BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS ajar komunitas.pdf · INDIKATOR Mahasiswa setelah mengikuti...

28
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS OLEH : Iis Lestari, S. SiT, M.Kes AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA HUSADA BOGOR

Transcript of BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS ajar komunitas.pdf · INDIKATOR Mahasiswa setelah mengikuti...

BUKU AJAR

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

OLEH :

Iis Lestari, S. SiT, M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA HUSADA

BOGOR

KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan kasih dan berkat karunia-Nya sehingga buku ini dapat diselesaikan.

Penyusunan buku ajar ini merupakan salah satu upaya AKBID Wijaya Husada

Bogor dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga lebih baik,

sehingga mudah dipahami untuk melengkapi materi yang berkaitan dengan

kebidanan komunitas.

Dalam penyusunan buku ini, kami banyak dibantu oleh teman seprofesi baik

dalam lingkungan kampus AKBID Wijaya Husada Bogor maupun dari pihak luar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktur AKBID Wijaya Husada Bogor

beserta seluruh karyawan dan staf dosen AKBID Wijaya Husada Bogor, yang telah

memberikan dukungan sehingga buku ini dapat tersusun.

Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan buku ini..

Akhir kata, berbagai saran dan kritik yang membangun akan selalu penulis

harapkan.

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

STANDAR KOMPETENSI

Mata kuliah ini membahas mengenai harapan untuk membentuk generasi Bidan komunitas

yang lebih siap menghadapi tantangan kebutuhan era globalisasi..

KOMPETENSI DASAR

Setelah perkuliahan mahasiswa mampu memahami dan mampu untuk melalukan

peranannya sebagai pelaksana dan pengelola pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak

Balita.

INDIKATOR

Mahasiswa setelah mengikuti perkuliah ini dapat :

1. Menjelaskan konsep dasar kebidanan komunitas

2. Menjelaskan masalah Kebidanan Komunitas

3. Menjelaskan strategi pelayanan kebidanan komunitas

4. Menjelaskan peran fungsi dan tanggung jawab bidan di komunitas

5. Menjelaskan aspek perlindungan hukum bagi bidan di komunitas

6. Menjelaskan manajerial asuhan kebidanan di komunitas baik di rumah, posyandu dan

polindes dengan focus making pregnancy safer

7. Menjelaskan pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA)

8. Menjelaskan pembinaan kader dan dukun bayi

9. Menjelaskan menggerakan dan meningkatkan peran serta masyarakat

10. Menjelaskan tugas tambahan bidan yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak

11. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan kebidanan komunitas

12. Pendokumentasian asuhan kebidanan komunitas

BAB I

KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Pengertian Konsep

1. Pengertian bidan

Bidan menurut ikatan bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari

pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Nrgara

Republik Indonesia serta memiliki kualifikasi untuk deregister , sertifikasi dan atau

sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

2. Kebidanan

Menurut kemenkes no.369/menteri/SK/III.2007: kebidanan adalah satu bidang ilmu

yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan , menolong

persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan ,

klimakterium, dan menopause, BBL, dan Balita , fungsi-fungsi reproduksi manusia

serta memberikan bantuan atau dukungan pada perempuan, keluarga, dan

komunitasnya.

3. Komunitas

Dari bahasa latin communicans yang artinya kesamaan, communis yang artinya

sama, public, banyak.

B. Kebidanan Komunitas

1. Pelayanan kebidanan komunitas : upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan

terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarg dan msyarakat

2. Bidan yang melayani keluarga , masyarakat, wilayah tertentu (community midwife).

Kompetensi bidan menurut Kepmenkes RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002.

1. Pengetahuan/keterampilan yang membentuk dasar asuhan berkualitas sesuai budaya

2. Prakonsepsi KB dan gineklogi

3. Asuhan konseling selama kehamilan

4. Asuhan tambahan selama hamil dan kehamilan

5. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui

6. Asuhan pada bayi baru lahir

7. Asuhan pada bayi dan balita

8. Kebidanan komunitas

9. Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi

Peran dan fungsi bidan dalam Kebidanan Komunitas meliputi, berkemampuan

memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga dan masyarakat.

Peran Bidan Dikomunitas, yaitu:

1. Sebagai pendidik

2. Sebagai pelaksana

3. Sebagai pengelola

4. Sebagai peneliti

5. Sebagai pemberdaya

6. Sebagai pembela klien

7. Sebagai kolabolator

8. Sebagai perencana

Fungsi bidan dalam komunitas :

1. Sebagai pendidik : Memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan

ibu, anak dan keluarga.

Secara Langsung : ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya,

secara tidak langsung : poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.

2. Sebagai pelaksana : Memberikan pelayanan kebidanan dengan menggunakan asuhan

kebidanan

contoh : mempeliharaan kesehatan ibu bersalin,tindakan pertolongan pertama pada

kasus kebidanan dengan resti dikeluarga, dan Bimbingan terhadap kelompok remaja

masa pra perkawinan

3. Sebagai pengelola : Pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu

dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain

atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.

Contoh : praktek mandiri/ BPS

4. Sebagai Peneliti : Mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,

perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan

kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya.

Contoh : penelitian terhadap gizi bayi/balita

5. Sebagai Pemberdaya : Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam

memecahkan permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga

dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri

sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Contoh : memberikan bimbingan kepada kader,keluarga,dan masyarakat tentang

masalah kesehatan sesuai dengan prioritas

6. Sebagai Pembela Klien : kegiatan memberi informasi dan sokongan kepada seseorang

sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.

contoh : konseling

7. Sebagai kolabolator : Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun

sektoral.

contoh : berkolaborasi dengan Nakes yang lebih kompeten

8. Sebagai perencana : Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan

keluarga serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu

kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan.

contoh : merencanakan program Desa Siaga (Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 8)

Sasaran bidan di Komunitas

1. Sasaran utama (Individu, ibu, dan anak)

2. Keluarga ( suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya )

3. Kelompok penduduk

4. masyarakat

BAB II

TUGASDAN TANGGUNG JAWAB BIDAN

DI KOMUNITAS

A. Tugas Utama Bidan Di Komunitas

1. Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan

2. Pengelola pelayana kia/kb

3. Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan

4. Penelitian dalam asuhan kebidanan

5. Melaksanakan kegiatan puskesmas berdasarkan urutan prioritas masalah sesuai

dengan kewenangan bidan

B. Tugas Tambahan Bidan Di Komunitas

1. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan

2. Mengelola dan memberikan obat-obatan sederhana sesuai dengan

kewenangannya

3. Survailance penyakit yang timbul di masyarakat

4. Menggunakan tekhnologi tepat guna kebidanan

C. Fungsi Dan Tanggung Jawab Bidan Di Komunitas

1. Sesuai dengan peran mandiri

2. Memberi layanan dasar remaja

3. Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal

D. Fungsi Bidan di Wilayah Kerja

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (asuhan kehamilan,

persalinan, nifas, bayi, balita, KB, serta pengayonan medis kontrasepsi)

2. Menggerakan dan membina peran serta masyarakat

3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader dan dukun bayi

4. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan

5. Membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral dan LSM

6. Melakukan rujukan medis

7. Medeteksi secara dini adanya efek samping kontrasepsi serta adanya penyakit-

penyakit lainnya

Daftar Pustaka

1. Pusdiastuti, Ratna Dewi. 2011. kebidanan komunitas. Yogyakarta: Nuhamedika

2. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Soekidjo Notoatmodjo, Andi Off

Set Yogyakarta

BAB III

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN PEMERINTAH STANDAR PRAKTIK

KEBIDANAN

A. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR :

369/MENKES/SK/III/2007 TANGGAL : 27 Maret 2007

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut

fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang

menyeluruh, terarah dan berkesinambungan.

1. Definisi bidan

Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang

diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi

untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan

praktik bidan.

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan

akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,

asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin

persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru

lahir, dan bayi.

2. Pengertian Bidan Indonesia

Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat

Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia

adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah

dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki

kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat

lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

3. Kebidanan/Midwifery

Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang

mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval

dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,

fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada

perempuan, keluarga dan komunitasnya.

4. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan

secara mandiri, kolaborasi atau rujukan

5. Praktik Kebidanan

Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat

otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik

bidan.

6. Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

7. Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang

dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang

menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang

mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa

persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.

B. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

369/MENKES/SK/III/2007 TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 21 Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, dipandang perlu

menetapkan Standar Profesi bagi Bidan dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran

Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548)

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional

(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3547)

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3637)

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara

Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952)

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun

2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090)

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang

Registrasi Dan Praktik Bidan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR

PROFESI BIDAN.

Kedua : Standar Profesi Bidan dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum

dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Standar Profesi Bidan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua agar

digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan tugas profesinya.

Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Keputusan ini

dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait, sesuai tugas dan fungsi masing-

masing.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 27 Maret 2007 MENTERI KESEHATAN

Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)

C. Standar Praktek Kebidanan (SPK)

1. Standar I : Metode Asuhan

Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan

dengan langkah pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.

Definisi Operasional:

1. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan medis

2. Format manajemen kebidanan terdiri dari :

Format pengumpulan data

Rencana format pengawasan resume

Tindak lanjut catatan kegiatan

Evaluasi

2. Standar II: Pengkajian

Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan,data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.

Difinisi Operasional :

1. Format pengumpulan data

2. Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, meliputi data:

Demografi identitas klien

Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat kesehatan reproduksi

Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi

Analisis data

3. Data dikumpulkan dari:

Klien/pasien, keluarga dan sumber lain

Tenaga kesehatanIndividu dalam lingkungan terdekat

4. Data diperoleh dengan cara:

Wawancara

Observasi

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

3. Standar III : Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulan.

Difinisi Operasional :

1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau

suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang

bidan dan kebutuhan klien.

2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis mengarah pada asuhan

kebidanan yang diperlukan oleh klien.

4. Standar IV : Rencana Asuhan

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.

Difinisi Operasional :

1. Ada format rencana asuhan kebidanan

2. Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana tindakan dan

evaluasi.

5. Standar V: Tindakan

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien

tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.

Difinisi Operasional :

1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi

2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi

3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien.

4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan

atau tugas kolaborasi.

5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan dan etika

kebidanan serta memberikan hak klien aman dan nyaman.

6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia

6. Standar VI: Partisipasi Klien

Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama partisipasi klien dan keluarga dalam

rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.

Difinisi Operasional :

1. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang:

Status kesehatan saat ini

Rencana tindakan yang akan dilaksanakan

Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan

Peranan petugas kesehatandalam tindakan kebidanan

Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan

2. Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindak kegiatan.

7. Standar VII: Pengawasan

Monitor (pengawasan) terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dan tujuan

untuk mengetahui perkembangan klien.

Difinisi Operasional :

1.Adanya format pengawasan klien.

2.Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistimatis untuk mengetahui keadaan

perkembangan klien.

3.Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan.

8. Standar VIII: Evaluasi

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindak kebidanan

yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.

Difinisi Operasional :

1. Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakannya tindakan kebidanan, menyesuaikan

dengan standar ukuran yang telah ditetapkan.

2. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan.

3. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.

9. Standar IX: Dokumentasi

Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuh kebidanan

yang diberikan.

Difinisi Operasional:

1. Dokumentasi dilaksanakan untuk disetiap langkah manajemen kebidanan.

2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur sistimatis jelas dan ada yang bertanggung

jawab.

BAB IV

KODE ETIK PROFESI KEBIDANAN, REGISTRASI PRAKTIK

KEBIDANAN DAN KEPUTUSAN MENTRI KESEHATAN YANG

DIKELUARKAN TAHUN 2007

KODE ETIK PROFESI KEBIDANAN

Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh

setiap anggota profesi yang bersngkutan didalam melaksanakan tugas profesinya

dan dalam hidupnya di masyarakat.

KODE ETIK PROFESI KEBIDANAN

Tujuan :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi

Kewajiban Bidan yang Diatur dalam Pengabdian Profesinya:

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat

2. Kewajiban terhadap tugasnya

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

4. Kewajiban bidan terhadap profesinya

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

6. Kewajiban bidan terhadap pemerinytah nusa, bangsa dan tanah air

REGISTRASI PRAKTIK KEBIDANAN

Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap

bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau standar penampilan

minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik

profesinya. (Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor

900/MENKES/SK/VII/2002)

REGISTRASI PRAKTIK KEBIDANAN

Tujuan:

1. Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan

ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.

2. Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam

penyelesaian kasus mal praktik.

3. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik

REGISTRASI PRAKTIK KEBIDANAN

Syarat Registrasi

1. Fotokopi ijasah bidan

2. Fotokopi Transkrip nilai akademik

3. Surat keterangan sehat dari dokter

4. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar

KEPUTUSAN MENTRI KESEHATAN YANG DIKELUARKAN TAHUN

2007

1. Nomor 369/MENKES/SK/III/2007

Kesatu : Keputusan menteri kesehatan tentang standar profesi bidan

Kedua : Standar profesi bidan dimaksud diktum kesatu sebagaimana tercantum

dalam lampiran keputusan ini

Ketiga : standar profesi bidan sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua agar

digunakan sebagai pedoman bagi bidan dalam menjalankan tugas profesinya

Keempat:Kepala dinas kesehatan propinsi dan kepala dinas Kesehatan

kabupaten atau kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan

keputusan ini dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait, sesuai tugas

dan fungsi masing-masing.

Kelima: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

KEPUTUSAN MENTRI KESEHATAN YANG DIKELUARKAN TAHUN

2007

Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2007

Kesatu: Keputusan menteri kesehatan tentang standar asuhan kebidanan

Kedua: Standar asuhan kebidanan sebagaimana tercantum dalam lampiran

keputusan ini

Ketiga : Standar asuhan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam diktum

kedua digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan atau

kegiatan dalam lingkup tanggung jawab bidan diseluruh fasilitas

pelayanan kesehatan

Keempat: Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan penyelenggaraan Standar

asuhan kebidanan dilaksanakan oleh departemen kesehatan, dinas

kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten atau kota dengan

melibatkan organisasi profesi sesuai dengan tugas dan fungsi masing-

masing.

Kelima: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila

dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan

seperlunya.

BAB V

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK

(PWS KIA)

A. Latar Belakang

PWS telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. PWS dimulai dengan program

imunisasi, berhasil dengan baik, dibuktikan dengan tercapainya Universal Child

Imunization (UCI) di Indonesia tahun 1990. Program Imunisasi berjalan, berkembang

menjadi PWS KIA, PWS Gizi Namun, pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA) tidak secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara

bermakna, karena adanya faktor-faktor lain sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi,

pendidikan, sosial budaya, dst).

B. Upaya mempercepat penurunan AKI

Tahun 1980-an : program Safe Motherhood Initiative

Akhir tahun 1990-an : Making Pregnancy Safer (MPS)

Tahun 1985 : Child Survival (CS) untuk menurunkan AKB. Strategi ini sudah sesuai

dengan Grand Strategi DEPKES tahun 2004

C. 3 pesan kunci MPS

Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih

Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat

Setiap WUS yang mempunyai akses terhadap upaya pencegahan kehamilan yang

tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

D. 4 strategi MPS

1. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita di tingkat

dasar dan rujukan

2. Membangun kemitraan yg efektif

3. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga, dan masyarakat

4. Meningkatkan sistem surveilans, pembiayaan, monitoring dan informasi KIA

E. 3 Pesan Kunci CS (Child Survival)

Setiap bayi dan balita memperoleh pelayanan kesehatan dasar paripurna

Setiap bayi dan balita sakit ditangani secara adekuat

Setiap bayi dan balita tumbuh dan berkembang secara optimal

F. Empat Strategi Child Survival

Peningkatan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu, BBL, dan balita yg

berkualitas berdasarkan bukti ilmiah

Membangun kemitraan yg efektif

Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui kegiatan peningkatan

pengetahuan untuk menjamin perilaku yg menunjang kesehatan ibu, BBL, dan balita

serta pemanfaatan pelayanan kesehatan yg tersedia

Mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita

G. Definisi PWS KIA

Alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah

kerja secara terus menerus. Penyajian PWS KIA dapat dipakai sebagai alat motivasi dan

komunikasi kepada sektor terkait yang berkaitan terhadap pelaksanaan kesehatan ibu dan

anak.

H. Tujuan PWS KIA

a. Tujuan umum

Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus menerus di setiap

wilayah kerja.

b. Tujuan Khusus

Memantau pelayanan KIA secara individu melalui Kohort

Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur

(bulanan) dan terus menerus

Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA

Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yg

ditetapkan

Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara

intensif

Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yg tersedia dan

yg potensial untuk digunakan

Meningkatkan peran aparat setempat dlam penggerakkan sasaran dan mobilisasi

sumber daya

Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan

pelayanan KIA

I. Prinsip Pengelolaan Program KIA

1. Peningkatan pelayanan ANC

2. Peningkatan pertolongan persalinan (nakes terlatih)

3. Peningkatan pelayanan neonatus

4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas

kesehatan

5. Peningkatan deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan neonatus oleh

nakes/masy.

6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat &

pengamatan nakes

7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standart di semua

fasilitas kesehatan.

8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesai standart di semua

fasilitas kesehatan.

9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standart.

Pelayanan antenatal

1. Timbang badan dan ukur tinggi badan,

2. Ukur tekanan darah,

3. Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid),

4. (ukur) tinggi fundus uteri,

5. Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan),

6. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling),

7. Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan indikasi ( Sifilis,

HIV, Malaria, TBC).

8. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

9. Pemeriksaan Tekanan darah

10. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan aTas)

11. Pemeriksaan Tinggi fundus uteri (puncak rahim)

12. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

13. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila

diperlukan.

14. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

15. Test laboratorium (rutin dan khusus)

16. Tatalaksana kasus

17. Temu wicara (bimbingan konseling), termasuk juga Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi serta KB pasca persalinan.

Pelayanan ANC selama Kehamilan

A. Minimal 1 kali pada TM Pertama

B. Minimal 1 kali pada TM Kedua

C. Minimal 2 kali pada TM Ketiga

Pertolongan persalinan

Beberapa nakes yang memberikan pertolongan persalinan : dokter spesial kebidanan,

dokter umum, bidan dan perawat bidan. Penolong persalinan harus memperhatikan sbb:

1. Sterilisasi/pencegahan infeksi

2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar pelayanan

3. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi

4. Melaksanakan IMD

5. Memberikan injeksi Vit K 1 & Salep mata pada BBL

Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Kunjungan masa nifas minimal 3 kali :

a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan

b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari)

c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari)

Pelayanan yang diberikan

1. Pemeriksaan TD, N, RR, S

2. Pemeriksaan TFU (Involusio uteri)

3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per gavina lainnya

4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Eklusif 6 bulan

5. Pemberian kapsul Vit A 200.000 IU sebanyak 2 kali (Segera setelah melahirkan

dan setelah 24 jam pemberian Vit A pertama)

Pelayanan KB pasca salin

Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelaksanaan pelayanan 0-28 hari yaitu:

Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir.

Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai

dengan hari ke 7 setelah lahir

Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai

dengan hari ke 28 setelah lahir.

Perawatan BBL dan pemeriksaan menggunakan pendekatan manajemen MTBM

1. Pemeriksaan dan perawatan BBL:

A. Perawatan tali pusat

B. Melaksanakan ASI eklusif

C. Memastikan bayi telah diberi injeksi vitamin K1

D. Memastikan bayi telah diberi salep mata

E. Pemberian imunisasi HB0

2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM

a. Pemeriksaan tanda bahaya spt kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat

badan rendah dan masalah pemberian ASI.

b. Pemberian imunisasi HB0, jika blm diberikan pd waktu perawatan BBL

c. Konseling thdp ibu dan keluarga : ASI eklusif, pencegahan hipotermi, dan

melaksanakan perawatan BBL di rumah dg menggunakan buku KIA

d. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

3. Deteksi dini ibu hamil risiko

Faktor risiko ibu hamil diantaranya :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

2. Anak lebih dari 4

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun

4. TB kurang dari 145 cm/kelainan bentuk panggul dan tulang belakang

5. Penambahan BB kurang dari 9 kg selama kehamilan atau lingkar lengan atas < 23,

5 cm (KEK)

6. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul

4. Komplikasi pada ibu hamil, bersalin, dan nifas

a. Ketuban pecah dini

b. Perdarahan ante partum (antepartum: AB,plasenta previa, solusio plasenta, intra

partum= robekan jalan lahir, postpartum=atonia uteri, retensio plasenta, plasenta

inkarserata, kelainan pembekuan darah, subinvolusio uteri)

c. Hipertensi dalam kehamilan

d. Ancaman persalinan premature

e. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdomen, sepsis.

f. Distosia : persalinan macet, persalinan tak maju

g. Infeksi masa nifas

5. Komplikasi pada neonatus

Prematuritas dan BBLR, Asfiksia , Infeksi bakteri , Kejang , Ikterus , Diare,

Hipotermia , Tetanus neonatorum , Masalah pemberian ASI, Trauma lahir, sindroma

gangguan pernapasan, kelainan congenital, dll

6. Penanganan komplikasi kebidanan

A. PELAYANAN OBSTETRI

1. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas

2. Pencegahan dan penanganan PE dan eklamsia

3. Pencegahan dan penanganan infeksi

4. Penanganan partus lama/macet

5. Penanganan abortus

6. Stabilitas komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan

Pelayanan neonatus

a. Pencegahan dan penanganan asfiksia

b. Pencegahan dan penanganan hipotermi

c. Penanganan BBLR

d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus dan ikterus ringan –

sedang

e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum

f. Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

Pelayanan kesehatan neonatal (MTBM)

Manajemen terpadu bayi muda untuk bidan, meliputi:

a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, bayi

berat lahir rendah

b. Perawatan tali pusat

c. pemberian vitamin k1 bila belum diberikan pada saat lahir

d. konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan Asi ekslusif, pencegahan

hiportermi dan melakukan perawatan BBL dirumah.

e. penanganan dan rujukan kasus

f. pelayanan kesehatan neonatus

Pelayanan kesehatan bayi

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:

1. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 29 hari – 2 bln

2. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 3-5 bln

3. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 6-8 bln

4. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 9-11 bulan

Hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan

1. Pemberian imunisasi dasar lengkap

2. SDIDTK

3. Pemberian Vit A 100.000 IU (6-11 bulan)

4. Konseling ASI eksklusif, MP-ASI, tanda2 sakit dan perawatan bayi di rumah

5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Pelayanan kesehatan balita

a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan

b. pelayanan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)

c. Suplementasi vitamin A dosis tinggi (200.000 iu) diberikan pada anak balita minimal

2 kali pertahun.

d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

e. Pelayanan balita sakit = pendekatan MTBS

PELAYANAN KB BERKUALITAS

Pelayanan keluarga berencana berkualitas adalah pelayanan kb yang sesuai dengan

standar dengan menghormati hak individu sehingga diharapkan mampu meningkatkan

derajat kesehatan dan meningkatkan tingkat fertilitas.

Batasan dan indikator pemantauan

1. Batasan indikator

a. Pelayanan antenatal

b. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko

c. kunjungan ibu hamil

d. kunjungan baru ibu hamil (k1)

e. K4

f. Kontak neonatal (kn)

g. Kunjungan ibu nifas (kf)

h. Sasaran ibu hamil

i. Ibu hamil berisiko

INDIKATOR PEMANTAUAN

1. INDIKATOR PEMANTAUAN TEKNIK

a. Akses pelayanan antenatal (cakupan k1)

b. cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan k4)

c. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)

d. Penjaringan (deteksi) ibu hamil oleh masyarakat

e. Penjaringan (deteksi) ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan

f. Cakupan pelayanan neonatal (KN) oleh tenaga kesehatan

g. Cakupan pelayan nifas oleh tenaga kesehatan

h. Penanganan komplikasi obstetri

i. Penanganan komplikasi neonatal

j. Cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan )

k. Pelayanan kesehatan anak balita sakit

l. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari -12 bulan (kunjungan bayi)

m. Peserta KB aktif (contraceptive prevalence rate)

Indikator pemantauan non teknis

1. Cakupan k1=> menggambarkan kerterjangkauan pelayanan kia

2. Cakupan k4=> menggambarkan kualitas pelayanan kia

3. Cakupan persalinan oleh nakes yang menggambarkan tingkat keamanan persalinan

4. cakupan penanganan komplikasi kebidanan

5. Cakupan kunjungan nifas

6. Cakupan pelayanan kb aktif

7. Cakupan pelayanan neonatus

8. cakupan kunjungan bayi

Cara membuat grafik PWS KIA

Langkah-langkah dalam pembuatan grafik PWS KIA:

1. Pengumpulan data

Diperoleh dari catatan ibu hamil per desa, register kegiatan harian, register kohort ibu dan

bayi, kegiatan pemantauan ibu hamil per desa, catatan posyandu, laporan dari

bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin

2. Pengelolaan data

Sebagai contoh dalam menggambarkan PWS KIA untuk bulan juni 2008 maka data yang

diperlukan adalah :

a. Cakupan kumulatif per desa

b. Cakupan bulan ini (juni 2008)

c. Cakupan bulan lalu (mei 2008)

3. langkah-langkah pelembagaan pws kia

a. Penunjukkan petugas pengolahan data ditiap tingkatan untuk menjaga kelancaran

pengumpulan data

b. pemantauan pertemuan lintas program

c. pemantauan pws kia untuk meyakinkan lintas sektoral.

EVALUASI:

1. Apa fungsi penggunaan PWSKIA?

2. Tahap-tahap apa saja yang harus dibuat saat melaksanakan PWSKIA?

3. Pemantauan apa saja yang bidan lakukan pada masa kehamilan?