BUDAYA

17
BUDAYA NURWITO,S.Ag., M.Pd. UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

description

BUDAYA. NURWITO,S.Ag., M.Pd. UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA. BUDAYA. Budaya berarti pikiran, akal budi Berbudaya berarti mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal budi yang sudah maju. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of BUDAYA

Page 1: BUDAYA

BUDAYANURWITO,S.Ag., M.Pd.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

Page 2: BUDAYA

BUDAYA •Budaya berarti pikiran, akal budi•Berbudaya berarti mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal budi yang sudah majuBudaya merupakan bentuk perwujudan dari sikap batin manusia yang berasal dari perbuatannya yang sering dilakukan terus-menerus sehingga menjadi wataknya

Page 3: BUDAYA

Hal-hal yang perlu dibudayakan sesuai ajaran Buddha:1.Keyakinan2.Perhatian murni 3.Malu berbuat jahat4.Takut akibat perbuatan jahat5.Tidak serakah6.Tidak benci

Page 4: BUDAYA

7. Keseimbangan batin 8. Ketenangan dari bentuk-bentuk batin9. Ketenangan pikiran 10.Kegembiraan dari bentuk-bentuk batin11.Kegembiraan pikiran 12.Sifat menurut dari bentuk-bentuk batin13.Sifat menurut dari pikiran14.Sifat menyesuaikan diri dari bentuk-bentuk batin15.Sifat menyesuaikan diri dari pikiran16.Kemampuan dari bentuk-bentuk batin17.Kemampuan dari pikiran18.Ketulusan/kejujuran dari bentuk-bentuk batin

Page 5: BUDAYA

19.Ketulusan/kejujuran dari pikiran20.Bicara benar21.Perbuatan benar22.Pencaharian benar23.Belas kasihan24.Simpati 25.Kebijaksanaan

Etos Kerja:Pengertian Etos kerja adalah semangat kerja yang

menjadi ciri khas terkait dengan keyakinan seseorang atau sekelompok orang

Etos kerja dalam agama Buddha adalah menyempurnakan diri dengan memperbaiki karma secara produktif dan membuang egoisme

Page 6: BUDAYA

Setiap makhluk bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Perbuatannya yang menentukan bagaimana nasibnya, bahkan kelahirannya di kemudian hari (Anguttara Nikaya. V, 288).

Makna Bekerja: Apa yang disebut kerja tak lain dari melakukan karma atau perbuatan agar seseorang dapat berkembangBekerja adalah sebuah kebutuhan, bukan persoalan mengabdi pada orang lain. Kalaupun terkandung maksud untuk mengabdi, bukan karena ada yang mengharuskan, melainkan sepantasnya karena dorongan hati sendiri.

Page 7: BUDAYA

Analogi kegiatan Buddha dengan petani:Usaha mempraktikkan Dharma yang dianalogikan

dengan kegiatan yang dilakukan oleh para petani, membajak dan menabur benih:

1. Benih yang ditabur atau bibit yang ditanam adalah keyakinan

2. Keyakinan sebagai bibit memerlukan disiplin yang disamakan dengan siraman air hujan.

3. Adanya pandangan terang diumpamakan sebagai bajak yang serasi dengan kuknya

4. Tahu malu merupakan tangkai bajak dan Akal sehat menjadi tali pengikat

Page 8: BUDAYA

5. Kesadaran atau pikiran terkonsentrasi disamakan lengan mata bajak dan gandar 6. Kewaspadaan ditunjukkan dengan berhati-hati

dalam tindakan dan ucapan, begitu pun makan sewajarnya. Apa yang buruk seperti rumput liar disingkirkan dengan Kebenaran. Menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya yang menjadi

dambaan. Ditunjang daya upaya yang tekun, selalu menjadi lebih maju, aman, tiada lagi penderitaan (Samyutta Nikaya. I, 172-173).

Page 9: BUDAYA

Fungsi Kerja: E.F. Schumacher mencatat sedikitnya terdapat tiga fungsi bekerja dalam pandangan Buddha, yakni:

1. Memberi kesempatan kepada orang untuk menggunakan dan mengembangkan bakatnya;2. Agar orang bisa mengatasi egoismenya dengan jalan bergabung melaksanakan tugas bersama- sama orang lain;3. Menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan yang layak.

Page 10: BUDAYA

Mentalitas Kerja: Bagaimana orang bekerja, sedikit atau banyak terpengaruh oleh keyakinan keagamaan yang dianutnya.

Bekerja bisa seraya berdoa, atau bekerja sendiri dipandang sebagai ibadah, membuat orang merasa senang mengerjakannya.

Sebagai kebutuhan untuk menyempurnakan diri bekerja seharusnya bukanlah beban. Karena orang melakukannya dengan bebas tanpa tekanan, bukan tanpa pilihan, ia akan merasa senang.

Memprakktikan ajaran agama untuk memperoleh rezeki berarti bekerja, jangan tersesatkan oleh berbagai bentuk praktik mistis

Page 11: BUDAYA

Lima Kekuatan:

Ketika melakukan pekerjaan seseorang hendaknya mengembangkan lima kekuatan yaitu kekuatan:

1. keyakinan 2. usaha yang penuh semangat 3. kesadaran dalam arti ingatan yang penuh perhatian, 4. konsentrasi 5. kebijaksanaan (Anguttara Nikaya. III, 10).

Page 12: BUDAYA

Keseimbangan dalam bekerja:

Kepada Bhikkhu Sona, Buddha mengajarkan bagaimana bekerja dengan baik dan benar itu menghindari usaha yang terlalu keras, yang menimbulkan kesibukan berlebihan sehingga membingungkan. Begitu juga menghindari ekstrem terlalu longgar atau kemalasan. Memelihara keseimbangan bekerja, seperti juga keseimbangan semua indra, dapat dibandingkan dengan menyetel senar kecapi, tidak boleh terlalu kencang ataupun terlalu longgar (Anguttara Nikaya. III, 373-374).

Page 13: BUDAYA

Jalan Benar:

Kerja yang benar bertujuan mengakhiri penderitaan. Karena hanya ada satu Jalan Mulia untuk mengakhiri penderitaan (Dhammapada. 274-275), kerja yang benar berarti memenuhi kedelapan unsur jalan tersebut, yakni pengertian, pikiran, ucapan, perbuatan, mata pencaharian, daya upaya, perhatian dan konsentrasi yang benar.

Page 14: BUDAYA

Menghargai Waktu:

Buddha mencela kebiasaan bermalas-malasan. Sigalovada Sutta mengemukakan bagaimana orang tidak bekerja dengan alasan masih terlalu dingin, atau masih terlalu panas. Begitu pula karena masih terlalu pagi, atau terlalu siang; masih terlalu lapar, atau terlalu kenyang. Dengan alasan-alasan semacam itu orang membiarkan kesempatan berlalu. Karena malas, ia tidak sukses atau mendapatkan kekayaan; sebaliknya yang terjadi adalah kemerosotan (Digha Nikaya. III, 184).

Page 15: BUDAYA

Saat yang tepat untuk bekerja keras, mumpung masih:

1. Muda atau belum semakin tua2. Sehat 3. Bukan musim paceklik atau tidak ada bencana kelaparan 4. Aman dan damai 5. Bersatu

(Anguttara Nikaya.III, 103-105).

user
Page 16: BUDAYA

Referensi:Referensi: Mukti, Krishanda W. 2003. Mukti, Krishanda W. 2003. Wacana Buddha Dharma.Wacana Buddha Dharma.

Jakarta: Yayasan Dharma PembangunanJakarta: Yayasan Dharma Pembangunan Piyadassi, Mahathera. 2003. Piyadassi, Mahathera. 2003. Spektrum Ajaran BuddhaSpektrum Ajaran Buddha. .

Diterjemahkan oleh Hetih Rusli, Vivi, dan Titin Negsi. Diterjemahkan oleh Hetih Rusli, Vivi, dan Titin Negsi. Jakarta: Yayasan Pendidikan Buddhis Tri RatnaJakarta: Yayasan Pendidikan Buddhis Tri Ratna

Sri Dhammananda. 2002. Sri Dhammananda. 2002. Keyakinan Umat Buddha.Keyakinan Umat Buddha. Pustaka Pustaka Karaniya.Karaniya.

http://www.dhammacakka.or.id/mahasati/diskusidhamma/http://www.dhammacakka.or.id/mahasati/diskusidhamma/dd-020928.htmdd-020928.htm

http://www.freelists.org/archives/mahasathi/06-2007/http://www.freelists.org/archives/mahasathi/06-2007/msg00050.htmlmsg00050.html

Page 17: BUDAYA

KUIS:KUIS:1.1. Jelaskan pengertian budaya dan kebudayaan!Jelaskan pengertian budaya dan kebudayaan!2.2. Mengapa kita perlu membudayakan malu berbuat Mengapa kita perlu membudayakan malu berbuat

jahat dan takut akibatnya dalam kehidupan sehari-jahat dan takut akibatnya dalam kehidupan sehari-hari?hari?

3.3. Apakah seseorang yang sering membunuh,. Apakah seseorang yang sering membunuh,. mencuri, berbuat zina, berdusta, dan mabuk-mencuri, berbuat zina, berdusta, dan mabuk-mabukan adalah orang yang berbudaya?mabukan adalah orang yang berbudaya?

4.4. Bagaimana pandangan agama Buddha tentang etos Bagaimana pandangan agama Buddha tentang etos kerja!kerja!

5.5. Mengapa kita perlu mengahargai waktu dengan Mengapa kita perlu mengahargai waktu dengan sebaik-baiknya? Apa saja waktu yang tepat bagi sebaik-baiknya? Apa saja waktu yang tepat bagi seseorang untuk bekerja keras!seseorang untuk bekerja keras!