Budidaya Kelapa Sawit
Click here to load reader
-
Upload
janshen-lea-perdana -
Category
Documents
-
view
1.057 -
download
46
Transcript of Budidaya Kelapa Sawit
BUDIDAYA KELAPA SAWIT : PEMBIBITAN KELAPA SAWIT
JUNI 25, 2011 TINGGALKAN KOMENTAR
LAPORAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN
SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2009/2010
BUDIDAYA KELAPA SAWIT : PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI PT. SAMPOERNA AGRO TBK., SUMATERA
SELATAN
Disusun oleh:
Nama : Puput Ninggariawan I
NIM : 05/185946/PN/10358
Program Studi : Pemuliaan Tanaman
Jurusan : Budidaya Pertanian
Dosen Pembimbing : Ir. Budiastuti Kurniasih, M.Sc.
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
LAPORAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN
SEMESTER I TAHUN AKEDEMIK 2009/2010
I. LATAR BELAKANG
Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja, dan
meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah kelapa sawit.
Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak
pengusaha untuk menanamkan modalnya.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1911 di Sumatra Utara. Sejak saat itu perkebunan
kelapa sawit mengalami banyak kemajuan sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan
perkebunan kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri sampai dengan
sekarang ini (Mangunsoekarjo dan Tojib, 2003).
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit menjadi salah satu sumber daya
pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia
minyak kelapa sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980 ketika terjadi
kelangkaan minyak goreng (Anonim, 1997).
Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging
buah dan kernel (inti sawit). Industri olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu
dalam industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin, kue, es krim, dan permen)
dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan
komponen karet, pelumas, dan kosmetik.
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan.
Varietas-barietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura
sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan
selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan
varietas lainnya (Setyawibawa dan Widyastuti, 1998).
PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit.
Pelaksanaan pembudidayaan yang telah bertahun-tahun ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam
pengembangan, pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus berkembang seiring dengan waktu. Areal penanaman kelapa
sawit yang dimiliki oleh PT. Sampoerna Agro tersebar di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah (Anonim,
2006).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq)
termasuk anggota famili Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati.
Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi Tracheophita, kelas
Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo Cocoideae, famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies
guineensis Jacq (Corley, 1976).
Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu (monocious) yaitu tanaman yang memiliki bunga jantan dan
bunga betina dalam satu tanaman. Kedua jenis bunga tersebut keluar dari ketiak pelepah daun dan berkembang
secara terpisah. Bunga dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk bersilang. Tanaman kelapa sawit dapat
dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan
bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan
Tojib, 2003).
Deli Dura merupakan induk bagi sebagian besar tanaman kelapa sawit komersial yang saat ini ditanam di dunia.
Material genetik lain yang dimiliki PPKS merupakan hasil introduksi dari Afrika maupun Amerika Selatan. Salah
satu material yang diintroduksi dari Zaire adalah Tenera/Pisifera Binga, dilakukan pada 1987 oleh Balai
Penelitian Perkebunan Medan. Material ini akan menjadi fokus penelitian pada 2006 untuk tujuan karakterisasi
dan eksploitasi, mengingat mempunyai prospek dan potensi untuk dikembangkan terutama dari karakter
kandungan minyak yang tinggi dan pertumbuhan meninggi yang lambat (Purba et al., 2006).
Kegiatan karakterisasi mengacu pada Descriptor for Oil Palm. Karakter yang diamati adalah seluruh bagian
tanaman yang dapat diidentifikasi sebagai pembeda dengan tanaman kelapa sawit lain. Pembeda yang
dimaksud harus mengacu pada kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan suatu varietas. Hal ini
merupakan standar yang ditetapkan oleh Kantor Pusat PVT Jakarta untuk pengajuan koleksi yang akan
dilindungi, sedangkan keragaan hasil silang balik antara Elaeis oleifera dan Elaeis guineensis antara lain laju
pertumbuhan meninggi yang lambat pada beberapa persilangan yang terbaik, yaitu berkisar antara 30–40
cm/thn, kemudian memiliki karakter tajuk kecil sehingga dapat ditanam dengan densitas tinggi per hektar,
memiliki kualitas minyak yang cukup baik jika ditinjau dari kandungan oleat, asam lemak tidak jenuh, beta
karoten yang lebih tinggi dibandingkan Elaeis guineensis, dan apabila ditinjau dari hasil analisis pada satu
populasi silang balik generasi pertama maka dapat ditemukan rerata kandungan beta karoten lebih tinggi dari
1000 ppm, bahkan nilai tertinggi dapat mencapai 2118.63 ppm (Purba et al., 2006).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di sekitar lintang utara-selatan 12° pada
ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak
memiliki defisit air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal 32°C, kelembaban
udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol
dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum setebal 80 cm, tekstur ringan,
memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik,
konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki
kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi (Lubis, 1992).
Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara istirahat tanaman) yang cukup panjang.
Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi (400 C selama 80 hari) untuk memutuskan masa
dormansi agar bibit dapat berkecambah. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaaban 60-80 % dengan
temperatur 35 oC. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, optimal 2.000-3.000 mm/tahun. Kelapa sawit tumbuh
baik pada tanah dengan struktur gembur atau remah yang cukup tebal lapisannya dan banyak mengandung
humus dan mineral. Permukaan air tanah harus cukup dalam, sebab perakaran kelapa sawit tidak berkembang
baik pada air tanah yang dangkal (Heurn, 1985).
Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar (Crude Palm Oil, CPO) dan inti sawit
dilaksanakan melalui proses yang cukup panjang. Secara ringkas urutan pengolahan kelapa sawit yang
dimaksud adalah sebagai berikut (Setyawibawa, 1998) :
a. Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik
b. Perebusan buah (sterilisasi)
c. Pelepasan buah (stripping) dari tandan dan pelumatan (digesting)
d. Pengeluaran minyak (ekstraksi)
e. Pemurnian dan penjernihan minyak (klarifikasi)
f. Pemisahan biji dari sisa-sisa daging buah
g. Pengeringan dan pemecahan biji
h. Pemisahan inti dari cangkang
Pembibitan kelapa sawit biasanya memerlukan waktu selama 12 bulan sampai siap ditanam ke lapangan, yang
terdiri dari 2 tahap yaitu 3 bulan pembibitan awal (pre-nursery) dan 9 bulan pembibitan utama (main-nursery).
Terkadang pembibitan kelapa sawit ada yang lebih dari 12 bulan berhubung terlambat dipindah ke lapangan,
karena beberapa pertimbangan (Siregar dan Purba, 1992).
Perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif
tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukkan terhadap tanaman semata, tetapi juga pada media tumbuh (tanah).
Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan gulma,
pemangkasan, pemupukan, kastrasi dan penyerbukan buatan (Syamsulbahri, 1996).
Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini
memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa
sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit. Proses pemanenan
pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan
mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan perlu
memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan
rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah
matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen (Fauzi et al., 2002).
III. ISI
A. Keadaan Umum Kebun Hikmah Dua
1. Sejarah Kebun
Kebun Hikmah Dua (HD) merupakan bagian dari PT Telaga Hikmah yang menjadi anak perusahaan dari PT
Sampoerna Agro Tbk. Sebelumnya PT Telaga Hikmah merupakan bagian dari PT Tania Selatan yang kemudian
dijual kepada PT Selapan Jaya. Pada pertengahan 2007 PT Sampoerna Agro mengambil alih kepemilikan
kelompok PT Selapan Jaya termasuk di dalamnya adalah PT Telaga Hikmah.
Keadaan Fisik Kebun
Kebun HD terletak di Desa Pulau Geronggang Kecamatan Pedamaran Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Berikut batas-batas Kebun Hikmah Dua :
- Utara : Desa Pulau Geronggang
- Selatan : Desa Embacang (Kebun Hikmah Tiga)
- Barat : Desa Maribaya
- Timur : Desa Kayu Labu (Kebun Hikmah Lima)
Jarak antara Kebun HD dengan ibukota kabupaten ± 3 jam, sedangkan dengan ibukota propinsi ± 7 jam dengan
menggunakan roda empat pada keadaan lancar. Kebun HD memiliki kontur tanah yang bergelombang dengan
kemiringan hingga ± 15º dengan ketinggian 0-50 m dpl. Temperatur harian di kebun HD belum pernah dicatat
sebelumnya, namun diperkirakan 25º C pada malam hari dan 36º C pada siang hari. Curah hujan di kebun HD
sendiri cukup tinggi dengan 2000 mm per tahunnya.
2. Struktur Organisasi
Kebun HD dipimpin oleh seorang senior manajer yang membawahi langsung asisten-asisten divisi dan KTU.
Kebun HD terdapat 3 divisi inti, 2 plasma, serta 1 bibitan, sehingga ada 6 asisten divisi. Sedangkan untuk bagian
administrasi dipimpin oleh seorang asisten kantor (KTU). Selain itu terdapat karyawan baik pegawai bulanan
(PB), karyawan harian tetap (KHT), serta karyawan harian lepas (KHL). Pada bagian tata usaha kebun KTU
dibantu oleh 9 orang kerani dengan pembagian 1 kerani pembukuan, 1 kerani administrasi, 1 kerani alat berat, 1
kerani produksi, 1 kerani divisi inti, 1 kerani divisi plasma, 1 kerani divisi bibitan, 2 kerani gudang.
3. Fasilitas Kebun
Kebun HD memiliki fasilitas perumahan (kamp) karyawan baik G1, G2 maupun G6 yang secara keseluruhan
berjumlah ± 250 pintu dengan lebih dari 200 kepala keluarga. G1 merupakan perumahan menejer, G2 untuk
asisten lapangan, KTU, dan satpam. Sedangkan G6 untuk karyawan baik PB, KHT maupun KHL yang berasal
dari kerani, pemanen, sopir, hingga pemuat. Kebun HD juga dilengkapi dengan sarana ibadah (mesjid), sarana
olahraga (lapangan bola kaki, tenis meja, lapangan bulu tangkis, dan lapangan bola voli). Selain itu, Kebun HD
menyediakan fasilitas air dan listrik gratis bagi masyarakat yang tinggal di kamp Kebun HD.
Gambar A.3.1. Kiri: Perumahan Karyawan; Kanan: Mesjid Baitur Rahman.
Kebun HD memiliki kantor yang terletak di sebelah timur kamp. Fasilitas yang terdapat di kantor terebut adalah 4
buah komputer (3 administrasi dan 1 KTU), 2 buah printer dot matrix (Epson LQ 2180), 1 buah mesin fotokopi,
scan dan printer (Minolta), 2 buah pendingin udara / AC (ruang menejer dan ruang rapat), 5 set meja kerani, 6
set meja asisten, 1 set meja KTU dan 1 set meja menejer serta 1 set sofa tamu. Selain itu, juga terdapat 3 buah
kipas angin, masing-masing di ruang kerani, ruang administrasi dan ruang KTU.
Gambar A.3.2. Kiri: Gudang; Kanan: Ruang administrasi.
B. Budidaya Kelapa Sawit
1. Persiapan dan Pengolahan lahan
Persiapan lahan merupakan tahap awal dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Ruang lingkup dari tahap ini adalah
pra survey, survey, merintis dan pengukuran lahan serta koordinasi ke instansi terkait. Kegiatan pra survey
departemen GAL dan menejer kebun bersama dengan asisten melakukan peninjauan dan meneliti calon kebun
secara langsung guna mendapatkan informasi data kesesuaian dan ketersediaan lahan, tenaga kerja, pra
sarana, partisipasi masyarakat serta dukungan pemerintah setempat. Sedangkan kegiatan survey dilakukan oleh
menejer kebun dan asisten bersama instansi pemerintah (Badan Pertanahan Nasional, Dinas Perkebunan,
Dinas Kehutanan, Dinas Transmigrasi, Dinas Lingkungan Hidup / Bapedalda, Tokoh Masyarakat) untuk menilai
status legalitas dan kesesuaian lahan. Maksud survey areal adalah untuk menentukan batas areal, luasan yang
akan ditanami kelapa sawit, situasi vegetasi, topografi dan batas konsesi areal yang dicadangkan. Dari hasil
survey ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan sistem pengawetan tanah, air, penentuan sistem jaringan
jalan, emplasmen, kantor, perumahan dan pabrik. Sedangkan merintis dan pengukuran lahan adalah kegiatan
pengukuran keliling lahan yang akan dijadikan kebun sesuai dengan peta pencadangan lahan. Dalam
pembukaan lahan perlu diperhatikan beberapa ketentuan yang harus dipatuhi, yaitu:
- Cagar budaya atau situs
- Flora dan fauna yang dilindungi
- Kelerengan tanah
- Pohon tempat sarang burung dan lebah
- Sempadan pantai (minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi)
- Sempada sungai (100 meter kanan kiri sungai besar, 50 meter kanan kiri anak sungai di luar pemukiman, dan
10-15 meter di daerah pemukiman)
- Kawasan sekitar danau atau waduk (50-100 meter dari titik pasang tertinggi)
- Kawasan sekitar mata air (200 meter di sekitar mata air)
Tahap selanjutnya adalah pengukuran blok. tahap ini meliputi kegiatan kerja pengukuran, pembuatan blok,
pembuatan peringgan batas, dan penetapan areal konservasi. Blok adalah suatu kesatuan administrasi terkecil
sesudah divisi. Sedangkan peringgan batas adalah batas antara kebun dengan areal hutan areal perkebunan
lain. Pengukuran blok dilakukan dengan menggunakan Theodolit untuk menentukan arah rintisan garis batas
blok utara – selatan dan timur – barat. Pengukuran dilakukan dengan mengikuti arah rintisan dan memasang
pancang ukuran 2 meter pada setiap jarak 50 meter. Pada setiap jarak antara timur-barat 1.009,26 meter dan
pada utara selatan dengan jarak 1.036 meter dipasang pancang dengan ukuran 4 meter yang ujungnya diberi
cat berwarna merah. Pembuatan blok dilakukan setelah proses pengukuran dan pemetaan selesai dengan
ukuran setiap blok masing-masing 100 (seratus) Ha dan setiap blok dibagi menjadi 4 (empat) petak yang luasnya
25 Ha. Untuk blok yang berbatasan langsung dengan hutan, perkebunan lain, atau pemukiman dilakukan
pembuatan peringgan batas. Ketika melakukan pengukuran blok, perlu diperhatikan lingkungan sekitar sehingga
dapat ditetapkan areal konservasi. Penetapan areal konservasi berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990.
Setalah pengukuran blok selesai, maka dilanjutkan dengan penebangan dan pembersihan lahan. Dalam
penebangan dan pembersihan ini meliputi kegiatan mengimas, menumbang, merumpuk, pancang stacking,
mechanical stacking dan semprot alang-alang. Mengimas adalah kegiatan membabat semak belukar dan pohon
kayu yang berdiameter kurang dari 10 cm. Mengimas dilakukan dengan tenaga manusia dengan menggunakan
parang. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan menumbang dengan traktor. Selain itu untuk
membersihkan lalang juga dapat digunakan herbisida. Menumbang adalah kegiatan menebang pohon kayu yang
berdiameter lebih dari 10 cm yang biasanya dilakukan dengan menggunakan traktor. Namun apabila tidak bisa
ditumbangkan dengan traktor, dapat menggunakan gergaji rantai (chain saw). Kayu hasil tumbangan ditumpuk
memanjang arah utara selatan yang berjaraj sekitar 50-100 meter. Penumbangan dimulai dari pinggir ke tengah
berbentuk spiral dan pohon ditumbangkan ke arah luar agar tidak menghalangi jalannya traktor. Merumpuk
adalah kegiatan memotong cabang serta ranting-ranting hasil imasan den tebangan kemudian dikumpulkan di
gawangan. Cara pengumpulan kayu hasil merumpuk juga sama dengan menumbang. Apabila kegiatan
merumpuk dilakukan dengan menggunakan alat berat, maka disebut dengan mechanical stacking. Pancang
stacking / rumpukan adalah kegiatan pengukuran dan pemancangan letak rumpukan yang akan dikerjakan
secara mekanis maupun manual. Dalam kegiatan menumbang terdapat beberapa aturan yang harus
diperhatikan mengenai tinggi tebangan yang disesuaikan dengan diameter tanaman.
- Diameter 10 – 20 cm tinggi maksimum 40 cm dari permukaan tanah.
- Diameter 21 – 30 cm tinggi maksimum 60 cm dari permukaan tanah.
- Diameter 31 – 75 cm tinggi maksimum 100 cm dari permukaan tanah.
- Diameter > 75 cm tinggi maksimum 150 cm dari permukaan tanah.
Setelah pembersihan lahan selesai dibuat dan pengukuran blok selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan
pengelolaan tanah dan air. Pengelolaan ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya genangan air ketika
musim hujan atau kekeringan ketika musim kemarau. Selain itu, juga dimanfaatkan untuk mencegah terjadinya
erosi. Bagain-bagian dari konservasi tanah dan air seperti tapak kuda (suatu bentuk permukaan tanah yang
ditinggikan dengan kemiringan sebesar 15º), terasan (bentuk permukaan tanah yang dibuat berjenjang/bertingkat
untuk membatasi aliran air dipermukaan tanah), benteng (bentuk permukaan tanah yang ditinggikan yang
berasal dari galian tanah dan telah dipadatkan, rorak (lobang bekas galian tanah yang digunakan untuk benteng
yang berbentuk trapesium terbalik) dan parit (saluran air yang dibentuk secara manual maupun mekanis).
Gambar B.1.1. Benteng
Tahap terakhir dari persiapan lahan adalah penanaman kacangan. Penanaman kacangan bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi biaya produksi serta meningkatkan produksi kelapa sawit. Penanaman
kacangan dilakukan sebelum penanaman kelapa sawit dilaksanakan. Namun adakalanya penanaman kacangan
dilaksanakan setelah kelapa sawit ditanam. Hal ini karena perusahaan mengejar masa tanam yang singkat.
Kacangan berfungsi sebagai penutup tanah sehingga diharapkan tidak ada gulma yang tumbuh disekitar
tanaman kelapa sawit. Selain itu, kacangan juga mampu membantu mengikat N sehingga meningkatkan
kandungan N di dalam tanah. Sebelum dilakukan penanaman kacangan terlebih dahulu areal disemprot dengan
menggunakan herbisida sehingga areal bersih dari gulma.
Gambar B.1.2. Pembibitan kacangan
Penanaman kacangan dilaksanakan pada musim hujan untuk memastikan tanaman kacangan dapat tumbuh
dengan baik. Kacangan yang ditanam merupakan pencampuran tiga jenis kacangan yang disertai pupuk dengan
perbandingan kacangan Centrosema pubescens (CP), Calopogonium muconoides (CM), Pueraria javanica (PJ)
dan pupuk RP ( 2 kg CP +2 kg CM + 1 kg PJ + 5 kg pupuk RP). Apabila penanaman kacangan telah selesai
dilakukan, maka areal siap untuk ditanamai kelapa sawit.
2. Penanaman Kelapa Sawit
Penanaman kelapa sawit baru dapat dilaksanakan setelah semua kegiatan persiapan lahan selesai. Sebelum
dilakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemancangan bibit. Arah baris tanaman umumnya utara
selatan dan pada keadaan tertentu dapat diubah dan disesuaikan dengan keadaan topografi. Jarak tanam 9.25
m x 9.25 m x 9.25 m dengan jarak dala baris 8.01 m dalam bentuk segitiga sama sisi dengan kerapatan 135
pkk/ha. Di daerah berbukit dan kontur arah barisan mengikuti arah kontur dan jarak antar kontur adalah proyeksi
jarak antara baris. Pemancangan dimulai dengan membuat pancang kandang yang berukuran 101.75 m x
96.120 m (11 x 9.25) x (6 x 16.02) m.
Gambar B.2.1. Kiri: Pemancangan; Kanan: Pancang yang telah selesai dibuat
Pancang tanam yang tepat mengenai tunggul kayu keras dapat dipindahkan dalam barisan tanaman maksimal
100 cm. Setelah dilakukan pemancangan, maka dilakukan pembuatan lobang tanam. Ukuran lobang minimal 50
x 50 x 40 cm sehingga bibit tertanam sampai batas leher akar. Sebelum lobang dibuat lebih dahulu sampah dan
tunggul dibersihkan dan permukaan tanah diratakan. Lobang tanam dibuat 10 cm di sebelah selatan pancang.
Pancang tidak boleh dicabut pada saat pembuatan lobang.
Gambar B.2.2. Kiri: Pembukaan polibag; Kanan: Penanaman kelapa sawit
Setelah pembuatan lobang tanam selesai dilakukan, maka bibit yang telah dipesan sebelumnya didistribusikan
ke areal. Bibit yang dibawa oleh truk diturunkan ditempat yang telah diberi pancang. Setiap tumpukan bibit
berjumlah 27 pokok untuk 2 baris atau pada areal yang tidak penuh (abnormal) pancang tanam harus terlebih
dahulu dihitung sehingga dapat disesuaikan jumlah bibit yang akan diturunkan. Penerimaan bibit diselesaikan
perpetak dalam kelompok varietas yang sama sehingga diperoleh penanaman yang seragam untuk setiap blok.
Bibit yang telah disebar tadi kemudian diangkat dengan cara dipanggul dan ditempatkan pada pancang terjauh
(pancang ke-14). Setelah itu secara berurutan bibit diangkat sampai ke pinggir jalan (pancang ke-1). Untuk areal
tanaman yang sulit ditempuh dengan menggunakan truk, dapat digunakan samapat atau tongkang. Posisi bibit
ditempatkan dengan berdiri tegak disamping lobang tanam. Penanaman kelapa sawit dilaksanakan dengan
memotong plastik dasar polybag pada lobang tanam kemudian mengangkat plastik tersebut ke atas dan
mengikatnya pada daun bibit kelapa sawit untuk memudahkan penutupan lobang. 3-4 hari setelah penanaman
dilakukan konsolidasi untuk memastikan bahwa bibit kelapa sawit tersebut tertanam dengan benar (tidak miring
atau tumbang).
3. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dimulai dengan pembuatan jalan setapak. Jalan setapak ini
nantinya akan digunakan sebagai jalannya pekerja ketika melakukan perawatan (merumput, semprot hama dan
penyakit, serta gulma), sensus pokok, penyisipan, hingga akhirnya nanti menjadi jalan ketika panen
dilaksanakan. Jalan setapak dibuat secara berkala, dimulai dengan jalan setapak 1 : 16 (3-6 bulan), jalan
setapak 1 : 8 (12-16 bulan), jalan setapak 1 : 4 (18-24 bulan), jalan setapak 1 : 2 (28-32 bulan). Sedangkan untuk
jalan tengah atau jalan 13 dibuat bersamaan dengan pembuatan jalan setapak 1 : 16. Jalan setapak dibuat arah
utara–selatan sepanjang baris tanaman dengan ukuran panjang 250 meter dan lebar 1,25 meter, sedangkan
jalan tengah / jalan 13 dibuat arah timur–barat dengan panjang 1.000 m dengan lebar 1,25 m. Perawatan jalan
setapak dilakukan dengan melakukan penyemprotan yang dimulai pada saat tanaman kelapa sawit berumur 12
bulan. Rotasi penyemprotan dilakukan sebanyak 3 kali setahun. Penyemprotan jalan setapak disesuaikan
dengan dosis yang direkomendasikan sesuai dengan anggaran biaya tahunan.
Gambar B.3.1. Dongkel Anak kayu (DAK) pada TBM.
Selain pembuatan jalan setapak, juga dilakukan kegiatan perawatan seperti perawatan gawangan. Perawatan
gawangan ini dapat dilaksanakan secara manual ataupun kemis. Perawatan gawangan manual dilakukan
dengan cara mencabut, mendongkel anak kayu, pengupasan kulit kayu dilakukan pada tunggul kayu yang masih
hidup atau anak kayu yang tidak bisa didongkel dari bawah sampai keatas berkeliling. Hasil dongkel anak kayu
(DAK) ditempatkan di atas tunggul yang mati atau para-para. Sedangkan rotasi rawat gawangan manual pada
TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali, dan TBM 3 dengan interval 4 bulan
sekali. Perawatan gawangan secara kemis dilaksanakan apabila gulma di areal lebih dominan. Gulma disemprot
menggunakan alat Knapsack Sprayer dengan larutan herbisida pada gawangan sawit. Rotasi semprot gawangan
pada TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali, TBM 3 dengan interval 4
bulan sekali. Selain rawat gawangan, juga dilakukan garuk piringan pada tanaman kelapa sawit. Garuk piringan
ini dilakukan supaya area piringan tanaman kelapa sawit bebas dari gulma sehingga tingkat persaingan tanaman
dalam mendapatkan unsure hara, mineral dan air dapat diminimalkan. Garuk piringan dilaksanakan dengan cara
membersihkan rumput/gulma yang tumbuh di piringan pokok. Diameter piringan disesuaikan dengan lebar tajuk
tanaman. Kacangan yang menjalar diatas pokok sawit harus diturunkan. Rotasi garuk piringan dilakukan dengan
ketentuan TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali. Selain dilakukan
perawatan garuk piringan, juga dilakukan semprot piringan. Pelaksanaan semprot piringan dilakukan dengan
cara menyemprot rumput di piringan pokok dengan menggunakan Knapsack Sprayer. Jenis rumput yang
disemprot adalah seluruh jenis–jenis rumput/gulma yang ada dipiringan dengan herbisida. Penyemprotan tidak
dilakukan bila cuaca hujan/mendung untuk menghindari pencucian herbisida oleh air hujan. Penyemprotan
piringan dilakukan pada TBM 3 dengan rotasi 4 bulan sekali.
Gambar B.3.2. Kiri: Semprot lalang; Kanan: Piringan yang telah dibersihkan
Selain merumput juga terdapat kegiatan perawatan semprot lalang. Lalang menjadi perhatian besar karena daur
hidupnya sangat singkat dan sangat mudah tumbuh walaupun lingkungannya kurang mendukung. Terdapat dua
cara untuk menanggulangi lalang yang tumbuh disekitar pertanaman kelapa sawit, yaitu spot spraying (kemis)
dan lap lalang (manual). Pada spot sprayer lalang disemprot menggunakan Knapsack Sprayer yang berisi
campuran bahan herbisida secara sporadic dan dilakukan 1 (satu) tahun sekali. Pada lap lalang digunakan kain
yang telah dicampur bahan herbisida dengan konsentrasi 1% kemudian dilapkan pada lalang dari pangkal
batang sampai pucuk daun. Lalang yang sudah dilap pucuk daunnya dipotong. Rotasi lap lalang dilakukan
dengan ketentuan TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali, TBM 3 dengan
interval 4 bulan sekali, dan pada TM dilakukan dengan interval 6 bulan sekali.
Untuk mengetahui jumlah kelapa sawit yang telah ditanam dan belum ditanam, maka dilakukan sensus pokok.
Sensus pokok dilakukan satu bulan setelah penanaman dan sensus berikutnya satu kali setahun.apabila
terdapat tanaman yang mati atau belum ditanam, maka dilakukan penyisipan. Penyisipan dilakukan berdasarkan
laporan dari sensus pokok yang telah dilakukan sebelumnya. Pada masa TBM, selain dilakukan perawatan-
perawatan rutin, juga dilakukan persiapan untuk panen. Sebagai contoh adalah pembuata tempat pengumpulan
hasil (TPH). Pembuatan TPH dilakukan pada saat tanaman berumur 3 tahun (TBM 3) dengan cara meratakan
tanah, membersihkan rumput, tunggul dan kayu dengan ukuran 4 x 7 m.
Pencegahan hama dilakukan sedini mungkin untuk menghidari kerugian yang besar akibat serangan hama.
Untuk itu, di kebun HD dilakukan sensus hama, baik itu hama daun, hama tikus ataupun tirathaba. Sensus hama
daun dilaksanakan minimal satu kali sebulan. Bila terjadi ledakan serangan hama (out break) maka dilakukan
sensus setiap dua minggu sekali pada areal yang terserang berat. Pengamatan dilakukan pada pokok yang
terdapat dalam baris sensus (titik sensus tetap) yang telah dibuat terlebih. Sedangkan untuk hama tikus
dilakukan sensus hama tikus yang dilaksanakan satu kali sebulan. Cara pengamatan serangan hama tikus
dibedakan antara TBM – TM 3 dan TM 4 ke atas. Sensus hama Tirathaba dilaksanakan di areal tanaman yang
sudah selesai kastrasi dan dilaksanakan satu kali sebulan. Sensus ini tidak perlu dilakukan bila persentase
serangan sudah dibawah 2 %.
Pada masa TBM, kelapa sawit diarahkan untuk memaksimalkan pertumbuhan vegetatif sehingga ketika bunga
muncul, maka bunga tersebut langsung di musnahkan (kastrasi). Kastrasi dilakukan pada tanaman yang telah
berumur 13, 15 dan 17 bulan. Sedangkan untuk pemupukan pada TBM dilakukan berdasarkan rekomendasi
pemupukan yang diberikan oleh tim agronomy research unit (ARU) berdasarkan hasil analisa kebutuhan pupuk
dan rekomendasi ini diberikan setiap tahun.
4. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Pada tanaman menghasilkan (TM), perawatan atau pemeliharaan tanaman kelapa sawit tidak seintensif ketika
tanaman masih di TBM. Perawatan hanya meliputi merumput, merawat jalan serta pemupukan. Merumput di TM
sendiri tidak berbeda jauh dengan merumput di TBM, karena pada prinsipnya adalah menghilangkan rumput
yang mengganggu pertanaman kelapa sawit. Begitu juga dengan semprot piringan, gawangan dan TPH.
Kegiatan merumput dapat dilakukan dengan cara merawat gawangan dengan herbisida (kemis) atau dengan
mendongkel anak kayu/anak sawit (manual). Gulma disemprot dengan menggunakan alat Knapsack Sprayer
dengan larutan herbisida pada gawangan sawit. Rotasi semprot gawangan dan dongkel anak kayu adalah 1 kali
setahun. Semprot piringan/jalan setapak/TPH merupakan pekerjaan yang sama, hanya tempatnya saja yang
berbeda. Pelaksanaan semprot piringan/jalan setapak/TPH dilakukan dengan cara menyemprot rumput
dipiringan/jalan setapak/TPH pokok menggunakan Knapsack Sprayer dengan menggunakan nozlle yang sesuai
dengan populasi gulma. Jenis rumput yang disemprot adalah seluruh jenis–jenis rumput/gulma yang ada di
piringan , jalan setapak dan TPH. Penyemprotan tidak dilakukan bila cuaca hujan atau mendung. Rotasi semprot
gawangan, piringan, jalan setapak, dan TPH 2 kali setahun.
Keadaan jalan menjadi faktor penting terutama ketika musim hujan. Kebun HD memiliki tekstur tanah yang
didominasi lempung sehingga sangat licin ketika hujan dan lengket ketika hujan reda. Hal ini menyebabkan
banyak truk menjadi sering macet/mogok karena tidak dapat berjalan di jalan rusak. Selain itu jembatan juga
memerlukan perawatan khusus.Oleh karena itu, diperlukan perawatan jalan, baik itu jalan utama (poros), jalan
produksi, dan jembatan. Perawatan jalan utama,jalan luar kebun, produksi dan jalan alternatif dilakukan dengan
Road Grader. Road Grader berfungsi sebagai sebagai perata jalan yang bergelombang.
Gambar B.4.1. Kiri: Road Grader; Kanan: Compactor.
Bentuk badan jalan utama dan jalan produksi tetap dipertahankan seperti batok tengkurap. Badan jalan produksi
dan jalan alternatif yang telah ditumbuhi rumput tidak perlu degrading. Badan jalan tidak terlindung oleh kanopi
daun atau pelepah tanaman. Selain itu, perlu dilakukan perawatan saluran air di kanan dan kiri jalan secara
manual pada saat musim hujan. Perawatan jalan utama, produksi dan jalan alternatif pada topografi rendah
dibadan jalan dibuat saluran air berbentuk ”V” untuk mencegah genangan air di badan jalan saat musim hujan,
dilakukan secara manual dengan menggunakan ”dodos modifikasi” berbentuk cangkul. Jalan yang berlobang
ditimbun dan dipadatkan dengan Compactor. Rotasi perawatan jalan dilakukan dua kali setahun dan dalam
kondisi tertentu dapat ditambah rotasi perawatannya. Untuk perawatan jembatan permanen dilakukan dengan
membersihkan potongan kayu, sampah yang tertahan di tiang/pondasi jembatan. Penambahan tanah pada
pangkal jembatan sehingga permukaan jalan sama tinggi dengan lantai jembatan. Tanah pada kiri kanan
pondasi jembatan yang longsor ditimbun kembali dan dipasang cerucuk. Perawatan jembatan darurat dilakukan
dengan membersihkan sampah, potongan kayu, melancarkan aliran air. Susunan batang kayu yang terlalu
merenggang dirapatkan kembali dan mengganti kayu yang patah, lapuk pada jembatan darurat serta pangkal
jembatan di timbun tanah sehingga permukaan jalan sama tinggi dengan permukaan batang kayu jembatan.
Perawatan gorong-gorong dilakukan dengan membersihkan sampah, potongan kayu, tanah, melancarkan aliran
air. Tanah timbunan gorong gorong dipertahankan rata dengan permukaan jalan. Untuk jalan yang ternaungi
oleh pelepah dapat dilakukan perawatan rempes pelepah dengan menggunakan egrek dan bambu. Terkadang
kerusakan jalan tidak terlalu parah sehingga hanya memerlukan beberapa orang untuk memperbaikinya.
Perawatan manual ini termasuk di antaranya membuang air yang menggenang di jalan dengan membuat saluran
pembuangan, membuang lumpur yang ada di badan jalan dengan menggunakan cangkul serta menimbunnya
dengan tanah.
Pada TM terkadang pelepah yang ada di pohon sangat banyak dan terkadang pelepah yang matipun masih
menempel pada pohon tersebut. Untuk itu, dilakukan pemangkasan (pruning) dan pembersihan (debris).
Pemangkasan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Umur tanaman (tahun) Pelepah yang dipertahankan di pokok
2.5 – 3 58 – 64
3.5 – 7 48 – 56
8 – 14 40 – 48
15 tahun ke atas 32 – 40
Tabel B.4.1. Jumlah pelepah yang dipertahankan di pokok berdasarkan umur tanaman.
Pemangkasan pelepah harus mepet, agar berondolan tidak sangkut dan di rotasi setiap 9 bulan sekali. Setelah
dilakukan pemangkasan dilanjutkan pembersihan dengan membuang seludang buah, bunga jantan, brondolan
kering yang terdapat di piringan dan ketiak pelepah pada tanaman menghasilkan dengan rotasi 1 kali setahun.
Aplikasi pemupukan pada TM mengikuti rekomendasi dari tim ARU yang keluar setiap tahun. Rekomendasi ini
didapatkan dari hasil analisa Leaf Sampling Unit (LSU) yang pada masing-masing kebun berbeda.
5. Pemanenan Hasil
Pemanenan hasil merupakan tahap terakhir pada budidaya kelapa sawit. Sebelum dilaksanakan kegiatan
pemanenan, terlebih dahulu dilakukan sensus buah. Hal ini untuk mengetahui jumlah tanaman kelapa sawit yang
siap panen sehingga dapat diperkirakan hasil panen yang akan di dapat dan jumlah tenaga yang diperlukan.
Sensus buah dimulai dengan pembuatan tanda yang pokok kelapa sawit yang akan di sensus. Sensus
dilaksanakan diseluruh areal TM pada setiap petak ditentukan baris sensus (kelipatan 10 baris) yang mewakili
areal tersebut (biasanya 25 Ha) dengan persentase 10% terhadap jumlah pokok. Pada baris sensus pokok
pertama dan pokok terakhir diberi tanda cat berwarna merah dan diberi nomor baris berwarna putih. Sensus
dilaksanakan setelah rotasi panen terakhir pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Penandaan baris
pokok sensus dimulai dari arah barat ke timur yang terletak dipinggir jalan produksi. Sensus dilakukan dengan
mengamati dan menghitung jumlah tandan buah hitam yang terdapat di pokok dalam barisan sensus.
Gambar B.5.1. Kiri: Pemanenan dengan menggunakan egrek; Kanan: Pengangkutan ke TPH.
Setelah diketahui perkiraan hasil panen, maka ditentukan jumlah tenaga yang akan digunakan pada hari itu.
Sistem pembagian tenaga kerja terdapat 2 macam dan tergantung pada ketersediaan tenaga dan perkiraan hasil
panenan. Ancak tetap adalah ancak panen yang luasan, lokasi dan pemanennya telah ditetapkan, sedangkan
ancak giring merupakan ancak panen yang luasannya disesuaikan dengan kondisi buah dan produktivitas
pemanen. Pemanenan biasanya dilakukan 2 orang sekaligus dengan pembagian tugas sebagai pemanen dan
sebagai pengangkut. Kriteria buah yang siap di panen adalah warna buah pada tandan berubah dari hitam/hijau
menjadi merah mengkilat/orange dan minimal sudah membrondol 5 brondolan per 1 tandan buah segar (TBS).
pemanenan dilakukan dengan menggunakan dodos pada tanaman yang masih pendek, sedangkan pada
tanaman yang sudah tinggi, pemanenan menggunakan egrek. Egrek yang digunakan di kebun HD sering disebut
dengan fiber. Fiber tersebut dapat dipanjangkan hingga mencapai 6 m. hasil panen tadi kemudian diangkut ke
TPH dengan menggunakan gerobak dorong (angkong). TBS yang telah terkumpul di TPH di sortasi terlebih
dahulu oleh pemanen dan apabila terdapat tandan yang terlalu panjang dipotong hingga tersisa 2 cm dari buah.
Setelah itu, pemanen memberikan tanda pada ujung tandan berupa nomor pemanen. Apabila pemanenan
selesai dilakukan, kerani buah melakukan sortasi pada saat TBS dimuat ke truk pengangkutan.
Gambar B.5.2. Kiri : Sortasi TBS; Kanan: Buah yang telah didop oleh kerani panen.
Setelah TBS tersebut disortasi, kemudian kerani panen memberikan tanda di ujung tandan berupa nomor divisi
dan nomor mandor. Apabila dalam 1 TPH telah selesai di sortasi, maka TBS tersebut siap dimuat ke truk
pengangkut. Setiap truk yang akan mengangkut TBS disertai oleh 3 orang pemuat. TBS yang telah dimuat tadi
kemudian dibawa ke PKS untuk proses selanjutnya. Truk yang digunakan adalah jenis dump truck yang mampu
membawa TBS hingga 6 ton.
Gambar B.5.3. Kiri: Muat TBS; Kanan: Muat brondolan
C. Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan kelapa sawit dimulai bersamaan ketika pembukaan lahan dimulai. Hal ini dikarenakan bibit kelapa
sawit baru akan siap tanam setelah berumur lebih dari 10 bulan, sehingga diperkirakan waktu yang dibutuhkan
sama dengan pembukaan lahan. Oleh karena itu, perencanaan pembukaan kebun dan pembibitan harus
direncanakan secara matang sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau keterlambatan dalam pelaksanaan di
lapangan. Perkiraan kebutuhan bibit juga mesti dihitung secara cermat dan tepat sehingga tidak terjadi kelebihan
bibit, atau bahkan kekurangan bibit yang dapat menyebabkan perbedaan masa tanam yang kemudian tanaman
dalam satu blok tidak lagi seragam.
Menurut Soepadiyo Mangoensoekarjo dan A. T. Tojib (2003), pada dasarnya terdapat dua jenis pembibitan
kelapa sawit, yaitu pembibitan satu tahap (single stage) dan pembibitan dua tahap (double stage). Dengan
memperhatikan alasan efisiensi biaya dan kemudahan dalam perawatan kebun HD memilih menggunakan
metode dua tahap (double stage), yaitu pre-nursery dan main-nursery walaupun ketika pemindahan bibit dari
pre-nursery ke main-nursery membutuhkan biaya ekstra.
Pembibitan memerlukan areal khusus yang benar-benar strategis baik dilihat dari efisiensi ataupun hal-hal
pendukung lainnya. Berikut dipaparkan mengenai pembibitan yang dimulai dengan pembukaan lahan hingga
transportasi menuju tempat penanaman bibit:
1. Tahap Persiapan
a. Penentuan Lokasi Bibitan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tempat pembibitan haruslah benar-benar strategis. Hal ini dilakukan
antara lain untuk menekan biaya serta mengurangi kerusakan bibit. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
dapat dijadikan areal pembibitan, antara lain:
1) Areal rata dengan kemiringan maksimal 5%. Lokasi yang akan dijadikan areal pembibitan memang harus rata,
dan kalaupun miring, tidak boleh terlalu miring. Hal ini disebabkan apabila areal yang digunakan miring, maka
langsung ataupun tidak langsung, tanaman akan miring karena polibagnya juga miring, walaupun nanti bisa
dimodifikasi dengan pembuatan tapak kuda. Apabila dipaksakan, maka akan ada biaya tambahan yang muncul
akibat pembuatan tapak kuda atau konsolidasi. Selain itu, jika areal pembibitan miring, sedangkan sistem
pengairan menggunakan pompa air, dikhawatirkan akan ada perbedaan pembagian air antara areal yang tinggi
dengan areal yang rendah.
2) Tidak banjir pada saat musim hujan. Lokasi yang digunakan bukanlah rawa-rawa atau dataran rendah yang
memiliki potensi banjir ketika musim hujan. Apabila tetap dipaksakan, maka harus dibuat tanggul yang mampu
menahan air dari luar serta pompa air yang khusus untuk mengeluarkan air yang tergenang di dalam pembibitan
apabila tinggi air di dalam lebih rendah dibandingkan di luar areal pembibitan. Tentu saja ini akan mengeluarkan
biaya yang lebih besar lagi, mengingat daerah Sumatera Selatan merupakan daerah tropis yang tingkat curah
hujannya cukup tinggi. Oleh karena itu disarankan areal pembibitan merupakan areal yang rata dan bukan
daerah rawa. Kebun HD memiliki areal bibitan yang relative aman dari kebanjiran, walaupun ada beberapa
tempat yang tetap kebanjiran ketika hujan deras berturut-turut selama beberapa hari.
Gambar C.1.a. Kiri: Dataran rendah menyebabkan tergenang; Kanan: Kemiringan tanah tinggi.
3) Dekat dengan sumber air dan tersedia dalam jumlah yang cukup ketika musim kemarau. Air merupakan
kebutuhan utama di dalam pembibitan kelapa sawit. Tanpa adanya air yang cukup, maka bibit tidak akan tumbuh
optimal. Di kebun HD, sumber air yang tersedia berasal dari air sungai yang terhubung langsung oleh kanal
sehingga potensi kekeringan pada musim kemarau sangat kecil. Selain itu, sumber air yang dipersiapkan tidak
hanya terpusat pada satu tempat saja, sehingga apabila salah satu sumber kering, masih ada sumber air yang
lainnya.
4) Aman baik dari gangguan pencurian maupun gangguan binatang liar. Pencurian merupakan gangguan yang
paling berbahaya karena kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Di kebun HD disediakan penjaga bibitan baik
siang maupun malam yang berasal dari penduduk setempat dengan harapan tingkat pencurian dapat ditekan.
Selain itu, gangguan binatang liar seperti babi ataupun tikus perlu diperhatikan, walaupun dampaknya tidak
terlalu besar. Sapi penduduk asli merupakan hewan pengganggu utama di pembibitan kebun HD. Sapi-sapi yang
jumlahnya mencapai 50 ekor tersebut dibiarkan bebas sehingga terkadang masuk ke areal pembibitan. Untuk
mencegah masuknya sapi tersebut, disediakan tenaga khusus untuk menjaga sapi tersebut tetap berada di luar
areal pembibitan.
5) Dekat dengan lokasi penanaman. Pada awal penetapan areal yang akan digunakan sebagai pembibitan, perlu
dipertimbangkan jarak antara pembibitan dengan calon areal yang akan ditanami kelak. Biasanya dalam satu PT
terdapat satu pembibitan yang kurang lebih terdapat 4-6 kebun. Dengan demikian, areal pembibitan sebisa
mungkin diposisikan setepat mungkin dengan mempertimbangkan sarana jalan yang dilewati dan jarak yang
ditempuh. Kebun HD sendiri menyuplai bibit ke empat kebun lain serta kebun sendiri.
6) Lokasi tidak tertutup oleh bayang-bayang dari pohon-pohon hutan atau pohon-pohonan lainnya sehingga
dapat menerima sinar matahari penuh. Jarak terdekat dari hutan atau tanaman kelapa sawit yang sudah besar
yang ada di sekitar tempat tersebut minimal 20 m.
7) Bentuk area pembibitan sebaiknya persegi panjang atau bujur sangkar. Hal ini akan memudahkan
perhitungan kebutuhan pipa untuk pembuatan jaringan air penyiraman. Selain itu juga dapat memudahkan
perhitungan kebutuhan dan kontrol penggunanaan herbisida, insektisida dan lain-lain.
b. Pengukuran Areal Bibitan
Pengukuran areal yang akan digunakan sebagai pembibitan dilakukan oleh juru ukur. Juru ukur melakukan
pengukuran areal yang ditetapkan sebagai tempat pembibitan, yang meliputi luas areal, jalan, dan waduk
penampungan air. Setalh hasil pengukuran diperoleh, manajer kebun dan asisten bibitan membuat tata letak (lay
out) pembibitan yang mencakup posisi pre-nursery dan main-nursery, jalan, parit keliling, waduk penampungan
air, rumah mesin, rumah hujan dan kantor divisi. Areal yang digunakan haruslah tepat dengan kebutuhan bibit
yang akan ditanam nantinya. Kebun HD memiliki luas areal ± 80 ha yang dibagi menjadi 4 blok besar
pembibitan. Pembibitan kebun HD sendiri berada di empat blok divisi inti yang berbeda dengan 75% berada
pada divisi Inti Hikmah Dua Tiga (IHDT) blok 20, 17 dan 18. Sedangkan sisa 25% berada pada divisi Inti Hikmah
Dua Satu (IHDS) di blok 16.
c. Pembersihan Areal
Pembersihan areal bibitan meliputi pekerjaan imas tumbang, mencabut dan membuang tunggul kayu serta akar
kayu, penyemprotan lalang. Pembersihan areal ini dapat menggunakan cara mekanis maupun manual. Untuk
cara mekanis dapat menggunakan alat berat baik itu bulldozer,excavator, maupun traktor bajak. Sedangkan cara
manual adalah dengan menggunakan cangkil, sabit, parang dan dodos yang telah dimodifikasi.
d. Pembuatan Jalan dan Parit Keliling
Jalan pada pembibitan merupakan hal yang penting untuk distribusi bibit. Pembuatan jalan ini menggunakan alat
berat, seperti bulldozer, road grader, compactor, dan excavator. Jalan di bibitan dibuat keliling dengan
memperhatikan rencana disain blok yang akan dibuat. Selain jalan, dibutuhkan juga parit keliling. Parit keliling ini
dibuat di samping-samping jalan untuk menghindari genangan di jalan yang dapat menyebabkan jalan cepat
rusak.
Gambar C.1.d.1. Pembuatan parit
e. Pembuatan waduk penampungan air
Untuk menghindari kekurangan air pada musim kemarau, setiap pembibitan harus memiliki waduk yang mampu
menyangga kebutuhan air bibit selama musim kemarau. Ukuran waduk penampungan air berdasarkan
kebutuhan air yang harus tersedia sesuai dengan jumlah bibit. Waduk dibuat dengan menggunakan excavator
dengan ukuran 50 m x 30 m dan dengan kedalaman 5 m. Kebun HD memiliki 2 waduk yang mampu memenuhi
kebutuhan air hingga 120 ha. Namun karena saat ini luas areal bibitan hanya 80 ha, maka pompa air yang ada
tidak digunakan secara maksimal. Dengan demikian, setiap waduk digunakan untuk menyediakan kebutuhan air
bibit seluas 40 ha. Tiap-tiap waduk dilengkapi dengan 2 mesin pompa air yang menggunakan mesin truk fuso 5
silinder. Dengan mesin ini, air mampu didistribusikan hingga jarak ± 500 m. Masing-masing mesin digunakan
untuk menyiram bibit seluas 20 ha.
Gambar C.1.e.1. Kiri: Waduk penampungan air; Kanan: Rumah mesin.
Waduk tersebut haruslah berasal dari sumber air yang bebas polutan, baik sisa pestisida, fungisida, pupuk
maupun limbah lainnya. Debit air yang terdapat di waduk buatan tersebut menentukan besar kecilnya pembibitan
dan jumlah bibit yang akan dihasilkan. Waduk buatan tersebut sebaiknya dikeruk lapisan bawahnya setiap
beberapa tahun supaya tidak terjadi pendangkalan, namun hal ini belum dilakukan oleh kebun HD karena debit
air yang terdapat di waduk buatan masih mencukupi untuk kebutuhan penyiraman bibit.
f. Pembuatan Instalasi Penyiraman Bibit
Instalasi penyiraman bibit di kebun HD menggunakan sistem selang dengan merek “kirico” sehingga lebih sering
disebut selang kirico. Selang tersebut lebih efisien dan efektif untuk menyiram bibit kelapa sawit dalam jumlah
besar dibandingkan dengan sistem sprinkler. Sistem sprinkler memang pernah digunakan di pembibitan kebun
HD, hanya saja penggunaan sistem ini rawan pencurian (terutama pipa besi) dan rawan patah pada pipa
penyangga sprinkler serta biaya perawatannya tinggi sehingga dirasa kurang efisien. Instalasi kirico
memanfaatkan selang yang terbuat dari karet yang memiliki lubang kecil yang menyebar ke tiga arah dengan
jarak antar lubang antara 5 – 7 cm serta sangat fleksibel dan alot. Selang kirico ini mampu bertahan hingga 3 kali
tanam atau kurang lebih selama 3 tahun. Dengan menggunakan instalasi selang kirico, biaya perawatan dapat
diminimalkan. Selain itu, selang kirico tersebut terbukti awet dan tahan terhadap cuaca panas ataupun dingin
serta mudah dalam aplikasinya. Satu-satunya kekurangan instalasi kirico ini adalah selang tersebut sangat
mudah sobek oleh benda tajam, terutama ketika perawatan bibit sedang dilakukan seperti merumput atau
konsolidasi.
Gambar C.1.f.1. Kiri: Pengukuran tekanan; Kanan: Mesin pompa air.
Instalasi penyiraman bibit ini dilaksanakan sebelum bibit di tanam, sehingga ketika bibit telah ditanam, tidak
terjadi keterlambatan penyiraman air yang dapat menyebabkan bibit menjadi kekeringan. Urutan pemasangan
instalasi penyiraman ini adalah dari waduk kemudian disedot menggunakan pompa air melalui pipa PVC 6”.
Setelah itu, air tersebut di dorong melalui pipa PVC 6” yang kemudian didistribusikan ke beberapa pipa PVC 4”.
Dari pipa PVC 4” tadi kemudian didistribusikan lagi ke pipa PVC 2”. Panjang pipa PVC 2” tersebut ± 18 m. Setiap
± 3 m terdapat 1 selang kirico sehingga dalam 1 pipa PVC 2” terdapat 7 selang kirico yang dilengkapi dengan
kran (gate valve). Panjang selang kirico tersebut 100 m sehingga diperkirakan mampu menyiram bibit sepanjang
100 – 110 pokok bibit sawit di main-nursery dan 9 bedeng bibit sawit di pre-nursery. Sebelum bibit ditanam,
kekuatan selang kirico tersebut harus dikalibrasi dengan menggunakan alat pengukur tekanan (Pressure
Gauge). Tekanan yang dianjurkan adalah 0.8-1.0 atm dengan perkiraan semburan air hingga 160 cm. Dengan
demikian tiap-tiap selang kirico memiliki jangkauan siraman hingga 320 cm atau sekitar 4 pokok bibit lebih.
Untuk menjaga agar mesin tetap berjalan dengan baik dan benar, maka setiap satu mesin pompa air di kelola
oleh satu orang operator mesin. Dengan demikian kebun HD memiliki 4 orang operator mesin yang mulai bekerja
pukul 06.00 dan berakhir pada pukul 18.00 tergantung kepada keadaan cuaca. Kendala-kendala yang dihadapi
dalam menjaga mesin air adalah radiator yang sering bocor sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus.
Akibat yang akan muncul apabila radiator kehabisan air adalah overheat yang tentunya akan menyebabkan
umur mesin menjadi pendek. Belum lagi masalah aki yang sering tekor karena memang jumlah aki yang tersedia
terbatas sehingga mesin hanya bisa dihidupkan secara berurutan. Jika dibanding dengan sistem sprinkler,
pemakaian sistem selang kirico untuk penyiraman di pembibitan membutuhkan biaya yang lebih murah.
Percikan/butiran air yang dihasilkan lebih cocok untuk pertumbuhan bibit karena pupuk dalam polibag tidak
terganggu dengan adanya percikan air penyiraman. Selain itu tanah dalam polibag tidak menjadi keras atau
membentuk lapisan atas yang keras.
g. Pembuatan Pagar Kawat untuk Areal Pre-Nursery.
Pembuatan pagar kawat di areal pre-nursery bertujuan untuk melindungi bibit-bibit tersebut dari gangguan
binatang liar misalnya babi. Areal yang dipagari oleh pagar kawat tersebut sering disebut dengan istilah
“kandangan”, karena memang bentuknya seperti sebuah kandang sapi atau kuda. Kawat yang digunakan adalah
kawat duri yang dipaku pada tiang kayu dengan tinggi pagar kawat tersebut sekitar 1.5 m dan jarak antar tiang 2
m. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu gelam. Kayu tersebut ditancapkan sedalam ± 30 cm dan diberikan
penopang di tiap 3 tiang. Jarak antar kawat satu dengan kawat lainnya 25 cm sehingga terdapat 6 baris kawat.
Setiap 25 m diberikan pintu gerbang dengan lebar 2 m untuk mempermudah keluar masuk ketika melakukan
perawatan ataupun pemindahan bibit. Pagar dirawat sedemikian rupa sehingga tetap kokoh. Curah hujan yang
tinggi pada musim hujan dan suhu udara yang tinggi pada musim kemarau menyebabkan pagar menjadi rapuh.
Terutama pada tiang pagar, sebaiknya diberikan pelapis sebagi pelindung dari panas dan hujan, termasuk juga
rayap yang sering menggerogoti tiang pagar. Pagar juga harus bersih dari gulma sehingga memudahkan dalam
pemeriksaan. Di sekeliling tiang pagar dibuatkan parit yang dapat mengalirkan air untuk menghidari
tergenangnya air disekitar tiang pagar yang dapat menyebabkan tiang pagar semakin cepat keropos. Kawat duri
juga harus diperiksa ketegangannya. Kawat yang kurang kencang akan menyebabkan tiang pagar menjadi
miring dan akhirnya roboh.
Gambar C.1.g.1. Pagar kawat.
h. Pembuatan Rumah Mesin, Kantor Divisi dan Gubuk Berteduh
Pembuatan rumah mesin seharusnya dibuat bersamaan dengan pembuatan waduk. Tetapi mengingat daerah
kebun HD masih rawan terhadap pencurian, maka pembuatan rumah mesih dilaksanakan ketika penanaman
kecambah akan dilaksanakan. Rumah mesin terdapat di tiap-tiap waduk sehingga pembibitan kebun HD memiliki
2 rumah mesin. Rumah mesin dibangun sedemikian rupa sehingga dapat menampung 2 buah mesin beserta
jaringan pipanya. Lantai rumah mesin tersebut haruslah terbuat dari beton cor untuk menjaga mesin agar tidak
mudah goyang serta menahan getaran.
Selain rumah mesin, juga dibangun kantor divisi yang digunakan untuk mengatur pembagian kerja dan
memeriksa pekerja yang telah diabsen. Kantor divisi terletak tepat ditengah kebun dan dekat dengan kandangan
sehingga memudahkan pekerja dalam mengontrol bibit di kandangan. Gubuk tempat berteduh juga perlu
dibangun untuk tempat berteduh ketika pekerja sedang beristirahat. Hal ini disebabkan ukuran bibit yang rendah
sehingga tidak ada tempat berteduh bagi para pekerja, terutama ketika turun hujan.
Gambar C.1.h.1. Kiri: Gubuk; Kanan: Kantor divisi.
2. Tahap Pre-Nursery
a. Persiapan Media Tanah
Media tanah yang digunakan adalah tanah lapisan atas (topsoil) yang biasanya dilakukan dengan bantuan alat
berat baik excavator ataupun backhoe loader. Tanah yang digunakan tidak boleh kedap air, lempung gembur,
atau kadar pasir < 60%. Untuk kebun HD sendiri tanah topsoil didapatkan dari divisi inti dan diangkut dengan
menggunakan truk yang kemudian dikumpulkan menjadi 1 gunungan tanah.
Gambar C.2.a.1. Kiri: Tanah topsoil yang telah dikumpulkan; Kanan: Pengangkutan tanah.
Setelah tanah tersebut dikumpulkan, tanah kemudian diayak sehingga terbebas dari sampah organik (batang
kayu dan pelepah) ataupun dari sampah anorganik (plastik dan karung). Tanah yang telah diayak tadi kemudian
dicampur dengan menggunakan pupuk Rock Phospate (RP) dengan takaran 10 kg tiap 4.5 m3 tanah. Sebagai
perkiraan, setiap truk mampu mengangkut sekitar 3-4 m3 tanah dan setelah di ayak akan didapatkan tanah 2-3.5
m3 tanah sehingga setiap tanah hasil ayakan dari 2 truk dapat dicampur dengan 10 kg pupuk RP. Tanah yang
telah dicampur dengan pupuk dikeringanginkan selama 4 minggu. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
ketersediaan unsur hara P di dalam tanah sebelum dipergunakan sebagai media pembibitan.
b. Pengisian Polibag
Tanah yang telah di ayak dan dicampur dengan pupuk RP tadi kemudian dimasukkan ke dalam polibag yang
berukuran 22 cm x 15 cm dengan ketebalan 0.22 mm. Pengisian polibag dapat menggunakan piring, sekop kecil
ataupun tangan kosong. Selama pengisian polibag, pekerja juga harus memeriksa kembali tanah yang
dimasukkan ke dalam polibag jika terdapat sampah. Polibag tersebut harus di isi sampai penuh untuk
mengurangi resiko memadatnya tanah ketika disiram air.
Gambar C.2.b.1. Pengisian polibag kecil
Polibag kecil yang akan digunakan adalah polibag yang berkualitas baik. Kualitas yang jelek akan menyebabkan
polibag mudah robek dan nantinya akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Jumlah polibag kecil yang
dipesan sebanyak 110% kebutuhan yang akan digunakan untuk penanaman. Jumlah polibag kecil per kg sekitar
80-90 polibag sehingga ada baiknya ketika melakukan pemesanan, jumlahnya dilebihkan karena jika kekurangan
cukup sulit untuk memesan ke kantor pusat dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Polibag kecil yang
dipakai haruslah memiliki lubang pengeluaran air berdiameter 3 mm. Hal ini untuk menanggulangi kemungkinan
tergenang ketika hujan. Berat per polibag kecil sekitar 1-2 kg tergantung jenis tanah dan kelembaban tanah yang
digunakan.
c. Penyusunan Polibag
Polibag kecil yang telah di isi kemudian disusun per bedeng. Bedeng tersebut berisi 1000 polibag dengan
panjang 125 polibag dan lebar 8 polibag dengan perkiraan panjang bedengan 10 m dan lebar bedengan 1 m.
Pada pinggir bedengan diberikan tanah timbunan (guludan) untuk menjaga agar polibag tidak mudah berubah
dari posisi semula. Namun sebaiknya hal ini dihindari karena dengan menggunakan guludan, drainase air
menjadi terhambat dan air menjadi menggenang disekitar polibag. Guludan tersebut sebaiknya diganti dengan
menggunakan kayu sehingga drainase air dapat mengalir dengan lancer. Setiap 2 bedeng polibag kecil tersebut
diapit oleh 2 selang kirico sehingga setiap selang kirico mampu menyuplai 2 bedengan sekaligus (kanan dan
kiri).
Gambar C.2.c.1. Polibag yang telah selesai disusun di dalam bedengan.
Beberapa buku menyebutkan bahwa pada pre-nursery, bibit memerlukan naungan. Tetapi di kebun HD tidak
menggunakan naungan karena beberapa tahun yang lalu pembibitan kebun HD pernah menggunakan naungan,
dan ternyata bibit tersebut menjadi gosong. Kemungkinan besar hal tersebut disebabkan oleh pembukaan
naungan yang tiba-tiba sehingga bibit tersebut “kaget”. Rekomendasi pemberian naungan di pre-nursery
kemungkinan dibuat sewaktu belum ditemukan sistem penyiraman di pembibitan yang baik. Pemberian naungan
di pembibitan baik dengan menggunakan pelepah kelapa sawit maupun dengan menggunakan bahan lainnya
mulanya dimaksudkan untuk melindungi bibit dari penyiraman yang kurang sempurna terutama pada saat bibit
dalam masa-masa pertumbuhan kritis. Setelah sistem penyiraman dapat dilaksanakan dengan baik, misalnya
dengan sistem selang kirico, maka naungan pada pembibitan tidak direkomendasikan lagi. Apabila kebutuhan air
peyiraman cukup maka pemberian naungan pada pembibitan tidak memberikan dampak positif pada
pertumbuhan bibit. Penghilangan naungan akan memberikan dampak berkurangnya penyakit daun pada bibit.
Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa naungan berupa daun kelapa sawit akan menimbulkan (menularkan)
penyakit daun pada bibit kelapa sawit. Apabila karena alasan-alasan tertentu naungan tetap dipasang dapat
menyebabkan etiolasi (pertumbuhan memanjang akibat kekurangan intensitas cahaya) pada bibit yang tidak
diharapkan.
d. Penerimaan Kecambah
Ketika transaksi penerimaan kecambah dilakukan, harus diperiksa kecocokan antara packing list dengan
kecambah yang diterima. Packing list merupakan daftar kecambah yang diberikan pada saat transaksi yang
berisi informasi mengenai jumlah kecambah, varietas, dan tanggal pengiriman dari Seed Proccesing Unit (SPU).
Pada kardus kemasan kecambah juga terdapat segel untuk memastikan bahwa kardus tersebut tidak pernah
dibuka sebelumnya. Apabila segel tersebut rusak atau hilang, dapat dipastikan bahwa kardus tersebut telah
dibuka sebelumnya dan dapat dilaporkan kepada pihak SPU untuk menindaklanjuti temuan tersebut.
Gambar C.2.d.1. Kiri: Segel pada kardus; Kanan: Seed Label yang terdapat pada kantong.
Setiap kardus mampu menampung 2.500-2.600 butir kecambah. Pada waktu kardus tersebut dibuka, akan
didapatkan kantong plastik berisi kecambah yang dilampiri dengan seed label untuk menunjukkan informasi
mengenai kecambah yang terdapat pada kantong plastik tersebut. Informasi yang diberikan meliputi varietas,
nomor referensi, nomor male dan female, isi kantong plastik tersebut serta tanggal pengiriman. Untuk
memastikan bahwa kecambah tersebut telah melewati tahap pemeriksaan, maka di seed label tersebut disertai
cap quality control. Isi dari tiap-tiap seed label tersebut dikumpulkan menjadi satu lembar terpisah yang disebut
dengan packing list. Packing List tersebut harus disimpan sebagai bukti bahwa bibit yang ditanam berasal dari
kecambah yang telah bersertifikat. Waktu pengiriman kecambah yang diperlukan dari SPU ke kebun HD hanya 1
hari yang artinya kecambah dapat di seleksi pagi hari, di kemas siang hari, dan langsung di antar ke kebun HD
pada sore hari. Kecambah yang telah diterima harus segera ditanam untuk menghindari kerusakan kecambah.
Kecambah yang dikirimkan dalam sekali pengiriman dapat mencapai 25.000 butir kecambah sehingga
diperlukan manajemen yang baik untuk dapat menanam kecambah tersebut dalam waktu singkat dengan
mengatur kebutuhan tenaga dan pembagian tugas yang jelas.
Kebun HD menerima seluruh varietas yang dikirim oleh SPU, mulai dari SJ 1 (Nigeria), SJ 2 (Ghana), SJ 3
(Ekona), SJ 4 (Avros), SJ 5 (Dami Komposit), dan SJ 6 (Yangambi). Oleh karena itu, penanaman dilakukan
berdasarkan varietas sehingga memudahkan dalam pengawasan dan penjualan.
Kecambah yang dikirimkan merupakan hasil dari perkiraan penanaman tanaman kelapa sawit yang akan di
tanam tahun berikutnya ataupun yang akan di jual kepada pihak luar. Secara sederhana, kebutuhan kecambah
dapat diperkirakan sebelumnya dengan menetapkan jumlah-jumlah kecambah yang dapat hidup ataupun yang
abnormal. Kebun HD menerapkan rumusan pada kerapatan 135 pokok per ha sebagai berikut:
- Seleksi penerimaan kecambah 2,5 % atau 5 butir
- Seleksi bibit di Pre Nursery 10 % atau 20 butir
- Seleksi bibit Main Nurser 15 % atau 30 butir
- Disisipan 5 % atau 10 butir
Jumlah diatas merupakan perkiraan untuk mengatasi kekurangan kecambah. Jumlah kebutuhan kecambah
sebenarnya tidak dapat diduga dengan pasti. Namun dengan menggunakan kecambah bermutu tinggi,
diharapkan pengurangan kecambah akibat seleksi dapat diminimalkan.
e. Seleksi Kecambah
Sebelum dilakukan penanaman kecambah, trelebih dahulu dilakukan seleksi kecambah untuk menghindari
tertanamnya kecambah yang tidak layak tanam. Beberapa kriteria kecambah yang digunakan di kebun HD
adalah sebagai berikut:
1) Kecambah normal
- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) dapat dibedakan dengan jelas,
- Akar berwarna putih gading dengan panjang 8 – 20 mm,
- Pucuk meruncing, berwarna kuning keputihan,
- Posisi Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) bertolak belakang (T-shape).
Gambar C.2.e.1. Kecambah normal dengan panjang radikula < 20 mm.
2) Kecambah abnormal
- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) yang tidak berkembang,
- Kecambah lecet atau patah, berwarna coklat dan busuk,
- Tanpa akar atau pucuk dan atau salah satu akar atau pucuk tidak tumbuh,
- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) bengkok/berputar atau bentuk “U”,
- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) tidak dapat dibedakan.
- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) bersatu yang ujungnya membengkok seperti bentuk geraham.
Gambar C.2.e.2. Kecambah abnormal.
Kecambah yang telah ditetapkan termasuk kedalam kecambah abnormal kemudian diafkir atau dimusnahkan
dengan cara dipatahkan. Seharusnya pemusnahan kecambah dilakukan dengan menggunakan alat nut cracker,
namun berhubung alat yang dimaksud tidak tersedia, pematahan tunas atau akar adalah solusi terbaik yang
dapat dilakukan. Terkadang didalam 1 kantong kecambah tersebut terdapat beberapa kecambah yang memiliki 2
atau 3 tunas. Kecambah tersebut sering disebut dengan “kecambah kembar”. Kecambah ini tetap ditanam dan
dipelihara. Namun setelah bibit tersebut berumur 1,5 bulan, maka bibit tersebut dibelah, dan dipilih yang bagus
untuk ditinggal dalam polibag. Bibit kedua yang dipisah selanjutnya ditanam pada polibag kecil yang lain, dan
ditempatkan tersendiri untuk diberi perawatan khusus. Jika bibit kedua tidak baik maka langsung dimusnahkan.
f. Penanaman Kecambah
Penanaman kecambah dilaksanakan sesegera mungkin untuk mengungai resiko kerusakan kecambah.
Biasanya kerusakan kecambah yang muncul ketika kecambah terlambat ditanam adalah adanya kecambah yang
patah bagian tunas ataupun akarnya. Selain itu, terkadang kecambah yang disimpan terlalu lama akan
memunculkan jamur walaupun pada kemasan kantong telah dilengkapi dengan busa serpih yang disemprot
dengan fungisida, sehingga jamur tersebut kemungkinan besar tidak akan tumbuh. Ketika paket kecambah
sampai ke bibitan, kardus tersebut dibuka kemudian diperiksa lagi dan dicocokkan dengan packing list yang
menyertainya. Apabila sama, dilanjutkan dengan membuka kantong plastik dan memisahkan antara busa serpih
dengan kecambah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memisahkan busa serpih dengan kecambah
ini. Pertama dengan mengangin-anginkan busa serpih tersebut sehingga busa serpih terbang dari kumpulan
kecambah. Namun cara ini dirasa kurang baik karena busa serpih yang tertiup angin menjadi berterbangan dan
menyebar di areal pre-nursery sehingga kandangan menjadi tampak kotor. Sedangkan cara kedua adalah
dengan menggunakan ember berisi air. Isi yang terdapat di kantong kecambah tersebut ditumpahkan ke dalam
ember sehingga busa serpih yang massanya lebih ringan akan mengapung, sedangkan kecambah yang
massanya lebih berat akan tenggelam. Apabila sudah demikian, busa serpih tersebut dapat di angkat dengan
mudah dari ember. Kecambah yang berada di dalam ember juga dapat di angkat dan diletakkan di piring.
Gambar C.2.f.1. Kiri: Menugal; Kanan: Pemisahan busa serpih dengan kecambah.
Penanaman kecambah dilakukan oleh tim yang biasa menanam kecambah, karena selain membutuhkan
ketelitian yang tinggi, kebiasaan menanam kecambah juga akan mempengaruhi proses penanaman. Satu tim
terdiri dari 3 orang yang memiliki tugas masing-masing. Orang pertama bertugas menugal tanah di polibag,
orang kedua bertugas menanam kecambah, sedangkan orang ketiga bertugas menutup lubang yang telah berisi
kecambah. Namun terkadang tim ini tidak berjalan seperti apa yang diharapkan. Beberapa orang lebih suka
untuk mengerjakan semuanya secara bersama-sama, seperti menugal bersama, menanam bersama dan
menutup bersama. Tapi hal ini bukan merupakan suatu masalah karena waktu dan hasilnya tidaklah berbeda.
Gambar C.2.f.2. Kiri: Aplikasi pupuk RP; Kanan: Penanaman kecambah.
Terkadang beberapa hari sebelum penanaman kecambah, dilakukan aplikasi pupuk RP. Hal ini dikarenakan jika
aplikasi pupuk RP dilakukan ketika tanah belum di isikan ke dalam polibag, dikhawatirkan pupuk RP tersebut
tidak tersebar merata diseluruh polibag. Dengan dilakukannya aplikasi pemupukan per polibag diharapkan
terdapat pemerataan penggunaan pupuk RP tersebut. Dosis yang digunakan adalah 2 g/polibag dengan
menggunakan takaran Ally.
g. Penyiraman Bibit
Curah hujan menjadi penentu utama dalam penyiraman bibit. Jumlah curah yang turun dapat diketahui dari
ombrometer yang terdapat di halaman depan kantor. Apabila curah hujan di kebun HD di antara 8 mm dengan
18 mm, maka bibit disiram sekali dalam sehari. Apabila curah hujan pada hari itu lebih dari 18 mm, maka bibit
tidak lagi memerlukan penyiraman. Tetapi apabila curah hujan kurang dari 8 mm, maka bibit disiram dua kali
sehari (pagi dan sore). Kebun HD tidak menerapkan penyiraman 2 kali, namun hanya 1 kali walaupun curah
hujan kurang dari 8 mm. hal ini dikarenakan untuk 1 mesin pompa air membutuhkan 10 liter dalam 1 jam,
sehingga apabila dipaksakan 2 kali penyiraman dalam sehari akan menyebabkan kenaikan biaya yang sangat
besar. Kebutuhan minyak solar setiap hari ketika musim kemarau dapat mencapai lebih dari 400 liter.
Terkadang penyiraman juga tidak mengikuti aturan yang ada, tetapi lebih mengandalkan insting dan pengalaman
operator siram. Apabila ketika operator siram mengecek tingkat kelembaban tanah dan dinyatakan bahwa tanah
tersebut cukup lembab dan tidak perlu disiram, maka pada hari itu tidak disiram. Hal ini disebabkan karena
ombrometer berada di halaman depan kantor, sedangkan hujan yang turun belum tentu merata di seluruh kebun
sehingga apabila ombrometer menunjukkan curah hujan tinggi, belum tentu kadar air di pembibitan juga tinggi,
begitu juga sebaliknya apabila ombrometer di kantor rendah, belum tentu kadar air di pembibitan juga rendah.
Gambar C.2.g.1. Penyiraman bibit di pre-nursery.
h. Merumput dan Melumut
Kegiatan merumput dilakukan 2 minggu sekali dan hanya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara
mencabut atau memotong rumput yang ada di sekitar polibag ataupun yang ada di dalam polibag. Rumput hasil
cabutan tadi kemudian dikumpulkan dan ditempatkan di luar areal bibitan yang nantinya akan dimanfaatkan
sebagai mulsa. Namun sangat jarang rumput hasil cabutan tersebut digunakan sebagai mulsa, karena umur pre-
nursery yang relatif pendek. Selain itu memang telah disediakan mulsa khusus yang didatangkan dari PKS
berupa serat (fiber) kelapa sawit atau cangkang kelapa sawit. Selain itu memang di kebun HD tidak pernah
mengaplikasikan mulsa pada masa pre-nursery. Selain rumput, lumut juga patut diperhatikan. Hal ini
menyebabkan tanah menjadi kedap air sehingga air dan pupuk tidak mampu diserap oleh tanah. Pekerjaan
melumut ini dapat dilakukan bersamaan denga kegiatan merumput di atas polibag.
i. Konsolidasi
Konsolidasi merupakan kegiatan memperbaiki posisi polibag yang kurang benar seperti miring ataupun roboh.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga bibit tetap tumbuh pada posisi yang normal baik letak maupun arah
pertumbuhan. Kegiatan konsolidasi ini dilakukan seminggu sekali. Selain memperbaiki posisi bibit, dalam
konsolidsasi juga terdapat kegiatan menambah tanah pada polibag yang kekurangan tanah, menutup akar yang
terbuka dan memperbaiki arah bibit yang tidak tegak lurus. Terkadang sewaktu dilakukan penanaman,
kecambah ditanam kurang dalam sehingga ketika dilakukan penyiraman, kecambah muncul dari tanah sehingga
perlu dilakukan penimbunan tanah kembali. Selain itu, untuk bibit yang miring akan lebih mudah diperbaiki ketika
masih muda.
Gambar C.2.i.1. Konsolidasi.
j. Pemupukan
Pemupukan pada pre-nursery dilakukan dengan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh ARU. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk urea dan pupuk NPK 15.15.6.4. yang mengandung N-P-K-Mg. pupuk yang digunakan
terlebih dahulu dianalisa kesesuaian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk tersebut. Untuk saat ini,
rekomendasi yang digunakan oleh pembibitan kebun HD adalah sebagai berikut:
Gambar C.2.j.1. Pemupukan di pre-nursery.
Pemupukan dilakukan dengan melarutkan pupuk tersebut ke dalam 45 cc air. Untuk mempermudah dalam
pelaksanaan, pelarutan pupuk dilakukan dalam jumlah yang besar sehingga cukup untuk jumlah bibit yang
banyak. Sebagai contoh apabila ingin melarutkan pupuk urea untuk 10,000 polibag, maka diperlukan 750 gram
pupuk urea dan 450 liter air. Dengan demikian, tidak perlu menggunakan timbangan digital untuk menimbang
berat pupuk yang akan di aplikasikan. Dalam pelaksanaan pemupukan, pekerja menggunakan takaran yang
telah disediakan oleh perusahaan sehingga setiap polibag mendapatkan jumlah pupuk yang sama.
Minggu ke- Jenis Pupuk Dosis/polibag Keterangan
(gram)
4 Urea 0.075
5 NPK 15.15.6.4 0.15
6 NPK 15.15.6.4 0.15
7 NPK 15.15.6.4 0.1875
8 NPK 15.15.6.4 0.225
9 NPK 15.15.6.4 3.5 dibagi dalam 2 kali aplikasi
10 NPK 15.15.6.4 3.5 dibagi dalam 2 kali aplikasi
12 NPK 15.15.6.4 7 dibagi dalam 4 kali aplikasi
Tabel C.2.j.1. Tabel pemupukan pada pre-nursery.
k. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman, kebun HD lebih bertindak preventif, hal ini untuk mencegah
terjadinya serangan hama dan penyakit yang berat. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan cara kemis,
yaitu dengan menyemprot bibit setiap 2 minggu sekali. Walaupun begitu, pemeriksaan terhadap bibit dilakukan
setiap hari untuk mengetahui ada atau tidak serangan hama dan penyakit. Penggunaan bahan insektisida
ataupun fungisida sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh ARU. Namun saat ini dosis yang digunakan
oleh pembibitan kebun HD adalah decis 2 cc/liter dan dithane 2 g/liter yang diaplikasikan secara bersamaan. Hal
ini dilakukan untuk menekan biaya sehingga bibit tersebut dalam sekali penyemprotan sekaligus
mengaplikasikan insektisida dan fungisida sekaligus. Terkadang juga ditambahkan dengan Bayfolan (penghijau
daun) dan Agristik (perekat). Dalam pelaksanaannya pekerja menggunakan knapsack sprayer yang mampu
menampung air hingga 15 liter. Decis yang dibutuhkan untuk satu knapsack sprayer adalah 15 cc, sedangkan
dithane yang dibutuhkan adalah 15 cc.
Walaupun di areal pembibitan telah dikelilingi oleh parit dan tanggul dan pada pre-nursery telah dilengkapi
dengan pagar kawat, namun pencegahan terhadap serangan hama mamalia seperti sapi harus tetap dilakukan.
Hama sapi dapat dicegah dengan menggunakan tenaga jaga yang bertugas mengawasi sapi sehingga tidak
masuk ke areal pembibitan. Hama ini datang terutama ketika musim hujan tiba.
l. Seleksi Bibit di Pre-Nursery
Kemungkinan nasihat terbaik yang dapat diberikan kepada pekerja yang bertanggung jawab terhadap seleksi
bibit adalah aturan dasar “bila ragu-ragu terhadap kondisi suatu bibit maka bibit tersebut diafkir saja”. Seringkali
bibit yang kondisinya meragukan namun masih tetap dipertahankan atau tetap ditanam adalah karena adanya
pemikiran bahwa “bibit tersebut dapat dipulihkan dalam waktu tidak lama dan membutuhkan sedikit perhatian”.
Pemikiran tersebut salah, seharusnya seleksi bibit didasarkan pada pertimbangan yang realistis dan mematuhi
standar-standar seleksi yang telah ditetapkan. Akibat dari kesalahan pelaksanaan seleksi bibit adalah produksi
dari buah sawit yang ditanam akan memberikan hasil yang jelek.
Pembibitan kebun HD sangat menjaga kualitas bibit yang dihasilkan, sehingga diperlukan seleksi bibit yang ketat
untuk mencegah keluarnya bibit yang bermutu rendah. Pelaksanaan seleksi bibit di pre-nursery dilakukan setiap
satu bulan sekali. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi pengeluaran biaya perawatan yang tidak diperlukan.
Seleksi ini dilakukan sampai bibit dipindahkan ke main-nursery. Bibit yang telah dinyatakan abnormal kemudian
dipisahkan dan dimusnahkan dengan cara di cincang. Sedangkan kriteria bibit normal atau abnormal dapa
ditentukan dengan melihat penampilan bibit, seperti:
a) Bibit normal:
- Bentuk daun tumbuh sempurna dengan memiliki 3 sampai 4 helai daun,
- Daun yang tumbuh terakhir harus lebih besar dari daun yang tumbuh terdahulu.
Gambar C.2.l.1. Kiri: Kecambah normal; Kanan: Kecambah abnormal (twisted leaf)
b) Bibit abnormal
- Berdaun tegak lurus seperti lalang (Narrow Leaf or Grass Leaf),
- Daun berkerut (Crincled Leaf),
- Daun berpilin (Twisted Leaf),
- Daun bersatu (Collante),
- Helai daun bergulung (Rolled Leaf),
- Bibit sakit (Diseased Seedlings),
- Bibit kerdil (Runtseedling),
- Bulai/Albino (Chimera).
Abnormalitas bibit di pre-nursery yang paling sering terjadi adalah daun berpilin (twisted leaf). Hal ini disebabkan
karena ketika dilakukan penanaman, posisi plumula dan radikula terbalik, sehingga tunas berkembang memutar
dan menjadi berpilin. Untuk abnormalitas lainnya sangat jarang ditemui di pembibitian kebun HD.
3. Tahap Main-Nursery
a. Persiapan Media Tanah
Langkah-langkah dalam persiapan media tanah di main-nursery ini tidak berbeda dengan langkah-langkah yang
dilakukan pada persiapan media tanah di pre-nursery. Tanah yang digunakan adalah tanah topsoil yang berada
di divisi inti. Setelah itu, tanah di pindahkan ke areal pembibitan dengan menggunakan truk. Setiap truk mampu
mengangkut 3-4 bucket excavator atau setara dengan 3-4 m3 tanah yang mencukupi kebutuhan untuk 80-100
polibag besar. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan kembali kebutuhan tanah sesuai dengan rencana
penanaman di main-nursery. Tanah yang telah dikumpulkan tadi kemudian di ayak untuk membersihkan tanah
dari sampah-sampah organik maupun anorganik. Aplikasi pupuk RP baru dilaksanakan pada saat akan
dilakukan pindah tanam.
Gambar C.3.a.1. Kiri: Pembuatan ayakan; Kanan: Pengayakan tanah.
Ayakan dibuat dengan menggunakan kawat berlubang dengan ukuran lubang 1.5 cm x 1.5 cm dengan panjang
1.5 m dan lebar 1 m. Untuk rangka ayakan dibuat dari kayu gelam sepanjang 2 m yang diberi penguat bambu.
Ketika melakukan kegiatan tersebut, ayakan dimiringkan ± 60º sehingga mempercepat menurunnya tanah.
Sebelum melakukan pengayakan tanah, harus dipastikan tanah tersebut kering. Hal ini disebabkan supaya
pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah karena jika tanah dalam keadaan basah tanah tersebut menjadi sulit
untuk di ayak, selain tanah menjadi lebih berat, ketika basah tanah menjadi menggumpal.
b. Pengisian Polibag
Polibag yang digunakan di main-nursery kebun HD adalah polibag yang berukuran 40 cm x 50 cm dengan
ketebalan sekitar 0.22 mm. Polibag tersebut haruslah memiliki lubang pengeluaran air yang berguna untuk
mencegah terjadinya genangan air di dalam polibag yang berdiameter 3 mm. Berbeda dengan polibag kecil yang
dipesan 110% dari kebutuhan, polibag besar dipesan 100% dari kebutuhan sebenarnya. Setiap kg polibag besar
terdapat 10-14 lembar polibag. Polibag yang digunakan adalah polibag yang memiliki kualitas baik dengan
melihat ketahanannya terhadap panas, dingin ataupun robek. Terkadang terdapat polibag yang memiliki warna
hampir transparan yang dikarenakan zat warna yang digunakan sedikit, namun hal ini tidak mempengaruhi
kualitas polibag.
Gambar C.3.b.1. Kiri: pengisian polibag; Kanan: Polibag terisi penuh.
Polibag di isi penuh supaya tidak terjadi penurunan ketinggian tanah dalam polibag akibat tersiram air. Pengisian
polibag untuk main-nursery dilakukan secara bersama-sama yang beranggotakan 3 orang. Orang pertama
bertugas mencangkul, orang kedua bertugas membersihkan ayakan, dan orang ketiga bertugas mengisikan
tanah ke dalam polibag. Berat satu polibag besar berkisar antara 15 kg hingga 20 kg tergantung kepada jenis
tanah dan kadar air tanah.
c. Penyusunan Polibag
Polibag yang telah terisi penuh kemudian di distribusikan (langsir) ke tempat penanaman yang telah
direncanakan. Kegiatan langsir bibit ini dapat menggunakan angkong, dapat juga dengan cara dipanggul
tergantung jarak yang ditempuh dan jumlah tenaga. Kegiatan langsir polibag besar ini langsung dilanjutkan
dengan penyusunan (spacing) polibag. Pembibitan di kebun HD menggunakan jarak tanam polibag 90 cm x 90
cm x 90 cm, kegiatan spacing ini sama dengan kegiatan spacing ketika penanaman bibit di areal, hanya saja
skalanya lebih kecil. Spacing dilakukan untuk membuat jarak tanam yang seragam, sehingga setiap bibit kelapa
sawit mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh sinar matahari. Spacing polibag ini dilakukan
dengan menggunakan kawat panjang yang telah diberi tanda berupa karet yang digulung. Terdapat dua macam
kawat yang digunakan dalam kegiatan spacing ini. Pertama adalah kawat yang digunakan untuk posisi antar
baris (90 cm) dengan panjang 11.7 m yang dapat memuat 13 titik spacing. Sedangkan yang kedua adalah untuk
menentukan titik dalam baris polibag (78 cm) dengan panjang 10.14 m yang dapat memuat 13 titik spacing.
Kegiatan spacing dimulai dengan memubuat kandangan, yaitu polibag pada posisi terpinggir dari suatu blok
pembibitan tersebut.
Gambar C.3.c.1. Kiri: Langsir bibit; Kanan: Spacing bibit.
Perlu diperhatikan ketika kegiatan langsir polibag dilakukan. Ketika mengangkat polibag, yang diangkat adalah
bagian dasar polibag, bukan pangkal polibag. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko polibag robek. Selain itu
perlu diperhatikan juga ketika menurunkan polibag baik dari panggulan ataupun dari angkong, polibag tidak
boleh dibanting untuk menghindari pecahnya polibag akibat tekanan yang berlebihan ketika polibag diturunkan.
d. Pemasangan Instalasi Kirico
Instalasi kirico dipasang segera setelah seluruh polibag telah selesai di spacing. Setiap satu gulung selang kirico
memiliki panjang 100 m yang cukup untuk 1 baris blok. Selang kirico tersebut disambung ke pipa dengan cara
mengikatnya dengan kawat. Harus dipastikan bahwa lubang yang ada pada selang tersebut berada di atas.
Setelah semua selang dipasang, selang tersebut di uji coba dengan mengalirkan air dan melakukan kalibrasi
tekanan dengan menggunakan Pressure Gauge.
Gambar C.3.d.1. Pemasangan instalasi kirico.
e. Pemindahan dan Penanaman Bibit
Bibit kelapa sawit yang telah berumur 3 bulan di pre-nursery harus dipindah ke polibag besar (main-nursery).
Pemindahan bibit dari pre-nursery ke main-nursery dilakukan berdasarkan tanggal tanam, varietas dan nomor
male serta penempatan di lokasi main-nursery. Pindah tanam dilakukan dengan menggunakan angkong yang
disusun sedemikian rupa sehingga dapat menampung maksimal 150 polibag kecil. Jumlah bibit yang
dipindahkan harus dihitung untuk menghindari perbedaan catatan yang ada di kantor dengan jumlah di
lapangan. Bibit yang telah dilangsir langsung didistribusikan ke setiap polibag besar dengan meletakkannya di
samping polibag besar. Dengan demikian pekerja yang memiliki tugas menanam tidak lagi kesulitan untuk
membawa bibit kecil ke tempat penanaman.
f. Penanaman Bibit
Sebelum dilakukan penanaman bibit kecil ke polibag besar, terlebih dahulu tanah yang ada di polibag dibor
dengan menggunakan alat khusus yang telah disediakan. Tanah di bor dengan kedalaman sekitar 20 cm, sesuai
dengan tinggi polibag kecil sehingga ketika penanaman tidak ada bagian tanaman yang menyembul keluar. Cara
mengebornya adalah dengan menekan bor tersebut kedalam tanah, kemudian diputar hingga 90º dan kemudian
diangkat dan bor tersebut diayunkan di sela-sela antar polibag. Untuk mempermudah dalam pengeboran,
sebelum dilakukan pekerjaan ini sebaiknya tanah disiram terlebih dahulu sekitar 15 menit, baru kemudian di bor.
Hal ini dikarenakan jika tanah kering cenderung keras dan mempersulit masuknya bor ke dalam tanah, begitu
juga sebaliknya. Bor yang digunakan di pembibitan kebun HD terbuat dari pipa PVC 4” dengan ujung pipa
diruncingkan dan pangkalnya diberi pegangan yang terbuat dari kayu. Panjang bor sekitar ± 60 cm dengan
pegangan berada 10 cm dibawah pangkal bor yang terbuat dari kayu gelam.
Gambar C.3.f.1. Kiri: Bor pembuat lubang tanam; Kanan: Pembuatan lubang tanam.
Polibag besar yang telah dibor kemudian biberi pupuk RP untuk meningkatkan kadar P di dalam tanah. Seperti
yang telah dijelaskan pada bagian persiapan media tanah bahwa aplikasi pupuk RP ketika tanah masih dalam
bentuk gundukan sangat sulit sehingga lebih mudah apabila diaplikasikan ketika tanah telah di isikan ke polibag
besar. Selain itu, apabila pupuk dicampur bersama dengan tanah yang belum di bor, ketika pengeboran secara
langsung maupun tidak langsung akan ada pupuk RP yang terbuang bersama tanah yang terbawa bor tersebut.
Dosis yang digunakan untuk setiap polibag adalah 30 gram yang aplikasinya menggunakan takaran yang telah
disediakan oleh perusahaan. Pupuk RP tersebut ditaburkan tepat didalam lubang hasil pengeboran sebelumnya.
Gambar C.3.f.2. Penanaman bibit main-nursery.
Polibag yang telah di bor dan di beri pupuk RP siap untuk ditanami. Polibag kecil yang telah berada di samping
polibag besar kemudian di angkat untuk dipindah tanam. Polibag kecil berisi bibit pre-nursery di angkat,
kemudian dimiringkan dan dipukul-pukul sehingga tanah memadat dan mudah untuk dikeluarkan dari polibag
kecil. Bibit kecil tadi kemudian di masukkan ke dalam lubang yang telah diberi pupuk, dan di tekan sedikit
sehingga permukaan tanah menjadi rata. Harus dipastikan bahwa posisi bibit tersebut tegak lurus. Apabila
kegiatan penanaman telah selesai dilakukan, sisa polibag kecil dikumpulkan dan dipilah-pilah antara polibag
kecil yang masih dapat digunakan dan polibag kecil yang tidak dapat lagi digunakan. Polibag yang telah
dipisahkan tadi kemudian dimasukkan ke karung. Untuk polibag yang masih dapat digunakan di simpan di dalam
gudang, sedangkan untuk polibag yang tidak dapat lagi digunakan di letakkan di samping gudang.
g. Aplikasi Mulsa
Sekitar 2 minggu setelah penanaman di polibag besar, bibit kelapa sawit tersebut diberi mulsa. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi biaya perawatan dan efisiensi kerja. Dengan diberikannya mulsa pada bibit kelapa sawit
tersebut maka pertumbuhan gulma dapat ditekan sehingga kegiatan merumput dapat dikurangi dan persaingan
antar tanaman juga menurun. Selain itu, mulsa juga bermanfaat untuk mengurangi penguapan air tanah
sehingga tanah tidak mudah kering. Mulsa dapat berasal dari serat (fiber) ataupun cangkang kelapa sawit. Tetapi
belakangan ini penggunaan mulsa cangakang sangat jarang dilakukan, selain harganya mahal, cangkang juga
digunakan sebagai bahan bakar di PKS sehingga jumlahnya sangat terbatas. Yang perlu di ingat adalah fiber
yang baru dating dari PKS haruslah dibiarkan selama minimal 2 minggu, karena fiber yang baru dating tersebut
masih panas sehingga apabila dipaksakan untuk langsung diaplikasikan dikhawatirkan akan membuat bibit
tersebut gosong karena kepanasan. Cara aplikasi mulsa ini adalah dengan membawa mulsa dalam karung
kemudian dibawa ke polibag besar yang akan di beri mulsa. Setelah itu mulsa tersebut disebar merata di atas
tanah hingga mulsa menutup seluruh permukaan tanah.
Gambar C.3.g.1. Kiri: Polibag yang telah diberi mulsa; Kanan: Rumput di sela-sela mulsa.
h. Penyiraman
Salah satu kebutuhan utama bibit kelapa sawit adalah air, sehingga sebisa mungkin tanah yang berada dalam
polibag dalam keadaan lembab atau basah. Penyiraman bertujuan memberikan seluruh bibit untuk memperoleh
kelembaban yang cukup dan menghindari bibit kurang air. Kebutuhan air setiap polibag ± 2 liter per hari. Bibit
disiram dua kali sehari (pagi dan sore), jika curah hujan lebih dari 8 mm, penyiraman cukup dilakukan satu kali.
Jika curah hujan lebih dari 18 mm maka tidak perlu dilakukan penyiraman. Namun untuk mencapai tingkat
efisiensi maksimum, pelaksanaan penyiraman dilakukan hanya 1 kali sehari walaupun hari sebelumnya tidak
turun hujan. selain itu, keputusan dilakukan kegiatan penyiraman atau tidak juga ditentukan oleh operator siram
dengan mengandalkan pengalaman yang dimiliki. Apabila dirasa tanah masih lembab, maka penyiraman ditunda
pada hari berikutnya. Apalagi pada bibit main-nursery yang telah berumur lebih dari 9 bulan, penyiraman tidak
lagi menjadi suatu kegiatan yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan pada bibit yang berumur 9 bulan ke atas,
akar bibit telah menembus polibag dan sumber air serta unsur hara tidak lagi terfokus pada kandungan yang ada
di polibag. Penyiraman dapat dilakukan 2 atau 3 harus sekali. Yang terpenting adalah bibit main-nursery yang
berumur < 9 bulan tidak boleh kekeringan karena bibit berumur 10 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Studi Tentang Perkebunan dan Pemasukan Minyak Kelapa Sawit Indonesia. International Contect
Bussines System, Jakarta.
______. 2003. Pedoman Teknis Pembibitan Kelapa Sawit. Makin Group. (tidak dipublikasikan).
______. 2006. Plantation Location. http://www.sampoernaagro.com/plantation location.html. Diakses 10 Oktober
2008.
Corley, R. H. V. 1976. Oil Palm Research, The Genus Elaies. Elsevier, Amsterdam.
Fauzi, Y, YE. Widiastuti, I. Setyawibawa dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan
Limbah, Analisis dan Pemasaran, Penebar Swadaya. Jakarta.
Hartoyo. 2009. Pengenalan Perkebunan Kelapa Sawit. Presentasi Asisten Training 2009 PT Sampoerna Agro,
Tbk. Ogan Komering Ilir. (tidak dipublikasikan)
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematangsiantar.
Mangoensoekarjo, S. dan A.T. Tojib. 2003. Manajemen Budidaya Kelapa Sawit (dalam : Manajemen Agrobisnis
Kelapa Sawit, Penyunting : S. Mangoensoekarjo dan H. Semangun). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Murfiah, S. 2009. Pembibitan Kelapa Sawit. Presentasi Asisten Training 2009 PT Sampoerna Agro, Tbk. Ogan
Komering Ilir. (tidak dipublikasikan)
Purba, A. R., D. Asmono, E. Supriyanto, Y. Yenni, Sujadi, dan N. Supena. 2006. Pusat Penelitian Kelapa Sawit –
Pemuliaan Tanaman. http://www.iopri.org/ index.php?option=com_content&task=section&id
=8&Itemid=31&lang=id. Diakses tanggal 1 September 2008.
Setyawibawa, I. dan Y.E. Widyastuti. 1998. Kelapa Sawit : Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, K. dan P. Purba. 1992. Pupuk tunggal sebagai pengganti pupuk majemuk dan pengurangan frekuensi
aplikasi pada pembibitan klon kelapa sawit. Buletin Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. 12(1):25-34.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
http://puputwawan.wordpress.com/2011/06/25/budidaya-kelapa-sawit-pembibitan-kelapa-sawit/
BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PROSPEK YANG CERAH DI KETAPANG KALIMANTAN BARAT
26OKT
I. BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
Didalam budidaya tanaman kelapa sawit, kegiatannya meliputi pembukaan lahan/
kebun atau Land Clearing(LC), teknik pembibitan dan pemeliharaannya, kegiatan
pemeliharaan tanaman kelapa sawit di TBM (tanaman belum menghasilkan) dan TM
(tanaman menghasilkan) hingga pemanenan TBS (tandan buah sawit.
1.1 Pembukaan Kebun Baru
Untuk pembukaan perkebunan baru ada beberapa usaha yang harus dilakukan
mulai dari bagaimana cara perolehan lahan, perencanan tata ruang sampai dengan
pembukaan lahan secara fisik.
1.2 Perolehan Lahan
Proses perolehan lahan baru dan pengembangannya ditetapkan oleh Manajemen
sebagai langkah ekspansifperusahaan menuju terwujudnya luasan area yang
ditetapkan. Didalan pelaksanannnya pihak Manajemen mendapatkan
usulan/masukan dari public affair departemen (PAD) atau sebaliknya.
Adapun Tahapan-tahapan dalam perolehan antara lain:
A. Perizinan Area Baru
Public affair departemen (PAD) bertugas untuk menyelesaikan proses perizinan
area baru yang dimulai dari tahap proses perolehan area sampai perolehan hak
guna usaha (HGU). Apabila dijumpai okupasi atau permasalahan dalam area yang
akan diurus perizinannya maka pimpinan Proyek/ manajemen Kebun diwajibkan
membantu PAD untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sampai tuntas.
B. Penilaian Kelayakan Lahan
Setelah mendapatkan izin untuk pembukaan lahan maka selanjutnya adalah
penilaian kelayakan lahan atau survey pendahuluan (desk study) yang dilakukan
oleh Riset dan GIS (geografic information system) untuk mendapatkan informasi
yang mencakup:
Kelayakan area baru untuk dilakukan penanaman Kelapa Sawit
Alternatif jalan masuk ( Acces Road) menuju area baru
Sumber air yang cukup untuk rencana pembibitan, Emplasemen/Pondok dan
pabrik
Potensi masalah sosial
Apabila dari hasil survey pendahuluan menunjukan prospek bisnis yang
menguntungkan, menejemen akan menugaskan Riset dan
GIS (geografic information system) untuk melakukan survey lanjutan tentang
kelayakan area yang mencakup: Teknis, ekonomi, pemasaran, sosial dan
lingkungan. Dan beberapa informasi yanag lebih mendetail, mencakup:
Luas area berdasarkan kelas tanah.
Luas kerangka berdasarkan tahapan penanaman disertai tanda batas
dilapangan.
Kondisi dan taksiran luas hutan primer, skunder, semak belukar, dan lalang.
Jaringan outlet beserta ukurannya untuk area rendahan dan gambut.
Lokasi Sunber material pada area baru.
Lokasi prasarana (rencana: dermaga, bulking, Gudang sentral. dll)
Hasil survey semi detail manajemen menetapkan rencana penyelesaian dan jangka
waktu pembangunan kebun baru, dengan menugaskan departeman agronomi
dibantu tim yang terdiri dari finance, dan engineering untuk menyusun rencana kerja
proyek (RKP) dan master plan kebun dan pabrik. Rencana Kerja
Proyek (RKP) merupakan rencana detail yang berisi informasi.
1 Jangka waktu pembangunan kebun
2 Tahapan – tahapan pembukaan kebun
3 Kebutuhan SDM
4 Keuangan
5 Alat berat dan kendaraan
Sedangkan, Penyusunan Master Plan kebun, disusun berdasarkan hasil survey
lahan yang mencakup informasi :
1 Batas kebun dan batas wilayah kebun
2 Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai ( termasuk renca outlet)
3 Jaringan jalan, untuk penghubung keluar masuk lokasi dermaga
4 Penentuan Main Road (jalan utama) dan Collection Road (jalan koleksi)
5 Rencana pembagian blok dan luas blok
6 Lokasi bibitan
7 Rencana Lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lain
8 Rencana lokasi pabrik dan perkantoran
9 Lokasi sumber material penimbun dan pengeras jalan
10 Lokasi hutan konservasi / penyangga
1.3 Perencanaan lokasi Sarana Penunjang
Untuk kelancaran dalam pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit maka harus
segera dibangun beberapa sarana penunjang antara lain: lokasi kantor, lokasi
bibitan, lokasi jalan masuk, lokasi pabrik dan lokasiemplasemen.
Untuk menentukan lokasi kantor dan tempat tinggal pengurus. Pimpinan proyek /
manajer kebun segera mengidentifikasi lokasi yang sesuai untuk bangunan kantor
dan tempat tinggal sementara. Lokasi yang sudah ditetapkan tersebt diupayakan
akan menjadi tempat pembangunan kantor permanen, Gudang
dan Emplasemenkebun memasuki masa stabil. Penetapan lokasi harus mendapat
persetujuan dari KAWIL (kepala wiayah) dan GM (general manager) Plantation.
Setelah penentuan lokasi untuk perkantoran, Pimpinan proyek manajer kebun pjuga
mengidentifikasi area yang akan digunakan untuk pembibitan dengan
mempertimbangkan persyaratan lokasi bibitan yang ideal. Setelah lokasi bibitan
disetujui oleh KAWIL ( kepala wilayah) dan GM (general manager) Plantation,
pimpinan proyek / Manager kebun segera menyusun Rencana Kerja dan Anggaran
untuk pelaksanaan oprasional pekerja bibitan.
Menentukan lokasi jalan masuk dengan mempertimbangkna hasil survey semi
detail. Dalam hal ini Pimpinan proyek / manajer kebun bersama-sama dengan Lahan
untuk jalan masuk harus dibebaskan dari kepemilikan masyarakat minimal 50 meter
dari kiri kanan jalan. Guna menjaga keamanan dari berbagai gangguan maka perlu
dibuat parit 2 x 2 x 1,5 m sebagai pembatas sepanjang sisi kiri dan kanan jalan.
Kemudian untuk selanjutnya penentuan lokasi pabrik kelapa sawit (PKS) dan
Emplasemen, Pimpinan Proyek / Manager kebun, GIS, dan Enginering malakukan
survey untuk menentukan kelayakan tata letak rencana pembangunan PKS serta
Emplasemen pada tempat yang ditunjuk. Berdasarkan hasil survey tersebut,
managemen memutuskan lokasi terbaik yang akan dibangun. Untuk menghindari
kesalahan penanaman pada lokasi yang di rencanakan akan di bangun PKS
maupun Emplasemen maka harus segera dibuat tanda di lapangan dengan
pemasangan papan nama sekaligus patok batas lokasinya. Pimpinan
Proyek/Manajer kebun segera menginformasikan kepada Asisten Pengembangan
untuk menghindari penanaman pada lokasi yang sudah dicadangkan tersebut.
1.4 Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan adalah merupakan kelanjutan tahapan setelah mendapat izin hak
guna usaha (HGU) dan telah dilakukan uji kelayakan lahan. Adapun Tahapan –
tahapan dalam pembukaan lahan antara lain:
Survey Lahan dan evaluasi lahan
Kegiatan survey lahan dan evaluasi lahan dilakukan oleh para ahli PMNP, kegiatan
ini bertujuan mengetahui layak atau tidak dan sesuai atau tidak lahan tersebut
dinyatakan untuk dijadikan lahan untuk tanaman BudidayaTanaman Kelapa Sawit.
Rintis-Bloking
Kegiatan rintis bloking bertujuan untuk menentukan tata batas / kerangka kebun,
menentukan desain blok yang akan dikerjakan dan menentukan tata batas jalan
utama ataupun jalan koleksi.
Pembuatan rintis bloking dan jalan di areal datar, didasarkan pada peta rencana
blok, kemudian dilakukan kegiatan rintis
jalan Main Road dan Collection Road, penentuan arah jalan mempertimbangkan
bentangan luasan kebun dengan menggunakan kompas / Theodolite. Jarak titik
pancang antar jalan utama (MR) adalah 1.009 m dan antar jalan koleksi (CR) 307
m, dengan lebar blok 300 m dan panajang blok 1.000 m.
Sedangkkan untuk areal berbukit dilikaukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum
rintis-bloking maupun pembuatan jalan. Untuk luasan blok pada areal berbukit tidak
meski 30 ha tetapi dapat disesuaikan dengan kondisi jaln kontur.
Pancang Rintis
Penentuan jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1009 M, dan antar
jalan koleksi (CR) 309 M, dengan lebar blok 300 M, dan panjang blok 1000 M,
dengan lebar MR 9 M dan CR 7 M. sedangkan jarak antar MR disesuaikan dengan
kelipatan jarak tanaman.
Imas
Imas merupakan kegiatan memotong anak kayu dan tanaman yang merambat
berdiameter kurang dari 10 cm dengan menggunakan parang dan kapak. Tujuan
imas ialah untuk mempermudah penumbangan pohon dan pelaksaan perun
mekanis, diusahakan serendah mungkin dengan permukaan tanah.
Tumbang
Penumbangan pohon dengan menggunakan gergaji mesin / cheinsaw dilakukan
setelah di imas. Penumbangan dilahan gambut dilakukan setelah minimal 6 bulan
selesai pembuatan parit outlet dan parit utama.
Ketentuan dalam penumbangan kayu:
Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang diareal jalur air dan jalan
Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbangkan sampai
dilakukan perun mekanis.
Perun Mekanis
Perun mekanis dengan menggunakan alat berat buldozer atau excavator. Perun
mekanis merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada
gawangan mati sejajar dengan baris tanaman mengarah timur dan barat. Lebar
rumpukan untuk areal mineral 2 M dengan jarak antar rumpukan 32 M sedangkan
pada areal gambut 4M dengan jarak antar rumpukan 16M. Posisi Buldozer berada
pad gawangan hidup dan kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu-kayu diatur
pada gawangan mati sejauh 2,5 m dari radius pohon sawit.
Pancang Jalur Rumpukan (pancang staking)
Pancang rumpukan dipasang pada jalur utama rumpukan dan berada di gawangan
mati. Tinggi pancang 4M dan diberi bendera warna merah atau putih agar mudah
dilihat oleh operator excavator atau buldozer. Setiap jarak 50 m diberi pancang
pembantu sehingga ada 6-8 pancang dalam satu jaluran.
1.5 Pembuatan Prasarana Jalan
Jalan merupakan urat nadi perkebunan karena fungsi jalan sangat vital, Yakni:
sebagai penghubung dari dan keluar kebun/ pabrik, jalur transaportasi TBS, jalur
trasportasi pemupukan, karyawan, material bangunan serta sebagai pembatas blok.
Putusnya jalan akan menghambat semua aktivitas sehingga dapat mengganggu.
Jenis -jenis Jalan:
1. Main Road (MR) dibangun dari timur kebarat dengan jarak antar jalan utama
1000M dan lebar badan jalan 9 m. Untuk areal gambut atau rawa jalan dibuat
dengan sistem tanggulan dan pembuatan parit pada salah satu sisi badan jalan.
Ukuran parit lebar atas 4 m, bawah 3 m, dalam 4 m.
2. Collection Road (CR) dibangun searah utara selatan, jarak antar koleksi 300 m
dan lebar badan jalan 7 m.
3. Jalan kontur, jalan yang dibangun padaareal berbukit, dibuat dengn memotong
jalur kontur dngn lebar 5-7 m.
1.6 Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan kelapa sawit merupakan kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit
secara generatif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kelapa
sawit antara lain genetic tanaman (innate), perlakuan (induce)dan factor lingkungan
atau kondisi alam (enforce).
Faktor innate adalah factor yang terkait dengan genetic tanaman yang bersifat
mutlak dan sudah ada sejak terbentuknya embrio dalam biji. Untuk mengelola
factor innate ini yaitu dengan memilih jenis kecambah dan membeli yang mendapat
jaminan yang dikeluarkan oleh institusi resmi salah satunya seperti PT. Socfindo,
adapun jenis bibit yang digunakan di BGA yaitu PT. Socfindo dan Lonsum
yang keduanya merupakan hasil persilangan bibit Dura dan Pisifera.
Faktor induce adalah factor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi
sifat genetic sebagai manifestasifactor lingkungan yang terkait dengan perlakuan
manusia. Faktor induce ini berperan mulai dari bibitan sampai pemeliharaan
dilapangan, seperti pemupukan.
Faktor enforce adalah factor lingkungan (alam) yang bersifat merangsang atau
menghambat pertumbuhan produksi tanaman, seperti iklim, temperatur, curah hujan,
keadaan tanah dll. Kualitas bibit merupakan faktor penting untuk mendapatkan
minyak kelapa sawit (mks) yang tinggi dan diharapkan bibit tersebut sudah mulai
panen pada umur 30 bulan.
Untuk Kualitas bibit dilapangan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :
1 Potensi genetik dan asal – usul persilangannya
2 Kultur teknis dalam penanaman dan pemeliharaan bibit
3 Seleksi bibit
4 Umur bibit saat ditanam kelapangan
Pemilihan sumber kecambah merupakan faktor terpenting karena setelah ditanam
kelapangan maka selama 25 sampai 30 tahun kedepan potensi produksi tidak dapat
diperbaiki.
1.6.1 Penentuan Lokasi Bibitan
Penentuan lokasi bibitan akan menentukan sistem pembibitan yang digunakan oleh
perusahaan dengan melihat untung dan rugi terkait biaya yang harus dikeluarkan
selama masa bibitan.
Adapun faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi bibitan
yaitu :
1 Lokasi harus datar dan lapang
2 Tersedia air yang cukup minimal 40.000 liter/Ha per hari.
3 Aman dari gangguan hama penyakit
4 Dekat dengan Emplasmen sehingga pengawasan lebih intensif
1.6.2 Persiapan Lahan Bibitan
Lahan bibitan harus sudah dalam kondisi bersih lengkap dengan instalasi air dan
jaringan jalan.
Tahapan persiapan lahan bibitan:
1 Memilih lokasi potensial.
2 Membuat jalan tetap menuju bibitan.
3 Membersihkan areal penyemaian PN (pre nursery) dan MN (main nursery)
secara mekanis.
4 Membuat drainase dengan baik sehingga air hujan tidak tergenang.
5 Membuat irigasi
1.6.3 Sistem Irigasi/ Pengairan
Tujuan penerapan sistem irigasi yang tepat adalah untuk menjamin bahwa masing –
masing bibit memperoleh air yang cukup setiap hari untuk mendapatkan
pertumbuhan yang optimal.
Adapun sistem penyiraman yang digunakan di BGA yaitu sistem pengairan berkabut
atau Mist Irrigation. Air yang digunakan harus bersih dan baik dengan Ph minimum
4. Pembuatan sarana irigasi harus sudah selesai sebelum dimulainya kegiatan
pembibitan baik di Pre Nursery maupun Main Nursery.
Ada beberapa macam sistem irigasi yang biasa digunakan dalam pembibitan kelapa
sawit, diantaranya :
1 Sistim irigasi manual
2 Sistim irigasi semi manual
3 Sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (kirico) yang
bertekanan.
Sistem irigasi yang digunakan di perusahaan BGA yaitu sistm irigasi tabung dengan
menggunakan selang plastik (kirico). Sistem kirico ini banyak memiliki kelebihan dan
mudah dalam pengaplikasiannya, sehingga selain biaya yang murah juga efektif
terhadap sistem penyiraman bibit karna jumlah air yang keluar merata. Bagian –
bagian instalasi pada irigasi tabung terdiri dari mesin pompa, waduk sumber air,
bagian pemancar yang dilengkapi dengan keran, selang plastik
berlubang (kirico) dan sambungan – sambungan pipa keran. Pipa yang digunakan
dalam sistem irigasi adalah pipa PVC 6”, 4” dan 2” serta selang kirico. Jenis mesin
20 hp @1,250 RPM.
1.6.4 Macam-macam tahapan Pembibitan
Ada dua macam cara yang umum dilakukan dalam tahap bibitan yaitu cara langsung
atau satu tahap (single stage) dan cara tidak langsung atau dua tahap (double
stage)
a). Pembibitan satu tahap
Pada perkebunana yang sudah mapan ( established ) atau yang mempunyai
topografi area datar cukup luas, dapat digunakan pembibitan satu tahap (single
stage). Pada pembibitan ini kecambah langsung ditanam dalam largebag di main
nursery yang sudah dilakukan penjarangan (spacing) dengan jarak tanam 70cm
segitiga sama sisi (dalam 1 ha bisa menampung 17.000 sd 20.000 bibit). Sebelum
dilakukan penanaman kecambah maka instalasi air harus sudah terpasang pada
seluruh areal pembibitan yang sudah direncanakan.
b). Pembibitan Dua Tahap
1). Pre Nursery
Tujuan pre nursery adalah memberi waktu lebih longgar untuk membuat persiapan
area bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan bibit selama 3 bulan pertama
atau setelah bibit memiliki 4-5 helai daun.Pre Nursery juga bertujuan untuk
mengoptimalkan dalam pemeliharaan.
2). Main Nursery
Transplanting ke Main Nursery dilakukan pada bibit yang berumur 3 – 4 bulan atau
setelah bibit memiliki 4 – 5 helai daun.
Tata cara pelaksanaan transplanting dari pre nursery ke main nursery sebagai
berikut :
1. Pastikan Largebag sudah tersusun benar dengan posisi tegak dan telah diisi
tanah.
2. Satu hari sebelum transplanting dilakukan penyiraman guna memudahkan
pembuatan lubang tanam
3. Buat lubang ditengah largebag dengan menggunakan alat pelubang dengan
kedalaman lubang disesuaikan dengan tinggi bibit (potrey)
4. Siram bibit di PN (pre nursery) sebelum dipindahkan
5. Angkat bibit PN (prenursery) hati-hati dan disusun keatas masing-masing kotak
kayu sebagai tempat pengangkutan dari lokasi PN ke MN menggunakan mobil
atau jonder.
6. Bibit ditanam ke largebag dan padatkan tanahnya
7. Lakukan penyiraman secukupnya segera sesudah transplanting
Untuk pembibitan tahap awal PN (prenursery) di BGA tidak menggunakan babybag
tetapi menggunakan potraykhusus berlogo BGA, ukurannya tinggi 10cm, diameter
5cm, berbentuk kerucut. System bibitan dengan mengguankan potray ini memiliki
kelebihan diantaranya menghemat tempat atau lokasi bibitan, mudah dalam proses
perawatan, Pada saat transplanting atau pemindahan bibit dari PN ke MN dibarengi
dengan pemberian pupuk guano dan agroblen sebagai pupuk dasar yang berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan akar. Dosis untuk pupuk guano ialah 15gr/pokok,
sedangkan pupuk agroblen 50gr/pokok.
1.6.5 Kerapatan Tanam
Terdapat perbedaan Kerapatan tanam antara area datar dengan area berbukit, hal
tersebut terkait dengan teknik penanaman dan pertimbangan saat panen.
Penentuan kerapatan tanaman pada area datar sangat dipengaruhi oleh jenis bibit
yang akan ditanam. Untuk jenis bibt yang memiliki diameter daun cukup lebar
(contoh ; Marihat) maka jarak tanam harus lebih dijarangkan agar pelepah daun
tidak saling menutupi (bisa terjadi kompetensi sinar matahari), sedangkan untuk bibit
yang memiliki diameter daun yang lebih sempit (contoh: PPKS Dumpy, Socpindo)
maka dapat ditanam lebih rapat.
Tabel 1.1 Kerapatan Tanam.
Kerapatan tanam
(pohon/Ha)
Jarrak tanam anatara pohon
(segitiga sama sisi) Jarak tegak lurus antar baris
128 9.5 m 8.23 m
130 9.4 m 8.14 m
136 9.2 m 7.97 m
148 8.8 m 7.62 m
160 8.5 m 7.36 m
Sumber : Pedoman Teknis Kelapa Sawit
1.6.6 Kegiatan Perawatan Bibitan
Kegiatan yang dilakukan di Pre Nursery (PN) antara lain pengairan atau
penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, konsolidasi bibit, pengendalian hama
dan penyakit (PHPT) dan seleksi bibit.
Penyiraman di Pre Nursery (PN) dilakukan 2x dalam sehari yaitu pada pagi dan sore
hari, kecuali bila hujan dengan curahan 8 mm maka penyiraman dilakukan sesuai
kebutuhan. Kebutuhan air untuk setiap bibit adalah 0,2 – 0,3 Liter/potre per hari.
Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali atau bisa kurang dari seminggu
sesuai kebutuhan, dilakukan dengan cara manual dan tidak dianjurkan
menggunakan herbisida.
1.6.7. Transplanting Bibit
Kegiatan transplanting yaitu kegiatan pemindahan bibit dari pembibitan awal ke
pembibitan utama. Adapun kegiatan – kegiatannya antara lain :
1 Persiapan lokasi bibitan utama, yaitu instalasi irigasi
2 Pengisisan media tanam berupa tanah mineral ke dalam largebag
3 Penyusunan largebag
4 Pembuatan lubang tanah.
1.6.8 Kegiatan di Main Nursery
a). Penyiraman
Penyiraman memerlukan 2 – 3 liter air per hari dengan sistem mist
irigation : sumisamsui / kirico. Kebutuhan air ini dapat dipenuhi dengan penyiraman
selama 60 menit. Penyiraman dilakukan 2x dalam sehari, pagi dan sore.
b). Pemberian Mulsa
Mulsa diberikan segera setelah penanaman, mulsa yang dipakai di perusahaan BGA
adalah daun lalang kering yang dipotong – potong.
c). Pemupukan
Pengaplikasian pupuk dilakukan 1 minggu setelah transplanting dan disebar merata
pada permukaan polybag.
d). Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara manual (weding) dan dengan cara herbisida
kontak, bahan aktif parakuat untuk pengendalian gulma diluar polybag, rotasinya 1
bulan 1x dengan menggunakan alat semprot. Untuk efektifitas penyemprotan agar
tidak terkena bibit biasanya menggunak sunggup bulat yang dipasang pada ujung
semprot.
e). Pengendalian Hama
Hama yang biasa terjadi pada bibit adalah gejala kulvlaria dengan ciri bercak spot –
spot coklat. Cara penaggulangannya adalah dengan memperbaiki sitem pengairan,
pemupukan dan media tanah. Pengendalian dengan cara aplikasi sistemik dan non
mistemik. Apabila gejala makin parah bibit harus di isolasi dan diberikan perlakuan
pestisida.
f). Konsolidasi Bibit
Yaitu kegiatan menegakkan bibit atau polybag yang condong serta meratakan tanah
dan memadatkan. Konsolidasi bertujuan agar bibit dapat tumbuh dengan baik dan
sempurna.
1.7 Penanaman Kelapa Sawit
1.7.1 Pancang Tanam
Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat jalan utama dan jalan koleksi agar
barisan tanaman dapat rapi. Pembuatan pancang tanam diawali dengan
pemasangan pancang kepala menggunakan kompas / GPS. Jarak pancang tanam
disesuaikan dengan kerapatan tanam, kondisi lahan dan jenis bibit.
1.7.2 Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam ukuran 60 x 60 x 40 cm disiapkan sebelum penanaman
dilakukan. Tanah galian dipisahkan antara topsoil dan subsoil.
1.7.3 Lansir Bibit
Lansir bibit adalah pengeceran bibit yang sudah siap tanam dari bibitan utama dan
diecerkan kelokasi tanam dijalur CR sesuai dengan jumlah tanam menggunakan
zonder.
1,7.4 Penanaman
Sebelum bibit ditanam kelapangan lubang tanam diberikan pupuk guano sebanyak
35ogr dan pupuk RP 500gr diberikan secara bersamaan.
Kemudian, polybag disobek dan bibit dimasukkan kedalam lobang tanam dengan
posisi tegak, tanah yang bekas galian ditimbunkan kembali.
1.7.5 Konsolidasi
Adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam. Persiapan dan
penanaman kelapa sawit diperkebunan pada umumnya dilaksanakan dengan cukup
baik, walaupun demikian karena penenman biasanya dalam skala luas maka masih
selalu terjadi penanaman yang tidak sesuai denagn syarat –syarat kultur teknis.
Kesalahan tanam yang disebabkan oleh penanaman yang terburu-buru atau karena
kurangnya pengawasan dari mandor tanam, yang mengakibatkan kerusakan pada
Kelapa Sawit, maupun kelambatan atau kelainan pertumbuhan. Oleh karena itu
untuk untuk memperbaiki kesalahn tersebut perlu dilakukan konsolidasi. Kegiatan
konsolidasi harus sudah selesai 2 bulan setelah penanaman, biasanyan tanaman
yang doyong atau roboh maka harus ditegakkan atau dipadatkan bagian tanahnya.
1.8 Kegiatan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
1.8.1 Penomoran Blok
Penomoran blok dilakukan setelah penanaman, penomoran blok menggunakan kayu
blok yang berukuran 10 x 30 cm, tinggi 1 meter. Nomor blok tersebut dipasang pada
4 titik antara persingpangan CR dan MR. Penomoran blok ini harus sudah selesai
setelah penanaman.
1.8.2 Pembuatan Piringan dan Pasar Rintis
Tujuan pembuiatan piringan, pasar rintis dan perawatan gawangan adalah :
1. Mengurangi kopetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan hara, air dan
sinar matahari
2. Mempermudah pekerja untuk melakukan pekerjaan selama periode TBM
3. Mempermudah pengawasan dilapangan
4. Efektivitas pemupukan
1.8.3 Sensus Pokok
Kerapatan tanaman yang ideal harus sudah dicapai pada bulan ke dua belas
setelah penanaman, guna memastikan kerapatan yang ideal maka perlu dilakukan
kerapatan tanam. Ada dua kategori sensus, yakni sensus pokok mati ( pada TBM 1)
dan sensus produktif ( pada TBM 2 dan 3).
a). Sensus TBM 1
Pada TBM 1 bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati, titik kosong pohon
yang diserang hama maupun abnormal. Sensus tanaman dilakukan sebanyak 3x,
pada umur 2 bulan setelah tanam, pada umur 6 bulan dan umur 10 bulan.
b). Sensus TBM 2 dan 3 ( Tanaman Non produktif)
Sensus ini bertujuan untuk mengetahui tanaman yang tidak produktif, dimulai pada
saat kastrasi pada bulan ke 14 dan 18.
1.8.4 Pemeliharaan Jalan
Kegiatan yang diklakukan dalam pemeliharaan jalan a.l:
1 Perataan Jalan
2 Memperbaiki saluran air ditepi jalan
3 Pengerasan jalan Penimbunan.
1.8.5 Pengendalian Gulma
Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dengan menjadi pesaing
bagi tananaman kerena dapat mengganggu dan merugikan pertumbuhan serta
produksi dpat terhambat. Oleh kaerna itu gulma yang ada di lokasi gawangan, pasar
pikul, piringan harus dibersihkan.
Gulma terdiri dari berbagai macam kelompok, yaitu gulma berdaun
pita (grasses), gulma berdaun lebar(Broadleaves), Gulma berkayu ( Brush
weede), gulma pakisan ( Ferns).
Ada beberapa cara yang biasa digunakan dalam penanggulangan gulma antara lain:
1 Memusnahkan gulma berbahaya
2 Mengembangkan/ melestarikan tanaman berguna / inang secara terkendali
3 Menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan
seluruh komponan pengendalian yang meliputi: kulur teknis, tindakan frepentif,
Biologis, mekanis, kimiawi.
Standar dan tindakan pengendalian gulma pada TBM di BGA Group Kendawangan
dimulai tanaman baru sampai dimulai tanaman baru sampai tanaman menghasilkan
dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara prevensif, secara mekanis dan kimia.
a. Pengendalian secara preventif dan kultur teknis
Cara penanggulangan gulma dengan cara preventif yaitu dengan penanaman
kacangan sebagai penutup tanah yang dapat menekan pertumbuhan gulma.
b. Secara mekanis
Pengendalian gulma dengan mekanis menggunakan parang, sabit, cangkul dan kait.
Gulma langsung ditebas dimulai dari pangkal batang hingga daun terluar pokok
kelapa sawit. Untuk gulma berkayu, didongkel menggunakan cangkul.
1). Secara kimia
Salah satu cara penanggulangn gulma dengna cara kimia adalah dengan
menggunakan herbisida. Jenis herbisida yang digunakan untuk tanaman berumur
>12 bulan menggunakn herbisida kontak, sedangkan untuk tanaman berumur 12
bulan yaitu herbisida sistemic. Untuk pembersihan jalan rintis dan gawangan
disesuaikan dengan jenis gulma yang menjadi sasaran. Alat yang digunakan dalam
pengendalian gulma secara kimia yaitu alat semprot (Knap Sack). Alat ini yang
memiliki ujung semprot yang disebut nozel, berikut ini merupakan spesifikasi
jenis nozel.
Tabel. 1.2 Jenis Nozzle dan Spesifikasinya
NO Nozzle
Lebar semprot
(meter)
Volume
semprot
(liter/ha)
Rata -rata
1 Polyjet merah 2 1000
2 polyjet biru 1,5 600 – 800
3 polyjet hijau 1.0 – 1.2 400
4 polyjet kuning 1.0 – 1.2 400 -600
5 polyjet hitam 1.2 – 2.0 800 – 1000
6 VLV 200 1.2 – 2.0 200
7 VLV100 1.2 – 2.0 100
8 VLV 50 1 50
9 No drif Nozzle 1.2 225
10 CDA 0.5 – 1.0 25 – 50
11 Cone Nozle 500
Sumber : Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit
1.8.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
Secara Biologi: Organisme yang mengganggu tanaman secara Biologi karena
merusak bagian tanaman tertentu yang mengakibatkan terganggunya proses biologi
dari tanaman. Misalnya, jika yang diserang adalah bagian daun maka akan
mengganggu proses foto sintesa dari tanaman.
Secara Ekonomi: organisme pengganggu tanaman (OPT) yang merusak tanaman
inang (tanaman utama) sehingga merugikan secara ekonomi karena mengakibatkan
kehilangan hasil yang diharapkan.
Misalnya, Akibat Serangan hama tikus, akan membuat gagal panen sehingga para
petani akan merugi secara ekonomi.
1.9 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
1.9.1 Pengendalian Gulma
Pemeliharaan Gawangan
Tujuan pengendalian gulma di gawangan :
1. Mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari
2. Mempermudah pengawasan dari satu gawangan ke gawangan lain
3. Mengurangi sarang / inang hama sehingga populasi hama bisa ditekan.
Tidak semua gulma harus diberantas misalnya rumput-rumput dan tanaman lain
yang lunak, berakar dangkal dan tidak tinggi (pakis) masih dapat ditoleransi.
Alasannya karena jika diberantas akan dapat mendorong terjadinya erosi.
Pemberantasan Lalang
Kondisi TM harus bebas dari lalang. Apabila masih ditemukan lalang dalam jumlah
sedikit, tindakan yang dilakukan berupa spot spraying dan wiping.
Pemeliharaan piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH
Pemeliharaan akses kedalam blok dan kepohon untuk mempermudah aktivitas
panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan serta mengurangi kompetisi
dengan gulma dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari.
Fungsi dari piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH adalah:
1. Piringan, yakni sebagai tempat penyimpanan pupuk dan daerah jatuhnya
tandan buah dan brondolan
2. Pasar Rintis dan Pasar Tengah, yakni sebagai jalan untuk mengangkut buah ke
TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya.
3. TPH, yakni sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke
pabrik kelapa sawit (PKS)
1.9.2 Penunasan (prunning)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah aktivitas panen dan memperlancar
penyerbukan. Pada waktu penunasan pelepah yang tidak berfungsi lagi, serta
pelepah yang tidak memiliki daun harus dibuang. Ketentuan dalam penunasan,
pelepah dipotong serapat mungkin ke pohon kurang lebih 15 cm agar brondolan
tidak tersangkut.
1.9.3 Pemupukan
Pemupukan tanaman menghasilkan (TM) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
hara tanaman guna menunjang pertumbuhan untuk mecapai produksi yang optimal,
serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan memerlukan biaya yang
sangat besar, oleh karna itu dalam pelaksanaannya harus memperhatikan 5 tepat
yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara dan administrasi.
Dasar penentuan dosis pemupuka untuk TM berdasarkan hasil analisa daun dan
analisa tanah.
1.10 Perisapan Panen
Pada masa peralihan TBM ke TM untuk mendapatkan semua potensi pada tahap
awal produksi diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik terhadap sarana
dan prasarana yang berhubungan dengan proses panen. Adapun kegiatan
menjelang produksi anatara lain:
1.10.1Kastrasi
Pada kondisi normal, kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas I umur 14 bulan,
dan kelas II atau seterusnya umur 18 bulan. Kegiatan katrasi :
1. Membuang bunga betina dengan dodos ukuran maks. 8cm dan disusun rapi
digawangan mati
2. Pada saat dimulai kastrasi di bulan 14 dan 18, maka untuk kegiatan kastrasi
bunga betina dipohon non produktif (St1 s/d St4) tidak dibuang.
3. Pada kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang, karena akan
digunakan sebagai media pengembangan elaidobius camerunicus
4. Pada tanah kelas 1 rotasi kastrasi dimulai umur 14 dan diakhiri pada umur 20
bulan sedangkan tanah kelas II/III rotasi dimuali pada umur 18 dan diakhiri pada
24 bulan.
5. Tidak ada pemotongan pelepah pada saat kastrasi.
1.10.2 Sanitasi
Untuk mempermudah proses panen dan mendapatka kondisi buah yang baik pada
saat panen, maka diperlukan sanitasi pad 3-4 bulan sebelum panen pertama
dimulai, kegiatan sanitasi:
1. Membuang tandan yang terkena penyakit tirathaba dan disusun digawangan
mati
2. Membuang semua pelepah kering
3. Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk mempermuah mengutip
brondolan.
1.10.3 Pembuatan Titi panen
Titi panen harus dibuat setiap jalan rintis yang melewati parit maupun saluran air,
agar jalan rintis dapat dilewati tanpa hambatan.
1.10.4 Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
TPH diperlukan sebagai tempat untuk mengumpulkan hasil produksi panen atau
TBS (tandan buah segar) kelapa sawit. TPH yang standar dan biasa digunakan
dalam perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar, sedangkan untuk areal
berbukit atau bergelombang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
2. Ukuran TPH: – TM I dan II ukuarannya 2x3m, TM II dst ukutrannya 3×4 m
3. Permukaan tanah di TPH harus rata sehingga memudahkan untuk penempatan
TBS.
4. Pemberian nomor TPH terdiri dari nomor blok dan nomor TPH
1.10.5 Perlatan panen
Peralatan panen yan perlu disiapkan pada penen perdana : dodos ukuran 8cm,
angkong, gancu, pengaruk berondol, kapak buah, Persiapan tenaga berondol.
1.10.6 Seksi Potong Buah
Seksi potong buah adalah pembagian wilayah atau areal panen dalam luasan
tertentu yang merupakan petak-petak lokasi (terdiri dari beberap blok) yang
menggambarkan tempat dilakukan panen. Jika menggunakan sistem 6/7, artinya
dalam satu munggu dilakukan 6 hari panen, maka areal panen yang ada dibagi 6
seksi.
Tujuan pembuatan seksi panen adalah ;
1. Wilayah panen terkonsentrasi/mengumpul yang bertujuan untuk memudahkan
pengontrolan dan meningkatkan output karyawan diarenakan tidak terlalu jauh
untuk pindah hancak.
2. Memudahkan pengontrolan, dengan pembagian seksi potong buah, maka arah
panen dapat ditentukan secara berurutandari blok yang satu ke blok yang lain,
sehingga pengontrolan lebih sistematis.
3. Memberikan target/ sasaran yang jelas.
4. Distribusi buah mengumpul, ddengan demikian maka transportasi TBS akan
lebih efektif, buah lebih cepat masuk ke PKS.
1.10.7 Mandoran Panen
Mandoran panen yaitu mandor yang bertugas mengontrol dan mengawasi
karyawan panen yang terdiri dari 15 orang atua lebih.
Adapun tugas-tugas mandoran:
1. Menghancakan karyawan
2. Membagi buku notes potong buah
3. Mengontrol kerja karyawan
4. Memeriksamutu buah dan hancak karyawan
5. Melakukan taksasi poong buah
6. Megisi administrasi, seperti BKM dan pusingan potong buah
7. Memeriksa alat kerja karyawan.
1.10.8 Sistem penghancakan
Sistem penghancakan adalah suatu metode atau cara menempatkan karyawan
(pemanen) pad suatu daerah (jalur) tertentu. Hancak artinya daerah kerja atau jalur
tempat karyawan melaksanakan pekerjaan.
Cara/sistem pengacakan yang dikenal di BGA ada tiga cara:
Hancak Giring murni
Yaitu sebuah sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan
sensntiasa digiring atau tidak memiliki hancak tetap. Oleh karena itu seorang
mandor harus aktif dalam menghancakan karyawan dan mengawasi pekerjaannya,
karena sistem ini memungkinkan seorang karyawan tidak punya ras tanggung jawab
terhadap hncaknya dan butuh waktu yang lebuh lama untuk pindah hancak. Hancak
ini biasa diterapkan pada areal yang baru panen.
Hancak Giring tetap permandoran
Yaitu sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan dalam mandoran
tersebut telah memiliki hancak tetap, sementara pemanen dalam mandoran tersebut
selalu dilakukan giring sesuai dengan kebutuhan, misalnya berdasarkan karepatan
panen, output pemenen dsb. Bedanya dengan sistem giring murni adalah bahwa
sistem giring ini yang memiliki han cak tetap hanya sebatas permandoran
sedangkan karyawan tidak memiliki hancak tetap. Akan tetapai mandor harus tetap
akatif mengawasi hasil pekerjaan karyawan maupun menghancakan pemanen ke
hancak baru.
Hancak Tetap
Yaitu sistem hancakan diamana mandor dan karyawan telah memiliki daerah yang
telah ditentukan (hancak tetap), tidak boleh pemanen lain memasukinya kecuali
sepengatahuan mandor. Dengan sistem ini rasa tanggung jawab pemanen akan
lebih tinggi dan mandor panen akan lebih mudah dalam melakukan kontrol terhadap
hasil pekerjaan karyawan.
1.11 Kegiatan Panen
Untuk menjadi sebuah perkebunan, di mulai dari urutan-urutan kegiatan pekerjaan
dilapangan yang dimulai dari kondisi hutan yang dibloking, imas, tumbang,
perun/rumpuk, dst hingga tanaman mulai menghasilkan/ produksi.
Untuk mengambil produksi tersebut maka perlu cara yang dianamakan panen,
maka dalam pemanenan ini diupayakan semaksimal mungkin dengan menekan
biaya yang seminimal mungkin dan mengambil produksi semaksimal mungkin, yaitu
dengan cara menekan kehilangan prouksi (losses) hingga O %.
Adapaun factor-faktor yang menyebabkan terjadinya losses, yaitu:
1. Buah mentah
2. Buah masak tinggal dipokok
3. Buah/Brondolan tidak dikutip
4. Buah/Brondolan dicuri
5. Janjangan buah busuk
6. Gagang panjang (GP)
7. Administrasi yang tidak akurat
Selain itu untuk mengendalikan kehilangan produksi tersebut dapat juga dengan
mengendalikan pusingan/rotasi panen agar tetap normal.
Langkah-langkah pengendalian pusingan panen adlah dengan mengetahui informasi
mengenai:
1. Kerapatan buah masak
2. Jumlah tenaga potong buah
3. Umur tanaman
4. Jumlah brondolan dan persentase siap borong
5. Curah hujan
1.11.1 Sensus Produksi
Sensus produksi adlah pencacahan/ penghitungan/ padatan terhadp tanaman ks
yeng bertujuan untuk mengetahui / memperkirakan produksi selama satu semester
(enem bulan memdatang). Para meter yang digunakan untuk mengetahui produksi
semester tersebut adalah jumlah janjang yang ada dipokok dan berat janjang rata-
rata (BJR).
Dasar pemikirannya adalah apabila diketahui jumlah janjangannya dan berat
janjangannya, maka akan dapat diketahui berapa kira-kira tonase yang akan didapat
selama satu semester. Yang maksud dengan jumlah dan berat janjang adalah
janjang dan berat janjang sampel/contoh dari satu blok yang akan ditaksir
produksinya. Kamudian dari pokok-pokok sampel ini akn diketahui jumlah rata-rata
janjang per pokoknya. Semakin banyak sempel maka data yang didapat semakin
akurat.
Sensus pokok ini dilakukan setiap 6 bulan yang disebut dengn semester. Semester
1 adlah bulan januari s/d juni, dan sensus produksinya dilaksanakan pada tangal 20
s/d 31 desember tahun lalu. Sedangkan semester II ialah bulan juni s/d desember
tahun ini dan sensus produksinya dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 30 juni tahun ini,
Proses input data hasil sensus produksi dilaksanakan dalam waktu 5 hari setelah
sensus. Data harus diterima oleh Departemen pusat yang berada jakarta paling
lambat 7 hari setelah sensus.
Sensus produksi terdiri dari 3 macam pekerjaan;
1. Persiapan tanda-tanda sensus (pembuatan dan perbaikan) dan kelengkapan
alat sensus.
2. Penghitungan janjang yang dilaksanakan pada titik sensus dan pokok sensus,
yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah janjang yang akan dipanen dalm
suatu blok.
3. Menentukan BJR, dapat ditentukan dengan 2 cara: pertama penimbangan
dilapangan TPH, kedua dengan penimbangan di PKS.
1.11.2 Taksasi Potong Buah
Taksasi potong buah adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan
produksi pada esok hari. Dengan mengetahui perkiraaan produksi esok hari maka
dapat menentukan jumlah tenaga kerja atau HK yang dibutuhkan dan jumlah alat
transportasi (Truk/trailer) yang digunakan. Taksasi ini didasarkan pada prsentase
kerapatan panen yang ditentukan dari hasil sensus panen.
Sensus dilakukan sebesar 10 % dari pokok produktif pada areal yang akan dipanen
esok hari (semakin banyak semakin akurat data yang diperoleh).Sebagai contoh,
seksi (areal panen besok) terdiri dari 6 blok, dengan 3 mandoran, maka tiap
mandoran memdapat 2 blok, tiap mandoran harus melakukan taksasi sebesar 10%
dari tiap total pokok produktif pada 2 blok tsb. Jadi jika 1 blok =33Ha, maka panen
besok -66Ha. Sensus dilakukan 10% dari 66Ha = 7Ha . jika kerapatan /populasi
tanaman =136pokok/ Ha, maka akan melakukan sensus pada 882 pokok.
1.11.3 Kriteria Panen
Adalah pedoman yang digunakan untuk menetuakn apakah buah itu dinyatakan
matang, mentah atau busuk. Pedoman yang digunakan untuk kematangan tersebut
didasarkan pada jumlah brondolan yang lepas secara normal, yaitu 1 brondolan per
Kg TBS.
Menetukan kematangan buah juga ditentukan berdasarkan warna buah, yaitu buah
masak biasanya berwarna merah jingga. Akan tetapi cara ini kurang efektif, terutama
pada kondisi pokok tanaman yang sudah tinggi.
Tabel 1.3 Pedoman umum yang digunakan untuk menentukan kriteria buah
masak adalah sebagaiberikut:
Umur tanaman Jumlah brondolan Keterangan
3-7 tahun
0-4 brondolan
>5 brondolan
Gagang busuk
Mentah (BM)
Normal (BN)
Buah Busuk (BB)
8-20 tahun
0-10 brondolan
>15 brondolan
Gagang busuk
Mentah (BM)
Normal (BN)
Buah Busuk (BB)
>20 tahun
0-20 brondolan
>20 brondolan
Gagang busuk
Mentah (BM)
Normal (BN)
Buah Busuk (BB)
Sumber : PT. BGA Group
Tabel 1.4 Istilah dan Simbol-simbol yang berkaitan dengan kematangan buah:
Istilah Simbol Tindakan
Un Ripe atauMentah Hitam Buah BM
Buah yang tidak membrondol, apabila terpotong maka karywan dikenakan denda. Jika tidak sengaja maka buah tetap diantrikan dan ditandai pada gagang buah dengan hurufberwarna merah.
Under Ripe atauKurang
- Buah yang telah membrondol akan tetapi belum sesuai denagn kriteria yang telah ditetapkan. Karyawan yang memotong buah
masak atau Mentah merah
ini harus diperingatkan, jika berkali-kali diingatkan masih tetap menurunkannya maka dikenakan denda buah mentah
Ripe atau Masak/ Normal Buah BN
Buah denagn kriteria yang tepat, yaitu 1 brondol /Kg TBS atau lebih.
Over ripe atauKelewat masak -
Buah yang membrondol lebih dari 75 % brondolan yang terdpt pada janjang buah tsb. Buah ini biasanya diakibatkan karena keterlambatan pusingan, atau buah yang tertinggal pada pusingan yang lalu.
Empety Bunchatau buah busuk Buah BB
Buah yang membusuk sehingga hanya janjangan kosong (empty bunch/B) yang tertinggal. Dan harus diturunkan.
Sumber : PT. BGA Group
1.11.4 Transportasi
Setelah buah dipanen kemudian disusun di tempat pengumpul hasil (TPH), maka
tugas krani panen adalah mencatat hasil TBS yang ada di TPH. Buah yang telah
dipanen sebaiknya segera di angkut ke Pabrik untuk diproduksi menjadi CPO dan
TBS jangan dibiarkan dilapangan lebih dari 7-8 jam. Karena akan meningkatkan ALB
yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas CPO yang tentunya akan merugikan
pihak perusahaan itu sendiri.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah, dilumatkan
di dalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan
dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji
dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari
cangkangnya.
Di perusahaan BGA kendawangan, TBS diangkut ke Poliplen atau ke Kalteng,
dikarenakan PKS belum jadi, masih dalam proses pengerjaan. Oleh karena itu
pengiriman TBS masih belum maksimal dan terkadang terlambat.
http://anthosusantho.wordpress.com/2011/10/26/budidaya-tanaman-kelapa-sawit-prospek-yang-cerah-di-ketapang-kalimantan-barat/
perkebunan kelapa sawit
jumat, 26 februari 2010
Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit
Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit
Mengenal, memahami dan upaya mendeteksi siklus hidup hama dan penyakit pada
tanaman kelapa sawit secara dini mutlak harus dilaksanakan karena akan
memudahkan tindakan mencegah terjadinya ledakan serangan hama dan penyakit
yang tak terkendali. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini
dipastikan akan jauh lebih murah daripada pengendalian serangan hama dan
penyakit yang sudah menyebar luas.
Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang
ditanam saat ini, baru akan dipanem hasilnya setelah 2-3 tahun ditanam di
lapangan. Sebagai tanaman tahunan, pada kelapa sawit dikenal periode Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi 2-3 tahun tergantung pada
beberapa faktor yang terjadi di sekitarnya, seperti ada / tidaknya serangan hama
dan penyakit.
Dalam keadaan normal, terjadi mutasi dari TBM menjadi Tanaman Menghasilkan
(TM) terjadi pada tahun ketiga setelah tanam. Mutasi tersebut mutlak dilakukan dan
perlu mendapat perhatian baik dari segi lamanya masa TBM maupun persiapan yang
perlu dikerjakan sebelum tanaman dikerjakan. Pekerjaan awal ini sangat
mempengaruhi kualitas hasil buah yaitu kastersi / tunas pasir.
Hal ini sesuai dengan tujuan penanaman kelapa sawit yaitu untuk menghasilkan
produksi yang optimal. Untuk mendapatkan produksi yang optimal, karakteristik dan
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi yang dapat menghambat produktifitas
harus dipahami dan diupayakan solusinya.
Salah satu faktor penghambat yang perlu dipertimbangkan selain benih yang baik
adalah serangan hama dan penyakit. Untuk mengantisipasi serangan hama dan
penyakit, sebelumnya harus mengenal dan memahami jenis hama dan penyakit
yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit. Selanjutnya segera deteksi siklus
hidup hama dan penyakit agar mudah dalam melakukan pencegahan dan
pengendaliannya. Pendekteksiasi tersebut dapat menyelamatkan tanaman kelapa
sawit dari serangan hama dan penyakit yang merugikan sehingga produksi dapat
dipertahankan.
Secara ekonomis biaya pengendalian melalui deteksi dini terhadap hama dan
penyakit pada tanaman kelapa sawit dipastikan akan jauh lebih rendah daripada
pengendalian serangan hama dan penyakit yang sudah menyebar luas. Jadi sudah
seyogyanya jika ingin sukses dalam usaha perkebunan kelapa sawit, pengelola harus
mengetahui hama dan penyakit serta cara pengendaliannya.
Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya ulat api, ulat
kantong, tikus, rayap, kumbang Adorektus dan Apogonia, serta babi hutan.
Sedangkan penyakit yang menjadi masalah pada tanaman kelapa sawit diantaranya
penyakit daun pada pembibitan, penyakit busuk pangkal batang (ganoderma),
penyakit busuk tandan buah (marasimius), dan penyakit busuk pucuk (spear rot).
1. Ulat Api dan Ulat Kantong
Serangan hama ulat api dan ulat kantong (ulat pemakan daun kelapa sawit) telah
banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari
waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang
berdampak langsung terhadap penurunan produksi.
diposkan oleh perkebunan di 11:36 1 komentar
ARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT
ARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT
PENDAHULUAN
Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu
meter dalam).
Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah paya adalah kurang sesuai bagi tanaman kelapa
sawit. Walau bagaimanapun dengan pengurusan sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini
boleh juga ditanam dengan kelapa sawit dengan jayanya.
PERLAKSANAAN KERJA
Kerja-kerja pembersihan, pembarisan dan penanaman kacang penutup bumi dikawasan ladang hendaklah
disempurnakan sebelum menanam anak-anak pokok kelapa sawit.
Pembersihan: Kerja-kerja membersih ladang hendaklah mengambilkira kos bunuh dan jentera, keadaan tanah (curam
atau rata), hutan atau kawasan tanam semula.
Adalah penting operasi pembersihan ladang dijalankan serentak dengan masa anak benih dapat diperolehi dari
pembekal. Jika mempunyai tapak semaian sendiri, masa penyediaan ladang hendaklah disesuaikan dengan masa
mengeluarkan anak benih yang telah cukup matang untuk ditanam diladang. Perancangan jadual kerja adalah amat
mustahak untuk kejayaan penanaman diladang.
Pembarisan: Barisan tanaman dibuat mengikut arah Utara-Selatan supaya pokok-pokok mendapat cahaya matahari
yang maksima.
Kekacang penutup bumi: Menanam kekacang penutup bumi dilakukan setelah kerja-kerja pembarisan selesai
dilaksanakan. (Kawasan gambut tidak perlu tanam kekacang).
Penutup bumi adalah untuk:
Mengawal hakisan
Memperbaiki status zat pemakanan dalam tanah, khususnya Nitrogen
Memelihara kelembapan tanah
Tiga jenis kekacang penutup bumi yang biasa ditanam adalah:
Centrosema pubescens
Pueraria phaseoloides
Calopogonium mucunoides/caeruleum
Benih kekacang boleh dibeli dari pembekal-pembekal swasta manakala kompos rhizobium boleh dibeli di Institut
Penyelidikan Getah Malaysia (RRIM). Kaedah ringkas menanam kekacang penutup bumi adalah seperti berikut:
Umumnya campuran 10g kompos rhizobium dengan 10kg biji benih kekacang digunakan.
Campuran tersebut ditabur didalam jalur yang selari diantara 2 barisan pokok kelapa sawit.
Jarak diantara jalur-jalur adalah 2 meter.
Contoh kadar campuran biji benih kekacang adalah seperti berikut:-
Kekacang Kg/ha
Centrocema pubescens 4.0
Pueraria phaseoloides 1.1
Calopogonium caeruleum 0.6
Baja campuran N:P:K:Mg (15:15:6:4) digunakan sebagai baja asas dengan kadar 56 kg/hektar.
Tabur baja debu Fosfat (seperti CIRP) pada kadar 560 kg sehektar mengikut jadual berikut:
Umur Kekacang Kadar Baja Debu Fosfat (kg/ha)
Semasa menanam (sepanjang jalur-jalur)
112
2 bulan 112
6 bulan 112
8 bulan 112
12 bulan 112
Pengawalan rumpai dan serangga perosak diperlukan dengan mengguna racun-racun yang sesuai jika
hendak memperolehi tanaman kacang yang baik.
PenanamanPenanaman: Anak benih sawit yang telah berumur 12-15 bulan ditapak semaian adalah sesuai untuk
ditanam. Kaedah ringkas penanaman adalah seperti berikut:-
Lubang Tanaman disediakan 2-3 minggu sebelum menanam. Ukuran lubang mesti dilebihkan dari ukuran polibeg supaya
penanaman mudah dijalankan. Tanah lapisan bawah dan lapisan atas diasingkan.
Taburkan 150g - 200g baja Fosfat didalam lubang.
Buangkan/Tanggalkan polibeg sebelum anak benih ditanam. Masukkan anak benih kedalam lubang yang telah disediakan.
Lubang dikambus dengan tanah lapisan atas dahulu dan diikuti dengan tanah lapisan bawah supaya buku-pangkal pokok
berkeadaan sama rata dengan permukaan tanah.
Anak benih hendaklah berkeadaan tegak selepas ditanam.
Mampatkan tanah disekeliling pokok dengan tidak merosakan akarnya.
Masa menanam hendaklah pada musim hujan dan elakkan dari menanam pada musim kemarau.
Lazimnya, jarak tanaman yang dipilih adalah 9 meter tiga segi yang memberi 136 pokok pada 1 hektar. Kepadatan pokok
sehektar dengan jarak tanaman yang berbeza adalah seperti jadual dibawah:
Jarak Jumlah Pokok
Meter (Kaki) Hektar (Ekar)
8.5 (28) 160 (65)
8.7 (29) 148 (60)
9.0 (30) 136 (55)
Sulam pokok-pokok yang mati apabila menjalani pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan selepas menanam.
Tanaman selinganTanaman selingan:
Kacang tanah, jagong dan lain-lain tanaman kontan atau sayur-sayuran boleh ditanam sebagai selingan dalam masa tiga tahun pertama selepas pokok
sawit ditanam.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman selingan ialah:
Tanaman itu memberi keuntungan dalam masa tiga tahun.
Tanaman itu tidak memberi persaingan yang boleh menjejaskan
kesuburan pokok kelapa sawit dari segi zat-zat pemakanan, air dan cahaya matahari.
Ada pasaran atau mudah memasarkan hasil tanaman selingan itu.
diposkan oleh perkebunan di 11:34 0 komentar
BUDIDAYA KELAPA SAWITBUDIDAYA KELAPA SAWIT
I. PENDAHULUAN
Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan
dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara
berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga
Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C.
Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2.2. Media Tanam
Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah
cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial,
tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyemaian
Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah
ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm.
Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas
yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur
dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.
3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit
tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :
Pupuk Makro
> 15-15-6-4Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)
> 12-12-17-2Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).
> 12-12-17-2Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)
> POC NASAMulai minggu ke 1 – 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).
Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali
dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter
(4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan
induk tadi untuk penyiraman
3.2. Teknik Penanaman
3.2.1. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah
(legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena
dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi,
mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman
pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya
dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm
sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak
9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m
dari sisi lereng.
3.2.3. Cara Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari
sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan
masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah
dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran
tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara
merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4
tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara
penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan
dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi
10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
3.3. Pemeliharaan Tanaman
3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-
145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.
3.3.2. Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.
3.3.3. Pemupukan
Anjuran pemupukan sebagai berikut :
Pupuk Makro
Urea 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30
& 36 225 kg/ha1000 kg/ha
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
TSP1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30
& 362. Bulan ke 48 & 60
115 kg/ha750 kg/ha
MOP/KCl1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30
& 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
200 kg/ha1200 kg/ha
Kieserite1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30
& 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
75 kg/ha600 kg/ha
Borax1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30
& 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
20 kg/ha40 kg/ha
NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September -
Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April).
POC NASA
a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :
0-36 bln 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 - 5 bulan sekali
>36 bln 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 – 4 bulan sekali
b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal
memakai POC NASA
Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4
tutup/ pohon
Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun
dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point
3.2.3.)
3.3.4. Pemangkasan Daun
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
a. Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur
16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan
panen umur 20-28 bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman
hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.
3.3.5. Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman
berumur 12-20 bulan.
3.3.6. Penyerbukan Buatan
Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan
oleh manusia atau serangga.
a. Penyerbukan oleh manusia
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang
represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga
represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan
berlendir.
Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon
yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari
pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan.
Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah
tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar
15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.
3.4. Hama dan Penyakit
3.4.1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun
menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau
Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan
sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.
3.4.2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala:
bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi
pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air
irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan.
Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval
berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering.
Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan
pengunaan Natural GLIO semenjak awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah
patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian:
adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami
belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar
penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan
tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan
herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat
Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .
3.5. Panen
3.5.1. Umur Panen
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat
dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang
panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya
kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang
beratnya 10 kg atau lebih.diposkan oleh perkebunan di 11:33 0 komentar
B U D I D AYA KELAPA SAWIT
B U D I D AYA
KELAPA SAWIT
Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 112/92
Diterbitkan oleh : Balai Informasi Irian Jaya
Jl. Yahim – Sentani – Jayapura
Oktober 1992 Agdex: 161/20
Kelapa sawit ( Elaeis guinensis jacg ) adalah salah satu dari beberapa palma yang
menghasilkan minyak untuk tujuan komersil.
Minyak sawit selain digunakan sebagai minyak makanan margarine, dapat juga
digunakan untuk industri sabun, lilin dan dalam pembuatan lembaran-lembaran
timah serta industri kosmetik .
SYARAT -SYARAT TUMBUH .
- Curah hujan minimum 1000-1500 mm /tahun, terbagi merata sepanjang
tahun.
- Suhu optimal 26°C.
- Kelembaban rata-rata 75 %.
- Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan gembur, aerasi dan
draenasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas.
- pH tanah antara 5,5 - 7,0.
P E M B I B I T A N
a. Pengecambahan Biji.
- Biji dipanaskan dalam germinator selama 60 hari dengan suhu tetap 39oC dan
kadar air 18%.
- Kemudian biji direndam dalam air mengalir selama 6 hari, hingga kadar air
naik menjadi 24%.
- Selanjutnya biji dikeringkan selama 3 jam dalam ruangan yang teduh.
- Biji dimasukkan dalam kantong plastik ukuran 38 x 39 cm sebanyak 500 biji,
kemudian ditutup rapat
- Setelah 10-14 hari, biji mulai berkecambah.
- Biji yang belum berkecambah pada umur 30 hari dibuang saja.
- Kecambah yang tumbuh normal dan sehat, warnanya kekuning-kuningan,
tumbuhnya lurus serta bakal daun dan bakal akarnya berlawanan arah.
b. Persemaian dan Pembibitan
- Kecambah dipindahkan kekantong plastik ukuran 14 x 22 cm dengan tebal
0,08 mm.
- Isilah polybag dengan tanah lapisan atas yang dibersihkan dari kotoran dan
dihancurkan sebelumnya.
- Lakukan penyiraman polybag sebelum penanaman kecambah dan
selanjutnya pada setiap pagi dan sore setelah penanaman.
- Buatlah lobang tanam sedalam 3 cm.
- Buatlah naungan persemaian setinggi 2,5 m
- Setelah bibit berumur 3 bulan dipindahkan kedalam polybag yang besar
dengan ukuran 40 x 50 cm, tebal 0,2 mm.
PERSIAPAN LAHAN
- Lahan diolah sebaik mungkin, dibersihkan dari semak-semak dan
rumput-rumput liar.
- Buatlah lobang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm atau 60 x 60 x 60 cm, 2
minggu sebelum tanam dengan jarak 9 x 9 x 9 m membentuk segitiga sama
sisi.
- Tanah galian bagian atas dicampur dengan pupuk fosfat sebanyak 1
kg/lobang.
- Lobang tanam ditutup kembali dan jangan dipadatkan.
P E N A N A M A N
- Masukkan bibit ke dalam lobang dengan hati-hati dan kantong plastik dibuka.
- Lobang ditimbun dengan tanah, tidak boleh diinjak-injak agar tidak terjadi
kerusakan.
- Bibit yang tingginya lebih dari 150 cm, daunnya dipotong untuk mengurangi
penquapan.
- Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan.
PEMELIHARAAN TANAMAN
- Lakukan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati dengan tanaman
baru yang seumur dengan tanaman yang mati.
- Cadangan bibit untuk penyulaman terus dipelihara sampai dengan umur 3
tahun dan selalu dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar.
- Penyiangan gulma dilakukan 1bulan sekali.
- Lakukan perawatan dan perbaikan parit drainage.
- Anjuran pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seperti pada tabel
1.
- Sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk
berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun.
- Lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim
penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman.
- Hama-hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah Ulat
Kantong; Metisaplama, Mahasena Coubessi dan Ulat Api; Thosea asigna,
Setora nitens, Dasna trina.
Sedangkan penyakitnya busuk tandan Marasmius sp.
Hama ulat kantong dikendalikan dengan insektisida yang mengandung bahan
aktif metamidofos 200/liter atau 600 g/liter, hama ulat api dengan insektisida
yang mengandung bahan aktif permetrin 20 g/liter dan monokrotofos 600
g/lite.
- Potonglah daun yang sudah tua, agar penyebaran cahaya matahari lebih
merata, mempermudah penyerbukan alami, memudahkan panen dan
mengurangi penguapan.
P A N E N
- Telah dapat menghasilkan pada umur 30 bulan setelah tanam.
- Jumlah pohon yang dapat dipanen per hektar sebanyak 60%.
- Dipilih tandan yang buahnya sudah masak dengan tanda adanya sejumlah
buah merah yang jatuh (brondol ).
- Cara panen dengan memotong tandan buah.
- Pemanenan dilakukan 1 kali seminggu.
Sumber : Dinas Perkebunan Dati I Propinsi Irian Jaya
diposkan oleh perkebunan di 11:31 0 komentar
Kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).Perkebunannya menghasilkan
keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua
dunia setelahMalaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai
timurSumatra, Jawa, dan Sulawesi.
== Pemerian botani ==
African Oil Palm (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.Akar
serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi. Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun
majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih
muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri
yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga
umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas
sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.Bunga jantan dan betina terpisah
namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu
pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga
jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih
besar dan mekar.Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female
steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih
unggul digunakan sebagai tetua jantan.Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari
hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol
dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah.
Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase
matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan
buah akan rontok dengan sendirinya.Buah terdiri dari tiga lapisan:*Eksoskarp,
bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.*Mesoskarp, serabut buah
*Endoskarp, cangkang pelindung intiInti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji)
merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas
tinggi.Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang
pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)
dan bakal akar (radikula).=== Syarat hidup ===Habitat aslinya adalah daerah
semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS).
Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan
kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujanstabil, 2000-
2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak
kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku
pembungaan dan produksi
Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis danE. oleifera.
Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. E.
oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman
sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalancangkang,
yang terdiri dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar
dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki
cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap
bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul
memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per
tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
[sunting] Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak
makan, margarin,sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan
industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam
peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi
dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan
pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi
pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian
daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan
baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari
sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki
kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan
buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna
merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung
minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin.
Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu
digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya
digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C.
Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan
cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang
dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam
lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran
makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.
[sunting] Sejarah perkebunan kelapa sawit
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belandapada tahun
1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya
ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun
1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak
nabati akibat Revolusi Industripertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul
ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor
dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia,
yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai
Timur Sumatera (Deli) danAceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat
pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal
sebagai AVROS),Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala
Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada
tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari
Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru
dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama
minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal
seperlima dari angka tahun 1940.[2]
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-
militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian
diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan
dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus
berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati
meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang
masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua
di Asia Tenggara yang berasal dariAfrika.
diposkan oleh perkebunan di 11:24 0 komentar
kelapa sawit
kelapa sawit
Evaluasi Lahan
* Tahap awal dari pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah melakukan evaluasi lahan. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap satuan lahan yang telah ditetapkan berdasarkan hasil survei tanah. Evaluasi kesesuaian lahan didahului oleh kegiatan survei dan pemetaan tanah untuk mendeskripsikan satuan-satuan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan didasarkan pada penilaian beberapa karakteristik lahan yang disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.
* Pembangunan kebun kelapa sawit yang tidak didahului dengan evaluasi kesesuaian lahan akan menimbulkan banyak masalah pada waktu mendatang, khususnya yang berkaitan dengan kultur teknis, sehingga akan meningkatkan biaya pengelolaan kebun. Apabila evaluasi kesesuaian lahan dilakukan, maka berbagai faktor pembatas lahan dapat diatasi secara dini.
* Hasil evaluasi kesesuaian lahan bermanfaat dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, khususnya untuk mencapai produktivitas tanaman sesuai dengan potensi lahannya.
Pengendalian Hama Tikus dengan Burung Hantu
* Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang sangat potensial pada perkebunan kelapa sawit. Predator ini mampu menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah 5%. Sementara itu, ambang kritis serangan tikus di perkebunan kelapa sawit sebesar 10%.
* Burung hantu mampu bertelur 2-3 kali dalam setahun, kemudian menjadi dewasa setelah berumur 8 bulan. Telur yang dihasilkan bervariasi antara 4–19 butir, bergantung pada ketersediaan makanan. Seekor burung hantu mampu memangsa tikus 2–5 ekor sehari.
* Pada umumnya penanggulangan serangan tikus di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan racun tikus (rodentisida). Namun cara ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan dianggap tidak ekonomis.
* Penggunaan burung hantu sebagai musuh alami merupakan satu alternatif penanggulangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit yang sangat efektif dan efisien. Biaya pengendalian serangan tikus dengan burung hantu hanya berkisar 50% dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.
Pengendalian Hayati Ulat Api Menggunakan Entomopatogenik
* Pengendalian hayati ulat api Setothosea asigna pada kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme entomopatogenik, yaitu virus ßNudaurelia, multi plenucleo-polyhedrovirus (MNPV), dan jamur Cordyceps aff. militaris.
* Mikroorganisme entomopatogenik tersebut merupakan sarana pengendalian hayati yang efektif, efisien, dan aman terhadap lingkungan. Virus ß Nudaurelia dan MNPV efektif mengendalikan ulat, sedangkan jamur Cordyceps aff. militaris efektif untuk kepompong hama tersebut.
* Pemanfaatan mikroorganisme entomopatogenik dapat mengurangi atau bahkan menggantikan insektisida kimia sintetis (semua jenis insektisida golongan piretroid sintetis, misalnya Decis 2,5 DC dan Matador 25 EC) dalam pengendalian ulat api di perkebunan kelapa sawit. Penggunaan insektisida kimia sintetis selama ini justru seringkali menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan, sehingga permasalahan hama menjadi lebih rumit, seperti munculnya resistensi dan resurgensi hama.
* Pengendalian ulat api menggunakan bahan alami terbukti lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan menggunakan insektisida kimia sintetis, dengan biaya pengendalian hanya 7% dari biaya pengendalian secara kimiawi.
Feromon untuk Pengendalian Kumbang Tanduk
* Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda dan dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama menghasilkan hingga 69%. Di samping itu, kumbang tanduk juga mematikan tanaman muda sampai 25%.
* Penggunaan feromon sebagai insektisida alami sangat efektif, ramah lingkungan, dan lebih murah dibandingkan teknik pengendalian konvensional. Feromon merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, mangsanya, tanaman inang, dan tempat berkembang biaknya. Komponen utama feromon sintetis kumbang tanduk adalah etil-4 metil oktanoat. Feromon tersebut dikemas dalam kantong plastik.
* Biaya pemanfaatan feromon hanya 20% dari biaya aplikasi insektisida dan pengutipan kumbang secara manual. Hal itu disebabkan harga feromon yang murah dan cara aplikasi di lapangan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Harga satu sachet feromon sebesar Rp75.000.
Biofungisida Marfu Pengendali Jamur Ganoderma boninense
*
Penyebab busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman kelapa sawit adalah Ganoderma boninense yang merupakan jamur tanah hutan hujan tropis. Jamur G. boninense bersifat saprofit (dapat hidup pada sisa tanaman) dan akan berubah menjadi patogenik apabila bertemu dengan akar tanaman kelapa sawit yang tumbuh di dekatnya. Serangan BPB dapat terjadi sejak bibit sampai tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah bibit ditanam di lapangan.
* Busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit dapat dikendalikan dengan menggunakan biofungisida Marfu-P. Hasil uji aplikasi Marfu-P menunjukkan bahwa satu bulan setelah perlakuan masih dijumpai adanya Ganoderma dan Trichoderma pada potongan akar yang sama. Ganoderma pada akar kelapa sawit dan pada potongan akar karet sudah melapuk setelah 3 bulan perlakuan Trichoderma.
* Bahan aktif yang digunakan untuk biofungisida Marfu-P adalah sporakonidia dan klamidospora jamur Trichoderma koningii (isolat MR 14). Harga biofungisida Marfu-P hanya sebesar Rp4.000/kg.
* Biofungisida Marfu-P banyak digunakan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit milik negara dan swasta. Manfaat yang diperoleh dengan adanya aplikasi biofungisida Marfu-P adalah pengendalian BPB bersifat ramah lingkungan, sehingga bahaya pencemaran lingkungan oleh insektisida kimiawi dapat dihindari.
Tanaman kelapa sawit yang terserang busuk pangkal (Ganodermaboninense) (a), dan tanaman kelapa sawit yang teraplikasi dengan
biofungisida Marfu-P selama 6 bulan (b).
Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit pada Perkebunan Kelapa Sawit
* Limbah cair pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai pupuk. Aplikasi limbah cair memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan limbah cair dan sekaligus berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit.
* Kualifikasi limbah cair yang digunakan mempunyai kandungan BOD 3.500–5.000 mg/l yang berasal dari kolam anaerobik
primer.
Kolam anaerobik primer
Pengaliran limbah cair PKS dengan sistem flatbed
Parit sekunder pada aplikasi limbah cair sistem flatbed
* Metode aplikasi limbah cair yang umum digunakan adalah sistem flatbed, yaitu dengan mengalirkan limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan sekunder (flatbed). Ukuran flatbed adalah 2,5 m x 1,5 m x 0,25 m. Dosis pengaliran limbah cair adalah 12,6 mm ekuivalen curah hujan (ECH)/ha/bulan atau 126 m3/ha/bulan.
* Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, 3,0 kg MOP, dan 1,2 kg kieserit. Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan sekitar 480 m3 limbah cair per hari, sehingga areal yang dapat diaplikasi sekitar 100-120 ha.
* Pembangunan instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan biaya yang relatif mahal. Namun investasi ini diikuti dengan peningkatan produksi TBS dan penghematan biaya pupuk sehingga penerimaan juga meningkat. Aplikasi limbah cair 12,6 mm ECH/ha/bulan dapat menghemat biaya pemupukan hingga 46%/ha. Di samping itu, aplikasi limbah cair juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah.
* Limbah cair pabrik kelapa sawit telah banyak digunakan di perkebunan kelapa sawit baik perkebunan negara maupun perkebunan swasta. Penggunaan limbah cair mampu meningkatkan produksi TBS 16-60%. Limbah cair tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kualitas air tanah di sekitar areal aplikasinya.
Pabrik Kelapa Sawit Mini
* Pabrik kelapa sawit (PKS) mini merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 0,5-1 ton TBS/jam. PKS mini dirancang khusus untuk perkebunan kelapa sawit dengan luas 160-300 ha. PKS mini sangat mudah dioperasikan, hanya memerlukan tenaga kerja 6 orang/shift, menggunakan limbah sawit sebagai bahan bakar, dan hanya memerlukan lahan 2.500 m2.
* PKS M-1000 terdiri atas delapan unit peralatan pengolahan, yaitu satu unit boiler yang mampu menghasilkan 600 kg uap/jam dengan tekanan 3 kg/cm, dua unit steriliser, satu unit thresher dengankapasitas 1.000 kg TBS/jam, satu unit double screw press mini, satu unit tangki klarifikasi dengan kapasitas 1.200 liter, satu unit tangki penampung minyak, satu unit deperikarper dengan kapasitas 200 kg biji+serat/jam, serta satu unit nut cracker dengan kapasitas 500 kg biji/jam.
* Dengan biaya investasi PKS M-1000 sebesar Rp1,5 miliar, biaya pengolahan TBS menjadi crude palm oil (CPO) adalah Rp368,23/kg TBS dengan asumsi harga CPO Rp3.150/kg, inti Rp1.675/kg dan harga beli TBS Rp567,4/kg. PKS Mi-1000 secara ekonomis layak diusahakan dengan
parameter ekonomi sebagai berikut: IRR= 24,78%; B/C= 1,18; NPV= Rp708.305.000; payback period= 3 tahun.
* Sasaran pengembangan PKS M-1000 adalah kelompok pekebun kecil kelapa sawit swadana, usaha perkebunan besar skala kecil, dan usaha perkebunan skala menengah yang ongkos angkut TBS ke PKS lebih dari Rp75/kg TBS.
* Manfaat yang diperoleh petani kelapa sawit dengan adanya PKS M-1000 adalah petani lebih mudah melakukan pemasaran TBS, harga TBS yang dihasilkan petani menjadi bersaing sehingga pendapatanpetani bertambah. Selain itu, tandang kosong sawit (TKS) yang merupakan limbah padat PKS dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik.
Unit pengolahan pabrik kelapa sawit mini: boiler (a), sterilizer (b), thresher (c), screw press (d), clarificationtank (e), digester (f), fruit elevator (g), ripple mill (h), fibrating screen (i), dan tangki penampungan (j)
Palm Baking Shortening
* Shortening dari fraksi minyak sawit merupakan suatu formula yang mempunyai karakteristik mirip dengan produk shortening komersial Shortening dari minyak sawit (a), dan aplikasi shortening pada roti dan kue (b) yang dibuat dengan bahan baku minyak kedelai dan minyak biji kapas yang terhidrogenasi parsial, dan forula lain yang mempunyai karakteristik mirip dengan shortening yang dibuat dari lemak hewani. Teknik pendekatan formulasi dilakukan berdasarkan sifat fisika dan kimia produk komersial yang digunakan sebagai acuan.
* Produk shortening yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) tanpa melalui proses hidrogenasi, sehingga bebas dari lemak trans yang dapat memicu terjadinya penyakit kanker (karsinogenik). Produk juga tidak menggunakan campuran bahan baku lemak hewani sehingga bebas dari kolesterol.
* Palm baking shortening dari minyak sawit dapat memberikan alternatif baru bagi produsen shortening dalam memilih bahan baku. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan minyak sawit untuk industri shortening dalam dan luar negeri.
Shortening dari minyak sawit (a), dan aplikasi shortening pada roti dan kue (b)
Minyak Makan Merah
* Minyak makan merah adalah minyak alami hasil pengolahan lanjut CPO, tanpa pewarna dan tanpa pengawet buatan. Minyak makan merah kaya akan karoten (± 440 ppm) dan vitamin E (± 500 ppm) yang sangat esensial untuk kesehatan, yaitu sebagai sistem kekebalan tubuh, antioksidasi, penundaan penuaan, dan pencegahan kanker.
Minyak makan merah(a), dan aplikasi minyakmakan merah pada produk
margarin (b)
* Teknologi proses minyak makan merah yang dikembangkan oleh PPKS tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga aman dikonsumsi dan mudah dikembangkan pada skala industri kecil. Minyak makan merah dapat diaplikasikan pada minyak salad dan bahan nutrifikan pangan (margarin, mi instan, selai kacang).
* Harga minyak makan merah di Malaysia berkisar RM10/liter setara dengan Rp25.000/liter. Biaya produksi minyak makan merah yang dikembangkan PPKS sekitar Rp5.000/liter.
* Minyak makan merah dapat digunakan sebagai sumber vitamin A dan E.. Tingkat konsumsi minyak di Indonesia per kapita per tahun adalah 15 kg atau setara dengan 41 g/hari. Kebutuhan vitamin A untuk orang dewasa sekitar 800-1.000 RE (retinol equivalent). Dengan demikian, mengkonsumsi minyak makan merah 12 g/hari atau 29,2% dari konsumsi minyak per hari, sudah dapat memenuhi kebutuhan vitamin A untuk orang dewasa.
Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
* Teknologi produksi kompos dari tandan kosong sawit (TKS) merupakan satu teknologi pengolahan limbah yang sekaligus dapat mengatasi masalah limbah padat dan limbah cair di PKS. Penerapan teknologi ini memungkinkan PKS untuk menerapkan konsep zero waste yang
berarti tidak ada lagi limbah padat dan cair yang dibuang.
* Proses pengomposan TKS dimulai dengan pencacahan TKS dengan mesin pencacah. TKS yang telah dicacah ditumpuk di atas lantai semen pada udara terbuka atau di bawah atap. Tumpukan dibalik 3- 5 kali seminggu dengan mesin pembalik BAKHUS dan disiram dengan limbah cair PKS. Pada akhir pengomposan yang berlangsung selama 6-8 minggu, kompos diayak dan dikemas.
Proses pembalikan kompos tandan kosong sawit (a) dan kompostandan kosong sawit kering (b).
* Total biaya investasi produksi kompos dari TKS berkisar Rp4 miliar untuk PKS dengan kapasita 30 ton TBS/jam. Dengan asumsi produksi kompos per hari 60 ton, maka biaya produksi kompos adalah Rp150/kg. Dengan harga jal kompos bulk Rp400/kg, keuntungan langsung yang diperoleh sebesar Rp366/kg atau sekitar Rp2,28 miliar/tahun sebelum pajak.
diposkan oleh perkebunan di 11:19 0 komentar
CARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT
CARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT
PENDAHULUAN
Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu
meter dalam).
Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah paya adalah kurang sesuai bagi tanaman kelapa
sawit. Walau bagaimanapun dengan pengurusan sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini
boleh juga ditanam dengan kelapa sawit dengan jayanya.
PERLAKSANAAN KERJA
Kerja-kerja pembersihan, pembarisan dan penanaman kacang penutup bumi dikawasan ladang hendaklah
disempurnakan sebelum menanam anak-anak pokok kelapa sawit.
Pembersihan: Kerja-kerja membersih ladang hendaklah mengambilkira kos bunuh dan jentera, keadaan tanah (curam
atau rata), hutan atau kawasan tanam semula.
Adalah penting operasi pembersihan ladang dijalankan serentak dengan masa anak benih dapat diperolehi dari
pembekal. Jika mempunyai tapak semaian sendiri, masa penyediaan ladang hendaklah disesuaikan dengan masa
mengeluarkan anak benih yang telah cukup matang untuk ditanam diladang. Perancangan jadual kerja adalah amat
mustahak untuk kejayaan penanaman diladang.
Pembarisan: Barisan tanaman dibuat mengikut arah Utara-Selatan supaya pokok-pokok mendapat cahaya matahari
yang maksima.
Kekacang penutup bumi: Menanam kekacang penutup bumi dilakukan setelah kerja-kerja pembarisan selesai
dilaksanakan. (Kawasan gambut tidak perlu tanam kekacang).
Penutup bumi adalah untuk:
Mengawal hakisan
Memperbaiki status zat pemakanan dalam tanah, khususnya Nitrogen
Memelihara kelembapan tanah
Tiga jenis kekacang penutup bumi yang biasa ditanam adalah:
Centrosema pubescens
Pueraria phaseoloides
Calopogonium mucunoides/caeruleum
Benih kekacang boleh dibeli dari pembekal-pembekal swasta manakala kompos rhizobium boleh dibeli di Institut
Penyelidikan Getah Malaysia (RRIM). Kaedah ringkas menanam kekacang penutup bumi adalah seperti berikut:
Umumnya campuran 10g kompos rhizobium dengan 10kg biji benih kekacang digunakan.
Campuran tersebut ditabur didalam jalur yang selari diantara 2 barisan pokok kelapa sawit.
Jarak diantara jalur-jalur adalah 2 meter.
Contoh kadar campuran biji benih kekacang adalah seperti berikut:-
Kekacang Kg/ha
Centrocema pubescens 4.0
Pueraria phaseoloides 1.1
Calopogonium caeruleum 0.6
Baja campuran N:P:K:Mg (15:15:6:4) digunakan sebagai baja asas dengan kadar 56 kg/hektar.
Tabur baja debu Fosfat (seperti CIRP) pada kadar 560 kg sehektar mengikut jadual berikut:
Umur Kekacang Kadar Baja Debu Fosfat (kg/ha)
Semasa menanam (sepanjang jalur-jalur)
112
2 bulan 112
6 bulan 112
8 bulan 112
12 bulan 112
Pengawalan rumpai dan serangga perosak diperlukan dengan mengguna racun-racun yang sesuai jika
hendak memperolehi tanaman kacang yang baik.
PenanamanPenanaman: Anak benih sawit yang telah berumur 12-15 bulan ditapak semaian adalah sesuai untuk
ditanam. Kaedah ringkas penanaman adalah seperti berikut:-
Lubang Tanaman disediakan 2-3 minggu sebelum menanam. Ukuran lubang mesti dilebihkan dari ukuran polibeg supaya
penanaman mudah dijalankan. Tanah lapisan bawah dan lapisan atas diasingkan.
Taburkan 150g - 200g baja Fosfat didalam lubang.
Buangkan/Tanggalkan polibeg sebelum anak benih ditanam. Masukkan anak benih kedalam lubang yang telah disediakan.
Lubang dikambus dengan tanah lapisan atas dahulu dan diikuti dengan tanah lapisan bawah supaya buku-pangkal pokok
berkeadaan sama rata dengan permukaan tanah.
Anak benih hendaklah berkeadaan tegak selepas ditanam.
Mampatkan tanah disekeliling pokok dengan tidak merosakan akarnya.
Masa menanam hendaklah pada musim hujan dan elakkan dari menanam pada musim kemarau.
Lazimnya, jarak tanaman yang dipilih adalah 9 meter tiga segi yang memberi 136 pokok pada 1 hektar. Kepadatan pokok
sehektar dengan jarak tanaman yang berbeza adalah seperti jadual dibawah:
Jarak Jumlah Pokok
Meter (Kaki) Hektar (Ekar)
8.5 (28) 160 (65)
8.7 (29) 148 (60)
9.0 (30) 136 (55)
Sulam pokok-pokok yang mati apabila menjalani pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan selepas menanam.
Tanaman selinganTanaman selingan:
Kacang tanah, jagong dan lain-lain tanaman kontan atau sayur-sayuran boleh ditanam sebagai selingan dalam masa tiga tahun pertama selepas pokok
sawit ditanam.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman selingan ialah:
Tanaman itu memberi keuntungan dalam masa tiga tahun.
Tanaman itu tidak memberi persaingan yang boleh menjejaskan
kesuburan pokok kelapa sawit dari segi zat-zat pemakanan, air dan cahaya matahari.
Ada pasaran atau mudah memasarkan hasil tanaman selingan itu.
diposkan oleh perkebunan di 11:09 0 komentar
http://teguhpranoto1991.blogspot.com/
Pengelolaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dalam usaha Budidaya Tanaman Karet Apr.25, 2010 in Aspek Teknis Usaha, Pengetahuan Umum, Usaha Perkebunan
Pengendalian gulma. Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dipusatkan di sekitar barisan tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal batang dibebaskan dari gulma. Dengan bertambahnya umur tanaman pada daerah yang dibebaskan dari gulma adalah daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman. Dengan cara demikian maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan penyadapan dapat dilakukan dengan mudah.Pada masa TBM, pengendalian gulma lebih banyak menggunakan cara manual yaitu dengan mencabut/membersihkan gulma secara langsung dengan tangan/kored. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup tanah yang melilit batang karet. Cara pengendalian dengan menggunakan herbisida hanya dilakukan secukupnya saja.Pemupukan. Pemupukan pada TBM berfungsi untuk mempercepat tanaman mencapai matang sadap. Pada umumnya unsur yang diberikan adalah N, P, K dan Mg dengan dosis sesuai anjuran daerah setempat. Pupuk ini diberikan dua kali dalam setahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Jika dirasa perlu, penggunaan pupuk daun juga dapat dilaksanakan. Dosis pupuk bagi TB, TBM, maupun TM disajikan pada Tabel di bawah ini.
UmurTanaman
Kebutuhan PokokUre
aSP-36 KCl
Urea
SP-36
KCl
…… (gram/pohon)…….
…… (gram/pohon)………
TB 50 100 - 25 50 -TBM 1 236 100 100 118 50 50TBM 2 333 267 150 160 123 75TBM 3 381 267 200 175 128 92TBM 4 429 333 200 188 147 88TBM 5 476 333 200 200 140 84TM 1 – 25
524 333 350 265 170 175
Irigasi dan pemberian mulsa. Pemberian irigasi pada tanaman belum menghasilkan jarang sekali dilakukan. Untuk mengurangi tingkat evapotranspirasi di sekitar pertanaman, maka pada daerah perakaran tanaman diberikan mulsa jerami. Dari beberapa penelitian perlakuan ini akan mengurangi evapotranspirasi, menurunkan suhu tanah dan meningkatkan ketersediaan air dalam tanah. Pemberian mulsa ini dapat dilakukan sejak awal tanaman ditanam di lapang sampai tajuk tanaman sudah saling menutup.Pembentukan bidang sadap. Pembentukan bidang sadap dilakukan dengan dua cara di bawah ini.
1. Untuk klon yang cenderung membentuk cabang digunakan cara pembuangan tunas. Semua tunas yang tumbuh di bawah ketinggian 2,5 m dipotong/dibuang sehingga batang tanaman akan tumbuh dengan baik (tinggi dan lurus).
2. Untuk klon yang sulit membentuk cabang/tunas maka dilakukan pemenggalan (topping) pada ketinggian 2,5 m atau penguncupan (pengikatan daun-daun dalam satu payung) pada ketinggian 2,5 m. Dengan cara demikian diharapkan akan tumbuh tunas dan menghasilkan bidang sadap yang baik.Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit.Pada tanaman belum menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari pada hama. Penyakit yang sering menyerang tanaman karet pada umumnya adalah rayap (Coptotermes sp), yang dapat diberantas dengan menggunakan Chlordane 8 EC atau Basudin 6 0 EC dengan konsentrasi 0,3%. Sementara itu hama Kuuk (Exopholis hypoleuca) dapat diberantas dengan Basudin 10 G.Penyakit tanaman karet lainnya yang seringpula ditemukan pada antara lain.
1. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas dengan collar protectant.
2. Penyakit daun Gloesporium pada TBM, dapat diberantas penyemprotan larutan KOC, misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1% atau Daconil 75 wp dengan konsentrasi 0,1 sampai 0,2%. Sementara itu, jika menyerang TM, dapat diberantas dengan sistem fogging menggunakan Daconil atau fungisida lainnya.
3. Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus), dapat diberantas dengan Fomac 2 atau Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.
4. Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan Calixin Ready Mix 2%.
5. Penyakit bidang sadapan Mouldyrot dapat diberantas dengan Benlate konsentrasi 0,1 – 0,2 % atau Difolan 4F konsentrasi 1 – 2 %.
6. Penyakit bidang sadapan kanker garis (Phytophora palmivora) diberantas dengan Difolatan 4 F konsentrasi 2 – 4 %.Sensus dan konsolidasi tanaman. Sensus tanaman bertujuan untuk mengetahui jumlah dan kondisi tanaman yang ada di lapang. Dengan demikian dapat diketahui berapa jumlah tanaman yang harus disulam (konsolidasi tanaman). Kegiatan sensus tanaman akan terus dilakukan sampai tanaman menghasilkan, sedangkan penyulaman hanya dilakukan sampai tanaman berumur 4 tahun.Pemeliharaan jalan produksi. Pemeliharaan jalan secara rutin dilaksanakan dengan selang/rotasi pemeliharaan 6 bulan sekali. Pada kondisi khusus (curah hujan tinggi) dapat saja perbaikan/peningkatan mutu jalan dilakukan di luar jadwal yang telah ditentukan. Pemeliharaan jalan ini dapat berupa penimbunan/pemadatan, pemeliharaan saluran dan perbaikan badan jalan.Pengukuran lilit batang. Pengukuran lilit batang dilakukan untuk melihat perkembangan pertumbuhan tanaman dan terutama untuk menentukan waktu matang sadap. Pengukuran ini secara rutin dilakukan 6 bulan sekali pada semua tanaman yang ada di lapangan. Dengan dilakukannya pengukuran lilit batang ini dapat dipersiapkan jumlah peralatan dan tenaga kerja penyadap yang diperlukan.Secara umum setiap tahun lilit batang tanaman karet akan bertambah antara 10 sampai 12 cm. Tanaman karet baru dapat disadap jika (1) lilit batangnya pada ketinggian 1 m dari pertautan lebih besar atau sama dengan 45 cm dan (2) 60% dari populasi.
Technorati : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet Del.icio.us : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet Zooomr : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet Flickr : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman KaretFOREDI UTK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!
INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?
MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU
GASA REKOM BOYKE UNTUK EREKSI KERAS LEBIH KENCENG!
INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ? METODE ALAMIAH TAMBAH UKURAN VITAL
FOREDI ANTI EJAKULASI DINI BIKIN ISTRI KETAGIHAN!
MODAL HANYA 25RIBU 1X SEUMUR HIDUP
FOREDI ATASI EJAKULASI DINI REKOMENDASI BOYKE
GASA HERBAL UNTUK EREKSI KERAS ISTRI KETAGIHAN!
www.indikator-forex.com Foredi Utk Tahan Lama Sex,Rekom Boyke,BPOM.
BISNIS ONLINE UNTUK PEMULA MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU
KumpulBlogger.com
Hasil Pencarian Anda di http://BinaUKM.com :
pemupukan karet tbm (89), pemeliharaan TBM karet (38), tanaman belum menghasilkan (35), sensus tanaman (25), pemupukan tbm karet (23), pupuk karet (16), TBM karet (13), sensus tanaman karet (12), pemeliharaan karet TBM (11), sensus tanaman perkebunan (10), pemeliharaan tanaman karet belum menghasilkan (10), pemeliharaan tbm (8), budidaya pengolahan tanaman sawit dan karet (8), TBM TANAMAN KARET (7), sensus tanaman kopi(7), pemeliharaan tanaman sawit (5), Tanaman belum menghasilkan karet(5), perawatan tbm (4), pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan (2), Pemupukan dan Merawat pohon karet (2), binaukm com/2010/04/pengelolaan-tanaman-belum-menghasilkan-tbm-dalam-usaha-budidaya-tanaman-karet/ (2), kesimpulan makalah karet(2), www cara mengatasi hama rayap pd karet com (1), peraturan tanaman belum menghasilkan (1), Upaya mempersingkat tanaman belum menghasilkan tanaman karet (1), umur pemenggalan
karet (1), perlakuan akuntansi untuk tanaman yang belum menghasilkan (1), toping tanaman teh (1), teknik toping pada pohon karet (1), Teknik pempercepat lilit batang karet (1), tbm (tanaman karet) (1), tanaman belum menghasilkan pelakuannya secara akuntansi (1), Tanaman belum menggasil kan (1), sensus tanaman manghasilkan (1), pupuk sawit tbm (1), Rekomendasi pemupukan karet TBM(1), sensus pada tanaman teh (1), Penyakit pada karet TBM (1), penyakit batang pada TBM 3 tanaman karet (1), Penjelasan tentang pemberian Perlakuan khusus pada tanaman (1), karet belum menghasikan (1), jurnal pada akuntansi tanaman belum menghasilkan (1), gulma terdapat di tm apa di tbm (1), Dosis pemupukan tanaman karet TM dan TBM (1), Dosis anjuran umum pemupukan tanaman karet tbm dan tm (1), cara topping tanaman durian (1), cara sensus tanaman (1), Cara perawatan tanaman karet TBM (1),Cara pemeliharaan dan pemupukan pohon karet (1), Cara pembasmi rayap pd tanaman karet (1), Cara mempercepat lilit batang karet (1), kebutuhan pupuk karet tbm (1), Mengapa mulsa jerami di berikan pada daerah perakaran (1), pengendalian gulma dengan cara irigasi (1), pengendali hama rayap putih di tanaman karet (1), pemupukan tbm (1), pemupukan pohon karet (1), Pemeliharaan karet tanaman belum menghasilkan (1), pembentuka cabang pada tanaman karet (1), Obat rayapuntuk tanaman sawit usia lima tahun (1), metode sensus pohon (1), metode pengolahan tanaman sawit (1),mengatasi rayap dipohon sawit (1), mengatasi hama rayap durian (1), Cara memberantas rayap pada tanaman karet (1)
Artikel Terkait:1. Pengelolaan Tanaman Menghasilkan (TM) dalam Usaha Budidaya Tanaman Karet 2. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dalam Budidaya Tanaman Kopi 3. KARAKTERISTIK TANAMAN KARET DALAM BUDIDAYA TANAMAN KARET 4. Teknik Budidaya Tanaman Karet dalam Usaha Budidaya Tanaman Karet (tahap
pembangunan kebun)5. PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN KARET DALAM BUDIDAYA TANAMAN KARET
http://binaukm.com/2010/04/pengelolaan-tanaman-belum-menghasilkan-tbm-dalam-usaha-budidaya-tanaman-karet/
PERAWATAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN
A. Pengertian TBM (Tanaman Belum Menghasilkan)
Masa sebelum panen ( dari saat panen pertama ), berlangsung 30 – 36 bulan.
Terdiri atas :
TBM 0: menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami kacangan
penutup tanah dan kelapa sawit sudah ditanam pada titik pancang.
TBM 1 : tanaman pada tahun ke I ( 0-12 bulan )
TBM 2 : tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan )
TBM 3 : tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan )
B. Penyiangan Areal
1. Penutup Tanah (M/P/W)
Klasifikasi penutup tanah :
W0 : belum ada tanaman penutup tanah
W1 : 100% penutup tanah kacangan
W2 : 85% kacangan + 15% gulma lunak, bebas lalang
W3 : 70% kacangan + 30% gulma lunak, bebas lalang
W4 : 50% kacangan + 50% gulma lunak, bebas lalang
W = menyiang P = penyiangan W = weeding
Beberapa jenis gulma di perkebunan :
Kategori Nama Latin Nama Indonesia/Daerah
Jahat/sangat mengganggu
Imperata cylindrica
Mikania micrantha
Mikania cordata
Lalang
Sembung rambat
Mikania
Sedang dan lunak
Mimosa pudica
Mimosa invisa
Eupatorium odoratum
Lantana camara
Clidemia hirta
Melastoma affine
Axonopus compressus
Paspalum konjugatum
Cyperus rotundus
Gleichenia linearis
Dryopterus arida
Ageratum conyzoides
Borreira latifolia
Borreira laevicaulis
Phyllanthus niruri
Putri malu, kucingan
Pls kucingan
Putihan
Tahi ayam, tembelekan
Harendong
Senduduk
Rumput pahit/pahitan
Rumput pahit/buffalo grass
Teki
Pakis kawat
Pakis kadal
Wedusan, babandotan
Kentangan
Rumput kancing ungu
Meniran
Kriteria pekerjaan :
TBM 1 : W1 penutup tanah seluruhnya (100%)
kacangan. Rumput-rumput dan gulma lain
dibersihkan semua.
TBM 2 : W1, seperti pada TBM 1
TBM 3 : W3
Penutup tanah terdiri dari 70% kacangan +
30% gulma lunak
Yang diberantas adalah gulma jahat, lalang,
mikania, pahitan, pakis, teki (lihat daftar gulma)
Kacangan yang merambat ke pohon kelapa sawit diturunkan
Gulma lunak tidak perlu diberantas, wedusan, sintrong
Penyiangan :
Bulan 1-4 : intensif jarak 2-2-2-3-3-4-mg , 4 – 6 HK/ha
Bulan 5-7 : 1x/2 bulan , 8 HK/ha
Bulan 8-22 : 1x/bulan , 4 HK/ha
2. Gawangan
Cara dengan menggaruk/mencabut gulma. Bila vegetasi > 70 cm dengan dibabat. 1
kali/bulan . 0,5-1 HK/ha
TBM 1 s/d TBM 2 = 1 x/bulan
TBM 3 = 1 x/2bulan
Secara khemis : Round up 0,6 l/ha+0,5 l/ha, 2,4 D-Amien. 1 kali/2 bulan. 0,5-1
HK/ha.
TBM 1, 2 = 1 HK/ha
TBM 3 = 0,75 HK/ha
3. Piringan
Secara manual : digaruk dengan arah keluar dan kedalam piringan secara
bergantian. 1x/bulan
TBM 1 : jarak dari pohon 1,0 m. 4-5 HK/ha.
TBM 2 : jarak dari pohon 1,5 m. 3-4 HK/ha.
TBM 3 : jarak dari pohon 2,0 m. 3-4 HK/ha.
Secara khemis disemprot dengan herbisida. Herbisida jangan sampai mengenai
tajuk kelapa sawit. 1x/3 bln. 0,5 l/ha. 0,5-1 HK/ha
Gramoxone (parakuat) 0,5% = 0,5 l/100 l air/ha
Round up (gliphosate) 0,5% = 0,5 l/100 l air/ha
4. Pengendaliaan Lalang
· TBM 1,2 : dengan garuk/ garpu lalang
· TBM 3 : dengan wiping. 1x/2-3 bln. 1 HK/ha
Kain lap dicelupkan kedalam larutan herbisida. 1x/2 bln Round up. 25 cc/ltr
air/ha. 0,3 – 0,5 HK/ha.
Pangkal lalang dibersihkan dulu dengan arit, kemudian di lap dari bawah ke
atas sampai basah.
Sebagai tanda sudah di lap ujung daun lalang dipotong/diputuskan.
5. Dongkel Anak Kayu
Membuang / mendongkel anak semak anak kayu yang ada di areal dengan cangkul.
1x/2-3 bln. 0,6 HK/ha.
C. Jalan Pikul
Membuat jalan pikul sebagai jalan untuk pemeliharaan tanaman.
Lebar : 80 – 100 cm.
Alat : cangkul, parang babat.
Cara : Tanaman penutup tanah yang berada ditengah gawangan dibuka bersih
menjadi jalan kontrol/pasar pikul.
TBM 1 : 1 jalan pikul untuk 8 baris tanaman. 400 m/HK.
TBM 2 : 1 jalan pikul untuk 4 baris tanaman. 400 m/HK.
TBM 3 : 1 jalan pikul untuk 2 baris tanaman. 400 m/HK.
Pemeliharaannya dengan cara manual/garuk atau dengan khemis di semprot
dengan herbisida + 2.4 D.Amine 0,5% + Round up 0,6%. 1x/2bln. 2 HK/ha
· Ketentuan dalam penggunaan nozzel untuk penyemprotan.
NOZZEL Vol semprot / ha Lebar Sapuan
Merah
Biru
VLV 200
VLV 100
600 – 1000 ltr
400 – 600 ltr
200 ltr
100 ltr
2,0 m
1,3 m
2,0 m
2,0 m
D. Pemeliharaan Jalan.
Pengerasan jalan pada lokasi yang perlu
dengan standart 10 m/ha/th. Bahan 30 m
padas dan 1,5 m sirtu (pasir batu). 0,2
JKT/ha
Pemeliharaan rutin dengan cara membabat
rumput – rumputnya. 1x3 bln.100 m/HK.
E. Parit Drainase
· Mencuci parit ( C )
Bersihkan parit-parit yang ada dari hilir ke
hulu. 1x/6 bln.
Rumput-rumput di tebing parit dibabat.
Mendalamkan Parit ( D )
Ukuran dan bentuk dipertahankan seperti
semula.
C (m/HK ) D (m/HK )
P 25 15
S 40 20
T 60 30
K 90 40
Parit : P (primer) S (sekunder) T (tertier) K (kuarter)
F. Tapak Kuda
Tapak kuda dipelihara, dipertahankan pada bentuk semula. Pemeliharaan tiap 1
tahun sebanyak 25% dari jumlah yang ada. Dilakukan secara manual dengan
cangkul. 10 sat/HK.
G. Teras Kontur
Teras kontur dipelihara pada bentuk dan ukuran semula. Pemeliharaan 1 tahun
sebanyak 25% (rotasi 1x/4 th ). 30 m/HK.
H. Benteng dan Rorak
Secara manual, dipelihara seperti bentuk semula, 25% per tahun. 30 m/HK.
I. Penyisipan
Pohon yang mati/tidak normal diganti dengan bibit yang baru.10 pk/ha.
Jumlah sisipan yang normal : TBM 1 = 5% TBM 2 = 2,5% TBM 3 =1%
Penyisipan dilaksanakan pada musim hujan. Cara-caranya seperti pada
tanaman kelapa sawit.
J. Konsolidasi
Dilakukan pada TBM 1. Pohon yang miring atau kurang tegak diluruskan, caranya
dengan sedikit menimbun tanah kemudian dipadatkan. Saat mendapatkan
diperhatikan lurus/mata lima dengan tanaman yang lainnya. Bila perlu ditopang
dengan bambu atau kayu.
K. Titi Panen
Untuk mempermudah pemanen
mengambil/mengangkut buah. Memasang 10 –
15 m/HK.
Dibuat pada tempat-tempat yang di perlukan
atau jumlahnya tergantung dari jumlah parit
dan saluran air. Panjang titi panen bergantung
pada lebar parit dan saluran air. Penentuan
jumlah dan panjang titi panen harus didasarkan
data sensus yang benar
Lebar titi panen bergantung kepada kebutuhan dan harus dapat dilalui
angkong dengan ketentuan lebar titi panen sekitar 20 cm.
Bahan : Jembatan/titi Kayu/beton.
Pemasangan : pada TBM 1= 25 % TBM 2 = 25 % TBM 3 = 50 %
L. Tempat Pengumpulan Hasil
Dibuat 3 – 6 bulan sebelum panen.
Ukuran 2 x 2 meter.
Jarak antar TPH + 50 m ( tiap 6 gawangan ).
Penutup tanah/rumput dibersihkan dengan cangkul.
M. Inventarisasi Pohon
Dilakukan 1x/tahun dengan memetakan dan menghitung jumlah pohon yang ada di
lapangan. 1x/th
N. Pemupukan
Jenis dan dosis pupuk TBM mengikuti pedoman pada Bab Pemupukan. Standart
tenaga tenega kerja 0,5 – 0,8 HK/ha, dengan rincian umum:
Membuat administrasi persiapan : 0,04 HK/ha.
Mengangkat pupuk : 0,18 HK/ha.
Menabur pupuk : 0,30 HK/ha.
Mengumpul goni : 0,04 HK/ha.
Jumlah : 0,56 HK/ha.
2x/th. 0,5 – 0,8 HK/ha tiap jenis pupuk.
· Kacangan penutup tanah dipupuk sebagai berikut :
3-4 minggu setelah tanam majemuk Rustika 15-15-6–4 sebanyak 40 kg/ha.
3 bulan setelah tanam : 80 kg RP/ha.
6 bulan setelah tanam : 120 kg RP/ha.
1 tahun setelah tanam : 150 kg RP/ha.
2 tahun setelah tanam : 200 kg RP/ha.
O. Analisa Daun
Contoh daun mulai diambil pada masa TBM 3. 1x/bln. 0,04 -0,06 HK/ha.
1 KCD (Kesatuan Contoh Daun) diambil dari setiap blok (16-25 ha).
Pohon contoh dan cara pengambilan contoh daun dapat dilihat pada bab
pemupukan.
P. Hama dan Penyakit
Lihat pada bab Hama dan penyakit. 1x/bln. 0,04 HK/ha. 1x/2 mg. 0,5 HK/ha
Sensus global.
Sensus efektif dilakukan bila terdapat petunjuk adanya kenaikan tingkat
serangan hama/penyakit.
Q. Monitoring Pembungaan
Mencatat pohon-pohon yang telah mengeluarkan bunga. 1x/ bulan.
Cara : dengan mengamati tiap pohon dan hasilnya digambarkan pada peta
sensus. 1 HK/ha.
R. Kastrasi.
· Membuang bunga jantan dan betina, karena :
Buah yang jadi belum ekonomis di panen karena belum merata.
Energi agar dimaksimalkan untuk pertumbuhan vegetatifnya. 1x/bln. 0,5
HK/ha.
o Dilaksanakan mulai saat tanaman berbunga (14 – 18 ) bulan sampai 26-30
bulan atau bila jumlah bunga hasil monitoring pada suatu blok sudah
mencapai 50%.
o Cara : Semua bunga jantan dan betina sampai ketinggian 30 cm di atas tanah
dibuang, pelepah jangan terpotong. Bunga yang masih kecil dipatahkan
dengan mata pengait sedangkan bunga yang sudah besar dengan alat
dodos. Bunga-bunga tersebut dikumpulkan kejalan pikul dan kalau sudah
kering dibakar.
S. Tunas Pasir
Dilakukan 1 kali saja pada saat umur tanaman 18 atau 24
bulan. 1 HK/ha
Semua cabang kering dipotong mepet ke pangkal batang
dengan alat dodos.
Standard Kebutuhan HK dan Material
1. http://www.ziddu.com/download/10567585/
STANDARKEBUTUHANHKMATERIALTBM.pdf.html
Biaya Estimasi Budget Perawatan dapat di download disini
1. http://www.ziddu.com/download/10565666/
BudgetperawatanperTahuntbm0-1.pdf.html
2. http://www.ziddu.com/download/10565774/
BudgetperawatanperTahuntbm2.pdf.html
3. http://www.ziddu.com/download/10565838/
BudgetperawatanperTahuntbm3.pdf.html
Biaya Running Cost Versi Lain nya dapat di download disini
1. http://www.ziddu.com/download/10565885/
RunningCostTBMI.pdf.html
2. http://www.ziddu.com/download/10565949/RunningCostTBMII.pdf.html
3. http://www.ziddu.com/download/10565968/
RunningCostTBMIII.pdf.html
Biaya Investasi Alat dan Perawatan Alat
1. http://www.ziddu.com/download/10566002/InvestasiAlat.pdf.htm
2. http://www.ziddu.com/download/10566035/
EstimasiRuningcostAlat.pdf.html
Tata Cara Kastrasi dapat di donlod disini
1. http://www.ziddu.com/download/10617556/
KASTRASIDANPENYERBUKANBANTUAN.pdf.html