Budidaya Kelapa Sawit

101

Click here to load reader

Transcript of Budidaya Kelapa Sawit

Page 1: Budidaya Kelapa Sawit

BUDIDAYA KELAPA SAWIT : PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

JUNI 25, 2011 TINGGALKAN KOMENTAR

LAPORAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN

SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2009/2010

BUDIDAYA KELAPA SAWIT : PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI PT. SAMPOERNA AGRO TBK., SUMATERA

SELATAN

Disusun oleh:

Nama : Puput Ninggariawan I

NIM : 05/185946/PN/10358

Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Jurusan : Budidaya Pertanian

Dosen Pembimbing : Ir. Budiastuti Kurniasih, M.Sc.

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

LAPORAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN

SEMESTER I TAHUN AKEDEMIK 2009/2010

I. LATAR BELAKANG

Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia.

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja, dan

meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah kelapa sawit.

Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak

pengusaha untuk menanamkan modalnya.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1911 di Sumatra Utara. Sejak saat itu perkebunan

kelapa sawit mengalami banyak kemajuan sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan

perkebunan kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri sampai dengan

sekarang ini (Mangunsoekarjo dan Tojib, 2003).

Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit menjadi salah satu sumber daya

pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia

minyak kelapa sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980 ketika terjadi

kelangkaan minyak goreng (Anonim, 1997).

Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging

buah dan kernel (inti sawit). Industri olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu

dalam industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin, kue, es krim, dan permen)

dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan

komponen karet, pelumas, dan kosmetik.

Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan.

Varietas-barietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura

sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan

selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan

varietas lainnya (Setyawibawa dan Widyastuti, 1998).

PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit.

Pelaksanaan pembudidayaan yang telah bertahun-tahun ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam

Page 2: Budidaya Kelapa Sawit

pengembangan, pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut

membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus berkembang seiring dengan waktu. Areal penanaman kelapa

sawit yang dimiliki oleh PT. Sampoerna Agro tersebar di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah (Anonim,

2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq)

termasuk anggota famili Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati.

Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi Tracheophita, kelas

Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo Cocoideae, famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies

guineensis Jacq (Corley, 1976).

Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu (monocious) yaitu tanaman yang memiliki bunga jantan dan

bunga betina dalam satu tanaman. Kedua jenis bunga tersebut keluar dari ketiak pelepah daun dan berkembang

secara terpisah. Bunga dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk bersilang. Tanaman kelapa sawit dapat

dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan

bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan

Tojib, 2003).

Deli Dura merupakan induk bagi sebagian besar tanaman kelapa sawit komersial yang saat ini ditanam di dunia.

Material genetik lain yang dimiliki PPKS merupakan hasil introduksi dari Afrika maupun Amerika Selatan. Salah

satu material yang diintroduksi dari Zaire adalah Tenera/Pisifera Binga, dilakukan pada 1987 oleh Balai

Penelitian Perkebunan Medan. Material ini akan menjadi fokus penelitian pada 2006 untuk tujuan karakterisasi

dan eksploitasi, mengingat mempunyai prospek dan potensi untuk dikembangkan terutama dari karakter

kandungan minyak yang tinggi dan pertumbuhan meninggi yang lambat (Purba et al., 2006).

Kegiatan karakterisasi mengacu pada Descriptor for Oil Palm. Karakter yang diamati adalah seluruh bagian

tanaman yang dapat diidentifikasi sebagai pembeda dengan tanaman kelapa sawit lain. Pembeda yang

dimaksud harus mengacu pada kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan suatu varietas. Hal ini

merupakan standar yang ditetapkan oleh Kantor Pusat PVT Jakarta untuk pengajuan koleksi yang akan

dilindungi, sedangkan keragaan hasil silang balik antara Elaeis oleifera dan Elaeis guineensis antara lain laju

pertumbuhan meninggi yang lambat pada beberapa persilangan yang terbaik, yaitu berkisar antara 30–40

cm/thn, kemudian memiliki karakter tajuk kecil sehingga dapat ditanam dengan densitas tinggi per hektar,

memiliki kualitas minyak yang cukup baik jika ditinjau dari kandungan oleat, asam lemak tidak jenuh, beta

karoten yang lebih tinggi dibandingkan Elaeis guineensis, dan apabila ditinjau dari hasil analisis pada satu

populasi silang balik generasi pertama maka dapat ditemukan rerata kandungan beta karoten lebih tinggi dari

1000 ppm, bahkan nilai tertinggi dapat mencapai 2118.63 ppm (Purba et al., 2006).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di sekitar lintang utara-selatan 12° pada

ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak

memiliki defisit air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal 32°C, kelembaban

udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat

tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol

dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum setebal 80 cm, tekstur ringan,

memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik,

konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki

kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi (Lubis, 1992).

Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara istirahat tanaman) yang cukup panjang.

Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi (400 C selama 80 hari) untuk memutuskan masa

dormansi agar bibit dapat berkecambah. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaaban 60-80 % dengan

temperatur 35 oC. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, optimal 2.000-3.000 mm/tahun. Kelapa sawit tumbuh

Page 3: Budidaya Kelapa Sawit

baik pada tanah dengan struktur gembur atau remah yang cukup tebal lapisannya dan banyak mengandung

humus dan mineral. Permukaan air tanah harus cukup dalam, sebab perakaran kelapa sawit tidak berkembang

baik pada air tanah yang dangkal (Heurn, 1985).

Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar (Crude Palm Oil, CPO) dan inti sawit

dilaksanakan melalui proses yang cukup panjang. Secara ringkas urutan pengolahan kelapa sawit yang

dimaksud adalah sebagai berikut (Setyawibawa, 1998) :

a. Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik

b. Perebusan buah (sterilisasi)

c. Pelepasan buah (stripping) dari tandan dan pelumatan (digesting)

d. Pengeluaran minyak (ekstraksi)

e. Pemurnian dan penjernihan minyak (klarifikasi)

f. Pemisahan biji dari sisa-sisa daging buah

g. Pengeringan dan pemecahan biji

h. Pemisahan inti dari cangkang

Pembibitan kelapa sawit biasanya memerlukan waktu selama 12 bulan sampai siap ditanam ke lapangan, yang

terdiri dari 2 tahap yaitu 3 bulan pembibitan awal (pre-nursery) dan 9 bulan pembibitan utama (main-nursery).

Terkadang pembibitan kelapa sawit ada yang lebih dari 12 bulan berhubung terlambat dipindah ke lapangan,

karena beberapa pertimbangan (Siregar dan Purba, 1992).

Perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif

tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukkan terhadap tanaman semata, tetapi juga pada media tumbuh (tanah).

Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan gulma,

pemangkasan, pemupukan, kastrasi dan penyerbukan buatan (Syamsulbahri, 1996).

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini

memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa

sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit. Proses pemanenan

pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan

mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan perlu

memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan

rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah

matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen (Fauzi et al., 2002).

III. ISI

A. Keadaan Umum Kebun Hikmah Dua

1. Sejarah Kebun

Kebun Hikmah Dua (HD) merupakan bagian dari PT Telaga Hikmah yang menjadi anak perusahaan dari PT

Sampoerna Agro Tbk. Sebelumnya PT Telaga Hikmah merupakan bagian dari PT Tania Selatan yang kemudian

dijual kepada PT Selapan Jaya. Pada pertengahan 2007 PT Sampoerna Agro mengambil alih kepemilikan

kelompok PT Selapan Jaya termasuk di dalamnya adalah PT Telaga Hikmah.

Keadaan Fisik Kebun

Kebun HD terletak di Desa Pulau Geronggang Kecamatan Pedamaran Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Berikut batas-batas Kebun Hikmah Dua :

- Utara : Desa Pulau Geronggang

- Selatan : Desa Embacang (Kebun Hikmah Tiga)

- Barat : Desa Maribaya

- Timur : Desa Kayu Labu (Kebun Hikmah Lima)

Jarak antara Kebun HD dengan ibukota kabupaten ± 3 jam, sedangkan dengan ibukota propinsi ± 7 jam dengan

menggunakan roda empat pada keadaan lancar. Kebun HD memiliki kontur tanah yang bergelombang dengan

Page 4: Budidaya Kelapa Sawit

kemiringan hingga ± 15º dengan ketinggian 0-50 m dpl. Temperatur harian di kebun HD belum pernah dicatat

sebelumnya, namun diperkirakan 25º C pada malam hari dan 36º C pada siang hari. Curah hujan di kebun HD

sendiri cukup tinggi dengan 2000 mm per tahunnya.

2. Struktur Organisasi

Kebun HD dipimpin oleh seorang senior manajer yang membawahi langsung asisten-asisten divisi dan KTU.

Kebun HD terdapat 3 divisi inti, 2 plasma, serta 1 bibitan, sehingga ada 6 asisten divisi. Sedangkan untuk bagian

administrasi dipimpin oleh seorang asisten kantor (KTU). Selain itu terdapat karyawan baik pegawai bulanan

(PB), karyawan harian tetap (KHT), serta karyawan harian lepas (KHL). Pada bagian tata usaha kebun KTU

dibantu oleh 9 orang kerani dengan pembagian 1 kerani pembukuan, 1 kerani administrasi, 1 kerani alat berat, 1

kerani produksi, 1 kerani divisi inti, 1 kerani divisi plasma, 1 kerani divisi bibitan, 2 kerani gudang.

3. Fasilitas Kebun

Kebun HD memiliki fasilitas perumahan (kamp) karyawan baik G1, G2 maupun G6 yang secara keseluruhan

berjumlah ± 250 pintu dengan lebih dari 200 kepala keluarga. G1 merupakan perumahan menejer, G2 untuk

asisten lapangan, KTU, dan satpam. Sedangkan G6 untuk karyawan baik PB, KHT maupun KHL yang berasal

dari kerani, pemanen, sopir, hingga pemuat. Kebun HD juga dilengkapi dengan sarana ibadah (mesjid), sarana

olahraga (lapangan bola kaki, tenis meja, lapangan bulu tangkis, dan lapangan bola voli). Selain itu, Kebun HD

menyediakan fasilitas air dan listrik gratis bagi masyarakat yang tinggal di kamp Kebun HD.

Gambar A.3.1. Kiri: Perumahan Karyawan; Kanan: Mesjid Baitur Rahman.

Kebun HD memiliki kantor yang terletak di sebelah timur kamp. Fasilitas yang terdapat di kantor terebut adalah 4

buah komputer (3 administrasi dan 1 KTU), 2 buah printer dot matrix (Epson LQ 2180), 1 buah mesin fotokopi,

scan dan printer (Minolta), 2 buah pendingin udara / AC (ruang menejer dan ruang rapat), 5 set meja kerani, 6

set meja asisten, 1 set meja KTU dan 1 set meja menejer serta 1 set sofa tamu. Selain itu, juga terdapat 3 buah

kipas angin, masing-masing di ruang kerani, ruang administrasi dan ruang KTU.

Gambar A.3.2. Kiri: Gudang; Kanan: Ruang administrasi.

B. Budidaya Kelapa Sawit

1. Persiapan dan Pengolahan lahan

Persiapan lahan merupakan tahap awal dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Ruang lingkup dari tahap ini adalah

pra survey, survey, merintis dan pengukuran lahan serta koordinasi ke instansi terkait. Kegiatan pra survey

departemen GAL dan menejer kebun bersama dengan asisten melakukan peninjauan dan meneliti calon kebun

secara langsung guna mendapatkan informasi data kesesuaian dan ketersediaan lahan, tenaga kerja, pra

sarana, partisipasi masyarakat serta dukungan pemerintah setempat. Sedangkan kegiatan survey dilakukan oleh

menejer kebun dan asisten bersama instansi pemerintah (Badan Pertanahan Nasional, Dinas Perkebunan,

Dinas Kehutanan, Dinas Transmigrasi, Dinas Lingkungan Hidup / Bapedalda, Tokoh Masyarakat) untuk menilai

status legalitas dan kesesuaian lahan. Maksud survey areal adalah untuk menentukan batas areal, luasan yang

akan ditanami kelapa sawit, situasi vegetasi, topografi dan batas konsesi areal yang dicadangkan. Dari hasil

survey ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan sistem pengawetan tanah, air, penentuan sistem jaringan

jalan, emplasmen, kantor, perumahan dan pabrik. Sedangkan merintis dan pengukuran lahan adalah kegiatan

pengukuran keliling lahan yang akan dijadikan kebun sesuai dengan peta pencadangan lahan. Dalam

pembukaan lahan perlu diperhatikan beberapa ketentuan yang harus dipatuhi, yaitu:

- Cagar budaya atau situs

- Flora dan fauna yang dilindungi

- Kelerengan tanah

- Pohon tempat sarang burung dan lebah

- Sempadan pantai (minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi)

- Sempada sungai (100 meter kanan kiri sungai besar, 50 meter kanan kiri anak sungai di luar pemukiman, dan

10-15 meter di daerah pemukiman)

Page 5: Budidaya Kelapa Sawit

- Kawasan sekitar danau atau waduk (50-100 meter dari titik pasang tertinggi)

- Kawasan sekitar mata air (200 meter di sekitar mata air)

Tahap selanjutnya adalah pengukuran blok. tahap ini meliputi kegiatan kerja pengukuran, pembuatan blok,

pembuatan peringgan batas, dan penetapan areal konservasi. Blok adalah suatu kesatuan administrasi terkecil

sesudah divisi. Sedangkan peringgan batas adalah batas antara kebun dengan areal hutan areal perkebunan

lain. Pengukuran blok dilakukan dengan menggunakan Theodolit untuk menentukan arah rintisan garis batas

blok utara – selatan dan timur – barat. Pengukuran dilakukan dengan mengikuti arah rintisan dan memasang

pancang ukuran 2 meter pada setiap jarak 50 meter. Pada setiap jarak antara timur-barat 1.009,26 meter dan

pada utara selatan dengan jarak 1.036 meter dipasang pancang dengan ukuran 4 meter yang ujungnya diberi

cat berwarna merah. Pembuatan blok dilakukan setelah proses pengukuran dan pemetaan selesai dengan

ukuran setiap blok masing-masing 100 (seratus) Ha dan setiap blok dibagi menjadi 4 (empat) petak yang luasnya

25 Ha. Untuk blok yang berbatasan langsung dengan hutan, perkebunan lain, atau pemukiman dilakukan

pembuatan peringgan batas. Ketika melakukan pengukuran blok, perlu diperhatikan lingkungan sekitar sehingga

dapat ditetapkan areal konservasi. Penetapan areal konservasi berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990.

Setalah pengukuran blok selesai, maka dilanjutkan dengan penebangan dan pembersihan lahan. Dalam

penebangan dan pembersihan ini meliputi kegiatan mengimas, menumbang, merumpuk, pancang stacking,

mechanical stacking dan semprot alang-alang. Mengimas adalah kegiatan membabat semak belukar dan pohon

kayu yang berdiameter kurang dari 10 cm. Mengimas dilakukan dengan tenaga manusia dengan menggunakan

parang. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan menumbang dengan traktor. Selain itu untuk

membersihkan lalang juga dapat digunakan herbisida. Menumbang adalah kegiatan menebang pohon kayu yang

berdiameter lebih dari 10 cm yang biasanya dilakukan dengan menggunakan traktor. Namun apabila tidak bisa

ditumbangkan dengan traktor, dapat menggunakan gergaji rantai (chain saw). Kayu hasil tumbangan ditumpuk

memanjang arah utara selatan yang berjaraj sekitar 50-100 meter. Penumbangan dimulai dari pinggir ke tengah

berbentuk spiral dan pohon ditumbangkan ke arah luar agar tidak menghalangi jalannya traktor. Merumpuk

adalah kegiatan memotong cabang serta ranting-ranting hasil imasan den tebangan kemudian dikumpulkan di

gawangan. Cara pengumpulan kayu hasil merumpuk juga sama dengan menumbang. Apabila kegiatan

merumpuk dilakukan dengan menggunakan alat berat, maka disebut dengan mechanical stacking. Pancang

stacking / rumpukan adalah kegiatan pengukuran dan pemancangan letak rumpukan yang akan dikerjakan

secara mekanis maupun manual. Dalam kegiatan menumbang terdapat beberapa aturan yang harus

diperhatikan mengenai tinggi tebangan yang disesuaikan dengan diameter tanaman.

- Diameter 10 – 20 cm tinggi maksimum 40 cm dari permukaan tanah.

- Diameter 21 – 30 cm tinggi maksimum 60 cm dari permukaan tanah.

- Diameter 31 – 75 cm tinggi maksimum 100 cm dari permukaan tanah.

- Diameter > 75 cm tinggi maksimum 150 cm dari permukaan tanah.

Setelah pembersihan lahan selesai dibuat dan pengukuran blok selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan

pengelolaan tanah dan air. Pengelolaan ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya genangan air ketika

musim hujan atau kekeringan ketika musim kemarau. Selain itu, juga dimanfaatkan untuk mencegah terjadinya

erosi. Bagain-bagian dari konservasi tanah dan air seperti tapak kuda (suatu bentuk permukaan tanah yang

ditinggikan dengan kemiringan sebesar 15º), terasan (bentuk permukaan tanah yang dibuat berjenjang/bertingkat

untuk membatasi aliran air dipermukaan tanah), benteng (bentuk permukaan tanah yang ditinggikan yang

berasal dari galian tanah dan telah dipadatkan, rorak (lobang bekas galian tanah yang digunakan untuk benteng

yang berbentuk trapesium terbalik) dan parit (saluran air yang dibentuk secara manual maupun mekanis).

Gambar B.1.1. Benteng

Tahap terakhir dari persiapan lahan adalah penanaman kacangan. Penanaman kacangan bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi biaya produksi serta meningkatkan produksi kelapa sawit. Penanaman

kacangan dilakukan sebelum penanaman kelapa sawit dilaksanakan. Namun adakalanya penanaman kacangan

Page 6: Budidaya Kelapa Sawit

dilaksanakan setelah kelapa sawit ditanam. Hal ini karena perusahaan mengejar masa tanam yang singkat.

Kacangan berfungsi sebagai penutup tanah sehingga diharapkan tidak ada gulma yang tumbuh disekitar

tanaman kelapa sawit. Selain itu, kacangan juga mampu membantu mengikat N sehingga meningkatkan

kandungan N di dalam tanah. Sebelum dilakukan penanaman kacangan terlebih dahulu areal disemprot dengan

menggunakan herbisida sehingga areal bersih dari gulma.

Gambar B.1.2. Pembibitan kacangan

Penanaman kacangan dilaksanakan pada musim hujan untuk memastikan tanaman kacangan dapat tumbuh

dengan baik. Kacangan yang ditanam merupakan pencampuran tiga jenis kacangan yang disertai pupuk dengan

perbandingan kacangan Centrosema pubescens (CP), Calopogonium muconoides (CM), Pueraria javanica (PJ)

dan pupuk RP ( 2 kg CP +2 kg CM + 1 kg PJ + 5 kg pupuk RP). Apabila penanaman kacangan telah selesai

dilakukan, maka areal siap untuk ditanamai kelapa sawit.

2. Penanaman Kelapa Sawit

Penanaman kelapa sawit baru dapat dilaksanakan setelah semua kegiatan persiapan lahan selesai. Sebelum

dilakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemancangan bibit. Arah baris tanaman umumnya utara

selatan dan pada keadaan tertentu dapat diubah dan disesuaikan dengan keadaan topografi. Jarak tanam 9.25

m x 9.25 m x 9.25 m dengan jarak dala baris 8.01 m dalam bentuk segitiga sama sisi dengan kerapatan 135

pkk/ha. Di daerah berbukit dan kontur arah barisan mengikuti arah kontur dan jarak antar kontur adalah proyeksi

jarak antara baris. Pemancangan dimulai dengan membuat pancang kandang yang berukuran 101.75 m x

96.120 m (11 x 9.25) x (6 x 16.02) m.

Gambar B.2.1. Kiri: Pemancangan; Kanan: Pancang yang telah selesai dibuat

Pancang tanam yang tepat mengenai tunggul kayu keras dapat dipindahkan dalam barisan tanaman maksimal

100 cm. Setelah dilakukan pemancangan, maka dilakukan pembuatan lobang tanam. Ukuran lobang minimal 50

x 50 x 40 cm sehingga bibit tertanam sampai batas leher akar. Sebelum lobang dibuat lebih dahulu sampah dan

tunggul dibersihkan dan permukaan tanah diratakan. Lobang tanam dibuat 10 cm di sebelah selatan pancang.

Pancang tidak boleh dicabut pada saat pembuatan lobang.

Gambar B.2.2. Kiri: Pembukaan polibag; Kanan: Penanaman kelapa sawit

Setelah pembuatan lobang tanam selesai dilakukan, maka bibit yang telah dipesan sebelumnya didistribusikan

ke areal. Bibit yang dibawa oleh truk diturunkan ditempat yang telah diberi pancang. Setiap tumpukan bibit

berjumlah 27 pokok untuk 2 baris atau pada areal yang tidak penuh (abnormal) pancang tanam harus terlebih

dahulu dihitung sehingga dapat disesuaikan jumlah bibit yang akan diturunkan. Penerimaan bibit diselesaikan

perpetak dalam kelompok varietas yang sama sehingga diperoleh penanaman yang seragam untuk setiap blok.

Bibit yang telah disebar tadi kemudian diangkat dengan cara dipanggul dan ditempatkan pada pancang terjauh

(pancang ke-14). Setelah itu secara berurutan bibit diangkat sampai ke pinggir jalan (pancang ke-1). Untuk areal

tanaman yang sulit ditempuh dengan menggunakan truk, dapat digunakan samapat atau tongkang. Posisi bibit

ditempatkan dengan berdiri tegak disamping lobang tanam. Penanaman kelapa sawit dilaksanakan dengan

memotong plastik dasar polybag pada lobang tanam kemudian mengangkat plastik tersebut ke atas dan

mengikatnya pada daun bibit kelapa sawit untuk memudahkan penutupan lobang. 3-4 hari setelah penanaman

dilakukan konsolidasi untuk memastikan bahwa bibit kelapa sawit tersebut tertanam dengan benar (tidak miring

atau tumbang).

3. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dimulai dengan pembuatan jalan setapak. Jalan setapak ini

nantinya akan digunakan sebagai jalannya pekerja ketika melakukan perawatan (merumput, semprot hama dan

penyakit, serta gulma), sensus pokok, penyisipan, hingga akhirnya nanti menjadi jalan ketika panen

dilaksanakan. Jalan setapak dibuat secara berkala, dimulai dengan jalan setapak 1 : 16 (3-6 bulan), jalan

setapak 1 : 8 (12-16 bulan), jalan setapak 1 : 4 (18-24 bulan), jalan setapak 1 : 2 (28-32 bulan). Sedangkan untuk

jalan tengah atau jalan 13 dibuat bersamaan dengan pembuatan jalan setapak 1 : 16. Jalan setapak dibuat arah

Page 7: Budidaya Kelapa Sawit

utara–selatan sepanjang baris tanaman dengan ukuran panjang 250 meter dan lebar 1,25 meter, sedangkan

jalan tengah / jalan 13 dibuat arah timur–barat dengan panjang 1.000 m dengan lebar 1,25 m. Perawatan jalan

setapak dilakukan dengan melakukan penyemprotan yang dimulai pada saat tanaman kelapa sawit berumur 12

bulan. Rotasi penyemprotan dilakukan sebanyak 3 kali setahun. Penyemprotan jalan setapak disesuaikan

dengan dosis yang direkomendasikan sesuai dengan anggaran biaya tahunan.

Gambar B.3.1. Dongkel Anak kayu (DAK) pada TBM.

Selain pembuatan jalan setapak, juga dilakukan kegiatan perawatan seperti perawatan gawangan. Perawatan

gawangan ini dapat dilaksanakan secara manual ataupun kemis. Perawatan gawangan manual dilakukan

dengan cara mencabut, mendongkel anak kayu, pengupasan kulit kayu dilakukan pada tunggul kayu yang masih

hidup atau anak kayu yang tidak bisa didongkel dari bawah sampai keatas berkeliling. Hasil dongkel anak kayu

(DAK) ditempatkan di atas tunggul yang mati atau para-para. Sedangkan rotasi rawat gawangan manual pada

TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali, dan TBM 3 dengan interval 4 bulan

sekali. Perawatan gawangan secara kemis dilaksanakan apabila gulma di areal lebih dominan. Gulma disemprot

menggunakan alat Knapsack Sprayer dengan larutan herbisida pada gawangan sawit. Rotasi semprot gawangan

pada TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali, TBM 3 dengan interval 4

bulan sekali. Selain rawat gawangan, juga dilakukan garuk piringan pada tanaman kelapa sawit. Garuk piringan

ini dilakukan supaya area piringan tanaman kelapa sawit bebas dari gulma sehingga tingkat persaingan tanaman

dalam mendapatkan unsure hara, mineral dan air dapat diminimalkan. Garuk piringan dilaksanakan dengan cara

membersihkan rumput/gulma yang tumbuh di piringan pokok. Diameter piringan disesuaikan dengan lebar tajuk

tanaman. Kacangan yang menjalar diatas pokok sawit harus diturunkan. Rotasi garuk piringan dilakukan dengan

ketentuan TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali. Selain dilakukan

perawatan garuk piringan, juga dilakukan semprot piringan. Pelaksanaan semprot piringan dilakukan dengan

cara menyemprot rumput di piringan pokok dengan menggunakan Knapsack Sprayer. Jenis rumput yang

disemprot adalah seluruh jenis–jenis rumput/gulma yang ada dipiringan dengan herbisida. Penyemprotan tidak

dilakukan bila cuaca hujan/mendung untuk menghindari pencucian herbisida oleh air hujan. Penyemprotan

piringan dilakukan pada TBM 3 dengan rotasi 4 bulan sekali.

Gambar B.3.2. Kiri: Semprot lalang; Kanan: Piringan yang telah dibersihkan

Selain merumput juga terdapat kegiatan perawatan semprot lalang. Lalang menjadi perhatian besar karena daur

hidupnya sangat singkat dan sangat mudah tumbuh walaupun lingkungannya kurang mendukung. Terdapat dua

cara untuk menanggulangi lalang yang tumbuh disekitar pertanaman kelapa sawit, yaitu spot spraying (kemis)

dan lap lalang (manual). Pada spot sprayer lalang disemprot menggunakan Knapsack Sprayer yang berisi

campuran bahan herbisida secara sporadic dan dilakukan 1 (satu) tahun sekali. Pada lap lalang digunakan kain

yang telah dicampur bahan herbisida dengan konsentrasi 1% kemudian dilapkan pada lalang dari pangkal

batang sampai pucuk daun. Lalang yang sudah dilap pucuk daunnya dipotong. Rotasi lap lalang dilakukan

dengan ketentuan TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali, TBM 3 dengan

interval 4 bulan sekali, dan pada TM dilakukan dengan interval 6 bulan sekali.

Untuk mengetahui jumlah kelapa sawit yang telah ditanam dan belum ditanam, maka dilakukan sensus pokok.

Sensus pokok dilakukan satu bulan setelah penanaman dan sensus berikutnya satu kali setahun.apabila

terdapat tanaman yang mati atau belum ditanam, maka dilakukan penyisipan. Penyisipan dilakukan berdasarkan

laporan dari sensus pokok yang telah dilakukan sebelumnya. Pada masa TBM, selain dilakukan perawatan-

perawatan rutin, juga dilakukan persiapan untuk panen. Sebagai contoh adalah pembuata tempat pengumpulan

hasil (TPH). Pembuatan TPH dilakukan pada saat tanaman berumur 3 tahun (TBM 3) dengan cara meratakan

tanah, membersihkan rumput, tunggul dan kayu dengan ukuran 4 x 7 m.

Pencegahan hama dilakukan sedini mungkin untuk menghidari kerugian yang besar akibat serangan hama.

Untuk itu, di kebun HD dilakukan sensus hama, baik itu hama daun, hama tikus ataupun tirathaba. Sensus hama

daun dilaksanakan minimal satu kali sebulan. Bila terjadi ledakan serangan hama (out break) maka dilakukan

Page 8: Budidaya Kelapa Sawit

sensus setiap dua minggu sekali pada areal yang terserang berat. Pengamatan dilakukan pada pokok yang

terdapat dalam baris sensus (titik sensus tetap) yang telah dibuat terlebih. Sedangkan untuk hama tikus

dilakukan sensus hama tikus yang dilaksanakan satu kali sebulan. Cara pengamatan serangan hama tikus

dibedakan antara TBM – TM 3 dan TM 4 ke atas. Sensus hama Tirathaba dilaksanakan di areal tanaman yang

sudah selesai kastrasi dan dilaksanakan satu kali sebulan. Sensus ini tidak perlu dilakukan bila persentase

serangan sudah dibawah 2 %.

Pada masa TBM, kelapa sawit diarahkan untuk memaksimalkan pertumbuhan vegetatif sehingga ketika bunga

muncul, maka bunga tersebut langsung di musnahkan (kastrasi). Kastrasi dilakukan pada tanaman yang telah

berumur 13, 15 dan 17 bulan. Sedangkan untuk pemupukan pada TBM dilakukan berdasarkan rekomendasi

pemupukan yang diberikan oleh tim agronomy research unit (ARU) berdasarkan hasil analisa kebutuhan pupuk

dan rekomendasi ini diberikan setiap tahun.

4. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Pada tanaman menghasilkan (TM), perawatan atau pemeliharaan tanaman kelapa sawit tidak seintensif ketika

tanaman masih di TBM. Perawatan hanya meliputi merumput, merawat jalan serta pemupukan. Merumput di TM

sendiri tidak berbeda jauh dengan merumput di TBM, karena pada prinsipnya adalah menghilangkan rumput

yang mengganggu pertanaman kelapa sawit. Begitu juga dengan semprot piringan, gawangan dan TPH.

Kegiatan merumput dapat dilakukan dengan cara merawat gawangan dengan herbisida (kemis) atau dengan

mendongkel anak kayu/anak sawit (manual). Gulma disemprot dengan menggunakan alat Knapsack Sprayer

dengan larutan herbisida pada gawangan sawit. Rotasi semprot gawangan dan dongkel anak kayu adalah 1 kali

setahun. Semprot piringan/jalan setapak/TPH merupakan pekerjaan yang sama, hanya tempatnya saja yang

berbeda. Pelaksanaan semprot piringan/jalan setapak/TPH dilakukan dengan cara menyemprot rumput

dipiringan/jalan setapak/TPH pokok menggunakan Knapsack Sprayer dengan menggunakan nozlle yang sesuai

dengan populasi gulma. Jenis rumput yang disemprot adalah seluruh jenis–jenis rumput/gulma yang ada di

piringan , jalan setapak dan TPH. Penyemprotan tidak dilakukan bila cuaca hujan atau mendung. Rotasi semprot

gawangan, piringan, jalan setapak, dan TPH 2 kali setahun.

Keadaan jalan menjadi faktor penting terutama ketika musim hujan. Kebun HD memiliki tekstur tanah yang

didominasi lempung sehingga sangat licin ketika hujan dan lengket ketika hujan reda. Hal ini menyebabkan

banyak truk menjadi sering macet/mogok karena tidak dapat berjalan di jalan rusak. Selain itu jembatan juga

memerlukan perawatan khusus.Oleh karena itu, diperlukan perawatan jalan, baik itu jalan utama (poros), jalan

produksi, dan jembatan. Perawatan jalan utama,jalan luar kebun, produksi dan jalan alternatif dilakukan dengan

Road Grader. Road Grader berfungsi sebagai sebagai perata jalan yang bergelombang.

Gambar B.4.1. Kiri: Road Grader; Kanan: Compactor.

Bentuk badan jalan utama dan jalan produksi tetap dipertahankan seperti batok tengkurap. Badan jalan produksi

dan jalan alternatif yang telah ditumbuhi rumput tidak perlu degrading. Badan jalan tidak terlindung oleh kanopi

daun atau pelepah tanaman. Selain itu, perlu dilakukan perawatan saluran air di kanan dan kiri jalan secara

manual pada saat musim hujan. Perawatan jalan utama, produksi dan jalan alternatif pada topografi rendah

dibadan jalan dibuat saluran air berbentuk ”V” untuk mencegah genangan air di badan jalan saat musim hujan,

dilakukan secara manual dengan menggunakan ”dodos modifikasi” berbentuk cangkul. Jalan yang berlobang

ditimbun dan dipadatkan dengan Compactor. Rotasi perawatan jalan dilakukan dua kali setahun dan dalam

kondisi tertentu dapat ditambah rotasi perawatannya. Untuk perawatan jembatan permanen dilakukan dengan

membersihkan potongan kayu, sampah yang tertahan di tiang/pondasi jembatan. Penambahan tanah pada

pangkal jembatan sehingga permukaan jalan sama tinggi dengan lantai jembatan. Tanah pada kiri kanan

pondasi jembatan yang longsor ditimbun kembali dan dipasang cerucuk. Perawatan jembatan darurat dilakukan

dengan membersihkan sampah, potongan kayu, melancarkan aliran air. Susunan batang kayu yang terlalu

merenggang dirapatkan kembali dan mengganti kayu yang patah, lapuk pada jembatan darurat serta pangkal

jembatan di timbun tanah sehingga permukaan jalan sama tinggi dengan permukaan batang kayu jembatan.

Page 9: Budidaya Kelapa Sawit

Perawatan gorong-gorong dilakukan dengan membersihkan sampah, potongan kayu, tanah, melancarkan aliran

air. Tanah timbunan gorong gorong dipertahankan rata dengan permukaan jalan. Untuk jalan yang ternaungi

oleh pelepah dapat dilakukan perawatan rempes pelepah dengan menggunakan egrek dan bambu. Terkadang

kerusakan jalan tidak terlalu parah sehingga hanya memerlukan beberapa orang untuk memperbaikinya.

Perawatan manual ini termasuk di antaranya membuang air yang menggenang di jalan dengan membuat saluran

pembuangan, membuang lumpur yang ada di badan jalan dengan menggunakan cangkul serta menimbunnya

dengan tanah.

Pada TM terkadang pelepah yang ada di pohon sangat banyak dan terkadang pelepah yang matipun masih

menempel pada pohon tersebut. Untuk itu, dilakukan pemangkasan (pruning) dan pembersihan (debris).

Pemangkasan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Umur tanaman (tahun) Pelepah yang dipertahankan di pokok

2.5 – 3 58 – 64

3.5 – 7 48 – 56

8 – 14 40 – 48

15 tahun ke atas 32 – 40

Tabel B.4.1. Jumlah pelepah yang dipertahankan di pokok berdasarkan umur tanaman.

Pemangkasan pelepah harus mepet, agar berondolan tidak sangkut dan di rotasi setiap 9 bulan sekali. Setelah

dilakukan pemangkasan dilanjutkan pembersihan dengan membuang seludang buah, bunga jantan, brondolan

kering yang terdapat di piringan dan ketiak pelepah pada tanaman menghasilkan dengan rotasi 1 kali setahun.

Aplikasi pemupukan pada TM mengikuti rekomendasi dari tim ARU yang keluar setiap tahun. Rekomendasi ini

didapatkan dari hasil analisa Leaf Sampling Unit (LSU) yang pada masing-masing kebun berbeda.

5. Pemanenan Hasil

Pemanenan hasil merupakan tahap terakhir pada budidaya kelapa sawit. Sebelum dilaksanakan kegiatan

pemanenan, terlebih dahulu dilakukan sensus buah. Hal ini untuk mengetahui jumlah tanaman kelapa sawit yang

siap panen sehingga dapat diperkirakan hasil panen yang akan di dapat dan jumlah tenaga yang diperlukan.

Sensus buah dimulai dengan pembuatan tanda yang pokok kelapa sawit yang akan di sensus. Sensus

dilaksanakan diseluruh areal TM pada setiap petak ditentukan baris sensus (kelipatan 10 baris) yang mewakili

areal tersebut (biasanya 25 Ha) dengan persentase 10% terhadap jumlah pokok. Pada baris sensus pokok

pertama dan pokok terakhir diberi tanda cat berwarna merah dan diberi nomor baris berwarna putih. Sensus

dilaksanakan setelah rotasi panen terakhir pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Penandaan baris

pokok sensus dimulai dari arah barat ke timur yang terletak dipinggir jalan produksi. Sensus dilakukan dengan

mengamati dan menghitung jumlah tandan buah hitam yang terdapat di pokok dalam barisan sensus.

Gambar B.5.1. Kiri: Pemanenan dengan menggunakan egrek; Kanan: Pengangkutan ke TPH.

Setelah diketahui perkiraan hasil panen, maka ditentukan jumlah tenaga yang akan digunakan pada hari itu.

Sistem pembagian tenaga kerja terdapat 2 macam dan tergantung pada ketersediaan tenaga dan perkiraan hasil

panenan. Ancak tetap adalah ancak panen yang luasan, lokasi dan pemanennya telah ditetapkan, sedangkan

ancak giring merupakan ancak panen yang luasannya disesuaikan dengan kondisi buah dan produktivitas

pemanen. Pemanenan biasanya dilakukan 2 orang sekaligus dengan pembagian tugas sebagai pemanen dan

sebagai pengangkut. Kriteria buah yang siap di panen adalah warna buah pada tandan berubah dari hitam/hijau

menjadi merah mengkilat/orange dan minimal sudah membrondol 5 brondolan per 1 tandan buah segar (TBS).

pemanenan dilakukan dengan menggunakan dodos pada tanaman yang masih pendek, sedangkan pada

tanaman yang sudah tinggi, pemanenan menggunakan egrek. Egrek yang digunakan di kebun HD sering disebut

dengan fiber. Fiber tersebut dapat dipanjangkan hingga mencapai 6 m. hasil panen tadi kemudian diangkut ke

TPH dengan menggunakan gerobak dorong (angkong). TBS yang telah terkumpul di TPH di sortasi terlebih

dahulu oleh pemanen dan apabila terdapat tandan yang terlalu panjang dipotong hingga tersisa 2 cm dari buah.

Page 10: Budidaya Kelapa Sawit

Setelah itu, pemanen memberikan tanda pada ujung tandan berupa nomor pemanen. Apabila pemanenan

selesai dilakukan, kerani buah melakukan sortasi pada saat TBS dimuat ke truk pengangkutan.

Gambar B.5.2. Kiri : Sortasi TBS; Kanan: Buah yang telah didop oleh kerani panen.

Setelah TBS tersebut disortasi, kemudian kerani panen memberikan tanda di ujung tandan berupa nomor divisi

dan nomor mandor. Apabila dalam 1 TPH telah selesai di sortasi, maka TBS tersebut siap dimuat ke truk

pengangkut. Setiap truk yang akan mengangkut TBS disertai oleh 3 orang pemuat. TBS yang telah dimuat tadi

kemudian dibawa ke PKS untuk proses selanjutnya. Truk yang digunakan adalah jenis dump truck yang mampu

membawa TBS hingga 6 ton.

Gambar B.5.3. Kiri: Muat TBS; Kanan: Muat brondolan

C. Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan kelapa sawit dimulai bersamaan ketika pembukaan lahan dimulai. Hal ini dikarenakan bibit kelapa

sawit baru akan siap tanam setelah berumur lebih dari 10 bulan, sehingga diperkirakan waktu yang dibutuhkan

sama dengan pembukaan lahan. Oleh karena itu, perencanaan pembukaan kebun dan pembibitan harus

direncanakan secara matang sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau keterlambatan dalam pelaksanaan di

lapangan. Perkiraan kebutuhan bibit juga mesti dihitung secara cermat dan tepat sehingga tidak terjadi kelebihan

bibit, atau bahkan kekurangan bibit yang dapat menyebabkan perbedaan masa tanam yang kemudian tanaman

dalam satu blok tidak lagi seragam.

Menurut Soepadiyo Mangoensoekarjo dan A. T. Tojib (2003), pada dasarnya terdapat dua jenis pembibitan

kelapa sawit, yaitu pembibitan satu tahap (single stage) dan pembibitan dua tahap (double stage). Dengan

memperhatikan alasan efisiensi biaya dan kemudahan dalam perawatan kebun HD memilih menggunakan

metode dua tahap (double stage), yaitu pre-nursery dan main-nursery walaupun ketika pemindahan bibit dari

pre-nursery ke main-nursery membutuhkan biaya ekstra.

Pembibitan memerlukan areal khusus yang benar-benar strategis baik dilihat dari efisiensi ataupun hal-hal

pendukung lainnya. Berikut dipaparkan mengenai pembibitan yang dimulai dengan pembukaan lahan hingga

transportasi menuju tempat penanaman bibit:

1. Tahap Persiapan

a. Penentuan Lokasi Bibitan

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tempat pembibitan haruslah benar-benar strategis. Hal ini dilakukan

antara lain untuk menekan biaya serta mengurangi kerusakan bibit. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk

dapat dijadikan areal pembibitan, antara lain:

1) Areal rata dengan kemiringan maksimal 5%. Lokasi yang akan dijadikan areal pembibitan memang harus rata,

dan kalaupun miring, tidak boleh terlalu miring. Hal ini disebabkan apabila areal yang digunakan miring, maka

langsung ataupun tidak langsung, tanaman akan miring karena polibagnya juga miring, walaupun nanti bisa

dimodifikasi dengan pembuatan tapak kuda. Apabila dipaksakan, maka akan ada biaya tambahan yang muncul

akibat pembuatan tapak kuda atau konsolidasi. Selain itu, jika areal pembibitan miring, sedangkan sistem

pengairan menggunakan pompa air, dikhawatirkan akan ada perbedaan pembagian air antara areal yang tinggi

dengan areal yang rendah.

2) Tidak banjir pada saat musim hujan. Lokasi yang digunakan bukanlah rawa-rawa atau dataran rendah yang

memiliki potensi banjir ketika musim hujan. Apabila tetap dipaksakan, maka harus dibuat tanggul yang mampu

menahan air dari luar serta pompa air yang khusus untuk mengeluarkan air yang tergenang di dalam pembibitan

apabila tinggi air di dalam lebih rendah dibandingkan di luar areal pembibitan. Tentu saja ini akan mengeluarkan

biaya yang lebih besar lagi, mengingat daerah Sumatera Selatan merupakan daerah tropis yang tingkat curah

hujannya cukup tinggi. Oleh karena itu disarankan areal pembibitan merupakan areal yang rata dan bukan

daerah rawa. Kebun HD memiliki areal bibitan yang relative aman dari kebanjiran, walaupun ada beberapa

tempat yang tetap kebanjiran ketika hujan deras berturut-turut selama beberapa hari.

Page 11: Budidaya Kelapa Sawit

Gambar C.1.a. Kiri: Dataran rendah menyebabkan tergenang; Kanan: Kemiringan tanah tinggi.

3) Dekat dengan sumber air dan tersedia dalam jumlah yang cukup ketika musim kemarau. Air merupakan

kebutuhan utama di dalam pembibitan kelapa sawit. Tanpa adanya air yang cukup, maka bibit tidak akan tumbuh

optimal. Di kebun HD, sumber air yang tersedia berasal dari air sungai yang terhubung langsung oleh kanal

sehingga potensi kekeringan pada musim kemarau sangat kecil. Selain itu, sumber air yang dipersiapkan tidak

hanya terpusat pada satu tempat saja, sehingga apabila salah satu sumber kering, masih ada sumber air yang

lainnya.

4) Aman baik dari gangguan pencurian maupun gangguan binatang liar. Pencurian merupakan gangguan yang

paling berbahaya karena kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Di kebun HD disediakan penjaga bibitan baik

siang maupun malam yang berasal dari penduduk setempat dengan harapan tingkat pencurian dapat ditekan.

Selain itu, gangguan binatang liar seperti babi ataupun tikus perlu diperhatikan, walaupun dampaknya tidak

terlalu besar. Sapi penduduk asli merupakan hewan pengganggu utama di pembibitan kebun HD. Sapi-sapi yang

jumlahnya mencapai 50 ekor tersebut dibiarkan bebas sehingga terkadang masuk ke areal pembibitan. Untuk

mencegah masuknya sapi tersebut, disediakan tenaga khusus untuk menjaga sapi tersebut tetap berada di luar

areal pembibitan.

5) Dekat dengan lokasi penanaman. Pada awal penetapan areal yang akan digunakan sebagai pembibitan, perlu

dipertimbangkan jarak antara pembibitan dengan calon areal yang akan ditanami kelak. Biasanya dalam satu PT

terdapat satu pembibitan yang kurang lebih terdapat 4-6 kebun. Dengan demikian, areal pembibitan sebisa

mungkin diposisikan setepat mungkin dengan mempertimbangkan sarana jalan yang dilewati dan jarak yang

ditempuh. Kebun HD sendiri menyuplai bibit ke empat kebun lain serta kebun sendiri.

6) Lokasi tidak tertutup oleh bayang-bayang dari pohon-pohon hutan atau pohon-pohonan lainnya sehingga

dapat menerima sinar matahari penuh. Jarak terdekat dari hutan atau tanaman kelapa sawit yang sudah besar

yang ada di sekitar tempat tersebut minimal 20 m.

7) Bentuk area pembibitan sebaiknya persegi panjang atau bujur sangkar. Hal ini akan memudahkan

perhitungan kebutuhan pipa untuk pembuatan jaringan air penyiraman. Selain itu juga dapat memudahkan

perhitungan kebutuhan dan kontrol penggunanaan herbisida, insektisida dan lain-lain.

b. Pengukuran Areal Bibitan

Pengukuran areal yang akan digunakan sebagai pembibitan dilakukan oleh juru ukur. Juru ukur melakukan

pengukuran areal yang ditetapkan sebagai tempat pembibitan, yang meliputi luas areal, jalan, dan waduk

penampungan air. Setalh hasil pengukuran diperoleh, manajer kebun dan asisten bibitan membuat tata letak (lay

out) pembibitan yang mencakup posisi pre-nursery dan main-nursery, jalan, parit keliling, waduk penampungan

air, rumah mesin, rumah hujan dan kantor divisi. Areal yang digunakan haruslah tepat dengan kebutuhan bibit

yang akan ditanam nantinya. Kebun HD memiliki luas areal ± 80 ha yang dibagi menjadi 4 blok besar

pembibitan. Pembibitan kebun HD sendiri berada di empat blok divisi inti yang berbeda dengan 75% berada

pada divisi Inti Hikmah Dua Tiga (IHDT) blok 20, 17 dan 18. Sedangkan sisa 25% berada pada divisi Inti Hikmah

Dua Satu (IHDS) di blok 16.

c. Pembersihan Areal

Pembersihan areal bibitan meliputi pekerjaan imas tumbang, mencabut dan membuang tunggul kayu serta akar

kayu, penyemprotan lalang. Pembersihan areal ini dapat menggunakan cara mekanis maupun manual. Untuk

cara mekanis dapat menggunakan alat berat baik itu bulldozer,excavator, maupun traktor bajak. Sedangkan cara

manual adalah dengan menggunakan cangkil, sabit, parang dan dodos yang telah dimodifikasi.

d. Pembuatan Jalan dan Parit Keliling

Jalan pada pembibitan merupakan hal yang penting untuk distribusi bibit. Pembuatan jalan ini menggunakan alat

berat, seperti bulldozer, road grader, compactor, dan excavator. Jalan di bibitan dibuat keliling dengan

memperhatikan rencana disain blok yang akan dibuat. Selain jalan, dibutuhkan juga parit keliling. Parit keliling ini

Page 12: Budidaya Kelapa Sawit

dibuat di samping-samping jalan untuk menghindari genangan di jalan yang dapat menyebabkan jalan cepat

rusak.

Gambar C.1.d.1. Pembuatan parit

e. Pembuatan waduk penampungan air

Untuk menghindari kekurangan air pada musim kemarau, setiap pembibitan harus memiliki waduk yang mampu

menyangga kebutuhan air bibit selama musim kemarau. Ukuran waduk penampungan air berdasarkan

kebutuhan air yang harus tersedia sesuai dengan jumlah bibit. Waduk dibuat dengan menggunakan excavator

dengan ukuran 50 m x 30 m dan dengan kedalaman 5 m. Kebun HD memiliki 2 waduk yang mampu memenuhi

kebutuhan air hingga 120 ha. Namun karena saat ini luas areal bibitan hanya 80 ha, maka pompa air yang ada

tidak digunakan secara maksimal. Dengan demikian, setiap waduk digunakan untuk menyediakan kebutuhan air

bibit seluas 40 ha. Tiap-tiap waduk dilengkapi dengan 2 mesin pompa air yang menggunakan mesin truk fuso 5

silinder. Dengan mesin ini, air mampu didistribusikan hingga jarak ± 500 m. Masing-masing mesin digunakan

untuk menyiram bibit seluas 20 ha.

Gambar C.1.e.1. Kiri: Waduk penampungan air; Kanan: Rumah mesin.

Waduk tersebut haruslah berasal dari sumber air yang bebas polutan, baik sisa pestisida, fungisida, pupuk

maupun limbah lainnya. Debit air yang terdapat di waduk buatan tersebut menentukan besar kecilnya pembibitan

dan jumlah bibit yang akan dihasilkan. Waduk buatan tersebut sebaiknya dikeruk lapisan bawahnya setiap

beberapa tahun supaya tidak terjadi pendangkalan, namun hal ini belum dilakukan oleh kebun HD karena debit

air yang terdapat di waduk buatan masih mencukupi untuk kebutuhan penyiraman bibit.

f. Pembuatan Instalasi Penyiraman Bibit

Instalasi penyiraman bibit di kebun HD menggunakan sistem selang dengan merek “kirico” sehingga lebih sering

disebut selang kirico. Selang tersebut lebih efisien dan efektif untuk menyiram bibit kelapa sawit dalam jumlah

besar dibandingkan dengan sistem sprinkler. Sistem sprinkler memang pernah digunakan di pembibitan kebun

HD, hanya saja penggunaan sistem ini rawan pencurian (terutama pipa besi) dan rawan patah pada pipa

penyangga sprinkler serta biaya perawatannya tinggi sehingga dirasa kurang efisien. Instalasi kirico

memanfaatkan selang yang terbuat dari karet yang memiliki lubang kecil yang menyebar ke tiga arah dengan

jarak antar lubang antara 5 – 7 cm serta sangat fleksibel dan alot. Selang kirico ini mampu bertahan hingga 3 kali

tanam atau kurang lebih selama 3 tahun. Dengan menggunakan instalasi selang kirico, biaya perawatan dapat

diminimalkan. Selain itu, selang kirico tersebut terbukti awet dan tahan terhadap cuaca panas ataupun dingin

serta mudah dalam aplikasinya. Satu-satunya kekurangan instalasi kirico ini adalah selang tersebut sangat

mudah sobek oleh benda tajam, terutama ketika perawatan bibit sedang dilakukan seperti merumput atau

konsolidasi.

Gambar C.1.f.1. Kiri: Pengukuran tekanan; Kanan: Mesin pompa air.

Instalasi penyiraman bibit ini dilaksanakan sebelum bibit di tanam, sehingga ketika bibit telah ditanam, tidak

terjadi keterlambatan penyiraman air yang dapat menyebabkan bibit menjadi kekeringan. Urutan pemasangan

instalasi penyiraman ini adalah dari waduk kemudian disedot menggunakan pompa air melalui pipa PVC 6”.

Setelah itu, air tersebut di dorong melalui pipa PVC 6” yang kemudian didistribusikan ke beberapa pipa PVC 4”.

Dari pipa PVC 4” tadi kemudian didistribusikan lagi ke pipa PVC 2”. Panjang pipa PVC 2” tersebut ± 18 m. Setiap

± 3 m terdapat 1 selang kirico sehingga dalam 1 pipa PVC 2” terdapat 7 selang kirico yang dilengkapi dengan

kran (gate valve). Panjang selang kirico tersebut 100 m sehingga diperkirakan mampu menyiram bibit sepanjang

100 – 110 pokok bibit sawit di main-nursery dan 9 bedeng bibit sawit di pre-nursery. Sebelum bibit ditanam,

kekuatan selang kirico tersebut harus dikalibrasi dengan menggunakan alat pengukur tekanan (Pressure

Gauge). Tekanan yang dianjurkan adalah 0.8-1.0 atm dengan perkiraan semburan air hingga 160 cm. Dengan

demikian tiap-tiap selang kirico memiliki jangkauan siraman hingga 320 cm atau sekitar 4 pokok bibit lebih.

Untuk menjaga agar mesin tetap berjalan dengan baik dan benar, maka setiap satu mesin pompa air di kelola

oleh satu orang operator mesin. Dengan demikian kebun HD memiliki 4 orang operator mesin yang mulai bekerja

Page 13: Budidaya Kelapa Sawit

pukul 06.00 dan berakhir pada pukul 18.00 tergantung kepada keadaan cuaca. Kendala-kendala yang dihadapi

dalam menjaga mesin air adalah radiator yang sering bocor sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus.

Akibat yang akan muncul apabila radiator kehabisan air adalah overheat yang tentunya akan menyebabkan

umur mesin menjadi pendek. Belum lagi masalah aki yang sering tekor karena memang jumlah aki yang tersedia

terbatas sehingga mesin hanya bisa dihidupkan secara berurutan. Jika dibanding dengan sistem sprinkler,

pemakaian sistem selang kirico untuk penyiraman di pembibitan membutuhkan biaya yang lebih murah.

Percikan/butiran air yang dihasilkan lebih cocok untuk pertumbuhan bibit karena pupuk dalam polibag tidak

terganggu dengan adanya percikan air penyiraman. Selain itu tanah dalam polibag tidak menjadi keras atau

membentuk lapisan atas yang keras.

g. Pembuatan Pagar Kawat untuk Areal Pre-Nursery.

Pembuatan pagar kawat di areal pre-nursery bertujuan untuk melindungi bibit-bibit tersebut dari gangguan

binatang liar misalnya babi. Areal yang dipagari oleh pagar kawat tersebut sering disebut dengan istilah

“kandangan”, karena memang bentuknya seperti sebuah kandang sapi atau kuda. Kawat yang digunakan adalah

kawat duri yang dipaku pada tiang kayu dengan tinggi pagar kawat tersebut sekitar 1.5 m dan jarak antar tiang 2

m. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu gelam. Kayu tersebut ditancapkan sedalam ± 30 cm dan diberikan

penopang di tiap 3 tiang. Jarak antar kawat satu dengan kawat lainnya 25 cm sehingga terdapat 6 baris kawat.

Setiap 25 m diberikan pintu gerbang dengan lebar 2 m untuk mempermudah keluar masuk ketika melakukan

perawatan ataupun pemindahan bibit. Pagar dirawat sedemikian rupa sehingga tetap kokoh. Curah hujan yang

tinggi pada musim hujan dan suhu udara yang tinggi pada musim kemarau menyebabkan pagar menjadi rapuh.

Terutama pada tiang pagar, sebaiknya diberikan pelapis sebagi pelindung dari panas dan hujan, termasuk juga

rayap yang sering menggerogoti tiang pagar. Pagar juga harus bersih dari gulma sehingga memudahkan dalam

pemeriksaan. Di sekeliling tiang pagar dibuatkan parit yang dapat mengalirkan air untuk menghidari

tergenangnya air disekitar tiang pagar yang dapat menyebabkan tiang pagar semakin cepat keropos. Kawat duri

juga harus diperiksa ketegangannya. Kawat yang kurang kencang akan menyebabkan tiang pagar menjadi

miring dan akhirnya roboh.

Gambar C.1.g.1. Pagar kawat.

h. Pembuatan Rumah Mesin, Kantor Divisi dan Gubuk Berteduh

Pembuatan rumah mesin seharusnya dibuat bersamaan dengan pembuatan waduk. Tetapi mengingat daerah

kebun HD masih rawan terhadap pencurian, maka pembuatan rumah mesih dilaksanakan ketika penanaman

kecambah akan dilaksanakan. Rumah mesin terdapat di tiap-tiap waduk sehingga pembibitan kebun HD memiliki

2 rumah mesin. Rumah mesin dibangun sedemikian rupa sehingga dapat menampung 2 buah mesin beserta

jaringan pipanya. Lantai rumah mesin tersebut haruslah terbuat dari beton cor untuk menjaga mesin agar tidak

mudah goyang serta menahan getaran.

Selain rumah mesin, juga dibangun kantor divisi yang digunakan untuk mengatur pembagian kerja dan

memeriksa pekerja yang telah diabsen. Kantor divisi terletak tepat ditengah kebun dan dekat dengan kandangan

sehingga memudahkan pekerja dalam mengontrol bibit di kandangan. Gubuk tempat berteduh juga perlu

dibangun untuk tempat berteduh ketika pekerja sedang beristirahat. Hal ini disebabkan ukuran bibit yang rendah

sehingga tidak ada tempat berteduh bagi para pekerja, terutama ketika turun hujan.

Gambar C.1.h.1. Kiri: Gubuk; Kanan: Kantor divisi.

2. Tahap Pre-Nursery

a. Persiapan Media Tanah

Media tanah yang digunakan adalah tanah lapisan atas (topsoil) yang biasanya dilakukan dengan bantuan alat

berat baik excavator ataupun backhoe loader. Tanah yang digunakan tidak boleh kedap air, lempung gembur,

atau kadar pasir < 60%. Untuk kebun HD sendiri tanah topsoil didapatkan dari divisi inti dan diangkut dengan

menggunakan truk yang kemudian dikumpulkan menjadi 1 gunungan tanah.

Page 14: Budidaya Kelapa Sawit

Gambar C.2.a.1. Kiri: Tanah topsoil yang telah dikumpulkan; Kanan: Pengangkutan tanah.

Setelah tanah tersebut dikumpulkan, tanah kemudian diayak sehingga terbebas dari sampah organik (batang

kayu dan pelepah) ataupun dari sampah anorganik (plastik dan karung). Tanah yang telah diayak tadi kemudian

dicampur dengan menggunakan pupuk Rock Phospate (RP) dengan takaran 10 kg tiap 4.5 m3 tanah. Sebagai

perkiraan, setiap truk mampu mengangkut sekitar 3-4 m3 tanah dan setelah di ayak akan didapatkan tanah 2-3.5

m3 tanah sehingga setiap tanah hasil ayakan dari 2 truk dapat dicampur dengan 10 kg pupuk RP. Tanah yang

telah dicampur dengan pupuk dikeringanginkan selama 4 minggu. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan

ketersediaan unsur hara P di dalam tanah sebelum dipergunakan sebagai media pembibitan.

b. Pengisian Polibag

Tanah yang telah di ayak dan dicampur dengan pupuk RP tadi kemudian dimasukkan ke dalam polibag yang

berukuran 22 cm x 15 cm dengan ketebalan 0.22 mm. Pengisian polibag dapat menggunakan piring, sekop kecil

ataupun tangan kosong. Selama pengisian polibag, pekerja juga harus memeriksa kembali tanah yang

dimasukkan ke dalam polibag jika terdapat sampah. Polibag tersebut harus di isi sampai penuh untuk

mengurangi resiko memadatnya tanah ketika disiram air.

Gambar C.2.b.1. Pengisian polibag kecil

Polibag kecil yang akan digunakan adalah polibag yang berkualitas baik. Kualitas yang jelek akan menyebabkan

polibag mudah robek dan nantinya akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Jumlah polibag kecil yang

dipesan sebanyak 110% kebutuhan yang akan digunakan untuk penanaman. Jumlah polibag kecil per kg sekitar

80-90 polibag sehingga ada baiknya ketika melakukan pemesanan, jumlahnya dilebihkan karena jika kekurangan

cukup sulit untuk memesan ke kantor pusat dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Polibag kecil yang

dipakai haruslah memiliki lubang pengeluaran air berdiameter 3 mm. Hal ini untuk menanggulangi kemungkinan

tergenang ketika hujan. Berat per polibag kecil sekitar 1-2 kg tergantung jenis tanah dan kelembaban tanah yang

digunakan.

c. Penyusunan Polibag

Polibag kecil yang telah di isi kemudian disusun per bedeng. Bedeng tersebut berisi 1000 polibag dengan

panjang 125 polibag dan lebar 8 polibag dengan perkiraan panjang bedengan 10 m dan lebar bedengan 1 m.

Pada pinggir bedengan diberikan tanah timbunan (guludan) untuk menjaga agar polibag tidak mudah berubah

dari posisi semula. Namun sebaiknya hal ini dihindari karena dengan menggunakan guludan, drainase air

menjadi terhambat dan air menjadi menggenang disekitar polibag. Guludan tersebut sebaiknya diganti dengan

menggunakan kayu sehingga drainase air dapat mengalir dengan lancer. Setiap 2 bedeng polibag kecil tersebut

diapit oleh 2 selang kirico sehingga setiap selang kirico mampu menyuplai 2 bedengan sekaligus (kanan dan

kiri).

Gambar C.2.c.1. Polibag yang telah selesai disusun di dalam bedengan.

Beberapa buku menyebutkan bahwa pada pre-nursery, bibit memerlukan naungan. Tetapi di kebun HD tidak

menggunakan naungan karena beberapa tahun yang lalu pembibitan kebun HD pernah menggunakan naungan,

dan ternyata bibit tersebut menjadi gosong. Kemungkinan besar hal tersebut disebabkan oleh pembukaan

naungan yang tiba-tiba sehingga bibit tersebut “kaget”. Rekomendasi pemberian naungan di pre-nursery

kemungkinan dibuat sewaktu belum ditemukan sistem penyiraman di pembibitan yang baik. Pemberian naungan

di pembibitan baik dengan menggunakan pelepah kelapa sawit maupun dengan menggunakan bahan lainnya

mulanya dimaksudkan untuk melindungi bibit dari penyiraman yang kurang sempurna terutama pada saat bibit

dalam masa-masa pertumbuhan kritis. Setelah sistem penyiraman dapat dilaksanakan dengan baik, misalnya

dengan sistem selang kirico, maka naungan pada pembibitan tidak direkomendasikan lagi. Apabila kebutuhan air

peyiraman cukup maka pemberian naungan pada pembibitan tidak memberikan dampak positif pada

pertumbuhan bibit. Penghilangan naungan akan memberikan dampak berkurangnya penyakit daun pada bibit.

Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa naungan berupa daun kelapa sawit akan menimbulkan (menularkan)

penyakit daun pada bibit kelapa sawit. Apabila karena alasan-alasan tertentu naungan tetap dipasang dapat

Page 15: Budidaya Kelapa Sawit

menyebabkan etiolasi (pertumbuhan memanjang akibat kekurangan intensitas cahaya) pada bibit yang tidak

diharapkan.

d. Penerimaan Kecambah

Ketika transaksi penerimaan kecambah dilakukan, harus diperiksa kecocokan antara packing list dengan

kecambah yang diterima. Packing list merupakan daftar kecambah yang diberikan pada saat transaksi yang

berisi informasi mengenai jumlah kecambah, varietas, dan tanggal pengiriman dari Seed Proccesing Unit (SPU).

Pada kardus kemasan kecambah juga terdapat segel untuk memastikan bahwa kardus tersebut tidak pernah

dibuka sebelumnya. Apabila segel tersebut rusak atau hilang, dapat dipastikan bahwa kardus tersebut telah

dibuka sebelumnya dan dapat dilaporkan kepada pihak SPU untuk menindaklanjuti temuan tersebut.

Gambar C.2.d.1. Kiri: Segel pada kardus; Kanan: Seed Label yang terdapat pada kantong.

Setiap kardus mampu menampung 2.500-2.600 butir kecambah. Pada waktu kardus tersebut dibuka, akan

didapatkan kantong plastik berisi kecambah yang dilampiri dengan seed label untuk menunjukkan informasi

mengenai kecambah yang terdapat pada kantong plastik tersebut. Informasi yang diberikan meliputi varietas,

nomor referensi, nomor male dan female, isi kantong plastik tersebut serta tanggal pengiriman. Untuk

memastikan bahwa kecambah tersebut telah melewati tahap pemeriksaan, maka di seed label tersebut disertai

cap quality control. Isi dari tiap-tiap seed label tersebut dikumpulkan menjadi satu lembar terpisah yang disebut

dengan packing list. Packing List tersebut harus disimpan sebagai bukti bahwa bibit yang ditanam berasal dari

kecambah yang telah bersertifikat. Waktu pengiriman kecambah yang diperlukan dari SPU ke kebun HD hanya 1

hari yang artinya kecambah dapat di seleksi pagi hari, di kemas siang hari, dan langsung di antar ke kebun HD

pada sore hari. Kecambah yang telah diterima harus segera ditanam untuk menghindari kerusakan kecambah.

Kecambah yang dikirimkan dalam sekali pengiriman dapat mencapai 25.000 butir kecambah sehingga

diperlukan manajemen yang baik untuk dapat menanam kecambah tersebut dalam waktu singkat dengan

mengatur kebutuhan tenaga dan pembagian tugas yang jelas.

Kebun HD menerima seluruh varietas yang dikirim oleh SPU, mulai dari SJ 1 (Nigeria), SJ 2 (Ghana), SJ 3

(Ekona), SJ 4 (Avros), SJ 5 (Dami Komposit), dan SJ 6 (Yangambi). Oleh karena itu, penanaman dilakukan

berdasarkan varietas sehingga memudahkan dalam pengawasan dan penjualan.

Kecambah yang dikirimkan merupakan hasil dari perkiraan penanaman tanaman kelapa sawit yang akan di

tanam tahun berikutnya ataupun yang akan di jual kepada pihak luar. Secara sederhana, kebutuhan kecambah

dapat diperkirakan sebelumnya dengan menetapkan jumlah-jumlah kecambah yang dapat hidup ataupun yang

abnormal. Kebun HD menerapkan rumusan pada kerapatan 135 pokok per ha sebagai berikut:

- Seleksi penerimaan kecambah 2,5 % atau 5 butir

- Seleksi bibit di Pre Nursery 10 % atau 20 butir

- Seleksi bibit Main Nurser 15 % atau 30 butir

- Disisipan 5 % atau 10 butir

Jumlah diatas merupakan perkiraan untuk mengatasi kekurangan kecambah. Jumlah kebutuhan kecambah

sebenarnya tidak dapat diduga dengan pasti. Namun dengan menggunakan kecambah bermutu tinggi,

diharapkan pengurangan kecambah akibat seleksi dapat diminimalkan.

e. Seleksi Kecambah

Sebelum dilakukan penanaman kecambah, trelebih dahulu dilakukan seleksi kecambah untuk menghindari

tertanamnya kecambah yang tidak layak tanam. Beberapa kriteria kecambah yang digunakan di kebun HD

adalah sebagai berikut:

1) Kecambah normal

- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) dapat dibedakan dengan jelas,

- Akar berwarna putih gading dengan panjang 8 – 20 mm,

- Pucuk meruncing, berwarna kuning keputihan,

- Posisi Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) bertolak belakang (T-shape).

Page 16: Budidaya Kelapa Sawit

Gambar C.2.e.1. Kecambah normal dengan panjang radikula < 20 mm.

2) Kecambah abnormal

- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) yang tidak berkembang,

- Kecambah lecet atau patah, berwarna coklat dan busuk,

- Tanpa akar atau pucuk dan atau salah satu akar atau pucuk tidak tumbuh,

- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) bengkok/berputar atau bentuk “U”,

- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) tidak dapat dibedakan.

- Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) bersatu yang ujungnya membengkok seperti bentuk geraham.

Gambar C.2.e.2. Kecambah abnormal.

Kecambah yang telah ditetapkan termasuk kedalam kecambah abnormal kemudian diafkir atau dimusnahkan

dengan cara dipatahkan. Seharusnya pemusnahan kecambah dilakukan dengan menggunakan alat nut cracker,

namun berhubung alat yang dimaksud tidak tersedia, pematahan tunas atau akar adalah solusi terbaik yang

dapat dilakukan. Terkadang didalam 1 kantong kecambah tersebut terdapat beberapa kecambah yang memiliki 2

atau 3 tunas. Kecambah tersebut sering disebut dengan “kecambah kembar”. Kecambah ini tetap ditanam dan

dipelihara. Namun setelah bibit tersebut berumur 1,5 bulan, maka bibit tersebut dibelah, dan dipilih yang bagus

untuk ditinggal dalam polibag. Bibit kedua yang dipisah selanjutnya ditanam pada polibag kecil yang lain, dan

ditempatkan tersendiri untuk diberi perawatan khusus. Jika bibit kedua tidak baik maka langsung dimusnahkan.

f. Penanaman Kecambah

Penanaman kecambah dilaksanakan sesegera mungkin untuk mengungai resiko kerusakan kecambah.

Biasanya kerusakan kecambah yang muncul ketika kecambah terlambat ditanam adalah adanya kecambah yang

patah bagian tunas ataupun akarnya. Selain itu, terkadang kecambah yang disimpan terlalu lama akan

memunculkan jamur walaupun pada kemasan kantong telah dilengkapi dengan busa serpih yang disemprot

dengan fungisida, sehingga jamur tersebut kemungkinan besar tidak akan tumbuh. Ketika paket kecambah

sampai ke bibitan, kardus tersebut dibuka kemudian diperiksa lagi dan dicocokkan dengan packing list yang

menyertainya. Apabila sama, dilanjutkan dengan membuka kantong plastik dan memisahkan antara busa serpih

dengan kecambah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memisahkan busa serpih dengan kecambah

ini. Pertama dengan mengangin-anginkan busa serpih tersebut sehingga busa serpih terbang dari kumpulan

kecambah. Namun cara ini dirasa kurang baik karena busa serpih yang tertiup angin menjadi berterbangan dan

menyebar di areal pre-nursery sehingga kandangan menjadi tampak kotor. Sedangkan cara kedua adalah

dengan menggunakan ember berisi air. Isi yang terdapat di kantong kecambah tersebut ditumpahkan ke dalam

ember sehingga busa serpih yang massanya lebih ringan akan mengapung, sedangkan kecambah yang

massanya lebih berat akan tenggelam. Apabila sudah demikian, busa serpih tersebut dapat di angkat dengan

mudah dari ember. Kecambah yang berada di dalam ember juga dapat di angkat dan diletakkan di piring.

Gambar C.2.f.1. Kiri: Menugal; Kanan: Pemisahan busa serpih dengan kecambah.

Penanaman kecambah dilakukan oleh tim yang biasa menanam kecambah, karena selain membutuhkan

ketelitian yang tinggi, kebiasaan menanam kecambah juga akan mempengaruhi proses penanaman. Satu tim

terdiri dari 3 orang yang memiliki tugas masing-masing. Orang pertama bertugas menugal tanah di polibag,

orang kedua bertugas menanam kecambah, sedangkan orang ketiga bertugas menutup lubang yang telah berisi

kecambah. Namun terkadang tim ini tidak berjalan seperti apa yang diharapkan. Beberapa orang lebih suka

untuk mengerjakan semuanya secara bersama-sama, seperti menugal bersama, menanam bersama dan

menutup bersama. Tapi hal ini bukan merupakan suatu masalah karena waktu dan hasilnya tidaklah berbeda.

Gambar C.2.f.2. Kiri: Aplikasi pupuk RP; Kanan: Penanaman kecambah.

Terkadang beberapa hari sebelum penanaman kecambah, dilakukan aplikasi pupuk RP. Hal ini dikarenakan jika

aplikasi pupuk RP dilakukan ketika tanah belum di isikan ke dalam polibag, dikhawatirkan pupuk RP tersebut

tidak tersebar merata diseluruh polibag. Dengan dilakukannya aplikasi pemupukan per polibag diharapkan

Page 17: Budidaya Kelapa Sawit

terdapat pemerataan penggunaan pupuk RP tersebut. Dosis yang digunakan adalah 2 g/polibag dengan

menggunakan takaran Ally.

g. Penyiraman Bibit

Curah hujan menjadi penentu utama dalam penyiraman bibit. Jumlah curah yang turun dapat diketahui dari

ombrometer yang terdapat di halaman depan kantor. Apabila curah hujan di kebun HD di antara 8 mm dengan

18 mm, maka bibit disiram sekali dalam sehari. Apabila curah hujan pada hari itu lebih dari 18 mm, maka bibit

tidak lagi memerlukan penyiraman. Tetapi apabila curah hujan kurang dari 8 mm, maka bibit disiram dua kali

sehari (pagi dan sore). Kebun HD tidak menerapkan penyiraman 2 kali, namun hanya 1 kali walaupun curah

hujan kurang dari 8 mm. hal ini dikarenakan untuk 1 mesin pompa air membutuhkan 10 liter dalam 1 jam,

sehingga apabila dipaksakan 2 kali penyiraman dalam sehari akan menyebabkan kenaikan biaya yang sangat

besar. Kebutuhan minyak solar setiap hari ketika musim kemarau dapat mencapai lebih dari 400 liter.

Terkadang penyiraman juga tidak mengikuti aturan yang ada, tetapi lebih mengandalkan insting dan pengalaman

operator siram. Apabila ketika operator siram mengecek tingkat kelembaban tanah dan dinyatakan bahwa tanah

tersebut cukup lembab dan tidak perlu disiram, maka pada hari itu tidak disiram. Hal ini disebabkan karena

ombrometer berada di halaman depan kantor, sedangkan hujan yang turun belum tentu merata di seluruh kebun

sehingga apabila ombrometer menunjukkan curah hujan tinggi, belum tentu kadar air di pembibitan juga tinggi,

begitu juga sebaliknya apabila ombrometer di kantor rendah, belum tentu kadar air di pembibitan juga rendah.

Gambar C.2.g.1. Penyiraman bibit di pre-nursery.

h. Merumput dan Melumut

Kegiatan merumput dilakukan 2 minggu sekali dan hanya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara

mencabut atau memotong rumput yang ada di sekitar polibag ataupun yang ada di dalam polibag. Rumput hasil

cabutan tadi kemudian dikumpulkan dan ditempatkan di luar areal bibitan yang nantinya akan dimanfaatkan

sebagai mulsa. Namun sangat jarang rumput hasil cabutan tersebut digunakan sebagai mulsa, karena umur pre-

nursery yang relatif pendek. Selain itu memang telah disediakan mulsa khusus yang didatangkan dari PKS

berupa serat (fiber) kelapa sawit atau cangkang kelapa sawit. Selain itu memang di kebun HD tidak pernah

mengaplikasikan mulsa pada masa pre-nursery. Selain rumput, lumut juga patut diperhatikan. Hal ini

menyebabkan tanah menjadi kedap air sehingga air dan pupuk tidak mampu diserap oleh tanah. Pekerjaan

melumut ini dapat dilakukan bersamaan denga kegiatan merumput di atas polibag.

i. Konsolidasi

Konsolidasi merupakan kegiatan memperbaiki posisi polibag yang kurang benar seperti miring ataupun roboh.

Hal ini dimaksudkan untuk menjaga bibit tetap tumbuh pada posisi yang normal baik letak maupun arah

pertumbuhan. Kegiatan konsolidasi ini dilakukan seminggu sekali. Selain memperbaiki posisi bibit, dalam

konsolidsasi juga terdapat kegiatan menambah tanah pada polibag yang kekurangan tanah, menutup akar yang

terbuka dan memperbaiki arah bibit yang tidak tegak lurus. Terkadang sewaktu dilakukan penanaman,

kecambah ditanam kurang dalam sehingga ketika dilakukan penyiraman, kecambah muncul dari tanah sehingga

perlu dilakukan penimbunan tanah kembali. Selain itu, untuk bibit yang miring akan lebih mudah diperbaiki ketika

masih muda.

Gambar C.2.i.1. Konsolidasi.

j. Pemupukan

Pemupukan pada pre-nursery dilakukan dengan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh ARU. Pupuk yang

digunakan adalah pupuk urea dan pupuk NPK 15.15.6.4. yang mengandung N-P-K-Mg. pupuk yang digunakan

terlebih dahulu dianalisa kesesuaian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk tersebut. Untuk saat ini,

rekomendasi yang digunakan oleh pembibitan kebun HD adalah sebagai berikut:

Gambar C.2.j.1. Pemupukan di pre-nursery.

Pemupukan dilakukan dengan melarutkan pupuk tersebut ke dalam 45 cc air. Untuk mempermudah dalam

pelaksanaan, pelarutan pupuk dilakukan dalam jumlah yang besar sehingga cukup untuk jumlah bibit yang

Page 18: Budidaya Kelapa Sawit

banyak. Sebagai contoh apabila ingin melarutkan pupuk urea untuk 10,000 polibag, maka diperlukan 750 gram

pupuk urea dan 450 liter air. Dengan demikian, tidak perlu menggunakan timbangan digital untuk menimbang

berat pupuk yang akan di aplikasikan. Dalam pelaksanaan pemupukan, pekerja menggunakan takaran yang

telah disediakan oleh perusahaan sehingga setiap polibag mendapatkan jumlah pupuk yang sama.

Minggu ke- Jenis Pupuk Dosis/polibag Keterangan

(gram)

4 Urea 0.075

5 NPK 15.15.6.4 0.15

6 NPK 15.15.6.4 0.15

7 NPK 15.15.6.4 0.1875

8 NPK 15.15.6.4 0.225

9 NPK 15.15.6.4 3.5 dibagi dalam 2 kali aplikasi

10 NPK 15.15.6.4 3.5 dibagi dalam 2 kali aplikasi

12 NPK 15.15.6.4 7 dibagi dalam 4 kali aplikasi

Tabel C.2.j.1. Tabel pemupukan pada pre-nursery.

k. Pengendalian Hama dan Penyakit

Dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman, kebun HD lebih bertindak preventif, hal ini untuk mencegah

terjadinya serangan hama dan penyakit yang berat. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan cara kemis,

yaitu dengan menyemprot bibit setiap 2 minggu sekali. Walaupun begitu, pemeriksaan terhadap bibit dilakukan

setiap hari untuk mengetahui ada atau tidak serangan hama dan penyakit. Penggunaan bahan insektisida

ataupun fungisida sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh ARU. Namun saat ini dosis yang digunakan

oleh pembibitan kebun HD adalah decis 2 cc/liter dan dithane 2 g/liter yang diaplikasikan secara bersamaan. Hal

ini dilakukan untuk menekan biaya sehingga bibit tersebut dalam sekali penyemprotan sekaligus

mengaplikasikan insektisida dan fungisida sekaligus. Terkadang juga ditambahkan dengan Bayfolan (penghijau

daun) dan Agristik (perekat). Dalam pelaksanaannya pekerja menggunakan knapsack sprayer yang mampu

menampung air hingga 15 liter. Decis yang dibutuhkan untuk satu knapsack sprayer adalah 15 cc, sedangkan

dithane yang dibutuhkan adalah 15 cc.

Walaupun di areal pembibitan telah dikelilingi oleh parit dan tanggul dan pada pre-nursery telah dilengkapi

dengan pagar kawat, namun pencegahan terhadap serangan hama mamalia seperti sapi harus tetap dilakukan.

Hama sapi dapat dicegah dengan menggunakan tenaga jaga yang bertugas mengawasi sapi sehingga tidak

masuk ke areal pembibitan. Hama ini datang terutama ketika musim hujan tiba.

l. Seleksi Bibit di Pre-Nursery

Kemungkinan nasihat terbaik yang dapat diberikan kepada pekerja yang bertanggung jawab terhadap seleksi

bibit adalah aturan dasar “bila ragu-ragu terhadap kondisi suatu bibit maka bibit tersebut diafkir saja”. Seringkali

bibit yang kondisinya meragukan namun masih tetap dipertahankan atau tetap ditanam adalah karena adanya

pemikiran bahwa “bibit tersebut dapat dipulihkan dalam waktu tidak lama dan membutuhkan sedikit perhatian”.

Pemikiran tersebut salah, seharusnya seleksi bibit didasarkan pada pertimbangan yang realistis dan mematuhi

standar-standar seleksi yang telah ditetapkan. Akibat dari kesalahan pelaksanaan seleksi bibit adalah produksi

dari buah sawit yang ditanam akan memberikan hasil yang jelek.

Pembibitan kebun HD sangat menjaga kualitas bibit yang dihasilkan, sehingga diperlukan seleksi bibit yang ketat

untuk mencegah keluarnya bibit yang bermutu rendah. Pelaksanaan seleksi bibit di pre-nursery dilakukan setiap

satu bulan sekali. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi pengeluaran biaya perawatan yang tidak diperlukan.

Seleksi ini dilakukan sampai bibit dipindahkan ke main-nursery. Bibit yang telah dinyatakan abnormal kemudian

dipisahkan dan dimusnahkan dengan cara di cincang. Sedangkan kriteria bibit normal atau abnormal dapa

ditentukan dengan melihat penampilan bibit, seperti:

a) Bibit normal:

Page 19: Budidaya Kelapa Sawit

- Bentuk daun tumbuh sempurna dengan memiliki 3 sampai 4 helai daun,

- Daun yang tumbuh terakhir harus lebih besar dari daun yang tumbuh terdahulu.

Gambar C.2.l.1. Kiri: Kecambah normal; Kanan: Kecambah abnormal (twisted leaf)

b) Bibit abnormal

- Berdaun tegak lurus seperti lalang (Narrow Leaf or Grass Leaf),

- Daun berkerut (Crincled Leaf),

- Daun berpilin (Twisted Leaf),

- Daun bersatu (Collante),

- Helai daun bergulung (Rolled Leaf),

- Bibit sakit (Diseased Seedlings),

- Bibit kerdil (Runtseedling),

- Bulai/Albino (Chimera).

Abnormalitas bibit di pre-nursery yang paling sering terjadi adalah daun berpilin (twisted leaf). Hal ini disebabkan

karena ketika dilakukan penanaman, posisi plumula dan radikula terbalik, sehingga tunas berkembang memutar

dan menjadi berpilin. Untuk abnormalitas lainnya sangat jarang ditemui di pembibitian kebun HD.

3. Tahap Main-Nursery

a. Persiapan Media Tanah

Langkah-langkah dalam persiapan media tanah di main-nursery ini tidak berbeda dengan langkah-langkah yang

dilakukan pada persiapan media tanah di pre-nursery. Tanah yang digunakan adalah tanah topsoil yang berada

di divisi inti. Setelah itu, tanah di pindahkan ke areal pembibitan dengan menggunakan truk. Setiap truk mampu

mengangkut 3-4 bucket excavator atau setara dengan 3-4 m3 tanah yang mencukupi kebutuhan untuk 80-100

polibag besar. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan kembali kebutuhan tanah sesuai dengan rencana

penanaman di main-nursery. Tanah yang telah dikumpulkan tadi kemudian di ayak untuk membersihkan tanah

dari sampah-sampah organik maupun anorganik. Aplikasi pupuk RP baru dilaksanakan pada saat akan

dilakukan pindah tanam.

Gambar C.3.a.1. Kiri: Pembuatan ayakan; Kanan: Pengayakan tanah.

Ayakan dibuat dengan menggunakan kawat berlubang dengan ukuran lubang 1.5 cm x 1.5 cm dengan panjang

1.5 m dan lebar 1 m. Untuk rangka ayakan dibuat dari kayu gelam sepanjang 2 m yang diberi penguat bambu.

Ketika melakukan kegiatan tersebut, ayakan dimiringkan ± 60º sehingga mempercepat menurunnya tanah.

Sebelum melakukan pengayakan tanah, harus dipastikan tanah tersebut kering. Hal ini disebabkan supaya

pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah karena jika tanah dalam keadaan basah tanah tersebut menjadi sulit

untuk di ayak, selain tanah menjadi lebih berat, ketika basah tanah menjadi menggumpal.

b. Pengisian Polibag

Polibag yang digunakan di main-nursery kebun HD adalah polibag yang berukuran 40 cm x 50 cm dengan

ketebalan sekitar 0.22 mm. Polibag tersebut haruslah memiliki lubang pengeluaran air yang berguna untuk

mencegah terjadinya genangan air di dalam polibag yang berdiameter 3 mm. Berbeda dengan polibag kecil yang

dipesan 110% dari kebutuhan, polibag besar dipesan 100% dari kebutuhan sebenarnya. Setiap kg polibag besar

terdapat 10-14 lembar polibag. Polibag yang digunakan adalah polibag yang memiliki kualitas baik dengan

melihat ketahanannya terhadap panas, dingin ataupun robek. Terkadang terdapat polibag yang memiliki warna

hampir transparan yang dikarenakan zat warna yang digunakan sedikit, namun hal ini tidak mempengaruhi

kualitas polibag.

Gambar C.3.b.1. Kiri: pengisian polibag; Kanan: Polibag terisi penuh.

Polibag di isi penuh supaya tidak terjadi penurunan ketinggian tanah dalam polibag akibat tersiram air. Pengisian

polibag untuk main-nursery dilakukan secara bersama-sama yang beranggotakan 3 orang. Orang pertama

bertugas mencangkul, orang kedua bertugas membersihkan ayakan, dan orang ketiga bertugas mengisikan

Page 20: Budidaya Kelapa Sawit

tanah ke dalam polibag. Berat satu polibag besar berkisar antara 15 kg hingga 20 kg tergantung kepada jenis

tanah dan kadar air tanah.

c. Penyusunan Polibag

Polibag yang telah terisi penuh kemudian di distribusikan (langsir) ke tempat penanaman yang telah

direncanakan. Kegiatan langsir bibit ini dapat menggunakan angkong, dapat juga dengan cara dipanggul

tergantung jarak yang ditempuh dan jumlah tenaga. Kegiatan langsir polibag besar ini langsung dilanjutkan

dengan penyusunan (spacing) polibag. Pembibitan di kebun HD menggunakan jarak tanam polibag 90 cm x 90

cm x 90 cm, kegiatan spacing ini sama dengan kegiatan spacing ketika penanaman bibit di areal, hanya saja

skalanya lebih kecil. Spacing dilakukan untuk membuat jarak tanam yang seragam, sehingga setiap bibit kelapa

sawit mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh sinar matahari. Spacing polibag ini dilakukan

dengan menggunakan kawat panjang yang telah diberi tanda berupa karet yang digulung. Terdapat dua macam

kawat yang digunakan dalam kegiatan spacing ini. Pertama adalah kawat yang digunakan untuk posisi antar

baris (90 cm) dengan panjang 11.7 m yang dapat memuat 13 titik spacing. Sedangkan yang kedua adalah untuk

menentukan titik dalam baris polibag (78 cm) dengan panjang 10.14 m yang dapat memuat 13 titik spacing.

Kegiatan spacing dimulai dengan memubuat kandangan, yaitu polibag pada posisi terpinggir dari suatu blok

pembibitan tersebut.

Gambar C.3.c.1. Kiri: Langsir bibit; Kanan: Spacing bibit.

Perlu diperhatikan ketika kegiatan langsir polibag dilakukan. Ketika mengangkat polibag, yang diangkat adalah

bagian dasar polibag, bukan pangkal polibag. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko polibag robek. Selain itu

perlu diperhatikan juga ketika menurunkan polibag baik dari panggulan ataupun dari angkong, polibag tidak

boleh dibanting untuk menghindari pecahnya polibag akibat tekanan yang berlebihan ketika polibag diturunkan.

d. Pemasangan Instalasi Kirico

Instalasi kirico dipasang segera setelah seluruh polibag telah selesai di spacing. Setiap satu gulung selang kirico

memiliki panjang 100 m yang cukup untuk 1 baris blok. Selang kirico tersebut disambung ke pipa dengan cara

mengikatnya dengan kawat. Harus dipastikan bahwa lubang yang ada pada selang tersebut berada di atas.

Setelah semua selang dipasang, selang tersebut di uji coba dengan mengalirkan air dan melakukan kalibrasi

tekanan dengan menggunakan Pressure Gauge.

Gambar C.3.d.1. Pemasangan instalasi kirico.

e. Pemindahan dan Penanaman Bibit

Bibit kelapa sawit yang telah berumur 3 bulan di pre-nursery harus dipindah ke polibag besar (main-nursery).

Pemindahan bibit dari pre-nursery ke main-nursery dilakukan berdasarkan tanggal tanam, varietas dan nomor

male serta penempatan di lokasi main-nursery. Pindah tanam dilakukan dengan menggunakan angkong yang

disusun sedemikian rupa sehingga dapat menampung maksimal 150 polibag kecil. Jumlah bibit yang

dipindahkan harus dihitung untuk menghindari perbedaan catatan yang ada di kantor dengan jumlah di

lapangan. Bibit yang telah dilangsir langsung didistribusikan ke setiap polibag besar dengan meletakkannya di

samping polibag besar. Dengan demikian pekerja yang memiliki tugas menanam tidak lagi kesulitan untuk

membawa bibit kecil ke tempat penanaman.

f. Penanaman Bibit

Sebelum dilakukan penanaman bibit kecil ke polibag besar, terlebih dahulu tanah yang ada di polibag dibor

dengan menggunakan alat khusus yang telah disediakan. Tanah di bor dengan kedalaman sekitar 20 cm, sesuai

dengan tinggi polibag kecil sehingga ketika penanaman tidak ada bagian tanaman yang menyembul keluar. Cara

mengebornya adalah dengan menekan bor tersebut kedalam tanah, kemudian diputar hingga 90º dan kemudian

diangkat dan bor tersebut diayunkan di sela-sela antar polibag. Untuk mempermudah dalam pengeboran,

sebelum dilakukan pekerjaan ini sebaiknya tanah disiram terlebih dahulu sekitar 15 menit, baru kemudian di bor.

Hal ini dikarenakan jika tanah kering cenderung keras dan mempersulit masuknya bor ke dalam tanah, begitu

juga sebaliknya. Bor yang digunakan di pembibitan kebun HD terbuat dari pipa PVC 4” dengan ujung pipa

Page 21: Budidaya Kelapa Sawit

diruncingkan dan pangkalnya diberi pegangan yang terbuat dari kayu. Panjang bor sekitar ± 60 cm dengan

pegangan berada 10 cm dibawah pangkal bor yang terbuat dari kayu gelam.

Gambar C.3.f.1. Kiri: Bor pembuat lubang tanam; Kanan: Pembuatan lubang tanam.

Polibag besar yang telah dibor kemudian biberi pupuk RP untuk meningkatkan kadar P di dalam tanah. Seperti

yang telah dijelaskan pada bagian persiapan media tanah bahwa aplikasi pupuk RP ketika tanah masih dalam

bentuk gundukan sangat sulit sehingga lebih mudah apabila diaplikasikan ketika tanah telah di isikan ke polibag

besar. Selain itu, apabila pupuk dicampur bersama dengan tanah yang belum di bor, ketika pengeboran secara

langsung maupun tidak langsung akan ada pupuk RP yang terbuang bersama tanah yang terbawa bor tersebut.

Dosis yang digunakan untuk setiap polibag adalah 30 gram yang aplikasinya menggunakan takaran yang telah

disediakan oleh perusahaan. Pupuk RP tersebut ditaburkan tepat didalam lubang hasil pengeboran sebelumnya.

Gambar C.3.f.2. Penanaman bibit main-nursery.

Polibag yang telah di bor dan di beri pupuk RP siap untuk ditanami. Polibag kecil yang telah berada di samping

polibag besar kemudian di angkat untuk dipindah tanam. Polibag kecil berisi bibit pre-nursery di angkat,

kemudian dimiringkan dan dipukul-pukul sehingga tanah memadat dan mudah untuk dikeluarkan dari polibag

kecil. Bibit kecil tadi kemudian di masukkan ke dalam lubang yang telah diberi pupuk, dan di tekan sedikit

sehingga permukaan tanah menjadi rata. Harus dipastikan bahwa posisi bibit tersebut tegak lurus. Apabila

kegiatan penanaman telah selesai dilakukan, sisa polibag kecil dikumpulkan dan dipilah-pilah antara polibag

kecil yang masih dapat digunakan dan polibag kecil yang tidak dapat lagi digunakan. Polibag yang telah

dipisahkan tadi kemudian dimasukkan ke karung. Untuk polibag yang masih dapat digunakan di simpan di dalam

gudang, sedangkan untuk polibag yang tidak dapat lagi digunakan di letakkan di samping gudang.

g. Aplikasi Mulsa

Sekitar 2 minggu setelah penanaman di polibag besar, bibit kelapa sawit tersebut diberi mulsa. Hal ini bertujuan

untuk mengurangi biaya perawatan dan efisiensi kerja. Dengan diberikannya mulsa pada bibit kelapa sawit

tersebut maka pertumbuhan gulma dapat ditekan sehingga kegiatan merumput dapat dikurangi dan persaingan

antar tanaman juga menurun. Selain itu, mulsa juga bermanfaat untuk mengurangi penguapan air tanah

sehingga tanah tidak mudah kering. Mulsa dapat berasal dari serat (fiber) ataupun cangkang kelapa sawit. Tetapi

belakangan ini penggunaan mulsa cangakang sangat jarang dilakukan, selain harganya mahal, cangkang juga

digunakan sebagai bahan bakar di PKS sehingga jumlahnya sangat terbatas. Yang perlu di ingat adalah fiber

yang baru dating dari PKS haruslah dibiarkan selama minimal 2 minggu, karena fiber yang baru dating tersebut

masih panas sehingga apabila dipaksakan untuk langsung diaplikasikan dikhawatirkan akan membuat bibit

tersebut gosong karena kepanasan. Cara aplikasi mulsa ini adalah dengan membawa mulsa dalam karung

kemudian dibawa ke polibag besar yang akan di beri mulsa. Setelah itu mulsa tersebut disebar merata di atas

tanah hingga mulsa menutup seluruh permukaan tanah.

Gambar C.3.g.1. Kiri: Polibag yang telah diberi mulsa; Kanan: Rumput di sela-sela mulsa.

h. Penyiraman

Salah satu kebutuhan utama bibit kelapa sawit adalah air, sehingga sebisa mungkin tanah yang berada dalam

polibag dalam keadaan lembab atau basah. Penyiraman bertujuan memberikan seluruh bibit untuk memperoleh

kelembaban yang cukup dan menghindari bibit kurang air. Kebutuhan air setiap polibag ± 2 liter per hari. Bibit

disiram dua kali sehari (pagi dan sore), jika curah hujan lebih dari 8 mm, penyiraman cukup dilakukan satu kali.

Jika curah hujan lebih dari 18 mm maka tidak perlu dilakukan penyiraman. Namun untuk mencapai tingkat

efisiensi maksimum, pelaksanaan penyiraman dilakukan hanya 1 kali sehari walaupun hari sebelumnya tidak

turun hujan. selain itu, keputusan dilakukan kegiatan penyiraman atau tidak juga ditentukan oleh operator siram

dengan mengandalkan pengalaman yang dimiliki. Apabila dirasa tanah masih lembab, maka penyiraman ditunda

pada hari berikutnya. Apalagi pada bibit main-nursery yang telah berumur lebih dari 9 bulan, penyiraman tidak

lagi menjadi suatu kegiatan yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan pada bibit yang berumur 9 bulan ke atas,

akar bibit telah menembus polibag dan sumber air serta unsur hara tidak lagi terfokus pada kandungan yang ada

Page 22: Budidaya Kelapa Sawit

di polibag. Penyiraman dapat dilakukan 2 atau 3 harus sekali. Yang terpenting adalah bibit main-nursery yang

berumur < 9 bulan tidak boleh kekeringan karena bibit berumur 10 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. Studi Tentang Perkebunan dan Pemasukan Minyak Kelapa Sawit Indonesia. International Contect

Bussines System, Jakarta.

______. 2003. Pedoman Teknis Pembibitan Kelapa Sawit. Makin Group. (tidak dipublikasikan).

______. 2006. Plantation Location. http://www.sampoernaagro.com/plantation location.html. Diakses 10 Oktober

2008.

Corley, R. H. V. 1976. Oil Palm Research, The Genus Elaies. Elsevier, Amsterdam.

Fauzi, Y, YE. Widiastuti, I. Setyawibawa dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan

Limbah, Analisis dan Pemasaran, Penebar Swadaya. Jakarta.

Hartoyo. 2009. Pengenalan Perkebunan Kelapa Sawit. Presentasi Asisten Training 2009 PT Sampoerna Agro,

Tbk. Ogan Komering Ilir. (tidak dipublikasikan)

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematangsiantar.

Mangoensoekarjo, S. dan A.T. Tojib. 2003. Manajemen Budidaya Kelapa Sawit (dalam : Manajemen Agrobisnis

Kelapa Sawit, Penyunting : S. Mangoensoekarjo dan H. Semangun). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Murfiah, S. 2009. Pembibitan Kelapa Sawit. Presentasi Asisten Training 2009 PT Sampoerna Agro, Tbk. Ogan

Komering Ilir. (tidak dipublikasikan)

Purba, A. R., D. Asmono, E. Supriyanto, Y. Yenni, Sujadi, dan N. Supena. 2006. Pusat Penelitian Kelapa Sawit –

Pemuliaan Tanaman. http://www.iopri.org/ index.php?option=com_content&task=section&id

=8&Itemid=31&lang=id. Diakses tanggal 1 September 2008.

Setyawibawa, I. dan Y.E. Widyastuti. 1998. Kelapa Sawit : Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek

Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, K. dan P. Purba. 1992. Pupuk tunggal sebagai pengganti pupuk majemuk dan pengurangan frekuensi

aplikasi pada pembibitan klon kelapa sawit. Buletin Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. 12(1):25-34.

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

http://puputwawan.wordpress.com/2011/06/25/budidaya-kelapa-sawit-pembibitan-kelapa-sawit/

BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PROSPEK YANG CERAH DI KETAPANG KALIMANTAN BARAT

26OKT

I. BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT

Didalam budidaya tanaman kelapa sawit, kegiatannya meliputi pembukaan lahan/

kebun atau Land Clearing(LC), teknik pembibitan dan pemeliharaannya, kegiatan

pemeliharaan tanaman kelapa sawit di TBM (tanaman belum menghasilkan) dan TM

(tanaman menghasilkan) hingga pemanenan TBS (tandan buah sawit.

Page 23: Budidaya Kelapa Sawit

1.1 Pembukaan Kebun Baru

Untuk pembukaan perkebunan baru ada beberapa usaha yang harus dilakukan

mulai dari bagaimana cara perolehan lahan, perencanan tata ruang sampai dengan

pembukaan lahan secara fisik.

1.2 Perolehan Lahan

Proses perolehan lahan baru dan pengembangannya ditetapkan oleh Manajemen

sebagai langkah ekspansifperusahaan menuju terwujudnya luasan area yang

ditetapkan. Didalan pelaksanannnya pihak Manajemen mendapatkan

usulan/masukan dari public affair departemen (PAD) atau sebaliknya.

Adapun Tahapan-tahapan dalam perolehan antara lain:

A. Perizinan Area Baru

Public affair departemen (PAD)  bertugas untuk menyelesaikan proses perizinan

area baru yang dimulai dari tahap proses perolehan area sampai perolehan hak

guna usaha (HGU). Apabila dijumpai okupasi atau permasalahan dalam area yang

akan diurus perizinannya maka pimpinan Proyek/ manajemen Kebun diwajibkan

membantu PAD untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sampai tuntas.

B. Penilaian Kelayakan Lahan

Setelah mendapatkan izin untuk pembukaan lahan maka selanjutnya adalah

penilaian kelayakan lahan atau survey pendahuluan (desk study) yang dilakukan

oleh Riset dan GIS (geografic information system) untuk mendapatkan informasi

yang mencakup:

Kelayakan area baru untuk dilakukan penanaman Kelapa Sawit

Alternatif jalan masuk ( Acces Road) menuju area baru

Sumber air yang cukup untuk rencana pembibitan, Emplasemen/Pondok dan

pabrik

Potensi masalah sosial

Apabila dari hasil survey pendahuluan menunjukan prospek bisnis yang

menguntungkan, menejemen akan menugaskan Riset dan

GIS (geografic information system) untuk melakukan survey lanjutan tentang

kelayakan area yang mencakup: Teknis, ekonomi, pemasaran, sosial dan

lingkungan. Dan beberapa informasi yanag lebih mendetail, mencakup:

Luas area berdasarkan kelas tanah.

Luas kerangka berdasarkan tahapan penanaman disertai tanda batas

dilapangan.

Page 24: Budidaya Kelapa Sawit

Kondisi dan taksiran luas hutan primer, skunder, semak belukar, dan lalang.

Jaringan outlet beserta ukurannya untuk area rendahan dan gambut.

Lokasi Sunber material pada area baru.

Lokasi prasarana (rencana: dermaga, bulking, Gudang sentral. dll)

Hasil survey semi detail manajemen menetapkan rencana penyelesaian dan jangka

waktu pembangunan kebun baru, dengan menugaskan departeman agronomi

dibantu tim yang terdiri dari finance, dan engineering untuk menyusun rencana kerja

proyek (RKP) dan master plan kebun dan pabrik. Rencana Kerja

Proyek (RKP) merupakan rencana detail yang berisi informasi.

1        Jangka waktu pembangunan kebun

2        Tahapan – tahapan pembukaan kebun

3        Kebutuhan SDM

4        Keuangan

5        Alat berat dan kendaraan

Sedangkan, Penyusunan Master Plan kebun, disusun berdasarkan hasil survey

lahan yang mencakup informasi :

1        Batas kebun dan batas wilayah kebun

2        Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai ( termasuk renca outlet)

3        Jaringan jalan, untuk penghubung keluar masuk lokasi dermaga

4        Penentuan Main Road (jalan utama) dan Collection Road (jalan koleksi)

5        Rencana pembagian blok dan luas blok

6        Lokasi bibitan

7        Rencana Lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lain

8        Rencana lokasi pabrik dan perkantoran

Page 25: Budidaya Kelapa Sawit

9        Lokasi sumber material penimbun dan pengeras jalan

10    Lokasi hutan konservasi / penyangga

 1.3 Perencanaan lokasi Sarana Penunjang

Untuk kelancaran dalam pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit maka   harus

segera dibangun beberapa sarana penunjang antara lain: lokasi kantor,     lokasi

bibitan, lokasi jalan masuk, lokasi pabrik dan lokasiemplasemen.

Untuk menentukan lokasi kantor dan tempat tinggal pengurus. Pimpinan proyek /

manajer kebun segera mengidentifikasi lokasi yang sesuai untuk bangunan kantor

dan tempat tinggal sementara. Lokasi yang sudah ditetapkan tersebt diupayakan

akan menjadi tempat pembangunan kantor permanen, Gudang

dan Emplasemenkebun memasuki masa stabil. Penetapan lokasi harus mendapat

persetujuan dari KAWIL (kepala wiayah) dan GM (general manager)  Plantation.

Setelah penentuan lokasi untuk perkantoran, Pimpinan proyek manajer kebun pjuga

mengidentifikasi area yang akan digunakan untuk pembibitan dengan

mempertimbangkan persyaratan lokasi bibitan yang ideal. Setelah lokasi bibitan

disetujui oleh KAWIL ( kepala wilayah) dan GM (general manager) Plantation,

pimpinan proyek / Manager kebun segera menyusun Rencana Kerja dan Anggaran

untuk pelaksanaan oprasional pekerja bibitan.

Menentukan lokasi jalan masuk dengan mempertimbangkna hasil survey   semi

detail. Dalam hal ini Pimpinan proyek / manajer kebun bersama-sama dengan Lahan

untuk jalan masuk harus dibebaskan dari kepemilikan masyarakat minimal 50 meter

dari kiri kanan jalan. Guna menjaga keamanan dari berbagai gangguan maka perlu

dibuat parit 2 x 2 x 1,5 m sebagai pembatas sepanjang sisi kiri dan kanan jalan.

Kemudian untuk selanjutnya penentuan lokasi pabrik kelapa sawit (PKS) dan

Emplasemen, Pimpinan Proyek / Manager kebun, GIS, dan Enginering malakukan

survey untuk menentukan kelayakan tata letak rencana pembangunan PKS serta

Emplasemen pada tempat yang ditunjuk. Berdasarkan hasil survey tersebut,

managemen memutuskan lokasi terbaik yang akan dibangun. Untuk menghindari

kesalahan penanaman pada lokasi yang di rencanakan akan di bangun PKS

maupun Emplasemen maka harus segera dibuat tanda di lapangan dengan

pemasangan papan nama sekaligus patok batas lokasinya. Pimpinan

Proyek/Manajer kebun segera menginformasikan kepada Asisten Pengembangan

untuk menghindari penanaman pada lokasi yang sudah dicadangkan tersebut.

1.4 Pembukaan Lahan

Page 26: Budidaya Kelapa Sawit

Pembukaan lahan adalah merupakan kelanjutan tahapan setelah mendapat izin hak

guna usaha (HGU) dan telah dilakukan uji kelayakan lahan. Adapun Tahapan –

tahapan dalam pembukaan lahan antara lain:

Survey  Lahan dan evaluasi lahan

Kegiatan survey lahan dan evaluasi lahan dilakukan oleh para ahli PMNP, kegiatan

ini bertujuan mengetahui layak atau tidak dan sesuai atau tidak lahan tersebut

dinyatakan untuk dijadikan lahan untuk tanaman BudidayaTanaman Kelapa Sawit.

Rintis-Bloking

Kegiatan rintis bloking bertujuan untuk menentukan tata batas / kerangka kebun,

menentukan desain blok yang akan dikerjakan dan menentukan tata batas jalan

utama ataupun jalan koleksi.

Pembuatan rintis bloking dan jalan di areal datar, didasarkan pada peta rencana

blok, kemudian dilakukan kegiatan rintis

jalan Main Road dan Collection Road, penentuan arah jalan mempertimbangkan

bentangan luasan kebun dengan menggunakan kompas / Theodolite. Jarak titik

pancang antar jalan utama (MR) adalah 1.009 m dan antar jalan koleksi  (CR) 307

m, dengan lebar blok 300 m dan panajang blok 1.000 m.

Sedangkkan untuk areal berbukit dilikaukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum

rintis-bloking maupun pembuatan jalan. Untuk luasan blok pada areal berbukit tidak

meski 30 ha tetapi dapat disesuaikan dengan kondisi jaln kontur.

Pancang Rintis

Penentuan jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1009 M, dan antar

jalan koleksi (CR) 309 M, dengan lebar blok 300 M, dan panjang blok 1000 M,

dengan lebar MR 9 M dan CR 7 M. sedangkan jarak antar MR disesuaikan dengan

kelipatan jarak tanaman.

Imas

Imas merupakan kegiatan memotong anak kayu dan tanaman yang merambat

berdiameter kurang dari 10 cm dengan menggunakan parang dan kapak. Tujuan

imas ialah untuk mempermudah penumbangan pohon dan pelaksaan perun

mekanis, diusahakan serendah mungkin dengan permukaan tanah.

Page 27: Budidaya Kelapa Sawit

Tumbang

Penumbangan pohon dengan menggunakan gergaji mesin / cheinsaw dilakukan

setelah di imas. Penumbangan dilahan gambut dilakukan setelah minimal 6 bulan

selesai pembuatan parit outlet dan parit utama.

Ketentuan dalam penumbangan kayu:

Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang diareal jalur air dan jalan

Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbangkan sampai

dilakukan perun mekanis.

Perun Mekanis

Perun mekanis dengan menggunakan alat berat buldozer atau excavator. Perun

mekanis merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada

gawangan mati sejajar dengan baris tanaman mengarah timur dan barat. Lebar

rumpukan untuk areal mineral 2 M dengan jarak antar rumpukan 32 M sedangkan

pada areal gambut 4M dengan jarak antar rumpukan 16M. Posisi Buldozer berada

pad gawangan hidup dan kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu-kayu diatur

pada gawangan mati sejauh 2,5 m dari radius pohon sawit.

Pancang Jalur Rumpukan (pancang staking)

Pancang rumpukan dipasang pada jalur utama rumpukan dan berada di gawangan

mati. Tinggi pancang 4M dan diberi bendera warna merah atau putih agar mudah

dilihat oleh operator excavator atau buldozer. Setiap jarak 50 m diberi pancang

pembantu sehingga ada 6-8 pancang dalam satu  jaluran.

                

1.5 Pembuatan Prasarana Jalan

Jalan merupakan urat nadi perkebunan karena fungsi jalan sangat vital, Yakni:

sebagai penghubung dari dan keluar kebun/ pabrik, jalur transaportasi TBS, jalur

trasportasi pemupukan, karyawan, material bangunan serta sebagai pembatas blok.

Putusnya jalan akan menghambat semua aktivitas sehingga dapat mengganggu.

Jenis -jenis Jalan:

1. Main Road (MR) dibangun dari timur kebarat dengan jarak antar jalan utama

1000M dan lebar badan jalan 9 m. Untuk areal gambut atau rawa jalan dibuat

dengan sistem tanggulan dan pembuatan parit pada salah satu sisi badan jalan.

Ukuran parit lebar atas 4 m, bawah 3 m, dalam 4 m.

Page 28: Budidaya Kelapa Sawit

2. Collection Road (CR) dibangun searah utara selatan, jarak antar koleksi 300 m

dan lebar badan jalan 7 m.

3. Jalan kontur, jalan yang dibangun padaareal berbukit, dibuat dengn memotong

jalur kontur dngn lebar 5-7 m.

1.6  Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan kelapa sawit merupakan kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit

secara generatif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kelapa

sawit antara lain genetic tanaman (innate), perlakuan (induce)dan factor lingkungan

atau kondisi alam (enforce).

Faktor innate adalah factor yang terkait dengan genetic tanaman yang bersifat

mutlak dan sudah ada sejak terbentuknya embrio dalam biji. Untuk     mengelola

factor innate ini yaitu dengan memilih jenis kecambah dan membeli yang mendapat

jaminan yang dikeluarkan oleh institusi resmi salah satunya      seperti PT. Socfindo,

adapun jenis bibit yang digunakan di BGA yaitu               PT. Socfindo dan Lonsum

yang keduanya merupakan hasil persilangan bibit Dura dan Pisifera.

Faktor induce adalah factor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi  

sifat genetic sebagai manifestasifactor lingkungan yang terkait dengan perlakuan

manusia. Faktor induce ini berperan mulai dari bibitan sampai pemeliharaan

dilapangan, seperti pemupukan.

Faktor enforce adalah factor lingkungan (alam) yang bersifat merangsang atau

menghambat pertumbuhan produksi tanaman, seperti iklim, temperatur, curah hujan,

keadaan tanah dll. Kualitas bibit merupakan faktor penting untuk mendapatkan

minyak kelapa sawit (mks) yang tinggi dan diharapkan bibit tersebut sudah mulai

panen pada umur 30 bulan.

Untuk Kualitas bibit dilapangan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :

1        Potensi genetik dan asal – usul persilangannya

2        Kultur teknis dalam penanaman dan pemeliharaan bibit

3        Seleksi bibit

4        Umur bibit saat ditanam kelapangan

Pemilihan sumber kecambah merupakan faktor terpenting karena setelah ditanam

kelapangan maka selama 25 sampai 30 tahun kedepan potensi produksi tidak dapat

diperbaiki.

Page 29: Budidaya Kelapa Sawit

1.6.1   Penentuan Lokasi Bibitan 

Penentuan lokasi bibitan akan menentukan sistem pembibitan yang digunakan oleh

perusahaan dengan melihat untung dan rugi terkait biaya yang harus dikeluarkan

selama masa bibitan.

Adapun faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi bibitan

yaitu :

1        Lokasi harus datar dan lapang

2        Tersedia air yang cukup minimal 40.000 liter/Ha per hari.

3        Aman dari gangguan hama penyakit

4        Dekat dengan Emplasmen sehingga pengawasan lebih intensif

1.6.2 Persiapan Lahan Bibitan

 

Lahan bibitan harus sudah dalam kondisi bersih lengkap dengan instalasi air dan

jaringan jalan.

Tahapan persiapan lahan bibitan:

1        Memilih lokasi potensial.

2        Membuat jalan tetap menuju bibitan.

3        Membersihkan areal penyemaian PN (pre nursery) dan MN (main nursery)

secara mekanis.

4        Membuat drainase dengan baik sehingga air hujan tidak tergenang.

5        Membuat irigasi

 1.6.3 Sistem Irigasi/ Pengairan

Tujuan penerapan sistem irigasi yang tepat adalah untuk menjamin bahwa masing – 

masing bibit memperoleh air yang cukup setiap hari untuk mendapatkan

pertumbuhan yang optimal.

Page 30: Budidaya Kelapa Sawit

Adapun sistem penyiraman yang digunakan di BGA yaitu sistem pengairan berkabut

atau  Mist Irrigation. Air yang digunakan harus bersih dan baik dengan Ph minimum

4. Pembuatan sarana irigasi harus sudah selesai sebelum dimulainya kegiatan

pembibitan baik di Pre Nursery maupun Main Nursery.

Ada beberapa macam sistem irigasi yang biasa digunakan dalam pembibitan kelapa

sawit, diantaranya :

1        Sistim irigasi manual

2        Sistim irigasi semi manual

3        Sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (kirico) yang

bertekanan.

Sistem irigasi yang digunakan di perusahaan BGA yaitu sistm irigasi tabung dengan

menggunakan selang plastik (kirico). Sistem kirico ini banyak memiliki kelebihan dan

mudah dalam pengaplikasiannya, sehingga selain biaya yang murah juga efektif

terhadap sistem penyiraman bibit karna jumlah air yang keluar merata. Bagian –

bagian instalasi pada irigasi tabung terdiri dari mesin pompa, waduk sumber air,

bagian pemancar yang dilengkapi dengan keran, selang plastik

berlubang (kirico) dan sambungan – sambungan pipa keran. Pipa yang digunakan

dalam sistem irigasi adalah pipa PVC 6”, 4” dan 2” serta selang kirico. Jenis mesin

20 hp @1,250 RPM.

 

1.6.4 Macam-macam tahapan Pembibitan

Ada dua macam cara yang umum dilakukan dalam tahap bibitan yaitu cara langsung

atau satu tahap (single stage) dan cara tidak langsung atau dua tahap (double

stage)

a). Pembibitan satu tahap

Pada perkebunana yang sudah mapan ( established ) atau yang mempunyai

topografi area datar cukup luas, dapat digunakan pembibitan satu tahap         (single

stage). Pada pembibitan ini kecambah langsung ditanam dalam largebag di main

nursery yang sudah dilakukan penjarangan (spacing) dengan jarak tanam 70cm

segitiga sama sisi (dalam 1 ha bisa menampung 17.000 sd 20.000 bibit). Sebelum

dilakukan penanaman kecambah maka instalasi air harus sudah terpasang pada

seluruh areal pembibitan yang sudah direncanakan.

b). Pembibitan Dua Tahap

Page 31: Budidaya Kelapa Sawit

 1).  Pre Nursery

Tujuan pre nursery adalah memberi waktu lebih longgar untuk membuat persiapan

area bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan bibit selama 3 bulan pertama

atau setelah bibit memiliki 4-5 helai daun.Pre Nursery  juga bertujuan untuk

mengoptimalkan dalam pemeliharaan.

2).  Main Nursery

Transplanting ke Main Nursery dilakukan pada bibit yang berumur 3 – 4 bulan atau

setelah bibit memiliki 4 – 5 helai daun.

Tata cara pelaksanaan transplanting dari pre nursery ke main nursery sebagai

berikut :

1. Pastikan Largebag sudah tersusun benar dengan posisi tegak dan telah diisi

tanah.

2. Satu hari sebelum transplanting dilakukan penyiraman guna memudahkan

pembuatan lubang tanam

3. Buat lubang ditengah largebag dengan menggunakan alat pelubang dengan

kedalaman lubang disesuaikan dengan tinggi bibit (potrey)

4. Siram bibit di PN (pre nursery) sebelum dipindahkan

5. Angkat bibit PN (prenursery) hati-hati dan disusun keatas masing-masing kotak

kayu sebagai tempat pengangkutan dari lokasi PN ke MN menggunakan mobil

atau jonder.

6. Bibit ditanam ke largebag dan padatkan tanahnya

7. Lakukan penyiraman secukupnya segera sesudah transplanting

Untuk pembibitan tahap awal PN (prenursery) di BGA tidak menggunakan babybag

tetapi menggunakan potraykhusus berlogo BGA, ukurannya tinggi 10cm, diameter

5cm, berbentuk kerucut. System bibitan dengan mengguankan potray ini memiliki

kelebihan diantaranya menghemat tempat atau lokasi bibitan, mudah dalam proses

perawatan, Pada saat  transplanting atau pemindahan bibit dari PN ke MN dibarengi

dengan pemberian pupuk guano dan agroblen sebagai pupuk dasar yang berfungsi

untuk merangsang pertumbuhan akar. Dosis untuk pupuk guano ialah 15gr/pokok,

sedangkan pupuk agroblen 50gr/pokok.

1.6.5  Kerapatan Tanam

Terdapat perbedaan Kerapatan tanam antara area datar dengan area berbukit, hal

tersebut terkait dengan teknik penanaman dan pertimbangan saat panen.

Penentuan kerapatan tanaman pada area datar sangat dipengaruhi oleh jenis bibit

yang akan ditanam. Untuk jenis bibt yang memiliki diameter daun cukup lebar

(contoh ; Marihat) maka jarak tanam harus lebih dijarangkan agar pelepah daun

tidak saling menutupi (bisa terjadi kompetensi sinar matahari), sedangkan untuk bibit

Page 32: Budidaya Kelapa Sawit

yang memiliki diameter daun yang lebih sempit (contoh: PPKS Dumpy, Socpindo)

maka dapat ditanam lebih rapat.

Tabel 1.1 Kerapatan Tanam.

Kerapatan tanam

(pohon/Ha)

Jarrak tanam anatara pohon

(segitiga sama sisi) Jarak tegak lurus antar baris

128 9.5 m 8.23 m

130 9.4 m 8.14 m

136 9.2 m 7.97 m

148 8.8 m 7.62 m

160 8.5 m 7.36 m

Sumber : Pedoman Teknis Kelapa Sawit

 1.6.6 Kegiatan Perawatan Bibitan

Kegiatan yang dilakukan di Pre Nursery (PN) antara lain  pengairan atau

penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, konsolidasi bibit, pengendalian hama

dan penyakit (PHPT) dan seleksi bibit.

Penyiraman di Pre Nursery (PN) dilakukan 2x dalam sehari yaitu pada pagi dan sore

hari, kecuali bila hujan dengan curahan 8 mm maka penyiraman dilakukan sesuai

kebutuhan. Kebutuhan air untuk setiap bibit adalah 0,2 – 0,3 Liter/potre per hari.

Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali atau bisa kurang dari seminggu

sesuai kebutuhan, dilakukan dengan cara manual dan tidak dianjurkan

menggunakan herbisida.

1.6.7. Transplanting Bibit                       

Kegiatan transplanting yaitu kegiatan pemindahan bibit dari pembibitan awal ke

pembibitan utama. Adapun kegiatan – kegiatannya antara lain :

1        Persiapan lokasi bibitan utama, yaitu instalasi irigasi

Page 33: Budidaya Kelapa Sawit

2        Pengisisan media tanam berupa tanah mineral ke dalam largebag

3        Penyusunan largebag

4        Pembuatan lubang tanah.

 

 1.6.8 Kegiatan di Main Nursery

a).  Penyiraman

Penyiraman memerlukan 2 – 3 liter air per hari dengan sistem mist

irigation : sumisamsui / kirico. Kebutuhan air ini dapat dipenuhi dengan penyiraman

selama 60 menit. Penyiraman dilakukan 2x dalam sehari, pagi dan sore.

b). Pemberian Mulsa

Mulsa diberikan segera setelah penanaman, mulsa yang dipakai di perusahaan BGA

adalah daun lalang kering yang dipotong – potong.

c). Pemupukan

Pengaplikasian pupuk dilakukan 1 minggu setelah transplanting dan disebar merata

pada permukaan polybag.

d). Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan secara manual (weding) dan dengan cara herbisida

kontak, bahan aktif parakuat untuk pengendalian gulma diluar polybag, rotasinya 1

bulan 1x dengan menggunakan alat semprot. Untuk efektifitas penyemprotan agar

tidak terkena bibit biasanya menggunak sunggup bulat yang dipasang pada ujung

semprot.

e). Pengendalian Hama

Hama yang biasa terjadi pada bibit adalah gejala kulvlaria dengan ciri bercak spot –

spot coklat. Cara penaggulangannya adalah dengan memperbaiki sitem pengairan,

pemupukan dan media tanah. Pengendalian dengan cara aplikasi sistemik dan non

mistemik. Apabila gejala makin parah bibit harus di isolasi dan diberikan perlakuan

pestisida.

f). Konsolidasi Bibit

Page 34: Budidaya Kelapa Sawit

Yaitu kegiatan menegakkan bibit atau polybag yang condong serta meratakan tanah

dan memadatkan. Konsolidasi bertujuan agar bibit dapat tumbuh dengan baik dan

sempurna.

1.7     Penanaman Kelapa Sawit

1.7.1  Pancang Tanam

Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat jalan utama dan jalan koleksi agar

barisan tanaman dapat rapi. Pembuatan pancang tanam diawali dengan

pemasangan pancang kepala menggunakan kompas / GPS. Jarak pancang tanam

disesuaikan dengan kerapatan tanam, kondisi lahan dan jenis bibit.

1.7.2 Lubang Tanam

 Pembuatan lubang tanam ukuran 60 x 60 x 40 cm disiapkan sebelum penanaman

dilakukan. Tanah galian dipisahkan antara topsoil dan subsoil.

1.7.3 Lansir Bibit

 Lansir bibit adalah pengeceran bibit yang sudah siap tanam dari bibitan utama dan

diecerkan kelokasi tanam dijalur CR sesuai dengan jumlah tanam menggunakan

zonder.

1,7.4 Penanaman

 Sebelum bibit ditanam kelapangan lubang tanam diberikan pupuk guano sebanyak

35ogr dan pupuk RP 500gr diberikan secara bersamaan.

Kemudian, polybag disobek dan bibit dimasukkan kedalam lobang tanam dengan

posisi tegak, tanah yang bekas galian ditimbunkan kembali.

1.7.5 Konsolidasi

 Adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam. Persiapan dan

penanaman kelapa sawit diperkebunan pada umumnya dilaksanakan dengan cukup

baik, walaupun demikian karena penenman biasanya dalam skala luas maka masih

selalu terjadi penanaman yang tidak sesuai denagn syarat –syarat kultur teknis.

Kesalahan tanam yang disebabkan oleh penanaman yang terburu-buru  atau karena

kurangnya pengawasan dari mandor tanam, yang mengakibatkan kerusakan pada

Kelapa Sawit, maupun kelambatan atau kelainan pertumbuhan. Oleh karena itu

untuk untuk memperbaiki kesalahn tersebut perlu dilakukan konsolidasi. Kegiatan

konsolidasi harus sudah selesai 2 bulan setelah penanaman, biasanyan tanaman

yang doyong atau roboh maka harus ditegakkan atau dipadatkan bagian tanahnya.

1.8    Kegiatan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

1.8.1 Penomoran Blok

Penomoran blok dilakukan setelah penanaman, penomoran blok menggunakan kayu

blok yang berukuran 10 x 30 cm, tinggi 1 meter. Nomor blok tersebut dipasang pada

Page 35: Budidaya Kelapa Sawit

4 titik antara persingpangan CR dan MR. Penomoran blok ini harus sudah selesai

setelah penanaman.

 1.8.2 Pembuatan Piringan dan Pasar Rintis

Tujuan pembuiatan piringan, pasar rintis dan perawatan gawangan adalah :

1. Mengurangi kopetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan hara, air dan

sinar matahari

2. Mempermudah pekerja untuk melakukan pekerjaan selama periode TBM

3. Mempermudah pengawasan dilapangan

4. Efektivitas pemupukan

1.8.3 Sensus Pokok

 Kerapatan tanaman yang ideal harus sudah dicapai pada bulan ke dua belas

setelah penanaman, guna memastikan kerapatan yang ideal maka perlu dilakukan

kerapatan tanam. Ada dua kategori sensus, yakni sensus pokok mati ( pada TBM 1)

dan sensus produktif ( pada TBM 2 dan 3).

a).   Sensus TBM 1

Pada TBM 1 bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati, titik kosong pohon

yang diserang hama maupun abnormal. Sensus tanaman dilakukan sebanyak 3x,

pada umur 2 bulan setelah tanam, pada umur 6 bulan dan umur 10 bulan.

b).   Sensus TBM 2 dan 3 ( Tanaman Non produktif)

Sensus ini bertujuan untuk mengetahui tanaman yang tidak produktif, dimulai pada

saat kastrasi pada bulan ke 14 dan 18.

1.8.4 Pemeliharaan Jalan

 Kegiatan yang diklakukan dalam pemeliharaan jalan a.l:

1        Perataan Jalan

2        Memperbaiki saluran air ditepi jalan

3        Pengerasan jalan Penimbunan.

1.8.5 Pengendalian Gulma

Page 36: Budidaya Kelapa Sawit

 Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dengan menjadi pesaing

bagi tananaman kerena dapat mengganggu dan merugikan pertumbuhan serta

produksi dpat terhambat. Oleh kaerna itu gulma yang ada di lokasi gawangan, pasar

pikul, piringan harus dibersihkan.

Gulma terdiri dari berbagai macam kelompok, yaitu gulma berdaun

pita (grasses), gulma berdaun lebar(Broadleaves), Gulma berkayu ( Brush

weede), gulma pakisan ( Ferns).

Ada beberapa cara yang biasa digunakan dalam penanggulangan gulma antara lain:

1        Memusnahkan gulma berbahaya

2        Mengembangkan/ melestarikan tanaman berguna / inang secara terkendali

3        Menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan

seluruh komponan pengendalian yang meliputi: kulur teknis, tindakan frepentif,

Biologis, mekanis, kimiawi.

Standar dan tindakan pengendalian gulma  pada TBM di BGA Group Kendawangan

dimulai tanaman baru sampai dimulai tanaman baru sampai tanaman menghasilkan

dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara prevensif, secara mekanis dan kimia.

a.    Pengendalian secara preventif dan kultur teknis

Cara penanggulangan gulma dengan cara preventif yaitu dengan penanaman

kacangan sebagai penutup  tanah yang dapat menekan pertumbuhan gulma.

b.    Secara mekanis

Pengendalian gulma dengan mekanis menggunakan parang, sabit, cangkul dan kait.

Gulma langsung ditebas dimulai dari pangkal batang hingga daun terluar pokok

kelapa sawit. Untuk gulma berkayu, didongkel menggunakan cangkul.

1). Secara kimia

Salah satu cara penanggulangn gulma dengna cara kimia adalah dengan

menggunakan herbisida. Jenis herbisida yang digunakan untuk tanaman berumur

>12 bulan menggunakn herbisida kontak, sedangkan untuk tanaman berumur 12

Page 37: Budidaya Kelapa Sawit

bulan yaitu herbisida sistemic. Untuk pembersihan jalan rintis dan gawangan

disesuaikan dengan jenis gulma yang menjadi sasaran. Alat yang digunakan dalam

pengendalian gulma secara kimia yaitu alat semprot (Knap Sack). Alat ini yang

memiliki ujung semprot yang disebut nozel, berikut ini merupakan spesifikasi

jenis nozel.

Tabel. 1.2 Jenis Nozzle dan Spesifikasinya

NO Nozzle

Lebar semprot

(meter)

Volume

semprot

(liter/ha)

Rata -rata

1 Polyjet merah 2 1000

2 polyjet biru 1,5 600 – 800

3 polyjet hijau 1.0 – 1.2 400

4 polyjet kuning 1.0 – 1.2 400 -600

5 polyjet hitam 1.2 – 2.0 800 – 1000

6 VLV 200 1.2 – 2.0 200

7 VLV100 1.2 – 2.0 100

8 VLV 50 1 50

9 No drif Nozzle 1.2 225

10 CDA 0.5 – 1.0 25 – 50

Page 38: Budidaya Kelapa Sawit

11 Cone Nozle 500

Sumber : Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit

1.8.6 Pengendalian Hama dan Penyakit

 Secara Biologi: Organisme yang mengganggu tanaman secara Biologi karena

merusak bagian tanaman tertentu yang mengakibatkan terganggunya proses biologi

dari tanaman. Misalnya, jika yang diserang adalah bagian daun maka akan

mengganggu proses foto sintesa dari tanaman.

Secara Ekonomi: organisme pengganggu tanaman (OPT) yang merusak tanaman

inang (tanaman utama) sehingga merugikan secara ekonomi karena mengakibatkan

kehilangan hasil yang diharapkan.

Misalnya, Akibat Serangan hama tikus, akan membuat gagal panen sehingga para

petani akan merugi secara ekonomi.

 1.9    Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

1.9.1 Pengendalian Gulma

 Pemeliharaan Gawangan

Tujuan pengendalian gulma di gawangan :

1. Mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari

2. Mempermudah pengawasan dari satu gawangan ke gawangan lain

3. Mengurangi sarang / inang hama sehingga populasi hama bisa ditekan.

Tidak semua gulma harus diberantas misalnya rumput-rumput dan tanaman lain

yang lunak, berakar dangkal dan tidak tinggi (pakis) masih dapat ditoleransi.

Alasannya karena jika diberantas akan dapat mendorong terjadinya erosi.

Pemberantasan Lalang

Kondisi TM harus bebas dari lalang. Apabila masih ditemukan lalang dalam jumlah

sedikit, tindakan yang dilakukan berupa spot spraying dan wiping.

Pemeliharaan piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH

Pemeliharaan akses kedalam blok dan kepohon untuk mempermudah aktivitas

panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan serta mengurangi kompetisi

dengan gulma dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari.

Fungsi dari piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH adalah:

Page 39: Budidaya Kelapa Sawit

1. Piringan, yakni sebagai tempat penyimpanan pupuk dan daerah jatuhnya

tandan buah dan brondolan

2. Pasar Rintis dan Pasar Tengah, yakni sebagai jalan untuk mengangkut buah ke

TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya.

3. TPH, yakni sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke

pabrik kelapa sawit (PKS)

1.9.2 Penunasan (prunning)

 

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah aktivitas panen dan memperlancar

penyerbukan. Pada waktu penunasan pelepah yang tidak berfungsi lagi, serta

pelepah yang tidak memiliki daun harus dibuang. Ketentuan dalam penunasan,

pelepah dipotong serapat mungkin ke pohon kurang lebih 15 cm agar brondolan

tidak tersangkut.

1.9.3 Pemupukan

 

Pemupukan tanaman menghasilkan (TM) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

hara tanaman guna menunjang pertumbuhan untuk mecapai produksi  yang optimal,

serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan memerlukan biaya yang

sangat besar, oleh karna itu dalam pelaksanaannya harus memperhatikan 5 tepat

yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara dan administrasi.

Dasar penentuan dosis pemupuka untuk TM berdasarkan hasil analisa daun dan

analisa tanah.

1.10    Perisapan Panen

 

Pada masa peralihan TBM ke TM untuk mendapatkan semua potensi pada tahap

awal produksi diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik terhadap sarana

dan prasarana yang berhubungan dengan proses panen. Adapun kegiatan

menjelang produksi anatara lain:

1.10.1Kastrasi

 

Page 40: Budidaya Kelapa Sawit

Pada kondisi normal, kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas I umur 14 bulan,

dan kelas II atau seterusnya umur 18 bulan. Kegiatan katrasi :

1. Membuang bunga betina dengan dodos ukuran maks. 8cm dan disusun rapi

digawangan mati

2. Pada saat dimulai kastrasi di bulan 14 dan 18, maka untuk kegiatan kastrasi 

bunga betina dipohon non produktif (St1 s/d St4) tidak dibuang.

3. Pada kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang, karena akan

digunakan sebagai media pengembangan  elaidobius camerunicus

4. Pada tanah kelas 1 rotasi kastrasi dimulai umur 14 dan diakhiri pada umur 20

bulan sedangkan tanah kelas II/III rotasi dimuali pada umur 18 dan diakhiri pada

24 bulan.

5. Tidak ada pemotongan pelepah pada saat kastrasi.

1.10.2 Sanitasi

 

Untuk mempermudah proses panen dan mendapatka kondisi buah yang baik pada

saat panen, maka diperlukan sanitasi pad 3-4 bulan sebelum panen pertama

dimulai, kegiatan sanitasi:

1. Membuang tandan yang terkena penyakit tirathaba dan disusun digawangan

mati

2. Membuang semua pelepah kering

3. Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk mempermuah mengutip

brondolan.

1.10.3 Pembuatan Titi panen

 

Titi panen harus dibuat setiap jalan rintis yang melewati parit maupun saluran air,

agar jalan rintis dapat dilewati tanpa hambatan.

1.10.4 Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)

 

TPH diperlukan sebagai tempat untuk mengumpulkan hasil produksi panen atau

TBS (tandan buah segar) kelapa sawit. TPH yang standar dan biasa digunakan

dalam perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Page 41: Budidaya Kelapa Sawit

1. TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar, sedangkan untuk areal

berbukit atau bergelombang disesuaikan dengan kondisi lapangan.

2. Ukuran TPH: – TM I dan II ukuarannya 2x3m, TM II dst ukutrannya 3×4 m

3. Permukaan tanah di TPH harus rata sehingga memudahkan untuk penempatan

TBS.

4. Pemberian nomor TPH terdiri dari nomor blok dan nomor TPH

1.10.5 Perlatan panen

 

Peralatan panen yan perlu disiapkan pada penen perdana : dodos ukuran 8cm,

angkong, gancu, pengaruk berondol, kapak buah, Persiapan tenaga berondol.

1.10.6 Seksi Potong Buah

 

Seksi potong buah adalah pembagian wilayah atau areal panen dalam luasan

tertentu yang merupakan petak-petak lokasi (terdiri dari beberap blok) yang

menggambarkan tempat dilakukan panen. Jika menggunakan sistem 6/7, artinya

dalam satu munggu dilakukan 6 hari panen, maka areal panen yang ada dibagi 6

seksi.

Tujuan pembuatan seksi panen adalah ;

1. Wilayah panen terkonsentrasi/mengumpul yang bertujuan untuk memudahkan

pengontrolan dan meningkatkan output karyawan diarenakan tidak terlalu jauh

untuk pindah hancak.

2. Memudahkan pengontrolan, dengan pembagian seksi potong buah, maka arah

panen dapat ditentukan secara berurutandari blok yang satu ke blok yang lain,

sehingga pengontrolan lebih sistematis.

3. Memberikan target/ sasaran yang jelas.

4. Distribusi buah mengumpul, ddengan demikian maka transportasi TBS akan

lebih efektif, buah lebih cepat masuk ke PKS.

1.10.7 Mandoran Panen

 Mandoran panen yaitu mandor yang bertugas mengontrol dan mengawasi

karyawan panen yang terdiri dari 15 orang atua lebih.

Adapun tugas-tugas mandoran:

1. Menghancakan karyawan

2. Membagi buku  notes potong buah

Page 42: Budidaya Kelapa Sawit

3. Mengontrol kerja karyawan

4. Memeriksamutu buah dan hancak karyawan

5. Melakukan taksasi poong buah

6. Megisi administrasi, seperti BKM dan pusingan potong buah

7. Memeriksa alat kerja karyawan.

1.10.8 Sistem penghancakan

 Sistem penghancakan adalah suatu metode atau cara menempatkan karyawan

(pemanen) pad suatu daerah (jalur) tertentu. Hancak artinya daerah kerja atau jalur

tempat karyawan melaksanakan pekerjaan.

Cara/sistem pengacakan yang dikenal di BGA ada tiga cara:

Hancak Giring murni

Yaitu sebuah sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan

sensntiasa digiring atau tidak memiliki hancak tetap. Oleh karena itu seorang

mandor harus aktif dalam menghancakan karyawan dan mengawasi pekerjaannya,

karena sistem ini memungkinkan seorang karyawan tidak punya ras tanggung jawab

terhadap hncaknya dan butuh waktu yang lebuh lama untuk pindah hancak. Hancak

ini biasa diterapkan pada areal yang baru panen.

Hancak Giring tetap permandoran

Yaitu sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan dalam mandoran

tersebut telah memiliki hancak tetap, sementara pemanen dalam mandoran tersebut

selalu dilakukan giring sesuai dengan kebutuhan, misalnya berdasarkan karepatan

panen, output pemenen dsb. Bedanya dengan sistem giring murni adalah bahwa

sistem giring ini yang memiliki han cak tetap hanya sebatas permandoran

sedangkan karyawan tidak memiliki hancak tetap. Akan tetapai mandor harus tetap

akatif mengawasi  hasil pekerjaan karyawan maupun menghancakan pemanen ke

hancak baru.

Hancak Tetap

Yaitu sistem hancakan diamana mandor dan karyawan telah memiliki daerah yang

telah ditentukan  (hancak tetap), tidak boleh pemanen lain memasukinya kecuali

sepengatahuan mandor. Dengan sistem ini rasa tanggung jawab pemanen akan

Page 43: Budidaya Kelapa Sawit

lebih tinggi dan mandor panen akan lebih mudah dalam melakukan kontrol terhadap

hasil pekerjaan karyawan.

1.11  Kegiatan Panen

 Untuk menjadi sebuah perkebunan, di mulai dari urutan-urutan kegiatan pekerjaan

dilapangan yang dimulai dari kondisi hutan yang dibloking, imas, tumbang,

perun/rumpuk, dst  hingga tanaman mulai menghasilkan/ produksi.

Untuk mengambil produksi tersebut  maka perlu cara yang dianamakan panen,

maka dalam  pemanenan ini diupayakan semaksimal mungkin dengan menekan

biaya yang seminimal mungkin dan mengambil produksi semaksimal mungkin, yaitu

dengan cara menekan kehilangan prouksi (losses) hingga O %.

Adapaun factor-faktor yang menyebabkan terjadinya  losses, yaitu:

1. Buah mentah

2. Buah masak tinggal dipokok

3. Buah/Brondolan tidak dikutip

4.  Buah/Brondolan dicuri

5. Janjangan buah busuk

6. Gagang panjang (GP)

7. Administrasi yang tidak akurat

Selain itu untuk mengendalikan kehilangan produksi tersebut dapat juga dengan

mengendalikan pusingan/rotasi panen agar tetap normal.

Langkah-langkah pengendalian pusingan panen adlah dengan mengetahui informasi

mengenai:

1. Kerapatan buah masak

2. Jumlah tenaga potong buah

3. Umur tanaman

4. Jumlah brondolan dan persentase siap borong

5. Curah hujan

1.11.1 Sensus Produksi

 Sensus produksi adlah pencacahan/ penghitungan/ padatan terhadp tanaman ks

yeng bertujuan untuk mengetahui / memperkirakan produksi selama satu semester

(enem bulan memdatang). Para meter yang digunakan untuk mengetahui produksi

semester tersebut adalah jumlah janjang yang ada dipokok dan berat janjang rata-

rata (BJR).

Dasar pemikirannya adalah apabila diketahui jumlah janjangannya dan berat

janjangannya, maka akan dapat diketahui berapa kira-kira tonase yang akan didapat

Page 44: Budidaya Kelapa Sawit

selama satu semester. Yang maksud dengan jumlah dan berat janjang adalah

janjang dan berat janjang sampel/contoh dari satu blok yang akan ditaksir

produksinya. Kamudian dari pokok-pokok sampel ini akn diketahui jumlah rata-rata

janjang per pokoknya. Semakin banyak sempel maka data yang didapat semakin

akurat.

Sensus pokok ini dilakukan setiap 6 bulan yang disebut dengn semester. Semester

1 adlah bulan januari s/d juni, dan sensus produksinya dilaksanakan pada tangal 20

s/d 31  desember tahun lalu. Sedangkan semester II ialah bulan juni s/d desember

tahun ini dan sensus produksinya dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 30 juni tahun ini,

Proses input data hasil sensus produksi dilaksanakan dalam waktu 5 hari setelah

sensus. Data harus diterima oleh Departemen pusat yang berada jakarta paling

lambat 7 hari setelah sensus.

Sensus produksi terdiri dari 3 macam pekerjaan;

1. Persiapan tanda-tanda sensus (pembuatan dan perbaikan) dan kelengkapan

alat sensus.

2. Penghitungan janjang yang dilaksanakan pada titik sensus dan pokok sensus,

yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah janjang yang akan dipanen dalm

suatu blok.

3. Menentukan BJR, dapat ditentukan dengan 2 cara: pertama penimbangan

dilapangan TPH, kedua dengan penimbangan di PKS.

1.11.2 Taksasi Potong Buah

 Taksasi potong buah adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan

produksi pada esok hari. Dengan mengetahui perkiraaan produksi esok hari maka

dapat menentukan jumlah tenaga kerja atau HK yang dibutuhkan dan jumlah alat

transportasi (Truk/trailer) yang digunakan. Taksasi ini didasarkan pada prsentase

kerapatan panen yang ditentukan dari hasil sensus panen.

Sensus dilakukan sebesar 10 % dari pokok produktif pada areal yang akan dipanen

esok hari (semakin banyak semakin akurat data yang diperoleh).Sebagai contoh,

seksi (areal panen besok) terdiri dari 6 blok, dengan 3 mandoran, maka tiap

mandoran memdapat 2 blok, tiap mandoran harus melakukan taksasi sebesar 10%

dari tiap total pokok produktif  pada 2 blok tsb. Jadi jika 1 blok =33Ha, maka panen

besok -66Ha. Sensus dilakukan 10% dari 66Ha = 7Ha . jika kerapatan /populasi

tanaman =136pokok/ Ha, maka akan melakukan sensus pada 882 pokok.

1.11.3 Kriteria Panen

Page 45: Budidaya Kelapa Sawit

 Adalah pedoman yang digunakan untuk menetuakn apakah buah itu dinyatakan

matang, mentah atau busuk. Pedoman yang digunakan untuk kematangan tersebut

didasarkan pada jumlah brondolan yang lepas secara normal, yaitu 1 brondolan per

Kg TBS.

Menetukan kematangan buah juga ditentukan berdasarkan warna buah, yaitu buah

masak biasanya berwarna merah jingga. Akan tetapi cara ini kurang efektif, terutama

pada kondisi pokok tanaman yang sudah tinggi.

Tabel 1.3 Pedoman umum yang digunakan untuk menentukan kriteria buah

masak adalah sebagaiberikut:

Umur tanaman Jumlah brondolan Keterangan

3-7 tahun

0-4 brondolan

>5 brondolan

Gagang busuk

Mentah (BM)

Normal (BN)

Buah Busuk (BB)

8-20 tahun

0-10 brondolan

>15 brondolan

Gagang busuk

Mentah (BM)

Normal (BN)

Buah Busuk (BB)

>20 tahun

0-20 brondolan

>20 brondolan

Gagang busuk

Mentah (BM)

Normal (BN)

Buah Busuk (BB)

Sumber : PT. BGA Group

Tabel 1.4 Istilah dan Simbol-simbol yang berkaitan dengan kematangan buah:

Istilah Simbol Tindakan

Un Ripe atauMentah Hitam Buah BM

Buah yang tidak membrondol, apabila terpotong maka karywan dikenakan denda. Jika tidak sengaja maka buah tetap diantrikan dan ditandai pada gagang buah dengan hurufberwarna merah.

Under Ripe atauKurang

- Buah yang telah membrondol akan tetapi belum sesuai denagn kriteria yang telah ditetapkan. Karyawan yang memotong buah

Page 46: Budidaya Kelapa Sawit

masak atau Mentah merah

ini harus diperingatkan, jika berkali-kali diingatkan masih tetap menurunkannya maka dikenakan denda buah mentah

Ripe atau Masak/ Normal Buah BN

Buah denagn kriteria yang tepat, yaitu 1 brondol /Kg TBS atau lebih.

Over ripe atauKelewat masak -

Buah yang membrondol lebih dari 75 % brondolan yang terdpt pada janjang buah tsb. Buah ini biasanya diakibatkan karena keterlambatan pusingan, atau buah yang tertinggal pada pusingan yang lalu.

Empety Bunchatau buah busuk Buah BB

Buah yang membusuk sehingga hanya janjangan kosong (empty bunch/B) yang tertinggal. Dan harus diturunkan.

Sumber : PT. BGA Group

 1.11.4 Transportasi

 Setelah buah dipanen kemudian disusun di tempat pengumpul hasil (TPH), maka

tugas krani panen adalah mencatat hasil TBS yang ada di TPH. Buah yang telah

dipanen sebaiknya segera di angkut ke Pabrik untuk diproduksi menjadi CPO dan

TBS jangan dibiarkan dilapangan lebih dari 7-8 jam. Karena akan meningkatkan ALB

yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas CPO yang tentunya akan merugikan

pihak perusahaan itu sendiri.

Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah, dilumatkan

di dalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan

dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji

dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari

cangkangnya.

Di perusahaan BGA kendawangan, TBS diangkut ke Poliplen atau ke Kalteng,

dikarenakan PKS belum jadi, masih dalam proses pengerjaan. Oleh karena itu

pengiriman TBS masih belum maksimal dan terkadang terlambat.

http://anthosusantho.wordpress.com/2011/10/26/budidaya-tanaman-kelapa-sawit-prospek-yang-cerah-di-ketapang-kalimantan-barat/

perkebunan kelapa sawit

Page 47: Budidaya Kelapa Sawit

jumat, 26 februari 2010

Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit

Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit

Mengenal, memahami dan upaya mendeteksi siklus hidup hama dan penyakit pada

tanaman kelapa sawit secara dini mutlak harus dilaksanakan karena akan

memudahkan tindakan mencegah terjadinya ledakan serangan hama dan penyakit

yang tak terkendali. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini

dipastikan akan jauh lebih murah daripada pengendalian serangan hama dan

penyakit yang sudah menyebar luas.

Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang

ditanam saat ini, baru akan dipanem hasilnya setelah 2-3 tahun ditanam di

lapangan. Sebagai tanaman tahunan, pada kelapa sawit dikenal periode Tanaman

Belum Menghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi 2-3 tahun tergantung pada

beberapa faktor yang terjadi di sekitarnya, seperti ada / tidaknya serangan hama

dan penyakit.

Dalam keadaan normal, terjadi mutasi dari TBM menjadi Tanaman Menghasilkan

(TM) terjadi pada tahun ketiga setelah tanam. Mutasi tersebut mutlak dilakukan dan

perlu mendapat perhatian baik dari segi lamanya masa TBM maupun persiapan yang

perlu dikerjakan sebelum tanaman dikerjakan. Pekerjaan awal ini sangat

mempengaruhi kualitas hasil buah yaitu kastersi / tunas pasir.

Hal ini sesuai dengan tujuan penanaman kelapa sawit yaitu untuk menghasilkan

produksi yang optimal. Untuk mendapatkan produksi yang optimal, karakteristik dan

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi yang dapat menghambat produktifitas

harus dipahami dan diupayakan solusinya.

Salah satu faktor penghambat yang perlu dipertimbangkan selain benih yang baik

adalah serangan hama dan penyakit. Untuk mengantisipasi serangan hama dan

penyakit, sebelumnya harus mengenal dan memahami jenis hama dan penyakit

yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit. Selanjutnya segera deteksi siklus

hidup hama dan penyakit agar mudah dalam melakukan pencegahan dan

pengendaliannya. Pendekteksiasi tersebut dapat menyelamatkan tanaman kelapa

sawit dari serangan hama dan penyakit yang merugikan sehingga produksi dapat

dipertahankan.

Page 48: Budidaya Kelapa Sawit

Secara ekonomis biaya pengendalian melalui deteksi dini terhadap hama dan

penyakit pada tanaman kelapa sawit dipastikan akan jauh lebih rendah daripada

pengendalian serangan hama dan penyakit yang sudah menyebar luas. Jadi sudah

seyogyanya jika ingin sukses dalam usaha perkebunan kelapa sawit, pengelola harus

mengetahui hama dan penyakit serta cara pengendaliannya.

Hama dan Penyakit 

Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya ulat api, ulat

kantong, tikus, rayap, kumbang Adorektus dan Apogonia, serta babi hutan.

Sedangkan penyakit yang menjadi masalah pada tanaman kelapa sawit diantaranya

penyakit daun pada pembibitan, penyakit busuk pangkal batang (ganoderma),

penyakit busuk tandan buah (marasimius), dan penyakit busuk pucuk (spear rot).

1. Ulat Api dan Ulat Kantong

Serangan hama ulat api dan ulat kantong (ulat pemakan daun kelapa sawit) telah

banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari

waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang

berdampak langsung terhadap penurunan produksi.

diposkan oleh perkebunan   di 11:36 1 komentar 

ARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT

ARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT

PENDAHULUAN

Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu

meter dalam).

Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah paya adalah kurang sesuai bagi tanaman kelapa

sawit. Walau bagaimanapun dengan pengurusan sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini

boleh juga ditanam dengan kelapa sawit dengan jayanya.

PERLAKSANAAN KERJA

Kerja-kerja pembersihan, pembarisan dan penanaman kacang penutup bumi dikawasan ladang hendaklah

disempurnakan sebelum menanam anak-anak pokok kelapa sawit.

Page 49: Budidaya Kelapa Sawit

Pembersihan: Kerja-kerja membersih ladang hendaklah mengambilkira kos bunuh dan jentera, keadaan tanah (curam

atau rata), hutan atau kawasan tanam semula.

Adalah penting operasi pembersihan ladang dijalankan serentak dengan masa anak benih dapat diperolehi dari

pembekal. Jika mempunyai tapak semaian sendiri, masa penyediaan ladang hendaklah disesuaikan dengan masa

mengeluarkan anak benih yang telah cukup matang untuk ditanam diladang. Perancangan jadual kerja adalah amat

mustahak untuk kejayaan penanaman diladang.

Pembarisan: Barisan tanaman dibuat mengikut arah Utara-Selatan supaya pokok-pokok mendapat cahaya matahari

yang maksima.

Kekacang penutup bumi: Menanam kekacang penutup bumi dilakukan setelah kerja-kerja pembarisan selesai

dilaksanakan. (Kawasan gambut tidak perlu tanam kekacang).

Penutup bumi adalah untuk:

Mengawal hakisan

Memperbaiki status zat pemakanan dalam tanah, khususnya Nitrogen

Memelihara kelembapan tanah

Tiga jenis kekacang penutup bumi yang biasa ditanam adalah:

Centrosema pubescens

Pueraria phaseoloides

Calopogonium mucunoides/caeruleum

Benih kekacang boleh dibeli dari pembekal-pembekal swasta manakala kompos rhizobium boleh dibeli di Institut

Penyelidikan Getah Malaysia (RRIM). Kaedah ringkas menanam kekacang penutup bumi adalah seperti berikut:

Umumnya campuran 10g kompos rhizobium dengan 10kg biji benih kekacang digunakan.

Campuran tersebut ditabur didalam jalur yang selari diantara 2 barisan pokok kelapa sawit.

Jarak diantara jalur-jalur adalah 2 meter.

Contoh kadar campuran biji benih kekacang adalah seperti berikut:-

Kekacang Kg/ha

Centrocema pubescens 4.0

Pueraria phaseoloides 1.1

Calopogonium caeruleum 0.6

Page 50: Budidaya Kelapa Sawit

Baja campuran N:P:K:Mg (15:15:6:4) digunakan sebagai baja asas dengan kadar 56 kg/hektar.

Tabur baja debu Fosfat (seperti CIRP) pada kadar 560 kg sehektar mengikut jadual berikut:

Umur Kekacang Kadar Baja Debu Fosfat (kg/ha)

Semasa menanam (sepanjang jalur-jalur)

112

2 bulan 112

6 bulan 112

8 bulan 112

12 bulan 112

Pengawalan rumpai dan serangga perosak diperlukan dengan mengguna racun-racun yang sesuai jika

hendak memperolehi tanaman kacang yang baik.

PenanamanPenanaman: Anak benih sawit yang telah berumur 12-15 bulan ditapak semaian adalah sesuai untuk

ditanam. Kaedah ringkas penanaman adalah seperti berikut:-

Lubang Tanaman disediakan 2-3 minggu sebelum menanam. Ukuran lubang mesti dilebihkan dari ukuran polibeg supaya

penanaman mudah dijalankan. Tanah lapisan bawah dan lapisan atas diasingkan.

Taburkan 150g - 200g baja Fosfat didalam lubang.

Buangkan/Tanggalkan polibeg sebelum anak benih ditanam. Masukkan anak benih kedalam lubang yang telah disediakan.

Lubang dikambus dengan tanah lapisan atas dahulu dan diikuti dengan tanah lapisan bawah supaya buku-pangkal pokok

berkeadaan sama rata dengan permukaan tanah.

Anak benih hendaklah berkeadaan tegak selepas ditanam.

Mampatkan tanah disekeliling pokok dengan tidak merosakan akarnya.

Masa menanam hendaklah pada musim hujan dan elakkan dari menanam pada musim kemarau.

Lazimnya, jarak tanaman yang dipilih adalah 9 meter tiga segi yang memberi 136 pokok pada 1 hektar. Kepadatan pokok

sehektar dengan jarak tanaman yang berbeza adalah seperti jadual dibawah:

Jarak Jumlah Pokok

Meter (Kaki) Hektar (Ekar)

8.5 (28) 160 (65)

8.7 (29) 148 (60)

9.0 (30) 136 (55)

Page 51: Budidaya Kelapa Sawit

Sulam pokok-pokok yang mati apabila menjalani pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan selepas menanam.

Tanaman selinganTanaman selingan:

Kacang tanah, jagong dan lain-lain tanaman kontan atau sayur-sayuran boleh ditanam sebagai selingan dalam masa tiga tahun pertama selepas pokok

sawit ditanam.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman selingan ialah:

Tanaman itu memberi keuntungan dalam masa tiga tahun.

Tanaman itu tidak memberi persaingan yang boleh menjejaskan

kesuburan pokok kelapa sawit dari segi zat-zat pemakanan, air dan cahaya matahari.

Ada pasaran atau mudah memasarkan hasil tanaman selingan itu.

diposkan oleh perkebunan   di 11:34 0 komentar 

BUDIDAYA KELAPA SAWITBUDIDAYA KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN

Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan

dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara

berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga

Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C.

Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.

2.2. Media Tanam

Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah

cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial,

tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Penyemaian

Page 52: Budidaya Kelapa Sawit

Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah

ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm.

Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.

Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas

yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur

dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan

Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit

tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.

Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :

Pupuk Makro

> 15-15-6-4Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)

> 12-12-17-2Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).

> 12-12-17-2Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)

> POC NASAMulai minggu ke 1 – 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali

dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter

(4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan

induk tadi untuk penyiraman

3.2. Teknik Penanaman

3.2.1. Penentuan Pola Tanaman

Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah

(legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena

dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi,

mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman

Page 53: Budidaya Kelapa Sawit

pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya

dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.

3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm

sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak

9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m

dari sisi lereng.

3.2.3. Cara Penanaman

Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari

sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan

masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah

dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran

tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara

merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4

tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara

penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan

dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi

10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.3. Pemeliharaan Tanaman

3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan

Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-

145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.

3.3.2. Penyiangan

Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

3.3.3. Pemupukan

Anjuran pemupukan sebagai berikut :

Pupuk Makro

Urea 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30

& 36 225 kg/ha1000 kg/ha

Page 54: Budidaya Kelapa Sawit

2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst

TSP1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30

& 362. Bulan ke 48 & 60

115 kg/ha750 kg/ha

MOP/KCl1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30

& 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst

200 kg/ha1200 kg/ha

Kieserite1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30

& 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst

75 kg/ha600 kg/ha

Borax1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30

& 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst

20 kg/ha40 kg/ha

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September -

Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April).

POC NASA

a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :

0-36 bln 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 - 5 bulan sekali

>36 bln 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 – 4 bulan sekali

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal

memakai POC NASA

Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4

tutup/ pohon

Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon

Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun

dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point

3.2.3.)

3.3.4. Pemangkasan Daun

Page 55: Budidaya Kelapa Sawit

Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:

a. Pemangkasan pasir

Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur

16-20 bulan.

b. Pemangkasan produksi

Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan

panen umur 20-28 bulan.

c. Pemangkasan pemeliharaan

Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman

hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.

3.3.5. Kastrasi Bunga

Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman

berumur 12-20 bulan.

3.3.6. Penyerbukan Buatan

Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan

oleh manusia atau serangga.

a. Penyerbukan oleh manusia

Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang

represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga

represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan

berlendir.

Cara penyerbukan:

1. Bak seludang bunga.

2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon

yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari

pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.

b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit

Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan.

Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah

tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar

15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

3.4. Hama dan Penyakit

Page 56: Budidaya Kelapa Sawit

3.4.1. Hama

a. Hama Tungau

Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun

menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau

Natural BVR.

b. Ulat Setora

Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan

sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

3.4.2. Penyakit

a. Root Blast

Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala:

bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi

pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air

irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan.

Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning

Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval

berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering.

Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan

pengunaan Natural GLIO semenjak awal.

c. Dry Basal Rot

Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah

patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian:

adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami

belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan

tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan

herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat

Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen

Page 57: Budidaya Kelapa Sawit

3.5.1. Umur Panen

Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat

dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang

panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang

panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya

kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang

beratnya 10 kg atau lebih.diposkan oleh perkebunan   di 11:33 0 komentar 

B U D I D AYA KELAPA SAWIT

B U D I D AYA

KELAPA SAWIT

Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 112/92

Diterbitkan oleh : Balai Informasi Irian Jaya

Jl. Yahim – Sentani – Jayapura

Oktober 1992 Agdex: 161/20

Kelapa sawit ( Elaeis guinensis jacg ) adalah salah satu dari beberapa palma yang

menghasilkan minyak untuk tujuan komersil.

Minyak sawit selain digunakan sebagai minyak makanan margarine, dapat juga

digunakan untuk industri sabun, lilin dan dalam pembuatan lembaran-lembaran

timah serta industri kosmetik .

SYARAT -SYARAT TUMBUH .

- Curah hujan minimum 1000-1500 mm /tahun, terbagi merata sepanjang

tahun.

- Suhu optimal 26°C.

- Kelembaban rata-rata 75 %.

- Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan gembur, aerasi dan

draenasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas.

- pH tanah antara 5,5 - 7,0.

P E M B I B I T A N

a. Pengecambahan Biji.

- Biji dipanaskan dalam germinator selama 60 hari dengan suhu tetap 39oC dan

kadar air 18%.

- Kemudian biji direndam dalam air mengalir selama 6 hari, hingga kadar air

naik menjadi 24%.

- Selanjutnya biji dikeringkan selama 3 jam dalam ruangan yang teduh.

Page 58: Budidaya Kelapa Sawit

- Biji dimasukkan dalam kantong plastik ukuran 38 x 39 cm sebanyak 500 biji,

kemudian ditutup rapat

- Setelah 10-14 hari, biji mulai berkecambah.

- Biji yang belum berkecambah pada umur 30 hari dibuang saja.

- Kecambah yang tumbuh normal dan sehat, warnanya kekuning-kuningan,

tumbuhnya lurus serta bakal daun dan bakal akarnya berlawanan arah.

b. Persemaian dan Pembibitan

- Kecambah dipindahkan kekantong plastik ukuran 14 x 22 cm dengan tebal

0,08 mm.

- Isilah polybag dengan tanah lapisan atas yang dibersihkan dari kotoran dan

dihancurkan sebelumnya.

- Lakukan penyiraman polybag sebelum penanaman kecambah dan

selanjutnya pada setiap pagi dan sore setelah penanaman.

- Buatlah lobang tanam sedalam 3 cm.

- Buatlah naungan persemaian setinggi 2,5 m

- Setelah bibit berumur 3 bulan dipindahkan kedalam polybag yang besar

dengan ukuran 40 x 50 cm, tebal 0,2 mm.

PERSIAPAN LAHAN

- Lahan diolah sebaik mungkin, dibersihkan dari semak-semak dan

rumput-rumput liar.

- Buatlah lobang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm atau 60 x 60 x 60 cm, 2

minggu sebelum tanam dengan jarak 9 x 9 x 9 m membentuk segitiga sama

sisi.

- Tanah galian bagian atas dicampur dengan pupuk fosfat sebanyak 1

kg/lobang.

- Lobang tanam ditutup kembali dan jangan dipadatkan.

P E N A N A M A N

- Masukkan bibit ke dalam lobang dengan hati-hati dan kantong plastik dibuka.

- Lobang ditimbun dengan tanah, tidak boleh diinjak-injak agar tidak terjadi

kerusakan.

- Bibit yang tingginya lebih dari 150 cm, daunnya dipotong untuk mengurangi

penquapan.

- Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan.

PEMELIHARAAN TANAMAN

- Lakukan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati dengan tanaman

baru yang seumur dengan tanaman yang mati.

Page 59: Budidaya Kelapa Sawit

- Cadangan bibit untuk penyulaman terus dipelihara sampai dengan umur 3

tahun dan selalu dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar.

- Penyiangan gulma dilakukan 1bulan sekali.

- Lakukan perawatan dan perbaikan parit drainage.

- Anjuran pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seperti pada tabel

1.

- Sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk

berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun.

- Lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim

penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman.

- Hama-hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah Ulat

Kantong; Metisaplama, Mahasena Coubessi dan Ulat Api; Thosea asigna,

Setora nitens, Dasna trina.

Sedangkan penyakitnya busuk tandan Marasmius sp.

Hama ulat kantong dikendalikan dengan insektisida yang mengandung bahan

aktif metamidofos 200/liter atau 600 g/liter, hama ulat api dengan insektisida

yang mengandung bahan aktif permetrin 20 g/liter dan monokrotofos 600

g/lite.

- Potonglah daun yang sudah tua, agar penyebaran cahaya matahari lebih

merata, mempermudah penyerbukan alami, memudahkan panen dan

mengurangi penguapan.

P A N E N

- Telah dapat menghasilkan pada umur 30 bulan setelah tanam.

- Jumlah pohon yang dapat dipanen per hektar sebanyak 60%.

- Dipilih tandan yang buahnya sudah masak dengan tanda adanya sejumlah

buah merah yang jatuh (brondol ).

- Cara panen dengan memotong tandan buah.

- Pemanenan dilakukan 1 kali seminggu.

Sumber : Dinas Perkebunan Dati I Propinsi Irian Jaya

diposkan oleh perkebunan   di 11:31 0 komentar 

Kelapa sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,

minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).Perkebunannya menghasilkan

keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi

Page 60: Budidaya Kelapa Sawit

perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua

dunia setelahMalaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai

timurSumatra, Jawa, dan Sulawesi.

== Pemerian botani ==

African Oil Palm (Elaeis guineensis)

Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.Akar

serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga

terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk

mendapatkan tambahan aerasi. Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun

majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih

muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri

yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga

umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas

sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.Bunga jantan dan betina terpisah

namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu

pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga

jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih

besar dan mekar.Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female

steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih

unggul digunakan sebagai tetua jantan.Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari

hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol

dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah.

Page 61: Budidaya Kelapa Sawit

Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase

matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan

buah akan rontok dengan sendirinya.Buah terdiri dari tiga lapisan:*Eksoskarp,

bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.*Mesoskarp, serabut buah

*Endoskarp, cangkang pelindung intiInti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji)

merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas

tinggi.Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang

pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)

dan bakal akar (radikula).=== Syarat hidup ===Habitat aslinya adalah daerah

semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS).

Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan

kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujanstabil, 2000-

2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak

kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku

pembungaan dan produksi

Tipe kelapa sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis danE. oleifera.

Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. E.

oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman

sumber daya genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalancangkang,

yang terdiri dari

Dura,

Pisifera, dan

Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap

memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar

dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki

cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.

Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap

bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat

cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul

Page 62: Budidaya Kelapa Sawit

memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per

tandannya dapat mencapai 28%.

Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

[sunting] Hasil tanaman

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak

makan, margarin,sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan

industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam

peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi

dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan

pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi

pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]

Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian

daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan

baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari

sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki

kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan

buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna

merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung

minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin.

Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu

digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya

digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C.

Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan

cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang

dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam

lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.

Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran

makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

Page 63: Budidaya Kelapa Sawit

[sunting] Sejarah perkebunan kelapa sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belandapada tahun

1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya

ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun

1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak

nabati akibat Revolusi Industripertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul

ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor

dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara

komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia,

yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai

Timur Sumatera (Deli) danAceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat

pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal

sebagai AVROS),Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala

Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada

tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari

Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru

dimulai tahun 1911.

Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama

minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal

seperlima dari angka tahun 1940.[2]

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-

militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian

diambil alih Malaya (lalu Malaysia).

Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan

dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus

berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati

meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang

masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua

di Asia Tenggara yang berasal dariAfrika.

Page 64: Budidaya Kelapa Sawit

diposkan oleh perkebunan   di 11:24 0 komentar 

kelapa sawit

kelapa sawit

Evaluasi Lahan

* Tahap awal dari pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah melakukan evaluasi lahan. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap satuan lahan yang telah ditetapkan berdasarkan hasil survei tanah. Evaluasi kesesuaian lahan didahului oleh kegiatan survei dan pemetaan tanah untuk mendeskripsikan satuan-satuan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan didasarkan pada penilaian beberapa karakteristik lahan yang disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.

* Pembangunan kebun kelapa sawit yang tidak didahului dengan evaluasi kesesuaian lahan akan menimbulkan banyak masalah pada waktu mendatang, khususnya yang berkaitan dengan kultur teknis, sehingga akan meningkatkan biaya pengelolaan kebun. Apabila evaluasi kesesuaian lahan dilakukan, maka berbagai faktor pembatas lahan dapat diatasi secara dini.

* Hasil evaluasi kesesuaian lahan bermanfaat dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, khususnya untuk mencapai produktivitas tanaman sesuai dengan potensi lahannya.

Pengendalian Hama Tikus dengan Burung Hantu

* Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang sangat potensial pada perkebunan kelapa sawit. Predator ini mampu menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah 5%. Sementara itu, ambang kritis serangan tikus di perkebunan kelapa sawit sebesar 10%.

* Burung hantu mampu bertelur 2-3 kali dalam setahun, kemudian menjadi dewasa setelah berumur 8 bulan. Telur yang dihasilkan bervariasi antara 4–19 butir, bergantung pada ketersediaan makanan. Seekor burung hantu mampu memangsa tikus 2–5 ekor sehari.

* Pada umumnya penanggulangan serangan tikus di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan racun tikus (rodentisida). Namun cara ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan dianggap tidak ekonomis.

* Penggunaan burung hantu sebagai musuh alami merupakan satu alternatif penanggulangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit yang sangat efektif dan efisien. Biaya pengendalian serangan tikus dengan burung hantu hanya berkisar 50% dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.

Pengendalian Hayati Ulat Api Menggunakan Entomopatogenik

Page 65: Budidaya Kelapa Sawit

* Pengendalian hayati ulat api Setothosea asigna pada kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme entomopatogenik, yaitu virus ßNudaurelia, multi plenucleo-polyhedrovirus (MNPV), dan jamur Cordyceps aff. militaris.

* Mikroorganisme entomopatogenik tersebut merupakan sarana pengendalian hayati yang efektif, efisien, dan aman terhadap lingkungan. Virus ß Nudaurelia dan MNPV efektif mengendalikan ulat, sedangkan jamur Cordyceps aff. militaris efektif untuk kepompong hama tersebut.

* Pemanfaatan mikroorganisme entomopatogenik dapat mengurangi atau bahkan menggantikan insektisida kimia sintetis (semua jenis insektisida golongan piretroid sintetis, misalnya Decis 2,5 DC dan Matador 25 EC) dalam pengendalian ulat api di perkebunan kelapa sawit. Penggunaan insektisida kimia sintetis selama ini justru seringkali menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan, sehingga permasalahan hama menjadi lebih rumit, seperti munculnya resistensi dan resurgensi hama.

* Pengendalian ulat api menggunakan bahan alami terbukti lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan menggunakan insektisida kimia sintetis, dengan biaya pengendalian hanya 7% dari biaya pengendalian secara kimiawi.

Feromon untuk Pengendalian Kumbang Tanduk

* Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda dan dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama menghasilkan hingga 69%. Di samping itu, kumbang tanduk juga mematikan tanaman muda sampai 25%.

* Penggunaan feromon sebagai insektisida alami sangat efektif, ramah lingkungan, dan lebih murah dibandingkan teknik pengendalian konvensional. Feromon merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, mangsanya, tanaman inang, dan tempat berkembang biaknya. Komponen utama feromon sintetis kumbang tanduk adalah etil-4 metil oktanoat. Feromon tersebut dikemas dalam kantong plastik.

* Biaya pemanfaatan feromon hanya 20% dari biaya aplikasi insektisida dan pengutipan kumbang secara manual. Hal itu disebabkan harga feromon yang murah dan cara aplikasi di lapangan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Harga satu sachet feromon sebesar Rp75.000.

Biofungisida Marfu Pengendali Jamur Ganoderma boninense

Page 66: Budidaya Kelapa Sawit

*

Penyebab busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman kelapa sawit adalah Ganoderma boninense yang merupakan jamur tanah hutan hujan tropis. Jamur G. boninense bersifat saprofit (dapat hidup pada sisa tanaman) dan akan berubah menjadi patogenik apabila bertemu dengan akar tanaman kelapa sawit yang tumbuh di dekatnya. Serangan BPB dapat terjadi sejak bibit sampai tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah bibit ditanam di lapangan.

* Busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit dapat dikendalikan dengan menggunakan biofungisida Marfu-P. Hasil uji aplikasi Marfu-P menunjukkan bahwa satu bulan setelah perlakuan masih dijumpai adanya Ganoderma dan Trichoderma pada potongan akar yang sama. Ganoderma pada akar kelapa sawit dan pada potongan akar karet sudah melapuk setelah 3 bulan perlakuan Trichoderma.

* Bahan aktif yang digunakan untuk biofungisida Marfu-P adalah sporakonidia dan klamidospora jamur Trichoderma koningii (isolat MR 14). Harga biofungisida Marfu-P hanya sebesar Rp4.000/kg.

* Biofungisida Marfu-P banyak digunakan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit milik negara dan swasta. Manfaat yang diperoleh dengan adanya aplikasi biofungisida Marfu-P adalah pengendalian BPB bersifat ramah lingkungan, sehingga bahaya pencemaran lingkungan oleh insektisida kimiawi dapat dihindari.

Tanaman kelapa sawit yang terserang busuk pangkal (Ganodermaboninense) (a), dan tanaman kelapa sawit yang teraplikasi dengan

biofungisida Marfu-P selama 6 bulan (b).

Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit pada Perkebunan Kelapa Sawit

* Limbah cair pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai pupuk. Aplikasi limbah cair memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan limbah cair dan sekaligus berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit.

* Kualifikasi limbah cair yang digunakan mempunyai kandungan BOD 3.500–5.000 mg/l yang berasal dari kolam anaerobik

Page 67: Budidaya Kelapa Sawit

primer.

Kolam anaerobik primer

Pengaliran limbah cair PKS dengan sistem flatbed

Parit sekunder pada aplikasi limbah cair sistem flatbed

* Metode aplikasi limbah cair yang umum digunakan adalah sistem flatbed, yaitu dengan mengalirkan limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan sekunder (flatbed). Ukuran flatbed adalah 2,5 m x 1,5 m x 0,25 m. Dosis pengaliran limbah cair adalah 12,6 mm ekuivalen curah hujan (ECH)/ha/bulan atau 126 m3/ha/bulan.

* Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, 3,0 kg MOP, dan 1,2 kg kieserit. Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan sekitar 480 m3 limbah cair per hari, sehingga areal yang dapat diaplikasi sekitar 100-120 ha.

* Pembangunan instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan biaya yang relatif mahal. Namun investasi ini diikuti dengan peningkatan produksi TBS dan penghematan biaya pupuk sehingga penerimaan juga meningkat. Aplikasi limbah cair 12,6 mm ECH/ha/bulan dapat menghemat biaya pemupukan hingga 46%/ha. Di samping itu, aplikasi limbah cair juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah.

* Limbah cair pabrik kelapa sawit telah banyak digunakan di perkebunan kelapa sawit baik perkebunan negara maupun perkebunan swasta. Penggunaan limbah cair mampu meningkatkan produksi TBS 16-60%. Limbah cair tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kualitas air tanah di sekitar areal aplikasinya.

Pabrik Kelapa Sawit Mini

* Pabrik kelapa sawit (PKS) mini merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 0,5-1 ton TBS/jam. PKS mini dirancang khusus untuk perkebunan kelapa sawit dengan luas 160-300 ha. PKS mini sangat mudah dioperasikan, hanya memerlukan tenaga kerja 6 orang/shift, menggunakan limbah sawit sebagai bahan bakar, dan hanya memerlukan lahan 2.500 m2.

* PKS M-1000 terdiri atas delapan unit peralatan pengolahan, yaitu satu unit boiler yang mampu menghasilkan 600 kg uap/jam dengan tekanan 3 kg/cm, dua unit steriliser, satu unit thresher dengankapasitas 1.000 kg TBS/jam, satu unit double screw press mini, satu unit tangki klarifikasi dengan kapasitas 1.200 liter, satu unit tangki penampung minyak, satu unit deperikarper dengan kapasitas 200 kg biji+serat/jam, serta satu unit nut cracker dengan kapasitas 500 kg biji/jam.

* Dengan biaya investasi PKS M-1000 sebesar Rp1,5 miliar, biaya pengolahan TBS menjadi crude palm oil (CPO) adalah Rp368,23/kg TBS dengan asumsi harga CPO Rp3.150/kg, inti Rp1.675/kg dan harga beli TBS Rp567,4/kg. PKS Mi-1000 secara ekonomis layak diusahakan dengan

Page 68: Budidaya Kelapa Sawit

parameter ekonomi sebagai berikut: IRR= 24,78%; B/C= 1,18; NPV= Rp708.305.000; payback period= 3 tahun.

* Sasaran pengembangan PKS M-1000 adalah kelompok pekebun kecil kelapa sawit swadana, usaha perkebunan besar skala kecil, dan usaha perkebunan skala menengah yang ongkos angkut TBS ke PKS lebih dari Rp75/kg TBS.

* Manfaat yang diperoleh petani kelapa sawit dengan adanya PKS M-1000 adalah petani lebih mudah melakukan pemasaran TBS, harga TBS yang dihasilkan petani menjadi bersaing sehingga pendapatanpetani bertambah. Selain itu, tandang kosong sawit (TKS) yang merupakan limbah padat PKS dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik.

Unit pengolahan pabrik kelapa sawit mini: boiler (a), sterilizer (b), thresher (c), screw press (d), clarificationtank (e), digester (f), fruit elevator (g), ripple mill (h), fibrating screen (i), dan tangki penampungan (j)

Palm Baking Shortening

* Shortening dari fraksi minyak sawit merupakan suatu formula yang mempunyai karakteristik mirip dengan produk shortening komersial Shortening dari minyak sawit (a), dan aplikasi shortening pada roti dan kue (b) yang dibuat dengan bahan baku minyak kedelai dan minyak biji kapas yang terhidrogenasi parsial, dan forula lain yang mempunyai karakteristik mirip dengan shortening yang dibuat dari lemak hewani. Teknik pendekatan formulasi dilakukan berdasarkan sifat fisika dan kimia produk komersial yang digunakan sebagai acuan.

* Produk shortening yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) tanpa melalui proses hidrogenasi, sehingga bebas dari lemak trans yang dapat memicu terjadinya penyakit kanker (karsinogenik). Produk juga tidak menggunakan campuran bahan baku lemak hewani sehingga bebas dari kolesterol.

* Palm baking shortening dari minyak sawit dapat memberikan alternatif baru bagi produsen shortening dalam memilih bahan baku. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan minyak sawit untuk industri shortening dalam dan luar negeri.

Page 69: Budidaya Kelapa Sawit

Shortening dari minyak sawit (a), dan aplikasi shortening pada roti dan kue (b)

Minyak Makan Merah

* Minyak makan merah adalah minyak alami hasil pengolahan lanjut CPO, tanpa pewarna dan tanpa pengawet buatan. Minyak makan merah kaya akan karoten (± 440 ppm) dan vitamin E (± 500 ppm) yang sangat esensial untuk kesehatan, yaitu sebagai sistem kekebalan tubuh, antioksidasi, penundaan penuaan, dan pencegahan kanker.

Minyak makan merah(a), dan aplikasi minyakmakan merah pada produk

margarin (b)

* Teknologi proses minyak makan merah yang dikembangkan oleh PPKS tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga aman dikonsumsi dan mudah dikembangkan pada skala industri kecil. Minyak makan merah dapat diaplikasikan pada minyak salad dan bahan nutrifikan pangan (margarin, mi instan, selai kacang).

* Harga minyak makan merah di Malaysia berkisar RM10/liter setara dengan Rp25.000/liter. Biaya produksi minyak makan merah yang dikembangkan PPKS sekitar Rp5.000/liter.

* Minyak makan merah dapat digunakan sebagai sumber vitamin A dan E.. Tingkat konsumsi minyak di Indonesia per kapita per tahun adalah 15 kg atau setara dengan 41 g/hari. Kebutuhan vitamin A untuk orang dewasa sekitar 800-1.000 RE (retinol equivalent). Dengan demikian, mengkonsumsi minyak makan merah 12 g/hari atau 29,2% dari konsumsi minyak per hari, sudah dapat memenuhi kebutuhan vitamin A untuk orang dewasa.

Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit

* Teknologi produksi kompos dari tandan kosong sawit (TKS) merupakan satu teknologi pengolahan limbah yang sekaligus dapat mengatasi masalah limbah padat dan limbah cair di PKS. Penerapan teknologi ini memungkinkan PKS untuk menerapkan konsep zero waste yang

Page 70: Budidaya Kelapa Sawit

berarti tidak ada lagi limbah padat dan cair yang dibuang.

* Proses pengomposan TKS dimulai dengan pencacahan TKS dengan mesin pencacah. TKS yang telah dicacah ditumpuk di atas lantai semen pada udara terbuka atau di bawah atap. Tumpukan dibalik 3- 5 kali seminggu dengan mesin pembalik BAKHUS dan disiram dengan limbah cair PKS. Pada akhir pengomposan yang berlangsung selama 6-8 minggu, kompos diayak dan dikemas.

Proses pembalikan kompos tandan kosong sawit (a) dan kompostandan kosong sawit kering (b).

* Total biaya investasi produksi kompos dari TKS berkisar Rp4 miliar untuk PKS dengan kapasita 30 ton TBS/jam. Dengan asumsi produksi kompos per hari 60 ton, maka biaya produksi kompos adalah Rp150/kg. Dengan harga jal kompos bulk Rp400/kg, keuntungan langsung yang diperoleh sebesar Rp366/kg atau sekitar Rp2,28 miliar/tahun sebelum pajak.

diposkan oleh perkebunan   di 11:19 0 komentar 

CARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT

CARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT

PENDAHULUAN

Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu

meter dalam).

Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah paya adalah kurang sesuai bagi tanaman kelapa

sawit. Walau bagaimanapun dengan pengurusan sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini

boleh juga ditanam dengan kelapa sawit dengan jayanya.

PERLAKSANAAN KERJA

Kerja-kerja pembersihan, pembarisan dan penanaman kacang penutup bumi dikawasan ladang hendaklah

disempurnakan sebelum menanam anak-anak pokok kelapa sawit.

Pembersihan: Kerja-kerja membersih ladang hendaklah mengambilkira kos bunuh dan jentera, keadaan tanah (curam

atau rata), hutan atau kawasan tanam semula.

Page 71: Budidaya Kelapa Sawit

Adalah penting operasi pembersihan ladang dijalankan serentak dengan masa anak benih dapat diperolehi dari

pembekal. Jika mempunyai tapak semaian sendiri, masa penyediaan ladang hendaklah disesuaikan dengan masa

mengeluarkan anak benih yang telah cukup matang untuk ditanam diladang. Perancangan jadual kerja adalah amat

mustahak untuk kejayaan penanaman diladang.

Pembarisan: Barisan tanaman dibuat mengikut arah Utara-Selatan supaya pokok-pokok mendapat cahaya matahari

yang maksima.

Kekacang penutup bumi: Menanam kekacang penutup bumi dilakukan setelah kerja-kerja pembarisan selesai

dilaksanakan. (Kawasan gambut tidak perlu tanam kekacang).

Penutup bumi adalah untuk:

Mengawal hakisan

Memperbaiki status zat pemakanan dalam tanah, khususnya Nitrogen

Memelihara kelembapan tanah

Tiga jenis kekacang penutup bumi yang biasa ditanam adalah:

Centrosema pubescens

Pueraria phaseoloides

Calopogonium mucunoides/caeruleum

Benih kekacang boleh dibeli dari pembekal-pembekal swasta manakala kompos rhizobium boleh dibeli di Institut

Penyelidikan Getah Malaysia (RRIM). Kaedah ringkas menanam kekacang penutup bumi adalah seperti berikut:

Umumnya campuran 10g kompos rhizobium dengan 10kg biji benih kekacang digunakan.

Campuran tersebut ditabur didalam jalur yang selari diantara 2 barisan pokok kelapa sawit.

Jarak diantara jalur-jalur adalah 2 meter.

Contoh kadar campuran biji benih kekacang adalah seperti berikut:-

Kekacang Kg/ha

Centrocema pubescens 4.0

Pueraria phaseoloides 1.1

Calopogonium caeruleum 0.6

Baja campuran N:P:K:Mg (15:15:6:4) digunakan sebagai baja asas dengan kadar 56 kg/hektar.

Tabur baja debu Fosfat (seperti CIRP) pada kadar 560 kg sehektar mengikut jadual berikut:

Page 72: Budidaya Kelapa Sawit

Umur Kekacang Kadar Baja Debu Fosfat (kg/ha)

Semasa menanam (sepanjang jalur-jalur)

112

2 bulan 112

6 bulan 112

8 bulan 112

12 bulan 112

Pengawalan rumpai dan serangga perosak diperlukan dengan mengguna racun-racun yang sesuai jika

hendak memperolehi tanaman kacang yang baik.

PenanamanPenanaman: Anak benih sawit yang telah berumur 12-15 bulan ditapak semaian adalah sesuai untuk

ditanam. Kaedah ringkas penanaman adalah seperti berikut:-

Lubang Tanaman disediakan 2-3 minggu sebelum menanam. Ukuran lubang mesti dilebihkan dari ukuran polibeg supaya

penanaman mudah dijalankan. Tanah lapisan bawah dan lapisan atas diasingkan.

Taburkan 150g - 200g baja Fosfat didalam lubang.

Buangkan/Tanggalkan polibeg sebelum anak benih ditanam. Masukkan anak benih kedalam lubang yang telah disediakan.

Lubang dikambus dengan tanah lapisan atas dahulu dan diikuti dengan tanah lapisan bawah supaya buku-pangkal pokok

berkeadaan sama rata dengan permukaan tanah.

Anak benih hendaklah berkeadaan tegak selepas ditanam.

Mampatkan tanah disekeliling pokok dengan tidak merosakan akarnya.

Masa menanam hendaklah pada musim hujan dan elakkan dari menanam pada musim kemarau.

Lazimnya, jarak tanaman yang dipilih adalah 9 meter tiga segi yang memberi 136 pokok pada 1 hektar. Kepadatan pokok

sehektar dengan jarak tanaman yang berbeza adalah seperti jadual dibawah:

Jarak Jumlah Pokok

Meter (Kaki) Hektar (Ekar)

8.5 (28) 160 (65)

8.7 (29) 148 (60)

9.0 (30) 136 (55)

Sulam pokok-pokok yang mati apabila menjalani pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan selepas menanam.

Page 73: Budidaya Kelapa Sawit

Tanaman selinganTanaman selingan:

Kacang tanah, jagong dan lain-lain tanaman kontan atau sayur-sayuran boleh ditanam sebagai selingan dalam masa tiga tahun pertama selepas pokok

sawit ditanam.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman selingan ialah:

Tanaman itu memberi keuntungan dalam masa tiga tahun.

Tanaman itu tidak memberi persaingan yang boleh menjejaskan

kesuburan pokok kelapa sawit dari segi zat-zat pemakanan, air dan cahaya matahari.

Ada pasaran atau mudah memasarkan hasil tanaman selingan itu.

diposkan oleh perkebunan   di 11:09 0 komentar 

http://teguhpranoto1991.blogspot.com/

Pengelolaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dalam usaha Budidaya Tanaman Karet Apr.25, 2010 in Aspek Teknis Usaha, Pengetahuan Umum, Usaha Perkebunan

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dipusatkan di sekitar barisan tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal batang dibebaskan dari gulma. Dengan bertambahnya umur tanaman pada daerah yang dibebaskan dari gulma adalah daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman. Dengan cara demikian maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan penyadapan dapat dilakukan dengan mudah.Pada masa TBM, pengendalian gulma lebih banyak menggunakan cara manual yaitu dengan mencabut/membersihkan gulma secara langsung dengan tangan/kored. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup tanah yang melilit batang karet. Cara pengendalian dengan menggunakan herbisida hanya dilakukan secukupnya saja.Pemupukan. Pemupukan pada TBM berfungsi untuk mempercepat tanaman mencapai matang sadap. Pada umumnya unsur yang diberikan adalah N, P, K dan Mg dengan dosis sesuai anjuran daerah setempat. Pupuk ini diberikan dua kali dalam setahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Jika dirasa perlu, penggunaan pupuk daun juga dapat dilaksanakan. Dosis pupuk bagi TB, TBM, maupun TM disajikan pada Tabel di bawah ini.

UmurTanaman

Kebutuhan PokokUre

aSP-36 KCl

Urea

SP-36

KCl

…… (gram/pohon)…….

…… (gram/pohon)………

TB 50 100 - 25 50 -TBM 1 236 100 100 118 50 50TBM 2 333 267 150 160 123 75TBM 3 381 267 200 175 128 92TBM 4 429 333 200 188 147 88TBM 5 476 333 200 200 140 84TM 1 – 25

524 333 350 265 170 175

Page 74: Budidaya Kelapa Sawit

Irigasi dan pemberian mulsa. Pemberian irigasi pada tanaman belum menghasilkan jarang sekali dilakukan. Untuk mengurangi tingkat evapotranspirasi di sekitar pertanaman, maka pada daerah perakaran tanaman diberikan mulsa jerami. Dari beberapa penelitian perlakuan ini akan mengurangi evapotranspirasi, menurunkan suhu tanah dan meningkatkan ketersediaan air dalam tanah. Pemberian mulsa ini dapat dilakukan sejak awal tanaman ditanam di lapang sampai tajuk tanaman sudah saling menutup.Pembentukan bidang sadap. Pembentukan bidang sadap dilakukan dengan dua cara di bawah ini.

1. Untuk klon yang cenderung membentuk cabang digunakan cara pembuangan tunas. Semua tunas yang tumbuh di bawah ketinggian 2,5 m dipotong/dibuang sehingga batang tanaman akan tumbuh dengan baik (tinggi dan lurus).

2. Untuk klon yang sulit membentuk cabang/tunas maka dilakukan pemenggalan (topping) pada ketinggian 2,5 m atau penguncupan (pengikatan daun-daun dalam satu payung) pada ketinggian 2,5 m. Dengan cara demikian diharapkan akan tumbuh tunas dan menghasilkan bidang sadap yang baik.Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit.Pada tanaman belum menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari pada hama. Penyakit yang sering menyerang tanaman karet pada umumnya adalah rayap (Coptotermes sp), yang dapat diberantas dengan menggunakan Chlordane 8 EC atau Basudin 6 0 EC dengan konsentrasi 0,3%. Sementara itu hama Kuuk (Exopholis hypoleuca) dapat diberantas dengan Basudin 10 G.Penyakit tanaman karet lainnya yang seringpula ditemukan pada antara lain.

1. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas dengan collar protectant.

2. Penyakit daun Gloesporium pada TBM, dapat diberantas penyemprotan larutan KOC, misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1% atau Daconil 75 wp dengan konsentrasi 0,1 sampai 0,2%. Sementara itu, jika menyerang TM, dapat diberantas dengan sistem fogging menggunakan Daconil atau fungisida lainnya.

3. Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus), dapat diberantas dengan Fomac 2 atau Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.

4. Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan Calixin Ready Mix 2%.

5. Penyakit bidang sadapan Mouldyrot dapat diberantas dengan Benlate konsentrasi 0,1 – 0,2 % atau Difolan 4F konsentrasi 1 – 2 %.

6. Penyakit bidang sadapan kanker garis (Phytophora palmivora) diberantas dengan Difolatan 4 F konsentrasi 2 – 4 %.Sensus dan konsolidasi tanaman. Sensus tanaman bertujuan untuk mengetahui jumlah dan kondisi tanaman yang ada di lapang. Dengan demikian dapat diketahui berapa jumlah tanaman yang harus disulam (konsolidasi tanaman). Kegiatan sensus tanaman akan terus dilakukan sampai tanaman menghasilkan, sedangkan penyulaman hanya dilakukan sampai tanaman berumur 4 tahun.Pemeliharaan jalan produksi. Pemeliharaan jalan secara rutin dilaksanakan dengan selang/rotasi pemeliharaan 6 bulan sekali. Pada kondisi khusus (curah hujan tinggi) dapat saja perbaikan/peningkatan mutu jalan dilakukan di luar jadwal yang telah ditentukan. Pemeliharaan jalan ini dapat berupa penimbunan/pemadatan, pemeliharaan saluran dan perbaikan badan jalan.Pengukuran lilit batang. Pengukuran lilit batang dilakukan untuk melihat perkembangan pertumbuhan tanaman dan terutama untuk menentukan waktu matang sadap. Pengukuran ini secara rutin dilakukan 6 bulan sekali pada semua tanaman yang ada di lapangan. Dengan dilakukannya pengukuran lilit batang ini dapat dipersiapkan jumlah peralatan dan tenaga kerja penyadap yang diperlukan.Secara umum setiap tahun lilit batang tanaman karet akan bertambah antara 10 sampai 12 cm. Tanaman karet baru dapat disadap jika (1) lilit batangnya pada ketinggian 1 m dari pertautan lebih besar atau sama dengan 45 cm dan (2) 60% dari populasi.

Page 75: Budidaya Kelapa Sawit

Technorati : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet Del.icio.us : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet Zooomr : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet Flickr : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman KaretFOREDI UTK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!

INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU

GASA REKOM BOYKE UNTUK EREKSI KERAS LEBIH KENCENG!

INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ? METODE ALAMIAH TAMBAH UKURAN VITAL

FOREDI ANTI EJAKULASI DINI BIKIN ISTRI KETAGIHAN!

MODAL HANYA 25RIBU 1X SEUMUR HIDUP

FOREDI ATASI EJAKULASI DINI REKOMENDASI BOYKE

GASA HERBAL UNTUK EREKSI KERAS ISTRI KETAGIHAN!

www.indikator-forex.com Foredi Utk Tahan Lama Sex,Rekom Boyke,BPOM.

BISNIS ONLINE UNTUK PEMULA MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU

KumpulBlogger.com

Hasil Pencarian Anda di http://BinaUKM.com :

pemupukan karet tbm (89), pemeliharaan TBM karet (38), tanaman belum menghasilkan (35), sensus tanaman (25), pemupukan tbm karet (23), pupuk karet (16), TBM karet (13), sensus tanaman karet (12), pemeliharaan karet TBM (11), sensus tanaman perkebunan (10), pemeliharaan tanaman karet belum menghasilkan (10), pemeliharaan tbm (8), budidaya pengolahan tanaman sawit dan karet (8), TBM TANAMAN KARET (7), sensus tanaman kopi(7), pemeliharaan tanaman sawit (5), Tanaman belum menghasilkan karet(5), perawatan tbm (4), pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan (2), Pemupukan dan Merawat pohon karet (2), binaukm com/2010/04/pengelolaan-tanaman-belum-menghasilkan-tbm-dalam-usaha-budidaya-tanaman-karet/ (2), kesimpulan makalah karet(2), www cara mengatasi hama rayap pd karet com (1), peraturan tanaman belum menghasilkan (1), Upaya mempersingkat tanaman belum menghasilkan tanaman karet (1), umur pemenggalan

Page 76: Budidaya Kelapa Sawit

karet (1), perlakuan akuntansi untuk tanaman yang belum menghasilkan (1), toping tanaman teh (1), teknik toping pada pohon karet (1), Teknik pempercepat lilit batang karet (1), tbm (tanaman karet) (1), tanaman belum menghasilkan pelakuannya secara akuntansi (1), Tanaman belum menggasil kan (1), sensus tanaman manghasilkan (1), pupuk sawit tbm (1), Rekomendasi pemupukan karet TBM(1), sensus pada tanaman teh (1), Penyakit pada karet TBM (1), penyakit batang pada TBM 3 tanaman karet (1), Penjelasan tentang pemberian Perlakuan khusus pada tanaman (1), karet belum menghasikan (1), jurnal pada akuntansi tanaman belum menghasilkan (1), gulma terdapat di tm apa di tbm (1), Dosis pemupukan tanaman karet TM dan TBM (1), Dosis anjuran umum pemupukan tanaman karet tbm dan tm (1), cara topping tanaman durian (1), cara sensus tanaman (1), Cara perawatan tanaman karet TBM (1),Cara pemeliharaan dan pemupukan pohon karet (1), Cara pembasmi rayap pd tanaman karet (1), Cara mempercepat lilit batang karet (1), kebutuhan pupuk karet tbm (1), Mengapa mulsa jerami di berikan pada daerah perakaran (1), pengendalian gulma dengan cara irigasi (1), pengendali hama rayap putih di tanaman karet (1), pemupukan tbm (1), pemupukan pohon karet (1), Pemeliharaan karet tanaman belum menghasilkan (1), pembentuka cabang pada tanaman karet (1), Obat rayapuntuk tanaman sawit usia lima tahun (1), metode sensus pohon (1), metode pengolahan tanaman sawit (1),mengatasi rayap dipohon sawit (1), mengatasi hama rayap durian (1), Cara memberantas rayap pada tanaman karet (1)

Artikel Terkait:1. Pengelolaan Tanaman Menghasilkan (TM) dalam Usaha Budidaya Tanaman Karet 2. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dalam Budidaya Tanaman Kopi 3. KARAKTERISTIK TANAMAN KARET DALAM BUDIDAYA TANAMAN KARET 4. Teknik Budidaya Tanaman Karet dalam Usaha Budidaya Tanaman Karet (tahap

pembangunan kebun)5. PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN KARET DALAM BUDIDAYA TANAMAN KARET

http://binaukm.com/2010/04/pengelolaan-tanaman-belum-menghasilkan-tbm-dalam-usaha-budidaya-tanaman-karet/

PERAWATAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN

Page 77: Budidaya Kelapa Sawit

 

A. Pengertian  TBM (Tanaman Belum Menghasilkan)

     Masa sebelum panen ( dari saat panen pertama ), berlangsung 30 – 36 bulan.

     Terdiri atas :

TBM 0: menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami        kacangan

penutup tanah dan kelapa sawit sudah ditanam pada titik pancang.

TBM 1 : tanaman pada tahun ke I ( 0-12 bulan )

TBM 2 : tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan )

TBM 3 : tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan )

 B. Penyiangan Areal

    1.      Penutup Tanah (M/P/W)

             Klasifikasi penutup tanah :

    W0 : belum ada tanaman penutup tanah

    W1 : 100% penutup tanah kacangan

    W2 : 85% kacangan + 15% gulma lunak, bebas lalang

    W3 : 70% kacangan + 30% gulma lunak, bebas lalang

    W4 : 50% kacangan + 50% gulma lunak, bebas lalang

W = menyiang      P = penyiangan      W = weeding

     Beberapa jenis gulma di perkebunan :

Kategori Nama Latin Nama Indonesia/Daerah

Jahat/sangat          mengganggu

 

 

Imperata cylindrica

Mikania micrantha

Mikania cordata

Lalang

Sembung rambat

Mikania

Page 78: Budidaya Kelapa Sawit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sedang dan lunak

Mimosa pudica

Mimosa invisa

Eupatorium odoratum

Lantana camara

Clidemia hirta

Melastoma affine

Axonopus compressus

Paspalum konjugatum

Cyperus rotundus

Gleichenia linearis

Dryopterus arida

 

Ageratum conyzoides

Borreira latifolia

Borreira laevicaulis

Phyllanthus niruri

Putri malu, kucingan

Pls kucingan

Putihan

Tahi ayam, tembelekan

Harendong

Senduduk

Rumput pahit/pahitan

Rumput pahit/buffalo grass

Teki

Pakis kawat

Pakis kadal

 

Wedusan, babandotan

Kentangan

Rumput kancing ungu

Meniran

 

Kriteria pekerjaan :

Page 79: Budidaya Kelapa Sawit

TBM 1 : W1 penutup tanah seluruhnya (100%)

kacangan. Rumput-rumput dan gulma lain

dibersihkan semua.

TBM 2 : W1, seperti pada TBM 1

TBM 3 : W3

Penutup tanah terdiri dari 70% kacangan +

30% gulma lunak

Yang diberantas adalah gulma jahat, lalang,

mikania, pahitan, pakis, teki (lihat daftar gulma)

Kacangan yang merambat ke pohon kelapa sawit diturunkan

Gulma lunak tidak perlu diberantas, wedusan, sintrong

       Penyiangan :

Bulan 1-4      : intensif jarak 2-2-2-3-3-4-mg , 4 – 6 HK/ha

Bulan 5-7      : 1x/2 bulan , 8 HK/ha

Bulan 8-22    : 1x/bulan , 4 HK/ha

2.    Gawangan

Cara dengan menggaruk/mencabut gulma. Bila vegetasi > 70 cm dengan dibabat. 1

kali/bulan .   0,5-1 HK/ha

TBM 1 s/d TBM 2 = 1 x/bulan

TBM 3  =  1 x/2bulan

Secara khemis : Round up 0,6 l/ha+0,5 l/ha, 2,4 D-Amien.  1 kali/2 bulan. 0,5-1

HK/ha.

TBM 1, 2 = 1 HK/ha

TBM 3   = 0,75 HK/ha       

3.    Piringan

Secara manual : digaruk dengan arah keluar dan kedalam piringan secara

bergantian. 1x/bulan

TBM 1 : jarak dari pohon 1,0 m.   4-5 HK/ha.

TBM 2 : jarak dari pohon 1,5 m.   3-4 HK/ha.

Page 80: Budidaya Kelapa Sawit

TBM 3 : jarak dari pohon 2,0 m.   3-4 HK/ha.     

Secara khemis disemprot dengan herbisida. Herbisida jangan sampai mengenai

tajuk kelapa sawit. 1x/3 bln. 0,5 l/ha. 0,5-1 HK/ha

Gramoxone (parakuat) 0,5% = 0,5 l/100 l air/ha

Round up (gliphosate) 0,5% = 0,5 l/100 l air/ha

4.    Pengendaliaan Lalang     

·         TBM 1,2 : dengan garuk/ garpu lalang

·         TBM 3   : dengan wiping. 1x/2-3 bln. 1 HK/ha

Kain lap dicelupkan kedalam larutan herbisida. 1x/2 bln Round up. 25 cc/ltr

air/ha. 0,3 – 0,5 HK/ha.

Pangkal lalang dibersihkan dulu dengan arit, kemudian di lap dari bawah ke

atas sampai basah.

Sebagai tanda sudah di lap ujung daun lalang dipotong/diputuskan. 

5.    Dongkel Anak Kayu

Membuang / mendongkel anak semak anak kayu yang ada di areal dengan cangkul.

1x/2-3 bln. 0,6 HK/ha.

C. Jalan Pikul  

Membuat jalan pikul sebagai jalan untuk pemeliharaan tanaman.

Lebar : 80 – 100 cm.

Alat : cangkul, parang babat.

Cara : Tanaman penutup tanah yang berada ditengah gawangan dibuka bersih

menjadi jalan kontrol/pasar pikul.

TBM 1 : 1 jalan pikul untuk 8 baris tanaman. 400 m/HK.

TBM 2 : 1 jalan pikul untuk 4 baris tanaman. 400 m/HK.

TBM 3 : 1 jalan pikul untuk 2 baris tanaman. 400 m/HK.

Pemeliharaannya dengan cara manual/garuk atau dengan khemis di semprot

dengan herbisida + 2.4 D.Amine 0,5% + Round up 0,6%. 1x/2bln. 2 HK/ha

Page 81: Budidaya Kelapa Sawit

·         Ketentuan dalam penggunaan nozzel untuk penyemprotan.

NOZZEL Vol semprot / ha Lebar Sapuan

Merah

Biru

VLV 200

VLV 100

600 – 1000 ltr

400 – 600 ltr

200 ltr

100 ltr

2,0 m

1,3 m

2,0 m

2,0 m

D.   Pemeliharaan Jalan.      

Pengerasan jalan pada lokasi yang perlu

dengan standart 10 m/ha/th. Bahan 30 m

padas dan 1,5 m sirtu (pasir batu). 0,2

JKT/ha

Pemeliharaan rutin dengan cara membabat

rumput – rumputnya. 1x3 bln.100 m/HK.

E.   Parit Drainase

·      Mencuci parit ( C )

Bersihkan parit-parit yang ada dari hilir ke

hulu. 1x/6 bln.

Rumput-rumput di tebing parit dibabat.

Mendalamkan Parit ( D )    

Ukuran dan bentuk dipertahankan seperti

semula.

            C (m/HK )          D (m/HK )

             P 25                    15

Page 82: Budidaya Kelapa Sawit

             S 40                     20

             T 60                    30

             K 90                    40                    

Parit : P (primer)     S (sekunder)   T (tertier)   K (kuarter)

F.   Tapak Kuda

Tapak kuda dipelihara, dipertahankan pada bentuk semula. Pemeliharaan tiap 1

tahun sebanyak 25% dari jumlah yang ada. Dilakukan secara manual dengan

cangkul. 10 sat/HK.

G.   Teras Kontur

Teras kontur dipelihara pada bentuk dan ukuran semula. Pemeliharaan 1 tahun

sebanyak 25% (rotasi 1x/4 th ). 30 m/HK.

H. Benteng dan Rorak

Secara manual, dipelihara seperti bentuk semula, 25% per tahun. 30 m/HK.

I.   Penyisipan  

Pohon yang mati/tidak normal diganti dengan bibit yang baru.10 pk/ha.

Jumlah sisipan yang normal : TBM 1 = 5%     TBM 2 = 2,5%     TBM 3 =1%

Penyisipan dilaksanakan pada musim hujan. Cara-caranya seperti pada

tanaman kelapa sawit.

J.   Konsolidasi

Dilakukan pada TBM 1. Pohon yang miring atau kurang tegak diluruskan, caranya

dengan sedikit menimbun tanah kemudian dipadatkan. Saat mendapatkan

diperhatikan lurus/mata lima dengan tanaman yang lainnya. Bila perlu ditopang

dengan bambu atau kayu.

K.   Titi Panen  

Page 83: Budidaya Kelapa Sawit

Untuk mempermudah pemanen

mengambil/mengangkut buah. Memasang 10 –

15 m/HK.

Dibuat pada tempat-tempat yang di perlukan

atau jumlahnya tergantung dari jumlah parit

dan saluran air. Panjang titi panen bergantung

pada lebar parit dan saluran air. Penentuan

jumlah dan panjang titi panen harus didasarkan

data sensus yang benar

Lebar titi panen bergantung kepada kebutuhan dan harus dapat dilalui

angkong dengan ketentuan lebar titi panen sekitar 20 cm.

Bahan : Jembatan/titi Kayu/beton.

Pemasangan : pada TBM 1= 25 %      TBM 2 = 25 %   TBM 3 = 50 %

L.   Tempat Pengumpulan Hasil

Dibuat 3 – 6  bulan sebelum panen.

Ukuran 2 x 2 meter.

Jarak antar TPH + 50 m ( tiap 6 gawangan ).

Penutup tanah/rumput dibersihkan dengan cangkul.

 M. Inventarisasi Pohon

Dilakukan 1x/tahun dengan memetakan dan menghitung jumlah pohon yang ada di

lapangan. 1x/th

N. Pemupukan

Jenis dan dosis pupuk TBM mengikuti pedoman pada Bab Pemupukan. Standart

tenaga tenega kerja 0,5 – 0,8 HK/ha, dengan rincian umum:

Membuat administrasi persiapan       : 0,04 HK/ha.

Mengangkat pupuk                           : 0,18 HK/ha.

Menabur pupuk                                : 0,30 HK/ha.

Mengumpul goni                              : 0,04 HK/ha.

Jumlah                                             : 0,56 HK/ha.

       2x/th. 0,5 – 0,8 HK/ha tiap jenis pupuk.

Page 84: Budidaya Kelapa Sawit

·     Kacangan penutup tanah dipupuk sebagai berikut :

3-4 minggu setelah tanam majemuk Rustika 15-15-6–4 sebanyak 40 kg/ha.

3 bulan setelah tanam : 80 kg RP/ha.

6 bulan setelah tanam : 120 kg RP/ha.

1 tahun setelah tanam : 150 kg RP/ha.    

2 tahun setelah tanam : 200 kg RP/ha.

O. Analisa Daun

Contoh daun mulai diambil pada masa TBM 3. 1x/bln. 0,04 -0,06 HK/ha.

1 KCD (Kesatuan Contoh Daun) diambil dari setiap blok (16-25 ha). 

Pohon contoh dan cara pengambilan contoh daun dapat dilihat pada bab

pemupukan.

P.   Hama dan Penyakit

Lihat pada bab Hama dan penyakit. 1x/bln. 0,04 HK/ha. 1x/2 mg. 0,5 HK/ha

Sensus global.

Sensus efektif dilakukan bila terdapat petunjuk adanya kenaikan tingkat

serangan hama/penyakit.

Q.   Monitoring Pembungaan

Mencatat pohon-pohon yang telah mengeluarkan bunga. 1x/ bulan.

Cara : dengan mengamati tiap pohon dan hasilnya digambarkan pada peta

sensus. 1 HK/ha.

R. Kastrasi.     

·    Membuang bunga jantan dan betina, karena :

Buah yang jadi belum ekonomis di panen karena belum merata.

Energi agar dimaksimalkan untuk pertumbuhan vegetatifnya. 1x/bln. 0,5

HK/ha.

o Dilaksanakan mulai saat tanaman berbunga (14 – 18 ) bulan sampai 26-30

bulan atau bila jumlah bunga hasil monitoring pada suatu blok sudah

mencapai 50%.

Page 85: Budidaya Kelapa Sawit

o Cara : Semua bunga jantan dan betina sampai ketinggian 30 cm di atas tanah

dibuang, pelepah jangan terpotong. Bunga yang masih kecil dipatahkan

dengan mata pengait sedangkan bunga yang sudah besar dengan alat

dodos. Bunga-bunga tersebut dikumpulkan kejalan pikul dan kalau sudah

kering dibakar.

S.   Tunas Pasir

Dilakukan 1 kali saja pada saat umur tanaman 18 atau 24

bulan. 1 HK/ha

Semua cabang kering dipotong mepet ke pangkal batang

dengan alat dodos.

 

 

 

 

Standard Kebutuhan HK dan Material 

1. http://www.ziddu.com/download/10567585/

STANDARKEBUTUHANHKMATERIALTBM.pdf.html

Biaya Estimasi Budget Perawatan dapat di download disini

1. http://www.ziddu.com/download/10565666/

BudgetperawatanperTahuntbm0-1.pdf.html

2. http://www.ziddu.com/download/10565774/

BudgetperawatanperTahuntbm2.pdf.html  

3. http://www.ziddu.com/download/10565838/

BudgetperawatanperTahuntbm3.pdf.html

Biaya Running Cost Versi Lain nya dapat di download disini

1.  http://www.ziddu.com/download/10565885/

RunningCostTBMI.pdf.html  

2. http://www.ziddu.com/download/10565949/RunningCostTBMII.pdf.html  

Page 86: Budidaya Kelapa Sawit

3. http://www.ziddu.com/download/10565968/

RunningCostTBMIII.pdf.html

Biaya Investasi Alat dan Perawatan Alat

1. http://www.ziddu.com/download/10566002/InvestasiAlat.pdf.htm

2. http://www.ziddu.com/download/10566035/

EstimasiRuningcostAlat.pdf.html

Tata Cara Kastrasi dapat di donlod disini

1. http://www.ziddu.com/download/10617556/

KASTRASIDANPENYERBUKANBANTUAN.pdf.html