BUDAYA
-
Upload
dheariizky -
Category
Documents
-
view
22 -
download
7
description
Transcript of BUDAYA
PENDAHULUAN
Generasi muda Indonesia saat ini semakin kurang peduli dan kurang
mencintai budaya bangsanya sendiri. Karena sekarang ini semakin banyak
kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, sehingga minat generasi muda jauh
lebih tertarik untuk mempelajari kebudayaan asing tersebut. Salah satu yang
menyebabkan kurangnya minat untuk mempelajari budaya sendiri karena
kurangnya informasi dan pengetahuan tentang kekayaan budaya yang dimiliki
Bangsa Indonesia, padahal Bangsa Indonesia memiliki banyak kebudayaan
bahkan ada yang menjadi warisan budaya dunia.
Generasi muda Indonesia yang akan menjadi penerus bangsa diharapkan
mampu mengantisipasi dan juga teliti dalam memilih kebudayaan asing yang
masuk, karena budaya asing tersebut tidak semuanya sesuai dengan sesuai dengan
kebudayaan kita dan bisa berdampak sangat buruk terhadap eksistensi budaya kita
jika kita tidak benar-benar menyaringnya.
Dilihat dari sudut pandang sikap, saat ini banyak tingkah laku anak-anak
muda yang tidak kenal sopan santun, cenderung cuek dan tidak ada rasa peduli
terhadap kondisi bangsanya. Karena globalisasi menganut kebebasan dan
keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contohnya yang
akhir-akhir ini mulai marak lagi seperti, anak-anak geng motor yang berbuat onar.
Mereka dengan seenaknya melakukan tindakan kekerasan yang sangat
mengganggu ketenteraman dan kenyaman masyarakat, bahkan meresahkan hati
warga. Dan masih banyak lagi faktor-faktor yang merusak moral bangsa.
PEMBAHASAN
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam
keanekaragaman suku, adat, bahasa dan budaya yang dimiliki. Letak geografis
yang strategis membuat Indonesia menjadi negara yang kaya akan sumber daya
alam maupun manusianya. Sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia tidak
hanya berupa
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kebu
dayaan.Segala
kegiatan dan buah pikiran manusia menghasilkan kebuday
aan. Tiap kelompok masyarakat mempunyai
kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia
sejak dulu sudah dikenal dengan kemajemukannya dalam
berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku
bangsa/etnis, agama, bahasa, adat istiadat dan
sebagainya. Setiap suku dan
bangsa mempunyai budaya masing-masing. Keberagaman
budaya yang ada di Indonesia berarti juga terdapat
beragam bahasa. Bahasa terlibat dalam semua aspek
kebudayaan. Hampir semua kegiatan manusia
dilakukan dengan berbahasa. Kita tidak mungkin dapat me
ngembangkan unsur kebudayaan seperti pakaian, rumah,
lembaga pemerintahan, dan sebagainya tanpa bahasa.
Bahasa sebagai sistem komunikasi masyarakat mempunyai
makna hanya
dalam kebudayaan yang mewadahinya. Itu berarti, untuk
memahami suatu
budaya, kita perlu memahami bahasanya.
Bahasa daerah merupakan bahasa yang
dipergunakan oleh penduduk di
daerah geografis tertentu yang terbatas dalam
wilayah suatu negara.
Kesadaran berbahasa merupakan modal penting dalam me
wujudfungsikan berbahasa, bagaimana menempatkan baha
sa yang beraneka
ragam ke posisi yang sesuai dengan tuntutan zaman, na
mun tetap melestarikan kebudayaan lama. Hal ini untuk
menjaga agar bahasa daerah tidak punah karena hadirnya
bahasa resmi dan bahasa asing.
Salah satu aspek kebudayaan yang kiranya menduduki pri
oritas utama
untuk dibina, dikembangkan, dan selanjutnya diwariskan ia
lah bahasa
daerah. Karena bahasa daerah merupakan petunjuk identita
s kebudayaan daerah yang perlu dilestarikan kehidupannya.
Indonesia tercatat sebagai negara kedua paling banyak
memiliki bahasa daerah setelah Papua New Guinea. Secara
total jumlah bahasa daerah di Indonesia ada 706 sedangkan
untuk Papua New Guinea sejumlah 867. Bahasa
daerah diyakini beberapa tahun ke depan akan semakin
punah dan hilang. Menurut data UNESCO setiap tahun ada
sepuluh bahasa daerah yang punah. Pada akhir abad 21 ini
diperkirakan laju kepunahan akan lebih cepat lagi. Diantara
6.000 bahasa yang ada di dunia, hanya akan ada 600-3000
bahasa saja lagi yang ada menjelang akhir abad 21 ini. (Suara
Merdeka:2003)
Kepunahan bahasa, terutama bahasa daerah, menjadi
masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah
dan masyarakat. Sebab, proses kepunahan bahasa
ini akan diikuti dengan kepunahan budaya dan pada
akhirnya kepunahan suku bangsa. Padahal, bahasa adalah
refleksi dan identitas yang paling kokoh dari sebuah budaya.
Generasi muda saat ini sedikit yang peduli terha
dap bahasa daerah.
Disebabkan karena adanya anggapan jika berbahasa daer
ah dianggap tidak modern dan “kampungan”. Ditambah lagi
dengan bermunculannya tayangan televisi
maupun acara di radio yang lebih menonjolkan bahasa ca
mpuran Indonesia dan Inggris, juga bahasa gaul metropolitan
yang banyak digunakan anak muda. Padahal pemerintah
sudah mengusahakan bahasa daerah sebagai salah satu
muatan lokal wajib. Pelajaran bahasa daerah diberikan pada
pesera didik dari jenjang SD sampai SMA. Akan tetapi, porsi
jam mata pelajaran yang dialokasikan masih sangat kurang
sehingga mata pelajaran tersebut seolah tidak bermakna.
Untuk itu, diperlukan upaya serius dalam melestarikan
bahasa daerah agar tetap terus dipelihara, digunakan
dan bisa diturunkan dari generasi ke generasi. Pengemban
gan bahasa daerah sebagai bahasa ibu di Indonesia, juga
dapat
dilakukan dengan mengenalkan bahasa daerah kepada ana
k-anak sejak dini.
Tentunya diperlukan peran dari keluarga dan lingkungan
masyarakat daerah setempat agar bahasa daerah setempat
tidak punah.
Menurut Sakhyan Asmara, Deputi Bidang Pemberdayaan
Pemuda Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dalam
blog Depkominfo memaparkan 10 masalah yang dihadapi
pemuda Indonesia saat ini. Masalah-masalah karakter pemuda
itu antara lain masih maraknya tindak kekerasan dikalangan
generasi pemuda, adanya kecenderungan sikap ketidakjujuran
yang semakin membudaya, berkembangnya rasa tidak hormat
pada orang tua, guru dan pemimpin, sikap rasa curiga dan
kebencian satu sama lain.Selain itu, dalam karakter para
generasi pemuda juga didapati kecenderungan penggunaan
bahasa Indonesia dan bahasa daerah yangsemakin
memburuk, berkembangnya perilaku menyimpang di kalangan
pemuda (narkoba, pornoaksi /pornografi, dll), kecenderungan
mengadopsi nilai-nilai budaya asing dan melemahnya
idealisme, patriotisme serta mengendapnya spirit of the
nation, meningkatnya sikap pragmatisme dan hedonisme,
serta kecenderungan semakin kaburnya pedoman moral yang
berlaku dan sikap acuh tak acuh terhadap ajaran agama.
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat dinamis,
selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan.
Sekolah seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar
keunggulannya masing-masing. Sekolah adalah tempat yang
sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk
membentuk akhlak/karakter peserta didik. Bahkan seharusnya
setiap sekolah menjadikan kualitas akhlak/ karakter sebagai
salah satu jaminan kualitas yang harus dimiliki oleh setiap
lulusan sekolahnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan
sebagaisifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang daripada yang lain. Karakter adalah
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas
seseorang atau sekelompok orang. Membentuk karakter tidak
semudah memberi nasihat, tidak semudah memberi instruksi,
tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan.
Pendidikan karakter merupakan suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan
kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran
dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan ethos kerja
seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik
pendidikan di Indonesia, pembinaan karakter termasuk dalam
materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan
oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini
baru menyentuh pada tingkat pengenalan norma atau nilai-
nilai.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan
mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional
mengembangkan grand designpendidikan karakter untuk
setiap jalur, jenjan, dan jenis satuan pendidikan.Hal ini
sebagai gerakan nasional untuk memperbaiki karakter
generasi anak bangsa yang sekarang ini dipandang menjadi
masalah serius. Dalam penanaman nilai dan norma karakter
pada peserta didik tidak hanya cukup dalam pengenalan pada
nilai-nilai atau norma saja, namun yang paling penting adalah
internalisasi dan pembiasaan (praktik) nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam suatu bahasa tentu akan terdapat rumusan ni
lai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya seperti adat
istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata
cara kehidupan, alam pikiran, atau sikap pandangan hidup
dan sebagainya yang
meliputi segala aspek maupun inspirasi kebudayaan masya
rakat pendukungnya.
Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang
didalamnya terdapat rumusan nilai-nilai kehidupan
bermasyarakat perlu diinternalisasikan dalam lingkungan
pendidikan sebagai upaya penanggulangan kepunahan
bahasa ibu dan penanaman karakter sejak dini. Sehingga
perlu ada sebuah inovasi dalam pendidikan Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin menawarkan
suatu sistem dengan melibatkan banyak pihak dalam
kerjasamanya dengan gerakan “Mother Tongue
Day”. Sehingga dari latar belakang ini dapat dirumuskan (1)
bagaimanakah pelaksanaan dari “Mother Tongue
Day” sebagai upaya meningkatkan keterampilan berbahasa
ibu, membantu pembentukan karakter pada anak dan
mengatasi kepunahan bahasa ibu, (2) seberapa efektifkah
pelaksanaan “Mother Tongue Day”sebagai upaya
meningkatkan keterampilan berbahasa ibu, membantu
pembentukan karakter pada anak dan mengatasi kepunahan
bahasa ibu dan mengatasi kepunahan bahasa ibu.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan,
adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
potensi gerakan “Mother Tongue Day” dalam
mengatasi kepunahan bahasa ibu sebagai media
pembentukkan karakter anak. Manfaat dari penulisan karya ini
adalah (1) untuk turut serta dalam mengatasi kepunahan
bahasa ibu, (2) untuk berperan serta dalam “character
building” anak sejak dini dan (3) untuk menciptakan konsep
pelaksanaan “Mother Tongue Day”.
GAGASAN
Bahasa daerah merupakan bahasa yang
dipergunakan oleh penduduk di
daerah geografis tertentu yang terbatas dalam
wilayah suatu negara.
Kesadaran berbahasa merupakan modal penting dalam me
wujudfungsikan berbahasa, bagaimana menempatkan baha
sa yang beraneka
ragam ke posisi yang sesuai dengan tuntutan zaman, na
mun tetap melestarikan kebudayaan lama. Hal ini untuk
menjaga agar bahasa daerah tidak punah karena hadirnya
bahasa resmi dan bahasa asing.
Salah satu aspek kebudayaan yang kiranya menduduki pri
oritas utama
untuk dibina, dikembangkan dan selanjutnya diwariskan ial
ah bahasa-bahasa
daerah. Karena bahasa daerah merupakan alat komuni
kasi yang pertama diperoleh anak dalam lingkungan
keluarga dan sekitarnya pada masa
kecilnya, dan juga sebagai petunjuk identitas kebudayaan
daerah yang perlu dilestarikan kehidupannya.
Indonesia tercatat sebagai negara kedua yang paling
banyak memiliki bahasa ibu setelah Papua New Guinea.
Secara total jumlah bahasa ibu di Indonesia ada 706
sedangkan untuk Papua New Guinea sejumlah 867 bahasa ibu.
Bahasa Ibu diyakini beberapa tahun ke depan akan semakin
punah dan hilang. Menurut data UNESCO setiap tahun ada
sepuluh bahasa daerah yang punah. Pada akhir abad 21 ini
diperkirakan laju kepunahan akan lebih cepat lagi. Diantara
6.000 bahasa yang ada di dunia, hanya akan ada 600-3000
bahasa saja lagi yang ada menjelang akhir abad 21 ini. (Suara
Merdeka:2003)
Bahasa Sunda sebagai bahasa indung daerah Jawa
Barat, termasuk Bogor makin terkikis. Hal itu tampak dari
jarang terdengarnya penggunaan bahasa Sunda, baik halus
maupun kasar dalam pergaulan sehari-hari. Penyebabnya,
tidak selalu karena gempuran bahasa asing atau kata-kata
gaul dikalangan remaja yang bervariasi setiap saat, tapi
karena faktor pendidikan di lingkungan keluarga.
Bahasa Aceh juga mengalami hal yang sama, menurut
Kepala SMP Negeri 19 Percontohan Banda Aceh yang dimuat
dalam Jawa Pos (14 Desember 2010) mengatakan bahwa
sebagian besar anak didiknya saat ini tidak memahami Bahasa
Aceh. Bahkan dalam mengikuti ekstrakurikuler, para siswanya
justru tertarik dengan mengikuti English Club, sehingga dalam
pergaulan sehari-hari anak didiknya cenderung menggunakan
bahasa Indonesia.
Keadaan Bahasa Papua menurut DR. Christ Fautngil,
pakar bahasa Universitas Cendrawasih (tabloid jubi) bahwa
bahasa daerah di Papua diperkirakan punah atau mengalami
penurunan 50 tahun lagi. Hal ini terjadi karena kurangnya
kecintaan masyarakat terhadap kearifan lokal. Masyarakat
Papua merasa rendah diri dan ketinggalan zaman jika
menggunakan bahasa Papua dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Ibu masyarakat Papua sebenarnya adalah bahasa
daerah. Namun ketika besar, masyarakat Papua lebih
mencintai bahasa Indonesia daripada bahasanya sendiri.
Bahasa Jawa yang merupakan salah satu bahasa daerah
dengan jumlah penutur terbesar di Indonesia, yaitu
75.200.000 orang (Kompas.com, 2009). Namun demikian
sebagaimana dengan bahasa daerah lainnya, Bahasa Jawa
juga menghadapi penurunan penutur, terutama dikalangan
generasi muda. Mereka memilih untuk tidak menggunakan
Bahasa Jawa dengan alasan kepraktisan. Selain itu, maraknya
penggunaan bahasa gaul yang dianggap lebih modern
membuat Bahasa Jawa terpinggirkan di masyarakat Jawa
sendiri.
Bahasa-bahasa Daerah di Indonesia yang tercancam
punah itu tersebar di wilayah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan,
Maluku, dan Papua. Antara lain bahasa Lom (Sumatera) hanya
50 penutur. Di Sulawesi bahasa Budong-budong 70 penutur,
Dampal 90 penutur, Bahonsuai 200 penutur, Baras 250
penutur. Di Kalimantan bahasa Lengilu 10 penutur, Punan
Merah 137 penutur, Kareho Uheng 200 penutur. Wilayah
Maluku bahasa Hukumina satu penutur, Kayeli tiga penutur,
Nakaela lima penutur, Hoti 10 penutur, Hulung 10 penutur,
Kamarian 10 penutur, dan bahasa Salas 50 penutur. Di Papua
bahasa Mapia satu penutur, Tandia dua penutur, Bonerif
empat penutur, dan bahasa Saponi 10 penutur. (Kompas.com
terbit 11 Agustus 2008)
Kepunahan bahasa, terutama bahasa daerah, menjadi
masalah serius yang juga perlu perhatian pemerintah dan
masyarakat. Sebab, proses kepunahan bahasa
ini akan diikuti dengan kepunahan budaya dan pada
akhirnya kepunahan masyarakat. Padahal, bahasa adalah
refleksi dan identitas yang paling kokoh dari sebuah budaya.
Generasi muda saat ini sedikit yang peduli terhadap
bahasa ibu.
Disebabkan karena adanya anggapan jika berbahasa daera
h dianggap tidak modern dan kampungan. Ditambah lagi
dengan bermunculannya tayangan televisi
maupun acara di radio yang lebih menonjolkan bahasa ca
mpuran Indonesia dan Inggris, juga bahasa gaul metropolitan
yang banyak digunakan anak muda.
Menurut Sakhyan Asmara Deputi Bidang Pemberdayaan
Pemuda Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dalam
blog Depkominfo memaparkan 10 masalah yang dihadapi
pemuda Indonesia saat ini. Masalah-masalah karakter pemuda
itu antara lain masih maraknya tindak kekerasan dikalangan
generasi pemuda, adanya kecenderungan sikap ketidakjujuran
yang semakin membudaya, berkembangnya rasa tidak hormat
pada orang tua, guru dan pemimpin, sikap rasa curiga dan
kebencian satu sama lain.Selain itu, dalam karakter para
generasi pemuda juga didapati kecenderungan penggunaan
bahasa Indonesia dan bahasa daerah dengan semakin
memburuk; berkembangnya perilaku menyimpang di kalangan
pemuda (narkoba, pornoaksi /pornografi, dll), kecenderungan
mengadopsi nilai-nilai budaya asing dan melemahnya
idealisme, patriotisme serta mengendapnya spirit of the
nation, meningkatnya sikap pragmatisme dan hedonisme,
serta kecenderungan semakin kaburnya pedoman moral yang
berlaku dan sikap acuh tak acuh terhadap ajaran agama.
Berawal dari adanya krisis moneter, ekonomi, politik,
hukum, kepercayaan, kepemimpinan dan yang sangat fatal
adalah adanya krisis akhlak dan moral yang mempunyai
dampak berkelanjutan sampai hari ini. Krisis yang semula
merupakan krisis identitas, menjadi lebih dalam karena
menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adanya
krisis karakter, terlebih lagi adanya krisis yang berkaitan
dengan jati diri. (Soedarsono:2010)
Masyarakat Indonesia termasuk ke dalam masyarakat
multilingual, yang secara langsung juga merupakan
konsekuensi dari adanya latar belakang budaya yang
berbeda di tiap daerah. Adapun multilingual itu sendiri me
mpunyai pengertian sebagai berikut: pertama, penguasaan
yang sama baik atas dua atau lebih bahasa;
kedua, pemakaian dua bahasa secara bergantian.
Berdasarkan kedua batasan
tersebut, kita dapat memahami bahwa dalam masyarakat
Indonesia selain mereka menguasai bahasa ibu (daerah)
masing-masing etnis, mereka juga menguasai bahasa
Indonesia atau mungkin bahasa daerah di luar bahasa
mereka, ditambah lagi dengan
penguasaan bahasa asing. Dengan adanya kenyataan bah
wa masyarakat Indonesia
termasuk ke dalam masyarakat bilingual, walaupun ada
sebagian kecil yang
multilingual, maka harus dipertimbangkan aspek-aspek pad
a kedudukan dan
fungsi bahasa, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa
daerah, seperti telah
disinggung di atas. Sehingga pada nantinya, akan ditemu
kan sebuah rumusan baru
sebagai akibat dari adanya lintas budaya, yang juga
akan mempengaruhi
perkembangan kedua bahasa tersebut ke depan.
Perkembangan bahasa Indonesia cenderung ke arah
IPTEK sebagai acuan berpikir modern. Sedangkan,
perkembangan
bahasa daerah cenderung ke arah pengungkap budaya mo
dern. Dengan kata lain, kedudukan bahasa-bahasa daerah
bisa lebih jelas. Kehadiran bahasa Indonesia sebagai
kekuatan besar dalam menyatukan dan menjembatani arus
informasi dan arus
komunikasi bagi bangsa ini, memang tidak bisa kita pung
kiri dan lupakan. Namun
perlu juga kita ketahui, bahwa diangkatnya bahasa Indone
sia ke permukaan, justru
memunculkan sebuah gambaran, dimana sebetulnya daera
h mempunyai
keinginan untuk bisa lebih leluasa berkomunikasi satu sa
ma lain dengan mudah,
tanpa mereka harus meninggalkan bahasa ibu.
Penggunaan bahasa ibu yang mengandung nilai-nilai
tatakrama pergaulan, sopan santun, sifat pribadi luhur serta
moralitas tersirat didalamnya akan berimplikasi pada budi
pekerti penuturnya. Orang yang berbudi pekerti luhur akan
menunjukkan kejujuran,
toleransi, pengabdian, keikhlasan, kedisiplinan,
dan tanggung jawab. Dengan pribadi-pribadi yang berbudi
pekerti luhur, maka anak-anak Indonesia akan memiliki
karakter yang kuat tanpa harus ada program pendidikan
karakter dalam wajah pendidikan Indonesia.
Dalam suatu bahasa tentu akan terdapat rumusan ni
lai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya seperti adat
istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata
cara kehidupan, alam pikiran atau sikap pandangan hidup
dan sebagainya yang
meliputi segala aspek maupun inspirasi kebudayaan masya
rakat pendukungnya. Contohnya didalam bahasa jawa
terdapat tingkatan-tingkatan kosakata dalam berkomunikasi.
Ketika seorang anak berbicara dengan teman sebaya, bahasa
jawa yang digunakan adalah “ngoko”, sedangkan jika anak
berbicara dengan orang yang lebih tua bahasa jawa yang
digunakan adalah “krama halus”.
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat dinamis,
selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan.
Sekolah seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar
keunggulannya masing-masing. Sekolah adalah tempat yang
sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk
membentuk akhlak/karakter siswa. Bahkan seharusnya setiap
sekolah menjadikan kualitas akhlak/ karakter sebagai salah
satu jaminan kualitasyang harus dimiliki oleh setiap lulusan
sekolahnya.
Dinas Pendidikan Nasional telah mencanangkan program
muatan lokal pada masing-masing sekolah yang
pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah,
salah satu pelajaran dalam muatan lokal adalah mata
pelajaran bahasa daerah, misalnya di Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Yogyakarta mengajarkan bahasa Jawa, di Jawa
Barat mengajarkan bahasa Sunda, di Lampung mengajarkan
bahasa Lampung dan lain sebagainya.
Namun, bahasa ibu cenderung menjadi bahasa kedua yang
diperoleh anak, terutama saat anak memasuki dunia
pendidikan. Akibatnya, pelajaran bahasaibu yang mestinya
mudah justru menjadi sulit serta ”menakutkan” bagi anak.
Lebih parah lagi, orang tua yang diharapkan mampu
membantu anak dalam belajar bahasa ibu, termasuk
mengerjakan PR, juga tidak mengerti dan memahami. Ini lebih
sering terjadi pada keluarga muda di perkotaan.
Sebagai contohnya dalam pembelajaran bahasa Jawa di
sebagian daerah Pulau Jawa. Anak-anak perkotaan merasa
asing dengan bahasa Jawa, yang mestinya menjadi bahasa
pertama yang dikenal dalam kehidupannya sebagai bahasa
ibu. Dalam skala lebih luas, bahasa Jawa menjadi ”bahasa
asing” bagi anak dan terasing di daerahnya sendiri. Untuk
membumikan kembali bahasa ibu, diperlukan pembudayaan
dan pembiasaan rutin, terpadu dan berkesinambungan. Sebab
pembelajaran bahasa yang efektif adalah dengan
menggunakannya dalam berkomunikasi secara terus-
menerus.
Pembelajaran bahasa ibu yang efektif untuk mengatasi
kepunahan dan membentuk pribadi-pribadi yang berkarakter
dapat dilaksanakan dengan pengadaan “Mother Tongue Day”.
Sistem pelaksanaan “Mother Tongue Day” mungkin akan
kesulitan jika sekolah belum mempunyai sistem yang baik
dalam mengelolanya. Agar pelaksanaan “Mother Tongue Day”
dapat berjalan dengan baik dan berhasil sesuai dengan
harapan, maka sekolah membentukTim Guru Penggerak
Bahasa Ibu. Tim penggerak bahasa ibu hendaknya orang-
orang yang berkarakter positif, agar disegani oleh masyarakat
sekolah dan dapat menjadi figur yang dapat dijadikan model
oleh masyarakat sekolah. Tim penggerak bahasa
ini merupakan kerjasama antara guru bahasa daerah, guru
PPKn dan guru BK. Hal ini karena “Mother Tongue
Day”merupakan aplikasi dari pembelajaran bahasa daerah,
dan proses pembentukan karakter peserta didik.
Tim penggerak bahasa ibu bertugas menentukan hari
yang diwajibkan bagi seluruh komponen masyarakat sekolah,
mulai dari kepala sekolah, bapak ibu guru, karyawan, penjaga
sekolah hingga penjual makanan di kantin serta para siswa
pada khususnya. Selain itu, juga bertugas mengawasi dalam
pelaksanaannya, memberi hukuman yang mendidik bagi
pelanggarnya. Jika terdapat pelanggaran dalam
pelaksanaannya, hukuman yang mendidik adalah dengan
menugaskan pelanggar untuk ikut mengawasi komponen
masyarakat sekolah ketika “Mother Tongue Day” berlangsung.
Para pelanggar menjadi mata-mata dapat diberi nama
“penegak bahasa”. Hukuman ini tidak berkesan negatif,
“penegak bahasa” harus berkeliling ke sudut-sudut sekolah
untuk mencari masyarakat sekolah yang berkomunikasi tidak
menggunakan bahasa ibu pada saat “Mother Tongue Day”.
Mereka diwajibkan mencari minimal 3 pelanggar dalam 1 hari
saat “Mother Tongue Day”. Para “penegak bahasa” cukup
mencatat identitas pelanggar dan melaporkannya kepada tim
penggerak bahasa agar ditindaklanjuti. Pelanggar akan
dihukum menjadi “penegak bahasa” minggu berikutnya.
Selain hal tersebut, setiap 2 minggu akan diadakan
pembuatan mading berbahasa daerah dan setiap tahun akan
diadakan lomba pidato bahasa daerah (menggunakan bahasa
ibu). Hari yang dipilih untuk mengadakan lomba pidato
berbahasa daerah ini adalah Hari Bahasa Ibu sedunia yang
jatuh pada setiap tanggal 21 Februari. Hal ini dilakukan untuk
lebih mengintensifkan penggunaan bahasa ibu dan
menguatkan keterampilan berbahasa agar bahasa ibu
tersebut terus melekat dan tidak mudah dilupakan oleh para
siswa. Selain itu juga untuk memberikan penghargaan kepada
siswa yang fasih berbahasa ibu (melalui lomba pidato)
sehingga mereka termotivasi untuk menggunakan bahasa ibu.
Dengan sistem yang seperti ini maka penggunaan bahasa ibu
dikalangan generasi muda akan tetap ada dan akibatnya
bahasa ibu tidak akan kehabisan penuturnya.
Dengan penggunaan bahasa ibu yang intensif dalam di
dunia pendidikan, maka secara tidak langsung akan tertanam
pada diri anak karakter-karakter positif. Karakter yang akan
tertanam pada anak dengan penggunaan bahasa ibu yang
baik antara lain sikap sopan santun, sikap hormat, saling
menghargai, dan tanggung jawab.
Mencegah Kepunahan Budaya Lokal Oleh: Bambang Wibiono AKHIR-AKHIR
ini kita semakin prihatin, sebab semakin lama semakin banyak bahasa yang
mati atau "sakit parah" di dunia, termasuk di Indonesia. Beberapa waktu lalu
dikabarkan, bahasa Kaili sudah di ambang kepunahan. Bahasa Kaili adalah
bahasa ibu masyarakat etnik Kaili. Suku bangsa Kaili merupakan kelompok
terbesar atau mayoritas masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng). Bahasa Kaili
kini terancam punah karena peminggiran struktural yang terjadi dalam
masyarakat Sulteng sendiri. Generasi muda Kaili secara perlahan tapi pasti
mulai melupakan penggunaan bahasa ibunya sendiri dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, peminggiran bahasa tersebut juga terjadi lewat
diskriminasi pengambilan kebijakan pemerintah, di samping tiadanya
kemauan berbagai pihak untuk melahirkan kesepakatan dalam membentuk
standardisasi (pembakuan) ketatabahasaan Kaili (Kompas, 6 November
2002). Rupanya gejala yang sama juga terjadi di daerah Banyumas.
Penggunaan bahasa Jawa Banyumasan semakin lama semakin
terpinggirkan. Pemeliharaan bahasa Jawa Banyumasan sungguh
menyedihkan. Bagaimana tidak jika generasi penerusnya saja enggan
menggunakannya. Sebagai misal, Pelajar atau mahasiswa banyumas
sekarang nampaknya lebih menyukai penggunaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pergaulannya di Kampus, mungkin tidak terlalu menjadi masalah jika
itu dilakukan di luar banyumas, tetapi ini banyak terjadi di sekolah dan
kampus di Banyumas itu sendiri, bahkan dengan sesama orang banyumas.
KRISIS penggunaan bahasa ibu di tanah air ternyata berdampak negatif
terhadap kelestarian alam. Menurut guru besar antropologi-sosiologi Fakultas
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad) Jatinangor,
Dr. Kusnaka Adimihardja, M.A., tersingkirnya bahasa-bahasa lokal (daerah) di
Indonesia merupakan salah satu penyebab seringnya terjadi bencana alam
(banjir, longsor, kerusakan hutan dan lain-lain). Ia sangat memprihatinkan
marginalisasi atau peminggiran berbagai bahasa daerah di tanah air baik
disengaja maupun tidak disengaja. Peminggiran bahasa-bahasa daerah
ternyata telah meminggirkan kearifan lokal di bidang lingkungan. Banyak
sekali idiom dalam bahasa lokal yang berhubungan erat dengan pengetahuan
sosial, ekologi, dan kelestarian lingkungan. Kusnaka Adimihardja
menegaskan, upaya untuk mencegah terjadinya berbagai bencana alam yang
semakin sering melanda Indonesia, jelas terkait erat dengan pemahaman
bahasa lokal yang berhubungan dengan pengetahuan sosial dan ekologi.
Kerusakan lingkungan alam kita sekarang juga disebabkan penyimpangan
masyarakat dari pakem kearifan tradisi yang ditunjukkan dengan berbagai
ungkapan karuhun atau nenek moyang kita dalam bentuk klasifikasi bahasa.
Menurut Kusnaka, proses mulai hilangnya bahasa-bahasa daerah di tanah
air, yang juga diakibatkan semakin berkurangnya penutur asli bahasa lokal,
haruslah dipandang sebagai suatu bencana sosial yang bersifat global
(Pikiran Rakyat, 6 Maret 2003). Para anggota DPRD waktu itu juga tidak
melihat media massa lokal sebagai salah satu komponen atau institusi sosial
yang mampu berkontribusi besar dalam pelestarian bahasa, sastra, dan
aksara daerah khususnya dan kebudayaan daerah umumnya. Padahal,
sudah lama diakui oleh para pakar komunikasi dunia -- dan telah terbukti
secara empiris -- bahwa media massa mampu mewariskan peradaban atau
kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara terus menerus.
Telah lama pula disadari bahwa setiap masyarakat wajib untuk memelihara
atau melestarikan budayanya, baik budaya lokal (daerah) maupun budaya
nasional dan global. Bahkan secara sadar setiap masyarakat juga merasa
berkewajiban untuk mewariskan budayanya, terutama budaya lokal atau
daerahnya, kepada keturunannya atau generasi penerusnya. Sejarah umat
manusia telah membuktikan ini sejak dahulu kala hingga kini. Banyak cara
dan upaya yang ditempuh warga masyarakat untuk memelihara atau
melestarikan dan mewariskan budayanya. Selain cara-cara yang tradisional
atau konvensional, upaya pelestarian dan pewarisan budaya lokal juga sudah
cukup lama dilakukan melalui media massa cetak dan elektronik lokal. Di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, misalnya, sudah
puluhan tahun media massa cetak (surat kabar dan majalah) dan elektronik
(terutama radio) secara sadar dan terencana untuk melestarikan dan
mewariskan budaya daerah setempat, terutama bahasa dan kesenian Sunda
dan Jawa, baik yang tradisional maupun yang populer. Tak dapat diingkari
betapa besarnya kontribusi atau andil media massa berbahasa daerah di
Pulau Jawa selama ini dalam pelestarian dan pewarisan budaya lokal.
Meskipun begitu, ternyata bahasa daerah (Sunda) kini telah berada di
ambang kepunahan sebagaimana diungkapkan pada bagian awal tulisan ini.
Para pakar jurnalistik atau komunikasi massa telah lama merumuskan
beberapa fungsi atau peran utama media massa, yakni menyiarkan informasi,
mendidik, menghibur dan melakukan kontrol sosial. Melalui fungsinya sebagai
pemberi informasi dan pendidik, media massa berbahasa daerah berperan
besar dalam pemeliharaan, pelestarian dan pewarisan budaya daerah
setempat dari masa ke masa, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional, 21 Februari,
organisasi untuk suku adat terancam Jerman GfbV
menyampaikan kekhawatiran akan punahnya bahasa-bahasa
di dunia. Menurut seorang pejabat GfbV, Sarah Reinke, saat
ini sekitar 1.800 dari sedikitnya 6.000 bahasa di dunia
terancam kepunahan. Setiap dua minggu, satu bahasa hilang
tidak dituturkan lagi. Juga di Jerman, 13 bahasa minoritas
dan dialek yang kini masih dipakai, seperti Yiddish dan
Romani, berada dalam ancaman.
Kepunahan bahasa, terutama bahasa minoritas, di dunia
diakibatkan dengan semakin meningkatnya mobilitas atau
pengaruh media, ditambahkan Sarah Reinke. Selain itu, di
beberapa negara otoriter, seperti Rusia dan Cina, bahasa-
bahasa minoritas ditekan dengan maksud untuk mencabut
akar budaya etnis minoritas di negara-negara tersebut. Di
Amerika Selatan, proyek-proyek pembangunan raksasa
mengubur habitat dan bahasa adat di wilayah.
Sementara di Indonesia, dengan dijadikannya Bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa ini berandil terhadap
punahnya bahasa daerah. Di Indonesia terdapat sekitar 700
bahasa daerah, yang sebagaian besar masih aktif dituturkan
sampai sekarang. Namun menurut UNESCO, bahasa-bahasa
daerah di Indonesia juga dalam bahaya – sekitar 140 bahasa
daerah terancam kepunahan.
Pentingnya Bahasa Ibu
“Penting bagi orang tua untuk mengajarkan bahasa mereka
kepada anak-anak mereka,” dikatakan Christiane Hoffschildt,
dari Asosiasi Terapi Bicara Jerman DBL. Orang tua sebaiknya
berbicara dengan anak-anak dalam bahasa yang mereka
benar-benar kuasai, yaitu bahasa ibu mereka sendiri. Ini juga
berlaku bagi para migran di Jerman. "Bagi kebanyak anak
(migran) biasanya bukan merupakan masalah untuk belajar
Bahasa Jerman sebagai bahasa kedua atau ketiga,“ papar
Christiane Hoffschildt.
Kemampuan menguasai satu bahasa ibu merupakan dasar
yang sangat penting bagi anak-anak untuk menguasai bahasa-
bahasa lainnya. "Ini bukan saja merupakan kesempatan
tambahan untuk kesuksesan karir akademik dan profesional,
tapi juga mendukung perkembangan pluralistik dan linguistik
dalam masyarakat yang beragam budaya,“ demikian
Christiane Hoffschildt.
Hari Bahasa Ibu Internasional dicanangkan oleh PBB pada
November 1999, dan sejak tahun 2000 diperingati setiap
tanggal 21 Februari. Hari Bahasa Ibu digagas untuk
mengangkat perhatian dunia pada bahasa-bahasa yang
terancam punah – bahasa dengan kurang dari 10.000
penutur.
JANGAN BIARKAN BUDAYA LOKAL PUNAH..!
Seiring berjalannya waktu, jaman semakin terus maju dan kini tibalah
jaman yang biasa disebut era globalisasi atau ada yang mengatakan era modern.
Era yang mengubah tatanan hidup manusia dari tradisional ke modern. Era ini
identik dengan masuknya budaya-budaya asing ke dalam negeri. Semakin
bertambahnya tahun, seakan budaya asing perlahan mulai menggeser budaya
lokal. Kebanyakan orang mempunyai mindset bahwa budaya asing itu lebih keren
dan terlihat lebih stylistdaripada budaya lokal yang menurut mereka kuno dan
ketinggalan jaman. Untuk mengubah mindset tersebut perlu strategi khusus dan
kerja keras agar budaya lokal tidak punah.
Penanaman cinta budaya sejak dini merupakan salah satu langkah untuk
menanggulangi kepunahan budaya lokal. Mengubah mindset orang yang sudah
berumur itu lebih sulit daripada anak-anak. Bila usia anak-anak sudah tertanam
mindset bahwa budaya lokal itu tidak kalah dengan budaya asing, tentu akan
mengubah pandangan dan perilakunya ketika dewasa nanti. Namun melihat realita
yang ada, anak-anak sekarang banyak yang terekspansi oleh budaya asing.
Mereka lebih mengenal Naruto daripada Si Unyil. Mereka lebih senang bermain
Playstation daripada congklak atau dakonan. Mereka lebih senang menari ala
boyband korea daripada menari jaipong. Hal itu disebabkan oleh doktrin-doktrin
dari acara TV yang sering mereka tonton. Alangkah baiknya ketika acara-acara
TV menayangkan budaya-budaya lokal namun dikonsep sebaik mungkin agar
terlihat tidak kuno dan tidak kalah dengan budaya asing. Sehingga akan
mengenalkan kepada penontonnya betapa arif dan majemuknya budaya lokal.
Terkhusus pada anak-anak akan tertatanam cinta budaya lokal yang akan
membedakan mindset dan perilaku mereka dengan kebanyakan orang-orang
terhadap budaya lokal.
Selain itu cara lain adalah memberikan inovasi terhadap budaya lokal
sehingga mampu merebut hati orang-orang. Inovasi-inovasi ini sudah mulai
muncul karena keprihatinan menurunnya minat masyarakat Indonesia terhadap
budaya mereka sendiri. Terbukti dengan munculnya batik bercorak logo tim sepak
bola eropa yang lumayan diminati para pemuda. Selain batik bercorak logo tim
sepakbola, terlihat batik juga diterapkan untuk model-model pakaian modern. Tak
jarang di pasaran dijumpai berbagai jenis pakaian yang bercorak batik. Hal
tersebut sangat baik, secara tidak langsung dapat menanamkan nilai cinta budaya
dan mengubah cara pandang mereka yang menilai bahwa batik itu hanya untuk
acara resmi atau formal tapi ternyata juga dapat dipakai untuk acara santai.
Tidak hanya dibagian pakaian saja, hendaknya inovasi-inovasi tersebut
muncul dibagian-bagian yang lain. Mungkin dengan membuat suatu game digital
dimana game tersebut memuat suatu permainan tradisional. Atau lebih banyak
memproduksi animasi-animasi yang berlatarkan kisah-kisah lokal. Dengan
inovasi-inovasi tersebut diharapkan dapat mengubah mindset masyarakat terhadap
budaya lokal agar budaya lokal tidak punah dan mampu bersaing di era modern.
Untuk mencegah kepunahan budaya lokal tidak hanya dengan penanaman
cinta budaya sejak dini dan inovasi terhadap budaya lokal saja namun perlu
adanya filter yang kuat terhadap budaya asing yang masuk dan perlu ada
pertimbangan untuk menerapkan budaya-budaya asing itu apakah sesuai dengan
karakter bangsa ini atau tidak. Sehingga ketika terjadi suatu akulturasi budaya
asing dengan budaya lokal tidak akan menurunkan nilai yang ada pada budaya
lokal. Dengan kata lain budaya lokal tidak akan punah.
Semua itu diperlukan kesabaran dan keuletan dalam menerapkannya.
Karena setiap perubahan baik, itu butuh tahapan-tahapan agar tercapai puncak dari
perubahan itu. Seorang tokoh terkenal mengungkapkan bahwa perubahan itu
harus disertai 3M yakni mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan
mulai saat ini juga. Bila 3M tersebut kita aplikasikan dalam merubah mindset
masyarakat terhadap budaya lokal akan membawa dampak yang positif. Sehingga
budaya lokal dapat sejajar dengan budaya asing dan terhindarkan dari kepunahan.
Sudah selayak pula budaya lokal tetap kita lestarikan. Padahal orang asing pun
sangat tertarik kepada budaya kita. Tapi mengapa kita justru tertarik pada budaya
asing dan menganggap budaya lokal kuno dan ketinggalan jaman. Sudah saatnya
kita ubah mindset tersebut. Kearifan dan karakter budaya lokal yang beragam
sangat berharga dan tidak mampu dibarter dengan apapun. Sebagai putra-putra
bangsa hendaknya mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai saat
ini juga belajar melestarikan budaya lokal agar budaya lokal tidak tenggelam
ditengah ganasnya ombak modernisasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan suatu negara bisa dikatakan sudah
mulai mengalami kemajuan. Mempunyai negara yang maju memang harapan semua
masyarakat, dan kini hampir semua negara sudah mengalami kemajuan tersebut. Mulai
dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi, bahkan budaya sekalipun, itu
semua karena pengaruh dari globalisasi.
Akibat dari pengaruh globalisasi tersebut banyak dampak positif maupun negatif yang
ditimbulkan. Dampak positif dari pengaruh globalisasi sudah bisa kita rasakan sendiri,
yaitu teknologi yang semakin canggih, kemajuan alat transportasi dan ilmu pengetahuan
lebih luas. Tetapi dalam sisi negatifnya, karena pengaruh dari globalisasi ini, banyak
budaya barat yang juga ikut masuk di negara kita. Akibat pengaruh budaya tersebut,
banyak generasi muda yang lebih memilih budaya barat dari pada budaya tradisionalnya.
Itu dikarenakan pola pikir mereka yang menganggap jika budaya barat itu lebih modern
dan lebih populer, sehingga kesadaran mereka dalam melestarikan budaya tradisional
menurun.
Itu semua menyebabkan keberadaan budaya tradisional di negara kita mulai
memprihatinkan. Dahulu, budaya tradisional di negara kita tak terhitung jumlahnya
karena begitu banyak ragamnya, mulai dari tarian tradisional, bahasa tradisional, alat
musik tradisional, dan masih banyak lagi. Tetapi sekarang budaya tradisional di negara
kita sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada. Jarang sekali sekarang kita temui ada anak
muda yang mau untuk memperhatikan kebudayaan tradisional negaranya, itu semua
karena anggapan mereka tentang kebudayaan tradisional salah. Sehingga mereka malu
untuk mengakui jika kebudayaan tadisional adalah kebuadayaan mereka.
Apabila pemikiran para generasi muda tidak pulih kembali untuk mencintai budaya
tradisionalnya, cepat atau lambat pasti kebudayaan kita akan jauh lebih terkikis. Oleh
karenanya, sebelum itu semua terjadi, kita sebagai para generasi muda harus berani
memperjuangkan kembali kebudayaan tradisional yang sudah nenek moyang kita
wariskan kepada kita.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan topik makalah yang telah kami pilih, ada beberapa rumusan
masalah yang akan kami bahas. Rumusan masalah tersebut adalah :
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan budaya tradisional ?
1.2.2 Apa sajakah jenis-jenis budaya tadisional yang kita miliki ?
1.2.3 Budaya tradisional apakah yang sudah mulai hilang ?
1.2.4 Apa penyebab hilangnya budaya tradisional ?
1.2.5 Bagaimana cara untuk menyelamatkan budaya tradisional ?
1.3 Tujuan
Dalam membuat makalah ini, kami ingin mencapai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum kami menyusun makalah ini adalah untuk melestarikan
kembali budaya tradisional yang kita miliki di negara kita. Sedangkan tujuan khusus kami
membuat makalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui secara jelas dan memahami tentang definisi budaya tradisional
1.3.2 Mengenali jenis-jenis budaya tradisional
1.3.3 Mengetahui budaya tradisional apa sajakah yang sudah mulai hilang
1.3.4 Mengetahui apa yang menyebabkan budaya tradisional hilang
1.3.5 Menghalau cara-cara yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan budaya
tradisional dari kepunahan dan melestarikannya kembali.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya Tradisional
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dikaji asal kata bahasa sansekerta
berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan
berasal dari kata Colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum
dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia
dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan
segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya
didalam lingkungannya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman
yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengartikan kebudayaan sebagai peninggalan sejarah
yang bersifat tradisional. Seperti tarian daerah, alat musik daerah, senjata tradisional,
bahasa daerah, dan lain sebagainya. Di negara kita, hampir setiap propinsi memilki
kebudayaan tradisionalnya sendiri. Oleh sebab itu negara kita dijuluki negara yang kaya
akan budaya.
2.2 Jenis-jenis Budaya Tradisional
Ada berbagai jenis budaya tradisional yang dimiliki oleh negara kita. Beberapa jenis
budaya tradisional tersebut yaitu :
2.2.1 Tarian Tradisional : tarian khas yang memiliki arti penting karena fungsinya
yang sangat mengutamakan suatu penghormatan.
2.2.2 Bahasa Tradisional : bahasa daerah yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari oleh setiap daerah .
2.2.3 Pakaian Tradisional : pakaian khas yang berbeda dari daerah satu dengan
daerah lain.
2.2.4 Senjata Tradisional : suatu senjata yang digunakan oleh penduduk suatu
daerah. Orang jaman dulu sering menyebutnya gaman.
2.2.5 Alat Musik Tradisional: alat musik yang digunakan untuk mengiringi suatu lagu
daerah atau biayasanya juga digunakan untuk mengiringi tarian tradisional.
2.2.6 Kesenian Tradisional : sutu kesenian yang berasal dari suatu daerah tertentu
dan menunjukkan ciri khas.
2.3 Budaya yang Sudah Mulai Hilang
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari
masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat
homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu dampak dari
adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara
mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-
batas budaya setiap bangsa.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan
kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah
kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan
teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak
alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik
jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa
menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari
berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional
Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam
masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia,
baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat
pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita
pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian
yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.
Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi
budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi
masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni
pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja
kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang
Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat
disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional
Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu
agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh
kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena
demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam
berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun
demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya
globalisasi.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami
perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan
diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat,
misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh
kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya
memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran
televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian,
ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman.
Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi
dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal
seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu
kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian
stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit
setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap
salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap
mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan
mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik
gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa,
Museum Nasional.
2.4 Penyebab Budaya Tradisional Hilang
Budaya nasional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya di pertahankan
sekarang mulai hilang dikarenakan masuknya budaya asing (modern). Kita sebagai
warga negara indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan tersebut
seharusnya melestarikannya bukan malah mengesampingkannya dengan berbagai
alasan seperti takut dibilang ketinggalan jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain
sebagainya.
Jika ditinjau melalui aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek
kehidupan juga yang terkait dengan kebudayaan. Budaya tradisional yang mencerminkan
etos kerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan dalam era global. Era global
menuntut kesiapan kita untuk siap berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu
mengambil setiap kesempatan. Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif
dan tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri
bangsa. Sebagai contoh sederhana, budaya gotong royong di Indonesia saat ini hampir
terkikis habis, individual dan tidak mau tahu dengan orang lain adalah cerminan yang
tampak saat ini. Perlu dipikirkan agar kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan
kepribadian \bangsa. Kebudayaan tradisional adalah sebuah warisan luhur.
Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami erosi. Orang, anak muda
utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada
mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Orang akan merasa bangga ketika dapat
menuru gaya berpakaian orang barat dan menganggap budayanya kuno dan
ketinggalan. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus meneliti
apakah budaya-budaya tersebut bersifat positif ataupun negatife.
2.5 Cara-cara Untuk Menjaga Kelestarian Budaya Tradisional
Budaya yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya yang tak bernilai di
mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu memberikan dampak yang cukup buruk
bagi perkembangan budaya tradisional di negara kita. Mengapa? Karena salah satu cara
untuk melestarikan budaya trsdisional adalah sikap dan perilaku dari masyarakatnya
sendiri. Jika dalam diri setiap masyarakat terdapat jiwa nasionalis yang dominan,
melestarikan budaya tradisional merupakan suatu kebanggaan, tapi generasi muda
sekarang ini justru beranggapan yang sebaliknya, sehingga mereka menggagap
melestarikan budaya itu suatu paksaan. Jadi kelestarian buadaya tradisional itu juga
sangat bergantung pada jiwa nasionais generasi mudanya.
Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah
diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa
nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian.
Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah
itu tidak mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila
hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam
melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama
lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga diperlukan kekompakan
untuk saling mengisi dan mendukung.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan beragam seni budaya
yang terdapat disetiap daerah sebelum seni budaya yang masih ada tersebut punah
adalah dengan melaksanakan:
2.5.1 Pendataan
2.5.2 Inventarisasi
2.5.3 Pendokumentasian
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemudian kebudayaan yang telah ada seperti kebudayaan tradisional akan
tergeser bahkan akan hilang terganti oleh kebudayaan baru/ modern. Orang-orang akan
lebih mengandalkan kebudayaan baru dan meninggalkan kebudayaan tradisional karena
dianggap kebudayaan itu adalah kebudayaan yang kuno dan pantas di tinggalkan.
Jadi keberadaan kebudayaan tradisional saat ini sangat mengkhawirkan. Kita sebagai
penerus bangsa harus dapat melestarikan budaya sendiri, budaya tradisional. Jangan
sampai budaya itu punah tertelan waktu yang ke era globalisasi.
3.2 Saran
Untuk dapat tetap melestarikan budaya peninggalan nenek moyang kita harus
dapat memilah dan memilih budaya yang baru yang positif. Kita harus tetap mengikuti
perkembangan budaya modern tapi jangan sampai kita meninggalkan budaya sendiri.
Jangan sampai kejadian kemarin seperti pengklaiman budaya terjadi kembali. Hal
tersebut terjadi juga karena kita kurang menjaga dan melestarikan budaya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Kamal Pasha, Musthafa, dkk. 2000. Ilmu Budaya Dasar. Yogyakarta : Cipta Karsa
Mandiri.
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia (suatu pengantar). Ghalia
Indonesia: Bogor.
“Selamatkan Budaya Dari Mekanisme”, http://cabiklunik.blogspot.com, Agustus
2008.
Widhagdo, Djoko. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sarjono. Agus R (Editor). 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
“Media Massa Tak Beri Peluang Pada Musik Tradisional
Melayu”, www.beritasore.com, 26 Desember 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang
sangat beraneka ragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya. Karena
keanekaragaman tersebutlah indonesia menjadi daya tarik bangsa lain dari
belahan dunia untuk mengetahuinya bahkan tidak sedikit mereka juga
mempelajarinya karenaselain beraneka ragam budaya Indonesia dikenal sangat
unik.Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga
serta perlu dilestarikan agar kebudayaan kita tidak hilang dan bisa menjadi
warisan anak cucu kita kelak. Hal ini tentu menjadi tanggungjawab para generasi
muda dan juga perlu dukungan dari berbagai pihak, karena ketahanan budaya
merupakansalah satu Identitas suatu negara. Kebanggaan bangsa indonesia
akan budaya yang beraneka ragam sekaligusmengundang tantangan bagi
seluruh rakyat untuk mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang
ataupundicuri oleh bangsa lain. Sudah banyak kasus bahwa budaya kita banyak
yang dicuri karena ketidakpedulian paragenerasi penerus, dan ini merupakan
pelajaran berharga karena Kebudayaan Bangsa Indonesia adalah hartayang
mempunyai nilai yang cukup tinggi di mata masyarakat dunia.Dengan
melestarikan budaya lokal kita bisa menjaga budaya bangsa dari pengaruh
budaya asing, danmenjaga agar budaya kita tidak diakui oleh Negara lain. Para
wisatawan asing banyak berdatangan ke Indonesiaselain karena keindahan
alamnya juga karena Keindahan dan keanekaragaman serta Keunikan budaya
yangdimiliki dan ini merupakan peluang yang cukup baik selain bisa
mendatangkan devisa bagi negara, kebudayaanIndonesia bisa menjadi
kebanggaan karena bisa dikenal di mata dunia. Dan tidak sedikit dari para
wisatawanasing melestarikan di negaranya seperti yang bisa dilihat saat ini.
I.2. TUJUAN
Budaya lokal di Indonesia sangat bermacam, hampir tiap suku mempunyai
kebudayaan tersendiri. Mulaidari adat istiadat, tradisi, pakaian adat, rumah adat,
makanan khas, dan masih banyak lagi, tiap suku berbeda.Budaya bangsa
tercipta dari situ, tercipta dari suatu perbedaan tapi member warna tersendiri
bagikebudayaanIndonesia.Di sekolah – sekolah dan perguruan tinggi
kebudayaan diajarkan. Perlu nya agar kebudayaan yang telahtercipta dari para
pendahulu kita tidak luntur. Kebudayaan telah membangun jati diri Bangsa
Indonesia. Orang – orang yang santun dan ramah tamah tercipta dari
kebudayaan local yang ada.
Maka mengapa perlunya mempelajari kebudayaan? Agar kita tetap menjadi
Bangsa Indonesia yang tak kehilangan jati diri, agar Bangsa Indonesia tetap
menjadi bangsa Indonesia yang kaya akan kebudayaan.
I.3. SASARAN
Kebudayaan adalah sebuah warisan dari para pendiri bangsa ini.
Perkembangannya tak semudahmembalikkan telapak tangan, akan tetapi melalui
sebuah proses yang panjang lagi rumit. Berkembang daridalam diri masyarakat,
juga dari bengsa asing yang dahulu dating ke nusantara. Dari itu terlahirlah suatu
budayabangsa Indonesia yang modern seperti yang ada saat ini.Sebagai
generasi muda yang nanti kelak akan menjadi penerus sudah seharusnya kita
ikut melestarikanbudaya nan agung yang kita miliki ini. Jangan sampai warisan
yang berharga ini hilang. Kita seharusnya belajar tentang kebudayaan bangsa
ini, karena budaya ini telah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesiatelah dikenal dunia internasional karena kebudayaan yang dimiliki.
Banyak orang – orang asing yang sedangmempelajari kebudayaan di Indonesia,
karena keanekaragaman yang ada. Jika dijumlahkan mulai dari Sabangsampai
Merauke terdapat beribu – ribu kebudayaan yang berbeda. Mulai dari adat
istiadat, kebiasaan, bahasa,rumah adat, pakaian adat,makanan khas, dan masih
banyak yang lainnya.Jangan sampai kebudayaan asing merusak kebudayaan –
kebudayaan kita yang telah terbentuk berangsur – angsur selama berpuluh –
puluh tahun. Kebudayaan barat yang cenderung praktis dan terbukajangan
sampai masuk pada diri kita. Jadi, kepada generasi muda yang kelak akan
menjadi penerus yang akanberperan penting dalam perkembangan budaya
bangsa, saatnya untuk bekerja keras untuk mempertahankan
danmengembangkan warisan ini
BAB 2
PERMASALAHAN
Keanekaragaman budaya menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk
mempertahankan sertamewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal
Indonesia sangat membanggakan karena memilikikeanekaragaman yang sangat
bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya
zaman,menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern.
Akibatnya, masyarakat lebih memilihkebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih
praktis dibandingkan dengan budaya lokal.Begitu banyak faktor yang
menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnyamasuknya
budaya asing. Masuknya budaya asing adalah hal yang wajar dikarenakan suatu
negara tentu akanmembutuhkan input input berupa budaya asing dengan syarat
budaya itu sejalan dengan budaya kita ini, salahsatu faktor yang juga berperan
penting adalah kesadaran dari manusia itu sendiri. Karena bila
kurangnyakesadaran dalam masyarakat tentu saja bisa menjadi hal yang fatal
karena kelestarian akan budaya itu lamakelamaan akan hilang tergeser dengan
seiringnya waktu.Saat ini begitu banyak juga budaya budaya kita yang telah
dilupakan salah satu contohnya adalah alatmusik Sasando. Alat musik sasando
ini adalah alat musik sederhana yang berasal dari Pulau Rote, biasadimainkan
dengan cara di petik. Namun karena pengaruh dari budaya asing saat ini lebih
banyak kaum ataugenerasi muda yang lebih memilih memainkan gitar ketimbang
sasando tersebut. Contoh lainnya adalah. Caraberpakaian, pada umumnya
budaya kita yang ketimuran ini dari dahulu selalu mengajarkan kita untuk
selaluberpakaian sopan dan tertutup. Namun karena pengaruh budaya asing
maka saat ini begitu banyak individuindividu yang berpakaian terbuka di tempat
umum tanpa ada rasa malu sedikitpun. Maka dari itu sangat perlusekali kita
meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa budaya kita ini masih jauh lebih
baik dari budayamanapun.Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita
mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisibudaya lokal dengan
sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan
megharumkan namaIndonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak
diakui oleh negara lain. Berikut beberapa hal yangdapat kita simak dalam cara
melestarikan, serta memajukan kebudayaan kita.
II.1 ANALISIS SWOT
II.I.1. KEKUATAN PERANAN BUDAYA LOKAL (STRENGT)
•Keanekaragaman budaya lokal yang ada di IndonesiaIndonesia memiliki
keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke aset yang
tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang
dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri
khas budayanya, seperti rumah adat, pakaianadat, tarian, alat musik, ataupun
adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat
memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
•Kekhasan budaya IndonesiaKekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah
di Indonesia memliki kekuatan tersediri.Misalnya rumah adat, pakaian adat,
tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasanbudaya lokal ini
sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya warga asing
yangmempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat daerah atau
mencari barang-barangkerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan
bahwa budaya bangsa Indonesia memilikiciri khas yang unik.
•Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa Kesatuan
budaya lokal yangdimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili
identitas negara Indonesia. Untuk itu,budaya lokal harus tetap dijaga serta
diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
II.I.2. KELEMAHAN PERANAN BUDAYA LOKAL (WEAKNESS)
•Minimnya Komunikasi Budaya Kurangnya Komunikasi tentang kebudayaan
bangsa Indonesia adalah sebuah hambatan yang harusdiselesaikan, sebagai
bangsa Indonesia seharusnya kita harus lebih proaktif untuk
mempromosikankebudayaan bangsa kita bahwa bangsa Indonesia itu kaya akan
keanekaragaman budayanya.Adapun minimnya komunikasi sering terjadi
perselisihan antar suku yang dapat berdampak turunnyaketahanan budaya
nasional karena banyak terjadi kesalahpahaman tentang apa yang dianut.
•Kurangnya Pembelajaran budayaPeran masyarakat terutama orang tua serta
pemerintah sangat penting disini seperti mungkinmemberikan pengetahuan
wawasan kebudayaan lokal kepada para anak – anak sehingga mereka biasa
mencintai kebudayaan mereka sendiri dibandingkan dengan kebudayaan asing,
dengan begitu makakebudayaan lokal bisa tetap lestari sampai kapanpun dan
tetap utuh.
•kesadaran MasyarakatKesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan
budaya lokal sekarang ini masih dibilangsangat minim, karena mungkin
masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih trendy ataupraktis sehingga
kebudayaan luar sesuai dengan perkembangan zaman pada saat ini.
Tetapibahwasanya banyak budaya – budaya asing yang datang tidak sesuai
dengan kepribadian suatubangsa dan dapat merusak para generasi muda pada
sekarang ini.
•Pengaruh GlobalisasiPengaruh globalisasi dapat mengakibatkan budaya luar
yang tidak cocok dapat menjadi suatukebudayaan yang bisa masuk kedalam
kebudayaan bangsa indonesia dan itu sangat berdampak negatif pada
kebudayaan lokal seperti sekarang ini banyak generasi – generasi muda sudah
mulaimulai meninggalkan kebudayaan lokal karena mereka menganggap
kebudayaan lokal masih bersifatkuno dan tidak sesuai dengan perkembangan
zaman modern seperti pada saat ini.
II.I.3. PELUANG PERANAN BUDAYA LOKAL (OPPURTUNITY)
•Kemajuan PariwisataKebudayaan lokal dapat menarik para wisatawan ataupun
turis dari berbagai mancanegara dan inibisa mengakibatkan peningkatan devisa
negara serta citra baik nama pariwisata bangsa Indonesia dimata dunia.
•Dengan mempertahankan kebudayaan maka bangsa ini dapat mewujudkan cita
– cita bangsa yangluhur.Kebudayaan bangsa Indonesia terkenal dengan
keanekaragamannya, dengan melestarikankebudayaan lokal berarti peran serta
masyarakat dan generasi muda bangsa ini sudah mampumewujudkan cita – cita
bangsa yang luhur dan tetap menjaga keutuhan warisan dari nenek moyang
•Dipandang dunia Internasional karena Keberagaman budayanya
Bangsa Indonesia sangat kaya dengan kebudayaan lokalnya itu semua karena
negara Indonesiamerupakan negara kepulauan sehingga budaya bangsa
indonesia mempunyai ciri khas masing – masing dari setiap daerah.
•MultikulturalismeDalam artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Lancang Kuning, Riau, Dr Junaidi SSMHum, mengatakan bahwa
multikulturalisme memberikan peluang bagi kebangkitan etnik dankebudayaaan
lokal bangsa Indonesia. Dua pilar yang dapat mendukung pemahaman ini
adalahpendidikan budaya dan komunikasi antar budaya.
II.I.4. TANTANGAN PERANAN BUDAYA LOKAL (TREATH)
Yang menjadi tantangan bagi budaya lokal dalam memperkokoh ketahana
budaya adalah tantanganzaman. Karena pada hakekatnya perkembangan
budaya akan semakin berubah seiring dengan berjalannyaperkembangan
zaman. Misalnya Dengan masuknya kebudayaan barat kebudayaan barat
memang memilikinilai-nilai yang Positif,namun selain nilai-nilai positif yang
dimilikinya kebudayaan barat yang masuk keIndonesia juga memiliki nilai-nilai
negative,misalnya dari segi pakaian,budaya barat cenderung lebih terbukadalam
berpakaian, dengan masuknya budaya barat tersebut masyarakat Indonesia jadi
cenderung mengikutipakaian yang terbuka tersebut,padahal bangsa Indonesia
adalah bangsa yang cenderung ketimur-timuran.
•Kemajuan teknologi
•Masuknya budaya asing
•Perubahan lingkungan
•Masih ada pembangunan yang tidak merata
BAB 3
PENUTUP & REKOMENDASI
III.1. KESIMPULAN
Kebudayaan lokal Indonesia adalah kebudayaan yang hanya dimiliki oleh bangsa
indonesia dan setiapkebudayaan mempunyai ciri khas masing – masing. Bangsa
indonesia juga sangat mempunyai kebudayaan lokalyang sangat kaya dan
beraneka ragam oleh sebab itu sebagai penerus kita wajib menjaganya karena
ketahanankebudayaan lokal berada pada generasi mudanya dan jangan sampai
kita terbuai apalagi terjerumus pada budayaasing karena tidak semua budaya
asing sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia bahkan tidak
sedikitkebudayaan asing membawa dampak negatif.Sebagai Negara Kepulauan
pasti sulit untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan
antara masyarakat.Namun hal itu pasti bisa terwujud jika kita perduli untuk
menjaga, mempelajari, serta melestarikan sehinggakebudayaan lokal yang
sangat kaya di Indonesia ini tetap utuh dan tidak punah apalagi sampai dibajak
ataudicuri oleh negara lain karena kebudayaan tersebut merupakan Identitas
suatu bangsa dan negara. Lebihmemajukan kehidupan bangsa melalui
keuntungan yang didapat dari sector pariwisata salah satunyaDari makalah ini
dapat disimpulkan bahwa budaya bangsa kita sangat beraneka ragam, tetapi
disampingitu banyak kurang kesadaran masyarakat kita akan kepintangan
kebudayaan kita, oleh karena itu kita paragenerasi muda harus menjaga dan
melestarikan serta menanamkan dalam hati budaya bangsa kita, agar anak cucu
kita juga dapat menikmatinya.
III.2. REKOMENDASI
•Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya lokal
•Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta
pemberdayaan danpelestariannya
•Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan, keramah-
tamahan dan solidaritasyang tinggi.
•Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah
•kembangkan oleh masyarakat Indonesia Mengusahakan agar semua orang
mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal
REFERENSI
http://www.bpsnt-makassar.net/index.php/artikel-bpsnt/publikasi/91-sosialisasi-
perlindungan-warisan-budaya-intangible.html
http://www.fortunepr.com/news/199-pementasan-budaya-bali-agung-untuk-
pelestarian-budaya-indonesia.html
http://hartiningrum.blogspot.com/2010/10/peran-kebudayaan-daerah-
memperkokoh.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/peran-budaya-lokal-memperkokoh-
budaya-bangsa/
http://isbdti.blog.uns.ac.id/2009/11/09/makalah-perubahan-kebudayaan-karena-
pengaruh-dari luar/
Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah
Bahasa adalah gudang ilmu pengetahuan yang di
dalamnya memuat keseluruhan sejarah umat manusia. Ketika
sebuah bahasa punah, pengetahuan yang terdapat di dalamnya
akan ikut punah. Jika satu kaum berhenti menggunakan suatu
bahasa, kaum tersebut akan kehilangan beberapa kemampuan
natural dari bahasa mereka. Oleh karena itu, tidaklah
berlebihan jika dikatakan bahwa kepunahan bahasa sama
dengan kepunahan peradaban manusia secara keseluruhan.
Terkait dengan isu kepunahan bahasa-bahasa daerah di
Indonesia, tulisan ini akan memaparkan tiga hal penting, antara
lain (1) fakta-fakta terkait dengan ancaman kepunahan bahasa,
(2) penyebab utama dan pendorong kepunahan bahasa, dan (3)
usaha pencegahaan kepunahan bahasa.
Di Indonesia yang kaya akan keragaman budaya, terdapat
742 bahasa daerah. Namun, hanya 13 bahasa yang memiliki
penutur di atas satu juta. Tiga belas bahasa itu adalah bahasa
Jawa, Batak, Sunda, Bali, Bugis, Madura, Minang, Rejang
Lebong, Lampung, Makassar, Banjar, Bima, dan Sasak (Kompas,
14 November 2007). Semakin banyak jumlah penutur dan
semakin sering penutur menggunakan bahasanya dalam
berbagai ranah, semakin kuat ketahanan bahasa itu. Dengan
demikian, semakin jauh bahasa tersebut dari kepunahan.
Multamia RMT Lauder dari Departemen Linguistik,
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,
dalam seminar ”Empowering Local Language Through ICT”
yang diadakan Departemen Komunikasi dan Informatika, Senin
(11/8/2008) di Jakarta, mengungkapkan dari 729 bahasa daerah
yang penuturnya kurang dari satu juta orang, sekitar 169
bahasa terancam punah karena berpenutur kurang dari 500
orang. Bahasa yang terancam punah tersebut tersebar di
wilayah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua.
Bahasa Lom (Sumatera), misalnya, hanya berpenutur 50 orang.
Di Sulawesi bahasa Budong-budong 70 penutur, Dampal 90
penutur, Bahonsuai 200 penutur, dan Baras 250 penutur. Di
Kalimantan bahasa Lengilu 10 penutur, Kareho Uheng 200
penutur, dan Punan Merah 137 penutur. Di Maluku, bahasa
Hukumina 1 penutur, Kayeli 3 penutur, Hoti 10 penutur, Hulung
10 penutur, Kamarian 10 penutur, dan bahasa Salas 50 penutur.
Di Papua, bahasa Mapia 1 penutur, Tandia 2 penutur, Bonerif 4
penutur, dan bahasa Saponi 10 penutur.
Fakta kepunahan bahasa seperti tersebut di atas cukup
mencengangkan, Mengingat banyaknya jumlah bahasa yang
terancam punah serta jumlah penutur bahasa daerah yang
sangat sedikit. Apabila kita tilik lebih dalam, kita dapat melihat
bahwa bahasa-bahasa yang terancam punah tersebut banyak
terdapat di Indonesia Timur. Hal tersebut dikarenakan
diversitas bahasa di Indonesia timur lebih kaya. Jika kita lihat di
pulau Jawa hanya terdapat tiga bahasa terbesar, Jawa, Sunda,
dan Madura, yang memiliki banyak dialek. Berbeda dengan
Indonesia Timur yang memang memiliki banyak bahasa yang
berbeda-beda.
Penyebab Kepunahan Bahasa
UNESCO mengatakan: When a language dies, the world
loses valuable cultural heritage - a great deal of the legends,
poems and the knowledge gathered by generations is simply
lost. Ketika sebuah bahasa punah, dunia kehilangan warisan
yang sangat berharga – sejumlah besar legenda, puisi, dan
pengetahuan yang terhimpun dari generasi ke generasi akan
ikut punah.
Grimes (dalam Ibrahim 2008, 10) mengatakan sebab
utama kepunahan bahasa-bahasa adalah karena para orang tua
tidak lagi mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anaknya dan
tidak lagi secara aktif menggunakannya di rumah dalam
berbagai ranah komunikasi. Sebagai contoh adalah orangtua
keturunan Sumatra yang kita sebut saja memakai bahasa A.
Karena pergeseran penggunaan bahasa A, orang tua tersebut
mendidik anak-anaknya untuk memakai bahasa Indonesia dalam
keluarganya. Didikan seperti itu sangat dianjurkan. Namun,
bahasa daerah kita sendiri jangan ditinggalkan, budaya
berbahasa kita sendiri juga harus mengerti dan fasih. Gerak ke
arah kepunahan akan menjadi lebih cepat apabila disertai
dengan semakin berkurangnya cakupan dan jumlah ranah
penggunaan bahasa dalam ranah sehari-hari; atau semakin
meluasnya ketiadaan pengunaan bahasa dalam sejumlah ranah,
terutama ranah keluarga.
Sedangkan Landweer (dalam Ibrahim, 2008: 11)
mengemukakan sebab lain punahnya suatu bahasa bukan
karena penuturnya berhenti bertutur, melainkan akibat dari
pilihan penggunaan bahasa sebagian besar masyarakat
tuturnya. Seringkali terjadi diskrimitatif, bahwa orang yang
berbahasa daerah adalah orang-orang kampungan. Karena itu,
orang lebih memilih untuk tidak memakai bahasa daerah. Hal ini
terkait dengan sikap dan pemertahanan bahasa masyarakat
tuturnya. Jika orang tua tidak memilih untuk memakai bahasa
daerah di samping bahasa Indonesia kepada keturunananya,
maka pergerakan bahasa ke arah kepunahan akan semakin
cepat.
Di luar soal pemertahanan bahasa terdapat berbagai hal
penting yang mendorong percepatan kepunahan suatu bahasa.
Hal tersebut adalah bahasa daerah yang jumlah penuturnya
sedikit cenderung merupakan bahasa yang tidak memiliki
tulisan. Dengan demikian, tradisi lisan yang berkembang, jika
tidak segera didokumentasikan, akan sangat sulit
mempertahankan eksistensinya. Ditambah lagi, adanya tuntutan
bahasa daerah untuk bersaing dengan bahasa Indonesia yang
berstatus bahasa nasional.
Selain itu, terdapat faktor-faktor yang turut mempercepat
kepunahan suatu bahasa. Summer Institute of linguistics (SIL)
mengemukakan setidaknya terdapat 12 faktor: (1) kecilnya
jumlah penutur, (2) usia penutur, (3) digunakan-atau-tidak
digunakannya bahasa ibu oleh anak-anak, (4) pengunaan bahasa
lain secara reguler dalam latar budaya yang beragam, (5)
perasaan identitas etnik dan sikap terhadap bahasanya secara
umum, (6) urbanisasi kaum muda, (7) kebijakan pemerintah, (8)
penggunaan bahasa dalam pendidikan, (9) intrusi dan
eksploitasi ekonomi, (10) keberaksaraan, (11) kebersastraan,
(12) kedinamisan para penutur membaca dan menulis sastra.
Selain itu, ada pula tekanan bahasa dominan dalam suatu
wilayah masyarakat multibahasa secara berdampingan (Ibrahim
2008:10). Dua belas faktor tersebut sangat berpengaruh
terhadap upaya pencegahan punahnya suatu bahasa. Dengan
melihat pada faktor-faktor yang mempercepat kepunahan
bahasa sehingga kita dapat mempelajari dan melakukan usaha
agar kepunahan bahasa dapat dicegah.
Gejala-gejala Kepunahan Bahasa
Salah satu keadaan yang memperlihatkan gejala-gejala
kepunahan bahasa adalah penurunan secara drastis jumlah
penutur aktif. Seperti yang telah dipaparkan di atas, dapat kita
lihat beberapa bahasa yang memiliki penutur tidak lebih dari
lima orang. Kita ambil contoh bahasa Hukumina di Maluku yang
hanya memiliki satu orang penutur. Apabila satu orang penutur
tersebut meninggal, tidak hanya jasadnya saja yang terkubur,
pengetahuan tentang bahasa terkait akan ikut terkubur dan
bahasa Hukumina tersebut akan punah.
Keadaan lain yang tidak kalah memprihatinkan adalah
pengabaian penggunaan bahasa daerah oleh penutur usia muda.
Dewasa ini, generasi muda tidak cakap lagi menggunakan
bahasa daerah mereka masing-masing. Kebanyakan hanya
menguasai secara pasif. Generasi muda tersebut mengerti
dengan bahasa daerah mereka, tetapi tidak dapat berbicara
dengan bahasa tersebut. Lebih dari itu, beberapa bahkan tidak
peduli dengan bahasa daerah dan enggan menggunakannya. Hal
tersebut disebabkan oleh generasi muda sekarang lebih
menyukai memakai bahasa asing dan bahasa nasional, bahasa
Indonesia, dibandingkan bahasa daerah. Jika keadaan seperti ini
terus berlanjut, bukan tidak mungkin beberapa tahun
mendatang akan semakin banyak bahasa daerah yang pada
akhirnya punah terkikis zaman.
Usaha Pencegahan Kepunahan Bahasa
Bahasa adalah penciri utama suatu budaya yang
membedakan budaya itu dengan budaya lainnya. Tradisi yang
diekspresikan dengan tindakan nyata antara bangsa yang satu
dengan bangsa yang lain boleh saja sama, tetapi ketika kita
mendengar “bahasa” yang terucap, akan segera tampak
perbedaannya. “Bahasa Menunjukan Bangsa” demikian kata
sebuah pepatah.
Menghidupkan bahasa daerah tidak berarti etnosentris.
Sebagai Warga Negara Indonesia, kita diharapkan untuk dapat
memakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, bukan
berarti kita melupakan bahasa daerah. Pemilihan pemakaian
antara pemakaian bahasa Indonesia dengan pemakaian bahasa
daerah dapat disesuaikan dengan konteks yang ada. Dengan
demikian, bahasa daerah dapat tetap sejalan dengan bahasa
Indonesia serta dapat menjaga kelangsungan bahasa daerah
dari kepunahan. Untuk mempertahankan keberlangsungan
bahasa daerah tidaklah mudah, dibutuhkan kerjasama dari
berbagai pihak. Diperlukan kemauan dari pemerintah dan
masyarakat penuturnya untuk mempertahankan bahasa yang
terancam punah.
Usaha yang dapat diupayakan untuk mencegah kepunahan
bahasa antara lain dengan mengolah bahasa daerah yang
terancam punah menjadi buku dan mulai diajarkan sebagai
materi ajar muatan lokal sehingga dikenal generasi muda.
Selain itu, bahasa daerah juga dapat dipakai dalam percakapan
di rumah, untuk nama jalan, nama bangunan, nama kompleks
perkantoran, nama kompleks perdagangan, merek dagang,
ataupun nama lembaga pendidikan. Nama-nama dalam bahasa
daerah itu bisa ditulis di bawah nama dalam bahasa Indonesia.
Menghidupkan bahasa daerah tentu saja tidak hanya sekedar
membuat kurikulum mata pelajaran di sekolah atau
menuliskannya di papan nama jalan raya, tetapi dengan
tindakan yang lebih kongkret yaitu dengan menjadikannya
sebagai bahasa tutur aktif.
Pemerintah sendiri telah menunjukan keberpihakannya
dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
40 Tahun 2007 tentang Pelestarian, Pembinaan, dan
Pengembangan Bahasa Nasional dan Daerah. Selain itu, Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) akan
membuat bidang khusus untuk perlindungan bahasa Indonesia
dan daerah. Perlindungan itu akan lebih mengarah kepada
bahasa daerah dan sastra lisan yang hampir punah. Ada dua
langkah yang akan diterapkan Pusat Bahasa untuk
perlindungan, yaitu dokumentasi dan revitalisasi.dokumentasi
berbentuk pengumpulan kosa kata dan merekamnya, kemudian
revitalisasi untuk menghidupkan kembali dengan cara
mengadakan berbagai pagelaran festival seni.
Penutup
Fakta kepunahan bahasa cukup mencengangkan,
Mengingat banyaknya jumlah bahasa yang terancam punah
serta jumlah penutur bahasa daerah yang sangat sedikit.
Kepunahan bahasa-bahasa daerah di Indonesia disebabkan oleh
bahasa daerah yang jumlah penuturnya sedikit cenderung tidak
memiliki tulisan dan berkurangnya pengunaan bahasa dalam
sejumlah ranah. Selain itu, adanya tuntutan bahasa daerah
untuk bersaing dengan bahasa Indonesia yang berstatus bahasa
nasional.
Untuk mencegahan kepunahan bahasa tidak hanya
sekedar membuat kurikulum mata pelajaran di sekolah atau
menuliskannya di papan nama jalan raya, melainkan dengan
tindakan yang lebih kongkret yaitu dengan menjadikannya
sebagai bahasa tutur aktif.
Referensi
Anonim. 2008. “169 Bahasa Daerah Terancam Punah”. Kompas, 12Agustus 2008.
Ibrahim, Gamil. “Bahasa daerah Lampung Terancam Punah”. http://gamil-opinion.blogspot.com (20 Februari 2010)
Ibrahim, Gufran Ali. "Bahasa Terancam Punah: Fakta, Sebab-Musabab, Gejala, dan Strategi Perawatannya". Makalah yang disampaikan pada Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia di Jakarta, 28 Oktober – 1 November 2008.
Karzi, Udo Z. ”Bahasa Daerah Terancam Punah”. http://ulun.lampunggech.com/2007/11/humaniora-726-bahasa-daerah-terancam.html (20 Februari 2010)
Masinambow. “Konvergensi Etnolinguistis di Halmahera Tengah”. Jakarta. 1976
UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA
3:38 AM rantau indramawan
UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai
kebudayaan yang sangat beraneka ragam baik jumlahnya maupun
keanekaragamannya. Karena keanekaragaman tersebutlah
indonesia menjadi daya tarik bangsa lain dari belahan dunia untuk
mengetahuinya bahkan tidak sedikit mereka juga mempelajarinya
karena selain beraneka ragam budaya Indonesia dikenal sangat
unik.Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati
dan dijaga serta perlu dilestarikan agar kebudayaan kita tidak
hilang dan bisa menjadi warisan anak cucu kita kelak. Hal ini tentu
menjadi tanggungjawab para generasi muda dan juga perlu
dukungan dari berbagai pihak, karena ketahanan budaya
merupakansalah satu Identitas suatu negara. Kebanggaan bangsa
indonesia akan budaya yang beraneka ragam
sekaligusmengundang tantangan bagi seluruh rakyat untuk
mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang ataupundicuri oleh
bangsa lain. Sudah banyak kasus bahwa budaya kita banyak yang
dicuri karena ketidakpedulian paragenerasi penerus, dan ini
merupakan pelajaran berharga karena Kebudayaan Bangsa
Indonesia adalah hartayang mempunyai nilai yang cukup tinggi di
mata masyarakat dunia.Dengan melestarikan budaya lokal kita bisa
menjaga budaya bangsa dari pengaruh budaya asing, danmenjaga
agar budaya kita tidak diakui oleh Negara lain.
Seiring berkembangnya zaman,menimbulkan perubahan pola
hidup masyarakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih
memilihkebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis
dibandingkan dengan budaya lokal.Begitu banyak faktor yang
menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini,
misalnyamasuknya budaya asing. Masuknya budaya asing adalah
hal yang wajar dikarenakan suatu negara tentu akan membutuhkan
input-input berupa budaya asing dengan syarat budaya itu sejalan
dengan budaya kita ini.
Melihat kenyataan bahwa para generasi muda bangsa
Indonesia saat ini lebih memilih kebudayaan asing yang mereka
anggap lebih menarik ataupun lebih unik dan praktis, kebudayaan
lokal banyak yang luntur akibat tidak ada generasi penerus yang
akan mewarisinya. Perlunya menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya budaya yang mana kebudayaan Indonesia adalah
budaya-budaya lokal adalah kewajiban setiap lapisan masyarakat,
dimana peran setiap mereka yang terus berusaha untuk mewarisi
kekuatan budaya lokal akan menjadi kekuatan budaya itu untuk
tetap ada.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana melestarikan budaya Indonesia dengan budaya lokal
sebagai aset bangsa ?
2. Apakah upaya yang dapat dilakukan dalam melestarikan budaya ?
PEMBAHASAN
Menurut Edward B . Taylor kebudayaan didefinisikan
sebagai kompleksitas yang meliputi kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat-istiadat (kebiasaan), dan segala bentuk
kehidupan yang diperoleh dari anggota masyarakat. Kata
kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah, ialah bentuk
jamak dari kata “budi” atau “akal”. Maka kebudayaan dapat
diartikan pula hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Ada
pendapat lain tentang asal kata kebudayaan yaitu bahwa kata itu
berasal dari pengembangan majemuk kata budi-daya yang berarti
“daya dari budi”, kekuatan dari pikiran. Sedang
menurutKoentjaraningrat kebudayaan diartikan sebagai
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya
itu. Bila dilihat dari bahasa inggris kata kebudayaan berasal
darikata latin colera yang berarti mengolah atau menngerjakan,
yang kemudian berkembang menjadi kata culture yang diartikan
sebagai daya dan usaha manusia untuk merubah alam.Banyak
berbagai definisi dari kebudayaan, namun terlepas dari itu semua
kebudayaan pada hekekatnya mempunyai jiwa yang akan terus
hidup, karena kebudayaan terus mengalir pada diri manusia dalam
kehidupannya. Kebuyaan akan terus tercipta dari masa kemasa,
dari tempat ketempat dan dari orang keorang. Disetiap waktu unsur
kebudayaan akan selalu hadir didalamnya misalnya disaat orang
berjalan dia akan membawa kebudaan dari daerahnya, misalnya
orang dari jepang akan cenderung berjalan cepat dibangding orang
jawa yang akan berjalan cenderung lebih santai, hal itu karena pada
diri pribadi setiap manusia akan membawa kebudayaan entah itu
adat istiadat, kebiasaan, ataupun norma aturan yang mereka
pegang. Kebudayaan akan tetap ada jika jiwa yang dimilikinya
masih tetap ada. Budaya-budaya baru akan terus muncul dan terus
mengikis budaya yeng telah ada, munculnya budaya baru bukanlah
hal yang negative ataupun hal yang merugikan kerena secara
alamiah manusia akan menciptakan budaya entah itu diciptakan
secara sengaja ataupun budaya yang muncul secara tidak sengaja.
Namun hal tersebut akan berubah menjadi salah ketika budaya
yang telah ada ditinggalkan begitu saja yang akan menyebabkan
budaya itu kehilangan jiwanya sehingga secara bertahap budaya itu
akan menghilang digantikan dengan kebudayan yang baru.
Kebudayaan adalah sebuah warisan dari para pendiri bangsa
ini. Perkembangannya tak semudahmembalikkan telapak tangan,
akan tetapi melalui sebuah proses yang panjang lagi rumit.
Berkembang daridalam diri masyarakat, juga dari bangsa asing
yang dahulu datang ke nusantara. Dari itu terlahirlah suatu
budayabangsa Indonesia yang modern seperti yang ada saat ini.
Sebagai generasi muda yang nanti kelak akan menjadi penerus
sudah seharusnya kita ikut melestarikan budaya agung yang kita
miliki ini. Jangan sampai warisan yang berharga ini hilang. Kita
seharusnya belajar tentang kebudayaan bangsa ini, karena budaya
ini telah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah
dikenal dunia internasional karena kebudayaan yang dimiliki.
Banyak orang–orang asing yang sedangmempelajari kebudayaan di
Indonesia, karena keanekaragaman yang ada. Jika dijumlahkan
mulai dari Sabangsampai Merauke terdapat beribu–ribu kebudayaan
yang berbeda. Mulai dari adat istiadat, kebiasaan, bahasa,rumah
adat, pakaian adat,makanan khas, dan masih banyak yang lainnya.
Indonesia adalah negara yang mempunyai beribu
kebudayaan, karena Indonesia bukanlah negara yang memiliki
hanya satu daerah sehingga kebudayaan bangsa Indonesia adalah
kebudayaan lokal. Setiap daerah akan mempunyai kebudayaan
yang berbeda, perbedaan itulah yang menjadi jati diri bangsa
sehingga ketika kebudayaan itu berubah atau hilang maka jati diri
yang dimilikinya akan memudar .
Banyak hal dapat dilakukan sebagai apresiasi dari rasa cinta pada
budaya, khususnya kebudayaan daerah. Berbagai aktifitas dalam
upaya pelestarian kebudayaan daerah mulai muncul dari berbagai
kalangan. Cara untuk melestarikan budaya bermacam - macam
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kota solo
merupakan salah satu kota budaya yang mempunyai beragam
budaya dan tradisi. Di kota solo sudah membudayakan beberapa
tradisi yang saat ini masih di lakukan. Salah satunya melalui jalur
pendidikan, beberapa sekolah di kota solo setiap hari kamis selalu
memakai pakaian adat kota solo. Hal ini merupakan wujud cinta
budaya dalam rangka melestarikan budaya Indonesia khususnya
solo.
Seiring timbulnya kesadaran bahwa bila bukan kita yang melakukan
upaya pelestarian budaya, maka tak dapat dihindari lama-kelamaan
budaya adiluhung dari bangsa kita akan semakin tergeser dan
terpinggirkan oleh budaya asing yang datang bertubi-tubi dari
berbagai arah, terus menggerus kebudayaan daerah.Munculnya
kesadaran terhadap upaya pelestarian budaya diberbagai kalangan
ini memang perlu disyukuri, sebab bukan saja orang-orang tua yang
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai upaya pelestarian budaya di
kalangan masyarakat tetapi berbagai instansi dan bahkan di
kalangan pemuda, mahasiswa, dan anak-anak mulai ditanamkan
kecintaan terhadap budaya daerah yang pada akhirnya akan
menimbulkan kesadaran terhadap upaya pelestarian kebudayaan
daerah. Berbagai kegiatan diberbagai instansi dan kalangan
masyarakat dalam upaya pelestarian kebudayaan seperti Seminar
Budaya, Pentas Budaya, Pekan Budaya telah banyak dijumpai
dalam berbagai moment seperti peringatan Hari Jadi sebuah kota
atau suatu instansi. Semangat ini perlu terus dijaga dan
dikembangkan bukan saja sebagai upaya membendung pengaruh
negatif dari budaya asing yang tidak lagi dapat dihindari di zaman
globalisasi modern ini, tetapi sebagai upaya kaderisasi di kalangan
pemuda untuk lebih mengenal dan mencintai budaya sendiri.
Kebudayaan dapat dilestarikan dalam dua bentuk yaitu :
A. Culture Experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara
terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya,
jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat
dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian
tersebut. Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat
dijaga kelestarian budaya kita ini.
B. Culture Knowledge
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara
membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat
difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk
edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu
sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para
Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.
Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat
melestarikan kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu
sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi
pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara - negara
lain.Penyakit masyarakat kita ini adalah mereka terkadang tidak
bangga terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih
bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak
sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur. Budaya daerah
banyak hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang tidak mau
mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara
ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka
curi secara diam-diam.
Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya
bangsa juga sangatlah penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki
peran yang cukup strategis dalam upaya pelestarian kebudayaan
daerah ditanah air. Pemerintah harus mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian
kebudayaan nasional.Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas
didukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah
disetiap event-event akbar nasional, misalnya tari-tarian , lagu
daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan sebagai upaya
pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang
ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari
negara tetangga.Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal
pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai
kebudayaan yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih
memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan
daerah.
Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai cara dalam
melestarikan budaya, salah satunya adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan
budaya lokal
b. Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal
beserta pemberdayaan danpelestariannya
c. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi,
kekeluargaan, keramah-tamahan dan solidaritasyang tinggi.
d. Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah
e. Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola
keanekaragaman budaya lokal
Kebudayaan lokal Indonesia adalah kebudayaan yang hanya
dimiliki oleh bangsa indonesia dan setiapkebudayaan mempunyai
ciri khas masing–masing. Bangsa indonesia juga sangat mempunyai
kebudayaan lokalyang sangat kaya dan beraneka ragam oleh sebab
itu sebagai penerus kita wajib menjaganya karena
ketahanankebudayaan lokal berada pada generasi mudanya dan
jangan sampai kita terbuai apalagi terjerumus pada budayaasing
karena tidak semua budaya asing sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia bahkan tidSIMPULANak sedikitkebudayaan asing
membawa dampak negatif. Sebagai negara kepulauan pasti sulit
untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan antara
masyarakat.Namun hal itu pasti bisa terwujud jika kita perduli untuk
menjaga, mempelajari, serta melestarikan sehinggakebudayaan
lokal yang sangat kaya di Indonesia ini tetap utuh dan tidak punah
apalagi sampai dibajak ataudicuri oleh negara lain karena
kebudayaan tersebut merupakan identitas suatu bangsa dan
negara.
KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali
kebudayaan, dan kebudayaan tersebut berbentuk kebudayaan
lokal. Budaya asing yang terus masuk tanpa terbengdung ke
Indonesia dapat mengikis ataupun melunturkan budaya lokal yang
terdapat di Indonesia, sehingga upaya-upaya harus dilakukan dalam
menanggulangi permasalahan tersebut sehingga budaya Indonesia
dapat tetap ada. Berbagai cara dapat dilakukan dalam melestarikan
budaya, namun yang paling penting yang harus pertama dimiliki
adalah menumbuhkan kesadaran serta rasa memiliki akan budaya
tersebut, sehingga dengan rasa memiliki serta mencintai budaya
akan membuat orang mempelajarinya sehingga budaya akan tetap
ada karena pewaris kebudayaan akan terus ada.
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan
budaya, diantaranya yaitu:
1. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati
diri bangsa
2. Ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam
pelaksanaannya
3. Mempelajarinya
4. Mensosialisasikan kepada orang lain sehingga mereka tertarik
untuk ikut menjaga atau melestarikannya
DAFTAR PUSTAKA
anonim. 2008. Perlindungan warisan budaya. http://www.bpsnt-
makassar.net/index.php/artikel-bpsnt/publikasi/91-sosialisasi-
perlindungan-warisan-budaya-intangible.html (01 Maret 2013)
anonom. 2009. Makalah perubahan kebudayaan karena dari
luar. http://isbdti.blog.uns.ac.id/2009/11/09/makalah-perubahan-
kebudayaan-karena-pengaruh-dari luar/ (02 Maret 2013)
Dimas. 2011. Analisis upaya melestarikan budaya.
http://dimaspratama11.wordpress.com/2011/11/19/analisis-upaya-
melestarikan-budaya-bangsa/ (05 Maret 2013)
Elly M. Setiadi,dkk. 2006. Ilmu sosial dan Budaya dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media
Herimanto dan Winarto. 2010. Ilmu Sosial &Budaya Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara
Koentjoroningrat.1994. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan.
Jakarta: Gramedia
Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Kaya akan alam, bermacam-macam
suku, bahasa daerah, dan banyaknya budaya. Kali ini kita akan bahas tentang
budaya-budaya Indonesia yang dikenal dunia tapi di negeri sendiri malah
sedikit yang melestarikannya. Sebut saja kesenian budaya seperti Ludruk,
Lenong, Reog, Wayang, Mamanda, Rudat, Tarling, tari Jaipong, alat musik
seperti Kecapi, Gamelan, Angklung, Sasando, Talindo, Babun, Alosu, Atowo,
kegiatan menenun, membatik dan masih banyak lagi yang lainnya. Para
generasi penerus lebih menyukai budaya luar negeri dari pada negeri sendiri.
Ini dikarenakan faktor perkembangan teknologi yang semakin pesat serta
peran media elektronik yang semakin menghilangkannya unsur budaya lokal
sehingga para generasi penurus menghabiskan waktu menikmati budaya luar
lewat TV, Internet dll. Tentu efeknya akan berkembang pada pola kehidupan
sehari-hari, karena gaya hidup remaja lebih rentan dan lebih mudah terhadap
hal-hal yang dianggapnya sebagai hal baru. Mereka enggan dan malu
melestarikan budaya sendiri dibandingkan menikmati budaya lain.
Ini terbukti semakin kurangnya peminat budaya sendiri oleh para generasi
penerus. Mencintai budaya dari negeri lain boleh saja asalkan tidak
melupakan budaya negeri sendiri. Dan inilah parahnya, para remaja lebih
berantusias menerima serta menikmati budaya luar yang seharusnya menjadi
minioritas dan budaya Indonesia yang seharusnya menjadi mayoritas, kini
terbalik begitu saja. Sekarang budaya luar yang lebih menjamur di budaya
kita. Jika ini dibiarkan, tentu saja kita akan kehilangan budaya yang kita miliki
dan akan punah ditelan budaya luar yang menjamur ke negeri ini.
Sistem peran media yang begitu pesat dan respon remaja yang begitu mudah
dari informasi yang diterima, membuat pelestarian budaya Indonesia semakin
hilang dengan datangnya budaya luar ke Indonesia. Kita seharusnya
mencontohi negara lain, ada yang sudah maju tapi tetap melestarikan
budayanya, seperti negara Jepang. Negeri sakura tersebut sangat maju dalam
perkembangan teknologinya tapi tetap bisa melestarikan budayanya entah
dari seni, tradisi dan gaya hidup. Tapi bagaimana dengan kita? Indonesia
harus belajar banyak dari Jepang, Indonesia yang masih termasuk negara
berkembang malah terjerumus dan mudah sekali menerima dan melestarikan
gaya hidup budaya luar. Sebetulnya kita juga patut bangga dengan beberapa
daerah yang tetap melestarikan budaya lokalnya tanpa pengaruh dari budaya
luar walaupun hanya sedikit daerah, tidak seluruh daerah Indonesia. Seperti
Bali dan Yogyakarta, kedua daerah ini tetap menjujung tinggi seni dan
budayanya tanpa pengaruh dari budaya lain. Padahal kedua daerah tersebut
termasuk tempat wisata yang banyak sekali dikunjungi wisatawan
mancanegara, namun tetap melestarikan budaya daerahnya. Ini yang harus
dijadikan contoh untuk daerah lain di Indonesia agar tetap melestarikan
budaya daerahnya masing-masing. Daerah yang banyak wisatawan asing saja
masih menjungjung tinggi seni dan budayanya tanpa terpengaruh dari budaya
asing, sedangkan daerah-daerah lainnya mudah terpengaruh budaya asing
padahal tempatnya jarang dikunjungi wisatawan asing. Aneh...!
Sebagai bangsa yang kaya akan budaya, kita patut bersyukur karena bangsa
lain belum tentu memiliki kekayaan budaya seperti kita. Walaupun begitu, kita
tidak lantas hanya mengapresiasikannya saja. Kita sebagai penerus bangsa
juga harus ikut berperan dalam melestarikan kelangsungan budaya yang
diberikan dari nenek moyang dan para leluhur kita agar tidak hilang dan
punah akibat masuknya budaya bangsa lain yang sekarang lebih
mendominasi bangsa kita. Budaya kita seharusnya menjadi penguasa di
negeri sendiri, oleh karena itu mari kita bergerak melestarikan budaya kita
agar tetap terjaga hingga kelak. Jangan malu dan jangan gengsi! Lakukan
sekarang!