BUDAYA DAN PERILAKU POLITIK SANTRI (Studi Tentang...
Transcript of BUDAYA DAN PERILAKU POLITIK SANTRI (Studi Tentang...
BUDAYA DAN PERILAKU POLITIK SANTRI
(Studi Tentang Tingkat Partisipasi Politik Santri Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung dalam Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Oleh:
Desi Ayu Lestari
11151120000022
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai partisipasi dan budaya politik pemilih
pemula kelas XII SMK dan SMA di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung
dalam partisipasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar tingkat
partisipasi pemilih pemula di dalam pondok pesantren dan faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi partisipasi politik pada Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa Barat 2018 dengan menggunakan teori dari model perilaku politik
yaitu sosiologis, psikologis, dan pilihan rasional, serta budaya politik parokial.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan
teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner pada 41 responden. Analisis
data yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda, uji validitas, uji
reabilitas, analisis asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas,
uji multikolinieritas, uji autokorelasi.
Hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa variabel dari model
sosiologis, model psikologis, pilihan rasional dan budaya politik secara simultan
nilai Fhitung sebesar 3,035 dengan probabilitas (p) = 0,030 maka dapat disimpulkan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi aktif. Sedangkan secara
parsial (uji T) hasil penelitian menunjukan bahwa model sosiologis memiliki nilai
sig sebesar 0,169, model psikologis nilai sig sebesar 0,043, model pilihan rasional
nilai sig sebesar 0,291, dan budaya politik parokial memiliki nilai sig sebesar
0,037. Dikonsultasikan dengan nilai sig<0,05 menghasilkan kesimpulan bahwa
model sosiologis dan pilihan rasional tidak mempunyai pengaruh terhadap
partisipasi aktif politik. Sedangkan model psikologis dan budaya politik parokial
mempunyai pengaruh terhadap partisipasi aktif politik. Selain itu, uji koefisien
determinasi menunjukan bahwa variabel independen yang meliputi, model
sosiologi, model psikologis, pilihan rasional dan budaya politik mampu
menjelaskan variabel dependen partisipasi aktif sebesar 16,9%, hal ini dapat
diketahui berdasarkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,169. Sedangkan 83,1%
merupakan faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini (ε).
Kata kunci : Partisipasi aktif, model sosiologis, model psikologis, pilihan rasional,
budaya politik parokial, pemilih pemula.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dicurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, rasul yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju masa yang
terang benderang hingga saat ini.
Skripsi yang berjudul “BUDAYA DAN PERILAKU POLITIK SANTRI
(Studi Tentang Tingkat Partisipasi Politik Santri Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018)”
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis merupakan makhluk social yang tak luput dari keberadaan orang
sekitar. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya penulis mendapatkan bantuan
berupa bimbingan, dukungan, serta motivasi dari beberapa pihak. Dalam
kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Dr. Ali Munhanif, M.A, beserta seluruh staff dan jajarannya.
3. Dr. Iding Rosyidin, M,Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik,
dan Suryani, M,Si. selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Politik.
iii
4. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si selaku wakil Dekan bidang Akademik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Burhanudin Muhtadi, M.A selaku Dosen Pembimbing skripsi
penulis yang telah membimbing, mengarahkan, mengajarkan, serta
meluangkan waktu dalam proses pengerjain skripsi ini sehingga dapat
diselesaikan.
6. Dr. Idris Thaha, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan arahan dalam pembuatan skripsi.
7. Para dosen tercinta selama penulis menuntut ilmu di FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Agus Nugraha, Dr. Haniah Hanafie
M.Si, Chaider S. Bamualim, Gefarina Djohan, MA, Ana Sabhana
Azmy, M.I.P, serta seluruh dosen di Program Studi Ilmu Politik yang
tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat bagi penulis.
8. Terima kasih kepada pihak Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung
yang telah memberikan kebutuhan data dari penelitian ini, sehingga
dapat diteliti.
9. Teristimewa terimakasih kepada Orang Tua penulis yang bernama
H.Sardi Kusnadi dan Hj. Entin Artinah yang telah memberikan
pengorbanan yang begitu besar dalam segi moril maupun materil. Tak
lupa kepada kakak dari penulis yaitu Selvi Kusuma Dewi, Fathullah
Hanung Yasenosa S.E, Susi Kurniawati, Harun Sulaiman, Evi
Rahayu, Dede Sutisna dan seluruh keluarga besar dari H.S Kusnadi
iv
yang selalu mendoakan, memberikan support dan pengorbanan dari
segi moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
10. Terkhusus terima kasih kepada Rudy Ramdan Nuari dan Frisca
Kartika Sari yang selalu memberikan dukungan serta menjadi
pendengar yang baik dari penulisan skripsi ini.
11. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yuni Purwanti selaku
senior panutan terbaik yang selalu memberikan dukungan untuk
menjadi diri sendiri dan memberikan masukan terhadap pembuatan
skripsi ini.
12. Terima kasih kepada teman-teman politik 2015 dan sahabat dari solter
yaitu Bianca, Shinta, Winda, Diana, Wilda, Safira, Rezqy,Wulan,
Telly, sahabat dari tetangga masa kini yaitu Aghnia Barik, Bella
Zakiah, Mafaza Annisa, sahabat kelas yaitu Siti Arfiyah, Adelia
Rorianti, Nabila Aisyah, Muhammad Ade Tri Saputra, Fawaz Aljawi
dan Ahmad Fauzi yang telah memberikan support, serta tempat
bercerita keluh kesah mengenai penulisan skripsi ini.
v
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada
semua pihak yang telah terlibat dalam proses pembuatan skripsi, penulis berharap
agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, 29 Juli 2019
Desi Ayu Lestari
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................ix
DAFTAR PERSAMAAN ...................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv
BAB I: PENDAHULUAN
1. Pernyataan Masalah ................................................................................1
2. Pertanyaan Masalah ................................................................................9
3. Tujuan dan Manfaat ................................................................................10
4. Tinjauan Pustaka .....................................................................................10
5. Sistematika Penulisan .............................................................................13
BAB II TEORI DAN KONSEP
A. Partisipasi Politik ...................................................................................15
B. Budaya Politik .........................................................................................17
C. Perilaku Politik .......................................................................................20
D. Hipotesis ..................................................................................................25
E. Kerangka Pemikiran ................................................................................27
vii
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................28
B. Objek Penelitian ......................................................................................28
C. Variabel ..................................................................................................30
D. Pengukuran ..............................................................................................33
E. Populasi dan Sampel ...............................................................................35
F. Metode Pengumpulan Data .....................................................................38
G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................39
H. Teknik Analisis Data ...............................................................................40
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi Penelitian .....................................................................................48
B. Identitas Responden ................................................................................50
C. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................................52
D. Analisis Partisipasi Aktif ........................................................................54
E. Analisis Perilaku Politik ..........................................................................58
F. Analisis Budaya Politik ...........................................................................70
G. Analisis Asumsi Klasik ...........................................................................74
H. Analisis Regresi Berganda ......................................................................78
H.1 Koefisien Determinasi ..........................................................78
H.2 Uji Signifikansi Simultan .....................................................79
H.3 Uji Hipotesis Penelitian ........................................................79
viii
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................85
B. Saran .......................................................................................................87
Daftar Pustaka .....................................................................................................89
Lampiran-lampiran ..............................................................................................xv
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas XII SMA dan SMK Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung ......................................................... 29
Tabel 3.2 Populasi Penelitian Kelas XII SMA dan SMK Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung .........................................................29
Tabel 3.3 Operasionalisasi Indikator Variabel dan Pengukuran .............34
Tabel 3.4 Kategori Pilihan Skala Likert .................................................35
Tabel 3.8 Pengambilan Keputusan Autokorelasi ....................................45
Tabel 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Umur ................................51
Tabel 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................51
Tabel 4.3 Validitas Model Sosiologis .....................................................52
Tabel 4.4 Validitas Model Psikologis .....................................................52
Tabel 4.5 Validitas Pilihan Rasional .......................................................53
Tabel 4.6 Validitas Budaya Politik .........................................................53
Tabel 4.7 Validitas Partisipasi Aktif .......................................................53
Tabel 4.8 Reliabilitas ..............................................................................54
Tabel 4.9 Keikutsertaan Kegiatan Kampanye ........................................55
Tabel 4.10 Ikut Serta Menyumbang Dana ................................................56
Tabel 4.11 Calon Kandidat .......................................................................56
Tabel 4.12 Hak Pilih Sebagai Tanggung Jawab .......................................57
Tabel 4.13 Visi dan Misi ...........................................................................58
Tabel 4.14 Kesamaan Suku ......................................................................59
Tabel 4.15 Faktor Ketaatan Beragama .....................................................60
x
Tabel 4.16 Faktor Usia ..............................................................................60
Tabel 4.17 Faktor Wilayah .......................................................................61
Tabel 4.18 Mengetahui Asal Wilayah ......................................................62
Tabel 4.19 Citra Baik Pasangan Calon Gubernur .....................................62
Tabel 4.20 Asal Partai Calon Gubernur ....................................................63
Tabel 4.21 Partai Pendukung Calon Gubernur .........................................64
Tabel 4.22 Kepribadian Calon Calon Gubernur Dari Salah Satu Partai ...64
Tabel 4.23 Kedekatan dengan Partai Pendukung Calon Gubernur ..........65
Tabel 4.24 Orang Tua Terlibat dalam Salah Satu Partai ..........................66
Tabel 4.25 Kinerja Partai ..........................................................................67
Tabel 4.26 Hasil Nyata Calon Gubernur ..................................................67
Tabel 4.27 Kesejahteraan dari Kebijakan Partai Calon Gubernur ............68
Tabel 4.28 Keuntungan dari Kebijakan Partai Calon Gubernur ...............69
Tabel 4.29 Kehidupan Lebih Baik ............................................................70
Tabel 4.30 Sosok Kyai ..............................................................................70
Tabel 4.31 Arahan Kyai ............................................................................71
Tabel 4.32 Nasehat dan Arahan Ustadz ....................................................72
Tabel 4.33 Taat Beragama ........................................................................73
Tabel 4.34 Seorang Pemimpin dalam Ajaran Islam .................................73
Tabel 4.35 Uji Normalitas ........................................................................74
Tabel 4.36 Uji Heteroskedastisitas ...........................................................75
Tabel 4.37 Uji Multikoliniaritas ...............................................................76
Tabel 4.38 Uji Autokorelasi ......................................................................77
xi
Tabel 4.40 Koefisien determinasi .............................................................78
Tabel 4.41 Uji F ........................................................................................79
Tabel 4.42 Uji Hipotesis ...........................................................................79
xii
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 3.5 Menentukan Sampel ...............................................................36
Persamaan.3.6 Uji Validitas ............................................................................41
Persamaan.3.7 Uji Reliabilitas ........................................................................43
Persamaan.3.10 Regresi Linier Berganda .........................................................45
Persamaan.3.11 Hipotesis Nol atau Hipotesis Alternatif ..................................47
Persamaan.3.12 Uji Parsial ...............................................................................47
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Baliho Kampanye Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat 2018 ...............................................................................4
Gambar 1.2 Kunjungan Pasangan Nomer Urut 1 Ridwan Kamil Pada Salah
Satu Pondok Pesantren Di Jawa Barat ....................................5
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...............................................................27
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data SMA Putra Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung ..... xv
Lampiran 2: Data SMK Putra Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung ..... xx
Lampiran 3: Data SMK Putri Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung ...... xxii
Lampiran 4: Kuesioner Penelitian .................................................................... xxiv
Lampiran 5: Jawaban Responden..................................................................... xxxi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Secara umum partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara dalam
menentukan keputusan yang mempengaruhi hidupnya. Pemerintah memiliki
kewenangan dalam melaksanakan keputusan politik dan masyarakat berhak untuk
menentukan keputusan politik.1 Partisipasi politik berkaitan dengan perilaku
politik. Perilaku politik diartikan sebagai aktivitas yang berhubungan langsung
dengan proses politik terutama dalam pengambilan keputusan politik masyarakat
yang berpartisipasi.2
Menurut Mujani et al (2011: 33) masyarakat dalam menentukan keputusan
politik dilandasi oleh beberapa model dari perilaku politik, yaitu pertama model
sosiologis. Model ini menjelaskan seseorang berpartisipasi dalam pemilu karena
sadar arti penting pemilu bagi kepentingan dirinya dan masyarakat, kedua model
psikologis. Model ini menjelaskan seseorang berpatisipasi dalam pemilu karena
merasa dekat dengan suatu partai tertentu dan ketiga model pilihan rasional.
Model ini menggambarkan seseorang yang berpartisipasi mengharapkan sesuatu
yang lebih atau dapat dikatakan adanya timbal balik dalam memilih.3 Ketiga
model dari perilaku politik ini dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan politik.
1Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet IV (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014), hal.368. 2Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 1990), hal.130.
3Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, (Jakarta,
2011), hal.33.
2
Partisipasi politik dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif.4
Partisipasi aktif erat kaitannya dengan kesadaran politik. Kesadaran politik yang
dimaksud yaitu memberikan suara dalam pemilihan umum yang diselenggarakan
oleh pemerintah. Masyarakat memiliki kesadaran politik melalui pendidikan,
minat, perhatian serta kepercayaan pada pemerintah. Sementara partisipasi pasif
adalah partisipasi yang memiliki tingkat kepercayaan dan kesadaran politik yang
rendah terhadap pemerintah.5 Masyarakat yang tidak termasuk ke dalam
partisipasi aktif dan pasif dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang apatis atau
golongan putih (golput). Golongan putih adalah seseorang yang memiliki hak
pilih namun ia tidak menggunakan hak pilihnya.6 Dalam negara demokrasi,
partisipasi politik merupakan hal yang dianggap penting, karena suara partisipasi
dari masyarakat dimanifestasikan untuk kegiatan pemilihan umum.
Pemilihan umum diartikan sebagai sarana bagi masyarakat untuk
menyatakan kedulatannya terhadap negara. Kedaulatan rakyat adalah kekuasaan
yang berada pada tangan rakyat. Apapun kebijakan pemerintah harus berdasarkan
kesepakatan dengan rakyat. Sehingga kedaulatan rakyat akan menciptakan
pemimpin yang berkualitas dan bertanggung jawab untuk menyejahterakan
rakyat.7 Pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia berlandaskan oleh Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilihan umum terbagi menjadi
tiga bagian yaitu Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (pilpres), Pemilihan
4Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Cet VII (Jakarta: Grasindo Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2010), hal.179. 5Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet IV, hal.369.
6Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal.182.
7Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal.222-226.
3
Legislatif (pileg) yang meliputi DPR, DPD, dan DPRD, Pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah (pilkada) yang melibatkan Gubernur, Bupati, dan Wali
Kota.8
Terkait dengan penelitian, penulis tertarik untuk memfokuskan pada
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018. Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018 dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2018
yang terdiri dari 4 pasangan calon sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat 2018. Pasangan no urut 1 yaitu Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum yang
diusung oleh partai PPP, PKB, NASDEM dan HANURA. Pasangan no urut 2
yaitu Tubagus Hasanudi dan Anton Charliyan yang diusung oleh partai PDIP.
Pasangan no urut 3 adalah Sudrajat dan Ahmad Syaikhu yang diusung oleh partai
GERINDRA, PKS dan PAN. Pasangan no urut 4 adalah Dede Mizwar dan Dedi
Mulyadi yang diusung oleh partai DEMOKRAT dan GOLKAR. Pasalnya 3 bulan
menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018 setiap
pasangan calon mulai berkampanye melalui media sosial, dan media cetak seperti
koran, banner dan baliho.9 Tampak di sepanjang jalan kota Bandung dan
sekitarnya terdapat beberapa baliho, salah satunya yaitu:
8Primandha Sukma Nur Wardhani, “Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilihan
Umum”, (Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta,
Vol.10, No.1, 2018), hal.58. [Jurnal on-line], http://journal.unime.ac.id 9Fajar Guniawan,”Menuju Pesta Rakyat Jawa Barat”. Artikel ini diakses pada 30 Juli
2019 dari https://www.researchgate.net/publication/324257738_MENUJU_PESTA_RAKYAT
4
Gambar 1.1. Baliho Kampanye Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat 2018.10
Setiap pasangan calon gubernur memiliki strategi kampanye blusukan agar
dapat bersosialisasi langsung dengan masyarakat. Seperti salah satu pasangan
nomor urut 1, yaitu Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum. Pasangan ini
bersilaturahmi ke beberapa pondok pesantren di Jawa Barat. Hal ini dalam rangka
mendapatkan dan meningkatkan suara dukungan pemilih di pondok pesantren,
melalui kyai dan ustadz di pondok pesantren.11
10
Baliho terletak di Jalan GegerKalong Girang Bertepatan denganJjalan Menuju Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung. 11
Sari Hardiyanto, Dulang Suara Targetkan Sambangi 5.000 Pesantren Jawa Barat,
Artikel ini diakses pada 30 Juli 2019 dari https://www.jawapos.com.
5
Gambar 1.2. Kunjungan Pasangan Nomor Urut 1 Ridwan Kamil Pada Salah
Satu Pondok Pesantren Di Jawa Barat.12
Antusias masyarakat dalam Pemilihan Gubernur di tahun 2018 cukup
besar. Dibuktikan dengan data yang didapat dari KPU Jawa Barat, yaitu sebesar
32,5 juta masyarakat memiliki hak pilih dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur 2018. Dari jumlah tersebut terdapat hak pilih pemilih pemula.13
Menurut komisioner Divisi Sosialisasi KPU Jabar, yaitu Nina Yuningsih, jumlah
pemilih pemula pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018
mencapai 2 juta atau 75 persen.14
Dibandingkan dengan jumlah pemilih pemula
pada Pemilihan Gubernur sebelumnya tingkat partisipasi pemilih pemula hanya
12
Blusukan Kampanye Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018 Pasangan
Nomor Urut 1 yaitu Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum di Salah Satu Pondok Pesantren
Daerah Jawa Barat. 13
Bappeda Jabar Humas, “Pemilih Pemula Jawa Barat Bertambah 2 Juta”, Artikel ini
diakses pada 30 Juli 2019 dari 5 http://bappeda.jabarprov.go.id. 14
Bappeda Jabar Humas, Pemilih Pemula Jawa Barat Bertambah 2 Juta, Artikel ini
diakses pada 30 Juli 2019 dari http://bappeda.jabarprov.go.id.
6
mencapai 65 persen. Partisipasi masyarakat, khususnya bagi pemilih yang baru
menggunakan hak pilih sangat diperhitungkan suaranya dalam pemilihan umum.15
Seperti yang tercatat dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2008, Bab IV Pasal 19
pada Ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa: 16
“Pemilih pemula didefinisikan sebagai warga negara Indonesia yang pada
hari pemilihan umum genap berusia 17 tahun atau lebih dan mempunyai hak
untuk memilih. Sebagaimana yang dijelaskan pada ayat 1, penyelenggara
pemilu telah mencantumkan pemilih dalam daftar memilih.”
Pemilih pemula memiliki latar belakang, sifat dan karakter yang berbeda-
beda. Umumnya pemilih pemula berasal dari para pelajar. Kalangan pemilih
pemula dalam kegiatan partisipasi politik menjadikan sasaran bagi kegiatan
politik karena sifatnya yang apatis, rendahnya pengetahuan dan pendidikan akan
menjadikan pemilih pemula rentan dimobilisasi partisipasinya.17
Termasuk pada
pemilih pemula di kalangan pondok pesantren lebih mudah untuk dimobilisasi
suaranya oleh pendiri pondok pesantren.18
Pondok pesantren adalah suatu
perkumpulan kecil dari masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam.19
Dalam lingkungan pondok pesantren terdapat tokoh yang dihormati dan
berpengaruh besar terhadap masyarakat, tokoh tersebut adalah kyai. Kyai
15
Dodo, “Pemilih pemula Diprediksi Bertambah 2 Juta Jiwa, www.pikiran-rakyat.com,
diakses pada hari Sabtu, 2 Febuari 2019, hal.96. 16
Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, diakses pada tanggal 13 November 2018, http://www.dpr.go.id. 17
Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di
Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal.4. 18Syamsul Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, (Jawa
Tengah: Jurnal Tarbiyah, Universitas IAIN Walisongo, Vol.15, No.2, 2010), hal.284. [Jurnal on-
line], http://journal.radenfatah.ac.id 19Ana Shofiya dan M.Turhan, “Orientasi Politik Santri Sebagai Pemilih Pemula dalam
Pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun 2013 (Studi Pada Santri di Pondok Pesantren Roudlotun
Nasyi’in Desa Berat Kulon Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto)”, (Surabaya: Jurnal Studi
Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Surabaya, Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol.2,
No.2, 2014)”, hal.611. [Jurnal on-line], http://jurnalmahasiswaunesa.ac.id
7
dianggap memiliki pengetahuan agama yang tinggi untuk menyampaikan ceramah
di kalangan masyarakat. Berdasarkan pengetahuan agamanya kyai memiliki
beberapa murid yang disebut dengan santri.20
Kyai memiliki pengaruh besar
terhadap kepribadian santri. Sehingga peraturan dan perintah yang ditetapkan oleh
kyai akan ditaati oleh setiap santri dalam lingkungan pondok pesantren.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk memfokuskan penelitan pada pondok
pesantren. Dikarenakan ingin melihat berapa besar tingkat partisipasi pemilih
pemula dalam lingkungan pondok pesantren yang memiliki kesan sosial-religius
terkait dengan pilihan politiknya. Apakah dalam berpartisipasi santri dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari perilaku politik dan budaya politik. Penulis
mengambil salah satu pondok pesantren di daerah Jawa Barat yaitu Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Menariknya untuk diteliti Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung memiliki keunikan, yaitu tingginya aktivitas usaha
ekonomi yang sudah diterapkan sejak awal masa pendirian hingga saat ini oleh
pendiri pondok pesantren.
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung didirikan oleh Abdullah
Gymnastiar atau yang dikenal dengan Aa Gym pada 4 September 1990. Letak
pondok pesantren berdekatan dengan Universitas Pasundan Bandung, yang berada
di Jalan GegerKalong Girang Kota Bandung, Jawa Barat. Pondok Pesantren ini
tidak menutup diri dari lingkungan sekitar, melainkan berinteraksi secara aktif
dalam lingkungan masyarakat.21
Dengan letak geografis dan interaksi aktif di
lingkungan masyarakat, seharusnya membuat para santri dapat dengan mudah
20
Syamsul Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, hal.284. 21Wiratni Ahmadi, “Profil Pesantren Daarut Tauhid” dalam http://www.daaruttauhiid\
diakses pada tanggal 24 April 2018.
8
untuk mengakses informasi politik baik dari lingkungan masyarakat yang ada di
pondok pesantren maupun di luar lingkungan pondok pesantren.
Berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya, Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung mengusung konsep pondok pesantren modern. Maksud
dari konsep pondok pesantren modern, yaitu pondok pesantren tidak hanya fokus
mengajarkan ilmu agama saja. Melainkan mengajarkan ilmu-ilmu yang bersifat
umum seperti keterampilan di bidang ekonomi, berkuda, memanah yang dimiliki
oleh Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Sedangkan pondok pesantren
pada umumnya mengusung corak tradisional hanya mengajarkan dan
menyebarkan ilmu-ilmu agama Islam saja tanpa ada ilmu keterampilan.22
Salah satu indikasi kuat bahwa Pondok Pesantren Daarut Tauhid ini lebih
mengedepankan berwirausaha daripada bidang sosial lainnya, salah satunya
adalah program pesantren yang bernama Daarut Tarbiyah. Program ini adalah unit
dari Yayasan Pesantren Daarut Tauhid Bandung yang menyelenggarakan
pendidikan non-formal. Salah satu programnya yaitu program pendidikan Akhlak
Plus Wirausaha (APW) sebagai usaha dalam membentuk generasi muda yang
berakhlakul karimah dan berjiwa wirausaha. Program pendidikan APW ini, dapat
menunjukkan sikap santri dalam berwirausaha yang istimewa, hal ini didukung
dengan data raport kegiatan yang menyatakan bahwa seluruh (100%) pada aspek
22
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 62
.
9
aplikasi santri mendapatkan nilai paling tinggi dengan kategori keterampilan
wirausaha.23
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung terdiri dari santriwati dan
santriwan. Dalam lingkungan pendidikan Pondok Pesantren terdapat beberapa
jenjang pendidikan yaitu, SMP, SMA dan SMK.24
Berdasarkan data tersebut,
yang termasuk kategori pemilih pemula dalam pemilihan Gubernur 2018, yaitu
siswa kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung yang
berusia 17-19 tahun, memiliki kartu tanda penduduk (KTP) yang berdomisili Jawa
Barat, memiliki surat undangan memilih, serta menggunakan hak pilihnya.
Dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai berapa besar partisipasi pemilih pemula siswa kelas XII SMK dan SMA
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung yang memiliki hak pilih dan
menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat 2018. Serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pemilih
pemula dalam berpartisipasi.
B. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan pernyataan masalah yang telah dikemukakan, peneliti
merumuskan pertanyaan masalah penelitian ini, yaitu:
23
Mega Nurrizalia dan Jajat Ardiwinata, “Pengaruh Motivasi Belajar: Proses Pembelajaran
dan Lingkungan Sosial Terhadap Sikap Berwirausaha Pemuda: Studi Pada Santri Mukim Program
Pendidikan Akhlak Plus Wirausaha Pesantren Daarut Tauhid Bandung”, (Bandung: Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Pendidikan Indonesia, Vol.12, No.2, 2016), hal.1. [Jurnal
on-line], http://ejournal.upi.edu. 24Wiratni Ahmadi, “Profil Pesantren Daarut Tauhid” dalam http://www.daaruttauhiid\
diakses pada tanggal 24 April 2018.
10
1. Bagaimana tingkat partisipasi pemilih pemula siswa kelas XII SMK dan
SMA Daarut Tauhid Bandung dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa barat 2018?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula
kelas XII SMK dan SMA Daarut Tauhid Bandung dalam Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui berapa besar tingkat partisipasi pemilih pemula yang
aktif dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
2. Untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
partisipasi politik pemilih pemula siswa kelas XII SMK dan SMA Daarut
Tauhid Bandung dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat 2018.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan mengenai pentingnya pemilih pemula berpartisipasi dalam
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
2. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi
politik terhadap pemilih pemula.
D. Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan beberapa literatur jurnal dan skripsi untuk dapat
memperjelas, serta menjadi pelengkap atas penelitian yang penulis akan diteliti.
Tinjauan pustaka ini diharapkan untuk memberikan keragaman kerangka
11
pemikiran dan pandangan yang berbeda dapat dijadikan bahan untuk
pertimbangan dan perbandingan dalam melakukan penelitian.
Pertama, tulisan jurnal dari Ana Shofia dan M. Turhan.25
Penelitian jurnal
ini menyampaikan bahwasannya orientasi politik dapat mempengaruhi santri
yang berada di Pondok Pesantren Roudlotun Nasyi‟in Mojokerto, Jawa Timur.
Sebagai pemilih pemula dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain
penelitian studi kasus kolektif. Studi dari kasus kolektif adalah suatu studi kasus
menggunakan berbagai macam kasus. Teknik dari pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu teknik analisis data interaktif Huberman dan Miles. Hal ini
disebabkan untuk memenuhi kriteria dalam penelitian yang bertujuan untuk
mengarahkan partisipasi politik santri, yang sebagaimana pada umumnya pemilih
pemula masih terpantau jauh dari kriteria berpengalaman dalam memilih atau
mengikuti pemilu. Perbedaan penelitian yang akan diteliti, yaitu penulis
menggunakan metode penelitian kuantitatif dan teknik analisis regresi linier
berganda untuk mencari antara hubungan independen terhadap dependen.
Kedua, tulisan jurnal dari Andriyus.26
Penelitian jurnal ini menjelaskan
bahwa pemilu merupakan prinsip dasar dari negara yang menganut sistem
25
Ana Shofiya dan M. Turhan, “Orientasi Politik Santri Sebagai Pemilih Pemula dalam
Pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun 2013 (Studi Pada Santri di Pondok Pesantren Roudlotun
Nasyi’in Desa Berat Kulon Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto)”, (Surabaya: Jurnal Studi
Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Surabaya, Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol.2,
No.2, 2014),hal.611-624.[Jurnal on-line], http://jurnalmahasiswaunesa.ac.id. 26Andriyus,“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat pada
Pemilihan Umum Legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi”,
(Riau: Jurnal Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau, Kajian Ilmu Pemerintahan, Vol.2,
No.2, 2013), hal.18-38. [Jurnal on-line], http://jurnal.uir.ac.id.
12
demokrasi. Pentingnya pemilu dalam demokrasi adalah untuk mengetahui sejauh
mana tingkat partisipasi masyarakat terhadap pemilu itu sendiri. Penelitian ini
fokus pada faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi
politik dikalangan masyarakat Singingi dalam Pemilihan Legislatif pada tahun
2009 di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Selain itu,
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang mewawancarai
masyarakat sekitar mengenai partisipasinya terhadap pemilihan legislatif pada
tahun 2009. Sedangkan perbedaan dalam penelitian yang akan penulis teliti
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan objek penelitian siswa dan
siswi kelas XII sebagai pemilih pemula di dalam lingkungan pondok pesantren.
Ketiga, tulisan tesis dari Tadanugi Imanuel N.27
Penelitian ini menjelaskan
tentang Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah pada tahun
2010. Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah berkaitan
dengan partisipasi pemilih pemula. Penulis tesis ini menilai bahwa pemilih
pemula dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah,
cenderung menggunakan hak pilihnya berdasarkan ketokohannya serta
pengalaman memimpin yang dimiliki oleh seorang kandidat. Selain pengaruh dari
ketokohan, identifikasi dari sebuah partai dapat mempengaruhi sikap pemilih
pemula dalam memilih. Oleh sebab itu, penelitian tesis ini mengambil teori dari
perilaku politik pemilih pemula yang menggunakan hak pilihannya dalam
Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Dalam penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Proses pengambilan data di
27Tadanugi Imanuel N,“ Perilaku Politik Pemilih Pemula Pada Pemilihan Kepala Daerah di
Kabupaten Poso Tahun 2010”, (Poso: Tesis Ilmu Politik, Universitas Universitas Diponegoro,
Program Pascasarjana 2012), h.4-6, [Tesis on-line], http://eprints.undip.ac.id.
13
delapan Kecamatan dengan menggunakan rumus Slovin. Sedangkan perbedaan
dalam penelitian yang akan diteliti, penulis menggunakan dua dimensi dari
perilaku politik dan budaya politik. Objek dalam penelitian yaitu di ruang lingkup
pondok pesantren. Data yang akan diambil oleh penulis hanya dalam satu wilayah
yaitu di wilayah Jawa Barat.
Keempat, skripsi dari Luthfi Hasanal Bolqiah28
Dari penelitian ini
menjelaskan mengenai keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI.
penelitiannya menggunakan metode kuantitatif dan pendekatan dari perilaku
politik sosiologis, psikologis, dan pilihan rasional. Dari pendekatan perilaku
politik tersebut peneliti Luthfi Hasanal menjadikan tiga variabel independen dan
variabel dependennya keterpilihan Aceng Fikri. Sedangkan fokus perbedaan yang
akan penulis teliti menggunakan dua variabel independen yaitu perilaku politik,
budaya politik parokial dan satu variabel dependen yaitu partisipasi politik.
E. Sistematika Penulisan
Pada sistematika penulisan, penulis membagi ke dalam lima bab. Bab
pertama. Pada bab ini penulis memaparkan pernyataan masalah. Penulis
mengangkat masalah tentang tingkat partisipasi pemilih pemula kelas XII SMK
dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung, serta faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula dalam Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018. Selain itu, pada bab pertama terdapat dua
28
Luthfi Hasanal Bolqiah, “Perilaku Politik Dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis
Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku
Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)”, (Tangerang: Skripsi Ilmu Politik,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Sarjana Sosial, 2017).
14
pertanyaan, tujuan, manfaat, serta tinjauan pustaka yang terdiri dari beberapa
literatur untuk memberikan keragaman kerangka pemikiran dan pandangan yang
berbeda. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penulisan skripsi
ini.
Bab kedua. Pada bab ini memaparkan mengenai kerangka teoretis dan
konseptual yang menjelaskan pokok permasalahan penelitian ini dengan
menggunakan teori dari partisipasi politik, budaya politik parokial dan perilaku
politik. Selain itu, pada bab ini menjelaskan mengenai kerangka pemikiran.
Bab ketiga. Pada bab ini memaparkan mengenai metode penelitian yang
digunakan dan hipotesis yang mendasari faktor-faktor dari partisipasi pemilih
pemula pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018.
Bab keempat. Pada bab ini penulis memaparkan hasil dari penelitian terkait
dengan jumlah data dan sampel diukur dari kuesioner yang penulis sebarkan. Hal
ini untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi partisipasi
politik dengan menggunakan teori dari perilaku politik dan budaya politik.
Bab kelima. Pada bab ini penulis menarik kesimpulan dari penelitian yang
telah diteliti, memberikan saran, dan masukan untuk khalayak.
15
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
Pada bab ini penulis membahas mengenai teori partisipasi politik dan
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik dalam Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Jawa barat 2018. Dengan mengambil teori dari perilaku
politik dan budaya politik subjek-parokial. Untuk menentukan partisipasi politik,
penulis mengambil teori dari buku Ramlan Surbakti mengenai partisipasi aktif,
pasif dan apatis. Selain itu, penulis juga akan menjelaskan keterkaitannya
partisipasi politik dengan perilaku pemilih pemula dari model sosiologis,
psikologis, pilihan rasional, dan budaya politik. Pada bab ini juga menjelaskan
mengenai hipotesis serta kerangka berfikir.
A. Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau kelompok orang agar
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik dengan cara memilih pemimpin
baik secara langsung maupun tidak langsung”.29
Partisipasi politik ini mencakup
kegiatan dengan memberikan suara dalam pemilihan umum. Hal yang penting
dari partisipasi politik adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi
keputusan-keputusan pemerintah.30
Pemerintah secara langsung melaksanakan
keputusan politik dan masyarakat yang menentukan keputusan politik. Partisipasi
politik fokus pada kegiatan politik dan dalam prosesnya terdapat masyarakat di
29
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet IV, hal.369 30
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet IV, hal.370.
16
dalamnya. Masyarakat memberikan hak suara pada kegiatan politik hal ini dapat
mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam melaksanakan keputusan politik.31
Partisipasi politik menurut Surbakti (2010: 180-182) memiliki beberapa
tipologi yaitu partisipasi aktif, pasif dan apatis. Partisipasi aktif adalah “suatu
sikap yang menunjukan keaktifan dalam kegiatan seperti halnya mengajukan usul
dalam kebijakan umum, dan mengajukan kritik”. Seseorang yang berpartisipasi
aktif cenderung pada kalangan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan,
perhatian, serta minat yang tinggi dalam kegiatan politik. Sedangkan partisipasi
pasif adalah “suatu sikap masyarakat yang menerima kebijakan dan keputusan
pemerintah”. Seseorang pada partisipasi pasif memiliki tingkat kesadaran yang
rendah namun perhatian dan kepercayaan pada pemerintah masih tetap tinggi
dalam kegiatan politik.32
Selain itu, ada beberapa masyarakat yang tidak termasuk
dalam kategori partisipasi aktif dan pasif. Masyarakat ini memiliki tingkat
kesadaran politik serta perhatian dan kepercayaan pada pemerintah yang rendah
dalam kegiatan politik. Kelompok ini dapat disebut apatis (golput).
Menurut Milbarth dan Goel, sebagaimana dikutip dari Budiardjo (2014:
372) partisipasi memiliki beberapa pola yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
“pertama, pemain (Gladiators) adalah masyarakat yang sangat aktif dalam dunia
politik, kedua, penonton (Spectators) adalah masyarakat yang aktif secara
minimal dan termasuk yang menggunakan hak pilihnya, ketiga, apatis
31
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal.180. 32
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal.182
17
(Apathetics) adalah masyarakat yang tidak aktif sama sekali dan tidak memakai
hak pilihnya”.33
Terkait dengan penelitian. Partisipasi pemilih pemula dalam lingkungan
pondok pesantren menarik untuk dilakukan penelitian. Sebab dalam
berpartisipasi, pemilih pemula sebagian besar memiliki sifat yang apatis dan
rendah dalam pengetahuan politik.34
Sehingga dalam berpartisipasi kerapkali
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, terutama dalam lingkungan pondok
pesantren yang lebih rentan dipengaruhi oleh pendiri pondok pesantren yaitu kyai.
Kyai di dalam pondok pesantren dijadikan sosok panutan oleh santri yang sedang
mengemban ilmu di pondok pesantren.35
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk
melihat berapa besar tingkat partisipasi siswa dan siswi kelas XII SMK dan SMA
yang berada di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung dalam Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018, serta apa saja faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi partisipasi politik dengan menggunakan teori dari perilaku
politik dan budaya politik.
B. Budaya Politik
Budaya politik merupakan budaya atas dasar norma yang mengatur sikap,
dan pola pemikiran psikologis terhadap masyarakat dalam kehidupan.36
Budaya
partisipasi terfokus kepada orientasi politik. Orientasi politik membahas mengenai
33
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet IV, hal.372.
34
Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di
Indonesia Pasca Orde Baru,hal.4.
35Syamsul Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, hal.284.
36 Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi
di Lima Negara, hal.10.
18
pengetahuan, kepercayaan, dan pemahaman seseorang mengenai sistem politik”.37
Secara sederhana budaya politik dapat dipahami sebagai sikap masyarakat
terhadap peristiwa politik yang sedang terjadi. Teori budaya politik dalam
penelitian ini yaitu untuk melihat sejauhmana budaya politik parokial dapat
mempengaruhi partisipasi pemilih pemula SMK dan SMA Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018. Sebagaimana
teori dari Almond et al (2004: 15) orientasi politik menghasilkan jenis budaya
politik, sebagai berikut:
B.1. Budaya politik parokial
Budaya politik parokial adalah budaya yang tingkat partisipasi politiknya
rendah yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.38
Hal ini disebabkan
budaya politik parokial lebih bersifat afektif yang mengedepankan perasaan, dan
normatif yang berpegang terhadap norma atau aturan daripada kognitif yang
bersifat faktual atau empiris. Masyarakat dalam budaya politik parokial memiliki
ruang lingkup yang sempit, dan masyarakat tidak mengharapkan apapun terhadap
suatu sistem politik.39
Menurut Almond et al (2004: 21) budaya politik parokial
secara sederhana dipahami sebagai seseorang berpegang terhadap aturan yang
telah dibuat oleh lingkungan sekitar yang artinya setiap orang harus menaati
peraturan yang ada dilingkungannya.40
Keterkaitan budaya politik parokial dalam
penelitian ini yaitu tokoh kyai di lingkungan pondok pesantren sangat berperan
37
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi
di Lima Negara, hal.14. 38
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hal.35. 39
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi
di Lima Negara, hal.21. 40
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi
di Lima Negara, hal.29.
19
penting terhadap kegiatan-kegiatan yang berada di pondok pesantren. Sehingga
apapun yang dilakukan kyai akan menjadi contoh untuk santri.41
Santri terikat
dengan aturan-aturan yang dibuat kyai di dalam pondok pesantren. Maka dapat
dikatakan dalam pondok pesantren adanya hubungan patronase antara kyai
terhadap santri. Patronase adalah seseorang yang mempunyai wewenang dalam
suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi pihak lain di lingkungan tersebut.42
Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengetahui berapa besar pengaruh patronase
antara kyai terhadap santri sebagai pemilih pemula di Pondok Pesantren Daarut
Tauhid Bandung dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat
2018.
B.2. Budaya Politik Kaula atau Subyek.
Budaya politik subyek merupakan budaya politik yang orientasinya tinggi
terhadap sistem politik. Namun, dengan tingginya orientasi hanya berlaku
terhadap aspek input sedangkan pada aspek output masih rendah. Secara
sederhana budaya politik subyek adalah seorang warga yang aktif dalam kegiatan
atau mengetahui informasi mengenai politik namun keterlibatan dalam kegiatan
politik orang tersebut bersifat pasif.43
B.3. Budaya Politik Partisipan.
Budaya politik partisipan adalah suatu bentuk dimana anggota-anggota
masyarakat cenderung di orientasikan secara eksplisit terhadap aspek input dan
output dari sistem politik. Secara sederhana seseorang memiliki perhatian besar
41 Syamsul Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, hal.285.
42 Syamsul Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, hal.286.
43 Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi
di Lima Negara, hal.21.
20
terhadap sistem politik. Salah satu bentuk perhatiannya disalurkan melalui
demonstrasi atau mengkritik pemerintahan yang menurut orang tersebut tidak
adil.44
C. Perilaku Politik
Perilaku politik merupakan suatu kegiatan politik ataupun aktivitas yang
berhubungan langsung dengan proses politik. Baik dalam pembuatan keputusan
politik hingga pelaksanaan aktivitas politik.45
Berdasarkan teori dari Mujani et al
(2011: 3-4) terdapat dua jenis yang dapat menjelaskan keterkaitan perilaku politik
dengan partisipasi politik dalam pemilu.46
Pertama, pemilih yang menggunakan
hak pilihnya dalam kegiatan pemilihan umum, dengan memenuhi undangan yang
di berikan oleh pihak penyelenggara pemilihan umum. Pemilih yang tidak
menggunakan hak pilihnya, tetapi terdaftar sebagai pemilih dan memiliki surat
undangan untuk memilih dari pihak penyelenggara pemilihan umum. Pemilih ini
memberikan keterangan mengapa berpartisipasi dan tidak berpartisipasi pada
pemilihan umum (voter turnout). Kedua, pemilih yang menggunakan pilihan
politiknya terhadap calon dari satu partai. Pemilih ini memberikan kesimpulan
bahwa partai tersebut pantas untuk dipilih sehingga tidak ada alasan untuk
memilih calon dari partai lain.47
Namun, teori yang kedua mengenai pilihan
politik pada partai tertentu bukan fokus penelitian ini.
44
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi
di Lima Negara, hal.21. 45
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta:Grasindo, 1990), hal. 130.
46
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.3.
47 Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.4-5.
21
Penelitian ini fokus pada variabel utama yaitu partisipasi politik dan
budaya politik. Pemilih pemula yang memiliki hak pilih dan menggunakan hak
pilih. Selain fokus pada variabel utama partisipasi politik, pemilih pemula dalam
menggunakan hak pilih dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dari perilaku
politik.48
Faktor tersebut untuk menentukan sikap pemilih pemula dalam
berpartisipasi. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi pemilih
pemula dapat diketahui dengan teori perilaku politik yang terbagi menjadi tiga
model yaitu model sosisologis, psikologis dan pilihan rasional.49
C.1. Model Perilaku Politik
Berdasarkan teori dari Mujani et al (2011: 6-34) terdapat tiga model
perilaku politik dalam partisipasi politik, yaitu:
a. Model sosiologis terbagi menjadi dua bagian dalam menjelaskan
partisipasi politik (voter turnout).50
Pertama, model SES (socio
economic status). Model ini menjelaskan bahwa seseorang yang berada
pada tingkat pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik, maka tingkat
kesadaran dalam berpartisipasi tinggi. Oleh sebab itu, dibandingkan
dengan seseorang yang kurang berpendidikan, mereka yang
berpendidikan lebih memungkinkan untuk ikut serta memilih dalam
pemilihan umum. Model CVM (civic voluntary model).51
Model ini
48 Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.6.
49 Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.7. 50
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.7 51
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.6.
22
menyatakan bahwa berpartisipasi tidak memandang dari tingkat
pendidikan dan pekerjaan, melainkan berpartisipasi karena aktif
mendapatkan informasi dalam jejaring sosial dan terlibat langsung
dengan organisasi di lingkungan sekitar. Seseorang yang aktif
mengetahui informasi mengenai pemilihan umum dalam jejaring sosial
serta terlibat langsung dengan sebuah kelompok atau organisasi di
lingkungan sekitar. Kemungkinan besar mereka akan ikut berpartisipasi
dalam pemilihan umum. Kedua, yaitu pilihan politik. Pilihan politik
dalam model sosiologis memiliki karakteristik yaitu seseorang yang
menggunakan hak pilihnya berdasarkan kesaman suku, agama,
kelompok etnik dan bahasa.52
Keterkaitan model sosiologis dalam
partisipasi adalah untuk melihat apakah pemilih pemula di lingkungan
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung menggunakan hak pilihnya
berdasarkan karakteristik dari model sosiologis yaitu dengan kesamaan
suku, agama, kelompok etnik dan bahasa.
b. Model psikologis memiliki dua dimensi dalam menjelaskan partisipasi
politik. Pertama, model yang menggambarkan kedekatan dengan partai
tertentu.53
Mujani et al (2011: 23) menyatakan bahwa “Seorang warga
berpartisipasi dalam pemilu bukan karena kondisinya lebih baik secara
sosial-ekonomi, atau karena berada dalam jaringan sosial”.54
Namun, ia
52
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.7. 53
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.22.
54 Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.23.
23
tertarik dengan politik. Memiliki perasaan dekat dengan partai tertentu
(identitas partai), memiliki informasi cukup untuk menentukan
pilihannya pada partai tersebut, merasa suaranya berarti serta percaya
bahwa pilihannya dapat memperbaiki keadaan dan pilihan politiknya
teralienasi oleh suatu partai. Kedua, karakteristik dari model psikologis
memilih berdasarkan kualitas personal (personal quality). Kualitas
personal menggambarkan kepribadian seorang pemimpin yang dinilai
dari kharismatik, ketokohan dan penampilannya yang menunjang untuk
dipilih.55
Seperti halnya seorang warga menggunakan hak pilihnya
karena merasa calon pemimpin tersebut memiliki kepribadian yang baik
dan dinilai dapat memimpin secara bijak. Sehingga orang tersebut dalam
menggunakan hak pilihnya mendukung salah satu calon dari partai
tersebut.56
Keterlibatan model psikologis dalam partisipasi politik, yaitu
untuk melihat apakah pemilih pemula dalam berpartisipasi dikarenakan
dekat dengan suatu partai, serta karakteristik pilihan politiknya memilih
pemimpin berdasarkan kepribadian atau sikap yang terlihat baik untuk
menjadi pemimpin.
c. Pilihan rasional adalah seseorang yang berpartisipasi berdasarkan
ekonomi politik (sosiotropik). Ekonomi politik sebagai penilaian
terhadap sistem pemerintahan yang telah di jalankan oleh pemimpin
55
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.21. 56
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.22.
24
sebelumnya.57
Pilihan rasional dalam partisipasi politik dikaitkan
dengan seseorang yang merasakan dirinya berubah karena ekonomi
politik yang di bangun oleh pemimpin sebelumnya ada perubahan yang
signifikan dalam kehidupan ekonomi sehari-harinya.58
Maka orang
tersebut akan berpartisipasi dalam pemilihan umum untuk memilih
kembali pemimpin sebelumnya.59
Namun, sebaliknya jika seseorang
merasakan tidak ada perubahan yang signifikan terhadap ekonomi.
Maka orang tersebut berpartisipasi dalam pemilihan umum
kemungkinan tidak akan memilih pemimpin sebelumnya. Melainkan
akan memilih calon pemimpin yang lain agar orang tersebut
mendapatkan ekonomi politik yang lebih baik.60
Pemilih pemula dalam
model pilihan rasional memiliki karakteristik memilih pemimpin
berdasarkan isu politik yang berkembang di lingkungan sekitar.61
Keterkaitan model perilaku pilihan rasional dalam partisipasi politik
yaitu untuk melihat apakah pemilih pemula dalam berpartisipasi
merasakan adanya perubahan yang baik terhadap ekonomi politik yang
dibangun oleh pemimpin sebelumnya, atau sebaliknya pemilih pemula
berpartisipasi karena tidak merasakan perubahan yang baik terhadap
57
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, (Jakarta,
2012), hal.29. 58
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.30. 59
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, (Jakarta,
2012), hal.31.
60
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.32. 61
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.33.
25
ekonomi politik. Karakteristik dari pilihan rasional yaitu untuk melihat
apakah pemilih pemula memilih calon pemimpin berdasarkan isu yang
berkembang pada saat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat 2018 berlangsung.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah hubungan antar variabel yang di uji atau jawaban
sementara atas pertanyaan dari penelitian. Prasetyo dan Lina (2016: 76)
menyatakan bahwa “Hipotesis di dalam penelitian kuantitatif adalah hipotesis
satu variabel dan hipotesis dua atau lebih yang dikenal sebagai hipotesis
kausal”.62
Hipotesis memiliki dua macam jenis, yaitu:
“Hipotesis nol atau hipotesis nihil yang ditandai dengan (Ho) dan hipotesis
kerja atau hipotesis alternatif yang ditandai dengan (Ha). Hipotesis nol
merupakan hipotesis yang tidak memiliki keterkaitan hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan hipotesis kerja
merupakan hipotesis yang memiliki keterkaitan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Dapat disimpulkan Ho adalah
variabel X tidak mempengaruhi variabel Y, dan Ha adalah variabel X
mempengaruhi variabel Y.63
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah:
D.1.Perilaku Politik
1. Ho1: Variabel perilaku sosiologis tidak berpengaruh terhadap partisipasi
aktif politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.
62
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2016), hal.76 63
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), hal.222.
26
Ha1: Variabel perilaku sosiologis berpengaruh terhadap partisipasi aktif
politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.
2. Ho2: Variabel perilaku psikologis tidak berpengaruh terhadap partisipasi
aktif politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.
Ha2: Variabel perilaku psikologis berpengaruh terhadap partisipasi aktif
politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.
3. Ho3: Variabel perilaku pilihan rasional tidak berpengaruh terhadap
partisipasi aktif politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut
Tauhid Bandung.
Ha3: Variabel pilihan rasional berpengaruh terhadap partisipasi aktif
politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.
D.2.Budaya Politik
4. Ho2: Variabel budaya politik parokial tidak berpengaruh terhadap
partisipasi aktif politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut
Tauhid Bandung.
Ha4: Variabel budaya politik parokial berpengaruh terhadap partisipasi
aktif politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.
27
E. Kerangka Pemikiran
E.1. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran untuk memperjelas dalam
menentukan variabel yang akan diteliti. Kerangka berfikir secara teoretis akan
menjelaskan hubungan antar variabel dependen dan independen yang termasuk ke
dalam penelitian.64
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu
perilaku politik yang meliputi perilaku politik sosiologis, psikologis, pilihan
rasional dan budaya politik yang meliputi budaya politik parokial. Sedangkan
untuk variabel dependen terdapat satu variabel yaitu partisipasi politik.
Berdasarkan permasalahan didalam penelitian, dapat digambarkan kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Gambar.2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian.
64
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hal.60.
Perilaku Politik
(X1)
Budaya Politik
(X2)
Partisipasi Politik
(Y)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan
oleh penulis, yaitu jenis penelitian, objek penelitian, variabel, teknik pengumpulan
data, pengukuran, penarikan sampel, metode pengumpulan data, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
merupakan suatu pendekatan yang bersifat empiris terhadap kajian untuk
mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data yang berbentuk numerik.65
Penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan
untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Penelitian ini menggunakan
analisis data dari probability sampling yang artinya semua elemen memiliki
peluang kemungkinan untuk terpilih menjadi sampel.66
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula kelas XII SMK dan SMA di
lingkungan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung dalam Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubenur Jawa Barat 2018.
B. Objek Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung
Jawa Barat. Adapun kriteria objek penelitian ini yaitu siswa kelas XII SMK dan
65Subagio, “Metodologi Penelitian Kuantitatif”, [artikel on-line],
http://www.komunikasi.uinsgd.ac.id, diakses pada tanggal 8 Maret 2019. 66
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hal.7-8.
29
SMA yang berusia 17-19 tahun, memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jawa
Barat, memiliki surat undangan untuk memilih di TPS, pertama kali memilih serta
menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat 2018. Berikut jumlah siswa dan jumlah populasi siswa kelas XII SMK dan
SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung yang ditentukan pada penelitian
ini, yaitu:
Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut
Tauhid Bandung67
Tingkat Pendidikan Jumlah Siswa
SMK 103
SMA 83
Total 186
Tabel 3.1 menunjukan jumlah siswa kelas XII SMK dan SMA Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung sebanyak 186. Jumlah tersebut belum masuk
kriteria dalam penelitian ini.
Tabel 3.2. Populasi Penelitian Kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung68
Tingkat Pendidikan Populasi Penelitian
SMK 40
SMA 30
Total 70
Pada tabel 3.2 menunjukan bahwa populasi dari penelitian ini berjumlah
sebesar 70 siswa dan siswi kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut
Tauhid Bandung. Populasi dari penelitian ini fokus pada kriteria siswa dan siswi
sebagai pemilih pemula yang memiliki surat undangan untuk memilih dan
67
Data SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung Peneliti Terima. 68
Data Penyebaran Kuesioner Pada Siswa Kelas XII SMA dan SMK Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung Untuk Menentukan Populasi Penelitian.
30
menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat 2018.
C. Variabel
Variabel penelitian merupakan nilai dari objek atau suatu kegiatan yang
memiliki tindakan tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk menarik
kesimpulan.69
Adapun variabel dari penelitian ini adalah:
1. Variabel independen
Variabel independen atau variabel stimulus, predictor, antecedent, atau
dapat dikatakan sebagai variabel pengaruh (bebas).70
Variabel ini adalah variabel
yang mempengaruhi atau menjadi sebab variabel terikat yaitu dependen.71
Variabel independen dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi politik yang ditinjau dari teori
perilaku politik dan budaya politik parokial.
Menurut Mujani et al (2011: 3) dalam buku yang berjudul “Kuasa Rakyat”,
perilaku politik dalam partisipasi politik adalah untuk melihat seberapa banyak
warga negara yang berpartisipasi dalam pemilihan umum dan mengapa seseorang
memutuskan ikut serta dalam pemilu. Perilaku politik dalam partisipasi pemilu
cukup memenuhi norma-norma dari demokrasi. Sebab dapat dijadikan ukuran
69
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal.61. 70Dodit Aditya, “Hand Out Mata Kuliah Metodologi Research: Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional”, [artikel on-line], https://adityasetyawan.files.wordpress.com, diakses pada
tanggal 8 Maret 2019. 71
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal.61.
31
suatu pemerintahan yang didukung oleh rakyat serta valid untuk diamati secara
sistematik mengenai karakteristik para pemilih sebagai voting behavior.72
Keterkaitan perilaku politik dalam partisipasi politik terbagi menjadi tiga
model. Pertama, model sosiologis terdiri menjadi dua bagian yaitu model SES
(socio economic status). Pemilih yang berpartisipasi dalam pemilu memiliki
tingkat pendidikan yang lebih baik. Sehingga tingkat kesadaran dalam
berpartisipasi tinggi.73
Dalam penelitian ini, teori SES (socio economic status)
dikaitkan dalam objek penelitian yaitu penelitian dilakukan di sekolah menengah
kejuruan dan sekolah menengah atas. Sehingga dapat dilihat apakah teori SES
berpengaruh pada tingkat partisipasi politik atau sebaliknya, teori SES tidak
berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politik. Model sosiologis memiliki
karakteristik memilih berdasarkan kesukuan, agama, kedaerahan, dan bahasa.
Terkait dalam penelitian, apakah karakteristik dari model sosiologis dapat
mempengaruhi pemilih dalam menggunakan hak pilih.
Kedua, model psikologis adalah pemilih berpartisipasi karena memiliki rasa
dekat dengan partai tertentu dan karakteristik memilih atas dasar identifikasi satu
partai atau tokoh di dalam partai.74
Terkait dengan penelitan, model psikologis
untuk mengidentifikasi sejauhmana kedekatan dengan partai, dan kepribadian
seorang pemimpin dapat berpengaruh terhadap keputusan pemilih dalam
menggunakan hak pilih. Ketiga, pilihan rasional merupakan pilihan yang
72Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.3 73
73
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.6. 74
74
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.23
32
didasarkan oleh sosiotropik atau memilih berdasarkan kebijakan atau penilaian
terhadap kepemimpinan sebelumnya terkait dengan ekonomi politik. Karakteristik
dari model pilihan rasional yaitu memilih berdasarkan isu yang sedang
perkembang dalam pemilihan umum.75
Model pilihan rasional dalam penelitian
ini, yaitu untuk mengidentifikasi sejauhmana pemilih pemula dalam berpartisipasi
dengan menilai kebijakan yang dibuat oleh pemimpin sebelumnya berpengaruh
terhadap kehidupannya, dan dalam menggunakan hak pilihnya apakah pemilih
pemula dipengaruhi oleh isu yang sedang berkembang pada pemilihan umum.
Sedangkan budaya politik parokial dalam menjelaskan partisipasi politik
dilihat dari teori patronase yang melibatkan hubungan kyai dengan santri. Pemilih
pemula dalam lingkungan pondok pesantren memiliki karakteristik yang agamis.76
Santri yang berada pada pondok pesantren harus taat pada peraturan yang telah
ditetapkan oleh pendiri pondok pesantren yaitu Kyai, dan mengikuti arahan Kyai
dalam semua kegiatan. Hal ini akan mengakibatkan dalam berpartisipasi akan
terjalinnya hubungan patronase antara kyai dengan santri.77
Oleh sebab itu,
pemilih pemula di lingkungan pondok pesantren dalam berpartisipasi apakah
dipengaruhi oleh Kyai, atau bahkan sebaliknya tidak ada pengaruh kyai dalam
partisipasi politik pemilih pemula.78
Dari ketiga variabel independen yang telah dijelaskan, penulis
menggunakan model perilaku politik dan budaya politik parokial dalam
75Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.27.
76
Syamsul Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, hal.298. 77Wiratni Ahmadi, “Profil Pesantren Daarut Tauhid” dalam http://www.daaruttauhiid\
diakses pada tanggal 24 April 2018.
78Syamsul Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, hal.290.
33
menjelaskan partisipasi politik. Partisipasi dalam penelitian ini untuk mengetahui
berapa besar tingkat partisipasi pemilih pemula kelas XII di pondok pesantren dan
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi partisipasi politik pemilih
pemula di dalam lingkungan Pondok Pesantren Darut Tauhid Bandung pada
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.79
2. Variabel Dependen
Variabel dependen disebut dengan variabel output atau variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.80
Variabel dependen dalam penelitian untuk mengidentifikasi partisipasi pemilih
pemula siswa SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid terkait dengan
kriteria yang berusia 17-19 tahun, memiliki surat undangan memilih, memiliki
KTP yang berdomisili di Jawa Barat dan menggunakan hak pilihnya pada
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
D. Pengukuran
Penelitian ini menggunakan metode pengukuran operasionalisasi.
Operasionalisasi adalah gambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit
pertanyaan yang akan dianalisis dalam kategori tertentu dari setiap variabel.81
Variabel yang di teliti dibagi menjadi dua jenis, yaitu independen dan dependen.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku politik dan budaya
politik parokial. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat
79 Syamsul Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, hal.291.
80Dodit Aditya, “Hand Out Mata Kuliah Metodologi Research: Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional”, [artikel on-line], https://adityasetyawan.files.wordpress.com, diakses pada
tanggal 8 Maret 2019. hal.11. 81
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2016), hal.90
34
partisipasi politik pemilih pemula kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung. Adapun rincian operasionalisasi indikator variabel dari
penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.3. Operasionalisasi Indikator Variabel dan Pengukuran
NO Variabel Dimensi Indikator Skala
1. Partisipasi Politik
Pemilih Pemula
(Y)
Partisipasi aktif -Ikut serta kegiatan kampanye
calon gubernur dan wakil
gubernur
-Ikut serta penyumbangan dana
kegiatan kampanye calon
gubernur dan wakil gubernur
-Ikut serta karena memiliki calon
gubernur dan wakil gubernur
yang diunggulkan
-Ikut serta berdasarkan tanggung
jawab sebagai warga negara
Indonesia
Likert
2. Perilaku Politik Perilaku
Sosiologis
-Faktor suku calon gubernur dan
wakil
(X1) -Faktor agama calon gubernur dan
wakil gubernur
-Faktor usia calon gubernur dan
wakil gubernur
-Faktor wilayah calon gubernur
dan wakil gubernur
Perilaku
Psikologis
-Isu calon gubernur dan wakil
gubernur
-Identitas partai calon gubernur
dan wakil gubernur
-Keterlibatan partai calon
gubernur dan wakil gubernur
Likert
Pilihan
Rasional
-Kinerja calon gubernur dan wakil
gubernur
-Visi misi calon gubernur dan
wakil gubernur
Budaya Politik
Parokial
(X2)
Patronase -Arahan kyai
3. -Lingkungan pondok pesantren
35
Operasionalisasi indikator memiliki kategori jawaban untuk masing-masing
variabel yang didapatkan dari studi literatur atau tinjauan pustaka. Untuk
mengukur jawaban dari variabel (Y) dan (X) digunakan sebuah alat ukur, yaitu
skala likert. Skala likert adalah pernyataan yang sistematis menunjukan dari sikap
seorang responden terhadap pernyataan dari kuesioner penelitian.82
Skala likert
menjelaskan bahwa masing-masing kategori jawaban dari kuesioner penelitian
memiliki ukuran yang sama. Penilaian menggunakan skala likert dalam kuesioner
memiliki 5 kategori, yaitu:
Tabel 3.4. Kategori Pilihan Skala Likert83
Pernyataan Jumlah Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
E. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2010: 54) populasi adalah “suatu wilayah yang terdiri
dari objek atau subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu dan
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.84
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMK dan SMA di
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung, yang memiliki hak pilih dan
menggunakan hak pilih tersebut dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Jawa Barat 2018. Total siswa kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut
82
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul, Metode Penelitian Kuantitatif, hal.110. 83
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul, Metode Penelitian Kuantitatif, hal.111. 84
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal.55.
36
Tauhid Bandung berjumlah 186.85
Tetapi tidak semua jumlah siswa dari 186
memiliki kriteria menggunakan hak pilih pada Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa Barat 2018. Siswa yang memiliki hak pilih berjumlah 74. Namun,
4 diantaranya tidak menggunakan hak pilih. Oleh sebab itu, 4 orang siswa tersebut
bukan bagian dari populasi penelitian ini.
Sehingga berdasarkan kualifikasi yang akan diteliti, siswa yang memenuhi
kriteria sebagai pemilih pemula, memiliki hak pilih dan menggunakan hak
pilihnya dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat berjumlah
70 siswa dari SMK putra dan putri, SMA putra Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.86
Sampel adalah sebagian kecil dari kasus yang akan peneliti pilih dari
populasi. Pengambilan sampel yaitu untuk mewakili populasi.87
Oleh sebab itu,
dalam menentukan sampel penulis menggunakan rumus slovin:
“Persamaan 3.5. Menentukan Sampel”88
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
85 Data Hasil Jawaban Kuesioner Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
86
Data Hasil Jawaban Kuesioner Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
87 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul, Metode Penelitian Kuantitatif, hal.121.
88
Luthfi Hasanal Bolqiah, “Perilaku Politik Dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis
Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku
Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)”, hal.38
37
e : Batas Toleransi Kesalahan
Siswa kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung
yang memenuhi kualifikasi untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu
berusia 17-19 tahun yang merupakan pemilih pemula, memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) berdomisili Jawa Barat, memiliki surat undangan untuk
memilih, dan menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa Barat 2018.89
Di luar dari kualifikasi di atas, maka bukan bagian
dari sampel penelitian ini. Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini apabila
dihitung menggunakan rumus slovin, sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan dan kriteria tersebut, maka sampel penelitian ini
adalah 41,17 (dibulatkan kebawah menjadi 41). Untuk menentukan jumlah sampel
dari masing-masing sekolah SMK dan SMA sebagai berikut:
1.Siswa kelas XII SMK sebanyak:
2.Siswa kelas XII SMA sebanyak:
89
Biodata Awal Pengisian Kuesioner Oleh Responden Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.
38
Jadi masing-masing sampel atau responden yang akan diambil adalah SMK
sebanyak 23 dan SMA sebanyak 18 dari sampel 41 siswa dan populasi 70. Untuk
menentukan responden dalam pengisian kuesioner, penelitian ini menggunakan
teknik acak sederhana yaitu simple random sampling, atau penarikan sampel yang
menggunakan teknik pengambilan secara acak nama-nama responden yang
dimasukan ke dalam gelas untuk diambil satu persatu secara acak.90
F. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data dari sumber pertama atau asli yang berbentuk data
file. Data ini melalui narasumber atau responden yang dijadikan sebagai objek
penelitian sebagai sarana untuk mendapatkan informasi.91
Jenis data ini diukur
secara langsung berupa informasi dengan bilangan angka. Teknik pengumpulan
data ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang telah
ditentukan.92
Oleh sebab itu, penulis turun langsung ke lapangan untuk
menyebarkan kuesioner kepada responden.
Pada proses penyebaran kuesioner, penulis membagikan kuesioner terhadap
siswa yang dijadikan sampel pada penelitian yaitu sebanyak 41 siswa dan siswi
kelas XII di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Dengan memenuhi
kriteria yang telah ditentukan. Pengisian kuesioner di awasi oleh penulis agar
berjalan dengan baik. Selain itu, penulis juga menjelaskan dan membacakan
kembali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner di depan ruangan
kelas sehingga informasi yang didapat hasilnya akan teruji kebenarannya.
90 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul, Metode Penelitian Kuantitatif, hal.123.
91 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal.15.
92Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal.16.
39
Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 26-28 Febuari 2019, pada pagi hari
pukul 10.00 WIB di ruangan kelas masing-masing dengan mengumpulkan siswa
dan siswi XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung yang
telah ditentukan menjadi sampel dari penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada
waktu jam istirahat sedang berlangsung.93
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah ada diperoleh dalam bentuk telah jadi
dan dikumpulkan oleh pihak lain.94
Data sekunder mendukung keperluan dari data
primer dengan bentuk dokumen, dan buku untuk menunjang penelitian.95
Dalam
penelitian ini data sekunder yaitu berbentuk dokumen jumlah siswa yang tercatat
di pihak sekolah. Dokumen ini berisikan data mengenai total jumlah siswa, tempat
dan tanggal lahir, serta alamat siswa. Hal ini untuk memastikan bahwa penelitian
yang diteliti valid.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dari penelitian terbagi menjadi dua bagian yaitu:
G.1. Kuesioner
Kuesioner merupakan “serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada
responden tentang objek yang akan sedang diteliti yang berupa pendapat,
tanggapan dan dirinya sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis
93 Penyebaran Kuesioner Pada Kelas XII SMA dan SMK Pondok Pesantren Daaarut Tauhid
Bandung, 28 Febuari 2019. 94
Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), hal.101. 95
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal.15.
40
tidak boleh menyimpang dari arah yang akan dicapai oleh penelitian.”96
Oleh
sebab itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mampu untuk menyaring
informasi yang dibutuhkan oleh penulis kepada responden. Kuesioner adalah
salah satu cara pengambilan data secara tertulis dimana responden menjawab
pertanyaan dari peneliti.
G.2. Studi Kepustakaan
Studi pustakan merupakan metode pengumpulan data dengan mencari
referensi dari berbagai sumber antara lain jurnal, dan lain-lain yang berkaitan
dengan penelitian.97
H. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dari analisis data,
yaitu teknik analisis uji validitas, uji reliabilitas, analisis uji asumsi klasik yang
terbagi menjadi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolonieritas, uji
autokolerasi dan regresi linier berganda terbagi menjadi uji koefisien determinasi
(R2), uji simultan (uji F), uji parsial (uji T).
H.1.Uji Validitas
Uji validitas adalah “suatu kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen
dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data itu valid”.98
Instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar
tepat untuk mengukur yang akan diukur.99
Tujuan dari uji validitas yaitu untuk
96Dodit Aditya, “Hand Out Mata Kuliah Metodologi Research: Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional”, diakses pada tanggal 8 Maret 2019. hal.13. 97Dodit Aditya, “Hand Out Mata Kuliah Metodologi Research: Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional”, diakses pada tanggal 8 Maret 2019. hal.14. 98
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal.135. 99
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal.137.
41
mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam penelitian didalam isi
kuesioner. Uji validilitas dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruk.
Validitas konstruk merupakan uji terluas dibandingkan dengan lainnya, sebab
melibatkan banyak prosedur termasuk dalam validitas isi dan kriteria.100
Uji
validitas menggunakan rumus dari korelasi product moment, yaitu sebagai
berikut:
Persamaan.3.6. Uji Validitas”101
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
n : Jumlah responden
X : Skor variabel (jawaban responden)
Y : Skor total variabel respoden
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu berupa perangkat
lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS). Uji validitas menggunakan
instrumen dari “korelasi Bivariate Person dan Correlated Item-Total Correlation
dan uji signifikansi 0,05.102
Pengambilan keputusan uji validitas yaitu”:
1. Jika r hitung r tabel maka pertanyaan yang berkorelasi terhadap skor total,
dan pertanyaan tersebut dianggap valid.
100Dodit Aditya, “Hand Out Mata Kuliah Metodologi Research: Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional”, diakses pada tanggal 8 Maret 2019. hal.18.
101Luthfi Hasanal Bolqiah, “Perilaku Politik Dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis
Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku
Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)”, hal.41.
102
Luthfi Hasanal Bolqiah, “Perilaku Politik Dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis
Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku
Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)”, hal.42.
42
2. Jika r hitung r tabel maka pertanyaan tidak berkolerasi terhadap skor total,
dan pertanyaan tersebut dianggap tidak valid.
H.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan pengujian terhadap skala yang menghasilkan
hasil konsisten apabila instrumen tersebut digunakan secara berulang dan
memberikan hasil yang sama.103
Oleh sebab itu, diperlukannya uji reliabilitas
untuk mengukur ketepatan jawaban responden. Uji reliabilitas merupakan andalan
bagi indicator. Informasi pada indikator tidak berubah-ubah atau dapat dikatakan
konsisten yang artinya jika pengamatan dilakukan oleh alat ukur yang sama atau
lebih dari satu kali maka hasilnya harus sama. Sebaliknya jika tidak sama maka
alat ukur tersebut tidak reliabel.104
Kesalahan pengukuran data dapat mengakibatkan hasil yang berbeda
meskipun dilakukan untuk mengukur sesuatu yang sama atau sudah pernah diukur
sebelumnya.105
Reliabilitas didapatkan dengan berulang kali mengukur konstruk
atau ketertarikan pada variabel. Semakin tinggi tingkat hubungan antar skor yang
diperoleh pada pengukuran berulang, menandakan semakin tinggi reliabilitasnya.
Penelitian ini menggunakan pengukuran uji reliabilitas dengan alpha
cronbach. Ukuran kuesioner penelitian dapat dikatakan reliabel jika “alpha
cronbach 0,7, namun jika alpha cronbach 0,7 data tersebut tidak reliabel”.
Diketahui dengan rumus berikut:
103Malhotra, Operation Management, (USA: Person, 2012), hal.317.
104Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul, Metode Penelitian Kuantitatif, hal.104.
105
Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, (Bandung: PT
Rafika Aditama, 2012), hal.104.
43
“Persamaan.3.7. Uji Reliabilitas.”106
(
)
∑
Keterangan:
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pernyataan
: Jumlah varian butir
: Varian total
I. Analisis Asumsi Klasik
Analisis asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian dari analisis regresi
linier berganda terhadap hipotesis penelitian.107
Oleh sebab itu, penelitian ini
menggunakan beberapa rangkaian uji dari analisis asumsi klasik, yaitu sebagai
berikut:
I.1 Uji Normalitas
Uji normalitas memiliki tujuan menguji model regresi sebagaimana variabel
pengganggu atau residual. Uji normalitas memiliki distribusi normal atau
kebalikannya. Dapat diketahui uji t dan uji f berasumsi normal.108
Namun, jika
asumsi dilanggar maka uji dari SPSS tidak akan valid untuk jumlah yang kecil.
Untuk mengujinya dapat menggunakan dua cara, yaitu mengunakan analisis
grafik dan uji statistik. Agar dapat menguji data berdistribusi normal atau tidak
106Luthfi Hasanal Bolqiah, “Perilaku Politik Dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis
Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku
Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)”, hal.43.
107
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariat, (Semarang: Universitas Diponegoro,
2013), hal.102.
108 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hal.160
44
dapat dilakukan “uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Residual berdistribusi
normal jika mempunyai nilai signifikansi > 0,05”.109
I.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas berfungsi untuk menguji dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual atau dapat dikatakan sebagai salah satu
pengamatan terhadap pengamatan lainnya. Adapun beberapa cara dapat dilakukan
untuk uji heteroskedastisitas, yaitu dengan cara melihat “uji grafik plot, uji park,
uji glejser, serta uji white.”110
Penelitian ini menggunakan metode dari grafik plot
antara nilai prediksi variabel. Tidak terjadi heteroskedastisitas apabila tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y”.111
I.3 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji model regresi yang berfungsi
untuk menguji adanya korelasi antar variabel independen (varibel bebas).112
“Uji
multikolinieritas melihat nilai VIF dari variabel independen, nilai VIF < 10,
disimpulkan data bebas dari gejala multikolinieritas”.113
I.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi berfungsi untuk menguji model regresi linier yang
menjelaskan apakah korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Namun, jika terjadi
109 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hal.165.
110 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.139.
111
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.143.
112 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.105.
113
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.106.
45
korelasi, maka adanya problem dari autokorelasi.114
Untuk melihat ada tidaknya
gejala autokorelasi dalam penelitian ini, menggunakan uji dari Durbin-Watson
(DW test). Ghozali (2012: 107) menyatakan bahwa “Durbin Watson digunakan
hanya untuk autokorelasi tingkat satu atau first order autocorrelation”.115
“Tabel 3.8. Pengambilan Keputusan Autokorelasi"116
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi positif atau
negative
Tidak ditolak du < d < 4-du
Sumber: Imam Ghozali (2012: 112)
K. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis linier berganda merupakan analisis yang berfungsi untuk
mengetahui adanya pengaruh antara dua variabel independen atau lebih.117
Regresi linier berganda tujuannya adalah mencari hubungan pengaruh variabel
bebas (X) ke variabel terikat (Y).118
Pada penelitian ini regresi linier berganda
didefinisikan sebagai pengaruh variabel (X) perilaku politik dan budaya politik
subjek-parokial terhadap variabel (Y) yaitu partisipasi politik. Adapun persamaan
umum dari regresi linier berganda adalah:
“Persamaan.3.10. Regresi Linier Berganda”119
114 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.110.
115
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS, (Yogyakarta:
Universitas Diponegoro, 2012), hal.107.
116 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS, hal.108.
117
Neuman, Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, hal.451.
118 Riang Enjelita dan kawan-kawan, “Analisis Regresi Linier Berganda”, (Padang: Jurnal
Matematika, Vol.2, No.1, 2014), hal.72. [jurnal on-line], https://media.neliti.com.
119
Luthfi Hasanal Bolqiah, “Perilaku Politik Dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis
Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku
Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)”, hal.45.
46
Keterangan:
Y : Variabel terikat (dependen)
X : Variabel bebas (independen)
a : Konstanta
b : Koefisien regresi
e : Residu
L. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk mengukur sejauhmana
kemampuan suatu model dalam menerangkan beberapa variasi dari variabel
dependen. “Nilai dari koefisien determinasi yaitu antara nol dan satu”.120
“Nilai
R2 kecil artinya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi
sangat terbatas. Jika sebuah nilai mendekati satu berarti variabel independen
memberikan semua informasi untuk memprediksi variasi variabel dependen”.121
M. Uji Simultan (Uji Statistik F)
Pada dasarnya Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen.122
Pengujian ini menggunakan tingkat
signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Untuk membuat keputusan uji F “Jika nilai F
lebih besar dari pada 4 maka Ho ditolak. Dengan kata lain hipotesis alternatif (Ha)
diterima, dan menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan
120 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.96.
121
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.97.
122
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS, hal.98.
47
signifikan mempengaruhi variabel dependen”.123
Kriteria atau prosedur dari uji F
yaitu:124
“Persamaan.3.11. Hipotesis Nol atau Hipotesis Alternatif”125
Ho : b1 = b2 = b3 = 0
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0
Keterangan:
Ho : berarti tidak ada pengaruh X1, X2, X3, terhadap Y
Ha : berarti ada pengaruh X1, X2, X3, terhadap Y
N. Uji Parsial (Uji T)
Uji parsial adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y) secara parsial. Pengujian hipotesis dilakukan
menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α =5%) atau tingkat keyakinan
sebesar 0,95.126
Adapun rumus dari hipotesis sebagai berikut:
“Persamaan.3.12. Uji Parsial”.127
Ho : bi = 0
Ha : bi ≠ 0
Ketentuan dalam pengujian ini adalah:
1. Jika tingkat signifikansi ≤ 5%, Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Jika tingkat signifikansi ≥ 5%, Ho diterima dan Ha ditolak.
123 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS, Yogyakarta:
Universitas Diponegoro, 2012), hal.104.
124 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS, hal.17.
125
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.103.
126 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS, hal.171.
127
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.97.
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti menjabarkan hasil dari analisis penelitian mengenai
tingkat partisipasi politik santri. Serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
partisipasi santri Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung dalam Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018. Setelah melakukan penelitian
langsung di lapangan dengan cara menyebarkan kuesioner atau angket kepada
responden yang terpilih menjadi sampel, maka hasil dari penyebaran kuesioner
memperoleh berbagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.
Untuk memaparkan hasilnya, dalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa
rincian pengujian yang menguji jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan
dalam kuesioner. Rincian proses pengujiannya yaitu uji validitas dan reliabilitas,
melakukan perhitungan statistik menggunakan regresi linear berganda, uji asumsi
klasik, menjabarkan beberapa tabel dalam bentuk nilai skala likert sebagai
jawaban dari responden, agar mengetahui tingkat partisipasi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula kelas XII SMK dan SMA Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Jawa Barat 2018. Pada bagian akhir dijabarkan mengenai pengujian hipotesis
gunanya untuk menjawab hasil dari penelitian ini.
A. Lokasi Penelitian
A.1. Sejarah dan Letak Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung didirikan pada tanggal 4
September 1990. Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung dirintis oleh KH.
49
Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym. Berdirinya Pondok Pesantren ini terinspirasi
dari kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kemandirian
melalui usaha atau berdagang yang ditekuni sejak dini. Nabi Muhammad SAW
pertama kali berwirausaha diajak oleh pamannya yang bernama Abu Thalib, yang
pada saat itu ikut dengan rombongan dagang ke negeri Syam. Oleh karena itu, Aa
Gym terinspirasi pada kisah Nabi Muhammad SAW sehingga membangun sebuah
pondok pesantren mengajarkan ilmu-ilmu agama serta ilmu wirausaha yang
diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Aa Gym mempercayai bahwa dengan menerapkan wirausaha akan
membentuk kemandirian dalam diri seseorang.128
Pondok Pesantren Daarut
Tauhid Bandung mengutamakan di bidang pendidikan, dakwah, ekonomi dan
sosial. Aktivitas ekonomi dipandang sebagai salah satu ciri khas dari Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Sedangkan dalam bidang pendidikan, dakwah
dan sosial mengusung konsep Manajemen Qolbu atau (MQ). Konsep dari
Manajemen Qolbu meliputi 4 komponen yaitu Ma’rifatullah, Manajemen Diri,
Entrepreneurship dan Leadership. Tata nilai dari MQ menjadi dasar sejarah bagi
organisasi Pondok Pesantren Daarut Tauhid yang dikenal sebagai jargon “Menuju
Generasi Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar”. 129
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung memiliki program pendidikan
SMP yang didirikan pada tahun 2011, SMK didirikan pada 20 Juli 2009, SMA
128Wiratni Ahmadi, “Profil Pesantren Daarut Tauhid” dalam http://www.daaruttauhiid\
diakses pada tanggal 9 April 2019. 129Wiratni Ahmadi, “Profil Pesantren Daarut Tauhid” dalam http://www.daaruttauhiid\
diakses pada tanggal 8 April 2018.
50
Putra didirikan pada 2009 dan SMA Putri didirikan pada tahun 2017.130
Letak
geografis pondok pesantren ini berdekatan dengan Universitas Pendidikan yang
terletak di jalan GegerKalong Girang No.38 Kota Bandung Kecamatan Sukasari.
Berbatasan dengan bagian Timur Kota Bandung. Kecamatan Sukasari terdiri atas
4 kelurahan, yaitu Kelurahan Sarijadi, Kelurahan Sukarasa, Kelurahan
GegerKalong Girang dan Kelurahan Isola.131
B. Identitas Responden
Pada tahap pertama dalam pengisian kuesioner. Responden pemilih pemula
dari santri putra putri kelas XII SMK dan SMA diminta untuk mengisi identitas
dari lembar pertama kuesioner. Hal ini untuk memudahkan peneliti dalam
pengambilan sampel yang berkriteria sebagai pemilih pemula berusia 17-19 tahun
dan berpartisipasi pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat
2018.
Dari jumlah siswa 186 terbagi menjadi SMK putra 55, SMK putri 48 dan
SMA putra 83. Responden yang memenuhi kriteria sebagai pemilih pemula yaitu
sebanyak 70 siswa dari kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut
Tauhid Bandung. Untuk menentukan jumlah sampel responden, penelitian ini
menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan perhitungan dari rumus Slovin,
responden yang terpilih untuk dijadikan sampel yaitu sebanyak 41 siswa putra dan
putri kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
130Wiratni Ahmadi, “Profil Pesantren Daarut Tauhid” dalam http://www.daaruttauhiid\
diakses pada tanggal 9 April 2018.
131
Badan Pusat Statistik Kota Bandung, Statistik Daerah Kecamatan Sukasari 2016,
(Bandung: Badan Pusat Statistik, 2016), hal.1-2.
51
Lembar pertama kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan yang wajib
responden isi yaitu, umur, jenis kelamin, suku, asal daerah, memiliki KTP
berdomisili Jawa Barat, menggunakan hak pilih, memiliki surat undangan
memilih, dan pertama kali memilih. Hal ini untuk mengkategorikan pemilih
pemula yang menggunakan hak pilih.
Tabel 4.1. Identitas Responden Berdasarkan Umur
Dari hasil persentase di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini, memiliki tingkatan umur. Responden yang berumur 17 tahun
sebanyak 16 orang (39%), responden yang memiliki umur 18 sebanyak 19 orang
(46,3%), dan yang berumur 19 tahun sebanyak 6 orang (14,7%). Peneliti
menggunakan seluruh sampel dari populasi yang telah ditentukan.132
Tabel 4.2. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui penelitian ini berasal dari jenis
kelamin yang berbeda. Terdiri dari pemilih pemula laki-laki sebanyak 28 orang
(68,3%), dan perempuan sebanyak 13 (31,7%).
132
Data Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
No Umur Frekuensi Persentase
1 17 16 39% 2 18 19 46,3% 3 19 6 14,7%
Total 41 100
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 28 68,3% 2 Perempuan 13 31,7%
Total 41 100
52
C. Uji Validitas dan Reabilitas
C.1. Validitas
Uji validitas merupakan instrumen dalam kuesioner yang digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Sehingga indikator-indikator tersebut
dapat mencerminkan karakteristik dari variabel yang digunakan dalam
penelitian.133
Pengujian ini penting dilakukan, sebab untuk mengetahui valid
tidaknya kuesioner yang digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian yang
reliabel belum tentu valid. Uji validitas yaitu untuk mengukur sah atau tidaknya
suatu kuesioner menggunakan teknik Pearson correlation. Berikut ini adalah hasil
uji validitas.
Tabel 4.3. Validitas Model Sosiologis
Variabel Pearson Correlation Sig Keterangan
X1.1.1 0,450** 0,003 Valid
X1.1.2 0,823** 0,000 Valid
X1.1.3 0,826** 0,000 Valid
X1.1.4 0,772** 0,000 Valid
X1.1.5 0,597** 0,000 Valid
Tabel 4.4. Validitas Model Psikologis
Variabel Pearson Correlation Sig Keterangan
X1.2.1 0,622** 0,000 Valid
X1.2.2 0,709** 0,000 Valid
X1.2.3 0,562** 0,000 Valid
X1.2.4 0,723** 0,000 Valid
X1.2.5 0,677** 0,000 Valid
X1.2.6 0,568** 0,000 Valid
133 Malhotra, Operations Management, hal.319.
53
Tabel 4.5. Validitas Pilihan Rasional
Variabel Pearson Correlation Sig Keterangan
X1.3.1 0,707** 0,000 Valid
X1.3.2 0,684** 0,000 Valid
X1.3.3 0,832** 0,000 Valid
X1.3.4 0,701** 0,000 Valid
X1.3.5 0,443** 0,004 Valid
Tabel 4.6. Validitas Budaya Politik Parokial
Variabel Pearson Correlation Sig Keterangan
X2.1 0,706** 0,000 Valid
X2.2 0,646** 0,000 Valid
X2.3 0,774** 0,000 Valid
X2.4 0,819** 0,000 Valid
X2.5 0,825** 0,000 Valid
Tabel 4.7. Validitas Partisipasi Aktif
Variabel Pearson Correlation Sig Keterangan
Y1 0,800** 0,000 Valid
Y2 0,799** 0,000 Valid
Y3 0,855** 0,000 Valid
Y4 0,908** 0,000 Valid
Y5 0,900** 0,000 Valid
Berdasarkan tabel 4.3 sampai 4.7 di atas menunjukkan bahwa instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini valid. Hal ini diketahui dari masing-masing
nilai signifikansi < 0,05.
C.2. Reliabilitas
Uji realibilitas adalah uji dimana setiap variabel diukur dengan
menggunakan teknik Cronbach’s alpha. Pengukuran Cronbach’s alpha dipilih
karena pengukuran ini merupakan teknik pengujian reliabilitas kuesioner yang
paling sering digunakan.134
Selain itu, Cronbach’s alpha dapat digunakan untuk
134
Bryman dan Bell, Business Research Methods, (Oxford: University Press, 2007),
hal.176.
54
mendeteksi indikator-indikator yang tidak konsisten.135
Berikut ini adalah hasil
dari uji reliabilitas pada alat ukur penelitian.
Tabel 4.8. Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha (α) Keterangan
Model Sosiologis 0,737 Reliabel
Model Psikologis 0,716 Reliabel
Pilihan Rasional 0,702 Reliabel
Budaya Politik 0,809 Reliabel
Partisipasi Aktif 0,904 Reliabel
Cronbach’s Alpha memiliki ukuran skala reliabilitas yang berkisar antara
nol sampai dengan satu.136
Menurut Eisingerich dan Rubera nilai tingkat
keandalan Cronbach’s Alpha minimum untuk alat ukur yang andal adalah 0,70.137
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa masing-masing variabel yang membentuk
model sosiologis, model psikologis, model pilihan rasional, budaya politik dan
partisipasi aktif >0,7. Ini berarti instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
reliabel.
D. Analisis Partisipasi Aktif
Pertanyaan pertama dari partisipasi aktif berbunyi “Saya ikut serta dalam
kegiatan kampanye pada calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang saya dukung
pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018”. Pertanyaan ini diajukan untuk
mengetahui adanya keterlibatan responden dalam mengikuti kegiatan kampanye
pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018. Meskipun
pertanyaan penulis ajukan terkesan memiliki dimensi partisipasi dalam pengertian
135
Malhotra, Operations Management, hal.289.
136
Hair, Multivariate Data Analysis: Seventh Edition, (Pearson Prentice Hall, 2010), hal.92.
137
A.B Eisingerich dan G. Rubera, Drivers of Brand Commitment: A Cross-National
Investigation, (Journal Of International Marketing, Vol.18, No.2, 2010), hal. 27. [jurnal on-line],
http://doi.org/10.1509/jimk.18.2.64.
55
perilaku (behavioral), peneliti lebih tertarik untuk melihat sikap mereka dalam
menanggapi kegiatan kampanye. Berikut hasilnya:
Tabel 4.9. Keikutsertaan Kegiatan Kampanye
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 3 7,3%
4 Setuju 12 29,3%
5 Sangat Setuju 26 63,4%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.15 didapatkan dari 41 responden yang diwawancarai, 9 orang
(7,3%) mengaku netral terhadap keikutsertaan kegiatan kampanye. 30 orang
(29,3%) mengaku setuju, 2 orang (63,4%) sangat setuju dengan keikutsertaan
kegiatan kampanye. Hal ini menunjukkan kesadaran politik sebagian besar
responden sangat baik.
Pertanyaan kedua dari partisipasi aktif, yaitu “Saya ikut menyumbang dana
untuk kegiatan kampanye pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur yang
saya dukung.” Pertanyaan ini ditanyakan dalam konteks untuk melihat apakah
responden berpartisipasi atas dasar menyumbang dana dalam kegiatan kampanye
pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018. Meskipun
pertanyan terkait dengan sumbangan kampanye terkesan pengertian dari perilaku,
namun respon yang diharapkan peneliti berdasarkan pertanyaan ini lebih
dimaksudkan pada sikap responden terhadap pemberian dana kampanye pada
salah satu partai. Berikut hasilnya:
56
Tabel 4.10. Ikut Serta Menyumbang Dana
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 1 2,4%
4 Setuju 14 34,2%
5 Sangat Setuju 26 63,4%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.10 menerangkan dari 41 responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 26 orang (63,4%) dan yang menjawab setuju sebanyak 14 orang
(34,2%). Sekitar 97,6% setuju sikap responden dalam berpartisipasi dengan cara
menyumbang dana untuk calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada Pemilihan
Gubernur 2018. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden tidak keberatan
jika seandainya mengeluarkan dana pribadinya untuk kegiatan kampanye.
Pertanyaan ketiga dari partisipasi aktif yang berbunyi “Saya memiliki calon
kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur yang diunggulkan”. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah responden mencari tahu informasi mengenai calon
Gubernur dan Wakil Gubernur sehingga responden mengetahui calon Gubernur
dan Wakil Gubernur yang terbaik untuk dipilih. Walaupun pertanyaan di atas
terkesan dengan definisi dari perilaku, tetapi penulis melihat dari dimensi sikap
responden terhadap calon kandidat yang diunggulkan. Berikut hasilnya:
Tabel 4.11. Calon Kandidat
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 2 4,9%
4 Setuju 14 34,1%
5 Sangat Setuju 25 61%
Jumlah 41 orang 100%
57
Tabel 4.11 menunjukan bahwa dari 41 responden yang diwawancarai, 2 orang
(4,9%) mengaku netral dalam memiliki calon kandidat dalam pasangan calon
Gubernur dan wakil Gubernur pada pemilihan tahun 2018. 14 orang (34,1%)
mengaku setuju, dan 25 orang (61%) mengaku sangat setuju bahwa memiliki
calon kandidat dalam pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada
Pemilihan Gubernur Tahun 2018. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden
memiliki pengetahuan mengenai pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur
yang mereka pilih.
Pertanyaan dari partisipasi aktif yang keempat adalah “Saya menggunakan
hak pilih dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 sebagai salah satu bentuk
tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia”. Pertanyaan ini diajukan untuk
melihat sejauhmana motivasi responden dalam menggunakan hak pilih. Penulis
ingin melihat seberapa pedulinya sikap responden dalam menggunakan hak pilih.
Berikut hasilnya:
Tabel 4.12. Hak Pilih Sebagai Tanggung Jawab
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 8 19,5%
4 Setuju 6 14,6%
5 Sangat Setuju 27 65,9%
Jumlah 41 orang 100%
Dari tabel 4.12 diketahui 41 responden yang diwawancarai, 8 orang (19,5%)
diantaranya mengaku netral dalam menggunakan hak pilih, 6 orang (14,6%)
mengaku setuju, dan 27 orang (65,9%) mengaku sangat setuju. Hal ini
menunjukkan sebagian besar responden menyadari tanggung jawabnya sebagai
58
warga negara dan menerapkannya dengan menggunakan hak pilih mereka pada
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
Pertanyaan variabel Y partisipasi aktif yang kelima berbunyi “Saya memilih
berdasarkan visi dan misi yang meyakinkan untuk membangun Jawa Barat lebih
baik lagi”. Pertanyaan ini untuk mengetahui apakah responden memiliki kriteria
penilaian sebelum menggunakan hak pilih perlu mengetahui visi dan misi yang
diajukan oleh para calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada Pemilihan Gubernur
Jawa Barat 2018. Berikut hasilnya:
Tabel 4.13. Visi dan Misi
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 5 12,2%
4 Setuju 11 26,8%
5 Sangat Setuju 25 61%
Jumlah 41 orang 100%
Tabel 4.19 menerangkan dari 41 responden yang diwawancarai, 5 orang
(12,2%) mengaku netral dalam indikasinya memiliki visi dan misi dalam
pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur tahun 2018. 11 orang (26,8%) mengaku
setuju, dan 25 orang (61%) mengaku sangat. Hal ini menunjukkan responden
sebelum menggunakan hak pilihnya, mereka mencari tahu mengenai masing-
masing visi dan misi dari setiap calon Gubernur dan Wakil Gubernur.
E. Analisis Perilaku Politik
E.1. Sosiologis
Pertanyaan pertama dari variabel X yaitu “Saya memilih calon Gubernur dan
wakil Gubernur dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 berdasarkan
kesamaan suku dengan saya”. Pertanyaan di atas untuk mengetahui keterkaitan
59
partisipasi politik dengan perilaku politik memilih berdasarkan karakteristik
model sosiologis dari kesamaan suku. Pertanyaan ini untuk mengukur apakah
faktor dari kesamaan suku dapat berpengaruh terhadap responden dalam memilih.
Hasil pertanyaan tersebut adalah:
Tabel 4.14. Kesamaan Suku
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 9 22%
4 Setuju 30 73,2%
5 Sangat Setuju 2 4,9%
Jumlah 41 orang 100%
Tabel 4.14 menunjukan bahwa dari 41 responden yang diwawancarai, 9
orang (22%) mengaku netral, 30 orang (73,2%) mengaku setuju dan 2 orang
(4,9%) sangat setuju. Sebagian besar responden menjadikan latar belakang
kesamaan suku dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
Pertanyaan kedua dari model sosiologis adalah “Saya mempertimbangkan
calon Gubernur dan Wakil Gubernur berdasarkan faktor kesalehan atau ketaatan
dalam beragama (Islam) dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018”.
Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengetahui sejauhmana sikap
responden dalam menggunakan hak pilih dengan mempertimbangkan pilihannya
terhadap faktor kesalehan atau ketaatan beragama (khususnya agama Islam) para
calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Hasilnya adalah:
60
Tabel 4.15. Faktor Ketaatan Beragama
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 9 22%
4 Setuju 27 65,9%
5 Sangat Setuju 5 12,2%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.15 menjelaskan bahwa dari 41 responden yang diwawancarai, 9
orang (22%) mengaku netral, 27 orang (65,9%) mengaku setuju, 5 orang (12,2%)
sangat setuju. Sebagian besar responden berpartisipasi dengan melihat kesalehan
dan ketaatan beragama (Islam) calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat
2018.
Pertanyaan model sosiologis ketiga berbunyi “Saya menimbang mana calon
Gubernur dan Wakil Gubernur yang paling muda untuk saya pilih”. Pertanyaan
ini dimaksudkan untuk menguji sikap responden terkait dengan faktor usia muda,
apakah menjadi bahan pertimbangan responden dalam memilih. Berikut hasilnya:
Tabel 4.16. Faktor Usia
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 9 22%
4 Setuju 32 78%
5 Sangat Setuju 0 0
Jumlah 41 orang 100%
Berdasarkan tabel 4.16, dari total 41 responden yang diwawancarai, 9 orang
(22%) mengaku netral, 32 orang (78%) mengaku setuju. Data di atas menunjukan,
sebagian besar responden mempertimbangkan usia Gubernur dan Wakil Gubernur
yang akan dipilihnya. Responden memiliki kecenderungan untuk memilih calon
61
Gubernur dan Wakil Gubernur yang dinilai paling muda diantara calon Gubernur
lainnya.
Pertanyaan keempat, yaitu “Saya memilih Gubernur dan Wakil Gubernur
yang berasal dari wilayah yang sama dengan saya”. Tujuan pertanyaan ini adalah
untuk melihat apakah kesamaan wilayah dengan responden menjadikan bahan
pertimbangan menggunakan hak pilih pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018.
Hasil dari pertanyaan tersebut yaitu:
Tabel 4.17. Faktor Wilayah
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 17 41,5%
4 Setuju 23 56,1%
5 Sangat Setuju 1 2,4%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.17, diketahui dari 41 responden yang diwawancarai, 17 orang
(22%) mengaku netral, 23 orang (78%) mengaku setuju, dan 1 orang (2,4%)
mengaku sangat setuju memilih calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang berasal
dari satu wilayah dengan responden. Sebagian besar responden memiliki
kecenderungan untuk memilih calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang berasal
dari wilayah yang sama dengan responden.
Pertanyaan kelima model sosiologis dari variabel X1 adalah “Saya
mengetahui asal wilayah masing-masing calon Gubernur dan Wakil Gubernur
Jawa Barat penting untuk saya jadikan pertimbangan dalam memilih”.
Pertanyaan ini diajukan apakah dengan responden mengetahui asal wilayah
pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018 dapat
mempengaruhi sikap responden dalam memilih. Berikut ini merupakan hasilnya:
62
Tabel 4.18. Mengetahui Asal Wilayah
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 11 26,8%
4 Setuju 25 61%
5 Sangat Setuju 5 12,2%
Jumlah 41 orang 100%
Tabel 4.18, pada 41 responden yang diwawancarai, 11 orang (26,8%)
mengaku netral, 25 orang (61%) mengaku setuju, dan 5 orang (12,2%) mengaku
sangat setuju. Berdasarkan tabel 4.18, responden setuju bahwa mereka
mengetahui asal wilayah calon Gubernur dan Wakil Gubernur sehingga dapat
mempengaruhi sikap responden dalam memilih.
E.2. Psikologis
Pertanyaan pertama dari model psikologis, yaitu “Saya memilih berdasarkan
citra baik calon Gubernur dari salah satu partai”. Tujuannya dari pertanyaan ini,
yaitu untuk mengetahui respon pemilih pemula dalam menanggapi citra baik yang
ditampilkan oleh salah satu partai. Apakah citra baik dari salah satu partai dapat
berpengaruh terhadap partisipasi responden dalam memilih. Berikut adalah
hasilnya:
Tabel 4.19. Citra Baik Pasangan Calon Gubernur
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 12 29,3%
4 Setuju 15 36,6%
5 Sangat Setuju 14 34,1%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.19 menerangkan keseluruhan 41 responden yang diwawancarai,
12 orang (29,3%) mengaku netral, 15 orang (36,6%) mengaku setuju dan 14 orang
63
(34,1%) sangat setuju. Dari data di atas mengenai citra baik dari salah satu partai,
sebagian besar responden menjawab setuju bahwa citra baik dari salah satu partai
dapat berpengaruh terhadap pilihan politik responden.
Pertanyaan kedua dari model psikologis “Saya memilih berdasarkan asal
partai dari calon Gubernur”. Selain asal wilayah, pertanyaan berikutnya
bertujuan untuk melihat sejauh mana responden mempertimbangkan partisipasi
politiknya terhadap asal partai calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Berikut
jawaban dari responden:
Tabel 4.20. Asal Partai Calon Gubernur
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 13 31,7%
4 Setuju 15 36,6%
5 Sangat Setuju 13 31,7%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.20 menerangkan dari 41 responden yang diwawancarai, 13 orang
(31,7%) mengaku netral, 15 orang (36,6%) mengaku setuju dan 13 orang (31,7%)
sangat setuju memilih berdasarkan asal partai dari calon Gubernur. Hal ini
menunjukkan bahwa responden memiliki preferensi terhadap partai sebelum
memutuskan memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
Pertanyaan ketiga dari model psikologis adalah “Saya memilih berdasarkan
partai-partai pendukung calon Gubernur”. Pertanyaan ini bertujuan untuk melihat
Apakah keputusan responden dalam menggunakan hak pilih dipengaruhi oleh
partai dari pendukung salah satu calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Berikut
hasilnya:
64
Tabel 4.21. Partai Pendukung Calon Gubernur
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 11 26,8%
4 Setuju 18 43,9%
5 Sangat Setuju 12 29,3%
Jumlah 41 orang 100%
Tabel 4.21 menjelaskan bahwa dari 41 responden yang diwawancarai, 11
orang (26,8%) mengaku netral dengan memilih berdasarkan partai-partai
pendukung calon Gubernur. 18 orang (43,9%) mengaku setuju, 12 orang (29,3%).
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa selain asal partai, partai-partai
pendukung juga menjadi bahan pertimbangan responden dalam memilih calon
Gubernur dan Wakil Gubernur.
Pertanyaan keempat dari model psikologis yang menjelaskan “Saya memilih
karena melihat kepribadian calon Gubernur dari salah satu partai”. Pertanyaan
diajukan untuk mengetahui apakah kepribadian atau kharismatik yang dimiliki
oleh salah satu calon Gubernur dari salah satu partai, dijadikan sebagai bahan
pertimbangan responden dalam memilih. Hasil pertanyaan ini adalah:
Tabel 4.22. Kepribadian Calon Calon Gubernur Dari Salah Satu Partai
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 2 4,9%
3 Netral 18 43,9%
4 Setuju 17 41,5%
5 Sangat Setuju 4 9,7%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.28, dari total 41 responden yang diwawancarai, 2 orang (4,9%)
mengaku tidak setuju, 18 orang (43,9%) mengaku netral, 17 orang (41,5%)
mengaku setuju dan 4 orang (9,7%) sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
65
kepribadian calon Gubernur dan Wakil Gubernur dijadikan pertimbangan oleh
responden dalam memilih.
Pertanyaan kelima model psikologis dari variabel X1 berbunyi “Saya memilih
karena saya dekat dan ikut terlibat dalam partai yang mendukung salah satu
calon”. Pertanyaan ini memiliki arti, yaitu untuk mengetahui sejauh mana
responden dekat dengan suatu partai dan ikut terlibat dalam golongan partai yang
mendukung salah satu calon Gubernur, sehingga responden memprioritaskan
suara untuk partai tersebut dalam menggunakan hak pilihnya. Pertanyaan ini
mendapatkan respon sebagai berikut:
Tabel 4.23. Kedekatan dengan Partai Pendukung Calon Gubernur
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 2 4,9%
3 Netral 4 9,7%
4 Setuju 18 43,9%
5 Sangat Setuju 17 41.5%
Jumlah 41 orang 100%
Berdasarkan tabel 4.23, dari 41 responden yang diwawancarai, 2 orang
(4,9%) mengaku tidak setuju, 4 orang (9,7%) mengaku netral, 18 orang (43,9%)
mengaku setuju dan 17 orang (41,5%) sangat setuju. Terlihat dengan jelas, data
diatas menunjukan kedekatan dan keterlibatan responden dalam partai tertentu
merupakan bahan pertimbangan yang berarti bagi sebagian besar responden dalam
memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
Pertanyaan keenam dalam model psikologis, yaitu “Saya memilih karena
orang tua saya terlibat dalam salah satu partai pendukung calon Gubernur Jawa
Barat”. Pertanyaan diajukan untuk mengetahui Apakah dengan keterlibatan orang
tua pada partai tertentu akan berpengaruh pada keputusan responden dalam
66
menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat 2018, hasil menunjukan:
Tabel 4.24. Orang Tua Terlibat dalam Salah Satu Partai
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 13 31,8%
4 Setuju 14 34,1%
5 Sangat Setuju 14 34,1%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.24 menerangkan dari 41 responden yang diwawancarai, 13 orang
(31,8%) mengaku netral, 14 orang (34,1%) mengaku setuju dan 14 orang (34,1%)
sangat setuju memilih berdasarkan orang tua terlibat dalam salah satu partai
pendukung calon Gubernur Jawa Barat. Berdasarkan hasil tersebut, dapat di lihat
bahwa keterlibatan orang tua responden dalam salah satu partai merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi partisipasi responden dalam menggunakan hak
pilihnya pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
E.3. Pilihan Rasional
Pertanyaan pertama dalam pilihan rasional adalah “Saya memilih karena
kinerja partai calon Gubernur”. Pertanyaan diajukan untuk mengetahui
sejauhmana kinerja partai dari calon Gubernur dan Wakil Gubernur dirasakan
oleh responden, sehingga dapat berpengaruh terhadap keputusan responden dalam
memilih. Hasil menyatakan:
67
Tabel 4.25. Kinerja Partai
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 6 14,6%
4 Setuju 23 56,1%
5 Sangat Setuju 12 29,3%
Jumlah 41 orang 100%
Tabel 4.25 menjabarkan bahwa dari 41 responden yang diwawancarai, 6
orang (14,6%) mengaku netral, 23 orang (56,1%) mengaku setuju dan 12 orang
(29,3%) sangat setuju. Data diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden
menggunakan hak pilihnya dengan melihat kinerja partai dari calon Gubernur dan
Wakil Gubernur.
Pada pertanyaan kedua dari model pilihan rasional yaitu “Saya memilih
karena melihat hasil nyata dari kinerja calon Gubernur yang memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat”. Dari pertanyaan tersebut penulis ingin melihat,
apakah hasil nyata kinerja dari calon Gubernur dan Wakil Gubernur dapat
berpengaruh pada keputasan responden dalam memilih. Diketahui hasil
pengumpulan data, yaitu:
Tabel 4.26. Hasil Nyata Calon Gubernur
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 11 26,8%
4 Setuju 22 53,7%
5 Sangat Setuju 8 19,5%
Jumlah 41 orang 100%
Dari tabel 4.26 diketahui sebesar 41 responden diwawancarai, 11 orang
(26,8%) diantaranya mengaku netral, 22 orang (53,7%) mengaku setuju dan 8
68
orang (19,5%) sangat setuju. Hasil nyata kinerja Guberner dan Wakil Gubernur
yang dirasakan oleh responden menjadikan salah satu bahan pertimbangan
responden dalam memilih. Hal ini disebabkan hasil kinerja yang memuaskan
membuat masyarakat percaya akan rekam jejak yang telah dicapai dari calon
Gubernur dan Wakil Gubernur.
Pertanyaan ketiga dari model pilihan rasional berbunyi “Saya memilih karena
kebijakan yang dibuat partai atau calon Gubernur yang memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat”. Pertanyaan tersebut ditujukan untuk melihat
sejauhmana responden menggunakan hak pilih percaya atas kebijakan yang dibuat
oleh partai atau calon Gubernur dapat memberikan kesetahteraan bagi masyarakat.
Berikut hasilnya:
Tabel 4.27. Kesejahteraan dari Kebijakan Partai Calon Gubernur
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 10 24,4%
4 Setuju 15 36,6%
5 Sangat Setuju 16 39%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.27 diketahui 41 responden yang diwawancarai, 10 orang (24,4%)
mengaku netral, 15 orang (36,6%) mengaku setuju dan 16 orang (39%) sangat
setuju. Data di atas menunjukan responden setuju memilih calon Gubernur dan
Wakil Gubernur, sebab mereka percaya bahwa kebijakan yang dibuat partai atau
calon Gubernur dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat umum.
Pertanyaan keempat dari model pilihan rasional adalah “Saya memilih karena
kebijakan yang dibuat partai atau calon kandidat dirasa dapat memberikan
keuntungan, baik secara pribadi maupun kepada masyarakat umum”. Pertanyaan
69
ini diajukan untuk mengetahui apakah responden merasa dengan memilih partai
atau calon Gubernur dapat memberikan keuntungan baik secara pribadi maupun
masyarakat umum. Berikut hasilnya:
Tabel 4.28. Keuntungan dari Kebijakan Partai Calon Gubernur
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 8 19,5%
4 Setuju 18 43,9%
5 Sangat Setuju 15 36,6%
Jumlah 41 orang 100%
Tabel 4.28 menguraikan bahwa dari 41 responden yang diwawancarai, 8
orang (19,5%) mengaku netral, 18 orang (43,9%) mengaku setuju dan 15 orang
(36,6%) sangat setuju. Mayoritas responden memilih berdasarkan kebijakan yang
memberikan keuntungan baik secara pribadi maupun secara umum, kebijakan
yang menguntungkan untuk pribadi dan masyarakat umum akan membuat yakin
responden untuk memilih partai atau calon gubernur tersebut.
Pertanyaan kelima model pilihan rasional dari variabel X1 “Saya memilih
karena merasa kehidupan saya sudah berubah menjadi lebih baik dari
sebelumnya” pertanyaan diatas bertujuan untuk melihat sikap responden dalam
menanggapi pemerintahan yang dijalankan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur
sebelumnya yang telah mengubah hidupnya menjadi lebih baik, sehingga ia
merasa harus mempertahankan hak pilihnya terhadap Gubernur dan Wakil
Gubernur tersebut. Berikut hasil jawaban dari responden:
70
Tabel 4.29. Kehidupan Lebih Baik
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 7 17,1%
4 Setuju 19 46,3%
5 Sangat Setuju 15 36,6%
Jumlah 41 orang 100%
Tabel 4.29 menerangkan dari 41 responden yang diwawancarai, 7 orang
(17,1%) mengaku netral, 19 orang (46,3%) mengaku setuju dan 15 orang (36,6%)
sangat setuju. Sebagian besar responden dalam penelitian ini setuju memilih calon
Gubernur dan Wakil Guberunur karena merasa kehidupannya telah berubah
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal ini terkait dengan kinerja calon Gubernur
yang dampaknya telah dirasakan oleh responden, sehingga membuat responden
percaya memilih calon tersebut.
F. Analisis Budaya Politik
Pertanyaan pertama dari budaya politik parokial variabel X2 yaitu “Kyai
adalah sosok penting bukan hanya soal rujukan tentang agama tapi juga referensi
dalam memilih”, diajukan untuk mengetahui apakah pandangan politik Kyai
berpengaruh terhadap keputusan responden dalam memilih Gubernur dan Wakil
Gubernur. Hasil dari pertanyaan tersebut adalah:
Tabel 4.30. Sosok Kyai
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 0 0
3 Netral 9 22%
4 Setuju 24 58,5%
5 Sangat Setuju 8 19,5%
Jumlah 41 orang 100%
71
Tabel 4.30 menerangkan dari 41 responden yang diwawancarai, 9 orang
(22%) mengaku netral, 24 orang (58,5%) mengaku setuju dan 8 orang (19,5%)
sangat setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden
dalam lingkungan pondok pesantren setuju, memilih karena responden menilai
bahwa Kyai merupakan sosok penting sebagai panutan dalam kehidupan santri
baik dari segi agama maupun politik. Hal ini menunjukkan, bahwa pendapat dan
pandangan politik dari tokoh agama yaitu Kyai berperan penting sebagai faktor
yang mempengaruhi keputusan reponden dalam memilih calon Gubernur dan
Wakil Gubernur.
Pertanyaan kedua dari budaya politik parokial “Saya memilih karena
mengikuti arahan dari kyai di pondok pesantren saya”. Pertanyaan ini untuk
mengetahui apakah responden dalam menggunakan hak pilih berdasarkan arahan
dari kyai di pondok pesantren, berikut hasil yang didapat:
Tabel 4.31. Arahan Kyai
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 1 2,4%
3 Netral 12 29,3%
4 Setuju 22 53,7%
5 Sangat Setuju 6 14,6%
Jumlah 41 orang 100%
Dari tabel 4.31 menerangkan dari 41 responden yang diwawancarai,
diantaranya 1 orang (2,4%) tidak setuju, 12 orang (29,3%) mengaku netral, 22
orang (53,7%) mengaku setuju dan 6 orang (14,6%) sangat setuju. Hasil dari data
di atas menunjukkan sebagian besar responden setuju dalam berpartisipasi di
arahkan oleh tokoh agama yaitu Kyai di pondok pesantren. Terlihat dari tabel 4.30
72
dan 4.31 adanya hubungan patronase antara kyai dengan santri di dalam pondok
pesantren dalam partisipasi politik.
Pertanyaan ketiga dari budaya politik parokial berbunyi “Saya memilih
berdasarkan nasehat atau arahan dari para ustadz”. Pertanyaan ini untuk melihat
apakah responden dalam berpartisipasi berdasarkan nasehat yang diberikan ustadz
di pondok pesantren.
Tabel 4.32. Nasehat dan Arahan Ustadz
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 3 7,3%
3 Netral 13 31,7%
4 Setuju 15 36,6%
5 Sangat Setuju 10 24,4%
Jumlah 41 orang 100%
Pada tabel 4.38 menyatakan bahwa dari 41 responden yang diwawancarai, 3
orang (7,3%), 13 orang (31,7%) mengaku netral, 15 orang (36,6%) mengaku
setuju, 10 orang (24,4%) sangat setuju dengan memilih berdasarkan nasehat dari
ustadz yang berada di pondok pesantren. Selain pandangan tokoh agama, arahan
ustadz sebagai guru yang mengajar santri di pondok pesantren juga berpengaruh
terhadap sebagian besar responden dalam berpartisipasi pada Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
Pertanyaan keempat dari budaya politik parokial “Saya memilih calon
Gubernur yang dianggap paling taat beragama oleh kyai”, pertanyaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam menggunakan hak pilih responden
mengikuti arahan Kyai mengenai calon Gubernur yang paling taat beragama harus
73
dipilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018. Berikut hasil dari
pertanyaan keempat dari budaya politik parokial:
Tabel 4.33. Taat Beragama
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 5 12,2%
3 Netral 9 22%
4 Setuju 11 26,8%
5 Sangat Setuju 16 39%
Jumlah 41 orang 100%
Dapat di lihat pada tabel 4.39,dari 41 responden yang diwawancarai, 5 orang
(12,2%) mengaku tidak setuju, 9 orang (22%) mengaku netral, 11 orang (26,8%)
mengaku setuju, 16 orang (39%) sangat setuju dengan memilih calon Gubernur
yang dianggap paling taat beragama oleh kyai. Penilain Kyai mengenai ketaatan
beragama calon Gubernur dan Wakil Gubernur berpengaruh besar pada keputusan
responden dalam memilih.
Pertanyaan kelima dari budaya politik parokial variabel X2, yaitu “Saya
mendukung semua yang kyai ajarkan mengenai kriteria seorang pemimpin dalam
ajaran Islam” bertujuan untuk mengetahui apakah kriteria seorang pemimpin
dalam ajaran Islam yang diajarkan oleh Kyai dapat berpengaruh pada keputusan
memilih responden pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat
2018. Hasilnya adalah:
Tabel 4.34. Seorang Pemimpin dalam Ajaran Islam
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 4 9,8%
3 Netral 12 29,3%
4 Setuju 18 43,9%
5 Sangat Setuju 7 17,1%
Jumlah 41 orang 100%
74
Berdasarkan data pada tabel 4.34, diketahui dari 41 responden yang
diwawancarai, 4 orang (9,8%), 12 orang (29,3%) mengaku, 18 orang (43,9%)
mengaku setuju, 7 orang (17,1%) sangat setuju dengan memilih pemimpin yang
kyai ajarkan dalam ajaran Islam. Nilai-nilai dan kriteria pemimpin yang baik
dalam agama Islam yang Kyai ajarkan di pondok pesantren akan menjadi
keputusan responden dalam memilih Gubernur dan Wakil Gubernur.
G. Analisis Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji analisis regresi berganda, perlu dilakukan uji asumsi
klasik untuk mendapatkan hasil yang terbaik agar tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan nilai.138
Uji asumsi klasik yang dipakai dalam penelitian ini adalah
uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikoliniaritas dan uji autokorelasi.
G.1. Uji Normalitas
“Uji normalitas bertujuan untuk mencari tahu di dalam model regresi
apakah variabel independen dan variabel dependen mempunyai kontribusi atau
tidak”.139
Model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau
mendekati normal. Pengujian ini mengunakan Kolmogorov Smirnov. Hasil dari
penelitian ini uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 4.35. Uji Normalitas
Variabel sig batas Keterangan
Unstandardized Residual 0,185 0,05 Normal
138
Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, hal.104.. 139
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS, hal.160.
75
Untuk menilai hasil uji normalitas dapat dilakukan berdasarkan probabilitas
atau Asymtotic Significance, yaitu:140
a. Jika probabilitas > 0,05 maka terdistribusi secara normal.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka tidak terdistribusi secara normal
Berdasarkan tabel 4.35 di atas dapat diketahui nilai Asymtotic Significance
sebesar 0,185>0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
G.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain.141
Asumsi penting dari model regresi linier adalah adanya
gangguan yang muncul dalam regresi linier, yaitu homogenitas, di mana semua
gangguan tadi mempunyai varian yang sama. Hasil pengujian heteroskedasitas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.36. Uji Heteroskedastisitas142
Variabel sig Batas Keterangan
Model Sosiologi 0,141 > 0,05 Tidak terjadi heteroskedasitas
Model Psikologi 0,790 > 0,05 Tidak terjadi heteroskedasitas
Pilihan Rasional 0,785 > 0,05 Tidak terjadi heteroskedasitas
Budaya Politik Parokial 0,761 > 0,05 Tidak terjadi heteroskedasitas
Untuk menilai hasil uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji
Glejser berdasarkan nilai signifikansi, yaitu:143
a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
140
Santoso, Panduan Lengkap SPSS Versi 20, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014),
hal.393. 141
Duwi Priyatno, Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20, (Yogyakarta: Gava
Media, 2016), hal.158. 142
Pengujian Data Wawancara Responden. 143
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.142-143.
76
b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas.
Berdasarkan tabel 4.36 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas lebih besar
dari 0,05, dengan demikian variabel yang diajukan dalam penelitian ini tidak
terjadi heteroskedasitas.
G.3. Uji Multikoliniaritas
Uji multikoliniaritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas.144
Untuk mengetahui ada
atau tidaknya multikoliniaritas maka dapat dilihat dari nilai varians inflation
factor (VIF) dan tolerance (α).
Tabel 4.37. Uji Multikoliniaritas145
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Model Sosiologis 0,939 1,065 Tidak terjadi multikoliniaritas
Model Psikologis 0,767 1,304 Tidak terjadi multikoliniaritas
Pilihan Rasional 0,817 1,224 Tidak terjadi multikoliniaritas
Budaya Politik Parokial 0,989 1,011 Tidak terjadi multikoliniaritas
Kriteria pengukuran uji multikoliniaritas adalah sebagai berikut:146
a. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 0,10 maka tidak terjadi
multikoliniaritas.
b.Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 0,10 maka terjadi multikoliniaritas.
Berdasarkan tabel 4.37 dapat diketahui bahwa pada variabel penelitian nilai
tolerance value > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikoliniaritas.
144
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, hal.150. 145
Pengujian Data Wawancara Responden. 146
Danang Sunyoto, Metodologi Penelitian Akuntansi, (Bandung: PT Refika Aditama,
2018), hal.98.
77
G.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam suatu model
regresi linear, ditemukan korelasi antara pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1.147
Teknik yang digunakan yaitu pengujian Durbin–
Watson. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.38. Uji Autokorelasi
Variabel Sig
Durbin Watson 2,032
Durbin Watson upper 1,72048
Pada uji autokorelasi, ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan cara
sebagai berikut:148
a. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du)
maka koefisien autokorelasi = 0, sehingga tidak ada autokorelasi.
b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl) maka
koefisien autokorelasi > 0, sehingga ada autokorelasi positif.
c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, sehingga
ada autokorelasi negatif.
d. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4-
dl), sehingga hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Tabel 4.38 menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 2,207 dan (du)
bernilai 1,72048. Sehingga dapat dilihat bahwa nilai DW berada pada posisi
147
Purbayu Santosa, dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS,
(Yogyakarta: Andi, 2005), hal.12. 148
Purbayu Santosa, dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS,
hal.12.
78
(du)<DW<(4-du), yaitu 1,72048< 2,207< 2,27952, dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi autokorelasi.
H. Analisis Regresi Berganda
H.1. Koefisisen Determinasi (R2)
Tabel 4.40. Koefisien determinasi Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,502a ,252 ,169 ,21005
a. Predictors: (Constant), Budaya Politik Subjek Parokial, Model Sosiologi, Pilihan Rasional, Model Psikologi b. Dependent Variable: Partisipasi Aktif
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variasi dependen. Nilai koefisien determinasi
berkisar antara nol sampai satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.149
Tabel 4.40 menunjukkan nilai koefisien determinasi variabel independen
yang meliputi, model sosiologi, model psikologis, pilihan rasional dan budaya
politik mampu menjelaskan variabel dependen partisipasi aktif sebesar 16,9%.
Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,169.
Sedangkan 83,1% merupakan faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini (ε).
149
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
hal.242.
79
H.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tabel 4.41. Uji F ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,536 4 ,134 3,035 ,030b
Residual 1,588 36 ,044 Total 2,124 40
a. Dependent Variable: Partisipasi Aktif b. Predictors: (Constant), Budaya Politik Parokial, Model Sosiologi, Pilihan Rasional, Model Psikologi
Tabel 4.41 menunjukkan pengujian secara simultan, diperoleh nilai Fhitung
sebesar 3,035 dengan probabilitas (p) = 0,030. Berdasarkan ketentuan uji F di
mana nilai probabilitas (p) ≤ 0,05, maka dapat dikatakan bahwa model sosiologis,
model psikologis, pilihan rasional dan budaya politik secara simultan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi aktif.
H.3. Uji Hipotesis (Uji T)
Tabel 4.42 Uji Hipotesis
Variabel Β thitung Sig Keterangan
(Constant) 2,125
Model Sosiologis 0,160 1,402 0,169 Tidak Berpengaruh
Model Psikologis 0,310 2,099 0,043 Berpengaruh Positif
Pilihan Rasional -0,132 -1,072 0,291 Tidak Berpengaruh
Budaya Politik 0,248 2,161 0,037 Berpengaruh Positif
Persamaan regresi:
Partisipasi aktif = 2,125 + 0,160X1 + 0,310X2 - 0,132X3 + 0,248X4 + ε
Uji T digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini secara individu dalam
menerangkan variabel dependen secara terpisah.150
Dasar yang digunakan dalam
uji t adalah sebagai berikut:
150
Jonathan Sarwono, Teori dan Praktik Riset Pemasaran dengan SPSS, (Yogyakarta:
Andi, 2005), hal.98
80
1.Jika nilai signifikansi >0,05, maka variabel independen tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
2.Jika nilai signifikansi < 0,05, maka variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
H.3.1 Model Sosiologis dan Partisipasi Aktif Politik
Berdasarkan pengujian pada tabel 4.42, diperoleh nilai thitung adalah sebesar
1,402 dan koefisien regresi (β) 0,160 dengan probabilitas (p) = 0,169. Hasil
analisis menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p) 0,05, dapat disimpulkan
bahwa model sosiologis tidak berpengaruh terhadap partisipasi aktif politik, maka
hipotesis pertama, yaitu variabel perilaku sosiologis berpengaruh terhadap
partisipasi aktif politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung tidak terdukung.
Dilihat dari teori model sosiologis SES (Social Economic Status), seseorang
memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan berpartisipasi dalam pemilu,
dan seseorang memiliki karakteristik untuk memilih didasarkan pada kesamaan
suku, agama, kelompok etnik atau bahasa tertentu.151
Dilihat dari tabel 4.9 sampai
4.13 yang menjelaskan bahwa partisipasi aktif pemilih pemula kelas XII SMK
dan SMA di Pondok Pesanteren Daarut Tauhid Bandung memiliki tingkat
partisipasi yang tinggi, hal ini terkait dengan model sosiologis SES yaitu
pendidikan lebih baik sehingga partisipasinya tinggi. Namun dalam karakteristik
menggunakan hak pilihnya, pemilih pemula pondok pesantren tidak memilih
151
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.6.
81
berdasarkan faktor kesamaan suku, agama, daerah, suku dan bahasa. Sehingga
dalam berpartisipasi pemilih pemula tidak dipengaruhi oleh model sosiologis.
H.3.2 Model Psikologis dan Partisipasi Aktif
Berdasarkan pengujian pada tabel 4.42, diperoleh nilai thitung sebesar 2,099
dan koefisien regresi (β) 0,310 dengan probabilitas (p) = 0,043. Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p) ≤ 0,05, dapat disimpulkan bahwa model
psikologis berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap partisipasi aktif
politik, maka hipotesis kedua, dimana variabel perilaku psikologis berpengaruh
terhadap partisipasi aktif pemilih pemula kelas XII SMK dan SMA Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung terdukung.
Ini menunjukkan teori model psikologis yaitu seseorang yang memiliki
perasaan dekat dengan partai tertentu (identitas partai), memiliki informasi yang
cukup untuk menentukan pilihannya pada partai tertentu, orang tersebut merasa
suaranya berarti. Karakteristik memilih dari model psikologis yaitu melalui sikap,
kepribadian dan kharismatik seseorang yang mencalonkan diri dalam pemilu.152
Hasil penelitian dari model psikologis menunjukkan bahwa responden
memiliki perasaan yang cukup dekat dengan partai politik, dan adanya pengaruh
dari kepribadian salah satu calon Gubernur yang di anggap baik untuk dipilih.
Sehingga mendorong sebagian besar responden memilih Gubernur dan Calon
Gubernur yang diyakini pantas untuk dipilih sebagai pemimpin. Hal ini
menunjukkan model psikologis dalam partisipasi aktif merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap pertimbangan memilih pemilih pemula kelas XII SMK dan
152
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.22
82
SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung pada Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
H.3.3 Pilihan Rasional dan Partisipasi Aktif
Berdasarkan pengujian pada tabel 4.42, diperoleh nilai thitung sebesar -1,072
dan koefisien regresi (β) -0,132 dengan probabilitas (p) = 0,291. Hasil analisa
menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p) ≤ 0,05,disimpulkan bahwa pilihan
rasional berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi aktif politik, maka
hipotesis ketiga dimana variabel perilaku pilihan rasional tidak berpengaruh
terhadap partisipasi aktif politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung tidak terdukung.
Ini menunjukan teori dari model pilihan rasional yaitu seseorang mengikuti
pemilihan umum mengharapkan sesuatu yang lebih dari berpartisipasi seperti
berpartisipasi karena ekonomi politik (sosiotropik). Ekonomi politik merupakan
penilaian terhadap sistem pemerintahan yang telah di jalankan oleh salah satu
calon Gubernur sebelumnya. Karakteristik memilih dalam model pilihan rasional
yaitu berdasarkan isu yang sedang berkembang sehingga dapat mempengaruhi
dalam berpartisipasi.153
Hasil dari pengujian hipotesis model pilihan rasional menunjukan bahwa
pemilih pemula kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung tidak dipengaruhi oleh faktor model pilihan rasional dalam perilaku
politik. Sebab pemilih pemula tidak menunjukan sikap berpartisipasi yang
berdasarkan menilai kinerja dari partai sebelumnya. Penilaian terhadap sistem
153
Saiful Mujani, R.William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, hal.30.
83
pemerintahan sebelumnya dirasa tidak berpengaruh pada keputusan responden
dalam berpartisipasi. Karakteristik dari model pilihan rasional tidak berpengaruh
terhadap partisipasi aktif. Sehingga pemilih pemula kelas XII di Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung dalam berpartisipasi tidak dipengaruhi oleh pilihan
rasional.
I.3.4 Budaya Politik Parokial dan Partisipasi Aktif
Berdasarkan uji hipotesis pada tabel 4.2, diperoleh nilai thitung adalah sebesar
2,161 dan koefisien regresi (β) 0,248 dengan probabilitas (p) = 0,037. Hasil
analisis menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p) ≤ 0,05, dapat disimpulkan
bahwa budaya politik berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
partisipasi aktif politik, maka hipotesis keempat dimana variabel budaya politik
parokial berpengaruh terhadap partisipasi aktif politik kelas XII SMK dan SMA
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung terdukung.
Terkait dengan teori, budaya politik parokial merupakan budaya yang
tingkat partisipasinya dipengaruhi oleh faktor yang bersifat afektif atau lebih
mengedepankan perasaan dan normatif berpegang pada aturan di dalam
lingkungan.154
Budaya politik parokial dapat menjelaskan pemilih pemula yang
berada di lingkungan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung memiliki
partisipasi yang tinggi dan memiliki kesan modern atau lebih maju, sebab di
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung selain mempelajari Ilmu agama pada
umumnya santri juga mempelajari Ilmu kewirausahaan yang diterapkan pada
154
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utara,
2008), hal.36.
84
pondok pesantren.155
Santri yang berada di dalam pondok pesantren wajib menaati
peraturan dan norma yang berlaku di pondok pesantren. Aturan yang belaku diatur
oleh pendiri pondok pesantren yaitu Kyai.156
Sehingga terjalin hubungan
patronase antara Kyai terhadap partisipasi politik santri pada Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
Hasil pengujian hipotesis dari teori budaya politik parokial, pemilih pemula
kelas XII SMK dan SMA di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung
berpartisipasi karena adanya pengaruh dari Kyai. Hal ini menunjukan Kyai
menjalin hubungan patronase terhadap santri, dengan menggunakan cara
kekuasaan atau jabatannya sebagai seseorang yang menjadi panutan dan
memberikan arahan kepada santri agar ikut serta dalam Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Jawa Barat 2018. Dengan demikian, faktor dari budaya politik
parokial berpengaruh terhadap partisipasi politik pemilih pemula kelas XII SMK
dan SMA Daarut Tauhid Bandung.
155
Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, hal.285. 156
Ma’arif, “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”, hal.286.
85
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik
kesimpulan serta memberikan saran bagi studi yang relevan berikutnya. Dalam
bab ini peneliti menjabarkan kesimpulan dan saran yang didapatkan dari analisis
data serta pembahasan pada penelitian.
A. Kesimpulan
Tingkat partisipasi pemilih pemula siswa kelas XII SMK dan SMA Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung dalam pemilihan Gubernur Jawa barat 2018
dinilai dari keikutsertaan pemilih dalam pemilu. Selain itu partisipasi pemilih
dapat dinilai dari beberapa aspek, yaitu:
1. Pada aspek keikutsertaan dalam kegiatan kampanye, 63,4% responden
menyatakan sangat setuju, 29,3% menyatakan setuju, hal ini menunjukkan
bahwa keikutsertaan responden dalam kegiatan kampanye baik.
2. Pada aspek keikutsertaan dalam penyumbangan dana kampanye, 63,4%
responden menyatakan sangat setuju, 34,1% menyatakan setuju, hal ini
berarti sebagian besar sikap responden bersedia untuk ikut serta
menyumbang dana dalam kegiatan kampanye.
3. Pada aspek keikutsertaan memilih karena memiliki calon yang
diunggulkan, 61% responden menyatakan sangat setuju, 34,1%
menyatakan setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden mengetahui visi dan misi calon Gubernur dan
Wakil Gubernur yang akan dipilih untuk dijadikan sebagai calon
86
unggulan. Visi dan misi tersebut mempengaruhi responden dalam memilih
Gubernur dan Wakil Gubernur.
4. Pada aspek keikutsertaan memilih berdasarkan tanggung jawab sebagai
warga negara, 65,9% responden menyatakan sangat setuju, 14,6%
menyatakan setuju. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa kesadaran
responden akan tanggung jawab sebagai warga negara tinggi terutama
dalam menggunakan hak pilihnya. Kesadaran ini mejadi faktor yang
mendorong responden menggunakan hak pilihnya dalam memilih
Gubernur dan Wakil Gubernur.
5. Pada aspek keikutsertaan memilih berdasarkan visi dan misi yang
meyakinkan, 61% responden menyatakan sangat setuju, 26,8%
menyatakan setuju. Hasil ini menunjukkan visi misi merupakan faktor
yang menjadi pertimbangan bagi sebagian besar responden dalam memilih
Gubernur dan Wakil Gubernur.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa model sosiologis,
model psikologis, pilihan rasional dan budaya politik mempengaruhi partisipasi
aktif sebesar 16,9%, sedangkan 83,1% merupakan faktor-faktor lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian. Pengujian terhadap hipotesis penelitian menunjukan
bahwa:
1. Perilaku sosiologis tidak berpengaruh terhadap partisipasi aktif politik
kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
2. Perilaku psikologis berpengaruh terhadap partisipasi aktif politik kelas
XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
87
3. Perilaku pilihan rasional tidak berpengaruh terhadap partisipasi aktif
politik kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.
4. Budaya politik parokial berpengaruh terhadap partisipasi aktif politik
kelas XII SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
B. Saran
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang dapat disempurnakan
melalui penelitian yang relevan dikemudian hari. Penulis memiliki saran untuk
pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut, diantaranya:
1. Dalam penelitian ini, variabel dari pilihan rasional tidak memiliki
pengaruh yang signifikan. Sebab santri di dalam pondok pesantren menilai
bahwa kebijakan yang telah dibuat pemerintah tidak dirasakan oleh santri.
Pihak pondok pesantren perlu melakukan evaluasi terhadap pola pikir
santri, agar santri dapat berfikir lebih bijak dan rasional dalam
menggunakan hak pilihnya.
2. Penelitian ini menemukan variabel dari budaya politik parokial yang
berpengaruh signifikan, yang artinya santri di dalam lingkungan pondok
pesantren berpartisipasi karena arahan dari Kyai yang mengajak para
santri untuk menggunakan hak pilihnya. Upaya yang dilakukan oleh pihak
pondok pesantren dapat dikatakan sangat baik. Akan tetapi, lebih baik lagi
apabila ditingkatkan pemahaman mengenai arti dari pemilihan umum.
Sehingga santri yang berada pada lingkungan pondok pesantren lebih bijak
dalam berpartisipasi.
88
3. Penelitian ini memiliki kelemahan yaitu tidak ada perbandingan dengan
pondok pesantren lain. Apabila dilakukan penelitan lebih lanjut, penulis
menyarankan agar menggunakan objek penelitan lebih dari satu pesantren
sebagai bahan untuk perbandingan.
4. Penelitian ini tidak ada perbandingan antara pendidikan di dalam pondok
pesantren dengan pendidikan non pesantren. Maka sebaiknya jika
dilakukan penelitian lebih lanjut, dapat menggunakan objek dari
pendidikan di dalam pondok pesantren dan pendidikan non pesantren, agar
diketahui perbandingannya.
5. Penelitian ini fokus terhadap satu wilayah yaitu Jawa Barat. Penulis
menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan dua wilayah
atau lebih, agar terlihat komparasi dari hasil yang didapatkan.
89
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Almond, Gabriel dan Sidney Verba. Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan
Demokrasi di Lima Negara. Jakarta: Bina Aksara, 2004.
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Statistik Daerah Kecamatan Sukasari 2016.
Bandung: Badan Pusat Statistik, 2016.
Bryman dan Bell, Business Research Method. Oxford: University Press, 2007.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Cet IV Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2014.
Bungan, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2017.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta: Universitas Diponegoro, 2012.
Ghozali, Imam. Structural Equation Modelling: Edition II. Semarang: Universitas
Diponegoro, 2008.
Hair. Multivariate Data Analysis: Seventh Edition. Pearson Prentice Hall, 2010.
Malhotra. Operations Management. USA: Person, 2012.
Muhamad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
90
Mujani, Saiful. Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi
Politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2007.
Mujani, William dan Kuskridho. Kuasa Rakyat: Analisis Tentang Perilaku
Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-
Orde Baru. Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2011.
Neuman. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.
Jakarta: Bina Aksara, 2015.
Prasetyo dan Lina. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2016.
Priyatno, Duwi. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta:
Gava Media, 2016.
Santoso. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2014.
Santosa, Purbayu dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.
Yogyakarta: Andi, 2005.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2010.
Suharsaputra. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung:
PT Rafika Aditama, 2012.
Sunyoto, Danang. Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika
Aditama, 2018.
91
Surbakti,Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 1990.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik Cet VII. Jakarta: Grasindo Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2010.
Yasmadi. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Karya Ilmiah
Hasanal, Luthfi. “Perilaku Politik Dalam Pemilu Legislatif DPD RI: Analisis
Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 Dengan
Pendekatan Perilaku Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut”,
(Skripsi S1, Program Studi Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017).
Imanuel, Tadanugi. “Perilaku Politik Pemilih Pemula Pada Pemilihan Kepala
Daerah di Kabupaten Poso Tahun 2010” (Tesis S2, Program Studi Ilmu
Politik, Universitas Universitas Diponegoro, 2012).
Jurnal Online
Andriyus,“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat pada
Pemilihan Umum Legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten
Kuantan Singingi” Jurnal Studi Ilmu Pemerintahan No.2: Vol.2 (2013):
18-38. http://jurnal.uir.ac.id.
Eisingerich dan G. Rubera. “Drivers of Brand Commitment: A Cross-National
Investigation” Journal Of International Marketing No.2: Vol.18 (2010):
27. http://doi.org/10.1509/jimk.18.2.64.
Enjelita, Riang dan kawan-kawan. “Analisis Regresi Linier Berganda” Jurnal
Matematika, No.1: Vol.2 (2014): 72. https://media.neliti.com.
92
Ma’arif. Syamsul. “Pola Hubungan Patron-Client Kiai dan Santri di Pesantren”
Jurnal Tarbiyah No.2: Vol.15 (2010): 284. http://journal.radenfatah.ac.id
Masnidar, Leni “Statistik Deskriptif: Jurnal Hikmah Sekolah Tinggi Agama Islam,
No.1: Vol.14 (2017): hal.52. https://jurnalhikmah.ac.id.
Nurrizalia, Mega dan Jajat Ardiwinata, “Pengaruh Motivasi Belajar: Proses
Pembelajaran dan Lingkungan Sosial Terhadap Sikap Berwirausaha
Pemuda: Studi Pada Santri Mukim Program Pendidikan Akhlak Plus
Wirausaha Pesantren Daarut Tauhid Bandung” Jurnal Pendidikan Luar
Sekolah No.2: Vol.12 (2016): 1. http://ejournal.upi.edu.
Shofiya, Ana dan M.Turhan. “Orientasi Politik Santri Sebagai Pemilih Pemula
dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun 2013” Jurnal Studi
Pendidikan Kewarganegaraan No.2: Vol.2 (2014): 611.
http://jurnalmahasiswaunesa.ac.id
Sukma, Primandha dan Nur Wardhani. “Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam
Pemilihan Umum”Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial No.1: Vol.10
(2018): 58. http://journal.unime.ac.id
Artikel Online
Aditya, Dodit “Hand Out Mata Kuliah Metodologi Research: Variabel Penelitian
Dan Definisi Operasional” diakses dalam
https://adityasetyawan.files.wordpress.com pada tanggal 8 Maret 2019.
Ahmadi, Wiratni “Profil Pesantren Daarut Tauhid” diakses dalam
http://www.daaruttauhiid\ pada tanggal 24 April 2018.
93
Guniawan, Fajar ”Menuju Pesta Rakyat Jawa Barat”, diakses dalam
https://www.researchgate.net/publication/324257738_MENUJU_PESTA_RA
KYAT pada 30 Juli 2019
Hardiyanto, Sari “ Dulang Suara Targetkan Sambangi 5.000 Pesantren Jawa
Barat, diakses dalam https://www.jawapos.com pada 30 Juli 2019.
Humas, Bappeda Jabar “Pemilih Pemula Jawa Barat Bertambah 2 Juta”, diakses
dalam http://bappeda.jabarprov.go.id pada 30 Juli 2019.
Rihanto, Dodo “Pemilih Pemula Diprediksi Bertambah 2 Juta Jiwa” diakses
dalam www.pikiran-rakyat.com pada 2 Febuari 2019.
Subagio, “Metodologi Penelitian Kuantitatif”, diakses dalam
http://www.komunikasi.uinsgd.ac.id pada tanggal 8 maret 2019.
Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, diakses dalam
http://www.dpr.go.id. pada tanggal 13 November 2018.
Document
Data absensi, tempat tanggal lahir, dan alamat siswa putra dan putri kelas
XI sebagai pemilih pemula didalam Pondok Pesantren Tauhid Bandung pada
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur 2018.
Data hasil wawancara melalui angket kuesioner dan secara langsung
diwawancarai kelas XI SMK dan SMA Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Bandung.
xv
Lampiran 1: Data SMA Putra Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
DATA SISWA
SMA DAARUT TAUHIID BOARDING SCHOOL
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KELAS : XII IPA-1
No Nama Siswa
Tempat Tanggal
Lahir Alamat
1 Abdul Azis
Bandung, 9 Desember
1999
Kp. Cibatu Meong, Jatiendah ,
Bandung
2 Abdul Jafar Mandily Garut, 25 Juni 1999 Kp. Singkur Mulya, Kota Cimahi
3
Abiyyuddhaga Putra
Pramadhani
Surabaya, 7 Desember
1999
Kel. Sawah Baru, Kec. Ciputat,
Tangerang Selatan
4 Afif Faraz
Singkawang, 21 Juli
2001
Kel. Sei bangkong, Pontianak
Kota, Kalimantan Barat
5
Al Farrel Ghaly Rakha
Sisworo Sidoardjo, 15 Juli 2000
Kel. Setra Jaya, Kec. Cikarang
Timur, Bekasi
6
Aslammabad Putra
Rosadi Depok, 19 Maret 2001
Bojong Pondok Terong,
Cipayung, Bogor
7 Bhakti Nurmansya
Pemangkat, 9
November 2000
Kel. Sungai Jawi, Pontianak
Kota, Kalimantan Barat
8 Darul Fadli Pontianak, 11 Juli 2000
Kel. Saigon, Kec. Pontianak
Timur, Kalimantan Barat
9
Dawam Rosihan
Millati Anwar
Cimahi, 9 Desember
2000
Kel. Gadobangkong, Kec.
Ngamprah, Bandung Barat
10 Denis Almaesa
Demak, 30 Desember
2000 Kec. Cinere, JakartaSelatan
11
Dwi Yudha Nugraha
Zaky Asy'ari
Salatiga, 3 Januari
2002
Kel. Plamboyan, Padang Barat,
Sumatera Barat
12 Fakhril Ananta Bandung, 17 Juli 2000
Kp. Legok Jambu, Soreang,
Bandung
13
Fryan Farhan
Abdulloh
Bekasi, 10 November
2001
Kel. Jati Makmur, Kec. Pondok
Gede, Bekasi
14 Ghinay Mukhlis
Cianjur, 1 Agustus
2001 Kp Gayam, Ds. Muka, Cianjur
15 Guruh Ripai Ma'arip
Cianjur, 13 September
1999
Ds. Mekar Sari, Kec. Cikalong
Kulon, Cianjur
16
Iqbal Hanif Anggita
Adi
Yogyakarta, 18
Desember 1999
Kadipaten Wetan, Kec. Kraton,
Kadipaten, Yogyakarta
17 Kiki Mulyadi Garut, 13 Juni 1998
Kp. Cibongas, Ds. Sukawangi,
Kec. Singajaya, Kab. Garut
18 Miftah Firdaus Zein Jakarta, 21 Juli 2000 Kel. Sukabumi Utara, Kebon
xvi
Jeruk, Jakarta Barat
19
Mohammad Rizky
Ramadhan
Jakarta, 16 Desember
2000
Kel. Kota Baru, Kec. Bekasi
Barat, Bekasi
20
Muhammad Faisal
Ramadhan
Bekasi, 14 Desember
2000
Kel. Sukaresmi, Cikarang
Selatan, Bekasi
21
Muhammad Gio
Juliansyah
Sukabumi, 20 Juli
2001
Ds. Sampora, Kec. Cikidang,
Sukabumi
22
Muhammad Rizky
Nurfauzan Samid Makasar, 11 Juli 2001
Kel. Pondok Bambu, Kec. Duren
Sawit, Jakarta Timur
23
Muhammad Salman
Al Farizi
Bandung, 2 Agustus
2001
Kp. Pesantren, Kec. Soreang,
Bandung
24
Muhammad Varrel
Arsy
Mojokerto, 28 Agustus
2001 Kec. Brebes, Jawa Tengah
25 Raihan Mubarraq Bekasi, 26 Mei 2001
Kp. Srengseng Ds. Sukamulya
Kec. Sukatani, Bekasi
26
Ramadhan Ajie
Permana
Karawang, 2 Desember
2001
Ds. Pisang Sambo, Kec.
Sukatani, Karawang
27
Rizki Fitrah
Hidayatulloh Bandung, 15 Juli 2000
Kp. Cicau, Kel. Padasuka, Kota
Cimahi
28
Tengku Muhammad
Abdul Kholiq
Tanjung Karang, 17
Februari 2000
Kel. Natar, Kec. Natar, Lampung
Selatan
29 Thoriq Najmu Tsaqib
Bandung, 26 Oktober
2000
Kel. Batunungggal, Kec.
Buahbatu, Bandung
xvii
KELAS : XII IPA-2
No Nama Siswa
Tempat Tanggal
Lahir Alamat
1
Ahmad Fachriza
Diwantono
Karawang, 29 Oktober
2001
Dsn. Kaum Kp. Cipule Ds.
Mulyasari Kec. Ciampel -
Karawang
2
Ahmad Fauzi
Mubarok
Balikpapan, 1 April
2001
Kel. Dawuan Tengah, Kec.
Cikampek, Karawang
3
Andi Nandana Reka
Sose Surabaya, 18 Mei 2000
Kel. Kemanggisan, Kec.Tanah
Abang, Jakarta Pusat
4 Aufarrahman Fasya
Bandung, 4 Januari
2001 Kec. Mustika Jaya, Bekasi
5
Avicena Syaifullah
Anwar Cilacap, 16 April 2001
Tegal Kamulyan, Kec. Cilacap
Selatan, Cilacap, Jawa Tengah
6 Dion Aviecenna
Jakarta, 29 Januari
2000
Kp. Nitraloka , Ds. Pamoyanan,
Kab. Cianjur
7 Doni Putra Erlida
Ujung Batu, 8
September 1999
Kel. Unjung Batu, Kec. Ujung
Batu, Rokan Hulu , Riau
8
Dzaky Muhammad
Syafiq
Bandung, 25 April
2001
Kel. Loa Bakung, Kec. Sungai
Kunjang, Samarinda-Kaltim
9
Fadli Muhammad
Nurrachman Jakarta, 18 April 2001
Pulo Gebang, Kec. Cakung
Jakarta Timur
10 Farhan Muhtadin
Mempawah, 3 Mei
2001
Kel. Tengah, Kec. Mempawah
Hilir, Mempawah - KalBar
11
Fiqar Haytsam
Muhammad Dzul
Qornain
Tanggerang, 5 April
2001
Kel. Cipondoh, Kota
Tanggerang, Banten
12
Ikhwan Al Qawiyyu
Kadarsyah
Bandung, 18 April
2000
Kel. Malakasari, Kec.
Baleendah, Bandung
13
Muhammad Ammar
Rizqi Kusbiyakto
Bekasi, 17 Agustus
2001
Kel. Lambangsari, Kec. Tambun
Utara, Bekasi
14
Muhammad Bagas
Subagja
Bandung, 14 Januari
2001 Kel. Margahayu, Bandung
15
Muhammad Farhan
Fairuzzaman
Duri, 18 Desember
2000
Kel.Pematang Pudu, Kec.
Lamandau, Riau
16
Muhammad Insan
Kamil
Bandar Lampung, 17
Juli 2000
Kel. Labuhan Ratu, Kec.
Kedaton, Bandar Lampung
17
Muhammad Rizqi
Musyafa Aryanto
Depok, 25 September
2001
Kel. Tanah Baru, Kec. Beji,
Depok
18
Muhammad Salman
Abdullah Ayyasy Jakarta, 3 April 2000 Kel. Cipageran, Cimahi
19 Mukhlis Salam Jakarta, 14 Januari Kel Sukapura, Kec. Cilincing,
xviii
2001 Jakarta Pusat
20 Mushab Fathan Athali
Jakarta, 12 Februari
2000 Ds.Ciseureuh, Purwakarta
21 Nando Apriyansyah
Purwosari, 24 April
1999
Dusun Purwosari II Negara Ratu,
Kec. Natar, Lampung Selatan
22 Putra Dangiang Wangi Bandung, 18 Juni 2002
Kel. Parakan Mas, Kec.
Cinambo, Bandung
23
Sapdi Muhammad
Ramdan Junaedi
Bengkulu Selatan, 25
Desember 1999
Ds. Sukaluyu, Kec. Situraja,
Sumedang
KELAS : XII IPS
No Nama Siswa
Tempat Tanggal
Lahir Alamat
1
Abizar Fadlan
Multazam
Cimahi, 26 Februari
2000 Kel Setiamanah, Kota Cimahi
2 Adam Fadhil Riandy
Bandung, 13 Desember
2001
Kel. Mabuun, Kec. Murung
Pudak, Kalimantan Selatan
3
Aminullah Luqmanul
Karim
Bandung, 14 Januari
2002
Kel. Turangga, Kec. Lengkong,
Kodya Bandung
4 Arjuna Zawani Taris
Pontianak, 19 Juni
2000
Kel. Sei Bangkong, Pontianak,
Kalimantan Barat
5 Burhanudin Garut, 7 Februari 2000
Ds. Kadongdong, Kec.
Banjarwangi, Kab. Garut
6 Daffa B'ariq Adhima
Subang, 24 September
2001
Ds. Sindangsari, Kec.
Kasomalang, Subang
7
Daffa Dhiya Ulhaq
Hermawan
Bandung, 24 Desember
2000
Ds. Ciburuy, Kec. Padalarang,
Bandung Barat
8
Deris Muhamad Nurul
Ihsan
Cianjur, 3 Oktober
1999
KP. Cisalak , Ds. Sukawangi,
Kec. Warungkondang, Cianjur
9
Devan Muhammad
Firdaus
Bandung, 25 Oktober
2000
Kp. Saparako, Majalaya , Kab.
Bandung
10 Fatih Mubassyir
Pontianak, 18 Agustus
2001
Ds. Mungguk, Kec. Sekadau
Hilir, Kalimantan Barat
11 Fatih Thoriq Aqilla
Karawang, 11
November 2001
Dusun Krajan, Pulo Kelapa, Kec.
Lemahabang, Karawang
12 Fatur Fahrezi
Jakarta, 27 September
2002
Kel. Cilangkap, Kec. Cipayung,
Jakarta Timur
13 Gerhana Dwi Purnama
Indramayu, 16 Juli
2000
Ds. Tambi Lor, Kec. Sliyeg, Kab
Indramayu
14 Ilham Sanusi Da'i Bandung, 23 Mei 2000 Ds. Margajaya, Kec. Tanjungsari
xix
Kab. Sumedang
15 Indra
Bandung, 21 April
1999
Kel. Kopo, Kec. Bojong Loa
Kaler, Kodya Bandung
16 Iqbal Ramadhon
Sidoharjo, 20 Februari
2000
Dusun Purwosari Negara Ratu,
Natar Lampung Selatan
17 Mareza Yudistya Jakarta, 11 Maret 2001
Kel. Kelapa Dua, Kec. Kebon
Jeruk, Jakarta Barat
18
Mochamad Farhan
Qozy Aly Jakarta, 26 Juni 2000
Kel. Rawa Badak Utara, Kec.
Koja, Jakarta Utara
19 Muhamad Adril Aleno
Cianjur, 11 Agustus
2000
Kp. Cangklek Ds. Sukamanah,
Kec. Cugenang, Cianjur
20
Muhammad Andita
Atma Graha
Pangkal Pinang, 25
September 2001
Kel. Rawa Bangun, Kec.
Tamansari, Kota Pangkal Pinang
21
Muhammad Bayu
Aditya Mukhtar Batam, 5 Juli 20001 Kel. Teluk Tering, Batam - Riau
22
Muhammad Farrel
Fauzan
Jakarta, 17 Januari
2002
Kel. Cempaka, Kec. Kemayoran,
Jakarta
23
Muhammad Naufal
Manal
Bantaeng, 22 Maret
2001
Kel. Letta, Bantaeng Sulawesi
Selatan
24
Muhammad Rafli
Maulana
Tasikmalaya, 12 Juni
2000
Kp. Neglasari Ds. Sukamanah,
Kec. Cigalontang, Tasikmalaya
25
Muhammad Rizky
Fadilah Bandung, 7 Juli 2001
Ds. Kayu Ambon, Lembang-
Bandung
26 Nanda Dean Ardhana Bandung, 8 Juni 2001
Kel. Cipadung, Kec.
Panyileukan, Bandung
27
Naufal Abdurrahman
Zaky
Cimahi, 2 Februari
2000
Kel. Cibabat, Cimahi Utara,
Cimahi
28
Raden Muhamad
Raihan. F Bandung, 30 Mei 2001
Kel. Sukamiskin, Kec.
Arcamanik, Bandung
29 Rafif Qardhawi
Tangerang, 25 Juli
2001
Kel. Larangan, Tanggerang,
Banten
30 Rizqy Rachmansyah
Bandung, 11 Agustus
2001
Ds. Cilame Ke. Ngamprah,
Bandung Barat
31 Yusuf Huda Muttaqin
Bandung, 19 Februari
2001
Ds. Pasir Jati, Kec. Cilengkrang,
Bandung
xx
Lampiran 2: Data SMK Putra Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
xxi
xxii
Lampiran 3: Data SMK Putri Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
xxiii
xxiv
Lampiran 4: Kuesioner Penelitian
I. Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb.
Perkenalkan nama saya Desi Ayu Lestari, saya adalah mahasiswi S-1 Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015 yang sedang mengadakan
penelitian untuk skirpsi mengenai Budaya Politik dan Perilaku Politik (Studi Tentang
Tingkat Partisipasi Politik Santri Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung dalam
Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018.
Untuk itu saya sangat membutuhkan sampel data agar melengkapi penelitian.
Dimohon kerjasamanya untuk pengisian kuesioner ini, karena informasi yang
Saudara/Saudari berikan akan sangat berguna bagi penelitian ini. Terima kasih atas
bantuan dan kerjasamanya yang Saudara/Saudari berikan. Data profil responden
hanya untuk klarifikasi semata bila ada peneliti butuhkan dari Saudara/Saudari.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama: .......................................................................................................................
Umur: .......................................................................................................................
Suku: ……………………………………………………………………………....
Asal Daerah: ……………………………………………………………………….
Alamat : .....................................................................................................................
Jenis Kelamin: ...........................................................................................................
1. Pada saat Pemilihan Gubernur Jawa Barat 27 Juni 2018 apakah anda sudah
memiliki KTP? Ya
Tidak
xxv
2. Apakah KTP anda berdomisili Jawa Barat?
3. Apakah anda menggunakan hak pilih (memilih) dalam Pemilihan Gubernur Jawa
Barat 2018?
4. Apakah nama anda terdaftar dalam TPS untuk memilih?
5. Apakah anda memiliki surat undangan untuk memilih?
6. Apakah pada pemilihan Gubernur Jawa Barat merupakan pertama kali anda
memilih.
Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Berilah tanda ceklis pada jawaban yang anda pilih.
2. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama dan
3. Dimohon untuk menjawab pertanyaan secara berurutan.
4. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri anda dan jangan ada pertanyaan
yang tertinggal.
5. Dalam kuesioner ini terdapat sejumlah pertanyaan dengan empat pilihan
jawaban, yaitu:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
xxvi
A. Partisipasi Politik
Partisipasi aktif
NO. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S N TS STS
1 Saya ikut serta dalam kegiatan kampanye
pada calon Gubernur dan wakil Gubernur
yang saya dukung di pemilihan Gubernur
Jawa Barat 2018.
2 Saya ikut menyumbang dana untuk kegiatan
kampanye pasangan calon Gubernur dan
wakil Gubernur yang saya dukung.
3 Saya memiliki calon kandidat Gubernur
dan wakil Gubernur yang diunggulkan.
4. Saya menggunakan hak pilih dalam
pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
sebagai warga negara Indonesia.
5 Saya memilih berdasarkan visi dan misi
yang meyakinkan untuk membangun Jawa
Barat lebih baik lagi.
xxvii
Apatis
NO. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S N TS STS
1 Saya memiliki KTP Jawa Barat namun saya
tidak menggunakan hak pilih pada
pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018.
2 Saya mengetahui adanya pemilihan
Gubernur Jawa Barat 2018 namun saya
tidak menggunakan hak pilih saya.
3 Saya tidak ikut memilih dalam pemilihan
Gubernur Jawa Barat 2018 karena ada
urusan pribadi yang tidak bisa ditinggalkan.
4 Saya tidak memilih dikarenakan tidak ada
untungnya untuk diri saya.
5 Saya tidak memilih karena pemilihan
Gubernur Jawa Barat 2018 tidak akan
menghasilkan pemimpin yang lebih baik.
6 Saya tidak yakin dengan pasangan-pasangan
calon Gubernur akan membawa Jawa Barat
lebih baik lagi.
xxviii
B. Perilaku Politik
Pendekatan Sosiologis
NO. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S N TS STS
1 Saya memilih calon Gubernur dan wakil
Gubernur dalam pemilihan Gubernur Jawa
Barat 2018 berdasarkan kesamaan suku
dengan saya.
2 Saya mempertimbangkan calon Gubernur
dan wakil Gubernur berdasarkan faktor
kesalehan atau ketaatan dalam beragama
(Islam) dalam pemilihan Gubernur Jawa
Barat 2018.
3 Saya menimbang mana calon Gubernur dan
wakil Gubernur yang paling muda untuk
saya pilih.
4 Saya memilih Gubernur dan wakil Gubernur
yang bersal dari wilayah yang sama dengan
saya.
5 Saya mengetahui asal wilayah para calon
Gubernur dan wakil Gubernur Jawa Barat
penting untuk saya jadikan pertimbangan
dalam memilih.
xxix
Pendekatan Psikologis
NO. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S N TS STS
1 Saya memilih berdasarkan citra baik calon
Gubernur dari salah satu partai.
2 Saya memilih berdasarkan asal partai dari
calon Gubernur.
3 Saya memilih berdasarkan partai-partai
pendukung calon Gubernur.
4 Saya memilih karena menyukai kepribadian
calon Gubernur dari salah satu partai.
5 Saya memilih karena saya dekat dan ikut
terlibat dalam partai yang mendukung salah
satu calon.
6 Saya memilih karena orang tua saya terlibat
dalam salah satu partai pendukung calon
Gubernur Jawa Barat.
Pendekatan Pilihan Rasional
NO. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S N TS STS
1 Saya memilih karena kinerja partai calon
Gubernur.
2 Saya memilih karena melihat hasil nyata
dari kinerja calon Gubernur yang
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
3 Saya memilih karena kebijakan yang dibuat
partai atau calon Gubernur yang
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
4 Saya memilih karena saya kebijakan yang
dibuat partai atau calon kandidat dirasa
dapat memberikan keuntungan, baik secara
pribadi maupun kepada masyarakat umum.
5 Saya memilih karena merasa kehidupan
saya sudah berubah menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
xxx
C. Budaya Politik.
Budaya Politik Parokial
NO. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S N TS STS
1 Kyai adalah sosok penting bukan hanya soal
rujukan tentang agama tapi juga refrensi
dalam memilih.
2 Saya memilih karena mengikuti arahan dari
kyai di Pesantren saya.
3 Saya memilih berdasarkan nasehat atau
arahan dari para ustadz.
4 Saya memilih calon Gubernur yang
dianggap paling taat beragama oleh kyai.
5 Saya mendukung semua yang kyai ajarkan
mengenai kriteria seorang pemimpin dalam
ajaran Islam.
XXXI
Lampiran 5: Jawaban Respoden
X1.1.1 X1.1.2 X1.1.3 X1.1.4 X1.1.5 TOTAL X1.2.1 X1.2.2 X1.2.3 X1.2.4 X1.2.5 X1.2.6 TOTAL X1.3.1 X1.3.2 X1.3.3 X1.3.4 X1.3.5 TOTAL X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 TOTAL Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Total
1 4 4 4 4 4 20 5 5 3 3 3 3 22 4 5 5 4 4 22 5 4 4 5 5 23 5 5 5 5 5 25
2 4 4 4 3 3 18 3 3 3 2 2 3 16 5 4 4 4 4 21 4 4 4 5 3 20 5 5 5 5 5 25
3 4 4 4 4 4 20 5 5 3 3 4 4 24 4 4 5 5 4 22 4 3 3 4 4 18 5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 5 21 3 3 3 2 2 3 16 5 4 5 5 5 24 4 4 4 4 3 19 5 5 5 5 5 25
5 3 3 3 3 3 15 5 5 4 4 4 4 26 5 4 4 4 5 22 4 4 4 5 4 21 3 4 3 3 3 16
6 3 3 4 3 4 17 3 3 3 3 4 4 20 4 3 4 3 4 18 3 3 3 4 3 16 5 5 5 5 5 25
7 3 4 4 3 4 18 3 3 4 4 3 3 20 4 3 3 3 3 16 4 4 2 2 3 15 5 4 5 5 5 24
8 4 4 4 3 4 19 5 5 4 3 3 5 25 5 5 5 4 4 23 4 4 5 5 3 21 5 5 5 5 5 25
9 4 3 3 3 3 16 3 5 4 4 4 4 24 4 3 4 5 4 20 4 4 3 5 4 20 4 4 4 4 4 20
10 4 5 5 5 3 22 5 4 4 4 4 4 25 4 3 5 5 4 21 5 4 5 4 5 23 5 5 5 5 5 25
11 4 4 4 4 4 20 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 3 3 18 5 4 4 4 3 20 5 5 5 5 5 25
12 4 4 4 3 4 19 4 3 3 3 4 3 20 4 4 4 4 4 20 4 4 5 5 4 22 5 5 5 4 5 24
13 4 3 3 3 3 16 3 3 3 3 3 3 18 4 4 3 4 4 19 3 4 3 3 4 17 5 5 5 5 5 25
14 4 5 5 5 4 23 4 4 4 3 4 4 23 3 3 3 3 4 16 4 4 4 3 4 19 5 5 5 5 4 24
15 4 4 4 4 4 20 4 4 4 3 4 4 23 5 4 5 5 4 23 4 3 3 2 2 14 5 5 5 5 5 25
16 4 4 4 4 4 20 4 4 5 3 4 5 25 3 4 3 3 3 16 4 4 2 2 3 15 5 5 4 5 5 24
17 4 3 4 4 4 19 4 4 4 4 4 4 24 3 3 4 5 4 19 4 3 3 3 2 15 4 5 5 5 5 24
18 4 4 4 4 4 20 4 4 5 3 4 4 24 5 5 5 5 4 24 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
19 4 4 4 3 3 18 4 4 5 5 5 3 26 4 4 3 4 3 18 3 4 4 3 4 18 4 4 4 3 3 18
20 4 4 4 4 4 20 4 4 4 3 4 3 22 4 4 5 5 5 23 4 4 4 5 4 21 5 5 5 5 5 25
21 4 3 4 4 3 18 4 4 5 4 4 4 25 3 4 3 4 4 18 5 5 4 5 5 24 5 5 4 4 4 22
22 4 4 3 3 3 17 4 4 5 5 5 5 28 4 3 3 4 4 18 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25
23 4 3 4 3 3 17 4 4 5 3 4 4 24 3 3 4 4 5 19 4 5 4 5 4 22 5 5 5 5 5 25
24 4 4 4 4 3 19 4 3 4 4 5 3 23 5 5 5 5 4 24 4 5 5 5 4 23 5 4 4 5 4 22
25 3 3 3 4 4 17 4 4 4 4 5 4 25 4 4 5 4 5 22 4 4 2 2 3 15 3 4 4 4 4 19
26 4 4 4 4 4 20 3 3 5 4 5 4 24 4 4 3 4 4 19 4 3 3 5 4 19 5 5 5 5 5 25
27 4 5 4 4 4 21 5 4 4 3 5 3 24 5 5 5 5 5 25 5 5 5 4 5 24 5 4 3 3 4 19
28 4 4 4 4 4 20 5 5 4 4 4 5 27 4 4 5 5 5 23 4 4 5 5 4 22 3 4 4 3 4 18
29 4 4 4 3 3 18 4 4 5 3 5 5 26 4 4 4 3 4 19 5 5 5 5 5 25 4 3 4 4 4 19
30 4 4 4 4 4 20 5 5 5 4 5 3 27 4 4 3 4 5 20 4 4 4 3 4 19 4 5 5 5 5 24
31 4 4 4 4 4 20 5 5 4 5 5 5 29 4 4 4 4 5 21 5 4 4 5 5 23 5 5 5 5 5 25
32 4 4 4 4 4 20 3 3 4 3 5 5 23 4 5 5 4 5 23 4 3 4 5 3 19 5 5 5 5 4 24
33 4 4 4 4 5 21 5 5 5 4 5 5 29 5 4 4 4 5 22 4 3 3 3 4 17 5 4 5 5 5 24
34 4 4 4 3 3 18 4 3 4 4 4 5 24 4 4 5 5 3 21 3 3 4 3 2 15 4 5 5 3 4 21
35 4 4 4 4 4 20 5 5 3 4 5 5 27 5 4 5 5 3 22 3 4 3 3 3 16 5 5 5 5 5 25
36 3 3 3 4 3 16 3 3 3 3 5 5 22 5 4 4 4 5 22 3 3 3 4 4 17 4 4 4 5 5 22
37 4 4 4 4 3 19 3 3 4 3 5 3 21 4 3 4 3 5 19 4 3 3 4 3 17 4 4 4 3 3 18
38 5 4 4 3 3 19 5 5 3 4 5 5 27 4 3 3 3 5 18 3 3 5 4 4 19 4 4 4 3 3 18
39 4 4 4 3 3 18 3 5 5 5 4 5 27 5 5 5 4 4 23 3 3 3 2 2 13 4 4 4 3 3 18
40 4 4 4 4 4 20 5 3 3 3 5 5 24 4 3 4 5 4 20 3 4 3 3 3 16 4 4 4 4 4 20
41 4 5 5 5 4 23 5 5 5 4 5 3 27 4 5 4 5 5 23 4 2 5 4 4 19 4 5 4 5 5 23
Total Setiap Pertanyaan
Nomer Responden
Budaya Politik (X2)Perilaku Politik (X1)
Model Sosiologis X1.1Partisipasi aktif (Y)
Model Psikologis X1.2 Pilihan Rasional X1.3 Budaya Politik Subjek-Parokial