKU Selatan

BanyuasinMusi

MusirawasLahat

Muara EnimOKI

OKUSumsel

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Proporsi BBLR di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 sebesar 0,41%

(rentang : 0,19% - 6,65%). Pada Gambar di atas, terlihat bahwa proporsi bayi BBLR

tertinggi terjadi di kota prabumulih (6,65%) dan proporsi BBLR terendah terjadi di

Kabupaten Muara Enim (0,19%).

Cakupan BBLR ditangani pada tahun 2009 mencapai 90,94% dan pada tahun

2008 mencapai 65%, mengalami peningkatan sebesar 25,9%. Selain itu terdapat

peningkatan penanganan di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Lahat, OKUS, Empat

Lawang, dan Kota Prabumulih, pada tahun 2008 tidak terdapat laporan penanganan

sedangkan pada tahun 2009 sudah dilaporkan. Distribusi cakupan BBLR ditangani

dapat dilihat pada lampiran Tabel 15.

3.3.2. Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan

tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah

dengan anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur (BB/U).

Kategori yang digunakan adalah : gizi lebih (z-score > + 2 SD); gizi baik (z-score – 2

Page 63: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 56

SD sampai + 2 SD); gizi kurang (z-score < - 2 SD sampai – 3 SD); gizi buruk (z-

score < - 3 SD).

Gambar 3.40Prevalensi Gizi Buruk

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

00,02

00,01

0,020,06

0,270,02

0,010

0,010,07

00,010,01

0,03

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3

Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang

Empat LawangOgan Ilir

OKU TimurOKU Selatan

BanyuasinMusi

MusirawasLahat

Muara EnimOKI

OKUSumsel

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Prevalensi gizi buruk Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 sebesar 0,03%

(Rentang : 0 – 0,27%). Pada Gambar di atas terlihat bahwa prevalensi gizi buruk

tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin (0,27%) kemudian diikuti oleh Kabupaten

Lahat (0,07%).

Berdasarkan hasil riskesdas 2007, secara umum prevalensi gizi buruk di

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan adalah 6,5% dan gizi kurang 11,7%. Bila

dibandingkan dengan Target MDG untuk Indonesia sebesar 8,5%, maka di

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan target tersebut telah terlampaui, walaupun

pencapaian tersebut belum merata di 15 kabupaten/kota.

Page 64: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 57

Gambar 3.41Angka Gizi Buruk dan Gizi Kurang

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 – 2009

0

5

10

15

20

Gizi Buruk 0,95 1,31 1,12 0,7 1,07 6,50 0,04 0,03

Gizi Kurang 11,46 9,33 8,56 6,43 10,38 11,7

Total 12,31 10,64 9,68 7,13 11,45 18,2 0,04 0,03

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Gambar 3.42Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penanganan gizi buruk di Sumatera

Selatan sudah terdistribusi merata di 15 Kabupaten/Kota yang seluruhnya sudah

memenuhi target standar pelayanan minimum yaitu 100%.

Persentase Balita gizi buruk pada tahun 2009 adalah 0,03% menurun

dibandingkan tahun 2008 yaitu 0,04%. Jumlah dan persentase Balita gizi buruk dapat

dilihat pada lampiran Tabel 16.

Page 65: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 58

Gambar 3.43Cakupan Pemberian MP ASI

pada Anak Usia 6-24 bulan Keluarga MiskinDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 – 2009

Cakupan pemberian MP ASI belum terdistribusi merata. Kabupaten MUBA,

Muara Enim, OKUS, dan kota Pagar Alam sudah dapat memenuhi target SPM yaitu

mencapai 100%. Sedangkan kabupaten/kota lainnya memiliki capaian dibawah 70%.

3.3.3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK)

Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur

15 – 19 tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).

Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi

seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR.

Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan LILA < 23,5 cm.

Page 66: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 59

BAB 4

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Sesuai dengan tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yaitu

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan

secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Berikut ini akan diuraikan beberapa

upaya pelayanan kesehatan selama tahun 2009.

4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) merupakan langkah awal

yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan pemberian

pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar

masalah kesehatan masyarakat telah dapat diatasi.

Pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan

kesehatan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu :

4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi.

Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, pelayanan terhadap ibu hamil

risiko tinggi yang dirujuk, kunjungan neonatus, dan kunjungan bayi.

4.1.1.1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Pelayanan kesehatan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan

kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa

kehamilannya sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik

Page 67: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 60

berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat

dari cakupan pelayanan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan

gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas

pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah

gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai

standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada

trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.

Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada

ibu hamil. Gambaran cakupan K1 dan K4 Provinsi Sumatera Selatan dalam 6 tahun

terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1. berikut ini :

Gambar 4.1Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

0

25

50

75

100

Pers

enta

se

K1 94,05 91,54 91,63 91,8 94,75 90,41 94,42

K4 86,53 85,16 85,31 85,86 88,05 84,45 88,6

K1-K4 7,52 6,38 6,32 5,94 6,7 5,96 5,82

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa persentase cakupan K1 dan K4 terjadi

kenaikan. Cakupan K1 sebesar 90,41% pada tahun 2008 meningkat menjadi 94,42%

pada tahun 2009, begitu juga dengan Cakupan K4 sebesar 84,45% pada tahun 2008

Page 68: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 61

meningkat menjadi 88,6% pada tahun 2009. Beberapa kemungkinan penyebab

fluktuasi cakupan pelayanan K1 dan k4 antara lain masih lemahnya sistem

pencatatan dan pelaporan dari tingkat dasar (puskesmas) maupun kabupaten/kota,

data yang diterima dari Bidan di Desa ke puskesmas masih ada yang tidak

terlaporkan, PWS KIA sebagai alat pemantauan wilayah setempat untuk

pengumpulan data dan monitoring dalam pengisiannya masih belum sesuai dengan

standar yang ada dan belum dianalisa sebelum dikirim ke tingkat provinsi, adanya

pemekaran wilayah yang menyebabkan belum siapnya SDM yang ada di wilayah

tersebut, program P4K dengan stiker belum sepenuhnya terlaksana.

Dari gambar tersebut dapat dilihat juga selisih antara K1 dan K4, yang

semakin menurun dari tahun ke tahun, menunjukkan bahwa semakin banyak ibu

hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal diteruskan hingga

kunjungan keempat pada trimester 3 sehingga kehamilannya dapat terus dipantau

oleh petugas kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

Gambaran cakupan K4 menurut kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini :

Page 69: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 62

Gambar 4.2Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Gambar di atas menunjukkan bahwa kabupaten/kota dengan persentase

cakupan pelayanan K4 yang sudah memenuhi target standar pelayanan minimum

yaitu minimal 90.03% adalah Kabupaten Musi Rawas, Prabumulih, Ogan Ilir, Ogan

Komering Ilir, kota Palembang, Pagar Alam, dan Lubuk Linggau (warna hijau).

Persentase cakupan K4 di 8 kabupaten lainnya masih dibawah target yaitu pada

range 70%-90% (warna kuning) terjadi di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin,

Muara Enim, Lahat, OKU, OKU Timur, OKU Selatan, Empat Lawang.

Selain mengupayakan peningkatan cakupan K4, harus diupayakan pula

peningkatan kualitas K4 yang sesuai standar. Salah satu pelayanan yang diberikan

saat pelayanan antenatal yang menjadi standar kualitas adalah pemberian zat besi

(Fe) 90 tablet (Fe3) dan imunisasi TT (TT2).

Page 70: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 63

Gambar 4.3Persentase Cakupan K4, Fe3, dan Status Imunisasi TT pada Ibu Hamil

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0 20 40 60 80 100 120 140

Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang

Empat LawangOgan Ilir

OKU TimurOKU Selatan

BanyuasinMusi

MusirawasLahat

Muara EnimOKI

OKUSumsel

TT 8,99 10,1 77,8 91,3 102 215 8,23 87,4 7,81 10,2 171 62 495 158 7,63 19,4

K4 80,6 90,3 87,7 85,8 91,4 84,6 82,7 89,2 89,1 91,1 73,2 94,8 94,2 94,4 93,6 88,6

Fe3 91,5 73,8 79,7 93,8 73,2 75,6 69,8 89,2 81,1 65,9 91,4 85,8 87,7 56,6 74,5 80,3

Lubu

k

Ling

Pag

ar

Alam

Prab

umul

ih

Pale

mba

ng

Emp

at

Law

Oga

n Ilir

OKU

Timu

r

OKU

Selat

an

Bany

uasi

n

Musi

Bany

uasi

Musi

rawa

s

Laha

t

Muar

a

Eni

OKI OKUSum

sel

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat selisih persentase

cakupan K4 dengan Fe3 dan TT. Cakupan K4 di Sumatera Selatan tahun 2009 adalah

89% sedangkan Fe3 80%, terdapat selisih 9%, sedangkan jika dibandingkan antara

cakupan K4 (89%) dengan cakupan TT yang hanya mencapai 19%, diperoleh selisih

sebesar 80%. Jika dibandingkan dengan tahun 2008, selisih cakupan K4 (84,45%)

dengan Fe3 (64,32%) adalah 20,13% dan selisih antara K4 (84,45%) dengan TT

(7,4%) adalah 77,05%. Selisih antara K4 dengan Fe3 menurun dari tahun 2008

sampai 2009 (menurun 11,13%), yang menunjukkan kinerja yang positif. Sedangkan

selisih antara K4 dengan TT semakin meningkat dari tahun 2008 sampai 2009

(meningkat 2,95%), yang berarti gap nya semakin besar. Hal ini dimungkinkan

disebabkan sistem pencatatan dan pelaporan ketiga variabel tersebut belum terpadu.

Distribusi cakupan K1 dan K4 dapat dilihat pada lampiran Tabel 17 dan

distribusi cakupan Fe1, Fe3, dan TT dapat dilihat pada lampiran Tabel 25 dan 26.

Page 71: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 64

4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Nakes dengan Kompetensi Kebidanan

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar

terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan

tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan

(profesional). Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan meningkat sekitar 4%,

yaitu dari 79,25% pada tahun 2004 menjadi 87,83% pada tahun 2009. Gambaran

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun 2003 – 2009 dapat dilihat padas

gambar 4.4 berikut ini :

Gambar 4.4Persentase Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003- 2009

0

20

40

60

80

100

Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel

Linakes 80,7 79,25 81,27 82,77 83,12 84 87,83

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambar diatas memperlihatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

dari tahun 2003 sampai tahun 2009, terjadi peningkatan pada setiap tahunnya dan

kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 3,83%.

Page 72: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 65

Gambar 4.5Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu wilayah yaitu

kota prabumulih yang berada pada range terendah yaitu <60%, sedangkan 6

Kabupaten yaitu Banyuasin, Empat Lawang, Lahat, OKU, dan OKU Timur berada

pada range 60%-85,08%. Cakupan 8 kabupaten/Kota Lainnya sudah memenuhi

target standar pelayanan minimum yaitu minimal 85,08%. Jika dibandingkan dengan

tahun 2008, capaian Kota Prabumulih adalah 90,79%, terjadi penurunan sebesar

11,79% terhadap tahun 2009.

Page 73: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 66

Gambar 4.6Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kabupaten Muara Enim

masih rendah yaitu dibawah 10%, sedangkan di Kabupaten Ogan Ilir, OKI, Musi

Rawas, Kota Palembang dan Kota Pagar Alam berada pada range pertengahan yaitu

antara 10-25,76%. Sembilan Kabupaten/kota lainnya sudah mampu memenuhi target

standar pelayanan minimum yaitu minimal 25,76%. Khusus Kabupaten Prabumulih,

persentasenya adalah 115,87% sehingga pada gambar diatas dinyatakan dengan

warna hijau yang berarti memenuhi target SPM, dibandingkan tahun 2008, capaian

Kabupaten Prabumulih justru paling rendah diantara 15 kabupaten/kota lainnya,

yaitu hanya 0,39%.

4.1.1.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6

jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini

komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas

dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan waktu: 1).

Page 74: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 67

Kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 7 hari; 2).

Kunjungan nifas kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan

3). Kunjungan nifas ketiga (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan meliputi: 1). Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi

dan suhu; 2). Pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3). Pemeriksaan lokhia dan per

vaginam lainnya; 4). Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, 5).

Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2x (2x24 jam), dan 6). Pelayanan

KB pasca persalinan.

Gambar 4.7Cakupan Pelayanan Nifas

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Cakupan pelayanan nifas sudah terdistribusi cukup baik, 14 Kabupaten/kota

sudah memenuhi target standar pelayanan minimum yaitu 85,08%. Hanya Kabupaten

OKU yang belum mencapai target, masih berada pada range 60%-85,08%.

Dibandingkan tahun 2008, Kabupaten OKU mencapai persentase 83,3%

sedangkan tahun 2009 75,64%. Kabupaten Muara Enim pada tahun 2008 tercatat 0%

Page 75: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 68

sedangkan tahun 2009 mencapai target SPM. Distribusi cakupan pelayanan nifas

dapat dilihat pada lampiran Tabel 17.

4.1.1.4. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan

Puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan

pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan,

maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang

memadai. Dalam hal ini persentase ibu hamil dengan kondisi risiko tinggi yang

dirujuk pada tahun 2008 di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 4.8Persentase Cakupan Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk

Menurut Kabupaten/ KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

38,8986,67

18,55115,94

20,6663,98

17,6983,44

49,5543,89

63,315,93

41,2

17,25 82,194

0 20 40 60 80 100 120 140

sumselL.Linggau

P.AlamPrabumulihPalembang

4 LawangOI

OKUTOKUSB.AsinMUBAMURALahat

M.EnimOKI

OKU

Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel

Dari gambar di atas terlihat bahwa kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi

adalah di Kota Prabumulih (115,94%) dan Lubuk Linggau (86,67%) , sedangkan

yang terendah adalah Muara Enim (4%). Persentase cakupan Ibu hamil risiko tinggi

yang dirujuk di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 11,24% pada

tahun 2008 menjadi 38,89% pada tahun 2009. Distribusi menurut Kabupaten/kota

dapat dilihat pada lampiran Tabel 28.

Page 76: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 69

4.1.1.5. Kunjungan Neonatus

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki

risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk

mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 – 28 hari) minimal

dua kali, satu kali pada umur 0 – 7 hari dan satu kali pada umur 8 – 28 hari. Dalam

melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan

pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.

Cakupan kunjungan neonatal (KN) selama periode tahun 2003 – 2009 dapat dilihat

pada gambar berikut, terlihat bahwa ada sedikit peningkatan dari tahun 2008 sebesar

82.4% menjadi 82,68% pada tahun 2009.

Gambar 4.9Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

0

20

40

60

80

100

Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel

KN 86,57 86,61 88,38 77,17 81,74 82,4 82,68

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambaran Cakupan Kunjungan Neonatal menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 terlihat pada gambar 4.9, bahwa cakupan

tertinggi terjadi di Kabupaten OKU Selatan (91,94%), diikuti oleh Kabupaten Lahat

(90,32%). Sedangkan cakupan terendah terjadi di Kabupaten Empat Lawang

(40,15%).

Page 77: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 70

Gambar 4.10Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal

Menurut Kabupaten/ KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

20

40

60

80

100

OKU OKI ME LHT MURAMUBA BA OKUTOKUS OI 4L PLG PBM PA LLG PROV.

2009 66. 94. 82. 89. 70. 88. 83. 91. 78. 83 70 87. 71 95. 88 82.

Sumber laporan kesga dan reproduksi dinkes prov sumsel Tahun 2009

Gambar 4.11Cakupan Kunjungan Neonatal

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Page 78: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 71

Distribusi capaian standar pelayanan minimum cakupan neonatus dengan

komplikasi yang ditangani sudah cukup baik. Terdapat 5 Kabupaten/kota yang belum

memenuhi target SPM yaitu berada pada range antara 60-79,9%, meliputi Kabupaten

Musi Rawas, Empat Lawang, OKU, OKU Timur, dan Kota Prabumulih. Sedangkan

10 Kabupaten/kota lainnya sudah memenuhi target minimal 79,99%. Dibandingkan

tahun 2008, capaian Sumatera Selatan hanya 2,6% meningkat menjadi 10,92% pada

tahun 2009. Selain itu, Kabupaten Banyuasin dan Kota Lubuk Linggau pada tahun

2008 tercatat 0 (tidak ada data) sedangkan pada tahun 2009 tercatat memenuhi target

SPM.

4.1.1.6. Kunjungan Bayi

Gambar 4.12Cakupan Kunjungan Bayi

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Distribusi cakupan kunjungan bayi masih belum merata. Di Kabupaten OKU

Selatan, Empat Lawang, Kota Prabumulih, Pagar Alam, dan Lubuk linggau belum

memenuhi target dan berada pada range terendah, yaitu dibawah 70%. Di Kabupaten

Page 79: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 72

OKU,OKUT, OI,Muara Enim, Lahat, Musi Rawas jugamasih belum memenuhi

target dan berada pada range 70-89,99%. Hanya 4 Kabupaten/kota yaitu OKI,

Banyuasin, Musi Banyuasin, dan kota Palembang yang memenuhi target minimum

yaitu 89,99%. Khusus Kota Palembang dan Kabupaten Musi Banyuasin,

persentasenya masing-masing adalah 101,16% dan 108,47% (diatas 100%).

Dibandingkan tahun 2008, cakupan kunjungan bayi Provinsi Sumatera

Selatan adalah 69,59% meningkat menjadi 87,47% pada tahun 2009.

4.1.2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja

Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan

pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra

sekolah, pemeriksaan anak Sekolah Dasar/Sederajat, serta pelayanan kesehatan pada

anak remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga

terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS, dan dokter kecil.

Cakupan Puskesmas yang mampu menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja (PKPR) minimal 1 puskesmas tiap kecamatan dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

Gambar 4.13Persentase Cakupan Puskesmas yang Mampu Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Menurut Kabupaten/ KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

30

22

100000

101

03

0

0 2 4 6 8 10 12

BanyuasinOKU

PalembangOKU

Ogan IlirMura

L.LinggauPrabumuli

P.AlamMUBA

OKILahat

M.EnimOKU

Empat L

Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel

Page 80: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 73

Persentase cakupan puskesmas yang mampu menyelenggarakan PKPR masih

rendah disebabkan puskesmas PKPR harus memenuhi keempat persyaratan sebagai

berikut yaitu 1). Harus melakukan pembinaan kesehatan terhadap minimal 1 sekolah

per tahun; 2). Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari

murid di sekolah binaan; 3). Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja

yang memerlukan konseling yang kontak dengan petugas PKPR; dan 4).

Melaksanakan kegiatan KIE di sekolah binaan minimal 2 kali per tahun. Jika hanya

memenuhi satu hingga tiga persyaratan tersebut, maka belum dapat dikategorikan

sebagai puskesmas PKPR. Kabupaten OKI tercatat memiliki puskesmas dengan

pelayanan PKPR tertinggi, sedangkan Kabupaten lain yang belum memiliki

puskesmas PKPR (jumlah=0) adalah OKU Timur, MURA, MUBA, Empat Lawang,

Muara Enim, Kota Lubuk Linggau, Pagar Alam, dan Prabumulih.

Gambar 4.14Persentase Cakupan Deteksi Dini dan Intervensi Tumbuh Kembang Balita

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

0

20

40

60

80

Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel

Bayi 50,3 55 45 48 49,4 69,59 52,05

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambar diatas menunjukkan terjadi penurunan persentase cakupan deteksi

dini dan intervensi tumbuh kembang balita di Sumatera Selatan yaitu dari 69,69%

pada tahun 2008 menjadi 52,05% pada tahun 2009.

Page 81: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 74

Gambar 4.15Cakupan Pelayanan Anak Balita

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa distribusi persentase anak balita

yang memperoleh pelayanan pemantauan belum merata. Terdapat 6 Kabupaten/kota

yang sudah memenuhi target SPM minimal 88.12%. Sedangkan 8 Kabupaten lainnya

belum mencapai target, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin dan Muara Enim berada

pada range 60-88,12%, Kabupaten Musi Rawas, OKI, OKUT, OKU, OKUS, kota

Lubuk Linggau dan Prabumulih berada pada range terendah yaitu dibawah 60%.

Jika dibandingkan dengan tahun 2008, persentase anak balita yang

memperoleh pelayanan pemantauan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008 adalah

72,87% (542.444 anak balita) dan persentase tahun 2009 adalah 52,05% (164.240

anak balita). Terjadi penurunan yang cukup tinggi di tahun 2009.

Page 82: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 75

Gambar 4.16Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Gambar di atas menunjukkan distribusi cakupan penjaringan siswa SD belum

merata. 6 Kabupaten/kota sudah memenuhi target SPM yaitu minimal 40%. 9

kabupaten/kota lainnya belum memenuhi target, terdiri dari 2 kabupaten yaitu

Banyuasin dan Ogan Ilir berada pada range 10-40%, 6 kabupaten OKU Timur, OKU,

OKU Selatan, Empat Lawang, Kota Lubuk linggau dan Pagar Alam tercatat 0%, dan

kabupaten Musi Rawas 3,59%. Kota Palembang tercatat memiliki capaian 100,21%

(diatas 100%). Dibandingkan tahun 2008, laporan (data) dari 15 kabupaten/kota ini

belum ada.

4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana

Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan

melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui peserta KB Aktif, kelompok

sasaran program yang sedang menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan serta

jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.

Page 83: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 76

Gambar 4.17Persentase Cakupan Peserta KB Aktif dan KB Baru

Menurut Kabupaten/ KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

84,9264,68

57,2846,62

70,774,95

78,380,43

69,3974,75

78,4657,34

77,3577,05

66,4469,08

15,0825,4225,8

29,03132,18

20,2124,73

34,9344,63

32,0217,91

10,8722,35

17,7226,46

31,9

0 20 40 60 80 100 120 140

Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang

Empat Law angOgan Ilir

OKU TimurOKU Selatan

BanyuasinMUBAMURALahat

Muara EnimOKI

OKUSumsel

Sumber : Kantor BKKBN Provinsi Sumatera Selatan

BARU

AKTIF

Pada gambar di atas, terlihat bahwa Cakupan Peserta KB Aktif tahun 2009 di

Provinsi Sumatera Selatan sekitar 69,08% (Rentang : 46,62% - 84,92%). Cakupan

Tertinggi Peserta KB Aktif ada di Kota Lubuk Linggau (84,92%) dan Kabupaten

Ogan Komering Ulu Selatan (80,43%), sedangkan cakupan terendah terjadi di Kota

Palembang (46,62%).

Cakupan Peserta KB Baru di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah

31,90% (Rentang : 10,87% - 132,18%). Cakupan Peserta KB Baru tertinggi terjadi di

Kabupaten Musi Rawas (132,18%), sedangkan cakupan terendah terjadi di Kota

Palembang (10,87%).

Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB Baru

maupun peserta KB Aktif adalah suntikan kemudian pil dan implant.

Page 84: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 77

Gambar 4.18Persentase Cakupan Pelayanan Peserta KB Baru Berdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

433,708

319,954

40,30133,052

165,01330,202

IUD

MOP/MOW

Implant

Suntik

Pil

Kondom

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Gambar 4.19Cakupan Peserta KB Aktif

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Cakupan peserta KB aktif di Kota Palembang masih rendah capaiannya yaitu

dibawah 50%, sedangkan di Kabupaten Banyuasin, Lahat, OKU, Kota Prabumulih

dan Pagar Alam berada pada range 50%-70%. 8 Kabupaten/kota lainnya sudah

memenuhi target standar pelayanan minimum minimal 70%.

Page 85: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 78

Dibandingkan tahun 2008, persentase peserta KB aktif Provinsi Sumatera

Selatan adalah 74,79% (1.036.348 peserta KB Aktif) menurun menjadi 69,08%

(1.022.230 peserta KB Aktif) pada tahun 2009. Tetapi terjadi peningkatan persentase

peserta KB baru, yaitu pada tahun 2008 sebesar 24,78% (343.323 peserta KB baru)

menjadi 31,90% (472.124 peserta KB baru) pada tahun 2009.

4.1.4. Pelayanan Imunisasi

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan

proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila

cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah

tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd

immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan Immunisasi

(PD3I). Dalam hal ini Pemerintah mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah

administrasi desa/kelurahan.

UCI Desa merupakan indikator penting dalam program imunisasi. Target

UCI tahun 2009 adalah >98 %, artinya target UCI tercapai bila minimal 98 %

desa/kelurahan di kabupaten/kota telah memenuhi target imunisasi campak sebagai

imunisasi rutin terakhir. Cakupan UCI Desa tahun 2009 Provinsi Sumatera Selatan

saat ini adalah 82,5 %, artinya masih sangat jauh dibanding target (98 %). Apalagi

tahun 2010 ini target UCI harus 100 % desa/keluarahan, sesuai Kepmenkes nomor

741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/Kota. Adapun

cakupan UCI Desa tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar berikut:

Page 86: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 79

Gambar 4.20Hasil Cakupan Desa UCI

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Hasil Cakupan UCI DesaProvinsi Sumatera Selatan tahun 2009

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

HASIL 100 99 98.7 95 95 94.4 94.2 94 90.4 88.6 86.1 75.7 67.6 65.4 12.1 82.5

TARGET 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98

Plg B.Asin M.Enim OKUT Mura Lb.Lg 4 Lwg OKU Muba P.Alam Lahat Prabu OKI O.Ilir OKUS Sumsel

Sumber: Laporan UCI Tahun 2009

Berdasarkan Gambar di atas terlihat bahwa dari 15 kabupaten/kota, ternyata

hanya 3 (tiga) kabupaten/kota mencapai UCI Desa, yaitu Kota Palembang,

Kabupaten Banyuasin dan Muara Enim. Sedangkan kabupaten/kota lainnya tidak

mencapai target UCI desa. Hal ini memerlukan perhatian yang serius bagi

kabupaten/kota yang belum mencapai target, karena UCI merupakan salah satu

Indikator Penting pencapaian Indonesia Sehat 2010. Hal ini juga menjadikan

kab/kota yang belum UCI tersebut menjadi daerah resiko tinggi penularan PD3I, dan

harus diwaspadai kemungkinan sewaktu-waktu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB),

akibat banyaknya anak yang tidak diimunisasi lengkap sehingga tidak kebal terhadap

PD3I.

Sebagai perbandingan, cakupan Desa UCI sejak tahun 2003 hingga 2009 per

kabupaten/kota se Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar berikut:

Page 87: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 80

Gambar 4.21Hasil Cakupan Desa UCI

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-3009

Sumber: Laporan UCI Bidang PP&PL, Tahun 2003 - 2009

Dari Gambar di atas terlihat bahwa dari tahun ke tahun cakupan Desa UCI di

kabupaten/kota terjadi fluktuasi dan tidak stabil. Hal ini perlu mendapat perhatian

lebih lanjut, karena tahun 2009 semua petugas kabupaten/kota sudah dilatih

mengenai program imunisasi, baik teknis program maupun cold chain. Selain itu

juga sarana dan prasarana sebagian sudah disediakan dari provinsi, termasuk dana

untuk bimbingan teknis dan pertemuan koordinasi tingkat puskesmas di

kabupaten/kota masing-masing. Perlu dipikirkan untuk intervensi pejabat yang lebih

tinggi, supaya cakupan imunisasi yang merupakan kegiatan rutin ini dapat diperbaiki

kinerjanya.

HASIL CAKUPAN DESA U.C.I.

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2003-2009

05

101520253035404550556065707580859095

100

2003 94,1 90,2 95,7 84,3 93 80,5 100 73,2 82,3 0 0 62,9 96,4 0 0 84,4

2004 94,2 97 97,3 86,1 88,6 81,4 89,8 80,6 84,2 0 0 83,9 88,6 75,6 0 82,4

2005 97,1 97,2 96 91,9 76,6 77 90,3 91,6 85,2 88,3 40,6 71 91,4 78 0 83,6

2006 98,1 95,8 97,3 86,1 84 86 0 90,3 80,7 85,5 9,7 78,4 88,6 95,3 0 84

2007 100 89,9 98,2 93,9 93,5 77,8 86,1 94,6 86,1 87,3 88,1 62,2 100 93 0 89,3

2008 99,1 97,2 98,6 90,8 95,8 69,3 94,4 79,5 80,1 76,3 76,3 75,7 94,3 82,1 32,7 81,9

2009 100 90,4 99,1 95 98,7 86,1 94,4 67,6 94 95 12,1 75,7 88,6 65,4 94,2 82,5

PLG MUBA B.Asin MURAM.Eni

mLahat

L.Ling

auOKI OKU OKUT OKUS

PRAB

U

P.Ala

m

Ogan

Ilir

4

Lawan

g

Sumse

l

Page 88: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 81

Gambar 4.22Hasil Cakupan Desa UCI

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Distribusi cakupan desa UCI belum merata, terdapat 3 (tiga) wilayah yang

memenuhi standar pelayanan minimum 98%, yaitu Kota Palembang, Kabupaten

Banyuasin dan Muara Enim. 12 Kabupaten lainnya yang terdiri dari Kabupaten

MUBA, MURA, Empat lawang, Lahat, OKU, OKUT, Kota Lubuk Linggau,

Prabumulih, dan Pagar Alam berada pada range 70-98%, sedangkan cakupan

Kabupaten OKUS, OI, dan OKI masih dibawah 70%.

4.1.4.1. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Salah satu strategi yang tercantum dalam Global Immunization Vision and

Strategy (GIVS) 2006 – 2015 adalah “to protect more people in a changing world”.

Untuk mengimplementasikan visi tersebut, maka kegiatan yang dapat dilaksanakan

adalah melakukan pemberian imunisasi pada anak yang lebih tua, dalam hal ini

adalah murid sekolah dasar. Pemberian imunisasi pada murid sekolah yang disebut

BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) telah dilaksanakan secara rutin sejak tahun

1984, dimana saat ini murid kelas 1 SD/MI menerima imunisasi DT dan Campak,

Page 89: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 82

sedangkan murid kelas 2 dan kelas 3 menerima imunisasi TT. Pelaksanaan BIAS ini

merupakan salah satu kegiatan rutin yang harus dilaksanakan bekerjasama dengan

pihak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.

Namun demikian masih ada kabupaten/kota yang tidak melaksanakan BIAS

tersebut dengan berbagai permasalahan. Untuk tahun 2008, kabupaten yang tidak

melaksanakan BIAS DT adalah Kota Prabumulih, Kab. OKI, Lahat, Empat Lawang

dan OKU Timur. sehingga pada tahun 2009 nanti harus melaksanakan BIAS DT

untuk murid kelas 1 dan kelas 2. Sedangkan yang tidak melaksanakan BIAS TT

adalah Kota Prabumulih, Kab. OKU Timur dan Empat Lawang, sehingga tahun 2009

nanti harus melaksanakan BIAS TT pada murid kelas 2 hingga kelas 4.

Gambar 4.23Hasil Cakupan BIAS DT Klas I

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Hasil Cakupan BIAS DT Klas IProvinsi Sumatera Selatan tahun 2009

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

HASIL 100 100 99.8 99.2 98.8 98.8 98 98 97.7 97.6 93.4 88.7 23.6 Tdk mlk Tdk mlk 88.3

TARGET 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Mura OKUT Lb.Lg B.Asin 4 Lwg Lahat OKU Muba Plg OKI M.Enim Prabu O.Ilir P.Alam OKUS Sumsel

Sumber: Laporan BIAS Bidang PP&PL, 2009

Dari Gambar di atas menunjukan bahwa hanya Kabupaten MURA dan OKU

Timur yang mencapai cakupan BIAS DT l00 %. Sedangkan yang tidak

melaksanakan BIAS DT/TT adalah Kota Pagaralam dan Kab. OKU Selatan.

Akibatnya pada tahun 2010 ini selain harus tetap melaksanakan BIAS Campak dan

DT pada murid kelas 1 SD/MI, juga harus melaksanakan BIAS TT untuk murid kelas

Page 90: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 83

2 hingga kelas 4. Untuk kabupaten Ogan Ilir hanya melaksanakan di 6 wilayah kerja

puskesmas saja. Tidak dilaksanaanya BIAS di 3 (tiga) kabupaten/kota tersebut

seperti kebijakan Depkes, disebabkan karena tidak tersedianya dana operasional.

Gambar berikut menunjukan Cakupan BIAS TT dengan 100 % hanya

terdapat di Kabupaten OKU Timur. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Kampanye

Imunisasi Campak tahun 2006 di Sumatera Selatan, dan sebagai upaya menuju

tahapan Reduksi Campak di Indonesia, maka mulai tahun 2007 dilaksanakan BIAS

Campak bagi murid SD/MI kelas 1. Pemberian imunisasi campak dosis kedua pada

murid sekolah ini dimaksudkan sebagai booster, yang akan meningkatkan kekebalan

terhadap penyakit campak seumur hidup.

Gambar 4.24Hasil Cakupan BIAS Klas II & III

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Hasil Cakupan BIAS Klas II & IIIProvinsi Sumatera Selatan tahun 2009

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

HASIL 100 99.8 99.7 99.7 99 98.9 98.7 98.6 98.2 97.8 92.9 87.3 19.4 Tdk mlk Tdk mlk 88.9

TARGET 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

OKUT Lahat Lb.Lg B.Asin OKU 4 Lwg M.Enim Plg OKI Mura Muba Prabu O.Ilir P.Alam OKUS Sumsel

Sumber: Laporan BIAS Bidang PP&PL, 2009

Namun demikian Kabupaten OKU Selatan juga tidak melaksanakan BIAS

Campak ini, sehingga pada tahun 2010 nanti harus melaksanakan BIAS Campak

Page 91: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 84

pada semua murid SD/MI kelas 1 dan kelas 2. Adapun hasil pelaksanaan BIAS

Campak tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Gambar 4.25Hasil Cakupan Bias Campak

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Hasil Cakupan BIAS CampakProvinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

DES '08 100 100 100 99.9 99.8 99.2 99 98.3 98.1 97.9 97.5 96.6 96.6 82.9 Tdk mlk 94.9

TARGET 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

M.Enim P.Alam OKUT Mura Lb.Lg B.Asin Lahat 4 Lwg Plg OKU OKI O.Ilir Muba Prabu OKUS Sumsel

Sumber: Laporan BIAS Bidang PP&PL, tahun 2009

4.1.5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut

Pelayanan kesehatan juga dilakukan secara khusus kepada kelompok Pra

Usia Lanjut dan Usia Lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami

gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Pada gambar 4.18 terlihat

bahwa persentase lanjut usia yang dibina mengalami peningkatan dari 27,4%

menjadi 41,18%, namun sebaliknya, persentase cakupan puskesmas yang melayani

kesehatan usia lanjut mengalami penurunan dari 82,23% menjadi 81,95%.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah

meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat Indonesia. Dimana pada

RPJMN DepKes tahun 2009 diharapkan terjadi peningkatan dari 66,2 tahun menjadi

70,6 tahun. Dengan meningkatnya UHH maka populasi penduduk yang berusia

lanjut juga mengalami peningkatan sangat bermakna. Pada tahun 2010 diperkirakan

Page 92: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 85

jumlah penduduk berusia lanjut di Indonesia sebesar 24 Juta Jiwa atau 9,7% dari

Jumlah Penduduk.

Gambar 4.26Jumlah Usila Dibina dan PKM yang membina

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

20

40

60

80

100

Usila Dibina 91,51 27,75 12,11 2,62 31,21 16,22 25,53 9,2 31,44 24,89 20,97 17,21 70,51 8,45 5,16 24,99

PKM Membina 93 78,26 95,45 70,37 66,67 100 100 100 100 100 96,55 95,24 72,73 92,86 100 88,66

OKU OKI M.E LahatMUR

A

MUB

APLG PBM P.A LLG B.A O.I

OKU

T

OKU

S4 L

SUM

SEL

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Untuk mengetahui sejauh mana pengembangan program kesehatan usila di

Propinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada data di bawah ini :

Gambar 4.27Persentase Cakupan Lanjut Usia yang Dibina dan Cakupan Puskesmas

Melayani Kesehatan Usia LanjutDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

27,4

82,23

25,7

72,28

41,18

81,95

37,26

86,64

24,99

88,66

0102030405060708090

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Subdin Yankes Dinkes Prov.SumselUsila dibina

Puskesmas membina

Page 93: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 86

4.2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG

Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan

bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat

inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang

mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana

pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar

bagi kunjungan rawat jalan sedangan RS yang dilengkapi berbagai fasilitas di

samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani

untuk kunjungan rawat jalan.

Gambar 4.28Persentase Kunjungan Rawat Jalan menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008

0,2317

68,0621,89

0,270

4,380

6,4316,93

9,0419,49

1,974,41

18,6611,11

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Lubuk LinggauPagar Alam

PrabumuliPalembang

Empat LawangOgan Ilir

OKU TimurOKU Selatan

BanyuasinMubaMuraLahat

Muara EnimOKI

OKUSumsel

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

4.2.1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari

perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu

pemakaian tempat tidur (BTO), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan

persentase pasien keluar yang meninggal , < 24 jam perawatan (NDR).

Page 94: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 87

4.2.2. Pemanfaatan Obat Generik

Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya

meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas.

Keberhasilan dalam sosialisasi pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi oleh

keseriusan tenaga kesehatan dan terjaminnya ketersediaan obat generik di fasilitas

kesehatan. Data mengenai persentase penulisan resep obat generik tahun 2009 tidak

tersedia.

4.2.3. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat

Tujuan penyelenggaraan Jamkesmas yaitu untuk meningkatkan akses dan

mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu

agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Berikut adalah gambaran persentase program Jamsoskes Sumsel Semesta tahun

2009.

Gambar 4.29Persentase Peserta Jamsoskes Sumsel Semesta

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

51525354555657585960

OKU

OKI

M.E

nim

Laha

tM

RM

B BA

OKU

S

OKU

T OI

4L

Palem

bang

Prabu

mul

ih

P.Alam

L.Ling

gau

Dari gambar tersebut terlihat bahwa cakupan jamsoskes sumsel semesta rata-

rata diatas 50%, tertinggi dicapai oleh kabupaten Muara Enim (59,84%) dan terendah

di kabupaten Banyuasin (54,06%).

Page 95: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 88

4.3. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan

surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang

ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di

samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan

pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk

peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam

upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai

kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini :

4.3.1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan keracunan

sampai saat ini masih menyebabkan masalah utama kesehatan masyarakat. Hal

tersebut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, perilaku masyarakat, tingkat

ekonomi, faktor lingkungan seperti kebersihan lingkungan, MCK, sumber air bersih

yang digunakan oleh masyarakat, dan yang tidak kalah pentingnya kerusakan

lingkungan yang turut berperan terjadinya perubahan pola musim dan kejadian

penyakit di masyarakat.

Berdasarkan rekapitulasi laporan program surveilans KLB selama tahun

2008, telah terjadi KLB di kabupaten/kota sebanyak 41 kali. Jumlah penderita nya

adalah sebanyak 2.791 orang, dengan 26 kematian (CFR 0,93%). Secara umum,

dibanding tahun-tahun sebelumnya frekuensi KLB cenderung menurun, namun

angka kematian (CFR) meningkat. Pada tahun 2009 terjadi sebanyak 97 kali KLB

dengan angka serangan sebesar 7.534 penderita dan kematian 0 penderita (CFR 0%)

Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI (Kepmenkes) nomor 1091

tahun 2004 tentang SPM-KLB, maka ditetapkan bahwa setiap terjadi KLB harus

ditanggulangi dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tahun 2008 ditargetkan minimal

95 % desa/kelurahan sudah dilaksanakan penanggulangan KLB dalam waktu kurang

dari 24 jam oleh Tim Gerak Cepat Kab/kota masing-masing. Namun demikian

Page 96: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 89

seiring dengan kalah cepatnya petugas menerima laporan adanya KLB, maka target

tersebut belum bisa direalisasikan.

Gambar 4.30Desa/Kelurahan KLB Ditangani < 24 JamDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

20

40

60

80

100

Ketepatan 100 100 100 87 100 100 100 100 100 100 95 96 85 95 92

Indikator 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95

PLG BA MUBA PRB ME PA LL MURA OKUT OI OKI OKU OKUS 4.L LHT

Sumber: Laporan PE KLB, Bidang PP&PL, Tahun 2009

Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kabupaten/kota telah

melakukan investigasi KLB dalam waktu kurang dari 24 jam. Diharapkan masa

mendatang tak ada lagi KLB yang terlambat diantisipasi, sehingga faktor resikonya

segera diketahui, lalu angka kesakitan dan/atau kematian dapat dicegah.

Bila terjadi KLB pada suatu daerah, maka harus ditindaklanjuti dengan

pengiriman laporan KLB <24 jam (Laporan W1) secara berjenjang dari puskesmas

ke kab/kota lalu ke provinsi dan ke Depkes RI. Hal ini menunjukkan bahwa KLB

yang terjadi memang sudah diinvestigasi dan ditindaklanjuti supaya tidak meluas.

Adapun kelengkapan laporan W-1 per kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

Page 97: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 90

Gambar 4.31Kelengkapan Laporan W1

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

50

100

Kelengkapan 100 100 100 95 100 100 100 100 100 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67 83,33

Indikator 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95

PLG BA MUBA PRB ME PA LL MURA OKUT OKU OKUS 4.L OI OKI LHT

Sumber: Laporan W1 Tahun 2009

Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kabupaten’kota telah

mengirimkan laporan W1 secara lengkap. Laporan yang belum lengkap diterima

adalah dari Kabupaten OKU, OKUS, Empat Lawang, OKI dan Lahat. Sedangkan

untuk ketepatan laporan W1 adalah sebagai berikut:

Gambar 4.32Ketepatan Laporan W1 Dari Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

-10

10

30

50

70

90

110

Ketepatan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90,38 90 85 85

Indikator 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

BA MUBA OI OKI PRB ME PA LL MURA OKUS 4.L LHT OKUT OKU PLG

Sumber: Laporan W1 Tahun 2009

Data di atas menunjukkan bahwa 90 % kabupaten/kota telah tepat waktu

(dalam waktu 24 jam) menyampaikan laporan W1 sejak terjadi KLB. Laporan yang

selalu terlambat justru terjadi di Kota Palembang, Kabupaten OKU dan OKU Timur.

Page 98: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 91

Pada tahun 2009, di Sumatera Selatan terjadi KLB sebanyak adalah 38 kali.

Adapun jenis KLB yang dimaksud adalah Keracunan Makanan dan Penyakitr

Menular (difteri, tetanus neonatorum, campak, chikungunya, flu strain baru (H1N1)

dan diare. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1Frekuensi dan Jumlah Kasus KLB

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

20

2541010TET.NEO3

-610.12938J U M L A H

002882DIARE7

0022H1N16

009.3969CHIKUNGUNYA5

002384CAMPAK4

28,5277DIFTERI2

001875KER.MAKANAN1

MENINGGALKASUS C F RFrekuensi

KLBPENYAKITNO

Sumber: Laporan KLB, tahun 2009

Dari tabel di atas menunjukan frekuensi KLB tahun 2009 sebanyak 38 kejadian

dengan jumlah penderita 10.129 orang dan meninggal 6 orang (CFR 0,05 %). Adapun jenis

KLB yang terjadi secara rinci adalah sebagai berikut:

Gambar 4.33Frekuensi Desa KLB per Penyakit

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

5

10

15

Frekuensi 6 2 1 2 83 3

Ker-Mak Difteri Campak H1N1 Chikungunya Diare

Sumber: Laporan KLB, tahun 2009

Page 99: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 92

Dari gambar di atas terlihat bahwa penyakit Chikungunya merupakan

penyakit yang paling dominan menimbulkan KLB, diikuti oleh penyakit menular

lainnya dan tidak ada kematian. Untuk data kejadian KLB sejak tahun 2003 hingga

2009 di Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 4.34Perbandingan Frekuensi dan Penderita KLB Penyakit & Keracunan Makanan

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari Gambar 4.35 berikut, laporan KLB terbanyak melalui SMS sebesar

27%. Frekuensi KLB paling tinggi terjadi pada tahun 2006. Hal ini disebabkan

karena semua petugas kabupaten/kota telah mengikuti PAEL (Pelatihan Asisten

Epidemiologi Lapangan), sehingga makin sensitif terhadap kejadian KLB, sehingga

secara cepat ditanggulangi dan dilaporkan. Dengan demikian diharapkan pengamatan

terhadap penyakit potensial KLB dapat lebih ditingkatkan sehingga kemungkinan

terjadinya KLB dapat dicegah sedini mungkin, seperti terlihat pada tahun-tahun

berikutnya yang cenderung menurun dengan korban yang makin sedikit.

0500

1000150020002500300035004000

45005000550060006500700075008000

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Penderita 1900 513 1305 2417 2791 799 10129

Frekuensi 20 34 31 70 41 35 38

Meninggal 18 6 2 15 26 9 6

CFR 0,94 1,12 0,15 0,62 0,93 1,25 0,05

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 100: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 93

Gambar 4.35Persentase Jenis Pelaporan KLB dari Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Gambar 4.36Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB

Yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi <24 JamDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

SMS/Tenaga Kes

27% Telpon/HP

26%

W1

22%Hasil PE

24%

Email

0%

Laboratorium

1%

SMS Masyarakat

0%

Page 101: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 94

Gambar diatas menunjukkan sebagian besar wilayah yang mengalami KLB

sudah memenuhi target pencapaian SPM, yaitu 100%. Hanya Kabupaten OKI,

MURA, Lahat dan Muara Enim yang masih berada pada range 70-100%.

4.3.2. Pemberantasan Penyakit Polio

Penemuan kasus AFP pada tahun 2009 mencapai 85 kasus (target : 42 kasus)

dengan AFP rate 4 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Pencapaian spesimen adekuat

sebesar 92.9%. Pencapaian Kinerja Surveilans AFP dapat dilihat pada Gambar

dibawah ini :

Tabel 4.2Kinerja Surveilans AFP

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

KASUS AFP KELENGKAPANLAPORAN (%)

NO KABUPATEN/KOTA

TARGET DITEMUKAN

AFPRATE

SPECIMENADEKUAT

PKM RS

1 OKU 2 3 3,00 100 92 100

2 OKI 4 7 3,50 100 92 100

3 Muara Enim 4 4 2,00 100 73 44

4 Lahat 3 5 3,33 80 91 100

5 Musi Rawas 4 8 4,00 87,5 81 53

6 Muba 2 2 2,00 100 89,6 100

7 Banyuasin 4 8 4,00 100 90 89

8 OKU Selatan 2 3 3,00 100 77 -

9 OKU Timur 3 5 3,33 100 98 77

10 Ogan Ilir 2 6 6,00 100 98 -

11 4 Lawang 1 1 2,00 0 75 -

12 Palembang 8 25 6,25 92 97 100

13 Prabumulih 1 0 0,00 0 100 100

14 Pagar Alam 1 4 8,00 75 100 100

15 L. Linggau 1 4 8,00 75 98 100

SUMSEL 42 85 4,05 92,9 90 92

Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan Cmpak, tahun 2009

Keterangan : Target AFP rate >= 2,0 per 100.000

Page 102: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 95

Tabel di atas menunjukkan bahwa AFP Rate di Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2009 adalah 4,05, yang berarti ada peningkatan dibanding tahun 2008 sebesar

3,9 dan tahun 2007 yang hanya 3,25 (target: 2). Sedangkan specimen adekuat 92,9

%, (target: 80 %). Hanya Kota Prabumulih menunjukkan kinerja yang belum baik.

Hal ini disebabkan karena dari target 1 (satu) kasus AFP, selama tahun 2009 belum

berhasil ditemukan. AFP Rate tertinggi pada Kota Pagar Alam dan Lubuk Linggau

(rate 8,0). Sebagian besar kabupaten/kota telah melaksanakan tatalaksana spesimen

secara adekuat.

Gambar 4.37Persentase spesimen adekuat dan AFP RateDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

20

40

60

80

100

Spesimen

AdekuatAFP Rate

Spesimen Adekuat 92 0 100 100 100 100 80 87,5 75 75 100 100 100 100 0 92,9

AFP Rate 6,25 0 2 3,5 3 2 3,3 4 8 8 4 6 3,3 3 2 4,05

Target 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

PLG PRB MUBA OKI OKUM.ENI

MLHT MURA PGA LGU B.ASIN O.ILIR OKUT OKUS 4L PROV

Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan Cmpak, tahun 2009

Dari Gambar di atas terlihat hanya ada 1 (satu) kabupaten/kota yang tidak

mencapai penemuan kasus dan spesimen adekuat yaitu Kota Prabumulih.

Page 103: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 96

Gambar 4.38Pencapaian Kelengkapan Laporan Nihil (Zero Report)

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

20

40

60

80

100

120

0

20

40

60

80

100

PKM 97 100 91 91.7 100 73.4 91 80.9 100 81 89.9 98.3 58.4 77 75 87.4

RS 100 100 100 100 100 44 100 53 100 100 89 * 0 * * 84.7

Target 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

PLG PRB MUBA OKI OKUM.ENI

MLHT MURA PGA LGU

B.ASI

NO.ILIR OKUT OKUS 4 LWG PROV

Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan Cmpak, tahun 2009

Gambar di atas menunjukkan bahwa pencapaian kelengkapan laporan nihil

(zero report) dari puskesmas masíh ada yang belum mencapai target yaitu Kabupaten

Muara Enim, Musi Rawas, OKUT, OKUS, Empat Lawang dan Kota Lubuk Linggau.

Sementara di rumah sakit terdapat 3 kabupaten yaitu Kabupaten Muara Enim, Musi

Rawas dan Banyuasin.

Page 104: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 97

Gambar 4.39Penemuan Kasus AFP

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 – 2009

0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

2008 3 3 9 4 5 4 22 1 4 10 0 14 0 2 2

2009 3 7 4 5 8 2 8 3 5 6 1 25 0 4 4

Target 2 4 4 3 4 2 4 2 4 2 1 8 1 1 1

OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU

Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan Cmpak, tahun 2008-2009

Dari Gambar di atas menunjukkan bahwa penemuan kasus AFP bervariasi

antara kab/kota yang satu dengan yang lainnya dan ada sebagian kab/kota yang

mengalami peningkatan penemuan jika dibanding tahun 2008 yaitu Kabupaten OKI,

Lahat, MURA,OKUS,OKUT,Empat Lawang, Kota Palembang, Pagar Alam, dan

Lubuk Linggau.

Dari data penemuan kasus AFP yang ditemukan, juga diperhatikan status

imunisasinya. Adapun gambaran kasus AFP dan status imunisasi pada tahun 2008 –

2009 dapat dilihat pada Gambar berikut:

Page 105: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 98

Gambar 4.40Proporsi Status Imunisasi Kasus AFP Non PolioDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 - 2009

8%10%

82%

0 Dose1-3 Dose>=4 Dose

4%15%

81%

0 Dose1-3 Dose>=4 Dose

Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan campak, tahun 2008-2009

Dari Gambar di atas dapat kita lihat bahwa anak-anak yang terdiagnosa

sebagai kasus AFP yang tidak mendapat imunisasi (0 dosis) sebesar 8% pada tahun

2008, namun pada tahun 2009 menurun menjadi 4%. Sementara untuk 1-3 dosis

meningkat dari 10% pada tahun 2008 menjadi 15% pada tahun 2009, dan yang > 4

dosis menurun sebesar 1% jika dibandingkan pada tahun 2008.

Gambar 4.41Kasus AFP Non Polio Berdasarkan Kelompok Umur

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 - 2009

Tahun 2008

5%

48%

20%

27%

< 1 TH 1-4 TH 5-9 TH 10-<15 TH

Tahun 2009

2%

48%

26%

24%

< 1 TH 1-4 TH 5-9 TH 10-<15 TH

Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan campak, tahun 2008-2009

Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus AFP pada tahun 2008 tertinggi

terjadi pada kelompok umur 1 - 4 tahun yaitu sebesar 48%, dan terendah pada

Page 106: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 99

kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 5%. Pada tahun 2009 tertinggi pada

kelompok umur 1 - 4 tahun sebesar 48%, dan terendah pada kelompok umur < 1

tahun sebesar 2%.

Gambar 4.42Sumber Laporan Kasus AFP

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 - 2009

Tahun 2008

67%

33%

CBS HBS

Tahun 2009

62%

38%

CBS HBS

Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan campak, tahun 2008-2009

Dari Gambar diatas terlihat bahwa pada tahun 2008 penemuan kasus AFP

terbanyak bersumber dari masyarakat (community) yaitu sebesar 67% dan pada tahun

2009 menurun menjadi 62%.

Page 107: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 100

Gambar 4.43AFP Rate per 100.000 penduduk <15 tahunDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Dari gambar diatas terlihat bahwa hanya terdapat satu kabupaten yaitu

Prabumulih yang belum memenuhi target SPM, yaitu masih dibawah 1. 14

Kabupaten/kota lainnya sudah mencapai target SPM yaitu minimal 2.

4.3.3. Pemberantasan TB Paru

Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan

pendekatan DOTS (Directly Observe Treatment Shortcourse) atau Pengobatan

TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).

Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di

sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan.

Page 108: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 101

Gambar 4.44Angka Keberhasilan (Succes Rate) Pengobatan Penderita TB Paru BTA (+)

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

20

40

60

80

100

120

OKU

OKI

M.E

nim

Laha

t

M.R

awas

M.B

anyu

asin

OKU

S

OKU

T OI

E.Law

ang

Palem

bang

P.mulih

P.Ala

m

L.Ling

gau

SR

target

Berdasarkan standar WHO, angka keberhasilan pengobatan penderita TB

Paru minimal 85%. Angka keberhasilan pengobatan penderita pada tahun 2009 di

Provinsi Sumatera Selatan mencapai 94,01%. Hanya Kabupaten Empat Lawang

yang belum memenuhi target angka keberhasilan penyembuhan (success rate), yaitu

baru mencapai 60,85%.

4.3.4. Pemberantasan Penyakit ISPA

Pada tahun 2009 jumlah penemuan kasus P2 ISPA Provinsi Sumatera Selatan

adalah 21.059 kasus atau 30,6 % dari target terdiri dari target penemuan penderita

sebanyak 68.785 balita. Pada kasus pneumonia golongan umur <1 tahun sebanyak

6.753 kasus (32,07%) dan untuk golongan umur 1-5 tahun sebanyak 11.182 kasus

(53,10%) dari seluruh kasus pneumonia. Pada pneumonia berat untuk golongan umur

<1 tahun sebanyak 570 kasus (2,7%) dan pada golongan umur 1-5 tahun sebanyak

300 kasus (1,42%). Hasil kegiatan penemuan kasus dapat dilihat pada tabel

terlampir. Dilihat dari realisasi cakupan penderita berdasarkan target penemuan yang

ada persentase tertinggi dicapai oleh kabupaten Lahat (80,7%) sedangkan kabupaten

terendah yaitu Kabupaten Empat lawang dan Kota Pagaralam masing-masing

sebsesar 0 (0%). Belum dapat disimpulkan bahwa rendahnya penemuan ini didasari

Page 109: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 102

oleh memang tidak terdapatnya penderita atau kurang aktifnya petugas dalam

melakukan pelacakan kasus.

Gambar 4.45CDR Pneumonia Balita per Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

20

40

60

80

100

120P

ER

SE

NTA

SE

CDR

TARGET

CDR 36,06 19,6 54,46 29,23 68,19 12,18 29,42 22,84 8,73 10,4 0 42,56 0,73 0 2,74 29,53

TARGET 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

OKU OKIM.EN

M

LAHA

T

MUR

A

MUB

ABA OKUS OKUT OI

4

LWGPLG

PRAB

U

P.AL

AM

L.LIN

GGA

U

PROP

INSI

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Tabel 4.3Gambaran Penemuan kasus ISPA

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 – 2009

No Kab/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Palembang 6236 5447 7299 7604 7346 7006 61242 Prabumulih 273 201 56 32 117 13 103 Pagar Alam 191 11 4 82 201 1 04 Lubuk Linggau 734 856 608 921 651 43 515 Ogan Ilir - - 925 928 1099 492 4006 OKUS - - 268 1326 2360 1407 7587 OKU 10251 9286 2857 2752 2971 2119 9638 MURA 2553 1010 889 1064 2205 2314 34509 Lahat 2206 326 806 556 468 1240 997

10 OKI 3283 3203 1166 1462 1719 1329 138711 Banyuasin 2429 970 1732 2099 2166 300 240712 Muara Enim 3332 4316 4601 4598 3927 3537 336713 OKUT - - 4195 3151 1450 270 50814 MUBA 1535 1613 1428 1290 1829 1146 63715 Empat Lawang - - - - - 0 0

16 Provinsi 33027 27240 26834 27865 28509 21597 21059Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Page 110: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 103

Kabupaten Empat Lawang tahun 2009 tidak ada kasus. Terjadi penurunan

kasus di tahun 2009, dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kasus tertinggi tahun

2009 yaitu terjadi di Kabupaten Musi Rawas dan Muara Enim dan Kota Palembang.

Gambar 4.46Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Program ISPA

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

0

10

20

30

40

50

Realisasi 39,2 33,6 34 35,3 39,2 31,8 31,01

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari gambar diatas terlihat bahwa cakupan penemuan pneumonia mengalami

penurunan dari 31,8% pada tahun 2008 menjadi 31,01% pada tahun 2009.

Page 111: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 104

Gambar 4.47Cakupan Penemuan Penderita PneumoniaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Dari gambar diatas, hanya kabupaten Musi Rawas yang memenuhi target

SPM minimal 60%. 14 Kabupaten lainnya masih dibawah target, terdiri dari 1

kabupaten yaitu Muara Enim berada pada range 50-60%, 13 kabupaten berada pada

range terendah yaitu di bawah 50%. Untuk penyakit pneumonia, Ditjen ISPA,

Depkes RI melakukan revisi target SPM dari 86% diturunkan menjadi 60%.

4.3.5. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS

Penderita HIV/AIDS di Sumatera Selatan pertama kali ditemukan tahun

1995, dan sejak itu jumlah penderita terus meningkat. Adapun distribusi penemuan

kasus adalah sebagai berikut:

Page 112: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 105

Tabel 4.4Distribusi Penemuan Kasus HIV / AIDS Melalui Klinik VCT

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

JUMLAH KASUSNo. KAB/KOTA

HIV AIDS1 OKU 7 82 OKI 2 03 Muara Enim 0 14 Lahat 2 05 Musi Rawas 2 16 Musi Banyuasin 1 37 Banyuasin 2 28 OKU Selatan 0 09 OKU Timur 1 2

10 Ogan Ilir 1 111 Empat Lawang 0 012 Palembang 51 4513 Prabumulih 0 114 Pagar Alam 1 115 Lubuk Linggau 15 5

Sumatera Selatan 85 70Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari tabel di atas terlihat bahwa penemuan HIV tertinggi terjadi di Kota

Palembang yaitu 51 HIV dan 45 AIDS dan diikuti oleh Kota Lubuk Linggau yaitu

15 penderita HIV dan 5 AIDS.

Gambar berikut menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2009 ada

sebanyak 174 orang yang menderita AIDS dan masih dalam kondisi hidup dan masih

mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV) secara teratur dan rutin.

Page 113: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 106

Gambar 4.48Distribusi AIDS Menurut Kondisi Saat Dilaporkan

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

JUMLAH 174 74

HIDUP MENINGGAL

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

4.4. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR

Faktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam proses

timbulnya gangguan kesehatan baik secara individual maupun masyarakat umum.

Upaya pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar pada prinsipnya

dimaksudkan untuk memperkecil atau meniadakan faktor risiko terjadinya penyakit

atau gangguan kesehatan akibat dari lingkungan yang kurang sehat. Bentuk upaya

yang dilakukan dalam peningkatan kualitas lingkungan, antara lain melakukan

pembinaan kesehatan lingkungan pada masyarakat dan institusi, surveilans vektor

dan pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)

4.4.1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan

Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan

institusi yang memiliki potensi pengancam kesehatan masyarakat yang dilakukan

secara berkala. Kegiatan pembinaan dimaksud mencakup upaya pemantauan,

Page 114: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 107

penyuluhan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas

sanitsai dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah, sirkulasi udara,

pencahayaan, dan lain-lain.

4.4.1.1. Pengawasan Sarana Air Bersih

Pengawasan sarana air bersih yang dilakukan melalui Supervisi maupun

pelaporan yang diterima adalah sebagai mana tabel berikut:

Gambar 4.49Cakupan Penduduk yang Menggunakan Sarana Air Bersih

Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

65,9477,28

65,9465,94

54,165,94

92,5770,79

67,1939,19

34,6665,9465,9465,94

98,78

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

OKUOKI

M.EnimLAHATMURAMUBAB.AsinOKUSOKUT

OI4 Lawang

PalembangPrabumulih

P.AlamL.Linggau

Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan gambar tersebut di atas cakupan penduduk yang menggunakan

Sarana Air Bersih pada tahun 2009 yaitu sebesar 66,41 %. Hal tersebut sudah

menunjukan peningkatan bila dibandingkan dengan data tahun 2008 yaitu 62, 48 %.

Dari 15 Kabupaten / Kota di Sumatera Selatan cakupan tertinggi Kota Lubuk

Linggau dengan cakupan sebesar 98,78 %, cakupan terendah Kabupaten Empat

Lawang dengan cakupan 34,66 %. Sedangkan Kabupaten Empat Lawang belum

pernah ada laporan mengingat kabupaten tersebut pemekaran dari kabupaten Lahat.

Peningkatan tersebut disamping karena adanya proyek WSLIC-2 dan

PAMSIMAS di Provinsi Sumatera Selatan juga karena semakin meningkatnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya sarana air bersih. Dengan kata lain

Page 115: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 108

peningkatan tersebut tidak terlepas dari kesadaran masyarakat akan penggunaan

sarana air bersih baik yang dibangun secara mandiri maupun oleh pemerintah.

Disamping itu peran tenaga kesehatan yang memberikan bimbingan kepada

masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Disadari juga bahwa

penyakit yang timbul melalui media air ini cukup banyak. Untuk itu perlu terus

disosialisasikan tentang pentingnya arti penggunaan air bersih yang memenuhi

syarat kesehatan baik dari segi sarana maupun kualitas air yang digunakan.

4.4.1.2. Penyehatan Perumahan

Tabel 4.5Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten / Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

RUMAH

JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH %NO KAB/KOTA PKM

KK PDDK SELURUHNYA DIPERIKSA SEHAT SEHAT

1 2 3 4 5 6 7 8 9

01 OKU 14 62.322 267.022 57.648 34.980 20.451 58,46

02 OKI 23 178.005 707.627 158.032 153.317 101.246 66,04

03 MUARA ENIM 22 152.005 668.341 163.778 144.288 88.307 61,20

04 LAHAT 27 110.927 341.055 71.465 61.494 41.688 67,79

05 MUSI RAWAS 27 150.402 505.940 96.346 58.009 31.802 54,82

06 MUSI BANYUASIN 25 134.992 523.025 117.581 82.368 52.368 64,00

07 BANYUASIN 29 217.301 818.280 145.594 92.775 65.416 70,51

08 OKU SELATAN 14 58.127 331.879 45.256 21.857 15.020 68,72

09 OKU TIMUR 22 199.485 581.665 140.093 80.637 56.539 70,12

10 OGAN ILIR 21 97.069 384.663 77.105 59.427 34.231 57,60

11 EMPAT LAWANG 8 61.036 213.872 54.162 19.209 13.704 71,34

12 KOTA PALEMBANG 38 299.298 1.438.938 257.130 207.618 159.075 76,62

13 KOTA PRABUMULIH 7 31.503 137.786 21.532 18.591 12.554 67,53

14 KOTA PAGAR ALAM 6 27.738 116.486 27.169 24.225 14.545 60,04

15 KOTA LUBUK LINGGAU 8 43.860 186.056 34.215 15.862 9.850 62,10

JUMLAH (KAB/KOTA) 291 1.824.070 7.222.635 1.467.106 1.074.657 716.796 66,70

Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

Page 116: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 109

Dari Gambar diatas, terlihat bahwa cakupan Rumah Sehat secara umum

sudah mencapai lebih dari 50 %. Cakupan tertinggi di Kota Palembang denga

persentase 76.62 %, dan Persentase terendah terdapat pada Kabupaten Musi rawas

dengan Persentase 54.82 %.

Gambar 4.50Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten / Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

58,46

66,0461,2

67,79

54,82

63,58

70,51 68,72 70,12

57,6

71,34

76,62

67,53

60,0462,1

66,7

05

1015202530354045505560657075808590

OKU

OKI

ME

Laha

t

MUR

A

MUBA BA

OKU

S

OKU

T OI

4LPLG

PBM PALL

G

PRO

VINSI

Kab / Kota

%P

en

cp

aia

n

Page 117: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 110

4.4.1.3.Sarana Pembuangan Air Limbah

Gambar 4.51Persentase Cakupan Sarana Pembuangan Air Limbah

Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

24,7975

83,3784,26

090,48

75,4523,21

15,0450,81

23,9346,46

58,1515,36

36,8156,6

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang

Empat LawangOgan Ilir

OKU TimurOKU Selatan

BanyuasinMusi

MusirawasLahat

Muara EnimOKI

OKUSumsel

Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

Dari Gambar di atas, terlihat bahwa cakupan Pembuangan Air Limbah Rumah

Tangga di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 sekitar 56,6%. Jika dilihat per

kabupaten/kota variasinya masih sangat besar perbedaannya (Rentang :15,04% -

90,48%). Cakupan terendah terjadi di Kabupaten Banyuasin (15,04%), dan Ogan

Komering Ilir (15,36%), sedangkan persentase cakupan tertinggi di Kabupaten Ogan

Ilir (90,48%) kemudian diikuti Kota Palembang (84,26%). Dari 15 kabupaten/kota,

ada 1 (satu) kabupaten yang belum tersedia datanya yaitu kabupaten Empat Lawang.

Page 118: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 111

4.4.1.4. Sarana Jamban Keluarga

Gambar 4.52Persentase Cakupan Jamban Keluarga

Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

70,1691

84,3885,6

065,3

70,4848,92

89,7456,55

23,8745,2

77,816,38

59,0555,35

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang

Empat LawangOgan Ilir

OKU TimurOKU Selatan

BanyuasinMusi

MusirawasLahat

Muara EnimOKI

OKUSumsel

Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

Dari Gambar di atas, terlihat bahwa cakupan Jamban Keluarga di Provinsi

Sumatera Selatan pada tahun 2009 baru mencapai 55,35% (Rentang: 6,38% - 91,0%).

Cakupan tertinggi terjadi di Kota Pagar Alam (91,0%) dan terendah (40,7%) terjadi di

Kabupaten OKI (6,38%).

4.4.2. Surveilans Vektor

Upaya surveilans vektor dilakukan untuk mengendalikan vektor potensial dalam

penularan penyakit antara lain oleh nyamuk. Kegiatan yang dilakukan meliputi survei

vektor untuk mengetahui jenis potensial, bionomik serta strategi pengendaliannya. Pada

tahun 2009 dari 15 Kabupaten/Kota, hanya 4 Kabupaten/Kota yang tidak

menyampaikan data tentang Persentase Rumah/Bangunan yang bebas jentik, sehingga

Angka Bebas Jentik di Provinsi Sumatera Selatan meningkat dari 26,57% pada tahun

2008 menjadi 70,53% pada tahun 2009.

Page 119: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 112

Gambar 4.53Persentase Angka ABJ Penyakit DBD Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

81,9283,04

89,8188,84

13,4974,5

00

72,6574,6

052,54

74,684,01

73,030

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang

Empat LawangOgan Ilir

OKU TimurOKU Selatan

BanyuasinMusi

MusirawasLahat

Muara EnimOKI

OKUSumsel

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Tabel 4.6Jenis Vektor Malaria Menurut Kabupaten / Kota

No. Kabupaten / Kota Vektor/Suspek Tahun Survei TempatPerindukan

1 Ogan Komering Ulu An.barbirostris Survei jentik 2005 Kolam

2 Ogan Komering Ilir Tidak ditemukan3 Muara Enim An. Hyrcanus Survei tahun 2007 Perkebunan

4 Lahat An. Hyrcanus Survei tahun 2007 Perkebunan

5 Musi Rawas An.barbirostris Survei jentik 2005 Kolam

6 Musi Banyuasin An.Umbrosus Survei tahun 2007 Perkebunan

7 Banyuasin An.Umbrosus Perkebunan

8 OKU Selatan An.vagus Survei jentik 2005 Genangan air

9 OKU Timur An.vagus Survei jentik 2005 Genangan air

10 Ogan Ilir Tidak ditemukan11 Palembang Tidak ditemukan12 Pagar Alam Tidak ditemukan13 Prabumulih An. Hyrcanus Survei tahun 2007 Perkebunan

14 Lubuk Linggau Tidak ditemukanSumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

4.4.3. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan

Pengawasan terhadap Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan

Makanan (TUPM) dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi

masyarakat yang memanfaatkan TTU dan TUPM. Bentuk kegiatan yang dilakukan

antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU dan TUPM secara berkala,

Page 120: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 113

bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan yang sehat,

hingga pemberian rekomendasi untuk penerbitan izin usaha.

Tabel 4.7Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat

Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

NO KAB/KOTA TERDAFTAR DIPERIKSA MS %

1 2 3 4 5 6

01 OGAN KOMERING ULU 298 234 190 81,2

02 OGAN KOMERING ILIR 149 144 99 68,8

03 MUARA ENIM 1.243 1.243 686 55,2

04 LAHAT 166 166 91 54,8

05 MUSI RAWAS 68 68 56 82,4

06 MUSI BANYUASIN 268 88 53 60,2

07 BANYUASIN 409 346 239 69,1

08 OKU SELATAN 408 192 130 67,7

09 OKU TIMUR 445 374 257 68,7

10 OGAN ILIR 90 90 65 72,2

11 EMPAT LAWANG - - - -

12 KOTA PALEMBANG 2.533 1.752 1.204 68,7

13 KOTA PRABUMULIH 451 250 201 80,4

14 KOTA PAGAR ALAM 181 153 126 82,4

15 KOTA LUBUK LINGGAU 21 21 21 100,0

JUMLAH (KAB/KOTA) 6.730 5.121 3.418 66,7

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari tabel diatas, terlihat bahwa cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan

Makanan (TUPM) sehat di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 sekitar 66,7%

(Rentang : 54,8% - 100%). Cakupan tertinggi di Kota Lubuk Linggau (100 %),

sedangkan terendah terjadi di Kabupaten Lahat (54,8 %).

Page 121: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 114

Tabel 4.8Cakupan Sarana Ibadah

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Sarana IbadahNo Kab / Kota

Σ Dibina %

1 OGAN KOMERING ULU 288 202 70,14

2 OGAN KOMERING ILIR 342 342 100

3 MUARA ENIM 640 588 91,88

4 LAHAT 0 0 0

5 MUSI RAWAS 871 871 100

6 MUSI BANYUASIN 244 117 47,95

7 BANYUASIN 0 0 0

8 OKU SELATAN 13 13 100

9 OKU TIMUR 616 437 70,94

10 OGAN ILIR 327 327 100

11 EMPAT LAWANG 0 0 0

12 KOTA PALEMBANG 1361 1361 100

13 KOTA PRABUMULIH 78 74 94,87

14 KOTA PAGAR ALAM 165 165 100

15 KOTA LUBUK LINGGAU 287 166 57,84

SUMSEL 5232 4663 89,12

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari tabel di atas menunjukan bahwa cakupan pengawasan Sarana Ibadah

tertinggi di Kabupaten Musi Rawas, Ogan Ilir, Kota Palembang, Kota Lubuk

Linggau(100%) dan terendah Lahat,Empat Lawang, dan Banyuasin 0 %.

Tabel 4.9Cakupan TTU – I Sarana Pendidikan

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Institusi PendidikanNo Kab / Kota

Σ Dibina %Dibina

1 OGAN KOMERING ULU 342 255 74,56

2 OGAN KOMERING ILIR 10 10 100

3 MUARA ENIM 551 524 95,10

4 LAHAT 0 0 0

5 MUSI RAWAS 639 639 100

6 MUSI BANYUASIN 538 233 43,3

7 BANYUASIN 0 0 0

Page 122: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 115

Institusi PendidikanNo Kab / Kota

Σ Dibina %Dibina

10 OGAN ILIR 589 275 46,69

11 EMPAT LAWANG 0 0 0

12 KOTA PALEMBANG 708 708 100

13 KOTA PRABUMULIH 140 126 90

14 KOTA PAGAR ALAM 111 47 42,34

15 KOTA LUBUK LINGGAU 0 0 0

SUMSEL 4537 3584 78,99

Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

4.5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk

menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang

telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai padsa

kelompok masyarakat adalah kekurangan Kalori Protein, kekurangan vitamin A,

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, dan anemia gizi besi.

4.5.1. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui

pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan

penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung terhadap

penampilan fisik balita yang berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan.

4.5.2. Pemberian Kapsul Vitamin A

Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan

banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian

kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam

satu tahun (Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali. Cakupan

distribusi kapsul Vitamin A balita tahun 2009 sebesar 83,98%.

Page 123: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 116

4.5.3. Pemberian Tablet Besi

Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia

serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu

hamil. Persentase pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun 2009

dapat dilihat pada Gambar berikut ini :

Gambar 4.54Persentase Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil (Fe1 dan Fe3)

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

73,44

79,44

39,24

92,57

71,89

79,08

64,83

92,49

92,26

81,28

96,66

91,58

96,14

86,89

93,19

86,23

91,5

73,82

79,7

93,83

73,18

75,6

69,76

89,15

81,12

65,9

91,36

85,76

87,69

56,55

80,2674,48

0 20 40 60 80 100 120

Lubuk Linggau

Pagar Alam

Prabumulih

Palembang

Empat Lawang

Ogan Ilir

OKU Timur

OKU Selatan

Banyuasin

Musi Banyuasin

Musirawas

Lahat

Muara Enim

OKI

OKU

Sumsel

Fe1 Fe3

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Cakupan distribusi tablet besi folat tahun 2009 yaitu Fe1 sebesar 86,23% dan

Fe3 sebesar 80,26%. Cakupan Fe1 dan Fe3 ini meningkat dibandingkan dengan tahun

2008 yaitu cakupan Fe1 75,21% dan Fe3 sebesar 67,32%.

4.5.4. Bayi dengan ASI Eksklusif

ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi

hingga berusia enam bulan (ASI Ekslusif). Riset Medis mengatakan bahwa ASI

Eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada

usia lebih dari 6 bulan.

Page 124: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 117

Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Provinsi Sumatera Selatan

menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

Gambar 4.55Cakupan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

19,2274,19

11,8331,26

11,477,63

6,4412,29

31,2748,9749,26

15,5119,05

73,3946,94

36,33

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang

Empat LawangOgan Ilir

OKU TimurOKU Selatan

BanyuasinMusi

MusirawasLahat

Muara EnimOKI

OKUSumsel

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Pada Gambar terlihat bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif di Provinsi

Sumatera Selatan mencapai 36,33% (Rentang: 6,44%-77,63%). Cakupan tertinggi

dicapai oleh Kabupaten Ogan Ilir (77,63%) sedangkan yang terendah dicapai oleh

Kabupaten OKU Timur (77,63%).

4.6. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut

dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat

generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan

penggunaan obat yang rasional dan obat generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan

kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar,

serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi

persyaratan , mutu, dan keamanan.

Page 125: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 118

4.6.1. Peningkatan Penggunaan Obat Rasional

Upaya peningkatan penggunaan obat rasional, diarahkan kepada peningkatan

cakupan dan kualitas pelayanan pembinaan penggunaan obat yang rasional melalui

pelaksanaan advokasi secara lebih internsif agar terseujud dukungan masyarakat yang

kondusif serta terbangunnya kemitraan dengan unit pelayanan kesehatan formal.

Penggunaan Obat Rasional (POR) diukur dengan 2 (dua) indikator yaitu pemakaian

antibiotik dan injeksi pada 3 kasus penyakit yaitu Diare Non Spesifik, ISPA Non

Pneumonia, dan Myalgia.

Pada saat ini Kabupaten OKU yang memberikan laporan secara rutin dimana

pemakaian antibiotik 54,27% dan injeksi 21,48% menurun dibandingkan tahun 2008

yaitu pemakaian antibiotik 63,89% dan injeksi 26,19%.

4.6.2. Pelayanan Farmasi Komunitas dan Farmasi Klinik

Upaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi

dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan farmasi omunitas dan pelayanan farmasi

klinik, yang dilaksanakan antara lain mencakup penyusunan standar/pedoman pelayanan

farmasi komunitas dan pelayanan farmasi di rumah sakit, standar/pedoman pengelolaan

perbekalan farmasi di rumah sakit, serta peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM

farmasi.

4.6.3. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik

Kegiatan ini dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan, dan

pemerataan obat dalam pelayanan kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup

pengadaan buffer stock obat generik esensial, revitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat

esensial dan penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan

pemerintah maupun swasta. Pada tahun 2009 ketersediaan obat esensial di Provinsi

Sumatera Selatan sudah mencapai 90%.

Page 126: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 119

4.6.4. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan Alat Kesehatan dan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat terlindungi dari penggunaan alat

kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga yang tidak memenuhi persyaratan,

mutu dan keamanan, yang dilaksanakan melalui antara lain monitoring sarana produksi

dan distribusi alat kesehatan dalam rangka Cara Pembuatan Alat Kesehatan (CPAK).

4.7. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA

Data kejadian bencana di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2003 – 2009

dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10Data Kejadian Bencana

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

NO TAHUN LOKASI BENCANA JENIS BENCANA K E T

Kab.M.Enim Banjir 825 rumah terendamKab OKU Banjir Sawah & PerkebunanKab OKI Banjir 2459 rumah terendamPalembang 8 ilir Kebakaran 1 unt rumahKab Lahat Banjir & tanah longsor Jln desa R. BeratKab Banyu Asin Angin Putting Baliung 8 unt rumah 1 SDPalembang Ilir Barat I Kebakaran 1 unt rumah 8 bedengKab Musi rawas Banjir 7272 KK/130594 jiwaPalembang Ilir Timur II Kebakaran 24 unt bedeng terbakarMusi Rawas Srikaton Kebakaran 100 kiosKab. Banyu Asin Tanah Longsor 8 rumah 1 Musholla hancurKota Pagar alam Rawan pangan 2624 KKKab OKU Banjir Bandang 42 KKKota Palembang Banjir Pasang 1200 unt rmh 25 sekolah

1 2003

Kab. Muba Banjir Pasang 2350 KKKab.Muba Banjir 307 KKPagar alam Putting Beliung 42 rmh R.B,18 RRLahat Banjir banding 80 KKKab OKUS Kebakaran 204 rmh hangusKab Banyu Asin Angin Putting Beliung 4 rumah RB, 22 RRKab OKI Angin Putting Beliung 54 rmh rusakKab Musi rawas Banjir Bandang 12 rmh roboh, 6 RB, 3 hanyut,

175 terendam, 1 jembatan RB

2 2004

Kab lahat Angin Putting Beliung 28 rmh RR

Page 127: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 120

NO TAHUN LOKASI BENCANA JENIS BENCANA K E TKab OKUT BanjirKab OI BanjirKab. Muara Enim BanjirKab OKI BanjirKab Lahat BanjirKota Prabumulih BanjirKab Muba BanjirKab Muba Angin Putting beliungOKU Selatan Amuk Gajah 126 unit rmh robohMuara Enim Kebakaran 12 nir rumahPalembang kertapati Kebakaran 14 unt rumah 1 sekolahMura Angin putinh beliung 3 unit rmh rusakPagar alam Kebakaran 141 unt rumahOKI Angin Putting Beliung 16 unt rmh rusakPalembang Kebakaran 2 unt rumahBanyu Asin Angin Putting Beliung -Palembang Karang anyar Kebakaran 11 unit rumahPalembang 17 ilir Kebakaran 1 unit hotel

3 2005

Palembang 3/4 ulu Kebakaran 9 unt rumahKab.Banyu Asin Banjir + 3 mKab lahat Banjir + 3 mKab OKUT Banjir + 3 mKab OKI Banjir 6509 Ha sawah terendamKab OI Banjir 272 Ha sawah terendamKab Mura Banjir + 3 mPagar alam Banjir -Palembang Gandus Kebakaran 5 unit rumahKab OKUS Banjir & T.Longsor 73 KKLahat Rantau Tenang Kebakaran 2 unt rumahLahat Batu Pance Kebakaran 11 unir rumah hangus & 5 unt

R.beratOgan Ilir Angin putting beliung 49 rumah robohMuara Enim Tanah longsorLahat Suka Dana Kebakaran 47 unt rumahMura Angin Putting Beliung -Ogan Ilir Angin Putting Beliung 17 rumah robohLahat Simpang 3 Pumu Kebakaran 18 unt rumahLahat Seleman Ilir Kebakaran 6 unt rumahPalembang Seberang ulu 1 Kebakaran 39 unt rumah

4 2007

OKUS Bumi agung Kebakaran 29 unt rumah

Page 128: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 121

NO TAHUN LOKASI BENCANA JENIS BENCANA K E T5. 2008 Lahat Jarai Gempa Bumi

Lahat Angin Puting BeliungOKU Selatan Angin Puting BeliungOKI Angin Puting BeliungPalembang Angin Puting BeliungMuara Enim Gn. Megang BanjirOgan Ilir Angin Puting BeliungMuara Enim Angin Puting BeliungBanyuasin Angin Puting BeliungOgan Ilir KebakaranOKU Timur KebakaranLbk. Linggau KebakaranEmpat lawang KebakaranPalembang KebakaranOKU Selatan KebakaranOgan Ilir BanjirMusi Rawas Banjir

6 2009 OKI Banjir 100 unit rumahPagar Alam Kebakaran 34 unit rumah terbakarBanyuasin Kebakaran 45 unit rumah terbakarPalembang SPPBU Terapung

terbakar1unit rumah terbakar, 1 unitrumah rusak berat

Muara Enim Angin Puting Beliung 352 unit rumah rusak beratSumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Dari tabel di atas terlihat bahwa Wilayah Sumatera Selatan sebagian besar

merupakan daerah rawan bencana yang perlu mendapatkan perhatian dari unsur-unsur

terkait, sehingga terdapat koordinasi yang saling mendukung apabila terjadi Bencana.

Page 129: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page122

BAB 5

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi

sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat

pada bab ini, adalah sebagai berikut :

5.1. SARANA KESEHATAN

Pada bab ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya puskesmas,

rumah sakit, sarana Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), dan

institusi pendidikan tenaga kesehatan.

5.1.1. Puskesmas

Pada periode tahun 2003 – 2009, jumlah puskesmas (termasuk puskesmas

perawatan) terus meningkat dari 235 unit pada tahun 2002 menjadi 291 unit pada

tahun 2009. Namun rasio puskesmas mengalami penurunan dari 3,70 per 100.000

penduduk pada tahun 2003 menjadi 3,58 per 100.000 penduduk pada tahun 2005,

kemudian meningkat terus menjadi 3,62 per 100.000 penduduk pada tahun 2006 dan

meningkat lagi menjadi 4 per 100.000 penduduk pada tahun 2009.

Gambar 5.1.Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

7000000

8000000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Ras

ioP

usk

esm

as/

10

0.0

00

pen

du

du

k

0

50

100

150

200

250

300

350

Jum

lah

Pu

skes

mas

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Page 130: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page123

Hal ini berarti bahwa pada periode tersebut setiap 100.000 penduduk rata-rata

dilayani oleh 4 puskesmas. Jumlah puskesmas dan rasio puskesmas terhadap 100.000

penduduk pada tahun 2003 – 2009 disajikan pada gambar 5.1 di atas. Selanjutnya

distribusi puskesmas menurut kabupaten/kota, di Provinsi Sumatera Selatan tahun

2009 dapat dilihat pada gambar 5.2, berikut ini :

Gambar 5.2.Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

1423

222727

2529

1422

218

387

68

0 5 10 15 20 25 30 35 40

OKUOKI

M.ENIMLAHATMURAMUBA

B.ASINOKUSOKUTO.ILIR

EMPAT LWGPALEMBANG

PRABUMULIHP.ALAM

L.LINGGAU

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Pada periode yang sama, jumlah puskesmas pembantu, justru mengalami

penurunan dari 937 unit pada tahun 2003 menjadi 919 pada tahun 2007, hal ini

disebabkan beberapa puskesmas pembantu ditingkatkan statusnya menjadi

puskesmas. Gambaran Puskesmas Pembantu dari tahun 2003 – 2009 dapat dilihat

pada gambar 5.3 dan gambaran jumlah Puskesmas Pembantu menurut kabupaten/kota

pada tahun 2009 disajikan pada gambar 5.4.

Page 131: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page124

Gambar 5.3.Jumlah Puskesmas Pembantu

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 – 2009

890

900

910

920

930

940

950

Pustu 937 944 920 942 914 920 920

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Gambar 5.4.Jumlah Puskesmas Pembantu Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

161718

2431

4657

6694

98104104

107137

0 20 40 60 80 100 120 140 160

P.ALAMMURA

L.LINGGAUOGAN ILIR

OKU SELATANOKU

OKU TIMURPALEMBANG

OKILAHAT

BANYUASINMUBA

MUARA ENIMMURA

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

5.1.2. Rumah Sakit

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit

antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur

dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah

penduduk. Kategori rumah sakit yang dimaksud adalah 1) rumah sakit pemerintah

yang terdiri dari rumah sakit vertikal (milik Depkes RI), RSUD milik kabupaten/kota

Page 132: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page125

dan rumah sakit milik TNI / Polri, 2) rumah sakit swasta dan 3) rumah sakit khusus

seperti rumah sakit ibu dan anak, rumah bersalin.

Gambar 5.5Jumlah Rumah Sakit Pemerintah, Swasta dan Khusus

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 – 2009

0

10

20

30

Pemerintah 8 12 14 15 20 22 22 22

Swasta 18 9 13 20 10 10 10 17

Khusus 3 12 8 4 8 8 8 8

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Pada Gambar di atas terlihat bahwa jumlah rumah sakit pemerintah cenderung

meningkat dari 8 unit pada tahun 2002 menjadi 22 unit pada tahun 2009, rumah sakit

swasta juga mengalami penurunan dari 18 unit pada tahun 2002 menjadi 17 unit pada

tahun 2009. Peningkatan jumlah rumah sakit disebabkan adanya pemekaran wilayah

kabupaten/kota, sehingga setiap daerah pemekaran berupaya untuk membangun

rumah sakit di wilayahnya masing-masing.

Page 133: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page126

Tabel 5.1Jumlah Rumah Sakit Pemerintah, Swasta dan KhususMenurut Kapasitas Tempat Tidur Kabupaten / Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Pemerintah /Government

Swasta/Private Khusus/Special Jumlah/TotalKabupaten / Kota

RSU TT RSU TT RSU TT RSU TT

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

01. OKU 2 238 1 50 - - 3 288

02. OKI 1 176 - - - - 1 176

03. Muara Enim 2 186 1 97 - - 3 283

04. L a h a t 2 212 - - - - 2 212

05. Musi Rawas 2 167 - - - - 2 167

06. Musi Banyuasin 3 177 - - - - 3 177

07. Banyuasin 1 100 - - 1 300 2 400

08. OKU Selatan - - - - - -

09. OKU Timur 1 95 2 119 - - 3 214

10. Ogan Ilir - - - - - -

11. Empat Lawang -

12. Palembang 4 1.110 10 1261 8 442 22 2813

13. Prabumulih 1 137 2 230 - - 3 367

14. Pagar Alam 1 120 - - - - 1 120

15. Lubuk Linggau 1 56 1 30 - - 2 86

Jumlah 21 2.774 17 1.787 9 742 46 5303

Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinkes Provinsi Sumatera Selatan

5.1.3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber

daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok

Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa) dan

sebagainya.

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di

masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan

penanggulangan Diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu

dikelompokkan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya,

Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Gambaran perkembangan Posyandu dari

Page 134: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page127

tahun 2002 – 2009 dan jumlah posyandu menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada

gambar 5.6 dan gambar 5.7 berikut ini.

Gambar 5.6Jumlah Posyandu

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 - 2009

5000

5500

6000

6500

7000

Posyandu 6451 6298 6201 6349 5786 6231 6397 5952

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Pada gambar di atas terlihat bahwa jumlah posyandu sempat mengalami

penurunan dari 6.451 unit pada tahun 2002 menjadi 5.786 pada tahun 2006 dan

kemudian meningkat lagi pada tahun 2008 menjadi 6.397 dan kembali menurun pada

tahun 2009 menjadi 5.952.

Gambar 5.7Jumlah Posyandu Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

99113111

889167

370400

340589

462415424

534753

286

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

L.LinggauP.Alam

PrabumulihPalembang

Empat L.Ogai Ilir

OKUTOKUSB.AsinMUBAMURALahat

M.EnimOKI

OKU

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Page 135: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page128

Gambar 5.8Persentase Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

14,4

42,84

36,24

6,52

0

10

20

30

40

50

Pratama Madya Purnama Mandiri

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan

untuk mencegah dan mengatasi masalah/ancaman kesehatan (termasuk bencana dan

kegawat-daruratan kesehatan) secara madiri dalam rangka mewujudkan desa sehat.

Tujuan desa siaga adalah untuk mewujudkan masyarakat desa yang sehat, peduli, dan

tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Salah satu kriteria desa

siaga adalah minimal memiliki 1 (satu) Poskesdes (Pos Kesehatan Desa). Berikut

adalah persentase Poskesdes terhadap desa/kelurahan:

Gambar 5.9Rasio Poskesdes terhadap Desa/KelurahanDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

11

0,730,82

0,560,7

0,951

0,761

0,720,44

0,790,64

0,53

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

L.LinggauP.Alam

PrabumulihPalembang

Empat L.Ogai IlirOKUTOKUSB.AsinMUBAMURALahat

M.EnimOKI

OKU

Sumber: Bidang Promkes Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel

Page 136: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page129

Jumlah Poskesdes tahun 2009 di Provinsi Sumatera Selatan adalah 2.320 unit,

dengan rasio terhadap desa/kelurahan adalah 0,75. Rasio tertinggi terdapat di

kabupaten MUBA, OKUS, kota Pagar Alam dan Lubuk Linggau (1), artinya setiap

desa di wilayah tersebut sudah memiliki Poskesdes. Rasio terendah terdapat di

kabupaten Lahat (0,44).

Gambar 5.10Cakupan Desa Siaga Aktif

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Dari gambar diatas menunjukkan distribusi desa siaga terdiri dari, 4

Kabupaten belum memenuhi target SPM dan berada pada range terendah dibawah

50% yaitu Kabupaten OKI, OI, OKU, dan Empat Lawang, 2 Kabupaten berada pada

range antara 50%-65% yaitu kabupaten OKU Selatan dan Kota Lubuk Linggau. 8

Kabupaten/kota lainnya sudah memenuhi target SPM minimal 65%. Berdasarkan

rasio jumlah Poskesdes terhadap jumlah desa pada gambar diatas, Kabupaten OKUS

dan Kota Lubuk Linggau memiliki rasio 1, tetapi cakupan desa siaga di kedua

Page 137: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page130

wilayah tersebut belum mencapai target SPM (warna kuning). Sebaliknya kabupaten

Lahat memiliki rasio jumlah poskesdes terhadap jumlah desa paling rendah yaitu

0,44, tetapi cakupan desa siaga aktif memenuhi target SPM (warna hijau).

5.1.5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan

Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan

dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan

masyarakat. Pendidikan kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta

melalui berbagai institusi pendidikan di berbagai jenjang.

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dan diberlakukannya undang-

undang nomor 20 tahun 2004 tentang pendidikan nasional, dari seluruh institusi

pendidikan tenaga kesehatan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, hanya beberapa

institusi yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan untuk pembinaannya. Tabel

5.2 menyajikan tentang penyebaran jenis institusi pendidikan tenaga kesehatan yang

dibina oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

Tabel 5.2Jumlah Institusi Diknakes Menurut Jenis Pendidikan

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Status KepemilikanNo. Jenis Institusi

Pemerintah Swasta Daerah TNIJumlah

01. Poltekkes- Jurusan Keperawatan 3 - - - 3- Jurusan Kebidanan 1 - - - 1- Jurusan Analis 1 - - - 1- Jurusan Farmasi 1 - - - 1- Jurusan Gizi 1 - - - 1- Jurusan Kes. Gigi 1 - - - 1

02. Akademi Keperawatan - 9 - 1 1003. Akademi Kebidanan - 18 1 - 1904. Akademi Kesehatan Lingkungan - 1 1 - 205. Akademi Farmasi - 2 - - 206. Akademi Fisiotherapi - 1 - - 107. APIKES - 1 - - 108. SMF - 1 - - 1

JUMLAH 8 33 2 1 44

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Page 138: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page131

Disamping institusi pendidikan tenaga kesehatan jenjang diploma III seperti

pada tabel di atas, masih ada institusi pendidikan tenaga kesehatan yang

menyelenggaranan strata 1 seperti Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan baik

negeri maupun swasta

5.2. TENAGA KESEHATAN

Data mengenai tenaga kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan baik yang

bekerja di sektor pemerintah maupun swasta masih sulit diperoleh. Data yang ada

diperoleh dari pengelolah program di Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Selatan. Pada tabel 5.3 disajikan jumlah tenaga kesehatan menurut

golongan medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya.

Tabel 5.3.Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Golongan Medis,

Paramedis, Tenaga Kesehatan Lainnya Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Tenaga KesehatanKabupaten/Kota

Medis PerawatanNon

Perawatan

ApotekerSarjana

KesehatanLainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

01. OKU 27 524 38 2 12

02. OKI 60 735 50 2 21

03. Muara Enim 68 652 53 3 21

04. L a h a t 44 649 47 4 13

05. Musi Rawas 40 549 56 6 31

06. Musi Banyuasin 57 638 40 2 68

07. Banyuasin 67 528 54 28 79

08. OKU Selatan 9 342 29 - 11

09. OKU Timur 40 665 32 2 10

10. Ogan Ilir 27 309 34 0 12

11. Empat Lawang 14 181 13 - 9

12. Palembang 664 2.169 108 103 68

13. Prabumulih 97 613 34 2 36

14. Pagar Alam 26 202 20 4 11

15. Lubuk Linggau 15 210 19 12 12

Jumlah 1.201 8.966 627 170 414Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Page 139: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page132

Indikator ketersediaan tenaga kesehatan dapat dilihat dari rasio setiap jenis

tenaga kesehatan per 100.000 penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2009 sebanyak 7.222.635 jiwa, maka didapatkan rasio

masing-masing jenis tenaga kesehatan dan kebutuhan masing-masing jenis tenaga

kesehatan. Pada tabel 5.4 disajikan Rasio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis per

100.000 penduduk termasuk jumlah kebutuhannya.

Pada tabel 5.4 berikut terlihat bahwa rasio dokter umum pada tahun 2009 baru

mencapai 9,48 per 100.000 penduduk, sama dengan 1 orang dokter melayani 10.548

penduduk, belum memenuhi target Indonesia Sehat 2010 sebesar 40 per 100.000

penduduk atau 1 per 2.500 penduduk. Artinya untuk saat ini Provinsi Sumatera

Selatan masih membutuhkan 2.889 orang dokter umum.

Tabel 5.4Rasio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Per 100.000 Penduduk

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

No Jenis Tenaga Jumlah Rasio Target Kebutuhan1. Dokter Spesialis 427 5,91 6 4332. Dokter Umum 685 9,48 40 2.8893. Dokter Gigi 323 4,47 11 7944. Perawat 5.027 69,60 117,5 8.4865. Bidan 3.919 54,26 100 7.2226. Ahli Gizi 418 5,79 22 1.5897. Sanitarian 358 4,96 40 2.8898. SKM 365 5,05 40 2.8899. Apoteker 170 2,35 10 72210. Farmasi 264 3,66 30 2.16611. SPRG 223 3,09 30 2.16612. Fisioterapi 66 0,91 4 28813. Analis kesehatan 140 1,94 15 1.083

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Demikian juga dengan tenaga Bidan, baru mencapai 54,26 per 100.000

penduduk, sama dengan 1 orang Bidan melayani 1.843 penduduk, masih dibawah

target Indonesia Sehat 2010 sebesar 100 per 100.000 penduduk atau 1 Bidan per

Page 140: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page133

1.000 penduduk. Artinya untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih

membutuhkan 7.222 orang Bidan.

Rasio Perawat, baru mencapai 69,60 per 100.000 penduduk, sama dengan 1

orang Perawat melayani 1.437 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat

2010 sebesar 117,5 per 100.000 penduduk atau 1 Perawat per 851 penduduk. Artinya

untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 8.486 orang Perawat.

Rasio Ahli Gizi, baru mencapai 5,79 per 100.000 penduduk, sama dengan 1

orang Ahli Gizi melayani 17.271 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat

2010 sebesar 22 per 100.000 penduduk atau 1 Ahli Gizi per 4.544 penduduk. Artinya

untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 1589 orang Ahli Gizi.

Rasio Sanitarian, baru mencapai 4,96 per 100.000 penduduk, sama dengan 1

orang Sanitarian melayani 20.161 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat

2010 sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya

untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 2.889 orang Sanitarian.

Rasio SKM, baru mencapai 5,05 per 100.000 penduduk, sama dengan 1 orang

SKM melayani 19.802 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 sebesar

40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya untuk saat

ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 2.889 orang SKM.

Rasio Apoteker, baru mencapai 2,35 per 100.000 penduduk, sama dengan 1

orang Apoteker melayani 42.553 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat

2010 sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya

untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 722 orang Apoteker.

Rasio SPRG, baru mencapai 3,66 per 100.000 penduduk, sama dengan 1

orang SKM melayani 32.362 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat 2010

sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya

untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 2.166 orang SPRG.

Rasio Fisioterapis, baru mencapai 0,91 per 100.000 penduduk, sama dengan 1

orang SKM melayani 109.890 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat 2010

sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya

Page 141: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page134

untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 2.166 orang

Fisioterapis.

Rasio Analis Kesehatan, baru mencapai 1,94 per 100.000 penduduk, sama

dengan 1 orang Analis Kesehatan melayani 51.546 penduduk, masih dibawah target

Indonesia Sehat 2010 sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500

penduduk. Artinya untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan

1.083 orang Analis Kesehatan.

5.3. ANGGARAN KESEHATAN

Tabel 5.5Alokasi Anggaran Sektor Kesehatan

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 – 2009

Tahun Total APBD I (Rp.) Alokasi Sektor Kesehatan Provinsi (Rp.) %2002 773.893.516.000.- 27.469.419.000.- 3.52003 973.786.625.000.- 20.948.200.487.- 2.22004 1.168.820.192.147,- 52.191.230.712,- 4.52005 1.897.616.309.861,- 10.346.017.050.- 0.52006 1.055.579.171.127,- 32.342.333.930.- 3.02007 2.302.939.953.836,- 47.537.916.270,- 2.02008 2.718.469.708.751,- 90.368.968.900,- 3,62009 2.947.481.801.876,62,- 319.208.105.263,- 10,83

Sumber : Subdin Sekretariat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 5.11Persentase Anggaran Kesehatan

Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

0

5

10

15

% Anggaran

Kesehatan

3,5 2,2 4,5 0,5 3 2 3,6 10,83

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Subdin Sekretariat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

Page 142: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page135

Dari Gambar 5.11. di atas terlihat bahwa persentase anggaran kesehatan pada

tahun 2008 dari total APBD Provinsi Sumatera Selatan baru mencapai 3,6% ,

meninkat cukup tinggi pada tahun 2009 menjadi 10,83% melampaui rata-rata

persentase alokasi anggaran kesehatan selama periode 8 tahun berkisar 2,8%.

Meskipun demikian, angka tersebut masih berada dibawah harapan sebesar 15%.

Page 143: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumsel Tahun 2010 Page 136

BAB 6

K E S I M P U L A N

6.1. KESIMPULAN

Situasi Derajat Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 dapat dilihat

dari beberapa indikator yaitu Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi

(AKB), Umur Harapan Hidup serta Status Gizi dan Angka Kesakitan.

1) Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahunnya mengalami penurunan dari 307 per

100.000 KH (SDKI 2002/2003) menjadi 228 per 100.000 KH (SDKI 2007),

sedangkan AKI Sumatera Selatan 424 per 100.000 KH (BPS 2004) menjadi 262

per 100.000 KH (Susenas 2005).

2) Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) Nasional

mengalami penurunan, yaitu 34 per 1000 KH (SDKI 2007). AKB Provinsi

Sumatera Selatan 42 per 1000 KH (Susenas 2007). Target MDGs 2015 AKB

diharapkan turun menjadi 23 per 1000 KH dan AKABA menjadi 32 per 1000

KH.

3) Umur Harapan Hidup (UHH) Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan

dari 67,9 tahun pada tahun 2003 menjadi 69,9 tahun pada tahun 2009.

4) Status Gizi Masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu BBLR, Status

Gizi Balita. Proporsi BBLR Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 0,79%

(rentang 0,19%-6.65%), prevalensi gizi buruk pada tahun 2009 0,03% (rentang 0-

0,27%).

5) Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Provinsi Sumatera Selatan mengalami

kenaikan dari 84,45% pada tahun 2008 menjadi 88,6% pada tahun 2009, masih

dibawah target SPM sebesar 90%.

6) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Provinsi Sumatera Selatan

pada tahun 2009 sebesar 38,89%, sudah melebihi target SPM 25,76%.

Page 144: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumsel Tahun 2010 Page 137

7) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan mengalami peningkatan dari 84% pada tahun 2008

menjadi 87,83% pada tahun 2009 , sudah melampaui target SPM 85%.

8) Cakupan pelayanan nifas Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 96,49%,

sudah melebihi target SPM 85%.

9) Cakupan neonatus dengan komplikasi yang dilayani Provinsi Sumatera Selatan

pada tahun 2009 82,68%, sudah melebihi target SPM 79,99%.

10) Cakupan kunjungan bayi Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai

87,47%, masih dibawah target SPM 89,99%.

11) Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009

mencapai 82,5%, masih dibawah target SPM 100%.

12) Cakupan pelayanan anak Balita Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009

mencapai 52,05%, masih dibawah target SPM 88,12%.

13) Cakupan pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin Provinsi

Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai 24,68%, masih dibawah target SPM

100%.

14) Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan Provinsi Sumatera Selatan pada

tahun 2009 mencapai 100%, sesuai dengan target SPM 89,99%.

15) Cakupan peserta KB aktif Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai

69,08%, sedikit dibawah target SPM 70%.

16) AFP rate per 100.000 penduduk <15 tahun Provinsi Sumatera Selatan pada tahun

2009 mencapai 4,05, sudah melebihi target SPM >=2.

17) Penemuan penderita Pneumonia Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009

mencapai 29,53%, masih dibawah target SPM 60%.

18) Penemuan pasien baru TB BTA (+)Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009

mencapai 44,62%, masih dibawah target SPM 70%.

19) Penderita DBD yang ditangani Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009

mencapai 71,41%, masih dibawah target SPM 100%.

20) Penemuan penderita diare Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai

3,24%, masih dibawah target SPM 100%.

Page 145: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumsel Tahun 2010 Page 138

21) Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan

Epidemiologi <24 jam Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai

95,33%, masih dibawah target SPM 100%.

22) Cakupan desa siaga aktif Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai

80,49%, masih dibawah target SPM 100%.

23) Jumlah kasus HIV pada tahun 2009 sebanyak 85 kasus, AIDS sebanyak 70 kasus.

Kumulatif kasus HIV sampai dengan tahun 2009 sebanyak 491 kasus.

24) Jumlah kecelakaan yang terjadi pada tahun 2009 sebanyak 2.218 kasus, dengan

jumlah korban sebanyak 4.247 orang dengan perincian 1.051 meninggal dunia,

1.470 luka berat, 1.726 luka ringan. Persentase kematian akibat kecelakaan

tertinggi terjadi di Kabupaten OKU Timur sebesar 36,23% dan Musi rawas

35,29%.

25) Jumlah puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 sebanyak 291

puskesmas, rasio puskesmas mencapai 4,03 per 100.000 penduduk. Jumlah RSU

sebanyak 22 buah tersebar di 14 kabupaten/kota, kecuali kabupaten Ogan Ilir dan

OKU Selatan, terdiri dari 12 RSUD dan 10 RSU Vertikal dan TNI/Polri.

26) Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk sampai dengan tahun 2009 masih

dibawah rasio ideal.

27) Persentase Anggaran Pembangunan Kesehatan sudah mencapai 10,83% dari total

APBD Provinsi Sumatera Selatan.

6.2. SARAN

Dalam rangka peningkatan capaian program-program pembangunan

kesehatan, yang dapat dilihat dari pencapaian indikator standar pelayanan minimal

(SPM) maupun indikator Indonesia Sehat 2010, perlu dilakukan beberapa upaya

antara lain :

1. Perencanaan kegiatan pembangunan kesehatan harus berdasarkan fakta

dilapangan (planning by evidence based) termasuk pencapaian indikator SPM

dan indikator Indonesia Sehat minimal 3 tahun sebelumnya dan diupayakan

mempunyai daya ungkit terhadap penurunan AKI, AKB dan peningkatan

Page 146: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumsel Tahun 2010 Page 139

status gizi masyarakat serta memperhatikan kebijakan-kebijakan Pemerintah

Provinsi Sumatera Selatan.

2. Meningkatkan monitoring dan evaluasi pencapaian program kesehatan

dengan melakukan supervisi-supervisi ke Kabupaten/Kota secara berkala

(setiap triwulan).

3. Meningkatkan pertemuan-pertemuan dengan penanggung jawab program di

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Dinas Kesehatan Provinsi dalam

rangka memberikan feedback terhadap pelaksanaan program yang sedang

berjalan.

4. Meningkatkan kemampuan petugas pengelolah data dan informasi melalui

pelatihan atau bimbingan teknis.

5. Meningkatkan kemampuan pengelolah program kesehatan dalam menyusun

perencanaan kesehatan berbasis kinerja.

6. Mengoptimalkan Jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Siknas

Online)

Page 147: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 4

BAB 2

GAMBARAN UMUM

2.1. KEADAAN PENDUDUK

Perkiraan penduduk Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 berjumlah

7.222.635 jiwa (BPS, Susenas 2009). Dengan komposisi 3.650.615 penduduk laki-

laki dan 3.572.020 penduduk perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera

Selatan sebesar 1,42 persen pada tahun 2009 menurun jika dibandingkan dengan

tahun 2008 sebesar 1,45 persen.

Tabel 2.1Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun, Luas Daerah, Rata-rata Penduduk Desa

Dan Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kabupaten /KotaDi Sumatera Selatan

Tahun 2009

Kabupaten / Kota JumlahPenduduk

JumlahDesa/

Kelurahan

Luas Daerah(Km2)

Rata-rataPenduduk

per KK

KepadatanPendudukPer Km2

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

01. OKU 267.022 152 2.773 4,04 9602. OKI 707.627 309 17.058 4,00 4103. Muara Enim 668.341 325 8.588 4,19 7804. Lahat 341.055 376 4.076 3,92 8405. Musirawas 505.940 277 12.135 3,92 4206. Musi Banyuasin 523.025 218 4.477 4,09 3607. Banyuasin 818.280 303 12.143 4,09 6708. OKU Selatan 331.879 260 5.494 4,00 6009. OKU Timur 581.665 298 3.410 3,82 17110. Ogan Ilir 384.663 241 2.513 4,01 15311. Empat Lawang 213.872 156 2.556 4,05 8412. Palembang 1.438.938 107 374 4,35 3.84713. Prabumulih 137.786 37 422 4,12 32714. Pagar Alam 116.486 35 579 4,03 20115. Lubuk Linggau 186.056 72 420 4,05 443

Jumlah 7.222.635 3.166 87.018 4,08 83

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera SelatanSusenas 2009

Page 148: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 5

Tingkat kepadatan penduduk provinsi Sumatera Selatan sekitar 83 orang per

km2. Dari 15 Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, Kota

Palembang mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi sebesar 3.847 orang per

km2. Sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Musi

Banyuasin yaitu 36 orang per km2.

Penduduk menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 30,03% penduduk

Sumatera Selatan berusia muda (0-14 tahun), 64,16% berusia produktif (umur 15-59

tahun), dan hanya 5,81% yang berumur 60 tahun lebih, sehingga diperoleh angka

ketergantungan (dependency ratio) penduduk Sumatera Selatan sebesar 50,90 artinya,

setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 51 orang penduduk usia

tidak produktif, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 36 orang

penduduk usia tidak produktif.

Tabel 2.2Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil Susenas Menurut Kelompok

Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Selatan2008 – 2009

2008 2009KelompokUmur Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

0 – 4 368.899 351.587 720.476 371.212 353.006 724.2185 – 9 365.780 347.990 713.770 365.405 282.650 711.206

10 – 14 371.091 354.204 725.295 374.902 358.300 733.20215 – 19 371.999 356.012 728.011 362.301 344.999 707.30020 – 24 380.003 373.508 753.511 384.798 373.508 761.69825 – 29 339.003 342.104 681.107 346.898 342.104 695.59930 – 34 286.500 297.401 583.901 294.102 297.401 598.20435 – 39 245.101 250.101 495.202 251.002 250.101 509.00340 – 44 214.001 214.904 428.905 218.799 214.904 438.60145 – 49 189.505 184.204 373.709 193.499 184.204 384.10150 – 54 155.911 141.901 297.812 162.600 141.901 312.00255 – 59 113.108 101.599 214.707 119.900 101.599 227.601

60 + 198.801 206.583 405.384 205.098 214.802 419.900Jumlah 3.599.692 3.522.098 7.121.790 3.650.615 3.572.020 7.222.635

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera SelatanSusenas 2009

Page 149: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 6

Gambar 2.1Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009

(500.000) (400.000) (300.000) (200.000) (100.000) - 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000

< 1

5 - 9

15 - 19

25 - 29

35 - 39

45 - 49

55 - 59

65 - 69

75+

perempuanlaki-laki

2.2. LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH

Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1o sampai 4o Lintang Selatan dan

102o sampai 106o Bujur Timur dengan luas wilayah 87.018 km2 terdiri dari

pegunungan dan pesisir pantai dan dilintasi oleh banyak sungai dan karenanya sering

terjadi banjir. Sebagian besar lahan terdiri dari hutan produksi, lahan pertanian,

eksplorasi dan ekploitasi gas bumi dan bahan galian lainnya seperti minyak tanah dan

batubara. Batas daerah ini adalah di sebelah Utara dengan Provinsi Jambi, di sebelah

Selatan dengan Provinsi Lampung, di sebelah Timur dengan Provinsi Bangka

Belitung, di Pantai Timur tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan payau yang

dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya berupa tumbuhan palmase dan kayurawa

(bakau). Semakin ke barat merupakan dataran tinggi dan terdapat daerah Bukit

Barisan.

Page 150: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 7

2.3. KEADAAN PEMERINTAHAN

Sejak tahun 2006, kembali Provinsi Sumatera Selatan mengalami pemekaran

daerah, dari 14 (empat belas) kabupaten / Kota menjadi 15 (lima belas) kabupaten

kota. Kabupaten yang mengalami pemekaran yaitu kabupaten Ogan Komering Ulu

(OKU) menjadi Kabupaten OKU, OKU Selatan dan OKU Timur dan Kabupaten

Ogan Komering Ilir (OKI) menjadi Kabupaten OKI dan Kabupaten Ogan Ilir dan

pada tahun 2007, kabupaten Lahat mengalami pemekaran lagi menjadi Kabupaten

Lahat dan Kabupaten Empat Lawang, sehingga sampai dengan tahun 2009, Provinsi

Sumatera Selatan mempunyai 15 kabupaten/kota.

2.4. PENDIDIKAN

Sumber daya manusia akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

seseorang. Dari data Susenas 2008 data pendidikan disajikan dalam data partisipasi

bersekolah, tingkat pendidikan penduduk dan kemampuan membaca dan menulis.

Tabel 2.3Persentase Partisipasi Bersekolah, Tingkat Pendidikan Penduduk

Dan Kemampuan Membaca dan MenulisTahun 2009

2009Kota Desa Kota+Desa

- Partisipasi menurut kelompok Umur- 07 – 12 tahun 99,01 97,16 97,80- 13 – 15 tahun 90,85 80,59 84,64- 16 – 18 tahun 63,99 47,12 54,08- 19 – 24 tahun 18,93 6,17 11,57

- Pendidikan Tertinggi yg ditamatkan-Tidak tamat SD 14,16 29,65 23,50- SD / Sederajat 19,75 36,89 30,09- SLTP / Sederajat 20,96 18,64 19,56- SLTA / Sederajat 34,76 12,82 21,52-Diploma/Universitas 10,40 2,00 5,33

% Melek Huruf 98,37 96,43 97,20

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan

Page 151: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 8

Secara umum di Sumatera Selatan, Angka Partisipasi Sekolah (APS)

penduduk perkotaan lebih besar dari APS penduduk pedesaan kecuali pada kelompok

umur 7 – 12 tahun yang relative merata.

Kemampuan baca tulis (melek huruf) merupakan keterampilan minimum yang

dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup sejahtera. Persentase melek

huruf yaitu persentase penduduk 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis

huruf latin dan huruf lainnya sebesar 97,20% dari seluruh penduduk usia 10 tahun

keatas pada tahun 2009. Ini berarti bahwa tingkat penduduk yang buta huruf relatif

kecil yaitu sebesar 2,80%.

Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki merupakan indicator pokok kualitas

pendidikan formal. Semangkin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata

penduduk suatu Negara dapat mencerminkan taraf intelektualitas suatu bangsa. Pada

table 2.3. di atas terlihat bahwa penduduk Sumatera Selatan berumur 10 tahun ke atas

yang tidak/belum memiliki ijazah sebesar 23,50 persen, tamat SD/MI sederajat

sebesar 23,50 persen, SLTP/MTs sederajat sebesar 19,56 persen, SMU/MA sederajat

sebesar 21,52 persen, Diploma sampai perguruan tinggi sebesar 5,33 persen.

2.5. EKONOMI

Ukuran yang sering digunakan sebagai kemakmuran suatu daerah adalah

pendapatan per kapita.

Pada tahun 2008, pendapatan per kapita Sumatera Selatan atas dasar harga

berlaku dengan Migas dan tanpa Migas meningkat dari tahun sebelumnya yaitu dari

Rp. 13.292.695 tahun 2007 menjadi Rp.15.900.105 tahun 2008 (dengan Migas),

sementara tanpa Migas naik dari Rp.9.025.731 menjadi 10.546.378. Sedangkan

pendapatan perkapita atas dasar harga konstan dengan Migas dan tanpa Migas juga

mengalami peningkatan yaitu dari Rp.6.623.790 tahun 2007 menjadi Rp.6.862.014

(dengan Migas), tanpa Migas dari Rp.5.032.531 menjadi Rp.5.275.313.

Page 152: Profil Kes Sumsel 2010

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 9

Tabel 2.4PDRB Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga KonstanTahun 2004-2008 (Juta Rupiah)

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga KonstanTahunDengan MIGAS Tanpa MIGAS Dengan MIGAS Tanpa MIGAS

2004 64.319.375 45.470.766 47.344.395 33.969.0832005 81.531.510 52.726.675 49.633.536 36.317.674

2006 r) 95.928.763 63.500.068 52.214.848 38.971.0242007 *) 109.895.707 74.905.270 55.262.114 42.106.1492008**) 133.358.882 88.794.817 58.080.027 44.777.677

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatanr) Angka Revisi*) Angka Sementara**) Angka Sangat Sementara