Budisan's Blog_ Etika Dan Monopoli Politik Kuasa

4
3/6/2014 Budisan's Blog: Etika dan Monopoli Politik Kuasa http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/etika-dan-monopoli-politik-kuasa_26.html 1/373 Kontroversi Corby bermula ketika Pembela Corby menuntut Corby “Bebas Murni” karena konon, tanpa setahu Corby, Narkoba seberat 4,2 Kg tsb “diselundupkan” ke dlm tas bawaan Corby. Sementara Pengadilan RI menyatakan Corby “Bersalah” dan memutuskan “Hukuman Penjara 20 Tahun” utk Corby. Pembela Corby lalu membuat Buku dan Film “Tragedi Corby” dan “menekan” Aussie Govt. So far, hasilnya adalah “Grasi dan Bebas- Bersyarat” utk Corby..yg karenanya SBY hrs rela menerima “Kritik dan Makian” dari Rakyatnya. Budisan's Blog RABU, 26 FEBRUARI 2014 Etika dan Monopoli Politik Kuasa Joko Wahyono ; Analis Politik dalam Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta SINAR HARAPAN, 25 Februari 2014 Pemilu Legislatif 2014 sudah di depan mata. Wajah pemburu kekuasaan kian bertebaran di mana-mana. Ruang publik milik “masyarakat warga” (zivilgesellschaft) sesak dijejali polah tingkah dan gerak-gerik mereka. Membanjirnya poster, spanduk, baliho di jalanan, atau ramainya acara blusukan dan safari politik ke masyarakat kiranya cukup mengonfirmasi fakta itu. Mereka bertarung lewat visualisasi citra secara massif untuk memperebutkan ingatan kolektif masyarakat, yang diharapkan akan memberikan dukungan suara saat hajatan demokrasi elektoral itu digelar. Sebuah gambaran bagaimana demokrasi dirayakan dengan kegaduhan pencitraan di tengah ketiadaan responsibilitas publik. Selain muncul wajah-wajah baru, wajah-wajah lama yang kini masih menjabat di parlemen juga kembali, bahkan memonopoli politik kuasa. Bertenggernya wajah-wajah lama dalam bursa calon anggota legislatif 2014, menjadi bukti bahwa jabatan memiliki daya pesona yang memikat siapa saja, tak terkecuali mereka. Pesona jabatan dan kekuasaan membuat mereka tampil seperti manusia-manusia kemaruk (bahasa Jawa); rakus, selalu merasa kurang, dan tidak pernah puas dengan apa yang telah didapatkan. Sebuah jabatan menjadi batu loncatan untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, prestisius, atau minimal sebagai batu penopang langgengnya status sosial mereka di masyarakat. Menurutnya, jabatan dan kekuasaan adalah segala-galanya. Menjadi pejabat, meminjam perspektif Abraham Maslow, diletakkan pada hierarki tertinggi dari keseluruhan kebutuhan manusia. Etika dan Monopoli Politik Kuasa Cari Budi Santoso Ikuti 300 Lihat profil lengkapku MENGENAI SAYA Anda Ingin Memilikinya? CD OPINI Pilihlah Aku, Kau Kutipu! (M Riza Damanik) Rakyat yang Terpinggirkan (Retor AW Kaligis) Pencak Silat (Parni Hadi) Masih Adakah Kegembiraan Memilih? (Tri Marhaeni Puji Astuti) Efek Positif Kultivasi (Gunawan Witjaksana) Sinergi Atasi Bahaya Narkotika (Sri Winarti) Mental Elite Makin Parah (M Bashori Muchsin) Tom and Jerry (Idrus F Shahab) Kisah tentang Pohon (Purnawan Andra) Membangun Kota Tanggap Bencana (Nirwono Joga) Kasus Panti Asuhan, Sebab dan Akibat (Sarsito N Sarwono) Mengatur Minimarket (Akh Muzakki) Di Antara Krisis Pangan dan Energi (Rostamaji Korniawan) Paradigma Iklan Kampanye (Augustinus Simanjuntak) Indonesia’s economy grows despite global turmoil (Reny Eka Putri) WTO and the raw mineral export ban (Ronald Eberhard) Politik Dromologi (Ali Rif'an) Trend Hijab Modern (Dodi Budiana) Konstruksi Bermasalah Desentralisasi Pertambangan (Robert Endi Jaweng) OPINI TERBARU Bagikan 1 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

description

k

Transcript of Budisan's Blog_ Etika Dan Monopoli Politik Kuasa

  • 3/6/2014 Budisan's Blog: Etika dan Monopoli Politik Kuasa

    http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/etika-dan-monopoli-politik-kuasa_26.html 1/373

    Kontroversi Corby bermula ketika Pembela Corby menuntut Corby Bebas Murni karena konon, tanpa setahu

    Corby, Narkoba seberat 4,2 Kg tsb diselundupkan ke dlm tas bawaan Corby. Sementara Pengadilan RI

    menyatakan Corby Bersalah dan memutuskan Hukuman Penjara 20 Tahun utk Corby. Pembela Corby lalu

    membuat Buku dan Film Tragedi Corby dan menekan Aussie Govt. So far, hasilnya adalah Grasi dan Bebas-

    Bersyarat utk Corby..yg karenanya SBY hrs rela menerima Kritik dan Makian dari Rakyatnya.

    Budisan's Blog

    RABU, 26 FEBRUARI 2014

    Etika dan Monopoli Politik Kuasa

    Joko Wahyono ; Analis Politik dalam Program Pascasarjana

    UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

    SINAR HARAPAN, 25 Februari 2014

    Pemilu Legislatif 2014 sudah di depan mata. Wajah pemburu kekuasaan kian

    bertebaran di mana-mana.

    Ruang publik milik masyarakat warga (zivilgesellschaft) sesak dijejali polah tingkah

    dan gerak-gerik mereka. Membanjirnya poster, spanduk, baliho di jalanan, atau

    ramainya acara blusukan dan safari politik ke masyarakat kiranya cukup

    mengonfirmasi fakta itu. Mereka bertarung lewat visualisasi citra secara massif untuk

    memperebutkan ingatan kolektif masyarakat, yang diharapkan akan memberikan

    dukungan suara saat hajatan demokrasi elektoral itu digelar. Sebuah gambaran

    bagaimana demokrasi dirayakan dengan kegaduhan pencitraan di tengah ketiadaan

    responsibilitas publik.

    Selain muncul wajah-wajah baru, wajah-wajah lama yang kini masih menjabat di

    parlemen juga kembali, bahkan memonopoli politik kuasa. Bertenggernya wajah-wajah

    lama dalam bursa calon anggota legislatif 2014, menjadi bukti bahwa jabatan memiliki

    daya pesona yang memikat siapa saja, tak terkecuali mereka.

    Pesona jabatan dan kekuasaan membuat mereka tampil seperti manusia-manusia

    kemaruk (bahasa Jawa); rakus, selalu merasa kurang, dan tidak pernah puas dengan

    apa yang telah didapatkan. Sebuah jabatan menjadi batu loncatan untuk mendapatkan

    kedudukan yang lebih tinggi, prestisius, atau minimal sebagai batu penopang

    langgengnya status sosial mereka di masyarakat.

    Menurutnya, jabatan dan kekuasaan adalah segala-galanya. Menjadi pejabat,

    meminjam perspektif Abraham Maslow, diletakkan pada hierarki tertinggi dari

    keseluruhan kebutuhan manusia.

    Etika dan Monopoli Politik Kuasa

    Cari

    Budi Santoso

    Ikuti 300

    Lihat profil lengkapku

    MENGENAI SAYA

    Anda Ingin Memilikinya?

    CD OPINI

    Pilihlah Aku, Kau Kutipu! (M RizaDamanik)

    Rakyat yang Terpinggirkan (Retor AWKaligis)

    Pencak Silat (Parni Hadi)

    Masih Adakah Kegembiraan Memilih?(Tri Marhaeni Puji Astuti)

    Efek Positif Kultivasi (GunawanWitjaksana)

    Sinergi Atasi Bahaya Narkotika (SriWinarti)

    Mental Elite Makin Parah (M BashoriMuchsin)

    Tom and Jerry (Idrus F Shahab)

    Kisah tentang Pohon (PurnawanAndra)

    Membangun Kota Tanggap Bencana(Nirwono Joga)

    Kasus Panti Asuhan, Sebab danAkibat (Sarsito N Sarwono)

    Mengatur Minimarket (Akh Muzakki)

    Di Antara Krisis Pangan dan Energi(Rostamaji Korniawan)

    Paradigma Iklan Kampanye(Augustinus Simanjuntak)

    Indonesias economy grows despiteglobal turmoil (Reny Eka Putri)

    WTO and the raw mineral export ban(Ronald Eberhard)

    Politik Dromologi (Ali Rif'an)

    Trend Hijab Modern (Dodi Budiana)

    Konstruksi Bermasalah DesentralisasiPertambangan (Robert Endi Jaweng)

    OPINI TERBARU

    Bagikan 1 Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk

  • 3/6/2014 Budisan's Blog: Etika dan Monopoli Politik Kuasa

    http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/etika-dan-monopoli-politik-kuasa_26.html 2/373

    Menjabat seakan menjadi satu-satunya tafsir atas aktualisasi dan bermaknakan hidup.

    Tidak heran jika mereka sering tak bergeming dan tetap melaju menunggangi kursi

    jabatannya, meski nyata-nyata telah mengalami kekacauan peran, gagal mandat dan

    tanggung jawab, bahkan terindikasi korupsi sekalipun.

    Hasrat kuasa kenyataan ini semakin memperkuat tesis purba filsuf Jerman, Friedrich

    Nietzsche dalam Thus Spoke Zarathustra: A Book for All and None (1892), bahwa

    kekuasaan dan kekuatan adalah eksistensi hasrat manusia sebenarnya.

    Hasrat berkuasa (the will to power) bagi Nietzsche adalah cermin dari manusia

    bermental tuan (ubermensch) yang selalu ingin dilayani, bukan mentalitas budak

    yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk melayani. Padahal, khitah demokrasi

    sejatinya menempatkan rakyat sebagai tuan. Rakyat di negara demokrasi adalah raja

    pada tataran massa.

    Dengan kedaulatannya, rakyat adalah pemberi kuasa kepada pejabat. Pejabat

    dengan kuasa yang diberikan seharusnya diperuntukkan untuk mengabdi (baca:

    melayani) kepada rakyat. Sayangnya, kerja politik dan kekuasaan selama ini bukan

    ditundukkan pada apa yang semestinya (das sollen) itu. Realitas politik

    diejawantahkan hanya sebatas pertarungan kepentingan dan perebutan kekuasaan

    sich.

    Kecenderungannya menghalalkan segala cara. Terbukti, untuk memenuhi hasrat

    kuasa itu, mereka rela mengeluarkan jutaan, bahkan miliaran rupiah.

    Sebuah nominal yang jika dikalkulasi dengan pendapatan resmi sebagai pejabat

    publik terkadang tidak masuk akal. Seakan memang tidak ada yang gratis dalam

    politik; nothing is free in politics. Persoalan cara mengembalikan modal politik

    (political cost) itu tampaknya sudah diperhitungkan secermat mungkin dari awal.

    Terlebih, panggung politik menyediakan berbagai macam sumber daya (resources)

    yang berlimpah untuk bisa diperebutkan dan dikuasai. Anthony Giddens dalam The

    Constitusion of Society (1984) mengungkapkan, ada dua sumber daya yang

    membentuk struktur dominasi, yakni sumber daya alokatif dan otoritatif. Sumber daya

    alokatif menyangkut penguasaan barang-barang yang bersifat materiil atau ekonomi.

    Sumber daya otoritatif berkaitan dengan penguasaan terhadap individual (rakyat)

    atau institusional (lembaga pemerintahan) secara politis. Hasrat berkuasa seseorang

    cenderung didorong libido untuk menguasai kedua sumber daya tersebut.

    Tak hanya itu, Pierre Bourdieu dalam Language and Symbolic Power (1991) juga

    menyebutkan, kekuasaan adalah simbol. Artinya, hasrat berkuasa menjadi pejabat

    publik atau politikus tidak gerakkan penguasaan barang-barang ekonomi atau politis,

    melainkan nafsu libidinal imateriil, seperti, kepuasan, pencitraan, atau gengsi yang

    secara simbolik untuk menstrukturisasi kelas masyarakat.

    Tanggung Jawab

    Jika sudah demikian, tujuan politik (kekuasaan) seperti yang diidam-idamkan

    Aristoteles, yakni sebagai wahana membangun masyarakat utama (sejahtera), hanya

    akan menjadi utopia belaka. Kegiatan politik yang seharusnya digerakkan manusia-

    manusia agung dan bijaksana yang dibimbing oleh etika.

    KPU, Golput, dan Perilaku Parpol (EkoHarry Susanto)

    Indonesia (Timur) Raksasa TidurPerikanan (Ivan A Hadar)

    Transparansi Dana Kampanye (TitiAnggraini)

    Soliditas (Semu) PDIP (Iding R Hasan)

    Akil dan Nasib Sengketa Pilkada(Jamal Wiwoho)

    Kantor Tanpa Bos (Alberto D Hanani)

    Ekonomi Syariah dan Jebakan Elitis(Mukhaer Pakkanna)

    Politisi Perempuan (Diana Susanti)

    Menimbang Para Kepala DaerahBerprestasi (Agung Baskoro)

    Terkikisnya Kesadaran (DianingWidya)

    Politik Selfie (Musyafak)

    Gagasan Asuransi Bencana (12535) -Anggito Abimanyu

    Miss World (3751) - Rhenald Kasali

    BIN dan Intelijen yang Terbuka (3188)- Ridlwan

    Rektor-rektor Administratif (1819) -Rhenald Kasali

    Pendulum Penguasaan Migas (1744) -Gde Pradnyana

    Pesona Bali Democracy Forum (1637)- Dinna Wisnu

    Keislaman Indonesia (1588) -Komaruddin Hidayat

    Sekali Lagi, Syiah dan KerukunanUmat (1459) - Haidar Bagir

    Melacak Siluman Cebongan (1356) -Ridlwan Dewoningrat

    Mencermati EYD alias EjaanYudhoyono (940) - CharmelyaMaretha

    PALING SERING DIKUNJUNGI

    Kisruh Tata Kelola UI: HaruskahRektor UI Diganti?

    Survei Membuktikan Hasil SurveiBisa Menyesatkan

    Mengapa Membela Khadafy?

    Anas Membantah dan SekaligusMengakui

    Kisah Perjalanan Briptu NormanCamaru

    K A M U

    Ketika Para Tokoh dan Pemimpin Kita"Berbohong"

    Andaikan Semua Bulan Ramadhan

    Mencari Sosok Ibu di Hari Ibu

    Merintis Tradisi Baru Merayakan Idul

    ARTIKEL PRIBADI

  • 3/6/2014 Budisan's Blog: Etika dan Monopoli Politik Kuasa

    http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/etika-dan-monopoli-politik-kuasa_26.html 3/373

    Diposkan oleh Budi Santoso di 03.33

    Label: Etika dan Monopoli Politik Kuasa, Joko Wahyono

    Reaksi: lucu (0) menarik (0) keren (0)

    Kesadaran nurani dan akal budinya (homo sapiens), kini dihuni manusia-manusia

    bebas pemuja hasrat kuasa (homo desiderare). Bahkan, kepekatan nafsu untuk

    berkuasa ini telah meruntuhkan batas-batas moralitas dan imoralitas. Bisa dilihat

    bagaimana pencapaian kepentingan egoistik kekuasaan ditempatkan di atas nilai-nilai

    tanggung jawab publik.

    Timbullah gejala civic schizophrenia. Kecenderungannya meminggirkan segala yang

    civic dan public. Padahal, orientasi demokrasi menghendaki tanggung jawab publik

    (public accountability) diletakkan sebagai entitas tertinggi di atas tanggung jawab

    politik (political accountability).

    Bung Hatta mengatakan, demokrasi tidak akan berjalan baik tanpa adanya rasa

    tanggung jawab. Demokrasi dan tanggung jawab ibarat dua sisi keping mata uang

    yang tidak bisa dipisahkan, sebagaimana hak dan kewajiban. Pemerintahan

    demokratis dan tanggung jawab publik adalah dua segi timbal balik sebagai tuntutan

    moral-etika.

    Moral-etika adalah landasan legitimasi kekuasaan. Pemisahan moral-etika, tanggung

    jawab dengan kekuasaan niscaya akan menggerogoti kekuasaan itu sendiri dari

    dalam. Jabatan dan kekuasaan memang memiliki kekuatan yang menggoda.

    Mantan Presiden Cekoslowakia, Vaclav Havel (1991), memperingatkan bahwa semua

    itu delusif, palsu, dan sangat berbahaya. Jika seorang pengenggam kekuasaan tidak

    mampu menaklukkannya di bawah bimbingan etika, kesadaran nurani, dan akal budi,

    ia akan terbutakan olehnya. Akhirnya, penjara menjadi pelabuhan terakhir bagi

    manusia-manusia pemuja hasrat kuasa.

    +1 Rekomendasikan ini di Google

    Kurban

    Pelangi Dalam Bencana

    Dari Komunikasi Hingga ke DewanRevolusi

    Kemana Arah Pembangunan Kita?

    [Bukan] KPPN No.1

    Jafung "Bendahara", Kemandirian, danProfesionalitas

    JFPP dan Pengelola Perbendaharaanyang Profesional

    Sosialisasi SPAN ala Budisan

    Menyiasati Rekonsiliasi Antara DataSAU dan Data SAI

    Falsafah Hidup dan Pencerahan

    Motivasi

    Kepemimpinan

    Kicauan

    Q U O T E S

    Chairil Anwar

    W.S. Rendra

    Taufiq Ismail

    Paidjo

    PUISI KITA

    Klasik

    Manusia dan Peradabannya

    Panorama

    Aneh

    Tata Surya

    GALERI FOTO

    TOTAL TAYANGAN LAMAN

    1 8 0 0 6 5 6

    Join this sitew ith Google Friend Connect

    Members (213) More

    Already a member? Sign in

    PENGIKUT

    2014 (1422)

    Maret (122)

    Februari (642)

    Parpol untuk Siapa?

    Kala KPK Merawat MainanKoruptor

    ARSIP BLOG

  • 3/6/2014 Budisan's Blog: Etika dan Monopoli Politik Kuasa

    http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/etika-dan-monopoli-politik-kuasa_26.html 4/373

    Posting Lebih Baru Posting Lama

    1 komentar

    Komentar teratas

    Budi Santoso 1 minggu yang lalu - Dibagikan kepada publik

    Etika dan Monopoli Politik Kuasa

    Etika

    dan Monopoli Politik Kuasa Joko

    Wahyono ; Analis Politik dalam Program Pascasarjana UIN Sunan

    Kalijaga, Yogyakarta SINAR

    HARAPAN, 25 Februari 2014 ...

    1 Balas

    Tambahkan komentar

    Beranda

    Langganan: Poskan Komentar (Atom)

    Parlemen versus Pengemis

    KPK Tak Usah Galau

    Menumpas PemberantasanKorupsi

    Tri Dharma PT dan Karier Dosen

    Draf Nol Indonesia

    Konflik Politik Lokal

    Kegagalan Merpati

    Dicari, Calon Wakapolri yangBerintegritas

    Jebakan Mitos Politik

    Does neoliberalism constitute anational threat

    Journos can help ensureinformed and rational vote...

    Australian government bypassesJakarta, builds ti...

    Hakikat Ancaman Pemilu 2014

    Penegasan Tentara Rakyat

    Kereta Bandara

    Jati Diri Kita, Ungkapan BudayaKita

    Menggugat Pembonsaian KPK

    Negarawan

    Bencana versus Sabda Alam

    Memahami Megawati

    Gelombang Kelima dan BandaraKita

    Memberdayakan Pemilih Muda

    Status Awas dan EvaluasiTelevisi

    Customer-Based Brand Equity

    Buka Rahasia Bank untuk Pajak

    Nasib Presiden

    Korban Korupsi

    Rupiah Menguat dan Stabil

    Memilih Caleg Profetik

    Calon Wakapolri

    Pejabat Tunarasa

    Revisi KUHP dan KUHAP

    Peneliti untuk Industri

    Ekonomi Tidak Lagi Rentan

    The dire need for reform ofIndonesias SOEs

    A recovery in Japans economywill boost Indonesia...

    Anak Kandung Reformasi

    Menjadi Pemilih yang Cerdas

    Menanti Kepemimpinan Din

    Menyongsong MasyarakatEkonomi ASEAN

    Meragukan Janji JKN

    Alpa Sosialisasi Askes danJamsostek

    Politik Minus Kebajikan