BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU
Transcript of BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU
HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA (K3) DAN FUNGSI PARU PEKERJA
TAMBANG BATUBARA
Studi Observasional pada Pekerja Tambang Batubara Bagian Produksi
PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan
Usulan Penelitian
Diajukan guna menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Diajukan Oleh
Dwi Prasada
I1A011103
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
BANJARMASIN
April, 2014
ii
Karya Tulis Ilmiah oleh Dwi Prasada
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal 23 April 2014
Dewan Penguji
Ketua (Pembimbing Utama)
Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST., M.Kes
Anggota (Pembimbing Pendamping)
dr. Nurul Hidayah, M.Sc., Sp.A
Anggota
Dr. dr. Triawanti, M.Kes
Anggota
dr. Ida Yuliana, M.Biomed
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................... 2
C. Tujuan Penelitian............................................................ 2
D. Manfaat Penelitian.......................................................... 3
E. Keaslian Penelitian.......................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................. 5
B. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja..................... 6
C. Debu Partikulat............................................................... 7
1. Definisi Debu............................................................ 7
2. Debu Batubara........................................................... 8
D. Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru.................... 8
E. Gangguan Fungsi Paru.................................................... 10
1. Gangguan Paru Obstruktif........................................ 10
2. Gangguan Paru Restriktif......................................... 10
iv
3. Gangguan Paru Campuran........................................ 11
BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori................................................................ 12
B. Hipotesis......................................................................... 15
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian...................................................... 16
B. Populasi dan Sampel....................................................... 16
C. Instrumen Penelitian........................................................ 17
D. Variabel Penelitian.......................................................... 17
E. Definisi Operasional....................................................... 17
F. Prosedur Penelitian......................................................... 19
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan data.................... 20
H. Cara Analisis Data.......................................................... 21
I. Tempat dan waktu Penelitian.......................................... 21
J. Biaya Penelitian............................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1. Surat persetujuan responden.
2. Data identitas dan kuesioner.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah
menciptakan produktivitas setinggi-tingginya (1). K3 mutlak untuk dilaksanakan
pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Pelaksanaan K3 adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (2).
Penambangan batubara merupakan salah satu sumber pencemaran udara dengan
hasil yang ditimbulkan berupa partikel debu batubara yang dapat mengganggu
kesehatan pernafasan bila terhirup manusia (3). Risiko kerja yang sering terjadi dan
banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit paru kerja yang timbul akibat pajanan
debu batubara dalam jangka waktu lama yaitu pnemokoniosis, bronkitis kronis dan
asma kerja (4).
Menurut International Labour Organisation (ILO) tahun 2002, setiap tahun di
seluruh dunia 2 juta orang mengalami penyakit akibat kerja. Dari jumlah tersebut,
40.000 kasus baru pneumokoniosis terjadi di dunia tiap tahunnya (5). Data WHO
tahun 1999 menunjukkan bahwa terdapat 1,1 juta kematian oleh penyakit akibat kerja
di seluruh dunia, 5% dari angka tersebut adalah pneumokoniosis (4). Kejadian
2
penyakit akibat kerja tersebut diperkirakan akibat dari faktor interinstik seperti
perilaku, sikap dan kedisiplinan, serta faktor ekstrinsik seperti faktor lingkungan dan
faktor perusahaan (6). Menurut Kaligis, penerapan implementasi program K3 akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produktivitas kerja (7).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di PT. Hasnur Riung
Sinergi yang bergerak dibidang penambangan batubara, didapatkan keluhan pekerja
adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sesak nafas, common cold, dan flu.
Penelitian tentang kesehatan pekerja di tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi
perlu dilakukan agar dapat diketahui penyebab keluhan pekerja dan diharapkan dapat
meminimalkan penyakit akibat kerja dan tujuan akhirnya dapat meningkatkan
produksi kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan yang akan diteliti,
yaitu apakah ada hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang
batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara budaya
K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi.
3
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi budaya K3 pada pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung
Sinergi.
2. Menilai fungsi paru pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi.
3. Menganalisis hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang
batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi tenaga kerja adalah menambah pengetahuan pekerja dalam upaya
melindungi diri dari faktor risiko penyebab penyakit akibat kerja dan cedera
akibat kerja.
2. Manfaat bagi perusahaan adalah sebagai masukan untuk bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
pekerja, meningkatkan efisiensi dalam pengeluaran pembiayaan kesehatan dan
menciptakan produktivitas setinggi-tingginya.
3. Manfaat bagi akademik adalah sebagai sumber pengetahuan dan sarana
pengembangan teori yang telah didapat dalam perkuliahan sehingga diperoleh
pengalaman langsung, khususnya mengenai K3 dan paparan debu batubara
terhadap fungsi paru.
4
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah tahun 2013, didapatkan hasil bahwa
pekerja akan minimal mengalami gangguan fungsi paru apabila diberi alat pelindung
diri dibandingkan dengan yang tidak diberi alat pelindung diri (19).
Kaligis dkk tahun 2013, menyatakan bahwa implementasi program keselamatan
dan kesehatan kerja akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan produktivitas (7).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur
operasi standar yang menjadikan acuan dalam bekerja (1). Keselamatan kerja
adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses
pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Sedangkan kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja (8). Dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan disebutkan
bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja
secara optimal. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting
bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya
merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung (9). Kerugian langsung terdiri dari biaya medis, premi untuk asuransi,
kerugian hak milik. Kerugian tidak langsung adalah biaya tambahan lain,
pengurangan produktivitas, keterlambatan jadwal, bertambahnya waktu
administratif, kerusakan fasilitas, dan hal yang makin sulit diukur tetapi riil yaitu
penderitaan manusia dan menurunkan moril, juga nama perusahaan akan terkena
dampak buruk yang dapat berakibat berkurangnya pelanggan yang jelas
berpengaruh terhadap masuknya dana perusahaan (10).
6
B. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Perilaku tidak aman merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja, hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya kematian
maupun kerugian yang ditimbulkan (11).
Budaya kerja adalah suatu keberhasilan kerja yang berakar pada nilai-nilai
yang dimiliki dan perilaku yang menjadikan kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut
bermula dari adat, kebiasaan, agama, norma, dan kaidah yang menjadi
keyakinannya dan menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-
nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya (12).
Budaya kesehatan kerja adalah suatu kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Kesehatan kerja
(occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial
yang memengaruhi kesehatan pekerja (13).
Nilai budaya kerja mencerminkan keinginan sungguh-sungguh dan komitmen
yang kuat dari karyawan untuk memberikan yang terbaik kepada seluruh pihak
yang berkepentingan, baik internal maupun eksternal. Cakupan makna setiap nilai
budaya kerja antara lain (13):
1. Disiplin
Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di
dalam maupun di luar perusahaan, disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan
mitra, dan sebagainya.
7
2. Keterbukaan
Kesiapan untuk memberikan dan menerima informasi yang benar dari dan
kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.
3. Saling menghargai
Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas dan
tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
4. Kerja sama
Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan/atau kepada
mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.
C. Debu Partikulat
1. Definisi debu
Debu adalah partikel padat yang terbentuk dari proses penghancuran,
penanganan, grinding, impaksi cepat, peledakan dan pemecahan dari material
organik atau anorganik seperti batu, bijih metal, batubara, kayu dan biji-bijian.
Istilah debu yang digunakan di industri adalah menunjuk pada partikel yang
berukuran antara 0,1 sampai 25 mikron (14).
2. Debu batubara
Mineral dan elemen-elemen kontaminan yang umum ditemukan pada debu
batubara adalah kaolin, mika, pirit, titanium, kalsit, sulfur, sodium, magnesium,
dan silika. Metal transisi yang terkandung dalam debu batubara meliputi boron,
8
cadmium, tembaga, nikel, besi, antimon, timah, dan seng. Beberapa jenis metal
transisi tersebut dapat bersifat sitotoksik dan karsinogenik (15).
Debu batubara mengandung radikal hidroksil. Radikal bebas tersebut
bertanggung jawab terhadap terjadinya proses inflamasi pada saluran pernafasan
dan kerentanan terhadap penyakit. Radikal hidroksil ini mengarah pada
pembentukan edema (16).
D. Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru
Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-
paru, selanjutnya apa yang terjadi dengan debu tersebut sangat tergantung kepada
ukuran debu tersebut (14). Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai
kurang dari 10 mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap
akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, yang berukuran
antara 3-5 mikron tertahan atau tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel
debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling
berbahaya karena tertahan atau tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai
alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di
alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown
keluar masuk alveoli dan apabila membentur alveoli, debu akan tertimbun disana
(17).
Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan terkumpul dibagian awal
saluran limfe paru, debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat
toksik terhadap makrofag seperti silika bebas merangsang terbentuknya makrofag
baru. Makrofag baru menfagositosis silika yang bebas sehingga terjadi autolisis,
9
keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag yang
terus menerus penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan
hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu
dinding alveoli dan jaringan intertestinal. Akibat fibrosis paru akan menjadi kaku
dan menimbulkan gangguan pengembangan paru yaitu kelainan fungsi paru
restriktif (18).
Beberapa mekanisme dapat dikemukakan sebagai sebab hinggap dan
tertimbunnya debu dalam paru. Salah satu mekanismenya adalah kelambanan dari
partikel-partikel debu yang bergerak, yaitu waktu udara membelok ketika melalui
jalan pernapasan yang tidak lurus, maka partikel-partikel debu yang bermasa
cukup besar tidak dapat membelok mengikuti aliran udara, melainkan terus lurus
dan akhirnya menumpuk diselaput lendir dan mengendap. Mekanisme lain adalah
sedimentasi, terutama pada bronki yang sangat kecil dan bronkioli, sebab ditempat
tersebut kecepatan udara pernapasan sangat kurang kira-kira 1 cm/detik, sehingga
gaya tarik dapat bekerja terhadap partikel-partikel debu mengendapkannya.
Mekanisme lain adalah gerakan brown, untuk partikel-partikel yang berukuran
kurang dari 0,1 mikron sehingga ada kemungkinan membentur permukaan alveoli
dan mengendap (17).
E. Gangguan Fungsi Paru
Gangguan fungsi paru adalah penyakit yang dialami oleh paru-paru yang
disebabkan oleh berbagai sebab, misalnya virus, bakteri, debu, maupun partikel
lainnya. Penyakit pernafasan yang diklasifikasikan karena uji spirometri ada tiga
macam yaitu penyakit yang menyebabkan gangguan ventilasi obstruksi, restriktif,
10
dan gabungan obstruktif dan restriktif (19).
Pada individu normal terjadi perubahan nilai fungsi paru secara fisiologis
sesuai dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth).
Mulai pada fase anak umur 22–24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada
waktu itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur.
Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara
gradual (pelan-pelan), biasanya umur 30 tahun sudah mulai penurunan.
Berikutnya nilai fungsi paru KVP (Kapasitas Vital Paksa) dan FEV1 (Volume
Ekspirasi Paksa Satu Detik Pertama) mengalami penurunan rerata sekitar 20 ml
tiap pertambahan satu tahun umur individu (20).
1. Gangguan Paru Obstruktif
Penurunan kapasitas paru diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah
debu. Penimbunan debu menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan dan
penurunan aliran udara mulai dari saluran napas bagian atas sampai bronkiolus
berdiameter kurang dari 2 mm ditandai dengan penurunan FEV1, FEVl/FVC dan
kecepatan aliran udara pada ekspirasi. Pemeriksaan FEV1 dan rasio FEV1/FVC
merupakan pemeriksaan yang standar, sederhana dan akurat untuk menilai
obstruksi saluran napas (21).
2. Gangguan Paru Restriktif
Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergi
seperti debu, spora, jamur yang mengganggu saluran pernafasan dan kerusakan
jaringan paru-paru (21).
11
3. Gangguan Paru Campuran
Kombinasi dari penyakit pernafasan obstruktif dan restriktif. Hal ini terjadi
karena proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran,
yang juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu
indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu
restriktif (22).
12
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Program yang dilakukan untuk menghindari atau mencegah kejadian penyakit
akibat kerja adalah dengan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Program K3 mengatur sistem manajemen secara keseluruhan agar terciptanya
tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif. Sistem yang mengatur
hal tersebut dikenal dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) (10).
Penerapan budaya K3 tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
kerja perusahaan. Indikator produktivitas yang diukur adalah perbandingan antara
capaian dan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya dalam
perencanaan K3 (10). Peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat penting bagi
perusahaan karena dengan adanya peningkatan produktivitas tenaga kerja maka
akan tercapai efisiensi dan efektivitas sehingga produksi yang dihasilkan lebih
baik dan perusahaan pun memperoleh keuntungan yang lebih besar (17).
Debu adalah partikel yang terbentuk akibat proses penghancuran benda padat
dan salah satunya adalah debu batubara. Debu batubara mengandung radikal
bebas hidroksil, dimana debu yang berukuran 3 mikron saja yang dapat masuk dan
mengendap dialveoli. Pengendapan debu batubara akan menyebabkan proses
inflamasi pada saluran pernafasan. Terjadi proses fagositosis dan autolisis secara
berulang, pembentukan jaringan ikat kolagen atau pengendapan hialin, dan
13
akhirnya paru-paru kaku dan sulit mengembang sehingga terjadi penurunan fungsi
paru (15).
Risiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering terjadi karena faktor
perusahaan tidak menerapkan program K3 dengan baik dan faktor dari individu
yang tidak menjalankan program K3 dengan baik (7). Sholihah menyatakan
bahwa penyakit paru yang disebabkan oleh debu batubara dapat diminimalkan
dengan penerapan budaya K3 yang baik (21). Menurut Kaligis, penerapan
implementasi program K3 akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan produktivitas kerja, sehingga akan dicapai produktivitas yang tinggi
(7).
14
Keterangan:
: diteliti langsung : tidak diteliti
: menghambat
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara budaya K3 dan fungsi
paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi
Faktor eksterinsik Faktor interinsik
Debu batubara
Budaya kerja K3
- Perilaku
- Keterbukaan
- Menghargai
- Kerja sama
Debu 1-3 mikron
Masuk ke alveoli dan mengendap
Fagositosis
Pembentukan jaringan ikat kolagen & pengendapan hialin
Fibrosis
Paru kaku & sulit mengembang
Penurunan fungsi paru
FVC & FEV1
Autolisis makrofag
15
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara budaya K3
dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, dimana
pekerja yang berbudaya K3 negatif lebih berisiko terhadap penurunan fungsi
paru.
12
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Program yang dilakukan untuk menghindari atau mencegah kejadian penyakit
akibat kerja adalah dengan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Program K3 mengatur sistem manajemen secara keseluruhan agar terciptanya
tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif. Sistem yang mengatur
hal tersebut dikenal dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) (10).
Penerapan budaya K3 tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
kerja perusahaan. Indikator produktivitas yang diukur adalah perbandingan antara
capaian dan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya dalam
perencanaan K3 (10). Peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat penting bagi
perusahaan karena dengan adanya peningkatan produktivitas tenaga kerja maka
akan tercapai efisiensi dan efektivitas sehingga produksi yang dihasilkan lebih
baik dan perusahaan pun memperoleh keuntungan yang lebih besar (17).
Debu adalah partikel yang terbentuk akibat proses penghancuran benda padat
dan salah satunya adalah debu batubara. Debu batubara mengandung radikal
bebas hidroksil, dimana debu yang berukuran 3 mikron saja yang dapat masuk dan
mengendap dialveoli. Pengendapan debu batubara akan menyebabkan proses
inflamasi pada saluran pernafasan. Terjadi proses fagositosis dan autolisis secara
berulang, pembentukan jaringan ikat kolagen atau pengendapan hialin, dan
13
akhirnya paru-paru kaku dan sulit mengembang sehingga terjadi penurunan fungsi
paru (15).
Risiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering terjadi karena faktor
perusahaan tidak menerapkan program K3 dengan baik dan faktor dari individu
yang tidak menjalankan program K3 dengan baik (7). Sholihah menyatakan
bahwa penyakit paru yang disebabkan oleh debu batubara dapat diminimalkan
dengan penerapan budaya K3 yang baik (21). Menurut Kaligis, penerapan
implementasi program K3 akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan produktivitas kerja, sehingga akan dicapai produktivitas yang tinggi
(7).
14
Keterangan:
: diteliti langsung : tidak diteliti
: menghambat
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara budaya K3 dan fungsi
paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi
Faktor eksterinsik Faktor interinsik
Debu batubara
Budaya kerja K3
- Perilaku
- Keterbukaan
- Menghargai
- Kerja sama
Debu 1-3 mikron
Masuk ke alveoli dan mengendap
Fagositosis
Pembentukan jaringan ikat kolagen & pengendapan hialin
Fibrosis
Paru kaku & sulit mengembang
Penurunan fungsi paru
FVC & FEV1
Autolisis makrofag
15
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara budaya K3
dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, dimana
pekerja yang berbudaya K3 negatif lebih berisiko terhadap penurunan fungsi
paru.
16
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional.
B. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja tambang batubara PT. Hasnur
Riung Sinergi bagian produksi yang berjumlah 189 orang.
Sampel dalam penelitian ini selanjutnya disebut responden diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Umur antara 20-45 tahun.
2. Masa kerja kurang dari 5 tahun.
3. Bersedia menjadi subjek penelitian.
4. Pekerja shift siang.
5. IMT normal (18,00 – 25,00).
C. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
bertujuan untuk menilai budaya K3 responden. Kuesioner sudah divalidasi dalam
penelitin yang dilakukan oleh Dahlawy (24).
17
2. Alat uji fungsi paru (Spirometri) merek BLT-08 Spiro Pro Meter® dan
mouthpiece, digunakan untuk menilai fungsi paru apakah fungsi paru responden
normal atau tidak normal (restriktif, obstruktif atau gabungan restriktif dan
obstruktif).
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah budaya K3.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah fungsi paru
.
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok yang
merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan.
E. Definisi Operasional
1. Budaya keselamatan dan kesehatan kerja
Budaya K3 adalah perilaku, sikap dan nilai secara bersama untuk mencapai
derajat performa sehat, selamat yang dipahami dan dijadikan prioritas utama dalam
suatu organisasi (13). Alat ukur budaya K3 berupa kuesioner, dimana kuesioner
untuk menilai budaya K3 pekerja yang positif atau negatif. Nilai kuesioner budaya
K3 adalah sangat setuju (SS) poin 4, setuju (S) poin 3, ragu-ragu (RR) poin 2, tidak
setuju (TS) poin 1 dan sangat tidak setuju (STS) poin 0 untuk pernyataan nomor 1, 2,
18
3, 4, 5, 7, 10, dan 12. Sementara itu untuk pernyataan nomor 8 dan 9 memiliki nilai
sangat setuju (SS) poin 0, setuju (S) poin 1, ragu-ragu (RR) poin 2, tidak setuju (TS)
poin 3 dan sangat tidak setuju (STS) poin 4. Budaya K3 positif apabila poin
keseluruhan kuesioner > 24 dan untuk budaya K3 negatif apabila poin keseluruhan
kuesioner ≤ 24.
2. Fungsi paru
Fungsi paru adalah jumlah oksigen yang dapat dimasukkan kedalam tubuh atau
paru-paru seseorang secara maksimal (25). Pengukuran dapat dinilai melalui volume
ekspirasi pada detik pertama (FEV1) dan kapasitas vital ekpirasi paksa (FVC) (21).
Alat ukur uji fungsi paru adalah spirometri merek BLT-08 Spiro Pro Meter®. Nilai
uji fungsi paru adalah fungsi paru normal jika nilai FEV1 ≥ 80% dan nilai FEV1/FVC
≥ 70%, fungsi paru tidak normal jika nilai FEV1 ≤ 80% dan nilai FEV1/FVC ≥ 70%
(gangguan fungsi paru restriktif), nilai FEV1 ≥ 80% dan nilai FEV1/FVC ≤ 70%
(gangguan fungsi paru obstruktif), dan nilai FEV1 ≤ 80% dan nilai FEV1/FVC ≤ 70%
(gangguan fungsi paru gabungan).
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Sebelum pemeriksaan, responden diminta mengisi persetujuan menjadi responden
dan mengisi kuesioner budaya K3.
19
2. Pemeriksaan Fungsi Paru
Uji fungsi paru yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan
spirometri. Pemeriksan fungsi paru dengan menggunakan spirometer merek BLT-08
Spiro Pro Meter® dan mouthpiece, dengan prosedur sebagai berikut :
a. Persiapan Alat
Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap responden, memastikan alat telah
terhubung ke aliran listrik dan hidupkan alat dengan menekan tombol on. Pilihlah
profil rekam cetak – menu – profile set up – forced dan ikuti petunjuk pada layar di
alat. Masukkan nama dan data pasien (tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, dan ras). Tekan tombol pasien kemudian periksa kejernihan sensor spirometri
dan selanjunya tekan tombol start.
b. Pelaksanaan
Membersihkan bagian untuk menghembuskan nafas (mouthpiece) pada alat
spirometri. Meminta pasien untuk menarik napas secara maksimal, segera setelah
bagian untuk hembuskan nafas (mouthpiece) dari spirometri terpasang pada bibir
pasien, kemudian meminta pasien untuk menghembuskan napas secara maksimal
dengan cepat. Hembusan napas dilakukan melalui mulut (bukan hidung).
Pengambilan data berakhir secara otomatis sesudah waktu tertentu atau dengan
menekan tombol stop. Tepat setelah prosedur pertama berhasil dilakukan, tombol
accept akan muncul pada sebelah bawah layar sentuh. Tekanlah tombol ini dan
melanjutkan pemeriksaan dengan menekan tombol start. Untuk melihat rekaman dari
20
pemeriksaan pertama dilakukan dengan menekan tombol analyse (ada pada sebelah
bawah layar sentuh) setelah menekan tombol accept dan dilakukan pemeriksaan
sebanyak 3 kali.
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
1. Observasi
Observasi dilakukan pada saat studi pendahuluan untuk melihat secara langsung
kondisi lapangan penambangan batubara PT. Hasnur Riung Sinergi.
2. Kuesioner
Pengisian lembar isian kuesioner yang disertai dengan pengisian persetujuan
menjadi responden untuk menilai budaya kerja K3 responden.
3. Pengukuran
Pengukuran fungsi pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi dengan
menggunakan Spirometri untuk melihat hasil fungsi paru responden.
H. Cara Analisis Data
Data budaya K3 dan hasil uji fungsi paru dievaluasi secara statistik dengan uji
chi square yang memiliki tingkat kepercayaan 95%. Apabila nilai P > 0,05 syarat
terpenuhi dan jika nilai P < 0,05 syarat tidak terpenuhi, maka akan digunakkan uji
Fisher sebagai uji alternatif.
21
I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi,
Rantau, Kalimantan Selatan pada bulan Agustus 2014.
Tabel 4.1 Jadwal Rencana Penelitian.
Kegiatan
Bulan
Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt
Penyusunan Profosal
Konsultasi
Seminar KTI 1
Perbaikan
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan dan Analisa Data
Seminar KTI 2
Perbaikan
Penyusunan Laporan
22
J. Biaya Penelitian
Biaya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Biaya akomodasi
Transportasi : Rp. 400.000,00,-
Konsumsi : Rp. 100.000,00,-
Penginapan : Rp. 200.000,00,-
2. Biaya Alat dan Perlengkapan
Alcohol pad merek avico® : Rp. 50.000,00,-
3. Biaya Proposal
Cetak Proposal : Rp. 100.000,00,-
Penggandaan dan penjilidan proposal : Rp. 100.000,00,-
Jumlah Rp. 950.000,00,-
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat persetujuan menjadi responden
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
MENGIKUTI PENELITIAN GANGGUAN FUNGSI PARU
Saya yang bertandatangan dibawah ini,
Nama :
Usia :
Setelah mendapat penjelasan secara seksama tentang prosedur pelaksanaan
penelitian dan manfaat dari penelitian tersebut, saya memahami sepenuhnya
tentang penelitian,
Judul Penelitian : Hubungan budaya kerja K3 terhadap fungsi paru pada pekerja
tambang batubara
Nama Peneliti : Dwi Prasada
Dengan ini saya bersedia untuk menjadi subjek dalam penelitian tersebut dan
saya tidak menuntut ganti rugi atas apapun yang terjadi selama penelitian berjalan
sesuai dengan prosedural yang ada.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan yang sesadar-sadarnya
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Rantau,…………..….
Saksi Subjek Penelitian
( ) ( )
Catatan:
Identitas subjek penelitian dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.
Lampiran 2. Identitas responden dan kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN BUDAYA KERJA K3 TERHADAP PAK (GANGGUAN
FUNGSI PARU)
Dengan Hormat,
Dalam rangka penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) saya di Program Studi
Pendidikan Dokter (PSPD) Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked),
maka saya mohon kesedian Saudara untuk mengisi Kuesioner ini. Kuesioner ini
tidak merupakan bahan penelitian prestasi kerja oleh sebab itu Saudara tidak perlu
takut atau ragu dalam memberikan jawaban yang sejujurnya. Setiap jawaban yang
Saudara berikan sangat berpengaruh pada keberhasilan penelitian ini. Terima
kasih atas bantuan yang Saudara berikan.
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ……………………………………………………………
Usia : ................ Tahun
Jenis kelamin : L / P
Masa kerja : Kurang dari 5 Tahun / Lebih dari 5 Tahun
Unit kerja : Lapangan / Non Lapangan
Pendidikan terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. D III
5. S1 6. S2
II. Pilihlah Satu Jawaban yang Bapak/Ibu Anggap Benar dan beri tanda “√”
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setujuh S : Setuju
STS : Sangat Tidak Setujuh RR : Ragu-ragu
No Pertanyaan SS S RR TS STS
1 Saya mendukung program keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat saya bekerja
2 Saya akan mengikuti semua program
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
saya bekerja
3 Saya akan mengikuti pelatihan yang
diadakan untuk meningkatkan kemampuan
kerja saya
4 Saya akan memeriksakan kesehatan saya
secara rutin selama bekerja
5 Saya akan menegur rekan kerja saya yang
tidak melaksanakan program keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerjanya
6 Saya ikut bertangguang jawab atas
keamanan tempat kerja saya
7 Tindakan yang tidak mengikuti prosedur
kerja akan menimbulkan kecelakaan
8 Menurut saya program keselamatan dan
kesehatan kerja sepenuhnya hanya menjadi
urusan pimpinan pekerja
9 Saya tidak peduli terhadap program
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
saya bekerja
10 Saya akan melaporkan kecelakaan yang
terjadi di tempat saya bekerja
11 Saya ikut bertanggung jawab secara moral
terhadap kecelakaan yang terjadi di tempat
saya bekerja
12 Keselamatan dan kesehatan pekerja adalah
tanggung jawab semua pekerja.