Buku Bprs Ampek Angkek Candung

157
Drs. H. Bustaman Rahim

description

Mengenang Pendirian Bank Syariah AACDrs. H. Bustaman Rahim0Mengenang Pendirian Bank Syariah Ampek Angkek Candung@Design dan tata letak : SatriadiMengenang Pendirian Bank Syariah AAC1TENTANG PENULISH. Bustaman Rahim, lahir di Parit Putus – Bukittinggi tanggal 15 Agustus 1928 dari Bapak bernama Marahimin gelar Pakih Sinaro bin Abdul Khalid dan ibu bernama Saeran binti Datuk Sati. Dalam tahun 1936 sewaktu masih duduk di kelas 3 sekolah standar (setingkat dengan Sekolah Dasar) di bu

Transcript of Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Page 1: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 0

Drs. H. Bustaman Rahim

Page 2: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 1

Mengenang Pendirian Bank Syariah Ampek Angkek Candung @Design dan tata letak : Satriadi

Page 3: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 2

TENTANG PENULIS H. Bustaman Rahim, lahir di Parit Putus – Bukittinggi tanggal 15 Agustus 1928 dari Bapak bernama Marahimin gelar Pakih Sinaro bin Abdul Khalid dan ibu bernama Saeran binti Datuk Sati. Dalam tahun 1936 sewaktu masih duduk di kelas 3 sekolah standar (setingkat dengan Sekolah Dasar) di buah Pauh, Kec. IV Angkat Candung, dia dibawa orang tuanya merantau ke Johor Baru Malaysia, waktu itu baru berumur 8 tahun. Di Johor Baru masuk English College School. Selesai ujian kenaikan kelas, dari kelas V ke kelas VI bulan Desember 1941 tentara Jepang masuk menjajah Malaysia dan sebagian negara-negara di Asia. Dalam tahun 1942 dibawa orang tua kembali ke kampung Bukittinggi. Tahun 1946 masuk Angkatan Laut RI di Pariaman sampai agresi Belanda pertama tahun 1947, setelah itu menjadi anggota Badan Penyelidik (BP) di bawah pimpinan Bapak Leon Salim dan Bapak Mansur Thaib di Bukittinggi. Pada saat agresi Belanda kedua (Desember 1949) dia ikut bergerilya di Gunung Merapi selaku Wakil Komandan Seksi II dalam kesatuan sektor IIIB dibawah komandan Bapak Nurdin Usman. Waktu cease fire Desember 1950 masuk kota Bukittinggi dan bermarkas di Tarok dan berada dibawah Kompi Guntur pimpinan Bapak Yusuf Ali yang dikenal dengan panggilan Yusuf Black Cat. Maret 1980 mengundurkan diri dari ketentaraan dengan pangkat terakhir Sersan Mayor. Pengunduran diri ini disebabkan hendak meneruskan sekolah di English College School Johor Baru. Di Pekanbaru bertemu dengan Bapak Djamin Datuk Bagindo yang waktu itu menjabat Residen di Riau. Beliau menasehati, “kalau kamu mau belajar bukan ke Malaysia tempatnya tetapi ke pulau Jawa. Sekarang banyak orang-orang Malaysia yang belajar ke pulau Jawa”. Mendengar nasehat tersebut Bustaman Rahim putar haluan langsung

Page 4: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 3

pergi menuju Jakarta, dengan tekad ingin merubah nasib dan membangun masa depan yang lebih baik. Di Jakarta dan Bandung dia bekerja - belajar, dan bekerja – belajar tanpa mengenal lelah, sehingga akhirnya dia berhasil menamatkan kuliah di Akademi Perniagaan Indonesia yang statusnya disamakan dengan Negeri tahun 1961. Tamat dari Universitas Negeri Padjadjaran jurusan Administrasi Niaga tahun 1965 dan jurusan Akuntansi di Universitas yang sama tahun 1972. Sambil kuliah dia bekerja di berbagai perusahaan swasta dan terakhir serta terlama adalah di PT Teknik Umum sejak tahun 1956 s/d 1968, jabatan terakhir di PT Teknik Umum Direktur Muda. Setelah lulus jurusan Akuntansi tahun 1972 segera membuka kantor Akuntan Publik dan mengundurkan diri dari profesi tersebut tahun 1993. Profesi Akuntan Publik diserahkannya kepada anaknya yang nomor dua bernama Hermen Bustaman dan istrinya yang Alhamdulillah sama-sama Akuntan. Bulan Juli 1996 dia ditunjuk oleh masyarakat perantau Ampek Angkek Candung di Jakarta dan Bandung menjadi Ketua Panitia Pendiri BPRS Ampek Angkek Candung (AAC) dan berhasil mendapat izin operasi pada bulan Mei 1999. Di BPRS AAC dia dipercaya selaku Staf Ahli Dewan Komisaris sejak beroperasi sampai sekarang, disamping Ketua Panitia Peningkatan Modal Tahap II.

Page 5: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 4

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ......................................................................................... 4 AWAL GAGASAN PENDIRIAN BPR PERTAMA ......................... 27

Paket Kebijaksanaan Pemerintah Tanggal 27 Oktober l988 Terkenal dengan Pakto 88 Sebagai Penggerak .............................................. 29 Inisiatif Pertama dari IKAT Jakarta ................................................ 31 Rapat Pertama Rencana Pendirian BPR Tahun l990. ..................... 32 Pembentukan Panitia Pendiri .......................................................... 33 Kesulitan Menemukan Figur yang Cocok Untuk Diangkat Menjadi Direksi BPR. ................................................................................... 34

TAMPILNYA PEMRAKARSA BARU, SOSIALISASI GAGASAN DAN PENYUSUNAN PROPOSAL .................................................. 36

Beberapa Orang Memberanikan Diri Sebagai Pemrakarsa ............. 37 Meneguhkan Tekad Menerima Jabatan Selaku Ketua Pendiri BPRS AAC ................................................................................................ 40 Sosialisasi di Kampung dari Tanggal 29 Juli 1996 Sampai Dengan Tanggal 31 Agusuts 1996. .............................................................. 43 Turun ke Bawah Sampai ke Desa-desa dan ke Mesjid-mesjid ....... 48 Mencari Calon Direksi, Komisaris dan Pengawas Syariah ............. 56 Pematangan Hasil Sosialisasi di Jakarta ......................................... 58 Penyiapan Proposal Izin Prinsip Untuk Departemen Keuangan dan Bank Indonesia ................................................................................ 63 Studi Banding di BPR Lain ............................................................. 70

PROSES IZIN DARI DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BANK INDONESIA SAMPAI IZIN USAHA .............................................. 73

Pengajuan Izin Prinsip Pertama Ditolak oleh Departemen Keuangan Untuk Diperbaiki............................................................................. 74 Mencari Calon Direksi dan Komisaris Pengganti ........................... 74 Pengajuan Revisi Izin Prinsip Kepada Departeman Keuangan dan Bank Indonesia ................................................................................ 77 Izin Prinsip Diterima dari Departemen Keuangan .......................... 78 Penandatanganan Akte Pendirian di Hadapan Notaris Sofjan, SH . 84

Page 6: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 5

Fit and Proper Test oleh Bank Indonesia Para Pemegang Saham dan Pengurus yang Namanya Tercantum Dalam Akte Pendirian .......... 89 Mengurus Legalitas Formil di Kabupaten Agam ............................ 90 Pengajuan Izin Usaha ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia ......................................................................................... 93 Persiapan Sumber Daya Manusia, Untuk Siap Beroperasi ............. 94 Persiapan Sarana ............................................................................. 95 Tabungan Keluarga Amal Saleh (TAKAH).................................... 97 Panitia Mulai Gelisah .................................................................... 101 Panitia Hampir Putus Asa Karena Izin Operasi dari Bank Indonesia Tidak Kunjung Keluar .................................................................. 103 Laporan Keuangan Tahun Buku Pertama BPRS AAC 31 Desember 1998 ............................................................................................... 104 Menghibahkan Saham Untuk Mesjid-Mesjid Masing-Masing Satu Lembar .......................................................................................... 105

MASA OPERASI ............................................................................. 108 Diangkat Selaku Staf Ahli Dewan Komisaris ............................... 112 Peresmian Beroperasinya BPRS AAC di Halaman SMP Tanjung Alam .............................................................................................. 113 Tatap Muka Antara Pemuka Masyarakat dengan Para Pengurus di Triarga dalam Rangka Persiapan Operasi ..................................... 122 Pembentukan Panitia Peningkatan Modal Disetor Tahap I .......... 123 Bank Muamalat Indonesia Ikut Serta Dalam Penyertaan Modal di BPRS AAC ................................................................................... 125 Pembentukan Panitia Peningkatan Modal Tahap II ...................... 128 Saham Permodalan Nasional Madani (PNM) di BPRS AAC....... 130 Penanda Tanganan Perobahan Akte Notaris Mengenai Modal Dasar dari Rp. 500 Juta Menjadi Rp. 2 milyar ........................................ 133 Mengundang Yayasan Penegak Ikut Serta Saham di BPRS AAC134 Penanda Tanganan Perobahan Akte Notaris Modal Disetor dari Rp. 500 Juta Menjadi Rp. 1,2 Milyar .................................................. 136 Pernyataan dan Pengakuan Status Kepemilikan Saham ............... 137 Pengangkatan Pengurus Baru setelah masa jabatan Pengurus Lama berakhir ......................................................................................... 139

PENUTUP ......................................................................................... 140

Page 7: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 6

DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Hadir Rapat Pertama Pendirian BPRS AAC Tanggal 14

Juli 1996 2. Peta Kecamatan Ampek Angkek Canduang 3. Daftar Pemegang Saham Setelah 15 bulan Panitia Bekerja 4. Neraca Pertama BPRS AAC per 31 Desember 1998 5. Perkembangan Usaha BPRS AAC dari Tahun 2001 s/d Juni 2005. 6. Daftar Pemegang Saham BPRS AAC per 30 Juni 2005

Page 8: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 7

KATA SAMBUTAN Saya menyambut dengan baik penerbitan buku “Mengenang Pendirian Bank Syariah Ampek Angkek Candung” yang disusun oleh Bapak H. Bustaman Rahim. Buku ini menggambarkan dengan nyata duka cita dan pengalaman-pengalaman yang beliau hadapi bersama-sama dengan beberapa pemuka Ampek Angkek Candung lainnya dalam mendirikan Bank Syariah di Kecamatan Ampek Angkek Candung. Usaha-usaha tersebut memang tidak mudah dan memakan waktu betahun-tahun, setelah sebelumnya didahului oleh usaha-usaha pemuka-pemuka Ampek Angkek Candung lainnya, juga selama beberapa tahun. Lebih mengharukan lagi bahwa usaha ini dilakukan oleh beliau-beliau tersebut sebagai ibadah dan amal, bukan sebagai usaha mencari keuntungan materiil maupun mencari popularitas. Saya sungguh terpesona membaca bahwa segala biaya yang dikeluarkan untuk pulang pergi Jakarta-Bukittinggi selama berkali-kali ditanggung sendiri oleh para pendiri dan pengambil inisiatif. Lebih mengharukan lagi bahwa usaha-usaha besar ini dimotori oleh para perantau Ampek Angkek Candung yang berada di sekitar Jakarta-Bandung. Orang-orang ini pun, yang sebagian besar telah tua dan telah sepuh, sebagian malah telah meninggal, melakukan usaha tersebut terutama karena mengingat dan didorong oleh rasa menghargai kampung halaman dan rasa persaudaraan yang sangat kuat terhadap warga yang berada di kampung. Sebagai seorang perantau, saya merasakan kedekatan dengan kampung halaman dan keinginan untuk melihat maju dan berkembangnya keadaan ekonomi dan sosial di Kecamaan Ampek Angkek Candung. Walaupun banyak diantara kita yang sudah berkiprah dirantau dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan nasional dan internasional namun kerinduan dan

Page 9: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 8

kecintaan kepada kampung halaman dan tempat lahir tidak pernah terhapuskan. Seperti kata pepatah Minang, “Setinggi-tinggi terbang bangau, kembalinya tetap ke kubangan”. Rasanya makin jauh dari kampung dan makin lama meninggalkan kampung makin terasa kerinduan dan kecintaan kepada daerah Ampek Angkek Candung tersebut. Kini Ampek Angkek Candung kelihatannya secara administratif telah pecah atau dalam istilah politik baru telah “mekar” menjadi dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan Candung. Malah ada lagi kabar-kabar yang ingin memecah lagi Ampek Agkek menjadi sebagian masuk kota Bukittinggi dan sebagian lagi tetap di Kabupaten Agam. Terlepas dari bagaimana perkembangan politik selanjutnya, saya sebagai seorang yang berasal dari Ampek Angkek Candung, dan yang dalam tahun 1953 datang ke Jakarta untuk memulai pengembaraan hidup saya, pada mulanya terlibat sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan IKAT (Ikatan Keluarga Ampek Angkek Candung) di Jakarta. Walaupun akhir-akhir ini tidak banyak lagi terlibat secara langsung didalam kegiatan IKAT, namun saya merasakan bahwa kesatuan Ampek Angkek Candung telah menjadi suatu kesatuan social psikologis, jauh lebih kuat daripada hanya kesatuan birokratis/administrative. Ampek Angkek Candung telah menjadi suatu pengertian tersendiri didalam sejarah budaya Minangkabau. Apapun yang akan terjadi dibidang pemerintahan, kiranya kesatuan budaya dan psikologis tersebut perlu tetap dipelihara. Dalam hubungan ini saya melihat BPRS Ampek Angkek Candung merupakan salah satu diantara kegiatan yang tetap melihat kesatuan sejarah, budaya dan psikologis Ampek Angkek Candung tersebut. Dalam konteks kesatuan sejarah, budaya dan psikologis ini, saya juga melihat BPRS Ampek Angkek Candung sebagai suatu usaha yang berusaha menjembatani generasi masa lalu dengan genarasi yang sekarang dan generasi masa depan. Seperti diceritakan didalam buku ini, generasi masa lalu sudah banyak yang sepuh karena beliau umumnya berumur diatas 60/70 tahun. BPRS Ampek Angkek

Page 10: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 9

Candung yang mereka dirikan dengan mengikut sertakan generasi yang sekarang diharapkan akan membawa keuntungan yang lebih positif bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Dalam hubungan inilah perlunya generasi sekarang dan generasi yang akan datang memelihara membela dan menumbuh-kembangkan inisiatif ini sehingga kegiatan-kegiatan BPRS AAC akan berdaya guna yang jauh lebih tinggi didalam meningkatkan kehidupan social-ekonomis saudara-saudara kita di Ampek Angkek Candung secara keseluruhan. Semoga tulisan ini dapat dibaca oleh seluruh anggota masyarakat Ampek Angkek Candung baik di rantau maupun di Ampek Angkek Candung sendiri. Mudah-mudahan pula pengalaman para pengambil inisiatif ini berguna pula bagi daerah-daerah lain di Sumatera Barat khususnya maupun di Indonesia pada umumnya. Akhirnya kita mendoakan kepada Allah SWT semoga BPRS AAC akan selalu mendapat kemajuan disertai ridho Illahi. Jakarta, 1 Agustus 2005.

Prof. Dr. Hasjim Djalal, MA

Page 11: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 10

Page 12: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 11

Sambutan bekas Ketua IKATAN KELUARGA AMPEK ANGKEK CANDUNG (IKAT)

Masa jabatan 1980-an sampai 1990-an dan Mantan Inspektur Jenderal Departemen Keuangan Republik Indonesia

Bismillahirrahmanirrahim. Yang namanya tersebut dibawah ini turut menyambut Buku berisi suka duka yang dialami oleh sdr. Bustaman Rahim dalam membidani kelahiran Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ampek Angkek Candung, adalah dengan maksud untuk sekedar mengenang keberadaan Ikatan Keluarga Ampek Angkek Candung di Jakarta. Penulis pernah merupakan pimpinannya selama tiga periode masa jabatan antara 1980-an dan 1990-an. Barangkali warga yang berasal dari kecamatan tersebut baik yang bermukim di perantauan ataupun yang masih berdiam di kampung halaman masih ingat, bahwa maksud didirikannya Ikatan Keluarga diatas adalah terdiri dari dua tujuan utama yaitu : • Pertama : untuk mempererat hubungan silaturrahmi antara warga

yang berasal dari Kecamatan Ampek Angkek Candung yang bermukim di Jakarta dan berkordinasi dengan masing-masing ikatan Keluarga Kenagarian

• Kedua : Ikut memperjuangkan usaha-usaha pembangunan di kampung halaman

Perlu diingatkan, bahwa penetapan kedua tujuan diatas adalah atas dasar kecintaan yang mendalam kepada kampung halaman yang baru saja ditinggalkan untuk mencari ilmu pengetahuan yang lebih tinggi atau untuk mengembangkan usaha perekonomian yang lebih memberikan keuntungan, bahkan untuk meningkatkan karier yang telah dijalankan dibidang administrasi pemerintahan atau kemelitieran ataupun perbankan dan adakalanya juga untuk peningkatan dalam kepartaian dan organisasi kemasyarakatan. Semua itu dengan dilatar belakangi perasaan bahwa kampung halaman kita beserta penduduknya masih berada dalam keadaan terbelakang dibandingkan

Page 13: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 12

dengan kemajuan yang telah dicapai oleh pihak-pihak lain. Perasaan tersebut memberikan dorongan kepada perantau tersebut untuk mempersatukan diri agar dapat mengejar ketinggalan yang dirasakan Demikian pemikiran yang melahirkan Ikatan Keluarga Ampek Angkek Candung (IKAT) di Jakarta, yang pertama kali dipimpin oelh seorang tokoh yang cukup terkenal dikalangan kita, yaitu Bapak Djamin Datuk Bagindo berasal dari Koto Tuo Balaigurah, bekas pejabat tinggi bidang Pemerintahan. Pimpinannya kemudian dilajutkan oleh Bapak Hasyim Sutan Pamenan, bekas pejabat tinggi Departemen Keuangan berasal dari Tanjung Alam (Biaro Gadang). Kemudian dipegang oleh Bapak Baharudin bekas pejabat Kepolisian berasal dari Batutaba. Penulis bernama Muhammad Taufik berasal dari Candung Kotolaweh, pada waktu itu pejabat Departemen Keuangan. Dalam tahun 1980-an dipilih bersama untuk meneruskan kepemimpinannya sehingga mencapai tiga periode kepengurusan. Kepemimpinan berikutnya dipegan oleh saudara Drs. Amir Muin berasal dari Batutaba yang waktu itu menjabat selaku sekretaris Komisi Penilaian Kekayaan Pejabat Negara. Setelah itu kepengurusan dipegang oleh salah seorang anggota dan semula dipimpin oleh Alhanif (almarhum) pengusaha berasal dari Lambah (Koto Marapak) Telah banyak usaha yang dijalankan oleh Ikatan Keluarga Ampek Angkek Candung Jakarta, selain dari teratur mengadakan Halal bi Halal untuk kita bersama, juga mengadakan usaha bantuan untuk kampung halaman antara lain: • Mengumpulkan bantuan untuk meringankan penderitaan bencana

galodo di kanagarian Lasi • Memperjuangkan berdirinya dan mempelopori pengumpulan dana

untuk dapat berdirinya Sekolah Menengah Atas Lambah • Dan usaha-usaha lain yang sedikit banyak berhasil, tetapi

adakalanya juga yang tidak mencapai hasil seperti memperjuangkan tata pengairan yang lebih baik untuk pesawahan di kampung halaman.

Page 14: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 13

Pada akhir tahun 1990 Ikatan Keluarga Ampek Angkek Candung jug telah berusaha mengambil inisiatif/pemrakasa untuk mendirikan sebuah Bank Perkreditan Rakyat dengan maksud untuk membantu peningkatan usaha kecil dan menengah di kampung halaman. Pada mulanya usaha tersebut mendapat sambutan yang cukup menggembirakan dikalangan pengusaha yang berasala dari orang kita, akan tetapi pada saat terakhir ternyata tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Sebab utama deri ketidak berhasilan tersebut menurut penilaian penulis adalah karena masalah “kepercayaan” Oleh karena itu penulis menyambut dengan rasa bersyukur usaha yang dirintis oleh sdr. Bustaman Rahim ini yang sekaligus telah menimbulkan kembali kepercayaan diantara kita. Penulis dapat mengatakan oleh karena ternyata rintisan sdr. Bustaman Rahim ini lansung mendapat respon positif dari kalangan warga Ampek Angkek Candung (baik dari perantauan maupun bukan) yang terutama terdiri dari : 1. Unsur perorangan yang telah berhasil menjalankan karier dibidang

administrasi pemerintahan dan kemeliteran atau perbankan 2. Unsur para pengusaha yang telah berhasil mengembangkan

kegiatannya 3. Unsur para pejuang kemerdekaan yang ingin membalas budi

masyarakat kampung halaman dalam melindungi mereka selama masa itu

4. Unsur lainnya yang hanya ingin melihat agar kampung halaman kita dapat sejajar kemajuannya dengan daerah lain.

Kesemuanya itu dilandasi atas kecintaan yang ikhlas kepada kampung halaman serta penduduknya, serta sekaligus sebagai ibadahnya kepada Allah yang Maha Kuasa, serta diikuti dengan rasa “kepercayaan” kepada kelompok yang merintisnya.

Page 15: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 14

Penulis berharap agar Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ampek Angkek Candung yang dibidani kelahirannya oleh sdr. Bustaman Rahim dengan kerjasama dan dengan rasa kepercayaan dari semua unsur diatas dan tujuan yang mulia untuk kampung halaman dan warganya semoga dapat dipupuk bersama. Mudah-mudahan cita-cita berupa peningkatan perekonomian dan kemakmuran masyarakat Ampek Angkek Candung yang oleh BPRS ini ingin didorong dan difasilitasi dalam pencapaiannya, kiranya dapat terwujud. Bersamaan dengan itu kiranya rasa solidaritas dan ukhwah dan kepercayaan yang mendorong kelahiran BPRS ini tetap dapat dipertahankan bahkan makin ditingkatkan. Wa billahi Taufik wal Hidayah Jakarta, November 2005 H. Mohammad Taufik MA

Page 16: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 15

KATA SAMBUTAN

DIREKSI BANK MUAMALAT Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Memperjuangkan kebenaran memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Penggalan sejarah umat manusia menunjukkan, diperlukan kesabaran yang menyertai keberanian dalam menyampaian, meyakinkan dan membumikannya. Apalagi, bila kebenaran itu adalah suatu yang baru, asing dalam pandangan masyarakat kebanyakan. Memang demikian tabiatnya, jalan yang berliku, bahkan kerap dipenuhi duri dan onak merupakan realitas kebenaran itu sendiri disemua aspek kehidupan. Begitupun dalam lingkup perekonomian. Sebagaimana dipahami bersama, bangsa dan negeri ini, perlahan tapi pasti, terus terjerembab tak berdaya diatas tiang penyangga yang konon kabarnya begitu sangat kokoh, sistem ribawi. Namun waktu juga yang membuktikan, bahwa ternyata kekokohan itu hanya sekadar fatamorgana. Seolah kuat, ternyata lemah. Sitem ini tak mampu menopang sistem perekonomian bangsa. Demikian yang diingatkan oleh Allah SWT: “Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri malainkan seperti berdirinya orang-orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila..” QS 2 al-Baqarah:275. Begitulah ternyata, arsitektut perekonomian negeri yang terdiri dari batu bata – batu bata ribawi, dibangun dengan jerih payah dan kucuran keringat tak sedikit. Namun hanya dalam hitungan bulan, bahkan pekan, ia roboh, lunglai tak berdaya. Perjalan sejarah ini membuktikan betapa rentannya pilihan sistem perekonomian yang kita pilih dalam membangun negeri. Gagal, itulah kesimpulan yang bisa diambil dari prahara ekonomi yang menerjang dan tak sanggup diatasinya. Disisi lain, ada sebuah kesadaran baru yang lahir dari segelintir anak negeri. Kejelian, sikap visioner dan spirit keimanan yang dijunjungnya

Page 17: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 16

dengan tinggi telah menghantar mereka pada satu titik balikpemahaman terhadap kenstelasi sistem perekonomian negeri (baca: umat). Ketimpangan, disparasi, dan kamuflase yang mengemuka dalam perekonomian negeri menyentak mereka untuk mencari alternatif lain, yang memiliki akar filosofis kental dan dekat serta akrab dengan kondisi masyarakat Indonesia, mayoritas Muslim. Karenanya menjadi hal yang wajar, manakala pelihan alternatf jatuh pasa sistem perekonomian yang memiliki basis konstruksi Islam. Bukan hanya kedekatan dan keakrabannya secara sosiologis dengan masyarakat muslim, sistem baru ini dipercaya memiliki persistensi dan resistensi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi perekonomian sebuah negeri. Bahkan dinegeri-negeri kapitalis punembrio perekonimian Islam ini mendapat tempat sangat baik dalam tumbuh dan kembangnya. Tranparansi dan keadilan yang menjadikannya diusung oleh siapa saja yang merindukan berlansungnya praktek-praktek perekonimian yang manusiawi. Dimulailah kajian dan penyebaran wacana untuk menempatkan embrio sistem perekonimian alternatif ini. Tak kurang para ulama, ilmuwan dan profesional memberikan perhatian serius kepadanya. Diskusi, seminar, workshop diadakan tiada henti. Yang pasti, perjalannya senantiasa diiringi liku-liku yang cukup tajam. Bahkan pandangan-pandangan yang pisimis, antagonis, dan anarkis (dalamm kontek pemikiran) menjadi hiasan yang mengiringi gerak langkahnya. Onak dan duri, seakan bertebaran disepanjang jalan yang hendak dilalui. Namun dengan kehati-hatian dan kesungguhan, berbuah pula pohon yang lama disemai. Tahun 1992, untuk pertama kali, negeri ini memperkenalkan kepada embrio sistem perekonomian Islam, Bank Muamalat. Antusias, dukungan dan harapan yang sangat besar menjadi tantangan, sekaligus problem bagi embrio ini. Daya jelajahnya yang yang masih minim menyebabkan belum mampu memberikan pelayanan kepada umat secara optimal. Bayangkan sebuah bank yang hanya berada di Jakarta harus melayani umat Islam Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Sebuah pekerjaan yang sangat berat. Perlu ada penopang-penopang lain yang seirama dengan gerak langkahnya.

Page 18: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 17

Meski secara fisik belum mampu menjelajah ke seantero Nusantara, namun ada hal lain yang semakin menguatkan akar perekonomian Islam ini. Spirit dan wacana terhadapnya terus mengemuka. Bak bola salju, ia terus menggelinding besar semakin besar. Tak mengherankan bila dikemudian hari wacana dan spirit ini dibeberapa daerah di Indonesia mulai mengerucut menjadi tekad untuk mendirikan institusi-institusi Islami dibedang keuangan. Tak asing lagi ditelinga kita istilah-istilah Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Koperasi Syariah (Kopsyah), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Bagai jamur dimusim hujan, institusi-institusi tersebut marak melengkapi sistem perekonomian bangsa. Tak terkecuali di ranah Minang. Adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah. Terkenal dengan spirit keislamannya yang sangat baik, menjadikan daerah ini potensial bagi pengembangan perekonomian Islam. Hal linilah yang mampu dilihat secara jeli oleh H. Bustaman Rahim dan rekan-rekan. Sebagai sarana untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat kebanyakan , didirikanlah BPRS. Kalaulah kini, institusi ini berada pada posisi yang relatif mapan, tidaklah demikian dengan sejarah pendirian dan tahun-tahun awal perkembangannya. Hambatan, tantangan, dan tribulasi mewarnai kehadirannya. Birokrasi, sumber daya Insani, finansial, legalitas, merupakan sebagian dari banyak tantangan yang harus dihadapi dan dicarikan solusi. Namun, kerja keras, semangat pantang menyerah, kerelaan berkorban, dan tentu saja izin Allah SWT, semakin mewujudkan mempi menjadi nyata di Kecamatan Ampek Angkek Candung. Ujntuk mengenang peristiwa sejarah itu, nampaknya penulis merasa penting untuk menghadirkannya secara sistematis dalam torehan-torehan tinta berbentuk esbuah buku. Buku yang ada ditangann anda adalah wujudnya: Mengenang Pendirian Bank Syariah Ampek Angkek Candung. Dikemas bahasa yang lugas dan sederhana, menjadikannya mudah difahami. Satu harapan, semoga menjadi bara api penyemangat bagi generasi akan datang untuk terus mengobarkan api semangat perjuangan, khusus dibidang perekonomian Islam. Selamat dan apresiasi, saya sampaikan kepada Bapak H. Bustaman Rahim atas upaya sungguh-sungguh yang telah ditunjukkannya dengan menerbitkan buku ini. Semoga kehadirannya mampu

Page 19: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 18

memberikan pemahaman yangn kian baik bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan kaum muslimin khususnya. Selain itu, tentunya bisa menambah khasanah intelektual para pencari kebenaran hakiki di dunia perbankan. Bahkan lebih jauh lagi, semoga perjalanan perbakan Syariah ke depan semakin syarat dengan kontribusi yang besar bagi kamajuan umat dan bangsa ini dengan mengambil inspirasi dan spirit yang ditunjukkkan darinya. Wabillahit-taufik wal hidayah Wassalamu’alaikum wr,wb Jakarta 1 Ramadhan 1426 H A.Riawan Amin Direktur Utama Bank Muamalat

Page 20: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 19

KATA SAMBUTAN

KETUA DPRD KABUPATEN AGAM Berdasarkan data statistik perbankan Sumatra Barat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia edisi Juli 2005, jumlah Bank Perkreditan Rakyat di Sumatra Barat tercatat sebanyak 6 Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan 3 diantaranya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Yang menarik dari data ini adalah sudah ada 3 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) di Sumatra Barat pada tahun 2000. Dan pada tahun ini belum ada satupun sama sekali Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Dari 3 BPRS di Sumatra Barat itu ada 2 yang terdapat di Kabupaten Agam, yaitu BPRS Carano Kiat Andalas dan BPRS Ampek Angkek Candung. Dapat dibaca bahwa BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) telah tampil sebagai pelopor (panaruko) adanya sistem perbankan Syariah untuk menjawab harapan akan adanya pola syariah dalam sistem ekonomi yang dirindukan masyarakat Sumatra Barat. Sebagai BPRS panaruko, tentu tidak mudah membangun kepercayaan masyarakat, apalagi sudah terpola dalam pemikiran dan sikap pelaku ekonomi Sumatra Barat bahwa bank konvensional dengan sistem riba telah berkiprah dan mempunyai jaringan yang luas dan menjadi mitra untuk meningikatkan perekonomian rakyat. Apalagi saat pendirian itu, bank umum Syariah saja belum ada yang membuka cabangnya di Sumatra Barat, artinya secara eksplisit potensi pasarnya masih belum menjanjikan. Upaya perintisan pendirian BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) yang bernuansa Syariah itu bagi pendirinya bukanlah dimaknai dari sisi prospek pasar, akan tetapi karena mengemban misi ibadah atau menciptakan sebuah sistem ekonomi anak nagari yang halal dan bersih (halalan tayyibah) sehingga rezeki mereka berkah. H. Bustaman Rahim, sebagai ketua pendiri BPRS Ampek Angkek Candung dalam buku ini secara gamblang menjelaskan: “Dari segi agama Bank Syariah tidak diragukan lagi kehalalannya baik dari segi

Page 21: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 20

sumber dana maupun penggunaannya, inysaallah membawa berkah kepada pengelola dan yang memanfaatkannya. Akhirnya rapat memilih BPR yang akan didirikan adalah BPR yang beroperasi secara syariah di daerah yang penduduknya 100% beragama Islam”. Buku ini sangat berarti, maksudnya adalah bagaimana para pendiri BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) ini bergulat memperjuangkan sebuah idealisme. Dan juga menghadapi tantangan diantaranya : 1. Meyakinkan para perantau dan masyarakat untuk memberikan

dukungan, baik moril maupun materil, sehingga diperlukan waktu, biaya, tenaga yang cukup. Karena harus bolak-balik dari rantau ke kampung halaman.

2. Pada saat proses pengurusa izin, penulis nyaris putus asa dengan perjuangan beliau, karena dalam mengurus izin dari Bank Indonesia saja penyelesain semua urusan administrasi memakan waktu hampir 3 tahun.

Disamping itu, buku ini perlu karena dari buku ini juga dapat ditauladani arti peduli dari para perantau. Rasa cinta yang mendalam terhadap kampung halaman dan masyarakat di kampung, walaupun jauh dari rantau, masih menggebu-gebu. Bahkan para pendiri yang notabenenya mereka yang sudah sepuh. Namun jarak dan usia ternyata bukanlah halangan untuk mewujudkan rasa cinta itu. Buktinya rantau nan jauh dan usia yang sepuh telah mampu melahirkan sebuah karya nyata untuk membantu anak nagari di kampung halaman dalam meraih dan meningkat ekonomi mereka. Dengan berdirinya BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) di Ampek Angkek Candung telah memberi rona tersendiri bagi pola perekonomian masyarakat Kabupaten Agam khususnya Ampek Angkek Candung. Walau kita ketahui BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) ini tidak membatasi kerja dan akses nasabah sesuai dengan namanya, ternyata

Page 22: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 21

BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) diakses oleh banyak orang yang bukan Ampek Angkek Candung. Semoga buku ini menjadi rujukan dan berguna bagi masyarakat. Dan sebuah catatan sejarah untuk kelahiran sistem perbankan syariah di Sumatra Barat. Lubuk Basung, September 2005 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Agam Ketua Yandril S.Sos.

Page 23: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 22

KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbul Aalamiin, salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada sang pelita kehidupan, pembebas manusia dari gelapnya kebodohan, Muhammad SAW, juga kepada keluarga, para sahabatnya dan juga kepada pengikutnya sampai di akhir zaman, Amin !. Beberapa orang yang saya hormati, dan aktif mendirikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ampek Angkek Canduang (BPRS AAC), minta kepada saya untuk menyusun catatan sejarah berdirinya BPRS AAC ini. Beliau itu antara lain; pak H.M.Taufik berasal dari Canduang, pak Amir Thaib berasal dari Ampang Gadang, pak Nazir berasal dari Pilubang, ibu Rosliana berasal dari Balai Gurah dan lain lain, yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu. Mula-mula permintaan beliau-beliau itu saya iyakan saja, dan waktu itu saya merasa tidak begitu perlu untuk membuat sejarah berdirnya BPRS AAC. Alasan saya adalah, baktinya tidak begitu berarti jika dibandingkan dengan bakti dan karya-karya pemuka-pemuka masyarakat kita lainnya di kecamatan kita. Bakti mereka dapat kita rasakan sampai sekarang dan akan datang, seperti mendirikan sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah yang banyak bertebaran di Kecamatan Ampek Angkek Canduang. Jasa mereka telah banyak membuahkan pemimpin-pemimpin tingkat internasional, nasional maupun tingkat propinsi dan kabupaten. Yang paling saya takutkan ialah, jika ada diantara masyarakat kita menyangka bahwa dengan membuat buku sejarah berdirinya BPRS AAC ini seakan-akan menonjol-nonjolkan jasa yang menjurus kepada “ria”. Akhirnya kita yang berusaha mendirikan BPRS AAC ini dengan niat ibadah, buahnya bukannya mendapatkan pahala tetapi mendapatkan dosa. Sebaliknya masyarakat yang menyangka kita menonjolkan jasa, itu berarti mereka berprasangka buruk dan akan mendapatkan dosa gara-gara buku sejarah ini.

Page 24: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 23

Hampir satu tahun permintaan tersebut saya renung-renungkan dan banding-bandingkan antara manfaatnya dan mudaratnya. Akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan bahwa lebih banyak manfaatnya dibanding mudaratnya, jika buku sejarah pendirian BPRSC AAC disusun dengan tujuan sebagai berikut: 1. Memperlihatkan dan mewariskan kepada generasi mendatang

bagaimana generasi kita bersatu padu. Mereka di perantauan tetap memperhatikan perekonomian masyarakat kita yang tinggal di kampung. Rasa solider seperti sekarang, bagi generasi-generasi mendatang akan luntur disebabkan umumnya anak-anak kita sekarang sudah dilahirkan dan dibesarkan dirantau. Dimana rasa cinta kampung itu sudah rendah, karena mereka tidak merasakan hidup dan bergaul dilapau-lapau dan disurau-surau seperti kita alami diwaktu kita kecil dulu. Itu merupakan kenang-kenangan dan kenikmatan tersendiri untuk diingat-ingat. Dunia mereka sekarang sudah berbeda dengan dunia kita dulu.

2. Generasi mendatang mudah-mudahan dapat menangkap niat yang

terkandung dalam hati kita dengan mendirikan suatu lembaga keuangan dengan skala kecil yang beroperasi secara syariah. Niat kita adalah ikut meningkatkan perekonomian masyarakat kita golongan ekonomi lemah ketingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian akan mempunyai multiplier effect yang besar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan generasi mendatang secara keseluruhan. Dengan meningkatnya kesejahteraan mereka, otomatis akan meningkatkan pula tingkat pendidikan anak-anak mereka. Bila mereka telah menyadari niat ikhlas generasi kita, mudah-mudahan generasi mendatang ikut aktif memeliharanya, mengembangkannya dan memanfaatkannya sesuai dengan niat para pendiri. Hendaknya tertanam dalam hati sanubari mereka, rasa berdosa bila mereka merusaknya atau mentelantarkannya.

3. Dengan adanya BPRS AAC di kampung kita. Mudah-mudahan

dapat menghambat laju gerak rentenir dengan istilah julo-julo di

Page 25: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 24

negeri kita, yang penuh riba dan dosa, beralih ke BPRS AAC yang Insya Allah mempunyai berkah dunia dan akhirat.

4. Semoga dengan adanya BPRS AAC ini bisa menjembatani

hubungan silaturrahim atara generasi penerus dari perantau sekarang dengan generasi penerus dikampung dimasa datang. Umumnya generasi perantau sudah merantau seperti kata orang, rantau Cina yang susah akan pulang dan bermukim di kampung kembali.

5. Harapan terakhir adalah, walaupun kecamatan Ampek Angkek

Canduang sudah dimekarkan menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan Ampek Angkek dan kecamatan Canduang, sesuai dengan keputusan Pemerintah Kabupaten Agam, namun BPRS AAC tetap memperkuat eksistensi persatuan dan sekaligus sebagai perekat kedua masyarakat dikedua kecamatan tersebut.

Semula untuk membuat buku sejarah ini akan diserahkan kepada pengarang yang profesional, tetapi setelah beberapa lama mencari orang yang bersedia untuk mengarangnya tidak segera bertemu. Akhirnya dengan segala kekurangan dan kemampuan saya, saya mencoba dan memulai menyusun buku ini, bak pepatah orang “seberapa ada beras segitulah yang dimasak”. Pendekatan yang dilakukan oleh penulis adalah menyusun secara kronologis kejadian demi kejadian, dan perkembangan demi perkembangan, bukan mengarang. Tidak heran, bila dalam buku ini terdapat beberapa salinan, ringkasan dan lampiran-lampiran yang penting diketahui oleh generasi penerus, kenapa sesuatu itu terjadi. Bagi pemegang saham lama, yang mengikuti dan membaca seluruh surat-surat yang disampaikan oleh panitia pendiri sejak awal maka buku ini merupakan ulangan cerita. Tetapi bagi pembaca baru hal tersebut penting, bagaimana transparannya panitia bekerja sejak awal sampai pada saat peresmian.

Page 26: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 25

Dalam menulis buku sejarah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ampek Angkek Canduang (BPRS AAC) saya mencoba membaginya ke dalam dua periode. Yaitu periode pertama sebelum tanggal enam Juni tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh enam yang saya namakan “Awal gagasan sampai terbentuknya Panitia Pendirian BPR pertama”, dan periode kedua, sesudah tanggal enam Juni tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh enam yang saya namakan “Tampilnya pemrakarsa, sosialisasi gagasan, dan penyusunan proposal sampai izin operasi” Saya jadikan tanggal 6 - 6 - 96 sebagai tanggal yang bersejarah dalam mewujudkan berdirinya BPRS AAC. Pada tanggal tersebut saudara Satriadi berasal dari Parit Putus mulai mempersiapkan proposal sederhana, yang dijadikan bahan bahasan dan penggerak bagi para peserta rapat yang diadakan pada tanggal 14 Juli 1996. Kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang selalu mendorong dan memberikan semangat kepada saya untuk menulis buku sejarah ini, saya aturkan banyak terima kasih. Kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang telah membaca konsep buku ini dengan memberikan keritikan, koreksi serta saran, saya haturkan banyak terima kasih sehingga buku ini dapat terbit dalam keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Terima kasih yang tak terhingga kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang menyempatkan memberikan kata sambutannya sehingga buku ini lebih mempunyai arti untuk generasi kita yang akan datang. Terima kasih saya juga kepada saudara Satriadi yang telah memulai dengan proposal singkatnya mendirikan Bank Syariah dan mendesign cover buku ini. Khusus terima kasih saya kepada adinda Sjahdil Muin berasal dari Batu Taba, pak H.M Taufik, pak Amir Thaib.Ibu Roslina yang telah memberikan masukan dan koreksi-koreksinya sehingga buku ini terbit lebih baik daripada yang saya duga semula. Terakhir saya mengharapkan kritik yang membangun dari para pakar yang peduli dengan BPRS AAC serta saran dalam

Page 27: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 26

menyempurnakan buku kecil ini, sekalian mohon maaf atas kekhilafan dan kesalahan yang terdapat di dalamnya. Wabillahi Taufik, Wal Hidayah Wassalamualaikum Wr.Wb. Bandung, September 2005 H. Bustaman Rahim

Page 28: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 27

BAB I.

AWAL GAGASAN PENDIRIAN BPR PERTAMA

Dalam bulan April tahun 1996, pada satu kesempatan berkumpul 5 orang warga Ampek Angkek Canduang di Jalan Wastukancana No. 5 Bandung mereka adalah, Bachtiar Tamin berasal dari Ampang Gadang, Rusdi berasal dari Pasir, Muslim berasal dari Cangking, ketiganya adalah pedagang, Satriadi berasal dari Parit Putus-Ampang Gadang pegawai PT INTI dan penulis sendiri. Pertemuan ini bukanlah pertemuan formil atau rapat, tetapi hanya sekedar bicara-bicara adu pendapat tentang mendirikan sebuah koperasi Ampek Angkek Canduang di Bandung. Bachtiar Tamin bercerita bagaimana suksesnya dia mendirikan koperasi di Kota Tambilahan beberapa tahun lalu yang sampai sekarang sudah mempunyai asset ratusan juta rupiah. Penulis buku ini juga bercerita bahwa IKAT (Ikatan Keluarga Ampek Angkek Canduang) Bandung, sudah pernah mendirikan koperasi dengan nama Koperasi Konveksi Ampek Angkek Canduang dalam tahun l988. Usaha koperasi tersebut, hanya sampai ke tingkat mendapat Pengakuan Badan Hukum dari Departemen Koperasi. Tetapi dalam perjalanannya tidak semudah yang dibayangkan semula. Akhirnya koperasi tersebut mati sebelum tumbuh.. Penulis ingat kembali rencana teman-teman di Jakarta yang disponsori oleh pengusaha dari Tanah Abang akan mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sampai hari ini tidak ada ujung pangkalnya. Penulis pribadi lebih mendukung mendirikan BPR dibanding dengan Koperasi. Persyaratan untuk mendirikan BPR jauh lebih sulit daripada mendirikan koperasi. Setelah beroperasi, pengawasannya jauh lebih ketat yang dilakukan oleh Bank Indonesia dibanding dengan pengawasan terhadap koperasi. Dengan syarat-syarat pendirian yang sulit dan pengawasan yang ketat tersebut,

Page 29: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 28

diharapkan umur BPR akan lebih panjang dan jangkauannya juga lebih luas dibandingkan dengan koperasi. Mendengar penjelasan penulis tersebut Bachtiar Tamin langsung memotong pembicaraan Penulis, dia menceritakan pertemuannya dengan Sutan Tumanggung berasal dari Pasir, sewaktu menjenguk beliau sakit beberapa tahun lalu. Sutan Tumanggung selaku Ketua Panitia Pendirian BPR yang digagas tahun 1990 berwasiat kepadanya, supaya rencana pendirian BPR yang gagal itu diteruskan oleh generasi sekarang. Wasiat ini menurut H. Bachtiar Tamin selalu menjadi beban pikirannya. Selanjutnya dia mengatakan bahwa “Bila ada sponsor yang tampil untuk menggerakkan kembali rencana pendirian BPR di Ampek Angkek Canduang, biarlah saya berdiri di paling depan semampu saya, tenaga maupun dana. Kalau ilmu dan pengalaman untuk itu saya tidak punya.” Penulis katakan kepada mereka bahwa kita yang dirantau ini patut bersyukur kepada Allah SWT, karena sebagian besar diantara kita sudah diberi rezqi cukup dan berlebih. Bayangkan orang kita yang tinggal di kampung, kehidupan mereka jauh leibih sulit dibanding dengan kita di rantau. Ini perlu menjadi perhatian dan pikiran kita bersama. Mari kita himbau, para pedagang-pedagang kita yang sukses, pejabat-pejabat tinggi warga Ampek Angkek Canduang di perantauan untuk menyisihkan sedikit kelebihan rezqinya guna mendirikan BPR di kampung kita. Setelah bicara panjang lebar tentang perekonomian masyarakat kita di kampung dibanding dengan perekonomian umumnya perantau di Jakarta dan Bandung, bedanya sangat mencolok. Boleh dikatakan tiap kita melihat orang membangun rumah atau membangun mesjid, umumnya itu adalah insiatif perantau dan dana sebagian besar berasal dari rantau. Akhirnya kami sepakat untuk mulai menghidupkan kembali semangat pentingnya mendirikan BPR di Ampek Angkek Canduang.

Page 30: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 29

Sejak itu, kami bertekad untuk mensosialisasikan kembali rencana pendirian BPR kepada para perantau yang ada di Bandung dan Jakarta. Bachtiar Tamin dan penulis berkewajiban mensosialisasikan kepada para pedagang dan orang-orang yang di kenalnya di Bandung dan Jakarta tentang rencana pendirian BPR yang tertunda. Kepada Satriadi ditugaskan untuk membuat proposal sederhana tentang potensi ekonomi yang ada di masyarakat Ampek Angkek Canduang. Data-data yang diperlukan untuk membuat proposal tersebut dapat diminta melalui telepon kekantor kecamatan Ampek Angkek Canduang di Biaro. H. Bachtiar Tamin mulai bekerja dengan menelepon dan menemui orang-orang yang ia kenal dan patut untuk menyampaikan rencana ini. Boleh dikatakan setiap hari kami konsultasi melalui telepon seakan-akan dia memberi laporan kepada penulis, dengan siapa saja dia telah membicarakan rencana mendirikan BPR yang akan beroperasi di kampung kita. Penulis juga demikian, setiap ada kesempatan ke Jakarta, penulis mencoba menghubungi lagi orang-orang yang dulu pernah ikut rapat pertama tahun 1990. Di rumah H. Rifai (berasal dari Balai Gurah). Umumnya, tanggapan masyarakat positif dan mendukung berdirinya BPR di kampung kita. Tidak jarang orang yang sudah dihubungi alamarhum H. Bachtiar Tamin, penulis hubungi lagi atau sebaliknya. Sehingga pada waktu penulis menghubungi seseorang, orang tersebut mengatakan, “Ya, saya sudah tahu, beberapa hari lalu H. Bachtiar Tamin meyampaikan hal yang sama”. Paket Kebijaksanaan Pemerintah Tanggal 27 Oktober l988 Terkenal dengan Pakto 88 Sebagai Penggerak. Seperti diketahui bahwa Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) adalah pedoman Orde Baru dalam membangun bangsa dan negara menuju masyarakat adil dan makmur. Ekonom Pemerintah bangga dengan menonjolkan keberhasilan pembangunan Orde Baru dalam bidang ekonomi. Gross National Product (GNP) yang tinggi

Page 31: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 30

setiap tahun. Tingkat pengangguran yang rendah dan lain-lain. Tetapi semuanya itu keropos dan hanya indah terlihat dari permukaan saja. Istilah orang kita “rancak dilabuah” Keberhasilan tersebut sepenuhnya didukung oleh utang yang besar dari bank-bank luar dan dalam negeri. Tidak sebanding dengan modal sendiri. Bahaya tersebut sudah tercium dan terasa oleh para pengamat ekonomi yang berada diluar struktur pemerintahan. Waktu itu, sudah mulai hangat dibicarakan dimedia masa baik elektronik maupun cetak tentang bahaya yang akan ditanggung oleh bangsa ini dibelakang hari. Karena jumlah utang sudah melebihi rasio yang aman dibanding dengan GNP. Akhirnya Repelita hanya menghasilkan malapetaka dengan utang yang sangat besar yang akan menjadi beban bagi keturunan kita beberapa generasi mendatang. Terasa sekali ketidak adilan dalam bidang ekonomi. Di satu sisi para konglomerat dan pengusaha yang dekat dengan pusat kekuasaan dengan mudah mendapatkan kredit dalam jumlah besar dari bank-bank Pemerintah dan swasta, bahkan dari bank-bank luar negeri. Sedangkan pengusaha menengah dan kecil kurang mempunyai kesempatan untuk itu walaupun dalam jumlah relatif kecil. Ini menyebabkan suasana politik, ekonomi dan sosial agak memanas dalam tahun 1987. Sebab utama antara lain ialah kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin semakin melebar. Kue pembangunan yang telah besar dengan ditunjang kredit luar negeri itu, hanya dinikmati oleh segelintir orang dan terpusat pada satu kelompok yang dekat dengan pusat kekuasaan. Melihat suasana yang agak memanas tersebut, Pemerintah berusaha mendinginkannya dengan mengeluarkan Paket Kebijakan dalam bidang moneter tanggal 27 Oktober 1988 yang disempurnakan dengan paket tanggal 25 Maret 1989 dan 29 Januari 1990. Kesemuanya mengarah kepada kesempatan ekonomi rakyat berkembang antara lain pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dan Kredit Investasi Kecil (KIK). Kecuali itu menggalakkan masyarakat

Page 32: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 31

mendirikan Bank Perkreditan Rakyat yang akan beroperasi di tingkat kecamatan. Mula-mula syarat untuk mendirikan BPR sangat ringan. Cukup dengan modal disetor sebesar Rp. 50 juta saja sudah bisa mendirikan BPR di kota-kota Kecamatan. Sejak itu BPR tumbuh seperti jamur, sehingga seseorang yang tadinya berdagang baksopun ikut mendirikan BPR. Kesempatan tersebut dimanfaatkan pula oleh para spekulan dan sebagian rentenir untuk mengalihkan usahanya dari terlarang menjadi didukung dan resmi berlindung di bawah payung BPR. Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang) adalah salah satu Gerakan Masyarakat di Sumatera Barat bidang keuangan yang digagas dan diketuai oleh Prof DR. Emil Salim. Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang) bertujuan menghimpun dana dari masyarakat perantau yang sudah mempunyai penghasilan sebesar Rp. 1000.-sebulan.Uang tersebut digunakan untuk membangun kampung halaman di Sumatera Barat. Dengan adanya kebijakan Pemerintah dengan paket Oktober 1988 tersebut Gebu Minang ikut mensponsori pendirian BPR di Sumatera Barat, Waktu itu telah berhasil mendirikan belasan BPR. Tertarik dengan perkembangan tersebut maka oleh beberapa pedagang kita dari Tanah Abang berinisiatif untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat yang nantinya akan bergabung dengan Gebu Minang . Inisiatif Pertama dari IKAT Jakarta Dalam tahun 1990 sewaktu penulis sedang berada di kantor Jakarta, penulis didatangi beberapa orang tamu dari pengurus IKAT (Ikatan Keluarga Ampek Angkek Canduang) Jakarta dengan ditemani oleh Sutan Tumanggung. Maksud kedatangan mereka adalah membicarakan ide untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat di kampung kita, waktu itu sedang menjamur orang mendirikan Bank Perkreditan Rakyat terutama di pulau Jawa

Page 33: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 32

Paket Oktober tahun 1988 memberi kesempatan kepada masyarakat mendirikan Bank dalam skala kecil yang akan beroperasi terbatas di lingkungan kecamatan. Untuk mengkonkritkan rencana tersebut, akan diadakan rapat IKAT Jakarta dan penulis diharapkan hadir selaku perwakilan dari IKAT Bandung, sekalipun waktu itu penulis sudah tidak lagi menjabat selaku ketua IKAT Bandung. Setelah mereka pergi dalam hati penulis bertanya-tanya. Selama ini tidak pernah penulis mendapat undangan bila IKAT Jakarta akan mengadakan rapat atau mengadakan halal bil halal. Penulis yakin bahwa penulis tidak begitu dikenal bagi para perantau Ampek Angkek Canduang yang ada di Jakarta karena selama ini hanya bergerak di Bandung saja. Penulis pribadi sangat mendukung ide tersebut, karena dengan adanya bank yang berskala kecil demikian, diharapkan praktek-praktek rentenir dapat dibatasi ruang geraknya. Rapat Pertama Rencana Pendirian BPR Tahun l990. Tidak lama setelah kedatangan Sutan Tumanggung tersebut penulis menerima undangan untuk menghadiri rapat pendirian BPR bertempat di rumah bapak Rifai Adnan (berasal dari Balai Gurah) di Jalan Teluk Betung Jakarta. Rumah yang besar itu penuh di hadiri para undangan. Tidak kurang dari 40 orang yang hadir. Umumnya penulis tidak kenali orang-orang yang hadir, karena rapat IKAT tersebut merupakan rapat pertama yang penulis hadiri. Yang penulis kenal hanya beberapa orang saja, seperti pak Taufik, pak Amir Thaib , pak Sutan Tumanggung dan pak Rivai Adnan. Rupanya rencana untuk mendirikan BPR ini sudah merata sampai kepada para perantau yang peduli dengan pembangunan di kampung, sehingga antusias yang begitu besar kelihatan dalam rapat tersebut. Penulis dalam rapat tersebut menyampaikan suatu pandangan, tentang perlunya satu BPR di Kecamatan Ampek Angkek Canduang sebagai tulang punggung ekonomi masyarakat kita di kampung. Banyak lagi pandangan positif lainnya dari para peserta rapat. Karena seluruh peserta rapat telah sepakat untuk mendirikan Bank

Page 34: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 33

Perkreditan Rakyat, akhirnya dibentuk panitia lengkap dengan sekretaris dan bendahara. Panitia di ketuai oleh Sutan Tumanggung dari Pasir, salah seorang pedagang sukses di Tanah Abang. Beliau telah berhasil mendirikan Koperasi Pasar Tanah Abang, dan Pusat Koperasi Pasar Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Menurut ketentuan Bank Indonesia, modal disetor yang diwajibkan waktu itu hanya Rp, 50 juta. Untuk memudahkan kerja panitia, maka diminta kesediaan peserta rapat mencantumkan namanya dan jumlah saham yang akan mereka ambil masing-masing. Kesediaan ini di catat dan telah terkumpul sekian nama dengan jumlah modal sebesar Rp. 50 juta. Uang tersebut akan di tagih bila diperlukan, yaitu pada saat akan membuat akte pendirian. Pembentukan Panitia Pendiri Pengambilan inisiatif belum lengkap dengan segala informasi tentang pendirian BPR waktu itu, sehingga masih banyak informasi tambahan yang diperlukan. Waktu ditanyakan oleh peserta rapat apa saja syarat-syarat yang diperlukan untuk mendirikan BPR kecuali modal disetor Rp. 50 juta tersebut, panitia tidak bisa menjawab. Dipertanyakan juga hubungan kita dengan Gerakan Seribu Minang, Hak dan kewajiban kita, serta hak dan kewajiban Gebu Minang. Atas pertimbangan tersebut maka rapat mengambil keputusan, agar panitia mencari informasi seluas-luasnya tentang pendirian BPR dan melakukan sosialisasi kepada orang Ampek Angkek Canduang yang ada di rantau maupun yang ada di kampung. Mencari informasi kepada instansi-instansi yang terkait seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan Syarat-syarat pendirian BPR, mudah-mudahan ada tentang buku pedomannya. Bila informasi sudah diketahui, mengambil langkah-langkah persiapan dengan melengkapi syarat-syarat sesuai dengan urutan prioritasnya. Setelah rapat tersebut, kabarnya panitia bekerja keras, pulang pergi Jakarta Bukittingi menjajaki dan mensosialisasikan kepada

Page 35: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 34

masyarakat di kampung. Setelah sekian lama panitia bekerja tidak pernah ada berita kepada anggota, khusus kepada yang telah mendaftarkan namanya sebagai pemegang saham. Setelah sekian tahun panitia terbentuk, tetap tidak ada berita secara tertulis. Dari mulut ke mulut terdengar kabar bahwa panitia gagal dalam tugasnya mendirikan Bank Perkreditan Rakyat, karena tidak dapat menemukan figur yang akan diangkat menjadi Direktur sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Kesulitan Menemukan Figur yang Cocok Untuk Diangkat Menjadi Direksi BPR. Mendengar isu kegagalan tersebut penulis berusaha menemui bapak Sutan Tumanggung sambil menjenguk beliau sakit dirumahnya. Penulis tanyakan langkah-langkah yang telah beliau lakukan selaku ketua panitia pendirian BPR. Beliau bercerita panjang lebar, langkah-langkah yang telah beliau kerjakan selama ini. Beliau mengatakan bahwa segala syarat yang diperlukan oleh Bank Indonesia dan Departemen Keuangan mudah untuk dipenuhi. Yang paling sulit adalah mendapatkan orang yang memenuhi syarat Bank Indonesia untuk diangkat menjadi Direktur BPR. Ada beberapa orang Ampek Angkek Canduang yang sudah pensiun dari Bank Negara Indonesia dan dari Bank Rakyat Indonesia yang dianggap memenuhi syarat Bank Indonesia. Setelah orang-orang tersebut dihubungi ternyata mereka tidak bersedia diangkat menjadi Direktur BPR dengan alasan akan menikmati masa pensiun masing-masing. Penulis yakin bahwa selaku ketua panitia dengan langkah-langkah yang sudah beliau lakukan tersebut pasti sudah banyak waktu dan biaya yang beliau keluarkan. Kesemuanya itu, tidak pernah beliau claim kepada siapapun dan menjadi beban beliau sendiri. Semoga tenaga dan biaya yang pernah beliau keluarkan tersebut, diterima sebagai amal saleh dan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT. Amin!

Page 36: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 35

Sejak itu tidak terdengar lagi berita tentang rencana pendirian BPR seakan-akan telah ditelan bumi. Keadaan vacum begini berlangsung lama sekali, masyarakat Ampek Angkek Canduang seakan-akan trauma mendengar nama BPR. Tidak ada orang yang memberanikan diri untuk tampil lagi sebagai pioner dengan segala resiko kegagalannya seperti yang sudah lalu. Awal tahun 1996 mulai hangat kembali menjadi permibicaraan sebagian masyarakat kita yang peduli terhadap perkembangan kampung kita.

Page 37: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 36

BAB II.

TAMPILNYA PEMRAKARSA BARU, SOSIALISASI GAGASAN DAN PENYUSUNAN PROPOSAL

Enam tahun sudah berlalu sejak rapat panitia pendirian BPR pertama dibentuk tahun 1990. Almarhum Sutan Tumanggung pun sudah mendahului kita. Sekalipun beliau belum berhasil dalam tugasnya mendirikan BPR, tetapi ada sesuatu yang berharga yang beliau tinggalkan, yaitu semangat beliau bekerja dan berkorban untuk masyarakat. Penulis mengenal beliau sejak tahun 1947. Kami sama-sama bekerja di Badan Penyelidik (BP) dibawah Bapak Leon Salim (almarhum) dan Bapak Mansur Thaib (almarhum). Beliau bertugas dilapangan dan penulis dibagian administrasi dibawah Bapak Baharuddin Datuk Rangkayo Basa. Beliau lebih tua kira-kira 5 tahun dari penulis, dan dalam pergaulan sehari-hari penulis memanggil beliau dengan sebutan “Tuan” Setahu penulis, ada dua buah gagasan beliau untuk masyarakat yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar masyarakat pedagang kita sampai sekarang, yaitu Koperasi Pasar Tanah Abang dan Pusat Koperasi Pasar DKI yang berkantor di Pasar Rumput Manggarai. Ada juga gagasan beliau yang belum berhasil, yaitu mendirikan Yayasan Penegak. Yayasan ini bercita-cita mendirikan lembaga pendidikan sejak dari Taman Kanak-kanak sampai ke Perguruan Tinggi dengan nuansa Islami. Semoga ada generasi mendatang yang akan melanjutkan cita-cita mulia beliau tersebut, seperti halnya gagasan beliau mendirikan BPR. Gagasan untuk mendirikan BPR tetap hidup dalam hati masyarakat dan Alhamdulillah dapat dilanjutkan kembali 6 tahun kemudian sekalipun beliau sudah tidak ada.

Page 38: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 37

Beberapa Orang Memberanikan Diri Sebagai Pemrakarsa Kembali kepada pertemuan di Jalan Wastukancana No. 5 Bandung pada bulan April 1996, yang berarti 6 tahun sesudah terbentuknya panitia pertama, para yang hadir sepakat untuk menghidupkan kembali semangat pendirian BPR Ampek Angkek Canduang.. Setelah pertemuan bulan April 1996 tersebut, kami masing-masing bergerak sesuai tugas masing-masing. Diantara kami berlima dua orang yang pasif sedangkan yang bertiga lagi melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan sepenuh hati dan ikhlas. Pada awal Mei 1996, penulis berkonsultasi lagi dengan almarhum Bachtiar Tamin, sampai dimana usahanya melakukan sosialisasi pendirian BPR kepada orang-orang yang dikenalnya. Dia mengatakan bahwa semua orang yang dihubunginya menyambut positif dan akan ikut mendukung rencana ini. Tidak lama setelah itu saudara Satriadi yang ditugaskan membuat proposal pada pertemuan bulan April 1996, menyerahkan konsep proposal singkat kepada penulis. Setelah dipelajari penulis bergembira, karena isinya singkat dan padat. Ditambah lagi diluarnya diberi cover gambar kapuk/lumbung padi bagonjong zaman dulu. Mudah-mudahan proposal ini dapat menjadi penggerak hati perantau untuk mendukung berdirinya BPR di kampug kita. Proposal tersebut bertanggal 6 Juni 1996, terdiri dari 6 Bab yaitu; Bab 1 Ringkasan Untuk Para Pemrakarsa. Bab 2 Gambaran Umum tentang BPR yang Direncanakan. Bab 3 Aspek Pemasaran yang akan Dicapai. Bab 4 Uraian Tentang Aspek Teknis dan Teknologis Bab 5 Manajemen Operasional BPR Bab 6 Aspek Ekonomis dan Finansial Pada suatu hari, penulis telepon Satria Djambek (berasal dari Ampang Gadang) untuk membicarakan pendirian BPR. Dia senang

Page 39: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 38

sekali, karena ada orang yang masih ingat rencana untuk mendirikan BPR yang tertunda itu. Kami berjanji bertemu besoknya di Kantor Akuntan Publik Drs. Bustaman Rahim, Sentra Kramat Blok B. 18 Jl. Kramat Raya 7-9 Jakarta Pusat, untuk mengatur langkah-langkah selanjutnya. Hasil sosilisasi kami sangat menggembirakan, dalam waktu tidak begitu lama isu ingin mendirikan Bank Perkreditan Rakyat menghangat kembali. Puncaknya adalah pada satu sore penulis dan saudara Satria Djambek pergi menemui pak H.M Taufik MA pensiunan Inspektorat Departemen Keuangan dirumahnya Jalan Pejompongan Raya. Bagi penulis pertemuan dengan pak H.M.Taufik waktu itu merupakan pertemuan yang pertama kali secara dekat dan tukar pikiran. Kami sampaikan niat kami untuk mengaktifkan kembali rencana untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat yang sudah lama terpendam. Beliau menjawab sangat positif niat tersebut, tetapi kita tidak mempunyai orang yang mau berbakti kepada masyarakat tanpa pamrih. “Kalau sudah ada orang yang mempunyai niat dan tekad demikian saya akan dukung”, kata beliau. Spontan saudara Satria Djambek menjawab, “sekarang sudah ada orang untuk itu, yaitu mak Tamam ini”, katanya. Bapak H.M.Taufik menjawab, “kalau memang sudah teguh tekad akan memulai mari kita kerjakan bersama.” Setelah mendapat dukungan kuat secara informil dari pemuka-pemuka masyarakat di Jakarta dan Bandung, langkah selanjutnya adalah mewujudkan rencana tersebut dalam bentuk formil, yaitu melalui rapat. Untuk melengkapi informasi tentang syarat-syarat pendirian BPR yang akan dibawa kedalam rapat pendirian, kami menghubungi Drs. Chairul Umam salah seorang pejabat Bank Muamalat Indonesia, kenalan saudara Satria Djambek . Maksud kedatangan kami ialah selain mengumpulkan data-data yang diperlukan, juga minta kesediaannya hadir dalam Rapat Panitia Pendirian nanti. Drs. Chairul Umam menyatakan, Insya Allah bersedia

Page 40: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 39

hadir dan akan mengajak yang lebih senior, yaitu bapak Imhar Burhanuddin MBA, mantan Kepala Biro Sumber Daya Manusia Bank Muamalat. Pada tanggal 5 Juli 1996 tiga orang memberanikan diri selaku Pemrakarsa Pendirian BPR IV Angkat Canduang, membuat surat undangan untuk tanggal 14 Juli 1996 dengan acara membahas proposal pendirian BPR yang sudah dipersiapkan. Undangan tersebut dikirim kepada 44 orang pemuka masyarakat yang kebetulan alamatnya kami ketahui. Diantara 44 orang undangan tersebut, hadir 31 orang, izin 4 orang dan tidak ada berita 9 orang Yang bertindak selaku pemrakarsa adalah bapak H.M. Taufik MA, Bustaman Rahim,dan Satria Djambek. Rapat dipimpin oleh Saudara Satria Djambek. Penjelasan rencana pendiran BPR disampaikan oleh Bapak H.M.Taufik MA dan Bustaman Rahim, sedangkan uraian tentang perbedaan antara BPR yang beroperasi secara konvensional dan beroperasi secara Syariah oleh bapak Imhar Burhanuddin, MBA dan saudara Drs.Khairul Umam. Bapak Imhar Burhanuddin panjang lebar menguraikan untung ruginya sebuah Bank beroperasi secara Syariah dan beroperasi secara konvensional. Beliau membahas dari aspek bisnis dan dari aspek agama. Dari aspek bisnis telah terbukti bahwa bank konvensional tidak dapat bertahan terhadap krisis moneter seperti yang terjadi dalam tahun 1996 sampai 1999 yang akibatnya berlanjut sampai sekarang. Dari segi agama Bank Syariah tidak diragukan lagi kehalalannya baik dari sumber dana maupun penggunaannya. Insya Allah membawa berkah kepada pengelola dan yang memanfaatkannya. Akhirnya rapat sepakat untuk memilih BPR yang akan didirikan adalah BPR yang beroperasi secara Syariah di daerah yang penduduknya 100% beragama Islam.

Page 41: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 40

Pada kesempatan rapat tersebut pemrakarsa mempersiapkan formulir “Pernyataan kesediaan ikut saham di BPR” yang akan didirikan nanti. Diantara 44 orang yang hadir sebanyak 30 orang telah mengembalikan formulir tersebut dengan jumlah uang tercatat sebanyak Rp. 58,5 juta, dengan nilai bervariasi antara Rp. 1 juta sampai yang tertinggi Rp. 8 juta. Rapat berlangsung sejak jam 10.30 pagi dan berakhir jam 16.00 siang. Diselingi shalat Dzuhur dan makan siang. Daftar hadir dan kesediaan mengambil saham lampiran 1. Rapat telah mengambil beberapa keputusan yaitu: 1. BPR yang akan didirikan adalah BPR yang beroperasi secara Syariah dengan nama “Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ampek Angkek Canduang”. 2. Setuju minta bantuan jasa konsultan yang sudah berpengalaman dalam pendirian BPRS, dengan biaya terjangkau. 3. Membentuk Panitia Pendiri yang terdiri dari: Ketua : H. Bustaman Rahim Wakil Ketua : Ir Mardjohan, Msc Bendahara : H. Djamin Sutan Mudo Wakil Bendahara : H. Ali Umar Hamid Sekretaris : H. Zahar Wakil Sekretaris : Nazir Djalal (Almarhum) Penasehat dan Pelindung : Prof. Dr. Zakiah Darajat : H.M. Taufik, MA : H. Amir Thaib, SH : H. Sofyan Ruslan Alamat kantor panitia adalah Sentra Kramat Blok B.18 Jalan Kramat Raya 7-9 Jakarta Pusat.Telepon (021) 3156131, Fax (021) 3148966. Meneguhkan Tekad Menerima Jabatan Selaku Ketua Pendiri BPRS AAC

Page 42: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 41

Pada saat penulis ditunjuk menjadi Ketua Panitia Pendirian BPRS Ampek Angkek Canduang (BPRS AAC), penulis sendiri ragu-ragu. sanggupkah melaksanakan tugas yang berat dan bergengsi tersebut. Apalagi tugas itu erat hubungan degan kepercayaan karena menyangkut dengan uang dalam jumlah besar, sedangkan penulis tidak begitu di kenal oleh masyarakat perantau di Jakarta. Apakah mereka percaya?, bermacam-macam pertanyaan dan keraguan timbul dalam benak penulis. Ada satu pemikiran yang selalu lekat dalam pikiran penulis, sejak tidak aktif lagi dalam bidang profesi selaku Akuntan Publik sejak tahun 1993. Pikiran tersebut adalah rasa syukur atas Rahmat dan Karunia Allah kepada penulis dan keluarga. Allah SWT, telah memberikan karunia kepada penulis serta umur panjang dan badan sehat. Di umur 68 tahun (waktu itu) penulis belum mempunyai keluhan kesehatan yang berarti, jika dibandingkan dengan teman-teman seangkatan yang sudah menderita berbagai keluhan, bahkan sudah banyak yang almarhum. Allah SWT telah memberikan kesempatan kepada penulis memiliki sedikit ilmu dan pengalaman dalam bidang keuangan sebagai Akuntan Publik dan sedikit pengalaman dalam mengelola perusahaan walaupun dalam sekala kecil. Alangkah zalimnya penulis, bila semua Rahmat dan Karunia itu di sisa hidup ini akan dibawa tidur saja ? Motivasi lainnya yang memberanikan penulis menerima penunjukan itu adalah, rasa utang budi penulis, yang tidak terhingga kepada masyarakat Ampek Angkek Canduang. Selama clash kedua, dalam masa perang kemerdekaan sejak Desember 1948 sampai Desember 1949 penulis bersama 60 orang anak buah diberi makan gratis oleh masyarakat Ampek Angkek Canduang. Kemana saja kami pergi di Ampek Angkek Canduang selalu kami mendapat simpati dengan disediakan nasi bungkus oleh ibu-ibu di kampung kita. Bila pendirian BPRS AAC ini menjadi kenyataan mudah-mudahan dapat

Page 43: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 42

diterima sebagai cicilan sebagian utang budi penulis selama masa revolusi tersebut. Sebagai tanda syukur penulis kepada Allah SWT, dan rasa utang budi kepada masyarakat Ampek Angkek Canduang alangkah baiknya bila sisa umur penulis ini digunakan untuk berbuat sesuatu yang bemanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan. Akhirnya penulis bulatkan tekad, dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT, dan dengan niat ibadah tugas tersebut penulis terima. Penulis berjanji dalam hati, untuk bekerja setransparan mungkin. Semua kegiatan dan setiap biaya yang dikeluarkan akan penulis laporkan kepada masyarakat pendukung. Penulis berusaha untuk tidak menerima dan menyimpan uang, karena setiap penerimaan selalu di laporkan dan melalui rekening Bank Central Asia atas nama bendahara, H. Djamin Sutan Mudo. Beberapa hari setelah penunjukan penulis selaku ketua Pantia Pendiri BPRS AAC, penulis mulai berpikir langkah-langkah apa yang akan dilakukan supaya tugas ini terlaksana secara terarah dan sistematis. Untuk memudahkan komunikasi dengan masyarakat kita di Padang dan di Kampung mesti ada perwakilan. Penulis ingat nama H.M. Nazir yang berasal dari Pilubang, salah seorang tokoh perbankan dan salah seorang Pendiri Bank Pembangunan Daerah Sumatra Barat. Penulis tanyakan kepada pak Amir Thaib nomor telepon H.M. Nazir. Setelah mendapat nomor telepon pak H.M. Nazir, penulis langsung menghubungi dan memberitahukan bahwa perantau Jakarta-Bandung berniat mendirikan BPRS AAC. Untuk mewujudkan niat itu telah terbentuk panitia, penulis menanyakan bagaimana tanggapan beliau. Beliau menanyakan darimana sumber modalnya?. Penulis menjawab Insya Allah modal awal dari para perantau Ampek Angkek Canduang Jakarta dan Bandung yang sudah sukses, baik dalam bidang perdagangan maupun dalam sektor birokrat. Mendengar jawaban tersebut beliau menjawab, “kalau begitu saya setuju dan mendukung.”

Page 44: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 43

Pada tanggal 23 Juli 1996 penulis membuat surat kepada Bapak Muchlis Ibrahim yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat. Dalam surat tersebut penulis melaporkan bahwa perantau Jakarta dan Bandung telah megadakan rapat dan sepakat untuk mendirikan BPRS AAC yang akan beroperasi di kampung kita. Penulis lampirkan satu set Notulen Rapat tanggal 14 Juli 1996 berikut fotocopy daftar nama pendukung yang akan ikut serta sebagai pemegang saham BPRS AAC, berikut jumlah sahamnya. Surat tersebut penulis maksudkan agar beliau ikut memotivasi para masyarakat kita di Padang dan di kampung, supaya mereka ikut aktif dalam mendirikan BPRS AAC, sebagai sarana ibadah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat golongan bawah. Harapan tersebut mengenai sasaran, karena dalam pertemuan penulis dengan Ketua IKAT Padang bulan Oktober 1996, dia mengatakan bahwa pak Muchlis Ibrahim bercerita bahwa beliau menerima surat dari Panitia Pendiri BPRS AAC Jakarta tertanggal 23 Juli 1996. Beliau menilai niat para perantau tersebut adalah baik, bila itu bisa terlaksana alangkah senangnya kita melihat para pedagang-pedagang kita di Kampung tidak susah-susah lagi mencari pinjaman untuk modal usahanya. Mereka tidak lagi mencari pinjaman dari sumber rentenir yang tidak halal seperti julo-julo, koperasi berjalan dan lain-lain. Beliau berpesan agar gagasan perantau Jakarta-Bandung mendirikan BPRS AAC didukung oleh semua lapisan masyarakat Ampek Angkek Canduang di kampung maupun dirantau. Sosialisasi di Kampung dari Tanggal 29 Juli 1996 Sampai Dengan Tanggal 31 Agusuts 1996. Salah satu syarat untuk mengajukan permohonan izin pendirian BPRS AAC kepada Departemen Keuangan dan Bank Indonesia adalah, pemohon harus menyampaikan feasibility study (studi kelayakan usaha). Yang mempersiapkan studi kelayakan usaha ini adalah konsultan Sandijasa Reka Widya yang dipimpin oleh pak Imhar Burhanudin, MBA salah seorang nara sumber kita pada rapat

Page 45: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 44

pendirian BPRS AAC di Sentra Kramat tanggal 14 Juli 1996. Bahan untuk mempersiapkan studi kelayakan usaha adalah data-data ekonomi, sosial di daerah dimana BPR tersebut akan beroperasi. Untuk keperluan tersebut penulis berangkat pulang ke kampung pada tanggal 28 Juli 1996. membawa mobil bersama sopir. Target kepulangan ke kampung adalah: 1. Melakukan pesiapan atas kunjungan konsultan ke Ampek Angkek

Canduang dalam rangka menyurvey data-data ekonomi/sosial untuk persiapan proposal yang akan diajukan ke Bank Indonesia dan Departemen Keuangan

2. Menyampaikan rencana pendirian BPRS AAC kepada instansi pemerintah setempat dengan harapan mendapat dukungan/saran-saran yang diperlukan

3. Memberi pengertian dan menerima tanggapan masyarakat yang berdomisili di kampung, Padang dan Bukittinggi terhadap pendirian BPRS AAC

4. Memilih/melengkapi calon pengurus yang terdiri dari Direksi, Dewan Pengawas Syariah, dan Dewan Komisaris untuk melengkapi syarat pengajuan izin ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia

Sampai di kampung tanggal 29 Juli 1996. Besoknya penulis pergi menemui Bapak Camat Ampek Angkek Canduang, menyampaikan niat perantau untuk mendirikan BPRS AAC di kampung kita. Camat waktu itu dijabat oleh Drs. Isfaemal, beliau menyambut baik gagasan perantau tersebut secara positif, dan berjanji akan memberikan bantuan bila diperlukan untuk memperlancar tercapainya usaha tersebut. Disamping itu beliau meminta agar panitia membuat surat resmi kepada bapak Bupati Agam tentang rencana pendirian BPR AAC, sehingga bapak Bupati juga akan memberikan bantuannya bila diperlukan nanti.

Page 46: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 45

Kepada pak Camat juga penulis sampaikan bahwa beberapa hari lagi konsultan kami akan datang ke Bukittinggi untuk mengumpulkan data-data ekonomi dan sosial yang diperlukan. Selain dari mengumpulkan data-data tersebut kami juga akan menjelaskan kepada para pemuka kita di kecamatan tentang pengertian, tujuan dan manfaat Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang akan didirikan tersebut. Untuk keperluan tersebut pak Camat menyarankan agar mengadakan rapat di Gedung Serba Guna Tanjung Alam. Pak Camat berjanji akan mempersiapkan fasilitas tempat dan menyiapkan undangan, sedangkan konsumsi diserahkan kepada panitia. Undangan disiapkan oleh pak Camat tanggal 2 Agustus 1996 untuk rapat hari Selasa tanggal 6 Agusutus 1996 di Gedung Serba Guna Tanjung Alam. Yang diundang waktu itu lengkap semua pemuka masyarakat tingkat Kecamatan terdiri dari: Unsur Muspika, Kepala Perwakilan Kec. Ampek Angkek Canduang, Kepala Dinas/Jawatan se Kecamatan Ampek Angkek Canduang, Kepala Desa sebanyak 30 desa, Ketua KAN (Kerapatan Anak Nagari), Ketua Pemuda, Ketua PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) se Ampek Angkek Canduang. Bila semua orang yang diundang tersebut hadir, tersebarlah secara merata pengertian tentang pendirian BPRS AAC. Selesai dari kantor Camat Ampek Angkek Canduang, penulis langsung mengunjungi Pembantu Bupati Agam Wilayah Timur yang berkedudukan di Biaro. Maksud kunjungan tersebut kecuali bersilaturahmi, juga menyampaikan maksud para perantau untuk mendirikan BPRS AAC di kampung. Pembantu Bupati Agam juga menyambut positif rencana itu dan berjanji akan menyampaikannya kepada bapak Bupati Agam di Lubuk Basung. Beberapa hari setelah itu, persisnya tanggal 3 Agustus 1996 sore pak Imhar Burhanudin datang dengan mobil bersama saudara Satria Djambek. Untuk memudahkan komunikasi dan menjalin kekeluargaan, penulis sediakan kamar dirumah penulis untuk pak Imhar Burhanudin, sedangkan Saudara Satria Djambek menginap dirumahnya di Ampang Gadang. Setiap pagi kami bertiga sudah

Page 47: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 46

berkumpul dirumah penulis dan baru berpisah kira-kira jam 9.00 malam.Sejak kedatangan konsultan tersebut setiap hari waktu kami padat melakukan survey dan mencari data-data. Hari pertama kami pergi ke kantor Camat untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Alhamdulillah konsultan sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh pejabat di kecamatan. Sambil mereka mengisi daftar pertanyaan tersebut kami membicarakan dengan pak Camat tentang prospek ekonomi yang bisa dikembangkan di kecamatan Ampek Angkek Canduang. Pak Camat waktu itu didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian. Kepala Dinas Pertanian menjelaskan bahwa di sektor pertanian banyak sekali tanaman yang bisa dikembangkan. Umumnya tanah persawahan di Ampek Angkek Canduang hanya dimanfaatkan selama 4 – 5 bulan dalam setahun. 75% dari tanah persawahan tersebut menganggur selama 7 - 8 bulan setahun. Kendalanya adalah tenaga untuk menggarap tanah tersebut sudah banyak yang pergi merantau, sehingga yang tinggal di kampung hanya orang-orang tua yang sudah berkurang tenaganya. Disamping itu modal juga ikut menjadi kendala. Pak Camat juga menyampaikan keperihatinannya tentang produksi gula saka yang dihasilkan oleh pengrajin dan petani tebu kita dari desa Lasi dan Bukit Batabuh yang belum mendapatkan harga pasar yang wajar. Produksi gula saka mereka berjumlah lebih kurang 25 ton setiap minggu. Petani tebu dan pengrajin saka tetap hidup miskin, sebaliknya tengkulak dan pengijon saka meraih keuntungan jauh lebih besar dibanding dengan mereka yang mengeluarkan keringatnya dan berpanas-panasan. Sejak dari zaman penjajahan Belanda berganti dengan penjajahan Jepang sampai ke zaman kemerdekaan dengan simbol orde lama hingga ke orde baru, nasib mereka tetap tidak tersentuh oleh maraknya pembangunan. Mudah-mudahan generasi sekarang dengan BPRS AAC dapat mencarikan jalan keluar buat mereka dari belenggu kemiskinan yang turun temurun.

Page 48: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 47

Pada kesempatan tersebut juga kami bicarakan rencana pertemuan dengan pemuka masyarakat tanggal 6 Agustus 1996 di Balai Pertemuan Tanjung Alam. Kami berterima kasih kepada pak Camat, melihat respon yang sangat positif dan diikuti dengan pikiran dan tenaga, demi berdirinya BPRS AAC di kampung kita. Pak Camat mengatakan bahwa semua surat undangan sudah disampaikan, dan diharapkan dapat dihadiri paling sedikit 60 orang.. Informasi ini kami perlukan dalam rangka persiapan konsumsi, karena kami taksir rapat tersebut akan melewati jam 1.00 siang. Setelah semua daftar pertanyaan konsultan diisi oleh pejabat di kecamatan, dan setelah di periksa ternyata ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa diisi karena kekurangan data-data yang ada di kecamatan. Diharapkan kekurangan data-data tersebut bisa diperoleh di Kantor Bupati Agam di Lubuk Basung, kebetulan kami sudah merencanakan besoknya tanggal 5 Agustus 1996 akan ke Lubuk Basung, selain ke kantor Bupati juga ke bagian statistik di Kantor Kabupaten. Kantor Bupati Agam terletak di kota Lubuk Basung, untuk mencapai Lubuk Basung dari Bukittinggi harus melewati jalan yang beliku-liku dengan sebutan kelok 44 dan melewati pinggir danau Maninjau. Alhamdulillah kami bertiga sempat berekreasi sambil jalan, menikmati indahnya danau Maninjau sepanjang lebih kurang 10 kilometer sebelum sampai ke Lubuk Basung. Pulangnya demikian juga, kami sempat mampir sebentar di simpang tiga Matur untuk membeli kacang goreng. Saudara Satria Djambek rupanya hobi memakan kacang goreng khusus kacang goreng dari Matur. Kacang goreng dari daerah Matur mempunyai kegurihan tersendiri dibanding dengan kacang goreng dari daerah-daerah lain, sebabnya “kata orang” adalah, kacang goreng dari Matur ditanam diatas tanah kering, sedangkan kacang goreng dari daerah lain umumnya ditanam diatas tanah persawahan.

Page 49: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 48

Tanggal 6 Agustus 1996 adalah tanggal yang kami nanti-nanti untuk menjelaskan kepada para pemuka masyarakat di kecamatan Ampek Angkek Canduang.tentang visi dan misi pendirian BPRS AAC. Sekalipun dalam undangan dicantumkan rapat dimulai jam 9.00 pagi, namun kami sudah datang di Balai Pertemuan Tanjung Alam jam 8.30 . Kami datang lebih dulu untuk mengecek persiapan yang telah dilakukan. Ternyata panitia telah mempersiapkan segala sesuatunya, tempat duduk narasumber dipisahkan dari tempat duduk para peserta. Daftar absensi juga sudah disiapkan diatas meja penerima tamu. Kami puas dan berterima kasih atas bantuan pak Camat dan perangkatnya waktu itu. Tepat jam 9.00 pagi penulis memperhatikan ternyata para undangan sudah hadir sebanyak lebih kurang 40 orang. Penulis berbisik dengan pak Imhar Burhanudin, saudara Satria Djambek, bagaimana kalau pertemuan ini kita mulai saja. Sekalian kita memperlihatkan kepada para undangan bahwa kita adalah orang yang suka tepat waktu. Setelah mendapat persetujuan penulis berbisik lagi dengan panitia, minta persetujuannya supaya pertemuan ini dibuka saja sambil menunggu undangan yang terlambat datang, biarlah mereka menyusul. Turun ke Bawah Sampai ke Desa-desa dan ke Mesjid-mesjid Pertemuan dengan pemuka masyarakat di kecamatan kita, yang terdiri dari 30 desa yang diadakan di Balai Pertemuan Tanjung Alam tanggal 6 Agustus 1996 merupakan sosialisasi pertama dalam forum resmi. Pertemuan tersebut dihadiri 67 orang, rata-rata setiap desa mengirim dua orang wakilnya. Menurut panitia, jarang sekali rapat tingkat kecamatan yang dihadiri peserta sebanyak ini. Rupanya antusias masyarakat terhadap rencana pendirian BPRS AAC cukup tinggi. Pertemuan berlangsung dari jam 9.00 pagi dan selesai jam 4.00 sore. Diselingi makan siang dan salat dzuhur di mesjid yang terindah diseluruh kabupaten Agam yaitu di Mesjid Tanjung Alam. Pertemuan berjalan begitu menarik dengan pertanyaan-pertanyaan dari para

Page 50: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 49

peserta yang kritis dan kadang-kadang pedas menyebabkan kuping memerah. Pada kesempatan tersebut kami menyerahkan formulir pertanyaan yang berisi data-data potensi di desa masing-masing, tetapi sampai pertemuan berakhir tidak banyak formulir tersebut yang dikembalikan secara lengkap dengan janji akan menyerahkan satu dua hari mendatang. Dalam pertemuan yang berlangsung selama 7 jam tersebut kami mengambil kesimpulan, memang masyarakat kita sangat mengharapkan ada suatu lembaga keuangan di kecamatan kita yang beroperasi secara Syariah. Harapan masyarakat ini menambah semangat panitia bekerja agar rencana ini jangan sampai patah ditengah jalan seperti rencana-rencana yang terdahulu. Besoknya tanggal 7 Agustus 1996 kami mengajak konsultan pergi berkeliling mengitari sebagian besar desa di Ampek Angkek Canduang, maksudnya supaya dia dapat menilai potensi-potensi ekonomi yang mungkin dikembangkan. Kami bercerita tentang ekonomi penduduk di desa yang dilewati. Kami bawa ke desa-desa yang relatif makmur, desa-desa yang sedang dan ke desa-desa yang relatif tertinggal . Tujuan utama kami berkeliling tersebut selain untuk menguasai lapangan juga untuk memilih lokasi kantor yang ideal untuk daerah seperti Ampek Angkek Canduang. Untuk lokasi kantor kami sepakat memilih tempat desa Tanjung Alam. Alasannya adalah, lokasinya yang berada dipinggir jalan raya Bukitinggi-Payakumbuh. Tanjung Alam dilewati oleh semua angkutan kota dari seluruh desa di Ampek Angkek Canduang hanya dengan sekali naik. Tanjung Alam adalah salah satu desa yang bersejarah dalam bidang pendidikan yang terkenal dengan sekolah Schakel dizaman Belanda. Peta Kecamatan Ampek Angkek Candung lampiran 2. Kebanyakan para pemuka-pemuka masyarakat sekarang yang menduduki posisi penting dalam Pemerintahan dan Kemiliteran yang berasal dari Ampek Angkek Canduang, umumnya adalah almamater

Page 51: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 50

dari sekolah Schakel yang belakangan menjadi SMP Tanjung Alam. Setelah kami sepakat memilih Tanjung Alam menjadi kantor BPRS AAC, tinggal memilih rumah yang akan disewa. Pada umumnya rumah-rumah yang dipinggir jalan terisi penuh kecuali rumah kepunyaan pusaka Zahar dan adiknya St. Marajo. Saudara Zahar menjabat selaku Sekretaris dalam Panitia Pendiri BPRS AAC. Rumah tersebut dikenal dengan nama rumah batu, hanya saja tidak terurus dan seperti rumah tinggal, sekalipun di kamar belakang rumah tersebut dihuni oleh St. Marajo pemiliknya sendiri, resikonya jika pilihan jatuh kerumah batu ini, biaya renovasi akan menjadi besar. Setelah diusahakan mencari rumah lain yang cocok dipinggir jalan raya, ternyata tidak berhasil, maka alternatif rumah batu tersebut menjadi pilihan terakhir sebagai kantor BPRS AAC dengan sistem kontrak. Selesai mendapatkan lokasi kantor yang ideal, kami mencoba membicarakan dengan Kepala Desa Tanjung Alam barangkali dia mempunyai pilihan lain selain dari rumah batu tersebut, dan diapun berjanji akan mengusahakannya. Hari itu kami cepat pulang kerumah, karena malam itu pak Imhar Burhanudin dan saudara Satria Djambek akan kembali ke Jakarta. Sebelum berangkat ke Jakarta, kebetulan pada pengajian yang diadakan di Mesjid Canduang pak Imhar Burhanudin salah seorang pembicara. Kesempatan pengajian tersebut kami manfaatkan untuk mensosialisasikan pendirian BPRS AAC. Disamping kesibukan kami mensosialisasikan ke masyarakat, kami juga berusaha menjaring orang-orang yang akan dicalonkan menjadi Direksi BPRS AAC. Melalui teman dari Bank Rakyat Indonesia Bukittinggi, kami diperkenalkan dengan pak Asrilsyah Datuk Maleko yang sudah pensiun dari BRI November 1992. Selain dari itu, kami diperkenalkan juga dengan pak Warlis Rangkayo Sutan, mantan pegawai Bank Nasional dan terakhir sebagai Direktur Utama BPR Rangkiang Nagari di Padang Panjang.

Page 52: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 51

Kedua calon direksi tersebut sempat penulis perkenalkan dengan konsultan kita dan sempat mengadakan interview. Dari interview tersebut menurut konsultan sementara sudah memenuhi syarat, tetapi kita tidak tahu bagaimana penilaian Bank Indonesia nantinya. Untuk melengkapi permohonan ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia, sebaiknya kita minta saja Riwayat Hidup dan menandatangani pernyataan sesuai dengan formulir dari Bank Indonesia. Sedangkan untuk duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah telah kami jajaki tiga ulama yang tidak asing lagi di kecamatan kita, yaitu: 1. H. Izuddin Marzuki L.AL, dari desa Bonjo Panampung. 2. H. Ali Amran Zaini SH, dari desa Bonjol Alam dan 3. Drs. Fauzi Damrah Datuk Bagindo dari Desa Surau Laut Panampung. Kelengkapan dokumen dari calon Direksi dan Dewan Pengawas Syariah tersebut akan kami lengkapi kemudian dan Insya Allah bisa terbawa oleh penulis nanti bila pulang ke Jakarta. Sosialisasi di mesjid bersamaan dengan pengajian rutin di Canduang tersebut merupakan sosialisasi pertama penulis di mesjid, setelah itu disusul dengan mesjid-mesjid lainnya di Ampek Angkek Canduang. Selesai pengajian kira-kira jam 08.00 malam pak Imhar Burhanudin dan saudara Satria Djambek langsung berangkat ke Jakarta dan penulis masih tinggal untuk beberapa lama di kampung, ditemani oleh seorang sopir yang dibawa dari Jakarta. Pertemuan yang diadakan di Balai Pertemuan Tanjung Alam tanggal 6 Agustus 1996, penulis anggap belum memadai, karena hanya dihadiri oleh lebih kurang 70 orang pemuka masyarakat. Jumlah tersebut belum dapat dikatakan dapat mewakili dari jumlah penduduk Ampek Angkek Canduang. Besoknya penulis datang lagi ke kantor Camat, membicarakan rencana selanjutnya sebelum penulis kembali ke Jakarta. Pak Camat menyarankan agar penulis berkeliling ke beberapa lokasi. Pak Camat akan membuat undangan ke beberapa desa untuk berkumpul di satu tempat sesuai dengan jumlah penduduk dan akan menugaskan seorang pajabat dari kecamatan yang akan

Page 53: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 52

mendampingi penulis dalam pertemuan tersebut. Saran pak Camat penulis setujui dan dibuatlah rencana kunjungan sebagai berikut. 1. Nagari Batu Taba, Pasir, dan Cangking tanggal 11 Agustus 1996

bertempat di Sekolah Dasar Batu Taba. 2. Nagari Ampang Gadang, Bonjol Alam, Surau Kamba, Surau

Pinang dan Parit Putus tanggal 12 Agustus 1996 bertempat di kantor desa Balai Baru.

3. Nagari Biaro, Balai Gurah, Koto tuo, Koto Hilalang tanggal 13 Agusutus 1996 bertempat di Mesjid Biaro.

4. Nagari Lambah, Panampung Ujung, Panampung Puhun, dan Koto Marapak tanggal 14 Agustus 1996 bertempat di Mesjid Lambah.

5. Nagari Bukit Batabuh, Lasi Tuo, Lasi Mudo dan Canduang tanggal 15 Agustus 1996 bertempat di gedung MDA Lasi.

Pertemuan-pertemuan tersebut berlangsung rata-rata antara jam 1.30 siang sampai jam 4.30 sore. Pada tiap-tiap kunjungan tersebut penulis ditemani oleh seorang petugas dari Kecamatan, sebagaimana yang dijanjikan sebelumnya. Karena pertemuan tersebut dilakukan setelah jam 1.00 maka paginya penulis mengunjungi semua kepala desa di kecamatan Ampek Angkek Canduang. Kunjungan tersebut bermaksud menyampaikan visi dan misi BPRS AAC langsung kepada Kepala desa dan perangkatnya untuk mereka sampaikan kepada warganya. Disamping itu juga untuk mendapatkan data-data keperluan komunikasi dan informasi yang kami perlukan, seperti nama kepala desa, jumlah mesjid, mushala dan sekolah atau madrasah yang ada di desa itu. Alhamdulillah untuk tugas tersebut penulis didampingi oleh Drs. Danil, anak dari pak Asrilsyah Datuk Maleko pensiunan Bank Rakyat Indonesia yang dicalonkan menjadi salah seorang Direktur di BPRS AAC. Selama berkonsultasi dengan kepala-kepala desa tersebut penulis banyak sekali mendapat pengalaman berupa sindiran, kritikan tentang kekesalan dan kekecewaan mereka selama ini. Ada seorang kepala

Page 54: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 53

desa yang berterus terang mengatakan “ Pak, kami sudah sering kena tipu, yang di gagas oleh orang rantau atau oleh para oknum pemuka masyarakat di kampung, dengan rencana-rencana yang kedengarannya indah seperti ini. Akhirnya, setelah uang kami masuk, sesudah itu tidak ada beritanya lagi. Ada yang datang dalam bentuk koperasi, ada yang datang dalam bentuk yayasan atau kerja sama bidang sosial atau bisnis, ujung-ujungnya tidak tentu rimbanya. Sekarang Bapak datang dalam bentuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah, apakah tidak akan seperti itu lagi?”, katanya” Mula-mula mendengar uneg-uneg itu merah juga telinga penulis, karena sudah lama tidak mendengar kritikan pedas seperti itu, yang sudah mengarah kepada kecurigaan. Selama penulis ditunjuk menjadi Ketua Panitia Pendiri BPRS AAC hanya sering mendapat pujian-pujian saja dari teman-teman dekat walaupun itu tidak penulis harapkan. Alhamdulillah ini kesempatan untuk menjelaskan secara detail bagaimana awalnya BPRS AAC direncanakan oleh perantau untuk meningkatkan ekonomi umat kita di kampung, dan siapa saja yang mensponsorinya. Penulis ini adalah orang suruhan saja, seperti si Bujang Selamat dalam cerita legenda Minang “Cindua Mato” Penjelasan yang penulis berikan ringkasnya sebagai berikut: Dari segi operasional dan organisasi, BPRS AAC tidak sama dengan badan hukum koperasi, yayasan atau persekutuan dan lain-lain. Syarat-syarat untuk mendapatkan izin operasi BPRS AAC sulit dan pengawasannya juga sangat ketat yang dilakukan oleh Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Yang akan memimpin BPRS AAC ini bukanlah penulis atau orang yang mendirikan sekarang, karena pasti tidak akan lulus dari pemeriksaan Bank Indonesia. Yang akan memimpin BPRS AAC ini nantinya adalah orang yang sudah berpengalaman diperbankan dan tidak cacat selama dia bekerja di bank sebelumnya. Dari segi modal juga demikian. Modal BPRS AAC hampir 100% berasal dari perantau Jakarta Bandung. Kami tidak menggantungkan

Page 55: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 54

permodalan dari masyarakat di kampung, karena tujuan kami adalah meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat di kampung. Dengan kata lain, uang rantau yang mengalir ke kecamatan kita bukan uang dari kecamatan kita yang mengalir ke rantau. Modal dari perantau itu bukan berasal dari satu atau dua orang, tetapi dari banyak orang yang bersimpati dan terpanggil nuraninya untuk membantu perekonomian di kampung melalui pendiran BPRS AAC. Pada umumnya pemegang saham tersebut adalah orang-orang yang sudah mapan perekonomiannya baik dari kalangan pedagang, maupun birokrat atau profesional lainnya. Mereka tidak menggantungkan hidupnya dari laba BPRS AAC ini. Dengan kata lain mereka ikut saham tersebut lebih banyak pertimbangan ibadahnya dari pada pertimbangan bisnisnya. Demikian juga dari segi kepengurusan. Tidak sembarang orang dipercaya untuk menjadi Direksi di BPRS AAC. Orangnya harus memenuhi syarat Bank Indonesia dan lulus tes kelayakan dari Bank Indonesia. Penulis sendiri bila BPRS AAC ini telah berdiri nanti dan sudah mendapat izin beroperasi dari Bank Indonesia dan Departemen Keuangan, selesailah tugas penulis. Penulis tidak mungkin duduk sebagai pengurus di BPRS AAC ini. Penulis akan kembali ke rantau, karena anak-anak dan cucu-cucu penulis semuanya ada dirantau. Pak Desa tersebut termenung-menung mendengar penjelasan penulis, mungkin dalam hatinya bertanya-tanya, apakah benar kata-kata orang tua ini, atau mau menipu kami di kampung lagi. Mudah-mudahan kepala desa tersebut sekarang masih hidup dan dapat membuktikan kata-kata penulis pada bulan Agustus 1996 waktu itu. Penulis berdoa, bila kepala desa tersebut pada saat mengeluarkan uneg-unegnya itu dengan perasaan curiga kepada penulis, maka kecurigaannya tersebut sudah dimaafkan, semoga Allah memaafkannya supaya tidak menjadi dosa bagi kepala desa tersebut. Selesai berkeliling ke 30 desa di Ampek Angkek Canduang, penulis mulai memikirkan untuk mendekati warga kita di kota Padang

Page 56: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 55

dengan cara pendekatan pribadi. Alhamdulillah penulis mendapat nomor telepon pak Tasmin Tamin dosen senior di IKIP Padang. Penulis langsung menelepon beliau, dan mengatakan ingin bertemu pada kesempatan pulang kampung. Beliau mengatakan, ada rencana pulang kampung hari Sabtu dan berjanji akan mampir dulu di Parit Putus sebelum ke Bonjol Alam rumah isteri beliau. Sesuai dengan janjinya, hari Sabtu sore beliau mampir di rumah penulis di Parit Putus. Kami berbasa-basi sebentar karena sudah belasan tahun tidak pernah bertemu. Penulis sampaikan kepada beliau rencana para perantau Jakarta – Bandung untuk mendirikan BPRS AAC dan telah diperkuat dengan membentuk panitia pendiri. Kebetulan penulis ditunjuk sebagai ketuanya. Sosialisasi kepada masyarakat di kampung telah kami lakukan sejak tanggal 1 Agustus 1996 dengan mendapat dukungan Camat dan perangkatnya. Penulis sendiri sudah berkunjung kesemua desa menyampaikan rencana ini. Yang belum dilakukan adalah kepada warga kita yang ada di kota Padang dan sekitarnya. Penulis minta pandangannya bagaimana cara yang efektif menyampaikan rencana pendirian BPRS AAC ini supaya warga kita yang ada di Padang ikut berpartisipasi aktif sekarang maupun nanti. Penulis rencanakan akhir bulan Agustus akan kembali ke Jakarta, karena sudah hampir sebulan berada di kampung Pak Tasmin Tamin menyarankan sebaiknya sekarang kita rencanakan saja menemui beberapa orang yang berpengaruh di masyarakat yang ada di Padang, nanti bila pada kesempatan saya ke Padang kita adakan rapat dengan melibatkan IKAT Padang sebagai pengundang. Kami rencanakan Senin depan pergi ke Padang untuk menemui beberapa orang pemuka kita antara lain, pak Muchlis Ibrahim yang berasal dari Tanjung Medan, wakil gubernur Sumbar waktu itu, pak H.M. Nazir mantan Direktur BPD Sumbar, pak Muchlis Ismail Ketua IKAT Padang, pak Muchtiar Muchtar mantan Walikota Payakumbuh,

Page 57: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 56

dan pak Amzar Syafei (almarhum) Kakanwil Penerangan Sumbar waktu itu. Alhamdulillah, tanggal 21 Agustus 1996 pagi kami menemui pak Muchlis Ibrahim di kantor Gubernur Sumatera Barat. Beliau mengatakan bahwa sudah menerima surat dari Panitia Pendiri BPRS AAC tertanggal 23 Juli bulan lalu. Beliau menyambut gembira gagasan ini, mudah-mudah berhasil dan jangan sampai patah di tengah jalan. Beliau menawarkan diri, bila ada kesulitan dibelakang hari supaya beliau diberitahu mungkin beliau dapat menemukan jalan keluarnya. Mencari Calon Direksi, Komisaris dan Pengawas Syariah Kesulitan yang dihadapi sekarang adalah mendapatkan calon Direksi yang memenuhi syarat dari Bank Indonesia. Kesulitan ini juga yang menyebabkan kegagalan panitia Pendirian BPR tahun 1990 yang dihadapi Sutan Tumanggung (almarhum). Mendengar itu, beliau segera menelepon salah seorang warga Ampek Angkek Canduang, yang akan pensiun dari Bank Bumi Daya (BBD) tanggal 1 Desember 1996. Beliau minta kami menghubungi nama Gusmar Siman di Bank Bumi Daya Padang selesai pembicaraan dengan beliau nanti. Lebih dari setengah jam kami disana setelah itu kami langsung menemui pak Gusman Siman di BBD cabang Padang. Sepulang dari pak Gusman Siman kami langsung ke kantor Dana Pensiun BPD di Jalan Pemuda Padang menemui pak M.Nazir. Kepada pak M.Nazir penulis laporkan seluruh kegiatan kami di kampung baik selama didampingi oleh pak Imhar Burhanuddin dan saudara Satria Djambek, maupun sewaktu penulis tinggal sendiri. Penulis laporkan juga calon Direksi dan calon Pengawas Syariah, yang akan diajukan kepada Departemen Keuangan dan Bank Indonesia, mudah-mudahan disetujui. Sudah sore kami meninggalkan kantor Dana Pensiun BPD. Dari sana kami menuju ke rumah pak Muchtiar Muchtar dan pak Muchlis

Page 58: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 57

Ismail untuk tujuan yang sama. Umumnya mereka mendukung gagasan perantau Jakarta-Bandung ini, dan berjanji akan berpartisipasi sesuai dengan kemampuan. Kami meninggalkan rumah pak Muchlis Ismail sudah jam 8.00 malam. Penulis turunkan pak Tasmin Tamin di rumahnya Air Tawar dan penulis bersama sopir langsung ke kampung di Bukittinggi. Sampai dirumah lebih kurang jam 11.00 malam. Penulis merencanakan akan kembali ke Jakarta akhir bulan Agustus 1996. Berarti masih ada waktu beberapa hari lagi untuk melengkapi dokumen-dokumen yang harus dipersiapkan dan harus ditanda tangani oleh dua orang calon direksi dan tiga orang calon Badan Pengawas Sariah. Karena tidak ada komputer di kampung maka penulis terpaksa pergi ke rental komputer di Bukittinggi untuk mengetik dokumen-dokumen tersebut sesuai dengan contoh Bank Indonesia. Dokumen yang akan dipersiapkan tersebut terdiri dari: 1. Membuat Riwayat hidup 2. Pasfoto terakhir ukuran 4 X 6 3. Membuat Pernyataan bahwa yang bersangkutan tidak pernah

melakukan tindakan tercela bidang ekonomi 4. Membuat pernyataan bahwa yang bersangkutan tidak mepunyai

hubungan kekeluargaan dengan Direksi 5. Membuat pernyataan bahwa sewaktu-waktu bersedia di undang

oleh Bank Indonesia untuk diinterview Khusus untuk Dewan Pengawas Syariah harus ada rekomendasi dari Majlis Ulama Indonesia Sumatera Barat di Padang. Alhamdulillah berkat bantuan Allah SWT seluruh persyaratan tersebut sempat dipersiapkan dan ditandatangani oleh yang bersangkutan termasuk rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia Sumatera Barat di Padang. Karena semua tugas yang ditargetkan sudah tercapai maka tanggal 31 Agustus 1996 setelah shalat Isya penulis dan sopir kembali ke Jakarta, selamat sampai di Jakarta tanggal 1 September 1996 malam.

Page 59: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 58

Dalam perjalanan pulang ke Jakarta penulis mencoba mengevaluasi tugas-tugas yang dilaksanakan sejak tanggal penunjukan 14 Juli 1996 sampai 31 Agustus 1996. Penulis bersyukur kepada Allah SWT, sudah lumayan juga yang dapat dilaporkan kepada para pendukung berdirinya BPRS AAC. Tanggal 3 September 1996, keluarlah laporan pertama panitia sebanyak 3 lembar yang dikirim ke 122 alamat di Jakarta, Bandung, Bukittinggi, dan Padang Dalam laporan pertama tersebut penulis lampirkan seluruh kegiatan kami (Saudara Satria Djambek, pak Imhar Burhanuddidn dan penulis) dalam bulan Agustus 1996, di kampung dan Padang secara detail. Disamping itu dikemukakan juga rencana kerja bulan September 1996 dan bulan berikutnya. Dalam rencana tersebut penulis kemukakan bahwa sudah memerlukan dana untuk deposito di Bank Pemerintah sebesar Rp. 15 juta atas nama BPRS AAC. Deposito tersebut adalah salah satu syarat pengajuan Izin Prinsip ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Sertifikat deposito tersebut difotocopy dan dilampirkan dalam berkas permohonan. Deposito tersebut nanti dapat dicairkan kembali setelah izin operasi dari Departemen Keuangan atau Bank Indonesia diterima. Pematangan Hasil Sosialisasi di Jakarta Pada saat penulis menyerahkan berkas calon Direksi dan calon Dewan Pengawas Syariah kepada konsultan, ternyata masih ada kekurangan, yaitu daftar nama dan berkas kelengkapan untuk Komisaris. Penulis menelepon pak H.M.Taufik, pak Amir Thaib dan pak Djamin Sutan Mudo menanyakan siapa yang akan kita angkat menjadi Komisaris BPRS AAC. Nama tersebut di perlukan untuk melengkapi berkas pengajuan permohonan izin ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Waktu itu disepakatilah untuk duduk sebagai Komisaris adalah 3 orang:H.M. Taufik, H.M. Nazir dan Bustaman Rahim. Dengan demikian lengkaplah sudah anggota pengurus BPRS AAC yaitu 2

Page 60: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 59

orang Direksi, 3 orang Badan Pengawas Syariah dan 3 orang Dewan Komisaris. Setelah ada kesepakatan tersebut segera dipersiapkan berkas-berkas yang perlu kami tanda tangani, sama halnya dengan persyaratan untuk Direksi dan Dewan Pengawas Syariah. Hanya saja untuk mendapatkan tanda tangan H.M. Nazir berkasnya harus dikirim dulu ke Padang dan ditunggu kiriman kembali ke Jakarta. Untuk itu memakan waktu hingga seminggu. Dalam rencana kerja yang penulis ajukan dalam bidang keuangan untuk bulan September dan Oktober 1996 sudah memerlukan dana sebesar Rp. 20 juta. Uang tersebut diperlukan untuk deposito di Bank Pemerintah sebesar Rp. 15 juta, honor konsultan termin pertama sebesar Rp. 3 juta, dan untuk pelatihan pegawai sebesar Rp.2. juta. Dalam surat tersebut, kami menghimbau kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah menyatakan kesediaannya untuk ikut mengambil saham BPRS AAC agar menyetorkan uang sahamnya melalui rekening Bendahara di Bank Central Asia Tanah Abang. Berdasarkan Surat pernyataan yang ditanda tangani diatas materai dalam rapat pendirian BPRS AAC tanggal 14 Juli 1996, sudah tercatat 15 orang calon dengan kesediaan sebesar Rp. 58.500.000.- Alhamdulillah, terpanggil oleh himbauan tersebut maka pada pertengahan September 1996, sudah mulai mengalir penyetoran saham melalui dua jalur, jalur pertama melalui ketua panitia dan jalur kedua langsung kepada rekening bendahara. Dalam bulan September 1996 ada dua kegiatan penulis yang agak menonjol. Yang pertama adalah mempelajari dan mendiskusikan Proyeksi Keuangan BPRS AAC yang dipersiapkan oleh konsultan, sebagai salah satu syarat untuk disampaikan ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Pembuatan Proyeksi Keuangan tersebut didasarkan pada asumsi sebagai berikut:

1. Modal disetor adalah Rp. 150 juta 2. Keuntungan rata-rata pedagang yang mempergunakan dana

kita adalah 15% sebulan, dan dari keuntungan itu BPRS AAC

Page 61: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 60

memperoleh 30% keuntungan dari jual beli Bai Bithaman Ajil adalah 30% dengan masa cicilan 12 bulan

3. Tabungan dari hasil kacio yang dititipkan di tiap-tiap kepala keluarga dan deposito diharapkan dapat dikumpukan pada bulan pertama adalah Rp. 95 juta,

4. Bila asumsi tersebut diatas dapat dicapai, maka break event point akan jatuh pada bulan ke sebelas. Berarti bulan ke dua belas dan bulan-bulan seterusnya BPRS AAC Insya Allah sudah mulai meraih keuntungan

Menurut pandangan kami proyeksi tersebut tidaklah berlebih-lebihan, realistis dan tidak terlalu sulit untuk dicapai. Pada waktu senggang dalam bulan September 1996 penulis manfaatkan waktu untuk berjalan-jalan ke Pasar Tanah Abang. Mula-mula penulis ditemani oleh saudara Satria Djambek, tetapi setelah dia berangkat tugas ke Polandia, maka selanjutnya penulis ditemani oleh pak Rifai Adnan. Sampai di Pasar Tanah Abang kami biasa mangkal di toko bendahara Bapak Djamin Sutan Mudo. Pada satu ketika, ada inisiatif dari bendahara Bapak Djamin Sutan Mudo untuk mengumpulkan para pedagang di Tanah Abang yang telah sukses dan berasal dari Ampek Angkek Canduang untuk menjelaskan tentang BPRS AAC. Alhamdulillah pertemuan tersebut terlaksana pada tanggal 27 September 1996 bertempat di toko H. Djaafar Syam lantai dua. Pertemuan tersebut berlangsung antara jam 1.00 siang sampai jam 4.00 sore. Penulis didampingi oleh pak Amir Thaib, sedangkan dari pedagang Tanah Abang hadir antara lain. Bapak Djamin Sutan Mudo, Bapak Rifai Adnan, Bapak Ali Umar Hamid, Bapak Nasril, Bapak Djaafar Syam dan lain-lain, yang kesemuanya terakhir ikut sebagai pemegang saham di BPRS AAC. Dari 40 orang yang diundang, hadir hanya 13 orang. Dari 13 yang hadir tersebut sudah mencatatkan diri untuk ikut mengambil saham BPRS AAC seluruhnya sebesar Rp. 39 juta. Rinciannya adalah 5 orang masing-masing sebesar Rp. 5 juta, 2

Page 62: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 61

orang masing-masing Rp. 2,5 juta, 3 orang masing-masing Rp. 2 juta, dan 3 orang masing-masing Rp.1 juta. Ada dua kali penulis merasa suprise waktu berjalan-jalan dan memperkenalkan BPRS AAC di Pasar Tanah Abang. Pertama sewaktu berjalan dengan saudara Satria Djambek, waktu itu baru kira-kira jam 11.00 pagi, kami bertemu dengan Ibu Hj. Asdar di tokonya. Saudara Satria Djambek menyampaikan maksud kami yaitu untuk menemui orang–orang yang akan ikut saham di BPRS AAC, tanpa banyak tanya Hj. Asdar langsung mengambil buku gironya dan menulis angka Rp. 5 juta. Dia menyerahkan giro tersebut sambil mengatakan, “Ya saya sudah mendengar dan saya ingin ikut Rp 5. Juta”. Hj. Asdar termasuk beberapa orang-orang pertama yang ikut serta dalam jumlah cukup besar waktu itu. Dalam hati penulis berkata, “alangkah mudahnya orang-orang Pasar Tanah Abang mengeluarkan uangnya untuk kepentingan masyarakat.” Sedangkan para peserta yang lain-lain baru menyetor antara Rp. 1juta dan Rp 2 juta saja. Mungkin beliau-beliau itu ingin melihat-lihat perkembangan kerja panitia lebih dahulu. Yang kedua adalah sewaktu penulis berjalan dengan bapak H. Rifai Adnan kira-kira 6 bulan setelah jalan-jalan dengan saudara Satria Djambek. Waktu itu kami bertemu dengan bapak H. Nasril di tokonya. Bapak H. Rifai Adnan memperkenalkan penulis sebagai panitia pendiri BPRS AAC. Disitu pun Bapak H. Nasril tidak banyak tanya, hanya mengambil buku gironya dan sambil tersenyum menyerahkan giro senilai Rp. 5 juta. Kedua cerita tersebut adalah contoh yang menggembirakan, tetapi ada juga contoh sebaliknya yang kurang mengembirakan, sekalipun kami sudah bolak balik ke tokonya tetap saja dibalas dengan senyuman saja. Kira-kira pertengahan bulan September 1996 penulis diajak oleh bapak Dr Abdul Aziz Darwis (dosen IPB) melihat-lihat BPR Syariah Amanah Umah di Leuwiliang Bogor. Kedatangan kami begitu dihormati oleh pengurus BPR Syariah Amanah Umah. Rupanya dosen

Page 63: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 62

IPB tersebut ikut aktif membangun BPR Syariah tersebut pada awal-awal berdirinya. Dosen IPB tersebut memperkenalkan penulis sebagai panitia pendiri BPRS AAC yang akan beroperasi di Bukittinggi. Sekarang ini sedang mengurus Izin Prinsip dari Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Penulis mengatakan bahwa kami baru akan melangkah, sedangkan BPRS Amanah Umah sudah jauh didepan. Kami mohon, diberi kesempatan belajar dan mencari pengalaman di BPRS Amanah Umah pada waktunya nanti. Sementara itu jika diizinkan, saya akan datang lagi bersama beberapa orang teman yang mensponsori berdirinya BPRS AAC ini, untuk lebih meyakinkan mereka bahwa operasi bank dengan landasan Syariah tidak kalah dibanding dengan operasi secara konvensional. Pengurus BPRS Amanah Umah bercerita saat mereka mulai dulu, juga banyak mendapat tantangan. Alhamdulillah berkat dukungan dari beberapa ulama yang berpengaruh disekitar Leuwiliang ini, BPRS Amanah Umah bisa menjadi seperti sekarang. Sejak beberapa tahun lalu sudah membuka kas pembantu disekitar IPB Bogor. Ada kira-kira 45 menit kami disana, takut mengganggu waktu mereka kami segera pamit. Untuk kepuasan penulis, nanti akan datang lagi, untuk menanyakan kiat mereka mengembangkan BPR Syariahnya. Kunjungan ke BPR Syariah Amanah Umah tersebut penulis ceritakan kepada pak H.M. Taufik. Beliau tertarik dengan cerita tersebut dan ingin meninjau kesana bila penulis ada waktu. Penulis mengatakan bahwa penulis selalu ada waktu untuk BPRS AAC. Penulis tidak mempunyai kesibukan lain kecuali BPRS AAC. Kapanpun pak Taufik akan kesana saya siap mengantarkan. Kita berangkat jam 8.00 pagi dari sini sampai disana kira-kira jam 10.00. Satu jam kita disana mungkin sudah cukup, dan kita fotocopy data-data yang kita perlukan. Akhir bulan September 1996 kami berdua berangkat ke BPR Syariah Amanah Umah di Lewiliang. Kami diterima dengan senang

Page 64: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 63

hati oleh salah seorang Direksi BPR Syariah tersebut. Beliau bercerita sambil membawa Neraca dan Daftar Rugi/ Laba sejak tiga tahun yang lalu secara berturut-turut. Beliau bercerita bahwa mereka mulai beroperasi tahun 1993 dengan modal disetor hanya Rp.78 juta. Selama 4 tahun tersebut mereka sudah berhasil menarik dana masyarakat lebih kurang Rp. 2 milyar dan menyalurkannya ke masyarakat sebesar lebih kurang Rp. 1,7 milyar. Sampai dengan September 1996, berdasarkan neraca harian mereka sudah berhasil mencapai keuntungan lebih kurang Rp. 58 juta. Administrasi pembukuan mereka juga sangat baik dengan sistem komputerisasi, sehingga bisa menghasilkan Neraca dan Daftar Rugi/Laba harian. Salah seorang Direksi tersebut mengatakan bahwa program komputerisasi di BPRS Amanah Umah adalah sumbangan dari Bank Muamalat Indonesia. Semula kami bermaksud disana hanya selama 1 jam. Tidak terasa kami sudah hampir 1,50 jam disana. Kami sisihkan beberapa data keuangan mereka yang dianggap perlu untuk diketahui dan di terapkan di BPRS AAC. Data yang dipisahkan tersebut kami pinjam untuk di foto copy. Ternyata mereka mempunyai fotocopy sendiri dan setelah memfotocopy, mereka menyerahkannya kepada kami. Sebelum kami pamit, kami mengaturkan terima kasih dan mengatakan bahwa bila pada waktunya nanti kami akan mengirim beberapa orang staf untuk magang di BPRS Amanah Umah. Permohonan tersebut mereka sambut dengan senang hati. Penyiapan Proposal Izin Prinsip Untuk Departemen Keuangan dan Bank Indonesia Bapak H.M Taufik merasa puas dengan kunjungan kami ke BPR Syariah Amanah Umah di Leuwiliang tersebut. Sebelumnya terus terang kami masih ragu-ragu, bagaimana bank bisa beroperasi tanpa perhitungan bunga tetap seperti yang dilakukan oleh bank konvensional. Bila pendapatan dihitung berdasarkan bagi hasil,

Page 65: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 64

bagaimana kita mengetahui penghasilan usaha nasabah yang sebenarnya, bukankah susah sekali mencari pengusaha yang jujur untuk memberitahu laba yang sebenarnya. Sekembali kami dari BPR Syariah Amanah Umah, semua keragu-raguan itu terjawab dan kami bertambah yakin. Mudah-mudahan Allah meridhoinya Data-data keuangan yang kami bawa dari sana, penulis jadikan sebagai data pembanding dengan proyeksi keuangan yang penulis terima dari konsultan beberapa hari lalu. Sebagai contoh BPR Syariah Amanah Umah mulai dengan modal distor sebesar Rp.78 juta, sedangkan kita mulai dengan modal Rp. 150 juta. Mereka berhasil mengumpulkan dana masyarakat dalam masa 4 tahun lebih kurang Rp. 2 milyar, berarti rata-rata setiap bulan Rp. 5.000.000. Sedangkan BPRS AAC mulai dengan dana masyarakat dalam bentuk tabungan keluarga amal saleh dan deposito sebesar Rp. 95 juta dengan kenaikan setiap bulan 10%. Dari angka-angka perbandingan tersebut bolehlah kita berharap bahwa BPRS AAC yang akan kita dirikan ini Insya Allah tidak akan menghadapi kesulitan likuiditas dalam jangka pendek. Apalagi dalam perhitungan konsultan belum dimasukkan dana tabungan masyarakat dalam bentuk Tabungan Keluarga Amal Saleh (Takah) yang dititipkan ditiap-tiap rumah kepala keluarga dengan seruan agar mereka ikut menabung Rp. 100 setiap hari, berarti minimal Rp. 3 ribu setiap bulan. Kepada konsultan, penulis ceritakan kunjungan kami ke BPR Syariah Amanah Umah dan data-data keuangan yang kami bawa tersebut, penulis memperlihatkan kepada konsultan sebagai bukti. Memperhatikan data-data tersebut konsultan berkesimpulan bahwa proyeksi keuangan yang sudah dipersiapkan tidak perlu diadakan perubahan. Kami sepakat, bila semua persyaratan sudah lengkap, proposal yang telah disiapkan tersebut segera ditanda tangani dan diajukan ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Diantara 15 orang yang semula tercatat akan menyetorkan sahamnya sebesar Rp. 58.500.000, ternyata realisasi hanya dipenuhi

Page 66: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 65

oleh 8 orang saja dengan jumlah sebesar Rp. 19.500.000, sedangkan yang 7 orang lagi ada yang memenuhi janjinya kemudian dan ada juga yang sampai sekarang tidak ada beritanya sekalipun sudah kami coba menagihnya. Adapun orang yang pertama menyetorkan sahamnya adalah pak Amir Thaib, disusul oleh pak H.M. Taufik dan penulis sebagai orang ketiga atas nama Yayasan Baitul Rahim. Penyetoran melalui ketua panitia selalu di laporkan dan dipertanggung jawabkan kepada bendahara secara rutin. Salah satu syarat yang belum terpenuhi waktu itu adalah bukti deposito disalah satu Bank Pemerintah sebesar Rp. 15 juta. Alhamdulillah jumlah tersebut baru dapat terkumpul tanggal 7 Oktober 1996 yang berasal dari modal disetor atas nama: 1. H. Amir Thaib SH sebesar Rp. 1.000.000. 2. H.M. Taufik MA sebesar Rp. 1.000.000. 3. H. Djamin Sutan Mudo sebesar Rp. 5.000.000. 4. Yayasan Baitul Rahim sebesar Rp. 5.000.000. 5. Drs. Satria Djambek sebesar Rp. 5.000.000. 6. H. Chairman Raeman sebesar Rp. 1.000.000. 7. H. Syukbar SH sebesar Rp. 1.000.000. 8. H. Arbi Syafei sebesar Rp. 500.000. Jumlah Rp.19.500.000. Pengeluaran: Deposito di Bank Pembangunan Indonesia Rp. 15.000.000. Termin pertama jasa konsultan Rp. 3.000.000. Jumlah pengeluaran Rp 18.000.000 S i s a Rp. 1.500.000. Laporan keuangan diatas adalah laporan keuangan yang pertama dikeluarkan dari Bendahara tanggal 10 Oktober 1996 yang penulis sampaikan dengan surat No.9/Pendiri BPRS/96 tanggal 11 Oktober l996. Setiap setoran saham yang dilakukan oleh peserta, namanya

Page 67: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 66

selalu dicantumkan dalam laporan perkembangan kerja Panitia Pendiri. Laporan tersebut kami kirimkan sejak awal Panitia bekerja rata-rata sekali sebulan dalam tahun pertama dan selanjutnya rata-rata sekali dalam dua bulan. Tentang pertanggung jawaban keuangan kami sangat berhati-hati, karena disinilah sumber fitnah dan perpecahan dalam suatu organisasi. Setiap penerimaan dan pegeluaran selalu penulis laporkan kepada seluruh pemegang saham maupun calon pemegang saham secara transparan. Cara ini berlangsung terus sampai pada hari BPRS AAC mulai beroperasi. Laporan keuangan setelah beroperasi menjadi tanggung jawab pengurus BPRS AAC. Dalam harian Republika tanggal 9 Oktober 1996 penulis membaca bahwa Bank Nagari (BPD Sumbar) akan mendirikan 100 buah BPR di tiap-tiap kecamatan dengan modal awal Rp. 100 juta. Berita tersebut penulis anggap suatu kesempatan untuk merangkul Bank Nagari, agar khusus di kecamatan Ampek Angkek Canduang tidak perlu membuka BPR sendiri. Kita mengundang untuk bergabung dengan BPRS AAC yang sedang dirintis oleh perantau Jakarta dan Bandung. Dalam rangka penjajakan tersebut penulis bersama pak Amir Thaib berangkat ke Padang tanggal 13 Oktober 1996, menemui Direktur Utama BPD Sumbar waktu itu dijabat oleh Drs Suharman. Kebetulan pak Amir Thaib kenal dekat dengan pak Drs. Suharman bahkan pak Drs. Suharman memanggil pak Amir Thaib dengan panggilan Oom (paman). Pak Suharman menyambut positif rencana perantau Ampek Angkek Canduang di Jakarta dan Bandung mendirikan BPR yang beroperasi berdasarkan Syariah. Kebetulan ide pendirian BPR oleh BPD Sumbar sama dengan ide pendirian BPRS AAC, BPD Sumbar mendirikan BPR hanya sebagai penggerak awal, selanjutnya silahkan dikembangkan oleh masyarakat kecamatan setempat. Demikian juga

Page 68: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 67

dengan BPRS AAC yang di sponsori oleh para perantau kecamatan Ampek Angkek Canduang di Jakarta dan Bandung. Waktu itu belum banyak BPR Syariah beroperasi di Sumbar, beliau berjanji akan ikut sebagai pemegang saham di BPRS AAC setelah keluar izin operasi nanti. Pemegang saham BPD adalah Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Barat, bapak Gubernur adalah Komisaris di BPD Sumbar, maka penjajakan kami sampai ketingkat Gubernur, Wakil Gubernur dan Sekretaris Daerah. Pejabat-pejabat tersebut semuanya mendukung dan setuju BPD Sumbar berpartisipasi di BPRS AAC nanti. Tetapi takdir berkata lain, setelah izin operasi BPRS AAC keluar pak Drs. Suharman tidak lagi duduk sebagai Direktur Utama BPD Sumbar, sedangkan pimpinan yang baru mempunyai kebijakan yang berbeda dengan beliau. Mungkin ada hikmahnya. Pada kesempatan pulang tersebut kami manfaatkan mengadakan tatap muka dengan beberapa pemuka warga Ampek Angkek Canduang yang ada di Padang. Tatap muka tersebut digagas dan dikoordinir oleh almarhum Drs. Amsar Syafe’i. Tatap muka ini dimaksudkan untuk menjelaskan kepada para warga kita di Padang tentang gagasan pendirian BPRS AAC dan sampai dimana proses pendirian tersebut yang sudah belangsung selama tiga bulan. Pertemuan diadakan pada tangal 14 Oktober 1996 malam di kantor Penerangan Wilayah Sumatera Barat, berlangsung dari jam 7.30 sampai jam 11.00 malam. Alhamdulillah sekalipun undangan tersebut hanya melalui telepon dan mendadak (yaitu satu hari sebelum malam pertemuan), yang hadir cukup banyak yaitu 22 orang mewakili 10 kewalian yang ada di Ampek Angkek Canduang. Hadir antara lain. bapak Drs. Muchtiar Muchtar mantan Walikota Payakumbuh, bapak Drs. H.M. Nazir mantan Direktur BPD Sumbar, bapak Drs. Nadran Agus Sekretaris Daerah Kabupaten Agam, almarhum Drs. Amsar Syafe’i Kepala Kantor Wilayah Penerangan

Page 69: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 68

Sumatera Barat, bapak Drs. Tasmin Tamin, dosen senior IKIP Padang, saudara Soemanto salah seorang pengusaha sukses di Padang, dan banyak lagi para warga kita bapak-bapak dan ibu-ibu hadir yang belum penulis kenal dan sudah sukses dibidangnya masing-masing di kota Padang. Kami berganti-ganti memberikan penjelasan tentang pendirian BPRS AAC dengan pak Amir Thaib. Setelah memberikan penjelasan diadakan tanya jawab. Pada umumnya pertanyaan berkisar pada darimana modal akan diambil untuk mendirikan BPRS AAC yang direncanakan tersebut. Kami jelaskan bahwa modal berasal dari para perantau yang sudah diberi Allah rezeki agak berlebih dengan jumlah masing-masing antara Rp. 1 juta sampai Rp 10 juta. Syukurlah kalau bisa lebih dari itu Jumlahnya cukup banyak hingga bisa mencapai ratusan orang. Sudah tercatat 58 orang yang akan ikut saham dalam BPRS AAC dengan nilai seluruhnya Rp. 102 juta. Dalam tanya jawab tersebut giliran bapak Drs. H.M. Nazir bercerita. Bahwa beliau beberapa tahun yang lalu ditelepon oleh Drs. Syahril Imam (almarhum). Waktu itu juga membicarakan rencana pendirian BPR di kecamatan Ampek Angkek Canduang. Saya tanyakan, kata beliau, modalnya dari mana?. Drs. Syahril Imam (almarhum) mengatakan modalnya dari masyarakat kita yang ada di Padang dan di kampung, kami dirantau akan ikut aktif mendukung. “Mendengar jawaban tersebut saya sudah mulai pesimis dan tidak tertarik lagi untuk mendengar rencana berikutnya”, kata beliau. Dua bulan yang lalu saya ditelepon lagi oleh bapak Bustaman Rahim tentang rencana mendirikan BPR Syariah Ampek Angkek Canduang. Pertanyaan yang sama saya kemukan juga, modalnya dari mana?. Saya mendapat jawaban seperti yang dijelaskan malam ini. Waktu itu spontan saya jawab kami di Padang akan mendukung rencana tersebut, mari kita kerjakan bersama, kebukit kita sama-sama mendaki, kelurah kita sama-sama menurun.

Page 70: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 69

Setelah mendengar cerita pak Drs. H.M. Nazir tersebut para peserta puas karena yang berbicara adalah mantan Direksi BPD, tentu secara global sudah diperhitungkan untung ruginya. Akhirnya malam itu disepakati untuk mengangkat bapak Drs. H.M. Nazir menjadi kepala Perwakilan Panitia Pendirian BPRS AAC untuk kota Padang dan sekitarnya. Pertemuan selesai jam 11.00 malam, kami pulang ke Bukittinggi, bapak Amir Thaib SH penulis turunkan di Tri Arga Bukittinggi dan penulis langsung pulang ke kampung di Parit Putus Bapak Amir Thaib SH masih ada dua malam lagi di Bukittinggi. Setelah itu beliau akan kembali ke Jakarta. Malam terakhir penulis manfaatkan untuk memperkenalkan beliau dengan calon Direksi dan calon Badan Pengawas Syariah. Sekalian perkenalan antara Direksi dengan Badan Pengawas Syariah, karena beliau-beliau tersebut masing-masing juga belum berkenalan. Siangnya penulis menelepon calon Direksi dan calon Badan Pengawas Syariah dan mengatakan bahwa salah seorang sponsor pendirian BPRS AAC sedang ada di Bukittinggi. Penulis mengundang beliau-beliau tersebut untuk berkenalan nanti malam di Gedung Tri Arga jam 7.00. Bagi bapak-bapak yang tidak mempunyai kendaraan akan penulis jemput kerumah seperti bapak Izuddin Marzuki dan Bapak H. Ali Imran Zaini SH dan akan diantarkan kembali bila sudah selesai. Pembicaraan hanya berkisar masalah prospek BPRS AAC ini di masa depan. Calon Direksi, karena dua-duanya berlatar belakang bank konvensional, masih bertanya-tanya bagaimana operasionalnya bank Syariah ini. Kami katakan, “nanti bila izin prinsip sudah diterima, maka masing-masing calon Direksi akan dimagangkan di beberapa BPR Syariah yang ada di Jakarta dan Bogor”. Sebaliknya dari calon Badan Pengawas Syariah optimis bahwa BPRS AAC akan cepat lekat di hati masyarakat, karena kita minta para ulama-ulama pada tiap kesempatan pengajian ikut membicarakan kehadiran BPRS AAC di kecamatan kita. Mari kita pelihara dan manfaatkan sesuai dengan

Page 71: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 70

tujuan dan niat para perantau untuk ikut meningkatkan perekonomian masyarakat kita. Studi Banding di BPR Lain Sebelum pak Amir Thaib kembali ke Jakarta, maka hari terakhir beliau di Bukittinggi kami sempatkan berkunjung di dua BPR yang ada disekitar Bukittinggi. dan satu BPR yang ada di Lubuk Alung. Salah satu BPR yang ada di Bukittinggi adalah BPR Panampung. BPR Panampung berasal dari Lumbung Pitih Nagari (LPN) yang di konversi menjadi Bank Perkreditan Rakyat, berarti mereka telah beroperasi belasan tahun lalu. Dalam pembicaraan hampir satu jam tersebut, kami banyak mendapat masukan dari pimpinan BPR Panampung tentang suka duka beliau menghadapi nasabah yang beraneka ragam warnanya di kecamatan kita. Namun demikian beliau juga menceritakan kegembiraan beliau dapat membantu permodalan para pedagang kita selama ini, bahkan banyak diantara mereka yang sudah sukses. Beliau berharap semoga BPRS AAC dapat segera beroperasi dimana kita dapat bekerja sama saling tukar pengalaman dan informasi. BPR Panampung adalah salah satu BPR yang mendapat binaan dari BPD Sumatera Barat. Selanjutnya kami terus ke BPR Pekan Kamih, salah satu BPR yang didirikan oleh BPD Sumatera Barat, waktu itu mereka baru kira-kira 3 tahun beroperasi. Dari pengalaman yang singkat tersebut mereka berbicara banyak sukanya dari pada dukanya. Pengalaman tersebut menambah semangat dan keyakinan kami untuk terus maju mendirikan BPRS AAC dengan tidak mengenal lelah. Besoknya sambil mengantarkan pak Amir Thaib ke Tabing Padang, kami sempat mampir di BPR Lubuk Alung. BPR ini kabarnya dibawah salah satu organisasi Islam. Di BPR ini kami tidak banyak mendapatkan masukan, karena sudah hampir jam 9.00 pagi direksinya belum datang dan pegawai juga belum banyak yang masuk

Page 72: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 71

kantor. Tidak lama kami disana, karena takut pak Amir Thaib akan ketinggalan pesawat ke Jakarta. Pada tanggal 17 Oktober 1996 bapak Amir Thaib kembali ke Jakarta, sedangkan penulis masih tinggal di kampung, karena masih ada pekerjaan yang mesti diselesaikan, yaitu melakukan renovasi pertama rumah batu di Tanjung Alam untuk kantor BPRS AAC. Rencana ini penulis sampaikan kepada saudara Drs. Masri orang Payakumbuh yang tinggal di mushalla Baitul Rahim Parit Putus. Dia mengatakan, ada orang kampungnya tukang batu dan tukang kayu yang bekerja bagus, cepat dan dengan upah yang relatif murah. Besok dia akan menjemput orang kampungnya tersebut untuk bernegosiasi dengan penulis. Alhamdulillah, besok sorenya Drs. Masri sudah datang bersama tiga orang tukang seperti yang dijanjikannya kemarin. Sore itu juga kami pergi meninjau rumah yang akan direnovasi tersebut di Tanjung Alam berlima, yaitu Drs. Masri, tukang tiga orang dan penulis. Alhamdulillah tercapai persetujuan dan mereka berjanji besok akan mulai bekerja. Petang itu dia akan mengambil perkakasnya ke Payakumbuh. Penulis kembali ke Jakarta setelah renovasi tahap pertama selesai. Ternyata di atas meja penulis sudah ada dokumen permohonan Izin Prinsip mendirikan BPRS AAC yang telah dipersiapkan oleh konsultan dan perlu ditanda tangani. Setelah penulis tanda tangani permohonan tersebut dibawa ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia tanggal 24 Oktober 1996. Penyampaian permohonan izin mendirikan BPRS AAC tersebut merupakan permohonan yang pertama. Sampai tanggal 10 Oktober 1996, sekalipun yang sudah mendaftarkan diri untuk mengambil saham di BPRS AAC cukup besar, tetapi dalam kenyataannya baru terealisir sebanyak Rp. 19.500.000. Mungkin ada keragu-raguan para peserta untuk menyetorkan uangnya, jangan-jangan uang tersebut hilang lagi seperti yang dikatakan oleh salah

Page 73: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 72

seorang kepala desa waktu penulis berkeliling ke desa-desa dulu saat bersosialisasi. Oleh karena itu dalam Laporan Kegiatan Panitia No. 09/Pendiri BPRS/96, tanggal 11 Oktober 1996 ditulis himbauan yang kutipannya sebagai berikut: Bapak/Ibu/Saudara yang kami hormati. Seperti yang telah kita sepakati bahwa niat kita untuk mendirikan BPRS AAC telah kita mulai. Dihadapan kita terbentang tiga kemungkinan yaitu; Jika oleh sesuatu sebab diluar kemampuan kami, izin operasi tidak keluar, sehingga rencana Pendirian BPRS AAC gagal, maka kami panitia menjamin bahwa uang Bapak/Ibu/Saudara yang telah disetor akan kami kembalikan utuh, atau bila direlakan ikut memikul sebagian biaya-biaya yang telah dikeluarkan Bila Izin Operasi keluar, bahkan sempat beroperasi beberapa tahun, tetapi Tuhan menghendaki lain, sehingga BPRS yang kita dirikan itu tidak berumur panjang. Jika itu terjadi maka hal tersebut berada diluar kemampuan Panitia. Sesungguhnya pada saat BPRS AAC diresmikan sejak itu berakhirlah tanggung jawab kami selaku Panitia. Namun selaku pribadi dan selaku pemegang saham yang ikut memprakarsai berdirinya BPRS AAC ini, tetap bertangung jawab secara moral seperti rekan lainnya. Yang kita do`akan adalah agar BPRS AAC yang kita dirikan ini tumbuh subur dan berumur panjang sehingga betul-betul menjadi tulang pungung ekonomi masyarakat kita dibelakang hari, maka niat kita beramal yang kita idam-idamkan sampai pada sasarannya dan Insya Allah buahnya kita terima di Alam yang lain. Alhamdulillah, sejak tanggal tersebut ada saja tiap minggu uang mengalir ke rekening bendahara, walaupun tidak seberapa. Setiap penerimaan tersebut selalu kami cantumkan nama yang menyetorkan dalam laporan bulanan.

Page 74: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 73

BAB III.

PROSES IZIN DARI DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BANK INDONESIA SAMPAI IZIN USAHA

Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) baru resmi dilindungi oleh undang-undang adalah sejak keluarnya undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992 Sebelumnya BPR beroperasi berdasarkan paket Oktober 1988. Berdasarkan undang-undang tersebut, yang mengeluarkan izin usaha BPR adalah Departemen Keuangan dengan mendengarkan pertimbangan dari Bank Indonesia. Semula syarat-syarat untuk mendapatkan izin usaha BPR sangat sederhana yaitu: 1. Susunan organisasi 2. Permodalan 3. Kepemilikan 4. Keahlian di bidang perbankan 5. Kelayakan rencana kerja 6. Tempat kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan 7. Hal-hal lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia Dengan syarat yang sederhana tersebut, banyak spekulan yang memanfaatkan payung BPR sebagai tempat mencari keuntungan pribadi, bahkan rentenir yang tadinya memutarkan uangnya dengan cara gelap-gelap, dengan mendirikan BPR mereka bebas memutarkan uangnya dengan berlindung dibawah payung BPR. Oleh sebab itu Pemerintah memperketat perizinan usaha BPR. Melihat trend perkembangan negatif tersebut, sejak tahun 1995 sudah mulai banyak BPR yang kesulitan likuiditas, bahkan sudah banyak yang tutup, hal itu mengakibatkan Bank Indonesia tambah

Page 75: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 74

memperketat perizinan. Jika tadinya permohonan izin usaha hanya cukup sekali, tetapi sejak itu menjadi dua kali yaitu ; permohonon Izin Prinsip dan bila Izin Prinsip telah diperoleh, maka disusul dengan izin usaha atau izin operasi. Pengajuan Izin Prinsip Pertama Ditolak oleh Departemen Keuangan Untuk Diperbaiki Setelah menunggu lebih kurang tiga bulan permohonan izin prinsip yang diajukan ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia, ternyata permohonan tersebut ditolak oleh Departemen Keuangan tanggal 27 Januari 1997. Isinya mengatakan bahwa Bank Indonesia keberatan atas 5 point, diantaranya 2 point menyangkut perbaikan administrasi karena ada kesalahan, kesalahan ini dianggap mudah diperbaiki, namun 3 point lainnya yang memakan waktu lama untuk diperbaiki. Tiga point itu adalah :

1. Dua orang calon direksi yang diajukan belum disetujui dan minta diusulkan calon yang lain.

2. Dua orang calon Komisaris yang diajukan masing-masing H.M Taufik MA dan Bustaman Rahim, dianggap tidak efektif melakukan pengawasan, karena kedua calon tersebut berdomisili di Jakarta.

3. Data-data pribadi dari Ketua Badan Pengawas Syariah dianggap belum lengkap dan minta dilengkapi.

Mencari Calon Direksi dan Komisaris Pengganti Seterima surat dari Departemen Keuangan tersebut, penulis segera menelepon dan mengirim surat tersebut melalui fax kepada pak Nazir di Padang Saya menyerahkan kepada pak Nazir untuk mencari orang yang akan diangkat menjadi Direksi dan Komisaris, sebab pak Nazirlah yang banyak bergaul dengan orang-orang bank baik yang sudah pensiun maupun yang akan pensiun. Salah satu syarat untuk dapat lolos dari penilaian Bank Indonesia adalah orang yang berpengalaman di bank minimal 2 tahun dan tidak pernah cacat..

Page 76: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 75

Penolakan dari Departemen Keuangan tersebut penulis juga laporkan kepada pemrakarsa melalui telepon. Kepada pemrakarsa penulis menghimbau, bila diantara mereka melihat ada keluarga atau kenalan yang memenuhi syarat, agar menyampaikan kepada panitia untuk diproses dengan konsultan. Beberapa hari setelah menerima surat tersebut terbayang di hadapan mata penulis, inilah titik kritis, yang oleh panitia pendiri BPR sebelumnya tidak dapat diatasi. Apakah penulis akan bernasib sama dengan pendahulu kita, yaitu kegagalan?. Dalam situasi yang pesimis tersebut atau dalam hal apapun yang mengganggu pikiran penulis, maka jalan yang penulis pilih adalah selalu kembali kepada Al-Qur`an. Penulis ingat janji Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra`ad ayat 28 yang artinya lebih kurang “ Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram”. Alhamdulillah ini selalu menjadi pegangan penulis. bak pepatah orang “Kalau berjalan penulis jadikan tongkat dan kalau tidur penulis jadikan bantal”. Dalam masa kembali ke Al-Qur`an tersebut penulis membaca, Q.S .Ali Imran ayat 160 yang artinya lebih kurang “Jika Allah menolongmu, maka tiada lagi yang dapat mengalahkanmu. Jika Dia menelantarkanmu, maka tiada lagi yang dapat menolongmu selain Dia. Bila kau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Hanya kepada Allahlah seharusnya orang yang beriman itu bertawakkal” Beberapa kali penulis ulang-ulang ayat tersebut. Tanpa disadari rasa optimis datang kembali dengan kesimpulan,”Bila usaha kami mendirikan BPRS AAC ini di ridhai-Nya, Allah akan memudahkan jalan bagi kami”. Penulis bertekad untuk tidak mudah putus asa, apalagi mundur dalam kondisi sekarang. Penulis akan maju terus sampai pada suatu batas buntu sama sekali atau dead lock.

Page 77: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 76

Bila Allah tidak meridhai, lebih baik gagal sekarang daripada gagal setelah melangkah terlalu jauh. Sejak itu, penulis membuat laporan kegiatan panitia dengan surat No.021/Pendiri BPRS/97 tanggal 26 Februari 1997. Isinya mengabarkan antara lain, Departemen Keuangan minta proposal pertama tersebut diperbaiki dan disempurnakan, disamping itu dilaporkan juga perkembangan pengumpulan dana dan pengeluaran sampai tanggal 26 Februari 1997, data tersebut sebagai berikut ; Jumlah penerimaan dari 20 orang pemegang saham sebesar Rp.38.000.000.- Pengeluaran: Deposito wajib di Bapindo Rp. 15.000.000.- Jasa konsultan termin I Rp. 3.000.000.- Jasa konsultan termin II Rp. 2.500.000. Biaya renovasi pertama Rp. 2.652.650.- Jumlah pengeluaran sebesar Rp. 23.152.650.- Sisa Rp. 14.847.350.- Sisa tersebut berada: Di Kas Bendahara Rp. 14.500.000. Di Kas Kecil ketua Rp. 347.350.- Jumlah Rp. 14.847.350.- Demikian contoh laporan keuangan yang disampaikan secara periodik kepada pemegang saham dan calon pemegang saham sampai pada saat peresmian berdirinya BPRS AAC tanggal 12 Juli 1999 selama lebih kurang tiga tahun. Pendapatan bunga deposito sejak awal belum dicantumkan, karena uangnya ada dalam tabungan khusus bendahara dan tidak dilaporkan setiap membuat pertanggungjawaban. Pendapatan bunga deposito sejak awal sampai akhir dilaporkan sekaligus pada saat peresmian, termasuk penggunaannya.

Page 78: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 77

Pengajuan Revisi Izin Prinsip Kepada Departeman Keuangan dan Bank Indonesia Pada suatu hari di awal bulan Maret 1997 penulis menerima telepon dari saudara Zahar, dia mengabarkan bahwa ada orang Tanjung Medan yang bekerja di Bank Bumi Daya Cabang Harmoni. Dulu orang itu pernah menjadi atasan anak Zahar bernama Upik. Kebetulan orang tersebut baru pensiun dan sudah pulang ke Padang untuk menetap di Padang. Namanya Syahurmaini dan memberikan nomor teleponnya di Padang kepada penulis. Mungkin dia bersedia menjadi Direktur BPRS AAC yang sedang kita butuhkan sekarang ini. Begitu selesai berbicara dengan Zahar , penulis langsung menelepon pak Nazir ke Padang menyampaikan berita tersebut, dengan harapan beliau menghubungi yang bersangkutan untuk menjajaki kemungkinan tersebut. Beberapa hari kemudian, pak Nazir menelepon kembali, mengatakan bahwa beliau sudah berbicara dengan saudara Syahurmaini, rupanya Syahurmaini adalah bekas murid beliau dulu di SMEA Payakumbuh. Jawaban dari Syahurmaini positif, “berbakti ke kampung kan tidak selalu dengan uang, dengan tenaga dan pengalaman juga kan bisa, katanya”. Dengan jawaban tersebut pak Nazir berkesimpulan bahwa tawaran untuk menjadi Direksi BPRS AAC tersebut diterimanya. Disamping itu ada lagi seorang pensiunan dari BPD Sumbar beberapa tahun lalu, bernama Syahril Latif, mudah-mudahan dia bersedia dan sekarang sedang dijajaki. Sedangkan untuk Komisaris sudah dapat, yaitu saudara Drs. Ruskin Nadiaputra yang waktu itu masih aktif di BPD Sumbar kantor pusat dan telah mendapat persetujuan dari Direksi BPD. Mudah-mudahan bila tidak ada halangan, beberapa hari mendatang semua berkas-berkas yang diperlukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sudah dapat dikirim ke Jakarta.

Page 79: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 78

Mendengar berita tersebut, penulis sungguh bergembira dan berdo’a mudah-mudahan inilah yang terbaik menurut Allah yang harus disyukuri. Alhamdulillah pertengahan bulan Maret 1997 empat buah berkas diterima dari pak Nazir, yaitu dua berkas untuk calon Direksi dan satu berkas lagi untuk calon Komisaris. Berkas tersebut penulis serahkan kepada konsultan untuk diproses sebagaimana mestinya, sesuai dengan isi surat Departemen Keuangan. Tanggal 31 Maret 1997. Perbaikan beserta kelengkapannya diserahkan kepada Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Pada pertengahan bulan Mei 1997 pak Imhar Burhanuddin (konsultan) dan penulis pergi menemui pejabat di Bank Indonesia yang memproses permohonan tersebut. Dari pejabat yang bersangkutan kami mendapat informasi, bahwa dia telah mengirim fax ke Departemen Keuangan yang isinya masih ada beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki. Tanpa menunggu surat pemberitahuan penolakan dari Departemen Keuangan, kelemahan yang disebut oleh Bank Indonesia tersebut segera kami perbaiki dan kami susulkan ke Departeman Keuangan dan Bank Indonesia pada awal Juni 1997. Izin Prinsip Diterima dari Departemen Keuangan Berkat sabar dan rahmat Allah SWT, Izin Prinsip yang ditunggu-tunggu akhirnya diterima pertengahan bulan Oktober 1997 bernomor 858/MK/1997 tertanggal 3 Oktober 1997. Dengan diterimanya Izin Prinsip tersebut, kami panitia bergembira, tetapi dibalik kegembiraan tersebut terbentang tugas besar dalam bentuk syarat-syarat yang harus dipenuhi.. Untuk melengkapi syarat-syarat tersebut diberi waktu satu tahun, bila dalam waktu 1 tahun tidak terpenuhi, maka Izin Prinsip yang sudah dikeluarkan dianggap kadaluarsa.

Page 80: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 79

Syarat-syarat yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut: 1. Meminta pengesahan akta pendirian Bank Perkreditan Rakyat

Syariah Ampek Angkek Candung kepada Departemen Kehakiman.

2. Menyediakan gedung kantor yang layak dan memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan usaha dengan disertai alamat kantor BPR yang lengkap dan jelas.

3. Menyediakan perlengkapan dan peralatan gedung/kantor yang memenuhi kebutuhan untuk melakukan kegiatan usaha.

4. Menyusun organisasi dan tata kerja serta menyediakan tenaga/karyawan untuk menunjang kegiatan usaha.

5. Menyediakan warkat-warkat pembukuan/formulir yang akan digunakan dalam operasional BPRS.

6. Meminta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada Kantor Pelayanan Pajak ditempat kedudukan bank.

Setelah mempelajari ke 6 syarat tersebut, kami berbagi tugas dengan konsultan. Bagian-bagian yang harus diselesaikan oleh konsultan adalah titik 4 dan 5 dan tugas-tugas yang harus dipersiapkan dan diselesaikan oleh panitia adalah titik 1, 2, 3, dan titik 6. Penulis mencoba membuat jadwal kerja termasuk anggaran biaya dan dana yang perlu dipersiapkan. Pada saat membuat anggaran keuangan, mata penulis terbelalak. Untuk sampai beroperasi ternyata mesti tersedia dana sebesar Rp. 191.500.000. Sedangkan uang yang tersedia waktu itu hanya Rp. 48.000.000.- Masih kekurangan Rp.143,5 juta. Apakah panitia mampu mengumpulkan uang sebesar itu dalam waktu satu tahun ?. Pengalaman menunjukkan, selama satu tahun tiga bulan panitia bekerja baru menerima setoran dari 28 orang pemegang saham dengan nilai Rp.48.000.000.(lampiran 3) Biasanya, selama ini bila penulis menghadapi kesulitan dalam tugas selaku panitia, penulis selalu berkonsultasi dengan penggagas utama yaitu pak H.M. Taufik, pak Amir Thaib, (almarhum) Bachtiar Tamin, dan Drs. Satria Djambek. Bila mengenai keuangan penulis

Page 81: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 80

hanya berkonsultasi dengan almarhum Bachtiar Tamin dan Satria Djambek Waktu itu almarhum Bachtiar Tamin dalam menghadapi musibah, yaitu sedang tergganggu kesehatannya dan menghadapi perceraian dengan isterinya, berarti tidak mungkin penulis membicarakan kesulitan dalam bidang keuangan BPRS AAC, Satria Djambek juga sedang bertugas di Cheko dan belum tentu kapan kembali. Penulis coba membuat terobosan baru dengan mengangkat beberapa perwakilan di Bukittinggi, Dumaii, Pekanbaru, Medan, Jambi, Palembang, Surabaya dan lain-lain, dengan harapan dapat mensosialisasikan BPRS AAC dan menampung setoran saham. Pengangkatan tersebut berdasarkan Surat Keputusan dengan uraian batas-batas hak dan kewajiban serta wewenang selaku perwakilan Panitia Pendiri BPRS AAC. Hasilnya beberapa orang perantau dari kota-kota tersebut ikut saham, hanya saja tidak maksimal dan tidak melepaskan panitia dari kesulitan mengumpulkan dana. Dalam kondisi yang sudah hampir putus asa demikian, penulis kebetulan mendapat alamat Bapak Drs. Ishar Baharuddin, beliau berasal dari Balaigurah. Waktu itu beliau menjabat sebagai Direktur Keuangan SCTV dan Direktur Keuangan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) yang dikomandoi oleh putra dan salah seorang menantu pak Harto (mantan Presiden RI). Penulis ditemani oleh salah seorang keluarga beliau dirumahnya di sekitar Pondok Indah Jakarta Selatan pertengahan bulan Januari 1998. Penulis memperkenalkan diri, orang Parit Putus, Ampek Angkek Candung yang sebelumnya berprofesi sebagai Akuntan Publik tapi sudah mengundurkan diri dari profesi itu sejak tahun 1993. Saat ini kebetulan dipercaya oleh para perantau Ampek Angkek Candung yang ada di Jakarta dan Bandung untuk mendirikan BPRS AAC sejak tanggal 14 Juli 1996. Sampai sekarang sudah jalan satu setengah tahun

Page 82: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 81

dan sudah berhasil mendapat izin Prinsip dari Departemen Keuangan bulan Oktober 1997 lalu. Untuk mendapatkan izin operasi kita harus mempersiapkan beberapa sarana dan prasarana, yang semuanya itu memerlukan dana. Sedangkan dana dari masyarakat yang tadinya menyatakan akan ikut ambil saham, ternyata tidak selancar seperti apa yang dijanjikan semula. Sampai hari ini baru terkumpul Rp.48 juta sedangkan yang diperlukan untuk persiapan operasi adalah Rp. 143.500.000.- lagi. Setelah mendengar ocehan penulis yang bernada pesimis tersebut beliau menjawab singkat tapi tepat. Karena kami adalah satu profesi (beliau adalah akuntan dan penulis juga akuntan), jadi antara kami cepat merasa dekat. Beliau bercerita, bahwa sejak beberapa tahun lalu beliau membina beberapa koperasi yang berdomisili di perkampungan sekitar kantor SCTV. Kerja membantu masyarakat ekonomi lemah ini memang berat tetapi mengasyikkan. Suatu kenikmatan bila kita melihat mereka berhasil meningkatkan kehidupannya. “Apa yang pak Bus kerjakan ini, adalah suatu tugas mulia, dan jangan putus asa”. Sampai hari ini sudah terkumpul uang saham sebesar Rp. 48 juta. Dari pemegang saham yang Rp. 48 juta tersebut kita himbau mereka untuk melipatgandakan saham mereka. Bila itu sudah berhasil berarti tinggal mencari sisanya. Untuk meyakinkan mereka, sebaiknya kita adakan rapat terbatas kepada orang-orang yang sudah menyetorkan uang sahamnya dan mempunyai perhatian besar terhadap berdirinya BPRS AAC ini Pertemuan tersebut adalah untuk memperteguh kembali tekad bersama dan minta mereka melipatgandakan sahamnya, karena usaha mendirikan BPRS AAC ini tinggal selangkah lagi. Bila semua usaha telah kita lakukan dan masih belum terpenuhi, Insya Allah saya (pak Ishar) akan memback-up pak Bus dalam penyediaan dana demi terlaksananya cita-cita mendirikan BPRS AAC ini. Mendengar kata-kata pak Ishar Baharuddin tersebut, penulis tidak ragu-ragu lagi,

Page 83: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 82

karena beliau adalah Direktur Keuangan di dua instansi yang cukup terkenal waktu itu, tidak mungkin beliau berbicara sembarangan. Sesuai dengan anjuran beliau untuk mengadakan rapat, maka pada tanggal 18 Januari 1998, diadakan rapat di Sentra Kramat yang dihadiri 20 orang pemegang saham lama dan baru. Hasil dari rapat tersebut adalah pernyataan dari peserta yang akan menyuntik dana sebesar Rp. 38 juta lagi sebagai saham dan sebagai pinjaman oleh 4 orang bila diperlukan sebesar Rp. 30 juta. Selesai rapat tersebut, kembali lagi semangat penulis untuk melanjutkan tugas yang menjadi tanggung jawab panitia untuk mempersiapkannya, karena ada yang memback-up dana bila ada kesulitan dibelakang hari. Khusus untuk penyelesaian renovasi bangunan kantor BPRS AAC di Tanjung Alam sudah ada komitmen dengan Bapak Drs. H.Errizal Ahmad dalam bulan Februari 1997, bahwa persoalan renovasi adalah menjadi tanggung jawab beliau, berkat jasa baik dari Bapak Ir. Apris Hamid. Riwayatnya adalah seperti dibawah ini ; Pada kunjungan penulis pertengahan bulan Februari 1997 ke Padang, penulis berkesempatan berkenalan dengan Bapak Ir. Apris Hamid, beliau waktu itu adalah Direktur Utama PT. Igasar, sedangkan Kantor Akuntan Publik Bustaman Rahim Cabang Padang adalah auditor di PT. Igasar. Penulis diajak oleh kepala Kantor Akuntan Publik Bustaman Rahim Cabang Padang saudara Hery Putranto menemui beliau. Kesempatan tersebut penulis manfaatkan untuk memperkenalkan kepada beliau rencana pendirian BPRS AAC. Penulis sudah lama mendengar nama beliau, begitu juga beliau hanya mengenal penulis melalui nama, sedangkan bertemu muka baru pertama kali di pertengahan bulan Februari 1997 tersebut. Lama kami berbincang-bincang mengenai BPRS AAC, akhirnya beliau menanyakan rencana renovasi kantor. Beliau mendengar dari salah seorang bawahan beliau bahwa renovasi kantor tahap pertama sudah mulai dikerjakan. Beliau bertanya siapa yang mengerjakan dan siapa yang mengawasi ?. Penulis katakan bahwa yang mengerjakan

Page 84: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 83

tukang dari Payakumbuh dan yang mengawasi saya sendiri (penulis). “Nanti untuk tahap berikutnya siapa yang akan mengerjakan dan yang akan mengawasinya ?”.”Ya tetap saya”, kata penulis. Beliau kaget, apakah bapak setua ini akan mengawasi pekerjaan yang demikian, bolak balik dari Jakarta ke Bukittinggi lagi ?. Beliau segera memanggil seseorang melalui telepon, dan tidak lama setelah itu, orang tersebut datang. Namanya H.Ben Hacq A.D.BE dari Batangbuo, desa tetangga dengan Parit Putus. Beliau perintahkan kepada Ben Hacq agar berkoordinasi dengan Drs H. Errizal Ahmad dari Tanjung Alam, supaya membantu panitia pendiri BPRS AAC melaksanakan renovasi kantor BPRS AAC di Tanjung Alam. Ben Hacq memberikan alamat H. Errizal Ahmad yang di Bukittinggi kepada penulis supaya bertemu dengannya pada kesempatan pulang ke Bukittinggi nanti. Drs. H. Errizal Ahmad adalah salah seorang dermawan dan pengusaha sukses di Padang dan Bukittinggi. Beberapa hari setelah itu penulis menemui H. Errizal Ahmad yang lazim dipanggil dengan H.Bujang, berkantor dekat Hotel Pusako Bukittinggi. Beliau mengatakan memang sudah menerima telepon dari pak Apris tentang renovasi kantor BPRS AAC. Beliau menanyakan kepada penulis, “direnovasi seperti apa bangunan tersebut, apakah mau ditingkatkan atau diperluas?”. Penulis katakan biarlah seluas aslinya saja dengan menambah kamar mandi dan tempat shalat. Sedangkan di ruangan dalam disediakan untuk ruangan Direksi dan counter untuk Teller, sehingga pantas untuk menjadi kantor BPRS AAC. Penulis tanyakan mengenai pembiayaan dan pembayarannya. Beliau mengatakan,” biarlah kami kerjakan saja dulu, nanti kalau sudah selesai baru kita hitung”. Uang kami untuk biaya renovasi ini juga belum tersedia, masih akan mengundang masyarakat mengambil saham BPRS, mudah-mudahan bisa diperhitungkan dengan saham dibelakang hari. Beliau menjawab, “gampanglah itu nanti bila sudah selesai kita bicarakan lagi”.

Page 85: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 84

Mendengar jawaban itu alangkah lapangnya dada penulis atas rahmat Allah SWT yang telah menunjuki jalan keluar dari masalah renovasi bangunan kantor ini. Dengan kesediaan Bapak H. Bujang mengambil alih persoalan renovasi tersebut penulis terlepas dari berbagai masalah antara lain; 1. Tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam hal

renovasi bangunan. 2. Tidak perlu nongkrong di kampung sekian bulan atau pulang pergi

Jakarta-Bukittinggi dengan biaya sendiri selama masa renovasi. 3. Tidak perlu repot-repot mencari tukang dan bahan bangunan yang

akan dikerjakan oleh tukang selama masa renovasi. 4. Tidak perlu menyiapkan uang kontan untuk membayar tukang

dan pembelian bahan bangunan, karena semuanya itu sudah ditanggulangi oleh Bapak H. Bujang.

Keuntungan lain ialah BPRS AAC telah menemukan seorang pemegang saham yang ikhlas dan dalam jumlah yang relatif besar. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan taufik-Nya kepada beliau sekeluarga, Amin !. Penandatanganan Akte Pendirian di Hadapan Notaris Sofjan, SH Akhir bulan Januari 1998 penulis kembali ke Jakarta. Perhatian penulis sudah bisa konsentrasi pada pembuatan akte pendirian. Dari salah seorang teman, penulis mendapat informasi bahwa ada kenalannya dari Candung yang menjadi Notaris di Jakarta, namanya Sofjan SH, pensiunan dari pejabat Pajak. Besok sore dia berjanji mengantarkan penulis kerumahnya di Kebayoran Baru. Besoknya kira-kira jam 4.00 sore sebelum kami berangkat, teman tersebut menelepon Sofjan SH terlebih dahulu menanyakan apakah beliau ada dirumah, sambil mengatakan bahwa kami akan datang ke rumahnya. Kebetulan dia ada di rumah dan menunggu kedatangan kami. Penulis membawa rancangan akte pendirian yang sudah dipersiapkan oleh konsultan untuk diserahkan kepada Notaris, sekalian

Page 86: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 85

memudahkan pekerjaannya. Kebetulan nama Sofjan, SH sebagai warga Ampek Angkek Candung belum tercatat dalam alamat-alamat yang penulis kirimi surat tentang pendirian BPRS AAC selama ini. Oleh karena itu terpaksa penulis cerita sejak awal rencana pendirian BPRS AAC yang sekarang sudah sampai pada tahap pembuatan akte pendirian. Pada saat akan menanda tangani Akte Pendirian ada tiga masalah yang timbul : Masalah pertama adalah orang-orang yang akan menandatangani Akte Pendirian tersebut. Dalam hal pembuatan akte pendirian Perseroan Terbatas bukan Bank dapat saja dengan membawa surat kuasa dan fotocopy KTP dari masing-masing pemegang saham dengan membawa bukti setorannya menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah menyetor ke bank uang sebesar modal sahamnya. Tetapi untuk pendirian Bank harus menandatangani beberapa Surat Pernyataan diatas materai dan bersedia sewaktu-waktu dipanggil oleh Bank Indonesia untuk di fit and proper test. Masalah kedua adalah masalah teknis dan kepraktisan, alangkah sulitnya menyiapkan 4 jenis Surat Pernyataan dan ditandatangani diatas materai, mengumpulkan orang sebanyak 43 orang untuk dibawa ke Notaris pada waktu yang ditentukan atau mengumpulkan Surat Kuasa dan fotocopy KTP nya yang kebanyakan mereka dengan modal saham sebesar Rp. 1 juta. Mungkin akan merepotkan yang bersangkutan ditambah lagi sewaktu-waktu dipanggil Bank Indonesia untuk di fit and proper test. Masalah ketiga adalah, kekurangan modal sebesar Rp. 22 juta siapa yang akan menalangi dan akan diisi atas nama siapa ?, jika kita akan melaksanakan penanda tanganan Akte Pendirian secara normal dan prosedural. Kami menyadari Pendirian Bank Syariah AAC terpaksa dilakukan agak menyimpang dari ketentuan biasa, tetapi tidak melanggar hukum yang ada. Dalam hal biasa disiapkan dulu modalnya, baru dibuatkan ake pendiriannya, sedangkan BPRS AAC

Page 87: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 86

kita buat dulu Akte Pendiriannya baru sahamnya dijual ke banyak orang. Kepemilikan saham di BPRS AAC seperti ini sudah dilaporkan kepada Petugas Bank Indonesia saat pemeriksaan pada tanggal 12 Nopember 1998 sebelum Izin Operasi dikeluarkan. Seperti telah dijelaskan didepan bahwa niat para pemrakarsa mendirikan Bank Syariah AAC adalah niat ibadah yang bernuansa ekonomi. Kami mengajak para perantau yang sudah sukses di rantau untuk menyisihkan sebagian kecil hartanya mengambil saham BPRS AAC dalam jumlah yang tidak begitu signifikan. Tetapi karena diikuti oleh banyak orang, maka akhirnya jumlahnya menjadi besar. Pada saat buku ini disusun sudah terkumpul modal saham disetor sebesar Rp. 1,328 milyar dari 294 pemegang saham. Sesuai dengan Undang Undang BAPEPAM No. 8 tahun 1985, maka jumlah pemegang saham akan dibatasi maksimal 299 pemegang saham. Sisa 5 pemegang saham lagi kami cadangkan untuk institusi, seperti yayasan-yayasan, dana-dana pensiun, koperasi-koperasi dan lain-lain yang tidak akan mempengaruhi kepemilikan saham di BPRS AAC secara keseluruhan. Keuntungan lain yang kami peroleh dengan menyebarkan pemegang saham ke banyak orang dalam jumlah-jumlah yang kecil adalah, tidak ada seorang pemegang saham pun yang dominan dalam kepemilikan yang dapat mempengaruhi kebijakan manajemen atau dengan kata lain melakukan interfensi dalam arti yang negatif. Atas pertimbangan yang matang dan dengan niat suci ibadah, kami berempat memberanikan diri maju kedepan notaris untuk menandatangani Akte Pendirian BPRS AAC. Kami menyiapkan riwayat hidup dan menandatangani 3 jenis Surat Pernyataan diatas materai sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan siap sewaktu-waktu dipanggil untuk di fit and proper test Kami berempat Insya

Page 88: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 87

Allah dapat mewakili semua unsur-unsur masyarakat kecamatan Ampek Angkek Candung yaitu: Bapak H.M.Taufik mewakili golongan birokrat. Bapak H.Djamin Sutan Mudo mewakili para pengusaha. Bapak H.M.Nazir mewakili masyarakat di Padang dan kampung Bapak H.Bustaman Rahim mewakili perantau di Bandung Dalam akte pendirian tersebut dicantumkan modal dasar BPRS AAC sebesar Rp. 500 juta dan modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp 150 juta. Sebetulnya modal disetor yang riel diterima baru sebesar Rp.128 juta dari 43 orang pemegang saham. Kekurangan Rp. 22 juta lagi hasil pinjaman dari Bapak H.M. Nazir di Padang dan penulis sendiri. Pinjaman tersebut dilunasi jauh setelah akte pendirian ditandatangani, dan sebagian dikonversi menjadi saham Modal disetor Rp. 150 juta tersebut diatas namakan: 1 H. Djamin Sutan Mudo sebesar Rp. 40.000.000.- 2 H.M. Taufik, MA sebesar Rp. 40.000.000.- 3 Drs..H.M. Nazir sebesar Rp. 40.000.000.- 4 H. Bustaman Rahim sebesar Rp. 30.000.000.- Jumlah Rp.150.000.000.- Setelah dia melihat-lihat berkas yang penulis bawa, dia minta dipersiapkan Surat Kuasa dari 3 pemegang saham lainnya, kepada Bustaman Rahim diminta untuk menghadap dan menanda tangani pembuatan akte pendirian BPRS AAC dihadapan notaris. Dengan adanya surat kuasa berikut KTP masing-masing pemegang saham, maka cukup penulis sendirian saja yang datang kesini menandatangani akte tersebut. Insya Allah minggu depan sudah dapat ditandatangani. Notaris menyarankan agar mengurus sendiri di Departemen Kehakiman dan di Percetakan Negara, sebab akan lebih ringan biayanya.

Page 89: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 88

Sesuai dengan hari yang dijanjikan, yaitu pada tanggal 2 Februari 1998, penulis datang dengan membawa surat kuasa dari pemegang saham lainnya yaitu; bapak H.Djamin Sutan Mudo, bapak H.M.Taufik, MA dan bapak Drs. H.M Nazir berikut KTP masing-masing. Selesai penulis tanda tangani akte pendirian, besok sorenya sudah dapat diambil salinannya berikut dengan surat pengantar ke Departemen Kehakiman. Tentang biayanya pak Sofjan, SH tidak mau menerima. Setelah ditanyakan standar biaya pembuatan akte pendirian adalah Rp. 1.000.000.- maka nilai tersebut penulis masukkan kedalam saham atas nama Sofjan SH. Untuk memudahkan penulis mengurus pengesahan di Departemen Kehakiman dan di Percetakan Negara, maka bapak Sofjan, SH memberikan nama-nama pejabat yang akan ditemui dikedua instansi tersebut. Alhamdulillah, Departemen Kehakiman Republik Indonesia mengesahkan Pendirian PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah “Ampek Angkek Candung” tanggal 20 Maret 1998 No:C2-2049.HT.01.01.TH.98. Pengesahan tersebut keluar dalam Tambahan Berita Negara R.I Tanggal 21 Juli 1998 No. 58. Dengan diterimanya pengesahan dari Departemen Kehakiman berarti syarat pertama yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan sudah terpenuhi. Syarat kedua adalah menyangkut penyediaan bangunan kantor yang sedang berjalan dibawah pengawasan bapak Drs. Errizal Ahmad . Syarat ketiga adalah penyediaan perlengkapan dan peralatan kantor, akan dilaksanakan setelah Izin Usaha diterima nanti. Sedangkan syarat keenam mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak dan legalitas lainnya seperti Surat Keterangan Domisili, Surat Izin Tempat Usaha, Tanda Daftar Perusahaan dan lain-lain, diharapkan dapat diselesaikan oleh teman-teman di Padang. Tidak lama setelah Pengesahan dari Departemen Kehakiman diterima, konsultan secara berangsur-angsur menyerahkan beberapa contoh formulir yang akan digunakan dalam beroperasi nanti dan harus dicetak. Supaya tidak terlalu hambur dan kemungkinan akan ada

Page 90: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 89

perbaikan dibelakang hari, maka untuk sementara penulis cetak dalam jumlah yang cukup untuk digunakan selama 1 tahun kerja saja. Di Bandung ada orang Ampek Angkek Candung dari Lasi yang bergerak dalam bidang percetakan, namanya Harmonis. Waktu penulis menyerahkan fomulir-formulir untuk dicetak tersebut dia menanyakan,” logonya bagaimana?”. Penulis katakan buat sajalah logo yang menurut saudara bagus, karena penulis sendiri buta huruf dan tidak punya ide untuk itu. Bila pembaca melihat logo BPRS AAC seperti yang ada sekarang, maka itu adalah hasil design dari saudara Harmonis Bandung. Bila ada ide untuk mengganti dengan yang lebih intelek dan dinamis kami selaku panitia pendiri tidak keberatan menggantinya asal mengikuti prosedur Bank Indonesia. Setiap kali datang contoh formulir dari konsultan yang harus dicetak penulis serahkan saja kepadanya untuk mencetak, sedangkan pembayarannya akan diperhitungkan dengan saham dibelakang hari. Setelah semua formulir-formulir yang diperlukan untuk beroperasi yang mencapai 29 jenis selesai dicetak, penulis minta perhitungan biayanya. Ternyata jumlah seluruhnya lebih dari Rp. 1 juta. Dia bilang, “untuk keperluan kampung kita, bulatkan saja menjadi Rp. 1 juta berarti selembar saham”. Fit and Proper Test oleh Bank Indonesia Para Pemegang Saham dan Pengurus yang Namanya Tercantum Dalam Akte Pendirian Pada saat kunjungan kami ke Bank Indonesia awal Agustus 1998, kami diberitahu bahwa data-data pribadi dari pemegang saham 4 orang, direksi 2 orang, komisaris 2 orang dan badan pengawas syariah 3 orang telah mereka pelajari dan sudah memenuhi syarat, tinggal sekarang Bank Indonesia akan melakukan fit and proper test kesemua orang tersebut. Sudah dijadwalkan untuk orang-orang yang ada di Jakarta dilakukan di Bank Indonesia Pusat dalam bulan Agustus 1998. Untuk orang-orang yang ada di Padang akan dilakukan di Bank Indonesia

Page 91: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 90

Cabang Padang dalam bulan September 1998. Tentang waktunya supaya berkoordinasi dengan pejabat setempat untuk menentukan tanggal dan jamnya. Penulis bersyukur dengan jadwal tersebut, karena dapat leluasa melakukan kordinasi dan menentukan waktu yang sesuai dengan kesempatan masing-masing orang. Selesai kami fit and proper test 4 orang di Jakarta, beberapa hari setelah itu penulis ke Padang untuk mengatur fit and proper test 5 orang pengurus BPRS AAC di Bank Indonesia cabang Padang. Alhamdulillah semua selesai pada waktunya dalam satu hari di Jakarta dan satu hari di Padang. Mengurus Legalitas Formil di Kabupaten Agam Pada akhir bulan Maret 1998 penulis bertemu dengan konsultan untuk mengadakan evaluasi dan inventarisasi dari seluruh persyaratan yang diwajibkan, untuk mengetahui apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum. Dengan mengetahui item-item tugas yang belum selesai tersebut kita bisa membuat ancar-ancar waktu penyampaian proposal Izin Usaha ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Hasil dari inventarisasi tersebut kami bersyukur bahwa sebagian tugas yang berat-berat sudah selesai dan akan selesai pada waktunya. Ternyata yang belum tergarap adalah beberapa pekerjaan yang relatif ringan tetapi harus dilaksanakan di Bukittinggi dan Lubuk Basung, sebagai ibukota kabupaten Agam. Kami membuat jadwal agar semua persyaratan dapat dilengkapi seluruhnya pada akhir April 1998 dan supaya proposal izin usaha dapat diajukan awal bulan Juni 1998. Diharapkan dalam tahun 1998 izin usaha sudah keluar. Mengingat waktunya sudah begitu sempit, maka penulis mengambil keputusan untuk pulang ke Bukittinggi mengurus dan menyelesaikan sendiri segala persyaratan yang diperlukan, agar penyampaian proposal tidak terhalang oleh hal-hal yang sederhana tersebut. Target penulis pulang adalah mengurus Izin Domisili, Surat

Page 92: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 91

Izin Tempat Usaha, Tanda Daftar Perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak dan lain-lain yang terkait dengan itu. Alhamdulillah, dalam tempo lebih kurang seminggu seluruh tugas tersebut sudah selesai, yang menggembirakan adalah perkembangan renovasi kantor yang hampir selesai, tinggal penyelesaian akhir. Karena foto kantor itu berikut perlengkapan didalamnya juga diperlukan untuk disampaikan ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia, maka sekalian saja penulis persiapkan fotonya, dengan cara sedikit sandiwara. Penulis pergi ke kantor camat di Biaro. Penulis mengatakan, bahwa mau meminjam beberapa buah meja tulis berikut kursinya, dan meja tamu satu set untuk dibawa ke Kantor BPRS AAC di Tanjung Alam, sampai disana mau di foto, untuk membuktikan bahwa kantor BPRS AAC memang sudah siap untuk beroperasi. Untuk lebih meyakinkan Departemen Keuangan dan Bank Indonesia, sebelum difoto diatas meja itu juga ada dua buah komputer berikut satu printer. Komputer dan printer tersebut hasil pinjaman dari Bapak Yasri Idris SH Gelar Datuk Nan Basa yang waktu itu membuka rental komputer di Ampang Gadang. Semoga sandiwara penulis tersebut dimaafkan Allah SWT. Bapak Camat setuju meminjamkan apa saja yang diperlukan untuk difoto, hanya saja supaya tidak menganggu pekerjaan, disarankan dilakukan setelah jam 12.00 siang hari Sabtu. Selesai di foto dikembalikan lagi ke kantor, bahkan beliau menawarkan diri untuk menyediakan foto tustel, mobil dan 2 orang tenaga untuk mengangkat-angkat meja tersebut. Bapak Yasri Idris, SH juga setuju untuk meminjamkan 2 buah komputer dan 1 buah printer hari Sabtu yang ditentukan itu. Sambil menunggu datangnya hari Sabtu yang ditentukan, penulis manfaatkan waktu untuk ikut mengawasi tukang yang sedang mengerjakan penyelesaian terakhir renovasi, dengan mengutamakan bagian-bagian yang akan kena foto nantinya. Di hari Sabtu yang

Page 93: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 92

ditentukan jam 11.30 penulis sudah berada di kantor pak Camat dan pak Camat juga sudah menunggu Kami tidak sampai menunggu sampai jam 12.00 karena pegawai juga sudah mulai pulang. Pak Camat menanyakan berapa buah meja yang akan kita bawa? Penulis katakan kalau bisa kita bawa 6 buah meja tulis yang kecil-kecil, 12 buah kursi kerja, serta satu set kursi dan meja tamu. Beliaupun memberi komando kepada 2 orang pegawai kecamatan untuk mengangkut ke atas mobil yang sudah disediakan. Ada tiga rit untuk mengangkut meja-meja dan kursi-kursi tersebut ke Tanjung Alam hingga selesai. Dari pihak penulis hanya dibantu oleh tukang-tukang yang sedang mengerjakan renovasi menolong menurunkan meja-meja dari mobil yang mengangkut dari Biaro, pak Camat sendiri dan penulis juga ikut mengangkat meja dan kursi ke dalam ruangan kantor sambil menyusunnya sekalian. Selesai menyusun meja dan kursi seakan-akan sudah merupakan kantor sungguhan. Tidak lama sesudah itu bapak Yasri Idris, SH pun datang dengan membawa 2 buah komputer dan 1 buah printer. Komputer dan printer kami tempatkan di tempat yang patut, setelah itu pak Camat asyik memotret dari berbagai segi, tidak saja didalam ruangan tetapi juga dari luar, arah dari Payakumbuh dan dari arah Bukittinggi. Ada 15 kali petikan (snap shot) waktu itu. Selesai pemotretan tersebut, kami bergotong-royong kembali mengangkut meja-meja dan kursi-kursi tersebut ke kantor camat di Biaro. Kepada bapak Camat, Drs. Isfaemal dan bapak Yasri Idris Gelar Datuk Nan Basa penulis sungguh berutang budi dan berterima kasih atas dukungan tanpa pamrih beliau demi berdirinya BPRS AAC ini. Semoga Allah SWT membalas ketulusan beliau itu dengan pahala berlipat ganda. Amin .

Page 94: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 93

Pengajuan Izin Usaha ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia Dengan selesainya legalitas perusahaan dan foto-foto tersebut penulis kembali ke Jakarta dengan rasa lega, karena menganggap seluruh persyaratan sudah selesai dan tersedia. Penulis berharap dalam waktu tidak berapa lama lagi, proposal izin usaha sudah dapat diajukan ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Sesampai di Jakarta penulis langsung menghubungi konsultan menyampaikan hasil yang diurus di Bukittinggi, termasuk foto-foto kantor dan perlengkapannya. Konsultan menerimanya dengan senang hati sambil menanyakan modal disetor. Apakah jumlahnya sudah sesuai dengan yang tercantum didalam akte pendirian. Penulis katakan sudah sesuai, dan semua bukti-bukti setorannya dapat diperlihatkan bila perlu. Sekalipun secara formil setoran saham sudah mencapai Rp. 150 juta, namun dalam angka-angka tersebut masih ada utang kepada pak Nazir dan penulis yang timbul saat akan menandatangani Akte Pendirian sebesar Rp. 22 juta yang belum dibayar Memperhatikan bahwa masih ada kekurangan setoran sebesar Rp. 22 juta tersebut penulis menghimbau lagi khusus kepada bapak/ibu yang dulu menandatangani pernyataan untuk menepati janjinya ikut saham di BPRS AAC. Karena belum semua memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang tercantum dalam pernyataan yang mereka tanda tangani. Penulis mencoba untuk menghimbau kembali kepada semua pemegang saham dan calon pemegang saham untuk berpartisipasi mendirikan BPRS AAC, karena hasil usaha kita dengan susah payah selama ini tinggal selangkah lagi. Alhamdulillah berkat himbauan tersebut bulan berikutnya diterima setoran sebesar Rp. 36 juta yang berasal dari 15 orang. Dengan demikian utang kepada pak Nazir sudah dapat dibayar dengan mentransfer ke rekening pak Nazir di Padang. Utang kepada penulis dikonversi dengan saham atas nama keluarga. Setelah seluruh

Page 95: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 94

persyaratan sudah lengkap dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim, proposal izin usaha kami ajukan ke Bank Indonesia dan Departemen Keuangan pada tanggal 2 Oktober 1998 dan susulan perbaikan terakhir pada tanggal 1 Desember 1998 dengan surat No. 045/Pendiri BPRS/98. Persiapan Sumber Daya Manusia, Untuk Siap Beroperasi Salah satu persyaratan yang harus dipersiapkan sebelum beroperasi adalah sumber daya manusia. Untuk itu kami ( direktur utama dan panitia ) telah merekrut 2 orang tenaga inti yang dipersiapkan untuk menjadi tulang punggung selama masa beroperasi nanti. Dua orang tersebut terdiri dari seorang pria dan seorang wanita. Yang pria adalah Hendri Kamal, lulusan Akademi Keuangan dan Perbankan Padang, telah berpengalaman beberapa tahun di Enriko Bank, sedangkan yang wanita adalah Fitri Yanti tamatan Akademi Akuntansi di Padang dan sudah berpengalaman di salah satu perusahaan swasta di Padang beberapa tahun. Kami jelaskan kepada kedua tenaga tersebut bahwa BPRS AAC sekarang masih dalam tahap persiapan operasi, karena izin operasi masih menunggu dari Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Oleh karena itu kami belum bisa memberikan dan menentukan besarnya gaji masing-masing, tetapi kami baru sanggup memberikan uang transpor yang besarnya Rp. 250 ribu sebulan. Bagi yang mempunyai kendaraan akan diberikan uang bensin sebesar Rp. 50 ribu tiap bulan. Bila syarat ini diterima maka kami akan segera memberangkatkan pergi magang di BPR Syariah ke Jakarta dan ke Bogor selama lebih kurang 1 bulan pulang pergi. Seluruh biaya sejak dari rumah sampai kembali kerumah sepenuhnya menjadi beban BPRS AAC berikut uang makan dan uang saku setiap hari sebesar Rp 20 ribu. Syarat ini kami ambil karena kami sendiri tidak mengetahui kapan izin usaha dari Bank Indonesia itu keluar.

Page 96: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 95

Alhamdulillah syarat tersebut mereka terima dan kira-kira awal bulan Oktober 1998 mereka berangkat ke Jakarta untuk magang di BPRS Insani di Ciputat selama 15 hari dan di BPRS Amanah Umah di Leuwiliang Bogor selama 20 hari. Sengaja kami perpanjang magang di BPRS Amanah Umah, karena BPRS ini adalah BPRS yang terbaik di seluruh Indonesia waktu itu. Masing-masing mereka mempunyai tugas dan mendalami bidangnya masing-masing, Hendri Kamal khusus bidang operasional berikut tugas-tugas yang terkait langsung dengan itu. Sedangkan Fitri Yanti khusus bidang administrasi keuangan dan sistem pelaporan intern maupun extern. Target kami, dengan mengirim kedua orang tersebut dengan biaya relatif besar adalah, agar yang berdua ini mampu menurunkan ilmu dan pengalamannya kepada teman-temannya nanti bila BPRS AAC sudah beroperasi. Persiapan Sarana Sekembali mereka magang dari Ciputat dan Bogor, kami merekrut lagi tambahan 4 orang tenaga kerja sukarela dengan kondisi seperti yang berdua sebelumnya. Yang 4 orang tersebut adalah; Rifyanis, SH, Riki Sabri Pinto, Yarma Desi dan Hendra Nazwar, SE. Keenam orang tersebut penulis anggap ikut berjasa meletakkan pondasi tempat berdirinya BPRS AAC ini. Panitia sejak awal Agustus 1998 lebih banyak tinggal di kampung dibanding di Jakarta. Karena segala sesuatu sudah harus dipersiapkan, seperti meja tulis kursi-kursi, perangkat komputer dan lain-lain. Sedangkan brankas, beberapa almari arsip dan meja tamu adalah hibah dari seseorang perantau dari Bandung. Alhamdulillah penulis pulang membawa mobil sendiri, jadi soal transpor tidak begitu repot untuk segala urusan. Sejak adanya 6 orang sukarela tersebut, maka tugas penulis diringankan oleh mereka dengan berbagai kegiatan. Jam kerja kami

Page 97: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 96

antara jam 8.00 pagi sampai jam 5.00 sore dengan istirahat antara jam 12.00 sampai 1.30. Itupun sudah terasa padat dengan pekerjaan sehari-hari. Hari kerja kami adalah dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu, hari Sabtu pulang jam 12.00 siang. Yang tersulit mengadakan persiapan bukanlah mempersiapkan fisik sarana dan prasarana peralatan dan perlengkapan, tetapi yang paling sulit adalah mempersiapkan mental dan menyatukan visi serta misi para pengelola dan pelaksana BPRS AAC. Alhamdulillah, pada tahap awal selama belum beroperasi ini dapat diciptakan dengan menjadikan suasana kerja yang harmonis, diselingi canda dan tawa, bila perlu dengan sindiran-sindiran yang mendidik. Banyak orang dipinggir jalan bertanya-tanya. BPRS AAC ini belum beroperasi tetapi pegawainya sudah banyak ? , apa saja kerja mereka didalam kantor, mungkin bergunjing saja barangkali ?. Tuduhan negatif seperti ini sering kita dengar di kampung kita, dengan istilah “saleme”(ngejek), karena ketidaktahuan mereka. Padahal kami didalam kantor bekerja sepenuh hari mempersiapkan dan mengadakan sosialisasi ke desa-desa dan ke mesjid-mesjid. Alhamdulillah, karena sudah puas dengan saleme dan cemeeh, akhirnya penulis menemukan kiat menghadapinya, penulis menganggap orang yang melakukan saleme dan cemeeh tersebut tidak tahu karena kebodohannya, atau mungkin dia iri hati disebabkan orang lain bisa dan dia tidak bisa (untuk tidak berburuk sangka). Bulan pertama kami mencetak buku kas harian mesjid dengan menggunakan logo dan kata pengantar dari BPRS AAC. Ini adalah untuk membiasakan para pengurus mesjid melakukan tertib administrasi keuangan. Selama ini umumnya pencatatan keuangan mesjid kurang tertib sehingga banyak terjadi fitnah yang diarahkan kepada pengurus mesjid yang mungkin benar, mungkin tidak. Sering sekali pengurus mesjid di kampung kita terpaksa mengundurkan diri karena isu-isu yang tidak perlu terjadi bila administrasi keuangan dilakukan secara tertib.

Page 98: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 97

Penyerahan buku kas mesjid ini secara gratis diiringi dengan penjelasan dan contoh-contoh yang terjadi sehari-hari. Pada saat penyerahan banyak pengurus mesjid yang berterima kasih dan ada juga yang menerima dengan dingin dan kelihatan tidak tertarik. Kami doakan buku kas mesjid tersebut dimanfaatkan oleh pengurus-pengurus mesjid di kampung kita demi mengurangi fitnah dan dosa. Tabungan Keluarga Amal Saleh (TAKAH) Pengalaman penulis selaku auditor/pemeriksa beberapa BPR di pulau Jawa mengetahui bahwa umumnya kesulitan yang dihadapi oleh BPR-BPR adalah kesulitan likuiditas. Mudah-mudahan kesulitan tersebut tidak terjadi di BPRS AAC, untuk menghindarkan diri dari kesulitan likuiditas tersebut, perlu dipersiapkan suatu sistem yang dapat mengalirkan uang terus menerus ke dalam kas BPRS AAC walaupun sedikit demi sedikit, seperti air yang menetes demi setetes sanggup melobangi batu yang keras sekalipun, asal dilakukan terus menerus. Untuk itu kami persiapkan celengan kecil berukuran kira-kira 15 x 20 cm dengan tebal 7 cm yang dilengkapi dengan kunci kecil dan tempat menggantungkan di dinding/ditembok. Kami sebut alat tersebut “TAKAH” (Tabungan Keluarga Amal Saleh), dengan diberi kata-kata himbauan supaya orang membiasakan diri menabung walaupun dengan Rp. 100 rupiah sehari. Dipinggir celengan tersebut ada data penabung dengan diberi nomor dan kode desa untuk kepentingan administrasi. Tenaga yang sebanyak itu terserap untuk mempersiapkan celengan TAKAH, karena harus mencetak kertas yang akan ditempelkan dimasing-masing celengan. Setelah celengan tersebut rapi, celengan tersebut disebarkan kerumah-rumah tiap-tiap keluarga di seluruh desa di Ampek Angkek Candung supaya mereka ikut sebagai penabung dengan niat ibadah saling membantu sesama kita. Moto kami adalah “hari ini kita menolong orang, besok lusa orang menolong kita, sama-sama dapat pahala”.

Page 99: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 98

Tabungan tersebut nanti akan dijemput dan dibuka dihadapan keluarga penabung, dicatat di dua kartu. Satu kartu ditinggal dirumah penabung dan satu kartu lagi dibawa ke BPRS AAC. Bila BPRS AAC sudah mendapat izin operasi nanti, baru tabungan tersebut dijemput oleh seorang collector yang akan ditunjuk dari desa itu sendiri. Collector tersebut mendapat insentif sebesar 5% dari hasil tabungan yang dipungutnya dari desa itu. Sampai saat BPRS mendapatkan izin operasi tanggal 14 Mei 1999 telah tersebar lebih dari 4000 celengan TAKAH disebagian besar kepala keluarga di desa-desa Ampek Angkek Candung. Pada saat uji coba dari 621 penabung ternyata berisi uang tabungan sebesar lebih dari Rp.8 juta. Angka ini tidak dapat dijadikan pegangan karena pada saat dibuka, celengan sudah beberapa bulan berada dirumah masing-masing dan belum dibuka. Dengan tersebarnya tabungan keluarga amal shaleh ini banyak manfaat yang dapat dipetik, antara lain adalah sebagai berikut; 1. Uang Rp. 100 sejak beberapa tahun lalu sudah tidak begitu

mempunyai nilai lagi bahkan sudah terserak dimana-mana. Ini yang dikumpulkan di satu tempat, yang kalau dikumpul dari banyak orang maka dia akan menjadi besar dan banyak manfaatnya.

2. Melatih keluarga tersebut berhemat sekalipun dengan Rp. 100 sehari, tetapi kalau dilakukan setiap hari dan terus menerus nanti tentu akan menjadi banyak. Bila satu ketika diperlukan tentu banyak manfaatnya.

3. Pemuda atau mahasiswa yang bertindak selaku kolektor akan mendapat penghasilan bulanan. Dengan hanya bekerja satu atau dua hari dalam sebulan memungut TAKAH tersebut mendapat jasa sebesar 5%. Pada bulan-bulan pertama memungut tidak ada yang kurang dari Rp.1 juta isi tabungan masyarakat. Berarti ada pemasukan sebesar Rp. 50 ribu untuk jajan dan transpor pemungut yang umumnya mahasiswa.

Page 100: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 99

4. BPRS AAC mendapat aliran dana setiap hari tidak kurang dari Rp. 2 juta, karena setelah TAKAH dibuka tidak ada yang berisi Rp. 3.000,- per bulan, bahkan banyak yang melebihi Rp. 10.000 tiap celengan. Terakhir TAKAH tersebar sebanyak 8.000 buah.

5. Insya Allah si penabung mendapat pahala, karena dia menabung dengan niat ibadah, menolong yang membutuhkan, uangnya dimanfaatkan oleh orang untuk modal usaha.

6. Keuntungan yang tidak tampak adalah, BPRS AAC cepat memasyarakat, sehingga dalam waktu pendek sudah tersebar ke seluruh pelosok Ampek Angkek Candung.

Pada saat buku ini disusun sudah terkumpul dana masyarakat dalam bentuk TAKAH dan lain-lain bersaldo lebih dari Rp. 3,6 milyar dari 11.080 orang penabung. Ide mengembangkan cencelengan dengan sistem kacio bajapuik “TAKAH” ini bukanlah murni dari panitia, tetapi meneruskan budaya orang-orang tua kita di kampung dulu dalam mencari dana untuk mesjid dan lain-lain. Bila ada rencana di kampung untuk mendirikan mesjid selalu dianjurkan kepada ibu-ibu agar menyediakan bareh baganggam. Bareh baganggam, adalah beras yang diambil segenggam setiap akan memasak nasi, beras itu dikumpulkan oleh ibu-ibu di suatu tempat dan bila sudah agak banyak ada panitia datang menjemput, dan dikumpulkan dalam satu karung. Beras dalam karung tersebut dijual lagi ke masyarakat, uangnya digunakan untuk tujuan bersama. Panitia hanya memodifikasi bareh baganggam, menjadi celengan bernama TAKAH. Nama TAKAH sendiri adalah hasil renungan beliau bapak H.Izuddin Marzuki dengan kepanjangan Tabungan Keluarga Amal Shaleh. Alhamdulillah, sejak BPRS AAC diresmikan sampai sekarang (Juli 2005), belum pernah BPRS AAC kesulitan liquiditas, bahkan selalu surplus dan selalu diatas ambang yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Demikian surplusnya sehingga kelihatan manajemen tidak maksimal mengelola liquiditas BPRS AAC menyebabkan banyak

Page 101: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 100

uang menganggur. Posisi kas/bank pada akhir Juni 2005 berjumlah Rp. 1,577 milyar dengan saldo pembiayaan sebesar Rp. 5,743 milyar. Kegiatan lain dari relawan yang 6 orang tersebut sebelum beroperasi adalah “on the job training” yang diberikan oleh Hendri Kamal dua kali dalam sebulan di hari Sabtu. Pada umumnya mereka belum pernah bekerja di kantor apalagi bekerja di bank, jadi pelatihan memang benar-benar sejak nol, yaitu sejak dari cara menerima dan meladeni tamu, cara mengisi berbagai macam formulir, tata tertib dan perilaku selama di kantor dan lain-lain. Sedangkan Fitri Yanti sekali-sekali memberikan penataran tentang jalannya administrasi pembukuan dan keuangan dengan menggunakan formulir-formulir yang sudah dipersiapkan. Untuk mendapatkan gambaran yang berbeda sebagai selingan pernah sekali kami undang sdr. Basril salah seorang Direktur di BPRS Rangkiang yang berkantor di Jambu Air. Penulis sendiri juga asyik, selain dari mengkoordinir mereka, juga mempersiapkan job description dari masing-masing fungsi yang ada didalam struktur organisasi sebuah BPR. Job description tersebut dijiplak dari salah satu BPR yang terbaik yang berada dibawah Bank Nagari Sumatera Barat. Penulis hanya tinggal mengganti nama BPR si pemilik struktur organisasi tersebut dengan nama BPRS AAC. Hal itu dilakukan setelah mendapat izin dari BPR yang di jiplak. Itulah kegiatan kami (panitia dan 6 orang sukarelawan) sejak bulan Agustus 1998 sampai dengan bulan Mei 1999 yang dituduh orang sebagai bergunjing/ngerumpi. Dengan persiapan seperti demikian maka, Alhamdulillah, permintaan Direktur Utama BPRS AAC kepada penulis sebelum beroperasi mudah-mudahan terpenuhi. Beliau berkata “saya ini adalah seperti sopir, bila mobil sudah siap segala sesuatunya, tugas saya adalah menjalankan”. Hanya sekian kemampuan panitia mempersiapkan mobil dengan nama BPRS AAC yang akan dijalankan oleh Direktur Utama tersebut, mudah-mudahan tidak mogok ditengah jalan, Amin !.

Page 102: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 101

Pada tanggal 12 Nopember 1998 ada 2 orang pejabat Bank Indonesia melakukan survey ke kantor BPRS AAC di Tanjung Alam. Kedatangan mereka adalah untuk mengecek kebenaran isi permohonan izin yang diajukan ke Bank Indonesia Pusat. Mereka sekalian memeriksa persiapan dan kelengkapan BPRS AAC beroperasi, termasuk administrasi, warkat-warkat, sumber daya manusia dan lain-lain. Dari segi sarana dan prasarana mereka sudah melihat sendiri, meja tulis, kursi berikut komputer dan printer diatasnya, meja tamu, brand kas (lemari besi tahan api) dan lemari arsip 2 buah. Demikian juga dari segi warkat, setiap mereka menanyakan setiap jenis warkat kita sudah dapat memperlihatkanya. Bidang sumber daya manusia mereka juga kaget, kita sudah mempunyai 6 orang staf, diantaranya 2 orang tenaga inti yang baru saja pulang magang dari BPRS Insani, Ciputat dan BPRS Amanah Umah di Leuwiliang Bogor. Sekalipun kita belum beroperasi tetapi tenaga tersebut semua dalam sedang bekerja mempersiapkan celengan yang akan dititipkan kesetiap kepala keluarga di kecamatan Ampek Angkek Candung. Setelah mereka selesai melakukan pemeriksaan, penulis tanyakan, “biasanya berapa lama kami menunggu izin usaha keluar ?”. Mereka menjawab, “bila sudah lengkap seperti ini mungkin dalam lima belas hari bisa keluar”. Mendengar keterangan tersebut hati penulis sangat gembira, karena paling lambat bulan Desember 1998 sudah bisa mulai beroperasi dan tugas penulis selaku ketua panitia pendiri akan berakhir. Panitia Mulai Gelisah Kami menunggu izin usaha sampai akhir November 1998 tidak juga datang, penulis mulai cemas. Pada tanggal 1 Desember 1998 penulis mendatangi Bank Indonesia Pusat untuk menanyakan apakah laporan dari Bank Indonesia Cabang Padang tentang hasil pemeriksaan mereka ke kantor BPRS AAC sudah sampai atau belum, bila sudah apakah masih ada kekurangan supaya dapat kami lengkapi.

Page 103: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 102

Dari Bank Indonesia Pusat kami mendapat informasi bahwa mereka sudah menerima laporan dari Bank Indonesia Cabang Padang hasil pemeriksaan BPRS AAC, dan semuanya sudah lengkap. Hanya saja untuk mengeluarkan izin usaha mereka terbentur dengan Undang Undang Perbankan yang baru tanggal 10 Nopember 1998 No. 10 tahun 1998. Yang mereka tunggu adalah: 1. Menunggu Peraturan Pelaksanaan 2. Menunggu serah terima dari Departemen Keuangan ke Bank

Indonesia 3. Setelah timbang terima, Bank Indonesia akan melakukan evaluasi

apakah persyaratan yang tercantum dalam ketentuan Departemen Keuangan yang lama masih layak untuk dipertahankan atau akan diadakan perubahan. Setelah itu baru izin usaha dapat dikeluarkan.

Setelah mendengar penjelasan tersebut pupuslah harapan penulis untuk dapat beroperasi dalam tahun 1998. Untuk mengetahui proses serah terima antara Departemen Keuangan dengan Bank Indonesia, maka pada tanggal 3 Desember 1998 penulis pergi ke Departemen Keuangan menanyakan rencana serah terima tersebut. Dari Departemen Keuangan didapat informasi, bahwa mereka sudah siap dan akan melakukannya dalam minggu depan, bila pihak Bank Indonesia dapat menyetujuinya. Mendengar jawaban dari Departemen Keuangan tersebut, penulis merasakan alangkah sulitnya berurusan dengan birokrasi pemerintahan. Penulis pikir kalau izin usaha ini berlarut-larut, akan merupakan musibah bagi BPRS AAC dibelakang hari. Musibah dari segi kepercayaan masyarakat, mengingat sudah lama kantor dibuka tetapi masih belum beroperasi, tentu ada sesuatu yang tidak beres yang menyebabkan izin usaha tidak keluar. Musibah kedua adalah dari segi biaya pra operasi yang akan membengkak dan akan menjadi beban usaha dimasa datang.

Page 104: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 103

Tanggal 3 Desember 1998 penulis mencoba membuat surat ke ASBISINDO selaku asosiasi BPRS-BPRS seluruh Indonesia. Dalam surat tersebut penulis kemukakan BPRS AAC sebagai anggota, sekarang dalam kesulitan menunggu izin usaha keluar yang disebabkan oleh adanya Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998. Penulis mohon jasa baiknya untuk melakukan pendekatan ke Bank Indonesia dan Departemen Keuangan mudah-mudahan BPRS AAC mendapat dispensasi untuk diberikan izin usaha sambil menunggu prosedur lainnya selesai. Hasil kunjungan penulis ke Bank Indonesia dan ke Departemen Keuangan tersebut penulis laporkan kepada seluruh pemegang saham dan calon pemegang saham dengan surat panitia No.048/Pendiri BPRS/98 tertanggal 7 Desember 1998. Dalam surat tersebut kecuali menyampaikan hasil pembicaraan penulis dengan kedua instansi tersebut, juga minta mereka tetap bersabar dan berdo’a, semoga dalam waktu tidak begitu lama izin usaha dapat kita terima. Panitia Hampir Putus Asa Karena Izin Operasi dari Bank Indonesia Tidak Kunjung Keluar Karena sudah lama menunggu izin usaha belum juga keluar, maka pada tanggal 10 Februari 1999 penulis menghubungi Bank Indonesia kembali menanyakan perkembangan pemberian izin usaha BPRS AAC. Dari Bank Indonesia kami mendapat penjelasan bahwa Bank Indonesia tidak perlu lagi menunggu Peraturan Pelaksanaan Undang-undang perbankan yang baru, tetapi menunggu keputusan Direksi Bank Indonesia tentang pelaksanaan Undang-Undang tersebut. Draft Surat Keputusan Izin Operasi untuk seluruh Bank dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah maupun non Syariah sudah diteruskan kepada Direksi Bank Indonesia dan sedang dibahas ditingkat Direksi. Kapan pastinya keputusan tersebut turun mereka tidak dapat menjanjikan, “mudah-mudahan dalam waktu tidak begitu lama”, katanya. Informasi tersebut merupakan angin surga lagi, namun

Page 105: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 104

demikian kecemasan tetap menghantui panitia, mungkin pemegang saham menyangka informasi tersebut hanya rekayasa panitia saja. Sampai akhir Maret 1999 izin usaha yang ditunggu-tunggu belum juga keluar. Informasi dari Bank Indonesia terakhir tanggal 10 Pebruari 1999, draft izin usaha sudah ditangan Direksi Bank Indonesia, mengapa sudah lebih satu bulan belum turun juga, panitia betul-betul hampir putus asa. Pada suatu kesempatan kami bertemu bertiga, yaitu almarhum Bachtiar Tamin, Satria Djambek dan penulis. Penulis mengatakan, sampai tanggal 14 Juli 1999 nanti atau 4 bulan lagi sudah genap tiga tahun panitia bekerja. Namun hasilnya masih begini-begini saja. Pada waktu itu penulis mengatakan, bila sampai tanggal 14 Juli 1999 nanti izin usaha tidak juga keluar, maka penulis akan mengundurkan diri dari kepanitiaan, biarlah orang lain yang lebih cekatan meneruskannya. Penulis sudah malu menghadapi masyarakat di kampung maupun dirantau seakan-akan sudah membohongi mereka. Satria Djambek terhening mendengarkan kata-kata penulis tersebut, sedangkan Bachtiar Tamin menyabar-nyabarkan penulis. “Mudah-mudahan sebelum tanggal tersebut izinnya sudah keluar. Sekarang kita perbanyak saja do’a, karena kerja kita tinggal selangkah lagi”, katanya. Laporan Keuangan Tahun Buku Pertama BPRS AAC 31 Desember 1998 Akte Pendirian BPRS AAC dibuat tanggal 2 Februari 1998 pasal 17, dalam akte pendirian tersebut tercantum tahun buku perusahaan adalah dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tiap tahun. Dalam akte pendirian tersebut juga dicantumkan bahwa untuk pertama kalinya buku Perseroan dimulai dari tanggal 2 Februari 1998 dan ditutup pada tanggal 31 Desember 1998. Untuk melatih diri sendiri dan mudah-mudahan orang lain juga demikian taat pada peraturan yang berlaku, maka panitia membuat

Page 106: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 105

laporan keuangan untuk tahun buku 1998 per 31 Desember 1998 komperatif dengan Januari 1999. Laporan keuangan tersebut baru Neraca tanpa Daftar Laba/rugi, karena belum ada kegiatan operasional. Laporan keuangan tersebut ditandatangani oleh 3 orang yaitu Ketua Panitia Pendiri, Direktur Utama dan Komisaris Utama. Laporan tersebut kami kirimkan kepada seluruh pemegang saham dan calon pemegang saham dengan surat No.049/Pendiri BPRS/99 tertanggal 19 Februari 1999. Laporan tersebut kami lengkapi dengan lampiran dan rincian dari masing-masing pos yang tercantum dalam Neraca supaya lebih transparan. Lampiran 4. Menghibahkan Saham Untuk Mesjid-Mesjid Masing-Masing Satu Lembar Dalam surat tersebut panitia minta pendapat dan pandangan dari seluruh pemegang saham tentang status pendapatan bunga deposito sejak awal sampai dengan akhir Januari 1999 seluruhnya berjumlah Rp. 38.858.588.dengan rincian sebagai berikut Bank Central Asia I Rp. 2.965.768.- Bank Central Asia II Rp. 1.892.036.- Bank Pembangunan Indonesia Rp. 6.081.230.- BPD Sumbar Tanah Abang Rp.27.838.554.- BPD Sumbar Padang Rp. 82.000.- Jumlah Rp.38.858.588.- Deposito tersebut berasal dari uang setoran para pemegang saham yang setiap Rp. 5 juta atau kurang dipindahkan oleh bendahara dari tabungan ke deposito, kebetulan waktu itu bunga deposito cukup tinggi akibat krisis moneter antara tahun 1997 sampai tahun 1999. Bunga deposito tersebut berakumulasi karena tidak pernah digunakan untuk biaya-biaya pendirian dan biaya pra operasi lainnya. Sesungguhnya berdasarkan ilmu akuntansi pendapatan bunga deposito tersebut adalah milik pemegang saham yang telah menyetorkan sahamnya ke bendahara yang jumlah dan waktunya tidak

Page 107: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 106

bersamaan. Untuk menghitung secara exact tidak mungkin, dan tidak perlu, mengingat jumlahnya yang tidak begitu signifikan untuk dibagi ke masing-masing pemegang saham. Oleh karena itu panitia mengusulkan kepada seluruh pemegang saham yang telah menyetorkan sahamnya agar merelakan pendapatan bunga tersebut dikonversikan menjadi saham. Saham-saham tersebut dihibahkan kemesjid-mesjid diseluruh kecamatan Ampek Angkek Candung yang berjumlah 56 buah. Mudah-mudahan sampai saat beroperasi nanti pendapatan bunga deposito bisa mencapai Rp. 56 juta. Bila ada diantara pemegang saham mempunyai ide lain yang lebih bermanfaat dari itu panitia minta masukan untuk dipertimbangkan, bila tidak ada ide yang masuk, maka panitia menganggap langkah tersebut sudah disetujui dan direstui oleh para pemegang saham. Sambil menunggu masukan dari pemegang saham, pada tanggal 26 Pebruari 1999 panitia membuat surat kepada Badan Pengawas Syariah Bank Muamalat Indonesia. Isinya adalah menanyakan status halal atau haram bunga deposito yang diperoleh selama masa pra operasi tersebut. Karena bunga deposito tersebut akan dikonversikan menjadi saham dan setelah itu saham tersebut dihibahkan ke mesjid-mesjid di kecamatan BPRS berdomisili. Pertimbangan panitia menghibahkan ke mesjid adalah karena mesjid adalah tempat umat berkumpul. Dengan demikian diharapkan mesjid bisa menjadi pos terdepan bagi BPRS AAC ditiap-tiap desa dalam mensosialisasikan kepada umat untuk memanfaatkannya sesuai dengan niat para pendiri, disamping itu pengurus mesjid diharapkan ikut membina dan mengembangkannya. Dengan ikut sertanya mesjid memiliki saham berarti mesjid juga adalah pemilik BPRS AAC. Panitia menyadari bahwa mesjid bukanlah badan hukum yang tidak berhak memiliki asset termasuk saham. Hal tersebut sementara diabaikan karena panitia yakin masalah

Page 108: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 107

kepemilikan saham BPRS AAC oleh mesjid-mesjid tidak akan ada persoalan hukum dibelakang hari. Alhamdulillah sampai pada saat BPRS AAC mulai beroperasi tanggal l Juli 1999 telah terkumpul pendapatan bunga deposito sebesar Rp. 51 juta lebih. Sisanya lebih kurang Rp. 4 juta diambil dari nilai hibah peti besi/brandkas yang ditaksir senilai kekurangan dari Rp.56 juta. Setelah menunggu kira-kira 4 bulan tidak ada tanggapan dari pemegang saham dan Dewan Pengawas Syariah Bank Muamalat Indonesia, maka panitia berkesimpulan bahwa rencana penghibahan ke mesjid-mesjid tersebut boleh. Terakhir panitia menanyakan kepada kepala kantor Urusan Agama Kecamatan Ampek Angkek Candung mengenai hal tersebut diatas. Beliau berpendapat boleh dengan alasan, tujuan kita mendepositokan atau menabung uang tersebut adalah untuk menjaga keamanan uang masyarakat yang disebut saham. Menjaga amanah adalah wajib hukumnya, bila kita mendapat laba yang disebut bunga deposito/tabungan dikembalikan lagi kepada masyarakat, dalam hal ini mesjid. Mendengar pendapat kepala kantor Urusan Agama Ampek Angkek Candung tersebut, maka pada awal bulan Juli 1999 panitia mengundang pengurus-pengurus mesjid ke kantor Urusan Agama di Biaro untuk menyerahkan saham secara simbolik kepada pengurus mesjid yang hadir waktu itu. Kepada pengurus mesjid yang tidak hadir kami serahkan ke mesjid masing-masing dengan surat pengantar dan tanda terima. Pengertian saham belum begitu dipahami oleh sebagian besar pengurus mesjid di negeri kita. Mereka lebih memilih mendapat uang kontan daripada mendapat saham, setelah dijelaskan baru mereka sedikit mengerti. Ada satu pengurus mesjid yang mengerti tentang fungsi saham dalam satu perusahaan, bahkan menambah sahamnya sampai terakhir sudah mencapai Rp 22 juta.

Page 109: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 108

BAB IV.

MASA OPERASI

Alhamdulillah, berkat Rahman dan Rahim Allah SWT, akhirnya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia yang kita tunggu-tunggu keluar juga. Surat tersebut bernomor 32/57/KEP/DIR tertanggal 14 Mei 1999 yang kami terima pada tanggal 18 Juni 1999. Seterima surat tersebut, segera kami membuat surat pengumuman ke mesjid-mesjid di seluruh Kecamatan Ampek Angkek Candung bahwa Surat Izin Usaha BPRS AAC sudah keluar dari Bank Indonesia. Pengumuman yang sama juga kami kirimkan kepada kepala-kepala desa supaya ditempelkan di kantor desa dan ditempat-tempat yang ramai dikunjungi masyarakat seperti di warung-warung kopi dan lain-lain. Kami minta kepada pengurus mesjid agar pengumuman tersebut dibacakan pada kesempatan Jum`at pertama yang akan datang, agar seluruh masyarakat Ampek Angkek Candung mengetahui. Untuk memulai operasi pada pertengahan bulan Juni 1999, dianggap tanggung maka Panitia, Direksi dan Komisaris sepakat untuk resmi memulai operasi tanggal 1 Juli 1999 dan hari peresmian adalah tanggal 12 Juli 1999 sesuai dengan hari ulang tahun koperasi. Akhir Juni 1999 kami pergunakan untuk menghubungi pejabat-pejabat di Bank Indonesia, pejabat-pejabat di Bank Nagari Sumbar, pejabat-pejabat di kecamatan, di kabupaten dan lain-lain. Sedangkan undangan resmi akan menyusul. Dalam bulan Juni itu juga kami mempersiapkan tempat, dengan sarana dan prasarananya yang diperlukan pada waktu hari peresmian nanti, seperti tenda berikut kursi, pengeras suara dan lain-lain. Sengaja kami selesaikan persiapan peresmian tersebut dalam bulan Juni 1999 supaya dalam bulan Juli 1999 waktu kami tidak banyak lagi tersita untuk persiapan tersebut, dan sudah konsentrasi dalam operasi perbankan sehari-hari. Lokasi peresmian sengaja kami

Page 110: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 109

pilih halaman sekolah SLTP 1 Ampek Angkek Candung, karena kami menganggap sekolah tersebut bersejarah dalam mendidik masyarakat Ampek Angkek Candug sejak zaman Belanda dengan nama Schakel School. Pada tanggal 1 Juli 1999, Ketua Panitia Pendiri BPRS AAC dan Direktur Utama BPRS AAC telah membuat Berita Acara Serah Terima, dimana Ketua Panitia Pendiri BPRS AAC menyerahkan asset dan surat–surat berharga kepada Direktur Utama BPRS AAC yang dapat dirinci seperti dibawah ini : Penyerahan asset yang tercermin dalam Neraca per 31 Juni 1999 dengan jumlah Debet dan Kredit sebesar Rp. 262.954.495,00 Sedangkan surat-surat berharga terdiri dari ; Akte Pendirian berikut dengan pengesahan Departemen Kehakiman dalam bentuk Tambahan Berita Negara, legalitas perusahaan seperti SITU, SIUP, TDP, NPWP dan Surat Izin Usaha dari Bank Indonesia yang kesemuanya adalah asli, juga diserahkan seluruh warkat-warkat yang diperlukan untuk siap beroperasi. BPR SYARIAH AMPEK ANGKEK CANDUNG NERACA AWAL PER 1 JULI 1999 AKTIVA Aktiva Lancar Kas Rp. 930.900.00 Bank Rp. 5.114.175.00 Deposito Wajib Rp. 15.000.000.00 Deposito Berjangka Rp. 102.450.000.00 Jumlah Aktiva Lancar Rp. 123.495.075.00 Inventaris Kantor Komputer dan mesintik Rp. 4.842.000.00 Perlengkapan kantor Rp. 7.080.300.00 Inventaris lainnya Rp 19.960.800.00 Jumlah Inventaris Kantor Rp. 31.883.100.00

Page 111: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 110

Aktiva Tetap Kendaraan Rp. 27.000.000.00 Jumlah Aktiva Tetap Rp. 27.000.000.00 Aktiva Lain-Lain Barang cetakan Rp. 4.188.150.00 Alat Tulis Kantor Rp. 1.273.850.00 Biaya dibayar dimuka Rp. 4.941.000.00 Sewa kantor dibayar dimuka Rp. 3.900.000.00 Biaya renovasi kantor Rp. 19.727.850.00 Biaya pendirian * Rp. 38.255.470.00 Biaya konsultan Rp. 7.000.000.00 Biaya pelatihan Rp. 1.200.000.00 Jumlah Aktiva Lain-lain Rp. 80.576.320.00 JUMLAH SELURUH AKTIVA Rp. 262.954.495.00 KEWAJIBAAN DAN EKUITAS Kewajiban segera di bayar Rp. 10.202.363.00 Jumlah hutang jangka pendek Rp. 10.202.363.00 Hutang jangka panjang, pendapatan bunga, cadangan setoran modal dll**Rp. 112.954.495.00 Ekuitas Modal saham disetor Rp. 150.000.000.00 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp. 262.954.495.00 Catatan : Biaya pendirian terdiri dari: * Uang transpor dan jaga malam pegawai sebanyak 7 orang @ Rp.350.000.- per orang selama 9 bulan terhitung sejak Oktober 1998 s/d Juni 1999 = Rp.31.500.000.- Biaya Notaris dan Berita Negara di Kehakiman Rp. 2.300.000.- Biaya perjalanan konsultan selama 4 hari, dan lainnya Rp. 4.455.475.- Jumlah biaya pendirian Rp. 38.255.470.-

Page 112: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 111

** Pendapatan bunga s/d Juni 1999 sebesar Rp.51.354.010.- dikonversi menjadi saham dan dihibahkan ke 56 mesjid di Ampek Angkek Candung. Kekurangannya sebesar Rp. 4.645.990.-diambilkan dari nilai hibah brankas dan lemari besi oleh salah seorang pemegang saham dari Bandung sebesar jumlah tersebut. Ini sengaja dikemukakan, untuk menghindarkan fitnah bahwa panitia menggunakan uang hasil bunga deposito untuk biaya-biaya panitia pulang pergi ke Bukittinggi selama pengurusan BPRS AAC. Biaya panitia selama 3 tahun tersebut baik selama di Jakarta maupun di Bukittinggi berupa biaya transpor biaya alat tulis kantor, perangko untuk pengiriman surat dan lain lain. Biaya pulang pergi Jakarta-Bukittingi beberapa kalipun sepenuhnya dipikul oleh panitia sendiri, tidak pernah dibebankan menjadi biaya pendahuluan (biaya pra operasi BPRS AAC). Bagi orang-orang yang mau membaca surat panitia yang secara rutin dikirimkan kepada semua pemegang saham dan calon pemegang saham tentu tidak akan timbul fitnah seperti itu. Karena semua penerimaan dan pengeluaran uang selalu dilaporkan transparan secara berkala. Semoga Allah SWT memaafkan orang yang senang berfikir negatif dan menyebarkan fitnah tersebut dan dari pihak pribadi penulis yang dirugikan telah memaafkannya. Biaya-biaya untuk kepentingan BPRS AAC yang penulis keluarkan setelah beroperasi semuanya penulis bebankan kepada BPRS AAC. Menjadi tidak wajar kalau itu pun harus menjadi beban penulis. Biaya transpor penulis Jakarta-Bukittinggi masih dipikul sendiri, karena sebagian waktu penulis di Bukittinggi adalah untuk kepentingan pribadi. Satu-satunya biaya transpor penulis Jakarta-Bukittingi pulang pergi yang diganti oleh BPRS AAC adalah pada saat penulis diundang datang ke Padang untuk membicarakan tentang kepemilikan saham BPRS AAC di Bank Indonesia Cabang Padang dalam tahun 2003.

Page 113: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 112

Dalam rapat tanggal 16 Juni 1999 di Padang dihadiri oleh ketua panitia pendiri, beberapa orang pemegang saham, Direksi dan Komisaris, penulis kemukakan bahwa tugas penulis selaku ketua panitia pendiri sudah selesai. Oleh karena itu sudah waktunya penulis meninggalkan BPRS AAC dan menyerahkan kepemimpinan sepenuhnya kepada Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah. Waktu penulis kemukakan keinginan penulis tersebut, ternyata ditolak oleh peserta rapat dengan alasan, “kami jangan ditinggalkan dalam keadaan lemah seperti sekarang ini”. Penulis menyadari alasan tersebut, apalagi Direksi yang 2 orang tinggal di Padang dan sudah agak berumur. Cukup berat harus pulang pergi ke Bukittinggi tiap hari, beliau hanya masuk kantor masing-masing 3 hari seminggu secara bergantian. Diangkat Selaku Staf Ahli Dewan Komisaris Untuk itu peserta rapat menyediakan posisi “terhormat” untuk penulis selaku Staf Ahli Dewan Komisaris. Posisi tersebut menurut penulis adalah berlebihan, karena penulis tidak mempunyai keahlian apapun, yang penulis miliki hanya mau bekerja apa saja asal bermanfaat. Pengangkatan ini resmi dengan surat pengangkatan tertanggal 1 Juli 1999 ditandatangani oleh Komisaris Utama. Tugas Staf Ahli tersebut tercantum dalam surat pengangkatan yang dialamatkan kepada penulis, kutipannya adalah sebagai berikut; 1. Sesuai keputusan rapat pada tanggal 16 Juni 1999 di Padang yang

dihadiri oleh: - Pendiri - Wakil dari pemegang saham - Komisaris - Direksi

Dewan komisaris merasa perlu mengangkat Staf Ahli Komisaris untuk memberikan advis kepada Dewan Komisaris dan atau

Page 114: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 113

mewakili tugas-tugas tersebut dari Dewan Komisaris dengan tanggung jawab tetap pada Dewan Komisaris.

2. Mengacu pada butir 1 (Satu) diatas, Dewan Komisaris memutuskan untuk mempercayakan kepada sdr. Drs. H. Bustaman Rahim untuk memangku/menduduki jabatan Staf Ahli Dewan Komisaris BPRS Ampek Angkek Candung terhitung 1 Juli 1999 sampai dengan RUPS tahun buku 2002.

3. Adapun tugas dari Staf Ahli tersebut adalah membantu dan atau mewakili tugas Dewan Komisaris sebagaimana tercantum pada Akte Persero pasal 14 ayat 1 dan 2, tanggung jawab tetap ada pada Dewan Komisaris

4. Sekiranya dalam jangka waktu tertentu pada butir 2 (dua) diatas ada kepentingan sewaktu-waktu meninggalkan tugas, maka saudara harus memberitahukan kepada Dewan Komisaris, dengan demikian tugas tersebut kembali kepada Dewan Komisaris.

5. Surat penunjukan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yang sama bunyi dan isinya dengan pembagian:

1 (satu) lembar tetap pada Saudara 1 (satu) lembar pada Dewan Komisaris sebagai file 1 (satu) lembar untuk BPRS Ampek Angkek Candung Setelah terima surat ini agar saudara tanda tangani sebagai contrasign d.t.o d.t.o. Drs.H.Bustaman Rahim Drs.H.M.Nazir Peresmian Beroperasinya BPRS AAC di Halaman SMP Tanjung Alam Peresmian BPRS AAC diadakan di halaman SMP Tanjung Alam tanggal 12 Juli 1999. Pada saat peresmian, yang kami undang adalah: 1. Bapak-bapak dan ibu-ibu pemuka masyarakat Ampek Angkek

Candung yang ada di rantau dan di kampung 2. Bapak Bupati Agam, Bapak Pembantu Bupati Agam Wilayah

Timur

Page 115: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 114

3. Pimpinan Bank Indonesia Cabang Padang, Direksi Bank Nagari Sumbar, para pemimpin BPR atau BPRS yang ada di sekitar kecamatan Ampek Angkek Candung

4. Bapak-bapak alim ulama, ninik mamak, cadiak pandai dan ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) se Ampek Angkek Candung

5. Kepala desa, kepala SLTA, SLTP, SD, Madrasah, dan pesantren di Ampek Angkek Candung

Alhamdulillah, diantara pemuka masyarakat kita yang sempat hadir dalam peresmian tersebut adalah Bapak Prof. DR. Hasjim Djalal, Bapak Mukhlis Ibrahim, beberapa pengusaha Tanah Abang yang sukses dan lain-lain. Kebetulan penulis mengikuti rencana pendirian BPR oleh para perantau di Jakarta sejak awal yaitu sejak tahun 1990. Setelah penulis ditunjuk selaku ketua panitia Pendiri BPRS AAC 14 Juli 1996, konsultasi tersebut penulis intensifkan untuk menyerap aspirasi yang tumbuh dimasyarakat kita tentang pendirian BPRS. Panitia berkonsultasi dengan para pemuka masyarakat kita di kampung

Page 116: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 115

maupun di rantau, termasuk warga kita yang berpengalaman di bidang perbankan. Panitia juga berkeliling ke seluruh desa di kecamatan Ampek Angkek Candung, berkonsultasi dengan kepala-kepala desa dan pengurus-pengurus mesjid. Kesimpulan dari hasil konsultasi tersebut panitia merangkum dalam satu tulisan, disampaikan dalam bentuk kata sambutan pada saat peresmian berdirinya BPRS AAC tanggal 12 Juli 1999. Supaya pembaca buku ini khususnya warga Ampek Angkek Candung mengetahui aspirasi masyarakat tersebut maka penyusun buku ini mengutip bagian-bagian yang penting saja sebagai berikut. Atas nama panitia pendiri Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ampek Angkek Candung dan atas nama panitia peresmian Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ampek Angkek Candung perkenankan kami mengaturkan banyak terima kasih atas kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu pada acara peresmian ini. Mudah-mudahan kehadiran Bapak/Ibu akan mendapat rahmat dari Allah SWT. Khusus terima kasih kami kepada bapak kepala sekolah SLTP I Ampek Angkek Candung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menggunakan halaman sekolah ini berikut perabot yang diperlukan dalam rangka peresmian Bank Syariah ini. Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara yang kami hormati. Hari ini Senin tanggal 12 Juli 1999 bertepatan dengan 28 Rabiul Awal 1420 hijrah dan bertepatan pula dengan hari Koperasi ke-52. Berkat rahmat Allah SWT, Insya Allah Bank Syariah Ampek Angkek Candung akan kita resmikan. Bank Syariah Ampek Angkek Candung adalah Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang ke tiga di Sumatera Barat, dan satu-satunya Bank Syariah yang ada di Ampek Angkek Candung.

Page 117: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 116

Khusus kepada Warga Ampek Angkek Candung yang berada di kampung maupun yang berada dirantau, kami mengajak bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, mari kita beramal shaleh membangun ekonomi masyarakat kita dengan memupuk dan membesarkan Bank Syariah kita ini. Mari kita tiru dan ingat jasa orang-orang tua kita dulu, beliau dengan susah payah membangun sekolah ditempat kita berkumpul ini yang dikenal dengan sekolah Schakel dan sekarang benama SLTP I Ampek Angkek Candung. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sekolah ini telah banyak berjasa meningkatkan kecerdasan warga kita di Ampek Angkek Candung selama ini. Telah banyak melahirkan orang-orang pintar ditingkat

Page 118: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 117

nasional maupun lokal, baik dibidang kemiliteran, pemerintahan, maupun sebagai pengusaha yang sukses. Itu adalah salah satu bukti bahwa pengorbanan orang-orang tua kita dulu tepat sasaran dan tidak sia-sia. Demikian juga Bank Syariah yang hari ini kita resmikan, jelas tidak akan dinikmati oleh yang mendirikan sekarang, karena para pendiri dan para pemegang saham umumnya sudah berusia tua, banyak yang sudah berumur diatas enampuluh dan tujuhpuluh tahun. Umumnya beliau-beliau itu sudah sukses dalam bidangnya masing-masing yang tidak begitu mengharapkan bagian laba/dividen dari saham mereka di Bank Syariah ini. Yang mereka harapkan adalah Bank Syariah ini memberikan manfaat yang maksimal untuk meningkatkan ekonomi umat dan mengurangi pengangguran di masa depan. Dengan meningkatnya ekonomi. masyarakat kita berarti mereka mempunyai kemampuan untuk menyekolahkan anak-anaknya kejenjang yang lebih tinggi. Dengan tidak disengaja Bank Syariah ikut andil mencerdaskan generasi yang akan datang, Insya Allah. Dengan kata lain, bahwa BPRS AAC mudah-mudahan mempunyai multiplier effect yang tinggi dibelakang hari. Dalam beramal shaleh ada satu riwayat yang perlu kita renungkan bersama, yaitu dizaman khalifah. Pada suatu hari khalifah berjalan jalan masuk desa keluar desa. Disalah satu desa beliau menemukan seorang yang sudah tua sedang mencangkul-cangkul, orang tua tersebut bernama Abu Darda. Khalifah bertanya, “wahai Abu Darda apa yang sedang engkau kerjakan?”. Abu Darda menjawab “saya sedang menanam pohon kenari yaa khalifah”. Khalifah berkata “Bukankah pohon kenari yang engkau tanam itu baru berbuah setelah 4–5 tahun, sedangkan engkau sudah tua?” Abu Darda menjawab, “Benar yaa khalifah, tetapi bukankah buah kenari yang kita makan sekarang adalah hasil tanaman orang-orang tua kita dulu”. Setelah mendengar jawaban Abu Darda khalifah termenung

Page 119: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 118

dan ingat akan salah satu hadits Nabi yang maksudnya “Sekalipun besok hari akan kiamat sedangkan ditanganmu ada sebuah biji buah untuk ditanam, maka tanamkanlah biji buah tersebut”. Agama kita telah mengajarkan kepada kita, sedemikian pentingnya kita berbuat sesuatu yang berguna untuk kepentingan kehidupan masyarakat dimasa depan. Oleh karena itu panitia mengajak kepada para undangan dan kepada semua masyarakat kita Ampek Angkek Candung, dirantau maupun di kampung untuk menjadi Abu Darda-Abu Darda di zaman serba canggih sekarang ini. Salah satu caranya adalah ikut memelihara dan mengembangkan Bank Syariah milik kita bersama ini. Pada akhir kata sambutan, panitia tidak lupa meminta maaf kepada seluruh masyarakat yang selama ini senang atau tidak senang dikirimi dan didatangani surat, dalam rangka berkonsultasi tentang pendirian Bank Syariah yang akan didirikan ini. Diiringi dengan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah mempercayai, mendukung dan membantu panitia dengan ikhlas sehingga Bank Syariah ini menjadi kenyataan. Secara resmi ketua panitia menyatakan bahwa tugasnya selaku panitia pendiri sudah berakhir sejak tanggal 1 Juli 1999. Pengelolaan BPRS AAC diteruskan dan dipertanggung jawabkan sepenuhnya oleh para pengurus Bank Syariah yang terdiri dari 3 orang ; Badan Pengawas Syariah, 2 orang Komisaris dan 2 orang Direksi. Pada kesempatan tersebut panitia memperkenalkan para pengurus tersebut kepada para undangan, karena ditangan beliau-beliau itulah segala urusan Bank Syariah nanti dapat diselesaikan.

Page 120: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 119

Para pengurus BPRS AAC adalah sebagai berikut: Komisaris Utama : Drs. H.M. Nazir Komisaris : Drs. Ruskin Nadiaputra Badan Pengawas Syariah: Ketua : H. Izuddin Marzuki L AL Anggota : Drs. H. Fauzi Damrah Dt. Bagindo Anggota : H. Ali Amran Zaini SH Direksi: Direkur Utama : Syahurmaini Direktur : Syahril Latif

Page 121: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 120

Selesai Ketua Panitia menyampaikan kata pembukaan, giliran bapak Mukhlis Ibrahim menyampaikan kata sambutan. Beliau menyampaikan kata sambutan atas nama masyarakat Ampek Angkek Candung, karena waktu itu beliau tidak lagi menjadi wakil Gubernur Sumatera Barat. Beliau berterima kasih kepada para perantau yang telah memprakarsai berdirinya Bank Syariah ini, dengan niat ikut meningkatkan perekonomian anak nagari di kampung kita. Kepada masyarakat pemakai jasa Bank Syariah, beliau berpesan supaya memanfaatkan Bank Syariah ini sebaik-baiknya. Jangan ada niat sedikitpun untuk menciderai dan merusak Bank Syariah ini, karena itu sama dengan merusak prasarana ekonomi sendiri. Bank Syariah ini didirikan untuk kepentingan ekonomi anak nagari sekarang dan dimasa akan datang.

Page 122: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 121

Selesai kata sambutan dari bapak Muchlis Ibrahim, kata sambutan dilanjutkan oleh Bapak Amir Thaib.SH yang isinya beliau menghimbau agar semua masyarakat berpartisipasi meningkatkan modal Bank Syariah ini. Alhamdulillah himbuan tersebut mendapat tanggapan positif dari para yang hadir dan waktu itu telah mencatatkan tambahan modal disetor belasan juta rupiah. Terakhir sambutan disampaikan oleh Bapak Bupati Agam dan sekalian memukul gong tanda BPRS AAC resmi dibuka. Para undangan diundang untuk melihat-lihat ruangan kantor dan sekitarnya. Setelah itu pelan-pelan para undangan meninggalkan lokasi peresmian.

Setelah para undangan agak sepi, bapak Hasjim Djalal menggunakan kesempatan berbincang-bincang dengan panitia dan para pengurus di dalam ruangan kantor. Beliau bercerita tentang rural banking (bank berskala kecil seperti BPRS AAC) yang ada di Bangladesh. Rural Banking di Bangladesh adalah rural banking yang terbaik di dunia dewasa ini. Kunci sukses rural banking di Bangladesh adalah, mereka tidak saja memberikan pembiayaan untuk

Page 123: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 122

meningkatkan permodalan nasabah, tetapi yang mereka utamakan, pembinaan setelah pembiayaan tersebut diberikan. Bila kita dapat meniru kiat rural banking di Bangladesh tersebut Insya Allah Bank Syariah kita ini akan berumur panjang dan sangat bermanfaat bagi perkembangan ekonomi masyarakat kita dimasa datang. Menurut beliau itu tidak susah yang penting adanya kemauan dan keikhlasan pengurus menyiapkan tenaga dan perangkat yang khusus melakukan pembinaan tersebut. Sebaiknya itu dilakukan sejak awal-awal Bank Syariah beroperasi seperti sekarang, sehingga nasabah sudah terarah dalam mengelola usahanya dan mengambil manfaat dari hasil binaan tersebut. Setelah penulis renung-renungkan, cerita pak Hasjim Djalal tersebut memang benar, karena dengan melakukan pembinaan berarti kita selalu dekat dengan nasabah yang mendapat pembiayaan dari kita. Mereka akan mendapat pengarahan dan saran-saran dari kita. Bila mereka menghadapi kesulitan, mungkin kita dapat mengatasi kesulitan mereka karena wawasan kita lebih luas dibanding mereka. Yang tidak kalah pentingnya adalah kita selalu mengikuti perkembangan usaha dan kendala-kendala yang mereka hadapi sehari-hari, yang mungkin kita dapat mencari solusinya. Sekalian kita dapat memonitor penggunaan pembiayaan yang kita berikan apakah penggunaannya sesuai dengan rencana semula atau beralih untuk kepentingan lain. Tatap Muka Antara Pemuka Masyarakat dengan Para Pengurus di Triarga dalam Rangka Persiapan Operasi Peresmian berlangsung sampai kira-kira jam 11.30 siang. Selesai peresmian kami undang beberapa pemuka masyarakat kita yang mempunyai kesempatan untuk melakukan tatap muka di Triarga setelah salat dzuhur kira-kira jam 2.00 siang. Tujuannya ialah, mumpung beliau-beliau tersebut sedang ada di Bukittinggi, pengurus

Page 124: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 123

ingin mendapatkan masukan dan saran-saran dalam rangka pengoperasian BPRS AAC ini. Pandangan seperti yang dikemukakan bapak Hasjim Djalal di kantor BPRS AAC tadi siang dengan mengambil perumpamaan rural banking di Bangladesh sangat berfaedah bila itu diterapkan oleh pengurus sekarang dan dimasa akan datang. Tidak saja bermanfaat bagi nasabah tetapi sangat bermanfaat bagi manajemen dalam rangka mengenal masing-masing nasabah. Tetapi penulis menilai, walaupun BPRS AAC sudah beroperasi selama 5 tahun, pada saat buku ini ditulis, saran tersebut belum dapat dilaksanakan oleh manajemen. Mungkin hal ini terkendala oleh sumber daya manusia pelaksana, karena dari mereka dituntut pengalaman dan keahlian khusus dalam membina pelaku usaha dengan pendekatan multi disiplin. Kecuali itu, yang sangat penting adalah kemauan untuk memulainya dengan sumber daya manusia yang ada. Tatap muka tersebut dihadiri oleh lebih kurang 20 orang, termasuk bapak Hasjim Djalal. Bapak Muchlis Ibrahim tidak bisa hadir, karena akan berangkat ke Jakarta sore itu. Dalam tatap muka tersebut diputuskan untuk menjadikan modal disetor yang pada saat itu baru sebesar Rp.293 juta yang berasal dari 176 pemegang saham. Supaya ditingkatkan menjadi Rp. 500 juta dari maksimum pemegang saham 299 orang, sesuai dengan batas yang diberikan oleh Undang-Undang Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Pembentukan Panitia Peningkatan Modal Disetor Tahap I Karena panitia pendiri sudah dibubarkan, maka untuk menggerakkan pemegang saham lama dan mencari pemegang saham baru maka dibentuk panitia baru dengan nama Panitia Peningkatan Modal Tahap I. Waktu itu ketua panitia pendiri yang lama dikukuhkan kembali menjadi Ketua Panitia Peningkatan Modal Tahap I dengan tugas meningkatkan modal disetor menjadi Rp. 500 juta. Alasan penunjukan adalah, dianggap sudah berpengalaman dan sudah berhasil menarik dana masyarakat berpartisipasi mengambil saham BPRS AAC.

Page 125: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 124

Ketua panitia peningkatan modal tahap I diberi wewenang untuk melengkapi kepanitiaan yang bisa bekerja sama, dan membentuk perwakilan-perwakilan dimana dianggap perlu. Susunan lengkap kepanitiaan itu adalah sebagai berikut: I Ketua 1. H. Bustaman Rahim Wakil Ketua 2. H. Rifai Adnan II Sekretaris 1. Afrizal Agus Wakil sekrearis 2. Satria Djambek III Pelindung 1. Bapak Prof DR Hasjim Djalal 2. Bapak Mukhlis Ibrahim(Mayjen Pur) 3. Bapak H.M. Taufik MA 4. Bapak Amir Thaib SH 5. Bapak H. Djamin Sutan Mudo Kepanitiaan dilengkapi dengan menunjuk perwakilan di 13 kota-kota besar, yaitu 8 kota besar di pulau Sumatera, 4 kota besar di pulau Jawa dan 1 kota di pulau Kalimantan.

Page 126: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 125

Bank Muamalat Indonesia Ikut Serta Dalam Penyertaan Modal di BPRS AAC Pada awal tahun 2000 kebetulan penulis bertemu dengan Drs. Chairul Umam salah seorang staf Bank Muamalat Indonesia. Drs. Chairul Umam adalah salah seorang yang ikut membidani lahirnya BPRS AAC pada rapat awal pembentukan panitia pendiri tanggal 14 Juli 1996. Dalam pertemuan tersebut beliau menanyakan perkembangan BPRS AAC dan menyarankan agar membuat surat ke Bank Muamalat Indonesia minta bimbingan pelatihan dan lain-lain dalam rangka meningkatkan kemampuan staf BPRS AAC dikemudian hari. Beliau juga bercerita bahwa Bank Muamalat Indonesia juga ikut saham di beberapa BPRS ditempat-tempat lain. Mendapatkan informasi yang berharga tersebut, penulis segera menyiapkan surat No. 032/BPRS-AAC/V/2000 sebagai susulan surat perkenalan No.026/BPRS-AAC/V-99 tertanggal 14 Agustus 1999 kepada Bank Muamalat. Kedua surat tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama BPRS AAC. Dalam surat tersebut ada 2 point utama yang ingin disampaikan, yaitu bimbingan teknis perbankan dan penyertaan modal Bank Muamalat Indonesia di BPRS AAC. Dengan ikut sertanya modal Bank Muamalat Indonesia di BPRS AAC selain untuk memperkuat permodalan BPRS AAC juga diharapkan Bank Muamalat Indonesia mempunyai kewajiban membina dan mengembangkan BPRS AAC dimasa yang akan datang. Karena disitu terselip reputasi Bank Muamalat Indonesia untuk ikut mengawasinya. Alhamudulillah pada awal bulan Juni 2000, BPRS AAC menerima surat Pernyataan minat dari Bank Muamalat Indonesia bernomor 056/BMI/SPVN/2000 tertanggal 31 Mei 2000 untuk ikut sebagai pemegang saham di BPRS AAC dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 127: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 126

1. Penyertaan modal BMI ini dimaksudkan agar terjadi sinergi yang baik antara Lembaga Keuangan Syariah sehingga masing-masing pihak yang memiliki komitmen sama dalam pengembangan ekonomi umat dapat melakukan usaha bersama yang saling memberikan manfaat.

2. Sifat kepemilikan saham BMI adalah sementara yaitu dengan opsi divestasi saham dalam waktu 5 – 10 tahun, dimana selanjutnya saham BMI pada BPRS akan dijual kembali kepada pemegang saham dari masyarakat setempat (perorangan).

3. Sebelum penyertaan modal di BPRS, BMI akan melakukan penilaian due dilligence terhadap kinerja BPRS. Due dilligence ini diperlukan agar BPRS dapat menetapkan nilai saham yang sewajarnya untuk di beli oleh BMI.

4. Maksimum penyertaan Modal BMI adalah sebesar 15% dari modal disetor BPRS.

5. Apabila diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja BPRS, BMI dapat memberikan bantuan manajemen, hal ini direalisasikan berdasarkan kesepakatan antara BMI dengan BPRS.

6. Sebagai bagian dari penyertaan, modal BMI pada BPRS, maka akan dilakukan standardisasi sistem Teknologi, Prosedur dan Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan standar BMI, dimana implikasinya akan diatur tersendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pernyataan minat ini.

7. BMI adalah satu-satunya pemegang saham BPRS dalam bentuk bank, oleh karenanya setiap investor dari bank lain yang akan menempatkan dananya harus sepengetahuan dan persetujuan pihak BMI.

8. Dalam rangka pengembangan usaha BPRS, maka BMI dapat mengundang calon investor baru. Realisasi opsi ini akan dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan RUPS BPRS sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

9. Dalam rangka pengembangan usaha BPRS, maka apabila diperlukan BMI dapat menunjuk penasehat dan konsultan lain untuk memberikan saran-saran dan bertindak untuk kepentingan BMI.

Page 128: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 127

10. Tindakan-tindakan penyertaan modal sebagaimana dalam point tersebut diatas, baru dapat dilaksanakan setelah proses due dilligence dilaksanakan dengan baik.

Seluruh ketentuan tersebut disetujui oleh Direksi dan Komisaris, karena semuanya untuk kebaikan BPRS AAC. Setelah semua prosedur diatas selesai dilaksanakan, maka BMI dengan suratnya nomor 164/SPV/BMI/IX/2000 tanggal 06 September 2000 menyatakan setuju ikut saham di BPRS AAC sebesar Rp. 50 juta dengan nilai “A” pari. Dalam meningkatkan kinerja BPRS AAC, maka manajemen diharapkan memperhatikan rekomendasi hasil due dilligence yang disampaikan oleh Bank Muamalat Indonesia antara lain; 1. Manajemen BPRS AAC perlu ditingkatkan terutama manajemen

pembiayaan dalam hal: • Memperhatikan batas tanggung jawab dan wewenang

pemberian kredit direksi • Meningkatkan analisa kelayakan terhadap usaha nasabah yang

akan dibiayai, untuk mengantisipasi resiko bagi BPRS. 2. Manajemen BPRS Ampek Angkek Candung harus meningkatkan

kualitas kontrol terhadap tugas masing-masing karyawan. 3. Secara keseluruhan BPRS AAC masih merugi, oleh karena itu

untuk mencapai titik impas perlu dilakukan percepatan peningkatan skala usaha namun tetap dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking).

Alhamdulillah target untuk mendapatkan modal disetor menjadi Rp. 500 juta tercapai sebelum Rapat Umum Pemegang saham tahun buku 2000. RUPS diadakan tanggal 20 Februari 2001 dengan komposisi pemegang saham yang sesungguhnya adalah sebagai berikut:

Page 129: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 128

• Bank Muamalat Indonesia Rp 50 juta = 10% • Warga perantau Jakarta Bandung dan 56 mesjid Rp 405 juta =

81% • Warga perantau Padang Rp 25 juta = 5% • Warga perantau kota lainnya Rp 10 juta = 2% • Warga kampung dan Bukittinggi Rp 10 juta = 2%

Bukti kepemilikan saham yang sebenarnya kepada pemegang saham tersebut diatas dibuktikan dengan lembaran saham yang dicetak oleh BPRS AAC dan register saham yang ada dalam perusahaan. Karena tidak mungkin membawa semua pemegang saham tersebut ke notaris untuk menandatangani akte perobahan maka didalam akte perubahan pemegang saham tersebut diwakili oleh 6 orang seperti diuraikan dibawah ini : Akte perubahan kepemilikan saham yang dibuat oleh Notaris Arry Supratno SH di Jakarta tanggal 3 Maret 2001 No. 16 bahwa seluruh modal dasar sebesar Rp. 500 juta telah disetor seluruhnya atas nama: 1. H. Bustaman Rahim sebesar Rp. 100.000.000.- 2. H.M.Nazir sebesar Rp 100.000.000.- 3. H.M.Taufik sebesar Rp 100.000.000.- 4. H.Djamin Sutan Mudo sebesar Rp 100.000.000.- 5. Bank Muamalat Indonesia sebesar Rp 50.000.000.- 6. Satria Djambek sebesar Rp 50.000.000.- Jumlah Rp 500.000.000.- Pembentukan Panitia Peningkatan Modal Tahap II Dengan tercapainya target tersebut, maka tugas panitia peningkatan modal tahap I sudah selesai dan menyatakan diri bubar. RUPS mengingatkan agar manajemen merealisasikan salah satu keputusan

Page 130: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 129

RUPS tahun buku 1999 yang diadakan tanggal 20 Juli 2000. Yaitu meningkatkan modal dasar dari Rp. 500 juta menjadi Rp. 2 milyar. Untuk mencapai angka tersebut agar Direksi dan Komisaris menjajaki kemungkinan grup Bank Nagari (Dana Pensiun dan Koperasi Bank Pembangunan Daerah), dan Permodalan Nasional Madani (PNM) memperkuat permodalan BPRS AAC. Direksi dan Komisaris keberatan melaksanakan tugas tersebut, karena akan menganggu konsentrasi pekerjaan rutin setiap hari. Oleh karena itu diusulkan agar dibentuk panitia khusus untuk peningkatan modal Dasar dan Modal disetor tahap II. Panitia inilah yang akan melakukan penjajakan dan pengkajian untung ruginya kita mengundang instansi tersebut ikut saham di BPRS AAC. Peserta rapat setuju membentuk panitia baru khusus peningkatan modal tahap ke II. Ada suara yang mengusulkan agar panitia lama saja yang dikukuhkan menjadi panitia peningkatan modal tahap II, karena dianggap sudah berhasil dalam dua kali tugas kepanitiaannya. Usul ini ditolak oleh panitia lama, karena sudah cukup lama melaksanakan tugasnya selama 5 tahun lebih dan umur panitia lama umumnya sudah diatas 70 tahun. Sebaiknya dipilih panitia baru yang lebih muda dan lebih kreatif dengan semangat baru dan dapat membuat terobosan-terobosan baru. Rapat berlangsung agak hangat antara pro dan kontra, akhirnya seorang peserta rapat yang penulis hormati menengahi persoalan tersebut yaitu bapak H. Djamin Sutan Mudo. Beliau mengatakan supaya panitia lama berbesar jiwa menerima kepercayaan sebagian besar peserta rapat, karena ini kan pekerjaan ibadah dan sosial yang mempunyai efek ekonomi. Bila oleh sesuatu hal tidak berhasil kan tidak akan ada sangsinya. Mudah-mudahan Allah SWT memberi kesehatan dan umur panjang kepada panitia lama semuanya. Mendengar saran bapak H. Djamin Sutan Mudo tersebut penulis berbisik-bisik dengan teman-teman panitia lama yang hadir di dalam rapat tersebut, mereka sepakat untuk menerimanya. Akhirnya tugas

Page 131: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 130

tersebut kami terima sebagai Panitia Peningkatan Modal Tahap II dengan posisi seperti Tahap I, yaitu penulis sebagai Ketuanya, dan H. Rifai Adnan sebagai Wakil Ketua. Tugas utama dari panitia peningkatan modal tahap II adalah menjajaki dan mengkaji untung ruginya kita mengundang grup BPD dan PNM ikut serta saham di BPRS AAC. Bila menguntungkan BPRS AAC agar panitia mengambil langkah-langkah realisasi penyertaan kedua instansi tersebut di BPRS AAC dalam jumlah yang signifikan. Menurut panitia, terhadap grup BPD tidak perlu dikaji lagi untung ruginya buat BPRS AAC. Jelas banyak untungnya, karena BPD adalah milik Pemerintah Propinsi Sumatera Barat yang mempunyai misi untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan khususnya di Sumatera Barat. Perhatian kami tertuju kepada PNM sebagai instansi yang baru dibentuk oleh Pemerintah semasa reformasi. Saham Permodalan Nasional Madani (PNM) di BPRS AAC Tentang Permodalan Nasional Madani (PNM) secara garis besar dapat kami informasikan, bahwa PNM adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang modalnya 100% milik Pemerintah. Didirikan di zaman Presiden Prof. DR B.J.Habibie yang akan merubah pola pembangunan dari pola orde baru yang cenderung berpihak kepada pengusaha besar ke Pola Pembangunan Ekonomi Kerakyatan. Fungsi utama PNM adalah pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah. PNM adalah salah satu BUMN koordinator penyalur kredit eks Kredit Liquiditas Bank Indonesia (KLBI) yang sebelumnya dilaksanakan oleh Bank Indonesia. PNM juga memberikan solusi pembiayaan alternatif dengan prinsip bagi hasil (syariah). Maka pendapatan riba tidak mendominasi pembiayaan PNM dari operasinya. Disamping itu PNM juga memberikan bantuan dalam bidang manajemen dan pelatihan kepada pimpinan dan staf dari koperasi dan

Page 132: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 131

usaha kecil/menengah yang telah berhasil mendapatkan modal dari PNM. Dalam pengembangan misinya PNM berusaha untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia dalam bentuk penyertaan modal kepada lembaga-lembaga keuangan syariah dan koperasi serta usaha kecil/menengah. Selain dari mempelajari visi dan misi PNM tersebut, atas persetujuan PNM, penulis dengan ditemani oleh saudara Satria Djambek juga melakukan studi banding ke BPR Syariah yang sudah mendapatkan permodalan dari PNM, yaitu BPR Syariah Al Ma`soem di Rancaekek Bandung. Mereka mendapat suntikan modal dari PNM dalam tahun 1997 sebesar Rp. 416 juta dan kredit liquiditas sebesar Rp. 300 juta. BPRS Al Ma`soem sejak didirikan 1993, boleh dikatakan merugi terus, tetapi sejak mendapat suntikan modal dari PNM mereka sudah mulai membukukan laba terus menerus. Empat tahun setelah itu, yaitu dalam tahun buku 2001 berhasil membukukan laba diatas Rp. 500 juta. Banyak sekali keuntungan yang mereka peroleh dengan bekerja sama dengan PNM. Mereka tidak merasakan ada kesulitan sedikitpun atau direpotkan dengan berbagai aturan dari PNM. Semua aturan yang disyaratkan oleh PNM seluruhnya adalah positif untuk pengembangan BPRS mereka sendiri. Setelah mempelajari visi dan misi PNM dan setelah melakukan studi banding di BPR Syariah Al Ma`soem maka keuntungan yang kita harapkan dengan masuknya modal PNM di BPRS AAC adalah: Kita mendapatkan dana segar berupa tambahan modal sendiri Insya Allah dalam jumlah yang cukup besar Dengan bertambah besarnya modal sendiri , berarti lebih banyak pula warga kita yang membutuhkan pembiayaan dapat ditolong dan diladeni Bank Syariah kita akan diikutsertakan sebagai salah satu bank penyalur kredit program pemerintah yang selama ini dimonopoli oleh Bank Rakyat Indonesia dan Bank BUMN lainnya

Page 133: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 132

Kemampuan sumber daya manusia kita dapat ditingkatkan terus menerus dengan mengikuti tiap-tiap kesempatan pelatihan yang akan diadakan oleh PNM Manajemen, pengawasan dan pengembangan BPRS AAC akan lebih terarah, karena kita telah berada dibawah lindungan institusi yang berkompeten mewakili pemerintah Seperti diketahui bahwa kepemilikan saham di BPRS AAC agak berbeda dengan kepemilikan saham di BPRS atau di BPR lain yang hanya dimiliki oleh beberapa orang saja. Kepemilikan saham di BPRS AAC pada saat buku ini ditulis sebanyak 292 orang dan 2 institusi yaitu BMI dan PNM dengan jumlah modal disetor sebesar Rp. 1.328 juta. Kepemilikan saham oleh perorangan umumnya adalah orang-orang perantau yang sudah mapan ekonominya yang tidak begitu mengharapkan laba dari modal saham yang disetornya. Mereka hanya mengharapkan Bank Syariah berkembang, berumur panjang dan bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian umat dikampung kita dan sekitarnya. Oleh karena itu adalah kewajiban kita untuk mempersiapkan suatu sistem pengamanan BPRS AAC dimasa datang sepanjang yang dapat kita prediksi berdasarkan ilmu dan pengalaman, yaitu membangun semacam penyangga yang dominan yang akan mewakili kita dibelakang hari. Jangan sampai terulang nasib Bank Nasional di Bukittinggi yang hanya sanggup bertahan selama satu generasi. Setelah generasi pendiri meninggal, Bank Nasional diurus oleh orang-orang cerdik yang kurang bertanggung jawab sehingga bank tersebut berakhir tidak tentu rimbanya. Disamping keuntungan-keuntungan yang tampak tersebut diatas, masih banyak lagi keuntungan keuntungan yang tidak tampak yang akan kita peroleh.Yaitu kepercayaan golongan ekonomi menengah yang akan memperluas kerjasama dengan kita, karena kita sudah digandeng oleh Bank dan institusi yang mempunyai reputasi nasional seperti PNM dan BMI. Setelah panitia yakin bahwa dengan mengundang PNM ikut serta saham di BPRS AAC banyak untungnya dan tidak melihat kerugiannya, maka panitia mempersiapkan konsep surat ke PNM yang akan ditandatangani oleh Direksi dan Komisaris. Isi surat tersebut agar

Page 134: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 133

PNM ikut memperkuat permodalan BPRS AAC dengan melampirkan data-data terakhir BPRS AAC untuk bahan penelitian dan pertimbangan. Surat tersebut dikirimkan tanggal 27 Nopember 2000 No. 099/BPRS-AAC/XI/2000. Pada tanggal 8 Januari 2002 No.002/PNM/LMS/SP3/1/02. Direksi menerima balasan yang berisi Persetujuan Prinsip Penyertaan dari PNM sebesar Rp.490 juta. Ada 11 syarat yang diajukan oleh PNM untuk dapat ikut serta penyertaan di BPRS AAC. Bila diteliti satu persatu ke 11 syarat tersebut adalah fair dan untuk kebaikan BPRS AAC sekarang dan masa depan. Komisaris dan Direksi menerima syarat-syarat tersebut dan bersedia memenuhi sesuai dengan waktunya. Karena ada kendala di Bank Indonesia dalam hal interpretasi antara akuisisi atau bukan akuisisi, maka sampai saat buku ini ditulis yang terealisasi baru sebesar Rp.100 juta. Mudah-mudahan komitmen PNM yang tertulis dalam surat persetujuan prinsip tersebut diatas untuk ikut serta penyertaan sebesar Rp. 490 juta dapat direalisasikan dalam waktu yang akan datang. Penanda Tanganan Perobahan Akte Notaris Mengenai Modal Dasar dari Rp. 500 Juta Menjadi Rp. 2 milyar Setelah ada green light bahwa PNM akan memperkuat permodalan BPRS AAC sebesar Rp. 490 juta, dan adanya persetujuan Bank Indonesia pengangkatan Direksi baru saudara Hendri Kamal, maka pada tanggal 30 Oktober 2001 No.153 dihadapan Notaris Agus Madjid, SH di Jakarta dibuat akte perubahan yang ke-3. Adapun pasal-pasal yang berubah adalah pasal mengenai modal dasar yang semula Rp. 500 juta menjadi Rp. 2 milyar. Pasal Direksi yang semula hanya 2 orang menjadi 3 orang, dengan masuknya saudara Hendri Kamal ke jajaran direksi.

Page 135: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 134

Mengundang Yayasan Penegak Ikut Serta Saham di BPRS AAC Setelah Panitia Peningkatan Modal Tahap II terbentuk, tidak nampak lagi para pemegang saham lama atau baru berminat untuk mengambil atau menambah sahamnya di BPRS AAC. Dari salah seorang pengurus Yayasan Penegak panitia mendapat informasi bahwa ada beberapa puluh juta dana Yayasan Penegak yang menganggur dalam bentuk deposito di Bank Central Asia. Karena Yayasan Penegak juga didirikan oleh masyarakat perantau Ampek Angkek Candung dan masyarakat kampung, maka panitia mencoba membuat surat kepada pegurus Yayasan Penegak untuk ikut saham di BPRS AAC dalam jumlah yang signifikan. Surat tersebut dibuat tanggal 19 September 2002 dalam bentuk tulisan sepanjang dua halaman diberi judul “Dasar-dasar Pemikiran Panitia Peningkatan Modal BPRS AAC Tahap II Mengundang Yayasan Penegak Ikut Memiliki Saham di BPRS AAC”, kutipannya adalah sebagai berikut. Persamaan: 1. Yayasan Penegak dan BPRS AAC sama-sama didirikan oleh

masyarakat Ampek Angkek Candung yang ada di perantauan dan di kampung dengan niat ibadah dan berbakti kepada masyarakat kita dikampung

2. Yayasan Penegak bercita-cita meningkatkan iman, taqwa dan amal masyarakat kita secara langsung dengan mendirikan Taman Kanak-kanak sampai ke Perguruan Tinggi yang Islami, sedangkan BPRS AAC juga bertujuan yang sama. Hanya saja melalui jalur peningkatan ekonomi masyarakat perorangan yang selama ini masih tertinggal. Bila ekonominya sudah meningkat maka yang bersangkutan berkesempatan melanjutkan sekolah anak-anaknya kejenjang yang lebih tinggi sesuai dengan keinginan pribadi masing-masing

Page 136: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 135

3. Yayasan Penegak telah berhasil menghimpun dana masyarakat dari sumber wakaf, infak, sumbangan dan lain-lain dalam bentuk tanah, uang kontan dan lain-lain dalam jumlah yang cukup besar. BPRS AAC juga sudah berhasil menghimpun dana masyarakat Ampek Angkek Candung dalam bentuk penyertaan saham, deposito, tabungan,dan lain-lain yang pada akhir Agustus 2002 hampir mencapai Rp. 4 milyar.

Dari persamaan tersebut diatas alangkah ideal jika kedua badan hukum tersebut saling mendukung dengan cara: 1. Yayasan Penegak ikut saham dalam BPRS dalam jumlah yang

memadai, sehingga Yayasan Penegak nantinya dapat mengawasi jalannya BPRS AAC dibelakangan hari setelah para pendiri sekarang tidak ada lagi.

2. Seperti diketahui bahwa pemegang saham BPRS AAC terdiri dari 292 orang yang kira-kira 90% berasal dari perantau. Selama ini untuk mencapai quorom dalam Rapat Umum Pemegang Saham hampir semuanya memberikan kuasa kepada beberapa orang yang sering pulang kampung dan peduli kepada BPRS AAC ini. Yang sering pulang tersebut umumnya juga sudah tua yang mungkin beberapa tahun lagi akan sulit untuk pulang kampung. Alangkah idealnya jika fungsi orang yang sering pulang tersebut diambil alih oleh Yayasan Penegak. Yayasan Penegak dapat memilih salah seorang pengurusnya yang mengerti seluk beluk perbankan. Dengan demikian secara tidak langsung Yayasan Penegak akan selalu aktif dengan kepengurusannya yang siap menjalankan tugas pengawasan BPRS AAC dan pada satu ketika melanjutkan cita-cita mulianya, yaitu membangun prasarana pendidikan islami sejak dari taman kanak-kanak sampai ke Universitas.

3. Bukan tidak mungkin dividen-dividen dimasa datang atas persetujuan sebagian besar pemegang saham diinfakkan ke Yayasan Penegak untuk melanjutkan cita-citanya, apakah membangun prasarana pendidikan atau dijadikan sumber dana beasiswa putra putri kita yang brilian tetapi kurang mampu bidang

Page 137: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 136

ekonomi untuk melanjutkan studinya dengan ikatan dinas kepada Yayasan Penegak.

4. Banyak lagi keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh kedua belah pihak baik dari BPRS AAC maupun Yayasan Penegak bila antara keduanya dibangun kebersamaan dalam mengembangkan masyarakat kita di Ampek Angkek Candung.

Surat Panitia Peningkatan Modal Tahap II tersebut tidak mendapat balasan dari Pengurus Yayasan Penegak. Dari beberapa orang pengurus, panitia mendapat informasi bahwa ada sebagian pengurus yang setuju mengambil saham BPRS AAC dan sebagian lagi tidak setuju. Sebagai penggantinya ada sebagian dana Yayasan Penegak didepositokan di BPRS AAC dan sebagian lagi masih di Bank Central Asia. Penanda Tanganan Perobahan Akte Notaris Modal Disetor dari Rp. 500 Juta Menjadi Rp. 1,2 Milyar Sesuai dengan salah satu Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahun Buku 2001 bahwa menjelang saham disetor mencapai Rp. 2 milyar, selama itu dividen tidak dibagikan kepada pemegang saham, tetapi dimasukkan kedalam modal saham disetor bagi yang dividennya sudah mencapai kelipatan Rp. 1 juta. Bagi dividennya yang kurang dari Rp. 1 juta disarankan untuk menambah menyetor kekurangannya, sehingga menjadi kelipatan Rp. 1 juta dan diberikan satu lembar saham. Perlakuan demikian akan terus dilakukan setelah RUPS mengesahkan laporan keuangan perusahaan sampai modal saham disetor mencapai Rp. 2 milyar. Alhamdulillah pada awal bulan Maret 2004 jumlah saham disetor telah mencapai Rp.1,2 milyar. Supaya dalam pembukuan Bank Syariah dapat dimasukkan kedalam pos Modal Disetor, harus dibuat Akte Notaris tentang penambahan modal disetor tersebut. Bila tidak maka dalam Neraca BPRS AAC modal disetor tetap modal lama yaitu sebesar Rp. 500 juta.

Page 138: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 137

Pada tanggal 18 Maret 2004 dibuatlah Akte Perubahan Modal disetor dari Rp. 500 juta menjadi Rp. 1,2 milyar dihadapan Notaris Agus Madjid SH di Jakarta dibawah nomor 64. yang di wakili oleh: 1. H. Bustaman Rahim Rp 200 juta; mewakili 74 orang = 190

juta 2. Drs. H.M. Nazir Rp 200 juta mewakili 15 orang = 195

juta 3. H.M.Taufik, MA Rp 200 juta mewakili 110 orang =

198 juta 4. H. Djamin St Mudo Rp 200 juta mewakili 50 orang =

190 juta 5. Drs. Satria Djambek Rp 200 juta mewakili 38 orang =

158 juta 6. Bank Muamalat Indonesia Rp 100 juta 7. P.N.M Rp 100 juta Hampir bersamaan dengan tanggal tersebut, yaitu pada tanggal 24 Maret 2004 kami 5 orang yang mewakili sebanyak 292 orang tersebut diatas dihadapan Notaris yang sama, menandatangani “Pernyataan dan Pengakuan” yang diketahui oleh isteri masing-masing, bahwa uang sebanyak Rp. 931 juta tersebut bukanlah milik kami, tetapi berasal dan milik mereka yang namanya terlampir dalam masing-masing pernyataan tersebut. Pernyataan dan Pengakuan Status Kepemilikan Saham Dalam Pernyataan dan Pengakuan tersebut kami berjanji dan mengikat diri sekarang maupun dikemudian hari untuk: 1. Tidak akan menuntut dan/atau mengadakan penagihan apapun

kepada dan dari para pemilik modal, apabila dikemudian hari oleh para pemilk modal atau sebagian dari pemilik modal dijual atau dengan cara lain berpindah tangan kepada pihak manapun

Page 139: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 138

2. Tidak akan menuntut kembali atau mengadakan gugatan terhadap para pemilik modal baik melalui yang berwajib maupun dengan cara lain atas seluruh maupun sebagian dari saham-saham tersebut

Segala hak dan termasuk segala resiko yang timbul akibat kepemilikan saham-saham tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab serta risiko para pemilik modal dan untuk itu maka para pemilik modal dengan ini membebaskan kami berlima dan isteri dari segala risiko yang mungkin timbul kemudian hari. Adapun rincian dari Akte Notaris yang dibuat oleh Agus Madjid, SH tersebut adalah sebagai berikut: • Akte No. 74 tanggal 24 Maret 2004 dari H. Bustaman Rahim

kepada 74 orang senilai Rp. 190 juta • Akte No. 75 tanggal 24 Maret 2004 dari H.M.Taufik kepada 110

orang senilai Rp. 198 juta. • Akte No. 76 tanggal 24 Maret 2004 dari H.Djamin Sutan Mudo

kepada 50 orang senilai Rp. 190 juta. • Akte No.93 tanggal 30 Maret 2004 dari H.M. Nazir kepada 15

orang senilai Rp 195 juta. • Akte No. 2 tangggal 1 April 2004 dari Satria Djambek kepada 38

orang senilai Rp.158 juta Masing-masing akte tersebut di fotocopy dan dikirimkan kepada masing-masing pemegang saham sebagai pegangan mereka, bahwa uang setoran modal saham mereka cukup aman walaupun namanya tidak tercantum didalam akte pendirian dan akte-akte perubahan sesudahnya. Sekalipun secara yuridis formil, sementara persoalannya sudah selesai, hak pemegang saham sudah aman. Tetapi belum tuntas, bagi kami berlima masih mempunyai beban. Beban ini terasa nanti, bila masing-masing kami sudah tidak ada lagi. Hukum perdata mengatakan bahwa kami mewariskan sesuatu beban kepada ahli waris kami dibelakang hari. Sampai sekarang belum bertemu jalan keluar

Page 140: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 139

yang permanen, sehingga kami dan ahli waris tidak dibebani sesuatu. Disamping pemegang saham aman dari segala hak-haknya dan ketentuan Bank Indonesia terpenuhi. Mudah-mudahan Allah SWT menunjuki jalan keluarnya, Amin !. Pengangkatan Pengurus Baru setelah masa jabatan Pengurus Lama berakhir Karena pengunduran diri dari masa jabatan pengurus lama telah berakhir, maka sesuai hasil RUPS Luar biasa yang diadakan tanggal 6 Juli 2004 diputuskan mengangkat pengurus baru yang terdiri dari : Direktur Utama - Ir. Mardjohan MSi Direktur - Aisyah, SE Komisaris Utama - Drs. H.M. Nazir Komisaris - Aries Andriyanto, SE Dewan Pengawas Syariah - Drs. Fauzi Damrah Datuk Bagindo - Drs. H. Nawazir Muchtas Lc Sesuai dengan akte pendirian Perusahaan, mas jabatan untuk direksi adalah 5 tahun. Sedangkan masa jabatan untuk Komisaris adalah 4 tahun terhitung dari Keputusan RUPS Luar Biasa ini.

Page 141: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 140

PENUTUP

Alhamdulillahirabbil Aalamin, Berkat petunjuk dari Allah SWT, akhirnya tugas yang dibebankan oleh orang-orang yang saya hormati seperti yang diungkapkan dalam kata pengantar buku ini beberapa tahun lalu akhirnya selesai juga. Yaitu menyusun buku sejarah berdirinya PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ampek Angkek Candung yang akan menjembatani ide dan niat para pendiri dan pemegang saham generasi sekarang ke generasi penerus mendatang. Yang dikemukakan dalam buku ini adalah segala kegiatan kepanitiaan, sejak dari Panitia Pendiri, Panitia Peningkatan Modal Tahap I dan Panitia Peningkatan Modal Tahap II. Penulis tidak mengungkapkan segi operasionalnya, karena hal tersebut bukanlah wewenang penyusun buku ini untuk mengemukakannya, dan itu adalah wewenang manajemen. Sepanjang data-data keuangan yang ada pada Panitia Peningkatan Modal Tahap II sejak tahun buku 2001 sampai akhir Juni 2005 kami sajikan sebagai lampiran buku ini Maksudnya adalah supaya pembaca dapat menilai secara garis besar perkembangan BPRS AAC selama lebih kurang 6 tahun. Lampiran 5/1 s/d 5/5. Bila kita perhatikan angka angka yang disajikan dalam daftar tersebut, kita tentu sepakat mengatakan, bahwa BPRS AAC yang kita dirikan beberapa tahun lalu, sampai sekarang berjalan baik dan sehat. Sebagai suatu Bank Syariah yang baru memasuki tahun keenam sudah dapat mencapai asset pada 31 Desember 2004 sebesar Rp. 8 milyar lebih tanpa mendapat pembiayaan dari pihak lain, hal ini sangat kita syukuri. Berarti kepercayaan masyarakat kepada BPRS AAC tumbuh dengan subur. Dari pengalaman membangun/mendirikan dan menjalankan suatu usaha, kita setuju dengan pendapat ahli strategi bisnis Inggeris Charles

Page 142: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 141

Handy yang mengatakan bahwa “ mekanisme usaha selalu bertumpu pada aturan dan hukum (rules and laws) namun esensi dan basis dari aturan tersebut adalah kebenaran dan kepercayaan (truth and trust). Yang memprihatinkan kita adalah dari segi penyaluran dana yang kurang optimal. Pada waktu yang sama (31 Desember 2004) saldo kas dan bank mencapai Rp. 3,35 milyar, berarti tidak ada keseimbangan antara pengumpulan dana dari masyarakat dengan penyaluran dana. Dana BPRS AAC banyak menganggur di bank-bank lain, bukan berada pada pembiayaan kepada masyarakat atau dengan kata lain kita ikut membesarkan bank yang sudah besar. Itu baru dari segi pengumpulan dana dan penyaluran dana, bila alat ukurnya kita gunakan alat ukur cita-cita para pendiri dan pemegang saham mendirikan BPRS AAC, maka kita sekarang masih berada pada periode masa pemanasan (warming up) dalam istilah olah raga. Adapun cita-cita kita mendirikan BPRS AAC bukanlah hanya sampai disitu saja, tetapi menjadikannya sebagai sarana untuk ikut meningkatkan kualitas dan ekonomi umat melalui 5 langkah yaitu: 1. Karena daerah kita adalah daerah pertanian dimana lahan

persawahan hanya dimanfaatkan beberapa bulan dalam setahun sedangkan dibulan-bulan lain umumnya tidur atau menganggur. Pada saat menganggur dapat dimanfaatkan untuk tanaman palawija. dengan membentuk kelompok tani di tiap-tiap desa. Kelompok tani ini dibiayai dan dibina oleh BPRS AAC dengan didampingi oleh seorang ahli pertanian

2. Karena daerah kita merupakan daerah industri pakaian jadi, maka BPRS AAC juga harus dapat mempelopori tumbuhnya pedagang-pedagang baru. Mulai dari pedagang keliling dan disusul menjadi pedagang menetap, sehingga pada tiap-tiap kota Kabupaten minimal di Sumatera Barat, ada agen penjual hasil produksi masyarakat kita di Ampek Angkek Candung. Bagi yang sudah berkembang ditingkatkan ke tiap-tiap ibukota propinsi di Indonesia. Untuk ini perlu sering berkonsultasi dengan dinas Perindustrian Propinsi dan Kabupaten. Untuk kedua potensi

Page 143: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 142

daerah kita tersebut diatas, maka BPRS AAC memang perlu membina kemampuan dalam “pembinaan dan pendampingan usaha. Bidang yang dihadapi cukup luas aspeknya dan tidak terbatas hanya masalah teknis dan finansial saja”.

3. Karena daerah kita juga subur bagi para rentenir dengan kedok julo-julo dan koperasi berjalan, maka BPRS AAC harus berani tampil ber amar makruf dan bernahi mungkar. Karena pembiayaan kepada orang yang terjerat renternir tersebut beresiko tinggi maka BPRS AAC harus siap dengan dana untuk pemikul resiko tersebut dengan membentuk dan menggalakkan wakaf tunai. Wakaf tunai ini dimasukkan ke dalam pos deposito abadi dan nisbah/bagi hasilnya untuk mem back-up pembiayaan yang beresiko tinggi tersebut. Disamping itu bersama masyarakat setempat membentuk. Koperasi Syariah ditiap-tiap desa, sebagai ujung tombak bagi BPRS di desa itu. Tabungan amal saleh (TAKAH) yang ada ditiap-tiap desa diserahkan kepada koperasi syariah tersebut melanjutkan dan mengintensifkannya. Dengan demikian koperasi Syariah di desa itu dapat memantau warganya yang terjerat dari rentenir dan berusaha melepaskannya dengan bekerja sama dengan BPRS AAC.

4. Karena mesjid-mesjid di Ampek Angkek Candung, juga sebagai pemegang saham berarti ikut memiliki BPRS AAC ada baiknya direkrut seorang ulama sebagai Public Relation atau juru bicara, yang akan berkeliling berdakwah dan berkhutbah keseluruh mesjid menyampaikan visi dan misi BPRS AAC. Menyampaikan bahaya bagi orang-orang yang ingkar janji memenuhi kewajibannya membayar hutang. Bahaya dan dosa bagi orang-orang yang menggunakan jasa keuangan dari rentenir atau julo-julo supaya beralih kepada Bank Syariah yang jelas-jelas halal dan Insya Allah mempunyai berkah dunia dan akhirat. Disamping itu public relation ini juga mengkoordinir tabligh akbar setiap bulan sekali ditiap-tiap mesjid secara begilir atas biaya BPRS AAC. Dengan demikian maka BPRS AAC betul-betul ada didalam hati masyarakat kita dan ikut memelihara dan membinanya, karena mereka merasakan nikmatnya keberadaan BPRS AAC di negeri kita.

Page 144: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 143

5. Adalah kewajiban kita bersama untuk selalu meningkatkan Sumber Daya Manusia, khususnya warga kita di Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan Candung. Diharapkan BPRS Ampek Angkek Candung dapat mempelopori berdirinya suatu Yayasan Pendidikan Ampek Angkek Candung yang akan ikut meningkatkan mutu pendidikan dan memberikan beasiswa kepada siswa/mahasiswa warga kita khusus yang kurang mampu dan berprestasi, untuk melanjutkan studinya didalam maupun diluar negeri. Sistemnya adalah dengan ikatan dinas seperti yang dilakukan oleh MARA (Majelis Rakyat) di Malaysia. Sumber dana untuk membiayai Yayasan Pendidikan Ampek Angkek Candung tersebut antara lain dari dividen-dividen pemegang saham yang akan menghibahkan, infakkan, sedekahkan dividennya tiap tahun kepada Yayasan Pendidikan Ampek Angkek Candung. Penghibahan, infakan, sedekahan tersebut melalui suatu angket yang akan dikirimkan ke seluruh pemegang saham setelah modal disetor BPRS Ampek Angkek Candung mencapai Rp. 2 Milyar. Angket tersebut, maksudnya untuk mendapatkan legalitas hukum dan menentukan anggaran penerimaan tiap tahun, siapa yang akan mengambil dividennya dan siapa yang akan menghibahkan, menginfakkan, sedekahkan kepada Yayasan Pendidikan Ampek Angkek Candung. Karena pemegang saham di BPRS AAC umumnya orang-orang yang sudah lanjut usia dan Alhamdulillah telah diberi Allah rezeki yang lumayan, dan ekonomi keluarganya sudah mapan. Sedangkan nilai sahamnya relatif kecil, penulis yakin akan lebih dari 50% pemegang saham yang akan memilih menghibahkan, menginfakkan dan menyedekahkan dividennya tiap tahun untuk Yayasan Pendidikan Ampek Angkek Candung tersebut. Daftar pemegang saham per 30 Juni 2005 lampiran 6/1 s/d 6/3.

Insya Allah generasi mendatang dapat melakukan studi dan menjabarkan ke lima langkah tersebut dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat kita dengan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia negeri kita semaksimal mungkin. Mungkin sudah takdir Allah SWT, bahwa generasi kami adalah generasi peletak dasar

Page 145: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 144

dan penyiapan prasarana, Insya Allah generasi yang akan datang diharapkan sebagai generasi realisasi dan pelaksana. Untuk itu kami berdoa semoga generasi penerus tidak melenceng dari niat para pendiri dan pemegang saham semula, yaitu I B A D A H dan I K H L A S untuk mencapai Ridha Allah, selamat didunia dan selamat diakhirat, Amin !.

Page 146: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 145

Page 147: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 146

Page 148: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 147

Page 149: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 148

Page 150: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 149

Page 151: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 150

Page 152: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 151

Page 153: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 152

Page 154: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 153

Page 155: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 154

Page 156: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 155

Page 157: Buku Bprs Ampek Angkek Candung

Mengenang Pendirian Bank Syariah AAC 156