BUDAYA

63
PENDAHULUAN Generasi muda Indonesia saat ini semakin kurang peduli dan kurang mencintai budaya bangsanya sendiri. Karena sekarang ini semakin banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, sehingga minat generasi muda jauh lebih tertarik untuk mempelajari kebudayaan asing tersebut. Salah satu yang menyebabkan kurangnya minat untuk mempelajari budaya sendiri karena kurangnya informasi dan pengetahuan tentang kekayaan budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia, padahal Bangsa Indonesia memiliki banyak kebudayaan bahkan ada yang menjadi warisan budaya dunia. Generasi muda Indonesia yang akan menjadi penerus bangsa diharapkan mampu mengantisipasi dan juga teliti dalam memilih kebudayaan asing yang masuk, karena budaya asing tersebut tidak semuanya sesuai dengan sesuai dengan kebudayaan kita dan bisa berdampak sangat buruk terhadap eksistensi budaya kita jika kita tidak benar-benar menyaringnya. Dilihat dari sudut pandang sikap, saat ini banyak tingkah laku anak-anak muda yang tidak kenal sopan santun, cenderung cuek dan tidak ada rasa peduli terhadap kondisi bangsanya. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contohnya yang akhir-akhir ini

description

budaya

Transcript of BUDAYA

Page 1: BUDAYA

PENDAHULUAN

Generasi muda Indonesia saat ini semakin kurang peduli dan kurang

mencintai budaya bangsanya sendiri. Karena sekarang ini semakin banyak

kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, sehingga minat generasi muda jauh

lebih tertarik untuk mempelajari kebudayaan asing tersebut. Salah satu yang

menyebabkan kurangnya minat untuk mempelajari budaya sendiri karena

kurangnya informasi dan pengetahuan tentang kekayaan budaya yang dimiliki

Bangsa Indonesia, padahal Bangsa Indonesia memiliki banyak kebudayaan

bahkan ada yang menjadi warisan budaya dunia.

Generasi muda Indonesia yang akan menjadi penerus bangsa diharapkan

mampu mengantisipasi dan juga teliti dalam memilih kebudayaan asing yang

masuk, karena budaya asing tersebut tidak semuanya sesuai dengan sesuai dengan

kebudayaan kita dan bisa berdampak sangat buruk terhadap eksistensi budaya kita

jika kita tidak benar-benar menyaringnya.

Dilihat dari sudut pandang sikap, saat ini banyak tingkah laku anak-anak

muda yang tidak kenal sopan santun, cenderung cuek dan tidak ada rasa peduli

terhadap kondisi bangsanya. Karena globalisasi menganut kebebasan dan

keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contohnya yang

akhir-akhir ini mulai marak lagi seperti, anak-anak geng motor yang berbuat onar.

Mereka dengan seenaknya melakukan tindakan kekerasan yang sangat

mengganggu ketenteraman dan kenyaman masyarakat, bahkan meresahkan hati

warga. Dan masih banyak lagi faktor-faktor yang merusak moral bangsa.

Page 2: BUDAYA

PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam

keanekaragaman suku, adat, bahasa dan budaya yang dimiliki. Letak geografis

yang strategis membuat Indonesia menjadi negara yang kaya akan sumber daya

alam maupun manusianya. Sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia tidak

hanya berupa

Page 3: BUDAYA

PENDAHULUAN

Kehidupan  manusia  tidak  dapat  dilepaskan  dari  kebu

dayaan.Segala

kegiatan  dan  buah  pikiran  manusia  menghasilkan  kebuday

aan. Tiap  kelompok masyarakat  mempunyai

kebudayaan  yang  berbeda, karena  masyarakat Indonesia

sejak dulu sudah dikenal dengan kemajemukannya dalam

berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku

bangsa/etnis, agama, bahasa, adat istiadat dan

sebagainya. Setiap suku dan

bangsa mempunyai budaya masing-masing. Keberagaman

budaya yang ada di Indonesia berarti juga terdapat

beragam bahasa. Bahasa terlibat dalam semua aspek

kebudayaan. Hampir semua kegiatan manusia

dilakukan dengan  berbahasa.  Kita  tidak  mungkin  dapat  me

ngembangkan  unsur kebudayaan seperti pakaian, rumah,

lembaga pemerintahan, dan sebagainya tanpa bahasa.

Bahasa sebagai sistem komunikasi masyarakat mempunyai

makna hanya

dalam  kebudayaan  yang  mewadahinya.  Itu  berarti,  untuk 

memahami  suatu

budaya,  kita  perlu  memahami  bahasanya.

Bahasa  daerah  merupakan  bahasa  yang

dipergunakan  oleh penduduk  di

daerah  geografis  tertentu  yang  terbatas  dalam

wilayah suatu  negara.

Kesadaran  berbahasa  merupakan  modal  penting  dalam me

wujudfungsikan  berbahasa,  bagaimana  menempatkan  baha

sa  yang beraneka

ragam  ke  posisi  yang   sesuai  dengan  tuntutan  zaman,  na

mun tetap  melestarikan kebudayaan lama. Hal ini untuk

menjaga agar bahasa daerah tidak punah karena hadirnya

bahasa resmi dan bahasa asing.

Salah satu  aspek  kebudayaan  yang  kiranya  menduduki  pri

oritas utama

untuk dibina,  dikembangkan,  dan  selanjutnya  diwariskan  ia

Page 4: BUDAYA

lah  bahasa

daerah.  Karena bahasa  daerah merupakan  petunjuk  identita

s  kebudayaan daerah yang perlu dilestarikan kehidupannya. 

Indonesia tercatat sebagai negara kedua paling banyak

memiliki bahasa daerah setelah Papua New Guinea. Secara

total jumlah bahasa daerah di Indonesia ada 706 sedangkan

untuk Papua New Guinea sejumlah 867. Bahasa

daerah diyakini beberapa tahun ke depan akan semakin

punah dan hilang. Menurut data UNESCO setiap tahun ada

sepuluh bahasa daerah yang punah. Pada akhir abad 21 ini

diperkirakan laju kepunahan akan lebih cepat lagi. Diantara

6.000 bahasa yang ada di dunia, hanya akan ada 600-3000

bahasa saja lagi yang ada menjelang akhir abad 21 ini. (Suara

Merdeka:2003)

Kepunahan bahasa, terutama bahasa daerah, menjadi

masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah

dan masyarakat. Sebab, proses kepunahan bahasa

ini   akan   diikuti   dengan   kepunahan   budaya  dan   pada   

akhirnya   kepunahan suku bangsa. Padahal, bahasa adalah

refleksi dan identitas yang paling kokoh dari sebuah budaya.

Generasi   muda   saat   ini   sedikit   yang   peduli   terha

dap   bahasa daerah.

Disebabkan  karena  adanya  anggapan  jika  berbahasa  daer

ah dianggap  tidak modern dan “kampungan”. Ditambah lagi

dengan bermunculannya tayangan televisi

maupun  acara  di  radio  yang  lebih menonjolkan  bahasa  ca

mpuran  Indonesia  dan Inggris, juga bahasa gaul metropolitan

yang banyak digunakan anak muda. Padahal pemerintah

sudah mengusahakan bahasa daerah sebagai salah satu

muatan lokal wajib. Pelajaran bahasa daerah diberikan pada

pesera didik dari jenjang SD sampai SMA. Akan tetapi, porsi

jam mata pelajaran yang dialokasikan masih sangat kurang

sehingga mata pelajaran tersebut seolah tidak bermakna.

Untuk itu, diperlukan upaya serius dalam melestarikan

bahasa daerah agar tetap terus  dipelihara,  digunakan

dan  bisa  diturunkan  dari  generasi ke  generasi. Pengemban

Page 5: BUDAYA

gan  bahasa  daerah  sebagai  bahasa  ibu  di Indonesia,  juga  

dapat

dilakukan  dengan  mengenalkan  bahasa  daerah kepada  ana

k-anak  sejak  dini.

Tentunya  diperlukan  peran  dari  keluarga dan  lingkungan  

masyarakat  daerah setempat agar bahasa daerah setempat

tidak  punah.

Menurut Sakhyan Asmara, Deputi Bidang Pemberdayaan

Pemuda Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dalam

blog Depkominfo memaparkan 10 masalah yang dihadapi

pemuda Indonesia saat ini. Masalah-masalah karakter pemuda

itu antara lain masih maraknya tindak kekerasan dikalangan

generasi pemuda, adanya kecenderungan sikap ketidakjujuran

yang semakin membudaya, berkembangnya rasa tidak hormat

pada orang tua, guru dan pemimpin, sikap rasa curiga dan

kebencian satu sama lain.Selain itu, dalam karakter para

generasi  pemuda juga didapati kecenderungan penggunaan

bahasa Indonesia dan bahasa daerah yangsemakin

memburuk, berkembangnya perilaku menyimpang di kalangan

pemuda (narkoba, pornoaksi /pornografi, dll), kecenderungan

mengadopsi nilai-nilai budaya asing dan melemahnya

idealisme, patriotisme serta mengendapnya spirit of the

nation, meningkatnya sikap pragmatisme dan hedonisme,

serta kecenderungan semakin kaburnya pedoman moral yang

berlaku dan sikap acuh tak acuh terhadap ajaran agama.

Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat dinamis,

selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan.

Sekolah seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar

keunggulannya masing-masing. Sekolah adalah tempat yang

sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk

membentuk akhlak/karakter peserta didik. Bahkan seharusnya

setiap sekolah menjadikan kualitas akhlak/ karakter sebagai

salah satu jaminan kualitas yang harus dimiliki oleh setiap

lulusan sekolahnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan

sebagaisifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

Page 6: BUDAYA

membedakan seseorang daripada yang lain. Karakter adalah

sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas

seseorang atau sekelompok orang. Membentuk karakter tidak

semudah memberi nasihat, tidak semudah memberi instruksi,

tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan.

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang

meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama,

lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan

kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua

komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen

pendidikan itu sendiri yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran

dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau

pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,

pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,

pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan ethos kerja

seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik

pendidikan di Indonesia, pembinaan karakter termasuk dalam

materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan

oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini

baru menyentuh pada tingkat pengenalan norma atau nilai-

nilai.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan

mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional

mengembangkan grand designpendidikan karakter untuk

setiap jalur,  jenjan, dan jenis satuan pendidikan.Hal ini

sebagai gerakan nasional untuk memperbaiki karakter

generasi anak bangsa yang sekarang ini dipandang menjadi

masalah serius. Dalam penanaman nilai dan norma karakter

pada peserta didik tidak hanya cukup dalam pengenalan pada

nilai-nilai atau norma saja, namun yang paling penting adalah

Page 7: BUDAYA

internalisasi dan pembiasaan (praktik) nyata dalam kehidupan

sehari-hari.

Dalam  suatu  bahasa  tentu  akan  terdapat  rumusan  ni

lai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya seperti adat

istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata

cara  kehidupan,  alam  pikiran,  atau  sikap  pandangan hidup 

 dan  sebagainya  yang

meliputi  segala  aspek  maupun  inspirasi kebudayaan  masya

rakat  pendukungnya.

Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang

didalamnya terdapat rumusan nilai-nilai kehidupan

bermasyarakat perlu diinternalisasikan dalam lingkungan

pendidikan sebagai upaya penanggulangan kepunahan

bahasa ibu dan penanaman karakter sejak dini. Sehingga

perlu ada sebuah inovasi dalam pendidikan Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin menawarkan

suatu sistem dengan melibatkan banyak pihak dalam

kerjasamanya dengan gerakan “Mother Tongue

Day”. Sehingga dari latar belakang ini dapat dirumuskan (1)

bagaimanakah pelaksanaan dari “Mother Tongue

Day” sebagai upaya meningkatkan keterampilan berbahasa

ibu, membantu pembentukan karakter pada anak dan

mengatasi kepunahan bahasa ibu, (2) seberapa efektifkah

pelaksanaan “Mother Tongue Day”sebagai upaya

meningkatkan keterampilan berbahasa ibu, membantu

pembentukan karakter pada anak dan mengatasi kepunahan

bahasa ibu dan mengatasi kepunahan bahasa ibu.

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan,

adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui

potensi gerakan “Mother Tongue Day” dalam

mengatasi kepunahan bahasa ibu sebagai media

pembentukkan karakter anak. Manfaat dari penulisan karya ini

adalah (1) untuk turut serta dalam mengatasi kepunahan

bahasa ibu, (2) untuk berperan serta dalam “character

building” anak sejak dini dan (3) untuk menciptakan konsep

pelaksanaan “Mother Tongue Day”.

Page 8: BUDAYA

GAGASAN

Bahasa  daerah  merupakan  bahasa  yang

dipergunakan  oleh penduduk  di

daerah  geografis  tertentu  yang  terbatas  dalam

wilayah suatu  negara.

Kesadaran  berbahasa  merupakan  modal  penting  dalam me

wujudfungsikan  berbahasa,  bagaimana  menempatkan  baha

sa  yang beraneka

ragam  ke  posisi  yang   sesuai  dengan  tuntutan  zaman,  na

mun tetap  melestarikan kebudayaan lama. Hal ini untuk

menjaga agar bahasa daerah tidak punah karena hadirnya

bahasa resmi dan bahasa asing.

Salah satu  aspek  kebudayaan  yang  kiranya  menduduki  pri

oritas utama

untuk dibina,  dikembangkan  dan  selanjutnya  diwariskan  ial

ah  bahasa-bahasa

daerah.   Karena     bahasa  daerah   merupakan  alat  komuni

kasi   yang pertama diperoleh  anak  dalam  lingkungan

keluarga dan sekitarnya pada masa

kecilnya,  dan  juga  sebagai  petunjuk  identitas  kebudayaan

daerah yang perlu dilestarikan kehidupannya. 

Indonesia tercatat sebagai negara kedua yang paling

banyak memiliki bahasa ibu setelah Papua New Guinea.

Secara total jumlah bahasa ibu di Indonesia ada 706

sedangkan untuk Papua New Guinea sejumlah 867 bahasa ibu.

Bahasa Ibu diyakini beberapa tahun ke depan akan semakin

punah dan hilang. Menurut data UNESCO setiap tahun ada

sepuluh bahasa daerah yang punah. Pada akhir abad 21 ini

diperkirakan laju kepunahan akan lebih cepat lagi. Diantara

6.000 bahasa yang ada di dunia, hanya akan ada 600-3000

bahasa saja lagi yang ada menjelang akhir abad 21 ini. (Suara

Merdeka:2003)

Bahasa Sunda sebagai bahasa indung daerah Jawa

Barat, termasuk Bogor makin terkikis. Hal itu tampak dari

jarang terdengarnya penggunaan bahasa Sunda, baik halus

Page 9: BUDAYA

maupun kasar dalam pergaulan sehari-hari. Penyebabnya,

tidak selalu karena gempuran bahasa asing atau kata-kata

gaul dikalangan remaja yang bervariasi setiap saat, tapi

karena faktor pendidikan di lingkungan keluarga.

Bahasa Aceh juga mengalami hal yang sama, menurut

Kepala SMP Negeri 19 Percontohan Banda Aceh yang dimuat

dalam Jawa Pos (14 Desember 2010) mengatakan bahwa

sebagian besar anak didiknya saat ini tidak memahami Bahasa

Aceh. Bahkan dalam mengikuti ekstrakurikuler, para siswanya

justru tertarik dengan mengikuti English Club, sehingga dalam

pergaulan sehari-hari anak didiknya cenderung menggunakan

bahasa Indonesia.

Keadaan Bahasa Papua menurut DR. Christ Fautngil,

pakar bahasa Universitas Cendrawasih (tabloid jubi) bahwa

bahasa daerah di Papua diperkirakan punah atau mengalami

penurunan 50 tahun lagi. Hal ini terjadi karena kurangnya

kecintaan masyarakat terhadap kearifan lokal. Masyarakat

Papua merasa rendah diri dan ketinggalan zaman jika

menggunakan bahasa Papua dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Ibu masyarakat Papua sebenarnya adalah bahasa

daerah. Namun ketika besar, masyarakat Papua lebih

mencintai bahasa Indonesia daripada bahasanya sendiri.

Bahasa Jawa yang merupakan salah satu bahasa daerah

dengan jumlah penutur terbesar di Indonesia, yaitu

75.200.000 orang (Kompas.com, 2009). Namun demikian

sebagaimana dengan bahasa daerah lainnya, Bahasa Jawa

juga menghadapi penurunan penutur, terutama dikalangan

generasi muda. Mereka memilih untuk tidak menggunakan

Bahasa Jawa dengan alasan kepraktisan. Selain itu, maraknya

penggunaan bahasa gaul yang dianggap lebih modern

membuat Bahasa Jawa terpinggirkan di masyarakat Jawa

sendiri.

Bahasa-bahasa Daerah di Indonesia yang tercancam

punah itu tersebar di wilayah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan,

Maluku, dan Papua. Antara lain bahasa Lom (Sumatera) hanya

50 penutur. Di Sulawesi bahasa Budong-budong 70 penutur,

Page 10: BUDAYA

Dampal 90 penutur, Bahonsuai 200 penutur, Baras 250

penutur. Di Kalimantan bahasa Lengilu 10 penutur, Punan

Merah 137 penutur, Kareho Uheng 200 penutur. Wilayah

Maluku bahasa Hukumina satu penutur, Kayeli tiga penutur,

Nakaela lima penutur, Hoti 10 penutur, Hulung 10 penutur,

Kamarian 10 penutur, dan bahasa Salas 50 penutur. Di Papua

bahasa Mapia satu penutur, Tandia dua penutur, Bonerif

empat penutur, dan bahasa Saponi 10 penutur. (Kompas.com

terbit 11 Agustus 2008)

Kepunahan bahasa, terutama bahasa daerah, menjadi

masalah serius yang juga perlu perhatian pemerintah dan

masyarakat. Sebab, proses kepunahan bahasa

ini   akan   diikuti   dengan   kepunahan   budaya   dan  pada   

akhirnya   kepunahan masyarakat. Padahal, bahasa adalah

refleksi dan identitas yang paling kokoh dari sebuah budaya.

Generasi   muda   saat  ini   sedikit   yang   peduli   terhadap   

bahasa   ibu.

Disebabkan  karena adanya  anggapan  jika  berbahasa  daera

h  dianggap  tidak modern dan kampungan. Ditambah lagi

dengan bermunculannya tayangan televisi

maupun  acara  di  radio  yang  lebih  menonjolkan  bahasa  ca

mpuran Indonesia  dan Inggris, juga bahasa gaul metropolitan

yang banyak digunakan anak muda.

Menurut Sakhyan Asmara Deputi Bidang Pemberdayaan

Pemuda Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dalam

blog Depkominfo memaparkan 10 masalah yang dihadapi

pemuda Indonesia saat ini. Masalah-masalah karakter pemuda

itu antara lain masih maraknya tindak kekerasan dikalangan

generasi pemuda, adanya kecenderungan sikap ketidakjujuran

yang semakin membudaya, berkembangnya rasa tidak hormat

pada orang tua, guru dan pemimpin, sikap rasa curiga dan

kebencian satu sama lain.Selain itu, dalam karakter para

generasi  pemuda juga didapati kecenderungan penggunaan

bahasa Indonesia dan bahasa daerah dengan semakin

memburuk; berkembangnya perilaku menyimpang di kalangan

pemuda (narkoba, pornoaksi /pornografi, dll), kecenderungan

Page 11: BUDAYA

mengadopsi nilai-nilai budaya asing dan melemahnya

idealisme, patriotisme serta mengendapnya spirit of the

nation, meningkatnya sikap pragmatisme dan hedonisme,

serta kecenderungan semakin kaburnya pedoman moral yang

berlaku dan sikap acuh tak acuh terhadap ajaran agama.

Berawal dari adanya krisis moneter, ekonomi, politik,

hukum, kepercayaan, kepemimpinan dan yang sangat fatal

adalah adanya krisis akhlak dan moral yang mempunyai

dampak berkelanjutan sampai hari ini. Krisis yang semula

merupakan krisis identitas, menjadi lebih dalam karena

menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adanya

krisis karakter, terlebih lagi adanya krisis yang berkaitan

dengan jati diri. (Soedarsono:2010)

Masyarakat  Indonesia  termasuk  ke  dalam  masyarakat 

multilingual,  yang secara langsung juga merupakan

konsekuensi dari adanya latar belakang budaya yang

berbeda  di  tiap  daerah.  Adapun  multilingual itu  sendiri  me

mpunyai  pengertian sebagai berikut: pertama, penguasaan

yang sama baik atas dua atau lebih bahasa;

kedua,  pemakaian  dua bahasa  secara  bergantian.

Berdasarkan  kedua  batasan

tersebut,  kita dapat  memahami  bahwa  dalam  masyarakat  

Indonesia selain  mereka menguasai bahasa ibu (daerah)

masing-masing etnis, mereka juga menguasai bahasa

Indonesia atau mungkin bahasa daerah di luar bahasa

mereka, ditambah lagi dengan

penguasaan  bahasa  asing.  Dengan  adanya kenyataan  bah

wa  masyarakat  Indonesia

termasuk   ke   dalam  masyarakat   bilingual,   walaupun   ada 

  sebagian   kecil   yang

multilingual, maka  harus  dipertimbangkan  aspek-aspek  pad

a    kedudukan  dan

fungsi bahasa,  baik  itu  bahasa  Indonesia  maupun  bahasa  

daerah,  seperti telah

disinggung  di  atas.  Sehingga  pada  nantinya,  akan  ditemu

kan sebuah  rumusan baru

Page 12: BUDAYA

sebagai   akibat   dari   adanya   lintas   budaya,  yang   juga   

akan   mempengaruhi

perkembangan  kedua  bahasa  tersebut ke  depan. 

Perkembangan  bahasa  Indonesia cenderung ke arah

IPTEK sebagai acuan berpikir modern. Sedangkan,

perkembangan

bahasa  daerah cenderung  ke  arah  pengungkap  budaya  mo

dern.  Dengan  kata  lain, kedudukan bahasa-bahasa daerah

bisa lebih jelas. Kehadiran  bahasa Indonesia  sebagai

kekuatan  besar  dalam  menyatukan  dan menjembatani  arus 

 informasi  dan  arus

komunikasi  bagi  bangsa  ini, memang  tidak  bisa  kita  pung

kiri  dan  lupakan.  Namun

perlu  juga  kita ketahui,  bahwa  diangkatnya  bahasa  Indone

sia  ke  permukaan,  justru

memunculkan  sebuah  gambaran,  dimana  sebetulnya  daera

h  mempunyai

keinginan  untuk  bisa  lebih  leluasa  berkomunikasi  satu  sa

ma  lain dengan  mudah,

tanpa  mereka  harus  meninggalkan  bahasa  ibu.

Penggunaan bahasa ibu yang mengandung nilai-nilai

tatakrama pergaulan, sopan santun, sifat pribadi luhur serta

moralitas  tersirat didalamnya akan berimplikasi pada budi

pekerti penuturnya. Orang yang berbudi pekerti luhur akan

menunjukkan kejujuran,

toleransi,  pengabdian, keikhlasan,  kedisiplinan,

dan  tanggung  jawab. Dengan pribadi-pribadi yang berbudi

pekerti luhur, maka anak-anak Indonesia akan memiliki

karakter yang kuat tanpa harus ada program pendidikan

karakter dalam wajah pendidikan Indonesia.

Dalam  suatu  bahasa  tentu  akan  terdapat  rumusan  ni

lai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya seperti adat

istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata

cara  kehidupan,  alam  pikiran  atau  sikap  pandangan hidup  

dan  sebagainya  yang

meliputi  segala  aspek  maupun  inspirasi kebudayaan  masya

Page 13: BUDAYA

rakat  pendukungnya. Contohnya didalam bahasa jawa

terdapat tingkatan-tingkatan kosakata dalam berkomunikasi.

Ketika seorang anak berbicara dengan teman sebaya, bahasa

jawa yang digunakan adalah “ngoko”, sedangkan jika anak

berbicara dengan orang yang lebih tua bahasa jawa yang

digunakan adalah “krama halus”.

Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat dinamis,

selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan.

Sekolah seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar

keunggulannya masing-masing. Sekolah adalah tempat yang

sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk

membentuk akhlak/karakter siswa. Bahkan seharusnya setiap

sekolah menjadikan kualitas akhlak/ karakter sebagai salah

satu jaminan kualitasyang harus dimiliki oleh setiap lulusan

sekolahnya.

Dinas Pendidikan Nasional telah mencanangkan program

muatan lokal pada masing-masing sekolah yang

pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah,

salah satu pelajaran dalam muatan lokal adalah mata

pelajaran bahasa daerah, misalnya di Jawa Tengah, Jawa

Timur dan Yogyakarta mengajarkan bahasa Jawa, di Jawa

Barat mengajarkan bahasa Sunda, di Lampung mengajarkan

bahasa Lampung dan lain sebagainya.

Namun, bahasa ibu cenderung menjadi bahasa kedua yang

diperoleh anak, terutama saat anak memasuki dunia

pendidikan. Akibatnya, pelajaran bahasaibu yang mestinya

mudah justru menjadi sulit serta ”menakutkan” bagi anak.

Lebih parah lagi, orang tua yang diharapkan mampu

membantu anak dalam belajar bahasa ibu, termasuk

mengerjakan PR, juga tidak mengerti dan memahami. Ini lebih

sering terjadi pada keluarga muda di perkotaan.

Sebagai contohnya dalam pembelajaran bahasa Jawa di

sebagian daerah Pulau Jawa. Anak-anak perkotaan merasa

asing dengan bahasa Jawa, yang mestinya menjadi bahasa

pertama yang dikenal dalam kehidupannya sebagai bahasa

ibu. Dalam skala lebih luas, bahasa Jawa menjadi ”bahasa

Page 14: BUDAYA

asing” bagi anak dan terasing di daerahnya sendiri. Untuk

membumikan kembali bahasa ibu, diperlukan pembudayaan

dan pembiasaan rutin, terpadu dan berkesinambungan. Sebab

pembelajaran bahasa yang efektif adalah dengan

menggunakannya dalam berkomunikasi secara terus-

menerus.

Pembelajaran bahasa ibu yang efektif untuk mengatasi

kepunahan dan membentuk pribadi-pribadi yang berkarakter

dapat dilaksanakan dengan pengadaan “Mother Tongue Day”.

Sistem pelaksanaan “Mother Tongue Day” mungkin akan

kesulitan jika sekolah belum mempunyai sistem yang baik

dalam mengelolanya. Agar pelaksanaan “Mother Tongue Day”

dapat berjalan dengan baik dan berhasil sesuai dengan

harapan, maka sekolah membentukTim Guru Penggerak

Bahasa Ibu. Tim penggerak bahasa ibu hendaknya orang-

orang yang berkarakter positif, agar disegani oleh masyarakat

sekolah dan dapat menjadi figur yang dapat dijadikan model

oleh masyarakat sekolah. Tim penggerak bahasa

ini merupakan kerjasama antara guru bahasa daerah, guru

PPKn dan guru BK. Hal ini karena  “Mother Tongue

Day”merupakan aplikasi dari pembelajaran bahasa daerah,

dan proses pembentukan karakter peserta didik.

Tim penggerak bahasa ibu bertugas menentukan hari

yang diwajibkan bagi seluruh komponen masyarakat sekolah,

mulai dari kepala sekolah, bapak ibu guru, karyawan, penjaga

sekolah hingga penjual makanan di kantin serta para siswa

pada khususnya. Selain itu, juga bertugas mengawasi dalam

pelaksanaannya, memberi hukuman yang mendidik bagi

pelanggarnya. Jika terdapat pelanggaran dalam

pelaksanaannya, hukuman yang mendidik adalah dengan

menugaskan pelanggar untuk ikut mengawasi komponen

masyarakat sekolah ketika “Mother Tongue Day” berlangsung.

Para pelanggar menjadi mata-mata dapat diberi nama

“penegak bahasa”. Hukuman ini tidak berkesan negatif,

“penegak bahasa” harus berkeliling ke sudut-sudut sekolah

untuk mencari masyarakat sekolah yang berkomunikasi tidak

Page 15: BUDAYA

menggunakan bahasa ibu pada saat “Mother Tongue Day”.

Mereka diwajibkan mencari minimal 3 pelanggar dalam 1 hari

saat “Mother Tongue Day”. Para “penegak bahasa” cukup

mencatat identitas pelanggar dan melaporkannya kepada tim

penggerak bahasa agar ditindaklanjuti. Pelanggar akan

dihukum menjadi “penegak bahasa” minggu berikutnya.

Selain hal tersebut, setiap 2 minggu akan diadakan

pembuatan mading berbahasa daerah dan setiap tahun akan

diadakan lomba pidato bahasa daerah (menggunakan bahasa

ibu). Hari yang dipilih untuk mengadakan lomba pidato

berbahasa daerah ini adalah Hari Bahasa Ibu sedunia yang

jatuh pada setiap tanggal 21 Februari. Hal ini dilakukan untuk

lebih mengintensifkan penggunaan bahasa ibu dan

menguatkan keterampilan berbahasa agar bahasa ibu

tersebut terus melekat dan tidak mudah dilupakan oleh para

siswa. Selain itu juga untuk memberikan penghargaan kepada

siswa yang fasih berbahasa ibu (melalui lomba pidato)

sehingga mereka termotivasi untuk menggunakan bahasa ibu.

Dengan sistem yang seperti ini maka penggunaan bahasa ibu

dikalangan generasi muda akan tetap ada dan akibatnya

bahasa ibu tidak akan kehabisan penuturnya.

Dengan penggunaan bahasa ibu yang intensif dalam di

dunia pendidikan, maka secara tidak langsung akan tertanam

pada diri anak karakter-karakter positif. Karakter yang akan

tertanam pada anak dengan penggunaan bahasa ibu yang

baik antara lain sikap sopan santun, sikap hormat, saling

menghargai, dan tanggung jawab.

Page 16: BUDAYA

Mencegah Kepunahan Budaya Lokal Oleh: Bambang Wibiono AKHIR-AKHIR

ini kita semakin prihatin, sebab semakin lama semakin banyak bahasa yang

mati atau "sakit parah" di dunia, termasuk di Indonesia. Beberapa waktu lalu

dikabarkan, bahasa Kaili sudah di ambang kepunahan. Bahasa Kaili adalah

bahasa ibu masyarakat etnik Kaili. Suku bangsa Kaili merupakan kelompok

terbesar atau mayoritas masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng). Bahasa Kaili

kini terancam punah karena peminggiran struktural yang terjadi dalam

masyarakat Sulteng sendiri. Generasi muda Kaili secara perlahan tapi pasti

mulai melupakan penggunaan bahasa ibunya sendiri dalam kehidupan

sehari-hari. Selain itu, peminggiran bahasa tersebut juga terjadi lewat

diskriminasi pengambilan kebijakan pemerintah, di samping tiadanya

kemauan berbagai pihak untuk melahirkan kesepakatan dalam membentuk

standardisasi (pembakuan) ketatabahasaan Kaili (Kompas, 6 November

2002). Rupanya gejala yang sama juga terjadi di daerah Banyumas.

Penggunaan bahasa Jawa Banyumasan semakin lama semakin

terpinggirkan. Pemeliharaan bahasa Jawa Banyumasan sungguh

menyedihkan. Bagaimana tidak jika generasi penerusnya saja enggan

menggunakannya. Sebagai misal, Pelajar atau mahasiswa banyumas

sekarang nampaknya lebih menyukai penggunaan bahasa Indonesia sebagai

bahasa pergaulannya di Kampus, mungkin tidak terlalu menjadi masalah jika

itu dilakukan di luar banyumas, tetapi ini banyak terjadi di sekolah dan

kampus di Banyumas itu sendiri, bahkan dengan sesama orang banyumas.

KRISIS penggunaan bahasa ibu di tanah air ternyata berdampak negatif

terhadap kelestarian alam. Menurut guru besar antropologi-sosiologi Fakultas

Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad) Jatinangor,

Dr. Kusnaka Adimihardja, M.A., tersingkirnya bahasa-bahasa lokal (daerah) di

Indonesia merupakan salah satu penyebab seringnya terjadi bencana alam

(banjir, longsor, kerusakan hutan dan lain-lain). Ia sangat memprihatinkan

marginalisasi atau peminggiran berbagai bahasa daerah di tanah air baik

disengaja maupun tidak disengaja. Peminggiran bahasa-bahasa daerah

ternyata telah meminggirkan kearifan lokal di bidang lingkungan. Banyak

sekali idiom dalam bahasa lokal yang berhubungan erat dengan pengetahuan

sosial, ekologi, dan kelestarian lingkungan. Kusnaka Adimihardja

menegaskan, upaya untuk mencegah terjadinya berbagai bencana alam yang

Page 17: BUDAYA

semakin sering melanda Indonesia, jelas terkait erat dengan pemahaman

bahasa lokal yang berhubungan dengan pengetahuan sosial dan ekologi.

Kerusakan lingkungan alam kita sekarang juga disebabkan penyimpangan

masyarakat dari pakem kearifan tradisi yang ditunjukkan dengan berbagai

ungkapan karuhun atau nenek moyang kita dalam bentuk klasifikasi bahasa.

Menurut Kusnaka, proses mulai hilangnya bahasa-bahasa daerah di tanah

air, yang juga diakibatkan semakin berkurangnya penutur asli bahasa lokal,

haruslah dipandang sebagai suatu bencana sosial yang bersifat global

(Pikiran Rakyat, 6 Maret 2003). Para anggota DPRD waktu itu juga tidak

melihat media massa lokal sebagai salah satu komponen atau institusi sosial

yang mampu berkontribusi besar dalam pelestarian bahasa, sastra, dan

aksara daerah khususnya dan kebudayaan daerah umumnya. Padahal,

sudah lama diakui oleh para pakar komunikasi dunia -- dan telah terbukti

secara empiris -- bahwa media massa mampu mewariskan peradaban atau

kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara terus menerus.

Telah lama pula disadari bahwa setiap masyarakat wajib untuk memelihara

atau melestarikan budayanya, baik budaya lokal (daerah) maupun budaya

nasional dan global. Bahkan secara sadar setiap masyarakat juga merasa

berkewajiban untuk mewariskan budayanya, terutama budaya lokal atau

daerahnya, kepada keturunannya atau generasi penerusnya. Sejarah umat

manusia telah membuktikan ini sejak dahulu kala hingga kini. Banyak cara

dan upaya yang ditempuh warga masyarakat untuk memelihara atau

melestarikan dan mewariskan budayanya. Selain cara-cara yang tradisional

atau konvensional, upaya pelestarian dan pewarisan budaya lokal juga sudah

cukup lama dilakukan melalui media massa cetak dan elektronik lokal. Di

Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, misalnya, sudah

puluhan tahun media massa cetak (surat kabar dan majalah) dan elektronik

(terutama radio) secara sadar dan terencana untuk melestarikan dan

mewariskan budaya daerah setempat, terutama bahasa dan kesenian Sunda

dan Jawa, baik yang tradisional maupun yang populer. Tak dapat diingkari

betapa besarnya kontribusi atau andil media massa berbahasa daerah di

Pulau Jawa selama ini dalam pelestarian dan pewarisan budaya lokal.

Meskipun begitu, ternyata bahasa daerah (Sunda) kini telah berada di

ambang kepunahan sebagaimana diungkapkan pada bagian awal tulisan ini.

Page 18: BUDAYA

Para pakar jurnalistik atau komunikasi massa telah lama merumuskan

beberapa fungsi atau peran utama media massa, yakni menyiarkan informasi,

mendidik, menghibur dan melakukan kontrol sosial. Melalui fungsinya sebagai

pemberi informasi dan pendidik, media massa berbahasa daerah berperan

besar dalam pemeliharaan, pelestarian dan pewarisan budaya daerah

setempat dari masa ke masa, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Page 19: BUDAYA

Memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional, 21 Februari,

organisasi untuk suku adat terancam Jerman GfbV

menyampaikan kekhawatiran akan punahnya bahasa-bahasa

di dunia. Menurut seorang pejabat GfbV, Sarah Reinke, saat

ini sekitar 1.800 dari sedikitnya 6.000 bahasa di dunia

terancam kepunahan. Setiap dua minggu, satu bahasa hilang

tidak dituturkan lagi. Juga di Jerman, 13 bahasa minoritas

dan dialek yang kini masih dipakai, seperti Yiddish dan

Romani, berada dalam ancaman.

Kepunahan bahasa, terutama bahasa minoritas, di dunia

diakibatkan dengan semakin meningkatnya mobilitas atau

pengaruh media, ditambahkan Sarah Reinke. Selain itu, di

beberapa negara otoriter, seperti Rusia dan Cina, bahasa-

bahasa minoritas ditekan dengan maksud untuk mencabut

akar budaya etnis minoritas di negara-negara tersebut. Di

Amerika Selatan, proyek-proyek pembangunan raksasa

mengubur habitat dan bahasa adat di wilayah.

Sementara di Indonesia, dengan dijadikannya Bahasa

Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa ini berandil terhadap

punahnya bahasa daerah. Di Indonesia terdapat sekitar 700

bahasa daerah, yang sebagaian besar masih aktif dituturkan

sampai sekarang. Namun menurut UNESCO, bahasa-bahasa

daerah di Indonesia juga dalam bahaya – sekitar 140 bahasa

daerah terancam kepunahan.

Pentingnya Bahasa Ibu

“Penting bagi orang tua untuk mengajarkan bahasa mereka

kepada anak-anak mereka,” dikatakan Christiane Hoffschildt,

dari Asosiasi Terapi Bicara Jerman DBL. Orang tua sebaiknya

berbicara dengan anak-anak dalam bahasa yang mereka

benar-benar kuasai, yaitu bahasa ibu mereka sendiri. Ini juga

berlaku bagi para migran di Jerman. "Bagi kebanyak anak

(migran) biasanya bukan merupakan masalah untuk belajar

Page 20: BUDAYA

Bahasa Jerman sebagai bahasa kedua atau ketiga,“ papar

Christiane Hoffschildt.

Kemampuan menguasai satu bahasa ibu merupakan dasar

yang sangat penting bagi anak-anak untuk menguasai bahasa-

bahasa lainnya. "Ini bukan saja merupakan kesempatan

tambahan untuk kesuksesan karir akademik dan profesional,

tapi juga mendukung perkembangan pluralistik dan linguistik

dalam masyarakat yang beragam budaya,“ demikian

Christiane Hoffschildt.

Hari Bahasa Ibu Internasional dicanangkan oleh PBB pada

November 1999, dan sejak tahun 2000 diperingati setiap

tanggal 21 Februari. Hari Bahasa Ibu digagas untuk

mengangkat perhatian dunia pada bahasa-bahasa yang

terancam punah – bahasa dengan kurang dari 10.000

penutur.

Page 21: BUDAYA

JANGAN BIARKAN BUDAYA LOKAL PUNAH..!

Seiring berjalannya waktu, jaman semakin terus maju dan kini tibalah

jaman yang biasa disebut era globalisasi atau ada yang mengatakan era modern.

Era yang mengubah tatanan hidup manusia dari tradisional ke modern. Era ini

identik dengan masuknya budaya-budaya asing ke dalam negeri. Semakin

bertambahnya tahun, seakan budaya asing perlahan mulai menggeser budaya

lokal. Kebanyakan orang mempunyai mindset bahwa budaya asing itu lebih keren

dan terlihat lebih stylistdaripada budaya lokal yang menurut mereka kuno dan

ketinggalan jaman. Untuk mengubah mindset tersebut perlu strategi khusus dan

kerja keras agar budaya lokal tidak punah.

Penanaman cinta budaya sejak dini merupakan salah satu langkah untuk

menanggulangi kepunahan budaya lokal. Mengubah mindset orang yang sudah

berumur itu lebih sulit daripada anak-anak. Bila usia anak-anak sudah tertanam

mindset bahwa budaya lokal itu tidak kalah dengan budaya asing, tentu akan

mengubah pandangan dan perilakunya ketika dewasa nanti. Namun melihat realita

yang ada, anak-anak sekarang banyak yang terekspansi oleh budaya asing.

Mereka lebih mengenal Naruto daripada Si Unyil. Mereka lebih senang bermain

Playstation daripada congklak atau dakonan. Mereka lebih senang menari ala

boyband korea daripada menari jaipong.  Hal itu disebabkan oleh doktrin-doktrin

dari acara TV yang sering mereka tonton. Alangkah baiknya ketika acara-acara

TV menayangkan budaya-budaya lokal namun dikonsep sebaik mungkin agar

terlihat tidak kuno dan tidak kalah dengan budaya asing. Sehingga akan

mengenalkan kepada penontonnya betapa arif dan majemuknya budaya lokal.

Terkhusus pada anak-anak akan tertatanam cinta budaya lokal yang akan

membedakan mindset dan perilaku mereka dengan kebanyakan orang-orang

terhadap budaya lokal.

Selain itu cara lain adalah memberikan inovasi terhadap budaya lokal

sehingga mampu merebut hati orang-orang. Inovasi-inovasi ini sudah mulai

muncul karena keprihatinan menurunnya minat masyarakat Indonesia terhadap

budaya mereka sendiri. Terbukti dengan munculnya batik bercorak logo tim sepak

bola eropa yang lumayan diminati para pemuda. Selain batik bercorak logo tim

sepakbola, terlihat batik juga diterapkan untuk model-model pakaian modern. Tak

Page 22: BUDAYA

jarang di pasaran dijumpai berbagai jenis pakaian yang bercorak batik. Hal

tersebut sangat baik,  secara tidak langsung dapat menanamkan nilai cinta budaya

dan mengubah cara pandang mereka yang menilai bahwa batik itu hanya untuk

acara resmi atau formal tapi ternyata juga dapat dipakai untuk acara santai.

Tidak hanya dibagian pakaian saja, hendaknya inovasi-inovasi tersebut

muncul dibagian-bagian yang lain. Mungkin dengan membuat suatu game digital

dimana game tersebut memuat suatu permainan tradisional. Atau lebih banyak

memproduksi animasi-animasi yang berlatarkan kisah-kisah lokal. Dengan

inovasi-inovasi tersebut diharapkan dapat mengubah mindset masyarakat terhadap

budaya lokal agar budaya lokal tidak punah dan mampu bersaing di era modern.

Untuk mencegah kepunahan budaya lokal tidak hanya dengan penanaman

cinta budaya sejak dini dan inovasi terhadap budaya lokal saja namun perlu

adanya filter yang kuat terhadap budaya asing yang masuk dan perlu ada

pertimbangan untuk menerapkan budaya-budaya asing itu apakah sesuai dengan

karakter bangsa ini atau tidak. Sehingga ketika terjadi suatu akulturasi budaya

asing dengan budaya lokal tidak akan menurunkan nilai yang ada pada budaya

lokal. Dengan kata lain budaya lokal tidak akan punah.

Semua itu diperlukan kesabaran dan keuletan dalam menerapkannya.

Karena setiap perubahan baik, itu butuh tahapan-tahapan agar tercapai puncak dari

perubahan itu. Seorang tokoh terkenal mengungkapkan bahwa perubahan itu

harus disertai 3M yakni mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan

mulai saat ini juga. Bila 3M tersebut kita aplikasikan dalam merubah mindset

masyarakat terhadap budaya lokal akan membawa dampak yang positif. Sehingga

budaya lokal dapat sejajar dengan budaya asing dan terhindarkan dari kepunahan.

Sudah selayak pula budaya lokal tetap kita lestarikan. Padahal orang asing pun

sangat tertarik kepada budaya kita. Tapi mengapa kita justru tertarik pada budaya

asing dan menganggap budaya lokal kuno dan ketinggalan jaman. Sudah saatnya

kita ubah mindset tersebut. Kearifan dan karakter budaya lokal yang beragam

sangat berharga dan tidak mampu dibarter dengan apapun. Sebagai putra-putra

bangsa hendaknya mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai saat

ini juga belajar melestarikan budaya lokal agar budaya lokal tidak tenggelam

ditengah ganasnya ombak modernisasi.

Page 23: BUDAYA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan suatu negara bisa dikatakan sudah

mulai mengalami kemajuan. Mempunyai negara yang maju memang harapan semua

masyarakat, dan kini hampir semua negara sudah mengalami kemajuan tersebut. Mulai

dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi, bahkan budaya sekalipun, itu

semua karena pengaruh dari globalisasi.

Akibat dari pengaruh globalisasi tersebut banyak dampak positif maupun negatif yang

ditimbulkan. Dampak positif dari pengaruh globalisasi sudah bisa kita rasakan sendiri,

yaitu teknologi yang semakin canggih,  kemajuan alat transportasi dan ilmu pengetahuan

lebih luas. Tetapi dalam sisi negatifnya, karena pengaruh dari globalisasi ini, banyak

budaya barat yang juga ikut masuk di negara kita. Akibat pengaruh budaya tersebut,

banyak generasi muda yang lebih memilih budaya barat dari pada budaya tradisionalnya.

Itu dikarenakan pola pikir mereka yang menganggap jika budaya barat itu lebih modern

dan lebih populer, sehingga kesadaran mereka dalam melestarikan budaya tradisional

menurun.

Itu semua menyebabkan keberadaan budaya tradisional di negara kita mulai

memprihatinkan. Dahulu, budaya tradisional di negara kita tak terhitung jumlahnya

karena begitu banyak ragamnya,  mulai dari tarian tradisional, bahasa tradisional, alat

musik tradisional, dan masih banyak lagi.   Tetapi sekarang budaya tradisional di negara

kita sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada. Jarang sekali sekarang kita temui ada anak

muda yang mau untuk memperhatikan kebudayaan tradisional negaranya, itu semua

karena anggapan mereka tentang kebudayaan tradisional salah. Sehingga mereka malu

untuk mengakui jika kebudayaan tadisional adalah kebuadayaan mereka.

Apabila pemikiran para generasi muda tidak pulih kembali untuk mencintai budaya

tradisionalnya, cepat atau lambat pasti kebudayaan kita akan jauh lebih terkikis. Oleh

karenanya, sebelum itu semua terjadi, kita sebagai para generasi muda harus berani

memperjuangkan kembali kebudayaan tradisional yang sudah nenek moyang kita

wariskan kepada kita.

 

1.2     Rumusan Masalah

            Berdasarkan topik makalah yang telah kami pilih, ada beberapa rumusan

masalah yang akan kami bahas. Rumusan masalah tersebut adalah :

1.2.1        Apakah yang dimaksud dengan budaya tradisional ?

1.2.2        Apa sajakah jenis-jenis budaya tadisional yang kita miliki ?

1.2.3        Budaya tradisional apakah yang sudah mulai hilang ?

Page 24: BUDAYA

1.2.4     Apa penyebab hilangnya budaya tradisional ?

1.2.5        Bagaimana cara untuk menyelamatkan budaya tradisional ?

 

1.3      Tujuan

Dalam membuat makalah ini, kami ingin mencapai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum kami menyusun makalah ini adalah untuk melestarikan

kembali budaya tradisional yang kita miliki di negara kita. Sedangkan tujuan khusus kami

membuat makalah ini adalah :

1.3.1         Mengetahui secara jelas dan memahami tentang definisi budaya tradisional

1.3.2         Mengenali jenis-jenis budaya tradisional

1.3.3         Mengetahui budaya tradisional apa sajakah yang sudah mulai hilang

1.3.4         Mengetahui apa yang menyebabkan budaya tradisional hilang

1.3.5        Menghalau cara-cara yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan budaya

tradisional dari kepunahan dan melestarikannya kembali.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1     Pengertian Budaya Tradisional

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh

manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dikaji asal kata bahasa sansekerta

berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal.  Dalam bahasa latin, kebudayaan

berasal dari kata Colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum

dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia

dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan

segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya

didalam lingkungannya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman

yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengartikan kebudayaan sebagai peninggalan sejarah

yang bersifat tradisional. Seperti tarian daerah, alat musik daerah, senjata tradisional,

bahasa daerah, dan lain sebagainya. Di negara kita, hampir setiap propinsi memilki

kebudayaan tradisionalnya sendiri. Oleh sebab itu negara kita dijuluki negara yang kaya

akan budaya.

 

Page 25: BUDAYA

2.2     Jenis-jenis Budaya Tradisional

Ada berbagai jenis budaya tradisional yang dimiliki oleh negara kita. Beberapa jenis

budaya tradisional tersebut yaitu :

2.2.1      Tarian Tradisional        : tarian khas yang memiliki arti penting karena fungsinya

yang sangat mengutamakan suatu penghormatan.

2.2.2      Bahasa Tradisional      : bahasa daerah yang digunakan dalam kehidupan

sehari-hari oleh setiap daerah            .

2.2.3      Pakaian Tradisional     : pakaian khas yang berbeda dari daerah satu dengan

daerah lain.

2.2.4      Senjata Tradisional      : suatu senjata yang digunakan oleh penduduk suatu

daerah. Orang jaman dulu sering menyebutnya gaman.

2.2.5      Alat Musik Tradisional: alat musik yang digunakan untuk mengiringi suatu lagu

daerah atau biayasanya juga digunakan untuk mengiringi tarian tradisional.

2.2.6      Kesenian Tradisional   : sutu kesenian yang berasal dari suatu daerah tertentu

dan menunjukkan ciri khas.

 

 

2.3     Budaya yang Sudah Mulai Hilang

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari

masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat

homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu dampak dari

adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara

mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-

batas budaya setiap bangsa.

Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan

kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah

kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan

teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak

alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik

jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa

menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari

berbagai belahan bumi.

Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional

Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam

masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia,

baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat

pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses

Page 26: BUDAYA

industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita

pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian

yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.

Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi

budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi

masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni

pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja

kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang

Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat

disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional

Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu

agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya.  Contoh lainnya adalah

kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur

sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh

kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena

demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam

berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun

demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya

globalisasi.

Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami

perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan

diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat,

misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh

kelompok Srimulat.  Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya

memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran

televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian,

ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan

perubahan zaman.

Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi

dengan teknologi mutakhir  yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal

seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu

kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian

stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit

setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap

salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap

mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan

mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik

gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa,

Museum Nasional.

2.4     Penyebab Budaya Tradisional Hilang

Page 27: BUDAYA

Budaya nasional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya di pertahankan

sekarang mulai hilang dikarenakan masuknya budaya asing (modern). Kita sebagai

warga negara indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan tersebut

seharusnya melestarikannya bukan malah mengesampingkannya dengan berbagai

alasan seperti  takut dibilang ketinggalan jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain

sebagainya.

Jika ditinjau melalui aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek

kehidupan juga yang terkait dengan kebudayaan. Budaya tradisional yang mencerminkan

etos kerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan dalam era global. Era global

menuntut kesiapan kita untuk siap berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu

mengambil setiap kesempatan. Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif

dan tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri

bangsa. Sebagai contoh sederhana, budaya gotong royong di Indonesia saat ini hampir

terkikis habis, individual dan tidak mau tahu dengan orang lain adalah cerminan yang

tampak saat ini. Perlu dipikirkan agar kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan

kepribadian \bangsa. Kebudayaan tradisional adalah sebuah warisan luhur.

Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami erosi. Orang, anak muda

utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada

mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Orang akan merasa bangga ketika dapat

menuru gaya berpakaian orang barat dan menganggap budayanya kuno dan

ketinggalan. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus meneliti

apakah budaya-budaya tersebut bersifat positif ataupun negatife.

 

2.5       Cara-cara Untuk Menjaga Kelestarian Budaya Tradisional

Budaya yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya yang tak bernilai di

mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu memberikan dampak yang cukup buruk

bagi perkembangan budaya tradisional di negara kita. Mengapa? Karena salah satu cara

untuk melestarikan budaya trsdisional adalah sikap dan perilaku dari masyarakatnya

sendiri. Jika dalam diri setiap masyarakat terdapat jiwa nasionalis yang dominan,

melestarikan budaya tradisional merupakan suatu kebanggaan, tapi generasi muda

sekarang ini justru beranggapan yang sebaliknya, sehingga mereka menggagap

melestarikan budaya itu suatu paksaan. Jadi kelestarian buadaya tradisional itu juga

sangat bergantung pada jiwa nasionais generasi mudanya.

Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah

diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa

nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian.

Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah

itu tidak mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila

hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam

melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama

Page 28: BUDAYA

lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga diperlukan kekompakan

untuk saling mengisi dan mendukung.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan beragam seni budaya

yang terdapat disetiap daerah sebelum seni budaya yang masih ada tersebut punah

adalah dengan melaksanakan:

2.5.1    Pendataan

2.5.2    Inventarisasi

2.5.3    Pendokumentasian

 

BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

            Kemudian kebudayaan yang telah ada seperti kebudayaan tradisional akan

tergeser bahkan akan hilang terganti oleh kebudayaan baru/ modern. Orang-orang akan

lebih mengandalkan kebudayaan baru dan meninggalkan kebudayaan tradisional karena

dianggap kebudayaan itu adalah kebudayaan yang kuno dan pantas di tinggalkan.

Jadi keberadaan kebudayaan tradisional saat ini sangat mengkhawirkan. Kita sebagai

penerus bangsa harus dapat melestarikan budaya sendiri, budaya tradisional. Jangan

sampai budaya itu punah tertelan waktu yang ke era globalisasi.

 

3.2       Saran

            Untuk dapat tetap melestarikan budaya peninggalan nenek moyang kita harus

dapat memilah dan memilih budaya yang baru yang positif. Kita harus tetap mengikuti

perkembangan budaya modern tapi jangan sampai kita meninggalkan budaya sendiri.

Jangan sampai kejadian kemarin seperti pengklaiman budaya terjadi kembali. Hal

tersebut terjadi juga karena kita kurang menjaga dan melestarikan budaya sendiri.

 

DAFTAR PUSTAKA

Kamal Pasha, Musthafa, dkk. 2000. Ilmu Budaya Dasar. Yogyakarta : Cipta Karsa

Mandiri.

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia (suatu pengantar). Ghalia

Indonesia: Bogor.

“Selamatkan Budaya Dari Mekanisme”, http://cabiklunik.blogspot.com, Agustus

2008.

Page 29: BUDAYA

Widhagdo, Djoko. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Sarjono. Agus R (Editor). 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: Penerbit PT

Gramedia Pustaka Utama.

“Media Massa Tak Beri Peluang Pada Musik Tradisional

Melayu”, www.beritasore.com, 26 Desember 2010.

Page 30: BUDAYA

BAB 1

PENDAHULUAN

 

 

 

I.1. LATAR BELAKANG

 

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang

sangat beraneka ragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya. Karena

keanekaragaman tersebutlah indonesia menjadi daya tarik bangsa lain dari

belahan dunia untuk mengetahuinya bahkan tidak sedikit mereka juga

mempelajarinya karenaselain beraneka ragam budaya Indonesia dikenal sangat

unik.Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga

serta perlu dilestarikan agar kebudayaan kita tidak hilang dan bisa menjadi

warisan anak cucu kita kelak. Hal ini tentu menjadi tanggungjawab para generasi

muda dan juga perlu dukungan dari berbagai pihak, karena ketahanan budaya

merupakansalah satu Identitas suatu negara. Kebanggaan bangsa indonesia

akan budaya yang beraneka ragam sekaligusmengundang tantangan bagi

seluruh rakyat untuk mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang

ataupundicuri oleh bangsa lain. Sudah banyak kasus bahwa budaya kita banyak

yang dicuri karena ketidakpedulian paragenerasi penerus, dan ini merupakan

pelajaran berharga karena Kebudayaan Bangsa Indonesia adalah hartayang

mempunyai nilai yang cukup tinggi di mata masyarakat dunia.Dengan

melestarikan budaya lokal kita bisa menjaga budaya bangsa dari pengaruh

budaya asing, danmenjaga agar budaya kita tidak diakui oleh Negara lain. Para

wisatawan asing banyak berdatangan ke Indonesiaselain karena keindahan

alamnya juga karena Keindahan dan keanekaragaman serta Keunikan budaya

yangdimiliki dan ini merupakan peluang yang cukup baik selain bisa

mendatangkan devisa bagi negara, kebudayaanIndonesia bisa menjadi

kebanggaan karena bisa dikenal di mata dunia. Dan tidak  sedikit dari para

wisatawanasing melestarikan di negaranya seperti yang bisa dilihat saat ini.

 

 

I.2. TUJUAN    

Page 31: BUDAYA

 

Budaya lokal di Indonesia sangat bermacam, hampir tiap suku mempunyai

kebudayaan tersendiri. Mulaidari adat istiadat, tradisi, pakaian adat, rumah adat,

makanan khas, dan masih banyak lagi, tiap suku berbeda.Budaya bangsa

tercipta dari situ, tercipta dari suatu perbedaan tapi member warna tersendiri

bagikebudayaanIndonesia.Di sekolah – sekolah dan perguruan tinggi

kebudayaan diajarkan. Perlu nya agar kebudayaan yang telahtercipta dari para

pendahulu kita tidak luntur. Kebudayaan telah membangun jati diri Bangsa

Indonesia. Orang – orang yang santun dan ramah tamah tercipta dari

kebudayaan local yang ada.

Maka mengapa perlunya mempelajari kebudayaan? Agar kita tetap menjadi

Bangsa Indonesia yang tak kehilangan jati diri, agar Bangsa Indonesia tetap

menjadi bangsa Indonesia yang kaya akan kebudayaan.

 

I.3. SASARAN

Kebudayaan adalah sebuah warisan dari para pendiri bangsa ini.

Perkembangannya tak semudahmembalikkan telapak tangan, akan tetapi melalui

sebuah proses yang panjang lagi rumit. Berkembang daridalam diri masyarakat,

juga dari bengsa asing yang dahulu dating ke nusantara. Dari itu terlahirlah suatu

budayabangsa Indonesia yang modern seperti yang ada saat ini.Sebagai

generasi muda yang nanti kelak akan menjadi penerus sudah seharusnya kita

ikut melestarikanbudaya nan agung yang kita miliki ini. Jangan sampai warisan

yang berharga ini hilang. Kita seharusnya belajar tentang kebudayaan bangsa

ini, karena budaya ini telah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Bangsa

Indonesiatelah dikenal dunia internasional karena kebudayaan yang dimiliki.

Banyak orang – orang asing yang sedangmempelajari kebudayaan di Indonesia,

karena keanekaragaman yang ada. Jika dijumlahkan mulai dari Sabangsampai

Merauke terdapat beribu – ribu kebudayaan yang berbeda. Mulai dari adat

istiadat, kebiasaan, bahasa,rumah adat, pakaian adat,makanan khas, dan masih

banyak yang lainnya.Jangan sampai kebudayaan asing merusak kebudayaan –

kebudayaan kita yang telah terbentuk berangsur – angsur selama berpuluh –

puluh tahun. Kebudayaan barat yang cenderung praktis dan terbukajangan

sampai masuk pada diri kita. Jadi, kepada generasi muda yang kelak akan

menjadi penerus yang akanberperan penting dalam perkembangan budaya

bangsa, saatnya untuk bekerja keras untuk mempertahankan

danmengembangkan warisan ini

Page 32: BUDAYA

 

 

BAB   2

PERMASALAHAN

 

Keanekaragaman budaya menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk

mempertahankan sertamewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal

Indonesia sangat membanggakan karena memilikikeanekaragaman yang sangat

bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya

zaman,menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern.

Akibatnya, masyarakat lebih memilihkebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih

praktis dibandingkan dengan budaya lokal.Begitu banyak faktor yang

menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnyamasuknya

budaya asing. Masuknya budaya asing adalah hal yang wajar dikarenakan suatu

negara tentu akanmembutuhkan input input berupa budaya asing dengan syarat

budaya itu sejalan dengan budaya kita ini, salahsatu faktor yang juga berperan

penting adalah kesadaran dari manusia itu sendiri. Karena bila

kurangnyakesadaran dalam masyarakat tentu saja bisa menjadi hal yang fatal

karena kelestarian akan budaya itu lamakelamaan akan hilang tergeser dengan

seiringnya waktu.Saat ini begitu banyak juga budaya budaya kita yang telah

dilupakan salah satu contohnya adalah alatmusik Sasando. Alat musik sasando

ini adalah alat musik sederhana yang berasal dari Pulau Rote, biasadimainkan

dengan cara di petik. Namun karena pengaruh dari budaya asing saat ini lebih

banyak kaum ataugenerasi muda yang lebih memilih memainkan gitar ketimbang

sasando tersebut. Contoh lainnya adalah. Caraberpakaian, pada umumnya

budaya kita yang ketimuran ini dari dahulu selalu mengajarkan kita untuk

selaluberpakaian sopan dan tertutup. Namun karena pengaruh budaya asing

maka saat ini begitu banyak individuindividu yang berpakaian terbuka di tempat

umum tanpa ada rasa malu sedikitpun. Maka dari itu sangat perlusekali kita

meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa budaya kita ini masih jauh lebih

baik dari budayamanapun.Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita

mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisibudaya lokal dengan

sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan

megharumkan namaIndonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak

diakui oleh negara lain. Berikut beberapa hal yangdapat kita simak dalam cara

melestarikan, serta memajukan kebudayaan kita.

 

Page 33: BUDAYA

 

II.1 ANALISIS SWOT

 

II.I.1.  KEKUATAN PERANAN BUDAYA LOKAL (STRENGT)

 

•Keanekaragaman budaya lokal yang ada di IndonesiaIndonesia memiliki

keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke aset yang

tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang

dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri

khas budayanya, seperti rumah adat, pakaianadat, tarian, alat musik, ataupun

adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat

memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.

•Kekhasan budaya IndonesiaKekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah

di Indonesia memliki kekuatan tersediri.Misalnya rumah adat, pakaian adat,

tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasanbudaya lokal ini

sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya warga asing

yangmempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat daerah atau

mencari barang-barangkerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan

bahwa budaya bangsa Indonesia memilikiciri khas yang unik.

•Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa Kesatuan

budaya lokal yangdimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili

identitas negara Indonesia. Untuk itu,budaya lokal harus tetap dijaga serta

diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.

 

II.I.2.   KELEMAHAN PERANAN BUDAYA LOKAL (WEAKNESS)

 

•Minimnya Komunikasi Budaya Kurangnya Komunikasi tentang kebudayaan

bangsa Indonesia adalah sebuah hambatan yang harusdiselesaikan, sebagai

bangsa Indonesia seharusnya kita harus lebih proaktif untuk

mempromosikankebudayaan bangsa kita bahwa bangsa Indonesia itu kaya akan

keanekaragaman budayanya.Adapun minimnya komunikasi sering terjadi

perselisihan antar suku yang dapat berdampak turunnyaketahanan budaya

nasional karena banyak terjadi kesalahpahaman tentang apa yang dianut.

Page 34: BUDAYA

•Kurangnya Pembelajaran budayaPeran masyarakat terutama orang tua serta

pemerintah sangat penting disini seperti mungkinmemberikan pengetahuan

wawasan kebudayaan lokal kepada para anak – anak sehingga mereka biasa

mencintai kebudayaan mereka sendiri dibandingkan dengan kebudayaan asing,

dengan begitu makakebudayaan lokal bisa tetap lestari sampai kapanpun dan

tetap utuh.

•kesadaran MasyarakatKesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan

budaya lokal sekarang ini masih dibilangsangat minim, karena mungkin

masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih trendy ataupraktis sehingga

kebudayaan luar sesuai dengan perkembangan zaman pada saat ini.

Tetapibahwasanya banyak budaya – budaya asing yang datang tidak sesuai

dengan kepribadian suatubangsa dan dapat merusak para generasi muda pada

sekarang ini.

•Pengaruh GlobalisasiPengaruh globalisasi dapat mengakibatkan budaya luar

yang tidak cocok dapat menjadi suatukebudayaan yang bisa masuk kedalam

kebudayaan bangsa indonesia dan itu sangat berdampak negatif pada

kebudayaan lokal seperti sekarang ini banyak generasi – generasi muda sudah

mulaimulai meninggalkan kebudayaan lokal karena mereka menganggap

kebudayaan lokal masih bersifatkuno dan tidak sesuai dengan perkembangan

zaman modern seperti pada saat ini.

 

II.I.3.   PELUANG PERANAN BUDAYA LOKAL  (OPPURTUNITY)

 

•Kemajuan PariwisataKebudayaan lokal dapat menarik para wisatawan ataupun

turis dari berbagai mancanegara dan inibisa mengakibatkan peningkatan devisa

negara serta citra baik nama pariwisata bangsa Indonesia dimata dunia.

•Dengan mempertahankan kebudayaan maka bangsa ini dapat mewujudkan cita

– cita bangsa yangluhur.Kebudayaan bangsa Indonesia terkenal dengan

keanekaragamannya, dengan melestarikankebudayaan lokal berarti peran serta

masyarakat dan generasi muda bangsa ini sudah mampumewujudkan cita – cita

bangsa yang luhur dan tetap menjaga keutuhan warisan dari nenek moyang

•Dipandang dunia Internasional karena Keberagaman budayanya

Page 35: BUDAYA

Bangsa Indonesia sangat kaya dengan kebudayaan lokalnya itu semua karena

negara Indonesiamerupakan negara kepulauan sehingga budaya bangsa

indonesia mempunyai ciri khas masing  – masing dari setiap daerah.

•MultikulturalismeDalam artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lancang Kuning, Riau, Dr Junaidi SSMHum, mengatakan bahwa

multikulturalisme memberikan peluang bagi kebangkitan etnik dankebudayaaan

lokal bangsa Indonesia. Dua pilar yang dapat mendukung pemahaman ini

adalahpendidikan budaya dan komunikasi antar budaya.

 

II.I.4.   TANTANGAN PERANAN BUDAYA LOKAL (TREATH)

 

Yang menjadi tantangan bagi budaya lokal dalam memperkokoh ketahana

budaya adalah tantanganzaman. Karena pada hakekatnya perkembangan

budaya akan semakin berubah seiring dengan berjalannyaperkembangan

zaman. Misalnya Dengan masuknya kebudayaan barat kebudayaan barat

memang memilikinilai-nilai yang Positif,namun selain nilai-nilai positif yang

dimilikinya kebudayaan barat yang masuk keIndonesia juga memiliki nilai-nilai

negative,misalnya dari segi pakaian,budaya barat cenderung lebih terbukadalam

berpakaian, dengan masuknya budaya barat tersebut masyarakat Indonesia jadi

cenderung mengikutipakaian yang terbuka tersebut,padahal bangsa Indonesia

adalah bangsa yang cenderung ketimur-timuran.

•Kemajuan teknologi

•Masuknya budaya asing

•Perubahan lingkungan

•Masih ada pembangunan yang tidak merata

 

 

BAB 3

                                                           PENUTUP & REKOMENDASI

 

Page 36: BUDAYA

 

III.1.  KESIMPULAN

 

Kebudayaan lokal Indonesia adalah kebudayaan yang hanya dimiliki oleh bangsa

indonesia dan setiapkebudayaan mempunyai ciri khas masing – masing. Bangsa

indonesia juga sangat mempunyai kebudayaan lokalyang sangat kaya dan

beraneka ragam oleh sebab itu sebagai penerus kita wajib menjaganya karena

ketahanankebudayaan lokal berada pada generasi mudanya dan jangan sampai

kita terbuai apalagi terjerumus pada budayaasing karena tidak semua budaya

asing sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia bahkan tidak

sedikitkebudayaan asing membawa dampak negatif.Sebagai Negara Kepulauan

pasti sulit untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan

antara masyarakat.Namun hal itu pasti bisa terwujud jika kita perduli untuk

menjaga, mempelajari, serta melestarikan sehinggakebudayaan lokal yang

sangat kaya di Indonesia ini tetap utuh dan tidak punah apalagi sampai dibajak

ataudicuri oleh negara lain karena kebudayaan tersebut merupakan Identitas

suatu bangsa dan negara. Lebihmemajukan kehidupan bangsa melalui

keuntungan yang didapat dari sector pariwisata salah satunyaDari makalah ini

dapat disimpulkan bahwa budaya bangsa kita sangat beraneka ragam, tetapi

disampingitu banyak  kurang kesadaran masyarakat kita  akan kepintangan

kebudayaan kita, oleh karena itu kita paragenerasi muda harus menjaga dan

melestarikan serta menanamkan dalam hati budaya bangsa kita, agar anak cucu

kita juga dapat menikmatinya.

 

III.2.  REKOMENDASI

 

•Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya lokal

•Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta

pemberdayaan danpelestariannya

•Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan, keramah-

tamahan dan solidaritasyang tinggi.

•Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah

Page 37: BUDAYA

•kembangkan oleh masyarakat Indonesia Mengusahakan agar semua orang

mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal

REFERENSI

http://www.bpsnt-makassar.net/index.php/artikel-bpsnt/publikasi/91-sosialisasi-

perlindungan-warisan-budaya-intangible.html

http://www.fortunepr.com/news/199-pementasan-budaya-bali-agung-untuk-

pelestarian-budaya-indonesia.html

http://hartiningrum.blogspot.com/2010/10/peran-kebudayaan-daerah-

memperkokoh.html  

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/peran-budaya-lokal-memperkokoh-

budaya-bangsa/  

http://isbdti.blog.uns.ac.id/2009/11/09/makalah-perubahan-kebudayaan-karena-

pengaruh-dari luar/

Page 38: BUDAYA

Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah

  

Bahasa adalah gudang ilmu pengetahuan yang di

dalamnya memuat keseluruhan sejarah umat manusia. Ketika

sebuah bahasa punah, pengetahuan yang terdapat di dalamnya

akan ikut punah. Jika satu kaum berhenti menggunakan suatu

bahasa, kaum tersebut akan kehilangan beberapa kemampuan

natural dari bahasa mereka. Oleh karena itu, tidaklah

berlebihan jika dikatakan bahwa kepunahan bahasa sama

dengan kepunahan peradaban manusia secara keseluruhan.

Terkait dengan isu kepunahan bahasa-bahasa daerah di

Indonesia, tulisan ini akan memaparkan tiga hal penting, antara

lain (1) fakta-fakta terkait dengan ancaman kepunahan bahasa,

(2) penyebab utama dan pendorong kepunahan bahasa, dan (3)

usaha pencegahaan kepunahan bahasa.

Di Indonesia yang kaya akan keragaman budaya, terdapat

742 bahasa daerah. Namun, hanya 13 bahasa yang memiliki

penutur di atas satu juta. Tiga belas bahasa itu adalah bahasa

Jawa, Batak, Sunda, Bali, Bugis, Madura, Minang, Rejang

Lebong, Lampung, Makassar, Banjar, Bima, dan Sasak (Kompas,

14 November 2007). Semakin banyak jumlah penutur dan

semakin sering penutur menggunakan bahasanya dalam

berbagai ranah, semakin kuat ketahanan bahasa itu. Dengan

demikian, semakin jauh bahasa tersebut dari kepunahan.

Multamia RMT Lauder dari Departemen Linguistik,

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,

dalam seminar ”Empowering Local Language Through ICT”

yang diadakan Departemen Komunikasi dan Informatika, Senin

(11/8/2008) di Jakarta, mengungkapkan dari 729 bahasa daerah

yang penuturnya kurang dari satu juta orang, sekitar 169

bahasa terancam punah karena berpenutur kurang dari 500

orang. Bahasa yang terancam punah tersebut tersebar di

wilayah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua.

Page 39: BUDAYA

Bahasa Lom (Sumatera), misalnya, hanya berpenutur 50 orang.

Di Sulawesi bahasa Budong-budong 70 penutur, Dampal 90

penutur, Bahonsuai 200 penutur, dan Baras 250 penutur. Di

Kalimantan bahasa Lengilu 10 penutur, Kareho Uheng 200

penutur, dan  Punan Merah 137 penutur. Di Maluku, bahasa

Hukumina 1 penutur, Kayeli 3 penutur, Hoti 10 penutur, Hulung

10 penutur, Kamarian 10 penutur, dan bahasa Salas 50 penutur.

Di Papua, bahasa Mapia 1 penutur, Tandia 2 penutur, Bonerif 4

penutur, dan bahasa Saponi 10 penutur.

Fakta kepunahan bahasa seperti tersebut di atas cukup

mencengangkan, Mengingat banyaknya jumlah bahasa yang

terancam punah serta jumlah penutur bahasa daerah yang

sangat sedikit. Apabila kita tilik lebih dalam, kita dapat melihat

bahwa bahasa-bahasa yang terancam punah tersebut banyak

terdapat di Indonesia Timur. Hal tersebut dikarenakan

diversitas bahasa di Indonesia timur lebih kaya. Jika kita lihat di

pulau Jawa hanya terdapat tiga bahasa terbesar, Jawa, Sunda,

dan Madura, yang memiliki banyak dialek. Berbeda dengan

Indonesia Timur yang memang memiliki banyak bahasa yang

berbeda-beda.

Penyebab Kepunahan Bahasa

            UNESCO mengatakan: When a language dies, the world

loses valuable cultural heritage - a great deal of the legends,

poems and the knowledge gathered by generations is simply

lost. Ketika sebuah bahasa punah, dunia kehilangan warisan

yang sangat berharga – sejumlah besar legenda, puisi, dan

pengetahuan yang terhimpun dari generasi ke generasi akan

ikut punah.

            Grimes (dalam Ibrahim 2008, 10) mengatakan sebab

utama kepunahan bahasa-bahasa adalah karena para orang tua

tidak lagi mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anaknya dan

tidak lagi secara aktif menggunakannya di rumah dalam

berbagai ranah komunikasi. Sebagai contoh adalah orangtua

keturunan Sumatra yang kita sebut saja memakai bahasa A.

Karena pergeseran penggunaan bahasa A, orang tua tersebut

Page 40: BUDAYA

mendidik anak-anaknya untuk memakai bahasa Indonesia dalam

keluarganya. Didikan seperti itu sangat dianjurkan. Namun,

bahasa daerah kita sendiri jangan ditinggalkan, budaya

berbahasa kita sendiri juga harus mengerti dan fasih. Gerak ke

arah kepunahan akan menjadi lebih cepat apabila disertai

dengan semakin berkurangnya cakupan dan jumlah ranah

penggunaan bahasa dalam ranah sehari-hari; atau semakin

meluasnya ketiadaan pengunaan bahasa dalam sejumlah ranah,

terutama ranah keluarga.

Sedangkan Landweer (dalam Ibrahim, 2008: 11)

mengemukakan sebab lain punahnya suatu bahasa bukan

karena penuturnya berhenti bertutur, melainkan akibat dari

pilihan penggunaan bahasa  sebagian besar masyarakat

tuturnya. Seringkali terjadi diskrimitatif, bahwa orang yang

berbahasa daerah adalah orang-orang kampungan. Karena itu,

orang lebih memilih untuk tidak memakai bahasa daerah. Hal ini

terkait dengan sikap dan pemertahanan bahasa masyarakat

tuturnya. Jika orang tua tidak memilih untuk memakai bahasa

daerah di samping bahasa Indonesia kepada keturunananya,

maka pergerakan bahasa ke arah kepunahan akan semakin

cepat.

Di luar soal pemertahanan bahasa terdapat berbagai hal

penting yang mendorong percepatan kepunahan suatu bahasa.

Hal tersebut adalah bahasa daerah yang jumlah penuturnya

sedikit cenderung merupakan bahasa yang tidak memiliki

tulisan. Dengan demikian, tradisi lisan yang berkembang, jika

tidak segera didokumentasikan, akan sangat sulit

mempertahankan eksistensinya. Ditambah lagi, adanya tuntutan

bahasa daerah untuk bersaing dengan bahasa Indonesia yang

berstatus bahasa nasional.

Selain itu, terdapat faktor-faktor yang turut mempercepat

kepunahan suatu bahasa. Summer Institute of linguistics (SIL)

mengemukakan setidaknya terdapat 12 faktor: (1) kecilnya

jumlah penutur, (2) usia penutur, (3) digunakan-atau-tidak

digunakannya bahasa ibu oleh anak-anak, (4) pengunaan bahasa

lain secara reguler dalam latar budaya yang beragam, (5)

Page 41: BUDAYA

perasaan identitas etnik dan sikap terhadap bahasanya secara

umum, (6) urbanisasi kaum muda, (7) kebijakan pemerintah, (8)

penggunaan bahasa dalam pendidikan, (9) intrusi dan

eksploitasi ekonomi, (10) keberaksaraan, (11) kebersastraan,

(12) kedinamisan para penutur membaca dan menulis sastra.

Selain itu, ada pula tekanan bahasa dominan dalam suatu

wilayah masyarakat multibahasa secara berdampingan (Ibrahim

2008:10). Dua belas faktor tersebut sangat berpengaruh

terhadap upaya pencegahan punahnya suatu bahasa. Dengan

melihat pada faktor-faktor yang mempercepat kepunahan

bahasa sehingga kita dapat mempelajari dan melakukan usaha

agar kepunahan bahasa dapat dicegah.

Gejala-gejala Kepunahan Bahasa

Salah satu keadaan yang memperlihatkan gejala-gejala

kepunahan bahasa adalah penurunan secara drastis jumlah

penutur aktif. Seperti yang telah dipaparkan di atas, dapat kita

lihat beberapa bahasa yang memiliki penutur tidak lebih dari

lima orang. Kita ambil contoh bahasa Hukumina di Maluku yang

hanya memiliki satu orang penutur. Apabila satu orang penutur

tersebut meninggal, tidak hanya jasadnya saja yang terkubur,

pengetahuan tentang bahasa terkait akan ikut terkubur dan

bahasa Hukumina tersebut akan punah.

Keadaan lain yang tidak kalah memprihatinkan adalah

pengabaian penggunaan bahasa daerah oleh penutur usia muda.

Dewasa ini, generasi muda tidak cakap lagi menggunakan

bahasa daerah mereka masing-masing. Kebanyakan hanya

menguasai secara pasif. Generasi muda tersebut mengerti

dengan bahasa daerah mereka, tetapi tidak dapat berbicara

dengan bahasa tersebut. Lebih dari itu, beberapa bahkan tidak

peduli dengan bahasa daerah dan enggan menggunakannya. Hal

tersebut disebabkan oleh generasi muda sekarang lebih

menyukai memakai bahasa asing dan bahasa nasional, bahasa

Indonesia, dibandingkan bahasa daerah. Jika keadaan seperti ini

terus berlanjut, bukan tidak mungkin beberapa tahun

Page 42: BUDAYA

mendatang akan semakin banyak bahasa daerah yang pada

akhirnya punah terkikis zaman.

Usaha Pencegahan Kepunahan Bahasa

            Bahasa adalah penciri utama suatu budaya yang

membedakan budaya itu dengan budaya lainnya. Tradisi yang

diekspresikan dengan tindakan nyata antara bangsa yang satu

dengan bangsa yang lain boleh saja sama, tetapi ketika kita

mendengar “bahasa” yang terucap, akan segera tampak

perbedaannya. “Bahasa Menunjukan Bangsa” demikian kata

sebuah pepatah.

            Menghidupkan bahasa daerah tidak berarti etnosentris.

Sebagai Warga Negara Indonesia, kita diharapkan untuk dapat

memakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, bukan

berarti kita melupakan bahasa daerah. Pemilihan pemakaian

antara pemakaian bahasa Indonesia dengan  pemakaian bahasa

daerah dapat disesuaikan dengan konteks yang ada. Dengan

demikian, bahasa daerah dapat tetap sejalan dengan bahasa

Indonesia serta dapat menjaga kelangsungan bahasa daerah

dari kepunahan. Untuk mempertahankan keberlangsungan

bahasa daerah tidaklah mudah, dibutuhkan kerjasama dari

berbagai pihak. Diperlukan kemauan dari pemerintah dan

masyarakat penuturnya untuk mempertahankan bahasa yang

terancam punah.

Usaha yang dapat diupayakan untuk mencegah kepunahan

bahasa antara lain dengan mengolah bahasa daerah yang

terancam punah menjadi buku dan mulai diajarkan sebagai

materi ajar muatan lokal  sehingga dikenal generasi muda.

Selain itu, bahasa daerah juga dapat dipakai dalam percakapan

di rumah, untuk nama jalan, nama bangunan, nama kompleks

perkantoran, nama kompleks perdagangan, merek dagang,

ataupun nama lembaga pendidikan. Nama-nama dalam bahasa

daerah itu bisa ditulis di bawah nama dalam bahasa Indonesia.

Menghidupkan bahasa daerah tentu saja tidak hanya sekedar

membuat kurikulum mata pelajaran di sekolah atau

Page 43: BUDAYA

menuliskannya di papan nama jalan raya,  tetapi dengan

tindakan yang lebih kongkret yaitu dengan menjadikannya

sebagai bahasa tutur aktif.

Pemerintah sendiri telah menunjukan keberpihakannya

dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

40 Tahun 2007 tentang Pelestarian, Pembinaan, dan

Pengembangan Bahasa Nasional dan Daerah. Selain itu, Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) akan

membuat bidang khusus untuk perlindungan bahasa Indonesia

dan daerah. Perlindungan itu akan lebih mengarah kepada

bahasa daerah dan sastra lisan yang hampir punah. Ada dua

langkah yang akan diterapkan Pusat Bahasa untuk

perlindungan, yaitu dokumentasi dan revitalisasi.dokumentasi

berbentuk pengumpulan kosa kata dan merekamnya, kemudian

revitalisasi untuk menghidupkan kembali dengan cara

mengadakan berbagai pagelaran festival seni.

Penutup

Fakta kepunahan bahasa cukup mencengangkan,

Mengingat banyaknya jumlah bahasa yang terancam punah

serta jumlah penutur bahasa daerah yang sangat sedikit.

Kepunahan bahasa-bahasa daerah di Indonesia disebabkan oleh

bahasa daerah yang jumlah penuturnya sedikit cenderung tidak

memiliki tulisan dan berkurangnya pengunaan bahasa dalam

sejumlah ranah. Selain itu, adanya tuntutan bahasa daerah

untuk bersaing dengan bahasa Indonesia yang berstatus bahasa

nasional.

Untuk mencegahan kepunahan bahasa tidak hanya

sekedar membuat kurikulum mata pelajaran di sekolah atau

menuliskannya di papan nama jalan raya, melainkan dengan

tindakan yang lebih kongkret yaitu dengan menjadikannya

sebagai bahasa tutur aktif.

Referensi

Page 44: BUDAYA

Anonim. 2008. “169 Bahasa Daerah Terancam Punah”. Kompas, 12Agustus 2008.

Ibrahim, Gamil. “Bahasa daerah Lampung Terancam Punah”. http://gamil-opinion.blogspot.com (20 Februari 2010)

Ibrahim, Gufran Ali. "Bahasa Terancam Punah: Fakta, Sebab-Musabab, Gejala, dan Strategi Perawatannya". Makalah yang disampaikan pada Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia di Jakarta, 28 Oktober – 1 November 2008.

Karzi, Udo Z. ”Bahasa Daerah Terancam Punah”. http://ulun.lampunggech.com/2007/11/humaniora-726-bahasa-daerah-terancam.html (20 Februari 2010)

Masinambow. “Konvergensi Etnolinguistis di Halmahera Tengah”. Jakarta. 1976

Page 45: BUDAYA

UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA

 3:38 AM   rantau indramawan

UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai

kebudayaan yang sangat beraneka ragam baik jumlahnya maupun

keanekaragamannya. Karena keanekaragaman tersebutlah

indonesia menjadi daya tarik bangsa lain dari belahan dunia untuk

mengetahuinya bahkan tidak sedikit mereka juga mempelajarinya

karena selain beraneka ragam budaya Indonesia dikenal sangat

unik.Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati

dan dijaga serta perlu dilestarikan agar kebudayaan kita tidak

hilang dan bisa menjadi warisan anak cucu kita kelak. Hal ini tentu

menjadi tanggungjawab para generasi muda dan juga perlu

dukungan dari berbagai pihak, karena ketahanan budaya

merupakansalah satu Identitas suatu negara. Kebanggaan bangsa

indonesia akan budaya yang beraneka ragam

sekaligusmengundang tantangan bagi seluruh rakyat untuk

mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang ataupundicuri oleh

bangsa lain. Sudah banyak kasus bahwa budaya kita banyak yang

dicuri karena ketidakpedulian paragenerasi penerus, dan ini

merupakan pelajaran berharga karena Kebudayaan Bangsa

Indonesia adalah hartayang mempunyai nilai yang cukup tinggi di

mata masyarakat dunia.Dengan melestarikan budaya lokal kita bisa

menjaga budaya bangsa dari pengaruh budaya asing, danmenjaga

agar budaya kita tidak diakui oleh Negara lain.

Seiring berkembangnya zaman,menimbulkan perubahan pola

hidup masyarakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih

memilihkebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis

dibandingkan dengan budaya lokal.Begitu banyak faktor yang

menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini,

misalnyamasuknya budaya asing. Masuknya budaya asing adalah

Page 46: BUDAYA

hal yang wajar dikarenakan suatu negara tentu akan membutuhkan

input-input berupa budaya asing dengan syarat budaya itu sejalan

dengan budaya kita ini.

Melihat kenyataan bahwa para generasi muda bangsa

Indonesia saat ini lebih memilih kebudayaan asing yang mereka

anggap lebih menarik ataupun lebih unik dan praktis, kebudayaan

lokal banyak yang luntur akibat tidak ada generasi penerus yang

akan mewarisinya. Perlunya menumbuhkan kesadaran akan

pentingnya budaya yang mana kebudayaan Indonesia adalah

budaya-budaya lokal adalah kewajiban setiap lapisan masyarakat,

dimana peran setiap mereka yang terus berusaha untuk mewarisi

kekuatan budaya lokal akan menjadi kekuatan budaya itu untuk

tetap ada.

RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana melestarikan budaya Indonesia dengan budaya lokal

sebagai aset bangsa ?

2.      Apakah upaya yang dapat dilakukan dalam melestarikan budaya ?

PEMBAHASAN

Menurut Edward B . Taylor kebudayaan didefinisikan

sebagai kompleksitas yang meliputi kepercayaan, seni, moral,

hukum, adat-istiadat             (kebiasaan), dan segala bentuk

kehidupan yang diperoleh dari anggota masyarakat. Kata

kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah, ialah bentuk

jamak dari kata “budi” atau “akal”. Maka kebudayaan dapat

diartikan pula hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Ada

pendapat lain tentang asal kata kebudayaan yaitu bahwa kata itu

berasal dari pengembangan majemuk kata budi-daya yang berarti

“daya dari budi”, kekuatan dari pikiran. Sedang

menurutKoentjaraningrat kebudayaan diartikan sebagai

keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya

dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya

itu. Bila dilihat dari bahasa inggris kata kebudayaan berasal

darikata latin colera yang berarti mengolah atau menngerjakan,

yang kemudian berkembang menjadi kata culture yang diartikan

Page 47: BUDAYA

sebagai daya dan usaha manusia untuk merubah alam.Banyak

berbagai definisi dari kebudayaan, namun terlepas dari itu semua

kebudayaan pada hekekatnya mempunyai jiwa yang akan terus

hidup, karena kebudayaan terus mengalir pada diri manusia dalam

kehidupannya. Kebuyaan akan terus tercipta dari masa kemasa,

dari tempat ketempat dan dari orang keorang. Disetiap waktu unsur

kebudayaan akan selalu hadir didalamnya misalnya disaat orang

berjalan dia akan membawa kebudaan dari daerahnya, misalnya

orang dari jepang akan cenderung berjalan cepat dibangding orang

jawa yang akan berjalan cenderung lebih santai, hal itu karena pada

diri pribadi setiap manusia akan membawa kebudayaan entah itu

adat istiadat, kebiasaan, ataupun norma aturan yang mereka

pegang. Kebudayaan akan tetap ada jika jiwa yang dimilikinya

masih tetap ada. Budaya-budaya baru akan terus muncul dan terus

mengikis budaya yeng telah ada, munculnya budaya baru bukanlah

hal yang negative ataupun hal yang merugikan kerena secara

alamiah manusia akan menciptakan budaya entah itu diciptakan

secara sengaja ataupun budaya yang muncul secara tidak sengaja.

Namun hal tersebut akan berubah menjadi salah ketika budaya

yang telah ada ditinggalkan begitu saja yang akan menyebabkan

budaya itu kehilangan jiwanya sehingga secara bertahap budaya itu

akan menghilang digantikan dengan kebudayan yang baru.

Kebudayaan adalah sebuah warisan dari para pendiri bangsa

ini. Perkembangannya tak semudahmembalikkan telapak tangan,

akan tetapi melalui sebuah proses yang panjang lagi rumit.

Berkembang daridalam diri masyarakat, juga dari bangsa asing

yang dahulu datang ke nusantara. Dari itu terlahirlah suatu

budayabangsa Indonesia yang modern seperti yang ada saat ini.

Sebagai generasi muda yang nanti kelak akan menjadi penerus

sudah seharusnya kita ikut melestarikan budaya agung yang kita

miliki ini. Jangan sampai warisan yang berharga ini hilang. Kita

seharusnya belajar tentang kebudayaan bangsa ini, karena budaya

ini telah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah

dikenal dunia internasional karena kebudayaan yang dimiliki.

Banyak orang–orang asing yang sedangmempelajari kebudayaan di

Indonesia, karena keanekaragaman yang ada. Jika dijumlahkan

mulai dari Sabangsampai Merauke terdapat beribu–ribu kebudayaan

Page 48: BUDAYA

yang berbeda. Mulai dari adat istiadat, kebiasaan, bahasa,rumah

adat, pakaian adat,makanan khas, dan masih banyak yang lainnya.

Indonesia adalah negara yang mempunyai beribu

kebudayaan, karena Indonesia bukanlah negara yang memiliki

hanya satu daerah sehingga kebudayaan bangsa Indonesia adalah

kebudayaan lokal. Setiap daerah akan mempunyai kebudayaan

yang berbeda, perbedaan itulah yang menjadi jati diri bangsa

sehingga ketika kebudayaan itu berubah atau hilang maka jati diri

yang dimilikinya akan memudar .

Banyak hal dapat dilakukan sebagai apresiasi dari rasa cinta pada

budaya, khususnya kebudayaan daerah. Berbagai aktifitas dalam

upaya pelestarian kebudayaan daerah mulai muncul dari berbagai

kalangan. Cara untuk melestarikan budaya  bermacam - macam

baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kota solo

merupakan salah satu kota budaya yang mempunyai beragam

budaya dan tradisi. Di kota solo sudah membudayakan beberapa

tradisi yang saat ini masih di lakukan. Salah satunya melalui jalur

pendidikan, beberapa sekolah di kota solo setiap hari kamis selalu

memakai pakaian adat kota solo. Hal ini merupakan wujud cinta

budaya dalam rangka melestarikan budaya Indonesia khususnya

solo.

Seiring timbulnya kesadaran bahwa bila bukan kita yang melakukan

upaya pelestarian budaya, maka tak dapat dihindari lama-kelamaan

budaya adiluhung dari bangsa kita akan semakin tergeser dan

terpinggirkan oleh budaya asing yang datang bertubi-tubi dari

berbagai arah, terus menggerus kebudayaan daerah.Munculnya

kesadaran terhadap upaya pelestarian budaya diberbagai kalangan

ini memang perlu disyukuri, sebab bukan saja orang-orang tua yang

melakukan kegiatan-kegiatan sebagai upaya pelestarian budaya di

kalangan masyarakat tetapi berbagai instansi dan bahkan di

kalangan pemuda, mahasiswa, dan anak-anak mulai ditanamkan

kecintaan terhadap budaya daerah yang pada akhirnya akan

menimbulkan kesadaran terhadap upaya pelestarian kebudayaan

daerah. Berbagai kegiatan diberbagai instansi dan kalangan

masyarakat dalam upaya pelestarian kebudayaan seperti Seminar

Budaya, Pentas Budaya, Pekan Budaya telah banyak dijumpai

Page 49: BUDAYA

dalam berbagai moment seperti peringatan Hari Jadi sebuah kota

atau suatu instansi. Semangat ini perlu terus dijaga dan

dikembangkan bukan saja sebagai upaya membendung pengaruh

negatif dari budaya asing yang tidak lagi dapat dihindari di zaman

globalisasi modern ini, tetapi sebagai upaya kaderisasi di kalangan

pemuda untuk lebih mengenal dan mencintai budaya sendiri.

Kebudayaan dapat dilestarikan dalam dua bentuk yaitu :

A.    Culture Experience

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara

terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya,

jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat

dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian

tersebut. Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat

dijaga kelestarian budaya kita ini.

B.      Culture Knowledge 

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara

membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat

difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk

edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu

sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para

Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.

Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat

melestarikan kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu

sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi

pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara - negara

lain.Penyakit masyarakat kita ini adalah mereka terkadang tidak

bangga terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih

bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak

sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur. Budaya daerah

banyak hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang tidak mau

mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara

Page 50: BUDAYA

ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka

curi secara diam-diam.

Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya

bangsa juga sangatlah penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki

peran yang cukup strategis dalam upaya pelestarian kebudayaan

daerah ditanah air. Pemerintah harus mengimplementasikan

kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian

kebudayaan nasional.Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas

didukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan  daerah

disetiap event-event akbar nasional, misalnya tari-tarian , lagu

daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan sebagai upaya

pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang

ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari

negara tetangga.Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal

pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai

kebudayaan yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih

memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan

daerah.

Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai cara dalam

melestarikan budaya, salah satunya adalah sebagai berikut

a.       Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan

budaya lokal

b.      Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal

beserta pemberdayaan danpelestariannya

c.       Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi,

kekeluargaan, keramah-tamahan dan solidaritasyang tinggi.

d.      Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah

e.       Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola

keanekaragaman budaya lokal

Kebudayaan lokal Indonesia adalah kebudayaan yang hanya

dimiliki oleh bangsa indonesia dan setiapkebudayaan mempunyai

ciri khas masing–masing. Bangsa indonesia juga sangat mempunyai

kebudayaan lokalyang sangat kaya dan beraneka ragam oleh sebab

Page 51: BUDAYA

itu sebagai penerus kita wajib menjaganya karena

ketahanankebudayaan lokal berada pada generasi mudanya dan

jangan sampai kita terbuai apalagi terjerumus pada budayaasing

karena tidak semua budaya asing sesuai dengan kepribadian

bangsa Indonesia bahkan tidSIMPULANak sedikitkebudayaan asing

membawa dampak negatif. Sebagai negara kepulauan pasti sulit

untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan antara

masyarakat.Namun hal itu pasti bisa terwujud jika kita perduli untuk

menjaga, mempelajari, serta melestarikan sehinggakebudayaan

lokal yang sangat kaya di Indonesia ini tetap utuh dan tidak punah

apalagi sampai dibajak ataudicuri oleh negara lain karena

kebudayaan tersebut merupakan identitas suatu bangsa dan

negara.

KESIMPULAN

Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali

kebudayaan, dan kebudayaan tersebut berbentuk kebudayaan

lokal. Budaya asing yang terus masuk tanpa terbengdung ke

Indonesia dapat mengikis ataupun melunturkan budaya lokal yang

terdapat di Indonesia, sehingga upaya-upaya harus dilakukan dalam

menanggulangi permasalahan tersebut sehingga budaya Indonesia

dapat tetap ada. Berbagai cara dapat dilakukan dalam melestarikan

budaya, namun yang paling penting yang harus pertama dimiliki

adalah menumbuhkan kesadaran serta rasa memiliki akan budaya

tersebut, sehingga dengan rasa memiliki serta mencintai budaya

akan membuat orang mempelajarinya sehingga budaya akan tetap

ada karena pewaris kebudayaan akan terus ada.

Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan

budaya, diantaranya yaitu:

1.      Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati

diri bangsa

2.      Ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam

pelaksanaannya

3.      Mempelajarinya

Page 52: BUDAYA

4.      Mensosialisasikan kepada orang lain sehingga mereka tertarik

untuk ikut menjaga atau melestarikannya

DAFTAR PUSTAKA

anonim. 2008. Perlindungan warisan budaya. http://www.bpsnt-

makassar.net/index.php/artikel-bpsnt/publikasi/91-sosialisasi-

perlindungan-warisan-budaya-intangible.html (01 Maret 2013)

anonom. 2009. Makalah perubahan kebudayaan karena dari

luar. http://isbdti.blog.uns.ac.id/2009/11/09/makalah-perubahan-

kebudayaan-karena-pengaruh-dari luar/ (02 Maret 2013)

Dimas. 2011. Analisis upaya melestarikan budaya.

http://dimaspratama11.wordpress.com/2011/11/19/analisis-upaya-

melestarikan-budaya-bangsa/ (05 Maret 2013)

Elly M. Setiadi,dkk. 2006. Ilmu sosial dan Budaya dasar. Jakarta: Kencana

Prenada Media

Herimanto dan Winarto. 2010. Ilmu Sosial &Budaya Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara

Koentjoroningrat.1994. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan.

Jakarta: Gramedia

Page 53: BUDAYA

Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Kaya akan alam, bermacam-macam

suku, bahasa daerah, dan banyaknya budaya. Kali ini kita akan bahas tentang

budaya-budaya Indonesia yang dikenal dunia tapi di negeri sendiri malah

sedikit yang melestarikannya. Sebut saja kesenian budaya seperti Ludruk,

Lenong, Reog, Wayang, Mamanda, Rudat, Tarling, tari Jaipong, alat musik

seperti Kecapi, Gamelan, Angklung, Sasando, Talindo, Babun, Alosu, Atowo,

kegiatan menenun, membatik dan masih banyak lagi yang lainnya. Para

generasi penerus lebih menyukai budaya luar negeri dari pada negeri sendiri.

Ini dikarenakan faktor perkembangan teknologi yang semakin pesat serta

peran media elektronik yang semakin menghilangkannya unsur budaya lokal

sehingga para generasi penurus menghabiskan waktu menikmati budaya luar

lewat TV, Internet dll. Tentu efeknya akan berkembang pada pola kehidupan

sehari-hari, karena gaya hidup remaja lebih rentan dan lebih mudah terhadap

hal-hal yang dianggapnya sebagai hal baru. Mereka enggan dan malu

melestarikan budaya sendiri dibandingkan menikmati budaya lain.

Ini terbukti semakin kurangnya peminat budaya sendiri oleh para generasi

penerus. Mencintai budaya dari negeri lain boleh saja asalkan tidak

melupakan budaya negeri sendiri. Dan inilah parahnya, para remaja lebih

berantusias menerima serta menikmati budaya luar yang seharusnya menjadi

minioritas dan budaya Indonesia yang seharusnya menjadi mayoritas, kini

terbalik begitu saja. Sekarang budaya luar yang lebih menjamur di budaya

kita. Jika ini dibiarkan, tentu saja kita akan kehilangan budaya yang kita miliki

dan akan punah ditelan budaya luar yang menjamur ke negeri ini.

Sistem peran media yang begitu pesat dan respon remaja yang begitu mudah

dari informasi yang diterima, membuat pelestarian budaya Indonesia semakin

hilang dengan datangnya budaya luar ke Indonesia. Kita seharusnya

mencontohi negara lain, ada yang sudah maju tapi tetap melestarikan

budayanya, seperti negara Jepang. Negeri sakura tersebut sangat maju dalam

perkembangan teknologinya tapi tetap bisa melestarikan budayanya entah

dari seni, tradisi dan gaya hidup. Tapi bagaimana dengan kita? Indonesia

harus belajar banyak dari Jepang, Indonesia yang masih termasuk negara

berkembang malah terjerumus dan mudah sekali menerima dan melestarikan

gaya hidup budaya luar. Sebetulnya kita juga patut bangga dengan beberapa

daerah yang tetap melestarikan budaya lokalnya tanpa pengaruh dari budaya

Page 54: BUDAYA

luar walaupun hanya sedikit daerah, tidak seluruh daerah Indonesia. Seperti

Bali dan Yogyakarta, kedua daerah ini tetap menjujung tinggi seni dan

budayanya tanpa pengaruh dari budaya lain. Padahal kedua daerah tersebut

termasuk tempat wisata yang banyak sekali dikunjungi wisatawan

mancanegara, namun tetap melestarikan budaya daerahnya. Ini yang harus

dijadikan contoh untuk daerah lain di Indonesia agar tetap melestarikan

budaya daerahnya masing-masing. Daerah yang banyak wisatawan asing saja

masih menjungjung tinggi seni dan budayanya tanpa terpengaruh dari budaya

asing, sedangkan daerah-daerah lainnya mudah terpengaruh budaya asing

padahal tempatnya jarang dikunjungi wisatawan asing. Aneh...!

Sebagai bangsa yang kaya akan budaya, kita patut bersyukur karena bangsa

lain belum tentu memiliki kekayaan budaya seperti kita. Walaupun begitu, kita

tidak lantas hanya mengapresiasikannya saja. Kita sebagai penerus bangsa

juga harus ikut berperan dalam melestarikan kelangsungan budaya yang

diberikan dari nenek moyang dan para leluhur kita agar tidak hilang dan

punah akibat masuknya budaya bangsa lain yang sekarang lebih

mendominasi bangsa kita. Budaya kita seharusnya menjadi penguasa di

negeri sendiri, oleh karena itu mari kita bergerak melestarikan budaya kita

agar tetap terjaga hingga kelak. Jangan malu dan jangan gengsi! Lakukan

sekarang!