BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM...

5

Click here to load reader

Transcript of BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM...

Page 1: BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/1560-3388-1-SM.pdf · Alkanitas yang layak untuk udang windu lebih besar 80 mg/L ... Laporan

PENDAHULUAN

Dalam program Revitalisasi Pertanian, Perikanan danKehutanan yang dicanangkan oleh Presiden RepublikIndonesia pada tanggal 11 Juni 2005 telah ditetapkanudang termasuk udang windu (Penaeus monodon) untukdikembangkan di tambak (Anonim, 2005). Udang winduatau udang sitto dan juga dikenal dengan udang bagomasih merupakan primadona andalan dari sektor perikanandi Indonesia karena mempunyai harga yang cukup tinggi

dan dapat menembus pasaran dunia. Permintaan udangini dari tahun ke tahun terus meningkat sedangkanproduksi yang dihasilkan belum mencukupi kebutuhandunia sehingga upaya peningkatan produksi perlumendapat perhatian. Berdasarkan Anonim (2006), bahwapermintaan udang di pasar internasional semakinmeningkat yaitu pada tahun 2005 sebesar 294,654 tonsedangkan produksi hanya 232,43 ton.

Dalam rangka meningkatkan produksi udang sebagaisumber devisa negara dan melihat potensi lahanpertambakan yang banyak digunakan oleh pembudidaya,maka perlu dilakukan suatu terobosan baru yaitu denganmengubah sistem budidaya tambak udang sistemekstensif menjadi semi-intensif. Salah satu ciri dari budi-daya semi-intensif adalah adanya pakan tambahan, karenauntuk hidup dan tumbuh udang memerlukan pakan yangcukup kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan padatpenebaran, sistem ekstensif (tradisional) menggunakanpadat penebaran 0,1--1,0 ekor/m2, semi-intensif (madya)3--10 ekor/m2 dan intensif (maju) 15--40 ekor/m2 atau lebih(Mujiman & Suyanto, 1997).

Tanah sulfat masam adalah tanah yang mengandungpirit (FeS2), apabila teroksidasi dapat menurunkan pHtanah dan meningkatkan kelarutan unsur-unsur toksik.Bila kondisi ini tidak diperbaiki secara tepat, produk-tivitas tambak tanah sulfat masam sangat rendah.Potensi tanah sulfat masam secara nasional sebesar 6,4juta hektar. Tetapi diperkirakan yang berasosiasi dengantanah salin di wilayah pesisir sekitar 2,4 juta hektar.Sebagian dari potensi lahan ini telah dikonversi menjaditambak. Diperkirakan 60% (200.000 ha) dari tambak yangada (360.000 ha) adalah berasosiasi dengan tanah sulfatmasam (Mustafa et al., 2007a). Tingkat produktivitasnyayang sangat rendah bahkan sebagian masih dalam kondisiterlantar dan belum dikelola secara tepat. Status pembudi-daya tambak sebagian besar berada pada tahap kepemilikanlahan dan melakukan kegiatan budidaya tambak sangatsederhana. Hal ini disebabkan karena keterbatasanpengetahuan dan keterampilan serta modal yang dimiliki,selain itu teknologi budidaya tambak yang berasosiasidengan tanah sulfat masam belum bisa dikuasai olehpembudidaya. Tanah sulfat masam yang tidak dikelola

ABSTRAK

Tanah sulfat masam adalah nama umum yangdiberikan pada tanah yang mengandung senyawasulfida atau pirit (FeS2). Apabila tanah sulfatmasam digali untuk dikonversi menjadi tambakatau tambak diperdalam, akan menyebabkanpirit teroksidasi dan menjadi larut selanjutnyadapat menyebabkan penurunan pH tanah danmeningkatkan kelarutan unsur-unsur toksik sepertibesi dan aluminium. Akibatnya produktivitastambak rendah atau bahkan tidak berproduksi.Oleh karena itu, untuk memberdayakan tambaktanah sulfat masam diperlukan upaya perbaikanterlebih dahulu sebelum digunakan untuk budi-daya tambak. Kegiatan utama yang perlu dilakukandalam usaha budidaya udang windu (Penaeusmonodon) di tambak tanah sulfat masam adalahremediasi tambak. Budidaya udang windu denganpola semi-intensif di tambak tanah sulfat masamyang terlebih dahulu diremediasi dapat mencapaisintasan 57,46% dengan padat penebaran 80.000ekor/ha. Hal ini tidak jauh berbeda dengan sintasanpada budidaya udang vanamei pada tambak tanahmineral pola tradisional plus yaitu 60%--70%dengan padat penebaran yang sama. Dari hasilyang dicapai ini, menandakan bahwa budidayapada tambak tanah sulfat masam memberi harapanbagi pembudidaya udang apabila dilakukanpengelolaan tanah tambak yang tepat.

KATA KUNCI: udang windu, tambak, tanahsulfat masam, semi-intensif

BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEMSEMI-INTENSIF PADA TAMBAK TANAH SULFAT MASAM

Erna Ratnawati* )

*) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1 Tahun 2008

6

Page 2: BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/1560-3388-1-SM.pdf · Alkanitas yang layak untuk udang windu lebih besar 80 mg/L ... Laporan

dengan baik dapat menyebabkan udang tidak dapattumbuh dengan baik, mudah diserang penyakit, mortalitastinggi dan jasad pakan tidak dapat tumbuh dengan baik,sehingga produktivitas tambak udang rendah (Mustafa &Sammut, 2007).

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaranbudidaya udang windu secara semi-intensif pada lahansulfat masam.

LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL

Persiapan Tambak

Pelaksanaan suatu kegiatan budidaya udang di tambakmemerlukan syarat khusus yang sesuai dengan sifat dankebiasaan udang windu. Jenis kegiatan budidaya udangwindu di tambak antara lain persiapan atau pengolahantanah dasar, penebaran benur, pemeliharaan, dan panenserta pascapanen (Buwono, 1993).

Langkah langkah dalam persiapan tambak antara lain:a) Remediasi; b) Pemberantasan hama; c) Pengapuran; d)Pemupukan; e) Pengisian air.

Remediasi

Menurut Tarunamulia et al. (2006), tanah sulfat masamjika teroksidasi dapat menyebabkan berbagai masalahproduksi antara lain: 1) laju pertumbuhan ikan dan udangyang rendah; 2) kematian massal pada ikan dan udang; 3)adanya partikel besi pada insang; 4) tingkat kepadatanyang rendah dari alga yang bermanfaat; 5) kebutuhan kapurdan pupuk yang tinggi; 6) kualitas fisik tanah yang rendah;7) toksisitas hydrogen sulfide (H2S) jika sulfide Fe, Mn,dan Al tidak terbentuk; 8) suspensi partikel besi dalamair; 9) pH dan alkalinitas air rendah. Oleh karena itu, untukmemberdayakan tambak tanah sulfat masam diperlukanupaya perbaikan terlebih dahulu sebelum digunakan untukbudidaya tambak.

Remediasi adalah suatu aktivitas atau proses ataupenambahan suatu material yang dilakukan untukmengurangi unsur-unsur toksik di tanah atau air tanah.Kata reklamasi dan ameliorasi terkadang digunakan untukmengganti kata remediasi dalam pengertian yang relatifsama. Prinsip remediasi adalah pengeringan tanah untukmengoksidasi pirit, perendaman untuk melarutkan danmenetralisir kemasaman atau menurunkan produksikemasaman lanjut, dan pencucian untuk membuang hasiloksidasi yaitu H2SO4 (asam sulfat) dan meminimalkancadangan-cadangan unsur toksik dalam tanah (Mustafa etal., 2006).

Sebelum petakan tambak diremediasi, pematang, pipapipa pemasukan dan pengeluaran air diperbaiki terutamajika ada bocoran dan perembesan agar pengeringan tanah

lebih sempurna. Tanah pelataran tambak dicangkulterlebih dahulu sedalam 0,2--0,3 m agar luas permukaantanah bertambah sehingga proses oksidasi lebih baik.Pengeringan tanah pelataran tambak dilakukan selama 2minggu pada keadaan terik matahari sehingga tanahpelataran menjadi retak-retak, tetapi tidak terlalu kering.Cara sederhana untuk mengetahui tingkat kekeringantanah pelataran yang dikehendaki adalah dengan berjalandi atasnya. Jika tanah yang kita injak turun sedalam 1--2cm, maka pengeringan dianggap cukup. Selanjutnyapetakan tambak diisi air sampai ketinggian 0,4 m dandibiarkan terendam selama 3 hari, kemudian air rendamandibuang dan diisi kembali, dengan air setinggi 0,4 m dandibiarkan selama 3 hari, kemudian dibuang kembali.Proses remediasi diulangi sebanyak 2--3 kali sampaikondisi tanah menjadi lebih baik. Air rendaman dibuangpada saat surut terendah atau menggunakan bantuanpompa celup agar air yang mengandung unsur-unsur toksiktersebut dapat terbilas sempurna (Mustafa et al., 2006).

Pada saat tanah sulfat masam terjemur, terjadi prosesoksidasi pirit dan pada saat perendaman hasil oksidasiakan larut dalam air rendaman, selanjutnya akan terbuangbersama air buangan. Dengan melakukan proses tersebutberulang kali, maka unsur-unsur toksik seperti Al, Mn,dan Fe yang juga merupakan unsur penyebab kemasamantanah dapat berkurang. Sebagai akibatnya terjadipeningkatan pH tanah mendekati pH netral (pH sekitar6) dan penurunan kandungan unsur-unsur toksik. Dengankondisi demikian pupuk yang diberikan akan lebihefisien, sebab unsur hara menjadi lebih tersedia untukpertumbuhan makanan alami seperti plankton dan klekap.Berkurangnya unsur-unsur toksik dapat meningkatkan

Gambar 1. Pengeringan tanah dasar tambak tanah sulfatmasam dalam proses remediasi (Foto:Akhmad Mustafa, BRPBAP Maros)

7

Budi daya udang windu sistem semi-intensif pada tambak tanah sulfat masam (Erna Ratnawati)

Page 3: BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/1560-3388-1-SM.pdf · Alkanitas yang layak untuk udang windu lebih besar 80 mg/L ... Laporan

sintasan dan pertumbuhan organisme yang dibudi-dayakan. Dengan melimpahnya makanan alami dankualitas lingkungan yang lebih baik berdampak padapeningkatan produktivitas tambak, terutama tambak yangdikelola dengan teknologi tradisional (ekstensif) dan semi-intensif.

Pemberantasan hama

Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan budi-daya udang di tambak adalah keberhasilan dalam usahapengendalian/pemberantasan hama di dalam tambak.

Dalam pemberantasan hama, pestisida anorganik ygdigunakan adalah saponin dengan dosis 20 mg/L.Keuntungan jenis racun ini karena dapat menjadi pupuksetelah daya racunnya hilang (ampasnya). Oleh karenaitu, pengendalian hama di tambak sebaiknya dilakukandengan mempergunakan cara mekanis dan pestisidaorganik (pestisida nabati). Apabila dengan memper-gunakan cara tersebut belum memberikan hasil yangdiharapkan, maka sebagai langkah terakhir barulahmempergunakan pestisida anorganik yang memiliki residuyang sangat rendah.

Pengapuran

Permasalahan utama pada tambak tanah sulfat masamantara lain adalah: pH rendah (7 3,5); kurang tersediaunsur fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg);kandungan unsur molibdium (Mo) dan besi (Fe) seringberlebihan sehingga dapat meracuni organisme; sertakelarutan aluminium (Al) sering tinggi sehinggamerupakan penghambat ketersediaan P. Penambahanpupuk, terutama yang mengandung P sering tidakbermanfaat pada tanah masam ini bila unsur-unsur toksikseperti Al, Fe, dan Mn tidak diatasi. Untuk mengatasi halini biasanya pengapuran menjadi alternatif yang palingbanyak digunakan. Pengapuran adalah salah satu bentukdari remediasi selain pengoksidasian dan pembilasantanah.

Jenis kapur yang digunakan pada kegiatan budidayaudang tradisional plus ini adalah kapur dolomite (Ca Mg(CO3)2, karena kapur ini memiliki pengaruh yang lebihlama, mudah diperoleh, meninggalkan residu dankecepatan reaksinya lebih lambat, serta juga mengandungMg selain Ca.

Pengapuran yang dilakukan dibagi atas 2 tahap yaitupengapuran dasar dan pengapuran susulan. Pengapurandasar dilakukan setelah pengeringan tambak dengan dosis1.000--1.875 kg/ha yang ditebar secara merata kepermukaan tanah dasar tambak, tergantung pH tanah dasartambak.

Pemupukan

Pemupukan dimaksudkan untuk meningkatkankesuburan tanah, yang mengakibatkan suburnya makananalami bagi udang windu, terutama berupa klekap, lumutyang tumbuh pada pelataran tambak maupun yang hidupsebagai plankton. Hal ini mengingat udang akan cepatbesar bilamana di dalam tambak tersedia makanan yangbermutu dan dalam jumlah yang cukup (Soetomo, 2000).Pupuk yang mengandung fosfor seperti TSP atau SP-36sebaiknya diberikan dalam bentuk larutan (Gambar 2) agarfosfor yang ada dalam pupuk tidak berkontak langsungdengan tanah yang dapat menyebabkan fosfat terikat.Pupuk yang digunakan adalah urea dan TSP masing-masing 50 dan 100 kg/ha yang diaplikasikan secara meratadi atas permukaan tambak. Air yang digunakan untukmelarutkan pupuk tersebut sebanyak 100 liter. Dosispupuk TSP diaplikasi lebih tinggi daripada dosis urea,sebab kandungan fosfat tersedia tanah sulfat masam relatifrendah. Pemupukan dasar dilakukan jika kualitas air sudahdianggap layak untuk kehidupan udang. Untuk melakukanpemupukan dasar, dasar tambak diisi air setinggi 0,05 mdan selanjutnya dibiarkan menguap. Setelah 2--3 hari airdimasukkan kembali secara bertahap sampai ketinggian0,15 m sesuai metode air dangkal untuk pertumbuhanpakan alami (Ilyas et al., 1987).

Pengisian air

Setelah pengolahan tanah dasar selesai kegiatanselanjutnya adalah pengisian air kedalam tambak denganketinggian air 0,6--1,0 m; kemudian dibiarkan selama10--14 hari sampai pakan alami tumbuh dan tambak siapditebari.

Gambar 2. Pupuk SP-36 yang dilarutkan terlebih dahuluuntuk aplikasi di tambak tanah sulfat masam(Foto: Akhmad Mustafa, BRPBAP Maros)

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1 Tahun 2008

8

Page 4: BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/1560-3388-1-SM.pdf · Alkanitas yang layak untuk udang windu lebih besar 80 mg/L ... Laporan

Penebaran

Dalam budidaya udang windu secara semi-intensif,penebaran benur sebaiknya dilakukan 2 minggu setelahpemupukan dasar, yang mana pada saat tersebut makananalami tumbuh dengan baik dan kualitas air sudah layakbagi kehidupan udang.

Benih udang ditebar kedalam petakan pada pagi harisekitar pukul 06.00--07.00. Sebelum benur ditebar, benurdiaklimatisasi guna mencegah terjadinya stres. Bobot awalbenur 0,08 g dengan padat penebaran adalah 8 ekor/m2.

Pemeliharaan

Dalam usaha mempertahankan kehidupan dan memacupertumbuhan udang diperlukan pemenuhan segalakebutuhan yang sesuai dengan sifat biologis udang windudan adanya lingkungan yang menunjang sehingga udangwindu merasa aman, tenang, dan berkecukupan dalamhidupnya (Soetomo, 2000).

Selama pemeliharaan dilakukan penggantian airsebesar 40% dari volume pada saat pasang tinggi danpemupukan susulan sebesar 10% dari pupuk dasar setiap10 hari. Dosis pakan yang diaplikasikan adalah 2%--10%bobot badan/hari dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Pemberian pakan buatan mengalami perubahanberdasarkan hasil penimbangan udang setiap 2 minggu.Jadwal pemberian pakan adalah pagi hari (pukul 07.00)dan sore hari (pukul 17.00). Jumlah pakan yang diberikanlebih banyak pada sore hari karena sifat udang aktifmencari makan pada malam hari.

Kualitas air yang layak untuk pembesaran udang windumempunyai optimal 15--25 ppt, udang akan tumbuh lebihcepat pada salinitas 5--10 ppt, tetapi lebih sensitif terhadappenyakit (Buwono, 1993). Kisaran pH terbaik bagikehidupan dan pertumbuhan udang windu adalah antara7,5--8,5. Alkalinitas juga penting dalam kegiatan budidayakarena dapat menunjang kelangsungan hidup organismeyang dibudidayakan. Alkanitas yang layak untuk udangwindu lebih besar 80 mg/L (Chanratchakool et al., 1995).Kualitas air mudah berubah pada tambak tanah sulfatmasam, sehingga pemantauan kualitas air pentingdilakukan terutama setelah turun hujan (Gambar 3).

Panen

Setelah pemeliharaan udang selama kurang lebih 3bulan maka dilakukan pemanenan. Peralatan yang perludisiapkan adalah jaring yang dipasang pada pintu air, jalalempar, keranjang panen, baskom, ember, dan steroform.Teknik pemanenan dilakukan dengan menurunkan volumeair secara gravitasi dan pompa, bersamaan dengan itudilakukan penangkapan udang dengan jala. Produksi yang

diperoleh pada tambak tanah sulfat masam yang terlebihdahulu diremediasi tanah dasarnya (Gambar 4), denganpadat penebaran 8 ekor/m2 adalah 828,25 kg/ha sedangpada tambak tanah sulfat masam yang tidak diremediasi,produksinya 213,5 kg/ha (Tabel 1).

Gambar 4. Udang windu yang dipanen dari tambak tanahsulfat masam yang tanah dasarnya terlebihdahulu diremediasi (Foto: Akhmad Mustafa,BRPBAP Maros)

Gambar 3. Pemantauan kualitas air yang perlu selamabudidaya udang windu di tambak tanah sulfatmasam (Foto: Akhmad Mustafa, BRPBAPMaros)

PENUTUP

Dalam usaha budidaya udang windu sistem intensif ditambak tanah sulfat masam remediasi merupakan kuncikeberhasilan. Produksi budidaya udang windu (Penaeusmonodon) pada tanah dasar yang diremediasi jauh lebihbesar dibandingkan dengan tanpa remediasi, sintasan

9

Budi daya udang windu sistem semi-intensif pada tambak tanah sulfat masam (Erna Ratnawati)

Page 5: BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/1560-3388-1-SM.pdf · Alkanitas yang layak untuk udang windu lebih besar 80 mg/L ... Laporan

udang windu bisa meningkat 100%, dari 27,52% menjadi57,46%. Dengan padat penebaran 80.000 ekor/ha dapatmemberikan produksi 828,25 kg/ha/musim tanam setelahdipelihara selama 98 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Revitalisasi Perikanan Budidaya 2006-2009. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.275 pp.

Anonim. 2006. Udang masih prospek di Jepang. WartaPasar Ikan, edisi Mei 2006, Jakarta. p. 2—6.

Buwono, I.D. 1993. Tambak Udang Windu SistemPengelolaan Berpola Intensif. Kanisius, Yogyakarta.155 pp.

Chanratchakool, P., J.F. Turnbull, S. Funge-Smith, and C.Limsuwan. 1995. Health Management in Shrimp

Ponds. Second edition. Aquatic Animal HealthResearch Institute, Department of Fisheries, KasetsartUniversity Campus, Bangkok. 111 pp.

Ilyas, S., A. Poernomo, R. Arifuddin, T. Danlay, A. Ismail,S. Koesoemadinata, I.N.S. Rabegnator, dan S.Soepriyadi. 1987. Petunjuk Teknis bagi PengoperasianUnit Usaha Pembesaran Udang Windu. Pusat Penelitiandan Pengembangan Perikanan, Jakarta, 99 pp.

Mujiman, A. dan S.R. Suyanto. 1997. Budidaya UdangWindu. Penebar Swadaya, Jakarta. 211 pp.

Mustafa, A., Tarunamulia, dan J. Sammut. 2006. Remediasitambak tanah sulfat masam. Brosur. Balai RisetPerikanan Budidaya Air Payau, Maros, 2 pp.

Mustafa, A. and J. Sammut. 2007. Effect of differentremediation techniques and dosages of phosphorusfertilizer on soil quality and klekap production in acidsulfate soil affected aquaculture ponds. IndonesianAquaculture Journal. 2(2): 141—157.

Mustafa, A., M. Paena, Hasnawi, A.M. Pirzan, E. Ratna,A.M. Tangko, R. Sabang, Sutrisyani, Darsono,Kamariah, Rahmiyah, dan Haking. 2007a. Validasi danKesesuaian Lahan Tambak di Kab. Luwu Utara PropinsiSulawesi Selatan. Laporan Teknis Balai Riset PerikananBudidaya Air Payau, Maros. 123 pp.

Soetomo, H.A. 2000. Teknik Budidaya Udang Windu.Sinar Baru Algensindo, Bandung. 180 pp.

Tarunamulia, J. Sammut, dan A. Mustafa. 2006. Identifikasidan pengelolaan tanah sulfat masam untuk budidayaudang. Brosur. Balai Riset Perikanan Budidaya Payau,Maros, 2 pp.

Tabel 1. Produksi udang windu pada tambak tanah sulfatmasam yang tanah dasarnya diremediasi dantanpa diremediasi

Sumber: Mustafa et al. (2006)

Tanpa Dengan

Padat penebaran (ekor/m2) 8 8

Bobot awal (g) 0,08 0,08Lama pemeliharaan (hari) 98 98Bobot akhir (g) 9,7 18,02Sintasan (%) 27,52 57,46Produksi (kg/ha) 213,5 828,25Rasio konversi pakan 2,32 1,23

PeubahRemedias i tanah dasar

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1 Tahun 2008

10