Teknik budidaya jamur tiram (pleurotus sp) by dwi indah ernawati, s.si
Budidaya Nannochloropsis sp
-
Upload
yayan-agito -
Category
Documents
-
view
1.010 -
download
3
description
Transcript of Budidaya Nannochloropsis sp
BUDIDAYA NANNOCHLOROPSIS SP, BRACHIONUS PLICATILIS
Kultur Murni
Kultur murni merupakan kultur plankton yang dilakukan di ruangan tertutup dengan
tujuan mendapatkan spesies murni (mono spesies). Kegiatan kultur murni meliputi
tahapan sterilisasi alat dan bahan, isolasi, kultur media agar dan penyimpanan bibit.
1. Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisaasi merupakan salah satu usaha pensucihamaan semua aspek yang
akan digunakan dengan tujuan agar kegiatan tidak mengalami kegagalan karena
adanya kontaminaasi. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah alcohol, kaporit,
air tawar dan sabun cair. Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut :
1) Alat-alat direndam dengan HCL (75%) selama ± 20 menit, tujuannya agar
kuman dan bbibit penyakit yang menempel pada wadah mati serta
menghilangkan sisa-sisa alga bekas kultur sebelumnya
2) Perndaman dengan alkohol (75%) selama 5 menit
3) Bilas dengan sabun cair
4) Bilas dengan air tawar dan keringkan di autoclave pada suhhu 1000 C selama
10 – 15 menit
2. Isolasi
Isolasi merupakan usaha pemisahan plankton dengan tujuan mendapatkan satu
plankton. Tahapan ini dilakukan dengan cara pengambilan air laut dengan
menggunakan planktonet, selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop
untuk melakukan pemisahan. Selain dari alam , tahapan isolasi juga dapat dilakukan
pada hasil kultur yang terkontaminasi.
3. Kultur Media Agar
Kultur media agar merupakan kultur yang dilakukan pada media agar,
tujuannya selain untuk mempertahankan kemurnian fitoplankton juga memiliki
kualitas yang baik. Cara kultur fitoplankton pada media agar adalah sebagai berikut :
1) larutkan bacto agar 4,5 gr dalam 300 ml air laut yang telah dipupuk
2) panaskan dan didihkan campuran di atas hot plate sampai menjadi jernih
3) angkat dan tuang campuran bacto agar pada cawan petri dengan ketebalan 3 –
5 mm
4) setelah beku, tuang dan inokulun pada permukaan media agar dengan pipet
yang dibengkokkan seperti huruf L
5) cawan petri segel atau tutup dengan slotip dan letakan dengan terbalik, tunggu
selama 4 – 7 hari.
4. Penyimpanan Plankton
Penyimpanan plankton merupakan salah satu usaha untuk menjaga
kesinambungan stok murni. Stok murni disimpan di lemari es dalam bentuk cair atau
beku. Stok murni dalam bentuk cair dikocok setiap hari dan dilakukan peremajaan
setelah mencapai puncak kepadatan pada hari ke-8. penyimpanan bibit ini bias
bertahan 1 – 6 bulan dan dapat digunakan untuk bibit kultur apabila plankton
mengalami penurunan kualitas.
4.3.5.1. Kultur Semi Massal (intermediet)
Kultur semi massal merupakan kultur lanjutan dari kultur murni yang dilakukan di
dalam ruangan. Kultur skala laboratorium (intermediet) dilaksanakan di DIFTA
(BBRPBL Gondol-Bali).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam kultur semi massal adalah persiapan dan sterilisasi
alat dan bahan, pengisian air media dan pemupukan , pembuatan pupuk,
pemeliharaan, pemupukan ulang dan pemanenan.
1. Persiapan dan Sterilisasi Alat dan Bahan
Alat dan bahan merupakan sarana yang terpenting dalam kegiatan kultur. Oleh
karena itu, persiapan yang oftimal akan menghasilkan kultur yang maksimal.
Sterilisasi alat dan bahan pada kultur semi massal sama halnya dengan sterilisasi pada
kultur murni. Alat-alat yang digunakan pada saat kultur disajikan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.32. Alat dan Bahan Kultur Semi Massal
Alat Bahan
Bag cultur 100 liter Nannochloropsis sp 30x106 sel/ml
Selang aerasi Air laut
Lampu neon 2 buah @ 64
Watt Air tawar
Injection, Gelas ukur HCL (70%)
Sphon, Mikroskop Sabun cair
Planktonet
Pupuk Pro analis (Urea, TSP, ZA,
Clewat)
Hemaechytometer
Timbangan digital
2. Pembuatan Pupuk
Pupuk merupakan salah satu media untuk menumbuhkan perkembangbiakan
fitoplankton. Pembuatan pupuk dilakukan sebelum penebaran inokulun. Pupuk yang
digunakan kultur skala semi massal adalah pupuk lokal, pupuk analis dan pupuk pro
analis (PA). Pada saat kegiatan, pupuk yang digunakan adalah pupuk pro analis (PA)
dengan dosis 1 ml pupuk/1 liter volume kultur.
Pupuk yang digunakan pada skala laboratorium ini terbuat dari bahan kimia
PA (Pro Analis) dengan dosis pemakaian 1 ml pupuk untuk 1 lt volume kultur. Jenis
dan formula pupuk adalah yang sudah distandarkan dan umum digunakan yaitu
Cowny® (Walne’s medium). Untuk memudahkan pemakaiannya, terlebih dahulu
dibuat stok pupuk cair.
Tabel 4.33. Komposisi Pupuk Untuk Kultur Skala Laboratorium
No Bahan Kimia Pupuk Walne/Conwy (gram)
Keterangan
Nutrient Media Kultur 4 Liter1 Na EDTA
(Etilene Diamine Tetraacetic Acid)
180
2 NaNO3 4003 H3BO3 1344 NaH2PO4 805 MnCl2.4H2O 1,446 FeCl3.6H2O 5,2Vitamin Solution 4 Liter1 Thiamin 82 B12 4003 Biotin 400Trace Metal Solution 100ml1 ZnCl2 2,12 CoCl2.6H2O 2,03 (NH4)6.Mo7O24.4 H2O 0,94 CuSO4.5H2O 2,0
(Sumber : Laboratorium DIFTA-BBRPBL).
3. Pemeliharaan Fitoplankton
Pemelliharaan fitoplankton meliputi pengamatan pertumbuhan, pengaturan
suplai oksigen dan pemupukan. Pemupukan dilakukan setiap hari dengan dosis
masing-masing kultur sebanyak 20 ml/100 liter volume kultur. Untuk proses
fotosintesis penyinaran dengan 2 buah lampu neon @ 64 Watt selama 24 jam setiap
hari.
4. Penghitungan Kepadatan Fitoplankton
Pertumbuhan Fitoplankton ditandai dengan pertambahan kepadatan
fitoplankton yang dikultur. Untuk menghitung kepadatannya umumnya menggunakan
alat hitung haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Kepadatan rata-rata optimum
Nannochloropsis sp. yang dikultur murni skala laboratorium adalah 5.000-6.000 x 104
sel/ml. Dengan ukuran 2-5 μm. Penghitungan kepadatan dilakukan setiap hari selama
kegiatan kultur dengan menggunakan Haemacytometer di bawah
mikroskop.kepadatan optimum Nannochloropsis, sp. yang dikultur sebanyak 5.000 –
6.000 x 104 sel/ml.
Cara penghitungan kepadatan fitoplankton adalah sebagai berikut :
1) Ambil sampel air media sebanyak 1 ml dengan pipet
2) Teteskan sampel air pada Haemacytometer, amati dibawah mikroskop
3) Hitung dengan cara mengambil 5 titik, rata-ratakan kemudian kalikan dengan
16 kotak dikalikan 104. Hasil penghitungan kepadatan Nannochloropsis sp.
disajikan dalam di bawah ini.
Tabel 4.34. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis sp.
Hari P1 P2 P3 P4 Panen
1 30000000 30000000
2 30000000 30000000 62660000 50230000
3 39000000 40000000 70140000 61550000
4 69560000 42000000 76560000 82670000 P3, P4
5 84890000 72995000 30000000 30000000 P1, P2
6 30000000 30000000 38970000 39450000
7 38280000 39150000 52420000 61110000
8 39720000 51230000 74680000 73850000 P3, P4
9 55640000 79870000 30000000 30000000 P1, P2
Berdasarkan grafik di atas dapat diuraikan bahwa kultur dilakukan pada bag cultur
dengan volume masing-masing 100 liter. Tebar awal dengan kepadatan 30 juta sel/ml
dilakukan selama 8 hari (P1 dan P2) dan 9 hari (P3 dan P4). Berdasarkan diagram di
atas ternyata pertumbuhan dari masing-masing kantong kultur kepadatan yang di
capai hampir mertata. Dengan kepadatan awal 30 juta sel/ml mencapai puncak
kepadatan pada hari ke-4 sebanyak 72.955.000 – 84.890.000 sel/ml. Pada kultur P3
pertumbuhannya paling tinggi dibanding P1, P2 dan P4 sebanyak 84.890.000 sel/ml,
sedangkan kepadatan yang paling rendah pada kultur P2 sebanyak 72.955.000 sel/ml.
5. Pemupukan ulang
Pemupukan ulang dilakukan apabila kultur dilakukan peremajaan. Peremajan
merupakan tidak lanjutan dari kultur yang telah dipanen sebagian. Pemupukan ulang
dalam satu periode kultur sebanyak 3 kali, yaitu pada kultur ke-2 sampai kultur ke-4.
pupuk yang digunakan sama seperti pemupukan awal dengan dosis ½ dari pemupukan
awal, 10 ml/1 liter volume kultur.
6. Pemanenan
Panen Nannochloropsis sp. Dibagi menjadi 2 yaitu panen sebagian dan panen total.
Panen sebagian yaitu panen yang dilakukan hanya 70% dari total kepadatan dan 30%
dilakukan peremajaan untuk kultur lanjutan dengan mengoftimalkan kepadatan 30
juta sel/ml. Panen sebagian dilakukan pada hari puncak (hari ke-4) bertujuan agar
kepadatan berkurang dan sudah dapat diberikan pada kultur rotifer. Panen total
merupakan pemanan yang dilakukan setelah kultur selama 4 periode. Panen total
terutama pada bag cultur, selain panen keseluruhan Nannochloropsis sp. juga
dilakukan penggantian bag culture untuk kegiatan kultur selanjutnya. Panen total
bertujuan agar kualitas media lebih steril dan kualitas Nannochlorpsis sp. tidak terlalu
tua.
4.3.5.2. Kultur Massal
Kultur massal merupakan kultur yang dilakukan diluar ruangan dengan media dan
kepadatan yang lebih besar. Di BBRPBL Gondol – Bali pakan alami yang sering
dibudidayakan secara massal adalah Nannochloropsis sp. dan Brachionus plicatilis.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam kegiatan kultur skala massal adalah : persiapan
alat dan wadah budidaya, pengisisan media, pembuatan pupuk, penebaran bibit,
pemeliharaan dan pemanenan.
Tabel 4.35. Alat dan Bahan Kultur Massal Nannochloropsis sp.
1.
Persiapan Alat dan Wadah Budidaya
Tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam persiapan alat dan wadah budidaya
adalah sterilisasi alat dan wadah, pengeringan dan pemasanga/pengaturan aerasi.
Nannochloropsis sp.
Kegiatan kultur secara masal yang dilakukan di BBRPBL Gondol – Bali
menggunakan 8 buah bak beton dengan kapasitas volume bak berkisar antara 10 – 50
ton. Kultur dilakukan di luar ruangan dengan maksud agar terkena langsung sinar
matahari sebagai proses fotosintesis serta dilengkapi pipa pemasukan air, pengeluaran
air dan aerasi.
Brachionus plicatilis
Wadah budidaya kultur Brachionus plicatilis adalah bak fiber bulat
berdiameter 3 m dan tinggi 1m (volume 5 ton). Bak yang digunakan untuk kultur
rotifer berkapasitas 15 m3. Bak tersebut sebelum dipakai dicuci terlebih dahulu,
kemudian diisi dengan fitoplankton (Nannochlopsis sp.) sebanyak setengah dari
volume bak kultur dengan kepadatan 2,5x106 sel/ml. Bibit Rotifer kemudian
dimasukkan dengan kepadatan 20 ind/ml.
2. Klorinisasi
Klorinisasi merupakan salah satu usaha mensucihamakan segala aspek yang akan
digunakan budidaya dengan menggunakan bahan kimia klorin. Sterilisasi alat dan
Alat BahanBak beton volume 10, 20 dan 50 ton
Nannochloropsis sp 12x106 sel/ml
Selang aerasi Air lautPompa hisap 3000 Watt Air tawarEmber HCL (70%)Sphon Sabun cairPlanktonet
Pupuk lokal (Urea 20 ppm, TSP 30 ppm, ZA 80 ppm, FeCl 2,5 ppm, NaEDTA 5 ppm)
Gelas ukurTimbangan digitalMikroskopPlanktonet 100 mikronHemaechytometerSpatula
wadah budidaya pada saat praktik menggunakan HCL dengan dosis 25 gr/ton. HCL
dilarutkan dengan air yang kemudian disiramkan pada permukaan dinding bak. Proses
penyikatan permukaan bak dilakukan setelah larutan klorin merta pada permukaan
bak. Langkah terakhir media dibersihkan dengan air tawar sampai tidak berbau
kaporit.
3. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan interval waktu antara 6-24 jam. Tujuannya agar media
bebas dari bibit penyakit, bau HCL, dan organisme-organisme yang akan
menyebabkan kontaminasi.
4. Pemasangan/ Pengaturan Aerasi
Aerasi merupakan suplai oksigen yang sangat dibutuhkan oleh palnkton. Berdasarkan
kegiatan PKL, aerasi diberikan pada kultur Nannochloropsis sp. sebanyak 6 titik yang
diletakan pada dasar bak, dengan menggunakan pipa peralon berdiameter 1 cm.
Lubang pengeluaran aerasi berdiameter 2 mm. Sedangkan pemberian aerasi pada bak
kultur Brachionus plicatilis ditempatkan sejajar pada dasar bak menggunakan selang
aerasi berdiameter 0,5 cm yang dilengkapi batu aerasi sebagai pemberat.
5. Pengisian Media Kultur, Pemupukan dan Tebar Bibit
Nannochloropsis sp.
Berdasarkan kegiatan praktik pengisisan air media pada kultur Nannochloropsis sp.
dilakukan setelah proses pengeringan yaitu dengan air laut bersalinitas 34 – 35 ppt
dengan kapasitas 73 % dari volume bak kultur. Pengisia air media dilakukan pada
pagi hari yang disusul dengan pemupukan awal. Jenis pupuk yang digunakan kultur
adalah pupuk local yang terdiri dar urea, TSP, ZA, FeCl, NaEDTA.
Tabel 4.36. Formula Pupuk Kultur Massal Fitoplankton
No Pupuk Formula ppm1 ZA 802 Urea 203 TSP 304 FeCl 2,5
5 NaEDTA (Etilene Diamine Tetracetic Acid) 5
Pada tabel di atas dosis yang diberikan merupakan pemupukan awal guna
meningkatkan kesuburan media untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp. untuk
pemupukan ulang dilakukan setelah berumur 7 hari atau wakt panen dengan dosis pup
½ dari pemupukan awal.
Tahap-tahap pembuatan pupuk adalah sebagai berikut :
1) Timbang bahan-bahan (urea, ZA, TSP, FeCl dan NaEDTA) dengan timbangan
2) Rendam dan larutkan bahan-bahan dengan air laut sampai homogen antara 25 –
30 menit
3) Tebar pupuk pada media kultur secara merata dan aerasi dihidupkan.
Penebaran bibit Nannochloropsis sp. dilakukan dengan metode transfer. Metode
pengaliran bibit ini sangat efisien dalam penebaran dan aman dari kontaminasi. Bibit
ini dihasilkan dari bak kultur yang telah mengalami puncak kepadatan yang sangat
tinggi. Penebaran dilakukan setelah pupuk tersebar merata dengan interval waktu 10 –
15 menit. Padat tebar Nannochloropsis sp pada saat PKL sebanyak 12 x 106 sel/ml.
Brachionus plicatilis
Persiapan media kultur massal Brachionus plicatilis yaitu dengan metode alga. Media
alga yang diberikan adalah Nannochloropsis sp. yang juga sebagai pakan Brachionus
plicatilis. Pengisisan media alga dilakukan dengan metode transfer dari bak kultur
Nannochloropsis sp. Pengisisan terdiri dari 3 tahap yaitu hari I sebanyak 25%, hari II
50% dan hari III 100% dari volume bak kultur. Kepadatan Nannochloropsis sp
sebanyak 2,5 x 106 sel/ml. Padat tebar sebanya 20 ind/ml, dipanen setelah mencapai
puncak kepadatan 250 ind/ml.
6. Pemeliharaan Kultur
Berdasarkan praktek pemeliharaan kultur Nannochloropsis sp dan Brachionus
plicatilis dilakukan setiap hari yang meliputi pengamatan kualitas air, aerasi dan
penghitungan kepadatan. Penghitungan kepadatan Nannochloropsis sp. menggunakan
Hemachytometerdan alat hitung kepadatan Rotifer menggunakan sadgwich
Fulk dan Mains (1991) menyatakan bahwa Brachionus plicatilis dapat tumbuh dengan
baik pada suhu 20 – 300 C, salinitas 30 – 35 ppt, pH 7,5 – 8,5. agar Brachionus
plicatilis dapat berkembang dengan baik alangkah baiknya dipelihara di tempat yang
mendapat sinar matahari dengan suhu antara 27 – 290 C dan pH antara 7,7 – 8,7.
sedangkan untuk salinitas tergantung pada jenis Brachionus plicatilis, untuk jenis air
laut ada yang hidup pada salinitas antara 15 – 18 ppt dan ada pula hidup pada salinitas
28 – 30 ppt.
Nannochloropsis sp.
Berdasarkan hasil pengamatan selama 7 hari diperoleh data kepadatan
Nannochloropsis sp yang dikultur pada bak bervolume 10, 20 dan 50 ton disajikan
dalam tabel (4.37). Untuk mendapatkan data kepadatan yang akurat penghitungan
dilakukan selama pemeliharaan sampai masa panen dengan menggunakan
Hemachytometer.
Tabel 4.37. Hasil Pengamatan Kepadatan Nannochloropsis sp. secara Massal
HariBak1 2 3 4 5 6 7 8
1 3.430 5.860 11.320 8.530 6.910 8.710 6.520 3.6402 3.670 7.780 12.010 8.590 8.560 6.460 5.350 4.6303 4.540 6.910 10.630 7.270 7.720 5.200 6.400 6.6404 7.480 9.160 11.710 6.760 9.070 7.420 7.720 9.3105 9.190 9.400 5.560 7.330 5.470 8.440 7.780 9.6106 11.920 7.600 1.390 11.620 9.520 - 5.500 11.2007 12.460 6.790 1.960 12.460 10.180 - 7.840 -
Keterangan : Jumlah kepadatan x 103
Berdasarkan diagram di atas dapat diuraikan bahwa perkembangan
Nannochloropsis sp. Pada bak 1 dengan tebar awal sebanyak 3.430.000 sel/ml
mencapai puncak kepadatan di hari ke-7 sebanyak 12.460.000 sel/ml. Pada bak 2
tebar awal sebanyak 5.860.000 sel/ml mengalami puncak pada heri ke-5 dengan
kepadatan 9.400.000 sel/ml. Pada bak 3 dengan tebar awal sebanyak 11.320.000
sel/ml mencapai puncak kepadatan di hari ke-2 sebanyak 12.010.000 sel/ml, akan
tetapi pada hari ke-4 dilakukan panen sebagian yang dialirkan pada kultur rotifer
sebanyak 10.630.000 sel/ml. Selanjutnya dilakukan peremajaan kembali dengan
kepadatan 5.560.000 sel/ml. Pada bak 4 dengan tebar awal sebanyak 8.530.000 sel/ml
mencapai puncak kepadatan di hari ke-7 sebanyak 12.460.000 sel/ml. Pada bak 5
dengan tebar awal sebanyak 6.910.000 sel/ml mencapai puncak kepadatan di hari ke-7
sebanyak 10.180.000 sel/ml. Pada bak 6 dengan tebar awal sebanyak 3.430.000 sel/ml
mengalami pertumbuhan yang tidak stabil mencapai puncak kepadatan di hari ke-5
sebanyak 8.440.000 sel/ml. Pada bak ke-5 kegiatan kultur tidak dilanjutkan kembali
karena kualitas Nannochloropsis sp. tidak baik dan terjadi kontaminasi. Pada bak 7
dengan tebar awal sebanyak 6.520.000 sel/ml, seperti halnya pada bak 6 pola
pertumbuhannya tidak stabil sehingga mencapai puncak kepadatan di hari ke-7
sebanyak 7.840.000 sel/ml. Pada bak 8 dengan tebar awal sebanyak 3.640.000 sel/ml
mencapai puncak kepadatan di hari ke-6 sebanyak 11.200.000 sel/ml.
Dari 8 bak yang dikultur, pemanenan dilakukan secara total dan sebagian. Pemanenan
dilakukan apabila ada permintaan dari bak kultur rotifer dan pembenihan.
Nannochloropsis sp berumur 4 hari diberikan pada rotifer dan Nannochloropsis sp.
yang berumur 7 hari diberikan pada pembenihan larva. Perbandingan perkembangan
Nannochloropsis sp.
Berdasarkan diagram di atas dapat duraikan bahwa perkembangan Nannochloropsis
sp. Perkembangan yang paling baik pada bak 1 dan 2, sedangkan pola
pertumbuhan/perkembangan Nannochloropsis sp. yang paling rendah pada bak 7,
dengan kepadatan 11.200.000 sel/ml.
Brachionus plicatilis
Berdasarkan hasil pengamatan selama 14 hari, Brachionus plicatilis yang dikultur
pada bak bervolume 50 ton dilakukan penghitungan dengan menggunakan alat hitung
kepadatan rotifer Sadgwich (4.50) diperoleh data kepadatan Brachionus plicatilis
yang disajikan dalam tabel (4.38)(113).
Tabel 4.38. Pola Perkembangan Rotifer (Brachionus plicatilis)
Hari A B C D E1 30 30 30 30 302 32 38 30 35 273 38 41 32 37 294 42 43 36 42 315 47 57 19 42 366 54 72 24 47 407 60 75 20 46 468 50 71 18 48 509 47 79 21 48 5710 37 66 19 41 5611 35 59 18 37 4712 32 52 17 32 4613 28 46 15 26 4114 6 40 13 17 36
Keterangan : jumlah ind/ml (sumber : Data Primer)Berdasarkan table dapat diuraikan
bahwa perkembangan Brachionus plicatilis antar masing-masing bak memiliki pola
pertumbuhan yang berbeda. Pada bak A dengan tebar awal sebanyak 30 ind/ml
mencapai puncak kepadatan di hari ke-7 sebanyak 60 ind/ml. Pada bak B dengan
tebar awal sebanyak 30 ind/ml mencapai puncak kepadatan di hari ke-9 sebanyak 79
ind/ml. Pada bak C dengan tebar awal sebanyak 30 ind/ml mencapai puncak
kepadatan di hari ke-4 sebanyak 36 ind/ml, perkembangannya mengalami penurunan
pada hari ke-14 menjadi 13 ind/ml. Pada bak D dengan tebar awal sebanyak 30 ind/ml
mencapai puncak kepadatan di hari ke-9 sebanyak 48 ind/ml. Pada bak E dengan tebar
awal sebanyak 30 ind/ml mencapai puncak kepadatan di hari ke-9 sebanyak 57
ind/ml. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa dari tiap perlakuan yang memiliki
tingkat pertumbuhan yang sangat baik yaitu pada bak B, sedangkan pola pertumbuhan
yang paling rendah yaitu pada bak C. Penurunan ini diakibatkan karena suplai pakan
yakni Nannochloropsis sp.mempunyai nutrisi yang sangat rendah atau
Nannochloropsis sp. yang diberikan kualitasnya sangat jelek.
7. Pemanenan
Panen merupakan tahap akhir dari budidaya, dimana hasil dari itu dapat diaplikasikan
pada kegiatan berikutnya. Berdasarkan kegiatan PKL, pemanenan dibagi menjadi 2
bagian yaitu, panen total dan panen sebagian. Panen total merupakan pengambilan
hasil yang dilakukan secara keseluruhan dan tidak dilakukan peremajaan dari sisa
yang telah dikultur. Panen total dilakukan setelah masa kultur mencapai 4 generasi (4
kali panen), tujuannya agar organisme yang dikultur umurnya tidak terlalu tua dan
kualitasnya sudah jelek. Panen sebagian merupakan pemungutan hasil dari suatu yang
dibudidayakan dengan mengambil sebagian organisme yang dikultur dan sisa
organisme tersebut dapat dilakukan peremajaan kembali. Panen sebagian dilakukan
apabila organisme yang dikultur mencapai kepadatan yang melimpah, tujuannya agar
kepadatannya menjadi jarang dan menjaga kematian massal.
Kegiatan pemanenan Nannochloropsis sp dan Brachionus plicatilis dilakukan pada
pagi hari sekitar pukul 07.00 WITA. Rotifer yang dipanen dialirkan dari wadah
budidaya dengan menggunakan selang berdiameter 5 cm serta dilengkapi planktonet.
Planktonet yang digunakan untuk panen Nannochloropsis sp. yaitu saringan halus
dengan ukuran 300 mikron diletakkan pada ujung selang. Sedangkan saringan yang
digunakan untuk panen Rotifer berukuran 150 – 200 mikron. Selanjutnya ditampung
pada wadah sementara untuk diendapkan agar terhindar dari kotoran.
TUGAS PERBAIKAN RESPON
AVERTEBRTA AIR
”Budidaya Nannochloropsis sp”
Nama : Rudiansyah
Nim : 05081009004
Jurusan : Budidaya Perairan
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009