BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

17
JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47 | 31 Korespondensi: Catur Nugroho S.Sos., M.I.Kom. Universitas Telkom Bandung. Jl. Telekomunikasi, Sukapura, Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat 40257. No. HP, WhatsApp: 085228191449 Email: [email protected] Submitted: September 2019 | Accepted: Desember 2019 | Published: Januari 2020 P-ISSN 2620-3111 | E-ISSN 2685-3957 | Website: https://jurnal.unma.ac.id/index.php/jika/ BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB) Nova Nafisatul Maula 1 , Catur Nugroho 2 1,2 Universitas Telkom, Bandung 1 [email protected], 2 [email protected] ABSTRACT Nowadays, there are many automotive communities such as motorcycle community in Indonesia, but sometimes the motorcycle community has bad cultural identity in society. The culture would be succesfully formed if uses the good interaction, norms and rules, so that will create a positive identity in the society, such as Depok Tiger Club or DeTiC. Depok Tiger Club is a group of people who have a hobby in two-wheel drive which ride Honda Tiger, established since 2004, they are one of the motorcycle communities that known as safety riding and safe from alcohol and drugs consumption. Good identity of Depok Tiger Club is certainly inseparable from the role of culture they have. This study aims to know the culture through interactions, norms and rituals of Depok Tiger Club. This study used a qualitative approach with Ethnographic methods. The research data was obtained through direct interviews and observation with six administrators and members of Depok Tiger Club and one person from the public society. The results of this study is Depok Tiger Club has a culture that contains typical symbols in social interaction, social norms and rituals, such as in social interaction are language and attributes that they obey: uniforms and stickers, social norms that exist in Depok Tiger Club represented by the Statutes, Household and Regulatory Organizations must be adhered together, then the ritual, there are several activities always done routine. Key Words: Culture, Group, Social Interaction, Social Norms, Ritual Culture ABSTRAK Komunitas otomotif seperti komunitas motor di Indonesia sekarang ini sudah banyak, namun terkadang komunitas motor memiliki identitas budaya buruk dari masyarakat. Sebenarnya jika budaya tersebut dibentuk dengan interaksi, norma dan aturan yang baik akan menciptakan identitas yang positif dimata masyarakat, seperti komunitas motor Depok Tiger Club atau DeTiC. Depok Tiger Club ini sekumpulan orang yang memiliki hobi dalam berkendara roda dua yang kebetulan pada Honda Tiger, berdiri sejak tahun 2004, mereka merupakan salah satu komunitas motor yang dikenal dengan safety riding dan jauh dari alkohol dan narkoba. Identitas baik yang dimiliki Depok Tiger Club ini pasti tidak terlepas dari peranan budaya yang mereka miliki, karena melalui budaya tersebutlah suatu kelompok dapat membedakan dirinya dengan masyarakat umum. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya: interaksi sosial, norma-norma sosial dan ritual yang ada pada Depok Tiger Club. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Etnografi. Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dan observasi dengan enam orang pengurus dan anggota Depok Tiger Club dan satu orang dari masyarakat umum. Hasil dari penelitian ini adalah Depok Tiger Club memiliki budaya yang mengandung simbol-simbol khas dalam interaksi sosial, norma-norma sosial dan ritual. Dalam interaksi sosial terdapat simbol bahasa dan atribut yang sangat mereka patuhi, seperti seragam dan stiker, norma-norma sosial yang ada pada Depok Tiger Club direpresentasikan melalui Anggaran Dasar, Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi yang harus dipatuhi bersama, kemudian dalam ritual terdapat beberapa kegiatan yang selalu dilakukan rutin. Kata kunci: Budaya, Kelompok, Interaksi Sosial, Norma Sosial, Ritual Kebudayaan

Transcript of BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

Page 1: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 31

Korespondensi: Catur Nugroho S.Sos., M.I.Kom. Universitas Telkom Bandung. Jl. Telekomunikasi, Sukapura,

Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat 40257. No. HP, WhatsApp: 085228191449 Email: [email protected]

Submitted: September 2019 | Accepted: Desember 2019 | Published: Januari 2020

P-ISSN 2620-3111 | E-ISSN 2685-3957 | Website: https://jurnal.unma.ac.id/index.php/jika/

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR

(STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

Nova Nafisatul Maula1, Catur Nugroho2

1,2 Universitas Telkom, Bandung

[email protected],

[email protected]

ABSTRACT Nowadays, there are many automotive communities such as motorcycle community in Indonesia,

but sometimes the motorcycle community has bad cultural identity in society. The culture would

be succesfully formed if uses the good interaction, norms and rules, so that will create a positive

identity in the society, such as Depok Tiger Club or DeTiC. Depok Tiger Club is a group of

people who have a hobby in two-wheel drive which ride Honda Tiger, established since 2004,

they are one of the motorcycle communities that known as safety riding and safe from alcohol and

drugs consumption. Good identity of Depok Tiger Club is certainly inseparable from the role of

culture they have. This study aims to know the culture through interactions, norms and rituals of

Depok Tiger Club. This study used a qualitative approach with Ethnographic methods. The

research data was obtained through direct interviews and observation with six administrators and

members of Depok Tiger Club and one person from the public society. The results of this study is

Depok Tiger Club has a culture that contains typical symbols in social interaction, social norms

and rituals, such as in social interaction are language and attributes that they obey: uniforms and

stickers, social norms that exist in Depok Tiger Club represented by the Statutes, Household and

Regulatory Organizations must be adhered together, then the ritual, there are several activities

always done routine.

Key Words: Culture, Group, Social Interaction, Social Norms, Ritual Culture

ABSTRAK

Komunitas otomotif seperti komunitas motor di Indonesia sekarang ini sudah banyak,

namun terkadang komunitas motor memiliki identitas budaya buruk dari masyarakat.

Sebenarnya jika budaya tersebut dibentuk dengan interaksi, norma dan aturan yang baik

akan menciptakan identitas yang positif dimata masyarakat, seperti komunitas motor

Depok Tiger Club atau DeTiC. Depok Tiger Club ini sekumpulan orang yang memiliki

hobi dalam berkendara roda dua yang kebetulan pada Honda Tiger, berdiri sejak tahun

2004, mereka merupakan salah satu komunitas motor yang dikenal dengan safety riding

dan jauh dari alkohol dan narkoba. Identitas baik yang dimiliki Depok Tiger Club ini

pasti tidak terlepas dari peranan budaya yang mereka miliki, karena melalui budaya

tersebutlah suatu kelompok dapat membedakan dirinya dengan masyarakat umum. Maka

dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya: interaksi sosial, norma-norma

sosial dan ritual yang ada pada Depok Tiger Club. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode Etnografi. Data penelitian ini diperoleh melalui

wawancara langsung dan observasi dengan enam orang pengurus dan anggota Depok

Tiger Club dan satu orang dari masyarakat umum. Hasil dari penelitian ini adalah Depok

Tiger Club memiliki budaya yang mengandung simbol-simbol khas dalam interaksi

sosial, norma-norma sosial dan ritual. Dalam interaksi sosial terdapat simbol bahasa dan

atribut yang sangat mereka patuhi, seperti seragam dan stiker, norma-norma sosial yang

ada pada Depok Tiger Club direpresentasikan melalui Anggaran Dasar, Rumah Tangga

dan Peraturan Organisasi yang harus dipatuhi bersama, kemudian dalam ritual terdapat

beberapa kegiatan yang selalu dilakukan rutin.

Kata kunci: Budaya, Kelompok, Interaksi Sosial, Norma Sosial, Ritual Kebudayaan

Page 2: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 32

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

PENDAHULUAN

Depok Tiger Club atau yang biasa disingkat dengan DeTiC adalah salah satu

komunitas motor pecinta Honda Tiger, lahir pada tanggal 11 September 2004 dan di

deklarasikan pada 11 Maret 2005, memiliki visi dan misi menjadi patner dengan seluruh

lapisan masyarakat di Kota Depok, serta memberikan contoh yang baik sebagai bikers

yang santun, tertib dan aman dalam berlalu lintas serta bebas dari alkohol dan narkoba.

Komunitas motor yang terdapat di Indonesia sekarang ini sudah cukup banyak, ditambah

dengan tingginya tingkat kepemilikan motor yang tidak sejajar dengan keamanan dan

kenyamanan masyarakat ketika berada di jalanan Ibu Kota dan sekitarnya, seperti di

Depok. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melalui www.depoknews.id

menetapkan Depok sebagai Kota darurat aksi pembegalan yang kebanyakan dilakukan

oleh pelajar-pelajar yang bergabung pada geng motor.

Selain dipercaya sebagai representasi hobi, interaksi, relasi, sosial dan bisnis,

ternyata DeTiC ini juga memiliki eksistensi sampai keluar Jabodetabek. Sebagai

komunitas motor yang sudah berdiri lama ini, DeTiC memiliki basic value dalam

mencapai misinya, yakni terus mengembangkan open minded communication, basic

belief, mutual respect dan integrity. Basic value tersebut dituangkan kepada kegiatan-

kegiatan yang selama ini dilakukan oleh DeTiC. Adapun beberapa kegiatan yang

dilakukan oleh DeTiC adalah Kopi Darat (Kopdar), Musyawarah Besar, melakukan

pelatihan safety riding kepada perusahaan-perusahaan dan masyarakat, bakti sosial

sampai ikut serta membantu polisi dalam memberantas kejahatan di Kota Depok, seperti

kasus pembegalan, dan semua kegiatan tersebut DeTiC salurkan melalui media-media

sosial mereka yaitu website, instagram, facebook, twitter dan Youtube Channel.

Dilatar belakangi dengan ditengah-tengah isu geng motor yang semakin banyak

terbentuk dan anarkis, menggunakan narkoba dan miras, menganiaya masyarakat,

membunuh dan membuat keresahan sosial di Depok, ada satu komunitas motor, yaitu

DeTiC yang peduli dengan keamanan masyarakat, taat berlalu lintas, banyak melakukan

kegiatan sosial, tidak menggunakan narkoba dan miras sampai ikut serta membantu pihak

polisi dalam penangkapan begal. Diberitakan dari www.bikersdepokunite.blogspot.co.id,

semenjak tahun 2012, komunitas motor di Depok sudah mencapai sebanyak 127

komunitas motor yang sama-sama mengklaim komunitasnya sebagai komunitas motor

yang mengutamakan keselamatan (safety riding), salah satunya adalah DeTiC.

Namun yang membedakan DeTiC dari komunitas motor lain adalah kegiatan-

kegiatan sosial mereka yang inspiratif, seperti pemberian pelatihan safety riding di

Page 3: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 33

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

beberapa perusahaan besar, prestasi-prestasi mereka yang sudah disertifikasi internasional

sebagai pelatih safety riding dalam berkendara sepeda motor dan DeTiC ini masuk dalam

kemitraan kepolisian Depok.

Berdasarkan perbedaan-perbedaan ini, terlihat pasti ada suatu budaya yang sudah

lama diterapkan oleh DeTiC, sehingga dari budaya tersebut menghasilkan norma-norma

sosial dan ritual dalam setiap interaksinya yang cukup efektif dalam menjalankan dan

atau menjadi anggota suatu komunitas motor yang berprestasi. Dari penjelasan peneliti di

atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Budaya Komunitas

Motor (Studi Etnografi pada Depok Tiger Club)”.

Adapun fokus penelitian ini adalah pada budaya yang dimiliki oleh Depok Tiger

Club, namun budaya pada penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu interaksi sosial, norma-

norma sosial dan ritual yang ada dan berlaku pada Depok Tiger Club. Tujuan dari

penelitian yaitu mengetahui interaksi sosial di kalangan Depok Tiger Club, mengetahui

norma-norma sosial yang berlaku di kalangan Depok Tiger Club, dan menetahui ritual-

ritual yang dimiliki oleh Depok Tiger Club.

Budaya dan Wujud Kebudayaan

Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat

istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni (Anwar & Adang, 2013:

179). Sedangkan menurut Soerjono Soekanto dalam Anwar & Adang (2013:180) budaya

adalah:

“Sebuah sistem nilai yang dianut seseorang pendukung budaya tersebut yang

mencakup konsepsi abstrak tentang baik dan buruk, atau secara institusi nilai yang

dianut oleh suatu organisasi yang diadopsi dari organisasi lain baik melalui

reinventing maupun re-organizing.” (Anwar & Adang, 2013:180).

Berdasarkan penjelasan definisi budaya di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya

adalah cara hidup yang dianut oleh sebuah kelompok dari generasi ke generasi,

sedangkan untuk kebudayaan sendiri adalah:

“Keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat oleh diciptakan oleh manusia

dalam perkembangan sejarahnya. Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan

norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika

dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang

layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.” (Anwar & Adang, 2013: 181).

Setiap kebudayaan memiliki wujud yang berbeda-beda, menurut J.J Hoenigman dalam

Anwar & Adang (2013:185-186), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:

1. Gagasan (Wujud Ideal)

Page 4: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 34

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya

abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.

2. Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat itu.

3. Artefak (Karya)

Arefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,

dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal yang

dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan.

Komunitas dan Kelompok

Komunitas menurut Ralph Linton dalam Soekanto (2003:24) adalah sekelompok

manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur

diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-

batas yang dirumuskan dengan jelas. Sedangkan definisi lainnya, masyarakat adalah

orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan, Selo Soemardjan

dalam Soekanto (2003: 24).

Dalam Liliweri (2014: 19), kelompok adalah kumpulan orang-orang yang bersatu

karena mempunyai identitas yang sama, yang terikat karena mempunyai perasaan dan

kepentingan yang sama, sekaligus membedakan karakteristik mereka dengan orang-orang

lain yang ada dalam masyarakat tempat mereka tinggal. Adapun definisi kelompok

lainnya adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama lain, pada umumnya

hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatkan hubungan antar individu, atau

bisa saja untuk keduanya (Anwar dan Adang, 2013: 219).

Dari definisi tentang komunitas di atas, dapat disimpulkan bahwa komunitas

termasuk dalam kelompok sosial, karena mereka memiliki tujuan dan struktur yang

disepakati bersama, sehingga rutin menjalin interaksi yang menyatukan mereka dalam

dunia sosial.

Interaksi Sosial

Interaksi merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sosial

sehari-hari, seperti yang dikatakan oleh Onong Uchjana (2003: 395-396):

Interaksi berarti proses pemindahan diri pelaku yang terlibat secara mental ke

dalam posisi orang lain. Dengan demikian, mereka mencoba mencari makna yang

oleh orang lain diberikan kepada aksinya memungkinkan terjadinya komunikasi

atau interaksi. Interaksi tidak hanya berlangsung melalui gerak-gerak secara fisik

Page 5: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 35

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

saja, melainkan melalui lambang-lambang yang maknanya perlu dipahami.

(Effendy, 2003: 395-396).

Sedangkan interaksi sosial menurut Maryati dan Suryawati (2003) dalam Anwar

& Adang (2013: 194), interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau

interstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan

kelompok. Dengan kata lain interaksi sosial dapat terjadi antar individu, ataupun antar

kelompok dan individu antar kelompok.

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial tidak selamanya berjalan dengan tindakan yang positif, terkadang

tindakan negatif pun dilakukan demi memenuhi tujuan yang sudah disepakati bersama,

menurut Anwar & Adang (2013:196), bentuk-bentuk interaksi sosial berdasarkan

prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu sosiatif dan disosiatif.

Tabel 1 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Berdasarkan Proses

No Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Berdasarkan Proses

Asosiatif Disosiatif

1 Kerjasama; merupakan upaya bersama

antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok dan kelompok dengan

kelompok untuk mencapai tujuan yang sudah

disepakati bersama.

Persaingan; merupakan proses sosial, dimana antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok

dan kelompok dengan kelompok bersaing dalam

mencari keuntungan melalui bidang-bidang

kehidupan, tanpa adanya kekerasan.

2 Akomodasi; merupakan suatu keadaan yang

seimbang dalam interaksi antar individu,

individu dengan kelompok, atau kelompok

dengan kelompok yang ada sangkut pautnya

dengan norma-norma dan nilai sosial yang

ada di masyarakat tersebut.

Kontravensi; yaitu interaksi sosial yang kondisinya

ada diantara persaingan dan pertentangan.

3 Asimilasi; merupakan upaya mengurangi

perbedaan-perbedaan dan meningkatkan

kesatuan dalam mencapai tujuan bersama.

Pertentangan; yaitu proses sosial dimana antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok

dan kelompok dengan kelompok berupaya memenuhi

tujuannya dengan melanggar atau menantang pihak

yang lain disertai dengan anacaman dan tindak

kekerasan.

Sumber: Adaptasi Anwar & Adang (2013: 196)

Penjelasan bentuk-bentuk interaksi sosial berdasarkan proses di atas, dapat

digunakan sebagai tinjauan pustaka peneliti dalam menganalisis bentuk interaksi yang

terdapat di Depok Tiger Club ini.

Norma Sosial

Norma menurut Anwar & Adang (2013:192) adalah hasil buatan manusia sebagai

makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan

norma-norma itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakat berisi tata

Page 6: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 36

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar. Norma sosial

menurut Anwar & Adang (2013: 193), terbagi menjadi lima macam dilihat dari

sanksinya, yaitu:

1. Tata Cara; merupakan norma yang menunjuk kepada satu bentuk perbuatan sanksi

yang ringan terhadap pelanggarnya.

2. Kebiasaan; merupakan cara bertindak yang digemari oleh masyarakat dan

dilakukan berulang-ulang, mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar dari

tata cara.

3. Tata Kelakuan; merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama

dan ideologi yang dianut masyarakat. Tata kelakuan di satu pihak memaksakan

suatu perbuatan dan di lain pihak melarang suatu perbuatan sehingga secara

langsung ia merupakan alat pengendalian sosial agar anggota masyarakat

menyesuaikan tindakan-tindakan itu.

4. Adat; merupakan norma yang tidak tertulis namun kuat mengikat sehingga

anggota masyarakat yang melanggar adat akan menderita karena sanksi keras

yang kadang secara tidak langsung seperti pengucilan, dikeluarkan dari

masyarakat, atau harus memenuhi persyaratan tertentu.

5. Hukum; merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan tertulis.

Sanksinya tegas dan merupakan suatu rangkaian aturan yang ditujukkan kepada

anggota masyarakat yang berisi ketentuan, perintah, kewajiban dan larangan agar

tercipta ketertiban dan keadilan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh anggota harus

menyesuaikan diri terhadap norma-norma yang berlaku, menurut Jewell, LN & Sieggall

M (1990) dalam (Gurning, et.al, 2012) penyesuaian anggota kelompok dengan norma

tersebut adalah bagian dari diterima menjadi anggota kelompok tersebut.

Adapun menurut Anwar & Adang (2013: 193) norma sosial dapat dilihat dari

sumbernya, yaitu terbagi menjadi empat:

1) Norma agama, yakni ketentuan hidup yang bersumber dari ajaran agama (wahyu

dan relevasi).

2) Norma kesopanan, ketentuan hidup yang berlaku dalam interaksi sosial

masyarakat.

3) Norma kesusilaan, ketentuan yang bersumber pada hati nurani, moral, atau filsafat

hidup.

Page 7: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 37

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

4) Norma hukum, ketentuan tertulis yang berlaku dari kitab undang-undang suatu

Negara.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan norma sosial sangatlah dibutuhkan

sebagai pedoman kebudayaan yang ada dan diterapkan oleh Depok Tiger Club, dan dari

jenis-jenis norma sosial dilihat dari sanksi dan sumbernya ini, penulis dapat

mengidentifikasi norma sosial apa saja yang diterapkan oleh DeTiC.

Ritual Kebudayaan

Ritual menurut Victor Turner dalam Sambas (2015:187) dapat diartikan

“…sebagai perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara

berkala…” Adapun ritual kebudayaan menurut Mowen (1995) dalam Sambas

(2015:180):

“Ritual kebudayaan adalah kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok

masyarakat. Ritual budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandardidasi

yang secara periodik diulang memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-

simbol budaya” (Sambas, 2015: 180).

Dalam hal ini ritual juga memiliki peranan-peranan tersendiri dalam menjalankan

sebuah kelompok sosial, seperti yang dijelaskan oleh Victor Turner dalam Sambas

(2015:187) ritual memiliki empat peranan, yaitu: 1) Ritus dapat menghilangkan konflik;

2) Ritus dapat mengatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat; dan 3)

Ritus mempersatukan dua prinsip yang bertentangan. Dengan ritus orang mendapat

kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam masyarakat sehari-hari

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

paradigma konstruktivis. Menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) dalam Moleong (2014: 4)

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilku dang dapat diamati.

Pada penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan pendekatan studi Etnografi.

Menurut Harris (1968) dalam Creswell (2014: 125), etnografi merupakan suatu desain

kualitatif yang penelitiannya mendeskripsikan dan menafsirkan pola yang sama dari nilai,

perilaku, keyakinan dan bahasa dari suatu kelompok berkebudayaan-sama. Sedangkan

menurut Spradley (2007: xiv), etnografi merupakan alat yang fundamental untuk

memahami masyarakat kita sendiri dan masyarakat multikuktural di seluruh dunia.

Page 8: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 38

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

Sumber: Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.2, No.2, Oktober 2012

Gambar 1 Siklus Penelitian Etnografi

Pertama, pemilihan suatu proyek etnografi. Siklus ini dimulai dengan memilih

suatu proyek penelitian etnografi dengan mempertimbangkan ruang lingkup penelitian.

Ruang lingkup penelitian dapat berjarak sepanjang satu kontinum dari etnografi makro ke

etnografi mikro. Makro etnografi dalam konteks ini dapat berupa: kompleksitas

masyarakat, multipleksitas komunitas, studi komunitas tunggal, multipleksitas institusi-

institusi sosial, institusi sosial tunggal dan multipleksitas situasi sosial. Sementara mikro

etnografi berupa situasi sosial tunggal. Pada penelitian ini, lingkup penelitian berada pada

makro etnografi karena meneliti tentang studi komunitas tunggal taitu Depok Tiger Club

(DeTiC).

Kedua, pengajuan pertanyaan etnografi. Dalam penelitian etnografi, peneliti

dapat mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan (1) suatu diskriptif tentang

konteks (2) analisis tema-tema utama, (3) interpretasi perilaku cultural. Adapun pada

penelitian ini, pertanyaan etnografi yang akan diajukan kepada Depok Tiger Club

(DeTiC) yaitu interaksi sosial, norma-norma sosial dan ritual yang terdapat dalam DeTiC.

Ketiga, pengumpulan data etnografi. Pada penelitian, peneliti mengumpulkan

data dengan wawancara dan observasi partisipan melalui keikutsertaan peneliti di

beberapa kegiatan Depok Tiger Club (DeTiC).

Keempat, pembuatan rekaman etnografi. Pada tahap ini, peneliti mencatat dan

mengambil gambar/foto dari hasil wawancara maupun observasi di lapangan.

Kelima, analisis data etnografi. Dalam penelitian etnografi, analisis data tidak

dilakukan diakhir pekerjaan, tetapi dilakukan pada saat melakukan pekerjaan. Karena

analisis data tidak perlu menunggu data terkumpul banyak. Analisis data yang dilakukan

pada saat penelitian membuat data semakin kuat dan jelas.

Page 9: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 39

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

Keenam, penulisan sebuah etnografi. Mengingat sifat etnografi yang natural,

maka pemaparannya harus dilakukan secara natural, seperti layaknya proses alami yang

dialami seorang manusia ketika berada dalam sebuah lingkungan budaya. (Arif, 2012:

176-178).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interaksi Sosial yang ada di Kalangan Depok Tiger Club

Proses pemberian dan penerimaan suatu pesan dalam sebuah kelompok itu selalu

ditandai dengan interaksi atau komunikasi antara sesamanya, secara langsung ataupun

tidak langsung, seperti yang didefinisiakan oleh Onong Uchjana (2003: 395-396):

“Interaksi berarti proses pemindahan diri pelaku yang terlibat secara

mental ke dalam posisi orang lain. Dengan demikian, mereka mencoba

mencari makna yang oleh orang lain diberikan kepada aksinya

memungkinkan terjadinya komunikasi atau interaksi. Interaksi tidak

hanya berlangsung melalui gerak-gerak secara fisik saja, melainkan

melalui lambang-lambang yang maknanya perlu dipahami.” (Effendy,

2003: 395-396).

Definisi di atas menjelaskan interaksi sosial yang terjadi pada Depok Tiger Club,

interaksi sosial pada hal ini sangat terlihat dari interaksi internal antara pengurus dan

anggota, selain dari kegiatan-kegiatan yang harus diikuti oleh anggota ada beberapa

lambang dan bahasa yang juga harus dimengerti oleh anggota, seperti soan, molor, kepala

suku, mentor, ketua umum, safety riding, safety officer, dan lain sebagainya. Interaksi

sosial ini memiliki beberapa bentuk berdasarkan prosesnya yaitu asosiatif dan disosiatif,

namun pada hasil penelitian ini, Depok Tiger Club masuk kedalam bentuk Interaksi

Sosial Asosiatif, yatu Kerjasama, Akomodasi dan Asimilasi.

Table 2 Interaksi Sosial Asosiatif Depok Tiger Club No Interaksi Sosial Asosiatif pada Depok Tiger Club

Asosiatif Keterangan

1 Kerjasama; merupakan upaya bersama

antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok dan kelompok dengan

kelompok untuk mencapai tujuan yang

sudah disepakati bersama.

Pada bagian ini, kerjasama yang terjadi di Depok

Tiger Club yaitu:

1. Upaya pembentukan komunitas motor yang tertib

lalu lintas.

2. Bidak (Biker Anti Kejahatan), kerjasama ini

dilakukan antara Depok Tiger Club dengan

anggota komunitas motor lain dengan tujuan

memberantas kekerasan lalu lintas seperti

pembegalan, dan hal in juga sempat diikutsertai

dengan pihak kepolisian Depok.

3. Kerjasama dengan perusahaan helm NHK dan

kepolisian dalam membagikan helm gratis

kepada masyarakat yang melalui jalan dengan

menggunakan helm yang tidak layak pakai.

4. Kerjasama antar anggota dalam melaksanakan

Page 10: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 40

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

nikah masal, sunat masal, pelatihan safety riding

dan santunan kepada anak yatim.

2 Akomodasi; merupakan suatu keadaan

yang seimbang dalam interaksi antar

individu, individu dengan kelompok, atau

kelompok dengan kelompok yang ada

sangkut pautnya dengan norma-norma dan

nilai sosial yang ada di masyarakat tersebut.

Untuk akomodasi pada Depok Tiger Club

disimbolkan dengan adanya AD/RT berisi aturan-

aturan atau norma yang harus dipatuhi oleh seluruh

anggota, dari pengurus sampai anggota itu sendiri,

selain akomodasi yang terjalin antar anggota, juga

terjalin dengan masyarakat umum, seperti

diadakannya pengaduan masyarakat umum terhadap

selurruh anggota Depok Tiger Club yang ketahuan

melanggar aturan-aturan lalu lintas di jalanan.

3 Asimilasi; merupakan upaya mengurangi

perbedaan-perbedaan dan meningkatkan

kesatuan dalam mencapai tujuan bersama.

Pada asimilasi ini, di Depok Tiger Club

melakukannya, seperti di kalangan internal, tidak

memandang usia, status dan pekerjaan semua anggota

di DeTiC diangap sama tidak berbeda, dianggap

seperti keluarga walaupun tidak sedarah. Kemudian

untuk meningkatkan kesatuan ada yang namanya

brotherhood, dimana brotherhood ini memiliki

makna kesolidaritasan yang terjalin antara anggota

DeTiC maupun komunitas Tiger lainnya.

Sumber: olahan peneliti

Berdasarkan penjelasan bentuk interaksi di atas dapat disimpulakn bahwa

interaksi yang terjalin dalam Depok Tiger Club bukan hanya dengan anggota saja

melainkan dengan masyarakat umum. Interaksi yang terjalin dengan masyarakat umum

ini sangat terbuka, khususnya pada pengaduan masyarakat mengenai pelanggaran lalu

lintas yang dilakukan oleh anggota Depok Tiger Club, pengaduan ini diadakan dengan

tujuan membentuk anggota Depok Tiger Club sebagai biker taat lalu lintas dan sebagai

bukti bahwa mereka mematuhi norma-norma safety riding yang terdapat di dalamanya.

Adapun alur pengaduan tersebut dimulai dari laporan masyarakat kepada humas Depok

Tiger Club melalui email ataupun sosial media yang dimiliki, kemudian akan diteruskan

kepada tata tertib Depok Tiger Club, lalu setelah itu akan di datangkan kedua belah pihak

yang bersangkutan untuk mengklarifikasi pengaduan yang ditujukan. Jika anggota yang

dilaporkan terbukti bersalah maka akan ditindak sesuai dengan sanksi yang tertera dalam

AD/RT mereka, walaupun jika tidak berbukti maka akan diselesaikan dengan

musyawarah dan tanpa kekerasan antar kedua belah pihak yang bersangkutan.

Pengadu /

masyaraka

t

Sosial

Media

LINE

Perihal yang

diadukan

Klarifikasi

Humas Tatib

Email

Page 11: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 41

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

Sumber: Adapatasi dari penjelasan Informan

Gambar 2 Alur Pengaduan Masyarakat

Norma-Norma Sosial yang Berlaku di DepokTiger Club

Norma atau aturan memanglah selalu dijadikan pedoman benar salahnya suatu

tindakan, tidak dalam kehidupan masyarakat luas saja melainkan dalam kelompok-

kelmpok pun terdapat norma-norma tersebut, seperti pada Depok Tiger Club, semua

tindakan mereka diataur dalam AD/RT yang mereka susun dan sepakati untuk dipatuhi

bersama, tidak memandang status stau pekerjaan, siapapun yang melanggar AD/RT

tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan apa yang tertulis dalam AD/RT. Mengenai

sanksi-sanksi yang terdapat dalam AD/RT DeTiC itu mengenai pelanggaan lalu lintas,

pelanggaran lalai kopdar, pelanggaran menjadi anggota baru, dan sebagainya. Hal ini

sesuai dengan definisi norma menurut Anwar & Adang (2013:192) adalah hasil buatan

manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini dibentuk secara tidak sengaja.

Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam

masyarakat berisi tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar.

Adapun norma sosial menurut Anwar & Adang (2013: 193), norma sosial dilihat

dari sanksinya terbagi menjadi lima macam, yaitu:

1. Tata Cara; merupakan norma yang menunjuk kepada satu bentuk perbuatan

sanksi yang ringan terhadap pelanggarnya. Pada Depok Tiger Club tata cara

yang diterapkan seperti teguran kepada anggota yang melakukan pelanggaran

ringan, seperti tidak memakai sepatu saat kopdar, tidak menggunakan helm

saat keluar rumah.

2. Kebiasaan; merupakan cara bertindak yang digemari oleh masyarakat dan

dilakukan berulang-ulang, mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar

dari tata cara, dalam kebiasaan ini, Depok tiger Club melakukan kebiasaan-

kebiasaan dalam kegiatan-kegiatannya, misalkan ritual sbelum mengadakan

touring, namun hal ini akan lebih dibahas pada fokus penelitian mengenai

ritual.

3. Tata Kelakuan; merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran

agama dan ideologi yang dianut masyarakat. Tata kelakuan di satu pihak

memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak melarang suatu perbuatan

sehingga secara langsung ia merupakan alat pengendalian sosial agar anggota

Page 12: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 42

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

masyarakat menyesuaikan tindakan-tindakan itu. Jelas pada norma sosial ini,

tata kelakukan, masih terkait dengan aturan-aturan dalam AD/RT yang

menjelaskan tentang perbuatan yang dilarang seperti mengkonsumsi alkohol,

narkoba, main perempuan dan sebagainya dan jika melanggarnya akan

dikenakan SP sampai pemecatan.

4. Adat; merupakan norma yang tidak tertulis namun kuat mengikat sehingga

anggota masyarakat yang melanggar adat akan menderita karena sanksi keras

yang kadang secara tidak langsung seperti pengucilan, dikeluarkan dari

masyarakat, atau harus memenuhi persyaratan tertentu. Adapun adat yang

terdapat pada Depok Tiger Club ini seperti melanggar AD/RT namun saat

ditindak melawan dan tidak terima bersalah, maka yang bersangkutan akan

dipandang jelek oleh seluruh anggota DeTiC.

5. Hukum; merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan tertulis.

Sanksinya tegas dan merupakan suatu rangkaian aturan yang ditujukkan

kepada anggota masyarakat yang berisi ketentuan, perintah, kewajiban dan

larangan agar tercipta ketertiban dan keadilan.

Adapun menurut Anwar & Adang (2013: 193) norma sosial dapat dilihat dari

sumbernya, yaitu terbagi menjadi empat, yaitu Norma Agama, Norma Kesopanan, Norma

Kesusilaan dan Norma Hukum. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, norma-

norma sosial yang berlaku di Depok Tiger Club ini jika dilihat dari sumbernya yaitu

masuk kedalam norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum.

1. Norma kesopanan, ketentuan hidup yang berlaku dalam interaksi sosial

masyarakat. Norma kesopanan dalam Depok Tiger Club ini, seperti berinteraksi

sesama anggota, pengurus sampai masyarakat luar dengan sopan, berkendara

motor dengan mematuhi lalu lintas (safety riding), tidak mengkonsumsi alkohol,

minuman keras, narkoba dan seluruh anggota tidak diperkenankan untuk

menambahkan asessoris yang membahayakan.

2. Norma kesusilaan, ketentuan yang bersumber pada hati nurani, moral, atau filsafat

hidup. Norma kesusilaan dalam Depok Tiger Club ini seperti saling tolong

menolong antar teman, komunitas motor lain, masyarakat dan pemerintah dalam

melakukan acara kerjasama dan baksti sosial seperti kampanye safety riding,

nikah massal, santunan anak yatim dan menangkap begal.

3. Norma hukum, ketentuan tertulis yang berlaku dari kitab undang-undang suatu

Negara. Norma hukum pada Depok Tiger Club ini adalah seluruh aturan mengenai

Page 13: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 43

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

safety riding, Depok Tiger Club membuat aturan tersebut sesuai dengan undang-

undang yang sudah disetujui Negara dan kepolisian mengenai undang-undang lalu

lintas.

Ritual yang Dimiliki Depok Tiger Club

Menjadi komunitas motor selalu ada kebiasaan yang sudah lama dilakukan,

begitulah Depok Tiger Club, komunitas motor ini memiliki ritual yang unik dan

kompleks dalam kegiatannya, seperti ritual sebelum touring, selain pencetusan touring

harus ada penentuan petugas-petugas, seperti safety officer, Voridjer, Road Caption,

Sweeper, technical, medical, hal itu harus sudah menjadi kebiasaan yang selalu diulang-

ulang sebelum touring. Seperti yang diungkapkan oleh Victor Turner dalam Sambas

(2015:187) ritual dapat diartikan “…sebagai perilaku tertentu yang bersifat formal,

dilakukan dalam waktu tertentu secara berkala...”.

Selain berkala, dalam ritual-ritual yang dijalankan oleh Depok Tiger Club juga

memiliki simbol-simbol yang terkandung di dalamnya, seperti kode-kode atau isyarat

safety riding, seragam, bendera dan sticker pada saat touring. Hal ini juga dikatakan ole

Mowen (1995) dalam Sambas (2015:180):

“Ritual kebudayaan adalah kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh

kelompok masyarakat. Ritual budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang

terstandardidasi yang secara periodik diulang memberikan arti dan meliputi

penggunaan simbol-simbol budaya” (Sambas, 2015: 180).

Berdasarkan ritual-ritual yang dimiliki oleh Depok Tiger Club ini, masing-masing

memiliki peranan kepada keorganisasian Depok Tiger Club itu sendiri, menurut Victor

Turner dalam Sambas (2015:187) ritual memiliki empat peranan, yaitu:

1. Ritus dapat menghilangkan konflik. Konflik yang terjadi dalam Depok Tiger

Club ini berasal dari internal dan eksternal komunitas, dalam konflik internal

sering terjadi miskomunikasi antara anggota, dan hal tersebut selalu diselesaikan

dengan ritual mereka yang menggunakan jalan musyawarah dengan saling

mengingatkan bahwa mereka bersatu dalam satu komunitas, satu bendera dan

selalu bersama tidak saling bermusuhan. Adapun konflik eksternal yang sering

terjadi yaitu pengaduan masyarakat kepada pengurus mengenai anggota Depok

Tiger Club yang melanggar lalu lintas, untuk meminimalisir konflik tersebut

mereka memiliki ritual wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) setiap

berkendara, dan jika ritual itu dilanggar maka akan disanksi sesuai dengan apa

yang dilanggarnya, ini bertujuan bukan hanya meminimalisir konflik antar

Page 14: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 44

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

masyarakat saja, melainkan untuk menegaskan kepada anggota dan masyarakat

bahwa komunitas Depok Tiger Club ini, bukan seperti komunitas motor pada

umumnya, yang merasa raja jalanan, anarkis dan sebagainya.

2. Ritus dapat mengatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat.

Melakukan kegiatan-kegiatan positif, itulah ritual yang selalu dilakukan oleh

Depok Tiger Club dalam mengatasi dan membangun solidaritas masyarakat,

contohnya sebagai komunitas motor yang kadang masih dipandang masyarakat

sebelah mata, Depok Tiger Club sering memberikan pelatihan safety riding

kepada perusahaan, ojek sampai masyarakat umum. Budaya ini lah yang

menjadikan Depok Tiger Club dipandang baik oleh masyarakat dan komunitas

motor Depok lainnya.

3. Ritus mempersatukan dua prinsip yang bertentangan. Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi informan mengatakan bahwa dalam internal sering

sekali terjadi konflik, contohnya dalam melaksanakan touring, terkadang

beberapa anggota tidak ingin ikut serta jika ada anggota yang mereka tidak sukai

atau hubungan berkotak-kotak, namun pertentangan tersebut dapat diselesaikan

dengan menggabungkan mereka kedalam penugasan yang sama, contoh kedua

belah pihak ditugaskan menjadi medical officer dan technical officer saat touring,

dimana saat touring mereka berada di posisi depan-belakang dengan tugas harus

saling berkomunikasi dan membantu satu sama lain agar touring berjalan dengan

lancar.

4. Dengan ritus orang mendapat kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam

masyarakat sehari-hari. Mars dan pelantikan, dua kegiatan yang menjadi ritual

Depok Tiger Club, yang berhasil menciptakan motivasi di diri anggota untuk

mematuhi lalu lintas bukan semata-mata untuk terhindar dari surat peringatan,

melainkan untuk keselamatan mereka sendiri dan orang lain.

Kebudayaan tidak hanya berwujud alat musik tradisonal, tarian tradisonal saja,

sekarang ini wujud kebudayaan sudah beragam baik itu dari gagasan, aktivitas dan

artefak, menurut J.J Hoenigman dalam Anwar & Adang (2013:185-186), wujud

kebudayaan dibedakan menjadi tiga:

1. Gagasan (Wujud Ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya

abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Begitu pun yang terdapat dalam Depok

Page 15: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 45

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

Tiger Club, kebudayaan mereka bermula dari gagasan membentuk suatu

komunitas motor Tiger dengan dilandasi norma-norma dan ritual yang disepakati

dari generasi ke generasi.

2. Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat itu. Wujud kedua dari kebudayaan ini jelas terdapat pada

Depok Tiger Club, aktivitas mereka mulai dari kopi darat, rapat kerja, touring,

bakti sosial, kerajasama, orientasi, pelantikan, semua aktivitas itu adalah salah

satu wujud kebudayaan dari Depok Tiger Club.

3. Artefak (Karya)

Arefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,

dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal yang

dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Adapun wujud kebudayaan ketiga ini

dalam Depok Tiger Club berupa bendera, seragam, sticker, kaos dan jaket.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang budaya komunitas motor (studi etnografi

pada Depok Tiger Club) yang telah diuraikan dan dianalisa pada bab IV, maka peneliti

menarik kesimpulan sebagai berikut:

Depok Tiger Club merupakan komunitas motor dengan nilai kekeluargaan yang

tinggi, simbol dari keseriusan dalam menjalankan komunitas motor ini, mereka memiliki

struktur organisasi, visi, misi, AD/RT dan aturan yang harus dipatuhi dan dipahami oleh

seluruh anggota. Dalam menjalankan suatu komunitas mustahil tidak pernah terlepas dari

konflik, adapun konflik yang pernah terjadi yaitu antar internal dan eksternal, namun

DeTiC ini mengatasinya dengan jalan musyawarah dan menghindari jalan kekerasan.

Untuk komunikasi dengan anggota, DeTiC sangat terbuka, mendengarkan aspirasi dan

kritikan dari seluruh anggota dan anggota sendiri pun memiliki hak berbicara yang sama

dengan pengurus, jadi tidak ada perbedaan dalam hak berbicara, hal tersebut membuat

komunikasi dalam komunitas motor ini semakin intersif dan interaksi antar anggota pun

semakin terasa nyaman sehingga terciptanya suatu pandangan yang sama. Adapun untuk

lebih mengintensifan komunikasi dan interaksi diadakan pertemuan dan kegiatan, seperti

kopi darat (kopdar), touring, kerjasama dan bakti sosial. Dari interaksi tersebut

terkandung makna-makna dan simbol-simbol yang sudah disepakati oleh seluruh anggota

Depok Tiger Club, simbol tersebut berupa bahasa, isyarat, gambar dan warna, seperti

Page 16: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 46

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

contohnya simbol dari kerjasama yang pernah mereka lakukan dan juga AD/RT sebagai

simbol aturan dan pedoman yang harus dipatuhi seluruh anggota.

Depok Tiger Club ini merupakan komunitas motor yang memiliki norma atau

aturan yang bisa dibilang cukup ketat. Adapun norma-norma atau aturan yang berlaku

tersebut tertulis lengkap dalam AD/RT mereka, diantaranya dilarang keras melanggar

aturan, mengkonsumsi alkohol dan narkoba, melanggar lalu lintas dan membawa

perempuan liar, adapun norma atau aturan tersebut dibarengi dengan sanksi-sanksi yang

sudah ditetapkan bersama, yaitu peringatan lisan, surat peringatan 1, surat peringatan 2,

surat peringatan 3, skorsing dan pemecatan.

Depok Tiger Club ini merupakan salah satu komunitas motor yang memiliki ritual

atau kebiasaan yang cukup banyak dalam kegiatan-kegiatannya, diantaranya dalam acara

pelantikan, kopi darat (kopdar), touring. Pertama, pada ritual pelantikan dan acara-acara

resmi DeTiC selalu dan harus dinyanyikan Mars Depok Tiger Club, dan ini sifatnya wajib

dihafal Biker dan Rider. Kedua dalam kegiatan kopi darat (kopdar), kopdar ini bersifat

wajib dan tidak wajib, yang wajib harus dihadiri oleh seluruh anggota itu pada hari Sabtu

di jalann Margonda, dan yang tidak wajib yaitu setiap hari dan berlokasi di secretariat

Depok Tiger Club. Ketiga ritual yang ada pada kegiatan touring mereka, dalam touring

ini selalu ada ritual yang sudah lama dilakukan, yaitu pengawalan, monitoring,

penyambutan dan penjemputan dan keempat ritual pada saat kegiatan pelantikan, yaitu

calon anggota harus touring sejauh 4000 km, 10 kota, 5 provinsi dan 1 luar pulau, calon

anggota juga wajib memenuhi syarat safety riding, dan pada malam pelantikan akan

dilakukan poros mempreteli motor yang akan di susun kembali oleh calon anggota.

Page 17: BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK …

JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan) | Volume 3 | No. 1 | Januari 2020 | Hal 31-47

| 47

BUDAYA KOMUNITAS MOTOR (STUDI ETNOGRAFI PADA DEPOK TIGER CLUB)

(Nova Nafisatul Maula, Catur Nugroho)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Yesmil & Adang. (2013). Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT. Rafika

Aditama.

Creswell, John W. (2014). Reseach Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendi, Onong Unhjana. (2007). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Gurning, et.al. (2012). Komunikasi Kelompok pada Komunitas Kompas MuDA/ejurnal

Mahasiswa Universitas Padjajaran, 1(1), 13.

Liliweri, Alo. (2014). Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta: Cahaya Prima

Sentosa.

Moch Choirul, Arif. (2012). “Etnografi Virtual Sebuah Tawaran Metodologi Kajian

Media Berbasis Virtual”. Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 2, No. 2, ISSN: 2088-

981X. (diakses pada 24 Agustus 2016, pukul 20.46 WIB).

Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sambas, Syukriadi. (2015). Sosiologi Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Soekanto, Soejono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Spradley, James P. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

http://depoktigerclub.or.id