BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

35
HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN FUNGSI PARU PEKERJA TAMBANG BATUBARA Studi Observasional pada Pekerja Tambang Batubara Bagian Produksi PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan Usulan Penelitian Diajukan guna menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Diajukan Oleh Dwi Prasada I1A011103 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER BANJARMASIN April, 2014

Transcript of BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

Page 1: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA (K3) DAN FUNGSI PARU PEKERJA

TAMBANG BATUBARA

Studi Observasional pada Pekerja Tambang Batubara Bagian Produksi

PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan

Usulan Penelitian

Diajukan guna menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi

sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan Oleh

Dwi Prasada

I1A011103

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

BANJARMASIN

April, 2014

Page 2: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

ii

Karya Tulis Ilmiah oleh Dwi Prasada

Telah dipertahankan di depan dewan penguji

Pada tanggal 23 April 2014

Dewan Penguji

Ketua (Pembimbing Utama)

Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST., M.Kes

Anggota (Pembimbing Pendamping)

dr. Nurul Hidayah, M.Sc., Sp.A

Anggota

Dr. dr. Triawanti, M.Kes

Anggota

dr. Ida Yuliana, M.Biomed

Page 3: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................... 2

C. Tujuan Penelitian............................................................ 2

D. Manfaat Penelitian.......................................................... 3

E. Keaslian Penelitian.......................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................. 5

B. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja..................... 6

C. Debu Partikulat............................................................... 7

1. Definisi Debu............................................................ 7

2. Debu Batubara........................................................... 8

D. Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru.................... 8

E. Gangguan Fungsi Paru.................................................... 10

1. Gangguan Paru Obstruktif........................................ 10

2. Gangguan Paru Restriktif......................................... 10

Page 4: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

iv

3. Gangguan Paru Campuran........................................ 11

BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori................................................................ 12

B. Hipotesis......................................................................... 15

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian...................................................... 16

B. Populasi dan Sampel....................................................... 16

C. Instrumen Penelitian........................................................ 17

D. Variabel Penelitian.......................................................... 17

E. Definisi Operasional....................................................... 17

F. Prosedur Penelitian......................................................... 19

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan data.................... 20

H. Cara Analisis Data.......................................................... 21

I. Tempat dan waktu Penelitian.......................................... 21

J. Biaya Penelitian............................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

v

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Surat persetujuan responden.

2. Data identitas dan kuesioner.

Page 6: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah

menciptakan produktivitas setinggi-tingginya (1). K3 mutlak untuk dilaksanakan

pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Pelaksanaan K3 adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja

yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (2).

Penambangan batubara merupakan salah satu sumber pencemaran udara dengan

hasil yang ditimbulkan berupa partikel debu batubara yang dapat mengganggu

kesehatan pernafasan bila terhirup manusia (3). Risiko kerja yang sering terjadi dan

banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit paru kerja yang timbul akibat pajanan

debu batubara dalam jangka waktu lama yaitu pnemokoniosis, bronkitis kronis dan

asma kerja (4).

Menurut International Labour Organisation (ILO) tahun 2002, setiap tahun di

seluruh dunia 2 juta orang mengalami penyakit akibat kerja. Dari jumlah tersebut,

40.000 kasus baru pneumokoniosis terjadi di dunia tiap tahunnya (5). Data WHO

tahun 1999 menunjukkan bahwa terdapat 1,1 juta kematian oleh penyakit akibat kerja

di seluruh dunia, 5% dari angka tersebut adalah pneumokoniosis (4). Kejadian

Page 7: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

2

penyakit akibat kerja tersebut diperkirakan akibat dari faktor interinstik seperti

perilaku, sikap dan kedisiplinan, serta faktor ekstrinsik seperti faktor lingkungan dan

faktor perusahaan (6). Menurut Kaligis, penerapan implementasi program K3 akan

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produktivitas kerja (7).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di PT. Hasnur Riung

Sinergi yang bergerak dibidang penambangan batubara, didapatkan keluhan pekerja

adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sesak nafas, common cold, dan flu.

Penelitian tentang kesehatan pekerja di tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi

perlu dilakukan agar dapat diketahui penyebab keluhan pekerja dan diharapkan dapat

meminimalkan penyakit akibat kerja dan tujuan akhirnya dapat meningkatkan

produksi kerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan yang akan diteliti,

yaitu apakah ada hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang

batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara budaya

K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi.

Page 8: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

3

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi budaya K3 pada pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung

Sinergi.

2. Menilai fungsi paru pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi.

3. Menganalisis hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang

batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi tenaga kerja adalah menambah pengetahuan pekerja dalam upaya

melindungi diri dari faktor risiko penyebab penyakit akibat kerja dan cedera

akibat kerja.

2. Manfaat bagi perusahaan adalah sebagai masukan untuk bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

pekerja, meningkatkan efisiensi dalam pengeluaran pembiayaan kesehatan dan

menciptakan produktivitas setinggi-tingginya.

3. Manfaat bagi akademik adalah sebagai sumber pengetahuan dan sarana

pengembangan teori yang telah didapat dalam perkuliahan sehingga diperoleh

pengalaman langsung, khususnya mengenai K3 dan paparan debu batubara

terhadap fungsi paru.

Page 9: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

4

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah tahun 2013, didapatkan hasil bahwa

pekerja akan minimal mengalami gangguan fungsi paru apabila diberi alat pelindung

diri dibandingkan dengan yang tidak diberi alat pelindung diri (19).

Kaligis dkk tahun 2013, menyatakan bahwa implementasi program keselamatan

dan kesehatan kerja akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan produktivitas (7).

Page 10: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi

yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur

operasi standar yang menjadikan acuan dalam bekerja (1). Keselamatan kerja

adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses

pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

pekerjaan. Sedangkan kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik,

mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja (8). Dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan disebutkan

bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja

secara optimal. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting

bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya

merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak

langsung (9). Kerugian langsung terdiri dari biaya medis, premi untuk asuransi,

kerugian hak milik. Kerugian tidak langsung adalah biaya tambahan lain,

pengurangan produktivitas, keterlambatan jadwal, bertambahnya waktu

administratif, kerusakan fasilitas, dan hal yang makin sulit diukur tetapi riil yaitu

penderitaan manusia dan menurunkan moril, juga nama perusahaan akan terkena

dampak buruk yang dapat berakibat berkurangnya pelanggan yang jelas

berpengaruh terhadap masuknya dana perusahaan (10).

Page 11: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

6

B. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Perilaku tidak aman merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

kecelakaan kerja, hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya kematian

maupun kerugian yang ditimbulkan (11).

Budaya kerja adalah suatu keberhasilan kerja yang berakar pada nilai-nilai

yang dimiliki dan perilaku yang menjadikan kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut

bermula dari adat, kebiasaan, agama, norma, dan kaidah yang menjadi

keyakinannya dan menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-

nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya (12).

Budaya kesehatan kerja adalah suatu kondisi yang bebas dari gangguan fisik,

mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Kesehatan kerja

(occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial

yang memengaruhi kesehatan pekerja (13).

Nilai budaya kerja mencerminkan keinginan sungguh-sungguh dan komitmen

yang kuat dari karyawan untuk memberikan yang terbaik kepada seluruh pihak

yang berkepentingan, baik internal maupun eksternal. Cakupan makna setiap nilai

budaya kerja antara lain (13):

1. Disiplin

Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di

dalam maupun di luar perusahaan, disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan

mitra, dan sebagainya.

Page 12: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

7

2. Keterbukaan

Kesiapan untuk memberikan dan menerima informasi yang benar dari dan

kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.

3. Saling menghargai

Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas dan

tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.

4. Kerja sama

Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan/atau kepada

mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.

C. Debu Partikulat

1. Definisi debu

Debu adalah partikel padat yang terbentuk dari proses penghancuran,

penanganan, grinding, impaksi cepat, peledakan dan pemecahan dari material

organik atau anorganik seperti batu, bijih metal, batubara, kayu dan biji-bijian.

Istilah debu yang digunakan di industri adalah menunjuk pada partikel yang

berukuran antara 0,1 sampai 25 mikron (14).

2. Debu batubara

Mineral dan elemen-elemen kontaminan yang umum ditemukan pada debu

batubara adalah kaolin, mika, pirit, titanium, kalsit, sulfur, sodium, magnesium,

dan silika. Metal transisi yang terkandung dalam debu batubara meliputi boron,

Page 13: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

8

cadmium, tembaga, nikel, besi, antimon, timah, dan seng. Beberapa jenis metal

transisi tersebut dapat bersifat sitotoksik dan karsinogenik (15).

Debu batubara mengandung radikal hidroksil. Radikal bebas tersebut

bertanggung jawab terhadap terjadinya proses inflamasi pada saluran pernafasan

dan kerentanan terhadap penyakit. Radikal hidroksil ini mengarah pada

pembentukan edema (16).

D. Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru

Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-

paru, selanjutnya apa yang terjadi dengan debu tersebut sangat tergantung kepada

ukuran debu tersebut (14). Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai

kurang dari 10 mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap

akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, yang berukuran

antara 3-5 mikron tertahan atau tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel

debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling

berbahaya karena tertahan atau tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai

alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di

alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown

keluar masuk alveoli dan apabila membentur alveoli, debu akan tertimbun disana

(17).

Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan terkumpul dibagian awal

saluran limfe paru, debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat

toksik terhadap makrofag seperti silika bebas merangsang terbentuknya makrofag

baru. Makrofag baru menfagositosis silika yang bebas sehingga terjadi autolisis,

Page 14: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

9

keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag yang

terus menerus penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan

hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu

dinding alveoli dan jaringan intertestinal. Akibat fibrosis paru akan menjadi kaku

dan menimbulkan gangguan pengembangan paru yaitu kelainan fungsi paru

restriktif (18).

Beberapa mekanisme dapat dikemukakan sebagai sebab hinggap dan

tertimbunnya debu dalam paru. Salah satu mekanismenya adalah kelambanan dari

partikel-partikel debu yang bergerak, yaitu waktu udara membelok ketika melalui

jalan pernapasan yang tidak lurus, maka partikel-partikel debu yang bermasa

cukup besar tidak dapat membelok mengikuti aliran udara, melainkan terus lurus

dan akhirnya menumpuk diselaput lendir dan mengendap. Mekanisme lain adalah

sedimentasi, terutama pada bronki yang sangat kecil dan bronkioli, sebab ditempat

tersebut kecepatan udara pernapasan sangat kurang kira-kira 1 cm/detik, sehingga

gaya tarik dapat bekerja terhadap partikel-partikel debu mengendapkannya.

Mekanisme lain adalah gerakan brown, untuk partikel-partikel yang berukuran

kurang dari 0,1 mikron sehingga ada kemungkinan membentur permukaan alveoli

dan mengendap (17).

E. Gangguan Fungsi Paru

Gangguan fungsi paru adalah penyakit yang dialami oleh paru-paru yang

disebabkan oleh berbagai sebab, misalnya virus, bakteri, debu, maupun partikel

lainnya. Penyakit pernafasan yang diklasifikasikan karena uji spirometri ada tiga

macam yaitu penyakit yang menyebabkan gangguan ventilasi obstruksi, restriktif,

Page 15: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

10

dan gabungan obstruktif dan restriktif (19).

Pada individu normal terjadi perubahan nilai fungsi paru secara fisiologis

sesuai dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth).

Mulai pada fase anak umur 22–24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada

waktu itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur.

Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara

gradual (pelan-pelan), biasanya umur 30 tahun sudah mulai penurunan.

Berikutnya nilai fungsi paru KVP (Kapasitas Vital Paksa) dan FEV1 (Volume

Ekspirasi Paksa Satu Detik Pertama) mengalami penurunan rerata sekitar 20 ml

tiap pertambahan satu tahun umur individu (20).

1. Gangguan Paru Obstruktif

Penurunan kapasitas paru diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah

debu. Penimbunan debu menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan dan

penurunan aliran udara mulai dari saluran napas bagian atas sampai bronkiolus

berdiameter kurang dari 2 mm ditandai dengan penurunan FEV1, FEVl/FVC dan

kecepatan aliran udara pada ekspirasi. Pemeriksaan FEV1 dan rasio FEV1/FVC

merupakan pemeriksaan yang standar, sederhana dan akurat untuk menilai

obstruksi saluran napas (21).

2. Gangguan Paru Restriktif

Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergi

seperti debu, spora, jamur yang mengganggu saluran pernafasan dan kerusakan

jaringan paru-paru (21).

Page 16: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

11

3. Gangguan Paru Campuran

Kombinasi dari penyakit pernafasan obstruktif dan restriktif. Hal ini terjadi

karena proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran,

yang juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu

indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu

restriktif (22).

Page 17: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

12

BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Program yang dilakukan untuk menghindari atau mencegah kejadian penyakit

akibat kerja adalah dengan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Program K3 mengatur sistem manajemen secara keseluruhan agar terciptanya

tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif. Sistem yang mengatur

hal tersebut dikenal dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) (10).

Penerapan budaya K3 tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

kerja perusahaan. Indikator produktivitas yang diukur adalah perbandingan antara

capaian dan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya dalam

perencanaan K3 (10). Peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat penting bagi

perusahaan karena dengan adanya peningkatan produktivitas tenaga kerja maka

akan tercapai efisiensi dan efektivitas sehingga produksi yang dihasilkan lebih

baik dan perusahaan pun memperoleh keuntungan yang lebih besar (17).

Debu adalah partikel yang terbentuk akibat proses penghancuran benda padat

dan salah satunya adalah debu batubara. Debu batubara mengandung radikal

bebas hidroksil, dimana debu yang berukuran 3 mikron saja yang dapat masuk dan

mengendap dialveoli. Pengendapan debu batubara akan menyebabkan proses

inflamasi pada saluran pernafasan. Terjadi proses fagositosis dan autolisis secara

berulang, pembentukan jaringan ikat kolagen atau pengendapan hialin, dan

Page 18: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

13

akhirnya paru-paru kaku dan sulit mengembang sehingga terjadi penurunan fungsi

paru (15).

Risiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering terjadi karena faktor

perusahaan tidak menerapkan program K3 dengan baik dan faktor dari individu

yang tidak menjalankan program K3 dengan baik (7). Sholihah menyatakan

bahwa penyakit paru yang disebabkan oleh debu batubara dapat diminimalkan

dengan penerapan budaya K3 yang baik (21). Menurut Kaligis, penerapan

implementasi program K3 akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan produktivitas kerja, sehingga akan dicapai produktivitas yang tinggi

(7).

Page 19: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

14

Keterangan:

: diteliti langsung : tidak diteliti

: menghambat

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara budaya K3 dan fungsi

paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi

Faktor eksterinsik Faktor interinsik

Debu batubara

Budaya kerja K3

- Perilaku

- Keterbukaan

- Menghargai

- Kerja sama

Debu 1-3 mikron

Masuk ke alveoli dan mengendap

Fagositosis

Pembentukan jaringan ikat kolagen & pengendapan hialin

Fibrosis

Paru kaku & sulit mengembang

Penurunan fungsi paru

FVC & FEV1

Autolisis makrofag

Page 20: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

15

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara budaya K3

dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, dimana

pekerja yang berbudaya K3 negatif lebih berisiko terhadap penurunan fungsi

paru.

Page 21: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

12

BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Program yang dilakukan untuk menghindari atau mencegah kejadian penyakit

akibat kerja adalah dengan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Program K3 mengatur sistem manajemen secara keseluruhan agar terciptanya

tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif. Sistem yang mengatur

hal tersebut dikenal dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) (10).

Penerapan budaya K3 tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

kerja perusahaan. Indikator produktivitas yang diukur adalah perbandingan antara

capaian dan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya dalam

perencanaan K3 (10). Peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat penting bagi

perusahaan karena dengan adanya peningkatan produktivitas tenaga kerja maka

akan tercapai efisiensi dan efektivitas sehingga produksi yang dihasilkan lebih

baik dan perusahaan pun memperoleh keuntungan yang lebih besar (17).

Debu adalah partikel yang terbentuk akibat proses penghancuran benda padat

dan salah satunya adalah debu batubara. Debu batubara mengandung radikal

bebas hidroksil, dimana debu yang berukuran 3 mikron saja yang dapat masuk dan

mengendap dialveoli. Pengendapan debu batubara akan menyebabkan proses

inflamasi pada saluran pernafasan. Terjadi proses fagositosis dan autolisis secara

berulang, pembentukan jaringan ikat kolagen atau pengendapan hialin, dan

Page 22: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

13

akhirnya paru-paru kaku dan sulit mengembang sehingga terjadi penurunan fungsi

paru (15).

Risiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering terjadi karena faktor

perusahaan tidak menerapkan program K3 dengan baik dan faktor dari individu

yang tidak menjalankan program K3 dengan baik (7). Sholihah menyatakan

bahwa penyakit paru yang disebabkan oleh debu batubara dapat diminimalkan

dengan penerapan budaya K3 yang baik (21). Menurut Kaligis, penerapan

implementasi program K3 akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan produktivitas kerja, sehingga akan dicapai produktivitas yang tinggi

(7).

Page 23: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

14

Keterangan:

: diteliti langsung : tidak diteliti

: menghambat

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara budaya K3 dan fungsi

paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi

Faktor eksterinsik Faktor interinsik

Debu batubara

Budaya kerja K3

- Perilaku

- Keterbukaan

- Menghargai

- Kerja sama

Debu 1-3 mikron

Masuk ke alveoli dan mengendap

Fagositosis

Pembentukan jaringan ikat kolagen & pengendapan hialin

Fibrosis

Paru kaku & sulit mengembang

Penurunan fungsi paru

FVC & FEV1

Autolisis makrofag

Page 24: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

15

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara budaya K3

dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, dimana

pekerja yang berbudaya K3 negatif lebih berisiko terhadap penurunan fungsi

paru.

Page 25: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

16

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional.

B. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja tambang batubara PT. Hasnur

Riung Sinergi bagian produksi yang berjumlah 189 orang.

Sampel dalam penelitian ini selanjutnya disebut responden diambil dengan

menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Umur antara 20-45 tahun.

2. Masa kerja kurang dari 5 tahun.

3. Bersedia menjadi subjek penelitian.

4. Pekerja shift siang.

5. IMT normal (18,00 – 25,00).

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang

bertujuan untuk menilai budaya K3 responden. Kuesioner sudah divalidasi dalam

penelitin yang dilakukan oleh Dahlawy (24).

Page 26: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

17

2. Alat uji fungsi paru (Spirometri) merek BLT-08 Spiro Pro Meter® dan

mouthpiece, digunakan untuk menilai fungsi paru apakah fungsi paru responden

normal atau tidak normal (restriktif, obstruktif atau gabungan restriktif dan

obstruktif).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah budaya K3.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah fungsi paru

.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok yang

merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan.

E. Definisi Operasional

1. Budaya keselamatan dan kesehatan kerja

Budaya K3 adalah perilaku, sikap dan nilai secara bersama untuk mencapai

derajat performa sehat, selamat yang dipahami dan dijadikan prioritas utama dalam

suatu organisasi (13). Alat ukur budaya K3 berupa kuesioner, dimana kuesioner

untuk menilai budaya K3 pekerja yang positif atau negatif. Nilai kuesioner budaya

K3 adalah sangat setuju (SS) poin 4, setuju (S) poin 3, ragu-ragu (RR) poin 2, tidak

setuju (TS) poin 1 dan sangat tidak setuju (STS) poin 0 untuk pernyataan nomor 1, 2,

Page 27: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

18

3, 4, 5, 7, 10, dan 12. Sementara itu untuk pernyataan nomor 8 dan 9 memiliki nilai

sangat setuju (SS) poin 0, setuju (S) poin 1, ragu-ragu (RR) poin 2, tidak setuju (TS)

poin 3 dan sangat tidak setuju (STS) poin 4. Budaya K3 positif apabila poin

keseluruhan kuesioner > 24 dan untuk budaya K3 negatif apabila poin keseluruhan

kuesioner ≤ 24.

2. Fungsi paru

Fungsi paru adalah jumlah oksigen yang dapat dimasukkan kedalam tubuh atau

paru-paru seseorang secara maksimal (25). Pengukuran dapat dinilai melalui volume

ekspirasi pada detik pertama (FEV1) dan kapasitas vital ekpirasi paksa (FVC) (21).

Alat ukur uji fungsi paru adalah spirometri merek BLT-08 Spiro Pro Meter®. Nilai

uji fungsi paru adalah fungsi paru normal jika nilai FEV1 ≥ 80% dan nilai FEV1/FVC

≥ 70%, fungsi paru tidak normal jika nilai FEV1 ≤ 80% dan nilai FEV1/FVC ≥ 70%

(gangguan fungsi paru restriktif), nilai FEV1 ≥ 80% dan nilai FEV1/FVC ≤ 70%

(gangguan fungsi paru obstruktif), dan nilai FEV1 ≤ 80% dan nilai FEV1/FVC ≤ 70%

(gangguan fungsi paru gabungan).

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Sebelum pemeriksaan, responden diminta mengisi persetujuan menjadi responden

dan mengisi kuesioner budaya K3.

Page 28: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

19

2. Pemeriksaan Fungsi Paru

Uji fungsi paru yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan

spirometri. Pemeriksan fungsi paru dengan menggunakan spirometer merek BLT-08

Spiro Pro Meter® dan mouthpiece, dengan prosedur sebagai berikut :

a. Persiapan Alat

Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap responden, memastikan alat telah

terhubung ke aliran listrik dan hidupkan alat dengan menekan tombol on. Pilihlah

profil rekam cetak – menu – profile set up – forced dan ikuti petunjuk pada layar di

alat. Masukkan nama dan data pasien (tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan, tinggi

badan, dan ras). Tekan tombol pasien kemudian periksa kejernihan sensor spirometri

dan selanjunya tekan tombol start.

b. Pelaksanaan

Membersihkan bagian untuk menghembuskan nafas (mouthpiece) pada alat

spirometri. Meminta pasien untuk menarik napas secara maksimal, segera setelah

bagian untuk hembuskan nafas (mouthpiece) dari spirometri terpasang pada bibir

pasien, kemudian meminta pasien untuk menghembuskan napas secara maksimal

dengan cepat. Hembusan napas dilakukan melalui mulut (bukan hidung).

Pengambilan data berakhir secara otomatis sesudah waktu tertentu atau dengan

menekan tombol stop. Tepat setelah prosedur pertama berhasil dilakukan, tombol

accept akan muncul pada sebelah bawah layar sentuh. Tekanlah tombol ini dan

melanjutkan pemeriksaan dengan menekan tombol start. Untuk melihat rekaman dari

Page 29: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

20

pemeriksaan pertama dilakukan dengan menekan tombol analyse (ada pada sebelah

bawah layar sentuh) setelah menekan tombol accept dan dilakukan pemeriksaan

sebanyak 3 kali.

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:

1. Observasi

Observasi dilakukan pada saat studi pendahuluan untuk melihat secara langsung

kondisi lapangan penambangan batubara PT. Hasnur Riung Sinergi.

2. Kuesioner

Pengisian lembar isian kuesioner yang disertai dengan pengisian persetujuan

menjadi responden untuk menilai budaya kerja K3 responden.

3. Pengukuran

Pengukuran fungsi pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi dengan

menggunakan Spirometri untuk melihat hasil fungsi paru responden.

H. Cara Analisis Data

Data budaya K3 dan hasil uji fungsi paru dievaluasi secara statistik dengan uji

chi square yang memiliki tingkat kepercayaan 95%. Apabila nilai P > 0,05 syarat

terpenuhi dan jika nilai P < 0,05 syarat tidak terpenuhi, maka akan digunakkan uji

Fisher sebagai uji alternatif.

Page 30: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

21

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi,

Rantau, Kalimantan Selatan pada bulan Agustus 2014.

Tabel 4.1 Jadwal Rencana Penelitian.

Kegiatan

Bulan

Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt

Penyusunan Profosal

Konsultasi

Seminar KTI 1

Perbaikan

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan dan Analisa Data

Seminar KTI 2

Perbaikan

Penyusunan Laporan

Page 31: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

22

J. Biaya Penelitian

Biaya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Biaya akomodasi

Transportasi : Rp. 400.000,00,-

Konsumsi : Rp. 100.000,00,-

Penginapan : Rp. 200.000,00,-

2. Biaya Alat dan Perlengkapan

Alcohol pad merek avico® : Rp. 50.000,00,-

3. Biaya Proposal

Cetak Proposal : Rp. 100.000,00,-

Penggandaan dan penjilidan proposal : Rp. 100.000,00,-

Jumlah Rp. 950.000,00,-

Page 32: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

LAMPIRAN

Page 33: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

Lampiran 1. Surat persetujuan menjadi responden

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

MENGIKUTI PENELITIAN GANGGUAN FUNGSI PARU

Saya yang bertandatangan dibawah ini,

Nama :

Usia :

Setelah mendapat penjelasan secara seksama tentang prosedur pelaksanaan

penelitian dan manfaat dari penelitian tersebut, saya memahami sepenuhnya

tentang penelitian,

Judul Penelitian : Hubungan budaya kerja K3 terhadap fungsi paru pada pekerja

tambang batubara

Nama Peneliti : Dwi Prasada

Dengan ini saya bersedia untuk menjadi subjek dalam penelitian tersebut dan

saya tidak menuntut ganti rugi atas apapun yang terjadi selama penelitian berjalan

sesuai dengan prosedural yang ada.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan yang sesadar-sadarnya

tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Rantau,…………..….

Saksi Subjek Penelitian

( ) ( )

Catatan:

Identitas subjek penelitian dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.

Page 34: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

Lampiran 2. Identitas responden dan kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN BUDAYA KERJA K3 TERHADAP PAK (GANGGUAN

FUNGSI PARU)

Dengan Hormat,

Dalam rangka penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) saya di Program Studi

Pendidikan Dokter (PSPD) Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked),

maka saya mohon kesedian Saudara untuk mengisi Kuesioner ini. Kuesioner ini

tidak merupakan bahan penelitian prestasi kerja oleh sebab itu Saudara tidak perlu

takut atau ragu dalam memberikan jawaban yang sejujurnya. Setiap jawaban yang

Saudara berikan sangat berpengaruh pada keberhasilan penelitian ini. Terima

kasih atas bantuan yang Saudara berikan.

1. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ……………………………………………………………

Usia : ................ Tahun

Jenis kelamin : L / P

Masa kerja : Kurang dari 5 Tahun / Lebih dari 5 Tahun

Unit kerja : Lapangan / Non Lapangan

Pendidikan terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. D III

5. S1 6. S2

Page 35: BUDAYA K3 DAN FUNGSI PARU

II. Pilihlah Satu Jawaban yang Bapak/Ibu Anggap Benar dan beri tanda “√”

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setujuh S : Setuju

STS : Sangat Tidak Setujuh RR : Ragu-ragu

No Pertanyaan SS S RR TS STS

1 Saya mendukung program keselamatan dan

kesehatan kerja di tempat saya bekerja

2 Saya akan mengikuti semua program

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat

saya bekerja

3 Saya akan mengikuti pelatihan yang

diadakan untuk meningkatkan kemampuan

kerja saya

4 Saya akan memeriksakan kesehatan saya

secara rutin selama bekerja

5 Saya akan menegur rekan kerja saya yang

tidak melaksanakan program keselamatan

dan kesehatan kerja di tempat kerjanya

6 Saya ikut bertangguang jawab atas

keamanan tempat kerja saya

7 Tindakan yang tidak mengikuti prosedur

kerja akan menimbulkan kecelakaan

8 Menurut saya program keselamatan dan

kesehatan kerja sepenuhnya hanya menjadi

urusan pimpinan pekerja

9 Saya tidak peduli terhadap program

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat

saya bekerja

10 Saya akan melaporkan kecelakaan yang

terjadi di tempat saya bekerja

11 Saya ikut bertanggung jawab secara moral

terhadap kecelakaan yang terjadi di tempat

saya bekerja

12 Keselamatan dan kesehatan pekerja adalah

tanggung jawab semua pekerja.